Hanya "Tanpa Diri" (Pudgala Nairatmya) yang dapat memasuki Samadhi
Mengapa tadi saya membahas pernyataan (kalimat) yang membuat Sariputra
dapat memahami kebenaran? "Segala sesuatu muncul dan lenyap karena sebab dan
kondisi". Sesungguhnya kebenaran paling penting yang seseorang dapat pelajari dari
kalimat tersebut adalah "Tanpa Diri" (Pudgala Nairatmya). Seorang Arahat dapat
mencapai pencerahan karena ia menyadari tentang anitya, beraspirasi untuk
meninggalkan keduniawian, dan kemudian mencapai alam "tanpa diri". Tersirat dalam
kalimat ini, "Segala sesuatu muncul dan lenyap karena sebab dan kondisi" adalah
konsep "Tanpa Diri" (Pudgala Nairatmya). Disini, saya ingin menunjukkan kepada
kalian semua bahwa orang harus mempunyai pemahaman tentang "Tanpa Diri"
(Pudgala Nairatmya) sewaktu berlatih meditasi. Kalau tidak, ia tidak akan dapat
mencapai "Samadhi". Coba renungkan hal ini sejenak. Begitu kita duduk bermeditasi,
pikiran pikiran mulai terasa berkeliaran. Sebuah lintasan pikiran muncul seperti
misalnya "Siapa yang berhutang uang kepada saya?". Maka, pikiran kita teralih ke
urusan uang. Sebagian orang tidak pernah bisa mengalami Samadhi karena begitu
mereka duduk, segala macam pikiran mulai berkeliaran.
Mari gunakan sebuah contoh yang sederhana. Kemarin, sinar matahari sama
cerahnya dengan sinar matahari pada hari ini. Tapi, apakah ada sesuatu yang terjadi
yang mengganggu anda? Kemarin, sewaktu saya dalam perjalanan pulang ke rumah,
tiba tiba mulai hujan. Mobil saya sudah dicuci sangat bersih, tapi kiri kanan nya
sekarang terkena cipratan air kotor dari mobil mobil lain. Sebuah mobil di depan mobil
saya bergerak sangat lambat dan begitu saya tancap gas, langsung kaca mobil bagian
depan terciprat air sehingga menjadi kotor. Sebuah lintasan pikiran muncul bahwa saya
harus mencuci mobil lagi sehingga membuat saya terpikir "wah repotnya". [tawa
pendengar].
Apa lagi yang mengganggu saya kemarin? Yah, ceramah kemarin dan dua hari
pertama berjalan lancar. Tapi, sewaktu saya sedang membahas topik tentang Samadhi
pada hari ini, terpikir oleh saya bahwa saya sudah membahas topik ini sebelumnya.
Untuk tidak mengulanginya lagi, saya harus membahas topik ini dari sudut pandang
yang lain sehingga tidak membosankan, tapi saya tidak bisa memikirkan cara baru apa
12
apa lagi. [tawa pendengar]. Ini juga mengganggu. Bukankah saya tidak boleh menjadi
malu di depan kalian semua? [tawa pendengar].
Kemudian, saya terpikir akan sesuatu yang terjadi di saat awal ceramah. Saya
telah menuliskan di sepotong kertas kecil tentang hal hal penting yang dibahas dalam
seminar kemarin. Jendela terbuka lebar dan angin kencang bertiup sehingga membuat
kertas itu beterbangan dari atas meja. Itu sebabnya saya pikir saya akan tetap
memegangnya saja supaya tidak terbang. Tahukah kalian bahwa tangan saya menjadi
kaku karena harus terus memegang sepotong kertas ini selama berceramah sekarang
ini? [tawa dan tepuk tangan pendengar]. Jadi, saya sekarang masih bingung tentang
apa yang harus saya lakukan dengan "potongan kertas" untuk acara besok. Sewaktu
saya menyontek di sekolah dulu, saya suka menyembunyikan buku pelajaran di bawah
bangku dan menyembunyikan sepotong kertas info di tas. [tawa pendengar]. Saya
berpikir sekarang, "Wah, sekarang saya tidak bawa tas, sedangkan kertas ini begitu
licin, harus bagaimana yah? Untungnya hari ini saya tidak perlu pegang naskah
ceramah sehingga saya bisa menggunakan kedua tangan. Hal hal seperti ini terlintas
dalam benak saya!
Saya juga terpikir hal berikut: Sebelum saya pergi tidur, sekitar jam 11 malam,
Nyonya Lu biasanya membuatkan makanan kecil buat saya. Tetapi, selama 4 malam
berturut-turut, makanan malam saya hanya sekedar satu mangkok bakmi rebus tanpa
isi, tanpa variasi. [tawa pendengar]. Saya jadi kesal. [tawa pendengar]. Bakmi polos
lagi! [tawa pendengar]. Akhirnya pada hari ini ia membawa dari rumah beberapa
pangsit Taiwan yang memberi sedikit rasa di bakmi! Kemarin malam, sekitar jam 11
malam, Nyonya Lu dan saya pergi ke QFC (semacam pasar swalayan) untuk
berbelanja. Kami membeli beberapa bahan: 4 kantong tahu, masing masing dengan 10
jenis yang berbeda, lalu satu ayam penuh untuk membuat sup ayam. Saya berdiri
disamping Nyonya Lu di daerah penjualan ayam. Pertama, ia mengambil satu ayam
dan setelah melihat harganya, ia berkomentar, "4 dollar, terlalu mahal". [tawa
pendengar]. Lalu, ia taruh kembali. Saat itu juga, saya merasa frustasi, "Jadi, saya
bahkan sudah tidak pantas untuk makan ayam seharga 4 dollar?" [tawa pendengar].
Sungguh, [Maha Acarya menoleh ke Nyonya Lu], berapa harga ayam kedua yang kau
lihat? [tawa pendengar] Ayam kedua berharga 3 dollar. Berbeda harga 1 dollar, maka
ia membeli ayam kedua. Dalam benak saya terlintas satu pikiran ini, "Mengapa ia
membeli yang lebih murah untuk saya? Bukankah saya guru yang terhormat dan
terpandang?" [tawa dan tepuk tangan pendengar].
Kemudian, kami pergi membeli roti dan pisang. Kami sesungguhnya masih
punya 3 pisang di rumah, tapi sudah berwarna hitam. [tawa pendengar]. Jadi, saya
membeli beberapa pisang hijau. Sewaktu kami pulang ke rumah, saya menguliti salah
satu pisang hijau dan mulai makan bersama dengan semangkok bakmi. Kemudian,
Nyonya Lu bertanya, "Pisang itu masih begitu hijau. Kenapa dimakan?" [tawa
pendengar] Karena ia rewel, saya menjadi kesal. "Kita sudah bersama selama begitu
banyak tahun. Masak kau tidak tahu bahwa saya suka pisang hijau?" [tawa pendengar].
Iya kan! Saya tidak begitu suka dengan pisang yang terlalu matang, meskipun Nyonya
Lu menyukainya karena lebih wangi. Saya suka pisang hijau karena mempunyai rasa
yang berbeda yang saya tak bisa ungkapkan. [tawa pendengar]. Saya tidak begitu
suka rasa pisang yang sudah terlalu matang.
13
Jadi, dalam satu malam saja, banyak lintasan pikiran seperti ini bisa muncul di
benak kita. Bila kita menjadi melekat pada pikiran pikiran ini, tentu saja kita jadi
mempunyai banyak masalah. Sebagai sadhaka, kita tahu bahwa semua hal yang tadi
saya baru sebutkan adalah hal hal yang sekecil biji kuaci. Tapi, adakalanya hal hal
kecil seperti ini bisa mengakibatkan keributan besar! Sebagian pasangan suami istri
bisa ribut karena urusan urusan kecil seperti apakah pisang sudah matang atau belum!
[tawa pendengar]. Kita semua tahu bahwa tidak masuk diakal untuk berkelahi hanya
karena urusan kulit pisang, tapi nyatanya, sedikit sampah ini saja bisa membuat orang
berkelahi besar-besaran. Jadi, kita harus bisa melepas. Kita harus bisa melepas
segala hal yang kecil urusannya maupun yang besar urusannya. Lagipula, tak ada
sesuatupun di dunia ini yang dapat mengganggu pikiran kita. "Segala sesuatu muncul
dan lenyap karena sebab dan kondisi". Pada dasarnya tak ada sesuatupun yang
bereksistensi secara terpisah. Itulah hakikat dari kekosongan.
Sewaktu kalian menyadari hal ini, maka tak ada lagi sesuatupun yang akan
mengganggu kalian. Tahukah kalian berapa nomor plat mobil baru saya, sebuah
Mercedes Benz? Saya takut membeli Mercedes 600 karena akan dipertanyakan oleh
sebagian orang. Saya dikritik selama 5 tahun penuh karena mengendarai sebuah Rolls
Royce. Jadi, meskipun Mercedes 600 merupakan mobil yang sangat baik, saya takut
membelinya. [tawa pendengar]. Saya memilih Mercedes 500 karena bukan merupakan
yang paling mewah. Dengan demikian saya mendapatkan sedikit ketenangan dan
istirahat dari kritikan setidaknya untuk sementara waktu.
Tapi, masalah lain muncul. Sewaktu plat nomor mobil saya tiba, ternyata
nomornya adalah "546" yang terdengar seperti "Saya telah mati" dalam bahasa
Mandarin. [tawa riuh rendah pendengar]. Saya gemetar sewaktu melihat nomor ini.
[tawa pendengar]. Jadi, apa yang mesti kita lakukan sewaktu mendapat nomor seperti
ini? Caranya adalah berusaha melihatnya dari sudut pandang lain. "Segala sesuatu
beres" [Angka 546 dapat juga terdengar seperti "segala sesuatu baik baik saja" dalam
bahasa Mandarin.] [tawa dan tepuk tangan pendengar.] Jadi, banyak masalah
sebenarnya diciptakan oleh diri sendiri saja karena kita menyangka bahwa mereka
merupakan masalah. Kalian harus berpikir bahwa masalah masalah itu sebenarnya
kosong belaka, bahwa "segala sesuatu baik baik saja"!