Dearest Bros & Sis,
... ... ... dikisahkan bahwa pada saat para bhikku melatih meditasi jalan dan menginjak binatang2 kecil ditanah, hal penginjakan binatang kecil ditanah tsb disebut sebagai "berada diluar karmic effect" (!!!) yang tidak akan menghasilkan buah karma buruk (!!!).
pertanyaan:
jika demikian, tentunya juga ada tindakan yang walaupun "baik" namun tidak akan membuahkan buah karma baik bukan (???), krn berada diluar karmic effect (!!!).
ika.
Kalau sudah tidak ada lagi cetana (kehendak), jadi tidak lagi berbuat atas kehendak baik atau kehendak buruk...
Dearest Bros & Sis,
... ... ... dikisahkan bahwa pada saat para bhikku melatih meditasi jalan dan menginjak binatang2 kecil ditanah, hal penginjakan binatang kecil ditanah tsb disebut sebagai "berada diluar karmic effect" (!!!) yang tidak akan menghasilkan buah karma buruk (!!!).
pertanyaan:
jika demikian, tentunya juga ada tindakan yang walaupun "baik" namun tidak akan membuahkan buah karma baik bukan (???), krn berada diluar karmic effect (!!!).
ika.
Sepertinya memang mending nunggu IP kesini lagi.
Soalnya yang sudah2 jawaban rekan2 koq tidak ditanggapi :)
Sepertinya memang mending nunggu IP kesini lagi.
Soalnya yang sudah2 jawaban rekan2 koq tidak ditanggapi :)
Kayaknya tidak akan bakal ditanggapi deh ama bro IP...hehe
Kalau sudah tidak ada lagi cetana (kehendak), jadi tidak lagi berbuat atas kehendak baik atau kehendak buruk...
"Spontanitas" ! yang mana tidak lagi mengharapkan/memusingkan atas apapun yang "diterimanya" dikemudian hari.
Dearest Bros & Sis,
... ... ... dikisahkan bahwa pada saat para bhikku melatih meditasi jalan dan menginjak binatang2 kecil ditanah, hal penginjakan binatang kecil ditanah tsb disebut sebagai "berada diluar karmic effect" (!!!) yang tidak akan menghasilkan buah karma buruk (!!!).
pertanyaan:
jika demikian, tentunya juga ada tindakan yang walaupun "baik" namun tidak akan membuahkan buah karma baik bukan (???), krn berada diluar karmic effect (!!!).
ika.
bro Ika ajarin Kundalini donk
Kalau sudah tidak ada lagi cetana (kehendak), jadi tidak lagi berbuat atas kehendak baik atau kehendak buruk...
"Spontanitas" ! yang mana tidak lagi mengharapkan/memusingkan atas apapun yang "diterimanya" dikemudian hari.
jika demikian, tentunya juga ada tindakan yang walaupun "baik" namun tidak akan membuahkan buah karma baik bukan (Huh?), krn berada diluar karmic effect (!!!).
spontan tapi bukan berarti tanpa cetana loh. Banyak yg bertindak (dengan cetana) tapi spontan koq. Ada yg membunuh, ada yg menolong dstKalau sudah tidak ada lagi cetana (kehendak), jadi tidak lagi berbuat atas kehendak baik atau kehendak buruk...
"Spontanitas" ! yang mana tidak lagi mengharapkan/memusingkan atas apapun yang "diterimanya" dikemudian hari.
Kalau sudah tidak ada lagi cetana (kehendak), jadi tidak lagi berbuat atas kehendak baik atau kehendak buruk...
"Spontanitas" ! yang mana tidak lagi mengharapkan/memusingkan atas apapun yang "diterimanya" dikemudian hari.
Dearest Bros & Sis,karmic effect itu maksudnya apa?
... ... ... dikisahkan bahwa pada saat para bhikku melatih meditasi jalan dan menginjak binatang2 kecil ditanah, hal penginjakan binatang kecil ditanah tsb disebut sebagai "berada diluar karmic effect" (!!!) yang tidak akan menghasilkan buah karma buruk (!!!).
pertanyaan:segala tindakan yg tidak berdasarkan atas keserakahan, kebencian & kegelapan bathin tidak lagi menghasilkan karma. sedangkan tindakan yg masih berdasarkan keserakahan, kebencian & kegelapan bathin, walaupun tindakan tersebut dapat dikategorikan baik, tetap saja akan menghasilkan karma.
jika demikian, tentunya juga ada tindakan yang walaupun "baik" namun tidak akan membuahkan buah karma baik bukan (???), krn berada diluar karmic effect (!!!).
ika.
Dearest Bros & Sis,
... ... ... dikisahkan bahwa pada saat para bhikku melatih meditasi jalan dan menginjak binatang2 kecil ditanah, hal penginjakan binatang kecil ditanah tsb disebut sebagai "berada diluar karmic effect" (!!!) yang tidak akan menghasilkan buah karma buruk (!!!).
pertanyaan:
jika demikian, tentunya juga ada tindakan yang walaupun "baik" namun tidak akan membuahkan buah karma baik bukan (???), krn berada diluar karmic effect (!!!).
ika.
Dearest Bros & Sis,
... ... ... dikisahkan bahwa pada saat para bhikku melatih meditasi jalan dan menginjak binatang2 kecil ditanah, hal penginjakan binatang kecil ditanah tsb disebut sebagai "berada diluar karmic effect" (!!!) yang tidak akan menghasilkan buah karma buruk (!!!).
pertanyaan:
jika demikian, tentunya juga ada tindakan yang walaupun "baik" namun tidak akan membuahkan buah karma baik bukan (???), krn berada diluar karmic effect (!!!).
ika.
segala tindakan yg tidak berdasarkan atas keserakahan, kebencian & kegelapan bathin tidak lagi menghasilkan karma. sedangkan tindakan yg masih berdasarkan keserakahan, kebencian & kegelapan bathin, walaupun tindakan tersebut dapat dikategorikan baik, tetap saja akan menghasilkan karma.
segala tindakan yg tidak berdasarkan atas keserakahan, kebencian & kegelapan bathin tidak lagi menghasilkan karma. delete...
segala tindakan yg tidak berdasarkan atas keserakahan, kebencian & kegelapan bathin tidak lagi menghasilkan karma. delete...
Maksudnya apa ini?
Kalo Kusala kamma kan tidak berdasarkan atas LDM lho dan hasilnya jg kusala (tanpa LDM).
_/\_ :lotus:
segala tindakan yg tidak berdasarkan atas keserakahan, kebencian & kegelapan bathin tidak lagi menghasilkan karma. delete...
Maksudnya apa ini?
Kalo Kusala kamma kan tidak berdasarkan atas LDM lho dan hasilnya jg kusala (tanpa LDM).
_/\_ :lotus:
kalau ditinjau dari sudut abhidhamma, tindakan yg bebas dari LDM, dikategorikan kusala & ada 2 macam, yaitu yg menghasilkan karma & tidak menghasilkan karma.
yg tidak menghasilkan karma (cmiiw) hanya dapat dilakukan oleh para arahat.
namun dari cuplikan yg saya paste sebelumnya, yg bebas dari LDM tidak lagi menghasilkan karma lagi. itu saja... yg ber-karma adalah tindakan yg berakar pada LDM, baik ataupun buruk.
ini saya ulang:
Ada tiga sumber asal dari tindakan seseorang.
Apa yang tiga itu?
Keserakahan, kebencian dan kegelapan batin.
Setiap tindakan yang dilahirkan, berasal dan timbul dari
keserakahan, kebencian dan kegelapan batin
akan berbuah,
dimanapun dia terlahir kembali;
dimanapun tindakan itu berbuah,
dia akan mengalami hasilnya,
pada kehidupan ini ataupun dikehidupan mendatang.,
Ada tiga sumber asal dari tindakan seseorang.
Apa yang tiga itu?
Bebas dari keserakahan, kebencian dan kegelapan batin.
Setiap tindakan yang dilahirkan, berasal dan timbul dari
keadaan terbebas dari keserakahan, kebencian dan kegelapan batin
oleh karena keserakahan, kebencian dan kegelapan batin tiada lagi
kamma terhenti, terpotong pada akarnya,
seperti sisa potongan pohon palma yang tak dapat tumbuh lagi di kemudian hari.
dear markosprawira,
saya sih tidak tahu jg mana yg benar & mana yg mungkin tidak benar.
kutipan tsb adalah kutipan oleh Venerable S. Dhammika yg diclaim adalah 'kata Buddha'.
referensi suttanya jg saya tidak telusuri ;)
ke2 teori di atas, terlepas dari apakah perbuatan baik adalah berasal dari LDM ataupun bukan.
secara prakteknya, kita tetap saja melaksanakannya sesuai ajaran Buddha:
memperbanyak kebaikan
kurangin kejahatan
& sucikan pikiran
bukankah ini ajaran para Buddha? ;)
utk itu pembahasan apakah perbuatan baik itu berasal dari LDM atau aLaDaM, kita tunda saja setelah kita melaksanakan ajaran Buddha. (setelah pikiran kita telah suci)
_/\_
memperbanyak kebaikan
kurangin kejahatan
utk itu pembahasan apakah perbuatan baik itu berasal dari LDM atau aLaDaM,
Panna/kebijaksanaan terdiri dari 3 yaitu :
1. suttamayapanna : kebijaksanaan yg didapat dari bnyk membaca, berdiskusi dengan guru2
2. cintamayapanna : kebijaksanaan yg didapat dari mempraktekkan
3. bhavanamayapanna : kebijaksanaan yg didapat dari perenungan
Jadi jelas panna itu dapat dicapai dengan sekaligus melaksanakan membaca sutta, praktek serta melaksanakan bhavana, yg kesemuanya akan kembali saling mendukung perkembangan panna lainnya
jika hanya baca saja tanpa praktek, akan membuat seorang menjadi arogan, pintar debat tapi batinnya tidak berkembang
jika praktek tanpa teori, membuat orang ga tau mana kusala dan mana yg akusala
jika kusala dan akusala saja masih tidak jelas, tidak jelas apa yg akan direnungkan
Itu kenapa ketiga hal diatas sangat penting utk dilaksanakan sekaligus, agar dapat saling menopang pencapaian kebijaksanaan secara keseluruhan
semoga bisa bermanfaat bagi kita semua yah _/\_
dear tesla,
Maaf yah, hanya saja saya ngerasa makin aneh.........
Pertama anda menyebutkan :Quotememperbanyak kebaikan
kurangin kejahatan
tapi di bawahnya anda sebut :Quoteutk itu pembahasan apakah perbuatan baik itu berasal dari LDM atau aLaDaM,
lalu darimana anda tahu bhw yg anda praktekkan itu kusala atau akusala, jika LDM atau aLaDaM saja tidak dijelaskan dari awal?
Justru disinilah pentingnya kita tahu, mana yg kusala dan mana yg akusala sehingga kita bisa mencapai kesuciansaya tahu mana faktor batin yg kusala berdasarkan pengetahuan abhidhamma...
Orang yg ingin praktek, bukan dengan melepas semua teori, melainkan kemelekatan itulah yg seyogyanya dilepasketika seseorang sudah melepas kemelekatannya, apakah masih penting hal yg dulu dilekatinya atau tidak?
...ya, sependapat
jika hanya baca saja tanpa praktek, akan membuat seorang menjadi arogan, pintar debat tapi batinnya tidak berkembang
jika praktek tanpa teori, membuat orang ga tau mana kusala dan mana yg akusalakusala atau akusala...
jika kusala dan akusala saja masih tidak jelas, tidak jelas apa yg akan direnungkan
semoga bisa bermanfaat bagi kita semua yah _/\__/\_
Apakah yang tiga itu? Tanpa-keserakahan, tanpa-kebencian, tanpa-kebodohan-batin.
Jika suatu tindakan dilakukan dengan tanpa-keserakahan, terlahir dari tanpa-keserakahan, disebabkan oleh tanpa-keserakahan, muncul dari tanpa-keserakahan... Jika suatu tindakan dilakukan dengan tanpa-kebencian... Jika suatu tindakan dilakukan dengan tanpa-kebodohan-batin, terlahir dari tanpa-kebodohan-batin, disebabkan oleh tanpa-kebodohan- batin, muncul dari tanpa-kebodohan-batin, begitu keserakahan, kebencian dan kebodohan batin lenyap maka tindakan itu ditinggalkan, terpotong di akarnya, dibuat gersang seperti tunggul pohon palma, terhapus sehingga tidak lagi bisa muncul di masa depan.14
Para bhikkhu, sama seperti benih-benih yang tidak rusak, tidak busuk, tidak lapuk karena angin dan matahari, yang mampu tumbuh dan ditaruh di ladang yang subur: jika seseorang membakarnya sehingga menjadi abu, kemudian menampi abu itu di angin yang kencang atau membiarkannya terbawa arus yang mengalir deras, maka benih-benih itu akan langsung hancur, lenyap sepenuhnya, dibuat tak mampu bertunas dan tidak lagi bisa muncul di masa depan.15
Demikian pula, para bhikkhu, tindakan yang dilakukan di dalam tanpa-keserakahan, tanpa-kebencian, tanpa-kebodohan-batin. Begitu keserakahan, kebencian dan kebodohan batin telah lenyap, tindakan tindakan ini ditinggalkan, terpotong di akarnya, dibuat gersang seperti tunggul pohon palma, terhapus sehingga tidak lagi bisa muncul di masa depan.
dear tesla,
Maaf yah, hanya saja saya ngerasa makin aneh.........
Pertama anda menyebutkan :Quotememperbanyak kebaikan
kurangin kejahatan
tapi di bawahnya anda sebut :Quoteutk itu pembahasan apakah perbuatan baik itu berasal dari LDM atau aLaDaM,
lalu darimana anda tahu bhw yg anda praktekkan itu kusala atau akusala, jika LDM atau aLaDaM saja tidak dijelaskan dari awal?
dear markos,
kita bedah dulu yah... pertama, saya lihat Anda mencampur kebaikan & kejahatan dgn kusala & akusala. bagi saya itu 2 hal yg berbeda... kebaikan & kejahatan berbeda dg kusala, bermanfaat (bagi perkembangan batin) & akusala.
bagi saya, saya setuju dg ven. s. dhammika, bahwa perbuatan baik pun bila ditelusuri didasari oleh LDM...
nah, apakah perbuatan baik itu akusala atau kusala? menurut saya, tindakan yg didasari LDM, tetap akan menghasilkan karma, tidak membawa pada terputusnya kelahiran. apakah bermanfaat atau tidak? bisa bermanfaat bisa jg tidak.
demikian jg halnya dg perbuatan jahat. bisa bermanfaat, bisa juga tidak.
murid Buddha tidak semua orang baik, tidak sedikit yg jahat.
kedua, Anda berpendapat bahwa utk melakukan suatu perbuatan baik (dalam konteks akusala=baik), seseorang harus tau apa itu Lobha, Dosa & Moha (dan aLaDaM). perlu diingat bahwa dalam mengajar murid yg dalam hal intelektual rendah. Sang Buddha tidak mengajarkan apa itu LDM, aLaDaM, tindakan yg berasal dari LDM ataupun tindakan yg bebas dari LDM (aLaDaM). & toh akhirnya ia bisa mencapai tahapan arahat kan?QuoteJustru disinilah pentingnya kita tahu, mana yg kusala dan mana yg akusala sehingga kita bisa mencapai kesuciansaya tahu mana faktor batin yg kusala berdasarkan pengetahuan abhidhamma...
mis: mudita, viriya, hiri, ottapa, dsb
namun saya tidak berpendapat hal tsb penting utk diketahui.
Sang Buddha mengajar dg berbagai cara, mungkin membedah niat & perbuatan kita adalah salah satu cara yg diajarkan & tertulis di abhidhamma. tapi bukan 1 1 nya cara.QuoteOrang yg ingin praktek, bukan dengan melepas semua teori, melainkan kemelekatan itulah yg seyogyanya dilepasketika seseorang sudah melepas kemelekatannya, apakah masih penting hal yg dulu dilekatinya atau tidak?Quote...ya, sependapat
jika hanya baca saja tanpa praktek, akan membuat seorang menjadi arogan, pintar debat tapi batinnya tidak berkembangQuotejika praktek tanpa teori, membuat orang ga tau mana kusala dan mana yg akusalakusala atau akusala...
jika kusala dan akusala saja masih tidak jelas, tidak jelas apa yg akan direnungkan
menurut saya hanya bathin orang yg telah jernih yg tau.
karena bathinnya tidak jernihlah, ia melakukan perbuatan yg tidak bermanfaat.
kalau menurut cetasika, asal cetasikanya sudah kusala, maka itu bermanfaat (kusala) yah...
tapi saya belum setuju dg hal ini.Quotesemoga bisa bermanfaat bagi kita semua yah _/\__/\_
Murid buddha buddha memang tidak semua baik, dan juga tidak semua jahat :
Sementara mengenai pengajaran LDM kpd murid yg mencapai arahat :
membedah niat & perbuatan kita adalah salah satu cara yg diajarkan
ketika seseorang sudah melepas kemelekatannya, apakah masih penting hal yg dulu dilekatinya atau tidak?
kusala atau akusala...
menurut saya hanya bathin orang yg telah jernih yg tau.
karena bathinnya tidak jernihlah, ia melakukan perbuatan yg tidak bermanfaat.
kalau menurut cetasika, asal cetasikanya sudah kusala, maka itu bermanfaat (kusala) yah...
tapi saya belum setuju dg hal ini.
oh ya ini referensi sutta yg dipakai oleh ven. s. dhammikaQuoteApakah yang tiga itu? Tanpa-keserakahan, tanpa-kebencian, tanpa-kebodohan-batin.
Jika suatu tindakan dilakukan dengan tanpa-keserakahan, terlahir dari tanpa-keserakahan, disebabkan oleh tanpa-keserakahan, muncul dari tanpa-keserakahan... Jika suatu tindakan dilakukan dengan tanpa-kebencian... Jika suatu tindakan dilakukan dengan tanpa-kebodohan-batin, terlahir dari tanpa-kebodohan-batin, disebabkan oleh tanpa-kebodohan- batin, muncul dari tanpa-kebodohan-batin, begitu keserakahan, kebencian dan kebodohan batin lenyap maka tindakan itu ditinggalkan, terpotong di akarnya, dibuat gersang seperti tunggul pohon palma, terhapus sehingga tidak lagi bisa muncul di masa depan.14
Para bhikkhu, sama seperti benih-benih yang tidak rusak, tidak busuk, tidak lapuk karena angin dan matahari, yang mampu tumbuh dan ditaruh di ladang yang subur: jika seseorang membakarnya sehingga menjadi abu, kemudian menampi abu itu di angin yang kencang atau membiarkannya terbawa arus yang mengalir deras, maka benih-benih itu akan langsung hancur, lenyap sepenuhnya, dibuat tak mampu bertunas dan tidak lagi bisa muncul di masa depan.15
Demikian pula, para bhikkhu, tindakan yang dilakukan di dalam tanpa-keserakahan, tanpa-kebencian, tanpa-kebodohan-batin. Begitu keserakahan, kebencian dan kebodohan batin telah lenyap, tindakan tindakan ini ditinggalkan, terpotong di akarnya, dibuat gersang seperti tunggul pohon palma, terhapus sehingga tidak lagi bisa muncul di masa depan.
link: http://www.samaggi-phala.or.id/tipitaka_dtl.php?cont_id=738
Anguttara-Nikaya (III, 32)
24. Penyebab-Penyebab Tindakan
& dari awal saya tidak berniat utk mendebatkan bahwa aLaDaM tidak menghasilkan karma, terlepas dari puttuhjana atau ariya... makanya saya mencoba menghargai perbedaan sudut pandang ini.
lebih baik kita berpraktek saja utk tidak melakukan tindakan pada LDM.
soal teori, kita pegang masing2 sesuai dg kecocokan kita saja ;)
Anda berpendapat bahwa utk melakukan suatu perbuatan baik (dalam konteks akusala=baik), seseorang harus tau apa itu Lobha, Dosa & Moha (dan aLaDaM
dear tesla,setuju
baik bagi seseorang, belum tentu baik utk orang lain loh..... misal A memberi contekan kepada B.
maka menurut B, itu adalah tindakan yg baik
namun bagi guru, itu adalah tindakan yg salah
itu kenapa dalam buddhism, yg digunakan bukan Good or Bad, melainkan kusala atau akusalaoke, skr kita pakai standar ini saja:
standar kusala dan akusala sudah sangat jelas, yaitu pengikisan Lobha, Dosa dan Moha, bukan standar baik - buruk seperti pada pemikiran manusia awam, yg tergantung dari apakah itu menguntungkan atau tidak menguntungkan si manusia itu
jika menguntungkan maka itu menjadi baik
dan jika tidak menguntungkan, maka itu menjadi salah
standar baik kehidupan sehari2x yaitu: murah hati, kasihan, dkk...QuoteMurid buddha buddha memang tidak semua baik, dan juga tidak semua jahat :
ini dilihat dari standarnya siapa? dari standar vinaya, atau dari standar si murid yg sendiri?
saya rasa jika dilihat dari standar si murid yg menurut anda tidak baik, dia merasa bhw dia orang yg baik loh ^-^
melaksanakan vinaya & mengetahui teori adalah berbeda...QuoteSementara mengenai pengajaran LDM kpd murid yg mencapai arahat :
Setahu saya, sila para bhikkhu itu sudah jelas menunjukkan mengenai LDM khan? bisa dilihat bhw ada pembatasan2 Lobha utk jubah, tempat tinggal, dll
Justru Buddha dgn jelas menunjukkan bhw vinaya ini dibuat karena ada kasus loh
dalam kotbah saja byk yg tercerahkan kok.Quotemembedah niat & perbuatan kita adalah salah satu cara yg diajarkan
setahu saya, cara ini disebut dengan vipassana, yaitu memperhatikan proses timbul tenggelamnya Nama/batin dan Rupa
boleh tahu cara lain yg diajarkan buddha, yg bisa digunakan untuk mencapai kesucian selain dengan vipassana?
saya berpendapat ketika kita menganggap 'X' adalah penting (dalam konteks harus dimiliki)Quoteketika seseorang sudah melepas kemelekatannya, apakah masih penting hal yg dulu dilekatinya atau tidak?objek bersifat netral...
teori pun tetap penting, apakah itu dilekati atau tidak
yg melekat atau tidak khan batin org itu..... bahkan buddha saat sakit pun, meminta utk dibacakan paritta tertentu sehingga batin beliau menjadi gembirabisa dilihat kalau tidak ada yg membacakan paritta, apakah Buddha tidak dapat gembira? ;)
apakah teori berenang harus "dilenyapkan" hanya karena org itu sdh bisa berenang?bukan dilenyapkan.
padahal "bisa berenang" itu sendiri, sebenarnya merupakan dari teori yg dilatih dan dipraktekkan
ini membuktikan bhw bukan si objek yg salah, namun si batin-lah yg melekatinyasetuju
melepas kemelekatan disini, bukan berarti menjauh dari objek2, melepas objek2 itu
melainkan melepaskan konsep bhw diri ini eksis, nyata sehingga memunculkan kepemilikan atas objek2
namun juga harus dihindari nihilisme yaitu paham keliru mengenai sunya/kosong (vedana ini kosong, citta itu kosong, dsbnya)apa kalau melepas teori = tersesat?
semoga perbedaan ini bisa dimengerti krn bnyk rekan yg tersesat dalam pengertian melepas kemelekatan dimana mereka mengasumsikan sunya/kosong dengan melepas semua hal, termasuk teori
yup, hanya menyingkat typing saja.Quotekusala atau akusala...
menurut saya hanya bathin orang yg telah jernih yg tau.
karena bathinnya tidak jernihlah, ia melakukan perbuatan yg tidak bermanfaat.
kalau menurut cetasika, asal cetasikanya sudah kusala, maka itu bermanfaat (kusala) yah...
tapi saya belum setuju dg hal ini.
Ehm maaf bro, hanya ingin memperjelas saja bhw Kusala dan akusala itu, tidak semata hanya cetasika saja, tetapi juga pada citta, itu kenapa disebut Kusala dan akusala citta, misal lobha mula citta
Jadi jelas bhw tidak hanya cetasika saja yg berperan bro, citta-nya juga ikut berperan loh karena citta dan cetasika sudah pasti muncul berbarengan
jika memang anda tidak setuju mengenai konsep citta dan cetasika, silahkan disebutkan sumber rujukannya dalam tipitaka agar jelas apa yg dimaksudyg saya tidak setuju udah saya tuliskan sebelumnya...
senang bisa berdiskusi dengan rekan tesla, semoga diskusi ini bisa membawa manfaat bagi kita semua _/\__/\_
QuoteAnda berpendapat bahwa utk melakukan suatu perbuatan baik (dalam konteks akusala=baik), seseorang harus tau apa itu Lobha, Dosa & Moha (dan aLaDaM
Kalau saya bilang, sutta diatas justru menguatkan bhw bhw buddha sendiri justru mengajarkan LDM dan aLaDaM, alias bukan pendapat saya pribadi loh _/\_
Kalo aye liat acara reality kek tolong gitu koq beda yah pandangannya :)) aye liat manusia sekarang sedang berusaha menjadi Tuhan dengan cara memberikan cobaan pada targetnya :))
yak kalo dibandingkan dengan konsep agama itu sesuai khan :) Tuhan akan memberikan pahala bagi orang yang ikhlas dari pada orang yang memberikan bantuan dengan mengharapkan imbalan :)Kalo aye liat acara reality kek tolong gitu koq beda yah pandangannya :)) aye liat manusia sekarang sedang berusaha menjadi Tuhan dengan cara memberikan cobaan pada targetnya :))
bukan cobaan... tetapi kesempatan... karena kalau target melewatkan kesempatan menolong berarti tidak akan mendapatkan "balasan" dari kru TV... dan menurut saya ini FAIR sepanjang memang dalam konteks hidden camera...
Karena dalam beberapa kesempatan, target kemudian mengetahui bahwa ada kamera yang meliput, jadi awalnya tidak akan memberikan bantuan kepada umpan, berbalik mau memberi. Dan biasanya langsung di-anulir...
yak kalo dibandingkan dengan konsep agama itu sesuai khan :) Tuhan akan memberikan pahala bagi orang yang ikhlas dari pada orang yang memberikan bantuan dengan mengharapkan imbalan :)Kalo aye liat acara reality kek tolong gitu koq beda yah pandangannya :)) aye liat manusia sekarang sedang berusaha menjadi Tuhan dengan cara memberikan cobaan pada targetnya :))
bukan cobaan... tetapi kesempatan... karena kalau target melewatkan kesempatan menolong berarti tidak akan mendapatkan "balasan" dari kru TV... dan menurut saya ini FAIR sepanjang memang dalam konteks hidden camera...
Karena dalam beberapa kesempatan, target kemudian mengetahui bahwa ada kamera yang meliput, jadi awalnya tidak akan memberikan bantuan kepada umpan, berbalik mau memberi. Dan biasanya langsung di-anulir...
paling males aye makanya liat acara reality show kek gitu :)) mending liat flora dan fauna dah :))
Kalau menurut saya, perbuatan yang bahkan dilandasi dengan aLaDaM itu masih memiliki buah karma. Apakah kita tidak pernah berbuat baik (bahkan sekalipun) yang tidak dilandasi dengan aLaDaM ? Saya rasa semua individu pasti pernah melakukan perbuatan baik (yang sekecil apapun dan bahkan hanya sekali) dengan dilandasai oleh aLaDaM ? Dan apakah perbuatan itu bisa berbuah ? Bisa ya dikehidupan sekarang dan bisa juga tidak dikehidupan sekarang.yah, singkatnya Anda tidak bisa menerima apa yg tertulis di Angutara Nikaya III 34 ini:
Kalau menurut saya, perbuatan yang bahkan dilandasi dengan aLaDaM itu masih memiliki buah karma. Apakah kita tidak pernah berbuat baik (bahkan sekalipun) yang tidak dilandasi dengan aLaDaM ? Saya rasa semua individu pasti pernah melakukan perbuatan baik (yang sekecil apapun dan bahkan hanya sekali) dengan dilandasai oleh aLaDaM ? Dan apakah perbuatan itu bisa berbuah ? Bisa ya dikehidupan sekarang dan bisa juga tidak dikehidupan sekarang.yah, singkatnya Anda tidak bisa menerima apa yg tertulis di Angutara Nikaya III 34 ini:
Jika suatu tindakan dilakukan dengan tanpa-keserakahan, terlahir dari tanpa-keserakahan, disebabkan oleh tanpa-keserakahan, muncul dari tanpa-keserakahan... Jika suatu tindakan dilakukan dengan tanpa-kebencian... Jika suatu tindakan dilakukan dengan tanpa-kebodohan-batin, terlahir dari tanpa-kebodohan-batin, disebabkan oleh tanpa-kebodohan- batin, muncul dari tanpa-kebodohan-batin, begitu keserakahan, kebencian dan kebodohan batin lenyap maka tindakan itu ditinggalkan, terpotong di akarnya, dibuat gersang seperti tunggul pohon palma, terhapus sehingga tidak lagi bisa muncul di masa depan.14
seperti yg saya katakan sebelumnya, saya tidak berniat utk memaksakan pendapat saya kepada orang lain. marilah kita pegang ini sebagai perbedaan, & tidak perlu menanam buah keserakahan kita utk memaksa orang lain sependapat dg kita.
sorry yah TS, sudah OOT dari pembahasan tindakan netral ;D
Mungkin pertanyaannya diubah menjadi begini ?...
1. Apakah seorang puthujana (umat awam) bisa melakukan perbuatan yang aLaDaM (bahkan sekecil apapun dan hanya satu kali saja) ?
2. Apakah semua perbuatan seorang ARAHAT (yang terbebas) adalah aLaDaM ?
Jika jawaban 1 adalah BISA dan jawaban 2 adalah PASTI...
maka kesimpulannya adalah :pendapat saya,
Semua perbuatan ARAHAT adalah aLaDaM, tetapi perbuatan para ARAHAT sudah tidak berpotensi membuahkan hasil pada kehidupan yang akan datang, karena sudah tidak ada kelahiran kembali.
Tetapi seorang Puthujana pun masih bisa melakukan perbuatan yang aLaDaM walaupun hanya sekali saja dan sekecil apapun, dan "MUNGKIN" ada konsekuensi berbuahnya KARMA (KARMA PHALA) di kehidupan yang lampau.maksudnya ada konsekuensi karma lampau?
Dengan musnahnya ilusi Sang Aku, maka seseorang yang mencapai tingkat kesucian Arahat tidak lagi memiliki cetana (kehendak) yang menimbulkan kamma. Jadi Sang Arahanta tidak lagi berbuat atas dasar LDM, namun telepas sama sekali dari akar2 itu (makanya disebut aLaDaM).
(mis, Buddha mengajar karena ingin orang lain terbebas jg
bahkan Buddha dapat mengatakan akan melelahkan (seingat saya) & amat sia2 kalau seseorang mengabaikan & tidak mendengarkannya)
mungkin begini analoginya...
Seorang ARAHAT hidup, karena tingkah laku-nya yang baik, tentunya disenangi oleh banyak orang. Dalam banyak cerita jaman dahulu, para ARAHAT itu banyak menerima pelayanan baik dari para bangsawan dan raja raja dalam pemenuhan kebutuhan hidupnya (walaupun ada ARAHAT juga yang menerima karma buruk). Apakah ini bukan hasil karma dari tingkah laku-nya pada kehidupan ini ?
Maksud saya gitu loh...
(mis, Buddha mengajar karena ingin orang lain terbebas jg
bahkan Buddha dapat mengatakan akan melelahkan (seingat saya) & amat sia2 kalau seseorang mengabaikan & tidak mendengarkannya)
Saya tidak yakin BUDDHA ada mengatakan yang demikian... biarpun sewaktu membabarkan dhamma kepada seorang umat, dan ternyata umat tersebut tidak mendengarkan dan acuh tak acuh, saya rasa BUDDHA bisa dengan serta merta menghentikan pembabaran dhamma tersebut. Bukan dalam artian berkeluh kesah. Disamping itu, dengan kemahatahuan BUDDHA, BUDDHA dapat mengetahui sejauh mana tingkat kualitas bathin, sehingga setiap Dhamma yang dibabarkan adalah sesuai dengan pendengarnya.
[at] Bro Teslaya, menurut saya, para arahanta tidak membuat karma lagi
Menurut Bro Tesla apakah para Arahanta tidak membuat kamma lagi?
menurut saya,
tidak ada tindakan netral (coba back to topic)
setiap tindakan pasti ada kehendaknya.
(mis, Buddha mengajar karena ingin orang lain terbebas jg
bahkan Buddha dapat mengatakan akan melelahkan (seingat saya) & amat sia2 kalau seseorang mengabaikan & tidak mendengarkannya)
yg menjadi pembeda para arahat adalah, tindakannya tidak didasari oleh LDM lagi
ya, menurut saya, para arahanta tidak membuat karma lagi
saia berkesimpulan, kamma sebenarnya tak digolongkan baik atau buruk
adanya sekarang baik atau buruk itu kan berdasarkan pendapat/persepsi manusianya
setiap kehendak yg diikuti tindakan akan menghasilkan kamma
entah itu baik/buruk/tidak baik maupun tidak buruk
Dearest Bros & Sis,
... ... ... dikisahkan bahwa pada saat para bhikku melatih meditasi jalan dan menginjak binatang2 kecil ditanah, hal penginjakan binatang kecil ditanah tsb disebut sebagai "berada diluar karmic effect" (!!!) yang tidak akan menghasilkan buah karma buruk (!!!).
pertanyaan:
jika demikian, tentunya juga ada tindakan yang walaupun "baik" namun tidak akan membuahkan buah karma baik bukan (???), krn berada diluar karmic effect (!!!).
ika.
bro Ika ajarin Kundalini donkSis Polim,
menurut saya,
tidak ada tindakan netral (coba back to topic)
setiap tindakan pasti ada kehendaknya.
(mis, Buddha mengajar karena ingin orang lain terbebas jg
bahkan Buddha dapat mengatakan akan melelahkan (seingat saya) & amat sia2 kalau seseorang mengabaikan & tidak mendengarkannya)
yg menjadi pembeda para arahat adalah, tindakannya tidak didasari oleh LDM lagiya, menurut saya, para arahanta tidak membuat karma lagi
”Para bhikkhu, cetana (kehendak)-lah yang Ku-nyatakan sebagai kamma. Setelah berkehendak, orang melakukan suatu tindakan lewat tubuh, ucapan atau pikiran.”
Kalau begitu pernyataan Bro Tesla diquote pertama kontradiksi dengan pernyataan diquote ke dua...
saia berkesimpulan, kamma sebenarnya tak digolongkan baik atau buruk
adanya sekarang baik atau buruk itu kan berdasarkan pendapat/persepsi manusianya
setiap kehendak yg diikuti tindakan akan menghasilkan kamma
entah itu baik/buruk/tidak baik maupun tidak buruk
Perbuatan baik dan perbuatan buruk itu sangat berbeda sekali. Bukan tergantung persepsi, namun ialah fakta.
Perbedaan keduanya bisa terlihat di akar perbuatan itu sendiri, apakah mengandung LDM atau tidak.
Akibat yang ditimbulkan juga salah satu tolak ukur yang mengklasifikasikan suatu perbuatan masuk dalam jenis perbuatan baik atau perbuatan buruk.
_/\_
tidak kok, menurut saya hanya kehendak yg didasari LDM yg ber-karma. itu aja :)
[at] teslatidak tahu,
trus kalo yg dilandasi Metta karuna dan Upekkha disebut apa ?
menurut saya, kalau tidak didasari LDM, maka tidak ada karma yg dihasilkan.tidak kok, menurut saya hanya kehendak yg didasari LDM yg ber-karma. itu aja :)
???
Maksud Bro Tesla kamma itu adalah perbuatan yang didasari kehendak LDM saja?
menurut saya, kalau tidak didasari LDM, maka tidak ada karma yg dihasilkan.tidak kok, menurut saya hanya kehendak yg didasari LDM yg ber-karma. itu aja :)
???
Maksud Bro Tesla kamma itu adalah perbuatan yang didasari kehendak LDM saja?
Arahat tidak mungkin menciptakan kamma yg dilandasi LDM yg berakibat pada tumimbal lahir ataupun samsara. Kamma yg dilakukan arahat bersifat kiriya/fungsional sehingga tidak mungkin muncul buah2 kamma yg baru karena akarnya telah tercabut.
menurut saya, kalau tidak didasari LDM, maka tidak ada karma yg dihasilkan.tidak kok, menurut saya hanya kehendak yg didasari LDM yg ber-karma. itu aja :)
???
Maksud Bro Tesla kamma itu adalah perbuatan yang didasari kehendak LDM saja?
Hmm...
Jadi menurut Bro Tesla LDM itu bisa mengakibatkan buah perbuatan (vipaka) yang baik dan yang buruk yah? :)
menurut saya, dg akar tindakan LDM, kita menghasilkan karma.menurut saya, kalau tidak didasari LDM, maka tidak ada karma yg dihasilkan.tidak kok, menurut saya hanya kehendak yg didasari LDM yg ber-karma. itu aja :)
???
Maksud Bro Tesla kamma itu adalah perbuatan yang didasari kehendak LDM saja?
Hmm...
Jadi menurut Bro Tesla LDM itu bisa mengakibatkan buah perbuatan (vipaka) yang baik dan yang buruk yah? :)
Cara mengikis LDM bijimana?
menurut saya, dg akar tindakan LDM, kita menghasilkan karma.menurut saya, kalau tidak didasari LDM, maka tidak ada karma yg dihasilkan.tidak kok, menurut saya hanya kehendak yg didasari LDM yg ber-karma. itu aja :)
???
Maksud Bro Tesla kamma itu adalah perbuatan yang didasari kehendak LDM saja?
Hmm...
Jadi menurut Bro Tesla LDM itu bisa mengakibatkan buah perbuatan (vipaka) yang baik dan yang buruk yah? :)
yg menganggap karma itu baik atau buruk adalah kita sendiri.
[at] teslakenapa kita mendengarkan dhamma?
mendengarkan dhamma secara bijak, dimanakah letak Mohanya?
yang no 2. Membunuh ya dapet karma buruk, berbakti ya dapet karma baik :))menurut saya, dg akar tindakan LDM, kita menghasilkan karma.menurut saya, kalau tidak didasari LDM, maka tidak ada karma yg dihasilkan.tidak kok, menurut saya hanya kehendak yg didasari LDM yg ber-karma. itu aja :)
???
Maksud Bro Tesla kamma itu adalah perbuatan yang didasari kehendak LDM saja?
Hmm...
Jadi menurut Bro Tesla LDM itu bisa mengakibatkan buah perbuatan (vipaka) yang baik dan yang buruk yah? :)
yg menganggap karma itu baik atau buruk adalah kita sendiri.
(1) Lalu menurut Anda adakah perbuatan yang berlandaskan alobha, adosa dan amoha itu?
(2) Kalau begitu membunuh orang tua itu bisa dilihat sama baiknya dengan berbakti pada orang tua?
Mohon penjelasan kembali... :)
(1) Lalu menurut Anda adakah perbuatan yang berlandaskan alobha, adosa dan amoha itu?setiap perbuatan saya masih memiliki tujuan agar saya mendapat kondisi baik di kemudian hari.
(2) Kalau begitu membunuh orang tua itu bisa dilihat sama baiknya dengan berbakti pada orang tua?niat Anda berbakti pada ortu apa? silahkan jawab sendiri
Mohon penjelasan kembali... :)
masa pake partai yang pake logo gambar garuda seh yang sering nongol di tepe =))Cara mengikis LDM bijimana?
pake grenda :))
masa pake partai yang pake logo gambar garuda seh yang sering nongol di tepe =))Cara mengikis LDM bijimana?
pake grenda :))
kasarnya, sesuatu yg sebenarnya tidak ada malah menjadi ada karena kita benar2 meyakininya.di beberapa abad lalu hampir semua orang menyakini:
mm..... gimana yak..
reen e ngerti maksud i gak ya?
ambil contoh,
ada anak kecil yg diceritakan kakeknya tentang hantu di kolong ranjang
si anak sampe trauma ketakutan setengah mati, jadi kalo tidur suka ketakutan dan gak berani ngintip kolong ranjang, karena dia meyakininya.
tapi apakah hantu tersebut memang ada? kita tentu tahu tidak ada.
dan anggap saja memang hantu itu benar2 tidak ada dan hanya omong kosong semata.
tetapi apa bagi anak kecil tersebut? walau hal itu tidak nyata tetapi hal itu adalah nyata baginya.
jadi tidak tergantung bagaimana orang lain melihatnya walaupun orang lain tersebut melihat kebenaran mutlak tersebut. tetapi hantu kolong ranjang adalah sesuatu yg benar2 ada dan nyata baginya.
kasarnya, sesuatu yg sebenarnya tidak ada malah menjadi ada karena kita benar2 meyakininya.
kasarnya, sesuatu yg sebenarnya tidak ada malah menjadi ada karena kita benar2 meyakininya.di beberapa abad lalu hampir semua orang menyakini:
bumi itu datar
bumi adalah pusat tata surya
apa itu menjadi nyata?
kasarnya, sesuatu yg sebenarnya tidak ada malah menjadi ada karena kita benar2 meyakininya.di beberapa abad lalu hampir semua orang menyakini:
bumi itu datar
bumi adalah pusat tata surya
apa itu menjadi nyata?
bagi yg meyakininya menjadi nyata.
kasarnya, sesuatu yg sebenarnya tidak ada malah menjadi ada karena kita benar2 meyakininya.di beberapa abad lalu hampir semua orang menyakini:
bumi itu datar
bumi adalah pusat tata surya
apa itu menjadi nyata?
bagi yg meyakininya menjadi nyata.
ambil contoh,
ada anak kecil yg diceritakan kakeknya tentang hantu di kolong ranjang
si anak sampe trauma ketakutan setengah mati, jadi kalo tidur suka ketakutan dan gak berani ngintip kolong ranjang, karena dia meyakininya.
tapi apakah hantu tersebut memang ada? kita tentu tahu tidak ada.
dan anggap saja memang hantu itu benar2 tidak ada dan hanya omong kosong semata.
tetapi apa bagi anak kecil tersebut? walau hal itu tidak nyata tetapi hal itu adalah nyata baginya.
jadi tidak tergantung bagaimana orang lain melihatnya walaupun orang lain tersebut melihat kebenaran mutlak tersebut. tetapi hantu kolong ranjang adalah sesuatu yg benar2 ada dan nyata baginya.
kasarnya, sesuatu yg sebenarnya tidak ada malah menjadi ada karena kita benar2 meyakininya.
yang beginian, BUDDHA sebagai dokter memiliki obatnya... atas keyakinan terhadap "sesuatu" yang tidak eksis ataupun yang diciptakan oleh pikiran...
Dalam salah satu sutta (lupa, sedang dicari) tentang satu brahmana yang "patah hati" karena kematian calon istri yang didengung-dengungkan orang atas kecantikannya, padahal belum pernah dijumpai ataupun dilihat sama sekali. Buddha berhasil menyadarkan kembali brahmana tersebut.
QuoteAnda berpendapat bahwa utk melakukan suatu perbuatan baik (dalam konteks akusala=baik), seseorang harus tau apa itu Lobha, Dosa & Moha (dan aLaDaM
Kalau saya bilang, sutta diatas justru menguatkan bhw bhw buddha sendiri justru mengajarkan LDM dan aLaDaM, alias bukan pendapat saya pribadi loh _/\_
o... my dearest friend,
saya tidak tahu kamu pura2 tidak mengerti atau bagaimana...
yg saya katakan bahwa tindakan yg bebas dari LDM (aLaDaM) itu tidak menghasilkan karma.
dg demikian karma baik & buruk sama2 bersumber dari LDM.
yg saya katakan bahwa tindakan yg bebas dari LDM (aLaDaM) itu tidak menghasilkan karma.
kasarnya, sesuatu yg sebenarnya tidak ada malah menjadi ada karena kita benar2 meyakininya.di beberapa abad lalu hampir semua orang menyakini:
bumi itu datar
bumi adalah pusat tata surya
apa itu menjadi nyata?
bagi yg meyakininya menjadi nyata.
menurut saya, sebagai Buddhist, kita mencari 'kebenaran' (dhamma).
seandainya kebenaran yg kita cari dapat dilakukan dg diyakini saja,
Siddharta tidak perlu utk susah2 melakukan perjalanan mencari obat utk tua, sakit & mati.
cukup kita meyakini bahwa kita abadi saja :)
suatu tindakan netral ato tidak [menghasilkan kusala atau akusala] itu tergantung pada sudut pandang
netral karena melihat diluar dualisme
menghasilkan akusala atau kusala karena melihat dari LDM dan aLaDaM
yg dimaksud bro tesla begini lo:
suatu karma dikatakan baik atau buruk itu karena berpatokan/berdasar dari melihat adanya LDM
kalo melihat bahwa objek, termasuk karma adalah netral, maka karma gak tergolong baik ataupun buruk
keduanya benar kok, hanya saja gak ketemu ditengah karena sudut pandang yang berbeda
yg saya katakan bahwa tindakan yg bebas dari LDM (aLaDaM) itu tidak menghasilkan karma.
terlepas dari pandangan membuahkan baik ato buruk
semua tindakan [LDM dan aLaDaM] membuahkan akibat, baik atau buruknya tergantung :
cara pandang individu
dan
berdasar LDM atau aLaDaM
cmiiw .......... i see logikanya tesla....... karena ada LDM, maka ada aLaDaM......bukan itu maksud saya,
itu sih namanya bukan kusala dan akusala kamma bersumber dari LDMsaya pakai bahasa Indonesia saja,
namun lebih mirip dengan logika......
ada baik, karena ada buruk
ada terang, karena ada gelap....
kalo dicampur, jadinya aLaDaM ada karena ada LDMseharusnya saya yg ngomong begitu ;)
padahal aLaDaM adalah kondisi yg terbebas dari LDM..... yg bisa berupa kusala dan juga netral
yg saya katakan bahwa tindakan yg bebas dari LDM (aLaDaM) itu tidak menghasilkan karma.
dimana justru ini selaras dengan sutta yg anda kutipkan bahwa perbuatan itu bersumber dariberdasarkan sutta tadi, singkatnya ada tindakan yg didasari LDM & ada tindakan yg bebas dari LDM (saya akan coba hindari aLaDaM dulu supaya tidak misscomunicate)
1. Lobha
2. Dosa
3. Moha
4. Alobha
5. Adosa
6. Amoha
Coba anda renungkan lagi .........
1. tidak ada Javana (perbuatan di level citta vitthi) yang NETRAL
2. akar dari perbuatan ada 6 yaitu LDM dan aLaDaM
semoga kali ini udah bisa memperjelas alur pemikiran bro tesla yg selalu berpegang bhw ada tindakan manusia yg netral
ada tindakan manusia yg bebas dari LDM
ga tau apa ini mo dinamain netral atau spontan atau bebas... ---> hanya tambah misscomunicate saja
terlepas dari pandangan membuahkan baik ato buruk
semua tindakan [LDM dan aLaDaM] membuahkan akibat, baik atau buruknya tergantung :
cara pandang individu
dan
berdasar LDM atau aLaDaM
Reenzia yang baik...
Perbuatan baik dan perbuatan buruk itu sangat berbeda. Ini terlihat dari modusnya yang berlandaskan lobha, dosa dan moha - atau alobha, adosa dan amoha. Perbuatan baik dan atau perbuatan buruk cenderung akan mengakibatkan munculnya buah perbuatan. Buah perbuatan (vipaka) ini memang sifatnya netral, namun buah ini muncul sesuai dengan benih perbuatan yang ditabur. Bagi yang menabur benih perbuatan baik, ia akan menerima buah perbuatan yang baik. dan begitu pula sebaliknya...
Objek atau buah perbuatan memang bersifat netral. Ia tidak memihak, bersifat anugerah maupun menghukum. Ia adil dan selaras dengan benih perbuatan yang kita tanam. Oleh karena itu, meski melihat buah perbuatan (vipaka) sebagai objek netral, jangan sampai kita melihat bahwa perbuatan pun adalah netral...
justru saya saat ini sedang membahas berdasarkan sutta...[/quote]cmiiw .......... i see logikanya tesla....... karena ada LDM, maka ada aLaDaM......bukan itu maksud saya,
yg bilang demikian adalah logika sdr. markos...
bahwa ada LDM & ada aLaDaM...
bagi saya hanya ada LDM & bebas dari LDM
bebas dari LDM ini yg saya singkat aLaDaM saja.Quoteitu sih namanya bukan kusala dan akusala kamma bersumber dari LDMsaya pakai bahasa Indonesia saja,
namun lebih mirip dengan logika......
ada baik, karena ada buruk
ada terang, karena ada gelap....
menurut saya ya,
karma ada karena tindakan yg berLDM,
terlepas dari apakah itu karma baik ataupun karma buruk.Quotekalo dicampur, jadinya aLaDaM ada karena ada LDMseharusnya saya yg ngomong begitu ;)
padahal aLaDaM adalah kondisi yg terbebas dari LDM..... yg bisa berupa kusala dan juga netralyg saya katakan bahwa tindakan yg bebas dari LDM (aLaDaM) itu tidak menghasilkan karma.
dan untuk umat awam, untuk kesekian kalinya, pada Javana TIDAK MUNGKIN NETRAL karena pasti KUSALA (aLaDaM) atau AKUSALA (LDM)
jika memang sumber anda dari abhidhamma, silahkan ditelaah kembali......
dimana justru ini selaras dengan sutta yg anda kutipkan bahwa perbuatan itu bersumber dari
1. Lobha
2. Dosa
3. Moha
4. Alobha
5. Adosa
6. Amoha
berdasarkan sutta tadi, singkatnya ada tindakan yg didasari LDM & ada tindakan yg bebas dari LDM (saya akan coba hindari aLaDaM dulu supaya tidak misscomunicate)QuoteCoba anda renungkan lagi .........
1. tidak ada Javana (perbuatan di level citta vitthi) yang NETRAL
2. akar dari perbuatan ada 6 yaitu LDM dan aLaDaM
semoga kali ini udah bisa memperjelas alur pemikiran bro tesla yg selalu berpegang bhw ada tindakan manusia yg netral
ada tindakan manusia yg bebas dari LDM
ga tau apa ini mo dinamain netral atau spontan atau bebas... ---> hanya tambah misscomunicate saja
ada tindakan manusia yg bebas dari LDM
dear tesla,
coba anda lihat pembahasan saya mengenai hetu atau akar
disana sudah jelas menyebutkan mengenai 3 kusala hetu yaitu aLobha, aDosa dan aMoha
pun jika anda melihat ke sobhana cetasika, disana dengan jelas disebutkan ada aLobha, aDosa dan Sati (aMoha)
Jadi tolong dibedakan antara aLobha, aDosa dan aMoha utk berbagai level dan penggunaan.disini ada perbedaan ke2, yaitu:
dan untuk penggunaan di level putthujhana, pengertian LDM dan aLaDaM adalah bukan kiriya/fungsional
Itu kenapa disebutkan bhw Kiriya hanya ada pada Arahat
Ini seperti bilang pencerahan terjadi secara instan..... seolah pencerahan itu bisa didapat sedemikian mudahsaya tidak bilang pencerahan terjadi secara instan kok. hehe...
padahal yg terjadi sebenarnya batin org itu sudah cukup matang, seperti pada angulimala
bnyk yg blg tidak adil bhw org yg membunuh sekian bnyk, bisa jadi suci semudah itu
tp sesungguhnya batin dia sudah cukup matang, hanya saja "tersesat"
Quotedear tesla,
coba anda lihat pembahasan saya mengenai hetu atau akar
disana sudah jelas menyebutkan mengenai 3 kusala hetu yaitu aLobha, aDosa dan aMoha
pun jika anda melihat ke sobhana cetasika, disana dengan jelas disebutkan ada aLobha, aDosa dan Sati (aMoha)
dear markosprawira,
disinilah kita melihat perbedaan antara abhidhamma & sutta.
(pakai bahasa Indonesia saja yah biar lebih jelas)
berdasarkan abhidhamma, perbuatan yg berakar pada faktor mental yg indah tsb (alobha, adosa & amoha) akan menghasilkan karma yg indah pula... setuju?
sedangkan berdasarkan sutta, perbuatan yg bebas dari keserakahan, kebencian & kebodohan bathin (lobha, dosa, moha) bahkan memotong karma seperti palma yg terpotong pada akarnya.
Para bhikkhu, ada tiga penyebab asal mula tindakan. Apakah yang tiga itu? Keserakahan, kebencian dan kegelapan batin.12
Suatu tindakan yang dilakukan dengan keserakahan, terlahir dari keserakahan, disebabkan oleh keserakahan, muncul dari keserakahan, akan masak di manapun individu itu terlahir; dan di manapun tindakan itu masak, di sanalah individu itu mengalami buah dari tindakannya, tak peduli apakah di dalam kehidupan ini, atau di dalam kehidupan berikutnya, atau di dalam kehidupan-kehidupan mendatang selanjutnya.13
Para bhikkhu, ada tiga penyebab lain untuk asal mula tindakan.
Apakah yang tiga itu? Tanpa-keserakahan, tanpa-kebencian, tanpa-kebodohan-batin.
Jika suatu tindakan dilakukan dengan tanpa-keserakahan, terlahir dari tanpa-keserakahan, disebabkan oleh tanpa-keserakahan, muncul dari tanpa-keserakahan... Jika suatu tindakan dilakukan dengan tanpa-kebencian... Jika suatu tindakan dilakukan dengan tanpa-kebodohan-batin, terlahir dari tanpa-kebodohan-batin, disebabkan oleh tanpa-kebodohan- batin, muncul dari tanpa-kebodohan-batin, begitu keserakahan, kebencian dan kebodohan batin lenyap maka tindakan itu ditinggalkan, terpotong di akarnya, dibuat gersang seperti tunggul pohon palma, terhapus sehingga tidak lagi bisa muncul di masa depan.14
"Tindakan yg bebas dari keserakahan, kebencian & kegelapan bathin menghasilkan karma atau tidak?"
disitu sudah jelas mengacu pada batin yg sudah terbebas dari keserakahan, kebencian dan kebodohan batin.....
Jadi disini jelas sudah mengacu pada batin seorang Arahant, bukan seorang putthujhana yg notabene masih tertutup oleh keserakahan, kebencian dan kebodohan batin......
disini yg tadi saya minta bro tesla utk dapat melihat level dan penggunaannya.......
Dalam Anguttara Nikaya, Catukka, Ariyamagga Sutta, dikatakan ada 4 macam kamma:
-Kamma gelap dengan akibat gelap
-Kamma terang dengan akibat terang
-Kamma gelap dan terang dengan akibat gelap dan terang
-Kamma yang bukan gelap dan bukan terang, dengan akibat bukan gelap dan bukan terang dan menuju pada lenyapnya kamma
Jadi dalam Sutta, tindakan yang bebas dari Lobha, Dosa, dan Moha adalah kamma bukan gelap dan bukan terang yang menghasilkan akibat yang bukan gelap dan bukan terang. Tindakan tersebut disebutkan adalah yang bersesuaian dengan Jalan Mulia Berunsur Delapan.
makanya sedari awal saya katakan, bahwa kita lanjutkan saja setelah bathin kita telah bebas dari LDM. toh dari prakteknya tujuan kita adalah sama, yaitu 'bebas dari LDM'.
Kita tau bahwa tindakan yg didasarkan pada: Ketamakan, Kebencian dan Kebodohan akan mengakibatkan hasil yg buruk pula. Jadi, LDM adalah kamma buruk dan akan menghasilkan vipaka buruk.saya setuju bahwa tindakan yg didasari kasih sayang ataupun belas kasihan akan membuahkan vipaka baik misal kelahiran di alam dewa. namun apakah ini aLaDaM??? daripada bahas ini aLaDaM yg kita tidak sepakat definisinya, kita bahas ini saja: menurut saya... tindakan demikian tidak membawa pada terputusnya rantai kelahiran...
Ada tindakan LDM adapula tindakan aLaDaM. Tindakan aLaDaM adalah opposite dari LDM, yaitu suatu tindakan yg didasari pada kasih sayang, belas kasihan dan pengertian benar. Jika LDM akan membuahkan vipaka Buruk, apakah aLaDaM akan membuahkan vipaka baik?
Dari sudut pandang ini, jawaban saya adalah: aLaDaM TIDAK membutuhkan pembuahan di kehidupan selanjutnya. Dengan kata lain: tindakan yg diakari oleh aLaDaM tidak mendorong kelahiran kembali.hehehe... bukankah menurut abhidhamma, yg menyebabkan kelahiran di alam sugati adalah tindakan yg didasari oleh aLaDaM? tergantung ada berapa aja akarnya... ^-^
(harap dapat dibedakan dengan tindakan yg 'kelihatannya' baik namun masih didasari oleh keinginan lobha yg halus, ini jelas tidak termasuk konteks pembicaraan kita)
Pendapat sy ini dikuatkan oleh rantai Paticcasamupadda: bahwa pendorong kelahiran kita berikutnya adalah TANHA (Hawa nafsu).atau bisa dilihat dg arah terbalik, bahwa upadana (kemelekatan) menjadi timbulkan (bhava) proses menjadi, & kemudian menjadi jati (kelahiran)...
bisakah non arahant berbuat tanpa LDM ? artinya switched back antara non arahant dan arahant?
tapi kok malah pertanyaan ke2, dikatakan switch back arahat <-> non-arahat?Itu pertanyaan juga lagih. bukan jawabannya :P
kalau dibilang begitu artinya, suhu dah kasih jawaban bahwa non-arahat tidak akan berbeuat tanpa LDM.
kita bahas ini saja: menurut saya... tindakan demikian tidak membawa pada terputusnya rantai kelahiran...
Sang Buddha malah berkata:
Oleh sebab itu, janganlah mencintai apapun,
karena berpisah dengan apa yang dicintai adalah menyedihkan.
Tiada lagi ikatan bagi mereka yang telah bebas
dari mencintai dan tidak mencintai.
Jadi tidak ada namanya aLaDaM langsung ketiganya bersamaan pada puthujhana s/d (ini sy edit) anagami
ada tindakan manusia yg bebas dari LDM
ada tindakan yg bebas dari LDM terlepas dari apakah dia arahat atau bukan-arahat.
bisakah non arahant berbuat tanpa LDM ?
Jika bisa, artinya switched back bolak balik antara non arahant dan arahant levelnya *karena LDM ada dan tidak ada terus berganti* ?
begitu keserakahan, kebencian dan kebodohan batin lenyap maka tindakan itu ditinggalkan, terpotong di akarnya, dibuat gersang seperti tunggul pohon palma, terhapus sehingga tidak lagi bisa muncul di masa depan
tidak mungkin ada tindakan putthujhana s/s anagami yg bebas total dari LDM
saya setuju bahwa tindakan yg didasari kasih sayang ataupun belas kasihan akan membuahkan vipaka baik misal kelahiran di alam dewa. namun apakah ini aLaDaM??? daripada bahas ini aLaDaM yg kita tidak sepakat definisinya, kita bahas ini saja: menurut saya... tindakan demikian tidak membawa pada terputusnya rantai kelahiran...
Sang Buddha malah berkata:
Oleh sebab itu, janganlah mencintai apapun,
karena berpisah dengan apa yang dicintai adalah menyedihkan.
Tiada lagi ikatan bagi mereka yang telah bebas
dari mencintai dan tidak mencintai.
QuoteDari sudut pandang ini, jawaban saya adalah: aLaDaM TIDAK membutuhkan pembuahan di kehidupan selanjutnya. Dengan kata lain: tindakan yg diakari oleh aLaDaM tidak mendorong kelahiran kembali.hehehe... bukankah menurut abhidhamma, yg menyebabkan kelahiran di alam sugati adalah tindakan yg didasari oleh aLaDaM? tergantung ada berapa aja akarnya... ^-^
(harap dapat dibedakan dengan tindakan yg 'kelihatannya' baik namun masih didasari oleh keinginan lobha yg halus, ini jelas tidak termasuk konteks pembicaraan kita)
pendapat ko will kontras sekali dg abhidhamma lho :)
Demikian pula halnya, seseorang dengan tekun melaksanakan meditasi tidak perlu mengetahui, berapa banyak kotoran batin terhapus hari ini, berapa banyak kemarin dan berapa lagi di lain waktu. Cukup, bahwa dia mengetahui bahwa kotoran itu sedang terhapus.
Juga di dalam Dhammapada, Sang Buddha menasehati kita:
Janganlah memandang remeh kebajikan, dengan berkata:
"Kebajikan kecil ini tidak akan berbuah pada saya."
Setetes demi setetes tempayan air terisi.
Demikian pula, sedikit demi sedikit,
Seorang bijaksana dipenuhi kebajikan.
Perubahan atau transisi dari keberadaan samsara ke realisasi Nibbana adalah suatu yang bertahap, dan selama masa transisi ini, kita dengan jelas melalui empat tahapan. Kita akan menelusuri empat tahapan itu.
Kata2 Sang Buddha tersebut adalah terjemahan bahasa indonesia.ga tau jg tuh... :P
Apakah bahasa PALInya memang tertulis begitu? Bukannya terjemahan lebih tepatnya: janganlah menyukai/menyenangi apapun (instead mencintai)
Jadi LDM itu sendiri, tidak akan pernah bisa berada secara bersamaan pada 1 tindakan, itu kenapa dalam sutta itu disebutkan 3 asal mula tindakanhehehe... saya bukan pakar abhidhamma,
Pun aLaDaM tidak MUNGKIN bisa muncul secara bersamaan pada seorang putthujhana s/d anagami krn sampai anagami sekalipun, masih belum bisa mematahkan sanyojana yg paling halus yaitu uddhacca (kegelisahan batin), yg merupakan bagian dari Moha
Yang justru berbeda dengan kesimpulan bro tesla :yup, disini kita berbeda pendapat...Quoteada tindakan manusia yg bebas dari LDMQuoteada tindakan yg bebas dari LDM terlepas dari apakah dia arahat atau bukan-arahat.
Itu yg bro Medho pertanyakan dari tesla,itulah yg saya katakan, pertanyaan ke2 dari bro Medho seolah menyatakan bahwa hanya arahat yg bisa berbuat tanpa LDM...Quotebisakah non arahant berbuat tanpa LDM ?
Jika bisa, artinya switched back bolak balik antara non arahant dan arahant levelnya *karena LDM ada dan tidak ada terus berganti* ?
tapi apakah itu berarti bhw tindakan ini didasari oleh LDM? tentunya bukan, karena pemicunya tetaplah aLobha, namun masih dicemari oleh akusaladisini dasar perbedaan kita,
Semoga kali ini bisa jadi jelas bhw :lalu bagaimana seorang tihetuka pugalla terlahir? ???Quotetidak mungkin ada tindakan putthujhana s/s anagami yg bebas total dari LDM
Tapi, jangan salah tanggap dulu bahwa tindakan2 baik tidak diperlukan... (karena didefenisikan tindakan baik akan membawa kelahiran kembali, maka sebagian orang akan berpikir bahwa apa gunanya bertindak metta dan karuna... toh akan lahir kembali jua di alam lain).
karena ironisnya saia pernah bertanya kepada banyak orang,hehehe... menurut saya justru jawaban orang2 sangatlah jujur... :jempol:
apabila berbuat kebajikan dan tidak membuahkan vipaka baik apakah akan tetap dilakukan?
jawabnya tidak! tujuan mereka benar hanya 'mengincar' vipaka baik dibalik perbuatannya
yah mending kalo pada akhirnya mereka mengerti kalo tujuan berbuat baik tak hanya mendapatkan vipaka baik
yang apa lagi bila tujuan utamanya adalah itu, akan malah menyesatkan
nah bila ngga sadar gimana?
menurut saya, tujuan 'mengincar' vipaka baik itu bukanlah hal buruk, namun proses pembelajaran dhamma itu sendiri...
menurut saya sih begitu,
jadi opini saya sih... jika ingin mendapat kondisi baik di kehidupan ini ataupun mendatang, berbuat baik jugalah... hal ini bukan hal yg buruk kok :)
semoga memperjelas bahwa saya tidak menentang perbuatan baik.
QuoteSemoga kali ini bisa jadi jelas bhw :lalu bagaimana seorang tihetuka pugalla terlahir? ???Quotetidak mungkin ada tindakan putthujhana s/s anagami yg bebas total dari LDM
maksud saia itu yg ke dua, jadi dimotivasi karena ada imbalannya..
apakah gak ada cara lain biar orang lebih tertarik belajar dhamma selain dengan iming2 vipaka baik?
QuoteYang justru berbeda dengan kesimpulan bro tesla :yup, disini kita berbeda pendapat...Quoteada tindakan manusia yg bebas dari LDMQuoteada tindakan yg bebas dari LDM terlepas dari apakah dia arahat atau bukan-arahat.
(1) sumedho, bond, markos ---> tindakan bebas dari LDM hanya ada pada arahta
(2) tesla + Kainyn_Kutho, sebaliknya ---> ada pada non-arahat
jujur sih, aye rada bingung sama stand point2x yg ada disini.
Nidana Sutta menjelaskan ada perbuatan yg dilandasi oleh L,D,M akan membuahkan hasil. Lalu perbuatan yg dilandasi tanpa L, tanpa D, tanpa M itu tidak akan membuahkan hasil.
Lalu pendapat aye sama ama om tesla, om bond, ato om markos? itu aja kan maksud dari sutta itu?
QuoteYang justru berbeda dengan kesimpulan bro tesla :yup, disini kita berbeda pendapat...Quoteada tindakan manusia yg bebas dari LDMQuoteada tindakan yg bebas dari LDM terlepas dari apakah dia arahat atau bukan-arahat.
(1) sumedho, bond, markos ---> tindakan bebas dari LDM hanya ada pada arahta
(2) tesla + Kainyn_Kutho, sebaliknya ---> ada pada non-arahat
Seperti saya post sebelumnya bahwa ADA kamma yang bukan gelap dan bukan terang, menghasilkan akibat bukan gelap dan bukan terang yang membawa pada lenyapnya kamma.
Jadi pada orang non-Arahat, hanya kamma jenis inilah yang membawa kepada Magga-Phala. Kamma lainnya hanya membawa pada kebahagiaan dan penderitaan samsara.
Segala perbuatan baik, bukan berarti tidak perlu, tetapi perbuatan baik seberapapun banyaknya, tidak membawa mahluk pada pembebasan (magga-phala), namun menghasilkan kehidupan dan kondisi yang baik. Itulah sebabnya memberi persembahan yang paling mulia, melakukan kebajikan yang paling hebat, tidak akan membawa orang mencapai kesucian pula.
Tindakan seorang Putujjhana, menurut saya, bisa saja terbebas dari LDM, namun memang karena akarnya masih ada, maka tidak konstan demikian. Pada diri seorang Arahat, maka bukan LDM, bukan pula aLaDaM, makanya disebut Kiriya, karena sudah bukan terkondisi oleh LDM, maupun aLaDaM.
jujur sih, aye rada bingung sama stand point2x yg ada disini.
Nidana Sutta menjelaskan ada perbuatan yg dilandasi oleh L,D,M akan membuahkan hasil. Lalu perbuatan yg dilandasi tanpa L, tanpa D, tanpa M itu tidak akan membuahkan hasil.
Lalu pendapat aye sama ama om tesla, om bond, ato om markos? itu aja kan maksud dari sutta itu?
Kalau aLaDaM tidak membuahkan hasil, lalu bagaimana orang terlahir di Sorga? Bukankah orang terlahir di Sorga karena dana (aL) dan Moralitas? Atau bagaimana dengan alam Brahma? Bukankah orang terlahir di alam Brahma karena Metta (aD) dan tidak adanya nafsu indriah (aL)?
Kalo yg aye tangkep sih, non arahant yah masih ada LDM, semua perbuatannya berlandaskan itu, mau baik atau buruk.jujur sih, aye rada bingung sama stand point2x yg ada disini.
Nidana Sutta menjelaskan ada perbuatan yg dilandasi oleh L,D,M akan membuahkan hasil. Lalu perbuatan yg dilandasi tanpa L, tanpa D, tanpa M itu tidak akan membuahkan hasil.
Lalu pendapat aye sama ama om tesla, om bond, ato om markos? itu aja kan maksud dari sutta itu?
Kalau aLaDaM tidak membuahkan hasil, lalu bagaimana orang terlahir di Sorga? Bukankah orang terlahir di Sorga karena dana (aL) dan Moralitas? Atau bagaimana dengan alam Brahma? Bukankah orang terlahir di alam Brahma karena Metta (aD) dan tidak adanya nafsu indriah (aL)?
Kalo yg aye tangkep sih, non arahant yah masih ada LDM, semua perbuatannya berlandaskan itu, mau baik atau buruk.
LDM itu bukan sesuatu yg menempel pada perbuatannya, tapi pada batinnya.
Kalau soal 4 jenis kamma, itu semua masih ada cetana. Sedangkan pada arahant tidak bercetana. jadi tidak masuk kategori dari 4 jenis kamma itu.
Aladamnya 9 bagi yg masuk sorga masih ada dualisme, aladam total nilainya 10 --> arahanta-->tidak ada dualisme
yg masuk alam brahma memang tidak ada nafsu indria tetapi masih ada tanha yg paling halus
nilai 9 inilah yg mungkin dimaksud abhidhamma, kalau kita memperbandingkan dengan isi sutta
karena ironisnya saia pernah bertanya kepada banyak orang,
apabila berbuat kebajikan dan tidak membuahkan vipaka baik apakah akan tetap dilakukan?
jawabnya tidak! tujuan mereka benar hanya 'mengincar' vipaka baik dibalik perbuatannya
Segala perbuatan baik, bukan berarti tidak perlu, tetapi perbuatan baik seberapapun banyaknya, tidak membawa mahluk pada pembebasan (magga-phala), namun menghasilkan kehidupan dan kondisi yang baik. Itulah sebabnya memberi persembahan yang paling mulia, melakukan kebajikan yang paling hebat, tidak akan membawa orang mencapai kesucian pula.
[at] ko kaiynQuoteSegala perbuatan baik, bukan berarti tidak perlu, tetapi perbuatan baik seberapapun banyaknya, tidak membawa mahluk pada pembebasan (magga-phala), namun menghasilkan kehidupan dan kondisi yang baik. Itulah sebabnya memberi persembahan yang paling mulia, melakukan kebajikan yang paling hebat, tidak akan membawa orang mencapai kesucian pula.
perbuatan baik memang mendukung kondisi mencapai nibbana, tapi kebajikan saja tidak akan pernah cukup kan?
by markos
disitu sudah jelas mengacu pada batin yg sudah terbebas dari keserakahan, kebencian dan kebodohan batin.....(ketiganya semuanya-->lihat sutta yg dibold coklat)
Jadi disini jelas sudah mengacu pada batin seorang Arahant, bukan seorang putthujhana yg notabene masih tertutup oleh keserakahan, kebencian dan kebodohan batin......
yg tadi saya minta bro tesla utk dapat melihat level dan penggunaannya.......
Jadi bukan masalah abhidhamma atau sutta yg berbeda namun kekurang jelian kita dalam menangkap pengartian sutta secara keseluruhan
Maksud saia, pada Nidana sutta itu berbicara kondisi batinnya, bukan orangnya. Jadi kalau orangnya sudah tidak ada LDM sama sekali, maka perbuatan tersebut ditinggalkan. Kalau masih ada LDM, maka perbuatan itu masih mengikutinya utk berbuah. Bukan berarti perbuatannya semua pasti berdasarkan LDM. Berlandaskan yg saya maksud adalah batin dari si pelaksana, bukan perbuatannya, maka itu saya sudah tulis sebelumnya spaya tidak salah tangkap.Kalo yg aye tangkep sih, non arahant yah masih ada LDM, semua perbuatannya berlandaskan itu, mau baik atau buruk.
LDM itu bukan sesuatu yg menempel pada perbuatannya, tapi pada batinnya.
Kalau soal 4 jenis kamma, itu semua masih ada cetana. Sedangkan pada arahant tidak bercetana. jadi tidak masuk kategori dari 4 jenis kamma itu.
Betul, Non-Arahat masih ada akar LDM, tetapi 'kan bukan berarti SEMUA perbuatannya adalah berakar dari LDM. Untuk aM sih mungkin rada susah dijelaskan, karena kalau sudah aM, sudah pasti minimal Sotapanna. Tapi misalnya saja jika seorang putujjhana atau bahkan bukan Buddhis mencapai jhana lewat metta-bhavana, apakah akar LD melandasi jhananya?
Kalau tidak salah, dalam Arahat juga masih disebut cetana, tetapi cetana itu tidak cukup kuat untuk menghasilkan kamma baru karena tidak memiliki akar (ahetu), maka disebut kiriya.
"And what is kamma that is neither dark nor bright with neither dark nor bright result, leading to the ending of kamma? right view, right resolve, right speech, right action, right livelihood, right effort, right mindfulness, right concentration. This is called kamma that is neither dark nor bright with neither dark nor bright result, leading to the ending of kamma."
Maksud saia,Ntar diminta royalti sama orangnya lho... ;D
pada Nidana sutta itu berbicara kondisi batinnya, bukan orangnya. Jadi kalau orangnya sudah tidak ada LDM sama sekali, maka perbuatan tersebut ditinggalkan. Kalau masih ada LDM, maka perbuatan itu masih mengikutinya utk berbuah. Bukan berarti perbuatannya semua pasti berdasarkan LDM. Berlandaskan yg saya maksud adalah batin dari si pelaksana, bukan perbuatannya, maka itu saya sudah tulis sebelumnya spaya tidak salah tangkap.
Soal cetana pada arahant, ada rujukannya om?
bayar pake grp deh ^-^
nah... ini sudah hal berbeda.QuoteQuoteSemoga kali ini bisa jadi jelas bhw :lalu bagaimana seorang tihetuka pugalla terlahir? ???Quotetidak mungkin ada tindakan putthujhana s/s anagami yg bebas total dari LDM
bagaimana saya balik pertanyaanya, apakah tihetuka puggala masih ada LDM, walaupun setitik noda saja? ;D
karena sampai alam brahma yg tertinggi saja masih ada avijja yg sangat halus dalam bentuk tanha yg juga suangat halus ;D nah ini bagaimana?
Hmmm... kelihatannya terjadi miskomunikasi, lebih baik kita pstikan dulu, perbautan baik mana yg kita diskusikan sekarang:
~ Perbuatan baik yg dimotivasi oleh batin positif (metta / karuna)
ataukah
~ Perbuatan baik yg dimotivasi oleh keinginan2 menguntungkan diri sendiri (lobha)?
Perbuatan baik yg pertama adalah universal. Seseorang yg tidak mengenal Buddha Dhamma-pun dapat berbuat baik dan akan berefek positif terhadap batinnya. Misalnya orang non Buddhist yg berdana kepada pengemis karena rasa kasihan yg timbul. Meski tidak mengerti kamma vipaka, orang ini -telah mengikis sedikit ego nya. Inilah konteks perbuatan baik yg saya maksud selama ini.
Kenyataanya, sangatlah banyak orang2 yg berbuat baik karena 'hanya ingin menolong orang lain (tanpa mengharapkan akibat pada diri sendiri)'.... <--- tindakan inilah yg sy maksud selama diskusi disini.memang ada orang yg berbuat dg tanpa membedakan utk orang lain atau utk diri sendiri.
Jadi sebenarnya tulisan markos sudah jelas bagaimana seharusnya kita menggunakan kata aladam tadi dengan mengerti untuk siapa kalimat tersebut ditujukan(level dan penggunaanya).sepertinya memang tidak ada titik temu di antara kita :whistle:
Jadi dalam abhidhamma adalah mengenai kusala dan akusala
Dalam sutta mengenai aladam nya arahat--Kiriya tadi.
Lalu mengapa kusala menyebabkan kelahiran kembali. Karena biasanya dalam kusala kamma orang tersebut batinnya dalam hal ini perasaanya akan bergetar (entah itu senang,bahagia,puas dsb yg baik2 tentunya) atau bisa disebut adanya respon emosional yg sangat halus. Inilah yg paling sulit dilewati yaitu moha--avijja, kenapa muncul senang, bahagia, puas karena ia belum menumpas semua LDM ke akarnya. Cuma dapat nilai 9 masih ada minus satu ;Dperasaan bahagia masih ada pada arahat & buddha, berdasarkan abhidhamma.
Soal cetana pada arahant, ada rujukannya om?arahat tidak-bercetana lagi ada rujukannya jg?
Soal cetana pada arahant, ada rujukannya om?
nah... ini sudah hal berbeda.QuoteQuoteSemoga kali ini bisa jadi jelas bhw :lalu bagaimana seorang tihetuka pugalla terlahir? ???Quotetidak mungkin ada tindakan putthujhana s/s anagami yg bebas total dari LDM
bagaimana saya balik pertanyaanya, apakah tihetuka puggala masih ada LDM, walaupun setitik noda saja? ;D
karena sampai alam brahma yg tertinggi saja masih ada avijja yg sangat halus dalam bentuk tanha yg juga suangat halus ;D nah ini bagaimana?
pernyataan pertama, adalah masalah tindakan
pertanyaan kedua adalah apakah tihetuka puggala masih ada LDM.
tadi sdr. bond bilang tindakan s/d anagami tidak ada yg bebas dari LDM, oleh sebab itu saya bertanya, bagaimana seorang tihetuka puggala terlahir.
Jadi sebenarnya tulisan markos sudah jelas bagaimana seharusnya kita menggunakan kata aladam tadi dengan mengerti untuk siapa kalimat tersebut ditujukan(level dan penggunaanya).sepertinya memang tidak ada titik temu di antara kita :whistle:
Jadi dalam abhidhamma adalah mengenai kusala dan akusala
Dalam sutta mengenai aladam nya arahat--Kiriya tadi.
bagi saya, sutta tsb mengacu pada tindakan seseorang, apakah bebas dari LDM? --- benar2 sebatas kalimat pada sutta, tanpa ada penghubungan dg sutta lain atau abhidhamma.
dipihak lain, rekan2 melihat bahwa berdasarkan abhidhamma, hal itu hanya mengacu pada arahat. (tidak berlaku utk non-arahat)...
biarlah ini menjadi perbedaan :whistle:
tidak perlu lagi diperpanjang :P
_/\_QuoteLalu mengapa kusala menyebabkan kelahiran kembali. Karena biasanya dalam kusala kamma orang tersebut batinnya dalam hal ini perasaanya akan bergetar (entah itu senang,bahagia,puas dsb yg baik2 tentunya) atau bisa disebut adanya respon emosional yg sangat halus. Inilah yg paling sulit dilewati yaitu moha--avijja, kenapa muncul senang, bahagia, puas karena ia belum menumpas semua LDM ke akarnya. Cuma dapat nilai 9 masih ada minus satu ;Dperasaan bahagia masih ada pada arahat & buddha, berdasarkan abhidhamma.
ada donk,Soal cetana pada arahant, ada rujukannya om?arahat tidak-bercetana lagi ada rujukannya jg?
Staying at Savatthi... [the Blessed One said,] "What one intends, what one arranges, and what one obsesses about:1 This is a support for the stationing of consciousness. There being a support, there is a landing [or: an establishing] of consciousness. When that consciousness lands and grows, there is the production of renewed becoming in the future. When there is the production of renewed becoming in the future, there is future birth, aging & death, sorrow, lamentation, pain, distress, & despair. Such is the origination of this entire mass of suffering & stress.
"If one doesn't intend and doesn't arrange, but one still obsesses [about something], this is a support for the stationing of consciousness. There being a support, there is a landing of consciousness. When that consciousness lands and grows, there is the production of renewed becoming in the future. When there is the production of renewed becoming in the future, there is future birth, aging & death, sorrow, lamentation, pain, distress, & despair. Such [too] is the origination of this entire mass of suffering & stress.
"But when one doesn't intend, arrange, or obsess [about anything], there is no support for the stationing of consciousness. There being no support, there is no landing of consciousness. When that consciousness doesn't land & grow, there is no production of renewed becoming in the future. When there is no production of renewed becoming in the future, there is no future birth, aging & death, sorrow, lamentation, pain, distress, or despair. Such is the cessation of this entire mass of suffering & stress."
Tihetuka puggala juga belum bebas dari LDM.(kalau kita berdasarkan sutta dan jika memang menurut sutta yg sedang dibahas)
Jadi kalau kita berbicara aladam secara harafiah maka konteksnya adalah sutta yg sedang dibicarakan. Tapi jika kita memahami dengan kebijaksanaan harus melihat secara keseluruhan konteks dengan arti yg terkandung didalamnya dalam hal ini sutta dan abhidhamma(tihetuka-->aladam -1)
betul, tapi beda dalam hal meresponnya dan jenis bahagianya antara arahat/Buddha dengan yg belum . Jadi apa yg saya tulis diatas adalah batin yg bukan pada arahat / Buddha ;D
Om tesla... ditunggu rujukan Cetana pada arahant (minimal savaka buddha)... dan kalau bisa rujukan dari theravada, karena kalau dari mahayana, arahant sravaka masih ada cetana untuk mencapai arahant sammasambuddha...
Quote from: SN 12.38 Cetana SuttaStaying at Savatthi... [the Blessed One said,] "What one intends, what one arranges, and what one obsesses about:1 This is a support for the stationing of consciousness. There being a support, there is a landing [or: an establishing] of consciousness. When that consciousness lands and grows, there is the production of renewed becoming in the future. When there is the production of renewed becoming in the future, there is future birth, aging & death, sorrow, lamentation, pain, distress, & despair. Such is the origination of this entire mass of suffering & stress.
"If one doesn't intend and doesn't arrange, but one still obsesses [about something], this is a support for the stationing of consciousness. There being a support, there is a landing of consciousness. When that consciousness lands and grows, there is the production of renewed becoming in the future. When there is the production of renewed becoming in the future, there is future birth, aging & death, sorrow, lamentation, pain, distress, & despair. Such [too] is the origination of this entire mass of suffering & stress.
"But when one doesn't intend, arrange, or obsess [about anything], there is no support for the stationing of consciousness. There being no support, there is no landing of consciousness. When that consciousness doesn't land & grow, there is no production of renewed becoming in the future. When there is no production of renewed becoming in the future, there is no future birth, aging & death, sorrow, lamentation, pain, distress, or despair. Such is the cessation of this entire mass of suffering & stress."
Om tesla... ditunggu rujukan Cetana pada arahant (minimal savaka buddha)... dan kalau bisa rujukan dari theravada, karena kalau dari mahayana, arahant sravaka masih ada cetana untuk mencapai arahant sammasambuddha...
[at] dilbert,
ini diposting oleh Sumedho, tapi tidak menunjuk ke Savaka Buddha atau Sammasam Buddha...Quote from: SN 12.38 Cetana SuttaStaying at Savatthi... [the Blessed One said,] "What one intends, what one arranges, and what one obsesses about:1 This is a support for the stationing of consciousness. There being a support, there is a landing [or: an establishing] of consciousness. When that consciousness lands and grows, there is the production of renewed becoming in the future. When there is the production of renewed becoming in the future, there is future birth, aging & death, sorrow, lamentation, pain, distress, & despair. Such is the origination of this entire mass of suffering & stress.
"If one doesn't intend and doesn't arrange, but one still obsesses [about something], this is a support for the stationing of consciousness. There being a support, there is a landing of consciousness. When that consciousness lands and grows, there is the production of renewed becoming in the future. When there is the production of renewed becoming in the future, there is future birth, aging & death, sorrow, lamentation, pain, distress, & despair. Such [too] is the origination of this entire mass of suffering & stress.
"But when one doesn't intend, arrange, or obsess [about anything], there is no support for the stationing of consciousness. There being no support, there is no landing of consciousness. When that consciousness doesn't land & grow, there is no production of renewed becoming in the future. When there is no production of renewed becoming in the future, there is no future birth, aging & death, sorrow, lamentation, pain, distress, or despair. Such is the cessation of this entire mass of suffering & stress."
Saya mau tanya saja, jika pada Arahat sudah tidak ada cetana lagi, lalu mereka menentukan pikiran, ucapan, dan perbuatan mereka sehari-hari berdasarkan apa?
[at] dilbert
dari sisi theravada, seorang arahat (savaka Buddha) tidak terlahir lagi.
tidak melanjutkan perjalanan kesucian menjadi seorang sammasam buddha.
jadi ada perbedaan fundamental antara mahayana & theravada di sini.
& di sutta theravada ini (cetana sutta), sudut pandangnya adalah terbalik,
yaitu bukan tingkat kesucian yg menandakan niat, rencana, keinginan seseorang.
melainkan niat, rencana & keinginan seseoranglah yg menentukan apakah akan terlahir lagi atau tidak (pencapaian nibbana?).
kalau sudah tidak berniat, rencana & keinginan, maka tidak ada kehidupan mendatang.
Maksud saia, pada Nidana sutta itu berbicara kondisi batinnya, bukan orangnya. Jadi kalau orangnya sudah tidak ada LDM sama sekali, maka perbuatan tersebut ditinggalkan. Kalau masih ada LDM, maka perbuatan itu masih mengikutinya utk berbuah. Bukan berarti perbuatannya semua pasti berdasarkan LDM. Berlandaskan yg saya maksud adalah batin dari si pelaksana, bukan perbuatannya, maka itu saya sudah tulis sebelumnya spaya tidak salah tangkap.Kalo yg aye tangkep sih, non arahant yah masih ada LDM, semua perbuatannya berlandaskan itu, mau baik atau buruk.
LDM itu bukan sesuatu yg menempel pada perbuatannya, tapi pada batinnya.
Kalau soal 4 jenis kamma, itu semua masih ada cetana. Sedangkan pada arahant tidak bercetana. jadi tidak masuk kategori dari 4 jenis kamma itu.
Betul, Non-Arahat masih ada akar LDM, tetapi 'kan bukan berarti SEMUA perbuatannya adalah berakar dari LDM. Untuk aM sih mungkin rada susah dijelaskan, karena kalau sudah aM, sudah pasti minimal Sotapanna. Tapi misalnya saja jika seorang putujjhana atau bahkan bukan Buddhis mencapai jhana lewat metta-bhavana, apakah akar LD melandasi jhananya?
Kalau tidak salah, dalam Arahat juga masih disebut cetana, tetapi cetana itu tidak cukup kuat untuk menghasilkan kamma baru karena tidak memiliki akar (ahetu), maka disebut kiriya.
Soal cetana pada arahant, ada rujukannya om?
eniwei, utk kamma bukan terang ataupun gelap,Quote from: AN 4.235"And what is kamma that is neither dark nor bright with neither dark nor bright result, leading to the ending of kamma? right view, right resolve, right speech, right action, right livelihood, right effort, right mindfulness, right concentration. This is called kamma that is neither dark nor bright with neither dark nor bright result, leading to the ending of kamma."
Soal cetana pada arahant, ada rujukannya om?
Ini dari Abhidhammattha-Sangaha:
"In the Kriyà Javanas, which are experienced only by Buddhas and Arahants, the respective Cetanàs lack Kamma creative power."
"Dalam Javana Kriya, yang dialami hanya oleh Para Buddha dan Arahat, masing-masing Cetana kekurangan kekuatan pembentuk kamma."
Saya mau tanya saja, jika pada Arahat sudah tidak ada cetana lagi, lalu mereka menentukan pikiran, ucapan, dan perbuatan mereka sehari-hari berdasarkan apa?
sepertinya tindakan, perbuatan, ucapan, kehendak seorang arahat tidak lagi sama seperti putthujana... namun karena bahasa yg terbatas, maka tetap digunakan kata 'kehendak' (CMIIW)
mungkin yg ada pada arahat itu tinggal '(melihat) apa adanya' (apa bahasa palinya yah? yam yam tom yam... ga ingat :P )
coba telaah kembali pelajaran ttg kamma itu dgn lbh teliti.
jika tindakan dgn niat baik tidak harus/tidak pasti menghasilkan buah karma baik
dan
jika tindakan dgn niat buruk tidak harus /tidak pasti menghasilkan buah karma buruk ...
apa sebenarnya maksud dari pengetahuan ttg karmic effect buddhism itu (???)
ika.
Jadi kundalini bangkit itu baik atau buruk?
Jadi kundalini bangkit itu baik atau buruk?
IMHO, sedemikian banyak para awam dgn sadar atau tanpa disadarinya cenderung menghubungkan "segala sesuatu" dgn "tokoh tertentu" telbh dulu sebelum berani secara fair dan apa adanya menyatakan pendaptnya terhdp "segala sesuatu" itu.
jika tulisan di atas saya hubungkan dgn hal Kundalini dan Kebangkitannya, maka pertanyaanya adalah sbb:
jika Kebangkitan Kundalini tsb dihubungkan dgn Petapa Siddharta atau Sang Buddha, apakah Kebangkitan Kundalini itu baik atau buruk???
jika hal yang sama itu dihubungkan dgn "seseorg" yang belum dan bukan "tokoh" terkenal, apakah Kebangkitan Kundalini pada diri org itu baik atau buruk???
ika.
ampunnn Diiii Jeeee.....
^:)^ ^:)^ ^:)^
::