Buddhisme Awal, Sekte dan Tradisi > Sutta Vinaya

VINAYA PITAKA 5 (PTS), CULLAVAGGA

(1/16) > >>

Indra:
Berikut ini adalah terjemahan Vinaya Pitaka V, Cullavagga, bersumber dari Pali Text Society.

diterjemahkan apa adanya, termasuk gaya bahasa yg kaku khas PTS.

Indra:
CULLAVAGGA
Tindakan Resmi

Terpujilah Sang Bhagavā, Yang Sempurna, Yang Tercerahkan Sempurna

Pada suatu ketika, Sang Bhagavā sedang berdiam di Sāvatthī di hutan Jeta di Vihara Anāthapindika. Pada saat itu para bhikkhu pengikut Paṇḍuka dan Lohitaka  dan yang adalah pembuat pertikaian, pembuat pertengkaran, pembuat perdebatan, pembuat perselisihan, pembuat pertanyaan resmi kepada Saṅgha,  setelah mendekati para bhikkhu yang juga adalah pembuat pertikaian … pembuat pertanyaan resmi kepada Saṅgha, berkata kepada mereka sebagai berikut: “Tidakkah kalian, Yang Mulia, membiarkan orang ini mengalahkan  kalian; berdebat keras dan lama, karena kalian lebih bijaksana dan lebih berpengalaman dan mendengar lebih banyak dan lebih cerdas daripada dia, jangan takut padanya, dan kami akan memihak kalian.” Karena ini, bukan saja memunculkan pertikaian yang belum ada sebelumnya, tetapi juga pertikaian yang telah ada menjadi meningkat dan membesar. ||1||

Para bhikkhu lain merendahkan, mengkritik, menyebarkan dengan mengatakan: “Bagaimana mungkin para bhikkhu pengikut Paṇḍuka dan Lohitaka dan yang adalah pembuat pertikaian, pembuat pertengkaran, pembuat perdebatan, pembuat perselisihan, pembuat pertanyaan resmi kepada Saṅgha, setelah mendekati para bhikkhu yang juga adalah pembuat pertikaian … pembuat pertanyaan resmi kepada Saṅgha, berkata kepada mereka sebagai berikut: ‘Tidakkah kalian … dan kami akan memihak kalian.’ Karena ini … tetapi juga pertikaian yang telah ada menjadi meningkat dan membesar.” Kemudian para bhikkhu ini mengadukan hal ini kepada Sang Bhagavā. Kemudian Sang Bhagavā pada kesempatan ini, sehubungan dengan hal ini, setelah mengumpulkan para bhikkhu, bertanya kepada para bhikkhu: “Benarkah, dikatakan, para bhikkhu, bahwa para bhikkhu pengikut Paṇḍuka dan Lohitaka [1] dan yang adalah pembuat pertikaian … setelah mendekati para bhikkhu yang juga adalah pembuat pertikaian … berkata kepada mereka sebagai berikut: ‘Tidakkah kalian … dan kami akan memihak kalian’? Dan karena ini … tetapi juga pertikaian yang telah ada menjadi meningkat dan membesar?”

“Benar, Bhagavā.” Yang Tercerahkan, Sang Bhagavā, menegur mereka dengan mengatakan:

“Tidaklah sewajarnya, para bhikkhu, tidaklah sepantasnya bagi orang-orang dungu ini, tidaklah tepat, tidaklah selayaknya seorang petapa, tidak diperbolehkan, tidak boleh dilakukan. Bagaimana mungkin, para bhikkhu, orang-orang dungu ini yang adalah pebuat pertikaian … pembuat pertanyaan resmi kepada Saṅgha, berkata: ‘Tidakkah kalian … dan kami akan memihak kalian.’? Dan karena ini … tetapi juga pertikaian yang telah ada menjadi meningkat dan membesar. Itu bukanlah, para bhikkhu, untuk menyenangkan mereka yang tidak senang juga bukan untuk meningkatkan jumlah dari mereka yang senang, tetapi, para bhikkhu, itu membuat mereka yang senang serta tidak senang menjadi tidak senang, dan ini menyebabkan keraguan dalam beberapa orang.” ||2||

Kemudian Sang Bhagavā, setelah menegur para bhikkhu ini, setelah dalam berbagai cara mencela sulitnya menyokong dan memelihara diri sendiri, mencela keinginan yang banyak, mencela kurangnya kepuasan, mencela kemelekatan (pada rintangan), mencela kelambanan; setelah dalam berbagai cara memuji mudahnya menyokong dan memelihara diri sendiri, memuji keinginan yang sedikit, memuji kepuasan, memuji penghapusan (kejahatan), memuji kehati-hatian, memuji keramahan, memuji pengurangan (rintangan), memuji pengerahan usaha,  setelah membabarkan khotbah mengenai apa yang selayaknya, mengenai apa yang sepantasnya untuk mereka, berkata kepada para bhikkhu:

“Baiklah sekarang, para bhikkhu, Saṅgha harus memberlakukan tindakan (resmi) pengecaman  terhadap para bhikkhu pengikut Paṇḍuka dan Lohitaka. ||3||

“Dan beginilah, para bhikkhu, hal itu dilakukan; pertama, para bhikkhu pengikut Paṇḍuka dan Lohitaka harus dikecam; setelah mengecam mereka, mereka harus diminta untuk mengingat; setelah ingat, mereka harus dituduh melakukan pelanggaran; setelah menuduh mereka atas suat pelanggaran, Saṅgha harus diberitahu oleh seorang bhikkhu yang berpengalaman dan berkompeten, dengan mengatakan: ‘Yang Mulia, mohon Saṅgha mendengarkan saya. Para bhikkhu pengikut Paṇḍuka dan Lohitaka ini yang adalah pembuat pertikaian … pembuat pertanyaan resmi kepada Saṅgha, setelah mendekati para bhikkhu yang juga adalah pembuat pertikaian … pembuat pertanyaan resmi kepada Saṅgha, berkata kepada mereka sebagai berikut: “Tidakkah kalian … dan kami akan memihak kalian.” Karena ini, bukan saja memunculkan pertikaian yang belum ada sebelumnya, tetapi juga pertikaian yang telah ada menjadi meningkat dan membesar.  Jika baik menurut Saṅgha, maka Saṅgha harus memberlakukan tindakan (resmi) pengecaman terhadap para bhikkhu pengikut Paṇḍuka dan Lohitaka. Ini adalah usul. Yang Mulia, mohon Saṅgha mendengarkan saya. Para bhikkhu pengikut Paṇḍuka dan Lohitaka ini yang adalah pembuat pertikaian … menjadi meningkat dan membesar. Saṅgha memberlakukan tindakan (resmi) pengecaman terhadap para bhikkhu pengikut Paṇḍuka dan Lohitaka. Jika tindakan (resmi) pengecaman terhadap para bhikkhu pengikut Paṇḍuka dan Lohitaka sesuai keinginan Yang Mulia, maka Yang Mulia cukup berdiam diri; ia yang tidak menginginkan silahkan berbicara. Dan untuk kedua kalinya, saya menyampaikan persoalan ini … Dan untuk ketiga kalinya saya menyampaikan persoalan ini: Yang Mulia, mohon Sangha mendengarkan saya. Para bhikkhu pengikut Paṇḍuka dan Lohitaka ini yang adalah pembuat pertikaian … ia yang tidak menginginkan silahkan berbicara. Tindakan (resmi) pengecaman terhadap para bhikkhu pengikut Paṇḍuka dan Lohitaka dilakukan oleh Saṅgha. Ini sesuai keinginan Sangha, karena itu Sangha berdiam diri. Demikianlah saya memahami hal ini.’” ||4||1|| [2]

“Para bhikkhu, jika terdapat tiga kualitas ini maka suatu tindakan (formal) pengecaman menjadi tidak sah dan tidak sah secara disiplin dan merupakan yang sulit diselesaikan: (yaitu) jika dilakukan tanpa kehadiran,  jika dilakukan ketika tidak ada interogasi, jika dilakukan tanpa pernyataan.  Para bhikkhu, jika terdapat tiga kualitas ini maka suatu tindakan (formal) pengecaman menjadi tidak sah dan tidak sah secara disiplin dan merupakan yang sulit diselesaikan. Dan, para bhikkhu, jika terdapat tiga kualitas lainnya ini maka suatu tindakan (formal) pengecaman menjadi … dan merupakan yang sulit diselesaikan: (yaitu) jika dilakukan ketika tidak ada pelanggaran, jika dilakukan atas suatu pelanggaran yang tidak memerlukan adanya pengakuan,  jika dilakukan atas suatu pelanggaran yang telah diakui. Para bhikkhu, jika terdapat tiga kualitas ini maka suatu tindakan (formal) pengecaman menjadi tidak sah dan tidak sah secara disiplin dan merupakan yang sulit diselesaikan. Dan, para bhikkhu, jika terdapat tiga kualitas lainnya ini maka suatu tindakan (formal) pengecaman menjadi … dan merupakan yang sulit diselesaikan: (yaitu) jika dilakukan tanpa terlebih dulu menegurnya, jika dilakukan tanpa terlebih dulu membuatnya mengingat, jika dilakukan tanpa terlebih dulu menuduhnya atas suatu pelanggaran. Para bhikkhu, jika terdapat tiga kualitas ini maka suatu tindakan (formal) pengecaman menjadi tidak sah dan tidak sah secara disiplin dan merupakan yang sulit diselesaikan. Dan, para bhikkhu, jika terdapat tiga kualitas lainnya ini maka suatu tindakan (formal) pengecaman menjadi … dan merupakan yang sulit diselesaikan: (yaitu) jika dilakukan tanpa kehadiran, jika dilakukan tidak menuruti aturan, jika dilakukan oleh kelompok yang tidak lengkap. Para bhikkhu, jika terdapat tiga kualitas ini maka suatu tindakan (formal) pengecaman menjadi tidak sah dan tidak sah secara disiplin dan merupakan yang sulit diselesaikan. Dan, para bhikkhu, jika terdapat tiga kualitas lainnya ini maka suatu tindakan (formal) pengecaman menjadi … dan merupakan yang sulit diselesaikan: (yaitu) jika dilakukan ketika tidak ada  interogasi, jika dilakukan tidak menuruti aturan, jika dilakukan oleh kelompok yang tidak lengkap. Para bhikkhu, jika terdapat tiga kualitas ini maka suatu tindakan (formal) pengecaman menjadi tidak sah dan tidak sah secara disiplin dan merupakan yang sulit diselesaikan. Dan, para bhikkhu, jika terdapat tiga kualitas lainnya ini maka suatu tindakan (formal) pengecaman menjadi … dan merupakan yang sulit diselesaikan: (yaitu) jika dilakukan tanpa pernyataan, jika dilakukan tidak menuruti aturan, jika dilakukan oleh kelompok yang tidak lengkap … jika dilakukan ketika tidak ada pelanggaran, jika dilakukan tidak menuruti aturan, jika dilakukan oleh kelompok yang tidak lengkap … jika dilakukan atas pelanggaran yang tidak memerlukan adanya pengakuan, jika dilakukan tidak menuruti aturan, jika dilakukan oleh kelompok yang tidak lengkap …jika dilakukan atas pelanggaran yang telah diakui, jika dilakukan tidak menuruti aturan, jika dilakukan oleh kelompok yang tidak lengkap … jika dilakukan tanpa terlebih dulu menegurnya, jika dilakukan tidak menuruti aturan, jika dilakukan oleh kelompok yang tidak lengkap … jika dilakukan tanpa terlebih dulu membuatnya mengingat, jika dilakukan tidak menuruti aturan, jika dilakukan oleh kelompok yang tidak lengkap … jika dilakukan tanpa terlebih dulu menuduhnya telah melakukan pelanggaran, jika dilakukan tidak menuruti aturan, jika dilakukan oleh kelompok yang tidak lengkap. Jika, para bhikkhu, suatu tindakan (resmi) pengecaman memiliki tiga kualitas ini maka suatu tindakan (formal) pengecaman menjadi tidak sah dan tidak sah secara disiplin dan merupakan yang sulit diselesaikan. ||1||

Demikianlah dua belas kasus tindakan (resmi) yang tidak sah. ||2||

“Para bhikkhu, jika memiliki tiga kualitas maka suatu tindakan (resmi) pengecaman menjadi suatu tindakan (resmi) yang sah dan suatu tindakan (resmi) yang sah secara disiplin dan merupakan yang mudah diselesaikan: (yaitu) jika dilakukan dengan kehadiran, jika dilakukan ketika ada interogasi, jika dilakukan dengan pernyataan. Para bhikkhu, jika memiliki tiga kualitas ini … mudah diselesaikan. Dan, para bhikkhu, jika memiliki tiga kualiats lainnya ini … mudah diselesaikan: (yaitu) jika dilakukan ketika ada pelanggaran, jika dilakukan ketika ada pelanggaran yang menuntut adanya pengakuan, [3] jika dilakukan ketika ada pelanggaran yang belum diakui … jika dilakukan setelah menegurnya, jika dilakukan setelah membuatnya mengingat, jika dilakukan setelah menuduhnya atas suatu pelanggaran … jika dilakukan dengan kehadiran, jika dilakukan menuruti aturan, jika dilakukan oleh kelompok yang lengkap … jika dilakukan ketika ada interogasi, jika dilakukan menuruti aturan, jika dilakukan oleh kelompok yang lengkap … jika dilakuken dengan pernyataan, jika dilakukan menuruti aturan, jika dilakukan oleh kelompok yang lengkap … jika dilakukan ketika ada pelanggaran, jika dilakukan menuruti aturan, jika dilakukan oleh kelompok yang lengkap … jika dilakukan ketika ada pelanggaran yang menuntut adanya pengakuan, jika dilakukan menuruti aturan, jika dilakukan oleh kelompok yang lengkap … jika dilakukan ketika ada pelanggaran yang belum diakui, jika dilakukan menuruti aturan, jika dilakukan oleh kelompok yang lengkap … jika dilakukan setelah menegurnya, jika dilakukan menuruti aturan, jika dilakukan oleh kelompok yang lengkap … jika dilakukan setelah membuatnya mengingat, jika dilakukan menuruti aturan, jika dilakukan oleh kelompok yang lengkap … jika dilakukan setelah menuduhnya atas suatu pelanggaran, jika dilakukan menuruti aturan, jika dilakukan oleh kelompok yang lengkap. Jika, para bhikkhu, suatu tindakan (resmi) pengecaman memiliki tiga kualitas ini maka suatu tindakan (resmi) pengecaman menjadi suatu tindakan (resmi) yang sah dan suatu tindakan (resmi) yang sah secara disiplin dan merupakan yang mudah diselesaikan. ||1||

Demikianlah dua belas kasus tindakan (resmi) yang tidak sah. ||3||

“Para bhikkhu, jika seorang bhikkhu memiliki tiga kualitas, maka Saṅgha, jika menghendaki, boleh memberlakukan tindakan (resmi) pengecaman terhadapnya: jika ia adalah seorang pembuat pertikaian, seorang pembuat pertengkaran, seorang pembuat perselisihan, seorang pembuat perdebatan, seorang pembuat pertanyaan resmi kepada Saṅgha; jika ia dungu, tidak berpengalaman, banyak melakukan pelanggaran, tidak meninggalkannya ; jika ia menetap bersama dengan para perumah tangga dalam pergaulan yang tidak selayaknya dengan para perumah tangga.  Para bhikkhu, jika seorang bhikkhu memiliki tiga kualitas ini, maka Saṅgha, jika menghendaki, boleh memberlakukan tindakan (resmi) pengecaman terhadapnya. Dan, para bhikkhu, jika seorang bhikkhu memiliki tiga kualitas lainnya, maka Saṅgha … terhadapnya: jika, sehubungan dengan kebiasaan bermoral, ia jatuh dari kebiasaan bermoral ; jika, sehubungan dengan kebiasaan baik, ia jatuh dari kebiasaan baik; jika, sehubungan dengan pandangan (benar), ia jatuh dari pandangan (benar). Para bhikkhu, jika seorang bhikkhu memiliki … terhadapnya. Para bhikkhu, jika seorang bhikkhu memiliki tiga kualitas lainnya, maka Saṅgha, jika menghendaki, boleh memberlakukan tindakan (resmi) pengecaman terhadapnya: jika ia mencela Yang Tercerahkan, jika ia mencela dhamma, jika ia mencela Saṅgha. Para bhikkhu, jika seorang bhikkhu memiliki tiga kualitas, maka Saṅgha, jika menghendaki, boleh memberlakukan tindakan (resmi) pengecaman terhadapnya. ||1||

Para bhikkhu jika Saṅgha menghendaki, Saṅgha boleh memberlakukan tindakan (resmi) pengecaman terhadap tiga (jenis) bhikkhu: terhadap seorang pembuat pertikaian … seorang pembuat pertanyaan resmi kepada Saṅgha; terhadap seorang dungu, tidak berpengalaman, banyak melakukan pelanggaran, tidak meninggalkannya; terhadap seorang menetap bersama dengan para perumah tangga dalam pergaulan yang tidak selayaknya dengan para perumah tangga. Para bhikkhu jika Saṅgha menghendaki, Saṅgha boleh memberlakukan tindakan (resmi) pengecaman terhadap tiga (jenis) bhikkhu ini. Dan, para bhikkhu, jika Saṅgha menghendaki, Saṅgha boleh melakukan … terhadap tiga (jenis) bhikkhu lainnya: terhadap seorang yang, sehubungan dengan kebiasaan bermoral, ia jatuh dari kebiasaan bermoral; terhadap seorang yang, sehubungan dengan kebiasaan baik, ia jatuh dari kebiasaan baik; terhadap seorang yang, sehubungan dengan pandangan (benar), ia jatuh dari pandangan (benar). Para bhikkhu, jika Saṅgha menghendaki … terhadap tiga (jenis) bhikkhu ini. Dan, para bhikkhu, jika Saṅgha menghendaki, Saṅgha boleh melakukan … terhadap tiga (jenis) bhikkhu lainnya: [4] terhadap seorang yang mencela Yang Tercerahkan, terhadap seorang yang mencela dhamma, terhadap seorang yang mencela Saṅgha. Para bhikkhu jika Saṅgha menghendaki, Saṅgha boleh memberlakukan tindakan (resmi) pengecaman terhadap tiga (jenis) bhikkhu ini. ||2||

Demikianlah enam kasus jika menghendaki. ||4||

“Para bhikkhu, ketika suatu tindakan (resmi) pengecaman telah dilakukan terhadap seorang bhikkhu, ia harus berperilaku selayaknya. Ini adalah perilaku  selayaknya dalam kasus ini : ia tidak boleh menahbiskan, ia tidak boleh memberikan bimbingan,  samaṇera tidak boleh melayaninya,  penunjukan dirinya untuk menasihati bhikkhunã  tidak boleh diterima, dan bahkan jika ia ditunjuk, para bhikkhunã tidak boleh dinasihati (olehnya), ia tidak boleh melakukan pelanggaran (yang sama) yang karenanya suatu tindakan (resmi) pengecaman dilakukan oleh Saṅgha terhadapnya, juga tidak melakukan pelanggaran lain yang serupa, juga tidak melakukan pelanggaran yang lebih berat, ia tidak boleh mengkritik suatu tindakan (resmi),  ia tidak boleh mengkritik mereka yang memberlakukan tindakan (resmi), ia tidak boleh menangguhkan pelaksanaan Uposatha seorang bhikkhu biasa,  ia tidak boleh menangguhkan Undangannya,  ia tidak boleh menurunkan perintah,  ia tidak boleh meminta izin untuk pergi, ia tidak boleh menetapkan kekuasaan,  ia tidak boleh menegur,  ia tidak boleh mengingatkan, ia tidak boleh bertengkar  dengan para bhikkhu.” ||1||

Demikianlah Delapan belas Pelaksanaan sehubungan dengan tindakan (resmi) pengecaman. ||5||

Indra:
Kemudian Saṅgha memberlakukan tindakan (resmi) pengecaman terhadap para bhikkhu pengikut Paṇḍuka dan Lohitaka. Para bhikkhu ini, ketika tindakan (resmi) pengecaman telah dilakukan terhadap mereka oleh Saṅgha, berperiaku selayaknya, menjadi lebih baik, memperbaiki sikap mereka, dan setelah menghadap para bhikkhu, mereka berkata: “Kami, Yang Mulia, yang telah menerima tindakan (resmi) pengecaman yang dilakukan oleh Saṅgha, telah berperilaku selayaknya, kami menjadi lebih baik, kami memperbaiki sikap kami. Sekarang, peraturan apakah yang harus kami ikuti?” mereka mengadukan hal ini kepada Sang Bhagavā. Beliau berkata: “Baiklah, para bhikkhu, Saṅgha harus mencabut tindakan (resmi) pengecaman terhadap para bhikkhu pengikut Paṇḍuka dan Lohitaka. ||1||

“Para bhikkhu, jika seorang bhikkhu memiliki lima kualitas maka suatu tindakan (resmi) pengecaman tidak boleh dicabut: jika ia menahbiskan, jika ia memberikan bimbingan, jika seorang samaṇera melayaninya, jika ia menerima penunjukan untuk menasihati para bhikkhunã, jika ia menasihati para bhikkhunã walaupun ditunjuk. Para bhikkhu, jika seorang bhikkhu memiliki lima kualitas ini maka suatu tindakan (resmi) pengecaman tidak boleh dicabut. Dan, para bhikkhu, jika seorang bhikkhu memiliki lima kualitas lainnya maka suatu tindakan (resmi) pengecaman tidak boleh dicabut: jika ia melakukan pelanggaran (yang sama) yang karenanya suatu tindakan (resmi) pengecaman dilakukan terhadapnya oleh Saṅgha, atau pelanggaran lain yang serupa, atau pelanggaran yang lebih berat, jika ia mengkritik tindakan (resmi), jika ia mengkritik mereka yang memberlakukan tindakan (resmi). Para bhikkhu, jika seorang bhikkhu memiliki lima kualitas ini maka suatu tindakan (resmi) pengecaman tidak boleh dicabut.

“Para bhikkhu, jika seorang bhikkhu memiliki delapan kualitas ini maka suatu tindakan (resmi) pengecaman tidak boleh dicabut: jika ia menangguhkan pelaksanaan Uposatha seorang bhikkhu biasa, jika ia menangguhkan Undangannya, jika ia menurunkan perintah, jika ia menetapkan kekuasaan, jika ia meminta izin untuk pergi, jika ia menegur, jika ia mengingatkan, jika ia bertengkar dengan para bhikkhu.” ||2||

Demikianlah Delapan belas kasus di mana (suatu Tindakan Resmi Pengecaman) tidak boleh dicabut ||6||

“Para bhikkhu, jika seorang bhikkhu memiliki lima kualitas maka suatu tindakan (resmi) pengecaman boleh dicabut: jika ia tidak menahbiskan, jika ia tidak memberikan bimbingan, jika seorang samaṇera tidak melayaninya, jika ia tidak menerima penunjukan untuk menasihati para bhikkhunã, jika ia tidak menasihati para bhikkhunã walaupun ditunjuk. Para bhikkhu, jika seorang bhikkhu memiliki … boleh dicabut. Dan, para bhikkhu, jika seorang bhikkhu memiliki lima kualitas lainnya maka suatu tindakan (resmi) pengecaman boleh dicabut: jika ia tidak melakukan pelanggaran (yang sama) yang karenanya suatu tindakan (resmi) pengecaman dilakukan terhadapnya oleh Saṅgha, juga tidak melakukan pelanggaran lain yang serupa, juga tidak melakukan pelanggaran yang lebih berat, jika ia tidak mengkritik tindakan (resmi), jika ia tidak mengkritik mereka yang memberlakukan tindakan (resmi). Para bhikkhu, jika seorang bhikkhu … boleh dicabut.

“Para bhikkhu, jika seorang bhikkhu memiliki delapan kualitas ini maka suatu tindakan (resmi) pengecaman boleh dicabut: jika ia tidak menangguhkan pelaksanaan Uposatha seorang bhikkhu biasa, jika ia tidak menangguhkan Undangannya, jika ia tidak menurunkan perintah, jika ia tidak menetapkan kekuasaan, jika ia tidak meminta izin untuk pergi, jika ia tidak menegur, jika ia tidak mengingatkan, jika ia tidak bertengkar dengan para bhikkhu. Para bhikkhu, jika seorang bhikkhu memiliki delapan kualitas ini maka suatu tindakan (resmi) pengecaman  boleh dicabut.” ||1||

Demikianlah Delapan belas kasus di mana (suatu Tindakan Resmi Pengecaman) boleh dicabut ||7||

“Dan baginilah, para bhikkhu, pencabutan itu dilakukan: para bhikkhu pengikut Paṇḍuka dan Lohitaka, setelah menghadap Saṅgha, setelah (masing-masing) merapikan jubahnya di salah satu bahunya, setelah bersujud di kaki para bhikkhu senior, setelah duduk bersila, setelah merangkapkan tangannya, harus berkata: ‘Suatu tindakan (resmi) pengecaman, Yang Mulia, telah dilakukan terhadap kami oleh Saṅgha; tetapi kami telah berperilaku selayaknya, kami menjadi lebih baik, kami memperbaiki sikap kami; dan kami memohon pencabutan tindakan (resmi) pengecaman’. Dan untuk ke dua kalinya permohonan diajukan… dan untuk ke tiga kalinya permohonan diajukan … Saṅgha harus diberitahukan oleh seorang bhikkhu yang berkompeten dan berpengalaman, dengan mengatakan: ||1||

“Yang Mulia, mohon Saṅgha mendengarkan saya. Para bhikkhu ini, pengikut Paṇḍuka dan Lohitaka, yang kepada mereka suatu tindakan (resmi) pengecaman telah dilakukan oleh Saṅgha, telah berperilaku selayaknya, mereka menjadi lebih baik, mereka memperbaiki sikap mereka, [6] dan mereka memohon pencabutan tindakan (resmi) pengecaman. Jika baik menurut Saṅgha, maka Saṅgha harus mencabut tindakan (resmi) pengecaman terhadap para bhikkhu pengikut Paṇḍuka dan Lohitaka. Ini adalah usul. Yang Mulia, mohon Saṅgha mendengarkan saya. Para bhikkhu ini, pengikut Paṇḍuka dan Lohitaka, yang kepada mereka suatu tindakan (resmi) pengecaman telah dilakukan oleh Saṅgha, telah berperilaku selayaknya, mereka menjadi lebih baik, mereka memperbaiki sikap mereka, dan mereka memohon pencabutan tindakan (resmi) pengecaman. Saṅgha mencabut tindakan (resmi) pengecaman terhadap para bhikkhu pengikut Paṇḍuka dan Lohitaka. Jika pencabutan tindakan (resmi) pengecaman terhadap para bhikkhu pengikut Paṇḍuka dan Lohitaka ini sesuai dengan keinginan Yang Mulia, maka Yang Mulia cukup berdiam diri; ia yang tidak menginginkan silahkan berbicara. Dan untuk kedua kalinya, saya menyampaikan persoalan ini … Dan untuk ketiga kalinya saya menyampaikan persoalan ini … silahkan berbicara. Tindakan (resmi) pengecaman dicabut oleh Saṅgha terhadap para bhikkhu pengikut Paṇḍuka dan Lohitaka. Ini sesuai keinginan Sangha, karena itu Sangha berdiam diri. Demikianlah saya memahami hal ini.’” ||2||8||

Demikianlah Tindakan (Resmi) Pertama : Pengecaman

Pada saat itu Yang Mulia Seyyasaka  adalah seorang dungu, tidak berpengalaman, banyak melakukan pelanggaran, tidak meninggalkannya; ia menetap bersama para perumah tangga dalam pergaulan yang tidak selayaknya dengan para perumah tangga.  Sedemikian sehingga para bhikkhu bosan  memberinya masa percobaan, mengembalikannya ke awal, menjatuhkan mānatta, merehabilitasinya.  Para bhikkhu lain merendahkan, mengkritik, menyebarkan dengan mengatakan: “Bagaimana mungkin Yang Mulia Seyyasaka, dungu, tidak berpengalaman … merehabilitasinya?” kemudian para bhikkhu ini mengadukan hal ini kepada Sang Bhagavā. Kemudian Sang Bhagavā, pada kesempatan ini, sehubungan dengan hal ini, setelah mengumpulkan para bhikkhu, bertanya kepada para bhikkhu: “Benarkah, dikatakan, para bhikkhu, bahwa, Seyyasaka, dungu, tidak berpengalaman … merehabilitasinya?”

“Benar, Bhagavā.” Yang Tercerahkan, Sang Bhagavā, menegur mereka dengan mengatakan:

“Tidaklah sewajarnya, para bhikkhu, tidaklah sepantasnya bagi orang dungu ini, tidaklah tepat, tidaklah selayaknya seorang petapa, tidak diperbolehkan, tidak boleh dilakukan. Karena, bagaimana mungkin, para bhikkhu, orang dungu ini, dungu, tidak berpengalaman … merehabilitasinya? Itu bukanlah, para bhikkhu, untuk menyenangkan mereka yang tidak senang, juga bukan untuk meningkatkan jumlah dari mereka yang senang …” Dan setelah menegur mereka, setelah membabarkan khotbah, Beliau berkata kepada para bhikkhu: [7]

“Baiklah, para bhikkhu, Saṅgha harus memberlakukan tindakan (resmi) pembimbingan  kepada Bhikkhu Seyyasaka, dengan mengatakan: ‘Engkau harus hidup dengan bergantung’ . ||2||

“Dan beginilah, para bhikkhu, hal ini dilakukan: Pertama, Bhikkhu Seyyasaka harus ditegur; setelah menegurnya, ia harus diingatkan; setelah mebuatnya mengingat, ia harus dituduh atas suatu pelanggaran; setelah menuduhnya atas suatu pelanggaran, Saṅgha harus diberitahukan oleh seorang bhikkhu yang berkompeten dan berpengalaman, dengan mengatakan: “Yang Mulia, mohon Saṅgha mendengarkan saya. Bhikkhu Seyyasaka ini, dungu, tidak berpengalaman … merehabilitasinya. Jika baik menurut Saṅgha, maka Saṅgha harus memberlakukan tindakan (resmi) pembimbingan kepada Bhikkhu Seyyasaka, dengan mengatakan: ‘Engkau harus hidup dengan bergantung’. Ini adalah usul. mohon Saṅgha mendengarkan saya. Bhikkhu Seyyasaka ini, dungu, tidak berpengalaman … merehabilitasinya. Saṅgha memberlakukan tindakan (resmi) pembimbingan kepada Bhikkhu Seyyasaka, dengan mengatakan: ‘Engkau harus hidup dengan bergantung’. Jika tindakan (resmi) pembimbingan, dengan mengatakan: ‘Engkau harus hidup dengan bergantung’, kepada Bhikkhu Seyyasaka sesuai dengan keinginan Yang Mulia, maka Yang Mulia cukup berdiam diri; ia yang tidak menginginkan silahkan berbicara. Dan untuk kedua kalinya, saya menyampaikan persoalan ini … Dan untuk ketiga kalinya saya menyampaikan persoalan ini … ia yang tidak menginginkan silahkan berbicara. Tindakan (resmi) pembimbingan dengan mengatakan: ‘Engkau harus hidup dengan bergantung’, dilakukan oleh Saṅgha kepada Bhikkhu Seyyasaka. Ini sesuai keinginan Sangha, karena itu Sangha berdiam diri. Demikianlah saya memahami hal ini.’” ||2||9||

“jika seorang bhikkhu, para bhikkhu, memiliki tiga kualitas … ( = Bab 2-5. dengan menggantikan tindakan (resmi) pengecaman, dengan memberlakukan tindakan (resmi) pengecaman dengan tindakan (resmi) pembimbingan, dengan memberlakukan tindakan (resmi) pembimbingan) … ia tidak boleh bertengkar dengan para bhikkhu.” ||1||

Demikianlah Delapan belas Pelaksanaan sehubungan dengan tindakan (resmi) Pembimbingan. ||10||

Kemudian Saṅgha memberlakukan tindakan (resmi) pembimbingan kepada Bhikkhu Seyyasaka, dengan mengatakan: “Engkau harus hidup dengan bergantung.” Setelah tindakan (resmi) pembimbingan telah dilakukan oleh Saṅgha, ia, memilih, bergaul dengan, mengunjungi teman-teman yang baik (dalam perbuatan), meminta mereka membacakan, menanyai mereka, menjadi seorang yang banyak mendengar,  seorang yang kepadanya tradisi diturunkan; seorang ahli dhamma, seorang ahli disiplin, seorang yang ahli dalam pengelompokan; berpengalaman, bijaksana, rendah hati, takut melakukan pelanggaran, berkeinginan untuk berlatih; ia berperilaku selayaknya, menjadi lebih baik, dan memperbaiki sikapnya; dan, setelah menghadap para bhikkhu, ia berkata: “Saya, Yang Mulia, yang telah menerima tindakan (resmi) pembimbingan yang dilakukan oleh Saṅgha, telah berperilaku baik, aku menjadi lebih baik, dan telah memperbaiki sikapku. Peraturan apakah yang harus kuikuti?” mereka mengadukan hal ini kepada Sang Bhagavā. Beliau berkata:

“Baiklah, para bhikkhu, Saṅgha harus mencabut tindakan (resmi) pembimbingan dari Bhikkhu Seyyasaka. ||1||

“Para bhikkhu, jika seorang bhikkhu memiliki lima kualitas [8] … (=1. 6.2 – 7 dengan menggantikan tindakan (resmi) pengecaman menjadi tindakan (resmi) pembimbingan) … boleh dicabut. ||2||

Demikianlah Delapan belas kasus di mana (suatu Tindakan Resmi Pembimbingan) boleh dicabut ||8||

Indra:

“Dan baginilah, para bhikkhu, pencabutan itu dilakukan: Para bhikkhu, Bhikkhu Seyyasaka, setelah menghadap Saṅgha, setelah merapikan jubahnya di salah satu bahunya, setelah bersujud di kaki para bhikkhu senior, setelah duduk bersila, setelah merangkapkan tangannya, harus berkata: ‘Saya, Yang Mulia, yang telah menerima tindakan (resmi) pembimbingan yang dilakukan oleh Saṅgha, telah berperilaku baik, aku menjadi lebih baik, dan telah memperbaiki sikapku; saya memohon pencabutan tindakan (resmi) pembimbingan. Dan untuk ke dua kalinya permohonan diajukan… dan untuk ke tiga kalinya permohonan diajukan ||1||

“Saṅgha harus diberitahukan oleh seorang bhikkhu yang berkompeten dan berpengalaman, dengan mengatakan: “Yang Mulia, mohon Saṅgha mendengarkan saya. Bhikkhu Seyyasaka ini, yang kepadanya suatu tindakan (resmi) pembimbingan telah dilakukan oleh Saṅgha, telah berperilaku selayaknya, telah menjadi lebih baik, telah memperbaiki sikapnya, ia memohon pencabutan tindakan (resmi) pembimbingan. Jika baik menurut Saṅgha, maka Saṅgha harus mencabut tindakan (resmi) pembimbingan terhadap bhikkhu Seyyasaka. Ini adalah usul. Yang Mulia, mohon Saṅgha mendengarkan saya. Bhikkhu Seyyasaka ini, yang kepadanya suatu tindakan (resmi) pembimbingan telah dilakukan oleh Saṅgha, telah berperilaku selayaknya, telah menjadi lebih baik, telah memperbaiki sikapnya, ia memohon pencabutan tindakan (resmi) pembimbingan. Jika pencabutan tindakan (resmi) pembimbingan terhadap bhikkhu Seyyasaka ini sesuai dengan keinginan Yang Mulia, maka Yang Mulia cukup berdiam diri; ia yang tidak menginginkan silahkan berbicara. Dan untuk kedua kalinya, saya menyampaikan persoalan ini … Dan untuk ketiga kalinya saya menyampaikan persoalan ini … Tindakan (resmi) pembimbingan dicabut oleh Saṅgha dari Bhikkhu Seyyasaka. Ini sesuai keinginan Sangha, karena itu Sangha berdiam diri. Demikianlah saya memahami hal ini.’” ||2||12||

Demikianlah Tindakan (Resmi) Ke dua : Pembimbingan

Pada saat itu  para bhikkhu yang tidak bermoral dan tidak takut melakukan pelanggaran yang adalah para pengikut Assajã dan Punabbasu sedang menetap di Kiṭāgiri. Mereka terlibat dalam kebiasaan buruk berikut ini: mereka menanam atau menyuruh menanam pohon bunga-bungaan; mereka menyiraminya; mereka memetiknya; mereka merangkainya menjadi (kalung bunga); mereka membuat kalung bunga dengan tangkai di satu sisinya; mereka membuat kalung bunga dengan tangkai di kedua sisinya; mereka membuat rumpun bunga ber tangkai bunga; mereka membuat rangkaian bunga; mereka membuat kalung bunga untuk dikenakan mengelilingi kening; mereka membuat anting-anting; [9] mereka membuat hiasan dada. (Para bhikkhu) ini membawa atau mengirimkan kalung bunga dengan tangkai di satu sisinya kepada istri-istri dari keluarga terhormat, kepada puteri-puteri dari keluarga terhormat, kepada gadis-gadis dari keluarga terhormat, kepada menantu-menantu perempuan dari keluarga terhormat, kepada budak-budak perempuan dari keluarga terhormat. Mereka membawa atau mengirimkan rumpun bunga bertangkai; mereka membawa atau mengirimkan rangkaian bunga … kalung bunga yang dikenakan mengelilingi kening … anting-anting … hiasan dada. Para bhikkhu ini makan dari satu piring yang sama dengan istri-istri dari keluarga terhormat, dengan puteri-puteri dari keluarga terhormat, dengan gadis-gadis dari keluarga terhormat, dengan menantu-menantu perempuan dari keluarga terhormat, dengan budak-budak perempuan dari keluarga terhormat; dan mereka minum dari cangkir yang sama; mereka duduk di matras yang sama; mereka duduk di dipan yang sama; mereka saling berbagi satu matras dan selimut yang sama. Dan mereka makan di waktu yang salah; dan mereka meminum minuman keras; dan mereka mengenakan kalung bunga dan menggunakan pengharum dan kosmetik; mereka menari dan bernyanyi dan memainkan alat musik, dan mereka berolah raga. Mereka menari ketika perempuan menari; mereka bernyanyi ketika perempuan menari; mereka bermain musik ketika perempuan menari; mereka berolah raga ketika perempuan menari; mereka menari ketika perempuan bernyanyi … mereka menari ketika perempuan bermain musik … mereka menari ketika perempuan berolah raga … mereka berolah raga ketika perempuan berolah raga. ||1||

Mereka bermain catur untuk berjudi; mereka bermain dengan membayangkan papan catur di udara; mereka memainkan permainan dengan menginjak gambar bagan; mereka bermain dengan biji-bijian … dadu …memukul sepotong kayu … sikat tangan … dengan bola … meniup melalui mainan pipa daun … dengan bajak mainan … berjungkir balik … kincir angin mainan … mainan mengkur daun … kereta mainan … busur mainan … mereka bermain menebak huruf … mainan membaca pikiran … permainan meniru orang cacat … mereka berlatih ilmu pengetahuan gajah … ilmu pengetahuan kuda … ilmu pengetahuan kereta … memanah … berpedang … kemudian mereka berlari di depan gajah … kuda … kereta ; mereka berlari mundur, mereka berlari maju, dan mereka bersiul dan mereka menjentikkan jari dan mereka bergulat dan mereka bertinju; dan setelah menghamparkan jubah luar sebagai panggung, mereka berkata kepada gadis penari: “Menarilah di sini, saudari.” Dan mereka bersorak, dan mereka terlibat dalam bermacam kebiasaan buruk. ||2||

Pada saat itu seorang bhikkhu, setelah melewatkan musim hujan di atara penduduk Kāsã, sewaktu pergi ke Sāvatthã untuk menemui Sang Bhagavā, tiba di Kiṭāgiri. Kemudian bhikkhu ini, merapikan jubahnya di pagi hari dan membawa mangkuk dan jubahnya memasuki Kiṭāgiri untuk menerima dana makanan. Ia terlihat menyenangkan ketika datang atau pergi, ketika ia melihat ke depan atau melihat ke belakang, ketika ia menarik atau merentangkan (tangannya), matanya menatap ke bawah, ia memiliki penampilan yang menyenangkan. Orang-orang, setelah melihat bhikkhu ini, berkata sebagai berikut: [10]

“Siapakah ini yang seperti orang bodoh dari orang-orang bodoh, seperti seorang dungu dari orang-orang dungu, seperti orang yang sangat sombong? Siapakah yang akan mendatanginya dan memberinya dana makanan? Guru-guru kami, para pengikut Assaji dan Punabbasu sopan, ramah, menyenangkan dalam berbicara, selalu tersenyum dan berkata: “Mari, engkau disambut’. Mereka tidak sombong, mereka mudah didekati, mereka yang akan berbicara duluan. Karena itu dana makanan harus diberikan kepada mereka.”

Seorang umat awam melihat bhikkhu itu berjalan menerima dana makanan di Kiṭāgiri; melihat bhikkhu itu, ia mendatanginya, dan setelah mendatanginya dan menyapanya, ia berkata: “Yang Mulia, apakah dana makanan telah diperoleh?”

“Belum, Tuan, dana makanan belum diperoleh.”

“Marilah, Yang Mulia, kita ke rumah (ku).” ||3||

Kemudian umat awam itu, setelah mengajak bhikkhu itu ke rumahnya dan memberinya makan, berkata:

“Kemanakah, Yang Mulia, hendak pergi?”

“Aku akan pergi ke Sāvatthã, untuk menemui Sang Bhagavā.”

“Kalau begitu, Yang Mulia, atas namaku bersujudlah di kaki Sang Bhagavā dengan kepalamu dan katakan: “Bhagavā, penduduk Kaṭāgiri telah rusak. Di Kaṭāgiri menetap para bhikkhu pengikut Assaji dan Punabbasu yang tidak takut melakukan pelanggaran, bejad. Mereka terlibat dalam berbagai kebiasaan buruk … mereka terlibat dalam bermacam kebiasaan buruk. Bhagavā, orang-orang yang sebelumnya memiliki keyakinan dan kepercayaan sekarang tidak lagi memiliki keyakinan dan kepercayaan. Mereka yang sebelumnya menjadi sumber persembahan bagi Saṅgha sekarang memotongnya; mereka mengabaikan para bhikkhu yang berperilaku baik, dan para bhikkhu bejad diterima. Baik sekali, Bhagavā, jika Sang Bhagavā mengutus para bhikkhu ke Kiṭāgiri, sehingga permasalahan di Kiṭāgiri ini dapat diselesaikan.”

“Baiklah, Tuan.” Dan bhikkhu itu setelah menjawab si umat awam bangkit dari duduknya dan pergi ke Sāvatthã. Perlahan ia mendekati Sāvatthã, Hutan Jeta, Vihara Anāthapiṇḍika dan Sang Bhagavā; setelah medekat dan menyapa Sang Bhagavā, ia duduk pada jarak yang selayaknya. Adalah kebiasaan Yang Tercerahkan, Sang Bhagavā untuk saling bertukar sapa dengan para bhikkhu yang baru datang. Maka Sang Bhagavā berkata kepada bhikkhu itu:

“Kuharap, bhikkhu, segalanya berjalan dengan baik bagimu, Kuharap engkau terus memperoleh kemajuan. Kuharap engkau menyelesaikan perjalananmu dengan sedikit kelelahan. Dan dari manakah engkau datang, bhikkhu?”

“Segalanya berjalan dengan baik, Bhagavā, aku memperoleh kemajuan, Bhagavā, dan Aku, Bhagavā, menyelesaikan perjalananmu dengan sedikit kelelahan. Sekarang, aku, setelah melewatkan musim hujan di antara penduduk Kāsã, dan sewaktu menuju ke Sāvatthã untuk menemui Bhagavā, tiba di Kiṭāgiri. Kemudian aku, Bhagavā, merapikan jubah, dan membawa mangkuk dan jubahku, memasuki Kiṭāgiri untuk menerima dana makanan. Kemudian, Bhagavā, seorang umat awam melihatku ketika aku bejalan menerima dana makanan, [11] dan ketika melihatku, ia mendekat, dan setelah mendekat, ia menyapaku dan berkata: “Yang Mulia, apakah dana makanan telah diperoleh?” “Belum, Tuan, dana makanan belum diperoleh”, aku berkata. “Marilah, Yang Mulia, kita ke rumah (ku),” ia berkata. Kemudian, Bhagavā,  umat awam itu, setelah mengajakkuitu ke rumahnya dan memberiku makan, berkata:

“Kemanakah, Yang Mulia, hendak pergi?”

“Aku akan pergi ke Sāvatthã, untuk menemui Sang Bhagavā.”

“Kalau begitu, Yang Mulia, … dapat diselesaikan’. Oleh karena itu, Bhagavā, aku datang.” ||5||

Kemudian Sang Bhagavā pada kesempatan ini sehubungan dengan hal ini, setelah mengumpulkan para bhikkhu, berkata:

“Para bhikkhu, benarkah, dikatakan, bahwa para bhikkhu pengikut Assaji dan Punabbasu, yang menetap di Kiṭāgiri, tidak takut melakukan pelanggaran dan bejad dan melibatkan diri dalam kebiasaan buruk berikut ini: mereka menanam pohon bunga-bungaan … terlibat dalam bermacam kebiasaan buruk … dan orang-orang … dan para bhikkhu bejad diterima?”

“Benar, bhagavā.”

Yang Tercerahkan, Sang Bhagavā, menegur mereka dengan berkata:

“Bagaimana mungkin, para bhikkhu, orang-orang dungu ini terlibat dalam kebiasaan-kebiasaan buruk seperti ini? bagaimana mungkin mereka menanam bunga, dan menyiraminya, dan memetiknya, dan bagaimana mungkin mereka membuatnya menjadi kalung bunga … ? Bagaimana mungkin mereka membawa atau mengirimkan …? Bagaimana mungkin mereka makan … minum … duduk … berdiri … makan … minum … berlari … menari … bernyanyi … dan bermain musik dan berolah raga … bermain … mereka berlatih … berlari … berlari dengan menghadap …? Bagaimana mungkin mereka bersiul dan menjentikkan jari dan bergulat dan bertinju, dan setelah menghamparkan jubah luar sebagai panggung, mereka berkata kepada gadis penari: “Menarilah di sini, saudari.” Dan mereka bersorak, dan mereka terlibat dalam bermacam kebiasaan buruk? Itu bukanlah, para bhikkhu, untuk menyenangkan mereka yang tidak senang …”, dan setelah menegur mereka dan membabarkan khotbah, Beliau berkata kepada Sāriputta dan Moggallāna:

“Pergilah, Sāriputta dan Moggallāna, dan setelah sampai di Kiṭāgiri, lakukanlah tindakan (resmi) pengusiran  dari Kiṭāgiri terhadap para bhikkhu pengikut Assaji dan Punabbasu; ini adalah mereka yang berbagi kamarmu.”

“Bagaimanakah, Bhagavā, kami memberlakukan tindakan (resmi) pengusiran terhadap para bhikkhu pengikut Assaji dan Punabbasu? Para bhikkhu itu kejam dan kasar.”

“Baiklah, Sāriputta dan Moggallāna, pergilah bersama dengan banyak bhikkhu.”

“Baik, Bhagavā.” Sāriputta dan Moggallāna menjawab ||6||

Indra:
“Dan beginilah, para bhikkhu, hal itu dilakukan. Pertama, para bhikkhu pengikut Assaji dan Punabbasu [12] harus ditegur; setelah ditegur mereka harus diingatkan; setelah diingatkan mereka harus dituduh telah melakukan suatu pelanggaran, setelah menuduh mereka atas suatu pelanggaran, Saṅgha harus diberitahu oleh seorang bhikkhu yang berkompeten dan berpengalaman, dengan berkata: “Yang Mulia, mohon Saṅgha mendengarkan saya. Para bhikkhu pengikut Assaji dan Punabbasu ini menjatuhkan reputasi para keluarga dan berperilaku buruk; perilaku buruk mereka terlihat dan terdengar dan keluarga terhormat yang rusak karena mereka juga terlihat dan terdengar. Jika baik menurut Saṅgha, maka Saṅgha harus melakukan tindkan (resmi) pengusiran dari Kiṭāgiri terhadap para bhikkhu pengikut Assaji dan Punabbasu yang karenanya para bhikkhu pengikut Assaji dan Punabbasu tidak boleh menetap di Kiṭāgiri. Ini adalah usul. Yang Mulia, mohon Saṅgha mendengarkan saya. Para bhikkhu … terlihat dan juga terdengar. Saṅgha memberlakukan tindakan (resmi) pengusiran dari Kiṭāgiri terhadap para bhikkhu pengikut Assaji dan Punabbasu yang karenanya para bhikkhu pengikut Assaji dan Punabbasu tidak boleh menetap di Kiṭāgiri. Jika tindakan (resmi) pengusiran dari Kiṭāgiri terhadap para bhikkhu pengikut Assaji dan Punabbasu yang karenanya para bhikkhu pengikut Assaji dan Punabbasu tidak boleh menetap di Kiṭāgiri ini sesuai dengan keinginan Yang Mulia, maka Yang Mulia cukup berdiam diri, mereka yang tidak menginginkan, silahkan berbicara. Dan untuk ke dua kalinya saya menyampaikan hal ini … Dan untuk ke tiga kalinya saya menyampaikan hal ini. tindakan (resmi) pengusiran dari Kiṭāgiri terhadap para bhikkhu pengikut Assaji dan Punabbasu yang karenanya para bhikkhu pengikut Assaji dan Punabbasu tidak boleh menetap di Kiṭāgiri dilakukan oleh Saṅgha. Ini sesuai keinginan Saṅgha, oleh karena itu Saṅgha berdiam diri. Demikianlah saya memahami hal ini.’ ||7||13||

“Para bhikkhu, jika memiliki tiga kualitas maka suatu tindakan (resmi) pengusiran menjadi tidak sah, tidak sah secara disiplin dan merupakan sesuatu yang sulit diselesaikan …  terhadap seorang yang mencela Saṅgha. Para bhikkhu, jika Saṅgha menghendaki, Saṅgha boleh memberlakukan tindakan (resmi) pengusiran tehadap tiga (jenis) bhikkhu ini.

“Dan, para bhikkhu, jika seorang bhikkhu memiliki tiga kualitas lainnya maka Saṅgha, jika menghendaki, boleh memberlakukan tindakan (resmi) pengusiran terhadpnya: jika ia memiliki perbuatan yang sembrono,  jika ia memiliki ucapan yang sembrono, jika ia memiliki perbuatan dan ucapan yang sembrono. Para bhikkhu, jika seorang bhikkhu memiliki tiga kualitas ini maka Saṅgha, jika menghendaki, boleh memberlakukan tindakan (resmi) pengusiran terhadapnya. Dan, para bhikkhu, jika seorang bhikkhu memiliki tiga kualitas lainnya … terhadapnya: jika ia memiliki kebiasaan perbuatan buruk, jika ia memiliki kebiasaan ucapan buruk, jika ia memiliki kebiasaan perbuatan dan ucapan buruk. Para bhikkhu, jika seorang bhikkhu … tindakan (resmi) pengusiran terhadapnya. Jika ia memiliki sifat mencelakai melalui perbuatan, jika ia memiliki sifat mencelakai melalui ucapan, jika ia memiliki sifat mencelakai melalui perbuatan dan ucapan. Para bhikkhu, jika seorang bhikkhu … tindakan (resmi) pengusiran terhadapnya. Dan, Para bhikkhu, jika seorang bhikkhu memiliki tiga kualitas lainnya maka Saṅgha, jika menghendaki, boleh memberlakukan tindakan (resmi) pengusiran terhadapnya: jika ia memiliki penghidupan salah melalui perbuatan, jika ia memiliki penghidupan salah melalui ucapan, jika ia memiliki penghidupan salah melalui perbuatan dan ucapan. Para bhikkhu, jika seorang bhikkhu memiliki tiga kualitas ini maka Saṅgha, jika menghendaki, boleh memberlakukan tindakan (resmi) pengusiran terhadapnya. ||1|| [13]

“Para bhikkhu, Jika Saṅgha menghendaki, maka Saṅgha boleh memberlakukan tindakan (resmi) pengusiran terhadap tiga (jenis) bhikkhu: terhadap seorang yang adalah pembuat pertikaian … (seperti pada I.4.2) … terhadap seorang yang mencela Saṅgha. Para bhikkhu, Jika Saṅgha menghendaki, maka Saṅgha boleh memberlakukan tindakan (resmi) pengusiran terhadap tiga (jenis) bhikkhu ini. Dan, para bhikkhu, Jika Saṅgha menghendaki, maka Saṅgha boleh memberlakukan tindakan (resmi) pengusiran terhadap tiga (jenis) bhikkhu: jika ia memiliki perbuatan yang sembrono, jika ia memiliki ucapan yang sembrono, jika ia memiliki perbuatan dan ucapan yang sembrono … terhadap seorang yang memiliki penghidupan salah melalui perbuatan dan ucapan. Para bhikkhu, Jika Saṅgha menghendaki, maka Saṅgha boleh memberlakukan tindakan (resmi) pengusiran terhadap tiga (jenis) bhikkhu ini. ||2||14||

“Para bhikkhu, seorang bhikkhu yang menerima tindakan (resmi) pengusiran harus berperilaku selayaknya. Ini adalah perilaku selayaknya dalam kasus ini … (seperti pada CV. I.5) … ia tidak boleh bertengkar dengan para bhikkhu.” ||1||

Demikianlah Delapan belas Pelaksanaan sehubungan dengan tindakan (resmi) Pengusiran. ||15||

Kemudian Sāriputta dan Moggallāna memimpin Saṅgha, setelah tiba di Kiṭāgiri,  memberlakukan tindakan (resmi) pengusiran dari Kiṭāgiri terhadap para bhikkhu pengikut Assaji dan Punabbasu, yang karenanya para bhikkhu pengikut Assaji dan Punabbasu tidak boleh menetap di Kiṭāgiri. Ketika tindakan (resmi) pengusiran telah dilakukan oleh Saṅgha, mereka masih tidak berperilaku selayaknya, mereka tidak menjadi lebih baik, mereka tidak memperbaiki sikap mereka, mereka tidak meminta maaf kepada para bhikkhu, mereka menghina para bhikkhu, mereka mencela para bhikkhu, mereka bersikap buruk dengan mengikuti cara yang salah melalui keinginan, dengan mengikuti cara yang salah melalui kebencian, dengan mengikuti cara yang salah melalui kebodohan, dengan mengikuti cara yang salah melalui ketakutan; dan mereka pergi begitu saja dan mereka meninggalkan Saṅgha. Para bhikkhu lain merendahkan, mengkritik, menyebarkan dengan mengatakan: “Bagaimana mungkin para bhikkhu pengikut Assaji dan Punabbasu ini, yang kepada mereka tindakan (resmi) pengusiran dilakukan oleh Saṅgha, tidak berperilaku selayaknya, tidak menjadi lebih baik, tidak memperbaiki sikap mereka? Mengapa mereka tidak meminta maaf kepada para bhikkhu? Mengapa mereka menghina dan mencela para bhikkhu? Mengapa mereka mengikuti cara yang salah melalui keinginan … kebencian … kebodohan … ketakutan, pergi dan meninggalkan Saṅgha?” kemudian para bhikkhu ini mengadukan hal itu kepada Sang Bhagavā. Kemudian Sang Bhagavā pada kesempatan ini, sehubungan dengan hal ini, setelah mengumpulkan para bhikkhu, berkata:

“Benarkah, dikatakan, para bhikkhu, bahwa para bhikkhu pengikut Assaji dan Punabbasu, yang terhadapnya suatu tindakan (resmi) pengusiran telah dilakukan oleh Saṅgha, tidak berperilaku selayaknya, tidak menjadi lebih baik … dan meninggalkan Saṅgha?”

“Benar, Bhagavā.”

“Bagaimana mungkin, para bhikkhu, orang-orang dungu ini, yang terhadapnya suatu tindakan (resmi) pengusiran telah dilakukan oleh Saṅgha, tidak berperilaku selayaknya … dan meninggalkan Saṅgha? Itu bukanlah, para bhikkhu, untuk menyenangkan mereka yang tidak senang …” Dan setelah menegur mereka, setelah membabarkan khotbah, Beliau berkata kepada para bhikkhu:

“Baiklah, para bhikkhu, Saṅgha jangan mencabut tindakan (resmi) pengusiran terhadap mereka. ||1||

“Para bhikkhu, jika seorang bhikkhu memiliki lima kualitas [14] tindakan (resmi) pengusiran terhadapnya tidak boleh dicabut: jika ia menahbiskan … (seperti pada 1.6.2-7) … jika ia tidak bertengkar dengan para bhikkhu. Para bhikkhu, jika seorang bhikkhu memiliki delapan kualitas ini maka tindakan (resmi) pengusiran tidak boleh dicabut. ||16||

Demikianlah Delapan belas kasus di mana suatu Tindakan (Resmi) Pengusiran boleh dicabut ||16||

“Dan baginilah, para bhikkhu, pencabutan itu dilakukan: Para bhikkhu, para bhikkhu yang kepadanya suatu tindakan (resmi) pengusiran telah dilakukan, setelah menghadap Saṅgha, setelah merapikan jubahnya di salah satu bahunya, setelah bersujud di kaki para bhikkhu senior, setelah duduk bersila, setelah merangkapkan tangannya, harus berkata: ‘Tindakan (resmi) pengusiran, Yang Mulia, telah diberlakukan terhadapku oleh Saṅgha, tetapi aku telah berperilaku selayaknya, aku menjadi lebih baik, aku telah memperbaiki sikapku; saya memohon pencabutan tindakan (resmi) pengusiran’. Dan untuk ke dua kalinya permohonan diajukan, dan untuk ke tiga kalinya permohonan diajukan.

“Saṅgha harus diberitahukan oleh seorang bhikkhu yang berkompeten dan berpengalaman, dengan mengatakan: ||1||

“Yang Mulia, mohon Saṅgha mendengarkan saya. Bhikkhu ini, yang kepadanya suatu tindakan (resmi) pengusiran telah diberlakukan oleh Saṅgha, telah berperilaku selayaknya, telah menjadi lebih baik, telah memperbaiki sikapnya, dan ia memohon pencabutan tindakan (resmi) pembimbingan. Jika baik menurut Saṅgha, maka Saṅgha harus mencabut tindakan (resmi) pengusiran terhadap bhikkhu ini. Ini adalah usul. Yang Mulia, mohon Saṅgha mendengarkan saya. Bhikkhu ini … dan ia memohon pencabutan tindakan (resmi) pembimbingan. Saṅgha mencabut tindakan (resmi) pengusiran terhadap bhikkhu ini. Jika pencabutan tindakan (resmi) pengusiran terhadap bhikkhu ini sesuai dengan keinginan Yang Mulia, maka Yang Mulia cukup berdiam diri; ia yang tidak menginginkan silahkan berbicara. Dan untuk kedua kalinya, saya menyampaikan persoalan ini … Dan untuk ketiga kalinya saya menyampaikan persoalan ini … Ini sesuai keinginan Sangha, karena itu Sangha berdiam diri. Demikianlah saya memahami hal ini.’” ||2||17||

Demikianlah Tindakan (Resmi) Ke tiga : Pengusiran

Navigation

[0] Message Index

[#] Next page

Go to full version