//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Show Posts

This section allows you to view all posts made by this member. Note that you can only see posts made in areas you currently have access to.


Topics - hengki

Pages: 1 2 3 4 5 6 [7] 8 9 10 11
91
Kesehatan / [ASK] Tembakau bisa menghentikan pendarahan?
« on: 21 July 2008, 08:15:43 PM »
Saya dapat info dari teman saya bahwa tembakau yg dari rokok itu bisa menghentikan darah yg mengalir deras misal karena kepotong.
Teman saya kemarin terpotong jari tangannya oleh pisau dan dia mengambil tembakau dari rokok dan ditempelkan ke lukanya dan lukanya itu berhenti mengeluarkan darah.
Kalau memang benar, zat apakah yg terkandung di dalam tembakau sehingga bisa menyebabkan menghentikan pendarahan?

92
Pure Land / Tanah Suci / Tanya Jawab Seputar Buddhisme 4
« on: 15 July 2008, 09:52:45 PM »
Tanya Jawab : SEPUTAR BUDDHISME

T : Sebagai seorang umat Buddha yang sejati, kita harus melenyapkan pikiran yang sombong. Untuk itu, melatih kesabaran adalah hal yang utama. Apakah kesabaran itu memiliki batas? Sampai di mana batasnya?
J : Harus menggunakan Tujuh Penerangan Sejati sebagai acuan. Bila bermanfaat bagi makhluk hidup atau dapat menumbuhkan Pencerahan Batin (Bodhi), maka kesabaran itu tidak memiliki batas. Seperti halnya Guru Sakyamuni yang dipotong-potong tubuhnya oleh Raja Kalabu. Tidak menahan kesabaran tetapi dapat memberi manfaat bagi makhluk hidup, ini tergolong kesabaran yang memiliki batas. Seperti kisah Guru Sakyamuni yang membunuh seorang penjahat demi menyelamatkan 500 pedagang (di atas sebuah kapal). Motif pembunuhan yang dilakukan waktu itu adalah demi welas asih, bukan didasarkan pada kebencian. Ini merupakan perbuatan mencegah calon pelaku kejahatan melakukan karma buruk meski untuk itu diri sendiri harus jatuh ke dalam karma buruk. walaupun perbuatan ini tampaknya bukan kesabaran, tetapi sebenarnya tetap tergolong kesabaran.

T : Sejak memasuki gerbang Buddha dan menerapkan Buddha Dharma, saya merasa bahwa segala sesuatu di dunia ini tidak menarik lagi. Sekarang saya tidak memiliki keinginan lagi untuk mengikuti ujian Negara. Demikian juga pupus sudah keinginan untuk melanjutkan mempelajari ilmu filsafat dan ekonomi. Benarkah perasaan seperti ini? Mohon petunjuk.
J : Boleh saja tidak tamak akan nama dan keuntungan, tetapi jangan menjadi pasif dalam berbuat kebajikan dan berlatih Jalan Suci. Belajar Buddha Dharma adalah demi membahagiakan semua makhluk hidup dan itu juga harus disertai dengan belajar pengetahuan duniawi, dengan demikian kita baru bisa memandu dan menjadi tangga agar makhluk hidup dapat naik ke atas kapal (yang akan mengantar ke Pantai Seberang).

T : Bisakah penganut aliran Lii terlahir di alam Sukhavati? (aliran Lii atau Vinaya adalah salah satu aliran dalam Mahayana Tiongkok, tokoh kontemporari yang terkenal dari aliran ini adalah Alm. Master Hong Yi).
J : Setiap aliran menekankan metode tersendiri, karena itu bisa terdapat perbedaan dalam pengembangan tekad masing-masing. Terlahir di alam Sukhavati adalah buah dari aliran Tanah Suci yang harus disertai dengan benih keyakinan, tekad dan berlatih. Meski menganut aliran Vinaya, asal memiliki tekad ingin terlahir di alam Sukhavati maka tekadnya ini akan dapat terpenuhi juga.

T : Dewasa ini, umat Buddha yang menerima Trisarana harus memiliki nama Buddhis yang di dalamnya juga mengandung nama sekte yang dianut. Pada awalnya para murid Yang Mulia Sakyamuni tidak diberi nama Buddhis ataupun nama sekte. Saat Buddhisme baru masuk ke Tiongkok, para anggota Sangha tetap menggunakan nama sebenarnya. Master Dharma Tao An semasa dinasti Cin, menganjurkan mengganti marga asli para anggota Sangha dengan marga Shi (Sakya). Sejak itulah nama dan marga asli digantikan dengan nama dan marga Buddhis. Tetapi waktu itu masih belum dikenal nama sekte. Semenjak dinasti Song, nama sekte mulai membudaya di kalangan anggota Sangha dan perumah tangga. Jadi, sejak menjadi anggota Sangha, nama dan marga asli dirubah total. Perubahan nama ini sulit untuk tidak terpengaruh oleh kebiasaaan masyarakat awam sehingga terbentuk nama sekte. Apakah ini tergolong budaya buruk akibat kekotoran batin yang harus dibasmi total?
J : Permasalahan ini pernah dibahas oleh Alm. Master Ou Yi, tetapi hingga sekarang masih belum ada perubahan. Bila tidak bertentangan dengan makna Dharma dan tujuan Sila, kita boleh saja tidak terlalu kaku mengikuti tradisi, apalagi kalau kekakuan itu dapat mengakibatkan timbulnya banyak hambatan. Bila demikian, untuk apa harus secara kaku mengikuti tradisi? Persoalan sandang, pangan dan papan para anggota Sangha masih menjadi polemik hingga saat ini. Semasa Buddha Sakyamuni, anggota Sangha tidak mengenakan Hai Ching (jubah panjang hitam yang dikenakan selama kebaktian Mahayana Tiongkok), makan harus berpindapatta, tidak menetap di Vihara serta masih banyak hal-hal kecil lain yang berbeda antara zaman dahulu dan sekarang. Secara prinsip kita harus mengikuti isi Sutra, tetapi dalam penerapannya boleh saja mengikuti perubahan zaman asal tidak merugikan Dharma. Kemudian bila dikatakan pemberian nama ini membentuk sekte, itu tidak benar. Ada yang namanya sama, apa mereka satu sekte? Ada pula yang namanya berbeda, tetapi apakah ini merupakan hambatan bagi mereka untuk menjadi satu sekte? Jadi, itu benar bila dikatakan mengikuti budaya, tetapi tidak ada hubungannya dengan kekotoran batin.

Sumber : Majalah Sinar Dharma Edisi 09 Waisak 2549 BE/2005

93
Pure Land / Tanah Suci / Tanya Jawab Seputar Buddhisme 3
« on: 08 July 2008, 10:41:57 PM »
Tanya Jawab : SEPUTAR BUDDHISME

T : Ajaran kebajikan duniawi mengajarkan orang untuk memakai kertas sebaik-baiknya dan membakar kertas bekas yang tidak terpakai. Tetapi bagaimana dengan para pemulung yang mengumpulkan dan menjual kertas bekas kepada pabrik kertas? Di samping berjasa mendaur ulang kertas bekas, mereka juga mendapat keuntungan. Di antara dua hal di atas, manakah yang terbaik?
J : Bagi Sutra Buddhis yang rusak dan tak dapat diperbaiki lagi, dapat menggunakan cara yang pertama. Sedang untuk kertas biasa, bisa menggunakan cara kedua (dijual dan didaur ulang).

T : Sewaktu kecil saya penuh diliputi kebodohan, bukan saja tidak pernah mendengarkan nasehat ibu, bahkan balik memaki kedua orang tua. Sekarang setelah menginjak dewasa, saya sadar betapa tidak berbaktinya saya. Saya sangat menyesal. Tetapi kedua orang tua telah tiada lagi. Bagaimana cara saya agar dapat membalas budi orang tua? Bagaimana pula cara menyesali perbuatan yang tidak berbakti itu?
J : Setiap hari baca Sutra Amitabha satu kali dan lafalkan nama Buddha sebanyak ratusan atau ribuan kali. Kemudian limpahkan jasa kebajikan ini untuk kedua orang tua agar dapat terlahir di alam Sukhavati. Inilah cara balas budi kita. Kita harus menyesali kesalahan kita dengan setulus hati, lakukan dengan tiada hentinya dan berbuatlah seakan-akan orang tua yang telah meninggal masih hidup.

T : Saya teringat di kampung halaman di Fujian ada seorang upasaka marga Shi. Dia berlatih dengan sangat giat. Keyakinan, pendalaman dan penerapan Buddha Dharmanya sangat dalam. Dia juga menerima Sila Bodhisattva bagi umat perumah tangga. Tetapi dia memiliki tiga empat istri, bukankah ini bertentangan dengan kedisplinan Buddhis? Dia mengatakan, “Asal kondisi berkecukupan, memperistri wanita miskin adalah merupakan salah satu bentuk perbuatan menolong makhluk hidup.” Apa memang benar bahwa memperistri wanita miskin adalah perbuatan bajik? Mohon petunjuknya.
J : Kehidupan dunia ini bagaikan permainan catur, kombinasi langkahnya sangat beraneka ragam, jadi kita tidak bisa memutuskan sesuatu dengan hanya berdasarkan satu hal saja. Bila dilakukan untuk membimbing sang istri berlatih Buddha Dharma, itu boleh saja. Tetapi kalau tidak berhasil membuatnya berlatih Buddha Dharma, maka hanya akan menambah ketamakan, sama saja dengan mencari penyakit bagi diri sendiri. Atau bisa saja, meski tidak berhasil mengarahkannya kea rah Jalan Suci, tetapi setidaknya telah membantu mengentaskan kemiskinan. Tetapi untuk ini saya tambahkan, “Bila memang berkeinginan menolong si miskin, biarkan wanita itu menikah dengan orang lain. kita cukup membantu dengan pemberian dana saja. Bukankah ini adalah tindakan yang lebih bajik?

Sumber : Majalah Sinar Dharma Edisi 08 – Magha Puja 2548/2005

94
Vegetarian / Tanya nih
« on: 07 July 2008, 02:41:53 PM »
rekan-rekan,
Kalau kita fang shen, entah burung, ikan, dll....kadang2 suka ada hewan yang mati sebelum atau setelah dilepas.
menurut kalian, apakah itu termasuk karma buruk walaupun kita gak sengaja membunuhnya?
Terima kasih sebelumnya

95
Pure Land / Tanah Suci / Tanya Jawab Seputar Buddhisme 2
« on: 03 July 2008, 09:56:55 PM »
Tanya Jawab : SEPUTAR BUDDHISME

T : Bagaimana melatih kesabaran menahan penderitaan?
J : Banyak mempelajari Buddha Dharma, memahami hukum sebab akibat dengan benar serta mengenali inti segala bentuk yang tidak nyata ini, dengan sendirinya akan timbul kekuatan kesabaran

T : Fenomena apa yang tampak pada orang yang karma buruk masa lalunya sedang berbuah?
J : Kondisi setiap orang berbeda, kita tidak bisa menyamakannya. Dapat menghalangi kita untuk belajar Buddha Dharma adalah buah karma buruk yang terberat. Selebihnya adalah buah karma buruk yang juga tidak dapat dipastikan apakah itu merupakan hambatan, kondisi pendukung, bencana atau kebahagiaan. Karena itu tidak ada acuan yang dapat digunakan untuk menentukan apakah seseorang sedang menuai buah karma buruk atau bukan.

T : Di dalam enam kekuatan batin ada terdapat kekuatan batin mengingat tumimbal lahir dan kekuatan batin luhur. Bisakah diberi penjelasan mengenai keduanya?
J : Kemampuan mengetahui kelahiran dan kematian dalam beberapa kehidupan yang lalu, ini dinamakan kekuatan batin menginat tumimbal lahir. Kekotoran batin telah musnah, tidak lagi terperosok dalam penderitaan kelahiran dan kematian, inilah kekuatan batin luhur.

T : Apakah seorang penganut vegetarian dapat membentuk relik?
J : Kitab Suci mengatakan bahwa relik terbentuk dari Sila/Moralitas, konsentrasi dan kebijaksanaan. Vegetarian tak lebih hanya merupakan salah satu jenis sila yang masih belum cukup untuk menciptakan kondisi terbentuknya relik. Tidak sedikit umat ajaran lain yang juga menganut vegan, tapi tidak terlihat mereka memiliki relik.

T : Dari manakah asal mula vegetarian?
J : Buddha mengajarkan sila pantang membunuh serta menekankan pentingnya tidak makan barang berjiwa, inilah asal mula vegetarian.

T : Akhir-akhir ini saya yang bodoh ini bertekad menjadi vegan, mengurangi kejahatan dan menuju pada kebaikan. Setelah menjalani vegan sekian waktu, saat ini semangat saya masih seperti yang dulu, tetapi kekuatan fisik merosot drastic, tubuh menjadi lemah. Apakah ini akibat vegan?
J : Makan daging membuat tubuh menjadi sehat, sedang vegan membuat tubuh menjadi lemah, ini adalah pandangan masyarakat awam. Bahkan ilmu kedokteran pun masih meragukan perkataan bahwa vegan membuat tubuh menjadi sehat. Sekarang kita ambil contoh. Gajah, onta, lembu dan kuda adalah hewan bukan pemakan daging, tetapi tubuh mereka kuat. Meskipun kuat, tetapi mereka tidak sebuas harimau, singa, serigala. Para Bhiksu Shaolin adalah vegan, tetapi ilmu bela diri mereka tidak terkalahkan. Masihkah tidak mempercayai manfaat vegan?

T : Adik saya merayakan pesta pernikahan dengan membunuh hewan. Saya tidak berdaya untuk mencegah hal ini. Adakah cara melakukan Chao Tu bagi para hewan itu?
J : Baca mantra Wang Sen Cou (Mantra kelahiran di Alam Bahagia), tetapi harus disertai ketulusan.

T : Ada orang yang bertanya kepada saya, apakah penjagal babi boleh menerima Trisarana? Tetapi bila setelah Trisarana masih tetap menjagal babi, apakah orang ini masih diperbolehkan menerima Trisarana?
J : “Letakkan pisau jagal, saat itu juga menjadi Buddha”. Kenapa penjagal babi tidak boleh menerima Trisarana? Tetapi patut diketahui bahwa bagi mereka yang akan menerima Trisarana harus memiliki penyesalan atas perbuatan buruk yang dilakukan selama ini, inilah yang disebut ketulusan hati. Bila masih tetap menjadi penjagal, ini berarti tidak memiliki rasa penyesalan. Meskipun menerima Trisarana, dikhawatirkan tidak akan menerima manfaat dari Trisarana itu.

T : Bila tidak sengaja meminum kuah daging atau ingin mencicipi sayuran yang bercampur dengan daging, apakah diperkenankan?
J : Tidak disengaja bukan tergolong pelanggaran sebab yang bersangkutan tidak memiliki kehendak untuk melanggar. Sedang keinginan mencicipi adalah tergolong pelanggaran. Tetapi bukan pelanggaran bila kita memakan sayur bercampur daging karena kondisi lingkungan yang tidak memungkinkan untuk vegan.


Sumber : Majalah Sinar Dharma. Edisi 07 : Kathina 2548 BE/2004

96
Pure Land / Tanah Suci / Tanya Jawab Seputar Buddhisme
« on: 28 June 2008, 02:47:58 PM »
TANYA JAWAB SEPUTAR BUDDHISME
Dikutip dan diterjemahkan dari buku Fo Hsueh Wen Ta Lei Pien (Kumpulan Tanya Jawab Buddhisme) asuhan Alm. Master Upasaka Li Ping Nan.

T : Tanya
J : Jawab

T : Saya dengar kita harus vegetarian untuk membaca Sutra Intan. Benarkah ini?
J :Tujuan pembacaan Sutra adalah pemurnian pikiran, ucapan, dan tindakan tubuh. Tidak vegetarian bukan berarti tidak boleh membaca Sutra, hanya saja kurang hormat serta buah kebajikannya agak berkurang.

T : Bagaimana penjelasan mimpi dalam Buddhisme? Apakah mimpi itu merupakan petunjuk mengenai keberuntungan dan kesialan, atau ada arti lain?
J : Mimpi merupakan fenomena ilusi dari pikiran atau buah karma. Kadang kala merupakan petunjuk keberuntungan dan kesialan.

T : Apakah ilmu meramal nasib ada hubungannya dengan Buddhisme? Ataukah merupakan ilmu gaib?
J : Bermata pencaharian dengan meramal nasib dalam Buddhisme disebut sebagai mata pencaharian sesat. Empat macam siswa Buddha tidak seharusnya melakukan hal semacam itu karena bertolak belakang dengan Dharma yang benar.

T : Sebelum makan, selain Beranjali dan menghormat, apalagi yang harus divisualisasikan oleh umat Buddha?
J : Tri Ratna (Buddha, Dharma, Sangha) meliputi seluruh alam semesta, makhluk hidup yang tak terhingga tersebar di seluruh alam, inilah yang harus kita visualisasikan, inilah persembahan dana makanan kita.

T : Membaca Sutra dengan tanpa memahami maknanya, adakah manfaatnya?
J : Baik membaca ataupun memahami makna Sutra, keduanya memiliki manfaat. Memahami Sutra akan mengembangkan kebijaksanaan, sedangkan membaca Sutra akan meningkatkan konsentrasi..

T : Apakah benih ke Buddhaan semut yang bertubuh kecil adalah sama dengan makhluk hidup yang lain? Atau lebih sedikit?
J : Air dalam sebuah gayung dengan air dalam sebuah kolam memiliki sifat basah yang sama. Tak ada sedikitpun perbedaannya. Perbedaannya hanya terletak pada volumenya.

T : Bila kita mampu menghadapi segala hal dengan sempurna, apakah ini tergolong pandai atau bijaksana?
J : Dalam Dharma duniawi, pandai dan bijaksana itu tidak ada bedanya. Bila dipaksa untuk mengatakannya, bijaksana adalah hakekat dasar, sedang pandai adalah aktivitas yang terlihat.

T : Kebenaran yang terkandung dalam 84.000 pintu Dharma yang dibabarkan oleh Buddha itu sebenarnya hanya satu atau banyak?
J : Ibaratnya tubuh manusia, bagian atas disebut kepala, tetapi kepala itu sendiri masih terbagi menjadi mata, telinga, hidung, mulut dan sebagainya. Bagian tengah adalah badan yang terbagi menjadi dada, punggung dan sebagainya. Empat bagian terbagi menjadi tangan, kaki, jari, telapak dan sebagainya. Bagian dalam terbagi menjadi hati, paru-paru, dan sebagainya. Apakah ini adalah satu atau banyak? Kebenaran 84.000 pintu Dharma adalah demikian juga.

T : Apa maksud lima mata Buddha : mata jasmani, mata dewa, mata kebijaksanaan, mata Dharma, dan mata Buddha?
J : Mata jasmani tidak dapat menembus halangan, mata dewa dapat melihat dengan tanpa hambatan dalam segala kondisi, baik jauh, dekat, terang ataupun gelap. Keduanya merupakan organ mata. Dapat mengamati dan memahami hakekat kekosongan adalah mata kebijaksanaan, dapat memahami hakekat alam semesta adalah mata Dharma. Keduanya ini merupakan pemahaman dengan menggunakan kebijaksanaan. Mata Buddha adalah meliputi kesemuanya, tak ada yang tak mampu dilakukan.

T : Apakah Buddha Sakyamuni saat ini masih membabarkan Dharma? Di mana?
J : Alam semesta ini senantiasa membabarkan Dharma. Tubuh Dharma Buddha senantiasa membabarkan Dharma. Orang bijaksana mengetahui hal ini. Sedang mengenai tubuh Buddha yang berkondisi hanya bisa dijumpai oleh mereka yang berjodoh.

Sumber : Majalah Sinar Dharma, Edisi 06 : Ashada 2548 BE/2004

97
Pengalaman Pribadi / Kuberi kau kesempatan untuk hidup sekali lagi
« on: 26 June 2008, 10:52:56 AM »
Kuberi kau kesempatan untuk hidup sekali lagi

Di perusahaan tempat kami bekerja ada seorang sopir bernama Lao Cui, yang dulunya adalah seorang tentara bagian pengangkutan. Suatu ketika saat kami minum bir, ia menceritakan sebuah kisah yang berada di luar nalar kita.

Lao Cui memiliki seorang paman yang juga bekerja dalam bidang angkutan di Tibet. Suatu ketika pamannya bertugas mengirim barang menempuh perjalanan jauh. Tidak ada permukiman penduduk di sepanjang jalan yang dilaluinya. Di tengah perjalanan ia melihat seorang tua terkapar di sisi jalan.

Paman Lao Cui segera berhenti dan turun dari kendaraannya. Orang2 di zaman itu berjiwa lugu, melihat ada orang memerlukan bantuan di jalan, mereka pasti akan membantu. Ternyata orang tua itu adalah seorang Lama (Bhiksu Tibet) yang kelihatannya telah berusia 70 tahun. Melihat jubah yang dikenakannya, tampaknya Lama itu sedang melakukan perjalanan suci ke Lhasa. Di Tibet sering dijumpai umat Buddha yang dengan tulus ber-sanbuyibai (tiga langkah satu Namaskara) menempuh perjalanan suci ke Lhasa.

Paman Lao Cui segera memapah Lama tua itu. Melihat orang tua itu masih bernafas, meski lemah, segera ia meminumkan bekal minumannya pada orang tua itu. Paman Lao Cui juga memberikan bekal makanan keringnya. Sejurus kemudian Lama tua itu mulai pulih kondisinya. Kemudian Paman menawarkan Lama tua itu untuk ikut bersamanya berkendara ke Lhasa. Lama menjawab, “Tidak usah.”

Ternyata sehari sebelumnya terjadi serangan angin badai, dan tubuh tua Lama tak mampu bertahan. Melihat Lama bersikeras tidak ingin menumpang kendaraannya, Paman tidak memaksa lebih lanjut. Paman memberikan bekal minuman dan makanan keringnya pada Lama. Lama hanya berdiam seribu bahasa. Paman lalu berbalik bermaksud menaiki kendaraannya, saat itulah Lama memanggilnya sambil berkata, “Aku tidak punya sesuatu untuk membalas budimu, sepuluh tahun lagi aku akan memberimu kesempatan untuk hidup lagi.” Lalu Lama berjalan meneruskan perjalanan. Paman tidak mengerti apa maksud ucapan Lama itu, namun juga tidak ingin pusing memikirkannya. Paman juga melanjutkan perjalanan.

Waktu 10 tahun pun berlalu. Paman merasa ada yang tidak beres di tubuhnya. Setelah memeriksakan diri di sebuah rumah sakit setempat, ternyata mengidap kanker stadium terakhir. Operasi juga tidak banyak membantu, karena itu yang dapat dilakukan hanya beristirahat di rumah. Kondisi paman memburuk dengan drastis, bahkan akhirnya menunjukkan gejala tidak ada harapan lagi. Keluarganya secara diam2 telah mempersiapkan kepergiannya.

Suatu hari, kejadian menolong Lama 10 tahun yang lalu muncul dalam mimpi paman, bahkan di telinga paman terdengar jelas sekali ucapan Lama itu : “Sepuluh tahun lagi, aku akan memberimu kesempatan untuk hidup lagi.” Keesokan pagi saat bangun tidur, paman merasa ucapan itu sangat aneh, dalam hatinya lamat2 terasa ada sesuatu yang dipahaminya. Segera paman memanggil sanak keluarganya dan berpesan bila ia meninggal harap dimakamkan tiga hari kemudian. Menurut adat setempat, orang yang meninggal harus segera dimakamkan keesokan harinya, tidak boleh melewati tiga hari. Keluarganya menyanggupi permintaan itu.

Beberapa hari kemudian paman tidak mampu bertahan lebih lama lagi. Dokter rumah sakit setempat memastikan tidak ada lagi denyut jantung dan hembusan nafas. Setelah pemeriksaan dokter berakhir, jenazah paman tidak segera dimakamkan, sanak keluarga meletakkannya di halaman rumah.

Malam hari kedua, keluarganya melihat ada gerakan nafas pada kain kafan penutup jenazah. Jenazah segera dipindahkan ke dalam rumah ditempatkan di atas dipan hangat. Sehari kemudian, paman membuka matanya dan dapat berbicara. Sanak keluarganya sangat terkejut dan menuduh dokter telah lalai dalam melakukan pemeriksaan kematian.

Dokter segera datang ke rumah paman dan juga tidak percaya pada apa yang terjadi karena beberapa hari sebelumnya paman benar2 telah meninggal. Beberapa bulan kemudian paman memeriksakan diri ke rumah sakit dan yang membuat dokter lebih terperanjat lagi, kanker yang sebelumnya diidap paman telah lenyap. Peristiwa ini menjadi kisah mukjizat bagi penduduk di sekitar tempat tinggal paman.

Kisah yang diceritakan Lao Cui ini membuktikan kebenaran ucapan : kebajikan akan berbuah kebahagiaan.

Aku sempat menggoda Lao Cui dengan mengatakan bahwa Lama itu sendiri sudah hampir meninggal karena kehausan, lha kok bisa2nya menghidupkan orang lain? Lao Cui menjawab gurauanku itu dengan himbauan agar tidak meremehkan Lama tua itu, karena jangan2 Lama sengaja menguji kebajikan hati paman.

Artikel ini diambil dari artikel Tiongkok “Wo Gei Ni Ci Zai Sheng De Ji Hui”, alihbahasa oleh : Tjahyono Wijaya

Sumber: Majalah Sinar Dharma Vol. 6, No.1, Edisi Maghapuja 2551 BE, Maret-Mei 2008

98
Kafe Jongkok / Joke : Percakapan antara Tuhan dengan Setan
« on: 25 June 2008, 09:21:18 AM »
Setan datang pada Tuhan dan berkata, "Tuhan, saya kesal pada manusia. Kalau mereka berbuat kesalahan, selalu berkata ini gara2 setan. Padahal setannya ya mereka sendiri. Saya yang disalahkan. Saya cape jadi setan, Tuhan."
Tuhan berkata pada setan, "Memangnya kamu pikir hanya kamu yang cape sama manusia. Saya juga cape. Kalau mereka menemui masalah dan  kepentok sesuatu, mereka selalu berkata begini "Itu sudah Jalan dan Kehendak Tuhan."

99
Mahayana / Karma Buruk apa saja yg tidak bisa diMurnikan?
« on: 14 June 2008, 07:40:04 PM »
Mohon masukan dari rekan2 sekalian.
Saya ingin bertanya mengenai karma buruk apa saja yang tidak bisa di-Murni-kan walaupun Bertobat dengan Tulus dan Sungguh2.
Mohon masukan dari Praktisi Mahayana dan Tantrayana, karena Pertobatan hanya dikenal di Mahayana dan Tantrayana.
Mohon maaf kalau ada yg tersinggung :)

Terima kasih sebelumnya

100
Kafe Jongkok / Hati-hati makan Gorengan
« on: 09 June 2008, 08:32:04 PM »
Kemarin dulu saya lihat di Trans 7 mengenai Investigasi bahwa penjual gorengan di kaki lima ada yang menggunakan plastik untuk membuat gorengan mereka menjadi renyah walaupun sudah lama digoreng. Cara untuk mengetahui bahwa gorengan itu mengandung plastik adalah dengan melihat bahwa di gorengan itu ada bintik2 putih yg merupakan plastik. Memang tidak semua penjual gorengan menggunakan cara yg sangat berbahaya seperti itu, masih ada penjual gorengan yg jujur.
Harap berhati-hati kalau membeli gorengan di penjual kaki lima karena plastik yg digoreng dengan suhu tinggi pasti akan mengeluarkan racun yg sangat berbahaya buat tubuh kita apabila termakan oleh kita.

Terus ada pula teknik yg sangat berbahaya yg dilakukan oleh para penipu yaitu mengoplos minyak goreng dengan oli bekas dan dijual ke warung2 kecil. Untuk lebih aman, lebih baik tidak membeli minyak curah tapi minyak kemasan karena keamanannya lebih terjamin.

Benar2 mengerikan melihat tingkah laku orang sekarang, hanya mengejar keuntungan semata tanpa memperdulikan keselamatan jiwa orang lain. Benar2 tidak Bermoral.


101
Kesehatan / [INFO] Paru-paru diangkat separuh
« on: 06 June 2008, 05:50:13 PM »
Saya nonton Trans 7 acara Empat Mata disana ada narasumber yg diwawancarai oleh Thukul.
Dia adalah mantan atlit Softball dan dulu dia punya kebiasaan buruk yaitu sehari dia bisa menghabiskan 3 bungkus rokok. Akhirnya karena kebiasaan dia yg perokok berat menyebabkan salah satu paru2nya diangkat separuh dan ususnya juga dipotong karena efek racun nikotin.
Begitu berbahayanya nikotin.
Bagi yang kecanduan merokok, sayangilah diri kalian. Susah loh jadi manusia apalagi bisa bertemu Dhamma dan bisa Percaya dan Mempraktekkan Dhamma, sangat susah sekali. Maka dari itu bagi yg pecandu berat rokok segeralah berhenti merokok agar tidak mengalami hal seperti mantan atlit softball ini.
Harga rokok naik orang gak ribut tapi harga bensin naik orang pada demo :)

102
Guru Yun Gu berkata kepada Liao Fan, “Tuan Kong telah meramalkan bahwa engkau tidak akan mendapatkan pengangkatan oleh kaisar ataupun seorang anak. Ini adalah balasan dari langit, tapi bahkan ini pun bisa diubah. Engkau cuma perlu mengembangkan kebajikan, dan berupaya dengan rajin untuk mempraktekkan perbuatan baik serta bekerja keras mengumpulkan banyak kebajikan dan pahala tersembunyi.”

Guru Yun Gu mengatakan kepada Tuan Liao Fan ramalan Tuan Kong bahwa ia tidak akan menerima pengangkatan kerajaan ataupun seorang anak merupakan hasil dari akumulasi karma negatifnya dalam kehidupan2nya yang lalu. Akan tetapi, ini bisa diubah. Nasib itu ada, tapi tidak tetap. Nasib bukan sesuatu yang tidak bisa diubah. Apa yang berasal dari masa silam adalah sebuah konstanta, apa yang dilakukan pada saat ini merupakan sebuah variabel atau pengubah.

Guru Yun Gu menjelaskan bagaimana kita bisa mengubah nasib sendiri. Kita mengawalinya dari hati untuk “mengembangkan kebajikan”. Dari sini, kita bisa lihat bahwa jika hanya mencari dan mengubah yang di sebelah luar, kita akan “kalah, sebelah dalam dan sebelah luar.” Kita telah melihat orang yang berusaha memperbaiki lingkungan mereka dengan mengubah letak pintu, jendela, dan sebagainya, semuanya, hanya untuk menemukan kegagalan, di sebelah luar maupun sebelah dalam. Dari tampilan luar, seolah-olah ada yang lebih baik, tapi sebetulnya apa yang mereka dapatkan itu adalah apa yang memang menjadi nasib untuk mereka peroleh, masih berada di dalam batasan nasib mereka, sebuah konstanta, bukan sebuah variabel.

Kita perlu berubah dari dalam batin, dari hati kita, untuk berusaha tidak melakukan pelanggaran dan hanya mengembangkan perbuatan-perbuatan baik. “Berusaha mengumpulkan banyak kebajikan dan pahala tersembunyi.” Ini adalah perbuatan2 baik yang tidak diketahui orang lain. Jika kita berbuat sesuatu yang baik dan membuat perbuatan kita itu diketahui khalayak ramai, supaya orang2 bisa memberikan pujian, maka kita telah melenyapkan pahala dari perbuatan2 baik tersebut. Berbuat baik dan pada waktu yang sama menghilangkan pahalanya akan membuat kita tidak mampu mengumpulkan kebajikan dan pahala. Lebih baik melakukan kebajikan tanpa diketahui orang lain, bahkan lebih baik lagi kalau ada yang mencela kita, karena ini berarti mengurangi karma negatif. Paling baik bagi kita kalau karma negatif dan pembalasan bisa dikurangi atau bahkan dikikis habis, sementara yang baik, pahala dan kebajikan, tetap tersembunyi.

Hari ini, saat berbuat baik dan dicela serta difitnah, kita memberontak. Mengapa kita mendapatkan hasil yang seperti itu padahal telah berbuat kebajikan? Sebetulnya, itu adalah penghargaan yang baik. Jika berbuat baik, dan langsung mendapatkan pujian dari orang lain, pahala dan kebajikan juga akan langsung dinetralkan. Oleh karena itu, kita harus mengumpulkan pahala dan kebajikan secara diam-diam, tanpa diketahui orang lain. Inilah perbuatan baik sejati.

Sumber : Seni Mengubah Nasib. Empat Ajaran Liao Fan. Ulasan oleh Master Chin Kung

103
Seperti telah disebutkan dalam “Bagian Tai Jia” dalam Kitab Sejarah. Orang bisa meloloskan diri dari pembalasan langit, tapi orang tidak bisa lepas dari akibat perbuatan buruk yang ia lakukan.”

Tai Jia adalah seorang kaisar di masa Dinasti Shang, (hampir empat ribu tahun yang lalu). Pada awalnya ia melakukan banyak perbuatan tak bermoral. Setelah menerima bimbingan Pertapa Suci Yi Yin, ia memperbaiki jalan hidupnya. Kutipan di atas adalah ungkapan rasa terima kasihnya kepada pertapa besar tersebut.
 
Ungkapan bahwa kita bisa lolos dari pembalasan langit artinya kendati telah berbuat yang tidak baik dalam kehidupan2 sebelumnya, balasan akibat perbuatan2 itu dapat diubah melalui pembinaan diri dan akumulasi kebajikan dan pahala dalam kehidupan saat ini. Hukuman dari langit itu adalah nasib dan bisa diubah.

“Tapi orang tidak bisa melepaskan diri dari akibat perbuatan buruk yang ia lakukan.” Ini merujuk kepada perbuatan2 buruk yang kita lakukan saat ini. Pembalasan dari langit timbul akibat perbuatan2 buruk yang kita lakukan dalam kehidupan2 sebelumnya. Pembalasan yang seharusnya akan kita terima dalam kehidupan sekarang bisa diubah. Nasib kita bisa diubah. Akan tetapi, tidak ada yang bisa dilakukan terhadap akibat dari perbuatan buruk yang kita lakukan pada saat ini. Dan jika kita terus melakukan perbuatan buruk itu, maka kita tidak akan mampu bertobat dan mereformasi diri, tidak mampu mengubah nasib kita.

Pada waktu sebab2 buruk yang diciptakan di masa silam, bertemu dengan kondisi saat ini yang buruk, pembalasan bagi perbuatan2 buruk ini pasti akan matang. Sebaliknya, meskipun telah menciptakan sebab2 buruk di masa lalu, namun jika pada saat ini menjauhkan diri dari kejahatan, kita akan melemahkan kondisi2 buruk. Sebab2 buruk masih tetap ada, akan tetapi tanpa kondisi2 yang mendukung, sebab2 itu tidak akan menjadi matang. Kaidah dalam mengubah nasib didasarkan pada aspek kondisi dari Hukum Sebab dan Akibat. Sebab adalah apa yang diciptakan di masa lampau. Sebab2 itu tidak bisa diubah. Namun, kondisi bisa diubah dan dikendalikan.

Kita menuai apa yang kita tabur. Kita bisa menanam melon dan kacang panjang. Ini adalah sebab. Jika kita berbuat demikian, kita akan mendapatkan pohon melon dan kacang panjang. Ini adalah hasilnya. Akan tetapi, kita tidak bisa mendapatkan buah melon dengan menanam kacang panjang atau mendapatkan kacang panjang dengan menanam melon. Sebab2 itu sudah pasti. Apakah kita akan mendapatkan buah melon atau kacang panjang, itu tergantung pada kondisi2. jika hendak memanen kacang panjang, kita menanam benih kacang panjang dan bukan melon.

Supaya suatu sebab bisa matang menjadi hasil, kondisi2 pendukung yang tepat dibutuhkan agar bisa menjadi kenyataan. Sebagai umpamanya, supaya melon dan kacang panjang bisa tumbuh dengan baik, kondisi2 yang dibutuhkan adalah kombinasi yang tepat antara tanah yang gembur, pupuk, sinar matahari, udara yang baik, air, dan sebagainya. Bahkan setelah benih ditanam, dan sebab dengan demikian telah diciptakan, kita bisa mencegah kondisi menjadi matang jika mau. Kita tinggal meletakkan benih melon di dalam cangkir selama seratus tahun. Melon itu tidak akan tumbuh. Hasilnya tidak akan matang. Mengapa? Karena kondisinya tidak tepat.

Oleh karena itu, sekalipun telah menciptakan sebab2 yang buruk dalam kehidupan sebelumnya, jika menjauhkan diri untuk tidak berbuat jahat dalam kehidupan yang sekarang, berhenti berada di jalan yang salah, dan mengembangkan kebajikan, kita tidak akan memiliki kondisi buruk yang diperlukan oleh sebab yang buruk itu untuk menjadi matang. Tentu saja, kita juga telah menciptakan sebab2 yang baik dalam kehidupan sebelumnya. Mana bisa orang Cuma memiliki sebab2 yang baik dan tidak ada sebab2 yang buruk? Orang seperti itu tidak ada. Oleh karenanya, dari satu kehidupan ke kehidupan berikutnya semua perbuatan yang telah kita lakukan merupakan campuran antara baik dan buruk. Ada kalanya baik lebih banyak, ada kalanya buruk lebih banyak.

Kita tidak perlu cemas bahwa telah melakukan banyak perbuatan buruk di masa lalu sepanjang kita bisa berhenti melakukannya lagi saat ini. Jika mampu mencegah timbulnya kondisi buruk, meskipun Cuma memiliki sedikit perbuatan baik, kebajikan itu akan merekah dan masak. Oleh sebab itu, penting sekali bagi kita untuk berhenti berada di atas jalan yang salah dan terus-menerus melakukan perbuatan baik.

Sumber : Seni Mengubah Nasib. Empat Ajaran Liao Fan. Ulasan oleh Master Chin Kung

104
Pure Land / Tanah Suci / Beberapa hal pokok dalam Pembinaan Diri
« on: 22 May 2008, 10:00:22 PM »
Berikutnya Guru Yun Gu mengajar Tuan Liao Fan beberapa hal pokok dalam pembinaan diri.

“Engkau perlu mengembangkan kebajikan dan timbang rasa dan memperlakukan orang lain dengan welas asih dan harmoni. Juga, menjaga kesehatan, energi, dan semangat dirimu.”

Pertama-tama, Guru Yun Gu mendorong Tuan Liao Fan mengumpulkan jasa-jasa baik, dengan mengakhiri perilakunya yang tidak benar dan mengembangkan kebajikan. Ini merupakan landasan bagi kemajuan di dalam Agama Buddha atau ajaran2 duniawi. Jika tidak dengan penuh semangat mengumpulkan jasa-jasa baik dan kebajikan dengan cara menghindarkan diri dari kejahatan dan mempraktekkan semua bentuk kebaikan hati, bagaimana bisa kita berharap menjadi, “mereka yang memiliki ribuan uang” atau “mereka yang mengumpulkan cukup pahala dan kebajikan untuk seratus generasi?” Keseluruhan negeri menghormati Konfusius. Seluruh dunia menghormati Guru Buddha Sakyamuni. Yang pertama mengumpulkan jasa-jasa besar untuk dunia ini. Yang belakangan mengumpulkan jasa-jasa besar untuk alam semesta.

Kedua, kita perlu toleran pada orang lain, meluaskan pikiran dan hati kita. Jika tidak, maka kita akan tertimpa lebih banyak perselisihan, yang akan menghadirkan rintangan lanjutan bagi upaya pengembangan diri kita. Kita mengembangkan kewaspadaan, pikiran dan pandangan benar, serta kemurnian batin. Jika tidak mampu mencapai kemurnian batin, maka kita tidak akan sadar. Ini akan menghasilkan pikiran dan pandangan yang menyimpang. Pikiran dan pandangan yang tepat dan pikiran yang penuh pencerahan bergantung pada fondasi kemurnian batin. Oleh karena itu, kita perlu mampu bersikap toleran pada orang lain.

Tidak perlu bersikap terlalu serius terhadap sesuatu, tidak perlu mencela semuanya. Seperti yang kita pelajari di dalam Sutra Intan, “semuanya seperti mimpi, ilusi, buih, bayangan.” Tidak ada yang nyata. Seperti dikatakan orang zaman dahulu kala, setiap fenomena adalah “sementara mega yang melintas”. Tidak ada yang perlu untuk dipertengkarkan. Tidak ada yang perlu membuat kita marah. Tidak ada perlunya melekat pada apapun, karena ini akan menghalangi pengembangan kemurnian batin.

Perlu sekali bersikap lembut, penuh kasih sayang dan damai. Tidak bersikap seperti itu merupakan masalah terbesar Tuan Liao Fan. Kita perlu mempraktekkan cinta kasih dan kasih sayang kepada setiap orang dan setiap makhluk. Guru Buddha mengajarkan bahwa kedua kebajikan ini tidak membeda-bedakan, dipancarkan sama terhadap semua. Konfusius mengajarkan kasih sayang, yang dekat dengan ajaran Buddha. Beliau menjelaskan bahwa, “orang yang bajik tidak memiliki musuh.” Jika masih memiliki perasaan kasar kepada orang lain, maka artinya kita tidak memiliki cinta kasih dan kasih sayang. Perselisihan dan kekerasan sama sekali tidak ada di dalam hati yang penuh kasih sayang. Itu sama dengan welas asih agung Para Buddha. Orang yang berbeda, kata-kata yang lain, makna yang sama. Inilah yang perlu kita pelajari dan praktekkan, untuk bisa betul2 membawa manfaat bagi diri kita sendiri.

105
Pure Land / Tanah Suci / Memperbaiki kesalahan hingga tuntas
« on: 18 May 2008, 09:27:29 PM »
Memperbaiki kesalahan hingga tuntas

“Sekarang, setelah mengenali kekurangan diri sendiri, engkau perlu berupaya sebaik-baiknya untuk berubah dan memperbaiki kesalahan-kesalahan itu, yang telah menyebabkan engkau tidak memiliki anak ataupun menjadi seorang pejabat kerajaan.”

Ini adalah metode yang diajarkan Guru Yun Gu kepada Liao Fan untuk mengubah nasibnya, mengambil langkah yang tepat untuk memperbaiki kebiasaan buruk dan kelemahan-kelemahan dirinya. Karena ia telah mengenali kelemahan2nya sendiri, Guru Yun Gu mengajar dia “berupaya sebaik-baiknya dalam mengubah jalan hidupnya.” Tuan Yu menjelaskan dalam ulasannya bahwa, “Masing-masing diri kita memiliki kesalahan dan kelemahan sendiri, namun jika mampu memeriksa diri sendiri dengan tenang dan menemukan kesalahan2 itu, satu persatu, maka kita telah mendapatkan awal yang baik.” Jadi, mengubah jalan hidup kita dan memperbaiki diri adalah pembinaan diri sejati. Bukan sekedar formalitas membaca Sutra, Bersujud di depan Para Buddha, atau Membaca Mantra.

Mengembangkan diri dan tetap terikat dalam Enam Alam berarti kita cuma sekedar melakukan formalitas. Tujuannya untuk mengingatkan kita mengajar orang lain melihat dan meneladani ajaran2 ini supaya yang lain dapat mendapatkan kesadaran. Akan tetapi untuk pengembangan diri, yang penting bukanlah formalitas melainkan menemukan kesalahan diri sendiri. Ini artinya menjadi sadar.

Jika berhasil memperbaiki kesalahan sendiri itu berarti berhasil dalam pengembangan diri. Oleh karenanya, yang paling penting adalah kita betul2 tenang, penuh introspeksi diri dan waspada terhadap perilaku diri sendiri saat mencoba menemukan kesalahan dan tabiat buruk sendiri. Dengan mengenali kesalahan dan tabiat buruk sendiri, kita akan tahu di mana harus memulai, apa yang harus diperbaiki dan bagaimana meneruskan. Kita lalu bisa memusatkan perhatian dan memanfaatkan seluruh energi untuk memperbaiki diri. Berikut ini adalah beberapa contoh mengenai hal ini dari ulasan Tuan Yu.

“Kita bisa berubah dari orang yang kikir dan tamak menjadi orang yang dengan murah hati/memberi kepada yang memerlukan.” Umpamanya, jika kikir kita tidak mau memberi apa yang kita miliki kepada orang lain. Jika tamak, kita selalu mengejar apa yang tidak kita punyai. Jika melihat diri kita terbiasa dengan hal ini, maka kita bisa mengubah diri menjadi orang yang dermawan yang memberi kepada mereka yang membutuhkan dengan cara melaksanakan praktek berdana untuk mengubah kebiasaan tersebut. Sewaktu melihat ada orang yang sangat membutuhkan sesuatu, saya bisa mengambil inisiatif dan memberikan sesuatu kepada mereka begitu saja. Ini adalah pengembangan nasib baik.

Ada tiga jenis pemberian : harta, ajaran, dan rasa aman. Dana ajaran dilakukan pada saat kita membantu orang lain dengan menggunakan keahlian dan kebijaksanaan kita mengajar mereka. Apa yang kurang dimengerti atau dikuasai orang lain dan kita mengerti, bisa dengan penuh semangat kita turunkan kepada mereka sehingga mereka bisa memiliki kemampuan ini dan terbangkit kebijaksanaannya. Ini adalah dana ajaran. Dana rasa aman berarti menolong orang lain agar mereka menjadi tenang dan tentram fisik maupun mental. Dana ini berarti menolong orang terbebas dari kegelisahan, dan rasa takut. Misalnya, jika ada orang yang takut berjalan pulang sendirian di malam hari, dan kita bisa membantu, maka kita bisa menemani sehingga dia tidak merasa cemas lagi.

Hari ini banyak anak muda yang harus mengikuti wajib militer. Ini juga bentuk lain dari dana rasa aman. Mengapa? Prajurit melindungi Negara dan rakyatnya, dan menjaga kedamaian dengan mencegah masuknya serangan pasukan asing. Kita bisa lihat bahwa lingkup dari tiga jenis dana ini bisa sangat luas. Guru Buddha memberitahu kita bahwa dengan memberikan kekayaan, kita mendapatkan kekayaan. Dengan memberikan ajaran, kita mendapatkan kecerdasan dan kebijaksanaan. Dengan memberikan rasa aman, kita mendapatkan kesehatan dan umur panjang.

Sumber : “Seni Mengubah Nasib. Empat Ajaran Liao Fan. Ulasan oleh Master Chin Kung

Pages: 1 2 3 4 5 6 [7] 8 9 10 11
anything