Tgl 12 Mei 1998, jalan di depan rumah saya yg biasanya padat merayap tiba2 menjadi sepi krn tak satupun kendaraan yg melintas. Pd saat yg hampir bersamaan, telpon berdering menanyakan keadaan kami, maupun yg menginformasikan situasi di sekitar rumahnya. Saat itu saya merasa kalau sesuatu yg kurang menyenangkan bisa terjadi, maka saya segera mengajak suami membaca Paritta kira2 mulai pk. 18.00 dan ternyata ...... Selama kami membaca Paritta, byk sekali suara yg menakutkan terdengar, mulai dr suara besi ditarik dan dirobohkan, suara sorak sorai dan tepuk tangan sekelompok org memecahkan keheningan malam yg semakin mencekam, sampai suara ledakan yg sangat keras seperti suasana perang di film2. Kami semakin khusuk membaca Paritta yg terus kami lantunkan sampai kira2 pk. 22.00 dimana tdk terdengar lg suara sama sekali.
Saat itu kami merasa aman. Krn fisik terasa lelah, kami langsung tidur nyenyak. Namun kira2 pk. 5.30 pagi, tiba2 kami dikejutkan oleh suara telpon dr teman yg tinggal di belakang rumah. Katanya semalaman ia terus terjaga krn merisaukan kobaran api yg menyala begitu besar di depan rumah kami. Sejak semalam ia terus mencoba menelpon kami tapi tdk pernah berhasil (padahal telpon tdk rusak dan kami tidur nyenyak). Mendengar informasi tsb kami segera melihat apa yg terjadi. Ternyata 2 buah mobil tepat di depan rumah kami ditarik keluar dr garasi dan hangus terbakar, tp mobil dan rumah kami dlm keadaan baik2 saja dan ketika itu ada pemuda yg tdk saya kenal cerita kalau sebenarnya semalam ada juga yg ingin menyeberang ke rumah kami, tp ia melarangnya. Krn itu ia menyarankan agar kami segera memindahkan mobil ke tempat yg lbh aman, takut nanti siang akan ada gelombang kedua yg datang kembali utk merusak. Setelah memberi nasehat tsb ia berlalu ketika saya masih tertegun merasakan kebaikan hatinya yg tulus!
Bersambung .....
Oleh : Dokter Mettasari.
Dikutip dr Buku Melangkah dalam Dhamma