//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: Vinaya Pitaka - Bhikkhu Vibhaṅga  (Read 10950 times)

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Vinaya Pitaka - Bhikkhu Vibhaṅga
« on: 14 September 2022, 08:24:49 AM »
Berikut ini adalah terjemahan Bhikkhu Vibhanga, Vinaya Pitaka Pali, yang diterjemahkan dari sumber https://suttacentral.net/pitaka/vinaya/pli-tv-vi/pli-tv-bu-vb terjemahan Bhikkhu Brahmali.

Terima kasih kepada Sis Melia Yansil dan Bro Erick Chandra yang telah membantu dalam mereview terjemahan ini _/\_

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Pārājika 1
« Reply #1 on: 14 September 2022, 08:54:12 AM »
Koleksi Theravāda tentang Hukum Monastik
Aturan Kebhikkhuan dan Analisisnya
Bab tentang Pelanggaran-Pelanggaran yang Mengharuskan Pengusiran

Pārājika 1. Aturan Latihan Pertama tentang Pengusiran

Bab tentang Verañjā
Hormat kepada Sang Buddha, Yang Sempurna, Yang Tercerahkan Sempurna
Asal-usul Hukum Monastik
Pada suatu ketika Sang Buddha sedang menetap di Verañjā  di bawah pohon Nimba Naḷeru bersama dengan sejumlah besar Sangha berjumlah lima ratus bhikkhu. Seorang brahmana di Verañjā  diberitahu:

"Tuan, Petapa Gotama, orang Sakya, yang telah meninggalkan keduniawian dari suku Sakya, sedang menetap di Verañjā  di bawah pohon Nimba Naleru bersama dengan sejumlah besar Sangha berjumlah lima ratus bhikkhu. Petapa Gotama yang baik itu memiliki reputasi baik 'Beliau adalah seorang Buddha, yang sempurna dan tercerahkan sempurna, lengkap dengan pandangan terang dan perilaku, yang berbahagia, pengenal dunia, pemimpin tertinggi bagi orang-orang yang dapat dilatih, guru para dewa dan manusia, yang tercerahkan, Sang Buddha. Dengan pandangan terangNya Beliau telah melihat dunia ini bersama dengan para dewanya, para raja kematiannya, dan makhluk-makhluk tertingginya, masyarakat ini bersama dengan kaum monastik dan para brahmana, para dewa dan manusia, dan Beliau telah memperkenalkannya kepada yang lain. Beliau memiliki Ajaran yang baik di awal, baik di pertengahan, dan baik di akhir. Ajaran ini memiliki tujuan sejati dan telah disampaikan dengan baik. Beliau menetapkan kehidupan spiritual yang murni dan lengkap sempurna.' Adalah baik untuk menemui orang sempurna demikian."
Kemudian brahmana itu menemui Sang Buddha, saling bertukar sapa dengan Beliau, duduk, dan berkata,

"Aku telah mendengar, Gotama yang baik, bahwa Engkau tidak membungkuk kepada para brahmana tua, berdiri untuk mereka, atau menawarkan tempat duduk kepada mereka. Sekarang aku melihat bahwa memang demikianlah sesungguhnya. Ini tidaklah benar."

"Brahmana, di dunia ini bersama dengan para dewa, para raja kematian, dan makhluk-makhluk tertinggi, dalam masyarakat ini bersama dengan kaum monastik dan para brahmana, para dewa dan manusia, Aku tidak melihat siapa pun yang kepadanya Aku harus membungkuk, berdiri untuknya, atau menawarkan tempat duduk. Jika Aku melakukan itu, maka kepalanya akan pecah."

"Gotama yang baik tidak memiliki rasa."

"Ada cara yang dengannya engkau dapat dengan benar mengatakan bahwa Aku tidak memiliki rasa. Karena Aku telah meninggalkan rasa terhadap bentuk-bentuk, suara-suara, bau-bauan, rasa-rasa kecapan, dan sentuhan-sentuhan. Aku telah memotongnya di akar, membuatnya seperti tunggul pohon palem, memberantasnya, dan membuatnya tidak dapat muncul kembali di masa depan. Tetapi bukan itu yang ada dalam pikiranmu."

"Gotama yang baik tidak memiliki kenikmatan."

"Ada cara yang dengannya engkau dapat dengan benar mengatakan bahwa Aku tidak memiliki kenikmatan. Karena Aku telah meninggalkan kenikmatan terhadap bentuk-bentuk, suara-suara, bau-bauan, rasa-rasa kecapan, dan sentuhan-sentuhan. Aku telah memotongnya di akar, membuatnya seperti tunggul pohon palem, memberantasnya, dan membuatnya tidak dapat muncul kembali di masa depan. Tetapi bukan itu yang ada dalam pikiranmu."

"Gotama yang baik mengajarkan tidak berbuat."

"Ada cara yang dengannya engkau dapat dengan benar mengatakan bahwa Aku mengajarkan tidak berbuat. Karena Aku mengajarkan tidak berbuat perbuatan buruk melalui jasmani, ucapan, dan pikiran. Aku mengajarkan tidak berbuat berbagai jenis perbuatan buruk dan tidak bermanfaat. Tetapi bukan itu yang ada dalam pikiranmu."

"Gotama yang baik adalah seorang nihilis."

"Ada cara yang dengannya engkau dapat dengan benar mengatakan bahwa Aku adalah seorang nihilis. Karena Aku mengajarkan pemusnahan keinginan indria, kebencian, dan kebodohan. Aku mengajarkan pemusnahan berbagai jenis kualitas buruk dan tidak bermanfaat. Tetapi bukan itu yang ada dalam pikiranmu."

"Gotama yang baik menjijikkan."

"Ada cara yang dengannya engkau dapat dengan benar mengatakan bahwa Aku menjijikkan. Karena Aku jijik terhadap perbuatan buruk melalui jasmani, ucapan, dan pikiran. Aku jijik terhadap berbagai kualitas buruk dan tidak bermanfaat. Tetapi bukan itu yang ada dalam pikiranmu."

"Gotama yang baik adalah seorang pembasmi."

"Ada cara yang dengannya engkau dapat dengan benar mengatakan bahwa Aku adalah seorang pembasmi. Karena Aku mengajarkan pembasmian keinginan indria, kebencian, dan kebodohan. Aku mengajarkan pembasmian berbagai jenis kualitas buruk dan tidak bermanfaat. Tetapi bukan itu yang ada dalam pikiranmu."

"Gotama yang baik adalah seorang yang keras."

"Ada cara yang dengannya engkau dapat dengan benar mengatakan bahwa Aku adalah seorang yang keras. Karena Aku mengatakan bahwa kualitas-kualitas yang buruk dan tidak bermanfaat—;perbuatan buruk melalui jasmani, ucapan, dan pikiran—;harus didisiplinkan. Seorang yang telah meninggalkannya, memotongnya di akar, membuatnya seperti tunggul pohon palem, memberantasnya, dan membuatnya tidak dapat muncul kembali di masa depan—;seorang demikian Aku sebut keras. Sekarang Aku telah meninggalkan kualitas-kualitas buruk dan tidak bermanfaat yang harus didisiplinkan. Aku telah memotongnya di akar, membuatnya seperti tunggul pohon palem, memberantasnya, dan membuatnya tidak dapat muncul kembali di masa depan. Tetapi bukan itu yang ada dalam pikiranmu."

"Gotama yang baik adalah seorang penganut aborsi."

"Ada cara yang dengannya engkau dapat dengan benar mengatakan bahwa Aku adalah seorang penganut aborsi. Karena seorang yang telah meninggalkan segala konsepsi masa depan di dalam rahim, kelahiran kembali apa pun dalam kehidupan masa depan, yang telah memotongnya di akar, membuatnya seperti tunggul pohon palem, memberantasnya, dan membuatnya tidak dapat muncul kembali di masa depan—;seorang demikian Aku sebut seorang penganut aborsi. Sekarang Aku telah meninggalkan segala konsepsi masa depan di dalam rahim, kelahiran kembali apa pun dalam kehidupan masa depan. Aku telah memotongnya di akar, membuatnya seperti tunggul pohon palem, memberantasnya, dan membuatnya tidak dapat muncul kembali di masa depan. Tetapi bukan itu yang ada dalam pikiranmu.
Misalkan, brahmana, terdapat seekor ayam betina dengan delapan, sepuluh, atau dua belas butir telur, yang dengan benar ia tutupi, hangatkan, dan erami. Anak ayam pertama yang dengan aman menetas—setelah menerobos cangkang telur dengan cakar atau paruhnya—apakah ia disebut yang tertua ataukah yang termuda?"

"Ia harus disebut yang tertua, karena ia adalah yang tertua di antara mereka."

"Demikian pula, brahmana, dalam masyarakat yang terdelusi ini, terbungkus bagaikan sebutir telur, Aku sendirilah di dunia ini yang telah menerobos cangkang delusi dan mencapai pencerahan sempurna tertinggi. Aku, brahmana, adalah yang tertua dan terbaik di dunia.
Aku bersemangat teguh dan memiliki kejernihan perhatian; tubuhku tenang dan pikiranku diam dan terpusat. Dengan sepenuhnya terasing dari kelima indria, terasing dari kualitas-kualitas batin yang tidak bermanfaat, Aku masuk dan berdiam di dalam penyerapan pertama, yang memiliki pergerakan pikiran, serta kegembiraan dan kebahagiaan dari keterasingan. Dengan diamnya pergerakan pikiran, Aku masuk dan berdiam di dalam penyerapan ke dua, yang memiliki keyakinan internal dan keterpusatan pikiran, serta kegembiraan dan kebahagiaan dari ke-diam-an. Dengan meluruhnya kegembiraan, Aku tetap berpikiran-seimbang, penuh perhatian, dan sadar sepenuhnya, mengalami kebahagiaan secara langsung, dan Aku masuk dan berdiam di dalam penyerapan ke tiga yang dinyatakan oleh para mulia: 'Engkau berpikiran-seimbang, penuh perhatian, dan berdiam dalam kebahagiaan.' Dengan ditinggalkannya kebahagiaan dan kesakitan dan berakhirnya kegembiraan dan penolakan yang sebelumnya, Aku masuk dan berdiam di dalam penyerapan ke empat, yang tanpa kesakitan juga tanpa kebahagiaan, tetapi terdapat kemurnian perhatian dan keseimbangan-pikiran.
Kemudian, dengan pikiranKu yang diam, murni, bersih, tanpa cacat, bebas dari kekotoran, lunak, lentur, dan tak tergoyahkan, Aku mengarahkannya pada pengetahuan mengingat kehidupan lampau. Aku mengingat banyak kehidupan lampau, yaitu, satu kelahiran, dua kelahiran, tiga kelahiran, empat kelahiran, lima kelahiran, sepuluh kelahiran, dua puluh kelahiran, tiga puluh kelahiran, empat puluh kelahiran, lima puluh kelahiran, seratus kelahiran, seribu kelahiran, seratus ribu kelahiran, banyak kappa penghancuran dunia, banyak kappa pengembangan dunia, dan banyak kappa penghancuran dan pengembangan. Dan Aku mengetahui: 'Di sana Aku bernama ini, memiliki keluarga ini, berpenampilan begini, dengan makanan begini, dengan pengalaman kenikmatan dan kesakitan begini, dan dengan umur kehidupan begini. Meninggal dunia dari sana, Aku terlahir kembali di tempat lain, dan di sana Aku bernama itu, memiliki keluarga itu, berpenampilan begitu, dengan makanan begitu, dengan pengalaman kenikmatan dan kesakitan begitu, dan dengan umur kehidupan begitu. Meninggal dunia dari sana, Aku terlahir kembali di sini.' Dengan cara inilah Aku mengingat banyak kehidupan lampau dengan karakteristik dan ciri-cirinya. Ini adalah pandangan terang sejati pertama, yang Kucapai pada bagian pertama malam itu. Delusi tersingkirkan dan pandangan terang sejati muncul, kegelapan disingkirkan dan cahaya muncul, seperti yang terjadi pada seorang yang penuh perhatian, bersemangat, dan tekun. Ini, Brahmana, adalah penerobosan pertamaKu, bagaikan seekor anak ayam dari cangkang telur.

Kemudian, dengan pikiranKu yang diam, murni, bersih, tanpa cacat, bebas dari kekotoran, lunak, lentur, dan tak tergoyahkan. Aku mengarahkannya pada pengetahuan kematian dan kemunculan makhluk-makhluk. Dengan penglihatan yang murni dan melampaui manusia, Aku melihat makhluk-makhluk meninggal dunia dan terlahir kembali, hina dan mulia, cantik dan buruk rupa, menuju alam tujuan yang baik dan alam tujuan yang buruk, dan Aku memahami bagaimana makhluk-makhluk berlanjut sesuai perbuatan-perbuatan mereka: 'Makhluk-makhluk ini yang melakukan perbuatan buruk melalui jasmani, ucapan, dan pikiran, yang mencela para mulia, dan memiliki pandangan salah dan bertindak sesuai itu, ketika hancurnya jasmani setelah kematian, telah terlahir kembali di alam rendah, alam tujuan yang buruk, alam sengsara, neraka. Tetapi makhluk-makhluk ini yang melakukan perbuatan baik melalui jasmani, ucapan, dan pikiran, yang tidak mencela para mulia, yang menganut pandangan benar dan bertindak sesuai itu, ketika hancurnya jasmani setelah kematian, telah terlahir kembali di alam tujuan yang baik, di alam surga.' Dengan cara inilah, dengan penglihatan yang murni dan melampaui manusia, Aku melihat makhluk-makhluk meninggal dunia dan terlahir kembali, hina dan mulia, cantik dan buruk rupa, menuju alam tujuan yang baik dan alam tujuan yang buruk, dan Aku memahami bagaimana makhluk-makhluk berlanjut sesuai perbuatan-perbuatan mereka. Ini adalah pandangan terang sejati kedua, yang Kucapai pada bagian pertangahan malam itu. Delusi tersingkirkan dan pandangan terang sejati muncul, kegelapan disingkirkan dan cahaya muncul, seperti yang terjadi pada seorang yang penuh perhatian, bersemangat, dan tekun. Ini, Brahmana, adalah penerobosan keduaKu, bagaikan seekor anak ayam dari cangkang telur.

Kemudian, dengan pikiranKu yang diam, murni, bersih, tanpa cacat, bebas dari kekotoran, lunak, lentur, dan tak tergoyahkan, Aku mengarahkannya pada pengetahuan berakhirnya noda-noda. Aku mengetahui sebagaimana adanya: 'Ini adalah penderitaan;' 'Ini adalah asal-mula penderitaan;' 'Ini adalah akhir penderitaan;' 'Ini adalah jalan menuju berakhirnya penderitaan.' Aku mengetahui sebagaimana adanya: 'Ini adalah noda-noda;' 'Ini adalah asal-mula noda-noda;' 'Ini adalah akhir noda-noda;' 'Ini adalah jalan menuju berakhirnya noda-noda.' Ketika Aku mengetahui dan melihat ini, batinKu terbebas dari noda-noda keinginan indria, dari noda-noda keinginan untuk menjelma, dari noda-noda pandangan-pandangan, dan dari noda-noda delusi. Ketika terbebaskan, Aku mengetahuinya telah terbebaskan. Aku memahami bahwa kelahiran telah berakhir, kehidupan spiritual telah terpenuhi, pekerjaan telah dilakukan, tidak ada penjelmaan lebih jauh lagi. Ini adalah pandangan terang sejati ketiga, yang Kucapai pada bagian akhir malam itu. Delusi tersingkirkan dan pandangan terang sejati muncul, kegelapan disingkirkan dan cahaya muncul, seperti yang terjadi pada seorang yang penuh perhatian, bersemangat, dan tekun. Ini, Brahmana, adalah penerobosan ketigaKu, bagaikan seekor anak ayam dari cangkang telur."
Kemudian brahmana itu berkata kepada Sang Buddha,

"Gotama yang baik adalah yang tertua! Gotama yang baik adalah yang terbaik! Mengagumkan, Gotama yang baik, Mengagumkan! Bagaikan seseorang menegakkan apa yang terbalik, atau mengungkapkan apa yang tersembunyi, atau menunjukkan jalan kepada seorang yang tersesat, atau membawa pelita di dalam kegelapan agar orang yang memiliki mata dapat melihat apa yang ada di sana—;demikian pula Engkau telah membabarkan Ajaran dalam berbagai cara. Gotama yang baik, Aku berlindung kepada Sang Buddha, Ajaran, dan Sangha para bhikkhu. Sudilah menerimaku sebagai seorang umat awam yang telah berlindung. Dan sudilah menyetujui untuk melewatkan masa keberdiaman musim hujan di Verañjā  bersama dengan Sangha para bhikkhu." Sang Buddha menyetujui dengan berdiam diri, dan sang brahmana memahaminya. Kemudian ia bangkit dari duduknya, bersujud, mengelilingi Sang Buddha dengan sisi kanannya menghadap Beliau, dan pergi.
« Last Edit: 18 September 2022, 10:19:03 PM by Indra »

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Pārājika 1
« Reply #2 on: 14 September 2022, 08:57:11 AM »
Pada saat itu Verañjā  sedang kekurangan makanan dan dilanda bencana kelaparan, dengan panen-panen yang diserang hama keputihan dan berubah menjadi jerami. Tidaklah mudah untuk mendapatkan dana makanan. Pada saat itu beberapa pedagang kuda dari Uttarāpatha telah memasuki keberdiaman musim hujan di Verañjā  bersama dengan lima ratus kuda. Di dalam kandang kuda mereka mempersiapkan porsi demi porsi gandum rebus untuk para bhikkhu.
Kemudian, setelah mengenakan jubah di pagi hari, para bhikkhu membawa mangkuk dan jubah mereka dan memasuki Verañjā  untuk menerima dana makanan. Karena tidak memperoleh apapun, mereka mendatangi kandang kuda. Kemudian mereka membawa banyak porsi gandum rebus ke vihara, di mana mereka menumbuk dan memakannya. Yang Mulia Ānanda menggiling seporsi di atas batu, membawanya kepada Sang Buddha, dan Sang Buddha memakannya.
Dan Sang Buddha mendengar suara lumpang. Ketika para Buddha mengetahui apa yang sedang terjadi, kadang-kadang Mereka menanyakan dan kadang-kadang tidak. Mereka mengetahui waktu yang tepat untuk bertanya dan kapan tidak bertanya. Para Buddha bertanya jika itu bermanfaat, jika sebaliknya maka tidak bertanya, karena para Buddha tidak mampu melakukan apa yang tidak bermanfaat. Para Buddha bertanya kepada para bhikkhu untuk dua alasan: untuk membabarkan ajaran atau untuk menetapkan aturan latihan.

Dan karena itu Beliau berkata kepada Ānanda, "Ānanda, ada apakah dengan suara lumpang ini?" Ānanda memberitahukan kepada Beliau apa yang sedang terjadi.

"Baik sekali, Ānanda. Kalian semua adalah orang-orang unggul yang telah menaklukkan masalah kelaparan. Generasi-generasi berikutnya bahkan akan memandang rendah daging dan nasi."

Kemudian Yang Mulia Mahāmoggallāna mendatangi Sang Buddha, bersujud, duduk, dan berkata,

"Sekarang, Yang Mulia, Verañjā  sedang kekurangan makanan dan dilanda bencana kelaparan, dengan panen-panen yang diserang hama keputihan dan berubah menjadi jerami. Tidaklah mudah untuk mendapatkan dana makanan. Namun di bawah permukaan bumi besar ini berlimpah makanan, yang rasanya bagaikan madu murni. Bolehkah, Yang Mulia, jika aku membalikkan tanah ini sehingga para bhikkhu dapat menikmati nutrisi dalam kecambah itu?"

"Tetapi apakah yang akan engkau lakukan, Moggallāna, dengan makhluk-makhluk yang hidup di sana?"

"Aku akan mengubah satu tanganku menjadi seperti bumi ini dan memindahkan makhluk-makhluk itu ke sana. Kemudian aku akan membalikkan tanah ini dengan tangan lainnya."

"Biarlah, Moggallāna, jangan membalikkan tanah. Makhluk-makhluk itu dapat menjadi gila."

"Kalau begitu, Yang Mulia, bolehkah jika seluruh Sangha para bhikkhu pergi ke Uttarakuru untuk menerima dana makanan?"

"Biarlah, Moggallāna, jangan melakukan hal itu."

Tidak lama setelah itu, sewaktu merenung sendirian, Yang Mulia Sāriputta berpikir, "Para Buddha yang manakah yang memiliki kehidupan spiritual yang bertahan lama, dan manakah yang tidak bertahan lama?"

Pada malam harinya, setelah keluar dari keterasingan, Sāriputta mendatangi Sang Buddha, bersujud, duduk, dan berkata, "Tadi, Yang Mulia, sewaktu sedang merenung sendirian, aku bertanya-tanya para Buddha yang manakah yang memiliki kehidupan spiritual yang bertahan lama, dan manakah yang tidak bertahan lama?"

"Sāriputta, kehidupan spiritual yang ditegakkan oleh para Buddha Vipassī, Sikhī, dan Vessabhū tidak bertahan lama. Tetapi kehidupan spiritual yang ditegakkan oleh para Buddha Kakusandha, Konāgamana, dan Kassapa bertahan lama."

"Dan mengapakah kehidupan spiritual yang ditegakkan oleh ketiga Buddha sebelumnya itu tidak bertahan lama?"

"Mereka tidak berusaha membabarkan ajaran-ajaran terperinci kepada para siswa Mereka. Mereka membabarkan sedikit khotbah dalam prosa dan campuran prosa dan syair; sedikit penjelasan, syair-syair, seruan-seruan sepenuh hati, kutipan-kutipan, kisah-kisah kelahiran, kisah-kisah menakjubkan, dan analisis. Juga Mereka tidak menetapkan aturan-aturan latihan juga tidak membacakan aturan-aturan monastik. Setelah lenyapnya para Buddha dan para siswa yang tercerahkan di bawah Mereka itu, mereka yang adalah para siswa terakhir—dengan berbagai nama, keluarga, dan kasta, yang telah meninggalkan keduniawian dari berbagai rumah tangga—membiarkan kehidupan spiritual itu lenyap dengan cepat. Ini seperti bunga-bunga di atas papan. Jika bunga-bunga itu tidak diikat dengan tali, maka bunga-bunga itu akan berserakan, bercerai-berai, dan dihancurkan oleh angin. Mengapakah? Karena tidak diikat kuat dengan tali. Demikian pula, setelah lenyapnya para Buddha dan para siswa yang tercerahkan di bawah Mereka itu, mereka yang adalah para siswa terakhir membiarkan kehidupan spiritual itu lenyap dengan cepat.

Sebaliknya Mereka tidak mengenal lelah dalam mengajarkan kepada para siswa Mereka dengan membaca pikiran mereka. Pada satu ketika, Sāriputta, Sang Buddha Vessabhū, yang Sempurna dan Tercerahkan Sempurna, sedang menetap di sebuah hutan yang menakutkan. Ia mengajarkan kepada Sangha yang terdiri dari seribu bhikkhu dengan membaca pikiran mereka, dengan berkata, 'Berpikirlah seperti ini, jangan seperti itu; perhatikan seperti ini, bukan seperti itu; tinggalkan ini dan capailah itu.' Ketika mereka telah diajarkan oleh Sang Buddha Vessabhū, pikiran mereka terbebaskan dari noda-noda dengan melepaskan. Tetapi jika siapapun yang memiliki keinginan indria memasuki hutan menakutkan itu, biasanya mereka akan merinding di seluruh tubuhnya. Inilah sebabnya mengapa kehidupan spiritual yang ditegakkan oleh para Buddha itu tidak bertahan lama."

"Mengapakah kehidupan spiritual yang ditegakkan oleh ketiga Buddha terakhir itu bertahan lama?"

"Para Buddha Kakusandha, Konāgamana, dan Kassapa tidak mengenal lelah dalam membabarkan ajaran-ajaran terperinci kepada para siswa mereka. Mereka membabarkan banyak khotbah khotbah dalam prosa dan campuran prosa dan syair; banyak penjelasan, syair-syair, seruan-seruan sepenuh hati, kutipan-kutipan, kisah-kisah kelahiran, kisah-kisah menakjubkan, dan analisis. Dan mereka menetapkan aturan-aturan latihan dan membacakan aturan-aturan monastik. Setelah lenyapnya para Buddha dan para siswa yang tercerahkan di bawah Mereka itu, mereka yang adalah para siswa terakhir—;dengan berbagai nama, keluarga, dan kasta, yang telah meninggalkan keduniawian dari berbagai rumah tangga—;mengusahakan agar kehidupan spiritual itu bertahan lama. Ini seperti bunga-bunga di atas papan. Jika bunga-bunga itu diikat dengan tali, maka bunga-bunga itu tidak akan berserakan, tidak bercerai-berai, dan tidak dihancurkan oleh angin. Mengapakah? Karena diikat kuat dengan tali. Demikian pula, setelah lenyapnya para Buddha dan para siswa yang tercerahkan di bawah Mereka itu, mereka yang adalah para siswa terakhir mengusahakan agar kehidupan spiritual itu bertahan lama. Inilah sebabnya mengapa kehidupan spiritual yang ditegakkan oleh para Buddha itu bertahan lama."

Sāriputta bangkit dari duduknya, menata jubah atasnya di satu bahunya, merangkapkan tangan, dan berkata, "Sekaranglah waktunya, Yang Mulia, untuk menetapkan aturan-aturan latihan dan membacakan aturan-aturan monastik, agar kehidupan spiritual ini dapat bertahan lama."

"Tunggu dulu, Sāriputta. Sang Buddha mengetahui waktu yang tepat untuk ini. Sang Guru tidak menetapkan aturan-aturan latihan atau membacakan aturan-aturan monastik hingga sebab-sebab kekotoran muncul di dalam Sangha.
Dan penyebab-penyebab kekotoran itu tidak muncul sampai Sangha telah berdiri lama, berjumlah besar, memiliki sokongan materi berlimpah, atau pembelajaran yang tinggi. Ketika penyebab-penyebab kekotoran ini muncul karena alasan-alasan ini, maka Sang Guru menetapkan aturan-aturan latihan untuk para siswaNya dan membacakan aturan-aturan monastik untuk melawan penyebab-penyebab ini.
Sāriputta, Sangha para bhikkhu terbebas dari kanker dan bahaya, tanpa noda, murni, dan tegak dalam intinya. Bahkan yang paling tidak berkembang di antara lima ratus bhikkhu ini adalah seorang pemasuk-arus. Mereka tidak akan terlahir kembali di alam rendah, melainkan pasti dalam takdir dan mengarah menuju pencerahan."

Kemudian Sang Buddha berkata kepada Ānanda, "Ānanda, adalah kebiasaan para Buddha untuk tidak pergi mengembara tanpa berpamitan pada mereka yang mengundang untuk melewatkan masa keberdiaman musim hujan. Marilah kita mendatangi Brahmana Verañjā  untuk berpamitan."

"Baik, Yang Mulia."

Sang Buddha mengenakan jubah, membawa mangkuk dan jubah dan, dengan Ānanda sebagai pelayan Beliau, mendatangi rumah sang brahmana di mana Beliau duduk di tempat yang telah dipersiapkan. Sang brahmana mendatangi Sang Buddha, bersujud, dan duduk.

Dan Sang Buddha berkata, "Brahmana, kami telah menyelesaikan masa keberdiaman musim hujan menuruti undanganmu, dan sekarang kami akan pamit dari engkau. Kami akan pergi mengembara ke seluruh negeri."

"Memang benar, Gotama yang baik, bahwa Engkau telah menyelesaikan masa keberdiaman musim hujan menuruti undanganku, tetapi aku belum memberikan apapun. Itu tidak baik. Bukan karena aku tidak ingin melakukan itu, tetapi karena kehidupan rumah tangga begitu menyibukkan. Sudilah Engkau bersama dengan Sangha para bhikkhu menerima dana makanan dariku besok."
Sang Buddha menerima dengan berdiam diri. Kemudian, setelah memberikan instruksi, menginspirasi, dan menggembirakan sang brahmana dengan suatu ajaran, Sang Buddha bangkit dari duduknya dan pergi.
Keesokan paginya sang brahmana mempersiapkan berbagai jenis makanan baik di rumahnya dan memberitahukan kepada Sang Buddha bahwa makanan telah siap.
Sang Buddha mengenakan jubah, membawa mangkuk dan jubahnya, bersama dengan Sangha para bhikkhu, Beliau pergi ke rumah sang brahmana, di mana Beliau duduk di tempat yang telah dipersiapkan. Dan brahmana itu sendiri melayani dan memuaskan Sangha para bhikkhu yang dipimpin oleh Sang Buddha dengan berbagai jenis makanan baik. Ketika Sang Buddha telah selesai makan, sang brahmana mempersembahkan kepada Beliau satu set tiga jubah dan untuk tiap-tiap bhikkhu, dua helai kain. Sang Buddha memberikan instruksi, menginspirasi, dan menggembirakan sang brahmana dengan suatu ajaran, dan kemudian bangkit dari dudukNya dan pergi.
Setelah berdiam di Verañjā  selama yang Beliau kehendaki, Sang Buddha melakukan perjalanan menuju Payāgapatiṭṭhāna melalui Soreyya, Saṅkassa, dan Kaṇṇakujja. Di sana Beliau menyeberangi sungai Gangga dan melanjutkan perjalanan menuju Benares. Setelah berdiam di Benares selama yang Beliau kehendaki, Beliau melakukan pengembaraan menuju Vesālī. Ketika akhirnya Beliau tiba di sana, Beliau berdiam di aula beratap lancip di Hutan Besar.

Bagian pembacaan tentang Verañjā selesai
« Last Edit: 18 September 2022, 10:20:28 PM by Indra »

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Pārājika 1
« Reply #3 on: 14 September 2022, 10:11:01 AM »
1.  Aturan Latihan Pertama tentang Pengusiran

Kisah Asal-mula

Sub-kisah Pertama: Bagian Pembacaan tentang Sudinna

Ketika itu Sudinna, putra seorang pedagang kaya, menetap di sebuah desa bernama Kalanda tidak jauh dari Vesālī. Pada suatu ketika Sudinna pergi ke Vesālī untuk suatu urusan dagang bersama dengan sejumlah teman. Saat itu Sang Buddha sedang duduk membabarkan ajaran, dikelilingi oleh kerumunan besar orang-orang. Ketika Sudinna menyaksikan hal ini, ia berpikir, "Mengapa aku tidak ikut mendengarkan Ajaran?" maka ia mendekati kerumunan itu dan duduk.
Ketika ia sedang duduk di sana, ia berpikir, "Sebagaimana yang kupahami dari ajaran Sang Buddha, adalah tidak mudah bagi seorang yang menetap di rumah untuk menjalani kehidupan spiritual yang lengkap sempurna dan murni bagaikan kulit kerang yang digosok. Mengapa aku tidak mencukur rambut dan janggutku, mengenakan jubah jingga, dan meninggalkan keduniawian menuju kehidupan tanpa rumah?"
Ketika orang-orang itu telah diberikan instruksi, diinspirasi, dan digembirakan oleh Sang Buddha, mereka bangkit dari duduk, bersujud, mengelilingi Beliau dengan sisi kanan mereka menghadap Beliau, dan pergi.

Kemudian Sudinna mendekati Sang Buddha, bersujud, duduk, dan memberitahukan kepada Beliau apa yang telah ia pikirkan, menambahkan,
"Yang Mulia, sudilah memberiku pelepasan keduniawian."

"Tetapi, Sudinna, apakah engkau telah mendapat izin dari orangtuamu?"
"Tidak."
"Para Buddha tidak memberikan pelepasan keduniawian kepada siapapun yang tidak mendapat izin dari orangtua mereka."
"Aku akan melakukan apapun yang diperlukan, Yang Mulia, untuk mendapatkan izin dari orangtuaku."

Setelah menyelesaikan urusan dagangnya di Vesālī, Sudinna kembali ke Kalanda. Kemudian ia menghadap orangtuanya dan berkata, "Ibu dan ayah, sebagaimana yang kupahami dari ajaran Sang Buddha, adalah tidak mudah bagi seorang yang menetap di rumah untuk menjalani kehidupan spiritual yang lengkap sempurna dan murni. Aku ingin mencukur rambut dan janggutku, mengenakan jubah jingga, dan meninggalkan keduniawian menuju kehidupan tanpa rumah. Sudilah memberiku izin untuk meninggalkan keduniawian."

"Tetapi, Sudinna, engkau adalah anak tunggal kami, dan kami sangat mencintaimu. Engkau hidup dalam kenyamanan dan kami peduli kepadamu. Engkau tidak pernah mengalami penderitaan. Bahkan jika engkau mati kami masih tidak ingin kehilangan engkau. Bagaimana mungkin kami mengizinkan engkau pergi meninggalkan keduniawian menuju kehidupan tanpa rumah selagi engkau masih hidup?"

Sudinna memohon kepada orangtuanya untuk kedua dan ketiga kalinya, tetapi mendapatkan jawaban yang sama.

Kemudian ia berbaring di atas tanah dan berkata, "Apakah aku akan mati di sini atau meninggalkan keduniawian!" Dan ia tidak makan pada tujuh kali makan berikutnya.

Orangtuanya mengulangi apa yang telah mereka katakan, dengan menambahkan, "Bangkitlah Sudinna, makan, minum, dan bersenang-senanglah! Nikmati kenikmatan duniawi dan lakukan perbuatan-perbuatan berjasa. Kami tidak akan mengizinkan engkau pergi meninggalkan keduniawian." Tetapi Sudinna tidak menjawab.

Orangtuanya mengatakan hal yang sama untuk kedua dan ketiga kalinya, tetapi Sudinna tetap diam.

Kemudian teman-teman Sudinna mendatanginya dan mengulangi tiga kali apa yang telah dikatakan oleh orangtuanya. Ketika Sudinna masih tidak menjawab,
Teman-teman Sudinna mendatangi orangtuanya dan berkata, "Sudinna berkata bahwa apakah ia akan mati di sana di atas tanah atau meninggalkan keduniawian. Jika kalian tidak mengizinkannya meninggalkan keduniawian, maka ia akan mati di sana. Tetapi jika kalian mengizinkannya pergi meninggalkan keduniawian, maka kalian akan melihatnya lagi setelah itu. Dan jika ia tidak menikmati pelepasan keduniawian, alternatif apakah yang akan ia ambil selain kembali ke sini? Maka izinkanlah ia pergi meninggalkan keduniawian."
"Baiklah kalau begitu."

Dan teman-teman Sudinna berkata kepadanya, "Bangkitlah, Sudinna, orangtuamu telah memberimu izin untuk meninggalkan keduniawian."

Ketika Sudinna mendengar hal ini, ia menjadi bergairah dan gembira, menepuk-nepuk bagian-bagian tubuhnya dengan tangannya sambil berdiri. Setelah melewatkan beberapa hari untuk memulihkan kekuatannya, ia pergi mendatangi Sang Buddha, bersujud, duduk, dan berkata, "Yang Mulia, aku telah mendapatkan izin dari orangtuaku untuk pergi meninggalkan keduniawian. Sudilah memberikan pelepasan keduniawian kepadaku."

Kemudian ia menerima pelepasan keduniawian dan penahbisan penuh di hadapan Sang Buddha. Tidak lama setelah itu ia berlatih jenis-jenis praktik pertapaan ini: ia menetap di hutan belantara, hanya makan dari menerima dana makanan, mengenakan jubah kain buangan, dan berjalan menerima dana makanan tanpa terputus. Dan ia menetap dengan disokong oleh suatu desa Vajji tertentu.
Tidak lama setelah itu, kaum Vajji kekurangan makanan dan dilanda kelaparan, dengan panen-panen yang diserang hama keputihan dan berubah menjadi jerami. Tidaklah mudah untuk mendapatkan dana makanan. Sudinna mempertimbangkan hal ini dan berpikir, "Aku memiliki banyak sanak-saudara kaya di Vesālī. Mengapa aku tidak meminta mereka untuk menyokongku? Sanak-saudaraku akan mampu memberikan persembahan dan melakukan perbuatan berjasa, para bhikkhu akan memperoleh sokongan materi, dan aku tidak kesulitan memperoleh dana makanan."
Kemudian ia merapikan tempat tinggalnya, membawa mangkuk dan jubahnya, dan pergi menuju Vesālī. Ketika pada akhirnya ia tiba di sana, ia berdiam di aula beratap lancip di Hutan Besar. Sanak-saudaranya mendengar bahwa ia telah tiba di Vesālī, dan mereka mempersembahkan kepadanya suatu persembahan enam puluh porsi makanan. Sudinna memberikan enam puluh porsi itu kepada para bhikkhu. Kemudian ia membawa mangkuk dan jubahnya dan memasuki desa Kalanda untuk menerima dana makanan. Ketika ia menerima dana makanan tanpa terputus, ia sampai di rumah ayahnya sendiri.
Persis pada saat itu seorang budak dari seorang sanak saudara Sudinna hendak membuang bubur malam sebelumnya. Sudinna berkata kepadanya, "Jika itu hendak dibuang, saudari, letakkanlah di sini di dalam mangkukku."
Ketika ia memasukkan bubur itu ke dalam mangkuknya, ia mengenali tangan, kaki, dan suaranya. Ia kemudian mendatangi sang ibu dan berkata, "Bersiaplah, Nyonya, Tuan Sudinna telah kembali."

"Astaga! Jika apa yang engkau katakan benar, maka engkau menjadi seorang wanita bebas!"

Ketika Sudinna sedang memakan bubur malam sebelumnya di bawah sebuah tembok, ayahnya sedang pulang dari bekerja. Ketika ia melihatnya duduk di sana, ia mendatanginya dan berkata, "Tetapi Sudinna, tidakkah ...; Apa! Engkau memakan bubur lama! Mengapa engkau tidak pergi ke rumahmu sendiri?"

"Kami pergi ke rumahmu, perumah tangga. Di sanalah kami menerima bubur ini."

Ayah Sudinna menarik tangannya, membawanya dan berkata, "Mari, ayo kita pulang."
Sudinna pergi ke rumah ayahnya dan duduk di tempat yang telah dipersiapkan. Ayahnya berkata kepadanya, "Makanlah, Sudinna."
"Tidak perlu. Aku sudah makan hari ini."
"Kalau begitu datanglah kembali untuk makan besok."
Sudinna menerima dengan berdiam diri, dan ia bangkit dari duduknya dan pergi.

Keesokan paginya ibu Sudinna menebarkan kotoran sapi segar di lantai. Kemudian ia membuat dua tumpukan, satu dengan uang dan satu dengan emas. Tumpukan itu begitu besar sehingga seseorang yang berdiri di satu sisi tidak dapat melihat seorang lainnya yang berdiri di sisi lain. Ia menyembunyikan tumpukan-tumpukan itu di balik tirai, menyediakan sebuah kursi di antara kedua tumpukan, dan mengelilinginya dengan sehelai tirai. Dan ia berkata kepada mantan istri Sudinna, "Sekarang hiaslah dirimu dalam cara yang akan terlihat sangat menarik bagi putra kami, Sudinna."
"Baik, Ibu."

Kemudian, setelah mengenakan jubah, Yang Mulia Sudinna membawa mangkuk dan jubahnya dan pergi menuju rumah ayahnya, di mana ia duduk di tempat yang telah dipersiapkan. Ayahnya menemuinya, membuka tumpukan, dan berkata, "Harta ini, anakku Sudinna, adalah kekayaan dari ibumu. Ini adalah milikmu. Yang lainnya adalah kekayaan dari ayahmu dan yang lainnya lagi dari leluhurmu. Sudilah engkau kembali kepada kehidupan yang lebih rendah, nikmati kekayaan, dan melakukan perbuatan berjasa."
"Aku tidak bisa, ayah. Aku menikmati kehidupan spiritual."
Ayah Sudinna mengulangi permohonannya dan Sudinna menjawab seperti sebelumnya. Ketika ayah Sudinna mengulangi permohonannya untuk ketiga kalinya, Sudinna berkata, "Jika engkau tidak akan tersinggung, aku dapat memberitahukan kepadamu apa yang harus dilakukan."

"Mari kita dengarkan."

"Baiklah, buatkan beberapa karung rami besar, masukkan semua uang dan emas ini ke dalamnya, bawalah dengan menggunakan kereta, dan buanglah di tengah-tengah sungai Gangga. Dan mengapakah? Karena dengan begitu engkau akan terhindar dari bahaya, ketakutan, dan terror yang jika tidak demikian dapat engkau alami, serta kesulitan dalam menjaganya."
Ayahnya menjadi tidak senang, dengan berpikir, "Bagaimana mungkin putra kami Sudinna mengatakan hal-hal seperti itu?"
Kemudian ia berkata kepada mantan istri Sudinna, "Baiklah, karena engkau sangat ia sayangi, mungkin putra kami Sudinna akan mendengarkan engkau."
Mantan istri Sudinna memegang kakinya dan berkata, "Seperti apakah para bidadari ini, Tuan, yang karenanya engkau mempraktikkan kehidupan spiritual?"
"Saudari, aku tidak mempraktikkan kehidupan spiritual demi para bidadari."
Mantan istri Sudinna berpikir, "Sudinna sekarang memanggilku 'saudari'," dan ia pingsan saat itu juga.
Sudinna berkata kepada ayahnya, "Jika ada makanan yang hendak diberikan, perumah tangga, berikanlah, namun jangan mengganggu aku."

"Makanlah, Sudinna," ia berkata. Dan ibu dan ayah Sudinna secara pribadi melayani dan memuaskannya dengan berbagai jenis makanan baik.
Ketika Sudinna telah selesai makan, ibunya berkata kepadanya: "Anakku Sudinna, keluarga kita kaya. Sudilah kembali kepada kehidupan yang lebih rendah, nikmati kekayaan, dan lakukan perbuatan berjasa."
"Ibu, aku tidak bisa. Aku menikmati kehidupan spiritual."
Ibunya mengulangi permohonannya untuk kedua kalinya, tetapi memperoleh jawaban yang sama. Kemudian ia berkata, "Keluarga kita kaya, Sudinna. Sudilah memberikan keturunan kepada kami, agar para Licchavī tidak mengambil alih kekayaan warisan kita."
"Baiklah, Ibu. Aku dapat melakukan hal itu."
"Tetapi di manakah engkau menetap?"
"Di Hutan Besar." Dan ia bangkit dari duduknya dan pergi.

Kemudian ibu Sudinna berkata kepada mantan istrinya, "Baiklah, segera setelah engkau memasuki masa subur, beritahukan kepadaku."

"Baik, Ibu." Tidak lama kemudian mantan istri Sudinna memasuki masa subur, dan ia melaporkan hal ini kepada ibu Sudinna.

"Sekarang hiaslah dirimu dalam cara yang akan terlihat sangat menarik bagi putra kami, Sudinna."
"Baik."

Kemudian ibu Sudinna, bersama dengan mantan istrinya, mendatangi Sudinna di Hutan Besar, dan ia berkata kepadanya: "Anakku Sudinna, keluarga kita kaya. Sudilah kembali kepada kehidupan yang lebih rendah, nikmati kekayaan, dan lakukan perbuatan berjasa."
"Ibu, aku tidak bisa. Aku menikmati kehidupan spiritual."

Ibunya mengulangi permohonannya untuk kedua kalinya, tetapi memperoleh jawaban yang sama. Kemudian ia berkata, "Keluarga kita kaya, Sudinna. Sudilah memberikan keturunan kepada kami, agar para Licchavī tidak mengambil alih kekayaan warisan kita."

"Baiklah, ibu." Kemudian ia menarik tangan mantan istrinya, menghilang di dalam Hutan Besar dan—;karena tidak ada aturan latihan dan ia tidak melihat bahaya—;melakukan hubungan seksual dengannya tiga kali. Sebagai akibatnya ia menjadi hamil.

Dan para dewa bumi berseru: "Tuan-tuan, Sangha para bhikkhu telah bebas dari kanker dan bahaya. Tetapi Sudinna dari Kalanda telah memunculkan kanker dan membahayakannya."

Mendengar para dewa bumi, para dewa dari alam Empat Raja Dewa berseru ...; para dewa dari alam Tiga Puluh Tiga ...; para dewa Yāma ...; para dewa yang puas ...; para dewa yang bersenang dalam penciptaan ...; para dewa yang mengendalikan ciptaan para dewa lain ...; para dewa dari alam makhluk-makhluk tertinggi berseru: "Tuan-tuan, Sangha para bhikkhu telah bebas dari kanker dan bahaya. Tetapi Sudinna dari Kalanda telah memunculkan kanker dan membahayakannya." Demikianlah pada momen itu juga, dalam detik itu juga, berita itu menyebar hingga sejauh alam makhluk-makhluk tertinggi.

Sementara itu, kehamilan istri Sudinna berkembang, dan akhirnya ia melahirkan seorang putra. Teman-teman Sudinna menyebutnya Keturunan, sedangkan mantan istri Sudinna dipanggil ibu Keturunan, dan Yang Mulia Sudinna dipanggil ayah Keturunan. Setelah beberapa lama, mereka berdua meninggalkan keduniawian menuju kehidupan tanpa rumah dan merealisasikan kesempurnaan.

Tetapi Sudinna menjadi gelisah dan menyesal, dengan berpikir, "Ini sungguh buruk bagiku, bahwa setelah meninggalkan keduniawian pada jalan spiritual yang dibabarkan dengan baik demikian, aku tidak mampu melatih kehidupan spiritual yang lengkap sempurna dan murni hingga akhir." Dan karena kegelisahan dan penyesalan ini, ia menjadi kurus, lusuh, dan pucat, dengan urat menonjol di seluruh tubuhnya. Ia menjadi sedih, lesu, sengsara, dan tertekan, terbebani oleh penyesalan.

Para bhikkhu yang adalah teman-teman Sudinna berkata kepadanya: "Di masa lalu, Sudinna, engkau memiliki wajah yang cerah dan berwarna indah, berkulit cerah, dan indria-indria yang tajam. Tetapi lihatlah engkau sekarang. Mungkinkah engkau tidak puas dengan kehidupan spiritual ini?"

"Bukan aku tidak puas dengan kehidupan spiritual, tetapi aku melakukan sesuatu yang buruk. Aku telah melakukan hubungan seksual dengan mantan istriku. Aku menjadi gelisah dan menyesal karena aku tidak mampu melatih kehidupan spiritual yang lengkap sempurna dan murni hingga akhir."

"Tidak heran engkau menjadi gelisah, Sudinna, tidak heran engkau memiliki penyesalan. Tidakkah Sang Buddha telah membabarkan banyak ajaran demi kebebasan dari nafsu, bukan demi nafsu; demi kebebasan dari belenggu, bukan demi belenggu; demi tanpa menggenggam, bukan demi menggenggam? Ketika Sang Buddha telah mengajarkan dengan cara ini, bagaimana mungkin engkau dapat memilih nafsu, belenggu, dan menggenggam? Tidakkah Sang Buddha telah membabarkan ajaran-ajaran demi meluruhnya nafsu, demi membersihkan kemabukan, demi pelenyapan dahaga, demi mencabut kemelekatan, demi memotong lingkaran kelahiran kembali, demi menghentikan ketagihan, demi meluruhnya, demi berakhirnya, demi padamnya? Tidakkah Sang Buddha dalam berbagai cara telah mengajarkan ditinggalkannya kenikmatan-kenikmatan indria, pemahaman penuh pada persepsi kenikmatan indria, lenyapnya dahaga terhadap kenikmatan indria, dilenyapkannya pemikiran-pemikiran kenikmatan indria, diamnya demam kenikmatan indria? Hal ini akan mempengaruhi keyakinan banyak orang dan menyebabkan beberapa orang kehilangan keyakinan."

Setelah menegur Sudinna dalam berbagai cara, mereka melaporkan kepada Sang Buddha. Sang Buddha kemudian mengumpulkan para bhikkhu dan menanyai Sudinna: "Benarkah, Sudinna, bahwa engkau telah melakukan hubungan seksual dengan mantan istrimu?"

"Benar, Yang Mulia."

Sang Buddha menegurnya, "Manusia dungu, tidaklah benar, tidaklah sepantasnya, tidaklah selayaknya bagi seorang monastik, tidak diperbolehkan, tidak boleh dilakukan. Bagaimana mungkin engkau pergi meninggalkan keduniawian pada jalan spiritual yang dibabarkan dengan baik demikian, dan tidak mampu melatih kehidupan spiritual yang lengkap sempurna dan murni hingga akhir? Tidakkah Aku telah membabarkan banyak ajaran demi kebebasan dari nafsu, bukan demi nafsu; demi kebebasan dari belenggu, bukan demi belenggu; demi tanpa menggenggam, bukan demi menggenggam? Ketika Aku telah mengajarkan dengan cara ini, bagaimana mungkin engkau dapat memilih nafsu, belenggu, dan menggenggam? Tidakkah Aku telah membabarkan banyak ajaran demi meluruhnya nafsu, demi membersihkan kemabukan, demi pelenyapan dahaga, demi mencabut kemelekatan, demi memotong lingkaran kelahiran kembali, demi menghentikan ketagihan, demi meluruhnya, demi berakhirnya, demi padamnya? Tidakkah Aku dalam berbagai cara telah mengajarkan ditinggalkannya kenikmatan-kenikmatan indria, pemahaman penuh pada persepsi kenikmatan indria, lenyapnya dahaga terhadap kenikmatan indria, dilenyapkannya pemikiran-pemikiran kenikmatan indria, diamnya demam kenikmatan indria? Adalah lebih baik, orang dungu, bagi alat kelaminmu memasuki mulut ular yang sangat berbisa daripada memasuki seorang perempuan. Adalah lebih baik bagi alat kelaminmu memasuki mulut ular hitam daripada memasuki seorang perempuan. Adalah lebih baik bagi alat kelaminmu memasuki lubang arang membara daripada memasuki seorang perempuan. Mengapakah? Karena walaupun itu dapat menyebabkan kematian atau penderitaan mematikan, tetapi tidak menyebabkan engkau terlahir kembali di alam tujuan yang buruk. Tetapi perbuatan ini dapat. Orang dungu, engkau telah melatih apa yang bertentangan dengan Ajaran sejati, praktik biasa, praktik rendah, praktik kasar, yang berakhir dengan pencucian, yang dilakukan secara rahasia, yang dilakukan jika terdapat pasangan. Engkau adalah pelopor, pelaku pertama dari banyak hal tidak bermanfaat. Hal ini akan mempengaruhi keyakinan banyak orang dan menyebabkan beberapa orang kehilangan keyakinan."

Kemudian Sang Buddha membabarkan dalam berbagai cara yang mencela sulitnya disokong dan dipelihara, mencela keinginan besar, ketidakpuasan, sosialisasi, dan kemalasan; namun Beliau membabarkan dalam berbagai cara yang memuji mudahnya disokong dan dipelihara, sedikit keinginan, kepuasan, pelenyapan-diri, praktik-praktik pertapaan, ketenangan, pengurangan dalam hal-hal, dan menjadi bersemangat. Setelah membabarkan ajaran tentang apa yang baik dan benar; ia berkata kepada para bhikkhu:

"Baiklah, para bhikkhu, Aku akan menetapkan aturan untuk sepuluh alasan berikut ini: demi kesejahteraan Sangha, demi kenyamanan Sangha, demi mengekang orang-orang jahat, demi kemudahan para bhikkhu baik, demi pengekangan kerusakan sehubungan dengan kehidupan saat ini, untuk pengekangan kerusakan  sehubungan dengan kehidupan-kehidupan masa depan, untuk memunculkan keyakinan pada mereka yang tanpa keyakinan, untuk meningkatkan keyakinan pada mereka yang telah memilikinya, demi panjangnya umur Ajaran sejati, dan demi menyokong latihan. Dan, para bhikkhu, aturan latihan ini harus dibacakan sebagai berikut:

Aturan awal pertama

'Jika seorang bhikkhu melakukan hubungan seksual, maka ia diusir dan dikeluarkan dari komunitas.'"

Dengan cara inilah Sang Buddha menetapkan aturan latihan ini untuk para bhikkhu.

Bagian pembacaan tentang Sudinna selesai
« Last Edit: 14 September 2022, 10:15:31 AM by Indra »

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Pārājika 1
« Reply #4 on: 14 September 2022, 10:17:04 AM »
Sub-kisah kedua: kisah monyet betina

Beberapa lama kemudian, di Hutan Besar di dekat Vesālī, seorang bhikkhu tertentu bersahabat dengan seekor monyet betina dengan memberinya makan. Ia kemudian melakukan hubungan seksual dengannya. Segera setelahnya, setelah mengenakan jubah di pagi hari, ia membawa mangkuk dan jubahnya dan memasuki Vesālī untuk menerima dana makanan.

Saat itu sejumlah bhikkhu yang sedang berjalan di sekitar tempat-tempat kediaman, sampai di tempat kediaman bhikkhu ini. Si monyet betina melihat kedatangan para bhikkhu ini. Ia mendatangi mereka, menggoyang-goyangkan pantatnya di depan mereka, mengibaskan ekornya, memperlihatkan bagian belakangnya, dan memberikan isyarat. Para bhikkhu berpikir, "Bhikkhu ini pasti melakukan hubungan seksual dengan monyet ini," dan mereka bersembunyi di satu sisi. Kemudian, ketika bhikkhu itu telah selesai menerima dana makanan di Vesālī dan telah pulang dengan membawa dana makanannya, ia memakan satu bagian dan memberikan sisanya kepada monyet betina itu. Setelah makan, monyet itu memperlihatkan bagian belakangnya, dan ia melakukan hubungan seksual dengan monyet itu.

Para bhikkhu lainnya berkata kepadanya: "Bukankah aturan latihan telah ditetapkan oleh Sang Buddha? Kalau begitu mengapa engkau melakukan hubungan seksual dengan seekor monyet?"

"Benar bahwa aturan latihan telah ditetapkan oleh Sang Buddha, tetapi itu berhubungan dengan para perempuan, bukan binatang."

"Tetapi itu sama saja. Tidaklah benar, tidaklah sepantasnya, tidaklah selayaknya bagi seorang monastik, tidak diperbolehkan, tidak boleh dilakukan. Bagaimana mungkin engkau pergi meninggalkan keduniawian pada jalan spiritual yang dibabarkan dengan baik demikian, dan tidak mampu melatih kehidupan spiritual yang lengkap sempurna dan murni hingga akhir? Tidakkah Sang Buddha telah membabarkan banyak ajaran demi kebebasan dari nafsu ...; diamnya demam kenikmatan indria? Hal ini akan mempengaruhi keyakinan banyak orang dan menyebabkan beberapa orang kehilangan keyakinan."

Setelah menegur bhikkhu itu dalam berbagai cara, mereka melaporkan kepada Sang Buddha.

Sang Buddha kemudian mengumpulkan para bhikkhu dan menanyai bhikkhu tersebut: "Benarkah, Bhikkhu, bahwa engkau telah melakukan hal ini?"

"Benar, Yang Mulia."

Sang Buddha menegurnya, "Manusia dungu, tidaklah benar, tidaklah sepantasnya, tidaklah selayaknya bagi seorang monastik, tidak diperbolehkan, tidak boleh dilakukan. Bagaimana mungkin engkau pergi meninggalkan keduniawian pada jalan spiritual yang dibabarkan dengan baik demikian, dan tidak mampu melatih kehidupan spiritual yang lengkap sempurna dan murni hingga akhir? Tidakkah Aku telah membabarkan banyak ajaran demi kebebasan dari nafsu ...; demi diamnya demam kenikmatan indria? Adalah lebih baik, orang dungu, bagi alat kelaminmu memasuki mulut ular yang sangat berbisa daripada memasuki seorang perempuan. Adalah lebih baik bagi alat kelaminmu memasuki mulut ular hitam daripada memasuki seorang perempuan. Adalah lebih baik bagi alat kelaminmu memasuki lubang arang membara daripada memasuki seorang perempuan. Mengapakah? Karena walaupun itu dapat menyebabkan kematian atau penderitaan mematikan, tetapi tidak menyebabkan engkau terlahir kembali di alam tujuan yang buruk. Tetapi perbuatan ini dapat. Orang dungu, engkau telah melatih apa yang bertentangan dengan Ajaran sejati, praktik biasa, praktik rendah, praktik kasar, yang berakhir dengan pencucian, yang dilakukan secara rahasia, yang dilakukan jika terdapat pasangan. Hal ini akan mempengaruhi keyakinan banyak orang ...;" ...;

"Dan, para bhikkhu, aturan latihan ini harus dibacakan sebagai berikut:

Aturan awal kedua

'Jika seorang bhikkhu melakukan hubungan seksual, bahkan dengan seekor binatang betina, maka ia diusir dan dikeluarkan dari komunitas.'"
Dengan cara inilah Sang Buddha menetapkan aturan latihan ini untuk para bhikkhu.
Kisah monyet betina selesai

Sub-kisah ketiga: bagian pembacaan tentang menutupi

Beberapa lama kemudian terdapat sejumlah bhikkhu Vajji dari Vesālī yang makan, tidur, dan mandi sebanyak yang mereka kehendaki. Kemudian, tanpa merefleksikan dengan seksama dan tanpa terlebih dulu meninggalkan latihan dan mengungkapkan kelemahan mereka, mereka melakukan hubungan seksual. Setelah beberapa lama mereka mengalami kehilangan sanak-saudara, kehilangan harta, dan kehilangan kesehatan. Mereka mendatangi Yang Mulia Ānanda dan berkata,

"Yang Mulia Ānanda, kami tidak menyalahkan Sang Buddha, Ajaran, atau Sangha; kami hanya menyalahkan diri sendiri. Kami tidak beruntung dan memiliki sedikit jasa—;setelah meninggalkan keduniawian pada jalan spiritual yang dibabarkan dengan baik demikian, kami tidak mampu melatih kehidupan spiritual yang lengkap sempurna dan murni hingga akhir. Jika sekarang kami memperoleh pelepasan keduniawian dan penahbisan penuh di hadapan Sang Buddha, kami akan memiliki kejelasan tentang kualitas-kualitas bermanfaat dan melatih diri hari demi hari untuk mengembangkan bantuan-bantuan menuju pencerahan. Yang Mulia Ānanda, sudilah memberitahukan kepada Sang Buddha."

Dengan berkata, "Baiklah," ia mendatangi Sang Buddha dan memberitahukan kepada Beliau.

"Tidak mungkin, Ānanda, bahwa Sang Buddha harus menghapuskan suatu aturan latihan yang mengharuskan pengusiran, karena orang-orang Vajji."

Kemudian Sang Buddha membabarkan ajaran dan berkata kepada para bhikkhu:
"Para bhikkhu, jika seseorang, tanpa terlebih dulu meninggalkan latihan dan mengungkapkan kelemahan mereka, melakukan hubungan seksual, maka mereka tidak boleh menerima penahbisan penuh sekali lagi. Tetapi, para bhikkhu, jika seseorang melakukan hubungan seksual setelah terlebih dulu meninggalkan latihan dan mengungkapkan kelemahan mereka, maka mereka boleh menerima penahbisan penuh sekali lagi.

Dan, para bhikkhu, aturan latihan ini harus dibacakan sebagai berikut:

Aturan Akhir

'Jika seorang bhikkhu, setelah menerima latihan dan gaya hidup kebhikkhuan, tanpa terlebih dulu meninggalkan latihan dan mengungkapkan kelemahannya, melakukan hubungan seksual, bahkan dengan binatang betina, maka ia diusir dan dikeluarkan dari komunitas.'"

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Pārājika 1
« Reply #5 on: 14 September 2022, 10:17:39 AM »
Definisi:

Seorang:
Siapapun, dari jenis demikian, dengan aktivitas demikian, dari kasta demikian, bernama demikian, dari keluarga demikian, dengan perilaku demikian, dengan tindakan demikian, dengan pergaulan demikian, yang senior, yang junior, atau yang menengah—;ini disebut "seorang".

Bhikkhu:
Ia adalah seorang bhikkhu karena ia hidup dari dana makanan; seorang bhikkhu karena ia telah pergi menjalani hidup dari dana makanan; seorang bhikkhu karena ia mengenakan jubah bertambal-tambalan; seorang bhikkhu berdasarkan konvensi; seorang bhikkhu karena klaimnya; seorang bhikkhu "marilah, bhikkhu"; seorang bhikkhu yang diberikan penahbisan penuh melalui penerimaan tiga perlindungan; seorang bhikkhu yang baik; seorang bhikkhu dengan inti; seorang bhikkhu yang masih berlatih; seorang bhikkhu yang sepenuhnya terlatih; seorang bhikkhu yang telah diberikan penahbisan penuh oleh Sangha yang sepakat melalui prosedur sah yang terdiri dari satu usul dan tiga pengumuman yang tidak dapat dibatalkan dan lengkap – bhikkhu jenis inilah yang dimaksudkan dalam kasus ini.

Latihan:
Tiga latihan: latihan dalam moralitas yang lebih tinggi, latihan dalam pikiran yang lebih tinggi, latihan dalam kebijaksanaan yang lebih tinggi. Latihan dalam moralitas yang lebih tinggi adalah latihan yang dimaksudkan dalam kasus ini.

Gaya hidup:
Aturan latihan apapun yang telah ditetapkan oleh Sang Buddha—;ini disebut "gaya hidup". Seseorang berlatih di dalam ini; oleh karena itu disebut "setelah menerima gaya hidup."

Tanpa terlebih dulu meninggalkan latihan dan mengungkapkan kelemahannya:

"Ada, para bhikkhu, suatu pengungkapan kelemahan tanpa meninggalkan latihan; dan ada pengungkapan kelemahan bersama dengan meninggalkan latihan.

Dan bagaimanakah ada pengungkapan kelemahan tanpa meninggalkan latihan? Adalah mungkin bahwa seorang bhikkhu tidak puas, kecewa, ingin meninggalkan kehidupan monastik; terganggu, malu, dan muak dengan kebhikkhuan; ingin menjadi seorang perumah tangga, ingin menjadi seorang umat awam, ingin menjadi seorang pekerja vihara, ingin menjadi seorang sāmaṇera, ingin menjadi seorang monastik agama lain, ingin menjadi seorang umat awam agama lain, ingin menjadi seorang bukan-petapa, ingin menjadi seorang non-monastik, dan ia mengatakan dan menyatakan: 'Mengapa aku tidak meninggalkan Sang Buddha?' Dengan cara inilah, para bhikkhu, terjadi pengungkapan kelemahan tanpa meninggalkan latihan.

Atau karena tidak puas, kecewa, ingin meninggalkan kehidupan monastik; terganggu, malu, dan muak dengan kebhikkhuan; ingin menjadi seorang perumah tangga ...; ingin menjadi seorang non-monastik, dan ia mengatakan dan menyatakan: 'Mengapa aku tidak meninggalkan Ajaran? ...; Sangha? ...; praktik? ...; latihan? ...; aturan Monastik? ...; pembacaan? ...; penahbis? ...; guruku? ...; siswaku? ...; muridku? ...; rekan siswaku? ...; rekan muridku? ...; ia mengatakan dan menyatakan: 'Mengapa aku tidak meninggalkan teman-teman monastikku?' ...; 'Mengapa aku tidak menjadi seorang perumah tangga?' ...; 'Mengapa aku tidak menjadi seorang umat awam?' ...; 'Mengapa aku tidak menjadi seorang pekerja vihara?' ...; 'Mengapa aku tidak menjadi seorang sāmaṇera?' ...; 'Mengapa aku tidak menjadi seorang monastik agama lain?' ...; 'Mengapa aku tidak menjadi seorang umat awam agama lain?' ...; 'Mengapa aku tidak menjadi seorang bukan-petapa?' ...; 'Mengapa aku tidak menjadi seorang non-monastik?' Dengan cara ini juga, para bhikkhu, terjadi pengungkapan kelemahan tanpa meninggalkan latihan.

Atau karena tidak puas, kecewa, ingin meninggalkan kehidupan monastik; terganggu, malu, dan muak dengan kebhikkhuan; ingin menjadi seorang perumah tangga ...; ingin menjadi seorang non-monastik, dan ia mengatakan dan menyatakan: 'Mengapa aku tidak meninggalkan Sang Buddha?' ...; ia mengatakan dan menyatakan: 'Bagaimana jika aku adalah seorang non-monastik?' ...; ia mengatakan dan menyatakan: 'Mungkin aku seharusnya meninggalkan Sang Buddha?' ...; ia mengatakan dan menyatakan: 'Mungkin aku seharusnya menjadi seorang non-monastik?' ...; ia mengatakan dan menyatakan: 'Baiklah, aku seharusnya meninggalkan Sang Buddha.' ...; ia mengatakan dan menyatakan: 'Baiklah, aku seharusnya menjadi seorang non-monastik.'; ...; ia mengatakan dan menyatakan: 'Aku rasa aku seharusnya meninggalkan Sang Buddha.' ...; ia mengatakan dan menyatakan: 'ku rasa aku seharusnya menjadi seorang non-monastik.' Dengan cara ini juga, para bhikkhu, terjadi pengungkapan kelemahan tanpa meninggalkan latihan.

Atau karena tidak puas, kecewa, ingin meninggalkan kehidupan monastik; terganggu, malu, dan muak dengan kebhikkhuan; ingin menjadi seorang perumah tangga ...; ingin menjadi seorang non-monastik, ia mengatakan dan menyatakan: 'Aku teringat ibuku.' ...; 'Aku teringat ayahku.' ...; 'Aku teringat saudara laki-lakiku.' ...; 'Aku teringat saudara perempuanku.' ...; 'Aku teringat putraku.' ...; 'Aku teringat putriku.' ...; 'Aku teringat istriku.' ...; 'Aku teringat sanak-saudaraku.' ...; 'Aku teringat teman-temanku.' ...; 'Aku teringat desaku.' ...; 'Aku teringat kotaku.' ...; 'Aku teringat ladangku.' ...; 'Aku teringat tanahku.' ...; 'Aku teringat uangku'. ...; 'Aku teringat emasku.' ...;' 'Aku teringat profesiku.' ...; ia mengatakan dan menyatakan: 'Aku teringat candaan, obrolan, dan permainanku di masa lalu.' Dengan cara ini juga, para bhikkhu, terjadi pengungkapan kelemahan tanpa meninggalkan latihan.

Atau karena tidak puas, kecewa, ingin meninggalkan kehidupan monastik; terganggu, malu, dan muak dengan kebhikkhuan; ingin menjadi seorang perumah tangga ...; ingin menjadi seorang non-monastik, ia mengatakan dan menyatakan: 'Aku memiliki seorang ibu yang harus kusokong. ...; Aku memiliki seorang ayah ...; Aku memiliki seorang saudara laki-laki ...; Aku memiliki seorang saudara perempuan ...; Aku memiliki seorang putra ...; Aku memiliki seorang putri ...; Aku memiliki seorang istri ...; Aku memiliki sanak-saudara ...; ia mengatakan dan menyatakan: 'Aku memiliki teman-teman yang harus kusokong.' Dengan cara ini juga, para bhikkhu, terjadi pengungkapan kelemahan tanpa meninggalkan latihan.

Atau karena tidak puas, kecewa, ingin meninggalkan kehidupan monastik; terganggu, malu, dan muak dengan kebhikkhuan; ingin menjadi seorang perumah tangga ...; ingin menjadi seorang non-monastik, dan ia mengatakan dan menyatakan: 'Aku memiliki seorang ibu; ia akan menyokongku.' ...; 'Aku memiliki seorang ayah; ia akan menyokongku.' ...; 'Aku memiliki seorang saudara laki-laki; ia akan menyokongku' ...; 'Aku memiliki seorang saudara perempuan; ia akan menyokongku.' ...; 'Aku memiliki seorang putra; ia akan menyokongku' ...; 'Aku memiliki seorang putri; ia akan menyokongku.' ...; 'Aku memiliki seorang istri; ia akan menyokongku.' ...; 'Aku memiliki sanak-saudara; mereka akan menyokongku.' ...; 'Aku memiliki teman-teman; mereka akan menyokongku.' ...; 'Aku memiliki sebuah desa; aku akan hidup dengan itu.' ...; 'Aku memiliki sebuah kota; aku akan hidup dengan itu.' ...; 'Aku memiliki ladang; aku akan hidup dengan itu.' ...; 'Aku memiliki tanah; aku akan hidup dengan itu.' ...; 'Aku memiliki uang; aku akan hidup dengan itu.' ...; 'Aku memiliki emas; aku akan hidup dengan itu.' ...; ia mengatakan dan menyatakan:  'Aku memiliki profesi; aku akan hidup dengan itu.' Dengan cara ini juga, para bhikkhu, terjadi pengungkapan kelemahan tanpa meninggalkan latihan.

Atau karena tidak puas, kecewa, ingin meninggalkan kehidupan monastik; terganggu, malu, dan muak dengan kebhikkhuan; ingin menjadi seorang perumah tangga ...; ingin menjadi seorang non-monastik, ia mengatakan dan menyatakan: 'Ini terlalu sulit untuk dilakukan.' ...; 'Ini tidak mudah dilakukan.' ...; 'Ini sulit.' ...; 'Ini tidak mudah.' ...; 'Aku tidak tahan.' ...; 'Aku tidak mampu.' ...; 'Aku tidak menikmati.' ...; 'Aku tidak bahagia.' Dengan cara ini juga, para bhikkhu, terjadi pengungkapan kelemahan tanpa meninggalkan latihan.

Dan bagaimanakah terjadi pengungkapan kelemahan bersama dengan meninggalkan latihan? Adalah mungkin bahwa seorang bhikkhu tidak puas, kecewa, ingin meninggalkan kehidupan monastik; terganggu, malu, dan muak dengan kebhikkhuan; ingin menjadi seorang perumah tangga ...; ingin menjadi seorang non-monastik, dan ia mengatakan dan menyatakan: 'Aku meninggalkan Sang Buddha.' Dengan cara ini, para bhikkhu, terjadi pengungkapan kelemahan bersama dengan meninggalkan latihan.

Atau karena tidak puas, kecewa, ingin meninggalkan kehidupan monastik; terganggu, malu, dan muak dengan kebhikkhuan; ingin menjadi seorang perumah tangga ...; ingin menjadi seorang non-monastik, dan ia mengatakan dan menyatakan: 'Aku meninggalkan Ajaran.' ...; 'Aku meninggalkan Sangha.' ...; 'Aku meninggalkan praktik.' ...; 'Aku meninggalkan latihan.' ...; 'Aku meninggalkan Aturan Monastik.' ...; 'Aku meninggalkan pembacaan.' ...; 'Aku meninggalkan penahbisku.' ...; 'Aku meninggalkan guruku.' ...; 'Aku meninggalkan siswaku.' ...; 'Aku meninggalkan muridku.' ...; 'Aku meninggalkan rekan-siswaku.' ...; 'Aku meninggalkan rekan-muridku.' ...; 'Aku meninggalkan teman-teman monastikku.' ...; 'Anggaplah aku sebagai seorang perumah tangga' ...; 'Anggaplah aku sebagai seorang umat awam' ...; 'Anggaplah aku sebagai seorang pekerja vihara.' ...; 'Anggaplah aku sebagai seorang sāmaṇera.' ...; 'Anggaplah aku sebagai seorang monastik agama lain.' ...; 'Anggaplah aku sebagai seorang umat awam agama lain.' ...; 'Anggaplah aku sebagai seorang bukan-petapa.' ...; 'Anggaplah aku sebagai seorang non-monastik.' Dengan cara ini juga, para bhikkhu, terjadi pengungkapan kelemahan bersama dengan meninggalkan latihan.

Atau karena tidak puas, kecewa, ingin meninggalkan kehidupan monastik; terganggu, malu, dan muak dengan kebhikkhuan; ingin menjadi seorang perumah tangga ...; ingin menjadi seorang non-monastik, dan ia mengatakan dan menyatakan: 'Aku sudah selesai dengan Sang Buddha.' ...; 'Aku sudah selesai dengan teman-teman monastikku.' Dengan cara ini juga, para bhikkhu, terjadi pengungkapan kelemahan bersama dengan meninggalkan latihan.

Atau ...; ia mengatakan dan menyatakan: 'Tidak ada lagi Sang Buddha bagiku.' ...; 'Tidak ada lagi teman-teman monastik bagiku.' Dengan cara ini juga, para bhikkhu ...;

Ia mengatakan dan menyatakan: 'Sang Buddha tidak berguna untukku.' ...; 'Teman-teman monastikku tidak berguna untukku.' Dengan cara ini juga, para bhikkhu ...;

Ia mengatakan dan menyatakan: 'Aku bebas dengan baik dari Sang Buddha.' ...; 'Aku bebas dengan baik dari teman-teman monastikku.' Dengan cara ini juga, para bhikkhu, terjadi pengungkapan kelemahan bersama dengan meninggalkan latihan.

Atau dengan sinonim lain apapun juga yang ada untuk Sang Buddha, untuk Ajaran, untuk Sangha, untuk praktik, untuk latihan, untuk Aturan Monastik, untuk pembacaan, untuk penahbis, untuk guru, untuk siswa, untuk murid, untuk rekan-siswa, untuk rekan-murid, untuk teman-teman monastik, untuk perumah tangga, untuk umat awam, untuk pekerja vihara, untuk sāmaṇera, untuk monastik agama lain, untuk umat awam agama lain, untuk bukan-petapa, untuk non-monastik—;ia mengatakan dan menyatakan melalui petunjuk-petunjuk ini, melalui tanda-tanda ini, melalui isyarat-isyarat ini. Dengan cara inilah, para bhikkhu, terjadi pengungkapan kelemahan bersama dengan meninggalkan latihan.

Dan bagaimanakah latihan tidak ditinggalkan? Jika engkau meninggalkan latihan melalui petunjuk-petunjuk ini, melalui tanda-tanda ini, melalui isyarat-isyarat ini, tetapi engkau tidak waras, maka latihan tidak ditinggalkan. Jika engkau meninggalkan latihan di hadapan seseorang yang tidak waras, maka latihan tidak ditinggalkan. Jika engkau meninggalkan latihan ketika engkau kehilangan akal sehat, maka latihan tidak ditinggalkan. Jika engkau meninggalkan latihan di hadapan seseorang yang kehilangan akal sehat, maka latihan tidak ditinggalkan. Jika engkau meninggalkan latihan ketika engkau dikuasai oleh kesakitan, maka latihan tidak ditinggalkan. Jika engkau meninggalkan latihan di hadapan seorang yang dikuasai oleh kesakitan, maka latihan tidak ditinggalkan. Jika engkau meninggalkan latihan di hadapan dewa, maka latihan tidak ditinggalkan. Jika engkau meninggalkan latihan di hadapan binatang, maka latihan tidak ditinggalkan. Jika seorang Indo-Arya meninggalkan latihan di hadapan seorang bukan-Indo-Arya yang tidak mengerti, maka latihan tidak ditinggalkan. Jika seorang bukan Indo-Arya meninggalkan latihan di hadapan seorang Indo-Arya yang tidak mengerti, maka latihan tidak ditinggalkan. Jika seorang Indo-Arya meninggalkan latihan di hadapan seorang Indo-Arya yang tidak mengerti, maka latihan tidak ditinggalkan. Jika seorang bukan-Indo-Arya meninggalkan latihan di hadapan seorang bukan-Indo-Arya yang tidak mengerti, maka latihan tidak ditinggalkan. Jika engkau meninggalkan latihan sebagai suatu candaan, maka latihan tidak ditinggalkan. Jika engkau meninggalkan latihan karena berbicara terlalu cepat, maka latihan tidak ditinggalkan. Jika engkau mengumumkan apa yang tidak ingin engkau umumkan, maka laihan tidak ditinggalkan. Jika engkau tidak mengumumkan apa yang ingin engkau umumkan, maka latihan tidak ditinggalkan. Jika engkau mengumumkan sesuatu kepada seorang yang tidak mengerti, maka latihan tidak ditinggalkan. Jika engkau tidak mengumumkan kepada seorang yang mengerti, maka latihan tidak ditinggalkan. Atau jika engkau tidak memberikan pengumuman penuh, maka latihan tidak ditinggalkan. Dengan cara inilah, para bhikkhu, latihan tidak ditinggalkan."

Hubungan seksual:

Apa yang berlawanan dengan Ajaran sejati, praktik umum, praktik rendah, praktik kasar, yang berakhir dengan pencucian, yang dilakukan secara rahasia, yang dilakukan jika terdapat pasangan—;ini disebut "hubungan seksual".

Melakukan:

Siapa pun yang memasukkan suatu organ tubuh ke dalam suatu organ tubuh, alat kelamin ke dalam alat kelamin, bahkan sedalam biji wijen—;ini disebut "melakukan."

Bahkan dengan seekor binatang betina:

Bahkan melakukan hubungan seksual dengan seekor binatang betina, maka ia bukanlah seorang petapa, bukan seorang monastik Sakya, apalagi dengan seorang perempuan—;oleh karena itu dikatakan "bahkan dengan seekor binatang betina."

Ia diusir:

Bagaikan seseorang yang kepalanya dipenggal tidak dapat terus hidup dengan menyambung kembali kepala itu ke badannya, demikian pula seorang bhikkhu yang telah melakukan hubungan seksual bukanlah seorang petapa, bukan seorang monastik Sakya. Oleh karena itu dikatakan, "ia diusir."

Dikeluarkan dari komunitas:

Komunitas: prosedur legal bersama, pembacaan bersama, latihan yang sama—;ini disebut "komunitas". Ia tidak berpartisipasi di dalam hal-hal ini—;oleh karena itu dikatakan "dikeluarkan dari komunitas".


Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Pārājika 1
« Reply #6 on: 14 September 2022, 10:19:22 AM »
Permutasi

Permutasi bagian 1

Ringkasan
Ada tiga jenis perempuan: perempuan manusia, makhluk halus perempuan, binatang betina. Ada tiga jenis hermafrodit: hermafrodit manusia, makhluk halus hermafrodit, binatang hermafrodit. Ada tiga jenis paṇḍaka: paṇḍaka manusia, makhluk halus paṇḍaka, binatang paṇḍaka. Ada tiga jenis laki-laki: laki-laki manusia, makhluk halus laki-laki, binatang jantan.

Penjelasan bagian 1
Ia melakukan suatu pelanggaran yang mengharuskan pengusiran jika ia melakukan hubungan seksual dengan perempuan manusia melalui tiga lubang: anus, alat kelamin, atau mulut. ...; dengan makhluk halus perempuan ...; Ia melakukan suatu pelanggaran yang mengharuskan pengusiran jika ia melakukan hubungan seksual dengan binatang betina melalui tiga lubang: anus, alat kelamin, atau mulut. ...; dengan hermafrodit manusia ...; dengan makhluk halus hermafrodit ...; Ia melakukan suatu pelanggaran yang mengharuskan pengusiran jika ia melakukan hubungan seksual dengan binatang hermafrodit melalui tiga lubang: anus, alat kelamin, atau mulut. Ia melakukan suatu pelanggaran yang mengharuskan pengusiran jika ia melakukan hubungan seksual dengan paṇḍaka manusia melalui dua lubang: anus atau mulut. ...; dengan makhluk halus paṇḍaka ...; dengan binatang paṇḍaka ...; dengan laki-laki manusia ...; dengan makhluk halus laki-laki ...; Ia melakukan suatu pelanggaran yang mengharuskan pengusiran jika ia melakukan hubungan seksual dengan binatang jantan melalui dua lubang: anus atau mulut.

Penjelasan bagian 2

Hubungan seksual sukarela
Jika seorang bhikkhu memiliki niat untuk hubungan seksual dan ia memasukkan alat kelaminnya ke dalam anus seorang perempuan manusia ...; alat kelamin perempuan manusia ...; mulut perempuan manusia, maka ia melakukan suatu pelanggaran yang mengharuskan pengusiran. Jika seorang bhikkhu memiliki niat untuk hubungan seksual dan ia memasukkan alat kelaminnya ke dalam anus makhluk halus perempuan ...; anus binatang betina ...; anus hermafrodit manusia ...; anus makhluk halus hermafrodit ...; anus binatang hermafrodit ...; alat kelamin binatang hermafrodit ...; mulut binatang hermafrodit, maka ia melakukan suatu pelanggaran yang mengharuskan pengusiran. Jika seorang bhikkhu memiliki niat untuk hubungan seksual dan ia memasukkan alat kelaminnya ke dalam anus seorang paṇḍaka manusia ...; anus makhluk halus paṇḍaka ...; anus binatang paṇḍaka ...; anus laki-laki manusia ...; anus makhluk halus laki-laki ...; anus binatang jantan ...; mulut binatang jantan, maka ia melakukan suatu pelanggaran yang mengharuskan pengusiran.

Hubungan seksual paksaan: membawa pasangan kepada bhikkhu
Para bhikkhu musuh membawa seorang perempuan manusia kepada seorang bhikkhu dan mendudukkannya sehingga alat kelamin bhikkhu tersebut masuk ke dalam anus si perempuan. Jika ia menyetujui pemasukan itu, dan ia menyetujui setelah memasuki, dan ia menyetujui setelahnya, dan ia menyetujui dikeluarkan, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran. Para bhikkhu musuh membawa seorang perempuan manusia kepada seorang bhikkhu dan mendudukkannya sehingga alat kelamin bhikkhu tersebut masuk ke dalam anus si perempuan. Jika ia tidak menyetujui pemasukan itu, tetapi ia menyetujui setelah memasuki, dan ia menyetujui setelahnya, dan ia menyetujui dikeluarkan, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran. Para bhikkhu musuh membawa seorang perempuan manusia kepada seorang bhikkhu dan mendudukkannya sehingga alat kelamin bhikkhu tersebut masuk ke dalam anus si perempuan. Jika ia tidak menyetujui pemasukan itu, juga tidak menyetujui setelah memasuki, tetapi ia menyetujui setelahnya, dan ia menyetujui dikeluarkan, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran. Para bhikkhu musuh membawa seorang perempuan manusia kepada seorang bhikkhu dan mendudukkannya sehingga alat kelamin bhikkhu tersebut masuk ke dalam anus si perempuan. Jika ia tidak menyetujui pemasukan itu, juga tidak menyetujui setelah memasuki, juga tidak menyetujui setelahnya, tetapi ia menyetujui dikeluarkan, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran. Para bhikkhu musuh membawa seorang perempuan manusia kepada seorang bhikkhu dan mendudukkannya sehingga alat kelamin bhikkhu tersebut masuk ke dalam anus si perempuan. Jika ia tidak menyetujui pemasukan itu, juga tidak menyetujui setelah memasuki, juga tidak menyetujui setelahnya, juga tidak menyetujui dikeluarkan, maka tidak ada pelanggaran.

Para bhikkhu musuh membawa seorang perempuan manusia kepada seorang bhikkhu dan mendudukkannya sehingga alat kelamin bhikkhu tersebut masuk ke dalam alat kelamin ...; mulut si perempuan. Jika ia menyetujui pemasukan itu, dan ia menyetujui setelah memasuki, dan ia menyetujui setelahnya, dan ia menyetujui dikeluarkan, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran ...;  Jika ia tidak menyetujui pemasukan itu, juga tidak menyetujui setelah memasuki, juga tidak menyetujui setelahnya, juga tidak menyetujui dikeluarkan, maka tidak ada pelanggaran.

Para bhikkhu musuh membawa seorang perempuan manusia yang sedang terjaga ...; tertidur ...; mabuk ...; tidak waras ...; tidak sadar ...; mati tetapi belum rusak ...; mati dan sebagian besar belum rusak ...; maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran. Mereka membawa seorang yang sudah mati dan sebagian besar sudah rusak kepada seorang bhikkhu dan mendudukkannya sehingga alat kelamin bhikkhu tersebut masuk ke dalam anus ...; alat kelamin ...; mulutnya. Jika ia menyetujui pemasukan itu, dan ia menyetujui setelah memasuki, dan ia menyetujui setelahnya, dan ia menyetujui dikeluarkan, maka ia melakukan pelanggaran serius. ...; Jika ia tidak menyetujui ...; tidak ada pelanggaran.

Para bhikkhu musuh membawa makhluk halus perempuan ...; binatang betina ...; hermafrodit perempuan ...; makhluk halus hermafrodit ...; binatang hermafrodit kepada seorang bhikkhu dan mendudukkannya sehingga alat kelamin bhikkhu tersebut masuk ke dalam anus ...; alat kelamin ...; mulutnya. Jika ia menyetujui pemasukan itu, dan ia menyetujui setelah memasuki, dan ia menyetujui setelahnya, dan ia menyetujui dikeluarkan, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran ...;  Jika ia tidak menyetujui ...; tidak ada pelanggaran.

Bhikkhu musuh membawa binatang hermafrodit yang terjaga ...; tertidur ...; mabuk ...; tidak waras ...; tidak sadar ...; mati tetapi belum rusak ...; mati dan sebagian besar belum rusak ...; maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran. Mereka membawa yang sudah mati dan sebagian besar sudah rusak kepada seorang bhikkhu dan mendudukkannya sehingga alat kelamin bhikkhu tersebut masuk ke dalam anus ...; alat kelamin ...; mulutnya. Jika ia menyetujui pemasukan itu, dan ia menyetujui setelah memasuki, dan ia menyetujui setelahnya, dan ia menyetujui dikeluarkan, maka ia melakukan pelanggaran serius ...;  Jika ia tidak menyetujui ...; tidak ada pelanggaran.

Para bhikkhu musuh membawa paṇḍaka manusia ...; makhluk halus paṇḍaka ...; binatang paṇḍaka kepada seorang bhikkhu dan mendudukkannya sehingga alat kelamin bhikkhu tersebut masuk ke dalam anus ...; mulutnya. Jika ia menyetujui pemasukan itu, dan ia menyetujui setelah memasuki, dan ia menyetujui setelahnya, dan ia menyetujui dikeluarkan, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran ...;  Jika ia tidak menyetujui ...; tidak ada pelanggaran.

Para bhikkhu musuh membawa binatang paṇḍaka yang terjaga ...; tertidur ...; mabuk ...; tidak waras ...; tidak sadar ...; mati tetapi belum rusak ...; mati dan sebagian besar belum rusak ...; maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran. Mereka membawa yang sudah mati dan sebagian besar sudah rusak kepada seorang bhikkhu dan mendudukkannya sehingga alat kelamin bhikkhu tersebut masuk ke dalam anus ...; mulutnya. Jika ia menyetujui pemasukan itu, dan ia menyetujui setelah memasuki, dan ia menyetujui setelahnya, dan ia menyetujui dikeluarkan, maka ia melakukan pelanggaran serius ...;  Jika ia tidak menyetujui ...; tidak ada pelanggaran.

Para bhikkhu musuh membawa laki-laki manusia ...; makhluk halus laki-laki ...; binatang jantan kepada seorang bhikkhu dan mendudukkannya sehingga alat kelamin bhikkhu tersebut masuk ke dalam anus ...; mulutnya. Jika ia menyetujui pemasukan itu, dan ia menyetujui setelah memasuki, dan ia menyetujui setelahnya, dan ia menyetujui dikeluarkan, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran ...;  Jika ia tidak menyetujui ...; tidak ada pelanggaran.

Para bhikkhu musuh membawa binatang jantan yang terjaga ...; tertidur ...; mabuk ...; tidak waras ...; tidak sadar ...; mati tetapi belum rusak ...; mati dan sebagian besar belum rusak ...; maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran. Mereka membawa yang sudah mati dan sebagian besar sudah rusak kepada seorang bhikkhu dan mendudukkannya sehingga alat kelamin bhikkhu tersebut masuk ke dalam anus ...; mulutnya. Jika ia menyetujui pemasukan itu, dan ia menyetujui setelah memasuki, dan ia menyetujui setelahnya, dan ia menyetujui dikeluarkan, maka ia melakukan pelanggaran serius ...;  Jika ia tidak menyetujui ...; tidak ada pelanggaran.

Hubungan seksual paksaan tertutup: membawa pasangan ke hadapan bhikkhu

Para bhikkhu musuh membawa seorang perempuan manusia kepada seorang bhikkhu dan mendudukkannya sehingga alat kelamin bhikkhu tersebut masuk ke dalam anus ...; alat kelamin ...; mulut si perempuan, si perempuan tertutup dan si bhikkhu tidak tertutup; si perempuan tidak tertutup dan si bhikkhu tertutup; si perempuan tertutup dan si bhikkhu tertutup; si perempuan tidak tertutup dan si bhikkhu tidak tertutup. Jika ia menyetujui pemasukan itu, dan ia menyetujui setelah memasuki, dan ia menyetujui setelahnya, dan ia menyetujui dikeluarkan, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran. ...; Jika ia tidak menyetujui ...; tidak ada pelanggaran.

Para bhikkhu musuh membawa seorang perempuan manusia yang terjaga ...; tertidur ...; mabuk ...; tidak waras ...; tidak sadar ...; mati tetapi belum rusak ...; mati dan sebagian besar belum rusak ...; maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran. Mereka membawa yang sudah mati dan sebagian besar sudah rusak kepada seorang bhikkhu dan mendudukkannya sehingga alat kelamin bhikkhu tersebut masuk ke dalam anus ...; alat kelamin ...; mulutnya, si perempuan tertutup dan si bhikkhu tidak tertutup; si perempuan tidak tertutup dan si bhikkhu tertutup; si perempuan tertutup dan si bhikkhu tertutup; si perempuan tidak tertutup dan si bhikkhu tidak tertutup. Jika ia menyetujui pemasukan itu, dan ia menyetujui setelah memasuki, dan ia menyetujui setelahnya, dan ia menyetujui dikeluarkan, maka ia melakukan pelanggaran serius ...;  Jika ia tidak menyetujui ...; tidak ada pelanggaran.

Para bhikkhu musuh membawa makhluk halus perempuan ...; binatang betina ...; hermafrodit manusia ...; makhluk halus hermafrodit ...; binatang hermafrodit kepada seorang bhikkhu dan mendudukkannya sehingga alat kelamin bhikkhu tersebut masuk ke dalam anus ...; alat kelamin ...; mulutnya, binatang itu tertutup dan si bhikkhu tidak tertutup; binatang itu tidak tertutup dan si bhikkhu tertutup; binatang itu tertutup dan si bhikkhu tertutup; binatang itu tidak tertutup dan si bhikkhu tidak tertutup. Jika ia menyetujui pemasukan itu, dan ia menyetujui setelah memasuki, dan ia menyetujui setelahnya, dan ia menyetujui dikeluarkan, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran. ...; Jika ia tidak menyetujui ...; tidak ada pelanggaran.

Para bhikkhu musuh membawa binatang hermafrodit yang terjaga ...; tertidur ...; mabuk ...; tidak waras ...; tidak sadar ...; mati tetapi belum rusak ...; mati dan sebagian besar belum rusak ...; maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran. Mereka membawa yang sudah mati dan sebagian besar sudah rusak kepada seorang bhikkhu dan mendudukkannya sehingga alat kelamin bhikkhu tersebut masuk ke dalam anus ...; alat kelamin ...; mulutnya, binatang itu tertutup dan si bhikkhu tidak tertutup; binatang itu tidak tertutup dan si bhikkhu tertutup; binatang itu tertutup dan si bhikkhu tertutup; binatang itu tidak tertutup dan si bhikkhu tidak tertutup. Jika ia menyetujui pemasukan itu, dan ia menyetujui setelah memasuki, dan ia menyetujui setelahnya, dan ia menyetujui dikeluarkan, maka ia melakukan pelanggaran serius. ...; Jika ia tidak menyetujui ...; tidak ada pelanggaran.

Para bhikkhu musuh membawa paṇḍaka manusia ...; makhluk halus paṇḍaka ...; binatang paṇḍaka ...; laki-laki manusia ...; makhluk halus laki-laki ...; binatang jantan kepada seorang bhikkhu dan mendudukkannya sehingga alat kelamin bhikkhu tersebut masuk ke dalam anus ...; mulutnya, binatang itu tertutup dan si bhikkhu tidak tertutup; binatang itu tidak tertutup dan si bhikkhu tertutup; binatang itu tertutup dan si bhikkhu tertutup; binatang itu tidak tertutup dan si bhikkhu tidak tertutup. Jika ia menyetujui pemasukan itu, dan ia menyetujui setelah memasuki, dan ia menyetujui setelahnya, dan ia menyetujui dikeluarkan, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran. ...; Jika ia tidak menyetujui ...; tidak ada pelanggaran.

Para bhikkhu musuh membawa seekor binatang jantan yang terjaga ...; tertidur ...; mabuk ...; tidak waras ...; tidak sadar ...; mati tetapi belum rusak ...; mati dan sebagian besar belum rusak ...; maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran. Mereka membawa yang sudah mati dan sebagian besar sudah rusak kepada seorang bhikkhu dan mendudukkannya sehingga alat kelamin bhikkhu tersebut masuk ke dalam anus ...; mulutnya, binatang itu tertutup dan si bhikkhu tidak tertutup; binatang itu tidak tertutup dan si bhikkhu tertutup; binatang itu tertutup dan si bhikkhu tertutup; binatang itu tidak tertutup dan si bhikkhu tidak tertutup. Jika ia menyetujui pemasukan itu, dan ia menyetujui setelah memasuki, dan ia menyetujui setelahnya, dan ia menyetujui dikeluarkan, maka ia melakukan pelanggaran serius. ...; Jika ia tidak menyetujui ...; tidak ada pelanggaran.

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Pārājika 1
« Reply #7 on: 14 September 2022, 10:20:48 AM »
Hubungan seksual paksaan: membawa si bhikkhu ke hadapan pasangan

Para bhikkhu musuh membawa seorang bhikkhu kepada seorang perempuan manusia dan mendudukkannya sehingga alat kelamin si bhikkhu memasuki anus ...; alat kelamin ...; mulutnya. Jika ia menyetujui pemasukan itu, dan ia menyetujui setelah memasuki, dan ia menyetujui setelahnya, dan ia menyetujui dikeluarkan, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran. ...; Jika ia tidak menyetujui ...; tidak ada pelanggaran.

Para bhikkhu musuh membawa seorang bhikkhu kepada seorang perempuan manusia yang terjaga ...; tertidur ...; mabuk ...; tidak waras ...; tidak sadar ...; mati tetapi belum rusak ...; mati dan sebagian besar belum rusak ...; maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran. Mereka membawa seorang bhikkhu kepada seorang yang sudah mati dan sebagian besar sudah rusak dan mendudukkannya sehingga alat kelamin si bhikkhu memasuki anus ...; alat kelamin ...; mulutnya. Jika ia menyetujui pemasukan itu, dan ia menyetujui setelah memasuki, dan ia menyetujui setelahnya, dan ia menyetujui dikeluarkan, maka ia melakukan pelanggaran serius. ...; Jika ia tidak menyetujui ...; tidak ada pelanggaran.

Para bhikkhu musuh membawa seorang bhikkhu kepada makhluk halus perempuan ...; binatang betina ...; hermafrodit manusia ...; makhluk halus hermafrodit ...; binatang hermafrodit ...; paṇḍaka manusia ...; makhluk halus paṇḍaka ...; binatang paṇḍaka ...; laki-laki manusia ...; makhluk halus laki-laki ...; binatang jantan dan mendudukkannya sehingga alat kelamin si bhikkhu memasuki anus ...; mulutnya. Jika ia menyetujui pemasukan itu, dan ia menyetujui setelah memasuki, dan ia menyetujui setelahnya, dan ia menyetujui dikeluarkan, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran. ...; Jika ia tidak menyetujui ...; tidak ada pelanggaran.

Para bhikkhu musuh membawa seorang bhikkhu kepada binatang jantan yang terjaga ...; tertidur ...; mabuk ...; tidak waras ...; tidak sadar ...; mati tetapi belum rusak ...; mati dan sebagian besar belum rusak ...; maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran. Mereka membawa seorang bhikkhu kepada yang sudah mati dan sebagian besar sudah rusak dan mendudukkannya sehingga alat kelamin si bhikkhu memasuki anus ...; mulutnya. Jika ia menyetujui pemasukan itu, dan ia menyetujui setelah memasuki, dan ia menyetujui setelahnya, dan ia menyetujui dikeluarkan, maka ia melakukan pelanggaran serius. ...; Jika ia tidak menyetujui ...; tidak ada pelanggaran.

Hubungan seksual paksaan tertutup: membawa bhikkhu ke hadapan pasangan

Para bhikkhu musuh membawa seorang bhikkhu kepada manusia perempuan dan mendudukkannya sehingga alat kelamin bhikkhu tersebut masuk ke dalam anus ...; alat kelamin ...; mulutnya, si bhikkhu tertutup dan perempuan itu tidak tertutup; si bhikkhu tidak tertutup dan perempuan itu tertutup; si bhikkhu tertutup dan perempuan itu tertutup; si bhikkhu tidak tertutup dan perempuan itu tidak tertutup. Jika ia menyetujui pemasukan itu, dan ia menyetujui setelah memasuki, dan ia menyetujui setelahnya, dan ia menyetujui dikeluarkan, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran. ...; Jika ia tidak menyetujui ...; tidak ada pelanggaran.

Para bhikkhu musuh membawa seorang bhikkhu kepada manusia perempuan yang terjaga ...; tertidur ...; mabuk ...; tidak waras ...; tidak sadar ...; mati tetapi belum rusak ...; mati dan sebagian besar belum rusak ...; maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran. Mereka membawa seorang bhikkhu kepada manusia perempuan yang sudah mati dan sebagian besar sudah rusak dan mendudukkannya sehingga alat kelamin bhikkhu tersebut masuk ke dalam anus ...; alat kelamin ...; mulutnya, si bhikkhu tertutup dan perempuan itu tidak tertutup; si bhikkhu tidak tertutup dan perempuan itu tertutup; si bhikkhu tertutup dan perempuan itu tertutup; si bhikkhu tidak tertutup dan perempuan itu tidak tertutup. Jika ia menyetujui pemasukan itu, dan ia menyetujui setelah memasuki, dan ia menyetujui setelahnya, dan ia menyetujui dikeluarkan, maka ia melakukan pelanggaran serius ...;  Jika ia tidak menyetujui ...; tidak ada pelanggaran.

Para bhikkhu musuh membawa seorang bhikkhu kepada makhluk halus perempuan ...; binatang betina ...; hermafrodit manusia ...; makhluk halus hermafrodit ...; binatang hermafrodit ...; paṇḍaka manusia ...; makhluk halus paṇḍaka ...; binatang paṇḍaka ...; laki-laki manusia ...; makhluk halus laki-laki ...; binatang jantan dan mendudukkannya sehingga alat kelamin bhikkhu tersebut masuk ke dalam anus ...; mulutnya, si bhikkhu tertutup dan binatang itu tidak tertutup; si bhikkhu tidak tertutup dan binatang itu tertutup; si bhikkhu tertutup dan binatang itu tertutup; si bhikkhu tidak tertutup dan binatang itu tidak tertutup. Jika ia menyetujui pemasukan itu, dan ia menyetujui setelah memasuki, dan ia menyetujui setelahnya, dan ia menyetujui dikeluarkan, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran. ...; Jika ia tidak menyetujui ...; tidak ada pelanggaran.

Para bhikkhu musuh membawa seorang bhikkhu kepada binatang jantan yang terjaga ...; tertidur ...; mabuk ...; tidak waras ...; tidak sadar ...; mati tetapi belum rusak ...; mati dan sebagian besar belum rusak ...; maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran. Mereka membawa seorang bhikkhu kepada yang sudah mati dan sebagian besar sudah rusak dan mendudukkannya sehingga alat kelamin bhikkhu tersebut masuk ke dalam anus ...; mulutnya, si bhikkhu tertutup dan binatang itu tidak tertutup; si bhikkhu tidak tertutup dan binatang itu tertutup; si bhikkhu tertutup dan binatang itu tertutup; si bhikkhu tidak tertutup dan binatang itu tidak tertutup. Jika ia menyetujui pemasukan itu, dan ia menyetujui setelah memasuki, dan ia menyetujui setelahnya, dan ia menyetujui dikeluarkan, maka ia melakukan pelanggaran serius ...;  Jika ia tidak menyetujui ...; tidak ada pelanggaran.

Karena "para bhikkhu musuh" telah dijelaskan secara terperinci, maka demikian pula untuk kategori berikut ini:
Para raja musuh ...; penjahat musuh ...; bajingan musuh ...; para musuh "aroma-teratai". Bagian ini secara singkat selesai.

Permutasi bagian 2

Jika ia memasukkan alat kelamin ke dalam alat kelamin, maka itu adalah pelanggaran yang mengharuskan pengusiran. Jika ia memasukkan mulut ke dalam alat kelamin, maka itu adalah pelanggaran yang mengharuskan pengusiran. Jika ia memasukkan alat kelamin ke dalam mulut, maka itu adalah pelanggaran yang mengharuskan pengusiran. Jika ia memasukkan mulut ke dalam mulut, maka itu adalah pelanggaran serius.

Seorang bhikkhu memperkosa seorang bhikkhu yang sedang tidur: jika ia terbangun dan menyetujui, maka keduanya harus diusir; jika ia terbangun tetapi tidak menyetujui, maka si pemerkosa harus diusir. Seorang bhikkhu memperkosa seorang sāmaṇera yang sedang tidur: jika ia terbangun dan menyetujui, maka keduanya harus diusir; jika ia terbangun tetapi tidak menyetujui, maka si pemerkosa harus diusir. Seorang sāmaṇera memperkosa seorang bhikkhu yang sedang tidur: jika ia terbangun dan menyetujui, maka keduanya harus diusir; jika ia terbangun dan tidak menyetujui, maka si pemerkosa harus diusir. Seorang sāmaṇera memperkosa seorang sāmaṇera: jika ia terbangun dan menyetujui, maka keduanya harus diusir; jika ia terbangun dan tidak menyetujui, maka si pemerkosa harus diusir.

Tidak ada pelanggaran

Tidak ada pelanggaran: jika ia tidak mengetahui; jika ia tidak menyetujui; jika ia tidak waras; jika ia kehilangan akal sehat; jika ia dikuasai kesakitan; jika ia adalah pelaku pertama.

Bagian pembacaan tentang menutupi selesai

Rangkuman syair-syair studi kasus
"Monyet betina, dan para Vajji,
Perumah tangga, dan seorang telanjang, monastik agama lain;
Gadis, dan Uppalavaṇṇā,
Dua lainnya dengan karakteristik-karakteristik.
Ibu, putri, dan saudari,
Dan istri, lentur, dengan panjang;
Dua tentang luka, dan sebuah gambar,
Dan sebuah boneka kayu.
Lima dengan Sundara,
Lima tentang tanah pemakaman, tulang-belulang;
Naga betina, dan makhluk halus perempuan, dan hantu perempuan,
Paṇḍaka, terganggu, boleh menyentuh.
Seorang sempurna yang sedang tidur di Bhaddiya,
Empat lainnya di Sāvatthī;
Tiga di Vesālī, kalung bunga,
Satu dari Bharukaccha dalam mimpinya.
Supabbā, Saddhā, seorang bhikkhunī
Seorang bhikkhunī percobaan, dan seorang sāmaṇerī;
Seorang pekerja seks, paṇḍaka, seorang perumah tangga perempuan,
Masing-masing, meninggalkan keduniawian dalam usia tua, seekor rusa."
« Last Edit: 14 September 2022, 10:27:40 AM by Indra »

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Pārājika 1
« Reply #8 on: 14 September 2022, 10:27:28 AM »
Studi Kasus

Pada suatu ketika seorang bhikkhu melakukan hubungan seksual dengan seekor monyet betina. Ia menjadi gelisah, dengan berpikir, "Sang Buddha telah menetapkan aturan latihan. Mungkinkah aku telah melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran?" Ia memberitahu Sang Buddha. "Engkau telah melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran."

Pada suatu ketika sejumlah bhikkhu Vajji dari Vesālī melakukan hubungan seksual tanpa terlebih dulu meninggalkan latihan dan mengungkapkan kelemahan mereka. Mereka menjadi gelisah, dengan berpikir, "Sang Buddha telah menetapkan aturan latihan. Mungkinkah kami telah melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran?" Mereka memberitahu Sang Buddha. "Kalian telah melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran."

Pada suatu ketika seorang bhikkhu melakukan hubungan seksual dengan berpakaian seperti seorang umat awam, dengan berpikir ia dapat menghindari pelanggaran. Ia menjadi gelisah, dengan berpikir, "Sang Buddha telah menetapkan aturan latihan. Mungkinkah aku telah melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran?" Ia memberitahu Sang Buddha. "Engkau telah melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran."

Pada suatu ketika seorang bhikkhu melakukan hubungan seksual dengan telanjang, dengan berpikir ia dapat menghindari pelanggaran. Ia menjadi gelisah ...; "Engkau telah melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran."

Pada suatu ketika seorang bhikkhu melakukan hubungan seksual dengan berpakaian sarung rumput ...; dengan berpakaian sarung kulit kayu ...; dengan berpakaian sarung dari pecahan kayu ...; dengan berpakaian sarung dari rambut manusia ...; dengan berpakaian sarung dari rambut kuda ...; dengan berpakaian sarung dari sayap burung hantu ...; dengan berpakaian sarung dari kulit antelop, dengan berpikir ia dapat menghindari pelanggaran. Ia menjadi gelisah ...; "Engkau telah melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran."

Pada suatu ketika seorang bhikkhu yang adalah seorang pengumpul dana makanan melihat seorang gadis kecil berbaring di sebuah bangku. Karena bernafsu, ia memasukkan jari jempolnya ke dalam alat kemaluan gadis tersebut. Gadis itu mati. Ia menjadi gelisah ...; "Tidak ada pelanggaran yang mengharuskan pengusiran, tetapi ada pelanggaran yang mengharuskan penangguhan."

Pada suatu ketika seorang brahmana muda jatuh cinta kepada bhikkhunī Uppalavaṇṇā. Ketika Uppalavaṇṇā telah memasuki desa untuk menerima dana makanan, ia masuk ke gubuknya dan bersembunyi. Setelah makan, ketika ia kembali dari menerima dana makanan, Uppalavaṇṇā mencuci kakinya, memasuki gubuknya, dan duduk di atas tempat tidur. Kemudian brahmana muda itu menyergapnya dan memperkosanya. Ia memberitahukan apa yang telah terjadi kepada para bhikkhunī. Para bhikkhunī memberitahu para bhikkhu, yang kemudian melaporkan kepada Sang Buddha. "Tidak ada pelanggaran pada seorang yang tidak menyetujui."

Pada suatu ketika ciri-ciri perempuan muncul pada seorang bhikkhu. Mereka memberitahukannya kepada Sang Buddha.

"Para bhikkhu, Aku memperbolehkan kesiswaan, penahbisan itu, tahun-tahun sebagai seorang bhikkhu, ditransfer kepada para bhikkhunī. Pelanggaran-pelanggaran bhikkhu itu yang bersesuaian dengan para bhikkhunī harus dibersihkan di hadapan para bhikkhunī. Untuk pelanggaran-pelanggaran bhikkhu yang tidak bersesuaian dengan para bhikkhunī, tidak ada pelanggaran."

Pada suatu ketika ciri-ciri laki-laki muncul pada seorang bhikkhunī. Mereka memberitahukannya kepada Sang Buddha.
"Para bhikkhu, Aku memperbolehkan kesiswaan, penahbisan itu, tahun-tahun sebagai seorang bhikkhunī, ditransfer kepada para bhikkhu. Pelanggaran-pelanggaran bhikkhunī itu yang bersesuaian dengan para bhikkhu harus dibersihkan di hadapan para bhikkhu. Untuk pelanggaran-pelanggaran bhikkhunī yang tidak bersesuaian dengan para bhikkhu, tidak ada pelanggaran."

Pada suatu ketika seorang bhikkhu melakukan hubungan seksual dengan ibunya ...; melakukan hubungan seksual dengan putrinya ...; melakukan hubungan seksual dengan saudarinya, dengan berpikir ia dapat menghindari pelanggaran. Ia menjadi gelisah ...; "Engkau telah melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran."

Pada suatu ketika seorang bhikkhu melakukan hubungan seksual dengan mantan istrinya. Ia menjadi gelisah ...; "Engkau telah melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran."

Pada suatu ketika terdapat seorang bhikkhu dengan punggung yang lentur yang sedang dilanda nafsu. Ia memasukkan alat kelaminnya ke dalam mulutnya sendiri. Ia menjadi gelisah ...; "Engkau telah melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran."

Pada suatu ketika terdapat seorang bhikkhu dengan alat kelamin yang panjang yang sedang dilanda nafsu. Ia memasukkan alat kelaminnya ke dalam anusnya sendiri. Ia menjadi gelisah ...; "Engkau telah melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran."

Pada suatu ketika seorang bhikkhu melihat sesosok mayat dengan luka di sebelah alat kelamin. Dengan berpikir ia dapat menghindari pelanggaran, ia memasukkan alat kelaminnya ke dalam alat kelamin mayat itu dan keluar melalui luka. Ia menjadi gelisah ...; "Engkau telah melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran."

Pada suatu ketika seorang bhikkhu melihat sesosok mayat dengan luka di sebelah alat kelamin. Dengan berpikir ia dapat menghindari pelanggaran, ia memasukkan alat kelaminnya ke dalam luka pada mayat itu dan keluar melalui alat kelaminnya. Ia menjadi gelisah ...; "Engkau telah melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran."

Pada suatu ketika seorang bhikkhu bernafsu menyentuh alat kelamin pada sebuah gambar dengan alat kelaminnya. Ia menjadi gelisah ...; "Tidak ada pelanggaran yang mengharuskan pengusiran, tetapi terjadi pelanggaran perbuatan salah."

Pada suatu ketika seorang bhikkhu bernafsu menyentuh alat kelamin pada sebuah boneka kayu dengan alat kelaminnya. Ia menjadi gelisah ...; "Tidak ada pelanggaran yang mengharuskan pengusiran, tetapi terjadi pelanggaran perbuatan salah."

Pada suatu ketika seorang bhikkhu bernama Sundara yang telah meninggalkan keduniawian di Rājagaha sedang berjalan di sepanjang jalan. Seorang perempuan berkata kepadanya, "Tunggu dulu, Tuan, aku hendak memberi hormat kepadamu." Sewaktu ia sedang bersujud, ia mengangkat sarung si bhikkhu dan memasukkan alat kelamin bhikkhu itu ke dalam mulutnya. Si bhikkhu menjadi gelisah ...;

"Bhikkhu, apakah engkau menyetujui?"

"Aku tidak menyetujui, Yang Mulia."

"Tidak ada pelanggaran pada seorang yang tidak menyetujui."

Pada suatu ketika seorang perempuan melihat seorang bhikkhu dan berkata, "Yang Mulia, kemarilah dan lakukan hubungan seksual."
"Itu tidak diperbolehkan."
"Aku yang akan melakukan, bukan engkau. Dengan begitu tidak ada pelanggaran apapun bagimu." Bhikkhu itu melakukan hal itu. Ia menjadi gelisah ...; "Engkau telah melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran."

Pada suatu ketika seorang perempuan melihat seorang bhikkhu dan berkata, "Tuan, kemarilah dan lakukan hubungan seksual."
"Itu tidak diperbolehkan."
"Engkau yang akan melakukan, bukan aku. Dengan begitu tidak ada pelanggaran apapun bagimu." Bhikkhu itu melakukan hal itu. Ia menjadi gelisah ...; "Engkau telah melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran."

Pada suatu ketika seorang perempuan melihat seorang bhikkhu dan berkata, "Tuan, kemarilah dan lakukan hubungan seksual."
"Itu tidak diperbolehkan."
"Gosokkan di dalam tetapi keluarkan di luar. ...; Gosokkan di luar tetapi keluarkan di dalam. Dengan begitu tidak ada pelanggaran apapun bagimu." Bhikkhu itu melakukan hal itu. Ia menjadi gelisah ...; "Engkau telah melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran."

Pada suatu ketika seorang bhikkhu mendatangi suatu tanah pemakaman di mana ia melihat mayat yang belum rusak. Ia melakukan hubungan seksual dengan mayat itu. Ia menjadi gelisah ...; "Engkau telah melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran."

Pada suatu ketika seorang bhikkhu mendatangi suatu tanah pemakaman di mana ia melihat mayat yang sebagian besar belum rusak. Ia melakukan hubungan seksual dengan mayat itu.  Ia menjadi gelisah ...; "Engkau telah melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran."

Pada suatu ketika seorang bhikkhu mendatangi suatu tanah pemakaman di mana ia melihat mayat yang sebagian besar sudah rusak. Ia melakukan hubungan seksual dengan mayat itu. Ia menjadi gelisah ...; "Tidak ada pelanggaran yang mengharuskan pengusiran, tetapi ada pelanggaran serius."

Pada suatu ketika seorang bhikkhu mendatangi suatu tanah pemakaman di mana ia melihat kepala yang terpenggal. Ia memasukkan alat kelaminnya ke dalam mulut yang terbuka, bergesekan ketika masuk. Ia menjadi gelisah ...; "Engkau telah melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran."

Pada suatu ketika seorang bhikkhu mendatangi suatu tanah pemakaman di mana ia melihat kepala yang terpenggal. Ia memasukkan alat kelaminnya ke dalam mulut yang terbuka, tanpa bergesekan ketika masuk. Ia menjadi gelisah ...; "Tidak ada pelanggaran yang mengharuskan pengusiran, tetapi ada pelanggaran perbuatan salah."

Pada suatu ketika seorang bhikkhu jatuh cinta kepada seorang perempuan tertentu. Ketika perempuan itu meninggal dunia, mayatnya dibuang di sebuah tanah pemakaman. Setelah beberapa lama hanya tulang-belulangnya yang berserakan yang tersisa. Bhikkhu tersebut pergi ke tanah pemakaman, mengumpulkan tulang-belulangnya, dan mengarahkan alat kelaminnya pada daerah kelaminnya. Ia menjadi gelisah ...; "Tidak ada pelanggaran yang mengharuskan pengusiran, tetapi ada pelanggaran perbuatan salah."

Pada suatu ketika seorang bhikkhu melakukan hubungan seksual dengan naga betina ...; melakukan hubungan seksual dengan makhluk halus perempuan ...; melakukan hubungan seksual dengan hantu perempuan ...; melakukan hubungan seksual dengan paṇḍaka. Ia menjadi gelisah ...; "Engkau telah melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran."

Pada suatu ketika terdapat seorang bhikkhu dengan indria-indria terganggu. Dengan berpikir ia dapat menghindari pelanggaran karena ia tidak merasakan kenikmatan dan kesakitan, ia melakukan hubungan seksual. ...; Mereka memberitahukan hal ini kepada Sang Buddha. "Apakah si dungu itu merasakan apa pun atau tidak, telah terjadi pelanggaran yang mengharuskan pengusiran."

Pada suatu ketika seorang bhikkhu yang berniat untuk melakukan hubungan seksual dengan seorang perempuan merasa menyesal hanya pada sentuhan. Ia menjadi gelisah ...; "Tidak ada pelanggaran yang mengharuskan pengusiran, tetapi ada pelanggaran yang mengharuskan penangguhan."

Pada suatu ketika seorang bhikkhu sedang berbaring di Hutan Jātiyā di Bhaddiya, setelah pergi ke sana untuk meditasi siang. Ia mengalami ereksi karena angin. Seorang perempuan tertentu melihatnya dan duduk di atas alat kelaminnya. Setelah mengalami kepuasan, ia pergi. Melihat basah, para bhikkhu memberitahu Sang Buddha. "Para bhikkhu, ereksi dapat terjadi karena lima alasan: karena keinginan indria, kotoran tinja, kencing, atau angin, atau karena disengat ulat. Adalah tidak mungkin bahwa bhikkhu itu mengalami ereksi karena keinginan indria. Bhikkhu itu adalah seorang sempurna. Tidak ada pelanggaran untuk bhikkhu itu."

Pada suatu ketika seorang bhikkhu sedang berbaring di Hutan Gelap di Sāvatthī, setelah pergi ke sana untuk meditasi siang. Seorang gembala sapi perempuan melihatnya dan duduk di atas alat kelaminnya. Bhikkhu itu menyetujui pemasukannya, setelah masuknya, setelah itu, dan dikeluarkannya. Ia menjadi gelisah ...; "Engkau telah melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran."

Pada suatu ketika seorang bhikkhu sedang berbaring di Hutan Gelap di Sāvatthī, setelah pergi ke sana untuk meditasi siang. Seorang gembala kambing perempuan melihatnya ...; Seorang perempuan pengumpul kayu bakar melihatnya ...; Seorang perempuan pengumpul kotoran sapi melihatnya dan duduk di atas alat kelaminnya. Bhikkhu itu menyetujui pemasukannya, setelah masuknya, setelah itu, dan dikeluarkannya. Ia menjadi gelisah ...; "Engkau telah melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran."

Pada suatu ketika seorang bhikkhu sedang berbaring di Hutan Besar di Vesālī, setelah pergi ke sana untuk meditasi siang. Seorang perempuan melihatnya dan duduk di atas alat kelaminnya. Setelah puas, ia berdiri dan tertawa di dekat sana. Bhikkhu itu terbangun dan berkata, "Apakah engkau melakukan hal ini?"
"Ya."
Ia menjadi gelisah ...;
"Apakah engkau menyetujuinya?"
"Aku bahkan tidak mengetahuinya, Yang Mulia."
"Tidak ada pelanggaran bagi seorang yang tidak mengetahui."

Pada suatu ketika seorang bhikkhu sedang berbaring di Hutan Besar di Vesālī untuk meditasi siang. Ia berbaring, menyandarkan kepalanya pada sebatang pohon. Seorang perempuan melihatnya dan duduk di atas alat kelaminnya. Bhikkhu itu seketika bangkit. Ia menjadi gelisah ...;
"Apakah engkau menyetujuinya?"
"Aku tidak menyetujuinya, Yang Mulia."
"Tidak ada pelanggaran bagi seorang yang tidak menyetujui."

Pada suatu ketika seorang bhikkhu sedang berbaring di Hutan Besar di Vesālī untuk meditasi siang. Ia berbaring, menyandarkan kepalanya pada sebatang pohon. Seorang perempuan melihatnya dan duduk di atas alat kelaminnya. Bhikkhu itu menyepaknya. Ia menjadi gelisah ...;
"Apakah engkau menyetujuinya?"
"Aku tidak menyetujuinya, Yang Mulia."
"Tidak ada pelanggaran bagi seorang yang tidak menyetujui."

Pada suatu ketika seorang bhikkhu pergi ke aula beratap lancip di Hutan Besar dekat Vesālī untuk meditasi siang. Ia membuka pintu, berbaring, dan mengalami ereksi karena angin. Pada saat itu sejumlah perempuan datang ke vihara untuk melihat tempat-tempat tinggal, membawa dupa dan bunga. Mereka melihat bhikkhu itu dan duduk di atas alat kelaminnya. Setelah puas, mereka berkata, "Sungguh seorang laki-laki perkasa." Kemudian mereka meletakkan dupa dan bunga dan pergi. Para bhikkhu melihat basah dan memberitahukan kepada Sang Buddha.
"Para bhikkhu, ereksi terjadi karena lima alasan: karena keinginan indria, kotoran tinja, kencing, atau angin, atau karena disengat ulat. Adalah tidak mungkin bahwa bhikkhu itu mengalami ereksi karena keinginan indria. Bhikkhu itu adalah seorang sempurna. Tidak ada pelanggaran untuk bhikkhu itu."
Tetapi, para bhikkhu, kalian harus menutup pintu ketika kalian sedang dalam keterasingan pada siang hari."

Pada suatu ketika seorang bhikkhu dari Bharukaccha bermimpi bahwa ia melakukan hubungan seksual dengan mantan istrinya. Ia berpikir bahwa ia bukan lagi seorang monastik dan ia ingin lepas jubah. Sewaktu ia sedang dalam perjalanan menuju Bharukaccha, ia bertemu dengan Yang Mulia Upāli dan memberitahukan apa yang terjadi.
Yang Mulia Upāli berkata, "Tidak ada pelanggaran jika itu terjadi dalam mimpi."

Pada suatu ketika di Rājagaha terdapat seorang umat awam perempuan bernama Supabbā yang memiliki keyakinan keliru. Ia menganut pandangan bahwa seorang perempuan yang memberikan hubungan seksual berarti memberikan pemberian tertinggi.
Ia melihat seorang bhikkhu dan berkata, "Yang Mulia, kemarilah dan lakukan hubungan seksual."
"Itu tidak diperbolehkan."
"Gosokkan di antara paha. Dengan begitu maka tidak ada pelanggaran bagimu. ...; Gosokkan di pusar ...; Gosokkan di perut ...; Gosokkan di ketiak ...; Gosokkan di antara leher ...; Gosokkan di  lubang telinga ...; Gosokkan di gulungan rambut ...; Gosokkan di antara jemari ...; Kemudian aku akan membuatmu keluar dengan tanganku. Dengan begitu maka tidak ada pelanggaran bagimu. Bhikkhu itu melakukan hal itu. Ia menjadi gelisah ...; "Tidak ada pelanggaran yang mengharuskan pengusiran, tetapi ada pelanggaran yang mengharuskan penangguhan."

Pada suatu ketika di Sāvatthī terdapat seorang umat awam perempuan bernama Saddhā yang memiliki keyakinan keliru. Ia menganut pandangan bahwa seorang perempuan yang memberikan hubungan seksual berarti memberikan pemberian tertinggi.
Ia melihat seorang bhikkhu dan berkata, "Yang Mulia, kemarilah dan lakukan hubungan seksual."
"Itu tidak diperbolehkan."
"Gosokkan di antara paha ...; Kemudian aku akan membuatmu keluar dengan tanganku. Dengan begitu maka tidak ada pelanggaran bagimu." Bhikkhu itu melakukan hal itu. Ia menjadi gelisah ...; "Tidak ada pelanggaran yang mengharuskan pengusiran, tetapi ada pelanggaran yang mengharuskan penangguhan."

Pada suatu ketika di Vesālī beberapa pemuda Licchavī menangkap seorang bhikkhu dan memaksanya melakukan perbuatan salah dengan seorang bhikkhunī ...; memaksanya melakukan perbuatan salah dengan bhikkhunī dalam masa percobaan ...; memaksanya melakukan perbuatan salah dengan seorang sāmaṇerī. Keduanya setuju: keduanya harus diusir. Keduanya tidak setuju: tidak ada pelanggaran bagi keduanya.

Pada suatu ketika di Vesālī beberapa pemuda Licchavī menangkap seorang bhikkhu dan memaksanya melakukan perbuatan salah dengan seorang pekerja seks. ...; memaksanya melakukan perbuatan salah dengan paṇḍaka ...; memaksanya melakukan perbuatan salah dengan seorang perumah tangga perempuan. Bhikkhu itu setuju: ia harus diusir. Bhikkhu itu tidak setuju: tidak ada pelanggaran.

Pada suatu ketika di Vesālī beberapa pemuda Licchavī menangkap dua orang bhikkhu dan memaksa mereka untuk saling melakukan perbuatan salah satu sama lain. Keduanya setuju: keduanya harus diusir. Keduanya tidak setuju: tidak ada pelanggaran bagi keduanya.

Pada suatu ketika seorang bhikkhu yang telah meninggalkan keduniawian pada usia tua pergi menemui mantan istrinya. Dengan berkata, "Kemarilah dan lepas jubah," ia menangkapnya. Dengan mundur, bhikkhu itu jatuh di atas punggungnya. Ia menarik jubahnya dan duduk di atas alat kelaminnya. Ia menjadi gelisah ...;
"Apakah engkau menyetujuinya, bhikkhu?"
"Aku tidak menyetujuinya, Yang Mulia."
"Tidak ada pelanggaran bagi seorang yang tidak menyetujui."

Pada suatu ketika seorang bhikkhu tertentu sedang menetap di hutan belantara. Seekor rusa muda mendatangi tempat kencingnya, meminum air kencingnya, dan memegang alat kelamin bhikkhu itu dengan mulutnya. Bhikkhu itu menyetujui. Ia menjadi gelisah ...; "Engkau telah melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran."

Pelanggaran pertama yang mengharuskan pengusiran selesai

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Pārājika 2
« Reply #9 on: 14 September 2022, 11:45:44 AM »
Koleksi Theravāda tentang Hukum Monastik
Aturan Kebhikkhuan dan Analisisnya
Bab tentang Pelanggaran-Pelanggaran yang Mengharuskan Pengusiran

Pārājika 2. Aturan Latihan Kedua tentang Pengusiran

Kisah Asal-mula

Sub-kisah pertama

Pada suatu ketika Sang Buddha sedang menetap di Rājagaha di Puncak Hering. Pada saat itu sejumlah bhikkhu yang bersahabat telah membangun gubuk-gubuk rumput di lereng Gunung Isigili dan memasuki masa keberdiaman musim hujan di sana. Di antara mereka adalah Yang Mulia Dhaniya si pengrajin tembikar. Ketika tiga bulan telah berlalu dan mereka telah menyelesaikan masa keberdiaman musim hujan, para bhikkhu menghancurkan gubuk-gubuk rumput itu, menyingkirkan rumput dan ranting, dan pergi mengembara ke seluruh negeri. Tetapi Yang Mulia Dhaniya melewatkan musim dingin dan musim panas di sana.

Kemudian, pada satu ketika, sewaktu Dhaniya berada di desa untuk mengumpulkan dana makanan, beberapa perempuan yang sedang mengumpulkan rumput dan kayu bakar menghancurkan gubuk rumputnya dan mengambil rumput dan ranting. Untuk kedua kalinya Dhaniya mengumpulkan rumput dan ranting dan membuat gubuk rumput, dan sekali lagi gubuk itu dihancurkan dengan cara yang sama. Hal yang sama terjadi untuk ketiga kalinya.

Dhaniya berpikir, "Tiga kali hal ini terjadi. Tetapi aku adalah seorang ahli tembikar terlatih dan berpengalaman. Mengapa aku tidak mengadon lempung dan membuat gubuk yang sepenuhnya dari tanah liat?"
Dan ia melakukan hal itu. Kemudian ia mengumpulkan rumput, ranting, dan kotoran-sapi, dan ia memanggang gubuknya. Itu adalah gubuk kecil yang indah dan menarik, berwarna merah bagaikan kumbang merah. Dan ketika diketuk, bunyinya persis seperti bunyi lonceng.

Segera setelah itu Sang Buddha turun dari Puncak Hering bersama dengan sejumlah bhikkhu ketika Beliau melihat gubuk itu. Kemudian Beliau berkata kepada para bhikkhu, "Apakah benda indah dan menarik ini yang berwarna merah bagaikan kumbang merah?" Para bhikkhu memberitahu Beliau, yang kemudian menegur Dhaniya:
"Tidaklah benar bagi orang dungu itu, tidaklah tepat, tidak selayaknya seorang monastik, tidak diperbolehkan, tidak boleh dilakukan. Bagaimana mungkin ia membuat gubuk yang seluruhnya dari tanah liat? Tidakkah ia memiliki pertimbangan, welas-asih, dan rasa kasihan kepada makhluk-makhluk hidup? Pergilah, para bhikkhu, hancurkan gubuk ini, agar generasi mendatang tidak mengikuti teladannya.

Dan, para bhikkhu, kalian tidak boleh membuat gubuk yang seluruhnya terbuat dari tanah liat. Jika kalian melakukan hal itu, maka kalian melakukan pelanggaran perbuatan salah."

Dengan berkata, "Baik, Yang Mulia," mereka pergi untuk menghancurkannya.

Dan Dhaniya berkata kepada mereka, "Mengapakah kalian menghancurkan gubukku?"

"Sang Buddha menyuruh kami melakukan ini."

"Hancurkanlah kalau begitu, jika Raja Kebenaran telah berkata demikian."

Dhaniya berpikir, "Tiga kali, sewaktu aku sedang berada di desa untuk mengumpulkan dana makanan, para perempuan yang sedang mengumpulkan rumput dan kayu bakar menghancurkan gubukku dan mengambil rumput dan ranting. Dan sekarang gubukku yang sepenuhnya terbuat dari tanah liat telah dihancurkan atas perintah Sang Buddha. Sekarang, penjaga hutan ini adalah sahabatku. Mengapa aku tidak meminta kayu darinya dan membangun sebuah gubuk dari kayu?"

Dhaniya mendatangi penjaga hutan dan memberitahukan apa yang terjadi, dan menambahkan, "Mohon berikan kepadaku beberapa kayu, aku hendak membangun gubuk kayu."

"Tidak ada kayu, Tuan, yang dapat kuberikan kepadamu. Kayu-kayu ini disimpan oleh raja. Kayu-kayu ini ditujukan untuk memperbaiki kota dan dicadangkan untuk keadaan darurat. Engkau hanya boleh mengambilnya jika raja memberikannya.

"Sebenarnya, ini telah diberikan oleh raja."

Penjaga hutan itu berpikir, "Para monastik Sakya ini memiliki integritas. Mereka hidup selibat dan perilaku mereka baik, dan mereka jujur, bermoral, dan memiliki karakter baik. Bahkan raja berkeyakinan pada mereka. Para mulia ini tidak akan mengatakan sesuatu telah diberikan kalau tidak demikian." Dan ia berkata kepada Dhaniya, "Engkau boleh mengambilnya, Tuan." Kemudian Dhaniya memotong kayu itu menjadi potongan-potongan kecil, membawanya dengan kereta, dan membangun gubuk kayu.

Segera setelah itu Brahmana Vassakāra, perdana menteri Magadha, sedang memeriksa pekerjaan publik di Rājagaha ketika ia mendatangi penjaga hutan dan berkata, "Apa yang terjadi? Di manakah kayu yang disimpan oleh Raja yang ditujukan untuk perbaikan kota dan dicadangkan untuk keadaan darurat?"

"Raja telah memberikannya kepada Yang Mulia Dhaniya."

Vassakāra tidak senang dan berpikir, "Bagaimana mungkin Raja memberikan kayu ini kepada Dhaniya si pengrajin tembikar?"

Kemudian ia mendatangi Raja Seniya Bimbisāra dari Magadha dan berkata, "Benarkah, Baginda, bahwa engkau telah memberikan kepada Dhaniya si pengrajin tembikar kayu yang ditujukan untuk memperbaiki kota dan dicadangkan untuk keadaan darurat?"

"Siapakah yang mengatakan itu?"

"Penjaga hutan."

"Baiklah, brahmana, panggil si penjaga hutan." Dan Vassakāra memanggil paksa si penjaga hutan.

Dhaniya melihat hal ini dan berkata kepadanya, "Mengapa ini terjadi padamu?"

"Gara-gara kayu itu, Tuan."

"Pergilah kalau begitu, dan aku akan menyusul."

"Sudilah untuk sampai di sana sebelum aku."

Kemudian Dhaniya mendatangi rumah Raja Bimbisāra dan duduk di tempat yang telah dipersiapkan. Raja mendekati Dhaniya, bersujud, duduk, dan berkata, "Benarkah, Yang Mulia, bahwa aku telah memberikan kepadamu kayu-kayu yang disimpan untuk memperbaiki kota dan dicadangkan untuk keadaan darurat"

"Benar, Baginda."

"Kami para raja sangat sibuk—;kami mungkin telah memberikan dan tidak mengingatnya. Sudilah mengingatkan aku."

"Ingatkah engkau, Baginda, ketika engkau pertama kali diminyaki, engkau mengucapkan kata-kata ini: 'Aku memberikan rumput, ranting, dan air kepada kaum monastik dan brahmana untuk dinikmati'?"

"Aku ingat. Ada kaum monastik dan brahmana yang memiliki nurani, yang takut pada perbuatan salah dan menyukai latihan. Mereka takut pada perbuatan salah bahkan sehubungan dengan hal-hal kecil. Ketika aku mengatakan itu, aku merujuk pada orang-orang ini, dan itu berhubungan dengan hutan belantara yang tanpa pemilik. Namun engkau menganggap bahwa engkau boleh mengambil kayu yang tidak diberikan kepadamu dengan dalih ini? Walaupun begitu, aku tidak dapat memukul, mengurung, atau mengusir seorang monastik atau brahmana yang hidup dalam kerajaanku. Pergilah, engkau bebas karena statusmu, tetapi jangan melakukan hal seperti itu lagi."

Tetapi orang-orang mengeluh dan mengkritiknya: "Para monastik Sakya ini tidak tahu malu dan pembohong tidak bermoral. Mereka mengaku memiliki integritas, hidup selibat dan berperilaku baik, jujur, bermoral, dan baik. Tetapi mereka tidak memiliki karakter baik seorang monastik atau brahmana. Mereka telah kehilangan martabat mereka! Mereka bahkan menipu raja—;apalagi kepada orang-orang lain?"

Para bhikkhu mendengar keluhan orang-orang itu. Para bhikkhu yang memiliki sedikit keinginan, yang memiliki nurani, dan yang merasa puas, takut pada perbuatan salah, dan menyukai latihan, mengeluh dan mengkritik Yang Mulia Dhaniya, "Bagaimana mungkin ia mengambil kayu milik raja tanpa diberikan kepadanya?"

Setelah menegur Dhaniya dalam berbagai cara, mereka melaporkan kepada Sang Buddha. Kemudian Sang Buddha mengumpulkan Sangha para bhikkhu dan menanyai Yang Mulia Dhaniya: "Benarkah, Dhaniya, bahwa engkau melakukan hal ini?"

"Benar, Yang Mulia."

Sang Buddha menegurnya, "Orang dungu, tidaklah benar, tidaklah sepantasnya, tidaklah selayaknya bagi seorang monastik, tidak diperbolehkan, tidak boleh dilakukan. Bagaimana mungkin engkau dapat melakukan hal ini? Hal ini akan mempengaruhi keyakinan banyak orang dan menyebabkan beberapa orang kehilangan keyakinan."

Saat itu seorang mantan hakim yang baru meninggalkan keduniawian bersama dengan para bhikkhu sedang duduk di dekat Sang Buddha. Sang Buddha berkata kepadanya, "Untuk nilai pencurian berapakah Raja Bimbisāra memukul, mengurung, atau mengusir seorang pencuri?"

"Untuk satu keping uang pāda, Yang Mulia, untuk senilai satu pāda, atau lebih dari satu pāda." Pada waktu itu di Rājagaha satu keping uang pāda setara dengan lima keping uang māsaka.

Setelah menegur Yang Mulia Dhaniya dalam berbagai cara, Sang Buddha mencela sulitnya disokong ...; "Dan, para bhikkhu, aturan latihan ini harus dibacakan sebagai berikut:

Aturan Awal

'Jika seorang bhikkhu, dengan niat untuk mencuri, mengambil apa yang belum diberikan kepadanya—;jenis pencurian yang karenanya raja-raja, setelah menangkap seorang pencuri, akan memukul, mengurung, atau mengusirnya, dengan berkata, "Engkau penjahat, engkau dungu, engkau telah tersesat, engkau adalah seorang pencuri"—;ia juga diusir dan dikeluarkan dari komunitas.'"

Dengan cara inilah Sang Buddha menetapkan aturan latihan ini untuk para bhikkhu.

Sub-kisah kedua

Pada suatu ketika para bhikkhu dari kelompok enam pergi mendatangi para pencelup, mencuri koleksi kain mereka, membawanya kembali ke vihara, dan membagikannya. Para bhikkhu lainnya berkata kepada mereka, "Kalian memiliki jasa besar, melihat betapa banyak kain-jubah yang kalian peroleh."

"Bagaimanakah kami memiliki jasa? Baru saja kami mendatangi para pencelup dan mencuri kain mereka."

"Tetapi bukankah Sang Buddha telah menetapkan aturan latihan? Mengapa kalian mencuri kain milik para pencelup?"

"Benar bahwa Sang Buddha telah menetapkan aturan latihan, tetapi itu sehubungan dengan wilayah berpenghuni, bukan di hutan belantara."

"Tetapi itu sama saja. Tidaklah benar, tidaklah sepantasnya, tidaklah selayaknya bagi seorang monastik, tidak diperbolehkan, tidak boleh dilakukan. Bagaimana mungkin kalian dapat mencuri kain milik para pencelup? Hal ini akan mempengaruhi keyakinan banyak orang dan menyebabkan beberapa orang kehilangan keyakinan."

Setelah menegur para bhikkhu itu dalam berbagai cara, mereka melaporkan kepada Sang Buddha.

Sang Buddha mengumpulkan Sangha para bhikkhu dan menanyai para bhikkhu itu: "Benarkah, para bhikkhu, bahwa kalian melakukan hal ini?"
"Benar, Yang Mulia."
Sang Buddha menegur mereka, "Tidaklah benar, orang dungu, tidaklah sepantasnya, tidaklah selayaknya bagi seorang monastik, tidak diperbolehkan, tidak boleh dilakukan. Bagaimana mungkin kalian dapat melakukan hal ini? Ini akan mempengaruhi keyakinan banyak orang dan menyebabkan beberapa orang kehilangan keyakinan." Kemudian, setelah mencela para bhikkhu dari kelompok enam dalam berbagai cara, Sang buddha mencela sulitnya disokong ...; tetapi memuji ...; bersemangat. Setelah membabarkan ajaran tentang apa yang baik dan selayaknya, ia berkata kepada para bhikkhu ...; "Dan, para bhikkhu, aturan latihan ini harus dibacakan sebagai berikut:

Aturan akhir:

'Jika seorang bhikkhu, dengan niat untuk mencuri, mengambil dari wilayah berpenghuni ataupun dari hutan belantara apa yang belum diberikan kepadanya—;jenis pencurian yang karenanya raja-raja, setelah menangkap seorang pencuri, akan memukul, mengurung, atau mengusirnya, dengan berkata, "Engkau penjahat, engkau dungu, engkau telah tersesat, engkau adalah seorang pencuri"—;ia juga diusir dan dikeluarkan dari komunitas.'"

Definisi

Seorang:

Siapa pun...;

Bhikkhu:

...; Seorang bhikkhu yang telah diberikan penahbisan penuh oleh Sangha yang sepakat melalui prosedur sah yang terdiri dari satu usul dan tiga pengumuman yang tidak dapat dibatalkan dan lengkap – bhikkhu jenis inilah yang dimaksudkan dalam kasus ini.

Wilayah berpenghuni:

Wilayah berpenghuni dengan satu gubuk, wilayah berpenghuni dengan dua gubuk, wilayah berpenghuni dengan tiga gubuk, wilayah berpenghuni dengan empat gubuk, wilayah berpenghuni dengan orang-orang, wilayah berpenghuni tanpa orang-orang, wilayah berpenghuni tertutup, wilayah berpenghuni terbuka, wilayah berpenghuni yang tidak teratur, dan bahkan karavan yang menetap selama lebih dari empat bulan disebut "wilayah berpenghuni."

Jalan masuk menuju wilayah berpenghuni:

dari suatu wilayah berpenghuni tertutup: sepelemparan batu dari seorang dengan ketinggian rata-rata yang berdiri di ambang gerbang menuju wilayah berpenghuni; dari suatu wilayah berpenghuni terbuka: sepelemparan batu dari seorang dengan ketinggian rata-rata yang berdiri di jalan masuk menuju sebuah rumah.

Hutan belantara:

Di luar wilayah berpenghuni dan jalan masuk menuju wilayah berpenghuni, wilayah lainnya disebut "hutan belantara".

Apa yang tidak diberikan:

Apa yang tidak diberikan, apa yang belum diserahkan, apa yang belum dilepaskan; apa yang terjaga, apa yang dilindungi, apa yang dianggap sebagai "milikku", apa yang menjadi milik seseorang lainnya. Ini disebut "apa yang belum diberikan".

Niat untuk mencuri:

Pemikiran pencurian, pemikiran untuk mencuri.

Mengambil:

Mengambil, membawa, mencuri, menghentikan pergerakan, memindahkan dari dasarnya, tidak menepati janji.

Jenis:

Sekeping uang pāda, senilai satu pāda, atau lebih dari satu pāda.

Raja-raja:

Raja-raja bumi, raja-raja wilayah, para penguasa pulau, para penguasa wilayah perbatasan, hakim-hakim, para pejabat pemerintahan, atau siapapun yang menjatuhkan hukuman fisik—;ini disebut "raja-raja".

Seorang pencuri:

Siapa pun, yang berniat untuk mencuri, mengambil apa pun yang belum diberikan, yang bernilai lima keping uang māsaka atau lebih—;ia disebut "seorang pencuri".

Akan memukul:

Akan memukul dengan tangan, kaki, cambuk, rotan, gada, atau dengan mutilasi.

Akan mengurung:

Akan mengurung dengan mengikat dengan tali, dengan mengikat dengan belenggu, dengan mengikat dengan rantai, dengan mengurung di dalam rumah, dengan mengurung di dalam kota, dengan mengurung di dalam desa, dengan mengurung di dalam pemukiman, atau dengan penjagaan.

Akan mengusir:

Akan diusir dari sebuah desa, dari sebuah pemukiman, dari sebuah kota, dari sebuah negeri, atau dari sebuah wilayah.

Engkau penjahat, engkau dungu, engkau telah tersesat, engkau adalah seorang pencuri:

Ini adalah suatu teguran.

Ia juga:

Ini dikatakan sehubungan dengan pelanggaran sebelumnya yang mengharuskan pengusiran.

Diusir:

Seperti halnya sehelai daun yang layu dan gugur tidak dapat menjadi hijau kembali, demikian pula seorang bhikkhu yang, berniat mencuri, mengambil satu keping uang pāda, yang bernilai satu pāda, atau bernilai lebih dari satu pāda yang tidak diberikan bukanlah seorang petapa, bukan seorang monastik Sakya. Oleh karena itu dikatakan, "ia diusir."

Dikeluarkan dari komunitas:

Komunitas: prosedur legal bersama, pembacaan bersama, latihan yang sama—;ini disebut "komunitas". Ia tidak berpartisipasi di dalam hal-hal ini—;oleh karena itu dikatakan "dikeluarkan dari komunitas".

Permutasi

Permutasi bagian 1

Ringkasan

Di bawah tanah, di tanah, di udara, di atas tanah, di air, di dalam perahu, di dalam kendaraan, di bawa sebagai beban, di taman, di tempat kediaman monastik, di ladang, di suatu situs, di wilayah berpenghuni, di hutan belantara, air, pembersih gigi, pohon hutan, yang dibawa, yang disimpan, stasiun pajak, makhluk hidup, tanpa kaki, berkaki-dua, berkaki-empat, berkaki-banyak, seorang mata-mata, seorang penjaga harta yang dititipkan, pencurian yang telah saling disepakati bersama, bertindak menurut penunjukan, membuat isyarat.
« Last Edit: 16 September 2022, 08:45:01 AM by Indra »

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Pārājika 2
« Reply #10 on: 14 September 2022, 11:51:24 AM »
Penjelasan

Di bawah tanah:

Benda-benda itu telah diletakkan di bawah tanah, dikubur, disembunyikan. Jika, dengan niat mencuri, ia berpikir, "Aku akan mencuri benda-benda di bawah tanah," dan ia mencari teman, mencari sekop atau keranjang, atau pergi ke sana, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika ia mematahkan ranting atau tanaman rambat yang tumbuh di sana, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika ia menggali tanah atau menimbunnya atau memindahkannya, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika ia menyentuh wadahnya, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika ia membuatnya bergoyang, maka ia melakukan pelanggaran serius. Jika ia memindahkannya dari dasarnya, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran.

Jika, dengan niat mencuri, ia meletakkan wadahnya sendiri ke dalam wadah dan menyentuh sesuatu yang bernilai lima keping uang māsaka atau lebih, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika ia menggoyangkannya, maka ia melakukan pelanggaran serius. Jika ia memasukkannya ke dalam wadahnya sendiri atau mengambilnya dengan genggaman tangannya, maka terjadi pelanggaran yang mengharuskan pengusiran.

Jika, dengan niat mencuri, ia menyentuh benda-benda yang terbuat dari benang—;perhiasan yang digantung dengan benang, seuntai kalung, korset berhias, buntalan, atau sebuah serban—;maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika ia membuatnya bergoyang, maka ia melakukan pelanggaran serius. Jika ia menggenggamnya di atas dan menariknya, maka ia melakukan pelanggaran serius. Jika ia menggosoknya sambil mengangkatnya, maka ia melakukan pelanggaran serius. Jika ia memindahkan benda-benda itu bahkan hanya sejauh sehelai rambut dari bibir wadahnya, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran.

Jika, dengan niat mencuri, ia minum—;dalam satu tindakan—;ghee, minyak, madu, atau sirup yang bernilai lima keping uang māsaka atau lebih, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran. Jika ia menghancurkannya, membuangnya, membakarnya, atau membuatnya tidak lagi berguna, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah.

Di tanah:

Benda-benda telah diletakkan di tanah. Jika, dengan niat mencuri, ia berpikir, "Aku akan mencuri benda-benda di tanah ini," dan apakah ia mencari teman atau pergi ke sana, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika ia menyentuhnya, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika ia membuatnya bergoyang, maka ia melakukan pelanggaran serius. Jika ia memindahkannya dari dasarnya, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran.

Di udara:

Benda-benda di udara—;seekor merak, ayam hutan, atau burung puyuh; atau buntalan atau serban; atau uang atau emas yang jatuh. Jika, dengan niat mencuri, ia berpikir, "Aku akan mencuri benda-benda di udara," dan apakah ia mencari seorang teman atau pergi ke sana, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika ia menghentikan pergerakannya, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika ia menyentuhnya, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika ia membuatnya bergoyang, maka ia melakukan pelanggaran serius. Jika ia memindahkannya dari dasarnya, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran.

Di atas tanah:

Benda-benda di atas tanah—;di atas tempat tidur, di atas bangku, pada rak jubah dari bambu, di jemuran baju, di pasak dinding, di pohon, atau sekedar di alas mangkuk. Jika, dengan niat mencuri, ia berpikir, "Aku akan mencuri benda-benda di atas tanah," dan apakah ia mencari seorang teman atau ia pergi ke sana, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika ia menyentuhnya, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika ia membuatnya bergoyang, maka ia melakukan pelanggaran serius. Jika ia memindahkannya dari dasarnya, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran.

Di air:

Benda-benda yang telah diletakkan di air. Jika, dengan niat mencuri, ia berpikir, "Aku akan mencuri benda-benda di air ini," dan apakah ia mencari teman atau pergi ke sana, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika ia menyelam ke dalam air atau mengapung di permukaan, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika ia menyentuh benda itu, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika ia membuatnya bergoyang, maka ia melakukan pelanggaran serius. Jika ia memindahkannya dari dasarnya, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran.

Jika, dengan niat mencuri, ia menyentuh apakah teratai biru, merah, atau putih yang tumbuh di sana, atau akar teratai, atau seekor ikan, atau kura-kura yang bernilai lima keping uang māsaka atau lebih, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika ia membuatnya bergoyang, maka ia melakukan pelanggaran serius. Jika ia memindahkannya dari dasarnya, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran.

Sebuah perahu:

Yang dengannya seseorang menyeberang.

Di dalam perahu:

Benda-benda yang telah diletakkan di dalam perahu. Jika, dengan niat mencuri, ia berpikir, "Aku akan mencuri benda-benda di dalam perahu," dan apakah ia mencari teman atau pergi ke sana, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika ia menyentuhnya, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika ia membuatnya bergoyang, maka ia melakukan pelanggaran serius. Jika ia memindahkannya dari dasarnya, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran.

Jika, dengan niat mencuri, ia berpikir, "Aku akan mencuri perahunya," dan apakah ia mencari teman atau pergi ke sana, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika ia menyentuhnya, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika ia membuatnya bergoyang, maka ia melakukan pelanggaran serius. Jika ia melepaskan tambatannya, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika, setelah melepaskan tambatan, ia menyentuhnya, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika ia membuatnya bergoyang, maka ia melakukan pelanggaran serius. Jika ia membuatnya bergerak ke hulu atau hilir atau ke seberang, bahkan hanya sejauh sehelai rambut, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran.

Sebuah kendaraan:

Sebuah gerobak, sebuah gerbong, sebuah keranjang, sebuah kereta.

Di dalam kendaraan:

Benda-benda telah diletakkan di dalam kendaraan. Jika, dengan niat mencuri, ia berpikir, "Aku akan mencuri benda-benda di dalam kendaraan," dan apakah ia mencari teman atau pergi ke sana, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika ia menyentuhnya, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika ia membuatnya bergoyang, maka ia melakukan pelanggaran serius. Jika ia memindahkannya dari dasarnya, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran.

Jika, dengan niat mencuri, ia berpikir, "Aku akan mencuri kendaraannya," dan apakah ia mencari teman atau pergi ke sana, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika ia menyentuhnya, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika ia membuatnya bergoyang, maka ia melakukan pelanggaran serius. Jika ia memindahkannya dari dasarnya, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran.

Sebuah beban:

Beban yang dibawa di atas kepala, beban yang dibawa di atas bahu, beban yang dibawa di pinggul, yang menggantung. Jika, dengan niat mencuri, ia menyentuh beban di atas kepala, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika ia membuatnya bergoyang, maka ia melakukan pelanggaran serius. Jika ia menurunkannya ke bahu, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran. Jika, dengan niat mencuri, ia menyentuh beban yang dibawa di atas bahu, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika ia membuatnya bergoyang, maka ia melakukan pelanggaran serius. Jika ia menurunkannya ke pinggul, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran. Jika, dengan niat mencuri, ia menyentuh beban yang dibawa di pinggul, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika ia membuatnya bergoyang, maka ia melakukan pelanggaran serius. Jika ia mengambilnya dengan tangan, maka terjadi pelanggaran yang mengharuskan pengusiran. Jika, dengan niat mencuri beban di tangan, ia meletakkannya di tanah, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran. Jika, dengan niat mencuri, ia memungutnya dari tanah, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran.

Sebuah taman:

Sebuah kebun, taman.

Di taman:

Benda-benda yang telah diletakkan di sebuah taman di empat lokasi: di bawah tanah, di tanah, di udara, di atas tanah. Jika, dengan niat mencuri, ia berpikir, "Aku akan mencuri benda-benda di taman," dan apakah ia mencari teman atau pergi ke sana, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika ia menyentuhnya, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika ia membuatnya bergoyang, maka ia melakukan pelanggaran serius. Jika ia memindahkannya dari dasarnya, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran.

Jika, dengan niat mencuri, ia menyentuh sesuatu yang tumbuh di sana—;akar, sepotong kulit kayu, sehelai daun, sekuntum bunga, atau sebutir buah—;yang bernilai lima keping uang māsaka atau lebih, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika ia membuatnya bergoyang, maka ia melakukan pelanggaran serius. Jika ia memindahkannya dari dasarnya, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran.

Jika ia mengklaim taman itu, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika ia membangkitkan keraguan pada pemiliknya sehubungan dengan kepemilikannya, maka ia melakukan pelanggaran serius. Jika si pemilik berpikir, "Aku tidak akan mendapatkannya kembali," dan ia menghentikan usaha untuk mengklaimnya kembali, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran. Jika ia melakukan upaya hukum dan mengalahkan pemiliknya, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran. Jika ia melakukan upaya hukum tetapi kalah, maka ia melakukan pelanggaran serius.

Di tempat kediaman monastik:

Benda-benda telah diletakkan di dalam kediaman seorang monastik di empat lokasi: di bawah tanah, di tanah, di udara, di atas tanah. Jika, dengan niat mencuri, ia berpikir, "Aku akan mencuri benda-benda dalam kediaman monastik tersebut," dan apakah ia mencari teman atau pergi ke sana, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika ia menyentuhnya, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika ia membuatnya bergoyang, maka ia melakukan pelanggaran serius. Jika ia memindahkannya dari dasarnya, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran.

Jika ia mengklaim tempat kediaman monastik itu, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika ia membangkitkan keraguan pada pemiliknya sehubungan dengan kepemilikannya, maka ia melakukan pelanggaran serius. Jika si pemilik berpikir, "Aku tidak akan mendapatkannya kembali," dan ia menghentikan usaha untuk mengklaimnya kembali, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran. Jika ia melakukan upaya hukum dan mengalahkan pemiliknya, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran. Jika ia melakukan upaya hukum tetapi kalah, maka ia melakukan pelanggaran serius.

Ladang:

Di mana gandum atau sayur-sayuran tumbuh.

Di ladang:

Benda-benda yang telah diletakkan di ladang di empat lokasi: di bawah tanah, di tanah, di udara, di atas tanah. Jika, dengan niat mencuri, ia berpikir, "Aku akan mencuri benda-benda di ladang tersebut," dan apakah ia mencari teman atau pergi ke sana, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika ia menyentuhnya, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika ia membuatnya bergoyang, maka ia melakukan pelanggaran serius. Jika ia memindahkannya dari dasarnya, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran.

Jika, dengan niat mencuri, ia menyentuh gandum atau sayur-sayuran yang tumbuh di sana yang bernilai lima keping uang māsaka atau lebih, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika ia membuatnya bergoyang, maka ia melakukan pelanggaran serius. Jika ia memindahkannya dari dasarnya, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran.

Jika ia mengklaim ladang itu, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika ia membangkitkan keraguan pada pemiliknya sehubungan dengan kepemilikannya, maka ia melakukan pelanggaran serius. Jika si pemilik berpikir, "Aku tidak akan mendapatkannya kembali," dan ia menghentikan usaha untuk mengklaimnya kembali, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran. Jika ia melakukan upaya hukum dan mengalahkan pemiliknya, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran. Jika ia melakukan upaya hukum tetapi kalah, maka ia melakukan pelanggaran serius.

Jika ia memindahkan tiang, tali, pagar, atau perbatasan, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika tersisa satu tindakan lagi yang perlu yang dilakukan, maka ia melakukan pelanggaran serius. Jika tindakan terakhir memindahkan itu telah selesai, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran.

Situs:

Lahan taman atau vihara, lahan tempat kediaman monastik.

Di situs:

Benda-benda telah diletakkan pada sebuah situs di empat lokasi: di bawah tanah, di tanah, di udara, di atas tanah. Jika, dengan niat mencuri, ia berpikir, "Aku akan mencuri benda-benda di situs tersebut," dan apakah ia mencari teman atau pergi ke sana, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika ia menyentuhnya, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika ia membuatnya bergoyang, maka ia melakukan pelanggaran serius. Jika ia memindahkannya dari dasarnya, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran.

Jika ia mengklaim situs itu, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika ia membangkitkan keraguan pada pemiliknya sehubungan dengan kepemilikannya, maka ia melakukan pelanggaran serius. Jika si pemilik berpikir, "Aku tidak akan mendapatkannya kembali," dan ia menghentikan usaha untuk mengklaimnya kembali, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran. Jika ia melakukan upaya hukum dan mengalahkan pemiliknya, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran. Jika ia melakukan upaya hukum tetapi kalah, maka ia melakukan pelanggaran serius.

Jika ia memindahkan tiang, tali, pagar, atau perbatasan, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika tersisa satu tindakan lagi yang perlu dilakukan, maka ia melakukan pelanggaran serius. Jika tindakan terakhir memindahkan itu telah selesai, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran.

Di wilayah berpenghuni:

Benda-benda telah diletakkan pada sebuah wilayah berpenghuni di empat lokasi: di bawah tanah, di tanah, di udara, di atas tanah. Jika, dengan niat mencuri, ia berpikir, "Aku akan mencuri benda-benda di wilayah berpenghuni," dan apakah ia mencari teman atau pergi ke sana, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika ia menyentuhnya, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika ia membuatnya bergoyang, maka ia melakukan pelanggaran serius. Jika ia memindahkannya dari dasarnya, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran.

Hutan belantara:

Segala hutan belantara yang dimiliki orang-orang.

Di hutan belantara:

Benda-benda yang telah diletakkan di hutan belantara di empat lokasi: di bawah tanah, di tanah, di udara, di atas tanah. Jika, dengan niat mencuri, ia berpikir, "Aku akan mencuri benda-benda di hutan belantara," dan apakah ia mencari teman atau pergi ke sana, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika ia menyentuhnya, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika ia membuatnya bergoyang, maka ia melakukan pelanggaran serius. Jika ia memindahkannya dari dasarnya, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran.

Jika, dengan niat mencuri, ia menyentuh sesuatu yang ada di sana—;ranting, tanaman rambat, atau rumput—;yang bernilai lima keping uang māsaka atau lebih, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika ia membuatnya bergoyang, maka ia melakukan pelanggaran serius. Jika ia memindahkan dari dasarnya, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran.

Air:

Di dalam wadah, di kolam, atau di waduk. Jika, dengan niat mencuri, ia menyentuhnya, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika ia membuatnya bergoyang, maka ia melakukan pelanggaran serius. Jika ia memindahkannya dari dasarnya, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran.

Jika, dengan niat mencuri, ia mencelupkan wadahnya ke dalam wadah penyimpan air, dan ia menyentuh air yang bernilai lima keping uang māsaka atau lebih, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika ia membuatnya bergoyang, maka ia melakukan pelanggaran serius. Jika ia memasukkan ke dalam wadahnya sendiri, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran.

Jika ia memecahkan dindingnya, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika, setelah memecahkan dindingnya, ia membiarkan air mengalir keluar yang bernilai lima keping uang māsaka atau lebih, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran. Jika ia membiarkan air keluar yang bernilai lebih dari satu māsaka tetapi kurang dari lima māsaka, maka ia melakukan pelanggaran serius. Jika ia membiarkan air mengalir keluar yang bernilai satu māsaka atau kurang, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah.

Pembersih gigi:

Apakah yang siap dipakai atau tidak. Jika, dengan niat mencuri, ia menyentuh apa yang bernilai lima keping uang māsaka atau lebih, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika ia membuatnya bergoyang, maka ia melakukan pelanggaran serius. Jika ia memindahkannya dari dasarnya, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran.

Pohon hutan:

Pohon yang berguna apapun yang dimiliki orang-orang. Jika, dengan niat mencuri, ia menebangnya, maka untuk setiap pukulan ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika  tersisa satu pukulan lagi sebelum pohonnya tumbang, maka ia melakukan pelanggaran serius. Jika pukulan terakhir telah dilakukan, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran.

Benda-benda yang dibawa:

Benda-benda orang lain yang sedang dibawa. Jika, dengan niat mencuri, ia menyentuhnya, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika ia membuatnya bergoyang, maka ia melakukan pelanggaran serius. Jika ia memindahkannya dari dasarnya, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran.

Jika ia berpikir, "Bersama dengan pembawa, aku akan membawa benda-benda ini," dan ia membuat si pembawa menggerakkan satu kaki, maka ia melakukan pelanggaran serius. Jika ia membuatnya menggerakkan kaki kedua, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran.

Jika ia berpikir, "Aku akan mengambil benda-benda yang jatuh," dan ia membuatnya jatuh, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika, dengan niat mencuri, ia menyentuh benda-benda yang jatuh yang bernilai lima keping uang māsaka atau lebih, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika ia membuatnya bergoyang, maka ia melakukan pelanggaran serius. Jika ia memindahkannya dari dasarnya, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran.


Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Pārājika 2
« Reply #11 on: 14 September 2022, 11:52:17 AM »
Simpanan:

Benda-benda yang disimpan pada seorang bhikkhu. Jika bhikkhu itu diberitahu, "Berikan barang-barangku kepadaku," dan ia berkata, "aku tidak menerimanya," maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika ia membangkitkan keraguan pada si pemilik sehubungan dengan apakah ia akan mendapatkannya kembali, maka ia melakukan pelanggaran serius. Jika si pemilik berpikir, "Ia tidak akan memberikannya kepadaku," dan menghentikan usahanya untuk memperolehnya kembali, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran. Jika ia melakukan upaya hukum dan mengalahkan pemiliknya, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran. Jika ia melakukan upaya hukum tetapi kalah, maka ia melakukan pelanggaran serius.

Pabean:

Ini didirikan oleh raja di perlintasan gunung, pada penyeberangan sungai, atau di gerbang desa sehingga pajak dapat dikutip dari orang-orang yang melintasinya. Jika, dengan niat mencuri dan setelah memasuki kantor pabean, ia menyentuh benda-benda yang memiliki nilai pajak pada raja bernilai lima keping uang māsaka atau lebih, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika ia membuatnya bergoyang, maka ia melakukan pelanggaran serius. Jika ia melewati kantor pabean dengan satu kaki, maka ia melakukan pelanggaran serius. Jika ia melewati kantor pabean dengan kaki kedua, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran.

Jika, sambil berdiri di dalam kantor pabean, ia membuat benda-benda jatuh keluar dari kantor pabean, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran.

Jika ia sama sekali menghindari kantor pabean, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah.

Makhluk:

Seorang manusia adalah apa yang dimaksudkan. Jika, dengan niat mencuri, ia menyentuh orang itu, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika ia membuat orang itu bergoyang, maka ia melakukan pelanggaran serius. Jika ia memindahkan orang itu dari dasarnya, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran.

Jika ia berpikir, "Aku akan membawa orang itu dengan berjalan kaki," dan ia membuatnya menggerakkan kaki pertama, maka ia melakukan pelanggaran serius. Jika ia membuatnya menggerakkan kaki kedua, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran.

Tanpa-kaki:

Ular dan ikan. Jika, dengan niat mencuri, ia menyentuh apa yang bernilai lima keping uang māsaka atau lebih, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika ia membuatnya bergoyang, maka ia melakukan pelanggaran serius. Jika ia memindahkannya dari dasarnya, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran.

Berkaki-dua:

Manusia dan burung-burung. Jika, dengan niat mencuri, ia menyentuhnya, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika ia membuatnya bergoyang, maka ia melakukan pelanggaran serius. Jika ia memindahkannya dari dasarnya, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran.

Jika ia berpikir, "Aku akan membawanya dengan berjalan kaki," dan ia membuatnya menggerakkan kaki pertama, maka ia melakukan pelanggaran serius. Jika ia membuatnya menggerakkan kaki kedua, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran.

Berkaki-empat:

Gajah, kuda, unta, sapi, keledai, binatang-binatang ternak. Jika, dengan niat mencuri, ia menyentuhnya, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika ia membuatnya bergoyang, maka ia melakukan pelanggaran serius. Jika ia memindahkannya dari dasarnya, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran.

Jika ia berpikir, "Aku akan membawanya dengan berjalan kaki," dan ia membuatnya menggerakkan kaki pertama, maka ia melakukan pelanggaran serius. Jika ia membuatnya menggerakkan kaki kedua, maka ia melakukan pelanggaran serius. Jika ia membuatnya menggerakkan kaki ketiga, maka ia melakukan pelanggaran serius. Jika ia membuatnya menggerakkan kaki keempat, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran.

Berkaki-banyak:

Kalajengking, kelabang, ulat. Jika, dengan niat mencuri, ia menyentuh apa yang bernilai lima keping uang māsaka atau lebih, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika ia membuatnya bergoyang, maka ia melakukan pelanggaran serius. Jika ia memindahkannya dari dasarnya, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran.

Jika ia berpikir, "Aku akan membawanya dengan berjalan kaki," dan ia membuatnya bergerak, maka ia melakukan pelanggaran serius untuk setiap kaki yang bergerak. Ketika kaki terakhir bergerak, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran.

Seorang mata-mata:

Setelah memata-matai benda-benda. Jika ia menjelaskannya, dengan mengatakan, "Curilah benda-benda demikian," maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika ia mencuri benda-benda itu, maka terjadi pelanggaran yang mengharuskan pengusiran.

Penjaga harta yang dititipkan:

Seorang bhikkhu yang menjaga benda-benda yang dibawa kepadanya. Jika, dengan niat mencuri, ia menyentuh apa yang bernilai lima keping uang māsaka atau lebih, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika ia membuatnya bergoyang, maka ia melakukan pelanggaran serius. Jika ia memindahkannya dari dasarnya, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran.

Pencurian yang telah disepakati bersama:

Sekelompok orang sepakat. Jika salah satu di antara mereka mencuri benda-benda, maka terjadi pelanggaran yang mengharuskan pengusiran untuk mereka semua.

Bertindak menurut penunjukan:

Seseorang melakukan penunjukan untuk sebelum makan atau untuk sesudah makan, untuk malam itu atau untuk siang itu. Jika ia mengatakan, "Curilah benda-benda itu menurut penunjukan ini," maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika orang lainnya mencuri benda-benda itu menurut penunjukan itu, maka terjadi pelanggaran yang mengharuskan pengusiran untuk keduanya. Jika ia mencuri benda-benda itu sebelum atau sesudah waktu yang ditentukan, tidak ada pelanggaran untuk si penghasut, tetapi pelanggaran yang mengharuskan pengusiran untuk si pencuri.

Membuat isyarat:

Ia membuat tanda. Jika ia mengatakan, "Ketika aku berkedip, pada isyarat itu curilah benda-benda itu," atau, "Ketika aku mengangkat alis, pada isyarat itu curilah benda-benda itu," atau, "Ketika aku mengangguk, pada isyarat itu curilah benda-benda itu," maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika, pada isyarat itu, orang lainnya mencuri benda-benda itu, maka terjadi pelanggaran yang mengharuskan pengusiran untuk keduanya. Jika ia mencuri benda-benda itu sebelum atau sesudah isyarat itu, maka tidak ada pelanggaran untuk si penghasut, tetapi pelanggaran yang mengharuskan pengusiran untuk si pencuri.

Permutasi bagian 2

Jika seorang bhikkhu berkata kepada seorang bhikkhu lain, "Curilah benda-benda itu," maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika bhikkhu lain itu mencurinya, berpikir bahwa benda-benda itu adalah yang ia disuruh untuk mencuri, maka terjadi pelanggaran yang mengharuskan pengusiran untuk keduanya.

Jika seorang bhikkhu berkata kepada seorang bhikkhu lain, "Curilah benda-benda itu," maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika bhikkhu lain itu mencuri benda-benda lainnya, berpikir bahwa ia adalah orang yang disuruh untuk mencuri, maka tidak ada pelanggaran untuk si penghasut, tetapi terjadi pelanggaran yang mengharuskan pengusiran untuk si pencuri.

Jika seorang bhikkhu berkata kepada seorang bhikkhu lain, "Curilah benda-benda itu," maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika bhikkhu lain itu mencurinya, berpikir bahwa benda-benda itu bukanlah apa yang ia disuruh untuk mencuri, maka terjadi pelanggaran yang mengharuskan pengusiran untuk keduanya.

Jika seorang bhikkhu berkata kepada seorang bhikkhu lain, "Curilah benda-benda itu," maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika bhikkhu lain itu mencuri benda-benda lainnya, berpikir bahwa benda-benda itu bukanlah apa yang ia disuruh untuk mencuri, maka tidak ada pelanggaran untuk si penghasut, tetapi terjadi pelanggaran yang mengharuskan pengusiran untuk si pencuri.

Jika seorang bhikkhu memberitahu seorang bhikkhu lain, "Beritahu seseorang untuk mengatakan kepada seorang lainnya untuk mencuri benda-benda itu," maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Dalam memberitahu kepada orang berikutnya, terjadi pelanggaran perbuatan salah. Jika si calon pencuri menyetujui, maka terjadi pelanggaran serius untuk si penghasut. Jika ia mencuri benda-benda itu, maka terjadi pelanggaran yang mengharuskan pengusiran untuk mereka semua.

Jika seorang bhikkhu memberitahu seorang bhikkhu lain, "Beritahu seseorang untuk mengatakan kepada seorang lainnya untuk mencuri benda-benda itu," maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika bhikkhu lain itu memberitahu kepada orang lain yang bukan orang yang ia disuruh untuk memberitahukan, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika si calon pencuri menyetujui, maka terjadi pelanggaran perbuatan salah. Jika ia mencuri benda-benda itu, maka terjadi pelanggaran yang mengharuskan pengusiran untuk si penyampai pesan dan untuk si pencuri.

Jika seorang bhikkhu memberitahu bhikkhu kedua, "Curilah benda-benda itu," maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Ia pergi, namun kembali lagi, dengan berkata, "Aku tidak mampu mencuri benda-benda itu." Jika bhikkhu pertama memberitahunya lagi, "Ketika engkau mampu, maka curilah benda-benda itu," maka ia melakukan perbuatan salah. Jika bhikkhu kedua mencuri benda-benda itu, maka terjadi pelanggaran yang mengharuskan pengusiran untuk keduanya.

Jika seorang bhikkhu memberitahu bhikkhu kedua, "Curilah benda-benda itu," maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Kemudian ia menyesal, namun tidak mengatakan, "Jangan mencuri benda-benda itu." Jika bhikkhu kedua mencuri benda-benda itu, maka terjadi pelanggaran yang mengharuskan pengusiran untuk keduanya.

Jika seorang bhikkhu memberitahu bhikkhu kedua, "Curilah benda-benda itu," maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Kemudian ia menyesal dan mengatakan, "Jangan mencuri benda-benda itu." Jika bhikkhu kedua menjawab, "Aku telah engkau suruh untuk melakukan hal itu," dan ia kemudian mencuri benda-benda itu, maka tidak ada pelanggaran untuk si penghasut, tetapi terjadi pelanggaran yang mengharuskan pengusiran untuk si pencuri.

Jika seorang bhikkhu memberitahu bhikkhu kedua, "Curilah benda-benda itu," maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Kemudian ia menyesal dan mengatakan, "Jangan mencuri benda-benda itu." Jika bhikkhu kedua menjawab, "Baik," dan berhenti, maka tidak ada pelanggaran untuk keduanya.

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Pārājika 2
« Reply #12 on: 14 September 2022, 11:55:20 AM »
Permutasi bagian 3

Bagi seorang yang mencuri terjadi pelanggaran yang mengharuskan pengusiran ketika lima faktor terpenuhi: benda itu adalah milik orang lain; ia mengetahuinya demikian; itu adalah benda mahal yang bernilai lima keping uang māsaka atau lebih; ia berniat untuk mencurinya; jika ia menyentuhnya, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah; jika ia membuatnya bergoyang, maka ia melakukan pelanggaran serius; jika ia memindahkannya dari dasarnya, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran.

Bagi seorang yang mencuri terjadi pelanggaran serius ketika lima faktor terpenuhi: benda itu adalah milik orang lain; ia mengetahuinya demikian; itu adalah benda biasa yang bernilai lebih dari satu keping uang māsaka, tetapi kurang dari lima; ia berniat untuk mencurinya; jika ia menyentuhnya, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah; jika ia membuatnya bergoyang, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah; jika ia memindahkannya dari dasarnya, maka ia melakukan pelanggaran serius.

Bagi seorang yang mencuri terjadi pelanggaran perbuatan salah ketika lima faktor terpenuhi: benda itu adalah milik orang lain; ia mengetahuinya demikian; itu adalah benda biasa yang bernilai satu keping uang māsaka atau kurang; ia berniat untuk mencurinya; jika ia menyentuhnya, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah; jika ia membuatnya bergoyang, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah; jika ia memindahkannya dari dasarnya, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah.

Bagi seorang yang mencuri terjadi pelanggaran yang mengharuskan pengusiran ketika enam faktor terpenuhi: ia mengetahui bahwa benda itu bukan miliknya; ia tidak mengambilnya atas dasar kepercayaan; ia tidak meminjamnya; itu adalah benda mahal yang bernilai lima keping uang māsaka atau lebih; ia berniat untuk mencurinya; jika ia menyentuhnya, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah; jika ia membuatnya bergoyang, maka ia melakukan pelanggaran serius; jika ia memindahkannya dari dasarnya, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran.

Bagi seorang yang mencuri terjadi pelanggaran serius ketika enam faktor terpenuhi: ia mengetahui bahwa benda itu bukan miliknya; ia tidak mengambilnya atas dasar kepercayaan; ia tidak meminjamnya; itu adalah benda biasa yang bernilai lebih dari satu keping uang māsaka, tetapi kurang dari lima; ia berniat untuk mencurinya; jika ia menyentuhnya, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah; jika ia membuatnya bergoyang, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah; jika ia memindahkannya dari dasarnya, maka ia melakukan pelanggaran serius.

Bagi seorang yang mencuri terjadi pelanggaran perbuatan salah ketika enam faktor terpenuhi: ia mengetahui bahwa benda itu bukan miliknya; ia tidak mengambilnya atas dasar kepercayaan; ia tidak meminjamnya; itu adalah benda biasa yang bernilai satu keping uang māsaka atau kurang; ia berniat untuk mencurinya; jika ia menyentuhnya, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah; jika ia membuatnya bergoyang, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah; jika ia memindahkannya dari dasarnya, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah.

Bagi seorang yang mencuri terjadi pelanggaran perbuatan salah ketika lima faktor terpenuhi: benda itu bukan milik orang lain; tetapi ia mengetahuinya sebagai milik orang lain; itu adalah benda mahal yang bernilai lima keping uang māsaka atau lebih; ia berniat untuk mencurinya; jika ia menyentuhnya, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah; jika ia membuatnya bergoyang, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah; jika ia memindahkannya dari dasarnya, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah.

Bagi seorang yang mencuri terjadi pelanggaran perbuatan salah ketika lima faktor terpenuhi: benda itu bukan milik orang lain; tetapi ia mengetahuinya sebagai milik orang lain; itu adalah benda biasa yang bernilai lebih dari satu keping uang māsaka, tetapi kurang dari lima; ia berniat untuk mencurinya; jika ia menyentuhnya, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah; jika ia membuatnya bergoyang, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah; jika ia memindahkannya dari dasarnya, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah.

Bagi seorang yang mencuri terjadi pelanggaran perbuatan salah ketika lima faktor terpenuhi: benda itu bukan milik orang lain; tetapi ia mengetahuinya sebagai milik orang lain; ; itu adalah benda biasa yang bernilai satu keping uang māsaka atau kurang; ia berniat untuk mencurinya; jika ia menyentuhnya, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah; jika ia membuatnya bergoyang, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah; jika ia memindahkannya dari dasarnya, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah.

Tidak ada pelanggaran

Tidak ada pelanggaran: jika ia menganggapnya sebagai miliknya; jika ia mengambilnya atas dasar kepercayaan; jika ia meminjamnya; jika itu adalah milik hantu; jika itu adalah milik binatang; jika ia mengetahui sebagai benda yang dibuang; jika ia gila; jika ia kehilangan akal sehat; jika ia dikuasai kesakitan; jika ia adalah pelaku pertama.

Bagian pembacaan pertama tentang mencuri selesai

Rangkuman syair-syair studi kasus
"Lima diceritakan dengan para pencelup,
Dan empat dengan penutup tempat tidur;
Lima dengan kegelapan,
Dan lima dengan pembawa.
Lima diceritakan dengan cara berbicara,
Dua lainnya dengan angin;
Baru, menarik undian,
Dengan sauna menjadi sepuluh.
Lima diceritakan dengan pembunuhan binatang,
Dan lima tentang tanpa alasan yang benar;
Nasi pada masa kekurangan makanan, dan daging,
Kue kering, biskuit, dan kue basah.
Enam tentang benda kebutuhan, dan tas,
Alas tidur, bambu, tentang tidak keluar;
Dan mengambil makanan segar atas dasar kepercayaan,
Dua lainnya tentang menganggap sebagai miliknya.
Tujuh tentang 'Kami tidak mencuri'
Dan tujuh di mana mereka memang mencuri;
Tujuh di mana mereka mencuri dari Sangha
Dua lainnya dengan bunga.
Dan tiga tentang membawa pesan,
Tiga tentang mengambil permata masa lalu;
Dan babi, rusa, ikan,
Dan ia menjalankan kendaraan.
Dua tentang sepotong, dua tentang kayu,
Dibuang, dua tentang air;
Langkah demi langkah, dengan pengaturan,
Yang lainnya tidak sebanding nilainya.
Empat genggam di Sāvatthī,
Dua tentang pembunuhan, dua tentang rumput;
Tujuh di mana mereka membagi milik Sangha,
Dan tujuh tentang tidak ada pemilik.
Kayu, air, lempung, dua tentang rumput,
Tujuh tentang mencuri tempat tidur Sangha;
Dan seseorang tidak boleh mengambil apa yang ada pemilliknya,
Seseorang boleh meminjam apa yang ada pemiliknya.
Campā, dan di Rājagaha,
Dan Ajjuka di Vesālī;
Dan Benares, Kosambī,
Dan Sāgalā dengan Dalhika."

Studi Kasus

Pada suatu ketika para bhikkhu dari kelompok enam mendatangi para pencelup dan mencuri koleksi kain mereka. Mereka menjadi gelisah, dengan berpikir, "Sang Buddha telah menetapkan aturan latihan. Mungkinkah kami telah melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran?" Mereka memberitahu Sang Buddha. "Para bhikkhu, kalian telah melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran."

Pada suatu ketika seorang bhikkhu mendatangi para pencelup, melihat sehelai kain mahal, dan berniat untuk mencurinya. Ia menjadi gelisah ...; "Sang Buddha telah menetapkan aturan latihan. Mungkinkah kami telah melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran?" Ia memberitahu Sang Buddha. "Tidak ada pelanggaran bagi munculnya suatu pemikiran."

Pada suatu ketika seorang bhikkhu mendatangi para pencelup, melihat sehelai kain mahal, dan menyentuhnya, dan berniat untuk mencurinya. Ia menjadi gelisah ...; "Tidak ada pelanggaran yang mengharuskan pengusiran, tetapi ada pelanggaran perbuatan salah."

Pada suatu ketika seorang bhikkhu mendatangi para pencelup, melihat sehelai kain mahal, dan membuatnya bergoyang, berniat untuk mencurinya. Ia menjadi gelisah ...; "Tidak ada pelanggaran yang mengharuskan pengusiran, tetapi ada pelanggaran serius."

Pada suatu ketika seorang bhikkhu mendatangi para pencelup, melihat sehelai kain mahal, dan memindahkannya dari dasarnya, berniat untuk mencurinya. Ia menjadi gelisah ...; "Engkau telah melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran."

Pada suatu ketika seorang bhikkhu pengumpul dana makanan melihat sehelai penutup tempat tidur mahal dan berniat untuk mencurinya ...; "Tidak ada pelanggaran bagi munculnya suatu pemikiran." ...; dan menyentuhnya, berniat untuk mencurinya. ...; "Tidak ada pelanggaran yang mengharuskan pengusiran, tetapi ada pelanggaran perbuatan salah." ...; dan membuatnya bergoyang, berniat untuk mencurinya. ...; "Tidak ada pelanggaran yang mengharuskan pengusiran, tetapi ada pelanggaran serius." ...; dan memindahkannya dari dasarnya, berniat untuk mencurinya. ...; "Engkau telah melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran."

Pada suatu ketika seorang bhikkhu melihat beberapa benda pada siang hari. Ia mengingatnya dengan berpikir, "Aku akan mencurinya pada malam hari." Dan kemudian ia mencurinya, dengan berpikir bahwa itu adalah benda-benda yang telah ia lihat ...; Tetapi ia mencuri benda-benda lainnya, dengan pikiran bahwa itu adalah benda-benda yang telah ia lihat ...; Dan ia mencurinya, dengan berpikir bahwa benda-benda itu bukanlah benda-benda yang telah ia lihat ...; Tetapi ia mencuri benda-benda lain, dengan berpikir bahwa benda-benda itu bukanlah benda-benda yang telah ia lihat. Ia menjadi gelisah ...; "Engkau telah melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran."

Pada suatu ketika seorang bhikkhu melihat beberapa benda pada siang hari. Ia mengingatnya dengan berpikir, "Aku akan mencurinya pada malam hari." Tetapi ia mencuri benda-benda miliknya sendiri, dengan berpikir bahwa itu adalah benda-benda yang telah ia lihat. Ia menjadi gelisah ...; "Tidak ada pelanggaran yang mengharuskan pengusiran, tetapi ada pelanggaran perbuatan salah."

Pada suatu ketika seorang bhikkhu yang sedang membawa benda-benda orang lain di atas kepalanya menyentuh bebannya, dengan niat untuk mencurinya. ...; "Tidak ada pelanggaran yang mengharuskan pengusiran, tetapi ada pelanggaran perbuatan salah." ...; membuatnya bergoyang, dengan niat untuk mencurinya. ...; "Tidak ada pelanggaran yang mengharuskan pengusiran, tetapi ada pelanggaran serius." ...; menurunkan ke bahunya, dengan niat untuk mencurinya. ...; "Engkau telah melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran." ...;
menyentuh beban di bahunya, dengan niat untuk mencurinya. ...; "Tidak ada pelanggaran yang mengharuskan pengusiran, tetapi ada pelanggaran perbuatan salah." ...; membuatnya bergoyang, dengan niat untuk mencurinya. ...; "Tidak ada pelanggaran yang mengharuskan pengusiran, tetapi ada pelanggaran serius." ...; menurunkannya ke pinggul, dengan niat untuk mencurinya. ...; "Engkau telah melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran." ...;
menyentuh beban di pinggulnya, dengan niat untuk mencurinya. ...; "Tidak ada pelanggaran yang mengharuskan pengusiran, tetapi ada pelanggaran perbuatan salah." ...; membuatnya bergoyang, dengan niat untuk mencurinya. ...; "Tidak ada pelanggaran yang mengharuskan pengusiran, tetapi ada pelanggaran serius." ...; memegangnya dengan tangannya, dengan niat untuk mencurinya. ...; "Engkau telah melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran." ...;
meletakkan beban di tangannya ke atas tanah, dengan niat untuk mencurinya. ...; "Engkau telah melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran." ...; memungutnya dari atas tanah, dengan niat untuk mencurinya. ...; "Engkau telah melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran."

Pada suatu ketika seorang bhikkhu menghamparkan jubahnya di luar dan masuk ke dalam kediamannya. Bhikkhu kedua, dengan berpikir, "Biarlah aku menjaganya," menyimpannya. Bhikkhu pertama keluar dari kediamannya dan bertanya kepada para bhikkhu, "Siapakah yang mencuri jubahku?" Bhikkhu kedua berkata, "Aku mencurinya." Bhikkhu pertama menangkapnya dan berkata, "Engkau bukan lagi seorang monastik!" Bhikkhu kedua menjadi gelisah ...; Ia memberitahu Sang Buddha. "Apakah yang engkau pikirkan pada saat itu?"

"Yang Mulia, itu hanya gaya bahasa."

"Kalau itu hanya gaya bahasa, maka tidak ada pelanggaran."

Pada suatu ketika seorang bhikkhu meletakkan jubahnya di atas bangku ...; meletakkan alas duduknya di atas bangku ...; meletakkan mangkuknya di bawah bangku dan memasuki kediamannya. Bhikkhu kedua, dengan berpikir, "Biarlah aku menjaganya," menyimpannya. Bhikkhu pertama keluar dan bertanya kepada para bhikkhu, "Siapakah yang mencuri mangkukku?" Bhikkhu kedua berkata, "Aku mencurinya." Bhikkhu pertama menangkapnya dan berkata, "Engkau bukan lagi seorang monastik!" Bhikkhu kedua menjadi gelisah ...; "Kalau itu hanya gaya bahasa, maka tidak ada pelanggaran."

Pada suatu ketika seorang bhikkhunī menghamparkan jubahnya di atas pagar dan masuk ke dalam kediamannya. Bhikkhunī kedua, dengan berpikir, "Biarlah aku menjaganya," menyimpannya. Bhikkhunī pertama keluar dari kediamannya dan bertanya kepada para bhikkhunī, "Siapakah yang mencuri jubahku?" Bhikkhunī kedua berkata, "Aku mencurinya." Bhikkhunī pertama menangkapnya dan berkata, "Engkau bukan lagi seorang monastik!" Bhikkhunī kedua menjadi gelisah ...; Ia memberitahu para bhikkhunī, yang kemudian memberitahu para bhikkhu, yang kemudian memberitahu Sang Buddha. ...; "Kalau itu hanya gaya bahasa, maka tidak ada pelanggaran."

Pada suatu ketika seorang bhikkhu melihat sebuah buntalan diterbangkan oleh angin puyuh. Ia menangkapnya, dengan berpikir, "Aku akan memberikannya kepada pemiliknya." Tetapi pemiliknya menuduhnya, dengan berkata, "Engkau bukan lagi seorang monastik!" Ia menjadi gelisah ...; "Apakah yang engkau pikirkan pada saat itu, bhikkhu?"

"Aku tidak berniat untuk mencurinya, Yang Mulia"

"Tidak ada pelanggaran bagi seorang yang tidak berniat untuk mencuri."

Pada suatu ketika seorang bhikkhu menangkap sebuah serban yang diterbangkan oleh angin puyuh, dengan niat untuk mencurinya sebelum pemiliknya mengetahui. Pemiliknya menuduhnya, dengan berkata, "Engkau bukan lagi seorang monastik!" Ia menjadi gelisah ...; "Engkau telah melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran."

Pada suatu ketika seorang bhikkhu pergi ke tanah pemakaman dan mengambil kain buangan yang membungkus mayat baru. Hantunya masih berdiam di dalam mayat itu, dan ia berkata kepada bhikkhu tersebut, "Tuan, jangan ambil kain pembungkusku." Bhikkhu itu tidak memperhatikan dan pergi. Kemudian mayat itu bangkit dan mengikuti di belakang bhikkhu tersebut. Bhikkhu itu memasuki kediamannya dan menutup pintu, dan mayat itu jatuh di sana. Ia menjadi gelisah ...; "Tidak ada pelanggaran yang mengharuskan pengusiran.

Tetapi seorang bhikkhu tidak boleh mengambil kain buangan dari mayat baru. Jika ia melakukannya, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah.

Pada suatu ketika kain-jubah milik Sangha sedang dibagikan. Seorang bhikkhu mengabaikan undian dan mengambil kain-jubah, dengan niat untuk mencurinya. Ia menjadi gelisah ...; "Engkau telah melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran."

Ketika Yang Mulia Ānanda sedang berada di dalam sebuah sauna, ia menganggap sarung bhikkhu lain sebagai sarung miliknya dan mengenakannya. Bhikkhu lainnya berkata, "Ānanda, mengapa engkau mengenakan sarungku?"

"Aku pikir ini sarungku."

Mereka memberitahukan kepada Sang Buddha. "Tidak ada pelanggaran bagi seorang yang menganggapnya sebagai miliknya."

Pada suatu ketika sejumlah bhikkhu sedang turun dari Puncak Hering ketika mereka melihat sisa-sisa mangsa singa. Mereka memasaknya dan memakannya. Mereka menjadi gelisah ...; "Tidak ada pelanggaran jika itu adalah sisa-sisa mangsa singa."

Pada suatu ketika sejumlah bhikkhu sedang turun dari Puncak Hering ketika mereka melihat sisa-sisa mangsa harimau ...; melihat sisa-sisa mangsa macan kumbang ...; melihat sisa-sisa mangsa dubuk ...; melihat sisa-sisa mangsa serigala. Mereka memasaknya dan memakannya. Mereka menjadi gelisah ...; "Tidak ada pelanggaran jika itu adalah milik binatang."

Pada suatu hari, ketika nasi milik Sangha sedang dibagikan, seorang bhikkhu berkata tanpa dasar, "Sudilah memberiku satu porsi untuk satu orang lagi," dan ia membawanya pergi. Ia menjadi gelisah ...; "Tidak ada pelanggaran yang mengharuskan pengusiran, tetapi ada pelanggaran yang mengharuskan penebusan karena berbohong dengan sengaja."

Ketika makanan segar milik Sangha sedang dibagikan ...; ketika kue-kue kering milik Sangha sedang dibagikan ...; ketika tebu milik Sangha sedang dibagikan ...; ketika buah kesemek milik Sangha sedang dibagikan, seorang bhikkhu berkata tanpa dasar, "Sudilah memberiku satu porsi untuk satu orang lagi," dan ia membawanya pergi. Ia menjadi gelisah ...; "Tidak ada pelanggaran yang mengharuskan pengusiran, tetapi ada pelanggaran yang mengharuskan penebusan karena berbohong dengan sengaja."

Pada suatu ketika pada masa kekurangan makanan, seorang bhikkhu memasuki dapur dan mengambil semangkuk penuh nasi, dengan niat untuk mencurinya. Ia menjadi gelisah ...; "Engkau telah melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran."

Pada suatu ketika pada masa kekurangan makanan, seorang bhikkhu memasuki rumah jagal dan mengambil semangkuk penuh daging, dengan niat untuk mencurinya. Ia menjadi gelisah ...; "Engkau telah melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran."

Pada suatu ketika pada masa kekurangan makanan, seorang bhikkhu memasuki toko kue dan mengambil semangkuk penuh kue kering, dengan niat untuk mencurinya. ...; mengambil semangkuk penuh biskuit, dengan niat untuk mencurinya. ...; mengambil semangkuk penuh kue basah, dengan niat untuk mencurinya. Ia menjadi gelisah ...; "Engkau telah melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran."

Pada suatu ketika seorang bhikkhu melihat sebuah benda kebutuhan pada siang hari. Ia mengingatnya dengan pikiran, "Aku akan mencurinya pada malam hari." Kemudian ia mencurinya, dengan berpikir bahwa itu adalah apa yang telah ia lihat ...; Kemudian ia mencuri sesuatu yang lain, dengan berpikir bahwa itu adalah apa yang telah ia lihat ...; Kemudian ia mencurinya, dengan berpikir bahwa itu bukanlah apa yang telah ia lihat ...; Kemudian ia mencuri sesuatu yang lain, dengan berpikir bahwa itu bukanlah apa yang telah ia lihat. Ia menjadi gelisah ...; "Engkau telah melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran."

Pada suatu ketika seorang bhikkhu melihat sebuah benda kebutuhan pada siang hari. Ia mengingatnya dengan pikiran, "Aku akan mencurinya pada malam hari." Tetapi ia mencuri benda kebutuhannya sendiri, dengan berpikir bahwa itu adalah apa yang telah ia lihat. Ia menjadi gelisah ...; "Tidak ada pelanggaran yang mengharuskan pengusiran, tetapi ada pelanggaran perbuatan salah."

Pada suatu ketika seorang bhikkhu melihat sebuah tas di atas bangku. Ia berpikir, "Jika aku mengambilnya dari sana aku dapat diusir," dan oleh karena itu ia mengambilnya dengan membawa bangkunya. Ia menjadi gelisah ...; "Engkau telah melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran."

Pada suatu ketika seorang bhikkhu mengambil alas tidur dari Sangha, dengan niat untuk mencurinya. Ia menjadi gelisah ...; "Engkau telah melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran."

Pada suatu ketika seorang bhikkhu mengambil sehelai jubah dari rak jubah dari bambu, dengan niat untuk mencurinya. Ia menjadi gelisah ...; "Engkau telah melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran."

Pada suatu ketika seorang bhikkhu mencuri jubah dari sebuah kediaman. Ia berpikir, "Jika aku keluar dari sini, aku dapat diusir," dan ia berdiam di dalam kediaman itu. Mereka melaporkan kepada Sang Buddha. "Apakah orang dungu itu keluar atau tidak, ia telah melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran."

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Pārājika 2
« Reply #13 on: 14 September 2022, 11:56:43 AM »
Pada suatu ketika ada dua orang bhikkhu yang bersahabat. Salah satu di antara mereka memasuki desa untuk menerima dana makanan. Ketika makanan segar milik Sangha sedang dibagikan, bhikkhu kedua mengambil porsi sahabatnya. Dengan mengambilnya atas dasar kepercayaan, ia memakannya. Ketika mengetahui tentang ini, bhikkhu pertama menuduhnya, dengan berkata, "Engkau bukan lagi seorang monastik!" Ia menjadi gelisah ...;
"Apakah yang engkau pikirkan pada saat itu, bhikkhu?"
"Aku mengambilnya atas dasar kepercayaan, Yang Mulia."
"Tidak ada pelanggaran bagi seseorang yang mengambilnya atas dasar kepercayaan."

Pada suatu ketika sejumlah bhikkhu sedang membuat jubah. Ketika makanan segar milik Sangha sedang dibagikan, mereka mengambil jatah mereka dan mengesampingkannya. Seorang bhikkhu memakan porsi bhikkhu lain, dengan berpikir bahwa itu adalah porsi miliknya. Ketika bhikkhu lain mengetahui hal ini, ia menuduhnya, dengan berkata, "Engkau bukan lagi seorang monastik!" Ia menjadi gelisah ...;
"Apakah yang engkau pikirkan pada saat itu, bhikkhu?"
"Aku berpikir bahwa itu adalah milikku, Yang Mulia."
"Tidak ada pelanggaran bagi seseorang yang menganggapnya sebagai miliknya sendiri."

Pada suatu ketika sejumlah bhikkhu sedang membuat jubah. Ketika makanan segar milik Sangha sedang dibagikan, mereka memasukkan jatah seorang bhikkhu tertentu ke dalam mangkuk bhikkhu lain dan mengesampingkannya. Bhikkhu pemilik mangkuk tersebut memakan makanan itu, dengan berpikir bahwa itu adalah jatahnya. Ketika ia mengetahui hal ini, si pemilik makanan menuduhnya ...; "Tidak ada pelanggaran bagi seseorang yang menganggapnya sebagai miliknya sendiri."

Pada suatu ketika para pencuri buah mangga memetik buah-buah mangga, mengumpulkannya dalam satu ikatan, dan pergi. Para pemilik mengejar mereka. Ketika mereka melihat para pemilik, para pencuri itu menjatuhkan ikatan dan melarikan diri. Beberapa bhikkhu menganggap buah-buah mangga itu dibuang, dipersembahkan, dan memakannya. Tetapi para pemilik menuduh mereka, dengan berkata, "Kalian bukan lagi para monastik!" Mereka menjadi gelisah ...; Mereka memberitahukan kepada Sang Buddha.
"Apakah yang kalian pikirkan pada saat itu, para bhikkhu?"
"Yang Mulia, kami berpikir bahwa buah-buah mangga itu dibuang."
"Tidak ada pelanggaran bagi seseorang yang menganggap sesuatu sebagai dibuang."

Pada suatu ketika para pencuri buah plum hitam ...; pencuri buah sukun ...; pencuri buah nangka ...; pencuri buah palem ...; pencuri tebu ...; pencuri buah kesemek memetik buah-buahan, mengumpulkannya dalam satu ikatan, dan pergi. Para pemilik mengejar mereka. Ketika mereka melihat para pemilik, para pencuri itu menjatuhkan ikatan dan melarikan diri. Beberapa bhikkhu menganggap buah-buah kesemek itu dibuang, dipersembahkan, dan memakannya. Tetapi para pemilik menuduh mereka, dengan berkata, "Kalian bukan lagi para monastik!" Mereka menjadi gelisah ...; "Tidak ada pelanggaran bagi seseorang yang menganggap sesuatu sebagai dibuang."

Pada suatu ketika para pencuri buah mangga memetik buah-buah mangga, mengumpulkannya dalam satu ikatan, dan pergi. Para pemilik mengejar mereka. Ketika mereka melihat para pemilik, para pencuri itu menjatuhkan ikatan dan melarikan diri. Beberapa bhikkhu memakannya, dengan niat untuk mencurinya sebelum para pemilik mengetahuinya. Para pemilik menuduh para bhikkhu, dengan berkata, "Kalian bukan lagi para monastik!" Mereka menjadi gelisah ...; "Kalian telah melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran."

Pada suatu ketika para pencuri buah plum hitam ...; pencuri buah sukun ...; pencuri buah nangka ...; pencuri buah palem ...; pencuri tebu ...; pencuri buah kesemek memetik buah-buahan, mengumpulkannya dalam satu ikatan, dan pergi. Para pemilik mengejar mereka. Ketika mereka melihat para pemilik, para pencuri itu menjatuhkan ikatan dan melarikan diri. Beberapa bhikkhu memakannya, dengan niat untuk mencurinya sebelum para pemilik mengetahuinya. Para pemilik menuduh mereka, dengan berkata, "Kalian bukan lagi para monastik!" Mereka menjadi gelisah ...; "Kalian telah melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran."

Pada suatu ketika seorang bhikkhu mengambil sebutir buah mangga dari Sangha, dengan niat untuk mencurinya ...; sebutir plum hitam ...; sebutir buah sukun ...; sebutir buah nangka ...; sebutir buah palem ...; sebatang tebu ...; sebutir buah kesemek dari Sangha, dengan niat untuk mencurinya. Ia menjadi gelisah ...; "Engkau telah melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran."

Pada suatu ketika seorang bhikkhu pergi ke taman dan mengambil sekuntum bunga yang telah dipotong yang bernilai lima keping uang māsaka, dengan niat untuk mencurinya. Ia menjadi gelisah ...; "Engkau telah melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran."

Pada suatu ketika seorang bhikkhu pergi ke taman, memetik sekuntum bunga yang bernilai lima keping uang māsaka, dan membawanya, dengan niat untuk mencurinya. Ia menjadi gelisah ...; "Engkau telah melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran."

Pada suatu ketika seorang bhikkhu yang sedang memasuki desa berkata kepada bhikkhu lain, "Aku dapat menyampaikan pesan kepada keluarga yang menyokongmu." Ia pergi ke sana dan membawa kembali sebuah buntalan yang ia gunakan sendiri. Ketika bhikkhu lain itu mengetahui hal ini, ia menuduhnya, dengan berkata, "Engkau bukan lagi seorang monastik!" Ia menjadi gelisah ...; "Tidak ada pelanggaran yang mengharuskan pengusiran.

Tetapi kalian tidak boleh mengatakan, 'Aku dapat menyampaikan pesan.' Jika kalian melakukan itu, maka kalian melakukan pelanggaran perbuatan salah."

Pada suatu ketika seorang bhikkhu sedang memasuki desa. Seorang bhikkhu lainnya berkata kepadanya, "Sudilah menyampaikan pesan kepada keluarga yang menyokongku." Ia pergi ke sana dan membawa kembali sepasang buntalan. Ia menggunakan satu untuk dirinya sendiri dan memberikan yang lainnya kepada bhikkhu lainnya. Ketika bhikkhu lainnya itu mengetahui hal ini, ia menuduhnya, dengan berkata, "Engkau bukan lagi seorang monastik!" Ia menjadi gelisah ...; "Tidak ada pelanggaran yang mengharuskan pengusiran.

Tetapi kalian tidak boleh mengatakan, 'Sudilah menyampaikan pesan.' Jika kalian melakukan itu, maka kalian melakukan pelanggaran perbuatan salah."

Pada suatu ketika seorang bhikkhu yang sedang memasuki desa berkata kepada bhikkhu lain, "Aku dapat menyampaikan pesan kepada keluarga yang menyokongmu." Ia menjawab, "Ya tolong lakukan." Ia pergi ke sana dan membawa kembali satu takaran āḷhaka ghee, satu takaran tulā gula, dan satu takaran doṇa nasi sekam, yang ia makan sendiri. Ketika bhikkhu lainnya mengetahui hal ini, ia menuduhnya, dengan berkata, "Engkau bukan lagi seorang monastik!" Ia menjadi gelisah ...; "Tidak ada pelanggaran yang mengharuskan pengusiran.

Tetapi kalian tidak boleh mengatakan, 'Aku dapat menyampaikan pesan' juga tidak boleh mengatakan, 'Ya tolong lakukan.' Jika kalian melakukan itu, maka kalian melakukan pelanggaran perbuatan salah."

Pada suatu ketika seseorang yang sedang melakukan perjalanan bersama dengan seorang bhikkhu sedang membawa permata berharga. Ketika orang itu melihat kantor pabean, ia meletakkan permata itu ke dalam tas bhikkhu tanpa sepengetahuannya. Ketika mereka telah melewati kantor pabean, ia mengambilnya kembali. Bhikkhu itu gelisah ...;
"Apakah yang engkau pikirkan saat itu, bhikkhu?"
"Aku tidak mengetahuinya, Yang Mulia."
"Tidak ada pelanggaran bagi seorang yang tidak mengetahui."

Pada suatu ketika seseorang yang sedang melakukan perjalanan bersama dengan seorang bhikkhu sedang membawa permata berharga. Ketika orang itu melihat kantor pabean, ia berpura-pura sakit, dan menyerahkan tasnya kepada si bhikkhu. Ketika mereka telah melewati kantor pabean, ia berkata kepada si bhikkhu, "Kembalikan tasku, Yang Mulia, aku tidak sakit."
"Kalau begitu mengapa engkau mengaku demikian?"
Orang itu memberitahukan kepada si bhikkhu. Ia menjadi gelisah ...; "Apakah yang engkau pikirkan saat itu, bhikkhu?" "Aku tidak mengetahuinya, Yang Mulia." "Tidak ada pelanggaran bagi seorang yang tidak mengetahui."

Pada suatu ketika seorang bhikkhu sedang melakukan perjalanan bersama dengan suatu kelompok. Seseorang berteman dengan bhikkhu itu dengan memberinya makanan. Melihat kantor pabean, ia menyerahkan sebuah permata berharga kepada bhikkhu tersebut, dengan berkata, "Yang Mulia, sudilah membawa permata ini melewati pabean," bhikkhu tersebut melakukannya. Ia menjadi gelisah ...; "Engkau telah melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran."

Pada suatu ketika seorang bhikkhu, demi belas kasihan, membebaskan seekor babi yang terjebak dalam sebuah perangkap. Ia menjadi gelisah ...; "Apakah yang engkau pikirkan pada saat itu, bhikkhu?"
"Aku terdorong oleh belas kasihan, Yang Mulia."
"Tidak ada pelanggaran bagi seorang yang terdorong oleh belas kasihan."

Pada suatu ketika seorang bhikkhu membebaskan seekor babi yang terjebak dalam sebuah perangkap, dengan niat untuk mencurinya sebelum pemiliknya mengetahui. Ia menjadi gelisah ...; "Engkau telah melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran."

Pada suatu ketika seorang bhikkhu, demi belas kasihan, membebaskan seekor rusa yang terjebak dalam sebuah perangkap ...; membebaskan seekor rusa yang terjebak dalam sebuah perangkap, dengan niat untuk mencurinya sebelum pemiliknya mengetahuinya. ...; demi belas kasihan, membebaskan ikan yang terjebak dalam jala-ikan ...; membebaskan ikan yang terjebak dalam jala-ikan, dengan niat untuk mencurinya sebelum pemiliknya mengetahui. Ia menjadi gelisah ...; "Engkau telah melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran."

Pada suatu ketika seorang bhikkhu melihat beberapa benda di sebuah kendaraan. Ia berpikir, "Jika aku mengambilnya dari sana, aku akan diusir." Maka ia mengambilnya dengan menjalankan kendaraan itu. Ia menjadi gelisah ...; "Engkau telah melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran."

Pada suatu ketika seorang bhikkhu menangkap sepotong daging yang diambil oleh seekor burung elang, dengan niat untuk mengembalikannya kepada pemiliknya. Tetapi si pemilik menuduhnya, dengan berkata, "Engkau bukan lagi seorang monastik!" Ia menjadi gelisah ...; "Tidak ada pelanggaran bagi seorang yang tidak berniat untuk mencuri."

Pada suatu ketika seorang bhikkhu menangkap sepotong daging yang diambil oleh seekor burung elang, dengan niat untuk mencuri sebelum pemiliknya mengetahui. Si pemilik menuduhnya, dengan berkata, "Engkau bukan lagi seorang monastik!" Ia menjadi gelisah ...; "Engkau telah melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran."

Pada suatu ketika beberapa orang membuat sebuah rakit yang mereka bawa ke sungai Aciravatī. Karena tali pengikatnya putus, kayu-kayu itu menjadi bercerai-berai. Beberapa bhikkhu mengambilnya dari air, menganggapnya sebagai dibuang. Para pemiliknya menuduh para bhikkhu, dengan berkata, "Kalian bukan lagi para monastik!" Mereka menjadi gelisah ...; "Tidak ada pelanggaran bagi seorang yang menganggap sesuatu sebagai telah dibuang."

Pada suatu ketika beberapa orang membuat sebuah rakit yang mereka bawa ke sungai Aciravatī. Karena tali pengikatnya putus, kayu-kayu itu menjadi bercerai-berai. Beberapa bhikkhu mengambilnya dari air, dengan niat untuk mencurinya sebelum para pemiliknya mengetahui. Para pemiliknya menuduh para bhikkhu, dengan berkata, "Kalian bukan lagi para monastik!" Mereka menjadi gelisah ...; "Kalian telah melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran."

Pada suatu ketika seorang gembala sapi menggantung buntalannya pada sebatang pohon dan pergi buang air. Seorang bhikkhu menganggapnya telah dibuang dan mengambilnya. Si gembala menuduhnya, dengan berkata, "Engkau bukan lagi seorang monastik!" Ia menjadi gelisah ...; "Tidak ada pelanggaran bagi seorang yang menganggap sesuatu sebagai telah dibuang."

Pada suatu ketika, sebuah buntalan yang terlepas dari tangan seorang pencelup tersangkut di kaki seorang bhikkhu sewaktu ia sedang menyeberangi sungai. Bhikkhu itu mengambilnya, dengan berpikir, "Aku akan mengembalikannya kepada pemiliknya." Tetapi pemiliknya menuduhnya, dengan berkata, "Engkau bukan lagi seorang monastik!" Ia menjadi gelisah ...; "Tidak ada pelanggaran bagi seorang yang tidak berniat untuk mencuri."

Pada suatu ketika, sebuah buntalan yang terlepas dari tangan seorang pencelup tersangkut di kaki seorang bhikkhu sewaktu ia sedang menyeberangi sungai. Bhikkhu itu mengambilnya, dengan niat untuk mencurinya sebelum pemiliknya mengetahui. Pemiliknya menuduhnya, dengan berkata, "Engkau bukan lagi seorang monastik!" Ia menjadi gelisah ...; "Engkau telah melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran."

Pada suatu ketika seorang bhikkhu melihat sekendi ghee dan memakannya sedikit demi sedikit. Ia menjadi gelisah ...; "Tidak ada pelanggaran yang mengharuskan pengusiran, tetapi ada pelanggaran perbuatan salah."

Pada suatu ketika sejumlah bhikkhu membuat pengaturan dan kemudian pergi, dengan berpikir, "Kami akan mencuri benda-benda ini." Salah satu di antara mereka mencuri benda-benda itu. Yang lainnya berkata, "Kita tidak diusir. Ia yang mencurinya yang akan diusir." Mereka melaporkan kepada Sang Buddha. "Kalian semua melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran."

Pada suatu ketika sejumlah bhikkhu membuat pengaturan, mencuri beberapa benda, dan membagi-bagikannya. Masing-masing mereka menerima bagian yang bernilai kurang dari lima keping uang māsaka. Mereka berkata, "Kita tidak diusir." Mereka memberitahu Sang Buddha. "Kalian telah melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran."

Ketika Sāvatthī sedang kekurangan makanan, seorang bhikkhu mengambil segenggam beras dari seorang penjaga toko, dengan niat untuk mencurinya. Ia menjadi gelisah ...; "Engkau telah melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran."

Ketika Sāvatthī sedang kekurangan makanan, seorang bhikkhu mengambil segenggam kacang hijau dari seorang penjaga toko, dengan niat untuk mencurinya ...; segenggam ketan hitam ...; segenggam wijen dari seorang penjaga toko, dengan niat untuk mencurinya. Ia menjadi gelisah ...; "Engkau telah melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran."

Pada suatu ketika di Hutan Gelap di dekat Sāvatthī, para pencuri membunuh seekor sapi, memakan sebagian dagingnya, meninggalkan sisanya, dan pergi. Beberapa bhikkhu mengambilnya dan memakannya, menganggapnya sebagai telah dibuang. Para pencuri menuduh para bhikkhu ini, dengan berkata: "Kalian bukan lagi para monastik!" Mereka menjadi gelisah ...; "Tidak ada pelanggaran bagi seorang yang menganggap sesuatu sebagai telah dibuang."

Pada suatu ketika di Hutan Gelap di dekat Sāvatthī, para pencuri membunuh seekor babi, memakan sebagian dagingnya, meninggalkan sisanya, dan pergi. Beberapa bhikkhu mengambilnya dan memakannya, menganggapnya sebagai telah dibuang. Para pencuri menuduh para bhikkhu ini, dengan berkata: "Kalian bukan lagi para monastik!" Mereka menjadi gelisah ...; "Tidak ada pelanggaran bagi seorang yang menganggap sesuatu sebagai telah dibuang."

Pada suatu ketika seorang bhikkhu pergi ke padang rumput dan mengambil potongan rumput yang bernilai lima keping uang māsaka, dengan niat untuk mencuri. Ia menjadi gelisah ...; "Engkau telah melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran."

Pada suatu ketika seorang bhikkhu pergi ke padang rumput, memotong rumput yang bernilai lima keping uang māsaka, dan membawanya, dengan niat untuk mencuri. Ia menjadi gelisah ...; "Engkau telah melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran."

Pada suatu ketika beberapa bhikkhu yang baru tiba membagikan buah mangga milik Sangha dan memakannya. Para bhikkhu tuan rumah menuduh para bhikkhu itu, dengan berkata, "Kalian bukan lagi para monastik!" Mereka menjadi gelisah ...; Mereka memberitahu Sang Buddha.
"Apakah yang kalian pikirkan pada saat itu, para bhikkhu?"
"Kami pikir buah-buahan itu memang untuk dimakan, Yang Mulia."
"Tidak ada pelanggaran bagi seorang yang berpikir bahwa itu memang untuk dimakan."

Pada suatu ketika beberapa bhikkhu yang baru tiba membagikan buah plum hitam milik Sangha ...; buah sukun milik Sangha ...; buah nangka milik Sangha ...; buah palem milik Sangha ...; tebu milik Sangha ...; buah kesemek milik Sangha dan memakannya. Para bhikkhu tuan rumah menuduh para bhikkhu itu, dengan berkata, "Kalian bukan lagi para monastik!" Mereka menjadi gelisah ...; "Tidak ada pelanggaran bagi seorang yang berpikir bahwa itu memang untuk dimakan."

Pada suatu ketika penjaga hutan mangga memberikan mangga untuk beberapa bhikkhu. Para bhikkhu karena berpikir, "Mereka memiliki kekuasaan untuk menjaga, bukan untuk memberikan," takut melakukan kesalahan dan tidak menerimanya. Mereka memberitahu Sang Buddha. "Tidak ada pelanggaran jika itu adalah pemberian dari seorang penjaga."

Pada suatu ketika penjaga hutan plum hitam ...; penjaga hutan sukun ...; penjaga hutan nangka ...; penjaga hutan palem ...; penjaga ladang tebu ...; penjaga hutan kesemek memberikan kesemek untuk beberapa bhikkhu. Para bhikkhu karena berpikir, "Mereka memiliki kekuasaan untuk menjaga, bukan untuk memberikan," takut melakukan kesalahan dan tidak menerimanya. Mereka memberitahu Sang Buddha. "Tidak ada pelanggaran jika itu adalah pemberian dari seorang penjaga."

Pada suatu ketika seorang bhikkhu meminjam sepotong kayu milik Sangha dan menggunakannya untuk menyokong dinding kediamannya. Para bhikkhu menuduhnya, dengan berkata, "Engkau bukan lagi seorang monastik!" Ia menjadi gelisah dan memberitahu Sang Buddha. "Apakah yang engkau pikirkan pada saat itu, bhikkhu?"
"Aku meminjamnya, Yang Mulia."
"Tidak ada pelanggaran bagi seorang yang meminjam."

Pada suatu ketika seorang bhikkhu mengambil air dari Sangha, dengan niat untuk mencurinya ...; mengambil lempung dari Sangha, dengan niat untuk mencurinya ...; mengambil tumpukan rumput dari Sangha, dengan niat untuk mencurinya ...; Ia menjadi gelisah ...; "Engkau telah melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran."

Pada suatu ketika seorang bhikkhu membakar tumpukan rumput milik Sangha, dengan niat untuk mencurinya. Ia menjadi gelisah ...; "Tidak ada pelanggaran yang mengharuskan pengusiran, tetapi ada pelanggaran perbuatan salah."

Pada suatu ketika seorang bhikkhu mengambil tempat tidur dari Sangha, dengan niat untuk mencurinya ...; Ia menjadi gelisah ...; "Engkau telah melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran."

Pada suatu ketika seorang bhikkhu mengambil sebuah bangku dari Sangha, dengan niat untuk mencurinya ...; sebuah alas tidur dari Sangha ...; sebuah bantal dari Sangha ...; sebuah pintu dari Sangha ...; sebuah jendela dari Sangha ...; mengambil sebatang kasau dari Sangha, dengan niat untuk mencurinya ...; Ia menjadi gelisah ...; "Engkau telah melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran."

Pada suatu ketika para bhikkhu menggunakan di tempat lain perabotan milik seorang umat awam. Umat awam itu mengeluhkan dan mengkritik mereka, "Bagaimana mungkin para mulia itu menggunakan perabotan di tempat yang tidak seharusnya?" Mereka memberitahu Sang Buddha.
"Kalian tidak boleh menggunakan perabotan di tempat yang tidak seharusnya. Jika kalian melakukannya, maka kalian melakukan pelanggaran perbuatan salah."

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Pārājika 2
« Reply #14 on: 14 September 2022, 11:57:04 AM »
Tidak lama kemudian, karena takut melakukan kesalahan, para bhikkhu tidak membawa perabotan apa pun ke aula uposatha atau tempat pertemuan, dan mereka duduk di atas tanah tanpa alas. Mereka menjadi kotor, demikian juga jubah mereka. Mereka memberitahu Sang Buddha.
"Aku memperbolehkan kalian untuk meminjam."

Pada suatu ketika di Campā, seorang bhikkhunī yang menjadi murid bhikkhunī Thullanandā mengunjungi sebuah keluarga yang menyokong Thullanandā dan berkata, "Yang Mulia ingin meminum bubur beras yang pedasnya tiga kali lipat." Ketika sudah siap, ia membawanya dan memakannya sendiri. Ketika Thullanandā mengetahui hal ini, ia menuduhnya, dengan berkata, "Engkau bukan lagi seorang monastik!" Ia menjadi gelisah ...; Ia memberitahukan kepada para bhikkhunī, yang memberitahukan kepada para bhikkhu, yang kemudian memberitahu Sang Buddha. "Tidak ada pelanggaran yang mengharuskan pengusiran, tetapi ada pelanggaran yang mengharuskan penebusan karena berbohong dengan sengaja."

Pada suatu ketika di Rājagaha, seorang bhikkhunī yang menjadi murid bhikkhunī Thullanandā mengunjungi sebuah keluarga yang menyokong Thullanandā dan berkata, "Yang Mulia menginginkan bola madu." Ketika sudah siap, ia membawanya dan memakannya sendiri. Ketika Thullanandā mengetahui hal ini, ia menuduhnya, dengan berkata, "Engkau bukan lagi seorang monastik!" Ia menjadi gelisah ...; "Tidak ada pelanggaran yang mengharuskan pengusiran, tetapi ada pelanggaran yang mengharuskan penebusan karena berbohong dengan sengaja."

Pada saat itu seorang perumah tangga di Vesāli yang menjadi penyokong Yang Mulia Ajjuka dan yang memiliki dua anak yang hidup bersamanya, seorang putra dan seorang keponakan. Ia berkata kepada Ajjuka, "Yang Mulia, sudilah menyerahkan hartaku kepada salah satu dari dua anak yang memiliki keyakinan dan kepercayaan."
Ternyata keponakan si perumah tangga memiliki keyakinan dan kepercayaan, dan dengan demikian Ajjuka menetapkan hartanya kepadanya. Kemudian ia membentuk rumah tangga dengan kekayaan itu dan memberikan persembahan.
Putra si perumah tangga kemudian berkata kepada Yang Mulia Ānanda, "Siapakah pewaris dari ayah, Yang Mulia Ānanda, putra atau keponakan?"
"Putra adalah pewaris sang ayah."
"Yang Mulia, Yang Mulia Ajjuka telah menyerahkan kekayaan kami kepada teman serumah kami."
"Yang Mulia Ajjuka bukan lagi seorang monastik."
Ajjuka kemudian berkata kepada Ānanda, "Ānanda, mohon lakukan penyelidikan secara seksama."
Pada saat itu Yang Mulia Upāli memihak Ajjuka, dan ia berkata kepada Ānanda, "Ānanda, ketika seseorang diminta oleh sang pemillik untuk menyerahkan hartanya kepada seseorang dan ia melakukan sesuai dengan apa yang diminta, pelanggaran apakah yang telah ia lakukan?"
"Ia tidak melakukan pelanggaran apapun, Yang Mulia, bahkan tidak sekedar perbuatan salah."
"Yang Mulia Ajjuka diminta oleh si pemilik untuk menyerahkan hartanya kepada seseorang, lalu ia lakukan. Maka tidak ada pelanggaran untuk Yang Mulia Ajjuka."

Pada saat itu sebuah keluarga di Benares yang menyokong Yang Mulia Pilindavaccha diserang oleh para kriminal. Dua anaknya diculik. Tidak lama kemudian Pilindavaccha membawa kembali kedua anak itu dengan kekuatan supernomalnya dan menempatkan mereka di sebuah rumah panggung.
Ketika orang-orang melihat anak-anak itu, mereka berkata, "Ini adalah kebesaran kekuatan Supernomal Yang Mulia Pilindavaccha," dan mereka memperoleh keyakinan dalam dirinya.
Tetapi para bhikkhu mengeluhkan dan mengkritiknya, "Bagaimana mungkin Yang Mulia Pilindavaccha membawa kembali anak-anak itu yang telah diculik oleh para kriminal"? Mereka memberitahu Sang Buddha.
"Tidak ada pelanggaran bagi seseorang yang menggunakan kekuatan supernormalnya."

Pada saat itu dua bhikkhu Paṇḍaka dan Kapila adalah bersahabat. Satu menetap di sebuah desa dan satu di Kosambī. Ketika salah satunya sedang melakukan perjalanan dari desa menuju Kosambī, ia harus menyeberangi sebuah sungai. Sewaktu melakukan itu sebongkah lemak yang lolos dari tangan penjagal babi tersangkut di kakinya. Ia mengambilnya, dengan berpikir, "Aku akan mengembalikannya kepada pemiliknya." Tetapi si pemilik menuduhnya, dengan berkata, "Engkau bukan lagi seorang monastik!"

Pada saat itu seorang perempuan gembala yang melihatnya menyeberang berkata, "Kemarilah, Tuan, kita melakukan hubungan seksual." Berpikir bahwa ia bukan lagi seorang monastik, ia melakukan hubungan seksual dengannya.
Ketika tiba di Kosambī, ia memberitahu para bhikkhu, yang melaporkan kepada Sang Buddha. "Tidak ada pelanggaran yang mengharuskan pengusiran untuk mencuri. Tetapi ada pelanggaran yang mengharuskan pengusiran untuk melakukan hubungan seksual."

Pada waktu itu seorang bhikkhu di Sāgalā yang menjadi murid Yang Mulia Daḷhika diserang oleh nafsu. Ia mencuri sebuah serban dari seorang penjaga toko dan berkata kepada Daḷhika, "Yang Mulia, aku bukan lagi seorang monastik. Aku akan lepas jubah."
"Tetapi apakah yang telah engkau lakukan?" Ia memberitahunya. Yang Mulia Daḷhika mengambil serban tersebut dan memperkirakan nilainya. Serban itu bernilai kurang dari lima keping uang māsaka. Dengan berkata, "Tidak ada pelanggaran yang mengharuskan pengusiran," ia membabarkan ajaran. Dan bhikkhu itu menjadi gembira.

Pelanggaran kedua yang mengharuskan pengusiran selesai

 

anything