Asal-mula tradisi perayaan Tahun Baru Imlek
Saat Bumi selesai melakukan revolusinya terhadap Matahari untuk satu kali putaran, maka waktu yang dibutuhkan Bumi inilah yang disebut satu tahun atau yang dalam Bahasa Mandarin berbunyi Yi Nian (Yi artinya “satu” sedangkan Nian artinya “tahun”). Namun orang Tionghoa dahulu menyebut satu tahun ini dengan istilah Yi Shui (Yi artinya “satu” sedangkan Shui artinya “usia”). Jadi misalnya ada kata tanya dalam Bahasa Mandarin yang berbunyi : “Shui Che” (Che artinya “kali”, maksudnya 'repetisi'), maka frase ini mengandung artian dalam Bahasa Indonesia yang berbunyi “tahun ke berapa”. Istilah “Yi Shui” ini masih dipakai sampai sekarang oleh kalangan supranatural, pakar Feng Shui dan ahli penujuman.
Tradisi merayakan Tahun Baru Imlek merupakan suatu perjalanan kebudayaan yang sangat panjang. Pada tahun 2600 SM, Kaisar Sheng Nong mengajarkan rakyatnya tata cara untuk menanam padi yang baik. Setiap kali panen, maka seluruh rakyat pun berpesta bersama dengan Kaisar Sheng Nong dan anggota kerajaan lainnya. Oleh karena panen ini hanya terjadi sekali dalam setahun, maka tradisi untuk merayakan hasil panen sambil berpesta ini pun dilakukan sekali dalam setahun. Dan karena itulah istilah Nian dipakai.
Kalau dalam Bahasa Indonesia, padi yang belum dipanen maupun padi yang sudah siap untuk dipanen tetap disebut dengan istilah 'padi'. Orang Tionghoa dahulu menyebut padi yang masih hijau dengan istilah “Wo”, sedangkan padi yang sudah matang disebut dengan istilah “Nian”. Pada huruf “Nian” yang tertulis dengan aksara Mandarin ini, terdapat dua unsur tulisan yang terdapat di atas dan di bawah. Unsur tulisan yang terdapat di atas bertuliskan huruf “Wo” (padi hijau). Sedangkan unsur tulisan di bawah bertuliskan huruf “Shi” (angka sepuluh–10). Secara personifikasi, artinya padi (hijau) ini sudah tumbuh dengan sempurna (nilai 10), dan kemudian menguning sehingga siap untuk dipanen. Oleh karena itu, masa panen yang hanya sekali dalam setahun itu juga dinamakan Yi Nian.
Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, kata "Yi" berarti satu. Namun pengertian "Nian" dalam penggunaan istilah “Yi Nian” tadi bukanlah berarti 'tahun'. Nian pada istilah ini memiliki arti sebagai 'gabah' atau 'padi yang sudah menguning' atau juga 'padi yang dipanen'. Istilah 'Nian' (tahun) dipakai dalam menyebut istilah 'satu tahun' karena memang pengertiannya sendiri yang bermakna 'tahun'. Namun istilah "Nian" (padi yang dipanen) yang juga digunakan untuk menyebut istilah 'satu tahun', adalah yang sebenarnya paling mempengaruhi istilah "Nian" (tahun) untuk dipakai dalam kata “Yi Nian” (satu tahun). Hal ini dikarenakan kedua istilah ini memiliki cara pelafalan yang sama, yaitu “Nian” (dibaca “Nien”). Maka kedua kosakata ini sebenarnya tidak perlu dipermasalahkan dalam penggunaanya, karena keduanya juga tetap menunjukkan istilah yang bermakna “satu tahun”.
Pada zaman Dinasti Xia di tahun 2200 SM, dibuatlah peraturan untuk merubah istilah kalender saat itu dengan istilah “Zheng Shuo”. Artian dari istilah ini adalah tanggal 1 bulan ke-1. Jadi pada masa inilah ditentukan tanggal dari awal tahun baru. Mereka selalu merayakan hasil panen sekali dalam setiap tahun. Maka orang Tionghoa pun menentukan masa panen yang datang sekali dalam setiap tahun ini menjadi satu perayaan meriah yang juga sebagai tanda pergantian tahun. Maka dari itu istilah Yi Nian ini pun pertama kali dipakai.
Sejarah membuktikan bahwa kebiasaan yang dilakukan terus-menerus akan menjadi tradisi, dan tradisi yang terus dipertahankan dan dilestarikan pun akhirnya menjadi kebudayaan. Setiap bangsa di dunia ini pasti memiliki tradisinya masing-masing, dan tradisi ini pasti dirayakan secara meriah. Merayakan Hari Tahun Baru Imlek adalah salah satu kebudayaan keluarga yang sudah meluas ke area global. Negara-negara yang memiliki atau masih memakai Kalender Imlek dalam penanggalan kalendernya, pasti merayakan hari pergantian tahun ini meskipun tidak secara serentak. Selain di Indonesia, negara-negara tetangga kita seperti Vietnam, Kamboja, Myanmar, Laos, Thailand, Singapura dan Malaysia juga masih memakai Kalender Imlek ini. Bahkan di Taiwan, Jepang dan Korea, Kalender Imlek ini memiliki tempat khusus yang lebih tinggi dari Kalender Imlek yang dipakai di negara lain. Karena itulah maka istilah "Guo Nian" pun digunakan (Guo artinya lewat).