//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: PA-AUK SAYADAW: Untuk mencapai Nibbana harus mampu melihat kehidupan lampau?  (Read 30953 times)

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Offline hudoyo

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.919
  • Reputasi: 20
Yang berikut ini saya baca dalam buku Pak-Auk Sayadaw:

Quote
"The splendour, radiance, light, brilliance and brightness of wisdom that you have developed [dengan konsentrasi seperti diuraikan terdahulu/hh] enables you to go back along the line of successive mentality-materiality from the present to the moment of your rebirth in this life, to the moment of your death in your past life, and further back in the same way to as many lives as you can discern, and then also look into the future, to the time of your own Parinibbāna. ...

Without seeing past lives and future lives it is impossible for you to understand dependent origination as it really is: to know and see how past causes have given results in the present, and present causes will give results in the future, and how the cessation of the causes gives the cessation of the results. And without knowing and seeing dependent origination, it is impossible to know and see the Noble Truth of the Origin of Suffering as it really is. ...
"

Betulkah ini? Betulkah untuk bisa MELIHAT/MENEMBUS Paticcasamuppada--dan dengan demikian untuk mencapai nibbana--orang harus memiliki abhinna untuk melihat kehidupannya di masa lampau dan masa depan?
Adakah arahat yang tidak memiliki abhinna itu?

Lalu argumentasi itu dihubungkan dengan kutipan dari Visuddhimagga:

Quote
"It is explained in the Visuddhi Magga:

There is no one, even in a dream, who has got out of the fearful round of rebirths, which is ever destroying like a thunderbolt, unless he has severed with the knife of knowledge well whetted on the stone of sublime concentration, this Wheel of Becoming, which offers no footing owing to its great profundity, and is hard to get by owing to the maze of many methods.

And this has been said by the Blessed One:
'This dependent origination is profound, Ānanda, and profound it appears. And, Ānanda, it is through not understanding, through not penetrating it, that this generation has become a tangled skein, a knotted ball of thread, matted as the roots in a bed of reeds, and finds no way out of the round of rebirths, with its states of loss, unhappy destinations… perdition.' (Maha-nidana Sutta, DN 15)"

(Pa-Auk Sayadaw, "Knowing and Seeing", Revised Edition, halaman 30-31)

Sepertinya kutipan Visuddhimagga itu kok tidak nyambung dengan argumentasi di atasnya, ya. ...

Salam,
hudoyo



Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Pak Hudoyo,

Quote
Betulkah ini? Betulkah untuk bisa MELIHAT/MENEMBUS Paticcasamuppada--dan dengan demikian untuk mencapai nibbana--orang harus memiliki abhinna untuk melihat kehidupannya di masa lampau dan masa depan?
Adakah arahat yang tidak memiliki abhinna itu?

Kalo kembali pada Tipitaka yang sudah saya baca, ketika seseorang mencapai Arahatta, ada yang disertai dengan Patisambidha (kemampuan analitis), ada yang dengan Tevijja (3 pengetahuan: mata dewa, kehidupan lampau, pengikisan noda bathin), ada yang dengan chalabhinna (6 kemampuan bathin) dan ada yang tidak memiliki patisambidha maupun abhinna apapun. Sayang saya lupa istilahnya dan referensi suttanya.


Menurut saya, pencapaian nibbana tidak selalu harus dengan menembus paticca samuppada, tetapi dengan melenyapkan lobha-dosa-moha. Bahkan lebih jauh menurut saya, ketika orang mencapai arahatta, baru namanya BENAR-BENAR MENEMBUS paticca samuppada, dan karena mengetahui hal itulah maka mereka dapat mengatakan "perputaran di samsara telah berakhir".

Paticca samuppada ini 'kan tidak selalu dilihat dari kehidupan dan kematian fisik, tetapi lebih pada proses perubahan 'mental' yang begitu banyak dan begitu cepat. Oleh sebab itu, para Arahat juga tidak perlu mati (=parinibbana) dulu untuk mengetahui bahwa perputarannya dalam samsara telah berakhir, tetapi sesaat ketika lobha-dosa-moha itu sendiri telah dicabut sampai ke akarnya.

Kalo dalam kaitannya dengan Maha-Nidana Sutta, saya tidak melihat ada kemampuan pubbenivasanusati nana disebutkan di sana.





Offline Sumedho

  • Kebetulan
  • Administrator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 12.406
  • Reputasi: 423
  • Gender: Male
  • not self
kalau dibalik, apakah setiap orang yg melihat kehidupan lampau itu mengerti paticcasamuppada ? IMO sih tidak.

Kalau bisa melihat masa lampau, palingan membuktikan bahwa ooh kamma does exist bukan paticcasamuppada. Perlu lebih "dalam" lagi untuk melihat tanha/kemelekatan yang menyebabkan kelahiran kembali bukan sekadar melihat kehidupan lampau.
There is no place like 127.0.0.1

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Sumedho,

Ya, itu dia. Kalo dilihat dari sutta, yang bisa melihat kehidupan lampau 'kan bukan hanya pengikut Buddha saja, tetapi banyak sekali pertapa dari aliran lain yang mampu melihat kehidupan lampau sampai jauh sekali. Lalu apa hasilnya?
Pandangan 'salah' eternalis, semi eternalis, dan tanpa-sebab. Jadi sama sekali bukan jaminan tentunya.



Offline Kelana

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.225
  • Reputasi: 142
IMO, untuk menembus paticca samuppada kita tidak wajib mengetahui masa depan maupun masa lalu dalam arti melihat kelahiran sebelum dan sesudah. Lagi pula apalah artinya masa depan dan masa lalu itu ketika satu detik yang akan datang dari sekarang adalah masa depan dan satu detik sebelum sekarang adalah masa lalu. Saya melihat bahwa sekarang pun kita mengalami proses paticca samuppada dalam skala kecil.
GKBU
 
_/\_ suvatthi hotu


- finire -

Offline Sunkmanitu Tanka Ob'waci

  • Sebelumnya: Karuna, Wolverine, gachapin
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 5.806
  • Reputasi: 239
  • Gender: Male
  • 会いたい。
Apakah ada hubungannya dengan 16 nyana yang konon muncul dalam vipassana?

(ditulis konon biar gak dibilang teori lagi)
HANYA MENERIMA UCAPAN TERIMA KASIH DALAM BENTUK GRP
Fake friends are like shadows never around on your darkest days

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
karuna_murti,

Rasanya nyana dalam vipassana tidak berurusan dengan abhinna (yang hubungannya adalah dengan samatha).

Kenapa takut dibilang teori? Sebetulnya sebelum merealisasikan sendiri (alias udah Arahat), emang semua masih teori kok. Hanya saja, tidak perlu memegang teori tersebut sebagai yang paling benar.

Offline hudoyo

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.919
  • Reputasi: 20
Apa di forum ini ada murid Pa-Auk Sayadaw? :)

Kalau ada, silakan ikut berdiskusi.

Salam,
Hudoyo
« Last Edit: 24 May 2008, 02:56:57 PM by hudoyo »

Offline hudoyo

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.919
  • Reputasi: 20
Menurut saya, pencapaian nibbana tidak selalu harus dengan menembus paticca samuppada, tetapi dengan melenyapkan lobha-dosa-moha.

Menurut hemat saya, pencapaian nibbana SELALU disertai penembusan paticca-samuppada.

Sang Buddha bilang: "Barang siapa melihat paticca-samuppada, ia melihat Dhamma; barang siapa melihat Dhamma, ia melihat paticca-samuppada."

Salam,
hudoyo

Offline Sunkmanitu Tanka Ob'waci

  • Sebelumnya: Karuna, Wolverine, gachapin
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 5.806
  • Reputasi: 239
  • Gender: Male
  • 会いたい。
Saya pernah mengikuti retreat meditasi Metta Bhavana di bawah bimbingan Sayalay Dipankara.
Waktu itu yang saya tangkap adalah timbul dan lenyapnya makhluk, salah satunya adalah tumimbal lahir.
HANYA MENERIMA UCAPAN TERIMA KASIH DALAM BENTUK GRP
Fake friends are like shadows never around on your darkest days

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Pak Hudoyo,

Menurut saya, pencapaian nibbana tidak selalu harus dengan menembus paticca samuppada, tetapi dengan melenyapkan lobha-dosa-moha.

Menurut hemat saya, pencapaian nibbana SELALU disertai penembusan paticca-samuppada.

Sang Buddha bilang: "Barang siapa melihat paticca-samuppada, ia melihat Dhamma; barang siapa melihat Dhamma, ia melihat paticca-samuppada."

Salam,
hudoyo

Menurut pendapat saya adalah, yang telah menjadi Arahat, pasti telah menembus paticca samuppada (yang saya katakan bahwa karena sudah menembusnya, mereka tahu kelahiran mereka telah berakhir). Tetapi tidak semua orang mencapai Arahat dengan cara menembus paticca Samuppada, mungkin melihat dhamma melalui 'objek' lain. Tapi tidak tahu juga sih kalo objeknya selalu terkait dengan paticca samuppada. Mungkin tidak secara paticca samuppada sistematik dari avijja sampai jara-marana, tetapi melihat semuanya adalah sebab akibat yang saling bergantung.
Barangkali demikian :)


Offline hudoyo

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.919
  • Reputasi: 20
IMO, untuk menembus paticca samuppada kita tidak wajib mengetahui masa depan maupun masa lalu dalam arti melihat kelahiran sebelum dan sesudah. Lagi pula apalah artinya masa depan dan masa lalu itu ketika satu detik yang akan datang dari sekarang adalah masa depan dan satu detik sebelum sekarang adalah masa lalu. Saya melihat bahwa sekarang pun kita mengalami proses paticca samuppada dalam skala kecil.

Ini menarik. ... Saya setuju dengan ini. ...

Dari sini timbul permasalahan: Jadi, kalau untuk menembus paticca-samuppada tidak perlu mengetahui kehidupan masa lampau dan masa depan, maka pelajaran paticca-samuppada yang kita terima secara tradisional dari para bhante itu tidak lebih dari pengetahuan analitis, pengetahuan intelektual, bukan penembusan sama sekali?? ...

Pelajaran paticca-samuppada secara tradisional mengajarkan bahwa paticca-samuppada menjelaskan hubungan antara tiga kehidupan: masa lampau (avijja, sankhara), masa kini (vinnana, nama-rupa, salayatana, phassa, vedana, tanha, upadana, bhava), dan masa depan (jati, jara-marana).

Kalau paham seperti ini benar, maka implikasinya untuk menembus paticca-samuppada orang harus mampu melihat ke masa lampau dan ke masa depan, sebagaimana dinyatakan oleh Pa-Auk Sayadaw, seorang Master jhana.

Dan ini sudah diajarkan turun-temurun di kalangan umat Buddha Theravada.

Baru pada abad ke-20 M muncul sanggahan dari beberapa bhikkhu. Mula-mula dari alm. Nanavira Thera, seorang bhikkhu yang tinggal menyendiri untuk bermeditasi. Lalu, tidak tanggung-tanggung, dari Ajahn Buddhadasa Mahathera, seorang Guru vipassana bertaraf internasional. Dua-duanya adalah bhikkhu meditasi. Malah alm. Nanavira Thera, dalam salah satu surat anumertanya, menyatakan sudah terbuka "Dhammacakkhu"-nya (menjadi Sotapanna).

Kedua bhikkhu itu menyatakan bahwa kedua belas nidana dari paticca-samuppada akan terlihat--bukan secara linear--melainkan secara serentak, saling bergantungan, pada saat kini.

Mereka menekankan salah satu sifat Dhamma, yaitu 'akaliko'. Dalam buku-buku paritta, 'akaliko' diterjemahkan sebagai "tidak lapuk oleh waktu, abadi". Padahal arti sebenarnya dari 'akaliko' adalah "tanpa waktu" (a-kala), time-less. Artinya tidak ada masa lampau dan masa depan, yang ada adalah nidana-nidana yang berproses serentak dan saling-bergantungan pada saat kini.

Di dalam retret MMD, diskusi tentang 'waktu' merupakan diskusi yang penting. Dalam keheningan mendalam, di mana pikiran & si aku berhenti, pemeditasi berada pada saat kini terus-menerus, tidak ada masa lampau, tidak ada masa depan.

NB: Salah seorang bhikkhu yang terang-terangan menentang pemahaman 'akaliko' dari paticca-samuppada ini adalah Ajahn Brahmavamso, seorang Master jhana. ;D

Salam,
hudoyo




Offline Sunkmanitu Tanka Ob'waci

  • Sebelumnya: Karuna, Wolverine, gachapin
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 5.806
  • Reputasi: 239
  • Gender: Male
  • 会いたい。
Quote
maka pelajaran paticca-samuppada yang kita terima secara tradisional dari para bhante itu tidak lebih dari pengetahuan analitis, pengetahuan intelektual, bukan penembusan sama sekali??
Bukankah ada penembusan dengan pengetahuan analitis, analyctic insight (tapi bukan intelektual) ?
HANYA MENERIMA UCAPAN TERIMA KASIH DALAM BENTUK GRP
Fake friends are like shadows never around on your darkest days

Offline hudoyo

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.919
  • Reputasi: 20
Pak Hudoyo,

Menurut pendapat saya adalah, yang telah menjadi Arahat, pasti telah menembus paticca samuppada (yang saya katakan bahwa karena sudah menembusnya, mereka tahu kelahiran mereka telah berakhir). Tetapi tidak semua orang mencapai Arahat dengan cara menembus paticca Samuppada, mungkin melihat dhamma melalui 'objek' lain. Tapi tidak tahu juga sih kalo objeknya selalu terkait dengan paticca samuppada. Mungkin tidak secara paticca samuppada sistematik dari avijja sampai jara-marana, tetapi melihat semuanya adalah sebab akibat yang saling bergantung.
Barangkali demikian :)

Saya ulangi, Sang Buddha bersabda: "Barang siapa melihat paticca-samuppada, ia melihat Dhamma; barang siapa melihat Dhamma, ia melihat paticca-samuppada."

Jadi Dhamma Sang Buddha itu IDENTIK dengan paticca-samuppada. Memang intisari paticca-samuppada itu bukan pada 12 nidana. Malah ada sutta-sutta di mana paticca-samuppada berisi urutan & jumlah nidana yang berbeda dari yang lazim.

Intisari paticca-samuppada terkandung dalam gatha ini:

"Imasming Sati Idang Hoti
Imassuppada Idang Uppajjati
Imasming Asati Idang Na Hoti
Imassa Nirodha Idang Nirujjati."


Dengan adanya ini, maka terjadilah itu.
Dengan timbulnya ini, maka timbullah itu.
Dengan tidak adanya ini, maka tidak ada itu.
Dengan berakhirnya ini, maka berakhirlah itu.

salam,
Hudoyo

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Pak Hudoyo,

Quote
Saya ulangi, Sang Buddha bersabda: "Barang siapa melihat paticca-samuppada, ia melihat Dhamma; barang siapa melihat Dhamma, ia melihat paticca-samuppada."

Jadi Dhamma Sang Buddha itu IDENTIK dengan paticca-samuppada. Memang intisari paticca-samuppada itu bukan pada 12 nidana. Malah ada sutta-sutta di mana paticca-samuppada berisi urutan & jumlah nidana yang berbeda dari yang lazim.

Intisari paticca-samuppada terkandung dalam gatha ini:

"Imasming Sati Idang Hoti
Imassuppada Idang Uppajjati
Imasming Asati Idang Na Hoti
Imassa Nirodha Idang Nirujjati."

Dengan adanya ini, maka terjadilah itu.
Dengan timbulnya ini, maka timbullah itu.
Dengan tidak adanya ini, maka tidak ada itu.
Dengan berakhirnya ini, maka berakhirlah itu.



Oh, kalo maksudnya seperti itu, saya setuju. Tadinya saya pikir harus rumusan paticca samuppada yang 12 itu.  ;D

Quote
Mungkin tidak secara paticca samuppada sistematik dari avijja sampai jara-marana, tetapi melihat semuanya adalah sebab akibat yang saling bergantung.