//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: Perasaan Bukan Aku Juga Bukan Diri-ku  (Read 69024 times)

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Offline Sostradanie

  • Sebelumnya: sriyeklina
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.375
  • Reputasi: 42
Perasaan Bukan Aku Juga Bukan Diri-ku
« on: 09 June 2011, 12:36:59 AM »
Mengapa Cinta Membuat Kita “Gila” ?
Feb 10th, 2009
by kelly.

Tak ada yang bisa menyangkal, euforia cinta terkadang bisa membuat Anda “gila”! Pernah teringat saat Anda pertama kali pacaran dan mengirimkan makan siang hampir setiap hari ke kantor si dia? Atau, Anda mendadak jadi rajin bekerja setengah mati saat sedang naksir rekan kerja satu divisi? Masih ada yang lebih gila lagi. Anda tersenyum-senyum sendiri di depan komputer sambil memandangi koleksi foto si dia di desktop!

Perasaan selalu gembira saat jatuh cinta bisa jadi hal yang positif. Tapi, tak jarang hal ini juga bisa membuat Anda jatuh ke jurang nista. Tak ingin hal tersebut jatuh menimpa Anda? Berikut cara untuk merasakan cinta tanpa harus jadi “gila”!

Masa-masa Indah

Pacar baru saja menelepon dan bilang sayang. Mendadak, omelan bos galak terasa terdengar merdu di telinga! Betul, saat Anda sedang jatuh cinta, bagian otak yang kaya dengan dopamin jadi aktif. Anda pun akan terus menerus merasa senang. Dopamin juga menaikkan produksi testosteron, hormon yang bisa menaikkan libido Anda. Tak heran, gairah sering tak tertahankan dan Anda bahkan punya stamina seksual bak Wonder Woman!

Anda juga kemungkinan besar memproduksi norepinephrine, sebuah substansi kimia dalam tubuh yang menstimulasi gairah seksual dan kerap diasosiasikan dengan peningkatan kemampuan Anda dalam mengingat suatu hal. Jadi kini Anda tahu, bukan, kenapa Anda tiba-tiba punya kemampuan super untuk mengingat semua detail, bahkan yang paling kecilpun, tentang si dia? Pokoknya, semua yang indah tentang si dia jadi Anda ingat terus!

Masa-masa Sulit

Ada kabar buruk tentang cinta untuk Anda, perasaan bahagia terkadang bisa jadi racun. Pasalnya, jatuh cinta bisa menyebabkan penurunan aktivitas pada amygdala atau bagian otak yang membuat Anda memiliki perasaan takut. Itulah sebabnya Anda kerap punya kecenderungan bersikap nekad saat sedang jatuh cinta.

Norepinephrine ternyata juga turut pegang peranan. Memang, substansi tersebut akan membuat ingatan Anda fokus pada hal-hal secara mendetail, tapi ingatan tersebut hanya berlaku bila berkaitan dengan si dia. Selebihnya Anda mendadak jadi pelupa pada hal-hal lain. Begitu kuatnya kekuatan otak untuk memperhatikan pasangan kita sampai-sampai orang lain atau pekerjaan hanya akan mendapatkan sisa dari perhatian Anda.

Masa-masa Paling Sulit

Ingin tahu yang lebih buruk lagi? Tahukah Anda bahwa perasaan cinta bisa memberi efek ketagihan bagai drugs? Saat bersama si dia, Anda akan serasa terbang di awang-awang. Namun ketika ia sulit dihubungi, Anda bisa langsung jatuh tersungkur. Semakin dekat hubungan Anda dengan si dia, semakin tinggi pula tingkat kecanduannya, dan Anda akan semakin depresi bila tidak berhasil mendapatkan apa yang diinginkan. Persis seperti narkoba!

Perasaan jatuh cinta juga dianggap menurunkan tingkat serotonin, substansi kimia di otak yang membuat Anda merasa tenang dan damai. Jika serotonin turun sampai pada level yang rendah, maka Anda kemungkinan dapat mengidap obsessive-compulsive disorder. Alhasil, Anda tak keberatan mengunjungi ramahnya berpuluh-puluh kali dalarn seminggu atau menghabiskan waktu berjam-jam hanya untuk menganalisa maksud di balik kata-katanya yang sebenarnya sederhana saja.

Selain itu, rasa ketertarikan dapat meningkatkan oxytocin, substansi kimia yang muncul dalam tubuh saat kita sedang berpelukan, sehingga menyebabkan perasaan senang terhadap pasangan Anda. Secara alami hal tersebut akan membuat Anda terikat dengan pria, tak peduli apakah ia pantas mendapatkannya atau tidak. Intinya, Anda bisa dibutakan oleh cinta.

Tak mau, kan, bila Anda disangka tidak waras saat mengalami masa-masa jatuh cinta? Coba jawab tiga pertanyaan berikut ini dengan jujur:

    Apakah Anda membuat lebih dari satu keputusan yang kemudian Anda sesali?
    Apakah Anda sudah meninggalkan teman-teman dekat ataupun keluarga Anda?
    Apakah Anda mengorbankan suatu hal yang amat penting dalam hidup demi mendapatkan waktu lebih banyak untuk bersama si dia?

Jika Anda menjawab “ya” untuk setidaknya dua pertanyaan saja, maka rasanya Anda perlu berhati-hati.

Tahan diri untuk tidak menghabiskan seluruh waktu Anda bersama pasangan. Sebagai gantinya, luangkan sedikit waktu Anda untuk para sahabat dan keluarga. Biar bagaimanapun, Anda tetap membutuh mereka untuk menjaga agar Anda jadi tidak lepas kontrol. Selain itu, begitu “masa-masa girang” itu sudah usai, Anda pasti menginginkan kehidupan Anda yang lama kembali seperti sediakala.

Anda bisa mengatur perubahan mood selama masa-masa jatuh cinta dengan berolahraga. Penelitian terbaru menunjukkan, bila Anda berlatih kardio secara rutin, akan dapat meningkatkan efek dopamin sekaligus menambah endorfin yang akan membuat Anda tetap waras. Endorfin ini adalah sebuah penghilang stres yang secara alami diproduksi oleh tubuh. Jadi berolah-ragalah secara rutin setidaknya selama 30 menit, tiga kali dalam seminggu. Maka kepala Anda akan selalu bisa berpikir jernih.

Dan jika perasaan Anda sedikit berlebihan, jangan khawatir. Perasaan itu hanya bersifat sementara saja. Para peneliti berspekulasi bahwa fase romantis ini hanya akan bertahan antara 12 sampai 18 bulan saja. Makanya, nikmati masa-masa indah Anda dengan dirinya selagi bisa.

PEMUSNAHAN BAIK ADANYA (2019)

Offline Sostradanie

  • Sebelumnya: sriyeklina
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.375
  • Reputasi: 42
Re: Perasaan Bukan Aku Juga Bukan Diri-ku
« Reply #1 on: 09 June 2011, 12:37:49 AM »
Skizofrenia merupakan penyakit otak yang timbul akibat ketidakseimbangan pada dopamin, yaitu salah satu sel kimia dalam otak. Ia adalah gangguan jiwa psikotik paling lazim dengan ciri hilangnya perasaan afektif atau respons emosional dan menarik diri dari hubungan antarpribadi normal. Sering kali diikuti dengan delusi (keyakinan yang salah) dan halusinasi (persepsi tanpa ada rangsang pancaindra).

Pada pasien penderita, ditemukan penurunan kadar transtiretin atau pre-albumin yang merupakan pengusung hormon tiroksin, yang menyebabkan permasalahan pada zalir serebrospinal.[1]

Skizofrenia bisa mengenai siapa saja. Data American Psychiatric Association (APA) tahun 1995 menyebutkan 1% populasi penduduk dunia menderita skizofrenia.

75% Penderita skizofrenia mulai mengidapnya pada usia 16-25 tahun. Usia remaja dan dewasa muda memang berisiko tinggi karena tahap kehidupan ini penuh stresor. Kondisi penderita sering terlambat disadari keluarga dan lingkungannya karena dianggap sebagai bagian dari tahap penyesuaian diri.

Pengenalan dan intervensi dini berupa obat dan psikososial sangat penting karena semakin lama ia tidak diobati, kemungkinan kambuh semakin sering dan resistensi terhadap upaya terapi semakin kuat. Seseorang yang mengalami gejala skizofrenia sebaiknya segera dibawa ke psikiater dan psikolog.

PEMUSNAHAN BAIK ADANYA (2019)

Offline Sostradanie

  • Sebelumnya: sriyeklina
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.375
  • Reputasi: 42
Re: Perasaan Bukan Aku Juga Bukan Diri-ku
« Reply #2 on: 09 June 2011, 01:35:15 AM »
RIO DE JANEIRO, KOMPAS.com - Tim peneliti Argentina dan Brazil menemukan peran penting "neurotransmitter dopamine" dalam memperkuat daya ingat, demikian pengumumkan "Pontififcal Catholic University of Rio Grande do Sul (PUC-RS), Jumat.
   
Penelitian yang diterbitkan Majalah "Science" itu berlangsung dua tahun dan dipimpin oleh para profesor PUC-RS, Martin Cammarota, Janine Rossato, Lia Bevilaqua dan Ivan Izquierdo, serta Profesor Jorge Media, yang sedang berkunjung, dari Buenos Aires University.
   
Melalui percobaan biokimia pada tikus, para ilmuwan berhasil memperlihatkan "dopamine" bertanggung jawab atas ingatan dan tak terlupakannya peristiwa trauma jangka-panjang.

Menurut para ilmuwan, 12 jam setelah peristiwa penting yang dalam percobaan tersebut semua tikus disengat listrik, otak menghasilakn dopamine dosis tinggi  sehingga semua tikus ingat pengalaman menyakitkan itu untuk jangka waktu lama.
   
Namun jika otak tikus tak menghasilkan "dopamine" pada tahap itu, kejadian tersebut terlupakan, dan semua tikus takkan menghindari sengatan listrik kedua.

Gangguan itu dapat menjelaskan mengapa pecandu narkoba cenderung memiliki perilaku yang merusak.

Menurut Profesor Cammarota, dengan mengetahui bagaimana ingatan mengenai peristiwa itu terjadi, para ilmuwan di masa depan bisa menghasilkan obat untuk membantu pasien gangguan daya ingat seperti penyakit Alzheimer atau perilaku yang pecandu narkoba.

Sumber :
ANT




Mungkin ini yang menjadi penyebab bikkhu Culapanthaka tidak bisa menghafal 1 syair-pun dalam 4 bulan.
Dan begitu dia menjadi arahat, bikkhu ini langsung menjadi normal dalam mengingat. Mungkin saja ketika dia sudah mendapat pencerahan, sistem otak-nya bekerja normal kembali dan menghasilkan zat yang cukup.

Bagaimana jika ketika itu sudah ada penemuan, sehingga zat yang kekurangan bisa ditambah ke dalam otak sehingga mencukupi? Apakah ada perbaikan?
PEMUSNAHAN BAIK ADANYA (2019)

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Re: Perasaan Bukan Aku Juga Bukan Diri-ku
« Reply #3 on: 09 June 2011, 07:08:06 AM »
Quote
Bagaimana jika ketika itu sudah ada penemuan, sehingga zat yang kekurangan bisa ditambah ke dalam otak sehingga mencukupi? Apakah ada perbaikan?

jika diagnosa sis atas Culapanthaka benar, maka terapi itu mungkin bisa menyembuhkan si bhikkhu namun tidak mencerahkan beliau. sptnya asik juga jika minum obat bisa tercerahkan

Offline Sostradanie

  • Sebelumnya: sriyeklina
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.375
  • Reputasi: 42
Re: Perasaan Bukan Aku Juga Bukan Diri-ku
« Reply #4 on: 09 June 2011, 09:19:07 AM »
jika diagnosa sis atas Culapanthaka benar, maka terapi itu mungkin bisa menyembuhkan si bhikkhu namun tidak mencerahkan beliau. sptnya asik juga jika minum obat bisa tercerahkan
Karena pencerahan itu didapat karena pemahaman, jelas tidak mungkin.
Cuma aneh juga jika dipikir, rasa senang, sakit, sedih dll dipengaruhi oleh suatu zat.
PEMUSNAHAN BAIK ADANYA (2019)

Offline Nevada

  • Sebelumnya: Upasaka
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.445
  • Reputasi: 234
Re: Perasaan Bukan Aku Juga Bukan Diri-ku
« Reply #5 on: 09 June 2011, 10:16:20 AM »
;D  Saya lebih tertarik membahas mengenai "jatuh cinta = jatuh gila" Akhirnya setelah beberapa tahun saya bertarung dengan masyarakat yang menganggap bahwa jatuh cinta adalah anugerah, muncul juga thread ini di Forum DC.

Jatuh cinta adalah ekspresi ketidakwarasan manusia; singkat katanya jatuh cinta adalah kegilaan! "Seseorang yang sedang jatuh cinta mempunyai kandungan biokimia (hormon) yang sama persis dengan seseorang yang sedang menderita gangguan obsesif kompulsif (OCD). Jatuh cinta membuat seseorang yang sehat menjadi bertingkah layaknya seseorang yang mengidap penyakit patologis", kata Lauren Slater (seorang peneliti dan penulis di Majalah National Geographic).

Tingkat serotonin pada orang yang jatuh cinta dan OCD kurang-lebih 40% lebih rendah daripada orang normal yang sehat. Dan tahukah Anda bahwa OCD dan gejala jatuh cinta bisa diredakan dengan meminum obat anti depresi seperti Paroxetine, Phenelzine, Prozac, dsb.? ;D

Offline Nevada

  • Sebelumnya: Upasaka
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.445
  • Reputasi: 234
Re: Perasaan Bukan Aku Juga Bukan Diri-ku
« Reply #6 on: 09 June 2011, 10:18:19 AM »
Karena pencerahan itu didapat karena pemahaman, jelas tidak mungkin.
Cuma aneh juga jika dipikir, rasa senang, sakit, sedih dll dipengaruhi oleh suatu zat.

Itulah keajaiban hormon. Selama ini pikiran kita memanipulasi hidup kita.

Spoiler: ShowHide
master djoe mode on: "Itulah keajaiban ilusi. Selama ini pikiran kalian terkena ilusi."

Offline Sostradanie

  • Sebelumnya: sriyeklina
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.375
  • Reputasi: 42
Re: Perasaan Bukan Aku Juga Bukan Diri-ku
« Reply #7 on: 09 June 2011, 12:14:44 PM »
Itulah keajaiban hormon. Selama ini pikiran kita memanipulasi hidup kita.

Spoiler: ShowHide
master djoe mode on: "Itulah keajaiban ilusi. Selama ini pikiran kalian terkena ilusi."

=))
Jadi yang manakah kita sebut kepribadian? Atau jiwa yang sakit?
PEMUSNAHAN BAIK ADANYA (2019)

Offline Nevada

  • Sebelumnya: Upasaka
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.445
  • Reputasi: 234
Re: Perasaan Bukan Aku Juga Bukan Diri-ku
« Reply #8 on: 09 June 2011, 12:16:08 PM »
=))
Jadi yang manakah kita sebut kepribadian? Atau jiwa yang sakit?

Kepribadian adalah model pikiran, ucapan dan perbuatan kita yang dilihat orang lain. ;D

Offline Sostradanie

  • Sebelumnya: sriyeklina
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.375
  • Reputasi: 42
Re: Perasaan Bukan Aku Juga Bukan Diri-ku
« Reply #9 on: 09 June 2011, 12:21:07 PM »
;D  Saya lebih tertarik membahas mengenai "jatuh cinta = jatuh gila" Akhirnya setelah beberapa tahun saya bertarung dengan masyarakat yang menganggap bahwa jatuh cinta adalah anugerah, muncul juga thread ini di Forum DC.

Jatuh cinta adalah ekspresi ketidakwarasan manusia; singkat katanya jatuh cinta adalah kegilaan! "Seseorang yang sedang jatuh cinta mempunyai kandungan biokimia (hormon) yang sama persis dengan seseorang yang sedang menderita gangguan obsesif kompulsif (OCD). Jatuh cinta membuat seseorang yang sehat menjadi bertingkah layaknya seseorang yang mengidap penyakit patologis", kata Lauren Slater (seorang peneliti dan penulis di Majalah National Geographic).

Tingkat serotonin pada orang yang jatuh cinta dan OCD kurang-lebih 40% lebih rendah daripada orang normal yang sehat. Dan tahukah Anda bahwa OCD dan gejala jatuh cinta bisa diredakan dengan meminum obat anti depresi seperti Paroxetine, Phenelzine, Prozac, dsb.? ;D
Saya belum tahu itu. Tapi saya percaya dengan minum obat itu berpengaruh akan mengurangi gejala yang dialami orang jatuh cinta. Tapi hanya sementara. Begitu pengaruh obat-nya habis maka akan kembali seperti semula. Karena pikiran seseorang sudah di-set seperti itu. Maka produksi zat itu akan kembali seperti semula.
PEMUSNAHAN BAIK ADANYA (2019)

Offline Nevada

  • Sebelumnya: Upasaka
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.445
  • Reputasi: 234
Re: Perasaan Bukan Aku Juga Bukan Diri-ku
« Reply #10 on: 09 June 2011, 12:22:54 PM »
Saya belum tahu itu. Tapi saya percaya dengan minum obat itu berpengaruh akan mengurangi gejala yang dialami orang jatuh cinta. Tapi hanya sementara. Begitu pengaruh obat-nya habis maka akan kembali seperti semula. Karena pikiran seseorang sudah di-set seperti itu. Maka produksi zat itu akan kembali seperti semula.

Tentu saja hanya sementara. Kalau mental orang yang jatuh cinta itu tidak diubah, seusai efek obat anti depresinya hilang; maka dia akan "gila" kembali.

Offline Sostradanie

  • Sebelumnya: sriyeklina
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.375
  • Reputasi: 42
Re: Perasaan Bukan Aku Juga Bukan Diri-ku
« Reply #11 on: 09 June 2011, 12:26:01 PM »
Tentu saja hanya sementara. Kalau mental orang yang jatuh cinta itu tidak diubah, seusai efek obat anti depresinya hilang; maka dia akan "gila" kembali.
Dan menurut bro, apakah arahat mempunyai kadar zat yang sama di otak-nya?
PEMUSNAHAN BAIK ADANYA (2019)

Offline Nevada

  • Sebelumnya: Upasaka
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.445
  • Reputasi: 234
Re: Perasaan Bukan Aku Juga Bukan Diri-ku
« Reply #12 on: 09 June 2011, 12:28:20 PM »
Dan menurut bro, apakah arahat mempunyai kadar zat yang sama di otak-nya?

Punya, tapi kadar hormonnya tidak sama dengan orang awam.

Offline Sostradanie

  • Sebelumnya: sriyeklina
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.375
  • Reputasi: 42
Re: Perasaan Bukan Aku Juga Bukan Diri-ku
« Reply #13 on: 09 June 2011, 12:42:12 PM »
Punya, tapi kadar hormonnya tidak sama dengan orang awam.
Sesama arahat maksud saya bro.
PEMUSNAHAN BAIK ADANYA (2019)

Offline Nevada

  • Sebelumnya: Upasaka
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.445
  • Reputasi: 234
Re: Perasaan Bukan Aku Juga Bukan Diri-ku
« Reply #14 on: 09 June 2011, 12:45:29 PM »
Sesama arahat maksud saya bro.

Namanya Arahanta yah tidak mungkin masih punya "kegilaan" seperti itu. Sesama Arahanta yah sama.

Offline Sostradanie

  • Sebelumnya: sriyeklina
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.375
  • Reputasi: 42
Re: Perasaan Bukan Aku Juga Bukan Diri-ku
« Reply #15 on: 09 June 2011, 12:54:10 PM »
Namanya Arahanta yah tidak mungkin masih punya "kegilaan" seperti itu. Sesama Arahanta yah sama.
Bukan hormon tertentu saja yang mungkin sama. Seperti kegembiraan,kesedihan.
Dan apakah tidak mungkin alam dewa dan yang lain-nya itu juga ada jika kita menimbang dari sudut ini?

Seperti ada sutta yang saya baca, mereka akan berkumpul pada hal yang sama. Jadi alam dewa selalu dengan kondisi penuh kebahagiaan. Mungkin dengan hormon yang bekerja hanya kegembiraan. Dan alam derita yang selalu dengan kondisi menderita dengan kondisi hormon yang sama.
PEMUSNAHAN BAIK ADANYA (2019)

Offline Nevada

  • Sebelumnya: Upasaka
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.445
  • Reputasi: 234
Re: Perasaan Bukan Aku Juga Bukan Diri-ku
« Reply #16 on: 09 June 2011, 01:03:52 PM »
Bukan hormon tertentu saja yang mungkin sama. Seperti kegembiraan,kesedihan.
Dan apakah tidak mungkin alam dewa dan yang lain-nya itu juga ada jika kita menimbang dari sudut ini?

Seperti ada sutta yang saya baca, mereka akan berkumpul pada hal yang sama. Jadi alam dewa selalu dengan kondisi penuh kebahagiaan. Mungkin dengan hormon yang bekerja hanya kegembiraan. Dan alam derita yang selalu dengan kondisi menderita dengan kondisi hormon yang sama.

Hormon-hormon seperti itu seharusnya masih ada di dalam tubuh seorang Arahanta. Namun produksinya tidak banyak, sehingga tidak menghasilkan efek berupa "emosi yang terhanyut". Ini cuma spekulasi saya. Mengenai kondisi makhluk deva, saya tidak tahu seperti bagaimana. Saya hanya bisa menjawab sesuatu yang sudah saya alami atau saya ketahui. ;D

Offline M14ka

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.821
  • Reputasi: 94
  • Gender: Female
  • Live your best life!! ^^
Re: Perasaan Bukan Aku Juga Bukan Diri-ku
« Reply #17 on: 09 June 2011, 01:06:02 PM »
Perasaan bukan aku, tapi apakah aku bisa mengontrol perasaan?

Offline Nevada

  • Sebelumnya: Upasaka
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.445
  • Reputasi: 234
Re: Perasaan Bukan Aku Juga Bukan Diri-ku
« Reply #18 on: 09 June 2011, 01:08:21 PM »
Perasaan bukan aku, tapi apakah aku bisa mengontrol perasaan?

Bisa dong. Perasaan juga bisa dimanipulasi.

Offline M14ka

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.821
  • Reputasi: 94
  • Gender: Female
  • Live your best life!! ^^
Re: Perasaan Bukan Aku Juga Bukan Diri-ku
« Reply #19 on: 09 June 2011, 01:15:38 PM »
Bisa dong. Perasaan juga bisa dimanipulasi.
Bagaimana cara mengubah perasaan sedih menjadi gembira secara instant?

Offline Sostradanie

  • Sebelumnya: sriyeklina
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.375
  • Reputasi: 42
Re: Perasaan Bukan Aku Juga Bukan Diri-ku
« Reply #20 on: 09 June 2011, 01:25:49 PM »
Hormon-hormon seperti itu seharusnya masih ada di dalam tubuh seorang Arahanta. Namun produksinya tidak banyak, sehingga tidak menghasilkan efek berupa "emosi yang terhanyut". Ini cuma spekulasi saya. Mengenai kondisi makhluk deva, saya tidak tahu seperti bagaimana. Saya hanya bisa menjawab sesuatu yang sudah saya alami atau saya ketahui. ;D
Maksud saya jika kita melihat dari sisi ini, ada atau tidak kemungkinan bahwa 31 alam kehidupan itu ada??
PEMUSNAHAN BAIK ADANYA (2019)

Offline Nevada

  • Sebelumnya: Upasaka
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.445
  • Reputasi: 234
Re: Perasaan Bukan Aku Juga Bukan Diri-ku
« Reply #21 on: 09 June 2011, 01:50:41 PM »
Bagaimana cara mengubah perasaan sedih menjadi gembira secara instant?

;D Saya punya 2 tips sederhana yang sering saya lakukan untuk memanipulasi perasaan saya yang sedang sedih. Semoga bisa menjadi inspirasi!

Spoiler: ShowHide
Ketika kita bahagia, kita biasanya memberi hadiah pada diri kita sendiri. Misalnya ketika lulus ujian, kita pergi jalan-jalan. Ketika dapat gaji pertama, kita mentraktir teman-teman. Namun ketika kita sedih, kita justru memberi hadiah pada diri kita sendiri berupa hal-hal yang menyedihkan. Misalnya membuka lagu melankolis, mengurung diri di kamar, memarahi diri sendiri, dsb. Itu cara yang keliru.

Ketika kita sedih, kita seharusnya memberikan hadiah yang indah buat diri kita sendiri. Di saat tidak ada teman yang bersama kita saat sedih, diri sendiri adalah teman yang paling setia. Berikanlah dia hak untuk berbahagia. Pergilah keluar! Cari makanan ringan favorit kamu, beli dan makanlah! Pergilah ke tempat yang rindang dan rasakan sejuknya angin. Nikmatilah kebahagiaan itu. Itulah seni menghargai diri sendiri.


Spoiler: ShowHide
Ketika kita sedih, kita sebenarnya sangat tertutup. Tapi tahukah kamu tentang sebuah fakta bahwa "kebahagiaan yang terbesar adalah memberi", dan itu tidaklah salah?

Keluarlah dari kamar kamu! Pergilah ke jalan, mall, pasar, dsb. Di luar sana, ada banyak orang yang punya hidup menyedihkan. Misalnya, ketika bertemu dengan tukang becak yang kepayahan mendorong becaknya untuk naik ke jalan tanjakan, bantu dia dan katakan: "Ayo pak! Saya bantu dorong!". Setelah selesai membantu, akan ada kepuasan tersendiri jika kita bisa menjadi sosok yang berarti bagi orang lain. Meskipun orang lain itu hanya orang kecil, dan meskipun kamu cuma hadir satu kali di dalam hidupnya dalam waktu yang amat singkat. Inilah seni mendapatkan kebahagian yang paling instan.

Offline Nevada

  • Sebelumnya: Upasaka
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.445
  • Reputasi: 234
Re: Perasaan Bukan Aku Juga Bukan Diri-ku
« Reply #22 on: 09 June 2011, 01:50:51 PM »
Maksud saya jika kita melihat dari sisi ini, ada atau tidak kemungkinan bahwa 31 alam kehidupan itu ada??

Tidak relevan juga. Sebab, kita sedang membahas sistem kerja fisik dan mental manusia. Persoalannya, bagaimana wujud fisik biologis dan sistem mental makhluk lain pun (selain hewan) kita tidak tahu. Jadi jika langsung menarik kesimpulan untuk percaya pada keberadaan 31 Alam Kehidupan, itu hanyalah kesimpulan tautologis. ;D

Offline Sunyata

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.082
  • Reputasi: 52
Re: Perasaan Bukan Aku Juga Bukan Diri-ku
« Reply #23 on: 09 June 2011, 02:15:00 PM »
Jangan lupa katanya surga ada dilangit (bukan buddhisme). Tapi pembuktiannya tidak ada ;D
Mungkin dimensinya berbeda seperti alam peta dengan alam manusia. Semuanya bikin ane pusing aja. Lebih baik gak usah dipikirin ;D

Offline Nevada

  • Sebelumnya: Upasaka
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.445
  • Reputasi: 234
Re: Perasaan Bukan Aku Juga Bukan Diri-ku
« Reply #24 on: 09 June 2011, 02:20:34 PM »
Jangan lupa katanya surga ada dilangit (bukan buddhisme). Tapi pembuktiannya tidak ada ;D
Mungkin dimensinya berbeda seperti alam peta dengan alam manusia. Semuanya bikin ane pusing aja. Lebih baik gak usah dipikirin ;D

Menurut Kitab Milinda Panha, Alam Brahma itu berjarak 48.000 league dari Bumi. Dulu saya dan teman-teman pernah mendiskusikan topik ini, dan menyimpukan bahwa Alam Brahma itu kemungkinan berada di sekitar arah luar Bumi mendekati Planet Mars; dan atau di sekitar arah luar Bumi mendekati Planet Merkurius.

Ini juga tidak ada pembuktiannya. ;D

Offline dhammadinna

  • Sebelumnya: Mayvise
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.627
  • Reputasi: 149
Re: Perasaan Bukan Aku Juga Bukan Diri-ku
« Reply #25 on: 09 June 2011, 02:23:39 PM »
Bagaimana cara mengubah perasaan sedih menjadi gembira secara instant?

Kalau saya, lebih suka untuk tidak berusaha mengubah sedih menjadi senang, tapi juga tidak mendramatisir (berhati-hati pada pikiran bodoh yang suka menambah bumbu). Perasaan sedih dan senang, pasti punya masa kadaluarsa.
 
Tapi karena nyatanya saya masih sering jatuh pada pikiran bodoh, jadi sy belum PD memberi lebih banyak penjelasan. Silakan dibaca saja, khotbah Guru kita ;D

Spoiler: ShowHide
Quote
6 (6) Anak Panah

“Para bhikkhu, kaum duniawi yang tidak terlatih merasakan perasaan yang menyenangkan, perasaan yang menyakitkan, dan perasaan yang bukan-menyakitkan juga bukan-menyenangkan. Siswa mulia yang terlatih juga merasakan perasaan yang menyenangkan, [208] perasaan yang menyakitkan, dan perasaan yang bukan-menyakitkan juga bukan-menyenangkan. Oleh karena itu, apakah perbedaan, ketidaksamaan, yang membedakan antara kaum duniawi yang tidak terlatih dengan siswa mulia yang terlatih?”

“Yang Mulia, ajaran kami berakar dalam Sang Bhagavā, dituntun oleh Sang Bhagavā, dilindungi oleh Sang Bhagavā. Sudilah Sang Bhagavā menjelaskan makna dari pernyataan ini. Setelah mendengarkan dari Beliau, para bhikkhu akan mengingatnya.”

“Maka dengarkan dan perhatikanlah, para bhikkhu, Aku akan menjelaskan.” “Baik, Yang Mulia,” para bhikkhu menjawab. Sang Bhagavā berkata sebagai berikut:

“Para bhikkhu, ketika kaum duniawi yang tidak terlatih tersentuh oleh perasaan jasmani yang menyakitkan, ia bersedih, berduka, dan meratap; ia menangis dan memukul dadanya dan menjadi kebingungan. Ia merasakan dua perasaan – perasaan jasmani dan perasaan batin. Misalkan mereka menambaknya dengan sebatang anak panah, dan kemudian mereka menembaknya lagi dengan anak panah ke dua, sehingga orang itu akan merasakan perasaan yang ditimbulkan oleh dua anak panah itu. Demikian pula, ketika kaum duniawi yang tidak terlatih tersentuh oleh perasaan jasmani yang menyakitkan … perasaan jasmani dan perasaan batin.


“Ketika tersentuh oleh perasaan menyakitkan yang sama itu, ia memendam keengganan terhadapnya. Ketika ia memendam keengganan terhadap perasaan menyakitkan, kecenderungan tersembunyi keengganan bersembunyi di balik ini. Ketika tersentuh oleh perasaan menyakitkan, ia mencari kesenangan di dalam kenikmatan indria. Karena alasan apakah? Karena kaum duniawi yang tidak terlatih tidak mengetahui jalan membebaskan diri dari perasaan menyakitkan selain kenikmatan indria. Ketika ia mencari kesenangan di dalam kenikmatan indria, kecenderungan tersembunyi nafsu terhadap perasaan menyenangkan bersembunyi di balik ini. Ia tidak memahami sebagaimana adanya asal-mula dan lenyapnya, kepuasan, bahaya, dan jalan membebaskan diri sehubungan dengan tiga perasaan ini. Ketika ia tidak memahami hal-hal ini, kecenderungan tersembunyi kebodohan sehubungan dengan perasaan bukan-menyakitkan juga bukan-menyenangkan bersembunyi di balik ini.

“Jika ia merasakan perasaan yang menyenangkan, ia merasakannya dengan melekat. Jika ia merasakan perasaan yang menyakitkan, ia merasakannya dengan melekat. [209] Jika ia merasakan perasaan yang bukan-menyakitkan juga bukan-menyenangkan, ia merasakannya dengan melekat. Ini, para bhikkhu, disebut kaum duniawi yang tidak terlatih yang melekat pada kelahiran, penuaan, dan kematian; yang melekat pada kesedihan, ratapan, kesakitan, ketidaksenangan, dan keputusasaan; yang melekat pada penderitaan, Aku katakan.

Spoiler: ShowHide
Quote
“Para bhikkhu, ketika siswa mulia yang terlatih tersentuh oleh perasaan yang menyakitkan, ia tidak bersedih, berduka, atau meratap; ia tidak menangis dan memukul dadanya dan menjadi kebingungan.236 Ia merasakan satu perasaan – perasaan jasmani, bukan perasaan batin. Misalkan mereka menembaknya dengan sebatang anak panah, tetapi mereka tidak menembaknya lagi dengan anak panah kedua, sehingga orang itu akan merasakan perasaan yang ditimbulkan oleh hanya satu anak panah. Demikian pula, ketika siswa mulia yang terlatih tersentuh oleh perasaan jasmani yang menyakitkan … ia hanya merasakan satu perasaan – perasaan jasmani, bukan perasaan batin.

“Ketika tersentuh oleh perasaan menyakitkan yang sama itu, ia tidak memendam keengganan terhadapnya. Karena ia tidak memendam keengganan terhadap perasaan menyakitkan, kecenderungan tersembunyi keengganan tidak bersembunyi di balik ini.

Ketika tersentuh oleh perasaan menyakitkan, ia tidak mencari kesenangan di dalam kenikmatan indria. Karena alasan apakah? Karena siswa mulia yang terlatih mengetahui jalan membebaskan diri dari perasaan menyakitkan selain kenikmatan indria. Karena ia tidak mencari kesenangan di dalam kenikmatan indria, kecenderungan tersembunyi nafsu terhadap perasaan menyenangkan tidak bersembunyi di balik ini. Ia memahami sebagaimana adanya asal-mula dan lenyapnya, kepuasan, bahaya, dan jalan membebaskan diri sehubungan dengan tiga perasaan ini. Karena ia memahami hal-hal ini, kecenderungan tersembunyi kebodohan sehubungan dengan perasaan bukan-menyakitkan juga bukan-menyenangkan tidak bersembunyi di balik ini.

“Jika ia merasakan perasaan yang menyenangkan, ia merasakannya dengan tidak melekat. Jika ia merasakan perasaan yang menyakitkan, [210] ia merasakannya dengan tidak melekat. Jika ia merasakan perasaan yang bukan-menyakitkan juga bukan-menyenangkan, ia merasakannya dengan tidak melekat. Ini, para bhikkhu, disebut siswa mulia yang terlatih yang tidak melekat pada kelahiran, penuaan, dan kematian;
yang tidak melekat pada kesedihan, ratapan, kesakitan, ketidaksenangan, dan keputusasaan; yang tidak melekat pada penderitaan, Aku katakan.

“Ini, para bhikkhu, adalah perbedaan, ketidaksamaan, yang membedakan antara kaum duniawi yang tidak terlatih dengan siswa mulia yang terlatih.”

Sumber: http://dhammacitta.org/pustaka/ebook/theravada/Samyutta%20Nikaya%204%20-%20Sayalatana%20Vagga.pdf


« Last Edit: 09 June 2011, 02:27:19 PM by Mayvise »

Offline Nevada

  • Sebelumnya: Upasaka
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.445
  • Reputasi: 234
Re: Perasaan Bukan Aku Juga Bukan Diri-ku
« Reply #26 on: 09 June 2011, 02:31:24 PM »
Kalau saya, lebih suka untuk tidak berusaha mengubah sedih menjadi senang, tapi juga tidak mendramatisir (berhati-hati pada pikiran bodoh yang suka menambah bumbu). Perasaan sedih dan senang, pasti punya masa kadaluarsa.
 
Tapi karena nyatanya saya masih sering jatuh pada pikiran bodoh, jadi sy belum PD memberi lebih banyak penjelasan. Silakan dibaca saja, khotbah Guru kita ;D



“Ketika tersentuh oleh perasaan menyakitkan yang sama itu, ia memendam keengganan terhadapnya. Ketika ia memendam keengganan terhadap perasaan menyakitkan, kecenderungan tersembunyi keengganan bersembunyi di balik ini. Ketika tersentuh oleh perasaan menyakitkan, ia mencari kesenangan di dalam kenikmatan indria. Karena alasan apakah? Karena kaum duniawi yang tidak terlatih tidak mengetahui jalan membebaskan diri dari perasaan menyakitkan selain kenikmatan indria. Ketika ia mencari kesenangan di dalam kenikmatan indria, kecenderungan tersembunyi nafsu terhadap perasaan menyenangkan bersembunyi di balik ini. Ia tidak memahami sebagaimana adanya asal-mula dan lenyapnya, kepuasan, bahaya, dan jalan membebaskan diri sehubungan dengan tiga perasaan ini. Ketika ia tidak memahami hal-hal ini, kecenderungan tersembunyi kebodohan sehubungan dengan perasaan bukan-menyakitkan juga bukan-menyenangkan bersembunyi di balik ini.

“Jika ia merasakan perasaan yang menyenangkan, ia merasakannya dengan melekat. Jika ia merasakan perasaan yang menyakitkan, ia merasakannya dengan melekat. [209] Jika ia merasakan perasaan yang bukan-menyakitkan juga bukan-menyenangkan, ia merasakannya dengan melekat. Ini, para bhikkhu, disebut kaum duniawi yang tidak terlatih yang melekat pada kelahiran, penuaan, dan kematian; yang melekat pada kesedihan, ratapan, kesakitan, ketidaksenangan, dan keputusasaan; yang melekat pada penderitaan, Aku katakan.



Wah, ini ajaran Buddha Gotama yang mengajak kita untuk lepas dari keduniawian. Kalau umat awam mempraktikkan hal ini, akan ada dilema antara idealis ajaran Sang Buddha dengan kebutuhannya* akan pemuasan indria di duniawi. ;D

Spoiler: ShowHide
Sebab hanya umat awam dan tidak ada keseriusan untuk melepaskan dukkha.


Offline Sostradanie

  • Sebelumnya: sriyeklina
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.375
  • Reputasi: 42
Re: Perasaan Bukan Aku Juga Bukan Diri-ku
« Reply #27 on: 09 June 2011, 02:32:43 PM »
Bagaimana cara mengubah perasaan sedih menjadi gembira secara instant?
Disaat seseorang berada pada kondisi sedih/stress maka dalam tubuhnya akan ditemukan banyak hormon kartisol.
Dari beberapa artikel yang saya baca, semuanya menganjurkan dengan cara meditasi yang paling cepat menurunkan kadar hormon kartisol.
PEMUSNAHAN BAIK ADANYA (2019)

Offline Nevada

  • Sebelumnya: Upasaka
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.445
  • Reputasi: 234
Re: Perasaan Bukan Aku Juga Bukan Diri-ku
« Reply #28 on: 09 June 2011, 02:34:12 PM »
Disaat seseorang berada pada kondisi sedih/stress maka dalam tubuhnya akan ditemukan banyak hormon kartisol.
Dari beberapa artikel yang saya baca, semuanya menganjurkan dengan cara meditasi yang paling cepat menurunkan kadar hormon kartisol.

Lebih tepatnya, relaksasi. Relaksasi untuk menurunkan kadar hormon kartisol. Dragging untuk melawan hormon kartisol dengan hormon endorfin. Silakan dipilih sesuai kebutuhan waktu, tempat dan kondisi.
« Last Edit: 09 June 2011, 02:36:08 PM by upasaka »

Offline dhammadinna

  • Sebelumnya: Mayvise
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.627
  • Reputasi: 149
Re: Perasaan Bukan Aku Juga Bukan Diri-ku
« Reply #29 on: 09 June 2011, 02:52:30 PM »
Wah, ini ajaran Buddha Gotama yang mengajak kita untuk lepas dari keduniawian. Kalau umat awam mempraktikkan hal ini, akan ada dilema antara idealis ajaran Sang Buddha dengan kebutuhannya* akan pemuasan indria di duniawi. ;D

Spoiler: ShowHide
Sebab hanya umat awam dan tidak ada keseriusan untuk melepaskan dukkha.


Terlepas dari bhikkhu/ni maupun umat awam, ketika seseorang melihat bahwa “lari” adalah kesia-siaan, maka dia akan berhenti untuk mengenali penderitaan.

Offline Nevada

  • Sebelumnya: Upasaka
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.445
  • Reputasi: 234
Re: Perasaan Bukan Aku Juga Bukan Diri-ku
« Reply #30 on: 09 June 2011, 02:56:30 PM »
Terlepas dari bhikkhu/ni maupun umat awam, ketika seseorang melihat bahwa “lari” adalah kesia-siaan, maka dia akan berhenti untuk mengenali penderitaan.

;D Intinya bukan pada status bhikkhu atau umat awam. Intinya adalah "itu adalah bimbingan Sang Buddha kepada para bhikkhu yang ingin merealisasikan Pencerahan". Umat awam tentu saja bisa mempraktikkannya dengan sangat tepat, jika dia memang sedang melatih diri untuk mencapai Pencerahan.

Offline Forte

  • Sebelumnya FoxRockman
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 16.577
  • Reputasi: 458
  • Gender: Male
  • not mine - not me - not myself
Re: Perasaan Bukan Aku Juga Bukan Diri-ku
« Reply #31 on: 09 June 2011, 02:59:59 PM »
Disaat seseorang berada pada kondisi sedih/stress maka dalam tubuhnya akan ditemukan banyak hormon kartisol.
Dari beberapa artikel yang saya baca, semuanya menganjurkan dengan cara meditasi yang paling cepat menurunkan kadar hormon kartisol.
kartisol atau kortisol ?
Ini bukan milikku, ini bukan aku, ini bukan diriku
6 kelompok 6 - Chachakka Sutta MN 148

Offline Sostradanie

  • Sebelumnya: sriyeklina
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.375
  • Reputasi: 42
Re: Perasaan Bukan Aku Juga Bukan Diri-ku
« Reply #32 on: 09 June 2011, 03:06:00 PM »
kartisol atau kortisol ?
Ada yang tulis kartisol, ada juga yang tulis kortisol.
PEMUSNAHAN BAIK ADANYA (2019)

Offline Forte

  • Sebelumnya FoxRockman
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 16.577
  • Reputasi: 458
  • Gender: Male
  • not mine - not me - not myself
Re: Perasaan Bukan Aku Juga Bukan Diri-ku
« Reply #33 on: 09 June 2011, 03:07:03 PM »
Ada yang tulis kartisol, ada juga yang tulis kortisol.
boleh sharing artikel yang menyatakannya ?
Ini bukan milikku, ini bukan aku, ini bukan diriku
6 kelompok 6 - Chachakka Sutta MN 148

Offline Sostradanie

  • Sebelumnya: sriyeklina
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.375
  • Reputasi: 42
Re: Perasaan Bukan Aku Juga Bukan Diri-ku
« Reply #34 on: 09 June 2011, 03:14:03 PM »
boleh sharing artikel yang menyatakannya ?
http://kesehatan.liputan6.com/read/290587/Delapan.Jurus.Melawan.Stres

http://.net/era-baru/6794

Itu ada tulisan kartisol. Sori bro,setelah dibaca dengan lebih teliti seperti-nya salah ketik. Yang benar kortisol. Terima kasih koreksi-nya.
PEMUSNAHAN BAIK ADANYA (2019)

Offline sl99

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 409
  • Reputasi: 33
  • Gender: Male
Re: Perasaan Bukan Aku Juga Bukan Diri-ku
« Reply #35 on: 09 June 2011, 07:41:57 PM »
Kalo saya pribadi, jika stress, sedih, patah hati, enaknya tidur :)

Bangun tidur, seger, perasaan pun senang.. haha
Vaya dhamma sankhara, appamadena sampadetha

Offline dhammadinna

  • Sebelumnya: Mayvise
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.627
  • Reputasi: 149
Re: Perasaan Bukan Aku Juga Bukan Diri-ku
« Reply #36 on: 10 June 2011, 12:50:05 PM »
Terlepas dari bhikkhu/ni maupun umat awam, ketika seseorang melihat bahwa “lari” adalah kesia-siaan, maka dia akan berhenti untuk mengenali penderitaan.

Sori kalimat di atas, ambigu. Ini saya ralat:

Terlepas dari bhikkhu/ni maupun umat awam, ketika seseorang melihat bahwa “lari” adalah kesia-siaan, maka dia akan "berhenti" (tidak "lari"). Dia akan belajar mengenali penderitaan.

Offline 2nd

  • Bukan Tamu
  • *
  • Posts: 22
  • Reputasi: 0
  • Gender: Male
Re: Perasaan Bukan Aku Juga Bukan Diri-ku
« Reply #37 on: 16 June 2011, 09:36:56 PM »
Bisa dong. Perasaan juga bisa dimanipulasi.

Maksudnya?.. Manipulasi bagaimana ya?.. bisa diberi contoh konkrit nya gak?..
terimakasih sebelumnya..  _/\_

Offline 2nd

  • Bukan Tamu
  • *
  • Posts: 22
  • Reputasi: 0
  • Gender: Male
Re: Perasaan Bukan Aku Juga Bukan Diri-ku
« Reply #38 on: 16 June 2011, 09:47:47 PM »
Bagaimana cara mengubah perasaan sedih menjadi gembira secara instant?

sist m14ka..
kalau menurut pengalaman saya sih tidak bisa instant loh.. ya tapi dilihat dari kadar sedihnya juga..
kalau misal kehilangan barang atau uang sih relatif mudah. tetapi kalau kehilangan sesuatu yg membuat kita bahagia, misal pasangan atau keluarga... sulit sekali, biasa terbawa untuk waktu yg cukup lama..
kalau dari pengalaman sih, mengubah dari sedih menjadi tidak sedih (tidak gembira loh..)  paling baik itu dengan berpikir positif dan memiliki semangat..
ya tidak mudah, tapi diusahakan untuk terbiasa berpikir positif..

Offline Nevada

  • Sebelumnya: Upasaka
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.445
  • Reputasi: 234
Re: Perasaan Bukan Aku Juga Bukan Diri-ku
« Reply #39 on: 17 June 2011, 10:47:37 AM »
Maksudnya?.. Manipulasi bagaimana ya?.. bisa diberi contoh konkrit nya gak?..
terimakasih sebelumnya..  _/\_

Memanipulasi perasaan itu maksudnya mengubah emosi kita dari satu aspek ke aspek lainnya sehingga menciptakan perasaan yang berbeda dari perasaan sebelumnya. Paul Ekman dan Richard Lazarus menemukan fakta bahwa ada 6 emosi paling dasar di dalam relung psikis manusia. 6 emosi dasar itu adalah senang, marah, sedih, kaget, jijik, dan takut.

Memanipulasi perasaan dilakukan dengan teknik dragging; yaitu mengubah kondisi emosi kita ke bentuk emosi dasar yang lainnya untuk menciptakan perasaan baru yang menguntungkan kita. Tidak hanya memanipulasi perasaan diri sendiri, kita juga bisa memanipulasi perasaan orang lain.

Contoh konkritnya...: ShowHide


"Ketika kamu frustrasi, itu adalah bentuk perasaan yang timbul karena kamu memiliki emosi dasar berupa marah, sedih dan takut secara bersamaan. Kamu bisa memanipulasi perasaan frustrasi kamu dengan cara mengubah emosi-emosi dasar itu ke bentuk emosi dasar lainnya. Misalnya dengan cara pergi berlari pagi (jogging). Saat jogging di pagi hari, sejuknya udara dan adrenalin yang terpacu saat berlari akan membuat emosi senang muncul menggantikan emosi sedih. Pada saat kamu merasa senang, kamu akan melihat dunia seolah lebih indah daripada saat kamu sedih. Oleh karena itu perlahan emosi marah kamu akan mereda. Saat emosi sedih dan marah sudah hilang, kamu akan merasakan euforia dan emosi takut tidak akan menekan kamu lagi --- paling tidak untuk sementara waktu. Dengan cara sederhana ini, kamu baru saja berhasil memanipulasi rasa frustrasi kamu."

Offline Sostradanie

  • Sebelumnya: sriyeklina
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.375
  • Reputasi: 42
Re: Perasaan Bukan Aku Juga Bukan Diri-ku
« Reply #40 on: 18 June 2011, 05:47:33 PM »

Tidak aneh lucu kok. Manusia memiliki 6 emosi dasar. Bayi bisa tertawa sendiri itu wajar, sebab tertawa merupakan ekspresi dari emosi senang (bahagia). Persoalannya adalah: "Kapan bayi belajar tertawa pertama kali?". Jawabannya adalah "bayi belajar mengekspresikan emosi senang dengan cara tertawa bersama dengan orang-orang sekitar; khusunya orangtua".
Secara Buddhisme, apakah yang disebut emosi itu? Apa itu senang? Apa itu sedih? Dan apa itu bahagia?

Quote
Kepribadian adalah model pikiran, ucapan dan perbuatan yang dilihat oleh orang lain. Kepribadian manusia pertama kali terbentuk pada kombinasi gen orangtua.
Saya tahu kalau gen seperti wajah, warna kulit itu turun dari orang tua. Tapi kalau kepribadian, baru sekali ini saya dengar.

Quote
Kemudian sugesti dan informasi yang masuk ke dalam SM akan menambah kompleksitas kepribadian sang manusia dalam masa-masa awal kehidupannya. Saat masih kanak-kanak, pelajaran etika, moral, logika yang diterima secara formil dan non-formil akan menegaskan kepribadiannya. Saat remaja, seorang individu manusia mulai menginginkan kemerdekaan karakter; dan mulai mengekspresikan apa yang dia sukai seenaknya. Saat menginjak usia dewasa, kepribadian yang terbawa sebagian besar merupakan kepribadian yang dikembangkan saat remaja.
Kalau ini sudah jelas. Yang saya ingin tahu saat manusia itu masih belum tercemar dengan hal beginian.

Quote
Dalam perkembangan kepribadian ini, sugesti dan informasi yang ditangkaplah yang paling menentukan akan seperti apa kepribadian dari seseorang itu. Setiap sugesti dan informasi yang ditangkap akan mengatur reaksi terhadap sugesti dan informasi baru yang ditangkap selanjutnya.
Tapi juga tergantung fasilitas yang tersedia, disini yang ingin saya katakan bahwa kamma lampau bisa mempengaruhi kehidupan seseorang pada saat ini.

PEMUSNAHAN BAIK ADANYA (2019)

Offline dilbert

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.935
  • Reputasi: 90
  • Gender: Male
  • "vayadhamma sankhara appamadena sampadetha"
Re: Perasaan Bukan Aku Juga Bukan Diri-ku
« Reply #41 on: 18 June 2011, 06:07:11 PM »
Memanipulasi perasaan itu maksudnya mengubah emosi kita dari satu aspek ke aspek lainnya sehingga menciptakan perasaan yang berbeda dari perasaan sebelumnya. Paul Ekman dan Richard Lazarus menemukan fakta bahwa ada 6 emosi paling dasar di dalam relung psikis manusia. 6 emosi dasar itu adalah senang, marah, sedih, kaget, jijik, dan takut.

Memanipulasi perasaan dilakukan dengan teknik dragging; yaitu mengubah kondisi emosi kita ke bentuk emosi dasar yang lainnya untuk menciptakan perasaan baru yang menguntungkan kita. Tidak hanya memanipulasi perasaan diri sendiri, kita juga bisa memanipulasi perasaan orang lain.

Contoh konkritnya...: ShowHide


"Ketika kamu frustrasi, itu adalah bentuk perasaan yang timbul karena kamu memiliki emosi dasar berupa marah, sedih dan takut secara bersamaan. Kamu bisa memanipulasi perasaan frustrasi kamu dengan cara mengubah emosi-emosi dasar itu ke bentuk emosi dasar lainnya. Misalnya dengan cara pergi berlari pagi (jogging). Saat jogging di pagi hari, sejuknya udara dan adrenalin yang terpacu saat berlari akan membuat emosi senang muncul menggantikan emosi sedih. Pada saat kamu merasa senang, kamu akan melihat dunia seolah lebih indah daripada saat kamu sedih. Oleh karena itu perlahan emosi marah kamu akan mereda. Saat emosi sedih dan marah sudah hilang, kamu akan merasakan euforia dan emosi takut tidak akan menekan kamu lagi --- paling tidak untuk sementara waktu. Dengan cara sederhana ini, kamu baru saja berhasil memanipulasi rasa frustrasi kamu."


keliatannya memang seperti seorang psikolog... buka praktek dimana bro ? heheheheh
VAYADHAMMA SANKHARA APPAMADENA SAMPADETHA
Semua yang berkondisi tdak kekal adanya, berjuanglah dengan penuh kewaspadaan

Offline Sostradanie

  • Sebelumnya: sriyeklina
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.375
  • Reputasi: 42
Re: Perasaan Bukan Aku Juga Bukan Diri-ku
« Reply #42 on: 18 June 2011, 06:18:58 PM »
keliatannya memang seperti seorang psikolog... buka praktek dimana bro ? heheheheh
Psikolog atau motivator?
PEMUSNAHAN BAIK ADANYA (2019)

Offline Nevada

  • Sebelumnya: Upasaka
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.445
  • Reputasi: 234
Re: Perasaan Bukan Aku Juga Bukan Diri-ku
« Reply #43 on: 18 June 2011, 10:49:06 PM »
Quote from: sriyeklina
Secara Buddhisme, apakah yang disebut emosi itu? Apa itu senang? Apa itu sedih? Dan apa itu bahagia?

Buddhisme tidak mengenal apa itu emosi. Buddhisme hanya langsung menjabarkan soal perasaan, dan tiga jenis perasaan; 6 jenis perasaan, 9 jenis perasaan, ...., hingga 18 jenis perasaan.

Dalam Buddhisme, senang adalah salah satu dari jenis perasaan. Sedangkan bahagia atau kebahagiaan dalam Buddhisme adalah ketika tidak ada suka dan duka.

Quote from: sriyeklina
Saya tahu kalau gen seperti wajah, warna kulit itu turun dari orang tua. Tapi kalau kepribadian, baru sekali ini saya dengar.

Bagus, anggap saja ini pengetahuan baru buat kamu. Mungkin kamu sudah tahu sebelumnya bahwa bakat, nada suara, logat, body language pun bisa diturunkan oleh orangtua?


Quote from: sriyeklina
Kalau ini sudah jelas. Yang saya ingin tahu saat manusia itu masih belum tercemar dengan hal beginian.

Saat manusia belum "tercemar" dengan sugesti, kepribadiannya adalah polos dan lugu. Yaitu "sang bayi". Ketika belum tercemar, maka manusia hanya akan melahap semua informasi dan sugesti. Bukti lainnya adalah para orang desa, misalnya warga Baduy. Mereka belum tercemar pemikiran kompleks dan egois ala orang-orang kota. Semua warga Baduy hidupnya sangat sederhana dan tidak ada pemikiran jahat satu sama lain. Saya sangat terpesona saat berkunjung ke Baduy dan melihat suasana sosialisasi antar warga di sana.

Umur mereka pun rata-rata di atas 120 tahun. Sebab kebencian dan keserakahan di pikiran mereka sangat tipis, dan mereka hidup di lingkungan yang sangat sehat seperti itu. Akibatnya, tidak ada pikiran buruk yang bisa memunculkan penyakit-penyakit ala orang kota. ;D


Quote from: sriyeklina
Tapi juga tergantung fasilitas yang tersedia, disini yang ingin saya katakan bahwa kamma lampau bisa mempengaruhi kehidupan seseorang pada saat ini.

Bagaimana cara kamu yakin bahwa ada fasilitas yang berasal dari kamma lampau? Kamma dari kehidupan lampau maksudnya? Coba beri tahu saya!

Spoiler: ShowHide
Mohon jangan beri tempe! ;D

Offline Nevada

  • Sebelumnya: Upasaka
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.445
  • Reputasi: 234
Re: Perasaan Bukan Aku Juga Bukan Diri-ku
« Reply #44 on: 18 June 2011, 10:49:22 PM »
keliatannya memang seperti seorang psikolog... buka praktek dimana bro ? heheheheh

Bukan psikolog. Hanya seorang yang sedikit tahu soal dunia psikologi. ;)

Offline Nevada

  • Sebelumnya: Upasaka
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.445
  • Reputasi: 234
Re: Perasaan Bukan Aku Juga Bukan Diri-ku
« Reply #45 on: 18 June 2011, 10:49:28 PM »
Psikolog atau motivator?

Bukan keduanya. Saya hanya seorang IC. ;)

Offline bawel

  • Sebelumnya: Comel
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.755
  • Reputasi: 71
  • Gender: Male
  • namanya juga bawel ;D
Re: Perasaan Bukan Aku Juga Bukan Diri-ku
« Reply #46 on: 18 June 2011, 11:00:31 PM »
Bukan keduanya. Saya hanya seorang IC. ;)

konsultan? ;D

Offline M14ka

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.821
  • Reputasi: 94
  • Gender: Female
  • Live your best life!! ^^
Re: Perasaan Bukan Aku Juga Bukan Diri-ku
« Reply #47 on: 18 June 2011, 11:33:08 PM »
Berarti senang dan bahagia tu beda ya... IC tu apa kk?
Jd menurut kk upasaka kepribadian tu dibentuk dr gen dan gak ad hub dgn masa lalu?

Offline Nevada

  • Sebelumnya: Upasaka
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.445
  • Reputasi: 234
Re: Perasaan Bukan Aku Juga Bukan Diri-ku
« Reply #48 on: 18 June 2011, 11:37:43 PM »

Offline Nevada

  • Sebelumnya: Upasaka
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.445
  • Reputasi: 234
Re: Perasaan Bukan Aku Juga Bukan Diri-ku
« Reply #49 on: 18 June 2011, 11:41:06 PM »
Berarti senang dan bahagia tu beda ya... IC tu apa kk?
Jd menurut kk upasaka kepribadian tu dibentuk dr gen dan gak ad hub dgn masa lalu?

Menurut saya senang merupakan salah satu bentuk emosi, sedangkan bahagia adalah salah satu bentuk perasaan. Menurut saya, kepribadian dibentuk pertama kali oleh kombinasi genetik orangtua, lalu berkembang oleh sugesti dan informasi dari lingkungan, kemudian matang dan dipegang sebagai komitmen oleh orang yang bersangkutan.

Tidak ada bukti ilmiah bahwa kepribadian "diturunkan" dari kehidupan lampau. Seumpamanya ada kemungkinan, saya hanya percaya dalam batas iman (faith) saja. ;D

Offline M14ka

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.821
  • Reputasi: 94
  • Gender: Female
  • Live your best life!! ^^
Re: Perasaan Bukan Aku Juga Bukan Diri-ku
« Reply #50 on: 18 June 2011, 11:45:34 PM »
Bknnya karma yg menentukan dimana kita lahir? Kalo karma baik berbuah mgkn kita lahir dari ortu yg punya gen baik, n sebaliknya. Emang gak ad bukti ilmiahnya cm dr percaya paticca samuppada aja.◦°◦нeнeнeнe◦°◦.

Offline Nevada

  • Sebelumnya: Upasaka
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.445
  • Reputasi: 234
Re: Perasaan Bukan Aku Juga Bukan Diri-ku
« Reply #51 on: 18 June 2011, 11:49:24 PM »
Bknnya karma yg menentukan dimana kita lahir? Kalo karma baik berbuah mgkn kita lahir dari ortu yg punya gen baik, n sebaliknya. Emang gak ad bukti ilmiahnya cm dr percaya paticca samuppada aja.◦°◦нeнeнeнe◦°◦.

Menurut penjelasan Buddhisme memang seperti itu. Sebagai contoh, mitos dalam Buddhisme menjelaskan bahwa seseorang yang berjiwa luhur punya potensi terlahir kembali di keluarga yang juga berjiwa luhur.

Tetapi....

Spoiler: ShowHide
Saya bukan tipe orang yang rela mengorbankan kajian ilmiah sebagai tumbal bagi kehausan otak saya akan jawaban. Saya lebih memilih "tidak tahu", daripada percaya pada hal yang belum saya tahu. ;D

Offline Sostradanie

  • Sebelumnya: sriyeklina
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.375
  • Reputasi: 42
Re: Perasaan Bukan Aku Juga Bukan Diri-ku
« Reply #52 on: 18 June 2011, 11:53:00 PM »
Buddhisme tidak mengenal apa itu emosi. Buddhisme hanya langsung menjabarkan soal perasaan, dan tiga jenis perasaan; 6 jenis perasaan, 9 jenis perasaan, ...., hingga 18 jenis perasaan.

Dalam Buddhisme, senang adalah salah satu dari jenis perasaan. Sedangkan bahagia atau kebahagiaan dalam Buddhisme adalah ketika tidak ada suka dan duka.
Yang saya tahu, di buddhisme cuma ada 3. Menyenangkan, tidak menyenangkan, bukan menyenangkan dan bukan tidak menyenangkan(netral).

Quote
Bagus, anggap saja ini pengetahuan baru buat kamu. Mungkin kamu sudah tahu sebelumnya bahwa bakat, nada suara, logat, body language pun bisa diturunkan oleh orangtua?
Betul yang ini saya juga tahu. Tapi kepribadian saya tidak tahu.


Quote
Saat manusia belum "tercemar" dengan sugesti, kepribadiannya adalah polos dan lugu. Yaitu "sang bayi". Ketika belum tercemar, maka manusia hanya akan melahap semua informasi dan sugesti. Bukti lainnya adalah para orang desa, misalnya warga Baduy. Mereka belum tercemar pemikiran kompleks dan egois ala orang-orang kota. Semua warga Baduy hidupnya sangat sederhana dan tidak ada pemikiran jahat satu sama lain. Saya sangat terpesona saat berkunjung ke Baduy dan melihat suasana sosialisasi antar warga di sana.
Menurut saya tidak begitu. Ketika masih bayi, sudah ada kecenderungan dalam diri si anak. Itu yang membuat antar bayi itu berbeda. Sehingga mau bagaimana-pun mereka dirawat dengan cara yang sama mereka akan tetap berbeda.

Quote
Bagaimana cara kamu yakin bahwa ada fasilitas yang berasal dari kamma lampau? Kamma dari kehidupan lampau maksudnya? Coba beri tahu saya!
Karena kromosom yang terbentuk setelah pembuahan yang terjadi karena pertemuan sperma dan sel ovum yang akan menentukan menjadi apa seseorang.
Dan tidak ada satupun yang bisa merubah susunan kromosom tersebut.

Itu semua mempengaruhi kehidupan yang dialami manusia di kehidupan sekarang.

 
PEMUSNAHAN BAIK ADANYA (2019)

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Re: Perasaan Bukan Aku Juga Bukan Diri-ku
« Reply #53 on: 19 June 2011, 12:03:14 AM »
Yang saya tahu, di buddhisme cuma ada 3. Menyenangkan, tidak menyenangkan, bukan menyenangkan dan bukan tidak menyenangkan(netral).
 

Dua jenis perasaan adalah perasaan jasmani dan batin, atau (yang lebih jarang disebutkan adalah) kedua jenis yang disebutkan oleh Pañcakanga dalam §3 (perasaan menyenangkan dan perasaan menyakitkan). Tiga jenis perasaan adalah tiga yang disebutkan oleh Udāyin dalam §3 (perasaan menyenangkan, perasaan menyakitkan, dan perasaan netral). Lima jenis adalah kemampuan kenikmatan (jasmani), kegembiraan (batin), kesakitan (jasmani), kesedihan (batin), dan keseimbangan. Enam jenis adalah perasaan yang muncul dari kontak melalui enam organ indria. Delapan belas jenis adalah delapan belas jenis penjelajahan batin – menjelajahi enam obyek indria yang menghasilkan kegembiraan, menghasilkan kesedihan, dan menghasilkan keseimbangan (baca MN 137.8). Tiga puluh enam jenis adalah tiga puluh enam posisi makhluk-makhluk – enam jenis kegembiraan, kesedihan, dan keseimbangan masing-masing berdasarkan pada kehidupan rumah tangga atau pada pelepasan keduniawian (baca MN 137.9-15). Seratus delapan jenis adalah tiga puluh enam sebelumnya yang merujuk pada masa lalu, masa sekarang, dan masa depan.


selengkapnya baca MN 59  Bahuvedanīya Sutta

Offline Nevada

  • Sebelumnya: Upasaka
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.445
  • Reputasi: 234
Re: Perasaan Bukan Aku Juga Bukan Diri-ku
« Reply #54 on: 19 June 2011, 12:04:33 AM »
Quote from: sriyeklina
Yang saya tahu, di buddhisme cuma ada 3. Menyenangkan, tidak menyenangkan, bukan menyenangkan dan bukan tidak menyenangkan(netral).

Di Samyutta Nikaya, Sang Buddha banyak memberikan khotbah seputar beberapa jenis perasaan. Misalnya perasaan menyenangkan di mata, perasaan tidak menyenangkan di mata, perasaan bukan menyenangkan dan bukan tidak menyenangkan di mata, ..., perasaan menyenangkan di lidah, perasaan tidak menyenangkan di lidah, serta perasaan bukan menyenangkan dan bukan tidak menyenangkan di lidah.


Quote from: sriyeklina
Betul yang ini saya juga tahu. Tapi kepribadian saya tidak tahu.

It's OK.


Quote from: sriyeklina
Menurut saya tidak begitu. Ketika masih bayi, sudah ada kecenderungan dalam diri si anak. Itu yang membuat antar bayi itu berbeda. Sehingga mau bagaimana-pun mereka dirawat dengan cara yang sama mereka akan tetap berbeda.

Memang. Kan saya sudah beberapa kali mengatakan bahwa ada beberapa kepribadian yang diturunkan dari orangtua.


Quote from: sriyeklina
Karena kromosom yang terbentuk setelah pembuahan yang terjadi karena pertemuan sperma dan sel ovum yang akan menentukan menjadi apa seseorang.
Dan tidak ada satupun yang bisa merubah susunan kromosom tersebut.

Itu semua mempengaruhi kehidupan yang dialami manusia di kehidupan sekarang.

??? Maksudnya menurut kamu, setelah sel ovum dan sel sperma bertemu sehingga menjadi embrio, maka kromosom pun terbentuk dan ada karakter (kepribadian) yang langsung terbentuk di sana?

Offline Nevada

  • Sebelumnya: Upasaka
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.445
  • Reputasi: 234
Re: Perasaan Bukan Aku Juga Bukan Diri-ku
« Reply #55 on: 19 June 2011, 12:04:59 AM »
Dua jenis perasaan adalah perasaan jasmani dan batin, atau (yang lebih jarang disebutkan adalah) kedua jenis yang disebutkan oleh Pañcakanga dalam §3 (perasaan menyenangkan dan perasaan menyakitkan). Tiga jenis perasaan adalah tiga yang disebutkan oleh Udāyin dalam §3 (perasaan menyenangkan, perasaan menyakitkan, dan perasaan netral). Lima jenis adalah kemampuan kenikmatan (jasmani), kegembiraan (batin), kesakitan (jasmani), kesedihan (batin), dan keseimbangan. Enam jenis adalah perasaan yang muncul dari kontak melalui enam organ indria. Delapan belas jenis adalah delapan belas jenis penjelajahan batin – menjelajahi enam obyek indria yang menghasilkan kegembiraan, menghasilkan kesedihan, dan menghasilkan keseimbangan (baca MN 137.8). Tiga puluh enam jenis adalah tiga puluh enam posisi makhluk-makhluk – enam jenis kegembiraan, kesedihan, dan keseimbangan masing-masing berdasarkan pada kehidupan rumah tangga atau pada pelepasan keduniawian (baca MN 137.9-15). Seratus delapan jenis adalah tiga puluh enam sebelumnya yang merujuk pada masa lalu, masa sekarang, dan masa depan.


selengkapnya baca MN 59  Bahuvedanīya Sutta

Nah, bahkan ada 108 jenis macam perasaan!

Offline Forte

  • Sebelumnya FoxRockman
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 16.577
  • Reputasi: 458
  • Gender: Male
  • not mine - not me - not myself
Re: Perasaan Bukan Aku Juga Bukan Diri-ku
« Reply #56 on: 19 June 2011, 12:08:42 AM »
Spoiler: ShowHide

...

Jika seorang anak terlihat menjadi pemarah karena orang tuanya juga seorang pemarah, hal ini cukup memungkinkan. Di mana secara karakter ada potensi yang diturunkan, sedangkan ekspresi marah itu biasanya merupakan bentuk imitasi yang anak lihat dari apa yang dicontohkan orang tuanya. Imitasi merupakan bentuk peniruan sikap, tingkah laku, serta cara pandang orang lain secara disengaja. Bagi anak-anak yang sedang berkembang, akan lebih berpengaruh apa yang mereka lihat, bukan apa yang mereka dengar. Hal ini sebenarnya menjadi penting yang seharusnya orang tua sadari. Dalam melakukan peniruan, umumnya anak akan meniru apa yang dilakukan orang tua, bukan apa yang dikatakannya.

...

Sumber



Spoiler: ShowHide

...

In the other direction, the numerous cases where well-intentioned and good parents produce criminal offspring are described. If outstanding individuals produce poor offspring, and poor parents often produce excellent offspring, differences in parenting within the normal range are unlikely to have major effects on basic personality.

Cohen also points to the common observation that siblings, even same sex siblings, are radically different, both in personality and intelligence (sibling IQ differences average 12 points, which is 70% of the 18 point difference among children randomly selected from the same population). This is hard to explain by traditional social rearing theories since parents usually raise their children in the same way. Yet it is easily explained by a genetic theory (perhaps supplemented by there being a random component in development, such as Miller 1997 has proposed).

Many readers at this point may be puzzled by the idea that genetic effects can explain differences between siblings, since they think of genetic effects as making children just like parents. However, they are wrong as Cohen explains. When a new child is created, roughly half of the genes from each parent are passed on to the child in a random process. Each time a new sibling is created, this genetic lottery takes place. The result is that each child is genetically different. This is an important point that is not widely understood. Genetic theory predicts that siblings will be very different, while small sibling differences are predicted by the theory that parents shape their children.


...

Source

saya post di sini juga.. biar seimbang ;D
memang artikel di atas secara logika sejalan dengan teori Gregor Mendel juga, di mana tiap anak memiliki genetik berbeda karena terjadinya random.. Hal ini berlaku jika personality abang berbeda dengan adik.. ini bisa diterima..
Yang menjadi pertanyaan saya, ketika terjadi pembuahan sperma dan sel ovum menghasilkan zygot, yang mana kemudian berkembang menjadi identically monozygotic twins.. bagaimana menurut pendapat bro upasaka, karena pada jenis kembar ini, genetik identik sama, apakah kepribadian si kembar jenis ini akan sama pula ? tapi pada kenyataannya bisa berbeda.. ;D
 
Ini bukan milikku, ini bukan aku, ini bukan diriku
6 kelompok 6 - Chachakka Sutta MN 148

Offline M14ka

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.821
  • Reputasi: 94
  • Gender: Female
  • Live your best life!! ^^
Re: Perasaan Bukan Aku Juga Bukan Diri-ku
« Reply #57 on: 19 June 2011, 12:16:09 AM »
kk upasaka apakah cara pembentukan genetik tidak ad hubannya dgn karma masa lalu juga? Apakah kepribadian Sang Buddha adalah hasil ciptaan orang tuanya bkn krn karmanya?

Offline Nevada

  • Sebelumnya: Upasaka
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.445
  • Reputasi: 234
Re: Perasaan Bukan Aku Juga Bukan Diri-ku
« Reply #58 on: 19 June 2011, 12:17:14 AM »
saya post di sini juga.. biar seimbang ;D
memang artikel di atas secara logika sejalan dengan teori Gregor Mendel juga, di mana tiap anak memiliki genetik berbeda karena terjadinya random.. Hal ini berlaku jika personality abang berbeda dengan adik.. ini bisa diterima..
Yang menjadi pertanyaan saya, ketika terjadi pembuahan sperma dan sel ovum menghasilkan zygot, yang mana kemudian berkembang menjadi identically monozygotic twins.. bagaimana menurut pendapat bro upasaka, karena pada jenis kembar ini, genetik identik sama, apakah kepribadian si kembar jenis ini akan sama pula ? tapi pada kenyataannya bisa berbeda.. ;D

Kembar identik memiliki beberapa sifat yang hampir mirip. Gak usah jauh-jauh deh, si Citta Devi dan Thirravaddhani (padahal bukan kembar identik), bisa punya sifat yang hampir sama. ;D Tanya Bro Indra deh kalau gak percaya.

Menurut saya, kembar identik (identically monozygotic twins), pada dasarnya memiliki potensi untuk identik pula dalam kepribadian. Namun seperti yang saya singgung di posting sebelumnya, interaksi tiap orang dengan lingkungan dan orang lain pasti berbeda. Katakanlah kembar yang A suka didudukkan ke arah kanan, kembar yang B sering didudukkan ke arah kiri; maka si A dan si B akan melihat dunia pada sisi yang berbeda. Dari contoh sederhana ini, menunjukkan bahwa pengalaman, informasi dan sugesti yang diterima si kembar identik pun berbeda. Akumulasi dari semua hal ini akan menghasilkan kepribadian yang tidak terlalu identik pada identically monozygotic twins.

Bagaimana menurut opini Bro Forte?

Offline wang ai lie

  • Sebelumnya: anggia.gunawan
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.204
  • Reputasi: 72
  • Gender: Male
  • Terpujilah Sang Bhagava,Guru para Dewa dan Manusia
Re: Perasaan Bukan Aku Juga Bukan Diri-ku
« Reply #59 on: 19 June 2011, 12:18:12 AM »
yang masih mengganjal di pikiran saya, apa hanya dengan olah raga dipagi hari/ berlari bisa membuat perasaan yang setress bisa happy, sedangkan masalah timbul (pikiran setress ) tidak bisa di atur, bisa tengah malah, bisa subuh, bisa siang , bisa sore.

Quote
saya post di sini juga.. biar seimbang 
memang artikel di atas secara logika sejalan dengan teori Gregor Mendel juga, di mana tiap anak memiliki genetik berbeda karena terjadinya random.. Hal ini berlaku jika personality abang berbeda dengan adik.. ini bisa diterima..
Yang menjadi pertanyaan saya, ketika terjadi pembuahan sperma dan sel ovum menghasilkan zygot, yang mana kemudian berkembang menjadi identically monozygotic twins.. bagaimana menurut pendapat bro upasaka, karena pada jenis kembar ini, genetik identik sama, apakah kepribadian si kembar jenis ini akan sama pula ? tapi pada kenyataannya bisa berbeda.. 
 

kalau soal ini menurut yang saya temui, kebetulan punya sepupu kembar identik, kepribadian nya tidak sama, tapi ada beberapa kesamaan dari perasaan. jika si A sakit maka si B akan merasakan (gelisah dll) kesukaan pun berbeda, misal jika A suka warna biru , si B malah warna merah.
Namo Mahakarunikaya Avalokitesvaraya, Semoga dengan cepat saya mengetahui semua ajaran Dharma,berada dalam perahu Prajna,mencapai Sila, Samadhi, dan Prajna,berada dalam kediaman tanpa perbuatan,bersatu dengan Tubuh Agung Dharma

Offline Sostradanie

  • Sebelumnya: sriyeklina
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.375
  • Reputasi: 42
Re: Perasaan Bukan Aku Juga Bukan Diri-ku
« Reply #60 on: 19 June 2011, 12:23:31 AM »

??? Maksudnya menurut kamu, setelah sel ovum dan sel sperma bertemu sehingga menjadi embrio, maka kromosom pun terbentuk dan ada karakter (kepribadian) yang langsung terbentuk di sana?
Saya pakai bahasa sehari-hari saja yah. Embrio itu kemudian bertumbuh dan berkembang, salah satu yang berkembang otak. Dan otak tiap manusia berbeda kapasitas-nya.

Yang bahkan mau ikut seminar apa-pun, dan diajarin bagaimanapun tetap tidak akan berguna buat orang tersebut. Apa kira-kira bro bisa menangkap maksud saya?
PEMUSNAHAN BAIK ADANYA (2019)

Offline Nevada

  • Sebelumnya: Upasaka
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.445
  • Reputasi: 234
Re: Perasaan Bukan Aku Juga Bukan Diri-ku
« Reply #61 on: 19 June 2011, 12:23:50 AM »
kk upasaka apakah cara pembentukan genetik tidak ad hubannya dgn karma masa lalu juga? Apakah kepribadian Sang Buddha adalah hasil ciptaan orang tuanya bkn krn karmanya?

Cara pembentukkan genetik, seperti yang saya sharing ke Bro Forte; adalah bersifat random (acak) dan tidak dapat diketahui dengan jelas. Mari kita berandai-andai bahwa ada peranan kamma masa lampau di tahap ini. Lalu kenapa Adolf Hitler (orang sejahat itu) bisa terlahir di dunia dengan sehat dan selamat? Bukankah jika Hitler pada dahulunya adalah orang jahat (versi mitos Buddhisme: sehingga membawa sifat jahat juga), maka seharusnya tidak memiliki genetik yang sehat saat tahap itu?

Saya melihat Sang Buddha memiliki kepribadian seperti itu karena pengaruh besar dari kemuliaan sifat Ibunda-Nya. Kepribadian-Nya semakin matang saat Beliau dengan komitmen kuat "mengubah" kepribadian duniawi-Nya menjadi kepribadian seorang Pemimpin Spiritual. Ingat! Kepribadian bisa diubah. Saya sendiri tidak seperti ini saat masih sekolah dulu. Kini banyak teman-teman saya yang heran: Apa yang terjadi pada upasaka sehingga bisa menjadi seperti ini? Bagaimana bisa??!!". :D

Offline Nevada

  • Sebelumnya: Upasaka
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.445
  • Reputasi: 234
Re: Perasaan Bukan Aku Juga Bukan Diri-ku
« Reply #62 on: 19 June 2011, 12:27:29 AM »
Quote from: wang ai lie
yang masih mengganjal di pikiran saya, apa hanya dengan olah raga dipagi hari/ berlari bisa membuat perasaan yang setress bisa happy, sedangkan masalah timbul (pikiran setress ) tidak bisa di atur, bisa tengah malah, bisa subuh, bisa siang , bisa sore.

Intinya bukan pada aktivitas berlari, Bro. Intinya adalah pada aktivitas menyenangkan yang memicu adrenalin dan adanya pelepasan hormon endorfin yang membuat euforia. Kalau Bro pernah main ke Dunia Fantasi bersama istri atau teman wanita Bro, cobalah tanyakan! Pasti mereka merasa sangat senang dan euforia itu bisa bertahan sampai beberapa hari! Ya, beberapa hari dan mereka (wanita) masih suka bercerita tentang bagaimana serunya main di Dufan itu. ;D


Quote from: wang ai lie
kalau soal ini menurut yang saya temui, kebetulan punya sepupu kembar identik, kepribadian nya tidak sama, tapi ada beberapa kesamaan dari perasaan. jika si A sakit maka si B akan merasakan (gelisah dll) kesukaan pun berbeda, misal jika A suka warna biru , si B malah warna merah.

Thanks atas sharing-nya.

Offline Nevada

  • Sebelumnya: Upasaka
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.445
  • Reputasi: 234
Re: Perasaan Bukan Aku Juga Bukan Diri-ku
« Reply #63 on: 19 June 2011, 12:29:41 AM »
Saya pakai bahasa sehari-hari saja yah. Embrio itu kemudian bertumbuh dan berkembang, salah satu yang berkembang otak. Dan otak tiap manusia berbeda kapasitas-nya.

Yang bahkan mau ikut seminar apa-pun, dan diajarin bagaimanapun tetap tidak akan berguna buat orang tersebut. Apa kira-kira bro bisa menangkap maksud saya?

Ya, saya menangkap maksud kamu. Kapasitas intelejensi manusia adalah satu hal yang saya akui memiliki batas dan sudah teratur saat embrio terbentuk. Oleh karena itulah ada namanya "anak yang terlahir idiot". Hal ini muncul akibat pengaruh genetik dan faktor biologis lainnya (faktor x).

Offline M14ka

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.821
  • Reputasi: 94
  • Gender: Female
  • Live your best life!! ^^
Re: Perasaan Bukan Aku Juga Bukan Diri-ku
« Reply #64 on: 19 June 2011, 12:30:13 AM »
Kita kan gak tau karma lalu hitler. Apakah genetik yg cacat tuh bkn hasil karma lampau? Tentu disini pasti ada kesamaan karma antara ortu n anak. 

Offline wang ai lie

  • Sebelumnya: anggia.gunawan
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.204
  • Reputasi: 72
  • Gender: Male
  • Terpujilah Sang Bhagava,Guru para Dewa dan Manusia
Re: Perasaan Bukan Aku Juga Bukan Diri-ku
« Reply #65 on: 19 June 2011, 12:31:35 AM »
Intinya bukan pada aktivitas berlari, Bro. Intinya adalah pada aktivitas menyenangkan yang memicu adrenalin dan adanya pelepasan hormon endorfin yang membuat euforia. Kalau Bro pernah main ke Dunia Fantasi bersama istri atau teman wanita Bro, cobalah tanyakan! Pasti mereka merasa sangat senang dan euforia itu bisa bertahan sampai beberapa hari! Ya, beberapa hari dan mereka (wanita) masih suka bercerita tentang bagaimana serunya main di Dufan itu. ;D


itu yang menjadi kendala bro, seseorang yang sedang setress belum tentu dapat memikirkan hal2 lain yang dapat membuatnya rilek, kebanyakan orang2 tersebut lebih memikirkan permasalahan yang sedang di hadapi, terkecuali ada campur tangan pihak lain, itu akan sedikit membantu, itu menurut saya bro, maaf kalau salah  ;D
Namo Mahakarunikaya Avalokitesvaraya, Semoga dengan cepat saya mengetahui semua ajaran Dharma,berada dalam perahu Prajna,mencapai Sila, Samadhi, dan Prajna,berada dalam kediaman tanpa perbuatan,bersatu dengan Tubuh Agung Dharma

Offline Nevada

  • Sebelumnya: Upasaka
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.445
  • Reputasi: 234
Re: Perasaan Bukan Aku Juga Bukan Diri-ku
« Reply #66 on: 19 June 2011, 12:34:07 AM »
Kita kan gak tau karma lalu hitler. Apakah genetik yg cacat tuh bkn hasil karma lampau? Tentu disini pasti ada kesamaan karma antara ortu n anak.

Ujung-ujungnya adalah: "kita tidak tahu dengan jelas."

Spoiler: ShowHide
Setelah tidak tahu kejelasannya, manusia pada umumnya akan mengobati kehausan otaknya dengan kesimpulan:
1. mungkin ini pengaruh hukum kamma
2. mungkin ini hoki-hokian
3. mungkin ini rencana Tuhan
4. dll

:D

Offline Sostradanie

  • Sebelumnya: sriyeklina
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.375
  • Reputasi: 42
Re: Perasaan Bukan Aku Juga Bukan Diri-ku
« Reply #67 on: 19 June 2011, 12:36:38 AM »
Cara pembentukkan genetik, seperti yang saya sharing ke Bro Forte; adalah bersifat random (acak) dan tidak dapat diketahui dengan jelas. Mari kita berandai-andai bahwa ada peranan kamma masa lampau di tahap ini. Lalu kenapa Adolf Hitler (orang sejahat itu) bisa terlahir di dunia dengan sehat dan selamat? Bukankah jika Hitler pada dahulunya adalah orang jahat (versi mitos Buddhisme: sehingga membawa sifat jahat juga), maka seharusnya tidak memiliki genetik yang sehat saat tahap itu?

Saya melihat Sang Buddha memiliki kepribadian seperti itu karena pengaruh besar dari kemuliaan sifat Ibunda-Nya. Kepribadian-Nya semakin matang saat Beliau dengan komitmen kuat "mengubah" kepribadian duniawi-Nya menjadi kepribadian seorang Pemimpin Spiritual. Ingat! Kepribadian bisa diubah. Saya sendiri tidak seperti ini saat masih sekolah dulu. Kini banyak teman-teman saya yang heran: Apa yang terjadi pada upasaka sehingga bisa menjadi seperti ini? Bagaimana bisa??!!". :D
Apa bedanya dengan devadatta juga tidak terjadi cacat? Dan tidak semua orang bisa merubah kepribadian. Dari yang saya temui, tidak usah yang idiot. Yang manusia normal saja, sangat jarang sekali bisa merubah.
Dan hal itu yang membuat saya mencari tahu, sehingga saya ketemu tentang dopamin. Lihat saja di uji coba tikus tersebut, ada tikus yang mengeluarkan dopamin ketika terkena listrik ada yang tidak/sedikit.

Tikus yang mengeluarkan dopamin dia akan menghindari listrik. Sedangkan yang tidak mengeluarkan/sedikit dopamin dia tetap akan terkena listrik lagi.
PEMUSNAHAN BAIK ADANYA (2019)

Offline Nevada

  • Sebelumnya: Upasaka
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.445
  • Reputasi: 234
Re: Perasaan Bukan Aku Juga Bukan Diri-ku
« Reply #68 on: 19 June 2011, 12:36:57 AM »
itu yang menjadi kendala bro, seseorang yang sedang setress belum tentu dapat memikirkan hal2 lain yang dapat membuatnya rilek, kebanyakan orang2 tersebut lebih memikirkan permasalahan yang sedang di hadapi, terkecuali ada campur tangan pihak lain, itu akan sedikit membantu, itu menurut saya bro, maaf kalau salah  ;D

Saya paham maksud kamu. ;D Itulah kenapa saya sering memarahi teman saya dengan kalimat ini:

Spoiler: ShowHide
Kalau kamu stress dan sedih, kamu hanya punya dua pilihan. Kamu bisa menikmati kesedihan dan rasa frustrasi kamu dengan menutup diri dari dunia. Atau kamu bisa membuka diri pada dunia dan membuang dua hal menjijikkan itu. Kamu malas berolahraga sekarang? OK! Selamat menikmati kesedihan dan rasa frustrasi kamu!

[spoiler]Cobalah paksa diri kamu berolahraga dan lihat apa yang terjadi!
[/spoiler]
« Last Edit: 19 June 2011, 12:53:48 AM by upasaka »

Offline Forte

  • Sebelumnya FoxRockman
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 16.577
  • Reputasi: 458
  • Gender: Male
  • not mine - not me - not myself
Re: Perasaan Bukan Aku Juga Bukan Diri-ku
« Reply #69 on: 19 June 2011, 12:37:36 AM »
Kembar identik memiliki beberapa sifat yang hampir mirip. Gak usah jauh-jauh deh, si Citta Devi dan Thirravaddhani (padahal bukan kembar identik), bisa punya sifat yang hampir sama. ;D Tanya Bro Indra deh kalau gak percaya.

Menurut saya, kembar identik (identically monozygotic twins), pada dasarnya memiliki potensi untuk identik pula dalam kepribadian. Namun seperti yang saya singgung di posting sebelumnya, interaksi tiap orang dengan lingkungan dan orang lain pasti berbeda. Katakanlah kembar yang A suka didudukkan ke arah kanan, kembar yang B sering didudukkan ke arah kiri; maka si A dan si B akan melihat dunia pada sisi yang berbeda. Dari contoh sederhana ini, menunjukkan bahwa pengalaman, informasi dan sugesti yang diterima si kembar identik pun berbeda. Akumulasi dari semua hal ini akan menghasilkan kepribadian yang tidak terlalu identik pada identically monozygotic twins.

Bagaimana menurut opini Bro Forte?
menurut saya ada banyak faktor, dan perbedaan kepribadian tidak bisa hanya dilihat dari kasus perbedaan penerimaan faktor lingkungan..
Ada beberapa kasus seperti terjadinya metilasi DNA bisa menyebabkan perubahan perilaku, padahal secara genetik, memiliki genetik yang sama.. Akibat dari metilasi DNA ini akan mengakibatkan gene silencing.. sehingga menyebabkan perbedaan diferensiasi sel itu sendiri.. Dan perbedaan diferensiasi sel ini akan menyebabkan juga perubahan epigenetika itu sendiri.. sehingga memungkinkan untuk muncul kasus perbedaan kepribadian itu sendiri pada identically monozygot twins.. Bahkan lebih ekstrim lagi, pada tikus kloningan dengan adanya metilasi DNA juga akan memberikan perbedaan epigenetika.. ;D Dan gene silencing ini kerap terjadi pada saat meiosis.

Jadi menurut saya, terlalu dini menyimpulkan hanya berkaitan dengan faktor lingkungan saja.. karena bisa jadi pada saat lahir, kembar identik itu bisa jadi sudah berbeda.. walau memiliki gen yang sama..

Spoiler: ShowHide

Mohon maaf jika banyak bahasa antah berantah
Ini bukan milikku, ini bukan aku, ini bukan diriku
6 kelompok 6 - Chachakka Sutta MN 148

Offline M14ka

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.821
  • Reputasi: 94
  • Gender: Female
  • Live your best life!! ^^
Re: Perasaan Bukan Aku Juga Bukan Diri-ku
« Reply #70 on: 19 June 2011, 12:38:31 AM »
Tentu jwbannya no 1 krn aku percaya hukum karma... Kayanya aneh kalo anak cacat mental cuma karena sial, jenius krn hoki, ​​​​atau krn ketidakadilan HE³³E³;){^⌣^}HE³³E³;)³E³:D

Offline Nevada

  • Sebelumnya: Upasaka
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.445
  • Reputasi: 234
Re: Perasaan Bukan Aku Juga Bukan Diri-ku
« Reply #71 on: 19 June 2011, 12:39:45 AM »
Quote from: sriyeklina
Apa bedanya dengan devadatta juga tidak terjadi cacat? Dan tidak semua orang bisa merubah kepribadian. Dari yang saya temui, tidak usah yang idiot. Yang manusia normal saja, sangat jarang sekali bisa merubah.
Dan hal itu yang membuat saya mencari tahu, sehingga saya ketemu tentang dopamin. Lihat saja di uji coba tikus tersebut, ada tikus yang mengeluarkan dopamin ketika terkena listrik ada yang tidak/sedikit.

Semua manusia bisa mengubah kepribadiannya. Yang kamu temui hanyalah orang yang tidak mau mengubah kepribadiannya.


Quote from: sriyeklina
Tikus yang mengeluarkan dopamin dia akan menghindari listrik. Sedangkan yang tidak mengeluarkan/sedikit dopamin dia tetap akan terkena listrik lagi.

Hubungannya dengan topik ini apa yah?
« Last Edit: 19 June 2011, 12:44:39 AM by upasaka »

Offline Nevada

  • Sebelumnya: Upasaka
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.445
  • Reputasi: 234
Re: Perasaan Bukan Aku Juga Bukan Diri-ku
« Reply #72 on: 19 June 2011, 12:42:13 AM »
Tentu jwbannya no 1 krn aku percaya hukum karma... Kayanya aneh kalo anak cacat mental cuma karena sial, jenius krn hoki, ​​​​atau krn ketidakadilan HE³³E³;){^⌣^}HE³³E³;)³E³:D

Di antara rentetan daftar mitos di luar sana, hukum kamma masih yang paling masuk akal. Ini saya beri opini jujur loh. Tapi saya tetap tidak akan percaya pasti bahwa hukum kamma, karena saya belum tahu. Karena saya belum tahu, saya hanya katakan saya belum tahu. ;D

Offline Nevada

  • Sebelumnya: Upasaka
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.445
  • Reputasi: 234
Re: Perasaan Bukan Aku Juga Bukan Diri-ku
« Reply #73 on: 19 June 2011, 12:42:20 AM »
menurut saya ada banyak faktor, dan perbedaan kepribadian tidak bisa hanya dilihat dari kasus perbedaan penerimaan faktor lingkungan..
Ada beberapa kasus seperti terjadinya metilasi DNA bisa menyebabkan perubahan perilaku, padahal secara genetik, memiliki genetik yang sama.. Akibat dari metilasi DNA ini akan mengakibatkan gene silencing.. sehingga menyebabkan perbedaan diferensiasi sel itu sendiri.. Dan perbedaan diferensiasi sel ini akan menyebabkan juga perubahan epigenetika itu sendiri.. sehingga memungkinkan untuk muncul kasus perbedaan kepribadian itu sendiri pada identically monozygot twins.. Bahkan lebih ekstrim lagi, pada tikus kloningan dengan adanya metilasi DNA juga akan memberikan perbedaan epigenetika.. ;D Dan gene silencing ini kerap terjadi pada saat meiosis.

Jadi menurut saya, terlalu dini menyimpulkan hanya berkaitan dengan faktor lingkungan saja.. karena bisa jadi pada saat lahir, kembar identik itu bisa jadi sudah berbeda.. walau memiliki gen yang sama..
Spoiler: ShowHide

Mohon maaf jika banyak bahasa antah berantah


Terimakasih atas opininya. Ini menambah wawasan saya. Dan, saya lihat opini ini juga masuk akal!

Offline M14ka

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.821
  • Reputasi: 94
  • Gender: Female
  • Live your best life!! ^^
Re: Perasaan Bukan Aku Juga Bukan Diri-ku
« Reply #74 on: 19 June 2011, 12:47:25 AM »
Ohh aku kira kk pilih no 2 hoki2an ok deh ‎​​​‎​​​☆ †h♌ηк γ☺ǖ ☆ :) sharingnya...

Offline Nevada

  • Sebelumnya: Upasaka
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.445
  • Reputasi: 234
Re: Perasaan Bukan Aku Juga Bukan Diri-ku
« Reply #75 on: 19 June 2011, 12:50:29 AM »
Ohh aku kira kk pilih no 2 hoki2an ok deh ‎​​​‎​​​☆ †h♌ηк γ☺ǖ ☆ :) sharingnya...

Sama-sama. ;)

Offline Forte

  • Sebelumnya FoxRockman
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 16.577
  • Reputasi: 458
  • Gender: Male
  • not mine - not me - not myself
Re: Perasaan Bukan Aku Juga Bukan Diri-ku
« Reply #76 on: 19 June 2011, 12:52:36 AM »
btw bro upasaka, sebenarnya di literatur Buddhisme sendiri, ada tidak menjelaskan soal kepribadian itu diturunkan dari orang tua ?
Ini bukan milikku, ini bukan aku, ini bukan diriku
6 kelompok 6 - Chachakka Sutta MN 148

Offline Nevada

  • Sebelumnya: Upasaka
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.445
  • Reputasi: 234
Re: Perasaan Bukan Aku Juga Bukan Diri-ku
« Reply #77 on: 19 June 2011, 12:55:47 AM »
btw bro upasaka, sebenarnya di literatur Buddhisme sendiri, ada tidak menjelaskan soal kepribadian itu diturunkan dari orang tua ?

Di Buddhisme tidak ada. Namun di Abhidhamma, dijelaskan bahwa ada perbuatan masa lampau yang bila sering dilakukan maka akan menjadi kebiasaan. Kebiasaan ini bisa ikut "terbawa" pada kelahiran berikutnya.

Offline Sostradanie

  • Sebelumnya: sriyeklina
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.375
  • Reputasi: 42
Re: Perasaan Bukan Aku Juga Bukan Diri-ku
« Reply #78 on: 19 June 2011, 12:56:07 AM »
Semua manusia bisa mengubah kepribadiannya. Yang jamu temui hanyalah orang yang tidak mau mengubah kepribadiannya.
Apakah kamu tidak pernah menemukan orang yang melakukan kesalahan yang sama berkali-kali?
Dengan kecerobohan yang sama walaupun dia sudah berusaha untuk berubah. Saya sangat banyak menemukan orang seperti ini.


Quote
Hubungannya dengan topik ini apa yah?
Hubungannya...otak sangat berpengaruh kenapa seseorang itu menjadi ceroboh/tidak, logika/tidak dll. Dan otak dipengaruhi berbagai zat. Dan zat itu berawal dari kromosom. CMIIW
PEMUSNAHAN BAIK ADANYA (2019)

Offline Sostradanie

  • Sebelumnya: sriyeklina
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.375
  • Reputasi: 42
Re: Perasaan Bukan Aku Juga Bukan Diri-ku
« Reply #79 on: 19 June 2011, 12:59:16 AM »
Di Buddhisme tidak ada. Namun di Abhidhamma, dijelaskan bahwa ada perbuatan masa lampau yang bila sering dilakukan maka akan menjadi kebiasaan. Kebiasaan ini bisa ikut "terbawa" pada kelahiran berikutnya.
Bisa minta referensi jelasnya bro? 
PEMUSNAHAN BAIK ADANYA (2019)

Offline Nevada

  • Sebelumnya: Upasaka
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.445
  • Reputasi: 234
Re: Perasaan Bukan Aku Juga Bukan Diri-ku
« Reply #80 on: 19 June 2011, 01:03:09 AM »
Quote from: sriyeklina
Apakah kamu tidak pernah menemukan orang yang melakukan kesalahan yang sama berkali-kali?
Dengan kecerobohan yang sama walaupun dia sudah berusaha untuk berubah. Saya sangat banyak menemukan orang seperti ini.

Orang itu belum mengubah sugesti di dalam SM-nya. Ketika orang itu menanam sugesti yang baru untuk mengganti sugesti lama yang mengakibatkan kecerobohan itu, maka sifat cerobohnya bisa pudar bahkan lenyap.

Spoiler: ShowHide
Jika kurang paham, saya jelaskan dengan sudut pandang lain... Orang yang ceroboh itu punya kebiasaan yang membuatnya ceroboh. Misalnya ceroboh suka terjatuh saat berjalan. Kecerobohan itu bisa dicari sumber pangkalnya, misalkan adalah karena suka melamun / memikirkan hal lain saat berjalan. Jika orang itu mau mengubah kebiasaan berjalan sambil melamun, maka ceroboh dan terjatuh saat berjalan seharusnya tidak akan terjadi lagi. Begitu pula dengan ceroboh di hal-hal lainnya.



Quote from: sriyeklina
Hubungannya...otak sangat berpengaruh kenapa seseorang itu menjadi ceroboh/tidak, logika/tidak dll. Dan otak dipengaruhi berbagai zat. Dan zat itu berawal dari kromosom. CMIIW

Ada teman saya yang juga sulit mengubah sifat jeleknya, dan dia beralasan karena menurut dokter, ada bagian di otaknya yang "kurang utuh" sehingga dia seperti itu. Menurut saya tidak seperti itu. Selama seseorang masih sehat secara mental, kepribadian dan sifat sejelek apapun bisa diubah.

Sebenarnya, otaklah yang "memerintahkan" adanya pelepasan hormon. Bukan hormon yang terlepas sendiri dan memerintah otak untuk bereaksi.

Offline Nevada

  • Sebelumnya: Upasaka
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.445
  • Reputasi: 234
Re: Perasaan Bukan Aku Juga Bukan Diri-ku
« Reply #81 on: 19 June 2011, 01:04:37 AM »
Bisa minta referensi jelasnya bro? 

Acinna Kamma (Bahula Kamma)

Bila seseorang (makhluk) tidak berbuat apa pun pada saat ajalnya, dengan demikian tidak terdapat Asanna Kamma. Maka yang menentukan keadaan kelahiran yang berikutnya adalah Acinna Kamma atau kamma kebiasaan. Kamma ini adalah perbuatan-perbuatan yang menjadi kebiasaan bagi seseorang (makhluk) sehingga seolah-olah merupakan watak baru.

Sumber

Offline Sostradanie

  • Sebelumnya: sriyeklina
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.375
  • Reputasi: 42
Re: Perasaan Bukan Aku Juga Bukan Diri-ku
« Reply #82 on: 19 June 2011, 01:14:23 AM »
Orang itu belum mengubah sugesti di dalam SM-nya. Ketika orang itu menanam sugesti yang baru untuk mengganti sugesti lama yang mengakibatkan kecerobohan itu, maka sifat cerobohnya bisa pudar bahkan lenyap.

Jika kurang paham, saya jelaskan dengan sudut pandang lain... Orang yang ceroboh itu punya kebiasaan yang membuatnya ceroboh. Misalnya ceroboh suka terjatuh saat berjalan. Kecerobohan itu bisa dicari sumber pangkalnya, misalkan adalah karena suka melamun / memikirkan hal lain saat berjalan. Jika orang itu mau mengubah kebiasaan berjalan sambil melamun, maka ceroboh dan terjatuh saat berjalan seharusnya tidak akan terjadi lagi. Begitu pula dengan ceroboh di hal-hal lainnya.



Ada teman saya yang juga sulit mengubah sifat jeleknya, dan dia beralasan karena menurut dokter, ada bagian di otaknya yang "kurang utuh" sehingga dia seperti itu. Menurut saya tidak seperti itu. Selama seseorang masih sehat secara mental, kepribadian dan sifat sejelek apapun bisa diubah.

Sebenarnya, otaklah yang "memerintahkan" adanya pelepasan hormon. Bukan hormon yang terlepas sendiri dan memerintah otak untuk bereaksi.
Jujur saya saya tidak tahu jawaban pasti-nya. Karena saya sudah mencoba berbagai macam cara. Dan tidak berhasil. Jadi saya berpikir yang salah mungkin di otak-nya. Sampai saya menemukan tentang tikus itu.

Terkadang kasihan juga melihat bahwa orang itu ingin berubah tapi tetap terjadi begitu lagi dan begitu lagi. Dan malah membuat dia menjadi tertekan. Dan salah satu kenalan saya malah merembet menjadi gejala skizofernia akibat perasaan tertekan tersebut.
PEMUSNAHAN BAIK ADANYA (2019)

Offline Nevada

  • Sebelumnya: Upasaka
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.445
  • Reputasi: 234
Re: Perasaan Bukan Aku Juga Bukan Diri-ku
« Reply #83 on: 19 June 2011, 01:35:36 AM »
Jujur saya saya tidak tahu jawaban pasti-nya. Karena saya sudah mencoba berbagai macam cara. Dan tidak berhasil. Jadi saya berpikir yang salah mungkin di otak-nya. Sampai saya menemukan tentang tikus itu.

Terkadang kasihan juga melihat bahwa orang itu ingin berubah tapi tetap terjadi begitu lagi dan begitu lagi. Dan malah membuat dia menjadi tertekan. Dan salah satu kenalan saya malah merembet menjadi gejala skizofernia akibat perasaan tertekan tersebut.

Saya mau sharing soal tips menyugesti orang di dunia hipnosis. Semoga bisa menjadi masukkan...

Spoiler: ShowHide

Menurut penelitian panjang mengenai karakteristik sistem kesadaran manusia (CM, SM, UM), ditemukan fakta bahwa sistem CM tidak peka (bersifat difensif) terhadap kata-kata larangan seperti "jangan, tidak, bukan". Ini yang sering memunculkan fenomena bahwa "setiap peraturan itu dibuat untuk dilanggar".

Dalam keadaan sadar (CM), kita cenderung tidak menyukai sugesti berupa perintah negatif (larangan). Misalkan jika kita memberi sugesti: "Jangan merokok!", maka kesan yang ditangkap adalah: Merokok!

Ini juga disebabkan karena pada sistem SM, persepsi dan kesan akan segala sesuatu disimpan dalam sebuah konsep bergambar. Jadi jika kamu memberi sugesti: "Jangan merokok!", maka yang tersimpan di dalam SM adalah sebuah kesan tentang orang atau dirinya sendiri yang sedang merokok! Itulah juga sebabnya cerita bergambar seperti komik lebih mudah dipahami daripada cerita tulisan seperti novel.

Dalam teknik hipnosis, sugesti larangan seperti ini sangat dihindari. Para hipnotis lebih cenderung menggunakan sugesti sederhana seperti: "Sekarang rokok hilang dari tangan Anda! Kini rokok musnah dari muka bumi! Saat ini rokok berubah menjadi sebuah permen manis yang enak!"

Ini cuma sekadar pengetahuan eksklusif yang saya beberkan sedikit di sini. Semoga kamu cukup paham, dan bisa memodifikasinya sedikit dalam kehidupan sehari-hari untuk membantu orang lain meninggalkan kebiasaan jeleknya.
« Last Edit: 19 June 2011, 01:39:49 AM by upasaka »

Offline Forte

  • Sebelumnya FoxRockman
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 16.577
  • Reputasi: 458
  • Gender: Male
  • not mine - not me - not myself
Re: Perasaan Bukan Aku Juga Bukan Diri-ku
« Reply #84 on: 19 June 2011, 07:43:05 AM »
Saya mau sharing soal tips menyugesti orang di dunia hipnosis. Semoga bisa menjadi masukkan...

Spoiler: ShowHide

Menurut penelitian panjang mengenai karakteristik sistem kesadaran manusia (CM, SM, UM), ditemukan fakta bahwa sistem CM tidak peka (bersifat difensif) terhadap kata-kata larangan seperti "jangan, tidak, bukan". Ini yang sering memunculkan fenomena bahwa "setiap peraturan itu dibuat untuk dilanggar".

Dalam keadaan sadar (CM), kita cenderung tidak menyukai sugesti berupa perintah negatif (larangan). Misalkan jika kita memberi sugesti: "Jangan merokok!", maka kesan yang ditangkap adalah: Merokok!

Ini juga disebabkan karena pada sistem SM, persepsi dan kesan akan segala sesuatu disimpan dalam sebuah konsep bergambar. Jadi jika kamu memberi sugesti: "Jangan merokok!", maka yang tersimpan di dalam SM adalah sebuah kesan tentang orang atau dirinya sendiri yang sedang merokok! Itulah juga sebabnya cerita bergambar seperti komik lebih mudah dipahami daripada cerita tulisan seperti novel.

Dalam teknik hipnosis, sugesti larangan seperti ini sangat dihindari. Para hipnotis lebih cenderung menggunakan sugesti sederhana seperti: "Sekarang rokok hilang dari tangan Anda! Kini rokok musnah dari muka bumi! Saat ini rokok berubah menjadi sebuah permen manis yang enak!"

Ini cuma sekadar pengetahuan eksklusif yang saya beberkan sedikit di sini. Semoga kamu cukup paham, dan bisa memodifikasinya sedikit dalam kehidupan sehari-hari untuk membantu orang lain meninggalkan kebiasaan jeleknya.

teknik ini banyak digunakan oleh mentor2 motivasi.. intinya selalu menggunakan sugesti yang tidak menggunakan kata tidak / jangan.. karena dikatakan ketika menerima sugesti.. yang ditangkap duluan bukan kata jangan / tidaknya :
contoh :
JANGAN bayangkan gajah warna pink berbelalai panjang..
ketika membaca statement ini, mungkin kita akan membayangkan gajah pink berbelalai panjang.. (saya pribadi membayangkan bona dari majalah bobo yang sering saya baca ketika masih kecil :))) setelah itu baru JANGAN.. makanya sugesti ini biasanya gagal..
Banyak orang tua juga yang tidak mengerti.. seperti ketika melihat anaknya lari2.. dengan panik mengatakan : Nak.. jangan lari2 nanti terjatuh.." Statement ini sebenarnya meminta anak supaya makin berlari dan terjatuh..

Makanya diajarkan untuk mengganti dengan kalimat yang bermakna sama / apa yang kita inginkan..
1. Jangan lari2 nanti jatuh = Jalanlah pelan2
2. Jangan merokok = Lebih baik ngunyah permen aja..
dst

Sedikit tambahan, dari sekian banyak :
2. Mental block
Hal yang paling penting dalam sugesti adalah ada tidaknya mental block. Mental block ini umumnya pandangan yang salah / sifatnya negatif dan menyebabkan sugesti positif gagal .. Maka paling awal yang biasa dilakukan adalah merubuhkan mental block..
- Si A perokok berat.. setiap hari dia menghabiskan 2 bungkus rokok.. dan pola ini sudah masuk ke pikirannya, bahwa dia "idealnya" harus menghabiskan 2 bungkus rokok.. dan ketika diminta berhenti.. pikirannya menolak perintahnya karena "keidealan" tadi..
- Si B seorang sales yang baru masuk kerja.. Dia akan kesulitan menjual ketika ada mental block, ah saya kan pemalu.. saya tidak akan pernah bisa menjual barang..

Jadi solusinya.. ajak bicara H2H, hancurkan temboknya..

3. Beri kepastian yang bisa diterima dan beri penekanan pada sugesti
Pikiran akan bingung jika tidak ada batasan kepastian.. makanya sugesti yang tidak pasti juga akan cenderung gagal..
Si B yang ingin menjual barang tadi.. Dia harus menggunakan sugesti yang memberi kepastian dan penekanan pada sugesti tsb.
Contoh :
- Saya hari ini PASTI BISA menjual XXX SEBANYAK 5 BUAH
- Saya BERTEKAD menjual XXX 5 buah.

Di statement di atas diberi kepastian, bahwa menjual XXX sebanyak 5 buah, ada penekanan untuk memainkan emosi (PASTI BISA/BERTEKAD), dan kepastiannya juga harus bisa diterima.. oleh karena itu saya tidak menyarankan untuk men-sugesti
- Saya hari ini PASTI BISA menjual XXX SEBANYAK 100 BUAH kalau yang disugesti merasa 100 itu tidak mampu.. (kenapa ? balik lagi ke mental block)

Ini bukan milikku, ini bukan aku, ini bukan diriku
6 kelompok 6 - Chachakka Sutta MN 148

Offline Sostradanie

  • Sebelumnya: sriyeklina
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.375
  • Reputasi: 42
Re: Perasaan Bukan Aku Juga Bukan Diri-ku
« Reply #85 on: 19 June 2011, 10:56:44 AM »
teknik ini banyak digunakan oleh mentor2 motivasi.. intinya selalu menggunakan sugesti yang tidak menggunakan kata tidak / jangan.. karena dikatakan ketika menerima sugesti.. yang ditangkap duluan bukan kata jangan / tidaknya :
contoh :
JANGAN bayangkan gajah warna pink berbelalai panjang..
ketika membaca statement ini, mungkin kita akan membayangkan gajah pink berbelalai panjang.. (saya pribadi membayangkan bona dari majalah bobo yang sering saya baca ketika masih kecil :))) setelah itu baru JANGAN.. makanya sugesti ini biasanya gagal..
Banyak orang tua juga yang tidak mengerti.. seperti ketika melihat anaknya lari2.. dengan panik mengatakan : Nak.. jangan lari2 nanti terjatuh.." Statement ini sebenarnya meminta anak supaya makin berlari dan terjatuh..

Makanya diajarkan untuk mengganti dengan kalimat yang bermakna sama / apa yang kita inginkan..
1. Jangan lari2 nanti jatuh = Jalanlah pelan2
2. Jangan merokok = Lebih baik ngunyah permen aja..
dst

Sedikit tambahan, dari sekian banyak :
2. Mental block
Hal yang paling penting dalam sugesti adalah ada tidaknya mental block. Mental block ini umumnya pandangan yang salah / sifatnya negatif dan menyebabkan sugesti positif gagal .. Maka paling awal yang biasa dilakukan adalah merubuhkan mental block..
- Si A perokok berat.. setiap hari dia menghabiskan 2 bungkus rokok.. dan pola ini sudah masuk ke pikirannya, bahwa dia "idealnya" harus menghabiskan 2 bungkus rokok.. dan ketika diminta berhenti.. pikirannya menolak perintahnya karena "keidealan" tadi..
- Si B seorang sales yang baru masuk kerja.. Dia akan kesulitan menjual ketika ada mental block, ah saya kan pemalu.. saya tidak akan pernah bisa menjual barang..

Jadi solusinya.. ajak bicara H2H, hancurkan temboknya..

3. Beri kepastian yang bisa diterima dan beri penekanan pada sugesti
Pikiran akan bingung jika tidak ada batasan kepastian.. makanya sugesti yang tidak pasti juga akan cenderung gagal..
Si B yang ingin menjual barang tadi.. Dia harus menggunakan sugesti yang memberi kepastian dan penekanan pada sugesti tsb.
Contoh :
- Saya hari ini PASTI BISA menjual XXX SEBANYAK 5 BUAH
- Saya BERTEKAD menjual XXX 5 buah.

Di statement di atas diberi kepastian, bahwa menjual XXX sebanyak 5 buah, ada penekanan untuk memainkan emosi (PASTI BISA/BERTEKAD), dan kepastiannya juga harus bisa diterima.. oleh karena itu saya tidak menyarankan untuk men-sugesti
- Saya hari ini PASTI BISA menjual XXX SEBANYAK 100 BUAH kalau yang disugesti merasa 100 itu tidak mampu.. (kenapa ? balik lagi ke mental block)


Saya pernah beberapa kali mengikuti seminar dan pelatihan. Bahkan ada yang pelatihan dilakukan 4hari 3 malam. Dan ada 1 pelatihan yang saya ikuti yang memang agak berbeda. Dimana para peserta sengaja dibuat capek. Dengan berkurang jam tidur-nya.Selama 4hari 3 malam itu kita tidak tahu jam, tidak ada komunikasi dengan dunia luar karena semua jam dan hp diserahkan ke panitia-nya sebelum pelatihan dimulai. Termasuk rokok juga. Jadi tidak ada yang merokok selama pelatihan. Dan peserta dilarang bicara, hanya boleh bicara ketika ditanya oleh motivatornya.

Dan ada pada sesi-sesi terakhir pelatihan itu dimana banyak peserta-nya menjadi histeris. Saya lihat sendiri bagaimana ada yang menangis bahkan sampai pingsan. Ada yang berteriak sekeras-keras-nya. Dan pada acara penutupan semua-nya bersemangat, yang tidak bersemangat mungkin hanya saya.

Jika saya melihat, dibandingkan seminar atau pelatihan yang lain-nya, saya menilai pelatihan yang ini jauh berkualitas. Karena para motivatornya berusaha memasukan doktrin-nya melalui alam bawah sadar.

Tapi setelah kembali di kehidupan nyata tetap saja tidak jauh beda. Hasil motivasi dari pelatihan itu hanya 2minggu paling lama bertahan dalam diri peserta. Semangat yang menggila itu lenyap kemudian-nya. Dan kembali seperti semula.

Sedangkan saya yang tidak termotivasi apapun tapi semangat-nya jauh lebih tinggi dari pada mereka. Karena berbagai pengalaman yang sudah dijalanilah makanya saya mengatakan bahwa tidak mudah bagi seseorang itu untuk berubah.

Maka-nya seperti teman bro yang membakar jembatan-nya untuk pulang itu adalah orang yang luar biasa. Dia tidak butuh motivasi dari luar lagi, karena sudah ada motivasi dari dalam yang membuat selalu bangkit walau berapa kali-pun dia jatuh.


« Last Edit: 19 June 2011, 10:58:59 AM by sriyeklina »
PEMUSNAHAN BAIK ADANYA (2019)

Offline wang ai lie

  • Sebelumnya: anggia.gunawan
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.204
  • Reputasi: 72
  • Gender: Male
  • Terpujilah Sang Bhagava,Guru para Dewa dan Manusia
Re: Perasaan Bukan Aku Juga Bukan Diri-ku
« Reply #86 on: 19 June 2011, 10:59:35 AM »
maaf mungkin OOT

 [at]  sis TS , apakah "perasaan bukan aku juga bukan diriku" termasuk dalam "anatta"? mohon pencerahannya
Namo Mahakarunikaya Avalokitesvaraya, Semoga dengan cepat saya mengetahui semua ajaran Dharma,berada dalam perahu Prajna,mencapai Sila, Samadhi, dan Prajna,berada dalam kediaman tanpa perbuatan,bersatu dengan Tubuh Agung Dharma

Offline Sostradanie

  • Sebelumnya: sriyeklina
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.375
  • Reputasi: 42
Re: Perasaan Bukan Aku Juga Bukan Diri-ku
« Reply #87 on: 19 June 2011, 11:07:07 AM »
maaf mungkin OOT

 [at]  sis TS , apakah "perasaan bukan aku juga bukan diriku" termasuk dalam "anatta"? mohon pencerahannya
Seperti yang saya baca di sutta, bahwa jasmani dan batin bukan diri. Jadi saya membuat topik ini, karena saya juga ingin tahu lebih banyak terutama tentang hal batin yang menyangkut perasaan.
PEMUSNAHAN BAIK ADANYA (2019)

Offline wang ai lie

  • Sebelumnya: anggia.gunawan
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.204
  • Reputasi: 72
  • Gender: Male
  • Terpujilah Sang Bhagava,Guru para Dewa dan Manusia
Re: Perasaan Bukan Aku Juga Bukan Diri-ku
« Reply #88 on: 19 June 2011, 11:10:04 AM »
Seperti yang saya baca di sutta, bahwa jasmani dan batin bukan diri. Jadi saya membuat topik ini, karena saya juga ingin tahu lebih banyak terutama tentang hal batin yang menyangkut perasaan.

jadi ada kaitannya dengan "anatta" ya sis, terima kasih atas penjelasannya _/\_
Namo Mahakarunikaya Avalokitesvaraya, Semoga dengan cepat saya mengetahui semua ajaran Dharma,berada dalam perahu Prajna,mencapai Sila, Samadhi, dan Prajna,berada dalam kediaman tanpa perbuatan,bersatu dengan Tubuh Agung Dharma

Offline Forte

  • Sebelumnya FoxRockman
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 16.577
  • Reputasi: 458
  • Gender: Male
  • not mine - not me - not myself
Re: Perasaan Bukan Aku Juga Bukan Diri-ku
« Reply #89 on: 19 June 2011, 11:12:21 AM »
Dan ada pada sesi-sesi terakhir pelatihan itu dimana banyak peserta-nya menjadi histeris. Saya lihat sendiri bagaimana ada yang menangis bahkan sampai pingsan. Ada yang berteriak sekeras-keras-nya. Dan pada acara penutupan semua-nya bersemangat, yang tidak bersemangat mungkin hanya saya.

Jika saya melihat, dibandingkan seminar atau pelatihan yang lain-nya, saya menilai pelatihan yang ini jauh berkualitas. Karena para motivatornya berusaha memasukan doktrin-nya melalui alam bawah sadar.

Tapi setelah kembali di kehidupan nyata tetap saja tidak jauh beda. Hasil motivasi dari pelatihan itu hanya 2minggu paling lama bertahan dalam diri peserta. Semangat yang menggila itu lenyap kemudian-nya. Dan kembali seperti semula.

Sedangkan saya yang tidak termotivasi apapun tapi semangat-nya jauh lebih tinggi dari pada mereka. Karena berbagai pengalaman yang sudah dijalanilah makanya saya mengatakan bahwa tidak mudah bagi seseorang itu untuk berubah.

Maka-nya seperti teman bro yang membakar jembatan-nya untuk pulang itu adalah orang yang luar biasa. Dia tidak butuh motivasi dari luar lagi, karena sudah ada motivasi dari dalam yang membuat selalu bangkit walau berapa kali-pun dia jatuh.
saya pernah ikut pelatihan yang serupa.. dan kebetulan saya mengalami hal yang serupa juga..
awal bersemangat.. lama2 juga kembali normal.. saya kemudian memikirkan kenapa itu terjadi..

penyebabnya menurut saya kira2 ada beberapa
- tidak ada sesuatu hal yang menggebrak sehingga berani bertindak ekstrim..
teman saya itu berani, karena dia harus menghidupi istri dan anaknya..
- mental block
perasaan tidak mampu.. ah saya tidak mungkin bisa dll
- comfort zone
saat ini gw sudah nyaman.. buat apa susah2..

tapi menurut saya yang paling utama adalah yang pertama.. yaitu tidak ada sesuatu yang menggebrak.. Desire itu kadang kala penting sebagai penggebrak.. Sekedar share, saya mengikuti pelatihan itu awal ditanyakan
- apa keinginan saya ?
- apakah saya benar2 menginginkannya ?
waktu itu saya memiliki keinginan.. namun karena saya tidak bener2 menginginkannya (baca : hal ini menyebabkan counter balik dan melemahkan sugesti juga), makanya saya gagal..

Ada kisah juga pada saat pelatihan, di mana memang para motivator tersebut menggali semua aspek dalam diri.. kami disuruh menggambar apa yang kami inginkan dan bercerita.. yang paling saya ingat, ada seorang ibu yang menggambar dia mengantar anaknya ke sekolah.. dan ketika dia bercerita.. dia menangis.. dia begitu ingin menemani anaknya.. namun selalu terkendala waktu karena wanita karir.. dan pada malam "pencerahan", dia bertekad untuk resign dan mengambil kerjaan yang jauh lebih sulit.. demi 1 tujuan.. mencapai financial freedom.. agar bisa menemani anaknya tanpa terikat waktu.. 
Ini bukan milikku, ini bukan aku, ini bukan diriku
6 kelompok 6 - Chachakka Sutta MN 148

Offline Sostradanie

  • Sebelumnya: sriyeklina
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.375
  • Reputasi: 42
Re: Perasaan Bukan Aku Juga Bukan Diri-ku
« Reply #90 on: 19 June 2011, 11:32:04 AM »
saya pernah ikut pelatihan yang serupa.. dan kebetulan saya mengalami hal yang serupa juga..
awal bersemangat.. lama2 juga kembali normal.. saya kemudian memikirkan kenapa itu terjadi..

penyebabnya menurut saya kira2 ada beberapa
- tidak ada sesuatu hal yang menggebrak sehingga berani bertindak ekstrim..
teman saya itu berani, karena dia harus menghidupi istri dan anaknya..
- mental block
perasaan tidak mampu.. ah saya tidak mungkin bisa dll
- comfort zone
saat ini gw sudah nyaman.. buat apa susah2..

tapi menurut saya yang paling utama adalah yang pertama.. yaitu tidak ada sesuatu yang menggebrak.. Desire itu kadang kala penting sebagai penggebrak.. Sekedar share, saya mengikuti pelatihan itu awal ditanyakan
- apa keinginan saya ?
- apakah saya benar2 menginginkannya ?
waktu itu saya memiliki keinginan.. namun karena saya tidak bener2 menginginkannya (baca : hal ini menyebabkan counter balik dan melemahkan sugesti juga), makanya saya gagal..

Ada kisah juga pada saat pelatihan, di mana memang para motivator tersebut menggali semua aspek dalam diri.. kami disuruh menggambar apa yang kami inginkan dan bercerita.. yang paling saya ingat, ada seorang ibu yang menggambar dia mengantar anaknya ke sekolah.. dan ketika dia bercerita.. dia menangis.. dia begitu ingin menemani anaknya.. namun selalu terkendala waktu karena wanita karir.. dan pada malam "pencerahan", dia bertekad untuk resign dan mengambil kerjaan yang jauh lebih sulit.. demi 1 tujuan.. mencapai financial freedom.. agar bisa menemani anaknya tanpa terikat waktu.. 
Kalau saya menilai sih, dan dari beberapa kali saya mengikuti seminar dan 'kami' membuat pelatihan di group. Orang yang biasa memakai logika jarang termotivasi, orang yang lebih sering memakai perasaan lebih mudah termotivasi.

Dan setelah tidak berhasil kita selalu mencari alasan kenapa tidak berhasil  ;D




PEMUSNAHAN BAIK ADANYA (2019)

Offline Forte

  • Sebelumnya FoxRockman
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 16.577
  • Reputasi: 458
  • Gender: Male
  • not mine - not me - not myself
Re: Perasaan Bukan Aku Juga Bukan Diri-ku
« Reply #91 on: 19 June 2011, 11:37:22 AM »
Kalau saya menilai sih, dan dari beberapa kali saya mengikuti seminar dan 'kami' membuat pelatihan di group. Orang yang biasa memakai logika jarang termotivasi, orang yang lebih sering memakai perasaan lebih mudah termotivasi.

Dan setelah tidak berhasil kita selalu mencari alasan kenapa tidak berhasil  ;D
yeah bisa jadi..
namun IMHO, kita perlu intropeksi (bukan mencari alasan ya) kenapa kita tidak berhasil.
Hal ini berguna untuk mengumpulkan sebanyak mungkin informasi penyebab2 kegagalan untuk ditindaklanjuti lebih lanjut..
Kalau mencari alasan, itu tidak dianjurkan, karena sifatnya menyalahkan faktor external.
Ini bukan milikku, ini bukan aku, ini bukan diriku
6 kelompok 6 - Chachakka Sutta MN 148

Offline wang ai lie

  • Sebelumnya: anggia.gunawan
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.204
  • Reputasi: 72
  • Gender: Male
  • Terpujilah Sang Bhagava,Guru para Dewa dan Manusia
Re: Perasaan Bukan Aku Juga Bukan Diri-ku
« Reply #92 on: 19 June 2011, 11:45:57 AM »
kalau melihat keterangan sis di atas, kalau saya tidak salah menarik kesimpulan , semua tergantung dari "kesadaran" jika kita dalam "kesadaran" maka dalam pikiran kita cenderung menolak segala sugesti atau segala bentuk pikian yang di coba untuk di tanamkan kedalam pikiran kita , maaf jika salah  ;D
Namo Mahakarunikaya Avalokitesvaraya, Semoga dengan cepat saya mengetahui semua ajaran Dharma,berada dalam perahu Prajna,mencapai Sila, Samadhi, dan Prajna,berada dalam kediaman tanpa perbuatan,bersatu dengan Tubuh Agung Dharma

Offline Sostradanie

  • Sebelumnya: sriyeklina
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.375
  • Reputasi: 42
Re: Perasaan Bukan Aku Juga Bukan Diri-ku
« Reply #93 on: 19 June 2011, 12:05:21 PM »
yeah bisa jadi..
namun IMHO, kita perlu intropeksi (bukan mencari alasan ya) kenapa kita tidak berhasil.
Hal ini berguna untuk mengumpulkan sebanyak mungkin informasi penyebab2 kegagalan untuk ditindaklanjuti lebih lanjut..
Kalau mencari alasan, itu tidak dianjurkan, karena sifatnya menyalahkan faktor external.
Yah, saya setuju dengan yang ini. Tapi pada umum-nya orang mencari penyebab kegagalan bukan untuk menindak lanjuti supaya berhasil. Tapi untuk membuat dia menerima kenapa dia harus gagal.

Jika secara sains bro, bagian manakah yang bekerja dalam diri kita tentang hal ini? Ada artikel yang saya temukan :

Agar lebih menarik, maka mari kita lihat kerja emosi kecewa ini di dalam otak kita. Kita akan membahas hasil-hasil penelitian di bidang neurosains. Bagian otak yang bernama prefrontal cortex adalah bagian otak yang selalu men-scan setiap detik-detik kehidupan kita. Bagian otak ini letaknya dibalik dahi Anda. Bagian ini ibarat mata ketiga Anda yang selalu memantau setiap detik kehidupan Anda. Seperti yang kita ketahui, otak kita bekerja dengan cara menciptakan hubungan-hubungan antar sel otak (antar neuron). Hubungan antar neuron ini tercipta dengan bantuan sejenis zat kimia yang disebut neurotransmitter, atau zat kimia yang berfungsi menyampaikan pesan dari satu syaraf ke syaraf lainnya. Salah satu neurotransmitter di dalam otak kita adalah dopamin. Neurotransmitter dopamin ini merupakan neurohormon yang berperan mengatur emosi-emosi kita; suatu senyawa molekul yang menciptakan perasaan-perasaan kita.

Jika dopamin diproduksi dalam jumlah yang banyak, maka Anda akan merasa senang dan bahagia. Akan tetapi jika jumlah dopamin berkurang di dalam otak Anda, maka Anda akan merasa sedih dan kecewa. Nah, bagaimana sih kerja neuron-neuron dopamin ini? Mari kita lihat penelitian yang dilakukan oleh Wolfram Schultz dari Universitas Cambridge. Tanpa sengaja Schultz, menemukan kerja neuron dopamin ini pada eksperimen pemberian hadiah kepada kera-kera percobaannya. Dalam penelitiannya, Schultz membunyikan suatu suara keras, menunggu beberapa detik, dan kemudian memberikan beberapa tetes jus apel ke mulut seekor kera. Awalnya, neuron dopamin ini bergerak ketika tetes-tetes jus apel tersebut diberikan. Namun, hanya dengan beberapa kali percobaan saja, kera-kera itu menunjukkan aktivatas neuron dopamin yang menarik. Hanya cukup dengan membunyikan suara keras saja, neuron-neuron dopamin yang sama akan mulai bergerak, bukan lagi bergerak di saat mendapatkan hadiah berupa tetes-tetes jus apel.

Dalam penelitiannya, Schultz melihat pola kerja yang sangat menarik pada neuron dopamin kera-kera tersebut. Cara kerja neuron dopamin lebih mirip kepada aktivitas mem-prediksi hadiah ketimbang benar-benar mendapatkan hadiah tersebut. Menariknya lagi, kera-kera yang diberi hadiah berupa makanan tanpa membunyikan suara keras sebelumnya, menunjukkan aktivitas neuron dopamin yang mulai bergerak sesaat sebelum mereka betul-betul mendapatkan makanan tersebut. Dengan kata lain, neuron dopamin mereka bekerja dan mulai memprediksi – bahwa mereka akan mendapatkan makanan sebentar lagi – sebelum mereka betul-betul mendapatkan makanan. Cara kerja sistem ini menyangkut EKSPEKTASI (harapan), dan membuat pola berdasarkan pengalaman: jika ini, maka itu. Jika bel dibunyikan, maka mereka mem-prediksi bahwa sebentar lagi akan segera mendapatkan makanan. Dan jika prediksi kera-kera tersebut benar, maka sejumlah besar dopamin akan keluar dan hal ini akan menimbulkan perasaan senang dan membahagiakan.

Namun ketika prediksi kera-kera tersebut keliru (kera-kera tersebut mendengar suara keras, tapi dalam penantian, kera-kera tersebut tidak mendapatkan sama sekali tetes-tetes jus), maka jumlah gerakan-gerakan neuron dopaminnya akan menurun. Dan hal ini akan menyebabkan jumlah dopamin berkurang, dan akan melahirkan kesedihan dan kekecewaan. Dengan kata lain, telah terjadi salah prediksi. Neuron-neuron dopamin mendapatkan sinyal salah prediksi.

Setelah melalui serangkaian pengalaman yang begitu banyak, maka kera-kera ini pada akhirnya mahir melakukan prediksi dengan tepat. Dengan kata lain, neuron-neuron dopamin mereka telah membuat pola-pola prediksi yang baru dan akurat, setelah membandingkan serangkaian prediksi yang benar dan prediksi yang keliru. Dan pola-pola neuron dopamin ini terjadi pada level bawah sadar. Artinya, terjadi tanpa si kera menyadarinya. Pada akhirnya, kera-kera ini mengetahui, bahwa jika situasinya berjalan sempurna, maka neuron-neuron dopamin akan bergerak dan memberikan sensasi kesenangan, dan akhirnya mereka akan mendapatkan hadiah. Namun, jika situasinya tidak berjalan sebagaimana mestinya, maka sel-sel otak ini langsung mengirimkan sinyal salah prediksi, dan berhenti mengeluarkan dopamin. Hal ini akan menimbulkan suatu perasaan sedih dan kecewa, atau mungkin juga suatu kecemasan.


Apakah artikel ini benar?
PEMUSNAHAN BAIK ADANYA (2019)

Offline Sostradanie

  • Sebelumnya: sriyeklina
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.375
  • Reputasi: 42
Re: Perasaan Bukan Aku Juga Bukan Diri-ku
« Reply #94 on: 19 June 2011, 12:13:18 PM »
kalau melihat keterangan sis di atas, kalau saya tidak salah menarik kesimpulan , semua tergantung dari "kesadaran" jika kita dalam "kesadaran" maka dalam pikiran kita cenderung menolak segala sugesti atau segala bentuk pikian yang di coba untuk di tanamkan kedalam pikiran kita , maaf jika salah  ;D
Menurut saya bukan karena mutlak dalam kesadaran, tapi cara seseorang dalam memproses persepsi yang dia terima.

Saya tidak bisa termotivasi karena saya tidak menghayati pembicaraan motivator tersebut. Tapi saya sibuk menganalisa perkataan yang dia ucapkan. Saya sibuk memperhatikan mimik wajahnya dan bahasa tubuh-nya saat berbicara.

Dan Sang Buddha yang hidup beribu tahun yang lalu sudah mengetahui tentang hal ini. Dia mengetahui kecenderungan makhluk yang jadi pendengar-nya. Sang Buddha tidak perlu ikut seminar.  ;D
PEMUSNAHAN BAIK ADANYA (2019)

Offline wang ai lie

  • Sebelumnya: anggia.gunawan
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.204
  • Reputasi: 72
  • Gender: Male
  • Terpujilah Sang Bhagava,Guru para Dewa dan Manusia
Re: Perasaan Bukan Aku Juga Bukan Diri-ku
« Reply #95 on: 19 June 2011, 12:23:25 PM »
Menurut saya bukan karena mutlak dalam kesadaran, tapi cara seseorang dalam memproses persepsi yang dia terima.

Saya tidak bisa termotivasi karena saya tidak menghayati pembicaraan motivator tersebut. Tapi saya sibuk menganalisa perkataan yang dia ucapkan. Saya sibuk memperhatikan mimik wajahnya dan bahasa tubuh-nya saat berbicara.

Dan Sang Buddha yang hidup beribu tahun yang lalu sudah mengetahui tentang hal ini. Dia mengetahui kecenderungan makhluk yang jadi pendengar-nya. Sang Buddha tidak perlu ikut seminar.  ;D
itulah yang saya maksud dengan"kesadaran" sis, jika kita menghayati apa yang dikatakan motivator saya anggap kita sudah di luar dari "kesadaran" ;D
Namo Mahakarunikaya Avalokitesvaraya, Semoga dengan cepat saya mengetahui semua ajaran Dharma,berada dalam perahu Prajna,mencapai Sila, Samadhi, dan Prajna,berada dalam kediaman tanpa perbuatan,bersatu dengan Tubuh Agung Dharma

Offline seniya

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.469
  • Reputasi: 169
  • Gender: Male
  • Om muni muni mahamuni sakyamuni svaha
Re: Perasaan Bukan Aku Juga Bukan Diri-ku
« Reply #96 on: 19 June 2011, 12:28:35 PM »
Pembahasan yg menarik, terutama pada bagian mengubah perasaan sedih menjadi bahagia. Kebetulan akhir-akhir ini mood saya sedang jelek/frustasi, banyak masalah yang mendera saya. Yg saya tangkap dr pembahasan di atas adalah salah satu cara mengubah perasaan tsb adalah dengan adanya motivator/sugesti dr luar. Sekarang masalahnya, saya seorg yg tertutup dan jarang bergaul, sangat sedikit memiliki teman, maka tidak ada org lain yg dpt memotivasi saya; jadi bisakah kita memotivasi diri kita sendiri agar lepas dr mood jelek ini? Bagaimana caranya? Thx

Ps: Sekarang mood saya sudah kembali normal setelah membaca pembahasan2 di thread ini. Ini membuktikan hanya dengan tulisan2 di atas bs menjadi motivator saya. Tetapi saya tidak tahu berapa lama perasaan ini akan bertahan krn semuanya anicca. Jika mood jelek tsb datang lagi, saya tdk tahu tulisan2 di atas bs memotivasi saya lagi....
"Holmes once said not to allow your judgement to be biased by personal qualities, and emotional qualities are antagonistic to clear reasoning."
~ Shinichi Kudo a.k.a Conan Edogawa

Offline wang ai lie

  • Sebelumnya: anggia.gunawan
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.204
  • Reputasi: 72
  • Gender: Male
  • Terpujilah Sang Bhagava,Guru para Dewa dan Manusia
Re: Perasaan Bukan Aku Juga Bukan Diri-ku
« Reply #97 on: 19 June 2011, 12:37:37 PM »
Pembahasan yg menarik, terutama pada bagian mengubah perasaan sedih menjadi bahagia. Kebetulan akhir-akhir ini mood saya sedang jelek/frustasi, banyak masalah yang mendera saya. Yg saya tangkap dr pembahasan di atas adalah salah satu cara mengubah perasaan tsb adalah dengan adanya motivator/sugesti dr luar. Sekarang masalahnya, saya seorg yg tertutup dan jarang bergaul, sangat sedikit memiliki teman, maka tidak ada org lain yg dpt memotivasi saya; jadi bisakah kita memotivasi diri kita sendiri agar lepas dr mood jelek ini? Bagaimana caranya? Thx

Ps: Sekarang mood saya sudah kembali normal setelah membaca pembahasan2 di thread ini. Ini membuktikan hanya dengan tulisan2 di atas bs menjadi motivator saya. Tetapi saya tidak tahu berapa lama perasaan ini akan bertahan krn semuanya anicca. Jika mood jelek tsb datang lagi, saya tdk tahu tulisan2 di atas bs memotivasi saya lagi....
mohon maaf bro seniya , menurut saya teman itu ada dan teman bro pun banyak (kan ada teman-teman di DC  :D) , tetapi kadang seorang teman tidak berani memberikan pendapat jika tidak di minta, jika bro meminta pasti seorang teman akan berusaha memberikan solusi atau motivasi untuk bro,  :) adakalanya kita harus sedikit terbuka jika kita ada masalah kepada teman, tidak harus di tread via PM pun bisa  ;D , jika saya sedang dalam posisi mood jelek , saya pasti akan mencoba mencari solusinya , apa itu dengan membuka2 forum DC, PM teman di DC untuk bertanya , atau membuat celoteh2 yang bisa mengeluarkan segala pikiran2 / beban saya .  _/\_ semoga segala permasalahan bro seniya bisa cepat terselesaikan
Namo Mahakarunikaya Avalokitesvaraya, Semoga dengan cepat saya mengetahui semua ajaran Dharma,berada dalam perahu Prajna,mencapai Sila, Samadhi, dan Prajna,berada dalam kediaman tanpa perbuatan,bersatu dengan Tubuh Agung Dharma

Offline seniya

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.469
  • Reputasi: 169
  • Gender: Male
  • Om muni muni mahamuni sakyamuni svaha
Re: Perasaan Bukan Aku Juga Bukan Diri-ku
« Reply #98 on: 19 June 2011, 12:44:24 PM »
mohon maaf bro seniya , menurut saya teman itu ada dan teman bro pun banyak (kan ada teman-teman di DC  :D) , tetapi kadang seorang teman tidak berani memberikan pendapat jika tidak di minta, jika bro meminta pasti seorang teman akan berusaha memberikan solusi atau motivasi untuk bro,  :) adakalanya kita harus sedikit terbuka jika kita ada masalah kepada teman, tidak harus di tread via PM pun bisa  ;D , jika saya sedang dalam posisi mood jelek , saya pasti akan mencoba mencari solusinya , apa itu dengan membuka2 forum DC, PM teman di DC untuk bertanya , atau membuat celoteh2 yang bisa mengeluarkan segala pikiran2 / beban saya .  _/\_ semoga segala permasalahan bro seniya bisa cepat terselesaikan

Hehehehe... maksud saya bukan saya gak ad teman di forum ini, tetapi di dunia nyata saya ini gak punya banyak teman... :)
Terima kasih atas motivasinya.... :)
"Holmes once said not to allow your judgement to be biased by personal qualities, and emotional qualities are antagonistic to clear reasoning."
~ Shinichi Kudo a.k.a Conan Edogawa

Offline williamhalim

  • Sebelumnya: willibordus
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.869
  • Reputasi: 134
  • Gender: Male
Re: Perasaan Bukan Aku Juga Bukan Diri-ku
« Reply #99 on: 19 June 2011, 01:01:54 PM »
Pembahasan yg menarik, terutama pada bagian mengubah perasaan sedih menjadi bahagia. Kebetulan akhir-akhir ini mood saya sedang jelek/frustasi, banyak masalah yang mendera saya. Yg saya tangkap dr pembahasan di atas adalah salah satu cara mengubah perasaan tsb adalah dengan adanya motivator/sugesti dr luar. Sekarang masalahnya, saya seorg yg tertutup dan jarang bergaul, sangat sedikit memiliki teman, maka tidak ada org lain yg dpt memotivasi saya; jadi bisakah kita memotivasi diri kita sendiri agar lepas dr mood jelek ini? Bagaimana caranya? Thx

Ps: Sekarang mood saya sudah kembali normal setelah membaca pembahasan2 di thread ini. Ini membuktikan hanya dengan tulisan2 di atas bs menjadi motivator saya. Tetapi saya tidak tahu berapa lama perasaan ini akan bertahan krn semuanya anicca. Jika mood jelek tsb datang lagi, saya tdk tahu tulisan2 di atas bs memotivasi saya lagi....

Yg di bold tebal,
Itu artinya kita mengubah sudut pandang kita terhadap suatu kondisi.
Cara kita memandang suatu kondisi akan menentukan bahagia/derita kita.

Jadi, bukan kondisi2 luar yg menentukan kesengsaraan kita, melainkan pikiran kita sendiri.

Banyak2 mempelajari Dhamma, merenunginya dan implementasi dalam keseharian terus menerus, sedikit demi sedikit pasti akan meningkatkan kualitas hidup kita.

::
Walaupun seseorang dapat menaklukkan beribu-ribu musuh dalam beribu kali pertempuran, namun sesungguhnya penakluk terbesar adalah orang yang dapat menaklukkan dirinya sendiri (Dhammapada 103)

Offline Sostradanie

  • Sebelumnya: sriyeklina
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.375
  • Reputasi: 42
Re: Perasaan Bukan Aku Juga Bukan Diri-ku
« Reply #100 on: 19 June 2011, 02:15:28 PM »
Pembahasan yg menarik, terutama pada bagian mengubah perasaan sedih menjadi bahagia. Kebetulan akhir-akhir ini mood saya sedang jelek/frustasi, banyak masalah yang mendera saya. Yg saya tangkap dr pembahasan di atas adalah salah satu cara mengubah perasaan tsb adalah dengan adanya motivator/sugesti dr luar. Sekarang masalahnya, saya seorg yg tertutup dan jarang bergaul, sangat sedikit memiliki teman, maka tidak ada org lain yg dpt memotivasi saya; jadi bisakah kita memotivasi diri kita sendiri agar lepas dr mood jelek ini? Bagaimana caranya? Thx

Ps: Sekarang mood saya sudah kembali normal setelah membaca pembahasan2 di thread ini. Ini membuktikan hanya dengan tulisan2 di atas bs menjadi motivator saya. Tetapi saya tidak tahu berapa lama perasaan ini akan bertahan krn semuanya anicca. Jika mood jelek tsb datang lagi, saya tdk tahu tulisan2 di atas bs memotivasi saya lagi....

Mood= ketertarikan pada sesuatu sedang meningkat.
Tidak mood= ketertarikan pada sesuatu sedang menurun.

Satu cara belum tentu cocok dengan orang lain. Jadi misal-nya jika seseorang sedang bersedih jika disuruh berolahraga maka itu bisa memanipulasi kesedihan. Menurut saya belum tentu. Itu mungkin akan berhasil pada orang yang menyenangi olahraga. Tapi pada orang yang tidak menyukai olahraga malah jadi tambah berat dan tidak nyaman saat dia melakukan seperti itu.

Jika bacaan merupakan hal yang menarik, bro koleksilah berbagai bacaan. Atau mendengarkan musik. Pokok-nya pada hal-hal yang bro senangi.

Tapi kalau saya pribadi sih, lebih suka merenung sendiri dan mencari solusi secepat-nya dari masalah yang saya hadapi. Ada untuk beberapa kasus yang terkadang menjadi kesenangan tersendiri dalam mencari solusi-nya.
PEMUSNAHAN BAIK ADANYA (2019)

Offline seniya

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.469
  • Reputasi: 169
  • Gender: Male
  • Om muni muni mahamuni sakyamuni svaha
Re: Perasaan Bukan Aku Juga Bukan Diri-ku
« Reply #101 on: 19 June 2011, 06:22:20 PM »
Mood= ketertarikan pada sesuatu sedang meningkat.
Tidak mood= ketertarikan pada sesuatu sedang menurun.

Satu cara belum tentu cocok dengan orang lain. Jadi misal-nya jika seseorang sedang bersedih jika disuruh berolahraga maka itu bisa memanipulasi kesedihan. Menurut saya belum tentu. Itu mungkin akan berhasil pada orang yang menyenangi olahraga. Tapi pada orang yang tidak menyukai olahraga malah jadi tambah berat dan tidak nyaman saat dia melakukan seperti itu.

Jika bacaan merupakan hal yang menarik, bro koleksilah berbagai bacaan. Atau mendengarkan musik. Pokok-nya pada hal-hal yang bro senangi.

Tapi kalau saya pribadi sih, lebih suka merenung sendiri dan mencari solusi secepat-nya dari masalah yang saya hadapi. Ada untuk beberapa kasus yang terkadang menjadi kesenangan tersendiri dalam mencari solusi-nya.


Thx atas sarannya, sis....

Soal istilah "mood" di sini saya maksudkan sbg "suasana hati" alias perasaan itu sendiri. Mungkin penggunaan istilah saya yg kurang tepat.... :)
"Holmes once said not to allow your judgement to be biased by personal qualities, and emotional qualities are antagonistic to clear reasoning."
~ Shinichi Kudo a.k.a Conan Edogawa

Offline sobat-dharma

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.286
  • Reputasi: 45
  • Gender: Male
  • sharing, caring, offering
Re: Perasaan Bukan Aku Juga Bukan Diri-ku
« Reply #102 on: 19 June 2011, 06:52:47 PM »
Ikut nimbrung ya... :)

Soal betapa dalam hidup kita selalu diombang-ambing antara perasaan sedih dan bahagia, saya rasa menarik untuk melirik tulisan ini, meski bukan dari ajaran Buddhisme:

http://dhammacitta.org/forum/index.php?topic=6826.0

Semoga bermanfaat :)



Mereka yang melihat-Ku dari wujud dan mengikuti-Ku dari suara terlibat dalam upaya salah. Mereka takkan melihat Aku. Dari Dharma-lah mestinya ia melihat Para Buddha. Dari Dharmakaya datang tuntunan baginya. Namun hakikat sejati Dharma tak terlihat dan tiada seorangpun bisa menyadarinya sebagai obyek

Offline hemayanti

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.477
  • Reputasi: 186
  • Gender: Female
  • Appamadena Sampadetha
Re: Perasaan Bukan Aku Juga Bukan Diri-ku
« Reply #103 on: 19 June 2011, 10:38:24 PM »
Pembahasan yg menarik, terutama pada bagian mengubah perasaan sedih menjadi bahagia. Kebetulan akhir-akhir ini mood saya sedang jelek/frustasi, banyak masalah yang mendera saya. Yg saya tangkap dr pembahasan di atas adalah salah satu cara mengubah perasaan tsb adalah dengan adanya motivator/sugesti dr luar. Sekarang masalahnya, saya seorg yg tertutup dan jarang bergaul, sangat sedikit memiliki teman, maka tidak ada org lain yg dpt memotivasi saya; jadi bisakah kita memotivasi diri kita sendiri agar lepas dr mood jelek ini? Bagaimana caranya? Thx

Ps: Sekarang mood saya sudah kembali normal setelah membaca pembahasan2 di thread ini. Ini membuktikan hanya dengan tulisan2 di atas bs menjadi motivator saya. Tetapi saya tidak tahu berapa lama perasaan ini akan bertahan krn semuanya anicca. Jika mood jelek tsb datang lagi, saya tdk tahu tulisan2 di atas bs memotivasi saya lagi....

membaca postingan om seniya saya seperti melihat diri saya beberapa tahun yang lalu..  ;D
sekarang udah agak jauh berbeda, tapi yang saya rasakan malah enakan menjadi orang yang tertutup, karna terkadang jika kita terlalu terbuka dan menceritakan apa saja yang kita rasakan (masalah/kesenangan) kepada orang lain, terkadang beberapa saat setelah itu malah terpikir 'seharusnya g perlu diceritakan'  ;D
orang yang tertutup mungkin bisa lebih waspada..  :)
ketika bisa menyimpannya sendiri maka akan lebih aman menurut saya, hanya butuh kesabaran aja, karna saya sering mengalami bahwa apapun perasaan itu nanti pasti akan berlalu juga, dan ketika bisa menyimpannya sendiri sampai akhirnya perasaan itu berubah malah ada satu kepuasan sendiri, 'nah tuh kan udah berubah, untung g dibilang sama siapa2'.. hehehhe....  ;D

tapi terkadang ketika kita menceritakan masalah yang sedang kita alami kepada orang lain, yang kita butuhkan sebenarnya adalah telinga untuk mendengar semua unek2 yang ingin kita keluarkan, bukan solusi ataupun nasehat bla..bla...bla... karna setelah ada tempat untuk bercerita dan berhasil menceritakan semua yang ingin kita sampaikan, maka rasa legapun akan muncul, walaupun g mendapatkan nasehat.  ;D
"Sekarang, para bhikkhu, Aku mengatakan ini sebagai nasihat terakhir-Ku: kehancuran adalah sifat dari segala sesuatu yang terbentuk. Oleh karena itu, berjuanglah dengan penuh kesadaran."

Offline Nevada

  • Sebelumnya: Upasaka
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.445
  • Reputasi: 234
Re: Perasaan Bukan Aku Juga Bukan Diri-ku
« Reply #104 on: 19 June 2011, 11:35:05 PM »
teknik ini banyak digunakan oleh mentor2 motivasi.. intinya selalu menggunakan sugesti yang tidak menggunakan kata tidak / jangan.. karena dikatakan ketika menerima sugesti.. yang ditangkap duluan bukan kata jangan / tidaknya :
contoh :
JANGAN bayangkan gajah warna pink berbelalai panjang..
ketika membaca statement ini, mungkin kita akan membayangkan gajah pink berbelalai panjang.. (saya pribadi membayangkan bona dari majalah bobo yang sering saya baca ketika masih kecil :))) setelah itu baru JANGAN.. makanya sugesti ini biasanya gagal..
Banyak orang tua juga yang tidak mengerti.. seperti ketika melihat anaknya lari2.. dengan panik mengatakan : Nak.. jangan lari2 nanti terjatuh.." Statement ini sebenarnya meminta anak supaya makin berlari dan terjatuh..

Makanya diajarkan untuk mengganti dengan kalimat yang bermakna sama / apa yang kita inginkan..
1. Jangan lari2 nanti jatuh = Jalanlah pelan2
2. Jangan merokok = Lebih baik ngunyah permen aja..
dst

Sedikit tambahan, dari sekian banyak :
2. Mental block
Hal yang paling penting dalam sugesti adalah ada tidaknya mental block. Mental block ini umumnya pandangan yang salah / sifatnya negatif dan menyebabkan sugesti positif gagal .. Maka paling awal yang biasa dilakukan adalah merubuhkan mental block..
- Si A perokok berat.. setiap hari dia menghabiskan 2 bungkus rokok.. dan pola ini sudah masuk ke pikirannya, bahwa dia "idealnya" harus menghabiskan 2 bungkus rokok.. dan ketika diminta berhenti.. pikirannya menolak perintahnya karena "keidealan" tadi..
- Si B seorang sales yang baru masuk kerja.. Dia akan kesulitan menjual ketika ada mental block, ah saya kan pemalu.. saya tidak akan pernah bisa menjual barang..

Jadi solusinya.. ajak bicara H2H, hancurkan temboknya..

3. Beri kepastian yang bisa diterima dan beri penekanan pada sugesti
Pikiran akan bingung jika tidak ada batasan kepastian.. makanya sugesti yang tidak pasti juga akan cenderung gagal..
Si B yang ingin menjual barang tadi.. Dia harus menggunakan sugesti yang memberi kepastian dan penekanan pada sugesti tsb.
Contoh :
- Saya hari ini PASTI BISA menjual XXX SEBANYAK 5 BUAH
- Saya BERTEKAD menjual XXX 5 buah.

Di statement di atas diberi kepastian, bahwa menjual XXX sebanyak 5 buah, ada penekanan untuk memainkan emosi (PASTI BISA/BERTEKAD), dan kepastiannya juga harus bisa diterima.. oleh karena itu saya tidak menyarankan untuk men-sugesti
- Saya hari ini PASTI BISA menjual XXX SEBANYAK 100 BUAH kalau yang disugesti merasa 100 itu tidak mampu.. (kenapa ? balik lagi ke mental block)

;D Betul, sebab "gajah pink dengan belalai panjang" dapat dikonsepkan dengan gambar sehingga lebih mudah dipersepsikan. Sedangkan kata "jangan" sulit dikonsepkan dengan gambar.

Mengenai teknik "memberi kepastian" atau memberikan semangat pikiran positif, saya sudah pernah sedikit menyinggungnya di thread lain. Intinya, membangun pikiran positif tidak selamanya baik. Pada orang-orang yang memang sudah mempunyai kepercayaan diri, afirmasi pikiran positif bisa menguatkan semangat dan gairah baru. Namun pada orang-orang yang krisis kepercayaan diri (khususnya yang punya sifat melankolis kental), afirmasi pikiran positif justru bisa membuatnya makin frustrasi. Jadi afirmasi berpikir positif sebenarnya tidak tepat diterapkan oleh orang-orang yang bahkan kurang bisa memotivasi dirinya sendiri.

Seperti yang pernah dijawab oleh Ajahn Brahm saat interview dengan Desi Anwar: "Orang-orang berusaha berpikir positif saat dalam kekhawatiran atau kecemasan. Namun semakin mereka berpikir positif, justru mereka semakin frustrasi karena mereka tahu kalau mereka tidak bisa berpikir positif..."

Offline Nevada

  • Sebelumnya: Upasaka
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.445
  • Reputasi: 234
Re: Perasaan Bukan Aku Juga Bukan Diri-ku
« Reply #105 on: 19 June 2011, 11:35:21 PM »
Pembahasan yg menarik, terutama pada bagian mengubah perasaan sedih menjadi bahagia. Kebetulan akhir-akhir ini mood saya sedang jelek/frustasi, banyak masalah yang mendera saya. Yg saya tangkap dr pembahasan di atas adalah salah satu cara mengubah perasaan tsb adalah dengan adanya motivator/sugesti dr luar. Sekarang masalahnya, saya seorg yg tertutup dan jarang bergaul, sangat sedikit memiliki teman, maka tidak ada org lain yg dpt memotivasi saya; jadi bisakah kita memotivasi diri kita sendiri agar lepas dr mood jelek ini? Bagaimana caranya? Thx

Ps: Sekarang mood saya sudah kembali normal setelah membaca pembahasan2 di thread ini. Ini membuktikan hanya dengan tulisan2 di atas bs menjadi motivator saya. Tetapi saya tidak tahu berapa lama perasaan ini akan bertahan krn semuanya anicca. Jika mood jelek tsb datang lagi, saya tdk tahu tulisan2 di atas bs memotivasi saya lagi....

Keliru, Bro! Semua pembahasan saya adalah berkenaan dengan self-motivation, dragging, Self-Driven Transformation, self hypnosis, serta Rekonstruksi. Mengubah emosi sedih menjadi senang dengan cara berlari (jogging) pun sebenarnya merupakan teknik manipulasi emosi dan perasaan dari dalam (internal). Teknik ini secara gamblang menyajikan pandangan bahwa "emosi dan perasaan kita memiliki benang merah dengan fisik kita". Apa yang terjadi pada fisik dapat mempengaruhi psikis, dan apa yang terjadi pada psikis dapat mempengaruhi fisik.

Memotivasi diri sendiri adalah pekerjaan paling mudah sekaligus paling sulit. Jika kamu hanya membaca buku-buku motivasi, terinspirasi pada tokoh orang sukses, belajar Dhamma dengan serius, ataupun mengikuti seminar-seminar pengembangan diri; kamu pasti tidak akan bisa mencapai satu titik emas yang dinamakan "mampu memotivasi diri setiap saat". Yah, terkecuali kalau kamu sudah mencapai Pencerahan sehingga tidak diganggu suasana suka-duka lagi.

Coba perhatikan: "Bagaimana caranya para motivator selalu tampak bersemangat dalam hidupnya, seolah tidak pernah ada kelesuan semangat dalam hidupnya?"

^-^ Kalau kamu tahu, kamu sudah satu langkah menuju titik emas itu.

Offline Nevada

  • Sebelumnya: Upasaka
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.445
  • Reputasi: 234
Re: Perasaan Bukan Aku Juga Bukan Diri-ku
« Reply #106 on: 19 June 2011, 11:35:35 PM »
Ikut nimbrung ya... :)

Soal betapa dalam hidup kita selalu diombang-ambing antara perasaan sedih dan bahagia, saya rasa menarik untuk melirik tulisan ini, meski bukan dari ajaran Buddhisme:

http://dhammacitta.org/forum/index.php?topic=6826.0

Semoga bermanfaat :)

Nah, Bro sobat-dharma ini sengingat saya juga tertarik pada Ilmu Psikologi. Coba dirangkum saja Bro apa pesan dari artikel tersebut! ;)

Offline Nevada

  • Sebelumnya: Upasaka
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.445
  • Reputasi: 234
Re: Perasaan Bukan Aku Juga Bukan Diri-ku
« Reply #107 on: 19 June 2011, 11:35:48 PM »
membaca postingan om seniya saya seperti melihat diri saya beberapa tahun yang lalu..  ;D
sekarang udah agak jauh berbeda, tapi yang saya rasakan malah enakan menjadi orang yang tertutup, karna terkadang jika kita terlalu terbuka dan menceritakan apa saja yang kita rasakan (masalah/kesenangan) kepada orang lain, terkadang beberapa saat setelah itu malah terpikir 'seharusnya g perlu diceritakan'  ;D
orang yang tertutup mungkin bisa lebih waspada..  :)
ketika bisa menyimpannya sendiri maka akan lebih aman menurut saya, hanya butuh kesabaran aja, karna saya sering mengalami bahwa apapun perasaan itu nanti pasti akan berlalu juga, dan ketika bisa menyimpannya sendiri sampai akhirnya perasaan itu berubah malah ada satu kepuasan sendiri, 'nah tuh kan udah berubah, untung g dibilang sama siapa2'.. hehehhe....  ;D

tapi terkadang ketika kita menceritakan masalah yang sedang kita alami kepada orang lain, yang kita butuhkan sebenarnya adalah telinga untuk mendengar semua unek2 yang ingin kita keluarkan, bukan solusi ataupun nasehat bla..bla...bla... karna setelah ada tempat untuk bercerita dan berhasil menceritakan semua yang ingin kita sampaikan, maka rasa legapun akan muncul, walaupun g mendapatkan nasehat.  ;D

Tidak curhat sembarangan dan tidak membuka diri pada orang asing (bersosialisasi) itu adalah dua hal berbeda. Seorang yang tidak membuka diri pada orang asing, bisa saja merupakan orang yang suka curhat dengan orang-orang terdekatnya. Sedangkan seorang yang terbuka (supel) pun bisa tidak curhat sembarangan; misalnya saya. :D

Offline wang ai lie

  • Sebelumnya: anggia.gunawan
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.204
  • Reputasi: 72
  • Gender: Male
  • Terpujilah Sang Bhagava,Guru para Dewa dan Manusia
Re: Perasaan Bukan Aku Juga Bukan Diri-ku
« Reply #108 on: 19 June 2011, 11:37:57 PM »
membaca postingan om seniya saya seperti melihat diri saya beberapa tahun yang lalu..  ;D
sekarang udah agak jauh berbeda, tapi yang saya rasakan malah enakan menjadi orang yang tertutup, karna terkadang jika kita terlalu terbuka dan menceritakan apa saja yang kita rasakan (masalah/kesenangan) kepada orang lain, terkadang beberapa saat setelah itu malah terpikir 'seharusnya g perlu diceritakan'  ;D
orang yang tertutup mungkin bisa lebih waspada..  :)
ketika bisa menyimpannya sendiri maka akan lebih aman menurut saya, hanya butuh kesabaran aja, karna saya sering mengalami bahwa apapun perasaan itu nanti pasti akan berlalu juga, dan ketika bisa menyimpannya sendiri sampai akhirnya perasaan itu berubah malah ada satu kepuasan sendiri, 'nah tuh kan udah berubah, untung g dibilang sama siapa2'.. hehehhe....  ;D

tapi terkadang ketika kita menceritakan masalah yang sedang kita alami kepada orang lain, yang kita butuhkan sebenarnya adalah telinga untuk mendengar semua unek2 yang ingin kita keluarkan, bukan solusi ataupun nasehat bla..bla...bla... karna setelah ada tempat untuk bercerita dan berhasil menceritakan semua yang ingin kita sampaikan, maka rasa legapun akan muncul, walaupun g mendapatkan nasehat.  ;D

tetapi menjadi orang tertutup ada kekurangannya juga cc, orang tertutup kan menjadi orang yang mudah curiga tanpa sebab yang berlebihan, ada orang yang bisa melepaskan uneg2 dengan menulis untuk pribadinya sehingga perasaannya menjadi lega, tapi cenderung bersifat sementara, karena menurut saya orang tersebut belum mendapatkan solusi atau jalan keluar dari permasalahannya itu, jika mental dan emosi orang tersebut tidak kuat justru dapat mengakibatkan setress.
dan penyakit sebagian besar bukan berasal dari apa yang kita makan,  yang perlu kita ketahui adalah ternyata intinya adalah dipikiran.orang gila tidak pernah memikirkan dan menyangkakan apa yang dimakannya menjadikannya sakit karena memang tidak dapat memikirkannya. ternyata pikiran dan hatilah sumber penyakit itu, di saat kita setress,cemburu,gelisah,iri,egois,sakit hati,marah dan lain -lain yang mana semua bersumber dari hati dan pikiran itulah pemicu terbesar kita mengalami berbagai macam penyakit - penyakit .ringan maupun berat

oleh sebab itu kita masih membutuhkan orang lain untuk memberikan masukan ataupun pendapat , walaupun tidak semua permasalahan kita kemukakan, setidaknya mengurangi sedikit beban pikiran kita  :)

Namo Mahakarunikaya Avalokitesvaraya, Semoga dengan cepat saya mengetahui semua ajaran Dharma,berada dalam perahu Prajna,mencapai Sila, Samadhi, dan Prajna,berada dalam kediaman tanpa perbuatan,bersatu dengan Tubuh Agung Dharma

Offline Nevada

  • Sebelumnya: Upasaka
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.445
  • Reputasi: 234
Re: Perasaan Bukan Aku Juga Bukan Diri-ku
« Reply #109 on: 19 June 2011, 11:43:13 PM »
Mood= ketertarikan pada sesuatu sedang meningkat.
Tidak mood= ketertarikan pada sesuatu sedang menurun.

Satu cara belum tentu cocok dengan orang lain. Jadi misal-nya jika seseorang sedang bersedih jika disuruh berolahraga maka itu bisa memanipulasi kesedihan. Menurut saya belum tentu. Itu mungkin akan berhasil pada orang yang menyenangi olahraga. Tapi pada orang yang tidak menyukai olahraga malah jadi tambah berat dan tidak nyaman saat dia melakukan seperti itu.

Jika bacaan merupakan hal yang menarik, bro koleksilah berbagai bacaan. Atau mendengarkan musik. Pokok-nya pada hal-hal yang bro senangi.

Tapi kalau saya pribadi sih, lebih suka merenung sendiri dan mencari solusi secepat-nya dari masalah yang saya hadapi. Ada untuk beberapa kasus yang terkadang menjadi kesenangan tersendiri dalam mencari solusi-nya.

Teknik jogging untuk meredakan rasa frustrasi ini bisa cocok di semua orang yang sehat secara mental dan fisik. Sebab ada korelasi sistem syaraf antara kinerja fisik dengan kinerja psikis.

Bukan olahraga yang saya tekankan di teknik ini. Namun, yang saya tekankan adalah "aktivitas menyenangkan yang memicu adrenalin sehingga adanya pelepasan hormon endorfin yang memicu euforia". Kalau tidak percaya, coba saja jogging atau berlari santai beberapa saat ketika dalam suasana sedih.

Bagaimana jika kita mengganti emosi sedih ke emosi lainnya, namun jangan emosi senang? Bisa juga! Misalkan ada seseorang punya ketakutan tersendiri dengan kematian atau penderitaan jasmani. Kita bisa membuatnya kaget atau mengancam dengan hal-hal berbau kekerasan fisik maupun kematian pada orang itu. Setelah melakukan teknik ini, lihat bagaimana reaksinya! Pasti rasa frustrasinya sudah berganti dengan rasa ketakutan dan terpukul (shocked).
« Last Edit: 19 June 2011, 11:49:26 PM by upasaka »

Offline Nevada

  • Sebelumnya: Upasaka
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.445
  • Reputasi: 234
Re: Perasaan Bukan Aku Juga Bukan Diri-ku
« Reply #110 on: 19 June 2011, 11:45:54 PM »
tetapi menjadi orang tertutup ada kekurangannya juga cc, orang tertutup kan menjadi orang yang mudah curiga tanpa sebab yang berlebihan, ada orang yang bisa melepaskan uneg2 dengan menulis untuk pribadinya sehingga perasaannya menjadi lega, tapi cenderung bersifat sementara, karena menurut saya orang tersebut belum mendapatkan solusi atau jalan keluar dari permasalahannya itu, jika mental dan emosi orang tersebut tidak kuat justru dapat mengakibatkan setress.
dan penyakit sebagian besar bukan berasal dari apa yang kita makan,  yang perlu kita ketahui adalah ternyata intinya adalah dipikiran.orang gila tidak pernah memikirkan dan menyangkakan apa yang dimakannya menjadikannya sakit karena memang tidak dapat memikirkannya. ternyata pikiran dan hatilah sumber penyakit itu, di saat kita setress,cemburu,gelisah,iri,egois,sakit hati,marah dan lain -lain yang mana semua bersumber dari hati dan pikiran itulah pemicu terbesar kita mengalami berbagai macam penyakit - penyakit .ringan maupun berat

oleh sebab itu kita masih membutuhkan orang lain untuk memberikan masukan ataupun pendapat , walaupun tidak semua permasalahan kita kemukakan, setidaknya mengurangi sedikit beban pikiran kita  :)

Tidak semua orang yang tertutup adalah orang yang punya pemikiran-pemikiran negatif seperti itu, Bro.

Saya kenal banyak orang-orang tertutup di lingkungan saya. Dan sebagian besar mereka tertutup (membatasi sosialisasi atau tidak supel) karena mereka merasa tidak aman (insecure) dengan diri mereka sendiri. Jadi ketika bertemu dengan banyak orang, ada perasaan tidak nyaman dalam diri mereka. Oleh karena itu mereka menutup diri agar membatasi orang-orang asing masuk ke ranah privasi mereka.

Offline wang ai lie

  • Sebelumnya: anggia.gunawan
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.204
  • Reputasi: 72
  • Gender: Male
  • Terpujilah Sang Bhagava,Guru para Dewa dan Manusia
Re: Perasaan Bukan Aku Juga Bukan Diri-ku
« Reply #111 on: 19 June 2011, 11:50:54 PM »
Tidak semua orang yang tertutup adalah orang yang punya pemikiran-pemikiran negatif seperti itu, Bro.

Saya kenal banyak orang-orang tertutup di lingkungan saya. Dan sebagian besar mereka tertutup (membatasi sosialisasi atau tidak supel) karena mereka merasa tidak aman (insecure) dengan diri mereka sendiri. Jadi ketika bertemu dengan banyak orang, ada perasaan tidak nyaman dalam diri mereka. Oleh karena itu mereka menutup diri agar membatasi orang-orang asing masuk ke ranah privasi mereka.

bukankah itu termasuk curiga yang berlebihan bro  ;D
Namo Mahakarunikaya Avalokitesvaraya, Semoga dengan cepat saya mengetahui semua ajaran Dharma,berada dalam perahu Prajna,mencapai Sila, Samadhi, dan Prajna,berada dalam kediaman tanpa perbuatan,bersatu dengan Tubuh Agung Dharma

Offline Nevada

  • Sebelumnya: Upasaka
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.445
  • Reputasi: 234
Re: Perasaan Bukan Aku Juga Bukan Diri-ku
« Reply #112 on: 20 June 2011, 12:14:02 AM »
bukankah itu termasuk curiga yang berlebihan bro  ;D

Itu bukan curiga. Orang yang merasa insecure dengan diri sendiri adalah orang yang tidak percaya diri; ditambah lagi jika dia tidak punya keterampilan sosial yang cukup tinggi untuk menghadapi berbagai situasi sosialisasi.

Offline wang ai lie

  • Sebelumnya: anggia.gunawan
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.204
  • Reputasi: 72
  • Gender: Male
  • Terpujilah Sang Bhagava,Guru para Dewa dan Manusia
Re: Perasaan Bukan Aku Juga Bukan Diri-ku
« Reply #113 on: 20 June 2011, 12:23:47 AM »
Itu bukan curiga. Orang yang merasa insecure dengan diri sendiri adalah orang yang tidak percaya diri; ditambah lagi jika dia tidak punya keterampilan sosial yang cukup tinggi untuk menghadapi berbagai situasi sosialisasi.

nah itu bro, kosa kata saya mentok, jadi saya kategorikan seperti itu  :))
Namo Mahakarunikaya Avalokitesvaraya, Semoga dengan cepat saya mengetahui semua ajaran Dharma,berada dalam perahu Prajna,mencapai Sila, Samadhi, dan Prajna,berada dalam kediaman tanpa perbuatan,bersatu dengan Tubuh Agung Dharma

Offline Nevada

  • Sebelumnya: Upasaka
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.445
  • Reputasi: 234
Re: Perasaan Bukan Aku Juga Bukan Diri-ku
« Reply #114 on: 20 June 2011, 12:29:21 AM »
nah itu bro, kosa kata saya mentok, jadi saya kategorikan seperti itu  :))

;) Yup.

Offline Sostradanie

  • Sebelumnya: sriyeklina
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.375
  • Reputasi: 42
Re: Perasaan Bukan Aku Juga Bukan Diri-ku
« Reply #115 on: 20 June 2011, 02:32:47 AM »
Teknik jogging untuk meredakan rasa frustrasi ini bisa cocok di semua orang yang sehat secara mental dan fisik. Sebab ada korelasi sistem syaraf antara kinerja fisik dengan kinerja psikis.
Bukan olahraga yang saya tekankan di teknik ini. Namun, yang saya tekankan adalah "aktivitas menyenangkan yang memicu adrenalin sehingga adanya pelepasan hormon endorfin yang memicu euforia". Kalau tidak percaya, coba saja jogging atau berlari santai beberapa saat ketika dalam suasana sedih.
Aktivitas yang menyenangkan OK! Tapi jika jogging tidak semua orang bisa memberikan hasil yang sama. Bagimu mungkin itu cara yang cocok, tapi tidak bagi orang lain. Karena apa yang di pikiran orang lain tidak sama dengan di pikiran kita sendiri. Ketertarikan seseorang pada sesuatu itu berbeda.

Kamu bisa buktikan ini dengan uji coba sederhana, dengan waktu 1 menit juga cukup:
-Kumpulkan beberapa orang teman-mu. Dan suruh mereka menutup mata, minta mereka membayangkan sebuah mobil lengkap dengan bentuk dan warna-nya jika perlu dengan aksesoris yang diinginkan.

Hasil-nya sangat bervariasi. Merk mobilnya sama tapi warnanya beda. Aksesoris-nya beda.
Karena disaat mereka memilih, ada yang cenderung karena model ingin yang terbaru, ada yang cenderung dengan fungsi-nya, ada yang cenderung dengan kenyamanan-nya, dan ada yang cenderung keamanan mobil tersebut.
Tapi kebanyakan mereka memilih karena model. Rata-rata manusia seperti itu, sehingga pembuatan produk baru selalu diminati orang.

Sekarang kita balik ke jogging, saya tidak pernah mendapatkan manfaat menghilangkan rasa sedih dengan jogging. Karena jogging itu terasa membosankan buat saya. Dalam keadaan tidak sedih saja saya berat melakukan-nya. Apalagi disaat sedih. Tapi disaat saya gembira, saya sanggup melakukan-nya. Program fitnes saya dulu terganggu karena perasaan sedih. Dalam keadaan gembira saya bisa 1jam jogging di treadmill, dalam keadaan sedih 10 menit saja bertahan sudah hebat.

Tapi saya bisa mengalihkan ke hal lain. Contohnya:saya menyukai voli terutama jika dalam suasana pertandingan, rasa sedih itu bisa teralihkan sesaat. Menurut saya itu bisa berhasil karena voli butuh fokus perhatian lebih banyak dan berada dalam suasana mencari kemenangan. Yang membuat adrenalin terpacu. Berarti saya menyukai yang ada tantangan-nya.

Nah, jika menyukai tantangan seharusnya saya bersemangat di wahana dufan. Karena banyak tantangan-nya.Tapi yang terjadi ketika saya dulu pergi ke dufan dan ikut permainan-nya. Saya bukan gembira atau bersemangat, yang terjadi malah stress, gemetar dan pucat. Muntah saja yang tidak.
Kenapa? Karena ternyata saya tidak sanggup berada di ketinggian. Sejak saat itu saya tidak pernah tertarik untuk bermain disana.

Quote
Bagaimana jika kita mengganti emosi sedih ke emosi lainnya, namun jangan emosi senang? Bisa juga! Misalkan ada seseorang punya ketakutan tersendiri dengan kematian atau penderitaan jasmani. Kita bisa membuatnya kaget atau mengancam dengan hal-hal berbau kekerasan fisik maupun kematian pada orang itu. Setelah melakukan teknik ini, lihat bagaimana reaksinya! Pasti rasa frustrasinya sudah berganti dengan rasa ketakutan dan terpukul (shocked).
Anggap saja kejadian ini contoh-nya, seseorang mengalami frustasi berat karena barusan di PHK sama kekasih-nya. Dan dia berniat bunuh diri karena sudah tidak bersemangat dalam hidup. Sepanjang perjalanan pulang, dia sibuk memikirkan cara bunuh diri yang paling dramatis.
 Dan motor dikendarai-nya dengan kencang, maklumlah namanya juga lagi frustasi, tapi tiba-tiba motor-nya menjadi oleng karena ban-nya pecah mendadak. Pada situasi seperti itu dia secara reflek mempertahankan kemudi motornya supaya tidak jatuh, tapi tetap tak tertahankan akhirnya dia  jatuh dan terseret. Terbentur ke aspal tapi dia selamat. Hanya luka lecet saja. Disaat dia mengetahui dia selamat yang terjadi di pikiran-nya malah," Untung gue selamat!"  ;D

Inti yang ingin saya sampaikan, manusia itu terlalu bervariasi. Jadi tidak semua cara itu bisa cocok antara yang satu dengan yang lain.
« Last Edit: 20 June 2011, 02:34:55 AM by sriyeklina »
PEMUSNAHAN BAIK ADANYA (2019)

Offline 2nd

  • Bukan Tamu
  • *
  • Posts: 22
  • Reputasi: 0
  • Gender: Male
Re: Perasaan Bukan Aku Juga Bukan Diri-ku
« Reply #116 on: 20 June 2011, 08:38:19 AM »
;D Betul, sebab "gajah pink dengan belalai panjang" dapat dikonsepkan dengan gambar sehingga lebih mudah dipersepsikan. Sedangkan kata "jangan" sulit dikonsepkan dengan gambar.

Mengenai teknik "memberi kepastian" atau memberikan semangat pikiran positif, saya sudah pernah sedikit menyinggungnya di thread lain. Intinya, membangun pikiran positif tidak selamanya baik. Pada orang-orang yang memang sudah mempunyai kepercayaan diri, afirmasi pikiran positif bisa menguatkan semangat dan gairah baru. Namun pada orang-orang yang krisis kepercayaan diri (khususnya yang punya sifat melankolis kental), afirmasi pikiran positif justru bisa membuatnya makin frustrasi. Jadi afirmasi berpikir positif sebenarnya tidak tepat diterapkan oleh orang-orang yang bahkan kurang bisa memotivasi dirinya sendiri.

Seperti yang pernah dijawab oleh Ajahn Brahm saat interview dengan Desi Anwar: "Orang-orang berusaha berpikir positif saat dalam kekhawatiran atau kecemasan. Namun semakin mereka berpikir positif, justru mereka semakin frustrasi karena mereka tahu kalau mereka tidak bisa berpikir positif..."

Bro upasaka, tanya nih..
Bro upa mengatakan bahwa membangun pikiran positif tidak selamanya baik.. bisa di bantu menjelaskan lebih jauh? mengapa begitu dan kira2 contoh konkritnya bagaimana?..
terimakasih sebelumnya  _/\_

Offline marcedes

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.528
  • Reputasi: 70
  • Gender: Male
  • May All Being Happinesssssssss
Re: Perasaan Bukan Aku Juga Bukan Diri-ku
« Reply #117 on: 20 June 2011, 09:13:44 AM »
Bro upasaka, tanya nih..
Bro upa mengatakan bahwa membangun pikiran positif tidak selamanya baik.. bisa di bantu menjelaskan lebih jauh? mengapa begitu dan kira2 contoh konkritnya bagaimana?..
terimakasih sebelumnya  _/\_
kalau menurut saya contoh sederhana....kek adik teman ku yg sedikit miring ^^
karena dia mmg ada sedikit "miring/gila" mungkin karena dulu jatuh kali yah di tangga...nah pas ULTAH teman nya dia kagak di undang....
malah dia berpikir " sy tidak di undang karena saya vege" padahal tidak begitu kan?

kedua
jika anda seorang pengusaha, ketika anda berusaha memberikan term pembayaran kredit pada orang...jelas kita harus memikirkan sisi negatif..kalau positif terus( beranggapan bahwa costumer anda baik ) maka bangkrut lah anda.


maksud nya disini adalah sisi negatif dan positif itu harus kita imbangi....jangan jadi orang bodoh yg selalu beranggapan dunia ini hanya warna putih.
Ada penderitaan,tetapi tidak ada yang menderita
Ada jalan tetapi tidak ada yang menempuhnya
Ada Nibbana tetapi tidak ada yang mencapainya.

TALK LESS DO MOREEEEEE !!!

Offline Nevada

  • Sebelumnya: Upasaka
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.445
  • Reputasi: 234
Re: Perasaan Bukan Aku Juga Bukan Diri-ku
« Reply #118 on: 20 June 2011, 10:40:58 AM »
Quote from: sriyeklina
Aktivitas yang menyenangkan OK! Tapi jika jogging tidak semua orang bisa memberikan hasil yang sama. Bagimu mungkin itu cara yang cocok, tapi tidak bagi orang lain. Karena apa yang di pikiran orang lain tidak sama dengan di pikiran kita sendiri. Ketertarikan seseorang pada sesuatu itu berbeda.

Seseorang yang bahkan tidak tertarik pada jogging pun bisa memanipulasi perasaannya dengan jogging.


Quote from: sriyeklina
Kamu bisa buktikan ini dengan uji coba sederhana, dengan waktu 1 menit juga cukup:
-Kumpulkan beberapa orang teman-mu. Dan suruh mereka menutup mata, minta mereka membayangkan sebuah mobil lengkap dengan bentuk dan warna-nya jika perlu dengan aksesoris yang diinginkan.

Hasil-nya sangat bervariasi. Merk mobilnya sama tapi warnanya beda. Aksesoris-nya beda.
Karena disaat mereka memilih, ada yang cenderung karena model ingin yang terbaru, ada yang cenderung dengan fungsi-nya, ada yang cenderung dengan kenyamanan-nya, dan ada yang cenderung keamanan mobil tersebut.
Tapi kebanyakan mereka memilih karena model. Rata-rata manusia seperti itu, sehingga pembuatan produk baru selalu diminati orang.

Dragging dengan metode visualisasi seperti di atas memang sangat bergantung pada imajinasi orang yang bersangkutan (dragger). Tapi di balik kelemahan metode ini, visualisasi yang diterapkan tepat sasaran bisa menjadi salah satu metode dragging yang paling efektif.
 

Quote from: sriyeklina
Sekarang kita balik ke jogging, saya tidak pernah mendapatkan manfaat menghilangkan rasa sedih dengan jogging. Karena jogging itu terasa membosankan buat saya. Dalam keadaan tidak sedih saja saya berat melakukan-nya. Apalagi disaat sedih. Tapi disaat saya gembira, saya sanggup melakukan-nya. Program fitnes saya dulu terganggu karena perasaan sedih. Dalam keadaan gembira saya bisa 1jam jogging di treadmill, dalam keadaan sedih 10 menit saja bertahan sudah hebat.

Tapi saya bisa mengalihkan ke hal lain. Contohnya:saya menyukai voli terutama jika dalam suasana pertandingan, rasa sedih itu bisa teralihkan sesaat. Menurut saya itu bisa berhasil karena voli butuh fokus perhatian lebih banyak dan berada dalam suasana mencari kemenangan. Yang membuat adrenalin terpacu. Berarti saya menyukai yang ada tantangan-nya.

Ada dua perbedaan mendasar antara metode jogging yang saya tekankan dengan penjelasan kamu di atas...

1. Dalam metode saya, jogging dilakukan untuk memanipulasi emosi negatif. Jogging dilakukan di tempat, waktu dan kondisi yang sesuai. Misalnya di tempat sejuk dengan pemandangan indah, pada pagi hari, bersama teman-teman. Sedangkan dalam cerita kamu, jogging kamu konsepkan dengan berlari santai dimanapun dan kapanpun saat emosi negatif muncul.

2. Dalam metode saya. jogging memang bukanlah jenis olahraga yang bisa dan disukai semua orang. Namun jogging bukan satu-satunya metode yang berdiri tunggal. Jogging harus dibantu dengan suasana kondusif, keadaan fisik yang sehat (tidak sakit), dan adanya kesadaran diri sendiri untuk lepas dari emosi negatif. Sedangkan jogging yang kamu konsepkan adalah sebuah olahraga yang sama sekali tidak menarik, sehingga jangankan untuk mempraktikkannya; kamu justru sudah mengeliminasinya dari salah satu hal yang bisa kamu lakukan saat emosi negatif muncul.


Quote from: sriyeklina
Nah, jika menyukai tantangan seharusnya saya bersemangat di wahana dufan. Karena banyak tantangan-nya.Tapi yang terjadi ketika saya dulu pergi ke dufan dan ikut permainan-nya. Saya bukan gembira atau bersemangat, yang terjadi malah stress, gemetar dan pucat. Muntah saja yang tidak.
Kenapa? Karena ternyata saya tidak sanggup berada di ketinggian. Sejak saat itu saya tidak pernah tertarik untuk bermain disana.

Kalau punya ketakutan pada ketinggian atau hal-hal ekstrim, yah jangan main seperti itu. Nanti hasilnya malah shocked. Dufan punya banyak wahana yang seru namun tidak ekstrim, mainkan saja wahana itu. Emosi kita akan berubah seiring dengan produksi hormon-hormon di dalam tubuh kita.


Quote from: sriyeklina
Anggap saja kejadian ini contoh-nya, seseorang mengalami frustasi berat karena barusan di PHK sama kekasih-nya. Dan dia berniat bunuh diri karena sudah tidak bersemangat dalam hidup. Sepanjang perjalanan pulang, dia sibuk memikirkan cara bunuh diri yang paling dramatis.

Dan motor dikendarai-nya dengan kencang, maklumlah namanya juga lagi frustasi, tapi tiba-tiba motor-nya menjadi oleng karena ban-nya pecah mendadak. Pada situasi seperti itu dia secara reflek mempertahankan kemudi motornya supaya tidak jatuh, tapi tetap tak tertahankan akhirnya dia  jatuh dan terseret. Terbentur ke aspal tapi dia selamat. Hanya luka lecet saja. Disaat dia mengetahui dia selamat yang terjadi di pikiran-nya malah," Untung gue selamat!"  ;D

Nah, contoh kisah di atas adalah salah satu contoh perubahan emosi dasar pada manusia karena faktor eksternal (bukan disengaja). ;D


Quote from: sriyeklina
Inti yang ingin saya sampaikan, manusia itu terlalu bervariasi. Jadi tidak semua cara itu bisa cocok antara yang satu dengan yang lain.

Memang benar. Dan oleh karena itu, dibutuhkan terapis, konsultan, ataupun instruktur untuk mengarahkan dan mengajarkan seseorang dalam mengendalikan dirinya secara penuh. ;D ;D

Offline Nevada

  • Sebelumnya: Upasaka
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.445
  • Reputasi: 234
Re: Perasaan Bukan Aku Juga Bukan Diri-ku
« Reply #119 on: 20 June 2011, 10:59:24 AM »
Bro upasaka, tanya nih..
Bro upa mengatakan bahwa membangun pikiran positif tidak selamanya baik.. bisa di bantu menjelaskan lebih jauh? mengapa begitu dan kira2 contoh konkritnya bagaimana?..
terimakasih sebelumnya  _/\_

Di dalam artikel mengenai survei Joanne Wood yang saya cantumkan di postingan sebelumnya, di sana dijelaskan dengan detil mengapa positive thinking bisa menjadi hal yang destruktif.

Pada survei penelitian itu, Joanne Wood mengundang beberapa partisipan. Semua partisipan diminta untuk mengulang kalimat-kalimat pemikiran positif seperti "Saya adalah orang yang pantas dicintai.". Kalimat ini terus diulang selama empat menit, kemudian semua partisipan diwawancara dan perasaannya didiagnosa. Hasil yang didapat dari survei ini ada yang seperti diperkirakan banyak orang, namun ada juga hasil yang mengejutkan!

Bagi orang (partisipan) yang sudah memiliki kepercayaan diri, kalimat positive thinking itu membantunya mendapatkan motivasi sehingga membuat dirinya merasa lebih baik dan lebih mudah diterima orang lain. Sementara orang (partisipan) yang sejak awal sudah minder, kurang percaya diri, low self esteem; justru merasa semakin parah setelah mengucapkan kalimat itu. Bahkan orang-orang (partisipan) dari golongan ini memiliki kualitas emosi yang lebih buruk daripada orang-orang yang tidak menggunakan kalimat positive thinking itu.

Spoiler: ShowHide
“In brief, Wood suggested that people with low self-esteem are harmed by self-affirmation because they just don’t believe themselves to be lovable persons. Open declarative statements often trigger automatic counter-arguing. Someone who is overly self-critical and who says to herself “I am a lovable person,” might spontaneously sneer at her clumsy attempt at self-indoctrination. As a result, self-esteem goes down even further. Instead of pulling the person’s self-concept up, the positive self-statement now highlights the difference between the actual and the ideal self.”

Offline 2nd

  • Bukan Tamu
  • *
  • Posts: 22
  • Reputasi: 0
  • Gender: Male
Re: Perasaan Bukan Aku Juga Bukan Diri-ku
« Reply #120 on: 20 June 2011, 11:21:38 AM »
kalau menurut saya contoh sederhana....kek adik teman ku yg sedikit miring ^^
karena dia mmg ada sedikit "miring/gila" mungkin karena dulu jatuh kali yah di tangga...nah pas ULTAH teman nya dia kagak di undang....
malah dia berpikir " sy tidak di undang karena saya vege" padahal tidak begitu kan?

kedua
jika anda seorang pengusaha, ketika anda berusaha memberikan term pembayaran kredit pada orang...jelas kita harus memikirkan sisi negatif..kalau positif terus( beranggapan bahwa costumer anda baik ) maka bangkrut lah anda.

maksud nya disini adalah sisi negatif dan positif itu harus kita imbangi....jangan jadi orang bodoh yg selalu beranggapan dunia ini hanya warna putih.
Terimakasih masukannya bro Marcedes.. saya sependapat dengan pernyataan 'sisi negatif dan positif harus diimbangi, jangan beranggapan dunia ini hanya berwarna putih'.. kalau saya boleh mengartikan, harus bijak dalam menyikapi permasalahan. mohon dikoreksi jika salah  _/\_


Bro Upasaka, terimakasih tanggapannya. dari hasil survey memang mengatakan demikian. Tetapi saya masih agak bingung dengan bagaimana hal itu bisa terjadi..  :hammer:

Kemudian saya ingin bertanya, terkait dengan pernyataan yang saya bold di bawah ini..
Mengenai teknik "memberi kepastian" atau memberikan semangat pikiran positif, saya sudah pernah sedikit menyinggungnya di thread lain. Intinya, membangun pikiran positif tidak selamanya baik. Pada orang-orang yang memang sudah mempunyai kepercayaan diri, afirmasi pikiran positif bisa menguatkan semangat dan gairah baru. Namun pada orang-orang yang krisis kepercayaan diri (khususnya yang punya sifat melankolis kental), afirmasi pikiran positif justru bisa membuatnya makin frustrasi. Jadi afirmasi berpikir positif sebenarnya tidak tepat diterapkan oleh orang-orang yang bahkan kurang bisa memotivasi dirinya sendiri.

Seperti yang pernah dijawab oleh Ajahn Brahm saat interview dengan Desi Anwar: "Orang-orang berusaha berpikir positif saat dalam kekhawatiran atau kecemasan. Namun semakin mereka berpikir positif, justru mereka semakin frustrasi karena mereka tahu kalau mereka tidak bisa berpikir positif..."

Yang ingin saya tanyakan adalah :
1. Kembali lagi saya bertanya hal yang sama..  :hammer: Bagaimana pikiran positif bisa tidak baik bagi orang yang melankolis?, jika ada contoh konkrit lebih baik. hehe. mohon dishare.. _/\_
2. Dari pernyataan Ajahn Brahm, dikatakan bahwa orang yang pada saat khawatir atau cemas mencoba untuk berpikir positif, menjadi semakin frustasi. Lantas bagaimana sebaiknya menyikapi permasalahan? karena umumnya orang mencoba untuk berpikir positif ketika sedang ada masalah, dan masalah seringkali membuat orang khawatir dan cemas...
3. Terkait pernyataan 'Jadi afirmasi berpikir positif sebenarnya tidak tepat diterapkan oleh orang-orang yang bahkan kurang bisa memotivasi dirinya sendiri'. saya melihat poin nya adalah pada memotivasi diri sendiri, mohon dikoreksi jika salah.. yg ingin saya tanyakan adalah bagaimana metode yg digunakan oleh motivator untuk kasus ini. dari orang yang kurang bisa memotivasi diri sendiri menjadi orang yang bisa memotivasi diri sendiri?..

Terimakasih..  _/\_
« Last Edit: 20 June 2011, 11:30:37 AM by 2nd »

Offline Nevada

  • Sebelumnya: Upasaka
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.445
  • Reputasi: 234
Re: Perasaan Bukan Aku Juga Bukan Diri-ku
« Reply #121 on: 20 June 2011, 11:35:01 AM »
Quote from: 2nd
Terkait dengan pertanyaan sebelumnya kepada bro Upasaka, yang saya tanyakan disini adalah terkait dengan pernyataan yang saya bold di bawah ini..
Yang ingin saya tanyakan adalah :
1. Bagaimana pikiran positif bisa tidak baik bagi orang yang melankolis?, jika ada contoh konkrit lebih baik. hehe
2. Dari pernyataan Ajahn Brahm, dikatakan bahwa orang yang pada saat khawatir atau cemas mencoba untuk berpikir positif, menjadi semakin frustasi. Lantas bagaimana sebaiknya menyikapi permasalahan? karena umumnya orang mencoba untuk berpikir positif ketika sedang ada masalah, dan masalah seringkali membuat orang khawatir dan cemas...
3. Terkait pernyataan 'Jadi afirmasi berpikir positif sebenarnya tidak tepat diterapkan oleh orang-orang yang bahkan kurang bisa memotivasi dirinya sendiri'. saya melihat poin nya adalah pada memotivasi diri sendiri, mohon dikoreksi jika salah.. yg ingin saya tanyakan adalah bagaimana metode yg digunakan oleh motivator untuk kasus ini. dari orang yang kurang bisa memotivasi diri sendiri menjadi orang yang bisa memotivasi diri sendiri?..

Terimakasih..  _/\_

1. Orang yang tidak percaya diri, akan mengalami dilema internal ketika mengucapkan kalimat positive thinking. Sebab dia sadar bahwa dia bukanlah orang yang pantas dicintai (namanya juga orang minder), lalu dengan mengucapkan kalimat itu; dia seolah membohongi dirinya sendiri. Dia sadar membohongi diri sendiri adalah kepalsuan, dan dia semakin frustrasi karena tidak ada hal yang bisa dilakukannya selain mengakui dirinya tidak pantas dicintai, atau terus membohongi dirinya sendiri.

2. Menurut versi Ajahn Brahm, tidak perlu terlibat dalam pemikiran positif atau negatif, namun fokus pada kedamaian di saat ini. Menurut versi saya, tidak perlu melekat pada hal-hal positif atau negatif; lakukan apa yang bisa dilakukan untuk mengembangkan diri, dan itulah pandangan realistis.

3. Para motivator tidak akan mau dan mungkin tidak akan bisa membuat seorang peserta seminar (pembaca bukunya) menjadi motivator mandiri untuk diri sendiri. Untuk menjadi motivator diri sendiri, butuh rekonstruksi hidup yang signifikan. Pengembangan diri versi saya dimulai dari hal-hal sepele dahulu: seperti cara kamu makan nasi, cara kamu berjalan, bagaimana cara kamu berdiri, bagaimana cara kamu mengekspresikan emosi lewat wajah, dan seterusnya hingga bagaimana cara kamu menghadapi situasi-situasi sulit dalam hidup ini.

Offline aitristina

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.758
  • Reputasi: 52
  • Gender: Female
  • every1 is #1...
Re: Perasaan Bukan Aku Juga Bukan Diri-ku
« Reply #122 on: 20 June 2011, 11:40:22 AM »
cinta membuat kita "HIDUP"

namun cinta juga "MEMATIKAN"

itu dia, mengapa banyak bunuh diri krn patah hati, yg baru2 ini dilakonkan oleh slh satu aktor korea...

katanya : " saat mengenalnya serasa memiliki seluruh dunia"....

begitulah cinta ... bukan metta...

ada EGO, dan terlebih lagi kemelekatan....rasa takut , khawatir akan berpisah, ditinggalkan, disakiti...

Mengapa Cinta Membuat Kita “Gila” ?
Feb 10th, 2009
by kelly.

Tak ada yang bisa menyangkal, euforia cinta terkadang bisa membuat Anda “gila”! Pernah teringat saat Anda pertama kali pacaran dan mengirimkan makan siang hampir setiap hari ke kantor si dia? Atau, Anda mendadak jadi rajin bekerja setengah mati saat sedang naksir rekan kerja satu divisi? Masih ada yang lebih gila lagi. Anda tersenyum-senyum sendiri di depan komputer sambil memandangi koleksi foto si dia di desktop!

Perasaan selalu gembira saat jatuh cinta bisa jadi hal yang positif. Tapi, tak jarang hal ini juga bisa membuat Anda jatuh ke jurang nista. Tak ingin hal tersebut jatuh menimpa Anda? Berikut cara untuk merasakan cinta tanpa harus jadi “gila”!

Masa-masa Indah

Pacar baru saja menelepon dan bilang sayang. Mendadak, omelan bos galak terasa terdengar merdu di telinga! Betul, saat Anda sedang jatuh cinta, bagian otak yang kaya dengan dopamin jadi aktif. Anda pun akan terus menerus merasa senang. Dopamin juga menaikkan produksi testosteron, hormon yang bisa menaikkan libido Anda. Tak heran, gairah sering tak tertahankan dan Anda bahkan punya stamina seksual bak Wonder Woman!

Anda juga kemungkinan besar memproduksi norepinephrine, sebuah substansi kimia dalam tubuh yang menstimulasi gairah seksual dan kerap diasosiasikan dengan peningkatan kemampuan Anda dalam mengingat suatu hal. Jadi kini Anda tahu, bukan, kenapa Anda tiba-tiba punya kemampuan super untuk mengingat semua detail, bahkan yang paling kecilpun, tentang si dia? Pokoknya, semua yang indah tentang si dia jadi Anda ingat terus!

Masa-masa Sulit

Ada kabar buruk tentang cinta untuk Anda, perasaan bahagia terkadang bisa jadi racun. Pasalnya, jatuh cinta bisa menyebabkan penurunan aktivitas pada amygdala atau bagian otak yang membuat Anda memiliki perasaan takut. Itulah sebabnya Anda kerap punya kecenderungan bersikap nekad saat sedang jatuh cinta.

Norepinephrine ternyata juga turut pegang peranan. Memang, substansi tersebut akan membuat ingatan Anda fokus pada hal-hal secara mendetail, tapi ingatan tersebut hanya berlaku bila berkaitan dengan si dia. Selebihnya Anda mendadak jadi pelupa pada hal-hal lain. Begitu kuatnya kekuatan otak untuk memperhatikan pasangan kita sampai-sampai orang lain atau pekerjaan hanya akan mendapatkan sisa dari perhatian Anda.

Masa-masa Paling Sulit

Ingin tahu yang lebih buruk lagi? Tahukah Anda bahwa perasaan cinta bisa memberi efek ketagihan bagai drugs? Saat bersama si dia, Anda akan serasa terbang di awang-awang. Namun ketika ia sulit dihubungi, Anda bisa langsung jatuh tersungkur. Semakin dekat hubungan Anda dengan si dia, semakin tinggi pula tingkat kecanduannya, dan Anda akan semakin depresi bila tidak berhasil mendapatkan apa yang diinginkan. Persis seperti narkoba!

Perasaan jatuh cinta juga dianggap menurunkan tingkat serotonin, substansi kimia di otak yang membuat Anda merasa tenang dan damai. Jika serotonin turun sampai pada level yang rendah, maka Anda kemungkinan dapat mengidap obsessive-compulsive disorder. Alhasil, Anda tak keberatan mengunjungi ramahnya berpuluh-puluh kali dalarn seminggu atau menghabiskan waktu berjam-jam hanya untuk menganalisa maksud di balik kata-katanya yang sebenarnya sederhana saja.

Selain itu, rasa ketertarikan dapat meningkatkan oxytocin, substansi kimia yang muncul dalam tubuh saat kita sedang berpelukan, sehingga menyebabkan perasaan senang terhadap pasangan Anda. Secara alami hal tersebut akan membuat Anda terikat dengan pria, tak peduli apakah ia pantas mendapatkannya atau tidak. Intinya, Anda bisa dibutakan oleh cinta.

Tak mau, kan, bila Anda disangka tidak waras saat mengalami masa-masa jatuh cinta? Coba jawab tiga pertanyaan berikut ini dengan jujur:

    Apakah Anda membuat lebih dari satu keputusan yang kemudian Anda sesali?
    Apakah Anda sudah meninggalkan teman-teman dekat ataupun keluarga Anda?
    Apakah Anda mengorbankan suatu hal yang amat penting dalam hidup demi mendapatkan waktu lebih banyak untuk bersama si dia?

Jika Anda menjawab “ya” untuk setidaknya dua pertanyaan saja, maka rasanya Anda perlu berhati-hati.

Tahan diri untuk tidak menghabiskan seluruh waktu Anda bersama pasangan. Sebagai gantinya, luangkan sedikit waktu Anda untuk para sahabat dan keluarga. Biar bagaimanapun, Anda tetap membutuh mereka untuk menjaga agar Anda jadi tidak lepas kontrol. Selain itu, begitu “masa-masa girang” itu sudah usai, Anda pasti menginginkan kehidupan Anda yang lama kembali seperti sediakala.

Anda bisa mengatur perubahan mood selama masa-masa jatuh cinta dengan berolahraga. Penelitian terbaru menunjukkan, bila Anda berlatih kardio secara rutin, akan dapat meningkatkan efek dopamin sekaligus menambah endorfin yang akan membuat Anda tetap waras. Endorfin ini adalah sebuah penghilang stres yang secara alami diproduksi oleh tubuh. Jadi berolah-ragalah secara rutin setidaknya selama 30 menit, tiga kali dalam seminggu. Maka kepala Anda akan selalu bisa berpikir jernih.

Dan jika perasaan Anda sedikit berlebihan, jangan khawatir. Perasaan itu hanya bersifat sementara saja. Para peneliti berspekulasi bahwa fase romantis ini hanya akan bertahan antara 12 sampai 18 bulan saja. Makanya, nikmati masa-masa indah Anda dengan dirinya selagi bisa.


Life is about living...

Offline 2nd

  • Bukan Tamu
  • *
  • Posts: 22
  • Reputasi: 0
  • Gender: Male
Re: Perasaan Bukan Aku Juga Bukan Diri-ku
« Reply #123 on: 20 June 2011, 12:30:43 PM »
Terima kasih penjelasannya bro Upasaka.. _/\_

Offline Nevada

  • Sebelumnya: Upasaka
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.445
  • Reputasi: 234
Re: Perasaan Bukan Aku Juga Bukan Diri-ku
« Reply #124 on: 20 June 2011, 12:31:29 PM »
Terima kasih penjelasannya bro Upasaka.. _/\_

Sama-sama.

Offline sobat-dharma

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.286
  • Reputasi: 45
  • Gender: Male
  • sharing, caring, offering
Re: Perasaan Bukan Aku Juga Bukan Diri-ku
« Reply #125 on: 20 June 2011, 01:47:27 PM »
Nah, Bro sobat-dharma ini sengingat saya juga tertarik pada Ilmu Psikologi. Coba dirangkum saja Bro apa pesan dari artikel tersebut! ;)

Benar, aku memang tertarik dengan psikologi. Soal artiikelnya, kalau cuma rangkuman tidak akan terasa manfaatnya. Cob baca saja, nggak panjang kok.
Mereka yang melihat-Ku dari wujud dan mengikuti-Ku dari suara terlibat dalam upaya salah. Mereka takkan melihat Aku. Dari Dharma-lah mestinya ia melihat Para Buddha. Dari Dharmakaya datang tuntunan baginya. Namun hakikat sejati Dharma tak terlihat dan tiada seorangpun bisa menyadarinya sebagai obyek

Offline Nevada

  • Sebelumnya: Upasaka
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.445
  • Reputasi: 234
Re: Perasaan Bukan Aku Juga Bukan Diri-ku
« Reply #126 on: 20 June 2011, 01:54:51 PM »
Benar, aku memang tertarik dengan psikologi. Soal artiikelnya, kalau cuma rangkuman tidak akan terasa manfaatnya. Cob baca saja, nggak panjang kok.

OK, nanti saya baca.

Offline sobat-dharma

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.286
  • Reputasi: 45
  • Gender: Male
  • sharing, caring, offering
Re: Perasaan Bukan Aku Juga Bukan Diri-ku
« Reply #127 on: 20 June 2011, 02:08:51 PM »

Bagi orang (partisipan) yang sudah memiliki kepercayaan diri, kalimat positive thinking itu membantunya mendapatkan motivasi sehingga membuat dirinya merasa lebih baik dan lebih mudah diterima orang lain. Sementara orang (partisipan) yang sejak awal sudah minder, kurang percaya diri, low self esteem; justru merasa semakin parah setelah mengucapkan kalimat itu. Bahkan orang-orang (partisipan) dari golongan ini memiliki kualitas emosi yang lebih buruk daripada orang-orang yang tidak menggunakan kalimat positive thinking itu.

Saya sependapat dengan yang ini bro. Sedari dulu saya merasa metode Self-affirmation itu janggal. Banyak teman-teman saya yang psikolog menggunakan cara ini dalam praktiknya, tapi saya merasa ada yang tidak benardengan metode ini. Meskipun waktu itu saya belum memiliki bukti mengenai dampak negatif dari metode ini.   

Jika seseorang yang meyakini bahwa dirinya "tidak cantik" lalu dipaksa untuk menyatakan dirinya dengan kata "saya menarik" sebanyak berkali-kali, sama saja menghasilkan tuntutan baru dalam dirinya. Menanamkan ide "saya menarik", lama-lama akan tersisipkan ide baru dalam bagian sub-sadarnya, yaitu "saya harus menjadi menarik."  Lama-lama malah menjadi: "saya harus selalu menarik." Ketika seseorang menciptakan kata "harus" terhadap dirinya, maka ia dengan mudah terjerumus dalam rasa semakin frustrasi. Karen Horney, seorang psikoanalis, menyebutnya sebagai "tyranni of the shoulds", yaitu kecenderungan seseorang untuk menciptakan ideal-ideal dalam dirinya yang akhirnya membuatnya selalu merasa tidak pernah puas dengan dirinya dan dunia sekitarnya. Ini adalah akar dari depresi.

Hal ini sangat bertentangan dengan self-esteem yang sehat: di mana daripada sibuk menjadi sesuatu yang bukan-dirinya, sebaiknya kita lebih mulai dari melakukan self-acceptance (penerimaan-diri). Melihat segala kekurangan dan kelebihan kita secara jujur, tanpa-bias, dan tidak membela diri sendiri, lantas menerima dirinya apa adanya. Dengan demikian kitajuga bisa menerima segala kekurang dan kelebihan dalam lingkungan kita. Tidak terlalu menuntut diri sendiri pun tidak terlalu menuntut lingkungan dan orang lain.

« Last Edit: 20 June 2011, 02:14:44 PM by sobat-dharma »
Mereka yang melihat-Ku dari wujud dan mengikuti-Ku dari suara terlibat dalam upaya salah. Mereka takkan melihat Aku. Dari Dharma-lah mestinya ia melihat Para Buddha. Dari Dharmakaya datang tuntunan baginya. Namun hakikat sejati Dharma tak terlihat dan tiada seorangpun bisa menyadarinya sebagai obyek

Offline Nevada

  • Sebelumnya: Upasaka
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.445
  • Reputasi: 234
Re: Perasaan Bukan Aku Juga Bukan Diri-ku
« Reply #128 on: 20 June 2011, 02:16:47 PM »
Saya sependapat dengan yang ini bro. Sedari dulu saya merasa metode Self-affirmation itu janggal. Banyak teman-teman saya yang psikolog menggunakan cara ini dalam praktiknya, tapi saya merasa ada yang tidak benardengan metode ini. Meskipun waktu itu saya belum memiliki bukti mengenai dampak negatif dari metode ini.   

Jika seseorang yang meyakini bahwa dirinya "tidak cantik" lalu dipaksa untuk menyatakan dirinya dengan kata "saya menarik" sebanyak berkali-kali, sama saja menghasilkan tuntutan baru dalam dirinya. Menanamkan ide "saya menarik", lama-lama akan tersisipkan ide baru dalam bagian sub-sadarnya, yaitu "saya harus menjadi menarik."  Lama-lama malah menjadi: "saya harus selalu menarik." Ketika seseorang menciptakan kata "harus" terhadap dirinya, maka ia dengan mudah terjerumus dalam rasa semakin frustrasi. Karen Horney, seorang psikoanalis, menyebutnya sebagai "tyranni of the shoulds", yaitu kecenderungan seseorang untuk menciptakan ideal-ideal dalam dirinya yang akhirnya membuatnya selalu merasa tidak pernah puas dengan dirinya dan dunia sekitarnya. Ini adalah akar dari depresi.

Hal ini sangat bertentangan dengan self-esteem yang sehat: di mana daripada sibuk menjadi sesuatu yang bukan-dirinya, sebaiknya kita lebih mulai dari melakukan self-acceptance (penerimaan-diri). Melihat segala kekurangan dan kelebihan kita secara jujur, tanpa-bias, dan tidak membela diri sendiri, lantas menerima dirinya apa adanya. Dengan demikian kitajuga bisa menerima segala kekurang dan kelebihan dalam lingkungan kita. Tidak terlalu menuntut diri sendiri pun tidak terlalu menuntut lingkungan dan orang lain.

Setuju! Afirmasi pikiran positif sebenarnya bisa menjadi metode motivasi yang baik bagi yang sudah memiliki kualitas di dalam dirinya. Pada orang yang belum mempunyai kualitas dalam dirinya, yang dibutuhkan adalah penyadaran bahwa dirinya tidak berkualitas, sehingga perlu berusaha untuk mengembangkan diri.

Offline sobat-dharma

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.286
  • Reputasi: 45
  • Gender: Male
  • sharing, caring, offering
Re: Perasaan Bukan Aku Juga Bukan Diri-ku
« Reply #129 on: 20 June 2011, 02:36:06 PM »
Pada orang yang belum mempunyai kualitas dalam dirinya, yang dibutuhkan adalah penyadaran bahwa dirinya tidak berkualitas, sehingga perlu berusaha untuk mengembangkan diri.

Pada dasarnya, dalam diri semua orang, entah itu sudah berkualitas ataupun tidak, selalu saja banyak kekurangan dan kelebihan. Orang dengan self-esteem rendah cenderung membesar-besarkan kekurangan-kekurangannya dan mengecilkan kelebihan-kelebihan yang dimilikinya. Sedangkan orang yang terlampau tingi self-esteemnya terlalu membesar-besarkan kelebihannya dan mengecilkan kekurangan-kekurangnya. Keduanya sama tidak sehatnya.

Lebih tepatnya adalah setiap orang memiliki kelebihan dan kekurangan dalam dirinya, dan kita sebaiknya mengenali semuanya dengan netral, tanpa-bias, dan tidak membela diri sendiri. Ini adalah langkah awal. Selanjutnya kita baru bisa mengembangkan segi positif diri kita masing-masing, sambil mengatasi kekurangan kita. Dalam hal ini kita tidak membenci kekurangan-kekurangan kita dan berusaha untuk melenyapkannya, tapi mengenalinya dengan baik.

Dalam hal pengalaman, saya selalu senantiasa ingat bahwa ada kekurangan yang memang bisa diatasi dengan segera, namun ada beberapa kekurangan yang sudah berusaha diperbaiki entah berapa kali pun ia selalu kembali lagi ketika kita lengah. Terhadap kekurangan yang  pertama, kita bisa memperbaikinya dengan cepat. Namun untuk jenis kekurangan yang kedua, kita harus berdamai dengannya.

Jangan sampai kekurangan-kekurangan dalam diri kita, terutama yang melekat kuat dengan diri kita, membuat kita membenci diri kita sendiri. Ketika kita membenci diri, maka kita semakin terpisah dengan kekurangan tersebut dan akhirnya ia akan lepas dari pengawasan kita. Namun, ketika kita menerima ia sebagai bagian dari diri kita, maka kita senantiasa sadar akan kekurangan tersebut, sehingga kita tidak terperosok olehnya.

Dalam hal ini, saya selalu mengingat filosofi dalam Film Kungfu Panda (hehehe, mohon maaf kalau referensinya terkesan kurang berkelas): menanam benih tidak bisa dipaksakan untuk tumbuh sesuai dengan harapan kita, namun kita harus sabar membiarkan benih itu tumbuh sendiri dalam diri kita. Saya selalu mengingat akan bahaya illussion of control, yaitu keyakinan bahwa kita bisa mengendalikan segalanya. Dalam mengembangkan diri kita, saat kita berusaha untuk mengendalikan segalanya, ada kalanya segalanya malah menjadi kacau.

 

« Last Edit: 20 June 2011, 02:38:10 PM by sobat-dharma »
Mereka yang melihat-Ku dari wujud dan mengikuti-Ku dari suara terlibat dalam upaya salah. Mereka takkan melihat Aku. Dari Dharma-lah mestinya ia melihat Para Buddha. Dari Dharmakaya datang tuntunan baginya. Namun hakikat sejati Dharma tak terlihat dan tiada seorangpun bisa menyadarinya sebagai obyek

Offline Nevada

  • Sebelumnya: Upasaka
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.445
  • Reputasi: 234
Re: Perasaan Bukan Aku Juga Bukan Diri-ku
« Reply #130 on: 20 June 2011, 02:46:14 PM »
Pada dasarnya, dalam diri semua orang, entah itu sudah berkualitas ataupun tidak, selalu saja banyak kekurangan dan kelebihan. Orang dengan self-esteem rendah cenderung membesar-besarkan kekurangan-kekurangannya dan mengecilkan kelebihan-kelebihan yang dimilikinya. Sedangkan orang yang terlampau tingi self-esteemnya terlalu membesar-besarkan kelebihannya dan mengecilkan kekurangan-kekurangnya. Keduanya sama tidak sehatnya.

Lebih tepatnya adalah setiap orang memiliki kelebihan dan kekurangan dalam dirinya, dan kita sebaiknya mengenali semuanya dengan netral, tanpa-bias, dan tidak membela diri sendiri. Ini adalah langkah awal. Selanjutnya kita baru bisa mengembangkan segi positif diri kita masing-masing, sambil mengatasi kekurangan kita. Dalam hal ini kita tidak membenci kekurangan-kekurangan kita dan berusaha untuk melenyapkannya, tapi mengenalinya dengan baik.

Dalam hal pengalaman, saya selalu senantiasa ingat bahwa ada kekurangan yang memang bisa diatasi dengan segera, namun ada beberapa kekurangan yang sudah berusaha diperbaiki entah berapa kali pun ia selalu kembali lagi ketika kita lengah. Terhadap kekurangan yang  pertama, kita bisa memperbaikinya dengan cepat. Namun untuk jenis kekurangan yang kedua, kita harus berdamai dengannya.

Jangan sampai kekurangan-kekurangan dalam diri kita, terutama yang melekat kuat dengan diri kita, membuat kita membenci diri kita sendiri. Ketika kita membenci diri, maka kita semakin terpisah dengan kekurangan tersebut dan akhirnya ia akan lepas dari pengawasan kita. Namun, ketika kita menerima ia sebagai bagian dari diri kita, maka kita senantiasa sadar akan kekurangan tersebut, sehingga kita tidak terperosok olehnya.

Dalam hal ini, saya selalu mengingat filosofi dalam Film Kungfu Panda (hehehe, mohon maaf kalau referensinya terkesan kurang berkelas): menanam benih tidak bisa dipaksakan untuk tumbuh sesuai dengan harapan kita, namun kita harus sabar membiarkan benih itu tumbuh sendiri dalam diri kita. Saya selalu mengingat akan bahaya illussion of control, yaitu keyakinan bahwa kita bisa mengendalikan segalanya. Dalam mengembangkan diri kita, saat kita berusaha untuk mengendalikan segalanya, ada kalanya segalanya malah menjadi kacau.

;D Saya sependapat, tapi yang saya tulis di postingan sebelumnya hanya dalam satu aspek; tidak meluas sampai semua aspek dalam kehidupan.

Spoiler: ShowHide

Misalnya:

Pada orang yang sudah cantik, afirmasi positif: "Saya adalah wanita yang cantik!" bisa menjadi motivasi untuk tampil percaya diri saat akan maju ke depan panggung.

Namun pada orang yang (maaf) tidak cantik, yang dibutuhkan adalah penyadaran bahwa dirinya kurang cantik, sehingga tidak perlu menuntut diri bahwa harus cantik untuk percaya diri.

Offline sobat-dharma

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.286
  • Reputasi: 45
  • Gender: Male
  • sharing, caring, offering
Re: Perasaan Bukan Aku Juga Bukan Diri-ku
« Reply #131 on: 20 June 2011, 02:52:24 PM »
;D Saya sependapat, tapi yang saya tulis di postingan sebelumnya hanya dalam satu aspek; tidak meluas sampai semua aspek dalam kehidupan.

Spoiler: ShowHide

Misalnya:

Pada orang yang sudah cantik, afirmasi positif: "Saya adalah wanita yang cantik!" bisa menjadi motivasi untuk tampil percaya diri saat akan maju ke depan panggung.

Namun pada orang yang (maaf) tidak cantik, yang dibutuhkan adalah penyadaran bahwa dirinya kurang cantik, sehingga tidak perlu menuntut diri bahwa harus cantik untuk percaya diri.


Okey, dipahami. Trims :)
Mereka yang melihat-Ku dari wujud dan mengikuti-Ku dari suara terlibat dalam upaya salah. Mereka takkan melihat Aku. Dari Dharma-lah mestinya ia melihat Para Buddha. Dari Dharmakaya datang tuntunan baginya. Namun hakikat sejati Dharma tak terlihat dan tiada seorangpun bisa menyadarinya sebagai obyek

Offline Nevada

  • Sebelumnya: Upasaka
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.445
  • Reputasi: 234
Re: Perasaan Bukan Aku Juga Bukan Diri-ku
« Reply #132 on: 20 June 2011, 02:57:20 PM »
Okey, dipahami. Trims :)

Asyik, ada member yang demen bahas psikologi juga di sini. ;D

Offline hemayanti

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.477
  • Reputasi: 186
  • Gender: Female
  • Appamadena Sampadetha
Re: Perasaan Bukan Aku Juga Bukan Diri-ku
« Reply #133 on: 20 June 2011, 06:49:24 PM »
Pada dasarnya, dalam diri semua orang, entah itu sudah berkualitas ataupun tidak, selalu saja banyak kekurangan dan kelebihan. Orang dengan self-esteem rendah cenderung membesar-besarkan kekurangan-kekurangannya dan mengecilkan kelebihan-kelebihan yang dimilikinya. Sedangkan orang yang terlampau tingi self-esteemnya terlalu membesar-besarkan kelebihannya dan mengecilkan kekurangan-kekurangnya. Keduanya sama tidak sehatnya.

Lebih tepatnya adalah setiap orang memiliki kelebihan dan kekurangan dalam dirinya, dan kita sebaiknya mengenali semuanya dengan netral, tanpa-bias, dan tidak membela diri sendiri. Ini adalah langkah awal. Selanjutnya kita baru bisa mengembangkan segi positif diri kita masing-masing, sambil mengatasi kekurangan kita. Dalam hal ini kita tidak membenci kekurangan-kekurangan kita dan berusaha untuk melenyapkannya, tapi mengenalinya dengan baik.

Dalam hal pengalaman, saya selalu senantiasa ingat bahwa ada kekurangan yang memang bisa diatasi dengan segera, namun ada beberapa kekurangan yang sudah berusaha diperbaiki entah berapa kali pun ia selalu kembali lagi ketika kita lengah. Terhadap kekurangan yang  pertama, kita bisa memperbaikinya dengan cepat. Namun untuk jenis kekurangan yang kedua, kita harus berdamai dengannya.

Jangan sampai kekurangan-kekurangan dalam diri kita, terutama yang melekat kuat dengan diri kita, membuat kita membenci diri kita sendiri. Ketika kita membenci diri, maka kita semakin terpisah dengan kekurangan tersebut dan akhirnya ia akan lepas dari pengawasan kita. Namun, ketika kita menerima ia sebagai bagian dari diri kita, maka kita senantiasa sadar akan kekurangan tersebut, sehingga kita tidak terperosok olehnya.

Dalam hal ini, saya selalu mengingat filosofi dalam Film Kungfu Panda (hehehe, mohon maaf kalau referensinya terkesan kurang berkelas): menanam benih tidak bisa dipaksakan untuk tumbuh sesuai dengan harapan kita, namun kita harus sabar membiarkan benih itu tumbuh sendiri dalam diri kita. Saya selalu mengingat akan bahaya illussion of control, yaitu keyakinan bahwa kita bisa mengendalikan segalanya. Dalam mengembangkan diri kita, saat kita berusaha untuk mengendalikan segalanya, ada kalanya segalanya malah menjadi kacau.
_/\_ saya sangat sependapat... :jempol:
"Sekarang, para bhikkhu, Aku mengatakan ini sebagai nasihat terakhir-Ku: kehancuran adalah sifat dari segala sesuatu yang terbentuk. Oleh karena itu, berjuanglah dengan penuh kesadaran."

Offline Elin

  • DhammaCitta Press
  • KalyanaMitta
  • *
  • Posts: 4.377
  • Reputasi: 222
  • Gender: Female
Re: Perasaan Bukan Aku Juga Bukan Diri-ku
« Reply #134 on: 06 August 2011, 02:35:10 AM »
Kalo saya pribadi, jika stress, sedih, patah hati, enaknya tidur :)

Bangun tidur, seger, perasaan pun senang.. haha

Kok sama dgn Elin  :))
Emang bener, patah hati enak nya tiduuur, soalnya otak bener2 berhenti berpikir sedih dan kehilangan..
Tp kadang berbeda saat bangun tidurnya..
Masih merasa sedih dan mau nangis lagi, krn masih terlalu melekat   :))

Offline Sostradanie

  • Sebelumnya: sriyeklina
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.375
  • Reputasi: 42
Re: Perasaan Bukan Aku Juga Bukan Diri-ku
« Reply #135 on: 29 March 2019, 08:11:10 AM »
Orang itu belum mengubah sugesti di dalam SM-nya. Ketika orang itu menanam sugesti yang baru untuk mengganti sugesti lama yang mengakibatkan kecerobohan itu, maka sifat cerobohnya bisa pudar bahkan lenyap.

Spoiler: ShowHide
Jika kurang paham, saya jelaskan dengan sudut pandang lain... Orang yang ceroboh itu punya kebiasaan yang membuatnya ceroboh. Misalnya ceroboh suka terjatuh saat berjalan. Kecerobohan itu bisa dicari sumber pangkalnya, misalkan adalah karena suka melamun / memikirkan hal lain saat berjalan. Jika orang itu mau mengubah kebiasaan berjalan sambil melamun, maka ceroboh dan terjatuh saat berjalan seharusnya tidak akan terjadi lagi. Begitu pula dengan ceroboh di hal-hal lainnya.



Ada teman saya yang juga sulit mengubah sifat jeleknya, dan dia beralasan karena menurut dokter, ada bagian di otaknya yang "kurang utuh" sehingga dia seperti itu. Menurut saya tidak seperti itu. Selama seseorang masih sehat secara mental, kepribadian dan sifat sejelek apapun bisa diubah.

Sebenarnya, otaklah yang "memerintahkan" adanya pelepasan hormon. Bukan hormon yang terlepas sendiri dan memerintah otak untuk bereaksi.
Ohhh....ketemu lagi topik menarik . Terkadang Memori tersembunyi harus dicari kembali akar nya . otak yang memerintahkan hormon terlepas berdasarkan perintah yang dia terima juga.
PEMUSNAHAN BAIK ADANYA (2019)

Offline Sostradanie

  • Sebelumnya: sriyeklina
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.375
  • Reputasi: 42
Re: Perasaan Bukan Aku Juga Bukan Diri-ku
« Reply #136 on: 29 March 2019, 08:20:12 AM »
jika diagnosa sis atas Culapanthaka benar, maka terapi itu mungkin bisa menyembuhkan si bhikkhu namun tidak mencerahkan beliau. sptnya asik juga jika minum obat bisa tercerahkan
=)) =)) mungkin juga bisa tercerahkan langsung jika itu persyaratannya.
PEMUSNAHAN BAIK ADANYA (2019)

Offline Sostradanie

  • Sebelumnya: sriyeklina
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.375
  • Reputasi: 42
Re: Perasaan Bukan Aku Juga Bukan Diri-ku
« Reply #137 on: 29 March 2019, 08:24:31 AM »
;D  Saya lebih tertarik membahas mengenai "jatuh cinta = jatuh gila" Akhirnya setelah beberapa tahun saya bertarung dengan masyarakat yang menganggap bahwa jatuh cinta adalah anugerah, muncul juga thread ini di Forum DC.

Jatuh cinta adalah ekspresi ketidakwarasan manusia; singkat katanya jatuh cinta adalah kegilaan! "Seseorang yang sedang jatuh cinta mempunyai kandungan biokimia (hormon) yang sama persis dengan seseorang yang sedang menderita gangguan obsesif kompulsif (OCD). Jatuh cinta membuat seseorang yang sehat menjadi bertingkah layaknya seseorang yang mengidap penyakit patologis", kata Lauren Slater (seorang peneliti dan penulis di Majalah National Geographic).

Tingkat serotonin pada orang yang jatuh cinta dan OCD kurang-lebih 40% lebih rendah daripada orang normal yang sehat. Dan tahukah Anda bahwa OCD dan gejala jatuh cinta bisa diredakan dengan meminum obat anti depresi seperti Paroxetine, Phenelzine, Prozac, dsb.? ;D
Perubahan kadar mungkin untuk mejunjukkan atau menunjang "evolusi" berikutnya.
PEMUSNAHAN BAIK ADANYA (2019)

Offline Sostradanie

  • Sebelumnya: sriyeklina
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.375
  • Reputasi: 42
Re: Perasaan Bukan Aku Juga Bukan Diri-ku
« Reply #138 on: 29 March 2019, 08:33:09 AM »
Jika perasaan itu milikku maka aku bisa memerintahkan dia untuk gembira jika dia dikuasai sedih . Menggunakan obat untuk buat gembira pun tidak akan membuat dia terpengaruh menjadi gembira .Jadi hanya dengan meninggalkan nya baru segala sesuatu bisa normal.Dengan meninggalkan nya berarti kita memutuskan koneksi dan tidak lagi berhubungan dan terpengaruh dengan hal itu.
PEMUSNAHAN BAIK ADANYA (2019)