mengenai ajaran, kalau patokannya hanya sutta? apa cukup sahih?
IMO, yang digunakan adalah sutta-sutta awal dalam empat Nikaya dan padanannya dalam Agama Sutra serta bisa juga mengacu pada teks-teks belakangan (komentar, Abhidhamma/Abhidharma, dst) yang tidak bertentangan dengan sutta-sutta awal.
Lalu, Yuganadha Sutta, sebenarnya tidak disinggung tentang Jhana ya. Apakah Jhana termasuk salah satu salah-tafsir atas "ketenangan"?
Jhana kayaknya gak masalah karena definisi standar konsentrasi benar (samma-samadhi) dari JMB8 adalah keempat jhana
Kalau yang saya tangkap dari pandangan umum, cmiiw:
- ketenangan diartikan sebagai samatha (fokus ke satu objek)
- pandangan terang = vipassana = satipatthana.
menurut Buddhisme Awal, apakah interpretasi itu benar?
Setahuku ketenangan memang benar = samatha, yaitu samma-samadhi, tetapi utk vipassana (pandangan terang) seharusnya = pandangan benar (samma ditthi) bukan satipatthana karena 4 satipatthana adalah definisi standar utk samma-sati (lihat
http://dhammacitta.org/dcpedia/SN_45.8:_Vibhanga_Sutta).
Karena satipatthana adalah samma-sati yang jika dikembangkan bisa mendukung samma-samadhi (lihat
MN 117 Mahacattarisaka Sutta), maka IMO seharusnya satipatthana juga termasuk latihan samatha.
_______________
saya sendiri tidak begitu paham sutta itu karena rasanya, perhatian dan jhana ketenangan itu beriringan.
Benar, perhatian benar atau satipatthana jika dikembangkan mendukung pada konsentrasi benar atau samatha. Setelah mencapai konsentrasi benar yang adalah jhana-jhana, seseorang baru bisa mengembangkan pandangan benar pada tahapan yang lebih tinggi (disebut pandangan benar/vipassana) dengan pikiran yang terkonsentrasi penuh dalam jhana melihat dukkha, sebab dukkha, akhir dukkha dan jalan menuju akhir dukkha (seperti yang disebutkan dalam sistem pelatihan bertahap dalam banyak sutta awal).
Ketenangan dan pandangan terang itu seharusnya beriringan spt dlm AN 2.31:
“Para bhikkhu, kedua hal ini berhubungan dengan pengetahuan sejati.<249> Apakah dua ini? Ketenangan dan pandangan terang. Ketika ketenangan terkembang, manfaat apakah yang dialami seseorang? Pikirannya terkembang. Ketika pikirannya terkembang, manfaat apakah yang ia alami? Nafsu ditinggalkan. Ketika pandangan terang terkembang, manfaat apakah yang ia alami? Kebijaksanaan terkembang. Ketika kebijaksanaan terkembang, manfaat apakah yang ia alami? Ketidak-tahuan ditinggalkan.<250>
“Pikiran yang dikotori oleh nafsu adalah tidak terbebaskan, dan kebijaksanaan yang dikotori oleh ketidak-tahuan adalah tidak terkembang. Demikianlah, para bhikkhu, melalui meluruhnya nafsu maka ada kebebasan pikiran, dan melalui meluruhnya ketidak-tahuan maka ada kebebasan melalui kebijaksanaan.”<251>Mereka yang hanya memiliki ketenangan saja atau pandangan terang saja pun dianjurkan untuk menyelami sisi pengembangan yang tidak ada tsb spt dlm AN 4.94:
“Para bhikkhu, ada empat jenis orang ini terdapat di dunia. Apakah empat ini? (1) Di sini, seseorang memperoleh ketenangan pikiran internal tetapi tidak memperoleh kebijaksanaan pandangan terang yang lebih tinggi ke dalam fenomena-fenomena. [94] (2) Seseorang lainnya memperoleh kebijaksanaan pandangan terang yang lebih tinggi ke dalam fenomena-fenomena tetapi tidak memperoleh ketenangan pikiran internal. (3) Seseorang lainnya lagi tidak memperoleh memperoleh ketenangan pikiran internal juga tidak memperoleh kebijaksanaan pandangan terang yang lebih tinggi ke dalam fenomena-fenomena. (4) Dan seorang lainnya lagi memperoleh ketenangan pikiran internal serta memperoleh kebijaksanaan pandangan terang yang lebih tinggi ke dalam fenomena-fenomena.
(1) “Para bhikkhu, seorang yang di antara mereka yang memperoleh ketenangan pikiran internal tetapi tidak memperoleh kebijaksanaan pandangan terang yang lebih tinggi ke dalam fenomena-fenomena harus mendatangi seorang yang memperoleh kebijaksanaan pandangan terang yang lebih tinggi ke dalam fenomena-fenomena dan bertanya kepadanya: ‘Bagaimanakah, teman, fenomena-fenomena terkondisi itu harus dilihat? Bagaimanakah fenomena-fenomena terkondisi itu diperiksa? Bagaimanakah fenomena-fenomena terkondisi itu dilihat melalui pandangan terang?’ Kemudian orang itu akan menjawabnya sesuai dengan apa yang ia lihat dan pahami sehubungan dengan hal tersebut sebagai berikut: ‘Fenomena-fenomena terkondisi harus dilihat dengan cara demikian, diperiksa dengan cara demikian, dilihat melalui pandangan terang dengan cara demikian.’<788> Maka, beberapa lama kemudian, ia memperoleh ketenangan pikiran internal serta memperoleh kebijaksanaan pandangan terang yang lebih tinggi ke dalam fenomena-fenomena.
(2) Seorang yang memperoleh kebijaksanaan pandangan terang yang lebih tinggi ke dalam fenomena-fenomena tetapi tidak memperoleh ketenangan pikiran internal harus mendatangi seorang yang memperoleh ketenangan pikiran internal dan bertanya kepadanya: ‘Bagaimanakah, teman, pikiran dikokohkan? Bagaimanakah pikiran ditenangkan? Bagaimanakah pikiran dipersatukan? Bagaimanakah pikiran dikonsentrasikan?’ Kemudian orang itu akan menjawabnya sesuai dengan apa yang ia lihat dan pahami sehubungan dengan hal tersebut sebagai berikut: ‘Pikiran harus dikokohkan dengan cara demikian, ditenangkan dengan cara demikian, dipersatukan dengan cara demikian, dikonsentrasikan dengan cara demikian.’<789> Maka, beberapa lama kemudian, ia memperoleh memperoleh kebijaksanaan pandangan terang yang lebih tinggi ke dalam fenomena-fenomena serta ketenangan pikiran internal.
(3) “Seorang yang tidak memperoleh memperoleh ketenangan pikiran internal juga tidak memperoleh kebijaksanaan pandangan terang yang lebih tinggi ke dalam fenomena-fenomena harus mendatangi seorang yang memperoleh keduanya dan bertanya kepadanya: ‘‘Bagaimanakah, teman, pikiran dikokohkan? Bagaimanakah pikiran ditenangkan? Bagaimanakah pikiran dipersatukan? Bagaimanakah pikiran dikonsentrasikan? Bagaimanakah fenomena-fenomena terkondisi itu harus dilihat? Bagaimanakah fenomena-fenomena terkondisi itu diperiksa? Bagaimanakah fenomena-fenomena terkondisi itu dilihat melalui pandangan terang?’ Kemudian orang itu akan menjawabnya sesuai dengan apa yang ia lihat dan pahami sehubungan dengan hal tersebut sebagai berikut: ‘Pikiran harus dikokohkan dengan cara demikian, ditenangkan dengan cara demikian, dipersatukan dengan cara demikian, dikonsentrasikan dengan cara demikian. Fenomena-fenomena terkondisi harus dilihat dengan cara demikian, diperiksa dengan cara demikian, dilihat melalui pandangan terang dengan cara demikian.’ Maka, beberapa lama kemudian, [95] ia memperoleh ketenangan pikiran internal serta memperoleh kebijaksanaan pandangan terang yang lebih tinggi ke dalam fenomena-fenomena.
(4) “Seorang yang memperoleh ketenangan pikiran internal serta memperoleh kebijaksanaan pandangan terang yang lebih tinggi ke dalam fenomena-fenomena harus mendasarkan dirinya pada kualitas-kualitas bermanfaat yang sama itu untuk berusaha lebih jauh untuk mencapai hancurnya noda-noda.
“Ini, para bhikkhu, adalah keempat jenis orang itu yang terdapat di dunia.”