//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: Yathabhutam Nyanadassanam (melihat apa adanya), Apakah Arti dan Maksudnya?  (Read 78498 times)

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Offline markosprawira

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.449
  • Reputasi: 155
markosprawira,

Mungkin hanya berbeda istilah saja karena kamu masih menggunakan mahluk = panca khanda. Kalo tidak ada pikirannya, berarti udah bukan mahluk. Mungkin begitu?

ehm sori bro, ini menunjuk ke tulisan yang mana yah???

sori, tolong diperjelas yah........ biar diskusinya jadi lebih enak.....

anumodana........

Offline williamhalim

  • Sebelumnya: willibordus
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.869
  • Reputasi: 134
  • Gender: Male
willibordus,

Quote
vedana  yg dimaksud di paticcasamuppada adalah: perasaan suka / tidak suka yg timbul akibat kontak indera dengan objek.

Jika rasa suka/tidak suka ini timbul maka turunannya (nafsu keinginan, kemelekatan, dstnya sudah tidak terbendung lagi).

Vedana (perasaan suka / tidak suka) ini berbeda dengan pengertian perasaan yg dipahami umum seperti: marah, kesal, tersinggung, rindu, dsbnya <--- perasaan2 ini lebih tepat kita sebut emosi (emotion).

Misalnya lagi duduk digigit semut api, ada perasaan sakit ato nggak? Itu 'kan kontak indra kulit dengan objek (gigitan semut).  ;D


~ digigit semut, sakit = vipaka (kesadaran hasil) alias kontak
(pada Arahat / Buddha, hanya berhenti sampai disini, rasa sakit adalah rasa sakit. Itu saja)
sedangkan kita, manusia biasa, melanjutkan tahapan berikutnya, yaitu:

~ tidak suka akan rasa sakit tersebut
Inilah vedana (suka / tidak suka)

~ timbul keinginan untuk menyingkirkan rasa sakit tsb
Inilah tanha (nafsu keinginan)

~ Dari Tanha tsb, timbul kemelekatan akan 'penolakan rasa sakit'.
Kita melekat / benci dengan rasa sakit. Sebisa mungkin disingkirkan segera.

~ kita memukul semut tsb
Inilah kamma dalam bentuk perbuatan yg telah didahului oleh cetana

CMIIW

::
« Last Edit: 11 June 2008, 05:21:35 PM by willibordus »
Walaupun seseorang dapat menaklukkan beribu-ribu musuh dalam beribu kali pertempuran, namun sesungguhnya penakluk terbesar adalah orang yang dapat menaklukkan dirinya sendiri (Dhammapada 103)

Offline hudoyo

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.919
  • Reputasi: 20
jadi walau pada Arahat/Buddha hanya ada tahap 1 dalam hal ini langkah #1 (persepsi murni) itulah 'melihat apa adanya' (yathabhutam nyanadassanam), tetap sudah terjadi Pikiran/Kesadaran/Citta sebanyak 17......
semoga bisa dimengerti yah..........

Maaf saja, saya tidak berminat belajar Abhidhamma sama sekali ... Silakan saja kalau Anda berpegang pada Abhidhamma.

OOT sedikit: Abhidhamma itu hanya ada di Theravada ... Pada zaman yang bersamaan sekte Sarvastivada mengembangkan juga Abhidharma mereka dalam bahasa Sanskrit ... Abhidharma mereka juga terdiri dari 7 buku. ... Tapi ketujuh buku Abhidhamma Theravada sangat berbeda dengan ketujuh buku Abhidharma Sarvastivada ...

Abhidharma Sarvastivada mengajarkan ada 75 unsur, 72 di antaranya bersifat sankhata, 3 asankhata (akasa, pratisankhya-nirodha, dan apratisankhya-nirodha).

Ke-72 sankhata dharma itu dibagi menjadi 4 kelompok:
(1) rupa: 11 macam
(2) citta: 1 macam
(3) citta-sampayutta-dharma: 46 macam
(4) citta-vippayutta-dharma: 14 macam.

Nah, jelas sekali bahwa klasifikasi dhamma/dharma-dharma di Abhidharma Sarvastivada sangat berbeda dengan di Abhidhamma Theravada.

Pertanyaan saya: Mana di antara Abhidhamma/Abhidharma itu yang berasal dari mulut Sang Buddha? Atau kedua-duanya tidak berasal dari mulut Sang Buddha?

Itulah sebabnya saya tidak tertarik sama sekali belajar Abhidhamma. Pada dewasa ini banyak bhikkhu-bhikkhu pakar Tipitaka yang menyatakan bahwa Abhidhamma Pitaka bukan ajaran Sang Buddha ...

Silakan saja kalau Anda beranggapan sebaliknya. :)

Salam,
hudoyo



« Last Edit: 11 June 2008, 05:14:22 PM by hudoyo »

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
markosprawira,

Bukan dari mana2. Karena saya pikir bahwa pikiran itu terus ada selama masih jadi 'mahluk', jadinya tidak berhenti (kalo ga tinggal 4 khanda). Saya iseng tanya aja.


willibordus,

Thanx buat penjelasannya!

Offline hudoyo

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.919
  • Reputasi: 20
Tergantung definisi 'pikiran' mana yang dipakai.

Kalau dipakai definisi Mulapariyaya-sutta, pada seorang arahat 'pikiran' berhenti. 'Pikiran' di sini adalah 'mannati' (konseptualisasi, analisis dsb)

Namun pada seorang arahat tetap ada 'persepsi murni'. Di sini 'persepsi murni' adalah 'sanjayati' (perceiving), bukan 'mannati' (conceptualizing).

Tidak ada kaitannya dengan pancakkhandha masih lengkap atau tidak lengkap ... Itu cuma teori.
« Last Edit: 11 June 2008, 06:14:22 PM by hudoyo »

Offline Suchamda

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 556
  • Reputasi: 14
Dear Kainyn,

Quote
Memang spekulasi yang terlalu jauh adalah tidak ada gunanya.
Kenapa saya mengatakan hampir itu suatu tindakan "bodoh"?Saya tidak mengatakan secara absolute semua spekulasi,teori dll adalah tindakan bodoh...Justru berdasarkan "teori" lah baru ada sebuah "praktek".Tapi perlu dicamkan bahwa,TIDAK SEMUA HANYA BUTUH SEBUAH TEORI...
Sudah jelas apa yg dikatakan oleh SB sendiri,yakni 4hal yg tidak usah dipikir2kan.Menurut hemat saya apa yang dimaksud "Tidak usah dipikir2kan" adalah mengacu pada "praktek"nya,jangan hanya berteori sementara teori menghasilkan 2hal yg "mutlak" yakni salah dan benar...Sedangkan "praktek",langsung melihat kedalam kebenaran maupun ketidakbnran itu sendiri.Kenapa jika anda bisa "melihat"
anda harus "menerka2"nya?Bukankah itu bisa dikatakan hal yang "bodoh"?

Quote
Tetapi kadang sebelum kita mengalaminya, kita juga 'mengira-ngira'. Bukan untuk jadi spekulan, tetapi untuk tujuan pembelajaran juga.
Anda mengatakan tujuannya untuk menjadi pembelajaran.Saya setuju dengan anda seperti yang saya katakan diatas bahwa saya tidak mengatakan "teori" tdk berguna...Tp lihat kembali apa yang anda dapatkan dr menerka2 batin seorg "Buddha"(Yg telah SADAR secara SEMPURNA)?
Bukankah jika anda berteori tentang "batin" seseorg yg sudah "Suci" itu hampir dikatakan membodohkan orang awam sendiri?Kenapa tidak mencari jawabannya didalam "Batin" anda sendiri?Bukankah disana sudah tersedia "segala" jawaban yg anda inginkan?Kenapa mesti "menerka" lagi?

 
Quote
Misalnya dulu orang berteori tentang pergi ke bulan, mereka menghitung2 fisika pesawat, hitung2an gravitasi dan sebagainya. Setelah hitung2an-nya secara teori itu benar, baru diaplikasikan. Mungkin ada faktor yang kurang, lalu dijadikan pembelajaran. Jadi bukan menghina 'teori fisika', lalu bikin pesawat seenaknya, dan coba sampai berhasil. Nantinya akan buang2 waktu dan tenaga.
Sudah ada Sang Jalan,kenapa mempersulit Sang Jalan?Kenapa manusia selalu senang membuat sesuatu yg "sederhana" menjadi terlihat "rumit" hanya karena sebuah "kepuasan intelektual" yg hampir tidak berati apa2 dibandingkan KEBIJAKSANAAN TERTINGGI.

Quote
Yang ke dua tentang 'mengira-ngira', adalah supaya kita tidak mengulang kesalahan yang dilakukan oleh orang lain. Misalnya ada yang katakan bahwa konsumsi vitamin A berlebihan bisa menjadi racun bagi tubuh, lalu kita bilang "ah itu mah cuma teori. Saya tidak percaya sebelum mengalaminya", lalu betulan konsumsi vitamin A berlebihan. Saya pikir ketimbang dibilang 'non teoritis', perilaku itu lebih tepat 'kurang bijaksana'. Ada baiknya mendengar pendapat orang lain, tetapi tidak perlu dipegang sebagai kebenaran mutlak saja sebelum membuktikannya sendiri, dan selalu terbuka bahwa kadang diri sendiri juga bisa salah.
Saya rasa jawaban ini anda bisa melihat pernyatan saya diatas...Anda harus bisa memilah mana yg kebenaran umum dan mana yg kebenaran mutlak...Mana yg didpt lewat "batin" mana yang didapat lewat "pengetahuan"..Anda mencampur adukkan antara "kebenaran umum" dengan "kebenaran mutlak" maka anda sendiri yang akan bingung...Believe it or not...Pengetahuan dan pengalaman terbatas tapi kebijaksanan tidak terbatas...
_/\_

Salam,
Riky

NB:Perlu diketahui dulu sebelum dicerahkan oleh pak Hodoyo saya seperti anda semua,"semuanya harus dispekulasikan dulu","semuanya harus masuk diakal saya dulu","semuanya harus bisa dicerna oleh pengetahuan,pengalaman dan pikiran saya dulu"...Jika tidak sesuai maka saya akan menolaknya mentah2...Hasilnya?Lihatlah Riky  yg tercipta "bengis" dan "liar",karena itu hasil dr pengetahuan,pengalaman dan pikiran...Ketika "buah pikiran" kita diserang,dikritik oleh orang lain,maka kita bukannya merasa "buah pikiran" kita diserang...Sebaliknya kita merasa "buah pikiran" itu adalah DIRI KITA SENDIRI ATAU AKU(Sehingga merasa yg diserang itu "kita/aku" )...Jadi muncul "rasa" marah dan ingin menyerang "balik" dengan segala pengetahuan yg bersifat dualitas ini dengan segala penolakkan...Apakah ini berati??Sedangkan SB mengajarkan ANATTA(TANPA AKU/INTI YG KEKAL)...Sesudah melalui tahap "pengertian" dan "bimbingan" saya menjadi mengerti apa yg dimaksud "kebenaran umum" "kebenaran relatif" "kebijaksanaan" "aku" "pikiran" "anicca" "anatta"
Maka terciptalah Riky yg sekarang ini walaupun masih jauh dr "sempurna" tetapi sudah menuju ke "kesempurnaan" itu...
Anda boleh menolak setiap "buah pikiran" org tapi anda harus mengingat bahwa "buah pikiran" itu adalah "buah pikiran"."Buah pikiran" itu bukanlah "apa2",bukanlah sebuah "aku",bukanlah "diri kita sendiri" Tetapi hanya sebuah "buah pikiran" yg tak bermakna apapun bagi "aku/kita".("NB saya" bukan ditujukan semata2 untuk saudara kainyn,tetapi kepada "siapapun" yang ingin "membaca" dan "merasakan" suatu perubahan nyata.Jika ada kata2 yang kurang menyenangkan maka "lupakanlah" itu...Anggaplah itu bukan apa2...Hanyalah sebuah "kata2" tanpa "makna" apapun...)

WOW.....
....selamat Riky. :)
"We don't use the Pali Canon as a basis for orthodoxy, we use the Pali Canon to investigate our experience." -- Ajahn Sumedho

Offline tesla

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.426
  • Reputasi: 125
  • Gender: Male
  • bukan di surga atau neraka, hanya di sini
tesla,

Quote
semoga membantu...
dari sudut pandang saya, sdr. Riky bukan membicarakan dualitas, salah ataupun benar. akibatnya yg berbicara secara dualitas akan merasa terserang seperti dikatakan salah.
praktek yg dimaksud sdr. Riky adalah langsung melihat, bukan menilai "ini benar atau salah". Yg dilihat, menurut saya tidak berada dalam konteks benar ataupun salah...

Saya pun tidak membicarakan dualitas. Hanya menjelaskan bahwa jika berteori dengan benar, terlepas dari mau menang sendiri, tidak selalu berakhir dengan benar dan salah. Ada yang namanya dugaan sementara dilihat dari faktor tertentu yang kadang2 belum bisa dibuktikan. Jadi tulisan
wah, sdr. Kai suka sekali men-counter orang lain tanpa pandang bulu yah ;)
btw saya ga bilang lho, sdr. Kai bicara soal dualitas... ;D

Quote
Quote
teori menghasilkan 2hal yg "mutlak" yakni salah dan benar
adalah pemahaman keliru tentang teori.

Soal langsung melihat lalu menjadikan pengalaman pribadi sebagai tolok ukur kebenaran mutlak itu juga saya tidak setuju. Itu seperti orang buta warna yang melihat pelangi berwarna hitam putih, berteriak-teriak menghina orang yang mengatakan pelangi ada 7 warna sebagai orang teoritis.

Tetapi kembali lagi ini pilihan masing2. Siapapun boleh memilih sikapnya. Saya tidak maksa kok.  :)

peace _/\_
Lepaskan keserakahan akan kesenangan. Lihatlah bahwa melepaskan dunia adalah kedamaian. Tidak ada sesuatu pun yang perlu kau raup, dan tidak ada satu pun yang perlu kau dorong pergi. ~ Buddha ~

Offline Riky_dave

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.229
  • Reputasi: -14
  • Gender: Male
Dalam thread ini saya melihat ada diskusi yang simpang siur ... kesimpangsiuran itu disebabkan karena perbedaan epistemologi (sumber dari pemahaman):

Di satu pihak, ada yang pemahamannya semata-mata bersumber dari pemikiran, teori, kitab-kitab.

Di lain pihak, ada yang pemahamannya bersumber dari pengalaman batin dalam meditasi.

Diskusi di antara kedua jenis orang ini tidak pernah menghasilkan sesuatu yang bermanfaat. ... Lihat saja dalam thread ini.

Salam,
hudoyo

Setuju...Benar2 tidak bermanfaat dan memungkinkan suatu "perpecahan" sesama forum DC...
Bagaikan menyatukan air dan minyak...

Salam,
Riky
« Last Edit: 11 June 2008, 08:13:07 PM by Riky_dave »
Langkah pertama adalah langkah yg terakhir...

Offline Suchamda

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 556
  • Reputasi: 14
Dalam thread ini saya melihat ada diskusi yang simpang siur ... kesimpangsiuran itu disebabkan karena perbedaan epistemologi (sumber dari pemahaman):

Di satu pihak, ada yang pemahamannya semata-mata bersumber dari pemikiran, teori, kitab-kitab.

Di lain pihak, ada yang pemahamannya bersumber dari pengalaman batin dalam meditasi.

Diskusi di antara kedua jenis orang ini tidak pernah menghasilkan sesuatu yang bermanfaat. ... Lihat saja dalam thread ini.

Salam,
hudoyo

Setuju...Benar2 tidak bermanfaat dan memungkinkan suatu "perpecahan" sesama forum DC...
Bagaikan menyatukan air dan minyak...

Salam,
Riky

Namanya juga b-e-l-a-j-a-r....ya perbedaan2 ini semua adalah wacana yg nantinya harus diselami sendiri oleh masing2.....hehehehe ....:)
So kalau sampai ada yang berpikir bahwa ini perpecahan, aduh......, cuman segitu aja hasil belajar buddha dharma?....... ;))

Ups, saya rasa sudah salah menggunakan istilah "belajar".....hehehehe....;D
"We don't use the Pali Canon as a basis for orthodoxy, we use the Pali Canon to investigate our experience." -- Ajahn Sumedho

Offline hudoyo

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.919
  • Reputasi: 20
Namanya juga b-e-l-a-j-a-r....ya perbedaan2 ini semua adalah wacana yg nantinya harus diselami sendiri oleh masing2.....hehehehe ....:)
So kalau sampai ada yang berpikir bahwa ini perpecahan, aduh......, cuman segitu aja hasil belajar buddha dharma?....... ;))

Ups, saya rasa sudah salah menggunakan istilah "belajar".....hehehehe....;D

Ada perbedaan besar antara DIALOG dan DEBAT.

Di dalam suatu DIALOG terlihat ada perkembangan pemahaman ... kedua belah pihak saling meningkatkan pemahaman masing-masing dari interaksi dengan pihak mitra bicara ... Di sini terjadi proses pembelajaran ... Dialog seperti ini bisa dilanjutkan ...

Di dalam suatu DEBAT tidak terlihat ada perkembangan pemahaman ... kedua belah pihak malah saling memperkuat posisi masing-masing, tanpa mau 'take and give' dengan lawan bicara ... Di sini tidak ada proses pembelajaran sama sekali ... hasilnya malah menguatnya kesalahpahaman, menguatnya ignorance, menguatnya permusuhan ...

Masing-masing pihak perlu segera menyadari bila suatu diskusi telah menjurus kepada debat ... untuk bisa diakhiri sedini mungkin untuk menghindari ekses-ekses debat seperti di atas ... Kalau tidak, mungkin perlu dihentikan oleh pihak ketiga ...

Salam,
hudoyo

Offline hudoyo

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.919
  • Reputasi: 20
Soal langsung melihat lalu menjadikan pengalaman pribadi sebagai tolok ukur kebenaran mutlak itu juga saya tidak setuju. Itu seperti orang buta warna yang melihat pelangi berwarna hitam putih, berteriak-teriak menghina orang yang mengatakan pelangi ada 7 warna sebagai orang teoritis.

Orang yang sudah mengalami sendiri kebenaran, ia tidak memerlukan tolok ukur apa pun di luar pengalaman batinnya ...

Orang yang tidak pernah mengalami sendiri kebenaran, ia memerlukan tolok ukur teoretis dari kitab-kitab suci yang dipegangnya erat-erat.

Offline Hendra Susanto

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.197
  • Reputasi: 205
  • Gender: Male
  • haa...
wakkakakkakkakkkkakkak......  =)) =)) =)) =))

Offline EVO

  • Sebelumnya Metta
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.369
  • Reputasi: 60
haa...ketawa apa bos
ikuttan ketawa ah wkwkwkwkkw  :)) :)) :))
kalau aku melihat apa adanya seperti ini
kalau aku sedang meditasi di hutan....lalu di hutan ada wangi dupa
atau ada lilin atau ada rupang buddha..........
maka aku akan bangun dari meditasi ku dan pindah ketempat lain.......
di mana semua yang di buat buat itu tidak ada... ;) :D ;D :)

apa lagi kalau ada hewan buas.......
kaburrrrrrr dahhhhhh
apa ajak bicara ya seh raja hutan...
 :)) :))

Offline ryu

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 13.403
  • Reputasi: 429
  • Gender: Male
  • hampir mencapai penggelapan sempurna ;D
IMO pembelajaran itu sangat perlu, kemudian dari pembelajaran bisa didapatkan kebijaksanaan, baru menyelam kedalam batin.
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

Offline hudoyo

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.919
  • Reputasi: 20
Itulah kalau orang ingin MENDAPATKAN SESUATU. ... :)
Lain lagi kalau orang ingin melepas. ...

 

anything