//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: Yathabhutam Nyanadassanam (melihat apa adanya), Apakah Arti dan Maksudnya?  (Read 78477 times)

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Offline tesla

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.426
  • Reputasi: 125
  • Gender: Male
  • bukan di surga atau neraka, hanya di sini
Contoh yg agak jelas adalah:
~ Tidak Girang melihat Obama menang.
~ Tidak Sedih melihat Hillary kalah.
Tidak ada AKU yg terlibat dalam gejolak itu... kita upekkha saja, nyante aja....

Bandingkan dengan orang amrik yg terlibat langsung:
~ Pendukung Obama sangat kegirangan
~ Pendukung Hillary sedih yg mendalam
Kedua gejolak batin diatas tidaklah memuaskan


nah salah satu petunjuk dari bro Willi nih...

nafsu ada karena ada ke-aku-an (ego). ketika ada pikiran "ini aku, ini milikku" disana ada nafsu utk memuaskan aku(ego). mis, aku ingin obama kalah. ketika terjadi aku senang, ketika tidak terjadi aku tidak senang/marah :P

Bagaimana membedakannya dengan orang "acuh tak acuh"?

menurut pendapat saya, dalam artian sebenarnya "tak acuh" itu bukanlah sesuatu yg buruk...
sorry... menurut saya, ketika kita mengatakan "si A acuh tak acuh", sebenarnya justru kita sedang berharap si A perduli, tetapi kenyataannya tidak demikian. akibatnya adalah penderitaan batin sendiri. sedang orang yg 'tak acuh' tadi tetap bahagia dg kondisinya.

tentu saja beda dg masa bodoh dalam akusala cetasika (OOT ah... kalau dibahas di sini) ;)
Lepaskan keserakahan akan kesenangan. Lihatlah bahwa melepaskan dunia adalah kedamaian. Tidak ada sesuatu pun yang perlu kau raup, dan tidak ada satu pun yang perlu kau dorong pergi. ~ Buddha ~

Offline tesla

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.426
  • Reputasi: 125
  • Gender: Male
  • bukan di surga atau neraka, hanya di sini
Ya, ini setuju. Menurut saya memang 'melihat apa adanya' tidak selalu harus diikuti dengan sikap 'upekha'.
saya justru berpendapat sebaliknya, bahwa metta, karuna & mudita yg murni selalu dilandasi dg upekkha.
Lepaskan keserakahan akan kesenangan. Lihatlah bahwa melepaskan dunia adalah kedamaian. Tidak ada sesuatu pun yang perlu kau raup, dan tidak ada satu pun yang perlu kau dorong pergi. ~ Buddha ~

Offline Riky_dave

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.229
  • Reputasi: -14
  • Gender: Male
Melihat apa adanya ketika pada saat persepsi murni atau Terhentinya pikiran dikatakan juga terhentinya "segala sesuatu"...
Seperti kata SB sendiri,"Pikiran adalah pelopor dr segalanya...."
Maka dr itu juga dapat disimpulkan bahwa pikiran yg menimbulkan "aku",perasaan,kehendak,keinginan,dll....
Maka ketika pikiran itu terhenti( hanya ada persepsi murni tanpa pikiran)maka itu dikatakan melihat segala sesuatu apa adanya...(Karena pada saat itu juga semuanya sudah "runtuh",jika sadar sepenuhnya maka itulah NIBBANA yakni Yang Mutlak,Yg Tidak tercipta dstnya...)
Disana tidak ada lagi pikiran(kebenaran dualitas)...Tidak ada lagi keraguan ketika berbicara,tidak ada lagi kata2 yang "salah"...Tidak ada lagi yg spekulasi dlm pikiran...Tidak ada lagi "rasa" didalamnya...Tidak ada lagi "keinginan" bahkan semuanya "kosong" tidak ada namanya pencapaian...Tidak ada namanya meditasi...Tidak ada namanya jhana..Tidak ada namanya sotapanna,dstnya...
Semuanya menjadi "kosong" karena dilihat apa adanya...
Pasti anda akan bertanya,"Jika pikiran terhenti lantas SB bagaimana  ngomong,berjalan,dll?"
Jawabanya karena disana ada "sesuatu yg lain,Tidak tercipta dan MUtlak"Bukan lagi pikiran tetapi Batin yg Sempurna...YG telah terbebas dr pencemaran "PIkiran"
1hal lagi yg perlu ditekankan,"Ingat 4hal yg SB katakan tidak usah dipikir2kan termaksuk "Hakikat Seorg Buddha"
Alasannya jelas,"Apakah anda yg belum mencapai kesempurnaan berani "menanyakan","berspekulasi","Berteori" tentang apa yg bahkan anda sendiri belum capai?
Bagaikan seorg yg menerka2 rasa sebuah apel yg tidak pernah dia coba...
Hanya bisa berspekulasi rasa apel,"Apel itu manis?","Apel itu asam?","Apel itu Asin?","Apel itu pahit?","Dari mana asal apel itu?","Bagaimana rasanya bisa Manis?","Bagaimana rasanya bisa Asam?dstnya...."
Jika benar2 "ingin" tau rasa "apel" maka "cicipilah" apel tsb...Bukan hanya dengan berspekulasi...
Ingat pikiran itu dualitas masih ada benar dan salah....Jadi jika anda hanya terus berspekulasi tentang rasa "apel" itu dan pada akhirnya anda hanya menuju "kehancuran","ketidaktahuan","kebodohan" yg mungkin bisa membuat anda "gila"(Coz tidak tahu jawabannya sih...Wong tiap org bilang beda...A bilang Manis...B bilang Asam...C bilang Asin...D bilang Pahit...Hayo??Masih mau berspekulasi terhadap hal yg hampir dikatakan "bodoh" itu???Mending langsung "cicipi" aja...Ehipassiko gitu lo....)
Maafkan pemula ini yang telah berbicara panjang lebar...It just my opinion...Semua kembali pada anda2 sendiri ^^
_/\_

Salam,
Riky
Langkah pertama adalah langkah yg terakhir...

Offline hudoyo

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.919
  • Reputasi: 20
Wah, yang menulis ini Riky atau Hudoyo yah? ... Kok gak ada bedanya? ... :))

Offline ryu

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 13.403
  • Reputasi: 429
  • Gender: Male
  • hampir mencapai penggelapan sempurna ;D
Wah, yang menulis ini Riky atau Hudoyo yah? ... Kok gak ada bedanya? ... :))

:)) udah tercemar oleh bapak nih :))
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

Offline Sunkmanitu Tanka Ob'waci

  • Sebelumnya: Karuna, Wolverine, gachapin
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 5.806
  • Reputasi: 239
  • Gender: Male
  • 会いたい。
;D ampun pak, anakmu mirip bener
HANYA MENERIMA UCAPAN TERIMA KASIH DALAM BENTUK GRP
Fake friends are like shadows never around on your darkest days

Offline Sumedho

  • Kebetulan
  • Administrator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 12.406
  • Reputasi: 423
  • Gender: Male
  • not self
cetakan mentok :))
There is no place like 127.0.0.1

Offline Lex Chan

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.437
  • Reputasi: 134
  • Gender: Male
  • Love everybody, not every body...
Kalau dilihat dari isinya, memang maknanya kurang lebih sama.. salut.. ^:)^
Tapi gaya penulisannya lho, masih terasa perbedaannya. ;D

Buat yang biasa memperhatikan, pasti tahu bedanya.
Tulisan Riky tidak pakai titik, koma, spasi, dan atur paragraf, tetapi langsung main terjang.. ^-^

Sayang, tidak bisa kasih GRP sekarang.. Perlu tunggu 30 hari dulu.. _/\_
« Last Edit: 11 June 2008, 01:07:41 AM by Lex Chan »
“Give the world the best you have and you may get hurt. Give the world your best anyway”
-Mother Teresa-

Offline hudoyo

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.919
  • Reputasi: 20
:)) udah tercemar oleh bapak nih :))
;D ampun pak, anakmu mirip bener
cetakan mentok :))

Ayah mana yang tidak akan bangga ... :))


Kalau dilihat dari isinya, memang maknanya kurang lebih sama.. salut.. ^:)^
Tapi gaya penulisannya lho, masih terasa perbedaannya. ;D

Betul ... bukan hanya gaya penulisan ... tapi isinya juga masih ada bedanya ... Saya melihat, dari segi pemahaman Riky sudah kuat sekali ... :)

Namun dari segi penembusan (insight, pencerahan) ... Riky masih harus lebih banyak bermeditasi ... :) 

Maklum deh, baru seminggu bermeditasi ... :))

Teman-teman di DC ini bisa mengkaji lebih dalam diskusi saya dengan Riky selanjutnya di thread lain di DC ini ... Di situ Anda akan melihat perbedaan antara pemahaman intelektual dan penembusan/pencerahan.

Salam,
hudoyo

PS: kalau sukar menemukan posting saya di thread lain, silakan klik nama saya ... akan tampil profil saya ... lalu klik "Show last posts from this person" ... akan tampil semua posting saya di semua thread diurut dari yang paling baru ... lalu klik thread pada posting yang dikehendaki ... akan tampil posting itu dalam thread yang diinginkan ... sehingga bisa dibaca konteksnya di mana posting itu ditulis.
« Last Edit: 11 June 2008, 05:51:58 AM by hudoyo »

Offline markosprawira

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.449
  • Reputasi: 155
Melihat apa adanya ketika pada saat persepsi murni atau Terhentinya pikiran dikatakan juga terhentinya "segala sesuatu"...
Seperti kata SB sendiri,"Pikiran adalah pelopor dr segalanya...."
Maka dr itu juga dapat disimpulkan bahwa pikiran yg menimbulkan "aku",perasaan,kehendak,keinginan,dll....
Maka ketika pikiran itu terhenti( hanya ada persepsi murni tanpa pikiran)maka itu dikatakan melihat segala sesuatu apa adanya...(Karena pada saat itu juga semuanya sudah "runtuh",jika sadar sepenuhnya maka itulah NIBBANA yakni Yang Mutlak,Yg Tidak tercipta dstnya...)
Disana tidak ada lagi pikiran(kebenaran dualitas)...Tidak ada lagi keraguan ketika berbicara,tidak ada lagi kata2 yang "salah"...Tidak ada lagi yg spekulasi dlm pikiran...Tidak ada lagi "rasa" didalamnya...Tidak ada lagi "keinginan" bahkan semuanya "kosong" tidak ada namanya pencapaian...Tidak ada namanya meditasi...Tidak ada namanya jhana..Tidak ada namanya sotapanna,dstnya...
Semuanya menjadi "kosong" karena dilihat apa adanya...

Ingat pikiran itu dualitas masih ada benar dan salah....

Salam,
Riky

Dear Riky

sekedar menambahkan saja
1. bahwa pikiran dalam pengertian kesadaran tidak hanya benar/kusala atau salah/akusala, namun juga ada yang disebut KIRIYA

Kiriya atau fungsional ini terdapat pada tahapan Arahat dimana pikiran hanya berada pada tataran fisik saat itu saja, misal berjalan, makan, dsb....... mirip seperti seharusnya saat kita sedang bervipassana

berbeda dengan pikiran pada kita yang masih awam, dimana pada berjalan pun muncul lobha (misal memilih jalan yang tidak tergenang air), atau makan yang juga lobha (misal ambil ayam yang paling besar)

2. Karena itulah, pada waktu seseorang sudah bisa melihat sebagaimana apa adanya, tidak berarti pikiran/kesadarannya terhenti. Namun pada waktu itu, sudah tidak ada lagi pikiran kusala atau akusala

semoga ini bisa dimengerti yah.......... perbedaan yang sedikit namun sebenarnya cukup fatal.......

Offline hudoyo

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.919
  • Reputasi: 20
2. Karena itulah, pada waktu seseorang sudah bisa melihat sebagaimana apa adanya, tidak berarti pikiran/kesadarannya terhenti. Namun pada waktu itu, sudah tidak ada lagi pikiran kusala atau akusala
semoga ini bisa dimengerti yah.......... perbedaan yang sedikit namun sebenarnya cukup fatal.......

hehe ... mudah-mudahan penulis ini sudah melihat sendiri apa yang dikatakannya ... bukan cuma mengutip dari buku-buku Abhidhamma. ... :)

Pada batin arahat/buddha tidak ada lagi pikiran yang bersifat lokiya (duniawi) ... yang ada hanyalah pikiran lokuttara (mengatasi duniawi) ... yang dinyatakan oleh Sang Buddha sebagai 'tidak dilahirkan, tidak tercipta, tidak terbentuk, tidak terkondisi'. ...

Riky bicara tentang pikiran lokiya sepenuhnya ... ia tidak mau berteori tentang pikiran lokuttara ... yang hanya ada di buku-buku Abhidhamma ... tapi tidak dialaminya sendiri.

Mengamati pikiran lokiya inilah "tugas" seorang pemeditasi vipassana ... bukan berteori tentang pikiran lokuttara. ...

Salam,
hudoyo


« Last Edit: 11 June 2008, 10:54:51 AM by hudoyo »

Offline markosprawira

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.449
  • Reputasi: 155
Kalo ini ada sedikit ga setuju. Menurut saya, tergantung pada objek apa perasaan 'tidak mau tahu' itu muncul. Misalnya untuk hal2 tak berguna seperti gossip, tidak mau tau juga rasanya bukan tidak bermanfaat.
Kalo dalam Dvedavitaka Sutta, Buddha Gotama katakan ada Upekkha yang jika dikembangkan membawa manfaat, dan ada Upekkha yang jika dikembangkan tidak membawa manfaat.

dear bro Kainyn,

mungkin disini keterbatasan dari bahasa Indonesia yah...... "tidak mau tahu" terhadap hal2 yang tidak bermanfaat sesungguhnya berbeda dengan "tidak mau tahu" pada diskusi awal

pada konteks "tidak mau tahu hal2 yang tidak bermanfaat", faktor yang muncul di batin adalah kusala cetasika seperti hiri, ottappa, panna

sedangkan pada "tidak mau tahu alias cuek" pada diskusi awal, faktor yang muncul adalah akusala cetasika seperti yang dijelaskan oleh bro Willi

sedangkan untuk Uppekkha, kita bisa lihat ada 10 jenis Upekkha Vedana Cetasika, sebagaimana dijelaskan di http://groups.yahoo.com/group/dhammastudygroup/message/3726 :

There are 10 kinds of upekkha (indifference), namely:

1. Chalagupekkha, the tatramajjhattata-cetasika which is indifferent to the 6 arammana of the arahanta, who has eradicated all kilesa.

2. Brahmaviharupekkha, the tatramajjhattata-cetasika which is indifferent to all entities.

3. Bojjhagupekkha, the tatramajjhattata-cetasika which is one of the components that make enlightenment possible.

4. Viriyupekkha, the viriya-cetasika which is right perseverance which is not too tense nor too lax in the development of bhavana.

5. Sankharupekkha, the panna-cetasika that is indifferent when the realization of the tilakkhana of the sankhara-dhamma.

6. Vedanupekkha, the vedana-cetasika that does not feel unhappy or happy.

7. Vipassanupekkha, the panna-cetasika that is neutral in the consideration of the arammana that arises from causes and conditions.

8. Tatramajjhattatupekkha, the tatramajjhattata-cetasika that is neutral, not biased or partial.

9. Jhanupekkha, the tatramajjhattata-cetasika in the jhana which attenuates the preoccupation by other dhamma which renders the peaceless steadfast. This intends especially the tatiyajjhana (from the perspective of the 4 rupa-jhana), which has abandoned piti.

10. Parisuddhupekkha, the tatramajjhattata-cetasika in the catutthajjhana (from the perspective of the 4 rupa-jhana), which is completely peaceful and cleansed from all adversaries, without any further function to abandon the elements of jhana.


Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
tesla,

Quote
saya justru berpendapat sebaliknya, bahwa metta, karuna & mudita yg murni selalu dilandasi dg upekkha.
Kalo bagi saya, bukan dilandasi atau tidak, tetapi memang hal yang berbeda. Metta, karuna & mudita yang murni tidak dilandasi dengan kemelekatan (menjadi melekat dengan kebahagiaan orang lain, atau menjadi menderita karena penderitaan orang lain, ataupun menjadi tidak suka dengan suatu keadaan), tetapi tetap berbeda dengan upekkha. Sekali lagi, itu hanya pendapat doang sih  :)

Offline markosprawira

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.449
  • Reputasi: 155
2. Karena itulah, pada waktu seseorang sudah bisa melihat sebagaimana apa adanya, tidak berarti pikiran/kesadarannya terhenti. Namun pada waktu itu, sudah tidak ada lagi pikiran kusala atau akusala
semoga ini bisa dimengerti yah.......... perbedaan yang sedikit namun sebenarnya cukup fatal.......

hehe ... mudah-mudahan penulis ini sudah melihat sendiri apa yang dikatakannya ... bukan cuma mengutip dari buku-buku Abhidhamma. ... :)

Pada batin arahat/buddha tidak ada lagi pikiran yang bersifat lokiya (duniawi) ... yang ada hanyalah pikiran lokuttara (mengatasi duniawi) ... yang dinyatakan oleh Sang Buddha sebagai 'tidak dilahirkan, tidak tercipta, tidak terbentuk, tidak terkondisi'. ...

Riky bicara tentang pikiran lokiya sepenuhnya ... ia tidak mau berteori tentang pikiran lokuttara ... yang hanya ada di buku-buku Abhidhamma ... tapi tidak dialaminya sendiri.

Mengamati pikiran lokiya inilah "tugas" seorang pemeditasi vipassana ... bukan berteori tentang pikiran lokuttara. ...

Salam,
hudoyo

dear pak hudoyo,

saya sih jujur aja bahwa itu semua masih dalam tataran teoritis...... disini saya hanya menjelaskan agar tidak terjadi salah persepsi di pembaca yang awam, bahwa setelah mencapai Arahat, lalu pikiran terhenti..... sudah jelas ini konsep yang sangat salah.

Jadi mohon untuk tidak dialihkan ke seolah saya sudah melihat sendiri apa yang dikatakannya

Pun saya tidak berteori mengenai pikiran lokutara. Apakah jika memberikan masukan kepada Riky mengenai adanya kesadaran lain selain kusala dan akusala, yang berupa KIRIYA, lalu itu dianggap berteori mengenai pikiran lokutara????

Saya rasa diskusi abhidhamma seperti cetasika, jenis kesadaran adalah sesuatu yang sangat umum dilakukan yah........
« Last Edit: 11 June 2008, 11:34:47 AM by markosprawira »

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Riky_dave,

Quote
Bagaikan seorg yg menerka2 rasa sebuah apel yg tidak pernah dia coba...
Hanya bisa berspekulasi rasa apel,"Apel itu manis?","Apel itu asam?","Apel itu Asin?","Apel itu pahit?","Dari mana asal apel itu?","Bagaimana rasanya bisa Manis?","Bagaimana rasanya bisa Asam?dstnya...."
Jika benar2 "ingin" tau rasa "apel" maka "cicipilah" apel tsb...Bukan hanya dengan berspekulasi...
Ingat pikiran itu dualitas masih ada benar dan salah....Jadi jika anda hanya terus berspekulasi tentang rasa "apel" itu dan pada akhirnya anda hanya menuju "kehancuran","ketidaktahuan","kebodohan" yg mungkin bisa membuat anda "gila"(Coz tidak tahu jawabannya sih...Wong tiap org bilang beda...A bilang Manis...B bilang Asam...C bilang Asin...D bilang Pahit...Hayo??Masih mau berspekulasi terhadap hal yg hampir dikatakan "bodoh" itu???Mending langsung "cicipi" aja...Ehipassiko gitu lo....)

Memang spekulasi yang terlalu jauh adalah tidak ada gunanya. Tetapi kadang sebelum kita mengalaminya, kita juga 'mengira-ngira'. Bukan untuk jadi spekulan, tetapi untuk tujuan pembelajaran juga. Misalnya dulu orang berteori tentang pergi ke bulan, mereka menghitung2 fisika pesawat, hitung2an gravitasi dan sebagainya. Setelah hitung2an-nya secara teori itu benar, baru diaplikasikan. Mungkin ada faktor yang kurang, lalu dijadikan pembelajaran. Jadi bukan menghina 'teori fisika', lalu bikin pesawat seenaknya, dan coba sampai berhasil. Nantinya akan buang2 waktu dan tenaga.

Yang ke dua tentang 'mengira-ngira', adalah supaya kita tidak mengulang kesalahan yang dilakukan oleh orang lain. Misalnya ada yang katakan bahwa konsumsi vitamin A berlebihan bisa menjadi racun bagi tubuh, lalu kita bilang "ah itu mah cuma teori. Saya tidak percaya sebelum mengalaminya", lalu betulan konsumsi vitamin A berlebihan. Saya pikir ketimbang dibilang 'non teoritis', perilaku itu lebih tepat 'kurang bijaksana'. Ada baiknya mendengar pendapat orang lain, tetapi tidak perlu dipegang sebagai kebenaran mutlak saja sebelum membuktikannya sendiri, dan selalu terbuka bahwa kadang diri sendiri juga bisa salah.