Terima kasih, Rekan Tesla, buat rujukan Khajjaniya-sutta.
Tampaknya memang begitu, sekalipun sutta itu tidak bertujuan membahas kehidupan lampau, tetapi di situ ada pernyataan bahwa mereka yang melihat kehidupan lampau bisa melakukannya melalui past life regression, tanpa harus lewat abhinna. ... Mungkin pada abhinna, hal itu terjadi langsung; sedang dalam sutta ini, harus ditelusuri dulu. ...
Tetapi masalahnya adsalah,
apakah melihat kehidupan lampau itu perlu untuk melihat paticca-samuppada? menurut saya pribadi paticca-samupadda bukanlah proses 3 kehidupan...
Menurut Anda begitu, dan saya setuju ...
Tetapi, apakah yang diajarkan turun-temurun di kalangan umat Buddha? ... Cobalah tanya pada guru agama Buddha di SMU, atau pada anak-anak SMU yang belajar paticca-samuppada.
Mereka diajari paticca-samuppada menurut
tafsiran "3 kehidupan", seperti pernah saya buatkan skemanya di atas.
Kalau itu yang diajarkan, secara logis tentu
untuk melihat 'avijja' dan 'sankhara' orang harus bisa melihat kehidupan lampau. ... Itu pula yang dikatakan oleh
Pa-Auk Sayadaw dalam posting pertama dari thread ini.
Tetapi ada tafsiran lain dari paticca-samuppada, yakni
tafsiran "akalika", yang dikemukakan oleh
Ajahn Buddhadasa Mahathera dll. ... Menurut tafsiran itu, ke-12 nidana dari paticca-samuppada bisa dan
harus dilihat pada saat kini, dari saat ke saat. ... Jadi kita harus bisa melihat misalnya, "lahir" (jati) dan "usia tua, mati" (jara-marana) terjadi
pada saat kini, pada
nama-rupa kita.
Saya lebih cocok dengan tafsiran "akalika" ini daripada dengan skema "3 kehidupan" dari tafsiran tradisional.
Salam,
hudoyo