//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: AN.iii.128 : Andha Sutta  (Read 27376 times)

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Re: AN.iii.128 : Andha Sutta
« Reply #15 on: 01 August 2013, 07:01:47 PM »
"Semua makhluk bergantung pada makanan" tentu saja salah satu ajaran Buddhis yang juga terdapat dalam sutta-sutta. Menurut MN 9 Sammaditthi Sutta, terdapat 4 jenis makanan: makanan jasmani (kabalinkarahara), kontak/kesan (phassa), kehendak pikiran (manosancetana), dan kesadaran (vinnana). Jadi, bukan hanya makanan fisik saja yang dimaksud. Selain itu, keempat jenis makanan ini bermula dari keinginan (tanha) dan keinginan bermula dari rangkaian kemunculan bergantungan yang berakal dari ketidaktahuan (avijja), penyakit kekotoran batin (kilesa) yang paling parah. Hal ini disebutkan dalam Ahara Sutta (SN 12.11) sbb:

"Para bhikkhu, empat jenis makanan ini memiliki apakah sebagai sumbernya, apakah sebagai asal-mulanya, muncul dan dihasilkan dari apakah? Empat jenis makanan ini memiliki keinginan sebagai sumbernya, keinginan sebagai asal-mulanya; muncul dan dihasilkan dari keinginan.

Dan keinginan ini memiliki apakah sebagai sumbernya, apakah sebagai asal-mulanya, muncul dan dihasilkan dari apakah? Keinginan memiliki perasaan sebagai sumbernya; perasaan sebagai asal-mula; muncul dan dihasilkan dari perasaan.

Dan perasaan ini memiliki apakah sebagai sumbernya…? Perasaan memiliki kontak sebagai sumbernya…. Dan kontak ini memiliki apakah sebagai sumbernya…? Kontak memiliki enam landasan indria sebagai sumbernya …. Dan enam landasan indria ini memiliki apakah sebagai sumbernya…? Enam landasan indria memiliki batin dan jasmani sebagai sumbernya…. Dan batin dan jasmani ini memiliki apakah sebagai sumbernya…? batin dan jasmani memiliki kesadaran sebagai sumbernya…. Dan kesadaran ini memiliki apakah sebagai sumbernya…? Kesadaran memiliki bentukan-bentukan kehendak sebagai sumbernya…. Dan bentukan-bentukan kehendak ini memiliki apakah sebagai sumbernya, apakah sebagai asal-mulanya, muncul dan dihasilkan dari apakah? Bentukan-bentukan kehendak memiliki ketidaktahuan sebagai sumbernya; ketidaktahuan sebagai asal-mula; muncul dan dihasilkan dari ketidaktahuan.
"

Tentu saja makanan fisik penting untuk menunjang kehidupan fisik seseorang yang berlatih Dhamma (kondisi tubuh yang sehat mendukung praktek Dhamma yang efektif), namun spt dlm MN 3 Dhammadayada Sutta, Sang Buddha lebih menganjurkan agar berlatih dengan keinginan yang sedikit, kepuasan, pemurnian, kemudahan dalam disokong, dan membangkitkan kegigihan sehingga seseorang menjadi seorang pewaris Dhamma alih-alih pewaris materi (makanan fisik).

Sedangkan sutta AN ini menyatakan seseorang hanya berteman dengan orang yang bermata dua karena orang yang bermata dua ini selain bisa memberikan keuntungan duniawi, juga bisa memberikan keuntungan spiritual bagi mereka yang berteman dengannya dibandingan dua jenis lainnya (yang hanya memberikan keuntungan spiritual saja atau tidak sama sekali). IMO, seandainya ada jenis orang keempat, yaitu yang bermata satu juga tetapi "mata"-nya adalah kekayaan spiritual, akan lebih baik dijadikan teman daripada jenis orang bermata satu yang "mata"-nya adalah kekayaan duniawi.

Btw, kisah petani kelaparan yang diberi makan Sang Buddha itu kan dari komentar Dhammapada.... ;D

Menambahkan komentar Bang Ariyakumara, Dalam MN 3 Dhammadayada Sutta, Sang Buddha malah memuji bhikkhu yang kelaparan.

Quote
3. “Sekarang, para bhikkhu, misalkan aku telah makan, menolak makanan tambahan, sudah kenyang, selesai, sudah cukup, telah memakan apa yang Kubutuhkan, dan ada makanan tersisa dan akan dibuang. Kemudian dua orang bhikkhu tiba [13] lapar dan lemah, dan Aku berkata kepada mereka: ‘Para bhikkhu, aku telah makan … telah memakan apa yang Kubutuhkan, tetapi masih ada makanan tersisa dan akan dibuang. Makanlah jika kalian menginginkan; jika kalian tidak memakannya maka Aku akan membuangnya ke mana tidak ada tumbuh-tumbuhan atau membuangnya ke air di mana tidak ada kehidupan.’ Kemudian seorang bhikkhu berpikir: ‘Sang Bhagavā telah makan … telah memakan apa yang Beliau butuhkan, tetapi masih ada makanan Sang Bhagavā yang tersisa dan akan dibuang; jika kami tidak memakannya maka Sang Bhagavā akan membuangnya … Tetapi hal ini telah dikatakan oleh Sang Bhagavā: “Para bhikkhu, jadilah pewarisKu dalam Dhamma, bukan pewarisKu dalam benda-benda materi.” Sekarang, makanan ini adalah salah satu benda materi. Bagaimana jika seandainya tanpa memakan makanan ini aku melewatkan malam dan hari ini dalam keadaan lapar dan lemah.’  Dan tanpa memakan makanan itu ia melewatkan malam dan hari itu dalam keadaan lapar dan lemah. Kemudian bhikkhu ke dua berpikir: ‘Sang Bhagavā telah makan … telah memakan apa yang Beliau butuhkan, tetapi masih ada makanan Sang Bhagavā yang tersisa dan akan dibuang … Bagaimana jika seandainya aku memakan makanan ini dan melewatkan malam dan hari ini tanpa merasa lapar dan lemah. Dan setelah memakan makanan itu ia melewatkan malam dan hari itu tanpa  merasa lapar dan lemah. Sekarang walaupun bhikkhu itu dengan memakan makanan itu melewatkan malam dan hari itu tanpa merasa lapar dan lemah, namun bhikkhu pertama lebih terhormat dan dipuji olehKu. Mengapakah? Karena hal itu dalam waktu lama akan berdampak pada keinginannya yang sedikit, kepuasan, pemurnian, kemudahan dalam disokong, dan membangkitkan kegigihannya.  Oleh karena itu, para bhikkhu, jadilah pewarisKu dalam Dhamma, bukan pewarisKu dalam benda-benda materi. Demi belas kasihKu kepada kalian Aku berpikir: ‘Bagaimanakah agar para siswaKu dapat menjadi pewarisKu dalam Dhamma, bukan pewarisKu dalam benda-benda materi?’”

Offline hemayanti

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.477
  • Reputasi: 186
  • Gender: Female
  • Appamadena Sampadetha
Re: AN.iii.128 : Andha Sutta
« Reply #16 on: 01 August 2013, 07:22:54 PM »
[...]
Sedangkan sutta AN ini menyatakan seseorang hanya berteman dengan orang yang bermata dua karena orang yang bermata dua ini selain bisa memberikan keuntungan duniawi, juga bisa memberikan keuntungan spiritual bagi mereka yang berteman dengannya dibandingan dua jenis lainnya (yang hanya memberikan keuntungan spiritual saja atau tidak sama sekali). IMO, seandainya ada jenis orang keempat, yaitu yang bermata satu juga tetapi "mata"-nya adalah kekayaan spiritual, akan lebih baik dijadikan teman daripada jenis orang bermata satu yang "mata"-nya adalah kekayaan duniawi.

Btw, kisah petani kelaparan yang diberi makan Sang Buddha itu kan dari komentar Dhammapada.... ;D
mungkin maksudnya duniawi om?
"Sekarang, para bhikkhu, Aku mengatakan ini sebagai nasihat terakhir-Ku: kehancuran adalah sifat dari segala sesuatu yang terbentuk. Oleh karena itu, berjuanglah dengan penuh kesadaran."

Offline seniya

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.469
  • Reputasi: 169
  • Gender: Male
  • Om muni muni mahamuni sakyamuni svaha
Re: AN.iii.128 : Andha Sutta
« Reply #17 on: 01 August 2013, 08:30:04 PM »
mungkin maksudnya duniawi om?

Ya, gak bisa edit lagi pulak :hammer:

Spoiler: ShowHide
Harap2 cemas Tuhan akan menjadikanku mod Theravada supaya bisa melakukan modify post di atas ;D
"Holmes once said not to allow your judgement to be biased by personal qualities, and emotional qualities are antagonistic to clear reasoning."
~ Shinichi Kudo a.k.a Conan Edogawa

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Re: AN.iii.128 : Andha Sutta
« Reply #18 on: 01 August 2013, 08:37:10 PM »
Ya, gak bisa edit lagi pulak :hammer:

Spoiler: ShowHide
Harap2 cemas Tuhan akan menjadikanku mod Theravada supaya bisa melakukan modify post di atas ;D



jadi glomod aja, biar lebih leluasa, daripada jadi mod di banyak board.

Offline seniya

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.469
  • Reputasi: 169
  • Gender: Male
  • Om muni muni mahamuni sakyamuni svaha
Re: AN.iii.128 : Andha Sutta
« Reply #19 on: 01 August 2013, 08:44:15 PM »

jadi glomod aja, biar lebih leluasa, daripada jadi mod di banyak board.

Spoiler: ShowHide
Sssssttt...

 :outoftopic:
« Last Edit: 01 August 2013, 08:46:30 PM by ariyakumara »
"Holmes once said not to allow your judgement to be biased by personal qualities, and emotional qualities are antagonistic to clear reasoning."
~ Shinichi Kudo a.k.a Conan Edogawa

Offline hemayanti

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.477
  • Reputasi: 186
  • Gender: Female
  • Appamadena Sampadetha
Re: AN.iii.128 : Andha Sutta
« Reply #20 on: 01 August 2013, 08:50:42 PM »
Ya, gak bisa edit lagi pulak :hammer:

Spoiler: ShowHide
Harap2 cemas Tuhan akan menjadikanku mod Theravada supaya bisa melakukan modify post di atas ;D

Spoiler: ShowHide
nah, doamu langsung terkabul om..
haleluyahhh...
Puji Tuhan..


:backtotopic:
"Sekarang, para bhikkhu, Aku mengatakan ini sebagai nasihat terakhir-Ku: kehancuran adalah sifat dari segala sesuatu yang terbentuk. Oleh karena itu, berjuanglah dengan penuh kesadaran."

Offline adi lim

  • Sebelumnya: adiharto
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.993
  • Reputasi: 108
  • Gender: Male
  • Sabbe Satta Bhavantu Sukhitatta
Re: AN.iii.128 : Andha Sutta
« Reply #21 on: 01 August 2013, 08:58:52 PM »

jadi glomod aja, biar lebih leluasa, daripada jadi mod di banyak board.

langsung ketok palu aja
Seringlah PancaKhanda direnungkan sebagai Ini Bukan MILIKKU, Ini Bukan AKU, Ini Bukan DIRIKU, bermanfaat mengurangi keSERAKAHan, mengurangi keSOMBONGan, Semoga dapat menjauhi Pandangan SALAH.

Offline Shasika

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.152
  • Reputasi: 101
  • Gender: Female
  • Semoga semua mahluk berbahagia
Re: AN.iii.128 : Andha Sutta
« Reply #22 on: 04 August 2013, 01:39:55 PM »
"Semua makhluk bergantung pada makanan" tentu saja salah satu ajaran Buddhis yang juga terdapat dalam sutta-sutta. Menurut MN 9 Sammaditthi Sutta, terdapat 4 jenis makanan: makanan jasmani (kabalinkarahara), kontak/kesan (phassa), kehendak pikiran (manosancetana), dan kesadaran (vinnana). Jadi, bukan hanya makanan fisik saja yang dimaksud. Selain itu, keempat jenis makanan ini bermula dari keinginan (tanha) dan keinginan bermula dari rangkaian kemunculan bergantungan yang berakal dari ketidaktahuan (avijja), penyakit kekotoran batin (kilesa) yang paling parah. Hal ini disebutkan dalam Ahara Sutta (SN 12.11) sbb:

"Para bhikkhu, empat jenis makanan ini memiliki apakah sebagai sumbernya, apakah sebagai asal-mulanya, muncul dan dihasilkan dari apakah? Empat jenis makanan ini memiliki keinginan sebagai sumbernya, keinginan sebagai asal-mulanya; muncul dan dihasilkan dari keinginan.

Dan keinginan ini memiliki apakah sebagai sumbernya, apakah sebagai asal-mulanya, muncul dan dihasilkan dari apakah? Keinginan memiliki perasaan sebagai sumbernya; perasaan sebagai asal-mula; muncul dan dihasilkan dari perasaan.

Dan perasaan ini memiliki apakah sebagai sumbernya…? Perasaan memiliki kontak sebagai sumbernya…. Dan kontak ini memiliki apakah sebagai sumbernya…? Kontak memiliki enam landasan indria sebagai sumbernya …. Dan enam landasan indria ini memiliki apakah sebagai sumbernya…? Enam landasan indria memiliki batin dan jasmani sebagai sumbernya…. Dan batin dan jasmani ini memiliki apakah sebagai sumbernya…? batin dan jasmani memiliki kesadaran sebagai sumbernya…. Dan kesadaran ini memiliki apakah sebagai sumbernya…? Kesadaran memiliki bentukan-bentukan kehendak sebagai sumbernya…. Dan bentukan-bentukan kehendak ini memiliki apakah sebagai sumbernya, apakah sebagai asal-mulanya, muncul dan dihasilkan dari apakah? Bentukan-bentukan kehendak memiliki ketidaktahuan sebagai sumbernya; ketidaktahuan sebagai asal-mula; muncul dan dihasilkan dari ketidaktahuan.
"

Tentu saja makanan fisik penting untuk menunjang kehidupan fisik seseorang yang berlatih Dhamma (kondisi tubuh yang sehat mendukung praktek Dhamma yang efektif), namun spt dlm MN 3 Dhammadayada Sutta, Sang Buddha lebih menganjurkan agar berlatih dengan keinginan yang sedikit, kepuasan, pemurnian, kemudahan dalam disokong, dan membangkitkan kegigihan sehingga seseorang menjadi seorang pewaris Dhamma alih-alih pewaris materi (makanan fisik).

Sedangkan sutta AN ini menyatakan seseorang hanya berteman dengan orang yang bermata dua karena orang yang bermata dua ini selain bisa memberikan keuntungan duniawi, juga bisa memberikan keuntungan spiritual bagi mereka yang berteman dengannya dibandingan dua jenis lainnya (yang hanya memberikan keuntungan spiritual saja atau tidak sama sekali). IMO, seandainya ada jenis orang keempat, yaitu yang bermata satu juga tetapi "mata"-nya adalah kekayaan spiritual, akan lebih baik dijadikan teman daripada jenis orang bermata satu yang "mata"-nya adalah kekayaan duniawi.

Btw, kisah petani kelaparan yang diberi makan Sang Buddha itu kan dari komentar Dhammapada.... ;D
:jempol:
Jawaban nya saya dapatkan dari anda, maaf masih hutang GRP bro Ariyakumara  ;D
(***ingetin ya besok.... :)) )
« Last Edit: 04 August 2013, 01:51:07 PM by Shasika »
I'm an ordinary human only

Offline Shasika

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.152
  • Reputasi: 101
  • Gender: Female
  • Semoga semua mahluk berbahagia
Re: AN.iii.128 : Andha Sutta
« Reply #23 on: 04 August 2013, 01:56:16 PM »
kelaparan adalah 'penyakit' serius bagi manusia dan tidak akan tuntas walaupun 'di obati' (makan), sesudah kenyang akan lapar lagi, jika tidak konsumsi makanan, tentunya fisik akan lemah dan bisa meninggal dunia.
Dan terlahir sebagai manusia dan hewan memang makanan adalah kebutuhan utama yang menopang kehidupan.

'penyakit' kekotoran batin bisa di obati tuntas, jika seseorang berlatih dan berhasil menjadi Arahat, berarti 'penyakit' kekotoran batin sembuh total dan tuntas.
Iya bro Adi Lim, saya juga setuju bahwa semua mahkluk hidup butuh makan, dan merupakan penyakit serius, karena mereka bersedia melakukan apapun untuk mendapatkan makan, sedangkan maksud dengan pertanyaan saya itu berkaitan dengan sutta ini, sepertinya sang Buddha menekankan jauhilah orang miskin dan kriminal  ^-^

Quote
Andha Sutta
The Blind, The One-eyed, and The Two-eyed

'Monks, there are three persons found existing in the world.

What three? The blind, the one-eyed, and the two-eyed.

And of what sort, monks, is the blind? Herein a certain person has not the eye to acquire wealth unattained, or to make the wealth he has increase. He has not the eye fit to see states that are good and bad, to see states that are blameworthy and praiseworthy states mean and exalted, states resembling light and darkness. This one, monks, is called "the blind."

And of what sort, monks, is the one-eyed? In this case a certain person has the eye to acquire wealth unattained, and or to make the wealth he has increase. But he has not the eye fit to see states that are good and bad, to see states that are blameworthy and praiseworthy states mean and exalted, states resembling light and darkness. This one is called the "one-eyed."

And of what sort, monks, is the two-eyed? In this case a certain person has both the eye to acquire wealth unattained and the eye to make the wealth he has increase, and the eye to see states that are good and bad, to see states that are blameworthy and praiseworthy, states mean and exalted, states resembling light and darkness. This one is called " the two-eyed."

These are the three persons: The blind, of sight bereft, hath no such wealth, No works good deeds, unlucky in both ways. And then again 'tis said the one-eyed man, conjoined with right and wrong, searches for wealth. With tricks and frauds and lies: worldly, purse-proud, and clever to gain wealth is he, and hence departing is afflicted sore in Hell. But best of all's the being with two eyes: His wealth, with right exertion rightly won, he gives away: with best intent, unwavering. In a blessed home he's born, nor sorrows there. So from the blind and one-eyed keep aloof, and join thyself to worthy two-eyed men.


Spoiler: ShowHide

PALI-PTS

 Ime kho, bhikkhave, tayo puggalā santo saṃvijjamānā lokasmi’’’nti.
‘‘Na ceva bhogā tathārūpā, na ca puññāni kubbati;
Ubhayattha kaliggāho, andhassa hatacakkhuno.
‘‘Athāparāyaṃ akkhāto, ekacakkhu ca puggalo;
Dhammādhammena saṭhoso [saṃsaṭṭho (sī. syā. kaṃ. pī.), saṭhoti (ka.)], bhogāni pariyesati.
‘‘Theyyena kūṭakammena, musāvādena cūbhayaṃ;
Kusalo hoti saṅghātuṃ [saṃhātuṃ (syā.)], kāmabhogī ca mānavo;
Ito so nirayaṃ gantvā, ekacakkhu vihaññati.
‘‘Dvicakkhu pana akkhāto, seṭṭho purisapuggalo;
Dhammaladdhehi bhogehi, uṭṭhānādhigataṃ dhanaṃ.
‘‘Dadāti seṭṭhasaṅkappo, abyaggamānaso naro;
Upeti bhaddakaṃ ṭhānaṃ, yattha gantvā na socati.
‘‘Andhañca ekacakkhuñca, ārakā parivajjaye;
Dvicakkhuṃ pana sevetha, seṭṭhaṃ purisapuggala’’nti.
 
[spoiler]
BHS.INDONESIA

 Andha Sutta

 Buta, Bermata-Satu, dan Bermata-Dua

 'Para bhikkhu, ada tiga orang yang ditemukan di dunia.

 Siapa tiga orang? Orang buta, Orang yang bermata satu, dan Orang bermata dua.

 Dan macam apa, para bhikkhu, orang buta? Di sinilah orang tertentu yang tidak memiliki mata untuk memperoleh kekayaan sehingga tidak tercapai, atau untuk membuat kekayaannya mengalami peningkatan. Dia tidak memiliki mata yang tepat untuk melihat yang baik dan buruk, untuk melihat  yang tercela dan yang terpuji, yang berarti dan diagungkan, menyatakan menyerupai terang dan gelap. Yang demikian ini, para bhikkhu, disebut "orang buta."

 Dan macam apa, para bhikkhu, Orang bermata satu? Dalam hal ini orang tertentu memiliki mata untuk memperoleh kekayaan tercapai, dan atau untuk membuat kekayaan yang mengalami peningkatan. Tapi dia belum memiliki mata yang tepat untuk melihat yang baik dan buruk, untuk melihat  yang tercela dan yang terpuji, yang berarti dan diagungkan, menyatakan menyerupai terang dan gelap.  Yang demikian ini disebut "bermata satu."

 
 Dan macam apa, para bhikkhu, Orang bermata dua? Dalam hal ini orang tertentu memiliki kedua mata untuk memperoleh kekayaan tercapai dan untuk membuat kekayaan yang mengalami peningkatan, dan memiliki mata yang tepat untuk melihat yang baik dan buruk, untuk melihat  yang tercela dan yang terpuji, yang berarti dan diagungkan, menyatakan menyerupai terang dan gelap.  Ini disebut "Orang bermata dua."

 Inilah para ketiga orang : buta, kehilangan penglihatan, tiada kekayaan, tiada melakukan perbuatan kebajikan, tidak beruntung di kedua cara. Dan sekali lagi orang bermata satu, penggabungan benar dan salah, mencari kekayaan. Dengan trik dan penipuan dan kebohongan: duniawi, yang bangga akan kekayaannya, dan cerdas untuk mendapatkan kekayaan dia, dan karenanya menyimpang maka menderita sakit di neraka. Tapi terbaik dari semua adalah yang dengan dua mata: Kekayaan, dengan mengerahkan usaha yang benar secara tepat, ia memberikan : dengan niat terbaik, tak tergoyahkan. Dalam sebuah rumah yang diberkati dia lahir, tiada duka di sana. Oleh karena itu menjauhlah dari Orang buta dan bermata satu, dan bergabung untuk dirimu sendiri layak dengan Orang bermata dua.
 


[/spoiler]

Apakah ini merupakan saran yang bisa diartikan : "jangan dekati orang miskin dan para kriminal"
karena penekanan nya di dekatilah orang yang layak utk kalian yaitu "kaya dan sholeh"
Padahal setahu saya Buddhism tidak pernah membagi2 manusia dalam klasifikasi kaya-miskin, awam-kriminal.
Banyak para Arahat berasal dari kaum miskin maupun kriminal (pembunuh, pencuri, bahkan pelacur)
« Last Edit: 04 August 2013, 02:13:59 PM by Shasika »
I'm an ordinary human only

Offline Shasika

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.152
  • Reputasi: 101
  • Gender: Female
  • Semoga semua mahluk berbahagia
Re: AN.iii.128 : Andha Sutta
« Reply #24 on: 04 August 2013, 02:06:17 PM »
Menambahkan komentar Bang Ariyakumara, Dalam MN 3 Dhammadayada Sutta, Sang Buddha malah memuji bhikkhu yang kelaparan.
Quote
3. “Sekarang, para bhikkhu, misalkan aku telah makan, menolak makanan tambahan, sudah kenyang, selesai, sudah cukup, telah memakan apa yang Kubutuhkan, dan ada makanan tersisa dan akan dibuang. Kemudian dua orang bhikkhu tiba [13] lapar dan lemah, dan Aku berkata kepada mereka: ‘Para bhikkhu, aku telah makan … telah memakan apa yang Kubutuhkan, tetapi masih ada makanan tersisa dan akan dibuang. Makanlah jika kalian menginginkan; jika kalian tidak memakannya maka Aku akan membuangnya ke mana tidak ada tumbuh-tumbuhan atau membuangnya ke air di mana tidak ada kehidupan.’ Kemudian seorang bhikkhu berpikir: ‘Sang Bhagavā telah makan … telah memakan apa yang Beliau butuhkan, tetapi masih ada makanan Sang Bhagavā yang tersisa dan akan dibuang; jika kami tidak memakannya maka Sang Bhagavā akan membuangnya … Tetapi hal ini telah dikatakan oleh Sang Bhagavā: “Para bhikkhu, jadilah pewarisKu dalam Dhamma, bukan pewarisKu dalam benda-benda materi.” Sekarang, makanan ini adalah salah satu benda materi. Bagaimana jika seandainya tanpa memakan makanan ini aku melewatkan malam dan hari ini dalam keadaan lapar dan lemah.’  Dan tanpa memakan makanan itu ia melewatkan malam dan hari itu dalam keadaan lapar dan lemah. Kemudian bhikkhu ke dua berpikir: ‘Sang Bhagavā telah makan … telah memakan apa yang Beliau butuhkan, tetapi masih ada makanan Sang Bhagavā yang tersisa dan akan dibuang … Bagaimana jika seandainya aku memakan makanan ini dan melewatkan malam dan hari ini tanpa merasa lapar dan lemah. Dan setelah memakan makanan itu ia melewatkan malam dan hari itu tanpa  merasa lapar dan lemah. Sekarang walaupun bhikkhu itu dengan memakan makanan itu melewatkan malam dan hari itu tanpa merasa lapar dan lemah, namun bhikkhu pertama lebih terhormat dan dipuji olehKu. Mengapakah? Karena hal itu dalam waktu lama akan berdampak pada keinginannya yang sedikit, kepuasan, pemurnian, kemudahan dalam disokong, dan membangkitkan kegigihannya.  Oleh karena itu, para bhikkhu, jadilah pewarisKu dalam Dhamma, bukan pewarisKu dalam benda-benda materi. Demi belas kasihKu kepada kalian Aku berpikir: ‘Bagaimanakah agar para siswaKu dapat menjadi pewarisKu dalam Dhamma, bukan pewarisKu dalam benda-benda materi?’”
Terima kasih bro Indra atas jawaban anda yang juga melengkapi.
Memang para Bhikkhu seyogya nya menahan lapar sedikit kepuasan, pemurnian, mudah dilayani, gigih dalam berlatih, saya sedang menanti seseorang yang saya harap dapat mewujudkan cita2 ini. Saya akan mendukung beliau sepenuhnya.
 _/\_

I'm an ordinary human only

Offline Shasika

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.152
  • Reputasi: 101
  • Gender: Female
  • Semoga semua mahluk berbahagia
Re: AN.iii.128 : Andha Sutta
« Reply #25 on: 04 August 2013, 02:13:25 PM »
Ya, gak bisa edit lagi pulak :hammer:

Spoiler: ShowHide
Harap2 cemas Tuhan akan menjadikanku mod Theravada supaya bisa melakukan modify post di atas ;D


jadi glomod aja, biar lebih leluasa, daripada jadi mod di banyak board.
Spoiler: ShowHide
nah, doamu langsung terkabul om..
haleluyahhh...
Puji Tuhan..


 :backtotopic:
langsung ketok palu aja

SETUJU  :jempol:
« Last Edit: 04 August 2013, 02:27:35 PM by Shasika »
I'm an ordinary human only

Offline Sumedho

  • Kebetulan
  • Administrator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 12.406
  • Reputasi: 423
  • Gender: Male
  • not self
Re: AN.iii.128 : Andha Sutta
« Reply #26 on: 05 August 2013, 09:17:42 AM »
Ta… da…  >:D
There is no place like 127.0.0.1

Offline sanjiva

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.091
  • Reputasi: 101
  • Gender: Male
Re: AN.iii.128 : Andha Sutta
« Reply #27 on: 05 August 2013, 11:09:20 AM »
Ta… da…  >:D

Kun fa ya kun ya tuhan?   :)) ^:)^
«   Ignorance is bliss, but the truth will set you free   »

Offline Sumedho

  • Kebetulan
  • Administrator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 12.406
  • Reputasi: 423
  • Gender: Male
  • not self
Re: AN.iii.128 : Andha Sutta
« Reply #28 on: 05 August 2013, 05:28:14 PM »
Kun fa ya kun ya tuhan?   :)) ^:)^
#lost kgk ngerti uey
There is no place like 127.0.0.1

Offline Shasika

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.152
  • Reputasi: 101
  • Gender: Female
  • Semoga semua mahluk berbahagia
Re: AN.iii.128 : Andha Sutta
« Reply #29 on: 06 August 2013, 02:32:51 AM »
I'm an ordinary human only