//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Show Posts

This section allows you to view all posts made by this member. Note that you can only see posts made in areas you currently have access to.


Messages - Indra

Pages: 1 ... 6 7 8 9 10 11 12 [13] 14 15 16 17 18 19 20 ... 954
181
Sutta Vinaya / Nissaggiya Pācittiya 22
« on: 15 September 2022, 11:00:12 AM »
Koleksi Theravāda tentang Hukum Monastik
Aturan Kebhikkhuan dan Analisisnya
Bab tentang Pelepasan
Sub-bab tentang Mangkuk

Nissaggiya Pācittiya 22. Aturan Latihan tentang Kurang dari Lima Perbaikan


Kisah Asal-mula

Pada suatu ketika Sang Buddha sedang menetap di negeri Sakya di Vihara Pohon Banyan di Kapilavatthu. Pada saat itu seorang pengrajin tembikar telah mengundang para bhikkhu, dengan mengatakan, "Jika siapa pun di antara kalian membutuhkan mangkuk, aku akan menyediakannya." Tetapi para bhikkhu tidak mengenal cukup, dan mereka meminta banyak mangkuk. Mereka yang memiliki mangkuk kecil meminta yang besar, dan mereka yang memiliki mangkuk besar meminta yang kecil. Pengrajin tembikar itu begitu sibuk membuat mangkuk untuk para bhikkhu sehingga ia tidak dapat membuat benda-benda untuk dijual. Ia tidak dapat mencari nafkah, dan istri-istri dan anak-anaknya menderita. Orang-orang mengeluhkan dan mengkritik mereka, "Bagaimana mungkin para monastik Sakya ini tidak mengenal cukup dan meminta banyak mangkuk? Pengrajin tembikar ini begitu sibuk membuat mangkuk untuk para bhikkhu sehingga ia tidak dapat membuat benda-benda untuk dijual. Ia tidak dapat mencari nafkah, dan istri-istri dan anak-anaknya menderita."

Para bhikkhu mendengar keluhan orang-orang itu, dan para bhikkhu yang memiliki sedikit keinginan mengeluhkan dan mengkritik para bhikkhu, "Bagaimana mungkin para bhikkhu itu tidak mengenal cukup dan meminta banyak mangkuk?"

Setelah menegur para bhikkhu itu dalam berbagai cara, mereka memberitahu Sang Buddha. Segera setelah itu Sang Buddha mengumpulkan Sangha dan menanyai para bhikkhu itu: "Benarkah, para bhikkhu, bahwa ada para bhikkhu yang melakukan hal ini?"

"Benar, Yang Mulia."

Sang Buddha menegur mereka ... "Bagaimana mungkin orang-orang dungu itu melakukan hal ini? Hal ini akan mempengaruhi keyakinan orang-orang ..." ... Setelah menegur mereka, Sang Buddha membabarkan ajaran dan berkata kepada para bhikkhu:

"Para bhikkhu, seorang bhikkhu tidak boleh meminta mangkuk. Jika ia melakukannya, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah."

Tidak lama kemudian mangkuk seorang bhikkhu tertentu rusak. Mengetahui bahwa Sang Buddha telah melarang meminta mangkuk dan takut melakukan kesalahan, ia tidak meminta mangkuk baru. Sebagai akibatnya, ia mengumpulkan dana makanan dengan tangannya. Orang-orang mengeluhkan dan mengkritiknya, "Bagaimana mungkin para monastik Sakya mengumpulkan dana makanan dengan tangan mereka, persis seperti para monastik agama lain?"

Para bhikkhu mendengar keluhan orang-orang itu dan mereka memberitahu Sang Buddha. Segera setelah itu Sang Buddha membabarkan ajaran dan berkata kepada para bhikkhu:

"Para bhikkhu, Aku memperbolehkan kalian untuk meminta mangkuk baru jika mangkuk kalian hilang atau rusak."

Ketika mereka mendengar kelonggaran dari Sang Buddha itu, para bhikkhu dari kelompok enam meminta banyak mangkuk baru walaupun mangkuk lama mereka hanya mengalami kerusakan kecil atau hanya tergores. Sekali lagi pengrajin tembikar itu menjadi begitu sibuk membuat mangkuk untuk para bhikkhu sehingga ia tidak dapat membuat benda-benda untuk dijual. Ia tidak dapat mencari nafkah, dan istri-istri dan anak-anaknya menderita. Orang-orang mengeluhkan dan mengkritik mereka seperti sebelumnya.

Para bhikkhu mendengar keluhan orang-orang itu, dan para bhikkhu yang memiliki sedikit keinginan mengeluhkan dan mengkritik para bhikkhu itu, "Bagaimana mungkin para bhikkhu dari kelompok enam meminta banyak mangkuk walaupun mangkuk lama mereka hanya mengalami kerusakan kecil atau hanya tergores?"

Setelah menegur para bhikkhu itu dalam berbagai cara, mereka memberitahu Sang Buddha. Segera setelah itu Sang Buddha mengumpulkan Sangha dan menanyai para bhikkhu itu: "Benarkah, para bhikkhu, bahwa kalian melakukan hal ini?"

"Benar, Yang Mulia."

Sang Buddha menegur mereka ... "Orang-orang dungu, bagaimana mungkin kalian melakukan hal ini? Hal ini akan mempengaruhi keyakinan orang-orang ..." ... "Dan, para bhikkhu, aturan latihan ini harus dibacakan sebagai berikut:

Aturan akhir

'Jika seorang bhikkhu menukar sebuah mangkuk yang kurang dari lima perbaikan dengan sebuah mangkuk baru, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pelepasan dan pengakuan. Bhikkhu itu harus melepaskan mangkuk itu kepada pertemuan para bhikkhu. Kemudian ia harus diberikan mangkuk terakhir milik pertemuan itu: "Bhikkhu, mangkuk ini adalah milikmu. Pergunakanlah sampai rusak." Ini adalah prosedur yang benar.'"

Definisi

Seorang:

siapa pun ...

Bhikkhu:

... Seorang bhikkhu yang telah diberikan penahbisan penuh oleh Sangha yang sepakat melalui prosedur sah yang terdiri dari satu usul dan tiga pengumuman yang tidak dapat dibatalkan dan lengkap—bhikkhu jenis inilah yang dimaksudkan dalam kasus ini.

Sebuah mangkuk yang kurang dari lima perbaikan:

mangkuk yang tanpa perbaikan, satu perbaikan, dua perbaikan, tiga perbaikan, atau empat perbaikan.

Sebuah mangkuk dengan perbaikan yang tidak termasuk:

mangkuk yang tidak memiliki retak sepanjang 3,5 cm.

Sebuah mangkuk dengan perbaikan yang termasuk:

mangkuk yang memiliki retak sepanjang 3,5 cm.

Mangkuk baru:

yang dimaksudkan adalah yang diminta.

Menukar:

Jika ia meminta, maka untuk usaha itu terjadi tindakan perbuatan salah. Ketika ia mendapatkan mangkuknya, maka mangkuk itu harus dilepaskan.

Mangkuk itu harus dilepaskan di tengah-tengah Sangha. Semua mangkuk yang telah ditetapkan harus dibawa. Seseorang tidak boleh menetapkan sebuah mangkuk yang murah, dengan berpikir, "Aku akan mendapatkan yang mahal."

Jika seseorang menetapkan sebuah mangkuk yang murah, dengan berpikir, "Aku akan mendapatkan yang mahal," maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah.

"Dan, para bhikkhu, mangkuk itu harus dilepaskan seperti berikut ini. Setelah mendatangi Sangha, bhikkhu itu harus menata jubah atasnya di satu bahunya dan bersujud di kaki para bhikkhu senior. Kemudian ia harus berjongkok pada tumitnya, merangkapkan tangan, dan berkata:

'Para Mulia, mangkuk ini, yang kuperoleh dengan menukarnya dengan mangkuk yang memiliki kurang dari lima perbaikan, akan dilepaskan. Aku melepaskannya kepada Sangha.'"

Setelah melepaskannya, ia harus mengakui pelanggaran itu. Pengakuan itu harus diterima oleh seorang bhikkhu yang kompeten dan mampu.

Seorang bhikkhu yang memiliki lima kualitas harus ditunjuk sebagai pembagi mangkuk: seorang yang tidak goyah oleh keinginan, kebencian, kebodohan, atau ketakutan, dan yang mengetahui apa yang telah dan belum dibagikan. "Dan, para bhikkhu, beginilah ia harus ditunjuk. Pertama-tama bhikkhu itu harus diminta, dan kemudian seorang bhikkhu yang kompeten dan mampu harus memberitahu Sangha:

'Mohon, Para Mulia, aku memohon Sangha untuk mendengarkan. Jika baik menurut Sangha, maka Sangha harus menunjuk bhikkhu ini sebagai pembagi mangkuk. Ini adalah usul.

Mohon, Para Mulia, aku memohon Sangha untuk mendengarkan. Sangha menunjuk bhikkhu ini sebagai pembagi mangkuk. Bhikkhu mana pun yang menyetujui penunjukan bhikkhu ini sebagai pembagi mangkuk harus berdiam diri. Bhikkhu mana pun yang tidak menyetujui silakan berbicara.

Sangha telah menunjuk bhikkhu ini sebagai pembagi mangkuk. Sangha menyetujui dan karena itu berdiam diri. Aku akan mengingatnya demikian.'"

Bhikkhu yang ditunjuk harus memberikan mangkuk yang dilepaskan. Ia harus memberitahu bhikkhu paling senior, "Yang Mulia, apakah engkau menyukai mangkuk ini?" Jika bhikkhu paling senior itu mengambilnya, maka mangkuk lamanya harus ditawarkan kepada bhikkhu berikutnya.

Ia tidak boleh mengambil mangkuk itu karena simpati. Jika ia melakukan itu, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah.

Mangkuk tidak boleh ditawarkan kepada siapa pun yang tidak memiliki mangkuk. Dengan cara ini mangkuk ditawarkan bergiliran hingga bhikkhu paling junior dalam Sangha.

Kemudian ia harus diberikan mangkuk terakhir milik pertemuan itu: "Bhikkhu, mangkuk ini milikmu. Pergunakanlah sampai rusak":

Bhikkhu itu tidak boleh menyimpan mangkuk itu di tempat yang tidak selayaknya, menggunakannya dalam cara yang tidak selayaknya, atau memberikannya, dengan berpikir, "Bagaimanakah agar mangkuk ini hilang, hancur, atau rusak?" Jika ia menyimpan mangkuk itu di tempat yang tidak selayaknya, menggunakannya dalam cara yang tidak selayaknya, atau memberikannya, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah.

Ini adalah prosedur yang benar:

ini adalah metode yang benar.

Permutasi

Jika ia menukar mangkuk tanpa perbaikan dengan mangkuk tanpa perbaikan, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pelepasan dan pengakuan. Jika ia menukar mangkuk tanpa perbaikan dengan mangkuk dengan satu perbaikan, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pelepasan dan pengakuan. Jika ia menukar mangkuk tanpa perbaikan dengan mangkuk dengan dua perbaikan, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pelepasan dan pengakuan. Jika ia menukar mangkuk tanpa perbaikan dengan mangkuk dengan tiga perbaikan, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pelepasan dan pengakuan. Jika ia menukar mangkuk tanpa perbaikan dengan mangkuk dengan empat perbaikan, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pelepasan dan pengakuan.

Jika ia menukar mangkuk dengan satu perbaikan dengan mangkuk tanpa perbaikan, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pelepasan dan pengakuan. Jika ia menukar mangkuk dengan satu perbaikan dengan mangkuk dengan satu perbaikan, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pelepasan dan pengakuan. Jika ia menukar mangkuk dengan satu perbaikan dengan mangkuk dengan dua perbaikan, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pelepasan dan pengakuan. Jika ia menukar mangkuk dengan satu perbaikan dengan mangkuk dengan tiga perbaikan, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pelepasan dan pengakuan. Jika ia menukar mangkuk dengan satu perbaikan dengan mangkuk dengan empat perbaikan, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pelepasan dan pengakuan.

Jika ia menukar mangkuk dengan dua perbaikan dengan mangkuk tanpa perbaikan, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pelepasan dan pengakuan. Jika ia menukar mangkuk dengan dua perbaikan dengan mangkuk dengan satu perbaikan ... dengan mangkuk dengan dua perbaikan ... dengan mangkuk dengan tiga perbaikan ... Jika ia menukar mangkuk dengan dua perbaikan dengan mangkuk dengan empat perbaikan, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pelepasan dan pengakuan.

Jika ia menukar mangkuk dengan tiga perbaikan dengan mangkuk tanpa perbaikan ... dengan mangkuk dengan satu perbaikan ... dengan mangkuk dengan dua perbaikan ... dengan mangkuk dengan tiga perbaikan ... Jika ia menukar mangkuk dengan tiga perbaikan dengan mangkuk dengan empat perbaikan, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pelepasan dan pengakuan.

Jika ia menukar mangkuk dengan empat perbaikan dengan mangkuk tanpa perbaikan ... dengan mangkuk dengan satu perbaikan ... dengan mangkuk dengan dua perbaikan ... dengan mangkuk dengan tiga perbaikan ... Jika ia menukar mangkuk dengan empat perbaikan dengan mangkuk dengan empat perbaikan, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pelepasan dan pengakuan.

Jika ia menukar mangkuk tanpa perbaikan dengan mangkuk tanpa perbaikan yang termasuk, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pelepasan dan pengakuan. Jika ia menukar mangkuk tanpa perbaikan dengan mangkuk dengan satu perbaikan yang termasuk ... dengan mangkuk dengan dua perbaikan yang termasuk ... dengan mangkuk dengan tiga perbaikan yang termasuk ... Jika ia menukar mangkuk tanpa perbaikan dengan mangkuk dengan empat perbaikan yang termasuk, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pelepasan dan pengakuan.

Jika ia menukar mangkuk dengan satu perbaikan dengan mangkuk tanpa perbaikan yang termasuk ... dengan mangkuk dengan satu perbaikan yang termasuk ... dengan mangkuk dengan dua perbaikan yang termasuk ... dengan mangkuk dengan tiga perbaikan yang termasuk ... Jika ia menukar mangkuk dengan satu perbaikan dengan mangkuk dengan empat perbaikan yang termasuk, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pelepasan dan pengakuan.

Jika ia menukar mangkuk dengan dua perbaikan dengan mangkuk tanpa perbaikan yang termasuk ... Jika ia menukar mangkuk dengan dua perbaikan dengan mangkuk dengan empat perbaikan yang termasuk, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pelepasan dan pengakuan.

Jika ia menukar mangkuk dengan tiga perbaikan dengan mangkuk tanpa perbaikan yang termasuk ... Jika ia menukar mangkuk dengan tiga perbaikan dengan mangkuk dengan empat perbaikan yang termasuk, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pelepasan dan pengakuan.

Jika ia menukar mangkuk dengan empat perbaikan dengan mangkuk tanpa perbaikan yang termasuk ... dengan mangkuk dengan satu perbaikan yang termasuk ... dengan mangkuk dengan dua perbaikan yang termasuk ... dengan mangkuk dengan tiga perbaikan yang termasuk ... Jika ia menukar mangkuk dengan empat perbaikan dengan mangkuk dengan empat perbaikan yang termasuk, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pelepasan dan pengakuan.

Jika ia menukar mangkuk tanpa perbaikan yang termasuk dengan mangkuk tanpa perbaikan, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pelepasan dan pengakuan. Jika ia menukar mangkuk tanpa perbaikan yang termasuk dengan mangkuk dengan satu perbaikan ... dengan mangkuk dengan dua perbaikan ... dengan mangkuk dengan tiga perbaikan ... dengan mangkuk dengan empat perbaikan, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pelepasan dan pengakuan.

Jika ia menukar mangkuk dengan empat perbaikan yang termasuk dengan mangkuk tanpa perbaikan ... Jika ia menukar mangkuk dengan empat perbaikan yang termasuk dengan mangkuk dengan satu perbaikan ... dengan mangkuk dengan dua perbaikan ... dengan mangkuk dengan tiga perbaikan ... Jika ia menukar mangkuk dengan empat perbaikan yang termasuk dengan mangkuk dengan empat perbaikan, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pelepasan dan pengakuan.

Jika ia menukar mangkuk tanpa perbaikan yang termasuk dengan mangkuk tanpa perbaikan yang termasuk ... dengan mangkuk dengan satu perbaikan yang termasuk ... dengan mangkuk dengan dua perbaikan yang termasuk ... dengan mangkuk dengan tiga perbaikan yang termasuk ... Jika ia menukar mangkuk tanpa perbaikan yang termasuk dengan mangkuk dengan empat perbaikan yang termasuk, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pelepasan dan pengakuan.

Jika ia menukar mangkuk dengan empat perbaikan yang termasuk dengan mangkuk tanpa perbaikan yang termasuk ... dengan mangkuk dengan satu perbaikan yang termasuk ... dengan mangkuk dengan dua perbaikan yang termasuk ... dengan mangkuk dengan tiga perbaikan yang termasuk ... Jika ia menukar mangkuk dengan empat perbaikan yang termasuk dengan mangkuk dengan empat perbaikan yang termasuk, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pelepasan dan pengakuan.

Tidak ada pelanggaran

Tidak ada pelanggaran: jika mangkuknya hilang; jika mangkuknya rusak; jika itu dari kerabatnya; jika itu dari mereka yang memberikan undangan; jika itu adalah demi manfaat orang lain; jika itu diperoleh dari harta kekayaannya sendiri; jika ia gila; jika ia adalah pelaku pertama.

Aturan latihan tentang kurang dari lima perbaikan, yang kedua, selesai.

182
Sutta Vinaya / Nissaggiya Pācittiya 21
« on: 15 September 2022, 10:59:40 AM »
Koleksi Theravāda tentang Hukum Monastik
Aturan Kebhikkhuan dan Analisisnya
Bab tentang Pelepasan
Sub-bab tentang Mangkuk

Nissaggiya Pācittiya 21. Aturan Latihan tentang Mangkuk

Kisah Asal-mula

Sub-kisah pertama

Pada suatu hari ketika Sang Buddha sedang menetap di Sāvatthī di Vihara Anāthapiṇḍika, para bhikkhu dari kelompok enam menyimpan banyak mangkuk. Ketika orang-orang sedang berjalan-jalan di sekitar tempat-tempat kediaman melihat hal ini, mereka mengeluhkan dan mengkritik, "Bagaimana mungkin para monastik Sakya ini menyimpan banyak mangkuk? Apakah mereka mulai menjadi pedagang mangkuk atau membuka toko mangkuk?"

Para bhikkhu mendengar keluhan orang-orang itu, dan para bhikkhu yang memiliki sedikit keinginan mengeluhkan dan mengkritik para bhikkhu itu, "Bagaimana mungkin para bhikkhu dari kelompok enam menyimpan mangkuk lebih?"

Setelah menegur para bhikkhu itu dalam berbagai cara, mereka memberitahu Sang Buddha. Segera setelah itu Sang Buddha mengumpulkan Sangha dan menanyai para bhikkhu itu: "Benarkah, para bhikkhu, bahwa kalian melakukan hal ini?"

"Benar, Yang Mulia."

Sang Buddha menegur mereka ... "Orang-orang dungu, bagaimana mungkin kalian melakukan hal ini? Hal ini akan mempengaruhi keyakinan orang-orang ..." ... "Dan, para bhikkhu, aturan latihan ini harus dibacakan sebagai berikut:

Aturan awal

'Jika seorang bhikkhu menyimpan mangkuk lebih, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pelepasan dan pengakuan.'"

Demikianlah Sang Buddha menetapkan aturan latihan ini bagi para bhikkhu.

Sub-kisah kedua

Tidak lama setelah itu Yang Mulia Ānanda menerima sebuah mangkuk tambahan. Ia ingin memberinya kepada Yang Mulia Sāriputta, yang sedang menetap di Sāketa. Mengetahui bahwa Sang Buddha telah menetapkan aturan yang melarang menyimpan mangkuk lebih, Yang Mulia Ānanda berpikir, "Apakah yang harus kulakukan dalam situasi ini?" Ia memberitahu Sang Buddha, yang berkata, "Berapa lamakah, Ānanda, sampai Sāriputta kembali?"

"Sembilan atau sepuluh hari, Yang Mulia."

Segera setelah itu Sang Buddha membabarkan ajaran dan berkata kepada para bhikkhu, "Para bhikkhu, kalian boleh menyimpan mangkuk tambahan selama paling lama sepuluh hari. Dan, para bhikkhu, aturan latihan ini harus dibacakan sebagai berikut:

Aturan akhir

'Seorang bhikkhu boleh menyimpan mangkuk tambahan paling lama sepuluh hari. Jika ia menyimpannya lebih lama dari itu, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pelepasan dan pengakuan.'"

Definisi

Paling lama sepuluh hari:

boleh disimpan maksimum sepuluh hari.

Mangkuk tambahan:

mangkuk yang belum ditetapkan, juga belum dialokasikan untuk orang lain.

Mangkuk:

ada dua jenis mangkuk: mangkuk besi dan mangkuk tanah.

Dan ada tiga ukuran mangkuk: mangkuk besar, mangkuk menengah, dan mangkuk kecil.

Mangkuk besar: menampung setengah takaran āḷhaka nasi, seperempat bagian makanan segar, dan seporsi kari.

Mangkuk menengah: menampung satu takaran nāḷika nasi, seperempat bagian makanan segar, dan seporsi kari.

Mangkuk kecil: menampung satu takaran pattha nasi, seperempat bagian makanan segar, dan seporsi kari.

Apa pun yang lebih besar atau lebih kecil dari itu bukanlah mangkuk.

Jika ia menyimpannya lebih lama dari itu, maka itu harus dilepaskan:

Mangkuk itu harus dilepaskan pada fajar hari kesebelas.

Mangkuk itu harus dilepaskan kepada suatu sangha, suatu kelompok, atau individu. "Dan, para bhikkhu, mangkuk itu harus dilepaskan seperti berikut. Setelah mendatangi Sangha, bhikkhu itu harus menata jubah atasnya di satu bahunya dan bersujud di kaki para bhikkhu senior. Kemudian ia harus berjongkok pada tumitnya, merangkapkan tangan, dan berkata:

'Para Mulia, mangkuk ini, yang telah kusimpan selama lebih dari sepuluh hari, akan dilepaskan. Aku melepaskannya kepada Sangha.'

Setelah melepaskannya, ia harus mengakui pelanggaran itu. Pengakuan itu harus diterima oleh seorang bhikkhu yang kompeten dan mampu. Mangkuk yang dilepaskan itu kemudian harus dikembalikan:

'Mohon, Para Mulia, aku memohon Sangha untuk mendengarkan. Mangkuk ini, yang akan dilepaskan oleh bhikkhu ini, telah dilepaskan kepada Sangha. Jika baik menurut Sangha, maka Sangha harus mengembalikan mangkuk ini kepada bhikkhu ini.'

Setelah mendatangi beberapa bhikkhu, bhikkhu itu harus menata jubah atasnya di satu bahunya dan bersujud di kaki para bhikkhu senior. Kemudian ia harus berjongkok pada tumitnya, merangkapkan tangan, dan berkata:

'Para Mulia, mangkuk ini, yang telah kusimpan selama lebih dari sepuluh hari, akan dilepaskan. Aku melepaskannya kepada Para Mulia.'

Setelah melepaskannya, ia harus mengakui pelanggaran itu. Pengakuan itu harus diterima oleh seorang bhikkhu yang kompeten dan mampu. Mangkuk yang dilepaskan itu kemudian harus dikembalikan:

'Mohon, Aku memohon Para Mulia untuk mendengarkan. Mangkuk ini, yang akan dilepaskan oleh bhikkhu ini, telah dilepaskan kepada kalian. Jika baik menurut kalian, maka kalian harus mengembalikan mangkuk ini kepada bhikkhu ini.'

Setelah mendatangi seorang bhikkhu, bhikkhu itu harus menata jubah atasnya di satu bahunya, berjongkok pada tumitnya, merangkapkan tangan, dan berkata, 'Mangkuk ini, yang telah kusimpan selama lebih dari sepuluh hari, akan dilepaskan. Aku melepaskannya kepadamu.' Setelah melepaskannya, ia harus mengakui pelanggaran itu. Pengakuan itu harus diterima oleh bhikkhu tersebut. Mangkuk yang dilepaskan itu kemudian harus dikembalikan:

'Aku mengembalikan mangkuk ini kepadamu.'"

Permutasi

Jika lebih dari sepuluh hari dan ia menyadarinya sebagai lebih, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pelepasan dan pengakuan. Jika lebih dari sepuluh hari, tetapi ia tidak dapat memastikannya, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pelepasan dan pengakuan. Jika lebih dari sepuluh hari, tetapi ia menyadarinya sebagai kurang, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pelepasan dan pengakuan.

Jika itu belum ditetapkan, tetapi ia menyadarinya sebagai sudah ditetapkan, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pelepasan dan pengakuan. Jika itu belum dialokasikan untuk orang lain, tetapi ia menyadarinya sebagai sudah dialokasikan, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pelepasan dan pengakuan. Jika itu belum diberikan, tetapi ia menyadarinya sebagai sudah diberikan, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pelepasan dan pengakuan. Jika tidak hilang, tetapi ia menyadarinya sebagai hilang, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pelepasan dan pengakuan. Jika tidak hancur, tetapi ia menyadarinya sebagai hancur, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pelepasan dan pengakuan. Jika tidak rusak, tetapi ia menyadarinya sebagai rusak, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pelepasan dan pengakuan. Jika tidak dicuri, tetapi ia menyadarinya sebagai dicuri, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pelepasan dan pengakuan.

Jika ia menggunakan mangkuk yang harus dilepaskan tanpa terlebih dulu melepaskannya, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika kurang dari sepuluh hari, tetapi ia menyadarinya sebagai lebih, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika kurang dari sepuluh hari, tetapi ia tidak dapat memastikannya, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika kurang dari sepuluh hari dan ia menyadarinya sebagai kurang, maka tidak ada pelanggaran.

Tidak ada pelanggaran

Tidak ada pelanggaran: jika, dalam rentang sepuluh hari, mangkuk itu ditetapkan, dialokasikan untuk orang lain, diberikan, hilang, hancur, rusak, dicuri, atau diambil atas dasar kepercayaan; jika ia gila; jika ia adalah pelaku pertama.

Segera setelah itu para bhikkhu dari kelompok enam tidak mengembalikan mangkuk yang telah dilepaskan. Mereka memberitahu Sang Buddha.

"Para bhikkhu, sebuah mangkuk yang telah dilepaskan harus dikembalikan. Jika kalian tidak mengembalikan, maka kalian melakukan pelanggaran perbuatan salah."

Aturan latihan tentang mangkuk, yang pertama, selesai.


183
Sutta Vinaya / Nissaggiya Pācittiya 20
« on: 15 September 2022, 10:58:38 AM »
Koleksi Theravāda tentang Hukum Monastik
Aturan Kebhikkhuan dan Analisisnya
Bab tentang Pelepasan
Sub-bab tentang Sutra

Nissaggiya Pācittiya 20. Aturan Latihan tentang Barter

Kisah Asal-mula

Pada suatu ketika Sang Buddha sedang menetap di Sāvatthī di Hutan Jeta, Vihara Anāthapiṇḍika. Pada saat itu Yang Mulia Upananda orang Sakya telah mahir dalam membuat jubah. Ia membuat jubah atas dari kain lama, dicelup dengan baik dan dikerjakan dengan indah, dan ia memakainya.

Saat itu seorang pengembara tertentu yang mengenakan jubah mahal mendatangi Upananda dan berkata, "Jubah atasmu indah. Sudilah memberikannya kepadaku dengan menukar jubahku."

"Apakah engkau yakin?"

"Aku yakin."

Dengan berkata, "Baiklah, kalau begitu," ia memberikannya.

Pengembara itu mengenakan jubah atas itu dan pergi ke vihara para pengembara. Dan para pengembara berkata kepadanya, "Jubah atasmu indah. Di manakah engkau mendapatkannya?"

"Aku menukarnya dengan jubahku."

"Tetapi berapa lamakah itu akan bertahan? Jubahmu lebih bagus."

Pengembara itu menyadari bahwa mereka benar, dan karena itu ia kembali mendatangi Upananda dan berkata, "Ini jubahmu. Mohon kembalikan jubahku."

"Tetapi bukankah aku telah bertanya apakah engkau yakin? Aku tidak akan mengembalikannya."

Kemudian pengembara itu mengeluhkan dan mengkritiknya, "Bahkan para perumah tangga akan saling mengembalikan jika mereka menyesal. Bagaimana mungkin seorang monastik tidak dapat melakukan hal serupa?"

Para bhikkhu mendengar keluhan pengembara itu, dan para bhikkhu yang memiliki sedikit keinginan mengeluhkan dan mengkritik Upananda, "Bagaimana mungkin Yang Mulia Upananda melakukan barter dengan seorang pengembara?"

Setelah menegurnya dalam berbagai cara, mereka memberitahu Sang Buddha. Segera setelah itu Sang Buddha mengumpulkan Sangha dan menanyai Upananda: "Benarkah, Upananda, bahwa engkau melakukan hal ini?"

"Benar, Yang Mulia."

Sang Buddha menegurnya ... "Orang dungu, bagaimana mungkin engkau melakukan hal ini? Hal ini akan mempengaruhi keyakinan orang-orang ..." ... "Dan, para bhikkhu, aturan latihan ini harus dibacakan seperti berikut:

Aturan akhir

'Jika seorang bhikkhu melakukan barter dalam berbagai cara, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pelepasan dan pengakuan.'"

Definisi

Seorang:

siapa pun ...

Bhikkhu:

... Seorang bhikkhu yang telah diberikan penahbisan penuh oleh Sangha yang sepakat melalui prosedur sah yang terdiri dari satu usul dan tiga pengumuman yang tidak dapat dibatalkan dan lengkap—bhikkhu jenis inilah yang dimaksudkan dalam kasus ini.

Berbagai cara:

jubah, makanan, tempat kediaman, atau obat-obatan; bahkan sedikit bubuk mandi, pembersih gigi, atau seutas tali.

Barter:

jika ia berperilaku buruk, dengan mengatakan, "Berikan itu untuk ini," "Bawakan itu untuk ini," "Tukarkan itu dengan ini," "Gantilah itu dengan ini," maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Ketika barter telah terjadi—miliknya telah berada di tangan orang lain dan milik orang lain ada di tangannya—maka itu harus dilepaskan.

Benda itu harus dilepaskan kepada suatu sangha, suatu kelompok, atau individu. "Dan, para bhikkhu, benda itu harus dilepaskan seperti berikut. (Diuraikan seperti pada Pelepasan 1, dengan penyesuaian seperlunya.)

'Para Mulia, aku telah melakukan barter dalam berbagai cara. Benda ini akan dilepaskan. Aku melepaskannya kepada Sangha.' ... Sangha harus mengembalikan ... kalian harus mengembalikan ... 'Aku mengembalikan benda ini kepadamu.'"

Permutasi

Jika itu barter, dan ia menyadarinya sebagai barter, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pelepasan dan pengakuan. Jika itu adalah barter, tetapi ia tidak dapat memastikannya, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pelepasan dan pengakuan. Jika itu adalah barter, tetapi ia tidak menyadarinya sebagai barter, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pelepasan dan pengakuan.

Jika itu bukan barter, tetapi ia menyadarinya sebagai barter, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika itu bukan barter, tetapi ia tidak dapat memastikannya, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika itu bukan barter, dan ia tidak menyadarinya sebagai barter, maka tidak ada pelanggaran.

Tidak ada pelanggaran

Tidak ada pelanggaran: jika ia menanyakan harga; jika ia memberitahu seorang pelayan; jika ia mengatakan, "Aku memiliki ini dan aku membutuhkan benda-benda itu;" jika ia gila; jika ia adalah pelaku pertama.

Aturan latihan tentang barter, yang kesepuluh, selesai.

SUB-BAB KEDUA TENTANG SUTRA SELESAI.

Berikut ini adalah rangkumannya:

"Sutra, seluruhnya, dua bagian,
Enam tahun, alas-duduk;
Dan dua tentang wol, seharusnya membawa,
Dua tentang berbagai cara."

184
Sutta Vinaya / Nissaggiya Pācittiya 19
« on: 15 September 2022, 10:58:05 AM »
Koleksi Theravāda tentang Hukum Monastik
Aturan Kebhikkhuan dan Analisisnya
Bab tentang Pelepasan
Sub-bab tentang Sutra

Nissaggiya Pācittiya 19. Aturan Latihan tentang Berdagang dengan Uang

Kisah Asal-mula

Pada suatu ketika Sang Buddha sedang menetap di Sāvatthī di Hutan Jeta, Vihara Anāthapiṇḍika. Pada saat itu para bhikkhu dari kelompok enam berdagang dengan uang dalam berbagai cara. Orang-orang mengeluhkan dan mengkritik mereka, "Bagaimana mungkin para monastik Sakya berdagang dengan uang? Mereka persis seperti para perumah tangga yang menikmati kenikmatan duniawi!"

Para bhikkhu mendengar keluhan orang itu, dan para bhikkhu yang memiliki sedikit keinginan mengeluhkan dan mengkritik para bhikkhu itu, "Bagaimana mungkin para bhikkhu dari kelompok enam melakukan hal ini?"

Setelah menegur para bhikkhu itu dalam berbagai cara, mereka memberitahu Sang Buddha. Segera setelah itu Sang Buddha mengumpulkan Sangha dan menanyai para bhikkhu itu: "Benarkah, para bhikkhu, bahwa kalian melakukan hal ini?"

"Benar, Yang Mulia."

Sang Buddha menegur mereka ... "Orang-orang dungu, bagaimana mungkin kalian melakukan hal ini? Hal ini akan mempengaruhi keyakinan orang-orang ..." ... "Dan, para bhikkhu, aturan latihan ini harus dibacakan seperti berikut:

Aturan akhir

'Jika seorang bhikkhu berdagang dengan uang dalam berbagai cara, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pelepasan dan pengakuan.'"

Definisi

Seorang:

siapa pun ...

Bhikkhu:

... Seorang bhikkhu yang telah diberikan penahbisan penuh oleh Sangha yang sepakat melalui prosedur sah yang terdiri dari satu usul dan tiga pengumuman yang tidak dapat dibatalkan dan lengkap—bhikkhu jenis inilah yang dimaksudkan dalam kasus ini.

Berbagai cara:

apa yang dibentuk, apa yang tidak dibentuk, dan apa yang dibentuk dan tidak dibentuk.

Apa yang dibentuk:

apa yang dimaksudkan untuk kepala, apa yang dimaksudkan untuk leher, apa yang dimaksudkan untuk tangan, apa yang dimaksudkan untuk kaki, apa yang dimaksudkan untuk pinggang.

Apa yang tidak dibentuk:

yang dimaksudkan adalah apa yang dibentuk dalam bongkahan.

Apa yang dibentuk dan tidak dibentuk:

keduanya.

Uang:

keping uang emas kahāpaṇa, keping uang tembaga māsaka, keping uang kayu māsaka, keping uang damar māsaka—apa pun yang digunakan dalam perdagangan.

Berdagang:

Jika ia menukar apa yang dibentuk dengan apa yang dibentuk, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pelepasan dan pengakuan. Jika ia menukar apa yang tidak dibentuk dengan apa yang dibentuk, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pelepasan dan pengakuan. Jika ia menukar apa yang dibentuk dan tidak dibentuk dengan apa yang dibentuk, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pelepasan dan pengakuan.

Jika ia menukar apa yang dibentuk dengan apa yang tidak dibentuk, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pelepasan dan pengakuan. Jika ia menukar apa yang tidak dibentuk dengan apa yang tidak dibentuk, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pelepasan dan pengakuan. Jika ia menukar apa yang dibentuk dan tidak dibentuk dengan apa yang tidak dibentuk, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pelepasan dan pengakuan.

Jika ia menukar apa yang dibentuk dengan apa yang dibentuk dan tidak dibentuk, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pelepasan dan pengakuan. Jika ia menukar apa yang tidak dibentuk dengan apa yang dibentuk dan tidak dibentuk, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pelepasan dan pengakuan. Jika ia menukar apa yang dibentuk dan tidak dibentuk dengan apa yang dibentuk dan tidak dibentuk, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pelepasan dan pengakuan.

Uang itu harus dilepaskan di tengah-tengah Sangha. "Dan, para bhikkhu, uang itu harus dilepaskan seperti berikut. Setelah mendatangi Sangha, bhikkhu itu harus menata jubah atasnya di satu bahunya dan bersujud di kaki para bhikkhu senior. Kemudian ia harus berjongkok pada tumitnya, merangkapkan tangan, dan berkata:

'Para Mulia, aku telah berdagang dengan uang dalam berbagai cara. Uang ini akan dilepaskan. Aku melepaskannya kepada Sangha.'"

Setelah melepaskannya, ia harus mengakui pelanggarannya. Pengakuan itu harus diterima oleh seorang bhikkhu yang kompeten dan mampu.

Jika ada seorang pekerja vihara atau seorang umat awam, maka kalian harus memberitahunya, "Lihatlah ini." Jika ia mengatakan, "Apakah yang dapat saya belikan untukmu dengan ini?" seseorang tidak boleh mengatakan, "Belikan ini atau itu;" seseorang harus menunjuk apa yang diperbolehkan: minyak samin, minyak, madu, atau sirup. Jika ia membeli dan membawa benda-benda yang diperbolehkan itu, maka semua orang boleh menikmatinya kecuali ia yang melakukan pertukaran uang.

Jika ini adalah apa yang terjadi, maka itu baik. Jika tidak, maka ia harus diberitahu, "Buanglah itu." Jika ia membuangnya, maka itu baik. Jika ia tidak membuangnya, maka seorang bhikkhu yang memiliki lima kualitas harus ditunjuk sebagai pembuang uang: seorang yang tidak goyah oleh keinginan, kebencian, kebodohan, atau ketakutan, dan yang mengetahui apa yang sudah dan belum dibuang.

"Dan, para bhikkhu, beginilah ia ditunjuk. Pertama-tama bhikkhu itu harus diminta dan kemudian seorang bhikkhu yang kompeten dan mampu harus memberitahu Sangha:

'Mohon, Para Mulia, aku memohon Sangha untuk mendengarkan. Jika baik menurut Sangha, maka Sangha harus menunjuk bhikkhu ini sebagai pembuang uang. Ini adalah usul.

Mohon, Para Mulia, aku memohon Sangha untuk mendengarkan. Sangha menunjuk bhikkhu ini sebagai pembuang uang. Bhikkhu mana pun yang menyetujui penunjukan bhikkhu ini sebagai pembuang uang harus berdiam diri. Bhikkhu mana pun yang tidak menyetujui silakan berbicara.

Sangha telah menunjuk bhikkhu ini sebagai pembuang uang. Sangha menyetujui dan oleh karena itu berdiam diri. Aku akan mengingatnya demikian.'"

Bhikkhu yang ditunjuk itu harus membuangnya tanpa memperhatikan lokasinya. Jika ia memperhatikan lokasi di mana ia membuangnya, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah.

Permutasi

Jika itu adalah uang, dan ia menyadarinya sebagai uang, dan ia menukarnya menjadi uang, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pelepasan dan pengakuan. Jika itu adalah uang, tetapi ia tidak dapat memastikannya, dan ia menukarnya menjadi uang, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pelepasan dan pengakuan. Jika itu adalah uang, tetapi ia tidak menyadarinya sebagai uang, dan ia menukarnya menjadi uang, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pelepasan dan pengakuan.

Jika itu bukan uang, tetapi ia menyadarinya sebagai uang, dan ia menukarnya menjadi uang, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pelepasan dan pengakuan. Jika itu bukan uang, tetapi ia tidak dapat memastikannya, dan ia menukarnya menjadi uang, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pelepasan dan pengakuan. Jika itu bukan uang, dan ia tidak menyadarinya sebagai uang, tetapi ia menukarnya menjadi uang, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pelepasan dan pengakuan.

Jika itu bukan uang, tetapi ia menyadarinya sebagai uang, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika itu bukan uang, tetapi ia tidak dapat memastikannya, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika itu bukan uang, dan ia tidak menyadarinya sebagai uang, maka tidak ada pelanggaran.

Tidak ada pelanggaran

Tidak ada pelanggaran: jika ia gila; jika ia adalah pelaku pertama.

Aturan latihan tentang berdagang dengan uang, yang kesembilan, selesai.

185
Sutta Vinaya / Nissaggiya Pācittiya 18
« on: 15 September 2022, 10:57:42 AM »
Koleksi Theravāda tentang Hukum Monastik
Aturan Kebhikkhuan dan Analisisnya
Bab tentang Pelepasan
Sub-bab tentang Sutra

Nissaggiya Pācittiya 18. Aturan Latihan tentang Uang

Kisah Asal-mula

Pada suatu ketika Sang Buddha sedang menetap Rājagaha di Hutan Bambu, taman suaka tupai. Pada saat itu Yang Mulia Upananda bergaul dengan keluarga-keluarga yang dari mereka ia menerima dana makanan rutin. Kapan saja keluarga itu memperoleh makanan, mereka menyisihkan satu porsi untuk Upananda. Dan itulah yang mereka lakukan ketika pada suatu malam mereka memperoleh daging.

Keesokan paginya putra mereka bangun pagi dan berteriak, "Berikan aku daging!" Orang itu berkata kepada istrinya, "Berikan porsi Yang Mulia. Kita akan membeli yang lain untuk Yang Mulia."

Pada pagi itu Upananda mengenakan jubah, membawa mangkuk dan jubahnya, dan mendatangi keluarga itu, di mana ia duduk di tempat yang telah dipersiapkan. Kepala keluarga itu mendekati Upananda, bersujud, duduk, dan berkata, "Tadi malam, Yang Mulia, kami memperoleh daging, dan menyisihkan satu porsi untukmu. Tetapi pagi ini putra kami bangun pagi dan berteriak, 'Berikan aku daging!' dan kami memberinya porsimu. Apakah yang dapat kami berikan kepadamu untuk satu kahāpaṇa?"

"Apakah engkau melepaskan satu keping kahāpaṇa untukku?"

"Benar."

"Kalau begitu berikan saja kahāpaṇa itu."

Setelah memberikan kahāpaṇa kepada Upananda, orang itu mengeluhkan dan mengkritiknya, "Para monastik Sakya menerima uang persis seperti kami."

Para bhikkhu mendengar keluhan orang itu, dan para bhikkhu yang memiliki sedikit keinginan mengeluhkan dan mengkritiknya, "Bagaimana mungkin Yang Mulia Upananda menerima uang?"

Setelah menegurnya dalam berbagai cara, mereka memberitahu Sang Buddha. Segera setelah itu Sang Buddha mengumpulkan Sangha dan menanyai Upananda: "Benarkah, Upananda, bahwa engkau melakukan hal ini?"

"Benar, Yang Mulia."

Sang Buddha menegurnya ... "Orang dungu, bagaimana mungkin engkau melakukan hal ini? Hal ini akan mempengaruhi keyakinan orang-orang ..." ... "Dan, para bhikkhu, aturan latihan ini harus dibacakan seperti berikut:

Aturan akhir

'Jika seorang bhikkhu mengambil, atau menyuruh orang lain mengambil, atau menyetujui emas dan perak disimpan untuknya, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pelepasan dan pengakuan.'"

Definisi

Seorang:

siapa pun ...

Bhikkhu:

... Seorang bhikkhu yang telah diberikan penahbisan penuh oleh Sangha yang sepakat melalui prosedur sah yang terdiri dari satu usul dan tiga pengumuman yang tidak dapat dibatalkan dan lengkap—bhikkhu jenis inilah yang dimaksudkan dalam kasus ini.

Emas:

yang berwarna menyerupai Sang Guru adalah apa yang dimaksudkan.

Perak:

keping uang kahāpaṇa, keping uang tembaga māsaka, keping uang kayu māsaka, keping uang damar māsaka—apa pun yang digunakan dalam perdagangan.

Mengambil:

jika ia mengambilnya sendiri, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pelepasan dan pengakuan.

Menyuruh orang lain mengambil:

jika ia menyuruh orang lain mengambil, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pelepasan dan pengakuan.

Menyetujui ... disimpan untuknya:

jika seseorang mengatakan, "Ini untukmu," dan ia menyetujui itu disimpan untuknya, maka itu harus dilepaskan.

Uang itu harus dilepaskan di tengah-tengah Sangha. "Dan, para bhikkhu, uang itu harus dilepaskan seperti berikut. Setelah mendatangi Sangha, bhikkhu itu harus menata jubah atasnya di satu bahunya dan bersujud di kaki para bhikkhu senior. Kemudian ia harus berjongkok pada tumitnya, merangkapkan tangan, dan berkata:

'Para Mulia, aku telah menerima uang. Uang ini akan dilepaskan. Aku melepaskannya kepada Sangha.'"

Setelah melepaskannya, ia harus mengakui pelanggarannya. Pengakuan itu harus diterima oleh seorang bhikkhu yang kompeten dan mampu.

Jika ada seorang pekerja vihara atau seorang umat awam, maka kalian harus memberitahunya, "Lihatlah ini." Jika ia mengatakan, "Apakah yang dapat saya belikan untukmu dengan ini?" seseorang tidak boleh mengatakan, "Belikan ini atau itu;" seseorang harus menunjuk apa yang diperbolehkan: minyak samin, minyak, madu, atau sirup. Jika ia membeli dan membawa benda-benda yang diperbolehkan itu, maka semua orang boleh menikmatinya kecuali ia yang menerima uang.

Jika ini adalah apa yang terjadi, maka itu baik. Jika tidak, maka ia harus diberitahu, "Buanglah itu." Jika ia membuangnya, maka itu baik. Jika ia tidak membuangnya, maka seorang bhikkhu yang memiliki lima kualitas harus ditunjuk sebagai pembuang uang: seorang yang tidak goyah oleh keinginan, kebencian, kebodohan, atau ketakutan, dan yang mengetahui apa yang sudah dan belum dibuang.

"Dan, para bhikkhu, beginilah ia ditunjuk. Pertama-tama bhikkhu itu harus diminta dan kemudian seorang bhikkhu yang kompeten dan mampu harus memberitahu Sangha:

'Mohon, Para Mulia, aku memohon Sangha untuk mendengarkan. Jika baik menurut Sangha, maka Sangha harus menunjuk bhikkhu ini sebagai pembuang uang. Ini adalah usul.

Mohon, Para Mulia, aku memohon Sangha untuk mendengarkan. Sangha menunjuk bhikkhu ini sebagai pembuang uang. Bhikkhu mana pun yang menyetujui penunjukan bhikkhu ini sebagai pembuang uang harus berdiam diri. Bhikkhu mana pun yang tidak menyetujui silakan berbicara.

Sangha telah menunjuk bhikkhu ini sebagai pembuang uang. Sangha menyetujui dan oleh karena itu berdiam diri. Aku akan mengingatnya demikian.'"

Bhikkhu yang ditunjuk itu harus membuangnya tanpa memperhatikan lokasinya. Jika ia memperhatikan lokasi di mana ia membuangnya, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah.

Permutasi

Jika itu adalah uang, dan ia menyadarinya sebagai uang, dan ia menerimanya, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pelepasan dan pengakuan. Jika itu adalah uang, tetapi ia tidak dapat memastikannya, dan ia menerimanya, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pelepasan dan pengakuan. Jika itu adalah uang, tetapi ia tidak menyadarinya sebagai uang, dan ia menerimanya, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pelepasan dan pengakuan.

Jika itu bukan uang, tetapi ia menyadarinya sebagai uang, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika itu bukan uang, tetapi ia tidak dapat memastikannya, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika itu bukan uang, dan ia tidak menyadarinya sebagai uang, maka tidak ada pelanggaran.

Tidak ada pelanggaran

Tidak ada pelanggaran: jika, di dalam vihara atau rumah, ia mengambilnya atau menyuruh orang lain mengambilnya, dan kemudian ia menyimpannya dengan pikiran, "Siapa pun pemiliknya akan mengambilnya;" jika ia gila; jika ia adalah pelaku pertama.

Aturan latihan tentang uang, yang kedelapan, selesai.

186
Sutta Vinaya / Nissaggiya Pācittiya 17
« on: 15 September 2022, 10:57:19 AM »
Koleksi Theravāda tentang Hukum Monastik
Aturan Kebhikkhuan dan Analisisnya
Bab tentang Pelepasan
Sub-bab tentang Sutra

Nissaggiya Pācittiya 17. Aturan Latihan tentang Mencuci Wol

Kisah Asal-mula

Pada suatu ketika Sang Buddha sedang menetap di negeri Sakya di Vihara Pohon Banyan di Kapilavatthu. Pada saat itu para bhikkhu dari kelompok enam menyuruh para bhikkhunī untuk mencuci, mencelup, dan menyisir wol. Karena hal ini, para bhikkhunī menjadi mengabaikan pembacaan, tanya-jawab, moralitas yang lebih tinggi, pikiran yang lebih tinggi, dan kebijaksanaan yang lebih tinggi.

Kemudian Mahāpajāpati Gotamī menghadap Sang Buddha dan bersujud. Dan Sang Buddha berkata kepadanya, "Gotamī, Aku harap para bhikkhunī penuh perhatian, bersemangat, dan tekun?"

"Bagaimana para bhikkhunī dapat penuh perhatian, Yang Mulia?" Dan ia memberitahukan apa yang terjadi.

Kemudian Sang Buddha memberikan instruksi, menginspirasi, dan menggembirakannya dengan ajaran. Ia bersujud, mengelilingi Beliau dengan sisi kanannya menghadap Beliau, dan pergi.

Segera setelah itu Sang Buddha mengumpulkan Sangha dan menanyai para bhikkhu dari kelompok enam: "Benarkah, para bhikkhu, bahwa kalian melakukan hal ini?"

"Benar, Yang Mulia."

"Apakah mereka kerabat kalian?"

"Bukan."

"Orang-orang dungu, orang-orang yang bukan kerabat tidak mengetahui apa yang selayaknya dan tidak selayaknya, apa yang menginspirasi dan tidak menginspirasi, dalam berurusan satu sama lain. Dan masih saja kalian melakukan hal ini. Hal ini akan mempengaruhi keyakinan orang-orang ..." ... "Dan, para bhikkhu, aturan latihan ini harus dibacakan sebagai berikut:

Aturan akhir

'Jika seorang bhikkhu menyuruh seorang bhikkhunī yang bukan kerabat untuk mencuci, mencelup, atau menyisir wol, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pelepasan dan pengakuan.'"

Definisi

Seorang:

siapa pun ...

Bhikkhu:

... Seorang bhikkhu yang telah diberikan penahbisan penuh oleh Sangha yang sepakat melalui prosedur sah yang terdiri dari satu usul dan tiga pengumuman yang tidak dapat dibatalkan dan lengkap—bhikkhu jenis inilah yang dimaksudkan dalam kasus ini.

Bukan kerabat:

siapa pun yang bukan keturunan dari leluhur laki-laki hingga delapan generasi sebelumnya, apakah dari pihak ibu atau dari pihak ayah.

Seorang bhikkhunī:

ia telah diberikan penahbisan penuh oleh kedua Sangha.

Jika ia menyuruhnya untuk mencucinya, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Ketika telah dicuci, maka wol itu harus dilepaskan. Jika ia menyuruhnya untuk mencelupnya, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Ketika telah dicelup, maka wol itu harus dilepaskan. Jika ia menyuruhnya untuk menyisirnya, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Ketika telah disisir, maka wol itu harus dilepaskan.

Wol itu harus dilepaskan kepada suatu sangha, suatu kelompok, atau individu. "Dan, para bhikkhu, wol itu harus dilepaskan seperti berikut. ... (Diuraikan seperti pada Pelepasan 1, dengan penyesuaian seperlunya.)

'Para Mulia, wol ini, yang kusuruh seorang bhikkhunī yang bukan kerabat untuk mencucinya, akan dilepaskan. Aku melepaskannya kepada Sangha.' ... Sangha harus mengembalikan ... kalian harus mengembalikan ... 'Aku mengembalikan wol ini kepadamu.'"

Permutasi

Jika bhikkhunī itu bukan kerabat dan ia menyadarinya sebagai kerabat, dan ia menyuruhnya mencuci wol, maka ia melakukan satu pelanggaran yang mengharuskan pelepasan dan pengakuan. Jika bhikkhunī itu bukan kerabat dan ia menyadarinya sebagai kerabat, dan ia menyuruhnya untuk mencuci dan mencelup wol, maka ia melakukan satu pelanggaran yang mengharuskan pelepasan dan satu pelanggaran perbuatan salah. Jika bhikkhunī itu bukan kerabat dan ia menyadarinya sebagai kerabat, dan ia menyuruhnya mencuci dan menyisir wol, maka ia melakukan satu pelanggaran yang mengharuskan pelepasan dan satu pelanggaran perbuatan salah. Jika bhikkhunī itu bukan kerabat dan ia menyadarinya sebagai kerabat, dan ia menyuruhnya mencuci, mencelup, dan menyisir wol, maka ia melakukan satu pelanggaran yang mengharuskan pelepasan dan dua pelanggaran perbuatan salah.

Jika bhikkhunī itu bukan kerabat dan ia menyadarinya sebagai kerabat, dan ia menyuruhnya mencelup wol, maka ia melakukan satu pelanggaran yang mengharuskan pelepasan dan pengakuan. Jika bhikkhunī itu bukan kerabat dan ia menyadarinya sebagai kerabat, dan ia menyuruhnya mencelup dan menyisir wol, maka ia melakukan satu pelanggaran yang mengharuskan pelepasan dan satu pelanggaran perbuatan salah. Jika bhikkhunī itu bukan kerabat dan ia menyadarinya sebagai kerabat, dan ia menyuruhnya mencelup dan mencuci wol, maka ia melakukan satu pelanggaran yang mengharuskan pelepasan dan satu pelanggaran perbuatan salah. Jika bhikkhunī itu bukan kerabat dan ia menyadarinya sebagai kerabat, dan ia menyuruhnya mencelup, menyisir, dan mencuci wol, maka ia melakukan satu pelanggaran yang mengharuskan pelepasan dan dua pelanggaran perbuatan salah.

Jika bhikkhunī itu bukan kerabat dan ia menyadarinya sebagai bukan kerabat, dan ia menyuruhnya menyisir wol, maka ia melakukan satu pelanggaran yang mengharuskan pelepasan dan pengakuan. Jika bhikkhunī itu bukan kerabat dan ia menyadarinya sebagai kerabat, dan ia menyuruhnya menyisir dan mencuci wol, maka ia melakukan satu pelanggaran yang mengharuskan pelepasan dan satu pelanggaran perbuatan salah. Jika bhikkhunī itu bukan kerabat dan ia menyadarinya sebagai bukan kerabat, dan ia menyuruhnya menyisir dan mencelup wol, maka ia melakukan satu pelanggaran yang mengharuskan pelepasan dan satu pelanggaran perbuatan salah. Jika bhikkhunī itu bukan kerabat dan ia menyadarinya sebagai bukan kerabat, dan ia menyuruhnya menyisir, mencuci, dan mencelup wol, maka ia melakukan satu pelanggaran yang mengharuskan pelepasan dan dua pelanggaran perbuatan salah.

Jika bhikkhunī itu bukan kerabat, tetapi ia tidak dapat memastikannya ... Jika bhikkhunī itu bukan kerabat, tetapi ia menyadarinya sebagai kerabat ...

Jika ia menyuruhnya mencuci wol milik orang lain, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika ia menyuruh seorang bhikkhunī yang sepenuhnya ditahbiskan hanya pada satu sisi untuk mencuci, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika ia adalah kerabat, tetapi ia menyadarinya sebagai bukan kerabat, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika ia adalah kerabat, tetapi ia tidak dapat memastikannya, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika ia adalah kerabat dan ia menyadarinya sebagai kerabat, maka tidak ada pelanggaran.

Tidak ada pelanggaran

Tidak ada pelanggaran: jika seorang bhikkhunī kerabat melakukan pencucian dan seorang bhikkhunī yang bukan kerabat membantunya; jika seorang bhikkhunī melakukan pencucian tanpa diminta; jika ia menyuruh seorang bhikkhunī untuk mencuci suatu barang jadi yang belum pernah digunakan; jika itu adalah seorang bhikkhunī dalam masa percobaan; jika itu adalah seorang sāmaṇerī; jika ia gila; jika ia adalah pelaku pertama.

Aturan latihan tentang mencuci wol, yang ketujuh, selesai.

187
Sutta Vinaya / Nissaggiya Pācittiya 16
« on: 15 September 2022, 10:56:59 AM »
Koleksi Theravāda tentang Hukum Monastik
Aturan Kebhikkhuan dan Analisisnya
Bab tentang Pelepasan
Sub-bab tentang Sutra

Nissaggiya Pācittiya 16. Aturan Latihan tentang Wol

Kisah Asal-mula

Pada suatu hari ketika Sang Buddha sedang menetap di Sāvatthī di Vihara Anāthapiṇḍika, seorang bhikkhu tertentu diberikan wol sewaktu berjalan melewati negeri Kosala dalam perjalanannya menuju Sāvatthī. Ia mengikatnya menjadi sebuah buntelan dengan jubah atasnya dan membawanya. Orang-orang yang melihatnya meledeknya, "Yang Mulia, berapakah harganya? Berapakah keuntungannya?" Sebagai akibatnya ia menjadi malu.

Ketika ia sampai di Sāvatthī, ia membuang wol itu ke atas tanah. Para bhikkhu bertanya kepadanya mengapa ia membuangnya.

"Orang-orang meledekku karena wol ini."

"Tetapi berapa jauhkah engkau membawanya?"

"Lebih dari 40 kilometer."

Para bhikkhu yang memiliki sedikit keinginan mengeluhkan dan mengkritiknya, "Bagaimana mungkin seorang bhikkhu membawa wol sampai lebih dari 40 kilometer?"

Setelah menegur bhikkhu itu dalam berbagai cara, mereka memberitahu Sang Buddha. Segera setelah itu Sang Buddha mengumpulkan para bhikkhu dan menanyai bhikkhu itu: "Benarkah, bhikkhu, bahwa engkau melakukan hal ini?"

"Benar, Yang Mulia."

Sang Buddha menegurnya ... "Orang dungu, bagaimana mungkin engkau melakukan hal ini? Hal ini akan mempengaruhi keyakinan orang-orang ..." ... "Dan, para bhikkhu, aturan latihan ini harus dibacakan seperti berikut:

Aturan akhir

'Jika wol diberikan kepada seorang bhikkhu yang sedang melakukan perjalanan, ia boleh menerimanya jika ia menginginkan. Jika ia menerimanya dan tidak ada orang lain yang membawakannya, ia boleh membawanya sendiri sampai paling jauh 40 kilometer. Jika ia membawanya lebih jauh dari itu, bahkan jika tidak ada orang lain yang membawakannya, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pelepasan dan pengakuan.'"

Definisi

Kepada seorang bhikkhu yang sedang melakukan perjalanan:

kepada seorang bhikkhu yang sedang berjalan di jalan raya.

Jika wol diberikan:

jika wol itu diberikan oleh suatu sangha, oleh suatu kelompok, oleh seorang kerabat, oleh seorang teman, atau jika itu adalah wol yang dibuang, atau jika ia mendapatkannya dengan harta kekayaannya sendiri.

Jika ia menginginkan:

jika ia menginginkannya, ia boleh menerimanya.

Jika ia menerimanya, ia boleh membawanya sendiri sampai paling jauh 40 kilometer:

ia boleh membawanya sendiri maksimum sejauh 40 kilometer.

Tidak ada orang lain yang membawakannya:

tidak ada orang lain yang membawakannya, apakah seorang perempuan atau laki-laki, seorang umat awam atau monastik.

Jika ia membawanya lebih jauh dari itu, bahkan jika tidak ada orang lain yang membawakannya:

jika ia pergi lebih dari 40 kilometer dengan kaki pertama, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika ia pergi lebih dari 40 kilometer dengan kaki kedua, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pelepasan dan pengakuan. Jika ia berdiri dalam batas 40 kilometer, tetapi menjatuhkannya di luar batas 40 kilometer, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pelepasan dan pengakuan. Jika ia meletakkannya di dalam kendaraan atau di antara benda-benda orang lain tanpa sepengetahuan mereka, dan pergi lebih dari 40 kilometer, maka wol itu harus dilepaskan.

Wol itu harus dilepaskan kepada suatu sangha, suatu kelompok, atau individu. "Dan, para bhikkhu, wol itu harus dilepaskan seperti berikut. ... (Diuraikan seperti pada Pelepasan 1, dengan penyesuaian seperlunya.)

'Para Mulia, wol ini, yang kubawa lebih dari 40 kilometer, akan dilepaskan. Aku melepaskannya kepada Sangha.' ... Sangha harus mengembalikan ... kalian harus mengembalikan ... 'Aku mengembalikan wol ini kepadamu.'"

Permutasi

Jika ia membawanya lebih dari 40 kilometer dan ia menyadarinya sebagai lebih, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pelepasan dan pengakuan. Jika ia membawanya lebih dari 40 kilometer, tetapi ia tidak dapat memastikannya, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pelepasan dan pengakuan. Jika ia membawanya lebih dari 40 kilometer, tetapi ia menyadarinya sebagai kurang, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pelepasan dan pengakuan.

Jika ia membawanya kurang dari 40 kilometer, tetapi ia menyadarinya sebagai lebih, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika ia membawanya kurang dari 40 kilometer, tetapi ia tidak dapat memastikannya, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika ia membawanya kurang dari 40 kilometer dan ia menyadarinya sebagai kurang, maka tidak ada pelanggaran.

Tidak ada pelanggaran

Tidak ada pelanggaran: jika ia membawanya sejauh 40 kilometer; jika ia membawanya kurang dari 40 kilometer; jika ia membawanya sejauh 40 kilometer dan kemudian membawanya kembali; jika ia membawanya sejauh 40 kilometer dengan tujuan untuk menetap di sana, dan kemudian ia membawanya lebih jauh; jika ia mengambil kembali apa yang telah ia tinggalkan dan kemudian membawanya; jika ia menyuruh orang lain untuk membawakan; jika itu adalah barang jadi; jika ia gila; jika ia adalah pelaku pertama.

Aturan latihan tentang wol, yang keenam, selesai.

188
Sutta Vinaya / Nissaggiya Pācittiya 15
« on: 15 September 2022, 10:56:29 AM »
Koleksi Theravāda tentang Hukum Monastik
Aturan Kebhikkhuan dan Analisisnya
Bab tentang Pelepasan
Sub-bab tentang Sutra


Nissaggiya Pācittiya 15. Aturan Latihan tentang Alas-duduk

Kisah Asal-mula

Pada suatu ketika Sang Buddha sedang menetap di Sāvatthī, di Hutan Jeta, Vihara Anāthapiṇḍika. Di sana Sang Buddha berkata kepada para bhikkhu: "Para bhikkhu, Aku hendak melakukan retret menyendiri selama tiga bulan. Tidak ada seorang pun yang boleh mengunjungiKu kecuali yang membawakan dana makanan."

"Baik, Yang Mulia," mereka menjawab, dan tidak ada seorang pun yang mengunjungi Beliau kecuali yang membawakan dana makanan untuk Beliau.

Segera setelah itu Sangha di Sāvatthī membuat kesepakatan: "Sang Buddha hendak melakukan retret menyendiri selama tiga bulan. Tidak ada seorang pun yang boleh mengunjungi Beliau kecuali yang membawakan dana makanan. Siapa pun yang melakukannya harus mengakui pelanggaran yang mengharuskan pengakuan."

Saat itu Yang Mulia Upasena dari Vaṅganta dan para pengikutnya menghadap Sang Buddha, bersujud, dan duduk. Karena adalah kebiasaan para Buddha untuk menyapa para bhikkhu yang baru datang, maka Sang Buddha berkata kepada Upasena, "Aku harap engkau baik-baik saja, Upasena, Aku harap engkau bertahan. Aku harap engkau tidak lelah karena perjalanan."

"Kami baik-baik saja, Yang Mulia, kami bertahan. Kami tidak lelah karena perjalanan."

Salah seorang siswa Upasena duduk tidak jauh dari Sang Buddha, dan Sang Buddha berkata kepadanya, "Apakah engkau menyukai jubah kain-usang, bhikkhu?"

"Aku tidak menyukai jubah kain-usang, Yang Mulia."

"Kalau begitu mengapa engkau memakainya?"

"Penahbisku memakainya, maka aku juga memakainya."

Dan Sang Buddha berkata kepada Upasena, "Upasena, para pengikutmu sungguh menginspirasi. Bagaimanakah engkau mendidik mereka?"

"Ketika seseorang meminta penahbisan penuh dariku, aku memberitahu mereka seperti ini: 'Aku menetap di hutan belantara, aku hanya memakan dana makanan, dan aku mengenakan jubah kain-usang. Jika engkau melakukan hal yang sama, maka aku akan memberimu penahbisan penuh.' Jika ia menerima, maka aku menahbiskannya. Jika tidak, maka aku tidak menahbiskannya. Dan aku melakukan hal yang sama ketika seseorang meminta dukungan dariku. Adalah dengan cara ini aku mendidik para pengikutku."

"Bagus, Upasena, engkau mendidik para pengikutmu dengan baik. Tetapi tahukah engkau mengenai kesepakatan yang dibuat oleh Sangha di Sāvatthī?"

"Tidak."

"Sangha di Sāvatthī membuat kesepakatan ini: 'Sang Buddha hendak melakukan retret menyendiri selama tiga bulan. Tidak ada seorang pun yang boleh mengunjungi Beliau kecuali yang membawakan dana makanan. Siapa pun yang melakukannya harus mengakui pelanggaran yang mengharuskan pengakuan.'"

"Yang Mulia, biarlah Sangha di Sāvatthī dikenal dengan kesepakatan ini. Akan tetapi, kami tidak menetapkan aturan-aturan baru, juga tidak menghapus aturan-aturan yang telah ada. Kami berlatih dan menjalankan aturan-aturan latihan sebagaimana adanya."

"Bagus, Upasena. Seseorang seharusnya tidak menetapkan aturan-aturan baru, juga tidak menghapuskan aturan-aturan yang telah ada. Seseorang berlatih dan menjalankan aturan-aturan latihan sebagaimana adanya.

Dan, Upasena, Aku memperbolehkan para bhikkhu itu yang menetap di hutan belantara, yang hanya memakan dana makanan, dan yang memakai jubah kain-usang untuk mengunjungiKu kapanpun mereka menginginkan."

Upasena dan para pengikutnya bangkit dari duduk mereka, bersujud, mengelilingi Sang Buddha dengan sisi kanan mereka menghadap Sang Buddha, dan pergi. Saat itu sejumlah bhikkhu sedang berdiri di luar gerbang, dengan pikiran, "Kami akan membuat Yang Mulia Upasena mengakui pelanggaran yang mengharuskan pengakuan." Dan mereka berkata kepada Upasena, "Upasena, tahukah engkau mengenai kesepakatan Sangha di Sāvatthī?"

"Sang Buddha menanyakan kepadaku pertanyaan yang sama, dan aku menjawab bahwa aku tidak tahu. Kemudian Beliau memberitahuku kesepakatan itu, dan aku berkata, 'Yang Mulia, biarlah Sangha di Sāvatthī dikenal dengan kesepakatan ini. Akan tetapi, kami tidak menetapkan aturan-aturan baru, juga tidak menghapus aturan-aturan yang telah ada. Kami berlatih dan menjalankan aturan-aturan latihan sebagaimana adanya.' Juga, Sang Buddha telah memperbolehkan para bhikkhu itu yang menetap di hutan belantara, yang hanya memakan dana makanan, dan yang memakai jubah kain-usang untuk mengunjungi Beliau kapan pun mereka menginginkan."

Para bhikkhu itu berpikir, "Adalah benar apa yang dikatakan oleh Yang Mulia Upasena."

Para bhikkhu mendengar bahwa Sang Buddha telah memperbolehkan para bhikkhu itu yang menetap di hutan belantara, yang hanya memakan dana makanan, dan yang memakai jubah kain-usang untuk mengunjungi Beliau kapan pun mereka menginginkan. Karena ingin menemui Sang Buddha, mereka membuang selimut mereka dan menjalankan praktik menetap di hutan belantara, hanya memakan dana makanan, dan memakai jubah kain-usang.

Tidak lama setelah itu, ketika Sang Buddha dan sejumlah bhikkhu sedang berjalan-jalan di sekitar tempat-tempat kediaman, Beliau melihat selimut-selimut yang dibuang di sana-sini. Beliau bertanya kepada para bhikkhu, "Siapakah pemilik selimut-selimut yang dibuang ini?"

Para bhikkhu memberitahu Beliau. Segera setelah itu Sang Buddha membabarkan ajaran dan berkata kepada para bhikkhu: "Baiklah, para bhikkhu, Aku akan menetapkan aturan latihan untuk sepuluh alasan berikut ini: demi kesejahteraan Sangha, demi kenyamanan Sangha, demi pengekangan orang-orang jahat, demi kemudahan para bhikkhu berperilaku baik, untuk mengekang kekotoran sehubungan dengan kehidupan saat ini, untuk mengekang kekotoran sehubungan dengan kehidupan mendatang, untuk memunculkan keyakinan pada mereka yang tidak berkeyakinan, untuk meningkatkan keyakinan pada mereka yang telah berkeyakinan, demi panjangnya umur Ajaran sejati, dan demi mendukung latihan. Dan, para bhikkhu, aturan latihan ini harus dibacakan seperti berikut:

Aturan akhir

'Jika seorang bhikkhu membuat sebuah alas-duduk, ia harus menambahkan sepotong kain sebesar satu jengkal normal yang diambil dari tepi sebuah selimut lama untuk membuatnya buruk. Jika ia membuat sebuah alas duduk baru tanpa menambahkan sepotong kain sebesar satu jengkal normal yang diambil dari tepi sebuah selimut lama, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pelepasan dan pengakuan.'"

Definisi

Alas duduk:

yang dimaksudkan adalah yang memiliki tepian.

Selimut:

ini yang dibuat dengan cara menaburkan, bukan dengan menenun.

Membuat:

membuatnya sendiri atau menyuruh untuk membuatkan.

Selimut lama:

bahkan yang baru dipakai satu kali.

Ia harus menambahkan sepotong kain sebesar satu jengkal normal yang diambil dari tepi sebuah selimut lama untuk membuatnya buruk:

untuk memperkuatnya, ia memotong melingkar atau persegi, dan kemudian menambahkannya pada satu tempat atau ia menaburkannya setelah mencabiknya.

Tanpa menambahkan sepotong kain sebesar satu jengkal normal yang diambil dari tepi sebuah selimut lama:

Jika ia membuat sebuah alas-duduk baru, atau menyuruh membuatkan, tanpa menambahkan sepotong kain sebesar satu jengkal normal yang diambil dari tepi sebuah selimut lama, maka untuk usaha tersebut terjadi tindakan perbuatan salah. Ketika ia mendapatkan alas-duduk itu, maka itu harus dilepaskan.

Alas-duduk itu harus dilepaskan kepada suatu sangha, suatu kelompok, atau individu. "Dan, para bhikkhu, alas-duduk itu harus dilepaskan seperti berikut. (Diuraikan seperti pada Pelepasan 1, dengan penyesuaian seperlunya.)

'Para Mulia, alas-duduk ini, yang kubuat tanpa menambahkan sepotong kain sebesar satu jengkal normal yang diambil dari tepi sebuah selimut lama, akan dilepaskan. Aku melepaskannya kepada Sangha.' ... Sangha harus mengembalikan ... kalian harus mengembalikan ... 'Aku mengembalikan alas-duduk ini kepadamu.'"

Permutasi

Jika ia menyelesaikan apa yang ia mulai sendiri, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pelepasan dan pengakuan. Jika ia menyuruh orang lain menyelesaikan apa yang ia mulai sendiri, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pelepasan dan pengakuan. Jika ia menyelesaikan sendiri apa yang dimulai orang lain, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pelepasan dan pengakuan. Jika ia menyuruh orang lain menyelesaikan apa yang dimulai orang lain, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pelepasan dan pengakuan.

Jika ia membuat, atau menyuruh orang lain membuatkan, untuk orang lain, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah.

Tidak ada pelanggaran

Tidak ada pelanggaran: jika ia membuatnya dengan menambahkan sepotong kain sebesar satu jengkal normal yang diambil dari tepi sebuah selimut lama; jika tidak dapat mendapatkan potongan demikian lalu ia menambahkan potongan yang lebih kecil; jika ia tidak mampu mendapatkan potongan yang lebih kecil lalu ia membuatnya tanpa menambahkan potongan itu; jika ia mendapatkan apa yang dibuat orang lain dan kemudian menggunakannya; jika ia membuat sebuah kanopi, penutup lantai, tirai kain, matras, atau bantal; jika ia gila; jika ia adalah pelaku pertama.

Aturan latihan tentang alas-duduk, yang kelima, selesai.

189
Sutta Vinaya / Nissaggiya Pācittiya 14
« on: 15 September 2022, 10:56:08 AM »
Koleksi Theravāda tentang Hukum Monastik
Aturan Kebhikkhuan dan Analisisnya
Bab tentang Pelepasan
Sub-bab tentang Sutra

Nissaggiya Pācittiya 14. Aturan Latihan tentang Enam Tahun

Kisah Asal-mula

Sub-kisah pertama

Pada suatu ketika Sang Buddha sedang menetap di Sāvatthī, di Hutan Jeta, Vihara Anāthapiṇḍika. Pada saat itu para bhikkhu sedang membuat selimut-selimut yang dibuat setiap tahun. Mereka terus-menerus mengemis dan meminta, "Mohon berikan wol! Kami memerlukan wol!" Orang-orang mengeluhkan dan mengkritik mereka, "Bagaimana mungkin para monastik Sakya membuat selimut setiap tahun, dengan mengemis dan meminta, 'Mohon berikan wol! Kami memerlukan wol!'? Kami hanya membuat selimut untuk diri kami sendiri setiap lima atau enam tahun, walaupun anak-anak kami mengompolinya dan tikus-tikus menggigitnya."

Para bhikkhu mendengar keluhan orang-orang itu, dan para bhikkhu yang memiliki sedikit keinginan mengeluhkan dan mengkritik mereka, "Bagaimana mungkin para bhikkhu itu melakukan hal ini?"

Setelah menegur mereka dalam berbagai cara, mereka memberitahu Sang Buddha. Segera setelah itu Sang Buddha mengumpulkan Sangha dan menanyai para bhikkhu itu: "Benarkah, para bhikkhu, bahwa kalian melakukan hal ini?"

"Benar, Yang Mulia."

Sang Buddha menegur mereka, "Bagaimana mungkin orang-orang dungu ini dapat melakukan hal ini? Hal ini akan mempengaruhi keyakinan orang-orang ..." ... "Dan, para bhikkhu, aturan latihan ini harus dibacakan sebagai berikut:

Aturan awal

'Jika seorang bhikkhu membuat selimut baru, ia harus menyimpannya selama enam tahun. Apakah selimut itu telah diberikan atau tidak, jika ia membuat selimut baru dalam kurang dari enam tahun, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pelepasan dan pengakuan.'"

Demikianlah Sang Buddha menetapkan aturan latihan ini untuk para bhikkhu.

Sub-kisah kedua

Pada suatu ketika seorang bhikkhu di Kosambī jatuh sakit. Sanak-saudaranya mengirim pesan, yang mengatakan, "Pulanglah, Yang Mulia, kami akan merawatmu." Para bhikkhu mendesaknya untuk pergi, tetapi ia berkata, "Sang Buddha telah menetapkan aturan latihan bahwa seorang bhikkhu yang telah membuat selimut baru harus menyimpannya selama enam tahun. Sekarang karena aku sakit, maka aku tidak dapat melakukan perjalanan dengan selimutku. Dan karena aku tidak nyaman tanpa selimut itu, maka aku tidak dapat pergi."
Mereka memberitahu Sang Buddha.

Segera setelah itu Sang Buddha membabarkan ajaran dan berkata kepada para bhikkhu:

"Para bhikkhu, aku memperbolehkan kalian untuk memberikan izin selimut kepada seorang bhikkhu yang sakit.

Dan izin ini harus diberikan seperti berikut. Setelah menghadap Sangha, bhikkhu yang sakit harus menata jubah atasnya di satu bahu dan bersujud di kaki para bhikkhu senior. Kemudian ia harus berjongkok pada tumitnya, merangkapkan tangan, dan berkata, 'Para Mulia, aku sakit. Aku tidak mampu melakukan perjalanan dengan selimutku. Aku memohon izin selimut dari Sangha.' Dan ia harus mengakukan permohonan untuk kedua dan ketiga kalinya. Kemudian seorang bhikkhu yang kompeten dan mampu harus memberitahu Sangha:

'Mohon, Para Mulia, aku memohon Sangha untuk mendengarkan. Bhikkhu ini sakit. Ia tidak mampu melakukan perjalanan dengan selimutnya. Ia memohon izin selimut dari Sangha. Jika baik menurut Sangha, maka Sangha harus memberikan izin selimut kepada bhikkhu ini. Ini adalah usul.

Mohon, Para Mulia, aku memohon Sangha untuk mendengarkan. Bhikkhu ini sakit. Ia tidak mampu melakukan perjalanan dengan selimutnya. Ia memohon izin selimut dari Sangha. Sangha memberikan izin selimut kepada bhikkhu ini. Bhikkhu mana pun yang menyetujui memberikan izin selimut kepada bhikkhu ini harus berdiam diri. Bhikkhu mana pun yang tidak menyetujui silakan berbicara.

Sangha telah memberikan izin selimut kepada bhikkhu ini. Sangha menyetujui dan oleh karena itu berdiam diri. Aku akan mengingatnya demikian.'

Dan, para bhikkhu, aturan latihan ini harus dibacakan seperti berikut:

Aturan akhir

'Jika seorang bhikkhu membuat selimut baru, ia harus menyimpannya selama enam tahun. Apakah selimut itu telah diberikan atau tidak, jika ia membuat selimut baru dalam kurang dari enam tahun, kecuali jika para bhikkhu telah menyetujui, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pelepasan dan pengakuan.'"

Definisi

Baru:

yang dimaksudkan adalah baru dibuat.

Selimut:

ini yang dibuat dengan cara menaburkan, bukan dengan menenun.

Membuat:

membuatnya sendiri atau menyuruh untuk membuatkan.

Ia harus menyimpannya selama enam tahun:

ia harus menggunakannya paling sedikit selama enam tahun.

Dalam kurang dari enam tahun:

tidak sampai enam tahun.

Selimut itu telah diberikan:

selimut itu diberikan kepada orang lain.

Tidak:

selimut itu tidak diberikan kepada orang lain.

Kecuali jika para bhikkhu telah menyetujui:

Jika ia membuat selimut baru, atau menyuruh orang lain membuatkan, kecuali jika para bhikkhu telah menyetujui, maka untuk usaha tersebut terjadi tindakan perbuatan salah. Ketika ia mendapatkan selimut itu, maka itu harus dilepaskan.

Selimut itu harus dilepaskan kepada suatu sangha, suatu kelompok, atau individu. "Dan, para bhikkhu, selimut itu harus dilepaskan seperti berikut. (Diuraikan seperti pada Pelepasan 1, dengan penyesuaian seperlunya.)

'Para Mulia, selimut ini, yang kubuat kurang dari enam tahun tanpa persetujuan para bhikkhu, akan dilepaskan. Aku melepaskannya kepada Sangha.' ... Sangha harus mengembalikan ... kalian harus mengembalikan ... 'Aku mengembalikan selimut ini kepadamu.'"

Permutasi

Jika ia menyelesaikan apa yang ia mulai sendiri, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pelepasan dan pengakuan. Jika ia menyuruh orang lain menyelesaikan apa yang ia mulai sendiri, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pelepasan dan pengakuan. Jika ia menyelesaikan sendiri apa yang dimulai orang lain, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pelepasan dan pengakuan. Jika ia menyuruh orang lain menyelesaikan apa yang dimulai orang lain, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pelepasan dan pengakuan.

Tidak ada pelanggaran

Tidak ada pelanggaran: jika ia membuatnya setelah enam tahun; jika ia membuatnya setelah lebih dari enam tahun; jika ia membuatnya, atau menyuruh membuatkan, untuk orang lain; jika ia mendapatkan apa yang dibuat orang lain dan kemudian menggunakannya; jika ia membuat sebuah kanopi, penutup lantai, tirai kain, matras, atau bantal; jika ia mendapatkan persetujuan dari para bhikkhu; jika ia gila; jika ia adalah pelaku pertama.

Aturan latihan tentang enam tahun, yang keempat, selesai.

190
Sutta Vinaya / Nissaggiya Pācittiya 13
« on: 15 September 2022, 10:55:35 AM »
Koleksi Theravāda tentang Hukum Monastik
Aturan Kebhikkhuan dan Analisisnya
Bab tentang Pelepasan
Sub-bab tentang Sutra

Nissaggiya Pācittiya 13. Aturan Latihan tentang Dua Bagian


Kisah Asal-mula

Pada suatu ketika Sang Buddha sedang menetap di Sāvatthī di Hutan Jeta, Vihara Anāthapiṇḍika. Pada saat itu para bhikkhu dari kelompok enam, mengetahui bahwa Sang Buddha telah melarang membuat selimut yang terbuat seluruhnya dari wol hitam, menambahkan hanya sedikit warna putih pada tepinya. Dengan cara ini mereka membuat selimut yang terbuat seluruhnya dari wol hitam. Para bhikkhu yang memiliki sedikit keinginan mengeluhkan dan mengkritik mereka, "Bagaimana mungkin para bhikkhu dari kelompok enam melakukan hal ini?"

Setelah menegur mereka dalam berbagai cara, mereka memberitahu Sang Buddha. Segera setelah itu Sang Buddha mengumpulkan Sangha dan menanyai para bhikkhu itu: "Benarkah, para bhikkhu, bahwa kalian melakukan hal ini?"

"Benar, Yang Mulia."

Sang Buddha menegur mereka ... "Orang-orang dungu, bagaimana mungkin kalian dapat melakukan hal ini? Hal ini akan mempengaruhi keyakinan orang-orang ..." ... "Dan, para bhikkhu, aturan latihan ini harus dibacakan sebagai berikut:

Aturan akhir

'Jika seorang bhikkhu membuat selimut baru, ia harus menggunakan dua bagian dari keseluruhan wol hitam, bagian ketiga putih, dan bagian keempat cokelat. Jika ia membuat selimut baru tanpa menggunakan dua bagian dari keseluruhan wol hitam, bagian ketiga putih, dan bagian keempat cokelat, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pelepasan dan pengakuan.'"

Definisi

Baru:

yang dimaksudkan adalah baru dibuat.

Selimut:

ini yang dibuat dengan cara menaburkan, bukan dengan menenun.

Membuat:

membuatnya sendiri atau menyuruh untuk membuatkan.

Ia harus menggunakan dua bagian dari keseluruhan wol hitam:

setelah menimbangnya, ia harus menggunakan dua bagian.

Bagian ketiga putih:

satu bagian putih.

Bagian keempat cokelat:

satu bagian cokelat.

Tanpa menggunakan dua bagian dari keseluruhan wol hitam, bagian ketiga putih, dan bagian keempat cokelat:

Jia ia membuatnya, atau menyuruh membuatkan, tanpa menggunakan dua bagian dari keseluruhan wol hitam, satu bagian putih, dan satu bagian cokelat, maka untuk usaha itu terjadi tindakan perbuatan salah. Jika ia mendapatkan selimut itu, maka itu harus dilepaskan.

Selimut itu harus dilepaskan kepada suatu sangha, suatu kelompok, atau individu. "Dan, para bhikkhu, selimut itu harus dilepaskan seperti berikut. (Diuraikan seperti pada Pelepasan 1, dengan penyesuaian seperlunya.)

'Para Mulia, selimut ini, yang kubuat tanpa menggunakan dua bagian dari keseluruhan wol hitam, satu bagian putih, dan satu bagian cokelat, akan dilepaskan. Aku melepaskannya kepada Sangha.' ... Sangha harus mengembalikan ... kalian harus mengembalikan ... 'Aku mengembalikan selimut ini kepadamu.'"

Permutasi

Jika ia menyelesaikan apa yang ia mulai sendiri, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pelepasan dan pengakuan. Jika ia menyuruh orang lain menyelesaikan apa yang ia mulai sendiri, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pelepasan dan pengakuan. Jika ia menyelesaikan sendiri apa yang dimulai orang lain, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pelepasan dan pengakuan. Jika ia menyuruh orang lain menyelesaikan apa yang dimulai orang lain, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pelepasan dan pengakuan.

Jika ia membuat, atau menyuruh orang lain membuat, untuk orang lain, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika ia mendapatkan apa yang dibuat orang lain dan kemudian menggunakannya, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah.

Tidak ada pelanggaran

Tidak ada pelanggaran: jika ia membuatnya menggunakan satu bagian putih dan satu bagian cokelat; jika ia membuatnya menggunakan lebih dari satu bagian putih dan lebih dari satu bagian cokelat; jika ia membuatnya hanya menggunakan putih dan cokelat; jika ia membuat sebuah kanopi, penutup lantai, tirai kain, matras, atau bantal; jika ia gila; jika ia adalah pelaku pertama.

Aturan latihan tentang dua bagian, yang ketiga, selesai.

191
Sutta Vinaya / Nissaggiya Pācittiya 12
« on: 15 September 2022, 10:54:58 AM »
Koleksi Theravāda tentang Hukum Monastik
Aturan Kebhikkhuan dan Analisisnya
Bab tentang Pelepasan
Sub-bab tentang Sutra

Nissaggiya Pācittiya 12. Aturan Latihan tentang Seluruhnya Hitam

Kisah Asal-mula

Pada suatu hari ketika Sang Buddha sedang menetap di aula beratap lancip di Hutan Besar di dekat Vesālī, para bhikkhu dari kelompok enam membuat selimut yang terbuat seluruhnya dari wol hitam. Orang-orang yang sedang berjalan-jalan di sekitar tempat-tempat kediaman mengeluhkan dan mengkritik mereka, "Bagaimana mungkin para monastik Sakya ini membuat selimut yang terbuat seluruhnya dari wol hitam? Mereka seperti para perumah tangga yang menikmati kenikmatan duniawi!"

Para bhikkhu mendengar keluhan orang-orang tersebut, dan para bhikkhu yang memiliki sedikit keinginan mengeluhkan dan mengkritik para bhikkhu itu, "Bagaimana mungkin para bhikkhu dari kelompok enam membuat selimut yang terbuat seluruhnya dari wol hitam?"

Setelah menegur mereka dalam berbagai cara, mereka memberitahu Sang Buddha. Segera setelah itu Sang Buddha mengumpulkan Sangha dan menanyai para bhikkhu itu: "Benarkah, para bhikkhu, bahwa kalian melakukan hal ini?"

"Benar, Yang Mulia."

Sang Buddha menegur mereka ... "Orang-orang dungu, bagaimana mungkin kalian dapat melakukan hal ini? Hal ini akan mempengaruhi keyakinan orang-orang ..." ... "Dan, para bhikkhu, aturan latihan ini harus dibacakan sebagai berikut:

Aturan akhir

'Jika seorang bhikkhu membuat selimut yang terbuat seluruhnya dari wol hitam, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pelepasan dan pengakuan.'"

Definisi

Seorang:

siapa pun ...

Bhikkhu:

... Seorang bhikkhu yang telah diberikan penahbisan penuh oleh Sangha yang sepakat melalui prosedur sah yang terdiri dari satu usul dan tiga pengumuman yang tidak dapat dibatalkan dan lengkap—bhikkhu jenis inilah yang dimaksudkan dalam kasus ini.

Hitam:

ada dua jenis hitam: hitam alami dan hitam celupan.

Selimut:

ini yang dibuat dengan cara menaburkan, bukan dengan menenun.

Membuat:

Jika ia membuat selimut, atau menyuruh membuat, maka untuk usaha itu terjadi tindakan perbuatan salah. Ketika ia mendapatkan selimut itu, maka itu harus dilepaskan.

Selimut itu harus dilepaskan kepada suatu sangha, suatu kelompok, atau individu. "Dan, para bhikkhu, selimut itu harus dilepaskan seperti berikut. (Diuraikan seperti pada Pelepasan 1, dengan penyesuaian seperlunya.)

'Para Mulia, selimut ini, yang kubuat seluruhnya dari wol hitam, akan dilepaskan. Aku melepaskannya kepada Sangha.' ... Sangha harus mengembalikan ... kalian harus mengembalikan ... 'Aku mengembalikan selimut ini kepadamu.'"

Permutasi

Jika ia menyelesaikan apa yang ia mulai sendiri, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pelepasan dan pengakuan. Jika ia menyuruh orang lain menyelesaikan apa yang ia mulai sendiri, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pelepasan dan pengakuan. Jika ia menyelesaikan sendiri apa yang dimulai orang lain, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pelepasan dan pengakuan. Jika ia menyuruh orang lain menyelesaikan apa yang dimulai orang lain, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pelepasan dan pengakuan.

Jika ia membuat, atau menyuruh orang lain membuatkan, untuk orang lain, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika ia mendapatkan apa yang dibuat orang lain dan menggunakannya, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah.

Tidak ada pelanggaran

Tidak ada pelanggaran: jika ia membuat kanopi, penutup lantai, tirai kain, matras, atau bantal; jika ia gila; jika ia adalah pelaku pertama.

Aturan latihan tentang seluruhnya hitam, yang kedua, selesai.

192
Sutta Vinaya / Nissaggiya Pācittiya 11
« on: 15 September 2022, 10:54:12 AM »
Koleksi Theravāda tentang Hukum Monastik
Aturan Kebhikkhuan dan Analisisnya
Bab tentang Pelepasan
Sub-bab tentang Sutra

Nissaggiya Pācittiya 11. Aturan Latihan tentang Sutra

Kisah Asal-mula

Pada suatu hari ketika Sang Buddha sedang menetap di Āḷavī di Altar Aggāḷava, para bhikkhu dari kelompok enam mendatangi para pembuat sutra dan berkata, "Mohon rebus sekumpulan ulat sutra dan berikan kami sutra. Kami ingin membuat selimut yang mengandung sutra." Para pembuat sutra mengeluhkan dan mengkritik mereka, "Bagaimana mungkin para monastik Sakya datang dan mengatakan hal demikian kepada kami? Adalah kemalangan bagi kami bahwa kami harus membunuh makhluk-makhluk kecil itu karena penghidupan kami dan karena istri-istri dan anak-anak kami."

Para bhikkhu mendengar keluhan para pembuat sutra tersebut, dan para bhikkhu yang memiliki sedikit keinginan mengeluhkan dan mengkritik para bhikkhu itu, "Bagaimana mungkin para bhikkhu dari kelompok enam mendatangi para pembuat sutra dan mengatakan hal demikian?"

Setelah menegur mereka dalam berbagai cara, mereka memberitahu Sang Buddha. Segera setelah itu Sang Buddha mengumpulkan Sangha dan menanyai para bhikkhu itu: "Benarkah, para bhikkhu, bahwa kalian melakukan hal ini?"

"Benar, Yang Mulia."

Sang Buddha menegur mereka ... "Orang-orang dungu, bagaimana mungkin kalian dapat melakukan hal ini? Hal ini akan mempengaruhi keyakinan orang-orang ..." ... "Dan, para bhikkhu, aturan latihan ini harus dibacakan sebagai berikut:

Aturan akhir

'Jika seorang bhikkhu membuat selimut yang mengandung sutra, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pelepasan dan pengakuan.'"

Definisi

Seorang:

siapa pun ...

Bhikkhu:

... Seorang bhikkhu yang telah diberikan penahbisan penuh oleh Sangha yang sepakat melalui prosedur sah yang terdiri dari satu usul dan tiga pengumuman yang tidak dapat dibatalkan dan lengkap—bhikkhu jenis inilah yang dimaksudkan dalam kasus ini.

Selimut:

ini yang dibuat dengan cara menaburkan, bukan dengan menenun.

Membuat:

Jika ia membuat selimut yang mengandung bahkan satu helai benang sutra, atau ia menyuruh membuat, maka untuk usaha itu terjadi tindakan perbuatan salah. Ketika ia mendapatkan selimut itu, maka itu harus dilepaskan.

Selimut itu harus dilepaskan kepada suatu sangha, suatu kelompok, atau individu. "Dan, para bhikkhu, selimut itu harus dilepaskan seperti berikut. (Diuraikan seperti pada Pelepasan 1, dengan penyesuaian seperlunya.)

'Para Mulia, selimut ini yang mengandung sutra, yang kubuat, akan dilepaskan. Aku melepaskannya kepada Sangha.' ... Sangha harus mengembalikan ... kalian harus mengembalikan ... 'Aku mengembalikan selimut ini kepadamu.'"

Permutasi

Jika ia menyelesaikan apa yang ia mulai sendiri, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pelepasan dan pengakuan. Jika ia menyuruh orang lain menyelesaikan apa yang ia mulai sendiri, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pelepasan dan pengakuan. Jika ia menyelesaikan sendiri apa yang dimulai orang lain, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pelepasan dan pengakuan. Jika ia menyuruh orang lain menyelesaikan apa yang dimulai orang lain, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pelepasan dan pengakuan.

Jika ia membuat, atau menyuruh orang lain membuat, untuk orang lain, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika ia mendapatkan apa yang dibuat orang lain dan kemudian menggunakannya, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah.

Tidak ada pelanggaran

Tidak ada pelanggaran: jika ia membuat sebuah kanopi, penutup lantai, tirai kain, matras, atau bantal; jika ia gila; jika ia adalah pelaku pertama.

Aturan latihan tentang sutra, yang pertama, selesai.




193
Sutta Vinaya / Nissaggiya Pācittiya 10
« on: 15 September 2022, 10:53:43 AM »
Koleksi Theravāda tentang Hukum Monastik
Aturan Kebhikkhuan dan Analisisnya
Bab tentang Pelepasan
Sub-bab tentang Jubah

Nissaggiya Pācittiya 10. Aturan Latihan tentang Raja-Raja

Kisah Asal-mula

Pada suatu ketika Sang Buddha sedang menetap di Sāvatthī di Hutan Jeta, Vihara Anāthapiṇḍika. Pada saat itu seorang pejabat negara adalah penyokong Yang Mulia Upananda orang Sakya. Suatu hari pejabat itu mengirimkan dana jubah melalui seorang utusan, dengan mengatakan, "Belikan kain-jubah dengan dana ini dan berikan kepada Yang mulia Upananda."

Utusan itu mendatangi Upananda dan berkata, "Yang Mulia, aku membawakan dana jubah untukmu. Silakan diterima."

"Kami tidak menerima dana jubah, tetapi kami menerima kain-jubah yang diperbolehkan pada waktu yang diperbolehkan."

"Adakah orang yang menyediakan pelayanan bagimu?"

Saat itu seorang umat awam datang ke vihara untuk suatu urusan. Upananda memberitahu si utusan, "Umat awam ini menyediakan pelayanan bagi para bhikkhu."

Utusan itu memberikan instruksi kepada si umat awam dan kemudian kembali kepada Upananda, dengan mengatakan, "Aku telah memberikan instruksi kepada umat awam yang engkau tunjuk. Silakan mendatanginya pada waktu yang diperbolehkan dan ia akan memberimu kain-jubah."

Beberapa lama kemudian si pejabat negara mengirim pesan kepada Upananda, yang mengatakan, "Sudilah menggunakan kain-jubah itu. Aku ingin engkau menggunakan kain-jubah itu." Tetapi Upananda tidak menjawab. Pejabat negara itu mengirim pesan yang sama untuk kedua kalinya, tetapi sekali lagi Upananda tidak menjawab. Kemudian si pejabat negara mengirim pesan untuk ketiga kalinya.

Pada saat itu perkumpulan perumah tangga sepakat bahwa siapa pun yang terlambat menghadiri pertemuan akan didenda lima puluh keping uang. Dan saat itu mereka sedang mengadakan pertemuan. Saat itu pula Upananda mendatangi umat awam itu dan berkata, "Aku menginginkan kain-jubah."

"Sudilah menunggu satu hari, Yang Mulia, karena hari ini ada pertemuan perkumpulan perumah tangga. Mereka telah membuat kesepakatan bahwa siapa pun yang datang terlambat akan didenda lima puluh keping uang."

Dengan berkata, "Berikan kain-jubah kepadaku hari ini," ia menangkapnya pada sabuknya.

Karena didesak oleh Upananda, umat awam itu membelikan kain-jubah untuknya, dan sebagai akibatnya ia terlambat menghadiri pertemuan. Orang-orang bertanya kepadanya, "Tuan, mengapa engkau terlambat? Engkau baru saja kehilangan lima puluh keping uang."

Ketika umat awam itu memberitahu mereka apa yang terjadi, mereka mengeluhkan dan mengkritik Upananda, "Para monastik Sakya ini memiliki banyak keinginan. Mereka tidak mengenal puas. Tidaklah mudah untuk memberikan pelayanan kepada mereka. Bagaimana mungkin Yang Mulia Upananda tidak menerima ketika diminta oleh seorang umat awam untuk menunggu selama satu hari?"

Para bhikkhu mendengar keluhan orang-orang itu, dan para bhikkhu yang memiliki sedikit keinginan mengeluhkan dan mengkritiknya, "Bagaimana mungkin Yang Mulia Upananda tidak menerima ketika diminta oleh seorang umat awam untuk menunggu selama satu hari?"

Setelah menegurnya dalam berbagai cara, mereka memberitahu Sang Buddha. Segera setelah itu Sang Buddha mengumpulkan Sangha dan menanyai Upananda: "Benarkah, Upananda, bahwa engkau melakukan hal ini?"

"Benar, Yang Mulia."

Sang Buddha menegurnya ... "Orang dungu, bagaimana mungkin engkau melakukan hal ini. Hal ini akan mempengaruhi keyakinan orang-orang ..." ... "Dan, para bhikkhu, aturan latihan ini harus dibacakan sebagai berikut:
Aturan akhir

'Jika seorang raja, seorang pembantu raja, seorang brahmana, atau seorang perumah tangga mengirimkan dana jubah untuk seorang bhikkhu melalui seorang utusan, dengan mengatakan, "Belikan kain-jubah dengan dana jubah ini dan berikan kepada bhikkhu itu," dan si utusan mendatangi bhikkhu itu dan berkata, "Yang Mulia, aku membawakan dana jubah untukmu. Silakan menerimanya," kemudian bhikkhu itu menjawab, 'Kami tidak menerima dana jubah, tetapi kami menerima kain-jubah yang diperbolehkan pada waktu yang diperbolehkan.' Jika si utusan mengatakan, "Adakah orang yang menyediakan pelayanan bagimu?" Bhikkhu itu, jika ia membutuhkan kain-jubah, harus menunjuk seorang pekerja vihara atau seorang umat awam dan berkata, "Ia menyediakan pelayanan bagi para bhikkhu." Jika si utusan memberikan instruksi kepada si penyedia pelayanan dan kemudian kembali kepada bhikkhu tersebut, dengan mengatakan, "Yang Mulia, aku telah memberikan instruksi kepada penyedia pelayanan yang engkau tunjuk. Silakan mendatanginya pada waktu yang diperbolehkan dan ia akan memberimu kain-jubah." Kemudian, jika bhikkhu itu memerlukan kain-jubah, ia boleh mendatangi penyedia pelayanan dan mendesak dan mengingatkannya dua atau tiga kali, dengan mengatakan, "Aku memerlukan kain-jubah." Jika ia kemudian mendapatkan kain-jubah, maka itu baik. Jika ia tidak mendapatkannya, maka ia boleh berdiri diam untuk itu maksimal sebanyak enam kali. Jika ia kemudian mendapatkan kain-jubah, maka itu baik. Jika ia melakukan usaha lebih jauh dan kemudian mendapatkan kain-jubah, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pelepasan dan pengakuan. Jika ia tidak mendapatkan kain-jubah, maka ia harus mendatangi pemilik dana jubah itu, atau mengirim pesan, yang mengatakan, "Bhikkhu itu tidak menerima manfaat apa pun dari dana jubah yang engkau kirim untuknya. Silakan mengambil kembali apa yang menjadi milikmu, atau dana jubah itu akan lenyap." Ini adalah prosedur yang benar.'"

Definisi

Untuk seorang bhikkhu:

untuk manfaat seorang bhikkhu; dengan menjadikan seorang bhikkhu sebagai objek pertimbangan, seseorang ingin memberikan kepadanya.

Seorang raja:

siapa pun yang berkuasa.

Seorang pembantu raja:

siapa pun yang memperoleh makanan dan upah dari seorang raja.

Seorang brahmana:

brahmana melalui kelahiran.

Seorang perumah tangga:

siapa pun selain raja, pembantu raja, dan brahmana.

Dana jubah:

uang, emas, mutiara, atau permata.

Dengan dana jubah ini:

dengan apa yang dimiliki seseorang.

Membeli:

setelah menukar.

Memberikan:

menyumbangkan.

Dan utusan itu mendatangi bhikkhu itu dan berkata, "Yang Mulia, aku telah membawakan dana jubah untukmu. Silakan diterima," kemudian bhikkhu itu harus menjawab, "Kami tidak menerima dana jubah, tetapi kami menerima kain-jubah yang diperbolehkan pada waktu yang diperbolehkan." Jika utusan itu mengatakan, "Adakah orang yang menyediakan pelayanan bagimu?" Bhikkhu itu, jika ia membutuhkan kain-jubah, harus menunjuk seorang pekerja vihara atau seorang umat awam dan berkata, "Ia menyediakan pelayanan bagi para bhikkhu":

Ia tidak boleh mengatakan, "Berikan kepadanya," "Ia akan menyimpannya," "Ia akan melakukan pertukaran," "Ia akan membelikan."

Jika si utusan memberikan instruksi kepada si penyedia pelayanan dan kemudian kembali kepada bhikkhu tersebut dan mengatakan, "Yang Mulia, aku telah memberikan instruksi kepada penyedia pelayanan yang engkau tunjuk. Silakan mendatanginya pada waktu yang diperbolehkan dan ia akan memberimu kain-jubah." Kemudian, jika bhikkhu itu memerlukan kain-jubah, ia boleh mendatangi penyedia pelayanan dan mendesak dan mengingatkannya dua atau tiga kali, dengan mengatakan, "Aku memerlukan kain-jubah":

Ia tidak boleh mengatakan, "Berikan aku kain-jubah," "Dapatkan kain-jubah untukku," "Lakukan pertukaran untuk mendapatkan kain-jubah untukku," "Belikan aku kain-jubah."

Ia harus mengatakannya untuk kedua kali dan ketiga kalinya.

Jika ia mendapatkannya, maka itu baik. Jika ia tidak mendapatkannya, ia harus pergi ke sana dan berdiri diam untuk itu.

Ia tidak boleh duduk di tempat duduk. Ia tidak boleh menerima makanan. Ia tidak boleh membabarkan ajaran. Jika ia ditanya, "Mengapa engkau datang?" ia harus menjawab, "Pikirkanlah." Jika ia duduk di tempat duduk, atau ia menerima makanan, atau ia membabarkan suatu ajaran, maka ia kehilangan satu kesempatan untuk berdiri.

Ia boleh berdiri untuk kedua kali dan ketiga kalinya. Jika ia mendesak empat kali, ia dapat berdiri empat kali. Jika ia mendesak lima kali, ia dapat berdiri dua kali. Jika ia mendesak enam kali, maka ia tidak dapat berdiri sama sekali.

Jika ia melakukan usaha lebih jauh dan kemudian kain-jubah muncul,

maka untuk usaha itu terjadi tindakan perbuatan salah. Ketika ia mendapatkan kain-jubah, maka itu harus dilepaskan.

Kain-jubah itu harus dilepaskan kepada suatu sangha, suatu kelompok, atau individu. "Dan, para bhikkhu, jubah itu harus dilepaskan seperti berikut. ... (Diuraikan seperti pada Pelepasan 1, dengan penyesuaian seperlunya.)

'Para Mulia, kain-jubah ini, yang aku terima setelah mendesak lebih dari tiga kali dan berdiri lebih dari enam kali, akan dilepaskan. Aku melepaskannya kepada Sangha.' ... Sangha harus mengembalikan ... kalian harus mengembalikan ... 'Aku mengembalikan kain-jubah ini kepadamu.'"

Jika ia tidak mendapatkan kain-jubah, maka ia harus mendatangi pemilik dana jubah itu, atau mengirim pesan, yang mengatakan, "Bhikkhu itu tidak menerima manfaat apa pun dari dana jubah yang engkau kirim untuknya. Silakan mengambil kembali apa yang menjadi milikmu, atau dana jubah itu akan lenyap."

Ini adalah prosedur yang benar:

ini adalah metode yang benar.

Permutasi

Jika ia mendesak lebih dari tiga kali dan berdiri lebih dari enam kali, dan ia menyadarinya sebagai lebih, dan ia mendapatkan kain-jubah, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pelepasan dan pengakuan. Jika ia mendesak lebih dari tiga kali dan berdiri lebih dari enam kali, tetapi ia tidak dapat memastikannya, dan ia mendapatkan kain-jubah, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pelepasan dan pengakuan. Jika ia mendesak lebih dari tiga kali dan berdiri lebih dari enam kali, tetapi ia menyadarinya sebagai kurang, dan ia mendapatkan kain-jubah, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pelepasan dan pengakuan.

Jika ia mendesak kurang dari tiga kali dan berdiri kurang dari enam kali, tetapi ia menyadarinya sebagai lebih, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika ia mendesak kurang dari tiga kali dan berdiri kurang dari enam kali, tetapi ia tidak dapat memastikannya, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika ia mendesak kurang dari tiga kali dan berdiri kurang dari enam kali, dan ia menyadarinya sebagai kurang, maka tidak ada pelanggaran.

Tidak ada pelanggaran

Tidak ada pelanggaran: jika ia mendesak tiga kali dan berdiri enam kali; jika ia mendesak kurang dari tiga kali dan berdiri kurang dari enam kali; jika diberikan tanpa didesak; jika pemiliknya mendesak dan kemudian diberikan; jika ia gila; jika ia adalah pelaku pertama.

Aturan latihan tentang raja-raja, yang kesepuluh, selesai.

SUB-BAB PERTAMA TENTANG MUSIM JUBAH SELESAI.

Berikut ini adalah rangkumannya:
"Tiga tentang musim jubah yang berakhir,
Dan mencuci, menerima;
Tiga dari mereka yang tidak ada hubungan kerabat,
Keduanya, dan dengan utusan."

194
Sutta Vinaya / Nissaggiya Pācittiya 9
« on: 15 September 2022, 10:53:06 AM »
Koleksi Theravāda tentang Hukum Monastik
Aturan Kebhikkhuan dan Analisisnya
Bab tentang Pelepasan
Sub-bab tentang Jubah

Nissaggiya Pācittiya 9. Aturan Latihan Kedua tentang Apa yang Disisihkan

Kisah Asal-mula

Pada suatu hari ketika Sang Buddha sedang menetap di Sāvatthī di Vihara Anāthapiṇḍika, seseorang berkata kepada orang lainnya, "Aku hendak memberikan kain-jubah kepada Yang Mulia Upananda." Dan orang lainnya menjawab, "Aku juga."

Seorang bhikkhu pengumpul dana mendengar percakapan itu. Kemudian ia mendatangi Upananda orang Sakya dan berkata, "Upananda, engkau memiliki jasa yang besar. Di tempat itu aku mendengar dua orang berbicara bahwa mereka masing-masing hendak memberimu kain-jubah."

"Mereka adalah penyokongku."

Kemudian Upananda mendatangi orang-orang itu dan berkata, "Benarkah bahwa kalian hendak memberiku kain-jubah?"

"Benar, itu adalah apa yang kami pikirkan."

"Kalau begitu, berikan aku kain-jubah seperti ini. Karena apa gunanya memberikan kain-jubah yang tidak akan kupakai?"

Orang-orang itu mengeluhkan dan mengkritiknya, "Para monastik Sakya ini memiliki banyak keinginan. Mereka tidak mengenal puas. Tidaklah mudah untuk memberikan kain-jubah kepada mereka. Bagaimana mungkin Yang Mulia Upananda mendatangi kami dan mengatakan jenis kain-jubah yang ia inginkan tanpa terlebih dulu diundang oleh kami untuk meminta?"

Para bhikkhu mendengar keluhan orang-orang itu, dan para bhikkhu yang memiliki sedikit keinginan mengeluhkan dan mengkritiknya, "Bagaimana mungkin Yang Mulia Upananda mendatangi para perumah tangga dan mengatakan jenis kain-jubah yang ia inginkan tanpa terlebih dulu diundang untuk meminta?"

Setelah menegurnya dalam berbagai cara, mereka memberitahu Sang Buddha. Segera setelah itu Sang Buddha mengumpulkan Sangha dan menanyai Upananda: "Benarkah, Upananda, bahwa engkau melakukan hal ini?"

"Benar, Yang Mulia."

"Apakah mereka adalah kerabatmu?"

"Bukan."

 "Orang dungu, orang-orang yang bukan kerabat tidak mengetahui apa yang selayaknya dan apa yang tidak selayaknya, apa yang baik dan buruk, dalam berurusan satu sama lain. Dan masih saja engkau melakukan hal ini. Hal ini akan mempengaruhi keyakinan orang-orang ..." ... "Dan, para bhikkhu, aturan latihan ini harus dibacakan sebagai berikut:

Aturan akhir

'Jika dua perumah tangga laki-laki atau perempuan telah menyisihkan dana jubah terpisah untuk seorang bhikkhu yang bukan kerabat, dengan berpikir, "Dengan dana jubah terpisah ini, kami akan membelikan kain-jubah dan memberikannya kepada bhikkhu itu;" dan jika bhikkhu itu, tanpa terlebih dulu diundang, mendatangi mereka dan menentukan jenis kain-jubah yang ia inginkan, dengan mengatakan, "Baik sekali jika engkau menggabungkan dana jubah terpisah ini untuk secara bersama membelikan kain-jubah jenis itu dan kemudian memberikannya kepadaku," dan ia melakukan itu karena ia menginginkan sesuatu yang bagus, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pelepasan dan pengakuan.'"

Definisi

Untuk seorang bhikkhu:

untuk manfaat seorang bhikkhu; dengan menjadikan seorang bhikkhu sebagai objek pertimbangan, mereka ingin memberikan kepadanya.

Dua:

sepasang.

Bukan kerabat:

siapa pun yang bukan keturunan dari leluhur laki-laki hingga delapan generasi sebelumnya, apakah dari pihak ibu atau dari pihak ayah.

Perumah tangga laki-laki:

laki-laki mana pun yang hidup di rumah.

Perumah tangga perempuan:

perempuan mana pun yang hidup di rumah.

Dana jubah:

uang, emas, mutiara, permata, koral, kristal, kain, benang, atau wol katun.

Dengan dana jubah terpisah ini:

dengan apa yang mereka miliki.

Kami akan membelikan:

setelah menukar.

Kami akan memberikan:

kami akan menyumbangkan.

Jika bhikkhu itu:

bhikkhu yang kepadanya dana jubah telah disisihkan.

Tanpa terlebih dulu diundang:

mereka belum mengatakan sebelumnya: "Yang Mulia, jenis kain-jubah apakah yang engkau perlukan? Jenis kain-jubah apakah yang dapat kami belikan untukmu?"

Mendatangi mereka:

setelah pergi ke rumah mereka atau setelah pergi ke mana pun.

Menentukan jenis kain-jubah yang ia inginkan:

mohon buat yang panjang atau lebar atau ditenun rapat atau lembut.

Dana jubah terpisah ini:

yang mereka miliki.

Jenis itu:

panjang atau lebar atau ditenun rapat atau lembut.

Untuk membeli:

setelah menukar.

Memberikan:

menyumbangkan.

Menggabungkan secara bersama:

dua orang menyediakan satu kain-jubah untuknya.

Karena ia menginginkan sesuatu yang bagus:

menginginkan sesuatu yang baik, menginginkan sesuatu yang mahal.

Jika para perumah tangga itu membelikan kain-jubah yang panjang, lebar, ditenun rapat, atau lembut karena ucapan bhikkhu itu, maka untuk usaha itu terjadi pelanggaran perbuatan salah. Ketika ia mendapatkan kain-jubah itu, maka itu harus dilepaskan.

Jubah itu harus dilepaskan kepada suatu sangha, suatu kelompok, atau individu. "Dan, para bhikkhu, jubah itu harus dilepaskan seperti berikut. (Diuraikan seperti pada Pelepasan 1, dengan penyesuaian seperlunya.)

'Para Mulia, kain-jubah ini, yang aku terima setelah mendatangi para perumah tangga bukan kerabat dan mengatakan jenis kain-jubah apa yang aku inginkan tanpa terlebih dulu diundang, akan dilepaskan. Aku melepaskannya kepada Sangha.' ... Sangha harus mengembalikan ... kalian harus mengembalikan ... 'Aku mengembalikan kain-jubah ini kepadamu.'"

Permutasi

Jika para perumah tangga itu bukan kerabat dan si bhikkhu menyadarinya demikian, dan tanpa terlebih dulu diundang, ia mendatangi mereka dan menentukan jenis kain-jubah yang ia inginkan, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pelepasan dan pengakuan. Jika para perumah tangga itu bukan kerabat, tetapi si bhikkhu tidak dapat memastikannya, dan tanpa terlebih dulu diundang, ia mendatangi mereka dan menentukan jenis kain-jubah yang ia inginkan, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pelepasan dan pengakuan. Jika para perumah tangga itu bukan kerabat, tetapi si bhikkhu menyadarinya sebagai kerabat, dan tanpa terlebih dulu diundang, ia mendatangi mereka dan menentukan jenis kain-jubah yang ia inginkan, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pelepasan dan pengakuan.

Jika para perumah tangga itu adalah kerabat, tetapi si bhikkhu menyadarinya sebagai bukan kerabat, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika para perumah tangga itu adalah kerabat, tetapi si bhikkhu tidak dapat memastikannya, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika para perumah tangga itu adalah kerabat dan si bhikkhu menyadarinya demikian, maka tidak ada pelanggaran.

Tidak ada pelanggaran

Tidak ada pelanggaran: jika itu adalah dari kerabat; jika itu adalah dari mereka yang telah menyampaikan undangan; jika itu adalah untuk orang lain; jika itu diperoleh dari harta kekayaannya sendiri; jika para perumah tangga ingin membeli sesuatu yang mahal, tetapi bhikkhu itu menyuruh mereka membeli sesuatu yang murah; jika ia gila; jika ia adalah pelaku pertama.

Aturan latihan kedua tentang apa yang disisihkan, yang kesembilan, selesai.

195
Sutta Vinaya / Nissaggiya Pācittiya 8
« on: 15 September 2022, 10:52:41 AM »
Koleksi Theravāda tentang Hukum Monastik
Aturan Kebhikkhuan dan Analisisnya
Bab tentang Pelepasan
Sub-bab tentang Jubah

Nissaggiya Pācittiya 8. Aturan Latihan tentang Apa yang Disisihkan

Kisah Asal-mula

Pada suatu hari ketika Sang Buddha sedang menetap di Sāvatthī di Vihara Anāthapiṇḍika, seseorang berkata kepada istrinya, "Aku hendak memberikan kain-jubah kepada Yang Mulia Upananda."

Seorang bhikkhu pengumpul dana mendengar orang itu mengucapkan hal itu. Kemudian ia mendatangi Upananda orang Sakya dan berkata, "Upananda, engkau memiliki jasa yang besar. Di tempat itu aku mendengar seseorang berkata kepada istrinya bahwa ia hendak memberimu kain-jubah."

"Ia adalah penyokongku."

Kemudian Upananda mendatangi orang itu dan berkata, "Benarkah bahwa engkau hendak memberiku kain-jubah?"

"Benar, itu adalah apa yang kupikirkan."

"Kalau begitu, berikan aku kain-jubah seperti ini. Karena apa gunanya memberikan kain-jubah yang tidak akan kupakai?"

Orang itu mengeluhkan dan mengkritiknya, "Para monastik Sakya ini memiliki banyak keinginan. Mereka tidak mengenal puas. Tidaklah mudah untuk memberikan kain-jubah kepada mereka. Bagaimana mungkin Yang Mulia Upananda mendatangiku dan mengatakan jenis kain-jubah yang ia inginkan tanpa terlebih dulu diundang olehku untuk meminta?"

Para bhikkhu mendengar keluhan orang itu, dan para bhikkhu yang memiliki sedikit keinginan mengeluhkan dan mengkritiknya, "Bagaimana mungkin Yang Mulia Upananda mendatangi seorang perumah tangga dan mengatakan jenis kain-jubah yang ia inginkan tanpa terlebih dulu diundang untuk meminta?"

Segera menegurnya dalam berbagai cara, mereka memberitahu Sang Buddha. Segera setelah itu Sang Buddha mengumpulkan Sangha dan menanyai Upananda: "Benarkah, Upananda, bahwa engkau melakukan hal ini?"

"Benar, Yang Mulia."

"Apakah ia adalah kerabatmu?"

"Bukan."

 "Orang dungu, orang-orang yang bukan kerabat tidak mengetahui apa yang selayaknya dan apa yang tidak selayaknya, apa yang baik dan buruk, dalam berurusan satu sama lain. Dan masih saja engkau melakukan hal ini. Hal ini akan mempengaruhi keyakinan orang-orang ..." ... "Dan, para bhikkhu, aturan latihan ini harus dibacakan sebagai berikut:

Aturan akhir

'Jika seorang perumah tangga laki-laki atau perempuan telah menyisihkan dana jubah untuk seorang bhikkhu yang bukan kerabat, dengan berpikir, "Dengan dana jubah ini aku akan membelikan kain-jubah dan memberikannya kepada bhikkhu itu;" dan jika bhikkhu itu, tanpa terlebih dulu diundang, mendatangi mereka dan menentukan jenis kain-jubah yang ia inginkan, dengan mengatakan, "Baik sekali jika engkau menggunakan dana jubah ini untuk membelikan kain-jubah jenis itu dan kemudian memberikannya kepadaku," dan ia melakukan itu karena ia menginginkan sesuatu yang bagus, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pelepasan dan pengakuan.'"

Definisi

Untuk seorang bhikkhu:

untuk manfaat seorang bhikkhu; dengan menjadikan seorang bhikkhu sebagai objek pertimbangan, ia ingin memberikan kepadanya.

Bukan kerabat:

Siapa pun yang bukan keturunan dari leluhur laki-laki hingga delapan generasi sebelumnya, apakah dari pihak ibu atau dari pihak ayah.

Perumah tangga laki-laki:

laki-laki mana pun yang hidup di rumah.

Perumah tangga perempuan:

perempuan mana pun yang hidup di rumah.

Dana jubah:

uang, emas, mutiara, permata, koral, kristal, kain, benang, atau wol katun.

Dengan dana jubah ini:

dengan apa yang ia miliki.

Aku akan membelikan:

setelah menukar.

Aku akan memberikan:

aku akan menyumbangkan.

Jika bhikkhu itu:

bhikkhu yang kepadanya dana jubah telah disisihkan.

Tanpa terlebih dulu diundang:

ia belum mengatakan sebelumnya: "Yang Mulia, jenis kain-jubah apakah yang engkau perlukan? Jenis kain-jubah apakah yang dapat kubelikan untukmu?"

Mendatangi mereka:

setelah pergi ke rumah mereka atau setelah pergi ke mana pun.

Menentukan jenis kain-jubah yang ia inginkan:

mohon buat yang panjang atau lebar atau ditenun rapat atau lembut.

Dana jubah ini:

yang ia miliki.

Jenis itu:

panjang atau lebar atau ditenun rapat atau lembut.

Untuk membeli:

setelah menukar.

Memberikan:

menyumbangkan.

Karena ia menginginkan sesuatu yang bagus:

menginginkan sesuatu yang baik, menginginkan sesuatu yang mahal.

Jika umat awam itu membelikan kain-jubah yang panjang, lebar, ditenun rapat, atau lembut karena ucapan bhikkhu itu, maka untuk usaha itu terjadi pelanggaran perbuatan salah. Ketika ia mendapatkan kain-jubah itu, maka itu harus dilepaskan.

Kain-jubah itu harus dilepaskan kepada suatu sangha, suatu kelompok, atau individu. "Dan, para bhikkhu, kain-jubah itu harus dilepaskan seperti berikut. (Diuraikan seperti pada Pelepasan 1, dengan penyesuaian seperlunya.)

'Para Mulia, kain-jubah ini, yang aku terima setelah mendatangi seorang perumah tangga bukan kerabat dan mengatakan jenis kain-jubah apa yang aku inginkan tanpa terlebih dulu diundang, akan dilepaskan. Aku melepaskannya kepada Sangha.' ... Sangha harus mengembalikan ... kalian harus mengembalikan ... 'Aku mengembalikan kain-jubah ini kepadamu.'"

Permutasi

Jika orang itu bukan kerabat dan si bhikkhu menyadarinya demikian, dan tanpa terlebih dulu diundang, ia mendatangi mereka dan menentukan jenis kain-jubah yang ia inginkan, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pelepasan dan pengakuan. Jika orang itu bukan kerabat, tetapi si bhikkhu tidak dapat memastikannya, dan tanpa terlebih dulu diundang, ia mendatangi mereka dan menentukan jenis kain-jubah yang ia inginkan, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pelepasan dan pengakuan. Jika orang itu bukan kerabat, tetapi si bhikkhu menyadarinya sebagai kerabat, dan tanpa terlebih dulu diundang, ia mendatangi mereka dan menentukan jenis kain-jubah yang ia inginkan, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pelepasan dan pengakuan.

Jika orang itu adalah kerabat, tetapi si bhikkhu menyadarinya sebagai bukan kerabat, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika orang itu adalah kerabat, tetapi si bhikkhu tidak dapat memastikannya, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika orang itu adalah kerabat dan si bhikkhu menyadarinya demikian, maka tidak ada pelanggaran.

Tidak ada pelanggaran

Tidak ada pelanggaran: jika itu adalah dari kerabat; jika itu adalah dari mereka yang telah menyampaikan undangan; jika itu adalah untuk orang lain; jika itu diperoleh dari harta kekayaannya sendiri; jika si perumah tangga ingin membeli sesuatu yang mahal, tetapi bhikkhu itu menyuruh mereka membeli sesuatu yang murah; jika ia gila; jika ia adalah pelaku pertama.

Aturan latihan tentang apa yang disisihkan, yang kedelapan, selesai.

Pages: 1 ... 6 7 8 9 10 11 12 [13] 14 15 16 17 18 19 20 ... 954