Buddhisme Awal, Sekte dan Tradisi > Theravada

Pandangan Theravada mengenai "ilmu hitam" & cara menanggapinya

(1/12) > >>

Blazetama:
Halo teman2,

Menurut teman2 apa yg hrs kita lakukan sebagai seorang Theravada bila (amit2) kita diserang ilmu hitam?

Saya bertanya karena (menurut saya, mohon dikoreksi bila salah) :
1. Theravada TIDAK mempercayai bahwa doa seseorang mampu mengubah hidupnya/menyelesaikan masalahnya secara "ajaib".
2. Theravada TIDAK berkonsen pada unsur - unsur magis, seperti Jin/Dewa/Khodam, Suhu/Paranormal, Jimat/Hu dll
3. Dengan kata lain, aliran Theravada lebih berkonsen pada perkembangan batin umat melalui latihan meditasi dan Dhamma untuk kehidupan sehari - hari.

Contoh kasus :
Seorang Theravada diberitahu oleh temannya yang terpecaya, bahwa ia diguna2 dan berada dalam pengaruh ilmu hitam.
Apa yg harus orang ini lakukan menurut tradisi Theravada?

Bila ia seorang Mahayana/Tantrayana/Tridharma tentunya ia bisa ke Suhu/Paranormal, tapi bagaimana kalau ia berpegang murni pada Theravada?

Pertanyaan ini saya ajukan karena saya melihat adanya perbedaan yang cukup mencolok dalam hal ini (magis) pada aliran Theravada dan aliran2 lainnya.

Note : Mohon maaf bila saya ada salah kata, jujur saja saya adalah seorang Theravada, tidak ada niatan untuk menjelek2an aliran ini. Segala sesuatu yg saya tulis diatas hanya berupa pendapat saya.

Sukma Kemenyan:
Saddha terhadap Tisarana dan Sila

akiong75:
Menurut pendapat pribadi saya(yang merasa bahwa saya lebih cocok dengan ajaran Buddha versi Theravada), pertama-tama adalah bahwa penganut aliran Theravada bukanlah yang tidak menerima bahwa ada "kekuatan" tertentu pada doa yang kita ucapkan, jika iya maka pastilah umat aliran Theravada tidak dianjurkan utk baca doa(Paritta), tetapi lebih ditekankan bahwa semua makhluk adalah pemilik perbuatan mereka sendiri, terwarisi oleh perbuatan mereka sendiri, lahir, berkerabat dengan perbuatan mereka sendiri. Jadi apapun yang terjadi pada mereka pasti ada hubungannya dengan apa yang telah mereka perbuat.

Jadi, bila saya mendapatkan pertanyaan seperti dalam contoh kasus TS, maka :
1.Pertama saya akan tanyakan apa keyakinan teman tersebut, bagaimana dia bisa mengetahui dengan pasti bahwa dia diguna-guna orang.

2.Berikutnya akan tanyakan apakah akhir-akhir ini, sebelum dia merasa diguna-guna orang dia pernah berbuat sesuatu yang secara sadar atau tidak sadar menyakiti orang tertentu?

3. Jika iya, maka bisa disarankan untuk minta maaf pada orang tersebut, jika tidak atau tidak memungkinkan dia untuk minta maaf, bisa saja dia melakukan meditasi Metta dan memancar cinta kasih kepada orang tersebut juga makhluk-makhluk lain(karena saya pernah dengar bahwa, guna-guna/santet dan sejenisnya bisa dilakukan dengan bantuan makhluk tertentu).

Dan juga, tidak ada larangan dalam diri saya(mungkin juga teman-teman yang lebih cocok dengan aliran Theravada lainnya) untuk meminta bantuan pihak lain dalam hal ini adalah mungkin seorang Suhu/Bhante atau juga seorang hypnoterapis/psikolog, karena dalam banyak kasus, "merasa" diguna-guna hanyalah masalah paranoid yang berlebihan atau masalah psikis yang tidak disadari.

Tentu saja, senantiasa kita melakukan meditasi agar selalu sadar dan mengamalkan sila(minimal Pancasila) dalam kehidupan sehari-hari, sehingga kedepannya tidak melakukan sesuatu hal yang mungkin bisa mengakibatkan kita "dikerjai" orang dengan ilmu hitam.

Maaf kepanjangan merespon.. :-[

Salam metta,
 _/\_

K.K.:

--- Quote from: Blazetama on 15 April 2014, 07:35:51 PM ---Halo teman2,

Menurut teman2 apa yg hrs kita lakukan sebagai seorang Theravada bila (amit2) kita diserang ilmu hitam?

Saya bertanya karena (menurut saya, mohon dikoreksi bila salah) :
1. Theravada TIDAK mempercayai bahwa doa seseorang mampu mengubah hidupnya/menyelesaikan masalahnya secara "ajaib".
2. Theravada TIDAK berkonsen pada unsur - unsur magis, seperti Jin/Dewa/Khodam, Suhu/Paranormal, Jimat/Hu dll

--- End quote ---
Apa benar demikian? Bahkan di vinaya (Culavagga V.6.), bhikkhu diperbolehkan untuk membuat jimat sebagai perlindungan untuk dirinya sendiri (selama tidak digunakan untuk mendapatkan perolehan); DN 32. Atanatiyasutta juga digunakan untuk mengundang raja Yakkha untuk mengusir Yakkha jahat. Masa' sih tidak ada kepercayaan magis-magis begitu?



--- Quote ---3. Dengan kata lain, aliran Theravada lebih berkonsen pada perkembangan batin umat melalui latihan meditasi dan Dhamma untuk kehidupan sehari - hari.

[...]
--- End quote ---
Untuk yang ini sepertinya memang demikian. Walaupun magis-magis itu termasuk fenomena yang perlu dipahami, tapi bukan menjadi tujuan utama.

seniya:

--- Quote from: Kainyn_Kutho on 16 April 2014, 08:52:40 AM ---Apa benar demikian? Bahkan di vinaya (Culavagga V.6.), bhikkhu diperbolehkan untuk membuat jimat sebagai perlindungan untuk dirinya sendiri (selama tidak digunakan untuk mendapatkan perolehan); DN 32. Atanatiyasutta juga digunakan untuk mengundang raja Yakkha untuk mengusir Yakkha jahat. Masa' sih tidak ada kepercayaan magis-magis begitu?


--- End quote ---

Baru tahu kalo bhikkhu boleh buat jimat. Kalo buat jimat/amulet untuk diberikan ke umat (bukan dijual ke umat, tapi ngasih aja), itu diperbolehkan gak, om?

Navigation

[0] Message Index

[#] Next page

Go to full version