at] Pak hud,
MMD mirip banget dengan ajaran U Tejaniya
sebenarnya masing masing guru membawa Trademark masing masing.
Tiap guru meditasi vipassana mengajarkan vipassana sesuai dengan pengalaman masing-masing.
Terima kasih Anda telah mengenalkan saya kepada ajaran meditasi Sayadaw U Tejaniya. Saya baru saja mencari tulisan-tulisan beliau di internet. Memang banyak persamaannya dengan apa yang saya ajarkan, sekalipun di sana-sini ada perbedaan dalam pemahaman. Di bawah ini saya kutip satu paragraf tulisan tentang meditasi U Tejaniya yang membedakannya dengan vipassana versi Mahasi Sayadaw:
- beliau mengajarkan meditasi secara rileks, bukan dengan pemaksaan usaha (viriya);
- beliau mengajarkan membuka kesadaran terhadap semua pengalaman, bukan memusatkan konsentrasi pada obyek utama;
- beliau mengajarkan meditasi jalan dengan gerak yang biasa, bukan dengan memperlambat gerakan;
- beliau mengajarkan retret tanpa jadwal yang kaku;
- beliau mengajarkan kesadaran terhadap relasi/reaksi diri terhadap obyek, bukan terhadap obyek itu sendiri;
- beliau masih bicara tentang panca-balani, yang tidak lagi saya bicarakan -- alih-alih saya bicara tentang si aku yang berada di balik semua usaha dan tujuan meditasi.
Salam,
hudoyo
Dari:
www.inquiringmind.comTaking a Relaxed Approach with Sayadaw U Tejaniya
by Mirka Knaster
In 2007, Sayadaw U Tejaniya, a Burmese monk, made his second visit to Western Dharma centers
in the U. S. I had the opportunity to hear his teachings in several places, to interview him and his
excellent translator, Ma Thet, and to speak with teachers and yogis about their experience of his
transformative approach to Dharma practice. Sayadaw’s particular way of teaching is now
influencing a number of Western vipassana teachers. He emphasizes practicing in a relaxed but
continuous manner rather than forcing one’s effort; opening the field of awareness to all
experience rather than beginning with a primary object to establish concentration; walking at a
regular rather than slow pace on retreat; not imposing a fixed retreat schedule; and focusing on
one’s relationship to objects rather than on the objects themselves. The integration of these
elements appears to strengthen the five spiritual faculties (indriya)—faith, energy, mindfulness,
concentration, wisdom—and deepen practice in everyday life.
[...]