Buddhisme Awal, Sekte dan Tradisi > Sutta Vinaya

Vinaya Pitaka - Bhikkhu Vibhaṅga

<< < (2/52) > >>

Indra:
Definisi:

Seorang:
Siapapun, dari jenis demikian, dengan aktivitas demikian, dari kasta demikian, bernama demikian, dari keluarga demikian, dengan perilaku demikian, dengan tindakan demikian, dengan pergaulan demikian, yang senior, yang junior, atau yang menengah—;ini disebut "seorang".

Bhikkhu:
Ia adalah seorang bhikkhu karena ia hidup dari dana makanan; seorang bhikkhu karena ia telah pergi menjalani hidup dari dana makanan; seorang bhikkhu karena ia mengenakan jubah bertambal-tambalan; seorang bhikkhu berdasarkan konvensi; seorang bhikkhu karena klaimnya; seorang bhikkhu "marilah, bhikkhu"; seorang bhikkhu yang diberikan penahbisan penuh melalui penerimaan tiga perlindungan; seorang bhikkhu yang baik; seorang bhikkhu dengan inti; seorang bhikkhu yang masih berlatih; seorang bhikkhu yang sepenuhnya terlatih; seorang bhikkhu yang telah diberikan penahbisan penuh oleh Sangha yang sepakat melalui prosedur sah yang terdiri dari satu usul dan tiga pengumuman yang tidak dapat dibatalkan dan lengkap &ndash; bhikkhu jenis inilah yang dimaksudkan dalam kasus ini.

Latihan:
Tiga latihan: latihan dalam moralitas yang lebih tinggi, latihan dalam pikiran yang lebih tinggi, latihan dalam kebijaksanaan yang lebih tinggi. Latihan dalam moralitas yang lebih tinggi adalah latihan yang dimaksudkan dalam kasus ini.

Gaya hidup:
Aturan latihan apapun yang telah ditetapkan oleh Sang Buddha—;ini disebut "gaya hidup". Seseorang berlatih di dalam ini; oleh karena itu disebut "setelah menerima gaya hidup."

Tanpa terlebih dulu meninggalkan latihan dan mengungkapkan kelemahannya:

"Ada, para bhikkhu, suatu pengungkapan kelemahan tanpa meninggalkan latihan; dan ada pengungkapan kelemahan bersama dengan meninggalkan latihan.

Dan bagaimanakah ada pengungkapan kelemahan tanpa meninggalkan latihan? Adalah mungkin bahwa seorang bhikkhu tidak puas, kecewa, ingin meninggalkan kehidupan monastik; terganggu, malu, dan muak dengan kebhikkhuan; ingin menjadi seorang perumah tangga, ingin menjadi seorang umat awam, ingin menjadi seorang pekerja vihara, ingin menjadi seorang sāmaṇera, ingin menjadi seorang monastik agama lain, ingin menjadi seorang umat awam agama lain, ingin menjadi seorang bukan-petapa, ingin menjadi seorang non-monastik, dan ia mengatakan dan menyatakan: 'Mengapa aku tidak meninggalkan Sang Buddha?' Dengan cara inilah, para bhikkhu, terjadi pengungkapan kelemahan tanpa meninggalkan latihan.

Atau karena tidak puas, kecewa, ingin meninggalkan kehidupan monastik; terganggu, malu, dan muak dengan kebhikkhuan; ingin menjadi seorang perumah tangga ...; ingin menjadi seorang non-monastik, dan ia mengatakan dan menyatakan: 'Mengapa aku tidak meninggalkan Ajaran? ...; Sangha? ...; praktik? ...; latihan? ...; aturan Monastik? ...; pembacaan? ...; penahbis? ...; guruku? ...; siswaku? ...; muridku? ...; rekan siswaku? ...; rekan muridku? ...; ia mengatakan dan menyatakan: 'Mengapa aku tidak meninggalkan teman-teman monastikku?' ...; 'Mengapa aku tidak menjadi seorang perumah tangga?' ...; 'Mengapa aku tidak menjadi seorang umat awam?' ...; 'Mengapa aku tidak menjadi seorang pekerja vihara?' ...; 'Mengapa aku tidak menjadi seorang sāmaṇera?' ...; 'Mengapa aku tidak menjadi seorang monastik agama lain?' ...; 'Mengapa aku tidak menjadi seorang umat awam agama lain?' ...; 'Mengapa aku tidak menjadi seorang bukan-petapa?' ...; 'Mengapa aku tidak menjadi seorang non-monastik?' Dengan cara ini juga, para bhikkhu, terjadi pengungkapan kelemahan tanpa meninggalkan latihan.

Atau karena tidak puas, kecewa, ingin meninggalkan kehidupan monastik; terganggu, malu, dan muak dengan kebhikkhuan; ingin menjadi seorang perumah tangga ...; ingin menjadi seorang non-monastik, dan ia mengatakan dan menyatakan: 'Mengapa aku tidak meninggalkan Sang Buddha?' ...; ia mengatakan dan menyatakan: 'Bagaimana jika aku adalah seorang non-monastik?' ...; ia mengatakan dan menyatakan: 'Mungkin aku seharusnya meninggalkan Sang Buddha?' ...; ia mengatakan dan menyatakan: 'Mungkin aku seharusnya menjadi seorang non-monastik?' ...; ia mengatakan dan menyatakan: 'Baiklah, aku seharusnya meninggalkan Sang Buddha.' ...; ia mengatakan dan menyatakan: 'Baiklah, aku seharusnya menjadi seorang non-monastik.'; ...; ia mengatakan dan menyatakan: 'Aku rasa aku seharusnya meninggalkan Sang Buddha.' ...; ia mengatakan dan menyatakan: 'ku rasa aku seharusnya menjadi seorang non-monastik.' Dengan cara ini juga, para bhikkhu, terjadi pengungkapan kelemahan tanpa meninggalkan latihan.

Atau karena tidak puas, kecewa, ingin meninggalkan kehidupan monastik; terganggu, malu, dan muak dengan kebhikkhuan; ingin menjadi seorang perumah tangga ...; ingin menjadi seorang non-monastik, ia mengatakan dan menyatakan: 'Aku teringat ibuku.' ...; 'Aku teringat ayahku.' ...; 'Aku teringat saudara laki-lakiku.' ...; 'Aku teringat saudara perempuanku.' ...; 'Aku teringat putraku.' ...; 'Aku teringat putriku.' ...; 'Aku teringat istriku.' ...; 'Aku teringat sanak-saudaraku.' ...; 'Aku teringat teman-temanku.' ...; 'Aku teringat desaku.' ...; 'Aku teringat kotaku.' ...; 'Aku teringat ladangku.' ...; 'Aku teringat tanahku.' ...; 'Aku teringat uangku'. ...; 'Aku teringat emasku.' ...;' 'Aku teringat profesiku.' ...; ia mengatakan dan menyatakan: 'Aku teringat candaan, obrolan, dan permainanku di masa lalu.' Dengan cara ini juga, para bhikkhu, terjadi pengungkapan kelemahan tanpa meninggalkan latihan.

Atau karena tidak puas, kecewa, ingin meninggalkan kehidupan monastik; terganggu, malu, dan muak dengan kebhikkhuan; ingin menjadi seorang perumah tangga ...; ingin menjadi seorang non-monastik, ia mengatakan dan menyatakan: 'Aku memiliki seorang ibu yang harus kusokong. ...; Aku memiliki seorang ayah ...; Aku memiliki seorang saudara laki-laki ...; Aku memiliki seorang saudara perempuan ...; Aku memiliki seorang putra ...; Aku memiliki seorang putri ...; Aku memiliki seorang istri ...; Aku memiliki sanak-saudara ...; ia mengatakan dan menyatakan: 'Aku memiliki teman-teman yang harus kusokong.' Dengan cara ini juga, para bhikkhu, terjadi pengungkapan kelemahan tanpa meninggalkan latihan.

Atau karena tidak puas, kecewa, ingin meninggalkan kehidupan monastik; terganggu, malu, dan muak dengan kebhikkhuan; ingin menjadi seorang perumah tangga ...; ingin menjadi seorang non-monastik, dan ia mengatakan dan menyatakan: 'Aku memiliki seorang ibu; ia akan menyokongku.' ...; 'Aku memiliki seorang ayah; ia akan menyokongku.' ...; 'Aku memiliki seorang saudara laki-laki; ia akan menyokongku' ...; 'Aku memiliki seorang saudara perempuan; ia akan menyokongku.' ...; 'Aku memiliki seorang putra; ia akan menyokongku' ...; 'Aku memiliki seorang putri; ia akan menyokongku.' ...; 'Aku memiliki seorang istri; ia akan menyokongku.' ...; 'Aku memiliki sanak-saudara; mereka akan menyokongku.' ...; 'Aku memiliki teman-teman; mereka akan menyokongku.' ...; 'Aku memiliki sebuah desa; aku akan hidup dengan itu.' ...; 'Aku memiliki sebuah kota; aku akan hidup dengan itu.' ...; 'Aku memiliki ladang; aku akan hidup dengan itu.' ...; 'Aku memiliki tanah; aku akan hidup dengan itu.' ...; 'Aku memiliki uang; aku akan hidup dengan itu.' ...; 'Aku memiliki emas; aku akan hidup dengan itu.' ...; ia mengatakan dan menyatakan:  'Aku memiliki profesi; aku akan hidup dengan itu.' Dengan cara ini juga, para bhikkhu, terjadi pengungkapan kelemahan tanpa meninggalkan latihan.

Atau karena tidak puas, kecewa, ingin meninggalkan kehidupan monastik; terganggu, malu, dan muak dengan kebhikkhuan; ingin menjadi seorang perumah tangga ...; ingin menjadi seorang non-monastik, ia mengatakan dan menyatakan: 'Ini terlalu sulit untuk dilakukan.' ...; 'Ini tidak mudah dilakukan.' ...; 'Ini sulit.' ...; 'Ini tidak mudah.' ...; 'Aku tidak tahan.' ...; 'Aku tidak mampu.' ...; 'Aku tidak menikmati.' ...; 'Aku tidak bahagia.' Dengan cara ini juga, para bhikkhu, terjadi pengungkapan kelemahan tanpa meninggalkan latihan.

Dan bagaimanakah terjadi pengungkapan kelemahan bersama dengan meninggalkan latihan? Adalah mungkin bahwa seorang bhikkhu tidak puas, kecewa, ingin meninggalkan kehidupan monastik; terganggu, malu, dan muak dengan kebhikkhuan; ingin menjadi seorang perumah tangga ...; ingin menjadi seorang non-monastik, dan ia mengatakan dan menyatakan: 'Aku meninggalkan Sang Buddha.' Dengan cara ini, para bhikkhu, terjadi pengungkapan kelemahan bersama dengan meninggalkan latihan.

Atau karena tidak puas, kecewa, ingin meninggalkan kehidupan monastik; terganggu, malu, dan muak dengan kebhikkhuan; ingin menjadi seorang perumah tangga ...; ingin menjadi seorang non-monastik, dan ia mengatakan dan menyatakan: 'Aku meninggalkan Ajaran.' ...; 'Aku meninggalkan Sangha.' ...; 'Aku meninggalkan praktik.' ...; 'Aku meninggalkan latihan.' ...; 'Aku meninggalkan Aturan Monastik.' ...; 'Aku meninggalkan pembacaan.' ...; 'Aku meninggalkan penahbisku.' ...; 'Aku meninggalkan guruku.' ...; 'Aku meninggalkan siswaku.' ...; 'Aku meninggalkan muridku.' ...; 'Aku meninggalkan rekan-siswaku.' ...; 'Aku meninggalkan rekan-muridku.' ...; 'Aku meninggalkan teman-teman monastikku.' ...; 'Anggaplah aku sebagai seorang perumah tangga' ...; 'Anggaplah aku sebagai seorang umat awam' ...; 'Anggaplah aku sebagai seorang pekerja vihara.' ...; 'Anggaplah aku sebagai seorang sāmaṇera.' ...; 'Anggaplah aku sebagai seorang monastik agama lain.' ...; 'Anggaplah aku sebagai seorang umat awam agama lain.' ...; 'Anggaplah aku sebagai seorang bukan-petapa.' ...; 'Anggaplah aku sebagai seorang non-monastik.' Dengan cara ini juga, para bhikkhu, terjadi pengungkapan kelemahan bersama dengan meninggalkan latihan.

Atau karena tidak puas, kecewa, ingin meninggalkan kehidupan monastik; terganggu, malu, dan muak dengan kebhikkhuan; ingin menjadi seorang perumah tangga ...; ingin menjadi seorang non-monastik, dan ia mengatakan dan menyatakan: 'Aku sudah selesai dengan Sang Buddha.' ...; 'Aku sudah selesai dengan teman-teman monastikku.' Dengan cara ini juga, para bhikkhu, terjadi pengungkapan kelemahan bersama dengan meninggalkan latihan.

Atau ...; ia mengatakan dan menyatakan: 'Tidak ada lagi Sang Buddha bagiku.' ...; 'Tidak ada lagi teman-teman monastik bagiku.' Dengan cara ini juga, para bhikkhu ...;

Ia mengatakan dan menyatakan: 'Sang Buddha tidak berguna untukku.' ...; 'Teman-teman monastikku tidak berguna untukku.' Dengan cara ini juga, para bhikkhu ...;

Ia mengatakan dan menyatakan: 'Aku bebas dengan baik dari Sang Buddha.' ...; 'Aku bebas dengan baik dari teman-teman monastikku.' Dengan cara ini juga, para bhikkhu, terjadi pengungkapan kelemahan bersama dengan meninggalkan latihan.

Atau dengan sinonim lain apapun juga yang ada untuk Sang Buddha, untuk Ajaran, untuk Sangha, untuk praktik, untuk latihan, untuk Aturan Monastik, untuk pembacaan, untuk penahbis, untuk guru, untuk siswa, untuk murid, untuk rekan-siswa, untuk rekan-murid, untuk teman-teman monastik, untuk perumah tangga, untuk umat awam, untuk pekerja vihara, untuk sāmaṇera, untuk monastik agama lain, untuk umat awam agama lain, untuk bukan-petapa, untuk non-monastik—;ia mengatakan dan menyatakan melalui petunjuk-petunjuk ini, melalui tanda-tanda ini, melalui isyarat-isyarat ini. Dengan cara inilah, para bhikkhu, terjadi pengungkapan kelemahan bersama dengan meninggalkan latihan.

Dan bagaimanakah latihan tidak ditinggalkan? Jika engkau meninggalkan latihan melalui petunjuk-petunjuk ini, melalui tanda-tanda ini, melalui isyarat-isyarat ini, tetapi engkau tidak waras, maka latihan tidak ditinggalkan. Jika engkau meninggalkan latihan di hadapan seseorang yang tidak waras, maka latihan tidak ditinggalkan. Jika engkau meninggalkan latihan ketika engkau kehilangan akal sehat, maka latihan tidak ditinggalkan. Jika engkau meninggalkan latihan di hadapan seseorang yang kehilangan akal sehat, maka latihan tidak ditinggalkan. Jika engkau meninggalkan latihan ketika engkau dikuasai oleh kesakitan, maka latihan tidak ditinggalkan. Jika engkau meninggalkan latihan di hadapan seorang yang dikuasai oleh kesakitan, maka latihan tidak ditinggalkan. Jika engkau meninggalkan latihan di hadapan dewa, maka latihan tidak ditinggalkan. Jika engkau meninggalkan latihan di hadapan binatang, maka latihan tidak ditinggalkan. Jika seorang Indo-Arya meninggalkan latihan di hadapan seorang bukan-Indo-Arya yang tidak mengerti, maka latihan tidak ditinggalkan. Jika seorang bukan Indo-Arya meninggalkan latihan di hadapan seorang Indo-Arya yang tidak mengerti, maka latihan tidak ditinggalkan. Jika seorang Indo-Arya meninggalkan latihan di hadapan seorang Indo-Arya yang tidak mengerti, maka latihan tidak ditinggalkan. Jika seorang bukan-Indo-Arya meninggalkan latihan di hadapan seorang bukan-Indo-Arya yang tidak mengerti, maka latihan tidak ditinggalkan. Jika engkau meninggalkan latihan sebagai suatu candaan, maka latihan tidak ditinggalkan. Jika engkau meninggalkan latihan karena berbicara terlalu cepat, maka latihan tidak ditinggalkan. Jika engkau mengumumkan apa yang tidak ingin engkau umumkan, maka laihan tidak ditinggalkan. Jika engkau tidak mengumumkan apa yang ingin engkau umumkan, maka latihan tidak ditinggalkan. Jika engkau mengumumkan sesuatu kepada seorang yang tidak mengerti, maka latihan tidak ditinggalkan. Jika engkau tidak mengumumkan kepada seorang yang mengerti, maka latihan tidak ditinggalkan. Atau jika engkau tidak memberikan pengumuman penuh, maka latihan tidak ditinggalkan. Dengan cara inilah, para bhikkhu, latihan tidak ditinggalkan."

Hubungan seksual:

Apa yang berlawanan dengan Ajaran sejati, praktik umum, praktik rendah, praktik kasar, yang berakhir dengan pencucian, yang dilakukan secara rahasia, yang dilakukan jika terdapat pasangan—;ini disebut "hubungan seksual".

Melakukan:

Siapa pun yang memasukkan suatu organ tubuh ke dalam suatu organ tubuh, alat kelamin ke dalam alat kelamin, bahkan sedalam biji wijen—;ini disebut "melakukan."

Bahkan dengan seekor binatang betina:

Bahkan melakukan hubungan seksual dengan seekor binatang betina, maka ia bukanlah seorang petapa, bukan seorang monastik Sakya, apalagi dengan seorang perempuan—;oleh karena itu dikatakan "bahkan dengan seekor binatang betina."

Ia diusir:

Bagaikan seseorang yang kepalanya dipenggal tidak dapat terus hidup dengan menyambung kembali kepala itu ke badannya, demikian pula seorang bhikkhu yang telah melakukan hubungan seksual bukanlah seorang petapa, bukan seorang monastik Sakya. Oleh karena itu dikatakan, "ia diusir."

Dikeluarkan dari komunitas:

Komunitas: prosedur legal bersama, pembacaan bersama, latihan yang sama—;ini disebut "komunitas". Ia tidak berpartisipasi di dalam hal-hal ini—;oleh karena itu dikatakan "dikeluarkan dari komunitas".

Indra:
Permutasi

Permutasi bagian 1

Ringkasan
Ada tiga jenis perempuan: perempuan manusia, makhluk halus perempuan, binatang betina. Ada tiga jenis hermafrodit: hermafrodit manusia, makhluk halus hermafrodit, binatang hermafrodit. Ada tiga jenis paṇḍaka: paṇḍaka manusia, makhluk halus paṇḍaka, binatang paṇḍaka. Ada tiga jenis laki-laki: laki-laki manusia, makhluk halus laki-laki, binatang jantan.

Penjelasan bagian 1
Ia melakukan suatu pelanggaran yang mengharuskan pengusiran jika ia melakukan hubungan seksual dengan perempuan manusia melalui tiga lubang: anus, alat kelamin, atau mulut. ...; dengan makhluk halus perempuan ...; Ia melakukan suatu pelanggaran yang mengharuskan pengusiran jika ia melakukan hubungan seksual dengan binatang betina melalui tiga lubang: anus, alat kelamin, atau mulut. ...; dengan hermafrodit manusia ...; dengan makhluk halus hermafrodit ...; Ia melakukan suatu pelanggaran yang mengharuskan pengusiran jika ia melakukan hubungan seksual dengan binatang hermafrodit melalui tiga lubang: anus, alat kelamin, atau mulut. Ia melakukan suatu pelanggaran yang mengharuskan pengusiran jika ia melakukan hubungan seksual dengan paṇḍaka manusia melalui dua lubang: anus atau mulut. ...; dengan makhluk halus paṇḍaka ...; dengan binatang paṇḍaka ...; dengan laki-laki manusia ...; dengan makhluk halus laki-laki ...; Ia melakukan suatu pelanggaran yang mengharuskan pengusiran jika ia melakukan hubungan seksual dengan binatang jantan melalui dua lubang: anus atau mulut.

Penjelasan bagian 2

Hubungan seksual sukarela
Jika seorang bhikkhu memiliki niat untuk hubungan seksual dan ia memasukkan alat kelaminnya ke dalam anus seorang perempuan manusia ...; alat kelamin perempuan manusia ...; mulut perempuan manusia, maka ia melakukan suatu pelanggaran yang mengharuskan pengusiran. Jika seorang bhikkhu memiliki niat untuk hubungan seksual dan ia memasukkan alat kelaminnya ke dalam anus makhluk halus perempuan ...; anus binatang betina ...; anus hermafrodit manusia ...; anus makhluk halus hermafrodit ...; anus binatang hermafrodit ...; alat kelamin binatang hermafrodit ...; mulut binatang hermafrodit, maka ia melakukan suatu pelanggaran yang mengharuskan pengusiran. Jika seorang bhikkhu memiliki niat untuk hubungan seksual dan ia memasukkan alat kelaminnya ke dalam anus seorang paṇḍaka manusia ...; anus makhluk halus paṇḍaka ...; anus binatang paṇḍaka ...; anus laki-laki manusia ...; anus makhluk halus laki-laki ...; anus binatang jantan ...; mulut binatang jantan, maka ia melakukan suatu pelanggaran yang mengharuskan pengusiran.

Hubungan seksual paksaan: membawa pasangan kepada bhikkhu
Para bhikkhu musuh membawa seorang perempuan manusia kepada seorang bhikkhu dan mendudukkannya sehingga alat kelamin bhikkhu tersebut masuk ke dalam anus si perempuan. Jika ia menyetujui pemasukan itu, dan ia menyetujui setelah memasuki, dan ia menyetujui setelahnya, dan ia menyetujui dikeluarkan, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran. Para bhikkhu musuh membawa seorang perempuan manusia kepada seorang bhikkhu dan mendudukkannya sehingga alat kelamin bhikkhu tersebut masuk ke dalam anus si perempuan. Jika ia tidak menyetujui pemasukan itu, tetapi ia menyetujui setelah memasuki, dan ia menyetujui setelahnya, dan ia menyetujui dikeluarkan, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran. Para bhikkhu musuh membawa seorang perempuan manusia kepada seorang bhikkhu dan mendudukkannya sehingga alat kelamin bhikkhu tersebut masuk ke dalam anus si perempuan. Jika ia tidak menyetujui pemasukan itu, juga tidak menyetujui setelah memasuki, tetapi ia menyetujui setelahnya, dan ia menyetujui dikeluarkan, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran. Para bhikkhu musuh membawa seorang perempuan manusia kepada seorang bhikkhu dan mendudukkannya sehingga alat kelamin bhikkhu tersebut masuk ke dalam anus si perempuan. Jika ia tidak menyetujui pemasukan itu, juga tidak menyetujui setelah memasuki, juga tidak menyetujui setelahnya, tetapi ia menyetujui dikeluarkan, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran. Para bhikkhu musuh membawa seorang perempuan manusia kepada seorang bhikkhu dan mendudukkannya sehingga alat kelamin bhikkhu tersebut masuk ke dalam anus si perempuan. Jika ia tidak menyetujui pemasukan itu, juga tidak menyetujui setelah memasuki, juga tidak menyetujui setelahnya, juga tidak menyetujui dikeluarkan, maka tidak ada pelanggaran.

Para bhikkhu musuh membawa seorang perempuan manusia kepada seorang bhikkhu dan mendudukkannya sehingga alat kelamin bhikkhu tersebut masuk ke dalam alat kelamin ...; mulut si perempuan. Jika ia menyetujui pemasukan itu, dan ia menyetujui setelah memasuki, dan ia menyetujui setelahnya, dan ia menyetujui dikeluarkan, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran ...;  Jika ia tidak menyetujui pemasukan itu, juga tidak menyetujui setelah memasuki, juga tidak menyetujui setelahnya, juga tidak menyetujui dikeluarkan, maka tidak ada pelanggaran.

Para bhikkhu musuh membawa seorang perempuan manusia yang sedang terjaga ...; tertidur ...; mabuk ...; tidak waras ...; tidak sadar ...; mati tetapi belum rusak ...; mati dan sebagian besar belum rusak ...; maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran. Mereka membawa seorang yang sudah mati dan sebagian besar sudah rusak kepada seorang bhikkhu dan mendudukkannya sehingga alat kelamin bhikkhu tersebut masuk ke dalam anus ...; alat kelamin ...; mulutnya. Jika ia menyetujui pemasukan itu, dan ia menyetujui setelah memasuki, dan ia menyetujui setelahnya, dan ia menyetujui dikeluarkan, maka ia melakukan pelanggaran serius. ...; Jika ia tidak menyetujui ...; tidak ada pelanggaran.

Para bhikkhu musuh membawa makhluk halus perempuan ...; binatang betina ...; hermafrodit perempuan ...; makhluk halus hermafrodit ...; binatang hermafrodit kepada seorang bhikkhu dan mendudukkannya sehingga alat kelamin bhikkhu tersebut masuk ke dalam anus ...; alat kelamin ...; mulutnya. Jika ia menyetujui pemasukan itu, dan ia menyetujui setelah memasuki, dan ia menyetujui setelahnya, dan ia menyetujui dikeluarkan, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran ...;  Jika ia tidak menyetujui ...; tidak ada pelanggaran.

Bhikkhu musuh membawa binatang hermafrodit yang terjaga ...; tertidur ...; mabuk ...; tidak waras ...; tidak sadar ...; mati tetapi belum rusak ...; mati dan sebagian besar belum rusak ...; maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran. Mereka membawa yang sudah mati dan sebagian besar sudah rusak kepada seorang bhikkhu dan mendudukkannya sehingga alat kelamin bhikkhu tersebut masuk ke dalam anus ...; alat kelamin ...; mulutnya. Jika ia menyetujui pemasukan itu, dan ia menyetujui setelah memasuki, dan ia menyetujui setelahnya, dan ia menyetujui dikeluarkan, maka ia melakukan pelanggaran serius ...;  Jika ia tidak menyetujui ...; tidak ada pelanggaran.

Para bhikkhu musuh membawa paṇḍaka manusia ...; makhluk halus paṇḍaka ...; binatang paṇḍaka kepada seorang bhikkhu dan mendudukkannya sehingga alat kelamin bhikkhu tersebut masuk ke dalam anus ...; mulutnya. Jika ia menyetujui pemasukan itu, dan ia menyetujui setelah memasuki, dan ia menyetujui setelahnya, dan ia menyetujui dikeluarkan, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran ...;  Jika ia tidak menyetujui ...; tidak ada pelanggaran.

Para bhikkhu musuh membawa binatang paṇḍaka yang terjaga ...; tertidur ...; mabuk ...; tidak waras ...; tidak sadar ...; mati tetapi belum rusak ...; mati dan sebagian besar belum rusak ...; maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran. Mereka membawa yang sudah mati dan sebagian besar sudah rusak kepada seorang bhikkhu dan mendudukkannya sehingga alat kelamin bhikkhu tersebut masuk ke dalam anus ...; mulutnya. Jika ia menyetujui pemasukan itu, dan ia menyetujui setelah memasuki, dan ia menyetujui setelahnya, dan ia menyetujui dikeluarkan, maka ia melakukan pelanggaran serius ...;  Jika ia tidak menyetujui ...; tidak ada pelanggaran.

Para bhikkhu musuh membawa laki-laki manusia ...; makhluk halus laki-laki ...; binatang jantan kepada seorang bhikkhu dan mendudukkannya sehingga alat kelamin bhikkhu tersebut masuk ke dalam anus ...; mulutnya. Jika ia menyetujui pemasukan itu, dan ia menyetujui setelah memasuki, dan ia menyetujui setelahnya, dan ia menyetujui dikeluarkan, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran ...;  Jika ia tidak menyetujui ...; tidak ada pelanggaran.

Para bhikkhu musuh membawa binatang jantan yang terjaga ...; tertidur ...; mabuk ...; tidak waras ...; tidak sadar ...; mati tetapi belum rusak ...; mati dan sebagian besar belum rusak ...; maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran. Mereka membawa yang sudah mati dan sebagian besar sudah rusak kepada seorang bhikkhu dan mendudukkannya sehingga alat kelamin bhikkhu tersebut masuk ke dalam anus ...; mulutnya. Jika ia menyetujui pemasukan itu, dan ia menyetujui setelah memasuki, dan ia menyetujui setelahnya, dan ia menyetujui dikeluarkan, maka ia melakukan pelanggaran serius ...;  Jika ia tidak menyetujui ...; tidak ada pelanggaran.

Hubungan seksual paksaan tertutup: membawa pasangan ke hadapan bhikkhu

Para bhikkhu musuh membawa seorang perempuan manusia kepada seorang bhikkhu dan mendudukkannya sehingga alat kelamin bhikkhu tersebut masuk ke dalam anus ...; alat kelamin ...; mulut si perempuan, si perempuan tertutup dan si bhikkhu tidak tertutup; si perempuan tidak tertutup dan si bhikkhu tertutup; si perempuan tertutup dan si bhikkhu tertutup; si perempuan tidak tertutup dan si bhikkhu tidak tertutup. Jika ia menyetujui pemasukan itu, dan ia menyetujui setelah memasuki, dan ia menyetujui setelahnya, dan ia menyetujui dikeluarkan, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran. ...; Jika ia tidak menyetujui ...; tidak ada pelanggaran.

Para bhikkhu musuh membawa seorang perempuan manusia yang terjaga ...; tertidur ...; mabuk ...; tidak waras ...; tidak sadar ...; mati tetapi belum rusak ...; mati dan sebagian besar belum rusak ...; maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran. Mereka membawa yang sudah mati dan sebagian besar sudah rusak kepada seorang bhikkhu dan mendudukkannya sehingga alat kelamin bhikkhu tersebut masuk ke dalam anus ...; alat kelamin ...; mulutnya, si perempuan tertutup dan si bhikkhu tidak tertutup; si perempuan tidak tertutup dan si bhikkhu tertutup; si perempuan tertutup dan si bhikkhu tertutup; si perempuan tidak tertutup dan si bhikkhu tidak tertutup. Jika ia menyetujui pemasukan itu, dan ia menyetujui setelah memasuki, dan ia menyetujui setelahnya, dan ia menyetujui dikeluarkan, maka ia melakukan pelanggaran serius ...;  Jika ia tidak menyetujui ...; tidak ada pelanggaran.

Para bhikkhu musuh membawa makhluk halus perempuan ...; binatang betina ...; hermafrodit manusia ...; makhluk halus hermafrodit ...; binatang hermafrodit kepada seorang bhikkhu dan mendudukkannya sehingga alat kelamin bhikkhu tersebut masuk ke dalam anus ...; alat kelamin ...; mulutnya, binatang itu tertutup dan si bhikkhu tidak tertutup; binatang itu tidak tertutup dan si bhikkhu tertutup; binatang itu tertutup dan si bhikkhu tertutup; binatang itu tidak tertutup dan si bhikkhu tidak tertutup. Jika ia menyetujui pemasukan itu, dan ia menyetujui setelah memasuki, dan ia menyetujui setelahnya, dan ia menyetujui dikeluarkan, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran. ...; Jika ia tidak menyetujui ...; tidak ada pelanggaran.

Para bhikkhu musuh membawa binatang hermafrodit yang terjaga ...; tertidur ...; mabuk ...; tidak waras ...; tidak sadar ...; mati tetapi belum rusak ...; mati dan sebagian besar belum rusak ...; maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran. Mereka membawa yang sudah mati dan sebagian besar sudah rusak kepada seorang bhikkhu dan mendudukkannya sehingga alat kelamin bhikkhu tersebut masuk ke dalam anus ...; alat kelamin ...; mulutnya, binatang itu tertutup dan si bhikkhu tidak tertutup; binatang itu tidak tertutup dan si bhikkhu tertutup; binatang itu tertutup dan si bhikkhu tertutup; binatang itu tidak tertutup dan si bhikkhu tidak tertutup. Jika ia menyetujui pemasukan itu, dan ia menyetujui setelah memasuki, dan ia menyetujui setelahnya, dan ia menyetujui dikeluarkan, maka ia melakukan pelanggaran serius. ...; Jika ia tidak menyetujui ...; tidak ada pelanggaran.

Para bhikkhu musuh membawa paṇḍaka manusia ...; makhluk halus paṇḍaka ...; binatang paṇḍaka ...; laki-laki manusia ...; makhluk halus laki-laki ...; binatang jantan kepada seorang bhikkhu dan mendudukkannya sehingga alat kelamin bhikkhu tersebut masuk ke dalam anus ...; mulutnya, binatang itu tertutup dan si bhikkhu tidak tertutup; binatang itu tidak tertutup dan si bhikkhu tertutup; binatang itu tertutup dan si bhikkhu tertutup; binatang itu tidak tertutup dan si bhikkhu tidak tertutup. Jika ia menyetujui pemasukan itu, dan ia menyetujui setelah memasuki, dan ia menyetujui setelahnya, dan ia menyetujui dikeluarkan, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran. ...; Jika ia tidak menyetujui ...; tidak ada pelanggaran.

Para bhikkhu musuh membawa seekor binatang jantan yang terjaga ...; tertidur ...; mabuk ...; tidak waras ...; tidak sadar ...; mati tetapi belum rusak ...; mati dan sebagian besar belum rusak ...; maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran. Mereka membawa yang sudah mati dan sebagian besar sudah rusak kepada seorang bhikkhu dan mendudukkannya sehingga alat kelamin bhikkhu tersebut masuk ke dalam anus ...; mulutnya, binatang itu tertutup dan si bhikkhu tidak tertutup; binatang itu tidak tertutup dan si bhikkhu tertutup; binatang itu tertutup dan si bhikkhu tertutup; binatang itu tidak tertutup dan si bhikkhu tidak tertutup. Jika ia menyetujui pemasukan itu, dan ia menyetujui setelah memasuki, dan ia menyetujui setelahnya, dan ia menyetujui dikeluarkan, maka ia melakukan pelanggaran serius. ...; Jika ia tidak menyetujui ...; tidak ada pelanggaran.

Indra:
Hubungan seksual paksaan: membawa si bhikkhu ke hadapan pasangan

Para bhikkhu musuh membawa seorang bhikkhu kepada seorang perempuan manusia dan mendudukkannya sehingga alat kelamin si bhikkhu memasuki anus ...; alat kelamin ...; mulutnya. Jika ia menyetujui pemasukan itu, dan ia menyetujui setelah memasuki, dan ia menyetujui setelahnya, dan ia menyetujui dikeluarkan, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran. ...; Jika ia tidak menyetujui ...; tidak ada pelanggaran.

Para bhikkhu musuh membawa seorang bhikkhu kepada seorang perempuan manusia yang terjaga ...; tertidur ...; mabuk ...; tidak waras ...; tidak sadar ...; mati tetapi belum rusak ...; mati dan sebagian besar belum rusak ...; maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran. Mereka membawa seorang bhikkhu kepada seorang yang sudah mati dan sebagian besar sudah rusak dan mendudukkannya sehingga alat kelamin si bhikkhu memasuki anus ...; alat kelamin ...; mulutnya. Jika ia menyetujui pemasukan itu, dan ia menyetujui setelah memasuki, dan ia menyetujui setelahnya, dan ia menyetujui dikeluarkan, maka ia melakukan pelanggaran serius. ...; Jika ia tidak menyetujui ...; tidak ada pelanggaran.

Para bhikkhu musuh membawa seorang bhikkhu kepada makhluk halus perempuan ...; binatang betina ...; hermafrodit manusia ...; makhluk halus hermafrodit ...; binatang hermafrodit ...; paṇḍaka manusia ...; makhluk halus paṇḍaka ...; binatang paṇḍaka ...; laki-laki manusia ...; makhluk halus laki-laki ...; binatang jantan dan mendudukkannya sehingga alat kelamin si bhikkhu memasuki anus ...; mulutnya. Jika ia menyetujui pemasukan itu, dan ia menyetujui setelah memasuki, dan ia menyetujui setelahnya, dan ia menyetujui dikeluarkan, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran. ...; Jika ia tidak menyetujui ...; tidak ada pelanggaran.

Para bhikkhu musuh membawa seorang bhikkhu kepada binatang jantan yang terjaga ...; tertidur ...; mabuk ...; tidak waras ...; tidak sadar ...; mati tetapi belum rusak ...; mati dan sebagian besar belum rusak ...; maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran. Mereka membawa seorang bhikkhu kepada yang sudah mati dan sebagian besar sudah rusak dan mendudukkannya sehingga alat kelamin si bhikkhu memasuki anus ...; mulutnya. Jika ia menyetujui pemasukan itu, dan ia menyetujui setelah memasuki, dan ia menyetujui setelahnya, dan ia menyetujui dikeluarkan, maka ia melakukan pelanggaran serius. ...; Jika ia tidak menyetujui ...; tidak ada pelanggaran.

Hubungan seksual paksaan tertutup: membawa bhikkhu ke hadapan pasangan

Para bhikkhu musuh membawa seorang bhikkhu kepada manusia perempuan dan mendudukkannya sehingga alat kelamin bhikkhu tersebut masuk ke dalam anus ...; alat kelamin ...; mulutnya, si bhikkhu tertutup dan perempuan itu tidak tertutup; si bhikkhu tidak tertutup dan perempuan itu tertutup; si bhikkhu tertutup dan perempuan itu tertutup; si bhikkhu tidak tertutup dan perempuan itu tidak tertutup. Jika ia menyetujui pemasukan itu, dan ia menyetujui setelah memasuki, dan ia menyetujui setelahnya, dan ia menyetujui dikeluarkan, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran. ...; Jika ia tidak menyetujui ...; tidak ada pelanggaran.

Para bhikkhu musuh membawa seorang bhikkhu kepada manusia perempuan yang terjaga ...; tertidur ...; mabuk ...; tidak waras ...; tidak sadar ...; mati tetapi belum rusak ...; mati dan sebagian besar belum rusak ...; maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran. Mereka membawa seorang bhikkhu kepada manusia perempuan yang sudah mati dan sebagian besar sudah rusak dan mendudukkannya sehingga alat kelamin bhikkhu tersebut masuk ke dalam anus ...; alat kelamin ...; mulutnya, si bhikkhu tertutup dan perempuan itu tidak tertutup; si bhikkhu tidak tertutup dan perempuan itu tertutup; si bhikkhu tertutup dan perempuan itu tertutup; si bhikkhu tidak tertutup dan perempuan itu tidak tertutup. Jika ia menyetujui pemasukan itu, dan ia menyetujui setelah memasuki, dan ia menyetujui setelahnya, dan ia menyetujui dikeluarkan, maka ia melakukan pelanggaran serius ...;  Jika ia tidak menyetujui ...; tidak ada pelanggaran.

Para bhikkhu musuh membawa seorang bhikkhu kepada makhluk halus perempuan ...; binatang betina ...; hermafrodit manusia ...; makhluk halus hermafrodit ...; binatang hermafrodit ...; paṇḍaka manusia ...; makhluk halus paṇḍaka ...; binatang paṇḍaka ...; laki-laki manusia ...; makhluk halus laki-laki ...; binatang jantan dan mendudukkannya sehingga alat kelamin bhikkhu tersebut masuk ke dalam anus ...; mulutnya, si bhikkhu tertutup dan binatang itu tidak tertutup; si bhikkhu tidak tertutup dan binatang itu tertutup; si bhikkhu tertutup dan binatang itu tertutup; si bhikkhu tidak tertutup dan binatang itu tidak tertutup. Jika ia menyetujui pemasukan itu, dan ia menyetujui setelah memasuki, dan ia menyetujui setelahnya, dan ia menyetujui dikeluarkan, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran. ...; Jika ia tidak menyetujui ...; tidak ada pelanggaran.

Para bhikkhu musuh membawa seorang bhikkhu kepada binatang jantan yang terjaga ...; tertidur ...; mabuk ...; tidak waras ...; tidak sadar ...; mati tetapi belum rusak ...; mati dan sebagian besar belum rusak ...; maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran. Mereka membawa seorang bhikkhu kepada yang sudah mati dan sebagian besar sudah rusak dan mendudukkannya sehingga alat kelamin bhikkhu tersebut masuk ke dalam anus ...; mulutnya, si bhikkhu tertutup dan binatang itu tidak tertutup; si bhikkhu tidak tertutup dan binatang itu tertutup; si bhikkhu tertutup dan binatang itu tertutup; si bhikkhu tidak tertutup dan binatang itu tidak tertutup. Jika ia menyetujui pemasukan itu, dan ia menyetujui setelah memasuki, dan ia menyetujui setelahnya, dan ia menyetujui dikeluarkan, maka ia melakukan pelanggaran serius ...;  Jika ia tidak menyetujui ...; tidak ada pelanggaran.

Karena "para bhikkhu musuh" telah dijelaskan secara terperinci, maka demikian pula untuk kategori berikut ini:
Para raja musuh ...; penjahat musuh ...; bajingan musuh ...; para musuh "aroma-teratai". Bagian ini secara singkat selesai.

Permutasi bagian 2

Jika ia memasukkan alat kelamin ke dalam alat kelamin, maka itu adalah pelanggaran yang mengharuskan pengusiran. Jika ia memasukkan mulut ke dalam alat kelamin, maka itu adalah pelanggaran yang mengharuskan pengusiran. Jika ia memasukkan alat kelamin ke dalam mulut, maka itu adalah pelanggaran yang mengharuskan pengusiran. Jika ia memasukkan mulut ke dalam mulut, maka itu adalah pelanggaran serius.

Seorang bhikkhu memperkosa seorang bhikkhu yang sedang tidur: jika ia terbangun dan menyetujui, maka keduanya harus diusir; jika ia terbangun tetapi tidak menyetujui, maka si pemerkosa harus diusir. Seorang bhikkhu memperkosa seorang sāmaṇera yang sedang tidur: jika ia terbangun dan menyetujui, maka keduanya harus diusir; jika ia terbangun tetapi tidak menyetujui, maka si pemerkosa harus diusir. Seorang sāmaṇera memperkosa seorang bhikkhu yang sedang tidur: jika ia terbangun dan menyetujui, maka keduanya harus diusir; jika ia terbangun dan tidak menyetujui, maka si pemerkosa harus diusir. Seorang sāmaṇera memperkosa seorang sāmaṇera: jika ia terbangun dan menyetujui, maka keduanya harus diusir; jika ia terbangun dan tidak menyetujui, maka si pemerkosa harus diusir.

Tidak ada pelanggaran

Tidak ada pelanggaran: jika ia tidak mengetahui; jika ia tidak menyetujui; jika ia tidak waras; jika ia kehilangan akal sehat; jika ia dikuasai kesakitan; jika ia adalah pelaku pertama.

Bagian pembacaan tentang menutupi selesai

Rangkuman syair-syair studi kasus
"Monyet betina, dan para Vajji,
Perumah tangga, dan seorang telanjang, monastik agama lain;
Gadis, dan Uppalavaṇṇā,
Dua lainnya dengan karakteristik-karakteristik.
Ibu, putri, dan saudari,
Dan istri, lentur, dengan panjang;
Dua tentang luka, dan sebuah gambar,
Dan sebuah boneka kayu.
Lima dengan Sundara,
Lima tentang tanah pemakaman, tulang-belulang;
Naga betina, dan makhluk halus perempuan, dan hantu perempuan,
Paṇḍaka, terganggu, boleh menyentuh.
Seorang sempurna yang sedang tidur di Bhaddiya,
Empat lainnya di Sāvatthī;
Tiga di Vesālī, kalung bunga,
Satu dari Bharukaccha dalam mimpinya.
Supabbā, Saddhā, seorang bhikkhunī
Seorang bhikkhunī percobaan, dan seorang sāmaṇerī;
Seorang pekerja seks, paṇḍaka, seorang perumah tangga perempuan,
Masing-masing, meninggalkan keduniawian dalam usia tua, seekor rusa."

Indra:
Studi Kasus

Pada suatu ketika seorang bhikkhu melakukan hubungan seksual dengan seekor monyet betina. Ia menjadi gelisah, dengan berpikir, "Sang Buddha telah menetapkan aturan latihan. Mungkinkah aku telah melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran?" Ia memberitahu Sang Buddha. "Engkau telah melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran."

Pada suatu ketika sejumlah bhikkhu Vajji dari Vesālī melakukan hubungan seksual tanpa terlebih dulu meninggalkan latihan dan mengungkapkan kelemahan mereka. Mereka menjadi gelisah, dengan berpikir, "Sang Buddha telah menetapkan aturan latihan. Mungkinkah kami telah melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran?" Mereka memberitahu Sang Buddha. "Kalian telah melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran."

Pada suatu ketika seorang bhikkhu melakukan hubungan seksual dengan berpakaian seperti seorang umat awam, dengan berpikir ia dapat menghindari pelanggaran. Ia menjadi gelisah, dengan berpikir, "Sang Buddha telah menetapkan aturan latihan. Mungkinkah aku telah melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran?" Ia memberitahu Sang Buddha. "Engkau telah melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran."

Pada suatu ketika seorang bhikkhu melakukan hubungan seksual dengan telanjang, dengan berpikir ia dapat menghindari pelanggaran. Ia menjadi gelisah ...; "Engkau telah melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran."

Pada suatu ketika seorang bhikkhu melakukan hubungan seksual dengan berpakaian sarung rumput ...; dengan berpakaian sarung kulit kayu ...; dengan berpakaian sarung dari pecahan kayu ...; dengan berpakaian sarung dari rambut manusia ...; dengan berpakaian sarung dari rambut kuda ...; dengan berpakaian sarung dari sayap burung hantu ...; dengan berpakaian sarung dari kulit antelop, dengan berpikir ia dapat menghindari pelanggaran. Ia menjadi gelisah ...; "Engkau telah melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran."

Pada suatu ketika seorang bhikkhu yang adalah seorang pengumpul dana makanan melihat seorang gadis kecil berbaring di sebuah bangku. Karena bernafsu, ia memasukkan jari jempolnya ke dalam alat kemaluan gadis tersebut. Gadis itu mati. Ia menjadi gelisah ...; "Tidak ada pelanggaran yang mengharuskan pengusiran, tetapi ada pelanggaran yang mengharuskan penangguhan."

Pada suatu ketika seorang brahmana muda jatuh cinta kepada bhikkhunī Uppalavaṇṇā. Ketika Uppalavaṇṇā telah memasuki desa untuk menerima dana makanan, ia masuk ke gubuknya dan bersembunyi. Setelah makan, ketika ia kembali dari menerima dana makanan, Uppalavaṇṇā mencuci kakinya, memasuki gubuknya, dan duduk di atas tempat tidur. Kemudian brahmana muda itu menyergapnya dan memperkosanya. Ia memberitahukan apa yang telah terjadi kepada para bhikkhunī. Para bhikkhunī memberitahu para bhikkhu, yang kemudian melaporkan kepada Sang Buddha. "Tidak ada pelanggaran pada seorang yang tidak menyetujui."

Pada suatu ketika ciri-ciri perempuan muncul pada seorang bhikkhu. Mereka memberitahukannya kepada Sang Buddha.

"Para bhikkhu, Aku memperbolehkan kesiswaan, penahbisan itu, tahun-tahun sebagai seorang bhikkhu, ditransfer kepada para bhikkhunī. Pelanggaran-pelanggaran bhikkhu itu yang bersesuaian dengan para bhikkhunī harus dibersihkan di hadapan para bhikkhunī. Untuk pelanggaran-pelanggaran bhikkhu yang tidak bersesuaian dengan para bhikkhunī, tidak ada pelanggaran."

Pada suatu ketika ciri-ciri laki-laki muncul pada seorang bhikkhunī. Mereka memberitahukannya kepada Sang Buddha.
"Para bhikkhu, Aku memperbolehkan kesiswaan, penahbisan itu, tahun-tahun sebagai seorang bhikkhunī, ditransfer kepada para bhikkhu. Pelanggaran-pelanggaran bhikkhunī itu yang bersesuaian dengan para bhikkhu harus dibersihkan di hadapan para bhikkhu. Untuk pelanggaran-pelanggaran bhikkhunī yang tidak bersesuaian dengan para bhikkhu, tidak ada pelanggaran."

Pada suatu ketika seorang bhikkhu melakukan hubungan seksual dengan ibunya ...; melakukan hubungan seksual dengan putrinya ...; melakukan hubungan seksual dengan saudarinya, dengan berpikir ia dapat menghindari pelanggaran. Ia menjadi gelisah ...; "Engkau telah melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran."

Pada suatu ketika seorang bhikkhu melakukan hubungan seksual dengan mantan istrinya. Ia menjadi gelisah ...; "Engkau telah melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran."

Pada suatu ketika terdapat seorang bhikkhu dengan punggung yang lentur yang sedang dilanda nafsu. Ia memasukkan alat kelaminnya ke dalam mulutnya sendiri. Ia menjadi gelisah ...; "Engkau telah melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran."

Pada suatu ketika terdapat seorang bhikkhu dengan alat kelamin yang panjang yang sedang dilanda nafsu. Ia memasukkan alat kelaminnya ke dalam anusnya sendiri. Ia menjadi gelisah ...; "Engkau telah melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran."

Pada suatu ketika seorang bhikkhu melihat sesosok mayat dengan luka di sebelah alat kelamin. Dengan berpikir ia dapat menghindari pelanggaran, ia memasukkan alat kelaminnya ke dalam alat kelamin mayat itu dan keluar melalui luka. Ia menjadi gelisah ...; "Engkau telah melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran."

Pada suatu ketika seorang bhikkhu melihat sesosok mayat dengan luka di sebelah alat kelamin. Dengan berpikir ia dapat menghindari pelanggaran, ia memasukkan alat kelaminnya ke dalam luka pada mayat itu dan keluar melalui alat kelaminnya. Ia menjadi gelisah ...; "Engkau telah melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran."

Pada suatu ketika seorang bhikkhu bernafsu menyentuh alat kelamin pada sebuah gambar dengan alat kelaminnya. Ia menjadi gelisah ...; "Tidak ada pelanggaran yang mengharuskan pengusiran, tetapi terjadi pelanggaran perbuatan salah."

Pada suatu ketika seorang bhikkhu bernafsu menyentuh alat kelamin pada sebuah boneka kayu dengan alat kelaminnya. Ia menjadi gelisah ...; "Tidak ada pelanggaran yang mengharuskan pengusiran, tetapi terjadi pelanggaran perbuatan salah."

Pada suatu ketika seorang bhikkhu bernama Sundara yang telah meninggalkan keduniawian di Rājagaha sedang berjalan di sepanjang jalan. Seorang perempuan berkata kepadanya, "Tunggu dulu, Tuan, aku hendak memberi hormat kepadamu." Sewaktu ia sedang bersujud, ia mengangkat sarung si bhikkhu dan memasukkan alat kelamin bhikkhu itu ke dalam mulutnya. Si bhikkhu menjadi gelisah ...;

"Bhikkhu, apakah engkau menyetujui?"

"Aku tidak menyetujui, Yang Mulia."

"Tidak ada pelanggaran pada seorang yang tidak menyetujui."

Pada suatu ketika seorang perempuan melihat seorang bhikkhu dan berkata, "Yang Mulia, kemarilah dan lakukan hubungan seksual."
"Itu tidak diperbolehkan."
"Aku yang akan melakukan, bukan engkau. Dengan begitu tidak ada pelanggaran apapun bagimu." Bhikkhu itu melakukan hal itu. Ia menjadi gelisah ...; "Engkau telah melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran."

Pada suatu ketika seorang perempuan melihat seorang bhikkhu dan berkata, "Tuan, kemarilah dan lakukan hubungan seksual."
"Itu tidak diperbolehkan."
"Engkau yang akan melakukan, bukan aku. Dengan begitu tidak ada pelanggaran apapun bagimu." Bhikkhu itu melakukan hal itu. Ia menjadi gelisah ...; "Engkau telah melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran."

Pada suatu ketika seorang perempuan melihat seorang bhikkhu dan berkata, "Tuan, kemarilah dan lakukan hubungan seksual."
"Itu tidak diperbolehkan."
"Gosokkan di dalam tetapi keluarkan di luar. ...; Gosokkan di luar tetapi keluarkan di dalam. Dengan begitu tidak ada pelanggaran apapun bagimu." Bhikkhu itu melakukan hal itu. Ia menjadi gelisah ...; "Engkau telah melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran."

Pada suatu ketika seorang bhikkhu mendatangi suatu tanah pemakaman di mana ia melihat mayat yang belum rusak. Ia melakukan hubungan seksual dengan mayat itu. Ia menjadi gelisah ...; "Engkau telah melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran."

Pada suatu ketika seorang bhikkhu mendatangi suatu tanah pemakaman di mana ia melihat mayat yang sebagian besar belum rusak. Ia melakukan hubungan seksual dengan mayat itu.  Ia menjadi gelisah ...; "Engkau telah melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran."

Pada suatu ketika seorang bhikkhu mendatangi suatu tanah pemakaman di mana ia melihat mayat yang sebagian besar sudah rusak. Ia melakukan hubungan seksual dengan mayat itu. Ia menjadi gelisah ...; "Tidak ada pelanggaran yang mengharuskan pengusiran, tetapi ada pelanggaran serius."

Pada suatu ketika seorang bhikkhu mendatangi suatu tanah pemakaman di mana ia melihat kepala yang terpenggal. Ia memasukkan alat kelaminnya ke dalam mulut yang terbuka, bergesekan ketika masuk. Ia menjadi gelisah ...; "Engkau telah melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran."

Pada suatu ketika seorang bhikkhu mendatangi suatu tanah pemakaman di mana ia melihat kepala yang terpenggal. Ia memasukkan alat kelaminnya ke dalam mulut yang terbuka, tanpa bergesekan ketika masuk. Ia menjadi gelisah ...; "Tidak ada pelanggaran yang mengharuskan pengusiran, tetapi ada pelanggaran perbuatan salah."

Pada suatu ketika seorang bhikkhu jatuh cinta kepada seorang perempuan tertentu. Ketika perempuan itu meninggal dunia, mayatnya dibuang di sebuah tanah pemakaman. Setelah beberapa lama hanya tulang-belulangnya yang berserakan yang tersisa. Bhikkhu tersebut pergi ke tanah pemakaman, mengumpulkan tulang-belulangnya, dan mengarahkan alat kelaminnya pada daerah kelaminnya. Ia menjadi gelisah ...; "Tidak ada pelanggaran yang mengharuskan pengusiran, tetapi ada pelanggaran perbuatan salah."

Pada suatu ketika seorang bhikkhu melakukan hubungan seksual dengan naga betina ...; melakukan hubungan seksual dengan makhluk halus perempuan ...; melakukan hubungan seksual dengan hantu perempuan ...; melakukan hubungan seksual dengan paṇḍaka. Ia menjadi gelisah ...; "Engkau telah melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran."

Pada suatu ketika terdapat seorang bhikkhu dengan indria-indria terganggu. Dengan berpikir ia dapat menghindari pelanggaran karena ia tidak merasakan kenikmatan dan kesakitan, ia melakukan hubungan seksual. ...; Mereka memberitahukan hal ini kepada Sang Buddha. "Apakah si dungu itu merasakan apa pun atau tidak, telah terjadi pelanggaran yang mengharuskan pengusiran."

Pada suatu ketika seorang bhikkhu yang berniat untuk melakukan hubungan seksual dengan seorang perempuan merasa menyesal hanya pada sentuhan. Ia menjadi gelisah ...; "Tidak ada pelanggaran yang mengharuskan pengusiran, tetapi ada pelanggaran yang mengharuskan penangguhan."

Pada suatu ketika seorang bhikkhu sedang berbaring di Hutan Jātiyā di Bhaddiya, setelah pergi ke sana untuk meditasi siang. Ia mengalami ereksi karena angin. Seorang perempuan tertentu melihatnya dan duduk di atas alat kelaminnya. Setelah mengalami kepuasan, ia pergi. Melihat basah, para bhikkhu memberitahu Sang Buddha. "Para bhikkhu, ereksi dapat terjadi karena lima alasan: karena keinginan indria, kotoran tinja, kencing, atau angin, atau karena disengat ulat. Adalah tidak mungkin bahwa bhikkhu itu mengalami ereksi karena keinginan indria. Bhikkhu itu adalah seorang sempurna. Tidak ada pelanggaran untuk bhikkhu itu."

Pada suatu ketika seorang bhikkhu sedang berbaring di Hutan Gelap di Sāvatthī, setelah pergi ke sana untuk meditasi siang. Seorang gembala sapi perempuan melihatnya dan duduk di atas alat kelaminnya. Bhikkhu itu menyetujui pemasukannya, setelah masuknya, setelah itu, dan dikeluarkannya. Ia menjadi gelisah ...; "Engkau telah melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran."

Pada suatu ketika seorang bhikkhu sedang berbaring di Hutan Gelap di Sāvatthī, setelah pergi ke sana untuk meditasi siang. Seorang gembala kambing perempuan melihatnya ...; Seorang perempuan pengumpul kayu bakar melihatnya ...; Seorang perempuan pengumpul kotoran sapi melihatnya dan duduk di atas alat kelaminnya. Bhikkhu itu menyetujui pemasukannya, setelah masuknya, setelah itu, dan dikeluarkannya. Ia menjadi gelisah ...; "Engkau telah melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran."

Pada suatu ketika seorang bhikkhu sedang berbaring di Hutan Besar di Vesālī, setelah pergi ke sana untuk meditasi siang. Seorang perempuan melihatnya dan duduk di atas alat kelaminnya. Setelah puas, ia berdiri dan tertawa di dekat sana. Bhikkhu itu terbangun dan berkata, "Apakah engkau melakukan hal ini?"
"Ya."
Ia menjadi gelisah ...;
"Apakah engkau menyetujuinya?"
"Aku bahkan tidak mengetahuinya, Yang Mulia."
"Tidak ada pelanggaran bagi seorang yang tidak mengetahui."

Pada suatu ketika seorang bhikkhu sedang berbaring di Hutan Besar di Vesālī untuk meditasi siang. Ia berbaring, menyandarkan kepalanya pada sebatang pohon. Seorang perempuan melihatnya dan duduk di atas alat kelaminnya. Bhikkhu itu seketika bangkit. Ia menjadi gelisah ...;
"Apakah engkau menyetujuinya?"
"Aku tidak menyetujuinya, Yang Mulia."
"Tidak ada pelanggaran bagi seorang yang tidak menyetujui."

Pada suatu ketika seorang bhikkhu sedang berbaring di Hutan Besar di Vesālī untuk meditasi siang. Ia berbaring, menyandarkan kepalanya pada sebatang pohon. Seorang perempuan melihatnya dan duduk di atas alat kelaminnya. Bhikkhu itu menyepaknya. Ia menjadi gelisah ...;
"Apakah engkau menyetujuinya?"
"Aku tidak menyetujuinya, Yang Mulia."
"Tidak ada pelanggaran bagi seorang yang tidak menyetujui."

Pada suatu ketika seorang bhikkhu pergi ke aula beratap lancip di Hutan Besar dekat Vesālī untuk meditasi siang. Ia membuka pintu, berbaring, dan mengalami ereksi karena angin. Pada saat itu sejumlah perempuan datang ke vihara untuk melihat tempat-tempat tinggal, membawa dupa dan bunga. Mereka melihat bhikkhu itu dan duduk di atas alat kelaminnya. Setelah puas, mereka berkata, "Sungguh seorang laki-laki perkasa." Kemudian mereka meletakkan dupa dan bunga dan pergi. Para bhikkhu melihat basah dan memberitahukan kepada Sang Buddha.
"Para bhikkhu, ereksi terjadi karena lima alasan: karena keinginan indria, kotoran tinja, kencing, atau angin, atau karena disengat ulat. Adalah tidak mungkin bahwa bhikkhu itu mengalami ereksi karena keinginan indria. Bhikkhu itu adalah seorang sempurna. Tidak ada pelanggaran untuk bhikkhu itu."
Tetapi, para bhikkhu, kalian harus menutup pintu ketika kalian sedang dalam keterasingan pada siang hari."

Pada suatu ketika seorang bhikkhu dari Bharukaccha bermimpi bahwa ia melakukan hubungan seksual dengan mantan istrinya. Ia berpikir bahwa ia bukan lagi seorang monastik dan ia ingin lepas jubah. Sewaktu ia sedang dalam perjalanan menuju Bharukaccha, ia bertemu dengan Yang Mulia Upāli dan memberitahukan apa yang terjadi.
Yang Mulia Upāli berkata, "Tidak ada pelanggaran jika itu terjadi dalam mimpi."

Pada suatu ketika di Rājagaha terdapat seorang umat awam perempuan bernama Supabbā yang memiliki keyakinan keliru. Ia menganut pandangan bahwa seorang perempuan yang memberikan hubungan seksual berarti memberikan pemberian tertinggi.
Ia melihat seorang bhikkhu dan berkata, "Yang Mulia, kemarilah dan lakukan hubungan seksual."
"Itu tidak diperbolehkan."
"Gosokkan di antara paha. Dengan begitu maka tidak ada pelanggaran bagimu. ...; Gosokkan di pusar ...; Gosokkan di perut ...; Gosokkan di ketiak ...; Gosokkan di antara leher ...; Gosokkan di  lubang telinga ...; Gosokkan di gulungan rambut ...; Gosokkan di antara jemari ...; Kemudian aku akan membuatmu keluar dengan tanganku. Dengan begitu maka tidak ada pelanggaran bagimu. Bhikkhu itu melakukan hal itu. Ia menjadi gelisah ...; "Tidak ada pelanggaran yang mengharuskan pengusiran, tetapi ada pelanggaran yang mengharuskan penangguhan."

Pada suatu ketika di Sāvatthī terdapat seorang umat awam perempuan bernama Saddhā yang memiliki keyakinan keliru. Ia menganut pandangan bahwa seorang perempuan yang memberikan hubungan seksual berarti memberikan pemberian tertinggi.
Ia melihat seorang bhikkhu dan berkata, "Yang Mulia, kemarilah dan lakukan hubungan seksual."
"Itu tidak diperbolehkan."
"Gosokkan di antara paha ...; Kemudian aku akan membuatmu keluar dengan tanganku. Dengan begitu maka tidak ada pelanggaran bagimu." Bhikkhu itu melakukan hal itu. Ia menjadi gelisah ...; "Tidak ada pelanggaran yang mengharuskan pengusiran, tetapi ada pelanggaran yang mengharuskan penangguhan."

Pada suatu ketika di Vesālī beberapa pemuda Licchavī menangkap seorang bhikkhu dan memaksanya melakukan perbuatan salah dengan seorang bhikkhunī ...; memaksanya melakukan perbuatan salah dengan bhikkhunī dalam masa percobaan ...; memaksanya melakukan perbuatan salah dengan seorang sāmaṇerī. Keduanya setuju: keduanya harus diusir. Keduanya tidak setuju: tidak ada pelanggaran bagi keduanya.

Pada suatu ketika di Vesālī beberapa pemuda Licchavī menangkap seorang bhikkhu dan memaksanya melakukan perbuatan salah dengan seorang pekerja seks. ...; memaksanya melakukan perbuatan salah dengan paṇḍaka ...; memaksanya melakukan perbuatan salah dengan seorang perumah tangga perempuan. Bhikkhu itu setuju: ia harus diusir. Bhikkhu itu tidak setuju: tidak ada pelanggaran.

Pada suatu ketika di Vesālī beberapa pemuda Licchavī menangkap dua orang bhikkhu dan memaksa mereka untuk saling melakukan perbuatan salah satu sama lain. Keduanya setuju: keduanya harus diusir. Keduanya tidak setuju: tidak ada pelanggaran bagi keduanya.

Pada suatu ketika seorang bhikkhu yang telah meninggalkan keduniawian pada usia tua pergi menemui mantan istrinya. Dengan berkata, "Kemarilah dan lepas jubah," ia menangkapnya. Dengan mundur, bhikkhu itu jatuh di atas punggungnya. Ia menarik jubahnya dan duduk di atas alat kelaminnya. Ia menjadi gelisah ...;
"Apakah engkau menyetujuinya, bhikkhu?"
"Aku tidak menyetujuinya, Yang Mulia."
"Tidak ada pelanggaran bagi seorang yang tidak menyetujui."

Pada suatu ketika seorang bhikkhu tertentu sedang menetap di hutan belantara. Seekor rusa muda mendatangi tempat kencingnya, meminum air kencingnya, dan memegang alat kelamin bhikkhu itu dengan mulutnya. Bhikkhu itu menyetujui. Ia menjadi gelisah ...; "Engkau telah melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran."

Pelanggaran pertama yang mengharuskan pengusiran selesai

Indra:
Koleksi Theravāda tentang Hukum Monastik
Aturan Kebhikkhuan dan Analisisnya
Bab tentang Pelanggaran-Pelanggaran yang Mengharuskan Pengusiran

Pārājika 2. Aturan Latihan Kedua tentang Pengusiran

Kisah Asal-mula

Sub-kisah pertama

Pada suatu ketika Sang Buddha sedang menetap di Rājagaha di Puncak Hering. Pada saat itu sejumlah bhikkhu yang bersahabat telah membangun gubuk-gubuk rumput di lereng Gunung Isigili dan memasuki masa keberdiaman musim hujan di sana. Di antara mereka adalah Yang Mulia Dhaniya si pengrajin tembikar. Ketika tiga bulan telah berlalu dan mereka telah menyelesaikan masa keberdiaman musim hujan, para bhikkhu menghancurkan gubuk-gubuk rumput itu, menyingkirkan rumput dan ranting, dan pergi mengembara ke seluruh negeri. Tetapi Yang Mulia Dhaniya melewatkan musim dingin dan musim panas di sana.

Kemudian, pada satu ketika, sewaktu Dhaniya berada di desa untuk mengumpulkan dana makanan, beberapa perempuan yang sedang mengumpulkan rumput dan kayu bakar menghancurkan gubuk rumputnya dan mengambil rumput dan ranting. Untuk kedua kalinya Dhaniya mengumpulkan rumput dan ranting dan membuat gubuk rumput, dan sekali lagi gubuk itu dihancurkan dengan cara yang sama. Hal yang sama terjadi untuk ketiga kalinya.

Dhaniya berpikir, "Tiga kali hal ini terjadi. Tetapi aku adalah seorang ahli tembikar terlatih dan berpengalaman. Mengapa aku tidak mengadon lempung dan membuat gubuk yang sepenuhnya dari tanah liat?"
Dan ia melakukan hal itu. Kemudian ia mengumpulkan rumput, ranting, dan kotoran-sapi, dan ia memanggang gubuknya. Itu adalah gubuk kecil yang indah dan menarik, berwarna merah bagaikan kumbang merah. Dan ketika diketuk, bunyinya persis seperti bunyi lonceng.

Segera setelah itu Sang Buddha turun dari Puncak Hering bersama dengan sejumlah bhikkhu ketika Beliau melihat gubuk itu. Kemudian Beliau berkata kepada para bhikkhu, "Apakah benda indah dan menarik ini yang berwarna merah bagaikan kumbang merah?" Para bhikkhu memberitahu Beliau, yang kemudian menegur Dhaniya:
"Tidaklah benar bagi orang dungu itu, tidaklah tepat, tidak selayaknya seorang monastik, tidak diperbolehkan, tidak boleh dilakukan. Bagaimana mungkin ia membuat gubuk yang seluruhnya dari tanah liat? Tidakkah ia memiliki pertimbangan, welas-asih, dan rasa kasihan kepada makhluk-makhluk hidup? Pergilah, para bhikkhu, hancurkan gubuk ini, agar generasi mendatang tidak mengikuti teladannya.

Dan, para bhikkhu, kalian tidak boleh membuat gubuk yang seluruhnya terbuat dari tanah liat. Jika kalian melakukan hal itu, maka kalian melakukan pelanggaran perbuatan salah."

Dengan berkata, "Baik, Yang Mulia," mereka pergi untuk menghancurkannya.

Dan Dhaniya berkata kepada mereka, "Mengapakah kalian menghancurkan gubukku?"

"Sang Buddha menyuruh kami melakukan ini."

"Hancurkanlah kalau begitu, jika Raja Kebenaran telah berkata demikian."

Dhaniya berpikir, "Tiga kali, sewaktu aku sedang berada di desa untuk mengumpulkan dana makanan, para perempuan yang sedang mengumpulkan rumput dan kayu bakar menghancurkan gubukku dan mengambil rumput dan ranting. Dan sekarang gubukku yang sepenuhnya terbuat dari tanah liat telah dihancurkan atas perintah Sang Buddha. Sekarang, penjaga hutan ini adalah sahabatku. Mengapa aku tidak meminta kayu darinya dan membangun sebuah gubuk dari kayu?"

Dhaniya mendatangi penjaga hutan dan memberitahukan apa yang terjadi, dan menambahkan, "Mohon berikan kepadaku beberapa kayu, aku hendak membangun gubuk kayu."

"Tidak ada kayu, Tuan, yang dapat kuberikan kepadamu. Kayu-kayu ini disimpan oleh raja. Kayu-kayu ini ditujukan untuk memperbaiki kota dan dicadangkan untuk keadaan darurat. Engkau hanya boleh mengambilnya jika raja memberikannya.

"Sebenarnya, ini telah diberikan oleh raja."

Penjaga hutan itu berpikir, "Para monastik Sakya ini memiliki integritas. Mereka hidup selibat dan perilaku mereka baik, dan mereka jujur, bermoral, dan memiliki karakter baik. Bahkan raja berkeyakinan pada mereka. Para mulia ini tidak akan mengatakan sesuatu telah diberikan kalau tidak demikian." Dan ia berkata kepada Dhaniya, "Engkau boleh mengambilnya, Tuan." Kemudian Dhaniya memotong kayu itu menjadi potongan-potongan kecil, membawanya dengan kereta, dan membangun gubuk kayu.

Segera setelah itu Brahmana Vassakāra, perdana menteri Magadha, sedang memeriksa pekerjaan publik di Rājagaha ketika ia mendatangi penjaga hutan dan berkata, "Apa yang terjadi? Di manakah kayu yang disimpan oleh Raja yang ditujukan untuk perbaikan kota dan dicadangkan untuk keadaan darurat?"

"Raja telah memberikannya kepada Yang Mulia Dhaniya."

Vassakāra tidak senang dan berpikir, "Bagaimana mungkin Raja memberikan kayu ini kepada Dhaniya si pengrajin tembikar?"

Kemudian ia mendatangi Raja Seniya Bimbisāra dari Magadha dan berkata, "Benarkah, Baginda, bahwa engkau telah memberikan kepada Dhaniya si pengrajin tembikar kayu yang ditujukan untuk memperbaiki kota dan dicadangkan untuk keadaan darurat?"

"Siapakah yang mengatakan itu?"

"Penjaga hutan."

"Baiklah, brahmana, panggil si penjaga hutan." Dan Vassakāra memanggil paksa si penjaga hutan.

Dhaniya melihat hal ini dan berkata kepadanya, "Mengapa ini terjadi padamu?"

"Gara-gara kayu itu, Tuan."

"Pergilah kalau begitu, dan aku akan menyusul."

"Sudilah untuk sampai di sana sebelum aku."

Kemudian Dhaniya mendatangi rumah Raja Bimbisāra dan duduk di tempat yang telah dipersiapkan. Raja mendekati Dhaniya, bersujud, duduk, dan berkata, "Benarkah, Yang Mulia, bahwa aku telah memberikan kepadamu kayu-kayu yang disimpan untuk memperbaiki kota dan dicadangkan untuk keadaan darurat"

"Benar, Baginda."

"Kami para raja sangat sibuk—;kami mungkin telah memberikan dan tidak mengingatnya. Sudilah mengingatkan aku."

"Ingatkah engkau, Baginda, ketika engkau pertama kali diminyaki, engkau mengucapkan kata-kata ini: 'Aku memberikan rumput, ranting, dan air kepada kaum monastik dan brahmana untuk dinikmati'?"

"Aku ingat. Ada kaum monastik dan brahmana yang memiliki nurani, yang takut pada perbuatan salah dan menyukai latihan. Mereka takut pada perbuatan salah bahkan sehubungan dengan hal-hal kecil. Ketika aku mengatakan itu, aku merujuk pada orang-orang ini, dan itu berhubungan dengan hutan belantara yang tanpa pemilik. Namun engkau menganggap bahwa engkau boleh mengambil kayu yang tidak diberikan kepadamu dengan dalih ini? Walaupun begitu, aku tidak dapat memukul, mengurung, atau mengusir seorang monastik atau brahmana yang hidup dalam kerajaanku. Pergilah, engkau bebas karena statusmu, tetapi jangan melakukan hal seperti itu lagi."

Tetapi orang-orang mengeluh dan mengkritiknya: "Para monastik Sakya ini tidak tahu malu dan pembohong tidak bermoral. Mereka mengaku memiliki integritas, hidup selibat dan berperilaku baik, jujur, bermoral, dan baik. Tetapi mereka tidak memiliki karakter baik seorang monastik atau brahmana. Mereka telah kehilangan martabat mereka! Mereka bahkan menipu raja—;apalagi kepada orang-orang lain?"

Para bhikkhu mendengar keluhan orang-orang itu. Para bhikkhu yang memiliki sedikit keinginan, yang memiliki nurani, dan yang merasa puas, takut pada perbuatan salah, dan menyukai latihan, mengeluh dan mengkritik Yang Mulia Dhaniya, "Bagaimana mungkin ia mengambil kayu milik raja tanpa diberikan kepadanya?"

Setelah menegur Dhaniya dalam berbagai cara, mereka melaporkan kepada Sang Buddha. Kemudian Sang Buddha mengumpulkan Sangha para bhikkhu dan menanyai Yang Mulia Dhaniya: "Benarkah, Dhaniya, bahwa engkau melakukan hal ini?"

"Benar, Yang Mulia."

Sang Buddha menegurnya, "Orang dungu, tidaklah benar, tidaklah sepantasnya, tidaklah selayaknya bagi seorang monastik, tidak diperbolehkan, tidak boleh dilakukan. Bagaimana mungkin engkau dapat melakukan hal ini? Hal ini akan mempengaruhi keyakinan banyak orang dan menyebabkan beberapa orang kehilangan keyakinan."

Saat itu seorang mantan hakim yang baru meninggalkan keduniawian bersama dengan para bhikkhu sedang duduk di dekat Sang Buddha. Sang Buddha berkata kepadanya, "Untuk nilai pencurian berapakah Raja Bimbisāra memukul, mengurung, atau mengusir seorang pencuri?"

"Untuk satu keping uang pāda, Yang Mulia, untuk senilai satu pāda, atau lebih dari satu pāda." Pada waktu itu di Rājagaha satu keping uang pāda setara dengan lima keping uang māsaka.

Setelah menegur Yang Mulia Dhaniya dalam berbagai cara, Sang Buddha mencela sulitnya disokong ...; "Dan, para bhikkhu, aturan latihan ini harus dibacakan sebagai berikut:

Aturan Awal

'Jika seorang bhikkhu, dengan niat untuk mencuri, mengambil apa yang belum diberikan kepadanya—;jenis pencurian yang karenanya raja-raja, setelah menangkap seorang pencuri, akan memukul, mengurung, atau mengusirnya, dengan berkata, "Engkau penjahat, engkau dungu, engkau telah tersesat, engkau adalah seorang pencuri"—;ia juga diusir dan dikeluarkan dari komunitas.'"

Dengan cara inilah Sang Buddha menetapkan aturan latihan ini untuk para bhikkhu.

Sub-kisah kedua

Pada suatu ketika para bhikkhu dari kelompok enam pergi mendatangi para pencelup, mencuri koleksi kain mereka, membawanya kembali ke vihara, dan membagikannya. Para bhikkhu lainnya berkata kepada mereka, "Kalian memiliki jasa besar, melihat betapa banyak kain-jubah yang kalian peroleh."

"Bagaimanakah kami memiliki jasa? Baru saja kami mendatangi para pencelup dan mencuri kain mereka."

"Tetapi bukankah Sang Buddha telah menetapkan aturan latihan? Mengapa kalian mencuri kain milik para pencelup?"

"Benar bahwa Sang Buddha telah menetapkan aturan latihan, tetapi itu sehubungan dengan wilayah berpenghuni, bukan di hutan belantara."

"Tetapi itu sama saja. Tidaklah benar, tidaklah sepantasnya, tidaklah selayaknya bagi seorang monastik, tidak diperbolehkan, tidak boleh dilakukan. Bagaimana mungkin kalian dapat mencuri kain milik para pencelup? Hal ini akan mempengaruhi keyakinan banyak orang dan menyebabkan beberapa orang kehilangan keyakinan."

Setelah menegur para bhikkhu itu dalam berbagai cara, mereka melaporkan kepada Sang Buddha.

Sang Buddha mengumpulkan Sangha para bhikkhu dan menanyai para bhikkhu itu: "Benarkah, para bhikkhu, bahwa kalian melakukan hal ini?"
"Benar, Yang Mulia."
Sang Buddha menegur mereka, "Tidaklah benar, orang dungu, tidaklah sepantasnya, tidaklah selayaknya bagi seorang monastik, tidak diperbolehkan, tidak boleh dilakukan. Bagaimana mungkin kalian dapat melakukan hal ini? Ini akan mempengaruhi keyakinan banyak orang dan menyebabkan beberapa orang kehilangan keyakinan." Kemudian, setelah mencela para bhikkhu dari kelompok enam dalam berbagai cara, Sang buddha mencela sulitnya disokong ...; tetapi memuji ...; bersemangat. Setelah membabarkan ajaran tentang apa yang baik dan selayaknya, ia berkata kepada para bhikkhu ...; "Dan, para bhikkhu, aturan latihan ini harus dibacakan sebagai berikut:

Aturan akhir:

'Jika seorang bhikkhu, dengan niat untuk mencuri, mengambil dari wilayah berpenghuni ataupun dari hutan belantara apa yang belum diberikan kepadanya—;jenis pencurian yang karenanya raja-raja, setelah menangkap seorang pencuri, akan memukul, mengurung, atau mengusirnya, dengan berkata, "Engkau penjahat, engkau dungu, engkau telah tersesat, engkau adalah seorang pencuri"—;ia juga diusir dan dikeluarkan dari komunitas.'"

Definisi

Seorang:

Siapa pun...;

Bhikkhu:

...; Seorang bhikkhu yang telah diberikan penahbisan penuh oleh Sangha yang sepakat melalui prosedur sah yang terdiri dari satu usul dan tiga pengumuman yang tidak dapat dibatalkan dan lengkap &ndash; bhikkhu jenis inilah yang dimaksudkan dalam kasus ini.

Wilayah berpenghuni:

Wilayah berpenghuni dengan satu gubuk, wilayah berpenghuni dengan dua gubuk, wilayah berpenghuni dengan tiga gubuk, wilayah berpenghuni dengan empat gubuk, wilayah berpenghuni dengan orang-orang, wilayah berpenghuni tanpa orang-orang, wilayah berpenghuni tertutup, wilayah berpenghuni terbuka, wilayah berpenghuni yang tidak teratur, dan bahkan karavan yang menetap selama lebih dari empat bulan disebut "wilayah berpenghuni."

Jalan masuk menuju wilayah berpenghuni:

dari suatu wilayah berpenghuni tertutup: sepelemparan batu dari seorang dengan ketinggian rata-rata yang berdiri di ambang gerbang menuju wilayah berpenghuni; dari suatu wilayah berpenghuni terbuka: sepelemparan batu dari seorang dengan ketinggian rata-rata yang berdiri di jalan masuk menuju sebuah rumah.

Hutan belantara:

Di luar wilayah berpenghuni dan jalan masuk menuju wilayah berpenghuni, wilayah lainnya disebut "hutan belantara".

Apa yang tidak diberikan:

Apa yang tidak diberikan, apa yang belum diserahkan, apa yang belum dilepaskan; apa yang terjaga, apa yang dilindungi, apa yang dianggap sebagai "milikku", apa yang menjadi milik seseorang lainnya. Ini disebut "apa yang belum diberikan".

Niat untuk mencuri:

Pemikiran pencurian, pemikiran untuk mencuri.

Mengambil:

Mengambil, membawa, mencuri, menghentikan pergerakan, memindahkan dari dasarnya, tidak menepati janji.

Jenis:

Sekeping uang pāda, senilai satu pāda, atau lebih dari satu pāda.

Raja-raja:

Raja-raja bumi, raja-raja wilayah, para penguasa pulau, para penguasa wilayah perbatasan, hakim-hakim, para pejabat pemerintahan, atau siapapun yang menjatuhkan hukuman fisik—;ini disebut "raja-raja".

Seorang pencuri:

Siapa pun, yang berniat untuk mencuri, mengambil apa pun yang belum diberikan, yang bernilai lima keping uang māsaka atau lebih—;ia disebut "seorang pencuri".

Akan memukul:

Akan memukul dengan tangan, kaki, cambuk, rotan, gada, atau dengan mutilasi.

Akan mengurung:

Akan mengurung dengan mengikat dengan tali, dengan mengikat dengan belenggu, dengan mengikat dengan rantai, dengan mengurung di dalam rumah, dengan mengurung di dalam kota, dengan mengurung di dalam desa, dengan mengurung di dalam pemukiman, atau dengan penjagaan.

Akan mengusir:

Akan diusir dari sebuah desa, dari sebuah pemukiman, dari sebuah kota, dari sebuah negeri, atau dari sebuah wilayah.

Engkau penjahat, engkau dungu, engkau telah tersesat, engkau adalah seorang pencuri:

Ini adalah suatu teguran.

Ia juga:

Ini dikatakan sehubungan dengan pelanggaran sebelumnya yang mengharuskan pengusiran.

Diusir:

Seperti halnya sehelai daun yang layu dan gugur tidak dapat menjadi hijau kembali, demikian pula seorang bhikkhu yang, berniat mencuri, mengambil satu keping uang pāda, yang bernilai satu pāda, atau bernilai lebih dari satu pāda yang tidak diberikan bukanlah seorang petapa, bukan seorang monastik Sakya. Oleh karena itu dikatakan, "ia diusir."

Dikeluarkan dari komunitas:

Komunitas: prosedur legal bersama, pembacaan bersama, latihan yang sama—;ini disebut "komunitas". Ia tidak berpartisipasi di dalam hal-hal ini—;oleh karena itu dikatakan "dikeluarkan dari komunitas".

Permutasi

Permutasi bagian 1

Ringkasan

Di bawah tanah, di tanah, di udara, di atas tanah, di air, di dalam perahu, di dalam kendaraan, di bawa sebagai beban, di taman, di tempat kediaman monastik, di ladang, di suatu situs, di wilayah berpenghuni, di hutan belantara, air, pembersih gigi, pohon hutan, yang dibawa, yang disimpan, stasiun pajak, makhluk hidup, tanpa kaki, berkaki-dua, berkaki-empat, berkaki-banyak, seorang mata-mata, seorang penjaga harta yang dititipkan, pencurian yang telah saling disepakati bersama, bertindak menurut penunjukan, membuat isyarat.

Navigation

[0] Message Index

[#] Next page

[*] Previous page

Go to full version