Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Buddhisme Awal, Sekte dan Tradisi => Theravada => Topic started by: ika_polim on 19 December 2008, 12:27:17 PM

Title: tindakan netral (???)
Post by: ika_polim on 19 December 2008, 12:27:17 PM
Dearest Bros & Sis,

... ... ... dikisahkan bahwa pada saat para bhikku melatih meditasi jalan dan menginjak binatang2 kecil ditanah, hal penginjakan binatang kecil ditanah tsb disebut sebagai "berada diluar karmic effect" (!!!) yang tidak akan menghasilkan buah karma buruk (!!!).

pertanyaan:

jika demikian, tentunya juga ada tindakan yang walaupun "baik" namun tidak akan membuahkan buah karma baik bukan (???), krn berada diluar karmic effect (!!!).


ika.
Title: Re: tindakan netral (???)
Post by: Nevada on 19 December 2008, 12:29:34 PM
Kalau sudah tidak ada lagi cetana (kehendak), jadi tidak lagi berbuat atas kehendak baik atau kehendak buruk...
Title: Re: tindakan netral (???)
Post by: Lily W on 19 December 2008, 12:37:55 PM
Dearest Bros & Sis,

... ... ... dikisahkan bahwa pada saat para bhikku melatih meditasi jalan dan menginjak binatang2 kecil ditanah, hal penginjakan binatang kecil ditanah tsb disebut sebagai "berada diluar karmic effect" (!!!) yang tidak akan menghasilkan buah karma buruk (!!!).

pertanyaan:

jika demikian, tentunya juga ada tindakan yang walaupun "baik" namun tidak akan membuahkan buah karma baik bukan (???), krn berada diluar karmic effect (!!!).


ika.

Bro Ika yang baik...

Yang saya bold itu... minta referensinya donk?

_/\_ :lotus:
Title: Re: tindakan netral (???)
Post by: Reenzia on 19 December 2008, 12:43:42 PM
 [at] bro_ika

ah masa sih?
Title: Re: tindakan netral (???)
Post by: Che Na on 19 December 2008, 12:44:15 PM
Kalau sudah tidak ada lagi cetana (kehendak), jadi tidak lagi berbuat atas kehendak baik atau kehendak buruk...

"Spontanitas" ! yang mana tidak lagi mengharapkan/memusingkan  atas apapun  yang "diterimanya" dikemudian hari.
Title: Re: tindakan netral (???)
Post by: Reenzia on 19 December 2008, 12:49:43 PM
Dearest Bros & Sis,

... ... ... dikisahkan bahwa pada saat para bhikku melatih meditasi jalan dan menginjak binatang2 kecil ditanah, hal penginjakan binatang kecil ditanah tsb disebut sebagai "berada diluar karmic effect" (!!!) yang tidak akan menghasilkan buah karma buruk (!!!).

pertanyaan:

jika demikian, tentunya juga ada tindakan yang walaupun "baik" namun tidak akan membuahkan buah karma baik bukan (???), krn berada diluar karmic effect (!!!).


ika.

yang saia bold itu termasuk dalam kutipan atau persepsi anda ya?
Title: Re: tindakan netral (???)
Post by: ryu on 19 December 2008, 01:10:53 PM
Sepertinya memang mending nunggu IP kesini lagi.
Soalnya yang sudah2 jawaban rekan2 koq tidak ditanggapi :)
Title: Re: tindakan netral (???)
Post by: William_phang on 19 December 2008, 01:21:23 PM
Sepertinya memang mending nunggu IP kesini lagi.
Soalnya yang sudah2 jawaban rekan2 koq tidak ditanggapi :)

Kayaknya tidak akan bakal ditanggapi deh ama bro IP...hehe
Title: Re: tindakan netral (???)
Post by: Lily W on 19 December 2008, 01:43:26 PM
Sepertinya memang mending nunggu IP kesini lagi.
Soalnya yang sudah2 jawaban rekan2 koq tidak ditanggapi :)

Kayaknya tidak akan bakal ditanggapi deh ama bro IP...hehe

Ya Yalah.... itu udah STYLE nya :))

_/\_ :lotus:
Title: Re: tindakan netral (???)
Post by: Lily W on 19 December 2008, 01:44:21 PM
Kalau sudah tidak ada lagi cetana (kehendak), jadi tidak lagi berbuat atas kehendak baik atau kehendak buruk...

"Spontanitas" ! yang mana tidak lagi mengharapkan/memusingkan  atas apapun  yang "diterimanya" dikemudian hari.

Nah... yg gini2 yg di sukai Bro Ika P... ;D

_/\_ :lotus:
Title: Re: tindakan netral (???)
Post by: markosprawira on 19 December 2008, 01:47:21 PM
Dearest Bros & Sis,

... ... ... dikisahkan bahwa pada saat para bhikku melatih meditasi jalan dan menginjak binatang2 kecil ditanah, hal penginjakan binatang kecil ditanah tsb disebut sebagai "berada diluar karmic effect" (!!!) yang tidak akan menghasilkan buah karma buruk (!!!).

pertanyaan:

jika demikian, tentunya juga ada tindakan yang walaupun "baik" namun tidak akan membuahkan buah karma baik bukan (???), krn berada diluar karmic effect (!!!).


ika.

Salah satu syarat "membunuh" adalah adanya "cetana" atau niat, dan ini tidak diceritakan pada "kutipan" anda diatas

disini pak ika sudah memotong cerita secara keseluruhan sehingga membuat bias bhw seolah2 ada perbuatan membunuh tp ga membuahkan vipaka

itu sudah menjerumuskan loh......   ???
Title: Re: tindakan netral (???)
Post by: nyanadhana on 19 December 2008, 01:49:37 PM
bro Ika ajarin Kundalini donk
Title: Re: tindakan netral (???)
Post by: William_phang on 19 December 2008, 01:52:18 PM
bro Ika ajarin Kundalini donk

Kayaknya harus bayar deh bro nyana
Title: Re: tindakan netral (???)
Post by: markosprawira on 19 December 2008, 01:54:36 PM
Kalau sudah tidak ada lagi cetana (kehendak), jadi tidak lagi berbuat atas kehendak baik atau kehendak buruk...

"Spontanitas" ! yang mana tidak lagi mengharapkan/memusingkan  atas apapun  yang "diterimanya" dikemudian hari.

spontan itu adalah cerminan dari batin yg dilatih sekian lama, sis....... mknya bisa spontan "membunuh"

kalo tidak ada niat, itu namanya "tidak sengaja"

contoh :
1. begitu liat semut, dia "spontan" membunuh : disini jelas bgt ada niat/cetana
2. karena tidak liat ada semut maka dia "tidak sengaja" membunuh semut : disini tidak ada niat/cetana

tolong dibedakan yah........
Title: Re: tindakan netral (???)
Post by: g.citra on 19 December 2008, 01:55:17 PM
Quote
jika demikian, tentunya juga ada tindakan yang walaupun "baik" namun tidak akan membuahkan buah karma baik bukan (Huh?), krn berada diluar karmic effect (!!!).

coba kita ambil sebuah contoh tindakan...  :-?

Bagaimana dengan " MUTER-MUTER "... apakah anda setuju dengan contoh tersebut... :))
Title: Re: tindakan netral (???)
Post by: Sumedho on 19 December 2008, 01:57:45 PM
Kalau sudah tidak ada lagi cetana (kehendak), jadi tidak lagi berbuat atas kehendak baik atau kehendak buruk...

"Spontanitas" ! yang mana tidak lagi mengharapkan/memusingkan  atas apapun  yang "diterimanya" dikemudian hari.
spontan tapi bukan berarti tanpa cetana loh. Banyak yg bertindak (dengan cetana) tapi spontan koq. Ada yg membunuh, ada yg menolong dst
Title: Re: tindakan netral (???)
Post by: williamhalim on 19 December 2008, 03:00:31 PM
Kalau sudah tidak ada lagi cetana (kehendak), jadi tidak lagi berbuat atas kehendak baik atau kehendak buruk...

"Spontanitas" ! yang mana tidak lagi mengharapkan/memusingkan  atas apapun  yang "diterimanya" dikemudian hari.

'Spontan' atau 'tidak spontan' tetap telah melewati pertimbangan dan membutuhkan keputusan.

Kedua tindakan ini hanya berbeda dari segi 'waktu pertimbangan'.

Tindakan 'spontan', pertimbangannya memerlukan waktu yg sedikit, sedangkan tindakan 'tidak spontan' pertimbangannya memerlukan waktu yg lebih lama daripada tindakan 'spontan'.

Kita ambil contoh: mencuri.

Seseorang yg belum pernah mencuri, akan berpikir keras puluhan kali sebelum mencuri sebuah jam yg tergeletak diatas meja. "ambil.. nggak... ambil... nggak....". Akhirnya keputusan diambil, jam disamber dgn gugup sembari keringat dingin keluar segede jagung. Namun, ketika perbuatan tsb lolos, dan kesempatan berikutnya muncul, 'waktu pertimbangan' yg dibutuhkan tidaklah selama kali pertama perbuatan tsb dilakukan. Jika telah sering melakukannya, maka ketika melewati sebuah jam yg tergeletak diatas meja, maka ... syut... dengan pertimbangan yg hanya 'sepersekian mili detik' jam tsb disamber... kita menyebutnya 'spontan'.

Jadi 'spontan' adalah suatu tindakan yg telah dipelajari berulang-ulang.... mungkin hasil didikan selama hidup ini sedari kecil, atau bisa juga hasil bawaan kebiasaan dari kehidupan lampau.

Maka dari itu, Sang Buddha mengajarkan kepada kita untuk tidak melewatkan kesempatan berbuat baik sekecil apapun (demi mendidik kebiasaan baik kita) dan untuk menghindari perbuatan jahat sekecil apapun (demi menghindari kemungkinan perbuatan tsb akan menjadi kebiasaan kita).

::

Title: Re: tindakan netral (???)
Post by: tesla on 19 December 2008, 03:27:25 PM
Dearest Bros & Sis,

... ... ... dikisahkan bahwa pada saat para bhikku melatih meditasi jalan dan menginjak binatang2 kecil ditanah, hal penginjakan binatang kecil ditanah tsb disebut sebagai "berada diluar karmic effect" (!!!) yang tidak akan menghasilkan buah karma buruk (!!!).
karmic effect itu maksudnya apa?
contohnya bagaimana?
apa karmic effect seseorang yg bukan sedang bermeditasi jalan kemudian menginjak mati seekor serangga?

Quote
pertanyaan:

jika demikian, tentunya juga ada tindakan yang walaupun "baik" namun tidak akan membuahkan buah karma baik bukan (???), krn berada diluar karmic effect (!!!).

ika.
segala tindakan yg tidak berdasarkan atas keserakahan, kebencian & kegelapan bathin tidak lagi menghasilkan karma. sedangkan tindakan yg masih berdasarkan keserakahan, kebencian & kegelapan bathin, walaupun tindakan tersebut dapat dikategorikan baik, tetap saja akan menghasilkan karma.
Title: Re: tindakan netral (???)
Post by: pujianto on 19 December 2008, 09:02:32 PM
Dearest Bros & Sis,

... ... ... dikisahkan bahwa pada saat para bhikku melatih meditasi jalan dan menginjak binatang2 kecil ditanah, hal penginjakan binatang kecil ditanah tsb disebut sebagai "berada diluar karmic effect" (!!!) yang tidak akan menghasilkan buah karma buruk (!!!).

pertanyaan:

jika demikian, tentunya juga ada tindakan yang walaupun "baik" namun tidak akan membuahkan buah karma baik bukan (???), krn berada diluar karmic effect (!!!).


ika.

kalo menginjak Ika Polim  menghasilkan karma buruk gak ya?
Title: Re: tindakan netral (???)
Post by: ryu on 20 December 2008, 08:07:32 AM
lockkkkk! ;D
Title: Re: tindakan netral (???)
Post by: dilbert on 20 December 2008, 08:17:35 AM
Dearest Bros & Sis,

... ... ... dikisahkan bahwa pada saat para bhikku melatih meditasi jalan dan menginjak binatang2 kecil ditanah, hal penginjakan binatang kecil ditanah tsb disebut sebagai "berada diluar karmic effect" (!!!) yang tidak akan menghasilkan buah karma buruk (!!!).

pertanyaan:

jika demikian, tentunya juga ada tindakan yang walaupun "baik" namun tidak akan membuahkan buah karma baik bukan (???), krn berada diluar karmic effect (!!!).


ika.





KUTIPAN dari MILINDA PANHA (BAB Sembilan) bagian 8.

"Tidak, baginda, tidak semua perasaan mempunyai akar pada karma. Ada delapan penyebab timbulnya perasaan:

angin yang berlebihan;
cairan empedu yang berlebihan;
lendir yang berlebihan;
campuran dari tiga cairan tubuh;
variasi temperatur;
stress lingkungan;
pengaruh luar;
karma.


Siapa pun yang berkata, 'Hanya karma yang mengatur makhluk', berarti dia tidak mengikutsertakan tujuh penyebab lainnya. Dan pernyataannya itu salah.
"Bila unsur angin di dalam diri seseorang terganggu, gangguan itu dapat terjadi karena salah satu dari sepuluh penyebab:

karena dingin;
karena panas;
karena lapar;
karena hawa;
karena terlalu banyak makan;
karena berdiri terlalu lama;
karena pengerahan tenaga yang berlebihan;
karena berlari;
karena pengobatan medis; atau
karena akibat dari karma.


Empedu dapat terganggu karena tiga hal: karena dingin; karena panas; atau karena makanan yang tidak tepat. Lendir dapat terganggu karena tiga hal: karena dingin; karena panas; atau karena makan dan minum. Bila ketiga cairan yang terganggu itu bercampur, terjadi rasa sakit tersendiri. Kemudian ada rasa sakit yang timbul dari variasi temperatur, stress lingkungan, dan pengaruh-pengaruh luar. Dan ada juga rasa sakit yang disebabkan oleh karma.
Jadi rasa sakit yang disebabkan oleh karma jauh lebih sedikit dibandingkan dengan rasa sakit yang ditimbulkan oleh penyebab-penyebab lainnya. Orang yang salah pandangan sudah keterlaluan bila mengatakan bahwa segala sesuatu yang dialami itu terjadi sebagai buah dari karma. Tanpa pandangan terang dari seorang Buddha, tidak ada yang dapat menentukan jangkauan dari jalannya karma.
Title: Re: tindakan netral (???)
Post by: markosprawira on 22 December 2008, 03:58:02 PM
segala tindakan yg tidak berdasarkan atas keserakahan, kebencian & kegelapan bathin tidak lagi menghasilkan karma. sedangkan tindakan yg masih berdasarkan keserakahan, kebencian & kegelapan bathin, walaupun tindakan tersebut dapat dikategorikan baik, tetap saja akan menghasilkan karma.

tindakan apakah yg berdasar LDM tapi bisa dikategorikan baik/kusala?

dan selama kita menjadi putthujhana, tindakan apakah yg tidak menghasilkan kamma?
Title: Re: tindakan netral (???)
Post by: tesla on 22 December 2008, 04:39:49 PM
dari ryu, link=topic=4373.msg74222#msg74222 date=1220142191

Sang Buddha berkata :

Ada tiga sumber asal dari tindakan seseorang. Apa yang tiga itu? Keserakahan, kebencian dan kegelapan batin. Setiap tindakan yang dilahirkan, berasal dan timbul dari keserakahan, kebencian dan kegelapan batin akan berbuah, dimanapun dia terlahir kembali; dimanapun tindakan itu berbuah, dia akan mengalami hasilnya, pada kehidupan ini ataupun dikehidupan mendatang.,

Selama kita bertindak dengan didasari keserakahan, kebencian dan kegelapan batin, selama itu pula kita membuat kamma, baik ataupun buruk, dan oleh karenanya kita terlahir kembali. Dengan tercapainya Pencerahan; keserakahan, kebencian dan kegelapan batin telah terkikis habis, dan dengan sendirinya walau kita tetap bertindak, kita tidak menghasilkan kamma baru lagi, dan setelah kematian kita tidak akan terlahir kembali.

Ada tiga sumber asal dari tindakan seseorang. Apa yang tiga itu? Bebas dari keserakahan, kebencian dan kegelapan batin. Setiap tindakan yang dilahirkan, berasal dan timbul dari keadaan terbebas dari keserakahan, kebencian dan kegelapan batin oleh karena keserakahan, kebencian dan kegelapan batin tiada lagi kamma terhenti, terpotong pada akamya,  seperti sisa potongan pohon palma yang tak dapat tumbuh lagi di kemudian hari.

Title: Re: tindakan netral (???)
Post by: Lily W on 22 December 2008, 04:53:22 PM
segala tindakan yg tidak berdasarkan atas keserakahan, kebencian & kegelapan bathin tidak lagi menghasilkan karma. delete...

Maksudnya apa ini?
Kalo Kusala kamma kan tidak berdasarkan atas LDM lho dan hasilnya jg kusala (tanpa LDM).

_/\_ :lotus:

Title: Re: tindakan netral (???)
Post by: tesla on 22 December 2008, 08:03:08 PM
segala tindakan yg tidak berdasarkan atas keserakahan, kebencian & kegelapan bathin tidak lagi menghasilkan karma. delete...

Maksudnya apa ini?
Kalo Kusala kamma kan tidak berdasarkan atas LDM lho dan hasilnya jg kusala (tanpa LDM).

_/\_ :lotus:



kalau ditinjau dari sudut abhidhamma, tindakan yg bebas dari LDM, dikategorikan kusala & ada 2 macam, yaitu yg menghasilkan karma & tidak menghasilkan karma.
yg tidak menghasilkan karma (cmiiw) hanya dapat dilakukan oleh para arahat.
namun dari cuplikan yg saya paste sebelumnya, yg bebas dari LDM tidak lagi menghasilkan karma lagi. itu saja... yg ber-karma adalah tindakan yg berakar pada LDM, baik ataupun buruk.

ini saya ulang:

Ada tiga sumber asal dari tindakan seseorang.
Apa yang tiga itu?
Keserakahan, kebencian dan kegelapan batin.
Setiap tindakan yang dilahirkan, berasal dan timbul dari
keserakahan, kebencian dan kegelapan batin
akan berbuah,
dimanapun dia terlahir kembali;
dimanapun tindakan itu berbuah,
dia akan mengalami hasilnya,
pada kehidupan ini ataupun dikehidupan mendatang.,

Ada tiga sumber asal dari tindakan seseorang.
Apa yang tiga itu?
Bebas dari keserakahan, kebencian dan kegelapan batin.
Setiap tindakan yang dilahirkan, berasal dan timbul dari
keadaan terbebas dari keserakahan, kebencian dan kegelapan batin
oleh karena keserakahan, kebencian dan kegelapan batin tiada lagi
kamma terhenti, terpotong pada akarnya,
seperti sisa potongan pohon palma yang tak dapat tumbuh lagi di kemudian hari.
Title: Re: tindakan netral (???)
Post by: markosprawira on 23 December 2008, 10:27:29 AM
segala tindakan yg tidak berdasarkan atas keserakahan, kebencian & kegelapan bathin tidak lagi menghasilkan karma. delete...

Maksudnya apa ini?
Kalo Kusala kamma kan tidak berdasarkan atas LDM lho dan hasilnya jg kusala (tanpa LDM).

_/\_ :lotus:



kalau ditinjau dari sudut abhidhamma, tindakan yg bebas dari LDM, dikategorikan kusala & ada 2 macam, yaitu yg menghasilkan karma & tidak menghasilkan karma.
yg tidak menghasilkan karma (cmiiw) hanya dapat dilakukan oleh para arahat.
namun dari cuplikan yg saya paste sebelumnya, yg bebas dari LDM tidak lagi menghasilkan karma lagi. itu saja... yg ber-karma adalah tindakan yg berakar pada LDM, baik ataupun buruk.

ini saya ulang:

Ada tiga sumber asal dari tindakan seseorang.
Apa yang tiga itu?
Keserakahan, kebencian dan kegelapan batin.
Setiap tindakan yang dilahirkan, berasal dan timbul dari
keserakahan, kebencian dan kegelapan batin
akan berbuah,
dimanapun dia terlahir kembali;
dimanapun tindakan itu berbuah,
dia akan mengalami hasilnya,
pada kehidupan ini ataupun dikehidupan mendatang.,

Ada tiga sumber asal dari tindakan seseorang.
Apa yang tiga itu?
Bebas dari keserakahan, kebencian dan kegelapan batin.
Setiap tindakan yang dilahirkan, berasal dan timbul dari
keadaan terbebas dari keserakahan, kebencian dan kegelapan batin
oleh karena keserakahan, kebencian dan kegelapan batin tiada lagi
kamma terhenti, terpotong pada akarnya,
seperti sisa potongan pohon palma yang tak dapat tumbuh lagi di kemudian hari.


dear tesla,

mgkn perlu diperjelas bhw ini bukan semata dari sudut abhidhamma, sutta atau vinaya namun demikianlah sesungguhnya secara buddhism

selama kita masih menjadi manusia biasa (belum arahat) maka tindakan kita pada tingkatan JAVANA, hanya terdiri dari KUSALA dan AKUSALA
kusala dan akusala inilah yg membuat kamma vipaka

Pada Arahat, barulah konsep kusala dan akusala digantikan oleh Kiriya.
Title: Re: tindakan netral (???)
Post by: tesla on 23 December 2008, 12:07:41 PM
dear markosprawira,

saya sih tidak tahu jg mana yg benar & mana yg mungkin tidak benar.
kutipan tsb adalah kutipan oleh Venerable S. Dhammika yg diclaim adalah 'kata Buddha'.
referensi suttanya jg saya tidak telusuri ;)

ke2 teori di atas, terlepas dari apakah perbuatan baik adalah berasal dari LDM ataupun bukan.
secara prakteknya, kita tetap saja melaksanakannya sesuai ajaran Buddha:
memperbanyak kebaikan
kurangin kejahatan
& sucikan pikiran

bukankah ini ajaran para Buddha? ;)

utk itu pembahasan apakah perbuatan baik itu berasal dari LDM atau aLaDaM, kita tunda saja setelah kita melaksanakan ajaran Buddha. (setelah pikiran kita telah suci)

_/\_
Title: Re: tindakan netral (???)
Post by: Sumedho on 23 December 2008, 10:09:56 PM
ada pertanyaan nih, apakah kusala kamma itu berdasarkan LDM ?

kalo aye sih jawabnya yg pasti kusala kamma itu berdasarkan cetana :P
Title: Re: tindakan netral (???)
Post by: markosprawira on 24 December 2008, 08:52:32 AM
dear markosprawira,

saya sih tidak tahu jg mana yg benar & mana yg mungkin tidak benar.
kutipan tsb adalah kutipan oleh Venerable S. Dhammika yg diclaim adalah 'kata Buddha'.
referensi suttanya jg saya tidak telusuri ;)

ke2 teori di atas, terlepas dari apakah perbuatan baik adalah berasal dari LDM ataupun bukan.
secara prakteknya, kita tetap saja melaksanakannya sesuai ajaran Buddha:
memperbanyak kebaikan
kurangin kejahatan

& sucikan pikiran

bukankah ini ajaran para Buddha? ;)

utk itu pembahasan apakah perbuatan baik itu berasal dari LDM atau aLaDaM, kita tunda saja setelah kita melaksanakan ajaran Buddha. (setelah pikiran kita telah suci)

_/\_

dear tesla,

Maaf yah, hanya saja saya ngerasa makin aneh.........

Pertama anda menyebutkan :
Quote
memperbanyak kebaikan
kurangin kejahatan

tapi di bawahnya anda sebut :
Quote
utk itu pembahasan apakah perbuatan baik itu berasal dari LDM atau aLaDaM,

lalu darimana anda tahu bhw yg anda praktekkan itu kusala atau akusala, jika LDM atau aLaDaM saja tidak dijelaskan dari awal?

Justru disinilah pentingnya kita tahu, mana yg kusala dan mana yg akusala sehingga kita bisa mencapai kesucian

Orang yg ingin praktek, bukan dengan melepas semua teori, melainkan kemelekatan itulah yg seyogyanya dilepas

Panna/kebijaksanaan terdiri dari 3 yaitu :
1. suttamayapanna : kebijaksanaan yg didapat dari bnyk membaca, berdiskusi dengan guru2
2. cintamayapanna : kebijaksanaan yg didapat dari mempraktekkan
3. bhavanamayapanna : kebijaksanaan yg didapat dari perenungan

Jadi jelas panna itu dapat dicapai dengan sekaligus melaksanakan membaca sutta, praktek serta melaksanakan bhavana, yg kesemuanya akan kembali saling mendukung perkembangan panna lainnya

jika hanya baca saja tanpa praktek, akan membuat seorang menjadi arogan, pintar debat tapi batinnya tidak berkembang
jika praktek tanpa teori, membuat orang ga tau mana kusala dan mana yg akusala
jika kusala dan akusala saja masih tidak jelas, tidak jelas apa yg akan direnungkan

Itu kenapa ketiga hal diatas sangat penting utk dilaksanakan sekaligus, agar dapat saling menopang pencapaian kebijaksanaan secara keseluruhan

semoga bisa bermanfaat bagi kita semua yah  _/\_
Title: Re: tindakan netral (???)
Post by: hatRed on 24 December 2008, 09:03:47 AM
kalo menurut i sih yang penting perenungan itu sendiri dibanding mencari pengetahuan dan praktek.

karena tanpa perenungan seseorang tidak akan mendapat kesimpulan atas 2 tindakan yang lain.

dimana diperlukan evaluasi, (seperti di topik kebijaksanaan dan perasaan).

dan dalam megevaluasi itu ya i pakai pedoman om upasaka aja.

1. apakah merugikan orang lain
2. apakah merugikan diri sendiri
Title: Re: tindakan netral (???)
Post by: markosprawira on 24 December 2008, 09:09:39 AM
dear hat,

jika ada persepsi mana yg lebih penting, akan membuat kita meremehkan hal yg lebih tidak penting

tanpa adanya teori dan praktek, apa yg akan anda renungi?

hasil perenungan, akan membuat kita mengerti teori mana yg bermanfaat dan mana yg tidak, serta bisa menjalankan praktek dengan lebih benar juga

konsep serupa juga berlaku utk sila, samadhi dan panna.
sila yg baik, akan membuat samadhi lebih mudah berkonsentrasi
hasil dari pelaksanaan sila dan samadhi, akan meningkatkan panna
dengan panna yg lebih baik, kita bisa menjalankan sila yg lebih baik juga
dan bersamadhi yg lebih baik juga

demikianlah kesemuanya akan saling mendukung satu dengan yg lainnya, itu kenapa dinamakan JALAN UTAMA berunsur 8, bukan 8 jalan utama yg terpisah2

Bnyk org yg meremehkan sila, menganggap itu adalah sesuatu yg mudah sehingga hanya mau samadhi saja
padahal sampai anagami saja, masih melakukan pembicaraan yg tidak bermanfaat loh
Itu membuktikan betapa sebenarnya sila merupakan sesuatu yg luhur

semoga bs bermanfaat bagi kita semua yah
Title: Re: tindakan netral (???)
Post by: tula on 24 December 2008, 02:12:42 PM

Panna/kebijaksanaan terdiri dari 3 yaitu :
1. suttamayapanna : kebijaksanaan yg didapat dari bnyk membaca, berdiskusi dengan guru2
2. cintamayapanna : kebijaksanaan yg didapat dari mempraktekkan
3. bhavanamayapanna : kebijaksanaan yg didapat dari perenungan

Jadi jelas panna itu dapat dicapai dengan sekaligus melaksanakan membaca sutta, praktek serta melaksanakan bhavana, yg kesemuanya akan kembali saling mendukung perkembangan panna lainnya

jika hanya baca saja tanpa praktek, akan membuat seorang menjadi arogan, pintar debat tapi batinnya tidak berkembang
jika praktek tanpa teori, membuat orang ga tau mana kusala dan mana yg akusala
jika kusala dan akusala saja masih tidak jelas, tidak jelas apa yg akan direnungkan

Itu kenapa ketiga hal diatas sangat penting utk dilaksanakan sekaligus, agar dapat saling menopang pencapaian kebijaksanaan secara keseluruhan

semoga bisa bermanfaat bagi kita semua yah  _/\_

 ^:)^ ^:)^ ^:)^ ^:)^ ^:)^  :x ^-^ ;D :)  =P~:hammer:

Aku rasa di sby perlu orang2 macem bro markos, nyana, sume, dan para dedengkot2 lainnya utk mengajarkan hal2 seperti ini .... turun gunung ke sby dong bang bang  :x
Title: Re: tindakan netral (???)
Post by: markosprawira on 24 December 2008, 02:45:44 PM
dear tula,

di surabaya sebenarnya sudah bnyk org2 "hebat" loh...... bahkan admin www.buddhistonline.com, itu org surabaya loh

hanya saja, bnyk kondisi yg membuat org2 berkualitas spt itu, tidak tampil atau bnyk dikenal....

semoga satu saat nanti, ada kondisi yg bisa membuat kita temu darat yah
Title: Re: tindakan netral (???)
Post by: Brado on 24 December 2008, 02:49:49 PM
At Bro Markos

Buddhistonline webnya sudah ga diupdate deh, makanya saya lari kesini..
Title: Re: tindakan netral (???)
Post by: markosprawira on 24 December 2008, 03:05:17 PM
 [at] Lokkhi : makanya saya sebut "bnyk kondisi yg membuat org2 berkualitas tidak tampil"  :D

dan sisanya sih : no comment deh  :whistle:

end of OOT
Title: Re: tindakan netral (???)
Post by: tesla on 24 December 2008, 03:48:44 PM
dear tesla,

Maaf yah, hanya saja saya ngerasa makin aneh.........

Pertama anda menyebutkan :
Quote
memperbanyak kebaikan
kurangin kejahatan

tapi di bawahnya anda sebut :
Quote
utk itu pembahasan apakah perbuatan baik itu berasal dari LDM atau aLaDaM,

lalu darimana anda tahu bhw yg anda praktekkan itu kusala atau akusala, jika LDM atau aLaDaM saja tidak dijelaskan dari awal?

dear markos,

kita bedah dulu yah... pertama, saya lihat Anda mencampur kebaikan & kejahatan dgn kusala & akusala. bagi saya itu 2 hal yg berbeda... kebaikan & kejahatan berbeda dg kusala, bermanfaat (bagi perkembangan batin) & akusala.

bagi saya, saya setuju dg ven. s. dhammika, bahwa perbuatan baik pun bila ditelusuri didasari oleh LDM...
nah, apakah perbuatan baik itu akusala atau kusala? menurut saya, tindakan yg didasari LDM, tetap akan menghasilkan karma, tidak membawa pada terputusnya kelahiran. apakah bermanfaat atau tidak? bisa bermanfaat bisa jg tidak.
demikian jg halnya dg perbuatan jahat. bisa bermanfaat, bisa juga tidak.
murid Buddha tidak semua orang baik, tidak sedikit yg jahat.

kedua, Anda berpendapat bahwa utk melakukan suatu perbuatan baik (dalam konteks akusala=baik), seseorang harus tau apa itu Lobha, Dosa & Moha (dan aLaDaM). perlu diingat bahwa dalam mengajar murid yg dalam hal intelektual rendah. Sang Buddha tidak mengajarkan apa itu LDM, aLaDaM, tindakan yg berasal dari LDM ataupun tindakan yg bebas dari LDM (aLaDaM). & toh akhirnya ia bisa mencapai tahapan arahat kan?


Quote
Justru disinilah pentingnya kita tahu, mana yg kusala dan mana yg akusala sehingga kita bisa mencapai kesucian
saya tahu mana faktor batin yg kusala berdasarkan pengetahuan abhidhamma...
mis: mudita, viriya, hiri, ottapa, dsb
namun saya tidak berpendapat hal tsb penting utk diketahui.
Sang Buddha mengajar dg berbagai cara, mungkin membedah niat & perbuatan kita adalah salah satu cara yg diajarkan & tertulis di abhidhamma. tapi bukan 1 1 nya cara.

Quote
Orang yg ingin praktek, bukan dengan melepas semua teori, melainkan kemelekatan itulah yg seyogyanya dilepas
ketika seseorang sudah melepas kemelekatannya, apakah masih penting hal yg dulu dilekatinya atau tidak?

Quote
...
jika hanya baca saja tanpa praktek, akan membuat seorang menjadi arogan, pintar debat tapi batinnya tidak berkembang
ya, sependapat

Quote
jika praktek tanpa teori, membuat orang ga tau mana kusala dan mana yg akusala
jika kusala dan akusala saja masih tidak jelas, tidak jelas apa yg akan direnungkan
kusala atau akusala...
menurut saya hanya bathin orang yg telah jernih yg tau.
karena bathinnya tidak jernihlah, ia melakukan perbuatan yg tidak bermanfaat.
kalau menurut cetasika, asal cetasikanya sudah kusala, maka itu bermanfaat (kusala) yah...
tapi saya belum setuju dg hal ini.

Quote
semoga bisa bermanfaat bagi kita semua yah  _/\_
_/\_
Title: Re: tindakan netral (???)
Post by: tesla on 24 December 2008, 04:29:35 PM
oh ya ini referensi sutta yg dipakai oleh ven. s. dhammika

Quote
Apakah yang tiga itu? Tanpa-keserakahan, tanpa-kebencian, tanpa-kebodohan-batin.

Jika suatu tindakan dilakukan dengan tanpa-keserakahan, terlahir dari tanpa-keserakahan, disebabkan oleh tanpa-keserakahan, muncul dari tanpa-keserakahan... Jika suatu tindakan dilakukan dengan tanpa-kebencian... Jika suatu tindakan dilakukan dengan tanpa-kebodohan-batin, terlahir dari tanpa-kebodohan-batin, disebabkan oleh tanpa-kebodohan- batin, muncul dari tanpa-kebodohan-batin, begitu keserakahan, kebencian dan kebodohan batin lenyap maka tindakan itu ditinggalkan, terpotong di akarnya, dibuat gersang seperti tunggul pohon palma, terhapus sehingga tidak lagi bisa muncul di masa depan.14

Para bhikkhu, sama seperti benih-benih yang tidak rusak, tidak busuk, tidak lapuk karena angin dan matahari, yang mampu tumbuh dan ditaruh di ladang yang subur: jika seseorang membakarnya sehingga menjadi abu, kemudian menampi abu itu di angin yang kencang atau membiarkannya terbawa arus yang mengalir deras, maka benih-benih itu akan langsung hancur, lenyap sepenuhnya, dibuat tak mampu bertunas dan tidak lagi bisa muncul di masa depan.15
Demikian pula, para bhikkhu, tindakan yang dilakukan di dalam tanpa-keserakahan, tanpa-kebencian, tanpa-kebodohan-batin. Begitu keserakahan, kebencian dan kebodohan batin telah lenyap, tindakan tindakan ini ditinggalkan, terpotong di akarnya, dibuat gersang seperti tunggul pohon palma, terhapus sehingga tidak lagi bisa muncul di masa depan.

link: http://www.samaggi-phala.or.id/tipitaka_dtl.php?cont_id=738

Anguttara-Nikaya (III, 32)
24. Penyebab-Penyebab Tindakan





& dari awal saya tidak berniat utk mendebatkan bahwa aLaDaM tidak menghasilkan karma, terlepas dari puttuhjana atau ariya... makanya saya mencoba menghargai perbedaan sudut pandang ini.

lebih baik kita berpraktek saja utk tidak melakukan tindakan pada LDM.
soal teori, kita pegang masing2 sesuai dg kecocokan kita saja ;)
Title: Re: tindakan netral (???)
Post by: markosprawira on 24 December 2008, 04:40:29 PM
dear tesla,

Maaf yah, hanya saja saya ngerasa makin aneh.........

Pertama anda menyebutkan :
Quote
memperbanyak kebaikan
kurangin kejahatan

tapi di bawahnya anda sebut :
Quote
utk itu pembahasan apakah perbuatan baik itu berasal dari LDM atau aLaDaM,

lalu darimana anda tahu bhw yg anda praktekkan itu kusala atau akusala, jika LDM atau aLaDaM saja tidak dijelaskan dari awal?

dear markos,

kita bedah dulu yah... pertama, saya lihat Anda mencampur kebaikan & kejahatan dgn kusala & akusala. bagi saya itu 2 hal yg berbeda... kebaikan & kejahatan berbeda dg kusala, bermanfaat (bagi perkembangan batin) & akusala.

bagi saya, saya setuju dg ven. s. dhammika, bahwa perbuatan baik pun bila ditelusuri didasari oleh LDM...
nah, apakah perbuatan baik itu akusala atau kusala? menurut saya, tindakan yg didasari LDM, tetap akan menghasilkan karma, tidak membawa pada terputusnya kelahiran. apakah bermanfaat atau tidak? bisa bermanfaat bisa jg tidak.
demikian jg halnya dg perbuatan jahat. bisa bermanfaat, bisa juga tidak.
murid Buddha tidak semua orang baik, tidak sedikit yg jahat.

kedua, Anda berpendapat bahwa utk melakukan suatu perbuatan baik (dalam konteks akusala=baik), seseorang harus tau apa itu Lobha, Dosa & Moha (dan aLaDaM). perlu diingat bahwa dalam mengajar murid yg dalam hal intelektual rendah. Sang Buddha tidak mengajarkan apa itu LDM, aLaDaM, tindakan yg berasal dari LDM ataupun tindakan yg bebas dari LDM (aLaDaM). & toh akhirnya ia bisa mencapai tahapan arahat kan?


Quote
Justru disinilah pentingnya kita tahu, mana yg kusala dan mana yg akusala sehingga kita bisa mencapai kesucian
saya tahu mana faktor batin yg kusala berdasarkan pengetahuan abhidhamma...
mis: mudita, viriya, hiri, ottapa, dsb
namun saya tidak berpendapat hal tsb penting utk diketahui.
Sang Buddha mengajar dg berbagai cara, mungkin membedah niat & perbuatan kita adalah salah satu cara yg diajarkan & tertulis di abhidhamma. tapi bukan 1 1 nya cara.

Quote
Orang yg ingin praktek, bukan dengan melepas semua teori, melainkan kemelekatan itulah yg seyogyanya dilepas
ketika seseorang sudah melepas kemelekatannya, apakah masih penting hal yg dulu dilekatinya atau tidak?

Quote
...
jika hanya baca saja tanpa praktek, akan membuat seorang menjadi arogan, pintar debat tapi batinnya tidak berkembang
ya, sependapat

Quote
jika praktek tanpa teori, membuat orang ga tau mana kusala dan mana yg akusala
jika kusala dan akusala saja masih tidak jelas, tidak jelas apa yg akan direnungkan
kusala atau akusala...
menurut saya hanya bathin orang yg telah jernih yg tau.
karena bathinnya tidak jernihlah, ia melakukan perbuatan yg tidak bermanfaat.
kalau menurut cetasika, asal cetasikanya sudah kusala, maka itu bermanfaat (kusala) yah...
tapi saya belum setuju dg hal ini.

Quote
semoga bisa bermanfaat bagi kita semua yah  _/\_
_/\_

dear tesla,

baik bagi seseorang, belum tentu baik utk orang lain loh..... misal A memberi contekan kepada B.
maka menurut B, itu adalah tindakan yg baik
namun bagi guru, itu adalah tindakan yg salah

itu kenapa dalam buddhism, yg digunakan bukan Good or Bad, melainkan kusala atau akusala

standar kusala dan akusala sudah sangat jelas, yaitu pengikisan Lobha, Dosa dan Moha, bukan standar baik - buruk seperti pada pemikiran manusia awam, yg tergantung dari apakah itu menguntungkan atau tidak menguntungkan si manusia itu
jika menguntungkan maka itu menjadi baik
dan jika tidak menguntungkan, maka itu menjadi salah

Quote
Murid buddha buddha memang tidak semua baik, dan juga tidak semua jahat :


ini dilihat dari standarnya siapa? dari standar vinaya, atau dari standar si murid yg sendiri?

saya rasa jika dilihat dari standar si murid yg menurut anda tidak baik, dia merasa bhw dia orang yg baik loh  ^-^

Quote
Sementara mengenai pengajaran LDM kpd murid yg mencapai arahat :

Setahu saya, sila para bhikkhu itu sudah jelas menunjukkan mengenai LDM khan? bisa dilihat bhw ada pembatasan2 Lobha utk jubah, tempat tinggal, dll
Justru Buddha dgn jelas menunjukkan bhw vinaya ini dibuat karena ada kasus loh


Quote
membedah niat & perbuatan kita adalah salah satu cara yg diajarkan

setahu saya, cara ini disebut dengan vipassana, yaitu memperhatikan proses timbul tenggelamnya Nama/batin dan Rupa

boleh tahu cara lain yg diajarkan buddha, yg bisa digunakan untuk mencapai kesucian selain dengan vipassana?


Quote
ketika seseorang sudah melepas kemelekatannya, apakah masih penting hal yg dulu dilekatinya atau tidak?

objek bersifat netral...
teori pun tetap penting, apakah itu dilekati atau tidak

yg melekat atau tidak khan batin org itu..... bahkan buddha saat sakit pun, meminta utk dibacakan paritta tertentu sehingga batin beliau menjadi gembira

apakah teori berenang harus "dilenyapkan" hanya karena org itu sdh bisa berenang?
padahal "bisa berenang" itu sendiri, sebenarnya merupakan dari teori yg dilatih dan dipraktekkan

ini membuktikan bhw bukan si objek yg salah, namun si batin-lah yg melekatinya

melepas kemelekatan disini, bukan berarti menjauh dari objek2, melepas objek2 itu
melainkan melepaskan konsep bhw diri ini eksis, nyata sehingga memunculkan kepemilikan atas objek2

namun juga harus dihindari nihilisme yaitu paham keliru mengenai sunya/kosong (vedana ini kosong, citta itu kosong, dsbnya)

semoga perbedaan ini bisa dimengerti krn bnyk rekan yg tersesat dalam pengertian melepas kemelekatan dimana mereka mengasumsikan sunya/kosong dengan melepas semua hal, termasuk teori

jika berkenan, silahkan bro tesla baca No Inner Core : Sayadaw U Silandanda, yg dulu pernah saya rekomendasikan utk dibaca.
Isinya adalah pengjewantahan dari Brahmajala Sutta mengenai Anatta

Quote
kusala atau akusala...
menurut saya hanya bathin orang yg telah jernih yg tau.
karena bathinnya tidak jernihlah, ia melakukan perbuatan yg tidak bermanfaat.
kalau menurut cetasika, asal cetasikanya sudah kusala, maka itu bermanfaat (kusala) yah...
tapi saya belum setuju dg hal ini.

Ehm maaf bro, hanya ingin memperjelas saja bhw Kusala dan akusala itu, tidak semata hanya cetasika saja, tetapi juga pada citta, itu kenapa disebut Kusala dan akusala citta, misal lobha mula citta

Jadi jelas bhw tidak hanya cetasika saja yg berperan bro, citta-nya juga ikut berperan loh karena citta dan cetasika sudah pasti muncul berbarengan

jika memang anda tidak setuju mengenai konsep citta dan cetasika, silahkan disebutkan sumber rujukannya dalam tipitaka agar jelas apa yg dimaksud

senang bisa berdiskusi dengan rekan tesla, semoga diskusi ini bisa membawa manfaat bagi kita semua  _/\_
Title: Re: tindakan netral (???)
Post by: markosprawira on 24 December 2008, 04:44:37 PM
oh ya ini referensi sutta yg dipakai oleh ven. s. dhammika

Quote
Apakah yang tiga itu? Tanpa-keserakahan, tanpa-kebencian, tanpa-kebodohan-batin.

Jika suatu tindakan dilakukan dengan tanpa-keserakahan, terlahir dari tanpa-keserakahan, disebabkan oleh tanpa-keserakahan, muncul dari tanpa-keserakahan... Jika suatu tindakan dilakukan dengan tanpa-kebencian... Jika suatu tindakan dilakukan dengan tanpa-kebodohan-batin, terlahir dari tanpa-kebodohan-batin, disebabkan oleh tanpa-kebodohan- batin, muncul dari tanpa-kebodohan-batin, begitu keserakahan, kebencian dan kebodohan batin lenyap maka tindakan itu ditinggalkan, terpotong di akarnya, dibuat gersang seperti tunggul pohon palma, terhapus sehingga tidak lagi bisa muncul di masa depan.14

Para bhikkhu, sama seperti benih-benih yang tidak rusak, tidak busuk, tidak lapuk karena angin dan matahari, yang mampu tumbuh dan ditaruh di ladang yang subur: jika seseorang membakarnya sehingga menjadi abu, kemudian menampi abu itu di angin yang kencang atau membiarkannya terbawa arus yang mengalir deras, maka benih-benih itu akan langsung hancur, lenyap sepenuhnya, dibuat tak mampu bertunas dan tidak lagi bisa muncul di masa depan.15
Demikian pula, para bhikkhu, tindakan yang dilakukan di dalam tanpa-keserakahan, tanpa-kebencian, tanpa-kebodohan-batin. Begitu keserakahan, kebencian dan kebodohan batin telah lenyap, tindakan tindakan ini ditinggalkan, terpotong di akarnya, dibuat gersang seperti tunggul pohon palma, terhapus sehingga tidak lagi bisa muncul di masa depan.

link: http://www.samaggi-phala.or.id/tipitaka_dtl.php?cont_id=738

Anguttara-Nikaya (III, 32)
24. Penyebab-Penyebab Tindakan





& dari awal saya tidak berniat utk mendebatkan bahwa aLaDaM tidak menghasilkan karma, terlepas dari puttuhjana atau ariya... makanya saya mencoba menghargai perbedaan sudut pandang ini.

lebih baik kita berpraktek saja utk tidak melakukan tindakan pada LDM.
soal teori, kita pegang masing2 sesuai dg kecocokan kita saja ;)

dear tesla,

ringkasan inti dari sutta diatas adalah bhw dasar dari tindakan itu adalah :
1. Lobha
2. Dosa
3. Moha
4. Alobha
5. Adosa
6. Amoha

Quote
Anda berpendapat bahwa utk melakukan suatu perbuatan baik (dalam konteks akusala=baik), seseorang harus tau apa itu Lobha, Dosa & Moha (dan aLaDaM

Kalau saya bilang, sutta diatas justru menguatkan bhw bhw buddha sendiri justru mengajarkan LDM dan aLaDaM, alias bukan pendapat saya pribadi loh  _/\_
Title: Re: tindakan netral (???)
Post by: ryu on 24 December 2008, 05:00:58 PM
binun aye :))
Title: Re: tindakan netral (???)
Post by: tesla on 24 December 2008, 05:06:59 PM
dear tesla,

baik bagi seseorang, belum tentu baik utk orang lain loh..... misal A memberi contekan kepada B.
maka menurut B, itu adalah tindakan yg baik
namun bagi guru, itu adalah tindakan yg salah
setuju

Quote
itu kenapa dalam buddhism, yg digunakan bukan Good or Bad, melainkan kusala atau akusala

standar kusala dan akusala sudah sangat jelas, yaitu pengikisan Lobha, Dosa dan Moha, bukan standar baik - buruk seperti pada pemikiran manusia awam, yg tergantung dari apakah itu menguntungkan atau tidak menguntungkan si manusia itu
jika menguntungkan maka itu menjadi baik
dan jika tidak menguntungkan, maka itu menjadi salah
oke, skr kita pakai standar ini saja:
kusala = bermanfaat ke Pencerahan, akusala = sebaliknya.
nah apakah perbuatan kusala itu tidak mungkin berakar pada LDM?
saya tau dari pelajaran abhidhamma kusala cetasika = perbuatan kusala & akusala cetasika = perbuatan akusala.
disamping pengetahuan itu, saya lebih menerima, tindakan berLDM menghasilkan karma,
bebas dari LDM memotong karma. itu saja...

Quote
Quote
Murid buddha buddha memang tidak semua baik, dan juga tidak semua jahat :


ini dilihat dari standarnya siapa? dari standar vinaya, atau dari standar si murid yg sendiri?

saya rasa jika dilihat dari standar si murid yg menurut anda tidak baik, dia merasa bhw dia orang yg baik loh  ^-^
standar baik kehidupan sehari2x yaitu: murah hati, kasihan, dkk...
kalau dari standar pencerahan, tentunya yg mencapai kesucianlah yg baik & yg belum artinya belum baik.

Quote
Quote
Sementara mengenai pengajaran LDM kpd murid yg mencapai arahat :

Setahu saya, sila para bhikkhu itu sudah jelas menunjukkan mengenai LDM khan? bisa dilihat bhw ada pembatasan2 Lobha utk jubah, tempat tinggal, dll
Justru Buddha dgn jelas menunjukkan bhw vinaya ini dibuat karena ada kasus loh
melaksanakan vinaya & mengetahui teori adalah berbeda...
justru vinaya itu menunjukkan 'praktek langsung'.

Quote
Quote
membedah niat & perbuatan kita adalah salah satu cara yg diajarkan

setahu saya, cara ini disebut dengan vipassana, yaitu memperhatikan proses timbul tenggelamnya Nama/batin dan Rupa

boleh tahu cara lain yg diajarkan buddha, yg bisa digunakan untuk mencapai kesucian selain dengan vipassana?
dalam kotbah saja byk yg tercerahkan kok.
tidak perlu melihat timbul tenggelamnya nama & rupa saja.
mis: dg mendengar 4KM.
orang yg mengetahui hidup ini tidak memuaskan (dukkha)
ada jg yg tercerahkan kok ;)

Quote
Quote
ketika seseorang sudah melepas kemelekatannya, apakah masih penting hal yg dulu dilekatinya atau tidak?
objek bersifat netral...
teori pun tetap penting, apakah itu dilekati atau tidak
saya berpendapat ketika kita menganggap 'X' adalah penting (dalam konteks harus dimiliki)
kita telah melekatinya...

Quote
yg melekat atau tidak khan batin org itu..... bahkan buddha saat sakit pun, meminta utk dibacakan paritta tertentu sehingga batin beliau menjadi gembira
bisa dilihat kalau tidak ada yg membacakan paritta, apakah Buddha tidak dapat gembira? ;)

Quote
apakah teori berenang harus "dilenyapkan" hanya karena org itu sdh bisa berenang?
padahal "bisa berenang" itu sendiri, sebenarnya merupakan dari teori yg dilatih dan dipraktekkan
bukan dilenyapkan.
teori boleh ada, boleh tidak.
jgn sampai itu menjadi hal yg membuat kita bergantung.
mis: sama seperti halnya awan di langit hari ini.
ada atau tidak, tidak membuat kita menderita.
kalau kita memaksa ia utk tidak ada, sementara ia ada, justru kita yg menderita.

Quote
ini membuktikan bhw bukan si objek yg salah, namun si batin-lah yg melekatinya

melepas kemelekatan disini, bukan berarti menjauh dari objek2, melepas objek2 itu
melainkan melepaskan konsep bhw diri ini eksis, nyata sehingga memunculkan kepemilikan atas objek2
setuju
kalau mis, teori sudah bukan milikku,
apakah saya harus ingat teori itu?

Quote
namun juga harus dihindari nihilisme yaitu paham keliru mengenai sunya/kosong (vedana ini kosong, citta itu kosong, dsbnya)

semoga perbedaan ini bisa dimengerti krn bnyk rekan yg tersesat dalam pengertian melepas kemelekatan dimana mereka mengasumsikan sunya/kosong dengan melepas semua hal, termasuk teori
apa kalau melepas teori = tersesat?
salut utk Anda yg sudah mengetahui hal ini :)

Quote
Quote
kusala atau akusala...
menurut saya hanya bathin orang yg telah jernih yg tau.
karena bathinnya tidak jernihlah, ia melakukan perbuatan yg tidak bermanfaat.
kalau menurut cetasika, asal cetasikanya sudah kusala, maka itu bermanfaat (kusala) yah...
tapi saya belum setuju dg hal ini.

Ehm maaf bro, hanya ingin memperjelas saja bhw Kusala dan akusala itu, tidak semata hanya cetasika saja, tetapi juga pada citta, itu kenapa disebut Kusala dan akusala citta, misal lobha mula citta

Jadi jelas bhw tidak hanya cetasika saja yg berperan bro, citta-nya juga ikut berperan loh karena citta dan cetasika sudah pasti muncul berbarengan
yup, hanya menyingkat typing saja.

Quote
jika memang anda tidak setuju mengenai konsep citta dan cetasika, silahkan disebutkan sumber rujukannya dalam tipitaka agar jelas apa yg dimaksud
yg saya tidak setuju udah saya tuliskan sebelumnya...
rujukannya tulisan ven. s. dhammika dalam buku pandangan umat buddha
& lanjutnya saya udah carikan suttanya.
saya tidak ada tujuan utk mengadu isi kitab yah, makanya sedari awal saya katakan, kita tunda saja setelah pikiran kita telah suci.

Quote
senang bisa berdiskusi dengan rekan tesla, semoga diskusi ini bisa membawa manfaat bagi kita semua  _/\_
_/\_
Title: Re: tindakan netral (???)
Post by: tesla on 24 December 2008, 05:10:12 PM
Quote
Anda berpendapat bahwa utk melakukan suatu perbuatan baik (dalam konteks akusala=baik), seseorang harus tau apa itu Lobha, Dosa & Moha (dan aLaDaM

Kalau saya bilang, sutta diatas justru menguatkan bhw bhw buddha sendiri justru mengajarkan LDM dan aLaDaM, alias bukan pendapat saya pribadi loh  _/\_


o... my dearest friend,

saya tidak tahu kamu pura2 tidak mengerti atau bagaimana...
yg saya katakan bahwa tindakan yg bebas dari LDM (aLaDaM) itu tidak menghasilkan karma.

dg demikian karma baik & buruk sama2 bersumber dari LDM.
Title: Re: tindakan netral (???)
Post by: dilbert on 25 December 2008, 11:45:35 PM
Kalau menurut saya, perbuatan yang bahkan dilandasi dengan aLaDaM itu masih memiliki buah karma. Apakah kita tidak pernah berbuat baik (bahkan sekalipun) yang tidak dilandasi dengan aLaDaM ? Saya rasa semua individu pasti pernah melakukan perbuatan baik (yang sekecil apapun dan bahkan hanya sekali) dengan dilandasai oleh aLaDaM ? Dan apakah perbuatan itu bisa berbuah ? Bisa ya dikehidupan sekarang dan bisa juga tidak dikehidupan sekarang.

Mungkin pembahasan bergeser kepada perbuatan yang dilakukan oleh seorang ARAHAT yang notabene sudah memutus tiga akar LDM ? Apakah perbuatan seorang ARAHAT masih berpotensi untuk berbuah karma baik dikehidupan sekarang ? Tentu saja, ARAHAT yang masih hidup masih berpotensi untuk menikmati berbuahnya KARMA BAIK dan bahkan KARMA BURUK-nya. Contoh : Arahat Mogallana yang harus menerima karma buruk dibunuh, Arahat Angulimala juga harus menerima karma buruk dibunuh. Tetapi karena sudah tidak ada kelahiran berikutnya lagi, maka para ARAHAT sudah tidak menerima karma di kehidupan mendatang. terjadi pemotongan karma akibat parinibbana.

Menurut saya, tindakan netral (tidak berbuah karma) itu tidak dapat didefinisikan secara pasti seperti apa, tetapi tindakan netral (tidak berbuah karma) adalah tindakan yang tidak menghasilkan karma di kehidupan ini dan dikehidupan yang akan datang. Kadang perbuatan yang tidak dilandasi dengan CETANA (kehendak berbuat) masih bisa berbuah hasil yang baik, jika misalnya perbuatan kita tersebut ternyata disaksikan oleh pihak lain, dan pihak lain tersebut kemudian melakukan perbuatan yang menguntungkan kita.
Contoh : Dalam reality Show yang pernah diputar oleh salah satu TV SWASTA yang berjudul "TOLONG" (salah satu acara favorit saya). Konsep acara ini adalah untuk melihat sejauh mana manusia mau membantu manusia lain, biasanya yang dijadikan target adalah golongan yang "sebenarnya kekurangan" dalam hal membantu umpan. Walaupun kebanyakan target yang menolak memberikan bantuan (karena memang mereka sendiri kekurangan), tetapi di setiap episode tetap saja ada target yang mau membantu umpan (walaupun target sendiri kekurangan). Dan ini dilakukan dengan kamera tersembunyi. Ketika pertolongan sudah diberikan, biasanya KRU acara akan langsung muncul, dan mewawancarai target, mengapa membantu umpan tersebut. Dan biasanya penuturannya adalah bahwa target merasa kasihan dengan umpan dan memberikan pertolongan dengan seiklasnya tanpa pamrih dan tanpa memikirkan balasan. Dan biasanya sebagai ucapan terima kasih, KRU acara akan memberikan sejumlah uang sebagai tanda terima kasih telah memberikan bantuan kepada umpan. Kadang saya menonton acara ini, sampai begitu terharunya bisa menitikkan air mata. Ternyata di dalam "kekurangan" masih ada yang mau memberikan bantuan kepada yang membutuhkan.
Title: Re: tindakan netral (???)
Post by: ryu on 26 December 2008, 12:08:07 AM
Kalo aye liat acara reality kek tolong gitu koq beda yah pandangannya :)) aye liat manusia sekarang sedang berusaha menjadi Tuhan dengan cara memberikan cobaan pada targetnya :))
Title: Re: tindakan netral (???)
Post by: dilbert on 26 December 2008, 12:10:39 AM
Kalo aye liat acara reality kek tolong gitu koq beda yah pandangannya :)) aye liat manusia sekarang sedang berusaha menjadi Tuhan dengan cara memberikan cobaan pada targetnya :))

bukan cobaan... tetapi kesempatan... karena kalau target melewatkan kesempatan menolong berarti tidak akan mendapatkan "balasan" dari kru TV... dan menurut saya ini FAIR sepanjang memang dalam konteks hidden camera...

Karena dalam beberapa kesempatan, target kemudian mengetahui bahwa ada kamera yang meliput, jadi awalnya tidak akan memberikan bantuan kepada umpan, berbalik mau memberi. Dan biasanya langsung di-anulir...
Title: Re: tindakan netral (???)
Post by: ryu on 26 December 2008, 12:16:58 AM
Kalo aye liat acara reality kek tolong gitu koq beda yah pandangannya :)) aye liat manusia sekarang sedang berusaha menjadi Tuhan dengan cara memberikan cobaan pada targetnya :))

bukan cobaan... tetapi kesempatan... karena kalau target melewatkan kesempatan menolong berarti tidak akan mendapatkan "balasan" dari kru TV... dan menurut saya ini FAIR sepanjang memang dalam konteks hidden camera...

Karena dalam beberapa kesempatan, target kemudian mengetahui bahwa ada kamera yang meliput, jadi awalnya tidak akan memberikan bantuan kepada umpan, berbalik mau memberi. Dan biasanya langsung di-anulir...
yak kalo dibandingkan dengan konsep agama itu sesuai khan :) Tuhan akan memberikan pahala bagi orang yang ikhlas dari pada orang yang memberikan bantuan dengan mengharapkan imbalan :)
paling males aye makanya liat acara reality show kek gitu :)) mending liat flora dan fauna dah :))
Title: Re: tindakan netral (???)
Post by: dilbert on 26 December 2008, 01:01:00 AM
Kalo aye liat acara reality kek tolong gitu koq beda yah pandangannya :)) aye liat manusia sekarang sedang berusaha menjadi Tuhan dengan cara memberikan cobaan pada targetnya :))

bukan cobaan... tetapi kesempatan... karena kalau target melewatkan kesempatan menolong berarti tidak akan mendapatkan "balasan" dari kru TV... dan menurut saya ini FAIR sepanjang memang dalam konteks hidden camera...

Karena dalam beberapa kesempatan, target kemudian mengetahui bahwa ada kamera yang meliput, jadi awalnya tidak akan memberikan bantuan kepada umpan, berbalik mau memberi. Dan biasanya langsung di-anulir...
yak kalo dibandingkan dengan konsep agama itu sesuai khan :) Tuhan akan memberikan pahala bagi orang yang ikhlas dari pada orang yang memberikan bantuan dengan mengharapkan imbalan :)
paling males aye makanya liat acara reality show kek gitu :)) mending liat flora dan fauna dah :))

hehehe... itu kan salah persepsi orang orang itu yang menyatakan bahwa seolah olah TUHAN yang memberikan pahala, padahal kan kita sendiri ngerti bahwa yang terjadi adalah bahwa KARMA BAIK si TARGET langsung berbuah. Tidak ada TUHAN disitu...
Title: Re: tindakan netral (???)
Post by: tesla on 26 December 2008, 04:30:36 AM
Kalau menurut saya, perbuatan yang bahkan dilandasi dengan aLaDaM itu masih memiliki buah karma. Apakah kita tidak pernah berbuat baik (bahkan sekalipun) yang tidak dilandasi dengan aLaDaM ? Saya rasa semua individu pasti pernah melakukan perbuatan baik (yang sekecil apapun dan bahkan hanya sekali) dengan dilandasai oleh aLaDaM ? Dan apakah perbuatan itu bisa berbuah ? Bisa ya dikehidupan sekarang dan bisa juga tidak dikehidupan sekarang.
yah, singkatnya Anda tidak bisa menerima apa yg tertulis di Angutara Nikaya III 34 ini:

Jika suatu tindakan dilakukan dengan tanpa-keserakahan, terlahir dari tanpa-keserakahan, disebabkan oleh tanpa-keserakahan, muncul dari tanpa-keserakahan... Jika suatu tindakan dilakukan dengan tanpa-kebencian... Jika suatu tindakan dilakukan dengan tanpa-kebodohan-batin, terlahir dari tanpa-kebodohan-batin, disebabkan oleh tanpa-kebodohan- batin, muncul dari tanpa-kebodohan-batin, begitu keserakahan, kebencian dan kebodohan batin lenyap maka tindakan itu ditinggalkan, terpotong di akarnya, dibuat gersang seperti tunggul pohon palma, terhapus sehingga tidak lagi bisa muncul di masa depan.14


seperti yg saya katakan sebelumnya, saya tidak berniat utk memaksakan pendapat saya kepada orang lain. marilah kita pegang ini sebagai perbedaan, & tidak perlu menanam buah keserakahan kita utk memaksa orang lain sependapat dg kita.

sorry yah TS, sudah OOT dari pembahasan tindakan netral ;D
Title: Re: tindakan netral (???)
Post by: dilbert on 26 December 2008, 02:23:55 PM
Kalau menurut saya, perbuatan yang bahkan dilandasi dengan aLaDaM itu masih memiliki buah karma. Apakah kita tidak pernah berbuat baik (bahkan sekalipun) yang tidak dilandasi dengan aLaDaM ? Saya rasa semua individu pasti pernah melakukan perbuatan baik (yang sekecil apapun dan bahkan hanya sekali) dengan dilandasai oleh aLaDaM ? Dan apakah perbuatan itu bisa berbuah ? Bisa ya dikehidupan sekarang dan bisa juga tidak dikehidupan sekarang.
yah, singkatnya Anda tidak bisa menerima apa yg tertulis di Angutara Nikaya III 34 ini:

Jika suatu tindakan dilakukan dengan tanpa-keserakahan, terlahir dari tanpa-keserakahan, disebabkan oleh tanpa-keserakahan, muncul dari tanpa-keserakahan... Jika suatu tindakan dilakukan dengan tanpa-kebencian... Jika suatu tindakan dilakukan dengan tanpa-kebodohan-batin, terlahir dari tanpa-kebodohan-batin, disebabkan oleh tanpa-kebodohan- batin, muncul dari tanpa-kebodohan-batin, begitu keserakahan, kebencian dan kebodohan batin lenyap maka tindakan itu ditinggalkan, terpotong di akarnya, dibuat gersang seperti tunggul pohon palma, terhapus sehingga tidak lagi bisa muncul di masa depan.14


seperti yg saya katakan sebelumnya, saya tidak berniat utk memaksakan pendapat saya kepada orang lain. marilah kita pegang ini sebagai perbedaan, & tidak perlu menanam buah keserakahan kita utk memaksa orang lain sependapat dg kita.

sorry yah TS, sudah OOT dari pembahasan tindakan netral ;D

Mungkin pertanyaannya diubah menjadi begini ?...

1. Apakah seorang puthujana (umat awam) bisa melakukan perbuatan yang aLaDaM (bahkan sekecil apapun dan hanya satu kali saja) ?

2. Apakah semua perbuatan seorang ARAHAT (yang terbebas) adalah aLaDaM ?

Jika jawaban 1 adalah BISA dan jawaban 2 adalah PASTI...

maka kesimpulannya adalah :

Semua perbuatan ARAHAT adalah aLaDaM, tetapi perbuatan para ARAHAT sudah tidak berpotensi membuahkan hasil pada kehidupan yang akan datang, karena sudah tidak ada kelahiran kembali. Tetapi seorang Puthujana pun masih bisa melakukan perbuatan yang aLaDaM walaupun hanya sekali saja dan sekecil apapun, dan "MUNGKIN" ada konsekuensi berbuahnya KARMA (KARMA PHALA) di kehidupan yang lampau.

tetapi ini hanyalah satu penarikan kesimpulan ala saya sendiri. Sebagaimana yang dikatakan di dalam MILINDA PANHA, bahwa Tanpa Campur Tangan seorang BUDDHA, Tidak dapat DITERANGKAN RENTANG JAUH BERLAKUNYA KARMA.

Title: Re: tindakan netral (???)
Post by: Nevada on 26 December 2008, 02:32:21 PM
Mungkin konsepnya seperti ini:

- Orang yang belum mencapai tingkat kesucian Arahat, bisa melakukan perbuatan aLaDaM dengan dasar kehendak baik.

Kehendak baik di sini diartikan sebagai perbuatan kehendak (kamma) yang tidak berakar pada LDM.

- Orang yang sudah mencapai tingkat kesucian Arahat, selalu melakukan perbuatan aLaDaM dengan dasar musnahnya ilusi Sang Aku.

Dengan musnahnya ilusi Sang Aku, maka seseorang yang mencapai tingkat kesucian Arahat tidak lagi memiliki cetana (kehendak) yang menimbulkan kamma. Jadi Sang Arahanta tidak lagi berbuat atas dasar LDM, namun telepas sama sekali dari akar2 itu (makanya disebut aLaDaM).
Title: Re: tindakan netral (???)
Post by: tesla on 26 December 2008, 04:05:09 PM
Mungkin pertanyaannya diubah menjadi begini ?...

1. Apakah seorang puthujana (umat awam) bisa melakukan perbuatan yang aLaDaM (bahkan sekecil apapun dan hanya satu kali saja) ?

2. Apakah semua perbuatan seorang ARAHAT (yang terbebas) adalah aLaDaM ?

Jika jawaban 1 adalah BISA dan jawaban 2 adalah PASTI...

1. menurut saya, ada perbuatan putthujana yg memang tidak menghasilkan karma. yaitu ketika tindakannya tidak didasari oleh LDM.
2. iya, arahat tindakannya sudah terbebas sepenuhnya dari LDM

Quote
maka kesimpulannya adalah :

Semua perbuatan ARAHAT adalah aLaDaM, tetapi perbuatan para ARAHAT sudah tidak berpotensi membuahkan hasil pada kehidupan yang akan datang, karena sudah tidak ada kelahiran kembali.
pendapat saya,
biru: setiap perbuatan arahat memang sudah tidak menghasilkan karma namun
merah: kalimat dilbert di sini mengacu seolah2 perbuatannya menghasilkan karma namun tidak bisa berbuah karena ia tak terlahir lagi... yg saya pahami sebelumnya adalah, sejak seseorang arahat, ia tidak memproduksi karma lagi, tetapi tumpukan karma lalu adalah tidak terbatas, sehingga terputusnya rantai kelahiran memutuskan berbuahnya karma lalunya, bukan karma setelah ia menjadi arahat.

Quote
Tetapi seorang Puthujana pun masih bisa melakukan perbuatan yang aLaDaM walaupun hanya sekali saja dan sekecil apapun, dan "MUNGKIN" ada konsekuensi berbuahnya KARMA (KARMA PHALA) di kehidupan yang lampau.
maksudnya ada konsekuensi karma lampau?
Title: Re: tindakan netral (???)
Post by: tesla on 26 December 2008, 04:10:15 PM
Dengan musnahnya ilusi Sang Aku, maka seseorang yang mencapai tingkat kesucian Arahat tidak lagi memiliki cetana (kehendak) yang menimbulkan kamma. Jadi Sang Arahanta tidak lagi berbuat atas dasar LDM, namun telepas sama sekali dari akar2 itu (makanya disebut aLaDaM).

menurut saya,

tidak ada tindakan netral (coba back to topic)
setiap tindakan pasti ada kehendaknya.
(mis, Buddha mengajar karena ingin orang lain terbebas jg
bahkan Buddha dapat mengatakan akan melelahkan (seingat saya) & amat sia2 kalau seseorang mengabaikan & tidak mendengarkannya)
yg menjadi pembeda para arahat adalah, tindakannya tidak didasari oleh LDM lagi
Title: Re: tindakan netral (???)
Post by: dilbert on 26 December 2008, 04:24:54 PM
mungkin begini analoginya...

Seorang ARAHAT hidup, karena tingkah laku-nya yang baik, tentunya disenangi oleh banyak orang. Dalam banyak cerita jaman dahulu, para ARAHAT itu banyak menerima pelayanan baik dari para bangsawan dan raja raja dalam pemenuhan kebutuhan hidupnya (walaupun ada ARAHAT juga yang menerima karma buruk). Apakah ini bukan hasil karma dari tingkah laku-nya pada kehidupan ini ?

Maksud saya gitu loh...
Title: Re: tindakan netral (???)
Post by: dilbert on 26 December 2008, 04:27:59 PM

(mis, Buddha mengajar karena ingin orang lain terbebas jg
bahkan Buddha dapat mengatakan akan melelahkan (seingat saya) & amat sia2 kalau seseorang mengabaikan & tidak mendengarkannya)


Saya tidak yakin BUDDHA ada mengatakan yang demikian... biarpun sewaktu membabarkan dhamma kepada seorang umat, dan ternyata umat tersebut tidak mendengarkan dan acuh tak acuh, saya rasa BUDDHA bisa dengan serta merta menghentikan pembabaran dhamma tersebut. Bukan dalam artian berkeluh kesah. Disamping itu, dengan kemahatahuan BUDDHA, BUDDHA dapat mengetahui sejauh mana tingkat kualitas bathin, sehingga setiap Dhamma yang dibabarkan adalah sesuai dengan pendengarnya.
Title: Re: tindakan netral (???)
Post by: tesla on 26 December 2008, 04:43:24 PM
mungkin begini analoginya...

Seorang ARAHAT hidup, karena tingkah laku-nya yang baik, tentunya disenangi oleh banyak orang. Dalam banyak cerita jaman dahulu, para ARAHAT itu banyak menerima pelayanan baik dari para bangsawan dan raja raja dalam pemenuhan kebutuhan hidupnya (walaupun ada ARAHAT juga yang menerima karma buruk). Apakah ini bukan hasil karma dari tingkah laku-nya pada kehidupan ini ?

Maksud saya gitu loh...

menurut saya, ketika udah mencapai arahat, yg tertinggal adalah karma sebelum ia mencapai arahat , baik pada kehidupan pencapaian tsb (bisa jadi janin sampe dewasa & jadi arahat) ataupun kehidupan2 sebelumnya.
Title: Re: tindakan netral (???)
Post by: Nevada on 26 December 2008, 04:45:28 PM
[at] Bro Tesla

Menurut Bro Tesla apakah para Arahanta tidak membuat kamma lagi?
Title: Re: tindakan netral (???)
Post by: tesla on 26 December 2008, 04:46:20 PM

(mis, Buddha mengajar karena ingin orang lain terbebas jg
bahkan Buddha dapat mengatakan akan melelahkan (seingat saya) & amat sia2 kalau seseorang mengabaikan & tidak mendengarkannya)


Saya tidak yakin BUDDHA ada mengatakan yang demikian... biarpun sewaktu membabarkan dhamma kepada seorang umat, dan ternyata umat tersebut tidak mendengarkan dan acuh tak acuh, saya rasa BUDDHA bisa dengan serta merta menghentikan pembabaran dhamma tersebut. Bukan dalam artian berkeluh kesah. Disamping itu, dengan kemahatahuan BUDDHA, BUDDHA dapat mengetahui sejauh mana tingkat kualitas bathin, sehingga setiap Dhamma yang dibabarkan adalah sesuai dengan pendengarnya.

hehehe... saya pun tidak ingat tepat sumber informasinya (sutta yg mana)...
namun memang ada tafsiran bahwa Buddha berkata demikian agar pendengarnya benar2 memperhatikannya ataupun memberi kesempatan berbuat baik dg memohon.
Title: Re: tindakan netral (???)
Post by: tesla on 26 December 2008, 04:46:50 PM
[at] Bro Tesla

Menurut Bro Tesla apakah para Arahanta tidak membuat kamma lagi?
ya, menurut saya, para arahanta tidak membuat karma lagi
Title: Re: tindakan netral (???)
Post by: Reenzia on 26 December 2008, 04:53:15 PM
saia berkesimpulan, kamma sebenarnya tak digolongkan baik atau buruk
adanya sekarang baik atau buruk itu kan berdasarkan pendapat/persepsi manusianya

setiap kehendak yg diikuti tindakan akan menghasilkan kamma
entah itu baik/buruk/tidak baik maupun tidak buruk
Title: Re: tindakan netral (???)
Post by: Nevada on 26 December 2008, 04:54:18 PM
menurut saya,

tidak ada tindakan netral (coba back to topic)
setiap tindakan pasti ada kehendaknya.
(mis, Buddha mengajar karena ingin orang lain terbebas jg
bahkan Buddha dapat mengatakan akan melelahkan (seingat saya) & amat sia2 kalau seseorang mengabaikan & tidak mendengarkannya)
yg menjadi pembeda para arahat adalah, tindakannya tidak didasari oleh LDM lagi

ya, menurut saya, para arahanta tidak membuat karma  lagi

”Para bhikkhu, cetana (kehendak)-lah yang Ku-nyatakan sebagai kamma. Setelah berkehendak, orang melakukan suatu tindakan lewat tubuh, ucapan atau pikiran.”

Kalau begitu pernyataan Bro Tesla diquote pertama kontradiksi dengan pernyataan diquote ke dua...
Title: Re: tindakan netral (???)
Post by: Nevada on 26 December 2008, 04:56:07 PM
saia berkesimpulan, kamma sebenarnya tak digolongkan baik atau buruk
adanya sekarang baik atau buruk itu kan berdasarkan pendapat/persepsi manusianya

setiap kehendak yg diikuti tindakan akan menghasilkan kamma
entah itu baik/buruk/tidak baik maupun tidak buruk

Perbuatan baik dan perbuatan buruk itu sangat berbeda sekali. Bukan tergantung persepsi, namun ialah fakta.

Perbedaan keduanya bisa terlihat di akar perbuatan itu sendiri, apakah mengandung LDM atau tidak.

Akibat yang ditimbulkan juga salah satu tolak ukur yang mengklasifikasikan suatu perbuatan masuk dalam jenis perbuatan baik atau perbuatan buruk.

 _/\_
Title: Re: tindakan netral (???)
Post by: Reenzia on 26 December 2008, 04:57:52 PM
 [at] upasaka

itu dengan tolak ukur dhamma ;D
Title: Re: tindakan netral (???)
Post by: johan3000 on 26 December 2008, 05:02:10 PM
Dearest Bros & Sis,

... ... ... dikisahkan bahwa pada saat para bhikku melatih meditasi jalan dan menginjak binatang2 kecil ditanah, hal penginjakan binatang kecil ditanah tsb disebut sebagai "berada diluar karmic effect" (!!!) yang tidak akan menghasilkan buah karma buruk (!!!).

pertanyaan:

jika demikian, tentunya juga ada tindakan yang walaupun "baik" namun tidak akan membuahkan buah karma baik bukan (???), krn berada diluar karmic effect (!!!).


ika.

Sis Polim,

Atas suta no berapa ika_polim mengatakan hal tsb diatas?

mohon klarifikasinya....

thanks sebelumnya!
Title: Re: tindakan netral (???)
Post by: johan3000 on 26 December 2008, 05:05:35 PM
bro Ika ajarin Kundalini donk
Sis Polim,

Saya juga ikut daftar Bro....
tapi ngak ngertia apa tuh Kundalini sebenarnya....

kapan kelasnya dimulai?
Title: Re: tindakan netral (???)
Post by: tesla on 26 December 2008, 05:07:42 PM
menurut saya,

tidak ada tindakan netral (coba back to topic)
setiap tindakan pasti ada kehendaknya.
(mis, Buddha mengajar karena ingin orang lain terbebas jg
bahkan Buddha dapat mengatakan akan melelahkan (seingat saya) & amat sia2 kalau seseorang mengabaikan & tidak mendengarkannya)
yg menjadi pembeda para arahat adalah, tindakannya tidak didasari oleh LDM lagi

ya, menurut saya, para arahanta tidak membuat karma  lagi

”Para bhikkhu, cetana (kehendak)-lah yang Ku-nyatakan sebagai kamma. Setelah berkehendak, orang melakukan suatu tindakan lewat tubuh, ucapan atau pikiran.”

Kalau begitu pernyataan Bro Tesla diquote pertama kontradiksi dengan pernyataan diquote ke dua...

tidak kok, menurut saya hanya kehendak yg didasari LDM yg ber-karma. itu aja :)
Title: Re: tindakan netral (???)
Post by: hatRed on 26 December 2008, 05:08:04 PM
keknya disini ada yg jelasin kundalini deh http://www.swamij.com/
Title: Re: tindakan netral (???)
Post by: hatRed on 26 December 2008, 05:09:35 PM
 [at] tesla

trus kalo yg dilandasi Metta karuna dan Upekkha disebut apa ?
Title: Re: tindakan netral (???)
Post by: tesla on 26 December 2008, 05:09:58 PM
saia berkesimpulan, kamma sebenarnya tak digolongkan baik atau buruk
adanya sekarang baik atau buruk itu kan berdasarkan pendapat/persepsi manusianya

setiap kehendak yg diikuti tindakan akan menghasilkan kamma
entah itu baik/buruk/tidak baik maupun tidak buruk

Perbuatan baik dan perbuatan buruk itu sangat berbeda sekali. Bukan tergantung persepsi, namun ialah fakta.

Perbedaan keduanya bisa terlihat di akar perbuatan itu sendiri, apakah mengandung LDM atau tidak.

Akibat yang ditimbulkan juga salah satu tolak ukur yang mengklasifikasikan suatu perbuatan masuk dalam jenis perbuatan baik atau perbuatan buruk.

 _/\_

saya sependapat dg Reezia
baik atau buruk adalah dualitas duniawi...
oleh karena itu, kita melakukan yg baik bagi kita dan milik kita.
dg demikian perbuatan yg kita anggap baik tadipun berkarma
Title: Re: tindakan netral (???)
Post by: Nevada on 26 December 2008, 05:10:26 PM
tidak kok, menurut saya hanya kehendak yg didasari LDM yg ber-karma. itu aja :)

 ???
Maksud Bro Tesla kamma itu adalah perbuatan yang didasari kehendak LDM saja?
Title: Re: tindakan netral (???)
Post by: tesla on 26 December 2008, 05:13:48 PM
[at] tesla

trus kalo yg dilandasi Metta karuna dan Upekkha disebut apa ?
tidak tahu,
saya tidak mau lagi melebarkan faktor mental menjadi puluhan...
cukup apakah ada LDM atau tidak.
contoh: metta (cinta kasih)
kalau perbuatan cinta kasih tsb adalah utk saya menerima karma baik jg, maka itu LDM yg bisa jadi dikemudian hari menghasilkan hasil yg baik menurut kita.
Title: Re: tindakan netral (???)
Post by: tesla on 26 December 2008, 05:16:55 PM
tidak kok, menurut saya hanya kehendak yg didasari LDM yg ber-karma. itu aja :)

 ???
Maksud Bro Tesla kamma itu adalah perbuatan yang didasari kehendak LDM saja?
menurut saya, kalau tidak didasari LDM, maka tidak ada karma yg dihasilkan.
Title: Re: tindakan netral (???)
Post by: bond on 26 December 2008, 05:18:52 PM
 Arahat tidak mungkin menciptakan kamma yg dilandasi LDM yg berakibat pada tumimbal lahir ataupun samsara. Kamma yg dilakukan arahat bersifat kiriya/fungsional sehingga tidak mungkin muncul buah2 kamma yg baru karena akarnya telah tercabut.
Title: Re: tindakan netral (???)
Post by: Nevada on 26 December 2008, 05:19:50 PM
tidak kok, menurut saya hanya kehendak yg didasari LDM yg ber-karma. itu aja :)

 ???
Maksud Bro Tesla kamma itu adalah perbuatan yang didasari kehendak LDM saja?
menurut saya, kalau tidak didasari LDM, maka tidak ada karma yg dihasilkan.

Hmm...
Jadi menurut Bro Tesla LDM itu bisa mengakibatkan buah perbuatan (vipaka) yang baik dan yang buruk yah?  :)
Title: Re: tindakan netral (???)
Post by: Reenzia on 26 December 2008, 05:21:48 PM
Arahat tidak mungkin menciptakan kamma yg dilandasi LDM yg berakibat pada tumimbal lahir ataupun samsara. Kamma yg dilakukan arahat bersifat kiriya/fungsional sehingga tidak mungkin muncul buah2 kamma yg baru karena akarnya telah tercabut.

nah ini maksud saia, jadi tak semua kamma hanya digolongkan baik atau buruk, tapi juga ada kamma diluar itu
yaitu kamma yg bersifat fungsional, kamma yg tak berhubungan lagi dengan hal duniawi dan samsara
Title: Re: tindakan netral (???)
Post by: hatRed on 26 December 2008, 05:22:05 PM
tidak kok, menurut saya hanya kehendak yg didasari LDM yg ber-karma. itu aja :)

 ???
Maksud Bro Tesla kamma itu adalah perbuatan yang didasari kehendak LDM saja?
menurut saya, kalau tidak didasari LDM, maka tidak ada karma yg dihasilkan.

Hmm...
Jadi menurut Bro Tesla LDM itu bisa mengakibatkan buah perbuatan (vipaka) yang baik dan yang buruk yah?  :)

keknya cuma mengeneralisasi pengertian dari LDM. sehingga semua perbuatan itu pasti berlandaskan LDM dari sudut pandang tertentu. (CMIIW)
Title: Re: tindakan netral (???)
Post by: ryu on 26 December 2008, 05:22:39 PM
Cara mengikis LDM bijimana?
Title: Re: tindakan netral (???)
Post by: tesla on 26 December 2008, 05:24:49 PM
tidak kok, menurut saya hanya kehendak yg didasari LDM yg ber-karma. itu aja :)

 ???
Maksud Bro Tesla kamma itu adalah perbuatan yang didasari kehendak LDM saja?
menurut saya, kalau tidak didasari LDM, maka tidak ada karma yg dihasilkan.

Hmm...
Jadi menurut Bro Tesla LDM itu bisa mengakibatkan buah perbuatan (vipaka) yang baik dan yang buruk yah?  :)
menurut saya, dg akar tindakan LDM, kita menghasilkan karma.
yg menganggap karma itu baik atau buruk adalah kita sendiri.
Title: Re: tindakan netral (???)
Post by: tesla on 26 December 2008, 05:26:14 PM
Cara mengikis LDM bijimana?

pake grenda :))
Title: Re: tindakan netral (???)
Post by: hatRed on 26 December 2008, 05:28:03 PM
 [at] tesla

mendengarkan dhamma secara bijak, dimanakah letak Mohanya?
Title: Re: tindakan netral (???)
Post by: Nevada on 26 December 2008, 05:28:14 PM
tidak kok, menurut saya hanya kehendak yg didasari LDM yg ber-karma. itu aja :)

 ???
Maksud Bro Tesla kamma itu adalah perbuatan yang didasari kehendak LDM saja?
menurut saya, kalau tidak didasari LDM, maka tidak ada karma yg dihasilkan.

Hmm...
Jadi menurut Bro Tesla LDM itu bisa mengakibatkan buah perbuatan (vipaka) yang baik dan yang buruk yah?  :)
menurut saya, dg akar tindakan LDM, kita menghasilkan karma.
yg menganggap karma itu baik atau buruk adalah kita sendiri.

(1) Lalu menurut Anda adakah perbuatan yang berlandaskan alobha, adosa dan amoha itu?

(2) Kalau begitu membunuh orang tua itu bisa dilihat sama baiknya dengan berbakti pada orang tua?

Mohon penjelasan kembali...  :)
Title: Re: tindakan netral (???)
Post by: tesla on 26 December 2008, 05:30:34 PM
[at] tesla

mendengarkan dhamma secara bijak, dimanakah letak Mohanya?
kenapa kita mendengarkan dhamma?
Title: Re: tindakan netral (???)
Post by: hatRed on 26 December 2008, 05:32:33 PM
misal karena kebetulan lewat, trus kita istirahat duduk, trus ada orang ceramah. karena kuping tidak tuli akhirnya ikut menyimak.
Title: Re: tindakan netral (???)
Post by: Reenzia on 26 December 2008, 05:32:45 PM
 [at] upasaka

bukannya dengan LDM bs berbuah baik dan buruk, nah yg mengatakan bahwa perbuatan dilandasi LDM itu adalah buruk kan juga ada tolak ukurnya/persepsi, bagi anda buruk, bagi org lain blm tentu seperti itu....

yg memandang lepas dari dualisme mengatakan itu bukan hal yang buruk bukan berarti itu adalah hal baik kan? hanya memandang objek dengan netral saja, jadi tak ada baik atau buruk, tp bukan berarti tak bisa melihat secara dualisme juga, tentu saja diharapakan bisa melihat dari berbagai sisi, tolak ukur, dan pandangan.... [kyk film ventage point :))]

sebenarnya sih sama saja, hanya saja 1 pihak melihat dari pandangan dualisme sedangkan yg lain lepas dari dualisme
yg intinya perbuatan LDM tetap menghasilkan kamma yang nantinya jelas membuahkan lingkungan/kejadian yg menyulitkan manusia untuk mempelajari dhamma/berbuat baik/mencapai pencerahan

jadi dengan melihat diluar dualisme, diharapkan kita bisa melihat kebenaran lebih secara realita, bukannya persepsi bahwa biasanya begini biasanya begitu, umumnya begini umumnya begitu, tp bukan berarti yg umum selalu salah, tapi yg umum juga belum tentu benar bukan?

_/\_
Title: Re: tindakan netral (???)
Post by: ryu on 26 December 2008, 05:34:51 PM
tidak kok, menurut saya hanya kehendak yg didasari LDM yg ber-karma. itu aja :)

 ???
Maksud Bro Tesla kamma itu adalah perbuatan yang didasari kehendak LDM saja?
menurut saya, kalau tidak didasari LDM, maka tidak ada karma yg dihasilkan.

Hmm...
Jadi menurut Bro Tesla LDM itu bisa mengakibatkan buah perbuatan (vipaka) yang baik dan yang buruk yah?  :)
menurut saya, dg akar tindakan LDM, kita menghasilkan karma.
yg menganggap karma itu baik atau buruk adalah kita sendiri.

(1) Lalu menurut Anda adakah perbuatan yang berlandaskan alobha, adosa dan amoha itu?

(2) Kalau begitu membunuh orang tua itu bisa dilihat sama baiknya dengan berbakti pada orang tua?

Mohon penjelasan kembali...  :)
yang no 2. Membunuh ya dapet karma buruk, berbakti ya dapet karma baik :))
Title: Re: tindakan netral (???)
Post by: hatRed on 26 December 2008, 05:38:42 PM
 [at] reenzie

memang betul tentang dualisme tersebut.

bagaimana Karma dikatakan buruk/baik kan kita melihat hasilnya.

bila menurut kita baik maka kita anggap perbuatan/bibit karma lampau adalah karma baik
bila menurut kita jelek maka kita anggap perbuatan/bibit karma lampau adalah karma jelek


nah pertimbangan orang kan beda2 tergantung, bisa aja yg menurut dia baik sebenarnya jelek bagi orang lain, dan juga sebaliknya.

lalu dengan begitu apakah karma itu tidak bisa terukur?

jangan terjebak, sebenarnya tolak ukurnya ya yg sederhana om upasaka katakan
1. merugikan diri sendiri gak

kalo merugikan diri sendiri maka itu berarti kita mendapat buah karma buruk

misal kalo bagi saya mendapat uang 1 M adalah kerugian bagi saya, dan membawa penderitaan bagi saya, ya pasti buah karma buruknya ya mendapatkan uang 1 M itu.
jadi suatu buah karma buruk dikatakan buruk bila yang menerima buah karma tersebut menganggap sebagai penderitaan.
Title: Re: tindakan netral (???)
Post by: tesla on 26 December 2008, 05:41:21 PM
(1) Lalu menurut Anda adakah perbuatan yang berlandaskan alobha, adosa dan amoha itu?
setiap perbuatan saya masih memiliki tujuan agar saya mendapat kondisi baik di kemudian hari.
lalu apa yg tidak? hehehe... saya masih berlatih

Quote
(2) Kalau begitu membunuh orang tua itu bisa dilihat sama baiknya dengan berbakti pada orang tua?
Mohon penjelasan kembali...  :)
niat Anda berbakti pada ortu apa? silahkan jawab sendiri
Title: Re: tindakan netral (???)
Post by: ryu on 26 December 2008, 05:41:43 PM
Tapi kebenaran pertama khan hidup ini adalah Dukkha :)
Title: Re: tindakan netral (???)
Post by: Reenzia on 26 December 2008, 05:42:36 PM
 [at] hatRed

nah itu dia, jgn terlalu terpaku oleh tolak ukur
merugikan diri sendiri atau tidak itu pun mempunyai standard yg berbeda bagi tiap orang

bagi saia itu menguntungkan
blm tentu bagi orang lain
bayangkan saja, apa lagi yg mengatakan bahwa menguntungkan
atau merugikan itu adalah mahluk penuh dengan moha

coba tanya deh org yg lewat di jalan, kalo dapat duit 1M itu menguntungkan atau merugikan?
atau tanyalah pada pencopet, berhasil melakukan pencopetan itu menguntungkan atau merugikan?

menguntungkan bagi orang yg kental dengan moha tentu saja
ada kemungkinan berakibat merugikan bagi orang lain
Title: Re: tindakan netral (???)
Post by: hatRed on 26 December 2008, 05:47:59 PM
maksudnya gini loh,

bagaimana suatu karma dia dikatakan baik/buruk itu yg dapat menilai ya si korban.

dan

bagaimana suatu buah karma dikatakan baik/buruk itu yg dapat menilai ya si pelaku.
Title: Re: tindakan netral (???)
Post by: Reenzia on 26 December 2008, 05:51:49 PM
nah itu dualitas..... :))

banyak orang yg meyakini persepsi sebagai kebenaran
contohnya Tuhan

bagi yang percaya, itu adalah kebenaran
bagi yang melihat secara realita, itu adalah kebodohan
Title: Re: tindakan netral (???)
Post by: ryu on 26 December 2008, 05:54:18 PM
Cara mengikis LDM bijimana?

pake grenda :))
masa pake partai yang pake logo gambar garuda seh yang sering nongol di tepe =))
Title: Re: tindakan netral (???)
Post by: hatRed on 26 December 2008, 05:56:14 PM
ambil contoh,

ada anak kecil yg diceritakan kakeknya tentang hantu di kolong ranjang
si anak sampe trauma ketakutan setengah mati, jadi kalo tidur suka ketakutan dan gak berani ngintip kolong ranjang, karena dia meyakininya.

tapi apakah hantu tersebut memang ada? kita tentu tahu tidak ada.

dan anggap saja memang hantu itu benar2 tidak ada dan hanya omong kosong semata.

tetapi apa bagi anak kecil tersebut? walau hal itu tidak nyata tetapi hal itu adalah nyata baginya.
jadi tidak tergantung bagaimana orang lain melihatnya walaupun orang lain tersebut melihat kebenaran mutlak tersebut. tetapi hantu kolong ranjang adalah sesuatu yg benar2 ada dan nyata baginya.


kasarnya, sesuatu yg sebenarnya tidak ada malah menjadi ada karena kita benar2 meyakininya.
Title: Re: tindakan netral (???)
Post by: Reenzia on 26 December 2008, 06:01:42 PM
Cara mengikis LDM bijimana?

pake grenda :))
masa pake partai yang pake logo gambar garuda seh yang sering nongol di tepe =))

ngawurrrrrrrr =))

 [at] hatRed

sebenarnya hantu emank ada, tapiiiiiiii.....kenapa harus diberi embel-embel kalo hantu itu serammmmmmmmmmmmm??
dipikir-pikir, masih lebih banyak manusia seram dari pada hantu seram....
anak kecil liat hantu bs nangis krn takut, tp anak kecil liat bapaknya ngamuk nangisnya lebih histeris,
bukan kah itu berarti hantu yg terlihat dimuka bapaknya lebih seram? :))

jgn terlalu terpatok sm apa yg uda jadi kebiasaan lah....terkadang masih bs salah....
namanya juga orang, persepsi juga bikinan org kok, mending kalo orgnya pinter, kl ternyata moha gimana? ;))
Title: Re: tindakan netral (???)
Post by: hatRed on 26 December 2008, 06:12:44 PM
mm..... gimana yak..

reen e ngerti maksud i gak ya?
Title: Re: tindakan netral (???)
Post by: tesla on 26 December 2008, 09:03:32 PM
kasarnya, sesuatu yg sebenarnya tidak ada malah menjadi ada karena kita benar2 meyakininya.
di beberapa abad lalu hampir semua orang menyakini:
 bumi itu datar
 bumi adalah pusat tata surya

apa itu menjadi nyata?
Title: Re: tindakan netral (???)
Post by: Reenzia on 26 December 2008, 09:12:44 PM
mm..... gimana yak..

reen e ngerti maksud i gak ya?

iya ngerti.... :))
cm nambahin aja... ;D
Title: Re: tindakan netral (???)
Post by: dilbert on 26 December 2008, 09:56:11 PM
ambil contoh,

ada anak kecil yg diceritakan kakeknya tentang hantu di kolong ranjang
si anak sampe trauma ketakutan setengah mati, jadi kalo tidur suka ketakutan dan gak berani ngintip kolong ranjang, karena dia meyakininya.

tapi apakah hantu tersebut memang ada? kita tentu tahu tidak ada.

dan anggap saja memang hantu itu benar2 tidak ada dan hanya omong kosong semata.

tetapi apa bagi anak kecil tersebut? walau hal itu tidak nyata tetapi hal itu adalah nyata baginya.
jadi tidak tergantung bagaimana orang lain melihatnya walaupun orang lain tersebut melihat kebenaran mutlak tersebut. tetapi hantu kolong ranjang adalah sesuatu yg benar2 ada dan nyata baginya.


kasarnya, sesuatu yg sebenarnya tidak ada malah menjadi ada karena kita benar2 meyakininya.

yang beginian, BUDDHA sebagai dokter memiliki obatnya... atas keyakinan terhadap "sesuatu" yang tidak eksis ataupun yang diciptakan oleh pikiran...

Dalam salah satu sutta (lupa, sedang dicari) tentang satu brahmana yang "patah hati" karena kematian calon istri yang didengung-dengungkan orang atas kecantikannya, padahal belum pernah dijumpai ataupun dilihat sama sekali. Buddha berhasil menyadarkan kembali brahmana tersebut.
Title: Re: tindakan netral (???)
Post by: PohonAsem on 26 December 2008, 10:07:20 PM
siapa yang bilang hantu itu gak ada? emang lo orang gak pernah lihat yahh?
Title: Re: tindakan netral (???)
Post by: kiman on 27 December 2008, 12:53:45 AM
makhluk alam peta y? ya ada lah... yg beda kan dimensinya...
Title: Re: tindakan netral (???)
Post by: hatRed on 27 December 2008, 04:31:23 PM
kasarnya, sesuatu yg sebenarnya tidak ada malah menjadi ada karena kita benar2 meyakininya.
di beberapa abad lalu hampir semua orang menyakini:
 bumi itu datar
 bumi adalah pusat tata surya

apa itu menjadi nyata?

bagi yg meyakininya menjadi nyata.
Title: Re: tindakan netral (???)
Post by: Reenzia on 27 December 2008, 04:44:30 PM
kasarnya, sesuatu yg sebenarnya tidak ada malah menjadi ada karena kita benar2 meyakininya.
di beberapa abad lalu hampir semua orang menyakini:
 bumi itu datar
 bumi adalah pusat tata surya

apa itu menjadi nyata?

bagi yg meyakininya menjadi nyata.

nyata bagi orang yang meyakininya
tapi bukan berarti adalah kenyataan
Title: Re: tindakan netral (???)
Post by: hatRed on 27 December 2008, 04:48:34 PM
:yes:
Title: Re: tindakan netral (???)
Post by: tesla on 27 December 2008, 04:51:03 PM
kasarnya, sesuatu yg sebenarnya tidak ada malah menjadi ada karena kita benar2 meyakininya.
di beberapa abad lalu hampir semua orang menyakini:
 bumi itu datar
 bumi adalah pusat tata surya

apa itu menjadi nyata?

bagi yg meyakininya menjadi nyata.

menurut saya, sebagai Buddhist, kita mencari 'kebenaran' (dhamma).
seandainya kebenaran yg kita cari dapat dilakukan dg diyakini saja,
Siddharta tidak perlu utk susah2 melakukan perjalanan mencari obat utk tua, sakit & mati.
cukup kita meyakini bahwa kita abadi saja :)
Title: Re: tindakan netral (???)
Post by: hatRed on 27 December 2008, 04:55:16 PM
 [at] Tesla

maksudnya tentang cerita anak tersebut adalah untuk memberi contoh bagaimana sebuah buah karma dapat dikatakan baik atau buruk.

maksudnya tergantung batin si penerima, bila ia menganggap hal tersebut merugikannya maka buah karma tersebut dikatakan pahit, walaupun buah tersebut menurut pihak ketiga "manis".
Title: Re: tindakan netral (???)
Post by: ryu on 29 December 2008, 09:42:58 AM
ambil contoh,

ada anak kecil yg diceritakan kakeknya tentang hantu di kolong ranjang
si anak sampe trauma ketakutan setengah mati, jadi kalo tidur suka ketakutan dan gak berani ngintip kolong ranjang, karena dia meyakininya.

tapi apakah hantu tersebut memang ada? kita tentu tahu tidak ada.

dan anggap saja memang hantu itu benar2 tidak ada dan hanya omong kosong semata.

tetapi apa bagi anak kecil tersebut? walau hal itu tidak nyata tetapi hal itu adalah nyata baginya.
jadi tidak tergantung bagaimana orang lain melihatnya walaupun orang lain tersebut melihat kebenaran mutlak tersebut. tetapi hantu kolong ranjang adalah sesuatu yg benar2 ada dan nyata baginya.


kasarnya, sesuatu yg sebenarnya tidak ada malah menjadi ada karena kita benar2 meyakininya.

yang beginian, BUDDHA sebagai dokter memiliki obatnya... atas keyakinan terhadap "sesuatu" yang tidak eksis ataupun yang diciptakan oleh pikiran...

Dalam salah satu sutta (lupa, sedang dicari) tentang satu brahmana yang "patah hati" karena kematian calon istri yang didengung-dengungkan orang atas kecantikannya, padahal belum pernah dijumpai ataupun dilihat sama sekali. Buddha berhasil menyadarkan kembali brahmana tersebut.

Kisah Anitthigandha Kumara
 
 
DHAMMAPADA XVI, 7
 

Anitthigandha tinggal di Savatthi. Dia akan menikah dengan seorang wanita muda cantik dari kota Sagala, dari negara Maddas. Pengantin wanita datang dari kotanya ke Savatthi, dia jatuh sakit dan meninggal dunia dalam perjalanan. Ketika pengantin pria mendengar kabar tentang kematian pengantin wanitanya, dia menjadi putus asa.

Dalam keadaan ini, Sang Buddha mengetahui bahwa waktunya sudah matang bagi pemuda itu untuk mencapai tingkat kesucian sotapatti, Sang Buddha menuju ke rumah pemuda tersebut. Orang tua pemuda itu memberi dana makanan kepada Sang Buddha. Setelah bersantap, Sang Buddha meminta orang tua pemuda itu untuk membawa anaknya menghadap Sang Buddha.

Ketika pemuda itu tiba, Sang Buddha bertanya mengapa dia sedih dan putus asa, pemuda itu menjelaskan seluruh kejadian tragis kematian pengantin wanitanya.

        Kemudian Sang Buddha berkata kepadanya, "O Anitthigandha! Dari nafsu timbul kesedihan; tergantung dari nafsu terhadap barang-barang dan kesenangan duniawi, kesedihan serta ketakutan muncul".

Kemudian Sang Buddha membabarkan syair 215 berikut:

Dari nafsu timbul kesedihan, dari nafsu timbul ketakutan; bagi orang yang telah bebas dari nafsu, tiada lagi kesedihan maupun ketakutan.

Anitthigandha mencapai tingkat kesucian sotapatti setelah khotbah Dhamma itu berakhir.***

Title: Re: tindakan netral (???)
Post by: markosprawira on 30 December 2008, 09:37:13 AM
Quote
Anda berpendapat bahwa utk melakukan suatu perbuatan baik (dalam konteks akusala=baik), seseorang harus tau apa itu Lobha, Dosa & Moha (dan aLaDaM

Kalau saya bilang, sutta diatas justru menguatkan bhw bhw buddha sendiri justru mengajarkan LDM dan aLaDaM, alias bukan pendapat saya pribadi loh  _/\_


o... my dearest friend,

saya tidak tahu kamu pura2 tidak mengerti atau bagaimana...
yg saya katakan bahwa tindakan yg bebas dari LDM (aLaDaM) itu tidak menghasilkan karma.

dg demikian karma baik & buruk sama2 bersumber dari LDM.


cmiiw .......... i see logikanya tesla....... karena ada LDM, maka ada aLaDaM......

itu sih namanya bukan kusala dan akusala kamma bersumber dari LDM
namun lebih mirip dengan logika......

ada baik, karena ada buruk
ada terang, karena ada gelap....

dear tesla,

cobalah utk membedakan antara logika awam, dengan logika buddhism.

kalo dicampur, jadinya aLaDaM ada karena ada LDM

padahal aLaDaM adalah kondisi yg terbebas dari LDM..... yg bisa berupa kusala dan juga netral

yg saya katakan bahwa tindakan yg bebas dari LDM (aLaDaM) itu tidak menghasilkan karma.

dan untuk umat awam, untuk kesekian kalinya, pada Javana TIDAK MUNGKIN NETRAL karena pasti KUSALA (aLaDaM) atau AKUSALA (LDM)

jika memang sumber anda dari abhidhamma, silahkan ditelaah kembali......

dimana justru ini selaras dengan sutta yg anda kutipkan bahwa perbuatan itu bersumber dari
1. Lobha
2. Dosa
3. Moha
4. Alobha
5. Adosa
6. Amoha

Coba anda renungkan lagi .........
1. tidak ada Javana (perbuatan di level citta vitthi) yang NETRAL
2. akar dari perbuatan ada 6 yaitu LDM dan aLaDaM

semoga kali ini udah bisa memperjelas alur pemikiran bro tesla yg selalu berpegang bhw ada tindakan manusia yg netral

Title: Re: tindakan netral (???)
Post by: Reenzia on 30 December 2008, 10:00:17 AM
suatu tindakan netral ato tidak [menghasilkan kusala atau akusala] itu tergantung pada sudut pandang

netral karena melihat diluar dualisme
menghasilkan akusala atau kusala karena melihat dari LDM dan aLaDaM

yg dimaksud bro tesla begini lo:
suatu karma dikatakan baik atau buruk itu karena berpatokan/berdasar dari melihat adanya LDM
kalo melihat bahwa objek, termasuk karma adalah netral, maka karma gak tergolong baik ataupun buruk

keduanya benar kok, hanya saja gak ketemu ditengah karena sudut pandang yang berbeda
Title: Re: tindakan netral (???)
Post by: markosprawira on 30 December 2008, 10:17:41 AM
kasarnya, sesuatu yg sebenarnya tidak ada malah menjadi ada karena kita benar2 meyakininya.
di beberapa abad lalu hampir semua orang menyakini:
 bumi itu datar
 bumi adalah pusat tata surya

apa itu menjadi nyata?

bagi yg meyakininya menjadi nyata.

menurut saya, sebagai Buddhist, kita mencari 'kebenaran' (dhamma).
seandainya kebenaran yg kita cari dapat dilakukan dg diyakini saja,
Siddharta tidak perlu utk susah2 melakukan perjalanan mencari obat utk tua, sakit & mati.
cukup kita meyakini bahwa kita abadi saja :)


dear tesla,

ya ga gitu ekstrimnya lah........

segala sesuatu itu ada karena kondisi

Buddha pun bisa tercerahkan bukan karena sesaat saja, misal batin dari 0 langsung menjadi 100
Beliau menimbun parami sedikit demi sedikit sampai kesemuanya mengkondisikan beliau utk menjadi tercerahkan

sama seperti para arahat yg (seolah) tercerahkan hanya karena dengar 1 sutta, atau perbuatan2 sepele lainnya
karena mereka sudah menimbun cukup kusala kamma, yg memungkinkan beliau utk langsung tercerahkan karena 1 kondisi saja

nah apakah kita sudah merasa cukup menimbun kusala kamma spt itu?  _/\_
Title: Re: tindakan netral (???)
Post by: markosprawira on 30 December 2008, 10:25:16 AM
suatu tindakan netral ato tidak [menghasilkan kusala atau akusala] itu tergantung pada sudut pandang

netral karena melihat diluar dualisme
menghasilkan akusala atau kusala karena melihat dari LDM dan aLaDaM

yg dimaksud bro tesla begini lo:
suatu karma dikatakan baik atau buruk itu karena berpatokan/berdasar dari melihat adanya LDM
kalo melihat bahwa objek, termasuk karma adalah netral, maka karma gak tergolong baik ataupun buruk

keduanya benar kok, hanya saja gak ketemu ditengah karena sudut pandang yang berbeda

dear Reenzia,

yg dimaksud objek bersifat netral pun, itu adalah sudut pandang batin manusia.
dan walau dipandang netral, dari sisi si pelaku tetap kusala atau akusala, yg notabene akan membuahkan akibat

sementara bro tesla menyebutkan bhw perbuatan yg bebas dari LDM (aLaDaM), yg tidak membuahkan akibat/vipaka

disini jelas bro tesla sudah mengasumsikan ada kamma yg dibuat oleh pelaku (org awam/non arahat), yg tidak membuahkan akibat

coba sis Reen lihat kembali kutipan bro tesla :
Quote
yg saya katakan bahwa tindakan yg bebas dari LDM (aLaDaM) itu tidak menghasilkan karma.

aLaDaM bisa bersifat netral, dan juga bisa kusala.
dan perbuatan kusala (sesuai sutta yg bro tesla berikan sendiri), jelas akan membuahkan akibat

semoga bisa memperjelas yah  _/\_
Title: Re: tindakan netral (???)
Post by: Reenzia on 30 December 2008, 10:38:41 AM
terlepas dari pandangan membuahkan baik ato buruk
semua tindakan [LDM dan aLaDaM] membuahkan akibat, baik atau buruknya tergantung :
cara pandang individu
dan
berdasar LDM atau aLaDaM
Title: Re: tindakan netral (???)
Post by: markosprawira on 30 December 2008, 11:22:00 AM
 [at] REen : hny menambahkan aLaDaM juga bisa berupa kiriya/fungsional dalam arahat

dan itu tidak akan membuahkan akibat apapun

namun fungsional ini tidak akan dialami oleh putthujhana

dalam putthujhana, aLaDaM akan menjadi hetu (akar) baik yg akan menjadi penyebab dari puggala (mahluk)
misal sugati ahetuka puggala, itu berarti akan menjadi mahluk sugati, namun ahetu (tidak ada akar) baik
Title: Re: tindakan netral (???)
Post by: Nevada on 30 December 2008, 11:32:00 AM
terlepas dari pandangan membuahkan baik ato buruk
semua tindakan [LDM dan aLaDaM] membuahkan akibat, baik atau buruknya tergantung :
cara pandang individu
dan
berdasar LDM atau aLaDaM

Reenzia yang baik...

Perbuatan baik dan perbuatan buruk itu sangat berbeda. Ini terlihat dari modusnya yang berlandaskan lobha, dosa dan moha - atau alobha, adosa dan amoha. Perbuatan baik dan atau perbuatan buruk cenderung akan mengakibatkan munculnya buah perbuatan. Buah perbuatan (vipaka) ini memang sifatnya netral, namun buah ini muncul sesuai dengan benih perbuatan yang ditabur. Bagi yang menabur benih perbuatan baik, ia akan menerima buah perbuatan yang baik. dan begitu pula sebaliknya...

Objek atau buah perbuatan memang bersifat netral. Ia tidak memihak, bersifat anugerah maupun menghukum. Ia adil dan selaras dengan benih perbuatan yang kita tanam. Oleh karena itu, meski melihat buah perbuatan (vipaka) sebagai objek netral, jangan sampai kita melihat bahwa perbuatan pun adalah netral...
Title: Re: tindakan netral (???)
Post by: tesla on 30 December 2008, 02:17:16 PM
cmiiw .......... i see logikanya tesla....... karena ada LDM, maka ada aLaDaM......
bukan itu maksud saya,
yg bilang demikian adalah logika sdr. markos...
bahwa ada LDM & ada aLaDaM...

bagi saya hanya ada LDM & bebas dari LDM
bebas dari LDM ini yg saya singkat aLaDaM saja.

Quote
itu sih namanya bukan kusala dan akusala kamma bersumber dari LDM
namun lebih mirip dengan logika......

ada baik, karena ada buruk
ada terang, karena ada gelap....
saya pakai bahasa Indonesia saja,
menurut saya ya,
karma ada karena tindakan yg berLDM,
terlepas dari apakah itu karma baik ataupun karma buruk.

Quote
kalo dicampur, jadinya aLaDaM ada karena ada LDM
padahal aLaDaM adalah kondisi yg terbebas dari LDM..... yg bisa berupa kusala dan juga netral
seharusnya saya yg ngomong begitu ;)

yg saya katakan bahwa tindakan yg bebas dari LDM (aLaDaM) itu tidak menghasilkan karma.

dan untuk umat awam, untuk kesekian kalinya, pada Javana TIDAK MUNGKIN NETRAL karena pasti KUSALA (aLaDaM) atau AKUSALA (LDM)

jika memang sumber anda dari abhidhamma, silahkan ditelaah kembali......
[/quote]
justru saya saat ini sedang membahas berdasarkan sutta...

Quote
dimana justru ini selaras dengan sutta yg anda kutipkan bahwa perbuatan itu bersumber dari
1. Lobha
2. Dosa
3. Moha
4. Alobha
5. Adosa
6. Amoha
berdasarkan sutta tadi, singkatnya ada tindakan yg didasari LDM & ada tindakan yg bebas dari LDM (saya akan coba hindari aLaDaM dulu supaya tidak misscomunicate)

Quote
Coba anda renungkan lagi .........
1. tidak ada Javana (perbuatan di level citta vitthi) yang NETRAL
2. akar dari perbuatan ada 6 yaitu LDM dan aLaDaM

semoga kali ini udah bisa memperjelas alur pemikiran bro tesla yg selalu berpegang bhw ada tindakan manusia yg netral

ada tindakan manusia yg bebas dari LDM
ga tau apa ini mo dinamain netral atau spontan atau bebas... ---> hanya tambah misscomunicate saja
Title: Re: tindakan netral (???)
Post by: Reenzia on 30 December 2008, 02:20:26 PM
terlepas dari pandangan membuahkan baik ato buruk
semua tindakan [LDM dan aLaDaM] membuahkan akibat, baik atau buruknya tergantung :
cara pandang individu
dan
berdasar LDM atau aLaDaM

Reenzia yang baik...

Perbuatan baik dan perbuatan buruk itu sangat berbeda. Ini terlihat dari modusnya yang berlandaskan lobha, dosa dan moha - atau alobha, adosa dan amoha. Perbuatan baik dan atau perbuatan buruk cenderung akan mengakibatkan munculnya buah perbuatan. Buah perbuatan (vipaka) ini memang sifatnya netral, namun buah ini muncul sesuai dengan benih perbuatan yang ditabur. Bagi yang menabur benih perbuatan baik, ia akan menerima buah perbuatan yang baik. dan begitu pula sebaliknya...

Objek atau buah perbuatan memang bersifat netral. Ia tidak memihak, bersifat anugerah maupun menghukum. Ia adil dan selaras dengan benih perbuatan yang kita tanam. Oleh karena itu, meski melihat buah perbuatan (vipaka) sebagai objek netral, jangan sampai kita melihat bahwa perbuatan pun adalah netral...

bukankah masalah ini dlu udah pernah dibahas?
ini hanya masalah dipandangan saja, memandang dari sudut mana ato tak dari sudut mana
bukan berarti saia menganggap semua netral jadi semua dibenarkan
Title: Re: tindakan netral (???)
Post by: markosprawira on 30 December 2008, 02:42:13 PM
cmiiw .......... i see logikanya tesla....... karena ada LDM, maka ada aLaDaM......
bukan itu maksud saya,
yg bilang demikian adalah logika sdr. markos...
bahwa ada LDM & ada aLaDaM...

bagi saya hanya ada LDM & bebas dari LDM
bebas dari LDM ini yg saya singkat aLaDaM saja.

Quote
itu sih namanya bukan kusala dan akusala kamma bersumber dari LDM
namun lebih mirip dengan logika......

ada baik, karena ada buruk
ada terang, karena ada gelap....
saya pakai bahasa Indonesia saja,
menurut saya ya,
karma ada karena tindakan yg berLDM,
terlepas dari apakah itu karma baik ataupun karma buruk.

Quote
kalo dicampur, jadinya aLaDaM ada karena ada LDM
padahal aLaDaM adalah kondisi yg terbebas dari LDM..... yg bisa berupa kusala dan juga netral
seharusnya saya yg ngomong begitu ;)

yg saya katakan bahwa tindakan yg bebas dari LDM (aLaDaM) itu tidak menghasilkan karma.

dan untuk umat awam, untuk kesekian kalinya, pada Javana TIDAK MUNGKIN NETRAL karena pasti KUSALA (aLaDaM) atau AKUSALA (LDM)

jika memang sumber anda dari abhidhamma, silahkan ditelaah kembali......
justru saya saat ini sedang membahas berdasarkan sutta...[/quote]

Quote
dimana justru ini selaras dengan sutta yg anda kutipkan bahwa perbuatan itu bersumber dari
1. Lobha
2. Dosa
3. Moha
4. Alobha
5. Adosa
6. Amoha

berdasarkan sutta tadi, singkatnya ada tindakan yg didasari LDM & ada tindakan yg bebas dari LDM (saya akan coba hindari aLaDaM dulu supaya tidak misscomunicate)

Quote
Coba anda renungkan lagi .........
1. tidak ada Javana (perbuatan di level citta vitthi) yang NETRAL
2. akar dari perbuatan ada 6 yaitu LDM dan aLaDaM

semoga kali ini udah bisa memperjelas alur pemikiran bro tesla yg selalu berpegang bhw ada tindakan manusia yg netral

ada tindakan manusia yg bebas dari LDM
ga tau apa ini mo dinamain netral atau spontan atau bebas... ---> hanya tambah misscomunicate saja

dear tesla,

coba anda lihat pembahasan saya mengenai hetu atau akar

disana sudah jelas menyebutkan mengenai 3 kusala hetu yaitu aLobha, aDosa dan aMoha
pun jika anda melihat ke sobhana cetasika, disana dengan jelas disebutkan ada aLobha, aDosa dan Sati (aMoha)

Jadi tolong dibedakan antara aLobha, aDosa dan aMoha utk berbagai level dan penggunaan.
dan untuk penggunaan di level putthujhana, pengertian LDM dan aLaDaM adalah bukan kiriya/fungsional
Itu kenapa disebutkan bhw Kiriya hanya ada pada Arahat

Ini seperti bilang pencerahan terjadi secara instan..... seolah pencerahan itu bisa didapat sedemikian mudah
padahal yg terjadi sebenarnya batin org itu sudah cukup matang, seperti pada angulimala
bnyk yg blg tidak adil bhw org yg membunuh sekian bnyk, bisa jadi suci semudah itu
tp sesungguhnya batin dia sudah cukup matang, hanya saja "tersesat"

Itulah salah satu kelebihan sammasambuddha yaitu bisa melihat kematangan batin seseorang dan memberikan apa yg cocok bagi org itu

Quote
ada tindakan manusia yg bebas dari LDM

betul tapi bukan netral/kiriya.......
Title: Re: tindakan netral (???)
Post by: tesla on 30 December 2008, 04:42:52 PM
Quote
dear tesla,

coba anda lihat pembahasan saya mengenai hetu atau akar

disana sudah jelas menyebutkan mengenai 3 kusala hetu yaitu aLobha, aDosa dan aMoha
pun jika anda melihat ke sobhana cetasika, disana dengan jelas disebutkan ada aLobha, aDosa dan Sati (aMoha)

dear markosprawira,

disinilah kita melihat perbedaan antara abhidhamma & sutta.

(pakai bahasa Indonesia saja yah biar lebih jelas)
berdasarkan abhidhamma, perbuatan yg berakar pada faktor mental yg indah tsb (alobha, adosa & amoha) akan menghasilkan karma yg indah pula... setuju?

sedangkan berdasarkan sutta, perbuatan yg bebas dari keserakahan, kebencian & kebodohan bathin (lobha, dosa, moha) bahkan memotong karma seperti palma yg terpotong pada akarnya.

Quote
Jadi tolong dibedakan antara aLobha, aDosa dan aMoha utk berbagai level dan penggunaan.
dan untuk penggunaan di level putthujhana, pengertian LDM dan aLaDaM adalah bukan kiriya/fungsional
Itu kenapa disebutkan bhw Kiriya hanya ada pada Arahat
disini ada perbedaan ke2, yaitu:
pada abhidhamma, akar aLaDaM masih tergantung pada pelakunya...
apabila dia putthujana maka akan ber-karma,
sedangkan jika arahat, maka tidak ber-karma.

sedangkan pada sutta, tidak dibahas perbedaan status antara, 'putthujana' & 'ariya'.
tindakan yg berakar pada LDM ---> menghasilkan karma
tindakan yg bebas dari LDM ---> tidak menghasilkan karma

Quote
Ini seperti bilang pencerahan terjadi secara instan..... seolah pencerahan itu bisa didapat sedemikian mudah
padahal yg terjadi sebenarnya batin org itu sudah cukup matang, seperti pada angulimala
bnyk yg blg tidak adil bhw org yg membunuh sekian bnyk, bisa jadi suci semudah itu
tp sesungguhnya batin dia sudah cukup matang, hanya saja "tersesat"
saya tidak bilang pencerahan terjadi secara instan kok. hehe...




mod: sebaiknya topik ini dipisahkan sendiri, "Tindakan yg bebas dari keserakahan, kebencian & kegelapan bathin menghasilkan karma atau tidak?"
Title: Re: tindakan netral (???)
Post by: markosprawira on 30 December 2008, 05:07:06 PM
Quote
dear tesla,

coba anda lihat pembahasan saya mengenai hetu atau akar

disana sudah jelas menyebutkan mengenai 3 kusala hetu yaitu aLobha, aDosa dan aMoha
pun jika anda melihat ke sobhana cetasika, disana dengan jelas disebutkan ada aLobha, aDosa dan Sati (aMoha)

dear markosprawira,

disinilah kita melihat perbedaan antara abhidhamma & sutta.

(pakai bahasa Indonesia saja yah biar lebih jelas)
berdasarkan abhidhamma, perbuatan yg berakar pada faktor mental yg indah tsb (alobha, adosa & amoha) akan menghasilkan karma yg indah pula... setuju?

sedangkan berdasarkan sutta, perbuatan yg bebas dari keserakahan, kebencian & kebodohan bathin (lobha, dosa, moha) bahkan memotong karma seperti palma yg terpotong pada akarnya.


dear tesla,

mari kita lihat kembali referensi anda, ok?

source : http://www.samaggi-phala.or.id/tipitaka_dtl.php?cont_id=738

Quote
Para bhikkhu, ada tiga penyebab asal mula tindakan. Apakah yang tiga itu? Keserakahan, kebencian dan kegelapan batin.12

Suatu tindakan yang dilakukan dengan keserakahan, terlahir dari keserakahan, disebabkan oleh keserakahan, muncul dari keserakahan, akan masak di manapun individu itu terlahir; dan di manapun tindakan itu masak, di sanalah individu itu mengalami buah dari tindakannya, tak peduli apakah di dalam kehidupan ini, atau di dalam kehidupan berikutnya, atau di dalam kehidupan-kehidupan mendatang selanjutnya.13

disini kita akan lihat yg selanjutnya yaitu

Quote
Para bhikkhu, ada tiga penyebab lain untuk asal mula tindakan.

Apakah yang tiga itu? Tanpa-keserakahan, tanpa-kebencian, tanpa-kebodohan-batin.

Jika suatu tindakan dilakukan dengan tanpa-keserakahan, terlahir dari tanpa-keserakahan, disebabkan oleh tanpa-keserakahan, muncul dari tanpa-keserakahan... Jika suatu tindakan dilakukan dengan tanpa-kebencian... Jika suatu tindakan dilakukan dengan tanpa-kebodohan-batin, terlahir dari tanpa-kebodohan-batin, disebabkan oleh tanpa-kebodohan- batin, muncul dari tanpa-kebodohan-batin, begitu keserakahan, kebencian dan kebodohan batin lenyap maka tindakan itu ditinggalkan, terpotong di akarnya, dibuat gersang seperti tunggul pohon palma, terhapus sehingga tidak lagi bisa muncul di masa depan.14

disitu sudah jelas mengacu pada batin yg sudah terbebas dari keserakahan, kebencian dan kebodohan batin.....

Jadi disini jelas sudah mengacu pada batin seorang Arahant, bukan seorang putthujhana yg notabene masih tertutup oleh keserakahan, kebencian dan kebodohan batin......

disini yg tadi saya minta bro tesla utk dapat melihat level dan penggunaannya.......

Jadi bukan masalah abhidhamma atau sutta yg berbeda namun kekurang jelian kita dalam menangkap pengartian sutta secara keseluruhan

semoga sudah bisa memperjelas yah  _/\_
Title: Re: tindakan netral (???)
Post by: K.K. on 30 December 2008, 05:10:25 PM
Dalam Anguttara Nikaya, Catukka, Ariyamagga Sutta, dikatakan ada 4 macam kamma:
-Kamma gelap dengan akibat gelap
-Kamma terang dengan akibat terang
-Kamma gelap dan terang dengan akibat gelap dan terang
-Kamma yang bukan gelap dan bukan terang, dengan akibat bukan gelap dan bukan terang dan menuju pada lenyapnya kamma

Jadi dalam Sutta, tindakan yang bebas dari Lobha, Dosa, dan Moha adalah kamma bukan gelap dan bukan terang yang menghasilkan akibat yang bukan gelap dan bukan terang. Tindakan tersebut disebutkan adalah yang bersesuaian dengan Jalan Mulia Berunsur Delapan.
Title: Re: tindakan netral (???)
Post by: williamhalim on 30 December 2008, 05:24:58 PM
 [at]  rekan2 semua,

Sy quote pernyataan ini. Pernyataan ini sangat penting sekali, karena akan mengkondisikan pemahaman kita dan tindakan kita selanjutnya.

Quote
"Tindakan yg bebas dari keserakahan, kebencian & kegelapan bathin menghasilkan karma atau tidak?"

Sy tidak akan membahasnya dari Sutta ataupun Abhidhamma, karena kedua hal itu akan dikupas oleh Bro Markos dan Bro Tesla dengan sangat baik.

Saya hanya akan menyampaikan pendapat pribadi.

Kita tau bahwa tindakan yg didasarkan pada: Ketamakan, Kebencian dan Kebodohan akan mengakibatkan hasil yg buruk pula. Jadi, LDM adalah kamma buruk dan akan menghasilkan vipaka buruk.

Ada tindakan LDM adapula tindakan aLaDaM. Tindakan aLaDaM adalah opposite dari LDM, yaitu suatu tindakan yg didasari pada kasih sayang, belas kasihan dan pengertian benar. Jika LDM akan membuahkan vipaka Buruk, apakah aLaDaM akan membuahkan vipaka baik?

Pertanyaan ini tidak dapat dijawab secara langsung Ya atau Tidak, tapi dibutuhkan perenungan.

Disatu sisi, setiap perbuatan pasti akan membuahkan hasil. Perbuatan baik akan membuahkan hasil2 yg baik dan perbuatan buruk akan membuahkan hasil yg buruk pula. Jadi, dengan pengertian ini jelas sudah bahwa aLaDaM akan menghasilkan vipaka baik. Apa itu vipaka baiknya? IMO ada 2:
~ Vipaka baik yg mengkondisikan
contoh: diterima oleh lingkungan, wajah yg cantik, karir yg bagus, tidak dihujat, dsbnya
~ vipak baik pada batin
contoh: ego dikikis, tidak stress, lebih mudah menerima keadaan, murah hati, dsbnya

Kedua point diatas adalah buah atas kamma aLaDaM.

Disisi lainnya, jika LDM akan membuahkan kamma buruk (yg mendorong kelahiran kembali), apakah aLaDaM akan mendorong kamma baik yg akan membuahkan kelahiran kembali jua?

Dari sudut pandang ini, jawaban saya adalah: aLaDaM TIDAK membutuhkan pembuahan di kehidupan selanjutnya. Dengan kata lain: tindakan yg diakari oleh aLaDaM tidak mendorong kelahiran kembali.
(harap dapat dibedakan dengan tindakan yg 'kelihatannya' baik namun masih didasari oleh keinginan lobha yg halus, ini jelas tidak termasuk konteks pembicaraan kita)

Pendapat sy ini dikuatkan oleh rantai Paticcasamupadda: bahwa pendorong kelahiran kita berikutnya adalah TANHA (Hawa nafsu).

---

Berbicara tentang ARAHAT, adalah berbicara tentang citta arahat dan Upekkha. Sangat sulit bagi kita untuk menyelami citta Arahat.

Karena kehidupan kita masih kental oleh TANHA, maka yg banyaknya perbuatan baik masih diperlukan untuk menyeimbangi kekentalah batin lobha kita. Kita tidak bisa sekonyong2 ingin bertindak NETRAL. Untuk memadamkan api, diperlukan kain basah. Untuk memadamkan LDM masih diperlukan aLaDaM. Untuk kita2 yg masih manusia lobha ini, kita masih memerlukan banyak perbuatan baik untuk mengikis Tanha kita.


::





Title: Re: tindakan netral (???)
Post by: bond on 30 December 2008, 05:49:28 PM
IMO

aladam terjadi saat LDM (ketiganya) total tidak ada lagi--->kiriya pada arahat.
Biasanya yg terjadi pada yg belum mencapai arahat masih ada sisa entah L, D, atau M nya(sisa terhalus sekalipun inilah yang dapat menjadi penyebab kelahiran kembali)
Jadi tidak ada namanya aladam langsung ketiganya bersamaan pada puthujhana ataupun anagami

coba perhatikan sutta yg diquote om markos

Para bhikkhu, ada tiga penyebab lain untuk asal mula tindakan.

Apakah yang tiga itu? Tanpa-keserakahan, tanpa-kebencian, tanpa-kebodohan-batin.

Jika suatu tindakan dilakukan dengan tanpa-keserakahan, terlahir dari tanpa-keserakahan, disebabkan oleh tanpa-keserakahan, muncul dari tanpa-keserakahan... Jika suatu tindakan dilakukan dengan tanpa-kebencian... Jika suatu tindakan dilakukan dengan tanpa-kebodohan-batin, terlahir dari tanpa-kebodohan-batin, disebabkan oleh tanpa-kebodohan- batin, muncul dari tanpa-kebodohan-batin, begitu keserakahan, kebencian dan kebodohan batin lenyap maka tindakan itu ditinggalkan, terpotong di akarnya, dibuat gersang seperti tunggul pohon palma, terhapus sehingga tidak lagi bisa muncul di masa depan.14
 _/\_


Title: Re: tindakan netral (???)
Post by: tesla on 30 December 2008, 09:22:42 PM
Quote
disitu sudah jelas mengacu pada batin yg sudah terbebas dari keserakahan, kebencian dan kebodohan batin.....

Jadi disini jelas sudah mengacu pada batin seorang Arahant, bukan seorang putthujhana yg notabene masih tertutup oleh keserakahan, kebencian dan kebodohan batin......

disini yg tadi saya minta bro tesla utk dapat melihat level dan penggunaannya.......

 [at] markos & bond

seperti yg saya katakan sebelumnya, pada abhidhamma dikatakan tindakan yg bebas dari LDM memiliki kemungkinan menghasilkan vipaka pada putthujana (penghuni samsara yg bukan ariya) & tidak tidak menghasilkan vipaka pada arahat.

disutta tsb dikatakan bahwa: tindakan yg berasal dari LDM menghasilkan karma, tindakan yg bebas dari LDM, memotong karma... itu saja...

kemudian bro markos & bond berkesimpulan bahwa:
yg dikatakan Buddha pada paragraf ke 2 adalah mengacu pada bathin Arahat...

& saya berpendapat paragraf ke2 hanya membahas soal tindakan...
tidak lebih tidak kurang...
berakar LDM ---> karma
bebas LDM ---> no karma

apakah itu ketidakjelian? mungkin... :)
makanya sedari awal saya katakan, bahwa kita lanjutkan saja setelah bathin kita telah bebas dari LDM. toh dari prakteknya tujuan kita adalah sama, yaitu 'bebas dari LDM'.
Title: Re: tindakan netral (???)
Post by: tesla on 30 December 2008, 09:27:01 PM
Dalam Anguttara Nikaya, Catukka, Ariyamagga Sutta, dikatakan ada 4 macam kamma:
-Kamma gelap dengan akibat gelap
-Kamma terang dengan akibat terang
-Kamma gelap dan terang dengan akibat gelap dan terang
-Kamma yang bukan gelap dan bukan terang, dengan akibat bukan gelap dan bukan terang dan menuju pada lenyapnya kamma

Jadi dalam Sutta, tindakan yang bebas dari Lobha, Dosa, dan Moha adalah kamma bukan gelap dan bukan terang yang menghasilkan akibat yang bukan gelap dan bukan terang. Tindakan tersebut disebutkan adalah yang bersesuaian dengan Jalan Mulia Berunsur Delapan.

menurut saya sih begitu :)

tindakan yg bebas dari LDM, membawa ke lenyapnya karma.
Title: Re: tindakan netral (???)
Post by: dilbert on 30 December 2008, 09:42:47 PM
makanya sedari awal saya katakan, bahwa kita lanjutkan saja setelah bathin kita telah bebas dari LDM. toh dari prakteknya tujuan kita adalah sama, yaitu 'bebas dari LDM'.


Hanya seorang Arahat sammasambuddha yang bisa menerangkan rentang kerja KARMA... Arahat Paccekabuddha dan Arahat savakabuddha karena tidak memiliki KEMAHATAHUAN tidak akan bisa menerangkannya...
Dalam Kasus Arahat Channa Thera yang membunuh dirinya, bahkan Arahat Sariputra masih mempertanyakan status ke-Arahat-an dari Channa Thera dan kelangsungan kehidupan (destiny) Channa Thera.
Title: Re: tindakan netral (???)
Post by: tesla on 30 December 2008, 09:58:07 PM
Kita tau bahwa tindakan yg didasarkan pada: Ketamakan, Kebencian dan Kebodohan akan mengakibatkan hasil yg buruk pula. Jadi, LDM adalah kamma buruk dan akan menghasilkan vipaka buruk.

Ada tindakan LDM adapula tindakan aLaDaM. Tindakan aLaDaM adalah opposite dari LDM, yaitu suatu tindakan yg didasari pada kasih sayang, belas kasihan dan pengertian benar. Jika LDM akan membuahkan vipaka Buruk, apakah aLaDaM akan membuahkan vipaka baik?
saya setuju bahwa tindakan yg didasari kasih sayang ataupun belas kasihan akan membuahkan vipaka baik misal kelahiran di alam dewa. namun apakah ini aLaDaM??? daripada bahas ini aLaDaM yg kita tidak sepakat definisinya, kita bahas ini saja: menurut saya... tindakan demikian tidak membawa pada terputusnya rantai kelahiran...

Sang Buddha malah berkata:
Oleh sebab itu, janganlah mencintai apapun,
karena berpisah dengan apa yang dicintai adalah menyedihkan.
Tiada lagi ikatan bagi mereka yang telah bebas
dari mencintai dan tidak mencintai.


Quote
Dari sudut pandang ini, jawaban saya adalah: aLaDaM TIDAK membutuhkan pembuahan di kehidupan selanjutnya. Dengan kata lain: tindakan yg diakari oleh aLaDaM tidak mendorong kelahiran kembali.
(harap dapat dibedakan dengan tindakan yg 'kelihatannya' baik namun masih didasari oleh keinginan lobha yg halus, ini jelas tidak termasuk konteks pembicaraan kita)
hehehe... bukankah menurut abhidhamma, yg menyebabkan kelahiran di alam sugati adalah tindakan yg didasari oleh aLaDaM? tergantung ada berapa aja akarnya... ^-^
pendapat ko will kontras sekali dg abhidhamma lho :)

Quote
Pendapat sy ini dikuatkan oleh rantai Paticcasamupadda: bahwa pendorong kelahiran kita berikutnya adalah TANHA (Hawa nafsu).
atau bisa dilihat dg arah terbalik, bahwa upadana (kemelekatan) menjadi timbulkan (bhava) proses menjadi, & kemudian menjadi jati (kelahiran)...

seperti kata ko will sebelumnya, pada PATICCA SAMUPADDA ini jelas2 bahwa penyebab kelahiran adalah kemelekatan yg jelas2 adalah LDM. bertolak belakang dg konsep akar (hetu) citta kelahiran yah...
Title: Re: tindakan netral (???)
Post by: Sumedho on 31 December 2008, 12:00:41 AM
pointnya begini,

belum suci -> ada LDM
arahant -> no LDM

bisakah non arahant berbuat tanpa LDM ? artinya switched back antara non arahant dan arahant?
Title: Re: tindakan netral (???)
Post by: Sunce™ on 31 December 2008, 12:02:42 AM
i see.. setuju ma medho..
Title: Re: tindakan netral (???)
Post by: tesla on 31 December 2008, 02:59:33 AM
bisakah non arahant berbuat tanpa LDM ? artinya switched back antara non arahant dan arahant?

yup, bisakah non-arahat berbuat tanpa LDM?

tapi kok malah pertanyaan ke2, dikatakan switch back arahat <-> non-arahat?
kalau dibilang begitu artinya, suhu dah kasih jawaban bahwa non-arahat tidak akan berbeuat tanpa LDM.
menurut saya sih tidak :) ada tindakan yg bebas dari LDM terlepas dari apakah dia arahat atau bukan-arahat.
Title: Re: tindakan netral (???)
Post by: Sumedho on 31 December 2008, 06:40:31 AM
Quote
tapi kok malah pertanyaan ke2, dikatakan switch back arahat <-> non-arahat?
kalau dibilang begitu artinya, suhu dah kasih jawaban bahwa non-arahat tidak akan berbeuat tanpa LDM.
Itu pertanyaan juga lagih. bukan jawabannya :P

ralat deh bisa tambah jelas  ;D

belum suci -> ada LDM
arahant -> no LDM

bisakah non arahant berbuat tanpa LDM ? Jika bisa, artinya switched back bolak balik antara non arahant dan arahant levelnya *karena LDM ada dan tidak ada terus berganti* ?
Title: Re: tindakan netral (???)
Post by: williamhalim on 31 December 2008, 08:38:20 AM
kita bahas ini saja: menurut saya... tindakan demikian tidak membawa pada terputusnya rantai kelahiran...


Menurut Tesla: tindakan 'metta dan karuna' tidak akan membawa kepada kita keluar dari samsara.

Menurut saya: karena kita tidak bisa membahas batin arahat (selain hanya mengetahui dari text book), yg bisa kita bahas (krn dialami sendiri) adalah batin manusia penuh tanha -kita2 ini.

Nah, pada taraf kita2 ini, tindakan Metta dan Karuna masih diperlukan untuk mengikis LDM kita yg sangat2 tebal. Karena Metta dan Karuna DIPERLUKAN untuk mengikis LDM, maka otomatis Metta dan KARUNA termasuk JALAN untuk merealisasi 'keluar dari samsara'.

Selain itu -ini yg nyata- apakah pikiran kita bisa sekonyong2 "kiriya" (fungsional semata)?
Bukankah kita memerlukan tahapan2 pembersihan dahulu?

Quote
Sang Buddha malah berkata:
Oleh sebab itu, janganlah mencintai apapun,
karena berpisah dengan apa yang dicintai adalah menyedihkan.
Tiada lagi ikatan bagi mereka yang telah bebas
dari mencintai dan tidak mencintai.


Kata2 Sang Buddha tersebut adalah terjemahan bahasa indonesia.
Apakah bahasa PALInya memang tertulis begitu? Bukannya terjemahan lebih tepatnya: janganlah menyukai/menyenangi apapun (instead mencintai)

::
Title: Re: tindakan netral (???)
Post by: markosprawira on 31 December 2008, 08:47:19 AM
dear aLL,


disini sepertinya langsung terjadi pembedaan langsung antara LDM dan aLaDaM

padahal seperti yg sudah pernah disebutkan bhw :
1. Jika ada Lobha, PASTI ada moha
2. Jika ada Dosa, PASTI ada Moha
3. Jika ada Lobha, PASTI tidak akan ada Dosa
4. Jika ada Moha, PASTI tidak ada Lobha atau Dosa

Jadi LDM itu sendiri, tidak akan pernah bisa berada secara bersamaan pada 1 tindakan, itu kenapa dalam sutta itu disebutkan 3 asal mula tindakan
Pun aLaDaM tidak MUNGKIN bisa muncul secara bersamaan pada seorang putthujhana s/d anagami krn sampai anagami sekalipun, masih belum bisa mematahkan sanyojana yg paling halus yaitu uddhacca (kegelisahan batin), yg merupakan bagian dari Moha

hal ini sebenarnya sudah dengan jelas disebutkan oleh bro bond, yg sepertinya kurang diperhatikan :
Quote
Jadi tidak ada namanya aLaDaM langsung ketiganya bersamaan pada puthujhana s/d (ini sy edit) anagami

Yang justru berbeda dengan kesimpulan bro tesla :
Quote
ada tindakan manusia yg bebas dari LDM
Quote
ada tindakan yg bebas dari LDM terlepas dari apakah dia arahat atau bukan-arahat.

Itu yg bro Medho pertanyakan dari tesla,
Quote
bisakah non arahant berbuat tanpa LDM ?
Jika bisa, artinya switched back bolak balik antara non arahant dan arahant levelnya *karena LDM ada dan tidak ada terus berganti* ?

Karena jika ada putthujhana yg bisa berbuat tanpa Lobha, Dosa DAN Moha (bukan atau yah), berarti org itu sudah suci, dan bisa menjadi tidak suci lagi

Jadi sutta itu sudah jelas hanya menyebutkan mengenai tindakan2 yg didasari oleh :
1. Lobha
2. Dosa
3. Moha
4. aLobha
5. aDosa
6. aMoha

dan di sutta itu sudah jelas merujuk pada Arahat :
Quote
begitu keserakahan, kebencian dan kebodohan batin lenyap maka tindakan itu ditinggalkan, terpotong di akarnya, dibuat gersang seperti tunggul pohon palma, terhapus sehingga tidak lagi bisa muncul di masa depan

Apakah mgkn bertindak dengan aLobha mula citta, tapi masih ada Lobha, Dosa atau Moha (bukan LDM sekaligus loh)? sangat mgkn teman2, bahkan bisa dibilang demikianlah sebenarnya selama kita masih belum mencapai arahat.......

misal kita berdana tp dgn niat utk memperoleh kekayaan atau nama baik..... berdana itu adalah aLobha, tapi krn Moha, membuat kita ada "pamrih"

tapi apakah itu berarti bhw tindakan ini didasari oleh LDM? tentunya bukan, karena pemicunya tetaplah aLobha, namun masih dicemari oleh akusala

Jadi tindakan/kamma sangatlah rumit dan tidaklah semata hitam dan putih spt yg disebut bro tesla :
berakar LDM ---> karma
bebas LDM ---> no karma

Karena pada kenyataannya, tindakan2 kita justru banyak sekali variasinya seperti :
1. nanavipayutta dan nanasampayutta (tidak disertai dan disertai pengetahuan)
2. somanassa dan domanassa (menyenangkan dan tidak menyenangkan)
3. asankharika dan sasankharika (dengan dan tanpa ajakan)

Semoga kali ini bisa jadi jelas bhw :
Quote
tidak mungkin ada tindakan putthujhana s/s anagami yg bebas total dari LDM
Title: Re: tindakan netral (???)
Post by: Lily W on 31 December 2008, 10:15:30 AM
saya setuju bahwa tindakan yg didasari kasih sayang ataupun belas kasihan akan membuahkan vipaka baik misal kelahiran di alam dewa. namun apakah ini aLaDaM??? daripada bahas ini aLaDaM yg kita tidak sepakat definisinya, kita bahas ini saja: menurut saya... tindakan demikian tidak membawa pada terputusnya rantai kelahiran...

Sang Buddha malah berkata:
Oleh sebab itu, janganlah mencintai apapun,
karena berpisah dengan apa yang dicintai adalah menyedihkan.
Tiada lagi ikatan bagi mereka yang telah bebas
dari mencintai dan tidak mencintai.


Imo....
~Oleh sebab itu, janganlah mencintai apapun,--> lobha
~karena berpisah dengan apa yang dicintai adalah menyedihkan---> dosa

Karena Lobha muncul dosa. Lobha dan dosa selalu diikuti oleh moha.

~Tiada lagi ikatan bagi mereka yang telah bebas
dari mencintai dan tidak mencintai---> bebas dari LDM

cmiiw...

_/\_ :lotus:



Title: Re: tindakan netral (???)
Post by: Reenzia on 31 December 2008, 10:20:35 AM
(http://s301.photobucket.com/albums/nn47/hyprotika/tepuk.gif) (http://"hyprotika.wordpress.com") bravo ci Lily...
Title: Re: tindakan netral (???)
Post by: williamhalim on 31 December 2008, 10:37:06 AM
Quote
Dari sudut pandang ini, jawaban saya adalah: aLaDaM TIDAK membutuhkan pembuahan di kehidupan selanjutnya. Dengan kata lain: tindakan yg diakari oleh aLaDaM tidak mendorong kelahiran kembali.
(harap dapat dibedakan dengan tindakan yg 'kelihatannya' baik namun masih didasari oleh keinginan lobha yg halus, ini jelas tidak termasuk konteks pembicaraan kita)
hehehe... bukankah menurut abhidhamma, yg menyebabkan kelahiran di alam sugati adalah tindakan yg didasari oleh aLaDaM? tergantung ada berapa aja akarnya... ^-^
pendapat ko will kontras sekali dg abhidhamma lho :)

Maaf, saya salah.
Bro Tesla benar.. menurut Abhidhamma tindakan2 baik memang akan membawa kepada kelahiran ke alam yg lebih baik.

Tapi, jangan salah tanggap dulu bahwa tindakan2 baik tidak diperlukan... (karena didefenisikan tindakan baik akan membawa kelahiran kembali, maka sebagian orang akan berpikir bahwa apa gunanya bertindak metta dan karuna... toh akan lahir kembali jua di alam lain).

Untuk kita yg segala citta nya masih ternoda, masih perlu berlatih menyucikan citta kita dengan tindakan2 metta karuna -yg diharapkan- semakin lama akan semakin murni akarnya.


::
Title: Re: tindakan netral (???)
Post by: ryu on 31 December 2008, 12:02:08 PM
          Dikau baik, walau tidak dipinta,
          Dikau mencintai tanpa alasan,
          Dikau sahabat bagi yang asing tercampakkan,
          Dan Dikau menjadi sanak bagi yang tak bersanak.

          Perbuatan baik Dikau puji,
          Perbuatan buruk Dikau persalahkan,
          Tapi pada mereka yang bertindak demikian,
          Dikau bebas dari 'memihak' atau 'tidak memihak'.

          Walau Dikau lebih menyenangi ketenangan menyendiri
          Welas-asih mendorong-Mu melewati waktu
          Bersama kerumunan orang-banyak.

          Bagaikan naga yang perkasa,
          Keluar dari danaunya dengan pesona
          Welas-asih mendorong-Mu pindah dari hutan ke kota
          Demi keselamatan mereka yang akan belajar.

          Dikau memperingatkan yang keras-kepala, menahan yang gegabah.
          Dan meluruskan yang menyimpang.
          Dikau memberi semangat pada yang lamban dan mengekang yang gegabah
          Sebenarnyalah, Dikau adalah penuntun yang tiada bandingannya bagi manusia.

          Permusuhan malah membangkitkan kehangatan-Mu,
          Kebejatan menerima bantuan-Mu,
          Yang ganas menemukan kelembutan-Mu.
          Betapa mempesona hati-Mu yang agung!

          Dengan batin yang tak-terikat.
          Dikau bekerja tenang demi kesejahteraan dunia.
          Betapa mengagumkan seorang Buddha - keberadaan alami seorang Buddha!

          Dikau makan makanan miskin, terkadang kelaparan.
          Dikau menelusuri jalan-jalan kasar dan Dikau tidur beralas tanah,
          Yang keras terinjak oleh kaki ternak

          Dikau adalah Raja,
          Tapi Dikau tidak bertindak seolah kuasa pada lainnya
          Semua dapat menggunakan Dikau seakan pelayannya
          Untuk mendapatkan bantuan yang mereka butuhkan

          Dikau membantu mereka yang ingin mencelakakan-Mu
          Melebihi orang yang membantu dia yang baik padanya.
          Kepada musuh yang berkehendak jahat,
          Dikau adalah sahabat yang berkehendak baik padanya.
          Kepada mereka yang senang mencari kesalahan-kesalahan
          Dikau malah, mencari kebajikan-kebajikannya.14
Title: Re: tindakan netral (???)
Post by: ryu on 31 December 2008, 12:04:04 PM
TAHAP-TAHAP DALAM MENEMPUH JALAN

 189.      Setelah teori agama Buddha diterima dan dimengerti, seseorang melaksanakannya, dan dengan pelaksanaan akan muncul realisasi atau perwujudan/pengejawantahan. Kita menciptakan penderitaan bagi diri kita sendiri dan bagi orang lain, karena keserakahan dan ketidak-tahuan kita. Dengan menjalani Jalan, keserakahan berubah menjadi kepuasan dan ketidak-tahuan berubah menjadi pengertian. Namun, ini adalah proses yang panjang, bertahap, berlangsung secara berangsur dengan penuh kesabaran sepanjang kehidupan kita, malah mungkin memerlukan beberapa kehidupan.

          Ibarat lautan besar melandai secara berangsur, menjadi dalam secara berangsur tanpa kecuraman tiba-tiba, demikian pula, Dhamma dan tata-tertib ini, dilaksanakan bertahap, dilatih bertahap, dipraktekkan bertahap; tidak ada pengetahuan yang dapat ditembus tiba-tiba.1


 190. Kadang-kadang kita menjadi tidak sabar menunggu hasil latihan kita, ketidak sabaran pada gilirannya mengacaukan dan menyebabkan kekecewaan, yang malah mempersulit kedamaian batin. Bila kita melaksanakannya tanpa perasaan cemas, karena selalu memandang ke depan - melihat seberapa jauh lagi kita harus berjalan, maka kepercayaan diri yang tumbuh dan merubah kita hari demi hari, secara berangsur akan menyelesaikan perjalanan kita. Sang Buddha sering mengingatkan kebenaran ini.

          Tukang kayu atau pembantunya memegang peralatannya yang telah usang disebabkan jari-jari dan ibu-jarinya, tapi dia tidak perlu mengetahui berapa kali peralatannya terpakai hari ini, berapa kali kemarin dan berapa kali lagi di lain waktu. Demikian pula halnya, seseorang dengan tekun melaksanakan meditasi tidak perlu mengetahui, berapa banyak kotoran batin terhapus hari ini, berapa banyak kemarin dan berapa lagi di lain waktu. Cukup, bahwa dia mengetahui bahwa kotoran itu sedang terhapus.2

      Juga di dalam Dhammapada, Sang Buddha menasehati kita:

          Janganlah memandang remeh kebajikan, dengan berkata:
          "Kebajikan kecil ini tidak akan berbuah pada saya."
          Setetes demi setetes tempayan air terisi.
          Demikian pula, sedikit demi sedikit,
          Seorang bijaksana dipenuhi kebajikan.3

      Perubahan atau transisi dari keberadaan samsara ke realisasi Nibbana adalah suatu yang bertahap, dan selama masa transisi ini, kita dengan jelas melalui empat tahapan. Kita akan menelusuri empat tahapan itu.

 191. Tahap pertama yang kita capai dan lalui dalam perjalanan berangsur ke Nibbana adalah apa yang disebut Pemenang-Arus (sotapatti). Sebelum mencapai tingkat ini, pencapaian Nibbana belumlah sesuatu yang pasti, tetapi begitu seorang menjadi Pemenang-Arus, Nibbana pasti dapat dicapai, tidak ada kejatuhan kembali, seorang hanya akan maju terus - makanya disebut Pemenang-Arus. Seperti halnya orang yang mengikuti aliran sungai yang dahsyat dan terbawa arus walau tanpa usaha. Sang Buddha berkata, sekali mencapai tahap ini, seorang akan mencapai Nibbana dalam tujuh kali kehidupan, dan dengan demikian ini adalah suatu keberhasilan terbesar diantara semua pencapaian duniawi lainnya. Beliau bersabda:

          Lebih mulia dibanding menjadi penguasa tunggal dunia
          Lebih mulia dibanding terlahir di surga
          Lebih mulia dibanding menjadi tuan tanah dunia-dunia
          Keberhasilan seorang Pemenang-Arus.4


 192. Untuk menjadi seorang Pemenang-Arus, seorang harus mengatasi terlebih dulu tiga dari sepuluh belenggu (dasa samyojana): percaya bahwa badan adalah diri, keraguan dan ketergantungan pada moralitas dan peraturan-peraturan. Belenggu pertama, percaya bahwa badan adalah diri (sakkaya ditthi), menahan kita dari belakang sebab dengan identifikasi badan, kita mengabaikan batin. Badan selalu dimanjakan, sebaliknya tiada usaha untuk mengisi batin. Belenggu ke dua, keraguan (vicikiccha), menyebabkan kita senantiasa bingung dan goyah serta melemahkan energi dan kepercayaan-diri kita untuk menjalani Jalan. Belenggu ke tiga, ketergantungan pada moralitas dan peraturan (silabbata paramasa), memperdaya kita dengan berpikir bahwa moralitas sendiri sudah cukup, atau berpikir bahwa pelaksanaan upacara ritual (diluar) dapat merubah batin kita (didalam). Oleh karenanya, kadang-kadang kita bertindak salah, karena lebih mengutamakan upacara-upacara dari pada sesuatu yang lebih penting, yakni makna dan semangat yang terkandung di dalamnya.

 193. Dalam menanggulangi tiga belenggu ini, seseorang hendaknya mengembangkan Empat Lengan dari Pemenang-Arus (sotapatti-yanga): keyakinan teguh (veccapasada) pada Buddha, keyakinan teguh pada Dhamma, keyakinan teguh pada Sangha dan kebajikan yang utuh. Bila dengan mengatasi tiga belenggu, kita telah memurnikan pengertian kita; maka pengembangan Empat Lengan dari Pemenangan-Arus memperkuat rasa kepastian dan memurnikan perilaku kita, menggerakkan energi spiritual yang kemudian menuntun kita ke Nibbana. Sekali lagi dengan mengibaratkan aliran sungai, Sang Buddha berkata:

          Ketika dewa langit menuangkan hujan deras, airnya mengalir turun dan mengisi parit, celah dan retakan bumi dan lalu mengisi kolam kecil, lalu kolam besar, lalu danau; terisinya danau mengisi sungai kecil, sungai kecil mengisi sungai besar, sungai besar mengisi lautan. Demikian pula, Siswa yang memiliki keyakinan teguh pada Buddha, Dhamma dan Sangha, dan memiliki kebajikan Arahat, kesemuanya ini akan mengalir terus dan mencapai pantai yang lebih jauh dan menuntun penghancuran kekotoran batin.5


 194. Bila kita memahami nilai keyakinan sejati (saddha), kita akan sangat menghargai nilainya. Mengapa? Sebab bila keyakinan-sejati digabung dengan kebajikan, maka akan dapat menghancurkan Belenggu-belenggu dan menghantar ke pencapaian Nibbana. Dalam tradisi agama lain, seseorang akan diselamatkan oleh keyakinan, sebab keyakinan adalah bukti kesetiaan sepenuhnya pada Tuhan, dan oleh karenanya Tuhan akan menjawabnya dalam bentuk keselamatan padanya. Keyakinan seperti itu adalah bukti kepatuhan dan kesetiaan mutlak pada Tuhan, dan karenanya akan dianugerahi keselamatan. Dalam agama Buddha "keyakinan" dipandang sangat berbeda.


 195. Secara nalar, keyakinan adalah penerimaan doktrin-doktrin yang tidaklah dapat dibuktikan kebenarannya dengan segera oleh pengalaman langsung. Dibutuhkan kesungguhan untuk menunggu dengan sabar dan penuh keyakinan, sampai kesenjangan pembuktian terisi. Ketika kita pertama mendengar ajaran Sang Buddha, pengalaman hidup kita akan membenarkan ajaran itu. Kebenaran Mulia yang pertama dan ke dua, misalnya, sangatlah jelas bagi seorang yang dapat menalar. Dengan melaksanakan Jalan Berjalur Delapan, pengalaman kita kemudian akan mengatakan pada kita bahwa Jalan tersebut benar ampuh memperkecil nafsu-keinginan dan meninggikan kebahagiaan dan kepuasan batiniah. Namun, beberapa ajaran, seperti kamma, kelahiran-kembali dan realisasi Nibbana, memang tak dapat langsung dibuktikan, oleh karenanya kita terima sementara sebagai keyakinan. Namun, keyakinan sedemikian adalah keyakinan rasional/masuk-akal, (akaravati saddha)6 sebab pengalaman membuktikan bahwa Sang Buddha memperlihatkan kebenaran dalam banyak hal. Apabila keyakinan kurang, kita menjadi skeptis pada Dhamma, bingung dan tidak berkeinginan untuk membuktikannya. Keyakinan memberi kita kesempatan-kesempatan yang ditawarkan oleh Dhamma kepada siapa saja yang mau melaksanakannya; keyakinan menghendaki agar kita tetap mencoba sampai berhasil, dan mendorong kita untuk melaksanakannya sampai apa yang sebelumnya hanya kepercayaan berubah menjadi pemahaman. Nagajuna dengan indahnya melukiskan hubungan antara keyakinan dan pemahaman. Dengan berkata:

          Seseorang bergabung dengan Dhamma tanpa keyakinan,
          Tapi dia mengetahui lewat pemahaman;
          Pemahaman adalah pemimpin dari keduanya,
          Tapi keyakinan mendahuluinya.7


 196. Walau keyakinan sangatlah penting, tapi bila tidak disertai keterbukaan dan keingintahuan, maka hanya akan menyebabkan pikiran-sempit, yang malah menjadi ciri tradisi lain. Sebaliknya, orang yang intelektual atau daya-nalarnya berlebih-lebihan dan berkeyakinan tipis, umumnya tidak sepenuh-hati mengadakan pendekatan pada Dhamma. Kebijaksanaan menghindarkan keyakinan berkembang menjadi fanatisme, dan keyakinan menghindarkan kebijaksanaan berkembang menjadi skeptisme. Buddhagosa berkata:

          Seseorang yang kuat dalam keyakinan tapi lemah dalam kebijaksanaan memiliki kepercayaan-diri yang genting dan tak terpijak. Seseorang yang kuat dalam kebijaksanaan tapi lemah dalam keyakinan, keliru diatas kelicikan, dan sulit terobati seperti seorang yang sakit dikarenakan karena obat-obatan. Bila keduanya berimbang, seseorang akan memiliki kepercayaan-diri dimana ada tempat berpijak untuk itu.8


 197. Dengan sendirinya, keyakinan adalah kekuatan dan keteguhan hati dalam kemauan yang dapat memusatkan seluruh energi kita demi cita-cita dihadapan kita yang belum tercapai. Keyakinan memberi rasa percaya-diri, kekuatan dan ketak-gentaran yang membuat kita memandang Dhamma sebagai terpenting dibanding segalanya. Bhikkhu Punna adalah lambang keyakinan teguh seperti ini. Setelah belajar Dhamma, dia memutuskan pergi dan menetap diantara orang-orang yang terkenal kasar dan keras, untuk mengajarkan Dhamma pada mereka. Ketika Sang Buddha mendengar rencana Punna, Beliau bertanya:

          "Ke dusun mana engkau akan pergi menetap, Punna, setelah belajar Dhamma secara singkat dari Saya?" "Ada dusun yang bernama Sunaparanta. Saya akan tinggal disana."
          "Tapi Punna, orang di Sunaparanta sangat keras dan kasar. Apa yang akan engkau perbuat bila mereka menghina dan mengabaikan engkau?"
          "Saya akan berkata: 'Alangkah baik, sangatlah baik orang-orang di Sunaparanta ini sebab mereka tidak memukul saya dengan tinjunya.'"
          "Lalu bila mereka memukul engkau dengan tinjunya?"
          "Saya akan berkata: 'Alangkah baik, sangatlah baik orang-orang ini sebab mereka tidak melempari saya dengan bongkahan tanah.'"
          "Lalu bila mereka melemparimu dengan bongkahan tanah?"
          "Saya akan berkata: 'Alangkah baik, sangatlah baik orang-orang ini sebab mereka tidak memukul saya dengan tongkat.'"
          "Lalu bila mereka memukul engkau dengan tongkat?"
          "Saya akan berkata: 'Alangkah baik, sangatlah baik orang-orang ini sebab mereka tidak menusuk saya dengan belati.'"
          "Lalu bila mereka menusuk engkau dengan belati?"
          "Saya akan berkata: 'Alangkah baik, sangatlah baik orang-orang ini sebab mereka tidak membunuh saya dengan belati.'"
          "Lalu bila mereka membunuh engkau dengan belati?"
          "Bila orang-orang di Sunaparanta membunuh saya dengan belati, saya akan berkata: 'Beberapa murid Tuanku, karena jijik dan malu pada tubuh dan hidupnya, mengambil belati bagi dirinya sendiri. Dan saya disini, didatangi belati tanpa harus mencarinya.'"
          "Bagus, Punna, bagus. Engkau akan dapat hidup di dusun itu diantara orang-orang Sunaparanta, berkat hatimu yang lembut dan tenang."9

      Diceritakan kemudian, sebagai hasil keputusan Punna menetap Punna diantara orang-orang kasar ini, sekitar lima ratus orang diantara mereka kemudian mencapai Pencerahan.

      Aspek penguatan dan penanaman rasa percaya diri oleh keyakinan juga dilukiskan oleh Nagasena, yang menggambarkannya pada Raja Milinda sebagai bercirikan ketenangan dan sebagai suatu lompatan ke depan.

          Lalu Raja Milinda berkata: "Yang Mulia Nagasena, apa ciri dari keyakinan?"
          "Keyakinan, Tuanku, memiliki ketenangan dan lompatan ke depan sebagai cirinya."
          "Bagaimana ketenangan merupakan ciri keyakinan?"
          "Bila keyakinan timbul, dia akan menghancurkan rintangan-rintangan batin, bila pikiran bebas dari rintangan-rintangan, dia akan jernih, murni dan tenang."
          "Berilah perumpamaan."
          "Seorang raja, mengadakan perjalanan sepanjang jalan-kota bersama pasukannya yang terdiri dari empat bagian- pasukan gajah, pasukan kuda, kereta-kereta dan pasukan-bersenjata - menyeberangi sungai kecil, olehnya air menjadi keruh, kotor dan berlumpur. Lalu, raja berkata: 'Ambilkan air, orang-orangku yang baik; saya ingin minum.' Mereka menjawab: 'Baik, Yang Mulia.' Dan mengambil permata pembersih-air, meletakkannya di dalam air, dan karenanya semua tumbuhan air menghilang, Lumpur mengendap dan air menjadi jernih kembali, murni dan tenang. Lalu mereka menawarkan air itu pada raja, seraya berkata: 'Minumlah, Yang Mulia.' Pikiran adalah seperti air, pasukan-pasukan bagaikan siswa pemeditasi yang cermat, kotoran-batin adalah bagaikan permata pembersih-air. Begitu tumbuhan-air menghilang, lumpur mengendap, dan air menjadi jernih, murni dan tenang setelah permata pembersih-air diletakkan di dalamnya - demikian pula, timbulnya keyakinan menghancurkan rintangan-rintangan batin, dan pikiran tanpa rintangan-batin adalah jernih, murni dan tenang."
          "Bagaimana, Tuan Yang Mulia, lompatan kedepan merupakan ciri dari keyakinan?"
          "Bagaikan, Tuanku, siswa pemeditasi yang cermat, begitu melihat batin mereka yang lain telah terbebas melompat ke depan sebagai buah dari Pemenangan-Arus, Yang-Kembali-sekali, Yang-Tidak-kembali dan Arahat, lalu melaksanakan meditasi untuk mencapai yang belum tercapai, menguasai yang belum dikuasai, mewujudkan yang belum terwujud - sama halnya dengan lompatan ke depan merupakan ciri dari keyakinan."
          "Berilah perumpamaan."
          "Awan mendung mencurahkan hujan deras diatas gunung, lalu dengan derasnya air mengalir ke bawah, mengisi parit, lembah dan sungai kecil di atas lereng, mengisi sungai dengan derasnya, memecahkan pinggiran sungai, tanpa mengetahui lebar dan dalamnya, mereka akan berdiri kebingungan dan ketakutan di pinggiran sungai. Lalu, bila ada seorang yang percaya pada kekuatan dan kemampuannya sendiri mendekati pinggiran sungai, lalu meringkaskan pakaian sebatas pinggang, berenang dan menyeberangi sungai; dengan melihat ini, kumpulan orang tadi lalu mengikutinya menyeberangi sungai pula. Demikian pula, Tuanku, siswa pemeditasi yang cermat, dengan melihat batin mereka yang terbebas melompat ke depan sebagai buah dari Pemenangan-Arus, Yang-Kembali-sekali, Yang-Tidak-kembali dan Arahat, lalu melaksanakan meditasi untuk mencapai yang belum tercapai, menguasai yang belum dikuasai, mewujudkan yang belum terwujud - sama halnya dengan lompatan ke depan merupakan ciri dari keyakinan."10
Title: Re: tindakan netral (???)
Post by: ryu on 31 December 2008, 12:05:36 PM
198. Secara emosional, keyakinan adalah sikap tenang dan ceria yang membebaskan kita dari keraguan dan ketidak-pastian yang mematikan. Bila keyakinan demikian kuat dalam batin, kita seakan melambung kegirangan, bukannya tertekan karena menyadari ketidak-sempurnaan kita, sebab kita yakin bahwa kita mengambil jalan yang benar. Selain dengan cara merenungkan kehidupan dan teladan-teladan dari Sang Buddha, maka ada beberapa hal yang dapat membangkitkan aspek emosional dari keyakinan, misalnya melakukan peribadatan Puja, ataupun sekadar membayangkan patung Sang Buddha. Hal lain yang dapat membangkitkan keyakinan adalah perjalanan ziarah ke empat Tempat Suci: Lumbini, tempat Beliau dilahirkan; Bodh Gaya, tempat Beliau mencapai Pencerahan; Sarnath, tempat Beliau mengajarkan Dhamma pertama kalinya; dan Kusinara, tempat Beliau mencapai Nibbana akhir. Ketegaran dan pengorbanan yang diperlukan untuk perjalanan ziarah, suasana spiritual yang kuat di Tempat-tempat Suci, dan pengetahuan bahwa kita telah mengikuti langkah kaki jutaan manusia yang telah mengunjungi tempat-tempat ini sebelum kita, membuat perjalanan ziarah menjadi suatu pembangkit keyakinan dan kemurnian dari segalanya. Tidaklah mengherankan mengapa Sang Buddha menyarankan Siawa-siswa-Nya untuk mengunjungi Tempat-tempat suci setidaknya sekali dalam hidup mereka. Beliau bersabda:

          Ada empat tempat, yang bila dilihat, menimbulkan perasaan yang kuat. Apa empat itu? "Disini Sang Tathagata dilahirkan," adalah yang pertama. "Disini Sang Tathagata mencapai Pencerahan Sempurna," adalah yang ke dua. "Disini Sang Tathagata memutar Roda Dhamma," adalah yang ke tiga. "Disini Sang Tathagata mencapai Nibbana akhir," adalah yang ke empat. Bhikkhu-bhikkhu, bhikkhuni-bhikkhuni, para umat awam yang berkeyakinan, hendaknya mengunjungi tempat-tempat ini. Dan siapa pun yang mati sewaktu perjalanan ziarah di kuil-kuil dengan hati yang bersungguh-sungguh, maka setelah meninggalkan raganya, dia akan terlahir di alam surga.11

      Keyakinan adalah penting sebab akan melibatkan dan memacu intelektual, kemauan dan emosi kita dalam pencarian Nibbana. Keyakinan sendiri tidak akan membawa ke Nibbana, tapi bila digabung dengan kebajikan, akan menghancurkan tiga dari Sepuluh Belenggu yang pertama dan menjadikan pencapaian Nibbana sesuatu yang telah pasti. Keyakinan adalah benih (saddha bijam)12 yang darinya bunga kebebasan akan tumbuh.

 199. Tahap berikut yang dicapai dan dilalui secara berangsur dalam perjalanan ke Nibbana, adalah apa yang disebut Yang-Kembali-Sekali (sakadagami). Tahap ini dicapai bila seorang, selain telah mengembangkan Empat Lengan Pemenang-Arus yang menghancurkan tiga Belenggu diatas, juga telah melemahkan dua belenggu berikutnya, nafsu-indriawi dan kehendak-jahat. Yang-Kembali-Sekali akan, seperti sebutannya, terlahir hanya sekali lagi di dunia, walau mungkin saja terlahir lebih dulu di alam dewa beberapa kali, sebelum akhirnya mencapai Nibbana. Bila nafsu-indriawi telah hancur secara lengkap dan kehendak-jahat telah terganti cinta, tahap Yang-Tak-Kembali (anagami) tercapai. Manusia seperti ini, sewaktu mati akan terlahir di alam dewa, dan dari sini akan mencapai Nibbana tanpa terlahir kembali di dunia.

      Dengan terhapusnya Sepuluh Belenggu secara keseluruhan berkat pengembangan kebijaksanaan, seseorang akan mencapai Pencerahan-penuh dan disebut sebagai Arahat. Istilah 'Arahat' secara harfiah berarti 'Yang Mulia', nama yang sangat tepat bagi seorang yang telah mencapai tingkat tertinggi dari pencapaian spiritual manusia. Arahat telah meleburkan semua kotoran-batin lewat kebijaksanaan yang mendalam, dan telah memiliki nilai-nilai spiritual, seperti welas-asih, tak-tergantung, kejujuran dan kebijaksanaan seutuhnya. Seorang Arahat, sewaktu kematian raganya, mencapai kedamaian dan kebahagiaan abadi Nibbana. Hal lain yang penting diketahui, ialah bahwa setelah menjadi Pemenang-Arus, seorang bisa dapat menyelesaikan tiga tahap selanjutnya dalam beberapa tahun, satu kehidupan, beberapa kehidupan, paling banyak dalam tujuh kali kehidupan.

 200. Apa perbedaan antara seorang Arahat dan Buddha? Ciri khas dari seorang Buddha adalah pengejawantahan dari kebijaksanaan yang sempurna (pañña) dan welas-asih yang sempurna (karuna). Kebijaksanaan sempurna adalah realisasi Buddha dari Pengetahuan Lipat-tiga (tevijja), pengetahuan kehidupan-kehidupan sebelumnya, pengetahuan muncul dan matinya makhluk-makhluk, dan pengetahuan tentang hancurnya kotoran-kotoran batin (lihat 210). Welas-asih yang sempurna mendorong dan merembes setiap aspek dalam perilaku seorang Buddha. Seorang Buddha mengungkapkan Dhamma yang ditemukan-Nya sendiri "terbit dari perasaan cinta-kasih dan welas-asih pada semua makhluk", Beliau mengajarkannya dikarenakan "perasaan yang terbit dari welas-asih", Beliau mengunjungi, menghibur dan menyembuhkan orang sakit karena "perasaan yang terbit dari welas-asih", dan Beliau merukunkan mereka yang berselisih karena "perasaan yang terbit dari welas-asih" Beliau sendiri berkata pada kita:

          Apapun yang hendaknya dilakukan seorang guru dikarenakan rasa welas-asih pada murid-muridnya, demi kesejahteraan mereka; telah Saya lakukan padamu.13

      Matrceta mengagungkan welas-asih yang mulia dari Sang Buddha lewat sajaknya yang indah, bernama Satapañcasatka:

          Dikau baik, walau tidak dipinta,
          Dikau mencintai tanpa alasan,
          Dikau sahabat bagi yang asing tercampakkan,
          Dan Dikau menjadi sanak bagi yang tak bersanak.

          Perbuatan baik Dikau puji,
          Perbuatan buruk Dikau persalahkan,
          Tapi pada mereka yang bertindak demikian,
          Dikau bebas dari 'memihak' atau 'tidak memihak'.

          Walau Dikau lebih menyenangi ketenangan menyendiri
          Welas-asih mendorong-Mu melewati waktu
          Bersama kerumunan orang-banyak.

          Bagaikan naga yang perkasa,
          Keluar dari danaunya dengan pesona
          Welas-asih mendorong-Mu pindah dari hutan ke kota
          Demi keselamatan mereka yang akan belajar.

          Dikau memperingatkan yang keras-kepala, menahan yang gegabah.
          Dan meluruskan yang menyimpang.
          Dikau memberi semangat pada yang lamban dan mengekang yang gegabah
          Sebenarnyalah, Dikau adalah penuntun yang tiada bandingannya bagi manusia.

          Permusuhan malah membangkitkan kehangatan-Mu,
          Kebejatan menerima bantuan-Mu,
          Yang ganas menemukan kelembutan-Mu.
          Betapa mempesona hati-Mu yang agung!

          Dengan batin yang tak-terikat.
          Dikau bekerja tenang demi kesejahteraan dunia.
          Betapa mengagumkan seorang Buddha - keberadaan alami seorang Buddha!

          Dikau makan makanan miskin, terkadang kelaparan.
          Dikau menelusuri jalan-jalan kasar dan Dikau tidur beralas tanah,
          Yang keras terinjak oleh kaki ternak

          Dikau adalah Raja,
          Tapi Dikau tidak bertindak seolah kuasa pada lainnya
          Semua dapat menggunakan Dikau seakan pelayannya
          Untuk mendapatkan bantuan yang mereka butuhkan

          Dikau membantu mereka yang ingin mencelakakan-Mu
          Melebihi orang yang membantu dia yang baik padanya.
          Kepada musuh yang berkehendak jahat,
          Dikau adalah sahabat yang berkehendak baik padanya.
          Kepada mereka yang senang mencari kesalahan-kesalahan
          Dikau malah, mencari kebajikan-kebajikannya.14


 201. Seorang Arahat tidak berbeda dari seorang Buddha; arahat juga mencapai Pengetahuan Lipat Tiga dan mewujudkan Welas-Asih yang sama. Perbedaannya adalah: Seorang Buddha menemukan Kebenaran tanpa bantuan siapapun, sedang Arahat menemukan Kebenaran setelah mendengar atau membaca pelajaran seorang Buddha. Sekali waktu, Sang Buddha menanya Siswa-siswa-Nya tentang perbedaan alami antara Beliau dan Siswa-siswa yang mencapai Pencerahan, Beliau menjawab:

          "Tathagata, seorang Arahat, Buddha yang Tercerahi penuh adalah Penyebab munculnya Jalan yang belum muncul, Yang mempermaklumkan Jalan yang belum dipermaklumkan, Yang mengetahui Jalan, Yang mengerti Jalan, Yang terlatih dalam Jalan. Dan Siswa-siswa adalah yang mengikuti-Nya. Inilah perbedaan, penyebab perbedaan antara Tathagata, seorang Arahat, Buddha yang tercerahi penuh dan seorang bhikkhu yang membebaskan dirinya lewat kebijaksanaan.15

      Sang Buddha bagaikan perintis yang membuka jalan di dalam hutan dan menemukan lembah subur nan indah, sedang para Arahat lain bagaikan mereka yang mengikuti jalan yang dibuka perintis itu dan lalu pindah menetap ke lembah itu pula. Seorang Buddha dan Arahat sama-sama berjalan di jalan yang sama dan juga sama-sama tiba di tujuan yang sama yakni Nibbana. Letak perbedaannya adalah Buddha adalah penemu dan tiba terlebih dahulu di Nibbana, sedang Arahat menemukannya sebagai hasil rintisan Buddha. Pada hakekatnya, tiada perbedaan penting diantaranya. Untuk menemukan Nibbana dan Jalan yang menuju ke Nibbana, seorang diri tanpa bantuan siapapun; seorang Buddha harus mengembangkan ketahanan, tekad yang kuat, kebijaksanaan dan cinta-kasih pada tingkat yang tidak seharusnya sederajat dengan seorang Arahat biasa. Jadi dapat dikatakan, seorang Arahat memiliki nilai-nilai dan mewujudkan hal-hal yang sama dari seorang Buddha, namun seorang Buddha memiliknya dalam derajat yang lebih tinggi. Beliau adalah tertinggi didalam satu persamaan. Sang Buddha bersabda:

          "Ibarat seekor ayam betina mempunyai delapan, sepuluh atau selusin telur yang dierami dengan baik, dihangati dengan baik dan ditetaskan dengan baik. Apakah anak ayam yang pertama memecahkan cangkangnya dengan cakar dan paruh, dan muncul dengan selamat, disebut anak ayam yang tertua atau yang termuda?"
          "Yang pertama, Tuanku, disebut yang tertua."
          "Demikian pula, setelah memecahkan cangkang ketidak-tahuan demi keselamatan mereka yang hidup dalam ketidak-tahuan, memecahkan cangkang yang sebelumnya melingkupi, Sayalah yang pertama di dunia, Tercerahi dengan jerih payah dengan pencerahan yang tak terbandingi. Sayalah yang tertua didunia, yang tertinggi."16


 202. Pada zaman Sang Buddha, banyak istilah yang digunakan untuk melukiskan seorang yang telah mencapai Nibbana - Buddha (Dia yang telah bangun), Tathagata (Dia yang telah datang; ataupun, Dia yang telah pergi), Arahat (Dia yang mulia), Muni (Dia yang tenang), Brahmin (Dia yang tertinggi), Vedagu (Yang mengetahui) - dan semua istilah ini digunakan baik untuk Sang Buddha maupun Siswa-siswa-Nya yang telah Tercerahi. Lalu, secara berangsur istilah Buddha dan Tathagata hanya digunakan untuk Buddha sendiri, hal ini untuk membedakan-Nya dari Siswa Tercerahi, yang seperti dikatakan diatas, disebut Arahat. Lalu, berabad-abad setelah Parinibbana Sang Buddha, dirasakan oleh sebagian pengikut Sang Buddha bahwa perbedaan antara Buddha dan Arahat, lebih dari sekadar perbedaan antara perintis dan pengikut. Mereka percaya bahwa Sang Buddha mencapai Nibbana lebih tinggi, lebih lengkap dari pada yang dicapai para Arahat. Mereka menganut paham yang salah ini, dengan sendirinya menganggap adalah lebih baik menjadi Buddha dari pada mencapai 'ke-Arahat-an kelas dua". Mereka yang memahami ajaran Sang Buddha dengan tepat, tetap bertahan bahwa perwujudan Buddha dan Arahat adalah sama. Kelompok yang lain mempertahankannya sebagai berbeda. Sejumlah legenda-legenda fantastik kemudian dicangkokkan pada riwayat kehidupan Sang Buddha, demi untuk menekankan "perbedaan kedua tingkat" tersebut. Akhirnya, perpecahan tidak dapat dihindari. Kelompok yang berkehendak mengambil Jalan ke Pencerahan "yang lebih sempurna", dan menyebut kelompoknya sebagai Mahayana, Jalan Besar atau Jalan Lebih-tinggi serta menyebut mereka yang memilih Jalan ke Pencerahan "kelas-dua" sebagai kelompok Hinayana, Jalan Kecil atau Jalan Lebih-rendah. Abad-abad berikutnya semakin ditandai dengan perbedaan-perbedaan pemahaman diantara ke dua kelompok ini, malah juga dalam kelompoknya sendiri masing-masing. Tetapi kenyataan sebenarnya, semua perbedaan ini timbul dari kemampuan untuk menyadari, bahwa hanya ada satu keadaan Nibbana dan bahwa hanya ada 'mereka yang sudah' dan 'mereka yang belum' Tercerahi.
Title: Re: tindakan netral (???)
Post by: williamhalim on 31 December 2008, 12:26:47 PM
Demikian pula halnya, seseorang dengan tekun melaksanakan meditasi tidak perlu mengetahui, berapa banyak kotoran batin terhapus hari ini, berapa banyak kemarin dan berapa lagi di lain waktu. Cukup, bahwa dia mengetahui bahwa kotoran itu sedang terhapus.

      Juga di dalam Dhammapada, Sang Buddha menasehati kita:

          Janganlah memandang remeh kebajikan, dengan berkata:
          "Kebajikan kecil ini tidak akan berbuah pada saya."

          Setetes demi setetes tempayan air terisi.
          Demikian pula, sedikit demi sedikit,
          Seorang bijaksana dipenuhi kebajikan
.

      Perubahan atau transisi dari keberadaan samsara ke realisasi Nibbana adalah suatu yang bertahap, dan selama masa transisi ini, kita dengan jelas melalui empat tahapan. Kita akan menelusuri empat tahapan itu.

 

Anumodana Bro Ryu telah mempost kutipan artikel ini... sungguh panjang, namun saya ambil sedikit intinya yg relevan dgn pembahasan kita sekarang.

Perbuatan baik sangatlah diperlukan, tidak usah memusingkan apakah perbuatan baik akan membawa kepada kelahiran kembali atau tidak... karena untuk saat ini perbuatan baiklah yg akan mengikis kekotoran batin kita sedikit demi sedikit sehingga kita siap ke tahapan berikutnya (apa itu? saya juga tidak tau).

Kadang, seringkali kita tergoda untuk berpikir bahwa ada jalan pintas ke nibbana, yakni "mendingan bertindak netral, ngapain bertindak baik jikalau tindakan baik itu akan membawa kelahiran kembali jua...". Berpikiran begini harus disertai pula impelmentasi yg riil. Apakah cotoh tindakan netral itu? Apakah kita dapat melakukannya di keseharian kita? Anumodana sekali jika ada yg bisa mencontohkannya.

Bukankah satu2nya yg dapat kita lakukan hanyalah melakukan perbuatan baik (sila), melatih pikiran (samadhi) dan meningkatkan kebijaksanaan kita (panna)? Jika berbicara kenyataan yg riil, kita akan kembali lagi pada tiga kata sakti: Sila Samadhi dan Panna....

::
Title: Re: tindakan netral (???)
Post by: Nevada on 31 December 2008, 12:45:31 PM
Selama belum mencapai tingkat Arahat, perbuatan baik seseorang hanya didasari atas pemikiran untuk tidak berbuat hal buruk. Kalau ditilik lebih jelas, maka modusnya adalah untuk mencari buah perbuatan kebaikan (pahala) dan menghindari akibat buruk. Tidak bisa dipungkiri, ada ego terselubung yang halus sekali yang menjadi motor dari tindakan itu... Kehendak untuk melakukan tindakan netral pun didasari oleh ego. Dan ini yang sangat sulit disadari oleh putthujana. Permainan pikiran ini hanya bisa ditembus oleh orang yang sudah terbebas, Arahanta...

Arahanta tidak lagi berbuat atas dasar lobha, dosa dan moha. Arahanta sudah terlepas dari keakuan, sehingga dalam setiap tindakannya tidak lagi ditemukan unsur LDM, yang perbuatannya bila disimpulkan menjadi berlandaskan aLaDaM. Para Arahanta akan selalu bertindak netral, batinnya tidak akan mengalami siklus inflasi lagi. Semua perbuatannya akan sesuai dengan kebenaran (Dhamma). Dan oleh karena itu, para Arahanta senantiasa berbuat kebajikan.

Sekilas nampak bahwa perbuatan baik itu sama-sama mengandung nilai kebajikan. Namun perbuatan baik yang dilakukan oleh para Arahanta mengandung skala dasar yang sangat berbeda dari perbuatan baik awam, yaitu modusnya...

Selamat mendikte bentuk-bentuk pikiran sendiri...
Title: Re: tindakan netral (???)
Post by: tesla on 31 December 2008, 03:32:18 PM
Quote
Kata2 Sang Buddha tersebut adalah terjemahan bahasa indonesia.
Apakah bahasa PALInya memang tertulis begitu? Bukannya terjemahan lebih tepatnya: janganlah menyukai/menyenangi apapun (instead mencintai)
ga tau jg tuh... :P
Title: Re: tindakan netral (???)
Post by: tesla on 31 December 2008, 03:43:26 PM
Jadi LDM itu sendiri, tidak akan pernah bisa berada secara bersamaan pada 1 tindakan, itu kenapa dalam sutta itu disebutkan 3 asal mula tindakan
Pun aLaDaM tidak MUNGKIN bisa muncul secara bersamaan pada seorang putthujhana s/d anagami krn sampai anagami sekalipun, masih belum bisa mematahkan sanyojana yg paling halus yaitu uddhacca (kegelisahan batin), yg merupakan bagian dari Moha
hehehe... saya bukan pakar abhidhamma,
tapi... kalau Anda bilang seorang putthujana (non-ariya, sotopana sekalipun) tidak dapat melakukan tindakan bebas dari LDM (ketiga2nya!)
maka tidak ada tihetuka puggala yg lahir
dan tidak ada kesempatan utk mencapai magga-phala...
krn syarat mencapai magga-phala (&jhana) adalah tihetuka puggala
bukankah begitu?

Quote
Yang justru berbeda dengan kesimpulan bro tesla :
Quote
ada tindakan manusia yg bebas dari LDM
Quote
ada tindakan yg bebas dari LDM terlepas dari apakah dia arahat atau bukan-arahat.
yup, disini kita berbeda pendapat...
(1) sumedho, bond, markos ---> tindakan bebas dari LDM hanya ada pada arahta
(2) tesla, sebaliknya ---> ada pada non-arahat

Quote
Itu yg bro Medho pertanyakan dari tesla,
Quote
bisakah non arahant berbuat tanpa LDM ?
Jika bisa, artinya switched back bolak balik antara non arahant dan arahant levelnya *karena LDM ada dan tidak ada terus berganti* ?
itulah yg saya katakan, pertanyaan ke2 dari bro Medho seolah menyatakan bahwa hanya arahat yg bisa berbuat tanpa LDM...

Quote
tapi apakah itu berarti bhw tindakan ini didasari oleh LDM? tentunya bukan, karena pemicunya tetaplah aLobha, namun masih dicemari oleh akusala
disini dasar perbedaan kita,
menurut saya, tindakan tsb masih didasari LDM...
sedangkan menurut bro markos, tindakan itu didasari alobha yg tercemari LDM.

Quote
Semoga kali ini bisa jadi jelas bhw :
Quote
tidak mungkin ada tindakan putthujhana s/s anagami yg bebas total dari LDM
lalu bagaimana seorang tihetuka pugalla terlahir? ???
Title: Re: tindakan netral (???)
Post by: Reenzia on 31 December 2008, 03:44:10 PM
dengan begitu bukankah lebih baik dari awal dijelaskan dengan benar apa tujuan berbuat kebajikan
karena dengan diberitahu bahwa dengan berbuat baik akan menghasilkan vipaka baik,
dan bila tujuan orang tersebut malah berusaha mengumpulkan vipaka baik
malah menimbulkan moha dan memupuk lobha?

apa ada jalan keluar lain untuk mengundang orang mempelajari dhamma
selain dengan menjanjikan 'keuntungan' yang akan diperoleh?

yah mending kalo pada akhirnya mereka mengerti kalo tujuan berbuat baik tak hanya mendapatkan vipaka baik
yang apa lagi bila tujuan utamanya adalah itu, akan malah menyesatkan
nah bila ngga sadar gimana?

karena ironisnya saia pernah bertanya kepada banyak orang,
apabila berbuat kebajikan dan tidak membuahkan vipaka baik apakah akan tetap dilakukan?
jawabnya tidak! tujuan mereka benar hanya 'mengincar' vipaka baik dibalik perbuatannya
Title: Re: tindakan netral (???)
Post by: tesla on 31 December 2008, 03:47:24 PM
Tapi, jangan salah tanggap dulu bahwa tindakan2 baik tidak diperlukan... (karena didefenisikan tindakan baik akan membawa kelahiran kembali, maka sebagian orang akan berpikir bahwa apa gunanya bertindak metta dan karuna... toh akan lahir kembali jua di alam lain).

ooops...
saya tidak mengatakan sama sekali bahwa tindakan baik (ataupun buruk) tidak diperlukan...

back to basic dulu... perlu diingat bahwa tujuan umat BUddhist bukan hanya nibbana, namun ada 3, yaitu:
1. memiliki kondisi baik pada kehidupan ini
2. memiliki kondisi baik pada kehidupan mendatang
3. merealisasikan nibbana...
Title: Re: tindakan netral (???)
Post by: tesla on 31 December 2008, 03:56:43 PM
karena ironisnya saia pernah bertanya kepada banyak orang,
apabila berbuat kebajikan dan tidak membuahkan vipaka baik apakah akan tetap dilakukan?
jawabnya tidak! tujuan mereka benar hanya 'mengincar' vipaka baik dibalik perbuatannya

hehehe... menurut saya justru jawaban orang2 sangatlah jujur... :jempol:

menurut saya, tujuan 'mengincar' vipaka baik itu bukanlah hal buruk, namun proses pembelajaran dhamma itu sendiri...

karena setelah menerima kondisi yg baik, kemudian kondisi yg baik itu tetap tak luput dari perubahan (anicca). melekatinya hanya akan menghasilkan penderitaan (dukkha), karena kondisi tsb tidak mungkin selamanya bersama kita.

menurut saya sih begitu,
jadi opini saya sih... jika ingin mendapat kondisi baik di kehidupan ini ataupun mendatang, berbuat baik jugalah... hal ini bukan hal yg buruk kok :)
semoga memperjelas bahwa saya tidak menentang perbuatan baik.
Title: Re: tindakan netral (???)
Post by: Reenzia on 31 December 2008, 03:59:34 PM
Quote
yah mending kalo pada akhirnya mereka mengerti kalo tujuan berbuat baik tak hanya mendapatkan vipaka baik
yang apa lagi bila tujuan utamanya adalah itu, akan malah menyesatkan
nah bila ngga sadar gimana?

membuahkan vipaka baik emank hal yang baik, tapi bila terus-terusan pengertiannya seperti itu
bukankah memupuk lobha?
Title: Re: tindakan netral (???)
Post by: williamhalim on 31 December 2008, 04:10:27 PM
Oh ya,
Sy mo nambahin sedikit.

Perlu diingat bahwa, dalam suatu tindakan yg kita lakukan terdiri atas milyaran kesadaran.

Jadi, bagi seorang manusia biasa -yg batinnya masih kental oleh tanha- tidaklah mungkin mempertahankan milyaran kesadaran ini murni netral / sobhana semua. Dalam milyaran citta tsb pasti akan tercemar sedikit / banyak oleh batin akusala.

Contohnya:
Menolong orang tua menyeberang.
Dalam usaha menolong orang tua menyeberang jalan, terdapat rentetan proses:
A. Dimulai dari melihat orang tua ingin menyeberang
B. timbul rasa kasihan.
C. lalu timbul keinginan untuk menolong
D. action mulai menolong
E. berhasil menyeberangkan si orang tua
F. puas atas hasil tsb

Nah masing2 tindakan yg sudah jelas 'baik' ini, ternyata masih terdiri atas milyaran milyaran proses batin. Misalkan proses A:
A1. pada waktu melihat orang tua tidak bisa menyeberang, timbul sedikit rasa sebal melihat kendaraan yg terlalu rame
A2. timbul keraguan sewaktu mau mebolong, turun gak yah? gw mau buru2 nih...
...dstnya...

Nah pada proses melihat kendaraan yg rame ini pun masih terdiri atas milyaran kesadaran juga:
A.1.1. mulai dari mengarahkan pandangan, menerima bentuk yg masuk, memproses warna kendaraan... dstnya...

Dari contoh ini terlihat jelas bahwa dalam suatu tindakan singkat yg kita lakukan, sebenarnya terdiri atas milyaran kesadran yg timbul dan lenyap. Inilah yg dimaksud oleh rekan2 lain bahwa pada manusia biasa, suatu tindakan kita (yg teridir atas milyaran citta) tidak mungkin murni terbebas dari LDM.

Masing2 dari milyaran citta yg timbul dalam tindakan singkat tsb akan mengkondisikan vipaka masing2 pula, semuanya bersatu padu dan akan berbuah jika kondisinya sudah menunjang.

Teorinya, hanya seorang Arahat yg bisa mempertahankan timbul lenyapnya citta secara murni terus menerus.

-----

Disini terlihat jelas perlunya TINDAKKAN BAIK oleh seorang manusia biasa, karena akan menghadirkan milyaran kesadaran baik (meski tidak bisa murni), yg akan berpadu dan berakumulasi membentuk trend batin yg baru sehingga batin si putthujana akan lebih murni dari sebelumnya dan siap untuk ke level yg lebih tinggi.

::


Title: Re: tindakan netral (???)
Post by: Reenzia on 31 December 2008, 04:11:50 PM
_/\_
Title: Re: tindakan netral (???)
Post by: williamhalim on 31 December 2008, 04:53:21 PM
menurut saya, tujuan 'mengincar' vipaka baik itu bukanlah hal buruk, namun proses pembelajaran dhamma itu sendiri...

Hmmm... kelihatannya terjadi miskomunikasi, lebih baik kita pstikan dulu, perbautan baik mana yg kita diskusikan sekarang:
~ Perbuatan baik yg dimotivasi oleh batin positif (metta / karuna)
ataukah
~ Perbuatan baik yg dimotivasi oleh keinginan2 menguntungkan diri sendiri (lobha)?

Perbuatan baik yg pertama adalah universal. Seseorang yg tidak mengenal Buddha Dhamma-pun dapat berbuat baik dan akan berefek positif terhadap batinnya. Misalnya orang non Buddhist yg berdana kepada pengemis karena rasa kasihan yg timbul. Meski tidak mengerti kamma vipaka, orang ini -telah mengikis sedikit ego nya. Inilah konteks perbuatan baik yg saya maksud selama ini.

Quote
menurut saya sih begitu,
jadi opini saya sih... jika ingin mendapat kondisi baik di kehidupan ini ataupun mendatang, berbuat baik jugalah... hal ini bukan hal yg buruk kok :)
semoga memperjelas bahwa saya tidak menentang perbuatan baik.

Berkaitan dgn penjelasan sy diatas, kita tidak dapat men-generalisir bahwa bahwa seseorang yg berbuat baik artinya orang tsb ingin mendapat kehidupan mendatang yg baik.

Kenyataanya, sangatlah banyak orang2 yg berbuat baik karena 'hanya ingin menolong orang lain (tanpa mengharapkan akibat pada diri sendiri)'.... <--- tindakan inilah yg sy maksud selama diskusi disini.

::
Title: Re: tindakan netral (???)
Post by: Reenzia on 31 December 2008, 04:56:10 PM
maksud saia itu yg ke dua, jadi dimotivasi karena ada imbalannya..
apakah gak ada cara lain biar orang lebih tertarik belajar dhamma selain dengan iming2 vipaka baik?
Title: Re: tindakan netral (???)
Post by: bond on 31 December 2008, 05:47:01 PM
Quote
Quote
Semoga kali ini bisa jadi jelas bhw :
Quote
tidak mungkin ada tindakan putthujhana s/s anagami yg bebas total dari LDM
lalu bagaimana seorang tihetuka pugalla terlahir? ???

bagaimana saya balik pertanyaanya, apakah tihetuka puggala masih ada LDM, walaupun setitik noda saja?  ;D

karena sampai alam brahma yg tertinggi saja masih ada avijja yg sangat halus dalam bentuk tanha yg juga suangat halus ;D nah ini bagaimana?

Title: Re: tindakan netral (???)
Post by: dilbert on 31 December 2008, 06:06:46 PM
maksud saia itu yg ke dua, jadi dimotivasi karena ada imbalannya..
apakah gak ada cara lain biar orang lebih tertarik belajar dhamma selain dengan iming2 vipaka baik?

belajar dharma, iming iming-nya nibbana... hehehehe...
Title: Re: tindakan netral (???)
Post by: Sumedho on 31 December 2008, 06:12:03 PM
jujur sih, aye rada bingung sama stand point2x yg ada disini.

Nidana Sutta menjelaskan ada perbuatan yg dilandasi oleh L,D,M akan membuahkan hasil. Lalu perbuatan yg dilandasi tanpa L, tanpa D, tanpa M itu tidak akan membuahkan hasil.

Lalu pendapat aye sama ama om tesla, om bond, ato om markos? itu aja kan maksud dari sutta itu?
Title: Re: tindakan netral (???)
Post by: K.K. on 31 December 2008, 06:23:27 PM
Quote
Yang justru berbeda dengan kesimpulan bro tesla :
Quote
ada tindakan manusia yg bebas dari LDM
Quote
ada tindakan yg bebas dari LDM terlepas dari apakah dia arahat atau bukan-arahat.
yup, disini kita berbeda pendapat...
(1) sumedho, bond, markos ---> tindakan bebas dari LDM hanya ada pada arahta
(2) tesla + Kainyn_Kutho, sebaliknya ---> ada pada non-arahat

Seperti saya post sebelumnya bahwa ADA kamma yang bukan gelap dan bukan terang, menghasilkan akibat bukan gelap dan bukan terang yang membawa pada lenyapnya kamma.
Jadi pada orang non-Arahat, hanya kamma jenis inilah yang membawa kepada Magga-Phala. Kamma lainnya hanya membawa pada kebahagiaan dan penderitaan samsara.

Segala perbuatan baik, bukan berarti tidak perlu, tetapi perbuatan baik seberapapun banyaknya, tidak membawa mahluk pada pembebasan (magga-phala), namun menghasilkan kehidupan dan kondisi yang baik. Itulah sebabnya memberi persembahan yang paling mulia, melakukan kebajikan yang paling hebat, tidak akan membawa orang mencapai kesucian pula.

Tindakan seorang Putujjhana, menurut saya, bisa saja terbebas dari LDM, namun memang karena akarnya masih ada, maka tidak konstan demikian. Pada diri seorang Arahat, maka bukan LDM, bukan pula aLaDaM, makanya disebut Kiriya, karena sudah bukan terkondisi oleh LDM, maupun aLaDaM.
Title: Re: tindakan netral (???)
Post by: K.K. on 31 December 2008, 06:26:17 PM
jujur sih, aye rada bingung sama stand point2x yg ada disini.

Nidana Sutta menjelaskan ada perbuatan yg dilandasi oleh L,D,M akan membuahkan hasil. Lalu perbuatan yg dilandasi tanpa L, tanpa D, tanpa M itu tidak akan membuahkan hasil.

Lalu pendapat aye sama ama om tesla, om bond, ato om markos? itu aja kan maksud dari sutta itu?

Kalau aLaDaM tidak membuahkan hasil, lalu bagaimana orang terlahir di Sorga? Bukankah orang terlahir di Sorga karena dana (aL) dan Moralitas? Atau bagaimana dengan alam Brahma? Bukankah orang terlahir di alam Brahma karena Metta (aD) dan tidak adanya nafsu indriah (aL)?

Title: Re: tindakan netral (???)
Post by: Reenzia on 31 December 2008, 06:30:49 PM
Quote
Yang justru berbeda dengan kesimpulan bro tesla :
Quote
ada tindakan manusia yg bebas dari LDM
Quote
ada tindakan yg bebas dari LDM terlepas dari apakah dia arahat atau bukan-arahat.
yup, disini kita berbeda pendapat...
(1) sumedho, bond, markos ---> tindakan bebas dari LDM hanya ada pada arahta
(2) tesla + Kainyn_Kutho, sebaliknya ---> ada pada non-arahat

Seperti saya post sebelumnya bahwa ADA kamma yang bukan gelap dan bukan terang, menghasilkan akibat bukan gelap dan bukan terang yang membawa pada lenyapnya kamma.
Jadi pada orang non-Arahat, hanya kamma jenis inilah yang membawa kepada Magga-Phala. Kamma lainnya hanya membawa pada kebahagiaan dan penderitaan samsara.

Segala perbuatan baik, bukan berarti tidak perlu, tetapi perbuatan baik seberapapun banyaknya, tidak membawa mahluk pada pembebasan (magga-phala), namun menghasilkan kehidupan dan kondisi yang baik. Itulah sebabnya memberi persembahan yang paling mulia, melakukan kebajikan yang paling hebat, tidak akan membawa orang mencapai kesucian pula.

Tindakan seorang Putujjhana, menurut saya, bisa saja terbebas dari LDM, namun memang karena akarnya masih ada, maka tidak konstan demikian. Pada diri seorang Arahat, maka bukan LDM, bukan pula aLaDaM, makanya disebut Kiriya, karena sudah bukan terkondisi oleh LDM, maupun aLaDaM.


setuju sama yg ini _/\_
Title: Re: tindakan netral (???)
Post by: bond on 31 December 2008, 06:38:45 PM
jujur sih, aye rada bingung sama stand point2x yg ada disini.

Nidana Sutta menjelaskan ada perbuatan yg dilandasi oleh L,D,M akan membuahkan hasil. Lalu perbuatan yg dilandasi tanpa L, tanpa D, tanpa M itu tidak akan membuahkan hasil.

Lalu pendapat aye sama ama om tesla, om bond, ato om markos? itu aja kan maksud dari sutta itu?

Kalau aLaDaM tidak membuahkan hasil, lalu bagaimana orang terlahir di Sorga? Bukankah orang terlahir di Sorga karena dana (aL) dan Moralitas? Atau bagaimana dengan alam Brahma? Bukankah orang terlahir di alam Brahma karena Metta (aD) dan tidak adanya nafsu indriah (aL)?



Aladamnya 9 bagi yg masuk sorga masih ada dualisme, aladam total nilainya 10 --> arahanta-->tidak ada dualisme

yg masuk alam brahma memang tidak ada nafsu indria tetapi masih ada tanha yg paling halus

nilai 9  inilah yg mungkin dimaksud abhidhamma, kalau kita memperbandingkan dengan isi sutta



Title: Re: tindakan netral (???)
Post by: Reenzia on 31 December 2008, 06:47:11 PM
 [at] papa

berarti lagi-lagi dilihat dari cara pandang umat biasa dan arahanta atau dari dualisme dan lepas dari dualisme ya pa?
Title: Re: tindakan netral (???)
Post by: Sumedho on 31 December 2008, 06:47:59 PM
jujur sih, aye rada bingung sama stand point2x yg ada disini.

Nidana Sutta menjelaskan ada perbuatan yg dilandasi oleh L,D,M akan membuahkan hasil. Lalu perbuatan yg dilandasi tanpa L, tanpa D, tanpa M itu tidak akan membuahkan hasil.

Lalu pendapat aye sama ama om tesla, om bond, ato om markos? itu aja kan maksud dari sutta itu?

Kalau aLaDaM tidak membuahkan hasil, lalu bagaimana orang terlahir di Sorga? Bukankah orang terlahir di Sorga karena dana (aL) dan Moralitas? Atau bagaimana dengan alam Brahma? Bukankah orang terlahir di alam Brahma karena Metta (aD) dan tidak adanya nafsu indriah (aL)?


Kalo yg aye tangkep sih, non arahant yah masih ada LDM, semua perbuatannya berlandaskan itu, mau baik atau buruk.

LDM itu bukan sesuatu yg menempel pada perbuatannya, tapi pada batinnya.

Kalau soal 4 jenis kamma, itu semua masih ada cetana. Sedangkan pada arahant tidak bercetana. jadi tidak masuk kategori dari 4 jenis kamma itu.
Title: Re: tindakan netral (???)
Post by: K.K. on 31 December 2008, 07:09:30 PM
Kalo yg aye tangkep sih, non arahant yah masih ada LDM, semua perbuatannya berlandaskan itu, mau baik atau buruk.

LDM itu bukan sesuatu yg menempel pada perbuatannya, tapi pada batinnya.

Kalau soal 4 jenis kamma, itu semua masih ada cetana. Sedangkan pada arahant tidak bercetana. jadi tidak masuk kategori dari 4 jenis kamma itu.


Betul, Non-Arahat masih ada akar LDM, tetapi 'kan bukan berarti SEMUA perbuatannya adalah berakar dari LDM. Untuk aM sih mungkin rada susah dijelaskan, karena kalau sudah aM, sudah pasti minimal Sotapanna. Tapi misalnya saja jika seorang putujjhana atau bahkan bukan Buddhis mencapai jhana lewat metta-bhavana, apakah akar LD melandasi jhananya?

Kalau tidak salah, dalam Arahat juga masih disebut cetana, tetapi cetana itu tidak cukup kuat untuk menghasilkan kamma baru karena tidak memiliki akar (ahetu), maka disebut kiriya.

Title: Re: tindakan netral (???)
Post by: K.K. on 31 December 2008, 07:13:43 PM
Aladamnya 9 bagi yg masuk sorga masih ada dualisme, aladam total nilainya 10 --> arahanta-->tidak ada dualisme

yg masuk alam brahma memang tidak ada nafsu indria tetapi masih ada tanha yg paling halus

nilai 9  inilah yg mungkin dimaksud abhidhamma, kalau kita memperbandingkan dengan isi sutta


Hmm.. maksudnya 100% hilang yah? Memang iya, kalau yang 100% hilang itu pasti Arahat. Nah, kembali lagi maksud saya akar LDM itu, walaupun ada pada setiap orang, tapi tidaklah selalu menjadi akar bagi SEMUA perbuatannya. Juga aLaDaM, walaupun orang memiliki akar ini, juga bukan berarti berwujud dalam SEMUA perbuatannya. Namun ada kemungkinan bagi orang biasa (non Arahat) untuk melakukan perbuatan aLaDaM ini.
Title: Re: tindakan netral (???)
Post by: K.K. on 31 December 2008, 07:21:09 PM
karena ironisnya saia pernah bertanya kepada banyak orang,
apabila berbuat kebajikan dan tidak membuahkan vipaka baik apakah akan tetap dilakukan?
jawabnya tidak! tujuan mereka benar hanya 'mengincar' vipaka baik dibalik perbuatannya


Dalam orang iang masih putujjhana, memang itu adalah hal biasa. Bahkan meditasipun tujuannia masih "dikotori" dengan pikiran mengincar "leniapnia dukkha".
Perbuatan baik tetap harus dilakukan agar mendukung kondisi untuk mencapai Nibbana. Misalnia kelahiran iang baik, karena terlahir di alam rendah tidak memungkinkan seseorang mencapai kesucian, atau jika terlahir jadi manusia tapi dengan baniak kekurangan seperti buta, bodoh, juga meniulitkan seseorang untuk mempelajari dhamma. 
Title: Re: tindakan netral (???)
Post by: Reenzia on 31 December 2008, 07:37:37 PM
 [at] ko kaiyn

Quote
Segala perbuatan baik, bukan berarti tidak perlu, tetapi perbuatan baik seberapapun banyaknya, tidak membawa mahluk pada pembebasan (magga-phala), namun menghasilkan kehidupan dan kondisi yang baik. Itulah sebabnya memberi persembahan yang paling mulia, melakukan kebajikan yang paling hebat, tidak akan membawa orang mencapai kesucian pula.

perbuatan baik memang mendukung kondisi mencapai nibbana, tapi kebajikan saja tidak akan pernah cukup kan?
Title: Re: tindakan netral (???)
Post by: K.K. on 31 December 2008, 07:42:14 PM
[at] ko kaiyn

Quote
Segala perbuatan baik, bukan berarti tidak perlu, tetapi perbuatan baik seberapapun banyaknya, tidak membawa mahluk pada pembebasan (magga-phala), namun menghasilkan kehidupan dan kondisi yang baik. Itulah sebabnya memberi persembahan yang paling mulia, melakukan kebajikan yang paling hebat, tidak akan membawa orang mencapai kesucian pula.

perbuatan baik memang mendukung kondisi mencapai nibbana, tapi kebajikan saja tidak akan pernah cukup kan?

Ya, menurut saya (bukan "saia" ;D )  perlu untuk mendukung kondisi. Tapi perbuatan baik tersebut (kamma terang) hanya akan membawa akibat terang (kebahagiaan samsara). Seseorang harus melakukan perbuatan "bukan gelap dan bukan terang" itu untuk mencapai kesucian.
Title: Re: tindakan netral (???)
Post by: Reenzia on 31 December 2008, 08:12:24 PM
huehue.....terima kasih ko kaiyn....._/\_

untung pake 'saya'...kalo pake 'saia' maka:

Spoiler: ShowHide

(http://s301.photobucket.com/albums/nn47/hyprotika/give.gif) (http://"hyprotika.wordpress.com")
bayar royalti lohh...
Title: Re: tindakan netral (???)
Post by: bond on 31 December 2008, 11:07:27 PM


Mari kita bandingkan sutta agar menjadi jelas :

Para bhikkhu, ada tiga penyebab lain untuk asal mula tindakan.

Apakah yang tiga itu? Tanpa-keserakahan, tanpa-kebencian, tanpa-kebodohan-batin.

Jika suatu tindakan dilakukan dengan tanpa-keserakahan, terlahir dari tanpa-keserakahan, disebabkan oleh tanpa-keserakahan, muncul dari tanpa-keserakahan... Jika suatu tindakan dilakukan dengan tanpa-kebencian... Jika suatu tindakan dilakukan dengan tanpa-kebodohan-batin, terlahir dari tanpa-kebodohan-batin, disebabkan oleh tanpa-kebodohan- batin, muncul dari tanpa-kebodohan-batin, begitu keserakahan, kebencian dan kebodohan batin lenyap maka tindakan itu ditinggalkan, terpotong di akarnya, dibuat gersang seperti tunggul pohon palma, terhapus sehingga tidak lagi bisa muncul di masa depan.14

dalam konteks ini adalah aladam arahat-->aladam total 10 nilainya/perfect dan apabila bahasa pali dalam sutta tersebut ditulis alobha, adosa dan amoha juga maka mari lihat dibawah ini menurut abhidhamma:

d. Tihetuka puggala
Tihetuka = dimana pikirannya mengandung 3 hetu yg baik (Alobha, Adosa & Amoha)


Makhluk ini lahir akibat kesadaran tumimbal lahir hasil dari perbuatan Alobha, Adosa & amoha (Tihetu). contoh : berdana dengan kebijaksanan & mengerti
dari link http://dhammacitta.org/forum/index.php?topic=1713.0 sumber mami Lily.


Jika benar dalam sutta tsb menggunakan bahasa pali yang sama dengan abhidhamma yaitu aladam yang mana  a berarti "tanpa/bukan " maka sebenarnya  aladam memiliki dua arti yaitu pada seorang puthujana s/d anagami masih menerima buah kamma baik(hanya kebaikan lawan dari LDM/keburukan) dan aladam arahanta yaitu kiriya(yang juga bukan keburukan )-->tidak menciptakan buah-->nibbana

Quote
by markos
disitu sudah jelas mengacu pada batin yg sudah terbebas dari keserakahan, kebencian dan kebodohan batin.....(ketiganya semuanya-->lihat sutta yg dibold coklat)

Jadi disini jelas sudah mengacu pada batin seorang Arahant, bukan seorang putthujhana yg notabene masih tertutup oleh keserakahan, kebencian dan kebodohan batin......
yg tadi saya minta bro tesla utk dapat melihat level dan penggunaannya.......

Jadi bukan masalah abhidhamma atau sutta yg berbeda namun kekurang jelian kita dalam menangkap pengartian sutta secara keseluruhan

Jadi sebenarnya tulisan markos sudah jelas bagaimana seharusnya kita menggunakan kata aladam tadi dengan mengerti untuk siapa kalimat tersebut ditujukan(level dan penggunaanya).

Jadi dalam abhidhamma adalah mengenai kusala dan akusala
Dalam sutta mengenai aladam nya arahat--Kiriya tadi.

Lalu mengapa kusala menyebabkan kelahiran kembali. Karena biasanya dalam kusala kamma orang tersebut batinnya dalam hal ini perasaanya akan bergetar (entah itu senang,bahagia,puas dsb yg baik2 tentunya) atau bisa disebut adanya respon emosional yg sangat halus. Inilah yg paling sulit dilewati yaitu moha--avijja, kenapa muncul senang, bahagia, puas karena ia belum menumpas semua LDM ke akarnya. Cuma dapat nilai 9 masih ada minus satu  ;D

Bagaimana dengan arahanta, mereka tahu apa yang harus mereka perbuat yg pasti dalam kacamata umat awam adalah kusala tetapi dalam batin arahat tidak akan ada perasaan bergetar, menolong karena dia tau harus menolong  saat itu dan setelah itu ia biasa saja(apa adanya secara menyeluruh). Ia hanya melakukan apa yg harus dikerjakan tanpa ada getaran2 emosional(kusala) yg paling kecil sekalipun (moha-Avija).

Lalu apakah kusala tadi diperlukan? tentu sangat diperlukan untuk menopang " bukan kusala ataupun bukan akusala". kusala tadi adalah parami yg menjadi landasan untuk mencapai nibbana. Jadi apa yg dimaksud kiriya/netral adalah respon terhadap hal kusala dan akusala dalam batin yg mana ia berada ditengah/netral maka inilah yg disebut jalan tengah. Mengapa demikian? karena mereka telah mengerti kekotoran di dua sisi tadi. Dengan mengerti kekotoran tadi dengan jelas sekali maka akar LDM tercabut semuanya.
 _/\_






Title: Re: tindakan netral (???)
Post by: Sumedho on 01 January 2009, 03:06:21 PM
Kalo yg aye tangkep sih, non arahant yah masih ada LDM, semua perbuatannya berlandaskan itu, mau baik atau buruk.

LDM itu bukan sesuatu yg menempel pada perbuatannya, tapi pada batinnya.

Kalau soal 4 jenis kamma, itu semua masih ada cetana. Sedangkan pada arahant tidak bercetana. jadi tidak masuk kategori dari 4 jenis kamma itu.


Betul, Non-Arahat masih ada akar LDM, tetapi 'kan bukan berarti SEMUA perbuatannya adalah berakar dari LDM. Untuk aM sih mungkin rada susah dijelaskan, karena kalau sudah aM, sudah pasti minimal Sotapanna. Tapi misalnya saja jika seorang putujjhana atau bahkan bukan Buddhis mencapai jhana lewat metta-bhavana, apakah akar LD melandasi jhananya?

Kalau tidak salah, dalam Arahat juga masih disebut cetana, tetapi cetana itu tidak cukup kuat untuk menghasilkan kamma baru karena tidak memiliki akar (ahetu), maka disebut kiriya.


Maksud saia, pada Nidana sutta itu berbicara kondisi batinnya, bukan orangnya. Jadi kalau orangnya sudah tidak ada LDM sama sekali, maka perbuatan tersebut ditinggalkan. Kalau masih ada LDM, maka perbuatan itu masih mengikutinya utk berbuah. Bukan berarti perbuatannya semua pasti berdasarkan LDM. Berlandaskan yg saya maksud adalah batin dari si pelaksana, bukan perbuatannya, maka itu saya sudah tulis sebelumnya spaya tidak salah tangkap.

Soal cetana pada arahant, ada rujukannya om?

eniwei, utk kamma bukan terang ataupun gelap,

Quote from: AN 4.235
"And what is kamma that is neither dark nor bright with neither dark nor bright result, leading to the ending of kamma? right view, right resolve, right speech, right action, right livelihood, right effort, right mindfulness, right concentration. This is called kamma that is neither dark nor bright with neither dark nor bright result, leading to the ending of kamma."
Title: Re: tindakan netral (???)
Post by: K.K. on 01 January 2009, 05:20:02 PM
Maksud saia,
Ntar diminta royalti sama orangnya lho...  ;D


Quote
pada Nidana sutta itu berbicara kondisi batinnya, bukan orangnya. Jadi kalau orangnya sudah tidak ada LDM sama sekali, maka perbuatan tersebut ditinggalkan. Kalau masih ada LDM, maka perbuatan itu masih mengikutinya utk berbuah. Bukan berarti perbuatannya semua pasti berdasarkan LDM. Berlandaskan yg saya maksud adalah batin dari si pelaksana, bukan perbuatannya, maka itu saya sudah tulis sebelumnya spaya tidak salah tangkap.

Soal cetana pada arahant, ada rujukannya om?

Oh, kalo dalem bathin sih iya, karena masih ada "akar"-nya jadi emang sewaktu-waktu bisa aja muncul.
Soal Cetana pada Arahat itu, ada di Manual of Abhidhamma kalo ga salah.

Title: Re: tindakan netral (???)
Post by: Reenzia on 01 January 2009, 06:14:14 PM
 [at] ko Medho
Spoiler: ShowHide
Maksud saia, pada Nidana sutta itu berbicara kondisi batinnya, bukan orangnya. Jadi kalau orangnya sudah tidak ada LDM sama sekali, maka perbuatan tersebut ditinggalkan. Kalau masih ada LDM, maka perbuatan itu masih mengikutinya utk berbuah. Bukan berarti perbuatannya semua pasti berdasarkan LDM. Berlandaskan yg saya maksud adalah batin dari si pelaksana, bukan perbuatannya, maka itu saya sudah tulis sebelumnya spaya tidak salah tangkap.

Soal cetana pada arahant, ada rujukannya om?

eniwei, utk kamma bukan terang ataupun gelap,

(http://s301.photobucket.com/albums/nn47/hyprotika/give.gif) (http://"hyprotika.wordpress.com")
nah ketahuan...


 [at] ko kaiyn

Spoiler: ShowHide
(http://s301.photobucket.com/albums/nn47/hyprotika/tunduk.gif) (http://"hyprotika.wordpress.com")
terima kasih atas kerjasamanya...
Title: Re: tindakan netral (???)
Post by: Sumedho on 01 January 2009, 06:44:10 PM
bayar pake grp deh  ^-^
Title: Re: tindakan netral (???)
Post by: Reenzia on 01 January 2009, 06:55:35 PM
bayar pake grp deh  ^-^

 [at] ko Medho
Spoiler: ShowHide
(http://s301.photobucket.com/albums/nn47/hyprotika/ehehehehehe.gif) (http://"hyprotika.wordpress.com")

ternyata beneran dibayar

Title: Re: tindakan netral (???)
Post by: tesla on 02 January 2009, 01:59:15 AM
Quote
Quote
Semoga kali ini bisa jadi jelas bhw :
Quote
tidak mungkin ada tindakan putthujhana s/s anagami yg bebas total dari LDM
lalu bagaimana seorang tihetuka pugalla terlahir? ???

bagaimana saya balik pertanyaanya, apakah tihetuka puggala masih ada LDM, walaupun setitik noda saja?  ;D

karena sampai alam brahma yg tertinggi saja masih ada avijja yg sangat halus dalam bentuk tanha yg juga suangat halus ;D nah ini bagaimana?


nah... ini sudah hal berbeda.

pernyataan pertama, adalah masalah tindakan

pertanyaan kedua adalah apakah tihetuka puggala masih ada LDM.

tadi sdr. bond bilang tindakan s/d anagami tidak ada yg bebas dari LDM, oleh sebab itu saya bertanya, bagaimana seorang tihetuka puggala terlahir.
Title: Re: tindakan netral (???)
Post by: tesla on 02 January 2009, 02:03:37 AM
Hmmm... kelihatannya terjadi miskomunikasi, lebih baik kita pstikan dulu, perbautan baik mana yg kita diskusikan sekarang:
~ Perbuatan baik yg dimotivasi oleh batin positif (metta / karuna)
ataukah
~ Perbuatan baik yg dimotivasi oleh keinginan2 menguntungkan diri sendiri (lobha)?

Perbuatan baik yg pertama adalah universal. Seseorang yg tidak mengenal Buddha Dhamma-pun dapat berbuat baik dan akan berefek positif terhadap batinnya. Misalnya orang non Buddhist yg berdana kepada pengemis karena rasa kasihan yg timbul. Meski tidak mengerti kamma vipaka, orang ini -telah mengikis sedikit ego nya. Inilah konteks perbuatan baik yg saya maksud selama ini.

menurut saya, sangatlah wajar, orang yg berbuat baik demi tujuan mendapatkan hasil yg baik dikemudian hari, baik itu demi dirinya ataupun demi orang lain.

menurut saya, menginginkan orang lain memiliki kondisi yg baik pun sebenarnya adalah salah satu bentuk keserakahan.

Quote
Kenyataanya, sangatlah banyak orang2 yg berbuat baik karena 'hanya ingin menolong orang lain (tanpa mengharapkan akibat pada diri sendiri)'.... <--- tindakan inilah yg sy maksud selama diskusi disini.
memang ada orang yg berbuat dg tanpa membedakan utk orang lain atau utk diri sendiri.
Title: Re: tindakan netral (???)
Post by: tesla on 02 January 2009, 02:23:49 AM
Dhammapada 166:

Jangan karena demi kesejahteraan orang lain
lalu seseorang melalaikan kesejahteraan sendiri.
Setelah memahami tujuan akhir bagi diri sendiri,
hendaklah ia teguh melaksanakan tugas kewajibannya.
Title: Re: tindakan netral (???)
Post by: tesla on 02 January 2009, 02:31:53 AM
Jadi sebenarnya tulisan markos sudah jelas bagaimana seharusnya kita menggunakan kata aladam tadi dengan mengerti untuk siapa kalimat tersebut ditujukan(level dan penggunaanya).

Jadi dalam abhidhamma adalah mengenai kusala dan akusala
Dalam sutta mengenai aladam nya arahat--Kiriya tadi.
sepertinya memang tidak ada titik temu di antara kita :whistle:

bagi saya, sutta tsb mengacu pada tindakan seseorang, apakah bebas dari LDM? --- benar2 sebatas kalimat pada sutta, tanpa ada penghubungan dg sutta lain atau abhidhamma.

dipihak lain, rekan2 melihat bahwa berdasarkan abhidhamma, hal itu hanya mengacu pada arahat. (tidak berlaku utk non-arahat)...

biarlah ini menjadi perbedaan :whistle:
tidak perlu lagi diperpanjang :P
_/\_

Quote
Lalu mengapa kusala menyebabkan kelahiran kembali. Karena biasanya dalam kusala kamma orang tersebut batinnya dalam hal ini perasaanya akan bergetar (entah itu senang,bahagia,puas dsb yg baik2 tentunya) atau bisa disebut adanya respon emosional yg sangat halus. Inilah yg paling sulit dilewati yaitu moha--avijja, kenapa muncul senang, bahagia, puas karena ia belum menumpas semua LDM ke akarnya. Cuma dapat nilai 9 masih ada minus satu  ;D
perasaan bahagia masih ada pada arahat & buddha, berdasarkan abhidhamma.
Title: Re: tindakan netral (???)
Post by: tesla on 02 January 2009, 02:37:16 AM
Soal cetana pada arahant, ada rujukannya om?
arahat tidak-bercetana lagi ada rujukannya jg?
Title: Re: tindakan netral (???)
Post by: K.K. on 02 January 2009, 08:31:37 AM
Soal cetana pada arahant, ada rujukannya om?

Ini dari Abhidhammattha-Sangaha:
"In the Kriyà Javanas, which are experienced only by Buddhas and Arahants, the respective Cetanàs lack Kamma creative power."

"Dalam Javana Kriya, yang dialami hanya oleh Para Buddha dan Arahat, masing-masing Cetana kekurangan kekuatan pembentuk kamma."

Title: Re: tindakan netral (???)
Post by: bond on 02 January 2009, 09:24:05 AM
Quote
Quote
Semoga kali ini bisa jadi jelas bhw :
Quote
tidak mungkin ada tindakan putthujhana s/s anagami yg bebas total dari LDM
lalu bagaimana seorang tihetuka pugalla terlahir? ???

bagaimana saya balik pertanyaanya, apakah tihetuka puggala masih ada LDM, walaupun setitik noda saja?  ;D

karena sampai alam brahma yg tertinggi saja masih ada avijja yg sangat halus dalam bentuk tanha yg juga suangat halus ;D nah ini bagaimana?


nah... ini sudah hal berbeda.

pernyataan pertama, adalah masalah tindakan

pertanyaan kedua adalah apakah tihetuka puggala masih ada LDM.

tadi sdr. bond bilang tindakan s/d anagami tidak ada yg bebas dari LDM, oleh sebab itu saya bertanya, bagaimana seorang tihetuka puggala terlahir.

Tihetuka puggala juga belum bebas dari LDM.(kalau kita berdasarkan sutta dan jika memang menurut sutta yg sedang dibahas)
Jadi kalau kita berbicara aladam secara harafiah maka konteksnya adalah sutta yg sedang dibicarakan. Tapi jika kita  memahami dengan kebijaksanaan harus melihat secara keseluruhan konteks dengan arti yg terkandung didalamnya dalam hal ini sutta dan abhidhamma(tihetuka-->aladam -1)


Title: Re: tindakan netral (???)
Post by: bond on 02 January 2009, 09:37:32 AM
Jadi sebenarnya tulisan markos sudah jelas bagaimana seharusnya kita menggunakan kata aladam tadi dengan mengerti untuk siapa kalimat tersebut ditujukan(level dan penggunaanya).

Jadi dalam abhidhamma adalah mengenai kusala dan akusala
Dalam sutta mengenai aladam nya arahat--Kiriya tadi.
sepertinya memang tidak ada titik temu di antara kita :whistle:

bagi saya, sutta tsb mengacu pada tindakan seseorang, apakah bebas dari LDM? --- benar2 sebatas kalimat pada sutta, tanpa ada penghubungan dg sutta lain atau abhidhamma.

dipihak lain, rekan2 melihat bahwa berdasarkan abhidhamma, hal itu hanya mengacu pada arahat. (tidak berlaku utk non-arahat)...

biarlah ini menjadi perbedaan :whistle:
tidak perlu lagi diperpanjang :P
_/\_

Quote
Lalu mengapa kusala menyebabkan kelahiran kembali. Karena biasanya dalam kusala kamma orang tersebut batinnya dalam hal ini perasaanya akan bergetar (entah itu senang,bahagia,puas dsb yg baik2 tentunya) atau bisa disebut adanya respon emosional yg sangat halus. Inilah yg paling sulit dilewati yaitu moha--avijja, kenapa muncul senang, bahagia, puas karena ia belum menumpas semua LDM ke akarnya. Cuma dapat nilai 9 masih ada minus satu  ;D
perasaan bahagia masih ada pada arahat & buddha, berdasarkan abhidhamma.


betul, tapi beda dalam hal meresponnya dan jenis bahagianya  antara arahat/Buddha dengan yg belum . Jadi apa yg saya tulis diatas  adalah batin yg bukan pada arahat / Buddha  ;D


Title: Re: tindakan netral (???)
Post by: Sumedho on 02 January 2009, 09:59:47 AM
Soal cetana pada arahant, ada rujukannya om?
arahat tidak-bercetana lagi ada rujukannya jg?
ada donk,

Quote from: SN 12.38 Cetana Sutta
Staying at Savatthi... [the Blessed One said,] "What one intends, what one arranges, and what one obsesses about:1 This is a support for the stationing of consciousness. There being a support, there is a landing [or: an establishing] of consciousness. When that consciousness lands and grows, there is the production of renewed becoming in the future. When there is the production of renewed becoming in the future, there is future birth, aging & death, sorrow, lamentation, pain, distress, & despair. Such is the origination of this entire mass of suffering & stress.

"If one doesn't intend and doesn't arrange, but one still obsesses [about something], this is a support for the stationing of consciousness. There being a support, there is a landing of consciousness. When that consciousness lands and grows, there is the production of renewed becoming in the future. When there is the production of renewed becoming in the future, there is future birth, aging & death, sorrow, lamentation, pain, distress, & despair. Such [too] is the origination of this entire mass of suffering & stress.

"But when one doesn't intend, arrange, or obsess [about anything], there is no support for the stationing of consciousness. There being no support, there is no landing of consciousness. When that consciousness doesn't land & grow, there is no production of renewed becoming in the future. When there is no production of renewed becoming in the future, there is no future birth, aging & death, sorrow, lamentation, pain, distress, or despair. Such is the cessation of this entire mass of suffering & stress."
Title: Re: tindakan netral (???)
Post by: dilbert on 02 January 2009, 10:11:21 AM
Om tesla... ditunggu rujukan Cetana pada arahant (minimal savaka buddha)... dan kalau bisa rujukan dari theravada, karena kalau dari mahayana, arahant sravaka masih ada cetana untuk mencapai arahant sammasambuddha...
Title: Re: tindakan netral (???)
Post by: K.K. on 02 January 2009, 12:36:19 PM
Saya mau tanya saja, jika pada Arahat sudah tidak ada cetana lagi, lalu mereka menentukan pikiran, ucapan, dan perbuatan mereka sehari-hari berdasarkan apa?
Title: Re: tindakan netral (???)
Post by: tesla on 02 January 2009, 01:26:55 PM
Tihetuka puggala juga belum bebas dari LDM.(kalau kita berdasarkan sutta dan jika memang menurut sutta yg sedang dibahas)
Jadi kalau kita berbicara aladam secara harafiah maka konteksnya adalah sutta yg sedang dibicarakan. Tapi jika kita  memahami dengan kebijaksanaan harus melihat secara keseluruhan konteks dengan arti yg terkandung didalamnya dalam hal ini sutta dan abhidhamma(tihetuka-->aladam -1)


betul, tapi beda dalam hal meresponnya dan jenis bahagianya  antara arahat/Buddha dengan yg belum . Jadi apa yg saya tulis diatas  adalah batin yg bukan pada arahat / Buddha  ;D

:)

_/\_
Title: Re: tindakan netral (???)
Post by: tesla on 02 January 2009, 01:50:16 PM
Om tesla... ditunggu rujukan Cetana pada arahant (minimal savaka buddha)... dan kalau bisa rujukan dari theravada, karena kalau dari mahayana, arahant sravaka masih ada cetana untuk mencapai arahant sammasambuddha...

 [at] dilbert,
ini diposting oleh Sumedho, tapi tidak menunjuk ke Savaka Buddha atau Sammasam Buddha...

Quote from: SN 12.38 Cetana Sutta
Staying at Savatthi... [the Blessed One said,] "What one intends, what one arranges, and what one obsesses about:1 This is a support for the stationing of consciousness. There being a support, there is a landing [or: an establishing] of consciousness. When that consciousness lands and grows, there is the production of renewed becoming in the future. When there is the production of renewed becoming in the future, there is future birth, aging & death, sorrow, lamentation, pain, distress, & despair. Such is the origination of this entire mass of suffering & stress.

"If one doesn't intend and doesn't arrange, but one still obsesses [about something], this is a support for the stationing of consciousness. There being a support, there is a landing of consciousness. When that consciousness lands and grows, there is the production of renewed becoming in the future. When there is the production of renewed becoming in the future, there is future birth, aging & death, sorrow, lamentation, pain, distress, & despair. Such [too] is the origination of this entire mass of suffering & stress.

"But when one doesn't intend, arrange, or obsess [about anything], there is no support for the stationing of consciousness. There being no support, there is no landing of consciousness. When that consciousness doesn't land & grow, there is no production of renewed becoming in the future. When there is no production of renewed becoming in the future, there is no future birth, aging & death, sorrow, lamentation, pain, distress, or despair. Such is the cessation of this entire mass of suffering & stress."
Title: Re: tindakan netral (???)
Post by: dilbert on 02 January 2009, 06:22:39 PM
Om tesla... ditunggu rujukan Cetana pada arahant (minimal savaka buddha)... dan kalau bisa rujukan dari theravada, karena kalau dari mahayana, arahant sravaka masih ada cetana untuk mencapai arahant sammasambuddha...

 [at] dilbert,
ini diposting oleh Sumedho, tapi tidak menunjuk ke Savaka Buddha atau Sammasam Buddha...

Quote from: SN 12.38 Cetana Sutta
Staying at Savatthi... [the Blessed One said,] "What one intends, what one arranges, and what one obsesses about:1 This is a support for the stationing of consciousness. There being a support, there is a landing [or: an establishing] of consciousness. When that consciousness lands and grows, there is the production of renewed becoming in the future. When there is the production of renewed becoming in the future, there is future birth, aging & death, sorrow, lamentation, pain, distress, & despair. Such is the origination of this entire mass of suffering & stress.

"If one doesn't intend and doesn't arrange, but one still obsesses [about something], this is a support for the stationing of consciousness. There being a support, there is a landing of consciousness. When that consciousness lands and grows, there is the production of renewed becoming in the future. When there is the production of renewed becoming in the future, there is future birth, aging & death, sorrow, lamentation, pain, distress, & despair. Such [too] is the origination of this entire mass of suffering & stress.

"But when one doesn't intend, arrange, or obsess [about anything], there is no support for the stationing of consciousness. There being no support, there is no landing of consciousness. When that consciousness doesn't land & grow, there is no production of renewed becoming in the future. When there is no production of renewed becoming in the future, there is no future birth, aging & death, sorrow, lamentation, pain, distress, or despair. Such is the cessation of this entire mass of suffering & stress."


Arahat itu kan ada Arahat Savaka, Arahat Pacceka dan Arahat Sammasambuddha. Dari tingkatannya, Arahat Savaka lebih inferior kan... jadi minta rujukannya tentang CETANA Arahat Savaka, gak usah Arahat Sammasambuddha.
Title: Re: tindakan netral (???)
Post by: tesla on 02 January 2009, 08:30:25 PM
 [at] dilbert

dari sisi theravada, seorang arahat (savaka Buddha) tidak terlahir lagi.
tidak melanjutkan perjalanan kesucian menjadi seorang sammasam buddha.
jadi ada perbedaan fundamental antara mahayana & theravada di sini.

& di sutta theravada ini (cetana sutta), sudut pandangnya adalah terbalik,
yaitu bukan tingkat kesucian yg menandakan niat, rencana, keinginan seseorang.
melainkan niat, rencana & keinginan seseoranglah yg menentukan apakah akan terlahir lagi atau tidak (pencapaian nibbana?).
kalau sudah tidak berniat, rencana & keinginan, maka tidak ada kehidupan mendatang.
Title: Re: tindakan netral (???)
Post by: tesla on 02 January 2009, 08:34:48 PM
Saya mau tanya saja, jika pada Arahat sudah tidak ada cetana lagi, lalu mereka menentukan pikiran, ucapan, dan perbuatan mereka sehari-hari berdasarkan apa?

sepertinya tindakan, perbuatan, ucapan, kehendak seorang arahat tidak lagi sama seperti putthujana... namun karena bahasa yg terbatas, maka tetap digunakan kata 'kehendak' (CMIIW)
mungkin yg ada pada arahat itu  tinggal '(melihat) apa adanya' (apa bahasa palinya yah? yam yam tom yam... ga ingat :P )
Title: Re: tindakan netral (???)
Post by: dilbert on 02 January 2009, 11:41:01 PM
[at] dilbert

dari sisi theravada, seorang arahat (savaka Buddha) tidak terlahir lagi.
tidak melanjutkan perjalanan kesucian menjadi seorang sammasam buddha.
jadi ada perbedaan fundamental antara mahayana & theravada di sini.

& di sutta theravada ini (cetana sutta), sudut pandangnya adalah terbalik,
yaitu bukan tingkat kesucian yg menandakan niat, rencana, keinginan seseorang.
melainkan niat, rencana & keinginan seseoranglah yg menentukan apakah akan terlahir lagi atau tidak (pencapaian nibbana?).
kalau sudah tidak berniat, rencana & keinginan, maka tidak ada kehidupan mendatang.

sorry, setelah melihat kembali posting di atas, rupanya pertanyaan tentang ARAHAT bercetana ditujukan oleh om sumedho kepada sdr.kainyn... bukan kepada sdr.tesla...
Title: Re: tindakan netral (???)
Post by: dilbert on 02 January 2009, 11:42:53 PM
Kalo yg aye tangkep sih, non arahant yah masih ada LDM, semua perbuatannya berlandaskan itu, mau baik atau buruk.

LDM itu bukan sesuatu yg menempel pada perbuatannya, tapi pada batinnya.

Kalau soal 4 jenis kamma, itu semua masih ada cetana. Sedangkan pada arahant tidak bercetana. jadi tidak masuk kategori dari 4 jenis kamma itu.


Betul, Non-Arahat masih ada akar LDM, tetapi 'kan bukan berarti SEMUA perbuatannya adalah berakar dari LDM. Untuk aM sih mungkin rada susah dijelaskan, karena kalau sudah aM, sudah pasti minimal Sotapanna. Tapi misalnya saja jika seorang putujjhana atau bahkan bukan Buddhis mencapai jhana lewat metta-bhavana, apakah akar LD melandasi jhananya?

Kalau tidak salah, dalam Arahat juga masih disebut cetana, tetapi cetana itu tidak cukup kuat untuk menghasilkan kamma baru karena tidak memiliki akar (ahetu), maka disebut kiriya.


Maksud saia, pada Nidana sutta itu berbicara kondisi batinnya, bukan orangnya. Jadi kalau orangnya sudah tidak ada LDM sama sekali, maka perbuatan tersebut ditinggalkan. Kalau masih ada LDM, maka perbuatan itu masih mengikutinya utk berbuah. Bukan berarti perbuatannya semua pasti berdasarkan LDM. Berlandaskan yg saya maksud adalah batin dari si pelaksana, bukan perbuatannya, maka itu saya sudah tulis sebelumnya spaya tidak salah tangkap.

Soal cetana pada arahant, ada rujukannya om?

eniwei, utk kamma bukan terang ataupun gelap,

Quote from: AN 4.235
"And what is kamma that is neither dark nor bright with neither dark nor bright result, leading to the ending of kamma? right view, right resolve, right speech, right action, right livelihood, right effort, right mindfulness, right concentration. This is called kamma that is neither dark nor bright with neither dark nor bright result, leading to the ending of kamma."
Title: Re: tindakan netral (???)
Post by: Sumedho on 03 January 2009, 06:25:06 AM
oh iya dan sudah dijawab juga

Soal cetana pada arahant, ada rujukannya om?

Ini dari Abhidhammattha-Sangaha:
"In the Kriyà Javanas, which are experienced only by Buddhas and Arahants, the respective Cetanàs lack Kamma creative power."

"Dalam Javana Kriya, yang dialami hanya oleh Para Buddha dan Arahat, masing-masing Cetana kekurangan kekuatan pembentuk kamma."


Title: Re: tindakan netral (???)
Post by: K.K. on 03 January 2009, 08:41:56 AM
Saya mau tanya saja, jika pada Arahat sudah tidak ada cetana lagi, lalu mereka menentukan pikiran, ucapan, dan perbuatan mereka sehari-hari berdasarkan apa?

sepertinya tindakan, perbuatan, ucapan, kehendak seorang arahat tidak lagi sama seperti putthujana... namun karena bahasa yg terbatas, maka tetap digunakan kata 'kehendak' (CMIIW)
mungkin yg ada pada arahat itu  tinggal '(melihat) apa adanya' (apa bahasa palinya yah? yam yam tom yam... ga ingat :P )

Itu dia. Maka saya bilang Arahat memang masih ber-cetana, tetapi karena tidak ada akar kusala/akusala lagi, maka tidak membentuk kamma.

"tom yam" = Yathabutham Nyanadassanam maksudnya? :)

Title: Re: tindakan netral (???)
Post by: ika_polim on 07 January 2009, 09:14:38 AM
coba telaah kembali pelajaran ttg kamma itu dgn lbh teliti.

jika tindakan dgn niat baik tidak harus/tidak pasti menghasilkan buah karma baik

dan

jika tindakan dgn niat buruk tidak harus /tidak pasti menghasilkan buah karma buruk ...


apa sebenarnya maksud dari pengetahuan ttg karmic effect buddhism itu (???)


ika.
Title: Re: tindakan netral (???)
Post by: Sunkmanitu Tanka Ob'waci on 07 January 2009, 09:36:49 AM
Jadi kundalini bangkit itu baik atau buruk?
Title: Re: tindakan netral (???)
Post by: hatRed on 07 January 2009, 09:38:42 AM
coba telaah kembali pelajaran ttg kamma itu dgn lbh teliti.

jika tindakan dgn niat baik tidak harus/tidak pasti menghasilkan buah karma baik

dan

jika tindakan dgn niat buruk tidak harus /tidak pasti menghasilkan buah karma buruk ...


apa sebenarnya maksud dari pengetahuan ttg karmic effect buddhism itu (???)


ika.

aneh, sungguh aneh
Title: Re: tindakan netral (???)
Post by: ika_polim on 17 April 2009, 11:38:18 AM
Jadi kundalini bangkit itu baik atau buruk?

IMHO, sedemikian banyak para awam dgn sadar atau tanpa disadarinya cenderung menghubungkan "segala sesuatu" dgn "tokoh tertentu" telbh dulu sebelum berani secara fair dan apa adanya menyatakan pendaptnya terhdp "segala sesuatu" itu.

jika tulisan di atas saya hubungkan dgn hal Kundalini dan Kebangkitannya, maka pertanyaanya adalah sbb:

jika Kebangkitan Kundalini tsb dihubungkan dgn Petapa Siddharta atau Sang Buddha, apakah Kebangkitan Kundalini itu baik atau buruk???

jika hal yang sama itu dihubungkan dgn "seseorg" yang belum dan bukan "tokoh" terkenal, apakah Kebangkitan Kundalini pada diri org itu baik atau buruk???

ika.

Title: Re: tindakan netral (???)
Post by: williamhalim on 17 April 2009, 11:47:57 AM
ampunnn Diiii Jeeee.....

 ^:)^  ^:)^  ^:)^

::
Title: Re: tindakan netral (???)
Post by: ika_polim on 30 April 2009, 04:31:46 PM
Jadi kundalini bangkit itu baik atau buruk?

IMHO, sedemikian banyak para awam dgn sadar atau tanpa disadarinya cenderung menghubungkan "segala sesuatu" dgn "tokoh tertentu" telbh dulu sebelum berani secara fair dan apa adanya menyatakan pendaptnya terhdp "segala sesuatu" itu.

jika tulisan di atas saya hubungkan dgn hal Kundalini dan Kebangkitannya, maka pertanyaanya adalah sbb:

jika Kebangkitan Kundalini tsb dihubungkan dgn Petapa Siddharta atau Sang Buddha, apakah Kebangkitan Kundalini itu baik atau buruk???

jika hal yang sama itu dihubungkan dgn "seseorg" yang belum dan bukan "tokoh" terkenal, apakah Kebangkitan Kundalini pada diri org itu baik atau buruk???

ika.


ampunnn Diiii Jeeee.....

 ^:)^  ^:)^  ^:)^

::

semoga esensi dr tampilan emoticon tsb juga dimaknai dgn benar oleh semua member disini!

ika.