//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: (PIC) Riwayat Hidup Buddha Gotama  (Read 102117 times)

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Offline Adhitthana

  • Sebelumnya: Virya
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.508
  • Reputasi: 239
  • Gender: Male
Re: (PIC) Riwayat Hidup Buddha Gotama
« Reply #30 on: 22 September 2010, 01:22:46 AM »
Spoiler: ShowHide

Sepanjang Perjalanan di Desa Uruvela
Ia berjalan menuju Magadha di sebelah tenggara, ke desa Uruvela. pada suatu hari Sang Buddha tiba di perkebunan kapas dan beristirahat di bawah sebatang pohon yang rindang. Tidak jauh dari tempat itu, tiga puluh orang pemuda sedang bermain-main yang diberi nama Bhaddavaggiya. Dua puluh sembilan orang sudah menikah, hanya seorang belum. Ia membawa seorang pelacur. Selagi mereka sedang bermain-main dengan asyik, pelacur tersebut menghilang dengan membawa pergi perhiasan yang mereka letakkan di satu tempat tertentu.

Mereka mencari pelacur tersebut. Melihat Sang Buddha duduk di bawah pohon, mereka menanyakan, apakah Sang Buddha melihat seorang wanita lewat di dekat situ, mereka menceritakan apa yang telah terjadi. Kemudian Sang Buddha berkata, "Oh, Anak-anak muda, cobalah pikir, yang mana yang lebih penting. Menemukan dirimu sendiri atau menemukan seorang pelacur?". Setelah mereka menjawab bahwa lebih penting menemukan diri mereka sendiri, maka Sang Buddha kemudian berkhotbah tentang Anupubbikatha dan Empat Kesunyataan Mulia. Mereka semua memperoleh Mata Dhamma dan mohon ditahbiskan menjadi bhikkhu. Setelah ditahbiskan, mereka dikirim ke tempat-tempat jauh untuk mengajarkan Dhamma.

  Aku akan mengalami Usia tua, aku akan menderita penyakit, aku akan mengalami kematian. Segala yang ku Cintai, ku miliki, dan ku senangi akan Berubah dan terpisah dariku ....

Offline Adhitthana

  • Sebelumnya: Virya
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.508
  • Reputasi: 239
  • Gender: Male
Re: (PIC) Riwayat Hidup Buddha Gotama
« Reply #31 on: 22 September 2010, 01:28:56 AM »
Spoiler: ShowHide

Di tiga tempat sepanjang Sungai Neranjara, tinggal tiga orang Kassapa bersaudara yang menjadi pemimpin kaum Jatila yang memuja api. Yang tertua disebut Uruvela Kassapa, yang mahir melakukan ilmu-ilmu gaib, bertempat tinggal di sebelah hulu sungai dan mempunyai pengikut sebanyak lima ratus orang.

Yang kedua disebut Nadi Kassapa, bertempat tinggal di sebelah hilir sungai dan mempunyai pengikut sebanyak tiga ratus orang. Yang ketiga disebut Gaya Kassapa, bertempat tinggal di tempat lebih hilir dari Nadi Kassapa dan mempunyai pengikut sebanyak dua ratus orang.

Sang Buddha menemui pertapa Uruvela Kassapa dan berkata:
"Apabila tidak menyusahkanmu, bolehkah Saya bermalam di ruang perapian?"
"O Bhikkhu Yang Mulia, tidaklah menyusahkan bagi saya, tetapi ada seekor ular yang ganas, berbisa dan mempunyai kemampuan yang tinggi di ruang perapian itu. Jangan sampai ular itu menggangguMu."

Sang Buddha meminta izin untuk ketiga kalinya, dan Beliau menerima jawaban yang sama dari pertapa tersebut. Kemudian Sang Buddha berkata:
"Ular itu tidak akan menggangguKu, Kassapa. Izinkanlah Saya tinggal satu malam di ruang perapian itu."

Setelah memperoleh izin, Sang Buddha memasuki ruang perapian dan menebarkan alas tempat duduk, dan Sang Guru kemudian duduk dengan tubuh dan pikiran yang tenang. Ular itu melihat dengan rasa ingin tahu siapa yang memasuki ruangannya, dan ia mengeluarkan desisnya yang mengeluarkan asap. Sang Buddha bermaksud untuk menghalangi kekuatan ular itu, dan Beliau juga mengeluarkan asap yang lebih banyak. Ular itu kemudian menyemburkan api; dan Sang Buddha juga melakukan hal yang sama.

Ketika para pertapa berambut kusut melihat ruang perapian itu bersinar terang, mereka mulai berpikir bahwa tamu yang cakap ini, akan dihancurkan oleh ular tersebut. Tetapi, keesokan paginya, Sang Buddha keluar dari ruang perapian dengan ular yang tergeletak di dalam mangkukNya, dan berkata:
"Datanglah ke sini Kassapa, ularmu yang mempunyai kekuatan ini dikalahkan oleh kekuatannya sendiri."

Lalu Uruvela Kassapa, pertapa berambut kusut ini berpikir:
"Dengan kemampuannya yang begitu luar biasa, sesungguhnya Beliau adalah Bhikkhu yang hebat, ia menaklukkan ular itu dengan kekuatanNya, kekuatan terhadap ular yang ganas dan berbisa itu. Sekalipun demikian, ia tidak dapat menjadi seorang Arahat (Orang Suci), seperti diriku."

Karena ia sudah melihat kemampuan yang besar dari Sang Buddha, Uruvela Kassapa berkata:
"O Bhikkhu Yang Mulia, maukah kamu tinggal di sini? Saya akan menyediakan makanan untukMu."

Kemudian Sang Buddha tinggal di hutan di dekat pertapaan Uruvela Kassapa. Pada malam itu, empat dewa penjaga mendatangi Sang Buddha, menyinari hutan itu dengan sinar terang yang memancar dari tubuhnya, dan sesudah menghormat kepada Sang Buddha mereka berdiri di empat penjuru seperti pancaran sinar api yang tinggi.

Pada pagi harinya, Uruvela Kassapa mendatangi Sang Buddha dan mengundang untuk menerima dana makanan, dan bertanya siapakah yang datang semalam, dan dijawab itu adalah empat dewa penjaga. Ia berpendapat bahwa Sang Buddha adalah Bhikkhu yang hebat, meskipun Beliau mempunyai kemampuan yang amat tinggi, tetapi Beliau bukanlah seorang Arahat, seperti dirinya.

Pada suatu hari, Uruvela Kassapa mengatur upacara persembahan yang besar dengan mengundang penduduk dari kerajaan Anga dan Magadha, dan menyediakan sejumlah besar makanan dan minuman. Ia takut apabila Sang Buddha tampil dengan mempertunjukkan kemampuan spiritualnya yang tinggi, maka ia akan kehilangan muka dari para pendukungnya, dan berharap supaya Sang Buddha tidak tampil pada upacara persembahan itu.

Sang Buddha mengetahui terlebih dahulu apa yang dipikirkan dan diharapkan dari tuan rumah, dan Beliau berjalan menuju Kuru (India Utara) untuk menerima dana makan siang yang Beliau nikmati di dekat Danau Anottata. Pada keesokan paginya, Uruvela Kassapa mengunjungi Sang Buddha dan bertanya mengapa kemarin Beliau tidak hadir pada upacara persembahan. Sang Buddha menjawab bahwa Beliau telah mengetahui terlebih dahulu apa yang dipikirkan dan diharapkan Uruvela Kassapa dan Beliau pergi menuju India Utara untuk menerima dana makan siang.

Uruvela Kassapa mengakui Sang Buddha adalah orang yang memiliki kemampuan spriritual tinggi, karena Beliau dapat membaca pikiran orang lain, tetapi ia tetap berpendapat bahwa tamunya bukanlah seorang Arahat seperti dirinya.

Pada suatu hari, Sang Buddha ingin mencuci jubahNya, dan mencari sumber air yang jernih. Raja Sakka mengetahui keinginan Sang Buddha, lalu menciptakan empang dengan air yang jernih. Sesudah mencuci jubahNya, Sang Buddha mencari sebuah batu yang dapat digunakan untuk menggosok. Raja Sakka lalu memberikan sebuah batu. Hal yang sama, ketika Sang Buddha mencari tempat untuk menjemur jubah yang baru dicuci, sebuah cabang dari pohon Kakudha dibengkokkan oleh dewa yang berada di pohon itu. akhirnya, ketika jubah itu dibentangkan, Raja Sakka menyediakan papan batu yang besar.

Ketika Uruvela Kassapa mendatangi Sang Buddha keesokan paginya, ia melihat perbedaan di tempat itu, dan mengajukan beberapa pertanyaan dan ia mendengar adanya bantuan dari para dewa. Ia mengetahui kemampuan Sang Buddha yang amat tinggi, tetapi tetap menyatakan Beliau bukanlah seorang Arahat seperti dirinya.

Pada suatu hari, Sang Buddha memperoleh sebuah apel merah dari pohon apel yang berada di India (Jambudipa), asal dari pohon apel merah itu, yang amat terkenal dan Beliau menawarkannya kepada Uruvela Kassapa. Hal yang sama pula, Beliau memperoleh sekuntum bunga dari Parichattaka di alam surga. Sang Buddha dengan kemampuan yang amat tinggi membuat lima ratus ikat kayu bakar terbelah-belah, lalu membakar ke lima ratus ikat kayu tersebut, kemudian memadamkannya. Tidak ada seorang pertapapun yang mampu melakukan hal yang sama. Uruvela Kassapa hanya dapat menciptakan kobaran api di kayu bakar itu. Meskipun melihat hal demikian, Uruvela Kassapa tetap beranggapan Sang Buddha bukanlah seorang Arahat, seperti dirinya.

Akhirnya, terjadi hujan amat lebat sepeti ditumpahkan dari langit, yang menyebabkan banjir yang amat hebat. Tetapi tempat di mana Sang Buddha berada tidak tersentuh oleh banjir itu sedikitpun. Uruvela Kassapa datang dengan sebuah perahu untuk menolong Sang Guru Agung, tetapi ia amat keheranan ketika melihat Sang Buddha terbang ke angkasa dan turun ke atas perahunya. Tetapi ia tetap saja beranggapan Sang Buddha bukanlah seorang Arahat seperti dirinya.

Kemudian Sang Buddha menerangkan kepada Uruvela Kassapa, bahwa ia [Uruvela Kassapa] bukanlah seorang Arahat seperti yang disangkanya dan juga tidak menempuh jalan yang benar untuk menuju kebebasan yang sempurna. Uruvela Kassapa sadar, lalu menyatakan ia mencari perlindungan di bawah Sang Buddha, dan menjadi murid Sang Buddha.

Sang Buddha mengingatkan kepadanya bahwa ia harus memikirkan kesejahteraan kelima ratus muridnya. Ia lalu berbicara kepada kelima ratus muridnya, akhirnya Uruvela Kassapa beserta murid-muridnya membuang semua pakaian pertapa mereka ke sungai dan menjadi murid Sang Buddha.

Pada suatu hari, Nadi Kassapa yang bertempat tinggal di sebelah hilir sungai menjadi terkejut melihat banyak peralatan sembahyang terapung di sungai. Ia mengira bahwa suatu bencana hebat telah menimpa diri kakaknya. Dengan tergesa-gesa, diikuti tiga ratus orang pengikutnya, Nadi Kassapa pergi ke tempat Uruvela Kassapa. Setelah tiba, Nadi Kassapa melihat bahwa kakaknya sudah menjadi bhikkhu. Selanjutnya Nadi Kassapa diberi penjelasan tentang sia-sianya memuja api, sehingga akhirnya ia bersama-sama pengikutnya pun menjadi bhikkhu. Hal yang sama juga terjadi pada diri Gaya Kassapa beserta para pengikutnya. Dengan demikian tiga kelompok kaum Jatila yang berjumlah 1.003 orang telah menjadi pengikut Sang Buddha.
  Aku akan mengalami Usia tua, aku akan menderita penyakit, aku akan mengalami kematian. Segala yang ku Cintai, ku miliki, dan ku senangi akan Berubah dan terpisah dariku ....

Offline Adhitthana

  • Sebelumnya: Virya
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.508
  • Reputasi: 239
  • Gender: Male
Re: (PIC) Riwayat Hidup Buddha Gotama
« Reply #32 on: 22 September 2010, 02:01:51 AM »
Spoiler: ShowHide

Kunjungan Buddha ke Rajāgaha
Buddha memenuhi janji kepada Raja Bimbisara; menerima Vihara Veluvana sebagai pemberian dana

Raja Bimbisara datang mengunjungi Sang Buddha dengan diikuti pengiringnya.
Kemudian Raja menceritakan tentang keinginannya semenjak kecil, "Dulu, sewaktu masih menjadi Putra Mahkota dan belum naik tahta kerajaan, aku mempunyai lima macam keinginan, yaitu pertama, semoga aku kelak naik di tahta kerajaan Magadha. Kedua, semoga seorang Arahat yang memperoleh Penerangan Agung datang di negeriku sewaktu aku masih memerintah. Ketiga, semoga aku memperoleh kesempatan untuk mengunjungi Arahat tersebut. Keempat, semoga Arahat tersebut memberikan khotbah kepadaku. Kelima, semoga aku mengerti apa yang harus dimengerti dari ajaran Arahat tersebut. Sekarang semua keinginanku yang berjumlah lima itu telah terpenuhi." .

Selanjutnya Raja Bimbisara memuji khotbah Sang Buddha dan menyatakan dirinya sebagai upasaka untuk seumur hidup dibawah perlindungan dari Sang Buddha dan menjadi pengikutNya. Raja Bimbisara menyumbangkan Taman Veluvana sebagai tempat tinggal Sang Buddha dan para Bhikkhu. Veluvana menjadi vihara pertama. Sang Buddha beserta pengiring-Nya pulang dan pindah ke tempat yang baru. Ini merupakan sumbangan tempat tinggal untuk pata bhikkhu yang pertama, mulai hari itu Sang Buddha memperbolehkan para bhikkhu menerima pemberian serupa itu.

  Aku akan mengalami Usia tua, aku akan menderita penyakit, aku akan mengalami kematian. Segala yang ku Cintai, ku miliki, dan ku senangi akan Berubah dan terpisah dariku ....

Offline Adhitthana

  • Sebelumnya: Virya
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.508
  • Reputasi: 239
  • Gender: Male
Re: (PIC) Riwayat Hidup Buddha Gotama
« Reply #33 on: 22 September 2010, 02:12:22 AM »
Spoiler: ShowHide

Konferensi di Veluvana (Magha-Puja)
Ketika Sang Buddha berada di kota Rajagaha, seribu dua ratus lima puluh orang Arahat datang berkumpul. Tempat mereka berkumpul adalah di Veluvanarama (hutan pohon bambu) dan waktu itu tengah hari pada saat purnama sidhi di bulan Magha. Peristiwa yang bersejarah ini hingga kini masih tetap dirayakan sebagai Magha-Puja. Pertemuan para Arahat tersebut dinamakan Caturangasannipata atau Pertemuan Besar Yang Diberkahi dengan Empat Faktor, yaitu:

* Mereka berkumpul tanpa pemberitahuan terlebih dulu.
* Mereka semuanya Arahat dan memiliki 6 (enam) kekuatan gaib
(abhiñña)
* Semuanya ditahbiskan dengan memakai ucapan "Ehi bhikkhu".
* Waktu itu Sang Buddha mengucapkan Ovadda Patimokkha.
Ovada Patimokkha yang diucapkan Sang Buddha adalah sebagai berikut (Dhammapada 183;5):

"Sabba papassa akaranam, Kusalassa upasampada, Sacittapariyo dapanam, Etam Buddhana sasanam. Khanti paramam tapo titikkha, Nibbanam paramam vadanti Buddha, Na hi pabbajjito parupaghati, Samano hoti param vihethayanto. Anupavado, anupaghato, Patimokkhe ca samvaro, Mattaññuta ca bhattasmim, Pantham ca sayanasanam, Adhicitte ca ayogo, Etam Budhana sasanam."

Artinya: "Janganlah berbuat kejahatan, Perbanyaklah perbuatan baik, Sucikan hati dan pikiranmu, Itulah ajaran semua Buddha. Kesabaran adalah cara bertapa yang paling baik, Sang Buddha bersabda; Nibbanalah yang tertinggi dari semuanya, Beliau bukan pertapa yang menindas orang lain, Beliau bukan pula pertapa yang menyebabkan kesusahan orang lain. Tidak menghina, tidak melukai, Mengendalikan diri sesuai dengan tata tertib, Makanlah secukupnya, Hidup dengan menyepi, Dan senantiasa berpikir luhur, Itulah ajaran semua Buddha."
« Last Edit: 22 September 2010, 02:48:46 AM by Virya »
  Aku akan mengalami Usia tua, aku akan menderita penyakit, aku akan mengalami kematian. Segala yang ku Cintai, ku miliki, dan ku senangi akan Berubah dan terpisah dariku ....

Offline Adhitthana

  • Sebelumnya: Virya
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.508
  • Reputasi: 239
  • Gender: Male
Re: (PIC) Riwayat Hidup Buddha Gotama
« Reply #34 on: 22 September 2010, 02:25:13 AM »
Spoiler: ShowHide

Sariputta dan Moggallana

Bertemu dengan arahat Assaji
Pada suatu hari Ayasma Assaji, seorang dari lima orang bhikkhu pertama, kembali ke Rajagaha untuk memberi laporan kepada Sang Buddha tentang perjalanannya ke berbagai tempat untuk mengajar Dhamma. Sebagaimana biasa, Ayasma Assaji tiap pagi mengumpulkan makanan dan waktu itulah Beliau terlihat oleh Upatissa. Upatissa terkesan sekali melihat sikap Ayasma Assaji yang demikian tenang dan agung. Setiap gerakannya memberi kesan berwibawa dan menuntut penghormatan dari orang yang melihatnya.

Baik berjalan ke depan atau bertindak ke belakang, atau membentangkan, atau menekuk tangannya, ia selalu kelihatan penuh keseimbangan dengan kepala agak tunduk sedikit dan mata ditujukan ke arah depan Pemandangan ini membuat Upatissa terpesona dan membangkitkan perasaan ingin tahu. Seketika itu ia ingin menegur, tetapi kemudian membatalkannya karena ia menganggap waktunya kurang tepat berhubung waktu itu Ayasma Assaji sedang mengumpulkan makanan.

Ia menunggu sampai Ayasma Assaji selesai makan dan kemudian mendekati serta memberi hormat, "Saudara, pembawaan Anda luar biasa dan wajah Anda terang sekali. Dengan menjalankan kehidupan suci ini kepada siapakah Anda mengabdi? Siapakah guru Anda? Dan ajaran siapakah yang Anda ikuti?"

Ayasma Assaji menjawab, "Saudara, dengan menjalankan kehidupan suci ini aku mengabdi kepada seorang Pertapa Agung, anak dari suku Sakya, yang telah menjadi bhikkhu dari keluarga Sakya. Pertapa Agung itulah yang menjadi guruku. Dan ajaran-Nya yang aku ikuti."

"Apakah yang diajar guru Anda, Saudara?"

"Aku seorang pendatang baru. Aku baru saja ditahbiskan. Aku belum berapa lama mengikuti ajaran ini, sehingga aku tidak dapat memberikan pelajaran itu secara terperinci. Tetapi aku akan memberitahukan Anda garis besarnya."

"Baik sekali, Saudara. Bagi saya sama saja apakah Anda memberitahukan garis besarnya atau secara terperinci. Aku ingin mendengar intisari dari ajaran tersebut, yang lain tidak dapat membantu apa-apa."

Ayasma Assaji kemudian mengucapkan syair di bawah ini: "Ye dhamma hetuppabhava,Tessam hetum Tathagato, Tesañca yo nirodho ca, Evam vadi mahasamano., Artinya: "Semua benda yang timbul karena satu 'sebab', 'Sebabnya' telah diberitahukan oleh Sang Tathagata, Dan juga lenyapnya kembali

Itulah yang diajarkan Sang Pertapa Agung"

Mendengar syair tersebut, Upatissa seketika memperoleh Mata Dhamma (Dhammacakkhu) dan berkata dalam hatinya, "Yankiñci samudayadhammam Sabbantam nirodha dhammam." Artinya: "Segala sesuatu yang timbul karena satu 'sebab' Di dalamnya pun terdapat 'sebab' yang membuat ia musnah kembali. "

Kemudian Upatissa menanyakan tempat tinggal Sang Buddha. Setelah diberitahukan bahwa Sang Buddha pada saat itu berdiam di Veluvanarama, Upatissa kemudian mohon diri dari Ayasma Assaji dan berjanji akan datang mengunjungi Sang Buddha bersama sahabatnya yang bernama Kolita. Upatissa kembali ke tempat gurunya, Sanjaya, dan memberitahukan Kolita peristiwa apa yang baru saja ia alami.

Ia mengulang syair yang diucapkan Ayasma Assaji dan seketika itu pula Kolita memperoleh Mata Dhamma dan menjadi seorang Sotapanna. Kemudian mereka berdua melaporkan berita ini kepada Sanjaya dan mohon diperkenankan untuk mengunjungi Sang Buddha. Tetapi Sanjaya menolak untuk memberi izin. Akhirnya, tanpa izin, mereka berdua dengan diikuti dua ratus lima puluh orang muridnya pergi juga berkunjung kepada Sang Buddha dan mohon ditahbiskan menjadi bhikkhu.

petapa pengembara Upatissa (kelak menjadi Siswa Utama bernama Yang Mulia Sāriputta) dan petapa pengembara Kolita (kelak menjadi Siswa Utama bernama Yang Mulia Moggallāna)

  Aku akan mengalami Usia tua, aku akan menderita penyakit, aku akan mengalami kematian. Segala yang ku Cintai, ku miliki, dan ku senangi akan Berubah dan terpisah dariku ....

Offline Adhitthana

  • Sebelumnya: Virya
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.508
  • Reputasi: 239
  • Gender: Male
Re: (PIC) Riwayat Hidup Buddha Gotama
« Reply #35 on: 22 September 2010, 02:37:18 AM »
Spoiler: ShowHide

Kembali ke Kapilavatthu


Setelah Raja Suddhodana menerima berita bahwa Sang Buddha berada di Rajagaha, ibukota negara Magadha, maka Beliau mengirim berturut-turut sembilan orang utusan untuk mengundang Sang Buddha pulang ke Kapilavatthu. Namun utusan-utusan tersebut 'lupa' untuk menyampaikan undangan dari Raja Suddhodana, setelah mereka mendengarkan khotbah Sang Buddha dan mencapai tingkat Arahat.

Akhirnya Raja Suddhodana mengutus Kaludayi untuk mengundang Sang Buddha. Kaludayi adalah kawan bermain Pangeran Siddhattha waktu kecil dan lahir pada hari, bulan, dan tahun yang sama. Kaludayi berangkat menuju Rajagaha. Hal yang hampir sama terjadi, Ia mendengar Sang Buddha memberikan khotbah yang akhirnya membuat Kaludayi mencapai tingkat Arahat.

Ia mohon untuk diterima sebagai bhikkhu dan Sang Buddha mentahbiskannya dengan memakai kalimat "ehi bhikkhu". Kemudian Kaludayi menyampaikan undangan Raja Suddhodana kepada Sang Buddha untuk berkunjung ke Kapilavatthu. Sang Buddha menerima baik undangan tersebut. Setelah Kaludayi berdiam tujuh hari di Rajagaha, berangkatlah Sang Bhagava beserta dua puluh ribu bhikkhu menuju Kapilavatthu.


Berita kedatangan Sang Buddha beserta rombongan ke Kapilavatthu dengan cepat sampai kepada Raja Suddhodana. Beliau memerintahkan untuk segera disiapkan tempat yang letaknya di luar kota dan dikenal dengan nama Nigrodharama (hutan pohon beringin) bagi rombongan yang akan tiba. Sewaktu rombongan tiba, Raja Suddhodana, pengiring dan penduduk Kapilavatthu berduyun-duyun datang ke Nigrodharama. Peristiwa bertemunya kembali Raja Suddhodana dengan anak-NYA.
  Aku akan mengalami Usia tua, aku akan menderita penyakit, aku akan mengalami kematian. Segala yang ku Cintai, ku miliki, dan ku senangi akan Berubah dan terpisah dariku ....

Offline Adhitthana

  • Sebelumnya: Virya
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.508
  • Reputasi: 239
  • Gender: Male
Re: (PIC) Riwayat Hidup Buddha Gotama
« Reply #36 on: 22 September 2010, 02:41:53 AM »
Spoiler: ShowHide

Waktu rombongan mendekati Nigrodharama, Sang Buddha merenung, "Bangsa Sakya terkenal sebagai bangsa yang tinggi hati. Bila Aku menyambut mereka dengan tetap duduk di tempat duduk-Ku, mereka akan mencela sikap-Ku dan mengatakan, 'Sungguh keterlaluan Sang Pangeran ini, Ia telah meninggalkan tahta, menjadi pertapa dan mengaku telah memperoleh Penerangan Agung Raja Dhamma namun Ia duduk dan tidak berdiri menyambut kedatangan ayah-Nya yang sudah tua dan sangat dihormati seluruh rakyat Sakya', namun Apabila Sang Tathagata bangun untuk menghormatnya, semua kelompok makhluk yang menerima penghormatannya maka kepalanya akan terbelah belah tujuh. Untuk itu, Lebih baik Aku berjalan diudara setinggi orang dewasa".

Karena itu, setibanya Rombongan, Sang Buddha berjalan diudara setinggi orang dewasa. Dari kejauhan, Raja dapat melihat anaknya sedang berjalan-jalan di udara dan merasa sangat kagum. Tiba di pinggir hutan Nigrodharama, Raja turun dari keretanya dan bersama-sama dengan pengiringnya berjalan kaki menuju ke tempat Sang Buddha tinggal. Sang Buddha naik keudara lebih tinggi lagi dan berdiri setinggi pohon palem, sehingga dapat dilihat oleh segenap yang hadir.

Pada waktu itulah Sang Buddha mempertontonkan Yamakapatihariya atau Mukjizat Ganda, yang hanya dapat dilakukan oleh seorang Buddha, yaitu Api berkobar-kobar dari badan sebelah atas dan air dingin memancar lima ratus pancaran turun dari badan sebelah bawah. kemudian air memancar dari sebelah atas badan dan api berkobar-kobar dari badan sebelah bawah. Segenap yang hadir bersorak-sorak gembira melihat kemukjizatan tersebut.
  Aku akan mengalami Usia tua, aku akan menderita penyakit, aku akan mengalami kematian. Segala yang ku Cintai, ku miliki, dan ku senangi akan Berubah dan terpisah dariku ....

Offline Adhitthana

  • Sebelumnya: Virya
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.508
  • Reputasi: 239
  • Gender: Male
Re: (PIC) Riwayat Hidup Buddha Gotama
« Reply #37 on: 23 September 2010, 02:08:21 AM »
Spoiler: ShowHide

Semua mengalami kegembiraan besar di istana kecuali Putri Yasodhara, Dalam sebuah percakapan, Raja Suddhodana berkata, "Yang berbahagia, Yasodhara adalah seorang isteri yang sangat setia;

ketika mendengar bahwa Yang Mulia mulai menjadi petapa dengan memakai jubah kuning, ia pun memakai jubah kuning,

Ketika mendengar Yang Mulia hanya makan satu kali sehari, ia pun makan hanya satu hari sehari. Ia senantiasa mengikuti kehidupan Yang Mulia, Ia tidak lagi tidur di dipan yang tinggi dan mewah namun ditanah, Ia tidak lagi memakai untaian bunga dan wewangian. Apabila sanak-saudaranya mengajaknya tinggal bersama mereka, dia tidak mengikut mereka.

Ketika Yang Mulia memasuki kehidupan non-duniawi ia menjadi janda; dan menolak hadiah dari Raja lain yang menyukainya. Demikian setia hatinya padamu."

Sang Buddha Menjawab, "Ia sangat baik dan melindungi-Ku bukan saja sekarang tetapi juga pada 499 kehidupan terdahulu,".

Setelah bersantap, dan memberikan penghormatan kepada Sang Buddha. Yasodhara berpikir, "Tentunya jika terdapat sifat baik di dalam diri ku, Yang Mulia sendiri akan datang kepada ku. Lalu Aku akan menghormatinya sebanyak yang aku mau".

Sang Buddha melihat bahwa jika Beliau tidak mendatanginya, Yasodhara akan sangat sedih hatinya. Kemudian Beliau menyerahkan pata (mangkuk) Beliau kepada Raja, dan dengan ditemani oleh 2 murid utama, Beliau memasuki kamar Yasodhara dan Sang Buddha duduk di tempat duduk yang telah disiapkan, kemudian Yasodhara berkata, "Ijinkan anak wanita Raja memberi penghormatan sebanyak yang ia inginkan".

Sang Buddhapun hanya diam (tanda persetujuan).

Kemudian Dengan tangkas Yasodhara menghampiri, memegang pergelangan kaki/tumit Beliau, menempatkan kepalanya ke kaki Beliau dan kemudian menangis sepuasnya, Ia menghormati Beliau sebanyak yang ia inginkan. Setelah itu, Yasodhara menyapu air matanya yang telah membasahi kaki Buddha itu.

Setelah melihat hati Yasodhara tenang kembali, Sang Buddha kemudian menceritakan Yasodhara mengenai tindakan-tindakan kebajikan yang telah Yasodhara lakukan dikehidupan sebelumnya, kemudian mengajarnya Candakinnara Jataka.
  Aku akan mengalami Usia tua, aku akan menderita penyakit, aku akan mengalami kematian. Segala yang ku Cintai, ku miliki, dan ku senangi akan Berubah dan terpisah dariku ....

Offline Adhitthana

  • Sebelumnya: Virya
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.508
  • Reputasi: 239
  • Gender: Male
Re: (PIC) Riwayat Hidup Buddha Gotama
« Reply #38 on: 23 September 2010, 02:12:38 AM »
Spoiler: ShowHide

Pada hari ketujuh setelah Sang Buddha kembali ke Kapilavatthu, Puteri Yasodhara mendandani Pangeran Rahula dengan pakaian yang bagus dan mengajaknya ke jendela. Dari jendela itu mereka dapat melihat Sang Buddha sedang makan siang. Puteri Yasodhara kemudian bertanya pada Rahula, "Anakku, tahukah engkau siapa orang itu ?". Rahula menjawab, "Beliau adalah Sang Buddha, ibu". Yasodhara tak dapat menahan air matanya yang menitik keluar dan berkata, "Anakku, petapa yang kulitnya kuning keemasan dan tampak seperti Brahma dikelilingi oleh ribuan muridnya adalah ayahmu. Beliau punya banyak harta pusaka. Pergilah kepadanya dan mintalah harta pusaka untukmu".
  Aku akan mengalami Usia tua, aku akan menderita penyakit, aku akan mengalami kematian. Segala yang ku Cintai, ku miliki, dan ku senangi akan Berubah dan terpisah dariku ....

Offline Adhitthana

  • Sebelumnya: Virya
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.508
  • Reputasi: 239
  • Gender: Male
Re: (PIC) Riwayat Hidup Buddha Gotama
« Reply #39 on: 23 September 2010, 02:17:52 AM »
Spoiler: ShowHide

Seusai makan, Yang Terberkahi membabarkan manfaat dari pemberian dana makanan, lalu meninggalkan istana untuk menuju ke Wihara Nigrodha bersama dengan dua puluh ribu siswa Arahanta-Nya. Pangeran Rahula mengikuti-Nya dari belakang, sambil berkata:"Berikanlah warisan saya, O Bhikkhu! Berikanlah warisan saya, O Bhikkhu!" Ia mengulangi kata-kata tersebut sepanjang jalan sampai mereka tiba di Wihara. Walau demikian, tak seorang pun, termasuk Yang Terberkahi, mencegahnya.

Setibanya Yang Terberkahi di wihara tersebut, Ia berpikir: "Pangeran Rahula ingin mewarisi kekayaan ayahnya, namun kekayaan dan harta duniawi ini hanya akan  menyebabkan penderitaan tanpa akhir baginya dalam tumimbal lahit. Lebih baik Aku berikan kepadanya ketujuh jenis harta mulia, yakni: keyakinan(saddha), moralias(sila), rasa malu berbuat salah(hiri), rasa takut berbuat salah(ottapa), pengetahuan(suta), kedermawanan(caga), dan kebijaksanaan(panna), yang semuanya telah Kutemukan saat berjuang mencapai Pencerahan. Akan Kujadikan dirinya pemilik harta warisan yang luhur ini." Lalu Yang Terberkahi meminta Bhikkhu Sariputta untuk memberikan penahbisan awal bagi Pangeran Rahula sebagai bakal bhikhhu(samanera). Demikianlah, Pangeran Rahula menjadi samanera pertama dalam Buddha Sasana.

  Aku akan mengalami Usia tua, aku akan menderita penyakit, aku akan mengalami kematian. Segala yang ku Cintai, ku miliki, dan ku senangi akan Berubah dan terpisah dariku ....

Offline Adhitthana

  • Sebelumnya: Virya
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.508
  • Reputasi: 239
  • Gender: Male
Re: (PIC) Riwayat Hidup Buddha Gotama
« Reply #40 on: 27 September 2010, 11:38:36 PM »
Spoiler: ShowHide

Enam Pangeran Sakya bersama dengan Upali, si tukang cukur meninggalkan keduniawian dan menjadi bhikkhu.

Kelompok enam pangeran yang terdiri dari (1) Raja Bhaddiya, (2) Pangeran Anuruddha, (3) Pangeran Ananda, (4) Pangeran Bhagu, (5) Pangeran Kimila, (6) Pangeran Devadatta (Saudara ipar Sang Buddha) dan Upali, si tukang cukur menikmati kenikmatan duniawi secara total bagaikan para Dewa yang menikmati kemewahan surgawi selama tujuh hari penuh sebelum mereka keluar dari kota, seolah-olah pergi bersenang-senang ke taman untuk berolah raga, diiringi oleh pasukan gajah, barisan berkuda, kereta serta infanteri. Setibanya di luar kota, empat resimen prajurit diperintahkan untuk kembali sedangkan mereka meneruskan perjalanan ke kerajaan tetangga Malla.

Begitu memasuki kerajaan Malla, enam pangeran tersebut menanggalkan perhiasan mereka, membungkusnya dengan pakaian luar dan menyerahkan bungkusan tersebut kepada Upali, sebagai hadiah perpisahan dan berkata,”Sahabatku Upali, engkau boleh pulang. Benda-benda ini akan menjamin hari tuamu”.

Upali, si tukang cukur menangis, berguling-guling di atas tanah di kaki para Pangeran, ketika hendak berpisah dari tuan-tuannya. Ia tidak berani, membantah perintah para pangeran dan ia juga bertanggung jawab untuk kembali membawa bungkusan-bungkusan hadiah tersebut. Ketika Upali, si tukang cukur, pelayan para pangeran berpisah dari tuan-tuannya, terdengar suara-suara yang keras dan menakutkan, seolah-olah hutan yang luas dan lebat itu meraung dan berguncang dalam kesedihan

Sesaat kemudian setelah Upali, si tukang cukur berpisah dari para pangeran, ia berhenti dan berpikir: “Para Penguasa Sakya sangat kasar dan kejam. Mereka akan salah menuduhku, “Upali, si tukang cukur ini telah membunuh enam pangeran” dan mereka akan menurunkan perintah untuk membunuhku. Jika para pangeran ini dapat melepaskan kemewahan dan kemuliaan istana, melepaskan perhiasan yang tidak ternilai seperti membuang ludah saja, demi untuk menerima penahbisan, mengapa aku, orang yang rendah dan malang ini tidak mampu menerima penahbisan.” Dengan pemikiran seperti itu, ia mengeluarkan benda-benda berharga yang ia bawa dan menggantungnya pada sebuah pohon, dan berkata, “Aku memberikan harta benda ini sebagai dana. Siapapun yang menemukan benda-benda ini boleh memilikinya”.

Saat enam pangeran melihat Upali si tukang cukur, mendekat dari kejauhan, mereka bertanya, “O sahabat, Upali, mengapa engkau kembali kepada kami?” Kemudian ia menjelaskan apa yang telah ia pikirkan dan apa yang telah ia lakukan. Kemudian para pangeran berkata, “O Upali, engkau tidak kembali ke istana (menurut versi Sri Lanka, “Engkau kembali kepada kami”), sungguh sangat baik! (tepat seperti yang engkau pikirkan) anggota keluarga Sakya sangat kasar dan kejam. (Seandainya, engkau kembali) mereka akan mengeksekusimu karena tuduhan yang salah bahwa engkau telah membunuh enam pangeran”.

Enam pangeran tersebut mengajak Upali bersama mereka menuju hutan mangga Anupiya dimana sang Tathagata berdiam. Setibanya di sana, mereka bersujud dengan penuh hormat kepada Sang Buddha, duduk di tempat yang bebas dari enam cacat, dan berkata: “Sang Bhagava yang termulia, kami, anggota keluarga Sakya yang kasar, kejam dan jahat karena kesombongan yang diakibatkan oleh kelahiran kami sebagai keluarga raja-raja; orang ini, Upali adalah pelayan kami selama bertahun-tahun. Kami memohon agar engkau memberikan prioritas kepadanya agar ditahbiskan terdahulu sebelum kami: (Dengan demikian) kami akan dapat memberi penghormatan kepadanya; menyapanya ketika ia mendekat, dan memberi hormat dengan kedua tangan dirangkapkan. Dengan melakukan hal demikian, keangkuhan kami sebagai keluarga Sakya yang cenderung kejam dan jahat dan kesombongan kami, para pangeran Sakya yang telah menjadi bhikkhu, dapat disingkirkan.”

Kemudian Sang Bhagava, menahbiskan Upali si tukang cukur terlebih dahulu (seperti permohonan para pangeran (kemudian diikuti oleh enam pangeran).
  Aku akan mengalami Usia tua, aku akan menderita penyakit, aku akan mengalami kematian. Segala yang ku Cintai, ku miliki, dan ku senangi akan Berubah dan terpisah dariku ....

Offline Adhitthana

  • Sebelumnya: Virya
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.508
  • Reputasi: 239
  • Gender: Male
Re: (PIC) Riwayat Hidup Buddha Gotama
« Reply #41 on: 27 September 2010, 11:41:29 PM »
Spoiler: ShowHide

Pertemuan pertama Anathapindika dengan Sang Buddha terjadi segera setelah vassa ketiga sejak Sang Buddha mencapai Pencerahan Sempurna. Pada masa awalnya, Sang Buddha belum menetapkan peraturan apapun mengenai tempat berdiam bagi para bhikkhu. Para bhikkhu tinggal dimanapun yang mereka mau—di hutan, di bawah pohon, di bawah bebatuan yang menonjol, di jurang, di gua, di kuburan, dan di ruang terbuka. Pada suatu hari, seorang pedagang kaya dari Rajagaha, ibukota dari kerajaan Magadha, menjadi pengikut setia Sang Buddha. Ketika melihat cara hidup para bhikkhu, ia menyarankan kepada para bhikkhu untuk bertanya kepada Sang Guru apakah beliau mengijinkan mereka untuk menerima tempat tinggal yang permanen. Ketika Sang Buddha memberikan ijinnya, si pedagang langsung mendirikan tidak kurang dari enam puluh tempat tinggal bagi para bhikkhu, ia menjelaskan bahwa ia perlu mengumpulkan jasa kebajikan. Dengan dibangunnya vihara pertama itu, maka sebuah landasan telah dibuat untuk penyebaran Dhamma, karena sekarang telah ada pusat pelatihan bagi Sangha.

Kemudian Sang Bhagava, sambil membimbing Anathapindika selangkah demi selangkah, berbicara kepadanya mengenai memberi, kemoralan, surga; bahaya, kesia-siaan, dan sifat menodai dari kenikmatan indria; manfaat pelepasan. Ketika beliau melihat bahwa hati dan pikiran Anathapindika sudah siap— mudah menerima, tidak terganggu, bersemangat dan damai— beliau menjelaskan kepadanya ajaran unik Yang Tercerahkan: Empat Kebenaran Mulia mengenai penderitaan, sebabnya, berakhirnya, dan jalan untuk mengakhirinya. Dengan itu, mata kebenaran yang tanpa noda, bersih dari debu (dhammacakkhu) terbuka bagi Anathapindika: “Apapun yang memiliki sifat alami timbul, semua juga memiliki sifat alami tenggelam.“ Anathapindika telah memahami kebenaran Dhamma, mengatasi semua keraguan, dan tanpa goyah; mantap dalam pikiran, ia sekarang mandiri dalam Ajaran Sang Guru. Ia telah merealisasi jalan dan buah pemasuk-arus (sotapatti).

Ia kemudian mengundang Sang Guru untuk bersantap keesokan harinya di rumah saudara iparnya, dan Sang Guru menerimanya. Setelah bersantap siang, Anathapindika bertanya kepada Sang Buddha apakah ia boleh membangun sebuah vihara bagi Sangha di kampung halamannya, Savatthi. Sang Buddha menjawab: “Yang Tercerahkan menyukai tempat yang tenang.”

“Saya mengerti, O Guru, saya mengerti,” jawab Anathapindika, yang bersuka cita karena persembahannya diterima.
  Aku akan mengalami Usia tua, aku akan menderita penyakit, aku akan mengalami kematian. Segala yang ku Cintai, ku miliki, dan ku senangi akan Berubah dan terpisah dariku ....

Offline Adhitthana

  • Sebelumnya: Virya
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.508
  • Reputasi: 239
  • Gender: Male
Re: (PIC) Riwayat Hidup Buddha Gotama
« Reply #42 on: 27 September 2010, 11:48:37 PM »

Mempersembahkan Jetavana

Anathapindika, seorang donatur utama Sang Buddha, mendapat kehormatan untuk menemui Sang Guru Agung ketika Beliau sedang bersemayam di Veluvana (Hutan Bambu) di Rajagaha. Anathapindika lahir di Savatthi, putera seorang milyuner yang bernama Sumana. Sebelumnya ia bernama Sudattha, dan karena sifatnya yang dermawan, ia kemudian dikenal dengan nama Anathapindika (Si Pemberi Makan Kepada Yang Tidak Mampu). Anathapindika seorang pedagang yang sukses, yang berdagang dengan armada angkutan yang terdiri dari lima ratus kendaraan.

Anathapindika mengerti permintaan yang terkandung di dalam persetujuan Sang Buddha, ia lalu mencari tempat yang tenang dan sunyi di dekat Savatthi, di mana Sang Buddha dapat menetap. Ia akhirnya menemukan tempat yang sesuai untuk Sang Buddha, yaitu taman milik Pangeran Jeta. Pangeran Jeta memberitahu Anathapindika bahwa taman itu tidak dijual, kecuali tanah tersebut ditutupi dengan kepingan-kepingan uang emas. Anathapindika menyatakan keinginannya membeli taman itu seharga berapapun yang dikatakan oleh Pangeran Jeta, tetapi Pangeran Jeta tetap tidak menyetujuinya. Anathapindika lalu merundingkan kepada para pejabat istana tentang pernyataan Pangeran Jeta yang akan menjual taman itu apabila ditutupi dengan kepingan uang emas dan para pejabat istana menyetujui permintaan tersebut. Anathapindika lalu memerintahkan para pegawainya untuk membawa beberapa kereta berisi kepingan-kepingan uang emas, dan menutupi Hutan Jeta itu dengan kepingan uang emas yang dibawa. Ada sebagian kecil tanah hutan itu uang tidak tertutupi dengan kepingan uang emas dan Pangeran Jeta yang melihat hal itu mengatakan bahwa bagian tanah tersebut adalah persembahan darinya. Anathapindika menyetujui dan membangun pintu gerbang dan sebuah bangunan.

Anathapindika lalu membangun Vihara Jetavana ini dengan indah, membangun ruangan-ruangan untuk belajar, ruangan persembahan dana, perapian, gudang, kamar mandi, koridor, sumur, kolam, kamar-kamar dengan penghangat ruangan, paviliun-paviliun. Milyuner ini menghabiskan lima puluh empat kati kepingan emas untuk menyelesaikan bangunan di Vihara Jetavana ini.

Sang Buddha berdiam di Vihara Jetavana selama sembilan belas masa musim hujan, masa vassa. Di Vihara Jetavana inilah Sang Buddha melewatkan sebagian besar masa hidup Beliau, dan di tempat ini pula Sang Buddha banyak membabarkan Dhamma Yang Mulia.
  Aku akan mengalami Usia tua, aku akan menderita penyakit, aku akan mengalami kematian. Segala yang ku Cintai, ku miliki, dan ku senangi akan Berubah dan terpisah dariku ....

Offline Adhitthana

  • Sebelumnya: Virya
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.508
  • Reputasi: 239
  • Gender: Male
Re: (PIC) Riwayat Hidup Buddha Gotama
« Reply #43 on: 06 October 2010, 01:09:39 AM »


KISAH MENDAMAIKAN KERABAT SANG BUDDHA

Kapilavatthu, kota suku Sakya dan Koliya, kota suku Koliya, terletak di sisi – sisi sungai Rohini. Petani kedua kota bekerja di ladang yang diairi oleh sungai tersebut. Suatu tahun mereka memperoleh hujan yang tidak cukup sehingga padi serta hasil panen lainnya mulai layu.

Petani di kedua sisi sungai ingin mengalirkan air dari sungai Rohini ke ladang mereka masing – masing. Penduduk Koliya mengatakan bahwa air sungai itu tidak cukup untuk mengairi dua sisi, dan jika mereka dapat melipatgandakan aliran air ke ladang mereka, barulah itu akan cukup untuk mengairi padi sampai menguning.

Pada sisi lain, penduduk Kapivatthu menolak hal itu, apabila mereka tidak mendapatkan air, dapat dipastikan hasil panen mereka akan gagal, dan mereka akan terpaksa membeli beras orang lain.

Mereka mengatakan bahwa mereka tidak siap membawa uang dan barang – barang berharga ke seberang sungai untuk ditukar dengan makanan.

Kedua pihak menginginkan air untuk kebutuhan mereka masing – masing sehingga tumbuh keinginan jahat. Mereka saling memaki dan menantang. Pertengkaran antar petani itu sampai didengar oleh para menteri negara masing – masing dan mereka melaporkan kejadian tersebut kepada penguasa masing – masing dan orang – orang di kedua sisi sungai siap bertempur.

Sang Buddha melihat sekeliling dunia dengan kemampuan batin luar biasa Beliau, mengetahui kerabat – kerabat Beliau pada kedua sisi sungai akan bertempur, Beliau memutuskan untuk mencegahnya.

Seorang diri Sang Buddha ke tempat mereka dengan melalui udara, dan segera berada di tengah sungai. Kerabat – kerabat Beliau melihat Sang Buddha, dengan penuh kesucian dan kedamaian duduk di atas mereka, melayang di udara. Mereka meletakkan senjatanya ke samping dan menghormat kepada Sang Buddha.

Kemudian Sang Buddha berkata pada mereka, : "Demi keperluan sejumlah air, yang sedikit nilainya, kalian seharusnya tidak mengorbankan hidupmu yang jauh sangat berharga dan tak ternilai. Kenapa kalian melakukan tindakan yang bodoh ini ?

Jika Tathagata tidak menghentikan kalian hari ini, darah kalian akan mengalir seperti air di sungai sekarang, kalian hidup dengan saling membenci; kalian akan menderita karena kekotoran batin tetapi Tathagata sudah bebas darinya; kalian berusaha memiliki kesenangan hawa nafsu, tetapi Tathagata tidak mencarinya lagi"

Kemudian Sang Buddha membabarkan syair berikut ini : ”Sungguh bahagia jika kita hidup tanpa membenci di antara orang – orang yang membenci; di antara orang – orang yang membenci, kita hidup tanpa benci.

Sungguh bahagia jika kita hidup tanpa penyakit di antara orang – orang yang berpenyakit; di antara orang – orang yang berpenyakit, kita hidup tanpa penyakit. Sungguh bahagia jika kita hidup tanpa keserakahan di antara orang – orang yang serakah; di antara orang – orang yang serakah, kita hidup tanpa keserakahan.

Banyak orang pada waktu itu mencapai tingkat kesucian sotapatti setelah khotbah Dharma berakhir.
  Aku akan mengalami Usia tua, aku akan menderita penyakit, aku akan mengalami kematian. Segala yang ku Cintai, ku miliki, dan ku senangi akan Berubah dan terpisah dariku ....

Offline Adhitthana

  • Sebelumnya: Virya
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.508
  • Reputasi: 239
  • Gender: Male
Re: (PIC) Riwayat Hidup Buddha Gotama
« Reply #44 on: 06 October 2010, 01:12:07 AM »
Spoiler: ShowHide


Kematian Raja Suddhodana

Lima Tahun kemudian setelah Sang Buddha meninggalkan Kapilavatthu, Beliau kembali mengunjungi ayahnya Raja Suddhodana, yang sedang sakit parah. Raja Suddhodana sangat bahagia ketika melihat Sang Buddha lagi dan merasa lebih baik. Sang Buddha mengetahui bahwa Raja hendak mangkat dalam watu dekat dan dengan tekun memberikan khotbah kepada ayah-Nya dan setelah mendengarkan khotbah tersebut Raja Suddhodana mencapai tingkat Arahat. Tujuh hari setelah menikmati kedamaian Nibbana, Raja Suddhodana wafat. Semua orang merasa sangat sedih.
  Aku akan mengalami Usia tua, aku akan menderita penyakit, aku akan mengalami kematian. Segala yang ku Cintai, ku miliki, dan ku senangi akan Berubah dan terpisah dariku ....

 

anything