Apakah ada istilah "arwah penasaran" dalam agama Buddha .. atau semua makluk kalau udah Mati .. suka nggak suka wajib reingkarnasi.. dan lupa dengan semua kehidupan yg sblmnya ? ( dlm konteks Peta dan alam manusia , ntr di tarik2 ampe Sang Buddha lg .. )
perlu diluruskan dulu
... pengertian reikarnasi tidak dikenal dalam Ajaran Buddha
yg dikenal istilah punarbhava = tunimbal lahir
REINKARNASI ATAU REBIRTH (KELAHIRAN KEMBALI)?
Banyak umat Buddha awam dan umat agama lain yang telah keliru menganggap reinkarnasi adalah sebuah istilah agama Buddha. Padahal, ajaran Buddha justru ingin mendefinisikan kembali (mengoreksi) istilah 'reinkarnasi' yang dikenal kaum Hindu dan menggantinya dengan punarbhava, atau rebirth dalam bahasa Inggris, karena istilah ini lebih tepat!
Reinkarnasi berarti inkarnasi (penjelmaan) kembali suatu makhluk yang telah mati ke tubuh yang baru. Dalam agama Buddha, tidak ada istilah penjelmaan kembali bagi suatu makhluk yang telah mati dan memasuki tubuhnya yang baru. Agama Buddha hanya mengenal kelahiran kembali (rebirth). Dalam pengertian reinkarnasi, roh (jiwa) seseorang yang telah mati berpindah ke tubuh yang baru. Di sini, roh dianggap suatu substansi yang kekal yang berpindah dari satu tubuh ke tubuh yang lainnya.
Dalam konsep Buddhis, tidak dikenal istilah 'roh (jiwa) yang kekal' karena agama Buddha menganut konsep anatta (tanpa roh). Tidak ada suatu diri yang kekal yang berpindah setelah kita mati. Yang ada hanyalah suatu energi (berbentuk kesadaran penyambung) yang meneruskan kehidupan berikutnya. Ibarat api lilin yang diteruskan dari satu lilin ke lilin yang lain, api lilin itu sendiri tidak berpindah, karena lilin-lilin sebelumnya tetap menyala, melainkan karena adanya kondisi (sumbu lilin) yang memungkinkan lilin-lilin berikutnya menyala. Demikian pula kita terlahir kembali karena masih adanya sumbu kehidupan (kemelekatan).
Ingatlah hukum fisika yang menyatakan: energi tidak dapat diciptakan dan tidak dapat dimusnahkan, tetapi dapat berubah dari satu bentuk ke bentuk yang lain. Hukum karma dalam agama Buddha dapat dibandingkan dengan hukum energi dalam fisika. Hukum karma menyatakan bahwa setiap perbuatan yang dilakukan manusia akan berakibat (akibatnya tidak akan hilang). Tetapi akibatnya bisa dalam berbagai kondisi (bentuk) sesuai dengan kadar perbuatannya. Akibat dari suatu karma buruk yang tidak terlalu besar dapat diminimalkan dengan suatu karma baik yang besar. Akibat itu sendiri tidaklah hilang, tetapi seolah-olah telah hilang karena kekuatan karma baik yang besar. Ini dapat diibaratkan garam yang berkurang rasa asinnya apabila dilarutkan dengan air yang banyak.
PUNABBHAVA
(Kelahiran Kembali)
Punabbhava berasal dari bahasa Pali yang terbentuk dari dua kata yaitu kata ”puna” dan ”bhava”. Kata ”puna” berarti lagi atau kembali, sedangkan ”bhava” berarti proses menjadi ada/eksis atau kelahiran. Jadi, secara harafiah, punabbhava berarti proses menjadi ada/eksis lagi atau kelahiran kembali atau tumimbal lahir. Punabbhava atau Kelahiran kembali atau tumimbal lahir merupakan suatu proses menjadi ada/eksis kembali dari suatu makhluk hidup di kehidupan mendatang (setelah ia meninggal/mati) sehingga lahir (jati), dimana proses ini merupakan akibat atau hasil dari kamma (perbuatan)nya pada kehidupan lampau.
Proses menjadi ada/eksis atau kelahiran kembali atau punabbhava terjadi pada semua makhluk hidup yang belum pencapai Penerangan Sempurna, ketika mereka telah meninggal/mati.
Dalam Hukum Paticcasamuppada (Sebab-Musabab yang Saling Bergantungan), proses menjadi ada/eksis atau punabbhava atau kelahiran kembali disebabkan oleh Kamma (perbuatan) yang kemudian menghasilkan kemelekatan kepada segala sesuatu termasuk kemelekatan pada hidup dan kehidupan. Jadi makhluk hidup apapun yang mengalami proses menjadi ada/eksis atau kelahiran kembali (punabbhava), merupakan makhluk yang masih memiliki kemelekatan pada sesuatu dalam kehidupan sebelumnya. Dan seperti yang diuraikan dalam Hukum Paticcasamuppada kemelekatan timbul karena adanya Tanha (Keinginan/Kehausan) dan juga Avijja (Ketidaktahuan/Kebodohan).
Karena Avijja (Ketidaktahuan/Kebodohan) seseorang menyadari atau tidak menyadarinya, tetap terus mengumbar keinginan/kehausannya terhadap segala sesuatu sehingga timbul kemelekatan pada dirinya terhadap segala sesuatu.
Proses menjadi ada/eksis atau kelahiran kembali atau punabbhava terjadi pada semua makhluk hidup yang belum pencapai Penerangan Sempurna, ketika mereka telah meninggal/mati. Dalam Hukum Paticcasamuppada (Sebab-Musabab yang Saling Bergantungan), proses menjadi ada/eksis atau punabbhava atau kelahiran kembali disebabkan oleh Kamma (perbuatan) yang kemudian menghasilkan kemelekatan kepada segala sesuatu termasuk kemelekatan pada hidup dan kehidupan. Jadi makhluk hidup apapun yang mengalami proses menjadi ada/eksis atau kelahiran kembali (punabbhava), merupakan makhluk yang masih memiliki kemelekatan pada sesuatu dalam kehidupan sebelumnya. Dan seperti yang diuraikan dalam Hukum Paticcasamuppada kemelekatan timbul karena adanya dan juga . Karena Avijja (Ketidaktahuan/Kebodohan) seseorang menyadari atau tidak menyadarinya, tetap terus mengumbar keinginan/kehausannya terhadap segala sesuatu sehingga timbul kemelekatan pada dirinya terhadap segala sesuatu.
Proses Kelahiran Kembali
Dalam proses kelahiran kembali atau rebirth (bahasa Inggris), tidak terjadi suatu perpindahan roh/jiwa/kesadaran ke dalam jasmani yang baru. Yang terjadi dalam proses kelahiran kembali adalah adanya proses berkesinambungan dari kesadaran (citta) pada kehidupan lampau dengan kesadaran (citta) kehidupan baru yang merupakan suatu aksi-reaksi. Oleh karena itu proses kelahiran kembali sangatlah berhubungan dengan proses kematian itu sendiri. Dan kedua proses yang berhubungan dengan batin ini sangatlah kompleks.
Guru Buddha menjelaskan dalam Satta Sutta; Radha Samyutta; Samyutta Nikaya 23.2 {S 3.189} bahwa makhluk hidup pada umumnya dan manusia pada khususnya merupakan perpaduan dari lima kelompok (Panca Khandha), yang kelimanya dikelompokkan menjadi dua bagian. Pertama yaitu jasmani atau fisik dan yang kedua adalah batin. Baik fisik maupun batin ini tidak terlepas dari hukum perubahan, suatu saat muncul dan saat kemudian mengalami pemadaman/mati. Batin sendiri terdiri dari perasaan, pencerapan, bentuk-bentuk pikiran, dan kesadaran. Unsur-unsur batin ini disebut dalam bahasa Pali sebagai citta. Citta juga sering disebut dengan kesadaran. Citta/kesadaran ini mengalami kemunculan, pemisahan dan pemadaman/mati.
Pada saat seseorang mengalami kematian, jasmani tidak lagi bisa berfungsi untuk mendukung citta/kesadaran. Citta/kesadarannya pun akan mengalami pemadaman/kematian dan secara otomatis ia meneruskan kesan apapun yang tertanam padanya kepada Citta/kesadaran penerusnya yang tidak lain merupakan Citta/kesadaran pada kehidupan yang baru. Penerusan Kesadaran (Patisandhi Vinnana) ini terjadi dengan adanya peran dari Kamma yang pernah dilakukan.
Ketika jasmani mengalami kematian, dalam pikiran orang yang sekarat muncul kesadaran yang bernama Kesadaran Ajal (Cuti Citta). Ketika Kesadaran Ajal mengalami pemadaman juga, maka orang tersebut dikatakan sudah meninggal. Tetapi pada saat yang bersamaan pula (tanpa selang/jeda waktu) Citta/kesadaran kehidupan baru muncul. Dan saat itulah seseorang telah dilahirkan kembali, sudah berada dalam kandungan dengan jasmani yang baru berupa janin. Keseluruhan proses ini terjadi dalam waktu yang singkat.
Soal arwah penasaran .... gw gak tau, loe kebanyak nonton film Indonesia kaleeeeee
jika pengertian arwah penasaran yg selalu ingin berada di tmp ato rumah kita n gak mao pergi2 ... kemungkinan ini dianggap setan itu masih melekat pada keluarga, harta, dll
lupa pada kehidupan sebelumnya ... apakah wajib?
Apa sis Landy ingat ketika bangun pagi kaki kana ato kiri yg melangkah dulu ? , atooo seminggu yg lalu di hari senin yg lalu sis makan apa? ..... bisa ingat gak?
kalo gak ingat ..... gimana kita bisa ingat kehidupan yg lampau
katanya kalo mao melihat dan mampu melihat kehidpuan lampau .... sis harus meditasi dan mencapai jhana
ayoooo .... meditasi