Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Buddhisme Awal, Sekte dan Tradisi => Theravada => Sutta Vinaya => Topic started by: Indra on 14 September 2022, 08:24:49 AM

Title: Vinaya Pitaka - Bhikkhu Vibhaṅga
Post by: Indra on 14 September 2022, 08:24:49 AM
Berikut ini adalah terjemahan Bhikkhu Vibhanga, Vinaya Pitaka Pali, yang diterjemahkan dari sumber https://suttacentral.net/pitaka/vinaya/pli-tv-vi/pli-tv-bu-vb terjemahan Bhikkhu Brahmali.

Terima kasih kepada Sis Melia Yansil dan Bro Erick Chandra yang telah membantu dalam mereview terjemahan ini _/\_
Title: Pārājika 1
Post by: Indra on 14 September 2022, 08:54:12 AM
Koleksi Theravāda tentang Hukum Monastik
Aturan Kebhikkhuan dan Analisisnya
Bab tentang Pelanggaran-Pelanggaran yang Mengharuskan Pengusiran

Pārājika 1. Aturan Latihan Pertama tentang Pengusiran

Bab tentang Verañjā
Hormat kepada Sang Buddha, Yang Sempurna, Yang Tercerahkan Sempurna
Asal-usul Hukum Monastik
Pada suatu ketika Sang Buddha sedang menetap di Verañjā  di bawah pohon Nimba Naḷeru bersama dengan sejumlah besar Sangha berjumlah lima ratus bhikkhu. Seorang brahmana di Verañjā  diberitahu:

"Tuan, Petapa Gotama, orang Sakya, yang telah meninggalkan keduniawian dari suku Sakya, sedang menetap di Verañjā  di bawah pohon Nimba Naleru bersama dengan sejumlah besar Sangha berjumlah lima ratus bhikkhu. Petapa Gotama yang baik itu memiliki reputasi baik 'Beliau adalah seorang Buddha, yang sempurna dan tercerahkan sempurna, lengkap dengan pandangan terang dan perilaku, yang berbahagia, pengenal dunia, pemimpin tertinggi bagi orang-orang yang dapat dilatih, guru para dewa dan manusia, yang tercerahkan, Sang Buddha. Dengan pandangan terangNya Beliau telah melihat dunia ini bersama dengan para dewanya, para raja kematiannya, dan makhluk-makhluk tertingginya, masyarakat ini bersama dengan kaum monastik dan para brahmana, para dewa dan manusia, dan Beliau telah memperkenalkannya kepada yang lain. Beliau memiliki Ajaran yang baik di awal, baik di pertengahan, dan baik di akhir. Ajaran ini memiliki tujuan sejati dan telah disampaikan dengan baik. Beliau menetapkan kehidupan spiritual yang murni dan lengkap sempurna.' Adalah baik untuk menemui orang sempurna demikian."
Kemudian brahmana itu menemui Sang Buddha, saling bertukar sapa dengan Beliau, duduk, dan berkata,

"Aku telah mendengar, Gotama yang baik, bahwa Engkau tidak membungkuk kepada para brahmana tua, berdiri untuk mereka, atau menawarkan tempat duduk kepada mereka. Sekarang aku melihat bahwa memang demikianlah sesungguhnya. Ini tidaklah benar."

"Brahmana, di dunia ini bersama dengan para dewa, para raja kematian, dan makhluk-makhluk tertinggi, dalam masyarakat ini bersama dengan kaum monastik dan para brahmana, para dewa dan manusia, Aku tidak melihat siapa pun yang kepadanya Aku harus membungkuk, berdiri untuknya, atau menawarkan tempat duduk. Jika Aku melakukan itu, maka kepalanya akan pecah."

"Gotama yang baik tidak memiliki rasa."

"Ada cara yang dengannya engkau dapat dengan benar mengatakan bahwa Aku tidak memiliki rasa. Karena Aku telah meninggalkan rasa terhadap bentuk-bentuk, suara-suara, bau-bauan, rasa-rasa kecapan, dan sentuhan-sentuhan. Aku telah memotongnya di akar, membuatnya seperti tunggul pohon palem, memberantasnya, dan membuatnya tidak dapat muncul kembali di masa depan. Tetapi bukan itu yang ada dalam pikiranmu."

"Gotama yang baik tidak memiliki kenikmatan."

"Ada cara yang dengannya engkau dapat dengan benar mengatakan bahwa Aku tidak memiliki kenikmatan. Karena Aku telah meninggalkan kenikmatan terhadap bentuk-bentuk, suara-suara, bau-bauan, rasa-rasa kecapan, dan sentuhan-sentuhan. Aku telah memotongnya di akar, membuatnya seperti tunggul pohon palem, memberantasnya, dan membuatnya tidak dapat muncul kembali di masa depan. Tetapi bukan itu yang ada dalam pikiranmu."

"Gotama yang baik mengajarkan tidak berbuat."

"Ada cara yang dengannya engkau dapat dengan benar mengatakan bahwa Aku mengajarkan tidak berbuat. Karena Aku mengajarkan tidak berbuat perbuatan buruk melalui jasmani, ucapan, dan pikiran. Aku mengajarkan tidak berbuat berbagai jenis perbuatan buruk dan tidak bermanfaat. Tetapi bukan itu yang ada dalam pikiranmu."

"Gotama yang baik adalah seorang nihilis."

"Ada cara yang dengannya engkau dapat dengan benar mengatakan bahwa Aku adalah seorang nihilis. Karena Aku mengajarkan pemusnahan keinginan indria, kebencian, dan kebodohan. Aku mengajarkan pemusnahan berbagai jenis kualitas buruk dan tidak bermanfaat. Tetapi bukan itu yang ada dalam pikiranmu."

"Gotama yang baik menjijikkan."

"Ada cara yang dengannya engkau dapat dengan benar mengatakan bahwa Aku menjijikkan. Karena Aku jijik terhadap perbuatan buruk melalui jasmani, ucapan, dan pikiran. Aku jijik terhadap berbagai kualitas buruk dan tidak bermanfaat. Tetapi bukan itu yang ada dalam pikiranmu."

"Gotama yang baik adalah seorang pembasmi."

"Ada cara yang dengannya engkau dapat dengan benar mengatakan bahwa Aku adalah seorang pembasmi. Karena Aku mengajarkan pembasmian keinginan indria, kebencian, dan kebodohan. Aku mengajarkan pembasmian berbagai jenis kualitas buruk dan tidak bermanfaat. Tetapi bukan itu yang ada dalam pikiranmu."

"Gotama yang baik adalah seorang yang keras."

"Ada cara yang dengannya engkau dapat dengan benar mengatakan bahwa Aku adalah seorang yang keras. Karena Aku mengatakan bahwa kualitas-kualitas yang buruk dan tidak bermanfaat—;perbuatan buruk melalui jasmani, ucapan, dan pikiran—;harus didisiplinkan. Seorang yang telah meninggalkannya, memotongnya di akar, membuatnya seperti tunggul pohon palem, memberantasnya, dan membuatnya tidak dapat muncul kembali di masa depan—;seorang demikian Aku sebut keras. Sekarang Aku telah meninggalkan kualitas-kualitas buruk dan tidak bermanfaat yang harus didisiplinkan. Aku telah memotongnya di akar, membuatnya seperti tunggul pohon palem, memberantasnya, dan membuatnya tidak dapat muncul kembali di masa depan. Tetapi bukan itu yang ada dalam pikiranmu."

"Gotama yang baik adalah seorang penganut aborsi."

"Ada cara yang dengannya engkau dapat dengan benar mengatakan bahwa Aku adalah seorang penganut aborsi. Karena seorang yang telah meninggalkan segala konsepsi masa depan di dalam rahim, kelahiran kembali apa pun dalam kehidupan masa depan, yang telah memotongnya di akar, membuatnya seperti tunggul pohon palem, memberantasnya, dan membuatnya tidak dapat muncul kembali di masa depan—;seorang demikian Aku sebut seorang penganut aborsi. Sekarang Aku telah meninggalkan segala konsepsi masa depan di dalam rahim, kelahiran kembali apa pun dalam kehidupan masa depan. Aku telah memotongnya di akar, membuatnya seperti tunggul pohon palem, memberantasnya, dan membuatnya tidak dapat muncul kembali di masa depan. Tetapi bukan itu yang ada dalam pikiranmu.
Misalkan, brahmana, terdapat seekor ayam betina dengan delapan, sepuluh, atau dua belas butir telur, yang dengan benar ia tutupi, hangatkan, dan erami. Anak ayam pertama yang dengan aman menetas—setelah menerobos cangkang telur dengan cakar atau paruhnya—apakah ia disebut yang tertua ataukah yang termuda?"

"Ia harus disebut yang tertua, karena ia adalah yang tertua di antara mereka."

"Demikian pula, brahmana, dalam masyarakat yang terdelusi ini, terbungkus bagaikan sebutir telur, Aku sendirilah di dunia ini yang telah menerobos cangkang delusi dan mencapai pencerahan sempurna tertinggi. Aku, brahmana, adalah yang tertua dan terbaik di dunia.
Aku bersemangat teguh dan memiliki kejernihan perhatian; tubuhku tenang dan pikiranku diam dan terpusat. Dengan sepenuhnya terasing dari kelima indria, terasing dari kualitas-kualitas batin yang tidak bermanfaat, Aku masuk dan berdiam di dalam penyerapan pertama, yang memiliki pergerakan pikiran, serta kegembiraan dan kebahagiaan dari keterasingan. Dengan diamnya pergerakan pikiran, Aku masuk dan berdiam di dalam penyerapan ke dua, yang memiliki keyakinan internal dan keterpusatan pikiran, serta kegembiraan dan kebahagiaan dari ke-diam-an. Dengan meluruhnya kegembiraan, Aku tetap berpikiran-seimbang, penuh perhatian, dan sadar sepenuhnya, mengalami kebahagiaan secara langsung, dan Aku masuk dan berdiam di dalam penyerapan ke tiga yang dinyatakan oleh para mulia: 'Engkau berpikiran-seimbang, penuh perhatian, dan berdiam dalam kebahagiaan.' Dengan ditinggalkannya kebahagiaan dan kesakitan dan berakhirnya kegembiraan dan penolakan yang sebelumnya, Aku masuk dan berdiam di dalam penyerapan ke empat, yang tanpa kesakitan juga tanpa kebahagiaan, tetapi terdapat kemurnian perhatian dan keseimbangan-pikiran.
Kemudian, dengan pikiranKu yang diam, murni, bersih, tanpa cacat, bebas dari kekotoran, lunak, lentur, dan tak tergoyahkan, Aku mengarahkannya pada pengetahuan mengingat kehidupan lampau. Aku mengingat banyak kehidupan lampau, yaitu, satu kelahiran, dua kelahiran, tiga kelahiran, empat kelahiran, lima kelahiran, sepuluh kelahiran, dua puluh kelahiran, tiga puluh kelahiran, empat puluh kelahiran, lima puluh kelahiran, seratus kelahiran, seribu kelahiran, seratus ribu kelahiran, banyak kappa penghancuran dunia, banyak kappa pengembangan dunia, dan banyak kappa penghancuran dan pengembangan. Dan Aku mengetahui: 'Di sana Aku bernama ini, memiliki keluarga ini, berpenampilan begini, dengan makanan begini, dengan pengalaman kenikmatan dan kesakitan begini, dan dengan umur kehidupan begini. Meninggal dunia dari sana, Aku terlahir kembali di tempat lain, dan di sana Aku bernama itu, memiliki keluarga itu, berpenampilan begitu, dengan makanan begitu, dengan pengalaman kenikmatan dan kesakitan begitu, dan dengan umur kehidupan begitu. Meninggal dunia dari sana, Aku terlahir kembali di sini.' Dengan cara inilah Aku mengingat banyak kehidupan lampau dengan karakteristik dan ciri-cirinya. Ini adalah pandangan terang sejati pertama, yang Kucapai pada bagian pertama malam itu. Delusi tersingkirkan dan pandangan terang sejati muncul, kegelapan disingkirkan dan cahaya muncul, seperti yang terjadi pada seorang yang penuh perhatian, bersemangat, dan tekun. Ini, Brahmana, adalah penerobosan pertamaKu, bagaikan seekor anak ayam dari cangkang telur.

Kemudian, dengan pikiranKu yang diam, murni, bersih, tanpa cacat, bebas dari kekotoran, lunak, lentur, dan tak tergoyahkan. Aku mengarahkannya pada pengetahuan kematian dan kemunculan makhluk-makhluk. Dengan penglihatan yang murni dan melampaui manusia, Aku melihat makhluk-makhluk meninggal dunia dan terlahir kembali, hina dan mulia, cantik dan buruk rupa, menuju alam tujuan yang baik dan alam tujuan yang buruk, dan Aku memahami bagaimana makhluk-makhluk berlanjut sesuai perbuatan-perbuatan mereka: 'Makhluk-makhluk ini yang melakukan perbuatan buruk melalui jasmani, ucapan, dan pikiran, yang mencela para mulia, dan memiliki pandangan salah dan bertindak sesuai itu, ketika hancurnya jasmani setelah kematian, telah terlahir kembali di alam rendah, alam tujuan yang buruk, alam sengsara, neraka. Tetapi makhluk-makhluk ini yang melakukan perbuatan baik melalui jasmani, ucapan, dan pikiran, yang tidak mencela para mulia, yang menganut pandangan benar dan bertindak sesuai itu, ketika hancurnya jasmani setelah kematian, telah terlahir kembali di alam tujuan yang baik, di alam surga.' Dengan cara inilah, dengan penglihatan yang murni dan melampaui manusia, Aku melihat makhluk-makhluk meninggal dunia dan terlahir kembali, hina dan mulia, cantik dan buruk rupa, menuju alam tujuan yang baik dan alam tujuan yang buruk, dan Aku memahami bagaimana makhluk-makhluk berlanjut sesuai perbuatan-perbuatan mereka. Ini adalah pandangan terang sejati kedua, yang Kucapai pada bagian pertangahan malam itu. Delusi tersingkirkan dan pandangan terang sejati muncul, kegelapan disingkirkan dan cahaya muncul, seperti yang terjadi pada seorang yang penuh perhatian, bersemangat, dan tekun. Ini, Brahmana, adalah penerobosan keduaKu, bagaikan seekor anak ayam dari cangkang telur.

Kemudian, dengan pikiranKu yang diam, murni, bersih, tanpa cacat, bebas dari kekotoran, lunak, lentur, dan tak tergoyahkan, Aku mengarahkannya pada pengetahuan berakhirnya noda-noda. Aku mengetahui sebagaimana adanya: 'Ini adalah penderitaan;' 'Ini adalah asal-mula penderitaan;' 'Ini adalah akhir penderitaan;' 'Ini adalah jalan menuju berakhirnya penderitaan.' Aku mengetahui sebagaimana adanya: 'Ini adalah noda-noda;' 'Ini adalah asal-mula noda-noda;' 'Ini adalah akhir noda-noda;' 'Ini adalah jalan menuju berakhirnya noda-noda.' Ketika Aku mengetahui dan melihat ini, batinKu terbebas dari noda-noda keinginan indria, dari noda-noda keinginan untuk menjelma, dari noda-noda pandangan-pandangan, dan dari noda-noda delusi. Ketika terbebaskan, Aku mengetahuinya telah terbebaskan. Aku memahami bahwa kelahiran telah berakhir, kehidupan spiritual telah terpenuhi, pekerjaan telah dilakukan, tidak ada penjelmaan lebih jauh lagi. Ini adalah pandangan terang sejati ketiga, yang Kucapai pada bagian akhir malam itu. Delusi tersingkirkan dan pandangan terang sejati muncul, kegelapan disingkirkan dan cahaya muncul, seperti yang terjadi pada seorang yang penuh perhatian, bersemangat, dan tekun. Ini, Brahmana, adalah penerobosan ketigaKu, bagaikan seekor anak ayam dari cangkang telur."
Kemudian brahmana itu berkata kepada Sang Buddha,

"Gotama yang baik adalah yang tertua! Gotama yang baik adalah yang terbaik! Mengagumkan, Gotama yang baik, Mengagumkan! Bagaikan seseorang menegakkan apa yang terbalik, atau mengungkapkan apa yang tersembunyi, atau menunjukkan jalan kepada seorang yang tersesat, atau membawa pelita di dalam kegelapan agar orang yang memiliki mata dapat melihat apa yang ada di sana—;demikian pula Engkau telah membabarkan Ajaran dalam berbagai cara. Gotama yang baik, Aku berlindung kepada Sang Buddha, Ajaran, dan Sangha para bhikkhu. Sudilah menerimaku sebagai seorang umat awam yang telah berlindung. Dan sudilah menyetujui untuk melewatkan masa keberdiaman musim hujan di Verañjā  bersama dengan Sangha para bhikkhu." Sang Buddha menyetujui dengan berdiam diri, dan sang brahmana memahaminya. Kemudian ia bangkit dari duduknya, bersujud, mengelilingi Sang Buddha dengan sisi kanannya menghadap Beliau, dan pergi.
Title: Pārājika 1
Post by: Indra on 14 September 2022, 08:57:11 AM
Pada saat itu Verañjā  sedang kekurangan makanan dan dilanda bencana kelaparan, dengan panen-panen yang diserang hama keputihan dan berubah menjadi jerami. Tidaklah mudah untuk mendapatkan dana makanan. Pada saat itu beberapa pedagang kuda dari Uttarāpatha telah memasuki keberdiaman musim hujan di Verañjā  bersama dengan lima ratus kuda. Di dalam kandang kuda mereka mempersiapkan porsi demi porsi gandum rebus untuk para bhikkhu.
Kemudian, setelah mengenakan jubah di pagi hari, para bhikkhu membawa mangkuk dan jubah mereka dan memasuki Verañjā  untuk menerima dana makanan. Karena tidak memperoleh apapun, mereka mendatangi kandang kuda. Kemudian mereka membawa banyak porsi gandum rebus ke vihara, di mana mereka menumbuk dan memakannya. Yang Mulia Ānanda menggiling seporsi di atas batu, membawanya kepada Sang Buddha, dan Sang Buddha memakannya.
Dan Sang Buddha mendengar suara lumpang. Ketika para Buddha mengetahui apa yang sedang terjadi, kadang-kadang Mereka menanyakan dan kadang-kadang tidak. Mereka mengetahui waktu yang tepat untuk bertanya dan kapan tidak bertanya. Para Buddha bertanya jika itu bermanfaat, jika sebaliknya maka tidak bertanya, karena para Buddha tidak mampu melakukan apa yang tidak bermanfaat. Para Buddha bertanya kepada para bhikkhu untuk dua alasan: untuk membabarkan ajaran atau untuk menetapkan aturan latihan.

Dan karena itu Beliau berkata kepada Ānanda, "Ānanda, ada apakah dengan suara lumpang ini?" Ānanda memberitahukan kepada Beliau apa yang sedang terjadi.

"Baik sekali, Ānanda. Kalian semua adalah orang-orang unggul yang telah menaklukkan masalah kelaparan. Generasi-generasi berikutnya bahkan akan memandang rendah daging dan nasi."

Kemudian Yang Mulia Mahāmoggallāna mendatangi Sang Buddha, bersujud, duduk, dan berkata,

"Sekarang, Yang Mulia, Verañjā  sedang kekurangan makanan dan dilanda bencana kelaparan, dengan panen-panen yang diserang hama keputihan dan berubah menjadi jerami. Tidaklah mudah untuk mendapatkan dana makanan. Namun di bawah permukaan bumi besar ini berlimpah makanan, yang rasanya bagaikan madu murni. Bolehkah, Yang Mulia, jika aku membalikkan tanah ini sehingga para bhikkhu dapat menikmati nutrisi dalam kecambah itu?"

"Tetapi apakah yang akan engkau lakukan, Moggallāna, dengan makhluk-makhluk yang hidup di sana?"

"Aku akan mengubah satu tanganku menjadi seperti bumi ini dan memindahkan makhluk-makhluk itu ke sana. Kemudian aku akan membalikkan tanah ini dengan tangan lainnya."

"Biarlah, Moggallāna, jangan membalikkan tanah. Makhluk-makhluk itu dapat menjadi gila."

"Kalau begitu, Yang Mulia, bolehkah jika seluruh Sangha para bhikkhu pergi ke Uttarakuru untuk menerima dana makanan?"

"Biarlah, Moggallāna, jangan melakukan hal itu."

Tidak lama setelah itu, sewaktu merenung sendirian, Yang Mulia Sāriputta berpikir, "Para Buddha yang manakah yang memiliki kehidupan spiritual yang bertahan lama, dan manakah yang tidak bertahan lama?"

Pada malam harinya, setelah keluar dari keterasingan, Sāriputta mendatangi Sang Buddha, bersujud, duduk, dan berkata, "Tadi, Yang Mulia, sewaktu sedang merenung sendirian, aku bertanya-tanya para Buddha yang manakah yang memiliki kehidupan spiritual yang bertahan lama, dan manakah yang tidak bertahan lama?"

"Sāriputta, kehidupan spiritual yang ditegakkan oleh para Buddha Vipassī, Sikhī, dan Vessabhū tidak bertahan lama. Tetapi kehidupan spiritual yang ditegakkan oleh para Buddha Kakusandha, Konāgamana, dan Kassapa bertahan lama."

"Dan mengapakah kehidupan spiritual yang ditegakkan oleh ketiga Buddha sebelumnya itu tidak bertahan lama?"

"Mereka tidak berusaha membabarkan ajaran-ajaran terperinci kepada para siswa Mereka. Mereka membabarkan sedikit khotbah dalam prosa dan campuran prosa dan syair; sedikit penjelasan, syair-syair, seruan-seruan sepenuh hati, kutipan-kutipan, kisah-kisah kelahiran, kisah-kisah menakjubkan, dan analisis. Juga Mereka tidak menetapkan aturan-aturan latihan juga tidak membacakan aturan-aturan monastik. Setelah lenyapnya para Buddha dan para siswa yang tercerahkan di bawah Mereka itu, mereka yang adalah para siswa terakhir—dengan berbagai nama, keluarga, dan kasta, yang telah meninggalkan keduniawian dari berbagai rumah tangga—membiarkan kehidupan spiritual itu lenyap dengan cepat. Ini seperti bunga-bunga di atas papan. Jika bunga-bunga itu tidak diikat dengan tali, maka bunga-bunga itu akan berserakan, bercerai-berai, dan dihancurkan oleh angin. Mengapakah? Karena tidak diikat kuat dengan tali. Demikian pula, setelah lenyapnya para Buddha dan para siswa yang tercerahkan di bawah Mereka itu, mereka yang adalah para siswa terakhir membiarkan kehidupan spiritual itu lenyap dengan cepat.

Sebaliknya Mereka tidak mengenal lelah dalam mengajarkan kepada para siswa Mereka dengan membaca pikiran mereka. Pada satu ketika, Sāriputta, Sang Buddha Vessabhū, yang Sempurna dan Tercerahkan Sempurna, sedang menetap di sebuah hutan yang menakutkan. Ia mengajarkan kepada Sangha yang terdiri dari seribu bhikkhu dengan membaca pikiran mereka, dengan berkata, 'Berpikirlah seperti ini, jangan seperti itu; perhatikan seperti ini, bukan seperti itu; tinggalkan ini dan capailah itu.' Ketika mereka telah diajarkan oleh Sang Buddha Vessabhū, pikiran mereka terbebaskan dari noda-noda dengan melepaskan. Tetapi jika siapapun yang memiliki keinginan indria memasuki hutan menakutkan itu, biasanya mereka akan merinding di seluruh tubuhnya. Inilah sebabnya mengapa kehidupan spiritual yang ditegakkan oleh para Buddha itu tidak bertahan lama."

"Mengapakah kehidupan spiritual yang ditegakkan oleh ketiga Buddha terakhir itu bertahan lama?"

"Para Buddha Kakusandha, Konāgamana, dan Kassapa tidak mengenal lelah dalam membabarkan ajaran-ajaran terperinci kepada para siswa mereka. Mereka membabarkan banyak khotbah khotbah dalam prosa dan campuran prosa dan syair; banyak penjelasan, syair-syair, seruan-seruan sepenuh hati, kutipan-kutipan, kisah-kisah kelahiran, kisah-kisah menakjubkan, dan analisis. Dan mereka menetapkan aturan-aturan latihan dan membacakan aturan-aturan monastik. Setelah lenyapnya para Buddha dan para siswa yang tercerahkan di bawah Mereka itu, mereka yang adalah para siswa terakhir—;dengan berbagai nama, keluarga, dan kasta, yang telah meninggalkan keduniawian dari berbagai rumah tangga—;mengusahakan agar kehidupan spiritual itu bertahan lama. Ini seperti bunga-bunga di atas papan. Jika bunga-bunga itu diikat dengan tali, maka bunga-bunga itu tidak akan berserakan, tidak bercerai-berai, dan tidak dihancurkan oleh angin. Mengapakah? Karena diikat kuat dengan tali. Demikian pula, setelah lenyapnya para Buddha dan para siswa yang tercerahkan di bawah Mereka itu, mereka yang adalah para siswa terakhir mengusahakan agar kehidupan spiritual itu bertahan lama. Inilah sebabnya mengapa kehidupan spiritual yang ditegakkan oleh para Buddha itu bertahan lama."

Sāriputta bangkit dari duduknya, menata jubah atasnya di satu bahunya, merangkapkan tangan, dan berkata, "Sekaranglah waktunya, Yang Mulia, untuk menetapkan aturan-aturan latihan dan membacakan aturan-aturan monastik, agar kehidupan spiritual ini dapat bertahan lama."

"Tunggu dulu, Sāriputta. Sang Buddha mengetahui waktu yang tepat untuk ini. Sang Guru tidak menetapkan aturan-aturan latihan atau membacakan aturan-aturan monastik hingga sebab-sebab kekotoran muncul di dalam Sangha.
Dan penyebab-penyebab kekotoran itu tidak muncul sampai Sangha telah berdiri lama, berjumlah besar, memiliki sokongan materi berlimpah, atau pembelajaran yang tinggi. Ketika penyebab-penyebab kekotoran ini muncul karena alasan-alasan ini, maka Sang Guru menetapkan aturan-aturan latihan untuk para siswaNya dan membacakan aturan-aturan monastik untuk melawan penyebab-penyebab ini.
Sāriputta, Sangha para bhikkhu terbebas dari kanker dan bahaya, tanpa noda, murni, dan tegak dalam intinya. Bahkan yang paling tidak berkembang di antara lima ratus bhikkhu ini adalah seorang pemasuk-arus. Mereka tidak akan terlahir kembali di alam rendah, melainkan pasti dalam takdir dan mengarah menuju pencerahan."

Kemudian Sang Buddha berkata kepada Ānanda, "Ānanda, adalah kebiasaan para Buddha untuk tidak pergi mengembara tanpa berpamitan pada mereka yang mengundang untuk melewatkan masa keberdiaman musim hujan. Marilah kita mendatangi Brahmana Verañjā  untuk berpamitan."

"Baik, Yang Mulia."

Sang Buddha mengenakan jubah, membawa mangkuk dan jubah dan, dengan Ānanda sebagai pelayan Beliau, mendatangi rumah sang brahmana di mana Beliau duduk di tempat yang telah dipersiapkan. Sang brahmana mendatangi Sang Buddha, bersujud, dan duduk.

Dan Sang Buddha berkata, "Brahmana, kami telah menyelesaikan masa keberdiaman musim hujan menuruti undanganmu, dan sekarang kami akan pamit dari engkau. Kami akan pergi mengembara ke seluruh negeri."

"Memang benar, Gotama yang baik, bahwa Engkau telah menyelesaikan masa keberdiaman musim hujan menuruti undanganku, tetapi aku belum memberikan apapun. Itu tidak baik. Bukan karena aku tidak ingin melakukan itu, tetapi karena kehidupan rumah tangga begitu menyibukkan. Sudilah Engkau bersama dengan Sangha para bhikkhu menerima dana makanan dariku besok."
Sang Buddha menerima dengan berdiam diri. Kemudian, setelah memberikan instruksi, menginspirasi, dan menggembirakan sang brahmana dengan suatu ajaran, Sang Buddha bangkit dari duduknya dan pergi.
Keesokan paginya sang brahmana mempersiapkan berbagai jenis makanan baik di rumahnya dan memberitahukan kepada Sang Buddha bahwa makanan telah siap.
Sang Buddha mengenakan jubah, membawa mangkuk dan jubahnya, bersama dengan Sangha para bhikkhu, Beliau pergi ke rumah sang brahmana, di mana Beliau duduk di tempat yang telah dipersiapkan. Dan brahmana itu sendiri melayani dan memuaskan Sangha para bhikkhu yang dipimpin oleh Sang Buddha dengan berbagai jenis makanan baik. Ketika Sang Buddha telah selesai makan, sang brahmana mempersembahkan kepada Beliau satu set tiga jubah dan untuk tiap-tiap bhikkhu, dua helai kain. Sang Buddha memberikan instruksi, menginspirasi, dan menggembirakan sang brahmana dengan suatu ajaran, dan kemudian bangkit dari dudukNya dan pergi.
Setelah berdiam di Verañjā  selama yang Beliau kehendaki, Sang Buddha melakukan perjalanan menuju Payāgapatiṭṭhāna melalui Soreyya, Saṅkassa, dan Kaṇṇakujja. Di sana Beliau menyeberangi sungai Gangga dan melanjutkan perjalanan menuju Benares. Setelah berdiam di Benares selama yang Beliau kehendaki, Beliau melakukan pengembaraan menuju Vesālī. Ketika akhirnya Beliau tiba di sana, Beliau berdiam di aula beratap lancip di Hutan Besar.

Bagian pembacaan tentang Verañjā selesai
Title: Pārājika 1
Post by: Indra on 14 September 2022, 10:11:01 AM
1.  Aturan Latihan Pertama tentang Pengusiran

Kisah Asal-mula

Sub-kisah Pertama: Bagian Pembacaan tentang Sudinna

Ketika itu Sudinna, putra seorang pedagang kaya, menetap di sebuah desa bernama Kalanda tidak jauh dari Vesālī. Pada suatu ketika Sudinna pergi ke Vesālī untuk suatu urusan dagang bersama dengan sejumlah teman. Saat itu Sang Buddha sedang duduk membabarkan ajaran, dikelilingi oleh kerumunan besar orang-orang. Ketika Sudinna menyaksikan hal ini, ia berpikir, "Mengapa aku tidak ikut mendengarkan Ajaran?" maka ia mendekati kerumunan itu dan duduk.
Ketika ia sedang duduk di sana, ia berpikir, "Sebagaimana yang kupahami dari ajaran Sang Buddha, adalah tidak mudah bagi seorang yang menetap di rumah untuk menjalani kehidupan spiritual yang lengkap sempurna dan murni bagaikan kulit kerang yang digosok. Mengapa aku tidak mencukur rambut dan janggutku, mengenakan jubah jingga, dan meninggalkan keduniawian menuju kehidupan tanpa rumah?"
Ketika orang-orang itu telah diberikan instruksi, diinspirasi, dan digembirakan oleh Sang Buddha, mereka bangkit dari duduk, bersujud, mengelilingi Beliau dengan sisi kanan mereka menghadap Beliau, dan pergi.

Kemudian Sudinna mendekati Sang Buddha, bersujud, duduk, dan memberitahukan kepada Beliau apa yang telah ia pikirkan, menambahkan,
"Yang Mulia, sudilah memberiku pelepasan keduniawian."

"Tetapi, Sudinna, apakah engkau telah mendapat izin dari orangtuamu?"
"Tidak."
"Para Buddha tidak memberikan pelepasan keduniawian kepada siapapun yang tidak mendapat izin dari orangtua mereka."
"Aku akan melakukan apapun yang diperlukan, Yang Mulia, untuk mendapatkan izin dari orangtuaku."

Setelah menyelesaikan urusan dagangnya di Vesālī, Sudinna kembali ke Kalanda. Kemudian ia menghadap orangtuanya dan berkata, "Ibu dan ayah, sebagaimana yang kupahami dari ajaran Sang Buddha, adalah tidak mudah bagi seorang yang menetap di rumah untuk menjalani kehidupan spiritual yang lengkap sempurna dan murni. Aku ingin mencukur rambut dan janggutku, mengenakan jubah jingga, dan meninggalkan keduniawian menuju kehidupan tanpa rumah. Sudilah memberiku izin untuk meninggalkan keduniawian."

"Tetapi, Sudinna, engkau adalah anak tunggal kami, dan kami sangat mencintaimu. Engkau hidup dalam kenyamanan dan kami peduli kepadamu. Engkau tidak pernah mengalami penderitaan. Bahkan jika engkau mati kami masih tidak ingin kehilangan engkau. Bagaimana mungkin kami mengizinkan engkau pergi meninggalkan keduniawian menuju kehidupan tanpa rumah selagi engkau masih hidup?"

Sudinna memohon kepada orangtuanya untuk kedua dan ketiga kalinya, tetapi mendapatkan jawaban yang sama.

Kemudian ia berbaring di atas tanah dan berkata, "Apakah aku akan mati di sini atau meninggalkan keduniawian!" Dan ia tidak makan pada tujuh kali makan berikutnya.

Orangtuanya mengulangi apa yang telah mereka katakan, dengan menambahkan, "Bangkitlah Sudinna, makan, minum, dan bersenang-senanglah! Nikmati kenikmatan duniawi dan lakukan perbuatan-perbuatan berjasa. Kami tidak akan mengizinkan engkau pergi meninggalkan keduniawian." Tetapi Sudinna tidak menjawab.

Orangtuanya mengatakan hal yang sama untuk kedua dan ketiga kalinya, tetapi Sudinna tetap diam.

Kemudian teman-teman Sudinna mendatanginya dan mengulangi tiga kali apa yang telah dikatakan oleh orangtuanya. Ketika Sudinna masih tidak menjawab,
Teman-teman Sudinna mendatangi orangtuanya dan berkata, "Sudinna berkata bahwa apakah ia akan mati di sana di atas tanah atau meninggalkan keduniawian. Jika kalian tidak mengizinkannya meninggalkan keduniawian, maka ia akan mati di sana. Tetapi jika kalian mengizinkannya pergi meninggalkan keduniawian, maka kalian akan melihatnya lagi setelah itu. Dan jika ia tidak menikmati pelepasan keduniawian, alternatif apakah yang akan ia ambil selain kembali ke sini? Maka izinkanlah ia pergi meninggalkan keduniawian."
"Baiklah kalau begitu."

Dan teman-teman Sudinna berkata kepadanya, "Bangkitlah, Sudinna, orangtuamu telah memberimu izin untuk meninggalkan keduniawian."

Ketika Sudinna mendengar hal ini, ia menjadi bergairah dan gembira, menepuk-nepuk bagian-bagian tubuhnya dengan tangannya sambil berdiri. Setelah melewatkan beberapa hari untuk memulihkan kekuatannya, ia pergi mendatangi Sang Buddha, bersujud, duduk, dan berkata, "Yang Mulia, aku telah mendapatkan izin dari orangtuaku untuk pergi meninggalkan keduniawian. Sudilah memberikan pelepasan keduniawian kepadaku."

Kemudian ia menerima pelepasan keduniawian dan penahbisan penuh di hadapan Sang Buddha. Tidak lama setelah itu ia berlatih jenis-jenis praktik pertapaan ini: ia menetap di hutan belantara, hanya makan dari menerima dana makanan, mengenakan jubah kain buangan, dan berjalan menerima dana makanan tanpa terputus. Dan ia menetap dengan disokong oleh suatu desa Vajji tertentu.
Tidak lama setelah itu, kaum Vajji kekurangan makanan dan dilanda kelaparan, dengan panen-panen yang diserang hama keputihan dan berubah menjadi jerami. Tidaklah mudah untuk mendapatkan dana makanan. Sudinna mempertimbangkan hal ini dan berpikir, "Aku memiliki banyak sanak-saudara kaya di Vesālī. Mengapa aku tidak meminta mereka untuk menyokongku? Sanak-saudaraku akan mampu memberikan persembahan dan melakukan perbuatan berjasa, para bhikkhu akan memperoleh sokongan materi, dan aku tidak kesulitan memperoleh dana makanan."
Kemudian ia merapikan tempat tinggalnya, membawa mangkuk dan jubahnya, dan pergi menuju Vesālī. Ketika pada akhirnya ia tiba di sana, ia berdiam di aula beratap lancip di Hutan Besar. Sanak-saudaranya mendengar bahwa ia telah tiba di Vesālī, dan mereka mempersembahkan kepadanya suatu persembahan enam puluh porsi makanan. Sudinna memberikan enam puluh porsi itu kepada para bhikkhu. Kemudian ia membawa mangkuk dan jubahnya dan memasuki desa Kalanda untuk menerima dana makanan. Ketika ia menerima dana makanan tanpa terputus, ia sampai di rumah ayahnya sendiri.
Persis pada saat itu seorang budak dari seorang sanak saudara Sudinna hendak membuang bubur malam sebelumnya. Sudinna berkata kepadanya, "Jika itu hendak dibuang, saudari, letakkanlah di sini di dalam mangkukku."
Ketika ia memasukkan bubur itu ke dalam mangkuknya, ia mengenali tangan, kaki, dan suaranya. Ia kemudian mendatangi sang ibu dan berkata, "Bersiaplah, Nyonya, Tuan Sudinna telah kembali."

"Astaga! Jika apa yang engkau katakan benar, maka engkau menjadi seorang wanita bebas!"

Ketika Sudinna sedang memakan bubur malam sebelumnya di bawah sebuah tembok, ayahnya sedang pulang dari bekerja. Ketika ia melihatnya duduk di sana, ia mendatanginya dan berkata, "Tetapi Sudinna, tidakkah ...; Apa! Engkau memakan bubur lama! Mengapa engkau tidak pergi ke rumahmu sendiri?"

"Kami pergi ke rumahmu, perumah tangga. Di sanalah kami menerima bubur ini."

Ayah Sudinna menarik tangannya, membawanya dan berkata, "Mari, ayo kita pulang."
Sudinna pergi ke rumah ayahnya dan duduk di tempat yang telah dipersiapkan. Ayahnya berkata kepadanya, "Makanlah, Sudinna."
"Tidak perlu. Aku sudah makan hari ini."
"Kalau begitu datanglah kembali untuk makan besok."
Sudinna menerima dengan berdiam diri, dan ia bangkit dari duduknya dan pergi.

Keesokan paginya ibu Sudinna menebarkan kotoran sapi segar di lantai. Kemudian ia membuat dua tumpukan, satu dengan uang dan satu dengan emas. Tumpukan itu begitu besar sehingga seseorang yang berdiri di satu sisi tidak dapat melihat seorang lainnya yang berdiri di sisi lain. Ia menyembunyikan tumpukan-tumpukan itu di balik tirai, menyediakan sebuah kursi di antara kedua tumpukan, dan mengelilinginya dengan sehelai tirai. Dan ia berkata kepada mantan istri Sudinna, "Sekarang hiaslah dirimu dalam cara yang akan terlihat sangat menarik bagi putra kami, Sudinna."
"Baik, Ibu."

Kemudian, setelah mengenakan jubah, Yang Mulia Sudinna membawa mangkuk dan jubahnya dan pergi menuju rumah ayahnya, di mana ia duduk di tempat yang telah dipersiapkan. Ayahnya menemuinya, membuka tumpukan, dan berkata, "Harta ini, anakku Sudinna, adalah kekayaan dari ibumu. Ini adalah milikmu. Yang lainnya adalah kekayaan dari ayahmu dan yang lainnya lagi dari leluhurmu. Sudilah engkau kembali kepada kehidupan yang lebih rendah, nikmati kekayaan, dan melakukan perbuatan berjasa."
"Aku tidak bisa, ayah. Aku menikmati kehidupan spiritual."
Ayah Sudinna mengulangi permohonannya dan Sudinna menjawab seperti sebelumnya. Ketika ayah Sudinna mengulangi permohonannya untuk ketiga kalinya, Sudinna berkata, "Jika engkau tidak akan tersinggung, aku dapat memberitahukan kepadamu apa yang harus dilakukan."

"Mari kita dengarkan."

"Baiklah, buatkan beberapa karung rami besar, masukkan semua uang dan emas ini ke dalamnya, bawalah dengan menggunakan kereta, dan buanglah di tengah-tengah sungai Gangga. Dan mengapakah? Karena dengan begitu engkau akan terhindar dari bahaya, ketakutan, dan terror yang jika tidak demikian dapat engkau alami, serta kesulitan dalam menjaganya."
Ayahnya menjadi tidak senang, dengan berpikir, "Bagaimana mungkin putra kami Sudinna mengatakan hal-hal seperti itu?"
Kemudian ia berkata kepada mantan istri Sudinna, "Baiklah, karena engkau sangat ia sayangi, mungkin putra kami Sudinna akan mendengarkan engkau."
Mantan istri Sudinna memegang kakinya dan berkata, "Seperti apakah para bidadari ini, Tuan, yang karenanya engkau mempraktikkan kehidupan spiritual?"
"Saudari, aku tidak mempraktikkan kehidupan spiritual demi para bidadari."
Mantan istri Sudinna berpikir, "Sudinna sekarang memanggilku 'saudari'," dan ia pingsan saat itu juga.
Sudinna berkata kepada ayahnya, "Jika ada makanan yang hendak diberikan, perumah tangga, berikanlah, namun jangan mengganggu aku."

"Makanlah, Sudinna," ia berkata. Dan ibu dan ayah Sudinna secara pribadi melayani dan memuaskannya dengan berbagai jenis makanan baik.
Ketika Sudinna telah selesai makan, ibunya berkata kepadanya: "Anakku Sudinna, keluarga kita kaya. Sudilah kembali kepada kehidupan yang lebih rendah, nikmati kekayaan, dan lakukan perbuatan berjasa."
"Ibu, aku tidak bisa. Aku menikmati kehidupan spiritual."
Ibunya mengulangi permohonannya untuk kedua kalinya, tetapi memperoleh jawaban yang sama. Kemudian ia berkata, "Keluarga kita kaya, Sudinna. Sudilah memberikan keturunan kepada kami, agar para Licchavī tidak mengambil alih kekayaan warisan kita."
"Baiklah, Ibu. Aku dapat melakukan hal itu."
"Tetapi di manakah engkau menetap?"
"Di Hutan Besar." Dan ia bangkit dari duduknya dan pergi.

Kemudian ibu Sudinna berkata kepada mantan istrinya, "Baiklah, segera setelah engkau memasuki masa subur, beritahukan kepadaku."

"Baik, Ibu." Tidak lama kemudian mantan istri Sudinna memasuki masa subur, dan ia melaporkan hal ini kepada ibu Sudinna.

"Sekarang hiaslah dirimu dalam cara yang akan terlihat sangat menarik bagi putra kami, Sudinna."
"Baik."

Kemudian ibu Sudinna, bersama dengan mantan istrinya, mendatangi Sudinna di Hutan Besar, dan ia berkata kepadanya: "Anakku Sudinna, keluarga kita kaya. Sudilah kembali kepada kehidupan yang lebih rendah, nikmati kekayaan, dan lakukan perbuatan berjasa."
"Ibu, aku tidak bisa. Aku menikmati kehidupan spiritual."

Ibunya mengulangi permohonannya untuk kedua kalinya, tetapi memperoleh jawaban yang sama. Kemudian ia berkata, "Keluarga kita kaya, Sudinna. Sudilah memberikan keturunan kepada kami, agar para Licchavī tidak mengambil alih kekayaan warisan kita."

"Baiklah, ibu." Kemudian ia menarik tangan mantan istrinya, menghilang di dalam Hutan Besar dan—;karena tidak ada aturan latihan dan ia tidak melihat bahaya—;melakukan hubungan seksual dengannya tiga kali. Sebagai akibatnya ia menjadi hamil.

Dan para dewa bumi berseru: "Tuan-tuan, Sangha para bhikkhu telah bebas dari kanker dan bahaya. Tetapi Sudinna dari Kalanda telah memunculkan kanker dan membahayakannya."

Mendengar para dewa bumi, para dewa dari alam Empat Raja Dewa berseru ...; para dewa dari alam Tiga Puluh Tiga ...; para dewa Yāma ...; para dewa yang puas ...; para dewa yang bersenang dalam penciptaan ...; para dewa yang mengendalikan ciptaan para dewa lain ...; para dewa dari alam makhluk-makhluk tertinggi berseru: "Tuan-tuan, Sangha para bhikkhu telah bebas dari kanker dan bahaya. Tetapi Sudinna dari Kalanda telah memunculkan kanker dan membahayakannya." Demikianlah pada momen itu juga, dalam detik itu juga, berita itu menyebar hingga sejauh alam makhluk-makhluk tertinggi.

Sementara itu, kehamilan istri Sudinna berkembang, dan akhirnya ia melahirkan seorang putra. Teman-teman Sudinna menyebutnya Keturunan, sedangkan mantan istri Sudinna dipanggil ibu Keturunan, dan Yang Mulia Sudinna dipanggil ayah Keturunan. Setelah beberapa lama, mereka berdua meninggalkan keduniawian menuju kehidupan tanpa rumah dan merealisasikan kesempurnaan.

Tetapi Sudinna menjadi gelisah dan menyesal, dengan berpikir, "Ini sungguh buruk bagiku, bahwa setelah meninggalkan keduniawian pada jalan spiritual yang dibabarkan dengan baik demikian, aku tidak mampu melatih kehidupan spiritual yang lengkap sempurna dan murni hingga akhir." Dan karena kegelisahan dan penyesalan ini, ia menjadi kurus, lusuh, dan pucat, dengan urat menonjol di seluruh tubuhnya. Ia menjadi sedih, lesu, sengsara, dan tertekan, terbebani oleh penyesalan.

Para bhikkhu yang adalah teman-teman Sudinna berkata kepadanya: "Di masa lalu, Sudinna, engkau memiliki wajah yang cerah dan berwarna indah, berkulit cerah, dan indria-indria yang tajam. Tetapi lihatlah engkau sekarang. Mungkinkah engkau tidak puas dengan kehidupan spiritual ini?"

"Bukan aku tidak puas dengan kehidupan spiritual, tetapi aku melakukan sesuatu yang buruk. Aku telah melakukan hubungan seksual dengan mantan istriku. Aku menjadi gelisah dan menyesal karena aku tidak mampu melatih kehidupan spiritual yang lengkap sempurna dan murni hingga akhir."

"Tidak heran engkau menjadi gelisah, Sudinna, tidak heran engkau memiliki penyesalan. Tidakkah Sang Buddha telah membabarkan banyak ajaran demi kebebasan dari nafsu, bukan demi nafsu; demi kebebasan dari belenggu, bukan demi belenggu; demi tanpa menggenggam, bukan demi menggenggam? Ketika Sang Buddha telah mengajarkan dengan cara ini, bagaimana mungkin engkau dapat memilih nafsu, belenggu, dan menggenggam? Tidakkah Sang Buddha telah membabarkan ajaran-ajaran demi meluruhnya nafsu, demi membersihkan kemabukan, demi pelenyapan dahaga, demi mencabut kemelekatan, demi memotong lingkaran kelahiran kembali, demi menghentikan ketagihan, demi meluruhnya, demi berakhirnya, demi padamnya? Tidakkah Sang Buddha dalam berbagai cara telah mengajarkan ditinggalkannya kenikmatan-kenikmatan indria, pemahaman penuh pada persepsi kenikmatan indria, lenyapnya dahaga terhadap kenikmatan indria, dilenyapkannya pemikiran-pemikiran kenikmatan indria, diamnya demam kenikmatan indria? Hal ini akan mempengaruhi keyakinan banyak orang dan menyebabkan beberapa orang kehilangan keyakinan."

Setelah menegur Sudinna dalam berbagai cara, mereka melaporkan kepada Sang Buddha. Sang Buddha kemudian mengumpulkan para bhikkhu dan menanyai Sudinna: "Benarkah, Sudinna, bahwa engkau telah melakukan hubungan seksual dengan mantan istrimu?"

"Benar, Yang Mulia."

Sang Buddha menegurnya, "Manusia dungu, tidaklah benar, tidaklah sepantasnya, tidaklah selayaknya bagi seorang monastik, tidak diperbolehkan, tidak boleh dilakukan. Bagaimana mungkin engkau pergi meninggalkan keduniawian pada jalan spiritual yang dibabarkan dengan baik demikian, dan tidak mampu melatih kehidupan spiritual yang lengkap sempurna dan murni hingga akhir? Tidakkah Aku telah membabarkan banyak ajaran demi kebebasan dari nafsu, bukan demi nafsu; demi kebebasan dari belenggu, bukan demi belenggu; demi tanpa menggenggam, bukan demi menggenggam? Ketika Aku telah mengajarkan dengan cara ini, bagaimana mungkin engkau dapat memilih nafsu, belenggu, dan menggenggam? Tidakkah Aku telah membabarkan banyak ajaran demi meluruhnya nafsu, demi membersihkan kemabukan, demi pelenyapan dahaga, demi mencabut kemelekatan, demi memotong lingkaran kelahiran kembali, demi menghentikan ketagihan, demi meluruhnya, demi berakhirnya, demi padamnya? Tidakkah Aku dalam berbagai cara telah mengajarkan ditinggalkannya kenikmatan-kenikmatan indria, pemahaman penuh pada persepsi kenikmatan indria, lenyapnya dahaga terhadap kenikmatan indria, dilenyapkannya pemikiran-pemikiran kenikmatan indria, diamnya demam kenikmatan indria? Adalah lebih baik, orang dungu, bagi alat kelaminmu memasuki mulut ular yang sangat berbisa daripada memasuki seorang perempuan. Adalah lebih baik bagi alat kelaminmu memasuki mulut ular hitam daripada memasuki seorang perempuan. Adalah lebih baik bagi alat kelaminmu memasuki lubang arang membara daripada memasuki seorang perempuan. Mengapakah? Karena walaupun itu dapat menyebabkan kematian atau penderitaan mematikan, tetapi tidak menyebabkan engkau terlahir kembali di alam tujuan yang buruk. Tetapi perbuatan ini dapat. Orang dungu, engkau telah melatih apa yang bertentangan dengan Ajaran sejati, praktik biasa, praktik rendah, praktik kasar, yang berakhir dengan pencucian, yang dilakukan secara rahasia, yang dilakukan jika terdapat pasangan. Engkau adalah pelopor, pelaku pertama dari banyak hal tidak bermanfaat. Hal ini akan mempengaruhi keyakinan banyak orang dan menyebabkan beberapa orang kehilangan keyakinan."

Kemudian Sang Buddha membabarkan dalam berbagai cara yang mencela sulitnya disokong dan dipelihara, mencela keinginan besar, ketidakpuasan, sosialisasi, dan kemalasan; namun Beliau membabarkan dalam berbagai cara yang memuji mudahnya disokong dan dipelihara, sedikit keinginan, kepuasan, pelenyapan-diri, praktik-praktik pertapaan, ketenangan, pengurangan dalam hal-hal, dan menjadi bersemangat. Setelah membabarkan ajaran tentang apa yang baik dan benar; ia berkata kepada para bhikkhu:

"Baiklah, para bhikkhu, Aku akan menetapkan aturan untuk sepuluh alasan berikut ini: demi kesejahteraan Sangha, demi kenyamanan Sangha, demi mengekang orang-orang jahat, demi kemudahan para bhikkhu baik, demi pengekangan kerusakan sehubungan dengan kehidupan saat ini, untuk pengekangan kerusakan  sehubungan dengan kehidupan-kehidupan masa depan, untuk memunculkan keyakinan pada mereka yang tanpa keyakinan, untuk meningkatkan keyakinan pada mereka yang telah memilikinya, demi panjangnya umur Ajaran sejati, dan demi menyokong latihan. Dan, para bhikkhu, aturan latihan ini harus dibacakan sebagai berikut:

Aturan awal pertama

'Jika seorang bhikkhu melakukan hubungan seksual, maka ia diusir dan dikeluarkan dari komunitas.'"

Dengan cara inilah Sang Buddha menetapkan aturan latihan ini untuk para bhikkhu.

Bagian pembacaan tentang Sudinna selesai
Title: Pārājika 1
Post by: Indra on 14 September 2022, 10:17:04 AM
Sub-kisah kedua: kisah monyet betina

Beberapa lama kemudian, di Hutan Besar di dekat Vesālī, seorang bhikkhu tertentu bersahabat dengan seekor monyet betina dengan memberinya makan. Ia kemudian melakukan hubungan seksual dengannya. Segera setelahnya, setelah mengenakan jubah di pagi hari, ia membawa mangkuk dan jubahnya dan memasuki Vesālī untuk menerima dana makanan.

Saat itu sejumlah bhikkhu yang sedang berjalan di sekitar tempat-tempat kediaman, sampai di tempat kediaman bhikkhu ini. Si monyet betina melihat kedatangan para bhikkhu ini. Ia mendatangi mereka, menggoyang-goyangkan pantatnya di depan mereka, mengibaskan ekornya, memperlihatkan bagian belakangnya, dan memberikan isyarat. Para bhikkhu berpikir, "Bhikkhu ini pasti melakukan hubungan seksual dengan monyet ini," dan mereka bersembunyi di satu sisi. Kemudian, ketika bhikkhu itu telah selesai menerima dana makanan di Vesālī dan telah pulang dengan membawa dana makanannya, ia memakan satu bagian dan memberikan sisanya kepada monyet betina itu. Setelah makan, monyet itu memperlihatkan bagian belakangnya, dan ia melakukan hubungan seksual dengan monyet itu.

Para bhikkhu lainnya berkata kepadanya: "Bukankah aturan latihan telah ditetapkan oleh Sang Buddha? Kalau begitu mengapa engkau melakukan hubungan seksual dengan seekor monyet?"

"Benar bahwa aturan latihan telah ditetapkan oleh Sang Buddha, tetapi itu berhubungan dengan para perempuan, bukan binatang."

"Tetapi itu sama saja. Tidaklah benar, tidaklah sepantasnya, tidaklah selayaknya bagi seorang monastik, tidak diperbolehkan, tidak boleh dilakukan. Bagaimana mungkin engkau pergi meninggalkan keduniawian pada jalan spiritual yang dibabarkan dengan baik demikian, dan tidak mampu melatih kehidupan spiritual yang lengkap sempurna dan murni hingga akhir? Tidakkah Sang Buddha telah membabarkan banyak ajaran demi kebebasan dari nafsu ...; diamnya demam kenikmatan indria? Hal ini akan mempengaruhi keyakinan banyak orang dan menyebabkan beberapa orang kehilangan keyakinan."

Setelah menegur bhikkhu itu dalam berbagai cara, mereka melaporkan kepada Sang Buddha.

Sang Buddha kemudian mengumpulkan para bhikkhu dan menanyai bhikkhu tersebut: "Benarkah, Bhikkhu, bahwa engkau telah melakukan hal ini?"

"Benar, Yang Mulia."

Sang Buddha menegurnya, "Manusia dungu, tidaklah benar, tidaklah sepantasnya, tidaklah selayaknya bagi seorang monastik, tidak diperbolehkan, tidak boleh dilakukan. Bagaimana mungkin engkau pergi meninggalkan keduniawian pada jalan spiritual yang dibabarkan dengan baik demikian, dan tidak mampu melatih kehidupan spiritual yang lengkap sempurna dan murni hingga akhir? Tidakkah Aku telah membabarkan banyak ajaran demi kebebasan dari nafsu ...; demi diamnya demam kenikmatan indria? Adalah lebih baik, orang dungu, bagi alat kelaminmu memasuki mulut ular yang sangat berbisa daripada memasuki seorang perempuan. Adalah lebih baik bagi alat kelaminmu memasuki mulut ular hitam daripada memasuki seorang perempuan. Adalah lebih baik bagi alat kelaminmu memasuki lubang arang membara daripada memasuki seorang perempuan. Mengapakah? Karena walaupun itu dapat menyebabkan kematian atau penderitaan mematikan, tetapi tidak menyebabkan engkau terlahir kembali di alam tujuan yang buruk. Tetapi perbuatan ini dapat. Orang dungu, engkau telah melatih apa yang bertentangan dengan Ajaran sejati, praktik biasa, praktik rendah, praktik kasar, yang berakhir dengan pencucian, yang dilakukan secara rahasia, yang dilakukan jika terdapat pasangan. Hal ini akan mempengaruhi keyakinan banyak orang ...;" ...;

"Dan, para bhikkhu, aturan latihan ini harus dibacakan sebagai berikut:

Aturan awal kedua

'Jika seorang bhikkhu melakukan hubungan seksual, bahkan dengan seekor binatang betina, maka ia diusir dan dikeluarkan dari komunitas.'"
Dengan cara inilah Sang Buddha menetapkan aturan latihan ini untuk para bhikkhu.
Kisah monyet betina selesai

Sub-kisah ketiga: bagian pembacaan tentang menutupi

Beberapa lama kemudian terdapat sejumlah bhikkhu Vajji dari Vesālī yang makan, tidur, dan mandi sebanyak yang mereka kehendaki. Kemudian, tanpa merefleksikan dengan seksama dan tanpa terlebih dulu meninggalkan latihan dan mengungkapkan kelemahan mereka, mereka melakukan hubungan seksual. Setelah beberapa lama mereka mengalami kehilangan sanak-saudara, kehilangan harta, dan kehilangan kesehatan. Mereka mendatangi Yang Mulia Ānanda dan berkata,

"Yang Mulia Ānanda, kami tidak menyalahkan Sang Buddha, Ajaran, atau Sangha; kami hanya menyalahkan diri sendiri. Kami tidak beruntung dan memiliki sedikit jasa—;setelah meninggalkan keduniawian pada jalan spiritual yang dibabarkan dengan baik demikian, kami tidak mampu melatih kehidupan spiritual yang lengkap sempurna dan murni hingga akhir. Jika sekarang kami memperoleh pelepasan keduniawian dan penahbisan penuh di hadapan Sang Buddha, kami akan memiliki kejelasan tentang kualitas-kualitas bermanfaat dan melatih diri hari demi hari untuk mengembangkan bantuan-bantuan menuju pencerahan. Yang Mulia Ānanda, sudilah memberitahukan kepada Sang Buddha."

Dengan berkata, "Baiklah," ia mendatangi Sang Buddha dan memberitahukan kepada Beliau.

"Tidak mungkin, Ānanda, bahwa Sang Buddha harus menghapuskan suatu aturan latihan yang mengharuskan pengusiran, karena orang-orang Vajji."

Kemudian Sang Buddha membabarkan ajaran dan berkata kepada para bhikkhu:
"Para bhikkhu, jika seseorang, tanpa terlebih dulu meninggalkan latihan dan mengungkapkan kelemahan mereka, melakukan hubungan seksual, maka mereka tidak boleh menerima penahbisan penuh sekali lagi. Tetapi, para bhikkhu, jika seseorang melakukan hubungan seksual setelah terlebih dulu meninggalkan latihan dan mengungkapkan kelemahan mereka, maka mereka boleh menerima penahbisan penuh sekali lagi.

Dan, para bhikkhu, aturan latihan ini harus dibacakan sebagai berikut:

Aturan Akhir

'Jika seorang bhikkhu, setelah menerima latihan dan gaya hidup kebhikkhuan, tanpa terlebih dulu meninggalkan latihan dan mengungkapkan kelemahannya, melakukan hubungan seksual, bahkan dengan binatang betina, maka ia diusir dan dikeluarkan dari komunitas.'"
Title: Pārājika 1
Post by: Indra on 14 September 2022, 10:17:39 AM
Definisi:

Seorang:
Siapapun, dari jenis demikian, dengan aktivitas demikian, dari kasta demikian, bernama demikian, dari keluarga demikian, dengan perilaku demikian, dengan tindakan demikian, dengan pergaulan demikian, yang senior, yang junior, atau yang menengah—;ini disebut "seorang".

Bhikkhu:
Ia adalah seorang bhikkhu karena ia hidup dari dana makanan; seorang bhikkhu karena ia telah pergi menjalani hidup dari dana makanan; seorang bhikkhu karena ia mengenakan jubah bertambal-tambalan; seorang bhikkhu berdasarkan konvensi; seorang bhikkhu karena klaimnya; seorang bhikkhu "marilah, bhikkhu"; seorang bhikkhu yang diberikan penahbisan penuh melalui penerimaan tiga perlindungan; seorang bhikkhu yang baik; seorang bhikkhu dengan inti; seorang bhikkhu yang masih berlatih; seorang bhikkhu yang sepenuhnya terlatih; seorang bhikkhu yang telah diberikan penahbisan penuh oleh Sangha yang sepakat melalui prosedur sah yang terdiri dari satu usul dan tiga pengumuman yang tidak dapat dibatalkan dan lengkap – bhikkhu jenis inilah yang dimaksudkan dalam kasus ini.

Latihan:
Tiga latihan: latihan dalam moralitas yang lebih tinggi, latihan dalam pikiran yang lebih tinggi, latihan dalam kebijaksanaan yang lebih tinggi. Latihan dalam moralitas yang lebih tinggi adalah latihan yang dimaksudkan dalam kasus ini.

Gaya hidup:
Aturan latihan apapun yang telah ditetapkan oleh Sang Buddha—;ini disebut "gaya hidup". Seseorang berlatih di dalam ini; oleh karena itu disebut "setelah menerima gaya hidup."

Tanpa terlebih dulu meninggalkan latihan dan mengungkapkan kelemahannya:

"Ada, para bhikkhu, suatu pengungkapan kelemahan tanpa meninggalkan latihan; dan ada pengungkapan kelemahan bersama dengan meninggalkan latihan.

Dan bagaimanakah ada pengungkapan kelemahan tanpa meninggalkan latihan? Adalah mungkin bahwa seorang bhikkhu tidak puas, kecewa, ingin meninggalkan kehidupan monastik; terganggu, malu, dan muak dengan kebhikkhuan; ingin menjadi seorang perumah tangga, ingin menjadi seorang umat awam, ingin menjadi seorang pekerja vihara, ingin menjadi seorang sāmaṇera, ingin menjadi seorang monastik agama lain, ingin menjadi seorang umat awam agama lain, ingin menjadi seorang bukan-petapa, ingin menjadi seorang non-monastik, dan ia mengatakan dan menyatakan: 'Mengapa aku tidak meninggalkan Sang Buddha?' Dengan cara inilah, para bhikkhu, terjadi pengungkapan kelemahan tanpa meninggalkan latihan.

Atau karena tidak puas, kecewa, ingin meninggalkan kehidupan monastik; terganggu, malu, dan muak dengan kebhikkhuan; ingin menjadi seorang perumah tangga ...; ingin menjadi seorang non-monastik, dan ia mengatakan dan menyatakan: 'Mengapa aku tidak meninggalkan Ajaran? ...; Sangha? ...; praktik? ...; latihan? ...; aturan Monastik? ...; pembacaan? ...; penahbis? ...; guruku? ...; siswaku? ...; muridku? ...; rekan siswaku? ...; rekan muridku? ...; ia mengatakan dan menyatakan: 'Mengapa aku tidak meninggalkan teman-teman monastikku?' ...; 'Mengapa aku tidak menjadi seorang perumah tangga?' ...; 'Mengapa aku tidak menjadi seorang umat awam?' ...; 'Mengapa aku tidak menjadi seorang pekerja vihara?' ...; 'Mengapa aku tidak menjadi seorang sāmaṇera?' ...; 'Mengapa aku tidak menjadi seorang monastik agama lain?' ...; 'Mengapa aku tidak menjadi seorang umat awam agama lain?' ...; 'Mengapa aku tidak menjadi seorang bukan-petapa?' ...; 'Mengapa aku tidak menjadi seorang non-monastik?' Dengan cara ini juga, para bhikkhu, terjadi pengungkapan kelemahan tanpa meninggalkan latihan.

Atau karena tidak puas, kecewa, ingin meninggalkan kehidupan monastik; terganggu, malu, dan muak dengan kebhikkhuan; ingin menjadi seorang perumah tangga ...; ingin menjadi seorang non-monastik, dan ia mengatakan dan menyatakan: 'Mengapa aku tidak meninggalkan Sang Buddha?' ...; ia mengatakan dan menyatakan: 'Bagaimana jika aku adalah seorang non-monastik?' ...; ia mengatakan dan menyatakan: 'Mungkin aku seharusnya meninggalkan Sang Buddha?' ...; ia mengatakan dan menyatakan: 'Mungkin aku seharusnya menjadi seorang non-monastik?' ...; ia mengatakan dan menyatakan: 'Baiklah, aku seharusnya meninggalkan Sang Buddha.' ...; ia mengatakan dan menyatakan: 'Baiklah, aku seharusnya menjadi seorang non-monastik.'; ...; ia mengatakan dan menyatakan: 'Aku rasa aku seharusnya meninggalkan Sang Buddha.' ...; ia mengatakan dan menyatakan: 'ku rasa aku seharusnya menjadi seorang non-monastik.' Dengan cara ini juga, para bhikkhu, terjadi pengungkapan kelemahan tanpa meninggalkan latihan.

Atau karena tidak puas, kecewa, ingin meninggalkan kehidupan monastik; terganggu, malu, dan muak dengan kebhikkhuan; ingin menjadi seorang perumah tangga ...; ingin menjadi seorang non-monastik, ia mengatakan dan menyatakan: 'Aku teringat ibuku.' ...; 'Aku teringat ayahku.' ...; 'Aku teringat saudara laki-lakiku.' ...; 'Aku teringat saudara perempuanku.' ...; 'Aku teringat putraku.' ...; 'Aku teringat putriku.' ...; 'Aku teringat istriku.' ...; 'Aku teringat sanak-saudaraku.' ...; 'Aku teringat teman-temanku.' ...; 'Aku teringat desaku.' ...; 'Aku teringat kotaku.' ...; 'Aku teringat ladangku.' ...; 'Aku teringat tanahku.' ...; 'Aku teringat uangku'. ...; 'Aku teringat emasku.' ...;' 'Aku teringat profesiku.' ...; ia mengatakan dan menyatakan: 'Aku teringat candaan, obrolan, dan permainanku di masa lalu.' Dengan cara ini juga, para bhikkhu, terjadi pengungkapan kelemahan tanpa meninggalkan latihan.

Atau karena tidak puas, kecewa, ingin meninggalkan kehidupan monastik; terganggu, malu, dan muak dengan kebhikkhuan; ingin menjadi seorang perumah tangga ...; ingin menjadi seorang non-monastik, ia mengatakan dan menyatakan: 'Aku memiliki seorang ibu yang harus kusokong. ...; Aku memiliki seorang ayah ...; Aku memiliki seorang saudara laki-laki ...; Aku memiliki seorang saudara perempuan ...; Aku memiliki seorang putra ...; Aku memiliki seorang putri ...; Aku memiliki seorang istri ...; Aku memiliki sanak-saudara ...; ia mengatakan dan menyatakan: 'Aku memiliki teman-teman yang harus kusokong.' Dengan cara ini juga, para bhikkhu, terjadi pengungkapan kelemahan tanpa meninggalkan latihan.

Atau karena tidak puas, kecewa, ingin meninggalkan kehidupan monastik; terganggu, malu, dan muak dengan kebhikkhuan; ingin menjadi seorang perumah tangga ...; ingin menjadi seorang non-monastik, dan ia mengatakan dan menyatakan: 'Aku memiliki seorang ibu; ia akan menyokongku.' ...; 'Aku memiliki seorang ayah; ia akan menyokongku.' ...; 'Aku memiliki seorang saudara laki-laki; ia akan menyokongku' ...; 'Aku memiliki seorang saudara perempuan; ia akan menyokongku.' ...; 'Aku memiliki seorang putra; ia akan menyokongku' ...; 'Aku memiliki seorang putri; ia akan menyokongku.' ...; 'Aku memiliki seorang istri; ia akan menyokongku.' ...; 'Aku memiliki sanak-saudara; mereka akan menyokongku.' ...; 'Aku memiliki teman-teman; mereka akan menyokongku.' ...; 'Aku memiliki sebuah desa; aku akan hidup dengan itu.' ...; 'Aku memiliki sebuah kota; aku akan hidup dengan itu.' ...; 'Aku memiliki ladang; aku akan hidup dengan itu.' ...; 'Aku memiliki tanah; aku akan hidup dengan itu.' ...; 'Aku memiliki uang; aku akan hidup dengan itu.' ...; 'Aku memiliki emas; aku akan hidup dengan itu.' ...; ia mengatakan dan menyatakan:  'Aku memiliki profesi; aku akan hidup dengan itu.' Dengan cara ini juga, para bhikkhu, terjadi pengungkapan kelemahan tanpa meninggalkan latihan.

Atau karena tidak puas, kecewa, ingin meninggalkan kehidupan monastik; terganggu, malu, dan muak dengan kebhikkhuan; ingin menjadi seorang perumah tangga ...; ingin menjadi seorang non-monastik, ia mengatakan dan menyatakan: 'Ini terlalu sulit untuk dilakukan.' ...; 'Ini tidak mudah dilakukan.' ...; 'Ini sulit.' ...; 'Ini tidak mudah.' ...; 'Aku tidak tahan.' ...; 'Aku tidak mampu.' ...; 'Aku tidak menikmati.' ...; 'Aku tidak bahagia.' Dengan cara ini juga, para bhikkhu, terjadi pengungkapan kelemahan tanpa meninggalkan latihan.

Dan bagaimanakah terjadi pengungkapan kelemahan bersama dengan meninggalkan latihan? Adalah mungkin bahwa seorang bhikkhu tidak puas, kecewa, ingin meninggalkan kehidupan monastik; terganggu, malu, dan muak dengan kebhikkhuan; ingin menjadi seorang perumah tangga ...; ingin menjadi seorang non-monastik, dan ia mengatakan dan menyatakan: 'Aku meninggalkan Sang Buddha.' Dengan cara ini, para bhikkhu, terjadi pengungkapan kelemahan bersama dengan meninggalkan latihan.

Atau karena tidak puas, kecewa, ingin meninggalkan kehidupan monastik; terganggu, malu, dan muak dengan kebhikkhuan; ingin menjadi seorang perumah tangga ...; ingin menjadi seorang non-monastik, dan ia mengatakan dan menyatakan: 'Aku meninggalkan Ajaran.' ...; 'Aku meninggalkan Sangha.' ...; 'Aku meninggalkan praktik.' ...; 'Aku meninggalkan latihan.' ...; 'Aku meninggalkan Aturan Monastik.' ...; 'Aku meninggalkan pembacaan.' ...; 'Aku meninggalkan penahbisku.' ...; 'Aku meninggalkan guruku.' ...; 'Aku meninggalkan siswaku.' ...; 'Aku meninggalkan muridku.' ...; 'Aku meninggalkan rekan-siswaku.' ...; 'Aku meninggalkan rekan-muridku.' ...; 'Aku meninggalkan teman-teman monastikku.' ...; 'Anggaplah aku sebagai seorang perumah tangga' ...; 'Anggaplah aku sebagai seorang umat awam' ...; 'Anggaplah aku sebagai seorang pekerja vihara.' ...; 'Anggaplah aku sebagai seorang sāmaṇera.' ...; 'Anggaplah aku sebagai seorang monastik agama lain.' ...; 'Anggaplah aku sebagai seorang umat awam agama lain.' ...; 'Anggaplah aku sebagai seorang bukan-petapa.' ...; 'Anggaplah aku sebagai seorang non-monastik.' Dengan cara ini juga, para bhikkhu, terjadi pengungkapan kelemahan bersama dengan meninggalkan latihan.

Atau karena tidak puas, kecewa, ingin meninggalkan kehidupan monastik; terganggu, malu, dan muak dengan kebhikkhuan; ingin menjadi seorang perumah tangga ...; ingin menjadi seorang non-monastik, dan ia mengatakan dan menyatakan: 'Aku sudah selesai dengan Sang Buddha.' ...; 'Aku sudah selesai dengan teman-teman monastikku.' Dengan cara ini juga, para bhikkhu, terjadi pengungkapan kelemahan bersama dengan meninggalkan latihan.

Atau ...; ia mengatakan dan menyatakan: 'Tidak ada lagi Sang Buddha bagiku.' ...; 'Tidak ada lagi teman-teman monastik bagiku.' Dengan cara ini juga, para bhikkhu ...;

Ia mengatakan dan menyatakan: 'Sang Buddha tidak berguna untukku.' ...; 'Teman-teman monastikku tidak berguna untukku.' Dengan cara ini juga, para bhikkhu ...;

Ia mengatakan dan menyatakan: 'Aku bebas dengan baik dari Sang Buddha.' ...; 'Aku bebas dengan baik dari teman-teman monastikku.' Dengan cara ini juga, para bhikkhu, terjadi pengungkapan kelemahan bersama dengan meninggalkan latihan.

Atau dengan sinonim lain apapun juga yang ada untuk Sang Buddha, untuk Ajaran, untuk Sangha, untuk praktik, untuk latihan, untuk Aturan Monastik, untuk pembacaan, untuk penahbis, untuk guru, untuk siswa, untuk murid, untuk rekan-siswa, untuk rekan-murid, untuk teman-teman monastik, untuk perumah tangga, untuk umat awam, untuk pekerja vihara, untuk sāmaṇera, untuk monastik agama lain, untuk umat awam agama lain, untuk bukan-petapa, untuk non-monastik—;ia mengatakan dan menyatakan melalui petunjuk-petunjuk ini, melalui tanda-tanda ini, melalui isyarat-isyarat ini. Dengan cara inilah, para bhikkhu, terjadi pengungkapan kelemahan bersama dengan meninggalkan latihan.

Dan bagaimanakah latihan tidak ditinggalkan? Jika engkau meninggalkan latihan melalui petunjuk-petunjuk ini, melalui tanda-tanda ini, melalui isyarat-isyarat ini, tetapi engkau tidak waras, maka latihan tidak ditinggalkan. Jika engkau meninggalkan latihan di hadapan seseorang yang tidak waras, maka latihan tidak ditinggalkan. Jika engkau meninggalkan latihan ketika engkau kehilangan akal sehat, maka latihan tidak ditinggalkan. Jika engkau meninggalkan latihan di hadapan seseorang yang kehilangan akal sehat, maka latihan tidak ditinggalkan. Jika engkau meninggalkan latihan ketika engkau dikuasai oleh kesakitan, maka latihan tidak ditinggalkan. Jika engkau meninggalkan latihan di hadapan seorang yang dikuasai oleh kesakitan, maka latihan tidak ditinggalkan. Jika engkau meninggalkan latihan di hadapan dewa, maka latihan tidak ditinggalkan. Jika engkau meninggalkan latihan di hadapan binatang, maka latihan tidak ditinggalkan. Jika seorang Indo-Arya meninggalkan latihan di hadapan seorang bukan-Indo-Arya yang tidak mengerti, maka latihan tidak ditinggalkan. Jika seorang bukan Indo-Arya meninggalkan latihan di hadapan seorang Indo-Arya yang tidak mengerti, maka latihan tidak ditinggalkan. Jika seorang Indo-Arya meninggalkan latihan di hadapan seorang Indo-Arya yang tidak mengerti, maka latihan tidak ditinggalkan. Jika seorang bukan-Indo-Arya meninggalkan latihan di hadapan seorang bukan-Indo-Arya yang tidak mengerti, maka latihan tidak ditinggalkan. Jika engkau meninggalkan latihan sebagai suatu candaan, maka latihan tidak ditinggalkan. Jika engkau meninggalkan latihan karena berbicara terlalu cepat, maka latihan tidak ditinggalkan. Jika engkau mengumumkan apa yang tidak ingin engkau umumkan, maka laihan tidak ditinggalkan. Jika engkau tidak mengumumkan apa yang ingin engkau umumkan, maka latihan tidak ditinggalkan. Jika engkau mengumumkan sesuatu kepada seorang yang tidak mengerti, maka latihan tidak ditinggalkan. Jika engkau tidak mengumumkan kepada seorang yang mengerti, maka latihan tidak ditinggalkan. Atau jika engkau tidak memberikan pengumuman penuh, maka latihan tidak ditinggalkan. Dengan cara inilah, para bhikkhu, latihan tidak ditinggalkan."

Hubungan seksual:

Apa yang berlawanan dengan Ajaran sejati, praktik umum, praktik rendah, praktik kasar, yang berakhir dengan pencucian, yang dilakukan secara rahasia, yang dilakukan jika terdapat pasangan—;ini disebut "hubungan seksual".

Melakukan:

Siapa pun yang memasukkan suatu organ tubuh ke dalam suatu organ tubuh, alat kelamin ke dalam alat kelamin, bahkan sedalam biji wijen—;ini disebut "melakukan."

Bahkan dengan seekor binatang betina:

Bahkan melakukan hubungan seksual dengan seekor binatang betina, maka ia bukanlah seorang petapa, bukan seorang monastik Sakya, apalagi dengan seorang perempuan—;oleh karena itu dikatakan "bahkan dengan seekor binatang betina."

Ia diusir:

Bagaikan seseorang yang kepalanya dipenggal tidak dapat terus hidup dengan menyambung kembali kepala itu ke badannya, demikian pula seorang bhikkhu yang telah melakukan hubungan seksual bukanlah seorang petapa, bukan seorang monastik Sakya. Oleh karena itu dikatakan, "ia diusir."

Dikeluarkan dari komunitas:

Komunitas: prosedur legal bersama, pembacaan bersama, latihan yang sama—;ini disebut "komunitas". Ia tidak berpartisipasi di dalam hal-hal ini—;oleh karena itu dikatakan "dikeluarkan dari komunitas".

Title: Pārājika 1
Post by: Indra on 14 September 2022, 10:19:22 AM
Permutasi

Permutasi bagian 1

Ringkasan
Ada tiga jenis perempuan: perempuan manusia, makhluk halus perempuan, binatang betina. Ada tiga jenis hermafrodit: hermafrodit manusia, makhluk halus hermafrodit, binatang hermafrodit. Ada tiga jenis paṇḍaka: paṇḍaka manusia, makhluk halus paṇḍaka, binatang paṇḍaka. Ada tiga jenis laki-laki: laki-laki manusia, makhluk halus laki-laki, binatang jantan.

Penjelasan bagian 1
Ia melakukan suatu pelanggaran yang mengharuskan pengusiran jika ia melakukan hubungan seksual dengan perempuan manusia melalui tiga lubang: anus, alat kelamin, atau mulut. ...; dengan makhluk halus perempuan ...; Ia melakukan suatu pelanggaran yang mengharuskan pengusiran jika ia melakukan hubungan seksual dengan binatang betina melalui tiga lubang: anus, alat kelamin, atau mulut. ...; dengan hermafrodit manusia ...; dengan makhluk halus hermafrodit ...; Ia melakukan suatu pelanggaran yang mengharuskan pengusiran jika ia melakukan hubungan seksual dengan binatang hermafrodit melalui tiga lubang: anus, alat kelamin, atau mulut. Ia melakukan suatu pelanggaran yang mengharuskan pengusiran jika ia melakukan hubungan seksual dengan paṇḍaka manusia melalui dua lubang: anus atau mulut. ...; dengan makhluk halus paṇḍaka ...; dengan binatang paṇḍaka ...; dengan laki-laki manusia ...; dengan makhluk halus laki-laki ...; Ia melakukan suatu pelanggaran yang mengharuskan pengusiran jika ia melakukan hubungan seksual dengan binatang jantan melalui dua lubang: anus atau mulut.

Penjelasan bagian 2

Hubungan seksual sukarela
Jika seorang bhikkhu memiliki niat untuk hubungan seksual dan ia memasukkan alat kelaminnya ke dalam anus seorang perempuan manusia ...; alat kelamin perempuan manusia ...; mulut perempuan manusia, maka ia melakukan suatu pelanggaran yang mengharuskan pengusiran. Jika seorang bhikkhu memiliki niat untuk hubungan seksual dan ia memasukkan alat kelaminnya ke dalam anus makhluk halus perempuan ...; anus binatang betina ...; anus hermafrodit manusia ...; anus makhluk halus hermafrodit ...; anus binatang hermafrodit ...; alat kelamin binatang hermafrodit ...; mulut binatang hermafrodit, maka ia melakukan suatu pelanggaran yang mengharuskan pengusiran. Jika seorang bhikkhu memiliki niat untuk hubungan seksual dan ia memasukkan alat kelaminnya ke dalam anus seorang paṇḍaka manusia ...; anus makhluk halus paṇḍaka ...; anus binatang paṇḍaka ...; anus laki-laki manusia ...; anus makhluk halus laki-laki ...; anus binatang jantan ...; mulut binatang jantan, maka ia melakukan suatu pelanggaran yang mengharuskan pengusiran.

Hubungan seksual paksaan: membawa pasangan kepada bhikkhu
Para bhikkhu musuh membawa seorang perempuan manusia kepada seorang bhikkhu dan mendudukkannya sehingga alat kelamin bhikkhu tersebut masuk ke dalam anus si perempuan. Jika ia menyetujui pemasukan itu, dan ia menyetujui setelah memasuki, dan ia menyetujui setelahnya, dan ia menyetujui dikeluarkan, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran. Para bhikkhu musuh membawa seorang perempuan manusia kepada seorang bhikkhu dan mendudukkannya sehingga alat kelamin bhikkhu tersebut masuk ke dalam anus si perempuan. Jika ia tidak menyetujui pemasukan itu, tetapi ia menyetujui setelah memasuki, dan ia menyetujui setelahnya, dan ia menyetujui dikeluarkan, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran. Para bhikkhu musuh membawa seorang perempuan manusia kepada seorang bhikkhu dan mendudukkannya sehingga alat kelamin bhikkhu tersebut masuk ke dalam anus si perempuan. Jika ia tidak menyetujui pemasukan itu, juga tidak menyetujui setelah memasuki, tetapi ia menyetujui setelahnya, dan ia menyetujui dikeluarkan, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran. Para bhikkhu musuh membawa seorang perempuan manusia kepada seorang bhikkhu dan mendudukkannya sehingga alat kelamin bhikkhu tersebut masuk ke dalam anus si perempuan. Jika ia tidak menyetujui pemasukan itu, juga tidak menyetujui setelah memasuki, juga tidak menyetujui setelahnya, tetapi ia menyetujui dikeluarkan, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran. Para bhikkhu musuh membawa seorang perempuan manusia kepada seorang bhikkhu dan mendudukkannya sehingga alat kelamin bhikkhu tersebut masuk ke dalam anus si perempuan. Jika ia tidak menyetujui pemasukan itu, juga tidak menyetujui setelah memasuki, juga tidak menyetujui setelahnya, juga tidak menyetujui dikeluarkan, maka tidak ada pelanggaran.

Para bhikkhu musuh membawa seorang perempuan manusia kepada seorang bhikkhu dan mendudukkannya sehingga alat kelamin bhikkhu tersebut masuk ke dalam alat kelamin ...; mulut si perempuan. Jika ia menyetujui pemasukan itu, dan ia menyetujui setelah memasuki, dan ia menyetujui setelahnya, dan ia menyetujui dikeluarkan, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran ...;  Jika ia tidak menyetujui pemasukan itu, juga tidak menyetujui setelah memasuki, juga tidak menyetujui setelahnya, juga tidak menyetujui dikeluarkan, maka tidak ada pelanggaran.

Para bhikkhu musuh membawa seorang perempuan manusia yang sedang terjaga ...; tertidur ...; mabuk ...; tidak waras ...; tidak sadar ...; mati tetapi belum rusak ...; mati dan sebagian besar belum rusak ...; maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran. Mereka membawa seorang yang sudah mati dan sebagian besar sudah rusak kepada seorang bhikkhu dan mendudukkannya sehingga alat kelamin bhikkhu tersebut masuk ke dalam anus ...; alat kelamin ...; mulutnya. Jika ia menyetujui pemasukan itu, dan ia menyetujui setelah memasuki, dan ia menyetujui setelahnya, dan ia menyetujui dikeluarkan, maka ia melakukan pelanggaran serius. ...; Jika ia tidak menyetujui ...; tidak ada pelanggaran.

Para bhikkhu musuh membawa makhluk halus perempuan ...; binatang betina ...; hermafrodit perempuan ...; makhluk halus hermafrodit ...; binatang hermafrodit kepada seorang bhikkhu dan mendudukkannya sehingga alat kelamin bhikkhu tersebut masuk ke dalam anus ...; alat kelamin ...; mulutnya. Jika ia menyetujui pemasukan itu, dan ia menyetujui setelah memasuki, dan ia menyetujui setelahnya, dan ia menyetujui dikeluarkan, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran ...;  Jika ia tidak menyetujui ...; tidak ada pelanggaran.

Bhikkhu musuh membawa binatang hermafrodit yang terjaga ...; tertidur ...; mabuk ...; tidak waras ...; tidak sadar ...; mati tetapi belum rusak ...; mati dan sebagian besar belum rusak ...; maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran. Mereka membawa yang sudah mati dan sebagian besar sudah rusak kepada seorang bhikkhu dan mendudukkannya sehingga alat kelamin bhikkhu tersebut masuk ke dalam anus ...; alat kelamin ...; mulutnya. Jika ia menyetujui pemasukan itu, dan ia menyetujui setelah memasuki, dan ia menyetujui setelahnya, dan ia menyetujui dikeluarkan, maka ia melakukan pelanggaran serius ...;  Jika ia tidak menyetujui ...; tidak ada pelanggaran.

Para bhikkhu musuh membawa paṇḍaka manusia ...; makhluk halus paṇḍaka ...; binatang paṇḍaka kepada seorang bhikkhu dan mendudukkannya sehingga alat kelamin bhikkhu tersebut masuk ke dalam anus ...; mulutnya. Jika ia menyetujui pemasukan itu, dan ia menyetujui setelah memasuki, dan ia menyetujui setelahnya, dan ia menyetujui dikeluarkan, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran ...;  Jika ia tidak menyetujui ...; tidak ada pelanggaran.

Para bhikkhu musuh membawa binatang paṇḍaka yang terjaga ...; tertidur ...; mabuk ...; tidak waras ...; tidak sadar ...; mati tetapi belum rusak ...; mati dan sebagian besar belum rusak ...; maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran. Mereka membawa yang sudah mati dan sebagian besar sudah rusak kepada seorang bhikkhu dan mendudukkannya sehingga alat kelamin bhikkhu tersebut masuk ke dalam anus ...; mulutnya. Jika ia menyetujui pemasukan itu, dan ia menyetujui setelah memasuki, dan ia menyetujui setelahnya, dan ia menyetujui dikeluarkan, maka ia melakukan pelanggaran serius ...;  Jika ia tidak menyetujui ...; tidak ada pelanggaran.

Para bhikkhu musuh membawa laki-laki manusia ...; makhluk halus laki-laki ...; binatang jantan kepada seorang bhikkhu dan mendudukkannya sehingga alat kelamin bhikkhu tersebut masuk ke dalam anus ...; mulutnya. Jika ia menyetujui pemasukan itu, dan ia menyetujui setelah memasuki, dan ia menyetujui setelahnya, dan ia menyetujui dikeluarkan, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran ...;  Jika ia tidak menyetujui ...; tidak ada pelanggaran.

Para bhikkhu musuh membawa binatang jantan yang terjaga ...; tertidur ...; mabuk ...; tidak waras ...; tidak sadar ...; mati tetapi belum rusak ...; mati dan sebagian besar belum rusak ...; maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran. Mereka membawa yang sudah mati dan sebagian besar sudah rusak kepada seorang bhikkhu dan mendudukkannya sehingga alat kelamin bhikkhu tersebut masuk ke dalam anus ...; mulutnya. Jika ia menyetujui pemasukan itu, dan ia menyetujui setelah memasuki, dan ia menyetujui setelahnya, dan ia menyetujui dikeluarkan, maka ia melakukan pelanggaran serius ...;  Jika ia tidak menyetujui ...; tidak ada pelanggaran.

Hubungan seksual paksaan tertutup: membawa pasangan ke hadapan bhikkhu

Para bhikkhu musuh membawa seorang perempuan manusia kepada seorang bhikkhu dan mendudukkannya sehingga alat kelamin bhikkhu tersebut masuk ke dalam anus ...; alat kelamin ...; mulut si perempuan, si perempuan tertutup dan si bhikkhu tidak tertutup; si perempuan tidak tertutup dan si bhikkhu tertutup; si perempuan tertutup dan si bhikkhu tertutup; si perempuan tidak tertutup dan si bhikkhu tidak tertutup. Jika ia menyetujui pemasukan itu, dan ia menyetujui setelah memasuki, dan ia menyetujui setelahnya, dan ia menyetujui dikeluarkan, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran. ...; Jika ia tidak menyetujui ...; tidak ada pelanggaran.

Para bhikkhu musuh membawa seorang perempuan manusia yang terjaga ...; tertidur ...; mabuk ...; tidak waras ...; tidak sadar ...; mati tetapi belum rusak ...; mati dan sebagian besar belum rusak ...; maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran. Mereka membawa yang sudah mati dan sebagian besar sudah rusak kepada seorang bhikkhu dan mendudukkannya sehingga alat kelamin bhikkhu tersebut masuk ke dalam anus ...; alat kelamin ...; mulutnya, si perempuan tertutup dan si bhikkhu tidak tertutup; si perempuan tidak tertutup dan si bhikkhu tertutup; si perempuan tertutup dan si bhikkhu tertutup; si perempuan tidak tertutup dan si bhikkhu tidak tertutup. Jika ia menyetujui pemasukan itu, dan ia menyetujui setelah memasuki, dan ia menyetujui setelahnya, dan ia menyetujui dikeluarkan, maka ia melakukan pelanggaran serius ...;  Jika ia tidak menyetujui ...; tidak ada pelanggaran.

Para bhikkhu musuh membawa makhluk halus perempuan ...; binatang betina ...; hermafrodit manusia ...; makhluk halus hermafrodit ...; binatang hermafrodit kepada seorang bhikkhu dan mendudukkannya sehingga alat kelamin bhikkhu tersebut masuk ke dalam anus ...; alat kelamin ...; mulutnya, binatang itu tertutup dan si bhikkhu tidak tertutup; binatang itu tidak tertutup dan si bhikkhu tertutup; binatang itu tertutup dan si bhikkhu tertutup; binatang itu tidak tertutup dan si bhikkhu tidak tertutup. Jika ia menyetujui pemasukan itu, dan ia menyetujui setelah memasuki, dan ia menyetujui setelahnya, dan ia menyetujui dikeluarkan, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran. ...; Jika ia tidak menyetujui ...; tidak ada pelanggaran.

Para bhikkhu musuh membawa binatang hermafrodit yang terjaga ...; tertidur ...; mabuk ...; tidak waras ...; tidak sadar ...; mati tetapi belum rusak ...; mati dan sebagian besar belum rusak ...; maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran. Mereka membawa yang sudah mati dan sebagian besar sudah rusak kepada seorang bhikkhu dan mendudukkannya sehingga alat kelamin bhikkhu tersebut masuk ke dalam anus ...; alat kelamin ...; mulutnya, binatang itu tertutup dan si bhikkhu tidak tertutup; binatang itu tidak tertutup dan si bhikkhu tertutup; binatang itu tertutup dan si bhikkhu tertutup; binatang itu tidak tertutup dan si bhikkhu tidak tertutup. Jika ia menyetujui pemasukan itu, dan ia menyetujui setelah memasuki, dan ia menyetujui setelahnya, dan ia menyetujui dikeluarkan, maka ia melakukan pelanggaran serius. ...; Jika ia tidak menyetujui ...; tidak ada pelanggaran.

Para bhikkhu musuh membawa paṇḍaka manusia ...; makhluk halus paṇḍaka ...; binatang paṇḍaka ...; laki-laki manusia ...; makhluk halus laki-laki ...; binatang jantan kepada seorang bhikkhu dan mendudukkannya sehingga alat kelamin bhikkhu tersebut masuk ke dalam anus ...; mulutnya, binatang itu tertutup dan si bhikkhu tidak tertutup; binatang itu tidak tertutup dan si bhikkhu tertutup; binatang itu tertutup dan si bhikkhu tertutup; binatang itu tidak tertutup dan si bhikkhu tidak tertutup. Jika ia menyetujui pemasukan itu, dan ia menyetujui setelah memasuki, dan ia menyetujui setelahnya, dan ia menyetujui dikeluarkan, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran. ...; Jika ia tidak menyetujui ...; tidak ada pelanggaran.

Para bhikkhu musuh membawa seekor binatang jantan yang terjaga ...; tertidur ...; mabuk ...; tidak waras ...; tidak sadar ...; mati tetapi belum rusak ...; mati dan sebagian besar belum rusak ...; maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran. Mereka membawa yang sudah mati dan sebagian besar sudah rusak kepada seorang bhikkhu dan mendudukkannya sehingga alat kelamin bhikkhu tersebut masuk ke dalam anus ...; mulutnya, binatang itu tertutup dan si bhikkhu tidak tertutup; binatang itu tidak tertutup dan si bhikkhu tertutup; binatang itu tertutup dan si bhikkhu tertutup; binatang itu tidak tertutup dan si bhikkhu tidak tertutup. Jika ia menyetujui pemasukan itu, dan ia menyetujui setelah memasuki, dan ia menyetujui setelahnya, dan ia menyetujui dikeluarkan, maka ia melakukan pelanggaran serius. ...; Jika ia tidak menyetujui ...; tidak ada pelanggaran.
Title: Pārājika 1
Post by: Indra on 14 September 2022, 10:20:48 AM
Hubungan seksual paksaan: membawa si bhikkhu ke hadapan pasangan

Para bhikkhu musuh membawa seorang bhikkhu kepada seorang perempuan manusia dan mendudukkannya sehingga alat kelamin si bhikkhu memasuki anus ...; alat kelamin ...; mulutnya. Jika ia menyetujui pemasukan itu, dan ia menyetujui setelah memasuki, dan ia menyetujui setelahnya, dan ia menyetujui dikeluarkan, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran. ...; Jika ia tidak menyetujui ...; tidak ada pelanggaran.

Para bhikkhu musuh membawa seorang bhikkhu kepada seorang perempuan manusia yang terjaga ...; tertidur ...; mabuk ...; tidak waras ...; tidak sadar ...; mati tetapi belum rusak ...; mati dan sebagian besar belum rusak ...; maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran. Mereka membawa seorang bhikkhu kepada seorang yang sudah mati dan sebagian besar sudah rusak dan mendudukkannya sehingga alat kelamin si bhikkhu memasuki anus ...; alat kelamin ...; mulutnya. Jika ia menyetujui pemasukan itu, dan ia menyetujui setelah memasuki, dan ia menyetujui setelahnya, dan ia menyetujui dikeluarkan, maka ia melakukan pelanggaran serius. ...; Jika ia tidak menyetujui ...; tidak ada pelanggaran.

Para bhikkhu musuh membawa seorang bhikkhu kepada makhluk halus perempuan ...; binatang betina ...; hermafrodit manusia ...; makhluk halus hermafrodit ...; binatang hermafrodit ...; paṇḍaka manusia ...; makhluk halus paṇḍaka ...; binatang paṇḍaka ...; laki-laki manusia ...; makhluk halus laki-laki ...; binatang jantan dan mendudukkannya sehingga alat kelamin si bhikkhu memasuki anus ...; mulutnya. Jika ia menyetujui pemasukan itu, dan ia menyetujui setelah memasuki, dan ia menyetujui setelahnya, dan ia menyetujui dikeluarkan, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran. ...; Jika ia tidak menyetujui ...; tidak ada pelanggaran.

Para bhikkhu musuh membawa seorang bhikkhu kepada binatang jantan yang terjaga ...; tertidur ...; mabuk ...; tidak waras ...; tidak sadar ...; mati tetapi belum rusak ...; mati dan sebagian besar belum rusak ...; maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran. Mereka membawa seorang bhikkhu kepada yang sudah mati dan sebagian besar sudah rusak dan mendudukkannya sehingga alat kelamin si bhikkhu memasuki anus ...; mulutnya. Jika ia menyetujui pemasukan itu, dan ia menyetujui setelah memasuki, dan ia menyetujui setelahnya, dan ia menyetujui dikeluarkan, maka ia melakukan pelanggaran serius. ...; Jika ia tidak menyetujui ...; tidak ada pelanggaran.

Hubungan seksual paksaan tertutup: membawa bhikkhu ke hadapan pasangan

Para bhikkhu musuh membawa seorang bhikkhu kepada manusia perempuan dan mendudukkannya sehingga alat kelamin bhikkhu tersebut masuk ke dalam anus ...; alat kelamin ...; mulutnya, si bhikkhu tertutup dan perempuan itu tidak tertutup; si bhikkhu tidak tertutup dan perempuan itu tertutup; si bhikkhu tertutup dan perempuan itu tertutup; si bhikkhu tidak tertutup dan perempuan itu tidak tertutup. Jika ia menyetujui pemasukan itu, dan ia menyetujui setelah memasuki, dan ia menyetujui setelahnya, dan ia menyetujui dikeluarkan, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran. ...; Jika ia tidak menyetujui ...; tidak ada pelanggaran.

Para bhikkhu musuh membawa seorang bhikkhu kepada manusia perempuan yang terjaga ...; tertidur ...; mabuk ...; tidak waras ...; tidak sadar ...; mati tetapi belum rusak ...; mati dan sebagian besar belum rusak ...; maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran. Mereka membawa seorang bhikkhu kepada manusia perempuan yang sudah mati dan sebagian besar sudah rusak dan mendudukkannya sehingga alat kelamin bhikkhu tersebut masuk ke dalam anus ...; alat kelamin ...; mulutnya, si bhikkhu tertutup dan perempuan itu tidak tertutup; si bhikkhu tidak tertutup dan perempuan itu tertutup; si bhikkhu tertutup dan perempuan itu tertutup; si bhikkhu tidak tertutup dan perempuan itu tidak tertutup. Jika ia menyetujui pemasukan itu, dan ia menyetujui setelah memasuki, dan ia menyetujui setelahnya, dan ia menyetujui dikeluarkan, maka ia melakukan pelanggaran serius ...;  Jika ia tidak menyetujui ...; tidak ada pelanggaran.

Para bhikkhu musuh membawa seorang bhikkhu kepada makhluk halus perempuan ...; binatang betina ...; hermafrodit manusia ...; makhluk halus hermafrodit ...; binatang hermafrodit ...; paṇḍaka manusia ...; makhluk halus paṇḍaka ...; binatang paṇḍaka ...; laki-laki manusia ...; makhluk halus laki-laki ...; binatang jantan dan mendudukkannya sehingga alat kelamin bhikkhu tersebut masuk ke dalam anus ...; mulutnya, si bhikkhu tertutup dan binatang itu tidak tertutup; si bhikkhu tidak tertutup dan binatang itu tertutup; si bhikkhu tertutup dan binatang itu tertutup; si bhikkhu tidak tertutup dan binatang itu tidak tertutup. Jika ia menyetujui pemasukan itu, dan ia menyetujui setelah memasuki, dan ia menyetujui setelahnya, dan ia menyetujui dikeluarkan, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran. ...; Jika ia tidak menyetujui ...; tidak ada pelanggaran.

Para bhikkhu musuh membawa seorang bhikkhu kepada binatang jantan yang terjaga ...; tertidur ...; mabuk ...; tidak waras ...; tidak sadar ...; mati tetapi belum rusak ...; mati dan sebagian besar belum rusak ...; maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran. Mereka membawa seorang bhikkhu kepada yang sudah mati dan sebagian besar sudah rusak dan mendudukkannya sehingga alat kelamin bhikkhu tersebut masuk ke dalam anus ...; mulutnya, si bhikkhu tertutup dan binatang itu tidak tertutup; si bhikkhu tidak tertutup dan binatang itu tertutup; si bhikkhu tertutup dan binatang itu tertutup; si bhikkhu tidak tertutup dan binatang itu tidak tertutup. Jika ia menyetujui pemasukan itu, dan ia menyetujui setelah memasuki, dan ia menyetujui setelahnya, dan ia menyetujui dikeluarkan, maka ia melakukan pelanggaran serius ...;  Jika ia tidak menyetujui ...; tidak ada pelanggaran.

Karena "para bhikkhu musuh" telah dijelaskan secara terperinci, maka demikian pula untuk kategori berikut ini:
Para raja musuh ...; penjahat musuh ...; bajingan musuh ...; para musuh "aroma-teratai". Bagian ini secara singkat selesai.

Permutasi bagian 2

Jika ia memasukkan alat kelamin ke dalam alat kelamin, maka itu adalah pelanggaran yang mengharuskan pengusiran. Jika ia memasukkan mulut ke dalam alat kelamin, maka itu adalah pelanggaran yang mengharuskan pengusiran. Jika ia memasukkan alat kelamin ke dalam mulut, maka itu adalah pelanggaran yang mengharuskan pengusiran. Jika ia memasukkan mulut ke dalam mulut, maka itu adalah pelanggaran serius.

Seorang bhikkhu memperkosa seorang bhikkhu yang sedang tidur: jika ia terbangun dan menyetujui, maka keduanya harus diusir; jika ia terbangun tetapi tidak menyetujui, maka si pemerkosa harus diusir. Seorang bhikkhu memperkosa seorang sāmaṇera yang sedang tidur: jika ia terbangun dan menyetujui, maka keduanya harus diusir; jika ia terbangun tetapi tidak menyetujui, maka si pemerkosa harus diusir. Seorang sāmaṇera memperkosa seorang bhikkhu yang sedang tidur: jika ia terbangun dan menyetujui, maka keduanya harus diusir; jika ia terbangun dan tidak menyetujui, maka si pemerkosa harus diusir. Seorang sāmaṇera memperkosa seorang sāmaṇera: jika ia terbangun dan menyetujui, maka keduanya harus diusir; jika ia terbangun dan tidak menyetujui, maka si pemerkosa harus diusir.

Tidak ada pelanggaran

Tidak ada pelanggaran: jika ia tidak mengetahui; jika ia tidak menyetujui; jika ia tidak waras; jika ia kehilangan akal sehat; jika ia dikuasai kesakitan; jika ia adalah pelaku pertama.

Bagian pembacaan tentang menutupi selesai

Rangkuman syair-syair studi kasus
"Monyet betina, dan para Vajji,
Perumah tangga, dan seorang telanjang, monastik agama lain;
Gadis, dan Uppalavaṇṇā,
Dua lainnya dengan karakteristik-karakteristik.
Ibu, putri, dan saudari,
Dan istri, lentur, dengan panjang;
Dua tentang luka, dan sebuah gambar,
Dan sebuah boneka kayu.
Lima dengan Sundara,
Lima tentang tanah pemakaman, tulang-belulang;
Naga betina, dan makhluk halus perempuan, dan hantu perempuan,
Paṇḍaka, terganggu, boleh menyentuh.
Seorang sempurna yang sedang tidur di Bhaddiya,
Empat lainnya di Sāvatthī;
Tiga di Vesālī, kalung bunga,
Satu dari Bharukaccha dalam mimpinya.
Supabbā, Saddhā, seorang bhikkhunī
Seorang bhikkhunī percobaan, dan seorang sāmaṇerī;
Seorang pekerja seks, paṇḍaka, seorang perumah tangga perempuan,
Masing-masing, meninggalkan keduniawian dalam usia tua, seekor rusa."
Title: Pārājika 1
Post by: Indra on 14 September 2022, 10:27:28 AM
Studi Kasus

Pada suatu ketika seorang bhikkhu melakukan hubungan seksual dengan seekor monyet betina. Ia menjadi gelisah, dengan berpikir, "Sang Buddha telah menetapkan aturan latihan. Mungkinkah aku telah melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran?" Ia memberitahu Sang Buddha. "Engkau telah melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran."

Pada suatu ketika sejumlah bhikkhu Vajji dari Vesālī melakukan hubungan seksual tanpa terlebih dulu meninggalkan latihan dan mengungkapkan kelemahan mereka. Mereka menjadi gelisah, dengan berpikir, "Sang Buddha telah menetapkan aturan latihan. Mungkinkah kami telah melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran?" Mereka memberitahu Sang Buddha. "Kalian telah melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran."

Pada suatu ketika seorang bhikkhu melakukan hubungan seksual dengan berpakaian seperti seorang umat awam, dengan berpikir ia dapat menghindari pelanggaran. Ia menjadi gelisah, dengan berpikir, "Sang Buddha telah menetapkan aturan latihan. Mungkinkah aku telah melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran?" Ia memberitahu Sang Buddha. "Engkau telah melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran."

Pada suatu ketika seorang bhikkhu melakukan hubungan seksual dengan telanjang, dengan berpikir ia dapat menghindari pelanggaran. Ia menjadi gelisah ...; "Engkau telah melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran."

Pada suatu ketika seorang bhikkhu melakukan hubungan seksual dengan berpakaian sarung rumput ...; dengan berpakaian sarung kulit kayu ...; dengan berpakaian sarung dari pecahan kayu ...; dengan berpakaian sarung dari rambut manusia ...; dengan berpakaian sarung dari rambut kuda ...; dengan berpakaian sarung dari sayap burung hantu ...; dengan berpakaian sarung dari kulit antelop, dengan berpikir ia dapat menghindari pelanggaran. Ia menjadi gelisah ...; "Engkau telah melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran."

Pada suatu ketika seorang bhikkhu yang adalah seorang pengumpul dana makanan melihat seorang gadis kecil berbaring di sebuah bangku. Karena bernafsu, ia memasukkan jari jempolnya ke dalam alat kemaluan gadis tersebut. Gadis itu mati. Ia menjadi gelisah ...; "Tidak ada pelanggaran yang mengharuskan pengusiran, tetapi ada pelanggaran yang mengharuskan penangguhan."

Pada suatu ketika seorang brahmana muda jatuh cinta kepada bhikkhunī Uppalavaṇṇā. Ketika Uppalavaṇṇā telah memasuki desa untuk menerima dana makanan, ia masuk ke gubuknya dan bersembunyi. Setelah makan, ketika ia kembali dari menerima dana makanan, Uppalavaṇṇā mencuci kakinya, memasuki gubuknya, dan duduk di atas tempat tidur. Kemudian brahmana muda itu menyergapnya dan memperkosanya. Ia memberitahukan apa yang telah terjadi kepada para bhikkhunī. Para bhikkhunī memberitahu para bhikkhu, yang kemudian melaporkan kepada Sang Buddha. "Tidak ada pelanggaran pada seorang yang tidak menyetujui."

Pada suatu ketika ciri-ciri perempuan muncul pada seorang bhikkhu. Mereka memberitahukannya kepada Sang Buddha.

"Para bhikkhu, Aku memperbolehkan kesiswaan, penahbisan itu, tahun-tahun sebagai seorang bhikkhu, ditransfer kepada para bhikkhunī. Pelanggaran-pelanggaran bhikkhu itu yang bersesuaian dengan para bhikkhunī harus dibersihkan di hadapan para bhikkhunī. Untuk pelanggaran-pelanggaran bhikkhu yang tidak bersesuaian dengan para bhikkhunī, tidak ada pelanggaran."

Pada suatu ketika ciri-ciri laki-laki muncul pada seorang bhikkhunī. Mereka memberitahukannya kepada Sang Buddha.
"Para bhikkhu, Aku memperbolehkan kesiswaan, penahbisan itu, tahun-tahun sebagai seorang bhikkhunī, ditransfer kepada para bhikkhu. Pelanggaran-pelanggaran bhikkhunī itu yang bersesuaian dengan para bhikkhu harus dibersihkan di hadapan para bhikkhu. Untuk pelanggaran-pelanggaran bhikkhunī yang tidak bersesuaian dengan para bhikkhu, tidak ada pelanggaran."

Pada suatu ketika seorang bhikkhu melakukan hubungan seksual dengan ibunya ...; melakukan hubungan seksual dengan putrinya ...; melakukan hubungan seksual dengan saudarinya, dengan berpikir ia dapat menghindari pelanggaran. Ia menjadi gelisah ...; "Engkau telah melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran."

Pada suatu ketika seorang bhikkhu melakukan hubungan seksual dengan mantan istrinya. Ia menjadi gelisah ...; "Engkau telah melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran."

Pada suatu ketika terdapat seorang bhikkhu dengan punggung yang lentur yang sedang dilanda nafsu. Ia memasukkan alat kelaminnya ke dalam mulutnya sendiri. Ia menjadi gelisah ...; "Engkau telah melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran."

Pada suatu ketika terdapat seorang bhikkhu dengan alat kelamin yang panjang yang sedang dilanda nafsu. Ia memasukkan alat kelaminnya ke dalam anusnya sendiri. Ia menjadi gelisah ...; "Engkau telah melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran."

Pada suatu ketika seorang bhikkhu melihat sesosok mayat dengan luka di sebelah alat kelamin. Dengan berpikir ia dapat menghindari pelanggaran, ia memasukkan alat kelaminnya ke dalam alat kelamin mayat itu dan keluar melalui luka. Ia menjadi gelisah ...; "Engkau telah melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran."

Pada suatu ketika seorang bhikkhu melihat sesosok mayat dengan luka di sebelah alat kelamin. Dengan berpikir ia dapat menghindari pelanggaran, ia memasukkan alat kelaminnya ke dalam luka pada mayat itu dan keluar melalui alat kelaminnya. Ia menjadi gelisah ...; "Engkau telah melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran."

Pada suatu ketika seorang bhikkhu bernafsu menyentuh alat kelamin pada sebuah gambar dengan alat kelaminnya. Ia menjadi gelisah ...; "Tidak ada pelanggaran yang mengharuskan pengusiran, tetapi terjadi pelanggaran perbuatan salah."

Pada suatu ketika seorang bhikkhu bernafsu menyentuh alat kelamin pada sebuah boneka kayu dengan alat kelaminnya. Ia menjadi gelisah ...; "Tidak ada pelanggaran yang mengharuskan pengusiran, tetapi terjadi pelanggaran perbuatan salah."

Pada suatu ketika seorang bhikkhu bernama Sundara yang telah meninggalkan keduniawian di Rājagaha sedang berjalan di sepanjang jalan. Seorang perempuan berkata kepadanya, "Tunggu dulu, Tuan, aku hendak memberi hormat kepadamu." Sewaktu ia sedang bersujud, ia mengangkat sarung si bhikkhu dan memasukkan alat kelamin bhikkhu itu ke dalam mulutnya. Si bhikkhu menjadi gelisah ...;

"Bhikkhu, apakah engkau menyetujui?"

"Aku tidak menyetujui, Yang Mulia."

"Tidak ada pelanggaran pada seorang yang tidak menyetujui."

Pada suatu ketika seorang perempuan melihat seorang bhikkhu dan berkata, "Yang Mulia, kemarilah dan lakukan hubungan seksual."
"Itu tidak diperbolehkan."
"Aku yang akan melakukan, bukan engkau. Dengan begitu tidak ada pelanggaran apapun bagimu." Bhikkhu itu melakukan hal itu. Ia menjadi gelisah ...; "Engkau telah melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran."

Pada suatu ketika seorang perempuan melihat seorang bhikkhu dan berkata, "Tuan, kemarilah dan lakukan hubungan seksual."
"Itu tidak diperbolehkan."
"Engkau yang akan melakukan, bukan aku. Dengan begitu tidak ada pelanggaran apapun bagimu." Bhikkhu itu melakukan hal itu. Ia menjadi gelisah ...; "Engkau telah melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran."

Pada suatu ketika seorang perempuan melihat seorang bhikkhu dan berkata, "Tuan, kemarilah dan lakukan hubungan seksual."
"Itu tidak diperbolehkan."
"Gosokkan di dalam tetapi keluarkan di luar. ...; Gosokkan di luar tetapi keluarkan di dalam. Dengan begitu tidak ada pelanggaran apapun bagimu." Bhikkhu itu melakukan hal itu. Ia menjadi gelisah ...; "Engkau telah melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran."

Pada suatu ketika seorang bhikkhu mendatangi suatu tanah pemakaman di mana ia melihat mayat yang belum rusak. Ia melakukan hubungan seksual dengan mayat itu. Ia menjadi gelisah ...; "Engkau telah melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran."

Pada suatu ketika seorang bhikkhu mendatangi suatu tanah pemakaman di mana ia melihat mayat yang sebagian besar belum rusak. Ia melakukan hubungan seksual dengan mayat itu.  Ia menjadi gelisah ...; "Engkau telah melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran."

Pada suatu ketika seorang bhikkhu mendatangi suatu tanah pemakaman di mana ia melihat mayat yang sebagian besar sudah rusak. Ia melakukan hubungan seksual dengan mayat itu. Ia menjadi gelisah ...; "Tidak ada pelanggaran yang mengharuskan pengusiran, tetapi ada pelanggaran serius."

Pada suatu ketika seorang bhikkhu mendatangi suatu tanah pemakaman di mana ia melihat kepala yang terpenggal. Ia memasukkan alat kelaminnya ke dalam mulut yang terbuka, bergesekan ketika masuk. Ia menjadi gelisah ...; "Engkau telah melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran."

Pada suatu ketika seorang bhikkhu mendatangi suatu tanah pemakaman di mana ia melihat kepala yang terpenggal. Ia memasukkan alat kelaminnya ke dalam mulut yang terbuka, tanpa bergesekan ketika masuk. Ia menjadi gelisah ...; "Tidak ada pelanggaran yang mengharuskan pengusiran, tetapi ada pelanggaran perbuatan salah."

Pada suatu ketika seorang bhikkhu jatuh cinta kepada seorang perempuan tertentu. Ketika perempuan itu meninggal dunia, mayatnya dibuang di sebuah tanah pemakaman. Setelah beberapa lama hanya tulang-belulangnya yang berserakan yang tersisa. Bhikkhu tersebut pergi ke tanah pemakaman, mengumpulkan tulang-belulangnya, dan mengarahkan alat kelaminnya pada daerah kelaminnya. Ia menjadi gelisah ...; "Tidak ada pelanggaran yang mengharuskan pengusiran, tetapi ada pelanggaran perbuatan salah."

Pada suatu ketika seorang bhikkhu melakukan hubungan seksual dengan naga betina ...; melakukan hubungan seksual dengan makhluk halus perempuan ...; melakukan hubungan seksual dengan hantu perempuan ...; melakukan hubungan seksual dengan paṇḍaka. Ia menjadi gelisah ...; "Engkau telah melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran."

Pada suatu ketika terdapat seorang bhikkhu dengan indria-indria terganggu. Dengan berpikir ia dapat menghindari pelanggaran karena ia tidak merasakan kenikmatan dan kesakitan, ia melakukan hubungan seksual. ...; Mereka memberitahukan hal ini kepada Sang Buddha. "Apakah si dungu itu merasakan apa pun atau tidak, telah terjadi pelanggaran yang mengharuskan pengusiran."

Pada suatu ketika seorang bhikkhu yang berniat untuk melakukan hubungan seksual dengan seorang perempuan merasa menyesal hanya pada sentuhan. Ia menjadi gelisah ...; "Tidak ada pelanggaran yang mengharuskan pengusiran, tetapi ada pelanggaran yang mengharuskan penangguhan."

Pada suatu ketika seorang bhikkhu sedang berbaring di Hutan Jātiyā di Bhaddiya, setelah pergi ke sana untuk meditasi siang. Ia mengalami ereksi karena angin. Seorang perempuan tertentu melihatnya dan duduk di atas alat kelaminnya. Setelah mengalami kepuasan, ia pergi. Melihat basah, para bhikkhu memberitahu Sang Buddha. "Para bhikkhu, ereksi dapat terjadi karena lima alasan: karena keinginan indria, kotoran tinja, kencing, atau angin, atau karena disengat ulat. Adalah tidak mungkin bahwa bhikkhu itu mengalami ereksi karena keinginan indria. Bhikkhu itu adalah seorang sempurna. Tidak ada pelanggaran untuk bhikkhu itu."

Pada suatu ketika seorang bhikkhu sedang berbaring di Hutan Gelap di Sāvatthī, setelah pergi ke sana untuk meditasi siang. Seorang gembala sapi perempuan melihatnya dan duduk di atas alat kelaminnya. Bhikkhu itu menyetujui pemasukannya, setelah masuknya, setelah itu, dan dikeluarkannya. Ia menjadi gelisah ...; "Engkau telah melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran."

Pada suatu ketika seorang bhikkhu sedang berbaring di Hutan Gelap di Sāvatthī, setelah pergi ke sana untuk meditasi siang. Seorang gembala kambing perempuan melihatnya ...; Seorang perempuan pengumpul kayu bakar melihatnya ...; Seorang perempuan pengumpul kotoran sapi melihatnya dan duduk di atas alat kelaminnya. Bhikkhu itu menyetujui pemasukannya, setelah masuknya, setelah itu, dan dikeluarkannya. Ia menjadi gelisah ...; "Engkau telah melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran."

Pada suatu ketika seorang bhikkhu sedang berbaring di Hutan Besar di Vesālī, setelah pergi ke sana untuk meditasi siang. Seorang perempuan melihatnya dan duduk di atas alat kelaminnya. Setelah puas, ia berdiri dan tertawa di dekat sana. Bhikkhu itu terbangun dan berkata, "Apakah engkau melakukan hal ini?"
"Ya."
Ia menjadi gelisah ...;
"Apakah engkau menyetujuinya?"
"Aku bahkan tidak mengetahuinya, Yang Mulia."
"Tidak ada pelanggaran bagi seorang yang tidak mengetahui."

Pada suatu ketika seorang bhikkhu sedang berbaring di Hutan Besar di Vesālī untuk meditasi siang. Ia berbaring, menyandarkan kepalanya pada sebatang pohon. Seorang perempuan melihatnya dan duduk di atas alat kelaminnya. Bhikkhu itu seketika bangkit. Ia menjadi gelisah ...;
"Apakah engkau menyetujuinya?"
"Aku tidak menyetujuinya, Yang Mulia."
"Tidak ada pelanggaran bagi seorang yang tidak menyetujui."

Pada suatu ketika seorang bhikkhu sedang berbaring di Hutan Besar di Vesālī untuk meditasi siang. Ia berbaring, menyandarkan kepalanya pada sebatang pohon. Seorang perempuan melihatnya dan duduk di atas alat kelaminnya. Bhikkhu itu menyepaknya. Ia menjadi gelisah ...;
"Apakah engkau menyetujuinya?"
"Aku tidak menyetujuinya, Yang Mulia."
"Tidak ada pelanggaran bagi seorang yang tidak menyetujui."

Pada suatu ketika seorang bhikkhu pergi ke aula beratap lancip di Hutan Besar dekat Vesālī untuk meditasi siang. Ia membuka pintu, berbaring, dan mengalami ereksi karena angin. Pada saat itu sejumlah perempuan datang ke vihara untuk melihat tempat-tempat tinggal, membawa dupa dan bunga. Mereka melihat bhikkhu itu dan duduk di atas alat kelaminnya. Setelah puas, mereka berkata, "Sungguh seorang laki-laki perkasa." Kemudian mereka meletakkan dupa dan bunga dan pergi. Para bhikkhu melihat basah dan memberitahukan kepada Sang Buddha.
"Para bhikkhu, ereksi terjadi karena lima alasan: karena keinginan indria, kotoran tinja, kencing, atau angin, atau karena disengat ulat. Adalah tidak mungkin bahwa bhikkhu itu mengalami ereksi karena keinginan indria. Bhikkhu itu adalah seorang sempurna. Tidak ada pelanggaran untuk bhikkhu itu."
Tetapi, para bhikkhu, kalian harus menutup pintu ketika kalian sedang dalam keterasingan pada siang hari."

Pada suatu ketika seorang bhikkhu dari Bharukaccha bermimpi bahwa ia melakukan hubungan seksual dengan mantan istrinya. Ia berpikir bahwa ia bukan lagi seorang monastik dan ia ingin lepas jubah. Sewaktu ia sedang dalam perjalanan menuju Bharukaccha, ia bertemu dengan Yang Mulia Upāli dan memberitahukan apa yang terjadi.
Yang Mulia Upāli berkata, "Tidak ada pelanggaran jika itu terjadi dalam mimpi."

Pada suatu ketika di Rājagaha terdapat seorang umat awam perempuan bernama Supabbā yang memiliki keyakinan keliru. Ia menganut pandangan bahwa seorang perempuan yang memberikan hubungan seksual berarti memberikan pemberian tertinggi.
Ia melihat seorang bhikkhu dan berkata, "Yang Mulia, kemarilah dan lakukan hubungan seksual."
"Itu tidak diperbolehkan."
"Gosokkan di antara paha. Dengan begitu maka tidak ada pelanggaran bagimu. ...; Gosokkan di pusar ...; Gosokkan di perut ...; Gosokkan di ketiak ...; Gosokkan di antara leher ...; Gosokkan di  lubang telinga ...; Gosokkan di gulungan rambut ...; Gosokkan di antara jemari ...; Kemudian aku akan membuatmu keluar dengan tanganku. Dengan begitu maka tidak ada pelanggaran bagimu. Bhikkhu itu melakukan hal itu. Ia menjadi gelisah ...; "Tidak ada pelanggaran yang mengharuskan pengusiran, tetapi ada pelanggaran yang mengharuskan penangguhan."

Pada suatu ketika di Sāvatthī terdapat seorang umat awam perempuan bernama Saddhā yang memiliki keyakinan keliru. Ia menganut pandangan bahwa seorang perempuan yang memberikan hubungan seksual berarti memberikan pemberian tertinggi.
Ia melihat seorang bhikkhu dan berkata, "Yang Mulia, kemarilah dan lakukan hubungan seksual."
"Itu tidak diperbolehkan."
"Gosokkan di antara paha ...; Kemudian aku akan membuatmu keluar dengan tanganku. Dengan begitu maka tidak ada pelanggaran bagimu." Bhikkhu itu melakukan hal itu. Ia menjadi gelisah ...; "Tidak ada pelanggaran yang mengharuskan pengusiran, tetapi ada pelanggaran yang mengharuskan penangguhan."

Pada suatu ketika di Vesālī beberapa pemuda Licchavī menangkap seorang bhikkhu dan memaksanya melakukan perbuatan salah dengan seorang bhikkhunī ...; memaksanya melakukan perbuatan salah dengan bhikkhunī dalam masa percobaan ...; memaksanya melakukan perbuatan salah dengan seorang sāmaṇerī. Keduanya setuju: keduanya harus diusir. Keduanya tidak setuju: tidak ada pelanggaran bagi keduanya.

Pada suatu ketika di Vesālī beberapa pemuda Licchavī menangkap seorang bhikkhu dan memaksanya melakukan perbuatan salah dengan seorang pekerja seks. ...; memaksanya melakukan perbuatan salah dengan paṇḍaka ...; memaksanya melakukan perbuatan salah dengan seorang perumah tangga perempuan. Bhikkhu itu setuju: ia harus diusir. Bhikkhu itu tidak setuju: tidak ada pelanggaran.

Pada suatu ketika di Vesālī beberapa pemuda Licchavī menangkap dua orang bhikkhu dan memaksa mereka untuk saling melakukan perbuatan salah satu sama lain. Keduanya setuju: keduanya harus diusir. Keduanya tidak setuju: tidak ada pelanggaran bagi keduanya.

Pada suatu ketika seorang bhikkhu yang telah meninggalkan keduniawian pada usia tua pergi menemui mantan istrinya. Dengan berkata, "Kemarilah dan lepas jubah," ia menangkapnya. Dengan mundur, bhikkhu itu jatuh di atas punggungnya. Ia menarik jubahnya dan duduk di atas alat kelaminnya. Ia menjadi gelisah ...;
"Apakah engkau menyetujuinya, bhikkhu?"
"Aku tidak menyetujuinya, Yang Mulia."
"Tidak ada pelanggaran bagi seorang yang tidak menyetujui."

Pada suatu ketika seorang bhikkhu tertentu sedang menetap di hutan belantara. Seekor rusa muda mendatangi tempat kencingnya, meminum air kencingnya, dan memegang alat kelamin bhikkhu itu dengan mulutnya. Bhikkhu itu menyetujui. Ia menjadi gelisah ...; "Engkau telah melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran."

Pelanggaran pertama yang mengharuskan pengusiran selesai
Title: Pārājika 2
Post by: Indra on 14 September 2022, 11:45:44 AM
Koleksi Theravāda tentang Hukum Monastik
Aturan Kebhikkhuan dan Analisisnya
Bab tentang Pelanggaran-Pelanggaran yang Mengharuskan Pengusiran

Pārājika 2. Aturan Latihan Kedua tentang Pengusiran

Kisah Asal-mula

Sub-kisah pertama

Pada suatu ketika Sang Buddha sedang menetap di Rājagaha di Puncak Hering. Pada saat itu sejumlah bhikkhu yang bersahabat telah membangun gubuk-gubuk rumput di lereng Gunung Isigili dan memasuki masa keberdiaman musim hujan di sana. Di antara mereka adalah Yang Mulia Dhaniya si pengrajin tembikar. Ketika tiga bulan telah berlalu dan mereka telah menyelesaikan masa keberdiaman musim hujan, para bhikkhu menghancurkan gubuk-gubuk rumput itu, menyingkirkan rumput dan ranting, dan pergi mengembara ke seluruh negeri. Tetapi Yang Mulia Dhaniya melewatkan musim dingin dan musim panas di sana.

Kemudian, pada satu ketika, sewaktu Dhaniya berada di desa untuk mengumpulkan dana makanan, beberapa perempuan yang sedang mengumpulkan rumput dan kayu bakar menghancurkan gubuk rumputnya dan mengambil rumput dan ranting. Untuk kedua kalinya Dhaniya mengumpulkan rumput dan ranting dan membuat gubuk rumput, dan sekali lagi gubuk itu dihancurkan dengan cara yang sama. Hal yang sama terjadi untuk ketiga kalinya.

Dhaniya berpikir, "Tiga kali hal ini terjadi. Tetapi aku adalah seorang ahli tembikar terlatih dan berpengalaman. Mengapa aku tidak mengadon lempung dan membuat gubuk yang sepenuhnya dari tanah liat?"
Dan ia melakukan hal itu. Kemudian ia mengumpulkan rumput, ranting, dan kotoran-sapi, dan ia memanggang gubuknya. Itu adalah gubuk kecil yang indah dan menarik, berwarna merah bagaikan kumbang merah. Dan ketika diketuk, bunyinya persis seperti bunyi lonceng.

Segera setelah itu Sang Buddha turun dari Puncak Hering bersama dengan sejumlah bhikkhu ketika Beliau melihat gubuk itu. Kemudian Beliau berkata kepada para bhikkhu, "Apakah benda indah dan menarik ini yang berwarna merah bagaikan kumbang merah?" Para bhikkhu memberitahu Beliau, yang kemudian menegur Dhaniya:
"Tidaklah benar bagi orang dungu itu, tidaklah tepat, tidak selayaknya seorang monastik, tidak diperbolehkan, tidak boleh dilakukan. Bagaimana mungkin ia membuat gubuk yang seluruhnya dari tanah liat? Tidakkah ia memiliki pertimbangan, welas-asih, dan rasa kasihan kepada makhluk-makhluk hidup? Pergilah, para bhikkhu, hancurkan gubuk ini, agar generasi mendatang tidak mengikuti teladannya.

Dan, para bhikkhu, kalian tidak boleh membuat gubuk yang seluruhnya terbuat dari tanah liat. Jika kalian melakukan hal itu, maka kalian melakukan pelanggaran perbuatan salah."

Dengan berkata, "Baik, Yang Mulia," mereka pergi untuk menghancurkannya.

Dan Dhaniya berkata kepada mereka, "Mengapakah kalian menghancurkan gubukku?"

"Sang Buddha menyuruh kami melakukan ini."

"Hancurkanlah kalau begitu, jika Raja Kebenaran telah berkata demikian."

Dhaniya berpikir, "Tiga kali, sewaktu aku sedang berada di desa untuk mengumpulkan dana makanan, para perempuan yang sedang mengumpulkan rumput dan kayu bakar menghancurkan gubukku dan mengambil rumput dan ranting. Dan sekarang gubukku yang sepenuhnya terbuat dari tanah liat telah dihancurkan atas perintah Sang Buddha. Sekarang, penjaga hutan ini adalah sahabatku. Mengapa aku tidak meminta kayu darinya dan membangun sebuah gubuk dari kayu?"

Dhaniya mendatangi penjaga hutan dan memberitahukan apa yang terjadi, dan menambahkan, "Mohon berikan kepadaku beberapa kayu, aku hendak membangun gubuk kayu."

"Tidak ada kayu, Tuan, yang dapat kuberikan kepadamu. Kayu-kayu ini disimpan oleh raja. Kayu-kayu ini ditujukan untuk memperbaiki kota dan dicadangkan untuk keadaan darurat. Engkau hanya boleh mengambilnya jika raja memberikannya.

"Sebenarnya, ini telah diberikan oleh raja."

Penjaga hutan itu berpikir, "Para monastik Sakya ini memiliki integritas. Mereka hidup selibat dan perilaku mereka baik, dan mereka jujur, bermoral, dan memiliki karakter baik. Bahkan raja berkeyakinan pada mereka. Para mulia ini tidak akan mengatakan sesuatu telah diberikan kalau tidak demikian." Dan ia berkata kepada Dhaniya, "Engkau boleh mengambilnya, Tuan." Kemudian Dhaniya memotong kayu itu menjadi potongan-potongan kecil, membawanya dengan kereta, dan membangun gubuk kayu.

Segera setelah itu Brahmana Vassakāra, perdana menteri Magadha, sedang memeriksa pekerjaan publik di Rājagaha ketika ia mendatangi penjaga hutan dan berkata, "Apa yang terjadi? Di manakah kayu yang disimpan oleh Raja yang ditujukan untuk perbaikan kota dan dicadangkan untuk keadaan darurat?"

"Raja telah memberikannya kepada Yang Mulia Dhaniya."

Vassakāra tidak senang dan berpikir, "Bagaimana mungkin Raja memberikan kayu ini kepada Dhaniya si pengrajin tembikar?"

Kemudian ia mendatangi Raja Seniya Bimbisāra dari Magadha dan berkata, "Benarkah, Baginda, bahwa engkau telah memberikan kepada Dhaniya si pengrajin tembikar kayu yang ditujukan untuk memperbaiki kota dan dicadangkan untuk keadaan darurat?"

"Siapakah yang mengatakan itu?"

"Penjaga hutan."

"Baiklah, brahmana, panggil si penjaga hutan." Dan Vassakāra memanggil paksa si penjaga hutan.

Dhaniya melihat hal ini dan berkata kepadanya, "Mengapa ini terjadi padamu?"

"Gara-gara kayu itu, Tuan."

"Pergilah kalau begitu, dan aku akan menyusul."

"Sudilah untuk sampai di sana sebelum aku."

Kemudian Dhaniya mendatangi rumah Raja Bimbisāra dan duduk di tempat yang telah dipersiapkan. Raja mendekati Dhaniya, bersujud, duduk, dan berkata, "Benarkah, Yang Mulia, bahwa aku telah memberikan kepadamu kayu-kayu yang disimpan untuk memperbaiki kota dan dicadangkan untuk keadaan darurat"

"Benar, Baginda."

"Kami para raja sangat sibuk—;kami mungkin telah memberikan dan tidak mengingatnya. Sudilah mengingatkan aku."

"Ingatkah engkau, Baginda, ketika engkau pertama kali diminyaki, engkau mengucapkan kata-kata ini: 'Aku memberikan rumput, ranting, dan air kepada kaum monastik dan brahmana untuk dinikmati'?"

"Aku ingat. Ada kaum monastik dan brahmana yang memiliki nurani, yang takut pada perbuatan salah dan menyukai latihan. Mereka takut pada perbuatan salah bahkan sehubungan dengan hal-hal kecil. Ketika aku mengatakan itu, aku merujuk pada orang-orang ini, dan itu berhubungan dengan hutan belantara yang tanpa pemilik. Namun engkau menganggap bahwa engkau boleh mengambil kayu yang tidak diberikan kepadamu dengan dalih ini? Walaupun begitu, aku tidak dapat memukul, mengurung, atau mengusir seorang monastik atau brahmana yang hidup dalam kerajaanku. Pergilah, engkau bebas karena statusmu, tetapi jangan melakukan hal seperti itu lagi."

Tetapi orang-orang mengeluh dan mengkritiknya: "Para monastik Sakya ini tidak tahu malu dan pembohong tidak bermoral. Mereka mengaku memiliki integritas, hidup selibat dan berperilaku baik, jujur, bermoral, dan baik. Tetapi mereka tidak memiliki karakter baik seorang monastik atau brahmana. Mereka telah kehilangan martabat mereka! Mereka bahkan menipu raja—;apalagi kepada orang-orang lain?"

Para bhikkhu mendengar keluhan orang-orang itu. Para bhikkhu yang memiliki sedikit keinginan, yang memiliki nurani, dan yang merasa puas, takut pada perbuatan salah, dan menyukai latihan, mengeluh dan mengkritik Yang Mulia Dhaniya, "Bagaimana mungkin ia mengambil kayu milik raja tanpa diberikan kepadanya?"

Setelah menegur Dhaniya dalam berbagai cara, mereka melaporkan kepada Sang Buddha. Kemudian Sang Buddha mengumpulkan Sangha para bhikkhu dan menanyai Yang Mulia Dhaniya: "Benarkah, Dhaniya, bahwa engkau melakukan hal ini?"

"Benar, Yang Mulia."

Sang Buddha menegurnya, "Orang dungu, tidaklah benar, tidaklah sepantasnya, tidaklah selayaknya bagi seorang monastik, tidak diperbolehkan, tidak boleh dilakukan. Bagaimana mungkin engkau dapat melakukan hal ini? Hal ini akan mempengaruhi keyakinan banyak orang dan menyebabkan beberapa orang kehilangan keyakinan."

Saat itu seorang mantan hakim yang baru meninggalkan keduniawian bersama dengan para bhikkhu sedang duduk di dekat Sang Buddha. Sang Buddha berkata kepadanya, "Untuk nilai pencurian berapakah Raja Bimbisāra memukul, mengurung, atau mengusir seorang pencuri?"

"Untuk satu keping uang pāda, Yang Mulia, untuk senilai satu pāda, atau lebih dari satu pāda." Pada waktu itu di Rājagaha satu keping uang pāda setara dengan lima keping uang māsaka.

Setelah menegur Yang Mulia Dhaniya dalam berbagai cara, Sang Buddha mencela sulitnya disokong ...; "Dan, para bhikkhu, aturan latihan ini harus dibacakan sebagai berikut:

Aturan Awal

'Jika seorang bhikkhu, dengan niat untuk mencuri, mengambil apa yang belum diberikan kepadanya—;jenis pencurian yang karenanya raja-raja, setelah menangkap seorang pencuri, akan memukul, mengurung, atau mengusirnya, dengan berkata, "Engkau penjahat, engkau dungu, engkau telah tersesat, engkau adalah seorang pencuri"—;ia juga diusir dan dikeluarkan dari komunitas.'"

Dengan cara inilah Sang Buddha menetapkan aturan latihan ini untuk para bhikkhu.

Sub-kisah kedua

Pada suatu ketika para bhikkhu dari kelompok enam pergi mendatangi para pencelup, mencuri koleksi kain mereka, membawanya kembali ke vihara, dan membagikannya. Para bhikkhu lainnya berkata kepada mereka, "Kalian memiliki jasa besar, melihat betapa banyak kain-jubah yang kalian peroleh."

"Bagaimanakah kami memiliki jasa? Baru saja kami mendatangi para pencelup dan mencuri kain mereka."

"Tetapi bukankah Sang Buddha telah menetapkan aturan latihan? Mengapa kalian mencuri kain milik para pencelup?"

"Benar bahwa Sang Buddha telah menetapkan aturan latihan, tetapi itu sehubungan dengan wilayah berpenghuni, bukan di hutan belantara."

"Tetapi itu sama saja. Tidaklah benar, tidaklah sepantasnya, tidaklah selayaknya bagi seorang monastik, tidak diperbolehkan, tidak boleh dilakukan. Bagaimana mungkin kalian dapat mencuri kain milik para pencelup? Hal ini akan mempengaruhi keyakinan banyak orang dan menyebabkan beberapa orang kehilangan keyakinan."

Setelah menegur para bhikkhu itu dalam berbagai cara, mereka melaporkan kepada Sang Buddha.

Sang Buddha mengumpulkan Sangha para bhikkhu dan menanyai para bhikkhu itu: "Benarkah, para bhikkhu, bahwa kalian melakukan hal ini?"
"Benar, Yang Mulia."
Sang Buddha menegur mereka, "Tidaklah benar, orang dungu, tidaklah sepantasnya, tidaklah selayaknya bagi seorang monastik, tidak diperbolehkan, tidak boleh dilakukan. Bagaimana mungkin kalian dapat melakukan hal ini? Ini akan mempengaruhi keyakinan banyak orang dan menyebabkan beberapa orang kehilangan keyakinan." Kemudian, setelah mencela para bhikkhu dari kelompok enam dalam berbagai cara, Sang buddha mencela sulitnya disokong ...; tetapi memuji ...; bersemangat. Setelah membabarkan ajaran tentang apa yang baik dan selayaknya, ia berkata kepada para bhikkhu ...; "Dan, para bhikkhu, aturan latihan ini harus dibacakan sebagai berikut:

Aturan akhir:

'Jika seorang bhikkhu, dengan niat untuk mencuri, mengambil dari wilayah berpenghuni ataupun dari hutan belantara apa yang belum diberikan kepadanya—;jenis pencurian yang karenanya raja-raja, setelah menangkap seorang pencuri, akan memukul, mengurung, atau mengusirnya, dengan berkata, "Engkau penjahat, engkau dungu, engkau telah tersesat, engkau adalah seorang pencuri"—;ia juga diusir dan dikeluarkan dari komunitas.'"

Definisi

Seorang:

Siapa pun...;

Bhikkhu:

...; Seorang bhikkhu yang telah diberikan penahbisan penuh oleh Sangha yang sepakat melalui prosedur sah yang terdiri dari satu usul dan tiga pengumuman yang tidak dapat dibatalkan dan lengkap – bhikkhu jenis inilah yang dimaksudkan dalam kasus ini.

Wilayah berpenghuni:

Wilayah berpenghuni dengan satu gubuk, wilayah berpenghuni dengan dua gubuk, wilayah berpenghuni dengan tiga gubuk, wilayah berpenghuni dengan empat gubuk, wilayah berpenghuni dengan orang-orang, wilayah berpenghuni tanpa orang-orang, wilayah berpenghuni tertutup, wilayah berpenghuni terbuka, wilayah berpenghuni yang tidak teratur, dan bahkan karavan yang menetap selama lebih dari empat bulan disebut "wilayah berpenghuni."

Jalan masuk menuju wilayah berpenghuni:

dari suatu wilayah berpenghuni tertutup: sepelemparan batu dari seorang dengan ketinggian rata-rata yang berdiri di ambang gerbang menuju wilayah berpenghuni; dari suatu wilayah berpenghuni terbuka: sepelemparan batu dari seorang dengan ketinggian rata-rata yang berdiri di jalan masuk menuju sebuah rumah.

Hutan belantara:

Di luar wilayah berpenghuni dan jalan masuk menuju wilayah berpenghuni, wilayah lainnya disebut "hutan belantara".

Apa yang tidak diberikan:

Apa yang tidak diberikan, apa yang belum diserahkan, apa yang belum dilepaskan; apa yang terjaga, apa yang dilindungi, apa yang dianggap sebagai "milikku", apa yang menjadi milik seseorang lainnya. Ini disebut "apa yang belum diberikan".

Niat untuk mencuri:

Pemikiran pencurian, pemikiran untuk mencuri.

Mengambil:

Mengambil, membawa, mencuri, menghentikan pergerakan, memindahkan dari dasarnya, tidak menepati janji.

Jenis:

Sekeping uang pāda, senilai satu pāda, atau lebih dari satu pāda.

Raja-raja:

Raja-raja bumi, raja-raja wilayah, para penguasa pulau, para penguasa wilayah perbatasan, hakim-hakim, para pejabat pemerintahan, atau siapapun yang menjatuhkan hukuman fisik—;ini disebut "raja-raja".

Seorang pencuri:

Siapa pun, yang berniat untuk mencuri, mengambil apa pun yang belum diberikan, yang bernilai lima keping uang māsaka atau lebih—;ia disebut "seorang pencuri".

Akan memukul:

Akan memukul dengan tangan, kaki, cambuk, rotan, gada, atau dengan mutilasi.

Akan mengurung:

Akan mengurung dengan mengikat dengan tali, dengan mengikat dengan belenggu, dengan mengikat dengan rantai, dengan mengurung di dalam rumah, dengan mengurung di dalam kota, dengan mengurung di dalam desa, dengan mengurung di dalam pemukiman, atau dengan penjagaan.

Akan mengusir:

Akan diusir dari sebuah desa, dari sebuah pemukiman, dari sebuah kota, dari sebuah negeri, atau dari sebuah wilayah.

Engkau penjahat, engkau dungu, engkau telah tersesat, engkau adalah seorang pencuri:

Ini adalah suatu teguran.

Ia juga:

Ini dikatakan sehubungan dengan pelanggaran sebelumnya yang mengharuskan pengusiran.

Diusir:

Seperti halnya sehelai daun yang layu dan gugur tidak dapat menjadi hijau kembali, demikian pula seorang bhikkhu yang, berniat mencuri, mengambil satu keping uang pāda, yang bernilai satu pāda, atau bernilai lebih dari satu pāda yang tidak diberikan bukanlah seorang petapa, bukan seorang monastik Sakya. Oleh karena itu dikatakan, "ia diusir."

Dikeluarkan dari komunitas:

Komunitas: prosedur legal bersama, pembacaan bersama, latihan yang sama—;ini disebut "komunitas". Ia tidak berpartisipasi di dalam hal-hal ini—;oleh karena itu dikatakan "dikeluarkan dari komunitas".

Permutasi

Permutasi bagian 1

Ringkasan

Di bawah tanah, di tanah, di udara, di atas tanah, di air, di dalam perahu, di dalam kendaraan, di bawa sebagai beban, di taman, di tempat kediaman monastik, di ladang, di suatu situs, di wilayah berpenghuni, di hutan belantara, air, pembersih gigi, pohon hutan, yang dibawa, yang disimpan, stasiun pajak, makhluk hidup, tanpa kaki, berkaki-dua, berkaki-empat, berkaki-banyak, seorang mata-mata, seorang penjaga harta yang dititipkan, pencurian yang telah saling disepakati bersama, bertindak menurut penunjukan, membuat isyarat.
Title: Pārājika 2
Post by: Indra on 14 September 2022, 11:51:24 AM
Penjelasan

Di bawah tanah:

Benda-benda itu telah diletakkan di bawah tanah, dikubur, disembunyikan. Jika, dengan niat mencuri, ia berpikir, "Aku akan mencuri benda-benda di bawah tanah," dan ia mencari teman, mencari sekop atau keranjang, atau pergi ke sana, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika ia mematahkan ranting atau tanaman rambat yang tumbuh di sana, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika ia menggali tanah atau menimbunnya atau memindahkannya, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika ia menyentuh wadahnya, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika ia membuatnya bergoyang, maka ia melakukan pelanggaran serius. Jika ia memindahkannya dari dasarnya, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran.

Jika, dengan niat mencuri, ia meletakkan wadahnya sendiri ke dalam wadah dan menyentuh sesuatu yang bernilai lima keping uang māsaka atau lebih, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika ia menggoyangkannya, maka ia melakukan pelanggaran serius. Jika ia memasukkannya ke dalam wadahnya sendiri atau mengambilnya dengan genggaman tangannya, maka terjadi pelanggaran yang mengharuskan pengusiran.

Jika, dengan niat mencuri, ia menyentuh benda-benda yang terbuat dari benang—;perhiasan yang digantung dengan benang, seuntai kalung, korset berhias, buntalan, atau sebuah serban—;maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika ia membuatnya bergoyang, maka ia melakukan pelanggaran serius. Jika ia menggenggamnya di atas dan menariknya, maka ia melakukan pelanggaran serius. Jika ia menggosoknya sambil mengangkatnya, maka ia melakukan pelanggaran serius. Jika ia memindahkan benda-benda itu bahkan hanya sejauh sehelai rambut dari bibir wadahnya, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran.

Jika, dengan niat mencuri, ia minum—;dalam satu tindakan—;ghee, minyak, madu, atau sirup yang bernilai lima keping uang māsaka atau lebih, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran. Jika ia menghancurkannya, membuangnya, membakarnya, atau membuatnya tidak lagi berguna, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah.

Di tanah:

Benda-benda telah diletakkan di tanah. Jika, dengan niat mencuri, ia berpikir, "Aku akan mencuri benda-benda di tanah ini," dan apakah ia mencari teman atau pergi ke sana, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika ia menyentuhnya, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika ia membuatnya bergoyang, maka ia melakukan pelanggaran serius. Jika ia memindahkannya dari dasarnya, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran.

Di udara:

Benda-benda di udara—;seekor merak, ayam hutan, atau burung puyuh; atau buntalan atau serban; atau uang atau emas yang jatuh. Jika, dengan niat mencuri, ia berpikir, "Aku akan mencuri benda-benda di udara," dan apakah ia mencari seorang teman atau pergi ke sana, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika ia menghentikan pergerakannya, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika ia menyentuhnya, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika ia membuatnya bergoyang, maka ia melakukan pelanggaran serius. Jika ia memindahkannya dari dasarnya, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran.

Di atas tanah:

Benda-benda di atas tanah—;di atas tempat tidur, di atas bangku, pada rak jubah dari bambu, di jemuran baju, di pasak dinding, di pohon, atau sekedar di alas mangkuk. Jika, dengan niat mencuri, ia berpikir, "Aku akan mencuri benda-benda di atas tanah," dan apakah ia mencari seorang teman atau ia pergi ke sana, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika ia menyentuhnya, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika ia membuatnya bergoyang, maka ia melakukan pelanggaran serius. Jika ia memindahkannya dari dasarnya, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran.

Di air:

Benda-benda yang telah diletakkan di air. Jika, dengan niat mencuri, ia berpikir, "Aku akan mencuri benda-benda di air ini," dan apakah ia mencari teman atau pergi ke sana, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika ia menyelam ke dalam air atau mengapung di permukaan, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika ia menyentuh benda itu, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika ia membuatnya bergoyang, maka ia melakukan pelanggaran serius. Jika ia memindahkannya dari dasarnya, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran.

Jika, dengan niat mencuri, ia menyentuh apakah teratai biru, merah, atau putih yang tumbuh di sana, atau akar teratai, atau seekor ikan, atau kura-kura yang bernilai lima keping uang māsaka atau lebih, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika ia membuatnya bergoyang, maka ia melakukan pelanggaran serius. Jika ia memindahkannya dari dasarnya, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran.

Sebuah perahu:

Yang dengannya seseorang menyeberang.

Di dalam perahu:

Benda-benda yang telah diletakkan di dalam perahu. Jika, dengan niat mencuri, ia berpikir, "Aku akan mencuri benda-benda di dalam perahu," dan apakah ia mencari teman atau pergi ke sana, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika ia menyentuhnya, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika ia membuatnya bergoyang, maka ia melakukan pelanggaran serius. Jika ia memindahkannya dari dasarnya, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran.

Jika, dengan niat mencuri, ia berpikir, "Aku akan mencuri perahunya," dan apakah ia mencari teman atau pergi ke sana, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika ia menyentuhnya, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika ia membuatnya bergoyang, maka ia melakukan pelanggaran serius. Jika ia melepaskan tambatannya, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika, setelah melepaskan tambatan, ia menyentuhnya, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika ia membuatnya bergoyang, maka ia melakukan pelanggaran serius. Jika ia membuatnya bergerak ke hulu atau hilir atau ke seberang, bahkan hanya sejauh sehelai rambut, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran.

Sebuah kendaraan:

Sebuah gerobak, sebuah gerbong, sebuah keranjang, sebuah kereta.

Di dalam kendaraan:

Benda-benda telah diletakkan di dalam kendaraan. Jika, dengan niat mencuri, ia berpikir, "Aku akan mencuri benda-benda di dalam kendaraan," dan apakah ia mencari teman atau pergi ke sana, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika ia menyentuhnya, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika ia membuatnya bergoyang, maka ia melakukan pelanggaran serius. Jika ia memindahkannya dari dasarnya, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran.

Jika, dengan niat mencuri, ia berpikir, "Aku akan mencuri kendaraannya," dan apakah ia mencari teman atau pergi ke sana, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika ia menyentuhnya, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika ia membuatnya bergoyang, maka ia melakukan pelanggaran serius. Jika ia memindahkannya dari dasarnya, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran.

Sebuah beban:

Beban yang dibawa di atas kepala, beban yang dibawa di atas bahu, beban yang dibawa di pinggul, yang menggantung. Jika, dengan niat mencuri, ia menyentuh beban di atas kepala, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika ia membuatnya bergoyang, maka ia melakukan pelanggaran serius. Jika ia menurunkannya ke bahu, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran. Jika, dengan niat mencuri, ia menyentuh beban yang dibawa di atas bahu, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika ia membuatnya bergoyang, maka ia melakukan pelanggaran serius. Jika ia menurunkannya ke pinggul, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran. Jika, dengan niat mencuri, ia menyentuh beban yang dibawa di pinggul, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika ia membuatnya bergoyang, maka ia melakukan pelanggaran serius. Jika ia mengambilnya dengan tangan, maka terjadi pelanggaran yang mengharuskan pengusiran. Jika, dengan niat mencuri beban di tangan, ia meletakkannya di tanah, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran. Jika, dengan niat mencuri, ia memungutnya dari tanah, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran.

Sebuah taman:

Sebuah kebun, taman.

Di taman:

Benda-benda yang telah diletakkan di sebuah taman di empat lokasi: di bawah tanah, di tanah, di udara, di atas tanah. Jika, dengan niat mencuri, ia berpikir, "Aku akan mencuri benda-benda di taman," dan apakah ia mencari teman atau pergi ke sana, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika ia menyentuhnya, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika ia membuatnya bergoyang, maka ia melakukan pelanggaran serius. Jika ia memindahkannya dari dasarnya, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran.

Jika, dengan niat mencuri, ia menyentuh sesuatu yang tumbuh di sana—;akar, sepotong kulit kayu, sehelai daun, sekuntum bunga, atau sebutir buah—;yang bernilai lima keping uang māsaka atau lebih, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika ia membuatnya bergoyang, maka ia melakukan pelanggaran serius. Jika ia memindahkannya dari dasarnya, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran.

Jika ia mengklaim taman itu, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika ia membangkitkan keraguan pada pemiliknya sehubungan dengan kepemilikannya, maka ia melakukan pelanggaran serius. Jika si pemilik berpikir, "Aku tidak akan mendapatkannya kembali," dan ia menghentikan usaha untuk mengklaimnya kembali, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran. Jika ia melakukan upaya hukum dan mengalahkan pemiliknya, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran. Jika ia melakukan upaya hukum tetapi kalah, maka ia melakukan pelanggaran serius.

Di tempat kediaman monastik:

Benda-benda telah diletakkan di dalam kediaman seorang monastik di empat lokasi: di bawah tanah, di tanah, di udara, di atas tanah. Jika, dengan niat mencuri, ia berpikir, "Aku akan mencuri benda-benda dalam kediaman monastik tersebut," dan apakah ia mencari teman atau pergi ke sana, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika ia menyentuhnya, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika ia membuatnya bergoyang, maka ia melakukan pelanggaran serius. Jika ia memindahkannya dari dasarnya, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran.

Jika ia mengklaim tempat kediaman monastik itu, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika ia membangkitkan keraguan pada pemiliknya sehubungan dengan kepemilikannya, maka ia melakukan pelanggaran serius. Jika si pemilik berpikir, "Aku tidak akan mendapatkannya kembali," dan ia menghentikan usaha untuk mengklaimnya kembali, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran. Jika ia melakukan upaya hukum dan mengalahkan pemiliknya, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran. Jika ia melakukan upaya hukum tetapi kalah, maka ia melakukan pelanggaran serius.

Ladang:

Di mana gandum atau sayur-sayuran tumbuh.

Di ladang:

Benda-benda yang telah diletakkan di ladang di empat lokasi: di bawah tanah, di tanah, di udara, di atas tanah. Jika, dengan niat mencuri, ia berpikir, "Aku akan mencuri benda-benda di ladang tersebut," dan apakah ia mencari teman atau pergi ke sana, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika ia menyentuhnya, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika ia membuatnya bergoyang, maka ia melakukan pelanggaran serius. Jika ia memindahkannya dari dasarnya, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran.

Jika, dengan niat mencuri, ia menyentuh gandum atau sayur-sayuran yang tumbuh di sana yang bernilai lima keping uang māsaka atau lebih, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika ia membuatnya bergoyang, maka ia melakukan pelanggaran serius. Jika ia memindahkannya dari dasarnya, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran.

Jika ia mengklaim ladang itu, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika ia membangkitkan keraguan pada pemiliknya sehubungan dengan kepemilikannya, maka ia melakukan pelanggaran serius. Jika si pemilik berpikir, "Aku tidak akan mendapatkannya kembali," dan ia menghentikan usaha untuk mengklaimnya kembali, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran. Jika ia melakukan upaya hukum dan mengalahkan pemiliknya, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran. Jika ia melakukan upaya hukum tetapi kalah, maka ia melakukan pelanggaran serius.

Jika ia memindahkan tiang, tali, pagar, atau perbatasan, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika tersisa satu tindakan lagi yang perlu yang dilakukan, maka ia melakukan pelanggaran serius. Jika tindakan terakhir memindahkan itu telah selesai, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran.

Situs:

Lahan taman atau vihara, lahan tempat kediaman monastik.

Di situs:

Benda-benda telah diletakkan pada sebuah situs di empat lokasi: di bawah tanah, di tanah, di udara, di atas tanah. Jika, dengan niat mencuri, ia berpikir, "Aku akan mencuri benda-benda di situs tersebut," dan apakah ia mencari teman atau pergi ke sana, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika ia menyentuhnya, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika ia membuatnya bergoyang, maka ia melakukan pelanggaran serius. Jika ia memindahkannya dari dasarnya, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran.

Jika ia mengklaim situs itu, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika ia membangkitkan keraguan pada pemiliknya sehubungan dengan kepemilikannya, maka ia melakukan pelanggaran serius. Jika si pemilik berpikir, "Aku tidak akan mendapatkannya kembali," dan ia menghentikan usaha untuk mengklaimnya kembali, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran. Jika ia melakukan upaya hukum dan mengalahkan pemiliknya, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran. Jika ia melakukan upaya hukum tetapi kalah, maka ia melakukan pelanggaran serius.

Jika ia memindahkan tiang, tali, pagar, atau perbatasan, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika tersisa satu tindakan lagi yang perlu dilakukan, maka ia melakukan pelanggaran serius. Jika tindakan terakhir memindahkan itu telah selesai, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran.

Di wilayah berpenghuni:

Benda-benda telah diletakkan pada sebuah wilayah berpenghuni di empat lokasi: di bawah tanah, di tanah, di udara, di atas tanah. Jika, dengan niat mencuri, ia berpikir, "Aku akan mencuri benda-benda di wilayah berpenghuni," dan apakah ia mencari teman atau pergi ke sana, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika ia menyentuhnya, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika ia membuatnya bergoyang, maka ia melakukan pelanggaran serius. Jika ia memindahkannya dari dasarnya, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran.

Hutan belantara:

Segala hutan belantara yang dimiliki orang-orang.

Di hutan belantara:

Benda-benda yang telah diletakkan di hutan belantara di empat lokasi: di bawah tanah, di tanah, di udara, di atas tanah. Jika, dengan niat mencuri, ia berpikir, "Aku akan mencuri benda-benda di hutan belantara," dan apakah ia mencari teman atau pergi ke sana, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika ia menyentuhnya, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika ia membuatnya bergoyang, maka ia melakukan pelanggaran serius. Jika ia memindahkannya dari dasarnya, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran.

Jika, dengan niat mencuri, ia menyentuh sesuatu yang ada di sana—;ranting, tanaman rambat, atau rumput—;yang bernilai lima keping uang māsaka atau lebih, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika ia membuatnya bergoyang, maka ia melakukan pelanggaran serius. Jika ia memindahkan dari dasarnya, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran.

Air:

Di dalam wadah, di kolam, atau di waduk. Jika, dengan niat mencuri, ia menyentuhnya, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika ia membuatnya bergoyang, maka ia melakukan pelanggaran serius. Jika ia memindahkannya dari dasarnya, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran.

Jika, dengan niat mencuri, ia mencelupkan wadahnya ke dalam wadah penyimpan air, dan ia menyentuh air yang bernilai lima keping uang māsaka atau lebih, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika ia membuatnya bergoyang, maka ia melakukan pelanggaran serius. Jika ia memasukkan ke dalam wadahnya sendiri, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran.

Jika ia memecahkan dindingnya, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika, setelah memecahkan dindingnya, ia membiarkan air mengalir keluar yang bernilai lima keping uang māsaka atau lebih, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran. Jika ia membiarkan air keluar yang bernilai lebih dari satu māsaka tetapi kurang dari lima māsaka, maka ia melakukan pelanggaran serius. Jika ia membiarkan air mengalir keluar yang bernilai satu māsaka atau kurang, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah.

Pembersih gigi:

Apakah yang siap dipakai atau tidak. Jika, dengan niat mencuri, ia menyentuh apa yang bernilai lima keping uang māsaka atau lebih, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika ia membuatnya bergoyang, maka ia melakukan pelanggaran serius. Jika ia memindahkannya dari dasarnya, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran.

Pohon hutan:

Pohon yang berguna apapun yang dimiliki orang-orang. Jika, dengan niat mencuri, ia menebangnya, maka untuk setiap pukulan ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika  tersisa satu pukulan lagi sebelum pohonnya tumbang, maka ia melakukan pelanggaran serius. Jika pukulan terakhir telah dilakukan, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran.

Benda-benda yang dibawa:

Benda-benda orang lain yang sedang dibawa. Jika, dengan niat mencuri, ia menyentuhnya, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika ia membuatnya bergoyang, maka ia melakukan pelanggaran serius. Jika ia memindahkannya dari dasarnya, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran.

Jika ia berpikir, "Bersama dengan pembawa, aku akan membawa benda-benda ini," dan ia membuat si pembawa menggerakkan satu kaki, maka ia melakukan pelanggaran serius. Jika ia membuatnya menggerakkan kaki kedua, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran.

Jika ia berpikir, "Aku akan mengambil benda-benda yang jatuh," dan ia membuatnya jatuh, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika, dengan niat mencuri, ia menyentuh benda-benda yang jatuh yang bernilai lima keping uang māsaka atau lebih, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika ia membuatnya bergoyang, maka ia melakukan pelanggaran serius. Jika ia memindahkannya dari dasarnya, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran.

Title: Pārājika 2
Post by: Indra on 14 September 2022, 11:52:17 AM
Simpanan:

Benda-benda yang disimpan pada seorang bhikkhu. Jika bhikkhu itu diberitahu, "Berikan barang-barangku kepadaku," dan ia berkata, "aku tidak menerimanya," maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika ia membangkitkan keraguan pada si pemilik sehubungan dengan apakah ia akan mendapatkannya kembali, maka ia melakukan pelanggaran serius. Jika si pemilik berpikir, "Ia tidak akan memberikannya kepadaku," dan menghentikan usahanya untuk memperolehnya kembali, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran. Jika ia melakukan upaya hukum dan mengalahkan pemiliknya, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran. Jika ia melakukan upaya hukum tetapi kalah, maka ia melakukan pelanggaran serius.

Pabean:

Ini didirikan oleh raja di perlintasan gunung, pada penyeberangan sungai, atau di gerbang desa sehingga pajak dapat dikutip dari orang-orang yang melintasinya. Jika, dengan niat mencuri dan setelah memasuki kantor pabean, ia menyentuh benda-benda yang memiliki nilai pajak pada raja bernilai lima keping uang māsaka atau lebih, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika ia membuatnya bergoyang, maka ia melakukan pelanggaran serius. Jika ia melewati kantor pabean dengan satu kaki, maka ia melakukan pelanggaran serius. Jika ia melewati kantor pabean dengan kaki kedua, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran.

Jika, sambil berdiri di dalam kantor pabean, ia membuat benda-benda jatuh keluar dari kantor pabean, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran.

Jika ia sama sekali menghindari kantor pabean, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah.

Makhluk:

Seorang manusia adalah apa yang dimaksudkan. Jika, dengan niat mencuri, ia menyentuh orang itu, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika ia membuat orang itu bergoyang, maka ia melakukan pelanggaran serius. Jika ia memindahkan orang itu dari dasarnya, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran.

Jika ia berpikir, "Aku akan membawa orang itu dengan berjalan kaki," dan ia membuatnya menggerakkan kaki pertama, maka ia melakukan pelanggaran serius. Jika ia membuatnya menggerakkan kaki kedua, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran.

Tanpa-kaki:

Ular dan ikan. Jika, dengan niat mencuri, ia menyentuh apa yang bernilai lima keping uang māsaka atau lebih, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika ia membuatnya bergoyang, maka ia melakukan pelanggaran serius. Jika ia memindahkannya dari dasarnya, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran.

Berkaki-dua:

Manusia dan burung-burung. Jika, dengan niat mencuri, ia menyentuhnya, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika ia membuatnya bergoyang, maka ia melakukan pelanggaran serius. Jika ia memindahkannya dari dasarnya, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran.

Jika ia berpikir, "Aku akan membawanya dengan berjalan kaki," dan ia membuatnya menggerakkan kaki pertama, maka ia melakukan pelanggaran serius. Jika ia membuatnya menggerakkan kaki kedua, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran.

Berkaki-empat:

Gajah, kuda, unta, sapi, keledai, binatang-binatang ternak. Jika, dengan niat mencuri, ia menyentuhnya, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika ia membuatnya bergoyang, maka ia melakukan pelanggaran serius. Jika ia memindahkannya dari dasarnya, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran.

Jika ia berpikir, "Aku akan membawanya dengan berjalan kaki," dan ia membuatnya menggerakkan kaki pertama, maka ia melakukan pelanggaran serius. Jika ia membuatnya menggerakkan kaki kedua, maka ia melakukan pelanggaran serius. Jika ia membuatnya menggerakkan kaki ketiga, maka ia melakukan pelanggaran serius. Jika ia membuatnya menggerakkan kaki keempat, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran.

Berkaki-banyak:

Kalajengking, kelabang, ulat. Jika, dengan niat mencuri, ia menyentuh apa yang bernilai lima keping uang māsaka atau lebih, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika ia membuatnya bergoyang, maka ia melakukan pelanggaran serius. Jika ia memindahkannya dari dasarnya, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran.

Jika ia berpikir, "Aku akan membawanya dengan berjalan kaki," dan ia membuatnya bergerak, maka ia melakukan pelanggaran serius untuk setiap kaki yang bergerak. Ketika kaki terakhir bergerak, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran.

Seorang mata-mata:

Setelah memata-matai benda-benda. Jika ia menjelaskannya, dengan mengatakan, "Curilah benda-benda demikian," maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika ia mencuri benda-benda itu, maka terjadi pelanggaran yang mengharuskan pengusiran.

Penjaga harta yang dititipkan:

Seorang bhikkhu yang menjaga benda-benda yang dibawa kepadanya. Jika, dengan niat mencuri, ia menyentuh apa yang bernilai lima keping uang māsaka atau lebih, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika ia membuatnya bergoyang, maka ia melakukan pelanggaran serius. Jika ia memindahkannya dari dasarnya, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran.

Pencurian yang telah disepakati bersama:

Sekelompok orang sepakat. Jika salah satu di antara mereka mencuri benda-benda, maka terjadi pelanggaran yang mengharuskan pengusiran untuk mereka semua.

Bertindak menurut penunjukan:

Seseorang melakukan penunjukan untuk sebelum makan atau untuk sesudah makan, untuk malam itu atau untuk siang itu. Jika ia mengatakan, "Curilah benda-benda itu menurut penunjukan ini," maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika orang lainnya mencuri benda-benda itu menurut penunjukan itu, maka terjadi pelanggaran yang mengharuskan pengusiran untuk keduanya. Jika ia mencuri benda-benda itu sebelum atau sesudah waktu yang ditentukan, tidak ada pelanggaran untuk si penghasut, tetapi pelanggaran yang mengharuskan pengusiran untuk si pencuri.

Membuat isyarat:

Ia membuat tanda. Jika ia mengatakan, "Ketika aku berkedip, pada isyarat itu curilah benda-benda itu," atau, "Ketika aku mengangkat alis, pada isyarat itu curilah benda-benda itu," atau, "Ketika aku mengangguk, pada isyarat itu curilah benda-benda itu," maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika, pada isyarat itu, orang lainnya mencuri benda-benda itu, maka terjadi pelanggaran yang mengharuskan pengusiran untuk keduanya. Jika ia mencuri benda-benda itu sebelum atau sesudah isyarat itu, maka tidak ada pelanggaran untuk si penghasut, tetapi pelanggaran yang mengharuskan pengusiran untuk si pencuri.

Permutasi bagian 2

Jika seorang bhikkhu berkata kepada seorang bhikkhu lain, "Curilah benda-benda itu," maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika bhikkhu lain itu mencurinya, berpikir bahwa benda-benda itu adalah yang ia disuruh untuk mencuri, maka terjadi pelanggaran yang mengharuskan pengusiran untuk keduanya.

Jika seorang bhikkhu berkata kepada seorang bhikkhu lain, "Curilah benda-benda itu," maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika bhikkhu lain itu mencuri benda-benda lainnya, berpikir bahwa ia adalah orang yang disuruh untuk mencuri, maka tidak ada pelanggaran untuk si penghasut, tetapi terjadi pelanggaran yang mengharuskan pengusiran untuk si pencuri.

Jika seorang bhikkhu berkata kepada seorang bhikkhu lain, "Curilah benda-benda itu," maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika bhikkhu lain itu mencurinya, berpikir bahwa benda-benda itu bukanlah apa yang ia disuruh untuk mencuri, maka terjadi pelanggaran yang mengharuskan pengusiran untuk keduanya.

Jika seorang bhikkhu berkata kepada seorang bhikkhu lain, "Curilah benda-benda itu," maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika bhikkhu lain itu mencuri benda-benda lainnya, berpikir bahwa benda-benda itu bukanlah apa yang ia disuruh untuk mencuri, maka tidak ada pelanggaran untuk si penghasut, tetapi terjadi pelanggaran yang mengharuskan pengusiran untuk si pencuri.

Jika seorang bhikkhu memberitahu seorang bhikkhu lain, "Beritahu seseorang untuk mengatakan kepada seorang lainnya untuk mencuri benda-benda itu," maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Dalam memberitahu kepada orang berikutnya, terjadi pelanggaran perbuatan salah. Jika si calon pencuri menyetujui, maka terjadi pelanggaran serius untuk si penghasut. Jika ia mencuri benda-benda itu, maka terjadi pelanggaran yang mengharuskan pengusiran untuk mereka semua.

Jika seorang bhikkhu memberitahu seorang bhikkhu lain, "Beritahu seseorang untuk mengatakan kepada seorang lainnya untuk mencuri benda-benda itu," maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika bhikkhu lain itu memberitahu kepada orang lain yang bukan orang yang ia disuruh untuk memberitahukan, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika si calon pencuri menyetujui, maka terjadi pelanggaran perbuatan salah. Jika ia mencuri benda-benda itu, maka terjadi pelanggaran yang mengharuskan pengusiran untuk si penyampai pesan dan untuk si pencuri.

Jika seorang bhikkhu memberitahu bhikkhu kedua, "Curilah benda-benda itu," maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Ia pergi, namun kembali lagi, dengan berkata, "Aku tidak mampu mencuri benda-benda itu." Jika bhikkhu pertama memberitahunya lagi, "Ketika engkau mampu, maka curilah benda-benda itu," maka ia melakukan perbuatan salah. Jika bhikkhu kedua mencuri benda-benda itu, maka terjadi pelanggaran yang mengharuskan pengusiran untuk keduanya.

Jika seorang bhikkhu memberitahu bhikkhu kedua, "Curilah benda-benda itu," maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Kemudian ia menyesal, namun tidak mengatakan, "Jangan mencuri benda-benda itu." Jika bhikkhu kedua mencuri benda-benda itu, maka terjadi pelanggaran yang mengharuskan pengusiran untuk keduanya.

Jika seorang bhikkhu memberitahu bhikkhu kedua, "Curilah benda-benda itu," maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Kemudian ia menyesal dan mengatakan, "Jangan mencuri benda-benda itu." Jika bhikkhu kedua menjawab, "Aku telah engkau suruh untuk melakukan hal itu," dan ia kemudian mencuri benda-benda itu, maka tidak ada pelanggaran untuk si penghasut, tetapi terjadi pelanggaran yang mengharuskan pengusiran untuk si pencuri.

Jika seorang bhikkhu memberitahu bhikkhu kedua, "Curilah benda-benda itu," maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Kemudian ia menyesal dan mengatakan, "Jangan mencuri benda-benda itu." Jika bhikkhu kedua menjawab, "Baik," dan berhenti, maka tidak ada pelanggaran untuk keduanya.
Title: Pārājika 2
Post by: Indra on 14 September 2022, 11:55:20 AM
Permutasi bagian 3

Bagi seorang yang mencuri terjadi pelanggaran yang mengharuskan pengusiran ketika lima faktor terpenuhi: benda itu adalah milik orang lain; ia mengetahuinya demikian; itu adalah benda mahal yang bernilai lima keping uang māsaka atau lebih; ia berniat untuk mencurinya; jika ia menyentuhnya, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah; jika ia membuatnya bergoyang, maka ia melakukan pelanggaran serius; jika ia memindahkannya dari dasarnya, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran.

Bagi seorang yang mencuri terjadi pelanggaran serius ketika lima faktor terpenuhi: benda itu adalah milik orang lain; ia mengetahuinya demikian; itu adalah benda biasa yang bernilai lebih dari satu keping uang māsaka, tetapi kurang dari lima; ia berniat untuk mencurinya; jika ia menyentuhnya, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah; jika ia membuatnya bergoyang, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah; jika ia memindahkannya dari dasarnya, maka ia melakukan pelanggaran serius.

Bagi seorang yang mencuri terjadi pelanggaran perbuatan salah ketika lima faktor terpenuhi: benda itu adalah milik orang lain; ia mengetahuinya demikian; itu adalah benda biasa yang bernilai satu keping uang māsaka atau kurang; ia berniat untuk mencurinya; jika ia menyentuhnya, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah; jika ia membuatnya bergoyang, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah; jika ia memindahkannya dari dasarnya, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah.

Bagi seorang yang mencuri terjadi pelanggaran yang mengharuskan pengusiran ketika enam faktor terpenuhi: ia mengetahui bahwa benda itu bukan miliknya; ia tidak mengambilnya atas dasar kepercayaan; ia tidak meminjamnya; itu adalah benda mahal yang bernilai lima keping uang māsaka atau lebih; ia berniat untuk mencurinya; jika ia menyentuhnya, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah; jika ia membuatnya bergoyang, maka ia melakukan pelanggaran serius; jika ia memindahkannya dari dasarnya, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran.

Bagi seorang yang mencuri terjadi pelanggaran serius ketika enam faktor terpenuhi: ia mengetahui bahwa benda itu bukan miliknya; ia tidak mengambilnya atas dasar kepercayaan; ia tidak meminjamnya; itu adalah benda biasa yang bernilai lebih dari satu keping uang māsaka, tetapi kurang dari lima; ia berniat untuk mencurinya; jika ia menyentuhnya, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah; jika ia membuatnya bergoyang, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah; jika ia memindahkannya dari dasarnya, maka ia melakukan pelanggaran serius.

Bagi seorang yang mencuri terjadi pelanggaran perbuatan salah ketika enam faktor terpenuhi: ia mengetahui bahwa benda itu bukan miliknya; ia tidak mengambilnya atas dasar kepercayaan; ia tidak meminjamnya; itu adalah benda biasa yang bernilai satu keping uang māsaka atau kurang; ia berniat untuk mencurinya; jika ia menyentuhnya, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah; jika ia membuatnya bergoyang, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah; jika ia memindahkannya dari dasarnya, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah.

Bagi seorang yang mencuri terjadi pelanggaran perbuatan salah ketika lima faktor terpenuhi: benda itu bukan milik orang lain; tetapi ia mengetahuinya sebagai milik orang lain; itu adalah benda mahal yang bernilai lima keping uang māsaka atau lebih; ia berniat untuk mencurinya; jika ia menyentuhnya, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah; jika ia membuatnya bergoyang, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah; jika ia memindahkannya dari dasarnya, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah.

Bagi seorang yang mencuri terjadi pelanggaran perbuatan salah ketika lima faktor terpenuhi: benda itu bukan milik orang lain; tetapi ia mengetahuinya sebagai milik orang lain; itu adalah benda biasa yang bernilai lebih dari satu keping uang māsaka, tetapi kurang dari lima; ia berniat untuk mencurinya; jika ia menyentuhnya, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah; jika ia membuatnya bergoyang, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah; jika ia memindahkannya dari dasarnya, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah.

Bagi seorang yang mencuri terjadi pelanggaran perbuatan salah ketika lima faktor terpenuhi: benda itu bukan milik orang lain; tetapi ia mengetahuinya sebagai milik orang lain; ; itu adalah benda biasa yang bernilai satu keping uang māsaka atau kurang; ia berniat untuk mencurinya; jika ia menyentuhnya, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah; jika ia membuatnya bergoyang, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah; jika ia memindahkannya dari dasarnya, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah.

Tidak ada pelanggaran

Tidak ada pelanggaran: jika ia menganggapnya sebagai miliknya; jika ia mengambilnya atas dasar kepercayaan; jika ia meminjamnya; jika itu adalah milik hantu; jika itu adalah milik binatang; jika ia mengetahui sebagai benda yang dibuang; jika ia gila; jika ia kehilangan akal sehat; jika ia dikuasai kesakitan; jika ia adalah pelaku pertama.

Bagian pembacaan pertama tentang mencuri selesai

Rangkuman syair-syair studi kasus
"Lima diceritakan dengan para pencelup,
Dan empat dengan penutup tempat tidur;
Lima dengan kegelapan,
Dan lima dengan pembawa.
Lima diceritakan dengan cara berbicara,
Dua lainnya dengan angin;
Baru, menarik undian,
Dengan sauna menjadi sepuluh.
Lima diceritakan dengan pembunuhan binatang,
Dan lima tentang tanpa alasan yang benar;
Nasi pada masa kekurangan makanan, dan daging,
Kue kering, biskuit, dan kue basah.
Enam tentang benda kebutuhan, dan tas,
Alas tidur, bambu, tentang tidak keluar;
Dan mengambil makanan segar atas dasar kepercayaan,
Dua lainnya tentang menganggap sebagai miliknya.
Tujuh tentang 'Kami tidak mencuri'
Dan tujuh di mana mereka memang mencuri;
Tujuh di mana mereka mencuri dari Sangha
Dua lainnya dengan bunga.
Dan tiga tentang membawa pesan,
Tiga tentang mengambil permata masa lalu;
Dan babi, rusa, ikan,
Dan ia menjalankan kendaraan.
Dua tentang sepotong, dua tentang kayu,
Dibuang, dua tentang air;
Langkah demi langkah, dengan pengaturan,
Yang lainnya tidak sebanding nilainya.
Empat genggam di Sāvatthī,
Dua tentang pembunuhan, dua tentang rumput;
Tujuh di mana mereka membagi milik Sangha,
Dan tujuh tentang tidak ada pemilik.
Kayu, air, lempung, dua tentang rumput,
Tujuh tentang mencuri tempat tidur Sangha;
Dan seseorang tidak boleh mengambil apa yang ada pemilliknya,
Seseorang boleh meminjam apa yang ada pemiliknya.
Campā, dan di Rājagaha,
Dan Ajjuka di Vesālī;
Dan Benares, Kosambī,
Dan Sāgalā dengan Dalhika."

Studi Kasus

Pada suatu ketika para bhikkhu dari kelompok enam mendatangi para pencelup dan mencuri koleksi kain mereka. Mereka menjadi gelisah, dengan berpikir, "Sang Buddha telah menetapkan aturan latihan. Mungkinkah kami telah melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran?" Mereka memberitahu Sang Buddha. "Para bhikkhu, kalian telah melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran."

Pada suatu ketika seorang bhikkhu mendatangi para pencelup, melihat sehelai kain mahal, dan berniat untuk mencurinya. Ia menjadi gelisah ...; "Sang Buddha telah menetapkan aturan latihan. Mungkinkah kami telah melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran?" Ia memberitahu Sang Buddha. "Tidak ada pelanggaran bagi munculnya suatu pemikiran."

Pada suatu ketika seorang bhikkhu mendatangi para pencelup, melihat sehelai kain mahal, dan menyentuhnya, dan berniat untuk mencurinya. Ia menjadi gelisah ...; "Tidak ada pelanggaran yang mengharuskan pengusiran, tetapi ada pelanggaran perbuatan salah."

Pada suatu ketika seorang bhikkhu mendatangi para pencelup, melihat sehelai kain mahal, dan membuatnya bergoyang, berniat untuk mencurinya. Ia menjadi gelisah ...; "Tidak ada pelanggaran yang mengharuskan pengusiran, tetapi ada pelanggaran serius."

Pada suatu ketika seorang bhikkhu mendatangi para pencelup, melihat sehelai kain mahal, dan memindahkannya dari dasarnya, berniat untuk mencurinya. Ia menjadi gelisah ...; "Engkau telah melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran."

Pada suatu ketika seorang bhikkhu pengumpul dana makanan melihat sehelai penutup tempat tidur mahal dan berniat untuk mencurinya ...; "Tidak ada pelanggaran bagi munculnya suatu pemikiran." ...; dan menyentuhnya, berniat untuk mencurinya. ...; "Tidak ada pelanggaran yang mengharuskan pengusiran, tetapi ada pelanggaran perbuatan salah." ...; dan membuatnya bergoyang, berniat untuk mencurinya. ...; "Tidak ada pelanggaran yang mengharuskan pengusiran, tetapi ada pelanggaran serius." ...; dan memindahkannya dari dasarnya, berniat untuk mencurinya. ...; "Engkau telah melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran."

Pada suatu ketika seorang bhikkhu melihat beberapa benda pada siang hari. Ia mengingatnya dengan berpikir, "Aku akan mencurinya pada malam hari." Dan kemudian ia mencurinya, dengan berpikir bahwa itu adalah benda-benda yang telah ia lihat ...; Tetapi ia mencuri benda-benda lainnya, dengan pikiran bahwa itu adalah benda-benda yang telah ia lihat ...; Dan ia mencurinya, dengan berpikir bahwa benda-benda itu bukanlah benda-benda yang telah ia lihat ...; Tetapi ia mencuri benda-benda lain, dengan berpikir bahwa benda-benda itu bukanlah benda-benda yang telah ia lihat. Ia menjadi gelisah ...; "Engkau telah melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran."

Pada suatu ketika seorang bhikkhu melihat beberapa benda pada siang hari. Ia mengingatnya dengan berpikir, "Aku akan mencurinya pada malam hari." Tetapi ia mencuri benda-benda miliknya sendiri, dengan berpikir bahwa itu adalah benda-benda yang telah ia lihat. Ia menjadi gelisah ...; "Tidak ada pelanggaran yang mengharuskan pengusiran, tetapi ada pelanggaran perbuatan salah."

Pada suatu ketika seorang bhikkhu yang sedang membawa benda-benda orang lain di atas kepalanya menyentuh bebannya, dengan niat untuk mencurinya. ...; "Tidak ada pelanggaran yang mengharuskan pengusiran, tetapi ada pelanggaran perbuatan salah." ...; membuatnya bergoyang, dengan niat untuk mencurinya. ...; "Tidak ada pelanggaran yang mengharuskan pengusiran, tetapi ada pelanggaran serius." ...; menurunkan ke bahunya, dengan niat untuk mencurinya. ...; "Engkau telah melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran." ...;
menyentuh beban di bahunya, dengan niat untuk mencurinya. ...; "Tidak ada pelanggaran yang mengharuskan pengusiran, tetapi ada pelanggaran perbuatan salah." ...; membuatnya bergoyang, dengan niat untuk mencurinya. ...; "Tidak ada pelanggaran yang mengharuskan pengusiran, tetapi ada pelanggaran serius." ...; menurunkannya ke pinggul, dengan niat untuk mencurinya. ...; "Engkau telah melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran." ...;
menyentuh beban di pinggulnya, dengan niat untuk mencurinya. ...; "Tidak ada pelanggaran yang mengharuskan pengusiran, tetapi ada pelanggaran perbuatan salah." ...; membuatnya bergoyang, dengan niat untuk mencurinya. ...; "Tidak ada pelanggaran yang mengharuskan pengusiran, tetapi ada pelanggaran serius." ...; memegangnya dengan tangannya, dengan niat untuk mencurinya. ...; "Engkau telah melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran." ...;
meletakkan beban di tangannya ke atas tanah, dengan niat untuk mencurinya. ...; "Engkau telah melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran." ...; memungutnya dari atas tanah, dengan niat untuk mencurinya. ...; "Engkau telah melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran."

Pada suatu ketika seorang bhikkhu menghamparkan jubahnya di luar dan masuk ke dalam kediamannya. Bhikkhu kedua, dengan berpikir, "Biarlah aku menjaganya," menyimpannya. Bhikkhu pertama keluar dari kediamannya dan bertanya kepada para bhikkhu, "Siapakah yang mencuri jubahku?" Bhikkhu kedua berkata, "Aku mencurinya." Bhikkhu pertama menangkapnya dan berkata, "Engkau bukan lagi seorang monastik!" Bhikkhu kedua menjadi gelisah ...; Ia memberitahu Sang Buddha. "Apakah yang engkau pikirkan pada saat itu?"

"Yang Mulia, itu hanya gaya bahasa."

"Kalau itu hanya gaya bahasa, maka tidak ada pelanggaran."

Pada suatu ketika seorang bhikkhu meletakkan jubahnya di atas bangku ...; meletakkan alas duduknya di atas bangku ...; meletakkan mangkuknya di bawah bangku dan memasuki kediamannya. Bhikkhu kedua, dengan berpikir, "Biarlah aku menjaganya," menyimpannya. Bhikkhu pertama keluar dan bertanya kepada para bhikkhu, "Siapakah yang mencuri mangkukku?" Bhikkhu kedua berkata, "Aku mencurinya." Bhikkhu pertama menangkapnya dan berkata, "Engkau bukan lagi seorang monastik!" Bhikkhu kedua menjadi gelisah ...; "Kalau itu hanya gaya bahasa, maka tidak ada pelanggaran."

Pada suatu ketika seorang bhikkhunī menghamparkan jubahnya di atas pagar dan masuk ke dalam kediamannya. Bhikkhunī kedua, dengan berpikir, "Biarlah aku menjaganya," menyimpannya. Bhikkhunī pertama keluar dari kediamannya dan bertanya kepada para bhikkhunī, "Siapakah yang mencuri jubahku?" Bhikkhunī kedua berkata, "Aku mencurinya." Bhikkhunī pertama menangkapnya dan berkata, "Engkau bukan lagi seorang monastik!" Bhikkhunī kedua menjadi gelisah ...; Ia memberitahu para bhikkhunī, yang kemudian memberitahu para bhikkhu, yang kemudian memberitahu Sang Buddha. ...; "Kalau itu hanya gaya bahasa, maka tidak ada pelanggaran."

Pada suatu ketika seorang bhikkhu melihat sebuah buntalan diterbangkan oleh angin puyuh. Ia menangkapnya, dengan berpikir, "Aku akan memberikannya kepada pemiliknya." Tetapi pemiliknya menuduhnya, dengan berkata, "Engkau bukan lagi seorang monastik!" Ia menjadi gelisah ...; "Apakah yang engkau pikirkan pada saat itu, bhikkhu?"

"Aku tidak berniat untuk mencurinya, Yang Mulia"

"Tidak ada pelanggaran bagi seorang yang tidak berniat untuk mencuri."

Pada suatu ketika seorang bhikkhu menangkap sebuah serban yang diterbangkan oleh angin puyuh, dengan niat untuk mencurinya sebelum pemiliknya mengetahui. Pemiliknya menuduhnya, dengan berkata, "Engkau bukan lagi seorang monastik!" Ia menjadi gelisah ...; "Engkau telah melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran."

Pada suatu ketika seorang bhikkhu pergi ke tanah pemakaman dan mengambil kain buangan yang membungkus mayat baru. Hantunya masih berdiam di dalam mayat itu, dan ia berkata kepada bhikkhu tersebut, "Tuan, jangan ambil kain pembungkusku." Bhikkhu itu tidak memperhatikan dan pergi. Kemudian mayat itu bangkit dan mengikuti di belakang bhikkhu tersebut. Bhikkhu itu memasuki kediamannya dan menutup pintu, dan mayat itu jatuh di sana. Ia menjadi gelisah ...; "Tidak ada pelanggaran yang mengharuskan pengusiran.

Tetapi seorang bhikkhu tidak boleh mengambil kain buangan dari mayat baru. Jika ia melakukannya, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah.

Pada suatu ketika kain-jubah milik Sangha sedang dibagikan. Seorang bhikkhu mengabaikan undian dan mengambil kain-jubah, dengan niat untuk mencurinya. Ia menjadi gelisah ...; "Engkau telah melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran."

Ketika Yang Mulia Ānanda sedang berada di dalam sebuah sauna, ia menganggap sarung bhikkhu lain sebagai sarung miliknya dan mengenakannya. Bhikkhu lainnya berkata, "Ānanda, mengapa engkau mengenakan sarungku?"

"Aku pikir ini sarungku."

Mereka memberitahukan kepada Sang Buddha. "Tidak ada pelanggaran bagi seorang yang menganggapnya sebagai miliknya."

Pada suatu ketika sejumlah bhikkhu sedang turun dari Puncak Hering ketika mereka melihat sisa-sisa mangsa singa. Mereka memasaknya dan memakannya. Mereka menjadi gelisah ...; "Tidak ada pelanggaran jika itu adalah sisa-sisa mangsa singa."

Pada suatu ketika sejumlah bhikkhu sedang turun dari Puncak Hering ketika mereka melihat sisa-sisa mangsa harimau ...; melihat sisa-sisa mangsa macan kumbang ...; melihat sisa-sisa mangsa dubuk ...; melihat sisa-sisa mangsa serigala. Mereka memasaknya dan memakannya. Mereka menjadi gelisah ...; "Tidak ada pelanggaran jika itu adalah milik binatang."

Pada suatu hari, ketika nasi milik Sangha sedang dibagikan, seorang bhikkhu berkata tanpa dasar, "Sudilah memberiku satu porsi untuk satu orang lagi," dan ia membawanya pergi. Ia menjadi gelisah ...; "Tidak ada pelanggaran yang mengharuskan pengusiran, tetapi ada pelanggaran yang mengharuskan penebusan karena berbohong dengan sengaja."

Ketika makanan segar milik Sangha sedang dibagikan ...; ketika kue-kue kering milik Sangha sedang dibagikan ...; ketika tebu milik Sangha sedang dibagikan ...; ketika buah kesemek milik Sangha sedang dibagikan, seorang bhikkhu berkata tanpa dasar, "Sudilah memberiku satu porsi untuk satu orang lagi," dan ia membawanya pergi. Ia menjadi gelisah ...; "Tidak ada pelanggaran yang mengharuskan pengusiran, tetapi ada pelanggaran yang mengharuskan penebusan karena berbohong dengan sengaja."

Pada suatu ketika pada masa kekurangan makanan, seorang bhikkhu memasuki dapur dan mengambil semangkuk penuh nasi, dengan niat untuk mencurinya. Ia menjadi gelisah ...; "Engkau telah melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran."

Pada suatu ketika pada masa kekurangan makanan, seorang bhikkhu memasuki rumah jagal dan mengambil semangkuk penuh daging, dengan niat untuk mencurinya. Ia menjadi gelisah ...; "Engkau telah melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran."

Pada suatu ketika pada masa kekurangan makanan, seorang bhikkhu memasuki toko kue dan mengambil semangkuk penuh kue kering, dengan niat untuk mencurinya. ...; mengambil semangkuk penuh biskuit, dengan niat untuk mencurinya. ...; mengambil semangkuk penuh kue basah, dengan niat untuk mencurinya. Ia menjadi gelisah ...; "Engkau telah melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran."

Pada suatu ketika seorang bhikkhu melihat sebuah benda kebutuhan pada siang hari. Ia mengingatnya dengan pikiran, "Aku akan mencurinya pada malam hari." Kemudian ia mencurinya, dengan berpikir bahwa itu adalah apa yang telah ia lihat ...; Kemudian ia mencuri sesuatu yang lain, dengan berpikir bahwa itu adalah apa yang telah ia lihat ...; Kemudian ia mencurinya, dengan berpikir bahwa itu bukanlah apa yang telah ia lihat ...; Kemudian ia mencuri sesuatu yang lain, dengan berpikir bahwa itu bukanlah apa yang telah ia lihat. Ia menjadi gelisah ...; "Engkau telah melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran."

Pada suatu ketika seorang bhikkhu melihat sebuah benda kebutuhan pada siang hari. Ia mengingatnya dengan pikiran, "Aku akan mencurinya pada malam hari." Tetapi ia mencuri benda kebutuhannya sendiri, dengan berpikir bahwa itu adalah apa yang telah ia lihat. Ia menjadi gelisah ...; "Tidak ada pelanggaran yang mengharuskan pengusiran, tetapi ada pelanggaran perbuatan salah."

Pada suatu ketika seorang bhikkhu melihat sebuah tas di atas bangku. Ia berpikir, "Jika aku mengambilnya dari sana aku dapat diusir," dan oleh karena itu ia mengambilnya dengan membawa bangkunya. Ia menjadi gelisah ...; "Engkau telah melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran."

Pada suatu ketika seorang bhikkhu mengambil alas tidur dari Sangha, dengan niat untuk mencurinya. Ia menjadi gelisah ...; "Engkau telah melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran."

Pada suatu ketika seorang bhikkhu mengambil sehelai jubah dari rak jubah dari bambu, dengan niat untuk mencurinya. Ia menjadi gelisah ...; "Engkau telah melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran."

Pada suatu ketika seorang bhikkhu mencuri jubah dari sebuah kediaman. Ia berpikir, "Jika aku keluar dari sini, aku dapat diusir," dan ia berdiam di dalam kediaman itu. Mereka melaporkan kepada Sang Buddha. "Apakah orang dungu itu keluar atau tidak, ia telah melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran."
Title: Pārājika 2
Post by: Indra on 14 September 2022, 11:56:43 AM
Pada suatu ketika ada dua orang bhikkhu yang bersahabat. Salah satu di antara mereka memasuki desa untuk menerima dana makanan. Ketika makanan segar milik Sangha sedang dibagikan, bhikkhu kedua mengambil porsi sahabatnya. Dengan mengambilnya atas dasar kepercayaan, ia memakannya. Ketika mengetahui tentang ini, bhikkhu pertama menuduhnya, dengan berkata, "Engkau bukan lagi seorang monastik!" Ia menjadi gelisah ...;
"Apakah yang engkau pikirkan pada saat itu, bhikkhu?"
"Aku mengambilnya atas dasar kepercayaan, Yang Mulia."
"Tidak ada pelanggaran bagi seseorang yang mengambilnya atas dasar kepercayaan."

Pada suatu ketika sejumlah bhikkhu sedang membuat jubah. Ketika makanan segar milik Sangha sedang dibagikan, mereka mengambil jatah mereka dan mengesampingkannya. Seorang bhikkhu memakan porsi bhikkhu lain, dengan berpikir bahwa itu adalah porsi miliknya. Ketika bhikkhu lain mengetahui hal ini, ia menuduhnya, dengan berkata, "Engkau bukan lagi seorang monastik!" Ia menjadi gelisah ...;
"Apakah yang engkau pikirkan pada saat itu, bhikkhu?"
"Aku berpikir bahwa itu adalah milikku, Yang Mulia."
"Tidak ada pelanggaran bagi seseorang yang menganggapnya sebagai miliknya sendiri."

Pada suatu ketika sejumlah bhikkhu sedang membuat jubah. Ketika makanan segar milik Sangha sedang dibagikan, mereka memasukkan jatah seorang bhikkhu tertentu ke dalam mangkuk bhikkhu lain dan mengesampingkannya. Bhikkhu pemilik mangkuk tersebut memakan makanan itu, dengan berpikir bahwa itu adalah jatahnya. Ketika ia mengetahui hal ini, si pemilik makanan menuduhnya ...; "Tidak ada pelanggaran bagi seseorang yang menganggapnya sebagai miliknya sendiri."

Pada suatu ketika para pencuri buah mangga memetik buah-buah mangga, mengumpulkannya dalam satu ikatan, dan pergi. Para pemilik mengejar mereka. Ketika mereka melihat para pemilik, para pencuri itu menjatuhkan ikatan dan melarikan diri. Beberapa bhikkhu menganggap buah-buah mangga itu dibuang, dipersembahkan, dan memakannya. Tetapi para pemilik menuduh mereka, dengan berkata, "Kalian bukan lagi para monastik!" Mereka menjadi gelisah ...; Mereka memberitahukan kepada Sang Buddha.
"Apakah yang kalian pikirkan pada saat itu, para bhikkhu?"
"Yang Mulia, kami berpikir bahwa buah-buah mangga itu dibuang."
"Tidak ada pelanggaran bagi seseorang yang menganggap sesuatu sebagai dibuang."

Pada suatu ketika para pencuri buah plum hitam ...; pencuri buah sukun ...; pencuri buah nangka ...; pencuri buah palem ...; pencuri tebu ...; pencuri buah kesemek memetik buah-buahan, mengumpulkannya dalam satu ikatan, dan pergi. Para pemilik mengejar mereka. Ketika mereka melihat para pemilik, para pencuri itu menjatuhkan ikatan dan melarikan diri. Beberapa bhikkhu menganggap buah-buah kesemek itu dibuang, dipersembahkan, dan memakannya. Tetapi para pemilik menuduh mereka, dengan berkata, "Kalian bukan lagi para monastik!" Mereka menjadi gelisah ...; "Tidak ada pelanggaran bagi seseorang yang menganggap sesuatu sebagai dibuang."

Pada suatu ketika para pencuri buah mangga memetik buah-buah mangga, mengumpulkannya dalam satu ikatan, dan pergi. Para pemilik mengejar mereka. Ketika mereka melihat para pemilik, para pencuri itu menjatuhkan ikatan dan melarikan diri. Beberapa bhikkhu memakannya, dengan niat untuk mencurinya sebelum para pemilik mengetahuinya. Para pemilik menuduh para bhikkhu, dengan berkata, "Kalian bukan lagi para monastik!" Mereka menjadi gelisah ...; "Kalian telah melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran."

Pada suatu ketika para pencuri buah plum hitam ...; pencuri buah sukun ...; pencuri buah nangka ...; pencuri buah palem ...; pencuri tebu ...; pencuri buah kesemek memetik buah-buahan, mengumpulkannya dalam satu ikatan, dan pergi. Para pemilik mengejar mereka. Ketika mereka melihat para pemilik, para pencuri itu menjatuhkan ikatan dan melarikan diri. Beberapa bhikkhu memakannya, dengan niat untuk mencurinya sebelum para pemilik mengetahuinya. Para pemilik menuduh mereka, dengan berkata, "Kalian bukan lagi para monastik!" Mereka menjadi gelisah ...; "Kalian telah melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran."

Pada suatu ketika seorang bhikkhu mengambil sebutir buah mangga dari Sangha, dengan niat untuk mencurinya ...; sebutir plum hitam ...; sebutir buah sukun ...; sebutir buah nangka ...; sebutir buah palem ...; sebatang tebu ...; sebutir buah kesemek dari Sangha, dengan niat untuk mencurinya. Ia menjadi gelisah ...; "Engkau telah melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran."

Pada suatu ketika seorang bhikkhu pergi ke taman dan mengambil sekuntum bunga yang telah dipotong yang bernilai lima keping uang māsaka, dengan niat untuk mencurinya. Ia menjadi gelisah ...; "Engkau telah melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran."

Pada suatu ketika seorang bhikkhu pergi ke taman, memetik sekuntum bunga yang bernilai lima keping uang māsaka, dan membawanya, dengan niat untuk mencurinya. Ia menjadi gelisah ...; "Engkau telah melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran."

Pada suatu ketika seorang bhikkhu yang sedang memasuki desa berkata kepada bhikkhu lain, "Aku dapat menyampaikan pesan kepada keluarga yang menyokongmu." Ia pergi ke sana dan membawa kembali sebuah buntalan yang ia gunakan sendiri. Ketika bhikkhu lain itu mengetahui hal ini, ia menuduhnya, dengan berkata, "Engkau bukan lagi seorang monastik!" Ia menjadi gelisah ...; "Tidak ada pelanggaran yang mengharuskan pengusiran.

Tetapi kalian tidak boleh mengatakan, 'Aku dapat menyampaikan pesan.' Jika kalian melakukan itu, maka kalian melakukan pelanggaran perbuatan salah."

Pada suatu ketika seorang bhikkhu sedang memasuki desa. Seorang bhikkhu lainnya berkata kepadanya, "Sudilah menyampaikan pesan kepada keluarga yang menyokongku." Ia pergi ke sana dan membawa kembali sepasang buntalan. Ia menggunakan satu untuk dirinya sendiri dan memberikan yang lainnya kepada bhikkhu lainnya. Ketika bhikkhu lainnya itu mengetahui hal ini, ia menuduhnya, dengan berkata, "Engkau bukan lagi seorang monastik!" Ia menjadi gelisah ...; "Tidak ada pelanggaran yang mengharuskan pengusiran.

Tetapi kalian tidak boleh mengatakan, 'Sudilah menyampaikan pesan.' Jika kalian melakukan itu, maka kalian melakukan pelanggaran perbuatan salah."

Pada suatu ketika seorang bhikkhu yang sedang memasuki desa berkata kepada bhikkhu lain, "Aku dapat menyampaikan pesan kepada keluarga yang menyokongmu." Ia menjawab, "Ya tolong lakukan." Ia pergi ke sana dan membawa kembali satu takaran āḷhaka ghee, satu takaran tulā gula, dan satu takaran doṇa nasi sekam, yang ia makan sendiri. Ketika bhikkhu lainnya mengetahui hal ini, ia menuduhnya, dengan berkata, "Engkau bukan lagi seorang monastik!" Ia menjadi gelisah ...; "Tidak ada pelanggaran yang mengharuskan pengusiran.

Tetapi kalian tidak boleh mengatakan, 'Aku dapat menyampaikan pesan' juga tidak boleh mengatakan, 'Ya tolong lakukan.' Jika kalian melakukan itu, maka kalian melakukan pelanggaran perbuatan salah."

Pada suatu ketika seseorang yang sedang melakukan perjalanan bersama dengan seorang bhikkhu sedang membawa permata berharga. Ketika orang itu melihat kantor pabean, ia meletakkan permata itu ke dalam tas bhikkhu tanpa sepengetahuannya. Ketika mereka telah melewati kantor pabean, ia mengambilnya kembali. Bhikkhu itu gelisah ...;
"Apakah yang engkau pikirkan saat itu, bhikkhu?"
"Aku tidak mengetahuinya, Yang Mulia."
"Tidak ada pelanggaran bagi seorang yang tidak mengetahui."

Pada suatu ketika seseorang yang sedang melakukan perjalanan bersama dengan seorang bhikkhu sedang membawa permata berharga. Ketika orang itu melihat kantor pabean, ia berpura-pura sakit, dan menyerahkan tasnya kepada si bhikkhu. Ketika mereka telah melewati kantor pabean, ia berkata kepada si bhikkhu, "Kembalikan tasku, Yang Mulia, aku tidak sakit."
"Kalau begitu mengapa engkau mengaku demikian?"
Orang itu memberitahukan kepada si bhikkhu. Ia menjadi gelisah ...; "Apakah yang engkau pikirkan saat itu, bhikkhu?" "Aku tidak mengetahuinya, Yang Mulia." "Tidak ada pelanggaran bagi seorang yang tidak mengetahui."

Pada suatu ketika seorang bhikkhu sedang melakukan perjalanan bersama dengan suatu kelompok. Seseorang berteman dengan bhikkhu itu dengan memberinya makanan. Melihat kantor pabean, ia menyerahkan sebuah permata berharga kepada bhikkhu tersebut, dengan berkata, "Yang Mulia, sudilah membawa permata ini melewati pabean," bhikkhu tersebut melakukannya. Ia menjadi gelisah ...; "Engkau telah melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran."

Pada suatu ketika seorang bhikkhu, demi belas kasihan, membebaskan seekor babi yang terjebak dalam sebuah perangkap. Ia menjadi gelisah ...; "Apakah yang engkau pikirkan pada saat itu, bhikkhu?"
"Aku terdorong oleh belas kasihan, Yang Mulia."
"Tidak ada pelanggaran bagi seorang yang terdorong oleh belas kasihan."

Pada suatu ketika seorang bhikkhu membebaskan seekor babi yang terjebak dalam sebuah perangkap, dengan niat untuk mencurinya sebelum pemiliknya mengetahui. Ia menjadi gelisah ...; "Engkau telah melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran."

Pada suatu ketika seorang bhikkhu, demi belas kasihan, membebaskan seekor rusa yang terjebak dalam sebuah perangkap ...; membebaskan seekor rusa yang terjebak dalam sebuah perangkap, dengan niat untuk mencurinya sebelum pemiliknya mengetahuinya. ...; demi belas kasihan, membebaskan ikan yang terjebak dalam jala-ikan ...; membebaskan ikan yang terjebak dalam jala-ikan, dengan niat untuk mencurinya sebelum pemiliknya mengetahui. Ia menjadi gelisah ...; "Engkau telah melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran."

Pada suatu ketika seorang bhikkhu melihat beberapa benda di sebuah kendaraan. Ia berpikir, "Jika aku mengambilnya dari sana, aku akan diusir." Maka ia mengambilnya dengan menjalankan kendaraan itu. Ia menjadi gelisah ...; "Engkau telah melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran."

Pada suatu ketika seorang bhikkhu menangkap sepotong daging yang diambil oleh seekor burung elang, dengan niat untuk mengembalikannya kepada pemiliknya. Tetapi si pemilik menuduhnya, dengan berkata, "Engkau bukan lagi seorang monastik!" Ia menjadi gelisah ...; "Tidak ada pelanggaran bagi seorang yang tidak berniat untuk mencuri."

Pada suatu ketika seorang bhikkhu menangkap sepotong daging yang diambil oleh seekor burung elang, dengan niat untuk mencuri sebelum pemiliknya mengetahui. Si pemilik menuduhnya, dengan berkata, "Engkau bukan lagi seorang monastik!" Ia menjadi gelisah ...; "Engkau telah melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran."

Pada suatu ketika beberapa orang membuat sebuah rakit yang mereka bawa ke sungai Aciravatī. Karena tali pengikatnya putus, kayu-kayu itu menjadi bercerai-berai. Beberapa bhikkhu mengambilnya dari air, menganggapnya sebagai dibuang. Para pemiliknya menuduh para bhikkhu, dengan berkata, "Kalian bukan lagi para monastik!" Mereka menjadi gelisah ...; "Tidak ada pelanggaran bagi seorang yang menganggap sesuatu sebagai telah dibuang."

Pada suatu ketika beberapa orang membuat sebuah rakit yang mereka bawa ke sungai Aciravatī. Karena tali pengikatnya putus, kayu-kayu itu menjadi bercerai-berai. Beberapa bhikkhu mengambilnya dari air, dengan niat untuk mencurinya sebelum para pemiliknya mengetahui. Para pemiliknya menuduh para bhikkhu, dengan berkata, "Kalian bukan lagi para monastik!" Mereka menjadi gelisah ...; "Kalian telah melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran."

Pada suatu ketika seorang gembala sapi menggantung buntalannya pada sebatang pohon dan pergi buang air. Seorang bhikkhu menganggapnya telah dibuang dan mengambilnya. Si gembala menuduhnya, dengan berkata, "Engkau bukan lagi seorang monastik!" Ia menjadi gelisah ...; "Tidak ada pelanggaran bagi seorang yang menganggap sesuatu sebagai telah dibuang."

Pada suatu ketika, sebuah buntalan yang terlepas dari tangan seorang pencelup tersangkut di kaki seorang bhikkhu sewaktu ia sedang menyeberangi sungai. Bhikkhu itu mengambilnya, dengan berpikir, "Aku akan mengembalikannya kepada pemiliknya." Tetapi pemiliknya menuduhnya, dengan berkata, "Engkau bukan lagi seorang monastik!" Ia menjadi gelisah ...; "Tidak ada pelanggaran bagi seorang yang tidak berniat untuk mencuri."

Pada suatu ketika, sebuah buntalan yang terlepas dari tangan seorang pencelup tersangkut di kaki seorang bhikkhu sewaktu ia sedang menyeberangi sungai. Bhikkhu itu mengambilnya, dengan niat untuk mencurinya sebelum pemiliknya mengetahui. Pemiliknya menuduhnya, dengan berkata, "Engkau bukan lagi seorang monastik!" Ia menjadi gelisah ...; "Engkau telah melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran."

Pada suatu ketika seorang bhikkhu melihat sekendi ghee dan memakannya sedikit demi sedikit. Ia menjadi gelisah ...; "Tidak ada pelanggaran yang mengharuskan pengusiran, tetapi ada pelanggaran perbuatan salah."

Pada suatu ketika sejumlah bhikkhu membuat pengaturan dan kemudian pergi, dengan berpikir, "Kami akan mencuri benda-benda ini." Salah satu di antara mereka mencuri benda-benda itu. Yang lainnya berkata, "Kita tidak diusir. Ia yang mencurinya yang akan diusir." Mereka melaporkan kepada Sang Buddha. "Kalian semua melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran."

Pada suatu ketika sejumlah bhikkhu membuat pengaturan, mencuri beberapa benda, dan membagi-bagikannya. Masing-masing mereka menerima bagian yang bernilai kurang dari lima keping uang māsaka. Mereka berkata, "Kita tidak diusir." Mereka memberitahu Sang Buddha. "Kalian telah melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran."

Ketika Sāvatthī sedang kekurangan makanan, seorang bhikkhu mengambil segenggam beras dari seorang penjaga toko, dengan niat untuk mencurinya. Ia menjadi gelisah ...; "Engkau telah melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran."

Ketika Sāvatthī sedang kekurangan makanan, seorang bhikkhu mengambil segenggam kacang hijau dari seorang penjaga toko, dengan niat untuk mencurinya ...; segenggam ketan hitam ...; segenggam wijen dari seorang penjaga toko, dengan niat untuk mencurinya. Ia menjadi gelisah ...; "Engkau telah melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran."

Pada suatu ketika di Hutan Gelap di dekat Sāvatthī, para pencuri membunuh seekor sapi, memakan sebagian dagingnya, meninggalkan sisanya, dan pergi. Beberapa bhikkhu mengambilnya dan memakannya, menganggapnya sebagai telah dibuang. Para pencuri menuduh para bhikkhu ini, dengan berkata: "Kalian bukan lagi para monastik!" Mereka menjadi gelisah ...; "Tidak ada pelanggaran bagi seorang yang menganggap sesuatu sebagai telah dibuang."

Pada suatu ketika di Hutan Gelap di dekat Sāvatthī, para pencuri membunuh seekor babi, memakan sebagian dagingnya, meninggalkan sisanya, dan pergi. Beberapa bhikkhu mengambilnya dan memakannya, menganggapnya sebagai telah dibuang. Para pencuri menuduh para bhikkhu ini, dengan berkata: "Kalian bukan lagi para monastik!" Mereka menjadi gelisah ...; "Tidak ada pelanggaran bagi seorang yang menganggap sesuatu sebagai telah dibuang."

Pada suatu ketika seorang bhikkhu pergi ke padang rumput dan mengambil potongan rumput yang bernilai lima keping uang māsaka, dengan niat untuk mencuri. Ia menjadi gelisah ...; "Engkau telah melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran."

Pada suatu ketika seorang bhikkhu pergi ke padang rumput, memotong rumput yang bernilai lima keping uang māsaka, dan membawanya, dengan niat untuk mencuri. Ia menjadi gelisah ...; "Engkau telah melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran."

Pada suatu ketika beberapa bhikkhu yang baru tiba membagikan buah mangga milik Sangha dan memakannya. Para bhikkhu tuan rumah menuduh para bhikkhu itu, dengan berkata, "Kalian bukan lagi para monastik!" Mereka menjadi gelisah ...; Mereka memberitahu Sang Buddha.
"Apakah yang kalian pikirkan pada saat itu, para bhikkhu?"
"Kami pikir buah-buahan itu memang untuk dimakan, Yang Mulia."
"Tidak ada pelanggaran bagi seorang yang berpikir bahwa itu memang untuk dimakan."

Pada suatu ketika beberapa bhikkhu yang baru tiba membagikan buah plum hitam milik Sangha ...; buah sukun milik Sangha ...; buah nangka milik Sangha ...; buah palem milik Sangha ...; tebu milik Sangha ...; buah kesemek milik Sangha dan memakannya. Para bhikkhu tuan rumah menuduh para bhikkhu itu, dengan berkata, "Kalian bukan lagi para monastik!" Mereka menjadi gelisah ...; "Tidak ada pelanggaran bagi seorang yang berpikir bahwa itu memang untuk dimakan."

Pada suatu ketika penjaga hutan mangga memberikan mangga untuk beberapa bhikkhu. Para bhikkhu karena berpikir, "Mereka memiliki kekuasaan untuk menjaga, bukan untuk memberikan," takut melakukan kesalahan dan tidak menerimanya. Mereka memberitahu Sang Buddha. "Tidak ada pelanggaran jika itu adalah pemberian dari seorang penjaga."

Pada suatu ketika penjaga hutan plum hitam ...; penjaga hutan sukun ...; penjaga hutan nangka ...; penjaga hutan palem ...; penjaga ladang tebu ...; penjaga hutan kesemek memberikan kesemek untuk beberapa bhikkhu. Para bhikkhu karena berpikir, "Mereka memiliki kekuasaan untuk menjaga, bukan untuk memberikan," takut melakukan kesalahan dan tidak menerimanya. Mereka memberitahu Sang Buddha. "Tidak ada pelanggaran jika itu adalah pemberian dari seorang penjaga."

Pada suatu ketika seorang bhikkhu meminjam sepotong kayu milik Sangha dan menggunakannya untuk menyokong dinding kediamannya. Para bhikkhu menuduhnya, dengan berkata, "Engkau bukan lagi seorang monastik!" Ia menjadi gelisah dan memberitahu Sang Buddha. "Apakah yang engkau pikirkan pada saat itu, bhikkhu?"
"Aku meminjamnya, Yang Mulia."
"Tidak ada pelanggaran bagi seorang yang meminjam."

Pada suatu ketika seorang bhikkhu mengambil air dari Sangha, dengan niat untuk mencurinya ...; mengambil lempung dari Sangha, dengan niat untuk mencurinya ...; mengambil tumpukan rumput dari Sangha, dengan niat untuk mencurinya ...; Ia menjadi gelisah ...; "Engkau telah melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran."

Pada suatu ketika seorang bhikkhu membakar tumpukan rumput milik Sangha, dengan niat untuk mencurinya. Ia menjadi gelisah ...; "Tidak ada pelanggaran yang mengharuskan pengusiran, tetapi ada pelanggaran perbuatan salah."

Pada suatu ketika seorang bhikkhu mengambil tempat tidur dari Sangha, dengan niat untuk mencurinya ...; Ia menjadi gelisah ...; "Engkau telah melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran."

Pada suatu ketika seorang bhikkhu mengambil sebuah bangku dari Sangha, dengan niat untuk mencurinya ...; sebuah alas tidur dari Sangha ...; sebuah bantal dari Sangha ...; sebuah pintu dari Sangha ...; sebuah jendela dari Sangha ...; mengambil sebatang kasau dari Sangha, dengan niat untuk mencurinya ...; Ia menjadi gelisah ...; "Engkau telah melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran."

Pada suatu ketika para bhikkhu menggunakan di tempat lain perabotan milik seorang umat awam. Umat awam itu mengeluhkan dan mengkritik mereka, "Bagaimana mungkin para mulia itu menggunakan perabotan di tempat yang tidak seharusnya?" Mereka memberitahu Sang Buddha.
"Kalian tidak boleh menggunakan perabotan di tempat yang tidak seharusnya. Jika kalian melakukannya, maka kalian melakukan pelanggaran perbuatan salah."
Title: Pārājika 2
Post by: Indra on 14 September 2022, 11:57:04 AM
Tidak lama kemudian, karena takut melakukan kesalahan, para bhikkhu tidak membawa perabotan apa pun ke aula uposatha atau tempat pertemuan, dan mereka duduk di atas tanah tanpa alas. Mereka menjadi kotor, demikian juga jubah mereka. Mereka memberitahu Sang Buddha.
"Aku memperbolehkan kalian untuk meminjam."

Pada suatu ketika di Campā, seorang bhikkhunī yang menjadi murid bhikkhunī Thullanandā mengunjungi sebuah keluarga yang menyokong Thullanandā dan berkata, "Yang Mulia ingin meminum bubur beras yang pedasnya tiga kali lipat." Ketika sudah siap, ia membawanya dan memakannya sendiri. Ketika Thullanandā mengetahui hal ini, ia menuduhnya, dengan berkata, "Engkau bukan lagi seorang monastik!" Ia menjadi gelisah ...; Ia memberitahukan kepada para bhikkhunī, yang memberitahukan kepada para bhikkhu, yang kemudian memberitahu Sang Buddha. "Tidak ada pelanggaran yang mengharuskan pengusiran, tetapi ada pelanggaran yang mengharuskan penebusan karena berbohong dengan sengaja."

Pada suatu ketika di Rājagaha, seorang bhikkhunī yang menjadi murid bhikkhunī Thullanandā mengunjungi sebuah keluarga yang menyokong Thullanandā dan berkata, "Yang Mulia menginginkan bola madu." Ketika sudah siap, ia membawanya dan memakannya sendiri. Ketika Thullanandā mengetahui hal ini, ia menuduhnya, dengan berkata, "Engkau bukan lagi seorang monastik!" Ia menjadi gelisah ...; "Tidak ada pelanggaran yang mengharuskan pengusiran, tetapi ada pelanggaran yang mengharuskan penebusan karena berbohong dengan sengaja."

Pada saat itu seorang perumah tangga di Vesāli yang menjadi penyokong Yang Mulia Ajjuka dan yang memiliki dua anak yang hidup bersamanya, seorang putra dan seorang keponakan. Ia berkata kepada Ajjuka, "Yang Mulia, sudilah menyerahkan hartaku kepada salah satu dari dua anak yang memiliki keyakinan dan kepercayaan."
Ternyata keponakan si perumah tangga memiliki keyakinan dan kepercayaan, dan dengan demikian Ajjuka menetapkan hartanya kepadanya. Kemudian ia membentuk rumah tangga dengan kekayaan itu dan memberikan persembahan.
Putra si perumah tangga kemudian berkata kepada Yang Mulia Ānanda, "Siapakah pewaris dari ayah, Yang Mulia Ānanda, putra atau keponakan?"
"Putra adalah pewaris sang ayah."
"Yang Mulia, Yang Mulia Ajjuka telah menyerahkan kekayaan kami kepada teman serumah kami."
"Yang Mulia Ajjuka bukan lagi seorang monastik."
Ajjuka kemudian berkata kepada Ānanda, "Ānanda, mohon lakukan penyelidikan secara seksama."
Pada saat itu Yang Mulia Upāli memihak Ajjuka, dan ia berkata kepada Ānanda, "Ānanda, ketika seseorang diminta oleh sang pemillik untuk menyerahkan hartanya kepada seseorang dan ia melakukan sesuai dengan apa yang diminta, pelanggaran apakah yang telah ia lakukan?"
"Ia tidak melakukan pelanggaran apapun, Yang Mulia, bahkan tidak sekedar perbuatan salah."
"Yang Mulia Ajjuka diminta oleh si pemilik untuk menyerahkan hartanya kepada seseorang, lalu ia lakukan. Maka tidak ada pelanggaran untuk Yang Mulia Ajjuka."

Pada saat itu sebuah keluarga di Benares yang menyokong Yang Mulia Pilindavaccha diserang oleh para kriminal. Dua anaknya diculik. Tidak lama kemudian Pilindavaccha membawa kembali kedua anak itu dengan kekuatan supernomalnya dan menempatkan mereka di sebuah rumah panggung.
Ketika orang-orang melihat anak-anak itu, mereka berkata, "Ini adalah kebesaran kekuatan Supernomal Yang Mulia Pilindavaccha," dan mereka memperoleh keyakinan dalam dirinya.
Tetapi para bhikkhu mengeluhkan dan mengkritiknya, "Bagaimana mungkin Yang Mulia Pilindavaccha membawa kembali anak-anak itu yang telah diculik oleh para kriminal"? Mereka memberitahu Sang Buddha.
"Tidak ada pelanggaran bagi seseorang yang menggunakan kekuatan supernormalnya."

Pada saat itu dua bhikkhu Paṇḍaka dan Kapila adalah bersahabat. Satu menetap di sebuah desa dan satu di Kosambī. Ketika salah satunya sedang melakukan perjalanan dari desa menuju Kosambī, ia harus menyeberangi sebuah sungai. Sewaktu melakukan itu sebongkah lemak yang lolos dari tangan penjagal babi tersangkut di kakinya. Ia mengambilnya, dengan berpikir, "Aku akan mengembalikannya kepada pemiliknya." Tetapi si pemilik menuduhnya, dengan berkata, "Engkau bukan lagi seorang monastik!"

Pada saat itu seorang perempuan gembala yang melihatnya menyeberang berkata, "Kemarilah, Tuan, kita melakukan hubungan seksual." Berpikir bahwa ia bukan lagi seorang monastik, ia melakukan hubungan seksual dengannya.
Ketika tiba di Kosambī, ia memberitahu para bhikkhu, yang melaporkan kepada Sang Buddha. "Tidak ada pelanggaran yang mengharuskan pengusiran untuk mencuri. Tetapi ada pelanggaran yang mengharuskan pengusiran untuk melakukan hubungan seksual."

Pada waktu itu seorang bhikkhu di Sāgalā yang menjadi murid Yang Mulia Daḷhika diserang oleh nafsu. Ia mencuri sebuah serban dari seorang penjaga toko dan berkata kepada Daḷhika, "Yang Mulia, aku bukan lagi seorang monastik. Aku akan lepas jubah."
"Tetapi apakah yang telah engkau lakukan?" Ia memberitahunya. Yang Mulia Daḷhika mengambil serban tersebut dan memperkirakan nilainya. Serban itu bernilai kurang dari lima keping uang māsaka. Dengan berkata, "Tidak ada pelanggaran yang mengharuskan pengusiran," ia membabarkan ajaran. Dan bhikkhu itu menjadi gembira.

Pelanggaran kedua yang mengharuskan pengusiran selesai
Title: Pārājika 3
Post by: Indra on 14 September 2022, 01:14:28 PM
Koleksi Theravāda tentang Hukum Monastik
Aturan Kebhikkhuan dan Analisisnya
Bab tentang Pelanggaran-Pelanggaran yang Mengharuskan Pengusiran

Pārājika 3. Aturan Latihan Ketiga tentang Pengusiran

Kisah Asal-mula

Sub-kisah pertama

Pada suatu ketika Sang Buddha sedang menetap di aula beratap lancip di Hutan Besar di dekat Vesālī. Pada saat itu Sang Buddha berbicara kepada para bhikkhu dalam berbagai cara tentang ketidakmenarikan—;Beliau berbicara memuji ketidakmenarikan, memuji pengembangan pikiran dalam ketidakmenarikan, dan memuji pencapaian ketidakmenarikan.

Kemudian Sang Buddha berkata kepada para bhikkhu: "Para bhikkhu, Aku hendak memasuki pengasingan diri selama setengah bulan. Tidak seorang pun boleh mengunjungi Aku kecuali ia yang membawakan makanan untukKu."

"Baik, Yang Mulia."

Tidak lama kemudian para bhikkhu merefleksikan bahwa Sang Buddha telah memuji ketidakmenarikan dalam berbagai cara, dan mereka tekun mengembangkan pikiran dalam ketidakmenarikan dalam banyak aspek berbedanya. Sebagai konsekuensinya, mereka menjadi terganggu dengan tubuh mereka sendiri, malu dan jijik dengan tubuh mereka sendiri. Seperti halnya seorang perempuan atau laki-laki muda—;seorang yang menyukai perhiasan, dengan rambut yang baru dicuci—;akan malu, muak, dan jijik jika mayat seekor ular, anjing, atau orang digantungkan di leher mereka, demikian pula para bhikkhu itu terganggu dengan tubuh mereka sendiri. Mereka membunuh diri mereka sendiri, membunuh orang lain, dan mereka mendatangi Migalaṇḍika, seorang yang menyerupai monastik, dan berkata, "Mohon bunuhlah kami. Engkau akan mendapatkan mangkuk dan jubah kami." Dan dibayar dengan sebuah mangkuk dan jubah, Migalaṇḍika membunuh sejumlah bhikkhu. Kemudian ia membawa pisaunya yang berlumuran darah ke sungai Vaggumudā.
Sewaktu mencucinya, ia menjadi gelisah dan menyesal, dengan berpikir, "Apakah yang telah kulakukan? Aku telah melakukan banyak keburukan dengan membunuh para bhikkhu yang baik."

Kemudian sesosok dewa dari alam Raja Kematian, datang menyeberangi sungai, dan berkata kepada Migalaṇḍika, "Bagus sekali, manusia unggul, engkau sungguh beruntung. Engkau telah melakukan banyak jasa dengan membantu menyeberangkan mereka yang belum menyeberang."

Migalaṇḍika berpikir, "Tampaknya aku beruntung, bahwa aku telah melakukan banyak jasa!" Kemudian ia berjalan dari satu kediaman menuju kediaman lain, dari satu wilayah ke wilayah lain, dan berkata, "Siapakah yang belum menyeberang? Siapakah yang ingin kubantu menyeberang?" Para bhikkhu yang masih memiliki kemelekatan duniawi menjadi ketakutan, dengan tubuh merinding. Hanya mereka yang terbebas dari kemelekatan duniawi yang tidak terpengaruh.
Maka, hanya dalam satu hari, Migalaṇḍika membunuh satu bhikkhu, dua bhikkhu, tiga, empat, lima, sepuluh, dua puluh, tiga puluh, empat puluh, lima puluh, bahkan enam puluh bhikkhu.

Di akhir setengah bulan itu, ketika Sang Buddha keluar dari keterasingan, Ia berkata kepada Yang Mulia Ānanda, "Ānanda, mengapakah Sangha para bhikkhu begitu berkurang?"
Ānanda memberitahukan apa yang telah terjadi, dengan menambahkan, "Sudilah memberikan ajaran lain, Yang Mulia, agar Sangha para bhikkhu dapat tegak dalam pandangan terang sempurna."

"Baiklah, Ānanda, kumpulkan di aula pertemuan semua bhikkhu yang hidup dengan disokong oleh Vesālī." "Baik." Ketika ia telah melakukan itu, ia mendatangi Sang Buddha dan berkata, "Yang Mulia, Sangha para bhikkhu telah berkumpul. Silakan lakukan apa yang Engkau anggap baik."
Sang Buddha memasuki aula pertemuan, duduk di tempat yang telah dipersiapkan, dan berkata kepada para bhikkhu:

"Para bhikkhu, ketika keheningan melalui perhatian pada pernafasan dikembangkan dan dilatih, itu adalah keadaan kebahagiaan yang damai dan luhur, dan memuaskan. Dan itu melenyapkan kualitas-kualitas buruk dan tidak bermanfaat di tempat itu juga, kapanpun munculnya. Seperti halnya badai besar yang tidak pada musimnya pada bulan terakhir musim panas melenyapkan debu dan kotoran dari udara, demikian pula, ketika keheningan melalui perhatian pada pernafasan dikembangkan dan dilatih, itu adalah keadaan kebahagiaan yang damai dan luhur, dan itu melenyapkan kualitas-kualitas buruk dan tidak bermanfaat di tempat itu juga, kapanpun munculnya.

Dan bagaimanakah keheningan melalui perhatian pada pernafasan dikembangkan dan dilatih dalam cara ini?
Seorang bhikkhu duduk di hutan, di bawah pohon, atau di gubuk kosong. Ia bersila, meluruskan tubuhnya, dan menegakkan perhatian di depannya. Dengan penuh perhatian, ia menarik napas; dengan penuh perhatian, ia mengembuskan napas.
Ketika ia menarik napas panjang, ia mengetahuinya; dan ketika ia mengembuskan napas panjang, ia mengetahuinya. Ketika ia menarik napas pendek, ia mengetahuinya; dan ketika ia mengembuskan napas pendek, ia mengetahuinya.

Ketika menarik napas, ia berlatih dengan sepenuhnya mengalami napas; ketika mengembuskan napas, ia berlatih dengan sepenuhnya mengalami napas. Ketika menarik napas, ia berlatih menenangkan aktivitas-aktivitas jasmani; ketika mengembuskan napas, ia berlatih menenangkan aktivitas-aktivitas jasmani.

Ketika menarik napas, ia berlatih dalam mengalami kegembiraan; ketika mengembuskan napas, ia berlatih dalam mengalami kegembiraan. Ketika menarik napas, ia berlatih dalam mengalami kebahagiaan; ketika mengembuskan napas, ia berlatih dalam mengalami kebahagiaan. Ketika menarik napas, ia berlatih dalam mengalami aktivitas-aktivitas pikiran; ketika mengembuskan napas, ia berlatih dalam mengalami aktivitas-aktivitas pikiran. Ketika menarik napas, ia berlatih dalam menenangkan aktivitas-aktivitas pikiran; ketika mengembuskan napas, ia berlatih dalam menenangkan aktivitas-aktivitas pikiran.

Ketika menarik napas, ia berlatih dalam mengalami pikiran; ketika mengembuskan napas, ia berlatih dalam mengalami pikiran. Ketika menarik napas, ia berlatih dalam menggembirakan pikiran; ketika mengembuskan napas, ia berlatih dalam menggembirakan pikiran. Ketika menarik napas, ia berlatih dalam mengheningkan pikiran; ketika mengembuskan napas, ia berlatih dalam mengheningkan pikiran. Ketika menarik napas, ia berlatih dalam membebaskan pikiran; ketika mengembuskan napas, ia berlatih dalam membebaskan pikiran.

Ketika menarik napas, ia berlatih dalam merenungkan ketidakkekalan; ketika mengembuskan napas, ia berlatih dalam merenungkan ketidakkekalan. Ketika menarik napas, ia berlatih dalam merenungkan peluruhan; ketika mengembuskan napas, ia berlatih dalam merenungkan peluruhan. Ketika menarik napas, ia berlatih dalam merenungkan berakhirnya; ketika mengembuskan napas, ia berlatih dalam merenungkan berakhirnya. Ketika menarik napas, ia berlatih dalam merenungkan pelepasan; ketika mengembuskan napas, ia berlatih dalam merenungkan pelepasan.

Para bhikkhu, ketika keheningan melalui perhatian pada pernafasan dikembangkan dan dilatih, itu adalah keadaan kebahagiaan yang damai dan luhur, dan memuaskan. Dan itu melenyapkan kualitas-kualitas buruk dan tidak bermanfaat di tempat itu juga, kapanpun munculnya."

Sang Buddha kemudian mengumpulkan Sangha dan menanyai para bhikkhu: "Benarkah, para bhikkhu, bahwa ada para bhikkhu yang bunuh diri, yang saling membunuh satu sama lain, dan yang berkata kepada Migalaṇḍika, 'Mohon bunuhlah kami. Engkau akan mendapatkan mangkuk dan jubah kami.'?"
"Benar, Yang Mulia."
Sang Buddha menegur mereka, "Para bhikkhu, tidaklah sepantasnya bagi para bhikkhu ini, tidaklah benar, tidaklah selayaknya bagi seorang monastik, tidak diperbolehkan, tidak boleh dilakukan. Bagaimana mungkin para bhikkhu ini melakukan hal ini? Hal ini akan mempengaruhi keyakinan banyak orang ..." ...; "Dan, para bhikkhu, aturan latihan ini harus dibacakan sebagai berikut:

Aturan awal

'Jika seorang bhikkhu dengan sengaja membunuh seorang manusia atau mencari alat kematian untuk mereka, ia juga diusir dan dikeluarkan dari komunitas'

Dengan cara inilah Sang Buddha menetapkan aturan latihan ini untuk para bhikkhu.

Sub-kisah kedua

Pada suatu ketika seorang umat awam jatuh sakit. Ia memiliki seorang istri yang cantik dan menarik, yang para bhikkhu dari kelompok enam jatuh cinta kepadanya. Mereka berkata satu sama lain, "Jika umat awam ini sembuh, kita tidak akan mendapatkannya. Ayo, mari kita memuji kematian kepadanya."
Kemudian mereka mendatangi umat awam itu dan berkata, "Engkau telah melakukan apa yang baik dan bermanfaat; engkau telah membuat naungan dari ketakutan. Engkau tidak pernah melakukan apapun yang buruk; engkau tidak serakah atau tidak bermoral. Oleh karena itu mengapa melanjutkan kehidupan yang menyengsarakan dan sulit ini? Kematian adalah lebih baik untukmu. Ketika engkau meninggal dunia, engkau akan terlahir kembali di alam bahagia. Di sana engkau akan dapat menikmati kebahagiaan surgawi."
Umat awam itu berpikir, "Para mulia ini berkata benar, karena aku telah melakukan apa yang baik dan menghindari apa yang buruk, dan setelah kematian aku akan terlahir kembali di alam bahagia."
Sejak saat itu ia memakan berbagai jenis makanan berbahaya dan meminum minuman berbahaya, dan sebagai konsekuensinya, ia menjadi sangat sakit dan meninggal dunia.
Tetapi istrinya mengeluhkan dan mengkritik para bhikkhu itu, "Para monastik Sakya ini tidak tahu malu dan pembohong tidak bermoral. Mereka mengaku memiliki integritas, hidup selibat dan berperilaku baik, jujur, bermoral, dan baik. Tetapi mereka tidak memiliki karakter baik seorang monastik atau brahmana. Mereka telah tersesat! Mereka memuji kematian kepada suamiku, dan sebagai akibatnya suamiku meninggal dunia."
Dan orang-orang lain juga mengeluhkan dan mengkritik mereka dengan cara yang sama.
Para bhikkhu mendengar kritik dari orang-orang itu. Para bhikkhu yang memiliki sedikit keinginan dan yang memiliki nurani, yang merasa puas, takut pada perbuatan salah, dan menyukai latihan, mengeluh dan mengkritik para bhikkhu itu, "Bagaimana mungkin mereka memuji kematian kepada umat awam itu?"
Setelah menegur para bhikkhu itu dalam berbagai cara, mereka memberitahu Sang Buddha ...;
"Benarkah, para bhikkhu, bahwa kalian melakukan hal ini?"
"Benar, Yang Mulia."
Sang Buddha menegur mereka, "Orang-orang dungu, tidaklah benar, tidaklah sepantasnya, tidaklah selayaknya bagi seorang monastik, tidak diperbolehkan, tidak boleh dilakukan. Bagaimana mungkin kalian dapat melakukan hal ini? Hal ini akan mempengaruhi keyakinan banyak orang ..." ...; "Dan karena itu, para bhikkhu, aturan latihan ini harus dibacakan sebagai berikut:

Aturan akhir

'Jika seorang bhikkhu dengan sengaja membunuh manusia atau mencari alat kematian untuknya atau memuji kematian atau menghasut seseorang untuk mati, dengan berkata, "Temanku, apalah gunanya kehidupan yang menyengsarakan dan sulit ini? Kematian adalah lebih baik bagimu daripada kehidupan!"—;berpikir dan berniat demikian, jika ia memuji kematian dalam banyak cara atau menghasut seseorang untuk mati—;ia juga diusir dan dikeluarkan dari komunitas.'"

Definisi

Seorang:

Siapapun ...;

Bhikkhu:

...; Seorang bhikkhu yang telah diberikan penahbisan penuh oleh Sangha yang sepakat melalui prosedur sah yang terdiri dari satu usul dan tiga pengumuman yang tidak dapat dibatalkan dan lengkap – bhikkhu jenis inilah yang dimaksudkan dalam kasus ini.

Dengan sengaja:

Mengetahui, menganggap, memiliki niat, telah memutuskan, ia melanggar.

Seorang manusia:

Dari kemunculan pertama batin di dalam rahim ibu, dari manifestasi pertama kesadaran, hingga saat kematian: di antara ini—;disebut "seorang manusia".

Membunuh:

Memotong indria kehidupan, mengakhirinya, memutuskan keberlanjutannya.

Atau mencari alat kematian untuknya:

Sebilah pedang, sebilah belati, anak panah, tongkat pemukul, batu, pisau, racun, atau seutas tali.

Atau memuji kematian:

Ia menunjukkan kerugian dalam kehidupan dan memuji kematian.

Atau menghasut seseorang untuk mati:

Ia berkata, "Bunuhlah dirimu dengan pisau," "Minumlah racun," "Matilah dengan menggantung dirimu dengan tali."

Temanku:

Ini adalah satu bentuk sapaan.

Apalah gunanya kehidupan yang menyengsarakan dan sulit ini:

Kehidupan yang menyengsarakan: kehidupan orang miskin adalah menyengsarakan dibandingkan dengan kehidupan orang kaya; kehidupan orang melarat adalah menyengsarakan dibandingkan dengan kehidupan orang berada; kehidupan manusia adalah menyengsarakan dibandingkan dengan kehidupan para dewa.

Kehidupan yang sulit:

Kehidupan dari seorang yang tangannya terpotong, yang kakinya terpotong, yang tangan dan kakinya terpotong, yang telinganya terpotong, yang hidungnya terpotong, yang telinga dan hidungnya terpotong. Karena jenis-jenis kehidupan yang menyengsarakan dan sulit ini, ia berkata, "Kematian adalah lebih baik bagimu daripada kehidupan!"

Berpikir:

Pikiran dan pemikiran adalah sama.

Berniat:

Mempersepsikan kematian, meniatkan kematian, bertujuan pada kematian.

Dalam banyak cara:

Dalam berbagai cara.

Ia memuji kematian:

Ia menunjukkan kerugian dalam kehidupan dan memuji kematian, dengan berkata, "Ketika engkau meninggal dunia, engkau akan terlahir kembali di alam tujuan yang bahagia, di alam surga. Di sana engkau akan dapat menikmati kebahagiaan surgawi."

Atau menghasut seseorang untuk mati:

Ia berkata, "Bunuhlah dirimu dengan pisau," "Minumlah racun," "Matilah dengan menggantung dirimu dengan tali," "Melompatlah ke dalam jurang," "Lompatlah ke dalam lubang," "Melompatlah dari tebing."

Ia juga:

Ini dikatakan dengan merujuk pada pelanggaran sebelumnya yang mengharuskan pengusiran.

Diusir:

Seperti halnya sebutir batu biasa yang telah pecah menjadi dua tidak dapat disambung kembali menjadi satu, demikian pula seorang bhikkhu yang telah dengan sengaja membunuh seorang manusia bukanlah seorang petapa, bukan seorang monastik Sakya. Oleh karena itu dikatakan, "ia diusir."

Dikeluarkan dari komunitas:

Komunitas: prosedur legal bersama, pembacaan bersama, latihan yang sama—;ini disebut "komunitas". Ia tidak berpartisipasi di dalam hal-hal ini—;oleh karena itu dikatakan "dikeluarkan dari komunitas".

Permutasi

Ringkasan

Diri sendiri, setelah memutuskan, melalui utusan, melalui serangkaian utusan, melalui seorang utusan yang tidak mengikuti instruksi, melalui seorang utusan yang pergi dan kembali lagi.
Tidak secara rahasia, tetapi menganggapnya sebagai secara rahasia. Secara rahasia, tetapi menganggapnya sebagai tidak secara rahasia. Tidak secara rahasia, tetapi menganggapnya sebagai tidak secara rahasia. Secara rahasia, dan menganggapnya sebagai secara rahasia.
Ia memujikan melalui jasmani. Ia memujikan melalui ucapan. Ia memujikan melalui jasmani dan ucapan. Ia memujikan melalui utusan. Ia memujikan melalui tulisan.
Sebuah lubang, sebuah perabot, meletakkan di dekat, tonik, mengatur pemandangan, mengatur suara, mengatur bau-bauan, mengatur rasa kecapan, mengatur sentuhan, mengatur suatu kualitas mental, informasi, instruksi, bertindak dengan penunjukan, membuat isyarat.

Penjelasan

Diri sendiri:

Diri sendiri membunuh dengan jasmani atau dengan sesuatu yang terhubung dengan jasmani atau dengan sesuatu yang dilepaskan.

Setelah memutuskan:

Setelah memutuskan, ia memberitahu seseorang, "Pukul demikian, serang demikian, bunuh demikian."

Melalui utusan:

Jika seorang bhikkhu memberitahu bhikkhu kedua, "Bunuhlah dia," maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika bhikkhu kedua membunuh orang itu, dengan berpikir bahwa ia adalah orang yang ia disuruh untuk membunuh, maka terjadi pelanggaran yang mengharuskan pengusiran untuk keduanya.
Jika seorang bhikkhu memberitahu bhikkhu kedua, "Bunuhlah dia," maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika bhikkhu kedua membunuh orang yang lain, dengan berpikir bahwa ia adalah orang yang ia disuruh untuk membunuh, maka tidak ada pelanggaran untuk si penghasut, tetapi terjadi pelanggaran yang mengharuskan pengusiran untuk si pembunuh.
Jika seorang bhikkhu memberitahu bhikkhu kedua, "Bunuhlah dia," maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika bhikkhu kedua membunuh orang itu, dengan berpikir bahwa ia adalah orang lain yang bukan ia disuruh untuk membunuh, maka terjadi pelanggaran yang mengharuskan pengusiran untuk keduanya.
Jika seorang bhikkhu memberitahu bhikkhu kedua, "Bunuhlah dia," maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika bhikkhu kedua membunuh orang yang lain, dengan berpikir bahwa ia adalah orang lain yang bukan ia disuruh untuk membunuh, maka tidak ada pelanggaran untuk si penghasut, tetapi terjadi pelanggaran yang mengharuskan pengusiran untuk si pembunuh.

Melalui serangkaian utusan:

Jika seorang bhikkhu memberitahu bhikkhu kedua, "Beritahu orang ini untuk memberitahu orang ini untuk membunuh orang itu," maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Dalam memberitahu orang berikutnya, terjadi pelanggaran perbuatan salah. Jika calon pembunuh menyetujui, maka terjadi pelanggaran serius untuk si penghasut. Jika ia membunuh orang itu, maka terjadi pelanggaran yang mengharuskan pengusiran untuk mereka semua.

Melalui seorang utusan yang tidak mengikuti instruksi:

Jika seorang bhikkhu memberitahu bhikkhu kedua, "Beritahu orang ini untuk memberitahu orang ini untuk membunuh orang itu," maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika bhikkhu lain itu memberitahu orang lain lagi yang bukan orang yang ia disuruh untuk memberitahukan, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika si calon pembunuh menyetujui, maka terjadi pelanggaran perbuatan salah. Jika ia membunuh orang itu, maka tidak ada pelanggaran untuk si penghasut, tetapi ada pelanggaran yang mengharuskan pengusiran untuk si utusan dan si pembunuh.

Melalui seorang utusan yang pergi dan kembali lagi:

Jika seorang bhikkhu memberitahu bhikkhu kedua, "Bunuhlah orang itu," maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Ia pergi, namun kembali lagi, dengan berkata, "Aku tidak mampu membunuhnya." Jika bhikkhu pertama memberitahunya lagi, "Ketika engkau mampu, bunuhlah ia," maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika bhikkhu kedua membunuh orang itu, maka terjadi pelanggaran yang mengharuskan pengusiran untuk keduanya.
Jika seorang bhikkhu memberitahu bhikkhu kedua, "Bunuhlah orang itu," maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Kemudian ia menyesal, tetapi tidak mengatakan, "Jangan membunuhnya." Jika kemudian bhikkhu kedua membunuh orang itu, maka terjadi pelanggaran yang mengharuskan pengusiran untuk keduanya.
Jika seorang bhikkhu memberitahu bhikkhu kedua, "Bunuhlah orang itu," maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Kemudian ia menyesal dan mengatakan, "Jangan membunuhnya." Jika bhikkhu kedua menjawab, "Aku telah disuruh olehmu untuk membunuh orang itu," dan kemudian ia membunuh orang itu, maka tidak ada pelanggaran untuk si penghasut, tetapi terjadi pelanggaran yang mengharuskan pengusiran untuk si pembunuh.
Jika seorang bhikkhu memberitahu bhikkhu kedua, "Bunuhlah orang itu," maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Kemudian ia menyesal dan mengatakan, "Jangan membunuhnya." Jika bhikkhu kedua menjawab, "Baiklah," dan berhenti, maka tidak ada pelanggaran untuk keduanya.
Title: Pārājika 3
Post by: Indra on 14 September 2022, 01:15:17 PM
Tidak secara rahasia, tetapi menganggapnya sebagai secara rahasia:

Jika ia mengucapkan keras-keras, "Aku menginginkan orang itu mati," maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah.

Secara rahasia, tetapi menganggapnya sebagai tidak secara rahasia:

Jika ia mengucapkan keras-keras, "Aku menginginkan orang itu mati," maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah.

Tidak secara rahasia, tetapi menganggapnya sebagai tidak secara rahasia:

Jika ia mengucapkan keras-keras, "Aku menginginkan orang itu mati," maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah.

Secara rahasia, dan menganggapnya sebagai secara rahasia:

Jika ia mengucapkan keras-keras, "Aku menginginkan orang itu mati," maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah.

Ia memujikan melalui jasmani:

Jika seorang bhikkhu membuat isyarat melalui jasmani, yang menunjukkan, "Siapa pun yang mati demikian, menerima kekayaan," atau "Siapa pun yang mati demikian, menjadi terkenal," atau "Siapa pun yang mati demikian, pergi ke alam surga," maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika, karena pujian itu, orang yang dituju berpikir, "Aku harus mati," dan ia melakukan sesuatu yang menyakitkan, maka bhikkhu itu melakukan pelanggaran serius. Jika orang itu mati, maka bhikkhu itu melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran.

Ia memujikan melalui ucapan:

Jika seorang bhikkhu berkata, "Siapa pun yang mati demikian, menerima kekayaan," atau "Siapa pun yang mati demikian, menjadi terkenal," atau "Siapa pun yang mati demikian, pergi ke alam surga," maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika, karena pujian itu, orang yang dituju berpikir, "Aku harus mati," dan ia melakukan sesuatu yang menyakitkan, maka bhikkhu itu melakukan pelanggaran serius. Jika orang itu mati, maka bhikkhu itu melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran.

Ia memujikan melalui jasmani dan ucapan:

Jika seorang bhikkhu membuat isyarat melalui jasmani dan mengatakan, "Siapa pun yang mati demikian, menerima kekayaan," atau "Siapa pun yang mati demikian, menjadi terkenal," atau "Siapa pun yang mati demikian, pergi ke alam surga," maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika, karena pujian itu, orang yang dituju berpikir, "Aku harus mati," dan ia melakukan sesuatu yang menyakitkan, maka bhikkhu itu melakukan pelanggaran serius. Jika orang itu mati, maka bhikkhu itu melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran.

Ia memujikan melalui utusan:

Jika seorang bhikkhu memberikan instruksi melalui seorang utusan, dengan mengatakan, "Siapa pun yang mati demikian, menerima kekayaan," atau "Siapa pun yang mati demikian, menjadi terkenal," atau "Siapa pun yang mati demikian, pergi ke alam surga," maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika, setelah mendengar instruksi dari utusan itu, orang yang dituju berpikir, "Aku harus mati," dan ia melakukan sesuatu yang menyakitkan, maka bhikkhu itu melakukan pelanggaran serius. Jika orang itu mati, maka bhikkhu itu melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran.

Ia memujikan melalui tulisan:

Jika seorang bhikkhu menuliskan, "Siapa pun yang mati demikian, menerima kekayaan," atau "Siapa pun yang mati demikian, menjadi terkenal," atau "Siapa pun yang mati demikian, pergi ke alam surga," maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah untuk setiap huruf yang ia tulis. Jika, setelah membaca tulisan itu, orang yang dituju berpikir, "Aku harus mati," dan ia melakukan sesuatu yang menyakitkan, maka bhikkhu itu melakukan pelanggaran serius. Jika orang itu mati, maka bhikkhu itu melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran.

Sebuah lubang:

Seorang bhikkhu menggali lubang untuk seorang manusia, dengan berpikir, "Dengan terjatuh ke dalamnya, mereka akan mati," maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika orang yang dituju mengalami kesakitan setelah jatuh ke dalamnya, maka bhikkhu itu melakukan pelanggaran serius. Jika orang itu mati, maka bhikkhu itu melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran.

Jika seorang bhikkhu menggali sebuah lubang tanpa ditujukan kepada orang tertentu, dengan berpikir, "Apa pun yang jatuh ke dalamnya, akan mati," maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika seseorang jatuh ke dalamnya, maka bhikkhu itu melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika mereka mengalami kesakitan setelah jatuh ke dalamnya, maka bhikkhu itu melakukan pelanggaran serius. Jika mereka mati, maka bhikkhu itu melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran. Jika sesosok makhluk halus, sesosok hantu, atau binatang dalam wujud manusia jatuh ke dalamnya, maka bhikkhu itu melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika makhluk itu mengalami kesakitan setelah jatuh ke dalamnya, maka bhikkhu itu melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika makhluk itu mati, maka bhikkhu itu melakukan pelanggaran serius. Jika seekor binatang jatuh ke dalamnya, maka bhikkhu itu melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika binatang itu mengalami kesakitan setelah jatuh ke dalamnya, maka bhikkhu itu melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika binatang itu mati, maka bhikkhu itu melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.

Sebuah perabot:

Jika seorang bhikkhu meletakkan sebilah belati dalam sebuah perabot, melumuri perabot dengan racun, atau membuatnya goyah, atau jika ia meletakkannya di dekat danau, lubang, atau tebing, dengan berpikir, "Dengan terjatuh, mereka akan mati," maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika orang yang dituju mengalami kesakitan karena belati, racun, atau terjatuh, maka bhikkhu itu melakukan pelanggaran serius. Jika orang itu mati, maka bhikkhu itu melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran.

Meletakkan di dekat:

Jika seorang bhikkhu meletakkan sebilah pisau, belati, anak panah, pentungan, batu, pedang, racun, atau tali di dekat seseorang, dengan berpikir, "Dengan menggunakan ini, mereka akan mati," maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika orang yang dituju berpikir, "Dengan menggunakan itu, aku akan mati," dan ia melakukan sesuatu yang menyakitkan, maka bhikkhu itu melakukan pelanggaran serius. Jika orang itu mati, maka bhikkhu itu melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran.

Tonik:

Jika seorang bhikkhu memberikan kepada seseorang ghee, mentega, minyak, madu, atau sirup, dengan berpikir, "Setelah mengecap ini, mereka akan mati," maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika orang yang dituju mengecapnya dan merasakan kesakitan, maka bhikkhu itu melakukan pelanggaran serius. Jika orang itu mati, maka bhikkhu itu melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran.

Mengatur pemandangan:

Jika seorang bhikkhu mengatur sebuah pemandangan yang menakutkan dan mengerikan, dengan berpikir, "Dengan melihat ini dan menjadi ketakutan, mereka akan mati," maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika orang yang dituju melihatnya dan menjadi ketakutan, maka bhikkhu itu melakukan pelanggaran serius. Jika orang itu mati, maka bhikkhu itu melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran. Jika seorang bhikkhu mengatur sebuah pemandangan indah, dengan berpikir, "Dengan melihat ini dan kemudian karena tidak mampu memegangnya, mereka akan merana dan mati," maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika orang yang dituju melihatnya dan kemudian menjadi merana karena tidak mampu memegangnya, maka ia melakukan pelanggaran serius. Jika orang itu mati, maka bhikkhu itu melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran.

Mengatur suara:

Jika seorang bhikkhu mengatur suatu suara yang menakutkan dan mengerikan, dengan berpikir, "Dengan mendengar ini dan menjadi ketakutan, mereka akan mati," maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika orang yang dituju mendengarnya dan menjadi ketakutan, maka bhikkhu itu melakukan pelanggaran serius. Jika orang itu mati, maka bhikkhu itu melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran. Jika seorang bhikkhu mengatur suatu suara yang indah dan menggugah hati, dengan berpikir, "Dengan mendengar ini dan kemudian karena tidak mampu memegangnya, mereka akan merana dan mati," maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika orang yang dituju mendengarnya dan kemudian menjadi merana karena tidak mampu memegangnya, maka ia melakukan pelanggaran serius. Jika orang itu mati, maka bhikkhu itu melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran.

Mengatur bau-bauan:

Jika seorang bhikkhu mengatur suatu bau-bauan yang memuakkan dan menjijikkan, dengan berpikir, "Dengan mencium ini, mereka akan mati karena muak dan jijik," maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika orang yang dituju menciumnya dan mengalami penderitaan karena muak dan jijik, maka bhikkhu itu melakukan pelanggaran serius. Jika orang itu mati, maka bhikkhu itu melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran. Jika seorang bhikkhu mengatur suatu aroma harum, dengan berpikir, "Dengan mencium ini dan kemudian karena tidak mampu memegangnya, mereka akan merana dan mati," maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika orang yang dituju menciumnya dan kemudian menjadi merana karena tidak mampu memegangnya, maka ia melakukan pelanggaran serius. Jika orang itu mati, maka bhikkhu itu melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran.

Mengatur rasa kecapan:

Jika seorang bhikkhu mengatur suatu rasa kecapan yang memuakkan dan menjijikkan, dengan berpikir, "Dengan mengecap, mereka akan mati karena muak dan jijik," maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika orang yang dituju mengecapnya dan mengalami penderitaan karena muak dan jijik, maka bhikkhu itu melakukan pelanggaran serius. Jika orang itu mati, maka bhikkhu itu melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran. Jika seorang bhikkhu mengatur suatu rasa kecapan yang lezat, dengan berpikir, "Dengan mengecap ini dan kemudian karena tidak mampu memegangnya, mereka akan merana dan mati," maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika orang yang dituju mengecapnya dan kemudian menjadi merana karena tidak mampu memegangnya, maka ia melakukan pelanggaran serius. Jika orang itu mati, maka bhikkhu itu melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran.

Mengatur sentuhan:

Jika seorang bhikkhu mengatur sebuah sentuhan fisik yang menyakitkan dan kasar, dengan berpikir, "Dengan tersentuh oleh ini, mereka akan mati," maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika orang yang dituju menyentuhnya dan mengalami kesakitan, maka bhikkhu itu melakukan pelanggaran serius. Jika orang itu mati, maka bhikkhu itu melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran. Jika seorang bhikkhu mengatur sebuah sentuhan fisik yang lembut dan menyenangkan, dengan berpikir, "Dengan tersentuh oleh ini dan kemudian karena tidak mampu memegangnya, mereka akan merana dan mati," maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika orang yang dituju menyentuhnya dan kemudian menjadi merana karena tidak mampu memegangnya, maka ia melakukan pelanggaran serius. Jika orang itu mati, maka bhikkhu itu melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran.

Mengatur suatu kualitas mental:

Jika seorang bhikkhu menceritakan tentang neraka kepada seseorang yang mengarah menuju neraka, dengan berpikir, "Dengan mendengar ini dan menjadi ketakutan, mereka akan mati," maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika orang yang dituju mendengarnya dan menjadi ketakutan, maka bhikkhu itu melakukan pelanggaran serius. Jika orang itu mati, maka bhikkhu itu melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran. Jika seorang bhikkhu menceritakan tentang surga kepada seorang yang berperilaku baik, dengan berpikir, "Dengan mendengar dan tertarik padanya, mereka akan mati," maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika orang yang dituju mendengarnya, menjadi tertarik padanya, dan berpikir, "Aku harus mati," dan mereka melakukan sesuatu yang menyakitkan, maka bhikkhu itu melakukan pelanggaran serius. Jika orang itu mati, maka bhikkhu itu melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran.

Informasi:

Jika, karena ditanya, seorang bhikkhu berkata, "Matilah seperti ini. Siapa pun yang melakukannya akan menerima kekayaan," atau "Matilah seperti ini. Siapa pun yang melakukannya akan terkenal," atau "Matilah seperti ini. Siapa pun yang melakukannya akan pergi ke alam surga," maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika, karena informasi itu, orang yang dituju berpikir, "Aku harus mati," dan mereka melakukan sesuatu yang menyakitkan, maka bhikkhu itu melakukan pelanggaran serius. Jika orang itu mati, maka bhikkhu itu melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran.

Instruksi:

Jika, tanpa ditanya, seorang bhikkhu berkata, "Matilah seperti ini. Siapa pun yang melakukannya akan menerima kekayaan," atau "Matilah seperti ini. Siapa pun yang melakukannya akan terkenal," atau "Matilah seperti ini. Siapa pun yang melakukannya akan pergi ke alam surga," maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika, karena instruksi itu, orang yang dituju berpikir, "Aku harus mati," dan mereka melakukan sesuatu yang menyakitkan, maka bhikkhu itu melakukan pelanggaran serius. Jika orang itu mati, maka bhikkhu itu melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran.

Bertindak dengan penunjukan:

Jika seorang bhikkhu melakukan penunjukan untuk sebelum makan atau untuk sesudah makan, untuk malam itu atau untuk siang itu, memberitahu orang lain, "Bunuhlah orang itu menurut penunjukan ini," maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika orang lain itu membunuh orang itu menurut penunjukan itu, maka terjadi pelanggaran yang mengharuskan pengusiran untuk keduanya. Jika ia membunuhnya sebelum atau sesudah waktu yang ditentukan, tidak ada pelanggaran untuk si penghasut, tetapi pelanggaran yang mengharuskan pengusiran untuk si pembunuh.

Membuat isyarat:

Seorang bhikkhu membuat tanda. Jika ia mengatakan kepada orang lain, "Ketika aku berkedip, pada isyarat itu bunuhlah orang itu," atau, "Ketika aku mengangkat alis, pada isyarat itu bunuhlah orang itu," atau, "Ketika aku mengangguk, pada isyarat itu bunuhlah orang itu," maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika, pada isyarat itu, ia membunuh orang itu, maka terjadi pelanggaran yang mengharuskan pengusiran untuk keduanya. Jika ia membunuh orang itu sebelum atau sesudah isyarat itu, maka tidak ada pelanggaran untuk si penghasut, tetapi pelanggaran yang mengharuskan pengusiran untuk si pembunuh.

Tidak ada pelanggaran

Tidak ada pelanggaran: jika tidak disengaja; jika ia tidak mengetahui; jika ia tidak bertujuan kematian; jika ia gila; jika ia adalah pelaku pertama.

Bagian pembacaan pertama tentang pengusiran sehubungan dengan manusia selesai

Syair rangkuman untuk studi kasus
"Memuji, duduk,
Dan dengan alu, dengan lesung;
Meninggalkan keduniawian setelah tua, mengalir ke luar,
Pertama, racun percobaan.
Dan tiga dengan membuat situs,
Tiga lainnya dengan bata;
Dan juga golok, dan kasau.
Sebuah panggung tinggi, turun, jatuh.
Berkeringat, dan perawatan hidung, pijat,
Dengan mandi, dan dengan melumuri;
Membangunkan, membaringkan,
Kematian melalui makanan, kematian melalui minuman.
Anak oleh kekasih, dan istri-istri;
Ibu, anak, ia membunuh keduanya,
Ia tidak membunuh keduanya; menghancurkan,
Memanaskan, mandul, subur.
Menggelitik, dalam memegang, makhluk halus,
Dan makhluk-makhluk buas, mengutus;
Menganggapnya adalah mereka, ia memukul,
Dalam membicarakan tentang alam surga, dan tentang neraka.
Tiga pohon di Āḷavī,
Tiga lainnya bersama hutan;
Jangan menyiksa, aku tidak bisa,
Dadih, dan pencahar asin."
Title: Pārājika 3
Post by: Indra on 14 September 2022, 01:18:37 PM
Studi kasus

Pada suatu ketika seorang bhikkhu sedang sakit. Demi belas kasihan, para bhikkhu memujikan kematian kepadanya. Ia meninggal dunia. Mereka menjadi gelisah dan berkata, "Sang Buddha telah menetapkan aturan latihan. Mungkinkah kita telah melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran?" Mereka memberitahu Sang Buddha. "Kalian telah melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran."

Pada suatu ketika seorang bhikkhu pengumpul dana makanan duduk di atas bangku, menindih seorang anak yang tertutup oleh kain bekas. Anak itu mati. Bhikkhu itu menjadi gelisah dan berpikir, "Sang Buddha telah menetapkan aturan latihan. Mungkinkah aku telah melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran?" Ia memberitahu Sang Buddha. "Tidak ada pelanggaran yang mengharuskan pengusiran.
Tetapi engkau tidak boleh duduk di atas bangku tanpa memeriksanya terlebih dulu. Jika engkau melakukan itu, maka engkau melakukan pelanggaran perbuatan salah."

Pada suatu ketika seorang bhikkhu sedang mempersiapkan tempat duduk di ruang makan di sebuah wilayah berpenghuni. Ketika ia mengangkat tinggi sebatang alu, alu kedua jatuh, menimpa seorang anak, yang kemudian meninggal dunia. Bhikkhu itu menjadi gelisah ...; "Apakah yang engkau pikirkan pada saat itu?"
"Aku tidak meniatkannya, Yang Mulia."
"Tidak ada pelanggaran jika tidak disengaja."

Pada suatu ketika seorang bhikkhu sedang mempersiapkan tempat duduk di ruang makan di sebuah wilayah berpenghuni. Ia menginjak perlengkapan lesung. Perlengkapan itu jatuh dan menimpa seorang anak, yang kemudian meninggal dunia. Ia menjadi gelisah ...; "Tidak ada pelanggaran jika tidak disengaja."

Pada suatu ketika seorang ayah dan anaknya telah meninggalkan keduniawian bersama dengan para bhikkhu. Ketika waktunya diumumkan untuk suatu acara tertentu, sang anak berkata kepada ayahnya, "Pergilah, ayah, Sangha sedang menunggumu," dan dengan menangkap punggungnya, ia mendorongnya. Sang ayah terjatuh dan meninggal dunia. Si anak menjadi gelisah ...; "Apakah yang engkau pikirkan pada saat itu?"
"Aku tidak berniat untuk membunuhnya, Yang mulia."
"Tidak ada pelanggaran bagi seorang yang tidak bertujuan pada kematian."

Pada suatu ketika seorang ayah dan anaknya telah meninggalkan keduniawian bersama dengan para bhikkhu. Ketika waktunya diumumkan untuk suatu acara tertentu, sang anak berkata kepada ayahnya, "Pergilah, ayah, Sangha sedang menunggumu," dan dengan menangkap punggungnya, ia mendorongnya, dengan tujuan untuk membunuhnya. Sang ayah terjatuh dan meninggal dunia. Si anak menjadi gelisah ...; "Engkau telah melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran."

Pada suatu ketika seorang ayah dan anaknya telah meninggalkan keduniawian bersama dengan para bhikkhu. Ketika waktunya diumumkan untuk suatu acara tertentu, sang anak berkata kepada ayahnya, "Pergilah, ayah, Sangha sedang menunggumu," dan dengan menangkap punggungnya, ia mendorongnya, dengan tujuan untuk membunuhnya. Sang ayah terjatuh, tetapi tidak meninggal dunia. Si anak menjadi gelisah ...; "Engkau tidak melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran, tetapi terjadi pelanggaran serius."

Pada suatu ketika seorang bhikkhu tersedak di tenggorokannya sewaktu sedang makan. Bhikkhu kedua menepuk lehernya. Daging itu keluar bersama dengan darah, dan bhikkhu itu meninggal dunia. Bhikkhu kedua menjadi gelisah ...; "Tidak ada pelanggaran bagi seorang yang tidak bertujuan pada kematian."

Pada suatu ketika seorang bhikkhu tersedak di tenggorokannya sewaktu sedang makan. Bhikkhu kedua menepuk lehernya, dengan tujuan untuk membunuhnya. Daging itu keluar bersama dengan darah, dan bhikkhu itu meninggal dunia. Bhikkhu kedua menjadi gelisah ...; "Engkau telah melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran."

Pada suatu ketika seorang bhikkhu tersedak di tenggorokannya sewaktu sedang makan. Bhikkhu kedua menepuk lehernya, dengan tujuan untuk membunuhnya. Daging itu keluar bersama dengan darah, tetapi bhikkhu itu tidak meninggal dunia. Bhikkhu kedua menjadi gelisah ...; "Tidak ada pelanggaran yang mengharuskan pengusiran, tetapi terjadi pelanggaran serius."

Pada suatu ketika seorang bhikkhu pengumpul dana makanan menerima makanan beracun. Ia membawanya kembali dan memberikan porsi pertama kepada para bhikkhu lain. Mereka tewas. Ia menjadi gelisah ...; "Apakah yang engkau pikirkan pada saat itu, bhikkhu?"
"Aku tidak mengetahuinya, Yang Mulia."
"Tidak ada pelanggaran bagi seorang yang tidak mengetahui."

Pada suatu ketika seorang bhikkhu memberikan racun kepada bhikkhu kedua dengan tujuan untuk menyelidikinya. Bhikkhu itu tewas. Bhikkhu pertama menjadi gelisah ...; "Apakah yang engkau pikirkan pada saat itu, bhikkhu?"
"Tujuanku adalah ingin menyelidikinya, Yang Mulia."
"Tidak ada pelanggaran yang mengharuskan pengusiran, tetapi ada pelanggaran serius."

Pada suatu ketika para bhikkhu di Āḷavī sedang mempersiapkan sebuah situs untuk sebuah kediaman ketika seorang bhikkhu mengangsurkan sebuah batu kepada bhikkhu lain di atasnya. Karena bhikkhu kedua tidak memegangnya dengan benar, batu itu jatuh dan menimpa kepala seorang bhikkhu di bawah, yang kemudian tewas. Bhikkhu kedua menjadi gelisah ...; "Tidak ada pelanggaran jika tidak disengaja."

Pada suatu ketika para bhikkhu di Āḷavī sedang mempersiapkan sebuah situs untuk sebuah kediaman ketika seorang bhikkhu mengangsurkan sebuah batu kepada bhikkhu lain di atasnya. Bhikkhu kedua menjatuhkan batu ke kepalanya, dengan tujuan untuk membunuhnya. Ia tewas ...; Ia tidak tewas. Bhikkhu kedua menjadi gelisah ...; "Tidak ada pelanggaran yang mengharuskan pengusiran, tetapi ada pelanggaran serius."

Pada suatu ketika para bhikkhu di Āḷavī sedang membangun dinding untuk sebuah kediaman ketika seorang bhikkhu mengangsurkan sebuah bata kepada bhikkhu lain di atasnya. Karena bhikkhu kedua tidak memegangnya dengan benar, bata itu jatuh dan menimpa kepala seorang bhikkhu di bawah, yang kemudian tewas. Bhikkhu kedua menjadi gelisah ...; "Tidak ada pelanggaran jika tidak disengaja."

Pada suatu ketika para bhikkhu di Āḷavī sedang membangun dinding untuk sebuah kediaman ketika seorang bhikkhu mengangsurkan sebuah bata kepada bhikkhu lain di atasnya. Bhikkhu kedua menjatuhkan bata ke kepalanya, dengan tujuan untuk membunuhnya. Ia tewas ...; Ia tidak tewas. Bhikkhu kedua menjadi gelisah ...; "Tidak ada pelanggaran yang mengharuskan pengusiran, tetapi ada pelanggaran serius."

Pada suatu ketika para bhikkhu di Āḷavī sedang melakukan pekerjaan pembangunan ketika seorang bhikkhu mengangsurkan sebuah golok kepada bhikkhu lain di atasnya. Karena bhikkhu kedua tidak memegangnya dengan benar, golok itu jatuh dan menimpa kepala seorang bhikkhu di bawah, yang kemudian tewas. Bhikkhu kedua menjadi gelisah ...; "Tidak ada pelanggaran jika tidak disengaja."

Pada suatu ketika para bhikkhu di Āḷavī sedang melakukan pekerjaan pembangunan ketika seorang bhikkhu mengangsurkan sebuah golok kepada bhikkhu lain di atasnya. Bhikkhu kedua menjatuhkan golok ke kepalanya, dengan tujuan untuk membunuhnya. Ia tewas ...; Ia tidak tewas. Bhikkhu kedua menjadi gelisah ...; "Tidak ada pelanggaran yang mengharuskan pengusiran, tetapi ada pelanggaran serius."

Pada suatu ketika para bhikkhu di Āḷavī sedang melakukan pekerjaan pembangunan ketika seorang bhikkhu mengangsurkan sebuah kasau kepada bhikkhu lain di atasnya. Karena bhikkhu kedua tidak memegangnya dengan benar, kasau itu jatuh dan menimpa kepala seorang bhikkhu di bawah, yang kemudian tewas. Bhikkhu kedua menjadi gelisah ...; "Tidak ada pelanggaran jika tidak disengaja."

Pada suatu ketika para bhikkhu di Āḷavī sedang melakukan pekerjaan pembangunan ketika seorang bhikkhu mengangsurkan sebuah kasau kepada bhikkhu lain di atasnya. Bhikkhu kedua menjatuhkan kasau ke kepalanya, dengan tujuan untuk membunuhnya. Ia tewas ...; Ia tidak tewas. Bhikkhu kedua menjadi gelisah ...; "Tidak ada pelanggaran yang mengharuskan pengusiran, tetapi ada pelanggaran serius."

Pada suatu ketika para bhikkhu di Āḷavī sedang merakit sebuah panggung tinggi sewaktu sedang melakukan pekerjaan pembangunan. Seorang bhikkhu berkata kepada bhikkhu lainnya, "Rakitlah sambil berdiri di sini." Ia melakukan itu, dan ia terjatuh dan tewas. Bhikkhu pertama menjadi gelisah ...; "Apakah yang engkau pikirkan pada saat itu, bhikkhu?"
"Aku tidak bermaksud membunuhnya, Yang Mulia."
"Tidak ada pelanggaran bagi seorang yang tidak bertujuan pada kematian."

Pada suatu ketika para bhikkhu di Āḷavī sedang merakit sebuah panggung tinggi sewaktu sedang melakukan pekerjaan pembangunan. Seorang bhikkhu berkata kepada bhikkhu lainnya, "Rakitlah sambil berdiri di sini," dengan tujuan untuk membunuhnya. Ia melakukan itu, dan ia terjatuh dan tewas ...; ia terjatuh, tetapi tidak tewas. Bhikkhu pertama menjadi gelisah ...; "Tidak ada pelanggaran yang mengharuskan pengusiran, tetapi ada pelanggaran serius."

Pada suatu ketika seorang bhikkhu sedang turun setelah melakukan pekerjaan atap. Bhikkhu kedua berkata, "Turunlah di sini." Ia melakukannya, dan ia terjatuh dan tewas. Bhikkhu kedua menjadi gelisah ...; "Tidak ada pelanggaran bagi seseorang yang tidak bertujuan pada kematian."

Pada suatu ketika seorang bhikkhu sedang turun setelah melakukan pekerjaan atap. Bhikkhu kedua berkata, "Turunlah di sini," dengan tujuan untuk membunuhnya. Ia melakukannya, dan ia terjatuh dan tewas ...; ia terjatuh, tetapi tidak tewas. Bhikkhu pertama menjadi gelisah ...; "Tidak ada pelanggaran yang mengharuskan pengusiran, tetapi ada pelanggaran serius."

Pada suatu ketika seorang bhikkhu yang sedang diserang oleh nafsu mendaki Puncak Hering, melompati tebing, dan mengenai seorang pembuat keranjang. Si pembuat keranjang tewas, dan bhikkhu itu menjadi gelisah ...; "Tidak ada pelanggaran yang mengharuskan pengusiran.
Tetapi, para bhikkhu, kalian tidak boleh melompati apapun. Jika kalian melakukannya, maka kalian melakukan pelanggaran perbuatan salah."

Pada suatu ketika seorang bhikkhu dari kelompok enam mendaki Puncak Hering dan melempar batu untuk bermain-main. Batu itu mengenai seorang gembala sapi, yang kemudian tewas. Mereka menjadi gelisah ...; "Tidak ada pelanggaran yang mengharuskan pengusiran.
Tetapi, para bhikkhu, kalian tidak boleh melempar batu untuk bermain-main. Jika kalian melakukannya, maka kalian melakukan pelanggaran perbuatan salah."
Title: Pārājika 3
Post by: Indra on 14 September 2022, 01:19:51 PM
Pada suatu ketika seorang bhikkhu tertentu sedang sakit. Para bhikkhu membuatnya berkeringat dengan cara membuatnya kepanasan. Ia meninggal dunia. Mereka menjadi gelisah ...; "Tidak ada pelanggaran bagi seorang yang tidak bertujuan pada kematian."

Pada suatu ketika seorang bhikkhu tertentu sedang sakit. Para bhikkhu membuatnya berkeringat dengan cara membuatnya kepanasan, dengan tujuan untuk membunuhnya. Ia meninggal dunia ...; Ia tidak meninggal dunia. Mereka menjadi gelisah ...; "Tidak ada pelanggaran yang mengharuskan pengusiran, tetapi ada pelanggaran serius."

Pada suatu ketika seorang bhikkhu mengalami sakit kepala berat. Para bhikkhu memberinya perawatan medis melalui hidung. Ia meninggal dunia. Mereka menjadi gelisah ...; "Tidak ada pelanggaran bagi seorang yang tidak bertujuan pada kematian."

Pada suatu ketika seorang bhikkhu mengalami sakit kepala berat. Para bhikkhu memberinya perawatan medis melalui hidung, dengan tujuan untuk membunuhnya. Ia meninggal dunia ... Ia tidak meninggal dunia. Para bhikkhu menjadi gelisah ...; "Tidak ada pelanggaran yang mengharuskan pengusiran, tetapi ada pelanggaran serius."

Pada suatu ketika seorang bhikkhu tertentu sedang sakit. Para bhikkhu memijatnya. Ia meninggal dunia. Para bhikkhu menjadi gelisah ...; "Tidak ada pelanggaran bagi seorang yang tidak bertujuan pada kematian."

Pada suatu ketika seorang bhikkhu tertentu sedang sakit. Para bhikkhu memijatnya, dengan tujuan untuk membunuhnya. Ia meninggal dunia ... Ia tidak meninggal dunia. Para bhikkhu menjadi gelisah ...; "Tidak ada pelanggaran yang mengharuskan pengusiran, tetapi ada pelanggaran serius."

Pada suatu ketika seorang bhikkhu tertentu sedang sakit. Para bhikkhu memandikannya. Ia meninggal dunia. Para bhikkhu menjadi gelisah ...; "Tidak ada pelanggaran bagi seorang yang tidak bertujuan pada kematian."

Pada suatu ketika seorang bhikkhu tertentu sedang sakit. Para bhikkhu memandikannya, dengan tujuan untuk membunuhnya. Ia meninggal dunia ... Ia tidak meninggal dunia. Para bhikkhu menjadi gelisah ...; "Tidak ada pelanggaran yang mengharuskan pengusiran, tetapi ada pelanggaran serius."

Pada suatu ketika seorang bhikkhu tertentu sedang sakit. Para bhikkhu melumurinya dengan minyak. Ia meninggal dunia. Para bhikkhu menjadi gelisah ...; "Tidak ada pelanggaran bagi seorang yang tidak bertujuan pada kematian."

Pada suatu ketika seorang bhikkhu tertentu sedang sakit. Para bhikkhu melumurinya dengan minyak, dengan tujuan untuk membunuhnya. Ia meninggal dunia ... Ia tidak meninggal dunia. Para bhikkhu menjadi gelisah ...; "Tidak ada pelanggaran yang mengharuskan pengusiran, tetapi ada pelanggaran serius."

Pada suatu ketika seorang bhikkhu tertentu sedang sakit. Para bhikkhu membuatnya bangkit. Ia meninggal dunia. Mereka menjadi gelisah ...; "Tidak ada pelanggaran bagi seorang yang tidak bertujuan pada kematian."

Pada suatu ketika seorang bhikkhu tertentu sedang sakit. Para bhikkhu membuatnya bangkit, dengan tujuan untuk membunuhnya. Ia meninggal dunia ... Ia tidak meninggal dunia. Para bhikkhu menjadi gelisah ...; "Tidak ada pelanggaran yang mengharuskan pengusiran, tetapi ada pelanggaran serius."

Pada suatu ketika seorang bhikkhu tertentu sedang sakit. Para bhikkhu membaringkannya. Ia meninggal dunia. Mereka menjadi gelisah ...; "Tidak ada pelanggaran bagi seorang yang tidak bertujuan pada kematian."

Pada suatu ketika seorang bhikkhu tertentu sedang sakit. Para bhikkhu membaringkannya, dengan tujuan untuk membunuhnya. Ia meninggal dunia ... Ia tidak meninggal dunia. Para bhikkhu menjadi gelisah ...; "Tidak ada pelanggaran yang mengharuskan pengusiran, tetapi ada pelanggaran serius."

Pada suatu ketika seorang bhikkhu tertentu sedang sakit. Para bhikkhu memberinya makan. Ia meninggal dunia. Mereka menjadi gelisah ...; "Tidak ada pelanggaran bagi seorang yang tidak bertujuan pada kematian."

Pada suatu ketika seorang bhikkhu tertentu sedang sakit. Para bhikkhu memberinya makan, dengan tujuan untuk membunuhnya. Ia meninggal dunia ... Ia tidak meninggal dunia. Para bhikkhu menjadi gelisah ...; "Tidak ada pelanggaran yang mengharuskan pengusiran, tetapi ada pelanggaran serius."

Pada suatu ketika seorang bhikkhu tertentu sedang sakit. Para bhikkhu memberinya minum. Ia meninggal dunia. Mereka menjadi gelisah ...; "Tidak ada pelanggaran bagi seorang yang tidak bertujuan pada kematian."

Pada suatu ketika seorang bhikkhu tertentu sedang sakit. Para bhikkhu memberinya minum, dengan tujuan untuk membunuhnya. Ia meninggal dunia ... Ia tidak meninggal dunia. Para bhikkhu menjadi gelisah ...; "Tidak ada pelanggaran yang mengharuskan pengusiran, tetapi ada pelanggaran serius."

Pada suatu ketika seorang perempuan yang suaminya menetap jauh dari rumah menjadi hamil oleh seorang kekasih. Ia berkata kepada seorang bhikkhu yang berhubungan dengan keluarganya, "Yang Mulia, tolonglah aku melakukan aborsi." "Baiklah," ia berkata, dan membantunya melakukan aborsi. Anak itu mati. Bhikkhu itu menjadi gelisah ...; "Engkau telah melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran."

Pada suatu ketika seorang laki-laki tertentu memiliki dua istri, satu mandul dan yang satu lagi subur. Yang mandul berkata kepada seorang bhikkhu yang berhubungan dengan keluarganya, "Jika istri yang lain melahirkan seorang putra, Yang Mulia, maka ia akan menjadi istri utama. Sudilah membuatnya melakukan aborsi." "Baiklah," ia berkata, dan melakukannya. Anak itu mati, tetapi si ibu tidak mati. Bhikkhu itu menjadi gelisah ...; "Engkau telah melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran."

Pada suatu ketika seorang laki-laki tertentu memiliki dua istri, satu mandul dan yang satu lagi subur. Yang mandul berkata kepada seorang bhikkhu yang berhubungan dengan keluarganya, "Jika istri yang lain melahirkan seorang putra, Yang Mulia, maka ia akan menjadi istri utama. Sudilah membuatnya melakukan aborsi." "Baiklah," ia berkata, dan melakukannya. Si ibu mati, tetapi anak itu tidak mati. Bhikkhu itu menjadi gelisah ...; "Tidak ada pelanggaran yang mengharuskan pengusiran, tetapi ada pelanggaran serius."

Pada suatu ketika seorang laki-laki tertentu memiliki dua istri, satu mandul dan yang satu lagi subur. Yang mandul berkata kepada seorang bhikkhu yang berhubungan dengan keluarganya, "Jika istri yang lain melahirkan seorang putra, Yang Mulia, maka ia akan menjadi istri utama. Sudilah membuatnya melakukan aborsi." "Baiklah," ia berkata, dan melakukannya. Keduanya mati ...; keduanya tidak mati. Bhikkhu itu menjadi gelisah ...; "Tidak ada pelanggaran yang mengharuskan pengusiran, tetapi ada pelanggaran serius."

Pada suatu ketika seorang perempuan yang sedang hamil berkata kepada seorang bhikkhu yang berhubungan dengan keluarganya, "Yang Mulia, tolonglah aku melakukan aborsi." "Baiklah, hancurkanlah" ia berkata. Ia menghancurkannya dan mengalami aborsi. Bhikkhu itu menjadi gelisah ...; "Engkau telah melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran."

Pada suatu ketika seorang perempuan yang sedang hamil berkata kepada seorang bhikkhu yang berhubungan dengan keluarganya, "Yang Mulia, tolonglah aku melakukan aborsi." "Baiklah, panaskanlah tubuhmu" ia berkata. Ia memanaskan tubuhnya dan mengalami aborsi. Bhikkhu itu menjadi gelisah ...; "Engkau telah melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran."

Pada suatu ketika seorang perempuan mandul berkata kepada seorang bhikkhu yang berhubungan dengan keluarganya, "Sudilah memberiku obat, Yang Mulia, untuk membantu agar aku hamil." "Baiklah," ia berkata, dan ia memberikannya obat. Ia mati. Bhikkhu itu menjadi gelisah ...; "Tidak ada pelanggaran yang mengharuskan pengusiran, tetapi ada pelanggaran perbuatan salah."

Pada suatu ketika seorang perempuan subur berkata kepada seorang bhikkhu yang berhubungan dengan keluarganya, "Sudilah memberiku obat, Yang Mulia, untuk membantu agar aku tidak hamil." "Baiklah," ia berkata ...; "Tidak ada pelanggaran yang mengharuskan pengusiran, tetapi ada pelanggaran perbuatan salah."

Pada suatu ketika para bhikkhu dari kelompok enam menggelitik seorang bhikkhu dari kelompok tujuh belas untuk membuatnya tertawa. Karena tidak dapat bernapas, ia mati. Mereka menjadi gelisah ...; "Tidak ada pelanggaran yang mengharuskan pengusiran."

Pada suatu ketika para bhikkhu dari kelompok tujuh belas mengalahkan seorang bhikkhu dari kelompok enam, dengan niat untuk melakukan prosedur legal melawannya. Ia mati. Mereka menjadi gelisah ...; "Tidak ada pelanggaran yang mengharuskan pengusiran."

Pada suatu ketika seorang bhikkhu pengusir makhluk halus membunuh sesosok makhluk halus. Ia menjadi gelisah ...; "Tidak ada pelanggaran yang mengharuskan pengusiran, tetapi ada pelanggaran serius."

Pada suatu ketika seorang bhikkhu mengutus bhikkhu kedua ke sebuah tempat kediaman yang dihuni oleh makhluk halus buas. Makhluk halus itu membunuhnya. Bhikkhu pertama menjadi gelisah ...; "Tidak ada pelanggaran bagi seorang yang tidak bertujuan pada kematian."

Pada suatu ketika seorang bhikkhu mengutus bhikkhu kedua ke sebuah tempat kediaman yang dihuni oleh makhluk halus buas, dengan tujuan untuk membunuhnya. Makhluk halus itu membunuhnya ...; Makhluk halus itu tidak membunuhnya. Bhikkhu pertama menjadi gelisah ...; "Tidak ada pelanggaran yang mengharuskan pengusiran, tetapi ada pelanggaran serius."

Pada suatu ketika seorang bhikkhu mengutus bhikkhu kedua ke hutan belantara yang didiami oleh binatang buas. Binatang itu membunuhnya. Bhikkhu pertama menjadi gelisah ...; "Tidak ada pelanggaran bagi seorang yang tidak bertujuan pada kematian."

Pada suatu ketika seorang bhikkhu mengutus bhikkhu kedua ke hutan belantara yang didiami oleh binatang buas, dengan tujuan untuk membunuhnya. Binatang itu membunuhnya ...; Binatang itu tidak membunuhnya. Bhikkhu pertama menjadi gelisah ...; "Tidak ada pelanggaran yang mengharuskan pengusiran, tetapi ada pelanggaran serius."

Pada suatu ketika seorang bhikkhu mengutus bhikkhu kedua ke hutan belantara yang didiami oleh kriminal. Kriminal itu membunuhnya. Bhikkhu pertama menjadi gelisah ...; "Tidak ada pelanggaran bagi seorang yang tidak bertujuan pada kematian."

Pada suatu ketika seorang bhikkhu mengutus bhikkhu kedua ke hutan belantara yang didiami oleh kriminal, dengan tujuan untuk membunuhnya. Kriminal itu membunuhnya ...; Kriminal itu tidak membunuhnya. Bhikkhu pertama menjadi gelisah ...; "Tidak ada pelanggaran yang mengharuskan pengusiran, tetapi ada pelanggaran serius."

Pada suatu ketika seorang bhikkhu membunuh seseorang, dengan menganggapnya sebagai mereka ...; membunuh orang lainnya, dengan menganggapnya sebagai mereka ...; membunuh seseorang, dengan berpikir bahwa mereka adalah yang lain ...; memnbunuh seorang lainnya, dengan berpikir bahwa mereka adalah yang lain. Para bhikkhu menjadi gelisah ...; "Engkau telah melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran."

Pada suatu ketika seorang bhikkhu dirasuki oleh makhluk halus. Bhikkhu lainnya memukulnya. Ia tewas. Bhikkhu lain itu menjadi gelisah ...; "Tidak ada pelanggaran bagi seorang yang tidak bertujuan pada kematian."

Pada suatu ketika seorang bhikkhu dirasuki oleh makhluk halus. Bhikkhu lainnya memukulnya, dengan tujuan untuk membunuhnya. Ia tewas ...; Ia tidak tewas. Bhikkhu kedua itu menjadi gelisah ...; "Tidak ada pelanggaran yang mengharuskan pengusiran, tetapi ada pelanggaran serius."

Pada suatu ketika seorang bhikkhu membabarkan khotbah tentang surga kepada seorang yang berperilaku baik. Ia menjadi tertarik dan mati. Bhikkhu itu menjadi gelisah ...; "Tidak ada pelanggaran bagi seorang yang tidak bertujuan pada kematian."

Pada suatu ketika seorang bhikkhu membabarkan khotbah tentang surga kepada seorang yang berperilaku baik, dengan tujuan untuk membunuhnya. Ia menjadi tertarik dan mati ...; Ia menjadi tertarik, tetapi tidak mati. Bhikkhu itu menjadi gelisah ...; "Tidak ada pelanggaran yang mengharuskan pengusiran, tetapi ada pelanggaran serius."

Pada suatu ketika seorang bhikkhu membabarkan khotbah tentang neraka kepada seorang yang mengarah menuju neraka. Ia menjadi ketakutan dan mati. Bhikkhu itu menjadi gelisah ...; "Tidak ada pelanggaran bagi seorang yang tidak bertujuan pada kematian."

Pada suatu ketika seorang bhikkhu membabarkan khotbah tentang neraka kepada seorang yang mengarah menuju neraka, dengan tujuan untuk membunuhnya. Ia menjadi ketakutan dan mati ...; Ia menjadi ketakutan, tetapi tidak mati. Bhikkhu itu menjadi gelisah ...; "Tidak ada pelanggaran yang mengharuskan pengusiran, tetapi ada pelanggaran serius."

Pada suatu ketika para bhikkhu dari Āḷavī menebang sebatang pohon sewaktu melakukan pekerjaan pembangunan. Seorang bhikkhu berkata kepada bhikkhu kedua, "Tebanglah sambil berdiri di sini." Ia melakukannya. Pohon itu jatuh menimpanya, dan ia tewas. Bhikkhu pertama menjadi gelisah ...; "Tidak ada pelanggaran bagi seorang yang tidak bertujuan pada kematian."

Pada suatu ketika para bhikkhu dari Āḷavī menebang sebatang pohon sewaktu melakukan pekerjaan pembangunan. Seorang bhikkhu berkata kepada bhikkhu kedua, "Tebanglah sambil berdiri di sini," dengan tujuan untuk membunuhnya. Ia melakukannya. Pohon itu jatuh menimpanya, dan ia tewas ...; Pohon itu jatuh menimpanya, tetapi ia tidak tewas. Bhikkhu pertama menjadi gelisah ...; "Tidak ada pelanggaran yang mengharuskan pengusiran, tetapi ada pelanggaran serius."

Pada suatu ketika para bhikkhu dari kelompok enam membakar sebuah hutan. Orang-orang terbakar dan mati. Para bhikkhu menjadi gelisah ...; "Tidak ada pelanggaran bagi seorang yang tidak bertujuan pada kematian."

Pada suatu ketika para bhikkhu dari kelompok enam membakar sebuah hutan, bertujuan menyebabkan kematian. Orang-orang terbakar dan mati ...; Orang-orang terbakar, tetapi tidak mati. Para bhikkhu menjadi gelisah ...; "Tidak ada pelanggaran yang mengharuskan pengusiran, tetapi ada pelanggaran serius."

Pada suatu ketika seorang bhikkhu mendatangi tempat eksekusi, dan berkata kepada si algojo, "Jangan menyiksanya. Bunuhlah dengan satu pukulan." "Baiklah, Yang Mulia," ia berkata, dan ia membunuhnya dengan satu pukulan. Bhikkhu itu menjadi gelisah ...; "Engkau telah melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran."

Pada suatu ketika seorang bhikkhu mendatangi tempat eksekusi, dan berkata kepada si algojo, "Jangan menyiksanya. Bunuhlah dengan satu pukulan." Dengan berkata, "Tidak, saya tidak bisa," ia mengeksekusinya. Bhikkhu itu menjadi gelisah ...; "Tidak ada pelanggaran yang mengharuskan pengusiran, tetapi ada pelanggaran perbuatan salah."

Pada suatu ketika seseorang yang tangan dan kakinya telah terpotong berada di rumah sanak saudaranya, dikelilingi oleh sanak-saudaranya. Seorang bhikkhu berkata kepada orang-orang itu, "Apakah kalian ingin membiarkannya meninggal dunia?"
"Ya, Yang Mulia."
"Berilah ia dadih."
Mereka memberinya dadih dan ia meninggal dunia. Bhikkhu itu menjadi gelisah ...; "Engkau telah melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran."

Pada suatu ketika seseorang yang tangan dan kakinya telah terpotong berada di rumah sanak saudaranya, dikelilingi oleh sanak-saudaranya. Seorang bhikkhunī berkata kepada orang-orang itu, "Apakah kalian ingin membiarkannya meninggal dunia?"
"Ya, Yang Mulia."
"Berilah ia pencahar asin."

Mereka memberinya pencahar asin dan ia meninggal dunia. Bhikkhunī itu menjadi gelisah ...; Kemudian ia memberitahu para bhikkhunī, yang kemudian memberitahu para bhikkhu, yang kemudian memberitahu Sang Buddha.  "Para bhikkhu, bhikkhunī itu telah melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran."

Pelanggaran ketiga yang mengharuskan pengusiran selesai
Title: Pārājika 4
Post by: Indra on 14 September 2022, 01:43:37 PM
Koleksi Theravāda tentang Hukum Monastik
Aturan Kebhikkhuan dan Analisisnya
Bab tentang Pelanggaran-Pelanggaran yang Mengharuskan Pengusiran

Pārājika 4. Aturan Latihan Keempat tentang Pengusiran


Kisah Asal-mula

Sub-kisah pertama

Pada saat itu ketika Sang Buddha sedang menetap di aula beratap lancip di Hutan Besar di dekat Vesālī, sejumlah bhikkhu bersahabat telah memasuki masa keberdiaman musim hujan di tepi sungai Vaggumudā. Pada saat itu Vajjī sedang kekurangan makanan dan dilanda kelaparan, dengan panen-panen yang diserang hama keputihan dan berubah menjadi jerami. Tidaklah mudah untuk bertahan hidup dari mengumpulkan dana makanan.

Para bhikkhu mempertimbangkan sulitnya situasi itu, dan mereka berpikir, "Bagaimanakah kami dapat menjalani masa keberdiaman musim hujan dengan nyaman dan harmonis, tanpa kesulitan memperoleh dana makanan?"

Beberapa orang berkata, "Kita dapat bekerja untuk para perumah tangga, dan mereka akan menyokong kita sebagai imbalan."

Yang lainnya berkata, "Tidak perlu bekerja untuk para perumah tangga. Mari kita menyampaikan pesan untuk mereka, dan mereka akan menyokong kita sebagai imbalan."

Yang lainnya lagi berkata, "Tidak perlu bekerja atau menyampaikan pesan untuk mereka. Mari kita saling membicarakan kualitas-kualitas melampaui manusia kepada para perumah tangga: 'Bhikkhu itu memiliki penyerapan pertama, bhikkhu itu memiliki penyerapan kedua, bhikkhu itu memiliki penyerapan ketiga, bhikkhu itu memiliki penyerapan keempat; bhikkhu itu adalah seorang pemasuk-arus, bhikkhu itu adalah seorang yang-kembali-sekali, bhikkhu itu adalah seorang yang-tidak-kembali, bhikkhu itu adalah seorang yang-sempurna; bhikkhu itu memiliki tiga pandangan terang sejati, dan bhikkhu itu memiliki enam pengetahuan langsung.' Maka mereka akan menyokong kita. Dengan cara ini kita akan hidup bersama dalam kerukunan, memiliki keberdiaman musim hujan yang nyaman, dan memperoleh dana makanan tanpa kesulitan. Inilah yang harus kita lakukan."

Maka para bhikkhu itu melakukan demikian. Dan orang-orang di sana berpikir, "Kita sungguh beruntung bahwa para bhikkhu demikian telah mendatangi kita untuk menjalani keberdiaman musim hujan. Para bhikkhu baik dan bermoral demikian belum pernah sebelumnya memasuki masa keberdiaman musim hujan bersama kita." Dan mereka mempersembahkan makanan dan minuman kepada para bhikkhu itu yang bahkan mereka sendiri tidak memakan dan meminumnya, atau mempersembahkan untuk orangtua mereka, untuk anak-anak dan istri-istri mereka, untuk para budak, pelayan, dan pekerja mereka, untuk teman-teman dan rekan-rekan mereka, atau untuk sanak-saudara mereka. Segera para bhikkhu itu memiliki wajah cerah dan berwarna indah, kulit yang bersih, dan indria-indria yang tajam.

Pada saat itu adalah kebiasaan bagi para bhikkhu yang telah meyelesaikan masa keberdiaman musim hujan untuk pergi mengunjungi Sang Buddha. Dan oleh karena itu, ketika tiga bulan telah berlalu dan mereka telah menyelesaikan masa keberdiaman musim hujan, para bhikkhu itu merapikan tempat kediaman mereka, membawa mangkuk dan jubah mereka, dan melakukan perjalanan menuju Vesālī. Ketika akhirnya mereka tiba di sana, mereka mendatangi aula beratap lancip di Hutan Besar. Di sana mereka mendekati Sang Buddha, bersujud, dan duduk.

Pada saat itu para bhikkhu yang telah menyelesaikan masa keberdiaman musim hujan di wilayah itu kurus, kuyu, dan pucat, dengan urat-urat menonjol di sekujur tubuh mereka. Namun para bhikkhu dari tepi Vaggumudā memiliki wajah cerah dan berwarna indah, kulit yang bersih, dan indria-indria yang tajam. Karena adalah kebiasaan para Buddha untuk menyapa para bhikkhu yang baru tiba, maka Sang Buddha berkata kepada mereka, "Aku harap kalian baik-baik saja, para bhikkhu, Aku harap kalian dapat bertahan. Aku harap kalian menjalani musim hujan yang nyaman dan rukun, dan memperoleh dana makanan tanpa kesulitan."

"Kami baik-baik saja, Yang Mulia, kami dapat bertahan. Kami menjalani musim hujan yang nyaman dan rukun, dan memperoleh dana makanan tanpa kesulitan." Jika Para Buddha mengetahui apa yang sedang terjadi, kadang-kadang Mereka bertanya dan kadang-kadang tidak. Mereka mengetahui waktu yang tepat untuk bertanya dan kapan tidak bertanya. Para Buddha bertanya jika itu bermanfaat, jika tidak bermanfaat maka Mereka tidak bertanya, karena para Buddha tidak mampu melakukan apa yang tidak bermanfaat. Para Buddha menanyai para bhikkhu untuk dua alasan: untuk membabarkan ajaran atau untuk menetapkan aturan latihan.

Dan Sang Buddha berkata kepada para bhikkhu, "Dengan cara bagaimanakah, para bhikkhu, kalian menjalani musim hujan yang nyaman dan rukun, dan memperoleh dana makanan tanpa kesulitan?"

Mereka memberitahukan kepada Beliau.

"Tetapi apakah kalian benar-benar memiliki kualitas-kualitas melampaui manusia?"

"Tidak, Yang Mulia."

Sang Buddha menegur mereka, "Tidaklah benar, orang-orang dungu, tidaklah sepantasnya, tidaklah selayaknya bagi seorang monastik, tidak diperbolehkan, tidak boleh dilakukan. Bagaimana mungkin kalian, demi perut kalian, saling membicarakan kualitas-kualitas melampaui manusia kepada para perumah tangga? Adalah lebih baik perut kalian dibelah dengan pisau penjagal yang tajam daripada kalian saling membicarakan kualitas-kualitas melampaui manusia kepada para perumah tangga. Mengapakah? Karena walaupun itu dapat menyebabkan kematian atau penderitaan mematikan, tetapi itu tidak akan menyebabkan kalian terlahir kembali di alam tujuan yang buruk. Tetapi yang ini dapat. Ini akan mempengaruhi keyakinan banyak orang ...;" Setelah menegur mereka dan membabarkan ajaran, Beliau berkata kepada para bhikkhu:

"Para bhikkhu, ada lima penjahat yang terkenal jahat di dunia ini. Apakah lima ini? Ada penjahat terkenal yang berpikir seperti ini: 'Kapankah aku akan berjalan-jalan di pedesaan, pemukiman-pemukiman, dan ibukota-ibukota kerajaan, bersama dengan seratus atau seribu orang pengikut, membunuh, menghancurkan, dan menyiksa?' Kemudian setelah beberapa lama, ia melakukan hal itu. Demikian pula, para bhikkhu, seorang bhikkhu jahat berpikir seperti ini: 'Kapankah aku akan berjalan-jalan di pedesaan, pemukiman-pemukiman, dan ibukota-ibukota kerajaan, bersama dengan seratus atau seribu orang pengikut, dihormati, dihargai, dan disembah oleh orang-orang awam maupun mereka yang telah meninggalkan keduniawian, mendapatkan jubah, makanan, tempat tinggal, dan obat-obatan?' Kemudian setelah beberapa lama, ia melakukan hal itu. Ini adalah penjahat pertama yang ada di dunia ini.

Atau seorang bhikkhu jahat mempelajari jalan spiritual yang dibabarkan oleh Sang Buddha dan menganggapnya sebagai miliknya. Ini adalah penjahat kedua terkenal yang ada di dunia ini.

Atau seorang bhikkhu jahat menuduh seorang yang menjalani kehidupan spiritual yang murni, telah melakukan pelanggaran seksual. Ini adalah penjahat ketiga terkenal yang ada di dunia ini.

Atau seorang bhikkhu jahat mengambil barang-barang dan benda-benda kebutuhan dari Sangha—;sebuah vihara, lahan vihara, tempat kediaman, lahan tempat kediaman, tempat tidur, bangku, alas tidur, bantal, panci logam, kendi logam, ember logam, mangkuk logam, golok, kapak, sekop, pahat, tanaman rambat, bambu, buluh, rumput, lempung, benda-benda kayu, benda-benda tanah—;dan menggunakannya untuk menarik pengikut di tengah-tengah para perumah tangga. Ini adalah penjahat keempat terkenal yang ada di dunia ini.

Tetapi di dunia ini bersama dengan para dewa, raja-raja kematian, dan makhluk-makhluk agung, dalam masyarakat ini bersama dengan para monastik dan brahmana, para dewa dan manusia, ini adalah penjahat yang terkenal paling jahat di antara semuanya: seorang yang mengaku memiliki kualitas melampaui manusia yang tidak dimiliki. Mengapakah demikian? Para bhikkhu, kalian telah memakan dana makanan desa melalui pencurian."

Siapa pun yang menyatakan dirinya sendiri
Bukan sebagai siapa ia sesungguhnya,
Telah memakan ini melalui pencurian,
Bagaikan seorang penipu yang telah menipu.
Banyak leher-kuning berkualitas buruk,
Tidak terkendali dan jahat—;
Karena perbuatan-perbuatan jahat mereka,
Mereka terlahir kembali di neraka.
Adalah lebih baik menelan bola besi,
Sepanas jilatan lidah api,
Daripada bagi seorang yang tidak bermoral dan tidak terkendali
Memakan makanan desa.

Setelah menegur para bhikkhu dari tepi Vaggumudā dalam berbagai cara karena sulit dipelihara, sulit disokong ...; "Dan, para bhikkhu, aturan latihan ini harus dibacakan sebagai berikut:

Aturan awal

'Jika seorang bhikkhu secara tidak benar mengaku untuk dirinya, kualitas melampaui manusia, pengetahuan dan penglihatan selayaknya para mulia, dengan mengatakan, "Aku mengetahui ini, aku melihat ini," tetapi beberapa lama kemudian—;apakah ditanya atau tidak, tetapi setelah melakukan pelanggaran dan mencari pemurnian—;harus mengatakan: "Tidak mengetahui aku mengatakan bahwa aku mengetahui, tidak melihat aku mengatakan bahwa aku melihat; apa yang kukatakan adalah kosong dan dusta," ia juga diusir dan dikeluarkan dari komunitas.'"

Dengan cara inilah Sang Buddha menetapkan aturan latihan ini untuk para bhikkhu.
Sub-kisah kedua

Tidak lama kemudian sejumlah bhikkhu, dengan berpikir bahwa mereka telah melihat dan merealisasikan apa yang sesungguhnya belum mereka lihat dan realisasikan, menyatakan pengetahuan akhir karena menilai terlalu tinggi. Setelah beberapa lama, batin mereka condong pada keinginan indria, kebencian, dan kebodohan. Mereka menjadi gelisah, dengan berpikir, "Sang Buddha telah menetapkan aturan latihan, namun kami menyatakan pengetahuan akhir karena menilai terlalu tinggi. Mungkinkah kami telah melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran?" Mereka memberitahukan kepada Yang Mulia Ānanda, yang melaporkannya kepada Sang Buddha. Beliau berkata, "Ini dapat diabaikan, Ānanda.
Dan karena itu, para bhikkhu, aturan latihan ini harus dibacakan sebagai berikut:

Aturan akhir

'Jika seorang bhikkhu secara tidak benar mengaku untuk dirinya, kualitas melampaui manusia, pengetahuan dan penglihatan selayaknya para mulia, dengan mengatakan, "Aku mengetahui ini, aku melihat ini," tetapi beberapa lama kemudian—;apakah ditanya atau tidak, tetapi setelah melakukan pelanggaran dan mencari pemurnian—;harus mengatakan: "Tidak mengetahui aku mengatakan bahwa aku mengetahui, tidak melihat aku mengatakan bahwa aku melihat; apa yang kukatakan adalah kosong dan dusta," maka, kecuali jika itu adalah karena menilai terlalu tinggi, ia juga diusir dan dikeluarkan dari komunitas.'"

Definisi

Seorang:
Siapapun ...;

Bhikkhu:
...; Seorang bhikkhu yang telah diberikan penahbisan penuh oleh Sangha yang sepakat melalui prosedur sah yang terdiri dari satu usul dan tiga pengumuman yang tidak dapat dibatalkan dan lengkap – bhikkhu jenis inilah yang dimaksudkan dalam kasus ini.

Secara tidak benar:
Walaupun suatu kualitas bermanfaat tertentu tidak ada padanya, tidak nyata, tidak ditemukan, dan ia tidak melihatnya atau mengetahuinya, namun ia mengatakan, "Aku memiliki kualitas bermanfaat ini."

Kualitas melampaui manusia:
Penyerapan, kebebasan, keheningan, pencapaian, pengetahuan dan penglihatan, pengembangan sang jalan, realisasi buah, ditinggalkannya kekotoran-kekotoran, pikiran tanpa rintangan, menyukai keterasingan.

Untuk dirinya:
Apakah ia menyatakan kualitas-kualitas baik itu sebagai ada padanya, atau ia menyatakan dirinya sebagai ada di dalam kualitas-kualitas baik itu.

Pengetahuan:
Ketiga pandangan terang sejati.

Penglihatan:
Pengetahuan dan penglihatan adalah sinonim.

Mengaku:
Mengumumkan kepada seorang perempuan atau laki-laki, kepada umat awam atau seorang yang telah meninggalkan keduniawian.

Aku mengetahui ini, aku melihat ini:
"Aku mengetahui kualitas-kualitas ini," "Aku melihat kualitas-kualitas ini," "Kualitas-kualitas ini ada padaku dan aku selaras dengannya."

Beberapa lama kemudian:
Pada momen, pada detik, pada saat setelah ia menyatakan pengakuan.

Ia ditanya:
Ia ditanyai sehubungan dengan apa yang ia akui: "Apakah yang engkau capai?" "Bagaimanakah engkau mencapainya?" "Kapankah engkau mencapainya?" "Dimanakah engkau mencapainya?" "Kekotoran apakah yang engkau tinggalkan?" "Kualitas-kualitas yang manakah yang engkau peroleh?"

Tidak:
Ia tidak ditanyai oleh siapa pun.

Setelah melakukan pelanggaran:
Memiliki keinginan buruk, dikuasai oleh keinginan, mengakui memiliki kualitas melampaui manusia yang tidak ada, tidak nyata, ia telah melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran.

Mencari pemurnian:
Ia ingin menjadi seorang perumah tangga, seorang umat awam, seorang pekerja vihara, atau seorang sāmaṇera.

Tidak mengetahui aku mengatakan bahwa aku mengetahui, tidak melihat aku mengatakan bahwa aku melihat:
"Aku tidak mengetahui kualitas-kualitas ini," "Aku tidak melihat kualitas-kualitas ini," "Kualitas-kualitas ini tidak ada padaku dan aku tidak selaras dengannya."

Apa yang kukatakan adalah kosong dan dusta:
"Apa yang kukatakan adalah kosong," "Apa yang kukatakan adalah dusta," "Apa yang kukatakan adalah tidak nyata," "Aku mengatakannya tanpa mengetahuinya."

Kecuali jika itu adalah karena menilai terlalu tinggi:
Jika itu bukan karena menilai dirinya terlalu tinggi.

Ia juga:
Ini dikatakan dengan merujuk pada pelanggaran sebelumnya yang mengharuskan pengusiran.

Diusir:
Seperti halnya pohon palem yang dipotong pucuknya tidak dapat lagi tumbuh lebih tinggi, demikian pula seorang bhikkhu yang memiliki keinginan buruk, dikuasai oleh keinginan, yang mengaku memiliki kualitas melampaui manusia yang tidak ada, adalah bukan seorang petapa, bukan seorang monastik Sakya. Oleh karena itu dikatakan, "ia diusir."

Dikeluarkan dari komunitas:
Komunitas: prosedur legal bersama, pembacaan bersama, latihan yang sama—;ini disebut "komunitas". Ia tidak berpartisipasi di dalam hal-hal ini—;oleh karena itu dikatakan "dikeluarkan dari komunitas".

Permutasi

Rangkuman
Kualitas melampaui manusia: penyerapan, kebebasan, keheningan, pencapaian, pengetahuan dan penglihatan, pengembangan sang jalan, realisasi buah, ditinggalkannya kekotoran, pikiran tanpa rintangan, menyukai keterasingan.

Definisi

Penyerapan:

Penyerapan pertama, penyerapan kedua, penyerapan ketiga, penyerapan keempat.

Kebebasan:

Kebebasan kekosongan, kebebasan tanpa gambaran, kebebasan tanpa keinginan.

Keheningan:

Keheningan kekosongan, keheningan tanpa gambaran, keheningan tanpa keinginan.

Pencapaian:

Pencapaian kekosongan, pencapaian tanpa gambaran, pencapaian tanpa keinginan.

Pengetahuan dan penglihatan:

Ketiga pandangan terang sejati.

Pengembangan sang jalan:

Empat penerapan perhatian, empat usaha benar, empat landasan kekuatan supernormal, lima indria spiritual, lima kekuatan spiritual, tujuh faktor pencerahan, jalan mulia berunsur delapan.

Realisasi buah:

Realisasi buah memasuki-arus, realisasi buah yang-kembali-sekali, realisasi buah yang-tidak-kembali, realisasi kesempurnaan.

Ditinggalkannya kekotoran:

Ditinggalkannya keinginan indria, ditinggalkannya kebencian, ditinggalkannya kebodohan.

Pikiran tanpa rintangan:

Pikiran tanpa keinginan indria, pikiran tanpa kebencian, pikiran tanpa kebodohan.

Menyukai keterasingan:

Karena penyerapan pertama, maka ada kesenangan di dalam keterasingan; karena penyerapan kedua, maka ada kesenangan di dalam keterasingan; karena penyerapan ketiga, maka ada kesenangan di dalam keterasingan; karena penyerapan keempat, maka ada kesenangan di dalam keterasingan.
Title: Pārājika 4
Post by: Indra on 14 September 2022, 01:46:17 PM
Penjelasan

Penyerapan pertama

Jika ia dengan sepenuhnya sadar berbohong, mengatakan, "Aku mencapai penyerapan pertama," maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran jika tiga kondisi ini terpenuhi: sebelum ia berbohong, ia mengetahui bahwa ia hendak berbohong; sewaktu berbohong, ia mengetahui bahwa ia sedang berbohong; setelah ia berbohong, ia mengetahui bahwa ia telah berbohong.

Jika ia dengan sepenuhnya sadar berbohong, mengatakan, "Aku mencapai penyerapan pertama," maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran jika empat kondisi ini terpenuhi: sebelum ia berbohong, ia mengetahui bahwa ia hendak berbohong; sewaktu berbohong, ia mengetahui bahwa ia sedang berbohong; setelah ia berbohong, ia mengetahui bahwa ia telah berbohong; ia secara keliru merepresentasikan pandangannya atas apa yang benar.

Jika ia dengan sepenuhnya sadar berbohong, mengatakan, "Aku mencapai penyerapan pertama," maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran jika lima kondisi ini terpenuhi: sebelum ia berbohong, ia mengetahui bahwa ia hendak berbohong; sewaktu berbohong, ia mengetahui bahwa ia sedang berbohong; setelah ia berbohong, ia mengetahui bahwa ia telah berbohong; ia secara keliru merepresentasikan pandangannya atas apa yang benar; ia secara keliru merepresentasikan keyakinannya atas apa yang benar.

Jika ia dengan sepenuhnya sadar berbohong, mengatakan, "Aku mencapai penyerapan pertama," maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran jika enam kondisi ini terpenuhi: sebelum ia berbohong, ia mengetahui bahwa ia hendak berbohong; sewaktu berbohong, ia mengetahui bahwa ia sedang berbohong; setelah ia berbohong, ia mengetahui bahwa ia telah berbohong; ia secara keliru merepresentasikan pandangannya atas apa yang benar; ia secara keliru merepresentasikan keyakinannya atas apa yang benar; ia secara keliru merepresentasikan penerimaannya atas apa yang benar.

Jika ia dengan sepenuhnya sadar berbohong, mengatakan, "Aku mencapai penyerapan pertama," maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran jika tujuh kondisi ini terpenuhi: sebelum ia berbohong, ia mengetahui bahwa ia hendak berbohong; sewaktu berbohong, ia mengetahui bahwa ia sedang berbohong; setelah ia berbohong, ia mengetahui bahwa ia telah berbohong; ia secara keliru merepresentasikan pandangannya atas apa yang benar; ia secara keliru merepresentasikan keyakinannya atas apa yang benar; ia secara keliru merepresentasikan penerimaannya atas apa yang benar; ia secara keliru merepresentasikan perasaannya atas apa yang benar.

Jika ia dengan sepenuhnya sadar berbohong, mengatakan, "Aku sedang mencapai penyerapan pertama," maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran jika tiga kondisi ini terpenuhi: sebelum ia berbohong, ia mengetahui bahwa ia hendak berbohong; sewaktu berbohong, ia mengetahui bahwa ia sedang berbohong; setelah ia berbohong, ia mengetahui bahwa ia telah berbohong.

Jika ia dengan sepenuhnya sadar berbohong, mengatakan, "Aku sedang mencapai penyerapan pertama," maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran jika empat kondisi ini terpenuhi: sebelum ia berbohong, ia mengetahui bahwa ia hendak berbohong; sewaktu berbohong, ia mengetahui bahwa ia sedang berbohong; setelah ia berbohong, ia mengetahui bahwa ia telah berbohong; ia secara keliru merepresentasikan pandangannya atas apa yang benar.

Jika ia dengan sepenuhnya sadar berbohong, mengatakan, "Aku sedang mencapai penyerapan pertama," maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran jika lima kondisi ini terpenuhi: sebelum ia berbohong, ia mengetahui bahwa ia hendak berbohong; sewaktu berbohong, ia mengetahui bahwa ia sedang berbohong; setelah ia berbohong, ia mengetahui bahwa ia telah berbohong; ia secara keliru merepresentasikan pandangannya atas apa yang benar; ia secara keliru merepresentasikan keyakinannya atas apa yang benar.

Jika ia dengan sepenuhnya sadar berbohong, mengatakan, "Aku sedang mencapai penyerapan pertama," maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran jika enam kondisi ini terpenuhi: sebelum ia berbohong, ia mengetahui bahwa ia hendak berbohong; sewaktu berbohong, ia mengetahui bahwa ia sedang berbohong; setelah ia berbohong, ia mengetahui bahwa ia telah berbohong; ia secara keliru merepresentasikan pandangannya atas apa yang benar; ia secara keliru merepresentasikan keyakinannya atas apa yang benar; ia secara keliru merepresentasikan penerimaannya atas apa yang benar.

Jika ia dengan sepenuhnya sadar berbohong, mengatakan, "Aku sedang mencapai penyerapan pertama," maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran jika tujuh kondisi ini terpenuhi: sebelum ia berbohong, ia mengetahui bahwa ia hendak berbohong; sewaktu berbohong, ia mengetahui bahwa ia sedang berbohong; setelah ia berbohong, ia mengetahui bahwa ia telah berbohong; ia secara keliru merepresentasikan pandangannya atas apa yang benar; ia secara keliru merepresentasikan keyakinannya atas apa yang benar; ia secara keliru merepresentasikan penerimaannya atas apa yang benar; ia secara keliru merepresentasikan perasaannya atas apa yang benar.

Jika ia dengan sepenuhnya sadar berbohong, mengatakan, "Aku sudah mencapai penyerapan pertama," maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran jika tiga kondisi ini terpenuhi: sebelum ia berbohong, ia mengetahui bahwa ia hendak berbohong; sewaktu berbohong, ia mengetahui bahwa ia sedang berbohong; setelah ia berbohong, ia mengetahui bahwa ia telah berbohong.

Jika ia dengan sepenuhnya sadar berbohong, mengatakan, "Aku sudah mencapai penyerapan pertama," maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran jika empat kondisi ini terpenuhi: sebelum ia berbohong, ia mengetahui bahwa ia hendak berbohong; sewaktu berbohong, ia mengetahui bahwa ia sedang berbohong; setelah ia berbohong, ia mengetahui bahwa ia telah berbohong; ia secara keliru merepresentasikan pandangannya atas apa yang benar.

Jika ia dengan sepenuhnya sadar berbohong, mengatakan, "Aku sudah mencapai penyerapan pertama," maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran jika lima kondisi ini terpenuhi: sebelum ia berbohong, ia mengetahui bahwa ia hendak berbohong; sewaktu berbohong, ia mengetahui bahwa ia sedang berbohong; setelah ia berbohong, ia mengetahui bahwa ia telah berbohong; ia secara keliru merepresentasikan pandangannya atas apa yang benar; ia secara keliru merepresentasikan keyakinannya atas apa yang benar.

Jika ia dengan sepenuhnya sadar berbohong, mengatakan, "Aku sudah mencapai penyerapan pertama," maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran jika enam kondisi ini terpenuhi: sebelum ia berbohong, ia mengetahui bahwa ia hendak berbohong; sewaktu berbohong, ia mengetahui bahwa ia sedang berbohong; setelah ia berbohong, ia mengetahui bahwa ia telah berbohong; ia secara keliru merepresentasikan pandangannya atas apa yang benar; ia secara keliru merepresentasikan keyakinannya atas apa yang benar; ia secara keliru merepresentasikan penerimaannya atas apa yang benar.

Jika ia dengan sepenuhnya sadar berbohong, mengatakan, "Aku sudah mencapai penyerapan pertama," maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran jika tujuh kondisi ini terpenuhi: sebelum ia berbohong, ia mengetahui bahwa ia hendak berbohong; sewaktu berbohong, ia mengetahui bahwa ia sedang berbohong; setelah ia berbohong, ia mengetahui bahwa ia telah berbohong; ia secara keliru merepresentasikan pandangannya atas apa yang benar; ia secara keliru merepresentasikan keyakinannya atas apa yang benar; ia secara keliru merepresentasikan penerimaannya atas apa yang benar; ia secara keliru merepresentasikan perasaannya atas apa yang benar.

Jika ia dengan sepenuhnya sadar berbohong, mengatakan, "Aku memperoleh penyerapan pertama," maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran jika tiga kondisi ini terpenuhi: sebelum ia berbohong, ia mengetahui bahwa ia hendak berbohong; sewaktu berbohong, ia mengetahui bahwa ia sedang berbohong; setelah ia berbohong, ia mengetahui bahwa ia telah berbohong.

Jika ia dengan sepenuhnya sadar berbohong, mengatakan, "Aku memperoleh penyerapan pertama," maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran jika empat kondisi ini terpenuhi: sebelum ia berbohong, ia mengetahui bahwa ia hendak berbohong; sewaktu berbohong, ia mengetahui bahwa ia sedang berbohong; setelah ia berbohong, ia mengetahui bahwa ia telah berbohong; ia secara keliru merepresentasikan pandangannya atas apa yang benar.

Jika ia dengan sepenuhnya sadar berbohong, mengatakan, "Aku memperoleh penyerapan pertama," maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran jika lima kondisi ini terpenuhi: sebelum ia berbohong, ia mengetahui bahwa ia hendak berbohong; sewaktu berbohong, ia mengetahui bahwa ia sedang berbohong; setelah ia berbohong, ia mengetahui bahwa ia telah berbohong; ia secara keliru merepresentasikan pandangannya atas apa yang benar; ia secara keliru merepresentasikan keyakinannya atas apa yang benar.

Jika ia dengan sepenuhnya sadar berbohong, mengatakan, "Aku memperoleh penyerapan pertama," maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran jika enam kondisi ini terpenuhi: sebelum ia berbohong, ia mengetahui bahwa ia hendak berbohong; sewaktu berbohong, ia mengetahui bahwa ia sedang berbohong; setelah ia berbohong, ia mengetahui bahwa ia telah berbohong; ia secara keliru merepresentasikan pandangannya atas apa yang benar; ia secara keliru merepresentasikan keyakinannya atas apa yang benar; ia secara keliru merepresentasikan penerimaannya atas apa yang benar.

Jika ia dengan sepenuhnya sadar berbohong, mengatakan, "Aku memperoleh penyerapan pertama," maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran jika tujuh kondisi ini terpenuhi: sebelum ia berbohong, ia mengetahui bahwa ia hendak berbohong; sewaktu berbohong, ia mengetahui bahwa ia sedang berbohong; setelah ia berbohong, ia mengetahui bahwa ia telah berbohong; ia secara keliru merepresentasikan pandangannya atas apa yang benar; ia secara keliru merepresentasikan keyakinannya atas apa yang benar; ia secara keliru merepresentasikan penerimaannya atas apa yang benar; ia secara keliru merepresentasikan perasaannya atas apa yang benar.

Jika ia dengan sepenuhnya sadar berbohong, mengatakan, "Aku menguasai penyerapan pertama," maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran jika tiga kondisi ini terpenuhi: sebelum ia berbohong, ia mengetahui bahwa ia hendak berbohong; sewaktu berbohong, ia mengetahui bahwa ia sedang berbohong; setelah ia berbohong, ia mengetahui bahwa ia telah berbohong.

Jika ia dengan sepenuhnya sadar berbohong, mengatakan, "Aku menguasai penyerapan pertama," maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran jika empat kondisi ini terpenuhi: sebelum ia berbohong, ia mengetahui bahwa ia hendak berbohong; sewaktu berbohong, ia mengetahui bahwa ia sedang berbohong; setelah ia berbohong, ia mengetahui bahwa ia telah berbohong; ia secara keliru merepresentasikan pandangannya atas apa yang benar.

Jika ia dengan sepenuhnya sadar berbohong, mengatakan, "Aku menguasai penyerapan pertama," maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran jika lima kondisi ini terpenuhi: sebelum ia berbohong, ia mengetahui bahwa ia hendak berbohong; sewaktu berbohong, ia mengetahui bahwa ia sedang berbohong; setelah ia berbohong, ia mengetahui bahwa ia telah berbohong; ia secara keliru merepresentasikan pandangannya atas apa yang benar; ia secara keliru merepresentasikan keyakinannya atas apa yang benar.

Jika ia dengan sepenuhnya sadar berbohong, mengatakan, "Aku menguasai penyerapan pertama," maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran jika enam kondisi ini terpenuhi: sebelum ia berbohong, ia mengetahui bahwa ia hendak berbohong; sewaktu berbohong, ia mengetahui bahwa ia sedang berbohong; setelah ia berbohong, ia mengetahui bahwa ia telah berbohong; ia secara keliru merepresentasikan pandangannya atas apa yang benar; ia secara keliru merepresentasikan keyakinannya atas apa yang benar; ia secara keliru merepresentasikan penerimaannya atas apa yang benar.

Jika ia dengan sepenuhnya sadar berbohong, mengatakan, "Aku menguasai penyerapan pertama," maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran jika tujuh kondisi ini terpenuhi: sebelum ia berbohong, ia mengetahui bahwa ia hendak berbohong; sewaktu berbohong, ia mengetahui bahwa ia sedang berbohong; setelah ia berbohong, ia mengetahui bahwa ia telah berbohong; ia secara keliru merepresentasikan pandangannya atas apa yang benar; ia secara keliru merepresentasikan keyakinannya atas apa yang benar; ia secara keliru merepresentasikan penerimaannya atas apa yang benar; ia secara keliru merepresentasikan perasaannya atas apa yang benar.

Jika ia dengan sepenuhnya sadar berbohong, mengatakan, "Aku telah merealisasikan penyerapan pertama," maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran jika tiga kondisi ini terpenuhi: sebelum ia berbohong, ia mengetahui bahwa ia hendak berbohong; sewaktu berbohong, ia mengetahui bahwa ia sedang berbohong; setelah ia berbohong, ia mengetahui bahwa ia telah berbohong.

Jika ia dengan sepenuhnya sadar berbohong, mengatakan, "Aku telah merealisasikan penyerapan pertama," maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran jika empat kondisi ini terpenuhi: sebelum ia berbohong, ia mengetahui bahwa ia hendak berbohong; sewaktu berbohong, ia mengetahui bahwa ia sedang berbohong; setelah ia berbohong, ia mengetahui bahwa ia telah berbohong; ia secara keliru merepresentasikan pandangannya atas apa yang benar.

Jika ia dengan sepenuhnya sadar berbohong, mengatakan, "Aku telah merealisasikan penyerapan pertama," maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran jika lima kondisi ini terpenuhi: sebelum ia berbohong, ia mengetahui bahwa ia hendak berbohong; sewaktu berbohong, ia mengetahui bahwa ia sedang berbohong; setelah ia berbohong, ia mengetahui bahwa ia telah berbohong; ia secara keliru merepresentasikan pandangannya atas apa yang benar; ia secara keliru merepresentasikan keyakinannya atas apa yang benar.

Jika ia dengan sepenuhnya sadar berbohong, mengatakan, "Aku telah merealisasikan penyerapan pertama," maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran jika enam kondisi ini terpenuhi: sebelum ia berbohong, ia mengetahui bahwa ia hendak berbohong; sewaktu berbohong, ia mengetahui bahwa ia sedang berbohong; setelah ia berbohong, ia mengetahui bahwa ia telah berbohong; ia secara keliru merepresentasikan pandangannya atas apa yang benar; ia secara keliru merepresentasikan keyakinannya atas apa yang benar; ia secara keliru merepresentasikan penerimaannya atas apa yang benar.

Jika ia dengan sepenuhnya sadar berbohong, mengatakan, "Aku telah merealisasikan penyerapan pertama," maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran jika tujuh kondisi ini terpenuhi: sebelum ia berbohong, ia mengetahui bahwa ia hendak berbohong; sewaktu berbohong, ia mengetahui bahwa ia sedang berbohong; setelah ia berbohong, ia mengetahui bahwa ia telah berbohong; ia secara keliru merepresentasikan pandangannya atas apa yang benar; ia secara keliru merepresentasikan keyakinannya atas apa yang benar; ia secara keliru merepresentasikan penerimaannya atas apa yang benar; ia secara keliru merepresentasikan perasaannya atas apa yang benar.
Title: Pārājika 4
Post by: Indra on 14 September 2022, 01:48:18 PM
Pencapaian-pencapaian lainnya

Karena penyerapan pertama telah diuraikan secara terperinci, demikian pula seharusnya dengan pencapaian-pencapaian lainnya:

Jika ia dengan sepenuhnya sadar berbohong, mengatakan, "Aku mencapai penyerapan kedua ...; aku mencapai penyerapan ketiga ...; aku mencapai penyerapan keempat ...; aku sedang mencapai ...; aku sudah mencapai ...; aku memperoleh ...; aku menguasai ...; aku telah merealisasikan penyerapan keempat," maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran jika tiga kondisi ini terpenuhi ...; jika tujuh kondisi ini terpenuhi: sebelum ia berbohong, ia mengetahui bahwa ia hendak berbohong; sewaktu berbohong, ia mengetahui bahwa ia sedang berbohong; setelah ia berbohong, ia mengetahui bahwa ia telah berbohong; ia secara keliru merepresentasikan pandangannya atas apa yang benar; ia secara keliru merepresentasikan keyakinannya atas apa yang benar; ia secara keliru merepresentasikan penerimaannya atas apa yang benar; ia secara keliru merepresentasikan perasaannya atas apa yang benar.

Jika ia dengan sepenuhnya sadar berbohong, mengatakan, "Aku mencapai kebebasan kekosongan ...; aku mencapai kebebasan tanpa gambaran ...; aku mencapai kebebasan tanpa keinginan ...; aku sedang mencapai ...; aku telah mencapai ...; aku memperoleh ...; aku menguasai ...; aku telah merealisasikan kebebasan tanpa keinginan," maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran jika tiga kondisi ini terpenuhi: ...;

Jika ia dengan sepenuhnya sadar berbohong, mengatakan, "Aku mencapai keheningan kekosongan ...; aku mencapai keheningan tanpa gambaran ...; aku mencapai keheningan tanpa keinginan ...; aku sedang mencapai ...; aku telah mencapai ...; aku memperoleh ...; aku menguasai ...; aku telah merealisasikan keheningan tanpa keinginan," maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran jika tiga kondisi ini terpenuhi.

Jika ia dengan sepenuhnya sadar berbohong, mengatakan, "Aku mencapai pencapaian kekosongan ...; aku mencapai pencapaian tanpa gambaran ...; aku mencapai pencapaian tanpa keinginan ...; aku sedang mencapai ...; aku telah mencapai ...; aku memperoleh ...; aku menguasai ...; aku telah merealisasikan pencapaian tanpa keinginan," maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran jika tiga kondisi ini terpenuhi.

Jika ia dengan sepenuhnya sadar berbohong, mengatakan, "Aku mencapai tiga pandangan terang sejati ...; aku sedang mencapai ...; aku telah mencapai ...; aku memperoleh ...; aku menguasai ...; aku telah merealisasikan tiga pandangan terang sejati," maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran jika tiga kondisi ini terpenuhi.

Jika ia dengan sepenuhnya sadar berbohong, mengatakan, "Aku mencapai empat penerapan perhatian ...; aku mencapai empat usaha benar ...; aku mencapai empat landasan kekuatan supernormal ...; aku sedang mencapai ...; aku telah mencapai ...; aku memperoleh ...; aku menguasai ...; aku telah merealisasikan empat landasan kekuatan supernormal," maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran jika tiga kondisi ini terpenuhi.

Jika ia dengan sepenuhnya sadar berbohong, mengatakan, "Aku mencapai lima indria spiritual ...; aku mencapai lima kekuatan spiritual ...; aku sedang mencapai ...; aku telah mencapai ...; aku memperoleh ...; aku menguasai ...; aku telah merealisasikan lima kekuatan spiritual," maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran jika tiga kondisi ini terpenuhi.

Jika ia dengan sepenuhnya sadar berbohong, mengatakan, "Aku mencapai tujuh faktor pencerahan ...; aku sedang mencapai ...; aku telah mencapai ...; aku memperoleh ...; aku menguasai ...; aku telah merealisasikan tujuh faktor pencerahan," maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran jika tiga kondisi ini terpenuhi.

Jika ia dengan sepenuhnya sadar berbohong, mengatakan, "Aku mencapai jalan mulia berunsur delapan ...; aku sedang mencapai ...; aku telah mencapai ...; aku memperoleh ...; aku menguasai ...; aku telah merealisasikan jalan mulia berunsur delapan," maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran jika tiga kondisi ini terpenuhi.

Jika ia dengan sepenuhnya sadar berbohong, mengatakan, "Aku mencapai buah memasuki arus ...; aku mencapai buah yang-kembali-sekali ...; aku mencapai buah yang-tidak-kembali ...; aku mencapai kesempurnaan ...; aku sedang mencapai ...; aku telah mencapai ...; aku memperoleh ...; aku menguasai ...; aku telah merealisasikan kesempurnaan," maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran jika tiga kondisi ini terpenuhi.

Jika ia dengan sepenuhnya sadar berbohong, mengatakan, "Aku telah menghentikan keinginan indria, meninggalkannya, melepaskannya, menyingkirkannya, membuangnya," maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran jika tiga kondisi ini terpenuhi.

Jika ia dengan sepenuhnya sadar berbohong, mengatakan, "Aku telah menghentikan kebencian, meninggalkannya, melepaskannya, menyingkirkannya, membuangnya," maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran jika tiga kondisi ini terpenuhi.

Jika ia dengan sepenuhnya sadar berbohong, mengatakan, "Aku telah menghentikan kebodohan, meninggalkannya, melepaskannya, menyingkirkannya, membuangnya," maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran jika tiga kondisi ini terpenuhi.

Jika ia dengan sepenuhnya sadar berbohong, mengatakan, "Pikiranku terbebas dari rintangan keinginan indria," maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran jika tiga kondisi ini terpenuhi.

Jika ia dengan sepenuhnya sadar berbohong, mengatakan, "Pikiranku terbebas dari rintangan kebencian," maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran jika tiga kondisi ini terpenuhi.

Jika ia dengan sepenuhnya sadar berbohong, mengatakan, "Pikiranku terbebas dari rintangan kebodohan," maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran jika tiga kondisi ini terpenuhi ...; ketika tujuh kondisi ini terpenuhi: sebelum ia berbohong, ia mengetahui bahwa ia hendak berbohong; sewaktu berbohong, ia mengetahui bahwa ia sedang berbohong; setelah ia berbohong, ia mengetahui bahwa ia telah berbohong; ia secara keliru merepresentasikan pandangannya atas apa yang benar; ia secara keliru merepresentasikan keyakinannya atas apa yang benar; ia secara keliru merepresentasikan penerimaannya atas apa yang benar; ia secara keliru merepresentasikan perasaannya atas apa yang benar.

Rangkaian dasar selesai

Kombinasi dua pencapaian

Jika ia dengan sepenuhnya sadar berbohong, mengatakan, "Aku mencapai penyerapan pertama dan penyerapan kedua ...; aku sedang mencapai ...; aku sudah mencapai ...; aku memperoleh ...; aku menguasai ...; aku telah merealisasikan penyerapan pertama dan penyerapan kedua," maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran jika tiga kondisi ini terpenuhi: sebelum ia berbohong, ia mengetahui bahwa ia hendak berbohong; sewaktu berbohong, ia mengetahui bahwa ia sedang berbohong; setelah ia berbohong, ia mengetahui bahwa ia telah berbohong.

Jika ia dengan sepenuhnya sadar berbohong, mengatakan, "Aku mencapai penyerapan pertama dan penyerapan ketiga ...; aku sedang mencapai ...; aku sudah mencapai ...; aku memperoleh ...; aku menguasai ...; aku telah merealisasikan penyerapan pertama dan penyerapan ketiga," maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran jika tiga kondisi ini terpenuhi.

Jika ia dengan sepenuhnya sadar berbohong, mengatakan, "Aku mencapai penyerapan pertama dan penyerapan keempat ...; aku sedang mencapai ...; aku sudah mencapai ...; aku memperoleh ...; aku menguasai ...; aku telah merealisasikan penyerapan pertama dan penyerapan keempat," maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran jika tiga kondisi ini terpenuhi.

Jika ia dengan sepenuhnya sadar berbohong, mengatakan, "Aku mencapai penyerapan pertama dan kebebasan kekosongan ...; aku mencapai penyerapan pertama dan kebebasan tanpa gambaran ...; aku mencapai penyerapan pertama dan kebebasan tanpa keinginan ...; aku sedang mencapai ...; aku sudah mencapai ...; aku memperoleh ...; aku menguasai ...; aku telah merealisasikan penyerapan pertama dan kebebasan tanpa keinginan," maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran jika tiga kondisi ini terpenuhi.

Jika ia dengan sepenuhnya sadar berbohong, mengatakan, "Aku mencapai penyerapan pertama dan keheningan kekosongan ...; aku mencapai penyerapan pertama dan keheningan tanpa gambaran ...; aku mencapai penyerapan pertama dan keheningan tanpa keinginan ...; aku sedang mencapai ...; aku sudah mencapai ...; aku memperoleh ...; aku menguasai ...; aku telah merealisasikan penyerapan pertama dan keheningan tanpa keinginan," maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran jika tiga kondisi ini terpenuhi.

Jika ia dengan sepenuhnya sadar berbohong, mengatakan, "Aku mencapai penyerapan pertama dan pencapaian kekosongan ...; aku mencapai penyerapan pertama dan pencapaian tanpa gambaran ...; aku mencapai penyerapan pertama dan pencapaian tanpa keinginan ...; aku sedang mencapai ...; aku sudah mencapai ...; aku memperoleh ...; aku menguasai ...; aku telah merealisasikan penyerapan pertama dan pencapaian tanpa keinginan," maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran jika tiga kondisi ini terpenuhi.

Jika ia dengan sepenuhnya sadar berbohong, mengatakan, "Aku mencapai penyerapan pertama dan tiga pandangan terang sejati ...; aku sedang mencapai ...; aku sudah mencapai ...; aku memperoleh ...; aku menguasai ...; aku telah merealisasikan penyerapan pertama dan tiga pandangan terang sejati," maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran jika tiga kondisi ini terpenuhi.

Jika ia dengan sepenuhnya sadar berbohong, mengatakan, "Aku mencapai penyerapan pertama dan empat penerapan perhatian ...; aku mencapai penyerapan pertama dan empat usaha benar ...; aku mencapai penyerapan pertama dan empat landasan kekuatan supernomal ...; aku sedang mencapai ...; aku sudah mencapai ...; aku memperoleh ...; aku menguasai ...; aku telah merealisasikan penyerapan pertama dan empat landasan kekuatan supernormal," maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran jika tiga kondisi ini terpenuhi.

Jika ia dengan sepenuhnya sadar berbohong, mengatakan, "Aku mencapai penyerapan pertama dan lima indria spiritual ...; aku mencapai penyerapan pertama dan lima kekuatan spiritual ...; aku sedang mencapai ...; aku sudah mencapai ...; aku memperoleh ...; aku menguasai ...; aku telah merealisasikan penyerapan pertama dan lima kekuatan spiritual," maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran jika tiga kondisi ini terpenuhi.

Jika ia dengan sepenuhnya sadar berbohong, mengatakan, "Aku mencapai penyerapan pertama dan tujuh faktor pencerahan ...; aku sedang mencapai ...; aku sudah mencapai ...; aku memperoleh ...; aku menguasai ...; aku telah merealisasikan penyerapan pertama dan tujuh faktor pencerahan," maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran jika tiga kondisi ini terpenuhi.

Jika ia dengan sepenuhnya sadar berbohong, mengatakan, "Aku mencapai penyerapan pertama dan jalan mulia berunsur delapan ...; aku sedang mencapai ...; aku sudah mencapai ...; aku memperoleh ...; aku menguasai ...; aku telah merealisasikan penyerapan pertama dan jalan mulia berunsur delapan," maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran jika tiga kondisi ini terpenuhi.

Jika ia dengan sepenuhnya sadar berbohong, mengatakan, "Aku mencapai penyerapan pertama dan buah memasuki-arus ...; aku mencapai penyerapan pertama dan buah yang-kembali-sekali ...; aku mencapai penyerapan pertama dan buah yang-tidak-kembali ...; aku mencapai penyerapan pertama dan kesempurnaan ...; aku sedang mencapai ...; aku sudah mencapai ...; aku memperoleh ...; aku menguasai ...; aku telah merealisasikan penyerapan pertama dan kesempurnaan," maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran jika tiga kondisi ini terpenuhi.

Jika ia dengan sepenuhnya sadar berbohong, mengatakan, "Aku mencapai penyerapan pertama dan aku telah menghentikan keinginan indria ...; aku sedang mencapai ...; aku sudah mencapai ...; aku memperoleh ...; aku menguasai ...; aku telah merealisasikan penyerapan pertama dan aku telah menghentikan keinginan indria ...; dan aku telah menghentikan kebencian ...; dan aku telah menghentikan kebodohan, meninggalkannya, melepaskannya, menyingkirkannya, membuangnya," maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran jika tiga kondisi ini terpenuhi.

Jika ia dengan sepenuhnya sadar berbohong, mengatakan, "Aku mencapai penyerapan pertama dan pikiranku terbebas dari rintangan keinginan indria ...; aku sedang mencapai ...; aku sudah mencapai ...; aku memperoleh ...; aku menguasai ...; aku telah merealisasikan penyerapan pertama dan pikiranku terbebas dari rintangan keinginan indria ...; dan pikiranku terbebas dari rintangan kebencian ...; dan pikiranku terbebas dari rintangan kebodohan," maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran jika tiga kondisi ini terpenuhi ...; jika tujuh kondisi ini terpenuhi: sebelum ia berbohong, ia mengetahui bahwa ia hendak berbohong; sewaktu berbohong, ia mengetahui bahwa ia sedang berbohong; setelah ia berbohong, ia mengetahui bahwa ia telah berbohong; ia secara keliru merepresentasikan pandangannya atas apa yang benar; ia secara keliru merepresentasikan keyakinannya atas apa yang benar; ia secara keliru merepresentasikan penerimaannya atas apa yang benar; ia secara keliru merepresentasikan perasaannya atas apa yang benar.

Rangkaian permutasi yang tidak berkaitan selesai

Jika ia dengan sepenuhnya sadar berbohong, mengatakan, "Aku mencapai penyerapan kedua dan penyerapan ketiga ...; aku sedang mencapai ...; aku sudah mencapai ...; aku memperoleh ...; aku menguasai ...; aku telah merealisasikan penyerapan kedua dan penyerapan ketiga," maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran jika tiga kondisi ini terpenuhi.

Jika ia dengan sepenuhnya sadar berbohong, mengatakan, "Aku mencapai penyerapan kedua dan penyerapan keempat ...; aku sedang mencapai ...; aku sudah mencapai ...; aku memperoleh ...; aku menguasai ...; aku telah merealisasikan penyerapan kedua dan penyerapan keempat," maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran jika tiga kondisi ini terpenuhi.

Jika ia dengan sepenuhnya sadar berbohong, mengatakan, "Aku mencapai penyerapan kedua dan kebebasan kekosongan ...; dan kebebasan tanpa gambaran ...; dan kebebasan tanpa keinginan ...; dan keheningan kekosongan ...; dan keheningan tanpa gambaran ...; dan keheningan tanpa keinginan ...; dan pencapaian kekosongan ...; dan pencapaian tanpa gambaran ...; dan pencapaian tanpa keinginan ...; dan tiga pandangan terang sejati ...; dan empat penerapan perhatian ...; dan empat usaha benar ...; dan empat landasan kekuatan supernormal ...; dan lima indria spiritual ...; dan lima kekuatan spiritual ...; dan tujuh faktor pencerahan ...; dan jalan mulia berunsur delapan ...; dan buah memasuki-arus ... dan buah yang-kembali-sekali ...; dan buah yang-tidak-kembali ...; dan kesempurnaan ...; aku sedang mencapai ...; aku sudah mencapai ...; aku memperoleh ...; aku menguasai ...; aku telah merealisasikan penyerapan kedua dan kesempurnaan," maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran jika tiga kondisi ini terpenuhi.

Jika ia dengan sepenuhnya sadar berbohong, mengatakan, "Aku mencapai penyerapan kedua dan aku telah menghentikan keinginan indria ...; aku sedang mencapai ...; aku sudah mencapai ...; aku memperoleh ...; aku menguasai ...; aku telah merealisasikan penyerapan kedua dan aku telah menghentikan keinginan indria ...; dan aku telah menghentikan kebencian ...; dan aku telah menghentikan kebodohan, meninggalkannya, melepaskannya, menyingkirkannya, membuangnya ...; dan pikiranku terbebas dari rintangan keinginan indria ...; dan pikiranku terbebas dari rintangan kebencian ...; dan pikiranku terbebas dari rintangan kebodohan," maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran jika tiga kondisi ini terpenuhi.

Jika ia dengan sepenuhnya sadar berbohong, mengatakan, "Aku mencapai penyerapan kedua dan penyerapan pertama ...; aku sedang mencapai ...; aku sudah mencapai ...; aku memperoleh ...; aku menguasai ...; aku telah merealisasikan penyerapan kedua dan penyerapan pertama," maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran jika tiga kondisi ini terpenuhi ...; jika tujuh kondisi ini terpenuhi ...; ia secara keliru merepresentasikan perasaannya atas apa yang benar.

Rangkaian permutasi berkaitan selesai
Title: Pārājika 4
Post by: Indra on 14 September 2022, 01:50:01 PM
Dengan cara ini tiap-tiap bagian diperlakukan seperti pada rangkaian permutasi berkaitan

Secara singkat adalah sebagai berikut:

Jika ia dengan sepenuhnya sadar berbohong, mengatakan, "Aku mencapai penyerapan ketiga dan penyerapan keempat ...; penyerapan ketiga dan kesempurnaan ...; aku sedang mencapai ...; aku sudah mencapai ...; aku memperoleh ...; aku menguasai ...; aku telah merealisasikan penyerapan ketiga dan kesempurnaan," maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran jika tiga kondisi ini terpenuhi.

Jika ia dengan sepenuhnya sadar berbohong, mengatakan, "Aku mencapai penyerapan ketiga dan aku telah menghentikan keinginan indria ...; aku sedang mencapai ...; aku sudah mencapai ...; aku memperoleh ...; aku menguasai ...; aku telah merealisasikan penyerapan ketiga dan aku telah menghentikan keinginan indria ...; dan aku telah menghentikan kebencian ...; dan aku telah menghentikan kebodohan, meninggalkannya, melepaskannya, menyingkirkannya, membuangnya ...; dan pikiranku terbebas dari rintangan keinginan indria ...; dan pikiranku terbebas dari rintangan kebencian ...; dan pikiranku terbebas dari rintangan kebodohan," maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran jika tiga kondisi ini terpenuhi.

Jika ia dengan sepenuhnya sadar berbohong, mengatakan, "Aku mencapai penyerapan ketiga dan penyerapan pertama ...; aku mencapai penyerapan ketiga dan penyerapan kedua ...; aku sedang mencapai ...; aku sudah mencapai ...; aku memperoleh ...; aku menguasai ...; aku telah merealisasikan penyerapan ketiga dan penyerapan kedua," maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran jika tiga kondisi ini terpenuhi. ...;

Jika ia dengan sepenuhnya sadar berbohong, mengatakan, "Pikiranku terbebas dari rintangan kebodohan dan aku mencapai penyerapan pertama ...; penyerapan kedua ...; penyerapan ketiga ...; penyerapan keempat ...; aku sedang mencapai ...; aku sudah mencapai ...; aku memperoleh ...; aku menguasai ...; Pikiranku terbebas dari rintangan kebodohan dan aku telah merealisasikan penyerapan keempat," maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran jika tiga kondisi ini terpenuhi.

Jika ia dengan sepenuhnya sadar berbohong, mengatakan, "Pikiranku terbebas dari rintangan kebodohan dan aku mencapai kebebasan kekosongan ...; dan aku mencapai kebebasan tanpa gambaran ...; dan aku mencapai kebebasan tanpa keinginan ...; aku sedang mencapai ...; aku sudah mencapai ...; aku memperoleh ...; aku menguasai ...; Pikiranku terbebas dari rintangan kebodohan dan aku telah merealisasikan kebebasan tanpa keinginan," maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran jika tiga kondisi ini terpenuhi.

Jika ia dengan sepenuhnya sadar berbohong, mengatakan, "Pikiranku terbebas dari rintangan kebodohan dan aku mencapai keheningan kekosongan ...; dan aku mencapai keheningan tanpa gambaran ...; dan aku mencapai keheningan tanpa keinginan ...; aku sedang mencapai ...; aku sudah mencapai ...; aku memperoleh ...; aku menguasai ...; Pikiranku terbebas dari rintangan kebodohan dan aku telah merealisasikan keheningan tanpa keinginan," maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran jika tiga kondisi ini terpenuhi.

Jika ia dengan sepenuhnya sadar berbohong, mengatakan, "Pikiranku terbebas dari rintangan kebodohan dan aku mencapai pencapaian kekosongan ...; dan aku mencapai pencapaian tanpa gambaran ...; dan aku mencapai pencapaian tanpa keinginan ...; aku sedang mencapai ...; aku sudah mencapai ...; aku memperoleh ...; aku menguasai ...; Pikiranku terbebas dari rintangan kebodohan dan aku telah merealisasikan pencapaian tanpa keinginan," maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran jika tiga kondisi ini terpenuhi.

Jika ia dengan sepenuhnya sadar berbohong, mengatakan, "Pikiranku terbebas dari rintangan kebodohan dan aku mencapai tiga pandangan terang sejati ...; aku sedang mencapai ...; aku sudah mencapai ...; aku memperoleh ...; aku menguasai ...; Pikiranku terbebas dari rintangan kebodohan dan aku telah merealisasikan tiga pandangan terang sejati," maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran jika tiga kondisi ini terpenuhi.

Jika ia dengan sepenuhnya sadar berbohong, mengatakan, "Pikiranku terbebas dari rintangan kebodohan dan aku mencapai empat penerapan perhatian ...; dan aku mencapai empat usaha benar ...; dan aku mencapai empat landasan kekuatan supernormal ...; aku sedang mencapai ...; aku sudah mencapai ...; aku memperoleh ...; aku menguasai ...; Pikiranku terbebas dari rintangan kebodohan dan aku telah merealisasikan empat landasan kekuatan supernormal," maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran jika tiga kondisi ini terpenuhi.

Jika ia dengan sepenuhnya sadar berbohong, mengatakan, "Pikiranku terbebas dari rintangan kebodohan dan aku mencapai lima indria spiritual ...; dan aku mencapai lima kekuatan spiritual ...; aku sedang mencapai ...; aku sudah mencapai ...; aku memperoleh ...; aku menguasai ...; Pikiranku terbebas dari rintangan kebodohan dan aku telah merealisasikan lima kekuatan spiritual," maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran jika tiga kondisi ini terpenuhi.

Jika ia dengan sepenuhnya sadar berbohong, mengatakan, "Pikiranku terbebas dari rintangan kebodohan dan aku mencapai tujuh faktor pencerahan ...; aku sedang mencapai ...; aku sudah mencapai ...; aku memperoleh ...; aku menguasai ...; Pikiranku terbebas dari rintangan kebodohan dan aku telah merealisasikan tujuh faktor pencerahan," maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran jika tiga kondisi ini terpenuhi.

Jika ia dengan sepenuhnya sadar berbohong, mengatakan, "Pikiranku terbebas dari rintangan kebodohan dan aku mencapai jalan mulia berunsur delapan ...; aku sedang mencapai ...; aku sudah mencapai ...; aku memperoleh ...; aku menguasai ...; Pikiranku terbebas dari rintangan kebodohan dan aku telah merealisasikan jalan mulia berunsur delapan," maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran jika tiga kondisi ini terpenuhi.

Jika ia dengan sepenuhnya sadar berbohong, mengatakan, "Pikiranku terbebas dari rintangan kebodohan dan aku mencapai buah memasuki-arus ...; dan aku mencapai buah yang-kembali-sekali ...; dan aku mencapai buah yang-tidak-kembali ...; dan aku mencapai kesempurnaan ...; aku sedang mencapai ...; aku sudah mencapai ...; aku memperoleh ...; aku menguasai ...; Pikiranku terbebas dari rintangan kebodohan dan aku telah merealisasikan kesempurnaan," maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran jika tiga kondisi ini terpenuhi.

Jika ia dengan sepenuhnya sadar berbohong, mengatakan, "Pikiranku terbebas dari rintangan kebodohan dan aku telah menghentikan keinginan indria ...; dan aku telah menghentikan kebencian ...; dan aku telah menghentikan kebodohan, meninggalkannya, melepaskannya, menyingkirkannya, membuangnya," maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran jika tiga kondisi ini terpenuhi.

Jika ia dengan sepenuhnya sadar berbohong, mengatakan, "Pikiranku terbebas dari rintangan kebodohan dan pikiranku terbebas dari rintangan keinginan indria ...; dan pikiranku terbebas dari rintangan kebencian," maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran jika tiga kondisi ini terpenuhi ...; jika tujuh kondisi ini terpenuhi: sebelum ia berbohong, ia mengetahui bahwa ia hendak berbohong; sewaktu berbohong, ia mengetahui bahwa ia sedang berbohong; setelah ia berbohong, ia mengetahui bahwa ia telah berbohong; ia secara keliru merepresentasikan pandangannya atas apa yang benar; ia secara keliru merepresentasikan keyakinannya atas apa yang benar; ia secara keliru merepresentasikan penerimaannya atas apa yang benar; ia secara keliru merepresentasikan perasaannya atas apa yang benar.

Bagian yang berdasarkan atas satu hal selesai

Kombinasi lebih dari dua pencapaian

Bagian yang berdasarkan atas dua hal, dan seterusnya, diuraikan secara terperinci dengan cara yang sama seperti bagian yang berdasarkan atas satu hal.

Kombinasi semua pencapaian

Ini adalah bagian yang berdasarkan atas semua hal:

Jika ia dengan sepenuhnya sadar berbohong, mengatakan, "aku mencapai penyerapan pertama dan penyerapan kedua dan penyerapan ketiga dan penyerapan keempat dan kebebasan kekosongan dan kebebasan tanpa gambaran dan kebebasan tanpa keinginan dan keheningan kekosongan dan keheningan tanpa gambaran dan keheningan tanpa keinginan dan pencapaian kekosongan dan pencapaian tanpa gambaran dan pencapaian tanpa keinginan dan tiga pandangan terang sejati dan empat penerapan perhatian dan empat usaha benar dan empat landasan kekuatan supernormal dan lima indria spiritual dan lima kekuatan spiritual dan tujuh faktor pencerahan dan jalan mulia berunsur delapan dan buah memasuki-arus dan buah yang-kembali-sekali dan yang buah yang-tidak-kembali dan kesempurnaan ...; dan aku sedang mencapai ...; dan aku telah mencapai ...; dan seterusnya ...; dan aku telah menghentikan keinginan indria, meninggalkannya, melepaskannya, menyingkirkannya, membuangnya; dan aku telah menghentikan kebencian, meninggalkannya, melepaskannya, menyingkirkannya, membuangnya; dan aku telah menghentikan kebodohan, meninggalkannya, melepaskannya, menyingkirkannya, membuangnya dan pikiranku terbebas dari rintangan keinginan indria dan pikiranku terbebas dari rintangan kebencian dan pikiranku terbebas dari rintangan kebodohan," maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran jika tiga kondisi ini terpenuhi ...; jika tujuh kondisi ini terpenuhi: sebelum ia berbohong, ia mengetahui bahwa ia hendak berbohong; sewaktu berbohong, ia mengetahui bahwa ia sedang berbohong; setelah ia berbohong, ia mengetahui bahwa ia telah berbohong; ia secara keliru merepresentasikan pandangannya atas apa yang benar; ia secara keliru merepresentasikan keyakinannya atas apa yang benar; ia secara keliru merepresentasikan penerimaannya atas apa yang benar; ia secara keliru merepresentasikan perasaannya atas apa yang benar.

Bagian yang berdasarkan atas semua hal selesai

Pembabaran bagian tentang rangkaian dasar selesai

Bermaksud mengatakan penyerapan pertama, namun mengatakan hal lainnya

Jika ia dengan sepenuhnya sadar berbohong, bermaksud mengatakan, "aku mencapai penyerapan pertama," sedangkan yang sebenarnya diucapkan adalah, "aku mencapai penyerapan kedua," jika si pendengar memahami, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran jika tiga kondisi terpenuhi; jika si pendengar tidak memahami, maka ia melakukan pelanggaran serius jika tiga kondisi terpenuhi.

Jika ia dengan sepenuhnya sadar berbohong, bermaksud mengatakan, "aku mencapai penyerapan pertama," sedangkan yang sebenarnya diucapkan adalah, "aku mencapai penyerapan ketiga," jika si pendengar memahami, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran jika tiga kondisi terpenuhi; jika si pendengar tidak memahami, maka ia melakukan pelanggaran serius jika tiga kondisi terpenuhi.

Jika ia dengan sepenuhnya sadar berbohong, bermaksud mengatakan, "aku mencapai penyerapan pertama," sedangkan yang sebenarnya diucapkan adalah, "aku mencapai penyerapan keempat," jika si pendengar memahami, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran jika tiga kondisi terpenuhi; jika si pendengar tidak memahami, maka ia melakukan pelanggaran serius jika tiga kondisi terpenuhi.

Jika ia dengan sepenuhnya sadar berbohong, bermaksud mengatakan, "aku mencapai penyerapan pertama," sedangkan yang sebenarnya diucapkan adalah, "aku mencapai kebebasan kekosongan ...; kebebasan tanpa gambaran ...; kebebasan tanpa keinginan ...; keheningan kekosongan ...; keheningan tanpa gambaran ... keheningan tanpa keinginan ...; pencapaian kekosongan ...; pencapaian tanpa gambaran ...; pencapaian tanpa keinginan ...; tiga pandangan terang sejati ...; empat penerapan perhatian ...; empat usaha benar ...; empat landasan kekuatan supernormal ...; lima indria spiritual ...; lima kekuatan spiritual ...; tujuh faktor pencerahan ...; jalan mulia berunsur delapan ...; buah memasuki-arus ...; buah yang-kembali-sekali ...; buah yang-tidak-kembali ...; kesempurnaan ...; aku telah menghentikan keinginan indria ...; aku telah menghentikan kebencian ...; aku telah menghentikan kebodohan, meninggalkannya, melepaskannya, menyingkirkannya, membuangnya ...; Pikiranku terbebas dari rintangan keinginan indria ...; Pikiranku terbebas dari rintangan kebencian ... Pikiranku terbebas dari rintangan kebodohan," jika si pendengar memahami, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran jika tiga kondisi terpenuhi; jika si pendengar tidak memahami, maka ia melakukan pelanggaran serius jika tiga kondisi terpenuhi ...; jika tujuh kondisi terpenuhi: sebelum ia berbohong, ia mengetahui bahwa ia hendak berbohong; sewaktu berbohong, ia mengetahui bahwa ia sedang berbohong; setelah ia berbohong, ia mengetahui bahwa ia telah berbohong; ia secara keliru merepresentasikan pandangannya atas apa yang benar; ia secara keliru merepresentasikan keyakinannya atas apa yang benar; ia secara keliru merepresentasikan penerimaannya atas apa yang benar; ia secara keliru merepresentasikan perasaannya atas apa yang benar.

Rangkaian permutasi yang tidak berkaitan yang berdasarkan atas satu hal dengan perluasan ucapan selesai.

Bermaksud mengatakan penyerapan kedua, namun mengatakan hal lainnya

Jika ia dengan sepenuhnya sadar berbohong, bermaksud mengatakan, "aku mencapai penyerapan kedua," sedangkan yang sebenarnya diucapkan adalah, "aku mencapai penyerapan ketiga," jika si pendengar memahami, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran jika tiga kondisi terpenuhi; jika si pendengar tidak memahami, maka ia melakukan pelanggaran serius jika tiga kondisi terpenuhi.

Jika ia dengan sepenuhnya sadar berbohong, bermaksud mengatakan, "aku mencapai penyerapan kedua," sedangkan yang sebenarnya diucapkan adalah, "aku mencapai penyerapan keempat," ...; "Pikiranku terbebas dari rintangan kebodohan," jika si pendengar memahami, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran jika tiga kondisi terpenuhi; jika si pendengar tidak memahami, maka ia melakukan pelanggaran serius jika tiga kondisi terpenuhi.

Jika ia dengan sepenuhnya sadar berbohong, bermaksud mengatakan, "aku mencapai penyerapan kedua," sedangkan yang sebenarnya diucapkan adalah, "aku mencapai penyerapan pertama," jika si pendengar memahami, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran jika tiga kondisi terpenuhi; jika si pendengar tidak memahami, maka ia melakukan pelanggaran serius jika tiga kondisi terpenuhi ...; jika tujuh kondisi terpenuhi ...; ia secara keliru merepresentasikan perasaannya atas apa yang benar.

Rangkaian permutasi berkaitan yang berdasarkan atas satu hal dengan perluasan ucapan selesai.
Title: Pārājika 4
Post by: Indra on 14 September 2022, 01:50:51 PM
Landasan-landasan secara ringkas selesai.

Bermaksud mengatakan terbebas dari kebodohan, namun mengatakan hal lainnya

Jika ia dengan sepenuhnya sadar berbohong, bermaksud mengatakan, "Pikiranku terbebas dari rintangan kebodohan," sedangkan yang sebenarnya diucapkan adalah, "aku mencapai penyerapan pertama," jika si pendengar memahami, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran jika tiga kondisi terpenuhi; jika si pendengar tidak memahami, maka ia melakukan pelanggaran serius jika tiga kondisi terpenuhi. ...;

Jika ia dengan sepenuhnya sadar berbohong, bermaksud mengatakan, "Pikiranku terbebas dari rintangan kebodohan," sedangkan yang sebenarnya diucapkan adalah, "Pikiranku terbebas dari rintangan kebencian," jika si pendengar memahami, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran jika tiga kondisi terpenuhi; jika si pendengar tidak memahami, maka ia melakukan pelanggaran serius jika tiga kondisi terpenuhi ...; jika tujuh kondisi terpenuhi ...; ia secara keliru merepresentasikan perasaannya atas apa yang benar.

Bagian yang berdasarkan atas satu hal dengan perluasan ucapan selesai

Bermaksud mengatakan kombinasi tertentu atas satu pencapaian, namun mengatakan hal lainnya

Bagian yang berdasarkan atas dua hal, dan seterusnya, diuraikan secara terperinci dengan cara yang sama seperti bagian yang berdasarkan atas satu hal.

Bermaksud mengatakan semua pencapaian kecuali satu, namun mengatakan yang tersisa

Ini adalah bagian yang berdasarkan atas semua hal:

Jika ia dengan sepenuhnya sadar berbohong, bermaksud mengatakan, "Aku mencapai penyerapan pertama dan penyerapan kedua dan penyerapan ketiga dan penyerapan keempat dan kebebasan kekosongan dan kebebasan tanpa gambaran dan kebebasan tanpa keinginan dan keheningan kekosongan dan keheningan tanpa gambaran dan keheningan tanpa keinginan dan pencapaian kekosongan dan pencapaian tanpa gambaran dan pencapaian tanpa keinginan dan tiga pandangan terang sejati dan empat penerapan perhatian dan empat usaha benar dan empat landasan kekuatan supernormal dan lima indria spiritual dan lima kekuatan spiritual dan tujuh faktor pencerahan dan jalan mulia berunsur delapan dan buah memasuki-arus dan buah yang-kembali-sekali dan buah yang-tidak-kembali dan kesempurnaan ...; dan aku telah menghentikan keinginan indria ...; dan aku telah menghentikan kebencian ...; dan aku telah menghentikan kebodohan, meninggalkannya, melepaskannya, menyingkirkannya, membuangnya; dan pikiranku terbebas dari rintangan keinginan indria dan pikiranku terbebas dari rintangan kebencian," sedangkan yang sebenarnya diucapkan adalah, "Pikiranku terbebas dari rintangan kebodohan," jika si pendengar memahami, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran jika tiga kondisi terpenuhi; jika si pendengar tidak memahami, maka ia melakukan pelanggaran serius jika tiga kondisi terpenuhi ...; jika tujuh kondisi terpenuhi.

Jika ia dengan sepenuhnya sadar berbohong, bermaksud mengatakan, "Aku mencapai penyerapan kedua dan penyerapan ketiga dan penyerapan keempat dan kebebasan kekosongan dan kebebasan tanpa gambaran dan kebebasan tanpa keinginan dan keheningan kekosongan dan keheningan tanpa gambaran dan keheningan tanpa keinginan dan pencapaian kekosongan dan pencapaian tanpa gambaran dan pencapaian tanpa keinginan dan tiga pandangan terang sejati dan empat penerapan perhatian dan empat usaha benar dan empat landasan kekuatan supernormal dan lima indria spiritual dan lima kekuatan spiritual dan tujuh faktor pencerahan dan jalan mulia berunsur delapan dan buah memasuki-arus dan buah yang-kembali-sekali dan buah yang-tidak-kembali dan kesempurnaan ...; dan aku telah menghentikan keinginan indria ...; dan aku telah menghentikan kebencian ...; dan aku telah menghentikan kebodohan, meninggalkannya, melepaskannya, menyingkirkannya, membuangnya; dan pikiranku terbebas dari rintangan keinginan indria dan pikiranku terbebas dari rintangan kebencian dan pikiranku terbebas dari rintangan kebodohan," sedangkan yang sebenarnya diucapkan adalah, "Aku mencapai penyerapan pertama," jika si pendengar memahami, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran jika tiga kondisi terpenuhi; jika si pendengar tidak memahami, maka ia melakukan pelanggaran serius jika tiga kondisi terpenuhi.

Jika ia dengan sepenuhnya sadar berbohong, bermaksud mengatakan, "Aku mencapai penyerapan ketiga dan penyerapan keempat ...; dan pikiranku terbebas dari rintangan kebodohan dan aku mencapai penyerapan pertama," sedangkan yang sebenarnya diucapkan adalah, "Aku mencapai penyerapan kedua," jika si pendengar memahami, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran jika tiga kondisi terpenuhi; jika si pendengar tidak memahami, maka ia melakukan pelanggaran serius jika tiga kondisi terpenuhi. ...;

Jika ia dengan sepenuhnya sadar berbohong, bermaksud mengatakan, "Pikiranku terbebas dari rintangan kebodohan dan aku mencapai penyerapan pertama dan penyerapan kedua dan penyerapan ketiga dan penyerapan keempat ...; dan pikiranku terbebas dari rintangan keinginan indria," sedangkan yang sebenarnya diucapkan adalah, "Pikiranku terbebas dari rintangan kebencian," jika si pendengar memahami, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran jika tiga kondisi terpenuhi; jika si pendengar tidak memahami, maka ia melakukan pelanggaran serius jika tiga kondisi terpenuhi ...; jika tujuh kondisi terpenuhi: sebelum ia berbohong, ia mengetahui bahwa ia hendak berbohong; sewaktu berbohong, ia mengetahui bahwa ia sedang berbohong; setelah ia berbohong, ia mengetahui bahwa ia telah berbohong; ia secara keliru merepresentasikan pandangannya atas apa yang benar; ia secara keliru merepresentasikan keyakinannya atas apa yang benar; ia secara keliru merepresentasikan penerimaannya atas apa yang benar; ia secara keliru merepresentasikan perasaannya atas apa yang benar.

Bagian yang berdasarkan semua hal dengan perluasan ucapan selesai.

Rangkaian permutasi berturut-turut dengan perluasan ucapan selesai.

Pembabaran bagian tentang "bermaksud mengatakan" selesai.

Isyarat kasar: sehubungan dengan tempat kediaman

Jika ia dengan sepenuhnya sadar berbohong, dengan mengatakan, "Bhikkhu yang menetap di tempat kediamanmu mencapai penyerapan pertama ...; sedang mencapai ...; sudah mencapai ...; memperoleh ...; menguasai ...; telah merealisasikan penyerapan pertama," jika si pendengar memahami, maka ia melakukan pelanggaran serius jika tiga kondisi terpenuhi; jika si pendengar tidak memahami, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah jika tiga kondisi terpenuhi: sebelum ia berbohong, ia mengetahui bahwa ia hendak berbohong; sewaktu berbohong, ia mengetahui bahwa ia sedang berbohong; setelah ia berbohong, ia mengetahui bahwa ia telah berbohong.

Jika ia dengan sepenuhnya sadar berbohong, dengan mengatakan, "Bhikkhu yang menetap di tempat kediamanmu mencapai penyerapan pertama ...; sedang mencapai ...; sudah mencapai ...; memperoleh ...; menguasai ...; telah merealisasikan penyerapan pertama," jika si pendengar memahami, maka ia melakukan pelanggaran serius jika empat ...; lima ...; enam ...; tujuh kondisi terpenuhi; jika si pendengar tidak memahami, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah jika tujuh kondisi terpenuhi: sebelum ia berbohong, ia mengetahui bahwa ia hendak berbohong; sewaktu berbohong, ia mengetahui bahwa ia sedang berbohong; setelah ia berbohong, ia mengetahui bahwa ia telah berbohong; ia secara keliru merepresentasikan pandangannya atas apa yang benar; ia secara keliru merepresentasikan keyakinannya atas apa yang benar; ia secara keliru merepresentasikan penerimaannya atas apa yang benar; ia secara keliru merepresentasikan perasaannya atas apa yang benar.

Jika ia dengan sepenuhnya sadar berbohong, dengan mengatakan, "Bhikkhu yang menetap di tempat kediamanmu mencapai penyerapan kedua ...; penyerapan ketiga ...; penyerapan keempat ...; kebebasan kekosongan ...; kebebasan tanpa gambaran ...; kebebasan tanpa keinginan ...; keheningan kekosongan ...; keheningan tanpa gambaran ...; keheningan tanpa keinginan ...; pencapaian kekosongan ... pencapaian tanpa gambaran ... pencapaian tanpa keinginan ... tiga pandangan terang sejati ... empat penerapan perhatian ... empat usaha benar ... empat landasan kekuatan supernormal ... lima indria spiritual ... lima kekuatan spiritual ... tujuh faktor pencerahan ...; jalan mulia berunsur delapan ...; buah memasuki-arus ...; buah yang-kembali-sekali ...; buah yang-tidak-kembali ...; kesempurnaan ...; sedang mencapai ...; sudah mencapai ...; memperoleh ...; menguasai ...; telah merealisasikan kesempurnaan," jika si pendengar memahami, maka ia melakukan pelanggaran serius jika tiga kondisi terpenuhi; jika si pendengar tidak memahami, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah jika tiga kondisi terpenuhi.

Jika ia dengan sepenuhnya sadar berbohong, dengan mengatakan, "Bhikkhu yang menetap di tempat kediamanmu telah menghentikan keinginan indria ...; telah menghentikan kebencian ...; telah menghentikan kebodohan, meninggalkannya, melepaskannya, menyingkirkannya, membuangnya," jika si pendengar memahami, maka ia melakukan pelanggaran serius jika tiga kondisi terpenuhi; jika si pendengar tidak memahami, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah jika tiga kondisi terpenuhi.

Jika ia dengan sepenuhnya sadar berbohong, dengan mengatakan, "Bhikkhu yang menetap di tempat kediamanmu memiliki pikiran yang terbebas dari rintangan keinginan indria ...; memiliki pikiran yang terbebas dari rintangan kebencian ...; memiliki pikiran yang terbebas dari rintangan kebodohan," jika si pendengar memahami, maka ia melakukan pelanggaran serius jika tiga kondisi terpenuhi; jika si pendengar tidak memahami, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah jika tiga kondisi terpenuhi ...; jika tujuh kondisi terpenuhi: sebelum ia berbohong, ia mengetahui bahwa ia hendak berbohong; sewaktu berbohong, ia mengetahui bahwa ia sedang berbohong; setelah ia berbohong, ia mengetahui bahwa ia telah berbohong; ia secara keliru merepresentasikan pandangannya atas apa yang benar; ia secara keliru merepresentasikan keyakinannya atas apa yang benar; ia secara keliru merepresentasikan penerimaannya atas apa yang benar; ia secara keliru merepresentasikan perasaannya atas apa yang benar.

Jika ia dengan sepenuhnya sadar berbohong, dengan mengatakan, "Bhikkhu yang menetap di tempat kediamanmu mencapai penyerapan pertama dalam keterasingan ...; penyerapan kedua ...; penyerapan ketiga ...; penyerapan keempat ...; sedang mencapai ...; sudah mencapai ...; memperoleh ...; menguasai ...; telah merealisasikan penyerapan keempat dalam keterasingan," jika si pendengar memahami, maka ia melakukan pelanggaran serius jika tiga kondisi terpenuhi; jika si pendengar tidak memahami, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah jika tiga kondisi terpenuhi ...; jika tujuh kondisi terpenuhi: sebelum ia berbohong, ia mengetahui bahwa ia hendak berbohong; sewaktu berbohong, ia mengetahui bahwa ia sedang berbohong; setelah ia berbohong, ia mengetahui bahwa ia telah berbohong; ia secara keliru merepresentasikan pandangannya atas apa yang benar; ia secara keliru merepresentasikan keyakinannya atas apa yang benar; ia secara keliru merepresentasikan penerimaannya atas apa yang benar; ia secara keliru merepresentasikan perasaannya atas apa yang benar.

Isyarat kasar: sehubungan dengan benda kebutuhan apa pun

Bagian selanjutnya harus diuraikan secara terperinci dengan cara yang sama:

Jika ia dengan sepenuhnya sadar berbohong, dengan mengatakan, "Bhikkhu yang menggunakan kain-jubah dari engkau ...; yang menggunakan dana-makanan dari engkau ...; yang menggunakan tempat tinggal dari engkau ...; yang menggunakan obat-obatan dari engkau mencapai penyerapan keempat dalam keterasingan ...; sedang mencapai ...; sudah mencapai ...; memperoleh ...; menguasai ...; telah merealisasikan penyerapan keempat dalam keterasingan," jika si pendengar memahami, maka ia melakukan pelanggaran serius jika tiga kondisi terpenuhi; jika si pendengar tidak memahami, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah jika tiga kondisi terpenuhi ...; jika tujuh kondisi terpenuhi ...; ia secara keliru merepresentasikan perasaannya atas apa yang benar.

Jika ia dengan sepenuhnya sadar berbohong, dengan mengatakan, "Bhikkhu yang menggunakan tempat tinggal dari engkau ...; yang menggunakan kain-jubah dari engkau ...; yang menggunakan dana makanan dari engkau .. yang menggunakan perabotan dari engkau ...; yang menggunakan obat-obatan dari engkau mencapai penyerapan keempat dalam keterasingan ...; sedang mencapai ...; sudah mencapai ...; memperoleh ...; menguasai ...; telah merealisasikan penyerapan keempat dalam keterasingan," jika si pendengar memahami, maka ia melakukan pelanggaran serius jika tiga kondisi terpenuhi; jika si pendengar tidak memahami, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah jika tiga kondisi terpenuhi ...; jika tujuh kondisi terpenuhi ...; ia secara keliru merepresentasikan perasaannya atas apa yang benar.

Jika ia dengan sepenuhnya sadar berbohong, dengan mengatakan, "Bhikkhu yang kepadanya engkau memberikan tempat tinggal ...; kain-jubah ...; dana makanan ...; perabotan ...; obat-obatan, ia mencapai penyerapan keempat dalam keterasingan ...; sedang mencapai ...; sudah mencapai ...; memperoleh ...; menguasai ...; ia telah merealisasikan penyerapan keempat dalam keterasingan," jika si pendengar memahami, maka ia melakukan pelanggaran serius jika tiga kondisi terpenuhi; jika si pendengar tidak memahami, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah jika tiga kondisi terpenuhi ...; jika tujuh kondisi terpenuhi: sebelum ia berbohong, ia mengetahui bahwa ia hendak berbohong; sewaktu berbohong, ia mengetahui bahwa ia sedang berbohong; setelah ia berbohong, ia mengetahui bahwa ia telah berbohong; ia secara keliru merepresentasikan pandangannya atas apa yang benar; ia secara keliru merepresentasikan keyakinannya atas apa yang benar; ia secara keliru merepresentasikan penerimaannya atas apa yang benar; ia secara keliru merepresentasikan perasaannya atas apa yang benar.

Lima belas berturut-turut selesai.

Pembabaran bagian tentang apa yang berhubungan dengan benda-benda kebutuhan selesai.

Rangkaian permutasi berurutan tentang kualitas-kualitas melampaui manusia selesai.

Tidak ada pelanggaran

Tidak ada pelanggaran: jika ia menilai dirinya terlalu tinggi; jika ia tidak berniat untuk membuat pengakuan; jika ia gila; jika ia kehilangan akal sehat; jika ia dikuasai oleh kesakitan; jika ia adalah pelaku pertama.

Syair rangkuman studi kasus

"Tentang penilaian terlalu tinggi, di hutan belantara,
Dana makanan, penahbis, perilaku;
Belenggu, kualitas-kualitas secara diam-diam,
Tempat kediaman, disokong.
Tidak sulit, dan kemudian kegigihan, takut pada kematian,
Teman yang menyesal, dengan benar;
Untuk dicapai melalui kegigihan, untuk dicapai melalui pengerahan,
Kemudian dua tentang menahankan perasaan.
Lima kasus seorang brahmana,
Tiga tentang menyatakan pengetahuan akhir;
Rumah, kenikmatan-kenikmatan indria yang ditolak,
Dan kesenangan, melakukan perjalanan.
Tulang, dan bongkahan—;keduanya adalah penjagal sapi;
Sepotong daging adalah seorang penjagal unggas, penjagal domba dikuliti;
Dan penjagal babi dan pedang, pemburu rusa dan pisau,
Dan seorang penyiksa dan anak panah, seorang pelatih kuda dan jarum.
Dan seorang pemfitnah dijahit,
Seorang hakim korup dengan testis sebagai beban;
Dan pencabul yang tenggelam dalam sebuah lubang,
Si pemakan kotoran adalah seorang brahmana jahat.
Si perempuan tanpa kulit adalah seorang pencabul,
Si perempuan buruk rupa adalah seorang peramal;
Seorang perempuan berkeringat menuangkan arang pada seorang istri,
Seorang laki-laki tanpa kepala adalah seorang algojo.
Seorang bhikkhu, seorang bhikkhunī, seorang bhikkhunī percobaan,
Seorang sāmaṇera, kemudian seorang sāmaṇerī—;
Mereka meninggalkan keduniawian dalam ajaran Kassapa
Melakukan perbuatan-perbuatan buruk di sana.
Tapodā, pertempuran di Rājagaha,
Dan dengan terjunnya gajah-gajah;
Sang bhikkhu sempurna Sobhita
Mengingat lima ratus kappa."
Title: Pārājika 4
Post by: Indra on 14 September 2022, 01:52:21 PM
Studi Kasus, bagian 1

Pada suatu ketika seorang bhikkhu menyatakan pengetahuan akhir karena menilai diri terlalu tinggi. Ia menjadi gelisah, dengan berpikir, "Sang Buddha telah menetapkan aturan latihan. Mungkinkah aku telah melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran?" Ia memberitahu Sang Buddha. "Tidak ada pelanggaran karena menilai diri terlalu tinggi."

Pada suatu ketika seorang bhikkhu menetap di hutan belantara karena ia ingin orang-orang menghormatinya. Orang-orang menghormatinya. Ia menjadi gelisah ...; "Tidak ada pelanggaran yang mengharuskan pengusiran.
Tetapi, para bhikkhu, kalian tidak boleh menetap di hutan karena suatu keinginan. Jika kalian melakukannya, maka kalian melakukan pelanggaran perbuatan salah."

Pada suatu ketika seorang bhikkhu berjalan mengumpulkan dana makanan karena ia ingin orang-orang menghormatinya. Orang-orang menghormatinya. Ia menjadi gelisah ...; "Tidak ada pelanggaran yang mengharuskan pengusiran.
Tetapi, para bhikkhu, kalian tidak boleh berjalan mengumpulkan dana makanan karena suatu keinginan. Jika kalian melakukannya, maka kalian melakukan pelanggaran perbuatan salah."

Pada suatu ketika seorang bhikkhu berkata kepada bhikkhu lain, "Mereka yang adalah murid-murid penahbis kami semuanya adalah yang sempurna." Ia menjadi gelisah ...; "Apakah yang engkau pikirkan pada saat itu, bhikkhu?"
"Aku ingin membuat pengakuan, Yang Mulia."
"Tidak ada pelanggaran yang mengharuskan pengusiran, tetapi terjadi pelanggaran serius."

Pada suatu ketika seorang bhikkhu berkata kepada bhikkhu lain, "Mereka yang adalah murid-murid penahbis kami semuanya memiliki kekuatan supernormal." Ia menjadi gelisah ...; "Apakah yang engkau pikirkan pada saat itu, bhikkhu?"
"Aku ingin membuat pengakuan, Yang Mulia."
"Tidak ada pelanggaran yang mengharuskan pengusiran, tetapi terjadi pelanggaran serius."

Pada suatu ketika seorang bhikkhu melakukan meditasi berjalan karena ia ingin orang-orang menghormatinya ...; berdiri karena ia ingin orang-orang menghormatinya ...; duduk karena ia ingin orang-orang menghormatinya ...; berbaring karena ia ingin orang-orang menghormatinya. Orang-orang menghormatinya. Ia menjadi gelisah ...; "Tidak ada pelanggaran yang mengharuskan pengusiran.
Tetapi, para bhikkhu, kalian tidak boleh berbaring karena suatu keinginan. Jika kalian melakukannya, maka kalian melakukan pelanggaran perbuatan salah."

Pada suatu ketika seorang bhikkhu mengaku memiliki kualitas melampaui manusia kepada bhikkhu lain, dengan berkata, "Aku telah meninggalkan belenggu-belenggu." Ia menjadi gelisah ...; "Engkau telah melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran."

Pada suatu ketika seorang bhikkhu secara diam-diam mengaku memiliki kualitas melampaui manusia. Seorang bhikkhu yang mampu membaca pikiran menegurnya, dengan berkata, "Tidak, engkau tidak memilikinya." Ia menjadi gelisah ...; "Tidak ada pelanggaran yang mengharuskan pengusiran, tetapi terjadi pelanggaran perbuatan salah."

Pada suatu ketika seorang bhikkhu secara diam-diam mengaku memiliki kualitas melampaui manusia. Sesosok dewa menegurnya, dengan berkata, "Tidak, Yang Mulia, engkau tidak memilikinya." Ia menjadi gelisah ...; "Tidak ada pelanggaran yang mengharuskan pengusiran, tetapi terjadi pelanggaran perbuatan salah."

Pada suatu ketika seorang bhikkhu berkata kepada seorang umat awam, "Bhikkhu yang menetap di tempat kediamanmu adalah seorang yang sempurna." Ia adalah orang yang menetap di tempat kediaman itu. Ia menjadi gelisah ...; "Apakah yang engkau pikirkan pada saat itu, bhikkhu?"
"Aku ingin membuat pengakuan, Yang Mulia."
"Tidak ada pelanggaran yang mengharuskan pengusiran, tetapi terjadi pelanggaran serius."

Pada suatu ketika seorang bhikkhu berkata kepada seorang umat awam, "Bhikkhu yang engkau sokong dengan kain-jubah, dana makanan, tempat tinggal, dan obat-obatan, ia adalah seorang yang sempurna." Ia adalah orang yang disokong demikian itu. Ia menjadi gelisah ...; "Apakah yang engkau pikirkan pada saat itu, bhikkhu?"
"Aku ingin membuat pengakuan, Yang Mulia."
"Tidak ada pelanggaran yang mengharuskan pengusiran, tetapi terjadi pelanggaran serius."

Pada suatu ketika seorang bhikkhu sedang sakit. Para bhikkhu berkata kepadanya, "Yang Mulia, apakah engkau memiliki kualitas melampaui manusia?"
"Tidaklah sulit untuk menyatakan pengetahuan akhir."
Ia menjadi gelisah dan berpikir, "Mereka yang adalah siswa sejati Sang Buddha dapat mengatakan itu, tetapi aku bukanlah siswa demikian. Mungkinkah aku telah melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran?" Ia memberitahukan kepada Sang Buddha. "Apakah yang engkau pikirkan pada saat itu, bhikkhu?"
"Aku tidak berniat untuk membuat pengakuan, Yang Mulia."
"Tidak ada pelanggaran bagi seorang yang tidak berniat untuk membuat pengakuan."

Pada suatu ketika seorang bhikkhu sedang sakit. Para bhikkhu berkata kepadanya, "Yang Mulia, apakah engkau memiliki kualitas melampaui manusia?"
"Kualitas melampaui manusia dicapai oleh mereka yang gigih." Ia menjadi gelisah ...;
"Tidak ada pelanggaran bagi seorang yang tidak berniat untuk membuat pengakuan."

Pada suatu ketika seorang bhikkhu sedang sakit. Para bhikkhu berkata kepadanya, "Jangan takut."
"Aku tidak takut mati." Ia menjadi gelisah ...;
"Tidak ada pelanggaran bagi seorang yang tidak berniat untuk membuat pengakuan."

Pada suatu ketika seorang bhikkhu sedang sakit. Para bhikkhu berkata kepadanya, "Jangan takut."
"Seorang yang penuh penyesalan mungkin takut." Ia menjadi gelisah ...;
"Tidak ada pelanggaran bagi seorang yang tidak berniat untuk membuat pengakuan."

Pada suatu ketika seorang bhikkhu sedang sakit. Para bhikkhu berkata kepadanya, "Yang Mulia, apakah engkau memiliki kualitas melampaui manusia?"
"Kualitas melampaui manusia dicapai oleh mereka yang mengerahkan diri mereka dengan benar." Ia menjadi gelisah ...;
"Tidak ada pelanggaran bagi seorang yang tidak berniat untuk membuat pengakuan."

Pada suatu ketika seorang bhikkhu sedang sakit. Para bhikkhu berkata kepadanya, "Yang Mulia, apakah engkau memiliki kualitas melampaui manusia?"
"Kualitas melampaui manusia dicapai oleh mereka yang gigih." Ia menjadi gelisah ...;
"Tidak ada pelanggaran bagi seorang yang tidak berniat untuk membuat pengakuan."

Pada suatu ketika seorang bhikkhu sedang sakit. Para bhikkhu berkata kepadanya, "Yang Mulia, apakah engkau memiliki kualitas melampaui manusia?"
"Kualitas melampaui manusia dicapai oleh mereka yang mengerahkan diri mereka." Ia menjadi gelisah ...;
"Tidak ada pelanggaran bagi seorang yang tidak berniat untuk membuat pengakuan."

Pada suatu ketika seorang bhikkhu sedang sakit. Para bhikkhu berkata kepadanya, "Kami berharap engkau bertahan? Kami berharap engkau nyaman?"
"Tidaklah mungkin bagi siapa pun untuk menahankan ini." Ia menjadi gelisah ...;
"Tidak ada pelanggaran bagi seorang yang tidak berniat untuk membuat pengakuan."

Pada suatu ketika seorang bhikkhu sedang sakit. Para bhikkhu berkata kepadanya, "Kami berharap engkau bertahan? Kami berharap engkau nyaman?"
"Tidaklah mungkin bagi seorang biasa untuk menahankan ini." Ia menjadi gelisah ...;
"Apakah yang engkau pikirkan pada saat itu, bhikkhu?"
"Aku berniat untuk membuat pengakuan, Yang Mulia."
"Tidak ada pelanggaran yang mengharuskan pengusiran, tetapi terjadi pelanggaran serius."

Pada suatu ketika seorang brahmana mengundang para bhikkhu, dengan berkata, "Para Mulia yang sempurna, silakan datang."
Mereka menjadi gelisah dan berkata, "Kami bukan yang sempurna, namun brahmana ini berkata kepada kami seolah-olah kami adalah yang sempurna. Apakah yang harus kami lakukan?" Mereka memberitahukan kepada Sang Buddha.
"Tidak ada pelanggaran ketika sesuatu diucapkan karena keyakinan."
Pada suatu ketika seorang brahmana mengundang para bhikkhu, dengan berkata, "Para Mulia yang sempurna, silakan duduk." ...; "Para Mulia yang sempurna, silakan makan." ...; "Para Mulia yang sempurna, semoga puas." ...; "Para Mulia yang sempurna, silakan pergi."
Mereka menjadi gelisah dan berkata, "Kami bukan yang sempurna, namun brahmana ini berkata kepada kami seolah-olah kami adalah yang sempurna. Apakah yang harus kami lakukan?" Mereka memberitahukan kepada Sang Buddha.
"Tidak ada pelanggaran ketika sesuatu diucapkan karena keyakinan."

Pada suatu ketika seorang bhikkhu mengaku memiliki kualitas melampaui manusia kepada seorang bhikkhu lainnya, dengan mengatakan, "Aku telah meninggalkan kekotoran-kekotoran." Ia menjadi gelisah ...; "Engkau telah melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran."

Pada suatu ketika seorang bhikkhu mengaku memiliki kualitas melampaui manusia kepada seorang bhikkhu lainnya, dengan mengatakan, "Aku memiliki kualitas-kualitas ini." Ia menjadi gelisah ...; "Engkau telah melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran."

Pada suatu ketika seorang bhikkhu mengaku memiliki kualitas melampaui manusia kepada seorang bhikkhu lainnya, dengan mengatakan, "Aku selaras dengan kualitas-kualitas ini." Ia menjadi gelisah ...; "Engkau telah melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran."

Pada suatu ketika seorang kerabat dari seorang bhikkhu tertentu berkata kepadanya, "Marilah, Yang Mulia, menetaplah di rumah."
"Seorang sepertiku tidak mampu menetap di rumah." Ia menjadi gelisah ...;
"Tidak ada pelanggaran bagi seorang yang tidak berniat untuk membuat pengakuan."

Pada suatu ketika seorang kerabat dari seorang bhikkhu tertentu berkata kepadanya, "Marilah, Yang Mulia, nikmatilah kenikmatan duniawi."
"Kenikmatan duniawi telah ditolak olehku." Ia menjadi gelisah ...;
"Tidak ada pelanggaran bagi seorang yang tidak berniat untuk membuat pengakuan."

Pada suatu ketika seorang kerabat dari seorang bhikkhu tertentu berkata kepadanya, "Marilah, Yang Mulia, nikmatilah dirimu."
"Aku menikmati diriku dengan kenikmatan tertinggi."
Ia menjadi gelisah, dengan berpikir, "Mereka yang adalah siswa sejati Sang Buddha dapat mengatakan hal itu, tetapi aku bukan siswa seperti itu. Mungkinkah aku telah melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran?" Ia memberitahukan kepada Sang Buddha.
"Apakah yang engkau pikirkan pada saat itu, bhikkhu?"
"Aku tidak berniat membuat pengakuan, Yang Mulia."
"Tidak ada pelanggaran bagi seorang yang tidak berniat untuk membuat pengakuan."

Pada suatu ketika sejumlah bhikkhu memasuki masa keberdiaman musim hujan di sebuah vihara tertentu, membuat kesepakatan ini: "Siapa pun yang pertama keluar dari vihara ini, kita akan mengenalinya sebagai seorang yang sempurna."
Salah seorang di antara mereka berpikir, "Biarlah mereka menganggap aku sebagai seorang yang sempurna," dan ia pertama keluar dari vihara itu. Ia menjadi gelisah ...;
"Engkau telah melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran."
Title: Pārājika 4
Post by: Indra on 14 September 2022, 01:53:12 PM
Studi kasus, bagian 2

Pada suatu ketika Sang Buddha sedang menetap di Rājagaha di Hutan Bambu, taman suaka tupai, Yang Mulia Lakkhaṇa dan Yang Mulia Mahāmoggallāna sedang menetap di Puncak Hering. Suatu pagi Mahāmoggallāna mengenakan jubah, membawa mangkuk dan jubahnya, mendatangi Lakkhaṇa, dan berkata, "Lakkhaṇa, mari kita memasuki Rājagaha untuk menerima dana makanan."
"Baiklah."
Sewaktu mereka turun dari Puncak Hering, Mahāmoggallāna tersenyum di suatu tempat tertentu. Lakkhaṇa bertanya kepadanya mengapa, dan Mahāmoggallāna menjawab,
"Ini bukan waktu yang tepat untuk bertanya. Tanyakan kembali di hadapan Sang Buddha."
Kemudian, setelah makan dan setelah kembali dari perjalanan menerima dana makanan, Lakkhaṇa dan Mahāmoggallāna mendatangi Sang Buddha, bersujud, dan duduk. Dan Lakkhaṇa berkata kepada Mahāmoggallāna,
"Tadi, sewaktu kita sedang menuruni Puncak Hering, engkau tersenyum di suatu tempat tertentu. Mengapakah?"
"Sewaktu aku sedang turun dari Puncak Hering, aku melihat tulang-belulang melayang di angkasa. Burung-burung hering, gagak, dan elang mengejarnya, menyerangnya di antara tulang-tulang rusuknya, sementara ia berteriak kesakitan. Dan aku berpikir betapa mengagumkan dan menakjubkannya keberadaan makhluk demikian, makhluk halus demikian, keadaan kehidupan demikian."
Tetapi para bhikkhu mengeluhkan dan mengkritiknya, "Ia sedang mengakui kemampuan melampaui manusia!"
Kemudian Sang Buddha berkata kepada mereka:
"Ada para siswa yang memiliki penglihatan dan pengetahuan, yang dapat mengetahui, melihat, dan menyaksikan hal-hal demikian. Aku juga, para bhikkhu, telah melihat makhluk itu, tetapi aku tidak membicarakannya. Karena jika Aku membicarakannya, orang-orang lain tidak akan percaya padaKu, yang akan mengarahkan mereka pada bahaya dan penderitaan untuk waktu yang lama. Makhluk itu adalah penjagal sapi di sini di Rājagaha. Sebagai akibat dari perbuatannya, ia disiksa di neraka selama ratusan ribu tahun. Dan sekarang, karena akibat sisa dari perbuatan-perbuatannya, ia mengalami eksistensi demikian. Moggallāna berkata jujur. Tidak ada pelanggaran bagi Moggallāna."

"Sewaktu aku sedang turun dari Puncak Hering, aku melihat sebongkah daging melayang di angkasa. Burung-burung hering, gagak, dan elang mengejarnya, mencabiknya dan menariknya berkeping-keping, sementara ia berteriak kesakitan ...;" ...;
"...; Makhluk itu, para bhikkhu, itu adalah seorang penjagal sapi di sini di Rājagaha. ...;"

"Sewaktu aku sedang turun dari Puncak Hering, aku melihat sepotong daging melayang di angkasa. Burung-burung hering, gagak, dan elang mengejarnya, mencabiknya dan menariknya berkeping-keping, sementara ia berteriak kesakitan ...;" ...;
"...; Makhluk itu, para bhikkhu, itu adalah seorang penjagal unggas di sini di Rājagaha. ...;"

"Sewaktu aku sedang turun dari Puncak Hering, aku melihat seorang laki-laki tanpa kulit melayang di angkasa. Burung-burung hering, gagak, dan elang mengejarnya, mencabiknya dan menariknya berkeping-keping, sementara ia berteriak kesakitan ...;" ...;
"...; Makhluk itu, para bhikkhu, itu adalah seorang penjagal domba di sini di Rājagaha. ...;"

"Sewaktu aku sedang turun dari Puncak Hering, aku melihat seorang laki-laki berbulu pedang melayang di angkasa. Pedang-pedang itu menusuknya berulang-ulang, sementara ia berteriak kesakitan ...;" ...;
"...; Makhluk itu, para bhikkhu, itu adalah seorang penjagal babi di sini di Rājagaha. ...;"

"Sewaktu aku sedang turun dari Puncak Hering, aku melihat seorang laki-laki berbulu pisau melayang di angkasa. Pisau-pisau itu menusuknya berulang-ulang, sementara ia berteriak kesakitan ...;" ...;
"...; Makhluk itu, para bhikkhu, itu adalah seorang pemburu rusa di sini di Rājagaha. ...;"

"Sewaktu aku sedang turun dari Puncak Hering, aku melihat seorang laki-laki berbulu anak panah melayang di angkasa. Anak-anak panah itu menusuknya berulang-ulang, sementara ia berteriak kesakitan ...;" ...;
"...; Makhluk itu, para bhikkhu, itu adalah seorang penyiksa di sini di Rājagaha. ...;"

"Sewaktu aku sedang turun dari Puncak Hering, aku melihat seorang laki-laki berbulu jarum melayang di angkasa. Jarum-jarum itu menusuknya berulang-ulang, sementara ia berteriak kesakitan ...;" ...;
"...; Makhluk itu, para bhikkhu, itu adalah seorang pelatih kuda di sini di Rājagaha. ...;"

"Sewaktu aku sedang turun dari Puncak Hering, aku melihat seorang laki-laki berbulu jarum melayang di angkasa. Jarum-jarum itu menusuknya dari kepalanya dan keluar melalui mulutnya, menusuk mulutnya dan keluar melalui dadanya, menusuk dadanya dan keluar melalui perutnya, menusuk perutnya dan keluar melalui pahanya, menusuk pahanya dan keluar melalui betisnya, menusuk betisnya dan keluar melalui kakinya, sementara ia berteriak kesakitan ...;" ...;
"...; Makhluk itu, para bhikkhu, itu adalah seorang pemfitnah di sini di Rājagaha. ...;"

"Sewaktu aku sedang turun dari Puncak Hering, aku melihat seorang laki-laki melayang di angkasa dengan testis seperti kendi. Ketika ia bergerak, ia mengangkat testisnya ke atas bahunya; ketika ia duduk, ia duduk di atas testisnya. Burung-burung hering, gagak, dan elang mengejarnya, mencabiknya dan menariknya berkeping-keping, sementara ia berteriak kesakitan ...;" ...;
"...; Makhluk itu, para bhikkhu, itu adalah seorang hakim korup di sini di Rājagaha. ...;"

"Sewaktu aku sedang turun dari Puncak Hering, aku melihat seorang laki-laki terbenam di dalam lubang kakus ...;"
"...; Makhluk itu, para bhikkhu, itu adalah seorang pencabul di sini di Rājagaha. ...;"

"Sewaktu aku sedang turun dari Puncak Hering, aku melihat seorang laki-laki terbenam di dalam lubang kakus, memakan kotoran dengan kedua tangannya ...;"
"...; Makhluk itu, para bhikkhu, adalah seorang brahmana jahat di sini di Rājagaha. Pada masa Kassapa, Yang Tercerahkan Sempurna, ia mengundang Sangha para bhikkhu untuk makan. Ia mengisi sebuah palung dengan kotoran, memberitahukan mereka bahwa makanan telah siap, dan berkata, 'Para Mulia, makanlah sebanyak yang kalian inginkan dan bawalah sisanya pulang.' ...;"

"Sewaktu aku sedang turun dari Puncak Hering, aku melihat seorang perempuan tanpa kulit melayang di angkasa. Burung-burung hering, gagak, dan elang mengejarnya, mencabiknya dan menariknya berkeping-keping, sementara ia berteriak kesakitan ...;" ...;
"...; Perempuan itu, para bhikkhu, itu adalah seorang pencabul di sini di Rājagaha. ...;"

"Sewaktu aku sedang turun dari Puncak Hering, aku melihat seorang perempuan berbau busuk dan buruk rupa melayang di angkasa. Burung-burung hering, gagak, dan elang mengejarnya, mencabiknya dan menariknya berkeping-keping, sementara ia berteriak kesakitan ...;" ...;
"...; Perempuan itu, para bhikkhu, itu adalah seorang peramal di sini di Rājagaha. ...;"

"Sewaktu aku sedang turun dari Puncak Hering, aku melihat seorang perempuan melayang di angkasa, terbakar, kepanasan, dan penuh jelaga. Burung-burung hering, gagak, dan elang mengejarnya, mencabiknya dan menariknya berkeping-keping, sementara ia berteriak kesakitan ...;" ...;
"...; Perempuan itu, para bhikkhu, itu adalah seorang permaisuri Raja Kāliṅga. Karena dikuasai oleh kecemburuan, ia menyiramkan sepanci arang menyala kepada pesaingnya. ...;"

"Sewaktu aku sedang turun dari Puncak Hering, aku melihat badan tanpa kepala melayang di angkasa, dengan mata dan mulutnya berada di dadanya. Burung-burung hering, gagak, dan elang mengejarnya, mencabiknya dan menariknya berkeping-keping, sementara ia berteriak kesakitan ...;" ...;
"...; Makhluk itu, para bhikkhu, itu adalah seorang algojo bernama Hārika di sini di Rājagaha. ...;"

"Sewaktu aku sedang turun dari Puncak Hering, aku melihat seorang bhikkhu melayang di angkasa. Jubah luarnya menyala terbakar, demikian pula mangkuk, sabuk, dan tubuhnya. Ia berteriak kesakitan ...;" ...;
"...; Pada masa pengajaran Sang Buddha Kassapa, ia adalah seorang bhikkhu jahat." ...;

"Sewaktu aku sedang turun dari Puncak Hering, aku melihat seorang bhikkhunī ...; aku melihat seorang bhikkhunī percobaan ...; aku melihat seorang sāmaṇera ...; aku melihat seorang sāmaṇerī melayang di angkasa. Jubah luarnya menyala terbakar, demikian pula mangkuk, sabuk, dan tubuhnya. Ia berteriak kesakitan. Dan aku berpikir betapa mengagumkan dan menakjubkannya keberadaan makhluk demikian, makhluk halus demikian, keadaan kehidupan demikian."
Tetapi para bhikkhu mengeluhkan dan mengkritiknya, "Ia sedang mengakui kemampuan melampaui manusia!"
Kemudian Sang Buddha berkata kepada mereka:
"Ada para siswa yang memiliki penglihatan dan pengetahuan, yang dapat melihat, mengetahui, dan menyaksikan hal-hal demikian. Aku juga, para bhikkhu, telah melihat sāmaṇerī itu, tetapi aku tidak membicarakannya. Karena jika Aku membicarakannya, orang-orang lain tidak akan percaya padaKu, yang akan mengarahkan mereka pada bahaya dan penderitaan untuk waktu yang lama. Pada masa pengajaran Sang Buddha Kassapa, ia adalah seorang sāmaṇerī jahat. Sebagai akibat dari perbuatannya, ia disiksa di neraka selama ratusan ribu tahun. Dan sekarang, karena akibat sisa dari perbuatan-perbuatannya, ia mengalami eksistensi demikian. Moggallāna berkata jujur. Tidak ada pelanggaran bagi Moggallāna."

Yang Mulia Mahāmoggallāna berkata kepada para bhikkhu, "Sungai ini, Tapodā, mengalir dari sebuah danau berair jernih—;sejuk, manis, dan murni—;dengan pantai yang lembut dan menyenangkan, dengan banyak ikan dan kura-kura, dan dengan bunga-bunga teratai bermekaran seukuran roda."
Para bhikkhu mengeluhkan dan mengkritiknya, "Bagaimana mungkin Yang Mulia Mahāmoggallāna berbicara seperti ini sementara Tapodā sebenarnya panas? Ia sedang mengakui kemampuan melampaui manusia!" Dan mereka memberitahu Sang Buddha.
"Para bhikkhu, Tapodā memang mengalir dari sebuah danau berair jernih—;sejuk, manis, dan murni—;dengan pantai yang lembut dan menyenangkan, dengan banyak ikan dan kura-kura, dan dengan bunga-bunga teratai bermekaran seukuran roda. Tetapi Tapodā mengalir di antara dua neraka besar. Itulah sebabnya mengapa sungai itu panas. Moggallāna berkata jujur. Tidak ada pelanggaran bagi Moggallāna."

Pada suatu ketika Raja Seniya Bimbisāra dari Magadha dikalahkan dalam pertempuran oleh kaum Licchavī. Raja kemudian menggalang bala tentaranya dan mengalahkan kaum Licchavī. Orang-orang bergembira dan berita menyebar bahwa kaum Licchavī telah dikalahkan oleh raja.
Tetapi Yang Mulia Mahāmoggallāna berkata kepada para bhikkhu, "Raja dikalahkan oleh kaum Licchavī."
Para bhikkhu mengeluhkan dan mengkritiknya, "Bagaimana mungkin Yang Mulia Moggallāna berbicara seperti ini ketika orang-orang bergembira dan berita menyebar bahwa kaum Licchavī telah dikalahkan oleh Raja? Ia sedang mengakui kemampuan melampaui manusia!" Mereka memberitahu Sang Buddha.
"Para bhikkhu, pertama-tama Raja dikalahkan oleh kaum Licchavī, tetapi kemudian ia menggalang bala tentaranya dan mengalahkan mereka. Moggallāna berkata jujur. Tidak ada pelanggaran bagi Moggallāna."
Yang Mulia Mahāmoggallāna berkata kepada para bhikkhu, "Setelah mencapai keheningan tak tergoyahkan di tepi sungai Sappinikā, aku mendengar suara gajah yang terjun masuk dan keluar dari air, dan bersuara menderum juga."
Para bhikkhu mengeluhkan dan mengkritiknya, "Bagaimana mungkin Yang Mulia Mahāmoggallāna berbicara seperti ini? Ia sedang mengakui kemampuan melampaui manusia!" Mereka memberitahu Sang Buddha.

"Para bhikkhu, ada keheningan demikian, tetapi belum sepenuhnya murni. Moggallāna berkata jujur. Tidak ada pelanggaran bagi Moggallāna."
Yang Mulia Sobhita berkata kepada para bhikkhu, "Aku dapat mengingat lima ratus kappa."
Para bhikkhu mengeluhkan dan mengkritiknya, "Bagaimana mungkin Yang Mulia Sobhita berbicara seperti ini? Ia sedang mengakui kemampuan melampaui manusia!" Mereka memberitahu Sang Buddha.
"Para bhikkhu, Sobhita memiliki kemampuan ini, dan itu hanya satu kelahiran. Sobhita berkata jujur. Tidak ada pelanggaran bagi Sobhita."

Pelanggaran keempat yang mengharuskan pengusiran selesai.

"Para mulia, empat aturan tentang pengusiran telah dibacakan. Jika seorang bhikkhu melakukan salah satu darinya, maka ia tidak lagi menjadi bagian dari komunitas para bhikkhu. Seperti sebelumnya, demikian pula sesudahnya: ia diusir dan dikeluarkan dari komunitas. Sehubungan dengan hal ini aku bertanya kepada kalian, 'Apakah kalian murni dalam hal ini?' Untuk kedua kalinya aku bertanya, 'Apakah kalian murni dalam hal ini?' Untuk ketiga kalinya aku bertanya, 'Apakah kalian murni dalam hal ini?' Kalian murni dalam hal ini dan oleh karena itu berdiam diri. Aku akan mengingatnya demikian."

Pelanggaran-pelanggaran yang mengharuskan pengusiran selesai.

Berikut ini adalah rangkumannya:

"Hubungan seksual, dan mencuri,
Orang, melampaui manusia—;
Empat pelanggaran yang mengharuskan pengusiran,
Dasar pasti untuk pemutusan."

BAB TENTANG PELANGGARAN-PELANGGARAN YANG MENGHARUSKAN PENGUSIRAN SELESAI
Title: Saṅghādisesa 1
Post by: Indra on 14 September 2022, 04:52:45 PM
Koleksi Theravāda tentang Hukum Monastik
Aturan Kebhikkhuan dan Analisisnya
Bab tentang Pelanggaran-Pelanggaran yang Mengharuskan Penskorsan

Saṅghādisesa 1. Aturan Latihan tentang Mengeluarkan Mani

Para Mulia, tiga belas aturan tentang penskorsan ini akan dibacakan.

Kisah Asal-mula

Sub-kisah pertama

Pada suatu ketika Sang Buddha sedang menetap di Sāvatthī di Hutan Jeta, Vihara Anāthapiṇḍika. Pada waktu itu Yang Mulia Seyyasaka merasa tidak puas dengan kehidupan spiritual. Ia menjadi kurus, lesu, dan pucat, dengan urat-urat menonjol di sekujur tubuhnya. Yang Mulia Udāyī melihatnya dalam kondisi ini dan berkata kepadanya, "Seyyasaka, engkau tidak terlihat baik. Engkau merasa tidak puas dengan kehidupan spiritual, bukan?"
"Ya."
"Baiklah, makan, tidur, dan mandi sebanyak yang engkau kehendaki. Dan kapan pun engkau merasa tidak puas dan nafsu menguasaimu, bermasturbasilah dengan tanganmu." "Tetapi apakah itu diperbolehkan?"
"Ya, aku juga melakukannya."
Maka Seyyasaka makan, tidur, dan mandi sebanyak yang ia kehendaki, dan kapan pun ia merasa tidak puas dan nafsu menguasainya, ia bermasturbasi dengan tangannya. Setelah beberapa lama Seyyasaka memiliki wajah cerah dan berwarna baik, berkulit cerah, dan indria-indria yang tajam. Para bhikkhu yang adalah teman-temannya berkata kepadanya, "Seyyasaka, engkau dulu kurus, lesu, dan pucat, dengan urat-urat menonjol di sekujur tubuhmu. Tetapi sekarang engkau memiliki wajah cerah dan berwarna baik, berkulit cerah, dan indria-indria yang tajam. Apakah engkau minum obat?"
"Tidak. Aku hanya makan, tidur, dan mandi sebanyak yang kukehendaki, dan kapan pun aku merasa tidak puas dan nafsu menguasaiku, aku bermasturbasi dengan tanganku." "Apakah engkau memakan makanan yang diberikan dengan penuh keyakinan dengan tangan yang sama engkau bermasturbasi?"
"Ya."
Para bhikkhu yang memiliki sedikit keinginan mengeluhkan dan mengkritiknya, "Bagaimana mungkin Yang Mulia Seyyasaka bermasturbasi dengan tangannya?"
Mereka menegur Seyyasaka dalam berbagai cara dan kemudian memberitahu Sang Buddha. Sang Buddha kemudian mengumpulkan Sangha dan menanyai Seyyasaka: "Benarkah, Seyyasaka, bahwa engkau melakukan hal ini?"
"Benar, Yang Mulia."
Sang Buddha menegurnya, "Orang dungu, tidaklah benar, tidaklah sepantasnya, tidaklah selayaknya bagi seorang monastik, tidak diperbolehkan, tidak boleh dilakukan. Bagaimana mungkin engkau dapat melakukan hal ini? Tidakkah Aku telah membabarkan banyak ajaran demi kebebasan dari nafsu, bukan demi nafsu; demi kebebasan dari belenggu, bukan demi belenggu; demi tanpa menggenggam, bukan demi menggenggam? Ketika Aku telah mengajarkan dengan cara ini, bagaimana mungkin engkau dapat memilih nafsu, belenggu, dan menggenggam? Tidakkah Aku telah membabarkan ajaran-ajaran demi meluruhnya nafsu, demi membersihkan kemabukan, demi pelenyapan dahaga, demi mencabut kemelekatan, demi memotong lingkaran kelahiran kembali, demi menghentikan ketagihan, demi meluruhnya, demi berakhirnya, demi padamnya? Tidakkah Aku telah membabarkan banyak ajaran demi ditinggalkannya kenikmatan-kenikmatan indria, demi pemahaman penuh pada persepsi kenikmatan indria, demi pelenyapan dahaga terhadap kenikmatan indria, demi eliminasi pemikiran kenikmatan indria, demi ditenangkannya demam kenikmatan indria? Orang dungu, hal ini akan mempengaruhi keyakinan banyak orang dan menyebabkan beberapa orang kehilangan keyakinan." Kemudian setelah menegur Seyyasaka dalam berbagai cara, Sang Buddha mencela sulitnya disokong ... "Dan, para bhikkhu, aturan latihan ini harus dibacakan sebagai berikut:

Aturan awal

'Mengeluarkan mani dengan sengaja adalah pelanggaran yang mengharuskan penskorsan.'"
Dengan cara inilah Sang Buddha menetapkan aturan latihan ini untuk para bhikkhu.

Sub-kisah kedua

Tidak lama kemudian beberapa bhikkhu memakan makanan-makanan baik, jatuh tertidur dengan lengah dan lalai, dan mengeluarkan mani sewaktu bermimpi. Mereka menjadi gelisah, dengan berpikir, "Sang Buddha telah menetapkan aturan latihan bahwa dengan sengaja mengeluarkan mani adalah pelanggaran yang mengharuskan penskorsan. Kami mengeluarkan mani sewaktu bermimpi, yang bukannya tanpa sengaja. Mungkinkah bahwa kami telah melakukan pelanggaran yang mengharuskan penskorsan?" Mereka memberitahukan kepada Sang Buddha. "Memang benar, para bhikkhu, bahwa mimpi bukanlah tanpa sengaja, tetapi itu dapat diabaikan. Dan karena itu, para bhikkhu, aturan latihan ini harus dibacakan sebagai berikut:

Aturan akhir

'Mengeluarkan mani dengan sengaja, kecuali sewaktu bermimpi, adalah pelanggaran yang mengharuskan penskorsan.'"

Definisi

Disengaja:

dengan mengetahui, dengan sadar, setelah meniatkan, setelah memutuskan, ia melanggar.

Mani:

ada sepuluh jenis mani: biru, kuning, merah, putih, warna dadih, warna air, warna minyak, warna susu, warna dadih pekat, warna minyak samin.

Mengeluarkan:

membuatnya berpindah dari sumbernya—ini adalah apa yang disebut dengan "mengeluarkan".

Kecuali sewaktu bermimpi:

selain daripada yang terjadi sewaktu bermimpi.

Pelanggaran yang mengharuskan penskorsan:

hanya Sangha yang memberikan percobaan untuk pelanggaran itu, mengembalikan ke awal, memberikan masa percobaan, dan merehabilitasi—bukan beberapa bhikkhu, bukan satu individu. Oleh karena itu disebut "pelanggaran yang mengharuskan penskorsan". Ini adalah nama dan sebutan untuk kelompok pelanggaran ini. Oleh karena itu, juga disebut "pelanggaran yang mengharuskan penskorsan".

Permutasi

Permutasi bagian 1

Rangkuman

Ia mengeluarkan dengan tubuhnya sendiri. Ia mengeluarkan dengan sesuatu yang eksternal. Ia mengeluarkan dengan tubuhnya sendiri dan dengan sesuatu yang eksternal. Ia mengeluarkan dengan menggoyang-goyangkan pinggulnya di udara.

Ia mengeluarkan karena ereksi yang diakibatkan oleh keinginan indria. Ia mengeluarkan karena ereksi yang disebabkan oleh kotoran tinja. Ia mengeluarkan karena ereksi yang disebabkan oleh air kencing. Ia mengeluarkan karena ereksi yang disebabkan oleh angin dalam usus. Ia mengeluarkan karena ereksi yang disebabkan oleh sengatan ulat.

Ia mengeluarkan demi kesehatan. Ia mengeluarkan demi kenikmatan. Ia mengeluarkan demi obat. Ia mengeluarkan demi suatu pemberian. Ia mengeluarkan demi jasa. Ia mengeluarkan demi pengorbanan. Ia mengeluarkan demi alam surga. Ia mengeluarkan demi benih. Ia mengeluarkan demi menyelidiki. Ia mengeluarkan demi bersenang-senang.

Ia mengeluarkan biru. Ia mengeluarkan kuning. Ia mengeluarkan merah. Ia mengeluarkan putih. Ia mengeluarkan warna dadih. Ia mengeluarkan warna air. Ia mengeluarkan warna minyak. Ia mengeluarkan warna susu. Ia mengeluarkan warna dadih pekat. Ia mengeluarkan warna minyak samin.

Definisi

Dengan tubuhnya sendiri:

dengan tubuh organiknya sendiri.

Dengan sesuatu yang eksternal:

dengan sesuatu yang organik atau non-organik, secara eksternal.

Dengan tubuhnya sendiri dan dengan sesuatu yang eksternal:

dengan keduanya.

Menggoyang-goyangkan pinggulnya di udara:

pada seseorang yang melakukan usaha di udara, alat kelaminnya menjadi ereksi.

Karena ereksi yang diakibatkan oleh keinginan indria:

pada seorang yang ditindas oleh keinginan indria, alat kelaminnya menjadi ereksi.

Karena ereksi yang disebabkan oleh kotoran tinja:

pada seorang yang ditekan oleh kotoran tinja, alat kelaminnya menjadi ereksi.

Karena ereksi yang disebabkan oleh air kencing:

pada seorang yang ditekan oleh air kencing, alat kelaminnya menjadi ereksi.

Karena ereksi yang disebabkan oleh angin dalam usus:

pada seorang yang ditekan oleh angin dalam usus, alat kelaminnya menjadi ereksi.

Karena ereksi yang disebabkan oleh sengatan ulat:

pada seorang yang disengat ulat, alat kelaminnya menjadi ereksi.

Demi kesehatan:

dengan berpikir, "Aku akan menjadi sehat."

Demi kenikmatan:

dengan berpikir, "Aku akan menghasilkan perasaan nikmat."

Demi obat:

dengan berpikir, "Akan menjadi obat."

Demi suatu pemberian:

dengan berpikir, "Aku akan memberikan suatu pemberian."

Demi jasa:

dengan berpikir, "Akan menjadi jasa."

Demi pengorbanan:

dengan berpikir, "Aku akan mempersembahkan pengorbanan."

Demi alam surga:

dengan berpikir, "Aku akan pergi ke alam surga."

Demi benih:

dengan berpikir, "Akan menjadi benih."

Demi menyelidiki:

dengan berpikir, "Akankah berwarna biru?", "Akankah berwarna kuning?", "Akankah berwarna merah?", "Akankah berwarna putih?", "Akankah berwarna dadih?", "Akankah berwarna air?", "Akankah berwarna minyak?", "Akankah berwarna susu?", "Akankah berwarna dadih pekat?", "Akankah berwarna minyak samin?"

Demi bersenang-senang:

ingin bermain.

Pembabaran bagian 1

Jika, dengan tubuhnya sendiri, ia berniat dan melakukan usaha, dan mani keluar, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penskorsan.

Jika, dengan sesuatu yang eksternal, ia berniat dan melakukan usaha, dan mani keluar, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penskorsan.

Jika, dengan tubuhnya sendiri dan dengan sesuatu yang eksternal, ia berniat dan melakukan usaha, dan mani keluar, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penskorsan.

Jika, dengan menggoyang-goyangkan pinggulnya di udara, ia berniat dan melakukan usaha, dan mani keluar, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penskorsan.

Jika, ketika terjadi ereksi yang diakibatkan oleh keinginan indria, ia berniat dan melakukan usaha, dan mani keluar, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penskorsan.

Jika, ketika terjadi ereksi yang diakibatkan oleh tekanan kotoran tinja, ia berniat dan melakukan usaha, dan mani keluar, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penskorsan.

Jika, ketika terjadi ereksi yang diakibatkan oleh tekanan air kencing, ia berniat dan melakukan usaha, dan mani keluar, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penskorsan.

Jika, ketika terjadi ereksi yang diakibatkan oleh gas dalam usus, ia berniat dan melakukan usaha, dan mani keluar, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penskorsan.

Jika, ketika terjadi ereksi yang diakibatkan oleh sengatan ulat, ia berniat dan melakukan usaha, dan mani keluar, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penskorsan.

Pembabaran bagian 2

Tujuan tunggal
Jika, demi kesehatan, ia berniat dan melakukan usaha, dan mani keluar, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penskorsan.

Jika, demi kenikmatan ... Jika, demi obat ... Jika, demi pemberian ... Jika, demi jasa ... Jika, demi pengorbanan ... Jika, demi alam surga ... Jika, demi benih ... Jika, demi menyelidiki ... Jika, demi bersenang-senang, ia berniat dan melakukan usaha, dan mani keluar, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penskorsan.

Satu jenis mani

Jika ia meniatkan biru, melakukan usaha, dan mani keluar, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penskorsan.

Jika ia meniatkan kuning ... Jika ia meniatkan merah ... Jika ia meniatkan putih ... Jika ia meniatkan warna dadih ... Jika ia meniatkan warna air ... Jika ia meniatkan warna minyak ... Jika ia meniatkan warna susu ... Jika ia meniatkan warna dadih pekat ... jika ia meniatkan warna minyak samin, melakukan usaha, dan mani keluar, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penskorsan.

Rangkaian dasar selesai.

Dua tujuan

Jika, demi kesehatan dan demi kenikmatan, ia berniat dan melakukan usaha, dan mani keluar, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penskorsan.

Jika, demi kesehatan dan demi obat ... Jika, demi kesehatan dan demi pemberian ... Jika, demi kesehatan dan demi jasa ... Jika, demi kesehatan dan demi pengorbanan ... Jika, demi kesehatan dan demi alam surga ... Jika, demi kesehatan dan demi benih ... Jika, demi kesehatan dan demi menyelidiki ... Jika, demi kesehatan dan demi bersenang-senang, ia berniat dan melakukan usaha, dan mani keluar, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penskorsan.

Rangkaian permutasi tidak berkaitan yang berdasarkan atas satu hal selesai.

Jika, demi kenikmatan dan demi obat, ia berniat dan melakukan usaha, dan mani keluar, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penskorsan.

Jika, demi kenikmatan dan demi pemberian ... Jika, demi kenikmatan dan demi jasa ... Jika, demi kenikmatan dan demi pengorbanan ... Jika, demi kenikmatan dan demi alam surga ... Jika, demi kenikmatan dan demi benih ... Jika, demi kenikmatan dan demi menyelidiki ... Jika, demi kenikmatan dan demi bersenang-senang, ia berniat dan melakukan usaha, dan mani keluar, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penskorsan.

Jika, demi kenikmatan dan demi kesehatan, ia berniat dan melakukan usaha, dan mani keluar, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penskorsan.

Jika, demi obat dan demi pemberian ... Jika, demi obat dan demi jasa ... Jika, demi obat dan demi pengorbanan ... Jika, demi obat dan demi alam surga ... Jika, demi obat dan demi benih ... Jika, demi obat dan demi menyelidiki ... Jika, demi obat dan demi bersenang-senang, ia berniat dan melakukan usaha, dan mani keluar, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penskorsan.

Jika, demi obat dan demi kesehatan ... Jika, demi obat dan demi kenikmatan, ia berniat dan melakukan usaha, dan mani keluar, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penskorsan.

Jika, demi pemberian dan demi jasa ... Jika, demi pemberian dan demi pengorbanan ... Jika, demi pemberian dan demi alam surga ... Jika, demi pemberian dan demi benih ... Jika, demi pemberian dan demi menyelidiki ... Jika, demi pemberian dan demi bersenang-senang, ia berniat dan melakukan usaha, dan mani keluar, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penskorsan.

Jika, demi pemberian dan demi kesehatan ... Jika, demi pemberian dan demi kenikmatan ... Jika, demi pemberian dan demi obat, ia berniat dan berusaha, dan mani keluar, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penskorsan.

Jika, demi jasa dan demi pengorbanan ... Jika, demi jasa dan demi alam surga ... Jika, demi jasa dan demi benih ... Jika, demi jasa dan demi menyelidiki ... Jika, demi jasa dan demi bersenang-senang, ia berniat dan melakukan usaha, dan mani keluar, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penskorsan.

Jika, demi jasa dan demi kesehatan ... Jika, demi jasa dan demi kenikmatan ... Jika, demi jasa dan demi obat ... Jika, demi jasa dan demi pemberian, ia berniat dan melakukan usaha, dan mani keluar, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penskorsan.

Jika, demi pengorbanan dan demi alam surga ... Jika, demi pengorbanan dan demi benih ... Jika, demi pengorbanan dan demi menyelidiki ... Jika, demi pengorbanan dan demi bersenang-senang, ia berniat dan melakukan usaha, dan mani keluar, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penskorsan.

Jika, demi pengorbanan dan demi kesehatan ... Jika, demi pengorbanan dan demi kenikmatan ... Jika, demi pengorbanan dan demi obat ... Jika, demi pengorbanan dan demi pemberian ... Jika, demi pengorbanan dan demi jasa, ia berniat dan melakukan usaha, dan mani keluar, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penskorsan.

Jika, demi alam surga dan demi benih ... Jika, demi alam surga dan demi menyelidiki ... Jika, demi alam surga dan demi bersenang-senang, ia berniat dan melakukan usaha, dan mani keluar, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penskorsan.

Jika, demi alam surga dan demi kesehatan ... Jika, demi alam surga dan demi kenikmatan ... Jika, demi alam surga dan demi obat ... Jika, demi alam surga dan demi pemberian ... Jika, demi alam surga dan demi jasa ... Jika, demi alam surga dan demi pengorbanan, ia berniat dan melakukan usaha, dan mani keluar, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penskorsan.

Jika, demi benih dan demi menyelidiki ... Jika, demi benih dan demi bersenang-senang, ia berniat dan melakukan usaha, dan mani keluar, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penskorsan.

Jika, demi benih dan demi kesehatan ... Jika, demi benih dan demi kenikmatan ... Jika, demi benih dan demi obat ... Jika, demi benih dan demi pemberian ... Jika demi benih dan demi jasa ... Jika, demi benih dan demi pengorbanan ... Jika, demi benih dan demi alam surga, ia berniat dan melakukan usaha, dan mani keluar, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penskorsan.

Jika, demi menyelidiki dan demi bersenang-senang, ia berniat dan melakukan usaha, dan mani keluar, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penskorsan.

Jika, demi menyelidiki dan demi kesehatan ... Jika, demi menyelidiki dan demi kenikmatan ... Jika, demi menyelidiki dan demi obat ... Jika, demi menyelidki dan demi pemberian ... Jika, demi menyelidiki dan demi jasa ... Jika, demi menyelidiki dan demi pengorbanan ... Jika, demi menyelidiki dan demi alam surga ... Jika, demi menyelidiki dan demi benih, ia berniat dan melakukan usaha, dan mani keluar, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penskorsan.

Jika, demi bersenang-senang dan demi kesehatan ... Jika, demi bersenang-senang dan demi kenikmatan ... Jika, demi bersenang-senang dan demi obat ... Jika, demi bersenang-senang dan demi pemberian ... Jika, demi bersenang-senang dan demi jasa ... Jika demi bersenang-senang dan demi pengorbanan ... Jika, demi bersenang-senang dan demi alam surga ... Jika, demi bersenang-senang dan demi benih ... Jika, demi bersenang-senang dan demi menyelidiki, ia berniat dan melakukan usaha, dan mani keluar, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penskorsan.

Rangkaian permutasi berkaitan yang berdasarkan atas satu hal selesai.

Tiga tujuan

Jika, demi kesehatan dan demi kenikmatan dan demi obat, ia berniat dan melakukan usaha, dan mani keluar, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penskorsan. ... Jika, demi kesehatan dan demi kenikmatan dan demi bersenang-senang, ia berniat dan melakukan usaha, dan mani keluar, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penskorsan.

Rangkaian permutasi tidak berkaitan yang berdasarkan atas dua hal selesai.

Jika, demi kenikmatan dan demi obat dan demi pemberian, ia berniat dan melakukan usaha, dan mani keluar, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penskorsan. ... Jika, demi kenikmatan dan demi obat dan demi bersenang-senang ... Jika, demi kenikmatan dan demi obat dan demi kesehatan, ia berniat dan melakukan usaha, dan mani keluar, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penskorsan.

Rangkaian permutasi berkaitan yang berdasarkan atas dua hal secara ringkas selesai.

Jika, demi menyelidiki dan demi bersenang-senang dan demi kesehatan, ia berniat dan melakukan usaha, dan mani keluar, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penskorsan. ... Jika, demi menyelidiki dan demi bersenang-senang dan demi benih, ia berniat dan melakukan usaha, dan mani keluar, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penskorsan.

Bagian yang berdasarkan atas dua hal selesai.

Empat hingga sembilan tujuan

Tiga hal, empat hal, lima hal, enam hal, tujuh hal, delapan hal, dan sembilan hal harus diuraikan dengan cara yang sama.

Sepuluh tujuan

Ini adalah bagian yang berdasarkan atas semua hal:

Jika, demi kesehatan dan demi kenikmatan dan demi obat dan demi pemberian dan demi jasa dan demi pengorbanan dan demi alam surga dan demi benih dan demi menyelidiki dan demi bersenang-senang, ia berniat dan melakukan usaha, dan mani keluar, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penskorsan.

Bagian yang berdasarkan atas semua hal selesai.

Title: Saṅghādisesa 1
Post by: Indra on 14 September 2022, 04:54:49 PM
Dua jenis mani

Jika ia meniatkan biru dan kuning, melakukan usaha, dan mani keluar, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penskorsan.

Jika ia meniatkan biru dan merah ... Jika ia meniatkan biru dan putih ... Jika ia meniatkan biru dan warna dadih ... Jika ia meniatkan biru dan warna air ... Jika ia meniatkan biru dan warna minyak ... Jika ia meniatkan biru dan warna susu ... Jika ia meniatkan biru dan warna dadih pekat ... Jika ia meniatkan biru dan warna minyak samin, melakukan usaha, dan mani keluar, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penskorsan.

Rangkaian permutasi tidak berkaitan yang berdasarkan atas satu hal selesai.

Jika ia meniatkan kuning dan merah, melakukan usaha, dan mani keluar, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penskorsan.

Jika ia meniatkan kuning dan putih ... Jika ia meniatkan kuning dan warna dadih ... Jika ia meniatkan kuning dan warna air ... Jika ia meniatkan kuning dan warna minyak ... Jika ia meniatkan kuning dan warna susu ... Jika ia meniatkan kuning dan warna dadih pekat ... Jika ia meniatkan kuning dan warna minyak samin, melakukan usaha, dan mani keluar, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penskorsan.

Jika ia meniatkan kuning dan biru, melakukan usaha, dan mani keluar, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penskorsan.

Rangkaian permutasi berkaitan yang berdasarkan atas satu hal selesai.

Jika ia meniatkan merah dan putih, melakukan usaha, dan mani keluar, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penskorsan.

Jika ia meniatkan merah dan warna dadih ... Jika ia meniatkan merah dan warna air ... Jika ia meniatkan merah dan warna minyak ... Jika ia meniatkan merah dan warna susu ... Jika ia meniatkan merah dan warna dadih pekat ... Jika ia meniatkan merah dan warna minyak samin, melakukan usaha, dan mani keluar, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penskorsan.

Jika ia meniatkan merah dan biru ... Jika ia meniatkan merah dan kuning, melakukan usaha, dan mani keluar, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penskorsan.

Jika ia meniatkan putih dan warna dadih ... Jika ia meniatkan putih dan warna air ... Jika ia meniatkan putih dan warna minyak ... Jika ia meniatkan putih dan warna susu ... Jika ia meniatkan putih dan warna dadih pekat ... Jika ia meniatkan putih dan warna minyak samin, melakukan usaha, dan mani keluar, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penskorsan.

Jika ia meniatkan putih dan biru ... Jika ia meniatkan putih dan kuning ... Jika ia meniatkan putih dan merah, melakukan usaha, dan mani keluar, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penskorsan.

Jika ia meniatkan warna dadih dan warna air ... Jika ia meniatkan warna dadih dan warna minyak ... Jika ia meniatkan warna dadih dan warna susu ... Jika ia meniatkan warna dadih dan warna dadih pekat, ... Jika ia meniatkan warna dadih dan warna minyak samin, melakukan usaha, dan mani keluar, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penskorsan.

Jika ia meniatkan warna dadih dan biru ... Jika ia meniatkan warna dadih dan kuning ... Jika ia meniatkan warna dadih dan merah ... Jika ia meniatkan warna dadih dan putih, melakukan usaha, dan mani keluar, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penskorsan.

Jika ia meniatkan warna air dan warna minyak ... Jika ia meniatkan warna air dan warna susu ... Jika ia meniatkan warna air dan warna dadih pekat ... Jika ia meniatkan warna air dan warna minyak samin, melakukan usaha, dan mani keluar, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penskorsan.

Jika ia meniatkan warna air dan biru ... Jika ia meniatkan warna air dan kuning ... Jika ia meniatkan warna air dan merah ... Jika ia meniatkan warna air dan putih ... Jika ia meniatkan warna air dan warna dadih, melakukan usaha, dan mani keluar, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penskorsan.

Jika ia meniatkan warna minyak dan warna susu ... Jika ia meniatkan warna minyak dan warna dadih pekat... Jika ia meniatkan warna minyak dan warna minyak samin, melakukan usaha, dan mani keluar, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penskorsan.

Jika ia meniatkan warna minyak dan biru ... Jika ia meniatkan warna minyak dan kuning ... Jika ia meniatkan warna minyak dan merah ... Jika ia meniatkan warna minyak dan putih ... Jika ia meniatkan warna minyak dan warna dadih ... Jika ia meniatkan warna minyak dan warna air, melakukan usaha, dan mani keluar, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penskorsan.

Jika ia meniatkan warna susu dan warna dadih pekat ... Jika ia meniatkan warna susu dan warna minyak samin, melakukan usaha, dan mani keluar, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penskorsan.

Jika ia meniatkan warna susu dan biru ... Jika ia meniatkan warna susu dan kuning ... Jika ia meniatkan warna susu dan merah ... Jika ia meniatkan warna susu dan putih ... Jika ia meniatkan warna susu dan warna dadih ... Jika ia meniatkan warna susu dan warna air ... Jika ia meniatkan warna susu dan warna minyak, melakukan usaha, dan mani keluar, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penskorsan.

Jika ia meniatkan warna dadih pekat dan warna minyak samin, melakukan usaha, dan mani keluar, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penskorsan.

Jika ia meniatkan warna dadih pekat dan biru ... Jika ia meniatkan warna dadih pekat dan kuning ... Jika ia meniatkan warna dadih pekat dan merah ... Jika ia meniatkan warna dadih pekat dan putih ... Jika ia meniatkan warna dadih pekat dan warna dadih ... Jika ia meniatkan warna dadih pekat dan warna air ... Jika ia meniatkan warna dadih pekat dan warna minyak ... Jika ia meniatkan warna dadih pekat dan warna susu, melakukan usaha, dan mani keluar, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penskorsan.

Jika ia meniatkan warna minyak samin dan biru, melakukan usaha, dan mani keluar, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penskorsan.

Jika ia meniatkan warna minyak samin dan kuning ... Jika ia meniatkan warna minyak samin dan merah ... Jika ia meniatkan warna minyak samin dan putih ... Jika ia meniatkan warna minyak samin dan warna dadih ... Jika ia meniatkan warna minyak samin dan warna air ... Jika ia meniatkan warna minyak samin dan warna minyak ... Jika ia meniatkan warna minyak samin dan warna susu ... Jika ia meniatkan warna minyak samin dan warna dadih pekat, melakukan usaha, dan mani keluar, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penskorsan.

Rangkaian permutasi berkaitan yang berdasarkan atas satu hal selesai.

Tiga jenis mani

Jika ia meniatkan biru dan kuning dan merah, melakukan usaha, dan mani keluar, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penskorsan ... Jika ia meniatkan biru dan kuning dan warna minyak samin, melakukan usaha, dan mani keluar, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penskorsan.

Rangkaian permutasi yang tidak berkaitan yang berdasarkan atas dua hal selesai.

Jika ia meniatkan kuning dan merah dan putih, melakukan usaha, dan mani keluar, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penskorsan ... Jika ia meniatkan kuning dan merah dan warna minyak samin ... Jika ia meniatkan kuning dan merah dan biru, melakukan usaha, dan mani keluar, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penskorsan.

Rangkaian permutasi berkaitan yang berdasarkan atas dua hal secara ringkas selesai.

Jika ia meniatkan warna dadih pekat dan warna minyak samin dan biru, melakukan usaha, dan mani keluar, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penskorsan. ... Jika ia meniatkan warna dadih pekat dan warna minyak samin dan warna susu, melakukan usaha, dan mani keluar, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penskorsan.

Bagian yang berdasarkan atas dua hal selesai.

Empat hingga sembilan jenis mani

Bagian yang berdasarkan atas tiga hal, empat hal, lima hal, enam hal, tujuh hal, delapan hal, dan sembilan hal harus diuraikan dengan cara yang sama.

Sepuluh jenis mani

Ini adalah bagian yang berdasarkan atas semua hal:

Jika ia meniatkan biru dan kuning dan merah dan putih dan warna dadih dan warna air dan warna minyak dan warna susu dan warna dadih pekat dan warna minyak samin, melakukan usaha, dan mani keluar, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penskorsan.

Bagian yang berdasarkan atas semua hal selesai.

Tujuan yang dikombinasikan dengan jenis-jenis mani

Jika ia berniat demi kesehatan dan biru, melakukan usaha, dan mani keluar, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penskorsan.

Jika ia berniat demi kesehatan dan demi kenikmatan dan biru dan kuning, melakukan usaha, dan mani keluar, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penskorsan.

Jika ia berniat demi kesehatan dan demi kenikmatan dan demi obat dan biru dan kuning dan merah, melakukan usaha, dan mani keluar, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penskorsan.

(Dengan cara inilah kedua aspek diperluas)

Jika ia berniat demi kesehatan dan demi kenikmatan dan demi obat dan demi pemberian dan demi jasa dan demi pengorbanan dan demi alam surga dan demi benih dan demi menyelidiki dan demi bersenang-senang dan biru dan kuning dan merah dan putih dan warna dadih dan warna air dan warna minyak dan warna susu dan warna dadih pekat dan warna minyak samin, melakukan usaha, dan mani keluar, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penskorsan.

Rangkaian permutasi campuran selesai.

Meniatkan satu jenis mani, mengeluarkan jenis lainnya

Jika ia meniatkan, "aku akan mengeluarkan biru," melakukan usaha, dan kuning yang keluar, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penskorsan.

Jika ia meniatkan, "aku akan mengeluarkan biru," melakukan usaha, dan merah yang keluar ... putih ... warna dadih ... warna air ... warna minyak ... warna susu ... warna dadih pekat ... warna minyak samin yang keluar, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penskorsan.

Rangkaian permutasi yang tidak berkaitan selesai.

Jika ia meniatkan, "aku akan mengeluarkan kuning," melakukan usaha, dan merah yang keluar, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penskorsan.

Jika ia meniatkan, "aku akan mengeluarkan kuning," melakukan usaha, dan putih yang keluar ... warna dadih ... warna air ... warna minyak ... warna susu ... warna dadih pekat ... warna minyak samin ... biru yang keluar, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penskorsan.

Dasar rangkaian permutasi berkaitan secara ringkas selesai.

... Jika ia meniatkan, "aku akan mengeluarkan warna minyak samin," melakukan usaha, dan biru yang keluar, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penskorsan.

Jika ia meniatkan, "aku akan mengeluarkan warna minyak samin," melakukan usaha, dan kuning yang keluar ... merah ... putih ... warna dadih ... warna air ... warna minyak ... warna susu ... warna dadih pekat yang keluar, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penskorsan.

Rangkaian permutasi inti selesai.

Jika ia meniatkan, "aku akan mengeluarkan kuning," melakukan usaha, dan biru yang keluar, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penskorsan.

Jika ia meniatkan, "aku akan mengeluarkan merah ... putih ... warna dadih ... warna air ... warna minyak ... warna susu ... warna dadih pekat ... warna minyak samin," melakukan usaha, dan biru yang keluar, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penskorsan.

Rangkaian permutasi tambahan putaran pertama selesai.

Jika ia meniatkan, "aku akan mengeluarkan merah," melakukan usaha, dan kuning yang keluar, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penskorsan.

Jika ia meniatkan, "aku akan mengeluarkan putih ... warna dadih ... warna air ... warna minyak ... warna susu ... warna dadih pekat ... warna minyak samin ... biru," melakukan usaha, dan kuning yang keluar, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penskorsan.

Rangkaian permutasi tambahan putaran kedua selesai.

Jika ia meniatkan, "aku akan mengeluarkan putih," melakukan usaha, dan merah yang keluar, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penskorsan.

Jika ia meniatkan, "aku akan mengeluarkan warna dadih ... warna air ... warna minyak ... warna susu ... warna dadih pekat... warna minyak samin ... biru ... kuning," melakukan usaha, dan merah yang keluar, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penskorsan.

Rangkaian permutasi tambahan putaran ketiga selesai.

Jika ia meniatkan, "aku akan mengeluarkan dadih," melakukan usaha, dan putih yang keluar, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penskorsan.

Jika ia meniatkan, "aku akan mengeluarkan warna air ... warna minyak ... warna susu ... warna dadih pekat ... warna minyak samin ... biru ... kuning ... merah," melakukan usaha, dan putih yang keluar, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penskorsan.

Rangkaian permutasi tambahan putaran keempat selesai.

Jika ia meniatkan, "aku akan mengeluarkan warna air," melakukan usaha, dan warna dadih yang keluar, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penskorsan.

Jika ia meniatkan, "aku akan mengeluarkan warna minyak ... warna susu ... warna dadih pekat ... warna minyak samin ... biru ... kuning ... merah ... putih," melakukan usaha, dan warna dadih yang keluar, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penskorsan.

Rangkaian permutasi tambahan putaran kelima selesai.

Jika ia meniatkan, "aku akan mengeluarkan warna minyak," melakukan usaha, dan warna air yang keluar, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penskorsan.

Jika ia meniatkan, "aku akan mengeluarkan warna susu ... warna dadih pekat ... warna minyak samin ... biru ... kuning ... merah ... putih ... warna dadih," melakukan usaha, dan warna air yang keluar, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penskorsan.

Rangkaian permutasi tambahan putaran keenam selesai.

Jika ia meniatkan, "aku akan mengeluarkan warna susu," melakukan usaha, dan warna minyak yang keluar, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penskorsan.

Jika ia meniatkan, "aku akan mengeluarkan warna dadih pekat ... warna minyak samin ... biru ... kuning ... merah ... putih ... warna dadih ... warna air," melakukan usaha, dan warna minyak yang keluar, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penskorsan.

Rangkaian permutasi tambahan putaran ketujuh selesai.

Jika ia meniatkan, "aku akan mengeluarkan warna dadih pekat," melakukan usaha, dan warna susu yang keluar, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penskorsan.

Jika ia meniatkan, "aku akan mengeluarkan warna minyak samin ... biru ... kuning ... merah ... putih ... warna dadih ... warna air ... warna minyak," melakukan usaha, dan warna susu yang keluar, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penskorsan.

Rangkaian permutasi tambahan putaran kedelapan selesai.

Jika ia meniatkan, "aku akan mengeluarkan warna minyak samin," melakukan usaha, dan warna dadih pekat yang keluar, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penskorsan.

Jika ia meniatkan, "aku akan mengeluarkan biru ... kuning ... merah ... putih ... warna dadih ... warna air ... warna minyak ... warna susu," melakukan usaha, dan warna dadih pekat yang keluar, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penskorsan.

Rangkaian permutasi tambahan putaran kesembilan selesai.

Jika ia meniatkan, "aku akan mengeluarkan biru," melakukan usaha, dan warna minyak samin yang keluar, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penskorsan.

Jika ia meniatkan, "aku akan mengeluarkan kuning ... merah ... putih ... warna dadih ... warna air ... warna minyak ... warna susu ... warna dadih pekat," melakukan usaha, dan warna minyak samin yang keluar, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penskorsan.

Rangkaian permutasi tambahan putaran kesepuluh selesai.

Rangkaian permutasi tambahan selesai.

Permutasi bagian 2

Jika ia berniat, melakukan usaha, dan mani keluar, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penskorsan.

Jika ia berniat, melakukan usaha, tetapi mani tidak keluar, maka ia melakukan pelanggaran serius.

Jika ia berniat, tetapi tidak melakukan usaha, namun mani keluar, maka tidak ada pelanggaran.

Jika ia berniat, tetapi tidak melakukan usaha, dan mani tidak keluar, maka tidak ada pelanggaran.

Jika ia tidak berniat, tetapi melakukan usaha, dan mani keluar, maka tidak ada pelanggaran.

Jika ia tidak berniat, tetapi melakukan usaha, namun mani tidak keluar, maka tidak ada pelanggaran.

Jika ia tidak berniat, juga tidak melakukan usaha, namun mani keluar, maka tidak ada pelanggaran.

Jika ia tidak berniat, juga tidak melakukan usaha, dan mani tidak keluar, maka tidak ada pelanggaran.

Tidak ada pelanggaran

Tidak ada pelanggaran: jika sewaktu bermimpi; jika tidak bertujuan untuk dikeluarkan; jika ia gila; jika ia kehilangan akal sehat; jika ia dikuasai oleh kesakitan; jika ia adalah pelaku pertama.

Syair rangkuman studi-studi kasus

"Mimpi, kotoran tinja, air kencing,
Pemikiran, dan dengan air hangat;
Obat, menggaruk, jalan setapak,
Kulup, sauna, pijat.
Sāmaṇera, dan tidur,
Paha, ditekan dengan kepalan tangan;
Di udara, kaku, menatap,
Lubang kunci, digosok dengan kayu.
Arus, lumpur, berlari,
Permainan lumpur, teratai;
Pasir, lumpur, menyiram,
Tempat tidur, dan dengan jempol."
Title: Saṅghādisesa 1
Post by: Indra on 14 September 2022, 04:55:21 PM
Studi Kasus

Pada suatu ketika seorang bhikkhu mengeluarkan mani ketika bermimpi. Ia menjadi gelisah, dengan berpikir, "Sang Buddha telah menetapkan aturan latihan. Mungkinkah aku telah melakukan pelanggaran yang mengharuskan penskorsan?" Ia memberitahu Sang Buddha, yang berkata, "Tidak ada pelanggaran jika terjadi sewaktu bermimpi."

Pada suatu ketika seorang bhikkhu sedang buang air besar, dan mani keluar. Ia menjadi gelisah ... "Apakah yang engkau pikirkan pada saat itu, bhikkhu?"
"Aku tidak bertujuan untuk mengeluarkannya, Yang Mulia."
"Tidak ada pelanggaran jika seseorang tidak bertujuan untuk mengeluarkannya."

Pada suatu ketika seorang bhikkhu sedang buang air kecil, dan mani keluar. Ia menjadi gelisah ... "Tidak ada pelanggaran jika seseorang tidak bertujuan untuk mengeluarkannya."

Pada suatu ketika seorang bhikkhu sedang memikirkan pemikiran indriawi, dan mani keluar. Ia menjadi gelisah ... "Tidak ada pelanggaran bagi seseorang sedang memikirkan pemikiran indriawi."

Pada suatu ketika seorang bhikkhu sedang mandi air hangat, dan mani keluar. Ia menjadi gelisah ... "Apakah yang engkau pikirkan pada saat itu, bhikkhu?"
"Aku tidak bertujuan untuk mengeluarkannya, Yang Mulia."
"Tidak ada pelanggaran jika seseorang tidak bertujuan untuk mengeluarkannya."

Pada suatu ketika seorang bhikkhu sedang mandi air hangat bertujuan untuk mengeluarkan, dan mani keluar. Ia menjadi gelisah ... "Engkau telah melakukan pelanggaran yang mengharuskan penskorsan."

Pada suatu ketika seorang bhikkhu sedang mandi air hangat bertujuan untuk mengeluarkan, tetapi mani tidak keluar. Ia menjadi gelisah ... "Tidak ada pelanggaran yang mengharuskan penskorsan, tetapi terjadi pelanggaran serius."

Pada suatu ketika seorang bhikkhu terluka pada alat kelaminnya. Sewaktu sedang mengoleskan obat, mani keluar. Ia menjadi gelisah ... "Tidak ada pelanggaran jika seseorang tidak bertujuan untuk mengeluarkannya."

Pada suatu ketika seorang bhikkhu terluka pada alat kelaminnya. Ia mengoleskan obat dengan tujuan untuk mengeluarkan, dan mani keluar. ... mani tidak keluar. Ia menjadi gelisah ... "Tidak ada pelanggaran yang mengharuskan penskorsan, tetapi terjadi pelanggaran serius."

Pada suatu ketika seorang bhikkhu menggaruk kantung kelaminnya, dan mani keluar. Ia menjadi gelisah ... "Tidak ada pelanggaran jika seseorang tidak bertujuan untuk mengeluarkannya."

Pada suatu ketika seorang bhikkhu menggaruk kantung kelaminnya dengan bertujuan untuk mengeluarkan, dan mani keluar. ... mani tidak keluar. Ia menjadi gelisah ... "Tidak ada pelanggaran yang mengharuskan penskorsan, tetapi terjadi pelanggaran serius."

Pada suatu ketika seorang bhikkhu sedang berjalan di sepanjang jalan setapak, dan mani keluar. Ia menjadi gelisah ... "Tidak ada pelanggaran jika seseorang tidak bertujuan untuk mengeluarkannya."

Pada suatu ketika seorang bhikkhu sedang berjalan di sepanjang jalan setapak bertujuan untuk mengeluarkan, dan mani keluar. ... mani tidak keluar. Ia menjadi gelisah ... "Tidak ada pelanggaran yang mengharuskan penskorsan, tetapi terjadi pelanggaran serius."

Pada suatu ketika seorang bhikkhu memegang kulupnya, membuang air kecil, dan mani keluar. Ia menjadi gelisah ... "Tidak ada pelanggaran jika seseorang tidak bertujuan untuk mengeluarkannya."

Pada suatu ketika seorang bhikkhu, dengan tujuan untuk mengeluarkan, memegang kulupnya, membuang air kecil, dan mani keluar. ... mani tidak keluar. Ia menjadi gelisah ... "Tidak ada pelanggaran yang mengharuskan penskorsan, tetapi terjadi pelanggaran serius."

Pada suatu ketika seorang bhikkhu sedang menghangatkan perutnya di dalam sauna, dan mani keluar. Ia menjadi gelisah ... "Tidak ada pelanggaran jika seseorang tidak bertujuan untuk mengeluarkannya."

Pada suatu ketika seorang bhikkhu, dengan tujuan untuk mengeluarkan, menghangatkan perutnya di dalam sauna, dan mani keluar. ... mani tidak keluar. Ia menjadi gelisah ... "Tidak ada pelanggaran yang mengharuskan penskorsan, tetapi terjadi pelanggaran serius."

Pada suatu ketika seorang bhikkhu memijat punggung penahbisnya di dalam sauna, dan mani keluar. Ia menjadi gelisah ... "Tidak ada pelanggaran jika seseorang tidak bertujuan untuk mengeluarkannya."

Pada suatu ketika seorang bhikkhu, bertujuan untuk mengeluarkan, memijat punggung penahbisnya di dalam sauna, dan mani keluar. ... mani tidak keluar. Ia menjadi gelisah ... "Tidak ada pelanggaran yang mengharuskan penskorsan, tetapi terjadi pelanggaran serius."

Pada suatu ketika seorang bhikkhu memijat pahanya, dan mani keluar. Ia menjadi gelisah ... "Tidak ada pelanggaran jika seseorang tidak bertujuan untuk mengeluarkannya."

Pada suatu ketika seorang bhikkhu, bertujuan untuk mengeluarkan, memijat pahanya, dan mani keluar ... mani tidak keluar. Ia menjadi gelisah ... "Tidak ada pelanggaran yang mengharuskan penskorsan, tetapi terjadi pelanggaran serius."

Pada suatu ketika seorang bhikkhu, bertujuan untuk mengeluarkan, berkata kepada seorang sāmaṇera, "peganglah alat kelaminku." Si sāmaṇera memegang alat kelaminnya, dan bhikkhu itu mengeluarkan mani. Ia menjadi gelisah ... "Terjadi pelanggaran yang mengharuskan penskorsan."

Pada suatu ketika seorang bhikkhu memegang alat kelamin seorang sāmaṇera yang sedang tidur, dan bhikkhu itu mengeluarkan mani. Ia menjadi gelisah ... "Tidak ada pelanggaran yang mengharuskan penskorsan, tetapi terjadi pelanggaran perbuatan salah."

Pada suatu ketika seorang bhikkhu menjepit alat kelaminnya di antara pahanya bertujuan untuk mengeluarkan, dan mani keluar. ... mani tidak keluar. Ia menjadi gelisah ... "Tidak ada pelanggaran yang mengharuskan penskorsan, tetapi terjadi pelanggaran serius."

Pada suatu ketika seorang bhikkhu menekan alat kelaminnya dengan kepalan tangannya bertujuan untuk mengeluarkan, dan mani keluar. ... mani tidak keluar. Ia menjadi gelisah ... "Tidak ada pelanggaran yang mengharuskan penskorsan, tetapi terjadi pelanggaran serius."

Pada suatu ketika seorang bhikkhu menggoyang-goyangkan pinggulnya di udara bertujuan untuk mengeluarkan, dan mani keluar. ... mani tidak keluar. Ia menjadi gelisah ... "Tidak ada pelanggaran yang mengharuskan penskorsan, tetapi terjadi pelanggaran serius."

Pada suatu ketika seorang bhikkhu membuat tubuhnya kaku, dan mani keluar. Ia menjadi gelisah ... "Tidak ada pelanggaran jika seseorang tidak bertujuan untuk mengeluarkannya."

Pada suatu ketika seorang bhikkhu membuat tubuhnya kaku bertujuan untuk mengeluarkan, dan mani keluar. ... mani tidak keluar. Ia menjadi gelisah ... "Tidak ada pelanggaran yang mengharuskan penskorsan, tetapi terjadi pelanggaran serius."

Pada suatu ketika seorang bhikkhu penuh nafsu menatap alat kelamin seorang perempuan, dan mani keluar. Ia menjadi gelisah ... "Tidak ada pelanggaran yang mengharuskan penskorsan. Tetapi engkau tidak boleh menatap alat kelamin seorang perempuan didorong oleh nafsu. Jika engkau melakukannya, maka engkau melakukan pelanggaran perbuatan salah."

Pada suatu ketika seorang bhikkhu memasukkan alat kelaminnya ke dalam sebuah lubang kunci bertujuan untuk mengeluarkan, dan mani keluar. ... mani tidak keluar. Ia menjadi gelisah ... "Tidak ada pelanggaran yang mengharuskan penskorsan, tetapi terjadi pelanggaran serius."

Pada suatu ketika seorang bhikkhu menggosok alat kelaminnya dengan sepotong kayu bertujuan untuk mengeluarkan, dan mani keluar. ... mani tidak keluar. Ia menjadi gelisah ... "Tidak ada pelanggaran yang mengharuskan penskorsan, tetapi terjadi pelanggaran serius."

Pada suatu ketika seorang bhikkhu mandi melawan arus, dan mani keluar. Ia menjadi gelisah ... "Tidak ada pelanggaran jika seseorang tidak bertujuan untuk mengeluarkannya."

Pada suatu ketika seorang bhikkhu mandi melawan arus bertujuan untuk mengeluarkan, dan mani keluar. ... mani tidak keluar. Ia menjadi gelisah ... "Tidak ada pelanggaran yang mengharuskan penskorsan, tetapi terjadi pelanggaran serius."

Pada suatu ketika seorang bhikkhu sedang bermain di lumpur, dan mani keluar. Ia menjadi gelisah ... "Tidak ada pelanggaran jika seseorang tidak bertujuan untuk mengeluarkannya."

Pada suatu ketika seorang bhikkhu sedang bermain di lumpur bertujuan untuk mengeluarkan, dan mani keluar. ... mani tidak keluar. Ia menjadi gelisah ... "Tidak ada pelanggaran yang mengharuskan penskorsan, tetapi terjadi pelanggaran serius."

Pada suatu ketika seorang bhikkhu berlari di dalam air, dan mani keluar. Ia menjadi gelisah ... "Tidak ada pelanggaran jika seseorang tidak bertujuan untuk mengeluarkannya."

Pada suatu ketika seorang bhikkhu berlari di dalam air bertujuan untuk mengeluarkan, dan mani keluar. ... mani tidak keluar. Ia menjadi gelisah ... "Tidak ada pelanggaran yang mengharuskan penskorsan, tetapi terjadi pelanggaran serius."

Pada suatu ketika seorang bhikkhu sedang bermain lumpur di tepi curam sebuah sungai, dan mani keluar. Ia menjadi gelisah ... "Tidak ada pelanggaran jika seseorang tidak bertujuan untuk mengeluarkannya."

Pada suatu ketika seorang bhikkhu, bertujuan untuk mengeluarkan, bermain lumpur di tepi curam sebuah sungai, dan mani keluar. ... mani tidak keluar. Ia menjadi gelisah ... "Tidak ada pelanggaran yang mengharuskan penskorsan, tetapi terjadi pelanggaran serius."

Pada suatu ketika seorang bhikkhu sedang berlari di hutan teratai, dan mani keluar. Ia menjadi gelisah ... "Tidak ada pelanggaran jika seseorang tidak bertujuan untuk mengeluarkannya."

Pada suatu ketika seorang bhikkhu sedang berlari di hutan teratai bertujuan untuk mengeluarkan, dan mani keluar. ... mani tidak keluar. Ia menjadi gelisah ... "Tidak ada pelanggaran yang mengharuskan penskorsan, tetapi terjadi pelanggaran serius."

Pada suatu ketika seorang bhikkhu memasukkan alat kelaminnya ke dalam pasir bertujuan untuk mengeluarkan, dan mani keluar. ... mani tidak keluar. Ia menjadi gelisah ... "Tidak ada pelanggaran yang mengharuskan penskorsan, tetapi terjadi pelanggaran serius."

Pada suatu ketika seorang bhikkhu memasukkan alat kelaminnya ke dalam lumpur bertujuan untuk mengeluarkan, dan mani keluar. ... mani tidak keluar. Ia menjadi gelisah ... "Tidak ada pelanggaran yang mengharuskan penskorsan, tetapi terjadi pelanggaran serius."

Pada suatu ketika seorang bhikkhu menyiramkan air ke alat kelaminnya, dan mani keluar. Ia menjadi gelisah ... "Tidak ada pelanggaran jika seseorang tidak bertujuan untuk mengeluarkannya."

Pada suatu ketika seorang bhikkhu menyiramkan air ke alat kelaminnya bertujuan untuk mengeluarkan, dan mani keluar. ... mani tidak keluar. Ia menjadi gelisah ... "Tidak ada pelanggaran yang mengharuskan penskorsan, tetapi terjadi pelanggaran serius."

Pada suatu ketika seorang bhikkhu menggosokkan alat kelaminnya pada tempat tidurnya bertujuan untuk mengeluarkan, dan mani keluar. ... mani tidak keluar. Ia menjadi gelisah ... "Tidak ada pelanggaran yang mengharuskan penskorsan, tetapi terjadi pelanggaran serius."

Pada suatu ketika seorang bhikkhu menggosok alat kelaminnya dengan jempolnya bertujuan untuk mengeluarkan, dan mani keluar. ... mani tidak keluar. Ia menjadi gelisah, dengan berpikir, "Sang Buddha telah menetapkan aturan latihan. Mungkinkah aku telah melakukan pelanggaran yang mengharuskan penskorsan?" Ia memberitahu Sang Buddha, yang berkata, "Tidak ada pelanggaran yang mengharuskan penskorsan, tetapi terjadi pelanggaran serius."

Aturan latihan tentang mengeluarkan mani, yang pertama, selesai.
Title: Saṅghādisesa 2
Post by: Indra on 14 September 2022, 04:56:15 PM
Koleksi Theravāda tentang Hukum Monastik
Aturan Kebhikkhuan dan Analisisnya
Bab tentang Pelanggaran-Pelanggaran yang Mengharuskan Penskorsan

Saṅghādisesa 2. Aturan Latihan tentang Kontak Fisik

Kisah Asal-mula

Pada suatu ketika Sang Buddha sedang menetap di Sāvatthī di Hutan Jeta, Vihara Anāthapiṇḍika. Pada saat itu Yang Mulia Udāyī sedang berdiam di hutan belantara. Ia memiliki tempat kediaman yang indah dengan sebuah kamar di tengah dan koridor di segala sisi. Tempat tidur dan bangku dibuat dengan indah, dan air minum dan air untuk mencuci tersedia siap untuk dipakai. Halamannya disapu bersih. Banyak orang datang melihat tempat kediaman Udāyī.
Di antara mereka seorang brahmana tertentu dan istrinya. Mereka mendatangi Udāyī dan berkata, "Yang Mulia, kami ingin melihat tempat kediamanmu."

"Baiklah, brahmana, silakan melihat-lihat."

Udāyī mengambil kunci, membuka gerendel atas, membuka pintu, dan memasuki tempat kediaman itu. Sang brahmana mengikuti di belakangnya kemudian si nyonya brahmana. Sambil membuka beberapa jendela dan menutup yang lainnya, Udāyī berjalan di sekeliling ruangan dalam dan sampai di belakang sang nyonya brahmana, menyentuh seluruh tubuhnya. Kemudian sang brahmana mengucapkan terima kasih kepada Udāyī dan pergi.
Dan ia mengungkapkan kegembiraannya, "Para monastik Sakya ini yang menetap di hutan belantara sungguh luar biasa. Yang Mulia Udāyī sungguh luar biasa!"

Tetapi sang nyonya brahmana berkata, "Apa yang luar biasa padanya? Ia menyentuh seluruh tubuhku persis seperti engkau."

Kemudian sang brahmana mengeluhkan dan mengkritiknya, "Para monastik Sakya ini adalah para penipu yang tidak tahu malu dan tidak bermoral. Mereka mengaku memiliki integritas, hidup selibat dan berperilaku baik, jujur, bermoral, dan baik. Tetapi mereka tidak memiliki karakter baik seorang monastik atau seorang brahmana. Mereka telah tersesat! Bagaimana mungkin petapa Udāyī menyentuh seluruh tubuh istriku? Tidaklah mungkin untuk mengunjungi vihara atau tempat kediaman seorang bhikkhu bersama dengan istri dari sebuah keluarga terhormat, atau bersama dengan putri, gadis, menantu perempuan, atau budak perempuan dari keluarga terhormat. Jika kalian melakukannya, para monastik Sakya akan melecehkan mereka."

Para bhikkhu mendengar kritikan dari brahmana tersebut. Para bhikkhu yang memiliki sedikit keinginan mengeluhkan dan mengkritik Udāyī, "Bagaimana mungkin Yang Mulia Udāyī melakukan kontak fisik dengan seorang perempuan?"
Mereka memberitahukan kepada Sang Buddha. Kemudian Beliau mengumpulkan Sangha dan menanyai Udāyī:

"Benarkah, Udāyī, bahwa engkau melakukan hal ini?"

"Benar, Yang Mulia."

Sang Buddha menegurnya, "Orang dungu, tidaklah benar, tidaklah sepantasnya, tidaklah selayaknya bagi seorang monastik, tidak diperbolehkan, tidak boleh dilakukan. Bagaimana mungkin engkau melakukan hal ini? Tidakkah Aku telah membabarkan banyak ajaran demi kebebasan dari nafsu, bukan demi nafsu ... demi diamnya demam kenikmatan indria? Hal ini akan mempengaruhi keyakinan banyak orang ..." ... "Dan, para bhikkhu, aturan latihan ini harus dibacakan sebagai berikut:

Aturan Akhir

'Jika seorang bhikkhu, dengan dikuasai oleh nafsu dan dengan pikiran menyimpang, melakukan kontak fisik dengan seorang perempuan—memegang tangan atau rambutnya, atau menyentuh bagian tubuh yang manapun—maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penskorsan.'"

Definisi

Seorang:

siapa pun ...

Bhikkhu:

... Seorang bhikkhu yang telah diberikan penahbisan penuh oleh Sangha yang sepakat melalui prosedur sah yang terdiri dari satu usul dan tiga pengumuman yang tidak dapat dibatalkan dan lengkap – bhikkhu jenis inilah yang dimaksudkan dalam kasus ini.

Dikuasai oleh nafsu:

memiliki nafsu, merindukan, jatuh cinta pada.

Menyimpang:

Pikiran bernafsu adalah menyimpang. Pikiran marah adalah menyimpang. Pikiran bodoh adalah menyimpang. Tetapi dalam kasus ini "menyimpang" merujuk pada pikiran bernafsu.

Seorang perempuan:

seorang perempuan manusia, bukan makhluk halus perempuan, bukan hantu perempuan, bukan binatang betina; bahkan seorang bayi perempuan yang terlahir pada hari itu, apalagi yang lebih tua.

Dengan:

bersama.

Melakukan kontak fisik:

perbuatan salah adalah apa yang dimaksudkan.

Tangan:

dari siku hingga ujung kuku.

Rambut:

hanya rambut; atau rambut dengan pengikatnya, dengan kalung bunga, dengan koin emas, dengan emas, dengan mutiara, atau dengan permata.

Bagian tubuh yang manapun:

bagian apa pun selain daripada tangan dan rambut disebut "bagian tubuh yang mana pun".

Rangkuman

Kontak fisik, menjamah, menepuk ke bawah, menepuk ke atas, menarik ke bawah, mengangkat, menarik, mendorong, meremas, menekan, memegang, menyentuh.

Sub-definisi

Kontak fisik:

hanya kontak fisik.

Menjamah:

menjamah sana-sini.

Menepuk ke bawah:

menurunkan.

Menepuk ke atas:

menaikkan.

Menarik turun:

membungkuk.

Mengangkat:

menaikkan.

Menarik:

mendekatkan.

Mendorong:

menjauhkan.

Meremas:

memegang bagian tubuh dan kemudian menekan.

Menekan:

menekan dengan sesuatu.

Memegang:

hanya memegang.

Menyentuh:

hanya sentuhan.

Ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penskorsan:

... Oleh karena itu, juga, ini disebut "pelanggaran yang mengharuskan penskorsan".

Permutasi

Permutasi bagian 1

Melakukan kontak langsung dengan seseorang atau binatang: tubuh dengan tubuh

Itu adalah seorang perempuan, ia menyadarinya sebagai seorang perempuan, dan ia bernafsu. Jika bhikkhu itu melakukan kontak fisik dengan perempuan itu, tubuh dengan tubuh, jika ia menjamahnya, menepuknya ke bawah, menepuknya ke atas, menariknya ke bawah, mengangkatnya, menariknya, mendorongnya, meremasnya, menekannya, memegangnya, menyentuhnya, maka ia melakukan satu pelanggaran yang mengharuskan penskorsan.

Itu adalah seorang perempuan, tetapi ia tidak dapat memastikannya, dan ia bernafsu. Jika bhikkhu itu melakukan kontak fisik dengan perempuan itu, tubuh dengan tubuh, jika ia menjamahnya ... memegangnya, menyentuhnya, maka ia melakukan satu pelanggaran serius.

Itu adalah seorang perempuan, tetapi ia menyadarinya sebagai seorang paṇḍaka, dan ia bernafsu. Jika bhikkhu itu melakukan kontak fisik dengan perempuan itu, tubuh dengan tubuh, jika ia menjamahnya ... memegangnya, menyentuhnya, maka ia melakukan satu pelanggaran serius.

Itu adalah seorang perempuan, tetapi ia menyadarinya sebagai seorang laki-laki, dan ia bernafsu. Jika bhikkhu itu melakukan kontak fisik dengan perempuan itu, tubuh dengan tubuh, jika ia menjamahnya ... memegangnya, menyentuhnya, maka ia melakukan satu pelanggaran serius.

Itu adalah seorang perempuan, tetapi ia menyadarinya sebagai binatang, dan ia bernafsu. Jika bhikkhu itu melakukan kontak fisik dengan perempuan itu, tubuh dengan tubuh, jika ia menjamahnya ... memegangnya, menyentuhnya, maka ia melakukan satu pelanggaran serius.

Itu adalah seorang paṇḍaka, ia menyadarinya sebagai seorang paṇḍaka, dan ia bernafsu. Jika bhikkhu itu melakukan kontak fisik dengan paṇḍaka itu, tubuh dengan tubuh, jika ia menjamahnya... memegangnya, menyentuhnya, maka ia melakukan satu pelanggaran serius.

Itu adalah seorang paṇḍaka, tetapi ia tidak dapat memastikannya, dan ia bernafsu. Jika bhikkhu itu melakukan kontak fisik dengan paṇḍaka itu, tubuh dengan tubuh, jika ia menjamahnya ... memegangnya, menyentuhnya, maka ia melakukan satu pelanggaran perbuatan salah.

Itu adalah seorang paṇḍaka, tetapi ia menyadarinya sebagai seorang laki-laki, dan ia bernafsu. Jika bhikkhu itu melakukan kontak fisik dengan paṇḍaka itu, tubuh dengan tubuh, jika ia menjamahnya ... memegangnya, menyentuhnya, maka ia melakukan satu pelanggaran perbuatan salah.

Itu adalah seorang paṇḍaka, tetapi ia menyadarinya sebagai binatang, dan ia bernafsu. Jika bhikkhu itu melakukan kontak fisik dengan paṇḍaka itu, tubuh dengan tubuh, jika ia menjamahnya ... memegangnya, menyentuhnya, maka ia melakukan satu pelanggaran perbuatan salah.

Itu adalah seorang paṇḍaka, tetapi ia menyadarinya sebagai seorang perempuan, dan ia bernafsu. Jika bhikkhu itu melakukan kontak fisik dengan paṇḍaka itu, tubuh dengan tubuh, jika ia menjamahnya ... memegangnya, menyentuhnya, maka ia melakukan satu pelanggaran perbuatan salah.

Itu adalah seorang laki-laki, ia menyadarinya sebagai seorang laki-laki, dan ia bernafsu. Jika bhikkhu itu melakukan kontak fisik dengan laki-laki itu, tubuh dengan tubuh, jika ia menjamahnya... memegangnya, menyentuhnya, maka ia melakukan satu pelanggaran perbuatan salah.

Itu adalah seorang laki-laki, tetapi ia tidak dapat memastikannya ... Itu adalah seorang laki-laki, tetapi ia menyadarinya sebagai binatang ... Itu adalah seorang laki-laki, tetapi ia menyadarinya sebagai perempuan ... Itu adalah seorang laki-laki, tetapi ia menyadarinya sebagai seorang paṇḍaka,, dan ia bernafsu. Jika bhikkhu itu melakukan kontak fisik dengan laki-laki itu, tubuh dengan tubuh, jika ia menjamahnya ... memegangnya, menyentuhnya, maka ia melakukan satu pelanggaran perbuatan salah.

Itu adalah seekor binatang, ia menyadarinya sebagai seekor binatang, dan ia bernafsu. Jika bhikkhu itu melakukan kontak fisik dengan binatang itu, tubuh dengan tubuh, jika ia menjamahnya ... memegangnya, menyentuhnya, maka ia melakukan satu pelanggaran perbuatan salah.

Itu adalah seekor binatang, tetapi ia tidak dapat memastikannya ... Itu adalah seekor binatang, tetapi ia menyadarinya sebagai seorang perempuan ... Itu adalah seekor binatang, tetapi ia menyadarinya sebagai seorang paṇḍaka ... Itu adalah seekor binatang, tetapi ia menyadarinya sebagai seorang laki-laki, dan ia bernafsu. Jika bhikkhu itu melakukan kontak fisik dengan binatang itu, tubuh dengan tubuh, jika ia menjamahnya ... memegangnya, menyentuhnya, maka ia melakukan satu pelanggaran perbuatan salah.

Bagian yang berdasarkan atas satu hal selesai.

Melakukan kontak langsung dengan dua makhluk berjenis sama: tubuh dengan tubuh

Itu adalah dua orang perempuan, ia menyadari keduanya sebagai perempuan, dan ia bernafsu. Jika bhikkhu itu melakukan kontak fisik dengan kedua perempuan itu, tubuh dengan tubuh, jika ia menjamah mereka ... memegang mereka, menyentuh mereka, maka ia melakukan dua pelanggaran yang mengharuskan penskorsan.

Itu adalah dua orang perempuan, tetapi ia tidak dapat memastikan keduanya, dan ia bernafsu. Jika bhikkhu itu melakukan kontak fisik dengan kedua perempuan itu, tubuh dengan tubuh, jika ia menjamah mereka ... memegang mereka, menyentuh mereka, maka ia melakukan dua pelanggaran serius.

Itu adalah dua orang perempuan, tetapi ia menyadari keduanya sebagai paṇḍaka ... tetapi ia menyadari keduanya sebagai laki-laki ... tetapi ia menyadari keduanya sebagai binatang, dan ia bernafsu. Jika bhikkhu itu melakukan kontak fisik dengan kedua perempuan itu, tubuh dengan tubuh, jika ia menjamah mereka ... memegang mereka, menyentuh mereka, maka ia melakukan dua pelanggaran serius.

Itu adalah dua orang paṇḍaka, ia menyadari keduanya sebagai paṇḍaka, dan ia bernafsu. Jika bhikkhu itu melakukan kontak fisik dengan kedua paṇḍaka itu, tubuh dengan tubuh, jika ia menjamah mereka ... memegang mereka, menyentuh mereka, maka ia melakukan dua pelanggaran serius.

Itu adalah dua orang paṇḍaka, tetapi ia tidak dapat memastikan keduanya ... tetapi ia menyadari keduanya sebagai laki-laki ... tetapi ia menyadari keduanya sebagai binatang ... tetapi ia menyadari keduanya sebagai perempuan, dan ia bernafsu. Jika bhikkhu itu melakukan kontak fisik dengan kedua paṇḍaka itu, tubuh dengan tubuh, jika ia menjamah mereka ... memegang mereka, menyentuh mereka, maka ia melakukan dua pelanggaran perbuatan salah.

Itu adalah dua orang laki-laki, ia menyadari keduanya sebagai laki-laki, dan ia bernafsu. Jika bhikkhu itu melakukan kontak fisik dengan kedua laki-laki itu, tubuh dengan tubuh, jika ia menjamah mereka ... memegang mereka, menyentuh mereka, maka ia melakukan dua pelanggaran perbuatan salah.

Itu adalah dua orang laki-laki, tetapi ia tidak dapat memastikan keduanya ... tetapi ia menyadari keduanya sebagai binatang ... tetapi ia menyadari keduanya sebagai perempuan ... tetapi ia menyadari keduanya sebagai paṇḍaka, dan ia bernafsu. Jika bhikkhu itu melakukan kontak fisik dengan kedua laki-laki itu, tubuh dengan tubuh, jika ia menjamah mereka ... memegang mereka, menyentuh mereka, maka ia melakukan dua pelanggaran perbuatan salah.

Itu adalah dua ekor binatang, ia menyadari keduanya sebagai binatang, dan ia bernafsu. Jika bhikkhu itu melakukan kontak fisik dengan kedua binatang itu, tubuh dengan tubuh, jika ia menjamah mereka ... memegang mereka, menyentuh mereka, maka ia melakukan dua pelanggaran perbuatan salah.

Itu adalah dua ekor binatang, tetapi ia tidak dapat memastikan keduanya ... tetapi ia menyadari keduanya sebagai perempuan ... tetapi ia menyadari keduanya sebagai paṇḍaka ... tetapi ia menyadari keduanya sebagai laki-laki, dan ia bernafsu. Jika bhikkhu itu melakukan kontak fisik dengan kedua ekor binatang itu, tubuh dengan tubuh, jika ia menjamah mereka... memegang mereka, menyentuh mereka, maka ia melakukan dua pelanggaran perbuatan salah.

Melakukan kontak langsung dengan dua makhluk berbeda jenis: tubuh dengan tubuh

Itu adalah seorang perempuan dan seorang paṇḍaka, tetapi ia menyadari keduanya sebagai perempuan, dan ia bernafsu. Jika bhikkhu itu melakukan kontak fisik dengan keduanya, tubuh dengan tubuh, jika ia menjamah mereka ... memegang mereka, menyentuh mereka, maka ia melakukan satu pelanggaran yang mengharuskan penskorsan dan satu pelanggaran perbuatan salah.

Itu adalah seorang perempuan dan seorang paṇḍaka, tetapi ia tidak dapat memastikan keduanya, dan ia bernafsu. Jika bhikkhu itu melakukan kontak fisik dengan keduanya, tubuh dengan tubuh, jika ia menjamah mereka ... memegang mereka, menyentuh mereka, maka ia melakukan satu pelanggaran serius dan satu pelanggaran perbuatan salah.

Itu adalah seorang perempuan dan seorang paṇḍaka, tetapi ia menyadari keduanya sebagai paṇḍaka, dan ia bernafsu. Jika bhikkhu itu melakukan kontak fisik dengan keduanya, tubuh dengan tubuh, jika ia menjamah mereka ... memegang mereka, menyentuh mereka, maka ia melakukan dua pelanggaran serius.

Itu adalah seorang perempuan dan seorang paṇḍaka, tetapi ia menyadari keduanya sebagai laki-laki, dan ia bernafsu. Jika bhikkhu itu melakukan kontak fisik dengan keduanya, tubuh dengan tubuh, jika ia menjamah mereka ... memegang mereka, menyentuh mereka, maka ia melakukan satu pelanggaran serius dan satu pelanggaran perbuatan salah.

Itu adalah seorang perempuan dan seorang paṇḍaka, tetapi ia menyadari keduanya sebagai binatang, dan ia bernafsu. Jika bhikkhu itu melakukan kontak fisik dengan keduanya, tubuh dengan tubuh, jika ia menjamah mereka ... memegang mereka, menyentuh mereka, maka ia melakukan satu pelanggaran serius dan satu pelanggaran perbuatan salah.

Itu adalah seorang perempuan dan seorang laki-laki, tetapi ia menyadari keduanya sebagai perempuan, dan ia bernafsu. Jika bhikkhu itu melakukan kontak fisik dengan keduanya, tubuh dengan tubuh, jika ia menjamah mereka ... memegang mereka, menyentuh mereka, maka ia melakukan satu pelanggaran yang mengharuskan penskorsan dan satu pelanggaran perbuatan salah.

Itu adalah seorang perempuan dan seorang laki-laki, tetapi ia tidak dapat memastikan keduanya ... tetapi ia menyadari keduanya sebagai paṇḍaka ... tetapi ia menyadari keduanya sebagai laki-laki ... tetapi ia menyadari keduanya sebagai binatang, dan ia bernafsu. Jika bhikkhu itu melakukan kontak fisik dengan keduanya, tubuh dengan tubuh, jika ia menjamah mereka ... memegang mereka, menyentuh mereka, maka ia melakukan satu pelanggaran serius dan satu pelanggaran perbuatan salah.

Itu adalah seorang perempuan dan seekor binatang, tetapi ia menyadari keduanya sebagai perempuan, dan ia bernafsu. Jika bhikkhu itu melakukan kontak fisik dengan keduanya, tubuh dengan tubuh, jika ia menjamah mereka... memegang mereka, menyentuh mereka, maka ia melakukan satu pelanggaran yang mengharuskan penskorsan dan satu pelanggaran perbuatan salah.

Itu adalah seorang perempuan dan seekor binatang, tetapi ia tidak dapat memastikan keduanya ... tetapi ia menyadari keduanya sebagai paṇḍaka ... tetapi ia menyadari keduanya sebagai laki-laki ... tetapi ia menyadari keduanya sebagai binatang, dan ia bernafsu. Jika bhikkhu itu melakukan kontak fisik dengan keduanya, tubuh dengan tubuh, jika ia menjamah mereka ... memegang mereka, menyentuh mereka, maka ia melakukan satu pelanggaran serius dan satu pelanggaran perbuatan salah.

Itu adalah seorang paṇḍaka dan seorang laki-laki, tetapi ia menyadari keduanya sebagai paṇḍaka, dan ia bernafsu. Jika bhikkhu itu melakukan kontak fisik dengan keduanya, tubuh dengan tubuh, jika ia menjamah mereka ... memegang mereka, menyentuh mereka, maka ia melakukan satu pelanggaran serius dan satu pelanggaran perbuatan salah.

Itu adalah seorang paṇḍaka dan seorang laki-laki, tetapi ia tidak dapat memastikan keduanya ... tetapi ia menyadari keduanya sebagai laki-laki... tetapi ia menyadari keduanya sebagai binatang ... tetapi ia menyadari keduanya sebagai perempuan, dan ia bernafsu. Jika bhikkhu itu melakukan kontak fisik dengan keduanya, tubuh dengan tubuh, jika ia menjamah mereka ... memegang mereka, menyentuh mereka, maka ia melakukan dua pelanggaran perbuatan salah.

Itu adalah seorang paṇḍaka dan seekor binatang, tetapi ia menyadari keduanya sebagai paṇḍaka, dan ia bernafsu. Jika bhikkhu itu melakukan kontak fisik dengan keduanya, tubuh dengan tubuh, jika ia menjamah mereka... memegang mereka, menyentuh mereka, maka ia melakukan satu pelanggaran serius dan satu pelanggaran perbuatan salah.

Itu adalah seorang paṇḍaka dan seekor binatang, tetapi ia tidak dapat memastikan keduanya ... tetapi ia menyadari keduanya sebagai laki-laki... tetapi ia menyadari keduanya sebagai binatang ... tetapi ia menyadari keduanya sebagai perempuan, dan ia bernafsu. Jika bhikkhu itu melakukan kontak fisik dengan keduanya, tubuh dengan tubuh, jika ia menjamah mereka ... memegang mereka, menyentuh mereka, maka ia melakukan dua pelanggaran perbuatan salah.

Itu adalah seorang laki-laki dan seekor binatang, tetapi ia menyadari keduanya sebagai laki-laki, dan ia bernafsu. Jika bhikkhu itu melakukan kontak fisik dengan keduanya, tubuh dengan tubuh, jika ia menjamah mereka ... memegang mereka, menyentuh mereka, maka ia melakukan dua pelanggaran perbuatan salah.

Itu adalah seorang laki-laki dan seekor binatang, tetapi ia tidak dapat memastikan keduanya ... tetapi ia menyadari keduanya sebagai binatang... tetapi ia menyadari keduanya sebagai perempuan ... tetapi ia menyadari keduanya sebagai paṇḍaka, dan ia bernafsu. Jika bhikkhu itu melakukan kontak fisik dengan keduanya, tubuh dengan tubuh, jika ia menjamah mereka ... memegang mereka, menyentuh mereka, maka ia melakukan dua pelanggaran perbuatan salah.

Bagian yang berdasarkan atas dua hal selesai.

Title: Saṅghādisesa 2
Post by: Indra on 14 September 2022, 09:32:30 PM
Melakukan kontak tidak langsung: tubuh dengan apa yang terhubung dengan tubuh

Itu adalah seorang perempuan, ia menyadarinya sebagai perempuan, dan ia bernafsu. Jika bhikkhu itu, dengan tubuhnya sendiri, melakukan kontak fisik dengan sesuatu yang terhubung dengan tubuh perempuan itu, jika ia menjamah benda itu ... memegangnya, menyentuhnya, maka ia melakukan satu pelanggaran serius. ...

Itu adalah dua orang perempuan, ia menyadari keduanya sebagai perempuan, dan ia bernafsu. Jika bhikkhu itu, dengan tubuhnya sendiri, melakukan kontak fisik dengan sesuatu yang terhubung dengan tubuh kedua perempuan itu, jika ia menjamah benda itu ... memegangnya, menyentuhnya, maka ia melakukan dua pelanggaran serius. ...

Itu adalah seorang perempuan dan seorang paṇḍaka, tetapi ia menyadari keduanya sebagai perempuan, dan ia bernafsu. Jika bhikkhu itu, dengan tubuhnya sendiri, melakukan kontak fisik dengan sesuatu yang terhubung dengan tubuh keduanya, jika ia menjamah benda itu ... memegangnya, menyentuhnya, maka ia melakukan satu pelanggaran serius dan satu pelanggaran perbuatan salah. ...

Itu adalah seorang perempuan, ia menyadarinya sebagai perempuan, dan ia bernafsu. Jika bhikkhu itu, dengan sesuatu yang terhubung dengan tubuhnya sendiri, melakukan kontak fisik dengan tubuh perempuan itu, jika ia menjamah benda itu ... memegangnya, menyentuhnya, maka ia melakukan satu pelanggaran serius. ...

Itu adalah dua orang perempuan, ia menyadari keduanya sebagai perempuan, dan ia bernafsu. Jika bhikkhu itu, dengan sesuatu yang terhubung dengan tubuhnya sendiri, melakukan kontak fisik dengan tubuh kedua perempuan itu, jika ia menjamah benda-benda itu ... memegangnya, menyentuhnya, maka ia melakukan dua pelanggaran serius. ...

Itu adalah seorang perempuan dan seorang paṇḍaka, tetapi ia menyadari keduanya sebagai perempuan, dan ia bernafsu. Jika bhikkhu itu, dengan sesuatu yang terhubung dengan tubuhnya sendiri, melakukan kontak fisik dengan tubuh keduanya, jika ia menjamah benda-benda itu ... memegangnya, menyentuhnya, maka ia melakukan satu pelanggaran serius dan satu pelanggaran perbuatan salah. ...

Melakukan kontak tidak langsung: apa yang terhubung dengan tubuh dengan apa yang terhubung dengan tubuh

Itu adalah seorang perempuan, ia menyadarinya sebagai perempuan, dan ia bernafsu. Jika bhikkhu itu, dengan sesuatu yang terhubung dengan tubuhnya sendiri, melakukan kontak fisik dengan apa yang terhubung dengan tubuh perempuan itu, jika ia menjamah benda itu ... memegangnya, menyentuhnya, maka ia melakukan satu pelanggaran perbuatan salah. ...

Itu adalah dua orang perempuan, ia menyadari keduanya sebagai perempuan, dan ia bernafsu. Jika bhikkhu itu, dengan sesuatu yang terhubung dengan tubuhnya sendiri, melakukan kontak fisik dengan apa yang terhubung dengan tubuh kedua perempuan itu, jika ia menjamah benda-benda itu ... memegangnya, menyentuhnya, maka ia melakukan dua pelanggaran perbuatan salah. ...

Itu adalah seorang perempuan dan seorang paṇḍaka, tetapi ia menyadari keduanya sebagai perempuan, dan ia bernafsu. Jika bhikkhu itu, dengan sesuatu yang terhubung dengan tubuhnya sendiri, melakukan kontak fisik dengan apa yang terhubung dengan tubuh keduanya, jika ia menjamah benda-benda itu ... memegangnya, menyentuhnya, maka ia melakukan dua pelanggaran perbuatan salah. ...

Melakukan kontak tidak langsung: kontak dengan melepaskan

Itu adalah seorang perempuan, ia menyadarinya sebagai perempuan, dan ia bernafsu. Jika bhikkhu itu, dengan sesuatu yang ia lepaskan, melakukan kontak fisik dengan tubuh perempuan itu, maka ia melakukan satu pelanggaran perbuatan salah. ...

Itu adalah dua orang perempuan, ia menyadari keduanya sebagai perempuan, dan ia bernafsu. Jika bhikkhu itu, dengan sesuatu yang ia lepaskan, melakukan kontak fisik dengan tubuh kedua perempuan itu, maka ia melakukan dua pelanggaran perbuatan salah. ...

Itu adalah seorang perempuan dan seorang paṇḍaka, tetapi ia menyadari keduanya sebagai perempuan, dan ia bernafsu. Jika bhikkhu itu, dengan sesuatu yang ia lepaskan, melakukan kontak fisik dengan tubuh keduanya, maka ia melakukan dua pelanggaran perbuatan salah. ...

Itu adalah seorang perempuan, ia menyadarinya sebagai perempuan, dan ia bernafsu. Jika bhikkhu itu, dengan sesuatu yang ia lepaskan, melakukan kontak fisik dengan apa yang terhubung dengan tubuh perempuan itu, maka ia melakukan satu pelanggaran perbuatan salah. ...

Itu adalah dua orang perempuan, ia menyadari keduanya sebagai perempuan, dan ia bernafsu. Jika bhikkhu itu, dengan sesuatu yang ia lepaskan, melakukan kontak fisik dengan apa yang terhubung dengan tubuh kedua perempuan itu, maka ia melakukan dua pelanggaran perbuatan salah. ...

Itu adalah seorang perempuan dan seorang paṇḍaka, tetapi ia menyadari keduanya sebagai perempuan, dan ia bernafsu. Jika bhikkhu itu, dengan sesuatu yang ia lepaskan, melakukan kontak fisik dengan apa yang terhubung dengan tubuh keduanya, maka ia melakukan dua pelanggaran perbuatan salah. ...

Itu adalah seorang perempuan, ia menyadarinya sebagai perempuan, dan ia bernafsu. Jika bhikkhu itu, dengan sesuatu yang ia lepaskan, melakukan kontak fisik dengan apa yang perempuan itu lepaskan, maka ia melakukan satu pelanggaran perbuatan salah. ...

Itu adalah dua orang perempuan, ia menyadari keduanya sebagai perempuan, dan ia bernafsu. Jika bhikkhu itu, dengan sesuatu yang ia lepaskan, melakukan kontak fisik dengan apa yang dilepaskan oleh kedua perempuan itu, maka ia melakukan dua pelanggaran perbuatan salah. ...

Itu adalah seorang perempuan dan seorang paṇḍaka, tetapi ia menyadari keduanya sebagai perempuan, dan ia bernafsu. Jika bhikkhu itu, dengan sesuatu yang ia lepaskan, melakukan kontak fisik dengan apa yang dilepaskan oleh keduanya, maka ia melakukan dua pelanggaran perbuatan salah. ...

Rangkaian berturut-turut tentang seorang bhikkhu selesai.

Orang lain melakukan kontak langsung dengan seorang bhikkhu: tubuh dengan tubuh

Itu adalah seorang perempuan, ia menyadarinya sebagai perempuan, dan ia bernafsu. Jika perempuan itu melakukan kontak fisik dengan bhikkhu tersebut, tubuh dengan tubuh, jika perempuan itu menjamah bhikkhu tersebut, menepuknya ke bawah, menepuknya ke atas, menariknya turun, mengangkatnya, menariknya, mendorongnya, meremasnya, menekannya, memegangnya, menyentuhnya, dan bhikkhu itu, dengan bertujuan pada hubungan, melakukan usaha dengan tubuhnya dan mengalami sentuhan, maka ia melakukan satu pelanggaran yang mengharuskan penskorsan. ...

Itu adalah dua orang perempuan, ia menyadari keduanya sebagai perempuan, dan ia bernafsu. Jika kedua perempuan itu melakukan kontak fisik dengan bhikkhu tersebut, tubuh dengan tubuh, jika mereka menjamah bhikkhu tersebut, menepuknya ke bawah, menepuknya ke atas, menariknya turun, mengangkatnya, menariknya, mendorongnya, meremasnya, menekannya, memegangnya, menyentuhnya, dan bhikkhu itu, dengan bertujuan pada hubungan, melakukan usaha dengan tubuhnya dan mengalami sentuhan, maka ia melakukan dua pelanggaran yang mengharuskan penskorsan. ...

Itu adalah seorang perempuan dan seorang paṇḍaka, tetapi ia menyadari keduanya sebagai perempuan, dan ia bernafsu. Jika mereka melakukan kontak fisik dengan bhikkhu tersebut, tubuh dengan tubuh, jika mereka menjamah bhikkhu tersebut ... memegangnya, menyentuhnya, dan bhikkhu itu, dengan bertujuan pada hubungan, melakukan usaha dengan tubuhnya dan mengalami sentuhan, maka ia melakukan satu pelanggaran yang mengharuskan penskorsan dan satu pelanggaran perbuatan salah. ...

Orang lain melakukan kontak tidak langsung dengan seorang bhikkhu: tubuh dengan apa yang terhubung dengan tubuh

Itu adalah seorang perempuan, ia menyadarinya sebagai perempuan, dan ia bernafsu. Jika perempuan itu, dengan tubuhnya sendiri, melakukan kontak fisik dengan sesuatu yang terhubung dengan tubuh bhikkhu tersebut, jika perempuan itu menjamah benda itu ... memegangnya, menyentuhnya, dan bhikkhu itu, dengan bertujuan pada hubungan, melakukan usaha dengan tubuhnya dan mengalami sentuhan, maka ia melakukan satu pelanggaran serius. ...

Itu adalah dua orang perempuan, ia menyadari keduanya sebagai perempuan, dan ia bernafsu. Jika kedua perempuan itu, dengan tubuh mereka sendiri, melakukan kontak fisik dengan sesuatu yang terhubung dengan tubuh bhikkhu tersebut, jika mereka menjamah benda itu ... memegangnya, menyentuhnya, dan bhikkhu itu, dengan bertujuan pada hubungan, melakukan usaha dengan tubuhnya dan mengalami sentuhan, maka ia melakukan dua pelanggaran serius. ...

Itu adalah seorang perempuan dan seorang paṇḍaka, tetapi ia menyadari keduanya sebagai perempuan, dan ia bernafsu. Jika mereka berdua, dengan tubuh mereka sendiri, melakukan kontak fisik dengan sesuatu yang terhubung dengan tubuh bhikkhu tersebut, jika mereka menjamah benda itu ... memegangnya, menyentuhnya, dan bhikkhu itu, dengan bertujuan pada hubungan, melakukan usaha dengan tubuhnya dan mengalami sentuhan, maka ia melakukan satu pelanggaran serius dan satu pelanggaran perbuatan salah. ...

Itu adalah seorang perempuan, ia menyadarinya sebagai perempuan, dan ia bernafsu. Jika perempuan itu, dengan sesuatu yang terhubung dengan tubuhnya sendiri, melakukan kontak fisik dengan tubuh bhikkhu tersebut, jika perempuan itu menjamah bhikkhu tersebut ... memegangnya, menyentuhnya, dan bhikkhu itu, dengan bertujuan pada hubungan, melakukan usaha dengan tubuhnya dan mengalami sentuhan, maka ia melakukan satu pelanggaran serius. ...

Itu adalah dua orang perempuan, ia menyadari keduanya sebagai perempuan, dan ia bernafsu. Jika kedua perempuan itu, dengan sesuatu yang terhubung dengan tubuh mereka sendiri, melakukan kontak fisik dengan tubuh bhikkhu tersebut, jika mereka menjamah bhikkhu tersebut ... memegangnya, menyentuhnya, dan bhikkhu itu, dengan bertujuan pada hubungan, melakukan usaha dengan tubuhnya dan mengalami sentuhan, maka ia melakukan dua pelanggaran serius. ...

Itu adalah seorang perempuan dan seorang paṇḍaka, tetapi ia menyadari keduanya sebagai perempuan, dan ia bernafsu. Jika mereka berdua, dengan sesuatu yang terhubung dengan tubuh mereka sendiri, melakukan kontak fisik dengan tubuh bhikkhu tersebut, jika mereka menjamah bhikkhu tersebut ... memegangnya, menyentuhnya, dan bhikkhu itu, dengan bertujuan pada hubungan, melakukan usaha dengan tubuhnya dan mengalami sentuhan, maka ia melakukan satu pelanggaran serius dan satu pelanggaran perbuatan salah. ...

Orang lain melakukan kontak tidak langsung dengan seorang bhikkhu: apa yang terhubung dengan tubuh dengan apa yang terhubung dengan tubuh

Itu adalah seorang perempuan, ia menyadarinya sebagai perempuan, dan ia bernafsu. Jika perempuan itu, dengan sesuatu yang terhubung dengan tubuhnya sendiri, melakukan kontak fisik dengan sesuatu yang terhubung dengan tubuh bhikkhu tersebut, jika perempuan itu menjamah benda itu ... memegangnya, menyentuhnya, dan bhikkhu itu, dengan bertujuan pada hubungan, melakukan usaha dengan tubuhnya dan mengalami sentuhan, maka ia melakukan satu pelanggaran perbuatan salah. ...

Itu adalah dua orang perempuan, ia menyadari keduanya sebagai perempuan, dan ia bernafsu. Jika kedua perempuan itu, dengan sesuatu yang terhubung dengan tubuh mereka sendiri, melakukan kontak fisik dengan sesuatu yang terhubung dengan tubuh bhikkhu tersebut, jika mereka menjamah benda itu ... memegangnya, menyentuhnya, dan bhikkhu itu, dengan bertujuan pada hubungan, melakukan usaha dengan tubuhnya dan mengalami sentuhan, maka ia melakukan dua pelanggaran perbuatan salah. ...

Itu adalah seorang perempuan dan seorang paṇḍaka, tetapi ia menyadari keduanya sebagai perempuan, dan ia bernafsu. Jika mereka berdua, dengan sesuatu yang terhubung dengan tubuh mereka sendiri, melakukan kontak fisik dengan sesuatu yang terhubung dengan tubuh bhikkhu tersebut, jika mereka menjamah benda itu ... memegangnya, menyentuhnya, dan bhikkhu itu, dengan bertujuan pada hubungan, melakukan usaha dengan tubuhnya dan mengalami sentuhan, maka ia melakukan dua pelanggaran perbuatan salah. ...

Orang lain melakukan kontak tidak langsung dengan seorang bhikkhu: kontak dengan melepaskan

Itu adalah seorang perempuan, ia menyadarinya sebagai perempuan, dan ia bernafsu. Jika perempuan itu, dengan sesuatu yang ia lepaskan, melakukan kontak fisik dengan tubuh bhikkhu tersebut, dan bhikkhu itu, dengan bertujuan pada hubungan, melakukan usaha dengan tubuhnya dan mengalami sentuhan, maka ia melakukan satu pelanggaran perbuatan salah. ...

Itu adalah dua orang perempuan, ia menyadari keduanya sebagai perempuan, dan ia bernafsu. Jika kedua perempuan itu, dengan sesuatu yang mereka lepaskan, melakukan kontak fisik dengan tubuh bhikkhu tersebut, dan bhikkhu itu, dengan bertujuan pada hubungan, melakukan usaha dengan tubuhnya dan mengalami sentuhan, maka ia melakukan dua pelanggaran perbuatan salah. ...

Itu adalah seorang perempuan dan seorang paṇḍaka, tetapi ia menyadari keduanya sebagai perempuan, dan ia bernafsu. Jika mereka berdua, dengan sesuatu yang mereka lepaskan, melakukan kontak fisik dengan tubuh bhikkhu tersebut, dan bhikkhu itu, dengan bertujuan pada hubungan, melakukan usaha dengan tubuhnya dan mengalami sentuhan, maka ia melakukan dua pelanggaran perbuatan salah. ...

Itu adalah seorang perempuan, ia menyadarinya sebagai perempuan, dan ia bernafsu. Jika perempuan itu, dengan sesuatu yang ia lepaskan, melakukan kontak fisik dengan apa yang terhubung dengan tubuh bhikkhu tersebut, dan bhikkhu itu, dengan bertujuan pada hubungan, melakukan usaha dengan tubuhnya dan mengalami sentuhan, maka ia melakukan satu pelanggaran perbuatan salah. ...

Itu adalah dua orang perempuan, ia menyadari keduanya sebagai perempuan, dan ia bernafsu. Jika kedua perempuan itu, dengan sesuatu yang mereka lepaskan, melakukan kontak fisik dengan apa yang terhubung dengan tubuh bhikkhu tersebut, dan bhikkhu itu, dengan bertujuan pada hubungan, melakukan usaha dengan tubuhnya dan mengalami sentuhan, maka ia melakukan dua pelanggaran perbuatan salah. ...

Itu adalah seorang perempuan dan seorang paṇḍaka, tetapi ia menyadari keduanya sebagai perempuan, dan ia bernafsu. Jika mereka berdua, dengan sesuatu yang mereka lepaskan, melakukan kontak fisik dengan apa yang terhubung dengan tubuh bhikkhu tersebut, dan bhikkhu itu, dengan bertujuan pada hubungan, melakukan usaha dengan tubuhnya dan mengalami sentuhan, maka ia melakukan dua pelanggaran perbuatan salah. ...

Itu adalah seorang perempuan, ia menyadarinya sebagai perempuan, dan ia bernafsu. Jika perempuan itu, dengan sesuatu yang ia lepaskan, melakukan kontak fisik dengan apa yang bhikkhu tersebut lepaskan, dan bhikkhu itu, dengan bertujuan pada hubungan, melakukan usaha dengan tubuhnya, tetapi tidak mengalami sentuhan, maka ia melakukan satu pelanggaran perbuatan salah. ...

Itu adalah dua orang perempuan, ia menyadari keduanya sebagai perempuan, dan ia bernafsu. Jika kedua perempuan itu, dengan sesuatu yang mereka lepaskan, melakukan kontak fisik dengan apa yang dilepaskan oleh bhikkhu tersebut, dan bhikkhu itu, dengan bertujuan pada hubungan, melakukan usaha dengan tubuhnya, tetapi tidak mengalami sentuhan, maka ia melakukan dua pelanggaran perbuatan salah. ...

Itu adalah seorang perempuan dan seorang paṇḍaka, tetapi ia menyadari keduanya sebagai perempuan, dan ia bernafsu. Jika mereka berdua, dengan sesuatu yang mereka lepaskan, melakukan kontak fisik dengan apa yang dilepaskan oleh bhikkhu tersebut, dan bhikkhu itu, dengan bertujuan pada hubungan, melakukan usaha dengan tubuhnya, tetapi tidak mengalami sentuhan, maka ia melakukan dua pelanggaran perbuatan salah. ...

Permutasi bagian 2

Jika, dengan bertujuan pada hubungan, ia melakukan usaha dengan tubuhnya dan mengalami sentuhan, maka ia melakukan satu pelanggaran yang mengharuskan penskorsan.

Jika, dengan bertujuan pada hubungan, ia melakukan usaha dengan tubuhnya, tetapi tidak mengalami sentuhan, maka ia melakukan satu pelanggaran perbuatan salah.

Jika, dengan bertujuan pada hubungan, ia tidak melakukan usaha dengan tubuhnya, tetapi mengalami sentuhan, maka tidak ada pelanggaran.

Jika, dengan bertujuan pada hubungan, ia tidak melakukan usaha dengan tubuhnya dan tidak mengalami sentuhan, maka tidak ada pelanggaran.

Jika, dengan bertujuan untuk melepaskan dirinya, ia melakukan usaha dengan tubuhnya dan mengalami sentuhan, maka tidak ada pelanggaran.

Jika, dengan bertujuan untuk melepaskan dirinya, ia melakukan usaha dengan tubuhnya, tetapi tidak mengalami sentuhan, maka tidak ada pelanggaran.

Jika, dengan bertujuan untuk melepaskan dirinya, ia tidak melakukan usaha dengan tubuhnya tetapi mengalami sentuhan, maka tidak ada pelanggaran.

Jika, dengan bertujuan untuk melepaskan dirinya, ia tidak melakukan usaha dengan tubuhnya dan tidak mengalami sentuhan, maka tidak ada pelanggaran.

Tidak ada pelanggaran

Tidak ada pelanggaran: jika tidak disengaja; jika ia tidak menyadari; jika ia tidak mengetahui; jika ia tidak menyetujui; jika ia gila; jika ia kehilangan akal sehat; jika ia dikuasai oleh kesakitan; jika ia adalah pelaku pertama.

Syair rangkuman studi kasus
"Ibu, putri, dan saudari,
Istri, dan makhluk halus perempuan, paṇḍaka;
Tertidur, mati, binatang betina,
Dan dengan boneka kayu.
Tentang gangguan, jembatan, jalan,
Pohon, dan perahu, dan tali;
Tongkat, mendorong dengan mangkuk,
Ketika memberi hormat, melakukan usaha tetapi tidak menjamah."
Title: Saṅghādisesa 2
Post by: Indra on 14 September 2022, 09:33:55 PM
Studi Kasus

Pada suatu ketika seorang bhikkhu menyentuh ibunya demi kasih sayang. Ia menjadi gelisah, dengan berpikir, "Sang Buddha telah menetapkan aturan latihan. Mungkinkah aku telah melakukan pelanggaran yang mengharuskan penskorsan?" Ia memberitahukan kepada Sang Buddha, yang berkata, "Tidak ada pelanggaran yang mengharuskan penskorsan, tetapi terjadi pelanggaran perbuatan salah."

Pada suatu ketika seorang bhikkhu menyentuh putrinya demi kasih sayang ... saudarinya demi kasih sayang. Ia menjadi gelisah ... "Tidak ada pelanggaran yang mengharuskan penskorsan, tetapi terjadi pelanggaran perbuatan salah."

Pada suatu ketika seorang bhikkhu melakukan kontak fisik dengan mantan istrinya. Ia menjadi gelisah ... "Engkau telah melakukan pelanggaran yang mengharuskan penskorsan."

Pada suatu ketika seorang bhikkhu melakukan kontak fisik dengan makhluk halus perempuan. Ia menjadi gelisah ... "Tidak ada pelanggaran yang mengharuskan penskorsan, tetapi terjadi pelanggaran serius."

Pada suatu ketika seorang bhikkhu melakukan kontak fisik dengan seorang paṇḍaka. Ia menjadi gelisah ... "Tidak ada pelanggaran yang mengharuskan penskorsan, tetapi terjadi pelanggaran serius."

Pada suatu ketika seorang bhikkhu melakukan kontak fisik dengan perempuan yang sedang tidur. Ia menjadi gelisah ... "Engkau telah melakukan pelanggaran yang mengharuskan penskorsan."

Pada suatu ketika seorang bhikkhu melakukan kontak fisik dengan perempuan yang telah mati. Ia menjadi gelisah ... "Tidak ada pelanggaran yang mengharuskan penskorsan, tetapi terjadi pelanggaran serius."

Pada suatu ketika seorang bhikkhu melakukan kontak fisik dengan seekor binatang betina. ... "Tidak ada pelanggaran yang mengharuskan penskorsan, tetapi terjadi pelanggaran perbuatan salah."

Pada suatu ketika seorang bhikkhu melakukan kontak fisik dengan boneka kayu. ... "Tidak ada pelanggaran yang mengharuskan penskorsan, tetapi terjadi pelanggaran perbuatan salah."

Pada suatu ketika sejumlah perempuan mengganggu seorang bhikkhu dengan menggandeng tangannya. Ia menjadi gelisah ... "Apakah engkau menyetujuinya, bhikkhu?"
"Tidak, Yang Mulia."
"Tidak ada pelanggaran jika seseorang tidak menyetujui."

Pada suatu ketika seorang bhikkhu bernafsu menggoyang jembatan di mana seorang perempuan sedang berdiri. Ia menjadi gelisah ... "Tidak ada pelanggaran yang mengharuskan penskorsan, tetapi terjadi pelanggaran perbuatan salah."

Pada suatu ketika seorang bhikkhu melihat seorang perempuan datang dari arah berlawanan, dan karena bernafsu, ia menyenggolnya dengan bahunya. Ia menjadi gelisah ... "Engkau telah melakukan pelanggaran yang mengharuskan penskorsan."

Pada suatu ketika seorang bhikkhu bernafsu mengguncang pohon di mana seorang perempuan sedang memanjatnya. Ia menjadi gelisah ... "Tidak ada pelanggaran yang mengharuskan penskorsan, tetapi terjadi pelanggaran perbuatan salah."

Pada suatu ketika seorang bhikkhu bernafsu mengguncang perahu di mana seorang perempuan telah menaikinya. Ia menjadi gelisah ... "Tidak ada pelanggaran yang mengharuskan penskorsan, tetapi terjadi pelanggaran perbuatan salah."

Pada suatu ketika seorang bhikkhu bernafsu menarik tali yang sedang dipegang oleh seorang perempuan. Ia menjadi gelisah ... "Tidak ada pelanggaran yang mengharuskan penskorsan, tetapi terjadi pelanggaran serius."

Pada suatu ketika seorang bhikkhu bernafsu menarik tongkat yang sedang dipegang oleh seorang perempuan. Ia menjadi gelisah ... "Tidak ada pelanggaran yang mengharuskan penskorsan, tetapi terjadi pelanggaran serius."

Pada suatu ketika seorang bhikkhu bernafsu mendorong seorang perempuan dengan mangkuknya. Ia menjadi gelisah ... "Tidak ada pelanggaran yang mengharuskan penskorsan, tetapi terjadi pelanggaran serius."

Pada suatu ketika seorang bhikkhu bernafsu mengangkat kakinya ketika seorang perempuan sedang memberi hormat kepadanya. Ia menjadi gelisah ... "Engkau telah melakukan pelanggaran yang mengharuskan penskorsan."

Pada suatu ketika seorang bhikkhu, dengan berpikir, "Aku akan memegang seorang perempuan," mengerahkan dirinya, tetapi tidak melakukan kontak. Ia menjadi gelisah ... "Tidak ada pelanggaran yang mengharuskan penskorsan, tetapi terjadi pelanggaran perbuatan salah."

Aturan latihan tentang kontak fisik, yang kedua, selesai.


Title: Saṅghādisesa 3
Post by: Indra on 14 September 2022, 09:39:49 PM
Koleksi Theravāda tentang Hukum Monastik
Aturan Kebhikkhuan dan Analisisnya
Bab tentang Pelanggaran-Pelanggaran yang Mengharuskan Penskorsan

Saṅghādisesa 3. Aturan Latihan tentang Ucapan Tidak Senonoh

Kisah Asal-mula

Pada suatu ketika Sang Buddha sedang menetap di Sāvatthī di Hutan Jeta, Vihara Anāthapiṇḍika. Pada saat itu Yang Mulia Udāyī menetap di sebuah tempat kediaman indah di dalam hutan belantara. Saat itu sejumlah perempuan datang ke vihara untuk melihat tempat-tempat kediaman. Mereka mendekati Udāyī dan berkata, "Yang Mulia, kami ingin melihat tempat kediamanmu."

Kemudian, setelah memperlihatkan tempat kediamannya kepada mereka, ia memuji dan mencela bagian-bagian pribadi mereka; ia meminta dan memohon, bertanya dan menyelidiki, menjelaskan, mengajarkan, dan mencemooh bagian-bagian pribadi mereka. Perempuan-perempuan yang tidak tahu malu dan cabul bermain-main dengan Udāyī; mereka memanggilnya, tertawa bersamanya, dan menggodanya. Tetapi setelah pergi, mereka yang memiliki rasa malu mengeluh kepada para bhikkhu, "Para Mulia, ini tidak benar atau layak. Kami tidak ingin mendengar ucapan-ucapan demikian dari suami kami sendiri, apalagi dari Yang Mulia Udāyī."

Para bhikkhu yang memiliki sedikit keinginan mengeluhkan dan mengkritiknya, "Bagaimana mungkin Yang Mulia Udāyī berbicara tidak senonoh kepada para perempuan?"
Mereka menegur Udāyī dalam berbagai cara dan memberitahukan kepada Sang Buddha. Sang Buddha mengumpulkan Sangha dan menanyai Udāyī, "Benarkah, Udāyī, bahwa engkau berbicara seperti ini?"

"Benar, Yang Mulia."

Sang Buddha menegurnya, "Tidaklah benar, orang dungu, tidaklah sepantasnya, tidaklah selayaknya bagi seorang monastik, tidak diperbolehkan, tidak boleh dilakukan. Bagaimana mungkin engkau melakukan hal ini? Tidakkah Aku telah membabarkan banyak ajaran demi kebebasan dari nafsu, bukan demi nafsu ... demi diamnya demam kenikmatan indria? Hal ini akan mempengaruhi keyakinan banyak orang ..." ... "Dan, para bhikkhu, aturan latihan ini harus dibacakan sebagai berikut:

Aturan Akhir

'Jika seorang bhikkhu, dengan dikuasai oleh nafsu dan dengan pikiran menyimpang, mengucapkan kata-kata tidak senonoh kepada seorang perempuan, seperti seorang pemuda berbicara kepada seorang gadis muda dan merujuk pada hubungan seksual, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penskorsan.'"

Definisi

Seorang:

siapa pun ...

Bhikkhu:

... Seorang bhikkhu yang telah diberikan penahbisan penuh oleh Sangha yang sepakat melalui prosedur sah yang terdiri dari satu usul dan tiga pengumuman yang tidak dapat dibatalkan dan lengkap – bhikkhu jenis inilah yang dimaksudkan dalam kasus ini.

Dikuasai oleh nafsu:

memiliki nafsu, merindukan, jatuh cinta pada.

Menyimpang:

Pikiran bernafsu adalah menyimpang; pikiran marah adalah menyimpang; pikiran bodoh adalah menyimpang. Tetapi dalam kasus ini "menyimpang" merujuk pada pikiran bernafsu.

Seorang perempuan:

seorang perempuan manusia, bukan makhluk halus perempuan, bukan hantu perempuan, bukan binatang betina. Ia memahami dan mampu membedakan ucapan baik dan buruk, apa yang sopan dan apa yang tidak senonoh.

Kata-kata tidak senonoh:

ucapan yang berhubungan dengan anus, vagina, atau hubungan seksual.

Mengucapkan:

perbuatan buruk adalah apa yang dimaksudkan.

Seperti seorang pemuda berbicara kepada seorang gadis muda:

seorang pemuda kepada seorang pemudi, seorang anak laki-laki kepada seorang anak perempuan, seorang laki-laki yang menikmati kenikmatan duniawi kepada seorang perempuan yang menikmati kenikmatan duniawi.

Merujuk pada hubungan seksual:

terhubung dengan tindakan seksual.

Ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penskorsan:

... Oleh karena itu, juga, disebut "pelanggaran yang mengharuskan penskorsan".

Permutasi

Rangkuman

Dengan merujuk pada dua lubang tubuh pribadi, ia memuji, mencela, meminta, memohon, bertanya, menyelidiki, menjelaskan, mengajarkan, mencemooh.

Sub-definisi

Memuji:

meninggikan, memuliakan, memuji kedua lubang tubuh pribadi.

Mencela:

menghina, mencaci, mengecam kedua lubang tubuh pribadi.

Meminta:

dengan berkata, "Berikan kepadaku; engkau harus memberikan kepadaku."

Memohon:

dengan berkata, "Kapankah engkau akan menyenangkan ibumu?" "Kapankah engkau akan menyenangkan ayahmu?" "Kapankah engkau akan menyenangkan para dewa?" "Kapankah adanya kesempatan yang baik, waktu yang baik, momen yang baik?" "Kapankah aku akan melakukan hubungan seksual denganmu?"

Bertanya:

dengan berkata, "Bagaimanakah engkau memberikan kepada suamimu?" "Bagaimanakah engkau memberikan kepada kekasihmu?"

Menyelidiki:

dengan berkata, "Jadi engkau memberikan kepada suamimu seperti ini, dan kepada kekasihmu seperti ini?"

Menjelaskan:

ketika ditanya, ia berkata, "Berikan seperti ini. Jika engkau melakukan itu, maka engkau akan disayang dan menyenangkan suamimu."

Mengajarkan:

tanpa ditanya, ia berkata, "Berikan seperti ini. Jika engkau melakukan itu, maka engkau akan disayang dan menyenangkan suamimu."

Mencemooh:

dengan berkata, "Engkau tidak memiliki alat kelamin;" "Alat kelaminmu tidak lengkap;" "Engkau tidak menstruasi;" "Engkau menstruasi terus-menerus;" "Engkau selalu memakai pembalut menstruasi;" "Engkau mengompol;" "Alat kelaminmu turun;" "Engkau tidak memiliki organ seksual;" "Engkau seperti laki-laki;" "Engkau memiliki fistula;" "Engkau adalah seorang hermafrodit."

Pembabaran

Merujuk pada bagian pribadi dari seseorang atau binatang.

Itu adalah seorang perempuan, ia menyadarinya sebagai seorang perempuan, dan ia bernafsu. Jika bhikkhu itu, dengan merujuk pada anus atau vagina perempuan itu, memuji, mencela, meminta, memohon, bertanya, menyelidiki, menjelaskan, mengajarkan, atau mencemooh, maka ia melakukan satu pelanggaran yang mengharuskan penskorsan. ... ... (harus diuraikan seperti pada Saṅghādisesa 2, dengan penyesuaian seperlunya.) ...

Merujuk pada bagian pribadi dari dua makhluk dari jenis yang sama

Itu adalah dua orang perempuan, ia menyadari keduanya sebagai perempuan, dan ia bernafsu. Jika bhikkhu itu, dengan merujuk pada anus atau vagina kedua perempuan itu, memuji, mencela ... atau mencemooh, maka ia melakukan dua pelanggaran yang mengharuskan penskorsan. ... (harus diuraikan seperti pada Saṅghādisesa 2, dengan penyesuaian seperlunya.) ...

Merujuk pada bagian pribadi dari dua makhluk dari jenis berbeda

Itu adalah seorang perempuan dan seorang paṇḍaka, tetapi ia menyadari keduanya sebagai perempuan, dan ia bernafsu. Jika bhikkhu itu, dengan merujuk pada anus atau vagina kedua perempuan itu, memuji, mencela ... atau mencemooh, maka ia melakukan satu pelanggaran yang mengharuskan penskorsan dan satu pelanggaran perbuatan salah. ... (harus diuraikan seperti pada Saṅghādisesa 2, dengan penyesuaian seperlunya.) ...

Merujuk pada bagian tubuh lainnya: di bawah tulang selangka dan di atas lutut

Itu adalah seorang perempuan, ia menyadarinya sebagai seorang perempuan, dan ia bernafsu. Jika bhikkhu itu, dengan merujuk pada bagian tubuh perempuan itu di bawah tulang selangka tetapi di atas lutut, selain daripada anus atau vagina, memuji, mencela ... atau mencemooh, maka ia melakukan satu pelanggaran serius. ...

Itu adalah dua orang perempuan, ia menyadari keduanya sebagai perempuan, dan ia bernafsu. Jika bhikkhu itu, dengan merujuk pada bagian tubuh kedua perempuan itu di bawah tulang selangka tetapi di atas lutut, selain daripada anus atau vagina, memuji, mencela ... atau mencemooh, maka ia melakukan dua pelanggaran serius. ...

Itu adalah seorang perempuan dan seorang paṇḍaka, tetapi ia menyadari keduanya sebagai perempuan, dan ia bernafsu. Jika bhikkhu itu, dengan merujuk pada bagian tubuh keduanya di bawah tulang selangka tetapi di atas lutut, selain daripada anus atau vagina, memuji, mencela ... atau mencemooh, maka ia melakukan satu pelanggaran serius dan satu pelanggaran perbuatan salah. ...

Merujuk pada bagian tubuh lainnya: di atas tulang selangka atau di bawah lutut

Itu adalah seorang perempuan, ia menyadarinya sebagai seorang perempuan, dan ia bernafsu. Jika bhikkhu itu, dengan merujuk pada bagian tubuh perempuan itu di atas tulang selangka atau di bawah lutut, memuji, mencela ... atau mencemooh, maka ia melakukan satu pelanggaran perbuatan salah. ...

Itu adalah dua orang perempuan, ia menyadari keduanya sebagai perempuan, dan ia bernafsu. Jika bhikkhu itu, dengan merujuk pada bagian tubuh kedua perempuan itu di atas tulang selangka atau di bawah lutut, memuji, mencela ... atau mencemooh, maka ia melakukan dua pelanggaran perbuatan salah. ...

Itu adalah seorang perempuan dan seorang paṇḍaka, tetapi ia menyadari keduanya sebagai perempuan, dan ia bernafsu. Jika bhikkhu itu, dengan merujuk pada bagian tubuh keduanya di atas tulang selangka atau di bawah lutut, memuji, mencela ... atau mencemooh, maka ia melakukan dua pelanggaran perbuatan salah. ...

Merujuk pada apa pun yang terhubung dengan tubuh

Itu adalah seorang perempuan, ia menyadarinya sebagai seorang perempuan, dan ia bernafsu. Jika bhikkhu itu, dengan merujuk pada apa pun yang terhubung dengan tubuh perempuan itu, memuji, mencela ... atau mencemooh, maka ia melakukan satu pelanggaran perbuatan salah. ...

Itu adalah dua orang perempuan, ia menyadari keduanya sebagai perempuan, dan ia bernafsu. Jika bhikkhu itu, dengan merujuk pada apa pun yang terhubung dengan tubuh keduanya, memuji, mencela ... atau mencemooh, maka ia melakukan dua pelanggaran perbuatan salah. ...

Itu adalah seorang perempuan dan seorang paṇḍaka, tetapi ia menyadari keduanya sebagai perempuan, dan ia bernafsu. Jika bhikkhu itu, dengan merujuk pada apa pun yang terhubung dengan tubuh keduanya, memuji, mencela ... atau mencemooh, maka ia melakukan dua pelanggaran perbuatan salah. ...

Tidak ada pelanggaran

Tidak ada pelanggaran: jika ia bertujuan pada sesuatu yang bermanfaat; jika ia bertujuan membabarkan ajaran; jika ia bertujuan memberikan instruksi; jika ia gila; jika ia adalah pelaku pertama.

Syair rangkuman studi kasus

"Merah, kasar, tebal,
Kasar, panjang, tanam;
Aku harap jalan ini memiliki ujung,
Keyakinan, dengan pemberian, dengan bekerja."

Studi kasus

Pada suatu ketika seorang perempuan mengenakan jubah wol yang baru dicelup. Seorang bhikkhu bernafsu berkata kepadanya, "Saudari, apakah benda merah itu milikmu?" Ia tidak memahami dan berkata, "Benar, Yang Mulia, ini adalah jubah wol yang baru dicelup." Ia menjadi gelisah dan berpikir, "Sang Buddha telah menetapkan aturan latihan. Mungkinkah aku telah melakukan pelanggaran yang mengharuskan penskorsan?" Ia memberitahu Sang Buddha, yang berkata, "Tidak ada pelanggaran yang mengharuskan penskorsan, tetapi terjadi pelanggaran perbuatan salah."

Pada suatu ketika seorang perempuan mengenakan jubah wol kasar. Seorang bhikkhu bernafsu berkata kepadanya, "Saudari, apakah rambut kasar itu milikmu?" Ia tidak memahami dan berkata, "Benar, Yang Mulia, ini adalah jubah wol kasar." Ia menjadi gelisah ... "Tidak ada pelanggaran yang mengharuskan penskorsan, tetapi terjadi pelanggaran perbuatan salah."

Pada suatu ketika seorang perempuan mengenakan jubah wol yang baru ditenun. Seorang bhikkhu bernafsu berkata kepadanya, "Saudari, apakah rambut tebal itu milikmu?" Ia tidak memahami dan berkata, "Benar, Yang Mulia, ini adalah jubah wol yang baru ditenun." Ia menjadi gelisah ... "Tidak ada pelanggaran yang mengharuskan penskorsan, tetapi terjadi pelanggaran perbuatan salah."

Pada suatu ketika seorang perempuan mengenakan jubah wol kasar. Seorang bhikkhu bernafsu berkata kepadanya, "Saudari, apakah rambut kasar itu milikmu?" Ia tidak memahami dan berkata, "Benar, Yang Mulia, ini adalah jubah wol kasar." Ia menjadi gelisah ... "Tidak ada pelanggaran yang mengharuskan penskorsan, tetapi terjadi pelanggaran perbuatan salah."

Pada suatu ketika seorang perempuan mengenakan jubah atas berbulu. Seorang bhikkhu bernafsu berkata kepadanya, "Saudari, apakah rambut panjang itu milikmu?" Ia tidak memahami dan berkata, "Benar, Yang Mulia, ini adalah jubah atas berbulu." Ia menjadi gelisah ... "Tidak ada pelanggaran yang mengharuskan penskorsan, tetapi terjadi pelanggaran perbuatan salah."

Pada suatu ketika seorang perempuan sedang berjalan pulang setelah menanam di ladang. Seorang bhikkhu bernafsu berkata kepadanya, "Apakah engkau telah menanam, Saudari?" Ia tidak memahami dan berkata, "Benar, Yang Mulia, tetapi galurnya masih belum ditutup." Ia menjadi gelisah ... "Tidak ada pelanggaran yang mengharuskan penskorsan, tetapi terjadi pelanggaran perbuatan salah."

Pada suatu ketika seorang bhikkhu bernafsu melihat seorang pengembara perempuan mendekat dari arah berlawanan. Ia berkata kepadanya, "Saudari, aku harap jalan ini memiliki ujung?" Ia tidak memahami dan berkata, "Benar, teruslah berjalan," Ia menjadi gelisah ... "Tidak ada pelanggaran yang mengharuskan penskorsan, tetapi terjadi pelanggaran serius."

Pada suatu ketika seorang bhikkhu bernafsu berkata kepada seorang perempuan, "Engkau memiliki keyakinan, Saudari, tetapi engkau tidak memberikan kepada kami apa yang engkau berikan kepada suamimu."
"Apakah itu, Yang Mulia?"
"Hubungan seksual." Ia menjadi gelisah ... "Terjadi pelanggaran yang mengharuskan penskorsan."

Pada suatu ketika seorang bhikkhu bernafsu berkata kepada seorang perempuan, "Engkau memiliki keyakinan, Saudari, tetapi engkau tidak memberikan kepada kami pemberian tertinggi."
"Apakah itu, Yang Mulia?"
"Hubungan seksual." Ia menjadi gelisah ... "Terjadi pelanggaran yang mengharuskan penskorsan."

Pada suatu ketika seorang perempuan sedang melakukan suatu pekerjaan. Seorang bhikkhu bernafsu berkata kepadanya, "Berdirilah, Saudari, aku akan bekerja" ... "Duduklah, Saudari, aku akan bekerja." ... "Berbaringlah, Saudari, aku akan bekerja." Perempuan itu tidak memahami. Ia menjadi gelisah ... "Tidak ada pelanggaran yang mengharuskan penskorsan, tetapi terjadi pelanggaran perbuatan salah."

Aturan latihan tentang ucapan tidak senonoh, yang ketiga, selesai.
Title: Saṅghādisesa 4
Post by: Indra on 14 September 2022, 09:40:39 PM
Koleksi Theravāda tentang Hukum Monastik
Aturan Kebhikkhuan dan Analisisnya
Bab tentang Pelanggaran-Pelanggaran yang Mengharuskan Penskorsan

Saṅghādisesa 4. Aturan Latihan tentang Pemuasan Keinginan Diri Sendiri

Kisah Asal-mula

Pada suatu ketika Sang Buddha sedang menetap di Sāvatthī di Hutan Jeta, Vihara Anāthapiṇḍika. Pada saat itu Yang Mulia Udāyī sedang bergaul dan mengunjungi sejumlah keluarga di Sāvatthī. Suatu pagi Udāyī mengenakan jubah, membawa mangkuk dan jubahnya, dan mendatangi rumah seorang janda cantik, di mana Udāyī duduk di tempat yang telah dipersiapkan. Kemudian ia mendekati Udāyī, bersujud, dan duduk. Dan Udāyī memberikan instruksi, menginspirasi, dan menggembirakannya dengan suatu ajaran. Kemudian ia berkata, "Yang Mulia, sudilah memberitahukan apa yang engkau butuhkan. Aku dapat memberikan kain-jubah, makanan, tempat tinggal, dan obat-obatan."

"Tidaklah sulit bagi kami untuk mendapatkan benda-benda kebutuhan itu. Berikanlah apa yang sulit kami dapatkan."

"Apakah itu, Yang Mulia?"

"Hubungan seksual."

"Apakah diinginkan sekarang?"

"Ya."

Dengan berkata, "Kemarilah," ia masuk ke kamarnya, membuka pakaiannya, dan berbaring di atas tempat tidur. Udāyī mendatanginya dan meludah, "Siapakah yang ingin menyentuh bajingan busuk ini!" dan ia pergi.

Perempuan itu mengeluhkan dan mengkritiknya, "Para monastik Sakya ini adalah para penipu yang tidak tahu malu dan tidak bermoral. Mereka mengaku memiliki integritas, hidup selibat dan berperilaku baik, jujur, bermoral, dan baik. Tetapi mereka tidak memiliki karakter baik seorang monastik atau seorang brahmana. Mereka telah tersesat! Bagaimana mungkin petapa Udāyī meminta hubungan seksual dariku, tetapi kemudian meludah, 'Siapakah yang ingin menyentuh bajingan busuk ini!' dan pergi? Apa yang buruk padaku? Bagaimana aku berbau busuk? Bagaimanakah aku lebih rendah daripada siapa pun?"

Para perempuan lain juga mengkritiknya dengan cara serupa.

Para bhikkhu mendengar kritikan para perempuan itu, dan para bhikkhu yang memiliki sedikit keinginan mengeluhkan dan mengkritiknya, "Bagaimana mungkin Yang Mulia Udāyī memuji pemuasan keinginannya sendiri di hadapan seorang perempuan?"

Para bhikkhu ini menegur Udāyī dalam berbagai cara dan kemudian memberitahukan kepada Sang Buddha. Sang Buddha mengumpulkan Sangha dan menanyai Udāyī: "Benarkah, Udāyī, bahwa engkau melakukan hal ini?"

"Benar, Yang Mulia."

Sang Buddha menegurnya, "Tidaklah benar, orang dungu, tidaklah sepantasnya, tidaklah selayaknya bagi seorang monastik, tidak diperbolehkan, tidak boleh dilakukan. Bagaimana mungkin engkau melakukan hal ini? Tidakkah Aku telah membabarkan banyak ajaran demi kebebasan dari nafsu, bukan demi nafsu ... demi diamnya demam kenikmatan indria? Hal ini akan mempengaruhi keyakinan banyak orang ... " ... "Dan, para bhikkhu, aturan latihan ini harus dibacakan sebagai berikut:

Aturan Akhir

'Jika seorang bhikkhu, dengan dikuasai oleh nafsu dan dengan pikiran menyimpang, mendorong seorang perempuan untuk memuaskan keinginannya sendiri, dengan berkata, "Saudari, ia memberikan pelayanan tertinggi, yang dengan cara ini melayani seorang seperti aku, yang bermoral, selibat, dan berkarakter baik," dan jika ini merujuk pada hubungan seksual, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penskorsan.'"

Definisi

Seorang:

siapa pun ...

Bhikkhu:

... Seorang bhikkhu yang telah diberikan penahbisan penuh oleh Sangha yang sepakat melalui prosedur sah yang terdiri dari satu usul dan tiga pengumuman yang tidak dapat dibatalkan dan lengkap – bhikkhu jenis inilah yang dimaksudkan dalam kasus ini.

Dikuasai oleh nafsu:

memiliki nafsu, merindukan, jatuh cinta pada.

Menyimpang:

Pikiran bernafsu adalah menyimpang; pikiran marah adalah menyimpang; pikiran bodoh adalah menyimpang. Tetapi dalam kasus ini "menyimpang" merujuk pada pikiran bernafsu.

Seorang perempuan:

seorang perempuan manusia, bukan makhluk halus perempuan, bukan hantu perempuan, bukan binatang betina. Ia memahami dan mampu membedakan ucapan baik dan buruk, apa yang sopan dan apa yang tidak senonoh.

Seorang perempuan:

menyerupai seorang perempuan, mirip seorang perempuan.

Keinginannya sendiri:

keinginan indriawinya sendiri, demi dirinya sendiri, bertujuan pada dirinya sendiri, memuaskan dirinya sendiri.

Yang tertinggi:

ini adalah yang tertinggi, ini adalah yang terbaik, ini adalah yang terunggul, ini adalah yang terutama, ini adalah yang paling baik.

Ia:

seorang perempuan bangsawan, seorang perempuan brahmana, seorang perempuan pedagang, atau seorang perempuan pekerja.

Seorang sepertiku:

seorang laki-laki bangsawan, seorang laki-laki brahmana, seorang laki-laki pedagang, atau seorang laki-laki pekerja.

Yang bermoral:

seorang yang menghindari membunuh makhluk hidup, yang menghindari mencuri, yang menghindari berbohong.

Selibat:

yang menghindari hubungan seksual.

Berkarakter baik:

ia adalah seorang yang berkarakter baik karena moralitas itu dan karena selibat.

Dengan cara ini:

dengan hubungan seksual.

Memuaskan:

memberikan kenikmatan kepada.

Jika ini merujuk pada hubungan seksual:

jika berhubungan dengan tindakan seksual.

Ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penskorsan:

... Oleh karena itu, juga, disebut "satu pelanggaran yang mengharuskan penskorsan".

Permutasi

Mendorong hubungan seksual kepada seseorang atau binatang

Itu adalah seorang perempuan, ia menyadarinya sebagai seorang perempuan, dan ia bernafsu. Jika bhikkhu itu mendorong perempuan itu untuk memuaskan keinginannya sendiri, maka ia melakukan satu pelanggaran yang mengharuskan penskorsan.

Itu adalah seorang perempuan, tetapi ia tidak dapat memastikannya ... Itu adalah seorang perempuan, tetapi ia menyadarinya sebagai seorang paṇḍaka ... Itu adalah seorang perempuan, tetapi ia menyadarinya sebagai seorang laki-laki ... Itu adalah seorang perempuan, tetapi ia menyadarinya sebagai seekor binatang, dan ia bernafsu. Jika bhikkhu itu mendorong perempuan itu untuk memuaskan keinginannya sendiri, maka ia melakukan satu pelanggaran serius.

Itu adalah seorang paṇḍaka, ia menyadarinya sebagai seorang paṇḍaka, dan ia bernafsu. Jika bhikkhu itu mendorong paṇḍaka itu untuk memuaskan keinginannya sendiri, maka ia melakukan satu pelanggaran serius.

Itu adalah seorang paṇḍaka, tetapi ia tidak dapat memastikannya ... Itu adalah seorang paṇḍaka, tetapi ia menyadarinya sebagai seorang laki-laki... Itu adalah seorang paṇḍaka, tetapi ia menyadarinya sebagai seekor binatang ... Itu adalah seorang paṇḍaka, tetapi ia menyadarinya sebagai seorang perempuan, dan ia bernafsu. Jika bhikkhu itu mendorong paṇḍaka itu untuk memuaskan keinginannya sendiri, maka ia melakukan satu pelanggaran perbuatan salah.

Itu adalah seorang laki-laki ... ... (harus diuraikan seperti di atas dengan penyesuaian seperlunya) ... Itu adalah seekor binatang, ia menyadarinya sebagai seekor binatang ... Itu adalah seekor binatang, tetapi ia tidak dapat memastikannya ... Itu adalah seekor binatang, tetapi ia menyadarinya sebagai seorang perempuan ... Itu adalah seekor binatang, tetapi ia menyadarinya sebagai seorang paṇḍaka ... Itu adalah seekor binatang, tetapi ia menyadarinya sebagai seorang laki-laki, dan ia bernafsu. Jika bhikkhu itu mendorong binatang itu untuk memuaskan keinginannya sendiri, maka ia melakukan satu pelanggaran perbuatan salah.

Mendorong hubungan seksual pada dua makhluk berjenis sama

Itu adalah dua orang perempuan, ia menyadari keduanya sebagai perempuan, dan ia bernafsu. Jika bhikkhu itu mendorong kedua perempuan itu untuk memuaskan keinginannya sendiri, maka ia melakukan dua pelanggaran yang mengharuskan penskorsan. (harus diuraikan seperti pada Saṅghādisesa 2 dengan penyesuaian seperlunya.)

Mendorong hubungan seksual pada dua makhluk berbeda jenis

Itu adalah seorang perempuan dan seorang paṇḍaka, tetapi ia menyadari keduanya sebagai perempuan, dan ia bernafsu. Jika bhikkhu itu mendorong keduanya untuk memuaskan keinginannya sendiri, maka ia melakukan satu pelanggaran yang mengharuskan penskorsan dan satu pelanggaran perbuatan salah. (harus diuraikan seperti pada Saṅghādisesa 2 dengan penyesuaian seperlunya.)

Tidak ada pelanggaran

Tidak ada pelanggaran: jika ia mengatakan, "Sokonglah kami dengan kain-jubah, makanan, tempat tinggal, dan obat-obatan;" jika ia gila; jika ia adalah pelaku pertama.

Syair rangkuman studi kasus

"Bagaimana seorang perempuan mandul, semoga ia memperoleh seorang anak,
Dan disayangi, semoga aku beruntung;
Apakah yang dapat kuberikan, bagaimanakah aku dapat menyokong,
Bagaimanakah agar aku memperoleh kelahiran kembali yang baik."

Studi Kasus

Pada suatu ketika seorang perempuan mandul berkata kepada seorang bhikkhu yang bergaul dengan keluarganya, "Yang Mulia, bagaimanakah agar aku dapat hamil?"
"Baiklah, Saudari, berikanlah pemberian tertinggi."
"Apakah itu?"
"Hubungan seksual." Ia menjadi gelisah ... "Engkau telah melakukan satu pelanggaran yang mengharuskan penskorsan."

Pada suatu ketika seorang perempuan subur berkata kepada seorang bhikkhu yang bergaul dengan keluarganya, "Yang Mulia, bagaimanakah agar aku dapat memperoleh seorang anak?"
"Baiklah, Saudari, berikanlah pemberian tertinggi."
"Apakah itu?"
"Hubungan seksual." Ia menjadi gelisah ... "Engkau telah melakukan satu pelanggaran yang mengharuskan penskorsan."

Pada suatu ketika seorang perempuan berkata kepada seorang bhikkhu yang bergaul dengan keluarganya, "Yang Mulia, bagaimanakah agar suamiku menyayangiku?"
"Baiklah, Saudari, berikanlah pemberian tertinggi."
"Apakah itu?"
"Hubungan seksual." Ia menjadi gelisah ... "Engkau telah melakukan satu pelanggaran yang mengharuskan penskorsan."

Pada suatu ketika seorang perempuan berkata kepada seorang bhikkhu yang bergaul dengan keluarganya, "Yang Mulia, bagaimanakah agar aku dapat lebih beruntung?"
"Baiklah, Saudari, berikanlah pemberian tertinggi."
"Apakah itu?"
"Hubungan seksual." Ia menjadi gelisah ... "Engkau telah melakukan satu pelanggaran yang mengharuskan penskorsan."

Pada suatu ketika seorang perempuan berkata kepada seorang bhikkhu yang bergaul dengan keluarganya, "Yang Mulia, apakah yang dapat kuberikan kepadamu?"
"Pemberian tertinggi, Saudari."
"Apakah itu?"
"Hubungan seksual." Ia menjadi gelisah ... "Engkau telah melakukan satu pelanggaran yang mengharuskan penskorsan."

Pada suatu ketika seorang perempuan berkata kepada seorang bhikkhu yang bergaul dengan keluarganya, "Yang Mulia, bagaimanakah aku dapat menyokongmu?"
"Dengan pemberian tertinggi, Saudari."
"Apakah itu?"
"Hubungan seksual." Ia menjadi gelisah ... "Engkau telah melakukan satu pelanggaran yang mengharuskan penskorsan."

Pada suatu ketika seorang perempuan berkata kepada seorang bhikkhu yang bergaul dengan keluarganya, "Yang Mulia, bagaimanakah agar aku dapat memperoleh kelahiran kembali yang baik?"
"Baiklah, Saudari, berikanlah pemberian tertinggi."
"Apakah itu?"
"Hubungan seksual." Ia menjadi gelisah ... "Engkau telah melakukan satu pelanggaran yang mengharuskan penskorsan."

Aturan latihan tentang pemuasan keinginan diri sendiri, yang keempat, selesai.
Title: Saṅghādisesa 5
Post by: Indra on 14 September 2022, 09:42:50 PM
Koleksi Theravāda tentang Hukum Monastik
Aturan Kebhikkhuan dan Analisisnya
Bab tentang Pelanggaran-Pelanggaran yang Mengharuskan Penskorsan

Saṅghādisesa 5. Aturan Latihan tentang Pencomblangan

Kisah Asal-mula

Sub-kisah pertama

Pada suatu hari ketika Sang Buddha sedang menetap di Sāvatthī di Vihara Anāthapiṇḍika, Yang Mulia Udāyī sedang bergaul dan mengunjungi sejumlah keluarga di Sāvatthī.

Ketika Udāyī melihat seorang laki-laki muda tanpa istri atau seorang perempuan muda tanpa suami, ia akan memuji perempuan muda itu di hadapan orangtua si pemuda, "Gadis muda dari keluarga itu cantik, cerdas, terampil, dan rajin. Ia cocok untuk putramu." Mereka akan menjawab, "Mereka tidak mengenal siapa kami, Yang Mulia. Jika engkau bersedia membujuk mereka untuk menyerahkan gadis itu, kami akan mengambilnya untuk putra kami."
Dan ia memuji pemuda itu di hadapan orangtua si gadis, "Pemuda dari keluarga itu tampan, cerdas, terampil, dan rajin. Ia cocok untuk putrimu." Mereka akan menjawab, "Mereka tidak mengenal siapa kami, Yang Mulia, dan kami akan malu untuk berbicara kepada mereka untuk anak gadis kami. Tetapi jika engkau bersedia membujuk mereka untuk meminta kepada kami, maka kami akan menyerahkan anak gadis kami kepada pemuda itu." Dengan cara ini ia mengatur penerimaan pengantin, penyerahan pengantin, dan perkawinan.

Pada masa itu ada seorang mantan penghibur yang memiliki seorang putri yang cantik. Pada suatu ketika beberapa pengikut agama Ājīvaka datang dari desa lain dan berkata kepada perempuan penghibur itu, "Nyonya, sudilah menyerahkan anak gadismu kepada anak laki-laki kami."

"Aku tidak mengenal siapa kalian, Tuan-tuan, dan aku tidak akan menyerahkan putri tunggalku untuk dibawa ke desa lain."

Orang-orang bertanya kepada para pengikut Ājīvaka mengapa mereka datang. Mereka menjawab, "Kami datang untuk meminta kepada si perempuan penghibur agar memberikan putrinya kepada putra kami, tetapi ia menolak."

"Tetapi mengapa engkau meminta pada si perempuan penghibur? Engkau seharusnya berbicara dengan Yang Mulia Udāyī. Ia akan membujuknya."

Kemudian mereka mendatangi Udāyī dan berkata, "Yang Mulia, kami meminta si perempuan penghibur agar memberikan putrinya untuk putra kami, tetapi ia menolak. Sudikah engkau membujuknya untuk memberikan putrinya?"

Udāyī menyetujui. Segera setelah itu ia mendatangi si perempuan penghibur dan berkata, "Mengapa engkau tidak menyerahkan putrimu kepada mereka?"

"Aku tidak mengenal mereka, Yang Mulia, dan aku tidak akan memberikan putri tunggalku untuk dibawa ke desa lain."

"Berikanlah kepada mereka. Aku mengenal mereka."

"Jika engkau mengenal mereka. Aku akan menyerahkannya."

Kemudian ia menyerahkan putrinya kepada para pengikut Ājīvaka tersebut, dan mereka membawanya. Selama satu bulan mereka memperlakukannya seperti seorang menantu, tetapi setelah itu seperti seorang budak.

Gadis itu mengirim pesan kepada ibunya, mengatakan, "Ibu, aku tidak bahagia dan sengsara. Selama satu bulan mereka memperlakukan aku seperti seorang menantu, tetapi setelah itu seperti seorang budak. Datanglah, ibu, dan bawa aku pulang."

Segera setelah itu si perempuan penghibur mendatangi para Ājīvaka itu dan berkata, "Jangan memperlakukan anakku seperti budak; perlakukanlah ia dengan baik!"

Mereka menjawab, "Kami berurusan dengan si monastik, bukan dengan engkau. Pergilah! Kami tidak ingin mengenalmu." Karena diusir, ia pulang ke Sāvatthī.

Untuk kedua kalinya si gadis itu mengirim pesan yang sama kepada ibunya. Perempuan penghibur itu mendatangi Udāyī dan berkata, "Yang Mulia, anakku tidak bahagia dan sengsara. Mereka memperlakukannya seperti seorang menantu selama satu bulan, tetapi setelah itu seperti seorang budak. Sudilah memberitahu mereka agar memperlakukannya dengan baik."

Udāyī mendatangi para Ājīvaka dan berkata, "Jangan memperlakukan gadis ini seperti budak; perlakukanlah ia dengan baik."

Mereka menjawab, "Kami berurusan dengan si perempuan penghibur, bukan dengan engkau. Seorang monastik seharusnya tidak terlibat. Engkau seharusnya bersikap selayaknya seorang monastik. Pergilah! Kami tidak ingin mengenalmu." Karena diusir, ia pulang ke Sāvatthī.

Untuk ketiga kalinya gadis itu mengirim pesan yang sama kepada ibunya, dan untuk kedua kalinya perempuan penghibur itu mendatangi Udāyī dan mengatakan hal yang sama.

Ia menjawab, "Ketika aku pergi untuk pertama kali, mereka hanya mengusirku. Pergilah sendiri; aku tidak akan pergi."

Kemudian perempuan penghibur itu mengeluhkan dan mengkritiknya, "Semoga Yang Mulia Udāyī sengsara dan tidak bahagia, seperti halnya anakku yang sengsara dan tidak bahagia karena ibu mertuanya yang jahat, ayah mertuanya yang jahat, dan suaminya yang jahat."

Gadis itu juga mengeluhkan dan mengkritiknya dengan cara yang sama,

seperti juga perempuan-perempuan lainnya yang tidak bahagia dengan ibu mertua, ayah mertua, dan suami mereka.

Tetapi para perempuan yang bahagia dengan keluarga suami mereka mengharapkan kesejahteraannya, dengan berkata, "Semoga Yang Mulia Udāyī bahagia dan sejahtera, seperti halnya kami bahagia dan sejahtera karena ibu mertua kami, ayah mertua kami, dan suami kami yang baik."

Para bhikkhu mendengar bahwa beberapa perempuan mengkritiknya sedangkan yang lainnya mengharapkan kesejahteraannya. Dan para bhikkhu yang memiliki sedikit keinginan mengeluhkan dan mengkritiknya, "Bagaimana mungkin Yang Mulia Udāyī dapat bertindak sebagai seorang pencomblang?"

Mereka memberitahukan kepada Sang Buddha. Sang Buddha mengumpulkan Sangha dan menanyai Udāyī: "Benarkah, Udāyī, bahwa engkau melakukan hal ini?"

"Benar, Yang Mulia."

Sang Buddha menegurnya ... "Orang dungu, bagaimana mungkin engkau dapat melakukan hal ini? Hal ini akan mempengaruhi keyakinan orang-orang..." ... "Dan, para bhikkhu, aturan latihan ini harus dibacakan sebagai berikut:

Aturan awal

'Jika seorang bhikkhu bertindak sebagai seorang pencomblang, menyampaikan niat seorang laki-laki kepada seorang perempuan atau niat seorang perempuan kepada seorang laki-laki, untuk perkawinan atau untuk suatu hubungan gelap, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penskorsan.'"

Dengan cara inilah Sang Buddha menetapkan aturan latihan ini untuk para bhikkhu.

Sub-kisah kedua

Tidak lama kemudian sejumlah berandal yang sedang bersenang-senang di sebuah taman mengirim seorang utusan kepada seorang pekerja seksual, dengan mengatakan, "Datanglah, mari kita bersenang-senang di taman."

Ia menjawab, "Tuan-tuan, aku tidak mengenal kalian. Aku kaya. Aku tidak ingin pergi ke luar kota."

Utusan itu kembali dengan pesan itu. Seseorang tertentu berkata kepada orang-orang itu, "Mengapakah kalian meminta si pekerja seksual? Kalian seharusnya berbicara dengan Yang Mulia Udāyī. Ia akan membujuknya."

Tetapi seorang umat Buddha awam berkata, "Tidak mungkin. Itu tidak diperbolehkan bagi para monastik Sakya. Ia tidak akan melakukannya." Dan mereka bertaruh apakah ia mau melakukannya atau tidak.

Para berandal itu kemudian mendatangi Udāyī dan berkata, "Yang Mulia, sewaktu kami sedang bersenang-senang di taman, kami mengutus seorang utusan kepada seorang pekerja seksual, memintanya untuk datang, tetapi ia menolak. Sudikah engkau membujuknya?"

Udāyī menyetujui. Kemudian ia mendatangi pekerja seksual tersebut dan berkata, "Mengapakah engkau tidak mendatangi orang-orang itu?"

Ia memberitahukan alasannya kepadanya.

"Pergilah. Aku mengenal mereka."

"Kalau engkau mengenal mereka, Yang Mulia, aku akan pergi." Dan orang-orang itu membawanya ke taman.

Kemudian umat awam itu mengeluhkan dan mengkritiknya, "Bagaimana mungkin Yang Mulia Udāyī bertindak sebagai pencomblang untuk suatu hubungan gelap yang singkat?"

Para bhikkhu mendengarnya, dan para bhikkhu yang memiliki sedikit keinginan mengeluhkan dan mengkritiknya, "Bagaimana mungkin Yang Mulia Udāyī dapat bertindak sebagai seorang pencomblang untuk suatu hubungan gelap yang singkat?"

Mereka menegur Udāyī dalam berbagai cara dan kemudian memberitahukan kepada Sang Buddha. Segera setelah itu Sang Buddha mengumpulkan Sangha dan menanyai Udāyī: "Benarkah, Udāyī, bahwa engkau melakukan hal ini?"

"Benar, Yang Mulia."

Sang Buddha menegurnya ... "Orang dungu, bagaimana mungkin engkau dapat melakukan hal ini? Hal ini akan mempengaruhi keyakinan orang-orang ... " ... "Dan, para bhikkhu, aturan latihan ini harus dibacakan sebagai berikut:

Aturan akhir

'Jika seorang bhikkhu bertindak sebagai seorang pencomblang, menyampaikan niat seorang laki-laki kepada seorang perempuan atau niat seorang perempuan kepada seorang laki-laki, untuk perkawinan atau untuk suatu hubungan gelap, bahkan walaupun hanya untuk waktu yang singkat, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penskorsan.'"

Definisi

Seorang:

siapa pun ...

Bhikkhu:

... Seorang bhikkhu yang telah diberikan penahbisan penuh oleh Sangha yang sepakat melalui prosedur sah yang terdiri dari satu usul dan tiga pengumuman yang tidak dapat dibatalkan dan lengkap – bhikkhu jenis inilah yang dimaksudkan dalam kasus ini.

Bertindak sebagai seorang pencomblang:

diutus oleh seorang perempuan ia mendatangi seorang laki-laki, atau diutus seorang laki-laki ia mendatangi seorang perempuan.

Niat seorang laki-laki kepada seorang perempuan:

ia memberitahukan niat seorang laki-laki kepada seorang perempuan.

Niat seorang perempuan kepada seorang laki-laki:

ia memberitahukan niat seorang perempuan kepada seorang laki-laki.

Untuk perkawinan:

"Engkau harus menjadi istrinya."

Untuk suatu hubungan gelap:

"Engkau harus menjadi kekasih gelapnya."

Bahkan walaupun hanya untuk waktu yang singkat:

"Engkau akan menjalin hubungan singkat."

Ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penskorsan:

... Oleh karena itu, juga, disebut "satu pelanggaran yang mengharuskan penskorsan".

Permutasi

Permutasi bagian 1

Ringkasan

Ada sepuluh jenis perempuan: yang dilindungi oleh ibunya, yang dilindungi oleh ayahnya, yang dilindungi oleh orangtuanya, yang dilindungi oleh saudara laki-lakinya, yang dilindungi oleh saudara perempuannya, yang dilindungi oleh kerabatnya, yang dilindungi oleh keluarganya, yang dilindungi oleh agamanya, dilindungi perlindungan lainnya, yang dilindungi oleh ancaman hukuman.

Ada sepuluh jenis istri: istri belian, istri pilihan, istri melalui harta, istri melalui pakaian, istri melalui upacara mangkuk-air, istri melalui dibukanya alas kepala, istri budak, istri pelayan, istri tangkapan, istri sementara.

Definisi

Yang dilindungi oleh ibunya:

ibunya melindungi, menjaga, berkuasa, mengendalikan.

Yang dilindungi oleh ayahnya:

ayahnya melindungi, menjaga, berkuasa, mengendalikan.

Yang dilindungi oleh orangtuanya:

orangtuanya melindungi, menjaga, berkuasa, mengendalikan.

Yang dilindungi oleh saudara laki-lakinya:

saudara laki-lakinya melindungi, menjaga, berkuasa, mengendalikan.

Yang dilindungi oleh saudara perempuannya:

saudara perempuannya melindungi, menjaga, berkuasa, mengendalikan.

Yang dilindungi oleh kerabatnya:

kerabatnya melindungi, menjaga, berkuasa, mengendalikan.

Yang dilindungi oleh keluarganya:

keluarganya melindungi, menjaga, berkuasa, mengendalikan.

Yang dilindungi oleh agamanya:

teman-teman sekeyakinannya melindungi, menjaga, berkuasa, mengendalikan.

Yang dilindungi perlindungan lainnya:

bahkan selagi masih di dalam rahim, seseorang telah memilikinya, dengan berpikir, "Ia adalah milikku," dan demikian pula untuk seorang yang telah bertunangan.

Yang dilindungi oleh ancaman hukuman:

mereka yang menghukum akan menghukum siapa pun yang mendatanginya dengan hukuman pasti.

Istri belian:

setelah membelinya dengan uang, mereka hidup bersama.

Istri pilihan:

saling menyayangi satu sama lain, mereka hidup bersama.

Istri melalui harta:

setelah memberikan harta, mereka hidup bersama.

Istri melalui pakaian:

setelah memberikan pakaian, mereka hidup bersama.

Istri melalui upacara mangkuk-air:

setelah menyentuh semangkuk air, mereka hidup bersama.

Istri melalui dibukanya alas kepala:

setelah melepaskan alas kepala, mereka hidup bersama.

Istri budak:

ia adalah seorang budak dan seorang istri.

Istri pelayan:

ia adalah seorang pelayan dan seorang istri.

Istri tangkapan:

yang dimaksudkan adalah seorang yang dibawa kembali sebagai seorang tangkapan.

Istri sementara:

yang dimaksudkan adalah seorang istri untuk satu kesempatan.
Title: Saṅghādisesa 5
Post by: Indra on 14 September 2022, 09:45:39 PM
Penjelasan

Bertindak sebagai seorang pencomblang bagi seorang laki-laki dan seorang istri belian

Seorang laki-laki mengutus seorang bhikkhu, dengan mengatakan, "Yang Mulia, pergilah kepada perempuan itu yang dilindungi oleh ibunya dan katakan, 'Sudilah menjadi istri belian dari laki-laki itu.'" Jika ia menerima tugas itu, mencari tahu jawaban, dan melaporkan kembali, maka ia melakukan satu pelanggaran yang mengharuskan penskorsan.

Seorang laki-laki mengutus seorang bhikkhu, dengan mengatakan, "Yang mulia, pergilah kepada perempuan itu yang dilindungi oleh ayahnya dan katakan ... perempuan itu yang dilindungi oleh orangtuanya dan katakan ... perempuan itu yang dilindungi oleh saudara laki-lakinya dan katakan ... perempuan itu yang dilindungi oleh saudara perempuannya dan katakan ... perempuan itu yang dilindungi oleh kerabatnya dan katakan ... perempuan itu yang dilindungi oleh keluarganya dan katakan ... perempuan itu yang dilindungi oleh agamanya dan katakan ... perempuan itu yang dilindungi oleh perlindungan lainnya dan katakan ... perempuan itu yang dilindungi oleh ancaman hukuman dan katakan, 'Sudilah menjadi istri belian dari laki-laki itu.'" Jika ia menerima tugas itu, mencari tahu jawaban, dan melaporkan kembali, maka ia melakukan satu pelanggaran yang mengharuskan penskorsan.

Penetapan langkah-langkah selesai.

Bertindak sebagai seorang pencomblang bagi seorang laki-laki dan dua orang istri belian

Seorang laki-laki mengutus seorang bhikkhu, dengan mengatakan, "Yang Mulia, pergilah kepada perempuan itu yang dilindungi oleh ibunya dan perempuan lain itu yang dilindungi oleh ayahnya dan katakan, 'Sudilah menjadi istri-istri belian dari laki-laki itu.'" Jika ia menerima tugas itu, mencari tahu jawaban, dan melaporkan kembali, maka ia melakukan satu pelanggaran yang mengharuskan penskorsan.

Seorang laki-laki mengutus seorang bhikkhu, dengan mengatakan, "Yang mulia, pergilah kepada perempuan itu yang dilindungi oleh ibunya dan perempuan lain itu yang dilindungi oleh orangtuanya ... perempuan itu yang dilindungi oleh ibunya dan perempuan lain itu yang dilindungi oleh saudara laki-lakinya itu ... perempuan itu yang dilindungi oleh ibunya dan perempuan lain itu yang dilindungi oleh saudara perempuannya ... perempuan itu yang dilindungi oleh ibunya itu dan perempuan lain itu yang dilindungi oleh kerabatnya ... perempuan itu yang dilindungi oleh ibunya dan perempuan lain itu yang dilindungi oleh keluarganya ... perempuan itu yang dilindungi oleh ibunya dan perempuan lain itu yang dilindungi oleh agamanya ... perempuan itu yang dilindungi oleh ibunya dan perempuan lain itu yang dilindungi oleh perlindungan lainnya ... perempuan itu yang dilindungi oleh ibunya dan perempuan lain itu yang dilindungi oleh ancaman hukuman dan katakan, 'Sudilah menjadi istri-istri belian dari laki-laki itu.'" Jika ia menerima tugas itu, mencari tahu jawaban, dan melaporkan kembali, maka ia melakukan satu pelanggaran yang mengharuskan penskorsan.

Rangkaian permutasi yang tidak berkaitan selesai.

Seorang laki-laki mengutus seorang bhikkhu, dengan mengatakan, "Yang Mulia, pergilah kepada perempuan itu yang dilindungi oleh ayahnya dan perempuan lain itu yang dilindungi oleh orangtuanya dan katakan, 'Sudilah menjadi istri-istri belian dari laki-laki itu.'" Jika ia menerima tugas itu, mencari tahu jawaban, dan melaporkan kembali, maka ia melakukan satu pelanggaran yang mengharuskan penskorsan.

Seorang laki-laki mengutus seorang bhikkhu, dengan mengatakan, "Yang mulia, pergilah kepada perempuan itu yang dilindungi oleh ayahnya dan perempuan lain itu yang dilindungi oleh saudara laki-lakinya ... perempuan itu yang dilindungi oleh ayahnya dan perempuan lain itu yang dilindungi oleh saudara perempuannya ... perempuan itu yang dilindungi oleh ayahnya dan perempuan lain itu yang dilindungi oleh kerabatnya ... perempuan itu yang dilindungi oleh ayahnya dan perempuan lain itu yang dilindungi oleh keluarganya ... perempuan itu yang dilindungi oleh ayahnya dan perempuan lain itu yang dilindungi oleh agamanya ... perempuan itu yang dilindungi oleh ayahnya dan perempuan lain itu yang dilindungi oleh perlindungan lainnya ... perempuan itu yang dilindungi oleh ayahnya dan perempuan lain itu yang dilindungi oleh ancaman hukuman dan katakan, 'Sudilah menjadi istri-istri belian dari laki-laki itu.'" Jika ia menerima tugas itu, mencari tahu jawaban, dan melaporkan kembali, maka ia melakukan satu pelanggaran yang mengharuskan penskorsan.

Seorang laki-laki mengutus seorang bhikkhu, dengan mengatakan, "Yang Mulia, pergilah kepada perempuan itu yang dilindungi oleh ayahnya dan perempuan lain itu yang dilindungi oleh ibunya dan katakan, 'Sudilah menjadi istri-istri belian dari laki-laki itu.'" Jika ia menerima tugas itu, mencari tahu jawaban, dan melaporkan kembali, maka ia melakukan satu pelanggaran yang mengharuskan penskorsan.

Rangkaian permutasi berkaitan dengan dasarnya secara ringkas selesai.

... Seorang laki-laki mengutus seorang bhikkhu, dengan mengatakan, "Yang Mulia, pergilah kepada perempuan itu yang dilindungi oleh ancaman hukuman dan perempuan lain itu yang dilindungi oleh ibunya dan katakan, 'Sudilah menjadi istri-istri belian dari laki-laki itu.'" Jika ia menerima tugas itu, mencari tahu jawaban, dan melaporkan kembali, maka ia melakukan satu pelanggaran yang mengharuskan penskorsan.

Seorang laki-laki mengutus seorang bhikkhu, dengan mengatakan, "Yang Mulia, pergilah kepada perempuan itu yang dilindungi oleh ancaman hukuman dan perempuan lain itu yang dilindungi oleh ayahnya ... perempuan itu yang dilindungi oleh ancaman hukuman dan perempuan lain itu yang dilindungi oleh orangtuanya ... perempuan itu yang dilindungi oleh ancaman hukuman dan perempuan lain itu yang dilindungi oleh saudara laki-lakinya ... perempuan itu yang dilindungi oleh ancaman hukuman dan perempuan lain itu yang dilindungi oleh saudara perempuannya ... perempuan itu yang dilindungi oleh ancaman hukuman itu dan perempuan lain itu yang dilindungi oleh kerabatnya ... perempuan itu yang dilindungi oleh ancaman hukuman dan perempuan lain itu yang dilindungi oleh keluarganya ... perempuan itu yang dilindungi oleh ancaman hukuman dan perempuan lain itu yang dilindungi oleh agamanya ... perempuan itu yang dilindungi oleh ancaman hukuman dan perempuan lain itu yang dilindungi oleh perlindungan lainnya, dan katakan, 'Sudilah menjadi istri-istri belian dari laki-laki itu.'" Jika ia menerima tugas itu, mencari tahu jawaban, dan melaporkan kembali, maka ia melakukan satu pelanggaran yang mengharuskan penskorsan.

Bagian yang berdasarkan atas satu hal selesai.

Bertindak sebagai seorang pencomblang bagi seorang laki-laki dan tiga hingga sembilan orang istri belian

Bagian yang berdasarkan atas dua hal, tiga hal, hingga sembilan hal, harus diperlakukan dengan cara yang sama.

Bertindak sebagai seorang pencomblang bagi seorang laki-laki dan sepuluh orang istri belian

Ini adalah bagian yang berdasarkan atas sepuluh hal:

Seorang laki-laki mengutus seorang bhikkhu, dengan mengatakan, "Yang Mulia, pergilah kepada perempuan itu yang dilindungi oleh ibunya dan perempuan lain itu yang dilindungi oleh ayahnya dan perempuan lainnya lagi itu yang dilindungi oleh orangtuanya dan perempuan lainnya lagi itu yang dilindungi oleh saudara laki-lakinya dan perempuan lainnya lagi itu yang dilindungi oleh saudara perempuannya dan perempuan lainnya lagi itu yang dilindungi oleh kerabatnya dan perempuan lainnya lagi itu yang dilindungi oleh keluarganya dan perempuan lainnya lagi itu yang dilindungi oleh agamanya dan perempuan lainnya lagi itu yang dilindungi oleh perlindungan lainnya dan perempuan lainnya lagi itu yang dilindungi oleh ancaman hukuman dan katakan, 'Sudilah menjadi istri-istri belian dari laki-laki itu.'" Jika ia menerima tugas itu, mencari tahu jawaban, dan melaporkan kembali, maka ia melakukan satu pelanggaran yang mengharuskan penskorsan.

Rangkaian permutasi tentang istri-istri belian selesai.

Bertindak sebagai seorang pencomblang bagi seorang laki-laki dan jenis-jenis istri lainnya

Seorang laki-laki mengutus seorang bhikkhu, dengan mengatakan, "Yang Mulia, pergilah kepada perempuan itu yang dilindungi oleh ibunya dan katakan, 'Sudilah menjadi istri pilihan dari laki-laki itu ... istri melalui harta dari laki-laki itu ... istri melalui pakaian dari laki-laki itu ... istri melalui upacara mangkuk-air dari laki-laki itu ... istri melalui dibukanya alas kepala dari laki-laki itu ... istri budak dari laki-laki itu ... istri pelayan dari laki-laki itu ... istri tangkapan dari laki-laki itu ... istri sementara dari laki-laki itu.'" Jika ia menerima tugas itu, mencari tahu jawaban, dan melaporkan kembali, maka ia melakukan satu pelanggaran yang mengharuskan penskorsan.

Bertindak sebagai seorang pencomblang bagi seorang laki-laki dan seorang istri sementara

Seorang laki-laki mengutus seorang bhikkhu, dengan mengatakan, "Yang Mulia, pergilah kepada perempuan itu yang dilindungi ayahnya dan katakan ... perempuan itu yang dilindungi oleh orangtuanya ... perempuan itu yang dilindungi oleh saudara laki-lakinya ... perempuan itu yang dilindungi oleh saudara perempuannya ... perempuan itu yang dilindungi oleh kerabatnya ... perempuan itu yang dilindungi oleh keluarganya ... perempuan itu yang dilindungi oleh agamanya ... perempuan itu yang dilindungi oleh perlindungan lainnya ... perempuan itu yang dilindungi oleh ancaman hukuman dan katakan, 'Sudilah menjadi istri sementara dari laki-laki itu.'" Jika ia menerima tugas itu, mencari tahu jawaban, dan melaporkan kembali, maka ia melakukan satu pelanggaran yang mengharuskan penskorsan.

Penetapan langkah-langkah selesai.

Bertindak sebagai seorang pencomblang bagi seorang laki-laki dan dua istri sementara

Seorang laki-laki mengutus seorang bhikkhu, dengan mengatakan, "Yang Mulia, pergilah kepada perempuan itu yang dilindungi oleh ibunya dan perempuan lain itu yang dilindungi oleh ayahnya dan katakan, 'Sudilah menjadi istri-istri sementara dari laki-laki itu.'" Jika ia menerima tugas itu, mencari tahu jawaban, dan melaporkan kembali, maka ia melakukan satu pelanggaran yang mengharuskan penskorsan.

Seorang laki-laki mengutus seorang bhikkhu, dengan mengatakan, "Yang Mulia, pergilah kepada perempuan itu yang dilindungi oleh ibunya dan perempuan lain itu yang dilindungi oleh orangtuanya ... perempuan itu yang dilindungi oleh ibunya dan perempuan lain itu yang dilindungi oleh ancaman hukuman dan katakan, 'Sudilah menjadi istri-istri sementara dari laki-laki itu.'" Jika ia menerima tugas itu, mencari tahu jawaban, dan melaporkan kembali, maka ia melakukan satu pelanggaran yang mengharuskan penskorsan.

Rangkaian permutasi yang tidak berkaitan selesai.

Seorang laki-laki mengutus seorang bhikkhu, dengan mengatakan, "Yang Mulia, pergilah kepada perempuan itu yang dilindungi oleh ayahnya dan perempuan lain itu yang dilindungi oleh orangtuanya dan katakan, 'Sudilah menjadi istri-istri sementara dari laki-laki itu.'" Jika ia menerima tugas itu, mencari tahu jawaban, dan melaporkan kembali, maka ia melakukan satu pelanggaran yang mengharuskan penskorsan.

Seorang laki-laki mengutus seorang bhikkhu, dengan mengatakan, "Yang Mulia, pergilah kepada perempuan itu yang dilindungi oleh ayahnya dan perempuan lain itu yang dilindungi oleh saudara laki-lakinya ... perempuan itu yang dilindungi oleh ayahnya dan perempuan lain itu yang dilindungi oleh ancaman hukuman dan katakan, 'Sudilah menjadi istri-istri sementara dari laki-laki itu.'" Jika ia menerima tugas itu, mencari tahu jawaban, dan melaporkan kembali, maka ia melakukan satu pelanggaran yang mengharuskan penskorsan.

Seorang laki-laki mengutus seorang bhikkhu, dengan mengatakan, "Yang Mulia, pergilah kepada perempuan itu yang dilindungi oleh ayahnya dan perempuan lain itu yang dilindungi oleh ibunya dan katakan, 'Sudilah menjadi istri-istri sementara dari laki-laki itu.'" Jika ia menerima tugas itu, mencari tahu jawaban, dan melaporkan kembali, maka ia melakukan satu pelanggaran yang mengharuskan penskorsan.

Rangkaian permutasi berkaitan dengan dasar secara ringkas selesai.

Bertindak sebagai seorang pencomblang bagi seorang laki-laki dan tiga hingga sembilan istri sementara

Bagian yang berdasarkan atas dua hal, dan seterusnya, harus diperlakukan dengan cara yang sama.

Bertindak sebagai seorang pencomblang bagi seorang laki-laki dan sepuluh istri sementara

Ini adalah bagian yang berdasarkan atas sepuluh hal:

Seorang laki-laki mengutus seorang bhikkhu, dengan mengatakan, "Yang Mulia, pergilah kepada perempuan itu yang dilindungi oleh ibunya dan perempuan lain itu yang dilindungi oleh ayahnya dan perempuan lainnya lagi itu yang dilindungi oleh orangtuanya dan perempuan lainnya lagi itu yang dilindungi oleh saudara laki-lakinya dan perempuan lainnya lagi itu yang dilindungi oleh saudara perempuannya dan perempuan lainnya lagi itu yang dilindungi oleh kerabatnya dan perempuan lainnya lagi itu yang dilindungi oleh keluarganya dan perempuan lainnya lagi itu yang dilindungi oleh agamanya dan perempuan lainnya lagi itu yang dilindungi oleh perlindungan lainnya dan perempuan lainnya lagi itu yang dilindungi oleh ancaman hukuman dan katakan, 'Sudilah menjadi istri-istri sementara dari laki-laki itu.'" Jika ia menerima tugas itu, mencari tahu jawaban, dan melaporkan kembali, maka ia melakukan satu pelanggaran yang mengharuskan penskorsan.

Rangkaian permutasi tentang istri-istri sementara selesai.

Bertindak sebagai seorang pencomblang bagi seorang laki-laki dan seorang perempuan yang dilindungi oleh ibunya: motif tunggal

Seorang laki-laki mengutus seorang bhikkhu, dengan mengatakan, "Yang Mulia, pergilah kepada perempuan itu yang dilindungi oleh ibunya dan katakan, 'Sudilah menjadi istri belian dari laki-laki itu,'" Jika ia menerima tugas itu, mencari tahu jawaban, dan melaporkan kembali, maka ia melakukan satu pelanggaran yang mengharuskan penskorsan.

Seorang laki-laki mengutus seorang bhikkhu, dengan mengatakan, "Yang Mulia, pergilah kepada perempuan itu yang dilindungi oleh ibunya dan katakan, 'Sudilah menjadi istri pilihan dari laki-laki itu ... istri melalui harta dari laki-laki itu ... istri melalui pakaian dari laki-laki itu ... istri melalui upacara mangkuk-air dari laki-laki itu ... istri melalui dibukanya alas kepala dari laki-laki itu ... istri budak dari laki-laki itu ... istri pelayan dari laki-laki itu ... istri tangkapan dari laki-laki itu ... istri sementara dari laki-laki itu.'" Jika ia menerima tugas itu, mencari tahu jawaban, dan melaporkan kembali, maka ia melakukan satu pelanggaran yang mengharuskan penskorsan.

Penetapan langkah-langkah selesai.

Bertindak sebagai seorang pencomblang bagi seorang laki-laki dan seorang perempuan yang dilindungi oleh ibunya: kombinasi dua motif

Seorang laki-laki mengutus seorang bhikkhu, dengan mengatakan, "Yang Mulia, pergilah kepada perempuan itu yang dilindungi oleh ibunya dan katakan, 'Sudilah menjadi istri belian dan istri pilihan dari laki-laki itu,'" Jika ia menerima tugas itu, mencari tahu jawaban, dan melaporkan kembali, maka ia melakukan satu pelanggaran yang mengharuskan penskorsan.

Seorang laki-laki mengutus seorang bhikkhu, dengan mengatakan, "Yang Mulia, pergilah kepada perempuan itu yang dilindungi oleh ibunya dan katakan, 'Sudilah menjadi istri belian dan istri melalui harta dari laki-laki itu ... istri belian dan istri melalui pakaian dari laki-laki itu ... istri belian dan istri melalui upacara mangkuk-air dari laki-laki itu ... istri belian dan istri melalui dibukanya alas kepala dari laki-laki itu ... istri belian dan istri budak dari laki-laki itu ... istri belian dan istri pelayan dari laki-laki itu ... istri belian dan istri tangkapan dari laki-laki itu ... istri belian dan istri sementara dari laki-laki itu.'" Jika ia menerima tugas itu, mencari tahu jawaban, dan melaporkan kembali, maka ia melakukan satu pelanggaran yang mengharuskan penskorsan.

Rangkaian permutasi yang tidak berkaitan selesai.

Seorang laki-laki mengutus seorang bhikkhu, dengan mengatakan, "Yang Mulia, pergilah kepada perempuan itu yang dilindungi oleh ibunya dan katakan, 'Sudilah menjadi istri pilihan dan istri melalui harta dari laki-laki itu ... istri pilihan dan istri sementara dari laki-laki itu ... istri pilihan dan istri belian dari laki-laki itu.'" Jika ia menerima tugas itu, mencari tahu jawaban, dan melaporkan kembali, maka ia melakukan satu pelanggaran yang mengharuskan penskorsan.

Rangkaian permutasi berkaitan dengan dasar secara ringkas selesai.

Seorang laki-laki mengutus seorang bhikkhu, dengan mengatakan, "Yang Mulia, pergilah kepada perempuan itu yang dilindungi oleh ibunya dan katakan, 'Sudilah menjadi istri sementara dan istri belian dari laki-laki itu ... istri sementara dan istri pilihan dari laki-laki itu ... istri sementara dan istri tangkapan dari laki-laki itu.'" Jika ia menerima tugas itu, mencari tahu jawaban, dan melaporkan kembali, maka ia melakukan satu pelanggaran yang mengharuskan penskorsan.

Bagian yang berdasarkan atas satu hal selesai.

Bertindak sebagai seorang pencomblang bagi seorang laki-laki dan seorang perempuan yang dilindungi oleh ibunya: kombinasi tiga hingga sembilan motif

Bagian yang berdasarkan atas dua hal, dan seterusnya, harus diperlakukan dengan cara yang sama.

Bertindak sebagai seorang pencomblang bagi seorang laki-laki dan seorang perempuan yang dilindungi oleh ibunya: sepuluh motif

Bagian ini adalah yang berdasarkan atas sepuluh hal:

Seorang laki-laki mengutus seorang bhikkhu, dengan mengatakan, "Yang Mulia, pergilah kepada perempuan itu yang dilindungi oleh ibunya dan katakan, 'Sudilah menjadi istri belian dan istri pilihan dan istri melalui harta dan istri melalui pakaian dan istri melalui upacara mangkuk-air dan istri melalui dilepaskannya alas kepala dan istri budak dan istri pelayan dan istri tangkapan dan istri sementara dari laki-laki itu.'" Jika ia menerima tugas itu, mencari tahu jawaban, dan melaporkan kembali, maka ia melakukan satu pelanggaran yang mengharuskan penskorsan.

Rangkaian permutasi tentang seorang perempuan yang dilindungi oleh ibunya selesai.

Title: Saṅghādisesa 5
Post by: Indra on 14 September 2022, 09:48:46 PM
Bertindak sebagai seorang pencomblang bagi seorang laki-laki dan seorang perempuan yang dilindungi dalam berbagai cara: motif tunggal

Seorang laki-laki mengutus seorang bhikkhu, dengan mengatakan, "Yang Mulia, pergilah kepada perempuan itu yang dilindungi oleh ayahnya ... perempuan itu yang dilindungi oleh orangtuanya ... perempuan itu yang dilindungi oleh saudara laki-lakinya ... perempuan itu yang dilindungi oleh saudara perempuannya ... perempuan itu yang dilindungi oleh kerabatnya ... perempuan itu yang dilindungi oleh keluarganya ... perempuan itu yang dilindungi oleh agamanya ... perempuan itu yang dilindungi oleh perlindungan lain ... perempuan itu yang dilindungi oleh ancaman hukuman dan katakan, 'Sudilah menjadi istri belian dari laki-laki itu.'" Jika ia menerima tugas itu, mencari tahu jawaban, dan melaporkan kembali, maka ia melakukan satu pelanggaran yang mengharuskan penskorsan.

Bertindak sebagai seorang pencomblang bagi seorang laki-laki dan seorang perempuan yang dilindungi oleh ancaman hukuman: motif tunggal

Seorang laki-laki mengutus seorang bhikkhu, dengan mengatakan, "Yang Mulia, pergilah kepada perempuan itu yang dilindungi oleh ancaman hukuman dan katakan, 'Sudilah menjadi istri pilihan dari laki-laki itu ... istri melalui harta dari laki-laki itu ... istri melalui pakaian dari laki-laki itu ... istri melalui upacara mangkuk-air dari laki-laki itu ... istri melalui dilepaskannya alas kepala dari laki-laki itu ... istri budak dari laki-laki itu ... istri pelayan dari laki-laki itu ... istri tangkapan dari laki-laki itu ... istri sementara dari laki-laki itu.'" Jika ia menerima tugas itu, mencari tahu jawaban, dan melaporkan kembali, maka ia melakukan satu pelanggaran yang mengharuskan penskorsan.

Penetapan langkah-langkah selesai.

Bertindak sebagai seorang pencomblang bagi seorang laki-laki dan seorang perempuan yang dilindungi oleh ancaman hukuman: kombinasi dua motif

Seorang laki-laki mengutus seorang bhikkhu, dengan mengatakan, "Yang Mulia, pergilah kepada perempuan itu yang dilindungi oleh ancaman hukuman dan katakan, 'Sudilah menjadi istri belian dan istri pilihan dari laki-laki itu.'" Jika ia menerima tugas itu, mencari tahu jawaban, dan melaporkan kembali, maka ia melakukan satu pelanggaran yang mengharuskan penskorsan.

Seorang laki-laki mengutus seorang bhikkhu, dengan mengatakan, "Yang Mulia, pergilah kepada perempuan itu yang dilindungi oleh ancaman hukuman dan katakan, 'Sudilah menjadi istri belian dan istri melalui harta dari laki-laki itu ... istri belian dan istri sementara dari laki-laki itu.'" Jika ia menerima tugas itu, mencari tahu jawaban, dan melaporkan kembali, maka ia melakukan satu pelanggaran yang mengharuskan penskorsan.

Rangkaian permutasi yang tidak berkaitan selesai.

Seorang laki-laki mengutus seorang bhikkhu, dengan mengatakan, "Yang Mulia, pergilah kepada perempuan itu yang dilindungi oleh ancaman hukuman dan katakan, 'Sudilah menjadi istri pilihan dan istri melalui harta dari laki-laki itu ... istri pilihan dan istri sementara dari laki-laki itu ... istri pilihan dan istri belian dari laki-laki itu.'" Jika ia menerima tugas itu, mencari tahu jawaban, dan melaporkan kembali, maka ia melakukan satu pelanggaran yang mengharuskan penskorsan.

Rangkaian permutasi yang berkaitan dengan dasar secara ringkas selesai.

Seorang laki-laki mengutus seorang bhikkhu, dengan mengatakan, "Yang Mulia, pergilah kepada perempuan itu yang dilindungi oleh ancaman hukuman dan katakan, 'Sudilah menjadi istri sementara dan istri belian dari laki-laki itu ... istri sementara dan istri pilihan dari laki-laki itu ... istri sementara dan istri tangkapan dari laki-laki itu.'" Jika ia menerima tugas itu, mencari tahu jawaban, dan melaporkan kembali, maka ia melakukan satu pelanggaran yang mengharuskan penskorsan.

Bagian yang berdasarkan atas satu hal selesai.

Bertindak sebagai seorang pencomblang bagi seorang laki-laki dan seorang perempuan yang dilindungi oleh ancaman hukuman: kombinasi tiga hingga sembilan motif

Bagian yang berdasarkan atas dua hal, tiga hal, hingga sembilan hal harus diperlakukan dengan cara yang sama.

Bertindak sebagai seorang pencomblang bagi seorang laki-laki dan seorang perempuan yang dilindungi oleh ancaman hukuman: sepuluh motif

Bagian ini adalah yang berdasarkan atas sepuluh hal:

Seorang laki-laki mengutus seorang bhikkhu, dengan mengatakan, "Yang Mulia, pergilah kepada perempuan itu yang dilindungi oleh ancaman hukuman dan katakan, 'Sudilah menjadi istri belian dan istri pilihan dan istri melalui harta dan istri melalui pakaian dan istri melalui upacara mangkuk-air dan istri melalui dilepaskannya alas kepala dan istri budak dan istri pelayan dan istri tangkapan dan istri sementara dari laki-laki itu.'" Jika ia menerima tugas itu, mencari tahu jawaban, dan melaporkan kembali, maka ia melakukan satu pelanggaran yang mengharuskan penskorsan.

Rangkaian permutasi untuk seorang yang dilindungi oleh ancaman hukuman selesai.

Peningkatan bertahap atas istri dan motif

Seorang laki-laki mengutus seorang bhikkhu, dengan mengatakan, "Yang Mulia, pergilah kepada perempuan itu yang dilindungi oleh ibunya dan katakan, 'Sudilah menjadi istri belian dari laki-laki itu.'" Jika ia menerima tugas itu, mencari tahu jawaban, dan melaporkan kembali, maka ia melakukan satu pelanggaran yang mengharuskan penskorsan.

Seorang laki-laki mengutus seorang bhikkhu, dengan mengatakan, "Yang Mulia, pergilah kepada perempuan itu yang dilindungi oleh ibunya dan perempuan lain itu yang dilindungi oleh ayahnya dan katakan, 'Sudilah menjadi istri-istri belian dan istri-istri pilihan dari laki-laki itu.'" Jika ia menerima tugas itu, mencari tahu jawaban, dan melaporkan kembali, maka ia melakukan satu pelanggaran yang mengharuskan penskorsan.

Seorang laki-laki mengutus seorang bhikkhu, dengan mengatakan, "Yang Mulia, pergilah kepada perempuan itu yang dilindungi oleh ibunya dan perempuan lain itu yang dilindungi oleh ayahnya dan perempuan lainnya lagi itu yang dilindungi oleh orangtuanya dan katakan, 'Sudilah menjadi istri-istri belian dan istri-istri pilihan dan istri-istri melalui harta dari laki-laki itu.'" Jika ia menerima tugas itu, mencari tahu jawaban, dan melaporkan kembali, maka ia melakukan satu pelanggaran yang mengharuskan penskorsan.

Dengan cara ini peningkatan dalam kedua hal dilakukan.

Seorang laki-laki mengutus seorang bhikkhu, dengan mengatakan, "Yang Mulia, pergilah kepada perempuan itu yang dilindungi oleh ibunya dan perempuan lain itu yang dilindungi oleh ayahnya dan perempuan lainnya lagi itu yang dilindungi oleh orangtuanya dan perempuan lainnya lagi itu yang dilindungi oleh saudara laki-lakinya dan perempuan lainnya lagi itu yang dilindungi oleh saudara perempuannya dan perempuan lainnya lagi itu yang dilindungi oleh kerabatnya dan perempuan lainnya lagi itu yang dilindungi oleh keluarganya dan perempuan lainnya lagi itu yang dilindungi oleh agamanya dan perempuan lainnya lagi itu yang dilindungi oleh perlindungan lainnya dan perempuan lainnya lagi itu yang dilindungi oleh ancaman hukuman, dan katakan, 'Sudilah menjadi istri-istri belian dan istri-istri pilihan dan istri-istri melalui harta dan istri-istri melalui pakaian dan istri-istri melalui upacara mangkuk-air dan istri-istri melalui dilepaskannya alas kepala dan istri-istri budak dan istri-istri pelayan dan istri-istri tangkapan dan istri-istri sementara dari laki-laki itu.'" Jika ia menerima tugas itu, mencari tahu jawaban, dan melaporkan kembali, maka ia melakukan satu pelanggaran yang mengharuskan penskorsan.

Peningkatan dalam kedua hal selesai.

Hubungan yang diatur untuk seorang laki-laki

Ibu dari seorang laki-laki mengutus seorang bhikkhu ... Ayah dari seorang laki-laki mengutus seorang bhikkhu ... Orangtua dari seorang laki-laki mengutus seorang bhikkhu ... Saudara laki-laki dari seorang laki-laki mengutus seorang bhikkhu ... Saudara perempuan dari seorang laki-laki mengutus seorang bhikkhu ... Kerabat dari seorang laki-laki mengutus seorang bhikkhu ... Keluarga dari seorang laki-laki mengutus seorang bhikkhu ... Teman-teman sekeyakinan dari seorang laki-laki mengutus seorang bhikkhu ...

Harus diuraikan seperti pada rangkaian berturut-turut tentang seorang laki-laki.

Peningkatan dalam kedua hal harus diuraikan seperti sebelumnya.

Hubungan yang diatur oleh ibu: motif tunggal

Ibu dari seorang perempuan yang dilindungi oleh ibunya mengutus seorang bhikkhu, dengan berkata, "Yang Mulia, pergilah kepada laki-laki itu dan katakan, 'Aku memiliki seorang istri untukmu yang dapat menjadi istri belian.'" Jika ia menerima tugas itu, mencari tahu jawaban, dan melaporkan kembali, maka ia melakukan satu pelanggaran yang mengharuskan penskorsan.

Ibu dari seorang perempuan yang dilindungi oleh ibunya mengutus seorang bhikkhu, dengan berkata, "Yang Mulia, pergilah kepada laki-laki itu dan katakan, 'Aku memiliki seorang istri untukmu yang dapat menjadi istri pilihan.'" ... istri melalui harta.'" ... istri melalui pakaian.'" ... istri melalui upacara mangkuk-air.'" ... istri melalui dilepaskannya alas kepala.'" ... istri budak.'" ... istri pelayan.'" ... istri tangkapan.'" ... istri sementara.'" Jika ia menerima tugas itu, mencari tahu jawaban, dan melaporkan kembali, maka ia melakukan satu pelanggaran yang mengharuskan penskorsan.

Penetapan langkah-langkah selesai.

Hubungan yang diatur oleh ibu: kombinasi dua motif

Ibu dari seorang perempuan yang dilindungi oleh ibunya mengutus seorang bhikkhu, dengan berkata, "Yang Mulia, pergilah kepada laki-laki itu dan katakan, 'Aku memiliki seorang istri untukmu yang dapat menjadi istri belian dan istri pilihan.'" ... istri belian dan istri melalui harta.'" ... istri belian dan istri sementara.'" Jika ia menerima tugas itu, mencari tahu jawaban, dan melaporkan kembali, maka ia melakukan satu pelanggaran yang mengharuskan penskorsan.

Rangkaian permutasi yang tidak berkaitan selesai.

Ibu dari seorang perempuan yang dilindungi oleh ibunya mengutus seorang bhikkhu, dengan berkata, "Yang Mulia, pergilah kepada laki-laki itu dan katakan, 'Aku memiliki seorang istri untukmu yang dapat menjadi istri pilihan dan istri melalui harta.'" ... istri pilihan dan istri sementara.'" ... istri pilihan dan istri belian.'" Jika ia menerima tugas itu, mencari tahu jawaban, dan melaporkan kembali, maka ia melakukan satu pelanggaran yang mengharuskan penskorsan.

Rangkaian permutasi yang berkaitan dengan dasar secara ringkas selesai.

Ibu dari seorang perempuan yang dilindungi oleh ibunya mengutus seorang bhikkhu, dengan berkata, "Yang Mulia, pergilah kepada laki-laki itu dan katakan, 'Aku memiliki seorang istri untukmu yang dapat menjadi istri sementara dan istri belian.'" ... istri sementara dan istri pilihan.'" ... istri sementara dan istri tangkapan.'" Jika ia menerima tugas itu, mencari tahu jawaban, dan melaporkan kembali, maka ia melakukan satu pelanggaran yang mengharuskan penskorsan.

Bagian yang berdasarkan atas satu hal selesai.

Hubungan yang diatur oleh ibu: kombinasi tiga hingga sembilan motif

Bagian-bagian yang berdasarkan atas dua hal, tiga hal, hingga sembilan hal harus diperlakukan dengan cara yang sama.

Hubungan yang diatur oleh ibu: sepuluh motif

Ini adalah bagian yang berdasarkan atas sepuluh hal:

Ibu dari seorang perempuan yang dilindungi oleh ibunya mengutus seorang bhikkhu, dengan berkata, "Yang Mulia, pergilah kepada laki-laki itu dan katakan, 'Aku memiliki seorang istri untukmu yang dapat menjadi istri belian dan istri pilihan dan istri melalui harta dan istri melalui pakaian dan istri melalui upacara mangkuk-air dan istri melalui dilepaskannya alas kepala dan istri budak dan istri pelayan dan istri tangkapan dan istri sementara.'" Jika ia menerima tugas itu, mencari tahu jawaban, dan melaporkan kembali, maka ia melakukan satu pelanggaran yang mengharuskan penskorsan.

Rangkaian permutasi tentang si ibu selesai.

Hubungan yang diatur oleh berbagai orang: motif tunggal

Ayah dari seorang perempuan yang dilindungi oleh ayahnya mengutus seorang bhikkhu ... Orangtua dari seorang perempuan yang dilindungi oleh orangtuanya mengutus seorang bhikkhu ... Saudara laki-laki dari seorang perempuan yang dilindungi oleh saudara laki-lakinya mengutus seorang bhikkhu ... Saudara perempuan dari seorang perempuan yang dilindungi oleh saudara perempuannya mengutus seorang bhikkhu ... Kerabat dari seorang perempuan yang dilindungi oleh kerabatnya mengutus seorang bhikkhu ... Keluarga dari seorang perempuan yang dilindungi oleh keluarganya mengutus seorang bhikkhu ... Teman-teman sekeyakinan dari seorang perempuan yang dilindungi oleh agamanya mengutus seorang bhikkhu ... Pemilik dari seorang perempuan yang dilindungi oleh perlindungan lainnya mengutus seorang bhikkhu ... Seorang yang menghukum sehubungan dengan seorang perempuan yang dilindungi oleh ancaman hukuman mengutus seorang bhikkhu, dengan berkata, "Yang Mulia, pergilah kepada laki-laki itu dan katakan, 'Aku memiliki seorang istri untukmu yang dapat menjadi istri belian.'" Jika ia menerima tugas itu, mencari tahu jawaban, dan melaporkan kembali, maka ia melakukan satu pelanggaran yang mengharuskan penskorsan.

Hubungan yang diatur oleh seorang yang menghukum: motif tunggal

Seorang yang menghukum sehubungan dengan seorang perempuan yang dilindungi oleh ancaman hukuman mengutus seorang bhikkhu, dengan berkata, "Yang Mulia, pergilah kepada laki-laki itu dan katakan, 'Aku memiliki seorang istri untukmu yang dapat menjadi istri pilihan.'" ... istri melalui harta.'" ... istri melalui pakaian.'" ... istri melalui upacara mangkuk-air.'" ... istri melalui dilepaskannya alas kepala.'" ... istri budak.'" ... istri pelayan.'" ... istri tangkapan.'" ... istri sementara.'" Jika ia menerima tugas itu, mencari tahu jawaban, dan melaporkan kembali, maka ia melakukan satu pelanggaran yang mengharuskan penskorsan.

Penetapan langkah-langkah selesai.

Hubungan yang diatur oleh seorang yang menghukum: dua motif

Seorang yang menghukum sehubungan dengan seorang perempuan yang dilindungi oleh ancaman hukuman mengutus seorang bhikkhu, dengan berkata, "Yang Mulia, pergilah kepada laki-laki itu dan katakan, 'Aku memiliki seorang istri untukmu yang dapat menjadi istri belian dan istri pilihan.'" ... istri belian dan istri melalui harta.'" ... istri belian dan istri sementara.'" Jika ia menerima tugas itu, mencari tahu jawaban, dan melaporkan kembali, maka ia melakukan satu pelanggaran yang mengharuskan penskorsan.

Rangkaian permutasi yang tidak berkaitan selesai.

Seorang yang menghukum sehubungan dengan seorang perempuan yang dilindungi oleh ancaman hukuman mengutus seorang bhikkhu, dengan berkata, "Yang Mulia, pergilah kepada laki-laki itu dan katakan, 'Aku memiliki seorang istri untukmu yang dapat menjadi istri pilihan dan istri melalui harta.'" ... istri pilihan dan istri sementara.'" ... istri pilihan dan istri belian.'" Jika ia menerima tugas itu, mencari tahu jawaban, dan melaporkan kembali, maka ia melakukan satu pelanggaran yang mengharuskan penskorsan.

Rangkaian permutasi yang berkaitan dengan dasar secara ringkas selesai.

Seorang yang menghukum sehubungan dengan seorang perempuan yang dilindungi oleh ancaman hukuman mengutus seorang bhikkhu, dengan berkata, "Yang Mulia, pergilah kepada laki-laki itu dan katakan, 'Aku memiliki seorang istri untukmu yang dapat menjadi istri sementara dan istri belian.'" ... yang dapat menjadi istri sementara dan istri pilihan.'" ... yang dapat menjadi istri sementara dan istri tangkapan.'" Jika ia menerima tugas itu, mencari tahu jawaban, dan melaporkan kembali, maka ia melakukan satu pelanggaran yang mengharuskan penskorsan.

Bagian yang berdasarkan atas satu hal selesai.

Hubungan yang diatur oleh seorang yang menghukum: tiga hingga sembilan motif

Bagian yang berdasarkan atas dua hal, tiga hal, hingga sembilan hal, harus diperlakukan dengan cara yang sama.

Hubungan yang diatur oleh seorang yang menghukum: sepuluh motif

Ini adalah bagian yang berdasarkan atas sepuluh hal:

Seorang yang menghukum sehubungan dengan seorang perempuan yang dilindungi oleh ancaman hukuman mengutus seorang bhikkhu, dengan berkata, "Yang Mulia, pergilah kepada laki-laki itu dan katakan, 'Aku memiliki seorang istri untukmu yang dapat menjadi istri belian dan istri pilihan dan istri melalui harta dan istri melalui pakaian dan istri melalui upacara mangkuk-air dan istri melalui dilepaskannya alas kepala dan istri budak dan istri pelayan dan istri tangkapan dan istri sementara.'" Jika ia menerima tugas itu, mencari tahu jawaban, dan melaporkan kembali, maka ia melakukan satu pelanggaran yang mengharuskan penskorsan.

Rangkaian permutasi tentang seorang yang menghukum selesai.

Seorang perempuan yang dilindungi oleh ibunya mengambil inisiatif: motif tunggal

Seorang yang dilindungi oleh ibunya mengutus seorang bhikkhu, dengan berkata, "Yang Mulia, pergilah kepada laki-laki itu dan katakan bahwa aku akan menjadi istri beliannya." Jika ia menerima tugas itu, mencari tahu jawaban, dan melaporkan kembali, maka ia melakukan satu pelanggaran yang mengharuskan penskorsan.

Seorang yang dilindungi oleh ibunya mengutus seorang bhikkhu, dengan berkata, "Yang Mulia, pergilah kepada laki-laki itu dan katakan bahwa aku akan menjadi istri pilihannya." ... istrinya melalui harta." ... istrinya melalui pakaian." ... istrinya melalui upacara mangkuk-air." ... istrinya melalui dilepaskannya alas kepala." ... istri budaknya." ... istri pelayannya." ... istri tangkapannya." ... istri sementaranya." Jika ia menerima tugas itu, mencari tahu jawaban, dan melaporkan kembali, maka ia melakukan satu pelanggaran yang mengharuskan penskorsan.

Penetapan langkah-langkah selesai.

Seorang perempuan yang dilindungi oleh ibunya mengambil inisiatif: dua motif

Seorang yang dilindungi oleh ibunya mengutus seorang bhikkhu, dengan berkata, "Yang Mulia, pergilah kepada laki-laki itu dan katakan bahwa aku akan menjadi istri beliannya dan istri pilihannya." Jika ia menerima tugas itu, mencari tahu jawaban, dan melaporkan kembali, maka ia melakukan satu pelanggaran yang mengharuskan penskorsan.

Seorang yang dilindungi oleh ibunya mengutus seorang bhikkhu, dengan berkata, "Yang Mulia, pergilah kepada laki-laki itu dan katakan bahwa aku akan menjadi istri beliannya dan istri melalui harta." ... istri beliannya dan istri melalui pakaian." ... istri beliannya dan istri sementaranya." Jika ia menerima tugas itu, mencari tahu jawaban, dan melaporkan kembali, maka ia melakukan satu pelanggaran yang mengharuskan penskorsan.

Rangkaian permutasi yang tidak berkaitan selesai.
Title: Saṅghādisesa 5
Post by: Indra on 14 September 2022, 09:50:26 PM
Seorang yang dilindungi oleh ibunya mengutus seorang bhikkhu, dengan berkata, "Yang Mulia, pergilah kepada laki-laki itu dan katakan bahwa aku akan menjadi istri pilihannya dan istrinya melalui harta." ... istri pilihannya dan istri sementaranya." ... istri pilihannya dan istri beliannya." Jika ia menerima tugas itu, mencari tahu jawaban, dan melaporkan kembali, maka ia melakukan satu pelanggaran yang mengharuskan penskorsan.

Rangkaian permutasi yang berkaitan dengan dasar secara ringkas selesai.

Seorang yang dilindungi oleh ibunya mengutus seorang bhikkhu, dengan berkata, "Yang Mulia, pergilah kepada laki-laki itu dan katakan bahwa aku akan menjadi istri sementaranya dan istri beliannya." ... istri sementaranya dan istri pilihannya." ... istri sementaranya dan istri tangkapannya." Jika ia menerima tugas itu, mencari tahu jawaban, dan melaporkan kembali, maka ia melakukan satu pelanggaran yang mengharuskan penskorsan.

Bagian yang berdasarkan atas satu hal selesai.

Seorang perempuan yang dilindungi oleh ibunya mengambil insiatif: tiga hingga sembilan motif

Bagian-bagian yang berdasarkan atas dua hal, dan seterusnya, harus diperlakukan dengan cara yang sama.

Seorang perempuan yang dilindungi oleh ibunya mengambil insiatif: sepuluh motif

Ini adalah bagian yang berdasarkan atas sepuluh hal:

Seorang yang dilindungi oleh ibunya mengutus seorang bhikkhu, dengan berkata, "Yang Mulia, pergilah kepada laki-laki itu dan katakan bahwa aku akan menjadi istri beliannya dan istri pilihannya dan istrinya melalui harta dan istrinya melalui pakaian dan istrinya melalui upacara mangkuk-air dan istrinya melalui dilepaskannya alas kepala dan istri budaknya dan istri pelayannya dan istri tangkapannya dan istri sementaranya." Jika ia menerima tugas itu, mencari tahu jawaban, dan melaporkan kembali, maka ia melakukan satu pelanggaran yang mengharuskan penskorsan.

Rangkaian permutasi lebih jauh tentang seorang perempuan yang dilindungi oleh ibunya selesai.

Orang-orang yang dilindungi oleh berbagai orang mengambil inisiatif: motif tunggal

Seorang yang dilindungi oleh ayahnya mengutus seorang bhikkhu ... Seorang yang dilindungi oleh orangtuanya mengutus seorang bhikkhu ... Seorang yang dilindungi oleh saudara laki-lakinya mengutus seorang bhikkhu ... Seorang yang dilindungi oleh saudara perempuannya mengutus seorang bhikkhu ... Seorang yang dilindungi oleh kerabatnya mengutus seorang bhikkhu ... Seorang yang dilindungi oleh keluarganya mengutus seorang bhikkhu ... Seorang yang dilindungi oleh agamanya mengutus seorang bhikkhu ... Seorang yang dilindungi oleh perlindungan lainnya mengutus seorang bhikkhu ... Seorang yang dilindungi oleh ancaman hukuman mengutus seorang bhikkhu, dengan mengatakan, "Yang Mulia, pergilah kepada laki-laki itu dan katakan bahwa aku akan menjadi istri beliannya." Jika ia menerima tugas itu, mencari tahu jawaban, dan melaporkan kembali, maka ia melakukan satu pelanggaran yang mengharuskan penskorsan.

Seorang yang dilindungi oleh ancaman hukuman mengambil inisiatif: motif tunggal

Seorang yang dilindungi oleh ancaman hukuman mengutus seorang bhikkhu, dengan berkata, "Yang Mulia, pergilah kepada laki-laki itu dan katakan bahwa aku akan menjadi istri pilihannya." ... istrinya melalui harta." ... istrinya melalui pakaian." ... istrinya melalui upacara mangkuk-air." ... istrinya melalui dilepaskannya alas kepala." ... istri budaknya." ... istri pelayannya." ... istri tangkapannya." ... istri sementaranya." Jika ia menerima tugas itu, mencari tahu jawaban, dan melaporkan kembali, maka ia melakukan satu pelanggaran yang mengharuskan penskorsan.

Penetapan langkah-langkah selesai.

Seorang yang dilindungi oleh ancaman hukuman mengambil inisiatif: dua motif

Seorang yang dilindungi oleh ancaman hukuman mengutus seorang bhikkhu, dengan berkata, "Yang Mulia, pergilah kepada laki-laki itu dan katakan bahwa aku akan menjadi istri beliannya dan istri pilihannya." ... istri beliannya dan istri sementaranya." Jika ia menerima tugas itu, mencari tahu jawaban, dan melaporkan kembali, maka ia melakukan satu pelanggaran yang mengharuskan penskorsan.

Rangkaian permutasi yang tidak berkaitan selesai.

Seorang yang dilindungi oleh ancaman hukuman mengutus seorang bhikkhu, dengan berkata, "Yang Mulia, pergilah kepada laki-laki itu dan katakan bahwa aku akan menjadi istri pilihan dan istrinya melalui harta." ... istri pilihannya dan istri sementaranya." ... istri pilihannya dan istri beliannya." Jika ia menerima tugas itu, mencari tahu jawaban, dan melaporkan kembali, maka ia melakukan satu pelanggaran yang mengharuskan penskorsan.

Rangkaian permutasi yang berkaitan dengan dasar secara ringkas selesai.

Seorang yang dilindungi oleh ancaman hukuman mengutus seorang bhikkhu, dengan berkata, "Yang Mulia, pergilah kepada laki-laki itu dan katakan bahwa aku akan menjadi istri sementaranya dan istri beliannya." ... istri sementaranya dan istri pilihannya." ... istri sementaranya dan istri tangkapannya." Jika ia menerima tugas itu, mencari tahu jawaban, dan melaporkan kembali, maka ia melakukan satu pelanggaran yang mengharuskan penskorsan.

Bagian yang berdasarkan atas satu hal selesai.

Seorang yang dilindungi oleh ancaman hukuman mengambil inisiatif: tiga hingga sembilan motif

Bagian-bagian yang berdasarkan atas dua hal, dan seterusnya, harus diperlakukan dengan cara yang sama.

Seorang yang dilindungi oleh ancaman hukuman mengambil insiatif: sepuluh motif

Ini adalah bagian yang berdasarkan atas sepuluh hal:

Seorang yang dilindungi oleh ancaman hukuman mengutus seorang bhikkhu, dengan berkata, "Yang Mulia, pergilah kepada laki-laki itu dan katakan bahwa aku akan menjadi istri beliannya dan istri pilihannya dan istrinya melalui harta dan istrinya melalui pakaian dan istrinya melalui upacara mangkuk-air dan istrinya melalui dilepaskannya alas kepala dan istri budaknya dan istri pelayannya dan istri tangkapannya dan istri sementaranya." Jika ia menerima tugas itu, mencari tahu jawaban, dan melaporkan kembali, maka ia melakukan satu pelanggaran yang mengharuskan penskorsan.

Rangkaian permutasi lebih lanjut tentang seorang yang dilindungi oleh ancaman hukuman selesai.

Seluruh rangkaian permutasi berturut-turut selesai.

Permutasi bagian 2

Jika ia menerima tugas itu, mencari tahu jawaban, dan melaporkan kembali, maka ia melakukan satu pelanggaran yang mengharuskan penskorsan. Jika ia menerima tugas itu, dan mencari tahu jawaban, tetapi tidak melaporkan kembali, maka ia melakukan satu pelanggaran serius. Jika ia menerima tugas itu, tetapi tidak mencari tahu jawaban, namun melaporkan kembali, maka ia melakukan satu pelanggaran serius. Jika ia menerima tugas itu, tetapi tidak mencari tahu jawaban, juga tidak melaporkan kembali, maka ia melakukan satu pelanggaran perbuatan salah. Jika ia tidak menerima tugas itu, namun mencari tahu jawaban dan melaporkan kembali, maka ia melakukan satu pelanggaran serius. Jika ia tidak menerima tugas itu, namun mencari tahu jawaban, tetapi tidak melaporkan kembali, maka ia melakukan satu pelanggaran perbuatan salah. Jika ia tidak menerima tugas itu, juga tidak mencari tahu jawaban, namun melaporkan kembali, maka ia melakukan satu pelanggaran perbuatan salah. Jika ia tidak menerima tugas itu, juga tidak mencari tahu jawaban, dan tidak melaporkan kembali, maka tidak ada pelanggaran.

Seorang laki-laki meminta kepada sejumlah bhikkhu, "Para Mulia, cari tahulah tentang perempuan itu." Jika mereka semua menerima tugas itu, semuanya mencari tahu jawaban, dan semuanya melaporkan kembali, maka mereka semua melakukan satu pelanggaran yang mengharuskan penskorsan.

Seorang laki-laki meminta kepada sejumlah bhikkhu, "Para Mulia, cari tahulah tentang perempuan itu." Jika mereka semua menerima tugas itu, semuanya mencari tahu jawaban, tetapi hanya satu yang melaporkan kembali, maka mereka semua melakukan satu pelanggaran yang mengharuskan penskorsan.

Seorang laki-laki meminta kepada sejumlah bhikkhu, "Para Mulia, cari tahulah tentang perempuan itu." Jika mereka semua menerima tugas itu, tetapi hanya satu yang mencari tahu jawaban, namun semuanya melaporkan kembali, maka mereka semua melakukan satu pelanggaran yang mengharuskan penskorsan.

Seorang laki-laki meminta kepada sejumlah bhikkhu, "Para Mulia, cari tahulah tentang perempuan itu." Jika mereka semua menerima tugas itu, tetapi hanya satu yang mencari tahu jawaban, dan hanya satu yang melaporkan kembali, maka mereka semua melakukan satu pelanggaran yang mengharuskan penskorsan.

Seorang laki-laki meminta kepada seorang bhikkhu, "Yang Mulia, cari tahulah tentang perempuan itu." Jika ia menerima tugas itu, mencari tahu jawaban, dan melaporkan kembali, maka ia melakukan satu pelanggaran yang mengharuskan penskorsan.

Seorang laki-laki meminta kepada seorang bhikkhu, "Yang Mulia, cari tahulah tentang perempuan itu." Jika ia menerima tugas itu, mencari tahu jawaban, tetapi menyuruh seorang murid untuk melaporkan kembali, maka ia melakukan satu pelanggaran yang mengharuskan penskorsan.

Seorang laki-laki meminta kepada seorang bhikkhu, "Yang Mulia, cari tahulah tentang perempuan itu." Jika ia menerima tugas itu, tetapi menyuruh seorang murid untuk mencari tahu jawaban, dan kemudian ia sendiri yang melaporkan kembali, maka ia melakukan satu pelanggaran yang mengharuskan penskorsan.

Seorang laki-laki meminta kepada seorang bhikkhu, "Yang Mulia, cari tahulah tentang perempuan itu." Jika ia menerima tugas itu, tetapi menyuruh seorang murid untuk mencari tahu jawaban, dan murid itu kemudian melaporkan kembali atas inisiatifnya sendiri, maka mereka berdua melakukan satu pelanggaran serius.

Permutasi bagian 3

Jika ia memenuhi kesepakatan ketika ia pergi, tetapi tidak ketika ia kembali, maka ia melakukan pelanggaran serius.

Jika ia tidak memenuhi kesepakatan ketika ia pergi, tetapi menepatinya ketika ia kembali, maka ia melakukan pelanggaran serius.

Jika ia memenuhi kesepakatan baik ketika ia pergi maupun ketika ia kembali, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penskorsan.

Jika ia tidak memenuhi kesepakatan ketika ia pergi maupun ketika ia kembali, maka tidak ada pelanggaran.

Tidak ada pelanggaran

Tidak ada pelanggaran: jika ia pergi karena suatu urusan untuk Sangha, untuk altar, atau untuk seorang yang sakit; jika ia gila; jika ia adalah pelaku pertama.

Syair rangkuman studi kasus
"Tidur, dan mati, pergi,
Bukan seorang perempuan, seorang perempuan tanpa organ seksual;
Ia mendamaikan mereka setelah bertengkar,
Dan ia adalah seorang pencomblang untuk paṇḍaka."

Studi kasus

Pada suatu ketika seorang laki-laki berkata kepada seorang bhikkhu, "Yang Mulia, sudilah mencari tahu tentang perempuan itu." Ketika bhikkhu itu pergi ke sana, ia bertanya kepada orang-orang, "Di manakah perempuan itu?"
"Ia sedang tidur, Yang Mulia."

Ia menjadi gelisah, dengan berpikir, "Sang Buddha telah menetapkan aturan latihan. Mungkinkah aku telah melakukan pelanggaran yang mengharuskan penskorsan?" Ia memberitahu Sang Buddha, yang berkata, "Tidak ada pelanggaran yang mengharuskan penskorsan, tetapi terjadi pelanggaran perbuatan salah."

Pada suatu ketika seorang laki-laki berkata kepada seorang bhikkhu, "Yang Mulia, sudilah mencari tahu tentang perempuan itu." Ketika bhikkhu itu pergi ke sana, ia bertanya kepada orang-orang, "Di manakah perempuan itu?"
"Ia sudah mati, Yang Mulia." ... "Ia sedang pergi, Yang Mulia." ... "Itu bukan seorang perempuan, Yang Mulia." ... "Itu adalah seorang perempuan yang tidak memiliki organ seksual, Yang Mulia."
Ia menjadi gelisah ... "Tidak ada pelanggaran yang mengharuskan penskorsan, tetapi terjadi pelanggaran perbuatan salah."

Pada suatu ketika seorang perempuan tertentu bertengkar dengan suaminya dan pulang ke rumah ibunya. Seorang bhikkhu yang bergaul dengan keluarga itu mendamaikan mereka. Ia menjadi gelisah ... "Apakah mereka bercerai, bhikkhu?"
"Tidak, Yang Mulia."
"Tidak ada pelanggaran jika mereka tidak bercerai."

Pada suatu ketika seorang bhikkhu bertindak sebagai seorang pencomblang untuk para paṇḍaka. Ia menjadi gelisah ... "Tidak ada pelanggaran yang mengharuskan penskorsan, tetapi terjadi pelanggaran serius."

Aturan latihan tentang pencomblangan, yang kelima, selesai.

Title: Saṅghādisesa 6
Post by: Indra on 14 September 2022, 09:52:16 PM
Koleksi Theravāda tentang Hukum Monastik
Aturan Kebhikkhuan dan Analisisnya
Bab tentang Pelanggaran-Pelanggaran yang Mengharuskan Penskorsan

Saṅghādisesa 6. Aturan Latihan tentang Pembangunan Gubuk

Kisah Asal-mula

Pada suatu ketika Sang Buddha sedang menetap di Rājagaha di Hutan Bambu, taman suaka tupai. Pada saat itu para bhikkhu dari Āḷavī sedang membangun gubuk-gubuk dengan cara mengemis. Gubuk-gubuk itu ditujukan untuk diri mereka sendiri, tanpa pemilik yang mensponsori, dan ukurannya besar tidak sewajarnya. Dan karena gubuk-gubuk itu tidak pernah selesai, maka para bhikkhu terus mengemis dan meminta, "Sudilah memberikan seorang laki-laki, seorang pelayan, seekor lembu, sebuah gerobak, sebuah golok, sebuah parang, sebuah kapak, sebuah sekop, sebuah pahat; berilah tanaman rambat, bambu, buluh, rumput, lempung." Orang-orang merasa tertindas dengan segala pengemisan dan permintaan, sehingga ketika mereka melihat seorang bhikkhu mereka menjadi cemas dan takut. Mereka berbalik, mengambil jalan lain, melarikan diri, dan menutup pintu mereka. Mereka bahkan melarikan diri ketika mereka melihat sapi-sapi, menganggap bahwa itu adalah para bhikkhu.

Pada saat itu Yang Mulia Mahākassapa, setelah menuntaskan masa keberdiaman musim hujan di Rājagaha, melakukan perjalanan menuju Āḷavī. Ketika akhirnya ia tiba, ia menetap di Altar Aggāḷava. Suatu pagi Yang Mulia Mahākassapa mengenakan jubah, membawa mangkuk dan jubahnya, dan memasuki Āḷavī untuk menerima dana makanan. Ketika orang-orang melihatnya, mereka menjadi cemas dan takut. Mereka berbalik, mengambil jalan lain, melarikan diri, dan menutup pintu mereka. Setelah selesai menerima dana makanan dan telah memakan makanannya, Yang Mulia Mahākassapa pulang dan berkata kepada para bhikkhu:

"Dulu terdapat banyak dana makanan di Āḷavī, dan adalah mudah untuk memperoleh dana makanan. Tetapi sekarang terjadi kelangkaan, dan sulit untuk memperolehnya. Mengapakah demikian?" Para bhikkhu memberitahu Yang Mulia Mahākassapa apa yang telah terjadi.

Tidak lama kemudian Sang Buddha juga melakukan perjalanan menuju Āḷavī setelah menetap di Rājagaha selama yang Beliau kehendaki. Ketika akhirnya Beliau tiba, Beliau juga menetap di Altar Aggāḷava.

Kemudian Yang Mulia Mahākassapa menghadap Sang Buddha, bersujud, duduk, dan memberitahukan kepada Beliau apa yang telah terjadi.

Sang Buddha mengumpulkan Sangha dan menanyai para bhikkhu Āḷavī: "Benarkah, para bhikkhu, bahwa hal ini terjadi?"

"Benar, Yang Mulia."

Sang Buddha menegur mereka ... "Orang-orang dungu, bagaimana mungkin kalian bertindak seperti ini? Ini akan mempengaruhi keyakinan orang-orang ..." Setelah menegur mereka, Beliau membabarkan suatu ajaran dan bercerita kepada para bhikkhu:

Jātaka

"Pada suatu masa, para bhikkhu, hiduplah dua petapa bersaudara di tepi sungai Gangga. Ketika itu raja naga Maṇikaṇṭha keluar dari Gangga dan mendatangi si petapa yang lebih muda. Ia melilitkan tubuhnya pada petapa itu sebanyak tujuh putaran dan membuka tudungnya di atas kepala si petapa. Kemudian, karena ketakutannya pada sang naga, si petapa muda menjadi kurus, lesu, dan pucat, dengan urat-urat menonjol di sekujur tubuhnya. Si petapa yang lebih tua melihatnya seperti ini dan bertanya kepadanya apa yang terjadi. Si petapa muda memberitahunya. Si petapa tua berkata, 'Jadi, engkau ingin naga itu pergi?'

'Ya.'

'Baiklah, apakah engkau melihat apa pun yang merupakan milik naga itu?'

'Aku melihat hiasan permata di lehernya.'

'Kalau begitu, mintalah permata itu kepada naga itu.'

Tidak lama kemudian sang raja naga sekali lagi keluar dari Gangga dan mendatangi petapa muda itu. Dan si petapa berkata kepadanya, 'Tuan, berikan aku permata itu. Aku menginginkan permata itu.' Sang naga berpikir, 'Bhikkhu itu meminta permata; ia menginginkan permata,' dan pergi dengan tergesa-gesa.

Sekali lagi sang naga keluar dari Gangga dan mendatangi petapa muda. Si petapa melihatnya datang dan berkata kepadanya, 'Tuan, berikan aku permata itu. Aku menginginkan permata itu.' Ketika sang raja naga mendengarnya, ia seketika berbalik.

Sekali lagi sang raja naga keluar dari Gangga. Si petapa muda melihatnya keluar dan berkata kepadanya, 'Tuan, berikan aku permata itu. Aku menginginkan permata itu.' Sang raja naga mengucapkan tiga bait ini kepada si petapa:

'Makanan dan minumanku berlimpah dan luhur,
Dan muncul berkat permata ini.
Aku tidak akan memberikannya kepadamu—engkau meminta terlalu banyak—
Juga aku tidak akan kembali ke pertapaanmu.
Bagaikan seorang pemuda memegang pedang yang diasah di atas batu,
Engkau menakuti aku, dengan meminta permata ini.
Aku tidak akan memberikannya kepadamu—engkau meminta terlalu banyak—
Juga aku tidak akan kembali ke pertapaanmu.

Dan raja naga Maṇikaṇṭha berpikir, 'Bhikkhu ini meminta permata ini; ia menginginkan permata ini,' dan ia pergi dan tidak kembali lagi.

Karena ia tidak lagi melihat naga indah itu, si petapa muda menjadi bertambah kurus, tambah lesu dan pucat, urat-uratnya menjadi semakin menonjol. Si petapa tua melihatnya seperti ini dan bertanya apa yang terjadi. Ia menjawab, 'Ini karena aku tidak lagi melihat naga indah itu.' Si petapa tua berkata kepadanya dalam syair ini:

'Seseorang seharusnya tidak meminta dari mereka yang ia harapkan menyayanginya;
Ia akan tidak disukai karena meminta terlalu banyak.
Ketika sang brahmana meminta permata dari sang naga,
Naga akan pergi dan tidak akan terlihat lagi.'
Seseorang akan tidak disukai bahkan oleh binatang, para bhikkhu, karena mengemis dan meminta, apalagi oleh manusia."

Kisah

"Pada suatu ketika, para bhikkhu, seorang bhikkhu tertentu menetap di sebuah hutan di lereng Himalaya. Tidak jauh dari hutan itu terdapat sebuah rawa-rawa rendah yang luas. Sekumpulan besar burung-burung akan mencari makan di rawa-rawa itu pada siang hari dan memasuki hutan untuk bertengger pada malam hari. Bhikkhu itu terganggu oleh suara kumpulan burung itu, maka ia mendatangiKu. Ia bersujud, duduk, dan Aku berkata kepadanya, 'Aku harap engkau dalam keadaan baik, bhikkhu, aku harap engkau bertahan. Aku harap engkau tidak lelah karena perjalanan. Dan darimanakah engkau datang?'

'Aku baik-baik saja, Yang Mulia, aku bertahan. Aku tidak lelah karena perjalanan.' Kemudian ia menjelaskan darimana ia datang, dengan menambahkan, 'Dari sanalah aku datang, Yang Mulia. Aku pergi karena aku terganggu oleh suara kumpulan burung itu.'

'Apakah engkau ingin kumpulan burung itu pergi?'

'Ya, Yang Mulia.'

'Baiklah, kembalilah ke hutan itu. Pada bagian pertama malam hari, berserulah tiga kali dan katakan, "Dengarkan aku, burung-burung yang baik. Aku menginginkan satu helai bulu dari setiap burung yang bertengger di hutan ini. Masing-masing dari kalian harus memberikan sehelai bulu kepadaku." Dan pada bagian pertengahan dan akhir malam hari lakukan hal yang sama.'

Bhikkhu itu kembali ke hutan dan melakukan apa yang diinstruksikan. Kumpulan burung itu berpikir, 'Bhikkhu ini meminta sehelai bulu; ia menginginkan sehelai bulu,' dan mereka pergi meninggalkan hutan itu dan tidak kembali lagi. Seseorang akan tidak disukai bahkan oleh binatang, para bhikkhu, karena mengemis dan meminta, apalagi oleh manusia."

"Ayah Raṭṭhapāla, para bhikkhu, pernah berkata kepada putranya dalam syair ini:

'Semua orang-orang ini, Raṭṭhāpāla,
Yang datang kepadaku dan meminta—
Aku bahkan tidak mengenal mereka.
Jadi mengapakah engkau tidak mengemis kepadaku?'
'Pengemis tidak disukai,
Dan demikian pula orang yang tidak memberikan ketika diminta.
Itulah sebabnya maka aku tidak meminta dari engkau;
Mohon jangan membenciku karena ini.'

Jika Raṭṭhapāla, yang berasal dari keluarga yang baik, dapat mengatakan ini kepada ayahnya sendiri, apalagi dari seseorang kepada orang lainnya.

Adalah sulit, para bhikkhu, bagi para perumah tangga untuk memperoleh dan melindungi kepemilikan mereka. Tetapi masih saja, orang-orang dungu, kalian mengemis dan meminta segala benda-benda ini. Ini akan mempengaruhi keyakinan orang-orang ..." ... "Dan, para bhikkhu, aturan latihan ini harus dibacakan sebagai berikut:

Aturan akhir

'Ketika seorang bhikkhu, dengan mengemis, membangun sebuah gubuk tanpa pemilik yang mensponsori dan ditujukan untuk diri sendiri, itu haruslah tidak lebih dari dua belas jengkal standar panjangnya dan lebarnya tujuh di dalam. Ia harus meminta para bhikkhu untuk menyetujui lokasi di mana tidak ada bahaya yang ditimbulkan dan memiliki ruang di segala sisi. Jika seorang bhikkhu, dengan mengemis, membangun sebuah gubuk di lokasi di mana bahaya akan ditimbulkan dan yang tidak tersedia ruang di segala sisi, atau ia tidak meminta para bhikkhu untuk menyetujui lokasinya, atau ia melebihi ukuran yang dibenarkan, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penskorsan.'"

Definisi

Dengan mengemis:

ia sendiri mengemis seorang laki-laki, seorang pelayan, seekor lembu, sebuah gerobak, sebuah golok, sebuah parang, sebuah kapak, sebuah sekop, sebuah pahat; tanaman rambat, bambu, buluh, rumput, lempung.

Sebuah gubuk:

diplester pada bagian dalam atau diplester pada bagian luar atau diplester pada bagian dalam dan luar.

Membangun:

membangunnya sendiri atau menyuruh untuk membangun.

Tanpa pemilik yang mensponsori:

tidak ada pemilik, apakah seorang perempuan atau laki-laki, apakah seorang umat awam atau seorang yang meninggalkan keduniawian.

Ditujukan untuk diri sendiri:

untuk digunakan sendiri.

Haruslah tidak lebih dari dua belas jengkal standar panjangnya:

ukuran luar.

Dan lebarnya tujuh di dalam:

ukuran dalam.

Ia harus meminta para bhikkhu untuk menyetujui lokasi:

Bhikkhu yang ingin membangun sebuah gubuk harus membersihkan lokasi. Kemudian ia harus mendatangi Sangha, menata jubah atasnya di satu bahunya, bersujud di kaki para bhikkhu senior, berjongkok pada tumitnya, merangkapkan tangan, dan berkata:
"Para Mulia, aku ingin membangun sebuah gubuk dengan mengemis, tanpa pemilik yang mensponsori dan ditujukan untuk diriku sendiri. Aku memohon kepada Sangha untuk memeriksa lokasi gubuk itu."

Ia harus mengajukan permohonannya untuk kedua dan ketiga kalinya. Jika seluruh Sangha mampu memeriksa lokasi itu, mereka semua harus pergi. Jika seluruh Sangha tidak mampu memeriksa lokasi, maka para bhikkhu itu yang kompeten dan mampu—yang mengetahui di mana bahaya akan timbul dan di mana tidak ada bahaya yang akan timbul, yang mengetahui apa yang dimaksudkan dengan ruang di segala sisi dan ketiadaan ruang di segala sisi—harus dimohon dan kemudian ditunjuk.
"Dan para bhikkhu, mereka harus ditunjuk sebagai berikut. Seorang bhikkhu yang kompeten dan mampu harus memberitahu Sangha:

'Mohon, Para Mulia, aku memohon Sangha untuk mendengarkan. Bhikkhu ini ingin membangun sebuah gubuk dengan mengemis, tanpa pemilik yang mensponsori dan ditujukan untuk dirinya sendiri. Ia memohon Sangha untuk memeriksa lokasi gubuk itu. Jika baik menurut Sangha, maka Sangha harus menunjuk bhikkhu itu dan itu untuk memeriksa lokasi gubuk bhikkhu ini. Ini adalah usul.

Mohon, Para Mulia, aku memohon Sangha untuk mendengarkan. Bhikkhu ini ingin membangun sebuah gubuk dengan mengemis, tanpa pemilik yang mensponsori dan ditujukan untuk dirinya sendiri. Ia memohon Sangha untuk memeriksa lokasi gubuk itu. Sangha menunjuk bhikkhu itu dan itu untuk memeriksa lokasi gubuk bhikkhu ini. Bhikkhu mana pun yang menyetujui penunjukan bhikkhu itu dan itu untuk memeriksa lokasi gubuk bhikkhu ini mohon berdiam diri. Bhikkhu mana pun yang tidak menyetujui silakan berbicara.

Sangha telah menunjuk bhikkhu itu dan itu untuk memeriksa lokasi gubuk bhikkhu ini. Sangha menyetujui penunjukan ini oleh karena itu maka Sangha berdiam diri. Aku akan mengingatnya demikian.'

Bhikkhu yang ditunjuk harus pergi dan memeriksa lokasi gubuk untuk mencari tahu apakah bahaya akan timbul dan apakah tersedia ruang di segala sisi. Jika bahaya akan timbul atau tidak ada ruang di segala sisi, maka mereka harus mengatakan, 'Jangan bangun di sini.' Jika tidak ada bahaya yang akan timbul dan tersedia ruang di segala sisi, maka mereka harus memberitahu Sangha: 'Tidak ada bahaya yang akan timbul dan tersedia ruang di segala sisi.'

Bhikkhu yang ingin membangun gubuk kemudian harus menghadap Sangha, menata jubah atasnya di satu bahunya, bersujud di kaki para bhikkhu senior, berjongkok pada tumitnya, merangkapkan tangan, dan berkata:
'Para Mulia, aku ingin membangun sebuah gubuk dengan mengemis, tanpa pemilik yang mensponsori dan ditujukan untuk diriku sendiri. Aku memohon agar Sangha menyetujui lokasi untuk gubuk tersebut.'

Ia harus mengajukan permohonan untuk kedua dan ketiga kalinya. Kemudian seorang bhikkhu yang kompeten dan mampu harus memberitahu Sangha:
''Mohon, Para Mulia, aku memohon Sangha untuk mendengarkan. Bhikkhu ini ingin membangun sebuah gubuk dengan mengemis, tanpa pemilik yang mensponsori dan ditujukan untuk dirinya sendiri. Ia memohon Sangha agar menyetujui lokasi gubuk itu. Jika baik menurut Sangha, maka Sangha harus menyetujui lokasi gubuk bhikkhu ini. Ini adalah usul.

Mohon, Para Mulia, aku memohon Sangha untuk mendengarkan. Bhikkhu ini ingin membangun sebuah gubuk dengan mengemis, tanpa pemilik yang mensponsori dan ditujukan untuk dirinya sendiri. Ia memohon Sangha agar menyetujui lokasi gubuk itu. Sangha menyetujui lokasi gubuk bhikkhu ini. Bhikkhu mana pun yang menyetujui disetujuinya lokasi gubuk bhikkhu ini mohon berdiam diri. Bhikkhu mana pun yang tidak menyetujui silakan berbicara.

Sangha telah menyetujui lokasi gubuk bhikkhu ini. Sangha menyetujui oleh karena itu maka Sangha berdiam diri. Aku akan mengingatnya demikian.'"

Di mana bahaya akan timbul:

yaitu tempat tinggal semut-semut, rayap, tikus, ular, kalajengking, kelabang, gajah, kuda, singa, harimau, macan, beruang, atau dubuk, atau binatang lainnya; atau berbatasan dengan ladang gandum, ladang sayuran, tempat pemotongan, tempat eksekusi, tanah pemakaman, sebuah taman, tanah kerajaan, kandang gajah, kandang kuda, penjara, kedai minuman keras, rumah jagal, jalan raya, persimpangan jalan, aula pertemuan publik, atau jalan buntu—ini disebut "di mana bahaya akan timbul".

Yang tidak tersedia ruang di segala sisi:

tidaklah mungkin untuk mengitarinya dengan kereta bergandar, atau mengitarinya dengan membawa tangga—ini disebut "yang tidak tersedia ruang di segala sisi".

Di mana tidak ada bahaya yang akan timbul:

itu bukanlah tempat tinggal semut-semut, rayap, tikus, ular, kalajengking, kelabang ... tidak berbatasan dengan ... jalan buntu—ini disebut "di mana tidak ada bahaya yang akan timbul".

Yang tersedia ruang di segala sisi:

adalah mungkin untuk mengitarinya dengan kereta bergandar, atau mengitarinya dengan membawa tangga—ini disebut "yang tersedia ruang di segala sisi".

Dengan mengemis:

dengan dirinya sendiri mengemis seorang laki-laki, seorang pelayan ... lempung.

Sebuah gubuk:

yang diplester pada bagian dalam atau diplester pada bagian luar atau diplester pada bagian dalam dan luar.

Membangun:

membangunnya sendiri atau menyuruh untuk membangun.

Atau ia tidak meminta para bhikkhu untuk menyetujui lokasinya, atau ia melebihi ukuran yang dibenarkan:

jika lokasi gubuk belum disetujui melalui prosedur resmi yang terdiri dari satu usul dan tiga pengumuman, atau jika ia membangun sebuah gubuk atau menyuruh membangun yang melebihi panjang atau lebar yang diperbolehkan bahkan lebih dari lebar sehelai rambut, maka atas usaha tersebut terjadi tindakan perbuatan salah. Ketika tersisa kepingan terakhir untuk menyelesaikan gubuk tersebut, maka ia melakukan pelanggaran serius. Ketika kepingan terakhir selesai, maka ia melakukan satu pelanggaran yang mengharuskan penskorsan.

Ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penskorsan:

... Oleh karena itu, ini juga disebut "pelanggaran yang mengharuskan penskorsan".
Title: Saṅghādisesa 6
Post by: Indra on 14 September 2022, 09:54:26 PM
Permutasi

Permutasi bagian 1

Membangun sendiri

Jika seorang bhikkhu membangun sebuah gubuk yang lokasinya belum disetujui, di mana bahaya akan timbul, dan yang tidak tersedia ruang di segala sisi, maka ia melakukan satu pelanggaran yang mengharuskan penskorsan dan dua pelanggaran perbuatan salah. Jika seorang bhikkhu membangun sebuah gubuk yang lokasinya belum disetujui, di mana bahaya akan timbul, tetapi tersedia ruang di segala sisi, maka ia melakukan satu pelanggaran yang mengharuskan penskorsan dan satu pelanggaran perbuatan salah. Jika seorang bhikkhu membangun sebuah gubuk yang lokasinya belum disetujui, di mana tidak ada bahaya yang akan timbul, tetapi tidak tersedia ruang di segala sisi, maka ia melakukan satu pelanggaran yang mengharuskan penskorsan dan satu pelanggaran perbuatan salah. Jika seorang bhikkhu membangun sebuah gubuk yang lokasinya belum disetujui, di mana tidak ada bahaya yang akan timbul, dan tersedia ruang di segala sisi, maka ia melakukan satu pelanggaran yang mengharuskan penskorsan.

Jika seorang bhikkhu membangun sebuah gubuk yang lokasinya sudah disetujui, di mana bahaya akan timbul, dan yang tidak tersedia ruang di segala sisi, maka ia melakukan dua pelanggaran perbuatan salah. Jika seorang bhikkhu membangun sebuah gubuk yang lokasinya sudah disetujui, di mana bahaya akan timbul, tetapi tersedia ruang di segala sisi, maka ia melakukan satu pelanggaran perbuatan salah. Jika seorang bhikkhu membangun sebuah gubuk yang lokasinya sudah disetujui, di mana tidak ada bahaya yang akan timbul, tetapi tidak tersedia ruang di segala sisi, maka ia melakukan satu pelanggaran perbuatan salah. Jika seorang bhikkhu membangun sebuah gubuk yang lokasinya sudah disetujui, di mana tidak ada bahaya yang akan timbul, dan tersedia ruang di segala sisi, maka tidak ada pelanggaran.

Jika seorang bhikkhu membangun sebuah gubuk melebihi ukuran yang diperbolehkan, di mana bahaya akan timbul, dan yang tidak tersedia ruang di segala sisi, maka ia melakukan satu pelanggaran yang mengharuskan penskorsan dan dua pelanggaran perbuatan salah. Jika seorang bhikkhu membangun sebuah gubuk melebihi ukuran yang diperbolehkan, di mana bahaya akan timbul, tetapi tersedia ruang di segala sisi, maka ia melakukan satu pelanggaran yang mengharuskan penskorsan dan satu pelanggaran perbuatan salah. Jika seorang bhikkhu membangun sebuah gubuk melebihi ukuran yang diperbolehkan, di mana tidak ada bahaya yang akan timbul, tetapi tidak tersedia ruang di segala sisi, maka ia melakukan satu pelanggaran yang mengharuskan penskorsan dan satu pelanggaran perbuatan salah. Jika seorang bhikkhu membangun sebuah gubuk melebihi ukuran yang diperbolehkan, di mana tidak ada bahaya yang akan timbul, dan tersedia ruang di segala sisi, maka ia melakukan satu pelanggaran yang mengharuskan penskorsan.

Jika seorang bhikkhu membangun sebuah gubuk dengan ukuran yang benar, di mana bahaya akan timbul, dan yang tidak tersedia ruang di segala sisi, maka ia melakukan dua pelanggaran perbuatan salah. Jika seorang bhikkhu membangun sebuah gubuk dengan ukuran yang benar, di mana bahaya akan timbul, tetapi tersedia ruang di segala sisi, maka ia melakukan satu pelanggaran perbuatan salah. Jika seorang bhikkhu membangun sebuah gubuk dengan ukuran yang benar, di mana tidak ada bahaya yang akan timbul, tetapi tidak tersedia ruang di segala sisi, maka ia melakukan satu pelanggaran perbuatan salah. Jika seorang bhikkhu membangun sebuah gubuk dengan ukuran yang benar, di mana tidak ada bahaya yang akan timbul, dan tersedia ruang di segala sisi, maka tidak ada pelanggaran.

Jika seorang bhikkhu membangun sebuah gubuk yang lokasinya belum disetujui, yang melebihi ukuran yang diperbolehkan, di mana bahaya akan timbul, dan yang tidak tersedia ruang di segala sisi, maka ia melakukan dua pelanggaran yang mengharuskan penskorsan dan dua pelanggaran perbuatan salah. Jika seorang bhikkhu membangun sebuah gubuk yang lokasinya belum disetujui, yang melebihi ukuran yang diperbolehkan, di mana bahaya akan timbul, tetapi tersedia ruang di segala sisi, maka ia melakukan dua pelanggaran yang mengharuskan penskorsan dan satu pelanggaran perbuatan salah. Jika seorang bhikkhu membangun sebuah gubuk yang lokasinya belum disetujui, yang melebihi ukuran yang diperbolehkan, di mana tidak ada bahaya yang akan timbul, tetapi tidak tersedia ruang di segala sisi, maka ia melakukan dua pelanggaran yang mengharuskan penskorsan dan satu pelanggaran perbuatan salah. Jika seorang bhikkhu membangun sebuah gubuk yang lokasinya belum disetujui, yang melebihi ukuran yang diperbolehkan, di mana tidak ada bahaya yang akan timbul, dan yang tersedia ruang di segala sisi, maka ia melakukan dua pelanggaran yang mengharuskan penskorsan.

Jika seorang bhikkhu membangun sebuah gubuk yang lokasinya sudah disetujui, dengan ukuran yang benar, di mana bahaya akan timbul, dan yang tidak tersedia ruang di segala sisi, maka ia melakukan dua pelanggaran perbuatan salah. Jika seorang bhikkhu membangun sebuah gubuk yang lokasinya sudah disetujui, dengan ukuran yang benar, di mana bahaya akan timbul, tetapi tersedia ruang di segala sisi, maka ia melakukan satu pelanggaran perbuatan salah. Jika seorang bhikkhu membangun sebuah gubuk yang lokasinya sudah disetujui, dengan ukuran yang benar, di mana tidak ada bahaya yang akan timbul, tetapi tidak tersedia ruang di segala sisi, maka ia melakukan satu pelanggaran perbuatan salah. Jika seorang bhikkhu membangun sebuah gubuk yang lokasinya sudah disetujui, dengan ukuran yang benar, di mana tidak ada bahaya yang akan timbul, dan yang tersedia ruang di segala sisi, maka tidak ada pelanggaran.

Menunjuk orang lain untuk membangun

Seorang bhikkhu menunjuk orang lain untuk membangun sebuah gubuk untuknya. Jika mereka membangun sebuah gubuk yang lokasinya belum disetujui, di mana bahaya akan timbul, dan yang tidak tersedia ruang di segala sisi, maka ia melakukan satu pelanggaran yang mengharuskan penskorsan dan dua pelanggaran perbuatan salah. ... di mana bahaya akan timbul, tetapi tersedia ruang di segala sisi, maka ia melakukan satu pelanggaran yang mengharuskan penskorsan dan satu pelanggaran perbuatan salah. ... di mana tidak ada bahaya yang akan timbul, tetapi tidak tersedia ruang di segala sisi, maka ia melakukan satu pelanggaran yang mengharuskan penskorsan dan satu pelanggaran perbuatan salah. ... di mana tidak ada bahaya yang akan timbul, dan tersedia ruang di segala sisi, maka ia melakukan satu pelanggaran yang mengharuskan penskorsan.

Seorang bhikkhu menunjuk orang lain untuk membangun sebuah gubuk untuknya. Jika mereka membangun sebuah gubuk yang lokasinya sudah disetujui, di mana bahaya akan timbul, dan yang tidak tersedia ruang di segala sisi, maka ia melakukan dua pelanggaran perbuatan salah. ... di mana bahaya akan timbul, tetapi tersedia ruang di segala sisi, maka ia melakukan satu pelanggaran perbuatan salah. ... di mana tidak ada bahaya yang akan timbul, tetapi tidak tersedia ruang di segala sisi, maka ia melakukan satu pelanggaran perbuatan salah. ... di mana tidak ada bahaya yang akan timbul, dan tersedia ruang di segala sisi, maka tidak ada pelanggaran.

Seorang bhikkhu menunjuk orang lain untuk membangun sebuah gubuk untuknya. Jika mereka membangun sebuah gubuk yang melebihi ukuran yang diperbolehkan, di mana bahaya akan timbul, dan yang tidak tersedia ruang di segala sisi, maka ia melakukan satu pelanggaran yang mengharuskan penskorsan dan dua pelanggaran perbuatan salah. ... di mana bahaya akan timbul, tetapi tersedia ruang di segala sisi, maka ia melakukan satu pelanggaran yang mengharuskan penskorsan dan satu pelanggaran perbuatan salah. ... di mana tidak ada bahaya yang akan timbul, tetapi tidak tersedia ruang di segala sisi, maka ia melakukan satu pelanggaran yang mengharuskan penskorsan dan satu pelanggaran perbuatan salah. ... di mana tidak ada bahaya yang akan timbul, dan tersedia ruang di segala sisi, maka ia melakukan satu pelanggaran yang mengharuskan penskorsan.

Seorang bhikkhu menunjuk orang lain untuk membangun sebuah gubuk untuknya. Jika mereka membangun sebuah gubuk dengan ukuran yang diperbolehkan, di mana bahaya akan timbul, dan yang tidak tersedia ruang di segala sisi, maka ia melakukan dua pelanggaran perbuatan salah. ... di mana bahaya akan timbul, tetapi tersedia ruang di segala sisi, maka ia melakukan satu pelanggaran perbuatan salah. ... di mana tidak ada bahaya yang akan timbul, tetapi tidak tersedia ruang di segala sisi, maka ia melakukan satu pelanggaran perbuatan salah. ... di mana tidak ada bahaya yang akan timbul, dan tersedia ruang di segala sisi, maka tidak ada pelanggaran.

Jika seorang bhikkhu menunjuk orang lain untuk membangun sebuah gubuk untuknya. Jika mereka membangun sebuah gubuk yang lokasinya belum disetujui, yang melebihi ukuran yang diperbolehkan, di mana bahaya akan timbul, dan yang tidak tersedia ruang di segala sisi, maka ia melakukan dua pelanggaran yang mengharuskan penskorsan dan dua pelanggaran perbuatan salah. ... di mana bahaya akan timbul, tetapi tersedia ruang di segala sisi, maka ia melakukan dua pelanggaran yang mengharuskan penskorsan dan satu pelanggaran perbuatan salah. ... di mana tidak ada bahaya yang akan timbul, tetapi yang tidak tersedia ruang di segala sisi, maka ia melakukan dua pelanggaran yang mengharuskan penskorsan dan satu pelanggaran perbuatan salah. ... di mana tidak ada bahaya yang akan timbul, dan yang tersedia ruang di segala sisi, maka ia melakukan dua pelanggaran yang mengharuskan penskorsan.

Jika seorang bhikkhu menunjuk orang lain untuk membangun sebuah gubuk untuknya. Jika mereka membangun sebuah gubuk yang lokasinya sudah disetujui, dengan ukuran yang benar, di mana bahaya akan timbul, dan yang tidak tersedia ruang di segala sisi, maka ia melakukan dua pelanggaran perbuatan salah. ... di mana bahaya akan timbul, tetapi tersedia ruang di segala sisi, maka ia melakukan satu pelanggaran perbuatan salah. ... di mana tidak ada bahaya yang akan timbul, tetapi tidak tersedia ruang di segala sisi, maka ia melakukan satu pelanggaran perbuatan salah. ... di mana tidak ada bahaya yang akan timbul, dan yang tersedia ruang di segala sisi, maka tidak ada pelanggaran.

Pergi tanpa memberitahukan prosedur pembangunan yang benar

Seorang bhikkhu menunjuk orang lain untuk membangun sebuah gubuk untuknya dan kemudian pergi, tetapi ia tidak memberitahu mereka untuk membangun gubuk yang lokasinya telah disetujui, di mana tidak ada bahaya yang akan timbul, dan yang tersedia ruang di segala sisi. Jika mereka membangun gubuk yang lokasinya belum disetujui, di mana bahaya akan timbul, dan yang tidak tersedia ruang di segala sisi, maka ia melakukan satu pelanggaran yang mengharuskan penskorsan dan dua pelanggaran perbuatan salah. ... di mana bahaya akan timbul, tetapi tersedia ruang di segala sisi, maka ia melakukan satu pelanggaran yang mengharuskan penskorsan dan satu pelanggaran perbuatan salah. ... di mana tidak ada bahaya yang akan timbul, tetapi tidak tersedia ruang di segala sisi, maka ia melakukan satu pelanggaran yang mengharuskan penskorsan dan satu pelanggaran perbuatan salah. ... di mana tidak ada bahaya yang akan timbul, dan yang tersedia ruang di segala sisi, maka ia melakukan satu pelanggaran yang mengharuskan penskorsan.

Seorang bhikkhu menunjuk orang lain untuk membangun sebuah gubuk untuknya dan kemudian pergi, tetapi ia tidak memberitahu mereka untuk membangun gubuk yang lokasinya telah disetujui, di mana tidak ada bahaya yang akan timbul, dan yang tersedia ruang di segala sisi. Jika mereka membangun gubuk yang lokasinya sudah disetujui, di mana bahaya akan timbul, dan yang tidak tersedia ruang di segala sisi, maka ia melakukan dua pelanggaran perbuatan salah. ... di mana bahaya akan timbul, tetapi tersedia ruang di segala sisi, maka ia melakukan satu pelanggaran perbuatan salah ... di mana tidak ada bahaya yang akan timbul, tetapi tidak tersedia ruang di segala sisi, maka ia melakukan satu pelanggaran perbuatan salah. ... di mana tidak ada bahaya yang akan timbul, dan yang tersedia ruang di segala sisi, maka tidak ada pelanggaran.

Seorang bhikkhu menunjuk orang lain untuk membangun sebuah gubuk untuknya dan kemudian pergi, tetapi ia tidak memberitahu mereka untuk membangun gubuk dengan ukuran yang benar, di mana tidak ada bahaya yang akan timbul, dan yang tersedia ruang di segala sisi. Jika mereka membangun gubuk yang melebihi ukuran yang diperbolehkan, di mana bahaya akan timbul, dan yang tidak tersedia ruang di segala sisi, maka ia melakukan satu pelanggaran yang mengharuskan penskorsan dan dua pelanggaran perbuatan salah. ... di mana bahaya akan timbul, tetapi tersedia ruang di segala sisi, maka ia melakukan satu pelanggaran yang mengharuskan penskorsan dan satu pelanggaran perbuatan salah. ... di mana tidak ada bahaya yang akan timbul, tetapi tidak tersedia ruang di segala sisi, maka ia melakukan satu pelanggaran yang mengharuskan penskorsan dan satu pelanggaran perbuatan salah. ... di mana tidak ada bahaya yang akan timbul, dan yang tersedia ruang di segala sisi, maka ia melakukan satu pelanggaran yang mengharuskan penskorsan.

Seorang bhikkhu menunjuk orang lain untuk membangun sebuah gubuk untuknya dan kemudian pergi, tetapi ia tidak memberitahu mereka untuk membangun gubuk dengan ukuran yang benar, di mana tidak ada bahaya yang akan timbul, dan yang tersedia ruang di segala sisi. Jika mereka membangun gubuk dengan ukuran yang benar, di mana bahaya akan timbul, dan yang tidak tersedia ruang di segala sisi, maka ia melakukan dua pelanggaran perbuatan salah. ... di mana bahaya akan timbul, tetapi tersedia ruang di segala sisi, maka ia melakukan satu pelanggaran perbuatan salah ... di mana tidak ada bahaya yang akan timbul, tetapi tidak tersedia ruang di segala sisi, maka ia melakukan satu pelanggaran perbuatan salah. ... di mana tidak ada bahaya yang akan timbul, dan yang tersedia ruang di segala sisi, maka tidak ada pelanggaran.

Seorang bhikkhu menunjuk orang lain untuk membangun sebuah gubuk untuknya dan kemudian pergi, tetapi ia tidak memberitahu mereka untuk membangun gubuk yang lokasinya telah disetujui, dengan ukuran yang benar, di mana tidak ada bahaya yang akan timbul, dan yang tersedia ruang di segala sisi. Jika mereka membangun gubuk yang lokasinya belum disetujui, dengan melebihi ukuran yang diperbolehkan, di mana bahaya akan timbul, dan yang tidak tersedia ruang di segala sisi, maka ia melakukan dua pelanggaran yang mengharuskan penskorsan dan dua pelanggaran perbuatan salah. ... di mana bahaya akan timbul, tetapi yang tersedia ruang di segala sisi, maka ia melakukan dua pelanggaran yang mengharuskan penskorsan dan satu pelanggaran perbuatan salah. ... di mana tidak ada bahaya yang akan timbul, tetapi tidak tersedia ruang di segala sisi, maka ia melakukan dua pelanggaran yang mengharuskan penskorsan dan satu pelanggaran perbuatan salah. ... di mana tidak ada bahaya yang akan timbul, dan yang tersedia ruang di segala sisi, maka ia melakukan dua pelanggaran yang mengharuskan penskorsan.

Seorang bhikkhu menunjuk orang lain untuk membangun sebuah gubuk untuknya dan kemudian pergi, tetapi ia tidak memberitahu mereka untuk membangun gubuk yang lokasinya telah disetujui, dengan ukuran yang benar, di mana tidak ada bahaya yang akan timbul, dan yang tersedia ruang di segala sisi. Jika mereka membangun gubuk yang lokasinya sudah disetujui, dengan ukuran yang benar, di mana bahaya akan timbul, dan yang tidak tersedia ruang di segala sisi, maka ia melakukan dua pelanggaran perbuatan salah. ... di mana bahaya akan timbul, tetapi yang tersedia ruang di segala sisi, maka ia melakukan satu pelanggaran perbuatan salah. ... di mana tidak ada bahaya yang akan timbul, tetapi tidak tersedia ruang di segala sisi, maka ia melakukan satu pelanggaran perbuatan salah. ... di mana tidak ada bahaya yang akan timbul, dan yang tersedia ruang di segala sisi, maka tidak ada pelanggaran.
Title: Saṅghādisesa 6
Post by: Indra on 14 September 2022, 09:55:20 PM

Pergi dan kemudian mendengar tentang prosedur pembangunan yang salah

Seorang bhikkhu menunjuk orang lain untuk membangun sebuah gubuk untuknya dan kemudian pergi. Ia memberitahu mereka untuk membangun sebuah gubuk di lokasi yang sudah disetujui, di mana tidak ada bahaya yang akan timbul, dan yang tersedia ruang di segala sisi, tetapi mereka membangunnya di lokasi yang belum disetujui, di mana bahaya akan timbul, dan yang tidak tersedia ruang di segala sisi. Jika ia mendengar tentang hal ini, ia sendiri harus pergi ke sana atau mengirim pesan, memberitahu mereka untuk membangun di lokasi yang sudah disetujui, di mana tidak ada bahaya yang akan timbul, dan yang tersedia ruang di segala sisi. Jika ia tidak pergi sendiri atau tidak mengirim pesan, maka ia melakukan satu pelanggaran perbuatan salah.

Seorang bhikkhu menunjuk orang lain untuk membangun sebuah gubuk untuknya dan kemudian pergi. Ia memberitahu mereka untuk membangun sebuah gubuk di lokasi yang sudah disetujui, di mana tidak ada bahaya yang akan timbul, dan yang tersedia ruang di segala sisi, tetapi mereka membangunnya di lokasi yang belum disetujui, di mana bahaya akan timbul, tetapi tersedia ruang di segala sisi. Jika ia mendengar tentang hal ini, ia sendiri harus pergi ke sana atau mengirim pesan, memberitahu mereka untuk membangun di lokasi yang sudah disetujui dan di mana tidak ada bahaya yang akan timbul. Jika ia tidak pergi sendiri atau tidak mengirim pesan, maka ia melakukan satu pelanggaran perbuatan salah.

Seorang bhikkhu menunjuk orang lain untuk membangun sebuah gubuk dan kemudian pergi. Ia memberitahu mereka untuk membangun sebuah gubuk di lokasi yang sudah disetujui, di mana tidak ada bahaya yang akan timbul, dan yang tersedia ruang di segala sisi, tetapi mereka membangunnya di lokasi yang belum disetujui, di mana bahaya tidak akan timbul, tetapi tidak tersedia ruang di segala sisi. Jika ia mendengar tentang hal ini, ia sendiri harus pergi ke sana atau mengirim pesan, memberitahu mereka untuk membangun di lokasi yang sudah disetujui dan yang tersedia ruang di segala sisi. Jika ia tidak pergi sendiri atau tidak mengirim pesan, maka ia melakukan satu pelanggaran perbuatan salah.

Seorang bhikkhu menunjuk orang lain untuk membangun sebuah gubuk untuknya dan kemudian pergi. Ia memberitahu mereka untuk membangun sebuah gubuk di lokasi yang sudah disetujui, di mana tidak ada bahaya yang akan timbul, dan yang tersedia ruang di segala sisi, tetapi mereka membangunnya di lokasi yang belum disetujui, di mana tidak ada bahaya yang akan timbul, dan tersedia ruang di segala sisi. Jika ia mendengar tentang hal ini, ia sendiri harus pergi ke sana atau mengirim pesan, memberitahu mereka untuk membangun di lokasi yang sudah disetujui. Jika ia tidak pergi sendiri atau tidak mengirim pesan, maka ia melakukan satu pelanggaran perbuatan salah.

Seorang bhikkhu menunjuk orang lain untuk membangun sebuah gubuk untuknya dan kemudian pergi. Ia memberitahu mereka untuk membangun sebuah gubuk di lokasi yang sudah disetujui, di mana tidak ada bahaya yang akan timbul, dan yang tersedia ruang di segala sisi, tetapi mereka membangunnya di lokasi yang sudah disetujui, di mana bahaya akan timbul, dan yang tidak tersedia ruang di segala sisi. Jika ia mendengar tentang hal ini, ia sendiri harus pergi ke sana atau mengirim pesan, memberitahu mereka untuk membangun di mana tidak ada bahaya yang akan timbul dan yang tersedia ruang di segala sisi. Jika ia tidak pergi sendiri atau tidak mengirim pesan, maka ia melakukan satu pelanggaran perbuatan salah.

Seorang bhikkhu menunjuk orang lain untuk membangun sebuah gubuk untuknya dan kemudian pergi. Ia memberitahu mereka untuk membangun sebuah gubuk di lokasi yang sudah disetujui, di mana tidak ada bahaya yang akan timbul, dan yang tersedia ruang di segala sisi, tetapi mereka membangunnya di lokasi yang sudah disetujui, di mana bahaya akan timbul, tetapi yang tersedia ruang di segala sisi. Jika ia mendengar tentang hal ini, ia sendiri harus pergi ke sana atau mengirim pesan, memberitahu mereka untuk membangun di mana tidak ada bahaya yang akan timbul. Jika ia tidak pergi sendiri atau tidak mengirim pesan, maka ia melakukan satu pelanggaran perbuatan salah.

Seorang bhikkhu menunjuk orang lain untuk membangun sebuah gubuk untuknya dan kemudian pergi. Ia memberitahu mereka untuk membangun sebuah gubuk di lokasi yang sudah disetujui, di mana tidak ada bahaya yang akan timbul, dan yang tersedia ruang di segala sisi, tetapi mereka membangunnya di lokasi yang sudah disetujui, di mana tidak ada bahaya yang akan timbul, tetapi tidak tersedia ruang di segala sisi. Jika ia mendengar tentang hal ini, ia sendiri harus pergi ke sana atau mengirim pesan, memberitahu mereka untuk membangun di mana tersedia ruang di segala sisi. Jika ia tidak pergi sendiri atau tidak mengirim pesan, maka ia melakukan satu pelanggaran perbuatan salah.

Seorang bhikkhu menunjuk orang lain untuk membangun sebuah gubuk untuknya dan kemudian pergi. Ia memberitahu mereka untuk membangun sebuah gubuk di lokasi yang sudah disetujui, di mana tidak ada bahaya yang akan timbul, dan yang tersedia ruang di segala sisi, dan mereka membangunnya di lokasi yang sudah disetujui, di mana tidak ada bahaya yang akan timbul, dan yang tersedia ruang di segala sisi. Tidak ada pelanggaran.

Seorang bhikkhu menunjuk orang lain untuk membangun sebuah gubuk untuknya dan kemudian pergi. Ia memberitahu mereka untuk membangun sebuah gubuk dengan ukuran yang benar, di mana tidak ada bahaya yang akan timbul, dan yang tersedia ruang di segala sisi, tetapi mereka membangunnya melebihi ukuran yang diperbolehkan, di mana bahaya akan timbul, dan yang tidak tersedia ruang di segala sisi. Jika ia mendengar tentang hal ini, ia sendiri harus pergi ke sana atau mengirim pesan, memberitahu mereka untuk membangun dengan ukuran yang benar, di mana tidak ada bahaya yang akan timbul, dan yang tersedia ruang di segala sisi. ... memberitahu mereka untuk membangun dengan ukuran yang benar dan di mana tidak ada bahaya yang akan timbul. ... memberitahu mereka untuk membangun dengan ukuran yang benar dan yang tersedia ruang di segala sisi. ... memberitahu mereka untuk membangun dengan ukuran yang benar. Jika ia tidak pergi sendiri atau tidak mengirim pesan, maka ia melakukan satu pelanggaran perbuatan salah.

Seorang bhikkhu menunjuk orang lain untuk membangun sebuah gubuk untuknya dan kemudian pergi. Ia memberitahu mereka untuk membangun sebuah gubuk dengan ukuran yang benar, di mana tidak ada bahaya yang akan timbul, dan yang tersedia ruang di segala sisi, tetapi mereka membangunnya dengan ukuran yang benar, di mana bahaya akan timbul, dan yang tidak tersedia ruang di segala sisi. Jika ia mendengar tentang hal ini, ia sendiri harus pergi ke sana atau mengirim pesan, memberitahu mereka untuk membangun di mana tidak ada bahaya yang akan timbul dan yang tersedia ruang di segala sisi. ... memberitahu mereka untuk membangun di mana tidak ada bahaya yang akan timbul. ... memberitahu mereka untuk membangun di mana tersedia ruang di segala sisi. ... Tidak ada pelanggaran.

Seorang bhikkhu menunjuk orang lain untuk membangun sebuah gubuk untuknya dan kemudian pergi. Ia memberitahu mereka untuk membangun sebuah gubuk di lokasi yang sudah disetujui, dengan ukuran yang benar, di mana tidak ada bahaya yang akan timbul, dan yang tersedia ruang di segala sisi, tetapi mereka membangunnya di lokasi yang belum disetujui, yang melebihi ukuran yang diperbolehkan, di mana bahaya akan timbul, dan yang tidak tersedia ruang di segala sisi. Jika ia mendengar tentang hal ini, ia sendiri harus pergi ke sana atau mengirim pesan, memberitahu mereka untuk membangun di lokasi yang sudah disetujui, dengan ukuran yang benar, di mana tidak ada bahaya yang akan timbul, dan yang tersedia ruang di segala sisi. ... memberitahu mereka untuk membangun di lokasi yang sudah disetujui, dengan ukuran yang benar, dan di mana tidak ada bahaya yang akan timbul. ... memberitahu mereka untuk membangun di lokasi yang sudah disetujui, dengan ukuran yang benar, dan yang tersedia ruang di segala sisi. ... memberitahu mereka untuk membangun di lokasi yang sudah disetujui dan dengan ukuran yang benar. Jika ia tidak pergi sendiri atau tidak mengirim pesan, maka ia melakukan satu pelanggaran perbuatan salah.

Seorang bhikkhu menunjuk orang lain untuk membangun sebuah gubuk untuknya dan kemudian pergi. Ia memberitahu mereka untuk membangun sebuah gubuk di lokasi yang telah disetujui, dengan ukuran yang benar, di mana tidak ada bahaya yang akan timbul, dan yang tersedia ruang di segala sisi, tetapi mereka membangunnya di lokasi yang telah disetujui, dengan ukuran yang benar, di mana bahaya akan timbul, dan yang tidak tersedia ruang di segala sisi. Jika ia mendengar tentang hal ini, ia sendiri harus pergi ke sana atau mengirim pesan, memberitahu mereka untuk membangun di mana tidak ada bahaya yang akan timbul dan yang tersedia ruang di segala sisi. ... memberitahu mereka untuk membangun di mana tidak ada bahaya yang akan timbul. ... memberitahu mereka untuk membangun di mana tersedia ruang di segala sisi. ... Tidak ada pelanggaran.
Title: Saṅghādisesa 6
Post by: Indra on 14 September 2022, 09:55:51 PM
Pelanggaran-pelanggaran oleh pembangun yang ditunjuk

Seorang bhikkhu menunjuk orang lain untuk membangun sebuah gubuk untuknya dan kemudian pergi. Ia memberitahu mereka untuk membangun sebuah gubuk di lokasi yang telah disetujui, di mana tidak ada bahaya yang akan timbul, dan yang tersedia ruang di segala sisi. Jika mereka membangun sebuah gubuk di lokasi yang belum disetujui, di mana bahaya akan timbul, dan yang tidak tersedia ruang di segala sisi, maka para pembangun melakukan tiga pelanggaran perbuatan salah. ... di mana bahaya akan timbul, tetapi tersedia ruang di segala sisi, maka para pembangun melakukan dua pelanggaran perbuatan salah. ... di mana tidak ada bahaya yang akan timbul, tetapi tidak tersedia ruang di segala sisi, maka para pembangun melakukan dua pelanggaran perbuatan salah. ... di mana tidak ada bahaya yang akan timbul, dan yang tersedia ruang di segala sisi, maka para pembangun melakukan satu pelanggaran perbuatan salah.

Seorang bhikkhu menunjuk orang lain untuk membangun sebuah gubuk untuknya dan kemudian pergi. Ia memberitahu mereka untuk membangun sebuah gubuk di lokasi yang telah disetujui, di mana tidak ada bahaya yang akan timbul, dan yang tersedia ruang di segala sisi. Jika mereka membangun sebuah gubuk di lokasi yang sudah disetujui, di mana bahaya akan timbul, dan yang tidak tersedia ruang di segala sisi, maka para pembangun melakukan dua pelanggaran perbuatan salah. ... di mana bahaya akan timbul, tetapi tersedia ruang di segala sisi, maka para pembangun melakukan satu pelanggaran perbuatan salah. ... di mana tidak ada bahaya yang akan timbul, tetapi tidak tersedia ruang di segala sisi, maka para pembangun melakukan satu pelanggaran perbuatan salah. ... di mana tidak ada bahaya yang akan timbul, dan yang tersedia ruang di segala sisi, maka tidak ada pelanggaran.

Seorang bhikkhu menunjuk orang lain untuk membangun sebuah gubuk untuknya dan kemudian pergi. Ia memberitahu mereka untuk membangun sebuah gubuk dengan ukuran yang benar, di mana tidak ada bahaya yang akan timbul, dan yang tersedia ruang di segala sisi. Jika mereka membangun sebuah gubuk yang melebihi ukuran yang diperbolehkan, di mana bahaya akan timbul, dan yang tidak tersedia ruang di segala sisi, maka para pembangun melakukan tiga pelanggaran perbuatan salah. ... di mana bahaya akan timbul, tetapi tersedia ruang di segala sisi, maka para pembangun melakukan dua pelanggaran perbuatan salah. ... di mana tidak ada bahaya yang akan timbul, tetapi tidak tersedia ruang di segala sisi, maka para pembangun melakukan dua pelanggaran perbuatan salah. ... di mana tidak ada bahaya yang akan timbul, dan yang tersedia ruang di segala sisi, maka para pembangun melakukan satu pelanggaran perbuatan salah.

Seorang bhikkhu menunjuk orang lain untuk membangun sebuah gubuk untuknya dan kemudian pergi. Ia memberitahu mereka untuk membangun sebuah gubuk dengan ukuran yang benar, di mana tidak ada bahaya yang akan timbul, dan yang tersedia ruang di segala sisi. Jika mereka membangun sebuah gubuk dengan ukuran yang benar, di mana bahaya akan timbul, dan yang tidak tersedia ruang di segala sisi, maka para pembangun melakukan dua pelanggaran perbuatan salah. ... di mana bahaya akan timbul, tetapi tersedia ruang di segala sisi, maka para pembangun melakukan satu pelanggaran perbuatan salah. ... di mana tidak ada bahaya yang akan timbul, tetapi tidak tersedia ruang di segala sisi, maka para pembangun melakukan satu pelanggaran perbuatan salah. ... di mana tidak ada bahaya yang akan timbul, dan yang tersedia ruang di segala sisi, maka tidak ada pelanggaran.

Seorang bhikkhu menunjuk orang lain untuk membangun sebuah gubuk untuknya dan kemudian pergi. Ia memberitahu mereka untuk membangun sebuah gubuk di lokasi yang telah disetujui, dengan ukuran yang benar, di mana tidak ada bahaya yang akan timbul, dan yang tersedia ruang di segala sisi. Jika mereka membangun sebuah gubuk di lokasi yang belum disetujui, yang melebihi ukuran yang diperbolehkan, di mana bahaya akan timbul, dan yang tidak tersedia ruang di segala sisi, maka para pembangun melakukan empat pelanggaran perbuatan salah. ... di mana bahaya akan timbul, tetapi tersedia ruang di segala sisi, maka para pembangun melakukan tiga pelanggaran perbuatan salah. ... di mana tidak ada bahaya yang akan timbul, tetapi tidak tersedia ruang di segala sisi, maka para pembangun melakukan tiga pelanggaran perbuatan salah. ... di mana tidak ada bahaya yang akan timbul, dan yang tersedia ruang di segala sisi, maka para pembangun melakukan dua pelanggaran perbuatan salah.

Seorang bhikkhu menunjuk orang lain untuk membangun sebuah gubuk untuknya dan kemudian pergi. Ia memberitahu mereka untuk membangun sebuah gubuk di lokasi yang telah disetujui, dengan ukuran yang benar, di mana tidak ada bahaya yang akan timbul, dan yang tersedia ruang di segala sisi. Jika mereka membangun sebuah gubuk di lokasi yang sudah disetujui, dengan ukuran yang benar, di mana bahaya akan timbul, dan yang tidak tersedia ruang di segala sisi, maka para pembangun melakukan dua pelanggaran perbuatan salah. ... di mana bahaya akan timbul, tetapi tersedia ruang di segala sisi, maka para pembangun melakukan satu pelanggaran perbuatan salah. ... di mana tidak ada bahaya yang akan timbul, tetapi tidak tersedia ruang di segala sisi, maka para pembangun melakukan satu pelanggaran perbuatan salah. ... di mana tidak ada bahaya yang akan timbul, dan yang tersedia ruang di segala sisi, maka tidak ada pelanggaran.

Belum selesai ketika kembali

Seorang bhikkhu menunjuk orang lain untuk membangun sebuah gubuk untuknya dan kemudian pergi. Mereka membangun sebuah gubuk di lokasi yang belum disetujui, di mana bahaya akan timbul, dan yang tidak tersedia ruang di segala sisi. Jika masih belum selesai ketika ia kembali, maka gubuk itu harus diberikan kepada orang lain, atau harus dihancurkan dan dibangun kembali. Jika ia tidak memberikannya kepada orang lain, atau tidak menghancurkan dan membangunnya kembali, maka ia melakukan satu pelanggaran yang mengharuskan penskorsan dan dua pelanggaran perbuatan salah.

Seorang bhikkhu menunjuk orang lain untuk membangun sebuah gubuk untuknya dan kemudian pergi. Mereka membangun sebuah gubuk di lokasi yang belum disetujui, di mana bahaya akan timbul, tetapi tersedia ruang di segala sisi. Jika masih belum selesai ketika ia kembali, maka gubuk itu harus diberikan kepada orang lain, atau harus dihancurkan dan dibangun kembali. Jika ia tidak memberikannya kepada orang lain, atau tidak menghancurkan dan membangunnya kembali, maka ia melakukan satu pelanggaran yang mengharuskan penskorsan dan satu pelanggaran perbuatan salah. ... di mana tidak ada bahaya yang akan timbul, tetapi tidak tersedia ruang di segala sisi ... maka ia melakukan satu pelanggaran yang mengharuskan penskorsan dan satu pelanggaran perbuatan salah. ... di mana tidak ada bahaya yang akan timbul, dan yang tersedia ruang di segala sisi. ... ia melakukan satu pelanggaran yang mengharuskan penskorsan.

Seorang bhikkhu menunjuk orang lain untuk membangun sebuah gubuk untuknya dan kemudian pergi. Mereka membangun sebuah gubuk di lokasi yang sudah disetujui, di mana bahaya akan timbul, dan yang tidak tersedia ruang di segala sisi. Jika masih belum selesai ketika ia kembali, maka gubuk itu harus diberikan kepada orang lain, atau harus dihancurkan dan dibangun kembali. Jika ia tidak memberikannya kepada orang lain, atau tidak menghancurkan dan membangunnya kembali, maka ia melakukan dua pelanggaran perbuatan salah. ... di mana bahaya akan timbul, tetapi tersedia ruang di segala sisi ... maka ia melakukan satu pelanggaran perbuatan salah. ... di mana tidak ada bahaya yang akan timbul, tetapi tidak tersedia ruang di segala sisi ... maka ia melakukan satu pelanggaran perbuatan salah. ... di mana tidak ada bahaya yang akan timbul, dan yang tersedia ruang di segala sisi. Tidak ada pelanggaran.

Seorang bhikkhu menunjuk orang lain untuk membangun sebuah gubuk untuknya dan kemudian pergi. Mereka membangun sebuah gubuk dengan melebihi ukuran yang diperbolehkan, di mana bahaya akan timbul, dan yang tidak tersedia ruang di segala sisi. Jika masih belum selesai ketika ia kembali, maka gubuk itu harus diberikan kepada orang lain, atau harus dihancurkan dan dibangun kembali. Jika ia tidak memberikannya kepada orang lain, atau tidak menghancurkan dan membangunnya kembali, maka ia melakukan satu pelanggaran yang mengharuskan penskorsan dan dua pelanggaran perbuatan salah. ... di mana bahaya akan timbul, tetapi tersedia ruang di segala sisi ... maka ia melakukan satu pelanggaran yang mengharuskan penskorsan dan satu pelanggaran perbuatan salah. ... di mana tidak ada bahaya yang akan timbul, tetapi tidak tersedia ruang di segala sisi ... maka ia melakukan satu pelanggaran yang mengharuskan penskorsan dan satu pelanggaran perbuatan salah. ... di mana tidak ada bahaya yang akan timbul, dan yang tersedia ruang di segala sisi ... maka ia melakukan satu pelanggaran yang mengharuskan penskorsan.

Seorang bhikkhu menunjuk orang lain untuk membangun sebuah gubuk untuknya dan kemudian pergi. Mereka membangun sebuah gubuk dengan ukuran yang benar, di mana bahaya akan timbul, dan tidak tersedia ruang di segala sisi. Jika masih belum selesai ketika ia kembali, maka gubuk itu harus diberikan kepada orang lain, atau harus dihancurkan dan dibangun kembali. Jika ia tidak memberikannya kepada orang lain, atau tidak menghancurkan dan membangunnya kembali, maka ia melakukan dua pelanggaran perbuatan salah. ... di mana bahaya akan timbul, tetapi tersedia ruang di segala sisi ... maka ia melakukan satu pelanggaran perbuatan salah. ... di mana tidak ada bahaya yang akan timbul, tetapi tidak tersedia ruang di segala sisi ... ia melakukan satu pelanggaran perbuatan salah. ... di mana tidak ada bahaya yang akan timbul, dan tersedia ruang di segala sisi. Tidak ada pelanggaran.

Seorang bhikkhu menunjuk orang lain untuk membangun sebuah gubuk untuknya dan kemudian pergi. Mereka membangun sebuah gubuk di lokasi yang belum disetujui, dengan melebihi ukuran yang diperbolehkan, di mana bahaya akan timbul, dan yang tidak tersedia ruang di segala sisi. Jika masih belum selesai ketika ia kembali, maka gubuk itu harus diberikan kepada orang lain, atau harus dihancurkan dan dibangun kembali. Jika ia tidak memberikannya kepada orang lain, atau tidak menghancurkan dan membangunnya kembali, maka ia melakukan dua pelanggaran yang mengharuskan penskorsan dan dua pelanggaran perbuatan salah. ... di mana bahaya akan timbul, tetapi tersedia ruang di segala sisi ... maka ia melakukan dua pelanggaran yang mengharuskan penskorsan dan satu pelanggaran perbuatan salah. ... di mana tidak ada bahaya yang akan timbul, tetapi tidak tersedia ruang di segala sisi ... maka ia melakukan dua pelanggaran yang mengharuskan penskorsan dan satu pelanggaran perbuatan salah. ... di mana tidak ada bahaya yang timbul, dan yang tersedia ruang di segala sisi ... maka ia melakukan dua pelanggaran yang mengharuskan penskorsan.

Seorang bhikkhu menunjuk orang lain untuk membangun sebuah gubuk untuknya dan kemudian pergi. Mereka membangun sebuah gubuk di lokasi yang sudah disetujui, dengan ukuran yang benar, di mana bahaya akan timbul, dan tidak tersedia ruang di segala sisi. Jika masih belum selesai ketika ia kembali, maka gubuk itu harus diberikan kepada orang lain, atau harus dihancurkan dan dibangun kembali. Jika ia tidak memberikannya kepada orang lain, atau tidak menghancurkan dan membangunnya kembali, maka ia melakukan dua pelanggaran perbuatan salah. ... di mana bahaya akan timbul, tetapi tersedia ruang di segala sisi ... maka ia melakukan satu pelanggaran perbuatan salah. ... di mana tidak ada bahaya yang akan timbul, tetapi tidak tersedia ruang di segala sisi ... maka ia melakukan satu pelanggaran perbuatan salah.

Seorang bhikkhu menunjuk orang lain untuk membangun sebuah gubuk untuknya dan kemudian pergi. Mereka membangun sebuah gubuk di lokasi yang sudah disetujui, dengan ukuran yang benar, di mana tidak ada bahaya yang akan timbul, dan yang tersedia ruang di segala sisi. Tidak ada pelanggaran.

Permutasi bagian 2

Jika ia menyelesaikan apa yang ia mulai sendiri, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penskorsan.

Jika ia menyuruh orang lain menyelesaikan apa yang ia mulai sendiri, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penskorsan.

Jika ia menyelesaikan apa yang dimulai oleh orang lain, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penskorsan.

Jika ia menyuruh orang lain menyelesaikan apa yang dimulai oleh orang lain, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penskorsan.

Tidak ada pelanggaran

Tidak ada pelanggaran: jika itu adalah tempat berteduh; jika itu adalah sebuah gua; jika itu adalah sebuah gubuk rumput; jika itu dibangun untuk orang lain; jika bukan merupakan tempat kediaman; jika ia gila; jika ia adalah pelaku pertama.

Aturan latihan tentang membangun gubuk, yang keenam, selesai.

Title: Saṅghādisesa 7
Post by: Indra on 14 September 2022, 09:58:29 PM
Koleksi Theravāda tentang Hukum Monastik
Aturan Kebhikkhuan dan Analisisnya
Bab tentang Pelanggaran-Pelanggaran yang Mengharuskan Penskorsan

Saṅghādisesa 7. Aturan Latihan tentang Pembangunan Tempat Kediaman

Kisah Asal-mula

Pada suatu hari ketika Sang Buddha sedang menetap di Kosambī di Vihara Ghosita, seorang perumah tangga yang merupakan penyokong Yang Mulia Channa berkata kepada Beliau, "Aku akan membangunkan sebuah tempat kediaman untukmu, Yang Mulia, jika engkau sudi mencarikan lokasi untuk itu."

Sewaktu Yang Mulia Channa sedang membersihkan lokasi untuk tempat kediaman itu, ia menebang sebatang pohon yang menjadi sebuah altar dan dipuja oleh desa, pemukiman, distrik, dan kerajaan. Orang-orang mengeluh dan mengkritiknya, "Bagaimana mungkin para monastik Sakya menebang pohon yang menjadi altar dan dipuja oleh desa, pemukiman, distrik, dan kerajaan? Mereka melukai kehidupan makhluk berindria-tunggal."

Para bhikkhu mendengar kritikan orang-orang itu, dan para bhikkhu yang memiliki sedikit keinginan mengeluhkan dan mengkritik Yang Mulia Channa dengan cara yang sama.

Setelah menegur Yang mulia Channa dalam berbagai cara, mereka memberitahukan kepada Sang Buddha. Segera setelah itu Beliau mengumpulkan Sangha dan menanyai Channa: "Benarkah, Channa, bahwa engkau melakukan hal ini?"

"Benar, Yang Mulia."

Sang Buddha menegurmya ... "Orang dungu, bagaimana mungkin engkau melakukan hal ini? Orang-orang menganggap pepohonan memiliki kesadaran. Ini akan mempengaruhi keyakinan orang-orang ..." ... "Dan, para bhikkhu, aturan latihan ini harus dibacakan sebagai berikut:

Aturan akhir

'Jika seorang bhikkhu membangun sebuah tempat kediaman besar dengan pemilik yang mensponsori dan ditujukan untuk dirinya sendiri, maka ia harus meminta para bhikkhu untuk menyetujui lokasi di mana tidak ada bahaya yang akan timbul dan memiliki ruang di segala sisi. Jika seorang bhikkhu membangun sebuah tempat kediaman besar di lokasi di mana bahaya akan timbul dan yang tidak tersedia ruang di segala sisi, atau ia tidak meminta para bhikkhu untuk menyetujui lokasinya, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penskorsan.'"

Definisi

Sebuah tempat kediaman besar:

yang dimaksudkan adalah sebuah tempat kediaman dengan pemilik yang mensponsori.

Tempat kediaman:

yang diplester pada bagian dalam atau diplester pada bagian luarnya atau diplester pada bagian dalam dan luarnya.

Membangun:

membangun sendiri atau menyuruh orang lain untuk membangunnya.

Dengan pemilik yang mensponsori:

ada pemilik lain, apakah seorang perempuan atau seorang laki-laki, apakah awam ataupun yang telah meninggalkan keduniawian.

Ditujukan untuk dirinya sendiri:

untuk digunakan sendiri.

Ia harus meminta para bhikkhu untuk menyetujui lokasinya:

Bhikkhu yang hendak membangun sebuah tempat kediaman harus membersihkan lokasi, kemudian menghadap Sangha, menata jubah atasnya di satu bahunya, bersujud di kaki para bhikkhu senior, berjongkok pada tumitnya, merangkapkan tangan, dan berkata:

"Para Mulia, aku hendak membangun sebuah tempat kediaman besar dengan pemilik yang mensponsori dan ditujukan untuk diriku sendiri. Aku memohon Sangha untuk memeriksa lokasi tempat kediaman itu."

Ia harus mengajukan permohonannya untuk kedua dan ketiga kalinya. Jika seluruh Sangha mampu memeriksa lokasi itu, mereka semua harus pergi. Jika seluruh Sangha tidak mampu memeriksa lokasi, maka para bhikkhu itu yang kompeten dan mampu—yang mengetahui di mana bahaya akan timbul dan di mana tidak ada bahaya yang akan timbul, yang mengetahui apa yang dimaksudkan dengan ruang di segala sisi dan ketiadaan ruang di segala sisi—harus dimohon dan kemudian ditunjuk.

"Dan, para bhikkhu, mereka harus ditunjuk sebagai berikut. Seorang bhikkhu yang kompeten dan mampu harus memberitahu Sangha:

'Mohon, Para Mulia, aku memohon Sangha untuk mendengarkan. Bhikkhu ini ingin membangun sebuah tempat kediaman besar dengan pemilik yang mensponsori dan ditujukan untuk dirinya sendiri. Ia memohon Sangha untuk memeriksa lokasi tempat kediaman itu. Jika baik menurut Sangha, maka Sangha harus menunjuk bhikkhu itu dan itu untuk memeriksa lokasi tempat kediaman bhikkhu ini. Ini adalah usul.

Mohon, Para Mulia, aku memohon Sangha untuk mendengarkan. Bhikkhu ini ingin membangun sebuah tempat kediaman besar dengan pemilik yang mensponsori dan ditujukan untuk dirinya sendiri. Ia memohon Sangha untuk memeriksa lokasi tempat kediaman itu. Sangha menunjuk bhikkhu itu dan itu untuk memeriksa lokasi tempat kediaman bhikkhu ini. Bhikkhu mana pun yang menyetujui penunjukan bhikkhu itu dan itu untuk memeriksa lokasi tempat kediaman bhikkhu ini mohon berdiam diri. Bhikkhu mana pun yang tidak menyetujui silakan berbicara.

Sangha telah menunjuk bhikkhu itu dan itu untuk memeriksa lokasi tempat kediaman bhikkhu ini. Sangha menyetujui penunjukan ini oleh karena itu maka Sangha berdiam diri. Aku akan mengingatnya demikian.'

Bhikkhu yang ditunjuk harus pergi dan memeriksa lokasi tempat kediaman untuk mencari tahu apakah bahaya akan timbul dan apakah tersedia ruang di segala sisi. Jika bahaya akan timbul atau tidak ada ruang di segala sisi, maka mereka harus mengatakan, 'Jangan bangun di sini.' Jika tidak ada bahaya yang akan timbul dan tersedia ruang di segala sisi, maka mereka harus memberitahu Sangha: 'Tidak ada bahaya yang akan timbul dan tersedia ruang di segala sisi.'

Bhikkhu yang ingin membangun tempat kediaman kemudian harus menghadap Sangha, menata jubah atasnya di satu bahunya, bersujud di kaki para bhikkhu senior, berjongkok pada tumitnya, merangkapkan tangan, dan berkata:

'Para Mulia, aku ingin membangun sebuah tempat kediaman besar dengan pemilik yang mensponsori dan ditujukan untuk diriku sendiri. Aku memohon agar Sangha menyetujui lokasi untuk tempat kediaman tersebut.'

Ia harus mengajukan permohonan untuk kedua dan ketiga kalinya. Kemudian seorang bhikkhu yang kompeten dan mampu harus memberitahu Sangha:

'Mohon, Para Mulia, aku memohon Sangha untuk mendengarkan. Bhikkhu ini ingin membangun sebuah tempat kediaman besar dengan pemilik yang mensponsori dan ditujukan untuk dirinya sendiri. Ia memohon Sangha agar menyetujui lokasi tempat kediaman itu. Jika baik menurut Sangha, maka Sangha harus menyetujui lokasi tempat kediaman bhikkhu ini. Ini adalah usul.

Mohon, Para Mulia, aku memohon Sangha untuk mendengarkan. Bhikkhu ini ingin membangun sebuah tempat kediaman besar dengan pemilik yang mensponsori dan ditujukan untuk dirinya sendiri. Ia memohon Sangha agar menyetujui lokasi tempat kediaman itu. Sangha menyetujui lokasi tempat kediaman bhikkhu ini. Bhikkhu mana pun yang menyetujui disetujuinya lokasi tempat kediaman bhikkhu ini mohon berdiam diri. Bhikkhu mana pun yang tidak menyetujui harus berbicara.

Sangha telah menyetujui lokasi tempat kediaman bhikkhu ini. Sangha menyetujui oleh karena itu maka Sangha berdiam diri. Aku akan mengingatnya demikian.'"

Di mana bahaya akan timbul:

yaitu tempat tinggal semut-semut, rayap, tikus, ular, kalajengking, kelabang, gajah, kuda, singa, harimau, macan, beruang, atau dubuk, atau binatang lainnya; atau berbatasan dengan ladang gandum, ladang sayuran, tempat pemotongan, tempat eksekusi, tanah pemakaman, sebuah taman, tanah kerajaan, kandang gajah, kandang kuda, penjara, kedai minuman keras, rumah jagal, jalan raya, persimpangan jalan, aula pertemuan publik, atau jalan buntu—ini disebut "di mana bahaya akan timbul".

Yang tidak tersedia ruang di segala sisi:

tidaklah mungkin untuk mengitarinya dengan kereta bergandar, atau mengitarinya dengan membawa tangga—ini disebut "yang tidak tersedia ruang di segala sisi".

Di mana tidak ada bahaya yang akan timbul:

itu bukanlah tempat tinggal semut-semut ... tidak berbatasan dengan ... jalan buntu—ini disebut "di mana tidak ada bahaya yang akan timbul".

Yang tersedia ruang di segala sisi:

adalah mungkin untuk mengitarinya dengan kereta bergandar, atau mengitarinya dengan membawa tangga—ini disebut "yang tersedia ruang di segala sisi".

Sebuah tempat kediaman besar:

yang dimaksudkan adalah sebuah tempat kediaman dengan pemilik yang mensponsori.

Tempat kediaman:

yang diplester pada bagian dalam atau diplester pada bagian luarnya atau diplester pada bagian dalam dan luarnya.

Membangun:

membangunnya sendiri atau menyuruh orang lain untuk membangunnya.

Atau ia tidak meminta para bhikkhu untuk menyetujui lokasinya:

jika lokasi tempat kediaman belum disetujui melalui prosedur resmi yang terdiri dari satu usul dan tiga pengumuman, dan ia kemudian membangun sebuah tempat kediaman atau menyuruh membangun, maka atas usaha tersebut terjadi tindakan perbuatan salah. Ketika tersisa kepingan terakhir untuk menyelesaikan tempat kediaman tersebut, maka ia melakukan pelanggaran serius. Ketika kepingan terakhir selesai, maka ia melakukan satu pelanggaran yang mengharuskan penskorsan.

Ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penskorsan:

... Oleh karena itu, ini juga disebut "pelanggaran yang mengharuskan penskorsan".
Title: Saṅghādisesa 7
Post by: Indra on 14 September 2022, 09:58:57 PM
Permutasi

Permutasi bagian 1

Membangun sendiri

Jika seorang bhikkhu membangun sebuah tempat kediaman yang lokasinya belum disetujui, di mana bahaya akan timbul, dan yang tidak tersedia ruang di segala sisi, maka ia melakukan satu pelanggaran yang mengharuskan penskorsan dan dua pelanggaran perbuatan salah. Jika seorang bhikkhu membangun sebuah tempat kediaman yang lokasinya belum disetujui, di mana bahaya akan timbul, tetapi tersedia ruang di segala sisi, maka ia melakukan satu pelanggaran yang mengharuskan penskorsan dan satu pelanggaran perbuatan salah. Jika seorang bhikkhu membangun sebuah tempat kediaman yang lokasinya belum disetujui, di mana tidak ada bahaya yang akan timbul, tetapi tidak tersedia ruang di segala sisi, maka ia melakukan satu pelanggaran yang mengharuskan penskorsan dan satu pelanggaran perbuatan salah. Jika seorang bhikkhu membangun sebuah tempat kediaman yang lokasinya belum disetujui, di mana tidak ada bahaya yang akan timbul, dan tersedia ruang di segala sisi, maka ia melakukan satu pelanggaran yang mengharuskan penskorsan.

Jika seorang bhikkhu membangun sebuah tempat kediaman yang lokasinya sudah disetujui, di mana bahaya akan timbul, dan yang tidak tersedia ruang di segala sisi, maka ia melakukan dua pelanggaran perbuatan salah. Jika seorang bhikkhu membangun sebuah tempat kediaman yang lokasinya sudah disetujui, di mana bahaya akan timbul, tetapi tersedia ruang di segala sisi, maka ia melakukan satu pelanggaran perbuatan salah. Jika seorang bhikkhu membangun sebuah tempat kediaman yang lokasinya sudah disetujui, di mana tidak ada bahaya yang akan timbul, tetapi tidak tersedia ruang di segala sisi, maka ia melakukan satu pelanggaran perbuatan salah. Jika seorang bhikkhu membangun sebuah tempat kediaman yang lokasinya sudah disetujui, di mana tidak ada bahaya yang akan timbul, dan tersedia ruang di segala sisi, maka tidak ada pelanggaran.

Menunjuk orang lain untuk membangun

Seorang bhikkhu menunjuk orang lain untuk membangun sebuah tempat kediaman untuknya. Jika mereka membangun sebuah tempat kediaman yang lokasinya belum disetujui, di mana bahaya akan timbul, dan yang tidak tersedia ruang di segala sisi, maka ia melakukan satu pelanggaran yang mengharuskan penskorsan dan dua pelanggaran perbuatan salah. ... di mana bahaya akan timbul, tetapi tersedia ruang di segala sisi, maka ia melakukan satu pelanggaran yang mengharuskan penskorsan dan satu pelanggaran perbuatan salah. ... di mana tidak ada bahaya yang akan timbul, tetapi tidak tersedia ruang di segala sisi, maka ia melakukan satu pelanggaran yang mengharuskan penskorsan dan satu pelanggaran perbuatan salah. ... di mana tidak ada bahaya yang akan timbul, dan tersedia ruang di segala sisi, maka ia melakukan satu pelanggaran yang mengharuskan penskorsan.

Seorang bhikkhu menunjuk orang lain untuk membangun sebuah tempat kediaman untuknya. Jika mereka membangun sebuah tempat kediaman yang lokasinya sudah disetujui, di mana bahaya akan timbul, dan yang tidak tersedia ruang di segala sisi, maka ia melakukan dua pelanggaran perbuatan salah. ... di mana bahaya akan timbul, tetapi tersedia ruang di segala sisi, maka ia melakukan satu pelanggaran perbuatan salah. ... di mana tidak ada bahaya yang akan timbul, tetapi tidak tersedia ruang di segala sisi, maka ia melakukan satu pelanggaran perbuatan salah. ... di mana tidak ada bahaya yang akan timbul, dan tersedia ruang di segala sisi, maka tidak ada pelanggaran.

Pergi tanpa memberitahukan prosedur pembangunan yang benar

Seorang bhikkhu menunjuk orang lain untuk membangun sebuah tempat kediaman untuknya dan kemudian pergi, tetapi ia tidak memberitahu mereka untuk membangun tempat kediaman yang lokasinya sudah disetujui, di mana tidak ada bahaya yang akan timbul, dan yang tersedia ruang di segala sisi. Jika mereka membangun tempat kediaman yang lokasinya belum disetujui, di mana bahaya akan timbul, dan yang tidak tersedia ruang di segala sisi, maka ia melakukan satu pelanggaran yang mengharuskan penskorsan dan dua pelanggaran perbuatan salah. ... di mana bahaya akan timbul, tetapi tersedia ruang di segala sisi, maka ia melakukan satu pelanggaran yang mengharuskan penskorsan dan satu pelanggaran perbuatan salah. ... di mana tidak ada bahaya yang akan timbul, tetapi tidak tersedia ruang di segala sisi, maka ia melakukan satu pelanggaran yang mengharuskan penskorsan dan satu pelanggaran perbuatan salah. ... di mana tidak ada bahaya yang akan timbul, dan yang tersedia ruang di segala sisi, maka ia melakukan satu pelanggaran yang mengharuskan penskorsan.

Seorang bhikkhu menunjuk orang lain untuk membangun sebuah tempat kediaman untuknya dan kemudian pergi, tetapi ia tidak memberitahu mereka untuk membangun tempat kediaman yang lokasinya sudah disetujui, di mana tidak ada bahaya yang akan timbul, dan yang tersedia ruang di segala sisi. Jika mereka membangun tempat kediaman yang lokasinya sudah disetujui, di mana bahaya akan timbul, dan yang tidak tersedia ruang di segala sisi, maka ia melakukan dua pelanggaran perbuatan salah. ... di mana bahaya akan timbul, tetapi tersedia ruang di segala sisi, maka ia melakukan satu pelanggaran perbuatan salah. ... di mana tidak ada bahaya yang akan timbul, tetapi tidak tersedia ruang di segala sisi, maka ia melakukan satu pelanggaran perbuatan salah. ... di mana tidak ada bahaya yang akan timbul, dan yang tersedia ruang di segala sisi, maka tidak ada pelanggaran.

Pergi dan kemudian mendengar tentang prosedur pembangunan yang salah

Seorang bhikkhu menunjuk orang lain untuk membangun sebuah tempat kediaman untuknya dan kemudian pergi. Ia memberitahu mereka untuk membangun sebuah tempat kediaman di lokasi yang sudah disetujui, di mana tidak ada bahaya yang akan timbul, dan yang tersedia ruang di segala sisi, tetapi mereka membangunnya di lokasi yang belum disetujui, di mana bahaya akan timbul, dan yang tidak tersedia ruang di segala sisi. Jika ia mendengar tentang hal ini, ia sendiri harus pergi ke sana atau mengirim pesan, memberitahu mereka untuk membangun di lokasi yang sudah disetujui, di mana tidak ada bahaya yang akan timbul, dan yang tersedia ruang di segala sisi. ... di lokasi yang sudah disetujui dan tidak ada bahaya yang akan timbul. ... di lokasi yang sudah disetujui dan yang tersedia ruang di segala sisi. ... di lokasi yang sudah disetujui. Jika ia tidak pergi sendiri atau tidak mengirim pesan, maka ia melakukan satu pelanggaran perbuatan salah.

Seorang bhikkhu menunjuk orang lain untuk membangun sebuah tempat kediaman untuknya dan kemudian pergi. Ia memberitahu mereka untuk membangun sebuah tempat kediaman di lokasi yang sudah disetujui, di mana tidak ada bahaya yang akan timbul, dan yang tersedia ruang di segala sisi, tetapi mereka membangunnya di lokasi yang sudah disetujui, di mana bahaya akan timbul, dan tidak tersedia ruang di segala sisi. Jika ia mendengar tentang hal ini, ia sendiri harus pergi ke sana atau mengirim pesan, memberitahu mereka untuk membangun tempat kediaman di mana tidak ada bahaya yang akan timbul dan yang tersedia ruang di segala sisi. ... (Bagian ini harus diuraikan seperti pada Saṅghādisesa 6.) ... di mana tidak ada bahaya yang akan timbul. ... yang tersedia ruang di segala sisi. ... Tidak ada pelanggaran.

Pelanggaran-pelanggaran oleh pembangun yang ditunjuk

Seorang bhikkhu menunjuk orang lain untuk membangun sebuah tempat kediaman untuknya dan kemudian pergi. Ia memberitahu mereka untuk membangun sebuah tempat kediaman di lokasi yang sudah disetujui, di mana tidak ada bahaya yang akan timbul, dan yang tersedia ruang di segala sisi. Jika mereka membangun sebuah tempat kediaman di lokasi yang belum disetujui, di mana bahaya akan timbul, dan yang tidak tersedia ruang di segala sisi, maka para pembangun melakukan tiga pelanggaran perbuatan salah. ... di mana bahaya akan timbul, tetapi tersedia ruang di segala sisi, maka para pembangun melakukan dua pelanggaran perbuatan salah. ... di mana tidak ada bahaya yang akan timbul, tetapi tidak tersedia ruang di segala sisi, maka para pembangun melakukan dua pelanggaran perbuatan salah ... di mana tidak ada bahaya yang akan timbul, dan yang tersedia ruang di segala sisi, maka para pembangun melakukan satu pelanggaran perbuatan salah.

Seorang bhikkhu menunjuk orang lain untuk membangun sebuah tempat kediaman untuknya dan kemudian pergi. Ia memberitahu mereka untuk membangun sebuah tempat kediaman di lokasi yang telah disetujui, di mana tidak ada bahaya yang akan timbul, dan yang tersedia ruang di segala sisi. Jika mereka membangun sebuah tempat kediaman di lokasi yang sudah disetujui, di mana bahaya akan timbul, dan yang tidak tersedia ruang di segala sisi, maka para pembangun melakukan dua pelanggaran perbuatan salah. ... di mana bahaya akan timbul, tetapi tersedia ruang di segala sisi, maka para pembangun melakukan satu pelanggaran perbuatan salah. ... di mana tidak ada bahaya yang akan timbul, tetapi tidak tersedia ruang di segala sisi, maka para pembangun melakukan satu pelanggaran perbuatan salah. ... di mana tidak ada bahaya yang akan timbul, dan yang tersedia ruang di segala sisi, maka tidak ada pelanggaran.

Belum selesai ketika kembali

Seorang bhikkhu menunjuk orang lain untuk membangun sebuah tempat kediaman untuknya dan kemudian pergi. Mereka membangun sebuah tempat kediaman di lokasi yang belum disetujui, di mana bahaya akan timbul, dan yang tidak tersedia ruang di segala sisi. Jika masih belum selesai ketika ia kembali, maka tempat kediaman itu harus diberikan kepada orang lain, atau harus dihancurkan dan dibangun kembali. Jika ia tidak memberikannya kepada orang lain, atau tidak menghancurkan dan membangunnya kembali, maka ia melakukan satu pelanggaran yang mengharuskan penskorsan dan dua pelanggaran perbuatan salah. ... di mana bahaya akan timbul, tetapi tersedia ruang di segala sisi ... maka ia melakukan satu pelanggaran yang mengharuskan penskorsan dan satu pelanggaran perbuatan salah. ... di mana tidak ada bahaya yang akan timbul, tetapi tidak tersedia ruang di segala sisi ... maka ia melakukan satu pelanggaran yang mengharuskan penskorsan dan satu pelanggaran perbuatan salah. ... di mana tidak ada bahaya yang akan timbul, dan yang tersedia ruang di segala sisi ... maka ia melakukan satu pelanggaran yang mengharuskan penskorsan.

Seorang bhikkhu menunjuk orang lain untuk membangun sebuah tempat kediaman untuknya dan kemudian pergi. Mereka membangun sebuah tempat kediaman di lokasi yang sudah disetujui, di mana bahaya akan timbul, dan yang tidak tersedia ruang di segala sisi. Jika masih belum selesai ketika ia kembali, maka tempat kediaman itu harus diberikan kepada orang lain, atau harus dihancurkan dan dibangun kembali. Jika ia tidak memberikannya kepada orang lain, atau tidak menghancurkan dan membangunnya kembali, maka ia melakukan dua pelanggaran perbuatan salah. ... di mana bahaya akan timbul, tetapi tersedia ruang di segala sisi ... maka ia melakukan satu pelanggaran perbuatan salah. ... di mana tidak ada bahaya yang akan timbul, tetapi tidak tersedia ruang di segala sisi ... maka ia melakukan satu pelanggaran perbuatan salah. ... di mana tidak ada bahaya yang akan timbul, dan yang tersedia ruang di segala sisi ... tidak ada pelanggaran.

Permutasi bagian 2

Jika ia menyelesaikan apa yang ia mulai sendiri, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penskorsan.

Jika ia menyuruh orang lain menyelesaikan apa yang ia mulai sendiri, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penskorsan.

Jika ia menyelesaikan apa yang dimulai oleh orang lain, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penskorsan.

Jika ia menyuruh orang lain menyelesaikan apa yang dimulai oleh orang lain, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penskorsan.

Tidak ada pelanggaran

Tidak ada pelanggaran: jika itu adalah tempat berteduh, sebuah gua, atau sebuah gubuk rumput; jika itu dibangun untuk orang lain; jika bukan merupakan tempat kediaman; jika ia gila; jika ia adalah pelaku pertama.

Aturan latihan tentang membangun tempat kediaman, yang ketujuh, selesai.

Title: Saṅghādisesa 8
Post by: Indra on 14 September 2022, 10:01:28 PM
Koleksi Theravāda tentang Hukum Monastik
Aturan Kebhikkhuan dan Analisisnya
Bab tentang Pelanggaran-Pelanggaran yang Mengharuskan Penskorsan

Saṅghādisesa 8. Aturan Latihan tentang Kemarahan

Kisah Asal-mula

Pada suatu ketika, saat Sang Buddha sedang menetap di Rājagaha di Hutan Bambu, Yang Mulia Dabba orang Malla merealisasikan kesempurnaan pada usia tujuh tahun. Ia telah mencapai semua yang harus dicapai oleh seorang siswa dan tidak ada lagi yang harus dilakukan. Kemudian, sewaktu sedang merefleksikan di dalam kesendirian, ia berpikir, "Bagaimanakah aku dapat melayani Sangha?
Mengapa aku tidak membagikan tempat-tempat tinggal dan menjatah makanan?"

Pada malam harinya Dabba keluar dari keterasingan dan menghadap Sang Buddha. Ia bersujud, duduk, dan berkata, "Yang Mulia, sewaktu aku sedang merefleksikan di dalam kesendirian, terpikir olehku bahwa aku telah mencapai semua yang harus dicapai oleh seorang siswa, dan aku bertanya-tanya bagaimana aku dapat melayani Sangha. Aku berpikir, 'Mengapa aku tidak membagikan tempat-tempat tinggal dan menjatah makanan?'"
"Bagus, bagus, Dabba, silakan engkau melakukan itu."

"Baik."

Segera setelah itu Sang Buddha membabarkan suatu ajaran dan berkata kepada para bhikkhu: "Para bhikkhu, Sangha harus menunjuk Dabba orang Malla sebagai pembagi tempat-tempat tinggal dan penjatah makanan. Dan ia harus ditunjuk sebagai berikut. Pertama-tama Dabba harus diminta. Kemudian seorang bhikkhu yang kompeten dan mampu harus memberitahu Sangha:

'Mohon, Para Mulia, aku memohon Sangha untuk mendengarkan. Jika baik menurut Sangha, maka Sangha harus menunjuk Yang Mulia Dabba orang Malla sebagai pembagi tempat-tempat tinggal dan penjatah makanan. Ini adalah usul.

Mohon, Para Mulia, aku memohon Sangha untuk mendengarkan. Sangha menunjuk Yang Mulia Dabba orang Malla sebagai pembagi tempat-tempat tinggal dan penjatah makanan. Bhikkhu mana pun yang menyetujui penunjukan Yang Mulia Dabba sebagai pembagi tempat-tempat tinggal dan penjatah makanan harus berdiam diri. Bhikkhu mana pun yang tidak menyetujui silakan berbicara.

Sangha telah menunjuk Yang Mulia Dabba orang Malla sebagai pembagi tempat-tempat tinggal dan penjatah makanan. Sangha menyetujui dan oleh karena itu berdiam diri. Aku akan mengingatnya demikian.'"

Dabba membagi tempat-tempat tinggal kepada para bhikkhu menurut karakter mereka. Ia memberikan tempat tinggal di tempat yang sama bagi para bhikkhu yang adalah ahli dalam khotbah-khotbah, dengan berpikir, "Mereka akan bersama-sama mengulangi khotbah-khotbah." Dan ia melakukan hal yang sama bagi para ahli Hukum Monastik, dengan berpikir, "Mereka akan mendiskusikan Hukum Monastik;" bagi para pembabar, dengan berpikir, "Mereka akan mendiskusikan ajaran;" bagi para meditator, dengan berpikir, "Mereka tidak akan saling mengganggu satu sama lain;" dan bagi para penggosip dan yang menyukai olah raga, dengan berpikir, "Dengan cara ini bahkan para mulia ini akan menjadi bahagia."

Ketika para bhikkhu tiba pada malam hari, ia memasuki elemen api dan membagi tempat-tempat tinggal dengan bantuan api itu. Para bhikkhu bahkan sengaja tiba larut malam, berharap untuk melihat keajaiban kekuatan supernormal Dabba.

Mereka akan mendatangi Dabba dan berkata, "Yang Mulia Dabba, mohon berikan kami tempat tinggal."

"Di manakah kalian ingin tinggal?"

Mereka akan dengan sengaja mengusulkan tempat yang jauh: "Di Puncak Hering," "Di Tebing Perampok," "Di Batu Hitam di lereng Gunung Isigili," "Di Gua Sattapaṇṇi di lereng Gunung Vebhāra," "Di Hutan Sejuk di bukit di Kolam Ular," "Di Jurang Gotamaka," "Di Jurang Tinduka," "Di Jurang Tapoda," "Di Taman Tapoda," "Di Hutan Mangga Jīvaka," "Di taman rusa di Maddakucchi."

Kemudian Dabba akan memasuki elemen api, dan dengan tangannya bersinar, ia berjalan di depan para bhikkhu itu. Mereka mengikuti di belakangnya dengan bantuan api itu. Dan ia akan memberikan tempat-tempat tinggal kepada mereka: "Ini tempat tidur, ini bangku, ini adalah alas tidur, ini bantal, ini tempat buang air besar, ini tempat buang air kecil, ini air minum, ini air untuk mencuci, ini tongkat untuk berjalan; ini adalah kesepakatan Sangha sehubungan dengan waktu yang tepat untuk masuk dan waktu yang tepat untuk pergi." Kemudian Dabba kembali ke Hutan Bambu.

Pada saat itu para bhikkhu Mettiya dan Bhūmajaka adalah bhikkhu yang baru ditahbiskan. Mereka memiliki sedikit jasa, hanya memperoleh tempat kediaman dan makanan yang rendah. Orang-orang Rājagaha cenderung memberikan dana makanan yang dipersiapkan secara khusus kepada para bhikkhu senior—minyak samin, minyak, dan kari-kari istimewa—tetapi kepada Mettiya dan Bhūmajaka mereka memberikan makanan biasa seperti bubur dan nasi basi.

Setelah makan, ketika mereka telah kembali dari perjalanan mengumpulkan dana makanan, mereka bertanya kepada para bhikkhu senior, "Apakah yang kalian peroleh di ruang makan?"

Beberapa berkata, "Kami memperoleh minyak samin, minyak, dan kari-kari istimewa."

Tetapi para bhikkhu Mettiya dan Bhūmajaka berkata, "Kami tidak memperoleh apa pun selain makanan biasa berupa bubur dan nasi basi."

Pada masa itu terdapat seorang perumah tangga yang memberikan makanan rutin berupa makanan-makanan baik kepada empat bhikkhu. Ia memberikan persembahan ini di ruang makan bersama dengan istri-istri dan anak-anaknya. Beberapa di antara mereka mempersembahkan nasi, beberapa lainnya mempersembahkan kari kacang, beberapa lainnya lagi mempersembahkan minyak, dan beberapa mempersembahkan kari-kari istimewa.

Pada suatu ketika makanan yang harus dipersembahkan oleh perumah tangga ini pada keesokan harinya telah dijadwalkan untuk diterima oleh para bhikkhu Mettiya dan Bhūmajaka. Saat itu perumah tangga itu datang ke vihara untuk suatu urusan. Ia menghadap Dabba, bersujud, dan duduk. Dan Dabba memberikan instruksi, menginspirasi, dan menggembirakannya dengan suatu ajaran. Setelah khotbah itu, ia bertanya kepada Dabba, "Yang Mulia, siapakah yang telah dijadwalkan untuk makan di rumah kami besok?"

"Mettiya dan Bhūmajaka."

Ia merasa kecewa, dan berpikir, "Mengapakah harus para bhikkhu jahat yang makan di rumah kami?" Setelah pulang ke rumahnya, ia memberitahu seorang budak perempuannya, "Bagi mereka yang datang untuk makan besok, persiapkan tempat duduk di pintu gerbang dan berikan mereka nasi basi dan bubur."

"Baik, Tuan."

Para bhikkhu Mettiya dan Bhūmajaka berkata satu sama lain, "Kemarin kita dijadwalkan jatah makanan dari perumah tangga yang mempersembahkan makanan-makanan baik. Besok ia akan melayani kita bersama dengan istri-istri dan anak-anaknya. Beberapa di antara mereka akan mempersembahkan nasi kepada kita, beberapa lainnya mempersembahkan kari kacang, beberapa lainnya lagi mempersembahkan minyak, dan beberapa mempersembahkan kari-kari istimewa." Dan karena mereka bergairah, mereka tidak dapat tidur lelap malam itu.

Keesokan paginya mereka mengenakan jubah, membawa mangkuk dan jubah mereka, dan mendatangi rumah perumah tangga itu. Ketika si budak perempuan melihat mereka datang, ia mempersiapkan tempat duduk di pintu gerbang dan berkata kepada mereka, "Silakan duduk, Para Mulia."

Mereka berpikir, "Makanan pasti belum siap, karena kami diberikan tempat duduk di pintu gerbang."

Kemudian budak perempuan itu membawakan nasi basi dan bubur untuk mereka, dan berkata, "Silakan makan, Para Mulia."

"Tetapi, Saudari, kami datang untuk makanan rutin."

"Aku tahu. Tetapi kemarin aku diberitahu oleh kepala rumah tangga untuk melayani kalian seperti ini. Silakan makan."

Mereka berkata satu sama lain, "Kemarin perumah tangga ini datang ke vihara dan berbicara dengan Dabba. Pasti Dabba yang bertanggung jawab atas perpecahan antara perumah tangga dan kita." Dan karena mereka kecewa, mereka tidak memakan sebanyak yang mereka inginkan. Setelah makan mereka pulang ke vihara, meletakkan mangkuk dan jubah mereka, dan berjongkok pada tumit mereka di luar gerbang vihara, menggunakan jubah atas sebagai pengikat punggung dan lutut. Mereka berdiam diri dan merasa terhina, bahu mereka melorot dan kepala mereka menunduk, murung dan tak mampu berkata-kata.

Saat itu bhikkhunī Mettiyā mendatangi mereka dan berkata, "Salam hormat kepada kalian, Para Mulia." Tetapi mereka tidak menjawab. Untuk kedua kali dan ketiga kalinya ia mengatakan hal yang sama, tetapi mereka tetap tidak menjawab.

"Apakah aku telah berbuat salah? Mengapa kalian tidak menjawab?"

"Karena kami diperlakukan dengan sangat buruk oleh Dabba orang Malla, dan engkau tidak peduli."

"Tetapi apakah yang dapat kulakukan?"

"Jika engkau menginginkan, engkau dapat membuat Sang Buddha mengusir Dabba."

"Dan bagaimanakah aku dapat melakukan hal itu?"

"Pergilah menghadap Sang Buddha dan katakan, 'Yang Mulia, ini tidak selayaknya dan tidak sepantasnya. Terdapat ketakutan, kesusahan, dan penindasan pada daerah ini, yang mana seharusnya tidak ada. Dari mana seseorang dapat mengharapkan keamanan, terdapat ketidakamanan. Ini seperti seolah-olah air terbakar. Yang Mulia Dabba orang Malla telah memperkosa aku.'"

Dengan berkata, "Baiklah, Para Mulia," ia mendatangi Sang Buddha, bersujud, dan kemudian mengulangi apa yang ia diminta untuk mengatakan.

Segera setelah itu Sang Buddha mengumpulkan Sangha dan menanyai Dabba: "Dabba, apakah engkau ingat melakukan apa yang dikatakan oleh bhikkhunī Mettiyā?"

"Yang Mulia, Engkau mengetahui seperti apa aku."

Untuk kedua kali dan ketiga kalinya Sang Buddha mengajukan pertanyaan yang sama dan memperoleh jawaban yang sama. Kemudian Beliau berkata, "Dabba, para Dabba tidak memberikan jawaban berkelit demikian. Jika engkau melakukannya, katakanlah demikian; jika tidak, maka katakan tidak."

"Sejak aku lahir, Yang Mulia, aku tidak ingat pernah melakukan hubungan seksual bahkan di dalam mimpi, apalagi ketika terjaga."

Sang Buddha berkata kepada para bhikkhu: "Baiklah, para bhikkhu, usirlah bhikkhunī Mettiyā, dan panggil para bhikkhu ini untuk mempertanggungjawabkan." Kemudian Sang Buddha bangkit dari dudukNya dan memasuki kediamanNya.

Ketika para bhikkhu telah mengusir bhikkhunī Mettiyā, para bhikkhu Mettiya dan Bhūmajaka berkata kepada mereka, "Jangan mengusir bhikkhunī Mettiyā; ia tidak bersalah. Ia dipaksa oleh kami. Kami marah dan tidak senang, dan mencoba untuk membuat Dabba meninggalkan kehidupan monastik."

"Tetapi apakah kalian dengan tanpa dasar menuduh Yang Mulia Dabba melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran?"

"Benar."

Para bhikkhu yang memiliki sedikit keinginan mengeluhkan dan mengkritik mereka, "Bagaimana mungkin para bhikkhu Mettiya dan Bhūmajaka dengan tanpa dasar menuduh Yang Mulia Dabba melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran?"

Mereka menegur para bhikkhu itu dalam berbagai cara dan kemudian memberitahukan kepada Sang Buddha. Segera setelah itu Sang Buddha mengumpulkan Sangha dan menanyai para bhikkhu itu: "Benarkah, para bhikkhu, bahwa kalian melakukan hal ini?"

"Benar, Yang Mulia."

Sang Buddha menegur mereka ... "Orang-orang dungu, bagaimana mungkin kalian dapat melakukan hal ini? Hal ini akan mempengaruhi keyakinan orang-orang..." ... "Dan, para bhikkhu, aturan latihan ini harus dibacakan sebagai berikut:

Aturan akhir

'Jika seorang bhikkhu yang marah dan tidak senang dengan tanpa dasar menuduh seorang bhikkhu melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran, dengan tujuan untuk membuatnya meninggalkan kehidupan monastik, dan kemudian setelah beberapa lama, apakah ditanyai atau tidak, menjadi jelas bahwa persoalan hukum itu adalah tanpa dasar, dan ia mengakui niat buruknya, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penskorsan.'"

Definisi

Seorang:

siapa pun ...

Bhikkhu:

... Seorang bhikkhu yang telah diberikan penahbisan penuh oleh Sangha yang sepakat melalui prosedur sah yang terdiri dari satu usul dan tiga pengumuman yang tidak dapat dibatalkan dan lengkap – bhikkhu jenis inilah yang dimaksudkan dalam kasus ini.

Seorang bhikkhu:

bhikkhu lainnya.

Marah:

kesal, tidak puas, jengkel, memiliki kebencian, bermusuhan.

Tidak senang:

karena kekesalan itu, kebencian itu, ketidakpuasan, dan kejengkelan itu, maka ia menjadi tidak senang.

Dengan tanpa dasar:

tidak terlihat, tidak terdengar, tidak dicurigai.

Dengan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran:

dengan salah satu di antara empat.

Tuduhan:

menuduhnya atau membuatnya menjadi tertuduh.

Untuk membuatnya meninggalkan kehidupan monastik:

untuk membuatnya meninggalkan kebhikkhuan, meninggalkan status seorang monastik, meninggalkan moralitasnya, meninggalkan manfaat kehidupan monastik.

Dan kemudian setelah beberapa lama:

pada momen, pada saat, pada detik setelah ia menjatuhkan tuduhan.

Ia ditanyai:

ia ditanyai tentang dasar-dasar tuduhannya.

Tidak:

ia tidak berbicara dengan siapa pun.

Persoalan hukum:

ada empat jenis persoalan hukum: persoalan hukum yang muncul dari perselisihan, persoalan hukum yang muncul dari tuduhan, persoalan hukum yang muncul dari pelanggaran, persoalan hukum yang muncul dari urusan.

Dan ia mengakui niat buruknya:

"Apa yang kukatakan adalah kosong," "Apa yang kukatakan adalah salah," "Apa yang kukatakan adalah tidak nyata," "Aku mengatakannya tanpa mengetahuinya."

Ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penskorsan:

... Oleh karena itu, juga disebut "satu pelanggaran yang mengharuskan penskorsan".
Title: Saṅghādisesa 8
Post by: Indra on 14 September 2022, 10:02:03 PM
Permutasi

Pemutasi bagian 1

Melakukan sendiri tuduhan

Walaupun ia tidak melihatnya, ia menuduh seseorang melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran: "Aku melihat bahwa engkau melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran. Engkau bukan seorang petapa, bukan seorang monastik Sakya. Engkau dikeluarkan dari upacara uposatha, dari upacara undangan, dan dari prosedur hukum Sangha." Untuk setiap kalimatnya, ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penskorsan.

Walaupun ia tidak mendengarnya, ia menuduh seseorang melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran: "Aku mendengar bahwa engkau melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran. Engkau bukan seorang petapa, bukan seorang monastik Sakya. Engkau dikeluarkan dari upacara uposatha, dari upacara undangan, dan dari prosedur hukum Sangha." Untuk setiap kalimatnya, ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penskorsan.

Walaupun ia tidak mencurigainya, ia menuduh seseorang melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran: "Aku curiga bahwa engkau melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran. Engkau bukan seorang petapa, bukan seorang monastik Sakya. Engkau dikeluarkan dari upacara uposatha, dari upacara undangan, dan dari prosedur hukum Sangha." Untuk setiap kalimatnya, ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penskorsan.

Walaupun ia tidak melihatnya, ia menuduh seseorang melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran: "Aku melihat dan aku mendengar bahwa engkau melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran. Engkau bukan seorang monastik ..." Untuk setiap kalimatnya, ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penskorsan.

Walaupun ia tidak melihatnya, ia menuduh seseorang melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran: "Aku melihat dan aku curiga bahwa engkau melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran. Engkau bukan seorang monastik ..." Untuk setiap kalimatnya, ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penskorsan.

Walaupun ia tidak melihatnya, ia menuduh seseorang melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran: "Aku melihat dan aku mendengar dan aku curiga bahwa engkau melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran. Engkau bukan seorang monastik ..." Untuk setiap kalimatnya, ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penskorsan.

Walaupun ia tidak mendengarnya, ia menuduh seseorang melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran: "Aku mendengar dan aku curiga ..." ... "Aku mendengar dan aku melihat ..." ... "Aku mendengar dan aku curiga dan aku melihat bahwa engkau melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran. Engkau bukan seorang monastik ..." Untuk setiap kalimatnya, ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penskorsan.

Walaupun ia tidak mencurigainya, ia menuduh seseorang melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran: "Aku curiga dan aku melihat ..." ... "Aku curiga dan aku mendengar ..." ... "Aku curiga dan aku melihat dan aku mendengar bahwa engkau melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran. Engkau bukan seorang monastik ..." Untuk setiap kalimatnya, ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penskorsan.

Ia melihat bahwa seseorang telah melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran, tetapi ia menuduhnya seperti ini: "Aku mendengar bahwa engkau melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran. Engkau bukan seorang monastik ..." Untuk setiap kalimatnya, ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penskorsan.

Ia melihat bahwa seseorang telah melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran, tetapi ia menuduhnya seperti ini: "Aku curiga bahwa engkau melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran ..." ... "Aku mendengar dan aku curiga bahwa engkau melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran. Engkau bukan seorang monastik ..." Untuk setiap kalimatnya, ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penskorsan.

Ia mendengar bahwa seseorang telah melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran, tetapi ia menuduhnya seperti ini: "Aku curiga bahwa engkau melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran ..." ... "Aku melihat bahwa engkau melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran ..." ... "Aku curiga dan aku melihat bahwa engkau melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran. Engkau bukan seorang monastik ..." Untuk setiap kalimatnya, ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penskorsan.

Ia curiga bahwa seseorang telah melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran, tetapi ia menuduhnya seperti ini: "Aku melihat bahwa engkau melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran ..." ... "Aku mendengar bahwa engkau melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran ..." ... "Aku melihat dan aku mendengar bahwa engkau melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran. Engkau bukan seorang monastik, bukan seorang monastik Sakya. ..." Untuk setiap kalimatnya, ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penskorsan.

Ia melihat bahwa seseorang telah melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran, tetapi ia tidak dapat memastikan apa yang telah ia lihat, ia tidak mempercayai apa yang telah ia lihat, ia tidak ingat apa yang telah ia lihat, ia bingung terhadap apa yang telah ia lihat ... ia tidak dapat memastikan apa yang telah ia dengar, ia tidak mempercayai apa yang telah ia dengar, ia tidak ingat apa yang telah ia dengar, ia bingung terhadap apa yang telah ia dengar ... ia tidak dapat memastikan apa yang telah ia curigai, ia tidak mempercayai apa yang telah ia curigai, ia tidak ingat apa yang telah ia curigai, ia bingung terhadap apa yang telah ia curigai. Jika kemudian ia menuduhnya seperti ini: "Aku curiga dan aku melihat ..." ... "Aku curiga dan aku mendengar ..." ... "Aku curiga dan aku melihat dan aku mendengar bahwa engkau telah melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran. Engkau bukan seorang petapa, bukan seorang monastik Sakya. Engkau dikeluarkan dari upacara uposatha, dari upacara undangan, dan dari prosedur hukum Sangha." Untuk setiap kalimatnya, ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penskorsan.

Menyuruh orang lain untuk melakukan tuduhan

Walaupun ia tidak melihatnya, ia menyuruh orang lain untuk melakukan tuduhan telah melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran: "Engkau telah terlihat. Engkau telah melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran. Engkau bukan seorang petapa, bukan seorang monastik Sakya. Engkau dikeluarkan dari upacara uposatha, dari upacara undangan, dan dari prosedur hukum Sangha." Untuk setiap kalimatnya, ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penskorsan.

Walaupun ia tidak mendengarnya ... Walaupun ia tidak mencurigainya, ia menyuruh orang lain untuk melakukan tuduhan telah melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran: "Engkau telah dicurigai. Engkau telah melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran. ..." Untuk setiap kalimatnya, ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penskorsan.

Walaupun ia tidak melihatnya, ia menyuruh orang lain untuk melakukan tuduhan telah melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran: "Engkau telah terlihat dan engkau telah terdengar ..." ... "Engkau telah terlihat dan engkau dicurigai ..." ... "Engkau telah terlihat dan engkau telah terdengar dan engkau dicurigai. Engkau telah melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran ..." ... Walaupun ia tidak mendengarnya ... Walaupun ia tidak mencurigainya, ia menyuruh orang lain untuk melakukan tuduhan telah melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran: "Engkau telah dicurigai dan engkau telah terlihat ..." ... "Engkau dicurigai dan engkau telah terdengar ..." ... "Engkau dicurigai dan engkau telah terlihat dan engkau telah terdengar. Engkau telah melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran. Engkau bukan seorang monastik ..." Untuk setiap kalimatnya, ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penskorsan.

Ia telah melihat bahwa seseorang telah melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran, tetapi ia membuatnya dituduh seperti ini: "Engkau telah terdengar ..." ... tetapi ia membuatnya dituduh seperti ini: "Engkau dicurigai ..." ... tetapi ia membuatnya dituduh seperti ini: "Engkau terdengar dan dicurigai. Engkau telah melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran. Engkau bukan seorang monastik ..." Untuk setiap kalimatnya, ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penskorsan.

Ia telah mendengar bahwa seseorang telah melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran ... Ia mencurigai bahwa seseorang telah melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran, tetapi ia membuatnya dituduh seperti ini: "Engkau telah terlihat ..." ... tetapi ia membuatnya dituduh seperti ini: "Engkau telah terdengar ..." ... tetapi ia membuatnya dituduh seperti ini: "Engkau terlihat dan engkau telah terdengar. Engkau telah melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran. Engkau bukan seorang monastik ..." Untuk setiap kalimatnya, ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penskorsan.

Ia melihat bahwa seseorang telah melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran, tetapi ia tidak dapat memastikan apa yang telah ia lihat, ia tidak mempercayai apa yang telah ia lihat, ia tidak ingat apa yang telah ia lihat, ia bingung terhadap apa yang telah ia lihat ... ia tidak dapat memastikan apa yang telah ia dengar, ia tidak mempercayai apa yang telah ia dengar, ia tidak ingat apa yang telah ia dengar, ia bingung terhadap apa yang telah ia dengar ... ia tidak dapat memastikan apa yang telah ia curigai, ia tidak mempercayai apa yang telah ia curigai, ia tidak ingat apa yang telah ia curigai, ia bingung terhadap apa yang telah ia curigai. Jika kemudian ia membuatnya dituduh seperti ini: "Engkau dicurigai dan engkau telah terlihat ..." ... ia bingung terhadap apa yang telah ia curigai. Jika kemudian ia membuatnya dituduh seperti ini: "Engkau dicurigai dan engkau telah terdengar ..." ... ia bingung terhadap apa yang telah ia curigai. Jika kemudian ia membuatnya dituduh seperti ini: "Engkau dicurigai dan engkau telah terlihat dan engkau telah terdengar. Engkau telah melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran. Engkau bukan seorang petapa, bukan seorang monastik Sakya. Engkau dikeluarkan dari upacara uposatha, dari upacara undangan, dan dari prosedur hukum Sangha." Untuk setiap kalimatnya, ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penskorsan.

Permutasi bagian 2

Rangkuman

Seseorang adalah tidak murni, tetapi dipandang sebagai murni; seseorang adalah murni, tetapi dipandang sebagai tidak murni; seseorang adalah tidak murni dan dipandang sebagai tidak murni; seseorang adalah murni dan dipandang sebagai murni.

Pembabaran

Tidak murni tetapi dianggap sebagai murni

Seorang yang tidak murni telah melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran. Jika seseorang memandangnya sebagai murni, tetapi kemudian, tanpa mendapat izinnya, berbicara dengan tujuan untuk membuatnya meninggalkan kehidupan monastik, maka ia melakukan satu pelanggaran yang mengharuskan penskorsan dan satu pelanggaran perbuatan salah.

Seorang yang tidak murni telah melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran. Jika seseorang memandangnya sebagai murni, tetapi kemudian, setelah mendapat izinnya, berbicara dengan tujuan untuk membuatnya meninggalkan kehidupan monastik, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penskorsan.

Seorang yang tidak murni telah melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran. Jika seseorang memandangnya sebagai murni, tetapi kemudian, tanpa mendapat izinnya, berbicara dengan tujuan untuk melecehkannya, maka ia melakukan satu pelanggaran ucapan kasar dan satu pelanggaran perbuatan salah.

Seorang yang tidak murni telah melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran. Jika seseorang memandangnya sebagai murni, tetapi kemudian, setelah mendapat izinnya, berbicara dengan tujuan untuk melecehkannya, maka ia melakukan pelanggaran ucapan kasar.

Murni tetapi dianggap sebagai tidak murni

Seorang yang murni tidak melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran. Jika seseorang memandangnya sebagai tidak murni, dan kemudian, tanpa mendapat izinnya, berbicara dengan tujuan untuk membuatnya meninggalkan kehidupan monastik, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah.

Seorang yang murni tidak melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran. Jika seseorang memandangnya sebagai tidak murni, dan kemudian, setelah mendapat izinnya, berbicara dengan tujuan untuk membuatnya meninggalkan kehidupan monastik, maka tidak ada pelanggaran.

Seorang yang murni tidak melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran. Jika seseorang memandangnya sebagai tidak murni, dan kemudian, tanpa mendapat izinnya, berbicara dengan tujuan untuk melecehkannya, maka ia melakukan satu pelanggaran ucapan kasar dan satu pelanggaran perbuatan salah.

Seorang yang murni tidak melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran. Jika seseorang memandangnya sebagai tidak murni, dan kemudian, setelah mendapat izinnya, berbicara dengan tujuan untuk melecehkannya, maka ia melakukan pelanggaran ucapan kasar.

Tidak murni dianggap sebagai tidak murni

Seorang yang tidak murni telah melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran. Jika seseorang memandangnya sebagai tidak murni, dan kemudian, tanpa mendapat izinnya, berbicara dengan tujuan untuk membuatnya meninggalkan kehidupan monastik, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah.

Seorang yang tidak murni telah melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran. Jika seseorang memandangnya sebagai tidak murni, dan kemudian, setelah mendapat izinnya, berbicara dengan tujuan untuk membuatnya meninggalkan kehidupan monastik, maka tidak ada pelanggaran.

Seorang yang tidak murni telah melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran. Jika seseorang memandangnya sebagai tidak murni, dan kemudian, tanpa mendapat izinnya, berbicara dengan tujuan untuk melecehkannya, maka ia melakukan satu pelanggaran ucapan kasar dan satu pelanggaran perbuatan salah.

Seorang yang tidak murni telah melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran. Jika seseorang memandangnya sebagai tidak murni, dan kemudian, setelah mendapat izinnya, berbicara dengan tujuan untuk melecehkannya, maka ia melakukan pelanggaran ucapan kasar.

Murni dan dianggap sebagai murni

Seorang yang murni tidak melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran. Jika seseorang memandangnya sebagai murni, dan kemudian, tanpa mendapat izinnya, berbicara dengan tujuan untuk membuatnya meninggalkan kehidupan monastik, maka ia melakukan satu pelanggaran yang mengharuskan penskorsan dan satu pelanggaran perbuatan salah.

Seorang yang murni tidak melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran. Jika seseorang memandangnya sebagai murni, dan kemudian, setelah mendapat izinnya, berbicara dengan tujuan untuk membuatnya meninggalkan kehidupan monastik, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penskorsan.

Seorang yang murni tidak melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran. Jika seseorang memandangnya sebagai murni, dan kemudian, tanpa mendapat izinnya, berbicara dengan tujuan untuk melecehkannya, maka ia melakukan satu pelanggaran ucapan kasar dan satu pelanggaran perbuatan salah.

Seorang yang murni tidak melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran. Jika seseorang memandangnya sebagai murni, dan kemudian, setelah mendapat izinnya, berbicara dengan tujuan untuk melecehkannya, maka ia melakukan pelanggaran ucapan kasar.

Tidak ada pelanggaran
Tidak ada pelanggaran: jika ia memandang seorang yang murni sebagai tidak murni; jika ia memandang seorang yang tidak murni sebagai tidak murni; jika ia gila; jika ia adalah pelaku pertama.

Aturan latihan tentang yang tanpa dasar, yang kedelapan, selesai.

Title: Saṅghādisesa 9
Post by: Indra on 14 September 2022, 10:02:59 PM
Koleksi Theravāda tentang Hukum Monastik
Aturan Kebhikkhuan dan Analisisnya
Bab tentang Pelanggaran-Pelanggaran yang Mengharuskan Penskorsan

Saṅghādisesa 9. Aturan Latihan Kedua tentang Kemarahan

Kisah Asal-mula

Pada suatu ketika, saat Sang Buddha sedang menetap di Rājagaha di Hutan Bambu, para bhikkhu Mettiya dan Bhūmajaka sedang turun dari Puncak Hering ketika mereka melihat dua ekor kambing sedang melakukan hubungan seksual. Mereka berkata satu sama lain, "Ayo kita menamai kambing jantan itu Dabba orang Malla dan kambing betina itu bhikkhunī Mettiyā. Kita dapat mengatakan, 'Sebelumnya kami mengatakan apa yang kami dengar, tetapi sekarang kami melihat Dabba berhubungan seksual dengan bhikkhunī Mettiyā.'" Maka mereka memberi nama-nama itu kepada kedua kambing tersebut dan memberitahu para bhikkhu, "Sebelumnya kami mengatakan apa yang kami dengar, tetapi sekarang kami melihat Dabba berhubungan seksual dengan bhikkhunī Mettiyā."

Para bhikkhu menjawab, "Jangan berkata seperti itu. Yang Mulia Dabba tidak akan melakukan itu."

Para bhikkhu memberitahu Sang Buddha. Segera setelah itu Sang Buddha mengumpulkan Sangha dan menanyai Dabba: "Dabba, apakah engkau ingat melakukan apa yang dikatakan oleh para bhikkhu ini?"

"Yang Mulia, Engkau mengetahui seperti apa aku."

Untuk kedua kali dan ketiga kalinya Sang Buddha mengajukan pertanyaan yang sama dan memperoleh jawaban yang sama. Kemudian Beliau berkata, "Dabba, para Dabba tidak memberikan jawaban berkelit demikian. Jika engkau melakukannya, katakanlah demikian; jika tidak, maka katakan tidak."

"Sejak aku lahir, Yang Mulia, aku tidak ingat pernah melakukan hubungan seksual bahkan di dalam mimpi, apalagi ketika terjaga."

"Baiklah, para bhikkhu, panggil para bhikkhu itu untuk mempertanggungjawabkan." Dan Sang Buddha bangkit dari dudukNya dan memasuki tempat kediamanNya.

Para bhikkhu kemudian menanyai Mettiya dan Bhūmajaka, yang memberitahu mereka apa yang telah terjadi. Para bhikkhu berkata, "Jadi kalian menuduh Yang Mulia Dabba dengan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran, menggunakan dalih persoalan hukum yang tidak berhubungan?"

"Benar."

Para bhikkhu yang memiliki sedikit keinginan mengeluhkan dan mengkritik mereka, "Bagaimana mungkin Mettiya dan Bhūmajaka menuduh Yang Mulia Dabba dengan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran, menggunakan dalih persoalan hukum yang tidak berhubungan?"

Mereka menegur para bhikkhu itu dalam berbagai cara dan kemudian memberitahu Sang Buddha. Segera setelah itu Sang Buddha mengumpulkan Sangha dan menanyai para bhikkhu itu: "Benarkah, para bhikkhu, bahwa kalian melakukan hal ini?"

"Benar, Yang Mulia."

Sang Buddha menegur mereka ... "Orang-orang dungu, bagaimana mungkin kalian dapat melakukan hal ini? Hal ini akan mempengaruhi keyakinan orang-orang ..." ... "Dan, para bhikkhu, aturan latihan ini harus dibacakan sebagai berikut:

Aturan akhir

'Jika seorang bhikkhu yang marah dan tidak senang, menggunakan persoalan hukum yang tidak berhubungan, sebagai dalih untuk menuduh seorang bhikkhu melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran, dengan tujuan untuk membuatnya meninggalkan kehidupan monastik, dan kemudian setelah beberapa lama, apakah ditanyai atau tidak, menjadi jelas bahwa persoalan hukum itu adalah tidak berhubungan dan digunakan sebagai dalih, dan ia mengakui niat buruknya, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penskorsan.'"

Definisi

Seorang:

siapa pun ...

Bhikkhu:

... Seorang bhikkhu yang telah diberikan penahbisan penuh oleh Sangha yang sepakat melalui prosedur sah yang terdiri dari satu usul dan tiga pengumuman yang tidak dapat dibatalkan dan lengkap – bhikkhu jenis inilah yang dimaksudkan dalam kasus ini.

Seorang bhikkhu:

bhikkhu lainnya.

Marah:

kesal, tidak puas, jengkel, memiliki kebencian, bermusuhan.

Tidak senang:

karena kekesalan itu, kebencian itu, ketidakpuasan, dan kejengkelan itu, maka ia menjadi tidak senang.

Persoalan hukum yang tidak berhubungan:

Ini adalah tidak berhubungan sehubungan dengan pelanggaran atau tidak berhubungan sehubungan dengan persoalan hukum.

Bagaimanakah suatu persoalan hukum adalah tidak berhubungan dengan persoalan hukum? Sebuah persoalan hukum yang muncul dari perselisihan adalah tidak berhubungan dengan persoalan hukum yang muncul dari tuduhan, persoalan hukum yang muncul dari pelanggaran, dan persoalan hukum yang muncul dari urusan. Sebuah persoalan hukum yang muncul dari tuduhan adalah tidak berhubungan dengan persoalan hukum yang muncul dari pelanggaran, persoalan hukum yang muncul dari urusan, dan persoalan hukum yang muncul dari perselisihan. Sebuah persoalan hukum yang muncul dari pelanggaran adalah tidak berhubungan dengan persoalan hukum yang muncul dari urusan, persoalan hukum yang muncul dari perselisihan, dan persoalan hukum yang muncul dari tuduhan. Persoalan hukum yang muncul dari urusan adalah tidak berhubungan dengan persoalan hukum yang muncul dari perselisihan, persoalan hukum yang muncul dari tuduhan, dan persoalan hukum yang muncul dari pelanggaran. Adalah dengan cara ini bahwa sebuah persoalan hukum adalah tidak berhubungan dengan persoalan hukum.

Bagaimanakah suatu persoalan hukum adalah berhubungan dengan persoalan hukum? Sebuah persoalan hukum yang muncul dari perselisihan adalah berhubungan dengan persoalan hukum yang muncul dari perselisihan. Sebuah persoalan hukum yang muncul dari tuduhan adalah berhubungan dengan persoalan hukum yang muncul dari tuduhan. Sebuah persoalan hukum yang muncul dari pelanggaran mungkin berhubungan atau tidak berhubungan dengan persoalan hukum yang muncul dari pelanggaran.

Bagaimanakah sebuah persoalan hukum yang muncul dari pelanggaran adalah tidak berhubungan dengan persoalan hukum yang muncul dari pelanggaran? Suatu pelanggaran yang mengharuskan pengusiran sehubungan dengan hubungan seksual adalah tidak berhubungan dengan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran sehubungan dengan pencurian, pelanggaran yang mengharuskan pengusiran sehubungan dengan manusia, dan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran sehubungan dengan kualitas melampaui manusia. Suatu pelanggaran yang mengharuskan pengusiran sehubungan dengan pencurian adalah tidak berhubungan dengan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran sehubungan dengan manusia, pelanggaran yang mengharuskan pengusiran sehubungan dengan kualitas melampaui manusia, dan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran sehubungan dengan hubungan seksual. Suatu pelanggaran yang mengharuskan pengusiran sehubungan dengan manusia adalah tidak berhubungan dengan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran sehubungan dengan kualitas melampaui manusia, pelanggaran yang mengharuskan pengusiran sehubungan dengan hubungan seksual, dan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran sehubungan dengan pencurian. Suatu pelanggaran yang mengharuskan pengusiran sehubungan dengan kualitas melampaui manusia adalah tidak berhubungan dengan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran sehubungan dengan hubungan seksual, pelanggaran yang mengharuskan pengusiran sehubungan dengan pencurian, dan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran sehubungan dengan manusia. Adalah dengan cara ini bahwa sebuah persoalan hukum yang muncul dari pelanggaran adalah tidak berhubungan dengan persoalan hukum yang muncul dari pelanggaran.

Bagaimanakah sebuah persoalan hukum yang muncul dari pelanggaran adalah berhubungan dengan persoalan hukum yang muncul dari pelanggaran? Suatu pelanggaran yang mengharuskan pengusiran sehubungan dengan hubungan seksual adalah berhubungan dengan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran sehubungan dengan hubungan seksual. Suatu pelanggaran yang mengharuskan pengusiran sehubungan dengan pencurian adalah berhubungan dengan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran sehubungan dengan pencurian. Suatu pelanggaran yang mengharuskan pengusiran sehubungan dengan manusia adalah berhubungan dengan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran sehubungan dengan manusia. Suatu pelanggaran yang mengharuskan pengusiran sehubungan dengan kualitas melampaui manusia adalah berhubungan dengan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran sehubungan dengan kualitas melampaui manusia. Adalah dengan cara ini bahwa sebuah persoalan hukum yang muncul dari pelanggaran adalah berhubungan dengan persoalan hukum yang muncul dari pelanggaran.

Suatu persoalan hukum yang muncul dari urusan adalah berhubungan dengan persoalan hukum yang muncul dari urusan. Adalah dengan cara ini bahwa sebuah persoalan hukum adalah berhubungan dengan persoalan hukum.

Menggunakan sebagai dalih:

Dalih: ada sepuluh jenis dalih—dalih kasta, dalih nama, dalih keluarga, dalih karakteristik, dalih pelanggaran, dalih mangkuk-makanan, dalih jubah, dalih penahbis, dalih guru, dalih tempat kediaman.

[1]Dalih kasta: seorang bhikkhu melihat seorang bangsawan melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran. Jika ia kemudian menuduh bangsawan lainnya, dengan berkata, "Aku telah melihat seorang bangsawan. Engkau telah melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran. Engkau bukan seorang petapa, bukan seorang monastik Sakya. Engkau dikeluarkan dari upacara uposatha, dari upacara undangan, dan dari prosedur hukum Sangha," maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penskorsan untuk setiap kalimatnya.
[2]Seorang bhikkhu melihat seorang brahmana ... Seorang bhikkhu melihat seorang pedagang ... Seorang bhikkhu melihat seorang pekerja melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran. Jika ia kemudian menuduh pekerja lainnya, dengan berkata, "Aku telah melihat seorang pekerja. Engkau telah melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran. Engkau bukan seorang petapa, bukan seorang monastik Sakya. ..." maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penskorsan untuk setiap kalimatnya.
[3]Dalih nama: seorang bhikkhu melihat seseorang yang bernama Buddharakkhita ... Dhammarakkhita ... Saṅgharakkhita melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran. Jika ia kemudian menuduh orang lain yang bernama Saṅgharakkhita, dengan berkata, "Aku telah melihat Saṅgharakkhita. Engkau telah melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran. Engkau bukan seorang petapa, bukan seorang monastik Sakya. ..." maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penskorsan untuk setiap kalimatnya.
[4]Dalih keluarga: seorang bhikkhu melihat seseorang yang nama keluarganya adalah Gotama ... Moggallāna ... Kaccāyana ... Vāsiṭṭha melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran. Jika ia kemudian menuduh orang lain yang bernama Vāsiṭṭha, dengan berkata, "Aku telah melihat Vāsiṭṭha. Engkau telah melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran. Engkau bukan seorang petapa, bukan seorang monastik Sakya. ..." maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penskorsan untuk setiap kalimatnya.
[5]Dalih karakteristik: seorang bhikkhu melihat seseorang yang tinggi ... pendek ... berkulit gelap ... berkulit cerah melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran. Jika ia kemudian menuduh seorang berkulit cerah lainnya, dengan berkata, "Aku telah melihat seorang berkulit cerah. Engkau telah melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran. Engkau bukan seorang petapa, bukan seorang monastik Sakya. ..." maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penskorsan untuk setiap kalimatnya.
[6]Dalih pelanggaran: seorang bhikkhu melihat seseorang melakukan suatu pelanggaran ringan. Jika ia kemudian menuduhnya melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran, dengan berkata, "Engkau bukan seorang petapa, bukan seorang monastik Sakya. ..." maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penskorsan untuk setiap kalimatnya.
[7]Dalih mangkuk-makan: seorang bhikkhu melihat seseorang membawa sebuah mangkuk besi ... sebuah mangkuk tanah berwarna hitam ... sebuah mangkuk tanah biasa melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran. Jika ia kemudian menuduh seorang lainnya yang membawa sebuah mangkuk tanah biasa, dengan berkata, "Aku telah melihat seseorang membawa mangkuk tanah biasa. Engkau telah melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran. Engkau bukan seorang petapa, bukan seorang monastik Sakya. ..." maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penskorsan untuk setiap kalimatnya.
[8]Dalih jubah: seorang bhikkhu melihat seorang pemakai jubah kain-usang ... memakai jubah yang diberikan oleh perumah tangga, melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran. Jika ia kemudian menuduh seorang lainnya yang memakai jubah yang diberikan oleh perumah tangga, dengan berkata, "Aku telah melihat seorang yang memakai jubah yang diberikan oleh perumah tangga. Engkau telah melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran. Engkau bukan seorang petapa, bukan seorang monastik Sakya. ..." maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penskorsan untuk setiap kalimatnya.
[9]Dalih penahbis: seorang bhikkhu melihat siswa dari seorang penahbis melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran. Jika ia kemudian menuduh siswa lainnya dari penahbis itu, dengan berkata, "Aku telah melihat siswa si penahbis itu. Engkau telah melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran. Engkau bukan seorang petapa, bukan seorang monastik Sakya. ..." maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penskorsan untuk setiap kalimatnya.
[10]Dalih guru: seorang bhikkhu melihat murid dari seorang guru melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran. Jika ia kemudian menuduh murid lainnya dari guru itu, dengan berkata, "Aku telah melihat murid si guru itu. Engkau telah melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran. Engkau bukan seorang petapa, bukan seorang monastik Sakya. ..." maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penskorsan untuk setiap kalimatnya.
[11]Dalih tempat tinggal: seorang bhikkhu melihat seorang yang berdiam di suatu tempat kediaman tertentu melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran. Jika ia kemudian menuduh seorang lainnya yang menetap di tempat kediaman itu, dengan berkata, "Aku telah melihat seorang yang menetap di tempat kediaman itu. Engkau telah melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran. Engkau bukan seorang petapa, bukan seorang monastik Sakya. Engkau dikeluarkan dari upacara uposatha, dari upacara undangan, dan dari prosedur hukum Sangha," maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penskorsan untuk setiap kalimatnya.

Melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran:

melakukan salah satu di antara empat.

Menuduh:

menuduhnya atau membuatnya dituduh.

Untuk membuatnya meninggalkan kehidupan monastik:

untuk membuatnya meninggalkan kebhikkhuan, meninggalkan status monastik, meninggalkan moralitasnya, meninggalkan manfaat kehidupan monastik.

Dan kemudian setelah beberapa lama:

pada momen, pada saat, pada detik setelah ia menjatuhkan tuduhan.

Ia ditanyai:

ia ditanyai tentang dasar-dasar tuduhannya.

Tidak:

ia tidak berbicara dengan siapa pun.

Persoalan hukum:

ada empat jenis persoalan hukum: persoalan hukum yang muncul dari perselisihan, persoalan hukum yang muncul dari tuduhan, persoalan hukum yang muncul dari pelanggaran, persoalan hukum yang muncul dari urusan.

Digunakan sebagai dalih:

ia menggunakan dalih tertentu di antara dalih-dalih yang disebutkan di atas.

Dan ia mengakui niat buruknya:

"Apa yang kukatakan adalah kosong," "Apa yang kukatakan adalah salah," "Apa yang kukatakan adalah tidak nyata," "Aku mengatakannya tanpa mengetahuinya."

Ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penskorsan:

... Oleh karena itu, juga, disebut "satu pelanggaran yang mengharuskan penskorsan".
Title: Saṅghādisesa 9
Post by: Indra on 14 September 2022, 10:03:24 PM
Permutasi

Melakukan sendiri tuduhan

Seorang bhikkhu melihat bhikkhu kedua melakukan pelanggaran yang mengharuskan penskorsan, dan bhikkhu pertama menganggapnya sebagai pelanggaran yang mengharuskan penskorsan. Jika ia kemudian menuduhnya melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran, dengan berkata, "Engkau bukan seorang petapa, bukan seorang monastik Sakya. Engkau dikeluarkan dari upacara uposatha, dari upacara undangan, dan dari prosedur hukum Sangha," dengan demikian menggunakan pelanggaran yang tidak berhubungan sebagai dalih, maka ia melakukan satu pelanggaran yang mengharuskan penskorsan untuk setiap kalimatnya.

Seorang bhikkhu melihat bhikkhu kedua melakukan pelanggaran yang mengharuskan penskorsan, tetapi bhikkhu pertama menganggapnya sebagai pelanggaran serius ... tetapi bhikkhu pertama menganggapnya sebagai pelanggaran yang mengharuskan penebusan ... tetapi bhikkhu pertama menganggapnya sebagai pelanggaran yang mengharuskan pengakuan ... tetapi bhikkhu pertama menganggapnya sebagai pelanggaran perbuatan salah ... tetapi bhikkhu pertama menganggapnya sebagai pelanggaran ucapan salah. Jika ia kemudian menuduhnya melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran, dengan berkata, "Engkau bukan seorang monastik ..." dengan demikian menggunakan pelanggaran yang tidak berhubungan sebagai dalih, maka ia melakukan satu pelanggaran yang mengharuskan penskorsan untuk setiap kalimatnya.

Seorang bhikkhu melihat bhikkhu kedua melakukan pelanggaran serius, dan bhikkhu pertama menganggapnya sebagai pelanggaran serius ... tetapi bhikkhu pertama menganggapnya sebagai pelanggaran yang mengharuskan penebusan ... tetapi bhikkhu pertama menganggapnya sebagai pelanggaran yang mengharuskan pengakuan ... tetapi bhikkhu pertama menganggapnya sebagai pelanggaran perbuatan salah ... tetapi bhikkhu pertama menganggapnya sebagai pelanggaran ucapan salah ... tetapi bhikkhu pertama menganggapnya sebagai pelanggaran yang mengharuskan penskorsan. Jika ia kemudian menuduhnya melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran, dengan berkata, "Engkau bukan seorang monastik ..." dengan demikian menggunakan pelanggaran yang tidak berhubungan sebagai dalih, maka ia melakukan satu pelanggaran yang mengharuskan penskorsan untuk setiap kalimatnya.

Seorang bhikkhu melihat bhikkhu kedua melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan ... pelanggaran yang mengharuskan pengakuan ... pelanggaran perbuatan salah ... pelanggaran ucapan salah, dan bhikkhu pertama menganggapnya sebagai pelanggaran ucapan salah ... tetapi bhikkhu pertama menganggapnya sebagai pelanggaran yang mengharuskan penskorsan ... tetapi bhikkhu pertama menganggapnya sebagai pelanggaran serius ... tetapi bhikkhu pertama menganggapnya sebagai pelanggaran yang mengharuskan penebusan ... tetapi bhikkhu pertama menganggapnya sebagai pelanggaran yang mengharuskan pengakuan ... tetapi bhikkhu pertama menganggapnya sebagai pelanggaran perbuatan salah. Jika ia kemudian menuduhnya melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran, dengan berkata, "Engkau bukan seorang petapa, bukan seorang monastik Sakya. Engkau dikeluarkan dari upacara uposatha, dari upacara undangan, dan dari prosedur hukum Sangha," dengan demikian menggunakan pelanggaran yang tidak berhubungan sebagai dalih, maka ia melakukan satu pelanggaran yang mengharuskan penskorsan untuk setiap kalimatnya.

Rangkaian permutasi ini harus dihubungkan dengan memasangkan hal-hal satu demi satu.

Menyuruh orang lain untuk melakukan tuduhan

Seorang bhikkhu melihat bhikkhu kedua melakukan pelanggaran yang mengharuskan penskorsan, dan bhikkhu pertama menganggapnya sebagai pelanggaran yang mengharuskan penskorsan. Jika ia kemudian membuatnya dituduh melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran, dengan berkata, "Engkau bukan seorang monastik ...." dengan demikian menggunakan pelanggaran yang tidak berhubungan sebagai dalih, maka ia melakukan satu pelanggaran yang mengharuskan penskorsan untuk setiap kalimatnya.

Seorang bhikkhu melihat bhikkhu kedua melakukan pelanggaran yang mengharuskan penskorsan, tetapi bhikkhu pertama menganggapnya sebagai pelanggaran serius ... tetapi bhikkhu pertama menganggapnya sebagai pelanggaran yang mengharuskan penebusan ... tetapi bhikkhu pertama menganggapnya sebagai pelanggaran yang mengharuskan pengakuan ... tetapi bhikkhu pertama menganggapnya sebagai pelanggaran perbuatan salah ... tetapi bhikkhu pertama menganggapnya sebagai pelanggaran ucapan salah. Jika ia kemudian membuatnya dituduh melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran, dengan berkata, "Engkau bukan seorang monastik ..." dengan demikian menggunakan pelanggaran yang tidak berhubungan sebagai dalih, maka ia melakukan satu pelanggaran yang mengharuskan penskorsan untuk setiap kalimatnya.

Seorang bhikkhu melihat bhikkhu kedua melakukan pelanggaran serius, dan bhikkhu pertama menganggapnya sebagai pelanggaran serius ... tetapi bhikkhu pertama menganggapnya sebagai pelanggaran yang mengharuskan penebusan ... tetapi bhikkhu pertama menganggapnya sebagai pelanggaran yang mengharuskan pengakuan ... tetapi bhikkhu pertama menganggapnya sebagai pelanggaran perbuatan salah ... tetapi bhikkhu pertama menganggapnya sebagai pelanggaran ucapan salah ... tetapi bhikkhu pertama menganggapnya sebagai pelanggaran yang mengharuskan penskorsan. Jika ia kemudian membuatnya dituduh melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran, dengan berkata, "Engkau bukan seorang monastik ..." dengan demikian menggunakan pelanggaran yang tidak berhubungan sebagai dalih, maka ia melakukan satu pelanggaran yang mengharuskan penskorsan untuk setiap kalimatnya.

Seorang bhikkhu melihat bhikkhu kedua melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan ... pelanggaran yang mengharuskan pengakuan ... pelanggaran perbuatan salah ... pelanggaran ucapan salah, dan bhikkhu pertama menganggapnya sebagai pelanggaran ucapan salah ... tetapi bhikkhu pertama menganggapnya sebagai pelanggaran yang mengharuskan penskorsan ... tetapi bhikkhu pertama menganggapnya sebagai pelanggaran serius ... tetapi bhikkhu pertama menganggapnya sebagai pelanggaran yang mengharuskan penebusan ... tetapi bhikkhu pertama menganggapnya sebagai pelanggaran yang mengharuskan pengakuan ... tetapi bhikkhu pertama menganggapnya sebagai pelanggaran perbuatan salah. Jika ia kemudian membuatnya dituduh melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran, dengan berkata, "Engkau bukan seorang petapa, bukan seorang monastik Sakya. Engkau dikeluarkan dari upacara uposatha, dari upacara undangan, dan dari prosedur hukum Sangha," dengan demikian menggunakan pelanggaran yang tidak berhubungan sebagai dalih, maka ia melakukan satu pelanggaran yang mengharuskan penskorsan untuk setiap kalimatnya.

Tidak ada pelanggaran

Tidak ada pelanggaran: jika ia menuduh atau membuatnya dituduh sesuai dengan persepsi pribadinya sendiri; jika ia gila; jika ia adalah pelaku pertama.

Aturan latihan tentang dalih (yang tidak berhubungan), yang kesembilan, selesai.
Title: Saṅghādisesa 10
Post by: Indra on 14 September 2022, 10:04:01 PM
Koleksi Theravāda tentang Hukum Monastik
Aturan Kebhikkhuan dan Analisisnya
Bab tentang Pelanggaran-Pelanggaran yang Mengharuskan Penskorsan

Saṅghādisesa 10. Aturan Latihan tentang Perpecahan dalam Sangha

Kisah Asal-mula

Pada suatu ketika, saat Sang Buddha sedang menetap di Rājagaha di Hutan Bambu, Devadatta menemui Kokālika, Kaṭamodakatissaka, Khaṇḍadeviyā-putta, dan Samuddadatta. Ia berkata kepada mereka, "Mari kita buat perpecahan dalam Sangha Petapa Gotama. Ayo kita merusak otoritasNya."

Kokālika berkata kepada Devadatta, "Petapa Gotama memiliki kekuatan supernormal yang kuat. Bagaimana kita dapat melakukan hal ini?"

"Baiklah, mari kita mendatangi Petapa Gotama dan memohon lima hal: 'Dalam berbagai cara, Yang Mulia, Engkau memuji sedikit keinginan, kepuasan, penghapusan kekotoran, praktik pertapaan, menginspirasi, mengurangi benda-benda, dan bersemangat. Dan ada lima hal yang mengarah menuju hal itu. Baik sekali, Yang Mulia,

[1]jika para bhikkhu menetap di dalam hutan belantara seumur hidup, dan siapa pun yang menetap di dekat daerah berpenghuni berarti melakukan pelanggaran;
[2]jika mereka memakan hanya dari dana makanan seumur hidup, dan siapa pun yang menerima undangan makan berarti melakukan pelanggaran;
[3]jika mereka memakai jubah kain-usang seumur hidup, dan siapa pun yang menerima kain-jubah dari seorang perumah tangga berarti melakukan pelanggaran;
[4]jika mereka menetap di bawah pohon seumur hidup, dan siapa pun yang bernaung di bawah atap berarti melakukan pelanggaran;
[5]jika mereka tidak memakan ikan dan daging seumur hidup, dan siapa pun yang memakannya berarti melakukan pelanggaran.'

Petapa Gotama tidak akan memperbolehkan hal-hal ini. Maka kita akan dapat memenangkan orang-orang atas kelima hal ini."

Kokālika berkata, "Adalah mungkin untuk menyebabkan perpecahan di dalam Sangha dengan kelima hal ini, karena orang-orang berkeyakinan dalam praktik keras."

Devadatta dan para pengikutnya kemudian mendatangi Sang Buddha, bersujud, dan duduk, dan Devadatta mengajukan permohonan ini. Sang Buddha menjawab, "Tidak, Devadatta. Mereka yang menginginkan boleh menetap di dalam hutan belantara, dan mereka yang menginginkan boleh menetap di dekat daerah berpenghuni. Mereka yang menginginkan boleh memakan hanya dari dana makanan, dan mereka yang menginginkan boleh menerima undangan makan. Mereka yang menginginkan boleh memakai jubah kain-usang, dan mereka yang menginginkan boleh menerima kain-jubah dari para perumah tangga. Aku memperbolehkan bawah pohon sebagai tempat peristirahatan selama delapan bulan dalam satu tahun, serta ikan dan daging yang murni dalam tiga aspek: seseorang tidak melihat, mendengar, atau mencurigai bahwa binatang itu dibunuh secara khusus untuk memberi makan seorang monastik."

Devadatta berpikir, "Sang Buddha tidak menyetujui kelima hal ini," dan ia menjadi senang dan gembira. Ia bangkit dari duduknya, bersujud, dan mengelilingi Sang Buddha dengan sisi kanannya menghadap Beliau, dan pergi bersama para pengikutnya.

Kemudian Devadatta memasuki Rājagaha dan memenangkan orang-orang dengan kelima hal ini, dengan berkata, "Petapa Gotama tidak menyetujuinya, tetapi kami berlatih sesuai kelima hal ini."

Orang-orang dungu yang memiliki sedikit keyakinan berkata, "Para monastik Sakya ini mempraktikkan pertapaan dan mereka menjalani hidup untuk menghapuskan kekotoran. Tetapi Petapa Gotama hidup mewah dan memilih kehidupan bersenang-senang." Tetapi orang-orang bijaksana yang berkeyakinan mengeluhkan dan mengkritik Devadatta, "Bagaimana mungkin Devadatta melakukan perpecahan di dalam Sangha Sang Buddha? Bagaimana mungkin ia merusak otoritas Beliau?"

Para bhikkhu mendengar kritikan orang-orang itu, dan para bhikkhu yang memiliki sedikit keinginan mengeluhkan dan mengkritiknya dengan cara yang sama.

Setelah menegur Devadatta dalam berbagai cara, mereka memberitahu Sang Buddha. Segera setelah itu Beliau mengumpulkan Sangha dan menanyai Devadatta: "Benarkah, Devadatta, bahwa engkau melakukan hal ini?"

"Benar, Yang Mulia."

Sang Buddha menegurnya ... "Orang dungu, bagaimana mungkin engkau dapat melakukan hal ini? Hal ini akan mempengaruhi keyakinan orang-orang..." ... "Dan, para bhikkhu, aturan latihan ini harus dibacakan sebagai berikut:

Aturan akhir

'Jika seorang bhikkhu melakukan perpecahan di dalam Sangha yang bersatu atau berkeras untuk mengangkat persoalan hukum yang mengarah pada perpecahan, maka para bhikkhu harus mengoreksinya seperti ini, "Yang Mulia, jangan melakukan perpecahan di dalam Sangha yang bersatu atau berkeras untuk mengangkat persoalan hukum yang mengarah pada perpecahan. Berdiamlah bersama Sangha, karena Sangha yang bersatu—dalam kerukunan, dalam keharmonisan, dengan pembacaan bersama—adalah damai." Jika bhikkhu itu masih melanjutkan seperti sebelumnya, maka para bhikkhu harus mendesaknya hingga tiga kali untuk membuat ia berhenti. Jika kemudian ia berhenti, maka itu baik. Jika ia tidak berhenti, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penskorsan.'"

Definisi

Seorang:

siapa pun ...

Bhikkhu:

... Seorang bhikkhu yang telah diberikan penahbisan penuh oleh Sangha yang sepakat melalui prosedur sah yang terdiri dari satu usul dan tiga pengumuman yang tidak dapat dibatalkan dan lengkap – bhikkhu jenis inilah yang dimaksudkan dalam kasus ini.

Sangha yang bersatu:

mereka yang berasal dari sekte Buddhis yang sama dan menetap di wilayah vihara yang sama.

Melakukan perpecahan:

dengan berpikir, "Apakah yang dapat kulakukan untuk memecah, memisahkan, dan memisahkan mereka?" Ia mencari faksi dan membentuk kelompok.

Mengangkat persoalan hukum yang mengarah pada perpecahan:

delapan belas landasan perpecahan.

Mengangkat:

setelah mengambil.

Mengangkat:

ia menyatakan.

Jika ia berkeras untuk:

jika ia tidak berhenti.

Nya:

bhikkhu yang melakukan perpecahan di dalam Sangha.

Para bhikkhu:

para bhikkhu lain, mereka yang melihat atau mendengarnya. Mereka harus mengoreksinya seperti berikut ini:

"Yang Mulia, jangan melakukan perpecahan di dalam Sangha yang bersatu atau berkeras untuk mengangkat persoalan hukum yang mengarah pada perpecahan. Berdiamlah bersama Sangha, karena Sangha yang bersatu—dalam kerukunan, dalam keharmonisan, dengan pembacaan bersama—adalah damai."

Dan mereka harus mengoreksinya untuk kedua dan ketiga kalinya. Jika ia berhenti, maka itu baik. Jika ia tidak berhenti, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah.

Jika mereka yang mendengar tentang hal ini tidak mengatakan apa pun, maka mereka melakukan pelanggaran perbuatan salah.

Bhikkhu itu, bahkan jika ia harus ditarik ke dalam Sangha, harus dikoreksi seperti berikut ini:

"Yang Mulia, jangan melakukan perpecahan di dalam Sangha yang bersatu atau berkeras untuk mengangkat persoalan hukum yang mengarah pada perpecahan. Berdiamlah bersama Sangha, karena Sangha yang bersatu—dalam kerukunan, dalam keharmonisan, dengan pembacaan bersama—adalah damai."

Mereka harus mengoreksinya untuk kedua dan ketiga kalinya. Jika ia berhenti, maka itu baik. Jika ia tidak berhenti, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah.

Harus mendesaknya:

"Dan, para bhikkhu, ia harus didesak seperti berikut ini. Seorang bhikkhu yang kompeten dan mampu harus memberikan informasi kepada Sangha:

'Mohon, Para Mulia, aku memohon Sangha untuk mendengarkan. Bhikkhu itu sedang melakukan perpecahan di dalam Sangha yang bersatu. Dan ia masih terus melakukannya. Jika baik menurut Sangha, maka Sangha harus mendesaknya untuk membuatnya berhenti. Ini adalah usul.

Mohon, Para Mulia, aku memohon Sangha untuk mendengarkan. Bhikkhu itu sedang melakukan perpecahan di dalam Sangha yang bersatu. Dan ia masih terus melakukannya. Sangha mendesaknya untuk membuatnya berhenti. Bhikkhu mana pun yang menyetujui mendesaknya untuk membuatnya berhenti, harus berdiam diri. Bhikkhu mana pun yang tidak menyetujuinya harus berbicara.

Untuk kedua kalinya aku menyampaikan persoalan ini: ... Untuk ketiga kalinya aku menyampaikan persoalan ini. Mohon, Para Mulia, aku memohon Sangha untuk mendengarkan. Bhikkhu itu sedang melakukan perpecahan di dalam Sangha yang bersatu. Dan ia masih terus melakukannya. Sangha mendesaknya untuk membuatnya berhenti. Bhikkhu mana pun yang menyetujui mendesaknya untuk membuatnya berhenti, harus berdiam diri. Bhikkhu mana pun yang tidak menyetujuinya silakan berbicara.

Sangha telah mendesak bhikkhu itu untuk membuatnya berhenti. Sangha menyetujuinya dan oleh karena itu berdiam diri. Aku akan mengingatnya demikian.'"

Setelah usul itu, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Setelah tiap-tiap dari dua pengumuman pertama, ia melakukan pelanggaran serius. Ketika pengumuman terakhir selesai, ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penskorsan. Bagi seorang yang melakukan pelanggaran yang mengharuskan penskorsan, maka pelanggaran perbuatan salah dan pelanggaran serius dibatalkan.

Ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penskorsan:

... Oleh karena itu, juga, disebut "pelanggaran yang mengharuskan penskorsan".

Permutasi

Jika itu adalah prosedur hukum yang sah, dan ia menyadarinya demikian, dan ia tidak berhenti, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penskorsan.

Jika itu adalah prosedur hukum yang sah, tetapi ia tidak dapat memastikannya, dan ia tidak berhenti, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penskorsan.

Jika itu adalah prosedur hukum yang sah, tetapi ia menyadarinya sebagai tidak sah, dan ia tidak berhenti, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penskorsan.

Jika itu adalah prosedur hukum yang tidak sah, tetapi ia menyadarinya sebagai sah, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah.

Jika itu adalah prosedur hukum yang tidak sah, tetapi ia tidak dapat memastikannya, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah.

Jika itu adalah prosedur hukum yang tidak sah, dan ia menyadarinya demikian, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah.

Tidak ada pelanggaran

Tidak ada pelanggaran: jika ia tidak didesak; jika ia berhenti; jika ia gila; jika ia kehilangan akal sehat; jika ia dikuasai oleh kesakitan; jika ia adalah pelaku pertama.

Aturan latihan tentang perpecahan di dalam Sangha, yang kesepuluh, selesai.

Title: Saṅghādisesa 11
Post by: Indra on 14 September 2022, 10:04:38 PM
Koleksi Theravāda tentang Hukum Monastik
Aturan Kebhikkhuan dan Analisisnya
Bab tentang Pelanggaran-Pelanggaran yang Mengharuskan Penskorsan

Saṅghādisesa 11. Aturan Latihan tentang Keberpihakan dalam Perpecahan

Kisah Asal-mula

Pada suatu ketika Sang Buddha sedang menetap di Rājagaha di Hutan Bambu, taman suaka tupai. Saat itu Devadatta sedang melakukan perpecahan di dalam Sangha, memecah otoritas. Para bhikkhu berkata, "Devadatta berbicara berlawanan dengan Ajaran dan latihan. Bagaimana mungkin ia melakukan perpecahan di dalam Sangha?"

Tetapi Kokālika, Kaṭamodakatissaka, Khaṇḍadeviyā-putta, dan Samuddadatta berkata kepada para bhikkhu itu, "Tidak, Para Mulia, Devadatta berbicara sesuai dengan Ajaran dan latihan. Dan ia berbicara dengan penerimaan dan persetujuan kami. Ia mengetahui tentang kami dan berbicara mewakili kami, dan kami menyetujui hal ini."

Para bhikkhu yang memiliki sedikit keinginan mengeluhkan dan mengkritik mereka, "Bagaimana mungkin para bhikkhu ini dapat mendukung perbuatan Devadatta dalam memecah Sangha?"

Mereka menegur para bhikkhu itu dalam berbagai cara dan kemudian memberitahu Sang Buddha. Segera setelah itu Beliau mengumpulkan Sangha dan menanyai para bhikkhu: "Benarkah, para bhikkhu, bahwa ada para bhikkhu yang mendukung hal ini?"

"Benar, Yang Mulia."

Sang Buddha menegur mereka... "Para bhikkhu, bagaimana mungkin orang-orang dungu ini dapat mendukung hal ini? Hal ini akan mempengaruhi keyakinan orang-orang..." ... "Dan, para bhikkhu, aturan latihan ini harus dibacakan sebagai berikut:

Aturan akhir

'Bhikkhu itu mungkin memiliki satu, dua, atau tiga bhikkhu yang memihaknya dan mendukungnya, dan mereka mungkin berkata, "Para Mulia, jangan mengoreksi bhikkhu ini. Ia berbicara sesuai dengan Ajaran dan latihan. Dan ia berbicara dengan penerimaan dan persetujuan kami. Ia mengetahui tentang kami dan berbicara mewakili kami, dan kami menyetujui hal ini." Para bhikkhu harus mengoreksi bhikkhu-bhikkhu tersebut dengan cara seperti ini, "Tidak, Para Mulia, bhikkhu ini berbicara berlawanan dengan Ajaran dan latihan. Dan jangan menyetujui perpecahan di dalam Sangha. Berdiamlah bersama Sangha, karena Sangha yang bersatu—dalam kerukunan, dalam keharmonisan, dengan pembacaan bersama—adalah damai." Jika bhikkhu-bhikkhu ini masih melanjutkan seperti sebelumnya, maka para bhikkhu harus mendesaknya hingga tiga kali untuk membuat mereka berhenti. Jika kemudian mereka berhenti, maka itu baik. Jika mereka tidak berhenti, maka mereka melakukan pelanggaran yang mengharuskan penskorsan.'"

Definisi

Itu:

bhikkhu itu yang melakukan perpecahan di dalam Sangha.

Mungkin memiliki bhikkhu-bhikkhu:

mungkin memiliki para bhikkhu lain.

Yang memihaknya:

mereka memiliki pandangan yang sama, keyakinan yang sama, kepercayaan yang sama dengannya.

Yang mendukungnya:

mereka memujinya dan memihaknya.

Satu, dua, atau tiga:

Ada satu, atau dua, atau tiga. Mereka mungkin mengatakan, "Para Mulia, jangan mengoreksi bhikkhu ini. Ia berbicara sesuai dengan Ajaran dan latihan. Dan ia berbicara dengan penerimaan dan persetujuan kami. Ia mengetahui tentang kami dan berbicara mewakili kami, dan kami menyetujui hal ini."

Para bhikkhu itu:

para bhikkhu yang memihaknya.

Para bhikkhu:

para bhikkhu lainnya, mereka yang melihat atau mendengar tentang hal itu. Mereka harus mengoreksinya seperti berikut ini:

"Tidak, Para Mulia, bhikkhu ini berbicara berlawanan dengan Ajaran dan latihan. Dan jangan menyetujui perpecahan di dalam Sangha. Berdiamlah bersama Sangha, karena Sangha yang bersatu—dalam kerukunan, dalam keharmonisan, dengan pembacaan bersama—adalah damai."

Dan mereka harus mengoreksinya untuk kedua kali dan ketiga kalinya. Jika mereka berhenti, maka itu baik. Jika mereka tidak berhenti, maka mereka melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika mereka yang mendengar tentang hal ini tidak mengatakan apa pun, maka mereka melakukan pelanggaran perbuatan salah.

Para bhikkhu itu, bahkan jika mereka harus ditarik ke dalam Sangha, harus dikoreksi seperti berikut ini:

"Tidak, Para Mulia, bhikkhu ini berbicara berlawanan dengan Ajaran dan latihan. Dan jangan menyetujui perpecahan di dalam Sangha. Berdiamlah bersama Sangha, karena Sangha yang bersatu—dalam kerukunan, dalam keharmonisan, dengan pembacaan bersama—adalah damai."

Mereka harus mengoreksinya untuk kedua kali dan ketiga kalinya. Jika mereka berhenti, maka itu baik. Jika mereka tidak berhenti, maka mereka melakukan pelanggaran perbuatan salah.

Harus mendesak mereka:

"Dan, para bhikkhu, mereka harus didesak seperti berikut ini. Seorang bhikkhu yang kompeten dan mampu harus memberitahu Sangha:

'Mohon, Para Mulia, aku memohon Sangha untuk mendengarkan. Bhikkhu ini dan ini memihak dan mendukung bhikkhu itu yang melakukan perpecahan di dalam Sangha. Dan mereka masih terus melakukannya. Jika baik menurut Sangha, maka Sangha harus mendesak mereka untuk membuat mereka berhenti. Ini adalah usul.

Mohon, Para Mulia, aku memohon Sangha untuk mendengarkan. Bhikkhu ini dan ini memihak dan mendukung bhikkhu itu yang melakukan perpecahan di dalam Sangha. Dan mereka masih terus melakukannya. Sangha mendesak mereka untuk membuat mereka berhenti. Bhikkhu mana pun yang menyetujui mendesak mereka untuk membuat mereka berhenti harus berdiam diri. Bhikkhu mana pun yang tidak menyetujui silakan berbicara.

Untuk kedua kalinya aku menyampaikan persoalan ini: ... Untuk ketiga kalinya aku menyampaikan persoalan ini: Mohon, Yang Mulia, aku memohon Sangha untuk mendengarkan. Bhikkhu ini dan ini memihak dan mendukung bhikkhu itu yang melakukan perpecahan di dalam Sangha. Dan mereka masih terus melakukannya. Sangha mendesak mereka untuk membuat mereka berhenti. Bhikkhu mana pun yang menyetujui mendesak mereka untuk membuat mereka berhenti harus berdiam diri. Bhikkhu mana pun yang tidak menyetujui silakan berbicara.

Sangha telah mendesak bhikkhu ini dan ini untuk membuat mereka berhenti. Sangha menyetujuinya dan oleh karena itu berdiam diri. Aku akan mengingatnya demikian.'"

Setelah usul itu, maka mereka melakukan pelanggaran perbuatan salah. Setelah tiap-tiap dari dua pengumuman pertama, mereka melakukan pelanggaran serius. Ketika pengumuman terakhir selesai, mereka melakukan pelanggaran yang mengharuskan penskorsan. Bagi seorang yang melakukan pelanggaran yang mengharuskan penskorsan, maka pelanggaran perbuatan salah dan pelanggaran serius dibatalkan. Dua atau tiga dapat didesak bersama-sama, tetapi tidak lebih dari itu.

Mereka melakukan pelanggaran yang mengharuskan penskorsan:

... Oleh karena itu, juga, disebut "pelanggaran yang mengharuskan penskorsan".

Permutasi

Jika itu adalah prosedur hukum yang sah, dan mereka menyadarinya demikian, dan mereka tidak berhenti, maka mereka melakukan pelanggaran yang mengharuskan penskorsan.

Jika itu adalah prosedur hukum yang sah, tetapi mereka tidak dapat memastikannya, dan mereka tidak berhenti, maka mereka melakukan pelanggaran yang mengharuskan penskorsan.

Jika itu adalah prosedur hukum yang sah, tetapi mereka menyadarinya sebagai tidak sah, dan mereka tidak berhenti, maka mereka melakukan pelanggaran yang mengharuskan penskorsan.

Jika itu adalah prosedur hukum yang tidak sah, tetapi mereka menyadarinya sebagai sah, maka mereka melakukan pelanggaran perbuatan salah.

Jika itu adalah prosedur hukum yang tidak sah, tetapi mereka tidak dapat memastikannya, maka mereka melakukan pelanggaran perbuatan salah.

Jika itu adalah prosedur hukum yang tidak sah, dan mereka menyadarinya demikian, maka mereka melakukan pelanggaran perbuatan salah.

Tidak ada pelanggaran

Tidak ada pelanggaran: jika mereka tidak didesak; jika mereka berhenti; jika mereka gila; jika mereka kehilangan akal sehat; jika mereka dikuasai oleh kesakitan; jika mereka adalah pelaku pertama.

Aturan latihan tentang keberpihakan dalam perpecahan, yang kesebelas, selesai.

Title: Saṅghādisesa 12
Post by: Indra on 14 September 2022, 10:05:20 PM
b]Koleksi Theravāda tentang Hukum Monastik[/b]
Aturan Kebhikkhuan dan Analisisnya
Bab tentang Pelanggaran-Pelanggaran yang Mengharuskan Penskorsan

Saṅghādisesa 12. Aturan Latihan tentang Sulitnya Dikoreksi


Kisah Asal-mula

Pada suatu ketika, saat Sang Buddha sedang menetap di Kosambī di Vihara Ghosita, Yang Mulia Channa berperilaku buruk. Para bhikkhu akan memberitahunya, "Jangan lakukan itu; itu tidak diperbolehkan," dan ia akan menjawab, "Siapakah kalian yang boleh mengoreksi aku? Aku yang seharusnya mengoreksi kalian! Sang Buddha adalah milikku; Ajaran adalah milikku. Sang Guru merealisasikan Kebenaran karena aku. Seperti halnya rumput, ranting, dan dedaunan yang berguguran seketika terbang tertiup angin kencang, seperti halnya berbagai tanaman air seketika hanyut oleh arus dari pegunungan, demikian pula kalian—setelah meninggalkan keduniawian dengan berbagai nama, berbagai keluarga, berbagai kasta, berbagai rumah tangga—seketika terangkat. Jadi, siapakah kalian yang boleh mengoreksi aku? Aku yang seharusnya mengoreksi kalian! Sang Buddha adalah milikku; Ajaran adalah milikku. Sang Guru merealisasikan Kebenaran karena aku."

Para bhikkhu yang memiliki sedikit keinginan mengeluhkan dan mengkritiknya, "Bagaimana mungkin Yang Mulia Channa membuat dirinya tidak dapat dikoreksi ketika ia secara sah dikoreksi oleh para bhikkhu?"

Mereka menegur Channa dalam berbagai cara dan kemudian memberitahu Sang Buddha. Segera setelah itu Beliau mengumpulkan Sangha dan menanyai Channa: "Benarkah, Channa, bahwa engkau melakukan hal ini?"

"Benar, Yang Mulia."

Sang Buddha menegurnya ... "Orang dungu, bagaimana mungkin engkau dapat melakukan hal ini? Hal ini akan mempengaruhi keyakinan orang-orang ..." ... "Dan, para bhikkhu, aturan latihan ini harus dibacakan sebagai berikut:

Aturan akhir

'Jika seorang bhikkhu sulit dikoreksi, dan ia membuat dirinya tidak dapat dikoreksi ketika ia secara sah dikoreksi oleh para bhikkhu sehubungan dengan aturan-aturan latihan yang dibacakan, dengan berkata, "Yang Mulia, jangan mengatakan apa pun kepadaku, apakah baik atau buruk, dan aku pun tidak akan mengatakan apa pun kepada kalian, apakah baik atau buruk. Mohon jangan mengoreksi aku," maka para bhikkhu harus mengoreksinya seperti ini: "Jadilah mudah dikoreksi, Yang Mulia, jangan tidak dapat dikoreksi. Dan mohon memberikan koreksi yang sah kepada para bhikkhu, dan para bhikkhu akan melakukan hal yang sama kepadamu. Karena adalah dengan cara ini maka komunitas Sang Buddha tumbuh, yaitu, melalui saling koreksi dan saling membersihkan pelanggaran." Jika bhikkhu itu masih terus melanjutkan seperti sebelumnya, maka para bhikkhu harus mendesaknya hingga tiga kali untuk membuatnya berhenti. Jika kemudian ia berhenti, maka itu baik. Jika ia tidak berhenti, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penskorsan.'"

Definisi

Jika seorang bhikkhu sulit dikoreksi:

jika ia sulit dikoreksi, memiliki kualitas-kualitas yang membuatnya sulit dikoreksi, membandel, tidak menerima instruksi dengan hormat.

Sehubungan dengan aturan-aturan latihan yang dibacakan:

sehubungan dengan aturan-aturan latihan dan Kode Monastik.

Para bhikkhu:

bhikkhu-bhikkhu lainnya.

Secara sah:

aturan-aturan latihan yang ditetapkan oleh Sang Buddha—ini disebut "secara sah". Ketika dikoreksi sehubungan dengan hal ini, ia membuat dirinya tidak dapat dikoreksi, dengan mengatakan, "Para Mulia, jangan mengatakan apa pun kepadaku, apakah baik atau buruk, dan aku pun tidak akan mengatakan apa pun kepadamu, apakah baik atau buruk. Mohon jangan mengoreksi aku."

Nya:

bhikkhu yang sulit dikoreksi.

Para bhikkhu:

para bhikkhu lain, mereka yang melihat atau mendengarnya. Mereka harus mengoreksinya seperti berikut ini:

"Jadilah mudah dikoreksi, Yang Mulia, jangan tidak dapat dikoreksi. Dan mohon memberikan koreksi yang sah kepada para bhikkhu, dan para bhikkhu akan melakukan hal yang sama kepadamu. Karena adalah dengan cara ini maka komunitas Sang Buddha tumbuh, yaitu, melalui saling koreksi dan saling membersihkan pelanggaran."

Dan mereka harus mengoreksinya untuk kedua kalinya dan untuk ketiga kalinya. Jika ia berhenti, maka itu baik. Jika ia tidak berhenti, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika mereka yang mendengar tentang hal ini tidak mengatakan apa pun, maka mereka melakukan pelanggaran perbuatan salah.

Bhikkhu itu, bahkan jika harus ditarik ke dalam Sangha, harus dikoreksi seperti berikut ini:
"Jadilah mudah dikoreksi, Yang Mulia, jangan tidak dapat dikoreksi. Dan mohon memberikan koreksi yang sah kepada para bhikkhu, dan para bhikkhu akan melakukan hal yang sama kepadamu. Karena adalah dengan cara ini maka komunitas Sang Buddha tumbuh, yaitu, melalui saling koreksi dan saling membersihkan pelanggaran."

Mereka harus mengoreksinya untuk kedua kalinya dan untuk ketiga kalinya. Jika ia berhenti, maka itu baik. Jika ia tidak berhenti, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah.

Harus mendesaknya:

"Dan, para bhikkhu, ia harus didesak dengan cara seperti berikut ini. Seorang bhikkhu yang kompeten dan mampu harus memberitahu Sangha:

'Mohon, Para Mulia, aku memohon Sangha untuk mendengarkan. Bhikkhu itu membuat dirinya tidak dapat dikoreksi ketika secara sah dikoreksi oleh para bhikkhu. Dan ia masih terus melakukannya. Jika baik menurut Sangha, maka Sangha harus mendesaknya untuk membuatnya berhenti. Ini adalah usul.
Mohon, Para Mulia, aku memohon Sangha untuk mendengarkan. Bhikkhu itu membuat dirinya tidak dapat dikoreksi ketika secara sah dikoreksi oleh para bhikkhu. Dan ia masih terus melakukannya. Sangha mendesaknya untuk membuatnya berhenti. Bhikkhu mana pun yang menyetujui mendesaknya untuk membuatnya berhenti harus berdiam diri. Bhikkhu mana pun yang tidak menyetujui silakan berbicara.

Untuk kedua kalinya aku menyampaikan persoalan ini: ... Untuk ketiga kalinya aku menyampaikan persoalan ini: Mohon, Para Mulia, aku memohon Sangha untuk mendengarkan. Bhikkhu itu membuat dirinya tidak dapat dikoreksi ketika secara sah dikoreksi oleh para bhikkhu. Dan ia masih terus melakukannya. Sangha mendesaknya untuk membuatnya berhenti. Bhikkhu mana pun yang menyetujui mendesaknya untuk membuatnya berhenti harus berdiam diri. Bhikkhu mana pun yang tidak menyetujui silakan berbicara.

Sangha mendesak bhikkhu itu untuk membuatnya berhenti. Sangha menyetujui dan oleh karena itu berdiam diri. Aku akan mengingatnya demikian.'"

Setelah usul itu, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Setelah tiap-tiap dari dua pengumuman pertama, ia melakukan pelanggaran serius. Ketika pengumuman terakhir selesai, ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penskorsan. Bagi seorang yang melakukan pelanggaran yang mengharuskan penskorsan, maka pelanggaran perbuatan salah dan pelanggaran serius dibatalkan.

Ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penskorsan:

... Oleh karena itu, juga disebut "pelanggaran yang mengharuskan penskorsan".

Permutasi

Jika itu adalah prosedur hukum yang sah, dan ia menyadarinya demikian, tetapi ia tidak berhenti, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penskorsan.

Jika itu adalah prosedur hukum yang sah, tetapi ia tidak dapat memastikannya, dan ia tidak berhenti, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penskorsan.

Jika itu adalah prosedur hukum yang sah, tetapi ia menyadarinya sebagai tidak sah, dan ia tidak berhenti, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penskorsan.

Jika itu adalah prosedur hukum yang tidak sah, tetapi ia menyadarinya sebagai sah, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah.

Jika itu adalah prosedur hukum yang tidak sah, tetapi ia tidak dapat memastikannya, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah.

Jika itu adalah prosedur hukum yang tidak sah, dan ia menyadarinya demikian, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah.

Tidak ada pelanggaran

Tidak ada pelanggaran: jika ia tidak didesak; jika ia berhenti; jika ia gila; jika ia adalah pelaku pertama.

Aturan latihan tentang sulitnya dikoreksi, yang kedua belas, selesai.

Title: Saṅghādisesa 13
Post by: Indra on 14 September 2022, 10:06:20 PM
Koleksi Theravāda tentang Hukum Monastik
Aturan Kebhikkhuan dan Analisisnya
Bab tentang Pelanggaran-Pelanggaran yang Mengharuskan Penskorsan

Saṅghādisesa 13. Aturan Latihan tentang Perusak Keluarga-Keluarga

Kisah Asal-mula

Pada suatu ketika Sang Buddha sedang menetap di Sāvatthī di Hutan Jeta, Vihara Anāthapiṇḍika. Pada saat itu Assaji dan Punabbasuka adalah para bhikkhu tuan rumah di Kīṭāgiri. Mereka jahat dan tidak tahu malu, dan berperilaku buruk dalam berbagai cara.

Mereka menanam pohon bunga-bungaan, menyiram dan memetiknya, dan kemudian merangkai bunga. Mereka membuat kalung dari bunga-bunga itu, kalung bunga dengan tangkai di satu sisi dan kalung bunga dengan tangkai di kedua sisi. Mereka membuat hiasan bunga, karangan bunga, hiasan kepala, perhiasan telinga, dan perhiasan dada. Dan mereka menyuruh orang lain melakukan hal yang sama. Kemudian mereka membawa benda-benda ini, atau mengirimnya, kepada para perempuan, putri-putri, gadis-gadis, menantu-menantu perempuan, dan budak-budak perempuan dari keluarga-keluarga baik.

Mereka makan dari piring yang sama dengan perempuan-perempuan ini dan minum dari wadah yang sama. Mereka duduk di tempat duduk yang sama dengan mereka, dan mereka berbaring di atas tempat tidur yang sama, di atas alas tidur yang sama, di bawah selimut yang sama, dan di atas alas tidur yang sama dan di bawah selimut yang sama. Mereka makan di waktu yang salah, meminum alkohol, dan memakai kalung bunga, wewangian, dan kosmetik. Mereka menari, bernyanyi, bermain musik, dan melakukan pertunjukan. Sewaktu para perempuan sedang menari, bernyanyi, bermain musik, dan melakukan pertunjukan, mereka juga demikian.

Mereka bermain berbagai permainan: catur delapan baris, catur sepuluh baris, catur khayalan, bermain jingkat, bermain togkat kayu, dadu, patok-lele, melukis dengan tangan, permainan bola, seruling-daun, bajak mainan, bersalto, kincir mainan, pengukur mainan, kereta mainan, busur mainan, menebak huruf, menebak pikiran, meniru cacat fisik.

Mereka berlatih menunggang gajah, menunggang kuda, mengendarai kereta, memanah, berpedang. Dan mereka berlari di depan gajah-gajah, kuda-kuda, dan kereta-kereta, dan mereka berlari mundur dan maju. Mereka bersiul, bertepuk tangan, bergulat, dan bertinju. Mereka menghamparkan jubah luar mereka di atas panggung dan berkata kepada para gadis penari, "Menarilah di sini, Saudari," dan mereka memberikan isyarat setuju. Dan mereka berperilaku buruk dalam berbagai cara.

Saat itu seorang bhikkhu yang telah menyelesaikan masa keberdiaman musim hujan di Kāsī sedang dalam perjalanan mengunjungi Sang Buddha di Sāvatthī ketika ia tiba di Kīṭāgiri. Pada pagi hari itu ia mengenakan jubah, membawa mangkuk dan jubahnya, dan memasuki Kīṭāgiri untuk mengumpulkan dana makanan. Tindak-tanduknya menyenangkan: dalam berjalan pergi dan kembali, dalam menatap ke depan dan ke samping, dan menekuk dan merentangkan tangannya. Matanya menatap ke bawah, dan ia sempurna dalam sikapnya. Ketika orang-orang melihatnya, mereka berkata, "Siapakah ini, bersikap seperti orang dungu dan selalu merengut? Siapakah yang akan memberikan makanan kepadanya? Dana makanan seharusnya diberikan kepada Yang Mulia Assaji dan Punabbasuka kita, karena mereka lembut, menyenangkan, senang berbicara, menyapa dengan senyuman, ramah, bersahabat, terbuka, yang berbicara lebih dulu."

Seorang umat awam tertentu melihat bhikkhu itu berjalan mengumpulkan dana makanan di Kīṭāgiri. Ia mendekatinya, bersujud, dan berkata, "Yang Mulia, apakah engkau telah menerima dana makanan?"

"Belum."

"Marilah, ayo kita ke rumahku."

Ia mengajak bhikkhu itu ke rumahnya dan memberinya makan. Kemudian ia berkata, "Hendak kemanakah engkau, Yang Mulia?"

"Aku hendak ke Sāvatthī untuk menemui Sang Buddha."

"Kalau begitu, sudilah bersujud di kaki Sang Buddha atas namaku dan katakan, 'Yang Mulia, vihara di Kīṭāgiri telah rusak. Assaji dan Punabbasuka adalah para bhikkhu tuan rumah di sana. Mereka jahat dan tidak tahu malu, dan berperilaku buruk dalam berbagai cara. Mereka menanam pohon bunga-bungaan, menyiramnya ... Dan mereka berperilaku buruk dalam berbagai cara. Mereka yang sebelumnya memiliki keyakinan, sekarang telah kehilangannya, dan tidak ada lagi sokongan untuk Sangha. Para bhikkhu yang baik telah pergi dan para bhikkhu jahat tinggal. Yang Mulia, mohon mengirim para bhikkhu untuk menetap di vihara di Kīṭāgiri.'"

Bhikkhu itu menyetujui, bangkit, dan melakukan perjalanan menuju Sāvatthī. Ketika akhirnya ia tiba, ia menghadap Sang Buddha di Vihara Anāthapiṇḍika. Ia bersujud kepada Sang Buddha dan duduk. Karena adalah kebiasaan bagi para Buddha untuk menyapa para bhikkhu yang baru tiba, Sang Buddha berkata kepadanya, "Aku harap engkau baik-baik saja, bhikkhu, aku harap engkau bertahan. Aku harap engkau tidak lelah dari perjalananmu. Dan dari manakah engkau datang?"

"Aku baik-baik saja, Yang Mulia, aku bertahan. Aku tidak lelah dari perjalanan." Kemudian ia memberitahu Sang Buddha tentang apa yang telah terjadi di Kīṭāgiri, dan menambahkan, "Dari sanalah aku datang, Yang Mulia."

Segera setelah itu Sang Buddha mengumpulkan Sangha dan menanyai para bhikkhu: "Benarkah, para bhikkhu, bahwa para bhikkhu jahat dan tidak tahu malu Assaji dan Punabbasuka berperilaku buruk seperti ini? Dan benarkah bahwa orang-orang itu yang sebelumnya berkeyakinan, sekarang telah kehilangannya, bahwa tidak ada lagi sokongan untuk Sangha, dan bahwa para bhikkhu yang baik telah pergi dan para bhikkhu jahat tinggal?"

"Benar, Yang Mulia."

Sang Buddha menegur mereka ... "Para bhikkhu, bagaimana mungkin orang-orang dungu ini dapat berperilaku buruk seperti ini? Hal ini akan mempengaruhi keyakinan orang-orang ..." Kemudian Beliau membabarkan ajaran dan berkata kepada Sāriputta dan Moggallāna: "Sāriputta, kalian berdua harus pergi dan melakukan prosedur hukum mengusir para bhikkhu Assaji dan Punabbasuka dari Kīṭāgiri. Mereka adalah murid-muridmu."

"Yang Mulia, bagaimanakah kami dapat melakukan prosedur mengusir para bhikkhu ini dari Kīṭāgiri? Mereka pemarah dan kasar."

"Bawalah banyak bhikkhu."

"Baik."

"Dan para bhikkhu, seperti inilah yang harus dilakukan. Pertama-tama kalian harus menuduh Assaji dan Punabbasuka. Kemudian mereka harus diingatkan pada apa yang telah mereka lakukan, sebelum mereka dituduh melakukan pelanggaran. Kemudian seorang bhikkhu yang kompeten dan mampu harus memberitahu Sangha:

'Mohon, Para Mulia, aku memohon Sangha untuk mendengarkan. Para bhikkhu ini, Assaji dan Punabbasuka adalah perusak keluarga-keluarga dan berperilaku buruk. Perilaku buruk mereka telah terlihat dan terdengar, dan keluarga-keluarga yang dirusak oleh mereka telah terlihat dan terdengar. Jika baik menurut Sangha, maka Sangha harus melakukan prosedur hukum mengusir mereka, melarang bhikkhu Assaji dan Punabbasuka menetap di Kīṭāgiri. Ini adalah usul.

Mohon, Para Mulia, aku memohon Sangha untuk mendengarkan. Para bhikkhu ini, Assaji dan Punabbasuka adalah perusak keluarga-keluarga dan berperilaku buruk. Perilaku buruk mereka telah terlihat dan terdengar, dan keluarga-keluarga yang dirusak oleh mereka telah terlihat dan terdengar. Sangha melakukan prosedur hukum mengusir mereka, melarang bhikkhu Assaji dan Punabbasuka menetap di Kīṭāgiri. Bhikkhu mana pun yang menyetujui dilakukannya prosedur hukum mengusir mereka, melarang bhikkhu Assaji dan Punabbasuka menetap di Kīṭāgiri, harus berdiam diri. Bhikkhu mana pun yang tidak menyetujui silakan berbicara.

Untuk kedua kalinya ... Untuk ketiga kalinya aku menyampaikan persoalan ini. Mohon, Para Mulia, aku memohon Sangha untuk mendengarkan ... silakan berbicara.

Sangha telah melakukan prosedur hukum mengusir mereka, melarang bhikkhu Assaji dan Punabbasuka menetap di Kīṭāgiri. Sangha menyetujui dan oleh karena itu berdiam diri. Aku akan mengingatnya demikian.'"

Segera setelah itu sebuah sangha para bhikkhu, yang dipimpin oleh Sāriputta dan Moggallāna, pergi ke Kīṭāgiri dan melakukan prosedur mengusir Assaji dan Punabbasuka, melarang mereka menetap di Kīṭāgiri. Setelah Sangha melakukan prosedur itu, mereka tidak berperilaku dengan selayaknya atau sepantasnya agar layak dibebaskan, juga mereka tidak memohon maaf kepada para bhikkhu. Sebaliknya mereka mencaci dan mencela para bhikkhu, dan mereka memfitnah para bhikkhu sebagai bertindak karena keinginan, kebencian, kebodohan, dan ketakutan. Dan mereka pergi dan mereka lepas jubah. Para bhikkhu yang memiliki sedikit keinginan mengeluhkan dan mengkritik mereka, "Bagaimana mungkin para bhikkhu ini bertindak seperti ini ketika Sangha telah melakukan prosedur hukum mengusir mereka?"

Para bhikkhu menegur bhikkhu Assaji dan Punabbasuka dalam berbagai cara dan kemudian memberitahu Sang Buddha. Segera setelah itu Sang Buddha mengumpulkan Sangha dan menanyai para bhikkhu: "Benarkah, para bhikkhu, bahwa bhikkhu Assaji dan Punabbasuka bertindak seperti itu?" "Benar, Yang Mulia."

Sang Buddha menegur mereka ... "Dan, para bhikkhu, aturan latihan ini harus dibacakan sebagai berikut:

Aturan akhir

'Jika seorang bhikkhu yang hidup dengan disokong oleh sebuah desa atau pemukiman adalah seorang perusak keluarga-keluarga dan berperilaku buruk, dan perilaku buruknya telah terlihat dan terdengar, dan keluarga-keluarga yang dirusak olehnya telah terlihat dan terdengar, maka para bhikkhu harus mengoreksinya seperti berikut ini: "Yang Mulia, engkau adalah perusak keluarga-keluarga dan berperilaku buruk. Perilaku burukmu telah terlihat dan terdengar, dan keluarga-keluarga yang dirusak olehmu telah terlihat dan terdengar. Tinggalkanlah vihara ini; engkau telah menetap di sini cukup lama." Jika ia menjawab, "Engkau bertindak karena keinginan, kebencian, kebodohan, dan ketakutan. Karena pelanggaran semacam ini, engkau hanya mengusir beberapa orang, tetapi tidak yang lainnya," para bhikkhu harus mengoreksinya seperti berikut ini: "Tidak, Yang Mulia, para bhikkhu tidak bertindak karena keinginan, kebencian, kebodohan, dan ketakutan. Yang Mulia, engkau adalah perusak keluarga-keluarga dan berperilaku buruk. Perilaku burukmu telah terlihat dan terdengar, dan keluarga-keluarga yang dirusak olehmu telah terlihat dan terdengar. Tinggalkanlah vihara ini; engkau telah menetap di sini cukup lama." Jika bhikkhu itu masih terus melanjutkan seperti sebelumnya, maka para bhikkhu harus mendesaknya hingga tiga kali untuk membuatnya berhenti. Jika kemudian ia berhenti, maka itu baik. Jika ia tidak berhenti, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penskorsan.'"

Definisi

Seorang bhikkhu ... sebuah desa atau pemukiman:

sebuah desa dan sebuah pemukiman dan sebuah kota yang termasuk dalam hanya sebuah desa atau sebuah pemukiman.

Kehidupan yang disokong oleh:

kain-jubah, makanan, tempat tinggal, dan obat-obatan dapat diperoleh di tempat itu.

Sebuah keluarga:

terdapat empat jenis keluarga: keluarga bangsawan, keluarga brahmana, keluarga pedagang, keluarga pekerja.

Seorang perusak keluarga-keluarga:

ia merusak keluarga-keluarga dengan bunga-bunga, buah, bubuk mandi, sabun, pembersih gigi, bambu, terapi pengobatan, atau dengan menyampaikan pesan dengan berjalan kaki.

Berperilaku buruk:

ia menanam pohon bunga-bungaan, dan menyuruh orang lain menanamnya; ia menyiram tanaman-tanaman itu dan menyuruh orang lain menyiramnya; ia memetik bunganya dan menyuruh orang lain memetiknya; ia merangkai bunga-bunga itu dan menyuruh orang lain merangkainya.

Telah terlihat dan terdengar:

mereka yang ada di sana melihatnya; mereka yang tidak ada di sana mendengarnya.

Keluarga-keluarga yang dirusak olehnya:

mereka kehilangan kepercayaan karenanya; mereka kehilangan keyakinan karenanya.

Telah terlihat dan terdengar:

mereka yang ada di sana melihatnya; mereka yang tidak ada di sana mendengarnya.

Nya:

Bhikkhu yang adalah perusak keluarga-keluarga itu.

Para bhikkhu:

para bhikkhu lain, mereka yang melihat atau mendengar tentang hal itu. Mereka harus mengoreksinya seperti ini: "Yang Mulia, engkau adalah perusak keluarga-keluarga dan berperilaku buruk. Perilaku burukmu telah terlihat dan terdengar, dan keluarga-keluarga yang dirusak olehmu telah terlihat dan terdengar. Tinggalkanlah vihara ini; engkau telah menetap di sini cukup lama."

Jika ia menjawab, "Engkau bertindak karena keinginan, kebencian, kebodohan, dan ketakutan. Karena pelanggaran semacam ini, engkau hanya mengusir beberapa orang, tetapi tidak yang lainnya."

Nya:

bhikkhu itu yang mengadakan prosedur hukum melawannya.

Para bhikkhu:

para bhikkhu lain, mereka yang melihat atau mendengar tentang hal itu. Mereka harus mengoreksinya seperti ini: "Tidak, Yang Mulia, para bhikkhu tidak bertindak karena keinginan, kebencian, kebodohan, dan ketakutan. Yang Mulia, engkau adalah perusak keluarga-keluarga dan berperilaku buruk. Perilaku burukmu telah terlihat dan terdengar, dan keluarga-keluarga yang dirusak olehmu telah terlihat dan terdengar. Tinggalkanlah vihara ini; engkau telah menetap di sini cukup lama." Dan mereka harus mengoreksinya untuk kedua dan ketiga kalinya.

Jika ia berhenti, maka itu baik. Jika ia tidak berhenti, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika mereka yang mendengar tentang hal ini tidak mengatakan apa pun, maka mereka melakukan pelanggaran perbuatan salah.

Bhikkhu itu, bahkan jika ia harus ditarik ke dalam Sangha, harus dikoreksi seperti berikut ini: "Tidak, Yang Mulia, para bhikkhu tidak bertindak karena keinginan, kebencian, kebodohan, dan ketakutan. Yang Mulia, engkau adalah perusak keluarga-keluarga dan berperilaku buruk. Perilaku burukmu telah terlihat dan terdengar, dan keluarga-keluarga yang dirusak olehmu telah terlihat dan terdengar. Tinggalkanlah vihara ini; engkau telah menetap di sini cukup lama." Mereka harus mengoreksinya untuk kedua dan ketiga kalinya. Jika ia berhenti, maka itu baik. Jika ia tidak berhenti, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah.

Harus mendesaknya:

"Dan, para bhikkhu, ia harus didesak seperti berikut ini. Seorang bhikkhu yang kompeten dan mampu harus memberitahu Sangha:

'Mohon, Para Mulia, aku memohon Sangha untuk mendengarkan. Bhikkhu ini, yang telah dikenai prosedur hukum pengusiran yang dilakukan melawan dirinya, memfitnah para bhikkhu sebagai bertindak karena keinginan, kebencian, kebodohan, dan ketakutan. Dan ia masih terus melakukannya. Jika baik menurut Sangha, maka Sangha harus mendesaknya untuk membuatnya berhenti. Ini adalah usul.

Mohon, Para Mulia, aku memohon Sangha untuk mendengarkan. Bhikkhu ini, yang telah dikenai prosedur hukum pengusiran yang dilakukan melawan dirinya, memfitnah para bhikkhu sebagai bertindak karena keinginan, kebencian, kebodohan, dan ketakutan. Dan ia masih terus melakukannya. Sangha mendesaknya untuk membuatnya berhenti. Bhikkhu mana pun yang menyetujui pendesakan untuk membuatnya berhenti harus berdiam diri. Bhikkhu mana pun yang tidak menyetujui silakan berbicara.

Untuk kedua kalinya aku menyampaikan persoalan ini ... Untuk ketiga kalinya aku menyampaikan persoalan ini ...

Sangha telah mendesak bhikkhu ini untuk membuatnya berhenti. Sangha menyetujui dan oleh karena itu berdiam diri. Aku akan mengingatnya demikian.'"

Setelah usul itu, ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Setelah tiap-tiap dari dua pengumuman pertama, ia melakukan pelanggaran serius. Ketika pengumuman terakhir selesai, ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penskorsan. Bagi seorang yang melakukan pelanggaran yang mengharuskan penskorsan, maka pelanggaran perbuatan salah dan pelanggaran serius dibatalkan.

Ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penskorsan:

hanya Sangha yang memberikan percobaan untuk pelanggaran itu, mengembalikan ke awal, memberikan periode percobaan, dan merehabilitasi—bukan beberapa bhikkhu, bukan satu orang. Oleh karena itu disebut "sebuah pelanggaran yang mengharuskan penskorsan". Ini adalah nama dan sebutan untuk kelompok pelanggaran ini. Oleh karena itu, juga, disebut "pelanggaran yang mengharuskan penskorsan".

Permutasi

Jika itu adalah prosedur hukum yang sah, dan ia menyadarinya demikian, dan ia tidak berhenti, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penskorsan.

Jika itu adalah prosedur hukum yang sah, tetapi ia tidak dapat memastikannya, dan ia tidak berhenti, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penskorsan.

Jika itu adalah prosedur hukum yang sah, tetapi ia menyadarinya sebagai tidak sah, dan ia tidak berhenti, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penskorsan.

Jika itu adalah prosedur hukum yang tidak sah, tetapi ia menyadarinya sebagai sah, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah.

Jika itu adalah prosedur hukum yang tidak sah, tetapi ia tidak dapat memastikannya, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah.

Jika itu adalah prosedur hukum yang tidak sah, dan ia menyadarinya demikian, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah.

Tidak ada pelanggaran

Tidak ada pelanggaran: jika ia tidak didesak; jika ia berhenti; jika ia gila; jika ia adalah pelaku pertama.

Aturan latihan tentang perusak keluarga-keluarga, yang ketiga belas, selesai.
"Para Mulia, tiga belas aturan tentang penskorsan telah dibacakan, sembilan adalah pelanggaran segera, empat adalah setelah pengumuman ketiga. Jika seorang bhikkhu melakukan salah satunya, maka ia harus menjalani percobaan selama jumlah hari yang sama dengan lamanya ia menyembunyikan pelanggaran itu. Ketika ini selesai, maka ia harus menjalani periode percobaan selama enam hari lagi. Ketika ini selesai, ia harus direhabilitasi di mana pun terdapat sebuah sangha yang terdiri dari paling sedikit dua puluh bhikkhu. Jika bhikkhu itu direhabilitasi oleh sebuah sangha yang bahkan kurang satu dari dua puluh, maka bhikkhu itu tidak direhabilitasi, dan para bhikkhu itu bersalah. Ini adalah prosedur yang benar.
Sehubungan dengan hal ini, Aku bertanya kepada kalian, 'Apakah kalian murni dalam hal ini?' Untuk kedua kalinya Aku bertanya, 'Apakah kalian murni dalam hal ini?' Untuk ketiga kalinya Aku bertanya, 'Apakah kalian murni dalam hal ini?' Kalian murni dalam hal ini dan oleh karena itu berdiam diri. Aku akan mengingatnya demikian."

Kelompok tiga belas selesai.

Berikut ini adalah rangkumannya:

"Dikeluarkannya, kontak fisik,
Tidak senonoh, dan kebutuhannya sendiri;
Pencomblangan, dan sebuah gubuk,
Dan sebuah tempat kediaman, tanpa dasar.
Dalih, dan perpecahan,
Mereka yang memihaknya;
Sulit dikoreksi, dan perusak keluarga-keluarga:
Tiga belas pelanggaran yang mengharuskan penskorsan."

BAB TENTANG PELANGGARAN-PELANGGARAN YANG MENGHARUSKAN PENSKORSAN SELESAI.
Title: Aniyata 1
Post by: Indra on 14 September 2022, 10:24:55 PM
Koleksi Theravāda tentang Hukum Monastik
Aturan Kebhikkhuan dan Analisisnya
Bab tentang Pelanggaran-Pelanggaran yang Tidak Pasti

Aniyata 1. Aturan Latihan Tidak Pasti Pertama

Para Mulia, kedua aturan tidak pasti ini akan dibacakan.

Kisah Asal-mula
Pada suatu ketika Sang Buddha sedang menetap di Sāvatthī di Hutan Jeta, Vihara Anāthapiṇḍika. Pada saat itu Yang Mulia Udāyī bergaul dan mengunjungi sejumlah keluarga di Sāvatthī. Ketika itu salah satu keluarga yang menyokongnya menyerahkan putri mereka untuk menikah dengan putra keluarga lain. Segera setelah itu Yang Mulia Udāyī mengenakan jubah di pagi hari, membawa mangkuk dan jubahnya, dan mendatangi keluarga pertama. Ketika ia tiba, ia bertanya di mana si putri, dan ia diberitahu bahwa si putri telah diserahkan kepada keluarga lain. Keluarga itu juga menyokong Udāyī. Kemudian ia pergi ke sana dan sekali lagi menanyakan di mana si gadis. Mereka berkata, "Ia sedang duduk di kamarnya." Ia mendatangi si gadis, dan keduanya duduk sendiri di tempat duduk tertutup dan tersembunyi yang cocok untuk suatu tindakan. Ketika mereka dapat, maka mereka berbincang; kalau tidak, maka ia membabarkan ajaran kepadanya.

Pada saat itu Visākhā Migāramātā memiliki banyak anak dan cucu yang sehat. Sebagai akibatnya, ia dianggap sebagai keberuntungan. Pada pengorbanan-pengorbanan, upacara-upacara, dan perayaan-perayaan, orang-orang akan memberi makan Visākhā terlebih dulu. Pada saat itu ia diundang oleh keluarga yang menyokong Udāyī itu. Ketika ia tiba, ia melihatnya duduk bersama dengan si gadis, dan ia berkata kepadanya, "Yang Mulia, tidaklah selayaknya bagimu untuk duduk sendirian dengan seorang perempuan di tempat tertutup dan tersembunyi yang cocok untuk suatu tindakan. Engkau mungkin tidak bermaksud pada tindakan itu, tetapi sulit untuk meyakinkan orang-orang yang memiliki keyakinan lemah." Tetapi Udāyī tidak mendengar. Setelah pergi, Visākhā memberitahu para bhikkhu tentang apa yang telah terjadi. Para bhikkhu yang memiliki sedikit keinginan mengeluhkan dan mengkritiknya, "Bagaimana mungkin Yang Mulia Udāyī duduk sendirian bersama dengan seorang perempuan di tempat tertutup dan tersembunyi yang cocok untuk suatu tindakan?"

Setelah menegur Udāyī dalam berbagai cara, mereka memberitahu Sang Buddha. Segera setelah itu Sang Buddha mengumpulkan Sangha dan menanyai Udāyī: "Benarkah, Udāyī, bahwa engkau melakukan hal ini?"
"Benar, Yang Mulia."

Sang Buddha menegurnya ... "Orang dungu, bagaimana engkau dapat melakukan hal ini? Hal ini akan mempengaruhi keyakinan orang-orang ..." ... "Dan, para bhikkhu, aturan latihan ini harus dibacakan sebagai berikut:

Aturan akhir
'Jika seorang bhikkhu duduk sendirian dengan seorang perempuan di tempat duduk tertutup dan tersembunyi yang cocok untuk suatu tindakan, dan seorang umat awam perempuan yang dapat dipercaya melihatnya dan menuduhnya atas pelanggaran yang mengharuskan pengusiran, pelanggaran yang mengharuskan penskorsan, atau pelanggaran yang mengharuskan penebusan, maka, jika ia mengakui bahwa ia duduk, maka ia harus dihukum menurut satu di antara tiga atau menurut apa yang dikatakan oleh umat awam perempuan yang dapat dipercaya itu. Aturan ini tidak dapat dipastikan.'"

Definisi

Seorang:

siapa pun ...

Bhikkhu:

... Seorang bhikkhu yang telah diberikan penahbisan penuh oleh Sangha yang sepakat melalui prosedur sah yang terdiri dari satu usul dan tiga pengumuman yang tidak dapat dibatalkan dan lengkap—bhikkhu jenis inilah yang dimaksudkan dalam kasus ini.

Seorang perempuan:

seorang perempuan manusia, bukan makhluk halus perempuan, bukan hantu perempuan, bukan binatang betina; bahkan seorang bayi perempuan yang terlahir pada hari itu, apalagi yang lebih tua.

Dengan:

bersama dengan.

Sendirian:

hanya bhikkhu itu dan perempuan itu.

Tertutup:

tertutup bagi mata dan tertutup bagi telinga.

Tertutup bagi mata:

seseorang tidak dapat melihat mereka berkedip, mengangkat alis, atau mengangguk.

Tertutup bagi telinga:

seseorang tidak dapat mendengar suara percakapan biasa.

Tempat duduk tersembunyi:

tersembunyi oleh dinding, tirai, pintu, gorden, pohon, tiang, karung gandum, atau yang lainnya.

Cocok untuk suatu tindakan:

seseorang mampu melakukan hubungan seksual.

Duduk:

si bhikkhu duduk atau berbaring di sebelah perempuan yang duduk. Perempuan duduk atau berbaring di sebelah bhikkhu yang duduk. Keduanya duduk atau keduanya berbaring.

Dapat dipercaya:

ia telah mencapai buah, ia telah menembus, ia telah memahami Ajaran.

Umat awam perempuan:

ia telah berlindung pada Sang Buddha, Ajaran, dan Sangha.

Melihat:

setelah melihat.

Jika ia menuduhnya melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran, pelanggaran yang mengharuskan penskorsan, atau pelanggaran yang mengharuskan penebusan, maka, jika ia mengakui duduk, maka ia harus dihukum menurut satu dari tiga atau menurut apa yang dikatakan oleh umat awam perempuan yang dapat dipercaya itu:

Jika ia menuduhnya seperti ini: "Aku telah melihat engkau duduk, melakukan hubungan seksual dengan seorang perempuan," dan ia mengakui itu, maka ia harus dihukum untuk pelanggaran itu. Jika ia menuduhnya seperti ini: "Aku telah melihat engkau duduk, melakukan hubungan seksual dengan seorang perempuan," tetapi ia mengatakan, "Benar bahwa aku duduk, tetapi aku tidak melakukan hubungan seksual," maka ia harus dihukum untuk duduknya. Jika ia menuduhnya seperti ini: "Aku telah melihat engkau duduk, melakukan hubungan seksual dengan seorang perempuan," tetapi ia mengatakan, "Aku tidak duduk, melainkan berbaring," maka ia harus dihukum untuk berbaringnya. Jika ia menuduhnya seperti ini: "Aku telah melihat engkau duduk, melakukan hubungan seksual dengan seorang perempuan," tetapi ia mengatakan, "Aku tidak duduk, melainkan berdiri," maka ia tidak boleh dihukum.

Jika ia menuduhnya seperti ini: "Aku telah melihat engkau berbaring, melakukan hubungan seksual dengan seorang perempuan," dan ia mengakui itu, maka ia harus dihukum untuk pelanggaran itu. Jika ia menuduhnya seperti ini: "Aku telah melihat engkau berbaring, melakukan hubungan seksual dengan seorang perempuan," tetapi ia mengatakan, "Benar bahwa aku berbaring, tetapi aku tidak melakukan hubungan seksual," maka ia harus dihukum untuk berbaringnya. Jika ia menuduhnya seperti ini: "Aku telah melihat engkau berbaring, melakukan hubungan seksual dengan seorang perempuan," tetapi ia mengatakan, "Aku tidak berbaring, melainkan duduk," maka ia harus dihukum untuk duduknya. Jika ia menuduhnya seperti ini: "Aku telah melihat engkau berbaring, melakukan hubungan seksual dengan seorang perempuan," tetapi ia mengatakan, "Aku tidak berbaring, melainkan berdiri," maka ia tidak boleh dihukum.

Jika ia menuduhnya seperti ini: "Aku telah melihat engkau duduk, melakukan kontak fisik dengan seorang perempuan," dan ia mengakui itu, maka ia harus dihukum untuk pelanggaran itu. ... "Benar bahwa aku duduk, tetapi aku tidak melakukan kontak fisik," maka ia harus dihukum untuk duduknya. ... "Aku tidak duduk, melainkan berbaring," maka ia harus dihukum untuk berbaringnya. ... "Aku tidak duduk, melainkan berdiri," maka ia tidak boleh dihukum.

Jika ia menuduhnya seperti ini: "Aku telah melihat engkau berbaring, melakukan kontak fisik dengan seorang perempuan," dan ia mengakui itu, maka ia harus dihukum untuk pelanggaran itu. ... "Benar bahwa aku berbaring, tetapi aku tidak melakukan kontak fisik," maka ia harus dihukum untuk berbaringnya. ... "Aku tidak berbaring, melainkan duduk," maka ia harus dihukum untuk duduknya. ... "Aku tidak berbaring, melainkan berdiri," maka ia tidak boleh dihukum.

Jika ia menuduhnya seperti ini: "Aku telah melihat engkau duduk sendirian dengan seorang perempuan di tempat tertutup dan tersembunyi yang cocok untuk suatu tindakan," dan ia mengakui itu, maka ia harus dihukum untuk duduknya. ... "Aku tidak duduk, melainkan berbaring,' maka ia harus dihukum untuk berbaringnya. ... "Aku tidak duduk, melainkan berdiri," maka ia tidak boleh dihukum.

Jika ia menuduhnya seperti ini: "Aku telah melihat engkau berbaring sendirian dengan seorang perempuan di tempat tertutup dan tersembunyi yang cocok untuk suatu tindakan," dan ia mengakui itu, maka ia harus dihukum untuk berbaringnya. ... "Aku tidak berbaring, melainkan duduk," maka ia harus dihukum untuk duduknya. ... "Aku tidak berbaring, melainkan berdiri," maka ia tidak boleh dihukum.

Tidak dapat dipastikan:

tidak ditentukan. Ini dapat menjadi pelanggaran yang mengharuskan pengusiran, pelanggaran yang mengharuskan penskorsan, atau pelanggaran yang mengharuskan penebusan.

Permutasi

Jika ia mengaku pergi, dan ia mengaku duduk, dan ia mengakui pelanggaran, maka ia harus dihukum untuk pelanggaran itu. Jika ia mengaku pergi, tetapi ia tidak mengaku duduk, namun ia mengakui pelanggaran, maka ia harus dihukum untuk pelanggaran itu. Jika ia mengaku pergi, dan ia mengaku duduk, tetapi tidak mengakui pelanggaran, maka ia harus dihukum untuk duduknya. Jika ia mengaku pergi, tetapi ia tidak mengaku duduk, juga ia tidak mengakui pelanggaran, maka ia tidak boleh dihukum.

Jika ia tidak mengaku pergi, tetapi ia mengaku duduk, dan ia mengakui pelanggaran, maka ia harus dihukum untuk pelanggaran itu. Jika ia tidak mengaku pergi, juga ia tidak mengaku duduk, namun ia mengakui pelanggaran, maka ia harus dihukum untuk pelanggaran itu. Jika ia tidak mengaku pergi, tetapi ia mengaku duduk, namun tidak mengakui pelanggaran, maka ia harus dihukum untuk duduknya. Jika ia tidak mengaku pergi, juga tidak mengaku duduk, juga tidak mengakui pelanggaran, maka ia tidak boleh dihukum.

Pelanggaran pertama yang tidak pasti selesai.
Title: Aniyata 2
Post by: Indra on 14 September 2022, 10:31:56 PM
Koleksi Theravāda tentang Hukum Monastik
Aturan Kebhikkhuan dan Analisisnya
Bab tentang Pelanggaran-Pelanggaran yang Tidak Pasti

Aniyata 2. Aturan Latihan Tidak Pasti Kedua

Kisah Asal-mula

Pada suatu ketika Sang Buddha sedang menetap di Sāvatthī di Hutan Jeta, Vihara Anāthapiṇḍika. Pada saat itu Yang Mulia Udāyī mendengar bahwa Sang Buddha telah melarang duduk sendirian dengan seorang perempuan di tempat duduk tertutup dan tersembunyi yang cocok untuk suatu tindakan, dan karena itu maka ia duduk sendirian di tempat tertutup dengan gadis yang sama. Jika mereka dapat, maka mereka hanya berbincang; jika tidak maka ia membabarkan suatu ajaran.

Untuk kedua kalinya Visākhā diundang oleh keluarga itu. Ketika ia tiba, ia melihat Udāyī duduk sendirian di tempat tertutup dengan gadis yang sama, dan ia berkata kepada Udāyī, "Yang Mulia, tidaklah selayaknya bagimu untuk duduk sendirian dengan seorang perempuan di tempat tertutup. Engkau mungkin tidak bermaksud pada tindakan itu, tetapi sulit untuk meyakinkan orang-orang yang memiliki keyakinan lemah." Tetapi Udāyī tidak mendengar. Setelah pergi, Visākhā memberitahu para bhikkhu tentang apa yang telah terjadi. Para bhikkhu yang memiliki sedikit keinginan mengeluhkan dan mengkritiknya, "Bagaimana mungkin Yang Mulia Udāyī duduk sendirian bersama dengan seorang perempuan di tempat tertutup?"

Setelah menegur Udāyī dalam berbagai cara, mereka memberitahu Sang Buddha. Segera setelah itu Sang Buddha mengumpulkan Sangha dan menanyai Udāyī: "Benarkah, Udāyī, bahwa engkau melakukan hal ini?"

"Benar, Yang Mulia."

Sang Buddha menegurnya ... "Orang dungu, bagaimana engkau dapat melakukan hal ini? Hal ini akan mempengaruhi keyakinan orang-orang ..." ... "Dan, para bhikkhu, aturan latihan ini harus dibacakan sebagai berikut:

Aturan akhir

'Walaupun suatu tempat duduk tidak tersembunyi, juga tidak cocok untuk suatu tindakan, namun mungkin cocok untuk berbicara tidak senonoh kepada seorang perempuan. Jika seorang bhikkhu duduk sendirian dengan seorang perempuan di tempat duduk demikian, dan seorang umat awam perempuan yang dapat dipercaya melihatnya dan menuduhnya melakukan pelanggaran yang mengharuskan penskorsan atau pelanggaran yang mengharuskan penebusan, maka, jika ia mengakui duduk, maka ia harus dihukum menurut satu dari dua atau menurut apa yang dikatakan oleh umat awam perempuan yang dapat dipercaya itu. Aturan ini juga tidak dapat dipastikan.'"

Definisi

Walaupun suatu tempat duduk tidak tersembunyi:

tidak tersembunyi oleh dinding, tirai, pintu, kain gorden, pohon, tiang, karung gandum, atau apa pun yang lainnya.

Tidak cocok untuk suatu tindakan:

ia tidak dapat melakukan hubungan seksual.

Mungkin cocok untuk berbicara tidak senonoh kepada seorang perempuan:

ia dapat berbicara tidak senonoh kepada seorang perempuan.

Seorang:

siapa pun ...

Bhikkhu:

... Seorang bhikkhu yang telah diberikan penahbisan penuh oleh Sangha yang sepakat melalui prosedur sah yang terdiri dari satu usul dan tiga pengumuman yang tidak dapat dibatalkan dan lengkap—bhikkhu jenis inilah yang dimaksudkan dalam kasus ini.

Di tempat duduk demikian:

di jenis tempat duduk seperti itu.

Seorang perempuan:

seorang perempuan manusia, bukan makhluk halus perempuan, bukan hantu perempuan, bukan binatang betina. Ia memahami dan mampu membedakan ucapan buruk dan ucapan yang baik, apa yang sopan dan apa yang tidak sopan.

Dengan:

bersama dengan.

Sendirian:

hanya bhikkhu itu dan perempuan itu.

Tertutup:

tertutup bagi mata dan tertutup bagi telinga.

Tertutup bagi mata:

seseorang tidak dapat melihat mereka berkedip, mengangkat alis, atau mengangguk.

Tertutup bagi telinga:

seseorang tidak dapat mendengar suara percakapan biasa.

Duduk:

si bhikkhu duduk atau berbaring di sebelah perempuan yang duduk. Perempuan duduk atau berbaring di sebelah bhikkhu yang duduk. Keduanya duduk atau keduanya berbaring.

Dapat dipercaya:

ia telah mencapai buah, ia telah menembus, ia telah memahami Ajaran.

Umat awam perempuan:

ia telah berlindung pada Sang Buddha, Ajaran, dan Sangha.

Melihat:

setelah melihat.

Jika ia menuduhnya melakukan pelanggaran yang mengharuskan penskorsan atau pelanggaran yang mengharuskan penebusan, maka, jika ia mengakui duduk, maka ia harus dihukum menurut satu dari dua atau menurut apa yang dikatakan oleh umat awam perempuan yang dapat dipercaya itu:

Jika ia menuduhnya seperti ini: "Aku telah melihat engkau duduk, melakukan kontak fisik dengan seorang perempuan," dan ia mengakui itu, maka ia harus dihukum untuk pelanggaran itu.  Jika ia menuduhnya seperti ini: "Aku telah melihat engkau duduk, melakukan kontak fisik dengan seorang perempuan," tetapi ia mengatakan, "Benar bahwa aku duduk, tetapi aku tidak melakukan kontak fisik," maka ia harus dihukum untuk duduknya. ... "Aku tidak duduk, melainkan berbaring," maka ia harus dihukum untuk berbaringnya. ... "Aku tidak duduk, melainkan berdiri," maka ia tidak boleh dihukum.

Jika ia menuduhnya seperti ini: "Aku telah melihat engkau berbaring, melakukan kontak fisik dengan seorang perempuan," dan ia mengakui itu, maka ia harus dihukum untuk pelanggaran itu. ... "Benar bahwa aku berbaring, tetapi aku tidak melakukan kontak fisik," maka ia harus dihukum untuk berbaringnya. ... "Aku tidak berbaring, melainkan duduk," maka ia harus dihukum untuk duduknya. ... "Aku tidak berbaring, melainkan berdiri," maka ia tidak boleh dihukum.

Jika ia menuduhnya seperti ini: "Aku telah mendengar engkau berbicara tidak senonoh kepada seorang perempuan sewaktu duduk," dan ia mengakui itu, maka ia harus dihukum untuk pelanggaran itu. Jika ia menuduhnya seperti ini: "Aku telah mendengar engkau berbicara tidak senonoh kepada seorang perempuan sewaktu duduk," tetapi ia mengatakan, "Benar bahwa aku duduk, tetapi aku tidak berbicara tidak senonoh," maka ia harus dihukum untuk duduknya. ... "Aku tidak duduk, melainkan berbaring," maka ia harus dihukum untuk berbaringnya. ... "Aku tidak duduk, melainkan berdiri," maka ia tidak boleh dihukum.

Jika ia menuduhnya seperti ini: "Aku telah mendengar engkau berbicara tidak senonoh kepada seorang perempuan sewaktu berbaring," dan ia mengakui itu, maka ia harus dihukum untuk pelanggaran itu. ... "Benar bahwa aku berbaring, tetapi aku tidak berbicara tidak senonoh," maka ia harus dihukum untuk berbaringnya. ... "Aku tidak berbaring, melainkan duduk," maka ia harus dihukum untuk duduknya. ... "Aku tidak berbaring, melainkan berdiri," maka ia tidak boleh dihukum.

Jika ia menuduhnya seperti ini: "Aku telah melihat engkau duduk sendirian dengan seorang perempuan di tempat tertutup," dan ia mengakuinya, maka ia harus dihukum untuk duduknya. ... "Aku tidak duduk, melainkan berbaring," maka ia harus dihukum untuk berbaringnya. ... "Aku tidak duduk, melainkan berdiri," maka ia tidak boleh dihukum.

Jika ia menuduhnya seperti ini: "Aku telah melihat engkau berbaring sendirian dengan seorang perempuan di tempat tertutup," dan ia mengakuinya, maka ia harus dihukum untuk berbaringnya. ... "Aku tidak berbaring, melainkan duduk," maka ia harus dihukum untuk duduknya. ... "Aku tidak berbaring, melainkan berdiri," maka ia tidak boleh dihukum.

Aturan ini juga:

ini dikatakan dengan merujuk pada aturan yang tidak dapat dipastikan yang sebelumnya.

Tidak dapat dipastikan:

tidak ditentukan. Ini dapat menjadi pelanggaran yang mengharuskan penskorsan, atau pelanggaran yang mengharuskan penebusan.

Permutasi

Jika ia mengaku pergi, dan ia mengaku duduk, dan ia mengakui pelanggaran, maka ia harus dihukum untuk pelanggaran itu. Jika ia mengaku pergi, tetapi ia tidak mengaku duduk, namun ia mengakui pelanggaran, maka ia harus dihukum untuk pelanggaran itu. Jika ia mengaku pergi, dan ia mengaku duduk, tetapi tidak mengakui pelanggaran, maka ia harus dihukum untuk duduknya. Jika ia mengaku pergi, tetapi ia tidak mengaku duduk, juga tidak mengakui pelanggaran, maka ia tidak boleh dihukum.

Jika ia tidak mengaku pergi, tetapi ia mengaku duduk, dan ia mengakui pelanggaran, maka ia harus dihukum untuk pelanggaran itu. Jika ia tidak mengaku pergi, juga ia tidak mengaku duduk, namun ia mengakui pelanggaran, maka ia harus dihukum untuk pelanggaran itu. Jika ia tidak mengaku pergi, tetapi ia mengaku duduk, namun tidak mengakui pelanggaran, maka ia harus dihukum untuk duduknya. Jika ia tidak mengaku pergi, juga tidak mengaku duduk, juga tidak mengakui pelanggaran, maka ia tidak boleh dihukum.

Pelanggaran kedua yang tidak pasti selesai.

"Para Mulia, kedua aturan tidak ipasti telah dibacakan. Sehubungan dengan hal ini, Aku bertanya kepada kalian, 'Apakah kalian murni dalam hal ini?' Untuk kedua kalinya Aku bertanya, 'Apakah kalian murni dalam hal ini?' Untuk ketiga kalinya Aku bertanya, 'Apakah kalian murni dalam hal ini?' Kalian murni dalam hal ini dan oleh karena itu berdiam diri. Aku akan mengingatnya demikian."

Berikut ini adalah rangkumannya:

"Cocok untuk suatu tindakan,
Dan kemudian tidak cocok.
Pelanggaran-pelanggaran yang tidak dapat dipastikan telah ditetapkan
Oleh Yang Stabil, Sang Buddha yang terbaik."

BAB TENTANG PELANGGARAN-PELANGGARAN TIDAK PASTI SELESAI.
Title: Nissaggiya Pācittiya 1
Post by: Indra on 15 September 2022, 10:49:14 AM
Koleksi Theravāda tentang Hukum Monastik
Aturan Kebhikkhuan dan Analisisnya
Bab tentang Pelepasan
Sub-bab tentang Jubah

Nissaggiya Pācittiya 1. Aturan Latihan tentang Musim Jubah

Para Mulia, tiga puluh aturan tentang pelepasan dan pengakuan ini akan dibacakan.

Kisah Asal-mula

Sub-kisah pertama

Pada suatu hari ketika Sang Buddha sedang menetap di Vesālī di Altar Gotamaka, Beliau memperbolehkan tiga jubah untuk para bhikkhu. Ketika mereka mendengar hal ini, para bhikkhu dari kelompok enam memasuki desa mengenakan satu set tiga jubah, menetap di vihara mengenakan set yang lain, dan pergi mandi dengan mengenakan set yang lain lagi. Para bhikkhu yang memiliki sedikit keinginan mengeluhkan dan mengkritik mereka, "Bagaimana mungkin para bhikkhu dari kelompok enam ini menyimpan jubah lebih?"

Setelah menegur para bhikkhu itu dalam berbagai cara, mereka memberitahu Sang Buddha. Segera setelah itu Beliau mengumpulkan Sangha dan menanyai para bhikkhu itu: "Benarkah, para bhikkhu, bahwa kalian melakukan hal ini?"

"Benar, Yang Mulia."

Sang Buddha menegur mereka ... "Orang-orang dungu, bagaimana kalian dapat melakukan hal ini? Hal ini akan mempengaruhi keyakinan orang-orang ..." ... "Dan, para bhikkhu, aturan latihan ini harus dibacakan sebagai berikut:

Aturan awal

'Jika seorang bhikkhu menyimpan jubah lebih, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pelepasan dan pengakuan.'"

Dengan cara inilah Sang Buddha menetapkan aturan latihan ini untuk para bhikkhu.

Sub-kisah kedua

Tidak lama kemudian Yang Mulia Ānanda menerima sehelai jubah tambahan. Ia ingin mempersembahkannya kepada Yang Mulia Sāriputta yang sedang menetap di Sāketa. Mengetahui bahwa Sang Buddha telah menetapkan aturan yang melarang jubah lebih, Ānanda berpikir, "Apakah yang harus kulakukan dalam situasi ini?" Ia memberitahu Sang Buddha, yang berkata, "Berapa lamakah, Ānanda, sebelum Sāriputta kembali?"

"Sembilan atau sepuluh hari."

Segera setelah itu Sang Buddha membabarkan ajaran dan berkata kepada para bhikkhu: "Para bhikkhu, kalian boleh menyimpan jubah lebih selama paling lama sepuluh hari. Dan, para bhikkhu, aturan latihan ini harus dibacakan sebagai berikut:

Aturan akhir

'Ketika jubahnya selesai dan musim jubah telah berakhir, seorang bhikkhu boleh menyimpan jubah lebih selama paling lama sepuluh hari. Jika ia menyimpannya lebih lama dari itu, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pelepasan dan pengakuan.'"

Definisi

Ketika jubahnya selesai:

bhikkhu itu telah membuat jubah; atau kain-jubah hilang, rusak, atau terbakar; atau harapannya untuk menerima kain-jubah baru telah dikecewakan.

Musim jubah telah berakhir:

ini berakhir menurut satu dari delapan kondisi utama atau Sangha mengakhirinya.

Selama paling lama sepuluh hari:

boleh disimpan maksimum selama sepuluh hari.

Jubah lebih:

jubah yang belum ditetapkan juga belum diberikan kepada seseorang.

Jubah:

satu dari enam jenis kain-jubah, tetapi tidak lebih kecil dari apa yang dapat diberikan kepada seseorang.

Jika ia menyimpannya lebih lama dari itu, maka jubah itu harus dilepaskan:

jubah itu harus dilepaskan pada fajar hari kesebelas.

Kain-jubah harus dilepaskan kepada Sangha, suatu kelompok, atau individu. "Dan, para bhikkhu, jubah itu harus dilepaskan seperti ini. Setelah menghadap Sangha, bhikkhu itu harus menata jubah atasnya di satu bahunya dan bersujud di kaki para bhikkhu senior. Kemudian ia harus berjongkok pada tumitnya, merangkapkan tangan, dan berkata:

'Para Mulia, kain-jubah ini, yang telah kusimpan selama lebih dari sepuluh hari, akan dilepaskan. Aku melepaskannya kepada Sangha.'
Setelah melepaskannya, ia harus mengakui pelanggaran itu. Pengakuan itu harus diterima oleh seorang bhikkhu yang kompeten dan mampu. Kain-jubah yang telah dilepaskan itu kemudian harus diberikan kembali:

'Mohon, Para Mulia, aku memohon Sangha untuk mendengarkan. Kain-jubah ini, yang akan dilepaskan oleh bhikkhu ini, telah dilepaskan kepada Sangha. Jika baik menurut Sangha, maka Sangha harus mengembalikan kain-jubah ini kepada bhikkhu ini.'
Setelah mendatangi beberapa bhikkhu, bhikkhu itu harus menata jubah atasnya di satu bahunya dan bersujud di kaki para bhikkhu senior. Kemudian ia harus berjongkok pada tumitnya, merangkapkan tangan, dan berkata:

'Para Mulia, kain-jubah ini, yang telah kusimpan selama lebih dari sepuluh hari, akan dilepaskan. Aku melepaskannya kepada para mulia.'
Setelah melepaskannya, ia harus mengakui pelanggaran itu. Pengakuan itu harus diterima oleh seorang bhikkhu yang kompeten dan mampu. Kain-jubah yang telah dilepaskan itu kemudian harus diberikan kembali:

'Mohon, Para Mulia, aku memohon kalian untuk mendengarkan. Kain-jubah ini, yang akan dilepaskan oleh bhikkhu ini, telah dilepaskan kepada kalian. Jika baik menurut kalian, maka kalian harus mengembalikan kain-jubah ini kepada bhikkhu ini.'
Setelah mendatangi seorang bhikkhu, bhikkhu itu harus menata jubah atasnya di satu bahunya, berjongkok pada tumitnya, merangkapkan tangan, dan berkata,

'Kain-jubah ini, yang telah kusimpan selama lebih dari sepuluh hari, akan dilepaskan. Aku melepaskannya kepada engkau.'
Setelah melepaskannya, ia harus mengakui pelanggaran itu. Pengakuan itu harus diterima oleh bhikkhu itu. Kain-jubah yang telah dilepaskan itu kemudian harus diberikan kembali:

'Aku mengembalikan kain-jubah ini kepadamu.'"

Permutasi

Jika lebih dari sepuluh hari dan ia menyadarinya sebagai lebih, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pelepasan dan pengakuan. Jika lebih dari sepuluh hari, tetapi ia tidak dapat memastikannya, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pelepasan dan pengakuan. Jika lebih dari sepuluh hari, tetapi ia menyadarinya sebagai kurang, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pelepasan dan pengakuan.

Jika belum ditetapkan, tetapi ia menyadarinya sebagai sudah, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pelepasan dan pengakuan. Jika belum dialokasikan untuk orang lain, tetapi ia menyadarinya sebagai sudah, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pelepasan dan pengakuan. Jika belum diberikan, tetapi ia menyadarinya sebagai sudah, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pelepasan dan pengakuan. Jika tidak hilang, tetapi ia menyadarinya sebagai hilang, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pelepasan dan pengakuan. Jika tidak rusak, tetapi ia menyadarinya sebagai rusak, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pelepasan dan pengakuan. Jika tidak terbakar, tetapi ia menyadarinya sebagai terbakar, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pelepasan dan pengakuan. Jika tidak dicuri, tetapi ia menyadarinya sebagai dicuri, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pelepasan dan pengakuan.

Jika ia menggunakan kain-jubah yang harus dilepaskan tanpa terlebih dulu melepaskannya, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika kurang dari sepuluh hari, tetapi ia menyadarinya sebagai lebih, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika kurang dari sepuluh hari, tetapi ia tidak dapat memastikannya, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika kurang dari sepuluh hari dan ia menganggapnya sebagai kurang, maka tidak ada pelanggaran.

Tidak ada pelanggaran

Tidak ada pelanggaran: jika dalam waktu sepuluh hari telah ditetapkan, dijatahkan untuk orang lain, diberikan, hilang, rusak, terbakar, dicuri, atau diambil atas dasar kepercayaan; jika ia gila; jika ia adalah pelaku pertama.

Tidak lama kemudian para bhikkhu dari kelompok enam tidak mengembalikan kain-jubah yang telah dilepaskan. Mereka memberitahu Sang Buddha.

"Para bhikkhu, kain-jubah yang telah dilepaskan harus dikembalikan. Jika tidak dikembalikan, maka engkau melakukan pelanggaran perbuatan salah."

Aturan latihan tentang musim jubah, yang pertama, selesai.
Title: Nissaggiya Pācittiya 2
Post by: Indra on 15 September 2022, 10:49:51 AM
Koleksi Theravāda tentang Hukum Monastik
Aturan Kebhikkhuan dan Analisisnya
Bab tentang Pelepasan
Sub-bab tentang Jubah

Nissaggiya Pācittiya 2. Aturan Latihan tentang Gudang

Kisah Asal-mula

Sub-kisah pertamap
Pada suatu ketika Sang Buddha sedang menetap di Sāvatthī di Hutan Jeta, Vihara Anāthapiṇḍika. Saat itu para bhikkhu menitipkan salah satu jubah mereka kepada para bhikkhu lain dan kemudian bepergian dengan mengenakan sarung dan jubah atas. Karena disimpan dalam waktu yang lama, maka jubah-jubah itu menjadi berjamur. Para bhikkhu menjemurnya di bawah matahari.

Kemudian, sewaktu berjalan-jalan di sekitar tempat-tempat kediaman, Yang Mulia Ānanda melihat para bhikkhu sedang menjemur jubah-jubah itu. Ia bertanya kepada mereka, "Jubah-jubah siapakah ini?" Dan mereka memberitahukan apa yang terjadi. Yang Mulia Ānanda mengeluhkan dan mengkritik mereka, "Bagaimana mungkin para bhikkhu itu menitipkan satu jubah kepada para bhikkhu lain dan kemudian bepergian dengan mengenakan sarung dan jubah atas?"

Setelah menegur para bhikkhu itu dalam berbagai cara, Yang Mulia Ānanda memberitahu Sang Buddha. Segera setelah itu Beliau mengumpulkan Sangha dan menanyai para bhikkhu itu: "Benarkah, para bhikkhu, bahwa ada para bhikkhu yang melakukan hal ini?"

"Benar, Yang Mulia."

Sang Buddha menegur mereka ... "Bagaimana mungkin orang-orang dungu itu dapat melakukan hal ini? Hal ini akan mempengaruhi keyakinan orang-orang ..." ... "Dan, para bhikkhu, aturan latihan ini harus dibacakan sebagai berikut:

Aturan awal

'Ketika jubahnya selesai dan musim jubah telah berakhir, jika seorang bhikkhu berpisah dari tiga jubahnya bahkan selama hanya satu hari, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pelepasan dan pengakuan.'"

Dengan cara inilah Sang Buddha menetapkan aturan latihan ini untuk para bhikkhu.

Sub-kisah kedua

Pada suatu ketika seorang bhikkhu tertentu di Kosambī jatuh sakit. Sanak-saudaranya mengirim pesan, yang mengatakan, "Pulanglah, Yang Mulia, kami akan merawat engkau." Para bhikkhu mendesaknya untuk pergi, tetapi ia berkata, "Sang Buddha telah menetapkan aturan latihan bahwa kita tidak boleh berpisah dari tiga jubah kita. Sekarang karena aku sakit, aku tidak dapat melakukan perjalanan dengan tiga jubahku. Maka aku tidak dapat pergi."

Mereka memberitahu Sang Buddha. Segera setelah itu Beliau membabarkan ajaran dan berkata kepada para bhikkhu:

"Para bhikkhu, Aku memperbolehkan kalian untuk memberi izin kepada bhikkhu yang sakit untuk berpisah dari tiga jubahnya.

Dan izin ini harus diberikan seperti ini. Setelah mendatangi Sangha, bhikkhu yang sakit harus menata jubah atasnya di satu bahunya dan bersujud di kaki para bhikkhu senior. Kemudian ia harus berjongkok pada tumitnya, merangkapkan tangan, dan berkata, 'Para Mulia, aku sakit. Aku tidak mampu melakukan perjalanan dengan tiga jubahku. Aku memohon izin dari Sangha untuk berpisah dari tiga jubahku.' Dan ia harus memohon untuk kedua dan ketiga kalinya. Seorang bhikkhu yang kompeten dan mampu harus memberitahu Sangha:

'Mohon, Para Mulia, aku memohon Sangha untuk mendengarkan. Bhikkhu ini sakit. Ia tidak mampu melakukan perjalanan dengan tiga jubahnya. Ia memohon izin dari Sangha untuk berpisah dari tiga jubahnya. Jika baik menurut Sangha, maka Sangha harus memberikan izin kepada bhikkhu ini untuk berpisah dari tiga jubahnya. Ini adalah usul.

Mohon, Para Mulia, aku memohon Sangha untuk mendengarkan. Bhikkhu ini sakit. Ia tidak mampu melakukan perjalanan dengan tiga jubahnya. Ia memohon izin dari Sangha unntuk berpisah dari tiga jubahnya. Sangha memberi izin kepada bhikkhu ini untuk berpisah dari tiga jubahnya. Bhikkhu mana pun yang menyetujui pemberian izin kepada bhikkhu ini untuk berpisah dari tiga jubahnya harus berdiam diri. Bhikkhu mana pun yang tidak menyetujui silakan berbicara.

Sangha telah memberi izin kepada bhikkhu ini untuk berpisah dari tiga jubahnya. Sangha menyetujui dan oleh karena itu berdiam diri. Aku akan mengingatnya demikian.'

Dan, para bhikkhu, aturan latihan ini harus dibacakan sebagai berikut:

Aturan akhir

'Ketika jubahnya selesai dan musim jubah telah berakhir, jika seorang bhikkhu berpisah dari tiga jubahnya bahkan selama hanya satu hari, kecuali jika para bhikkhu telah menyetujui, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pelepasan dan pengakuan.'"

Definisi

Ketika jubahnya selesai:

bhikkhu itu telah membuat jubah; atau kain-jubah hilang, rusak, atau terbakar; atau harapannya untuk menerima kain-jubah baru telah dikecewakan.

Musim jubah telah berakhir:

ini berakhir menurut satu dari delapan kondisi utama atau Sangha mengakhirinya.

Jika seorang bhikkhu berpisah dari tiga jubahnya bahkan selama hanya satu hari:

dari jubah luar, jubah atas, atau sarung.

Kecuali jika para bhikkhu telah menyetujui:

kecuali dengan persetujuan para bhikkhu.

Mengharuskan pelepasan:

jubah itu harus dilepaskan pada fajar.

Jubah itu harus dilepaskan kepada Sangha, kelompok, atau individu. "Dan, para bhikkhu, jubah itu harus dilepaskan seperti ini, (diuraikan seperti pada Pelepasan 1, dengan penyesuaian seperlunya.)

'Para Mulia, jubah ini, yang telah berpisah dariku selama satu hari tanpa persetujuan para bhikkhu, akan dilepaskan. Aku melepaskannya kepada Sangha.' ... Sangha harus mengembalikan ... engkau harus mengembalikan ... 'Aku mengembalikan jubah ini kepadamu.'"

Permutasi

Rangkuman

Suatu area berpenghuni dapat memiliki satu atau banyak akses; sebuah rumah dapat memiliki satu atau banyak akses; sebuah gudang dapat memiliki satu atau banyak akses; sebuah menara jaga dapat memiliki satu atau banyak akses; sebuah rumah panggung dapat memiliki satu atau banyak akses; sebuah perahu dapat memiliki satu atau banyak akses; sebuah karavan dapat memiliki satu atau banyak akses; sepetak ladang dapat memiliki satu atau banyak akses; lantai penggilingan dapat memiliki satu atau banyak akses; sebuah vihara dapat memiliki satu atau banyak akses; sebuah tempat kediaman dapat memiliki satu atau banyak akses; bawah pohon dapat memiliki satu atau banyak akses; ruang terbuka dapat memiliki satu atau banyak akses.

Pembabaran

Area berpenghuni
"Suatu area berpenghuni dengan satu akses" merujuk pada berikut ini.
Area berpenghuni tertutup milik satu suku: jika jubah tersimpan di dalam area berpenghuni itu, maka seseorang harus berada di dalam area berpenghuni itu. Area berpenghuni terbuka milik satu suku: seseorang harus berdiam di dalam rumah di mana jubah itu disimpan, atau tidak pergi dari rumah itu melebihi serentangan lengan.
Suatu area berpenghuni tertutup milik banyak suku: jika jubah tersimpan di dalam sebuah rumah, maka seseorang harus berdiam di dalam rumah itu, di aula pertemuan publik, atau di pintu gerbang menuju area berpenghuni, atau tidak pergi dari aula pertemuan publik atau pintu gerbang itu melebihi serentangan lengan. Jika seseorang meletakkan jubah sejauh serentangan lengan sewaktu pergi ke aula pertemuan publik, maka ia harus berdiam di dalam aula pertemuan publik, atau di pintu gerbang menuju area berpenghuni, atau tidak pergi dari kedua itu melebihi serentangan lengan. Jika jubah itu tersimpan di dalam aula pertemuan publik, maka ia harus berdiam di dalam aula pertemuan publik, atau di pintu gerbang menuju area berpenghuni, atau tidak pergi dari kedua itu melebihi serentangan lengan. Suatu area berpenghuni terbuka milik banyak suku: seseorang harus berdiam di dalam rumah di mana jubah itu disimpan, atau tidak pergi dari rumah itu melebihi serentangan lengan.

Sebuah rumah
Sebuah rumah tertutup milik satu suku dan memiliki banyak kamar: jika jubah tersimpan di dalam rumah itu, maka seseorang harus berdiam di dalam rumah itu. Sebuah rumah terbuka milik satu suku dan memiliki banyak kamar: seseorang harus berdiam di dalam kamar di mana jubah itu tersimpan, atau tidak pergi dari kamar itu melebihi serentangan lengan.
Sebuah rumah tertutup milik banyak suku dan memiliki banyak kamar: jika jubah tersimpan di dalam sebuah kamar, maka seseorang harus berdiam di dalam kamar itu, atau di pintu utama, atau tidak pergi dari kedua itu melebihi serentangan lengan. Sebuah rumah terbuka milik banyak suku dan memiliki banyak kamar: seseorang harus berdiam di dalam kamar di mana jubah itu tersimpan, atau tidak pergi dari kamar itu melebihi serentangan lengan.

Sebuah gudang
Sebuah gudang tertutup milik satu suku dan memiliki banyak kamar: jika jubah tersimpan di dalam bangunan itu, maka seseorang harus berdiam di dalam bangunan itu. Sebuah gudang terbuka milik satu suku dan memiliki banyak kamar: seseorang harus berdiam di dalam kamar di mana jubah itu tersimpan, atau tidak pergi dari kamar itu melebihi serentangan lengan.
Sebuah gudang tertutup milik banyak suku dan memiliki banyak kamar: jika jubah tersimpan di dalam sebuah kamar, maka seseorang harus berdiam di dalam kamar itu, atau di pintu utama, atau tidak pergi dari kedua itu melebihi serentangan lengan. Sebuah gudang terbuka milik banyak suku dan memiliki banyak kamar: seseorang harus berdiam di dalam kamar di mana jubah itu tersimpan, atau tidak pergi dari kamar itu melebihi serentangan lengan.

Sebuah menara jaga
Sebuah menara jaga milik satu suku: jika jubah tersimpan di menara jaga itu, maka seseorang harus berdiam di dalam menara jaga itu.
Sebuah menara jaga milik banyak suku dan memiliki banyak kamar: seseorang harus berdiam di dalam kamar di mana jubah itu tersimpan, atau di pintu utama, atau tidak pergi dari keduanya melebihi serentangan lengan.

Sebuah rumah panggung
Sebuah rumah panggung milik satu suku: jika jubah tersimpan di dalam rumah panggung itu, maka seseorang harus berdiam di dalam rumah panggung itu.
Sebuah rumah panggung milik banyak suku dan memiliki banyak kamar: seseorang harus berdiam di dalam kamar di mana jubah itu tersimpan, atau di pintu utama, atau tidak pergi dari keduanya melebihi serentangan lengan.

Sebuah perahu
Sebuah perahu milik satu suku: jika jubah tersimpan di dalam perahu itu, maka seseorang harus berdiam di dalam perahu itu.
Sebuah perahu milik banyak suku dan memiliki banyak kamar: seseorang harus berdiam di dalam kamar di mana jubah itu tersimpan, atau tidak pergi dari kamar itu melebihi serentangan lengan.

Sebuah karavan
Sebuah karavan milik satu suku: jika jubah tersimpan di dalam karavan itu, maka seseorang tidak boleh pergi lebih dari 80 meter di depan atau di belakang karavan, dan tidak lebih dari 11 meter dari masing-masing sisi.
Sebuah karavan milik banyak suku: jika jubah tersimpan di dalam karavan itu, maka seseorang tidak boleh pergi dari karavan itu melebihi serentangan lengan.

Sepetak ladang
Sepetak ladang tertutup milik satu suku: jika jubah tersimpan di dalam ladang itu, maka seseorang harus berdiam di dalam ladang itu. Sebuah ladang terbuka milik satu suku: seseorang tidak boleh pergi dari jubah melebihi serentangan lengan.
Sebuah ladang tertutup milik banyak suku: jika jubah tersimpan di dalam ladang itu, maka seseorang harus berdiam di pintu gerbang menuju ladang, atau tidak pergi dari pintu gerbang atau jubah melebihi serentangan lengan. Sebuah ladang terbuka milik banyak suku: seseorang tidak boleh pergi dari jubah melebihi serentangan lengan.

Lantai penggilingan
Sepetak lantai penggilingan tertutup milik satu suku: jika jubah tersimpan di dalam lantai penggilingan itu, maka seseorang harus berdiam di dalam lantai penggilingan itu. Sebuah lantai penggilingan terbuka milik satu suku: seseorang tidak boleh pergi dari jubahnya melebihi serentangan lengan.
Sebuah lantai penggilingan tertutup milik banyak suku: jika jubah tersimpan di dalam lantai penggilingan itu, maka seseorang harus berdiam di pintu gerbang menuju lantai penggilingan, atau tidak pergi dari pintu gerbang atau jubah melebihi serentangan lengan. Sebuah lantai penggilingan terbuka milik banyak suku: seseorang tidak boleh pergi dari jubah melebihi serentangan lengan.

Sebuah vihara
Sebuah vihara tertutup milik satu suku: jika jubah tersimpan di dalam vihara itu, maka seseorang harus berdiam di dalam vihara itu. Sebuah vihara terbuka milik satu suku: seseorang tidak boleh pergi dari jubahnya melebihi serentangan lengan.
Sebuah vihara tertutup milik banyak suku: jika jubah tersimpan di dalam vihara itu, maka seseorang harus berdiam di pintu gerbang menuju vihara, atau tidak pergi dari pintu gerbang atau jubah melebihi serentangan lengan. Sebuah vihara terbuka milik banyak suku: seseorang tidak boleh pergi dari jubah melebihi serentangan lengan.

Sebuah tempat kediaman
Sebuah tempat kediaman tertutup milik satu suku: jika jubah tersimpan di dalam tempat kediaman itu, maka seseorang harus berdiam di dalam tempat kediaman itu. Sebuah tempat kediaman terbuka milik satu suku: seseorang harus berdiam di dalam tempat kediaman di mana jubah itu tersimpan, atau tidak pergi dari tempat kediaman itu melebihi serentangan lengan.
Sebuah tempat kediaman tertutup milik banyak suku: seseorang harus berdiam di dalam tempat kediaman di mana jubah itu tersimpan, atau di pintu gerbang menuju tempat kediaman, atau tidak pergi dari keduanya melebihi serentangan lengan. Sebuah tempat kediaman terbuka milik banyak suku: seseorang harus berdiam di dalam tempat kediaman di mana jubah itu tersimpan, atau tidak pergi dari tempat kediaman itu melebihi serentangan lengan.

Bawah pohon
Di bawah pohon milik satu suku: jika jubah disimpan di dalam area bayangan pohon siang hari, maka seseorang harus berdiam di dalam area tersebut.
Di bawah pohon milik banyak suku: seseorang tidak boleh pergi dari jubah melebihi serentangan lengan.

Ruang terbuka
Di ruang terbuka dengan satu akses: di area tidak berpenghuni, di hutan belantara, di area yang dibatasi lingkaran dengan radius 80 meter adalah satu akses. Di luar itu adalah banyak akses.

Jika ia telah berpisah dan ia menyadari bahwa ia telah berpisah, kecuali jika para bhikkhu telah menyetujui, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pelepasan dan pengakuan. Jika ia telah berpisah, tetapi ia tidak dapat memastikannya, kecuali para bhikkhu telah menyetujui, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pelepasan dan pengakuan. Jika ia telah berpisah, tetapi ia tidak menyadari bahwa ia telah berpisah, kecuali para bhikkhu telah menyetujui, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pelepasan dan pengakuan.

Jika jubah itu belum dilepaskan, tetapi ia menyadarinya sebagai sudah, kecuali jika para bhikkhu telah menyetujui, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pelepasan dan pengakuan. Jika jubah itu belum diberikan, tetapi ia menyadarinya sebagai sudah, kecuali jika para bhikkhu telah menyetujui, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pelepasan dan pengakuan. Jika jubah itu tidak hilang, tetapi ia menyadarinya sebagai hilang, kecuali jika para bhikkhu telah menyetujui, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pelepasan dan pengakuan. Jika jubah itu tidak rusak, tetapi ia menyadarinya sebagai rusak, kecuali jika para bhikkhu telah menyetujui, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pelepasan dan pengakuan. Jika jubah itu tidak terbakar, tetapi ia menyadarinya sebagai terbakar, kecuali jika para bhikkhu telah menyetujui, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pelepasan dan pengakuan. Jika jubah itu tidak dicuri, tetapi ia menyadarinya sebagai dicuri, kecuali jika para bhikkhu telah menyetujui, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pelepasan dan pengakuan.

Jika ia menggunakan jubah yang harus dilepaskan tanpa terlebih dulu melepaskannya, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika ia tidak berpisah, tetapi ia menyadarinya sebagai berpisah, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika ia tidak berpisah, tetapi ia tidak dapat memastikannya, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika ia tidak berpisah, dan ia menyadarinya sebagai tidak berpisah, maka tidak ada pelanggaran.

Tidak ada pelanggaran
Tidak ada pelanggaran: jika sebelum fajar jubah itu telah dilepaskan, diberikan, hilang, rusak, terbakar, dicuri, atau diambil atas dasar kepercayaan; jika telah mendapatkan izin dari para bhikkhu; jika ia gila; jika ia adalah pelaku pertama.

Aturan latihan tentang gudang, yang kedua, selesai.
Title: Nissaggiya Pācittiya 3
Post by: Indra on 15 September 2022, 10:50:19 AM
Koleksi Theravāda tentang Hukum Monastik
Aturan Kebhikkhuan dan Analisisnya
Bab tentang Pelepasan
Sub-bab tentang Jubah

Nissaggiya Pācittiya 3. Aturan Latihan Ketiga tentang Musim Jubah

Kisah Asal-mula

Pada suatu hari ketika Sang Buddha sedang menetap di Sāvatthī di Vihara Anāthapiṇḍika, seorang bhikkhu telah diberikan kain-jubah di luar musim jubah. Sewaktu ia sedang membuat jubah, ia menyadari bahwa kainnya tidak cukup. Sambil mengangkatnya, ia menghaluskannya berulang-ulang.

Sewaktu sedang berjalan-jalan di sekitar tempat-tempat kediaman, Sang Buddha melihat bhikkhu itu berbuat seperti ini. Beliau mendatanginya dan berkata, "Apakah yang sedang engkau lakukan, bhikkhu?"

"Yang Mulia, aku telah diberikan kain-jubah di luar musimnya, tetapi tidak cukup untuk membuat jubah. Itulah sebabnya mengapa aku mengangkatnya dan menghaluskannya berulang-ulang."

"Apakah engkau berharap untuk menerima lebih banyak kain?"

"Benar."

Segera setelah itu Sang Buddha membabarkan ajaran dan berkata kepada para bhikkhu: "Para bhikkhu, Aku memperbolehkan kalian untuk menyimpan kain-jubah-di-luar-musim jika kalian berharap untuk menerima lebih."

Ketika mereka mendengar hal ini, beberapa bhikkhu menyimpan kain-jubah-di-luar-musimnya selama lebih dari satu bulan, menyimpannya pada rak jubah dari bambu. Sewaktu sedang berjalan-jalan di sekitar tempat-tempat kediaman, Yang Mulia Ānanda melihat kain-jubah itu, dan ia bertanya kepada para bhikkhu, "Kain siapakah ini?"

"Ini adalah kain-jubah-di-luar-musim milik kami, yang kami simpan karena kami sedang mengharapkan lebih."

"Tetapi berapa lamakah kalian telah menyimpannya?"

"Lebih dari satu bulan."

Yang Mulia Ānanda mengeluhkan dan mengkritik mereka, "Bagaimana mungkin para bhikkhu ini menyimpan kain-jubah-di-luar-musimnya selama lebih dari satu bulan?"

Setelah menegur para bhikkhu ini dalam berbagai cara, Yang Mulia Ānanda memberitahu Sang Buddha. Segera setelah itu Sang Buddha mengumpulkan Sangha dan menanyai para bhikkhu itu: "Benarkah, para bhikkhu, bahwa ada bhikkhu-bhikkhu yang melakukan hal ini?"

"Benar, Yang Mulia."

Sang Buddha menegur mereka ... "Bagaimana mungkin orang-orang dungu itu dapat menyimpan kain-jubah-di-luar-musim selama lebih dari satu bulan? Hal ini akan mempengaruhi keyakinan orang-orang ..." ... "Dan, para bhikkhu, aturan latihan ini harus dibacakan sebagai berikut:

Aturan akhir

'Ketika jubahnya selesai dan musim jubah telah berakhir, jika kain-jubah-di-luar-musim diberikan kepada seorang bhikkhu, ia boleh menerimanya jika ia menginginkan. Jika ia menerimanya, maka ia harus segera membuatnya menjadi jubah. Jika tidak tersedia cukup kain, tetapi ia sedang mengharapkan lebih banyak, maka ia boleh menyimpannya selama paling lama satu bulan untuk memenuhi kekurangannya. Jika ia menyimpannya lebih dari itu, maka bahkan walaupun ia mengharapkan lebih banyak, ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pelepasan dan pengakuan.'"

Definisi

Ketika jubahnya selesai:

bhikkhu itu telah membuat jubah; atau kain-jubah itu hilang, rusak, atau terbakar; atau harapannya untuk menerima lebih banyak kain-jubah baru telah dikecewakan.

Musim jubah telah berakhir:

musim jubah berakhir menurut salah satu dari delapan kondisi atau Sangha mengakhirinya.

Kain-jubah-di-luar-musim:

bagi seorang yang tidak berpartisipasi dalam upacara membuat-jubah, ini adalah kain-jubah yang diberikan selama sebelas bulan. Bagi seorang yang berpartisipasi dalam upacara membuat-jubah, ini adalah kain-jubah yang diberikan selama tujuh bulan. Juga, jika diberikan dalam musim jubah, tetapi kain itu telah dialokasikan, ini disebut "kain-jubah-di-luar-musim."

Jika diberikan:

jika diberikan oleh suatu sangha, oleh suatu kelompok, oleh seorang kerabat, atau oleh seorang teman, atau jika itu adalah kain usang, atau jika ia memperolehnya melalui harta kekayaannya sendiri.

Jika ia menginginkan:

jika ia menginginkan, maka ia boleh menerimanya.

Jika ia menerimanya, maka ia harus segera membuatnya menjadi jubah:

harus dibuat dalam sepuluh hari.

Jika tidak tersedia cukup kain:

jika tidak ada cukup kain sewaktu jubah itu sedang dibuat.

Ia boleh menyimpannya selama paling lama satu bulan:

ia boleh menyimpannya maksimum selama satu bulan.

Untuk memenuhi kekurangan:

untuk tujuan menutup kekurangan.

Tetapi ia sedang mengharapkan lebih banyak:

ia sedang mengharapkan lebih dari suatu sangha, dari suatu kelompok, dari seorang kerabat, atau dari seorang teman, atau ia mengharapkan untuk menemukan kain usang, atau ia sedang mengharapkan untuk memperolehnya dengan harta kekayaannya sendiri.

Jika ia menyimpannya lebih lama dari itu, maka bahkan walaupun ia mengharapkan lebih banyak:

Jika ia diberikan kain-jubah tambahan pada hari yang sama dengan hari ia diberikan kain-jubah pertama, maka kain-jubah itu harus dibuat menjadi jubah dalam sepuluh hari. Jika ia diberikan kain-jubah tambahan pada satu hari setelah hari ia diberikan kain-jubah pertama, maka kain-jubah itu harus dibuat menjadi jubah dalam sepuluh hari. Jika ia diberikan kain-jubah tambahan pada dua hari setelah ... tiga hari setelah ... delapan belas hari setelah ... ... sembilan belas hari setelah hari ia diberikan kain-jubah pertama, maka kain-jubah itu harus dibuat menjadi jubah dalam sepuluh hari. Jika ia diberikan kain-jubah tambahan pada dua puluh hari setelah hari ia diberikan kain-jubah pertama, maka kain-jubah itu harus dibuat menjadi jubah dalam sembilan hari. Jika ia diberikan kain-jubah tambahan pada dua puluh satu hari setelah hari ia diberikan kain-jubah pertama, maka kain-jubah itu harus dibuat menjadi jubah dalam delapan hari. ... dua puluh dua hari setelah ... dua puluh tujuh hari setelah ... Jika ia diberikan kain-jubah tambahan pada dua puluh delapan hari setelah hari ia diberikan kain-jubah pertama, maka kain-jubah itu harus dibuat menjadi jubah dalam satu hari. Jika ia diberikan kain-jubah tambahan pada dua puluh sembilan hari setelah hari ia diberikan kain-jubah pertama, maka kain-jubah itu harus ditetapkan, dialokasikan untuk orang lain, atau diberikan pada hari itu juga. Jika ia tidak menetapkan, mengalokasikan untuk orang lain, atau memberikannya, maka kain-jubah itu harus dilepaskan pada fajar hari ketiga puluh.

Kain-jubah harus dilepaskan kepada suatu sangha, suatu kelompok, atau individu. "Dan, para bhikkhu, kain-jubah itu harus dilepaskan seperti berikut ini. (Diuraikan seperti pada Pelepasan 1, dengan penyesuaian seperlunya.)

"Para Mulia, kain-jubah-di-luar-musim ini, yang telah aku simpan selama lebih dari satu bulan, akan dilepaskan. Aku melepaskannya kepada Sangha.' ... Sangha harus mengembalikan ... kalian harus mengembalikan ... 'aku mengembalikan kain-jubah ini kepadamu.'"


Jika ia diberikan kain-jubah tambahan, tetapi berbeda dari kain-jubah pertama yang diberikan kepadanya, dan masih ada hari-hari tersisa, maka ia tidak perlu membuat jubah jika ia tidak menginginkan.

Permutasi

Jika lebih dari satu bulan dan ia menyadarinya sebagai lebih, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pelepasan dan pengakuan. Jika lebih dari satu bulan, tetapi ia tidak dapat memastikannya, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pelepasan dan pengakuan. Jika lebih dari satu bulan, tetapi ia menyadarinya sebagai kurang, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pelepasan dan pengakuan.

Jika belum ditetapkan, tetapi ia menyadarinya sebagai sudah, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pelepasan dan pengakuan. Jika belum dialokasikan untuk orang lain, tetapi ia menyadarinya sebagai sudah, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pelepasan dan pengakuan. Jika belum diberikan, tetapi ia menyadarinya sebagai sudah, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pelepasan dan pengakuan. Jika tidak hilang, tetapi ia menyadarinya sebagai hilang, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pelepasan dan pengakuan. Jika tidak rusak, tetapi ia menyadarinya sebagai rusak, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pelepasan dan pengakuan. Jika tidak terbakar, tetapi ia menyadarinya sebagai terbakar, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pelepasan dan pengakuan. Jika tidak dicuri, tetapi ia menyadarinya sebagai dicuri, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pelepasan dan pengakuan.

Jika ia menggunakan kain-jubah yang harus dilepaskan tanpa terlebih dulu melepaskannya, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika kurang dari satu bulan, tetapi ia menyadarinya sebagai lebih, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika kurang dari satu bulan, tetapi ia tidak dapat memastikannya, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika kurang dari satu bulan dan ia menyadarinya sebagai kurang, maka tidak ada pelanggaran.

Tidak ada pelanggaran

Tidak ada pelanggaran: jika dalam satu bulan telah ditetapkan, dialokasikan untuk orang lain, diberikan, hilang, rusak, terbakar, dicuri, atau diambil atas dasar kepercayaan; jika ia gila; jika ia adalah pelaku pertama.

Aturan latihan ketiga tentang musim jubah, yang ketiga, selesai.
Title: Nissaggiya Pācittiya 4
Post by: Indra on 15 September 2022, 10:50:45 AM
Koleksi Theravāda tentang Hukum Monastik
Aturan Kebhikkhuan dan Analisisnya
Bab tentang Pelepasan
Sub-bab tentang Jubah

Nissaggiya Pācittiya 4. Aturan Latihan tentang Jubah Bekas Pakai

Kisah Asal-mula

Pada suatu hari ketika Sang Buddha sedang menetap di Sāvatthī di Vihara Anāthapiṇḍika, mantan istri Yang Mulia Udāyī menjadi seorang bhikkhunī. Ia sering mengunjungi Udāyī, dan Udāyī juga sering mengunjunginya. Dan Udāyī berbagi makanan dengan bhikkhunī tersebut.

Suatu pagi Udāyī mengenakan jubah, membawa mangkuk dan jubah, dan mendatangi bhikkhunī itu. Kemudian ia membuka alat kelaminnya di hadapan bhikkhunī itu dan duduk di satu tempat duduk. Bhikkhunī itu juga membuka alat kelaminnya di hadapan Udāyī dan duduk di satu tempat duduk. Karena bernafsu melihat alat kelamin bhikkhunī itu, Udāyī mengeluarkan mani.

Kemudian ia berkata kepada bhikkhunī tersebut: "Saudari, ambilkan air. Aku hendak mencuci jubah."

"Serahkan kepadaku, Yang Mulia, aku akan mencucinya."

Kemudian ia memasukkan sedikit mani ke dalam mulutnya dan memasukkan sedikit ke dalam alat kelaminnya. Karena perbuatan itu ia menjadi hamil. Para bhikkhunī berkata, "Bhikkhunī ini tidak menghindari seks. Ia hamil."

Ia berkata, "Para Mulia, aku memang menghindari seks," dan ia memberitahukan kepada mereka apa yang telah terjadi.

Para bhikkhunī mengeluhkan dan mengkritik Udāyī, "Bagaimana mungkin Yang Mulia Udāyī menyuruh seorang bhikkhunī untuk mencuci jubah bekas pakainya?" Kemudian mereka memberitahu para bhikkhu. Para bhikkhu yang memiliki sedikit keinginan mengeluhkan dan mengkritiknya, "Bagaimana mungkin Yang Mulia Udāyī menyuruh seorang bhikkhunī untuk mencuci jubah bekas pakainya?"

Setelah menegurnya dalam berbagai cara, mereka memberitahu Sang Buddha. Segera setelah itu Sang Buddha mengumpulkan Sangha dan menanyai Udāyī: "Benarkah, Udāyī, bahwa engkau melakukan hal ini?"

"Benar, Yang Mulia."

"Apakah ia adalah kerabatmu?"

"Bukan."

"Orang dungu, seorang laki-laki dan seorang perempuan yang bukan kerabat tidak mengetahui apa yang selayaknya dan apa yang tidak selayaknya, apa yang menginspirasi dan apa yang tidak menginspirasi, dalam berurusan satu sama lain. Dan masih saja engkau melakukan hal ini. Hal ini akan mempengaruhi keyakinan orang-orang ..." ... "Dan, para bhikkhu, aturan latihan ini harus dibacakan sebagai berikut:

Aturan akhir

'Jika seorang bhikkhu menyuruh seorang bhikkhunī yang bukan kerabat, mencuci, mencelup, atau memukul jubah bekas pakai, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pelepasan dan pengakuan.'"

Definisi

Seorang:

siapa pun ...

Bhikkhu:

... Seorang bhikkhu yang telah diberikan penahbisan penuh oleh Sangha yang sepakat melalui prosedur sah yang terdiri dari satu usul dan tiga pengumuman yang tidak dapat dibatalkan dan lengkap—bhikkhu jenis inilah yang dimaksudkan dalam kasus ini.

Bukan kerabat:

siapa pun yang bukan keturunan dari leluhur laki-laki hingga delapan generasi sebelumnya, apakah dari pihak ibu atau dari pihak ayah.

Seorang bhikkhunī:

ia telah diberikan penahbisan penuh oleh kedua Sangha.

Jubah bekas pakai:

sarung atau jubah atas, bahkan yang dipakai hanya satu kali.

Jika ia menyuruh bhikkhunī itu untuk mencucinya, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Setelah dicuci, maka jubah itu harus dilepaskan. Jika ia menyuruhnya untuk mencelup, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Setelah dicelup, maka jubah itu harus dilepaskan. Jika ia menyuruhnya untuk memukul-mukulnya, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Ketika bhikkhunī itu memukulnya satu kali dengan tangannya atau dengan menggunakan alat, maka jubah itu harus dilepaskan.

Jubah itu harus dilepaskan kepada suatu sangha, suatu kelompok, atau individu. "Dan, para bhikkhu, jubah itu harus dilepaskan seperti berikut. (Diuraikan seperti pada Pelepasan 1, dengan penyesuaian seperlunya).

'Para Mulia, jubah bekas pakai ini, yang saya suruh seorang bhikkhunī yang bukan kerabat untuk mencucinya, hendak dilepaskan. Aku melepaskannya kepada Sangha.' ... Sangha harus mengembalikan ... kalian harus mengembalikan ... 'Aku mengembalikan jubah ini kepadamu.'"

Permutasi

Jika bhikkhunī tersebut bukan kerabat dan ia menyadarinya demikian, dan ia menyuruhnya mencuci jubah bekas pakai, maka ia melakukan satu pelanggaran yang mengharuskan pelepasan dan pengakuan. Jika bhikkhunī tersebut bukan kerabat dan ia menyadarinya demikian, dan ia menyuruhnya mencuci dan mencelup jubah bekas pakai, maka ia melakukan satu pelanggaran yang mengharuskan pelepasan dan satu pelanggaran perbuatan salah. Jika bhikkhunī tersebut bukan kerabat dan ia menyadarinya demikian, dan ia menyuruhnya mencuci dan memukul-mukul jubah bekas pakai, maka ia melakukan satu pelanggaran yang mengharuskan pelepasan dan satu pelanggaran perbuatan salah. Jika bhikkhunī tersebut bukan kerabat dan ia menyadarinya demikian, dan ia menyuruhnya mencuci, mencelup, dan memukul-mukul jubah bekas pakai, maka ia melakukan satu pelanggaran yang mengharuskan pelepasan dan dua pelanggaran perbuatan salah.

Jika bhikkhunī tersebut bukan kerabat dan ia menyadarinya demikian, dan ia menyuruhnya mencelup jubah bekas pakai, maka ia melakukan satu pelanggaran yang mengharuskan pelepasan dan pengakuan. Jika bhikkhunī tersebut bukan kerabat dan ia menyadarinya demikian, dan ia menyuruhnya mencelup dan memukul-mukul jubah bekas pakai, maka ia melakukan satu pelanggaran yang mengharuskan pelepasan dan satu pelanggaran perbuatan salah. Jika bhikkhunī tersebut bukan kerabat dan ia menyadarinya demikian, dan ia menyuruhnya mencelup dan mencuci jubah bekas pakai, maka ia melakukan satu pelanggaran yang mengharuskan pelepasan dan satu pelanggaran perbuatan salah. Jika bhikkhunī tersebut bukan kerabat dan ia menyadarinya demikian, dan ia menyuruhnya mencelup, memukul-mukul, dan mencuci jubah bekas pakai, maka ia melakukan satu pelanggaran yang mengharuskan pelepasan dan dua pelanggaran perbuatan salah.

Jika bhikkhunī tersebut bukan kerabat dan ia menyadarinya demikian, dan ia menyuruhnya memukul-mukul jubah bekas pakai, maka ia melakukan satu pelanggaran yang mengharuskan pelepasan dan pengakuan. Jika bhikkhunī tersebut bukan kerabat dan ia menyadarinya demikian, dan ia menyuruhnya memukul-mukul dan mencuci jubah bekas pakai, maka ia melakukan satu pelanggaran yang mengharuskan pelepasan dan satu pelanggaran perbuatan salah. Jika bhikkhunī tersebut bukan kerabat dan ia menyadarinya demikian, dan ia menyuruhnya memukul-mukul dan mencelup jubah bekas pakai, maka ia melakukan satu pelanggaran yang mengharuskan pelepasan dan satu pelanggaran perbuatan salah. Jika bhikkhunī tersebut bukan kerabat dan ia menyadarinya demikian, dan ia menyuruhnya memukul-mukul, mencuci, dan mencelup jubah bekas pakai, maka ia melakukan satu pelanggaran yang mengharuskan pelepasan dan dua pelanggaran perbuatan salah.

Jika bhikkhunī tersebut bukan kerabat, tetapi ia tidak dapat memastikannya ... Jika bhikkhunī tersebut bukan kerabat, tetapi ia menyadarinya sebagai kerabat ...

Jika ia menyuruhnya mencuci jubah bekas pakai milik orang lain, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika ia menyuruhnya mencuci alas duduk atau alas tidur, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika ia menyuruh seorang bhikkhunī yang sepenuhnya ditahbiskan hanya dari satu sisi, untuk mencuci, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah.

Jika bhikkhunī tersebut adalah kerabat, tetapi ia menyadarinya sebagai bukan kerabat, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika bhikkhunī tersebut adalah kerabat, tetapi ia tidak dapat memastikannya, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika bhikkhunī tersebut adalah kerabat dan ia menyadarinya demikian, maka tidak ada pelanggaran.

Tidak ada pelanggaran

Tidak ada pelanggaran: jika seorang bhikkhunī yang adalah kerabat melakukan pencucian dan seorang bhikkhunī yang bukan kerabat membantunya; jika seorang bhikkhunī mencuci tanpa diminta; jika bhikkhu itu menyuruh seorang bhikkhunī mencuci jubah yang belum dipakai; jika bhikkhu itu menyuruh seorang bhikkhuni mencuci benda kebutuhan apa pun selain jubah; jika itu adalah seorang bhikkhunī percobaan; jika itu adalah seorang sāmaṇerī; jika ia gila; jika ia adalah pelaku pertama.

Aturan latihan tentang jubah bekas pakai, yang keempat, selesai.
Title: Nissaggiya Pācittiya 5
Post by: Indra on 15 September 2022, 10:51:16 AM
Koleksi Theravāda tentang Hukum Monastik
Aturan Kebhikkhuan dan Analisisnya
Bab tentang Pelepasan
Sub-bab tentang Jubah

Nissaggiya Pācittiya 5. Aturan Latihan tentang Menerima Jubah

Kisah Asal-mula

Sub-kisah pertama

Pada suatu hari ketika Sang Buddha sedang menetap di Rājagaha di Hutan Bambu, bhikkhunī Uppalavaṇṇā sedang menetap di Sāvatthī. Suatu pagi ia mengenakan jubah, membawa mangkuk dan jubahnya, dan memasuki Sāvatthī untuk mengumpulkan dana makanan. Ketika ia telah menyelesaikan perjalanan mengumpulkan dana makanan itu dan telah memakan makanannya, ia pergi ke Hutan Orang Buta, di mana ia duduk di bawah sebatang pohon untuk bermeditasi siang.

Saat itu beberapa penjahat yang telah mencuri dan menjagal seekor sapi, sedang membawa dagingnya ke Hutan Orang Buta. Pemimpin penjahat itu melihat Uppalavaṇṇā yang sedang duduk di bawah pohon itu. Ia berpikir, "Jika putra-putraku dan adik-adikku melihat bhikkhunī ini, mereka akan mengganggunya," dan ia mengambil jalan lain. Segera setelah itu ketika daging telah dimasak, ia mengambil bagian terbaik, mengikatnya dengan pembungkus dari daun palem, menggantungnya di sebuah pohon tidak jauh dari Uppalavaṇṇā, dan berkata, "Petapa atau brahmana mana pun yang melihat pemberian ini, silakan ambil." Dan ia pergi.

Uppalavaṇṇā baru saja keluar dari keheningan ketika ia mendengar kepala penjahat itu mengucapkan pernyataan itu. Ia mengambil daging itu dan kembali ke tempat kediamannya. Keesokan paginya ia mempersiapkan daging itu dan membuatnya menjadi buntelan dengan jubah atasnya. Kemudian ia melayang ke angkasa dan turun di Hutan Bambu.

Ketika ia tiba, Sang Buddha telah memasuki sebuah desa untuk mengumpulkan dana makanan, tetapi Yang Mulia Udāyī ditinggal untuk menjaga tempat kediaman. Uppalavaṇṇā mendekati Udāyī dan berkata, "Yang Mulia, di manakah Sang Buddha?"

"Beliau memasuki desa untuk mengumpulkan dana makanan."

"Sudilah memberikan daging ini kepada Sang Buddha."

"Engkau akan menggembirakan Sang Buddha dengan daging ini. Jika engkau memberikan sarungmu kepadaku, engkau akan menggembirakan aku pula."

"Adalah sulit bagi para perempuan untuk memperoleh sokongan bahan-bahan, dan ini adalah satu dari lima jubahku. Aku tidak memiliki yang lainnya. Aku tidak bisa memberikannya."

"Saudari, seperti halnya seorang yang memberikan seekor gajah harus menghiasnya dengan sabuk pinggang, demikian pula engkau, ketika memberikan daging kepada Sang Buddha, harus menghias aku dengan sarungmu."

Karena didesak oleh Udāyī, Uppalavaṇṇā memberikan sarungnya kepada Udāyī dan kemudian kembali ke tempat kediamannya. Para bhikkhunī yang menerima mangkuk dan jubah Uppalavaṇṇā, menanyakan kepadanya di mana sarungnya. Dan ia memberitahu mereka apa yang telah terjadi. Para bhikkhunī mengeluhkan dan mengkritik Udāyī, "Bagaimana mungkin Yang Mulia Udāyī menerima jubah dari seorang bhikkhunī? Adalah sulit bagi para perempuan untuk memperoleh sokongan bahan-bahan."

Para bhikkhunī memberitahu para bhikkhu. Para bhikkhu yang memiliki sedikit keinginan mengeluhkan dan mengkritik Udāyī, "Bagaimana mungkin Yang Mulia Udāyī menerima jubah dari seorang bhikkhunī?"

Setelah menegurnya dalam berbagai cara, mereka memberitahu Sang Buddha. Segera setelah itu Sang Buddha mengumpulkan Sangha dan menanyai Udāyī: "Benarkah, Udāyī, bahwa engkau melakukan hal ini?"

"Benar, Yang Mulia."

"Apakah ia kerabatmu?"

"Bukan."

"Orang dungu, seorang laki-laki dan seorang perempuan yang bukan kerabat tidak mengetahui apa yang selayaknya dan apa yang tidak selayaknya, apa yang baik dan buruk, dalam berurusan satu sama lain. Dan masih saja engkau melakukan hal ini. Hal ini akan mempengaruhi keyakinan orang-orang ..." ... "Dan, para bhikkhu, aturan latihan ini harus dibacakan sebagai berikut:

Aturan awal

'Jika seorang bhikkhu menerima jubah secara langsung dari seorang bhikkhunī yang bukan kerabat, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pelepasan dan pengakuan.'"

Demikianlah Sang Buddha menetapkan aturan latihan ini untuk para bhikkhu.

Sub-kisah kedua

Kemudian, karena takut melakukaan perbuatan salah, para bhikkhu tidak menerima jubah dari para bhikkhunī walaupun dalam pertukaran. Para bhikkhunī mengeluhkan dan mengkritik mereka, "Bagaimana mungkin mereka tidak menerima jubah-jubah dari kami dalam pertukaran?"

Para bhikkhu mendengar kritikan para bhikkhunī itu dan mereka memberitahu Sang Buddha. Segera setelah itu Sang Buddha membabarkan ajaran dan berkata kepada para bhikkhu:

"Para bhikkhu, Aku memperbolehkan kalian untuk menerima benda-benda dalam pertukaran dengan lima jenis orang: para bhikkhu, para bhikkhunī, para bhikkhunī percobaan, para sāmaṇera, dan para sāmaṇerī.

Aturan akhir

'Jika seorang bhikkhu menerima jubah secara langsung dari seorang bhikkhunī yang bukan kerabat, kecuali dalam pertukaran, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pelepasan dan pengakuan.'"

Definisi

Seorang:

siapa pun ...

Bhikkhu:

... Seorang bhikkhu yang telah diberikan penahbisan penuh oleh Sangha yang sepakat melalui prosedur sah yang terdiri dari satu usul dan tiga pengumuman yang tidak dapat dibatalkan dan lengkap—bhikkhu jenis inilah yang dimaksudkan dalam kasus ini.

Bukan kerabat:

siapa pun yang bukan keturunan dari leluhur laki-laki hingga delapan generasi sebelumnya, apakah dari pihak ibu atau dari pihak ayah.

Seorang bhikkhunī:

ia telah diberikan penahbisan penuh oleh kedua Sangha.

Jubah:

salah satu dari enam jenis kain-jubah, tetapi tidak lebih kecil daripada apa yang dapat dialokasikan untuk orang lain.

Kecuali dalam pertukaran:

kecuali jika ada pertukaran.

Jika ia menerimanya, maka untuk usaha itu terjadi tindakan perbuatan salah. Ketika ia mendapatkan kain-jubah itu, maka itu harus dilepaskan.

Kain-jubah itu harus dilepaskan kepada suatu sangha, suatu kelompok, atau individu. "Dan, para bhikkhu, kain-jubah itu harus dilepaskan seperti berikut. (Diuraikan seperti pada Pelepasan 1, dengan penyesuaian seperlunya.)

'Para Mulia, kain-jubah ini, yang aku terima secara langsung dari seorang bhikkhu yang bukan kerabat tanpa apa pun sebagai pertukaran, akan dilepaskan. Aku melepaskannya kepada Sangha.' ... Sangha harus mengembalikan ... kalian harus mengembalikan ... 'Aku mengembalikan kain-jubah ini kepadamu.'"

Permutasi

Jika bhikkhunī tersebut bukan kerabat dan si bhikkhu menyadarinya demikian, dan ia menerima kain-jubah dari bhikkhunī tersebut, kecuali sebagai pertukaran, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pelepasan dan pengakuan. Jika bhikkhunī tersebut bukan kerabat, tetapi si bhikkhu tidak dapat memastikannya, dan ia menerima kain-jubah dari bhikkhunī tersebut, kecuali sebagai pertukaran, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pelepasan dan pengakuan. Jika bhikkhunī tersebut bukan kerabat, tetapi si bhikkhu menyadarinya sebagai kerabat, dan ia menerima kain-jubah dari bhikkhunī tersebut, kecuali sebagai pertukaran, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pelepasan dan pengakuan.

Jika si bhikkhu menerima kain-jubah dari seorang bhikkhunī yang sepenuhnya ditahbiskan hanya dari satu sisi, kecuali sebagai pertukaran, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika bhikkhunī tersebut adalah kerabat, tetapi ia menyadarinya sebagai bukan kerabat, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika bhikkhunī tersebut adalah kerabat, tetapi ia tidak dapat memastikannya, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika bhikkhunī tersebut adalah kerabat dan ia menyadarinya demikian, maka tidak ada pelanggaran.

Tidak ada pelanggaran

Tidak ada pelanggaran: jika bhikkhunī itu adalah kerabat; jika banyak ditukarkan dengan sedikit, atau sedikit ditukarkan dengan banyak; jika bhikkhu itu mengambilnya atas dasar kepercayaan; jika ia meminjamnya; jika ia menerima benda kebutuhan apa pun selain kain-jubah; jika itu adalah seorang bhikkhunī percobaan; jika itu adalah seorang sāmaṇerī; jika ia gila; jika ia adalah pelaku pertama.

Aturan latihan tentang menerima jubah, yang kelima, selesai.
Title: Nissaggiya Pācittiya 6
Post by: Indra on 15 September 2022, 10:51:44 AM
Koleksi Theravāda tentang Hukum Monastik
Aturan Kebhikkhuan dan Analisisnya
Bab tentang Pelepasan
Sub-bab tentang Jubah

Nissaggiya Pācittiya 6. Aturan Latihan tentang Meminta dari Bukan-Kerabat

Kisah Asal-mula

Sub-kisah pertama

Pada suatu ketika Sang Buddha sedang menetap di Sāvatthī di Hutan Jeta, Vihara Anāthapiṇḍika. Saat itu Yang Mulia Upananda orang Sakya mahir dalam mengajar. Suatu hari putra seorang pedagang kaya mendatangi Upananda, bersujud, dan duduk. Dan Upananda memberikan instruksi, menginspirasi, dan menggembirakannya dengan suatu ajaran. Setelah itu putra pedagang itu berkata kepada Upananda:

"Yang Mulia, beritahukanlah kepadaku apa yang engkau perlukan. Aku dapat memberikan kepadamu kain-jubah, makanan, tempat tinggal, dan obat-obatan."

"Jika engkau ingin memberiku sesuatu, berikanlah sehelai pakaianmu."

"Adalah memalukan, Yang Mulia, bagi seorang putra dari keluarga yang baik untuk berjalan hanya dengan mengenakan sehelai pakaian. Tunggulah hingga aku pulang. Aku akan memberikan kepadamu pakaian ini atau yang lebih bagus."

Untuk kedua kali dan untuk ketiga kalinya Upananda mengatakan hal yang sama kepada si putra pedagang, dan ia menerima jawaban yang sama. Kemudian ia berkata, "Apa gunanya menawarkan kepadaku jika engkau tidak ingin memberi?"

Karena didesak oleh Upananda, putra pedagang itu memberikan sehelai pakaiannya dan pergi. Orang-orang bertanya kepadanya mengapa ia bepergian dengan hanya sehelai pakaian, dan ia memberitahu mereka apa yang terjadi. Orang-orang mengeluhkan dan mengkritik Upananda, "Para monastik Sakya ini memiliki banyak keinginan. Mereka tidak puas. Bahkan untuk memberikan penawaran wajar tidaklah mudah. Bagaimana mungkin mereka mengambil pakaiannya ketika putra pedagang itu membuat penawaran yang wajar?"

Para bhikkhu mendengar keluhan orang-orang itu, dan para bhikkhu yang memiliki sedikit keinginan mengeluhkan dan mengkritik Upananda, "Bagaimana mungkin Yang Mulia Upananda meminta sehelai jubah dari si putra pedagang?"

Setelah menegurnya dalam berbagai cara, mereka memberitahu Sang Buddha. Segera setelah itu Sang Buddha mengumpulkan Sangha dan menanyai Upananda: "Benarkah, Upananda, bahwa engkau melakukan hal ini?"

"Benar, Yang Mulia."

"Apakah ia kerabatmu?"

"Bukan."

"Orang dungu, orang-orang yang bukan kerabat tidak mengetahui apa yang selayaknya dan apa yang tidak selayaknya, apa yang baik dan buruk, dalam berurusan satu sama lain. Dan masih saja engkau melakukan hal ini. Hal ini akan mempengaruhi keyakinan orang-orang ..." ... "Dan, para bhikkhu, aturan latihan ini harus dibacakan sebagai berikut:

Aturan awal

'Jika seorang bhikkhu meminta sehelai jubah dari seorang perumah tangga laki-laki atau perempuan yang bukan kerabat, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pelepasan dan pengakuan.'"

Demikianlah Sang Buddha menetapkan aturan latihan ini untuk para bhikkhu.

Sub-kisah kedua

Tidak lama kemudian sejumlah bhikkhu yang sedang melakukan perjalanan dari Sāketa menuju Sāvatthī dirampok oleh para perampok. Mengetahui bahwa Sang Buddha telah menetapkan aturan latihan ini dan karena takut melakukan kesalahan, mereka tidak meminta jubah. Sebagai akibatnya, mereka berjalan telanjang menuju Sāvatthī, di mana mereka bersujud kepada para bhikkhu. Para bhikkhu di sana berkata, "Para petapa Ājīvaka ini adalah orang-orang baik, melihat mereka bersujud kepada para bhikkhu."

"Kami bukan Ājīvaka! Kami adalah para bhikkhu!"

Para bhikkhu meminta Yang Mulia Upāli untuk memeriksa mereka.

Ketika para bhikkhu telanjang itu memberitahunya tentang apa yang telah terjadi, Upāli berkata kepada para bhikkhu, "Mereka adalah para bhikkhu. Berikanlah mereka jubah."

Para bhikkhu yang memiliki sedikit keinginan mengeluhkan dan mengkritik mereka, "Bagaimana mungkin para bhikkhu bepergian telanjang? Tidakkah seharusnya mereka menutup dengan rerumputan dan dedaunan?"

Setelah menegur para bhikkhu itu dalam berbagai cara, mereka memberitahu Sang Buddha. Segera setelah itu Sang Buddha membabarkan ajaran dan berkata kepada para bhikkhu:

"Para bhikkhu, jika jubah seorang bhikkhu dicuri atau hilang, Aku memperbolehkannya untuk meminta jubah dari perumah tangga yang bukan kerabat. Pada vihara pertama di mana ia sampai, jika Sangha memiliki sehelai jubah vihara, selembar alas tempat tidur, alas lantai, atau penutup tempat tidur, maka ia harus mengambil itu dan mengenakannya, dengan berpikir, 'Ketika aku memperoleh jubah, aku akan mengembalikannya.' Jika tidak ada benda-benda ini, ia harus menutup dengan rerumputan dan dedaunan sebelum melanjutkan perjalanan. Ia tidak boleh bepergian sambil telanjang. Jika ia melakukan itu, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah.

Dan, para bhikkhu, aturan latihan ini harus dibacakan seperti berikut ini:

Aturan akhir

'Jika seorang bhikkhu meminta jubah dari perumah tangga laki-laki atau perempuan yang bukan kerabat, kecuali pada situasi yang diperbolehkan, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pelepasan dan pengakuan. Berikut ini adalah situasi yang diperbolehkan: jubahnya dicuri atau jubahnya hilang.'"

Definisi:

Seorang:

siapa pun ...

Bhikkhu:

... Seorang bhikkhu yang telah diberikan penahbisan penuh oleh Sangha yang sepakat melalui prosedur sah yang terdiri dari satu usul dan tiga pengumuman yang tidak dapat dibatalkan dan lengkap—bhikkhu jenis inilah yang dimaksudkan dalam kasus ini.

Bukan kerabat:

siapa pun yang bukan keturunan dari leluhur laki-laki hingga delapan generasi sebelumnya, apakah dari pihak ibu atau dari pihak ayah.

Perumah tangga laki-laki:

laki-laki mana pun yang hidup di rumah.

Perumah tangga perempuan:

perempuan mana pun yang hidup di rumah.

Jubah:

salah satu dari enam jenis kain-jubah, tetapi tidak lebih kecil daripada apa yang dapat dialokasikan untuk orang lain.

Kecuali pada situasi yang diperbolehkan:

kecuali pada situasi yang diperbolehkan.

Jubahnya dicuri:

jubah seorang bhikkhu diambil oleh raja-raja, penjahat, perampok, atau siapa pun.

Jubahnya hilang:

jubah seorang bhikkhu terbakar, hanyut oleh air, dimakan tikus atau rayap, atau usang karena pemakaian.

Jika ia meminta, kecuali pada situasi yang diperbolehkan, maka untuk usaha itu terjadi tindakan pelanggaran perbuatan salah. Ketika ia mendapatkan jubah, maka jubah itu harus dilepaskan.

Kain-jubah itu harus dilepaskan kepada suatu sangha, suatu kelompok, atau individu. "Dan, para bhikkhu, kain-jubah itu harus dilepaskan seperti berikut. (Diuraikan seperti pada Pelepasan 1, dengan penyesuaian seperlunya.)

'Para Mulia, kain-jubah ini, yang aku terima setelah meminta dari seorang perumah tangga bukan kerabat, tetapi bukan pada situasi yang diperbolehkan, akan dilepaskan. Aku melepaskannya kepada Sangha.' ... Sangha harus mengembalikan ... kalian harus mengembalikan ... 'Aku mengembalikan kain-jubah ini kepadamu.'"

Permutasi

Jika orang itu bukan kerabat dan si bhikkhu menyadarinya demikian, dan ia meminta kain-jubah darinya, kecuali pada situasi yang diperbolehkan, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pelepasan dan pengakuan. Jika orang itu bukan kerabat, tetapi si bhikkhu tidak dapat memastikannya, dan ia meminta kain-jubah darinya, kecuali pada situasi yang diperbolehkan, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pelepasan dan pengakuan. Jika orang itu bukan kerabat, tetapi si bhikkhu menyadarinya sebagai kerabat, dan ia meminta kain-jubah darinya, kecuali pada situasi yang diperbolehkan, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pelepasan dan pengakuan.

Jika orang itu adalah kerabat, tetapi si bhikkhu menyadarinya sebagai bukan kerabat, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika orang itu adalah kerabat, tetapi si bhikkhu tidak dapat memastikannya, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika orang itu adalah kerabat dan si bhikkhu menyadarinya demikian, maka tidak ada pelanggaran.

Tidak ada pelanggaran

Tidak ada pelanggaran: jika itu adalah situasi yang diperbolehkan; jika ia meminta dari kerabat; jika ia meminta dari mereka yang telah menawarkan; jika ia meminta untuk orang lain; jika itu diperoleh dari harta kekayaannya sendiri; jika ia gila; jika ia adalah pelaku pertama.

Aturan latihan tentang meminta dari bukan-kerabat, yang keenam, selesai.
Title: Nissaggiya Pācittiya 7
Post by: Indra on 15 September 2022, 10:52:12 AM
Koleksi Theravāda tentang Hukum Monastik
Aturan Kebhikkhuan dan Analisisnya
Bab tentang Pelepasan
Sub-bab tentang Jubah

Nissaggiya Pācittiya 7. Aturan Latihan tentang Lebih dari Itu

Kisah Asal-mula

Pada suatu hari ketika Sang Buddha sedang menetap di Sāvatthī di Vihara Anāthapiṇḍika, para bhikkhu dari kelompok enam berkata kepada para bhikkhu yang jubahnya telah dicuri, "Sang Buddha telah memperbolehkan seorang bhikkhu yang jubahnya telah dicuri atau hilang untuk meminta jubah dari perumah tangga yang bukan kerabat. Kalian harus meminta jubah."

"Tidak perlu. Kami sudah mendapatkan."

"Kami akan memintanya untukmu."

"Lakukanlah sesukamu."

Kemudian para bhikkhu dari kelompok enam mendatangi para perumah tangga dan berkata, "Para bhikkhu yang jubahnya dicuri telah tiba. Sudilah memberi mereka jubah." Dan mereka meminta banyak jubah.

Segera setelah itu di aula pertemuan publik, seseorang berkata kepada orang lainnya, "Tuan, para bhikkhu yang jubahnya dicuri telah tiba. Aku telah memberi jubah kepada mereka."

Yang lainnya menjawab, "Aku juga." Dan yang lainnya lagi mengatakan hal serupa.

Mereka mengeluhkan dan mengkritik para bhikkhu itu, "Bagaimana mungkin para monastik Sakya meminta banyak jubah tanpa berkecukupan? Apakah mereka akan berdagang kain atau membuka toko?"

Para bhikkhu mendengar keluhan orang-orang itu, dan para bhikkhu yang memiliki sedikit keinginan mengeluhkan dan mengkritik para bhikkhu itu, "Bagaimana mungkin para bhikkhu dari kelompok enam meminta banyak jubah tanpa berkecukupan?"

Setelah menegur para bhikkhu itu dalam berbagai cara, mereka memberitahu Sang Buddha. Segera setelah itu Sang Buddha mengumpulkan Sangha dan menanyai para bhikkhu itu: "Benarkah, para bhikkhu, bahwa kalian melakukan hal ini?"

"Benar, Yang Mulia."

Sang Buddha menegur mereka ... "Orang-orang dungu, bagaimana mungkin kalian melakukan hal ini. Hal ini akan mempengaruhi keyakinan orang-orang ..." ... "Dan, para bhikkhu, aturan latihan ini harus dibacakan sebagai berikut:

Aturan akhir

'Jika seorang perumah tangga laki-laki atau perempuan yang bukan kerabat, mengundang bhikkhu itu untuk mengambil banyak jubah, maka ia boleh menerima paling banyak satu sarung dan satu jubah atas. Jika ia menerima lebih dari itu, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pelepasan dan pengakuan.'"

Definisi

Bhikkhu itu:

bhikkhu yang jubahnya dicuri.

Bukan kerabat:

siapa pun yang bukan keturunan dari leluhur laki-laki hingga delapan generasi sebelumnya, apakah dari pihak ibu atau dari pihak ayah.

Perumah tangga laki-laki:

laki-laki mana pun yang hidup di rumah.

Perumah tangga perempuan:

perempuan mana pun yang hidup di rumah.

Banyak jubah:

jubah dalam jumlah banyak.

Mengundang untuk mengambil:

mengatakan, "Ambillah sebanyak yang engkau inginkan."

Ia boleh menerima paling banyak satu sarung dan satu jubah atas:

jika tiga jubah hilang, maka ia boleh menerima dua; jika dua jubah hilang, maka ia boleh menerima satu; jika satu jubah hilang, ia tidak boleh menerima sama sekali.

Jika ia menerima lebih dari itu:

jika ia meminta lebih dari itu, maka untuk usaha itu terjadi pelanggaran perbuatan salah. Ketika ia mendapatkan jubahnya, maka jubah itu harus dilepaskan.

Jubah itu harus dilepaskan kepada suatu sangha, suatu kelompok, atau individu. "Dan, para bhikkhu, jubah itu harus dilepaskan seperti berikut. (Diuraikan seperti pada Pelepasan 1, dengan penyesuaian seperlunya.)

'Para Mulia, jubah ini, yang aku terima setelah meminta terlalu banyak dari seorang perumah tangga bukan kerabat, akan dilepaskan. Aku melepaskannya kepada Sangha.' ... Sangha harus mengembalikan ... kalian harus mengembalikan ... 'Aku mengembalikan jubah ini kepadamu.'"

Permutasi

Jika orang itu bukan kerabat dan si bhikkhu menyadarinya demikian, dan ia meminta terlalu banyak jubah darinya, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pelepasan dan pengakuan. Jika orang itu bukan kerabat, tetapi si bhikkhu tidak dapat memastikannya, dan ia meminta terlalu banyak jubah darinya, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pelepasan dan pengakuan. Jika orang itu bukan kerabat, tetapi si bhikkhu menyadarinya sebagai kerabat, dan ia meminta terlalu banyak jubah darinya, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pelepasan dan pengakuan.

Jika orang itu adalah kerabat, tetapi si bhikkhu menyadarinya sebagai bukan kerabat, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika orang itu adalah kerabat, tetapi si bhikkhu tidak dapat memastikannya, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika orang itu adalah kerabat dan si bhikkhu menyadarinya demikian, maka tidak ada pelanggaran.

Tidak ada pelanggaran

Tidak ada pelanggaran: jika ia mengambil terlalu banyak, tetapi dengan maksud untuk mengembalikan sisanya; jika mereka memberikan, dengan mengatakan, "Sisanya untukmu;" jika mereka memberikan, tetapi bukan karena jubahnya dicuri; jika mereka memberikan, tetapi bukan karena jubahnya hilang; jika itu dari kerabat; jika itu dari mereka yang telah memberikan undangan; jika itu diperoleh dari harta kekayaannya sendiri; jika ia gila; jika ia adalah pelaku pertama.

Aturan latihan tentang lebih dari itu, yang ketujuh, selesai.
Title: Nissaggiya Pācittiya 8
Post by: Indra on 15 September 2022, 10:52:41 AM
Koleksi Theravāda tentang Hukum Monastik
Aturan Kebhikkhuan dan Analisisnya
Bab tentang Pelepasan
Sub-bab tentang Jubah

Nissaggiya Pācittiya 8. Aturan Latihan tentang Apa yang Disisihkan

Kisah Asal-mula

Pada suatu hari ketika Sang Buddha sedang menetap di Sāvatthī di Vihara Anāthapiṇḍika, seseorang berkata kepada istrinya, "Aku hendak memberikan kain-jubah kepada Yang Mulia Upananda."

Seorang bhikkhu pengumpul dana mendengar orang itu mengucapkan hal itu. Kemudian ia mendatangi Upananda orang Sakya dan berkata, "Upananda, engkau memiliki jasa yang besar. Di tempat itu aku mendengar seseorang berkata kepada istrinya bahwa ia hendak memberimu kain-jubah."

"Ia adalah penyokongku."

Kemudian Upananda mendatangi orang itu dan berkata, "Benarkah bahwa engkau hendak memberiku kain-jubah?"

"Benar, itu adalah apa yang kupikirkan."

"Kalau begitu, berikan aku kain-jubah seperti ini. Karena apa gunanya memberikan kain-jubah yang tidak akan kupakai?"

Orang itu mengeluhkan dan mengkritiknya, "Para monastik Sakya ini memiliki banyak keinginan. Mereka tidak mengenal puas. Tidaklah mudah untuk memberikan kain-jubah kepada mereka. Bagaimana mungkin Yang Mulia Upananda mendatangiku dan mengatakan jenis kain-jubah yang ia inginkan tanpa terlebih dulu diundang olehku untuk meminta?"

Para bhikkhu mendengar keluhan orang itu, dan para bhikkhu yang memiliki sedikit keinginan mengeluhkan dan mengkritiknya, "Bagaimana mungkin Yang Mulia Upananda mendatangi seorang perumah tangga dan mengatakan jenis kain-jubah yang ia inginkan tanpa terlebih dulu diundang untuk meminta?"

Segera menegurnya dalam berbagai cara, mereka memberitahu Sang Buddha. Segera setelah itu Sang Buddha mengumpulkan Sangha dan menanyai Upananda: "Benarkah, Upananda, bahwa engkau melakukan hal ini?"

"Benar, Yang Mulia."

"Apakah ia adalah kerabatmu?"

"Bukan."

 "Orang dungu, orang-orang yang bukan kerabat tidak mengetahui apa yang selayaknya dan apa yang tidak selayaknya, apa yang baik dan buruk, dalam berurusan satu sama lain. Dan masih saja engkau melakukan hal ini. Hal ini akan mempengaruhi keyakinan orang-orang ..." ... "Dan, para bhikkhu, aturan latihan ini harus dibacakan sebagai berikut:

Aturan akhir

'Jika seorang perumah tangga laki-laki atau perempuan telah menyisihkan dana jubah untuk seorang bhikkhu yang bukan kerabat, dengan berpikir, "Dengan dana jubah ini aku akan membelikan kain-jubah dan memberikannya kepada bhikkhu itu;" dan jika bhikkhu itu, tanpa terlebih dulu diundang, mendatangi mereka dan menentukan jenis kain-jubah yang ia inginkan, dengan mengatakan, "Baik sekali jika engkau menggunakan dana jubah ini untuk membelikan kain-jubah jenis itu dan kemudian memberikannya kepadaku," dan ia melakukan itu karena ia menginginkan sesuatu yang bagus, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pelepasan dan pengakuan.'"

Definisi

Untuk seorang bhikkhu:

untuk manfaat seorang bhikkhu; dengan menjadikan seorang bhikkhu sebagai objek pertimbangan, ia ingin memberikan kepadanya.

Bukan kerabat:

Siapa pun yang bukan keturunan dari leluhur laki-laki hingga delapan generasi sebelumnya, apakah dari pihak ibu atau dari pihak ayah.

Perumah tangga laki-laki:

laki-laki mana pun yang hidup di rumah.

Perumah tangga perempuan:

perempuan mana pun yang hidup di rumah.

Dana jubah:

uang, emas, mutiara, permata, koral, kristal, kain, benang, atau wol katun.

Dengan dana jubah ini:

dengan apa yang ia miliki.

Aku akan membelikan:

setelah menukar.

Aku akan memberikan:

aku akan menyumbangkan.

Jika bhikkhu itu:

bhikkhu yang kepadanya dana jubah telah disisihkan.

Tanpa terlebih dulu diundang:

ia belum mengatakan sebelumnya: "Yang Mulia, jenis kain-jubah apakah yang engkau perlukan? Jenis kain-jubah apakah yang dapat kubelikan untukmu?"

Mendatangi mereka:

setelah pergi ke rumah mereka atau setelah pergi ke mana pun.

Menentukan jenis kain-jubah yang ia inginkan:

mohon buat yang panjang atau lebar atau ditenun rapat atau lembut.

Dana jubah ini:

yang ia miliki.

Jenis itu:

panjang atau lebar atau ditenun rapat atau lembut.

Untuk membeli:

setelah menukar.

Memberikan:

menyumbangkan.

Karena ia menginginkan sesuatu yang bagus:

menginginkan sesuatu yang baik, menginginkan sesuatu yang mahal.

Jika umat awam itu membelikan kain-jubah yang panjang, lebar, ditenun rapat, atau lembut karena ucapan bhikkhu itu, maka untuk usaha itu terjadi pelanggaran perbuatan salah. Ketika ia mendapatkan kain-jubah itu, maka itu harus dilepaskan.

Kain-jubah itu harus dilepaskan kepada suatu sangha, suatu kelompok, atau individu. "Dan, para bhikkhu, kain-jubah itu harus dilepaskan seperti berikut. (Diuraikan seperti pada Pelepasan 1, dengan penyesuaian seperlunya.)

'Para Mulia, kain-jubah ini, yang aku terima setelah mendatangi seorang perumah tangga bukan kerabat dan mengatakan jenis kain-jubah apa yang aku inginkan tanpa terlebih dulu diundang, akan dilepaskan. Aku melepaskannya kepada Sangha.' ... Sangha harus mengembalikan ... kalian harus mengembalikan ... 'Aku mengembalikan kain-jubah ini kepadamu.'"

Permutasi

Jika orang itu bukan kerabat dan si bhikkhu menyadarinya demikian, dan tanpa terlebih dulu diundang, ia mendatangi mereka dan menentukan jenis kain-jubah yang ia inginkan, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pelepasan dan pengakuan. Jika orang itu bukan kerabat, tetapi si bhikkhu tidak dapat memastikannya, dan tanpa terlebih dulu diundang, ia mendatangi mereka dan menentukan jenis kain-jubah yang ia inginkan, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pelepasan dan pengakuan. Jika orang itu bukan kerabat, tetapi si bhikkhu menyadarinya sebagai kerabat, dan tanpa terlebih dulu diundang, ia mendatangi mereka dan menentukan jenis kain-jubah yang ia inginkan, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pelepasan dan pengakuan.

Jika orang itu adalah kerabat, tetapi si bhikkhu menyadarinya sebagai bukan kerabat, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika orang itu adalah kerabat, tetapi si bhikkhu tidak dapat memastikannya, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika orang itu adalah kerabat dan si bhikkhu menyadarinya demikian, maka tidak ada pelanggaran.

Tidak ada pelanggaran

Tidak ada pelanggaran: jika itu adalah dari kerabat; jika itu adalah dari mereka yang telah menyampaikan undangan; jika itu adalah untuk orang lain; jika itu diperoleh dari harta kekayaannya sendiri; jika si perumah tangga ingin membeli sesuatu yang mahal, tetapi bhikkhu itu menyuruh mereka membeli sesuatu yang murah; jika ia gila; jika ia adalah pelaku pertama.

Aturan latihan tentang apa yang disisihkan, yang kedelapan, selesai.
Title: Nissaggiya Pācittiya 9
Post by: Indra on 15 September 2022, 10:53:06 AM
Koleksi Theravāda tentang Hukum Monastik
Aturan Kebhikkhuan dan Analisisnya
Bab tentang Pelepasan
Sub-bab tentang Jubah

Nissaggiya Pācittiya 9. Aturan Latihan Kedua tentang Apa yang Disisihkan

Kisah Asal-mula

Pada suatu hari ketika Sang Buddha sedang menetap di Sāvatthī di Vihara Anāthapiṇḍika, seseorang berkata kepada orang lainnya, "Aku hendak memberikan kain-jubah kepada Yang Mulia Upananda." Dan orang lainnya menjawab, "Aku juga."

Seorang bhikkhu pengumpul dana mendengar percakapan itu. Kemudian ia mendatangi Upananda orang Sakya dan berkata, "Upananda, engkau memiliki jasa yang besar. Di tempat itu aku mendengar dua orang berbicara bahwa mereka masing-masing hendak memberimu kain-jubah."

"Mereka adalah penyokongku."

Kemudian Upananda mendatangi orang-orang itu dan berkata, "Benarkah bahwa kalian hendak memberiku kain-jubah?"

"Benar, itu adalah apa yang kami pikirkan."

"Kalau begitu, berikan aku kain-jubah seperti ini. Karena apa gunanya memberikan kain-jubah yang tidak akan kupakai?"

Orang-orang itu mengeluhkan dan mengkritiknya, "Para monastik Sakya ini memiliki banyak keinginan. Mereka tidak mengenal puas. Tidaklah mudah untuk memberikan kain-jubah kepada mereka. Bagaimana mungkin Yang Mulia Upananda mendatangi kami dan mengatakan jenis kain-jubah yang ia inginkan tanpa terlebih dulu diundang oleh kami untuk meminta?"

Para bhikkhu mendengar keluhan orang-orang itu, dan para bhikkhu yang memiliki sedikit keinginan mengeluhkan dan mengkritiknya, "Bagaimana mungkin Yang Mulia Upananda mendatangi para perumah tangga dan mengatakan jenis kain-jubah yang ia inginkan tanpa terlebih dulu diundang untuk meminta?"

Setelah menegurnya dalam berbagai cara, mereka memberitahu Sang Buddha. Segera setelah itu Sang Buddha mengumpulkan Sangha dan menanyai Upananda: "Benarkah, Upananda, bahwa engkau melakukan hal ini?"

"Benar, Yang Mulia."

"Apakah mereka adalah kerabatmu?"

"Bukan."

 "Orang dungu, orang-orang yang bukan kerabat tidak mengetahui apa yang selayaknya dan apa yang tidak selayaknya, apa yang baik dan buruk, dalam berurusan satu sama lain. Dan masih saja engkau melakukan hal ini. Hal ini akan mempengaruhi keyakinan orang-orang ..." ... "Dan, para bhikkhu, aturan latihan ini harus dibacakan sebagai berikut:

Aturan akhir

'Jika dua perumah tangga laki-laki atau perempuan telah menyisihkan dana jubah terpisah untuk seorang bhikkhu yang bukan kerabat, dengan berpikir, "Dengan dana jubah terpisah ini, kami akan membelikan kain-jubah dan memberikannya kepada bhikkhu itu;" dan jika bhikkhu itu, tanpa terlebih dulu diundang, mendatangi mereka dan menentukan jenis kain-jubah yang ia inginkan, dengan mengatakan, "Baik sekali jika engkau menggabungkan dana jubah terpisah ini untuk secara bersama membelikan kain-jubah jenis itu dan kemudian memberikannya kepadaku," dan ia melakukan itu karena ia menginginkan sesuatu yang bagus, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pelepasan dan pengakuan.'"

Definisi

Untuk seorang bhikkhu:

untuk manfaat seorang bhikkhu; dengan menjadikan seorang bhikkhu sebagai objek pertimbangan, mereka ingin memberikan kepadanya.

Dua:

sepasang.

Bukan kerabat:

siapa pun yang bukan keturunan dari leluhur laki-laki hingga delapan generasi sebelumnya, apakah dari pihak ibu atau dari pihak ayah.

Perumah tangga laki-laki:

laki-laki mana pun yang hidup di rumah.

Perumah tangga perempuan:

perempuan mana pun yang hidup di rumah.

Dana jubah:

uang, emas, mutiara, permata, koral, kristal, kain, benang, atau wol katun.

Dengan dana jubah terpisah ini:

dengan apa yang mereka miliki.

Kami akan membelikan:

setelah menukar.

Kami akan memberikan:

kami akan menyumbangkan.

Jika bhikkhu itu:

bhikkhu yang kepadanya dana jubah telah disisihkan.

Tanpa terlebih dulu diundang:

mereka belum mengatakan sebelumnya: "Yang Mulia, jenis kain-jubah apakah yang engkau perlukan? Jenis kain-jubah apakah yang dapat kami belikan untukmu?"

Mendatangi mereka:

setelah pergi ke rumah mereka atau setelah pergi ke mana pun.

Menentukan jenis kain-jubah yang ia inginkan:

mohon buat yang panjang atau lebar atau ditenun rapat atau lembut.

Dana jubah terpisah ini:

yang mereka miliki.

Jenis itu:

panjang atau lebar atau ditenun rapat atau lembut.

Untuk membeli:

setelah menukar.

Memberikan:

menyumbangkan.

Menggabungkan secara bersama:

dua orang menyediakan satu kain-jubah untuknya.

Karena ia menginginkan sesuatu yang bagus:

menginginkan sesuatu yang baik, menginginkan sesuatu yang mahal.

Jika para perumah tangga itu membelikan kain-jubah yang panjang, lebar, ditenun rapat, atau lembut karena ucapan bhikkhu itu, maka untuk usaha itu terjadi pelanggaran perbuatan salah. Ketika ia mendapatkan kain-jubah itu, maka itu harus dilepaskan.

Jubah itu harus dilepaskan kepada suatu sangha, suatu kelompok, atau individu. "Dan, para bhikkhu, jubah itu harus dilepaskan seperti berikut. (Diuraikan seperti pada Pelepasan 1, dengan penyesuaian seperlunya.)

'Para Mulia, kain-jubah ini, yang aku terima setelah mendatangi para perumah tangga bukan kerabat dan mengatakan jenis kain-jubah apa yang aku inginkan tanpa terlebih dulu diundang, akan dilepaskan. Aku melepaskannya kepada Sangha.' ... Sangha harus mengembalikan ... kalian harus mengembalikan ... 'Aku mengembalikan kain-jubah ini kepadamu.'"

Permutasi

Jika para perumah tangga itu bukan kerabat dan si bhikkhu menyadarinya demikian, dan tanpa terlebih dulu diundang, ia mendatangi mereka dan menentukan jenis kain-jubah yang ia inginkan, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pelepasan dan pengakuan. Jika para perumah tangga itu bukan kerabat, tetapi si bhikkhu tidak dapat memastikannya, dan tanpa terlebih dulu diundang, ia mendatangi mereka dan menentukan jenis kain-jubah yang ia inginkan, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pelepasan dan pengakuan. Jika para perumah tangga itu bukan kerabat, tetapi si bhikkhu menyadarinya sebagai kerabat, dan tanpa terlebih dulu diundang, ia mendatangi mereka dan menentukan jenis kain-jubah yang ia inginkan, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pelepasan dan pengakuan.

Jika para perumah tangga itu adalah kerabat, tetapi si bhikkhu menyadarinya sebagai bukan kerabat, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika para perumah tangga itu adalah kerabat, tetapi si bhikkhu tidak dapat memastikannya, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika para perumah tangga itu adalah kerabat dan si bhikkhu menyadarinya demikian, maka tidak ada pelanggaran.

Tidak ada pelanggaran

Tidak ada pelanggaran: jika itu adalah dari kerabat; jika itu adalah dari mereka yang telah menyampaikan undangan; jika itu adalah untuk orang lain; jika itu diperoleh dari harta kekayaannya sendiri; jika para perumah tangga ingin membeli sesuatu yang mahal, tetapi bhikkhu itu menyuruh mereka membeli sesuatu yang murah; jika ia gila; jika ia adalah pelaku pertama.

Aturan latihan kedua tentang apa yang disisihkan, yang kesembilan, selesai.
Title: Nissaggiya Pācittiya 10
Post by: Indra on 15 September 2022, 10:53:43 AM
Koleksi Theravāda tentang Hukum Monastik
Aturan Kebhikkhuan dan Analisisnya
Bab tentang Pelepasan
Sub-bab tentang Jubah

Nissaggiya Pācittiya 10. Aturan Latihan tentang Raja-Raja

Kisah Asal-mula

Pada suatu ketika Sang Buddha sedang menetap di Sāvatthī di Hutan Jeta, Vihara Anāthapiṇḍika. Pada saat itu seorang pejabat negara adalah penyokong Yang Mulia Upananda orang Sakya. Suatu hari pejabat itu mengirimkan dana jubah melalui seorang utusan, dengan mengatakan, "Belikan kain-jubah dengan dana ini dan berikan kepada Yang mulia Upananda."

Utusan itu mendatangi Upananda dan berkata, "Yang Mulia, aku membawakan dana jubah untukmu. Silakan diterima."

"Kami tidak menerima dana jubah, tetapi kami menerima kain-jubah yang diperbolehkan pada waktu yang diperbolehkan."

"Adakah orang yang menyediakan pelayanan bagimu?"

Saat itu seorang umat awam datang ke vihara untuk suatu urusan. Upananda memberitahu si utusan, "Umat awam ini menyediakan pelayanan bagi para bhikkhu."

Utusan itu memberikan instruksi kepada si umat awam dan kemudian kembali kepada Upananda, dengan mengatakan, "Aku telah memberikan instruksi kepada umat awam yang engkau tunjuk. Silakan mendatanginya pada waktu yang diperbolehkan dan ia akan memberimu kain-jubah."

Beberapa lama kemudian si pejabat negara mengirim pesan kepada Upananda, yang mengatakan, "Sudilah menggunakan kain-jubah itu. Aku ingin engkau menggunakan kain-jubah itu." Tetapi Upananda tidak menjawab. Pejabat negara itu mengirim pesan yang sama untuk kedua kalinya, tetapi sekali lagi Upananda tidak menjawab. Kemudian si pejabat negara mengirim pesan untuk ketiga kalinya.

Pada saat itu perkumpulan perumah tangga sepakat bahwa siapa pun yang terlambat menghadiri pertemuan akan didenda lima puluh keping uang. Dan saat itu mereka sedang mengadakan pertemuan. Saat itu pula Upananda mendatangi umat awam itu dan berkata, "Aku menginginkan kain-jubah."

"Sudilah menunggu satu hari, Yang Mulia, karena hari ini ada pertemuan perkumpulan perumah tangga. Mereka telah membuat kesepakatan bahwa siapa pun yang datang terlambat akan didenda lima puluh keping uang."

Dengan berkata, "Berikan kain-jubah kepadaku hari ini," ia menangkapnya pada sabuknya.

Karena didesak oleh Upananda, umat awam itu membelikan kain-jubah untuknya, dan sebagai akibatnya ia terlambat menghadiri pertemuan. Orang-orang bertanya kepadanya, "Tuan, mengapa engkau terlambat? Engkau baru saja kehilangan lima puluh keping uang."

Ketika umat awam itu memberitahu mereka apa yang terjadi, mereka mengeluhkan dan mengkritik Upananda, "Para monastik Sakya ini memiliki banyak keinginan. Mereka tidak mengenal puas. Tidaklah mudah untuk memberikan pelayanan kepada mereka. Bagaimana mungkin Yang Mulia Upananda tidak menerima ketika diminta oleh seorang umat awam untuk menunggu selama satu hari?"

Para bhikkhu mendengar keluhan orang-orang itu, dan para bhikkhu yang memiliki sedikit keinginan mengeluhkan dan mengkritiknya, "Bagaimana mungkin Yang Mulia Upananda tidak menerima ketika diminta oleh seorang umat awam untuk menunggu selama satu hari?"

Setelah menegurnya dalam berbagai cara, mereka memberitahu Sang Buddha. Segera setelah itu Sang Buddha mengumpulkan Sangha dan menanyai Upananda: "Benarkah, Upananda, bahwa engkau melakukan hal ini?"

"Benar, Yang Mulia."

Sang Buddha menegurnya ... "Orang dungu, bagaimana mungkin engkau melakukan hal ini. Hal ini akan mempengaruhi keyakinan orang-orang ..." ... "Dan, para bhikkhu, aturan latihan ini harus dibacakan sebagai berikut:
Aturan akhir

'Jika seorang raja, seorang pembantu raja, seorang brahmana, atau seorang perumah tangga mengirimkan dana jubah untuk seorang bhikkhu melalui seorang utusan, dengan mengatakan, "Belikan kain-jubah dengan dana jubah ini dan berikan kepada bhikkhu itu," dan si utusan mendatangi bhikkhu itu dan berkata, "Yang Mulia, aku membawakan dana jubah untukmu. Silakan menerimanya," kemudian bhikkhu itu menjawab, 'Kami tidak menerima dana jubah, tetapi kami menerima kain-jubah yang diperbolehkan pada waktu yang diperbolehkan.' Jika si utusan mengatakan, "Adakah orang yang menyediakan pelayanan bagimu?" Bhikkhu itu, jika ia membutuhkan kain-jubah, harus menunjuk seorang pekerja vihara atau seorang umat awam dan berkata, "Ia menyediakan pelayanan bagi para bhikkhu." Jika si utusan memberikan instruksi kepada si penyedia pelayanan dan kemudian kembali kepada bhikkhu tersebut, dengan mengatakan, "Yang Mulia, aku telah memberikan instruksi kepada penyedia pelayanan yang engkau tunjuk. Silakan mendatanginya pada waktu yang diperbolehkan dan ia akan memberimu kain-jubah." Kemudian, jika bhikkhu itu memerlukan kain-jubah, ia boleh mendatangi penyedia pelayanan dan mendesak dan mengingatkannya dua atau tiga kali, dengan mengatakan, "Aku memerlukan kain-jubah." Jika ia kemudian mendapatkan kain-jubah, maka itu baik. Jika ia tidak mendapatkannya, maka ia boleh berdiri diam untuk itu maksimal sebanyak enam kali. Jika ia kemudian mendapatkan kain-jubah, maka itu baik. Jika ia melakukan usaha lebih jauh dan kemudian mendapatkan kain-jubah, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pelepasan dan pengakuan. Jika ia tidak mendapatkan kain-jubah, maka ia harus mendatangi pemilik dana jubah itu, atau mengirim pesan, yang mengatakan, "Bhikkhu itu tidak menerima manfaat apa pun dari dana jubah yang engkau kirim untuknya. Silakan mengambil kembali apa yang menjadi milikmu, atau dana jubah itu akan lenyap." Ini adalah prosedur yang benar.'"

Definisi

Untuk seorang bhikkhu:

untuk manfaat seorang bhikkhu; dengan menjadikan seorang bhikkhu sebagai objek pertimbangan, seseorang ingin memberikan kepadanya.

Seorang raja:

siapa pun yang berkuasa.

Seorang pembantu raja:

siapa pun yang memperoleh makanan dan upah dari seorang raja.

Seorang brahmana:

brahmana melalui kelahiran.

Seorang perumah tangga:

siapa pun selain raja, pembantu raja, dan brahmana.

Dana jubah:

uang, emas, mutiara, atau permata.

Dengan dana jubah ini:

dengan apa yang dimiliki seseorang.

Membeli:

setelah menukar.

Memberikan:

menyumbangkan.

Dan utusan itu mendatangi bhikkhu itu dan berkata, "Yang Mulia, aku telah membawakan dana jubah untukmu. Silakan diterima," kemudian bhikkhu itu harus menjawab, "Kami tidak menerima dana jubah, tetapi kami menerima kain-jubah yang diperbolehkan pada waktu yang diperbolehkan." Jika utusan itu mengatakan, "Adakah orang yang menyediakan pelayanan bagimu?" Bhikkhu itu, jika ia membutuhkan kain-jubah, harus menunjuk seorang pekerja vihara atau seorang umat awam dan berkata, "Ia menyediakan pelayanan bagi para bhikkhu":

Ia tidak boleh mengatakan, "Berikan kepadanya," "Ia akan menyimpannya," "Ia akan melakukan pertukaran," "Ia akan membelikan."

Jika si utusan memberikan instruksi kepada si penyedia pelayanan dan kemudian kembali kepada bhikkhu tersebut dan mengatakan, "Yang Mulia, aku telah memberikan instruksi kepada penyedia pelayanan yang engkau tunjuk. Silakan mendatanginya pada waktu yang diperbolehkan dan ia akan memberimu kain-jubah." Kemudian, jika bhikkhu itu memerlukan kain-jubah, ia boleh mendatangi penyedia pelayanan dan mendesak dan mengingatkannya dua atau tiga kali, dengan mengatakan, "Aku memerlukan kain-jubah":

Ia tidak boleh mengatakan, "Berikan aku kain-jubah," "Dapatkan kain-jubah untukku," "Lakukan pertukaran untuk mendapatkan kain-jubah untukku," "Belikan aku kain-jubah."

Ia harus mengatakannya untuk kedua kali dan ketiga kalinya.

Jika ia mendapatkannya, maka itu baik. Jika ia tidak mendapatkannya, ia harus pergi ke sana dan berdiri diam untuk itu.

Ia tidak boleh duduk di tempat duduk. Ia tidak boleh menerima makanan. Ia tidak boleh membabarkan ajaran. Jika ia ditanya, "Mengapa engkau datang?" ia harus menjawab, "Pikirkanlah." Jika ia duduk di tempat duduk, atau ia menerima makanan, atau ia membabarkan suatu ajaran, maka ia kehilangan satu kesempatan untuk berdiri.

Ia boleh berdiri untuk kedua kali dan ketiga kalinya. Jika ia mendesak empat kali, ia dapat berdiri empat kali. Jika ia mendesak lima kali, ia dapat berdiri dua kali. Jika ia mendesak enam kali, maka ia tidak dapat berdiri sama sekali.

Jika ia melakukan usaha lebih jauh dan kemudian kain-jubah muncul,

maka untuk usaha itu terjadi tindakan perbuatan salah. Ketika ia mendapatkan kain-jubah, maka itu harus dilepaskan.

Kain-jubah itu harus dilepaskan kepada suatu sangha, suatu kelompok, atau individu. "Dan, para bhikkhu, jubah itu harus dilepaskan seperti berikut. ... (Diuraikan seperti pada Pelepasan 1, dengan penyesuaian seperlunya.)

'Para Mulia, kain-jubah ini, yang aku terima setelah mendesak lebih dari tiga kali dan berdiri lebih dari enam kali, akan dilepaskan. Aku melepaskannya kepada Sangha.' ... Sangha harus mengembalikan ... kalian harus mengembalikan ... 'Aku mengembalikan kain-jubah ini kepadamu.'"

Jika ia tidak mendapatkan kain-jubah, maka ia harus mendatangi pemilik dana jubah itu, atau mengirim pesan, yang mengatakan, "Bhikkhu itu tidak menerima manfaat apa pun dari dana jubah yang engkau kirim untuknya. Silakan mengambil kembali apa yang menjadi milikmu, atau dana jubah itu akan lenyap."

Ini adalah prosedur yang benar:

ini adalah metode yang benar.

Permutasi

Jika ia mendesak lebih dari tiga kali dan berdiri lebih dari enam kali, dan ia menyadarinya sebagai lebih, dan ia mendapatkan kain-jubah, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pelepasan dan pengakuan. Jika ia mendesak lebih dari tiga kali dan berdiri lebih dari enam kali, tetapi ia tidak dapat memastikannya, dan ia mendapatkan kain-jubah, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pelepasan dan pengakuan. Jika ia mendesak lebih dari tiga kali dan berdiri lebih dari enam kali, tetapi ia menyadarinya sebagai kurang, dan ia mendapatkan kain-jubah, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pelepasan dan pengakuan.

Jika ia mendesak kurang dari tiga kali dan berdiri kurang dari enam kali, tetapi ia menyadarinya sebagai lebih, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika ia mendesak kurang dari tiga kali dan berdiri kurang dari enam kali, tetapi ia tidak dapat memastikannya, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika ia mendesak kurang dari tiga kali dan berdiri kurang dari enam kali, dan ia menyadarinya sebagai kurang, maka tidak ada pelanggaran.

Tidak ada pelanggaran

Tidak ada pelanggaran: jika ia mendesak tiga kali dan berdiri enam kali; jika ia mendesak kurang dari tiga kali dan berdiri kurang dari enam kali; jika diberikan tanpa didesak; jika pemiliknya mendesak dan kemudian diberikan; jika ia gila; jika ia adalah pelaku pertama.

Aturan latihan tentang raja-raja, yang kesepuluh, selesai.

SUB-BAB PERTAMA TENTANG MUSIM JUBAH SELESAI.

Berikut ini adalah rangkumannya:
"Tiga tentang musim jubah yang berakhir,
Dan mencuci, menerima;
Tiga dari mereka yang tidak ada hubungan kerabat,
Keduanya, dan dengan utusan."
Title: Nissaggiya Pācittiya 11
Post by: Indra on 15 September 2022, 10:54:12 AM
Koleksi Theravāda tentang Hukum Monastik
Aturan Kebhikkhuan dan Analisisnya
Bab tentang Pelepasan
Sub-bab tentang Sutra

Nissaggiya Pācittiya 11. Aturan Latihan tentang Sutra

Kisah Asal-mula

Pada suatu hari ketika Sang Buddha sedang menetap di Āḷavī di Altar Aggāḷava, para bhikkhu dari kelompok enam mendatangi para pembuat sutra dan berkata, "Mohon rebus sekumpulan ulat sutra dan berikan kami sutra. Kami ingin membuat selimut yang mengandung sutra." Para pembuat sutra mengeluhkan dan mengkritik mereka, "Bagaimana mungkin para monastik Sakya datang dan mengatakan hal demikian kepada kami? Adalah kemalangan bagi kami bahwa kami harus membunuh makhluk-makhluk kecil itu karena penghidupan kami dan karena istri-istri dan anak-anak kami."

Para bhikkhu mendengar keluhan para pembuat sutra tersebut, dan para bhikkhu yang memiliki sedikit keinginan mengeluhkan dan mengkritik para bhikkhu itu, "Bagaimana mungkin para bhikkhu dari kelompok enam mendatangi para pembuat sutra dan mengatakan hal demikian?"

Setelah menegur mereka dalam berbagai cara, mereka memberitahu Sang Buddha. Segera setelah itu Sang Buddha mengumpulkan Sangha dan menanyai para bhikkhu itu: "Benarkah, para bhikkhu, bahwa kalian melakukan hal ini?"

"Benar, Yang Mulia."

Sang Buddha menegur mereka ... "Orang-orang dungu, bagaimana mungkin kalian dapat melakukan hal ini? Hal ini akan mempengaruhi keyakinan orang-orang ..." ... "Dan, para bhikkhu, aturan latihan ini harus dibacakan sebagai berikut:

Aturan akhir

'Jika seorang bhikkhu membuat selimut yang mengandung sutra, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pelepasan dan pengakuan.'"

Definisi

Seorang:

siapa pun ...

Bhikkhu:

... Seorang bhikkhu yang telah diberikan penahbisan penuh oleh Sangha yang sepakat melalui prosedur sah yang terdiri dari satu usul dan tiga pengumuman yang tidak dapat dibatalkan dan lengkap—bhikkhu jenis inilah yang dimaksudkan dalam kasus ini.

Selimut:

ini yang dibuat dengan cara menaburkan, bukan dengan menenun.

Membuat:

Jika ia membuat selimut yang mengandung bahkan satu helai benang sutra, atau ia menyuruh membuat, maka untuk usaha itu terjadi tindakan perbuatan salah. Ketika ia mendapatkan selimut itu, maka itu harus dilepaskan.

Selimut itu harus dilepaskan kepada suatu sangha, suatu kelompok, atau individu. "Dan, para bhikkhu, selimut itu harus dilepaskan seperti berikut. (Diuraikan seperti pada Pelepasan 1, dengan penyesuaian seperlunya.)

'Para Mulia, selimut ini yang mengandung sutra, yang kubuat, akan dilepaskan. Aku melepaskannya kepada Sangha.' ... Sangha harus mengembalikan ... kalian harus mengembalikan ... 'Aku mengembalikan selimut ini kepadamu.'"

Permutasi

Jika ia menyelesaikan apa yang ia mulai sendiri, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pelepasan dan pengakuan. Jika ia menyuruh orang lain menyelesaikan apa yang ia mulai sendiri, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pelepasan dan pengakuan. Jika ia menyelesaikan sendiri apa yang dimulai orang lain, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pelepasan dan pengakuan. Jika ia menyuruh orang lain menyelesaikan apa yang dimulai orang lain, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pelepasan dan pengakuan.

Jika ia membuat, atau menyuruh orang lain membuat, untuk orang lain, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika ia mendapatkan apa yang dibuat orang lain dan kemudian menggunakannya, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah.

Tidak ada pelanggaran

Tidak ada pelanggaran: jika ia membuat sebuah kanopi, penutup lantai, tirai kain, matras, atau bantal; jika ia gila; jika ia adalah pelaku pertama.

Aturan latihan tentang sutra, yang pertama, selesai.



Title: Nissaggiya Pācittiya 12
Post by: Indra on 15 September 2022, 10:54:58 AM
Koleksi Theravāda tentang Hukum Monastik
Aturan Kebhikkhuan dan Analisisnya
Bab tentang Pelepasan
Sub-bab tentang Sutra

Nissaggiya Pācittiya 12. Aturan Latihan tentang Seluruhnya Hitam

Kisah Asal-mula

Pada suatu hari ketika Sang Buddha sedang menetap di aula beratap lancip di Hutan Besar di dekat Vesālī, para bhikkhu dari kelompok enam membuat selimut yang terbuat seluruhnya dari wol hitam. Orang-orang yang sedang berjalan-jalan di sekitar tempat-tempat kediaman mengeluhkan dan mengkritik mereka, "Bagaimana mungkin para monastik Sakya ini membuat selimut yang terbuat seluruhnya dari wol hitam? Mereka seperti para perumah tangga yang menikmati kenikmatan duniawi!"

Para bhikkhu mendengar keluhan orang-orang tersebut, dan para bhikkhu yang memiliki sedikit keinginan mengeluhkan dan mengkritik para bhikkhu itu, "Bagaimana mungkin para bhikkhu dari kelompok enam membuat selimut yang terbuat seluruhnya dari wol hitam?"

Setelah menegur mereka dalam berbagai cara, mereka memberitahu Sang Buddha. Segera setelah itu Sang Buddha mengumpulkan Sangha dan menanyai para bhikkhu itu: "Benarkah, para bhikkhu, bahwa kalian melakukan hal ini?"

"Benar, Yang Mulia."

Sang Buddha menegur mereka ... "Orang-orang dungu, bagaimana mungkin kalian dapat melakukan hal ini? Hal ini akan mempengaruhi keyakinan orang-orang ..." ... "Dan, para bhikkhu, aturan latihan ini harus dibacakan sebagai berikut:

Aturan akhir

'Jika seorang bhikkhu membuat selimut yang terbuat seluruhnya dari wol hitam, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pelepasan dan pengakuan.'"

Definisi

Seorang:

siapa pun ...

Bhikkhu:

... Seorang bhikkhu yang telah diberikan penahbisan penuh oleh Sangha yang sepakat melalui prosedur sah yang terdiri dari satu usul dan tiga pengumuman yang tidak dapat dibatalkan dan lengkap—bhikkhu jenis inilah yang dimaksudkan dalam kasus ini.

Hitam:

ada dua jenis hitam: hitam alami dan hitam celupan.

Selimut:

ini yang dibuat dengan cara menaburkan, bukan dengan menenun.

Membuat:

Jika ia membuat selimut, atau menyuruh membuat, maka untuk usaha itu terjadi tindakan perbuatan salah. Ketika ia mendapatkan selimut itu, maka itu harus dilepaskan.

Selimut itu harus dilepaskan kepada suatu sangha, suatu kelompok, atau individu. "Dan, para bhikkhu, selimut itu harus dilepaskan seperti berikut. (Diuraikan seperti pada Pelepasan 1, dengan penyesuaian seperlunya.)

'Para Mulia, selimut ini, yang kubuat seluruhnya dari wol hitam, akan dilepaskan. Aku melepaskannya kepada Sangha.' ... Sangha harus mengembalikan ... kalian harus mengembalikan ... 'Aku mengembalikan selimut ini kepadamu.'"

Permutasi

Jika ia menyelesaikan apa yang ia mulai sendiri, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pelepasan dan pengakuan. Jika ia menyuruh orang lain menyelesaikan apa yang ia mulai sendiri, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pelepasan dan pengakuan. Jika ia menyelesaikan sendiri apa yang dimulai orang lain, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pelepasan dan pengakuan. Jika ia menyuruh orang lain menyelesaikan apa yang dimulai orang lain, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pelepasan dan pengakuan.

Jika ia membuat, atau menyuruh orang lain membuatkan, untuk orang lain, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika ia mendapatkan apa yang dibuat orang lain dan menggunakannya, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah.

Tidak ada pelanggaran

Tidak ada pelanggaran: jika ia membuat kanopi, penutup lantai, tirai kain, matras, atau bantal; jika ia gila; jika ia adalah pelaku pertama.

Aturan latihan tentang seluruhnya hitam, yang kedua, selesai.
Title: Nissaggiya Pācittiya 13
Post by: Indra on 15 September 2022, 10:55:35 AM
Koleksi Theravāda tentang Hukum Monastik
Aturan Kebhikkhuan dan Analisisnya
Bab tentang Pelepasan
Sub-bab tentang Sutra

Nissaggiya Pācittiya 13. Aturan Latihan tentang Dua Bagian


Kisah Asal-mula

Pada suatu ketika Sang Buddha sedang menetap di Sāvatthī di Hutan Jeta, Vihara Anāthapiṇḍika. Pada saat itu para bhikkhu dari kelompok enam, mengetahui bahwa Sang Buddha telah melarang membuat selimut yang terbuat seluruhnya dari wol hitam, menambahkan hanya sedikit warna putih pada tepinya. Dengan cara ini mereka membuat selimut yang terbuat seluruhnya dari wol hitam. Para bhikkhu yang memiliki sedikit keinginan mengeluhkan dan mengkritik mereka, "Bagaimana mungkin para bhikkhu dari kelompok enam melakukan hal ini?"

Setelah menegur mereka dalam berbagai cara, mereka memberitahu Sang Buddha. Segera setelah itu Sang Buddha mengumpulkan Sangha dan menanyai para bhikkhu itu: "Benarkah, para bhikkhu, bahwa kalian melakukan hal ini?"

"Benar, Yang Mulia."

Sang Buddha menegur mereka ... "Orang-orang dungu, bagaimana mungkin kalian dapat melakukan hal ini? Hal ini akan mempengaruhi keyakinan orang-orang ..." ... "Dan, para bhikkhu, aturan latihan ini harus dibacakan sebagai berikut:

Aturan akhir

'Jika seorang bhikkhu membuat selimut baru, ia harus menggunakan dua bagian dari keseluruhan wol hitam, bagian ketiga putih, dan bagian keempat cokelat. Jika ia membuat selimut baru tanpa menggunakan dua bagian dari keseluruhan wol hitam, bagian ketiga putih, dan bagian keempat cokelat, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pelepasan dan pengakuan.'"

Definisi

Baru:

yang dimaksudkan adalah baru dibuat.

Selimut:

ini yang dibuat dengan cara menaburkan, bukan dengan menenun.

Membuat:

membuatnya sendiri atau menyuruh untuk membuatkan.

Ia harus menggunakan dua bagian dari keseluruhan wol hitam:

setelah menimbangnya, ia harus menggunakan dua bagian.

Bagian ketiga putih:

satu bagian putih.

Bagian keempat cokelat:

satu bagian cokelat.

Tanpa menggunakan dua bagian dari keseluruhan wol hitam, bagian ketiga putih, dan bagian keempat cokelat:

Jia ia membuatnya, atau menyuruh membuatkan, tanpa menggunakan dua bagian dari keseluruhan wol hitam, satu bagian putih, dan satu bagian cokelat, maka untuk usaha itu terjadi tindakan perbuatan salah. Jika ia mendapatkan selimut itu, maka itu harus dilepaskan.

Selimut itu harus dilepaskan kepada suatu sangha, suatu kelompok, atau individu. "Dan, para bhikkhu, selimut itu harus dilepaskan seperti berikut. (Diuraikan seperti pada Pelepasan 1, dengan penyesuaian seperlunya.)

'Para Mulia, selimut ini, yang kubuat tanpa menggunakan dua bagian dari keseluruhan wol hitam, satu bagian putih, dan satu bagian cokelat, akan dilepaskan. Aku melepaskannya kepada Sangha.' ... Sangha harus mengembalikan ... kalian harus mengembalikan ... 'Aku mengembalikan selimut ini kepadamu.'"

Permutasi

Jika ia menyelesaikan apa yang ia mulai sendiri, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pelepasan dan pengakuan. Jika ia menyuruh orang lain menyelesaikan apa yang ia mulai sendiri, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pelepasan dan pengakuan. Jika ia menyelesaikan sendiri apa yang dimulai orang lain, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pelepasan dan pengakuan. Jika ia menyuruh orang lain menyelesaikan apa yang dimulai orang lain, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pelepasan dan pengakuan.

Jika ia membuat, atau menyuruh orang lain membuat, untuk orang lain, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika ia mendapatkan apa yang dibuat orang lain dan kemudian menggunakannya, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah.

Tidak ada pelanggaran

Tidak ada pelanggaran: jika ia membuatnya menggunakan satu bagian putih dan satu bagian cokelat; jika ia membuatnya menggunakan lebih dari satu bagian putih dan lebih dari satu bagian cokelat; jika ia membuatnya hanya menggunakan putih dan cokelat; jika ia membuat sebuah kanopi, penutup lantai, tirai kain, matras, atau bantal; jika ia gila; jika ia adalah pelaku pertama.

Aturan latihan tentang dua bagian, yang ketiga, selesai.
Title: Nissaggiya Pācittiya 14
Post by: Indra on 15 September 2022, 10:56:08 AM
Koleksi Theravāda tentang Hukum Monastik
Aturan Kebhikkhuan dan Analisisnya
Bab tentang Pelepasan
Sub-bab tentang Sutra

Nissaggiya Pācittiya 14. Aturan Latihan tentang Enam Tahun

Kisah Asal-mula

Sub-kisah pertama

Pada suatu ketika Sang Buddha sedang menetap di Sāvatthī, di Hutan Jeta, Vihara Anāthapiṇḍika. Pada saat itu para bhikkhu sedang membuat selimut-selimut yang dibuat setiap tahun. Mereka terus-menerus mengemis dan meminta, "Mohon berikan wol! Kami memerlukan wol!" Orang-orang mengeluhkan dan mengkritik mereka, "Bagaimana mungkin para monastik Sakya membuat selimut setiap tahun, dengan mengemis dan meminta, 'Mohon berikan wol! Kami memerlukan wol!'? Kami hanya membuat selimut untuk diri kami sendiri setiap lima atau enam tahun, walaupun anak-anak kami mengompolinya dan tikus-tikus menggigitnya."

Para bhikkhu mendengar keluhan orang-orang itu, dan para bhikkhu yang memiliki sedikit keinginan mengeluhkan dan mengkritik mereka, "Bagaimana mungkin para bhikkhu itu melakukan hal ini?"

Setelah menegur mereka dalam berbagai cara, mereka memberitahu Sang Buddha. Segera setelah itu Sang Buddha mengumpulkan Sangha dan menanyai para bhikkhu itu: "Benarkah, para bhikkhu, bahwa kalian melakukan hal ini?"

"Benar, Yang Mulia."

Sang Buddha menegur mereka, "Bagaimana mungkin orang-orang dungu ini dapat melakukan hal ini? Hal ini akan mempengaruhi keyakinan orang-orang ..." ... "Dan, para bhikkhu, aturan latihan ini harus dibacakan sebagai berikut:

Aturan awal

'Jika seorang bhikkhu membuat selimut baru, ia harus menyimpannya selama enam tahun. Apakah selimut itu telah diberikan atau tidak, jika ia membuat selimut baru dalam kurang dari enam tahun, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pelepasan dan pengakuan.'"

Demikianlah Sang Buddha menetapkan aturan latihan ini untuk para bhikkhu.

Sub-kisah kedua

Pada suatu ketika seorang bhikkhu di Kosambī jatuh sakit. Sanak-saudaranya mengirim pesan, yang mengatakan, "Pulanglah, Yang Mulia, kami akan merawatmu." Para bhikkhu mendesaknya untuk pergi, tetapi ia berkata, "Sang Buddha telah menetapkan aturan latihan bahwa seorang bhikkhu yang telah membuat selimut baru harus menyimpannya selama enam tahun. Sekarang karena aku sakit, maka aku tidak dapat melakukan perjalanan dengan selimutku. Dan karena aku tidak nyaman tanpa selimut itu, maka aku tidak dapat pergi."
Mereka memberitahu Sang Buddha.

Segera setelah itu Sang Buddha membabarkan ajaran dan berkata kepada para bhikkhu:

"Para bhikkhu, aku memperbolehkan kalian untuk memberikan izin selimut kepada seorang bhikkhu yang sakit.

Dan izin ini harus diberikan seperti berikut. Setelah menghadap Sangha, bhikkhu yang sakit harus menata jubah atasnya di satu bahu dan bersujud di kaki para bhikkhu senior. Kemudian ia harus berjongkok pada tumitnya, merangkapkan tangan, dan berkata, 'Para Mulia, aku sakit. Aku tidak mampu melakukan perjalanan dengan selimutku. Aku memohon izin selimut dari Sangha.' Dan ia harus mengakukan permohonan untuk kedua dan ketiga kalinya. Kemudian seorang bhikkhu yang kompeten dan mampu harus memberitahu Sangha:

'Mohon, Para Mulia, aku memohon Sangha untuk mendengarkan. Bhikkhu ini sakit. Ia tidak mampu melakukan perjalanan dengan selimutnya. Ia memohon izin selimut dari Sangha. Jika baik menurut Sangha, maka Sangha harus memberikan izin selimut kepada bhikkhu ini. Ini adalah usul.

Mohon, Para Mulia, aku memohon Sangha untuk mendengarkan. Bhikkhu ini sakit. Ia tidak mampu melakukan perjalanan dengan selimutnya. Ia memohon izin selimut dari Sangha. Sangha memberikan izin selimut kepada bhikkhu ini. Bhikkhu mana pun yang menyetujui memberikan izin selimut kepada bhikkhu ini harus berdiam diri. Bhikkhu mana pun yang tidak menyetujui silakan berbicara.

Sangha telah memberikan izin selimut kepada bhikkhu ini. Sangha menyetujui dan oleh karena itu berdiam diri. Aku akan mengingatnya demikian.'

Dan, para bhikkhu, aturan latihan ini harus dibacakan seperti berikut:

Aturan akhir

'Jika seorang bhikkhu membuat selimut baru, ia harus menyimpannya selama enam tahun. Apakah selimut itu telah diberikan atau tidak, jika ia membuat selimut baru dalam kurang dari enam tahun, kecuali jika para bhikkhu telah menyetujui, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pelepasan dan pengakuan.'"

Definisi

Baru:

yang dimaksudkan adalah baru dibuat.

Selimut:

ini yang dibuat dengan cara menaburkan, bukan dengan menenun.

Membuat:

membuatnya sendiri atau menyuruh untuk membuatkan.

Ia harus menyimpannya selama enam tahun:

ia harus menggunakannya paling sedikit selama enam tahun.

Dalam kurang dari enam tahun:

tidak sampai enam tahun.

Selimut itu telah diberikan:

selimut itu diberikan kepada orang lain.

Tidak:

selimut itu tidak diberikan kepada orang lain.

Kecuali jika para bhikkhu telah menyetujui:

Jika ia membuat selimut baru, atau menyuruh orang lain membuatkan, kecuali jika para bhikkhu telah menyetujui, maka untuk usaha tersebut terjadi tindakan perbuatan salah. Ketika ia mendapatkan selimut itu, maka itu harus dilepaskan.

Selimut itu harus dilepaskan kepada suatu sangha, suatu kelompok, atau individu. "Dan, para bhikkhu, selimut itu harus dilepaskan seperti berikut. (Diuraikan seperti pada Pelepasan 1, dengan penyesuaian seperlunya.)

'Para Mulia, selimut ini, yang kubuat kurang dari enam tahun tanpa persetujuan para bhikkhu, akan dilepaskan. Aku melepaskannya kepada Sangha.' ... Sangha harus mengembalikan ... kalian harus mengembalikan ... 'Aku mengembalikan selimut ini kepadamu.'"

Permutasi

Jika ia menyelesaikan apa yang ia mulai sendiri, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pelepasan dan pengakuan. Jika ia menyuruh orang lain menyelesaikan apa yang ia mulai sendiri, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pelepasan dan pengakuan. Jika ia menyelesaikan sendiri apa yang dimulai orang lain, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pelepasan dan pengakuan. Jika ia menyuruh orang lain menyelesaikan apa yang dimulai orang lain, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pelepasan dan pengakuan.

Tidak ada pelanggaran

Tidak ada pelanggaran: jika ia membuatnya setelah enam tahun; jika ia membuatnya setelah lebih dari enam tahun; jika ia membuatnya, atau menyuruh membuatkan, untuk orang lain; jika ia mendapatkan apa yang dibuat orang lain dan kemudian menggunakannya; jika ia membuat sebuah kanopi, penutup lantai, tirai kain, matras, atau bantal; jika ia mendapatkan persetujuan dari para bhikkhu; jika ia gila; jika ia adalah pelaku pertama.

Aturan latihan tentang enam tahun, yang keempat, selesai.
Title: Nissaggiya Pācittiya 15
Post by: Indra on 15 September 2022, 10:56:29 AM
Koleksi Theravāda tentang Hukum Monastik
Aturan Kebhikkhuan dan Analisisnya
Bab tentang Pelepasan
Sub-bab tentang Sutra


Nissaggiya Pācittiya 15. Aturan Latihan tentang Alas-duduk

Kisah Asal-mula

Pada suatu ketika Sang Buddha sedang menetap di Sāvatthī, di Hutan Jeta, Vihara Anāthapiṇḍika. Di sana Sang Buddha berkata kepada para bhikkhu: "Para bhikkhu, Aku hendak melakukan retret menyendiri selama tiga bulan. Tidak ada seorang pun yang boleh mengunjungiKu kecuali yang membawakan dana makanan."

"Baik, Yang Mulia," mereka menjawab, dan tidak ada seorang pun yang mengunjungi Beliau kecuali yang membawakan dana makanan untuk Beliau.

Segera setelah itu Sangha di Sāvatthī membuat kesepakatan: "Sang Buddha hendak melakukan retret menyendiri selama tiga bulan. Tidak ada seorang pun yang boleh mengunjungi Beliau kecuali yang membawakan dana makanan. Siapa pun yang melakukannya harus mengakui pelanggaran yang mengharuskan pengakuan."

Saat itu Yang Mulia Upasena dari Vaṅganta dan para pengikutnya menghadap Sang Buddha, bersujud, dan duduk. Karena adalah kebiasaan para Buddha untuk menyapa para bhikkhu yang baru datang, maka Sang Buddha berkata kepada Upasena, "Aku harap engkau baik-baik saja, Upasena, Aku harap engkau bertahan. Aku harap engkau tidak lelah karena perjalanan."

"Kami baik-baik saja, Yang Mulia, kami bertahan. Kami tidak lelah karena perjalanan."

Salah seorang siswa Upasena duduk tidak jauh dari Sang Buddha, dan Sang Buddha berkata kepadanya, "Apakah engkau menyukai jubah kain-usang, bhikkhu?"

"Aku tidak menyukai jubah kain-usang, Yang Mulia."

"Kalau begitu mengapa engkau memakainya?"

"Penahbisku memakainya, maka aku juga memakainya."

Dan Sang Buddha berkata kepada Upasena, "Upasena, para pengikutmu sungguh menginspirasi. Bagaimanakah engkau mendidik mereka?"

"Ketika seseorang meminta penahbisan penuh dariku, aku memberitahu mereka seperti ini: 'Aku menetap di hutan belantara, aku hanya memakan dana makanan, dan aku mengenakan jubah kain-usang. Jika engkau melakukan hal yang sama, maka aku akan memberimu penahbisan penuh.' Jika ia menerima, maka aku menahbiskannya. Jika tidak, maka aku tidak menahbiskannya. Dan aku melakukan hal yang sama ketika seseorang meminta dukungan dariku. Adalah dengan cara ini aku mendidik para pengikutku."

"Bagus, Upasena, engkau mendidik para pengikutmu dengan baik. Tetapi tahukah engkau mengenai kesepakatan yang dibuat oleh Sangha di Sāvatthī?"

"Tidak."

"Sangha di Sāvatthī membuat kesepakatan ini: 'Sang Buddha hendak melakukan retret menyendiri selama tiga bulan. Tidak ada seorang pun yang boleh mengunjungi Beliau kecuali yang membawakan dana makanan. Siapa pun yang melakukannya harus mengakui pelanggaran yang mengharuskan pengakuan.'"

"Yang Mulia, biarlah Sangha di Sāvatthī dikenal dengan kesepakatan ini. Akan tetapi, kami tidak menetapkan aturan-aturan baru, juga tidak menghapus aturan-aturan yang telah ada. Kami berlatih dan menjalankan aturan-aturan latihan sebagaimana adanya."

"Bagus, Upasena. Seseorang seharusnya tidak menetapkan aturan-aturan baru, juga tidak menghapuskan aturan-aturan yang telah ada. Seseorang berlatih dan menjalankan aturan-aturan latihan sebagaimana adanya.

Dan, Upasena, Aku memperbolehkan para bhikkhu itu yang menetap di hutan belantara, yang hanya memakan dana makanan, dan yang memakai jubah kain-usang untuk mengunjungiKu kapanpun mereka menginginkan."

Upasena dan para pengikutnya bangkit dari duduk mereka, bersujud, mengelilingi Sang Buddha dengan sisi kanan mereka menghadap Sang Buddha, dan pergi. Saat itu sejumlah bhikkhu sedang berdiri di luar gerbang, dengan pikiran, "Kami akan membuat Yang Mulia Upasena mengakui pelanggaran yang mengharuskan pengakuan." Dan mereka berkata kepada Upasena, "Upasena, tahukah engkau mengenai kesepakatan Sangha di Sāvatthī?"

"Sang Buddha menanyakan kepadaku pertanyaan yang sama, dan aku menjawab bahwa aku tidak tahu. Kemudian Beliau memberitahuku kesepakatan itu, dan aku berkata, 'Yang Mulia, biarlah Sangha di Sāvatthī dikenal dengan kesepakatan ini. Akan tetapi, kami tidak menetapkan aturan-aturan baru, juga tidak menghapus aturan-aturan yang telah ada. Kami berlatih dan menjalankan aturan-aturan latihan sebagaimana adanya.' Juga, Sang Buddha telah memperbolehkan para bhikkhu itu yang menetap di hutan belantara, yang hanya memakan dana makanan, dan yang memakai jubah kain-usang untuk mengunjungi Beliau kapan pun mereka menginginkan."

Para bhikkhu itu berpikir, "Adalah benar apa yang dikatakan oleh Yang Mulia Upasena."

Para bhikkhu mendengar bahwa Sang Buddha telah memperbolehkan para bhikkhu itu yang menetap di hutan belantara, yang hanya memakan dana makanan, dan yang memakai jubah kain-usang untuk mengunjungi Beliau kapan pun mereka menginginkan. Karena ingin menemui Sang Buddha, mereka membuang selimut mereka dan menjalankan praktik menetap di hutan belantara, hanya memakan dana makanan, dan memakai jubah kain-usang.

Tidak lama setelah itu, ketika Sang Buddha dan sejumlah bhikkhu sedang berjalan-jalan di sekitar tempat-tempat kediaman, Beliau melihat selimut-selimut yang dibuang di sana-sini. Beliau bertanya kepada para bhikkhu, "Siapakah pemilik selimut-selimut yang dibuang ini?"

Para bhikkhu memberitahu Beliau. Segera setelah itu Sang Buddha membabarkan ajaran dan berkata kepada para bhikkhu: "Baiklah, para bhikkhu, Aku akan menetapkan aturan latihan untuk sepuluh alasan berikut ini: demi kesejahteraan Sangha, demi kenyamanan Sangha, demi pengekangan orang-orang jahat, demi kemudahan para bhikkhu berperilaku baik, untuk mengekang kekotoran sehubungan dengan kehidupan saat ini, untuk mengekang kekotoran sehubungan dengan kehidupan mendatang, untuk memunculkan keyakinan pada mereka yang tidak berkeyakinan, untuk meningkatkan keyakinan pada mereka yang telah berkeyakinan, demi panjangnya umur Ajaran sejati, dan demi mendukung latihan. Dan, para bhikkhu, aturan latihan ini harus dibacakan seperti berikut:

Aturan akhir

'Jika seorang bhikkhu membuat sebuah alas-duduk, ia harus menambahkan sepotong kain sebesar satu jengkal normal yang diambil dari tepi sebuah selimut lama untuk membuatnya buruk. Jika ia membuat sebuah alas duduk baru tanpa menambahkan sepotong kain sebesar satu jengkal normal yang diambil dari tepi sebuah selimut lama, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pelepasan dan pengakuan.'"

Definisi

Alas duduk:

yang dimaksudkan adalah yang memiliki tepian.

Selimut:

ini yang dibuat dengan cara menaburkan, bukan dengan menenun.

Membuat:

membuatnya sendiri atau menyuruh untuk membuatkan.

Selimut lama:

bahkan yang baru dipakai satu kali.

Ia harus menambahkan sepotong kain sebesar satu jengkal normal yang diambil dari tepi sebuah selimut lama untuk membuatnya buruk:

untuk memperkuatnya, ia memotong melingkar atau persegi, dan kemudian menambahkannya pada satu tempat atau ia menaburkannya setelah mencabiknya.

Tanpa menambahkan sepotong kain sebesar satu jengkal normal yang diambil dari tepi sebuah selimut lama:

Jika ia membuat sebuah alas-duduk baru, atau menyuruh membuatkan, tanpa menambahkan sepotong kain sebesar satu jengkal normal yang diambil dari tepi sebuah selimut lama, maka untuk usaha tersebut terjadi tindakan perbuatan salah. Ketika ia mendapatkan alas-duduk itu, maka itu harus dilepaskan.

Alas-duduk itu harus dilepaskan kepada suatu sangha, suatu kelompok, atau individu. "Dan, para bhikkhu, alas-duduk itu harus dilepaskan seperti berikut. (Diuraikan seperti pada Pelepasan 1, dengan penyesuaian seperlunya.)

'Para Mulia, alas-duduk ini, yang kubuat tanpa menambahkan sepotong kain sebesar satu jengkal normal yang diambil dari tepi sebuah selimut lama, akan dilepaskan. Aku melepaskannya kepada Sangha.' ... Sangha harus mengembalikan ... kalian harus mengembalikan ... 'Aku mengembalikan alas-duduk ini kepadamu.'"

Permutasi

Jika ia menyelesaikan apa yang ia mulai sendiri, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pelepasan dan pengakuan. Jika ia menyuruh orang lain menyelesaikan apa yang ia mulai sendiri, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pelepasan dan pengakuan. Jika ia menyelesaikan sendiri apa yang dimulai orang lain, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pelepasan dan pengakuan. Jika ia menyuruh orang lain menyelesaikan apa yang dimulai orang lain, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pelepasan dan pengakuan.

Jika ia membuat, atau menyuruh orang lain membuatkan, untuk orang lain, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah.

Tidak ada pelanggaran

Tidak ada pelanggaran: jika ia membuatnya dengan menambahkan sepotong kain sebesar satu jengkal normal yang diambil dari tepi sebuah selimut lama; jika tidak dapat mendapatkan potongan demikian lalu ia menambahkan potongan yang lebih kecil; jika ia tidak mampu mendapatkan potongan yang lebih kecil lalu ia membuatnya tanpa menambahkan potongan itu; jika ia mendapatkan apa yang dibuat orang lain dan kemudian menggunakannya; jika ia membuat sebuah kanopi, penutup lantai, tirai kain, matras, atau bantal; jika ia gila; jika ia adalah pelaku pertama.

Aturan latihan tentang alas-duduk, yang kelima, selesai.
Title: Nissaggiya Pācittiya 16
Post by: Indra on 15 September 2022, 10:56:59 AM
Koleksi Theravāda tentang Hukum Monastik
Aturan Kebhikkhuan dan Analisisnya
Bab tentang Pelepasan
Sub-bab tentang Sutra

Nissaggiya Pācittiya 16. Aturan Latihan tentang Wol

Kisah Asal-mula

Pada suatu hari ketika Sang Buddha sedang menetap di Sāvatthī di Vihara Anāthapiṇḍika, seorang bhikkhu tertentu diberikan wol sewaktu berjalan melewati negeri Kosala dalam perjalanannya menuju Sāvatthī. Ia mengikatnya menjadi sebuah buntelan dengan jubah atasnya dan membawanya. Orang-orang yang melihatnya meledeknya, "Yang Mulia, berapakah harganya? Berapakah keuntungannya?" Sebagai akibatnya ia menjadi malu.

Ketika ia sampai di Sāvatthī, ia membuang wol itu ke atas tanah. Para bhikkhu bertanya kepadanya mengapa ia membuangnya.

"Orang-orang meledekku karena wol ini."

"Tetapi berapa jauhkah engkau membawanya?"

"Lebih dari 40 kilometer."

Para bhikkhu yang memiliki sedikit keinginan mengeluhkan dan mengkritiknya, "Bagaimana mungkin seorang bhikkhu membawa wol sampai lebih dari 40 kilometer?"

Setelah menegur bhikkhu itu dalam berbagai cara, mereka memberitahu Sang Buddha. Segera setelah itu Sang Buddha mengumpulkan para bhikkhu dan menanyai bhikkhu itu: "Benarkah, bhikkhu, bahwa engkau melakukan hal ini?"

"Benar, Yang Mulia."

Sang Buddha menegurnya ... "Orang dungu, bagaimana mungkin engkau melakukan hal ini? Hal ini akan mempengaruhi keyakinan orang-orang ..." ... "Dan, para bhikkhu, aturan latihan ini harus dibacakan seperti berikut:

Aturan akhir

'Jika wol diberikan kepada seorang bhikkhu yang sedang melakukan perjalanan, ia boleh menerimanya jika ia menginginkan. Jika ia menerimanya dan tidak ada orang lain yang membawakannya, ia boleh membawanya sendiri sampai paling jauh 40 kilometer. Jika ia membawanya lebih jauh dari itu, bahkan jika tidak ada orang lain yang membawakannya, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pelepasan dan pengakuan.'"

Definisi

Kepada seorang bhikkhu yang sedang melakukan perjalanan:

kepada seorang bhikkhu yang sedang berjalan di jalan raya.

Jika wol diberikan:

jika wol itu diberikan oleh suatu sangha, oleh suatu kelompok, oleh seorang kerabat, oleh seorang teman, atau jika itu adalah wol yang dibuang, atau jika ia mendapatkannya dengan harta kekayaannya sendiri.

Jika ia menginginkan:

jika ia menginginkannya, ia boleh menerimanya.

Jika ia menerimanya, ia boleh membawanya sendiri sampai paling jauh 40 kilometer:

ia boleh membawanya sendiri maksimum sejauh 40 kilometer.

Tidak ada orang lain yang membawakannya:

tidak ada orang lain yang membawakannya, apakah seorang perempuan atau laki-laki, seorang umat awam atau monastik.

Jika ia membawanya lebih jauh dari itu, bahkan jika tidak ada orang lain yang membawakannya:

jika ia pergi lebih dari 40 kilometer dengan kaki pertama, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika ia pergi lebih dari 40 kilometer dengan kaki kedua, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pelepasan dan pengakuan. Jika ia berdiri dalam batas 40 kilometer, tetapi menjatuhkannya di luar batas 40 kilometer, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pelepasan dan pengakuan. Jika ia meletakkannya di dalam kendaraan atau di antara benda-benda orang lain tanpa sepengetahuan mereka, dan pergi lebih dari 40 kilometer, maka wol itu harus dilepaskan.

Wol itu harus dilepaskan kepada suatu sangha, suatu kelompok, atau individu. "Dan, para bhikkhu, wol itu harus dilepaskan seperti berikut. ... (Diuraikan seperti pada Pelepasan 1, dengan penyesuaian seperlunya.)

'Para Mulia, wol ini, yang kubawa lebih dari 40 kilometer, akan dilepaskan. Aku melepaskannya kepada Sangha.' ... Sangha harus mengembalikan ... kalian harus mengembalikan ... 'Aku mengembalikan wol ini kepadamu.'"

Permutasi

Jika ia membawanya lebih dari 40 kilometer dan ia menyadarinya sebagai lebih, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pelepasan dan pengakuan. Jika ia membawanya lebih dari 40 kilometer, tetapi ia tidak dapat memastikannya, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pelepasan dan pengakuan. Jika ia membawanya lebih dari 40 kilometer, tetapi ia menyadarinya sebagai kurang, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pelepasan dan pengakuan.

Jika ia membawanya kurang dari 40 kilometer, tetapi ia menyadarinya sebagai lebih, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika ia membawanya kurang dari 40 kilometer, tetapi ia tidak dapat memastikannya, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika ia membawanya kurang dari 40 kilometer dan ia menyadarinya sebagai kurang, maka tidak ada pelanggaran.

Tidak ada pelanggaran

Tidak ada pelanggaran: jika ia membawanya sejauh 40 kilometer; jika ia membawanya kurang dari 40 kilometer; jika ia membawanya sejauh 40 kilometer dan kemudian membawanya kembali; jika ia membawanya sejauh 40 kilometer dengan tujuan untuk menetap di sana, dan kemudian ia membawanya lebih jauh; jika ia mengambil kembali apa yang telah ia tinggalkan dan kemudian membawanya; jika ia menyuruh orang lain untuk membawakan; jika itu adalah barang jadi; jika ia gila; jika ia adalah pelaku pertama.

Aturan latihan tentang wol, yang keenam, selesai.
Title: Nissaggiya Pācittiya 17
Post by: Indra on 15 September 2022, 10:57:19 AM
Koleksi Theravāda tentang Hukum Monastik
Aturan Kebhikkhuan dan Analisisnya
Bab tentang Pelepasan
Sub-bab tentang Sutra

Nissaggiya Pācittiya 17. Aturan Latihan tentang Mencuci Wol

Kisah Asal-mula

Pada suatu ketika Sang Buddha sedang menetap di negeri Sakya di Vihara Pohon Banyan di Kapilavatthu. Pada saat itu para bhikkhu dari kelompok enam menyuruh para bhikkhunī untuk mencuci, mencelup, dan menyisir wol. Karena hal ini, para bhikkhunī menjadi mengabaikan pembacaan, tanya-jawab, moralitas yang lebih tinggi, pikiran yang lebih tinggi, dan kebijaksanaan yang lebih tinggi.

Kemudian Mahāpajāpati Gotamī menghadap Sang Buddha dan bersujud. Dan Sang Buddha berkata kepadanya, "Gotamī, Aku harap para bhikkhunī penuh perhatian, bersemangat, dan tekun?"

"Bagaimana para bhikkhunī dapat penuh perhatian, Yang Mulia?" Dan ia memberitahukan apa yang terjadi.

Kemudian Sang Buddha memberikan instruksi, menginspirasi, dan menggembirakannya dengan ajaran. Ia bersujud, mengelilingi Beliau dengan sisi kanannya menghadap Beliau, dan pergi.

Segera setelah itu Sang Buddha mengumpulkan Sangha dan menanyai para bhikkhu dari kelompok enam: "Benarkah, para bhikkhu, bahwa kalian melakukan hal ini?"

"Benar, Yang Mulia."

"Apakah mereka kerabat kalian?"

"Bukan."

"Orang-orang dungu, orang-orang yang bukan kerabat tidak mengetahui apa yang selayaknya dan tidak selayaknya, apa yang menginspirasi dan tidak menginspirasi, dalam berurusan satu sama lain. Dan masih saja kalian melakukan hal ini. Hal ini akan mempengaruhi keyakinan orang-orang ..." ... "Dan, para bhikkhu, aturan latihan ini harus dibacakan sebagai berikut:

Aturan akhir

'Jika seorang bhikkhu menyuruh seorang bhikkhunī yang bukan kerabat untuk mencuci, mencelup, atau menyisir wol, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pelepasan dan pengakuan.'"

Definisi

Seorang:

siapa pun ...

Bhikkhu:

... Seorang bhikkhu yang telah diberikan penahbisan penuh oleh Sangha yang sepakat melalui prosedur sah yang terdiri dari satu usul dan tiga pengumuman yang tidak dapat dibatalkan dan lengkap—bhikkhu jenis inilah yang dimaksudkan dalam kasus ini.

Bukan kerabat:

siapa pun yang bukan keturunan dari leluhur laki-laki hingga delapan generasi sebelumnya, apakah dari pihak ibu atau dari pihak ayah.

Seorang bhikkhunī:

ia telah diberikan penahbisan penuh oleh kedua Sangha.

Jika ia menyuruhnya untuk mencucinya, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Ketika telah dicuci, maka wol itu harus dilepaskan. Jika ia menyuruhnya untuk mencelupnya, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Ketika telah dicelup, maka wol itu harus dilepaskan. Jika ia menyuruhnya untuk menyisirnya, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Ketika telah disisir, maka wol itu harus dilepaskan.

Wol itu harus dilepaskan kepada suatu sangha, suatu kelompok, atau individu. "Dan, para bhikkhu, wol itu harus dilepaskan seperti berikut. ... (Diuraikan seperti pada Pelepasan 1, dengan penyesuaian seperlunya.)

'Para Mulia, wol ini, yang kusuruh seorang bhikkhunī yang bukan kerabat untuk mencucinya, akan dilepaskan. Aku melepaskannya kepada Sangha.' ... Sangha harus mengembalikan ... kalian harus mengembalikan ... 'Aku mengembalikan wol ini kepadamu.'"

Permutasi

Jika bhikkhunī itu bukan kerabat dan ia menyadarinya sebagai kerabat, dan ia menyuruhnya mencuci wol, maka ia melakukan satu pelanggaran yang mengharuskan pelepasan dan pengakuan. Jika bhikkhunī itu bukan kerabat dan ia menyadarinya sebagai kerabat, dan ia menyuruhnya untuk mencuci dan mencelup wol, maka ia melakukan satu pelanggaran yang mengharuskan pelepasan dan satu pelanggaran perbuatan salah. Jika bhikkhunī itu bukan kerabat dan ia menyadarinya sebagai kerabat, dan ia menyuruhnya mencuci dan menyisir wol, maka ia melakukan satu pelanggaran yang mengharuskan pelepasan dan satu pelanggaran perbuatan salah. Jika bhikkhunī itu bukan kerabat dan ia menyadarinya sebagai kerabat, dan ia menyuruhnya mencuci, mencelup, dan menyisir wol, maka ia melakukan satu pelanggaran yang mengharuskan pelepasan dan dua pelanggaran perbuatan salah.

Jika bhikkhunī itu bukan kerabat dan ia menyadarinya sebagai kerabat, dan ia menyuruhnya mencelup wol, maka ia melakukan satu pelanggaran yang mengharuskan pelepasan dan pengakuan. Jika bhikkhunī itu bukan kerabat dan ia menyadarinya sebagai kerabat, dan ia menyuruhnya mencelup dan menyisir wol, maka ia melakukan satu pelanggaran yang mengharuskan pelepasan dan satu pelanggaran perbuatan salah. Jika bhikkhunī itu bukan kerabat dan ia menyadarinya sebagai kerabat, dan ia menyuruhnya mencelup dan mencuci wol, maka ia melakukan satu pelanggaran yang mengharuskan pelepasan dan satu pelanggaran perbuatan salah. Jika bhikkhunī itu bukan kerabat dan ia menyadarinya sebagai kerabat, dan ia menyuruhnya mencelup, menyisir, dan mencuci wol, maka ia melakukan satu pelanggaran yang mengharuskan pelepasan dan dua pelanggaran perbuatan salah.

Jika bhikkhunī itu bukan kerabat dan ia menyadarinya sebagai bukan kerabat, dan ia menyuruhnya menyisir wol, maka ia melakukan satu pelanggaran yang mengharuskan pelepasan dan pengakuan. Jika bhikkhunī itu bukan kerabat dan ia menyadarinya sebagai kerabat, dan ia menyuruhnya menyisir dan mencuci wol, maka ia melakukan satu pelanggaran yang mengharuskan pelepasan dan satu pelanggaran perbuatan salah. Jika bhikkhunī itu bukan kerabat dan ia menyadarinya sebagai bukan kerabat, dan ia menyuruhnya menyisir dan mencelup wol, maka ia melakukan satu pelanggaran yang mengharuskan pelepasan dan satu pelanggaran perbuatan salah. Jika bhikkhunī itu bukan kerabat dan ia menyadarinya sebagai bukan kerabat, dan ia menyuruhnya menyisir, mencuci, dan mencelup wol, maka ia melakukan satu pelanggaran yang mengharuskan pelepasan dan dua pelanggaran perbuatan salah.

Jika bhikkhunī itu bukan kerabat, tetapi ia tidak dapat memastikannya ... Jika bhikkhunī itu bukan kerabat, tetapi ia menyadarinya sebagai kerabat ...

Jika ia menyuruhnya mencuci wol milik orang lain, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika ia menyuruh seorang bhikkhunī yang sepenuhnya ditahbiskan hanya pada satu sisi untuk mencuci, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika ia adalah kerabat, tetapi ia menyadarinya sebagai bukan kerabat, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika ia adalah kerabat, tetapi ia tidak dapat memastikannya, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika ia adalah kerabat dan ia menyadarinya sebagai kerabat, maka tidak ada pelanggaran.

Tidak ada pelanggaran

Tidak ada pelanggaran: jika seorang bhikkhunī kerabat melakukan pencucian dan seorang bhikkhunī yang bukan kerabat membantunya; jika seorang bhikkhunī melakukan pencucian tanpa diminta; jika ia menyuruh seorang bhikkhunī untuk mencuci suatu barang jadi yang belum pernah digunakan; jika itu adalah seorang bhikkhunī dalam masa percobaan; jika itu adalah seorang sāmaṇerī; jika ia gila; jika ia adalah pelaku pertama.

Aturan latihan tentang mencuci wol, yang ketujuh, selesai.
Title: Nissaggiya Pācittiya 18
Post by: Indra on 15 September 2022, 10:57:42 AM
Koleksi Theravāda tentang Hukum Monastik
Aturan Kebhikkhuan dan Analisisnya
Bab tentang Pelepasan
Sub-bab tentang Sutra

Nissaggiya Pācittiya 18. Aturan Latihan tentang Uang

Kisah Asal-mula

Pada suatu ketika Sang Buddha sedang menetap Rājagaha di Hutan Bambu, taman suaka tupai. Pada saat itu Yang Mulia Upananda bergaul dengan keluarga-keluarga yang dari mereka ia menerima dana makanan rutin. Kapan saja keluarga itu memperoleh makanan, mereka menyisihkan satu porsi untuk Upananda. Dan itulah yang mereka lakukan ketika pada suatu malam mereka memperoleh daging.

Keesokan paginya putra mereka bangun pagi dan berteriak, "Berikan aku daging!" Orang itu berkata kepada istrinya, "Berikan porsi Yang Mulia. Kita akan membeli yang lain untuk Yang Mulia."

Pada pagi itu Upananda mengenakan jubah, membawa mangkuk dan jubahnya, dan mendatangi keluarga itu, di mana ia duduk di tempat yang telah dipersiapkan. Kepala keluarga itu mendekati Upananda, bersujud, duduk, dan berkata, "Tadi malam, Yang Mulia, kami memperoleh daging, dan menyisihkan satu porsi untukmu. Tetapi pagi ini putra kami bangun pagi dan berteriak, 'Berikan aku daging!' dan kami memberinya porsimu. Apakah yang dapat kami berikan kepadamu untuk satu kahāpaṇa?"

"Apakah engkau melepaskan satu keping kahāpaṇa untukku?"

"Benar."

"Kalau begitu berikan saja kahāpaṇa itu."

Setelah memberikan kahāpaṇa kepada Upananda, orang itu mengeluhkan dan mengkritiknya, "Para monastik Sakya menerima uang persis seperti kami."

Para bhikkhu mendengar keluhan orang itu, dan para bhikkhu yang memiliki sedikit keinginan mengeluhkan dan mengkritiknya, "Bagaimana mungkin Yang Mulia Upananda menerima uang?"

Setelah menegurnya dalam berbagai cara, mereka memberitahu Sang Buddha. Segera setelah itu Sang Buddha mengumpulkan Sangha dan menanyai Upananda: "Benarkah, Upananda, bahwa engkau melakukan hal ini?"

"Benar, Yang Mulia."

Sang Buddha menegurnya ... "Orang dungu, bagaimana mungkin engkau melakukan hal ini? Hal ini akan mempengaruhi keyakinan orang-orang ..." ... "Dan, para bhikkhu, aturan latihan ini harus dibacakan seperti berikut:

Aturan akhir

'Jika seorang bhikkhu mengambil, atau menyuruh orang lain mengambil, atau menyetujui emas dan perak disimpan untuknya, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pelepasan dan pengakuan.'"

Definisi

Seorang:

siapa pun ...

Bhikkhu:

... Seorang bhikkhu yang telah diberikan penahbisan penuh oleh Sangha yang sepakat melalui prosedur sah yang terdiri dari satu usul dan tiga pengumuman yang tidak dapat dibatalkan dan lengkap—bhikkhu jenis inilah yang dimaksudkan dalam kasus ini.

Emas:

yang berwarna menyerupai Sang Guru adalah apa yang dimaksudkan.

Perak:

keping uang kahāpaṇa, keping uang tembaga māsaka, keping uang kayu māsaka, keping uang damar māsaka—apa pun yang digunakan dalam perdagangan.

Mengambil:

jika ia mengambilnya sendiri, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pelepasan dan pengakuan.

Menyuruh orang lain mengambil:

jika ia menyuruh orang lain mengambil, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pelepasan dan pengakuan.

Menyetujui ... disimpan untuknya:

jika seseorang mengatakan, "Ini untukmu," dan ia menyetujui itu disimpan untuknya, maka itu harus dilepaskan.

Uang itu harus dilepaskan di tengah-tengah Sangha. "Dan, para bhikkhu, uang itu harus dilepaskan seperti berikut. Setelah mendatangi Sangha, bhikkhu itu harus menata jubah atasnya di satu bahunya dan bersujud di kaki para bhikkhu senior. Kemudian ia harus berjongkok pada tumitnya, merangkapkan tangan, dan berkata:

'Para Mulia, aku telah menerima uang. Uang ini akan dilepaskan. Aku melepaskannya kepada Sangha.'"

Setelah melepaskannya, ia harus mengakui pelanggarannya. Pengakuan itu harus diterima oleh seorang bhikkhu yang kompeten dan mampu.

Jika ada seorang pekerja vihara atau seorang umat awam, maka kalian harus memberitahunya, "Lihatlah ini." Jika ia mengatakan, "Apakah yang dapat saya belikan untukmu dengan ini?" seseorang tidak boleh mengatakan, "Belikan ini atau itu;" seseorang harus menunjuk apa yang diperbolehkan: minyak samin, minyak, madu, atau sirup. Jika ia membeli dan membawa benda-benda yang diperbolehkan itu, maka semua orang boleh menikmatinya kecuali ia yang menerima uang.

Jika ini adalah apa yang terjadi, maka itu baik. Jika tidak, maka ia harus diberitahu, "Buanglah itu." Jika ia membuangnya, maka itu baik. Jika ia tidak membuangnya, maka seorang bhikkhu yang memiliki lima kualitas harus ditunjuk sebagai pembuang uang: seorang yang tidak goyah oleh keinginan, kebencian, kebodohan, atau ketakutan, dan yang mengetahui apa yang sudah dan belum dibuang.

"Dan, para bhikkhu, beginilah ia ditunjuk. Pertama-tama bhikkhu itu harus diminta dan kemudian seorang bhikkhu yang kompeten dan mampu harus memberitahu Sangha:

'Mohon, Para Mulia, aku memohon Sangha untuk mendengarkan. Jika baik menurut Sangha, maka Sangha harus menunjuk bhikkhu ini sebagai pembuang uang. Ini adalah usul.

Mohon, Para Mulia, aku memohon Sangha untuk mendengarkan. Sangha menunjuk bhikkhu ini sebagai pembuang uang. Bhikkhu mana pun yang menyetujui penunjukan bhikkhu ini sebagai pembuang uang harus berdiam diri. Bhikkhu mana pun yang tidak menyetujui silakan berbicara.

Sangha telah menunjuk bhikkhu ini sebagai pembuang uang. Sangha menyetujui dan oleh karena itu berdiam diri. Aku akan mengingatnya demikian.'"

Bhikkhu yang ditunjuk itu harus membuangnya tanpa memperhatikan lokasinya. Jika ia memperhatikan lokasi di mana ia membuangnya, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah.

Permutasi

Jika itu adalah uang, dan ia menyadarinya sebagai uang, dan ia menerimanya, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pelepasan dan pengakuan. Jika itu adalah uang, tetapi ia tidak dapat memastikannya, dan ia menerimanya, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pelepasan dan pengakuan. Jika itu adalah uang, tetapi ia tidak menyadarinya sebagai uang, dan ia menerimanya, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pelepasan dan pengakuan.

Jika itu bukan uang, tetapi ia menyadarinya sebagai uang, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika itu bukan uang, tetapi ia tidak dapat memastikannya, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika itu bukan uang, dan ia tidak menyadarinya sebagai uang, maka tidak ada pelanggaran.

Tidak ada pelanggaran

Tidak ada pelanggaran: jika, di dalam vihara atau rumah, ia mengambilnya atau menyuruh orang lain mengambilnya, dan kemudian ia menyimpannya dengan pikiran, "Siapa pun pemiliknya akan mengambilnya;" jika ia gila; jika ia adalah pelaku pertama.

Aturan latihan tentang uang, yang kedelapan, selesai.
Title: Nissaggiya Pācittiya 19
Post by: Indra on 15 September 2022, 10:58:05 AM
Koleksi Theravāda tentang Hukum Monastik
Aturan Kebhikkhuan dan Analisisnya
Bab tentang Pelepasan
Sub-bab tentang Sutra

Nissaggiya Pācittiya 19. Aturan Latihan tentang Berdagang dengan Uang

Kisah Asal-mula

Pada suatu ketika Sang Buddha sedang menetap di Sāvatthī di Hutan Jeta, Vihara Anāthapiṇḍika. Pada saat itu para bhikkhu dari kelompok enam berdagang dengan uang dalam berbagai cara. Orang-orang mengeluhkan dan mengkritik mereka, "Bagaimana mungkin para monastik Sakya berdagang dengan uang? Mereka persis seperti para perumah tangga yang menikmati kenikmatan duniawi!"

Para bhikkhu mendengar keluhan orang itu, dan para bhikkhu yang memiliki sedikit keinginan mengeluhkan dan mengkritik para bhikkhu itu, "Bagaimana mungkin para bhikkhu dari kelompok enam melakukan hal ini?"

Setelah menegur para bhikkhu itu dalam berbagai cara, mereka memberitahu Sang Buddha. Segera setelah itu Sang Buddha mengumpulkan Sangha dan menanyai para bhikkhu itu: "Benarkah, para bhikkhu, bahwa kalian melakukan hal ini?"

"Benar, Yang Mulia."

Sang Buddha menegur mereka ... "Orang-orang dungu, bagaimana mungkin kalian melakukan hal ini? Hal ini akan mempengaruhi keyakinan orang-orang ..." ... "Dan, para bhikkhu, aturan latihan ini harus dibacakan seperti berikut:

Aturan akhir

'Jika seorang bhikkhu berdagang dengan uang dalam berbagai cara, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pelepasan dan pengakuan.'"

Definisi

Seorang:

siapa pun ...

Bhikkhu:

... Seorang bhikkhu yang telah diberikan penahbisan penuh oleh Sangha yang sepakat melalui prosedur sah yang terdiri dari satu usul dan tiga pengumuman yang tidak dapat dibatalkan dan lengkap—bhikkhu jenis inilah yang dimaksudkan dalam kasus ini.

Berbagai cara:

apa yang dibentuk, apa yang tidak dibentuk, dan apa yang dibentuk dan tidak dibentuk.

Apa yang dibentuk:

apa yang dimaksudkan untuk kepala, apa yang dimaksudkan untuk leher, apa yang dimaksudkan untuk tangan, apa yang dimaksudkan untuk kaki, apa yang dimaksudkan untuk pinggang.

Apa yang tidak dibentuk:

yang dimaksudkan adalah apa yang dibentuk dalam bongkahan.

Apa yang dibentuk dan tidak dibentuk:

keduanya.

Uang:

keping uang emas kahāpaṇa, keping uang tembaga māsaka, keping uang kayu māsaka, keping uang damar māsaka—apa pun yang digunakan dalam perdagangan.

Berdagang:

Jika ia menukar apa yang dibentuk dengan apa yang dibentuk, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pelepasan dan pengakuan. Jika ia menukar apa yang tidak dibentuk dengan apa yang dibentuk, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pelepasan dan pengakuan. Jika ia menukar apa yang dibentuk dan tidak dibentuk dengan apa yang dibentuk, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pelepasan dan pengakuan.

Jika ia menukar apa yang dibentuk dengan apa yang tidak dibentuk, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pelepasan dan pengakuan. Jika ia menukar apa yang tidak dibentuk dengan apa yang tidak dibentuk, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pelepasan dan pengakuan. Jika ia menukar apa yang dibentuk dan tidak dibentuk dengan apa yang tidak dibentuk, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pelepasan dan pengakuan.

Jika ia menukar apa yang dibentuk dengan apa yang dibentuk dan tidak dibentuk, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pelepasan dan pengakuan. Jika ia menukar apa yang tidak dibentuk dengan apa yang dibentuk dan tidak dibentuk, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pelepasan dan pengakuan. Jika ia menukar apa yang dibentuk dan tidak dibentuk dengan apa yang dibentuk dan tidak dibentuk, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pelepasan dan pengakuan.

Uang itu harus dilepaskan di tengah-tengah Sangha. "Dan, para bhikkhu, uang itu harus dilepaskan seperti berikut. Setelah mendatangi Sangha, bhikkhu itu harus menata jubah atasnya di satu bahunya dan bersujud di kaki para bhikkhu senior. Kemudian ia harus berjongkok pada tumitnya, merangkapkan tangan, dan berkata:

'Para Mulia, aku telah berdagang dengan uang dalam berbagai cara. Uang ini akan dilepaskan. Aku melepaskannya kepada Sangha.'"

Setelah melepaskannya, ia harus mengakui pelanggarannya. Pengakuan itu harus diterima oleh seorang bhikkhu yang kompeten dan mampu.

Jika ada seorang pekerja vihara atau seorang umat awam, maka kalian harus memberitahunya, "Lihatlah ini." Jika ia mengatakan, "Apakah yang dapat saya belikan untukmu dengan ini?" seseorang tidak boleh mengatakan, "Belikan ini atau itu;" seseorang harus menunjuk apa yang diperbolehkan: minyak samin, minyak, madu, atau sirup. Jika ia membeli dan membawa benda-benda yang diperbolehkan itu, maka semua orang boleh menikmatinya kecuali ia yang melakukan pertukaran uang.

Jika ini adalah apa yang terjadi, maka itu baik. Jika tidak, maka ia harus diberitahu, "Buanglah itu." Jika ia membuangnya, maka itu baik. Jika ia tidak membuangnya, maka seorang bhikkhu yang memiliki lima kualitas harus ditunjuk sebagai pembuang uang: seorang yang tidak goyah oleh keinginan, kebencian, kebodohan, atau ketakutan, dan yang mengetahui apa yang sudah dan belum dibuang.

"Dan, para bhikkhu, beginilah ia ditunjuk. Pertama-tama bhikkhu itu harus diminta dan kemudian seorang bhikkhu yang kompeten dan mampu harus memberitahu Sangha:

'Mohon, Para Mulia, aku memohon Sangha untuk mendengarkan. Jika baik menurut Sangha, maka Sangha harus menunjuk bhikkhu ini sebagai pembuang uang. Ini adalah usul.

Mohon, Para Mulia, aku memohon Sangha untuk mendengarkan. Sangha menunjuk bhikkhu ini sebagai pembuang uang. Bhikkhu mana pun yang menyetujui penunjukan bhikkhu ini sebagai pembuang uang harus berdiam diri. Bhikkhu mana pun yang tidak menyetujui silakan berbicara.

Sangha telah menunjuk bhikkhu ini sebagai pembuang uang. Sangha menyetujui dan oleh karena itu berdiam diri. Aku akan mengingatnya demikian.'"

Bhikkhu yang ditunjuk itu harus membuangnya tanpa memperhatikan lokasinya. Jika ia memperhatikan lokasi di mana ia membuangnya, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah.

Permutasi

Jika itu adalah uang, dan ia menyadarinya sebagai uang, dan ia menukarnya menjadi uang, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pelepasan dan pengakuan. Jika itu adalah uang, tetapi ia tidak dapat memastikannya, dan ia menukarnya menjadi uang, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pelepasan dan pengakuan. Jika itu adalah uang, tetapi ia tidak menyadarinya sebagai uang, dan ia menukarnya menjadi uang, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pelepasan dan pengakuan.

Jika itu bukan uang, tetapi ia menyadarinya sebagai uang, dan ia menukarnya menjadi uang, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pelepasan dan pengakuan. Jika itu bukan uang, tetapi ia tidak dapat memastikannya, dan ia menukarnya menjadi uang, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pelepasan dan pengakuan. Jika itu bukan uang, dan ia tidak menyadarinya sebagai uang, tetapi ia menukarnya menjadi uang, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pelepasan dan pengakuan.

Jika itu bukan uang, tetapi ia menyadarinya sebagai uang, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika itu bukan uang, tetapi ia tidak dapat memastikannya, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika itu bukan uang, dan ia tidak menyadarinya sebagai uang, maka tidak ada pelanggaran.

Tidak ada pelanggaran

Tidak ada pelanggaran: jika ia gila; jika ia adalah pelaku pertama.

Aturan latihan tentang berdagang dengan uang, yang kesembilan, selesai.
Title: Nissaggiya Pācittiya 20
Post by: Indra on 15 September 2022, 10:58:38 AM
Koleksi Theravāda tentang Hukum Monastik
Aturan Kebhikkhuan dan Analisisnya
Bab tentang Pelepasan
Sub-bab tentang Sutra

Nissaggiya Pācittiya 20. Aturan Latihan tentang Barter

Kisah Asal-mula

Pada suatu ketika Sang Buddha sedang menetap di Sāvatthī di Hutan Jeta, Vihara Anāthapiṇḍika. Pada saat itu Yang Mulia Upananda orang Sakya telah mahir dalam membuat jubah. Ia membuat jubah atas dari kain lama, dicelup dengan baik dan dikerjakan dengan indah, dan ia memakainya.

Saat itu seorang pengembara tertentu yang mengenakan jubah mahal mendatangi Upananda dan berkata, "Jubah atasmu indah. Sudilah memberikannya kepadaku dengan menukar jubahku."

"Apakah engkau yakin?"

"Aku yakin."

Dengan berkata, "Baiklah, kalau begitu," ia memberikannya.

Pengembara itu mengenakan jubah atas itu dan pergi ke vihara para pengembara. Dan para pengembara berkata kepadanya, "Jubah atasmu indah. Di manakah engkau mendapatkannya?"

"Aku menukarnya dengan jubahku."

"Tetapi berapa lamakah itu akan bertahan? Jubahmu lebih bagus."

Pengembara itu menyadari bahwa mereka benar, dan karena itu ia kembali mendatangi Upananda dan berkata, "Ini jubahmu. Mohon kembalikan jubahku."

"Tetapi bukankah aku telah bertanya apakah engkau yakin? Aku tidak akan mengembalikannya."

Kemudian pengembara itu mengeluhkan dan mengkritiknya, "Bahkan para perumah tangga akan saling mengembalikan jika mereka menyesal. Bagaimana mungkin seorang monastik tidak dapat melakukan hal serupa?"

Para bhikkhu mendengar keluhan pengembara itu, dan para bhikkhu yang memiliki sedikit keinginan mengeluhkan dan mengkritik Upananda, "Bagaimana mungkin Yang Mulia Upananda melakukan barter dengan seorang pengembara?"

Setelah menegurnya dalam berbagai cara, mereka memberitahu Sang Buddha. Segera setelah itu Sang Buddha mengumpulkan Sangha dan menanyai Upananda: "Benarkah, Upananda, bahwa engkau melakukan hal ini?"

"Benar, Yang Mulia."

Sang Buddha menegurnya ... "Orang dungu, bagaimana mungkin engkau melakukan hal ini? Hal ini akan mempengaruhi keyakinan orang-orang ..." ... "Dan, para bhikkhu, aturan latihan ini harus dibacakan seperti berikut:

Aturan akhir

'Jika seorang bhikkhu melakukan barter dalam berbagai cara, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pelepasan dan pengakuan.'"

Definisi

Seorang:

siapa pun ...

Bhikkhu:

... Seorang bhikkhu yang telah diberikan penahbisan penuh oleh Sangha yang sepakat melalui prosedur sah yang terdiri dari satu usul dan tiga pengumuman yang tidak dapat dibatalkan dan lengkap—bhikkhu jenis inilah yang dimaksudkan dalam kasus ini.

Berbagai cara:

jubah, makanan, tempat kediaman, atau obat-obatan; bahkan sedikit bubuk mandi, pembersih gigi, atau seutas tali.

Barter:

jika ia berperilaku buruk, dengan mengatakan, "Berikan itu untuk ini," "Bawakan itu untuk ini," "Tukarkan itu dengan ini," "Gantilah itu dengan ini," maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Ketika barter telah terjadi—miliknya telah berada di tangan orang lain dan milik orang lain ada di tangannya—maka itu harus dilepaskan.

Benda itu harus dilepaskan kepada suatu sangha, suatu kelompok, atau individu. "Dan, para bhikkhu, benda itu harus dilepaskan seperti berikut. (Diuraikan seperti pada Pelepasan 1, dengan penyesuaian seperlunya.)

'Para Mulia, aku telah melakukan barter dalam berbagai cara. Benda ini akan dilepaskan. Aku melepaskannya kepada Sangha.' ... Sangha harus mengembalikan ... kalian harus mengembalikan ... 'Aku mengembalikan benda ini kepadamu.'"

Permutasi

Jika itu barter, dan ia menyadarinya sebagai barter, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pelepasan dan pengakuan. Jika itu adalah barter, tetapi ia tidak dapat memastikannya, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pelepasan dan pengakuan. Jika itu adalah barter, tetapi ia tidak menyadarinya sebagai barter, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pelepasan dan pengakuan.

Jika itu bukan barter, tetapi ia menyadarinya sebagai barter, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika itu bukan barter, tetapi ia tidak dapat memastikannya, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika itu bukan barter, dan ia tidak menyadarinya sebagai barter, maka tidak ada pelanggaran.

Tidak ada pelanggaran

Tidak ada pelanggaran: jika ia menanyakan harga; jika ia memberitahu seorang pelayan; jika ia mengatakan, "Aku memiliki ini dan aku membutuhkan benda-benda itu;" jika ia gila; jika ia adalah pelaku pertama.

Aturan latihan tentang barter, yang kesepuluh, selesai.

SUB-BAB KEDUA TENTANG SUTRA SELESAI.

Berikut ini adalah rangkumannya:

"Sutra, seluruhnya, dua bagian,
Enam tahun, alas-duduk;
Dan dua tentang wol, seharusnya membawa,
Dua tentang berbagai cara."
Title: Nissaggiya Pācittiya 21
Post by: Indra on 15 September 2022, 10:59:40 AM
Koleksi Theravāda tentang Hukum Monastik
Aturan Kebhikkhuan dan Analisisnya
Bab tentang Pelepasan
Sub-bab tentang Mangkuk

Nissaggiya Pācittiya 21. Aturan Latihan tentang Mangkuk

Kisah Asal-mula

Sub-kisah pertama

Pada suatu hari ketika Sang Buddha sedang menetap di Sāvatthī di Vihara Anāthapiṇḍika, para bhikkhu dari kelompok enam menyimpan banyak mangkuk. Ketika orang-orang sedang berjalan-jalan di sekitar tempat-tempat kediaman melihat hal ini, mereka mengeluhkan dan mengkritik, "Bagaimana mungkin para monastik Sakya ini menyimpan banyak mangkuk? Apakah mereka mulai menjadi pedagang mangkuk atau membuka toko mangkuk?"

Para bhikkhu mendengar keluhan orang-orang itu, dan para bhikkhu yang memiliki sedikit keinginan mengeluhkan dan mengkritik para bhikkhu itu, "Bagaimana mungkin para bhikkhu dari kelompok enam menyimpan mangkuk lebih?"

Setelah menegur para bhikkhu itu dalam berbagai cara, mereka memberitahu Sang Buddha. Segera setelah itu Sang Buddha mengumpulkan Sangha dan menanyai para bhikkhu itu: "Benarkah, para bhikkhu, bahwa kalian melakukan hal ini?"

"Benar, Yang Mulia."

Sang Buddha menegur mereka ... "Orang-orang dungu, bagaimana mungkin kalian melakukan hal ini? Hal ini akan mempengaruhi keyakinan orang-orang ..." ... "Dan, para bhikkhu, aturan latihan ini harus dibacakan sebagai berikut:

Aturan awal

'Jika seorang bhikkhu menyimpan mangkuk lebih, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pelepasan dan pengakuan.'"

Demikianlah Sang Buddha menetapkan aturan latihan ini bagi para bhikkhu.

Sub-kisah kedua

Tidak lama setelah itu Yang Mulia Ānanda menerima sebuah mangkuk tambahan. Ia ingin memberinya kepada Yang Mulia Sāriputta, yang sedang menetap di Sāketa. Mengetahui bahwa Sang Buddha telah menetapkan aturan yang melarang menyimpan mangkuk lebih, Yang Mulia Ānanda berpikir, "Apakah yang harus kulakukan dalam situasi ini?" Ia memberitahu Sang Buddha, yang berkata, "Berapa lamakah, Ānanda, sampai Sāriputta kembali?"

"Sembilan atau sepuluh hari, Yang Mulia."

Segera setelah itu Sang Buddha membabarkan ajaran dan berkata kepada para bhikkhu, "Para bhikkhu, kalian boleh menyimpan mangkuk tambahan selama paling lama sepuluh hari. Dan, para bhikkhu, aturan latihan ini harus dibacakan sebagai berikut:

Aturan akhir

'Seorang bhikkhu boleh menyimpan mangkuk tambahan paling lama sepuluh hari. Jika ia menyimpannya lebih lama dari itu, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pelepasan dan pengakuan.'"

Definisi

Paling lama sepuluh hari:

boleh disimpan maksimum sepuluh hari.

Mangkuk tambahan:

mangkuk yang belum ditetapkan, juga belum dialokasikan untuk orang lain.

Mangkuk:

ada dua jenis mangkuk: mangkuk besi dan mangkuk tanah.

Dan ada tiga ukuran mangkuk: mangkuk besar, mangkuk menengah, dan mangkuk kecil.

Mangkuk besar: menampung setengah takaran āḷhaka nasi, seperempat bagian makanan segar, dan seporsi kari.

Mangkuk menengah: menampung satu takaran nāḷika nasi, seperempat bagian makanan segar, dan seporsi kari.

Mangkuk kecil: menampung satu takaran pattha nasi, seperempat bagian makanan segar, dan seporsi kari.

Apa pun yang lebih besar atau lebih kecil dari itu bukanlah mangkuk.

Jika ia menyimpannya lebih lama dari itu, maka itu harus dilepaskan:

Mangkuk itu harus dilepaskan pada fajar hari kesebelas.

Mangkuk itu harus dilepaskan kepada suatu sangha, suatu kelompok, atau individu. "Dan, para bhikkhu, mangkuk itu harus dilepaskan seperti berikut. Setelah mendatangi Sangha, bhikkhu itu harus menata jubah atasnya di satu bahunya dan bersujud di kaki para bhikkhu senior. Kemudian ia harus berjongkok pada tumitnya, merangkapkan tangan, dan berkata:

'Para Mulia, mangkuk ini, yang telah kusimpan selama lebih dari sepuluh hari, akan dilepaskan. Aku melepaskannya kepada Sangha.'

Setelah melepaskannya, ia harus mengakui pelanggaran itu. Pengakuan itu harus diterima oleh seorang bhikkhu yang kompeten dan mampu. Mangkuk yang dilepaskan itu kemudian harus dikembalikan:

'Mohon, Para Mulia, aku memohon Sangha untuk mendengarkan. Mangkuk ini, yang akan dilepaskan oleh bhikkhu ini, telah dilepaskan kepada Sangha. Jika baik menurut Sangha, maka Sangha harus mengembalikan mangkuk ini kepada bhikkhu ini.'

Setelah mendatangi beberapa bhikkhu, bhikkhu itu harus menata jubah atasnya di satu bahunya dan bersujud di kaki para bhikkhu senior. Kemudian ia harus berjongkok pada tumitnya, merangkapkan tangan, dan berkata:

'Para Mulia, mangkuk ini, yang telah kusimpan selama lebih dari sepuluh hari, akan dilepaskan. Aku melepaskannya kepada Para Mulia.'

Setelah melepaskannya, ia harus mengakui pelanggaran itu. Pengakuan itu harus diterima oleh seorang bhikkhu yang kompeten dan mampu. Mangkuk yang dilepaskan itu kemudian harus dikembalikan:

'Mohon, Aku memohon Para Mulia untuk mendengarkan. Mangkuk ini, yang akan dilepaskan oleh bhikkhu ini, telah dilepaskan kepada kalian. Jika baik menurut kalian, maka kalian harus mengembalikan mangkuk ini kepada bhikkhu ini.'

Setelah mendatangi seorang bhikkhu, bhikkhu itu harus menata jubah atasnya di satu bahunya, berjongkok pada tumitnya, merangkapkan tangan, dan berkata, 'Mangkuk ini, yang telah kusimpan selama lebih dari sepuluh hari, akan dilepaskan. Aku melepaskannya kepadamu.' Setelah melepaskannya, ia harus mengakui pelanggaran itu. Pengakuan itu harus diterima oleh bhikkhu tersebut. Mangkuk yang dilepaskan itu kemudian harus dikembalikan:

'Aku mengembalikan mangkuk ini kepadamu.'"

Permutasi

Jika lebih dari sepuluh hari dan ia menyadarinya sebagai lebih, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pelepasan dan pengakuan. Jika lebih dari sepuluh hari, tetapi ia tidak dapat memastikannya, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pelepasan dan pengakuan. Jika lebih dari sepuluh hari, tetapi ia menyadarinya sebagai kurang, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pelepasan dan pengakuan.

Jika itu belum ditetapkan, tetapi ia menyadarinya sebagai sudah ditetapkan, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pelepasan dan pengakuan. Jika itu belum dialokasikan untuk orang lain, tetapi ia menyadarinya sebagai sudah dialokasikan, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pelepasan dan pengakuan. Jika itu belum diberikan, tetapi ia menyadarinya sebagai sudah diberikan, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pelepasan dan pengakuan. Jika tidak hilang, tetapi ia menyadarinya sebagai hilang, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pelepasan dan pengakuan. Jika tidak hancur, tetapi ia menyadarinya sebagai hancur, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pelepasan dan pengakuan. Jika tidak rusak, tetapi ia menyadarinya sebagai rusak, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pelepasan dan pengakuan. Jika tidak dicuri, tetapi ia menyadarinya sebagai dicuri, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pelepasan dan pengakuan.

Jika ia menggunakan mangkuk yang harus dilepaskan tanpa terlebih dulu melepaskannya, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika kurang dari sepuluh hari, tetapi ia menyadarinya sebagai lebih, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika kurang dari sepuluh hari, tetapi ia tidak dapat memastikannya, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika kurang dari sepuluh hari dan ia menyadarinya sebagai kurang, maka tidak ada pelanggaran.

Tidak ada pelanggaran

Tidak ada pelanggaran: jika, dalam rentang sepuluh hari, mangkuk itu ditetapkan, dialokasikan untuk orang lain, diberikan, hilang, hancur, rusak, dicuri, atau diambil atas dasar kepercayaan; jika ia gila; jika ia adalah pelaku pertama.

Segera setelah itu para bhikkhu dari kelompok enam tidak mengembalikan mangkuk yang telah dilepaskan. Mereka memberitahu Sang Buddha.

"Para bhikkhu, sebuah mangkuk yang telah dilepaskan harus dikembalikan. Jika kalian tidak mengembalikan, maka kalian melakukan pelanggaran perbuatan salah."

Aturan latihan tentang mangkuk, yang pertama, selesai.

Title: Nissaggiya Pācittiya 22
Post by: Indra on 15 September 2022, 11:00:12 AM
Koleksi Theravāda tentang Hukum Monastik
Aturan Kebhikkhuan dan Analisisnya
Bab tentang Pelepasan
Sub-bab tentang Mangkuk

Nissaggiya Pācittiya 22. Aturan Latihan tentang Kurang dari Lima Perbaikan


Kisah Asal-mula

Pada suatu ketika Sang Buddha sedang menetap di negeri Sakya di Vihara Pohon Banyan di Kapilavatthu. Pada saat itu seorang pengrajin tembikar telah mengundang para bhikkhu, dengan mengatakan, "Jika siapa pun di antara kalian membutuhkan mangkuk, aku akan menyediakannya." Tetapi para bhikkhu tidak mengenal cukup, dan mereka meminta banyak mangkuk. Mereka yang memiliki mangkuk kecil meminta yang besar, dan mereka yang memiliki mangkuk besar meminta yang kecil. Pengrajin tembikar itu begitu sibuk membuat mangkuk untuk para bhikkhu sehingga ia tidak dapat membuat benda-benda untuk dijual. Ia tidak dapat mencari nafkah, dan istri-istri dan anak-anaknya menderita. Orang-orang mengeluhkan dan mengkritik mereka, "Bagaimana mungkin para monastik Sakya ini tidak mengenal cukup dan meminta banyak mangkuk? Pengrajin tembikar ini begitu sibuk membuat mangkuk untuk para bhikkhu sehingga ia tidak dapat membuat benda-benda untuk dijual. Ia tidak dapat mencari nafkah, dan istri-istri dan anak-anaknya menderita."

Para bhikkhu mendengar keluhan orang-orang itu, dan para bhikkhu yang memiliki sedikit keinginan mengeluhkan dan mengkritik para bhikkhu, "Bagaimana mungkin para bhikkhu itu tidak mengenal cukup dan meminta banyak mangkuk?"

Setelah menegur para bhikkhu itu dalam berbagai cara, mereka memberitahu Sang Buddha. Segera setelah itu Sang Buddha mengumpulkan Sangha dan menanyai para bhikkhu itu: "Benarkah, para bhikkhu, bahwa ada para bhikkhu yang melakukan hal ini?"

"Benar, Yang Mulia."

Sang Buddha menegur mereka ... "Bagaimana mungkin orang-orang dungu itu melakukan hal ini? Hal ini akan mempengaruhi keyakinan orang-orang ..." ... Setelah menegur mereka, Sang Buddha membabarkan ajaran dan berkata kepada para bhikkhu:

"Para bhikkhu, seorang bhikkhu tidak boleh meminta mangkuk. Jika ia melakukannya, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah."

Tidak lama kemudian mangkuk seorang bhikkhu tertentu rusak. Mengetahui bahwa Sang Buddha telah melarang meminta mangkuk dan takut melakukan kesalahan, ia tidak meminta mangkuk baru. Sebagai akibatnya, ia mengumpulkan dana makanan dengan tangannya. Orang-orang mengeluhkan dan mengkritiknya, "Bagaimana mungkin para monastik Sakya mengumpulkan dana makanan dengan tangan mereka, persis seperti para monastik agama lain?"

Para bhikkhu mendengar keluhan orang-orang itu dan mereka memberitahu Sang Buddha. Segera setelah itu Sang Buddha membabarkan ajaran dan berkata kepada para bhikkhu:

"Para bhikkhu, Aku memperbolehkan kalian untuk meminta mangkuk baru jika mangkuk kalian hilang atau rusak."

Ketika mereka mendengar kelonggaran dari Sang Buddha itu, para bhikkhu dari kelompok enam meminta banyak mangkuk baru walaupun mangkuk lama mereka hanya mengalami kerusakan kecil atau hanya tergores. Sekali lagi pengrajin tembikar itu menjadi begitu sibuk membuat mangkuk untuk para bhikkhu sehingga ia tidak dapat membuat benda-benda untuk dijual. Ia tidak dapat mencari nafkah, dan istri-istri dan anak-anaknya menderita. Orang-orang mengeluhkan dan mengkritik mereka seperti sebelumnya.

Para bhikkhu mendengar keluhan orang-orang itu, dan para bhikkhu yang memiliki sedikit keinginan mengeluhkan dan mengkritik para bhikkhu itu, "Bagaimana mungkin para bhikkhu dari kelompok enam meminta banyak mangkuk walaupun mangkuk lama mereka hanya mengalami kerusakan kecil atau hanya tergores?"

Setelah menegur para bhikkhu itu dalam berbagai cara, mereka memberitahu Sang Buddha. Segera setelah itu Sang Buddha mengumpulkan Sangha dan menanyai para bhikkhu itu: "Benarkah, para bhikkhu, bahwa kalian melakukan hal ini?"

"Benar, Yang Mulia."

Sang Buddha menegur mereka ... "Orang-orang dungu, bagaimana mungkin kalian melakukan hal ini? Hal ini akan mempengaruhi keyakinan orang-orang ..." ... "Dan, para bhikkhu, aturan latihan ini harus dibacakan sebagai berikut:

Aturan akhir

'Jika seorang bhikkhu menukar sebuah mangkuk yang kurang dari lima perbaikan dengan sebuah mangkuk baru, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pelepasan dan pengakuan. Bhikkhu itu harus melepaskan mangkuk itu kepada pertemuan para bhikkhu. Kemudian ia harus diberikan mangkuk terakhir milik pertemuan itu: "Bhikkhu, mangkuk ini adalah milikmu. Pergunakanlah sampai rusak." Ini adalah prosedur yang benar.'"

Definisi

Seorang:

siapa pun ...

Bhikkhu:

... Seorang bhikkhu yang telah diberikan penahbisan penuh oleh Sangha yang sepakat melalui prosedur sah yang terdiri dari satu usul dan tiga pengumuman yang tidak dapat dibatalkan dan lengkap—bhikkhu jenis inilah yang dimaksudkan dalam kasus ini.

Sebuah mangkuk yang kurang dari lima perbaikan:

mangkuk yang tanpa perbaikan, satu perbaikan, dua perbaikan, tiga perbaikan, atau empat perbaikan.

Sebuah mangkuk dengan perbaikan yang tidak termasuk:

mangkuk yang tidak memiliki retak sepanjang 3,5 cm.

Sebuah mangkuk dengan perbaikan yang termasuk:

mangkuk yang memiliki retak sepanjang 3,5 cm.

Mangkuk baru:

yang dimaksudkan adalah yang diminta.

Menukar:

Jika ia meminta, maka untuk usaha itu terjadi tindakan perbuatan salah. Ketika ia mendapatkan mangkuknya, maka mangkuk itu harus dilepaskan.

Mangkuk itu harus dilepaskan di tengah-tengah Sangha. Semua mangkuk yang telah ditetapkan harus dibawa. Seseorang tidak boleh menetapkan sebuah mangkuk yang murah, dengan berpikir, "Aku akan mendapatkan yang mahal."

Jika seseorang menetapkan sebuah mangkuk yang murah, dengan berpikir, "Aku akan mendapatkan yang mahal," maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah.

"Dan, para bhikkhu, mangkuk itu harus dilepaskan seperti berikut ini. Setelah mendatangi Sangha, bhikkhu itu harus menata jubah atasnya di satu bahunya dan bersujud di kaki para bhikkhu senior. Kemudian ia harus berjongkok pada tumitnya, merangkapkan tangan, dan berkata:

'Para Mulia, mangkuk ini, yang kuperoleh dengan menukarnya dengan mangkuk yang memiliki kurang dari lima perbaikan, akan dilepaskan. Aku melepaskannya kepada Sangha.'"

Setelah melepaskannya, ia harus mengakui pelanggaran itu. Pengakuan itu harus diterima oleh seorang bhikkhu yang kompeten dan mampu.

Seorang bhikkhu yang memiliki lima kualitas harus ditunjuk sebagai pembagi mangkuk: seorang yang tidak goyah oleh keinginan, kebencian, kebodohan, atau ketakutan, dan yang mengetahui apa yang telah dan belum dibagikan. "Dan, para bhikkhu, beginilah ia harus ditunjuk. Pertama-tama bhikkhu itu harus diminta, dan kemudian seorang bhikkhu yang kompeten dan mampu harus memberitahu Sangha:

'Mohon, Para Mulia, aku memohon Sangha untuk mendengarkan. Jika baik menurut Sangha, maka Sangha harus menunjuk bhikkhu ini sebagai pembagi mangkuk. Ini adalah usul.

Mohon, Para Mulia, aku memohon Sangha untuk mendengarkan. Sangha menunjuk bhikkhu ini sebagai pembagi mangkuk. Bhikkhu mana pun yang menyetujui penunjukan bhikkhu ini sebagai pembagi mangkuk harus berdiam diri. Bhikkhu mana pun yang tidak menyetujui silakan berbicara.

Sangha telah menunjuk bhikkhu ini sebagai pembagi mangkuk. Sangha menyetujui dan karena itu berdiam diri. Aku akan mengingatnya demikian.'"

Bhikkhu yang ditunjuk harus memberikan mangkuk yang dilepaskan. Ia harus memberitahu bhikkhu paling senior, "Yang Mulia, apakah engkau menyukai mangkuk ini?" Jika bhikkhu paling senior itu mengambilnya, maka mangkuk lamanya harus ditawarkan kepada bhikkhu berikutnya.

Ia tidak boleh mengambil mangkuk itu karena simpati. Jika ia melakukan itu, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah.

Mangkuk tidak boleh ditawarkan kepada siapa pun yang tidak memiliki mangkuk. Dengan cara ini mangkuk ditawarkan bergiliran hingga bhikkhu paling junior dalam Sangha.

Kemudian ia harus diberikan mangkuk terakhir milik pertemuan itu: "Bhikkhu, mangkuk ini milikmu. Pergunakanlah sampai rusak":

Bhikkhu itu tidak boleh menyimpan mangkuk itu di tempat yang tidak selayaknya, menggunakannya dalam cara yang tidak selayaknya, atau memberikannya, dengan berpikir, "Bagaimanakah agar mangkuk ini hilang, hancur, atau rusak?" Jika ia menyimpan mangkuk itu di tempat yang tidak selayaknya, menggunakannya dalam cara yang tidak selayaknya, atau memberikannya, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah.

Ini adalah prosedur yang benar:

ini adalah metode yang benar.

Permutasi

Jika ia menukar mangkuk tanpa perbaikan dengan mangkuk tanpa perbaikan, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pelepasan dan pengakuan. Jika ia menukar mangkuk tanpa perbaikan dengan mangkuk dengan satu perbaikan, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pelepasan dan pengakuan. Jika ia menukar mangkuk tanpa perbaikan dengan mangkuk dengan dua perbaikan, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pelepasan dan pengakuan. Jika ia menukar mangkuk tanpa perbaikan dengan mangkuk dengan tiga perbaikan, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pelepasan dan pengakuan. Jika ia menukar mangkuk tanpa perbaikan dengan mangkuk dengan empat perbaikan, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pelepasan dan pengakuan.

Jika ia menukar mangkuk dengan satu perbaikan dengan mangkuk tanpa perbaikan, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pelepasan dan pengakuan. Jika ia menukar mangkuk dengan satu perbaikan dengan mangkuk dengan satu perbaikan, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pelepasan dan pengakuan. Jika ia menukar mangkuk dengan satu perbaikan dengan mangkuk dengan dua perbaikan, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pelepasan dan pengakuan. Jika ia menukar mangkuk dengan satu perbaikan dengan mangkuk dengan tiga perbaikan, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pelepasan dan pengakuan. Jika ia menukar mangkuk dengan satu perbaikan dengan mangkuk dengan empat perbaikan, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pelepasan dan pengakuan.

Jika ia menukar mangkuk dengan dua perbaikan dengan mangkuk tanpa perbaikan, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pelepasan dan pengakuan. Jika ia menukar mangkuk dengan dua perbaikan dengan mangkuk dengan satu perbaikan ... dengan mangkuk dengan dua perbaikan ... dengan mangkuk dengan tiga perbaikan ... Jika ia menukar mangkuk dengan dua perbaikan dengan mangkuk dengan empat perbaikan, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pelepasan dan pengakuan.

Jika ia menukar mangkuk dengan tiga perbaikan dengan mangkuk tanpa perbaikan ... dengan mangkuk dengan satu perbaikan ... dengan mangkuk dengan dua perbaikan ... dengan mangkuk dengan tiga perbaikan ... Jika ia menukar mangkuk dengan tiga perbaikan dengan mangkuk dengan empat perbaikan, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pelepasan dan pengakuan.

Jika ia menukar mangkuk dengan empat perbaikan dengan mangkuk tanpa perbaikan ... dengan mangkuk dengan satu perbaikan ... dengan mangkuk dengan dua perbaikan ... dengan mangkuk dengan tiga perbaikan ... Jika ia menukar mangkuk dengan empat perbaikan dengan mangkuk dengan empat perbaikan, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pelepasan dan pengakuan.

Jika ia menukar mangkuk tanpa perbaikan dengan mangkuk tanpa perbaikan yang termasuk, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pelepasan dan pengakuan. Jika ia menukar mangkuk tanpa perbaikan dengan mangkuk dengan satu perbaikan yang termasuk ... dengan mangkuk dengan dua perbaikan yang termasuk ... dengan mangkuk dengan tiga perbaikan yang termasuk ... Jika ia menukar mangkuk tanpa perbaikan dengan mangkuk dengan empat perbaikan yang termasuk, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pelepasan dan pengakuan.

Jika ia menukar mangkuk dengan satu perbaikan dengan mangkuk tanpa perbaikan yang termasuk ... dengan mangkuk dengan satu perbaikan yang termasuk ... dengan mangkuk dengan dua perbaikan yang termasuk ... dengan mangkuk dengan tiga perbaikan yang termasuk ... Jika ia menukar mangkuk dengan satu perbaikan dengan mangkuk dengan empat perbaikan yang termasuk, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pelepasan dan pengakuan.

Jika ia menukar mangkuk dengan dua perbaikan dengan mangkuk tanpa perbaikan yang termasuk ... Jika ia menukar mangkuk dengan dua perbaikan dengan mangkuk dengan empat perbaikan yang termasuk, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pelepasan dan pengakuan.

Jika ia menukar mangkuk dengan tiga perbaikan dengan mangkuk tanpa perbaikan yang termasuk ... Jika ia menukar mangkuk dengan tiga perbaikan dengan mangkuk dengan empat perbaikan yang termasuk, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pelepasan dan pengakuan.

Jika ia menukar mangkuk dengan empat perbaikan dengan mangkuk tanpa perbaikan yang termasuk ... dengan mangkuk dengan satu perbaikan yang termasuk ... dengan mangkuk dengan dua perbaikan yang termasuk ... dengan mangkuk dengan tiga perbaikan yang termasuk ... Jika ia menukar mangkuk dengan empat perbaikan dengan mangkuk dengan empat perbaikan yang termasuk, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pelepasan dan pengakuan.

Jika ia menukar mangkuk tanpa perbaikan yang termasuk dengan mangkuk tanpa perbaikan, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pelepasan dan pengakuan. Jika ia menukar mangkuk tanpa perbaikan yang termasuk dengan mangkuk dengan satu perbaikan ... dengan mangkuk dengan dua perbaikan ... dengan mangkuk dengan tiga perbaikan ... dengan mangkuk dengan empat perbaikan, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pelepasan dan pengakuan.

Jika ia menukar mangkuk dengan empat perbaikan yang termasuk dengan mangkuk tanpa perbaikan ... Jika ia menukar mangkuk dengan empat perbaikan yang termasuk dengan mangkuk dengan satu perbaikan ... dengan mangkuk dengan dua perbaikan ... dengan mangkuk dengan tiga perbaikan ... Jika ia menukar mangkuk dengan empat perbaikan yang termasuk dengan mangkuk dengan empat perbaikan, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pelepasan dan pengakuan.

Jika ia menukar mangkuk tanpa perbaikan yang termasuk dengan mangkuk tanpa perbaikan yang termasuk ... dengan mangkuk dengan satu perbaikan yang termasuk ... dengan mangkuk dengan dua perbaikan yang termasuk ... dengan mangkuk dengan tiga perbaikan yang termasuk ... Jika ia menukar mangkuk tanpa perbaikan yang termasuk dengan mangkuk dengan empat perbaikan yang termasuk, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pelepasan dan pengakuan.

Jika ia menukar mangkuk dengan empat perbaikan yang termasuk dengan mangkuk tanpa perbaikan yang termasuk ... dengan mangkuk dengan satu perbaikan yang termasuk ... dengan mangkuk dengan dua perbaikan yang termasuk ... dengan mangkuk dengan tiga perbaikan yang termasuk ... Jika ia menukar mangkuk dengan empat perbaikan yang termasuk dengan mangkuk dengan empat perbaikan yang termasuk, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pelepasan dan pengakuan.

Tidak ada pelanggaran

Tidak ada pelanggaran: jika mangkuknya hilang; jika mangkuknya rusak; jika itu dari kerabatnya; jika itu dari mereka yang memberikan undangan; jika itu adalah demi manfaat orang lain; jika itu diperoleh dari harta kekayaannya sendiri; jika ia gila; jika ia adalah pelaku pertama.

Aturan latihan tentang kurang dari lima perbaikan, yang kedua, selesai.
Title: Nissaggiya Pācittiya 23
Post by: Indra on 15 September 2022, 11:00:49 AM
Koleksi Theravāda tentang Hukum Monastik
Aturan Kebhikkhuan dan Analisisnya
Bab tentang Pelepasan
Sub-bab tentang Mangkuk

Nissaggiya Pācittiya 23. Aturan Latihan tentang Tonikum

Kisah Asal-mula

Pada suatu ketika Sang Buddha sedang menetap di Sāvatthī di Hutan Jeta, Vihara Anāthapiṇḍika. Pada saat itu Yang Mulia Pilindavaccha sedang membersihkan lereng di dekat Rājagaha, bermaksud untuk membangun tempat bernaung. Saat itu Raja Seniya Bimbisāra dari Magadha mendatangi Pilindavaccha, bersujud, duduk, dan berkata, "Yang Mulia, apakah yang sedang engkau bangun?"

"Aku sedang membersihkan lereng, Baginda. Aku hendak membangun tempat bernaung."

"Apakah engkau memerlukan pekerja vihara?"

"Sang Buddha belum memperbolehkan pekerja-pekerja vihara."

"Baiklah, Yang Mulia, sudilah menanyakan kepada Sang Buddha dan beritahukan kepadaku hasilnya."

"Baik, Baginda."

Kemudian Pilindavaccha memberikan instruksi, menginspirasi, dan menggembirakan Raja Bimbisāra dengan suatu ajaran, setelah itu sang raja bangkit dari duduknya, bersujud, dan mengelilingi Pilindavaccha dengan sisi kanan menghadapnya, dan pergi.

Segera setelah itu Pilindavaccha mengirim pesan kepada Sang Buddha: "Yang Mulia, Raja Seniya Bimbisāra dari Magadha ingin memberikan seorang pekerja vihara. Bagaimanakah aku harus menjawabnya?" Sang Buddha kemudian membabarkan ajaran dan berkata kepada para bhikkhu:

"Para bhikkhu, Aku memperbolehkan pekerja-pekerja vihara."

Sekali lagi Raja Bimbisāra mendatangi Pilindavaccha, bersujud, duduk, dan berkata, "Yang Mulia, apakah Sang Buddha memperbolehkan para pekerja vihara?"

"Benar, Baginda."

"Baiklah, aku akan menyediakan seorang pekerja vihara untukmu."

Tetapi setelah mengucapkan janji ini, ia lupa, dan teringat kembali setelah lama berlalu. Kemudian ia berkata kepada pejabat yang bertanggung jawab atas segala urusan praktis: "Dengarkan, apakah pekerja vihara yang kujanjikan telah diberikan?"

"Belum, Baginda."

"Berapa lamakah berlalu sejak kita menjanjikan itu?"

Pejabat itu menghitung hari dan berkata, "Sudah lima ratus hari."

"Baiklah, berikan kepadanya lima ratus pekerja vihara."

"Baik."

Pejabat itu memberikan para pekerja vihara itu kepada Pilindavaccha dan membangun sebuah desa terpisah. Mereka menyebutnya "Desa Pekerja Vihara" dan "Desa Pilinda".

Dan Pilindavaccha mulai bergaul dengan keluarga-keluarga di desa itu.

Setelah mengenakan jubah pada suatu pagi, ia membawa mangkuk dan jubahnya dan memasuki Desa Pilinda untuk mengumpulkan dana makanan. Pada saat itu mereka sedang mengadakan perayaan di desa itu dan anak-anak mengenakan pakaian dengan perhiasan dan kalung bunga. Sewaktu Pilindavaccha sedang berjalan menerima dana makanan tanpa terputus, ia sampai di rumah seorang pekerja vihara tertentu, di mana ia duduk di tempat yang telah dipersiapkan. Saat itu putri pemilik rumah itu melihat anak-anak lainnya berpakaian dengan berhiaskan perhiasan dan kalung bunga. Ia menangis dan mengatakan, "Berikan aku kalung bunga! Berikan aku perhiasan!" Pilindavaccha bertanya kepada ibunya mengapa gadis itu menangis. Ia memberitahunya, dan menambahkan, "Orang-orang miskin seperti kami tidak mampu membeli kalung bunga dan perhiasan." Pilindavaccha mengambil segenggam rumput dan berkata kepada sang ibu, "Ini, letakkan ini di atas kepala gadis itu." Ia melakukannya, dan rumput itu berubah menjadi kalung bunga emas. Bahkan di lingkungan kerajaan tidak ada yang seperti itu.

Orang-orang memberitahu Raja Bimbisāra, "Di rumah pekerja vihara itu terdapat sebuah kalung bunga emas yang indah. Bahkan di kerajaanmu, Baginda, tidak ada yang seperti itu. Jadi bagaimanakah orang-orang miskin itu dapat memperolehnya? Mereka pasti telah mencurinya." Raja Bimbisāra menangkap keluarga itu.

Sekali lagi Pilindavaccha mengenakan jubah pada suatu pagi, ia membawa mangkuk dan jubahnya, dan memasuki Desa Pilinda untuk mengumpulkan dana makanan. Sewaktu Pilindavaccha sedang berjalan menerima dana makanan tanpa terputus, ia sampai di rumah pekerja vihara itu. Kemudian ia bertanya kepada para tetangga apa yang telah terjadi dengan keluarga itu.

"Raja telah memenjarakan mereka, Yang Mulia, karena kalung bunga emas itu."

Kemudian Pilindavaccha mendatangi istana Raja Bimbisāra dan duduk di tempat yang telah dipersiapkan. Raja Bimbisāra mendekati Pilindavaccha, bersujud, dan duduk. Pilindavaccha berkata, "Baginda, mengapa engkau memenjara keluarga pekerja vihara itu?"

"Yang Mulia, di rumah pekerja vihara itu terdapat sebuah kalung bunga emas yang indah. Bahkan di kerajaan ini tidak ada yang seperti itu. Jadi bagaimanakah orang-orang miskin itu dapat memperolehnya? Mereka pasti telah mencurinya."

Pilindavaccha kemudian memusatkan pikirannya untuk mengubah rumah panggung Raja Bimbisāra menjadi emas. Sebagai akibatnya, seluruh rumah itu menjadi emas. Ia berkata, "Baginda, bagaimanakah engkau mendapatkan begitu banyak emas?"

"Mengerti, Yang Mulia! Itu adalah kekuatan batinmu." Kemudian ia membebaskan keluarga itu.

Orang-orang berkata, "Mereka mengatakan Yang Mulia Pilindavaccha telah melakukan kesaktian, keajaiban kekuatan supernormal, untuk Raja dan istananya!" Karena gembira dan berkeyakinan pada Pilindavaccha, mereka membawakan untuknya lima tonikum: minyak samin, mentega, minyak, madu, dan sirup. Pilindavaccha memang biasa menerima kelima tonikum tersebut. Karena ia mendapatkan begitu banyak, maka ia memberikannya kepada para pengikutnya, yang menjadi memiliki tonikum berlimpah. Setelah mengisi tempayan-tempayan dan kendi-kendi dan menyimpannya, mereka mengisi saringan air dan tas dan menggantungnya di jendela. Tetapi tonikum-tonikum itu menetes, dan tempat-tempat kediaman itu menjadi penuh dengan tikus. Ketika orang-orang yang berjalan-jalan di sekitar tempat-tempat kediaman melihat ini, mereka mengeluhkan dan mengkritik mereka, "Para monastik Sakya ini menimbun benda-benda di dalam, persis seperti Raja Seniya Bimbisāra dari Magadha."

Para bhikkhu mendengar keluhan orang-orang itu dan para bhikkhu yang memiliki sedikit keinginan mengeluhkan dan mengkritik para bhikkhu itu, "Bagaimana mungkin para bhikkhu ini memilih hidup dengan begitu berlimpah?"

Setelah menegur para bhikkhu itu dalam berbagai cara, mereka memberitahu Sang Buddha. Segera setelah itu Sang Buddha mengumpulkan Sangha dan menanyai para bhikkhu, "Benarkah, para bhikkhu, bahwa ada para bhikkhu yang hidup seperti ini?"

"Benar, Yang Mulia."

Sang Buddha menegur mereka ... "Bagaimana mungkin orang-orang dungu itu hidup seperti ini? Hal ini akan mempengaruhi keyakinan orang-orang ..." ... "Dan, para bhikkhu, aturan latihan ini harus dibacakan sebagai berikut:

Aturan akhir

'Setelah diterima, tonikum-tonikum yang diperbolehkan untuk para bhikkhu yang sakit—yaitu, minyak samin, mentega, minyak, madu, dan sirup—harus dikonsumsi dari penyimpanan paling lama tujuh hari. Jika seseorang mengkonsumsinya lebih dari itu, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pelepasan dan pengakuan.'"

Definisi

Tonikum-tonikum yang diperbolehkan untuk para bhikkhu yang sakit: Minyak samin:

minyak samin dari sapi, minyak samin dari kambing, minyak samin dari kerbau, atau minyak samin dari binatang apa pun yang dagingnya diperbolehkan.

Mentega:

mentega dari binatang yang sama.

Minyak:

minyak wijen, minyak biji-moster, minyak pohon-madu, minyak jarak, minyak dari lemak.

Madu:

madu dari lebah.

Sirup:

dari tebu.

Setelah diterima, tonikum-tonikum itu harus dikonsumsi dari penyimpanan paling lama tujuh hari:

tonikum-tonikum itu harus digunakan maksimum selama tujuh hari.

Jika seseorang mengkonsumsinya lebih dari itu, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pelepasan:

tonikum-tonikum itu harus dilepaskan pada fajar hari ke delapan.

Tonikum-tonikum itu harus dilepaskan kepada suatu sangha, suatu kelompok, atau individu. "Dan, para bhikkhu, tonikum-tonikum itu harus dilepaskan seperti berikut: (Diuraikan seperti pada Pelepasan 1, dengan penyesuaian seperlunya.)

'Para Mulia, tonikum-tonikum ini, yang telah kusimpan selama lebih dari tujuh hari, akan dilepaskan. Aku melepaskannya kepada Sangha.' ... Sangha harus mengembalikan ... kalian harus mengembalikan ... 'Aku mengembalikan tonikum ini kepadamu.'"

Permutasi

Jika lebih dari tujuh hari dan ia menyadarinya sebagai lebih, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pelepasan dan pengakuan. Jika lebih dari tujuh hari, tetapi ia tidak dapat memastikannya, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pelepasan dan pengakuan. Jika lebih dari tujuh hari, tetapi ia menyadarinya sebagai kurang, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pelepasan dan pengakuan.

Jika tonikum-tonikum itu belum ditetapkan, tetapi ia menyadarinya sebagai sudah, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pelepasan dan pengakuan. Jika tonikum-tonikum itu belum diberikan, tetapi ia menyadarinya sebagai sudah, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pelepasan dan pengakuan. Jika tonikum-tonikum itu tidak hilang, tetapi ia menyadarinya sebagai hilang, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pelepasan dan pengakuan. Jika tonikum-tonikum itu tidak hancur, tetapi ia menyadarinya sebagai hancur, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pelepasan dan pengakuan. Jika tonikum-tonikum itu tidak terbakar, tetapi ia menyadarinya sebagai terbakar, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pelepasan dan pengakuan. Jika tonikum-tonikum itu tidak dicuri, tetapi ia menyadarinya sebagai dicuri, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pelepasan dan pengakuan.

Setelah tonikum-tonikum yang dilepaskan itu dikembalikan, tonikum-tonikum itu tidak boleh digunakan pada tubuh, juga tidak boleh dikonsumsi. Tonikum-tonikum ini boleh digunakan pada lampu atau sebagai pewarna hitam. Para bhikkhu lain boleh menggunakannya pada tubuh, tetapi mereka tidak boleh mengkonsumsinya.

Jika kurang dari tujuh hari, tetapi ia menyadarinya sebagai lebih, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika kurang dari tujuh hari, tetapi ia tidak dapat memastikannya, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika kurang dari tujuh hari dan ia menyadarinya sebagai kurang, maka tidak ada pelanggaran.

Tidak ada pelanggaran

Tidak ada pelanggaran: jika dalam tujuh hari telah ditetapkan, diberikan, hilang, hancur, terbakar, dicuri, atau diambil atas dasar kepercayaan; jika, tanpa menginginkannya, ia memberikannya kepada seseorang yang tidak sepenuhnya ditahbiskan, dan kemudian ia mengambilnya kembali dan kemudian menggunakannya; jika ia gila; jika ia adalah pelaku pertama.

Aturan latihan tentang tonikum, yang ketiga, selesai.
Title: Nissaggiya Pācittiya 24
Post by: Indra on 15 September 2022, 11:01:34 AM
Koleksi Theravāda tentang Hukum Monastik
Aturan Kebhikkhuan dan Analisisnya
Bab tentang Pelepasan
Sub-bab tentang Mangkuk

Nissaggiya Pācittiya 24. Aturan Latihan tentang Jubah Musim-Hujan

Kisah Asal-mula

Pada suatu ketika Sang Buddha sedang menetap di Sāvatthī di Hutan Jeta, Vihara Anāthapiṇḍika. Pada saat itu Sang Buddha telah memperbolehkan jubah musim-hujan untuk para bhikkhu. Mengetahui hal ini, para bhikkhu dari kelompok enam terlebih dulu pergi mencari kain untuk jubah musim-hujan mereka. Dan setelah terlebih dulu menjahitnya, mereka memakainya. Kemudian, karena jubah musim-hujan mereka sudah usang, mereka mandi telanjang di tengah hujan.

Para bhikkhu yang memiliki sedikit keinginan mengeluhkan dan mengkritik mereka, "Bagaimana mungkin para bhikkhu dari kelompok enam terlebih dulu mencari kain untuk jubah musim-hujan, terlebih dulu menjahitnya, dan kemudian memakainya, dan kemudian, karena jubah musim-hujan mereka sudah usang, mereka mandi telanjang di tengah hujan?"

Setelah menegur para bhikkhu dari kelompok enam dalam berbagai cara, mereka memberitahu Sang Buddha. Segera setelah itu Sang Buddha mengumpulkan Sangha dan menanyai para bhikkhu itu: "Benarkah, para bhikkhu, bahwa kalian melakukan hal ini?"

"Benar, Yang Mulia."

Sang Buddha menegur mereka ... "Orang-orang dungu, bagaimana mungkin kalian melakukan hal ini? Hal ini akan mempengaruhi keyakinan orang-orang ..." ... "Dan, para bhikkhu, aturan latihan ini harus dibacakan sebagai berikut:

Aturan akhir

'Ketika masih satu bulan lagi tersisa dari musim panas, seorang bhikkhu boleh pergi mencari kain untuk jubah musim-hujan. Ketika masih setengah bulan lagi tersisa, ia boleh menjahitnya dan memakainya. Jika ia mencari kain untuk jubah musim-hujan pada lebih dari satu bulan tersisa dari musim panas, atau jika ia menjahitnya dan kemudian memakainya ketika masih lebih dari setengah bulan tersisa, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pelepasan dan pengakuan.'"

Definisi

Ketika masih satu bulan lagi tersisa dari musim panas, seorang bhikkhu boleh pergi mencari kain untuk jubah musim-hujan:

setelah mendatangi orang-orang itu yang sebelumnya juga telah memberikan kain untuk jubah musim-hujan, ia harus mengatakan, "Sekarang adalah waktunya untuk jubah musim-hujan," "Sekarang adalah musim jubah musim-hujan," "Orang-orang lain juga memberikan kain untuk jubah musim-hujan." Ia tidak boleh mengatakan, "Berikan aku kain untuk jubah musim-hujan," "Bawakan aku kain untuk jubah musim-hujan," "Tukarkan aku kain untuk jubah musim-hujan," "Belikan aku kain untuk jubah musim-hujan."

Ketika masih setengah bulan lagi tersisa, ia boleh menjahitnya dan memakainya:

setelah menjahitnya selama setengah bulan terakhir musim hujan, ia boleh memakainya.

Ketika lebih dari satu bulan tersisa dari musim panas:

jika ia pergi mencari kain untuk jubah musim-hujan pada lebih dari satu bulan tersisa dari musim panas, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pelepasan dan pengakuan.

Ketika masih lebih dari setengah bulan tersisa:

jika ia memakainya setelah menjahitnya ketika masih lebih dari setengah bulan tersisa dari musim panas, maka itu harus dilepaskan.

Jubah musim-hujan itu harus dilepaskan kepada suatu sangha, suatu kelompok, atau individu. "Dan, para bhikkhu, jubah musim-hujan itu harus dilepaskan seperti berikut. (Diuraikan seperti pada Pelepasan 1, dengan penyesuaian seperlunya.)

'Para Mulia, kain untuk jubah musim-hujan ini, yang kucari pada lebih dari satu bulan tersisa dari musim panas atau yang kupakai setelah menjahitnya ketika masih lebih dari setengah bulan tersisa dari musim panas, akan dilepaskan. Aku melepaskannya kepada Sangha.' ... Sangha harus mengembalikan ... kalian harus mengembalikan ... 'Aku mengembalikan kain untuk jubah musim-hujan ini kepadamu.'"

Permutasi

Jika lebih dari satu bulan tersisa dari musim panas, dan ia menyadarinya sebagai lebih, dan ia pergi mencari kain untuk jubah musim-hujan, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pelepasan dan pengakuan. Jika lebih dari satu bulan tersisa dari musim panas, tetapi ia tidak dapat memastikannya, dan ia pergi mencari kain untuk jubah musim-hujan, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pelepasan dan pengakuan. Jika lebih dari satu bulan tersisa dari musim panas, tetapi ia menyadarinya sebagai kurang, dan ia pergi mencari kain untuk jubah musim-hujan, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pelepasan dan pengakuan.

Jika lebih dari setengah bulan tersisa dari musim panas, dan ia menyadarinya sebagai lebih, dan ia memakai jubah musim-hujan setelah menjahitnya, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pelepasan dan pengakuan. Jika lebih dari setengah bulan tersisa dari musim panas, tetapi ia tidak dapat memastikannya, dan ia memakai jubah musim-hujan setelah menjahitnya, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pelepasan dan pengakuan. Jika lebih dari satu bulan tersisa dari musim panas, tetapi ia menyadarinya sebagai kurang, dan ia memakai jubah musim-hujan setelah menjahitnya, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pelepasan dan pengakuan.

Jika ia memiliki jubah musim-hujan, tetapi ia mandi telanjang di tengah-tengah hujan, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika kurang dari satu bulan tersisa dari musim panas, tetapi ia menyadarinya sebagai lebih, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika kurang dari satu bulan tersisa dari musim panas, tetapi ia tidak dapat memastikannya, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika kurang dari satu bulan tersisa dari musim panas, dan ia menyadarinya sebagai kurang, maka tidak ada pelanggaran.

Jika kurang dari setengah bulan tersisa dari musim panas, tetapi ia menyadarinya sebagai lebih, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika kurang dari setengah bulan tersisa dari musim panas, tetapi ia tidak dapat memastikannya, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika kurang dari setengah bulan tersisa dari musim panas, dan ia menyadarinya sebagai kurang, maka tidak ada pelanggaran.

Tidak ada pelanggaran

Tidak ada pelanggaran: jika ia pergi mencari kain untuk jubah musim-hujan ketika masih satu bulan tersisa dari musim panas; jika ia mengenakan jubah musim-hujan setelah menjahitnya ketika masih setengah bulan tersisa dari musim panas; jika ia pergi mencari kain untuk jubah musim-hujan ketika masih kurang dari satu bulan tersisa dari musim panas; jika ia mengenakan jubah musim-hujan setelah menjahitnya ketika masih kurang dari setengah bulan tersisa dari musim panas; jika, setelah mencari kain untuk jubah musim-hujan, ia menunda masa keberdiaman musim-hujan; jika, setelah mengenakan jubah musim-hujan, ia menunda masa keberdiaman musim-hujan (dalam kasus ini ia harus mencucinya dan menyimpannya dan kemudian menggunakannya pada waktu yang tepat); jika jubahnya dicuri; jika jubahnya hilang; jika terjadi situasi darurat; jika ia gila; jika ia adalah pelaku pertama.

Aturan latihan tentang jubah musim-hujan, yang keempat, selesai.
Title: Nissaggiya Pācittiya 25
Post by: Indra on 15 September 2022, 11:02:05 AM
Koleksi Theravāda tentang Hukum Monastik
Aturan Kebhikkhuan dan Analisisnya
Bab tentang Pelepasan
Sub-bab tentang Mangkuk

Nissaggiya Pācittiya 25. Aturan Latihan tentang Mengambil Kembali Jubah

Kisah Asal-mula

Pada suatu hari ketika Sang Buddha sedang menetap di Sāvatthī di Vihara Anāthapiṇḍika, Yang Mulia Upananda orang Sakya berkata kepada murid adiknya, "Ayo, mari kita mengembara ke seluruh negeri."

"Aku tidak bisa, Yang Mulia, jubahku sudah usang."

"Aku akan memberimu jubah." Dan ia memberikan jubah kepadanya.

Tidak lama kemudian bhikkhu itu mendengar bahwa Sang Buddha hendak mengembara ke seluruh negeri. Ia berpikir, "Sekarang lebih baik aku pergi mengembara ke seluruh negeri bersama Sang Buddha." Kemudian, ketika Upananda berkata, "Ayo kita pergi," ia menjawab, "Aku tidak pergi bersamamu, tetapi bersama Sang Buddha."

"Baiklah, jubah itu yang kuberikan kepadamu akan bersamaku," dan ia mengambil kembali jubah itu dalam kemarahan.

Bhikkhu itu memberitahukan apa yang terjadi kepada para bhikkhu lainnya. Dan para bhikkhu yang memiliki sedikit keinginan mengeluhkan dan mengkritik Upananda, "Bagaimana mungkin Yang Mulia Upananda memberikan jubah dan kemudian mengambilnya kembali dalam kemarahan?"

Setelah menegurnya dalam berbagai cara, mereka memberitahu Sang Buddha. Segera setelah itu Sang Buddha mengumpulkan Sangha dan menanyai Upananda: "Benarkah, Upananda, bahwa engkau melakukan hal ini?"

"Benar, Yang Mulia."

Sang Buddha menegurnya ... "Orang dungu, bagaimana mungkin engkau melakukan hal ini? Hal ini akan mempengaruhi keyakinan orang-orang ..." ... "Dan, para bhikkhu, aturan latihan ini harus dibacakan sebagai berikut:

Aturan akhir

'Jika seorang bhikkhu sendiri memberikan jubah kepada seorang bhikkhu, tetapi kemudian, dalam kemarahan, ia mengambil kembali atau menyuruh orang lain mengambil kembali, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pelepasan dan pengakuan.'"

Definisi

Seorang:

siapa pun ...

Bhikkhu:

... Seorang bhikkhu yang telah diberikan penahbisan penuh oleh Sangha yang sepakat melalui prosedur sah yang terdiri dari satu usul dan tiga pengumuman yang tidak dapat dibatalkan dan lengkap—bhikkhu jenis inilah yang dimaksudkan dalam kasus ini.

Kepada seorang bhikkhu:

kepada bhikkhu lainnya.

Sendiri:

ia sendiri yang memberikannya.

Jubah:

satu dari enam jenis kain-jubah, tetapi tidak lebih kecil dari apa yang dapat dialokasikan kepada orang lain.

Dalam kemarahan:

ketidakpuasan, memendam kebencian, permusuhan.

Mengambil kembali:

jika ia sendiri yang mengambil kembali, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pelepasan dan pengakuan.

Menyuruh orang lain mengambil kembali:

jika ia menyuruh orang lain, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika ia hanya menyuruh satu kali, maka bahkan jika orang itu mengambil kembali banyak, itu harus dilepaskan.

Kain-jubah itu harus dilepaskan kepada suatu sangha, suatu kelompok, atau individu. "Dan, para bhikkhu, kain-jubah itu harus dilepaskan seperti berikut. (Diuraikan seperti pada Pelepasan 1, dengan penyesuaian seperlunya.)

'Para Mulia, kain-jubah ini, yang kuambil kembali setelah memberikannya kepada seorang bhikkhu, akan dilepaskan. Aku melepaskannya kepada Sangha.' ... Sangha harus mengembalikan ... kalian harus mengembalikan ... 'Aku mengembalikan kain jubah ini kepadamu.'"

Permutasi

Jika orang lain itu telah sepenuhnya ditahbiskan dan ia menyadarinya sebagai sepenuhnya ditahbiskan, dan setelah memberikan kain-jubah kepadanya, ia mengambilnya kembali dalam kemarahan atau menyuruh orang lain mengambil kembali, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pelepasan dan pengakuan. Jika orang lain itu telah sepenuhnya ditahbiskan, tetapi ia tidak dapat memastikannya, dan setelah memberikan kain-jubah kepadanya, ia mengambilnya kembali dalam kemarahan atau menyuruh orang lain mengambil kembali, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pelepasan dan pengakuan. Jika orang lain itu telah sepenuhnya ditahbiskan, tetapi ia tidak menyadarinya sebagai sepenuhnya ditahbiskan, dan setelah memberikan kain-jubah kepadanya, ia mengambilnya kembali dalam kemarahan atau menyuruh orang lain mengambil kembali, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pelepasan dan pengakuan.

Jika, setelah memberikan benda kebutuhan lain kepada mereka, ia mengambil kembali dalam kemarahan atau menyuruh orang lain mengambil kembali, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika, setelah memberikan kain-jubah atau benda kebutuhan lainnya kepada seseorang yang tidak sepenuhnya ditahbiskan, ia mengambil kembali dalam kemarahan atau menyuruh orang lain mengambil kembali, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah.

Jika orang lain itu tidak sepenuhnya ditahbiskan, tetapi ia menyadarinya sebagai sepenuhnya ditahbiskan, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika orang lain itu tidak sepenuhnya ditahbiskan, tetapi ia tidak dapat memastikannya, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika orang lain itu tidak sepenuhnya ditahbiskan, dan ia tidak menyadarinya sebagai sepenuhnya ditahbiskan, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah.

Tidak ada pelanggaran

Tidak ada pelanggaran: jika orang lain itu yang mengembalikannya; jika ia mengambilnya atas dasar kepercayaan dari mereka; jika ia gila; jika ia adalah pelaku pertama.

Aturan latihan tentang mengambil kembali jubah, yang kelima, selesai.
Title: Nissaggiya Pācittiya 26
Post by: Indra on 15 September 2022, 11:02:32 AM
Koleksi Theravāda tentang Hukum Monastik
Aturan Kebhikkhuan dan Analisisnya
Bab tentang Pelepasan
Sub-bab tentang Mangkuk

Nissaggiya Pācittiya 26. Aturan Latihan tentang Meminta Benang

Kisah Asal-mula

Pada suatu hari ketika Sang Buddha sedang menetap di Rājagaha di Hutan Bambu, para bhikkhu dari kelompok enam sedang membuat jubah dan mereka meminta sejumlah besar benang. Tetapi ketika jubah mereka telah selesai, terdapat banyak benang tersisa. Mereka berkata, "Mari kita meminta lebih banyak lagi benang dan meminta penenun untuk menenunkan kain-jubah untuk kita." Namun bahkan ketika kain-jubah itu telah ditenun, masih banyak benang tersisa. Untuk kedua kalinya mereka meminta lebih banyak benang dan meminta penenun untuk menenunkan kain-jubah untuk mereka. Sekali lagi ada banyak benang tersisa. Untuk ketiga kalinya mereka meminta lebih banyak benang dan meminta penenun untuk menenunkan kain-jubah untuk mereka. Orang-orang mengeluhkan dan mengkritik mereka, "Bagaimana mungkin para monastik Sakya meminta benang dan kemudian meminta penenun untuk menenunkan kain-jubah untuk mereka?"

Para bhikkhu mendengar keluhan orang-orang itu, dan para bhikkhu yang memiliki sedikit keinginan mengeluhkan dan mengkritik para bhikkhu itu, "Bagaimana mungkin para bhikkhu dari kelompok enam meminta benang dan kemudian meminta penenun untuk menenunkan kain-jubah untuk mereka?"

Setelah menegur para bhikkhu itu dalam berbagai cara, mereka memberitahu Sang Buddha. Segera setelah itu Sang Buddha mengumpulkan Sangha dan menanyai para bhikkhu itu, "Benarkah, para bhikkhu, bahwa kalian melakukan hal ini?"

"Benar, Yang Mulia."

Sang Buddha menegur mereka ... "Orang-orang dungu, bagaimana mungkin kalian melakukan hal ini? Hal ini akan mempengaruhi keyakinan orang-orang ..." ... "Dan, para bhikkhu, aturan latihan ini harus dibacakan sebagai berikut:

Aturan akhir

'Jika seorang bhikkhu sendiri meminta benang, dan kemudian meminta penenun untuk menenunkan kain-jubah untuknya, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pelepasan dan pengakuan.'"

Definisi

Seorang:

siapa pun ...

Bhikkhu:

... Seorang bhikkhu yang telah diberikan penahbisan penuh oleh Sangha yang sepakat melalui prosedur sah yang terdiri dari satu usul dan tiga pengumuman yang tidak dapat dibatalkan dan lengkap—bhikkhu jenis inilah yang dimaksudkan dalam kasus ini.

Sendiri:

ia sendiri yang meminta.

Benang:

ada enam jenis benang: linen, kapas, sutra, wol, rami kasar, dan kanvas.

Penenun:

Jika ia meminta penenun untuk menenunkannya, maka untuk setiap usaha terjadi pelanggaran perbuatan salah. Ketika ia mendapatkan kain-jubah, maka itu harus dilepaskan.

Kain-jubah itu harus dilepaskan kepada suatu sangha, suatu kelompok, atau individu. "Dan, para bhikkhu, kain-jubah itu harus dilepaskan seperti berikut. (Diuraikan seperti pada Pelepasan 1, dengan penyesuaian seperlunya.)

'Para Mulia, kain-jubah ini, yang kuminta para penenun untuk menenunkannya setelah meminta benang oleh diriku sendiri, akan dilepaskan. Aku melepaskannya kepada Sangha.' ... Sangha harus mengembalikan ... kalian harus mengembalikan ... 'Aku mengembalikan kain-jubah ini kepadamu.'"

Permutasi

Jika ia menyuruh orang lain untuk menenun, dan ia menyadarinya demikian, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pelepasan dan pengakuan. Jika ia menyuruh orang lain untuk menenun, tetapi ia tidak dapat memastikannya, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pelepasan dan pengakuan. Jika ia menyuruh orang lain untuk menenun, tetapi ia tidak menyadarinya demikian, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pelepasan dan pengakuan.

Jika ia tidak menyuruh orang lain untuk menenun, tetapi ia menyadarinya sebagai telah menyuruh, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika ia tidak menyuruh orang lain untuk menenun, tetapi ia tidak dapat memastikannya, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika ia tidak menyuruh orang lain untuk menenun, dan ia tidak menyadarinya sebagai telah menyuruh, maka tidak ada pelanggaran.

Tidak ada pelanggaran

Tidak ada pelanggaran: jika itu untuk menjahit sebuah jubah; jika itu untuk pengikat punggung-dan-lutut; jika itu untuk sabuk; jika itu untuk sabuk bahu; jika itu untuk tas mangkuk; jika itu untuk saringan air; jika itu dari kerabat; jika itu dari mereka yang telah menyampaikan undangan; jika itu demi manfaat orang lain; jika itu diperoleh dari harta kekayaannya sendiri; jika ia gila; jika ia adalah pelaku pertama.

Aturan latihan tentang meminta benang, yang keenam, selesai.
Title: Nissaggiya Pācittiya 27
Post by: Indra on 15 September 2022, 11:03:03 AM
Koleksi Theravāda tentang Hukum Monastik
Aturan Kebhikkhuan dan Analisisnya
Bab tentang Pelepasan
Sub-bab tentang Mangkuk

Nissaggiya Pācittiya 27. Aturan Latihan Panjang tentang Penenun

Kisah Asal-mula

Pada suatu hari ketika Sang Buddha sedang menetap di Sāvatthī di Vihara Anāthapiṇḍika, seorang laki-laki yang hendak pergi berkata kepada istrinya, "Timbanglah beberapa benang, bawa kepada para penenun, suruh mereka untuk menenunkan kain-jubah, dan simpan kain-jubah itu. Ketika aku pulang, aku akan memberikannya kepada Yang Mulia Upananda."

Seorang bhikkhu yang sedang mengumpulkan dana makanan mendengar ucapan laki-laki tersebut. Kemudian ia mendatangi Upananda orang Sakya dan berkata, "Upananda, engkau memiliki jasa besar. Di tempat itu aku mendengar seorang laki-laki, sewaktu ia hendak pergi, menyuruh istrinya untuk menenunkan kain-jubah untuk diberikan kepadamu ketika ia pulang."

"Ia adalah penyokongku." Dan si penenun juga adalah penyokong Upananda.

Kemudian Upananda mendatangi penenun itu dan berkata, "Kain-jubah yang sedang engkau tenun untukku ini, buatlah panjang dan lebar. Dan tenun dengan rapat, tenun dengan baik, regangkan dengan baik, garuk dengan baik, dan sisir dengan baik."

"Yang Mulia, mereka sudah menimbang benang itu dan menyerahkannya kepadaku, menyuruhku untuk menenun kain-jubah dengan itu. Aku tidak akan dapat membuatnya panjang, lebar, atau menenunnya dengan rapat. Tetapi aku dapat membuatnya ditenun dengan baik, diregangkan dengan baik, digaruk dengan baik, dan disisir dengan baik."

"Buat saja panjang, lebar, dan tenun dengan rapat. Akan ada cukup benang."

Kemudian, ketika semua benang telah habis terpakai, penenun itu mendatangi perempuan itu dan berkata, "Nyonya, aku membutuhkan lebih banyak benang."

"Tetapi bukankah aku telah mengatakan kepadamu untuk menenun kain-jubah itu dengan benang itu?"

"Benar. Tetapi Yang Mulia Upananda menyuruhku untuk membuatnya panjang, lebar, dan ditenun dengan rapat. Dan ia mengatakan akan ada cukup benang." Kemudian perempuan itu memberikan lagi benang sebanyak yang ia berikan pertama kali.

Ketika Upananda mendengar bahwa sang suami telah pulang dari perjalanannya, ia mengunjungi rumahnya dan duduk di tempat yang telah dipersiapkan. Orang itu mendatanginya, bersujud, dan duduk. Kemudian ia berkata kepada isterinya, "Apakah kain-jubah itu telah ditenun?"

"Sudah."

"Bawalah ke sini. Aku akan memberikannya kepada Yang Mulia Upananda."

Kemudian ia mengambil kain-jubah itu, menyerahkannya kepada suaminya, dan memberitahukan kepadanya apa yang terjadi. Setelah memberikan kain-jubah itu kepada Upananda, ia mengeluhkan dan mengkritiknya, "Para monastik Sakya ini memiliki banyak keinginan; mereka tidak mengenal puas. Tidaklah mudah untuk memberikan kain-jubah kepada mereka. Bagaimana mungkin Yang Mulia Upananda mendatangi para penenun dan mengatakan kain-jubah bagaimana yang ia inginkan tanpa terlebih dulu diundang olehku?"

Para bhikkhu mendengar keluhan orang itu, dan para bhikkhu yang memiliki sedikit keinginan mengeluhkan dan mengkritik Upananda, "Bagaimana mungkin Yang Mulia Upananda mendatangi para penenun dan mengatakan kain-jubah bagaimana yang ia inginkan tanpa terlebih dulu diundang?"

Setelah menegurnya dalam berbagai cara, mereka memberitahu Sang Buddha. Segera setelah itu Sang Buddha mengumpulkan Sangha dan menanyai Upananda: "Benarkah, Upananda, bahwa engkau melakukan hal ini?"

"Benar, Yang Mulia."

"Apakah ia adalah kerabatmu?"

"Bukan, Yang Mulia."

"Orang dungu, orang-orang yang bukan kerabat tidak mengetahui apa yang selayaknya dan apa yang tidak selayaknya, apa yang baik dan buruk, dalam berurusan satu sama lain. Dan masih saja engkau melakukan hal ini. Hal ini akan mempengaruhi keyakinan orang-orang ..." ... "Dan, para bhikkhu, aturan latihan ini harus dibacakan sebagai berikut:

Aturan akhir

'Jika seorang perumah tangga laki-laki atau perempuan menyuruh para penenun untuk menenunkan kain-jubah untuk seorang bhikkhu yang bukan kerabat dan, tanpa terlebih dulu diundang, bhikkhu tersebut mendatangi para penenun dan menyebutkan jenis kain-jubah yang ia inginkan, dengan mengatakan, 'Kain-jubah yang sedang engkau tenun untukku ini, buatlah panjang dan lebar; tenun dengan rapat, tenun dengan baik, regangkan dengan baik, garuk dengan baik, dan sisir dengan baik, dan mungkin aku bahkan akan memberimu suatu hadiah kecil.' Kemudian dengan mengatakan itu dan setelahnya memberi mereka hadiah kecil, bahkan sedikit makanan, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pelepasan dan pengakuan.'"

Definisi

Untuk seorang bhikkhu:

untuk manfaat seorang bhikkhu; menjadikan seorang bhikkhu sebagai objek pertimbangan, seseorang ingin memberikan kepadanya.

Bukan kerabat:

siapa pun yang bukan keturunan dari leluhur laki-laki hingga delapan generasi sebelumnya, apakah dari pihak ibu atau dari pihak ayah.

Perumah tangga laki-laki:

laki-laki mana pun yang hidup di rumah.

Perumah tangga perempuan:

perempuan mana pun yang hidup di rumah.

Para penenun:

mereka yang menenun.

Kain-jubah:

salah satu dari enam jenis kain-jubah, tetapi tidak lebih kecil daripada apa yang dapat dialokasikan untuk orang lain.

Ditenun:

disuruh menenun.

Jika bhikkhu tersebut:

bhikkhu yang untuknya kain-jubah itu ditenun.

Tanpa terlebih dulu diundang:

tanpa terlebih dulu dikatakan, "Yang Mulia, kain-jubah jenis apakah yang engkau butuhkan? Kain-jubah jenis apakah yang dapat kutenunkan untukmu?"

Mendatangi para penenun itu:

setelah mendatangi rumah mereka, setelah mendatangi di mana pun mereka berada.

Menyebutkan jenis kain-jubah yang ia inginkan:

"Kain-jubah yang sedang engkau tenun untukku ini, buatlah panjang dan lebar; tenun dengan rapat, tenun dengan baik, regangkan dengan baik, garuk dengan baik, dan sisir dengan baik; dan mungkin aku bahkan akan memberimu suatu hadiah kecil."

Kemudian dengan mengatakan itu dan setelahnya memberi mereka hadiah kecil, bahkan sedikit makanan:

bubur beras, makanan, makanan segar, sedikit bubuk mandi, pembersih gigi, seutas tali, dan bahkan jika ia membabarkan ajaran. Jika penenun itu membuatnya panjang atau lebar atau ditenun dengan rapat karena ucapan bhikkhu itu, maka untuk usaha itu terjadi tindakan perbuatan salah. Ketika ia mendapatkan kain-jubah itu, maka itu harus dilepaskan. Kain-jubah itu harus dilepaskan kepada suatu sangha, suatu kelompok, atau individu. "Dan, para bhikkhu, kain-jubah itu harus dilepaskan seperti berikut. (Diuraikan seperti pada Pelepasan 1, dengan penyesuaian seperlunya.)

'Para Mulia, kain-jubah ini, yang karenanya aku mendatangi para penenun dari perumah tangga yang bukan kerabat dan menyebutkan jenis kain-jubah yang kuinginkan tanpa terlebih dulu diundang, akan dilepaskan. Aku melepaskannya kepada Sangha.' ... Sangha harus mengembalikan ... kalian harus mengembalikan ... 'Aku mengembalikan kain-jubah ini kepadamu.'"

Permutasi

Jika perumah tangga itu bukan kerabat dan bhikkhu itu menyadarinya sebagai bukan kerabat dan, tanpa terlebih dulu diundang, ia mendatangi para penenun mereka dan menyebutkan jenis kain-jubah yang ia inginkan, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pelepasan dan pengakuan. Jika perumah tangga itu bukan kerabat, tetapi bhikkhu itu tidak dapat memastikannya dan, tanpa terlebih dulu diundang, ia mendatangi para penenun mereka dan menyebutkan jenis kain-jubah yang ia inginkan, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pelepasan dan pengakuan. Jika perumah tangga itu bukan kerabat, tetapi bhikkhu itu menyadarinya sebagai kerabat dan, tanpa terlebih dulu diundang, ia mendatangi para penenun mereka dan menyebutkan jenis kain-jubah yang ia inginkan, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pelepasan dan pengakuan.

Jika perumah tangga itu adalah kerabat, tetapi bhikkhu itu menyadarinya sebagai bukan kerabat, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika perumah tangga itu adalah kerabat, tetapi bhikkhu itu tidak dapat memastikannya, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika perumah tangga itu adalah kerabat dan bhikkhu itu menyadarinya sebagai kerabat, maka tidak ada pelanggaran.

Tidak ada pelanggaran

Tidak ada pelanggaran: jika itu adalah dari kerabat; jika itu dari mereka yang telah menyampaikan undangan; jika itu adalah demi manfaat orang lain; jika itu diperoleh dari harta kekayaannya sendiri; jika seseorang menginginkan kain-jubah tenun yang mahal, tetapi ia meminta ditenunkan kain-jubah yang murah; jika ia gila; jika ia adalah pelaku pertama.

Aturan latihan panjang tentang penenun, yang ketujuh, selesai.
Title: Nissaggiya Pācittiya 28
Post by: Indra on 15 September 2022, 11:03:30 AM
Koleksi Theravāda tentang Hukum Monastik
Aturan Kebhikkhuan dan Analisisnya
Bab tentang Pelepasan
Sub-bab tentang Mangkuk

Nissaggiya Pācittiya 28. Aturan Latihan tentang Kain Khusus

Kisah Asal-mula

Pada suatu hari ketika Sang Buddha sedang menetap di Sāvatthī di Vihara Anāthapiṇḍika, seorang pejabat kerajaan yang hendak pergi, mengirim pesan kepada para bhikkhu, dengan mengatakan, "Datanglah, Para Mulia, aku hendak memberikan kain-jubah kepada mereka yang telah menyelesaikan masa keberdiaman musim-hujan."

Para bhikkhu berpikir, "Sang Buddha memperbolehkan jubah demikian hanya untuk mereka yang telah menyelesaikan masa keberdiaman musim-hujan," dan karena takut melakukan kesalahan, mereka tidak pergi. Pejabat kerajaan itu mengeluhkan dan mengkritik mereka, "Bagaimana mungkin mereka tidak datang setelah aku mengirim pesan? Aku hendak pergi bersama bala-tentara. Sulit diketahui apakah aku akan hidup atau mati."

Para bhikkhu mendengar keluhan pejabat kerajaan itu, dan mereka memberitahu Sang Buddha. Segera setelah itu Sang Buddha membabarkan ajaran dan berkata kepada para bhikkhu: "Para bhikkhu, aku memperbolehkan kalian menerima kain-khusus, dan kemudian menyimpannya."

Ketika mereka mendengar hal ini, para bhikkhu menerima kain-khusus dan menyimpannya melewati musim-jubah, menyimpannya dalam buntelan-buntelan pada rak jubah dari bambu.

Sewaktu sedang berjalan-jalan di sekitar tempat-tempat kediaman, Yang Mulia Ānanda melihat kain-kain itu, dan ia bertanya kepada para bhikkhu, "Kain siapakah ini?"

"Ini adalah kain-khusus kami."

"Tetapi berapa lamakah kalian telah menyimpannya?"

Mereka memberitahunya. Ānanda mengeluhkan dan mengkritik mereka, "Bagaimana mungkin para bhikkhu ini menerima kain-khusus dan kemudian menyimpannya melewati musim jubah?"

Setelah menegur para bhikkhu itu dalam berbagai cara, Ānanda memberitahu Sang Buddha. Segera setelah itu Sang Buddha mengumpulkan Sangha dan menanyai para bhikkhu: "Benarkah, para bhikkhu, bahwa ada para bhikkhu yang melakukan hal ini?"

"Benar, Yang Mulia."

Sang Buddha menegur mereka ... "Para bhikkhu, bagaimana mungkin orang-orang dungu itu dapat melakukan hal ini? Hal ini akan mempengaruhi keyakinan orang-orang ..." ... "Dan, para bhikkhu, aturan latihan ini harus dibacakan sebagai berikut:

Aturan akhir

'Ketika masih sepuluh hari tersisa sebelum memasuki bulan purnama Kattika yang mengakhiri masa keberdiaman musim-hujan pertama dan kain-khusus diberikan kepada seorang bhikkhu, ia boleh menerimanya jika ia menganggapnya mendesak. Ia boleh menyimpannya hingga akhir musim jubah. Jika ia menyimpannya melewati waktu itu, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pelepasan dan pengakuan.'"

Definisi

Masih sepuluh hari tersisa:

upacara undangan adalah sepuluh hari mendatang.

Bulan purnama Kattika yang mengakhiri masa keberdiaman musim-hujan pertama:

yang dimaksudkan adalah bulan purnama Kattika dari upacara undangan.

Kain-khusus:

ketika seseorang ingin pergi bersama bala-tentara, ketika seseorang ingin pergi, ketika seseorang jatuh sakit, ketika seseorang hamil, ketika seseorang yang tanpa keyakinan memperoleh keyakinan, ketika seseorang yang tanpa kepercayaan memperoleh kepercayaan—jika orang itu mengirim pesan kepada para bhikkhu, dengan mengatakan, "Datanglah, Para Mulia, aku ingin memberikan jubah kepada mereka yang telah menyelesaikan masa keberdiaman musim hujan," ini disebut "kain-khusus".

Ia boleh menerimanya jika ia menganggapnya mendesak. Ia boleh menyimpannya hingga akhir musim jubah:

dengan menegakkan persepsi bahwa kain itu adalah kain-khusus, ia boleh menyimpannya.

Musim-jubah:

bagi seorang yang tidak berpartisipasi dalam upacara pembuatan jubah, ini adalah bulan terakhir musim hujan; bagi seorang yang berpartisipasi dalam upacara pembuatan jubah, ini adalah periode lima bulan.

Jika ia menyimpannya melewati waktu itu:

bagi seorang yang tidak berpartisipasi dalam upacara pembuatan jubah, jika ia menyimpannya melewati hari terakhir musim hujan, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pelepasan dan pengakuan. Bagi seorang yang berpartisipasi dalam upacara pembuatan jubah, jika ia menyimpannya melewati hari musim-jubah itu berakhir, maka kain itu harus dilepaskan.

Kain itu harus dilepaskan kepada suatu sangha, suatu kelompok, atau individu. "Dan, para bhikkhu, kain itu harus dilepaskan seperti berikut. (Diuraikan seperti pada Pelepasan 1, dengan penyesuaian seperlunya.)

'Para Mulia, kain-khusus ini, yang telah kusimpan melewati musim jubah, akan dilepaskan. Aku melepaskannya kepada Sangha.' ... Sangha harus mengembalikan ... kalian harus mengembalikan ... 'Aku mengembalikan kain ini kepadamu.'"

Permutasi

Jika itu adalah kain-khusus dan ia menyadarinya sebagai kain-khusus, dan ia menyimpannya melewati musim jubah, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pelepasan dan pengakuan. Jika itu adalah kain-khusus, tetapi ia tidak dapat memastikannya, dan ia menyimpannya melewati musim jubah, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pelepasan dan pengakuan. Jika itu adalah kain-khusus, tetapi ia tidak menyadarinya sebagai kain-khusus, dan ia menyimpannya melewati musim jubah, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pelepasan dan pengakuan.

Jika kain itu belum ditetapkan, tetapi ia menyadarinya sebagai sudah ditetapkan ... Jika kain itu belum dialokasikan untuk orang lain, tetapi ia menyadarinya sebagai sudah dialokasikan untuk orang lain ... Jika kain itu belum diberikan, tetapi ia menyadarinya sebagai sudah diberikan ... Jika kain itu tidak hilang, tetapi ia menyadarinya sebagai hilang ... Jika kain itu tidak hancur, tetapi ia menyadarinya sebagai hancur ... Jika kain itu tidak terbakar, tetapi ia menyadarinya sebagai terbakar ... Jika kain itu tidak dicuri, tetapi ia menyadarinya sebagai dicuri, dan ia menyimpannya melewati musim jubah, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pelepasan dan pengakuan.

Jika ia menggunakan kain yang harus dilepaskan tanpa terlebih dulu melepaskannya, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika itu bukan kain-khusus, tetapi ia menyadarinya sebagai kain-khusus, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika itu bukan kain-khusus, tetapi ia tidak dapat memastikannya, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika itu bukan kain-khusus dan ia tidak menyadarinya sebagai kain-khusus, maka tidak ada pelanggaran.

Tidak ada pelanggaran

Tidak ada pelanggaran: jika dalam masa musim jubah, kain-khusus itu ditetapkan, dialokasikan untuk orang lain, diberikan, hilang, hancur, terbakar, dicuri, atau diambil atas dasar kepercayaan; jika ia gila; jika ia adalah pelaku pertama.

Aturan latihan tentang kain-khusus, yang kedelapan, selesai.
Title: Nissaggiya Pācittiya 29
Post by: Indra on 15 September 2022, 11:03:58 AM
Koleksi Theravāda tentang Hukum Monastik
Aturan Kebhikkhuan dan Analisisnya
Bab tentang Pelepasan
Sub-bab tentang Mangkuk

Nissaggiya Pācittiya 29. Aturan Latihan tentang Apa yang Berbahaya

Kisah Asal-mula

Pada suatu ketika Sang Buddha sedang menetap di Sāvatthī di Hutan Jeta, Vihara Anāthapiṇḍika. Pada saat itu para bhikkhu yang telah menyelesaikan masa keberdiaman musim-hujan sedang menetap di tempat-tempat kediaman di dalam hutan belantara. Pencuri-pencuri yang aktif selama bulan Kattika menyerang para bhikkhu ini, dengan berpikir, "Mereka telah diberikan benda-benda."

Para bhikkhu memberitahu Sang Buddha. Segera setelah itu Sang Buddha membabarkan ajaran dan berkata kepada para bhikkhu: "Para bhikkhu, Aku memperbolehkan para bhikkhu yang menetap di tempat-tempat kediaman di dalam hutan belantara untuk menyimpan satu dari tiga jubah mereka di area berpenghuni."

Ketika mereka mendengar hal ini, para bhikkhu menyimpan satu dari tiga jubah mereka di area berpenghuni, terpisah dari mereka selama lebih dari enam hari. Jubah-jubah itu hilang, hancur, terbakar, dan digigit tikus. Sebagai akibatnya, para bhikkhu itu menjadi berjubah buruk. Para bhikkhu lain bertanya mengapa, dan mereka memberitahukan apa yang terjadi. Para bhikkhu yang memiliki sedikit keinginan mengeluhkan dan mengkritik mereka, "Bagaimana mungkin para bhikkhu itu menyimpan satu dari tiga jubah mereka di area berpenghuni dan kemudian terpisah dari mereka selama lebih dari enam hari?"

Setelah menegur para bhikkhu itu dalam berbagai cara, mereka memberitahu Sang Buddha. Segera setelah itu Sang Buddha mengumpulkan Sangha dan menanyai para bhikkhu: "Benarkah, para bhikkhu, bahwa ada para bhikkhu yang melakukan hal ini?"

"Benar, Yang Mulia."

Sang Buddha menegur mereka ... "Para bhikkhu, bagaimana mungkin orang-orang dungu itu dapat melakukan hal ini? Hal ini akan mempengaruhi keyakinan orang-orang ..." ... "Dan, para bhikkhu, aturan latihan ini harus dibacakan sebagai berikut:

Aturan akhir

'Ada tempat-tempat kediaman di dalam hutan belantara yang dianggap riskan dan berbahaya. Setelah menjalankan bulan purnama Kattika yang mengakhiri musim hujan, seorang bhikkhu yang menetap di tempat-tempat kediaman demikian, jika ia menginginkan, boleh menyimpan satu dari tiga jubahnya di area berpenghuni selama ia memiliki alasan untuk berpisah dari jubah itu. Ia boleh berpisah dari jubah itu selama paling lama enam hari. Jika ia berpisah dari jubah itu lebih lama dari itu, kecuali jika para bhikkhu menyetujui, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pelepasan dan pengakuan.'"
Definisi

Setelah menjalankan:

setelah menyelesaikan musim hujan.

Bulan purnama Kattika yang mengakhiri musim hujan:

yang dimaksudkan adalah bulan purnama keempat dari musim hujan di bulan Kattika.

Ada tempat-tempat kediaman di dalam hutan belantara:

tempat kediaman di dalam hutan belantara: sedikitnya 800 meter jauhnya dari area berpenghuni.

Riskan:

di dalam vihara, atau di lingkungan sekitar vihara, pencuri-pencuri telah terlihat berkemah, makan, berdiri, duduk, atau berbaring.

Berbahaya:

di dalam vihara, atau di lingkungan sekitar vihara, pencuri-pencuri telah terlihat melukai, merampok, atau memukul orang-orang.

Seorang bhikkhu yang menetap di tempat-tempat kediaman demikian:

seorang bhikkhu yang menetap di tempat kediaman seperti itu.

Jika ia menginginkan:

jika ia menghendakinya.

Satu dari tiga jubahnya:

jubah luar, jubah atas, atau sarung.

Boleh menyimpan di area berpenghuni:

boleh menyimpannya di mana pun di desa sumber dana makanannya.

Selama ia memiliki alasan untuk berpisah dari jubah itu:

jika ada alasan, jika ada sesuatu yang harus dilakukan.

Ia boleh berpisah dari jubah itu selama paling lama enam hari:

ia boleh berpisah maksimum selama enam hari.

Kecuali jika para bhikkhu menyetujui:

Jika para bhikkhu telah menyetujui.

Jika ia berpisah dari jubah itu lebih lama dari itu:

maka jubah itu harus dilepaskan pada fajar hari ketujuh.

Jubah itu harus dilepaskan kepada suatu sangha, suatu kelompok, atau individu. "Dan, para bhikkhu, jubah itu harus dilepaskan seperti berikut. (Diuraikan seperti pada Pelepasan 1, dengan penyesuaian seperlunya.)

'Para Mulia, jubah ini, yang telah berpisah dariku selama lebih dari enam hari tanpa persetujuan para bhikkhu, akan dilepaskan. Aku melepaskannya kepada Sangha.' ... Sangha harus mengembalikan ... kalian harus mengembalikan ... 'Aku mengembalikan jubah ini kepadamu.'"

Permutasi

Jika lebih dari enam hari dan ia menyadarinya sebagai lebih, dan ia berpisah dari jubah itu, kecuali para bhikkhu telah menyetujui, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pelepasan dan pengakuan. Jika lebih dari enam hari, tetapi ia tidak dapat memastikannya, dan ia berpisah dari jubah itu, kecuali para bhikkhu telah menyetujui, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pelepasan dan pengakuan. Jika lebih dari enam hari, tetapi ia menyadarinya sebagai kurang, dan ia berpisah dari jubah itu, kecuali para bhikkhu telah menyetujui, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pelepasan dan pengakuan.

Jika penetapan belum diberikan, tetapi ia menyadarinya sebagai sudah ... Jika jubah itu belum diberikan, tetapi ia menyadarinya sebagai sudah ... Jika jubah itu tidak hilang, tetapi ia menyadarinya sebagai hilang ... Jika jubah itu tidak hancur, tetapi ia menyadarinya sebagai hancur ... Jika jubah itu tidak terbakar, tetapi ia menyadarinya sebagai terbakar ... Jika jubah itu tidak dicuri, tetapi ia menyadarinya sebagai dicuri, dan ia berpisah dari jubah itu, kecuali para bhikkhu telah menyetujui, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pelepasan dan pengakuan.

Jika ia menggunakan jubah yang harus dilepaskan tanpa terlebih dulu melepaskannya, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika kurang dari enam hari, tetapi ia menyadarinya sebagai lebih, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika kurang dari enam hari, tetapi ia tidak dapat memastikannya, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika kurang dari enam hari dan ia menyadarinya sebagai kurang, maka tidak ada pelanggaran.

Tidak ada pelanggaran

Tidak ada pelanggaran: jika ia berpisah dari jubah itu selama enam hari; jika ia berpisah dari jubah itu selama kurang dari enam hari; jika setelah berpisah dari jubah itu selama enam hari, ia bermalam di dalam wilayah desa itu dan kemudian pergi; jika dalam enam hari ia memberikan penetapan, atau jubah itu diberikan, hilang, hancur, terbakar, dicuri, atau diambil atas dasar kepercayaan; jika ia telah mendapat persetujuan dari para bhikkhu; jika ia gila; jika ia adalah pelaku pertama.

Aturan latihan tentang apa yang berbahaya, yang kesembilan, selesai.
Title: Nissaggiya Pācittiya 30
Post by: Indra on 15 September 2022, 11:04:31 AM
Koleksi Theravāda tentang Hukum Monastik
Aturan Kebhikkhuan dan Analisisnya
Bab tentang Pelepasan
Sub-bab tentang Mangkuk

Nissaggiya Pācittiya 30. Aturan Latihan tentang Apa yang Diniatkan

Kisah Asal-mula

Pada suatu hari ketika Sang Buddha sedang menetap di Sāvatthī di Vihara Anāthapiṇḍika, suatu perkumpulan telah mempersiapkan dana makan beserta kain-jubah untuk Sangha, berniat untuk mempersembahkan kain-jubah setelah memberikan makanan.

Tetapi para bhikkhu dari kelompok enam mendatangi perkumpulan itu dan berkata, "Sudilah memberikan kain-jubah ini kepada kami."

"Para Mulia, kami tidak dapat melakukan itu. Kami telah mempersiapkan persembahan dana makan tahunan beserta dengan kain-jubah untuk Sangha."

"Sangha memiliki banyak penyumbang dan penyokong. Tetapi karena kami sedang menetap di sini, kami mengandalkan sokongan kalian. Siapakah yang akan memberikan kepada kami kalau bukan kalian? Jadi berikanlah kain-jubah ini kepada kami." Karena didesak oleh para bhikkhu dari kelompok enam, perkumpulan itu memberikan kain-jubah yang telah dipersiapkan itu kepada mereka dan mepersembahkan makanan kepada Sangha.

Para bhikkhu yang mengetahui bahwa suatu persembahan makanan beserta dengan kain-jubah telah dipersiapkan untuk Sangha, tetapi tidak tahu bahwa kain-jubah telah diberikan kepada para bhikkhu dari kelompok enam berkata, "Silakan persembahkan kain-jubah."

"Tidak ada lagi. Para bhikkhu dari kelompok enam telah mengalihkan kain-jubah yang telah kami persiapkan kepada mereka."

Para bhikkhu yang memiliki sedikit keinginan, mengeluhkan dan mengkritik para bhikkhu itu, "Bagaimana mungkin para bhikkhu dari kelompok enam mengalihkan kepada mereka sendiri benda-benda yang mereka tahu diniatkan untuk Sangha?"

Setelah menegur para bhikkhu itu dalam berbagai cara, mereka memberitahu Sang Buddha. Segera setelah itu Sang Buddha mengumpulkan Sangha dan menanyai para bhikkhu: "Benarkah, para bhikkhu, bahwa kalian melakukan hal ini?"

"Benar, Yang Mulia."

Sang Buddha menegur mereka ... "Orang-orang dungu, bagaimana mungkin kalian melakukan hal ini? Hal ini akan mempengaruhi keyakinan orang-orang ..." ... "Dan, para bhikkhu, aturan latihan ini harus dibacakan sebagai berikut:

Aturan akhir

'Jika seorang bhikkhu mengalihkan kepada dirinya sendiri, sokongan materi yang ia ketahui diniatkan untuk Sangha, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pelepasan dan pengakuan.'"

Definisi

Seorang:

siapa pun ...

Bhikkhu:

... Seorang bhikkhu yang telah diberikan penahbisan penuh oleh Sangha yang sepakat melalui prosedur sah yang terdiri dari satu usul dan tiga pengumuman yang tidak dapat dibatalkan dan lengkap—bhikkhu jenis inilah yang dimaksudkan dalam kasus ini.

Ia ketahui:

ia mengetahui oleh dirinya sendiri atau orang lain memberitahunya atau si penyumbang memberitahunya.

Untuk Sangha:

diberikan kepada Sangha, dilepaskan kepada Sangha.

Sokongan materi:

kain-jubah, makanan, tempat kediaman, dan obat-obatan; bahkan sedikit bubuk mandi, pembersih gigi, atau seutas tali.

Diniatkan:

mereka telah mengatakan, "Kami akan memberikan," "Kami akan mempersiapkan." Jika ia mengalihkannya kepada dirinya, maka untuk usaha itu terjadi tindakan perbuatan salah. Ketika ia mendapatkannya, maka itu harus dilepaskan.

Sokongan materi itu harus dilepaskan kepada suatu sangha, suatu kelompok, atau individu. "Dan, para bhikkhu, sokongan materi itu harus dilepaskan seperti berikut. (Diuraikan seperti pada Pelepasan 1, dengan penyesuaian seperlunya.)

'Para Mulia, benda ini, yang kualihkan kepada diriku sendiri dengan mengetahui bahwa ini diniatkan untuk Sangha, akan dilepaskan. Aku melepaskannya kepada Sangha.' ... Sangha harus mengembalikan ... kalian harus mengembalikan ... 'Aku mengembalikan benda ini kepadamu.'"

Permutasi

Jika diniatkan untuk Sangha dan ia menyadarinya sebagai diniatkan untuk Sangha, dan ia mengalihkannya kepada dirinya sendiri, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pelepasan dan pengakuan.

Jika diniatkan untuk Sangha, tetapi ia tidak dapat memastikannya, dan ia mengalihkannya kepada dirinya sendiri, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika diniatkan untuk Sangha, tetapi ia tidak menyadarinya sebagai diniatkan untuk Sangha, dan ia mengalihkannya kepada dirinya sendiri, maka tidak ada pelanggaran.

Jika diniatkan untuk satu Sangha dan ia mengalihkannya kepada Sangha lain atau kepada sebuah altar, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika diniatkan untuk satu altar dan ia mengalihkannya kepada altar lain atau kepada satu Sangha atau individu, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika diniatkan untuk satu individu dan ia mengalihkannya kepada individu lain atau kepada satu sangha atau kepada sebuah altar, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah.

Jika tidak diniatkan untuk Sangha, tetapi ia menyadarinya sebagai diniatkan untuk Sangha, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika tidak diniatkan untuk Sangha, tetapi ia tidak dapat memastikannya, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika tidak diniatkan untuk Sangha dan ia tidak menyadarinya sebagai tidak diniatkan untuk Sangha, maka tidak ada pelanggaran.

Tidak ada pelanggaran

Tidak ada pelanggaran: jika ditanya, "Kemanakah kami dapat memberi?" ia berkata, "Berikanlah di mana pemberianmu akan menjadi perlengkapan;" "Berikanlah di mana pemberianmu akan menjadi perbaikan;" "Berikanlah di mana pemberianmu akan bertahan dalam waktu lama;" "Berikanlah di mana engkau merasa terinspirasi;" jika ia gila; jika ia adalah pelaku pertama.

Aturan latihan tentang apa yang diniatkan, yang kesepuluh, selesai.

SUB-BAB KETIGA TENTANG MANGKUK SELESAI

Berikut ini adalah rangkumannya:
"Dua tentang mangkuk, dan tonikum-tonikum,
Musim hujan, kelima tentang pemberian;
Diri sendiri, setelah menenun, khusus,
Riskan, dan bersama dengan Sangha."

"Para Mulia, tiga puluh aturan tentang pelepasan dan pengakuan telah dibacakan. Sehubungan dengan ini Aku bertanya kepada kalian, 'Apakah kalian murni dalam hal ini?' Untuk kedua kalinya Aku bertanya, 'Apakah kalian murni dalam hal ini?' Untuk ketiga kalinya Aku bertanya, 'Apakah kalian murni dalam hal ini?' Kalian murni dalam hal ini dan oleh karena itu berdiam diri. Aku akan mengingatnya demikian."

BAB TENTANG PELANGGARAN-PELANGGARAN YANG MENGHARUSKAN PELEPASAN SELESAI

TEKS KANONIS YANG DIMULAI DENGAN PELANGGARAN-PELANGGARAN YANG MENGHARUSKAN PENGUSIRAN SELESAI
Title: Pācittiya 1
Post by: Indra on 15 September 2022, 10:09:00 PM
Koleksi Theravāda tentang Hukum Monastik
Aturan Kebhikkhuan dan Analisisnya
Bab tentang Pelanggaran-Pelanggaran Yang Mengharuskan Penebusan
Sub-bab tentang Berbohong


Pācittiya 1. Aturan Latihan tentang Berbohong

Hormat kepada Sang Buddha, Yang Sempurna, Yang Tercerahkan Sempurna

Para Mulia, sembilan puluh dua aturan tentang penebusan ini akan dibacakan.

Kisah Asal-mula

Pada suatu ketika Sang Buddha sedang menetap di Sāvatthī di Hutan Jeta, Vihara Anāthapiṇḍika, Hatthaka orang Sakya telah dikalahkan dalam perdebatan. Sewaktu berbicara dengan kaum monastik agama lain, ia akan menyatakan hal-hal setelah membantahnya, dan ia akan membantah hal-hal setelah menyatakannya. Ia menghindari topik-topik, berbohong, dan mengucapkan janji palsu. Para monastik agama lain mengeluhkan dan mengkritiknya, "Ketika Hatthaka berbicara dengan kita, bagaimana mungkin ia menyatakan hal-hal setelah membantahnya, membantah hal-hal setelah menyatakannya, menghindari topik-topik, berbohong, dan mengucapkan janji palsu?"

Para bhikkhu mendengar keluhan para monastik agama lain itu. Kemudian mereka mendatangi Hatthaka dan berkata, "Benarkah, Hatthaka, bahwa engkau melakukan hal ini?"

"Para monastik agama lain harus dikalahkan, apa pun yang terjadi! Mereka tidak boleh dibiarkan menang."

Para bhikkhu yang memiliki sedikit keinginan mengeluhkan dan mengkritiknya, "Ketika Hatthaka berbicara dengan para monastik agama lain, bagaimana mungkin ia menyatakan hal-hal setelah membantahnya, membantah hal-hal setelah menyatakannya, menghindari topik-topik, berbohong, dan mengucapkan janji palsu?"

Setelah menegur Hatthaka dalam berbagai cara, mereka memberitahu Sang Buddha. Segera setelah itu Sang Buddha mengumpulkan Sangha dan menanyai Hatthaka, "Benarkah, Hatthaka, bahwa kalian melakukan hal ini?"

"Benar, Yang Mulia."

Sang Buddha menegurnya... "Orang dungu, Bagaimana mungkin engkau melakukan hal ini? Hal ini akan mempengaruhi keyakinan orang-orang ..." ... "Dan, para bhikkhu, aturan latihan ini harus dibacakan sebagai berikut:

Aturan akhir

'Jika seorang bhikkhu dengan penuh kesadaran berbohong, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengakuan'"

Definisi

Dengan penuh kesadaran berbohong:

Ucapan dari seseorang yang bertujuan untuk menipu—kata-katanya, gaya bicaranya, caranya mulai berbicara, gaya bahasanya, delapan jenis ucapan tidak mulia: ia mengatakan bahwa ia melihat apa yang tidak ia lihat; ia mengatakan bahwa ia mendengar apa yang tidak ia dengar; ia mengatakan bahwa ia mencerap apa yang tidak ia cerap; ia mengatakan apa yang ia alami secara batin apa yang tidak ia alami secara batin; ia mengatakan bahwa ia tidak melihat apa yang telah ia lihat; ia mengatakan bahwa ia tidak mendengar apa yang ia dengar; ia mengatakan bahwa ia tidak mencerap apa yang ia cerap; ia mengatakan bahwa ia tidak mengalami secara batin apa yang ia alami secara batin.

Permutasi

Definisi

Tidak melihat:

Tidak melihat dengan mata.

Tidak mendengar:

Tidak mendengar dengan telinga:

Tidak mencerap:

Tidak membaui dengan hidung, tidak mengecap dengan lidah, tidak menyentuh dengan badan.

Tidak mengalami secara batin:

Tidak mengalami secara batin dengan pikiran.

Melihat:

melihat dengan mata.

Mendengar:

Mendengar dengan telinga:

Mencerap:

Membaui dengan hidung, tidak mengecap dengan lidah, tidak menyentuh dengan badan.

Mengalami secara batin:

Mengalami secara batin dengan pikiran.

Pembabaran:

Secara dusta mengaku telah mengalami apa yang tidak ia alami: pintu indria tunggal

Jika ia berbohong dengan penuh kesadaran, mengatakan bahwa ia telah melihat apa yang tidak ia lihat, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan jika tiga kondisi ini terpenuhi: sebelum ia berbohong, ia tahu bahwa ia hendak berbohong; sewaktu berbohong, ia tahu bahwa ia sedang berbohong; setelah berbohong, ia tahu bahwa ia telah berbohong.

Jika ia berbohong dengan penuh kesadaran, mengatakan bahwa ia telah melihat apa yang tidak ia lihat, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan jika empat kondisi ini terpenuhi: sebelum ia berbohong, ia tahu bahwa ia hendak berbohong; sewaktu berbohong, ia tahu bahwa ia sedang berbohong; setelah berbohong, ia tahu bahwa ia telah berbohong; dalam menyatakan pandangannya secara keliru atas apa yang benar.

Jika ia berbohong dengan penuh kesadaran, mengatakan bahwa ia telah melihat apa yang tidak ia lihat, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan jika lima kondisi ini terpenuhi: sebelum ia berbohong, ia tahu bahwa ia hendak berbohong; sewaktu berbohong, ia tahu bahwa ia sedang berbohong; setelah berbohong, ia tahu bahwa ia telah berbohong; dalam menyatakan pandangannya secara keliru atas apa yang benar; dalam menyatakan kepercayaannya secara keliru atas apa yang benar.

Jika ia berbohong dengan penuh kesadaran, mengatakan bahwa ia telah melihat apa yang tidak ia lihat, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan jika enam kondisi ini terpenuhi: sebelum ia berbohong, ia tahu bahwa ia hendak berbohong; sewaktu berbohong, ia tahu bahwa ia sedang berbohong; setelah berbohong, ia tahu bahwa ia telah berbohong; dalam menyatakan pandangannya secara keliru atas apa yang benar; dalam menyatakan kepercayaannya secara keliru atas apa yang benar; dalam menyatakan penerimaannya secara keliru atas apa yang benar.

Jika ia berbohong dengan penuh kesadaran, mengatakan bahwa ia telah melihat apa yang tidak ia lihat, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan jika tujuh kondisi ini terpenuhi: sebelum ia berbohong, ia tahu bahwa ia hendak berbohong; sewaktu berbohong, ia tahu bahwa ia sedang berbohong; setelah berbohong, ia tahu bahwa ia telah berbohong; dalam menyatakan pandangannya secara keliru atas apa yang benar; dalam menyatakan kepercayaannya secara keliru atas apa yang benar; dalam menyatakan penerimaannya secara keliru atas apa yang benar; dalam menyatakan perasaannya secara keliru atas apa yang benar.

Jika ia berbohong dengan penuh kesadaran, mengatakan bahwa ia telah mendengar apa yang tidak ia dengar ... mengatakan bahwa ia telah mencerap ... mengatakan bahwa ia telah secara batin mengalami apa yang tidak secara batin ia alami, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan jika tiga kondisi ini terpenuhi: sebelum ia berbohong, ia tahu bahwa ia hendak berbohong; sewaktu berbohong, ia tahu bahwa ia sedang berbohong; setelah berbohong, ia tahu bahwa ia telah berbohong.

... ketika empat kondisi terpenuhi ... ketika lima kondisi terpenuhi ... ketika enam kondisi terpenuhi ... Jika ia berbohong dengan penuh kesadaran, mengatakan bahwa ia telah mengalami secara batin apa yang tidak ia alami secara batin, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan jika tujuh kondisi ini terpenuhi: sebelum ia berbohong, ia tahu bahwa ia hendak berbohong; sewaktu berbohong, ia tahu bahwa ia sedang berbohong; setelah berbohong, ia tahu bahwa ia telah berbohong; dalam menyatakan pandangannya secara keliru atas apa yang benar; dalam menyatakan kepercayaannya secara keliru atas apa yang benar; dalam menyatakan penerimaannya secara keliru atas apa yang benar; dalam menyatakan perasaannya secara keliru atas apa yang benar.
Title: Pācittiya 1
Post by: Indra on 15 September 2022, 10:09:20 PM
Secara dusta mengaku telah mengalami apa yang tidak ia alami: beberapa pintu indria

Jika ia berbohong dengan penuh kesadaran, mengatakan bahwa ia telah melihat dan mendengar apa yang tidak ia lihat, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan jika tiga kondisi ini terpenuhi ... Jika ia berbohong dengan penuh kesadaran, mengatakan bahwa ia telah melihat dan mencerap apa yang tidak ia lihat, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan jika tiga kondisi ini terpenuhi ... Jika ia berbohong dengan penuh kesadaran, mengatakan bahwa ia telah melihat dan secara batin mengalami apa yang tidak ia lihat, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan jika tiga kondisi ini terpenuhi ... Jika ia berbohong dengan penuh kesadaran, mengatakan bahwa ia telah melihat dan mendengar dan mencerap apa yang tidak ia lihat, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan jika tiga kondisi ini terpenuhi ... Jika ia berbohong dengan penuh kesadaran, mengatakan bahwa ia telah melihat dan mendengar dan secara batin mengalami apa yang tidak ia lihat, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan jika tiga kondisi ini terpenuhi ... Jika ia berbohong dengan penuh kesadaran, mengatakan bahwa ia telah melihat dan mendengar dan mencerap dan secara batin mengalami apa yang tidak ia lihat, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan jika tiga kondisi ini terpenuhi ...

Jika ia berbohong dengan penuh kesadaran, mengatakan bahwa ia telah mendengar dan mencerap apa yang tidak ia dengar, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan jika tiga kondisi ini terpenuhi ... Jika ia berbohong dengan penuh kesadaran, mengatakan bahwa ia telah mendengar dan secara batin mengalami apa yang tidak ia dengar, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan jika tiga kondisi ini terpenuhi ... Jika ia berbohong dengan penuh kesadaran, mengatakan bahwa ia telah mendengar dan melihat apa yang tidak ia dengar, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan jika tiga kondisi ini terpenuhi ... Jika ia berbohong dengan penuh kesadaran, mengatakan bahwa ia telah mendengar dan mencerap dan secara batin mengalami apa yang tidak ia dengar, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan jika tiga kondisi ini terpenuhi ... Jika ia berbohong dengan penuh kesadaran, mengatakan bahwa ia telah mendengar dan mencerap dan melihat apa yang tidak ia dengar, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan jika tiga kondisi ini terpenuhi ... Jika ia berbohong dengan penuh kesadaran, mengatakan bahwa ia telah mendengar dan mencerap dan secara batin mengalami dan melihat apa yang tidak ia dengar, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan jika tiga kondisi ini terpenuhi ...

Jika ia berbohong dengan penuh kesadaran, mengatakan bahwa ia telah mencerap dan secara batin mengalami apa yang tidak ia cerap, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan jika tiga kondisi ini terpenuhi ... Jika ia berbohong dengan penuh kesadaran, mengatakan bahwa ia telah mencerap dan melihat apa yang tidak ia cerap, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan jika tiga kondisi ini terpenuhi ... Jika ia berbohong dengan penuh kesadaran, mengatakan bahwa ia telah mencerap dan mendengar apa yang tidak ia dengar, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan jika tiga kondisi ini terpenuhi ... Jika ia berbohong dengan penuh kesadaran, mengatakan bahwa ia telah mencerap dan secara batin mengalami dan melihat apa yang tidak ia dengar, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan jika tiga kondisi ini terpenuhi ... Jika ia berbohong dengan penuh kesadaran, mengatakan bahwa ia telah mencerap dan secara batin mengalami dan mendengar apa yang tidak ia dengar, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan jika tiga kondisi ini terpenuhi ... Jika ia berbohong dengan penuh kesadaran, mengatakan bahwa ia telah mencerap dan secara batin mengalami dan melihat dan mendengar apa yang tidak ia dengar, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan jika tiga kondisi ini terpenuhi ...

Jika ia berbohong dengan penuh kesadaran, mengatakan bahwa ia telah secara batin mengalami dan melihat apa yang tidak secara batin ia alami, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan jika tiga kondisi ini terpenuhi ... Jika ia berbohong dengan penuh kesadaran, mengatakan bahwa ia telah secara batin mengalami dan mendengar apa yang tidak secara batin ia alami, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan jika tiga kondisi ini secara batin ia alami ... Jika ia berbohong dengan penuh kesadaran, mengatakan bahwa ia telah secara batin mengalami dan mencerap apa yang tidak secara batin ia alami, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan jika tiga kondisi ini terpenuhi ... Jika ia berbohong dengan penuh kesadaran, mengatakan bahwa ia telah secara batin mengalami dan melihat dan mendengar apa yang tidak secara batin ia alami, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan jika tiga kondisi ini terpenuhi ... Jika ia berbohong dengan penuh kesadaran, mengatakan bahwa ia telah secara batin mengalami dan melihat dan mencerap apa yang tidak secara batin ia alami, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan jika tiga kondisi ini terpenuhi ... Jika ia berbohong dengan penuh kesadaran, mengatakan bahwa ia telah secara batin mengalami dan melihat dan mendengar dan mencerap apa yang tidak ia dengar, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan jika tiga kondisi ini terpenuhi ...

Secara dusta mengaku tidak mengalami apa yang ia alami

Jika ia berbohong dengan penuh kesadaran, mengatakan bahwa ia tidak melihat apa yang ia lihat, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan jika tiga kondisi ini terpenuhi ... mengatakan bahwa ia tidak mendengar apa yang ia dengar ... mengatakan bahwa ia tidak mencerap apa yang telah ia cerap ... mengatakan bahwa ia tidak secara batin mengalami apa yang secara batin ia alami, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan jika tiga kondisi ini terpenuhi ...

Secara dusta mengaku telah mengalami dengan satu indria apa yang ia alami dengan indria yang lain

Jika ia berbohong dengan penuh kesadaran, mengatakan bahwa ia telah mendengar apa yang ia lihat, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan jika tiga kondisi ini terpenuhi ... mengatakan bahwa ia telah mencerap apa  yang ia lihat ... mengatakan bahwa ia telah secara batin mengalami apa yang ia lihat, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan jika tiga kondisi ini terpenuhi ... Jika ia berbohong dengan penuh kesadaran, mengatakan bahwa ia melihat dan mencerap apa yang ia lihat, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan jika tiga kondisi ini terpenuhi ... mengatakan bahwa ia telah mendengar dan secara batin mengalami apa yang ia lihat ... mengatakan bahwa ia telah mendengar dan mencerap dan secara batin mengalami apa yang ia lihat, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan jika tiga kondisi ini terpenuhi ...

Jika ia berbohong dengan penuh kesadaran, mengatakan bahwa ia telah mencerap apa yang ia dengar, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan jika tiga kondisi ini terpenuhi ... mengatakan bahwa ia telah secara batin mengalami apa  yang ia dengar ... mengatakan bahwa ia telah melihat apa yang ia dengar, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan jika tiga kondisi ini terpenuhi ... Jika ia berbohong dengan penuh kesadaran, mengatakan bahwa ia mencerap dan secara batin mengalami apa yang ia dengar, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan jika tiga kondisi ini terpenuhi ... mengatakan bahwa ia telah mencerap dan melihat apa yang ia dengar ... mengatakan bahwa ia telah mencerap dan secara batin mengalami dan melihat apa yang ia dengar, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan jika tiga kondisi ini terpenuhi ...

Jika ia berbohong dengan penuh kesadaran, mengatakan bahwa ia telah secara batin mengalami apa yang ia cerap, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan jika tiga kondisi ini terpenuhi ... mengatakan bahwa ia telah melihat apa  yang ia cerap ... mengatakan bahwa ia telah mendengar apa yang ia cerap, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan jika tiga kondisi ini terpenuhi ... Jika ia berbohong dengan penuh kesadaran, mengatakan bahwa ia telah secara batin mengalami dan melihat apa yang ia cerap, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan jika tiga kondisi ini terpenuhi ... mengatakan bahwa ia telah secara batin mengalami dan mendengar apa yang ia cerap ... mengatakan bahwa ia telah secara batin mengalami dan melihat dan mendengar apa yang ia cerap, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan jika tiga kondisi ini terpenuhi ...

Jika ia berbohong dengan penuh kesadaran, mengatakan bahwa ia telah melihat apa yang secara batin ia alami, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan jika tiga kondisi ini terpenuhi ... mengatakan bahwa ia telah mendengar apa  yang secara batin ia alami ... mengatakan bahwa ia telah mencerap apa yang secara batin ia alami, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan jika tiga kondisi ini terpenuhi ... Jika ia berbohong dengan penuh kesadaran, mengatakan bahwa ia telah melihat dan mendengar apa yang secara batin ia alami, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan jika tiga kondisi ini terpenuhi ... mengatakan bahwa ia telah melihat dan mencerap apa yang secara batin ia alami ... mengatakan bahwa ia telah melihat dan mendengar dan mencerap apa yang ia secara batin ia alami, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan jika tiga kondisi ini terpenuhi ...

Menyatakan pengakuan selagi ragu-ragu

Jika ia tidak dapat memastikan apa yang telah ia lihat, ragu-ragu terhadap apa yang telah ia lihat, tidak ingat pada apa yang telah ia lihat, bingung terhadap apa yang telah ia lihat ... Jika ia tidak dapat memastikan apa yang telah ia dengar, ragu-ragu terhadap apa yang telah ia dengar, tidak ingat pada apa yang telah ia dengar, bingung terhadap apa yang telah ia dengar ... Jika ia tidak dapat memastikan apa telah yang ia cerap, ragu-ragu terhadap apa yang telah ia cerap, tidak ingat pada apa yang telah ia cerap, bingung terhadap apa yang telah ia cerap ... Jika ia tidak dapat memastikan apa yang secara batin telah ia alami, ragu-ragu terhadap apa yang secara batin telah ia alami, tidak ingat pada apa yang secara batin telah ia alami, bingung terhadap apa yang secara batin telah ia alami, tetapi ia dengan penuh kesadaran berbohong, mengatakan bahwa ia telah secara batin mengalami dan melihat ... bingung terhadap apa yang secara batin telah ia alami, tetapi ia dengan penuh kesadaran berbohong, mengatakan bahwa ia secara batin telah mengalami dan mendengar ... bingung terhadap apa yang secara batin telah ia alami, tetapi ia dengan penuh kesadaran berbohong, mengatakan bahwa ia telah secara batin mengalami dan mencerap ... bingung terhadap apa yang telah secara batin ia alami, tetapi ia dengan penuh kesadaran berbohong, mengatakan bahwa ia telah secara batin mengalami dan melihat dan mendengar ... bingung terhadap apa yang secara batin telah ia alami, tetapi ia dengan penuh kesadaran berbohong, mengatakan bahwa ia telah secara batin mengalami dan melihat dan mencerap ... bingung terhadap apa yang telah secara batin ia alami, tetapi ia dengan penuh kesadaran berbohong, mengatakan bahwa ia telah secara batin mengalami dan melihat dan mendengar dan mencerap, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan jika tiga kondisi ini terpenuhi ...

... jika empat kondisi terpenuhi ... jika lima kondisi terpenuhi ... jika enam kondisi terpenuhi ... bingung terhadap apa yang telah secara batin ia alami, tetapi ia dengan penuh kesadaran berbohong, mengatakan bahwa ia telah secara batin mengalami dan melihat dan mendengar dan mencerap, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan jika tujuh kondisi ini terpenuhi: sebelum ia berbohong, ia tahu bahwa ia hendak berbohong; sewaktu berbohong, ia tahu bahwa ia sedang berbohong; setelah berbohong, ia tahu bahwa ia telah berbohong; dalam menyatakan pandangannya secara keliru atas apa yang benar; dalam menyatakan kepercayaannya secara keliru atas apa yang benar; dalam menyatakan penerimaannya secara keliru atas apa yang benar; dalam menyatakan perasaannya secara keliru atas apa yang benar.

Tidak ada pelanggaran

Tidak ada pelanggaran: Jika ia berbicara terlalu cepat; Jika ia keliru mengucapkan;

(Berbicara terlalu cepat berarti:

Berbicara dengan cepat.

Keliru mengucapkan berarti:

Bermaksud mengatakan satu hal, tetapi ia mengucapkan hal lainnya.)

Jika ia gila; jika ia adalah pelaku pertama.

Aturan latihan tentang berbohong, yang pertama, selesai
Title: Pācittiya 2
Post by: Indra on 15 September 2022, 10:14:21 PM
Koleksi Theravāda tentang Hukum Monastik
Aturan Kebhikkhuan dan Analisisnya
Bab tentang Pelanggaran-Pelanggaran Yang Mengharuskan Penebusan
Sub-bab tentang Berbohong

Pācittiya 2. Aturan Latihan tentang Ucapan Kasar

Kisah Asal-mula

Pada suatu hari ketika Sang Buddha sedang menetap di Sāvatthī di Vihara Anāthapiṇḍika, para bhikkhu dari kelompok enam sedang berdebat dan berkata kasar kepada para bhikkhu yang baik. Mereka mencela dan menghina para bhikkhu baik itu sehubungan dengan kasta, nama, keluarga, pekerjaan, profesi, penyakit, tanda-tanda fisik, kekotoran-kekotoran, dan pelanggaran-pelanggaran, dan dengan memanggil mereka dengan sebutan-sebutan. Para bhikkhu yang memiliki sedikit keinginan mengeluhkan dan mengkritik mereka, "Bagaimana mungkin para bhikkhu dari kelompok enam berdebat dan berkata kasar kepada para bhikkhu baik? Bagaimana mungkin para bhikkhu dari kelompok enam mencela dan menghina mereka sehubungan dengan hal-hal ini"

Setelah menegur mereka dalam berbagai cara, mereka memberitahu Sang Buddha. Segera setelah itu Sang Buddha mengumpulkan Sangha dan menanyai para bhikkhu itu, "Benarkah, para bhikkhu, bahwa kalian melakukan hal ini?"

"Benar, Yang Mulia."

Sang Buddha menegur mereka... "Orang-orang dungu, Bagaimana mungkin kalian dapat melakukan hal ini? Hal ini akan mempengaruhi keyakinan orang-orang ..." Dan setelah menegur mereka ... Beliau membabarkan ajaran dan berkata kepada para bhikkhu:

Jataka

"Suatu ketika, para bhikkhu, terdapat seorang brahmana di Takkasilā yang memiliki seekor sapi jantan bernama Nandivisāla. Suatu hari sapi jantan tersebut berkata kepada brahmana itu, 'Pergilah, brahmana, dan bertaruhlah seribu keping uang dengan pedagang kaya bahwa sapi jantanmu akan menarik seratus kereta yang diikat menjadi satu.' Dan sang brahmana melakukan hal itu. Kemudian, setelah mengikat seratus kereta menjadi satu dan memasangkan Nandivisāla pada rangkaian itu, ia berkata, "Pergilah, engkau penipu! tariklah, engkau pembohong!'tetapi Nandivisāla tidak bergerak.

Kemudian brahmana itu menjadi tertekan karena ia telah kehilangan seribu keping uang. Nandivisāla berkata kepadanya, "Mengapa engkau begitu tertekan?'

'Karena aku kehilangan seribu keping uang gara-gara engkau.'

'Tetapi mengapakah engkau mempermalukan aku dengan menyebutku penipu walaupun aku bukan penipu? Sekarang pergilah, brahmana, dan lakukan taruhan yang sama dengan pedagang itu, tetapi naikkan taruhannya menjadi dua ribu keping uang. Hanya jangan mempermalukan aku dengan menyebutku penipu.' Sekali lagi sang brahmana melakukan hal itu. Kemudian, setelah mengikat seratus kereta menjadi satu dan memasangkan Nandivisāla pada rangkaian itu, ia berkata, 'Pergilah sapi yang baik! Tariklah, sapi yang baik!' dan Nandivisāla menarik seratus kereta itu.

'Seseorang seharusnya mengucapkan apa yang menyenangkan,
Jangan pernah mengucapkan apa yang tidak menyenangkan.
Karena dengan ucapan yang menyenangkan,
Beban berat dapat ditarik,
Dan ia memperoleh kekayaan;
Dan ia bersenang dengan itu.'

Bahkan pada masa itu, para bhikkhu, mencela dan menghina adalah tidak menyenangkan bagiku. Bagaimana mungkin mencela dan menghina menjadi menyenangkan sekarang? Hal ini akan mempengaruhi keyakinan orang-orang ..." ... "Dan, para bhikkhu, aturan latihan ini harus dibacakan sebagai berikut:
Aturan akhir

'Jika seorang bhikkhu berbicara kasar, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan"

Definisi

Berbicara kasar:

Ia berbicara kasar dalam sepuluh cara: sehubungan dengan kasta, sehubungan dengan nama, sehubungan dengan keluarga, sehubungan dengan pekerjaan, sehubungan dengan profesi, sehubungan dengan penyakit, sehubungan dengan tanda-tanda fisik, sehubungan dengan kekotoran-kekotoran, sehubungan dengan pelanggaran-pelanggaran, dan dengan pemanggilan dengan sebutan.

Permutasi

Definisi

Kasta:

Ada dua jenis kasta: kasta rendah dan kasta tinggi.

Kasta rendah:

Kasta buangan, pengrajin bambu, pemburu, pembuat kereta, pembuang sampah—ini disebut "kasta rendah".

Kasta tinggi:

Kaum bangsawan dan brahmana—ini disebut "kasta tinggi".

Nama:

Ada dua jenis nama: nama rendah dan nama tinggi.

Nama rendah:

Avakaṇṇaka, Javakaṇṇaka, Dhaniṭṭhaka, Saviṭṭhaka, Kulavaḍḍhaka, atau nama-nama, di negeri mana pun, yang direndahkan, diremehkan, dicemooh, diperlakukan dengan hina, diabaikan—ini disebut "nama rendah".

Nama tinggi:

Nama-nama yang berhubungan dengan Sang Buddha, berhubungan dengan Ajaran, atau berhubungan dengan Sangha, atau nama-nama, di negeri apa pun, yang dipandang tinggi, dipuja, dihormati, dihargai, disembah—ini disebut "nama tinggi".

Keluarga:

Ada dua jenis keluarga: keluarga rendah dan keluarga tinggi.

Keluarga rendah:

Keluarga Kosiya, keluarga Bhāradvāja, atau keluarga-keluarga, di negeri mana pun, yang direndahkan, diremehkan, dicemooh, diperlakukan dengan hina, diabaikan—ini disebut "keluarga rendah."

Keluarga tinggi:

Keluarga Gotama, keluarga Moggallāna, keluarga Kaccāna, keluarga Vāsiṭṭha, atau keluarga-keluarga, di negeri mana pun, yang dipandang tinggi, dipuja, dihormati, dihargai, disembah—ini disebut "keluarga tinggi".

Pekerjaan:

Ada dua jenis pekerjaan: pekerjaan rendah dan pekerjaan tinggi.

Pekerjaan rendah:

Tukang kayu, pembuang sampah, atau pekerjaan-pekerjaan, di negeri manapun, yang direndahkan, diremehkan, dicemooh, diperlakukan dengan hina, diabaikan—ini disebut "pekerjaan rendah".

Pekerjaan tinggi:

Pertanian, perdagangan, memelihara ternak, atau pekerjaan-pekerjaan, di negeri manapun, yang dipandang tinggi, dipuja, dihormati, dihargai, disembah—ini disebut "pekerjaan-pekerjaan tinggi."

Profesi:

Ada dua jenis profesi: profesi rendah dan profesi tinggi.

Profesi rendah:

pengrajin buluh, tembikar, menenun, pengrajin kulit, penata rambut, atau profesi-profesi, di negeri manapun, yang direndahkan, diremehkan, dicemooh, diperlakukan dengan hina, diabaikan—ini disebut "profesi rendah".

Profesi tinggi:

Akuntansi, juru hitung, menulis, atau profesi-profesi, di negeri manapun, yang dipandang tinggi, dipuja, dihormati, dihargai, disembah—ini disebut "profesi tinggi."

Penyakit:

Semuanya adalah rendah, tetapi ada penyakit-penyakit diabetes yang tinggi.

Tanda-tanda fisik:

Ada dua jenis tanda-tanda fisik: tanda-tanda fisik rendah dan tanda-tanda fisik tinggi.

Tanda-tanda fisik rendah:

Terlalu tinggi, terlalu pendek, terlalu gelap, terlalu cerah—ini disebut "tanda-tanda fisik rendah".

Tanda-tanda fisik tinggi:

Tidak terlalu tinggi, tidak terlalu pendek, tidak terlalu gelap, tidak terlalu cerah—ini disebut "tanda-tanda fisik tinggi".

Kekotoran-kekotoran:

Semuanya adalah rendah.

Pelanggaran-pelanggaran:

Semuanya adalah rendah, tetapi ada pencapaian memasuki-arus yang adalah tinggi.

Pemanggilan dengan sebutan:

Ada dua jenis pemanggilan dengan sebutan: pemanggilan dengan sebutan yang rendah dan pemanggilan dengan sebutan yang tinggi.

Pemanggilan dengan sebutan yang tinggi:

"Engkau adalah unta," "Engkau adalah kambing," "Engkau adalah sapi," Engkau adalah keledai," "Engkau adalah binatang," "Engkau menuju neraka;" "Engkau tidak akan pergi ke alam tujuan yang baik," "Engkau hanya dapat menantikan alam tujuan yang buruk," atau menambahkan akhiran pada nama seseorang, atau menyapa seseorang dengan kata-kata alat kelamin laki-laki atau perempuan—ini disebut "pemanggilan dengan sebutan yang rendah."

Pemanggilan dengan sebutan yang rendah:

"Engkau bijaksana," "Engkau kompeten," "Engkau cerdas," "Engkau terpelajar," "Engkau adalah pembabar Ajaran," "Engkau akan pergi ke alam tujuan yang baik," "Engkau hanya dapat menantikan alam tujuan yang baik,"—ini disebut "pemanggilan dengan sebutan yang tinggi."

Pembabaran

Ucapan kasar sehubungan dengan kasta

Jika seseorang yang telah sepenuhnya ditahbiskan, ingin mencela, ingin menghina, ingin mempermalukan orang lain yang sepenuhnya ditahbiskan, mengatakan apa yang rendah kepada seorang yang rendah—seorang kasta buangan, seorang pengrajin bambu, seorang pemburu, seorang pembuat kereta, seorang pembuang sampah—dengan mengatakan, "Engkau adalah seorang kasta buangan, "Engkau adalah seorang pengrajin bambu, "Engkau adalah seorang pemburu," "Engkau adalah seorang pembuat kereta." "Engkau adalah seorang pembuang sampah," maka untuk setiap kalimat itu, ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.
Jika seseorang yang telah sepenuhnya ditahbiskan, ingin mencela, ingin menghina, ingin mempermalukan orang lain yang sepenuhnya ditahbiskan, mengatakan apa yang rendah kepada seorang yang tinggi—seorang bangsawan, seorang brahmana—dengan mengatakan, "Engkau adalah seorang kasta buangan, "Engkau adalah seorang pengrajin bambu, "Engkau adalah seorang pemburu," "Engkau adalah seorang pembuat kereta." "Engkau adalah seorang pembuang sampah," maka untuk setiap kalimat itu, ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.
Jika seseorang yang telah sepenuhnya ditahbiskan, ingin mencela, ingin menghina, ingin mempermalukan orang lain yang sepenuhnya ditahbiskan, mengatakan apa yang tinggi kepada seorang yang rendah— seorang kasta buangan, seorang pengrajin bambu, seorang pembuat kereta, seorang pembuang sampah—dengan mengatakan, "Engkau adalah seorang bangsawan, "Engkau adalah seorang brahmana," maka untuk setiap kalimat itu, ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.
Jika seseorang yang telah sepenuhnya ditahbiskan, ingin mencela, ingin menghina, ingin mempermalukan orang lain yang sepenuhnya ditahbiskan, mengatakan apa yang tinggi kepada seorang yang tinggi—seorang bangsawan, seorang brahmana —dengan mengatakan, "Engkau adalah seorang bangsawan, "Engkau adalah seorang brahmana," maka untuk setiap kalimat itu, ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.

Ucapan kasar sehubungan dengan nama

Jika seseorang yang telah sepenuhnya ditahbiskan, ingin mencela, ingin menghina, ingin mempermalukan orang lain yang sepenuhnya ditahbiskan, mengatakan apa yang rendah kepada seorang yang rendah—seorang Avakaṇṇaka, seorang Javakaṇṇaka, seorang Dhaniṭṭhaka, seorang Saviṭṭhaka, seorang Kulavaḍḍhaka—dengan mengatakan, "Engkau adalah Avakaṇṇaka," "Engkau adalah Javakaṇṇaka," "Engkau adalah seorang Dhaniṭṭhaka," "Engkau adalah seorang Saviṭṭhaka," Engkau adalah seorang Kulavaḍḍhaka," maka untuk setiap kalimat itu, ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.
Jika seseorang yang telah sepenuhnya ditahbiskan, ingin mencela, ingin menghina, ingin mempermalukan orang lain yang sepenuhnya ditahbiskan, mengatakan apa yang rendah kepada seorang yang tinggi—seorang Buddharakkhita, seorang Dhammarakkhita, seorang Sangharakkhita—dengan mengatakan, "Engkau adalah Avakaṇṇaka," "Engkau adalah Javakaṇṇaka," "Engkau adalah seorang Dhaniṭṭhaka, "Engkau adalah seorang Saviṭṭhaka," Engkau adalah seorang Kulavaḍḍhaka," maka untuk setiap kalimat itu, ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.
Jika seseorang yang telah sepenuhnya ditahbiskan, ingin mencela, ingin menghina, ingin mempermalukan orang lain yang sepenuhnya ditahbiskan, mengatakan apa yang tinggi kepada seorang yang rendah—seorang Avakaṇṇaka, seorang Javakaṇṇaka, seorang Dhaniṭṭhaka, seorang Saviṭṭhaka, seorang Kulavaḍḍhaka—dengan mengatakan, "Engkau adalah seorang Buddharakkhita," "Engkau adalah seorang Dhammarakkhita," "Engkau adalah seorang Sangharakkhita," maka untuk setiap kalimat itu, ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.
Jika seseorang yang telah sepenuhnya ditahbiskan, ingin mencela, ingin menghina, ingin mempermalukan orang lain yang sepenuhnya ditahbiskan, mengatakan apa yang tinggi kepada seorang yang tinggi—seorang Buddharakkhita, seorang Dhammarakkhita, seorang Sangharakkhita—dengan mengatakan, "Engkau adalah seorang Buddharakkhita," "Engkau adalah seorang Dhammarakkhita," "Engkau adalah seorang Sangharakkhita," maka untuk setiap kalimat itu, ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.

Ucapan kasar sehubungan dengan keluarga

Jika seseorang yang telah sepenuhnya ditahbiskan, ingin mencela, ingin menghina, ingin mempermalukan orang lain yang sepenuhnya ditahbiskan, mengatakan apa yang rendah kepada seorang yang rendah—seorang dari keluarga Kosiya, seorang dari keluarga Bhāradvāja—dengan mengatakan, "Engkau adalah seorang Kosiya," "Engkau adalah seorang Bhāradvāja," maka untuk setiap kalimat itu, ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.
Jika seseorang yang telah sepenuhnya ditahbiskan, ingin mencela, ingin menghina, ingin mempermalukan orang lain yang sepenuhnya ditahbiskan, mengatakan apa yang rendah kepada seorang yang tinggi—seorang dari keluarga Gotama, seorang dari keluarga Moggallāna, seorang dari keluarga Kaccāna, seorang dari keluarga Vāsiṭṭha—dengan mengatakan, "Engkau adalah seorang Kosiya," "Engkau adalah seorang Bhāradvāja," maka untuk setiap kalimat itu, ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.
Jika seseorang yang telah sepenuhnya ditahbiskan, ingin mencela, ingin menghina, ingin mempermalukan orang lain yang sepenuhnya ditahbiskan, mengatakan apa yang tinggi kepada seorang yang rendah—seorang dari keluarga Kosiya, seorang dari keluarga Bhāradvāja—dengan mengatakan, "Engkau adalah seorang Gotama," "Engkau adalah seorang Moggallāna," "Engkau adalah seorang Kaccāna," "Engkau adalah seorang Vāsiṭṭha," maka untuk setiap kalimat itu, ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.
Jika seseorang yang telah sepenuhnya ditahbiskan, ingin mencela, ingin menghina, ingin mempermalukan orang lain yang sepenuhnya ditahbiskan, mengatakan apa yang tinggi kepada seorang yang tinggi—seorang dari keluarga Gotama, seorang dari keluarga Moggallāna, seorang dari keluarga Kaccāna, seorang dari keluarga Vāsiṭṭha—dengan mengatakan, "Engkau adalah seorang Gotama," "Engkau adalah seorang Moggallāna," "Engkau adalah seorang Kaccāna," "Engkau adalah seorang Vāsiṭṭha," maka untuk setiap kalimat itu, ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.
Title: Pācittiya 2
Post by: Indra on 15 September 2022, 10:15:13 PM
Ucapan kasar sehubungan dengan pekerjaan

Jika seseorang yang telah sepenuhnya ditahbiskan, ingin mencela, ingin menghina, ingin mempermalukan orang lain yang sepenuhnya ditahbiskan, mengatakan apa yang rendah kepada seorang yang rendah—seorang tukang kayu, seorang pembuang sampah—dengan mengatakan, "Engkau adalah seorang tukang kayu," "Engkau adalah seorang pembuang sampah," maka untuk setiap kalimat itu, ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.
Jika seseorang yang telah sepenuhnya ditahbiskan, ingin mencela, ingin menghina, ingin mempermalukan orang lain yang sepenuhnya ditahbiskan, mengatakan apa yang rendah kepada seorang yang tinggi—seorang petani, seorang pedagang, seorang peternak—dengan mengatakan, "Engkau adalah seorang tukang kayu," "Engkau adalah seorang pembuang sampah," maka untuk setiap kalimat itu, ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.
Jika seseorang yang telah sepenuhnya ditahbiskan, ingin mencela, ingin menghina, ingin mempermalukan orang lain yang sepenuhnya ditahbiskan, mengatakan apa yang tinggi kepada seorang yang rendah—seorang tukang kayu, seorang pembuang sampah—dengan mengatakan, "Engkau adalah seorang petani," "Engkau adalah seorang pedagang," "Engkau adalah seorang peternak," maka untuk setiap kalimat itu, ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.
Jika seseorang yang telah sepenuhnya ditahbiskan, ingin mencela, ingin menghina, ingin mempermalukan orang lain yang sepenuhnya ditahbiskan, mengatakan apa yang tinggi kepada seorang yang tinggi—seorang petani, seorang pedagang, seorang peternak—dengan mengatakan, "Engkau adalah seorang petani," "Engkau adalah seorang pedagang," "Engkau adalah seorang peternak," maka untuk setiap kalimat itu, ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.

Ucapan kasar sehubungan dengan Profesi

Jika seseorang yang telah sepenuhnya ditahbiskan, ingin mencela, ingin menghina, ingin mempermalukan orang lain yang sepenuhnya ditahbiskan, mengatakan apa yang rendah kepada seorang yang rendah—seorang pengrajin buluh, seorang pengrajin tembikar, seorang penenun, seorang pengrajin kulit, seorang tukang cukur—dengan mengatakan, "Engkau adalah seorang pengrajin buluh," "Engkau adalah seorang pengrajin tembikar," "Engkau adalah seorang penenun," "Engkau adalah seorang pengrajin kulit," "Engkau adalah seorang tukang cukur," maka untuk setiap kalimat itu, ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.
Jika seseorang yang telah sepenuhnya ditahbiskan, ingin mencela, ingin menghina, ingin mempermalukan orang lain yang sepenuhnya ditahbiskan, mengatakan apa yang rendah kepada seorang yang tinggi—seorang juru hitung, seorang akuntan, seorang juru tulis—dengan mengatakan, "Engkau adalah seorang pengrajin buluh," "Engkau adalah seorang pengrajin tembikar," "Engkau adalah seorang penenun," "Engkau adalah seorang pengrajin kulit," "Engkau adalah seorang tukang cukur," maka untuk setiap kalimat itu, ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.
Jika seseorang yang telah sepenuhnya ditahbiskan, ingin mencela, ingin menghina, ingin mempermalukan orang lain yang sepenuhnya ditahbiskan, mengatakan apa yang tinggi kepada seorang yang rendah—seorang pengrajin buluh, seorang pengrajin tembikar, seorang penenun, seorang pengrajin kulit, seorang tukang cukur—dengan mengatakan, "Engkau adalah seorang juru hitung," "Engkau adalah seorang akuntan," "Engkau adalah seorang juru tulis," maka untuk setiap kalimat itu, ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.
Jika seseorang yang telah sepenuhnya ditahbiskan, ingin mencela, ingin menghina, ingin mempermalukan orang lain yang sepenuhnya ditahbiskan, mengatakan apa yang tinggi kepada seorang yang tinggi—seorang juru hitung, seorang akuntan, seorang juru tulis—dengan mengatakan, "Engkau adalah seorang juru hitung," "Engkau adalah seorang akuntan," "Engkau adalah seorang juru tulis," maka untuk setiap kalimat itu, ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.

Ucapan kasar sehubungan dengan Penyakit

Jika seseorang yang telah sepenuhnya ditahbiskan, ingin mencela, ingin menghina, ingin mempermalukan orang lain yang sepenuhnya ditahbiskan, mengatakan apa yang rendah kepada seorang yang rendah—seorang penderita kusta, seorang penderita abses, seorang penderita kusta ringan, seorang penderita TBC, seorang penderita epilepsi—dengan mengatakan, "Engkau adalah seorang penderita kusta," "Engkau adalah seorang penderita abses," "Engkau menderita kusta ringan," "Engkau menderita TBC, engkau adalah seorang penderita epilepsi," maka untuk setiap kalimat itu, ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.
Jika seseorang yang telah sepenuhnya ditahbiskan, ingin mencela, ingin menghina, ingin mempermalukan orang lain yang sepenuhnya ditahbiskan, mengatakan apa yang rendah kepada seorang yang tinggi—seorang penderita diabetes—dengan mengatakan, "Engkau adalah seorang penderita kusta," "Engkau adalah seorang penderita abses," "Engkau menderita kusta ringan," "Engkau menderita TBC, engkau adalah seorang penderita epilepsi," maka untuk setiap kalimat itu, ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.
Jika seseorang yang telah sepenuhnya ditahbiskan, ingin mencela, ingin menghina, ingin mempermalukan orang lain yang sepenuhnya ditahbiskan, mengatakan apa yang tinggi kepada seorang yang rendah—seorang penderita kusta, seorang penderita abses, seorang penderita kusta ringan, seorang penderita TBC, seorang penderita epilepsi—dengan mengatakan, "Engkau adalah seorang penderita diabetes," maka untuk setiap kalimat itu, ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.
Jika seseorang yang telah sepenuhnya ditahbiskan, ingin mencela, ingin menghina, ingin mempermalukan orang lain yang sepenuhnya ditahbiskan, mengatakan apa yang tinggi kepada seorang yang tinggi— seorang penderita diabetes—dengan mengatakan, "Engkau adalah seorang penderita diabetes," maka untuk setiap kalimat itu, ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.

Ucapan kasar sehubungan dengan tanda-tanda fisik

Jika seseorang yang telah sepenuhnya ditahbiskan, ingin mencela, ingin menghina, ingin mempermalukan orang lain yang sepenuhnya ditahbiskan, mengatakan apa yang rendah kepada seorang yang rendah—seorang yang terlalu tinggi, seorang yang terlalu pendek, seorang yang terlalu gelap, seorang yang terlalu cerah—dengan mengatakan, "Engkau terlalu tinggi," "Engkau terlalu pendek, engkau terlalu gelap," "Engkau terlalu cerah," maka untuk setiap kalimat itu, ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.
Jika seseorang yang telah sepenuhnya ditahbiskan, ingin mencela, ingin menghina, ingin mempermalukan orang lain yang sepenuhnya ditahbiskan, mengatakan apa yang rendah kepada seorang yang tinggi—seorang yang tidak terlalu tinggi, seorang yang tidak terlalu pendek, seorang yang tidak terlalu gelap, seorang yang tidak terlalu cerah—dengan mengatakan, "Engkau terlalu tinggi," "Engkau terlalu pendek, engkau terlalu gelap," "Engkau terlalu cerah," maka untuk setiap kalimat itu, ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.
Jika seseorang yang telah sepenuhnya ditahbiskan, ingin mencela, ingin menghina, ingin mempermalukan orang lain yang sepenuhnya ditahbiskan, mengatakan apa yang tinggi kepada seorang yang rendah—seorang yang terlalu tinggi, seorang yang terlalu pendek, seorang yang terlalu gelap, seorang yang terlalu cerah—dengan mengatakan, "Engkau tidak terlalu tinggi," "Engkau tidak terlalu pendek," "Engkau tidak terlalu gelap," "Engkau tidak terlalu cerah," maka untuk setiap kalimat itu, ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.
Jika seseorang yang telah sepenuhnya ditahbiskan, ingin mencela, ingin menghina, ingin mempermalukan orang lain yang sepenuhnya ditahbiskan, mengatakan apa yang tinggi kepada seorang yang tinggi—seorang yang tidak terlalu tinggi, seorang yang tidak terlalu pendek, seorang yang tidak terlalu gelap, seorang yang tidak terlalu cerah—dengan mengatakan"Engkau tidak terlalu tinggi," "Engkau tidak terlalu pendek," "Engkau tidak terlalu gelap," "Engkau tidak terlalu cerah," maka untuk setiap kalimat itu, ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.

Ucapan kasar sehubungan dengan kekotoran-kekotoran

Jika seseorang yang telah sepenuhnya ditahbiskan, ingin mencela, ingin menghina, ingin mempermalukan orang lain yang sepenuhnya ditahbiskan, mengatakan apa yang rendah kepada seorang yang rendah—seorang yang penuh nafsu keinginan, seorang yang penuh kebencian, seorang yang penuh kebodohan—dengan mengatakan, "Engkau dipenuhi nafsu keinginan," "Engkau dipenuhi kebencian," "Engkau dipenuhi kebodohan," maka untuk setiap kalimat itu, ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.
Jika seseorang yang telah sepenuhnya ditahbiskan, ingin mencela, ingin menghina, ingin mempermalukan orang lain yang sepenuhnya ditahbiskan, mengatakan apa yang rendah kepada seorang yang tinggi—seorang tanpa nafsu keinginan, seorang yang tanpa kebencian, seorang yang tanpa kebodohan—dengan mengatakan, "Engkau dipenuhi nafsu keinginan," "Engkau dipenuhi kebencian," "Engkau dipenuhi kebodohan," maka untuk setiap kalimat itu, ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.
Jika seseorang yang telah sepenuhnya ditahbiskan, ingin mencela, ingin menghina, ingin mempermalukan orang lain yang sepenuhnya ditahbiskan, mengatakan apa yang tinggi kepada seorang yang rendah—seorang yang penuh nafsu keinginan, seorang yang penuh kebencian, seorang yang penuh kebodohan—dengan mengatakan "Engkau tanpa nafsu keinginan," "Engkau tanpa kebencian," "Engkau tanpa kebodohan," maka untuk setiap kalimat itu, ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.
Jika seseorang yang telah sepenuhnya ditahbiskan, ingin mencela, ingin menghina, ingin mempermalukan orang lain yang sepenuhnya ditahbiskan, mengatakan apa yang tinggi kepada seorang yang tinggi— seorang tanpa nafsu keinginan, seorang yang tanpa kebencian, seorang yang tanpa kebodohan—dengan mengatakan, "Engkau tanpa nafsu keinginan," "Engkau tanpa kebencian," "Engkau tanpa kebodohan," maka untuk setiap kalimat itu, ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.

Ucapan kasar sehubungan dengan pelanggaran-pelanggaran

Jika seseorang yang telah sepenuhnya ditahbiskan, ingin mencela, ingin menghina, ingin mempermalukan orang lain yang sepenuhnya ditahbiskan, mengatakan apa yang rendah kepada seorang yang rendah—seorang yang telah melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran, seorang yang telah melakukan pelanggaran yang mengharuskan penskorsan, seorang yang telah melakukan pelanggaran serius, seorang yang telah melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan, seorang yang telah melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengakuan, seorang yang telah melakukan pelanggaran perbuatan salah, seorang yang telah melakukan pelanggaran ucapan salah—dengan mengatakan, "Engkau telah melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran," Engkau telah melakukan pelanggaran yang mengharuskan penskorsan," "Engkau telah melakukan pelanggaran serius," "Engkau telah melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan," "Engkau telah melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengakuan," "Engkau telah melakukan pelanggaran perbuatan salah," "Engkau telah melakukan pelanggaran ucapan salah," maka untuk setiap kalimat itu, ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.
Jika seseorang yang telah sepenuhnya ditahbiskan, ingin mencela, ingin menghina, ingin mempermalukan orang lain yang sepenuhnya ditahbiskan, mengatakan apa yang rendah kepada seorang yang tinggi—seorang pemasuk-arus—dengan mengatakan, "Engkau telah melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran," Engkau telah melakukan pelanggaran yang mengharuskan penskorsan," "Engkau telah melakukan pelanggaran serius," "Engkau telah melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan," "Engkau telah melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengakuan," "Engkau telah melakukan pelanggaran perbuatan salah," "Engkau telah melakukan pelanggaran ucapan salah," maka untuk setiap kalimat itu, ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.
Jika seseorang yang telah sepenuhnya ditahbiskan, ingin mencela, ingin menghina, ingin mempermalukan orang lain yang sepenuhnya ditahbiskan, mengatakan apa yang tinggi kepada seorang yang rendah—seorang yang telah melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran, seorang yang telah melakukan pelanggaran yang mengharuskan penskorsan, seorang yang telah melakukan pelanggaran serius, seorang yang telah melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan, seorang yang telah melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengakuan, seorang yang telah melakukan pelanggaran perbuatan salah, seorang yang telah melakukan pelanggaran ucapan salah—dengan mengatakan, "Engkau adalah seorang pemasuk-arus," maka untuk setiap kalimat itu, ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.
Jika seseorang yang telah sepenuhnya ditahbiskan, ingin mencela, ingin menghina, ingin mempermalukan orang lain yang sepenuhnya ditahbiskan, mengatakan apa yang tinggi kepada seorang yang tinggi—seorang pemasuk-arus—dengan mengatakan, "Engkau adalah seorang pemasuk-arus," maka untuk setiap kalimat itu, ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.
Title: Pācittiya 2
Post by: Indra on 15 September 2022, 10:15:40 PM
Ucapan kasar menghina

Jika seseorang yang telah sepenuhnya ditahbiskan, ingin mencela, ingin menghina, ingin mempermalukan orang lain yang sepenuhnya ditahbiskan, mengatakan apa yang rendah kepada seorang yang rendah—unta, kambing, sapi, keledai, binatang, seorang yang mengarah ke neraka—dengan mengatakan, "Engkau adalah unta," "Engkau adalah kambing," "Engkau adalah sapi," "Engkau adalah keledai," "Engkau adalah binatang," "Engkau mengarah menuju neraka," "Engkau tidak akan pergi menuju alam tujuan yang baik," "Engkau hanya dapat menantikan alam tujuan yang buruk." maka untuk setiap kalimat itu, ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.
Jika seseorang yang telah sepenuhnya ditahbiskan, ingin mencela, ingin menghina, ingin mempermalukan orang lain yang sepenuhnya ditahbiskan, mengatakan apa yang rendah kepada seorang yang tinggi—seorang yang bijaksana, seorang yang kompeten, seorang yang cerdas, seorang yang terpelajar, seorang yang adalah pembabar Ajaran—dengan mengatakan, "Engkau adalah unta," "Engkau adalah kambing," "Engkau adalah sapi," "Engkau adalah keledai," "Engkau adalah binatang," "Engkau mengarah menuju neraka," "Engkau tidak akan pergi menuju alam tujuan yang baik," "Engkau hanya dapat menantikan alam tujuan yang buruk," maka untuk setiap kalimat itu, ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.
Jika seseorang yang telah sepenuhnya ditahbiskan, ingin mencela, ingin menghina, ingin mempermalukan orang lain yang sepenuhnya ditahbiskan, mengatakan apa yang tinggi kepada seorang yang rendah— unta, kambing, sapi, keledai, binatang, seorang yang mengarah ke neraka—dengan mengatakan, "Engkau bijaksana," 'Engkau kompeten," "Engkau cerdas," "Engkau terpelajar," "Engkau adalah seorang pembabar Ajaran," "Engkau tidak akan pergi ke alam tujuan yang buruk," "Engkau hanya dapat menantikan alam tujuan yang baik," maka untuk setiap kalimat itu, ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.
Jika seseorang yang telah sepenuhnya ditahbiskan, ingin mencela, ingin menghina, ingin mempermalukan orang lain yang sepenuhnya ditahbiskan, mengatakan apa yang tinggi kepada seorang yang tinggi—seorang yang bijaksana, seorang yang kompeten, seorang yang cerdas, seorang yang terpelajar, seorang yang adalah pembabar Ajaran—dengan mengatakan, "Engkau bijaksana," "Engkau kompeten," "Engkau cerdas," "Engkau terpelajar," "Engkau adalah seorang pembabar Ajaran," "Engkau tidak akan pergi ke alam tujuan yang buruk," "Engkau hanya dapat menantikan alam tujuan yang baik," maka untuk setiap kalimat itu, ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.

Ucapan kasar tidak langsung

Jika seseorang yang telah sepenuhnya ditahbiskan, ingin mencela, ingin menghina, ingin mempermalukan orang lain yang sepenuhnya ditahbiskan, mengatakan ini, "Ada kasta buangan di sini, "Ada pengrajin bambu di sini," "Ada pemburu di sini," "Ada pembuat kereta di sini," "Ada pembuang sampah di sini," maka untuk setiap kalimat itu, ia melakukan pelanggaran perbuatan salah.
Jika seseorang yang telah sepenuhnya ditahbiskan, ingin mencela, ingin menghina, ingin mempermalukan orang lain yang sepenuhnya ditahbiskan, mengatakan ini, "Ada bangsawan di sini," "Ada brahmana di sini," maka untuk setiap kalimat itu, ia melakukan pelanggaran perbuatan salah
Jika seseorang yang telah sepenuhnya ditahbiskan, ingin mencela, ingin menghina, ingin mempermalukan orang lain yang sepenuhnya ditahbiskan, mengatakan ini, "Ada Avakaṇṇaka di sini," "Ada Javakaṇṇaka di sini," "Ada Dhaniṭṭhanaka di sini," "Ada Saviṭṭhaka di sini," "Ada Kulavaḍḍhaka di sini" ... ... mengatakan, "Ada Buddharakkhita di sini," "Ada Dhammarakkhita di sini," "Ada Sangharakkhita di sini" ... ... mengatakan, "Ada Kosiya di sini," "Ada Bhāradvāja di sini," ... ... mengatakan, "Ada Gotama di sini," "Ada Moggallāna di sini," "Ada Kaccāna di sini," "Ada Vāsiṭṭha di sini" ... ... mengatakan, "Ada tukang kayu di sini," "ada pembuang sampah di sini," ... ... mengatakan," Ada petani di sini," "Ada pedagang di sini," "Ada peternak di sini" ... ... mengatakan, "Ada pengrajin buluh di sini," "Ada pengrajin tembikar di sini," "Ada penenun di sini," "Ada pengrajin kulit di sini," "Ada tukang cukur di sini" ... ... mengatakan, "Ada juru hitung di sini," "Ada akuntan di sini," "Ada juru tulis di sini" ... ... mengatakan, "Ada penderita kusta di sini," "Ada penderita abses di sini," "Ada penderita kusta ringan di sini," "Ada penderita TBC di sini," "Ada penderita epilepsi di sini" ... ... mengatakan, "Ada penderita diabetes di sini," ... ... mengatakan, "ada orang yang terlalu tinggi di sini," "Ada orang yang terlalu pendek di sini," "Ada orang yang terlalu gelap di sini," "Ada orang yang terlalu cerah di sini" ... ... mengatakan, "ada orang yang tidak terlalu tinggi di sini," "Ada orang tidak yang terlalu pendek di sini," "Ada orang yang tidak terlalu gelap di sini," "Ada orang yang tidak terlalu cerah di sini" ... ... mengatakan, "Ada orang yang dipenuhi keinginan indria di sini," "Ada orang yang dipenuhi kebencian di sini," "Ada orang yang dipenuhi kebodohan di sini" ... ... mengatakan, "Ada orang yang tanpa keinginan indria di sini," "Ada orang yang tanpa kebencian di sini," "Ada orang yang tanpa kebodohan di sini" ... ... mengatakan, "Ada orang yang telah melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran di sini ... dan seterusnya ... Ada orang yang telah melakukan pelanggaran ucapan salah di sini" ... ... mengatakan, "Ada pemasuk-arus di sini" ... ... mengatakan, "Ada unta di sini," "Ada kambing di sini," "Ada sapi di sini," "Ada keledai si sini," "Ada binatang di sini," 'Ada orang yang mengarah menuju neraka di sini," "Ada orang yang tidak akan pergi menuju alam tujuan yang baik di sini," "Ada orang yang hanya dapat menantikan alam tujuan yang buruk di sini," maka untuk setiap kalimat itu, ia melakukan pelanggaran perbuatan salah.
Jika seseorang yang telah sepenuhnya ditahbiskan, ingin mencela, ingin menghina, ingin mempermalukan orang lain yang sepenuhnya ditahbiskan, mengatakan ini, "Ada orang bijaksana di sini," Ada orang kompeten di sini," "Ada orang cerdas di sini," "Ada orang terpelajar di sini," "Ada pembabar Ajaran di sini," "Ada orang yang tidak akan pergi menuju alam tujuan yang buruk di sini," "Ada orang yang hanya dapat menantikan alam tujuan yang baik di sini," maka untuk setiap kalimat itu, ia melakukan pelanggaran perbuatan salah.
Jika seseorang yang telah sepenuhnya ditahbiskan, ingin mencela, ingin menghina, ingin mempermalukan orang lain yang sepenuhnya ditahbiskan, mengatakan ini, "Mungkin orang ini adalah kasta buangan," "Mungkin orang ini adalah pengrajin bambu," "Mungkin orang ini adalah pemburu," "Mungkin orang ini adalah pembuat kereta," "Mungkin orang ini adalah pembuang sampah," maka untuk setiap kalimat itu, ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. ...
Jika seseorang yang telah sepenuhnya ditahbiskan, ingin mencela, ingin menghina, ingin mempermalukan orang lain yang sepenuhnya ditahbiskan, mengatakan ini, "Mungkin orang ini adalah seorang bijaksana," "Mungkin orang ini adalah seorang yang kompeten," "Mungkin orang ini adalah seorang cerdas," "Mungkin orang ini adalah seorang terpelajar," "Mungkin orang ini adalah pembabar Ajaran," maka untuk setiap kalimat itu, ia melakukan pelanggaran perbuatan salah.
Jika seseorang yang telah sepenuhnya ditahbiskan, ingin mencela, ingin menghina, ingin mempermalukan orang lain yang sepenuhnya ditahbiskan, mengatakan ini, "Kami bukan kasta buangan," "Kami bukan pengrajin bambu," "Kami bukan pemburu," "Kami bukan pembuat kereta," "Kami bukan pembuang sampah" ... "Kami bukan orang bijaksana," "Kami bukan orang kompeten," "Kami bukan orang cerdas," "Kami bukan orang terpelajar," "Kami bukan pembabar Ajaran," "Kami tidak pergi menuju alam tujuan yang buruk," "Kami hanya dapat menantikan alam tujuan yang baik," maka untuk setiap kalimat itu, ia melakukan pelanggaran perbuatan salah.

Ucapan kasar kepada seorang yang tidak sepenuhnya ditahbiskan

Jika seseorang yang telah sepenuhnya ditahbiskan, ingin mencela, ingin menghina, ingin mempermalukan orang lain yang tidak sepenuhnya ditahbiskan, mengatakan apa yang rendah kepada seorang yang rendah ... mengatakan apa yang rendah kepada seorang yang tinggi ... mengatakan apa yang tinggi kepada seorang yang rendah ... mengatakan apa yang tinggi kepada seorang yang tinggi—seorang  yang bijaksana, seorang yang kompeten, seorang yang cerdas, seorang yang terpelajar, seorang yang adalah pembabar Ajaran—dengan mengatakan, "Engkau bijaksana," "Engkau kompeten," "Engkau cerdas," "Engkau terpelajar," "Engkau adalah seorang pembabar Ajaran," "Engkau tidak akan pergi ke alam tujuan yang buruk," "Engkau hanya dapat menantikan alam tujuan yang baik," maka untuk setiap kalimat itu, ia melakukan pelanggaran perbuatan salah.
Jika seseorang yang telah sepenuhnya ditahbiskan, ingin mencela, ingin menghina, ingin mempermalukan orang lain yang tidak sepenuhnya ditahbiskan, dengan mengatakan, "Ada kasta buangan di sini," "Ada pengrajin bambu di sini," "Ada pemburu di sini," "Ada pembuat kereta di sini," "Ada pembuang sampah di sini," "Ada orang bijaksana di sini," "Ada orang kompeten di sini," "Ada orang cerdas di sini," "Ada orang terpelajar di sini," "Ada pembabar Ajaran di sini," "Ada orang yang tidak akan pergi menuju alam tujuan yang buruk di sini," Ada orang yang hanya dapat menantikan alam tujuan yang baik di sini," maka untuk setiap kalimat itu, ia melakukan pelanggaran perbuatan salah.
Jika seseorang yang telah sepenuhnya ditahbiskan, ingin mencela, ingin menghina, ingin mempermalukan orang lain yang tidak sepenuhnya ditahbiskan, dengan mengatakan, "Mungkin orang ini adalah kasta buangan," "Mungkin orang ini adalah pengrajin bambu," "Mungkin orang ini adalah pemburu," "Mungkin orang ini adalah pembuat kereta," Mungkin orang ini adalah pembuang sampah," ... ... "Mungkin orang ini adalah seorang bijaksana," "Mungkin orang ini adalah seorang yang kompeten," "Mungkin orang ini adalah seorang cerdas," "Mungkin orang ini adalah seorang terpelajar," "Mungkin orang ini adalah pembabar Ajaran," maka untuk setiap kalimat itu, ia melakukan pelanggaran perbuatan salah.
Jika seseorang yang telah sepenuhnya ditahbiskan, ingin mencela, ingin menghina, ingin mempermalukan orang lain yang tidak sepenuhnya ditahbiskan, dengan mengatakan, "Kami bukan kasta buangan," "Kami bukan pengrajin bambu," "Kami bukan pemburu," "Kami bukan pembuat kereta," "Kami bukan pembuang sampah" ... ... "Kami bukan orang bijaksana," "Kami bukan orang kompeten," "Kami bukan orang cerdas," "Kami bukan orang terpelajar," "Kami bukan pembabar Ajaran," "Kami tidak pergi menuju alam tujuan yang buruk," "Kami hanya dapat menantikan alam tujuan yang baik," maka untuk setiap kalimat itu, ia melakukan pelanggaran perbuatan salah.

Tidak berniat mengucapkan kata-kata kasar, ucapan langsung

Jika seseorang yang telah sepenuhnya ditahbiskan, tidak ingin mencela, tidak ingin menghina, tidak ingin mempermalukan orang lain yang sepenuhnya ditahbiskan, tetapi hanya bercanda, mengatakan apa yang rendah kepada seorang yang rendah—seorang kasta buangan, seorang pengrajin bambu, seorang pemburu, seorang pembuat kereta, seorang pembuang sampah—dengan mengatakan, "Engkau adalah seorang kasta buangan," "Engkau adalah seorang pengrajin bambu," "Engkau adalah seorang pemburu," "Engkau adalah seorang pembuat kereta," "Engkau adalah seorang pembuang sampah," maka untuk setiap kalimat itu, ia melakukan pelanggaran ucapan salah.
Jika seseorang yang telah sepenuhnya ditahbiskan, tidak ingin mencela, tidak ingin menghina, tidak ingin mempermalukan orang lain yang sepenuhnya ditahbiskan, tetapi hanya bercanda, mengatakan apa yang rendah kepada seorang yang tinggi—seorang bangsawan, seorang brahmana—dengan mengatakan, "Engkau adalah seorang kasta buangan," "Engkau adalah seorang pengrajin bambu," "Engkau adalah seorang pemburu," "Engkau adalah seorang pembuat kereta," "Engkau adalah seorang pembuang sampah," maka untuk setiap kalimat itu, ia melakukan pelanggaran ucapan salah.
Jika seseorang yang telah sepenuhnya ditahbiskan, tidak ingin mencela, tidak ingin menghina, tidak ingin mempermalukan orang lain yang sepenuhnya ditahbiskan, tetapi hanya bercanda, mengatakan apa yang tinggi kepada seorang yang rendah—seorang kasta buangan, seorang pengrajin bambu, seorang pemburu, seorang pembuat kereta, seorang pembuang sampah—dengan mengatakan, "Engkau adalah seorang bangsawan," "Engkau adalah seorang brahmana," maka untuk setiap kalimat itu, ia melakukan pelanggaran ucapan salah.
Jika seseorang yang telah sepenuhnya ditahbiskan, tidak ingin mencela, tidak ingin menghina, tidak ingin mempermalukan orang lain yang sepenuhnya ditahbiskan, tetapi hanya bercanda, mengatakan apa yang tinggi kepada seorang yang tinggi—seorang bangsawan, seorang brahmana—dengan mengatakan, "Engkau adalah seorang bangsawan," "Engkau adalah seorang brahmana," maka untuk setiap kalimat itu, ia melakukan pelanggaran ucapan salah.
Jika seseorang yang telah sepenuhnya ditahbiskan, tidak ingin mencela, tidak ingin menghina, tidak ingin mempermalukan orang lain yang sepenuhnya ditahbiskan, tetapi hanya bercanda, mengatakan apa yang rendah kepada seorang yang rendah ... mengatakan apa yang rendah kepada seorang yang tinggi ... mengatakan apa yang tinggi kepada seorang yang rendah ... mengatakan apa yang tinggi kepada seorang yang tinggi—seorang yang bijaksana, seorang yang kompeten, seorang yang cerdas, seorang yang terpelajar, seorang pembabar Ajaran—dengan mengatakan, "Engkau bijaksana," "Engkau kompeten," "Engkau cerdas," "Engkau terpelajar," "Engkau adalah seorang pembabar Ajaran," "Engkau tidak akan pergi ke alam tujuan yang buruk," "Engkau hanya dapat menantikan alam tujuan yang baik," maka untuk setiap kalimat itu, ia melakukan pelanggaran ucapan salah.

Tidak berniat mengucapkan kata-kata kasar, ucapan tidak langsung

Jika seseorang yang telah sepenuhnya ditahbiskan, tidak ingin mencela, tidak ingin menghina, tidak ingin mempermalukan orang lain yang sepenuhnya ditahbiskan, tetapi hanya bercanda, mengatakan ini, "Ada kasta buangan di sini, "Ada pengrajin bambu di sini," "Ada pemburu di sini," "Ada pembuat kereta di sini," "Ada pembuang sampah di sini," ... ... "Ada orang bijaksana di sini," "Ada orang kompeten di sini," "Ada orang cerdas di sini," "Ada orang terpelajar di sini," "Ada pembabar Ajaran di sini," "Ada orang yang tidak akan pergi menuju alam tujuan yang buruk di sini," "Ada orang yang hanya dapat menantikan alam tujuan yang baik di sini," maka untuk setiap kalimat itu, ia melakukan pelanggaran ucapan salah.
Jika seseorang yang telah sepenuhnya ditahbiskan, tidak ingin mencela, tidak ingin menghina, tidak ingin mempermalukan orang lain yang sepenuhnya ditahbiskan, tetapi hanya bercanda, mengatakan ini, "Mungkin orang ini adalah kasta buangan," "Mungkin orang ini adalah pengrajin bambu," "Mungkin orang ini adalah pemburu," "Mungkin orang ini adalah pembuat kereta," Mungkin orang ini adalah pembuang sampah," ... ... "Mungkin orang ini adalah seorang bijaksana," "Mungkin orang ini adalah seorang yang kompeten," "Mungkin orang ini adalah seorang cerdas," "Mungkin orang ini adalah seorang terpelajar," "Mungkin orang ini adalah pembabar Ajaran," maka untuk setiap kalimat itu, ia melakukan pelanggaran ucapan salah.
Jika seseorang yang telah sepenuhnya ditahbiskan, tidak ingin mencela, tidak ingin menghina, tidak ingin mempermalukan orang lain yang sepenuhnya ditahbiskan, tetapi hanya bercanda, mengatakan ini, "Kami bukan kasta buangan," "Kami bukan pengrajin bambu," "Kami bukan pemburu," "Kami bukan pembuat kereta," "Kami bukan pembuang sampah" ... ... "Kami bukan orang bijaksana," "Kami bukan orang kompeten," "Kami bukan orang cerdas," "Kami bukan orang terpelajar," "Kami bukan pembabar Ajaran," "Kami tidak pergi menuju alam tujuan yang buruk," "Kami hanya dapat menantikan alam tujuan yang baik," maka untuk setiap kalimat itu, ia melakukan pelanggaran ucapan salah.

Tidak berniat mengucapkan kata-kata kasar kepada seorang yang tidak sepenuhnya ditahbiskan

Jika seseorang yang telah sepenuhnya ditahbiskan, tidak ingin mencela, tidak ingin menghina, tidak ingin mempermalukan orang lain yang tidak sepenuhnya ditahbiskan, tetapi hanya bercanda, mengatakan apa yang rendah kepada seorang yang rendah ... mengatakan apa yang rendah kepada seorang yang tinggi ... mengatakan apa yang tinggi kepada seorang yang rendah ... mengatakan apa yang tinggi kepada seorang yang tinggi—seorang yang bijaksana, seorang yang kompeten, seorang yang cerdas, seorang yang terpelajar, seorang pembabar Ajaran—dengan mengatakan "Engkau bijaksana," "Engkau kompeten," "Engkau cerdas," "Engkau terpelajar," "Engkau adalah seorang pembabar Ajaran," "Engkau tidak akan pergi ke alam tujuan yang buruk," "Engkau hanya dapat menantikan alam tujuan yang baik," maka untuk setiap kalimat itu, ia melakukan pelanggaran ucapan salah.
Jika seseorang yang telah sepenuhnya ditahbiskan, tidak ingin mencela, tidak ingin menghina, tidak ingin mempermalukan orang lain yang tidak sepenuhnya ditahbiskan, tetapi hanya bercanda, mengatakan ini, "Ada kasta buangan di sini, "Ada pengrajin bambu di sini," "Ada pemburu di sini," "Ada pembuat kereta di sini," "Ada pembuang sampah di sini," ... ... "Ada orang bijaksana di sini," "Ada orang kompeten di sini," "Ada orang cerdas di sini," "Ada orang terpelajar di sini," "Ada pembabar Ajaran di sini," "Ada orang yang tidak akan pergi menuju alam tujuan yang buruk di sini," "Ada orang yang hanya dapat menantikan alam tujuan yang baik di sini," maka untuk setiap kalimat itu, ia melakukan pelanggaran ucapan salah.
Jika seseorang yang telah sepenuhnya ditahbiskan, tidak ingin mencela, tidak ingin menghina, tidak ingin mempermalukan orang lain yang tidak sepenuhnya ditahbiskan, tetapi hanya bercanda, mengatakan ini, "Mungkin orang ini adalah kasta buangan," "Mungkin orang ini adalah pengrajin bambu," "Mungkin orang ini adalah pemburu," "Mungkin orang ini adalah pembuat kereta," Mungkin orang ini adalah pembuang sampah," ... ... "Mungkin orang ini adalah seorang bijaksana," "Mungkin orang ini adalah seorang yang kompeten," "Mungkin orang ini adalah seorang cerdas," "Mungkin orang ini adalah seorang terpelajar," "Mungkin orang ini adalah pembabar Ajaran," maka untuk setiap kalimat itu, ia melakukan pelanggaran ucapan salah.
Jika seseorang yang telah sepenuhnya ditahbiskan, tidak ingin mencela, tidak ingin menghina, tidak ingin mempermalukan orang lain yang tidak sepenuhnya ditahbiskan, tetapi hanya bercanda, mengatakan ini, "Kami bukan kasta buangan," "Kami bukan pengrajin bambu," "Kami bukan pemburu," "Kami bukan pembuat kereta," "Kami bukan pembuang sampah" ... ... "Kami bukan orang bijaksana," "Kami bukan orang kompeten," "Kami bukan orang cerdas," "Kami bukan orang terpelajar," "Kami bukan pembabar Ajaran," "Kami tidak pergi menuju alam tujuan yang buruk," "Kami hanya dapat menantikan alam tujuan yang baik," maka untuk setiap kalimat itu, ia melakukan pelanggaran ucapan salah.

[b[Tidak ada pelanggaran[/b]

Tidak ada pelanggaran: Jika ia bertujuan pada sesuatu yang bermanfaat; Jika ia bertujuan untuk menyampaikan suatu ajaran; jika ia bertujuan untuk memberikan instruksi; jika ia gila; jika ia kehilangan akal sehat; jika ia dikuasai kesakitan; jika ia adalah pelaku pertama.

Aturan latihan tentang ucapan kasar, yang kedua, selesai
Title: Pācittiya 3
Post by: Indra on 15 September 2022, 10:16:30 PM
Koleksi Theravāda tentang Hukum Monastik
Aturan Kebhikkhuan dan Analisisnya
Bab tentang Pelanggaran-Pelanggaran Yang Mengharuskan Penebusan
Sub-bab tentang Berbohong

Pācittiya 3. Aturan Latihan tentang Penyampaian Berita Jahat

Kisah Asal-mula

Pada suatu hari ketika Sang Buddha sedang menetap di Sāvatthī di Vihara Anāthapiṇḍika, para bhikkhu dari kelompok enam terlibat dalam penyampaian berita jahat antara bhikkhu-bhikkhu yang berselisih. Setelah mendengar sesuatu dari satu pihak mereka mengadukannya kepada pihak lainnya, dan sebaliknya, untuk menciptakan perpecahan di antara mereka. Dengan cara ini mereka memulai pertengkaran baru dan memperburuk pertengkaran yang sudah ada.

Para bhikkhu yang memiliki sedikit keinginan mengeluhkan dan mengkritik mereka, "Bagaimana mungkin para bhikkhu dari kelompok enam terlibat dalam penyampaian berita jahat antara bhikkhu-bhikkhu yang berselisih? Bagaimana mungkin mereka mengadukan ke satu pihak apa yang telah mereka dengar dari pihak lain, dan sebaliknya, untuk menciptakan perpecahan di antara mereka. Dengan cara ini mereka memulai pertengkaran baru dan memperburuk pertengkaran yang sudah ada?"

Setelah menegur mereka dalam berbagai cara, mereka memberitahu Sang Buddha. Segera setelah itu Sang Buddha mengumpulkan Sangha dan menanyai para bhikkhu itu, "Benarkah, para bhikkhu, bahwa kalian melakukan hal ini?"

"Benar, Yang Mulia."

Sang Buddha menegur mereka... "Orang-orang dungu, Bagaimana mungkin kalian dapat melakukan hal ini? Hal ini akan mempengaruhi keyakinan orang-orang ..." Dan setelah menegur mereka ... Beliau membabarkan ajaran dan berkata kepada para bhikkhu:

Aturan akhir

'Jika seorang bhikkhu terlibat dalam penyampaian berita jahat antara bhikkhu-bhikkhu, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.'"

Definisi

Penyampaian berita jahat:

Ada penyampaian berita jahat dalam dua cara: bagi seorang yang ingin agar dirinya disukai dan bagi seorang yang bertujuan perpecahan. Seseorang terlibat dalam penyampaian berita jahat dalam sepuluh cara: sehubungan dengan kasta, sehubungan dengan nama, sehubungan dengan keluarga, sehubungan dengan pekerjaan, sehubungan dengan profesi, sehubungan dengan penyakit, sehubungan dengan tanda-tanda fisik, sehubungan dengan kekotoran-kekotoran, sehubungan dengan pelanggaran-pelanggaran, dan dengan pemanggilan dengan sebutan.

Permutasi

Permutasi bagian 1

Definisi

Kasta:

Ada dua jenis kasta: kasta rendah dan kasta tinggi.

Kasta rendah:

Kasta buangan, pengrajin bambu, pemburu, pembuat kereta, pembuang sampah—ini disebut "kasta rendah".

Kasta tinggi:

Kaum bangsawan dan brahmana—ini disebut "kasta tinggi". (Diuraikan seperti pada aturan sebelumnya.)

Pemanggil dengan sebutan:

Ada dua jenis pemanggilan dengan sebutan: pemanggilan dengan sebutan yang rendah dan pemanggilan dengan sebutan yang tinggi.

Pemanggilan dengan sebutan yang tinggi:

"Engkau adalah unta," "Engkau adalah kambing," "Engkau adalah sapi," Engkau adalah keledai," "Engkau adalah binatang," "Engkau menuju neraka;" "Engkau tidak akan pergi ke alam tujuan yang baik," "Engkau hanya dapat menantikan alam tujuan yang buruk," atau menambahkan akhiran pada nama seseorang, atau memyapa seseorang dengan kata-kata alat kelamin laki-laki atau perempuan—ini disebut "pemanggilan dengan sebutan yang rendah."

Pemanggilan dengan sebutan yang rendah:

"Engkau bijaksana," "Engkau kompeten, "Engkau cerdas," "Engkau terpelajar," "Engkau adalah pembabar Ajaran," "Engkau akan pergi ke alam tujuan yang baik," "Engkau hanya dapat menantikan alam tujuan yang baik,"—ini disebut "pemanggilan dengan sebutan yang tinggi."

Pembabaran

Ucapan kasar langsung

Jika seseorang yang telah sepenuhnya ditahbiskan, setelah mendengar dari orang lain yang sepenuhnya ditahbiskan, terlibat dalam penyampaian berita jahat dengan mengatakan kepada orang lain lagi yang sepenuhnya ditahbiskan, "Orang itu mengatakan ini tentang engkau, 'Ia adalah seorang kasta buangan,' 'Ia adalah seorang pengrajin bambu,' ' Ia adalah seorang pemburu,' 'Ia adalah seorang pembuat kereta,' 'Ia  adalah seorang pembuang sampah,'" maka untuk setiap kalimat itu, ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.

Jika seseorang yang telah sepenuhnya ditahbiskan, setelah mendengar dari orang lain yang sepenuhnya ditahbiskan, terlibat dalam penyampaian berita jahat dengan mengatakan kepada orang lain lagi yang sepenuhnya ditahbiskan, "Orang itu mengatakan ini tentang engkau, 'Ia adalah seorang bangsawan,' 'Ia adalah seorang brahmana,'" maka untuk setiap kalimat itu, ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.

Jika seseorang yang telah sepenuhnya ditahbiskan, setelah mendengar dari orang lain yang sepenuhnya ditahbiskan, terlibat dalam penyampaian berita jahat dengan mengatakan kepada orang lain lagi yang sepenuhnya ditahbiskan, "Orang itu mengatakan ini tentang engkau, 'Ia adalah seorang Avakaṇṇaka,' 'Ia adalah seorang Javakaṇṇaka,'  'Ia adalah seorang Dhaniṭṭhaka,' 'Ia adalah seorang Saviṭṭhaka,' 'Ia adalah seorang Kulavaḍḍhaka,'" maka untuk setiap kalimat itu, ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.

Jika seseorang yang telah sepenuhnya ditahbiskan, setelah mendengar dari orang lain yang sepenuhnya ditahbiskan, terlibat dalam penyampaian berita jahat dengan mengatakan kepada orang lain lagi yang sepenuhnya ditahbiskan, "Orang itu mengatakan ini tentang engkau, 'Ia adalah seorang Buddharakkhita,' 'Ia adalah seorang Dhammarakkhita,' 'Ia adalah seorang Sangharakkhita,'" maka untuk setiap kalimat itu, ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.

Jika seseorang yang telah sepenuhnya ditahbiskan, setelah mendengar dari orang lain yang sepenuhnya ditahbiskan, terlibat dalam penyampaian berita jahat dengan mengatakan kepada orang lain lagi yang sepenuhnya ditahbiskan, "Orang itu mengatakan ini tentang engkau, 'Ia adalah seorang Kosiya,' 'Ia adalah seorang Bhāradvāja,'" maka untuk setiap kalimat itu, ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.

Jika seseorang yang telah sepenuhnya ditahbiskan, setelah mendengar dari orang lain yang sepenuhnya ditahbiskan, terlibat dalam penyampaian berita jahat dengan mengatakan kepada orang lain lagi yang sepenuhnya ditahbiskan, "Orang itu mengatakan ini tentang engkau, 'Ia adalah seorang Gotama,' 'Ia adalah seorang Moggallāna,' 'Ia adalah seorang Kaccāna,' 'Ia adalah seorang Vāsiṭṭha,'" maka untuk setiap kalimat itu, ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.

Jika seseorang yang telah sepenuhnya ditahbiskan, setelah mendengar dari orang lain yang sepenuhnya ditahbiskan, terlibat dalam penyampaian berita jahat dengan mengatakan kepada orang lain lagi yang sepenuhnya ditahbiskan, "Orang itu mengatakan ini tentang engkau, 'Ia adalah seorang tukang kayu,' 'Ia adalah seorang pembuang sampah,'" maka untuk setiap kalimat itu, ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.

Jika seseorang yang telah sepenuhnya ditahbiskan, setelah mendengar dari orang lain yang sepenuhnya ditahbiskan, terlibat dalam penyampaian berita jahat dengan mengatakan kepada orang lain lagi yang sepenuhnya ditahbiskan, "Orang itu mengatakan ini tentang engkau, 'Ia adalah seorang petani,' 'Ia adalah seorang pedagang,' 'Ia adalah seorang peternak,'" maka untuk setiap kalimat itu, ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.

Jika seseorang yang telah sepenuhnya ditahbiskan, setelah mendengar dari orang lain yang sepenuhnya ditahbiskan, terlibat dalam penyampaian berita jahat dengan mengatakan kepada orang lain lagi yang sepenuhnya ditahbiskan, "Orang itu mengatakan ini tentang engkau, 'Ia adalah seorang pengrajin buluh,' 'Ia adalah seorang pengrajin tembikar,' 'Ia adalah seorang penenun,' 'Ia adalah seorang pengrajin kulit,' 'Ia adalah seorang penata rambut,'" maka untuk setiap kalimat itu, ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.

Jika seseorang yang telah sepenuhnya ditahbiskan, setelah mendengar dari orang lain yang sepenuhnya ditahbiskan, terlibat dalam penyampaian berita jahat dengan mengatakan kepada orang lain lagi yang sepenuhnya ditahbiskan, "Orang itu mengatakan ini tentang engkau, 'Ia adalah seorang juru hitung,' 'Ia adalah seorang akuntan,' 'Ia adalah seorang juru tulis," maka untuk setiap kalimat itu, ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.

Jika seseorang yang telah sepenuhnya ditahbiskan, setelah mendengar dari orang lain yang sepenuhnya ditahbiskan, terlibat dalam penyampaian berita jahat dengan mengatakan kepada orang lain lagi yang sepenuhnya ditahbiskan, "Orang itu mengatakan ini tentang engkau, 'Ia adalah seorang penderita kusta,' Ia adalah seorang penderita abses,' 'Ia adalah seorang penderita kusta ringan,' 'Ia adalah seorang penderita TBC,' 'Ia adalah seorang penderita epilepsi,'" maka untuk setiap kalimat itu, ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.

Jika seseorang yang telah sepenuhnya ditahbiskan, setelah mendengar dari orang lain yang sepenuhnya ditahbiskan, terlibat dalam penyampaian berita jahat dengan mengatakan kepada orang lain lagi yang sepenuhnya ditahbiskan, "Orang itu mengatakan ini tentang engkau, 'Ia adalah seorang penderita diabetes,'" maka untuk setiap kalimat itu, ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.

Jika seseorang yang telah sepenuhnya ditahbiskan, setelah mendengar dari orang lain yang sepenuhnya ditahbiskan, terlibat dalam penyampaian berita jahat dengan mengatakan kepada orang lain lagi yang sepenuhnya ditahbiskan, "Orang itu mengatakan ini tentang engkau, 'Ia terlalu tinggi,' 'Ia terlalu pendek,' 'Ia terlalu gelap,' 'Ia terlalu cerah,'" maka untuk setiap kalimat itu, ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.

Jika seseorang yang telah sepenuhnya ditahbiskan, setelah mendengar dari orang lain yang sepenuhnya ditahbiskan, terlibat dalam penyampaian berita jahat dengan mengatakan kepada orang lain lagi yang sepenuhnya ditahbiskan, "Orang itu mengatakan ini tentang engkau, 'Ia tidak terlalu tinggi,' 'Ia tidak terlalu pendek,' 'Ia tidak terlalu gelap,' 'Ia tidak terlalu cerah,'" maka untuk setiap kalimat itu, ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.

Jika seseorang yang telah sepenuhnya ditahbiskan, setelah mendengar dari orang lain yang sepenuhnya ditahbiskan, terlibat dalam penyampaian berita jahat dengan mengatakan kepada orang lain lagi yang sepenuhnya ditahbiskan, "Orang itu mengatakan ini tentang engkau, 'Ia dipenuhi keinginan indria,' 'Ia dipenuhi kebencian,' 'Ia dipenuhi kebodohan,'" maka untuk setiap kalimat itu, ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.

Jika seseorang yang telah sepenuhnya ditahbiskan, setelah mendengar dari orang lain yang sepenuhnya ditahbiskan, terlibat dalam penyampaian berita jahat dengan mengatakan kepada orang lain lagi yang sepenuhnya ditahbiskan, "Orang itu mengatakan ini tentang engkau, 'Ia tidak memiliki keinginan indria,' 'Ia Ia tidak memiliki kebencian,' 'Ia Ia tidak memiliki kebodohan,'" maka untuk setiap kalimat itu, ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.

Jika seseorang yang telah sepenuhnya ditahbiskan, setelah mendengar dari orang lain yang sepenuhnya ditahbiskan, terlibat dalam penyampaian berita jahat dengan mengatakan kepada orang lain lagi yang sepenuhnya ditahbiskan, "Orang itu mengatakan ini tentang engkau, 'Ia telah melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran,' 'Ia telah melakukan pelanggaran yang mengharuskan penskorsan,' 'Ia telah melakukan pelanggaran serius,' 'Ia telah melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan,' 'Ia telah melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengakuan,' 'Ia telah melakukan pelanggaran perbuatan salah,' 'Ia telah melakukan pelanggaran ucapan salah.'" maka untuk setiap kalimat itu, ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.

Jika seseorang yang telah sepenuhnya ditahbiskan, setelah mendengar dari orang lain yang sepenuhnya ditahbiskan, terlibat dalam penyampaian berita jahat dengan mengatakan kepada orang lain lagi yang sepenuhnya ditahbiskan, "Orang itu mengatakan ini tentang engkau, 'Ia adalah seorang pemasuk-arus,'" maka untuk setiap kalimat itu, ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.

Jika seseorang yang telah sepenuhnya ditahbiskan, setelah mendengar dari orang lain yang sepenuhnya ditahbiskan, terlibat dalam penyampaian berita jahat dengan mengatakan kepada orang lain lagi yang sepenuhnya ditahbiskan, "Orang itu mengatakan ini tentang engkau, 'Ia adalah unta,' 'Ia adalah kambing,' 'Ia adalah sapi,' 'Ia adalah keledai,' 'Ia adalah binatang,' 'Ia mengarah menuju neraka,' 'Ia tidak pergi menuju alam tujuan yang baik,' 'Ia hanya dapat menantikan alam tujuan yang buruk,'" maka untuk setiap kalimat itu, ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.

Jika seseorang yang telah sepenuhnya ditahbiskan, setelah mendengar dari orang lain yang sepenuhnya ditahbiskan, terlibat dalam penyampaian berita jahat dengan mengatakan kepada orang lain lagi yang sepenuhnya ditahbiskan, "Orang itu mengatakan ini tentang engkau, 'Ia bijaksana,' 'Ia kompeten,' 'Ia cerdas,' 'Ia terpelajar,' 'Ia adalah seorang pembabar Ajaran,' 'Ia tidak akan pergi menuju alam tujuan yang buruk,' 'Ia hanya dapat menantikan alam tujuan yang baik,'" maka untuk setiap kalimat itu, ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.

Ucapan kasar tidak langsung

Jika seseorang yang telah sepenuhnya ditahbiskan, setelah mendengar dari orang lain yang sepenuhnya ditahbiskan, terlibat dalam penyampaian berita jahat dengan mengatakan kepada orang lain lagi yang sepenuhnya ditahbiskan, "Orang itu mengatakan,
 'Ada kasta buangan di sini,' 'Ada pengrajin bambu di sini,' 'Ada pemburu di sini,' 'Ada pembuat kereta di sini,' 'Ada pembuang sampah di sini,' dan ia tidak membicarakan orang lain, ia membicarakan engkau,'" maka untuk setiap kalimat itu, ia melakukan pelanggaran perbuatan salah.

Jika seseorang yang telah sepenuhnya ditahbiskan, setelah mendengar dari orang lain yang sepenuhnya ditahbiskan, terlibat dalam penyampaian berita jahat dengan mengatakan kepada orang lain lagi yang sepenuhnya ditahbiskan, "Orang itu mengatakan,
 'Ada bangsawan di sini,' 'Ada brahmana di sini,' dan ia tidak membicarakan orang lain, ia membicarakan engkau,'" maka untuk setiap kalimat itu, ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. ...

Jika seseorang yang telah sepenuhnya ditahbiskan, setelah mendengar dari orang lain yang sepenuhnya ditahbiskan, terlibat dalam penyampaian berita jahat dengan mengatakan kepada orang lain lagi yang sepenuhnya ditahbiskan, "Orang itu mengatakan,
 'Ada orang bijaksana di sini,' 'Ada orang kompeten di sini,' 'Ada orang cerdas di sini,' 'Ada orang terpelajar di sini,' 'Ada pembabar Ajaran di sini,' 'Ada orang yang tidak akan pergi menuju alam tujuan yang buruk di sini,' 'Ada orang yang hanya dapat menantikan alam tujuan yang baik di sini.' dan ia tidak membicarakan orang lain, ia membicarakan engkau," maka untuk setiap kalimat itu, ia melakukan pelanggaran perbuatan salah.

Jika seseorang yang telah sepenuhnya ditahbiskan, setelah mendengar dari orang lain yang sepenuhnya ditahbiskan, terlibat dalam penyampaian berita jahat dengan mengatakan kepada orang lain lagi yang sepenuhnya ditahbiskan, "Orang itu mengatakan,
 'Mungkin orang ini adalah kasta buangan,' 'Mungkin orang ini adalah pengrajin bambu,' 'Mungkin orang ini adalah pemburu,' 'Mungkin orang ini adalah pembuat kereta,' 'Mungkin orang ini adalah pembuang sampah,' dan ia tidak membicarakan orang lain, ia membicarakan engkau," maka untuk setiap kalimat itu, ia melakukan pelanggaran perbuatan salah.

Jika seseorang yang telah sepenuhnya ditahbiskan, setelah mendengar dari orang lain yang sepenuhnya ditahbiskan, terlibat dalam penyampaian berita jahat dengan mengatakan kepada orang lain lagi yang sepenuhnya ditahbiskan, "Orang itu mengatakan,
 'Mungkin orang ini adalah seorang bijaksana,' 'Mungkin orang ini adalah seorang kompeten,' 'Mungkin orang ini adalah seorang cerdas,' Mungkin orang ini adalah seorang terpelajar,' 'Mungkin orang ini adalah seorang pembabar Ajaran,' dan ia tidak membicarakan orang lain, ia membicarakan engkau," maka untuk setiap kalimat itu, ia melakukan pelanggaran perbuatan salah.

Jika seseorang yang telah sepenuhnya ditahbiskan, setelah mendengar dari orang lain yang sepenuhnya ditahbiskan, terlibat dalam penyampaian berita jahat dengan mengatakan kepada orang lain lagi yang sepenuhnya ditahbiskan, "Orang itu mengatakan, 'kami bukan pengrajin bambu,' 'Kami bukan pemburu,' 'Kami bukan pembuat kereta,' 'Kami bukan pembuang sampah,' dan ia tidak membicarakan orang lain, ia membicarakan engkau," maka untuk setiap kalimat itu, ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. ...

Jika seseorang yang telah sepenuhnya ditahbiskan, setelah mendengar dari orang lain yang sepenuhnya ditahbiskan, terlibat dalam penyampaian berita jahat dengan mengatakan kepada orang lain lagi yang sepenuhnya ditahbiskan, "Orang itu mengatakan, 'kami bukan orang bijaksana,' 'Kami bukan orang kompeten,' 'Kami bukan orang cerdas,' 'Kami bukan orang terpelajar,' 'Kami bukan pembabar Ajaran.' 'Kami tidak pergi menuju alam tujuan yang buruk,' 'Kami hanya dapat menantikan alam tujuan yang baik.' dan ia tidak membicarakan orang lain, ia membicarakan engkau," maka untuk setiap kalimat itu, ia melakukan pelanggaran perbuatan salah.

Permutasi bagian 2

Jika seseorang yang telah sepenuhnya ditahbiskan, setelah mendengar dari orang lain yang sepenuhnya ditahbiskan, terlibat dalam penyampaian berita jahat dengan mengatakan kepada orang lain lagi yang sepenuhnya ditahbiskan, maka untuk setiap kalimat itu, ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.

Jika seseorang yang telah sepenuhnya ditahbiskan, setelah mendengar dari orang lain yang sepenuhnya ditahbiskan, terlibat dalam penyampaian berita jahat dengan mengatakan kepada orang lain lagi yang tidak sepenuhnya ditahbiskan, maka untuk setiap kalimat itu, ia melakukan pelanggaran perbuatan salah.

Jika seseorang yang telah sepenuhnya ditahbiskan, setelah mendengar dari orang lain yang tidak sepenuhnya ditahbiskan, terlibat dalam penyampaian berita jahat dengan mengatakan kepada orang lain lagi yang sepenuhnya ditahbiskan, maka untuk setiap kalimat itu, ia melakukan pelanggaran perbuatan salah.

Jika seseorang yang telah sepenuhnya ditahbiskan, setelah mendengar dari orang lain yang tidak sepenuhnya ditahbiskan, terlibat dalam penyampaian berita jahat dengan mengatakan kepada orang lain lagi yang tidak sepenuhnya ditahbiskan, maka untuk setiap kalimat itu, ia melakukan pelanggaran perbuatan salah.

Tidak ada pelanggaran

Tidak ada pelanggaran: Jika ia tidak ingin membuat dirinya disukai dan ia tidak bertujuan pada perpecahan; jika ia gila; jika ia adalah pelaku pertama.

Aturan latihan tentang penyampaian berita jahat, yang ketiga, selesai
Title: Pācittiya 4
Post by: Indra on 15 September 2022, 10:17:09 PM
Koleksi Theravāda tentang Hukum Monastik
Aturan Kebhikkhuan dan Analisisnya
Bab tentang Pelanggaran-Pelanggaran Yang Mengharuskan Penebusan
Sub-bab tentang Berbohong

Pācittiya 4. Aturan Latihan tentang Menghafalkan Ajaran

Kisah Asal-mula

Pada suatu hari ketika Sang Buddha sedang menetap di Sāvatthī di Vihara Anāthapiṇḍika, para bhikkhu dari kelompok enam menginstruksikan umat-umat awam untuk menghafalkan Ajaran. Umat-umat awam itu menjadi tidak hormat, tidak sopan, dan kasar kepada para bhikkhu.

Para bhikkhu yang memiliki sedikit keinginan mengeluhkan dan mengkritik mereka, "Bagaimana mungkin para bhikkhu dari kelompok enam menginstruksikan umat-umat awam untuk menghafalkan Ajaran?"

Setelah menegur mereka dalam berbagai cara, mereka memberitahu Sang Buddha. Segera setelah itu Sang Buddha mengumpulkan Sangha dan menanyai para bhikkhu itu, "Benarkah, para bhikkhu, bahwa kalian melakukan hal ini?"

"Benar, Yang Mulia."

Sang Buddha menegur mereka... "Orang-orang dungu, Bagaimana mungkin kalian dapat melakukan hal ini? Hal ini akan mempengaruhi keyakinan orang-orang ..." Dan setelah menegur mereka ... Beliau membabarkan ajaran dan berkata kepada para bhikkhu:

Aturan akhir

'Jika seorang bhikkhu menginstruksikan seorang yang tidak sepenuhnya ditahbiskan untuk menghafalkan Ajaran, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.'"

Definisi

Seorang:

Siapa pun

Bhikkhu:

... Seorang bhikkhu yang telah diberikan penahbisan penuh oleh Sangha yang sepakat melalui prosedur sah yang terdiri dari satu usul dan tiga pengumuman yang tidak dapat dibatalkan dan lengkap—bhikkhu jenis inilah yang dimaksudkan dalam kasus ini.

Seorang yang tidak sepenuhnya ditahbiskan:

Siapa pun kecuali bhikkhu yang telah sepenuhnya ditahbiskan atau bhikkhunī yang telah sepenuhnya ditahbiskan:

Menghapalkan:

Satu baris, baris berikutnya, suku kata demi suku kata, frasa berikutnya.

Satu baris:

Mereka memulai bersama-sama dan berakhir bersama-sama.

Baris berikutnya:

Salah satu di antara mereka memulai, tetapi mereka berakhir bersama-sama.

Suku kata demi suku kata:

Ketika 'Rūpaṃ aniccaṃ' diucapkan, ia memberi aba-aba kepadanya, dengan mengucapkan ''.

Frasa berikutnya

Ketika 'Rūpaṃ aniccaṃ' diucapkan, yang lainnya mengucapkan, 'Vedanā aniccā'.

Dan baris apa pun yang ada, baris berikut apa pun, suku kata demi suku kata apa pun, frasa berikut apa pun—ini disebut "menghafalkan."

Ajaran:

Apa yang telah disampaikan oleh Sang Buddha, apa yang telah disampaikan oleh para siswa, apa yang telah disampaikan oleh para bijaksana, apa yang telah disampaikan oleh para dewa, apa yang berhubungan dengan apa yang bermanfaat, apa yang berhubungan dengan Ajaran.

Menginstruksikan:

Jika ia menginstruksikan berdasarkan baris, maka untuk setiap barisnya ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan. Jika ia menginstruksikan berdasarkan suku kata, maka untuk setiap suku katanya ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.

Permutasi

Jika orang itu tidak sepenuhnya ditahbiskan, dan si bhikkhu tidak menyadarinya sebagai sepenuhnya ditahbiskan, dan ia menginstruksikannya untuk menghafalkan Ajaran, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan. Jika orang itu tidak sepenuhnya ditahbiskan, tetapi si bhikkhu tidak dapat memastikannya, dan ia menginstruksikannya untuk menghafalkan Ajaran, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan. Jika orang itu tidak sepenuhnya ditahbiskan, tetapi si bhikkhu menyadarinya sebagai sepenuhnya ditahbiskan, dan ia menginstruksikannya untuk menghafalkan Ajaran, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.

Jika orang itu sepenuhnya ditahbiskan, tetapi si bhikkhu tidak menyadarinya sebagai sepenuhnya ditahbiskan, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika orang itu sepenuhnya ditahbiskan, tetapi si bhikkhu tidak dapat memastikannya, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika orang itu sepenuhnya ditahbiskan, dan si bhikkhu menyadarinya sebagai sepenuhnya ditahbiskan, maka tidak ada pelanggaran.

Tidak ada pelanggaran

Tidak ada pelanggaran: Jika mereka membacakan bersama-sama; jika ia memberikan aba-aba kepada seorang yang sedang mengucapkan teks yang sangat dikenal; jika ia memberikan aba-aba kepada seorang yang sedang membacakan; jika ia gila; jika ia adalah pelaku pertama.

Aturan latihan tentang ucapan kasar, yang keempat, selesai
Title: Pācittiya 5
Post by: Indra on 15 September 2022, 10:17:53 PM
Koleksi Theravāda tentang Hukum Monastik
Aturan Kebhikkhuan dan Analisisnya
Bab tentang Pelanggaran-Pelanggaran Yang Mengharuskan Penebusan
Sub-bab tentang Berbohong

Pācittiya 5. Aturan Latihan tentang Ruang Tidur yang Sama

Kisah Asal-mula

Sub-kisah pertama

Pada suatu ketika Sang Buddha sedang menetap di Āḷavī di Altar Aggāḷava. Pada saat itu para umat awam datang ke vihara untuk mendengarkan Ajaran. Ketika khotbah itu selesai, para bhikkhu senior memasuki ruang kediaman mereka, tetapi para bhikkhu yang baru ditahbiskan berbaring di sana di aula pertemuan bersama dengan umat-umat awam—dengan linglung, lengah, telanjang, bergumam, dan mendengkur. Umat-umat awam mengeluhkan dan mengkritik mereka, "Bagaimana mungkin para mulia ini berbaring dengan dengan linglung, lengah, telanjang, bergumam, dan mendengkur. Umat-umat awam mengeluhkan dan mengkritik mereka, "Bagaimana mungkin para mulia?"

Para bhikkhu mendengar keluhan para umat awam itu, dan para bhikkhu yang memiliki sedikit keinginan mengeluhkan dan mengkritik para bhikkhu itu, "Bagaimana mungkin para bhikkhu berbaring di ruang tidur yang sama dengan orang-orang yang tidak sepenuhnya ditahbiskan?"

Setelah menegur para bhikkhu yang baru ditahbiskan itu dalam berbagai cara, mereka memberitahu Sang Buddha. Segera setelah itu Sang Buddha mengumpulkan Sangha dan menanyai para bhikkhu itu, "Benarkah, para bhikkhu, bahwa para bhikkhu itu melakukan hal ini?"

"Benar, Yang Mulia."

Sang Buddha menegur mereka... "Bagaimana mungkin Orang-orang dungu itu dapat melakukan hal ini? Hal ini akan mempengaruhi keyakinan orang-orang ..." ... "Dan, para bhikkhu, aturan latihan ini harus dibacakan sebagai berikut:

Aturan awal

'Jika seorang bhikkhu berbaring di ruang tidur yang sama dengan seorang yang tidak sepenuhnya ditahbiskan, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.'"

Dengan cara inilah Sang Buddha menetapkan aturan latihan ini untuk para bhikkhu.

Sub-kisah kedua

Setelah menetap di Āḷavī selama yang Beliau kehendaki, Sang Buddha melakukan perjalanan menuju Kosambī. Ketika Beliau tiba di sana, Beliau menetap di Vihara Badarikā.

Para bhikkhu di sana berkata kepada Yang Mulai Rāhula, "Rāhula, Sang Buddha telah menetapkan aturan latihan bahwa kami tidak boleh berbaring di ruangan yang sama dengan seorang yang tidak sepenuhnya ditahbiskan. Silakan cari ruangan tidur lain." Karena Rāhula tidak dapat menemukan ruangan tidur, maka ia berbaring di toilet.

Kemudian, setelah bangun pagi, Sang Buddha pergi ke toilet, di mana Beliau berdeham. Rāhula juga berdeham.

"Siapakah di dalam?"

"Aku, Yang Mulia, Rāhula."

"Mengapa engkau duduk di sini, Rāhula?"

Rāhula memberitahu Sang Buddha apa yang terjadi. Segera setelah itu Sang Buddha membabarkan ajaran dan berkata kepada para bhikkhu:

"Para bhikkhu, Aku memperbolehkan kalian untuk berbaring di ruang yang sama dengan seorang yang tidak sepenuhnya ditahbiskan selama dua atau tiga malam."

Dan, para bhikkhu, aturan latihan ini harus dibacakan sebagai berikut:

Aturan akhir

'Jika seorang bhikkhu berbaring lebih dari dua atau tiga malam di ruang tidur yang sama dengan seorang yang tidak sepenuhnya ditahbiskan, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.'"

Definisi

Seorang:

Siapa pun

Bhikkhu:

... Seorang bhikkhu yang telah diberikan penahbisan penuh oleh Sangha yang sepakat melalui prosedur sah yang terdiri dari satu usul dan tiga pengumuman yang tidak dapat dibatalkan dan lengkap—bhikkhu jenis inilah yang dimaksudkan dalam kasus ini.

Seorang yang tidak sepenuhnya ditahbiskan:

Siapa pun kecuali bhikkhu yang telah sepenuhnya ditahbiskan.

Yang sama:

Bersama-sama.

Ruang tidur:

Memiliki atap penuh, memiliki dinding penuh; sebagian besar beratap, sebagian besar berdinding.

Berbaring di ruang tidur yang sama:

Pada fajar hari keempat: jika ia berbaring ketika orang yang tidak sepenuhnya ditahbiskan sedang berbaring, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan; jika orang yang tidak sepenuhnya ditahbiskan berbaring ketika ia telah berbaring, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan; jika mereka berbaring bersama-sama, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan; setiap kali mereka bangkit dan kemudian berbaring kembali, ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.

Permutasi

Jika mereka tidak sepenuhnya ditahbiskan, dan si bhikkhu tidak menyadarinya sebagai sepenuhnya ditahbiskan, dan ia berbaring lebih dari dua atau tiga malam di ruang tidur yang sama dengan mereka, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan. Jika mereka tidak sepenuhnya ditahbiskan, tetapi si bhikkhu tidak dapat memastikannya, dan ia berbaring lebih dari dua atau tiga malam di ruang tidur yang sama dengan mereka, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan. Jika mereka tidak sepenuhnya ditahbiskan, tetapi si bhikkhu menyadarinya sebagai sepenuhnya ditahbiskan, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.

Jika ruang itu beratap setengah dan berdinding setengah, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika mereka sepenuhnya ditahbiskan, tetapi si bhikkhu tidak menyadarinya sebagai sepenuhnya ditahbiskan, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika mereka sepenuhnya ditahbiskan, dan si bhikkhu menyadarinya sebagai sepenuhnya ditahbiskan, maka tidak ada pelanggaran.

Tidak ada pelanggaran

Tidak ada pelanggaran: Jika ia berdiam bersama mereka selama dua atau tiga malam; Jika ia berdiam bersama mereka selama kurang dari dua atau tiga malam; jika, setelah berdiam selama dua malam, ia pergi sebelum fajar malam ketiga dan kemudian berdiam bersama kembali; jika ruang itu sepenuhnya beratap tetapi tidak berdinding; jika ruang itu sepenuhnya berdinding, tetapi tidak beratap;  jika ruang itu sebagian besar tidak beratap; jika ruang itu sebagian besar tidak berdinding; jika si bhikkhu duduk ketika orang yang tidak sepenuhnya ditahbiskan itu berbaring; jika orang yang tidak sepenuhnya ditahbiskan itu duduk ketika si bhikkhu berbaring; jika keduanya duduk; jika ia gila; jika ia adalah pelaku pertama.

Aturan latihan tentang ruang tidur yang sama, yang kelima, selesai[/i


Title: Pācittiya 6
Post by: Indra on 15 September 2022, 10:18:49 PM
Koleksi Theravāda tentang Hukum Monastik
Aturan Kebhikkhuan dan Analisisnya
Bab tentang Pelanggaran-Pelanggaran Yang Mengharuskan Penebusan
Sub-bab tentang Berbohong

Pācittiya 6. Aturan Latihan Kedua tentang Ruang Tidur yang Sama

Kisah Asal-mula

Pada suatu hari ketika Sang Buddha sedang menetap di Sāvatthī di Vihara Anāthapiṇḍika, Yang Mulia Anuruddha sedang melakukan perjalanan melewati negeri Kosala dalam perjalanannya menuju Sāvatthī, ketika pada suatu malam ia tiba di sebuah desa tertentu. Saat itu seorang perempuan di desa itu telah mempersiapkan rumah penginapannya. Anuruddha mendatangi perempuan itu dan berkata, "Jika tidak merepotkan engkau, aku ingin bermalam di rumah penginapanmu selama satu malam."

"Silakan, Yang Mulia."

Para pengelana lainnya juga mendatangi perempuan itu dan berkata, "Nyonya, Jika tidak merepotkan engkau, kami ingin bermalam di rumah penginapanmu selama satu malam."

"Tuan-tuan, seorang monastik telah berdiam di sini. Jika ia menyetujui, kalian boleh bermalam."

Para pengelana itu kemudian mendatangi Anuruddha dan berkata, "Jika engkau tidak keberatan, Yang Mulia, kami ingin bermalam satu malam di rumah penginapan ini."

"Tidak masalah."

Ketika perempuan itu melihat Anuruddha, ia telah jatuh cinta dengannya. Sekarang ia mendatanginya dan berkata, "Yang Mulia, engkau tidak akan merasa nyaman dikelilingi orang-orang ini. Bagaimana jika aku mempersiapkan ruang tidur untukmu di rumah utama?" Anuruddha menerima dengan berdiam diri.

Setelah mempersiapkan ruang tidur di rumah utama, ia mengenakan perhiasan dan wangi-wangian, dan ia mendatangi Anuruddha dan berkata, "Engkau menarik, Yang Mulia, dan begitu pula aku. Bagaimana jika engkau mengambilku sebagai istrimu? Tetapi Anuruddha tetap diam. Ia mengatakan hal yang sama untuk kedua kali, tetapi sekali lagi tidak mendapatkan jawaban. Dan untuk ketiga kalinya, ia berkata, "Engkau menarik, Yang Mulia, dan begitu pula aku. Bagaimana jika engkau mengambilku dan semua bangunan ini?" sekali lagi Anuruddha diam. Kemudian ia membuka pakaiannya dan berjalan mondar-mandir, berdiri, duduk, dan berbaring di depan Anuruddha. Tetapi Anuruddha mengendalikan indria-indrianya dan tidak melihat juga tidak berbicara kepadanya. Kemudian perempuan itu berkata, "Sungguh mengagumkan dan menakjubkan, banyak orang akan membayar seratus atau seribu keping uang untuk bersamaku. Tetapi monastik ini tidak menginginkan aku dan semua bangunan ini, bahkan setelah aku memohon kepadanya!" setelah mengenakan pakaiannya, ia bersujud dengan kepalanya di kaki Anuruddha dan berkata, "Yang Mulia, aku telah melakukan kesalahan. Aku telah bertindak dungu, bodoh, dan tidak terampil. Sudilah memaafkan aku agar aku dapat mengendalikan diriku di masa depan."

"Engkau memang telah melakukan kesalahan. Engkau telah bertindak dungu, bodoh, dan tidak terampil. Tetapi karena engkau mengakui kesalahanmu dan melakukan perbaikan semestinya, maka aku memaafkan engkau. Karena ini disebut pertumbuhan dalam latihan para mulia: mengakui kesalahan, melakukan perbaikan semestinya, dan menjalani pengekangan untuk masa depan."

Keesokan paginya perempuan itu secara pribadi melayani Anuruddha dengan berbagai jenis makanan baik. Ketika Anuruddha telah selesai makan, perempuan itu bersujud dan duduk di satu sisi. Dan Anuruddha memberikan instruksi, menginspirasi, dan menggembirakannya dengan suatu ajaran. Kemudian ia berkata kepada Anuruddha, "Mengagumkan, Yang Mulia, mengagumkan! Bagaikan menegakkan apa yang terbalik, atau mengungkapkan apa yang tersembunyi, atau menunjukkan jalan kepada orang yang tersesat, atau membawakan lampu ke dalam kegelapan sehingga seorang yang memiliki mata dapat melihat apa yang ada di sana—demikian pula engkau telah menjelaskan Ajaran dalam berbagai cara. Aku berlindung kepada Sang Buddha, kepada Ajaran, dan kepada Sangha para bhikkhu. Sudilah menerimaku sebagai seorang umat awam yang telah berlindung sejak hari ini hingga seumur hidup."

Segera setelah itu, setelah tiba di Sāvatthī, Anuruddha memberitahu para bhikkhu tentang apa yang telah terjadi. Para bhikkhu yang memiliki sedikit keinginan mengeluhkan dan mengkritik Anuruddha, "Bagaimana mungkin Yang Mulia Anuruddha berbaring di ruang tidur yang sama dengan seorang perempuan?"

Setelah menegurnya dalam berbagai cara, mereka memberitahu Sang Buddha. Segera setelah itu Sang Buddha mengumpulkan Sangha dan menanyai Anuruddha, "Benarkah, Anuruddha, bahwa engkau melakukan hal ini?"

"Benar, Yang Mulia."

Sang Buddha menegurnya ... "Anuruddha, Bagaimana mungkin engkau dapat melakukan hal ini? Hal ini akan mempengaruhi keyakinan orang-orang ..." ... "Dan, para bhikkhu, aturan latihan ini harus dibacakan sebagai berikut:

Aturan akhir

'Jika seorang bhikkhu berbaring di ruang tidur yang sama dengan seorang perempuan, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.'"

Definisi

Seorang:

Siapa pun

Bhikkhu:

... Seorang bhikkhu yang telah diberikan penahbisan penuh oleh Sangha yang sepakat melalui prosedur sah yang terdiri dari satu usul dan tiga pengumuman yang tidak dapat dibatalkan dan lengkap—bhikkhu jenis inilah yang dimaksudkan dalam kasus ini.

Seorang perempuan:

Perempuan manusia, bukan makhluk halus perempuan, bukan hantu perempuan, bukan binatang betina; bahkan seorang gadis cilik yang baru lahir pada hari itu, apalagi yang lebih tua.

Yang sama:

Bersama-sama.

Ruang tidur:

Memiliki atap penuh, memiliki dinding penuh; sebagian besar beratap, sebagian besar berdinding.

Berbaring di ruang tidur yang sama:

Ketika matahari telah terbenam: jika bhikkhu itu berbaring ketika si perempuan sedang berbaring, maka bhikkhu itu melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan; jika si perempuan berbaring ketika bhikkhu itu telah berbaring, maka bhikkhu itu melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan; jika mereka berbaring bersama-sama, maka bhikkhu itu melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan; setiap kali mereka bangkit dan kemudian berbaring kembali, bhikkhu itu melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.

Permutasi

Jika itu adalah perempuan, dan si bhikkhu menyadarinya sebagai perempuan, dan bhikkhu itu berbaring di ruang tidur yang sama dengannya, maka bhikkhu itu melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan. Jika itu adalah perempuan, tetapi si bhikkhu tidak dapat memastikannya, dan bhikkhu itu berbaring di ruang tidur yang sama dengannya, maka bhikkhu itu melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan. Jika itu adalah perempuan, tetapi si bhikkhu tidak menyadarinya sebagai perempuan, maka bhikkhu itu melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.

Jika tempat itu beratap setengah dan berdinding setengah, maka bhikkhu itu melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika ia berbaring di ruang tidur yang sama dengan makhluk halus perempuan, hantu perempuan, paṇḍaka, atau binatang betina, maka bhikkhu itu melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika itu bukan perempuan, tetapi si bhikkhu menyadarinya perempuan, maka bhikkhu itu melakukan pelanggaran perbuatan salah.  Jika itu bukan perempuan, tetapi si bhikkhu tidak dapat memastikannya, maka bhikkhu itu melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika itu bukan perempuan, dan ia tidak menyadarinya sebagai perempuan, maka tidak ada pelanggaran.

Tidak ada pelanggaran

Tidak ada pelanggaran: Jika tempat itu sepenuhnya beratap tetapi tidak berdinding; jika tempat itu sepenuhnya berdinding, tetapi tidak beratap; jika tempat itu sebagian besar tidak beratap; jika tempat itu sebagian besar tidak berdinding; jika si bhikkhu duduk ketika perempuan itu berbaring; jika perempuan itu duduk ketika si bhikkhu berbaring; jika keduanya duduk; jika ia gila; jika ia adalah pelaku pertama.

Aturan latihan kedua tentang ruang tidur yang sama, yang keenam, selesai
Title: Pācittiya 7
Post by: Indra on 15 September 2022, 10:19:23 PM
Koleksi Theravāda tentang Hukum Monastik
Aturan Kebhikkhuan dan Analisisnya
Bab tentang Pelanggaran-Pelanggaran Yang Mengharuskan Penebusan
Sub-bab tentang Berbohong

Pācittiya 7. Aturan Latihan tentang Ajaran

Kisah Asal-mula

Sub-kisah pertama

Pada suatu ketika Sang Buddha sedang menetap di Sāvatthī di Hutan Jeta, Vihara Anāthapiṇḍika. Pada saat itu Yang Mulia Udāyī bergaul dan mengunjungi sejumlah keluarga di Sāvatthī. Setelah mengenakan jubah pada suatu pagi, ia membawa mangkuk dan jubahnya dan mendatangi keluarga tertentu. Saat itu sang istri sedang duduk di pintu masuk dan menantu perempuannya di pintu salah satu kamar. Udāyī mendatangi sang istri dan membabarkan suatu ajaran, dengan membisikkan di telinganya. Dan si menantu perempuan berpikir, "Apakah monastik ini adalah kekasih ibu mertuaku, atau ia sedang berbicara tidak senonoh?"

Setelah mengajarkan sang istri dengan cara ini, Udāyī mendatangi si menantu perempuan dan membabarkan ajaran dengan cara yang sama. Sang istri berpikir, "Apakah monastik ini adalah kekasih menantu perempuanku, atau ia sedang berbicara tidak senonoh?"

Ketika Udāyī pergi, sang istri berkata kepada menantu perempuannya, "Hei, Apakah yang dikatakan monastik itu kepadamu?"

"Ia membabarkan ajaran, ibu. Tetapi apakah yang ia katakan kepadamu?"

"Ia membabarkan ajaran, juga."

Dan mereka mengeluhkan dan mengkritiknya, "Bagaimana mungkin Yang Mulia Udāyī membabarkan ajaran dengan berbisik di telinga? Bukankah ajaran-ajaran seharusnya dibabarkan dengan suara keras dan secara terbuka?"

Para bhikkhu mendengar keluhan perempuan-perempuan itu, dan para bhikkhu yang memiliki sedikit keinginan mengeluhkan dan mengkritik Udāyī, "bagaimana mungkin Yang Mulia Udāyī membabarkan ajaran kepada para perempuan?"

Setelah menegurnya dalam berbagai cara, mereka memberitahu Sang Buddha. Segera setelah itu Sang Buddha mengumpulkan Sangha dan menanyai Udāyī, "Benarkah, Udāyī, bahwa engkau melakukan hal ini?"

"Benar, Yang Mulia."

Sang Buddha menegurnya ... "Bagaimana mungkin engkau dapat melakukan hal ini? Hal ini akan mempengaruhi keyakinan orang-orang ..." ... "Dan, para bhikkhu, aturan latihan ini harus dibacakan sebagai berikut:

Aturan awal

'Jika seorang bhikkhu membabarkan ajaran kepada seorang perempuan, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.'"

Dengan cara inilah Sang Buddha menetapkan aturan latihan ini untuk para bhikkhu.

Sub-kisah kedua

Tidak lama setelah itu beberapa umat awam perempuan melihat beberapa orang bhikkhu dan berkata kepada mereka, "Para Mulia, mohon babarkan ajaran."

"Kami tidak diperbolehkan mengajar para perempuan."

"Cukup ajarkan lima atau enam kalimat. Itu mungkin cukup bagi kami untuk memahami."

"Kami tidak diperbolehkan mengajar para perempuan." Dan karena takut melakukan kesalahan, mereka tidak mengajarkan para perempuan itu.

Umat-umat awam perempuan itu mengeluhkan dan mengkritik mereka, "Bagaimana mungkin mereka tidak mau mengajar kita setelah diminta?'

Para bhikkhu mendengar keluhan umat-umat awam perempuan itu, dan mereka memberitahu Sang Buddha. Segera setelah itu Sang Buddha membabarkan ajaran dan berkata kepada para bhikkhu, "Para bhikkhu, Aku memperbolehkan kalian untuk mengajarkan lima atau enam kalimat kepada seorang perempuan"

Dan, para bhikkhu, aturan latihan ini harus dibacakan sebagai berikut:

Aturan awal kedua

'Jika seorang bhikkhu membabarkan ajaran lebih dari lima atau enam kalimat kepada seorang perempuan, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.'"

Dengan cara inilah Sang Buddha menetapkan aturan latihan ini untuk para bhikkhu.

Sub-kisah ketiga

Ketika para bhikkhu dari kelompok enam mendengar bahwa Sang Buddha telah memberikan kelonggaran, maka mereka mengajarkan para perempuan lebih dari lima atau enam kalimat dengan seorang laki-laki yang tidak memahami duduk di dekat mereka. Para bhikkhu yang memiliki sedikit keinginan mengeluhkan dan mengkritik mereka, "Bagaimana mungkin para bhikkhu dari kelompok enam mengajarkan para perempuan lebih dari lima atau enam kalimat dengan seorang laki-laki yang tidak memahami duduk di dekat mereka?"

Setelah menegur para bhikkhu itu dalam berbagai cara, mereka memberitahu Sang Buddha. Segera setelah itu Sang Buddha mengumpulkan Sangha dan menanyai para bhikkhu itu, "Benarkah, para bhikkhu, bahwa kalian melakukan hal ini?"

"Benar, Yang Mulia."

Sang Buddha menegur mereka ... "Bagaimana mungkin kalian dapat melakukan hal ini? Hal ini akan mempengaruhi keyakinan orang-orang ..." ... "Dan, para bhikkhu, aturan latihan ini harus dibacakan sebagai berikut:

Aturan akhir

'Jika seorang bhikkhu membabarkan ajaran lebih dari lima atau enam kalimat kepada seorang perempuan, kecuali dihadiri seorang laki-laki yang memahami, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.'"

Definisi

Seorang:

Siapa pun

Bhikkhu:

... Seorang bhikkhu yang telah diberikan penahbisan penuh oleh Sangha yang sepakat melalui prosedur sah yang terdiri dari satu usul dan tiga pengumuman yang tidak dapat dibatalkan dan lengkap—bhikkhu jenis inilah yang dimaksudkan dalam kasus ini.

Seorang perempuan:

Perempuan manusia, bukan makhluk halus perempuan, bukan hantu perempuan, bukan binatang betina; seorang yang memahami dan mampu membedakan ucapan buruk dan ucapan baik, apa yang tidak senonoh dan apa yang sopan.

Lebih dari lima atau enam kalimat:

Melebihi lima atau enam kalimat.

Ajaran:

Apa yang telah disampaikan oleh Sang Buddha, apa yang telah disampaikan oleh para siswa, apa yang telah disampaikan oleh para bijaksana, apa yang telah disampaikan oleh para dewa, apa yang berhubungan dengan apa yang bermanfaat, apa yang berhubungan dengan Ajaran.

Membabarkan:

Jika ia membabarkan berdasarkan baris, maka untuk setiap barisnya ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan. Jika ia membabarkan berdasarkan suku kata, maka untuk setiap suku katanya ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.

Kecuali dihadiri seorang laki-laki yang memahami:

Jika ada seorang laki-laki yang memahami yang hadir.

Seorang laki-laki yang memahami:

Seorang yang mampu membedakan ucapan yang buruk dan ucapan yang baik, apa yang tidak senonoh dan apa yang sopan.

Permutasi

Jika itu adalah perempuan, dan si bhikkhu menyadarinya sebagai perempuan, dan ia mengajarkan lebih dari lima atau enam kalimat, kecuali jika dihadiri seorang laki-laki yang memahami, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan. Jika itu adalah perempuan, tetapi si bhikkhu tidak dapat memastikannya, dan ia mengajarkan lebih dari lima atau enam kalimat, kecuali jika dihadiri seorang laki-laki yang memahami, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan. Jika itu adalah perempuan, tetapi si bhikkhu tidak menyadarinya sebagai perempuan, dan ia mengajarkan lebih dari lima atau enam kalimat, kecuali jika dihadiri seorang laki-laki yang memahami, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.

Jika ia mengajarkan lebih dari lima atau enam kalimat kepada makhluk halus perempuan, hantu perempuan, paṇḍaka, atau binatang betina dalam bentuk seorang perempuan, kecuali jika dihadiri seorang laki-laki yang memahami, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika itu bukan perempuan, tetapi ia menyadarinya sebagai perempuan, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika itu bukan perempuan, tetapi si bhikkhu tidak dapat memastikannya, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika itu bukan perempuan, dan ia tidak menyadarinya sebagai perempuan, maka tidak ada pelanggaran.

Tidak ada pelanggaran

Tidak ada pelanggaran: Jika dihadiri seorang laki-laki yang memahami; jika ia mengajarkan lima atau enam kalimat; jika ia mengajarkan kurang dari lima atau enam kalimat; jika ia bangkit, duduk kembali, dan kemudian mengajar; jika perempuan itu bangkit dan duduk kembali, dan ia kemudian mengajar kepadanya; jika ia mengajar perempuan lain; jika ia mengajukan pertanyaan dan kemudian berbicara; jika ia berbicara demi manfaat orang lain dan seorang perempuan mendengarkan; jika ia gila; jika ia adalah pelaku pertama.

Aturan latihan tentang ajaran, yang ketujuh, selesai


Title: Pācittiya 8
Post by: Indra on 15 September 2022, 10:21:12 PM
Koleksi Theravāda tentang Hukum Monastik
Aturan Kebhikkhuan dan Analisisnya
Bab tentang Pelanggaran-Pelanggaran Yang Mengharuskan Penebusan
Sub-bab tentang Berbohong

Pācittiya 8. Aturan Latihan tentang Berkata Jujur

Kisah Asal-mula

Sub-kisah pertama

Pada suatu ketika Sang Buddha sedang menetap di aula beratap lancip di Hutan Besar di dekat Vesālī, sejumlah bhikkhu bersahabat memasuki masa keberdiaman musim hujan di tepi sungai Vaggumudā. Pada saat itu Vajjī mengalami kekurangan makanan dan kelaparan, dengan panen-panen yang diserang hama keputihan dan berubah menjadi Jerami. Tidaklah mudah untuk mendapatkan dana makanan.

Para bhikkhu mempertimbangkan sulitnya situasi itu, dan mereka berpikir, "Bagaimanakah kami dapat menjalani masa keberdiaman musim hujan dengan nyaman dan harmonis, tanpa kesulitan memperoleh dana makan?"

Beberapa orang berkata, "Kita dapat bekerja untuk para perumah tangga, dan mereka akan menyokong kita sebagai imbalan."

Yang lainnya lagi berkata, "Tidak perlu bekerja untuk para perumah tangga. Mari kita saling membicarakan kualitas-kualitas melampaui manusia kepada para perumah tangga: 'Bhikkhu itu memiliki penyerapan pertama, bhikkhu itu memiliki penyerapan kedua, bhikkhu itu memiliki penyerapan ketiga, bhikkhu itu memiliki penyerapan keempat; bhikkhu itu adalah seorang pemasuk-arus, bhikkhu itu adalah seorang yang-kembali-sekali; bhikkhu itu adalah seorang yang-tidak-kembali, bhikkhu itu adalah seorang yang-sempurna; bhikkhu itu memiliki tiga pandangan terang sejati, dan bhikkhu itu memiliki enam pengetahuan langsung.' Maka mereka akan menyokong kita. Dengan cara ini kita akan hidup bersama dalam kerukunan, menjalani keberdiaman musim hujan yang nyaman, dan memperoleh dana makanan tanpa kesulitan. Inilah yang harus kita lakukan."

Maka para bhikkhu itu melakukan demikian. Dan orang-orang di sana berpikir, "Kita sungguh beruntung bahwa para bhikkhu demikian telah mendatangi kita untuk menjalani keberdiaman musim hujan. Para bhikkhu baik dan bermoral demikian belum pernah sebelumnya memasuki masa keberdiaman musim hujan bersama kita." Dan mereka mempersembahkan makanan dan minuman kepada para bhikkhu itu yang bahkan mereka sendiri tidak memakan dan meminumnya, atau mempersembahkan untuk orangtua mereka, untuk anak-anak dan istri-istri mereka, untuk para budak, pelayan, dan pekerja mereka, untuk teman-teman dan rekan-rekan mereka, untuk kerabat mereka. Segera para bhikkhu itu memiliki wajah cerah dan berwarna indah, kulit yang bersih, dan indria-indria yang tajam.

Pada saat itu adalah kebiasaan bagi para bhikkhu yang telah meyelesaikan masa keberdiaman musim hujan untuk pergi mengunjungi Sang Buddha. Dan oleh karena itu, ketika tiga bulan telah berlalu dan mereka telah menyelesaikan masa keberdiaman musim hujan, para bhikkhu itu merampikan tempat kediaman mereka, membawa mangkuk dan jubah mereka, dan melakukan perjalanan menuju Vesālī. Ketika akhirnya mereka tiba di sana, mereka mendatangi aula beratap lancip di Hutan Besar. Di sana mereka mendekati Sang Buddha, bersujud, dan duduk.

Pada saat itu para bhikkhu yang telah menyelesaikan masa keberdiaman musim hujan di wilayah itu kurus, lesu, dan pucat, dengan urat-urat menonjol di sekujur tubuh mereka. Namun para bhikkhu dari tepi Vaggumudā memiliki wajah cerah dan berwarna indah, kulit yang bersih, dan indria-indria yang tajam.

Karena adalah kebiasaan para Buddha untuk menyapa para bhikkhu yang baru tiba, maka Sang Buddha berkata kepada mereka, "Aku harap kalian baik-baik saja, para bhikkhu, Aku harap kalian dapat bertahan. Aku harap kalian menjalani musim hujan yang nyaman dan rukun, dan memperoleh dana makanan tanpa kesulitan."

"Kami baik-baik saja, Yang Mulia, kami dapat bertahan. Kami menjalani musim hujan yang nyaman dan rukun, dan memperoleh dana makanan tanpa kesulitan."

Jika Para Buddha mengetahui apa yang sedang terjadi, kadang-kadang Mereka bertanya dan kadang-kadang tidak. Mereka mengetahui waktu yang tepat untuk bertanya dan kapan tidak bertanya. Para Buddha bertanya jika itu bermanfaat, jika tidak bermanfaat maka Mereka tidak bertanya, karena para Buddha tidak mampu melakukan apa yang tidak bermanfaat. Para Buddha menanyai para bhikkhu untuk dua alasan: untuk membabarkan ajaran atau untuk menetapkan aturan latihan.

Dan Sang Buddha berkata kepada para bhikkhu, "Dengan cara bagaimanakah, para bhikkhu, kalian menjalani musim hujan yang nyaman dan rukun, dan memperoleh dana makanan tanpa kesulitan."

Mereka memberitahukan kepada Beliau.

"Tetapi apakah kalian benar-benar memiliki kualitas-kualitas melampaui manusia?"

"Benar, Yang Mulia."

Sang Buddha menegur mereka, "Bagaimana mungkin kalian demi perut kalian saling membicarakan kualitas-kualitas melampaui manusia kepada para perumah tangga? Hal Ini akan mempengaruhi keyakinan banyak orang ..." ... "Dan, para bhikkhu, aturan latihan ini harus dibacakan sebagai berikut:

Aturan akhir

'Jika seorang bhikkhu dengan jujur memberitahukan kepada seorang yang tidak sepenuhnya ditahbiskan tentang kualitas melampaui manusia, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.'"

Definisi

Seorang:

Siapa pun

Bhikkhu:

... Seorang bhikkhu yang telah diberikan penahbisan penuh oleh Sangha yang sepakat melalui prosedur sah yang terdiri dari satu usul dan tiga pengumuman yang tidak dapat dibatalkan dan lengkap—bhikkhu jenis inilah yang dimaksudkan dalam kasus ini.

Seorang yang tidak sepenuhnya ditahbiskan:

Siapa pun kecuali bhikkhu yang telah sepenuhnya ditahbiskan atau bhikkhunī yang telah sepenuhnya ditahbiskan.

Kualitas melampaui manusia:

Penyerapan, kebebasan, keheningan, pencapaian, pengetahuan dan penglihatan, pengembangan sang jalan, realisasi buah-buah, ditinggalkannya kekotoran-kekotoran, pikiran tanpa rintangan, kesenangan dalam kesendirian.

Permutasi

Definisi

Penyerapan:

Penyerapan pertama, penyerapan kedua, penyerapan ketiga, penyerapan keempat.

Kebebasan:

Kebebasan kekosongan, kebebasan tanpa gambaran, kebebasan tanpa keinginan.

Keheningan:

Keheningan kekosongan, keheningan tanpa gambaran, keheningan tanpa keinginan.

Pencapaian:

Pencapaian kekosongan, pencapaian tanpa gambaran, pencapaian tanpa keinginan.

Pengetahuan dan penglihatan:

Tiga pandangan terang sejati.

Pengembangan sang jalan:

Empat penerapan perhatian, empat usaha benar, empat landasan kekuatan supernormal, lima indria spiritual, lima kekuatan spiritual, tujuh faktor pencerahan, jalan mulia berunsur delapan.

Realisasi buah-buah:

Realisasi buah memasuki-arus, realisasi buah yang-kembali-sekali, realisasi buah yang-tidak-kembali, realisasi kesempurnaan.

Ditinggalkannya kekotoran-kekotoran:

Ditinggalkannya keinginan indria, ditinggalkannya kebencian, ditinggalkannya kebodohan.

Kesenangan dalam kesendirian

Karena penyerapan pertama maka ada kesenangan dalam kesendirian, karena penyerapan kedua maka ada kesenangan dalam kesendirian, karena penyerapan ketiga maka ada kesenangan dalam kesendirian, karena penyerapan keempat maka ada kesenangan dalam kesendirian.

Pembabaran

Penyerapan pertama

Memberitahukan:

Jika seorang bhikkhu mengatakan kepada seorang yang tidak sepenuhnya ditahbiskan, "Aku mencapai penyerapan pertama," maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.

Memberitahukan:

Jika seorang bhikkhu mengatakan kepada seorang yang tidak sepenuhnya ditahbiskan, "Aku sedang mencapai penyerapan pertama," maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.

Memberitahukan:

Jika seorang bhikkhu mengatakan kepada seorang yang tidak sepenuhnya ditahbiskan, "Aku telah mencapai penyerapan pertama," maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.

Memberitahukan:

Jika seorang bhikkhu mengatakan kepada seorang yang tidak sepenuhnya ditahbiskan, "Aku memperoleh penyerapan pertama," maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.

Memberitahukan:

Jika seorang bhikkhu mengatakan kepada seorang yang tidak sepenuhnya ditahbiskan, "Aku menguasai penyerapan pertama," maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.

Memberitahukan:

Jika seorang bhikkhu mengatakan kepada seorang yang tidak sepenuhnya ditahbiskan, "Aku telah merealisasikan penyerapan pertama," maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.

Pencapaian-pencapaian lainnya:

Memberitahukan:

Jika seorang bhikkhu mengatakan kepada seorang yang tidak sepenuhnya ditahbiskan, "Aku mencapai penyerapan kedua ... penyerapan ketiga ... penyerapan keempat ... aku sedang mencapai ... aku telah mencapai ... aku memperoleh ... aku menguasai ... aku telah merealisasikan penyerapan keempat," maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.

Memberitahukan:

Jika seorang bhikkhu mengatakan kepada seorang yang tidak sepenuhnya ditahbiskan, "Aku mencapai kebebasan kekosongan ... kebebasan tanpa gambaran ... kebebasan tanpa keinginan... keheningan kekosongan ... keheningan tanpa gambaran ... keheningan tanpa keinginan ... aku sedang mencapai ... aku telah mencapai ... aku memperoleh ... aku menguasai ... aku telah merealisasikan keheningan tanpa keinginan," maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.

Memberitahukan:

Jika seorang bhikkhu mengatakan kepada seorang yang tidak sepenuhnya ditahbiskan, "Aku mencapai pencapaian kekosongan ... pencapaian tanpa gambaran ... pencapaian tanpa keinginan ... aku sedang mencapai ... aku telah mencapai ... aku memperoleh ... aku menguasai ... aku telah merealisasikan pencapaian tanpa keinginan," maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.

Memberitahukan:

Jika seorang bhikkhu mengatakan kepada seorang yang tidak sepenuhnya ditahbiskan, "Aku mencapai tiga pandangan terang sejati ... aku sedang mencapai ... aku telah mencapai ... aku memperoleh ... aku menguasai ... aku telah merealisasikan tiga pandangan terang sejati," maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.

Memberitahukan:

Jika seorang bhikkhu mengatakan kepada seorang yang tidak sepenuhnya ditahbiskan, "Aku mencapai empat penerapan perhatian ... empat usaha benar ... empat landasan kekuatan supernormal ... aku sedang mencapai ... aku telah mencapai ... aku memperoleh ... aku menguasai ... aku telah merealisasikan empat landasan kekuatan supernormal," maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.

Memberitahukan:

Jika seorang bhikkhu mengatakan kepada seorang yang tidak sepenuhnya ditahbiskan, "Aku mencapai lima indria spiritual ... lima kekuatan spiritual ... aku sedang mencapai ... aku telah mencapai ... aku memperoleh ... aku menguasai ... aku telah merealisasikan lima kekuatan spiritual," maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.

Memberitahukan:

Jika seorang bhikkhu mengatakan kepada seorang yang tidak sepenuhnya ditahbiskan, "Aku mencapai tujuh faktor pencerahan ... aku sedang mencapai ... aku telah mencapai ... aku memperoleh ... aku menguasai ... aku telah merealisasikan tujuh faktor pencerahan," maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.

Memberitahukan:

Jika seorang bhikkhu mengatakan kepada seorang yang tidak sepenuhnya ditahbiskan, "Aku mencapai jalan mulia berunsur delapan ... aku sedang mencapai ... aku telah mencapai ... aku memperoleh ... aku menguasai ... aku telah merealisasikan jalan mulia berunsur delapan," maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.

Memberitahukan:

Jika seorang bhikkhu mengatakan kepada seorang yang tidak sepenuhnya ditahbiskan, "Aku mencapai buah memasuki-arus ... buah yang-kembali-sekali ... buah yang-tidak-kembali ... kesempurnaan ... aku sedang mencapai ... aku telah mencapai ... aku memperoleh ... aku menguasai ... aku telah merealisasikan kesempurnaan," maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.

Memberitahukan:

Jika seorang bhikkhu mengatakan kepada seorang yang tidak sepenuhnya ditahbiskan, "Aku telah menghentikan keinginan indria ... aku telah menghentikan kebencian ... aku telah menghentikan kebodohan, aku telah meninggalkannya, aku telah melepaskannya, aku telah membuangnya," maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.

Memberitahukan:

Jika seorang bhikkhu mengatakan kepada seorang yang tidak sepenuhnya ditahbiskan, "Pikiranku bebas dari rintangan keinginan indria ... Pikiranku bebas dari rintangan kebencian ... Pikiranku bebas dari rintangan kebodohan," maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.

Memberitahukan:

Jika seorang bhikkhu mengatakan kepada seorang yang tidak sepenuhnya ditahbiskan, "Aku mencapai penyerapan pertama dalam kesendirian ... penyerapan kedua ... penyerapan ketiga ... penyerapan keempat ... aku sedang mencapai ... aku telah mencapai ... aku memperoleh ... aku menguasai ... aku telah merealisasikan penyerapan keempat dalam kesendirian," maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.
Title: Pācittiya 8
Post by: Indra on 15 September 2022, 10:21:59 PM
Kombinasi dua pencapaian

Memberitahukan:

Jika seorang bhikkhu mengatakan kepada seorang yang tidak sepenuhnya ditahbiskan, "Aku mencapai penyerapan pertama dan penyerapan kedua ... ... aku sedang mencapai ... aku telah mencapai ... aku memperoleh ... aku menguasai ... aku telah merealisasikan penyerapan pertama dan penyerapan kedua," maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.

Memberitahukan:

Jika seorang bhikkhu mengatakan kepada seorang yang tidak sepenuhnya ditahbiskan, "Aku mencapai penyerapan pertama dan penyerapan ketiga ... penyerapan pertama dan penyerapan keempat ... aku sedang mencapai ... aku telah mencapai ... aku memperoleh ... aku menguasai ... aku telah merealisasikan penyerapan pertama dan penyerapan keempat," maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.

Memberitahukan:

Jika seorang bhikkhu mengatakan kepada seorang yang tidak sepenuhnya ditahbiskan, "Aku mencapai penyerapan pertama dan kebebasan kekosongan ... dan kebebasan tanpa gambaran ... dan kebebasan tanpa keinginan ... dan keheningan kekosongan ... dan keheningan tanpa gambaran ... dan keheningan tanpa keinginan ... aku sedang mencapai ... aku telah mencapai ... aku memperoleh ... aku menguasai ... aku telah merealisasikan penyerapan pertama dan keheningan tanpa keinginan," maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.

Memberitahukan:

Jika seorang bhikkhu mengatakan kepada seorang yang tidak sepenuhnya ditahbiskan, "Aku mencapai penyerapan pertama dan pencapaian kekosongan ... dan pencapaian tanpa gambaran ... dan pencapaian tanpa keinginan ... aku sedang mencapai ... aku telah mencapai ... aku memperoleh ... aku menguasai ... aku telah merealisasikan penyerapan pertama dan pencapaian tanpa keinginan," maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.

Memberitahukan:

Jika seorang bhikkhu mengatakan kepada seorang yang tidak sepenuhnya ditahbiskan, "Aku mencapai penyerapan pertama dan tiga pandangan terang sejati ... aku sedang mencapai ... aku telah mencapai ... aku memperoleh ... aku menguasai ... aku telah merealisasikan penyerapan pertama dan tiga pandangan terang sejati," maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.

Memberitahukan:

Jika seorang bhikkhu mengatakan kepada seorang yang tidak sepenuhnya ditahbiskan, "Aku mencapai penyerapan pertama dan empat penerapan perhatian ... empat usaha benar ... empat landasan kekuatan supernormal ... aku sedang mencapai ... aku telah mencapai ... aku memperoleh ... aku menguasai ... aku telah merealisasikan penyerapan pertama dan empat landasan kekuatan supernormal," maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.

Memberitahukan:

Jika seorang bhikkhu mengatakan kepada seorang yang tidak sepenuhnya ditahbiskan, "Aku mencapai penyerapan pertama dan lima indria spiritual ... lima kekuatan spiritual ... aku sedang mencapai ... aku telah mencapai ... aku memperoleh ... aku menguasai ... aku telah merealisasikan penyerapan pertama dan lima kekuatan spiritual," maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.

Memberitahukan:

Jika seorang bhikkhu mengatakan kepada seorang yang tidak sepenuhnya ditahbiskan, "Aku mencapai penyerapan pertama dan tujuh faktor pencerahan ... aku sedang mencapai ... aku telah mencapai ... aku memperoleh ... aku menguasai ... aku telah merealisasikan penyerapan pertama dan tujuh faktor pencerahan," maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.

Memberitahukan:

Jika seorang bhikkhu mengatakan kepada seorang yang tidak sepenuhnya ditahbiskan, "Aku mencapai penyerapan pertama dan jalan mulia berunsur delapan ... aku sedang mencapai ... aku telah mencapai ... aku memperoleh ... aku menguasai ... aku telah merealisasikan penyerapan pertama dan jalan mulia berunsur delapan," maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.

Memberitahukan:

Jika seorang bhikkhu mengatakan kepada seorang yang tidak sepenuhnya ditahbiskan, "Aku mencapai penyerapan pertama dan buah memasuki-arus ... dan buah yang-kembali-sekali ... dan buah yang-tidak-kembali ... dan kesempurnaan... aku sedang mencapai ... aku telah mencapai ... aku memperoleh ... aku menguasai ... aku telah merealisasikan penyerapan pertama dan kesempurnaan," maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.

Memberitahukan:

Jika seorang bhikkhu mengatakan kepada seorang yang tidak sepenuhnya ditahbiskan, "Aku mencapai penyerapan pertama dan aku telah menghentikan keinginan indria ... dan aku telah menghentikan kebencian ... dan aku telah menghentikan kebodohan ... aku sedang mencapai ... aku telah mencapai ... aku memperoleh ... aku menguasai ... aku telah merealisasikan penyerapan pertama dan aku telah menghentikan kebodohan," maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.

Memberitahukan:

Jika seorang bhikkhu mengatakan kepada seorang yang tidak sepenuhnya ditahbiskan, "Aku mencapai penyerapan pertama dan pikiranku bebas dari rintangan keinginan indria ... dan pikiranku bebas dari rintangan kebencian ... dan pikiranku bebas dari rintangan kebodohan ... aku sedang mencapai ... aku telah mencapai ... aku memperoleh ... aku menguasai ... aku telah merealisasikan penyerapan pertama dan pikiranku bebas dari rintangan kebodohan," maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.

Memberitahukan:

Jika seorang bhikkhu mengatakan kepada seorang yang tidak sepenuhnya ditahbiskan, "Aku mencapai penyerapan kedua dan penyerapan ketiga ... penyerapan kedua dan penyerapan keempat ... aku sedang mencapai ... aku telah mencapai ... aku memperoleh ... aku menguasai ... aku telah merealisasikan penyerapan kedua dan penyerapan keempat," maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.

Memberitahukan:

Jika seorang bhikkhu mengatakan kepada seorang yang tidak sepenuhnya ditahbiskan, "Aku mencapai penyerapan kedua dan kebebasan kekosongan ... dan pikiranku bebas dari rintangan kebodohan," maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.

Memberitahukan:

Jika seorang bhikkhu mengatakan kepada seorang yang tidak sepenuhnya ditahbiskan, "Aku mencapai penyerapan kedua dan penyerapan pertama ... aku sedang mencapai ... aku telah mencapai ... aku memperoleh ... aku menguasai ... aku telah merealisasikan penyerapan kedua dan penyerapan pertama," maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.

Dasar secara ringkas selesai

Memberitahukan:

Jika seorang bhikkhu mengatakan kepada seorang yang tidak sepenuhnya ditahbiskan, "Pikiranku bebas dari rintangan kebodohan dan aku mencapai penyerapan pertama ... aku sedang mencapai ... aku telah mencapai ... aku memperoleh ... aku menguasai ... Pikiranku bebas dari rintangan kebodohan dan aku telah merealisasikan penyerapan pertama," maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan. ...

Memberitahukan:

Jika seorang bhikkhu mengatakan kepada seorang yang tidak sepenuhnya ditahbiskan, "Pikiranku bebas dari rintangan kebodohan dan pikiranku bebas dari rintangan kebencian,", maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan. ...

Kombinasi seluruh pencapaian

Memberitahukan:

Jika seorang bhikkhu mengatakan kepada seorang yang tidak sepenuhnya ditahbiskan, "Aku mencapai penyerapan pertama dan penyerapan kedua dan penyerapan ketiga dan penyerapan keempat dan kebebasan kekosongan dan kebebasan tanpa gambaran dan kebebasan tanpa keinginan ,.. dan keheningan kekosongan dan keheningan tanpa gambaran dan keheningan tanpa keinginan dan pencapaian kekosongan dan pencapaian tanpa gambaran dan pencapaian tanpa keinginan dan tiga pandangan terang sejati dan empat penerapan perhatian dan empat usaha benar dan empat landasan kekuatan supernormal dan lima indria spiritual dan lima kekuatan spiritual dan tujuh faktor pencerahan dan jalan mulia berunsur delapan dan buah memasuki arus dan buah yang-kembali-sekali dan buah yang-tidak-kembali dan kesempurnaan ... dan aku telah meninggalkan keinginan indria,  melepaskannya, membuangnya; dan aku telah meninggalkan kebencian, melepaskannya, membuangnya; dan aku telah meninggalkan kebodohan, melepaskannya, membuangnya; dan pikiranku bebas dari rintangan keinginan indria; dan pikiranku bebas dari rintangan kebencian; dan pikiranku bebas dari rintangan kebodohan," maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan. ...

Bermaksud mengatakan sesuatu, tetapi mengatakan suatu hal lainnya

Memberitahukan:

Jika seorang bhikkhu bermaksud mengatakan kepada seorang yang tidak sepenuhnya ditahbiskan, "Aku mencapai penyerapan pertama," tetapi mengatakan, "aku mencapai penyerapan kedua," kemudian, jika si pendengar memahami, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan; jika si pendengar tidak memahami, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah.

Memberitahukan:

Jika seorang bhikkhu bermaksud mengatakan kepada seorang yang tidak sepenuhnya ditahbiskan, "Aku mencapai penyerapan pertama," tetapi mengatakan, "aku mencapai penyerapan ketiga ... penyerapan keempat ... kebebasan kekosongan ... kebebasan tanpa gambaran ... kebebasan tanpa keinginan ..., keheningan kekosongan ... keheningan tanpa gambaran ... keheningan tanpa keinginan ... pencapaian kekosongan ... pencapaian tanpa gambaran ... pencapaian tanpa keinginan ... tiga pandangan terang sejati ... empat penerapan perhatian ... empat usaha benar ... empat landasan kekuatan supernormal ... lima indria spiritual ... lima kekuatan spiritual ... tujuh faktor pencerahan ... jalan mulia berunsur delapan ... buah memasuki arus ... buah yang-kembali-sekali ... buah yang-tidak-kembali ... kesempurnaan ... dan seterusnya ... aku telah meninggalkan keinginan indria ... aku telah meninggalkan kebencian ... aku telah meninggalkan kebodohan,  melepaskannya, membuangnya ... pikiranku bebas dari rintangan keinginan indria ... pikiranku bebas dari rintangan kebencian ... pikiranku bebas dari rintangan kebodohan, jika si pendengar memahami, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan; jika si pendengar tidak memahami, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah.

Memberitahukan:

Jika seorang bhikkhu bermaksud mengatakan kepada seorang yang tidak sepenuhnya ditahbiskan, "Aku mencapai penyerapan kedua," tetapi mengatakan, "Pikiranku bebas dari rintangan kebodohan," jika si pendengar memahami, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan; jika si pendengar tidak memahami, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. ...

Memberitahukan:

Jika seorang bhikkhu bermaksud mengatakan kepada seorang yang tidak sepenuhnya ditahbiskan, "Aku mencapai penyerapan kedua," tetapi mengatakan, "Aku mencapai penyerapan pertama," jika si pendengar memahami, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan; jika si pendengar tidak memahami, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. ...

Dasar secara ringkas selesai

Memberitahukan:

Jika seorang bhikkhu bermaksud mengatakan kepada seorang yang tidak sepenuhnya ditahbiskan, "Pikiranku bebas dari rintangan kebodohan," tetapi mengatakan, "aku mencapai penyerapan pertama," jika si pendengar memahami, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan; jika si pendengar tidak memahami, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. ...

Memberitahukan:

Jika seorang bhikkhu bermaksud mengatakan kepada seorang yang tidak sepenuhnya ditahbiskan, "Pikiranku bebas dari rintangan kebodohan," tetapi mengatakan, "Pikiranku bebas dari rintangan kebencian," jika si pendengar memahami, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan; jika si pendengar tidak memahami, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. ...

Memberitahukan:

Jika seorang bhikkhu bermaksud mengatakan kepada seorang yang tidak sepenuhnya ditahbiskan, "Aku mencapai penyerapan pertama dan penyerapan kedua dan penyerapan ketiga dan penyerapan keempat ... dan pikiranku bebas dari rintangan kebencian," tetapi mengatakan, "Pikiranku bebas dari rintangan kebodohan," jika si pendengar memahami, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan; jika si pendengar tidak memahami, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. ...

Memberitahukan:

Jika seorang bhikkhu bermaksud mengatakan kepada seorang yang tidak sepenuhnya ditahbiskan, "Aku mencapai penyerapan kedua dan penyerapan ketiga dan penyerapan keempat ... dan pikiranku bebas dari rintangan kebodohan," tetapi mengatakan, "aku mencapai penerayapan pertama," jika si pendengar memahami, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan; jika si pendengar tidak memahami, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. ...

Isyarat jelas

Memberitahukan:

Jika seorang bhikkhu mengatakan kepada seorang yang tidak sepenuhnya ditahbiskan, "Bhikkhu yang berdiam di tempat kediamanmu mencapai penyerapan pertama ... sedang mencapai ... telah mencapai ... memperoleh ... menguasai ... telah merealisasikan penyerapan pertama," maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah.

Memberitahukan:

Jika seorang bhikkhu mengatakan kepada seorang yang tidak sepenuhnya ditahbiskan, "Bhikkhu yang berdiam di tempat kediamanmu mencapai penyerapan kedua ... dan seterusnya ... penyerapan ketiga ... penyerapan keempat ... sedang mencapai ... telah mencapai ... memperoleh ... menguasai ... telah merealisasikan penyerapan keempat," maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah.

Memberitahukan:

Jika seorang bhikkhu mengatakan kepada seorang yang tidak sepenuhnya ditahbiskan, "Bhikkhu yang berdiam di tempat kediamanmu mencapai kebebasan kekosongan ... dan seterusnya ... kebebasan tanpa gambaran ... kebebasan tanpa keinginan ... keheningan kekosongan ... keheningan tanpa gambaran ... keheningan tanpa keinginan ... sedang mencapai ... telah mencapai ... memperoleh ... menguasai ... telah merealisasikan keheningan tanpa keinginan," maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah.

Memberitahukan:

Jika seorang bhikkhu mengatakan kepada seorang yang tidak sepenuhnya ditahbiskan, "Bhikkhu yang berdiam di tempat kediamanmu mencapai pencapaian kekosongan ... dan seterusnya ... pencapaian tanpa gambaran ... pencapaian tanpa keinginan ... sedang mencapai ... telah mencapai ... memperoleh ... menguasai ... telah merealisasikan pencapaian tanpa keinginan," maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah.

Memberitahukan:

Jika seorang bhikkhu mengatakan kepada seorang yang tidak sepenuhnya ditahbiskan, "Bhikkhu yang berdiam di tempat kediamanmu mencapai tiga pandangan terang sejati ... dan seterusnya ... empat penerapan perhatian ... empat usaha benar ... empat landasan kekuatan supernormal ... lima indria spiritual ... lima kekuatan spiritual ... tujuh faktor pencerahan ... jalan mulia berunsur delapan ... buah memasuki arus ... buah yang-kembali-sekali ... buah yang-tidak-kembali ... kesempurnaan ... sedang mencapai ... telah mencapai ... memperoleh ... menguasai ... telah merealisasikan ... dan seterusnya ... telah menghentikan keinginan indria ... telah menghentikan kebencian ... telah menghentikan kebodohan, meninggalkannya, melepaskannya, membuangnya ... memiliki pikiran yang bebas dari rintangan keinginan indria ... memiliki pikiran yang bebas dari rintangan kebencian ... memiliki pikiran yang bebas dari rintangankebodohan," maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah.

Memberitahukan:

Jika seorang bhikkhu mengatakan kepada seorang yang tidak sepenuhnya ditahbiskan, "Bhikkhu yang berdiam di tempat kediamanmu mencapai penyerapan pertama dalam kesendirian ... dan seterusnya ... penyerapan kedua ... penyerapan ketiga ... penyerapan keempat kesempurnaan ... sedang mencapai ... telah mencapai ... memperoleh ... menguasai ... telah merealisasikan penyerapan keempat dalam kesendirian," maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah.

Memberitahukan:

Jika seorang bhikkhu mengatakan kepada seorang yang tidak sepenuhnya ditahbiskan, "Bhikkhu yang menggunakan kain-jubah darimu ... yang menggunakan dana makanan darimu ... yang menempati tempat kediaman darimu ... yang menggunakan obat-obatan darimu mencapai penyerapan keempat dalam kesendirian ... sedang mencapai ... telah mencapai ... memperoleh ... menguasai ... telah merealisasikan penyerapan keempat dalam kesendirian," maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah.

Memberitahukan:

Jika seorang bhikkhu mengatakan kepada seorang yang tidak sepenuhnya ditahbiskan, "Bhikkhu yang menggunakan tempat kediaman darimu ... yang menggunakan kain-jubah darimu ... yang menempati dana makanan darimu ... yang menggunakan perabotan darimu ... yang menggunakan obat-obatan darimu mencapai penyerapan keempat dalam kesendirian ... sedang mencapai ... telah mencapai ... memperoleh ... menguasai ... telah merealisasikan penyerapan keempat dalam kesendirian," maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah.

Memberitahukan:

Jika seorang bhikkhu mengatakan kepada seorang yang tidak sepenuhnya ditahbiskan, "Bhikkhu yang kepadanya engkau memberikan tempat kediaman ... dan seterusnya ... yang kepadanya engkau memberikan kain-jubah ... yang kepadanya engkau memberikan dana makanan ... yang kepadanya engkau memberikan perabotan ... yang kepadanya engkau memberikan obat-obatan mencapai penyerapan keempat dalam kesendirian ... sedang mencapai ... telah mencapai ... memperoleh ... menguasai ... telah merealisasikan penyerapan keempat dalam kesendirian,"  maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah.

Tidak ada pelanggaran

Tidak ada pelanggaran: Jika ia dengan jujur memberitahukan kepada seorang yang sepenuhnya ditahbiskan; jika ia adalah pelaku pertama.

Aturan latihan tentang berkata jujur, yang kedelapan, selesai
Title: Pācittiya 9
Post by: Indra on 15 September 2022, 10:22:32 PM
Koleksi Theravāda tentang Hukum Monastik
Aturan Kebhikkhuan dan Analisisnya
Bab tentang Pelanggaran-Pelanggaran Yang Mengharuskan Penebusan
Sub-bab tentang Berbohong

Pācittiya 9. Aturan Latihan tentang Memberitahukan tentang Pelanggaran Berat

Kisah Asal-mula

Pada suatu hari ketika Sang Buddha sedang menetap di Sāvatthī di Vihara Anāthapiṇḍika, Yang Mulia Upananda orang Sakya sedang bertengkar dengan para bhikkhu dari kelompok enam.

Ia telah melakukan pelanggaran mengeluarkan mani dengan sengaja. Ia memohon masa percobaan dari Sangha atas pelanggaran itu, yang telah ia terima. Saat itu suatu perkumpulan di Sāvatthī memberikan persembahan makan kepada Sangha. Karena Upananda sedang dalam masa percobaan, maka ia duduk di tempat duduk terakhir di ruang makan itu. Para bhikkhu dari kelompok enam memberitahu umat-umat awam, "Yang Mulia Upananda ini, sahabat terhormat dari keluarga kalian, memakan makanan yang diberikan dengan penuh keyakinan dengan tangan yang sama dengan yang ia gunakan untuk bermasturbasi. Setelah melakukan pelanggaran mengeluarkan mani dengan sengaja, ia memohon masa percobaan dari Sangha atas pelanggaran itu, yang telah ia terima. Dan karena ia sedang dalam masa percobaan, maka sekarang yang duduk di tempat duduk terakhir."

Para bhikkhu yang memiliki sedikit keinginan mengeluhkan dan mengkritik mereka, "Bagaimana mungkin para bhikkhu dari kelompok enam memberitahu orang yang tidak sepenuhnya ditahbiskan tentang pelanggaran berat seorang bhikhu?" ... "Benarkah, para bhikkhu, bahwa kalian melakukan hal ini?"

"Benar, Yang Mulia."

Sang Buddha menegur mereka ... "Orang-orang dungu, bagaimana mungkin kalian melakukan hal ini? Hal ini akan mempengaruhi keyakinan orang-orang ..." ...Dan, para bhikkhu, aturan latihan ini harus dibacakan sebagai berikut:

Aturan akhir

'Jika seorang bhikkhu memberitahu seorang yang tidak sepenuhnya ditahbiskan tentang pelanggaran berat dari seorang bhikkhu, kecuali jika para bhikkhu telah menyetujui, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.'"

Definisi

Seorang:

Siapa pun

Bhikkhu:

... Seorang bhikkhu yang telah diberikan penahbisan penuh oleh Sangha yang sepakat melalui prosedur sah yang terdiri dari satu usul dan tiga pengumuman yang tidak dapat dibatalkan dan lengkap—bhikkhu jenis inilah yang dimaksudkan dalam kasus ini.

Dari seorang bhikkhu:

Dari bhikkhu yang lain.

Pelanggaran berat:

Empat pelanggaran yang mengharuskan pengusiran dan tiga belas pelanggaran yang mengharuskan penskorsan.

Orang yang tidak sepenuhnya ditahbiskan:

Siapa pun kecuali bhikkhu yang telah sepenuhnya ditahbiskan atau bhikkhunī yang telah sepenuhnya ditahbiskan.

Memberitahu:

Memberitahu seorang perempuan atau laki-laki, seorang awam atau monastik.

Kecuali jika para bhikkhu telah menyetujui:

Jika para bhikkhu telah memberikan persetujuan.

Permutasi

Permutasi bagian 1

Rangkuman

Ada kesepakatan para bhikkhu dengan batasan pada pelanggaran, tetapi tidak pada keluarga. Ada kesepakatan para bhikkhu dengan batasan pada keluarga, tetapi tidak pada pelanggaran. Ada kesepakatan para bhikkhu dengan batasan pada pelanggaran dan keluarga. Ada kesepakatan para bhikkhu yang tanpa batasan pada pelanggaran maupun keluarga.

Definisi

Dengan batasan pada pelanggaran:

Pelanggaran-pelanggaran ditentukan: "Pelanggaran ini boleh diberitahukan."

Dengan batasan pada keluarga:

Keluarga-keluarga ditentukan: "Keluarga-keluarga ini boleh diberitahukan."

Dengan batasan pada pelanggaran dan keluarga:

Baik pelanggaran maupun keluarga ditentukan: "Pelanggaran ini boleh diberitahukan, dan keluarga ini boleh diberitahukan."

Tanpa batasan pada pelanggaran maupun keluarga:

Baik pelanggaran maupun keluarga tidak ditentukan dalam cara ini.

Pembabaran

Jika ada batasan pada pelanggaran, jika ia memberitahukan pelanggaran lain selain daripada yang telah ditentukan, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.

Jika ada batasan pada keluarga, jika ia memberitahukan keluarga lain selain daripada yang telah ditentukan, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.

Jika ada batasan pada pelanggaran dan keluarga, jika ia memberitahukan pelanggaran lain selain daripada yang telah ditentukan dan ia memberitahukan keluarga lain selain daripada yang telah ditentukan, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.

Jika tidak ada batasan pada pelanggaran maupun keluarga, maka tidak ada pelanggaran.

Permutasi bagian 2

Jika pelanggarannya berat, dan ia menyadarinya sebagai berat, dan ia memberitahukan kepada seorang yang tidak sepenuhnya ditahbiskan, kecuali jika para bhikkhu telah menyetujui, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.

Jika pelanggarannya berat, tetapi ia tidak dapat memastikannya, dan ia memberitahukan kepada seorang yang tidak sepenuhnya ditahbiskan, kecuali jika para bhikkhu telah menyetujui, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.

Jika pelanggarannya berat, tetapi ia menyadarinya sebagai ringan, dan ia memberitahukan kepada seorang yang tidak sepenuhnya ditahbiskan, kecuali jika para bhikkhu telah menyetujui, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.

Jika ia memberitahukan suatu pelanggaran ringan, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah.

Jika ia memberitahukan tentang perilaku buruk dari seorang yang tidak sepenuhnya ditahbiskan, apakah berat atau ringan, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah.

Jika pelanggarannya ringan, tetapi ia menyadarinya sebagai berat, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah.

Jika pelanggarannya ringan, tetapi ia tidak dapat memastikannya, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah.

Jika pelanggarannya ringan, dan ia menyadarinya sebagai ringan, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah.

Tidak ada pelanggaran

Tidak ada pelanggaran: Jika ia memberitahukan tentang perbuatan yang mendasari pelanggaran, tetapi bukan kelompok pelanggarannya; jika ia memberitahukan kelompok pelanggarannya, tetapi bukan perbuatan yang mendasari pelanggaran; jika para bhikkhu telah menyetujui; jika ia gila; jika ia adalah pelaku pertama.

Aturan latihan tentang memberitahukan tentang pelanggaran berat, yang kesembilan, selesai

Title: Pācittiya 10
Post by: Indra on 15 September 2022, 10:23:20 PM
Koleksi Theravāda tentang Hukum Monastik
Aturan Kebhikkhuan dan Analisisnya
Bab tentang Pelanggaran-Pelanggaran Yang Mengharuskan Penebusan
Sub-bab tentang Berbohong

Pācittiya 10. Aturan Latihan tentang Menggali Tanah

Kisah Asal-mula

Pada suatu ketika Sang Buddha sedang menetap di Āḷavī di Altar Aggāḷava, para bhikkhu di sana sedang melakukan pekerjaan pembangunan. Dan mereka menggali tanah dan menyuruh menggali. Orang-orang mengeluhkan dan mengkritik mereka, "Bagaimana mungkin para monastik Sakya menggali tanah dan menyuruh menggali? Mereka melukai kehidupan makhluk berindria-tunggal."

Para bhikkhu mendengar keluhan orang-orang itu, dan para bhikkhu yang memiliki sedikit keinginan mengeluhkan dan mengkritik mereka, "Bagaimana mungkin para bhikkhu di Āḷavī menggali tanah dan menyuruh menggali?" ... "Benarkah, para bhikkhu, bahwa kalian melakukan hal ini?"

"Benar, Yang Mulia."

Sang Buddha menegur mereka ... "Orang-orang dungu, bagaimana mungkin kalian melakukan hal ini? Orang-orang menganggap tanah sebagai memiliki kesadaran. Hal ini akan mempengaruhi keyakinan orang-orang ..." ...Dan, para bhikkhu, aturan latihan ini harus dibacakan sebagai berikut:

Aturan akhir

'Jika seorang bhikkhu menggali tanah atau menyuruh menggali, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.'"

Definisi

Seorang:

Siapa pun

Bhikkhu:

... Seorang bhikkhu yang telah diberikan penahbisan penuh oleh Sangha yang sepakat melalui prosedur sah yang terdiri dari satu usul dan tiga pengumuman yang tidak dapat dibatalkan dan lengkap—bhikkhu jenis inilah yang dimaksudkan dalam kasus ini.

Tanah:

Ada dua jenis tanah: tanah produktif dan tanah tidak produktif.

Tanah produktif:

Tanah murni, lempung murni, dengan sedikit bebatuan besar, dengan sedikit bebatuan kecil, dengan sedikit pecahan tembikar, dengan kerikil, dengan sedikit pasir; sebagian besar tanah, sebagian besar lempung. Jika tidak terbakar, maka ini disebut "tanah produktif". Gundukan tanah atau lempung yang telah diguyur hujan selama lebih dari empat bulan—ini juga disebut "tanah produktif".

Tanah tidak produktif:

Hanya bebatuan besar, hanya bebatuan kecil, hanya pecahan tembikar, hanya kerikil, hanya pasir, dengan sedikit tanah, dengan sedikit lempung; sebagian besar bebatuan besar, sebagian besar bebatuan kecil, sebagian besar pecahan tembikar, sebagian besar kerikil, sebagian besar pasir. Jika terbakar, maka ini disebut "tanah tidak produktif". Gundukan tanah atau lempung yang telah diguyur hujan selama kurang dari empat bulan—ini juga disebut "tanah tidak produktif".

Menggali:

Jika ia menggalinya sendiri, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.

Menyuruh menggali:

Jika ia menyuruh orang lain, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan. Jika ia hanya menyuruh satu kali, walaupun orang lain itu menggali berkali-kali, maka ia melakukan satu pelanggaran yang mengharuskan penebusan.

Permutasi

Jika itu adalah tanah, dan ia menyadarinya sebagai tanah, dan ia menggalinya atau menyuruh menggalinya, atau ia memecahnya atau menyuruh memecahnya, atau ia membakarnya atau menyuruh membakarnya, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.

Jika itu adalah tanah, tetapi ia tidak dapat memastikannya, dan ia menggalinya atau menyuruh menggalinya, atau ia memecahnya atau menyuruh memecahnya, atau ia membakarnya atau menyuruh membakarnya, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.

Jika itu adalah tanah, tetapi ia tidak menyadarinya sebagai tanah, dan ia menggalinya atau menyuruh menggalinya, atau ia memecahnya atau menyuruh memecahnya, atau ia membakarnya atau menyuruh membakarnya, maka tidak ada pelanggaran.

Jika itu bukan tanah, dan ia menyadarinya sebagai tanah, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika itu bukan tanah, tetapi ia tidak dapat memastikannya, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika itu bukan tanah, dan ia tidak menyadarinya sebagai tanah, maka tidak ada pelanggaran

Tidak ada pelanggaran

Tidak ada pelanggaran: Jika ia mengatakan, "Pertimbangkan ini," "Berikan ini," "Bawakan ini," "Ada keperluan untuk ini," "Buatlah ini menjadi diperbolehkan;" jika tidak disengaja, jika ia tidak sadar; jika ia tidak mengetahui; jika ia gila; jika ia adalah pelaku pertama.

Aturan latihan tentang menggali tanah, yang kesepuluh, selesai

SUB-BAB PERTAMA TENTANG BERBOHONG SELESAI

Berikut ini adalah rangkumannya:
"Bohong, kasar, dan penyampaian berita jahat;
Menghafal, dan dua di tempat tidur;
Kecuali dengan seorang yang memahami, benar,
Pelanggaran berat, menggali."

Title: Pācittiya 11
Post by: Indra on 15 September 2022, 10:24:30 PM
Koleksi Theravāda tentang Hukum Monastik
Aturan Kebhikkhuan dan Analisisnya
Bab tentang Pelanggaran-Pelanggaran Yang Mengharuskan Penebusan
Sub-bab tentang Tanaman

Pācittiya 11. Aturan Latihan tentang Tanaman

Kisah Asal-mula

Pada suatu ketika Sang Buddha sedang menetap di Āḷavī di Altar Aggāḷava, para bhikkhu di sana sedang melakukan pekerjaan pembangunan. Dan mereka menebang pepohonan atau menyuruh menebang. Saat itu, ketika seorang bhikkhu tertentu sedang menebang sebatang pohon, dewata yang menetap di pohon itu berkata kepadanya, "Yang Mulia, jangan tebang tempat kediaman kami karena engkau ingin membangun tempat kediaman untuk dirimu sendiri." Tanpa mengindahkan permintaan itu, ia pun menebangnya, dan ia melukai lengan anak dari dewata itu. Dewata itu berpikir, "Mengapa aku tidak membunuh saja bhikkhu ini?" Tetapi kemudian ia mempertimbangkan, "Tidaklah baik membunuh bhikkhu ini. Biarlah aku memberitahukan hal ini kepada Sang Buddha." Dan ia mendatangi Sang Buddha dan memberitahukan apa yang terjadi.

"Bagus sekali, dewata! Baik sekali engkau tidak membunuh bhikkhu itu. Jika engkau membunuh bhikkhu itu, engkau telah melakukan banyak keburukan. Pohon di sana kosong. Jadikanlah sebagai tempat kediamanmu."

Orang-orang mengeluhkan dan mengkritik para bhikkhu, "Bagaimana mungkin para monastik Sakya menebang pepohonan dan menyuruh menebang? Mereka melukai kehidupan makhluk berindria-tunggal."

Para bhikkhu mendengar keluhan orang-orang itu, dan para bhikkhu yang memiliki sedikit keinginan mengeluhkan dan mengkritik para bhikkhu itu, "Bagaimana mungkin para bhikkhu di Āḷavī menebang pepohonan dan menyuruh menebang?" ... "Benarkah, para bhikkhu, bahwa kalian melakukan hal ini?"

"Benar, Yang Mulia."

Sang Buddha menegur mereka ... "Orang-orang dungu, bagaimana mungkin kalian melakukan hal ini? Orang-orang menganggap pepohonan sebagai memiliki kesadaran. Hal ini akan mempengaruhi keyakinan orang-orang ..." ...Dan, para bhikkhu, aturan latihan ini harus dibacakan sebagai berikut:

Aturan akhir

'Jika seorang bhikkhu menghancurkan tanaman, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.'"

Definisi

Tanaman:

Ada lima jenis pertumbuhan: pertumbuhan dari akar, pertumbuhan dari tunas, pertumbuhan dari ruas, pertumbuhan dari sayatan, pertumbuhan dari biji.

Pertumbuhan dari akar:

Kunyit, jahe, lengkuas, jerangau, jerangau putih, ativisha, mawar natal, akar wangi, rumput teki, atau tanaman lainnya yang dihasilkan dari akar, yang tumbuh dari akar—ini disebut "pertumbuhan dari akar".

Pertumbuhan dari batang:

Pohon Bodhi, pohon banyan, ara batu India, ara tandan, cedar India, waru laut, atau tanaman lainnya yang dihasilkan dari batang—ini disebut "pertumbuhan dari batang".

Pertumbuhan dari ruas:

Tebu, bambu, buluh, atau tanaman lainnya yang dihasilkan dari ruas, yang tumbuh dari ruas—ini disebut "pertumbuhan dari ruas".

Pertumbuhan dari sayatan:

Kemangi semak, rami rajmahal, tanaman vicks, atau tanaman lainnya yang dihasilkan dari sayatan, yang tumbuh dari sayatan—ini disebut "pertumbuhan dari sayatan".

Pertumbuhan dari biji:

Biji-bijian, sayur-sayuran, atau tanaman lainnya yang dihasilkan dari biji, yang tumbuh dari biji—ini disebut "pertumbuhan dari biji".

Permutasi

Jika itu mampu bertumbuh, dan ia menyadarinya sebagai mampu bertumbuh, dan ia menebangnya atau menyuruh menebangnya, atau ia mematahkannya atau menyuruh mematahkannya, atau ia memasaknya atau menyuruh memasaknya, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan. Jika itu mampu bertumbuh, tetapi ia tidak dapat memastikannya, dan ia menebangnya atau menyuruh menebangnya, atau ia mematahkannya atau menyuruh mematahkannya, atau ia memasaknya atau menyuruh memasaknya, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika itu mampu bertumbuh, dan ia menyadarinya sebagai tidak mampu bertumbuh, dan ia menebangnya atau menuyuruh menebangnuya, atau ia mematahkannya atau menyuruh mematahkannya, atau ia memasaknya atau menyuruh memasaknya, maka tidak ada pelanggaran.

Jika itu tidak mampu bertumbuh, tetapi ia menyadarinya sebagai mampu bertumbuh, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika itu tidak mampu bertumbuh, tetapi ia tidak dapat memastikannya, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika itu tidak mampu bertumbuh, dan ia menyadarinya sebagai tidak mampu bertumbuh, maka tidak ada pelanggaran.

Tidak ada pelanggaran

Tidak ada pelanggaran: Jika ia mengatakan, "Pertimbangkan ini," "Berikan ini," "Bawakan ini," "Ada keperluan untuk ini," "Buatlah ini menjadi diperbolehkan;" jika tidak disengaja, jika ia tidak memperhatikan; jika ia tidak mengetahui; jika ia gila; jika ia adalah pelaku pertama.

Aturan latihan tentang tanaman, yang pertama, selesai



Title: Pācittiya 12
Post by: Indra on 15 September 2022, 10:25:25 PM
Koleksi Theravāda tentang Hukum Monastik
Aturan Kebhikkhuan dan Analisisnya
Bab tentang Pelanggaran-Pelanggaran Yang Mengharuskan Penebusan
Sub-bab tentang Tanaman

Pācittiya 12. Aturan Latihan tentang Ucapan Mengelak

Kisah Asal-mula

Sub-kisah pertama

Pada suatu hari ketika Sang Buddha sedang menetap di Kosambī di Vihara Ghosita, Yang Mulia Channa berperilaku buruk. Ketika ia sedang diperiksa atas suatu pelanggaran di tengah-tengah Sangha, ia berbicara mengelak, "Siapakah yang melakukan pelanggaran? Pelanggaran apakah yang dilakukan? Sehubungan dengan apakah pelanggaran itu dilakukan? Bagaimanakah pelanggaran itu dilakukan? Siapakah yang sedang kalian bicarakan? Apakah yang sedang kalian bicarakan?"

Para bhikkhu yang memiliki sedikit keinginan mengeluhkan dan mengkritiknya, "Bagaimana mungkin Yang Mulia Channa berbicara mengelak ketika sedang diperiksa di tengah-tengah Sangha atas suatu pelanggaran?" ... "Benarkah, Channa, bahwa engkau melakukan hal ini?"

"Benar, Yang Mulia."

Sang Buddha menegurnya ... "Orang dungu, bagaimana mungkin engkau melakukan hal ini? Hal ini akan mempengaruhi keyakinan orang-orang ..." Setelah menegurnya ... Beliau membabarkan ajaran dan berkata kepada para bhikkhu: "Baiklah, para bhikkhu, Sangha harus menuduh Channa dengan tuduhan ucapan mengelak. Dan ia harus dituduh sebagai berikut. Seorang bhikkhu yang kompeten dan mampu harus memberitahu Sangha:

'Mohon, Para Mulia, aku memohon Sangha untuk mendengarkan. Bhikkhu Channa berbicara mengelak ketika diperiksa di tengah-tengah Sangha atas suatu pelanggaran. Jika baik menurut Sangha, maka Sangha harus menuduhnya berbicara mengelak. Ini adalah usul.

Mohon, Para Mulia, aku memohon Sangha untuk mendengarkan. Bhikkhu Channa berbicara mengelak ketika diperiksa di tengah-tengah Sangha atas suatu pelanggaran. Sangha menuduhnya berbicara mengelak. Bhikkhu mana pun yang menyetujui menuduhnya berbicara mengelak harus berdiam diri. Bhikkhu manapun yang tidak menyetujui silakan berbicara.

Sangha menuduh bhikkhu Channa berbicara mengelak. Sangha menyetujui dan oleh karena itu berdiam diri. Aku akan mengingatnya demikian.'"

Setelah menegur Channa dalam berbagai cara, Sang Buddha mencela orang yang sulit disokong ... "Dan, para bhikkhu, aturan latihan ini harus dibacakan sebagai berikut:

Aturan awal

'Jika seorang bhikkhu berbicara mengelak, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.'"

Dengan cara inilah Sang Buddha menetapkan aturan latihan ini untuk para bhikkhu.

Sub-kisah kedua

Kemudian, ketika Channa sekali lagi diperiksa di tengah-tengah Sangha atas suatu pelanggaran, ia berpikir, "Dengan berbicara mengelak aku akan melakukan pelanggaran," dan ia melecehkan Sangha dengan berdiam diri.

Para bhikkhu yang memiliki sedikit keinginan mengeluhkan dan mengkritiknya, ketika ia diperiksa di tengah-tengah Sangha atas suatu pelanggaran, bagaimana mungkin Yang Mulia Channa melecehkan Sangha dengan berdiam diri?" ... "Benarkah, Channa, bahwa engkau melakukan hal ini?"

"Benar, Yang Mulia."

Sang Buddha menegurnya ... "Orang dungu, bagaimana mungkin engkau melakukan hal ini? Hal ini akan mempengaruhi keyakinan orang-orang ..." Setelah menegurnya ... Beliau membabarkan ajaran dan berkata kepada para bhikkhu: "Baiklah, para bhikkhu, Sangha harus menuduh Channa dengan tuduhan pelecehan. Dan ia harus dituduh sebagai berikut. Seorang bhikkhu yang kompeten dan mampu harus memberitahu Sangha:

'Mohon, Para Mulia, aku memohon Sangha untuk mendengarkan. Bhikkhu Channa, ketika diperiksa di tengah-tengah Sangha atas suatu pelanggaran, melecehkan Sangha dengan berdiam diri. Jika baik menurut Sangha, maka Sangha harus menuduhnya melakukan pelecehan. Ini adalah usul.

Mohon, Para Mulia, aku memohon Sangha untuk mendengarkan. Bhikkhu Channa, ketika diperiksa di tengah-tengah Sangha atas suatu pelanggaran, melecehkan Sangha dengan berdiam diri. Sangha menuduhnya melakukan pelecehan. Bhikkhu mana pun yang menyetujui menuduhnya melakukan pelecehan harus berdiam diri. Bhikkhu manapun yang tidak menyetujui silakan berbicara.

Sangha menuduh bhikkhu Channa melakukan pelecehan. Sangha menyetujui dan oleh karena itu berdiam diri. Aku akan mengingatnya demikian.'"

Setelah menegur Channa dalam berbagai cara, Sang Buddha mencela orang yang sulit disokong ... "Dan, para bhikkhu, aturan latihan ini harus dibacakan sebagai berikut:

Aturan akhir

'Jika seorang bhikkhu berbicara mengelak atau melecehkan, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.'"

Definisi

Seorang yang berbicara mengelak:

Ketika sedang diperiksa di tengah-tengah Sangha tentang suatu perbuatan yang menjadi dasar sebuah pelanggaran atau tentang kelompok pelanggaran, ia berbicara mengelak karena ia tidak ingin mengatakannya atau mengungkapkannya, dengan mengatakan, "Siapakah yang melakukan pelanggaran? Pelanggaran apakah yang dilakukan? Sehubungan dengan apakah pelanggaran itu dilakukan? Bagaimanakah pelanggaran itu dilakukan? Siapakah yang sedang kalian bicarakan? Apakah yang sedang kalian bicarakan?"—ini disebut "seorang yang berbicara mengelak."

Seorang yang melecehkan:

Ketika sedang diperiksa di tengah-tengah Sangha tentang suatu perbuatan yang menjadi dasar sebuah pelanggaran atau tentang kelompok pelanggaran, ia melecehkan Sangha dengan berdiam diri karena ia tidak ingin membicarakannya atau mengungkapkannya—ini disebut "seorang yang melecehkan".

Permutasi

Jika ia belum dituduh berbicara mengelak, tetapi ia sedang diperiksa di tengah-tengah Sangha atas suatu tindakan yang menjadi dasar bagi suatu pelanggaran atau tentang kelompok dari suatu pelanggaran, dan kemudian ia berbicara mengelak karena ia tidak ingin membicarakannya atau mengungkapkannya, dengan mengatakan "Siapakah yang melakukan pelanggaran? Pelanggaran apakah yang dilakukan? Sehubungan dengan apakah pelanggaran itu dilakukan? Bagaimanakah pelanggaran itu dilakukan? Siapakah yang sedang kalian bicarakan? Apakah yang sedang kalian bicarakan?" maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah.

Jika ia belum dituduh melecehkan, tetapi ia sedang diperiksa di tengah-tengah Sangha atas suatu tindakan yang menjadi dasar bagi suatu pelanggaran atau tentang kelompok dari suatu pelanggaran, dan kemudian ia melecehkan Sangha dengan berdiam diri karena ia tidak ingin membicarakannya atau mengungkapkannya, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah.

Jika ia telah dituduh berbicara mengelak, dan ia sedang diperiksa di tengah-tengah Sangha atas suatu tindakan yang menjadi dasar bagi suatu pelanggaran atau tentang kelompok dari suatu pelanggaran, dan kemudian ia berbicara mengelak karena ia tidak ingin membicarakannya atau mengungkapkannya, dengan mengatakan "Siapakah yang melakukan pelanggaran? Pelanggaran apakah yang dilakukan? Sehubungan dengan apakah pelanggaran itu dilakukan? Bagaimanakah pelanggaran itu dilakukan? Siapakah yang sedang kalian bicarakan? Apakah yang sedang kalian bicarakan?" maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.

Jika ia telah dituduh berbicara mengelak, dan ia sedang diperiksa di tengah-tengah Sangha atas suatu tindakan yang menjadi dasar bagi suatu pelanggaran atau tentang kelompok dari suatu pelanggaran, dan kemudian ia melecehkan Sangha dengan berdiam diri karena ia tidak ingin membicarakannya atau mengungkapkannya, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.

Jika itu adalah prosedur hukum yang sah, dan ia menyadarinya sebagai prosedur hukum yang sah, dan ia berbicara mengelak atau ia melecehkan, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan. Jika itu adalah prosedur hukum yang sah, tetapi ia tidak dapat memastikannya, dan ia berbicara mengelak atau ia melecehkan, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan. Jika itu adalah prosedur hukum yang sah, tetapi ia menyadarinya sebagai prosedur hukum yang tidak sah, dan ia berbicara mengelak atau ia melecehkan, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.

Jika itu adalah prosedur hukum yang tidak sah, dan ia menyadarinya sebagai prosedur hukum yang sah, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika itu adalah prosedur hukum yang tidak sah, tetapi ia tidak dapat memastikannya, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika itu adalah prosedur hukum yang tidak sah, dan ia menyadarinya sebagai prosedur hukum yang tidak sah, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah.

Tidak ada pelanggaran

Tidak ada pelanggaran: Jika ia bertanya karena tidak tahu; jika ia tidak berbicara karena ia sakit; jika ia tidak berbicara karena ia berpikir akan terjadi pertengkaran atau perselisihan dalam Sangha; jika ia tidak berbicara karena ia berpikir akan terjadi keretakan atau perpecahan dalam Sangha; jika ia tidak berbicara karena ia berpikir prosedur hukum itu akan menjadi tidak sah, yang dilakukan oleh kumpulan yang tidak kompeten, atau dilakukan pada seorang yang tidak selayaknya dikenai prosedur hukum; jika ia gila; jika ia adalah pelaku pertama.

Aturan latihan tentang ucapan mengelak, yang kedua, selesai

Title: Pācittiya 13
Post by: Indra on 15 September 2022, 10:25:56 PM
Koleksi Theravāda tentang Hukum Monastik
Aturan Kebhikkhuan dan Analisisnya
Bab tentang Pelanggaran-Pelanggaran Yang Mengharuskan Penebusan
Sub-bab tentang Tanaman

Pācittiya 13. Aturan Latihan tentang Mengeluhkan


Kisah Asal-mula

Sub-kisah pertama

Pada suatu ketika Sang Buddha sedang menetap di Rājagaha di Hutan Bambu, taman suaka tupai. Pada saat itu Yang Mulia Dabba sedang mengalokasikan tempat-tempat kediaman dan menjatah makanan-makanan, dan bhikkhu Mettiya dan Bhūmajaka masih baru ditahbiskan. Mereka memiliki sedikit jasa, mendapatkan tempat kediaman dan makanan yang sederhana. Kemudian mereka mengeluhkan Dabba kepada para bhikkhu lain, "Dabba orang Malla bersikap pilih kasih dalam mengalokasikan tempat-tempat kediaman dan menjatah makanan."

Para bhikkhu yang memiliki sedikit keinginan mengeluhkan dan mengkritik mereka, "Bagaimana mungkin bhikkhu Mettiya dan Bhūmajaka mengeluhkan tentang Yang Mulia Dabba kepada para bhikkhu lain?" ... "Benarkah, para bhikkhu, bahwa kalian melakukan hal ini?"

"Benar, Yang Mulia."

Sang Buddha menegur mereka ... "Orang-orang dungu, bagaimana mungkin kalian melakukan hal ini? Hal ini akan mempengaruhi keyakinan orang-orang ... "Dan, para bhikkhu, aturan latihan ini harus dibacakan sebagai berikut:

Aturan awal

'Jika seorang bhikkhu mengeluh, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.'"

Dengan cara inilah Sang Buddha menetapkan aturan latihan ini untuk para bhikkhu.

Sub-kisah kedua

Mengetahui bahwa Sang Buddha telah melarang mengeluh, bhikkhu Mettiya dan Bhūmajaka memikirkan cara lain agar para bhikkhu mendengarkan kegundahan mereka. Maka mereka mengkritik Dabba orang Malla di sekitar para bhikkhu lain, "Dabba bersikap pilih kasih dalam mengalokasikan tempat-tempat kediaman dan menjatah makanan."

Para bhikkhu yang memiliki sedikit keinginan mengeluhkan dan mengkritik mereka, "Bagaimana mungkin bhikkhu Mettiya dan Bhūmajaka mengkritik Yang Mulia Dabba?" ... "Benarkah, para bhikkhu, bahwa kalian melakukan hal ini?"

"Benar, Yang Mulia."

Sang Buddha menegur mereka ... "Orang-orang dungu, bagaimana mungkin kalian melakukan hal ini? Hal ini akan mempengaruhi keyakinan orang-orang ... "Dan, para bhikkhu, aturan latihan ini harus dibacakan sebagai berikut:

Aturan akhir

'Jika seorang bhikkhu mengeluh atau mengkritik, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.'"

Definisi

Mengeluhkan:

Jika seseorang yang sepenuhnya ditahbiskan adalah pengalokasi tempat-tempat kediaman atau penjatah makanan atau pembagi bubur nasi atau pembagi buah-buahan atau pembagi makanan segar atau pembagi benda-benda kebutuhan kecil, dan ia telah ditunjuk oleh Sangha untuk melakukan tugas itu, jika seorang bhikkhu mengeluhkannya atau mengkritiknya kepada seorang yang sepenuhnya ditahbiskan—karena ingin meremehkannya, ingin memberikan reputasi buruk padanya, ingin mempermalukannya—maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.

Permutasi

Jika itu adalah prosedur hukum yang sah, dan ia menyadarinya sebagai prosedur hukum yang sah, dan ia mengeluhkan atau mengkritik, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan. Jika itu adalah prosedur hukum yang sah, tetapi ia tidak dapat memastikannya, dan ia mengeluhkan atau mengkritik, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan. Jika itu adalah prosedur hukum yang sah, tetapi ia menyadarinya sebagai prosedur hukum yang tidak sah, dan ia mengeluhkan atau mengkritik, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.

Jika ia mengeluhkan atau mengkritiknya kepada seorang yang tidak sepenuhnya ditahbiskan, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah.

Jika seseorang yang sepenuhnya ditahbiskan adalah pengalokasi tempat-tempat kediaman atau penjatah makanan atau pembagi bubur nasi atau pembagi buah-buahan atau pembagi makanan segar atau pembagi benda-benda kebutuhan kecil, tetapi ia belum ditunjuk oleh Sangha untuk melakukan tugas itu, jika seorang bhikkhu mengeluhkannya atau mengkritiknya kepada seorang yang sepenuhnya ditahbiskan atau seorang yang tidak sepenuhnya ditahbiskan—karena ingin meremehkannya, ingin memberikan reputasi buruk padanya, ingin mempermalukannya—maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah.

Jika seseorang yang tidak sepenuhnya ditahbiskan adalah pengalokasi tempat-tempat kediaman atau penjatah makanan atau pembagi bubur nasi atau pembagi buah-buahan atau pembagi makanan segar atau pembagi benda-benda kebutuhan kecil, apakah ia sudah atau belum ditunjuk oleh Sangha untuk melakukan tugas itu, jika seorang bhikkhu mengeluhkannya atau mengkritiknya kepada seorang yang sepenuhnya ditahbiskan atau seorang yang tidak sepenuhnya ditahbiskan—karena ingin meremehkannya, ingin memberikan reputasi buruk padanya, ingin mempermalukannya—maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah.

Jika itu adalah prosedur hukum yang tidak sah, dan ia menyadarinya sebagai prosedur hukum yang sah, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika itu adalah prosedur hukum yang tidak sah, tetapi ia tidak dapat memastikannya, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika itu adalah prosedur hukum yang tidak sah, dan ia menyadarinya sebagai prosedur hukum yang tidak sah, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah.

Tidak ada pelanggaran

Tidak ada pelanggaran: Jika ia mengeluhkan tentang atau mengkritik seorang yang sering bertindak karena pilih kasih, kebencian, kebodohan, atau ketakutan; jika ia gila; jika ia adalah pelaku pertama.

Aturan latihan tentang mengeluh, yang ketiga, selesai


Title: Pācittiya 14
Post by: Indra on 15 September 2022, 10:26:26 PM
Koleksi Theravāda tentang Hukum Monastik
Aturan Kebhikkhuan dan Analisisnya
Bab tentang Pelanggaran-Pelanggaran Yang Mengharuskan Penebusan
Sub-bab tentang Tanaman

Pācittiya 14. Aturan Latihan tentang Perabotan

Kisah Asal-mula

Sub-kisah pertama

Pada suatu hari ketika Sang Buddha sedang menetap di Sāvatthī di Vihara Anāthapiṇḍika sepanjang musim dingin, para bhikkhu meletakkan perabotan di luar agar mereka dapat menghangatkan diri di bawah sinar matahari. Tetapi ketika waktunya untuk pergi diumumkan, mereka pergi tanpa memasukkannya kembali, tanpa menyuruh orang lain untuk memasukkannya kembali, dan tanpa memberitahu siapa pun. Perabotan itu kehujanan.

Para bhikkhu yang memiliki sedikit keinginan mengeluhkan dan mengkritik mereka, "Bagaimana mungkin para bhikkhu itu meletakkan perabotan di luar dan pergi tanpa memasukkannya kembali, tanpa menyuruh orang lain untuk memasukkannya kembali, dan tanpa memberitahu siapa pun? Perabotan itu kehujanan."

Setelah menegur para bhikkhu dalam berbagai cara, mereka memberitahu Sang Buddha. Segera setelah itu Sang Buddha mengumpulkan Sangha dan menanyai para bhikkhu itu: "Benarkah, para bhikkhu, bahwa kalian melakukan hal ini? ... "Dan, para bhikkhu, aturan latihan ini harus dibacakan sebagai berikut:

Aturan akhir

'Jika seorang bhikkhu mengeluarkan atau menyuruh mengeluarkan tempat tidur, dipan, matras, atau bangku kecil milik Sangha, dan ia kemudian pergi tanpa memasukkannya atau menyuruh memasukkan, atau memberitahu seseorang, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.'"

Dengan cara inilah Sang Buddha menetapkan aturan latihan ini untuk para bhikkhu.

Sub-kisah kedua

Tidak lama kemudian, para bhikkhu yang berdiam di luar membawa perabotan ke dalam walaupun saat itu bukan musim hujan. Sang Buddha melihat hal ini. Setelah membabarkan ajaran, Beliau berkata kepada para bhikkhu:

"Para bhikkhu, selama delapan bulan di luar musim hujan, Aku memperbolehkan kalian untuk menyimpan perabotan di bawah atap atau di bawah pohon atau di manapun burung-burung gagak tidak menjatuhkan kotoran."

Definisi

Seorang:

Siapa pun

Bhikkhu:

... Seorang bhikkhu yang telah diberikan penahbisan penuh oleh Sangha yang sepakat melalui prosedur sah yang terdiri dari satu usul dan tiga pengumuman yang tidak dapat dibatalkan dan lengkap—bhikkhu jenis inilah yang dimaksudkan dalam kasus ini.

Milik Sangha:

Diberikan kepada Sangha, dilepaskan kepada Sangha.

Tempat tidur:

Ada empat jenis tempat tidur: satu dengan kaki dan rangka, yang disebut masāraka; satu dengan kaki dan rangka, yang disebut bundikābaddha; satu dengan kaki melengkung; satu dengan kaki yang dapat dilepas.

Dipan:

Ada empat jenis dipan: satu dengan kaki dan rangka, yang disebut masāraka; satu dengan kaki dan rangka, yang disebut bundikābaddha; satu dengan kaki melengkung; satu dengan kaki yang dapat dilepas.

matras:

Ada lima jenis matras: matras berisi wol, matras berisi kain, matras berisi kulit kayu, matras berisi rumput, matras berisi dedaunan.

Bangku kecil:

satu terbuat dari kulit kayu, satu terbuat dari akar wangi, satu terbuat dari buluh. Ini dibungkus dan kemudian diikat menjadi satu.

Mengeluarkan:

Meletakkan di luar.

Menyuruh mengeluarkan:

Menyuruh orang lain untuk meletakkan di luar. Jika ia menyuruh seorang yang tidak sepenuhnya ditahbiskan, maka itu adalah tanggung jawab si bhikkhu. Jika ia menyuruh seorang yang sepenuhnya ditahbiskan, maka itu adalah tanggung jawab orang yang mengeluarkan.

Pergi tanpa memasukkannya:

Ia tidak memasukkannya sendiri.

Menyuruh memasukkan:

Ia tidak menyuruh orang lain untuk memasukkan.

Atau memberitahu seseorang:

Jika ia tidak memberitahu seorang bhikkhu, seorang sāmaṇera, atau seorang pekerja vihara, maka ketika ia pergi melampaui sepelemparan batu dari orang pada umumnya, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.

Permutasi

Jika itu adalah milik Sangha, dan ia menyadarinya sebagai milik Sangha, dan ia mengeluarkannya atau menyuruh mengeluarkannya, dan kemudian ia pergi tanpa memasukkannya dan tanpa menyuruh memasukkannya dan tanpa memberitahu seseorang, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan. Jika itu adalah milik Sangha, tetapi ia tidak dapat memastikannya ... Jika itu adalah milik Sangha, tetapi ia menyadarinya sebagai milik individu, dan ia mengeluarkannya atau menyuruh mengeluarkannya, dan kemudian ia pergi tanpa memasukkannya dan tanpa menyuruh memasukkannya dan tanpa memberitahu seseorang, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.

Jika itu adalah matras, selimut, penutup lantai, matras jerami, penutup dari kulit, kain lap kaki, atau dipan dari kayu, dan ia mengeluarkannya atau menyuruh mengeluarkannya, dan kemudian ia pergi tanpa memasukkannya dan tanpa menyuruh memasukkannya dan tanpa memberitahu seseorang, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah.

Jika itu adalah milik individu, tetapi ia menyadarinya sebagai milik Sangha, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika itu adalah milik individu, tetapi ia tidak dapat memastikannya, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika itu adalah milik individu, dan ia menyadarinya sebagai milik individu, tetapi individu tersebut bukan dirinya, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika itu adalah miliknya, maka tidak ada pelanggaran.

Tidak ada pelanggaran

Tidak ada pelanggaran: Jika ia pergi setelah memasukkannya; jika ia pergi setelah menyuruh memasukkan; jika ia pergi setelah memberitahu seseorang; jika ia pergi ketika sedang menjemurnya; jika perabotan itu terhalang; jika terjadi situasi darurat; jika ia gila; jika ia adalah pelaku pertama.

Aturan latihan tentang perabotan, yang keempat, selesai
Title: Pācittiya 15
Post by: Indra on 15 September 2022, 10:26:50 PM
Koleksi Theravāda tentang Hukum Monastik
Aturan Kebhikkhuan dan Analisisnya
Bab tentang Pelanggaran-Pelanggaran Yang Mengharuskan Penebusan
Sub-bab tentang Tanaman

Pācittiya 15. Aturan Latihan Kedua tentang Perabotan

Kisah Asal-mula

Pada suatu ketika Sang Buddha sedang menetap di Sāvatthī di Hutan Jeta, Vihara Anāthapiṇḍika. Pada masa itu para bhikkhu dari kelompok tujuh belas adalah para sahabat. Mereka hidup bersama, dan ketika bepergian ke suatu tempat mereka akan pergi bersama-sama. Pada suatu hari mereka mengeluarkan tempat tidur dalam sebuah kediaman milik Sangha, tetapi kemudian pergi tanpa memasukkannya, tanpa menyuruh orang lain memasukkannya, dan tanpa memberitahu siapa pun. Perabotan itu dimakan rayap.

Para bhikkhu yang memiliki sedikit keinginan mengeluhkan dan mengkritik mereka, "Bagaimana mungkin para bhikkhu dari kelompok tujuh belas mengeluarkan perabotan milik Sangha, dan kemudian pergi tanpa memasukkannya kembali, tanpa menyuruh orang lain untuk memasukkannya kembali, dan tanpa memberitahu seseorang? Perabotan itu dimakan rayap."

Setelah menegur para bhikkhu itu dalam berbagai cara, mereka memberitahu Sang Buddha. Segera setelah itu Sang Buddha mengumpulkan Sangha dan menanyai para bhikkhu: "Benarkah, para bhikkhu, bahwa para bhikkhu itu melakukan hal ini?

"Benar, Yang Mulia."

Sang Buddha menegur mereka ... "Bagaimana mungkin orang-orang dungu itu melakukan hal ini? Hal ini akan mempengaruhi keyakinan orang-orang ..." ... "Dan, para bhikkhu, aturan latihan ini harus dibacakan sebagai berikut:

Aturan akhir

'Jika seorang bhikkhu mengeluarkan tempat tidur milik Sangha, atau menyuruh orang lain mengeluarkannya, dan kemudian ia pergi tanpa memasukkannya atau menyuruh orang lainmemasukkannya, atau memberitahu seseorang, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.'"

Definisi

Seorang:

Siapa pun

Bhikkhu:

... Seorang bhikkhu yang telah diberikan penahbisan penuh oleh Sangha yang sepakat melalui prosedur sah yang terdiri dari satu usul dan tiga pengumuman yang tidak dapat dibatalkan dan lengkap—bhikkhu jenis inilah yang dimaksudkan dalam kasus ini.

Tempat kediaman milik Sangha:

Diberikan kepada Sangha, dilepaskan kepada Sangha.

Tempat tidur:

Matras, alas matras, seprai, penutup lantai, tikar jerami, kulit, alas duduk, penutup tempat tidur, hamparan rerumputan, hamparan dedaunan.

Mengeluarkan:

Mengeluarkan sendiri.

Menyuruh mengeluarkan:

Menyuruh orang lain untuk mengeluarkan.

Pergi tanpa memasukkannya:

Ia tidak memasukkannya sendiri.

Menyuruh memasukkan:

Ia tidak menyuruh orang lain untuk memasukkan.

Atau memberitahu siapa pun:

Jika ia tidak memberitahu seorang bhikkhu, seorang sāmaṇera, atau seorang pekerja vihara, dan ia melewati perbatasan lingkungan vihara maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.

Permutasi

Jika itu adalah milik Sangha, dan ia menyadarinya sebagai milik Sangha, dan ia mengeluarkan tempat tidur atau menyuruh mengeluarkannya, dan kemudian ia pergi tanpa memasukkannya dan tanpa menyuruh memasukkannya dan tanpa memberitahu siapa pun, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan. Jika itu adalah milik Sangha, tetapi ia tidak dapat memastikannya, dan ia mengeluarkan tempat tidur atau menyuruh mengeluarkannya, dan kemudian ia pergi tanpa memasukkannya dan tanpa menyuruh memasukkannya dan tanpa memberitahu siapa pun, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan. Jika itu adalah milik Sangha, tetapi ia menyadarinya sebagai milik individu, dan ia mengeluarkannya atau menyuruh mengeluarkannya, dan kemudian ia pergi tanpa memasukkannya dan tanpa menyuruh memasukkannya dan tanpa memberitahu siapa pun, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.

Jika ia mengeluarkan tempat tidur, atau menyuruh mengeluarkannya, dalam lingkungan tempat kediaman, di aula pertemuan, di bawah naungan atap, atau di bawah pohon, dan kemudian ia pergi tanpa memasukkannya dan tanpa menyuruh memasukkannya dan tanpa memberitahu seseorang, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah.

Jika itu adalah milik individu, tetapi ia menyadarinya sebagai milik Sangha, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika itu adalah milik individu, tetapi ia tidak dapat memastikannya, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika itu adalah milik individu, dan ia menyadarinya sebagai milik individu, tetapi individu tersebut bukan dirinya, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika itu adalah miliknya, maka tidak ada pelanggaran.

Tidak ada pelanggaran

Tidak ada pelanggaran: Jika ia pergi setelah memasukkannya; jika ia pergi setelah menyuruh memasukkan; jika ia pergi setelah memberitahu seseorang; jika perabotan itu terhalang; jika terjadi situasi darurat; jika ia gila; jika ia adalah pelaku pertama.

Aturan latihan kedua tentang perabotan, yang kelima, selesai

Title: Pācittiya 16
Post by: Indra on 15 September 2022, 10:27:39 PM
Koleksi Theravāda tentang Hukum Monastik
Aturan Kebhikkhuan dan Analisisnya
Bab tentang Pelanggaran-Pelanggaran yang Mengharuskan Penebusan
Sub-bab tentang Tanaman

Pācittiya 16. Aturan Latihan tentang Melanggar Batas

Kisah Asal-mula

Pada suatu hari ketika Sang Buddha sedang menetap di Sāvatthī di Vihara Anāthapiṇḍika, para bhikkhu dari kelompok enam telah menguasai tempat-tempat tidur terbaik. Ketika para bhikkhu senior mengusir mereka, mereka berpikir, "Bagaimana agar kami dapat menetap di sini selama musim hujan?" Maka mereka mengatur tempat-tempat tidur mereka melewati batas para bhikkhu senior, dengan berpikir, "Siapa pun yang merasa sempit akan pergi."

Para bhikkhu yang memiliki sedikit keinginan mengeluhkan dan mengkritik mereka, "Bagaimana mungkin para bhikkhu dari enam mengatur tempat-tempat tidur mereka sehingga melewati batas para bhikkhu senior."

Setelah menegur para bhikkhu itu dalam berbagai cara, mereka memberitahu Sang Buddha. Segera setelah itu Sang Buddha mengumpulkan Sangha dan menanyai para bhikkhu itu: "Benarkah, para bhikkhu, bahwa kalian melakukan hal ini?

"Benar, Yang Mulia."

Sang Buddha menegur mereka ... "Orang-orang dungu, bagaimana mungkin kalian dapat melakukan hal ini? Hal ini akan mempengaruhi keyakinan orang-orang ..." ... "Dan, para bhikkhu, aturan latihan ini harus dibacakan sebagai berikut:

Aturan akhir

'Jika, di dalam sebuah tempat kediaman milik Sangha, seorang bhikkhu mengatur tempat tidurnya sedemikian sehingga melewati batas seorang bhikkhu yang ia ketahui telah tiba terlebih dulu sebelum ia, dengan niat bahwa siapa pun yang merasa sempit akan pergi, dan ia melakukannya hanya karena alasan ini dan bukan karena alasan lainnya, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.'"

Definisi

Seorang:

Siapa pun

Bhikkhu:

... Seorang bhikkhu yang telah diberikan penahbisan penuh oleh Sangha yang sepakat melalui prosedur sah yang terdiri dari satu usul dan tiga pengumuman yang tidak dapat dibatalkan dan lengkap—bhikkhu jenis inilah yang dimaksudkan dalam kasus ini.

Tempat kediaman milik Sangha:

Diberikan kepada Sangha, dilepaskan kepada Sangha.

Ia ketahui:

Ia mengetahui bahwa bhikkhu lain itu adalah senior, ia mengetahui bahwa bhikkhu lain itu sedang sakit, ia mengetahui bahwa tempat itu diberikan kepadanya oleh Sangha.

Melewati batas:

Mendorong paksa.

Mengatur tempat tidurnya:

Jika ia meletakkan tempat tidurnya pada jalan menuju kasur, dipan, jalan masuk, atau jalan keluar, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika ia duduk atau berbaring di atasnya, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.

Ia melakukannya hanya karena alasan ini dan bukan karena hal lain:

Tidak ada alasan lain dalam mengatur tempat tidurnya sedemikian sehingga melewati batas.

Permutasi

Jika itu adalah milik Sangha, dan ia menyadarinya sebagai milik Sangha, dan ia mengatur tempat tidurnya sedemikian sehingga melewati batas, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan. Jika itu adalah milik Sangha, tetapi ia tidak dapat memastikannya, dan ia mengatur tempat tidurnya sedemikian sehingga melewati batas, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan. Jika itu adalah milik Sangha, tetapi ia menyadarinya sebagai milik individu, dan ia mengatur tempat tidurnya sedemikian sehingga melewati batas, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.

Jika ia meletakkan tempat tidur, atau menyuruh meletakkan, di mana pun selain di jalan menuju tempat tidur, dipan, jalan masuk, atau jalan keluar, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika ia meletakkan tempat tidur, atau menyuruh meletakkannya di dalam lingkungan tempat kediaman, di aula pertemuan, di bawah naungan atap, atau di bawah pohon, atau di ruang terbuka, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika ia duduk atau berbaring di atasnya, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.

Jika itu adalah milik individu, tetapi ia menyadarinya sebagai milik Sangha, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika itu adalah milik individu, tetapi ia tidak dapat memastikannya, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika itu adalah milik individu, dan ia menyadarinya sebagai milik individu, tetapi individu tersebut bukan dirinya, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika itu adalah miliknya, maka tidak ada pelanggaran.

Tidak ada pelanggaran

Tidak ada pelanggaran: Jika ia masuk karena ia sakit; jika ia masuk karena merasa dingin atau panas; jika terjadi situasi darurat; jika ia gila; jika ia adalah pelaku pertama.

Aturan latihan tentang melewati batas, yang keenam, selesai
Title: Pācittiya 17
Post by: Indra on 15 September 2022, 10:28:08 PM
Koleksi Theravāda tentang Hukum Monastik
Aturan Kebhikkhuan dan Analisisnya
Bab tentang Pelanggaran-Pelanggaran yang Mengharuskan Penebusan
Sub-bab tentang Tanaman

Pācittiya 17. Aturan Latihan tentang Melempar ke Luar

Kisah Asal-mula

Pada suatu ketika Sang Buddha sedang menetap di Sāvatthī di Hutan Jeta, Vihara Anāthapiṇḍika, para bhikkhu dari kelompok tujuh belas sedang memperbaiki sebuah tempat kediaman besar di dekat sana, bermaksud untuk menetap di sana selama musim hujan. Para bhikkhu dari kelompok enam melihat hal ini dan berkata, "Para bhikkhu dari kelompok tujuh belas sedang memperbaiki sebuah tempat kediaman. Mari kita mengusir mereka." Tetapi beberapa orang di antara mereka berkata, "Tunggulah hingga mereka selesai memperbaiki."

Tidak lama kemudian para bhikkhu dari kelompok enam berkata kepada para bhikkhu dari kelompok tujuh belas itu, "Pergilah, tempat kediaman ini adalah milik kami."

"Tidakkah seharusnya kalian memberitahu kami sebelumnya? Agar kami dapat memperbaiki yang lain."

"Bukankah tempat kediaman ini adalah milik Sangha?"

"Ya, benar."

"Kalau begitu, pergilah! Tempat kediaman ini adalah milik kami."

"Tempat kediaman ini besar. Kalian boleh menetap di sini dan kami juga."

Tetapi mereka berkata, "Pergilah, tempat kediaman ini adalah milik kami," dan mereka mencengkeram mereka pada leher dan melempar mereka ke luar dengan marah.

Para bhikkhu dari kelompok tujuh belas menangis. Ketika para bhikkhu lain bertanya kepada mereka mengapa, mereka memberitahukan apa yang telah terjadi.

Para bhikkhu yang memiliki sedikit keinginan mengeluhkan dan mengkritik mereka, "Bagaimana mungkin para bhikkhu dari kelompok enam melempar bhikkhu lain ke luar dari sebuah tempat kediaman milik Sangha?"

Setelah menegur para bhikkhu itu dalam berbagai cara, mereka memberitahu Sang Buddha. Segera setelah itu Sang Buddha mengumpulkan Sangha dan menanyai para bhikkhu itu: "Benarkah, para bhikkhu, bahwa kalian melakukan hal ini?

"Benar, Yang Mulia."

Sang Buddha menegur mereka ... "Orang-orang dungu, bagaimana mungkin kalian melakukan hal ini? Hal ini akan mempengaruhi keyakinan orang-orang ..." ... "Dan, para bhikkhu, aturan latihan ini harus dibacakan sebagai berikut:

Aturan akhir

'Jika, seorang bhikkhu, dalam kemarahan, melempar seorang bhikkhu ke luar dari sebuah tempat kediaman milik Sangha, atau menyuruh orang lain melemparnya ke luar, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.'"

Definisi

Seorang:

Siapa pun

Bhikkhu:

... Seorang bhikkhu yang telah diberikan penahbisan penuh oleh Sangha yang sepakat melalui prosedur sah yang terdiri dari satu usul dan tiga pengumuman yang tidak dapat dibatalkan dan lengkap—bhikkhu jenis inilah yang dimaksudkan dalam kasus ini.

Seorang bhikkhu:

Bhikkhu lainnya

Dalam kemarahan:

Merasa tidak puas, memiliki kebencian, permusuhan.

Sebuah tempat kediaman milik Sangha:

Diberikan kepada Sangha, dilepaskan kepada Sangha.

Melempar keluar:

Jika ia menangkapnya di dalam sebuah ruangan dan melemparnya ke luar ke jalan masuk, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan. Jika ia menangkapnya di jalan masuk dan melemparnya ke luar ruangan, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan. Walaupun ia membuatnya melewati banyak pintu dengan satu usaha, ia melakukan satu pelanggaran yang mengharuskan penebusan.

Menyuruh orang lain melemparnya kelauar:

Jika ia menyuruh orang lain, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan. Jika ia hanya menyuruh satu kali, bahkan jika orang lain itu membuatnya melewati banyak pintu, maka ia melakukan satu pelanggaran yang mengharuskan penebusan.

Permutasi

Jika itu adalah milik Sangha, dan ia menyadarinya sebagai milik Sangha, dan dalam kemarahan ia melempar orang itu ke luar, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan. Jika itu adalah milik Sangha, tetapi ia tidak dapat memastikannya, dan dalam kemarahan ia melempar orang itu ke luar, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan. Jika itu adalah milik Sangha, tetapi ia menyadarinya sebagai milik individu, dan dalam kemarahan ia melempar orang itu ke luar, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.

Jika ia melempar ke luar salah satu benda kebutuhannya, atau menyuruh orang lain melempar ke luar, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika ia melempar orang itu ke luar, atau menyuruh orang lain melemparnya ke luar, dari lingkungan sebuah tempat kediaman, dari sebuah aula pertemuan, dari bawah naungan atap, dari bawah pohon, atau dari sebuah ruang terbuka, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika ia ia melempar ke luar salah satu benda kebutuhannya, atau menyuruh orang lain melempar ke luar, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika ia melempar ke luar seorang yang tidak sepenuhnya ditahbiskan, atau menyuruh orang lain melemparnya ke luar, dari sebuah tempat kediaman, dari lingkungan tempat kediaman, dari aula pertemuan, dari bawah naungan atap, dari bawah pohon, atau dari suatu ruang terbuka, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah.

Jika itu adalah milik individu, tetapi ia menyadarinya sebagai milik Sangha, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika itu adalah milik individu, tetapi ia tidak dapat memastikannya, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika itu adalah milik individu, dan ia menyadarinya sebagai milik individu, tetapi individu tersebut bukan dirinya, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika itu adalah miliknya, maka tidak ada pelanggaran,

Tidak ada pelanggaran

Tidak ada pelanggaran: Jika ia melempar ke luar seorang yang tidak tahu malu, atau menyuruh orang lain melemparnya ke luar; jika ia melempar ke luar benda-benda kebutuhan milik orang itu, atau menyuruh orang lain untuk melemparnya ke luar; Jika ia melempar ke luar seorang yang gila, atau menyuruh orang lain melemparnya ke luar; jika ia melempar ke luar benda-benda kebutuhan milik orang itu, atau menyuruh orang lain untuk melemparnya ke luar; Jika ia melempar ke luar seorang yang suka bertengkar dan suka berdebat, yang membuat persoalan hukum dalam Sangha, atau menyuruh orang lain melemparnya ke luar; jika ia melempar ke luar benda-benda kebutuhan milik orang itu, atau menyuruh orang lain untuk melemparnya ke luar; Jika ia melempar ke luar seorang murid atau siswa yang tidak berperilaku selayaknya, atau menyuruh orang lain melemparnya ke luar; jika ia melempar ke luar benda-benda kebutuhan milik orang itu, atau menyuruh orang lain untuk melemparnya ke luar; jika ia gila; jika ia adalah pelaku pertama.

Aturan latihan tentang melempar ke luar, yang ketujuh, selesai
Title: Pācittiya 18
Post by: Indra on 15 September 2022, 10:28:36 PM
Koleksi Theravāda tentang Hukum Monastik
Aturan Kebhikkhuan dan Analisisnya
Bab tentang Pelanggaran-Pelanggaran yang Mengharuskan Penebusan
Sub-bab tentang Tanaman

Pācittiya 18. Aturan Latihan tentang Lantai Atas

Kisah Asal-mula

Pada suatu ketika Sang Buddha sedang menetap di Sāvatthī di Hutan Jeta, Vihara Anāthapiṇḍika. Pada saat itu dua orang bhikkhu sedang menetap di sebuah tempat kediaman berloteng milik Sangha, satu menetap di bawah dan satu di atas. Bhikkhu yang diatas dengan kuat duduk di atas tempat tidur dengan kaki yang dapat dilepas. Satu kakinya lepas dan mengenai kepala bhikkhu yang di bawah. Ia berteriak. Para bhikkhu bergegas datang dan bertanya apa yang terjadi, dan ia memberitahukan kepada mereka.

Para bhikkhu yang memiliki sedikit keinginan mengeluhkan dan mengkritiknya, "Bagaimana mungkin seorang bhikkhu dengan kuat duduk di atas tempat tidur dengan kaki yang dapat dilepas di lantai atas sebuah tempat kediaman milik Sangha?"

Setelah menegur para bhikkhu itu dalam berbagai cara, mereka memberitahu Sang Buddha. Segera setelah itu Sang Buddha mengumpulkan Sangha dan menanyai bhikkhu itu: "Benarkah, bhikkhu, bahwa engkau melakukan hal ini?

"Benar, Yang Mulia."

Sang Buddha menegurnya ... "Orang dungu, bagaimana mungkin engkau melakukan hal ini? Hal ini akan mempengaruhi keyakinan orang-orang ..." ... "Dan, para bhikkhu, aturan latihan ini harus dibacakan sebagai berikut:

Aturan akhir

'Jika, seorang bhikkhu duduk atau berbaring di atas tempat tidur atau dipan dengan kaki yang dapat dilepas di lantai atas sebuah tempat kediaman milik Sangha, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.'"

Definisi

Seorang:

Siapa pun

Bhikkhu:

... Seorang bhikkhu yang telah diberikan penahbisan penuh oleh Sangha yang sepakat melalui prosedur sah yang terdiri dari satu usul dan tiga pengumuman yang tidak dapat dibatalkan dan lengkap—bhikkhu jenis inilah yang dimaksudkan dalam kasus ini.

Sebuah tempat kediaman milik Sangha:

Diberikan kepada Sangha, dilepaskan kepada Sangha.

Lantai atas:

Kepala dari seorang dengan tinggi rata-rata tidak dapat terbentur.

Tempat tidur dengan kaki dapat dilepas:

Tempat tidur ini berdiri setelah kakinya dipasang.

Dipan dengan kaki dapat dilepas:

Dipan ini berdiri setelah kakinya dipasang.

Duduk:

Jika ia duduk di atasnya, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.

Berbaring:

Jika ia berbaring di atasnya, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.

Permutasi

Jika itu adalah milik Sangha, dan ia menyadarinya sebagai milik Sangha, dan ia duduk atau berbaring di atas tempat tidur atau dipan dengan kaki yang dapat dilepas di lantai atas, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan. Jika itu adalah milik Sangha, tetapi ia tidak dapat memastikannya ... Jika itu adalah milik Sangha, tetapi ia menyadarinya sebagai milik individu, dan ia duduk atau berbaring di atas tempat tidur atau dipan dengan kaki yang dapat dilepas di lantai atas, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.

Jika itu adalah milik individu, tetapi ia menyadarinya sebagai milik Sangha, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika itu adalah milik individu, tetapi ia tidak dapat memastikannya, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika itu adalah milik individu, dan ia menyadarinya sebagai milik individu, tetapi individu tersebut bukan dirinya, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika itu adalah miliknya, maka tidak ada pelanggaran,

Tidak ada pelanggaran

Tidak ada pelanggaran: Jika tidak ada lantai atas; jika lantai atas itu begitu rendah hingga kepala seseorang dapat terbentur; jika lantai bawah tidak dipergunakan; jika lantai atas berlapis papan lantai; Jika kaki-kakinya terkunci dengan baut; jika ia berdiri untuk mengambil atau meletakkan sesuatu; jika ia gila; jika ia adalah pelaku pertama.

Aturan latihan tentang lantai atas, yang kedelapan, selesai

Title: Pācittiya 19
Post by: Indra on 15 September 2022, 10:28:55 PM
Koleksi Theravāda tentang Hukum Monastik
Aturan Kebhikkhuan dan Analisisnya
Bab tentang Pelanggaran-Pelanggaran yang Mengharuskan Penebusan
Sub-bab tentang Tanaman

Pācittiya 19. Aturan Latihan tentang Tempat Kediaman Besar

Kisah Asal-mula

Pada suatu ketika Sang Buddha sedang menetap di Kosambi di Vihara Ghosita. Pada saat itu seorang pejabat kerajaan yang menjadi penyokong Yang Mulia Channa sedang membuatkan sebuah tempat kediaman untuknya. Ketika tempat kediaman itu telah selesai, Channa memasang atap dan memplesternya berulang-ulang. Karena kelebihan beban, tempat kediaman itu runtuh. Kemudian, sewaktu mengumpulkan rerumputan dan ranting, Channa merusak ladang jelai milik seorang brahmana tertentu. Brahmana itu mengeluhkan dan mengkritiknya, "Bagaimana mungkin para mulia ini merusak ladang jelai milikku?"

Para bhikhu mendengar keluhan brahmana tersebut, dan para bhikkhu yang memiliki sedikit keinginan mengeluhkan dan mengkritik Channa, "Bagaimana mungkin Yang Mulia Channa memasang atap pada sebuah tempat kediaman yang telah selesai dan memplesternya berulang-ulang, sehingga runtuh karena kelebihan beban?"

Setelah menegurnya dalam berbagai cara, mereka memberitahu Sang Buddha. Segera setelah itu Sang Buddha mengumpulkan Sangha dan menanyai Channa: "Benarkah, Channa, bahwa engkau melakukan hal ini?

"Benar, Yang Mulia."

Sang Buddha menegurnya ... "Orang dungu, bagaimana mungkin engkau melakukan hal ini? Hal ini akan mempengaruhi keyakinan orang-orang ..." ... "Dan, para bhikkhu, aturan latihan ini harus dibacakan sebagai berikut:

Aturan akhir

'Ketika seorang bhikkhu membangun sebuah tempat kediaman besar, kemudian sambil berdiri di tempat di mana tidak ada tumbuhan budidaya, ia boleh memasang dua atau tiga lapisan material atap, memasangnya hingga sejauh ambang pintu dan menggunakannya untuk memasang pintu dan mengerjakan bukaan jendela, jika ia memasang lebih dari itu, bahkan jika ia berdiri di tempat di mana tidak ada tumbuhan budidaya, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.'"

Definisi

Tempat kediaman besar:

Yang dimaksudkan adalah yang ada pemiliknya.

Tempat kediaman:

Yang diplester bagian dalam atau yang diplester bagian luarnya atau diplester bagian dalam dan luarnya.

Sedang membangun:

Membangun sendiri atau menyuruh orang lain membangun.

Sejauh ambang pintu:

Jarak serentangan lengan dari kerangka pintu.

Untuk memasang pintu:

Untuk pemasangan pintu.

Untuk mengerjakan bukaan jendela:

Untuk mengerjakan bukaan jendela ada warna putih, warna hitam, dan mewarnai dengan warna jingga; dan ada membuat pola kalung bunga, pola menjalar, pola gigi hiu, dan pola lima kali.

Sambil berdiri di mana tidak ada tumbuhan budidaya, ia boleh memasang dua atau tiga lapisan material atap:

Tumbuhan budidaya: tanaman biji-bijian dan sayur-sayuran; jika ia memasangnya sewaktu berdiri di tempat di mana terdapat tumbuhan budidaya, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Bagi seorang yang menutupi dalam bentuk garis, setelah menutup dua lapis, ia boleh meminta untuk lapisan ketiga, dan kemudian ia harus pergi. Bagi seorang yang menutup dalam bentuk lingkaran, setelah menutup dua lapis, ia boleh meminta untuk lapisan ketiga, dan kemudian ia harus pergi.

Jika ia memasang lebih dari itu, bahkan jika ia berdiri di tempat di mana tidak ada tumbuhan budidaya:

Jika ia menutup dengan bata, maka untuk setiap bata, ia melakukan satu pelanggaran yang mengharuskan penebusan.  Jika ia menutup dengan batu, maka untuk setiap batu, ia melakukan satu pelanggaran yang mengharuskan penebusan.  Jika ia menutup dengan plester, maka untuk setiap gumpalan semen, ia melakukan satu pelanggaran yang mengharuskan penebusan.  Jika ia menutup dengan reumputan, maka untuk setiap gengam rumput, ia melakukan satu pelanggaran yang mengharuskan penebusan.  Jika ia menutup dengan dedaunan, maka untuk setiap helai daun, ia melakukan satu pelanggaran yang mengharuskan penebusan.

Permutasi

Jika lebih dari dua atau tiga lapis, dan ia menyadarinya sebagai lebih, dan ia memasangnya, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan. Jika lebih dari dua atau tiga lapis, tetapi ia tidak dapat memastikannya, dan ia memasangnya, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan. Jika lebih dari dua atau tiga lapis, dan ia menyadarinya sebagai kurang, dan ia memasangnya, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.

Jika kurang dari dua atau tiga lapis, dan ia menyadarinya sebagai lebih, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika kurang dari dua atau tiga lapis, tetapi ia tidak dapat memastikannya, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika kurang dari dua atau tiga lapis, dan ia menyadarinya sebagai kurang, maka tidak ada pelanggaran,

Tidak ada pelanggaran

Tidak ada pelanggaran: Jika ia memasng dua atau tiga lapis; jika ia memasang kurang dari dua atau tiga lapis; jika itu adalah sebuah tempat bernaung; jika itu adalah sebuah gua; jika itu adalah sebuah gubuk rumput; jika itu adalah demi manfaat bagi orang lain; jika itu diperoleh dari harta kekayaannya sendiri; jika itu terpisah dari tempat kediaman; jika ia gila; jika ia adalah pelaku pertama.

Aturan latihan tentang tempat kediaman besar, yang kesembilan, selesai
Title: Pācittiya 20
Post by: Indra on 15 September 2022, 10:29:16 PM
Koleksi Theravāda tentang Hukum Monastik
Aturan Kebhikkhuan dan Analisisnya
Bab tentang Pelanggaran-Pelanggaran yang Mengharuskan Penebusan
Sub-bab tentang Tanaman

Pācittiya 20. Aturan Latihan tentang Mengandung Makhluk Hidup

Kisah Asal-mula

Pada suatu hari ketika Sang Buddha sedang menetap di Āḷavī di Altar Aggāḷava, para bhikkhu di sana sedang melakukan pekerjaan pembangunan. Mereka menuang air yang mereka ketahui mengandung makhluk-makhluk hidup ke rerumputan dan tanah, dan mereka menyuruh orang-orang lain melakukan hal yang sama. Para bhikkhu yang memiliki sedikit keinginan mengeluhkan dan mengkritik mereka, "Bagaimana mungkin para bhikkhu di Āḷavī menuang air yang mereka ketahui mengandung makhluk-makhluk hidup ke rerumputan dan tanah dan menyuruh orang-orang lain melakukan hal yang sama?"

Setelah menegur para bhikkhu itu dalam berbagai cara, mereka memberitahu Sang Buddha. Segera setelah itu Sang Buddha mengumpulkan Sangha dan menanyai para bhikkhu itu: "Benarkah, para bhikkhu, bahwa kalian melakukan hal ini?

"Benar, Yang Mulia."

Sang Buddha menegur mereka ... "Orang-orang dungu, bagaimana mungkin kalian melakukan hal ini? Hal ini akan mempengaruhi keyakinan orang-orang ..." ... "Dan, para bhikkhu, aturan latihan ini harus dibacakan sebagai berikut:

Aturan akhir

'Jika seorang bhikkhu menuang air yang ia ketahui mengandung makhluk-makhluk hidup ke rerumputan atau tanah, atau menyuruh orang lain menuangkannya, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.'"

Definisi

Seorang:

Siapa pun

Bhikkhu:

... Seorang bhikkhu yang telah diberikan penahbisan penuh oleh Sangha yang sepakat melalui prosedur sah yang terdiri dari satu usul dan tiga pengumuman yang tidak dapat dibatalkan dan lengkap—bhikkhu jenis inilah yang dimaksudkan dalam kasus ini.

Ia ketahui:

ia mengetahui sendiri atau orang lain memberitahukan kepadanya.

Menuang:

Jika ia menungkannya sendiri, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.

Menyuruh orang lain menuangkannya:

Jika ia menyuruh orang lain, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan. Jika ia hanya menyuruh satu kali, walaupun orang lain itu menuang banyak, maka ia melakukan satu pelanggaran yang mengharuskan penebusan.

Permutasi

Jika air itu mengandung makhluk-makhluk hidup, dan ia menyadarinya mengandung makhluk-makhluk hidup, dan ia menuangkannya ke rerumputan atau tanah, atau ia menyuruh orang lain menuangkannya, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan. Jika air itu mengandung makhluk-makhluk hidup, tetapi ia tidak dapat memastikannya, dan ia menuangkannya ke rerumputan atau tanah, atau ia menyuruh orang lain menuangkannya, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan. Jika air itu mengandung makhluk-makhluk hidup, tetapi ia tidak menyadarinya sebagai mengandung makhluk-makhluk hidup, dan ia menuangkannya ke rerumputan atau tanah, atau ia menyuruh orang lain menuangkannya, maka tidak ada pelanggaran.

Jika air itu tidak mengandung makhluk-makhluk hidup, tetapi ia menyadarinya sebagai mengandung makhluk-makhluk hidup, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika air itu tidak mengandung makhluk-makhluk hidup, tetapi ia tidak dapat memastikannya, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika air itu tidak mengandung makhluk-makhluk hidup, dan ia tidak menyadarinya sebagai mengandung makhluk-makhluk hidup, maka tidak ada pelanggaran.

Tidak ada pelanggaran

Tidak ada pelanggaran: Jika tidak disengaja; jika ia tidak sadar; jika ia tidak mengetahui; jika ia gila; jika ia adalah pelaku pertama.

Aturan latihan tentang tempat kediaman besar, yang kesepuluh, selesai

SUB-BAB KEDUA TENTANG TANAMAN SELESAI
Berikut ini adalah rangkumannya
"Tanaman, dengan mengelak, mengeluhkan,
Dua dengan kepergian;
Sebelum, melempar ke luar, dapat dipindahkan,
Pintu, dan mengandung makhluk-makhluk hidup."


Title: Pācittiya 21
Post by: Indra on 15 September 2022, 10:30:56 PM
Koleksi Theravāda tentang Hukum Monastik
Aturan Kebhikkhuan dan Analisisnya
Bab tentang Pelanggaran-Pelanggaran yang Mengharuskan Penebusan
Sub-bab tentang Instruksi

Pācittiya 21. Aturan Latihan tentang Instruksi

Kisah Asal-mula

Sub-kisah pertama

Pada suatu ketika Sang Buddha sedang menetap di Sāvatthī di Hutan Jeta, Vihara Anāthapiṇḍika. Pada saat itu para bhikkhu senior yang memberikan instruksi kepada para bhikkhunī menerima kain-jubah, makanan, tempat-tempat kediaman, dan obat-obatan. Ketika para bhikkhu dari kelompok enam mengetahui hal ini, mereka berpikir, "Baiklah, mari kita memberikan instruksi kepada para bhikkhunī." Kemudian mereka mendatangi para bhikkhunī dan berkata, "Datanglah kepada kami, Saudari-Saudari, dan kami juga akan memberikan instruksi kepada kalian."

Segera setelah itu para bhikkhunī itu mendatangi para bhikkhu dari kelompok enam, bersujud, dan duduk. Tetapi setelah memberikan hanya ajaran singkat, para bhikkhu itu menghabiskan hari itu dengan pembicaraan tidak berguna. Kemudian mereka membubarkan para bhikkhunī, dengan berkata, "pergilah, Saudari-Saudari."

Para bhikkhunī menghadap Sang Buddha dan bersujud, dan Sang Buddha berkata kepada mereka, "Para bhikkhunī, Aku harap Instruksi yang diberikan efektif."

"Yang Mulia, bagaimana mungkin instruksi yang diberikan efekftif? Setelah memberikan hanya ajaran singkat, para bhikkhu dari kelompok enam menghabiskan hari itu dengan pembicaraan tidak berguna, dan kemudian membubarkan kami.

Segera setelah itu Sang Buddha mengumpulkan Sangha dan menanyai para bhikkhu dari kelompok enam: "Benarkah, para bhikkhu, bahwa kalian melakukan hal ini?

"Benar, Yang Mulia."

Sang Buddha menegur mereka ... "Orang-orang dungu, bagaimana mungkin kalian melakukan hal ini? Hal ini akan mempengaruhi keyakinan orang-orang ..." Setelah menegur mereka ... Beliau membabarkan ajaran dan berkata kepada para bhikkhu:

"Para bhikkhu, kalian harus menunjuk seorang instruktur untuk para bhikkhunī. Dan beginilah ia harus ditunjuk. Pertama-tma seorang bhikkhu harus diminta dan kemudian seorang bhikkhu yang kompeten dan mampu harus memberitahu Sangha:

'Mohon, Para Mulia, aku memohon Sangha untuk mendengarkan. Jika baik menurut Sangha, maka Sangha harus menunjuk bhikkhu ini sebagai instruktur bagi para bhikkhunī. Ini adalah usul.

'Mohon, Para Mulia, aku memohon Sangha untuk mendengarkan. Sangha menunjuk bhikkhu ini sebagai seorang instruktur bagi para bhikkhunī. Bhikkhu mana pun yang menyetujui ditunjuknya bhikkhu ini sebagai seorang instruktur bagi para bhikkhunī harus berdiam diri. Bhikkhu mana pun yang tidak menyetujui silakan berbicara.

Untuk kedua kalinya aku menyampaikan hal ini ... Untuk ketiga kalinya aku menyampaikan hal ini: Mohon, Para Mulia, aku memohon Sangha untuk mendengarkan. Sangha menunjuk bhikkhu ini sebagai seorang instruktur bagi para bhikkhunī. Bhikkhu mana pun yang menyetujui ditunjuknya bhikkhu ini sebagai seorang instruktur bagi para bhikkhunī harus berdiam diri. Bhikkhu mana pun yang tidak menyetujui silakan berbicara.

Sangha telah menunjuk bhikkhu ini sebagai seorang instruktur bagi para bhikkhunī. Sangha menyetujui dan oleh karena itu berdiam diri. Aku akan mengingatnya demikian.'"

Kemudian setelah menegur para bhikkhu dari kelompok enam dalam berbagai cara, Sang Buddha mencela orang yang sulit disokong ... "Dan, para bhikkhu, aturan latihan ini harus dibacakan sebagai berikut:

Aturan akhir

'Jika seorang bhikkhu yang belum ditunjuk memberikan instruksi kepada para bhikkhunī, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.'"

Dengan cara inilah Sang Buddha menetapkan aturan latihan ini untuk para bhikkhu.

Sub-kisah kedua

Setelah ditunjuk untuk melakukan hal itu, para bhikkhu senior yang memberikan instruksi kepada para bhikkhunī masih menerima kain-jubah, makanan, tempat kediaman, dan obat-obatan. Ketika mereka mengetahui hal ini, para bhikkhu dari kelompok enam berkata, "Baiklah, mari keluar dari wilayah vihara, kita saling menunjuk satu sama lain sebagai intruktur bagi para bhikkhunī, dan kemudian memberikan instruksi kepada mereka. "Setelah melakukan itu, mereka sekali lagi mendatangi para bhikkhunī dan berkata," Saudari, kami juga telah ditunjuk. Datanglah kepada kami, dan kami akan memberikan instruksi kepada kalian."

Sekali lagi para bhikkhunī mendatangi para bhikkhu dari kelompok enam dan semuanya terjadi seperti sebelumnya.

Kemudian Sang Buddha mengumpulkan Sangha dan menanyai para bhikkhu dari kelompok enam,: "Benarkah, para bhikkhu, bahwa kalian melakukan hal ini?"

"Benar, Yang Mulia."

Sang Buddha menegur mereka ... "Orang-orang dungu, bagaimana mungkin kalian bertindak seperti ini? Hal ini akan mempengaruhi keyakinan orang-orang ..." Setelah menegur mereka ... Beliau membabarkan ajaran dan berkata kepada para bhikkhu:

"Para bhikkhu, kalian boleh menunjuk seorang bhikkhu yang memiliki delapan kualitas sebagai seorang instruktur bagi para bhikkhunī:"
[list=1]

Para bhikkhu, kalian boleh menunjuk seorang bhikkhu yang memiliki delapan kualitas ini sebagai seorang instruktur bagi para bhikkhunī."

Definisi

Seorang:

Siapa pun

Bhikkhu:

... Seorang bhikkhu yang telah diberikan penahbisan penuh oleh Sangha yang sepakat melalui prosedur sah yang terdiri dari satu usul dan tiga pengumuman yang tidak dapat dibatalkan dan lengkap—bhikkhu jenis inilah yang dimaksudkan dalam kasus ini.

Yang belum ditunjuk:

Yang belum ditunjuk melalui prosedur hukum yang terdiri dari satu usul dan tiga pengumuman.

Para bhikkhunī:

Mereka telah diberikan penahbisan penuh oleh kedua Sangha.

Memberikan instruksi:

Jika ia memberikan instruksi dalam delapan prinsip penting, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan. Jika ia memberikan instruksi dalam ajaran lainnya, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika ia memberikan instruksi kepada seorang bhikkhunī yang sepenuhnya ditahbiskan hanya pada satu sisi, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah.

Bhikkhu yang telah ditunjuk harus menyapu halaman, menyiapkan air minum dan air untuk mencuci, mempersiapkan tempat duduk, mencari seorang pendamping, dan kemudian duduk. Para bhikkhunī harus pergi ke sana, bersujud kepada bhikkhu tersebut, dan duduk. Kemudian bhikkhu tersebut harus bertanya kepada mereka, "Saudari, apakah kalian semua sudah hadir?"

Jika mereka berkata, "Kami semua hadir, Yang Mulia," maka ua harus berkata, "Apakah kalian menjalankan delapan prinsip penting?"

Jika mereka berkata, "Ya," maka ia harus berkata, "Ini adalah instruksinya."

Jika mereka berkata, "Tidak," maka ia harus membacakan prinsip-prinsip penting tersebut:"

[list=1]

Jika mereka berkata, "Kami semua hadir, Yang Mulia," dan ia memberikan instruksi kepada mereka dengan ajaran lain, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika mereka berkata, "Kami semua hadir, Yang Mulia," dan ia memberikan instruksi delapan prinsip penting, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika ia tidak memberikan instruksi, tetapi ia memberikan ajaran lain kepada mereka, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah.

Title: Pācittiya 21
Post by: Indra on 15 September 2022, 10:31:20 PM
Permutasi

Jika itu adalah prosedur hukum yang tidak sah dan ia menyadarinya sebagai tidak sah, dan Sangha bhikkhunī tidak lengkap dan ia menyadarinya sebagai tidak lengkap, jika ia memberikan instruksi kepada para bhikkhunī itu, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan. Jika itu adalah prosedur hukum yang tidak sah dan ia menyadarinya sebagai tidak sah, dan Sangha bhikkhunī tidak lengkap tetapi ia tidak dapat memastikannya, jika ia memberikan instruksi kepada para bhikkhunī itu, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan. Jika itu adalah prosedur hukum yang tidak sah dan ia menyadarinya sebagai tidak sah, dan Sangha bhikkhunī tidak lengkap tetapi ia menyadarinya sebagai lengkap, jika ia memberikan instruksi kepada para bhikkhunī itu, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.

Jika itu adalah prosedur hukum yang tidak sah tetapi ia tidak dapat memastikannya, dan Sangha bhikkhunī tidak lengkap dan ia menyadarinya sebagai tidak lengkap, jika ia memberikan instruksi kepada para bhikkhunī itu, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan. Jika itu adalah prosedur hukum yang tidak sah tetapi ia tidak dapat memastikannya, dan Sangha bhikkhunī tidak lengkap tetapi ia tidak dapat memastikannya, jika ia memberikan instruksi kepada para bhikkhunī itu, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan. Jika itu adalah prosedur hukum yang tidak sah tetapi ia tidak dapat memastikannya, dan Sangha bhikkhunī tidak lengkap tetapi ia menyadarinya sebagai lengkap, jika ia memberikan instruksi kepada para bhikkhunī itu, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.

Jika itu adalah prosedur hukum yang tidak sah tetapi ia menyadarinya sebagai sah, dan Sangha bhikkhunī tidak lengkap dan ia menyadarinya sebagai tidak lengkap, jika ia memberikan instruksi kepada para bhikkhunī itu, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan. Jika itu adalah prosedur hukum yang tidak sah tetapi ia menyadarinya sebagai sah, dan Sangha bhikkhunī tidak lengkap tetapi ia tidak dapat memastikannya, jika ia memberikan instruksi kepada para bhikkhunī itu, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan. Jika itu adalah prosedur hukum yang tidak sah tetapi ia menyadarinya sebagai sah, dan Sangha bhikkhunī tidak lengkap tetapi ia menyadarinya sebagai lengkap, jika ia memberikan instruksi kepada para bhikkhunī itu, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.

Jika itu adalah prosedur hukum yang tidak sah dan ia menyadarinya sebagai tidak sah, dan Sangha bhikkhunī lengkap tetapi ia menyadarinya sebagai tidak lengkap, jika ia memberikan instruksi kepada para bhikkhunī itu, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan. Jika itu adalah prosedur hukum yang tidak sah dan ia menyadarinya sebagai tidak sah, dan Sangha bhikkhunī lengkap tetapi ia tidak dapat memastikannya, jika ia memberikan instruksi kepada para bhikkhunī itu, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan. Jika itu adalah prosedur hukum yang tidak sah dan ia menyadarinya sebagai tidak sah, dan Sangha bhikkhunī lengkap dan ia menyadarinya sebagai lengkap, jika ia memberikan instruksi kepada para bhikkhunī itu, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.

Jika itu adalah prosedur hukum yang tidak sah tetapi ia tidak dapat memastikannya, dan Sangha bhikkhunī lengkap tetapi ia menyadarinya sebagai tidak lengkap, jika ia memberikan instruksi kepada para bhikkhunī itu, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan. Jika itu adalah prosedur hukum yang tidak sah tetapi ia tidak dapat memastikannya, dan Sangha bhikkhunī lengkap tetapi ia tidak dapat memastikannya, jika ia memberikan instruksi kepada para bhikkhunī itu, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan. Jika itu adalah prosedur hukum yang tidak sah tetapi ia tidak dapat memastikannya, dan Sangha bhikkhunī lengkap dan ia menyadarinya sebagai lengkap, jika ia memberikan instruksi kepada para bhikkhunī itu, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.

Jika itu adalah prosedur hukum yang tidak sah tetapi ia menyadarinya sebagai sah, dan Sangha bhikkhunī lengkap tetapi ia menyadarinya sebagai tidak lengkap, jika ia memberikan instruksi kepada para bhikkhunī itu, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan. Jika itu adalah prosedur hukum yang tidak sah tetapi ia menyadarinya sebagai sah, dan Sangha bhikkhunī lengkap tetapi ia tidak dapat memastikannya, jika ia memberikan instruksi kepada para bhikkhunī itu, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan. Jika itu adalah prosedur hukum yang tidak sah tetapi ia menyadarinya sebagai sah, dan Sangha bhikkhunī lengkap dan ia menyadarinya sebagai lengkap, jika ia memberikan instruksi kepada para bhikkhunī itu, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.

Jika itu adalah prosedur hukum yang sah tetapi ia menyadarinya sebagai tidak sah, dan Sangha bhikkhunī tidak lengkap dan ia menyadarinya sebagai tidak lengkap, jika ia memberikan instruksi kepada para bhikkhunī itu, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika itu adalah prosedur hukum yang sah tetapi ia menyadarinya sebagai tidak sah, dan Sangha bhikkhunī tidak lengkap tetapi ia tidak dapat memastikannya, jika ia memberikan instruksi kepada para bhikkhunī itu, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika itu adalah prosedur hukum sah tetapi ia menyadarinya sebagai tidak sah, dan Sangha bhikkhunī tidak lengkap tetapi ia menyadarinya sebagai lengkap, jika ia memberikan instruksi kepada para bhikkhunī itu, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah.

Jika itu adalah prosedur hukum yang sah tetapi ia tidak dapat memastikannya, dan Sangha bhikkhunī tidak lengkap dan ia menyadarinya sebagai tidak lengkap, jika ia memberikan instruksi kepada para bhikkhunī itu, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika itu adalah prosedur hukum yang sah tetapi ia tidak dapat memastikannya, dan Sangha bhikkhunī tidak lengkap tetapi ia tidak dapat memastikannya, jika ia memberikan instruksi kepada para bhikkhunī itu, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika itu adalah prosedur hukum yang sah tetapi ia tidak dapat memastikannya, dan Sangha bhikkhunī tidak lengkap tetapi ia menyadarinya sebagai lengkap, jika ia memberikan instruksi kepada para bhikkhunī itu, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah.

Jika itu adalah prosedur hukum yang sah dan ia menyadarinya sebagai sah, dan Sangha bhikkhunī tidak lengkap dan ia menyadarinya sebagai tidak lengkap, jika ia memberikan instruksi kepada para bhikkhunī itu, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika itu adalah prosedur hukum yang sah dan ia menyadarinya sebagai sah, dan Sangha bhikkhunī tidak lengkap tetapi ia tidak dapat memastikannya, jika ia memberikan instruksi kepada para bhikkhunī itu, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika itu adalah prosedur hukum yang sah dan ia menyadarinya sebagai sah, dan Sangha bhikkhunī tidak lengkap tetapi ia menyadarinya sebagai lengkap, jika ia memberikan instruksi kepada para bhikkhunī itu, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah.

Jika itu adalah prosedur hukum yang sah tetapi ia menyadarinya sebagai tidak sah, dan Sangha bhikkhunī lengkap tetapi ia menyadarinya sebagai tidak lengkap, jika ia memberikan instruksi kepada para bhikkhunī itu, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika itu adalah prosedur hukum yang sah tetapi ia menyadarinya sebagai tidak sah, dan Sangha bhikkhunī lengkap tetapi ia tidak dapat memastikannya, jika ia memberikan instruksi kepada para bhikkhunī itu, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika itu adalah prosedur hukum yang sah tetapi ia menyadarinya sebagai tidak sah, dan Sangha bhikkhunī lengkap dan ia menyadarinya sebagai lengkap, jika ia memberikan instruksi kepada para bhikkhunī itu, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah.

Jika itu adalah prosedur hukum yang sah tetapi ia tidak dapat memastikannya, dan Sangha bhikkhunī lengkap tetapi ia menyadarinya sebagai tidak lengkap, jika ia memberikan instruksi kepada para bhikkhunī itu, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika itu adalah prosedur hukum yang sah tetapi ia tidak dapat memastikannya, dan Sangha bhikkhunī lengkap tetapi ia tidak dapat memastikannya, jika ia memberikan instruksi kepada para bhikkhunī itu, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika itu adalah prosedur hukum yang sah tetapi ia tidak dapat memastikannya, dan Sangha bhikkhunī lengkap dan ia menyadarinya sebagai lengkap, jika ia memberikan instruksi kepada para bhikkhunī itu, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah.

Jika itu adalah prosedur hukum yang sah dan ia menyadarinya sebagai sah, dan Sangha bhikkhunī lengkap tetapi ia menyadarinya sebagai tidak lengkap, jika ia memberikan instruksi kepada para bhikkhunī itu, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika itu adalah prosedur hukum yang sah dan ia menyadarinya sebagai sah, dan Sangha bhikkhunī lengkap tetapi ia tidak dapat memastikannya, jika ia memberikan instruksi kepada para bhikkhunī itu, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika itu adalah prosedur hukum sah dan ia menyadarinya sebagai sah, dan Sangha bhikkhunī lengkap dan ia menyadarinya sebagai lengkap, jika ia memberikan instruksi kepada para bhikkhunī itu, maka tidak ada pelanggaran.

Tidak ada pelanggaran

Tidak ada pelanggaran: Jika ia membacakan; jika ia menguji mereka; jika ia membacakan ketika diminta untuk itu; jika ia mengajukan pertanyaan; jika ia menjawab ketika ditanya; jika ia berbicara demi manfaat bagi orang lain dan para bhikkhunī mendengarkan; jika itu adalah seorang bhikkhunī percobaan; jika itu adalah sāmaṇerī; jika ia gila; jika ia adalah pelaku pertama.

Aturan latihan tentang instruksi, yang pertama, selesai
Title: Pācittiya 22
Post by: Indra on 15 September 2022, 10:31:42 PM
Koleksi Theravāda tentang Hukum Monastik
Aturan Kebhikkhuan dan Analisisnya
Bab tentang Pelanggaran-Pelanggaran yang Mengharuskan Penebusan
Sub-bab tentang Instruksi

Pācittiya 22. Aturan Latihan tentang Setelah Matahari Terbenam

Kisah Asal-mula

Pada suatu hari ketika Sang Buddha sedang menetap di Sāvatthī di Vihara Anāthapiṇḍika, para bhikkhu senior bergiliran memberikan instruksi kepada para bhikkhunī. Kemudian, pada suatu hari, saat itu adalah giliran Yang Mulia Cūḷapanthaka. Para bhikkhunī berkata, "Instruksi hari ini tidak akan efektif. Yang Mulia Cūḷapanthaka hanya akan mengulang-ulang hal yang sama."

Segera setelah itu para bhikkhunī itu mendatangi Cūḷapanthaka, bersujud, dan duduk. Kemudian Cūḷapanthaka berkata kepada mereka, "Apakah kalian semua ada di sini, Saudari?"

"Kami semua ada di sini, Yang Mulia."

"Apakah kalian menjalankan delapan prinsip penting?"

"Ya."

Setelah mengatakan, "Ini adalah instruksinya," ia mengucapkan seruan sepenuh hati yang sama berulang-ulang:

"Pada seorang yang waspada yang memiliki pikiran yang lebih tinggi,

Pada sang bijaksana yang sedang berlatih pada jalan menuju kebijaksanaan—

Tidak ada kesedihan pada seorang demikian,

Seorang yang damai, yang selalu penuh perhatian."

Dan para bhikkhunī berkata, "Tidakkah kita mengatakan bahwa instruksinya tidak akan efektif, Yang Mulia Cūḷapanthaka hanya akan mengulangi hal yang sama berulang-ulang?" Cūlapanthaka mendengar percakapan antara para bhikkhunī itu. Kemudian ia melayang ke angkasa, berjalan mondar-mandir di angkasa, dan ia berdiri, duduk, dan berbaring di atas sana. Ia memancarkan asap dan api, dan ia menghilang, semuanya smbil mengucapkan seruan sepenuh hati yang sama dan banyak sabda-sabda Sang Buddha lainnya. Para bhikkhunī berkata," Sungguh mengagumkan dan menakjubkan! Tidak ada instruksi sebelumnya yang seefektif yang dari Yang mulia Cūḷapanthaka ini!" dan Cūḷapanthaka melanjutkan memberikan instruksi kepada para bhikkhunī itu hingga larut malam dan kemudian membubarkan mereka, dengan berkata, "Pergilah, Saudari."

Tetapi karena gerbang menuju pemukiman telah ditutup, maka para bhikkhunī itu melewatkan malam itu di luar dan baru masuk pada keesokan paginya. Orang-orang mengeluhkan dan mengkritik mereka, "Para bhikkhunī itu tidak selibat. Mereka melewatkan malam hari di vihara bersama dengan para bhikkhu dan baru sekarang mereka memasuki pemukiman."

Para bhikkhu mendengar keluhan orang-orang itu, dan para bhikkhu yang memiliki sedikit keinginan mengeluhkan dan mengkritik Cūḷapanthaka, "Bagaimana mungkin Yang Mulia Cūḷapanthaka memberikan instruksi kepada para bhikkhunī setelah matahari terbenam?" ... "Benarkah, Cūḷapanthaka, bahwa engkau melakukan hal ini?"

"Benar, Yang Mulia."

Sang Buddha menegurnya ... "Cūḷapanthaka, bagaimana mungkin engkau melakukan hal ini? Hal ini akan mempengaruhi keyakinan orang-orang ..." ... "Dan, para bhikkhu, aturan latihan ini harus dibacakan sebagai berikut:

Aturan akhir

'Bahkan jika ia telah ditunjuk, jika seorang bhikkhu memberikan instruksi kepada para bhikkhu setelah matahari terbenam, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.'"

Definisi

Telah ditunjuk:

Telah ditunjuk melalui prosedur hukum yang terdiri dari satu usul dan tiga pengumuman.

Setelah matahari terbenam:

Setelah matahari tenggelam.

Para bhikkhunī:

Mereka telah diberikan penahbisan penuh oleh kedua Sangha.

Memberikan instruksi:

Jika ia memberikan instruksi dalam delapan prinsip penting atau ia membabarkan ajaran lainnya, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.

Permutasi

Jika matahari telah terbenam, dan ia menyadarinya sebagai telah terbenam, dan ia memberikan instruksi kepada para bhikkhunī, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan. Jika matahari telah terbenam, tetapi ia tidak dapat memastikannya, dan ia memberikan instruksi kepada para bhikkhunī, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan. Jika matahari telah terbenam, tetapi ia menyadarinya sebagai belum terbenam, dan ia memberikan instruksi kepada para bhikkhunī, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.

Jika ia memberikan instruksi kepada seorang bhikkhunī yang sepenuhnya ditahbiskan hanya pada satu sisi, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika matahari belum terbenam, tetapi ia menyadarinya sebagai sudah terbenam, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika matahari belum terbenam, tetapi ia tidak dapat memastikannya, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika matahari belum terbenam, dan ia menyadarinya sebagai belum terbenam, maka tidak ada pelanggaran.

Tidak ada pelanggaran

Tidak ada pelanggaran: Jika ia membacakan; jika ia menguji mereka; jika ia membacakan ketika diminta untuk itu; jika ia mengajukan pertanyaan; jika ia menjawab ketika ditanya; jika ia berbicara demi manfaat bagi orang lain dan para bhikkhunī mendengarkan; jika itu adalah seorang bhikkhunī percobaan; jika itu adalah seorang sāmaṇerī; jika ia gila; jika ia adalah pelaku pertama.

Aturan latihan tentang setelah matahari terbenam, yang kedua, selesai



Title: Pācittiya 23
Post by: Indra on 15 September 2022, 10:32:19 PM
Koleksi Theravāda tentang Hukum Monastik
Aturan Kebhikkhuan dan Analisisnya
Bab tentang Pelanggaran-Pelanggaran yang Mengharuskan Penebusan
Sub-bab tentang Instruksi

Pācittiya 23. Aturan Latihan tentang Tempat Kediaman Para Bhikkhunī

Kisah Asal-mula

Sub-kisah pertama

Pada suatu hari ketika Sang Buddha sedang menetap di negeri Sakya di Vihara Pohon Banyan di Kapilavatthu, para bhikkhu dari kelompok enam mendatangi tempat kediaman para bhikkhunī dan memberikan instruksi kepada para bhikkhunī dari kelompok enam.

Segera setelah itu para bhikkhunī berkata kepada para bhikkhunī dari kelompok enam, "Marilah, Para Mulia, kita pergi untuk menerima instruksi."

"Tidak perlu. Para bhikkhu dari kelompok enam akan datang dan memberikan instruksi kepada kita di sini."

Para bhikkhuni mengeluhkan dan mengkritik para bhikkhu dari kelompok enam itu, "Bagaimana mungkin para bhikkhu dari kelompok enam pergi dan memberikan instruksi kepada para bhikkhunī di tempat kediaman mereka?" para bhikkhunī itu memberitahu para bhikkhu.

Para bhikkhu yang memiliki sedikit keinginan mengeluhkan dan mengkritik para bhikkhu itu, "Bagaimana mungkin para bhikkhu itu melakukan hal ini?" ... "Benarkah, para bhikkhu, bahwa kalian melakukan hal ini?"

"Benar, Yang Mulia."

Sang Buddha menegur mereka ... "Orang-orang dungu, bagaimana mungkin kalian melakukan hal ini? Hal ini akan mempengaruhi keyakinan orang-orang ..." ... "Dan, para bhikkhu, aturan latihan ini harus dibacakan sebagai berikut:

Aturan akhir

'Jika seorang bhikkhu pergi ke tempat kediaman para bhikkhunī, dan kemudian memberikan instruksi kepada mereka, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.'"

Dengan cara inilah Sang Buddha menetapkan aturan latihan ini untuk para bhikkhu.

Sub-kisah kedua

Tidak lama kemudian Mahāpajāpati Gotamī jatuh sakit. Para bhikkhu senior pergi menjenguknya dan berkata, "Kami harap engkau bertahan, Gotamī, kami harap engkau menjadi lebih baik."

"Aku tidak bertahan, Para Mulia, dan aku tidak menjadi lebih baik. Sudilah membabarkan ajaran kepadaku."

"Tidak diperbolehkan bagi kami untuk pergi dan mengajar para bhikkhunī di tempat kediaman mereka." Dan karena takut melakukan kesalahan, mereka tidak mengajarnya.

Tidak lama kemudian, setelah mengenakan jubah di pagi hari, Sang Buddha membawa mangkuk dan jubahNya dan menjenguk Mahāpajāpati Gotamī, di mana Beliau duduk di tempat yang telah dipersiapkan. Beliau berkata kepadanya, "Kuharap engkau bertahan, Gotamī, Kuharap engkau menjadi lebih baik."

"Sebelumnya, Yang Mulia, para bhikkhu senior datang dan mengajar aku, dan karena itu aku akan merasa nyaman. Tetapi sekarang bahwa hal ini telah dilarang oleh Sang Buddha, mereka tidak mengajar karena mereka takut melakukan kesalahan. Dan karena itu aku tidak merasa nyaman."

Setelah memberikan instruksi, menginspirasi, dan menggembirakannya dengan suatu ajaran, Sang Buddha bangkit dari duduk dan pergi. Segera setelah itu Sang Buddha membabarkan ajaran dan berkata kepada para bhikkhu:

"Para bhikkhu, Aku memperbolehkan kalian untuk pergi dan memberikan instruksi kepada seorang bhikkhunī yang sakit di tempat kediamannya.

Dan, para bhikkhu, aturan latihan ini harus dibacakan sebagai berikut:

Aturan akhir

'Jika seorang bhikkhu pergi ke tempat kediaman para bhikkhunī dan kemudian memberikan instruksi kepada mereka, kecuali pada kesempatan yang diperbolehkan, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan. Ini adalah kesempatan yang diperbolehkan: seorang bhikkhunī sedang sakit.'"

Definisi

Seorang:

Siapa pun

Bhikkhu:

... Seorang bhikkhu yang telah diberikan penahbisan penuh oleh Sangha yang sepakat melalui prosedur sah yang terdiri dari satu usul dan tiga pengumuman yang tidak dapat dibatalkan dan lengkap—bhikkhu jenis inilah yang dimaksudkan dalam kasus ini.

Tempat kediaman para bhikkhunī:

Di mana pun para bhikkhunī menetap, bahkan selama satu malam.

Pergi:

Pergi ke sana.

Memberikan instruksi:

Jika ia memberikan instruksi tentang delapan prinsip penting, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.

Kecuali pada kesempatan yang diperbolehkan:

Jika saat itu adalah kesempatan yang diperbolehkan.

Seorang bhikkhunī sedang sakit:

Ia tidak mampu pergi untuk menerima instruksi atau menghadiri pertemuan resmi komunitas.

Permutasi

Jika bhikkhunī itu sepenuhnya ditahbiskan, dan si bhikkhu menyadarinya sebagai sepenuhnya ditahbiskan, dan ia mendatangi tempat kediaman sang bhikkhunī dan kemudian memberikan instruksi kepadanya, kecuali pada kesempatan yang diperbolehkan, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan. Jika bhikkhunī itu sepenuhnya ditahbiskan, tetapi si bhikkhu tidak dapat memastikannya, dan ia mendatangi tempat kediaman sang bhikkhunī dan kemudian memberikan instruksi kepadanya, kecuali pada kesempatan yang diperbolehkan, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan. Jika bhikkhunī itu sepenuhnya ditahbiskan, dan si bhikkhu tidak menyadarinya sebagai sepenuhnya ditahbiskan, dan ia mendatangi tempat kediaman sang bhikkhunī dan kemudian memberikan instruksi kepadanya, kecuali pada kesempatan yang diperbolehkan, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.

Jika ia memberikan instruksi kepada seorang bhikkhunī dengan ajaran lain, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika ia memberikan instruksi kepada seorang bhikkhunī yang sepenuhnya ditahbiskan hanya pada satu sisi, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika ia tidak sepenuhnya ditahbiskan, tetapi si bhikkhu menyadarinya sebagai sepenuhnya ditahbiskan, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika ia tidak sepenuhnya ditahbiskan, tetapi ia tidak dapat memastikannya, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika ia tidak sepenuhnya ditahbiskan, dan ia tidak menyadarinya sebagai sepenuhnya ditahbiskan, maka tidak ada pelanggaran

Tidak ada pelanggaran

Tidak ada pelanggaran: Jika itu adalah kesempatan yang diperbolehkan; Jika ia membacakan; jika ia menguji mereka; jika ia membacakan ketika diminta untuk itu; jika ia mengajukan pertanyaan; jika ia menjawab ketika ditanya; jika ia berbicara demi manfaat bagi orang lain dan para bhikkhunī mendengarkan; jika itu adalah seorang bhikkhunī percobaan; jika itu adalah seorang sāmaṇerī; jika ia gila; jika ia adalah pelaku pertama.

Aturan latihan tentang tempat kediaman para bhikkhunī, yang ketiga, selesai
Title: Pācittiya 24
Post by: Indra on 15 September 2022, 10:32:41 PM
Koleksi Theravāda tentang Hukum Monastik
Aturan Kebhikkhuan dan Analisisnya
Bab tentang Pelanggaran-Pelanggaran yang Mengharuskan Penebusan
Sub-bab tentang Instruksi

Pācittiya 24. Aturan Latihan tentang Perolehan Duniawi

Kisah Asal-mula

Pada suatu ketika Sang Buddha sedang menetap di Sāvatthī di Hutan Jeta, Vihara Anāthapiṇḍika. Pada saat itu para bhikkhu senior yang memberikan instruksi kepada para bhikkhunī menerima kain-jubah, makanan, tempat kediaman, dan obat-obatan. Dan para bhikkhu dari kelompok enam mengatakan ini tentang mereka, "Para bhikkhu senior memberikan instruksi kepada para bhikkhunī bukan sebagai pelayanan, melainkan demi perolehan duniawi."

Para bhikkhu yang memiliki sedikit keinginan mengeluhkan dan mengkritik mereka, "Bagaimana mungkin para bhikkhu dari kelompok enam mengatakan bahwa para bhikkhu senior memberikan instruksi kepada para bhikkhunī bukan sebagai pelayanan, melainkan demi perolehan duniawi?" ... "Benarkah, para bhikkhu, bahwa kalian mengatakan hal ini?"

"Benar, Yang Mulia."

Sang Buddha menegur mereka ... "Orang-orang dungu, bagaimana mungkin kalian mengatakan hal ini? Hal ini akan mempengaruhi keyakinan orang-orang ..." ... "Dan, para bhikkhu, aturan latihan ini harus dibacakan sebagai berikut:

Aturan akhir

'Jika seorang bhikkhu mengatakan bahwa para bhikkhu senior memberikan instruksi kepada para bhikkhunī demi perolehan duniawi, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.'"

Definisi

Seorang:

Siapa pun

Bhikkhu:

... Seorang bhikkhu yang telah diberikan penahbisan penuh oleh Sangha yang sepakat melalui prosedur sah yang terdiri dari satu usul dan tiga pengumuman yang tidak dapat dibatalkan dan lengkap—bhikkhu jenis inilah yang dimaksudkan dalam kasus ini.

Demi perolehan duniawi:

Demi kain-jubah, demi makanan, demi tempat kediaman, demi obat-obatan, demi kehormatan, demi penghargaan, demi kemuliaan, demi pengagungan, demi pemujaan.

Mengatakan:

Jika, sehubungan dengan seorang yang sepenuhnya ditahbiskan dan yang telah ditunjuk oleh Sangha sebagai pemberi instruksi kepada para bhikkhunī—karena ingin meremehkannya, ingin memberinya reputasi buruk, ingin mempermalukannya—ia mengatakan, "Ia memberikan instruksi demi kain-jubah," " ... demi makanan," "... demi tempat kediaman," "... demi obat-obatan," "... demi kehormatan," "... demi penghargaan," "... demi kemuliaan," "... demi pengagungan," "... demi pemujaan," maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.

Permutasi

Jika itu adalah prosedur hukum yang sah, dan ia menyadarinya sebagai sah, dan ia mengatakan hal demikian, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan. Jika itu adalah prosedur hukum yang sah, tetapi ia tidak dapat memastikannya, dan ia mengatakan hal demikian, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan. Jika itu adalah prosedur hukum yang sah, dan ia menyadarinya sebagai tidak sah, dan ia mengatakan hal demikian, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.

Jika seseorang yang ditahbiskan sepenuhnya adalah seorang instruktur bagi para bhikkhunī, tetapi ia belum ditunjuk oleh Sangha sebagai instruktur, dan seorang bhikkhu—karena ingin meremehkannya, ingin memberinya reputasi buruk, ingin mempermalukannya—ia mengatakan, "Ia memberikan instruksi demi kain-jubah," " ... demi makanan," "... demi tempat kediaman," "... demi obat-obatan," "... demi kehormatan," "... demi penghargaan," "... demi kemuliaan," "... demi pengagungan," "... demi pemujaan," maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan. Jika seseorang yang ditahbiskan sepenuhnya adalah seorang instruktur bagi para bhikkhunī, apakah ia sudah atau belum ditunjuk oleh Sangha sebagai instruktur, dan seorang bhikkhu—karena ingin meremehkannya, ingin memberinya reputasi buruk, ingin mempermalukannya—ia mengatakan, "Ia memberikan instruksi demi kain-jubah," " ... demi makanan," "... demi tempat kediaman," "... demi obat-obatan," "... demi kehormatan," "... demi penghargaan," "... demi kemuliaan," "... demi pengagungan," "... demi pemujaan," maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.

Jika itu adalah prosedur hukum yang tidak sah, tetapi ia menyadarinya sebagai sah, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika itu adalah prosedur hukum yang tidak sah, tetapi ia tidak dapat memastikannya, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika itu adalah prosedur hukum yang tidak sah, dan ia menyadarinya sebagai tidak sah, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah.

Tidak ada pelanggaran

Tidak ada pelanggaran: Jika ia mengatakannya kepada seorang yang biasa memberikan instruksi demi kain-jubah ... demi makanan ... demi tempat kediaman ... demi obat-obatan ... demi kehormatan ... demi penghargaan ... demi kemuliaan ... demi pengagungan ... demi pemujaan; jika ia gila; jika ia adalah pelaku pertama.

Aturan latihan tentang perolehan duniawi, yang keempat, selesai

Title: Pācittiya 25
Post by: Indra on 15 September 2022, 10:33:03 PM
Koleksi Theravāda tentang Hukum Monastik
Aturan Kebhikkhuan dan Analisisnya
Bab tentang Pelanggaran-Pelanggaran yang Mengharuskan Penebusan
Sub-bab tentang Instruksi

Pācittiya 25. Aturan Latihan tentang Memberikan Kain-Jubah

Kisah Asal-mula

Sub-kisah pertama

Pada suatu ketika Sang Buddha sedang menetap di Sāvatthī di Hutan Jeta, Vihara Anāthapiṇḍika, seorang bhikkhu tertentu sedang berjalan mengumpulkan dana makanan di sepanjang jalan di Sāvatthī, begitu juga seorang bhikkhunī tertentu. Bhikkhu itu berkata kepada si bhikkhunī, "Pergilah ke tempat itu, Saudari, dan engkau akan mendapatkan dana makanan," dan bhikkhunī itu mengatakan hal yang sama kepada si bhikkhu. Dan karena mereka sering bertemu, maka mereka menjadi berteman.

Saat itu kain-jubah milik Sangha sedang dibagikan. Kemudian, setelah pergi untuk menerima instruksi, bhikkhunī itu mendatangi bhikkhu tersebut dan bersujud. Bhikkhu itu berkata kepada si bhikkhunī, "Saudari, sudikah engkau menerima jatah kain-jubahku?"

"Ya, Yang Mulia, jubahku sudah usang."

Dan si bhikkhu memberikan kain-jubahnya kepada si bhikkhunī. Sebagai akibatnya, jubahnya juga menjadi usang. Para bhikkhu lain berkata kepadanya, "Mengapa engkau tidak membuat jubah untuk dirimu sendiri?" dan ia memberitahu mereka apa yang terjadi.

Para bhikkhu yang memiliki sedikit keinginan mengeluhkan dan mengkritiknya, "Bagaimana mungkin seorang bhikkhu memberikan kain-jubah kepada seorang bhikkhunī?" ... "Benarkah, bhikkhu, bahwa engkau melakukan hal ini?"

"Benar, Yang Mulia."

"Apakah ia kerabatmu?"

"Bukan."

 "Orang dungu, Seorang laki-laki dan seorang perempuan yang bukan kerabat tidak mengetahui apa yang layak dan tidak layak, apa yang baik dan buruk, dalam berurusan satu sama lain. Dan masih saja engkau melakukan hal ini. Hal ini akan mempengaruhi keyakinan orang-orang ..." ... "Dan, para bhikkhu, aturan latihan ini harus dibacakan sebagai berikut:

Aturan awal

'Jika seorang bhikkhu memberikan kain-jubah kepada seorang bhikkhunī yang bukan kerabat, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.'"

Dengan cara inilah Sang Buddha menetapkan aturan latihan ini untuk para bhikkhu.

Sub-kisah kedua

Begitu hal ini terjadi, para bhikkhu bahkan tidak memberikan kain-jubah kepada para bhikkhunī dalam pertukaran, karena takut melakukan kesalahan. Para bhikkhunī mengeluhkan dan mengkritik mereka, "Bagaimana mungkin mereka tidak memberi kita kain-jubah dalam pertukaran?"

Para bhikkhu mendengar keluhan para bhikkhunī itu dan mereka memberitahu Sang Buddha. Segera setelah itu Sang Buddha membabarkan ajaran dan berkata kepada para bhikkhu:

"Para bhikkhu, Aku memperbolehkan kalian untuk memberikan benda-benda dalam pertukaran kepada lima jenis orang: bhikkhu, bhikkhunī, bhikkhunī dalam percobaan, sāmaṇera, dan sāmaṇerī.

Dan, para bhikkhu, aturan latihan ini harus dibacakan sebagai berikut:

Aturan akhir

'Jika seorang bhikkhu memberikan kain-jubah kepada seorang bhikkhunī yang bukan kerabat, kecuali dalam pertukaran, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.'"

Definisi

Seorang:

Siapa pun

Bhikkhu:

... Seorang bhikkhu yang telah diberikan penahbisan penuh oleh Sangha yang sepakat melalui prosedur sah yang terdiri dari satu usul dan tiga pengumuman yang tidak dapat dibatalkan dan lengkap—bhikkhu jenis inilah yang dimaksudkan dalam kasus ini.

Bukan kerabat:

Siapa pun yang bukan keturunan dari leluhur laki-laki hingga delapan generasi sebelumnya, apakah dari pihak ibu atau dari pihak ayah.

Seorang bhikkhunī:

ia telah diberikan penahbisan penuh oleh kedua Sangha.

Kain-jubah:

Salah satu dari enam jenis kain-jubah, tetapi tidak lebih kecil daripada apa yang dapat dialokasikan untuk orang lain.

Kecuali dalam pertukaran:

Jika terjadi pertukaran.

Permutasi

Jika bhikkhunī itu bukan kerabat dan ia menyadarinya sebagai bukan kerabat, dan ia memberikan kain-jubah kepada bhikkhunī tersebut, kecuali dalam pertukaran, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan. Jika bhikkhunī itu bukan kerabat tetapi ia tidak dapat memastikannya, dan ia memberikan kain-jubah kepada bhikkhunī tersebut, kecuali dalam pertukaran, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan. Jika bhikkhunī itu bukan kerabat dan ia menyadarinya sebagai kerabat, dan ia memberikan kain-jubah kepada bhikkhunī tersebut, kecuali dalam pertukaran, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.

Jika ia memberikan kain-jubah kepada seorang bhikkhunī yang sepenuhnya ditahbiskan hanya pada satu sisi, kecuali dalam pertukaran, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika bhikkhunī itu adalah kerabat, tetapi ia menyadarinya sebagai bukan kerabat, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika bhikkhunī itu adalah kerabat tetapi ia tidak dapat memastikannya, maka ia melakukan pelanggaran perbutan salah. Jika bhikkhunī itu adalah kerabat dan ia menyadarinya sebagai kerabat, maka tidak ada pelanggaran.

Tidak ada pelanggaran

Tidak ada pelanggaran: Jika bhikkhunī itu adalah kerabat; jika banyak ditukarkan dengan sedikit atau sedikit ditukarkan dengan banyak; jika bhikkhunī itu mengambilnya atas dasar kepercayaan; jika bhikkhunī itu meminjamnya; jika ia memberikan benda kebutuhan apa pun selain kain-jubah; jika itu adalah seorang bhikkhunī percobaan; jika itu adalah seorang sāmaṇerī; jika ia gila; jika ia adalah pelaku pertama.

Aturan latihan tentang memberikan kain-jubah, yang kelima, selesai

Title: Pācittiya 26
Post by: Indra on 15 September 2022, 10:33:35 PM
Koleksi Theravāda tentang Hukum Monastik
Aturan Kebhikkhuan dan Analisisnya
Bab tentang Pelanggaran-Pelanggaran Yang Mengharuskan Penebusan
Sub-bab tentang Instruksi

Pācittiya 26. Aturan Latihan tentang Menjahit Jubah

Kisah Asal-mula

Sub-kisah pertama

Pada suatu ketika Sang Buddha sedang menetap di Sāvatthī di Hutan Jeta, Vihara Anāthapiṇḍika. Pada saat itu Yang Mulia Udāyī telah mahir dalam membuat jubah. Pada suatu hari seorang bhikkhunī tertentu mendatangi Udāyī dan berkata kepadanya, "Yang Mulia, sudilah engkau menjahitkan sebuah jubah untukku"

Kemudian ia menjahitkan sebuah jubah untuk bhikkhunī itu, yang dicelup dengan baik dan dikerjakan dengan indah, dan ia menggambar suatu lukisan di bagian tengahnya. Kemudian ia melipatnya dan menyimpannya. Segera setelah itu bhikkhunī tersebut mendatangi Udāyī dan berkata, "Yang Mulia, manakah jubahnya?"

"Sekarang, Saudari, ambillah jubah ini dalam keadaan terlipat dan simpanlah. Ketika Sangha para bhikkhunī pergi untuk menerima instruksi, kenakanlah dan ikuti persis di belakang para bhikkhunī lain."

Dan bhikkhunī melakukan hal itu. Orang-orang mengeluhkan dan mengkritiknya, "Betapa tidak senonohnya para bhikkhunī ini, bajingan tidak tahu malu, melihat mereka menggambar lukisan pada jubah mereka."

Para bhikkhunī bertanya kepadanya, "Siapakah yang melakukan ini?"

"Yang Mulia Udāyī."

"Pekerjaan ini bahkan membuat bajingan tidak senonoh dan tidak tahu malu tampak baik, apalagi Yang Mulia Udāyī."

Para bhikkhunī memberitahu para bhikkhu, dan para bhikkhu yang memiliki sedikit keinginan mengeluhkan dan mengkritiknya, "Bagaimana mungkin Yang Mulia Udāyī menjahitkan jubah untuk seorang bhikkhunī?" ... "Benarkah, Udāyī, bahwa engkau melakukan hal ini?"

"Benar, Yang Mulia."

"Apakah ia kerabatmu?"

"Bukan."

 "Orang dungu, Seorang laki-laki dan seorang perempuan yang bukan kerabat tidak mengetahui apa yang layak dan tidak layak, apa yang menginspirasi dan yang tidak menginspirasi, dalam berurusan satu sama lain.  Jadi bagaimana mungkin engkau melakukan hal ini? Hal ini akan mempengaruhi keyakinan orang-orang ..." ... "Dan, para bhikkhu, aturan latihan ini harus dibacakan sebagai berikut:

Aturan akhir

'Jika seorang bhikkhu menjahitkan jubah untuk seorang bhikkhunī yang bukan kerabat, atau menyuruh menjahitkan, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.'"

Definisi

Seorang:

Siapa pun

Bhikkhu:

... Seorang bhikkhu yang telah diberikan penahbisan penuh oleh Sangha yang sepakat melalui prosedur sah yang terdiri dari satu usul dan tiga pengumuman yang tidak dapat dibatalkan dan lengkap—bhikkhu jenis inilah yang dimaksudkan dalam kasus ini.

Bukan kerabat:

Siapa pun yang bukan keturunan dari leluhur laki-laki hingga delapan generasi sebelumnya, apakah dari pihak ibu atau dari pihak ayah.

Seorang bhikkhunī:

ia telah diberikan penahbisan penuh oleh kedua Sangha.

Jubah:

Salah satu dari enam jenis jubah.

Menjahitkan:

Jika ia menjahitnya sendiri, maka untuk setiap jahitan ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.

Menyuruh menjahitkan:

Jika ia menyuruh orang lain, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan. Jika ia hanya menyuruh satu kali, bahkan jika orang itu menjahit banyak, ia melakukan satu pelanggaran yang mengharuskan penebusan.

Permutasi

Jika bhikkhunī itu bukan kerabat dan ia menyadarinya sebagai bukan kerabat, dan ia menjahitkan jubah untuk bhikkhunī tersebut atau menyuruh menjahitkan, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan. Jika bhikkhunī itu bukan kerabat tetapi ia tidak dapat memastikannya, dan ia menjahitkan jubah untuk bhikkhunī tersebut atau menyuruh menjahitkan, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan. Jika bhikkhunī itu bukan kerabat dan ia menyadarinya sebagai kerabat, dan ia menjahitkan jubah untuk bhikkhunī tersebut atau menyuruh menjahitkan, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.

Jika ia menjahitkan atau menyuruh menjahitkan untuk seorang bhikkhunī yang sepenuhnya ditahbiskan hanya pada satu sisi, maka ia melakukan pelanggaran perbutan salah. Jika bhikkhunī itu adalah kerabat, tetapi ia menyadarinya sebagai bukan kerabat, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika bhikkhunī itu adalah kerabat, tetapi ia tidak dapat memastikannya, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika bhikkhunī itu adalah kerabat dan ia menyadarinya sebagai kerabat, maka tidak ada pelanggaran.

Tidak ada pelanggaran

Tidak ada pelanggaran: Jika bhikkhunī itu adalah kerabat; jika ia menjahitkan, atau menyuruh menjahitkan benda kebutuhan lain apa pun selain daripada jubah; jika itu adalah seorang bhikkhunī percobaan; jika itu adalah seorang sāmaṇerī; jika ia gila; jika ia adalah pelaku pertama.

Aturan latihan tentang memberikan kain-jubah, yang keenam, selesai



Title: Pācittiya 27
Post by: Indra on 15 September 2022, 10:34:58 PM
Koleksi Theravāda tentang Hukum Monastik
Aturan Kebhikkhuan dan Analisisnya
Bab tentang Pelanggaran-Pelanggaran yang Mengharuskan Penebusan
Sub-bab tentang Instruksi

Pācittiya 27. Aturan Latihan tentang Perjanjian

Kisah Asal-mula

Sub-kisah pertama

Pada suatu ketika Sang Buddha sedang menetap di Sāvatthī di Hutan Jeta, Vihara Anāthapiṇḍika. Pada saat itu para bhikkhu dari kelompok enam melakukan perjalanan dengan perjanjian bersama dengan para bhikkhunī. Orang-orang mengeluhkan dan mengkritik mereka, "Persis seperti kita yang melakukan perjalanan bersama dengan istri-istri kita, demikian pula para monastik Sakya ini melakukan perjalanan dengan perjanjian bersama dengan para bhikkhunī."

Para bhikkhu mendengar keluhan orang-orang itu, dan para bhikkhu yang memiliki sedikit keinginan mengeluhkan dan mengkritik para bhikkhu itu, "Bagaimana mungkin para bhikkhu dari kelompok enam melakukan perjalanan dengan perjanjian bersama dengan para bhikkhunī?" ... "Benarkah, para bhikkhu, bahwa kalian melakukan hal ini?"

"Benar, Yang Mulia."

Sang Buddha menegur mereka ... "Orang-orang dungu, bagaimana mungkin kalian melakukan hal ini? Hal ini akan mempengaruhi keyakinan orang-orang ..." ... "Dan, para bhikkhu, aturan latihan ini harus dibacakan sebagai berikut:

Aturan awal

'Jika seorang bhikkhu melakukan perjalanan dengan perjanjian bersama dengan seorang bhikkhunī, bahkan hanya hingga ke desa berikutnya, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.'"

Dengan cara inilah Sang Buddha menetapkan aturan latihan ini untuk para bhikkhu.

Sub-kisah kedua

Tidak lama kemudian sejumlah bhikkhu dan bhikkhunī hendak melakukan perjalanan dari Sāketa menuju Sāvatthī. Para bhikkhunī berkata kepada para bhikkhu, "Ayo kita pergi bersama-sama."

"Saudari, adalah tidak diperbolehkan bagi kami untuk melakukan perjalanan dengan perjanjian bersama dengan para bhikkhunī. Apakah kalian pergi terlebih dulu, atau kami."

"Kalian memiliki status yang lebih tinggi. Silakan pergi terlebih dulu."

Tetapi karena para bhikkhunī berjalan di belakang, mereka dirampok dan diperkosa oleh para penjahat. Ketika mereka tiba di Sāvatthī, mereka memberitahu para bhikkhunī apa yang telah terjadi. Para bhikkhunī memberitahu para bhikkhu, yang kemudian memberitahu Sang Buddha.

Segera setelah itu Sang Buddha membabarkan ajaran dan berkata kepada para bhikkhu:

"Para bhikkhu, aku memperbolehkan kalian untuk melakukan perjalanan dengan perjanjian bersama dengan seorang bhikkhunī jika itu adalah jalan yang riskan dan berbahaya yang harus dilalui secara berkelompok.

Dan, para bhikkhu, aturan latihan ini harus dibacakan sebagai berikut:

Aturan akhir

'Jika seorang bhikkhu melakukan perjalanan dengan perjanjian bersama dengan seorang bhikkhunī, bahkan hanya hingga ke desa berikutnya, kecuali pada kesempatan yang diperbolehkan, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan. Ini adalah kesempatan yang diperbolehkan: Jika jalan itu dianggap riskan dan berbahaya dan harus dilalui secara berkelompok.'"

Definisi

Seorang:

Siapa pun

Bhikkhu:

... Seorang bhikkhu yang telah diberikan penahbisan penuh oleh Sangha yang sepakat melalui prosedur sah yang terdiri dari satu usul dan tiga pengumuman yang tidak dapat dibatalkan dan lengkap—bhikkhu jenis inilah yang dimaksudkan dalam kasus ini.

Seorang bhikkhunī:

ia telah diberikan penahbisan penuh oleh kedua Sangha.

Bersama dengan:

Bersama-sama.

Dengan perjanjian:

Jika ia membuat perjanjian seperti ini: ia mengatakan, "Ayo kita pergi, Saudari," dan ia menjawab, "Ya, mari kita pergi, Yang Mulia;" atau ia berkata, "Ayo kita pergi, Yang Mulia," dan ia menjawab, "Ya, mari kita pergi, Saudari;" atau ia berkata, "Mari kita pergi hari ini," "Mari kita pergi besok," "Mari kita pergi lusa," maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah.

Bahkan hanya hingga ke desa berikutnya:

Jika desa-desa hanya berjarak sepenerbangan ayam, maka untuk setiap desa berikutnya ia melakukan satu pelanggaran yang mengharuskan penebusan. Jika itu adalah area tidak berpenghuni, sebuah hutan belantara, maka untuk setiap enam kilometer ia melakukan satu pelanggaran yang mengharuskan penebusan.

Kecuali pada kesempatan yang diperbolehkan:

Jika saat itu adalah kesempatan yang diperbolehkan.

Jalan itu harus dilalui secara berkelompok:

Adalah tidak mungkin untuk melakukan perjalanan tanpa suatu kelompok.

Riskan:

sebuah tempat di sepanjang jalan di mana para penjahat berkemah, makan, berdiri, duduk, atau berbaring terlihat.

Berbahaya:

Para penjahat terlihat di sepanjang jalan itu, melukai, merampok, atau memukul orang-orang. Jika mereka pergi bersama dengan berpikir bahwa jalan itu berbahaya, tetapi kemudian ternyata tidak, maka para bhikkhunī harus dibubarkan, "Pergilah, Saudari."

Permutasi

Jika ada perjanjian, dan ia menyadarinya sebagai ada, dan ia melakukan perjalanan bersama dengan seorang bhikkhunī, bahkan hanya sampai ke desa berikutnya, kecuali pada kesempatan yang diperbolehkan, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan. Jika ada perjanjian, tetapi ia tidak dapat memastikannya, dan ia melakukan perjalanan bersama dengan seorang bhikkhunī, bahkan hanya sampai ke desa berikutnya, kecuali pada kesempatan yang diperbolehkan, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan. Jika ada perjanjian, tetapi ia tidak menyadarinya sebagai ada, dan ia melakukan perjalanan bersama dengan seorang bhikkhunī, bahkan hanya sampai ke desa berikutnya, kecuali pada kesempatan yang diperbolehkan, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.

Jika bhikkhu itu membuat suatu perjanjian, tetapi si bhikkhunī tidak menyatakan persetujuannya, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika tidak ada perjanjian, tetapi ia menyadarinya sebagai ada, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika tidak ada perjanjian, tetapi ia tidak dapat memastikannya, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika tidak ada perjanjian, dan ia tidak menyadarinya sebagai ada, maka tidak ada pelanggaran.

Tidak ada pelanggaran

Tidak ada pelanggaran: Jika saat itu adalah kesempatan yang diperbolehkan; jika ia pergi tanpa perjanjian; jika bhikkhunī itu membuat perjanjian, tetapi si bhikkhu tidak menyatakan persetujuannya; jika mereka pergi, tetapi bukan menuruti perjanjian; jika terjadi situasi darurat; jika ia gila; jika ia adalah pelaku pertama.

Aturan latihan tentang perjanjian, yang ketujuh, selesai


Title: Pācittiya 28
Post by: Indra on 15 September 2022, 10:35:40 PM
Koleksi Theravāda tentang Hukum Monastik
Aturan Kebhikkhuan dan Analisisnya
Bab tentang Pelanggaran-Pelanggaran yang Mengharuskan Penebusan
Sub-bab tentang Instruksi

Pācittiya 28. Aturan Latihan tentang Menumpang Perahu

Kisah Asal-mula

Sub-kisah pertama

Pada suatu ketika Sang Buddha sedang menetap di Sāvatthī di Hutan Jeta, Vihara Anāthapiṇḍika. Pada saat itu para bhikkhu dari kelompok enam menumpang perahu dengan perjanjian bersama dengan para bhikkhunī. Orang-orang mengeluhkan dan mengkritik mereka, "Persis seperti kita yang bersenang-senang naik perahu bersama dengan istri-istri kita, demikian pula para monastik Sakya ini membuat perjanjian bersama dengan para bhikkhunī kemudian bersenang-senang naik perahu."

Para bhikkhu mendengar keluhan orang-orang itu, dan para bhikkhu yang memiliki sedikit keinginan mengeluhkan dan mengkritik para bhikkhu itu, "Bagaimana mungkin para bhikkhu dari kelompok enam menumpang perahu dengan perjanjian bersama dengan para bhikkhunī?" ... "Benarkah, para bhikkhu, bahwa kalian melakukan hal ini?"

"Benar, Yang Mulia."

Sang Buddha menegur mereka ... "Orang-orang dungu, bagaimana mungkin kalian melakukan hal ini? Hal ini akan mempengaruhi keyakinan orang-orang ..." ... "Dan, para bhikkhu, aturan latihan ini harus dibacakan sebagai berikut:

Aturan awal

'Jika seorang bhikkhu menumpang perahu dengan perjanjian bersama dengan seorang bhikkhunī, apakah pergi ke hulu atau pun ke hilir, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.'"

Dengan cara inilah Sang Buddha menetapkan aturan latihan ini untuk para bhikkhu.

Sub-kisah kedua

Tidak lama kemudian sejumlah bhikkhu dan bhikkhunī hendak melakukan perjalanan dari Sāketa menuju Sāvatthī. Dalam perjalanan itu mereka perlu menyeberangi sungai. Para bhikkhunī berkata kepada para bhikkhu, "Ayo kita menyebrang bersama-sama."

"Saudari, adalah tidak diperbolehkan bagi kami untuk menumpang perahu dengan perjanjian bersama dengan seorang bhikkhunī. Apakah kalian pergi terlebih dulu, atau kami."

"Kalian memiliki status yang lebih tinggi. Silakan pergi terlebih dulu."

Tetapi karena para bhikkhunī menyebrang belakangan, mereka dirampok dan diperkosa oleh para penjahat. Ketika mereka tiba di Sāvatthī, mereka memberitahu para bhikkhunī apa yang telah terjadi. Para bhikkhunī memberitahu para bhikkhu, yang kemudian memberitahu Sang Buddha.

Segera setelah itu Sang Buddha membabarkan ajaran dan berkata kepada para bhikkhu:

"Para bhikkhu, aku memperbolehkan kalian untuk menumpang perahu dengan perjanjian bersama dengan seorang bhikkhunī jika itu bertujuan untuk menyeberang

Dan, para bhikkhu, aturan latihan ini harus dibacakan sebagai berikut:

Aturan awal

'Jika seorang bhikkhu menumpang perahu dengan perjanjian bersama dengan seorang bhikkhunī, apakah pergi ke hulu atau pun ke hilir, kecuali untuk tujuan menyeberang, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan."

Definisi

Seorang:

Siapa pun

Bhikkhu:

... Seorang bhikkhu yang telah diberikan penahbisan penuh oleh Sangha yang sepakat melalui prosedur sah yang terdiri dari satu usul dan tiga pengumuman yang tidak dapat dibatalkan dan lengkap—bhikkhu jenis inilah yang dimaksudkan dalam kasus ini.

Seorang bhikkhunī:

ia telah diberikan penahbisan penuh oleh kedua Sangha.

Bersama dengan:

Bersama-sama.

Dengan perjanjian:

Jika ia membuat perjanjian seperti ini: ia mengatakan, "Ayo kita naik, Saudari," dan ia menjawab, "Ya, mari kita naik, Yang Mulia;" atau ia berkata, "Ayo kita naik, Yang Mulia, dan ia menjawab, "Ya, mari kita naik, Saudari;" atau ia berkata, "Mari kita naik hari ini," "Mari kita naik besok," "Mari kita naik lusa," maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah.

Jika bhikkhu itu naik ketika si bhikkhunī telah naik terlebih dulu, maka bhikkhu itu melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan. Jika bhikkhunī itu naik ketika si bhikkhu telah naik terlebih dulu, maka bhikkhu itu melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.  Jika mereka berdua naik bersama-sama, maka bhikkhu itu melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.

Pergi ke hulu:

Untuk tujuan pergi melawan arus.

Pergi ke hilir:

Untuk tujuan pergi mengikuti arus.

Kecuali untuk tujuan menyeberang:

Jika itu adalah untuk pergi ke seberang.

Jika desa-desa hanya berjarak sepenerbangan ayam, maka untuk setiap desa berikutnya ia melakukan satu pelanggaran yang mengharuskan penebusan. Jika itu adalah area tidak berpenghuni, sebuah hutan belantara, maka untuk setiap enam kilometer ia melakukan satu pelanggaran yang mengharuskan penebusan.

Permutasi

Jika ada perjanjian, dan ia menyadarinya sebagai ada, dan ia menumpang perahu bersama dengan seorang bhikkhunī, apakah pergi ke hulu atau pun ke hilir, kecuali untuk tujuan menyeberang, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan. Jika ada perjanjian, tetapi ia tidak dapat memastikannya, dan ia menumpang perahu bersama dengan seorang bhikkhunī, apakah pergi ke hulu atau pun ke hilir, kecuali untuk tujuan menyeberang, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan. Jika ada perjanjian, tetapi ia tidak menyadarinya sebagai ada, dan ia menumpang perahu bersama dengan seorang bhikkhunī, apakah pergi ke hulu atau pun ke hilir, kecuali untuk tujuan menyeberang, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.

Jika bhikkhu itu membuat suatu perjanjian, tetapi si bhikkhunī tidak menyatakan persetujuannya, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika tidak ada perjanjian, tetapi ia menyadarinya sebagai ada, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika tidak ada perjanjian, tetapi ia tidak dapat memastikannya, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika tidak ada perjanjian, dan ia tidak menyadarinya sebagai ada, maka tidak ada pelanggaran.

Tidak ada pelanggaran

Tidak ada pelanggaran: Jika itu adalah untuk tujuan menyeberang; jika ia naik tanpa perjanjian; jika bhikkhunī itu membuat perjanjian, tetapi si bhikkhu tidak menyatakan persetujuannya; jika mereka naik, tetapi bukan menuruti perjanjian; jika terjadi situasi darurat; jika ia gila; jika ia adalah pelaku pertama.

Aturan latihan tentang menumpang perahu, yang kedelapan, selesai
Title: Pācittiya 29
Post by: Indra on 15 September 2022, 10:36:08 PM
Koleksi Theravāda tentang Hukum Monastik
Aturan Kebhikkhuan dan Analisisnya
Bab tentang Pelanggaran-Pelanggaran yang Mengharuskan Penebusan
Sub-bab tentang Instruksi

Pācittiya 29. Aturan Latihan tentang Menyuruh untuk Mempersiapkan

Kisah Asal-mula

Sub-kisah pertama

Pada suatu ketika Sang Buddha sedang menetap di Rājagaha di Hutan Bambu, taman suaka tupai. Pada saat itu bhikkhunī Thullanandā bergaul dengan sebuah keluarga yang dari mereka ia menerima makanan secara rutin.

Pada suatu hari sang kepala keluarga telah mengundang beberapa bhikkhu senior. Pada hari yang sama bhikkhunī Thullananda mengenakan jubah di pagi hari, membawa mangkuk dan jubahnya, dan pergi ke rumah keluarga itu. Dan ia bertanya kepada sang kepala keluarga, "Mengapa engkau mempersiapkan begitu banyak makanan?"

"Karena, Yang Mulia, aku telah mengundang para bhikkhu senior."

"Tetapi siapakah para bhikkhu senior itu?"

"Yang Mulia Sāriputta, Yang Mulia Mahāmoggallāna, Yang Mulia Mahākaccāna, Yang Mulia Mahākoṭṭhika, Yang Mulia Mahākappina, Yang Mulia Mahācunda, Yang Mulia Anuruddha, Yang Mulia Revata, Yang Mulia Upāli, Yang Mulia Ānanda, dan Yang Mulia Rāhula."

"Tetapi mengapakah engkau mengundang para bhikkhu rendah itu bukannya para bhikkhu agung?"

"Siapakah para bhikkhu agung ini?" "Yang Mulia Devadatta, Yang Mulia Kokālika, Yang Mulia Kaṭamodakatisssaka, Yang Mulia Khaṇḍadeviyā-putta, dan Yang Mulia Samuddadatta."

Ketika percakapan ini sedang berlangsung, para bhikkhu senior masuk. Thullanandā berkata, "Benarkah bahwa engkau telah mengundang para bhikkhu agung ini?"

"Baru saja engkau menyebut mereka para bhikkhu rendah dan sekarang engkau menyebut mereka para bhikkhu agung." Dan umat awam itu melemparnya keluar dan mengakhiri dana makan rutinnya.

Para bhikkhu yang memiliki sedikit keinginan mengeluhkan dan mengkritik Devadatta, "Bagaimana mungkin Devadatta memakan dana makanan setelah mengetahui bahwa seorang bhikkhunī yang menyuruh untuk mempersiapkannya?" ... "Benarkah, Devadatta, bahwa engkau melakukan hal ini?"

"Benar, Yang Mulia."

Sang Buddha menegurnya... "Orang dungu, bagaimana mungkin engkau melakukan hal ini? Hal ini akan mempengaruhi keyakinan orang-orang ..." ... "Dan, para bhikkhu, aturan latihan ini harus dibacakan sebagai berikut:

Aturan awal

'Jika seorang bhikkhu memakan dana makanan setelah mengetahui bahwa seorang bhikkhunī yang menyuruh untuk mempersiapkannya, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.'"

Dengan cara inilah Sang Buddha menetapkan aturan latihan ini untuk para bhikkhu.

Sub-kisah kedua

Tidak lama kemudian seorang bhikkhu yang sebelumnya telah meninggalkan Rājagaha pulang untuk menjenguk keluarganya. Karena telah lama sejak terakhir kali ia pulang, orang-orang mempersiapkan makanan untuknya dengan hormat. Dan bhikkhunī yang bergaul dengan keluarga itu berkata kepada mereka, "Berikan makanan kepada bhikkhu itu." Bhikkhu itu berpikir, "Sang Buddha telah melarang kami memakan dana makanan setelah mengetahui bahwa seorang bhikkhunī yang menyuruh untuk mempersiapkannya," dan karena takut melakukan kesalahan, ia tidak menerimanya. Dan karena ia tidak dapat berjalan untuk menerima dana makanan, ia melewatkan waktu makannya.

Setelah kembali ke vihara, ia memberitahu para bhikkhu apa yang terjadi, dan mereka memberitahu Sang Buddha.

Segera setelah itu Sang Buddha membabarkan ajaran dan berkata kepada para bhikkhu:

"Para bhikkhu, Aku memperbolehkan kalian untuk memakan dana makanan setelah mengetahui bahwa seorang bhikkhunī yang menyuruh untuk mempersipkannya jika si perumah tangga memang telah berniat untuk mempersiapkannya.

Dan, para bhikkhu, aturan latihan ini harus dibacakan sebagai berikut:

Aturan akhir

'Jika seorang bhikkhu memakan dana makanan setelah mengetahui bahwa seorang bhikkhunī yang menyuruh untuk mempersiapkannya, kecuali jika si perumah tangga memang berniat untuk mempersiapkannya, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.'"

Definisi

Seorang:

Siapa pun

Bhikkhu:

... Seorang bhikkhu yang telah diberikan penahbisan penuh oleh Sangha yang sepakat melalui prosedur sah yang terdiri dari satu usul dan tiga pengumuman yang tidak dapat dibatalkan dan lengkap—bhikkhu jenis inilah yang dimaksudkan dalam kasus ini.

Setelah mengetahui:

Ia mengetahuinya sendiri atau orang lain memberitahunya atau si bhikkhunī memberitahunya.

Seorang bhikkhunī:

ia telah diberikan penahbisan penuh oleh kedua Sangha.

Menyuruh untuk mempersiapkan:

Jika ia mengatakan kepada mereka yang belum berniat untuk memberi atau mempersiapkan, "Bhikkhu ini adalah seorang penghafal," "Bhikkhu ini terpelajar," "Bhikkhu ini adalah seorang ahli khotbah-khotbah," "Bhikkhu ini adalah seorang ahli Hukum Monastik," "Bhikkhu ini adalah seorang pembabar Ajaran;" "Berikan ini kepada bhikkhu ini," "Persiapkan untuk bhikkhu ini"—ini disebut "menyuruh untuk mempersiapkan".

Dana makanan:

Salah satu dari lima makanan matang.

Kecuali jika si perumah tangga memang berniat untuk mempersiapkannya:

Jika si perumah tangga memang telah berniat untuk mempersiapkannya.

Si perumah tangga memang berniat untuk mempersiapkannya:

Mereka adalah kerabat atau mereka telah mengundang atau mereka memberi secara rutin.

Jika ia menerimanya dengan niat untuk memakannya, kecuali jika si perumah tangga memang telah berniat untuk mempersiapkannya, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Untuk setiap suapan, ia melakukan satu pelanggaran yang mengharuskan penebusan.

Permutasi

Jika seorang bhikkhunī menyuruh mempersiapkan, dan ia menyadarinya sebagai demikian, dan ia memakannya, kecuali jika si perumah tangga memang telah berniat untuk mempersiapkannya, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan. Jika seorang bhikkhunī menyuruh mempersiapkan, tetapi ia tidak dapat memastikannya, dan ia memakannya, kecuali jika si perumah tangga memang telah berniat untuk mempersiapkannya, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika seorang bhikkhunī menyuruh mempersiapkan, tetapi ia tidak menyadarinya sebagai demikian, dan ia memakannya, kecuali jika si perumah tangga memang telah berniat untuk mempersiapkannya, maka tidak ada pelanggaran.

Jika seorang bhikkhunī yang sepenuhnya ditahbiskan hanya pada satu sisi menyuruh mempersiapkannya, dan ia memakannya, kecuali jika si perumah tangga memang telah berniat untuk mempersiapkannya, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika seorang bhikkhunī tidak menyuruh untuk mempersiapkannya, tetapi ia menyadarinya sebagai seorang bhikkhunī menyuruh mempersiapkan, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika seorang bhikkhunī tidak menyuruh untuk mempersiapkannya, tetapi ia tidak dapat memastikannya, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika seorang bhikkhunī tidak menyuruh untuk mempersiapkannya, dan ia tidak menyadarinya sebagai seorang bhikkhunī menyuruh mempersiapkan, maka tidak ada pelanggaran.

Tidak ada pelanggaran

Tidak ada pelanggaran: Jika si perumah tangga memang telah berniat untuk mempersiapkannya; jika seorang bhikkhunī percobaan menyuruh mempersiapkannya; jika seorang sāmaṇerī menyuruh mempersiapkan; jika makanan itu adalah selain daripada kelima jenis makananmatang; jika ia gila; jika ia adalah pelaku pertama.

Aturan latihan tentang menyuruh untuk mempersiapkan, yang kesembilan, selesai


Title: Pācittiya 30
Post by: Indra on 15 September 2022, 10:36:38 PM
Koleksi Theravāda tentang Hukum Monastik
Aturan Kebhikkhuan dan Analisisnya
Bab tentang Pelanggaran-Pelanggaran yang Mengharuskan Penebusan
Sub-bab tentang Instruksi

Pācittiya 30. Aturan Latihan tentang Duduk di Tempat Tertutup

Kisah Asal-mula

Pada suatu hari ketika Sang Buddha sedang menetap di Sāvatthī di Vihara Anāthapiṇḍika, mantan istri Yang Mulia Udāyī menjadi seorang bhikkhunī. Ia sering pergi menemui Udāyī, dan Udāyī sering pergi menemuinya. Dan Udāyī akan duduk sendirian bersama bhikkhunī itu di tempat tertutup.

Para bhikkhu yang memiliki sedikit keinginan mengeluhkan dan mengkritiknya, "Bagaimana mungkin Yang Mulia Udāyī duduk sendirian bersama dengan seorang bhikkhunī di tempat tertutup?" ... "Benarkah, Udāyī, bahwa engkau melakukan hal ini?"

"Benar, Yang Mulia."

Sang Buddha menegurnya... "Orang dungu, bagaimana mungkin engkau melakukan hal ini? Hal ini akan mempengaruhi keyakinan orang-orang ..." ... "Dan, para bhikkhu, aturan latihan ini harus dibacakan sebagai berikut:

Aturan akhir

'Jika seorang bhikkhu duduk sendirian bersama dengan seorang bhikkhunī di tempat tertutup, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.'"

Definisi

Seorang:

Siapa pun

Bhikkhu:

... Seorang bhikkhu yang telah diberikan penahbisan penuh oleh Sangha yang sepakat melalui prosedur sah yang terdiri dari satu usul dan tiga pengumuman yang tidak dapat dibatalkan dan lengkap—bhikkhu jenis inilah yang dimaksudkan dalam kasus ini.

Seorang bhikkhunī:

ia telah diberikan penahbisan penuh oleh kedua Sangha.

Bersama dengan:

Bersama-sama.

Sendirian:

Hanya bhikkhu dan bhikkhunī itu.

Di tempat tertutup:

Ada tertutup bagi mata dan ada tertutup bagi telinga.

Tertutup bagi mata:

Seseorang tidak dapat melihat mereka berkedip, mengangkat alis, atau mengangguk.

Tertutup bagi telinga:

Seseorang tidak mampu mendengar pembicaraan biasa.

Duduk:

Jika bhikkhu itu duduk atau berbaring di sebelah bhikkhunī yang duduk, maka bhikkhu itu melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan. Jika bhikkhunī itu duduk atau berbaring di sebelah bhikkhu yang duduk, maka bhikkhu itu melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan. Jika keduanya duduk atau keduanya berbaring, maka bhikkhu itu melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.

Permutasi

Jika itu adalah tempat tertutup, dan ia menyadarinya sebagai tertutup, dan ia duduk sendirian bersama dengan seorang bhikkhunī, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan. Jika itu adalah tempat tertutup, tetapi ia tidak dapat memastikannya, dan ia duduk sendirian bersama dengan seorang bhikkhunī, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan. Jika itu adalah tempat tertutup, tetapi ia tidak menyadarinya sebagai tertutup, dan ia duduk sendirian bersama dengan seorang bhikkhunī, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.

Jika itu bukan tempat tertutup, tetapi ia menyadarinya sebagai tertutup, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika itu adalah tempat tertutup, tetapi ia tidak dapat memastikannya, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika itu bukan tempat tertutup, dan ia tidak menyadarinya sebagai tertutup, maka tidak ada pelanggaran.

Tidak ada pelanggaran

Tidak ada pelanggaran: Jika seorang yang mengerti mendampinginya; jika ia berdiri dan tidak duduk; jika ia tidak mencari tempat tertutup; jika ia duduk memikirkan hal lain; jika ia gila; jika ia adalah pelaku pertama.

Aturan latihan tentang duduk di tempat tersembunyi, yang kesepuluh, selesai

Berikut ini adalah rangkumannya:
"Tidak ditunjuk, terbenam,
Tempat kediaman, perolehan duniawi, dan dengan memberi;
Ia menjahit, jalan raya, perahu, boleh memakan,
Sendirian: itu adalah sepuluh."
Title: Pācittiya 31
Post by: Indra on 16 September 2022, 08:00:25 AM
Koleksi Theravāda tentang Hukum Monastik
Aturan Kebhikkhuan dan Analisisnya
Bab tentang Pelanggaran-Pelanggaran Yang Mengharuskan Penebusan
Sub-bab tentang makan

Pācittiya 31. Aturan Latihan tentang Dana makanan di Rumah Peristirahatan Umum

Kisah Asal-mula

Sub-kisah pertama

Pada suatu hari ketika Sang Buddha sedang menetap di Sāvatthī di Vihara Anāthapiṇḍika, suatu perkumpulan tertentu sedang mempersiapkan suatu dana makanan di rumah peristirrahatan umum tidak jauh dari Sāvatthī.

Kemudian, setelah mengenakan jubah di pagi hari, para bhikkhu dari kelompok enam membawa mangkuk dan jubah mereka dan memasuki Sāvatthī untuk mengumpulkan dana makanan. Karena tidak memperoleh apa pun, mereka mendatangi rumah peristirahatan umum. Karena sudah lama sejak terakhir kali mereka ke sana, maka orang-orang melayani mereka dengan penuh hormat.

Pada hari kedua dan ketiga para bhikkhu itu melakukan hal yang sama. Kemudian mereka berpikir, "Apa gunanya pulang ke vihara? Besok kita akan kembali lagi ke sini." Maka mereka berdiam di sana terus-menerus, memakan dana makanan di rumah peristirahatan, sedangkan para monastik agama lain pergi. Orang-orang mengeluhkan dan mengkritik mereka, "Bagaimana mungkin para monastik Sakya berdiam terus-menerus, memakan dana makanan di rumah peristirahatan? Kami tidak mempersiapkan dana makanan hanya untuk mereka; kami mempersiapkannya untuk semua orang."

Para bhikkhu mendengar keluhan orang-orang itu, dan para bhikkhu yang memiliki sedikit keinginan mengeluhkan dan mengkritik para bhikkhu itu, "Bagaimana mungkin para bhikkhu dari kelompok enam berdiam terus-menerus, memakan dana makanan di rumah peristirahatan umum?" ... "Benarkah, para bhikkhu, bahwa kalian melakukan hal ini?"

"Benar, Yang Mulia."

Sang Buddha menegurnya... "Orang-orang dungu, bagaimana mungkin kalian melakukan hal ini? Hal ini akan mempengaruhi keyakinan orang-orang ..." ... "Dan, para bhikkhu, aturan latihan ini harus dibacakan sebagai berikut:

Aturan awal

'Jika seorang bhikkhu memakan lebih dari satu kali dana-makanan di rumah peristirahatan umum, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.'"

Dengan cara inilah Sang Buddha menetapkan aturan latihan ini untuk para bhikkhu.

Sub-kisah kedua

Tidak lama kemudian Yang Mulia Sāriputta sedang dalam perjalanan melewati negeri Kosala dalam perjalanannya menuju Sāvatthī ketika ia tiba di sebuah rumah peristirahatan umum. Karena sudah lama sejak terakhir ia datang ke sana, orang-orang melayaninya dengan penuh hormat. Setelah makan, Sāriputta jatuh sakit, dan tidak mampu meninggalkan rumah peristirahatan itu.

Pada hari ke dua, orang-orang itu berkata kepadanya, "Makanlah, Yang Mulia." Tetapi karena ia mengetahui bahwa Sang Buddha telah melarang memakan dana makanan di sebuah rumah peristirahatan setelah berdiam terus-menerus, dan karena ia takut melakukan kesalahan, maka ia tidak menerimanya. Sebagai akibatnya, ia melewatkan waktu makannya.

Ketika ia tiba di Sāvatthī, ia memberitahukan apa yang terjadi kepada para bhikkhu, dan mereka memberitahu Sang Buddha.

Segera setelah itu Sang Buddha membabarkan ajaran dan berkata kepada para bhikkhu:

"Para bhikkhu, Aku memperbolehkan seorang bhikkhu yang sakit untuk berdiam terus-menerus di sebuah rumah peristirahatan dan memakan dana makanan di sana.

Dan, para bhikkhu, aturan latihan ini harus dibacakan sebagai berikut:

Aturan akhir

'Jika seorang bhikkhu yang tidak sakit memakan lebih dari satu kali dana-makanan di rumah peristirahatan umum, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.'"

Definisi

Yang tidak sakit:

Ia mampu meninggalkan rumah peristirahatan umum itu.

Yang sakit:

Ia tidak mampu meninggalkan rumah peristirahatan umum itu.

Dana-makanan di rumah peristirahatan umum:

Sebanyak yang seseorang butuhkan dari lima jenis makanan matang, yang dipersiapkan untuk publik, di dalam sebuah bangunan, di bawah naungan atap, di bawah pohon, atau di ruang terbuka. Seorang bhikkhu yang tidak sakit boleh makan di sana satu kali. Jika ia menerima makanan melebihi itu dengan niat untuk memakannya, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Untuk setiap suapan, ia melakukan satu pelanggaran yang mengharuskan penebusan.

Permutasi

Jika ia tidak sakit, dan ia menyadari dirinya sebagai tidak sakit, dan ia memakan lebih dari satu kali dana makanan di rumah peristirahatan umum, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan. Jika ia tidak sakit, tetapi ia tidak dapat memastikannya, dan ia memakan lebih dari satu kali dana makanan di rumah peristirahatan umum, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan. Jika ia tidak sakit, tetapi ia menyadari dirinya sebagai sakit, dan ia memakan lebih dari satu kali dana makanan di rumah peristirahatan umum, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.

Jika ia sakit, tetapi ia menyadari dirinya sebagai tidak sakit, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika ia sakit, tetapi ia tidak dapat memastikannya, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika ia sakit, dan ia menyadari dirinya sebagai sakit, maka tidak ada pelanggaran.

Tidak ada pelanggaran

Tidak ada pelanggaran: Jika ia sakit; jika ia tidak sakit dan ia makan satu kali; jika ia makan setelah datang atau pergi, jika ia makan setelah diundang oleh para pemiliknya; jika makanan itu dipersiapkan secara khusus untuknya; jika tidak mencukupi apa yang ia butuhkan; jika makanan itu adalah selain daripada kelima makanan matang; jika ia gila; jika ia adalah pelaku pertama.

Aturan latihan tentang dana makanan di rumah peristirahatan umum, yang pertama, selesai
Title: Pācittiya 32
Post by: Indra on 16 September 2022, 08:01:08 AM
Koleksi Theravāda tentang Hukum Monastik
Aturan Kebhikkhuan dan Analisisnya
Bab tentang Pelanggaran-Pelanggaran yang Mengharuskan Penebusan
Sub-bab tentang makan

Pācittiya 32. Aturan Latihan tentang Memakan dalam Satu Kelompok

Kisah Asal-mula

Sub-kisah pertama

Pada suatu ketika Sang Buddha sedang menetap di Rājagaha di Hutan Bambu, taman suaka tupai. Pada saat itu, karena penurunan sokongan materi dan kehilangan penghormatan, Devadatta dan para pengikutnya makan dari undangan hanya setelah meminta berulang-ulang. Orang-orang mengeluhkan dan mengkritiknya, "Bagaimana mungkin para monastik Sakya ini makan dari undangan setelah meminta berulang-ulang? Siapakah yang tidak menyukai makanan baik? Siapakah yang tidak menyukai makanan lezat?"

Para bhikkhu mendengar keluhan orang-orang itu, dan para bhikkhu yang memiliki sedikit keinginan mengeluhkan dan mengkritik para bhikkhu itu, "Bagaimana mungkin Devadatta dan para pengikutnya makan dari undangan setelah meminta berulang-ulang?" ... "Benarkah, Devadatta, bahwa kalian melakukan hal ini?"

"Benar, Yang Mulia."

Sang Buddha menegurnya... "Orang dungu, bagaimana mungkin engkau melakukan hal ini? Hal ini akan mempengaruhi keyakinan orang-orang ..." ... "Dan, para bhikkhu, aturan latihan ini harus dibacakan sebagai berikut:

Aturan awal pertama

'Jika seorang bhikkhu makan dalam satu kelompok, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.'"

Dengan cara inilah Sang Buddha menetapkan aturan latihan ini untuk para bhikkhu.

Sub-kisah kedua

Tidak lama kemudian orang-orang mengundang para bhikkhu yang sakit untuk makan. Tetapi mengetahui bahwa Sang Buddha telah melarang makan dalam satu kelompok dan karena takut melakukan kesalahan, maka mereka tidak menerima. Mereka memberitahu Sang Buddha. Segera setelah itu Sang Buddha membabarkan ajaran dan berkata kepada para bhikkhu:

"Para bhikkhu, Aku memperbolehkan seorang bhikkhu yang sakit makan dalam satu kelompok.

Dan, para bhikkhu, aturan latihan ini harus dibacakan sebagai berikut:

Aturan awal kedua

'Jika seorang bhikkhu makan dalam satu kelompok, kecuali pada kesempatan yang diperbolehkan, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan. Ini adalah kesempatan yang diperbolehkan: ia sakit'"

Dengan cara inilah Sang Buddha menetapkan aturan latihan ini untuk para bhikkhu.

Sub-kisah ketiga

Tidak lama kemudian, pada musim pemberian-jubah, orang-orang mempersiapkan makanan bersama dengan kain-jubah dan kemudian mengundang para bhikkhu, dengan berkata, "Kami ingin mempersembahkan makanan dan kemudian memberikan kain-jubah." Tetapi mengetahui bahwa Sang Buddha telah melarang makan dalam satu kelompok dan karena takut melakukan kesalahan, maka mereka tidak menerima. Sebagai akibatnya, mereka hanya menerima sedikit kain-jubah. Mereka memberitahu Sang Buddha. ...

"Para bhikkhu, Aku memperbolehkan kalian untuk makan dalam satu kelompok selama musim pemberian-jubah.

Dan, para bhikkhu, aturan latihan ini harus dibacakan sebagai berikut:

Aturan awal ketiga

'Jika seorang bhikkhu makan dalam satu kelompok, kecuali pada kesempatan yang diperbolehkan, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan. Ini adalah kesempatan yang diperbolehkan: ia sakit; saat itu adalah musim pemberian-jubah'"

Dengan cara inilah Sang Buddha menetapkan aturan latihan ini untuk para bhikkhu.

Sub-kisah keempat

Tidak lama kemudian orang-orang mengundang para bhikkhu yang membuat jubah untuk makan. Tetapi mengetahui bahwa Sang Buddha telah melarang makan dalam satu kelompok dan karena takut melakukan kesalahan, maka mereka tidak menerima. Mereka memberitahu Sang Buddha. ...

"Para bhikkhu, Aku memperbolehkan kalian untuk makan dalam satu kelompok ketika kalian sedang membuat jubah.

Dan, para bhikkhu, aturan latihan ini harus dibacakan sebagai berikut:

Aturan awal keempat

'Jika seorang bhikkhu makan dalam satu kelompok, kecuali pada kesempatan yang diperbolehkan, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan. Ini adalah kesempatan yang diperbolehkan: ia sakit; saat itu adalah musim pemberian-jubah; saat itu adalah waktunya membuat jubah'"

Dengan cara inilah Sang Buddha menetapkan aturan latihan ini untuk para bhikkhu.

Sub-kisah kelima

Tidak lama kemudian beberapa bhikkhu melakukan perjalanan bersama dengan sekelompok orang. Para bhikkhu berkata kepada orang-orang itu, "Sudilah menunggu sebentar sementara kami berjalan mengumpulkan dana makanan." Mereka menjawab, "Para Mulia, silakan makan di sini." Tetapi mengetahui bahwa Sang Buddha telah melarang makan dalam satu kelompok dan karena takut melakukan kesalahan, maka mereka tidak menerima. Mereka memberitahu Sang Buddha. ...

"Para bhikkhu, Aku memperbolehkan kalian untuk makan dalam satu kelompok ketika kalian sedang dalam perjalanan.

Dan, para bhikkhu, aturan latihan ini harus dibacakan sebagai berikut:

Aturan awal kelima

'Jika seorang bhikkhu makan dalam satu kelompok, kecuali pada kesempatan yang diperbolehkan, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan. Ini adalah kesempatan yang diperbolehkan: ia sakit; saat itu adalah musim pemberian-jubah; saat itu adalah waktunya membuat jubah; ia sedang dalam perjalanan'"

Dengan cara inilah Sang Buddha menetapkan aturan latihan ini untuk para bhikkhu.

Sub-kisah kenam

Tidak lama kemudian beberapa bhikkhu melakukan perjalanan dengan perahu bersama dengan sekelompok orang. Para bhikkhu berkata kepada orang-orang itu, "Sudilah menepi sebentar sementara kami berjalan mengumpulkan dana makanan." Mereka menjawab, "Para Mulia, silakan makan di sini." Tetapi mengetahui bahwa Sang Buddha telah melarang makan dalam satu kelompok dan karena takut melakukan kesalahan, maka mereka tidak menerima. Mereka memberitahu Sang Buddha. ...

"Para bhikkhu, Aku memperbolehkan kalian untuk makan dalam satu kelompok ketika kalian sedang naik perahu.

Dan, para bhikkhu, aturan latihan ini harus dibacakan sebagai berikut:

Aturan awal keenam

'Jika seorang bhikkhu makan dalam satu kelompok, kecuali pada kesempatan yang diperbolehkan, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan. Ini adalah kesempatan yang diperbolehkan: ia sakit; saat itu adalah musim pemberian-jubah; saat itu adalah waktunya membuat jubah; ia sedang dalam perjalanan; ia sedang naik perahu'"

Dengan cara inilah Sang Buddha menetapkan aturan latihan ini untuk para bhikkhu.

Sub-kisah ketujuh

Tidak lama kemudian para bhikkhu yang telah menyelesaikan masa keberdiaman musim hujan di berbagai daerah datang ke Rājagaha untuk mengunjungi Sang Buddha. Orang-orang melihat para bhikkhu itu yang telah datang dari berbagai negeri dan mengundang mereka untuk makan. Tetapi mengetahui bahwa Sang Buddha telah melarang makan dalam satu kelompok dan karena takut melakukan kesalahan, maka mereka tidak menerima. Mereka memberitahu Sang Buddha. ...

"Para bhikkhu, Aku memperbolehkan kalian untuk makan dalam satu kelompok dalam acara besar.

Dan, para bhikkhu, aturan latihan ini harus dibacakan sebagai berikut:

Aturan awal ketujuh

'Jika seorang bhikkhu makan dalam satu kelompok, kecuali pada kesempatan yang diperbolehkan, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan. Ini adalah kesempatan yang diperbolehkan: ia sakit; saat itu adalah musim pemberian-jubah; saat itu adalah waktunya membuat jubah; ia sedang dalam perjalanan; ia sedang naik perahu; saat itu adalah acara besar'"

Dengan cara inilah Sang Buddha menetapkan aturan latihan ini untuk para bhikkhu.

Sub-kisah kedelapan

Tidak lama kemudian seorang kerabat Raja Seniya Bimbisāra dari Magadha yang telah meninggalkan keduniawian bersama para petapa Ājīvaka mendatangi sang raja dan berkata, "Baginda, aku ingin memberikan makanan untuk para monastik dari semua agama."

"Itu baik sekali, jika engkau memberikan kepada Sangha para bhikkhu yang dipimpin oleh Sang Buddha terlebih dulu."

"Aku akan melakukan itu."

Dan ia mengirim pesan kepada para bhikkhu: "Sudilah menerima makanan dariku besok." Tetapi mengetahui bahwa Sang Buddha telah melarang makan dalam satu kelompok dan karena takut melakukan kesalahan, maka mereka tidak menerima. Petapa Ājīvaka itu mendatangi Sang Buddha, saling bertukar sapa dengan Beliau, dan berkata, "Gotama yang baik telah meninggalkan keduniawian dan aku juga. Seorang yang telah meninggalkan keduniawian harus menerima dana makanan dari orang lain yang telah meninggalkan keduniawian. Gotama yang baik, sudilah menerima dana makanan dariku besok bersama dengan Sangha para bhikkhu." Sang Buddha menerima dengan berdiam diri. Ājīvaka itu memahami bahwa Sang Buddha telah menerima, dan ia pergi.

Segera setelah itu Sang Buddha membabarkan ajaran dan berkata kepada para bhikkhu:

"Para bhikkhu, Aku memperbolehkan kalian untuk makan dalam satu kelompok jika makanan itu dipersembahkan oleh seorang monastik.

Dan, para bhikkhu, aturan latihan ini harus dibacakan sebagai berikut:

Aturan akhir

'Jika seorang bhikkhu makan dalam satu kelompok, kecuali pada kesempatan yang diperbolehkan, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan. Ini adalah kesempatan yang diperbolehkan: ia sakit; saat itu adalah musim pemberian-jubah; saat itu adalah waktunya membuat jubah; ia sedang dalam perjalanan; ia sedang naik perahu; saat itu adalah acara besar; makanan itu dipersembahkan oleh seorang monastik'"

Definisi

Makan dalam satu kelompok:

Di mana pun empat bhikkhu, setelah diundang, makan apa pun yang berasal dari lima makanan matang—ini disebut "makan dalam satu kelompok".

Kecuali pada kesempatan yang diperbolehkan:

Jika itu adalah kesempatan yang diperbolehkan.

Ia sakit:

Bahkan jika hanya telapak kaki pecah-pecah, ia boleh makan dalam satu kelompok.

Saat itu adalah musim pemberian-jubah:

Jika ia belum berpartisipasi dalam upacara membuat-jubah, maka ia boleh makan dalam satu kelompok selama bulan terakhir musim hujan. Jika ia telah berpatisipasi dalam upacara membuat-jubah, maka ia boleh makan dalam satu kelompok selama periode lima bulan.

Saat itu adalah waktunya membuat jubah:

Ketika ia sedang membuat jubah, ia boleh makan dalam satu kelompok.

Ia sedang dalam perjalanan:

Ia boleh makan dalam satu kelompok jika ia berniat untuk melakukan perjalanan paling sedikit enam kilometer, sewaktu melakukan perjalanan, dan setelah melakukan perjalanan.

Ia sedang naik perahu:

Ia boleh makan dalam satu kelompok jika ia berniat untuk naik perahu, sewaktu di atas perahu, dan setelah turun dari perahu.

Saat itu adalah acara besar:

Jika dua atau tiga bhikkhu dapat berjalan untuk menerima dana makanan, tetapi bukan kelompok yang terdiri dari empat bhikkhu, maka ia boleh makan dalam satu kelompok.

Makanan itu dipersembahkan oleh seorang monastik:

Jika pengembara mana pun memberikan makanan, maka ia boleh makan dalam satu kelompok.

Jika ia menerima sesuatu dengan niat untuk memakannya, kecuali pada kesempatan yang diperbolehkan, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Untuk setiap suapan, ia melakukan satu pelanggaran yang mengharuskan penebusan.

Permutasi

Jika ia makan dalam satu kelompok, dan ia menyadarinya sebagai makan dalam satu kelompok, kecuali dalam kesempatan yang diperbolehkan, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan. Jika ia makan dalam satu kelompok, tetapi ia tidak dapat memastikannya, kecuali dalam kesempatan yang diperbolehkan, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan. Jika ia makan dalam satu kelompok, tetapi ia tidak menyadarinya sebagai makan dalam satu kelompok, kecuali dalam kesempatan yang diperbolehkan, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.

Jika ia tidak makan dalam satu kelompok, tetapi ia menyadarinya sebagai makan dalam satu kelompok, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika ia tidak makan dalam satu kelompok, tetapi ia tidak dapat memastikannya, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika ia tidak makan dalam satu kelompok, dan ia tidak menyadarinya sebagai makan dalam satu kelompok, maka tidak ada pelanggaran.

Tidak ada pelanggaran

Tidak ada pelanggaran: Jika itu adalah kesempatan yang diperbolehkan; jika  dua atau tiga orang makan bersama; jika mereka makan bersama setelah berjalan menerima dana  makanan; jika itu adalah undangan makan rutin; jika itu adalah makanan yang diperoleh dari menarik undian; jika itu adalah makanan setengah-bulanan; jika itu adalah hari uposatha; jika itu adalah sehari setelah hari uposatha; jika makanan itu adalah selain daripada kelima makanan matang; jika ia gila; jika ia adalah pelaku pertama.

Aturan latihan tentang makan dalam satu kelompok, yang kedua, selesai

Title: Pācittiya 33
Post by: Indra on 16 September 2022, 08:01:53 AM
Koleksi Theravāda tentang Hukum Monastik
Aturan Kebhikkhuan dan Analisisnya
Bab tentang Pelanggaran-Pelanggaran yang Mengharuskan Penebusan
Sub-bab tentang makan

Pācittiya 33. Aturan Latihan tentang memakan makanan sebelum yang lain

Kisah Asal-mula

Sub-kisah pertama

Pada suatu ketika Sang Buddha sedang menetap di aula beratap lancip di Hutan Besar di dekat Vesālī. Pada saat itu serangkaian makanan-makanan baik telah ditata di Vesālī. Seorang pekerja miskin berpikir, "Mengapa aku tidak mempersiapkan makanan? Ini pasti sangat bermanfaat, melihat bagaimana orang-orang ini mempersiapkan makanan dengan begitu hormat."

Kemudian ia menghadap atasannya Kira dan berkata, "Tuan, aku ingin mempersiapkan makanan untuk Sangha para bhikkhu yang dipimpin oleh Sang Buddha. Sudilah membayarkan gajiku." Karena Kira juga memiliki keyakinan, maka ia memberikan gaji lebih kepada pekerja itu. Segera setelah itu si pekerja mendatangi Sang Buddha, bersujud, duduk, dan berkata, "Yang Mulia, sudilah menerima makanan dariku besok bersama dengan Sangha para bhikkhu."

"Sangha berjumlah besar."

"Tidak masalah! Aku telah mempersiapkan banyak buah jujube, yang disertai dengan minuman jujube." Sang Buddha menerima dengan berdiam diri, dan pekerja itu memahami.

Ia bangkit dari duduknya, mengelilingi Sang Buddha dengan sisi kanannya menghadap Beliau, dan pergi.

Para bhikkhu mendengar bahwa seorang pekerja miskin telah mengundang Sangha para bhikkhu yang dipimpin oleh Sang Buddha pada keesokan harinya untuk makan yang dilengkapi dengan minuman jujube. Dan oleh karena itu mereka makan pada pagi hari setelah berjalan menerima dana makanan.

Ketika orang-orang mendengar bahwa seorang pekerja miskin telah mengundang Sangha para bhikkhu yang dipimpin oleh Sang Buddha untuk makan, mereka membawakan banyak makanan dari berbagai jenis kepadanya. Keesokan paginya pekerja itu mempersiapkan makanannya, dan kemudian memberitahu Sang Buddha bahwa makanan telah siap.

Sang Buddha mengenakan jubah, membawa mangkuk dan jubahnya dan, bersama dengan Sangha para bhikkhu mendatangi rumah pekerja miskin itu, di mana Beliau duduk di tempat yang telah dipersiapkan di ruang makan. Pekerja itu melayani para bhikkhu, tetapi mereka selalu berkata, "Berikan sedikit saja."

"Para Mulia, jangan menerima begitu sedikit karena kalian berpikir bahwa aku hanyalah seorang miskin. Aku telah mempersiapkan banyak makanan dari berbagai jenis. Terimalah sebanyak yang kalian inginkan."

"Kami menerima sedikit bukan karena hal itu, melainkan karena kami telah makan pada pagi hari setelah berjalan menerima dana makanan."

Pekerja miskin itu mengeluhkan dan mengkritik mereka, "Bagaimana mungkin para mulia ini makan di tempat lain setelah diundang olehku? Apakah aku tidak mampu memberikan sebanyak yang mereka butuhkan?"

Para bhikkhu mendengar keluhan pekerja itu, dan para bhikkhu yang memiliki sedikit keinginan mengeluhkan dan mengkritik para bhikkhu itu, "Bagaimana mungkin para bhikkhu itu makan di tempat lain setelah diundang untuk makan?" ... "Benarkah, para bhikkhu, bahwa kalian melakukan hal ini?"

"Benar, Yang Mulia."

Sang Buddha menegurnya... "Bagaimana mungkin engkau melakukan hal ini? Hal ini akan mempengaruhi keyakinan orang-orang ..." ... "Dan, para bhikkhu, aturan latihan ini harus dibacakan sebagai berikut:

Aturan awal pertama

'Jika seorang bhikkhu makan sebelum makan yang lain, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.'"

Dengan cara inilah Sang Buddha menetapkan aturan latihan ini untuk para bhikkhu.

Sub-kisah kedua

Tidak lama kemudian seorang bhikkhu tertentu jatuh sakit. Seorang bhikkhu lainnya membawa sedikit dana makanan, mendatangi bhikkhu tersebut dan menyuruhnya untuk makan.

"Aku tidak bisa makan. Aku sedang menantikan makanan lain."

Tetapi karena dana makanan itu hanya sampai pada siang hari, bhikkhu itu tidak mendapatkan sebanyak yang ia kehendaki. Mereka memberitahu Sang Buddha. Segera setelah itu Sang Buddha membabarkan ajaran dan berkata kepada para bhikkhu:

"Para bhikkhu, Aku memperbolehkan seorang bhikkhu yang sakit untuk makan sebelum makan yang lain.

Dan, para bhikkhu, aturan latihan ini harus dibacakan sebagai berikut:

Aturan awal kedua

'Jika seorang bhikkhu makan sebelum makan yang lain, kecuali pada kesempatan yang diperbolehkan, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan. Ini adalah kesempatan yang diperbolehkan: ia sakit'"

Dengan cara inilah Sang Buddha menetapkan aturan latihan ini untuk para bhikkhu.

Sub-kisah ketiga

Tidak lama kemudian, pada musim pemberian-jubah, orang-orang mempersiapkan makanan bersama dengan kain-jubah dan kemudian mengundang para bhikkhu, dengan berkata, "Kami ingin mempersembahkan makanan dan kemudian memberikan kain-jubah." Tetapi mengetahui bahwa Sang Buddha telah melarang makan sebelum makan yang lain dan karena takut melakukan kesalahan, mereka tidak menerima. Sebagai akibatnya, mereka hanya menerima sedikit kain-jubah. Mereka memberitahu Sang Buddha. ...

"Para bhikkhu, Aku memperbolehkan kalian untuk makan sebelum makan yang lain selama musim pemberian-jubah.

Dan, para bhikkhu, aturan latihan ini harus dibacakan sebagai berikut:

Aturan awal ketiga

'Jika seorang bhikkhu makan sebelum makan yang lain, kecuali pada kesempatan yang diperbolehkan, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan. Ini adalah kesempatan yang diperbolehkan: ia sakit; saat itu adalah musim pemberian-jubah'"

Dengan cara inilah Sang Buddha menetapkan aturan latihan ini untuk para bhikkhu.

Sub-kisah keempat

Tidak lama kemudian orang-orang mengundang para bhikkhu yang membuat jubah untuk makan. Tetapi mengetahui bahwa Sang Buddha telah melarang makan sebelum makan yang lain dan karena takut melakukan kesalahan, mereka tidak menerima. Mereka memberitahu Sang Buddha. ...

"Para bhikkhu, Aku memperbolehkan kalian untuk makan sebelum makan yang lain ketika kalian sedang membuat jubah.

Dan, para bhikkhu, aturan latihan ini harus dibacakan sebagai berikut:

Aturan akhir

'Jika seorang bhikkhu makan sebelum makan yang lain, kecuali pada kesempatan yang diperbolehkan, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan. Ini adalah kesempatan yang diperbolehkan: ia sakit; saat itu adalah musim pemberian-jubah; saat itu adalah waktunya membuat jubah'"

Dengan cara inilah Sang Buddha menetapkan aturan latihan ini untuk para bhikkhu.

Sub-kisah kelima

Tidak lama kemudian, setelah mengenakan jubah di pagi hari, Sang Buddha membawa mangkuk dan jubah dan mendatangi sebuah keluarga kaya dengan Yang Mulia Ānanda sebagai pelayan Beliau. Beliau duduk di tempat yang telah dipersiapkan, dan orang-orang di sana memberikan makanan matang. Karena takut melakukan kesalahan, Ānanda tidak menerimanya. Sang Buddha berkata, "Terimalah, Ānanda."

"Aku tidak bisa menerimanya, Yang Mulia, aku menantikan makanan lain."

"Baiklah, Ānanda, alokasikanlah makanan itu untuk orang lain dan kemudian terimalah ini."

Segera setelah itu Sang Buddha membabarkan ajaran dan berkata kepada para bhikkhu:

"Para bhikkhu, Aku memperbolehkan kalian untuk makan sebelum makan yang lain jika kalian mengalokasikan makanan lain itu untuk orang lain.

Dan, para bhikkhu, beginilah makanan itu dilalokasikan: "Aku memberikan makanan yang sedang kunantikan itu kepada bhikkhu itu.'"

Definisi

Makan sebelum makan yang lain:

Jika ia telah diundang untuk memakan apa pun dari lima makanan matang, dan ia kemudian memakan apa pun dari lima makanan matang di tempat lain—ini disebut "makan sebelum makan yang lain".

Kecuali pada kesempatan yang diperbolehkan:

Jika itu adalah kesempatan yang diperbolehkan.

Ia sakit:

Jika ia tidak mampu makan sebanyak yang ia butuhkan dalam satu kali duduk, maka ia boleh makan sebelum makan yang lain.

Saat itu adalah musim pemberian-jubah:

Jika ia belum berpartisipasi dalam upacara membuat-jubah, maka ia boleh makan sebelum makan yang lain selama bulan terakhir musim hujan. Jika ia telah berpartisiapsi dalam upacara membuat-jubah, maka ia boleh makan sebelum makan yang lain selama periode lima bulan.

Saat itu adalah waktunya membuat jubah:

Ketika ia sedang membuat jubah, ia boleh makan sebelum makan yang lain.

Jika ia menerima makanan dengan niat untuk memakannya, kecuali pada kesempatan yang diperbolehkan, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Untuk setiap suapan, ia melakukan satu pelanggaran yang mengharuskan penebusan.

Permutasi

Jika ia makan sebelum makan yang lain, dan ia menyadarinya sebagai makan sebelum makan yang lain, kecuali dalam kesempatan yang diperbolehkan, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan. Jika ia makan sebelum makan yang lain, tetapi ia tidak dapat memastikannya, dan ia memakannya, kecuali dalam kesempatan yang diperbolehkan, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan. Jika ia makan sebelum makan yang lain, tetapi ia tidak menyadarinya sebagai makan sebelum makan yang lain, kecuali dalam kesempatan yang diperbolehkan, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.

Jika ia tidak makan sebelum makan yang lain, tetapi ia menyadarinya sebagai makan sebelum makan yang lain, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika ia tidak makan sebelum makan yang lain, tetapi ia tidak dapat memastikannya, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika ia tidak makan sebelum makan yang lain, dan ia tidak menyadarinya sebagai makan sebelum makan yang lain, maka tidak ada pelanggaran.

Tidak ada pelanggaran

Tidak ada pelanggaran: Jika itu adalah kesempatan yang diperbolehkan; jika  ia mengalokasikan makanan lainnya itu untuk orang lain dan kemudian makan; jika ia memakan makanan dari dua atau tiga makanan undangan sekaligus; jika ia diundang oleh seluruh desa dan ia makan di mana pun di dalam desa itu; jika ia diundang oleh seluruh perkumpulan dan ia makan di mana pun yang dimiliki oleh perkumpulan itu; jika, ketika diundang, ia berkata, "aku akan mengumpulkan dana makanan;" jika itu adalah undangan makan rutin; jika itu adalah makanan yang diperoleh dari menarik undian; jika itu adalah makanan setengah-bulanan; jika itu adalah hari uposatha; jika itu adalah sehari setelah uposatha; jika makanan itu adalah selain daripada kelima makanan matang; jika ia gila; jika ia adalah pelaku pertama.

Aturan latihan tentang makan sebelum makan yang lain, yang ketiga, selesai

Title: Pācittiya 34
Post by: Indra on 16 September 2022, 08:02:25 AM
Koleksi Theravāda tentang Hukum Monastik
Aturan Kebhikkhuan dan Analisisnya
Bab tentang Pelanggaran-Pelanggaran yang Mengharuskan Penebusan
Sub-bab tentang makan

Pācittiya 34. Aturan Latihan tentang Kāṇamātā

Kisah Asal-mula

Pada suatu ketika Sang Buddha sedang menetap di Sāvatthī di Hutan Jeta, Vihara Anāthapiṇḍika. Pada saat itu terdapat seorang umat awam perempuan bernama Kāṇamātā yang berkeyakinan. Ia mempunyai seorang putri, Kāṇā, yang telah dinikahkan dengan seorang laki-laki dari suatu desa tertentu.

Pada suatu hari Kāṇā mengunjungi rumah ibunya untuk suatu urusan. Suami Kāṇā mengirim pesan: "Pulanglah, Kāṇā, aku ingin engkau pulang." Kāṇamātā berpikir, "Sungguh memalukan jika pergi dengan tangan kosong," dan ia memanggang kue-kue. Persis ketika kue-kue itu selesai, seorang bhikkhu yang sedang mengumpulkan dana makanan memasuki rumah Kāṇamātā, dan ia memberinya kue-kue. Setelah pergi, bhikkhu itu memberitahu bhikkhu lain, dan ia juga diberi kue-kue. Dan hal serupa terjadi pada ketiga kalinya. Dan pada saat itu, semua kuenya sudah habis.

Untuk kedua kalinya suami Kāṇā mengirim pesan, dan semuanya terjadi seperti sebelumnya.

Untuk ketiga kalinya ia mengirim pesan yang sama, dengan menambahkan, "Jika Kāṇā tidak pulang, aku akan mencari istri lain." Tetapi sekali lagi semua kue-kuenya diberikan kepada para bhikkhu. Suami Kāṇā mendapatkan istri lain. Dan ketika Kāṇā mendengar apa yang terjadi, ia menangis.

Tidak lama kemudian, setelah mengenakan jubah di pagi hari, Sang Buddha membawa mangkuk dan jubahnya dan mendatangi rumah Kāṇamātā, di mana Beliau duduk di tempat yang telah dipersiapkan. Kāṇamātā mendatangi Sang Buddha, bersujud, dan duduk. Sang Buddha bertanya kepadanya mengapa Kāṇā menangis, dan ia memberitahu Beliau apa yang terjadi. Setelah memberikan instruksi, menginspirasi, dan menggembirakannya dengan suatu ajaran, Sang Buddha bangkit dari dudukNya dan pergi.

Segera setelah itu sebuah karavan tertentu telah siap untuk berangkat menuju selatan dari Rājagaha. Seorang bhikkhu yang sedang mengumpulkan dana makanan mendatangi karavan itu untuk menerima dana makanan, dan seorang umat awam memberinya produk tepung. Setelah pergi, bhikkhu itu memberitahu bhikkhu lainnya, dan ia juga diberikan produk tepung. Dan hal yang sama terjadi untuk ketiga kalinya. Pada saat itu, semua persediaannya sudah habis.

Umat awam itu berkata kepada orang lainnya dalam karavan itu, "Tuan-tuan, sudilah menunggu satu hari. Aku telah memberikan persediaanku kepada para bhikkhu. Aku harus mempersiapkan lebih."

"Kami tidak bisa menunggu. Karavan telah dalam perjalanan." Dan mereka pergi.

Setelah mempersiapkan perbekalan, umat awam itu mengikuti karavan itu, tetapi ia dirampok oleh para pencuri. Orang-orang mengeluhkan dan mengkritik mereka, "Bagaimana mungkin para monastik Sakya menerima tanpa mengenal cukup? Orang ini memberikan kepada mereka, dan kemudian karena ia mengikuti di belakang karavan maka ia dirampok oleh para pencuri."

Para bhikkhu mendengar keluhan orang-orang itu dan mereka memberitahu Sang Buddha. Segera setelah itu Sang Buddha membabarkan ajaran dan berkata kepada para bhikkhu: "Baiklah, para bhikkhu, Aku akan menetapkan aturan latihan untuk sepuluh alasan berikut ini: demi kesejahteraan Sangha, demi kenyamanan Sangha; demi mengekang orang-orang jahat, demi kemudahan para bhikkhu baik, demi pengekangan kerusakan sehubungan dengan kehidupan saat ini, untuk pengekangan kerusakan  sehubungan dengan kehidupan-kehidupan masa depan, untuk memunculkan keyakinan pada mereka yang tanpa keyakinan, untuk meningkatan keyakinan pada mereka yang telah memilikinya, demi panjangnya umur Ajaran sejati, dan demi menyokong Latihan. Dan, para bhikkhu, aturan Latihan ini harus dibacakan sebagai berikut:

Aturan akhir

'Jika seorang bhikkhu mendatangi sebuah keluarga dan diundang untuk mengambil kue-kue atau makanan panggangan, ia boleh menerima dua atau tiga mangkuk jika ia menginginkan. Jika ia menerima lebih dari itu, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan. Jika ia menerima dua atau tiga mangkuk, maka ia harus membawanya dan membaginya dengan para bhikkhu. Ini adalah prosedur yang benar.'"

Definisi

Seorang bhikkhu mendatangi sebuah keluarga:

Sebuah keluarga: ada empat jenis keluarga: keluarga bangsawan, keluarga brahmana, keluarga pedagang, keluarga pekerja.

Mendatangi:

Ia pergi ke sana.

Kue-kue:

Apa pun yang telah dipersiapkan untuk dibawa pergi.

Makanan panggangan:

Apa pun yang dipersiapkan sebagai perbekalan dalam perjalanan.

Diundang untuk mengmbil:

"Ambillah sebanyak yang engkau suka."

Jika ia menginginkan:

Jika ia suka.

Ia boleh menerima dua atau tiga mangkuk:

Dua atau tiga mangkuk boleh diterima.

Jika ia menerima lebih dari itu:

Jika ia menerima lebih dari itu, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.

Jika ia menerima dua atau tiga mangkuk:

Setelah meninggalkan tempat itu dan bertemu seorang bhikkhu, ia harus memberitahunya, "Aku telah menerima dua atau tiga mangkuk dari tempat itu; jangan menerima apa pun dari sana." Jika ia bertemu seorang bhikkhu, tetapi tidak memberitahunya, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika orang yang diberitahu menerima juga dari sana, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah.

Ia harus membawanya dan membaginya dengan para bhikkhu:

Ia harus membawanya ketika kembali dari perjalanan mengumpulkan dana makanan dan kemudian membaginya.

Ini adalah prosedur yang benar:

Ini adalah metode yang benar.

Permutasi

Jika lebih dari dua atau tiga mangkuk, dan ia menyadarinya sebagai lebih, dan ia menerimanya, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan. Jika lebih dari dua atau tiga mangkuk, tetapi ia tidak dapat memastikannya, dan ia menerimanya, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan. Jika lebih dari dua atau tiga mangkuk, tetapi ia menyadarinya sebagai kurang, dan ia menerimanya, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.

Jika kurang dari dua atau tiga mangkuk, tetapi ia menyadarinya sebagai lebih, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika kurang dari dua atau tiga mangkuk, tetapi ia tidak dapat memastikannya, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika kurang dari dua atau tiga mangkuk, dan ia menyadarinya sebagai kurang, maka tidak ada pelanggaran.

Tidak ada pelanggaran

Tidak ada pelanggaran: Jika ia menerima dua atau tiga mangkuk; jika  ia menerima kurang dari dua atau tiga mangkuk; jika mereka memberikan apa pun yang bukan dipersiapkan untuk dibawa atau sebagai perbekalan dalam suatu perjalanan; jika mereka memberikan sisa-sisa dari apa pun yang telah dipersiapkan untuk dibawa atau sebagai perbekalan dalam suatu perjalanan; jika mereka memberikan setelah membatalkan rencana perjalanan; jika itu dari kerabat; jika itu adalah dari mereka yang telah menyampaikan undangan; jika itu adalah demi manfaat bagi orang lain; jika itu diperoleh dari harta kekayaannya; jika ia gila; jika ia adalah pelaku pertama.

Aturan latihan tentang makan sebelum makan yang lain, yang keempat, selesai


Title: Pācittiya 35
Post by: Indra on 16 September 2022, 08:02:53 AM
Koleksi Theravāda tentang Hukum Monastik
Aturan Kebhikkhuan dan Analisisnya
Bab tentang Pelanggaran-Pelanggaran yang Mengharuskan Penebusan
Sub-bab tentang makan

Pācittiya 35. Aturan Latihan tentang Undangan

Kisah Asal-mula

Sub-kisah pertama

Pada suatu hari ketika Sang Buddha sedang menetap di Sāvatthī di Vihara Anāthapiṇḍika, seorang brahmana tertentu telah mengundang para bhikkhu untuk makan. Ketika para bhikkhu telah selesai dan menolak undangan untuk makan lebih banyak, mereka mendatangi keluarga mereka masing-masing, di mana beberapa makan dan beberapa lainnya membawa pulang dana makanan.

Segera setelah itu brahmana itu berkata kepada para tetangganya, "Para bhikkhu telah terpuaskan olehku. Marilah, dan aku akan memuaskan kalian juga." "Bagaimana mungkin engkau dapat memuaskan kami? Para bhikkhu yang engkau undang mendatangi rumah-rumah kami. beberapa makan di sana dan beberapa lainnya membawa pulang dana makanan.

Brahmana itu mengeluhkan dan mengkritik para bhikkhu itu, "Bagaimana mungkin para mulia itu makan di rumah kami dan setelah itu makan di tempat lain? Apakah aku tidak mampu memberi mereka sebanyak yang mereka butuhkan?"

Para bhikkhu mendengar keluhan brahmana itu, dan para bhikkhu yang memiliki sedikit keinginan mengeluhkan dan mengkritik para bhikkhu itu, "Bagaimana mungkin para bhikkhu itu menyelesaikan makan mereka dan menolak undangan untuk makan lebih banyak, dan kemudian makan di tempat lain?" ... "Benarkah, para bhikkhu, bahwa para bhikkhu melakukan hal ini?"

"Benar, Yang Mulia."

Sang Buddha menegur mereka ... "Bagaimana mungkin orang-orang dungu itu melakukan hal ini? Hal ini akan mempengaruhi keyakinan orang-orang ..." ... "Dan, para bhikkhu, aturan latihan ini harus dibacakan sebagai berikut:

Aturan awal

'Jika seorang bhikkhu telah selesai makan dan menolak undangan untuk makan lebih banyak, dan kemudian makan makanan segar atau matang, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.'"

Dengan cara inilah Sang Buddha menetapkan aturan latihan ini untuk para bhikkhu.

Sub-kisah kedua

Tidak lama kemudian para bhikkhu membawa pulang makanan-makanan baik untuk para bhikkhu yang sakit. Tetapi karena para bhikkhu yang sakit itu tidak mampu makan sebanyak yang mereka inginkan, para bhikkhu itu membuang sisanya. Ketika Sang Buddha mendengar suara keras kaokan burung-burung gagak, Beliau bertanya kepada Yang Mulia Ānanda, "Ānanda, mengapakah ada suara keras kaokan burung-burung gagak ini? Ānanda memberitahu Beliau apa yang terjadi, dan Sang Buddha berkata,

"Tetapi, Ānanda, tidakkah para bhikkhu memakan sisa-sisa dari para bhikkhu yang sakit itu?"

"Tidak, Yang Mulia."

Segera setelah itu Sang Buddha membabarkan ajaran dan berkata kepada para bhikkhu:

"Para bhikkhu, Aku memperbolehkan kalian untuk makan sisa-sisa dari mereka yang sakit maupun dari yang tidak sakit

Dan, para bhikkhu, beginilah kalian menjadikan makanan itu sebagai sisa: 'Aku tidak membutuhkan ini lagi.' Dan, para bhikkhu, aturan latihan ini harus dibacakan sebagai berikut:

Aturan akhir

'Jika seorang bhikkhu telah selesai makan dan menolak undangan untuk makan lebih banyak, dan kemudian makan makanan segar atau matang yang bukan sisa, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.'"

Definisi

Seorang:

Siapa pun

Bhikkhu:

... Seorang bhikkhu yang telah diberikan penahbisan penuh oleh Sangha yang sepakat melalui prosedur sah yang terdiri dari satu usul dan tiga pengumuman yang tidak dapat dibatalkan dan lengkap—bhikkhu jenis inilah yang dimaksudkan dalam kasus ini.

Telah selesai makan:

Telah memakan apa pun dari lima makanan matang, bahkan hanya sebanyak ujung helai rumput.

Menolak undangan untuk makan lebih banyak:

Ada memakan; ada makanan matang; makanan itu dipersembahkan oleh seseorang yang berdiri pada jarak sejauh serentangan lengan; ada penolakan.

Bukan sisa:

Menjadikan itu sebagai sisa dilakukan dengan makanan yang tidak diperbolehkan; itu dilakukan dengan makanan yang belum diterima; itu dilakukan dengan makanan yang tidak dipegang; itu dilakukan oleh seorang yang di luar jarak sejauh serentangan lengan; itu dilakukan oleh seorang yang belum selesai makan; itu dilakukan oleh seorang yang telah selesai makan, yang menolak undangan untuk makan lebih banyak, tetapi yang telah bangkit dari duduknya; "aku tidak membutuhkan ini," belum diucapkan; itu bukan sisa dari seorang yang sakit—ini disebut "bukan sisa".

Sisa:

Menjadikan itu sebagai sisa dilakukan dengan makanan yang diperbolehkan; itu dilakukan dengan makanan yang telah diterima; itu dilakukan dengan makanan yang dipegang; itu dilakukan oleh seorang yang dalam jarak sejauh serentangan lengan; itu dilakukan oleh seorang yang telah selesai makan; itu dilakukan oleh seorang yang telah selesai makan, yang menolak undangan untuk makan lebih banyak, tetapi yang belum bangkit dari duduknya; "aku tidak membutuhkan ini," telah diucapkan; itu adalah sisa dari seorang yang sakit—ini disebut "sisa".

Makanan segar:

Selain daripada lima makanan matang, tonikum lewat tengah-hari, tonikum tujuh-hari, dan tonikum seumur hidup—selain ini disebut "makanan segar".

Makanan matang:

Ada lima jenis makanan matang: gandum matang, bubur, produk tepung, ikan, dan daging.

Jika ia menerimanya dengan niat untuk memakannya, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Untuk setiap suapan, ia melakukan satu pelanggaran yang mengharuskan penebusan.

Permutasi

Jika itu bukan sisa, dan ia tidak menyadarinya sebagai sisa, dan ia memakan makanan segar atau matang, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan. Jika itu bukan sisa, tetapi ia tidak dapat memastikannya, dan ia memakan makanan segar atau matang, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan. Jika itu bukan sisa, tetapi ia menyadarinya sebagai sisa, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.

Jika ia menerima tonikum lewat tengah-hari, tonikum tujuh-hari, atau tonikum seumur hidup sebagai makanan, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Untuk setiap suapan, ia melakukan satu pelanggaran perbuatan salah.

Jika itu adalah sisa, tetapi ia tidak menyadarinya sebagai sisa, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika itu adalah sisa, tetapi ia tidak dapat memastikannya, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika itu adalah sisa, dan ia menyadarinya sebagai sisa, maka tidak ada pelanggaran.

Tidak ada pelanggaran

Tidak ada pelanggaran: Jika ia memakannya setelah menjadikannya sebagai sisa; jika ia menerimanya dengan niat untuk menjaadikannya sebagai sisa dan kemudian memakannya; jika ia mengambil makanan demi mafaat orang lain; jika ia memakan makanan sisa dari seorang yang sakit; jika, ketika ada alasan, ia menggunakan tonikum lewat tengah-hari, tonikum tujuh-hari, atau tonikum seumur hidup; jika ia gila; jika ia adalah pelaku pertama.

Aturan latihan tentang undangan, yang kelima, selesai
Title: Pācittiya 36
Post by: Indra on 16 September 2022, 08:03:17 AM
Koleksi Theravāda tentang Hukum Monastik
Aturan Kebhikkhuan dan Analisisnya
Bab tentang Pelanggaran-Pelanggaran yang Mengharuskan Penebusan
Sub-bab tentang makan

Pācittiya 36. Aturan Latihan Kedua tentang Undangan

Kisah Asal-mula

Sub-kisah pertama

Pada suatu ketika Sang Buddha sedang menetap di Sāvatthī di Hutan Jeta, Vihara Anāthapiṇḍika. Pada saat itu dua bhikkhu sedang melakukan perjalanan melewati negeri Kosala dalam perjalanan mereka menuju Sāvatthī. Satu bhikkhu berperilaku buruk dan yang lainnya berkata kepadanya, "Jangan lakukan itu! Itu tidak diperbolehkan." Karena hal itu bhikkhu pertama menjadi kesal. Kemudian mereka melanjutkan perjalanan menuju Sāvatthī.

Tidak lama kemudian suatu perkumpulan di Sāvatthī mempersembahkan makanan kepada Sangha. Ketika bhikkhu kedua telah selesai makan dan menolak undangan untuk makan lebih banyak, bhikkhu yang kesal itu membawa pulang dana makanan dari keluarganya. Kemudian ia berkata kepada yang lain, "Makanlah!"

"Tidak perlu. Aku sudah kenyang."

"Makanan ini lezat, makanlah."

Dan karena didesak, ia memakan dana makanan itu. Bhikkhu yang kesal kemudian berkata kepadanya, "Siapakah engkau yang mengoreksiku sedangkan engkau memakan makanan yang bukan sisa walaupun engkau telah selesai makan dan menolak undangan untuk makan lebih banyak?"

"Bukankah engkau telah menyuruhku?"

"Bukankah engkau seharusnya bertanya?"

Bhikkhu kedua memberitahu para bhikkhu apa yang terjadi, dan para bhikkhu yang memiliki sedikit keinginan mengeluhkan dan mengkritik bhikkhu lainnya itu, "Bagaimana mungkin seorang bhikkhu mengundang bhikkhu lain untuk memakan makanan yang bukan sisa, ketika bhikkhu lain itu telah selesai makan dan menolak undangan untuk makan lebih banyak?" ... "Benarkah, bhikkhu, bahwa engkau melakukan hal ini?"

"Benar, Yang Mulia."

Sang Buddha menegurnya ... "Orang dungu, bagaimana mungkin engkau melakukan hal ini? Hal ini akan mempengaruhi keyakinan orang-orang ..." ... "Dan, para bhikkhu, aturan latihan ini harus dibacakan sebagai berikut:

Aturan akhir

'Jika seorang bhikkhu mengundang seorang bhikkhu, yang ia ketahui telah selesai makan dan menolak undangan untuk makan lebih banyak, untuk memakan makanan segar atau matang yang bukan sisa, dengan mengatakan, "Ini, bhikkhu, makanlah," dengan tujuan untuk mengkritiknya, kemudian jika bhikkhu lain itu telah memakannya, ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.'"

Definisi

Seorang:

Siapa pun

Bhikkhu:

... Seorang bhikkhu yang telah diberikan penahbisan penuh oleh Sangha yang sepakat melalui prosedur sah yang terdiri dari satu usul dan tiga pengumuman yang tidak dapat dibatalkan dan lengkap—bhikkhu jenis inilah yang dimaksudkan dalam kasus ini.

Seorang bhikkhu:

Bhikkhu lainnya.

Yang telah selesai makan:

Yang telah memakan apa pun dari lima makanan matang, bahkan hanya sebanyak ujung helai rumput.

Menolak undangan untuk makan lebih banyak:

Ada memakan; ada makanan matang; makanan itu dipersembahkan oleh seseorang yang berdiri pada jarak sejauh serentangan lengan; ada penolakan.

Bukan sisa:

Menjadikan itu sebagai sisa dilakukan dengan makanan yang tidak diperbolehkan; itu dilakukan dengan makanan yang belum diterima; itu dilakukan dengan makanan yang tidak dipegang; itu dilakukan oleh seorang yang di luar jarak sejauh serentangan lengan; itu dilakukan oleh seorang yang belum selesai makan; itu dilakukan oleh seorang yang telah selesai makan, yang menolak undangan untuk makan lebih banyak, tetapi yang telah bangkit dari duduknya; "aku tidak membutuhkan ini," belum diucapkan; itu bukan sisa dari seorang yang sakit—ini disebut "bukan sisa".

Makanan segar:

Selain daripada lima makanan matang, tonikum lewat tengah-hari, tonikum tujuh-hari, dan tonikum seumur hidup—selain ini disebut "makanan segar".

Makanan matang:

Ada lima jenis makanan matang: gandum matang, bubur , produk tepung, ikan, dan daging.

Mengundang untuk makan:

Dengan mengatakan, "Ambillah sebanyak yang engkau inginkan."

Ia ketahui:

Ia mengetahui oleh dirinya sendiri atau orang lain memberitahunya atau bhikkhu itu memberitahunya.

Dengan tujuan untuk mengkritiknya:

Jika ia mempersembahkan kepadanya, dengan berpikir, "Dengan ini aku akan menuduhnya," "aku akan mengingatkannya," "aku akan balas menuduhnya," "aku akan balas mengingatkannya," "aku akan mempermalukannya," maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah.

Jika, karena apa yang ia katakan, bhikkhu lain itu menerima dengan niat untuk memakannya, maka si pemberi melakukan pelanggaran perbuatan salah. Untuk setiap suapan, si pemberi melakukan satu pelanggaran perbuatan salah. Ketika bhikkhu lain itu telah selesai makan, maka si pemberi melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.

Permutasi

Jika bhikkhu lain itu telah menolak undangan untuk makan lebih banyak, dan si pemberi menyadari bahwa ia menolak dan ia mengundangnya untuk memakan makanan segar atau matang yang bukan sisa, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan. Jika bhikkhu lain itu telah menolak undangan untuk makan lebih banyak, tetapi si pemberi tidak dapat memastikannya dan ia mengundangnya untuk memakan makanan segar atau matang yang bukan sisa, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika bhikkhu lain itu telah menolak undangan untuk makan lebih banyak, dan si pemberi tidak menyadari bahwa ia menolak dan ia mengundangnya untuk memakan makanan segar atau matang yang bukan sisa, maka tidak ada pelanggaran.

Jika ia mengundangnya untuk memakan tonikum lewat tengah-hari, tonikum tujuh-hari, atau tonikum seumur hidup sebagai makanan, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika, karena apa yang ia katakan, bhikkhu lain itu menerimanya dengan niat untuk memakannya, maka si pemberi melakukan pelanggaran perbuatan salah. Untuk setiap suapan, si pemberi melakukan satu pelanggaran perbuatan salah.

Jika bhikkhu lain itu tidak menolak undangan untuk makan lebih banyak, tetapi si pemberi menyadari bahwa ia menolak, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika bhikkhu lain itu tidak menolak undangan untuk makan lebih banyak, tetapi si pemberi tidak dapat memastikannya, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika bhikkhu lain itu tidak menolak undangan untuk makan lebih banyak, dan si pemberi tidak menyadari bahwa ia menolak, maka tidak ada pelanggaran.

Tidak ada pelanggaran

Tidak ada pelanggaran: Jika ia memberikannya setelah menjadikannya sebagai sisa; jika ia memberikannya, dengan mengatakan, "Jadikan sebagai sisa dan kemudian makanlah;" jika ia memberikannya, dengan mengatakan, "Ambillah makanan ini demi manfaat bagi orang lain;" jika ia memberikan sisa-sisa dari orang sakit; jika ia menberikan, dengan mengatakan, "Jika ada alasan, gunakanlah tonikum lewat tengah-hari ini," " ... gunakanlah tonikum tujuh-hari," "... gunakanlah tonikum seumur hidup; jika ia gila; jika ia adalah pelaku pertama.

Aturan latihan kedua tentang undangan, yang keenam, selesai
Title: Pācittiya 37
Post by: Indra on 16 September 2022, 08:03:39 AM
Koleksi Theravāda tentang Hukum Monastik
Aturan Kebhikkhuan dan Analisisnya
Bab tentang Pelanggaran-Pelanggaran yang Mengharuskan Penebusan
Sub-bab tentang makan

Pācittiya 37. Aturan Latihan tentang Makan pada Waktu yang Salah

Kisah Asal-mula

Pada suatu ketika Sang Buddha sedang menetap di Rājagaha di Hutan Bambu, taman suaka tupai. Pada saat itu di Rājagaha sedang berlangsung pekan raya puncak bukit, yang mana para bhikkhu dari kelompok tujuh belas ingin melihatnya. Ketika orang-orang melihat para bhikkhu itu, mereka memandikan para bhikkhu itu, meminyaki mereka, memberi mereka makan makanan-makanan matang, dan memberikan mereka makanan-makanan segar. Mereka membawa makanan segar itu ke vihara dan berkata kepada para bhikkhu dari kelompok enam, "kalian makanlah!"

"Tetapi dari manakah kalian mendapatkan makanan ini?" dan mereka memberitahukan apa yang terjadi.

"Jadi, apakah kalian makan pada waktu yang salah?"

"Benar."

Para bhikkhu dari kelompok enam mengeluhkan dan mengkritik mereka, "Bagaimana mungkin para bhikkhu dari kelompok tujuh belas ini makan pada waktu yang salah?"

Mereka memberitahu para bhikkhu, dan para bhikkhu yang memiliki sedikit keinginan mengeluhkan dan mengkritik bhikkhu lainnya, "Bagaimana mungkin para bhikkhu dari kelompok tujuh belas ini makan pada  waktu yang salah?" ... "Benarkah, bhikkhu, bahwa kalian melakukan hal ini?"

"Benar, Yang Mulia."

Sang Buddha menegur mereka ... "Orang-orang dungu, bagaimana mungkin kalian melakukan hal ini? Hal ini akan mempengaruhi keyakinan orang-orang ..." ... "Dan, para bhikkhu, aturan latihan ini harus dibacakan sebagai berikut:

Aturan akhir

'Jika seorang bhikkhu memakan makanan segar atau matang pada waktu yang salah, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.'"

Definisi

Seorang:

Siapa pun

Bhikkhu:

... Seorang bhikkhu yang telah diberikan penahbisan penuh oleh Sangha yang sepakat melalui prosedur sah yang terdiri dari satu usul dan tiga pengumuman yang tidak dapat dibatalkan dan lengkap—bhikkhu jenis inilah yang dimaksudkan dalam kasus ini.

Pada waktu yang salah:

Ketika tengah hari telah berlalu, hingga fajar.

Makanan segar:

Selain daripada lima makanan matang, tonikum lewat tengah-hari, tonikum tujuh-hari, dan tonikum seumur hidup—selain ini disebut "makanan segar".

Makanan matang:

Ada lima jenis makanan matang: gandum matang, bubur, produk tepung, ikan, dan daging.

Jika ia menerima makanan segar atau matang dengan niat untuk memakannya, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Untuk setiap suapannya, ia melakukan satu pelanggaran yang mengharuskan penebusan.

Permutasi

Jika itu adalah waktu yang salah, dan ia menyadarinya sebagai waktu yang salah, dan ia memakan makanan segar atau matang, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan. Jika itu adalah waktu yang salah, tetapi ia tidak dapat memastikannya dan ia memakan makanan segar atau matang, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan yang mengharuskan penebusan. Jika itu adalah waktu yang salah, dan ia menyadarinya sebagai waktu yang benar, dan ia memakan makanan segar atau matang, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.

Jika ia menerima tonikum lewat tengah-hari, tonikum tujuh-hari, atau tonikum seumur hidup sebagai makanan, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Untuk setiap suapan, ia melakukan satu pelanggaran perbuatan salah.

Jika itu adalah waktu yang benar, tetapi ia menyadarinya sebagai waktu yang salah, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika itu adalah waktu yang benar, tetapi ia tidak dapat memastikannya, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika itu adalah waktu yang benar, dan ia menyadarinya sebagai waktu yang benar, maka tidak ada pelanggaran.

Tidak ada pelanggaran

Tidak ada pelanggaran: Jika ada alasan, ia menggunakan tonikum lewat tengah-hari, ia menggunakan tonikum tujuh-hari, ia menggunakan tonikum seumur hidup; jika ia gila; jika ia adalah pelaku pertama.

Aturan latihan tentang makan pada waktu yang salah, yang ketujuh, selesai
Title: Pācittiya 38
Post by: Indra on 16 September 2022, 08:04:06 AM
Koleksi Theravāda tentang Hukum Monastik
Aturan Kebhikkhuan dan Analisisnya
Bab tentang Pelanggaran-Pelanggaran yang Mengharuskan Penebusan
Sub-bab tentang makan

Pācittiya 38. Aturan Latihan tentang Menyimpan

Kisah Asal-mula

Pada suatu ketika Sang Buddha sedang menetap di Sāvatthī di Hutan Jeta, Vihara Anāthapiṇḍika. Pada saat itu Yang Mulia Belaṭṭhasīsa, penahbis Yang Mulai Ānanda, sedang menetap di hutan belantara. Setelah berjalan mengumpulkan dana makanan, ia membawa nasi kembali ke vihara, di mana ia mengeringkannya dan menyimpannya. Kapan pun ia merasa lapar, ia akan melunakkan dan memakannya. Sebagai akibatnya, ia hanya pergi ke desa setelah sekian lama.

Para bhikkhu bertanya kepadanya, "Mengapakah engkau hanya pergi ke desa setelah sekian lama?" dan ia memberitahu mereka.

"Tetapi apakah engkau memakan makanan yang engkau simpan?"

"Ya."

Para bhikkhu yang memiliki sedikit keinginan mengeluhkan dan mengkritiknya, "Bagaimana mungkin Yang Mulia Belaṭṭhasīsa memakan makanan yang telah ia simpan?" ... "Benarkah, Belaṭṭhasīsa, bahwa engkau melakukan hal ini?"

"Benar, Yang Mulia."

Sang Buddha menegurnya ... "Belaṭṭhasīsa, bagaimana mungkin engkau melakukan hal ini. Hal ini akan mempengaruhi keyakinan orang-orang ..." ... "Dan, para bhikkhu, aturan latihan ini harus dibacakan sebagai berikut:

Aturan akhir

'Jika seorang bhikkhu memakan makanan segar atau matang yang telah ia simpan, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.'"

Definisi

Seorang:

Siapa pun

Bhikkhu:

... Seorang bhikkhu yang telah diberikan penahbisan penuh oleh Sangha yang sepakat melalui prosedur sah yang terdiri dari satu usul dan tiga pengumuman yang tidak dapat dibatalkan dan lengkap—bhikkhu jenis inilah yang dimaksudkan dalam kasus ini.

Yang telah ia simpan:

Diterima hari ini dan dimakan pada hari berikutnya.

Makanan segar:

Selain daripada lima makanan matang, tonikum lewat tengah-hari, tonikum tujuh-hari, dan tonikum seumur hidup—selain ini disebut "makanan segar".

Makanan matang:

Ada lima jenis makanan matang: gandum matang, bubur, produk tepung, ikan, dan daging.

Jika ia menerima makanan segar atau matang dengan niat untuk memakannya, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Untuk setiap suapan, ia melakukan satu pelanggaran yang mengharuskan penebusan.

Permutasi

Jika makanan itu telah disimpan, dan ia menyadarinya sebagai telah disimpan, dan ia memakan makanan segar atau matang itu, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan. Jika makanan itu telah disimpan tetapi ia tidak dapat memastikannya dan ia memakan makanan segar atau matang itu, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan Jika makanan itu telah disimpan, tetapi ia tidak menyadarinya sebagai telah disimpan, dan ia memakan makanan segar atau matang, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.

Jika ia menerima tonikum lewat tengah-hari, tonikum tujuh-hari, atau tonikum seumur hidup sebagai makanan, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Untuk setiap suapan, ia melakukan satu pelanggaran perbuatan salah.

Jika makanan itu tidak disimpan, tetapi ia menyadarinya sebagai telah disimpan, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika makanan itu tidak disimpan, tetapi ia tidak dapat memastikannya, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika makanan itu tidak disimpan, dan ia tidak menyadarinya sebagai disimpan, maka tidak ada pelanggaran.

Tidak ada pelanggaran

Tidak ada pelanggaran: Jika ia menyimpan dan memakannya dalam waktu yang sama; jika ia menyimpan dan memakan tonikum lewat tengah-hari selama sisa hari itu; jika ia menyimpan dan memakan tonikum lewat tengah-hari selama sisa hari itu; jika ia menyimpan dan memakan tonikum lewat tujuh hari dalam kurun waktu tujuh hari; jika ia menggunakan tonikum seumur hidup ketika ada alasan; jika ia gila; jika ia adalah pelaku pertama.

Aturan latihan tentang Menyimpan, yang kedelapan, selesai


Title: Pācittiya 39
Post by: Indra on 16 September 2022, 08:04:40 AM
Koleksi Theravāda tentang Hukum Monastik
Aturan Kebhikkhuan dan Analisisnya
Bab tentang Pelepasan
Sub-bab tentang makan

Pācittiya 39. Aturan Latihan tentang Makanan-Makanan Baik

Kisah Asal-mula
Sub-kisah pertama

Pada suatu hari ketika Sang Buddha sedang menetap di Sāvatthī di Vihara Anāthapiṇḍika. Para bhikkhu dari kelompok enam memakan makanan-makanan baik yang telah mereka minta untuk diri mereka sendiri. Orang-orang mengeluhkan dan mengkritik mereka, "Bagaimana mungkin para monastik Sakya memakan makanan-makanan baik yang telah mereka minta untuk diri mereka sendiri? Siapakah yang tidak menyukai makanan baik? Siapakah yang tidak menyukai makanan lezat?"

Para bhikkhu mendengar keluhan orang-orang itu, dan para bhikkhu yang memiliki sedikit keinginan mengeluhkan dan mengkritik para bhikkhu itu, "Bagaimana mungkin para bhikkhu dari kelompok enam memakan makanan-makanan baik yang telah mereka minta untuk diri mereka sendiri?" ... "Benarkah, para bhikkhu, bahwa kalian melakukan hal ini?"

"Benar, Yang Mulia."

Sang Buddha menegurnya ... "Orang-orang dungu, bagaimana mungkin kalian melakukan hal ini. Hal ini akan mempengaruhi keyakinan orang-orang ..." ... "Dan, para bhikkhu, aturan latihan ini harus dibacakan sebagai berikut:

Aturan awal

'Jika seorang bhikkhu meminta jenis-jenis makanan baik ini untuk dirinya sendiri—yaitu, minyak samin, mentega, minyak, madu, sirup, ikan, daging, dan dadih pekat—dan kemudian memakannya, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.'"

Dengan cara inilah Sang Buddha menetapkan aturan latihan untuk para bhikkhu.

Sub-kisah kedua

Pada suatu ketika sejumlah bhikkhu jatuh sakit. Para bhikkhu yang merawat mereka berkata, "aku harap kalian bertahan. Aku harap kalian bertambah baik."

"Sebelumnya kami memakan makanan-makanan baik yang telah kami minta untuk diri kami sendiri, dan kemudian kami merasa nyaman. Tetapi sekarang Sang Buddha telah melarang hal ini, kami tidak meminta karena takut melakukan kesalahan. Dan karena itu kami tidak merasa nyaman."

Mereka memberitahu Sang Buddha. Segera setelah itu Sang Buddha membabarkan ajaran dan berkata kepada para bhikkhu:

"Para bhikkhu, Aku memperbolehkan seorang bhikkhu yang sakit untuk memakan makanan-makanan baik yang telah ia minta untuk dirinya sendiri.

Dan, para bhikkhu, aturan latihan ini harus dibacakan sebagai berikut:

Aturan akhir

'Jika seorang bhikkhu yang tidak sakit meminta jenis-jenis makanan baik ini untuk dirinya sendiri—yaitu, minyak samin, mentega, minyak, madu, sirup, ikan, daging, dan dadih pekat—dan kemudian memakannya, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.'"

Definisi

Jenis-jenis makanan baik:

Minyak samin:

Minyak samin dari sapi, minyak samin dari kambing, minyak samin dari kerbau, atau minyak samin dari binatang apa pun yang dagingnya diperbolehkan.

Mentega:

Mentega dari binatang yang sama.

Minyak:

Minyak wijen, minyak biji-moster, minyak pohon-madu, minyak jarak, minyak dari lemak.

Madu:

Madu dari lebah.

Sirup:

Dari tebu.

Ikan:

Yang dimaksudkan adalah apa yang hidup di dalam air.

Daging:

Daging dari binatang-binatang yang dagingnya diperbolehkan.

Susu:

susu dari sapi, susu dari kambing, susu dari kerbau, atau susu dari binatang apa pun yang dagingnya diperbolehkan.

Dadih pekat:

Dadih pekat dari binatang yang sama.

Seorang:

Siapa pun

Bhikkhu:

... Seorang bhikkhu yang telah diberikan penahbisan penuh oleh Sangha yang sepakat melalui prosedur sah yang terdiri dari satu usul dan tiga pengumuman yang tidak dapat dibatalkan dan lengkap—bhikkhu jenis inilah yang dimaksudkan dalam kasus ini.

Jenis-jenis makanan baik ini:

Jenis-jenis makanan baik demikian.

Yang tidak sakit:

Yang merasa nyaman tanpa makanan-makanan baik.

Yang sakit:

Yang tidak merasa nyaman tanpa makanan-makanan baik.

Jika ia tidak sakit dan ia meminta untuk dirinya sendiri, maka atas usaha itu terjadi tindakan perbuatan salah. ketika ia menerimanya dengan niat untuk memakannya, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Untuk setiap suapannya, ia melakukan satu pelanggaran yang mengharuskan penebusan.

Permutasi

Jika ia tidak sakit, dan ia tidak menyadari dirinya sebagai sakit, dan ia memakan makanan-makanan baik yang telah ia minta untuk dirinya sendiri, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan. Jika ia tidak sakit tetapi ia tidak dapat memastikannya dan ia memakan makanan-makanan baik yang telah ia minta untuk dirinya sendiri, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan. Jika ia tidak sakit, tetapi ia menyadari dirinya sebagai sakit, dan ia memakan makanan-makanan baik yang telah ia minta untuk dirinya sendiri, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.

Jika ia sakit, tetapi ia tidak menyadari dirinya sebagai sakit, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika ia sakit, tetapi ia tidak dapat memastikannya, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika ia sakit, dan ia menyadari dirinya sebagai sakit, maka tidak ada pelanggaran.

Tidak ada pelanggaran

Tidak ada pelanggaran: Jika ia sakit; jika ia memintanya ketika ia sedang sakit, tetapi memakannya ketika ia tidak lagi sakit; jika ia memakan sisa-sisa dari seorang yang sakit; jika itu diperoleh dari kerabatnya; jika itu adalah dari mereka yang telah menyampaikan undangan; jika itu adalah demi manfaat orang lain; jika itu diperoleh dari harta kekayaannya sendiri; jika ia gila; jika ia adalah pelaku pertama.

Aturan latihan tentang Makanan-makanan baik, yang kesembilan, selesai

Title: Pācittiya 40
Post by: Indra on 16 September 2022, 08:05:05 AM
Koleksi Theravāda tentang Hukum Monastik
Aturan Kebhikkhuan dan Analisisnya
Bab tentang Pelanggaran-Pelanggaran yang Mengharuskan Penebusan
Sub-bab tentang makan

Pācittiya 40. Aturan Latihan tentang Pembersih gigi

Kisah Asal-mula

Sub-kisah pertama

Pada suatu ketika Sang Buddha sedang menetap di aula beratap lancip di Hutan Besar di dekat Vesālī. Pada saat itu seorang bhikkhu yang hanya menggunakan benda-benda yang dibuang sedang menetap di sebuah tanah pemakaman. Ia tidak suka menerima benda-benda dari orang-orang. Sebaliknya ia akan mengambil apa pun yang dipersembahkan kepada orang-orang mati di tanah pemakaman, di bawah pepohonan, atau di ambang pintu, dan ia akan menggunakannya. Orang-orang mengeluhkan dan mengkritiknya, "Bagaimana mungkin bhikkhu ini mengambil persembahan-persembahan kepada para leluhur kami dan menggunakannya? Bhikkhu ini besar dan kuat. Seseorang bahkan akan mencurigainya memakan daging manusia!"

Para bhikkhu mendengar keluhan orang-orang itu, dan para bhikkhu yang memiliki sedikit keinginan mengeluhkan dan mengkritiknya, "Bagaimana mungkin bhikkhu ini memakan makanan yang belum diberikan?" ... "Benarkah, bhikkhu, bahwa engkau melakukan hal ini?"

"Benar, Yang Mulia."

Sang Buddha menegurnya ... "Orang dungu, bagaimana mungkin engkau melakukan hal ini. Hal ini akan mempengaruhi keyakinan orang-orang ..." ... "Dan, para bhikkhu, aturan latihan ini harus dibacakan sebagai berikut:

Aturan awal

'Jika seorang bhikkhu memakan makanan yang belum diberikan, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.'"

Dengan cara inilah Sang Buddha menetapkan aturan latihan ini untuk para bhikkhu.

Sub-kisah kedua

Tidak lama kemudian para bhikkhu tidak menggunakan air atau pembersih gigi karena takut melakukan kesalahan. Mereka memberitahu Sang Buddha. Segera setelah itu Sang Buddha membabarkan ajaran dan berkata kepada para bhikkhu:

"Para bhikkhu, Aku memperbolehkan kalian memggunakan air dan pembersih gigi setelah mengambilnya sendiri.

Dan, para bhikkhu aturan latihan ini harus dibacakan sebagai berikut:

Aturan akhir

'Jika seorang bhikkhu memakan makanan yang belum diberikan, kecuali air dan pembersih gigi, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.'"

Definisi

Seorang:

Siapa pun

Bhikkhu:

... Seorang bhikkhu yang telah diberikan penahbisan penuh oleh Sangha yang sepakat melalui prosedur sah yang terdiri dari satu usul dan tiga pengumuman yang tidak dapat dibatalkan dan lengkap—bhikkhu jenis inilah yang dimaksudkan dalam kasus ini.

Yang belum diberikan:

Yang dimaksudkan adalah apa yang belum diterima -

Diberikan:

Sambil berdiri dalam jarak serentangan tangan seseorang memberikan melalui tubuh atau apa yang terhubung dengan tubuhnya atau dengan melepaskan, bhikkhu itu menerimanya melalui tubuh atau melalui apa yang terhubung dengan tubuhnya—ini disebut "diberikan".

Makanan:

Apa pun yang dapat dimakan, selain daripada air dan pebersih gigi—ini disebut "makanan".

Kecuali air dan pembersih gigi:

Selain daripada air dan pembersih gigi.

Jika ia mengambilnya dengan niat untuk memakannya, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Untuk setiap suapannya, ia melakukan satu pelanggaran yang mengharuskan penebusan.

Permutasi

Jika benda itu belum diterima, dan ia tidak menyadarinya sebagai sudah diterima, dan ia memakannya, kecuali air dan pembersih gigi, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan. Jika benda itu belum diterima, tetapi ia tidak dapat memastikannya, dan ia memakannya, kecuali air dan pembersih gigi, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan. Jika benda itu belum diterima, tetapi ia menyadari dirinya sebagai sudah diterima, dan ia memakannya, kecuali air dan pembersih gigi, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.

Jika benda itu sudah diterima, tetapi ia tidak menyadarinya sebagai sudah diterima, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika benda itu sudah diterima, tetapi ia tidak dapat memastikannya, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika benda itu sudah diterima, dan ia menyadarinyasebagai sudah diterima, maka tidak ada pelanggaran.

Tidak ada pelanggaran

Tidak ada pelanggaran: Jika benda itu adalah air atau pembersih gigi; jika, ketika ada alasan, tetapi tidak ada pelayan, maka ia sendiri mengambil empat makanan kotor dan memakannya; jika ia gila; jika ia adalah pelaku pertama.

Aturan latihan tentang pembersih gigi, yang kesepuluh, selesai

SUB-BAB KEEMPAT TENTANG MAKANAN SELESAI
Berikut ini adalah rangkumannya:
'Dana makanan, kelompok, yang lain, kue-kue,
Dan dua disampaikan tentang undangan;
Pada waktu yang salah, menyimpan, susu,
Dan dengan pembersih gigi—semua ini adalah sepuluh."
Title: Pācittiya 41
Post by: Indra on 16 September 2022, 08:05:42 AM
Koleksi Theravāda tentang Hukum Monastik
Aturan Kebhikkhuan dan Analisisnya
Bab tentang Pelanggaran-Pelanggaran yang Mengharuskan Penebusan
Sub-bab tentang Petapa Telanjang

Pācittiya 41. Aturan Latihan tentang Petapa Telanjang

Kisah Asal-mula

Pada suatu ketika Sang Buddha sedang menetap di aula beratap lancip di Hutan Besar di dekat Vesālī, Sangha memiliki makanan segar berlimpah. Yang Mulia Ānanda memberitahu Sang Buddha, yang berkata, "Baiklah, Ānanda, berikanlah kue-kue itu kepada mereka yang mengambil sisa-sisa."

"Baik, Yang Mulia." Ānanda mengatur mereka duduk berbaris dan memberikan mereka masing-masing satu kue, hingga ia secara tidak sengaja memberikan dua kue kepada seorang pengembara perempuan. Para pengembara perempuan yang duduk di sebelahnya berkata kepadanya, "Monastik ini adalah kekasihmu."

"Bukan, ia memberiku dua, karena berpikir itu adalah satu."

Dan untuk kedua kalinya ... Dan untuk ketiga kalinya Ānanda memberikan mereka masing-masing satu kue, hingga ia secara tidak sengaja memberikan dua kue kepada pengembara perempuan yang sama. Sekali lagi pengembara perempuan yang duduk di sebelahnya berkata kepadanya, "Monastik ini adalah kekasihmu."

"Bukan, ia memberiku dua, karena berpikir itu adalah satu."

Dan mereka mulai berdebat tentang apakah mereka adalah kekasih atau bukan.

Seorang Ājīvaka tertentu juga mendatangi pembagian makanan itu. Seorang bhikkhu mencampur nasi dengan sejumlah besar minyak samin dan memberikan sebongkah besar kepadanya. Ia mengambilnya dan pergi. Seorang Ājivaka lainnya bertanya kepadanya, "Dari manakah engkau mendapatkan bongkahan itu?"

"Dari pembagian makanan petapa Gotama, perumah tangga berkepala-gundul itu."

Beberapa umat awam mendengarkan percakapan antara para petapa Ājīvaka itu. Kemudian mereka menghadap Sang Buddha, bersujud, duduk, dan berkata, "Yang Mulia, para monastik agama lain itu ingin merendahkan Sang Buddha, Ajaran, dan Sangha. Baik sekali jika para bhikkhu tidak memberikan apa pun kepada para monastik agama lain dengan tangan mereka sendiri."

Setelah Sang Budha memberikan instruksi, menginspirasi, menggembirakan umat-umat awam itu dengan suatu ajaran, mereka bangkit dari duduk, bersujud, mengelilingi Sang Buddha dengan sisi kanan mereka menghadap Beliau, dan pergi. Segera setelah itu Sang Buddha membabarkan ajaran dan berkata kepada para bhikkhu: "Baiklah, para bhikkhu, Aku akan menetapkan aturan latihan untuk sepuluh alasan berikut ini: demi kesejahteraan Sangha, demi kenyamanan Sangha, demi pengekangan orang-orang jahat, demi kemudahan para bhikkhu berperilaku baik, untuk mengekang kekotoran sehubungan dengan kehidupan saat ini, untuk mengekang kekotoran sehubungan dengan kehidupan mendatang, untuk memunculkan keyakinan pada mereka yang tidak berkeyakinan, untuk meningkatkan keyakinan pada mereka yang telah berkeyakinan, demi panjangnya umur Ajaran sejati, dan demi mendukung latihan. Dan, para bhikkhu, aturan latihan ini harus dibacakan seperti berikut:

Aturan akhir

'Jika seorang bhikkhu memberikan makanan segar atau matang kepada seorang petapa telanjang, kepada seorang pengembara laki-laki, atau kepada seorang pengembara perempuan dengan tangannya sendiri, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.'"

Definisi

Seorang:

Siapa pun

Bhikkhu:

... Seorang bhikkhu yang telah diberikan penahbisan penuh oleh Sangha yang sepakat melalui prosedur sah yang terdiri dari satu usul dan tiga pengumuman yang tidak dapat dibatalkan dan lengkap—bhikkhu jenis inilah yang dimaksudkan dalam kasus ini.

Petapa telanjang:

Pengembara mana pun yang telanjang.

Pengembara laki-laki:

Pengembara laki-laki mana pun selain daripada para bhikkhu Buddhis, dan sāmaṇera.

Pengembara perempuan:

Pengembara perempuan mana pun selain dari para bhikkhunī Buddhis, para bhikkhunī percobaan, dan para sāmaṇerī.

Makanan segar:

Selain daripada lima makanan matang, air dan pembersih gigi, yang lainnya disebut "makanan segar".

Makanan matang:

Ada lima jenis makanan matang: gandum matang, bubur , produk tepung, ikan, dan daging.

Memberikan:

Jika ia memberikan dengan tubuhnya atau dengan apa yang terhubung dengan tubuhnya atau dengan melepaskan, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.

Permutasi

Jika itu adalah monastik agama lain, dan ia menyadarinya sebagai monastik agama lain, dan ia memberikan mereka makanan segar atau matang dengan tangannya sendiri, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan. Jika itu adalah monastik agama lain, tetapi ia tidak dapat memastikannya, dan ia memberikan mereka makanan segar atau matang dengan tangannya sendiri, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan. Jika itu adalah monastik agama lain, tetapi ia tidak menyadarinya sebagai monastik agama lain, dan ia memberikan mereka makanan segar atau matang dengan tangannya sendiri, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.

Jika ia memberikan air atau pembersih gigi, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika itu bukan monastik agama lain, tetapi ia menyadarinya sebagai monastik agama lain, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika itu bukan monastik agama lain, tetapi ia tidak dapat memastikannya, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika itu bukan monastik agama lain, dan ia tidak menyadarinya sebagai monastik agama lain, maka tidak ada pelanggaran.

Tidak ada pelanggaran

Tidak ada pelanggaran: Jika ia tidak memberikan, tetapi menyuruh orang lain memberikan; jika ia memberikan dengan meletakkannya di dekat orang itu; jika ia memberikan salep untuk kegunaan luar; jika ia gila; jika ia adalah pelaku pertama.

Aturan latihan tentang petapa telanjang, yang pertama, selesai
Title: Pācittiya 42
Post by: Indra on 16 September 2022, 08:06:06 AM
Koleksi Theravāda tentang Hukum Monastik
Aturan Kebhikkhuan dan Analisisnya
Bab tentang Pelanggaran-Pelanggaran yang Mengharuskan Penebusan
Sub-bab tentang Petapa Telanjang

Pācittiya 42. Aturan Latihan tentang Mengusir

Kisah Asal-mula

Pada suatu hari ketika Sang Buddha sedang menetap di Sāvatthī di Vihara Anāthapiṇḍika, Yang Mulia Upananda orang Sakya berkata kepada murid adiknya, "Ayo, mari kita pergi ke desa untuk mengumpulkan dana makanan." Kemudian, tanpa memberinya makanan, ia mengusirnya, dengan mengatakan, "Pergilah! Aku tidak nyaman berbicara atau duduk bersama denganmu, melainkan hanya jika aku berbicara dan duduk sendirian." Tetapi karena waktu yang diperbolehkan untuk makan hampir berakhir, ia tidak lagi dapat berjalan untuk mengumpulkan dana makanan. Dan ketika ia kembali ke vihara, tidak ada seorang pun yang menawarkan makanan, dan karena itu ia melewatkan waktu makannya.

Kemudian ia pergi ke vihara dan memberitahu para bhikkhu apa yang terjadi. Para bhikkhu yang memiliki sedikit keinginan mengeluhkan dan mengkritik Upananda, "Bagaimana mungkin Yang Mulia Upananda berkata kepada seorang bhikkhu, 'Ayo, mari kita pergi ke desa untuk mengumpulkan dana makanan,' dan kemudian mengusirnya tanpa memberinya makanan?" ... "Benarkah, Upananda, bahwa engkau melakukan hal ini?"

"Benar, Yang Mulia."

Sang Buddha menegurnya ... "Orang dungu, bagaimana mungkin engkau melakukan hal ini? Hal ini akan mempengaruhi keyakinan orang-orang ..." ... "Dan, para bhikkhu, aturan latihan ini harus dibacakan sebagai berikut:

Aturan akhir

'Jika seorang bhikkhu berkata kepada seorang bhikkhu lain, "Ayo, mari kita pergi ke desa atau pemukiman untuk mengumpulkan dana makanan," dan kemudian, apakah ia memberikan makanan kepadanya atau tidak, mengusirnya, dengan mengatakan, "Pergilah! Aku tidak nyaman berbicara atau duduk bersama denganmu, melainkan hanya jika aku berbicara dan duduk sendirian," dan ia melakukan itu hanya karena alasan ini dan bukan karena alasan lainnya, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.'"

Definisi

Seorang:

Siapa pun

Bhikkhu:

... Seorang bhikkhu yang telah diberikan penahbisan penuh oleh Sangha yang sepakat melalui prosedur sah yang terdiri dari satu usul dan tiga pengumuman yang tidak dapat dibatalkan dan lengkap—bhikkhu jenis inilah yang dimaksudkan dalam kasus ini.

Kepada seorang bhikkhu lainnya:

Kepada bhikkhu yang lain.

Ayo ... ke desa atau pemikiman:

Suatu desa, juga pemukiman, juga kota; desa dan pemukiman.

Ia memberikan makanan kepadanya:

Ia memberikan bubur, makanan, makanan segar, atau makanan matang kepadanya.

Tidak:

Ia tidak memberikan apa pun kepadanya.

Mengusir:

Jika, ingin tertawa bersama dengan seorang perempuan, ingin bersenang-senang dengannya; ingin duduk di tempat tertutup bersamanya, ingin melakukan perbuatan buruk dengannya, ia berkata, "Pergilah! Aku tidak nyaman berbicara atau duduk bersama denganmu, melainkan hanya jika aku berbicara dan duduk sendirian," dan ia mengusirnya, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika bhikkhu kedua sedang dalam proses lenyap dari pandangan atau di luar jangkauan pendengaran, maka bhikkhu pertama melakukan pelanggaran perbuatan salah. Ketika bhikkhu ke dua telah berada di luar jangkauan, maka bhikkhu pertama melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.

Ia melakukan itu hanya karena alasan ini dan bukan karena alasan lainnya:

Tidak ada alasan lain untuk mengusirnya.

Permutasi

Jika bhikkhu kedua sepenuhnya ditahbiskan, dan bhikkhu pertama menyadarinya sebagai sepenuhnya ditahbiskan, dan ia mengusirnya, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan. Jika bhikkhu kedua sepenuhnya ditahbiskan, tetapi ia tidak dapat memastikannya, dan ia mengusirnya, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan. Jika bhikkhu kedua sepenuhnya ditahbiskan, tetapi ia tidak menyadarinya sebagai sepenuhnya ditahbiskan, dan ia mengusirnya, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.

Jika ia menjatuhkannya, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika ia mengusir seorang yang tidak sepenuhnya ditahbiskan, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika ia menjatuhkannya, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah.

Jika yang lainnya tidak sepenuhnya ditahbiskan, tetapi ia menyadarinya sebagai sepenuhnya ditahbiskan, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika yang lainnya tidak sepenuhnya ditahbiskan, tetapi ia tidak dapat memastikannya, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika yang lainnya tidak sepenuhnya ditahbiskan, dan ia tidak menyadarinya sebagai sepenuhnya ditahbiskan, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah.

Tidak ada pelanggaran

Tidak ada pelanggaran: Jika ia mengusirnya, dengan berpikir, "Dengan bersama-sama kami tidak akan mendapatkan cukup;" jika ia mengusirnya, dengan berpikir, "Jika ia melihat benda-benda berharga, ia akan menjadi serakah;" jika ia mengusirnya, dengan berpikir, "Jika ia melihat seorang perempuan, ia akan menjadi bernapsu;" jika ia mengusirnya, dengan berpikir, "Bawalah bubur atau makanan atau makanan segar atau makanan matang ini kepada orang yang sakit seorang yang sedang sakit atau kepada orang yang ditinggalkan atau kepada seseorang yang menjaga tempat kediaman;" jika ia tidak ingin berbuat kesalahan; jika ia mengusirnya ketika ada yang harus dilakukan; jika ia gila; jika ia adalah pelaku pertama.

Aturan latihan tentang mengusir, yang kedua, selesai
Title: Pācittiya 43
Post by: Indra on 16 September 2022, 08:06:29 AM
b]Koleksi Theravāda tentang Hukum Monastik[/b]
Aturan Kebhikkhuan dan Analisisnya
Bab tentang Pelanggaran-Pelanggaran yang Mengharuskan Penebusan
Sub-bab tentang Petapa Telanjang

Pācittiya 43. Aturan Latihan tentang Bernafsu

Kisah Asal-mula

Pada suatu hari ketika Sang Buddha sedang menetap di Sāvatthī di Vihara Anāthapiṇḍika, Yang Mulia Upananda orang Sakya datang ke rumah seorang teman dan duduk bersama dengan si istri di kamar tidur mereka. Sang suami mendatangi Upananda, bersujud, dan duduk. Kemudian ia berkata kepada istrinya, "Berikanlah dananya." Dan si istri melakukannya.

Setelah itu sang suami berkata, "Pergilah Yang Mulia, dana telah diberikan."

Tetapi si perempuan, mengetahui bahwa suaminya sedang bernafsu, berkata, "Duduklah, Yang Mulia, jangan pergi."

Untuk kedua dan ketiga kalinya ia mengulangi permintaannya, dan untuk kedua dan ketiga kalinya si istri mengulangi permintaannya.

Kemudian sang suami pergi dari rumah dan mengeluh kepada para bhikkhu, "Para Mulia, Yang Mulia Upananda duduk bersama dengan istriku di dalam kamar tidur kami. Ketika aku memintanya untuk pergi karena kami sibuk, ia tidak mau pergi."

Para bhikkhu yang memiliki sedikit keinginan mengeluhkan dan mengkritik Upananda, "Bagaimana mungkin Yang Mulia Upananda duduk menggangu pasangan yang bernafsu?" ... "Benarkah, Upananda, bahwa engkau melakukan hal ini?"

"Benar, Yang Mulia."

Sang Buddha menegurnya ... "Orang dungu, bagaimana mungkin engkau melakukan hal ini? Hal ini akan mempengaruhi keyakinan orang-orang ..." ... "Dan, para bhikkhu, aturan latihan ini harus dibacakan sebagai berikut:

Aturan akhir

'Jika seorang bhikkhu duduk mengganggu pasangan yang bernafsu, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.'"

Definisi

Seorang:

Siapa pun

Bhikkhu:

... Seorang bhikkhu yang telah diberikan penahbisan penuh oleh Sangha yang sepakat melalui prosedur sah yang terdiri dari satu usul dan tiga pengumuman yang tidak dapat dibatalkan dan lengkap—bhikkhu jenis inilah yang dimaksudkan dalam kasus ini.

Pasangan bernafsu:

Kedua pasangan perempuan dan laki-laki ada di sana. Perempuan dan laki-laki itu keduanya tidak pergi, dan keduanya bukan tanpa nafsu.

Mengganggu:

Masuk setelah.

Duduk:

di sebuah rumah besar, jika ia duduk lebih dari serentangan tangan di dalam kusen pintu, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan. Di rumah yang kecil, jika ia duduk melewati balok kusen, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.

Permutasi

Jika itu adalah kamar tidur, dan ia menyadarinya sebagai kamar tidur, dan ia duduk menganggu pasangan yang bernafsu, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan. Jika itu adalah kamar tidur, tetapi ia tidak dapat memastikannya, dan ia duduk menganggu pasangan yang bernafsu, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan. Jika itu adalah kamar tidur, tetapi ia tidak menyadarinya sebagai kamar tidur, dan ia duduk menganggu pasangan yang bernafsu, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.

Jika itu bukan kamar tidur, tetapi ia menyadarinya sebagai kamar tidur, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika itu bukan kamar tidur, tetapi ia tidak dapat memastikannya, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika itu bukan kamar tidur, dan ia tidak menyadarinya sebagai kamar tidur, maka tidak ada pelanggaran.

Tidak ada pelanggaran

Tidak ada pelanggaran: Jika, di dalam sebuah rumah besar, ia duduk, tetapi tidak lebih jauh dari serentangan tangan di dalam kusen pintu; jika, di sebuah rumah kecil, ia duduk, tetapi tidak melewati balok kusen pintu; jika ia disertai seorang bhikkhu; jika pasangan itu telah pergi; jika pasangan itu adalah tanpa napsu; jika itu bukan kamar tidur; jika ia gila; jika ia adalah pelaku pertama.

Aturan latihan tentang bernafsu, yang ketiga, selesai
Title: Pācittiya 44
Post by: Indra on 16 September 2022, 08:06:56 AM
Koleksi Theravāda tentang Hukum Monastik
Aturan Kebhikkhuan dan Analisisnya
Bab tentang Pelanggaran-Pelanggaran yang Mengharuskan Penebusan
Sub-bab tentang Petapa Telanjang

Pācittiya 44. Aturan Latihan tentang Tersembunyi dan Tertutup

Kisah Asal-mula

Pada suatu hari ketika Sang Buddha sedang menetap di Sāvatthī di Vihara Anāthapiṇḍika, Yang Mulia Upananda orang Sakya datang ke rumah seorang teman dan duduk bersama dengan si istri di tempat yang tersembunyi di tempat duduk tertutup. Sang suami mengeluhkan dan mengkritiknya, "Bagaimana mungkin Yang Mulia Upananda duduk bersama dengan istriku sendirian di tempat yang tersembunyi dan tertutup?"

Para bhikkhu mendengar keluhan orang itu, dan para bhikkhu yang memiliki sedikit keinginan mengeluhkan dan mengkritik Upananda, "Bagaimana mungkin Yang Mulia Upananda duduk di tempat tersembunyi sendirian di tempat duduk tertutup bersama dengan seorang perempuan?" ... "Benarkah, Upananda, bahwa engkau melakukan hal ini?"

"Benar, Yang Mulia."

Sang Buddha menegurnya ... "Orang dungu, bagaimana mungkin engkau melakukan hal ini? Hal ini akan mempengaruhi keyakinan orang-orang ..." ... "Dan, para bhikkhu, aturan latihan ini harus dibacakan sebagai berikut:

Aturan akhir

'Jika seorang bhikkhu duduk di tempat tersembunyi sendirian di tempat duduk tertutup bersama dengan seorang perempuan, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.'"

Definisi

Seorang:

Siapa pun

Bhikkhu:

... Seorang bhikkhu yang telah diberikan penahbisan penuh oleh Sangha yang sepakat melalui prosedur sah yang terdiri dari satu usul dan tiga pengumuman yang tidak dapat dibatalkan dan lengkap—bhikkhu jenis inilah yang dimaksudkan dalam kasus ini.

Seorang perempuan:

Perempuan manusia, bukan makhluk halus perempuan, bukan hantu perempuan, bukan binatang betina; bahkan seorang gadis cilik yang baru lahir pada hari itu, apalagi yang lebih tua.

Dengan:

Bersama dengan.

Tersembunyi:

Tersembunyi bagi mata dan tersembunyi bagi telinga.

Tersembunyi bagi mata:

Seseorang tidak dapat melihat mereka berkedip, mengangkat alis, atau mengangguk.

Tersembunyi bagi telinga:

Seseorang tidak dapat mendengar suara percakapan biasa.

Tempat duduk tertutup:

Tertutup dinding, tirai, pintu, tirai kain, pohon, tiang, wadah gandum, atau benda lainnya.

Duduk:

Jika si bhikkhu duduk atau berbaring di sebelah perempuan yang duduk, maka bhikkhu itu melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan. Jika si perempuan duduk atau berbaring di sebelah bhikkhu yang duduk, maka bhikkhu itu melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan. Jika keduanya duduk atau keduanya berbaring, maka bhikkhu itu melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.

Permutasi

Jika itu adalah perempuan, dan ia menyadarinya sebagai perempuan, dan ia duduk di tempat yang tersembunyi di tempat duduk tertutup bersama dengan perempuan itu, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan. Jika itu adalah perempuan, tetapi ia tidak dapat memastikannya, dan ia duduk di tempat yang tersembunyi di tempat duduk tertutup bersama dengan perempuan itu, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan. Jika itu adalah perempuan, tetapi ia tidak menyadarinya sebagai perempuan, dan ia duduk di tempat yang tersembunyi di tempat duduk tertutup bersama dengan perempuan itu, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.

Jika ia duduk di tempat yang tersembunyi di tempat duduk tertutup bersama dengan makhluk halus perempuan, hantu perempuan, paṇḍaka, atau binatang betina dalam wujud seorang perempuan, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika itu bukan perempuan, tetapi ia menyadarinya sebagai perempuan, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika itu bukan perempuan, tetapi ia tidak dapat memastikannya, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika itu bukan perempuan, dan ia tidak menyadarinya sebagai perempuan, maka tidak ada pelanggaran.

Tidak ada pelanggaran

Tidak ada pelanggaran: Jika seorang laki-laki yang mengerti mendampinginya; jika ia berdiri dan tidak duduk; jika ia tidak mencari tempat tersembunyi; jika ia duduk memikirkan hal lain; jika ia gila; jika ia adalah pelaku pertama.

Aturan latihan tentang tersembunyi dan tertutup, yang keempat, selesai

Title: Pācittiya 45
Post by: Indra on 16 September 2022, 08:07:33 AM
Koleksi Theravāda tentang Hukum Monastik
Aturan Kebhikkhuan dan Analisisnya
Bab tentang Pelanggaran-Pelanggaran yang Mengharuskan Penebusan
Sub-bab tentang Petapa Telanjang

Pācittiya 45. Aturan Latihan tentang Duduk di Tempat Tersembunyi


Kisah Asal-mula

Pada suatu hari ketika Sang Buddha sedang menetap di Sāvatthī di Vihara Anāthapiṇḍika, Yang Mulia Upananda orang Sakya datang ke rumah seorang teman dan duduk bersama dengan si istri di tempat yang tersembunyi. Sang suami mengeluhkan dan mengkritiknya, "Bagaimana mungkin Yang Mulia Upananda duduk bersama dengan istriku sendirian di tempat yang tersembunyi?"

Para bhikkhu mendengar keluhan orang itu, dan para bhikkhu yang memiliki sedikit keinginan mengeluhkan dan mengkritik Upananda, "Bagaimana mungkin Yang Mulia Upananda duduk di tempat tersembunyi sendirian bersama dengan seorang perempuan?" ... "Benarkah, Upananda, bahwa engkau melakukan hal ini?"

"Benar, Yang Mulia."

Sang Buddha menegurnya ... "Orang dungu, bagaimana mungkin engkau melakukan hal ini? Hal ini akan mempengaruhi keyakinan orang-orang ..." ... "Dan, para bhikkhu, aturan latihan ini harus dibacakan sebagai berikut:

Aturan akhir

'Jika seorang bhikkhu duduk di tempat tersembunyi sendirian bersama dengan seorang perempuan, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.'"

Definisi

Seorang:

Siapa pun

Bhikkhu:

... Seorang bhikkhu yang telah diberikan penahbisan penuh oleh Sangha yang sepakat melalui prosedur sah yang terdiri dari satu usul dan tiga pengumuman yang tidak dapat dibatalkan dan lengkap—bhikkhu jenis inilah yang dimaksudkan dalam kasus ini.

Seorang perempuan:

Seorang perempuan manusia, bukan makhluk halus perempuan, bukan hantu perempuan, bukan binatang betina. Ia memahami dan mampu membedakan ucapan buruk dan ucapan baik, apa yang senonoh dan apa yang tidak senonoh.

Dengan:

Bersama dengan.

Sendirian:

Hanya bhikkhu itu dan si perempuan.

Tersembunyi:

Tersembunyi bagi mata dan tersembunyi bagi telinga.

Tersembunyi bagi mata:

Seseorang tidak dapat melihat mereka berkedip, mengangkat alis, atau mengangguk.

Tersembunyi bagi telinga:

Seseorang tidak dapat mendengar suara percakapan biasa.

Duduk:

Jika si bhikkhu duduk atau berbaring di sebelah perempuan yang duduk, maka bhikkhu itu melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan. Jika si perempuan duduk atau berbaring di sebelah bhikkhu yang duduk, maka bhikkhu itu melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan. Jika keduanya duduk atau keduanya berbaring, maka bhikkhu itu melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.

Permutasi

Jika itu adalah perempuan, dan ia menyadarinya sebagai perempuan, dan ia duduk di tempat yang tersembunyi sendirian bersama dengan perempuan itu, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan. Jika itu adalah adalah perempuan, tetapi ia tidak dapat memastikannya, dan ia duduk di tempat yang tersembunyi sendirian bersama dengan perempuan itu, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan. Jika itu adalah perempuan, tetapi ia tidak menyadarinya sebagai perempuan, dan ia duduk di tempat yang tersembunyi sendirian bersama dengan perempuan itu, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.

Jika ia duduk di tempat yang tersembunyi dan tertutup bersama dengan makhluk halus perempuan, hantu perempuan, paṇḍaka, atau binatang betina dalam wujud seorang perempuan, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah.

Jika itu bukan perempuan, tetapi ia menyadarinya sebagai perempuan, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika itu bukan perempuan, tetapi ia tidak dapat memastikannya, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika itu bukan perempuan, dan ia tidak menyadarinya sebagai perempuan, maka tidak ada pelanggaran.

Tidak ada pelanggaran

Tidak ada pelanggaran: Jika seorang laki-laki yang mengerti mendampinginya; jika ia berdiri dan tidak duduk; jika ia tidak mencari tempat tersembunyi; jika ia duduk memikirkan hal lain; jika ia gila; jika ia adalah pelaku pertama.

Aturan latihan tentang duduk di tempat tersembunyi, yang kelima, selesai

Title: Pācittiya 46
Post by: Indra on 16 September 2022, 08:08:33 AM
Koleksi Theravāda tentang Hukum Monastik
Aturan Kebhikkhuan dan Analisisnya
Bab tentang Pelanggaran-Pelanggaran Yang Mengharuskan Penebusan
Sub-bab tentang Petapa Telanjang

Pācittiya 46. Aturan Latihan tentang Mengunjungi

Kisah Asal-mula

Sub-kisah pertama

Pada suatu ketika Sang Buddha sedang menetap di Rājagaha di Hutan Bambu, taman suaka tupai. Pada saat itu sebuah keluarga yang menyokong Yang Mulia Upananda orang Sakya telah mengundangnya untuk makan, dan mereka telah mengundang para bhikkhu lain juga. Tetapi karena Upananda sedang mengunjungi keluarga-keluarga lain sebelum makan. Maka para bhikkhu lain itu berkata kepada keluarga itu, "Silakan memberikan makanan."

"Tunggulah, Para Mulia, hingga Yang Mulia Upananda tiba."

Untuk kedua kalinya ... untuk ketiga kalinya para bhikkhu lain itu berkata, "Silakan memberikan makanan."

"Tetapi kami mempersiapkan makanan karena Yang Mulia Upananda. Sudilah menunggu hingga ia tiba."

Kemudian, setelah mengunjungi keluarga-keluarga itu, Upananda terlambat tiba, dan para bhikkhu itu tidak makan sebanyak yang mereka inginkan. Para bhikkhu yang memiliki sedikit keinginan mengeluhkan dan mengkritik Upananda, "Bagaimana mungkin Yang Mulia Upananda mengunjungi keluarga-keluarga terlebih dulu ketika ia diundang untuk makan?" ... "Benarkah, Upananda, bahwa engkau melakukan hal ini?"

"Benar, Yang Mulia."

Sang Buddha menegurnya ... "Orang dungu, bagaimana mungkin engkau melakukan hal ini? Hal ini akan mempengaruhi keyakinan orang-orang ..." ... "Dan, para bhikkhu, aturan latihan ini harus dibacakan sebagai berikut:

Aturan awal

'Jika seorang bhikkhu yang telah diundang untuk makan mengunjungi keluarga-keluarga terlebih dulu, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.'"

Dengan cara inilah Sang Buddha menetapkan aturan latihan ini untuk para bhikkhu.

Sub-kisah kedua

Tidak lama kemudian sebuah keluarga yang menyokong Upananda memgirimkan makanan segar untuk Sangha. Mereka memberikan instruksi agar makanan itu harus ditunjukkan kepada Upananda dan kemudian diberikan kepada Sangha.

Tetapi pada saat itu Upanadna telah memasuki desa untuk menerima dana makanan. Ketika orang-orang sampai di vihara, mereka menanyakan di mana Upananda, dan mereka diberitahu di mana ia berada. Mereka berkata, "Para Mulia, setelah menunjukkan ini kepada Yang Mulia Upananda, makanan segar ini harus diberikan kepada Sangha." Para bhikkhu memberitahu Sang Buddha, yang kemudian membabarkan ajaran dan berkata kepada para bhikkhu: "Baiklah, para bhikkhu, terimalah dan simpan hingga Upananda kembali."

Ketika ia mendengar bahwa Sang Buddha telah melarang mengunjungi keluarga-keluarga sebelum makan, Upananda mengunjungi mereka setelah makan. Sebagai akibatnya, ia terlambat kembali ke vihara, dan makanan itu terpaksa dikembalikan kepada si penyumbang.

Para bhikkhu yang memiliki sedikit keinginan mengeluhkan dan mengkritik Upananda, "Bagaimana mungkin Yang Mulia Upananda mengunjungi keluarga-keluarga setelah makan?" ... "Benarkah, Upananda, bahwa engkau melakukan hal ini?"

"Benar, Yang Mulia."

Sang Buddha menegurnya ... "Orang dungu, bagaimana mungkin engkau melakukan hal ini? Hal ini akan mempengaruhi keyakinan orang-orang ..." ... "Dan, para bhikkhu, aturan latihan ini harus dibacakan sebagai berikut:

Aturan awal kedua

'Jika seorang bhikkhu yang telah diundang untuk makan mengunjungi keluarga-keluarga terlebih dulu atau setelahnya, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.'"

Dengan cara inilah Sang Buddha menetapkan aturan latihan ini untuk para bhikkhu.

Sub-kisah ketiga

Tidak lama kemudian tiba musim pemberian-jubah. Tetapi karena takut melakukan kesalahan, para bhikkhu tidak mengunjungi keluarga-keluarga. Sebagai akibatnya, mereka hanya mendapatkan sedikit kain-jubah. Mereka memberitahu Sang Buddha. ...

"Para bhikkhu, Aku memperbolehkan kalian untuk mengunjungi keluarga-keluarga selama musim pemberian-jubah.

Dan, para bhikkhu, aturan latihan ini harus dibacakan sebagai berikut:

Aturan awal ketiga

'Jika seorang bhikkhu yang telah diundang untuk makan mengunjungi keluarga-keluarga terlebih dulu atau setelahnya, kecuali pada kesempatan yang diperbolehkan, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan. Ini adalah kesempatan yang diperbolehkan: saat itu adalah musim pemberian-jubah'"

Dengan cara inilah Sang Buddha menetapkan aturan latihan ini untuk para bhikkhu.

Sub-kisah keempat

Tidak lama kemudian para bhikkhu sedang membuat jubah, dan mereka memerlukan jarum, benang, dan gunting. Tetapi karena takut melakukan kesalahan, mereka tidak mengunjungi keluarga-keluarga. Mereka memberitahu Sang Buddha. ...

"Para bhikkhu, Aku memperbolehkan kalian untuk mengunjungi keluarga-keluarga pada waktu membuat jubah.

Dan, para bhikkhu, aturan latihan ini harus dibacakan sebagai berikut:

Aturan awal keempat

'Jika seorang bhikkhu yang telah diundang untuk makan mengunjungi keluarga-keluarga terlebih dulu atau setelahnya, kecuali pada kesempatan yang diperbolehkan, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan. Ini adalah kesempatan yang diperbolehkan: saat itu adalah musim pemberian-jubah; saat itu adalah waktunya membuat jubah'"

Dengan cara inilah Sang Buddha menetapkan aturan latihan ini untuk para bhikkhu.

Sub-kisah kelima

Tidak lama kemudian terdapat bhikkhu-bhikkhu sakit yang membutuhkan obat-obatan. Tetapi karena takut melakukan kesalahan, mereka tidak mengunjungi keluarga-keluarga. Mereka memberitahu Sang Buddha. ...

"Para bhikkhu, Aku memperbolehkan kalian untuk mengunjungi keluarga-keluarga setelah memberitahu seorang bhikkhu yang ada.

Dan, para bhikkhu, aturan latihan ini harus dibacakan sebagai berikut:

Aturan akhir

'Jika seorang bhikkhu yang telah diundang untuk makan mengunjungi keluarga-keluarga terlebih dulu atau setelahnya tanpa memberitahu seorang bhikkhu yang ada, kecuali pada kesempatan yang diperbolehkan, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan. Ini adalah kesempatan yang diperbolehkan: saat itu adalah musim pemberian-jubah; saat itu adalah waktunya membuat jubah'"

Definisi

Seorang:

Siapa pun

Bhikkhu:

... Seorang bhikkhu yang telah diberikan penahbisan penuh oleh Sangha yang sepakat melalui prosedur sah yang terdiri dari satu usul dan tiga pengumuman yang tidak dapat dibatalkan dan lengkap—bhikkhu jenis inilah yang dimaksudkan dalam kasus ini.

Diundang:

Diundang untuk makan apa pun dari kelima jenis makanan matang.

Untuk makan:

Undangan termasuk makanan.

Seorang bhikkhu yang ada:

Ia mampu memberitahu dan kemudian masuk.

Tidak ada bhikkhu:

Ia tidak dapat memberitahu dan kemudian masuk.

Terlebih dulu:

Ia belum memakan apa yang karenanya ia diundang untuk makan

Setelahnya:

Bahkan jika ia telah memakan sebanyak ujung helai rumput dari apa yang karenanya ia diundang untuk makan.

Sebuah keluarga:

Ada empat keluarga: keluarga bangsawan, keluarga brahmana, keluarga pedagang, keluarga pekerja.

Mengunjungi keluarga-keluarga:

Jika ia memasuki halaman rumah seseorang, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika ia melewati ambang pintu dengan kaki pertama, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika ia melewati ambang pintu dengan kaki ke dua, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.

Kecuali pada kesempatan yang diperbolehkan:

Jika itu adalah kesempatan yang diperbolehkan.

Saat itu adalah musim pemberian-jubah:

Jika ia belum berpartisipasi dalam upacara membuat-jubah, maka itu adalah bulan terakhir musim hujan. Jika ia telah berpartisiapsi dalam upacara membuat-jubah, maka itu adalah selama periode lima bulan.

Saat itu adalah waktunya membuat jubah:

Ketika ia sedang membuat jubah

Permutasi

Jika ia telah diundang, dan ia menyadarinya sebagai telah diundang, dan ia mengunjungi keluarga-keluarga terlebih dulu atau setelahnya tanpa memberitahu seorang bhikkhu yang ada, kecuali pada kesempatan yang diperbolehkan, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan. Jika ia telah diundang, tetapi ia tidak dapat memastikannya, dan ia mengunjungi keluarga-keluarga terlebih dulu atau setelahnya tanpa memberitahu seorang bhikkhu yang ada, kecuali pada kesempatan yang diperbolehkan, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan. Jika ia telah diundang, tetapi ia tidak menyadarinya sebagai telah diundang, dan ia mengunjungi keluarga-keluarga terlebih dulu atau setelahnya tanpa memberitahu seorang bhikkhu yang ada, kecuali pada kesempatan yang diperbolehkan, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.

Jika ia belum diundang, tetapi ia menyadarinya sebagai telah diundang, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika ia belum diundang, tetapi ia tidak dapat memastikannya, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika ia belum diundang, dan ia tidak menyadarinya sebagai telah diundang, maka tidak ada pelanggaran.

Tidak ada pelanggaran

Tidak ada pelanggaran: Jika saat itu adalah kesempatan yang diperbolehkan; jika ia masuk setelah memberitahu seorang bhikkhu yang ada; jika, ketika tidak ada bhikkhu, ia masuk tanpa memberitahu siapa pun; jika jalan itu melewati rumah seseorang; jika jalan itu melewati halaman rumah seseorang; jika ia sedang bepergian antar vihara; jika ia sedang mengunjungi tempat kediaman para bhikkhunī; jika sedang mengunjungi tempat kediaman para monastik agama lain; jika ia sedang pulang ke vihara; jika ia sedang berjalan menuju rumah di mana ia diundang; jika terjadi situasi darurat; jika ia gila; jika ia adalah pelaku pertama.

Aturan latihan tentang mengunjungi, yang keenam, selesai
Title: Pācittiya 47
Post by: Indra on 16 September 2022, 08:09:01 AM
Koleksi Theravāda tentang Hukum Monastik
Aturan Kebhikkhuan dan Analisisnya
Bab tentang Pelanggaran-Pelanggaran yang Mengharuskan Penebusan
Sub-bab tentang Petapa Telanjang

Pācittiya 47. Aturan Latihan tentang Mahānāma

Kisah Asal-mula

Pada suatu ketika Sang Buddha sedang menetap di negeri Sakya di Vihara Pohon Banyan di Kapilavatthu. Pada saat itu Mahānāma orang Sakya memiliki tonikum berlimpah. Ia mendatangi Sang Buddha, bersujud, duduk, dan berkata, "Yang Mulia, aku ingin mengundang Sangha untuk meminta tonikum selama empat bulan."

"Bagus, bagus, Mahānāma. Silakan lakukan."

Tetapi para bhikkhu takut melakukan kesalahan dan tidak menerima. Kemudian mereka memberitahu Sang Buddha apa yang terjadi. ...

"Para bhikkhu, Aku memperbolehkan kalian untuk menerima undangan untuk meminta tonikum selama empat bulan."

Namun para bhikkhu hanya meminta tonikum dari Mahānāma dalam jumlah sedikit, dan karena itu ia masih memiliki berlimpah. Untuk kedua kalinya ia mendatangi Sang Buddha, bersujud, duduk, dan berkata, "Yang Mulia, aku ingin mengundang Sangha untuk meminta tonikum selama empat bulan berikutnya lagi."

"Bagus, bagus, Mahānāma. Silakan lakukan."

Sekali lagi para bhikkhu takut melakukan kesalahan dan tidak menerima. Kemudian mereka memberitahu Sang Buddha ...

"Para bhikkhu, Aku memperbolehkan kalian untuk menerima undangan lanjutan."

Sekali lagi para bhikkhu hanya meminta tonikum dari Mahānāma dalam jumlah sedikit, dan karena itu ia masih memiliki berlimpah. Untuk ketiga kalinya ia mendatangi Sang Buddha, bersujud, duduk, dan berkata, "Yang Mulia, aku ingin mengundang Sangha untuk meminta tonikum selama seumur hidup."

"Bagus, bagus, Mahānāma. Silakan lakukan."

Namun sekali lagi para bhikkhu takut melakukan kesalahan dan tidak menerima. Kemudian mereka memberitahu Sang Buddha apa yang terjadi. ...

"Para bhikkhu, Aku memperbolehkan kalian untuk menerima undangan permanen."

Pada saat itu para bhikkhu dari kelompok enam berpakaian lusuh dan berpenampilan tidak pantas. Mahānāma mengkritik mereka, "Para Mulia, mengapakah kalian berpakaian lusuh dan berpenampilan tidak pantas?"

Para bhikkhu dari kelompok enam mendendam terhadap Mahānāma. Memikirkan cara untuk mempermalukannya, mereka berpikir, "Mahānāma telah mengundang Sangha untuk meminta tonikum. Mari kita meminta minyak samin darinya."

Kemudian mereka mendatangi Mahānāma dan berkata, "Kami membutuhkan minyak samin sebanyak satu takaran doṇa."

"Sudilah menunggu sampai besok. Orang-orang harus pergi ke kandang sapi untuk mengambil minyak samin. Kalian akan mendapatkannya besok pagi."

Untuk kedua dan ketiga kalinya para bhikkhu dari kelompok enam mengatakan hal yang sama, dan Mahānāma menjawab seperti sebelumnya. Kemudian mereka berkata, "Mengapakah engkau memberikan undangan jika engkau tidak ingin memberi?"

Mahānāma mengeluhkan dan mengkritik mereka, "Bagaimana mungkin mereka tidak dapat menunggu satu hari ketika diminta?"

Para bhikkhu mendengar keluhan Mahānāma, dan para bhikkhu yang memiliki sedikit keinginan mengeluhkan dan mengkritik para bhikkhu itu, "Bagaimana mungkin para bhikkhu dari kelompok enam tidak mau menunggu selama satu hari ketika diminta oleh Mahānāma?" ... "Benarkah, para bhikkhu, bahwa kalian melakukan hal ini?"

"Benar, Yang Mulia."

Sang Buddha menegur mereka ... "Orang-orang dungu, bagaimana mungkin kalian bersikap seperti ini? Hal ini akan mempengaruhi keyakinan orang-orang ..." ... "Dan, para bhikkhu, aturan latihan ini harus dibacakan sebagai berikut:

Aturan akhir

'Seorang bhikkhu yang tidak sakit boleh menerima undangan untuk meminta benda-benda kebutuhan selama empat bulan. Jika ia menerimanya melebihi batas itu, kecuali jika ada undangan lanjutan atau undangan permanen, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.'"

Definisi

Seorang bhikkhu yang tidak sakit boleh menerima undangan untuk meminta benda-benda kebutuhan selama empat bulan:

Ia boleh menerima undangan untuk meminta benda-benda kebutuhan untuk yang sakit.

Ia juga boleh menerima undangan lanjutan:

Ia seharusnya berpikir, "aku akan meminta ketika aku sakit."

Ia juga boleh menerima undangan permanen:

Ia seharusnya berpikir, "aku akan meminta ketika aku sakit."

Jika ia menerimanya melebihi batas itu:

Ada undangan yang memiliki batasan pada tonikum, tetapi tidak ada batasan pada periode waktu; Ada undangan yang memiliki batasan pada periode waktu, tetapi tidak ada batasan pada tonikum; Ada undangan yang memiliki batasan pada tonikum juga pada periode waktu; ada undangan yang tanpa batasan pada tonikum ataupun pada periode waktu.

Batasan pada tonikum:

Tonikumnya yang dibatasi: "Aku mengundang kalian untuk meminta tonikum-tonikum tertentu ini."

Batasan pada periode waktu:

Periode waktunya yang dibatasi: "Aku mengundang kalian untuk meminta selama periode waktu tertentu ini."

Batasan pada tonikum juga pada periode waktu:

Baik tonikum maupun periode waktu dibatasi: "Aku mengundang kalian untuk meminta tonikum-tonikum tertentu ini selama periode waktu tertentu ini."

Tanpa batasan pada tonikum ataupun pada periode waktu:

Baik tonikum maupun periode waktunya tidak dibatasi.

Jika ada batasan pada tonikum, jika ia meminta tonikum selain dari tonikum-tonikum yang ia telah diundang untuk meminta, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan. Jika ada batasan pada periode waktu, jika ia meminta di luar periode waktu yang mana ia diundang untuk meminta, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan. Jika ada batasan baik pada tonikum maupun pada periode waktu, jika ia meminta meminta tonikum selain dari tonikum-tonikum yang ia telah diundang untuk meminta dan ia meminta di luar periode waktu yang mana ia diundang untuk meminta, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan. Jika tidak ada batasan pada tonikum maupun pada periode waktu, maka tidak ada pelanggaran.

Jika ia meminta tonikum ketika ia tidak membutuhkan tonikum, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan. Jika ia meminta tonikum selain daripada tonikum yang ia butuhkan, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.

Permutasi

Jika itu di luar batasan, dan ia menyadarinya sebagai di luar batasan, dan ia meminta tonikum, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan. Jika itu di luar batasan, tetapi ia tidak dapat memastikannya, dan ia meminta tonikum, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan. Jika itu di luar batasan, tetapi ia tidak menyadarinya sebagai di luar batasan, dan ia meminta tonikum, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.

Jika itu tidak di luar batasan, tetapi ia menyadarinya sebagai di luar batasan, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika itu tidak di luar batasan, tetapi ia tidak dapat memastikannya, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika itu tidak di luar batasan, dan ia tidak menyadarinya sebagai di luar batasan, maka tidak ada pelanggaran.

Tidak ada pelanggaran

Tidak ada pelanggaran: Jika ia meminta tonikum yang memang ia telah diundang untuk meminta; jika ia meminta selama periode waktu yang memang ia diundang untuk meminta; jika ia meminta dengan memberitahu, "Engkau telah mengundangku untuk meminta tonikum-tonikum ini, tetapi aku membutuhkan tonikum-tonikum itu;" jika ia meminta dengan memberitahu, "Periode waktu yang mana engkau mengundangku untuk meminta telah berlalu, tetapi aku membutuhkan tonikum;" jika itu berasal dari kerabat; jika itu dari mereka yang telah menyampaikan undangan; jika itu adalah demi manfaat orang lain; jika itu diperoleh dari harta kekayaannya sendiri; jika ia gila; jika ia adalah pelaku pertama.

Aturan latihan tentang Mahānāma, yang ketujuh, selesai
Title: Pācittiya 48
Post by: Indra on 16 September 2022, 08:09:26 AM
Koleksi Theravāda tentang Hukum Monastik
Aturan Kebhikkhuan dan Analisisnya
Bab tentang Pelanggaran-Pelanggaran yang Mengharuskan Penebusan
Sub-bab tentang Petapa Telanjang

Pācittiya 48. Aturan Latihan tentang Bala Tentara

Kisah Asal-mula

Sub-kisah pertama

Pada suatu hari ketika Sang Buddha sedang menetap di Sāvatthī di Vihara Anāthapiṇḍika, Raja Pasenadi dari Kosala sedang berbaris keluar bersama dengan bala tentara, dan para bhikkhu dari kelompok enam ingin melihatnya. Ketika Raja Pasenadi melihat para bhikkhu datang, ia memanggil mereka dan berkata, "Para Mulia, mengapakah kalian datang ke sini?"

"Kami ingin melihat Baginda."

"Apalah gunanya melihat aku mencari kesenangan dalam peperangan? Tidakkah kalian seharusnya melihat Sang Buddha?"

Dan orang-orang mengeluhkan dan mengkritik mereka, "Bagaimana mungkin para monastik Sakya pergi melihat bala tentara? Adalah kemalangan bahwa kami harus pergi bersama bala tentara demi penghidupan kami dan karena istri-istri dan anak-anak kami."

Para bhikkhu mendengar keluhan orang-orang itu, dan para bhikkhu yang memiliki sedikit keinginan mengeluhkan dan mengkritik para bhikkhu itu, "Bagaimana mungkin para bhikkhu dari kelompok enam pergi melihat bala tentara?" ... "Benarkah, para bhikkhu, bahwa kalian melakukan hal ini?"

"Benar, Yang Mulia."

Sang Buddha menegur mereka ... "Orang-orang dungu, bagaimana mungkin kalian bersikap seperti ini? Hal ini akan mempengaruhi keyakinan orang-orang ..." ... "Dan, para bhikkhu, aturan latihan ini harus dibacakan sebagai berikut:

Aturan awal

'Jika seseorang pergi melihat bala tentara, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.'"

Dengan cara inilah Sang Buddha menetapkan aturan latihan ini untuk para bhikkhu.

Sub-kisah kedua

Tidak lama kemudian seorang bhikkhu tertentu memiliki seorang paman di dalam bala tentara yang sedang sakit. Pamannya mengirim pesan kepada bhikkhu itu: "Aku bersama bala tentara dan aku sakit. Datanglah, Yang Mulia, aku ingin engkau datang."

Mengetahui bahwa Sang Buddha telah menetapkan aturan latihan yang melarang pergi melihat bala tentara, bhikkhu itu berpikir, "Pamanku di dalam bala tentara sedang sakit. Apakah yang harus kulakukan sekarang?" dan ia memberitahu Sang Buddha. Segera setelah itu Sang Buddha membabarkan ajaran dan berkata kepada para bhikkhu:

"Para bhikkhu, Aku memperbolehkan kalian untuk mendatangi bala tentara jika ada alasan yang pantas.

Dan, para bhikkhu, aturan latihan ini harus dibacakan sebagai berikut:

Aturan akhir

'Jika seorang pergi melihat bala tentara, kecuali jika ada alasan yang pantas, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.'"

Definisi

Seorang:

Siapa pun

Bhikkhu:

... Seorang bhikkhu yang telah diberikan penahbisan penuh oleh Sangha yang sepakat melalui prosedur sah yang terdiri dari satu usul dan tiga pengumuman yang tidak dapat dibatalkan dan lengkap—bhikkhu jenis inilah yang dimaksudkan dalam kasus ini.

Bala tentara:

Bala tentara itu telah meninggalkan wilayah berpenghuni dan apakah sedang berkemah atau berbaris.

Bala tentara:

Unit Gajah, unit kuda, unit kereta, unit pejalan kaki. Satu unit gajah terdiri dari dua belas orang; satu unit kuda terdiri dari tiga orang; satu unit kereta terdiri dari empat orang; satu unit pejalan kaki terdiri dari empat orang memegang anak panah.

Jika ia sedang dalam perjalanan untuk melihatnya, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Di manapun ia berdiri untuk melihatnya, ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan. Setiap kali ia pergi ke luar jarak pandang dan kemudian melihatnya lagi, ia melakukan satu pelanggaran yang mengharuskan penebusan.

Kecuali jika ada alasan yang pantas:

Jika ada alasan yang membenarkan.

Permutasi

Jika itu adalah bala tentara, dan ia menyadarinya sebagai bala tentara, dan ia pergi melihatnya, kecuali jika ada alasan yang pantas, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan. Jika itu adalah bala tentara, tetapi ia tidak dapat memastikannya, dan ia pergi melihatnya, kecuali jika ada alasan yang pantas, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan. Jika itu adalah bala tentara, tetapi ia tidak menyadarinya sebagai bala tentara, dan ia pergi melihatnya, kecuali jika ada alasan yang pantas, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.

Jika ia sedang dalam perjalanan untuk melihat satu kelompok dari empat kelompok bala tentara, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Di manapun ia berdiri untuk melihatnya, ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Setiap kali ia pergi ke luar jarak pandang dan kemudian melihatnya lagi, ia melakukan satu pelanggaran perbuatan salah.

Jika itu bukan bala tentara, tetapi ia menyadarinya sebagai bala tentara, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika itu bukan bala tentara, tetapi ia tidak dapat memastikannya, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika itu bukan bala tentara, dan ia tidak menyadarinya sebagai bala tentara, maka tidak ada pelanggaran.

Tidak ada pelanggaran

Tidak ada pelanggaran: Jika ia melihatnya sambil berdiri di dalam sebuah vihara; jika bala tentara itu mendatangi tempat di mana si bhikkhu sedang berdiri, duduk, atau berbaring; Jika ia melihatnya sambil berjalan di arah yang berlawanan; jika ia memiliki alasan yang pantas; jika terjadi situasi darurat; jika ia gila; jika ia adalah pelaku pertama.

Aturan latihan tentang bala tentara, yang kedelapan, selesai

Title: Pācittiya 49
Post by: Indra on 16 September 2022, 08:09:49 AM
Koleksi Theravāda tentang Hukum Monastik
Aturan Kebhikkhuan dan Analisisnya
Bab tentang Pelanggaran-Pelanggaran yang Mengharuskan Penebusan
Sub-bab tentang Petapa Telanjang

Pācittiya 49. Aturan Latihan tentang Berdiam Bersama dengan Bala Tentara

Kisah Asal-mula

Pada suatu hari ketika Sang Buddha sedang menetap di Sāvatthī di Vihara Anāthapiṇḍika, para bhikkhu dari kelompok enam mendatangi bala tentara untuk suatu urusan, dan berdiam di sana selama lebih dari tiga malam. Orang-orang mengeluhkan dan mengkritik mereka, "Bagaimana mungkin para monastik Sakya berdiam bersama dengan bala tentara? Adalah kemalangan bahwa kami harus pergi bersama bala tentara demi penghidupan kami dan karena istri-istri dan anak-anak kami."

Para bhikkhu mendengar keluhan orang-orang itu, dan para bhikkhu yang memiliki sedikit keinginan mengeluhkan dan mengkritik para bhikkhu itu, "Bagaimana mungkin para bhikkhu dari kelompok enam berdiam bersama dengan bala tentara?" ... "Benarkah, para bhikkhu, bahwa kalian melakukan hal ini?"

"Benar, Yang Mulia."

Sang Buddha menegur mereka ... "Orang-orang dungu, bagaimana mungkin kalian bersikap seperti ini? Hal ini akan mempengaruhi keyakinan orang-orang ..." ... "Dan, para bhikkhu, aturan latihan ini harus dibacakan sebagai berikut:

Aturan akhir

'Jika bhikkhu itu memiliki alasan untuk mendatangi bala tentara, ia boleh berdiam bersama dengan bala tentara selama dua atau tiga malam. Jika ia berdiam lebih lama dari itu, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.'"

Definisi

Jika bhikkhu itu memiliki alasan untuk mendatangi bala tentara:

Jika ia memiliki alasan, jika ia harus melakukan sesuatu.

Ia boleh berdiam bersama dengan bala tentara selama dua atau tiga malam:

Ia boleh menetap selama dua atau tiga malam.

Jika ia berdiam lebih lama dari itu:

Jika ia berdiam bersama dengan bala tentara pada saat matahari terbenam pada hari keempat, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.

Permutasi

Jika lebih dari tiga malam, dan ia menyadarinya sebagai lebih, dan ia berdiam bersama dengan bala tentara, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan. Jika lebih dari tiga malam, tetapi ia tidak dapat memastikannya, dan ia berdiam bersama dengan bala tentara, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan. Jika lebih dari tiga malam, tetapi ia menyadarinya sebagai kurang, dan ia berdiam bersama dengan bala tentara, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.

Jika kurang dari tiga malam, tetapi ia menyadarinya sebagai lebih, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika kurang dari tiga malam, tetapi ia tidak dapat memastikannya, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika kurang dari tiga malam, dan ia menyadarinya sebagai kurang, maka tidak ada pelanggaran.

Tidak ada pelanggaran

Tidak ada pelanggaran: Jika ia berdiam selama dua atau tiga malam; jika berdiam selama kurang dari dua atau tiga malam; jika ia berdiam selama dua malam, kemudian pergi sebelum fajar pada malam ketiga, dan kemudian berdiam lagi; jika ia berdiam karena ia sakit; jika ia berdiam karena ia harus merawat seseorang yang sakit; jika bala tentara itu terhalang oleh bala tentara musuh; jika ia dihalangi untuk pergi; jika terjadi situasi darurat; jika ia gila; jika ia adalah pelaku pertama.

Aturan latihan tentang bala tentara, yang kesembilan, selesai
Title: Pācittiya 50
Post by: Indra on 16 September 2022, 08:10:18 AM
Koleksi Theravāda tentang Hukum Monastik
Aturan Kebhikkhuan dan Analisisnya
Bab tentang Pelanggaran-Pelanggaran yang Mengharuskan Penebusan
Sub-bab tentang Petapa Telanjang

Pācittiya 50. Aturan Latihan tentang Peperangan

Kisah Asal-mula

Pada suatu hari ketika Sang Buddha sedang menetap di Sāvatthī di Vihara Anāthapiṇḍika, para bhikkhu dari kelompok enam menetap bersama dengan bala tentara selama dua atau tiga malam. Mereka pergi melihat peperangan, peninjauan pasukan, pengerahan bala tentara, dan inspeksi pasukan. Salah satu bhikkhu yang pergi ke medan perang tertembak anak panah. Orang-orang mengodanya, "Kami harap engkau mengalami peperangan yang baik, Yang Mulia. Berapa banyak korban yang engkau tembak?" dan karena mereka menggodanya, ia menjadi malu.

Orang-orang mengeluhkan dan mengkritik para bhikkhu itu, "Bagaimana mungkin para monastik Sakya pergi melihat peperangan? Adalah kemalangan bahwa kami harus pergi berperang demi penghidupan kami dan karena istri-istri dan anak-anak kami."

Para bhikkhu mendengar keluhan orang-orang itu, dan para bhikkhu yang memiliki sedikit keinginan mengeluhkan dan mengkritik para bhikkhu itu, "Bagaimana mungkin para bhikkhu dari kelompok enam pergi melihat peperangan?" ... "Benarkah, para bhikkhu, bahwa kalian melakukan hal ini?"

"Benar, Yang Mulia."

Sang Buddha menegur mereka ... "Orang-orang dungu, bagaimana mungkin kalian bersikap seperti ini? Hal ini akan mempengaruhi keyakinan orang-orang ..." ... "Dan, para bhikkhu, aturan latihan ini harus dibacakan sebagai berikut:

Aturan akhir

'Jika seorang bhikkhu yang menetap bersama dengan bala tentara selama dua atau tiga malam pergi melihat peperangan, peninjauan pasukan, pengerahan bala tentara, dan inspeksi pasukan, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.'"

Definisi

Jika seorang bhikkhu yang menetap bersama dengan bala tentara selama dua atau tiga malam:

Ia menetap selama dua atau tiga malam.

Perang:

Di manapun pertempuran terlihat.

Peninjauan pasukan:

Seberapa banyak gajah, seberapa banyak kuda, seberapa banyak kereta, seberapa banyak pasukan pejalan kaki.

Pengerahan bala tentara:

Gajah-gajah harus diberangkatkan dari sini; kuda-kuda harus diberangkatkan dari sini; kereta-kereta harus diberangkatkan dari sini; pasukan pejalan kaki harus diberangkatkan dari sini.

Pasukan:

Pasukan gajah, pasukan kuda, pasukan kereta, pasukan pejalan kaki. Pasukan gajah terkecil adalah tiga gajah; pasukan kuda terkecil adalah tiga kuda; pasukan kereta terkecil adalah tiga kereta; pasukan pejalan kaki terkecil adalah empat orang dengan anak panah di tangan.

Jika ia sedang dalam perjalanan untuk pergi melihatnya, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Di manapun ia berdiri melihatnya, ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan. Setiap kali ia pergi ke luar jarak pandang dan kemudian melihatnya lagi, ia melakukan satu pelanggaran yang mengharuskan penebusan.

Permutasi

Jika ia sedang dalam perjalanan untuk melihat satu divisi dari empat bala tentara, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Di manapun ia berdiri melihatnya, ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Setiap kali ia pergi ke luar jarak pandang dan kemudian melihatnya lagi, ia melakukan satu pelanggaran perbuatan salah.

Tidak ada pelanggaran

Tidak ada pelanggaran: Jika ia melihatnya sambil berdiri di dalam sebuah vihara; jika bala tentara itu mendatangi tempat di mana si bhikkhu sedang berdiri, duduk, atau berbaring, dan kemudian ia melihat peperangan; Jika ia melihatnya sambil berjalan dari arah yang berlawanan; jika ia pergi karena ada sesuatu yang harus dilakukan, dan ia kemudian melihatnya; jika terjadi situasi darurat; jika ia gila; jika ia adalah pelaku pertama.

Aturan latihan tentang peperangan, yang kesepuluh, selesai

SUB-BAB KELIMA TENTANG PETAPA TELANJANG SELESAI
Berikut ini adalah rangkumannya:
"Kue, berbicara, tiga tentang Upananda,
Dan memang menyokong;
Mahānāma, Pasenadi,
Bala tentara, dan tertembak: itu adalah sepuluh."

Title: Pācittiya 51
Post by: Indra on 16 September 2022, 08:10:52 AM
Koleksi Theravāda tentang Hukum Monastik
Aturan Kebhikkhuan dan Analisisnya
Bab tentang Pelanggaran-Pelanggaran yang Mengharuskan Penebusan
Sub-bab tentang Meminum Alkohol

Pācittiya 51. Aturan Latihan Meminum Minuman Beralkohol

Kisah Asal-mula

Pada suatu hari ketika Sang Buddha sedang mengembara di negeri Ceti dalam perjalanan menuju Bhaddavatikā, Beliau terlihat oleh sejumlah gembala-sapi, gembala-kambing, petani-petani, dan para pengelana. Mereka berkata kepada Beliau, "Yang Mulia, jangan pergi ke Ambatittha. Ada naga yang sangat berbisa yang memiliki kekuatan batin di sana, di pertapaan seorang petapa berambut gimbal. Jangan sampai naga itu melukaimu." Sang Buddha berdiam diri. Mereka mengulangi permintaan mereka untuk kedua kali dan ketiga kalinya, dan Sang Buddha masih berdiam diri.

Kemudian Sang Buddha melanjutkan perjalanan menuju Bhaddavatikā, dan Beliau berdiam di sana.

Saat itu baru saja Yang Mulia Sāgata mendatangi pertapaan sang petapa berambut gimbal tersebut dan memasuki gubuk apinya. Setelah menghamparkan alas duduk jerami, ia duduk bersila, menegakkan tubuhnya, dan menegakkan perhatian di depannya. Melihat bahwa Sāgata telah memasuki gubuk api, naga itu menjadi marah dan memancarkan asap. Sāgata juga memancarkan asap. Naga itu tidak mampu menahan kemarahannya dan memancarkan api. Sāgata juga memasuki elemen api dan ia juga memancarkan api. Kemudian, setelah menaklukkan api dengan api, Sāgata pergi menuju Bhaddavatikā.

Setelah berdiam di Bhaddavatikā selama yang Beliau kehendaki, Sang Buddha melakukan perjalanan menuju Kosambī.

Ketika Beliau tiba, para umat awam di sana menyambut Beliau.

Tetapi umat-umat awam di Kosambī telah mendengar tentang Sāgata bertarung melawan naga Ambatittha. Oleh karena itu setelah menyambut Sang Buddha, mereka pergi mengunjungi Sāgata. Mereka bersujud, berdiri di satu sisi, dan berkata, "Yang Mulia, apakah yang dapat kami persiapkan untukmu yang lezat namun sulit diperoleh?"

Para bhikkhu dari kelompok enam menjawab, "Ada minuman lezat yang disebut Kāpotikā, yang sulit sulit bagi para bhikkhu untuk mendapatkannya. Persiapkanlah itu."

Dan umat-umat awam mempersiapkan Kāpotika di setiap rumah. Kemudian, ketika mereka melihat bahwa Sāgata telah memasuki pemukiman untuk mengumpulkan dana maknan, mereka berkata kepadanya, "Minumlah, Yang Mulia, minum minuman Kāpotika." Sāgata meminum minuman itu dari rumah ke rumah, dan ketika ia meninggalkan pemukiman, ia jatuh pingsan di gerbang pemukiman.

Saat itu Sang Buddha, bersama dengan sejumlah para bhikkhu, juga sedang meninggalkan pemukiman, dan Beliau melihat Sāgata di gerbang pemukiman. Beliau berkata, "Para bhikkhu, "angkatlah Sāgata." Dengan berkata, "Baik, Yang Mulia," mereka membawanya ke vihara, di mana mereka membaringkannya dengan kepalanya menghadap Sang Buddha. Tetapi Sāgata berbalik, mengarahkan kakinya menghadap Sang Buddha.

Sang Buddha berkata, "Sebelumnya, para bhikkhu, tidakkah Sāgata menghormat dan sopan terhadapKu?"

"Benar."

"Tetapi apakah sekarang masih demikian?"

"Tidak."

"Baru-baru ini, tidakkah Sāgata bertarung melawan naga Ambatittha?"

"Benar."

"Apakah sekarang ia mampu bertarung melawan naga?"

"Tidak."

"Kalau begitu, para bhikkhu, bolehkah seseorang meminum apa yang membuatnya kehilangan kesadaran?"

"Tidak, Yang Mulia."

"Tidaklah benar, para bhikkhu, tidaklah sepantasnya bagi Sāgata, tidaklah selayaknya bagi seorang monastik, tidak boleh dilakukan. Bagaimana mungkin Sāgata meminum minuman beralkohol? Hal ini akan mempengaruhi keyakinan orang-orang ..." ... "Dan, para bhikkhu, aturan latihan ini harus dibacakan sebagai berikut:

Aturan akhir

'Jika seorang bhikkhu meminum minuman beralkohol jenis ini atau itu, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.'"

Definisi

Minuman beralkohol jenis ini:

Minuman beralkohol dari tepung, minuman beralkohol dari kue-kue, minuman beralkohol dari beras, minuman-minuman yang ditambahkan ragi, minuman-minuman yang terbuat dari kombinasi berbagai bahan.

Minuman beralkohol jenis itu:

Minuman beralkohol yang terbuat dari bunga-bunga, minuman beralkohol yang terbuat dari buah, minuman beralkohol yang terbuat dari madu, minuman beralkohol yang terbuat dari gula, minuman beralkohol yang terbuat dari kombinasi berbagai bahan.

Minuman:

Jika ia meminum bahkan sebanyak ujung helai rumput, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.

Permutasi

Jika ia itu adalah minuman beralkohol, dan ia menyadarinya sebagai minuman beralkohol, dan ia meminumnya, maka ia melakukan pelanggaran mengharuskan penebusan. Jika itu adalah minuman beralkohol, tetapi ia tidak dapat memastikannya, dan ia meminumnya, maka ia melakukan pelanggaran mengharuskan penebusan. Jika ia itu adalah minuman beralkohol, tetapi ia tidak menyadarinya sebagai minuman beralkohol, dan ia meminumnya, maka ia melakukan pelanggaran mengharuskan penebusan.

Jika itu bukan minuman beralkohol, tetapi ia menyadarinya sebagai minuman beralkohol, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika itu bukan minuman beralkohol, tetapi ia tidak dapat memastikannya, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika itu bukan minuman beralkohol, tetapi ia menyadarinya sebagai bukan minuman beralkohol, maka tidak ada pelanggaran.

Tidak ada pelanggaran

Tidak ada pelanggaran: Jika ia meminum minuman non-alkohol yang memiliki warna, aroma, atau rasa yang menyerupai minuman beralkohol; jika dimasak dalam kari kacang; jika dimasak dengan daging; jika dimasak dengan minyak; jika ada di dalam sirup yang terbuat dari buah malaka; jika ia meminum minuman yang biasanya beralkohol, tetapi sebenarnya tidak beralkohol; jika ia gila; jika ia adalah pelaku pertama.

Aturan latihan tentang minuman beralkohol, yang pertama, selesai
Title: Pācittiya 52
Post by: Indra on 16 September 2022, 08:11:19 AM
Koleksi Theravāda tentang Hukum Monastik
Aturan Kebhikkhuan dan Analisisnya
Bab tentang Pelanggaran-Pelanggaran yang Mengharuskan Penebusan
Sub-bab tentang Meminum Alkohol

Pācittiya 52. Aturan Latihan Menggelitik

Kisah Asal-mula

Pada suatu hari ketika Sang Buddha sedang menetap di Sāvatthī di Vihara Anāthapiṇḍika, para bhikkhu dari kelompok enam menggelitik seorang bhikkhu dari kelompok tujuh belas untuk membuatnya tertawa. Karena tidak bisa bernapas, ia tewas.

Para bhikkhu yang memiliki sedikit keinginan mengeluhkan dan mengkritik mereka, "Bagaimana mungkin para bhikkhu dari kelompok enam menggelitik seorang bhikkhu untuk membuatnya tertawa?" ... "Benarkah, para bhikkhu, bahwa kalian melakukan hal ini?"

"Benar, Yang Mulia."

Sang Buddha menegur mereka ... "Orang-orang dungu, bagaimana mungkin kalian melakukan hal ini? Hal ini akan mempengaruhi keyakinan orang-orang ..." ... "Dan, para bhikkhu, aturan latihan ini harus dibacakan sebagai berikut:

Aturan akhir

'Jika seorang bhikkhu menggelitik seseorang, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.'"

Definisi

Menggelitik orang lain:

Jika seorang yang sepenuhnya ditahbiskan menyentuh orang lain yang sepenuhnya ditahbiskan, tubuh dengan tubuh, dengan tujuan untuk membuatnya tertawa, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.

Permutasi

Jika orang lainnya itu sepenuhnya ditahbiskan, dan ia menyadarinya sebagai sepenuhnya ditahbiskan, dan ia menggelitiknya untuk membuatnya tertawa, maka ia melakukan pelanggaran mengharuskan penebusan. Jika orang lainnya itu sepenuhnya ditahbiskan, tetapi ia tidak dapat memastikannya, dan ia menggelitiknya untuk membuatnya tertawa, maka ia melakukan pelanggaran mengharuskan penebusan. Jika orang lainnya itu sepenuhnya ditahbiskan, tetapi ia tidak menyadarinya sebagai sepenuhnya ditahbiskan, dan ia menggelitiknya untuk membuatnya tertawa, maka ia melakukan pelanggaran mengharuskan penebusan.

Jika, dengan tubuhnya sendiri, ia menyentuh apa yang terhubung dengan tubuh bhikkhu lain, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika, dengan apa yang terhubung dengan tubuhnya sendiri, ia menyentuh tubuh bhikkhu lain, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika, dengan apa yang terhubung dengan tubuhnya sendiri, ia menyentuh apa yang terhubung dengan tubuh bhikkhu lain, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah.

Jika, dengan melepaskan sesuatu, ia menyentuh tubuh bhikkhu lain, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika, dengan melepaskan sesuatu, ia menyentuh apa yang terhubung dengan tubuh bhikkhu lain, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika, dengan melepaskan sesuatu, ia menyentuh apa yang dilepaskan oleh bhikkhu lain, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah.

Jika, dengan tubuhnya sendiri, ia menyentuh tubuh seseorang yang tidak sepenuhnya ditahbiskan, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika, dengan tubuhnya sendiri, ia menyentuh apa yang terhubung dengan tubuh seseorang yang tidak sepenuhnya ditahbiskan, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika, dengan apa yang terhubung dengan tubuhnya, ia menyentuh tubuh seseorang yang tidak sepenuhnya ditahbiskan, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika, dengan apa yang terhubung dengan tubuhnya, ia menyentuh apa yang terhubung dengan tubuh seorang yang tidak sepenuhnya ditabbiskan, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah.

Jika, dengan melepaskan sesuatu, ia menyentuh tubuh seseorang yang tidak sepenuhnya ditahbiskan, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika, dengan melepaskan sesuatu, ia menyentuh apa yang terhubung dengan tubuh seseorang yang tidak sepenuhnya ditahbiskan, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika, dengan melepaskan sesuatu, ia menyentuh apa yang dilepaskan oleh seseorang yang tidak sepenuhnya ditahbiskan, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah.

Jika orang lainnya itu tidak sepenuhnya ditahbiskan, tetapi ia menyadarinya sebagai sepenuhnya ditahbiskan, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika orang lainnya itu tidak sepenuhnya ditahbiskan, tetapi ia tidak dapat memastikannya, maka ia melakukan pelanggaran mengharuskan perbuatan salah. Jika orang lainnya itu tidak sepenuhnya ditahbiskan, dan ia tidak menyadarinya sebagai sepenuhnya ditahbiskan, maka ia melakukan pelanggaran mengharuskan perbuatan salah.

Tidak ada pelanggaran

Tidak ada pelanggaran: Jika ia bertujuan untuk membuatnya tertawa; jika ia menyentuhnya ketika memang diperlukan; jika ia gila; jika ia adalah pelaku pertama.

Aturan latihan tentang menggelitik, yang kedua, selesai

Title: Pācittiya 53
Post by: Indra on 16 September 2022, 08:11:57 AM
Koleksi Theravāda tentang Hukum Monastik
Aturan Kebhikkhuan dan Analisisnya
Bab tentang Pelanggaran-Pelanggaran yang Mengharuskan Penebusan
Sub-bab tentang Meminum Alkohol


Pācittiya 53. Aturan Latihan tentang Bermain


Kisah Asal-mula

Pada suatu hari ketika Sang Buddha sedang menetap di Sāvatthī di Vihara Anāthapiṇḍika, para bhikkhu dari kelompok tujuh belas sedang bermain air di sungai Aciravatī. Saat itu, sewaktu Raja Pasenadi dari Kosala sedang berada di rumah panggung terbaiknya bersama Ratu Mallikā, ia melihat para bhikkhu dari kelompok tujuh belas sedang bermain dalam sungai. Ia berkata kepada Ratu Mallikā, "Mallikā, para sempurna ini sedang bermain dalam air."

"Baginda, tidak diragukan lagi Sang Buddha belum menetapkan aturan latihan. Apakah memang begitu, atau para bhikkhu ini adalah orang-orang dungu."

Raja Pasenadi berpikir, "Bagaimanakah agar Sang Buddha mengetahui tentang para bhikkhu ini bermain dalam air tanpa aku memberitahu Beliau?"

Setelah memanggil para bhikkhu itu, Raja Pasenadi memberi mereka sebongkah besar gula, dengan mengatakan "Para Mulia, sudilah memberikan bongkahan gula ini kepada Sang Buddha."

Para bhikkhu itu mengambil bongkahan gula itu, mendatangi Sang Buddha, dan berkata, "Yang Mulia, bongkahan gula ini adalah pemberian dari Raja Pasenadi."

"Tetapi, para bhikkhu, di manakah kalian bertemu Raja?"

"Di sungai Aciravatī, ketika sedang bermain dalam air."

Sang Buddha menegur mereka ... "Orang-orang dungu, bagaimana mungkin kalian bermain dalam air? Hal ini akan mempengaruhi keyakinan orang-orang ..." ... "Dan, para bhikkhu, aturan latihan ini harus dibacakan sebagai berikut:

Aturan akhir

'Jika seorang bhikkhu bermain dalam air, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.'"

Definisi

Bermain dalam air:

Jika, dengan tujuan untuk bersenang-senang, ia menyelam atau keluar ke permukaan atau berenang di dalam air yang lebih dalam dari semata kaki, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.

Permutasi

Jika ia sedang bermain dalam air, dan ia menyadarinya sebagai bermain dalam air, maka ia melakukan pelanggaran mengharuskan penebusan. Jika ia sedang bermain dalam air, tetapi ia tidak dapat memastikannya, maka ia melakukan pelanggaran mengharuskan penebusan. Jika ia sedang bermain dalam air, tetapi ia tidak menyadarinya sebagai bermain dalam air, maka ia melakukan pelanggaran mengharuskan penebusan.

Jika ia sedang bermain di dalam air yang dalamnya kurang dari semata kaki, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah.

Jika ia sedang bermain perahu, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah.

Jika ia menepuk air dengan tangannya, dengan kakinya, dengan kayu, atau dengan batu, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah.

Jika ia bermain air dengan kendi, atau dengan bubur, susu, dadih, pewarna, air kencing, atau lumpur dalam kendi, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah.

Jika ia tidak sedang bermain dalam air, tetapi ia menyadarinya sebagai bermain dalam air, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika ia tidak sedang bermain dalam air, tetapi ia tidak dapat memastikannya, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika ia tidak sedang bermain dalam air, dan ia tidak menyadarinya sebagai bermain dalam air, maka tidak ada pelanggaran.

Tidak ada pelanggaran

Tidak ada pelanggaran: Jika ia tidak bertujuan untuk bersenang-senang; jika ada sesuatu yang harus ia lakukan, ia masuk ke dalam air dan kemudian menyelam atau keluar ke permukaan atau berenang; jika, sewaktu menyeberangi air, ia menyelam atau keluar ke permukaan atau berenang; jika terjadi situasi darurat; jika ia gila; jika ia adalah pelaku pertama.

Aturan latihan tentang bermain, yang ketiga, selesai

Title: Pācittiya 54
Post by: Indra on 16 September 2022, 08:12:26 AM
Koleksi Theravāda tentang Hukum Monastik
Aturan Kebhikkhuan dan Analisisnya
Bab tentang Pelanggaran-Pelanggaran yang Mengharuskan Penebusan
Sub-bab tentang Meminum Alkohol


Pācittiya 54. Aturan Latihan tentang Tidak Hormat

Kisah Asal-mula

Pada suatu hari ketika Sang Buddha sedang menetap di Kosambi di Vihara Ghosita, Yang Mulia Channa sedang berperilaku buruk. Para bhikkhu berkata kepadanya, "Channa, jangan lakukan itu; itu tidak diperbolehkan," dan ia akan melakukannya lagi karena tidak hormat.

Para bhikkhu yang memiliki sedikit keinginan mengeluhkan dan mengkritiknya, "Bagaimana mungkin Yang Mulia Channa bersikap dengan tidak hormat?" ... "Benarkah, Channa, bahwa engkau melakukan hal ini?"

"Benar, Yang Mulia."

Sang Buddha menegurnya ... "Orang dungu, bagaimana mungkin engkau melakukan hal ini? Hal ini akan mempengaruhi keyakinan orang-orang ..." ... "Dan, para bhikkhu, aturan latihan ini harus dibacakan sebagai berikut:

Aturan akhir

'Jika seorang bhikkhu bersikap tidak hormat, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.'"

Definisi

Tidak hormat:

Ada dua jenis tidak hormat: tidak hormat pada orang dan tidak hormat pada aturan.

Tidak hormat pada orang:

Jika, ketika dikoreksi oleh seseorang yang sepenuhnya ditahbiskan tentang suatu aturan yang telah ditetapkan, ia berpikir, "Mereka telah dikeluarkan," "Mereka telah ditegur," "Mereka telah dicela," dan kemudian, "Aku tidak akan melakukan apa yang mereka katakan," dan ia bertindak dengan tidak hormat, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.

Tidak hormat pada aturan:

Jika, ketika dikoreksi oleh seseorang yang sepenuhnya ditahbiskan tentang suatu aturan yang telah ditetapkan, ia berpikir, "Apakah yang dapat dilakukan agar aturan ini hilang?" "Apakah yang dapat dilakukan agar aturan ini musnah?" atau "Apakah yang dapat dilakukan agar aturan ini lenyap?" atau ia tidak ingin berlatih dalam aturan itu, dan ia bertindak dengan tidak hormat, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.

Permutasi

Jika orang lain itu sepenuhnya ditahbiskan, dan ia menyadarinya sebagai sepenuhnya ditahbiskan, dan ia bertindak dengan tidak hormat, maka ia melakukan pelanggaran mengharuskan penebusan. Jika orang lain itu sepenuhnya ditahbiskan, tetapi ia tidak dapat memastikannya, dan ia bertindak dengan tidak hormat, maka ia melakukan pelanggaran mengharuskan penebusan. Jika orang lain itu sepenuhnya ditahbiskan, tetapi ia tidak menyadarinya sebagai sepenuhnya ditahbiskan, dan ia bertindak dengan tidak hormat, maka ia melakukan pelanggaran mengharuskan penebusan.

Jika, ketika dikoreksi mengenai sesuatu yang belum ditetapkan, ia berpikir, "Ini tidak kondusif untuk pelenyapan kekotoran," "Ini tidak kondusif untuk praktik pertapaan," "Ini tidak kondusif untuk menginspirasi," "Ini tidak kondusif untuk berkurangnya hal-hal," atau "Ini tidak kondusif untuk menjadi bersemangat," dan ia bertindak dengan tidak hormat, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika, ketika dikoreksi oleh seseorang yang tidak sepenuhnya ditahbiskan, apakah aturan itu sudah atau belum ditetapkan, ia berpikir, "Ini tidak kondusif untuk pelenyapan kekotoran," "Ini tidak kondusif untuk praktik pertapaan," "Ini tidak kondusif untuk menginspirasi," "Ini tidak kondusif untuk berkurangnya hal-hal," atau "Ini tidak kondusif untuk menjadi bersemangat," dan ia bertindak dengan tidak hormat, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah.

Jika orang lain itu tidak sepenuhnya ditahbiskan, tetapi ia menyadarinya sebagai sepenuhnya ditahbiskan, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika orang lain itu tidak sepenuhnya ditahbiskan, tetapi ia tidak dapat memastikannya, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika orang lain itu tidak sepenuhnya ditahbiskan, dan ia tidak menyadarinya sebagai sepenuhnya ditahbiskan, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah.

Tidak ada pelanggaran

Tidak ada pelanggaran: Jika ia mengatakan, "Ini adalah bagaimana kami diajarkan dan diuji oleh guru-guru kami;" jika ia gila; jika ia adalah pelaku pertama.

Aturan latihan tentang tidak hormat, yang keempat, selesai


Title: Pācittiya 55
Post by: Indra on 16 September 2022, 08:12:48 AM
Koleksi Theravāda tentang Hukum Monastik
Aturan Kebhikkhuan dan Analisisnya
Bab tentang Pelanggaran-Pelanggaran yang Mengharuskan Penebusan
Sub-bab tentang Meminum Alkohol

Pācittiya 55. Aturan Latihan tentang Menakut-nakuti

Kisah Asal-mula

Pada suatu hari ketika Sang Buddha sedang menetap di Sāvatthī di Vihara Anāthapiṇḍika, para bhikhu dari kelompok enam menakut-nakuti para bhikkhu dari kelompok tujuh belas. Mereka menangis. Para bhikkhu lainnya bertanya kepada mereka mengapa mereka menangis, dan mereka memberitahukan.

Para bhikkhu yang memiliki sedikit keinginan mengeluhkan dan mengkritiknya, "Bagaimana mungkin para bhikhu dari kelompok enam menakut-nakuti para bhikkhu?" ... "Benarkah, para bhikkhu, bahwa kalian melakukan hal ini?"

"Benar, Yang Mulia."

Sang Buddha menegurnya ... "Orang-orang dungu, bagaimana mungkin kalian melakukan hal ini? Hal ini akan mempengaruhi keyakinan orang-orang ..." ... "Dan, para bhikkhu, aturan latihan ini harus dibacakan sebagai berikut:

Aturan akhir

'Jika seorang bhikkhu menakut-nakuti seorang bhikkhu, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.'"

Definisi

Seorang:

Siapa pun

Bhikkhu:

... Seorang bhikkhu yang telah diberikan penahbisan penuh oleh Sangha yang sepakat melalui prosedur sah yang terdiri dari satu usul dan tiga pengumuman yang tidak dapat dibatalkan dan lengkap—bhikkhu jenis inilah yang dimaksudkan dalam kasus ini.

Seorang bhikkhu:

Bhikkhu lainnya.

Menakut-nakuti:

Jika seorang yang sepenuhnya ditahbiskan, karena ingin menakit-nakuti seorang lainnya yang sepenuhnya ditahbiskan, mengatur suatu pemandangan, suara, bau-bauan, rasa kecapan, atau kontak fisik, maka apakah bhikkhu lainnya itu ketakutan atau tidak, ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan. Jika ia menceritakan kepadanya tentang hutan belantara yang didiami oleh para penjahat, binatang-binatang buas, atau siluman-siluman, maka apakah bhikkhu lainnya itu ketakutan atau tidak, ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.

Permutasi

Jika orang lain itu sepenuhnya ditahbiskan, dan ia menyadarinya sebagai sepenuhnya ditahbiskan, dan ia menakut-nakutinya, maka ia melakukan pelanggaran mengharuskan penebusan. Jika orang lain itu sepenuhnya ditahbiskan, tetapi ia tidak dapat memastikannya, dan ia menakut-nakutinya, maka ia melakukan pelanggaran mengharuskan penebusan. Jika orang lain itu sepenuhnya ditahbiskan, tetapi ia tidak menyadarinya sebagai sepenuhnya ditahbiskan, dan ia menakut-nakutinya, maka ia melakukan pelanggaran mengharuskan penebusan.

Jika, karena ingin menakut-nakuti seseorang yang tidak sepenuhnya ditahbiskan, ia mengatur suatu pemandangan, suara, bau-bauan, rasa kecapan, atau kontak fisik, maka apakah bhikkhu lainnya itu ketakutan atau tidak, ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika ia menceritakan kepadanya tentang hutan belantara yang didiami oleh para penjahat, binatang-binatang buas, atau siluman-siluman, maka apakah bhikkhu lainnya itu ketakutan atau tidak, ia melakukan pelanggaran perbuatan salah.

Jika orang lain itu tidak sepenuhnya ditahbiskan, tetapi ia menyadarinya sebagai sepenuhnya ditahbiskan, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika orang lain itu tidak sepenuhnya ditahbiskan, tetapi ia tidak dapat memastikannya, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika orang lain itu tidak sepenuhnya ditahbiskan, dan ia tidak menyadarinya sebagai sepenuhnya ditahbiskan, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah.

Tidak ada pelanggaran

Tidak ada pelanggaran: Jika ia mengatur suatu pemandangan, suara, bau-bauan, rasa kecapan, atau kontak fisik, atau ia menceritakan kepadanya tentang hutan belantara yang didiami oleh para penjahat, binatang-binatang buas, atau siluman-siluman, tetapi bukan karena ia ingin menakut-nakuti siapapun; jika ia gila; jika ia adalah pelaku pertama.

Aturan latihan tentang menakut-nakuti, yang kelima, selesai
Title: Pācittiya 56
Post by: Indra on 16 September 2022, 08:13:30 AM
Koleksi Theravāda tentang Hukum Monastik
Aturan Kebhikkhuan dan Analisisnya
Bab tentang Pelanggaran-Pelanggaran yang Mengharuskan Penebusan
Sub-bab tentang Meminum Alkohol

Pācittiya 56. Aturan Latihan tentang Api

Kisah Asal-mula

Sub-kisah pertama

Pada suatu ketika Sang Buddha sedang menetap di negeri Bhagga di Susumāragira di Hutan Bhesakaḷā, taman rusa. Pada saat itu, selama musim dingin, para bhikkhu menghangatkan badan dengan menyalakan api pada kayu berongga. Karena panas oleh api, sekor ular hitam keluar dari kayu dan menyerang para bhikkhu. Para bhikkhu berlarian kesana kemari.

Para bhikkhu yang memiliki sedikit keinginan mengeluhkan dan mengkritiknya, "Bagaimana mungkin para bhikhu itu menyalakan api untuk menghangatkan badan?" ... "Benarkah, para bhikkhu, bahwa para bhikkhu melakukan hal ini?"

"Benar, Yang Mulia."

Sang Buddha menegurnya mereka "Bagaimana mungkin orang-orang dungu itu melakukan hal ini? Hal ini akan mempengaruhi keyakinan orang-orang ..." ... "Dan, para bhikkhu, aturan latihan ini harus dibacakan sebagai berikut:

Aturan awal

'Jika seorang bhikkhu menyalakan api untuk menghangatkan diri, atau menyuruh orang lain menyalakan, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.'"

Dengan cara inilah Sang Buddha menetapkan aturan latihan ini untuk para bhikkhu.

Sub-kisah kedua

Pada suatu ketika sejumlah bhikkhu jatuh sakit. Para bhikkhu yang merawat mereka berkata, "Aku harap kalian bertahan. Aku harap kalian menjadi lebih baik."

"Sebelumnya kami menyalakan api untuk menghangatkan diri, dan kemudian kami merasa nyaman. Tetapi sekarang Sang Buddha telah melarang hal ini, kami tidak menghangatkan badan karena takut melakukan kesalahan. Karena itu kami tidak merasa nyaman."

Mereka memberitahu Sang Buddha. Segera setelah itu Sang Buddha membabarkan ajaran dan berkata kepada para bhikkhu:

"Para bhikkhu, Aku memperbolehkan bhikkhu yang sakit untuk menyalakan api untuk menghangatkan badan, atau menyuruh orang lain menyalakannya.

Dan, para bhikkhu, aturan latihan ini harus dibacakan sebagai berikut:

Aturan awal kedua

'Jika seorang bhikkhu yang tidak sakit menyalakan api untuk menghangatkan diri, atau menyuruh orang lain menyalakan, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.'"

Dengan cara inilah Sang Buddha menetapkan aturan latihan ini untuk para bhikkhu.

Sub-kisah ketiga

Setelah itu para bhikkhu tidak menyalakan lampu, api kecil, atau sauna karena mereka takut melakukan kesalahan. Mereka memberitahu Sang Buddha ...

"Para bhikkhu, Aku memperbolehkan kalian menyalakan api, atau menyuruh orang lain menyalakan, jika ada alasan yang tepat.

Dan, para bhikkhu, aturan latihan ini harus dibacakan sebagai berikut:

Aturan akhir

'Jika seorang bhikkhu yang tidak sakit menyalakan api untuk menghangatkan diri, atau menyuruh orang lain menyalakan, kecuali jika ada alasan yang tepat, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.'"

Definisi

Seorang:

Siapa pun

Bhikkhu:

... Seorang bhikkhu yang telah diberikan penahbisan penuh oleh Sangha yang sepakat melalui prosedur sah yang terdiri dari satu usul dan tiga pengumuman yang tidak dapat dibatalkan dan lengkap—bhikkhu jenis inilah yang dimaksudkan dalam kasus ini.

Yang tidak sakit:

Yang merasa nyaman tanpa api.

Yang sakit:

Yang tidak merasa nyaman tanpa api.

Untuk menghangatkan diri:

Ingin memanaskan dirinya.

Api:

Yang dimaksudkan adalah kobaran api.

Menyalakan:

Jika ia menyalakannya sendiri, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.

Menyuruh orang lain menyalakan:

Jika ia menyuruh orang lain, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan. Jika ia hanya menyuruh satu kali, maka bahkan jika orang itu menyalakan banyak api, ia melakukan satu pelanggaran yang mengharuskan penebusan.

Kecuali jika ada alasan yang tepat:

Kecuali ada alasan yang membenarkan.

Permutasi

Jika ia tidak sakit, dan ia tidak menyadari dirinya sebagai sakit, dan ia menyalakan api untuk menghangatkan badan, atau menyuruh orang lain menyalakan, kecuali jika ada alasan yang tepat, maka ia melakukan pelanggaran mengharuskan penebusan. Jika ia tidak sakit, tetapi ia tidak dapat memastikannya, dan ia menyalakan api untuk menghangatkan badan, atau menyuruh orang lain menyalakan, kecuali jika ada alasan yang tepat, maka ia melakukan pelanggaran mengharuskan penebusan. Jika ia tidak sakit, tetapi ia menyadari dirinya sebagai sakit, dan ia menyalakan api untuk menghangatkan badan, atau menyuruh orang lain menyalakan, kecuali jika ada alasan yang tepat, maka ia melakukan pelanggaran mengharuskan penebusan.

Jika ia mengembalikan sepotong kayu terbakar yang terjatuh, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika ia sakit, tetapi ia tidak menyadari dirinya sebagai sakit, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika ia sakit, tetapi ia tidak dapat memastikannya, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika ia sakit, dan ia menyadari dirinya sebagai sakit, maka tidak ada pelanggaran.

Tidak ada pelanggaran

Tidak ada pelanggaran: Jika ia sakit; jika ia menghangatkan badan pada api yang dinyalakan oleh orang lain; jika ia menghangatkan badan pada bara tanpa api; jika ia menyalakan lampu, api kecil, atau sauna, ketika ada alasan yang tepat; jika terjadi situasi darurat; jika ia gila; jika ia adalah pelaku pertama.

Aturan latihan tentang api, yang keenam, selesai

Title: Pācittiya 57
Post by: Indra on 16 September 2022, 08:14:20 AM
Koleksi Theravāda tentang Hukum Monastik
Aturan Kebhikkhuan dan Analisisnya
Bab tentang Pelanggaran-Pelanggaran yang Mengharuskan Penebusan
Sub-bab tentang Meminum Alkohol

Pācittiya 57. Aturan Latihan tentang Mandi

Kisah Asal-mula

Sub-kisah pertama

Pada suatu hari ketika Sang Buddha sedang menetap di Rājagaha di Hutan Bambu, taman suaka tupai, para bhikkhu sedang mandi di sumber air panas. Saat itu Raja Seniya Bimbisāra dari Magadha pergi ke sumber air panas tersebut, berniat untuk mencuci rambutnya. Ia dengan hormat menunggu hingga para bhikkhu selesai, tetapi mereka terus mandi hingga hari gelap. Hanya setelah itu Raja Bimbisāra dapat mencuci rambutnya. Dan karena gerbang kota telah ditutup, ia terpaksa melewatkan malam di luar kota.

Keesokan paginya, dengan riasan wajah masih ada, ia mendatangi Sang Buddha, bersujud, dan duduk. Sang Buddha berkata kepadanya, "Baginda, mengapakah engkau sudah datang begitu pagi, dengan riasan wajah masih ada?" Sang Raja memberitahu Beliau apa yang telah terjadi. Kemudian Sang Buddha memberikan instruksi, menginspirasi, dan menggembirakannya dengan suatu ajaran, setelah itu Sang Raja bangkit dari duduknya, bersujud, mengelilingi Beliau dengan sisi kanannya menghadap Beliau, dan pergi.

Segera setelah itu Sang Buddha mengumpulkan Sangha dan menanyai para bhikkhu: "Benarkah, para bhikkhu, bahwa para bhikkhu mandi tanpa mengenal cukup, bahkan setelah melihat Sang Raja?"

"Benar, Yang Mulia."

Sang Buddha menegurnya mereka "Bagaimana mungkin orang-orang dungu bertindak seperti ini? Hal ini akan mempengaruhi keyakinan orang-orang ..." ... "Dan, para bhikkhu, aturan latihan ini harus dibacakan sebagai berikut:

Aturan awal

'Jika seorang bhikkhu mandi dalam selang waktu kurang dari setengah bulan, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.'"

Dengan cara inilah Sang Buddha menetapkan aturan latihan ini untuk para bhikkhu.

Sub-kisah kedua

Tidak lama kemudian, karena mereka takut melakukan kesalahan, para bhikkhu tidak mandi ketika hari panas atau ketika mereka demam, dan mereka pergi tidur dengan tubuh berkeringat. Sebagai akibatnya, jubah dan tempat tidur mereka menjadi kotor. Mereka memberitahu Sang Buddha. Segera setelah itu Beliau membabarkan ajaran dan berkata kepada para bhikkhu:

"Para bhikkhu, Jika hari panas atau kalian mengalami demam, Aku memperbolehkan kalian mandi dengan selang kurang dari setengah bulan.

Dan, para bhikkhu, aturan latihan ini harus dibacakan sebagai berikut:

Aturan awal kedua

'Jika seorang bhikkhu mandi dalam selang waktu kurang dari setengah bulan, kecuali pada kesempatan yang diperbolehkan, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan. Ini adalah kesempatan yang diperbolehkan: saat itu adalah periode dua setengah bulan musim panas dan musim demam, yang terdiri dari satu setengah bulan terakhir musim panas dan bulan pertama musim hujan.'"

Dengan cara inilah Sang Buddha menetapkan aturan latihan ini untuk para bhikkhu.

Sub-kisah ketiga

Tidak lama kemudian beberapa bhikkhu jatuh sakit.  Para bhikkhu yang merawat mereka berkata, "Aku harap kalian bertahan. Aku harap kalian menjadi lebih baik."

"Sebelumnya kami mandi dalam selang waktu kurang dari setengah bulan, dan kemudian kami merasa nyaman. Tetapi sekarang Sang Buddha telah melarang hal ini, kami tidak mandi karena takut melakukan kesalahan. Karena itu kami tidak merasa nyaman."

Mereka memberitahu Sang Buddha. ...

"Para bhikkhu, Aku memperbolehkan bhikkhu yang sakit untuk mandi dalam selang waktu kurang dari setengah bulan.

Dan, para bhikkhu, aturan latihan ini harus dibacakan sebagai berikut:

Aturan awal ketiga

'Jika seorang bhikkhu mandi dalam selang waktu kurang dari setengah bulan, kecuali pada kesempatan yang diperbolehkan, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan. Ini adalah kesempatan yang diperbolehkan: saat itu adalah periode dua setengah bulan musim panas dan musim demam, yang terdiri dari satu setengah bulan terakhir musim panas dan bulan pertama musim hujan; ia sedang sakit.'"

Dengan cara inilah Sang Buddha menetapkan aturan latihan ini untuk para bhikkhu.

Sub-kisah keempat

Tidak lama kemudian para bhikkhu sedang melakukan pekerjaan pembangunan, tetapi karena mereka takut melakukan kesalahan maka mereka tidak mandi. Sebagai akibatnya, mereka pergi tidur dengan tubuh berkeringat, jubah dan tempat tidur mereka menjadi kotor. Mereka memberitahu Sang Buddha. ...

"Para bhikkhu, Aku memperbolehkan bhikkhu yang sakitkalian untuk mandi dalam selang waktu kurang dari setengah bulan ketika kalian sedang bekerja.

Dan, para bhikkhu, aturan latihan ini harus dibacakan sebagai berikut:

Aturan awal keempat

'Jika seorang bhikkhu mandi dalam selang waktu kurang dari setengah bulan, kecuali pada kesempatan yang diperbolehkan, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan. Ini adalah kesempatan yang diperbolehkan: saat itu adalah periode dua setengah bulan musim panas dan musim demam, yang terdiri dari satu setengah bulan terakhir musim panas dan bulan pertama musim hujan; ia sedang sakit; ia sedang bekerja.'"

Dengan cara inilah Sang Buddha menetapkan aturan latihan ini untuk para bhikkhu.

Sub-kisah kelima

Tidak lama kemudian para bhikkhu sedang melakukan perjalanan, tetapi karena mereka takut melakukan kesalahan maka mereka tidak mandi. Sebagai akibatnya, mereka pergi tidur dengan tubuh berkeringat, jubah dan tempat tidur mereka menjadi kotor. Mereka memberitahu Sang Buddha. ...

"Para bhikkhu, Aku memperbolehkan bhikkhu yang sakitkalian untuk mandi dalam selang waktu kurang dari setengah bulan ketika kalian sedang melakukan perjalanan.

Dan, para bhikkhu, aturan latihan ini harus dibacakan sebagai berikut:

Aturan awal kelima

'Jika seorang bhikkhu mandi dalam selang waktu kurang dari setengah bulan, kecuali pada kesempatan yang diperbolehkan, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan. Ini adalah kesempatan yang diperbolehkan: saat itu adalah periode dua setengah bulan musim panas dan musim demam, yang terdiri dari satu setengah bulan terakhir musim panas dan bulan pertama musim hujan; ia sedang sakit; ia sedang bekerja; ia sedang melakukan perjalanan.'"

Dengan cara inilah Sang Buddha menetapkan aturan latihan ini untuk para bhikkhu.

Sub-kisah keenam

Tidak lama kemudian sejumlah bhikkhu sedang membuat jubah di ruang terbuka, ketika mereka diserang oleh angin berdebu dan hujan lebat. Tetapi karena mereka takut melakukan kesalahan maka mereka tidak mandi. Sebagai akibatnya, mereka pergi tidur dalam kondisi lembab. Sebagai akibatnya jubah dan tempat tidur mereka menjadi kotor. Mereka memberitahu Sang Buddha. ...

"Para bhikkhu, jika terjadi angin dan hujan, Aku memperbolehkan kalian untuk mandi dalam selang waktu kurang dari setengah bulan.

Dan, para bhikkhu, aturan latihan ini harus dibacakan sebagai berikut:

Aturan akhir

'Jika seorang bhikkhu mandi dalam selang waktu kurang dari setengah bulan, kecuali pada kesempatan yang diperbolehkan, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan. Ini adalah kesempatan yang diperbolehkan: saat itu adalah periode dua setengah bulan musim panas dan musim demam, yang terdiri dari satu setengah bulan terakhir musim panas dan bulan pertama musim hujan; ia sedang sakit; ia sedang bekerja; ia sedang melakukan perjalanan; terjadi angin dan hujan.'"

Definisi

Seorang:

Siapa pun

Bhikkhu:

... Seorang bhikkhu yang telah diberikan penahbisan penuh oleh Sangha yang sepakat melalui prosedur sah yang terdiri dari satu usul dan tiga pengumuman yang tidak dapat dibatalkan dan lengkap—bhikkhu jenis inilah yang dimaksudkan dalam kasus ini.

Dalam selang waktu kurang dari setengah bulan:

Setelah kurang dari setengah bulan.

Mandi:

Jika ia mandi menggunakan bubuk atau sabun, maka untuk setiap usaha, terjadi tindakan perbuatan salah. Ketika selesai mandi, ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.

Kecuali pada kesempatan yang diperbolehkan:

Kecuali jika saat itu adalah kesempatan yang diperbolehkan.

Musim panas:

Satu setengah bulan terakhir musim panas.

Musim demam:

Bulan pertama musim hujan. Selama periode dua setengah bulan musim panas dan musim demam, ia boleh mandi.

Ia sedang sakit:

Ia merasa tidak nyaman tanpa mandi. Jika ia sakit, maka ia boleh mandi.

Ia sedang bekerja:

Bahkan jika ia hanya menyapu halaman sebuah bangunan. Jika ia sedang bekerja, maka ia boleh mandi.

Ia sedang melakukan perjalanan:

Jika ia berniat untuk berjalan enam kilometer, maka ia boleh mandi; sewaktu dalam perjalanan, ia boleh mandi; setelah perjalanan, ia boleh mandi.

Terjadi angin dan hujan:

Para bhikkhu diserang angin berdebu, dan dua atau tiga tetes air hujan pada tubuh mereka. Jika terjadi angin dan hujan, mereka boleh mandi.

Permutasi

Jika itu adalah dalam selang waktu kurang dari setengah bulan, dan ia menyadarinya sebagai kurang, dan ia mandi, kecuali pada kesempatan yang diperbolehkan, maka ia melakukan pelanggaran mengharuskan penebusan. Jika itu adalah dalam selang waktu kurang dari setengah bulan, tetapi ia tidak dapat memastikannya, dan ia mandi, kecuali pada kesempatan yang diperbolehkan, maka ia melakukan pelanggaran mengharuskan penebusan. Jika itu adalah dalam selang waktu kurang dari setengah bulan, tetapi ia menyadari dirinya sebagai lebih, dan ia mandi, kecuali pada kesempatan yang diperbolehkan, maka ia melakukan pelanggaran mengharuskan penebusan.

Jika itu adalah dalam selang waktu lebih dari setengah bulan, tetapi ia menyadarinya sebagai kurang, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika itu adalah dalam selang waktu lebih dari setengah bulan, tetapi ia tidak dapat memastikannya, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika itu adalah dalam selang waktu lebih dari setengah bulan, dan ia menyadarinya sebagai lebih, maka tidak ada pelanggaran.

Tidak ada pelanggaran

Tidak ada pelanggaran: Jika itu adalah kesempatan yang diperbolehkan; jika ia mandi dalam selang waktu setengah bulan; jika ia mandi dalam selang waktu lebih dari setengah bulan; jika ia mandi ketika menyeberangi perairan; jika ia tidak berada di dataran Gangga tengah; jika terjadi situasi darurat; jika ia gila; jika ia adalah pelaku pertama.

Aturan latihan tentang mandi, yang ketujuh, selesai

Title: Pācittiya 58
Post by: Indra on 16 September 2022, 08:15:01 AM
Koleksi Theravāda tentang Hukum Monastik
Aturan Kebhikkhuan dan Analisisnya
Bab tentang Pelanggaran-Pelanggaran yang Mengharuskan Penebusan
Sub-bab tentang Meminum Alkohol

Pācittiya 58. Aturan Latihan tentang Memberi Tanda

Kisah Asal-mula

Pada suatu hari ketika Sang Buddha sedang menetap di Sāvatthī di Vihara Anāthapiṇḍika, sejumlah bhikkhu dan pengembara dirampok ketika sedang melakukan perjalanan dari Sāketa menuju Sāvatthī. Para pengawal raja pergi keluar dari Sāvatthi dan menangkap para perampok dan rampasan mereka. Kemudian mereka mengirim pesan kepada para bhikkhu: "Para Mulia, silakan datang dan ambil jubah-jubah kalian." Tetapi para bhikkhu tidak dapat mengidentifikasinya. Orang-orang mengeluhkan dan mengkritik mereka, "Bagaimana mungkin mereka tidak mengenali jubah mereka sendiri?"

Para bhikkhu mendengar keluhan orang-orang itu, dan mereka memberitahu Sang Buddha. Sang Buddha mengumpulkan Sangha, membabarkan ajaran tentang apa yang benar dan selayaknya, dan kemudian berkata kepada para bhikkhu: "Baiklah, para bhikkhu, Aku akan menetapkan aturan latihan untuk sepuluh alasan berikut ini: demi kesejahteraan Sangha, demi kenyamanan Sangha; demi mengekang orang-orang jahat, demi kemudahan para bhikkhu baik, demi pengekangan kerusakan sehubungan dengan kehidupan saat ini, untuk pengekangan kerusakan  sehubungan dengan kehidupan-kehidupan masa depan, untuk memunculkan keyakinan pada meereka yang tanpa keyakinan, untuk meningkatan keyakinan pada mereka yang telah memilikinya, demi panjangnya umur Ajaran sejati, dan demi menyokong Latihan. Dan, para bhikkhu, aturan Latihan ini harus dibacakan sebagai berikut:

Aturan akhir

'Ketika seorang bhikkhu memperoleh jubah baru, ia harus memberikan satu dari tiga jenis tanda: hijau-kebiruan, warna-lumpur, atau cokelat gelap. Jika seorang bhikkhu menggunakan jubah baru tanpa memberikan salah satu dari ketiga jenis tanda ini, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.'"

Definisi

Baru:

Yang dimaksudkan adalah sebuah tanda belum diberikan

Jubah:

Salah satu dari enam jenis jubah.

Ia harus memberikan satu dari tiga jenis tanda:

Bahkan jika ia hanya memberikan seujung helai rumput.

Hijau-kebiruan:

Ada dua jenis hijau-kebiruan: warna tembaga-sulfat dan warna daun.

Warna-lumpur:

Yang dimaksudkan adalah warna berair.

Cokelat gelap:

Apa pun yang gelap kecokelatan.

Jika seorang bhikkhu ... tanpa memberikan salah satu dari ketiga jenis tanda ini:

Jika ia menggunakan jubah baru tanpa terlebih dulu memberikan salah satu dari ketiga jenis tanda ini, bahkan hanya seujung helai rumput, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.

Permutasi

Jika belum ditandai, dan ia menyadarinya sebagai belum, dan ia menggunakan jubah itu, maka ia melakukan pelanggaran mengharuskan penebusan. Jika belum ditandai, tetapi ia tidak dapat memastikannya, dan ia menggunakan jubah itu, maka ia melakukan pelanggaran mengharuskan penebusan. Jika belum ditandai, tetapi ia menyadarinya sebagai sudah, dan ia menggunakan jubah itu, maka ia melakukan pelanggaran mengharuskan penebusan.

Jika sudah ditandai, tetapi ia menyadarinya sebagai belum, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika sudah ditandai, tetapi ia tidak dapat memastikannya, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika sudah ditandai, dan ia menyadarinya sebagai sudah, maka tidak ada pelanggaran.

Tidak ada pelanggaran

Tidak ada pelanggaran: Jika ia memberikan tanda dan menggunakannya; jika tanda itu telah memudar; jika bagian di mana tanda itu berada menjadi usang; jika apa yang telah ditandai dijahit bersama dengan apa yang belum ditandai; jika itu adalah tambalan; jika itu adalah tepian memanjang; jika itu adalah tepian melintang; jika ia gila; jika ia adalah pelaku pertama.

Aturan latihan memberi tanda, yang kedelapan, selesai
Title: Pācittiya 59
Post by: Indra on 16 September 2022, 08:15:40 AM
Koleksi Theravāda tentang Hukum Monastik
Aturan Kebhikkhuan dan Analisisnya
Bab tentang Pelanggaran-Pelanggaran yang Mengharuskan Penebusan
Sub-bab tentang Meminum Alkohol

Pācittiya 59. Aturan Latihan tentang Menyerahkan Kepemilikan kepada Orang Lain

Kisah Asal-mula

Pada suatu ketika Sang Buddha sedang menetap di Sāvatthī di Hutan Jeta, Vihara Anāthapiṇḍika. Pada saat itu Yang Mulia Upananda orang Sakya telah menyerahkan kepemilikan sebuah jubah kepada seorang bhikkhu yang adalah murid adiknya. Kemudian ia menggunakan jubah itu tanpa bhikkhu itu melepaskannya. Bhikkhu itu memberitahu para bhikkhu, "Yang Mulia Upananda menggunakan jubah yang telah ia serahkan kepadaku, walaupun aku belum melepaskannya."

Para bhikkhu yang memiliki sedikit keinginan mengeluhkan dan mengkritik Upananda, "Bagaimana mungkin Yang Mulia Upananda menggunakan jubah yang telah ia serahkan kepada seorang bhikkhu, tanpa bhikkhu itu terlebih dulu melepaskannya?" ... "Benarkah, Upananda, bahwa engkau melakukan hal ini?"

"Benar, Yang Mulia."

Sang Buddha menegurnya ... "Orang dungu, bagaimana mungkin engkau melakukan hal ini? Hal ini akan mempengaruhi keyakinan orang-orang ..." ... "Dan, para bhikkhu, aturan latihan ini harus dibacakan sebagai berikut:

Aturan akhir

'Ketika seorang bhikkhu menyerahkan sendiri kepemilikan atas sebuah jubah kepada seorang bhikkhu, kepada seorang bhikkhunī, kepada seorang bhikkhunī percobaan kepada seorang sāmaṇera atau kepada seorang sāmaṇerī, dan kemudian ia menggunakannya tanpa yang lainnya terlebih dulu melepaskannya, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.'"

Definisi

Seorang:

Siapa pun

Bhikkhu:

... Seorang bhikkhu yang telah diberikan penahbisan penuh oleh Sangha yang sepakat melalui prosedur sah yang terdiri dari satu usul dan tiga pengumuman yang tidak dapat dibatalkan dan lengkap—bhikkhu jenis inilah yang dimaksudkan dalam kasus ini.

Bhikkhunī:

Ia telah diberikan penahbisan penuh oleh kedua Sangha.

Bhikkhunī percobaan:

Seorang yang berlatih dalam enam aturan selama dua tahun.

sāmaṇera:

Seorang laki-laki yang berlatih dalam sepuluh aturan latihan.

sāmaṇerī:

Seorang perempuan yang berlatih dalam sepuluh aturan latihan.

Sendiri:

Ia sendiri yang melakukan penyerahan itu.

Jubah:

Salah satu dari enam jenis kain-jubah, tetapi tidak lebih kecil daripada apa yang dapat dialokasikan untuk orang lain.

Menyerahkan kepemilikan atas:

Ada dua jenis penyerahan: penyerahan dengan kehadiran dan penyerahan tanpa kehadiran.

Penyerahan dengan kehadiran:

Seseorang harus mengucapkan, "Aku menyerahkan kain-jubah ini kepadamu," atau "Aku menyerahkan kain-jubah ini kepada orang itu."

Penyerahan tanpa kehadiran:

Seseorang berkata, "Aku memberikan kain-jubahh ini kepadamu untuk tujuan menyerahkannya." Yang lainnya harus menanyakan, "Siapakah teman atau rekanmu?" ia harus menjawab, "si itu dan itu." Yang lainnya harus berkata, "Aku memberikannya kepada mereka. Silakan menggunakan benda milik mereka, memberikannya, atau melakukan apa pun yang engkau kehendaki."

Tanpa terlebih dulu melepaskannya:

Jika tidak diberikan kepadanya atau ia menggunakannya tanpa mengambilnya atas dasar kepercayaan, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.

Permutasi

Jika belum dilepaskan, dan ia menyadarinya sebagai belum, dan ia menggunakannya, maka ia melakukan pelanggaran mengharuskan penebusan. Jika belum dilepaskan, tetapi ia tidak dapat memastikannya, dan ia menggunakanya, maka ia melakukan pelanggaran mengharuskan penebusan. Jika belum dilepaskan, tetapi ia menyadarinya sebagai sudah, dan ia menggunakannya, maka ia melakukan pelanggaran mengharuskan penebusan.

Jika ia menetapkannya atau memberikannya, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika sudah dilepaskan, tetapi ia menyadarinya sebagai belum, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika sudah dilepaskan, tetapi ia tidak dapat memastikannya, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika sudah dilepaskan, dan ia menyadarinya sebagai sudah, maka tidak ada pelanggaran.

Tidak ada pelanggaran

Tidak ada pelanggaran: Jika orang lain memberikannya; atau jika ia menggunakannya setelah mengambil benda milik orang lain atas dasar kepercayaan; jika ia gila; jika ia adalah pelaku pertama.

Aturan latihan tentang menyerahkan kepemilikan kepada orang lain, yang kesembilan, selesai
Title: Pācittiya 60
Post by: Indra on 16 September 2022, 08:16:22 AM
Koleksi Theravāda tentang Hukum Monastik
Aturan Kebhikkhuan dan Analisisnya
Bab tentang Pelanggaran-Pelanggaran yang Mengharuskan Penebusan
Sub-bab tentang Meminum Alkohol


Pācittiya 60. Aturan Latihan tentang Menyembunyikan Jubah

Kisah Asal-mula

Pada suatu ketika Sang Buddha sedang menetap di Sāvatthī di Hutan Jeta, Vihara Anāthapiṇḍika. Suatu hari ketika para bhikkhu dari kelompok tujuh belas tidak menyimpan benda-benda kebutuhan mereka, para bhikkhu dari kelompok enam menyembunyikan mangkuk dan jubah mereka. Para bhikkhu dari kelompok tujuh belas berkata kepada mereka, "Kembalikan mangkuk dan jubah kami." Para bhikkhu dari kelompok enam tertawa, tetapi para bhikkhu dari kelompok tujuh belas menangis.

Para bhikkhu bertanya kepada mereka, "Mengapakah kalian menangis?"

"Karena para bhikkhu dari kelompok enam telah menyembunyikan mangkuk dan jubah kami."

Para bhikkhu yang memiliki sedikit keinginan mengeluhkan dan mengkritik mereka, "Bagaimana mungkin para bhikkhu dari kelompok enam menyembunyikan mangkuk dan jubah bhikkhu lain?" ... "Benarkah, para bhikkhu, bahwa kalian melakukan hal ini?"

"Benar, Yang Mulia."

Sang Buddha menegur mereka ... "Orang-orang dungu, bagaimana mungkin kalian melakukan hal ini? Hal ini akan mempengaruhi keyakinan ..." ... "Dan, para bhikkhu, aturan latihan ini harus dibacakan sebagai berikut:

Aturan akhir

'Jika seorang bhikkhu menyembunyikan mangkuk, jubah, alas duduk, kotak jarum, atau ikat pinggang milik bhikkhu lain, atau menyuruh orang lain menyembunyikan, bahkan sekedar untuk bercanda, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.'"

Definisi

Seorang:

Siapa pun

Bhikkhu:

... Seorang bhikkhu yang telah diberikan penahbisan penuh oleh Sangha yang sepakat melalui prosedur sah yang terdiri dari satu usul dan tiga pengumuman yang tidak dapat dibatalkan dan lengkap—bhikkhu jenis inilah yang dimaksudkan dalam kasus ini.

Milik bhikkhu lain:

Yang dimiliki oleh bhikkhu lain.

Mangkuk:

Ada dua jenis mangkuk: mangkuk besi dan mangkuk keramik.

Jubah:

Salah satu dari enam jenis kain-jubah, tetapi tidak lebih kecil daripada apa yang dapat dialokasikan untuk orang lain.

Alas duduk:

Yang dimaksudkan adalah yang memiliki tepian.

Kotak jarum:

Dengan atau tanpa jarum.

Ikat pinggang:

Ada dua jenis ikat pinggang: yang terbuat dari potongan kain dan yang terbuat dari usus babi.

Menyembunyikan:

Jika ia sendiri yang menyembunyikan, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.

Menyuruh menyembunyikan:

Jika ia menyuruh orang lain, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan. Jika ia menyuruh satu kali, maka bahkan jika orang lain itu menyembunyikan banyak benda, ia melakukan satu pelanggaran yang mengharuskan penebusan.

Bahkan sekedar untuk bercanda:

Bertujuan untuk bersenda gurau.

Permutasi

Jika bhikkhu lainnya sepenuhnya ditahbiskan, dan ia menyadarinya sebagai sepenuhnya ditahbiskan, dan ia menyembunyikan mangkuk, jubah, alas duduk, kotak jarum, atau ikat pinggangnya, bahkan sekedar untuk bercanda, maka ia melakukan pelanggaran mengharuskan penebusan. Jika bhikkhu lainnya sepenuhnya ditahbiskan, tetapi ia tidak dapat memastikannya, dan ia menyembunyikan mangkuk, jubah, alas duduk, kotak jarum, atau ikat pinggangnya, bahkan sekedar untuk bercanda, maka ia melakukan pelanggaran mengharuskan penebusan. Jika bhikkhu lainnya sepenuhnya ditahbiskan, tetapi ia tidak menyadarinya sebagai sepenuhnya ditahbiskan, dan ia menyembunyikan mangkuk, jubah, alas duduk, kotak jarum, atau ikat pinggangnya, bahkan sekedar untuk bercanda, maka ia melakukan pelanggaran mengharuskan penebusan.

Jika ia menyembunyikan benda kebutuhan lain, atau menyuruh menyembunyikan, bahkan sekedar untuk bercanda, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika ia menyembunyikan mangkuk atau jubah atau benda kebutuhan lainnya dari seseorang yang tidak sepenuhnya ditahbiskan, atau menyuruh menyembunyikan, bahkan sekedar untuk bercanda, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah.

Jika orang lainnya tidak sepenuhnya ditahbiskan, tetapi ia menyadarinya sebagai sepenuhnya ditahbiskan, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika orang lainnya tidak sepenuhnya ditahbiskan, tetapi ia tidak dapat memastikannya, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika orang lainnya tidak sepenuhnya ditahbiskan, dan ia tidak menyadarinya sebagai sepenuhnya ditahbiskan, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah.

Tidak ada pelanggaran

Tidak ada pelanggaran: Jika ia tidak bertujuan untuk bercanda; jika ia menyimpan apa yang tidak disimpan dengan benar; jika ia menyimpan dengan berpikir, "Setelah membabarkan ajaran, aku akan mengembalikannya;" jika ia gila; jika ia adalah pelaku pertama.

Aturan latihan tentang menyembunyikan jubah, yang kesepuluh, selesai

SUB-BAB KEENAM TENTANG MEMINUM ALKOHOL SELESAI

Berikut ini adalah rangkumannya:
"Alkohol, jari, dan tertawa,
Dan tidak hormat, menakut-nakuti,
Api, mandi, tanda,
Dirinya sendiri, dan dengan menyembunyikan."
Title: Pācittiya 61
Post by: Indra on 16 September 2022, 08:22:13 AM
Koleksi Theravāda tentang Hukum Monastik
Aturan Kebhikkhuan dan Analisisnya
Bab tentang Pelanggaran-Pelanggaran yang Mengharuskan Penebusan
Sub-bab tentang Mengandung Makhluk-Makhluk Hidup

Pācittiya 61. Aturan Latihan tentang Dengan Sengaja

Kisah Asal-mula

Pada suatu ketika Sang Buddha sedang menetap di Sāvatthī di Hutan Jeta, Vihara Anāthapiṇḍika. Pada saat itu Yang Mulia Udāyī adalah seorang ahli dalam memanah. Dan karena ia tidak menyukai burung gagak, ia menembaknya. Ia memotong kepalanya dan kemudian memancangnya berbaris. Para bhikkhu bertanya kepadanya, "Siapakah yang membunuh burung-burung gagak ini?"

"Aku. Aku tidak suka burung gagak."

Para bhikkhu yang memiliki sedikit keinginan mengeluhkan dan mengkritiknya, "Bagaimana mungkin Yang Mulia Udāyī dengan sengaja membunuh makhluk-makhluk hidup?" ... "Benarkah, Udāyī, bahwa engkau melakukan hal ini?"

"Benar, Yang Mulia."

Sang Buddha menegurnya... "Orang dungu, bagaimana mungkin engkau melakukan hal ini? Hal ini akan mempengaruhi keyakinan ..." ... "Dan, para bhikkhu, aturan latihan ini harus dibacakan sebagai berikut:

Aturan akhir

'Jika seorang bhikkhu dengan sengaja membunuh makhluk hidup, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.'"

Definisi

Seorang:

Siapa pun

Bhikkhu:

... Seorang bhikkhu yang telah diberikan penahbisan penuh oleh Sangha yang sepakat melalui prosedur sah yang terdiri dari satu usul dan tiga pengumuman yang tidak dapat dibatalkan dan lengkap—bhikkhu jenis inilah yang dimaksudkan dalam kasus ini.

Dengan sengaja:

Dengan sepengetahuan, menyadari, setelah meniatkan, setelah memutuskan, ia melanggar.

Makhluk hidup:

Yang dimaksudkan adalah binatang.

Membunuh:

Jika ia memotong dan mengakhiri indria kehidupannya, jika ia menghancurkan keberlangsungannya, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.

Permutasi

Jika itu adalah makhluk hidup, dan ia menyadarinya sebagai makhluk hidup, dan ia membunuhnya, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan. Jika itu adalah makhluk hidup, tetapi ia tidak dapat memastikannya, dan ia membunuhnya, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika itu adalah makhluk hidup, tetapi ia tidak menyadarinya sebagai makhluk hidup, dan ia membunuhnya, maka tidak ada pelanggaran.

Jika itu bukan makhluk hidup, tetapi ia menyadarinya sebagai makhluk hidup, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika itu bukan makhluk hidup, tetapi ia tidak dapat memastikannya, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika itu bukan makhluk hidup, dan ia tidak menyadarinya sebagai makhluk hidup, maka tidak ada pelanggaran.

Tidak ada pelanggaran

Tidak ada pelanggaran: Jika tidak disengaja; jika ia tidak sadar; jika ia tidak mengetahui; jika ia tidak bertujuan membunuh;" jika ia gila; jika ia adalah pelaku pertama.

Aturan latihan tentang dengan sengaja, yang pertama, selesai
Title: Pācittiya 62
Post by: Indra on 16 September 2022, 08:22:47 AM
Koleksi Theravāda tentang Hukum Monastik
Aturan Kebhikkhuan dan Analisisnya
Bab tentang Pelanggaran-Pelanggaran yang Mengharuskan Penebusan
Sub-bab tentang Mengandung Makhluk-Makhluk Hidup

Pācittiya 62. Aturan Latihan tentang Mengandung Makhluk-Makhluk Hidup

Kisah Asal-mula

Pada suatu ketika Sang Buddha sedang menetap di Sāvatthī di Hutan Jeta, Vihara Anāthapiṇḍika. Pada saat itu para bhikkhu dari kelompok enam sedang menggunakan air yang mereka ketahui mengandung makhluk-makhluk hidup.

Para bhikkhu yang memiliki sedikit keinginan mengeluhkan dan mengkritiknya, "Bagaimana mungkin para bhikkhu dari kelompok enam menggunakan air yang mereka ketahui mengandung makhluk-makhluk hidup?" ... "Benarkah, para bhikkhu, bahwa kalian melakukan hal ini?"

"Benar, Yang Mulia."

Sang Buddha menegurnya... "Orang-orang dungu, bagaimana mungkin kalian melakukan hal ini? Hal ini akan mempengaruhi keyakinan ..." ... "Dan, para bhikkhu, aturan latihan ini harus dibacakan sebagai berikut:

Aturan akhir

'Jika seorang bhikkhu menggunakan air yang ia ketahui mengandung makhluk-makhluk hidup, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.'"

Definisi

Seorang:

Siapa pun

Bhikkhu:

... Seorang bhikkhu yang telah diberikan penahbisan penuh oleh Sangha yang sepakat melalui prosedur sah yang terdiri dari satu usul dan tiga pengumuman yang tidak dapat dibatalkan dan lengkap—bhikkhu jenis inilah yang dimaksudkan dalam kasus ini.

Ia ketahui:

Ia mengetahui sendiri atau orang lain memberitahunya. Jika ia menggunakannya, mengetahui bahwa air itu mengandung makhluk-makhluk hidup dan mengetahui bahwa makhluk-makhluk itu akan mati jika air itu digunakan, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.

Permutasi

Jika air itu mengandung makhluk-makhluk hidup, dan ia menyadarinya sebagai mengandung makhluk-makhluk hidup, dan ia menggunakannya, maka ia melakukan pelanggaran mengharuskan penebusan. Jika air itu mengandung makhluk-makhluk hidup, tetapi ia tidak dapat memastikannya, dan ia menggunakannya, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika air itu mengandung makhluk-makhluk hidup, tetapi ia tidak menyadarinya sebagai mengandung makhluk-makhluk hidup, dan ia menggunakannya, maka tidak ada pelanggaran.

Jika air itu tidak mengandung makhluk-makhluk hidup, tetapi ia menyadarinya sebagai mengandung makhluk-makhluk hidup, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika air itu tidak mengandung makhluk-makhluk hidup, tetapi ia tidak dapat memastikannya, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika air itu tidak mengandung makhluk-makhluk hidup, dan ia tidak menyadarinya sebagai mengandung makhluk-makhluk hidup, maka tidak ada pelanggaran.

Tidak ada pelanggaran

Tidak ada pelanggaran: Jika ia tidak mengetahui bahwa air itu mengandung makhluk-makhluk hidup; jika ia mengetahui bahwa air itu tidak mengandung makhluk-makhluk hidup; jika ia menggunakannya dengan mengetahui bahwa makhluk-makhluk hidup itu tidak akan mati; jika ia gila; jika ia adalah pelaku pertama.

Aturan latihan tentang mengandung makhluk-makhluk hidup, yang kedua, selesai
Title: Pācittiya 63
Post by: Indra on 16 September 2022, 08:23:25 AM
Koleksi Theravāda tentang Hukum Monastik
Aturan Kebhikkhuan dan Analisisnya
Bab tentang Pelanggaran-Pelanggaran yang Mengharuskan Penebusan
Sub-bab tentang Mengandung Makhluk-Makhluk Hidup

Pācittiya 63. Aturan Latihan tentang Membuka Kembali

Kisah Asal-mula

Pada suatu ketika Sang Buddha sedang menetap di Sāvatthī di Hutan Jeta, Vihara Anāthapiṇḍika. Pada saat itu para bhikkhu dari kelompok enam membuka kembali suatu persoalan hukum yang mereka ketahui telah diselesaikan secara sah, dengan mengatakan, "prosedur hukum itu belum dilakukan;" "Itu dilakukan dengan buruk;" "Itu harus dilakukan ulang;" "Itu belum selesai;" "Itu diselesaikan dengan buruk;" "Itu harus diselesaikan ulang."

Para bhikkhu yang memiliki sedikit keinginan mengeluhkan dan mengkritiknya, "Bagaimana mungkin para bhikkhu dari kelompok enam membuka kembali suatu persoalan hukum yang mereka ketahui telah diselesaikan secara sah?" ... "Benarkah, para bhikkhu, bahwa kalian melakukan hal ini?"

"Benar, Yang Mulia."

Sang Buddha menegur mereka... "Orang-orang dungu, bagaimana mungkin kalian melakukan hal ini? Hal ini akan mempengaruhi keyakinan ..." ... "Dan, para bhikkhu, aturan latihan ini harus dibacakan sebagai berikut:

Aturan akhir

'Jika seorang bhikkhu membuka kembali suatu persoalan hukum yang mereka ketahui telah diselesaikan secara sah, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.'"

Definisi

Seorang:

Siapa pun

Bhikkhu:

... Seorang bhikkhu yang telah diberikan penahbisan penuh oleh Sangha yang sepakat melalui prosedur sah yang terdiri dari satu usul dan tiga pengumuman yang tidak dapat dibatalkan dan lengkap—bhikkhu jenis inilah yang dimaksudkan dalam kasus ini.

Ia ketahui:

Ia mengetahui sendiri atau orang lain memberitahunya atau Sangha memberitahunya.

Secara sah:

Dilakukan sesuai Ajaran, sesuai Hukum Monastik, sesuai instruksi Sang Guru—ini disebut "secara sah".

Persoalan hukum:

Ada empat jenis persoalan hukum: persoalan hukum yang muncul dari perselisihan, persoalan hukum yang muncul dari tuduhan, persoalan hukum yang muncul dari pelanggaran, persoalan hukum yang muncul dari urusan.

Membuka kembali:

Jika ia membukanya kembali, dengan mengatakan, "prosedur hukum itu belum dilakukan;" "Itu dilakukan dengan buruk;" "Itu harus dilakukan ulang;" "Itu belum selesai;" "Itu diselesaikan dengan buruk;" "Itu harus diselesaikan ulang," maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.

Permutasi

Jika itu adalah prosedur hukum yang sah, dan ia menyadarinya sebagai sah, dan ia membukanya kembali, maka ia melakukan pelanggaran mengharuskan penebusan. Jika itu adalah prosedur hukum yang sah, tetapi ia tidak dapat memastikannya, dan ia membukanya kembali, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika itu adalah prosedur hukum yang sah, tetapi ia menyadarinya sebagai tidak sah, dan ia membukanya kembali, maka tidak ada pelanggaran.

Jika itu adalah prosedur hukum yang tidak sah, tetapi ia menyadarinya sebagai sah, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika itu adalah prosedur hukum yang tidak sah, tetapi ia tidak dapat memastikannya, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika itu adalah prosedur hukum yang tidak sah, dan ia menyadarinya sebagai tidak sah, maka tidak ada pelanggaran.

Tidak ada pelanggaran

Tidak ada pelanggaran: Jika ia membukanya kembali karena ia mengetahui bahwa prosedur hukum itu tidak sah, dilakukan oleh kelompok yang tidak lengkap, atau dilakukan atas seorang yang tidak semestinya menerimanya; jika ia gila; jika ia adalah pelaku pertama.

Aturan latihan tentang membuka kembali, yang ketiga, selesai
Title: Pācittiya 64
Post by: Indra on 16 September 2022, 08:23:53 AM
Koleksi Theravāda tentang Hukum Monastik
Aturan Kebhikkhuan dan Analisisnya
Bab tentang Pelanggaran-Pelanggaran yang Mengharuskan Penebusan
Sub-bab tentang Mengandung Makhluk-Makhluk Hidup

Pācittiya 64. Aturan Latihan tentang Apa yang Berat

Kisah Asal-mula

Pada suatu hari ketika Sang Buddha sedang menetap di Sāvatthī di Vihara Anāthapiṇḍika. Yang Mulia Upananda orang Sakya telah melakukan pelanggaran mengeluarkan mani dengan sengaja. Ia memberitahu murid adiknya, dengan menambahkan, "Jangan beritahu siapa-siapa."

Tidak lama kemudian seorang bhikkhu lainnya juga melakukan pelanggaran mengeluarkan mani dengan sengaja. Ia memohon masa percobaan dari Sangha, yang ia dapatkan. Sewaktu ia masih dalam masa percobaan, ia melihat murid adik Upananda dan berkata kepadanya, "Aku telah melakukan pelanggaran mengeluarkan mani dengan sengaja. Aku memohon masa percobaan dari Sangha yang kudapatkan. Sekarang aku sedang menjalani masa percobaan. Sudilah mengingatku demikian."

"Apakah orang-orang lain yang telah melakukan pelanggaran ini harus melakukan hal serupa?"

"Ya."

"Yang Mulia Upananda melakukan pelanggaran ini dan menyuruhku agar tidak memberitahu siapa-siapa."

"Jadi engkau menyembunyikannya?"

"Ya."

Bhikkhu itu kemudian memberitahu para bhikkhu lainnya. Para bhikkhu yang memiliki sedikit keinginan mengeluhkan dan mengkritiknya, "Bagaimana mungkin seorang bhikkhu dengan sengaja menyembunyikan pelanggaran berat bhikkhu lain?" ... "Benarkah, bhikkhu, bahwa kalian melakukan hal ini?"

"Benar, Yang Mulia."

Sang Buddha menegurnya... "Orang dungu, bagaimana mungkin engkau melakukan hal ini? Hal ini akan mempengaruhi keyakinan ..." ... "Dan, para bhikkhu, aturan latihan ini harus dibacakan sebagai berikut:

Aturan akhir

'Jika seorang bhikkhu dengan sengaja menyembunyikan pelanggaran berat bhikkhu lain, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.'"

Definisi

Seorang:

Siapa pun

Bhikkhu:

... Seorang bhikkhu yang telah diberikan penahbisan penuh oleh Sangha yang sepakat melalui prosedur sah yang terdiri dari satu usul dan tiga pengumuman yang tidak dapat dibatalkan dan lengkap—bhikkhu jenis inilah yang dimaksudkan dalam kasus ini.

Dengan sengaja:

Ia mengetahui sendiri atau orang lain memberitahunya atau si pelanggar memberitahunya.

Pelanggaran berat:

Empat pelanggaran yang mengharuskan pengusiran dan tiga belas pelanggaran yang mengharuskan penskorsan.

Menyembunyikan:

Dengan berpikir, "Jika mereka mengetahui hal ini, mereka akan menuduhnya, mengingatkannya, memarahinya, mengecamnya, mempermalukannya; aku tidak akan memberitahukan," maka hanya sekedar fakta melalaikan tugasnya, ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.

Permutasi

Jika itu adalah pelanggaran berat, dan ia menyadarinya sebagai berat, dan ia menyembunyikannya, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan. Jika itu adalah pelanggaran berat, tetapi ia tidak dapat memastikannya, dan ia menyembunyikannya, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika itu adalah pelanggaran berat, tetapi ia menyadarinya sebagai pelanggaran ringan, dan ia menyembunyikannya, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah.

Jika ia menyembunyikan pelanggaran ringan, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika ia menyembunyikan perbuatan buruk berat atau ringan dari seorang yang tidak sepenuhnya ditahbiskan, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah.

Jika itu adalah pelanggaran ringan, tetapi ia menyadarinya sebagai berat, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika itu adalah pelanggaran ringan, tetapi ia tidak dapat memastikannya, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika itu adalah pelanggaran ringan, dan ia menyadarinya sebagai ringan, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah.

Tidak ada pelanggaran

Tidak ada pelanggaran: Jika ia tidak memberitahukan karena ia berpikir bahwa akan terjadi pertengkaran atau perselisihan di dalam Sangha; Jika ia tidak memberitahukan karena ia berpikir bahwa akan terjadi keretakan atau perpecahan di dalam Sangha; Jika ia tidak memberitahukan karena ia berpikir bahwa orang itu kasar dan kejam dan bahwa hal itu dapat menjadi ancaman pada kehidupan atau ancaman pada kehidupan monastik; jika ia tidak memberitahukan karena ia tidak melihat ada bhikkhu yang pantas; jika ia tidak memberitahukan, tetapi bukan karena ia ingin menyembunyikan; jika ia tidak memberitahukan karena ia berpikir bahwa orang itu akan dikenal melalui perbuatan-perbuatannya sendiri; jika ia gila; jika ia adalah pelaku pertama.

Aturan latihan tentang apa yang berat, yang keempat, selesai
Title: Pācittiya 65
Post by: Indra on 16 September 2022, 08:24:18 AM
Koleksi Theravāda tentang Hukum Monastik
Aturan Kebhikkhuan dan Analisisnya
Bab tentang Pelanggaran-Pelanggaran yang Mengharuskan Penebusan
Sub-bab tentang Mengandung Makhluk-Makhluk Hidup

Pācittiya 65. Aturan Latihan tentang Kurang dari Dua puluh Tahun


Kisah Asal-mula

Pada suatu ketika Sang Buddha sedang menetap di Rājagaha di Hutan Bambu, taman suaka tupai. Pada masa itu terdapat sekelompok tujuh belas pemuda yang bersahabat, dengan Upāli sebagai pemimpinnya.

Orangtua Upāli berpikir, "Bagaimanakah kami dapat memastikan Upāli dapat hidup bahagia tanpa melelahkan dirinya setelah kami meninggal dunia.? Ia dapat menjadi seorang juru tulis, tetapi jari-jemarinya akan sakit. Atau ia dapat menjadi seorang akuntan, tetapi dadanya akan sakit. Atau ia dapat menjadi seorang bankir, tetapi matanya akan sakit. Tetapi para monastik Sakya ini memiliki kebiasaan yang menyenangkan dan kehidupan yang bahagia. Mereka memakan makanan baik dan tidur di tempat-tempat tidur yang terlindung dari angin. Jika Upāli meninggalkan keduniawian bersama mereka, ia akan dapat hidup bahagia tanpa melelahkan dirinya setelah kami meninggal dunia."

Upāli mendengar percakapan antara kedua orangtuanya. Kemudian ia mendatangi pemuda-pemuda lainnya dan berkata, "Ayo, mari kita meninggalkan keduniawian bersama dengan para monastik Sakya."

"Jika engkau pergi meninggalkan keduniawian, maka kami juga."

Masing-masing pemuda itu mendatangi orangtua mereka dan berkata, "Izinkanlah aku pergi meninggalkan keduniawian." Karena orangtua-orangtua itu tahu bahwa semua anak-anak itu memiliki keinginan yang sama dan niat yang baik, maka mereka memberi izin kepada anak-anak mereka. Anak-anak itu kemudian mendatangi para bhikkhu dan memohon pelepasan keduniawian. Dan para bhikkhu memberi mereka pelepasan keduniawian dan penahbisan penuh.

Segera setelah itu mereka bangun di pagi hari dan menangis, "Berikan kami bubur, berikan kami makan, berikan kami makanan segar."

Para bhikkhu berkata, "Tunggulah sampai terang. Jika pada saat itu ada makanan, maka kalian boleh memakannya. Jika tidak, maka kalian akan makan setelah berjalan mengumpulkan dana makanan."

Tetapi mereka tetap bersikap seperti sebelumnya. Dan mereka buang air besar dan kecil di perabotan.

Setelah bangun pagi, Sang Buddha mendengar suara anak-anak itu. Beliau bertanya kepada Yang Mulia Ānanda, yang memberitahukan apa yang terjadi. Segera setelah itu Sang Buddha mengumpulkan Sangha and menanyai para bhikkhu: "Benarkah, para bhikkhu, bahwa para bhikkhu memberikan penahbisan penuh kepada orang-orang yang mereka tahu berumur kurang dari dua puluh tahun?"

"Benar, Yang Mulia."

Sang Buddha menegur mereka ... "Bagaimana mungkin orang-orang dungu itu melakukan hal ini? Seorang yang berumur kurang dari dua puluh tahun tidak mampu menahankan dingin dan panas; lapar dan haus; lalat, nyamuk, angin, dan terik matahari; binatang-binatang melata dan serangga; kata-kata kasar dan tidak disukai. Dan mereka tidak mampu menahankan perasaan-perasaan jasmani yang menyakitkan, keras, tajam, dan mengancam kehidupan. Tetapi seorang yang berumur dua puluh tahun dapat menahankan hal-hal ini. Hal ini akan mempengaruhi keyakinan ..." ... "Dan, para bhikkhu, aturan latihan ini harus dibacakan sebagai berikut:

Aturan akhir

'Jika seorang bhikkhu memberikan penahbisan penuh kepada seorang yang ia ketahui berumur kurang dari dua puluh tahun, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan. Terlebih lagi, orang itu belum menerima penahbisan penuh dan para bhikkhu itu adalah tercela.'"

Definisi

Seorang:

Siapa pun

Bhikkhu:

... Seorang bhikkhu yang telah diberikan penahbisan penuh oleh Sangha yang sepakat melalui prosedur sah yang terdiri dari satu usul dan tiga pengumuman yang tidak dapat dibatalkan dan lengkap—bhikkhu jenis inilah yang dimaksudkan dalam kasus ini.

Ia ketahui:

Ia mengetahui sendiri atau orang lain memberitahunya atau si kandidat memberitahunya.

Berumur kurang dari dua puluh tahun:

Yang belum mencapai usia dua puluh tahun.

Jika, dengan niat untuk memberikan penahbisan penuh, ia mencari satu kelompok, guru, mangkuk, atau jubah, atau ia mendirikan area vihara, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Setelah usul, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Setelah masing-masing dari dua pengumuman pertama, ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Ketika pengumuman terakhir selesai, maka si penahbis melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan, sedangkan kelompok itu dan si guru melakukan pelanggaran perbuatan salah.

Permutasi

Jika orang lain itu berumur kurang dari dua puluh tahun, dan ia menyadarinya sebagai kurang, dan ia memberikan penahbisan penuh kepadanya, maka ia melakukan pelanggaran mengharuskan penebusan. Jika orang lain itu berumur kurang dari dua puluh tahun, tetapi ia tidak dapat memastikannya, dan ia memberikan penahbisan penuh kepadanya, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika orang lain itu berumur kurang dari dua puluh tahun, tetapi ia menyadarinya sebagai lebih dan ia memberikan penahbisan penuh kepadanya, maka tidak ada pelanggaran.

Jika orang lain itu berumur lebih dari dua puluh tahun, tetapi ia menyadarinya sebagai kurang, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika orang lain itu berumur lebih dari dua puluh tahun, tetapi ia tidak dapat memastikannya, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika orang lain itu berumur lebih dari dua puluh tahun, dan ia menyadarinya sebagai lebih, maka tidak ada pelanggaran.

Tidak ada pelanggaran

Tidak ada pelanggaran: Jika ia memberikan penahbisan penuh kepada seseorang yang berumur kurang dari dua puluh tahun, tetapi ia menyadarinya sebagai lebih dari dua puluh tahun; Jika ia memberikan penahbisan penuh kepada seseorang yang berumur lebih dari dua puluh tahun, dan ia menyadarinya sebagai lebih dari dua puluh tahun; jika ia gila; jika ia adalah pelaku pertama.

Aturan latihan tentang kurang dari dua puluh tahun, yang kelima, selesai
Title: Pācittiya 66
Post by: Indra on 16 September 2022, 08:24:44 AM
Koleksi Theravāda tentang Hukum Monastik
Aturan Kebhikkhuan dan Analisisnya
Bab tentang Pelanggaran-Pelanggaran yang Mengharuskan Penebusan
Sub-bab tentang Mengandung Makhluk-Makhluk Hidup

Pācittiya 66. Aturan Latihan tentang Sekelompok Pencuri dalam Perjalanan

Kisah Asal-mula

Pada suatu hari ketika Sang Buddha sedang menetap di Sāvatthī di Vihara Anāthapiṇḍika, sekelompok pengelana tertentu hendak pergi ke selatan dari Rājagaha. Seorang bhikkhu berkata kepada orang-orang itu, "Izinkan aku melakukan perjalanan bersama kalian."

"Tetapi kami menyelundupkan benda-benda."

"Itu urusan kalian."

Petugas pabean mendengar tentang kelompok pengelana itu. Kemudian mereka memblokir jalan, menangkap kelompok itu, menyita barang-barang, dan bertanya kepada bhikkhu itu, "Yang Mulia, mengapakah engkau dengan sadar melakukan perjalanan bersama dengan sekelompok pencuri?" dan mereka menahannya.

Setelah dibebaskan, bhikkhu itu pergi menuju Sāvatthī, di sana ia memberitahu para bhikkhu apa yang telah terjadi. Para bhikkhu yang memiliki sedikit keinginan mengeluhkan dan mengkritiknya, "Bagaimana mungkin seorang bhikkhu dengan sadar melakukan perjalanan dengan perjanjian bersama dengan sekelompok pencuri?" ... "Benarkah, bhikkhu, bahwa engkau melakukan hal ini?"

"Benar, Yang Mulia."

Sang Buddha menegurnya ... "Orang dungu, Bagaimana mungkin engkau melakukan hal ini? Hal ini akan mempengaruhi keyakinan ..." ... "Dan, para bhikkhu, aturan latihan ini harus dibacakan sebagai berikut:

Aturan akhir

'Jika seorang bhikkhu dengan sadar melakukan perjalanan dengan perjanjian bersama dengan sekelompok pencuri, bahkan hanya sampai ke desa berikutnya, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.'"

Definisi

Seorang:

Siapa pun

Bhikkhu:

... Seorang bhikkhu yang telah diberikan penahbisan penuh oleh Sangha yang sepakat melalui prosedur sah yang terdiri dari satu usul dan tiga pengumuman yang tidak dapat dibatalkan dan lengkap—bhikkhu jenis inilah yang dimaksudkan dalam kasus ini.

Dengan sadar:

Ia mengetahui sendiri atau orang lain memberitahunya atau kelompok pengelana itu memberitahunya.

Sekelompok pencuri:

Para pencuri yang telah melakukan perbuatan mereka atau para pencuri yang belum melakukan. Mereka mencuri dari raja atau menyelundup.

Bersama dengan:

Bersama-sama.

Dengan perjanjian:

Jika ia membuat perjanjian seperti berikut: si bhikkhu berkata, "Mari kita pergi," dan mereka menjawab, "Baik, mari kita pergi, Yang Mulia;" atau mereka berkata, "Mari kita pergi, Yang Mulia," dan bhikkhu itu menjawab, "Baik, mari kita pergi;" atau si bhikkhu berkata, "Mari kita pergi hari ini," "Mari kita pergi besok," atau "Mari kita pergi lusa," maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah.

Bahkan hanya sampai ke desa berikutnya:

Jika desa-desa hanya berjarak sepenerbangan ayam, maka untuk setiap desa berikutnya ia melakukan satu pelanggaran yang mengharuskan penebusan. Jika itu adalah area tidak berpenghuni, sebuah hutan belantara, maka untuk setiap enam kilometer ia melakukan satu pelanggaran yang mengharuskan penebusan.

Permutasi

Jika itu adalah sekelompok pencuri yang sedang melakukan perjalanan, dan bhikkhu itu menyadarinya sebagai sekelompok pencuri yang sedang melakukan perjalanan, dan ia melakukan perjalanan dengan perjanjian bersama mereka, bahkan hanya sampai ke desa berikutnya, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan. Jika itu adalah sekelompok pencuri yang sedang melakukan perjalanan, tetapi bhikkhu itu tidak dapat memastikannya, dan ia melakukan perjalanan dengan perjanjian bersama mereka, bahkan hanya sampai ke desa berikutnya, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika itu adalah sekelompok pencuri yang sedang melakukan perjalanan, tetapi bhikkhu itu tidak menyadarinya sebagai sekelompok pencuri yang sedang melakukan perjalanan dan ia melakukan perjalanan dengan perjanjian bersama mereka, bahkan hanya sampai ke desa berikutnya, maka tidak ada pelanggaran.

Jika si bhikkhu membuat perjanjian, tetapi kelompok itu tidak mengungkapkan persetujuannya, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika itu bukan sekelompok pencuri yang sedang melakukan perjalanan, tetapi bhikkhu itu menyadarinya sebagai sekelompok pencuri yang sedang melakukan perjalanan, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika itu bukan sekelompok pencuri yang sedang melakukan perjalanan, tetapi bhikkhu itu tidak dapat memastikannya, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah.  Jika itu bukan sekelompok pencuri yang sedang melakukan perjalanan, dan bhikkhu itu tidak menyadarinya sebagai sekelompok pencuri yang sedang melakukan perjalanan, maka tidak ada pelanggaran.

Tidak ada pelanggaran

Tidak ada pelanggaran: Jika ia pergi, tetapi tidak dengan perjanjian; jika kelompok itu telah membuat perjanjian, tetapi ia tidak mengungkapkan persetujuannya; jika ia pergi, tetapi bukan menuruti perjanjian; jika terjadi situasi darurat; jika ia gila; jika ia adalah pelaku pertama.

Aturan latihan tentang sekelompok pencuri dalam perjalanan, yang keenam, selesai
Title: Pācittiya 67
Post by: Indra on 16 September 2022, 08:25:15 AM
Koleksi Theravāda tentang Hukum Monastik
Aturan Kebhikkhuan dan Analisisnya
Bab tentang Pelanggaran-Pelanggaran yang Mengharuskan Penebusan
Sub-bab tentang Mengandung Makhluk-Makhluk Hidup

Pācittiya 67. Aturan Latihan tentang Perjanjian

Kisah Asal-mula

Pada suatu hari ketika Sang Buddha sedang menetap di Sāvatthī di Vihara Anāthapiṇḍika, seorang bhikkhu yang sedang melakukan perjalanan melewati negeri Kosala dalam perjalanannya menuju Sāvatthī berjalan melalui gerbang sebuah desa tertentu. Seorang perempuan yang bertengkar dengan suaminya berjalan melalui gerbang yang sama. Ketika ia melihat bhikkhu itu, ia bertanya

"Yang Mulia, kemanakah engkau hendak pergi?"

"Aku sedang menuju Sāvatthī."

"Bolehkah aku pergi bersama engkau?"

"Tentu."

Segera setelah itu suami si perempuan juga pergi dari desa itu. Ia bertanya-tanya, "Apakah engkau melihat seorang perempuan seperti itu?"

"Ia berjalan bersama dengan seorang monastik."

Kemudian ia mengikuti mereka, menangkap bhikkhu itu, dan memukulnya. Bhikkhu itu duduk marah di bawah pohon. Dan perempuan itu berkata kepada suaminya, "Bhikkhu ini tidak menyuruhku pergi; adalah aku yang pergi bersamanya. Ia tidak bersalah. Pergilah minta maaf kepadanya." Dan sang suami melakukan itu.

Bhikkhu itu kemudian melanjutkan perjalanan menuju Sāvatthī, di mana ia memberitahu para bhikkhu apa yang telah terjadi. Para bhikkhu yang memiliki sedikit keinginan mengeluhkan dan mengkritiknya, "Bagaimana mungkin seorang bhikkhu melakukan perjalanan dengan perjanjian bersama dengan seorang perempuan?" ... "Benarkah, bhikkhu, bahwa engkau melakukan hal ini?"

"Benar, Yang Mulia."

Sang Buddha menegurnya ... "Orang dungu, Bagaimana mungkin engkau melakukan hal ini? Hal ini akan mempengaruhi keyakinan ..." ... "Dan, para bhikkhu, aturan latihan ini harus dibacakan sebagai berikut:

Aturan akhir

'Jika seorang bhikkhu melakukan perjalanan dengan perjanjian bersama dengan seorang perempuan, bahkan hanya sampai ke desa berikutnya, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.'"

Definisi

Seorang:

Siapa pun

Bhikkhu:

... Seorang bhikkhu yang telah diberikan penahbisan penuh oleh Sangha yang sepakat melalui prosedur sah yang terdiri dari satu usul dan tiga pengumuman yang tidak dapat dibatalkan dan lengkap—bhikkhu jenis inilah yang dimaksudkan dalam kasus ini.

Seorang perempuan:

Seorang perempuan manusia, bukan makhluk halus perempuan, bukan hantu perempuan, bukan binatang betina. Ia memahami dan mampu membedakan ucapan bruuk dan ucapan baik, apa yang tidak senonnoh dan apa yang sopan.

Bersama dengan:

Bersama-sama.

Dengan perjanjian:

Jika ia membuat perjanjian seperti berikut: si bhikkhu berkata, "Mari kita pergi," dan perempuan itu menjawab, "Baik, mari kita pergi, Yang Mulia;" atau ia berkata, "Mari kita pergi, Yang Mulia," dan bhikkhu itu menjawab, "Baik, mari kita pergi;" atau si bhikkhu berkata, "Mari kita pergi hari ini," "Mari kita pergi besok," atau "Mari kita pergi lusa," maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah.

Bahkan hanya sampai ke desa berikutnya:

Jika desa-desa hanya berjarak sepenerbangan ayam, maka untuk setiap desa berikutnya ia melakukan satu pelanggaran yang mengharuskan penebusan. Jika itu adalah area tidak berpenghuni, sebuah hutan belantara, maka untuk setiap enam kilometer ia melakukan satu pelanggaran yang mengharuskan penebusan.

Permutasi

Jika itu adalah seorang perempuan, dan bhikkhu itu menyadarinya sebagai seorang perempuan, dan ia melakukan perjalanan dengan perjanjian bersamanya, bahkan hanya sampai ke desa berikutnya, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan. Jika itu adalah seorang perempuan, tetapi bhikkhu itu tidak dapat memastikannya, dan ia melakukan perjalanan dengan perjanjian bersamanya, bahkan hanya sampai ke desa berikutnya, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan. Jika itu adalah seorang perempuan, tetapi ia tidak menyadarinya sebagai seorang perempuan dan ia melakukan perjalanan dengan perjanjian bersamanya, bahkan hanya sampai ke desa berikutnya, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.

Jika si bhikkhu membuat perjanjian, tetapi perempuan itu tidak mengungkapkan persetujuannya, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika ia melakukan perjalanan dengan perjanjian bersama dengan makhkluk halus perempuan, dengan hantu perempuan, dengan seorang paṇḍaka, dengan binatang betina dalam wujud seorang perempuan, bahkan hanya sampai ke desa berikutnya, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.

Jika itu bukan seorang perempuan, tetapi ia menyadarinya sebagai seorang perempuan, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika itu bukan seorang perempuan, tetapi ia tidak dapat memastikannya, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah.  Jika bukan seorang perempuan, dan ia tidak menyadarinya sebagai seorang perempuan, maka tidak ada pelanggaran.

Tidak ada pelanggaran

Tidak ada pelanggaran: Jika ia pergi, tetapi tidak dengan perjanjian; jika si perempuan telah membuat perjanjian, tetapi ia tidak mengungkapkan persetujuannya; jika ia pergi, tetapi bukan menuruti perjanjian; jika terjadi situasi darurat; jika ia gila; jika ia adalah pelaku pertama.

Aturan latihan tentang perjanjian, yang ketujuh, selesai

Title: Pācittiya 68
Post by: Indra on 16 September 2022, 08:26:07 AM
Koleksi Theravāda tentang Hukum Monastik
Aturan Kebhikkhuan dan Analisisnya
Bab tentang Pelanggaran-Pelanggaran yang Mengharuskan Penebusan
Sub-bab tentang Mengandung Makhluk-Makhluk Hidup

Pācittiya 68. Aturan Latihan tentang Ariṭṭha

Kisah Asal-mula

Pada suatu ketika Sang Buddha sedang menetap di Sāvatthī di Hutan Jeta, Vihara Anāthapiṇḍika. Pada saat itu bhikkhu Ariṭṭha, mantan-pemburu-hering, memiliki pandangan sesat sebagai berikut: "Seperti yang kupahami dari Ajaran Sang Buddha, hal-hal yang Beliau sebut penghalang adalah tidak dapat menghalangi seorang yang menikmatinya."

Sejumlah bhikkhu mendengar bahwa Ariṭṭha memiliki pandangan demikian. Mereka mendatanginya dan bertanya, "Benarkah, Ariṭṭha, bahwa engkau memiliki pandangan demikian?"

"Ya, benar. Seperti yang kupahami dari Ajaran Sang Buddha, hal-hal yang Beliau sebut penghalang adalah tidak dapat menghalangi seorang yang menikmatinya."

"Tidak, Ariṭṭha, jangan keliru menggambarkan Sang Buddha, karena adalah tidak baik keliru menggambarkan Beliau. Sang Buddha tidak pernah mengatakan seperti itu. Sang Buddha telah membabarkan banyak khotbah tentang hal-hal yang menghalangi adalah penghalang dan bagaimana hal-hal tersebut menghalangi seseorang yang menikmatinya. Sang Buddha telah mengatakan bahwa terdapat sedikit kenikmatan dalam kenikmatan-kenikmatan duniawi, tetapi banyak penderitaan dan banyak kesulitan, dan bahwa bahaya di dalamnya adalah lebih banyak lagi. Sang Buddha telah mengatakan bahwa kenikmatan duniawi adalah serupa dengan tulang-belulang ... serupa dengan sepotong daging ... serupa dengan obor rumput ... serupa dengan lubang bara api ... serupa dengan mimpi ... serupa dengan benda-benda pinjaman ... serupa dengan buah-buahan di atas pohon ... serupa dengan pisau dan talenan ... serupa dengan pedang dan pancang ... serupa dengan kepala ular; di dalam hal-hal itu terdapat banyak penderitaan dan banyak kesulitan, dan bahaya di dalamnya adalah lebih banyak lagi."

Tetapi walaupun para bhikkhu mengoreksi Ariṭṭha seperti itu, ia dengan keras kepala menggenggam pandangan sesat itu, dan terus mempertahankannya. Karena mereka tidak mampu membuatnya meninggalkan pandangan itu, maka mereka menghadap Sang Buddha dan memberitahukan apa yang terjadi. Segera setelah itu Sang Buddha mengumpulkan Sangha dan menanyai Ariṭṭha: "Benarkah, Ariṭṭha, bahwa engkau memiliki pandangan demikian?"

"Benar, Yang Mulia."

"Orang dungu, Kepada siapakah engkau berpikir Aku mengajarkan seperti ini? Tidakkah Aku telah membabarkan banyak khotbah tentang hal-hal yang menghalangi adalah penghalang dan bagaimana hal-hal tersebut menghalangi seseorang yang menikmatinya? Aku telah mengatakan bahwa terdapat sedikit kenikmatan dalam kenikmatan-kenikmatan duniawi, tetapi banyak penderitaan dan banyak kesulitan, dan bahwa bahaya di dalamnya adalah lebih banyak lagi. Aku telah mengatakan bahwa kenikmatan duniawi adalah serupa dengan tulang-belulang ... serupa dengan sepotong daging ... serupa dengan obor rumput ... serupa dengan lubang bara api ... serupa dengan mimpi ... serupa dengan benda-benda pinjaman ... serupa dengan buah-buahan di atas pohon ... serupa dengan pisau dan talenan ... serupa dengan pedang dan pancang ... serupa dengan kepala ular; di dalam hal-hal itu terdapat banyak penderitaan dan banyak kesulitan, dan bahaya di dalamnya adalah lebih banyak lagi. Namun engkau, orang dungu, karena kesalahpahaman engkau telah keliru menggambarkan Aku, melukai dirimu sendiri, dan melakukan banyak keburukan. Ini akan menjadi bahaya dan penderitaan bagimu untuk waktu yang lama.

Hal ini akan mempengaruhi keyakinan orang-orang ..." ... "Dan, para bhikkhu, aturan latihan ini harus dibacakan sebagai berikut:

Aturan akhir

'Jika seorang bhikkhu mengatakan, "Seperti yang kupahami dari Ajaran Sang Buddha, hal-hal yang Beliau sebut penghalang adalah tidak dapat menghalangi seorang yang menikmatinya." Maka para bhikkhu harus mengoreksinya sebagai berikut: "Tidak, Yang Mulia, jangan keliru menggambarkan Sang Buddha, karena adalah tidak baik keliru menggambarkan Sang Buddha. Sang Buddha tidak pernah mengatakan seperti itu. Dalam banyak khotbah Sang Buddha telah menyatakan bahwa hal-hal yang menghalangi adalah penghalang dan bagaimana hal-hal tersebut menghalangi seseorang yang menikmatinya." Jika bhikkhu itu masih melanjutkan seperti sebelumnya, maka para bhikkhu harus mendesaknya hingga tiga kali agar ia meninggalkan pandangan itu. Jika kemudian ia meninggalkannya, maka itu baik. Jika tidak, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.'"

Definisi

Seorang:

Siapa pun

Bhikkhu:

... Seorang bhikkhu yang telah diberikan penahbisan penuh oleh Sangha yang sepakat melalui prosedur sah yang terdiri dari satu usul dan tiga pengumuman yang tidak dapat dibatalkan dan lengkap—bhikkhu jenis inilah yang dimaksudkan dalam kasus ini.

Mengatakan:

"Seperti yang kupahami dari Ajaran Sang Buddha, hal-hal yang Beliau sebut penghalang adalah tidak dapat menghalangi seorang yang menikmatinya."

Nya:

Bhikkhu yang mengatakan pandangan sesat itu.

Para bhikkhu:

Para bhikkhu lain, mereka yang melihat atau mendengar hal itu, mereka harus mengoreksinya, "Tidak, Yang Mulia, jangan keliru menggambarkan Sang Buddha, karena adalah tidak baik keliru menggambarkan Beliau. Sang Buddha tidak pernah mengatakan seperti itu. Sang Buddha telah membabarkan banyak khotbah tentang hal-hal yang menghalangi adalah penghalang dan bagaimana hal-hal tersebut menghalangi seseorang yang menikmatinya." Dan mereka harus mengoreksinya untuk kedua dan ketiga kalinya. Jika ia meninggalkan pandangan itu, maka itu baik. Jika tidak, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika mereka yang mendengarnya tidak mengatakan apapun, maka mereka melakukan pelanggaran perbuatan salah.

Bhikkhu itu, bahkan jika ia harus ditarik ke dalam Sangha, harus dikoreksi sebagai berikut: "Tidak, Yang Mulia, jangan keliru menggambarkan Sang Buddha, karena adalah tidak baik keliru menggambarkan Beliau. Sang Buddha tidak pernah mengatakan seperti itu. Sang Buddha telah membabarkan banyak khotbah tentang hal-hal yang menghalangi adalah penghalang dan bagaimana hal-hal tersebut menghalangi seseorang yang menikmatinya." Dan mereka harus mengoreksinya untuk kedua dan ketiga kalinya. Jika ia meninggalkan pandangan itu, maka itu baik. Jika tidak, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Kemudian ia harus didesak.  "Dan, para bhikkhu, ia harus didesak sebagai berikut. Seorang bhikkhu yang kompeten dan mampu harus memberitahu Sangha:

'Mohon, Para Mulia, Aku memohon Sangha untuk mendengarkan. Bhikkhu itu memiliki pandangan sesat berikut ini: Seperti yang kupahami dari Ajaran Sang Buddha, hal-hal yang Beliau sebut penghalang adalah tidak dapat menghalangi seorang yang menikmatinya." Ia tidak meninggalkan pandangan itu. Jika baik menurut Sangha, maka Sangha harus mendesaknya agar meninggalkan pandangan itu. Ini adalah usul.

Mohon, Para Mulia, Aku memohon Sangha untuk mendengarkan. Bhikkhu itu memiliki pandangan sesat berikut ini: "Seperti yang kupahami dari Ajaran Sang Buddha, hal-hal yang Beliau sebut penghalang adalah tidak dapat menghalangi seorang yang menikmatinya." Ia tidak meninggalkan pandangan itu. Sangha mendesaknya agar meninggalkan pandangan itu. Bhikkhu mana pun yang menyetujui untuk mendesaknya agar meninggalkan pandangan itu harus berdiam diri. Bhikkhu mana pun yang tidak menyetujui silakan berbicara.

Untuk kedua kalinya ... Untuk ketiga kalinya Aku menyampaikan persoalan ini. Mohon, Para Mulia, Aku memohon Sangha untuk mendengarkan. Bhikkhu itu memiliki pandangan sesat berikut ini: "Seperti yang kupahami dari Ajaran Sang Buddha, hal-hal yang Beliau sebut penghalang adalah tidak dapat menghalangi seorang yang menikmatinya." Ia tidak meninggalkan pandangan itu. Sangha mendesaknya agar meninggalkan pandangan itu. Bhikkhu mana pun yang menyetujui untuk mendesaknya agar meninggalkan pandangan itu harus berdiam diri. Bhikkhu mana pun yang tidak menyetujui silakan berbicara.

Sangha mendesak bhikkhu ini untuk meninggalkan pandangan itu. Sangha menyetujuinya dan oleh karena itu berdiam diri. Aku akan mengingatnya demikian.'"

Setelah usul, ia melakukan satu pelanggaran perbuatan salah. Setelah masing-masing dari dua pengumuman pertama, ia melakukan satu pelanggaran perbuatan salah. Ketika pengumuman terakhir selesai, ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.

Permutasi

Jika itu adalah prosedur hukum yang sah, dan ia menyadarinya sebagai sah, dan ia tidak meninggalkan pandangan itu, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan. Jika itu adalah prosedur hukum yang sah, tetapi ia tidak dapat memastikannya, dan ia ia tidak meninggalkan pandangan itu, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan. Jika itu adalah prosedur hukum yang sah, tetapi ia menyadarinya sebagai tidak sah, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.

Jika itu adalah prosedur hukum yang tidak sah, tetapi ia menyadarinya sebagai sah, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika itu adalah prosedur hukum yang tidak sah, tetapi ia tidak dapat memastikannya, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika itu adalah prosedur hukum yang tidak sah, dan ia menyadarinya sebagai tidak sah, maka tidak ada pelanggaran.

Tidak ada pelanggaran

Tidak ada pelanggaran: Jika ia tidak didesak; jika ia meninggalkan pandangan itu; jika ia gila; jika ia adalah pelaku pertama.

Aturan latihan tentang Ariṭṭha, yang kedelapan, selesai

Title: Pācittiya 69
Post by: Indra on 16 September 2022, 08:26:47 AM
Koleksi Theravāda tentang Hukum Monastik
Aturan Kebhikkhuan dan Analisisnya
Bab tentang Pelanggaran-Pelanggaran yang Mengharuskan Penebusan
Sub-bab tentang Mengandung Makhluk-Makhluk Hidup

Pācittiya 69. Aturan Latihan tentang Hidup Bersama Seorang yang Telah Diskors

Kisah Asal-mula

Pada suatu ketika Sang Buddha sedang menetap di Sāvatthī di Hutan Jeta, Vihara Anāthapiṇḍika. Pada saat itu para bhikkhu dari kelompok enam tinggal bersama dengan bhikkhu Ariṭṭha, dan mereka melakukan pertemuan-pertemuan formal dan berbagi kamar tidur dengannya.  Namun mereka mengetahui bahwa ia mengatakan hal-hal demikian, bahwa ia tidak melakukan perbaikan menurut aturan, dan bahwa ia belum meninggalkan pandangan itu.

Para bhikkhu yang memiliki sedikit keinginan mengeluhkan dan mengkritik mereka, "Bagaimana mungkin para bhikkhu dari kelompok enam tinggal, melakukan pertemuan-pertemuan formal, dan berbagi kamar tidur dengan bhikkhu Ariṭṭha, walaupun mereka mengetahui bahwa ia mengatakan hal-hal demikian, bahwa ia tidak melakukan perbaikan menurut aturan, dan bahwa ia belum meninggalkan pandangan itu?" ... "Benarkah, para bhikkhu, bahwa kalian melakukan hal ini?"

"Benar, Yang Mulia."

Sang Buddha menegur mereka ... "Orang-orang dungu, Bagaimana mungkin kalian melakukan hal ini?  Hal ini akan mempengaruhi keyakinan orang-orang ..." ... "Dan, para bhikkhu, aturan latihan ini harus dibacakan sebagai berikut:

Aturan akhir

'Jika seorang bhikkhu tinggal, melakukan pertemuan-pertemuan formal dan berbagi kamar tidur dengan seorang bhikkhu yang ia ketahui mengatakan hal-hal demikian, yang tidak melakukan perbaikan menurut aturan, yang belum meninggalkan pandangan itu. Maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.'"

Definisi

Seorang:

Siapa pun

Bhikkhu:

... Seorang bhikkhu yang telah diberikan penahbisan penuh oleh Sangha yang sepakat melalui prosedur sah yang terdiri dari satu usul dan tiga pengumuman yang tidak dapat dibatalkan dan lengkap—bhikkhu jenis inilah yang dimaksudkan dalam kasus ini.

Ia ketahui:

Ia mengetahui sendiri atau orang lain memberitahunya atau si pelanggar itu sendiri memberitahunya.

Yang mengatakan hal-hal demikian:

Seorang yang mengatakan ini: "Seperti yang kupahami dari Ajaran Sang Buddha, hal-hal yang Beliau sebut penghalang adalah tidak dapat menghalangi seorang yang menikmatinya."

Yang tidak melakukan perbaikan menurut aturan:

Yang telah diskors dan belum direhabilitasi.

Dengan seorang bhikkhu yang belum meninggalkan pandangan itu:

Dengan seorang bhikkhu yang belum meninggalkan pandangan ini.

Tinggal bersama:

Ada dua jenis tinggal bersama: tinggal bersama secara materi dan tinggal bersama secara spiritual.

Tinggal bersama secara materi:

Jika ia memberikan atau menerima benda-benda materi, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.

Tinggal bersama secara spiritual:

Ia membacakan atau menyuruh yang lain membacakan. Jika ia membacakan atau menyuruh yang lain membacakan berdasarkan baris, maka untuk setiap baris ia melakukan satu pelanggaran yang mengharuskan penebusan. Jika ia membacakan atau menyuruh yang lain membacakan berdasarkan suku kata, maka untuk setiap suku kata ia melakukan satu pelanggaran yang mengharuskan penebusan.

Melakukan pertemuan-pertemuan formal bersama dengan:

Jika ia melakukan upacara hari-uposatha, upacara undangan, atau prosedur hukum dengan seorang yang telah diskors, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.

Berbagi kamar tidur dengan:

Di bawah atap yang sama: jika si bhikkhu berbaring ketika orang yang telah diskors itu telah berbaring, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan; jika si bhikkhu telah berbaring ketika orang yang telah diskors itu berbaring, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan; jika mereka berdua berbaring bersama, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan; setiap kali mereka bangkit dan kemudian berbaring kembali, ia melakukan satu pelanggaran yang mengharuskan penebusan.

Permutasi

Jika bhikkhu lain itu telah diskors, dan ia menyadarinya sebagai telah diskors, dan ia hidup atau melakukan pertemuan-pertemuan formal atau berbagi kamar tidur bersama dengannya, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan. Jika bhikkhu lain itu telah diskors, tetapi ia tidak dapat memastikannya, dan ia hidup atau melakukan pertemuan-pertemuan formal atau berbagi kamar tidur bersama dengannya, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan. Jika bhikkhu lain itu telah diskors, tetapi ia tidak menyadarinya sebagai telah diskors, dan ia hidup atau melakukan pertemuan-pertemuan formal atau berbagi kamar tidur bersama dengannya, maka tidak ada pelanggaran.

Jika bhikkhu lain itu tidak diskors, tetapi ia menyadarinya sebagai telah diskors, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika bhikkhu lain itu tidak diskors, tetapi ia tidak dapat memastikannya, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika bhikkhu lain itu tidak diskors, dan ia tidak menyadarinya sebagai telah diskors, maka tidak ada pelanggaran.

Tidak ada pelanggaran

Tidak ada pelanggaran: Jika ia mengetahui bahwa ia tidak diskors; jika ia mengetahui bahwa ia telah direhabilistasi setelah diskors; jika ia mengetahui bahwa ia telah meninggalkan pandangan itu; jika ia gila; jika ia adalah pelaku pertama.

Aturan latihan tentang hidup bersama dengan seorang yang telah diskors, yang kesembilan, selesai
Title: Pācittiya 70
Post by: Indra on 16 September 2022, 08:27:24 AM
Koleksi Theravāda tentang Hukum Monastik
Aturan Kebhikkhuan dan Analisisnya
Bab tentang Pelanggaran-Pelanggaran yang Mengharuskan Penebusan
Sub-bab tentang secara sah

Pācittiya 70. Aturan Latihan tentang Kaṇṭaka

Kisah Asal-mula

Pada suatu ketika Sang Buddha sedang menetap di Sāvatthī di Hutan Jeta, Vihara Anāthapiṇḍika. Pada saat itu sāmaṇera monastik Kaṇṭaka memiliki pandangan sesat sebagai berikut: "Seperti yang kupahami dari Ajaran Sang Buddha, hal-hal yang Beliau sebut penghalang adalah tidak dapat menghalangi seorang yang menikmatinya."

Sejumlah bhikkhu mendengar bahwa sāmaṇera monastik Kaṇṭaka memiliki pandangan demikian. Mereka mendatanginya dan bertanya, "Benarkah, Kaṇṭaka, bahwa engkau memiliki pandangan demikian?"

"Ya, benar. Seperti yang kupahami dari Ajaran Sang Buddha, hal-hal yang Beliau sebut penghalang adalah tidak dapat menghalangi seorang yang menikmatinya."

"Tidak, Kaṇṭaka, jangan keliru menggambarkan Sang Buddha, karena adalah tidak baik keliru menggambarkan Beliau. Sang Buddha tidak pernah mengatakan seperti itu. Sang Buddha telah membabarkan banyak khotbah tentang hal-hal yang menghalangi adalah penghalang dan bagaimana hal-hal tersebut menghalangi seseorang yang menikmatinya. Sang Buddha telah mengatakan bahwa terdapat sedikit kenikmatan dalam kenikmatan-kenikmatan duniawi, tetapi banyak penderitaan dan banyak kesulitan, dan bahwa bahaya di dalamnya adalah lebih banyak lagi. ..." Tetapi walaupun para bhikkhu mengoreksi Kaṇṭaka seperti itu, ia dengan keras kepala menggenggam pandangan sesat itu, dan terus mempertahankannya.

Karena para bhikkhu itu tidak mampu membuatnya meninggalkan pandangan itu, maka mereka menghadap Sang Buddha dan memberitahukan apa yang terjadi. Segera setelah itu Sang Buddha mengumpulkan Sangha dan menanyai Kaṇṭaka: "Benarkah, Kaṇṭaka, bahwa engkau memiliki pandangan demikian?"

"Benar, Yang Mulia."

 "Orang dungu, Kepada siapakah engkau berpikir Aku mengajarkan seperti ini? Tidakkah Aku telah membabarkan banyak khotbah tentang hal-hal yang menghalangi adalah penghalang dan bagaimana hal-hal tersebut menghalangi seseorang yang menikmatinya? Aku telah mengatakan bahwa terdapat sedikit kenikmatan dalam kenikmatan-kenikmatan duniawi, tetapi banyak penderitaan dan banyak kesulitan, dan bahwa bahaya di dalamnya adalah lebih banyak lagi. Aku telah mengatakan bahwa kenikmatan duniawi adalah serupa dengan tulang-belulang ... serupa dengan kepala ular; di dalam hal-hal itu terdapat banyak penderitaan dan banyak kesulitan, dan bahaya di dalamnya adalah lebih banyak lagi. Namun engkau, orang dungu, karena kesalahpahaman engkau telah keliru menggambarkan Aku, melukai dirimu sendiri, dan melakukan banyak keburukan. Ini akan menjadi bahaya dan penderitaan bagimu untuk waktu yang lama.

Hal ini akan mempengaruhi keyakinan orang-orang ..." ... menyebabkan beberapa orang kehilangan keyakinan."

Setelah menegurnya ... Sang Buddha membabarkan ajaran dan berkata kepada para bhikkhu: "Baiklah, para bhikkhu, Sangha harus mengusir sāmaṇera monastik Kaṇṭaka. Dan seperti inilah ia harus diusir: 'Mulai hari ini, Kaṇṭaka, engkau tidak boleh menyebut Sang Buddha sebagai gurumu. Dan engkau tidak lagi boleh berbagi kamar tidur dengan para bhikkhu selama dua atau tiga malam, seperti halnya para sāmaṇera lainnya. Pergilah! Pergilah engkau!'" kemudian Sangha mengusir Kaṇṭaka.

Segera setelah itu para bhikkhu dari kelompok enam menyokong Kaṇṭaka, dan mereka dilayani olehnya, tinggal bersama dengannya, dan berbagi kamar tidur dengannya. Namun mereka mengetahui bahwa ia telah diusir. Para bhikkhu yang memiliki sedikit keinginan mengeluhkan dan mengkritik para bhikkhu itu, "Bagaimana mungkin para bhikkhu dari kelompok enam menyokong Kaṇṭaka, dan dilayani olehnya, tinggal bersama dengannya, dan berbagi kamar tidur dengannya, walaupun mereka mengetahui bahwa ia telah diusir?" ... "Benarkah, para bhikkhu, bahwa kalian melakukan hal ini?"

"Benar, Yang Mulia."

Sang Buddha menegur mereka ... "Orang-orang dungu, bagaimana mungkin kalian melakukan hal ini? Hal ini akan mempengaruhi keyakinan orang-orang ..." ... "Dan, para bhikkhu, aturan latihan ini harus dibacakan sebagai berikut:

Aturan akhir

'Juga jika seorang sāmaṇera monastik mengatakan, "Seperti yang kupahami dari Ajaran Sang Buddha, hal-hal yang Beliau sebut penghalang adalah tidak dapat menghalangi seorang yang menikmatinya." Maka para bhikkhu harus mengoreksinya sebagai berikut: "Tidak, jangan keliru menggambarkan Sang Buddha, karena adalah tidak baik keliru menggambarkan Sang Buddha. Sang Buddha tidak pernah mengatakan seperti itu. Dalam banyak khotbah Sang Buddha telah menyatakan bahwa hal-hal yang menghalangi adalah penghalang dan bagaimana hal-hal tersebut menghalangi seseorang yang menikmatinya." Jika sāmaṇera monastik itu masih melanjutkan seperti sebelumnya, maka ia harus diberitahu: "Mulai hari ini, engkau tidak boleh menyebut Sang Buddha sebagai gurumu. Dan engkau tidak lagi boleh berbagi kamar tidur dengan para bhikkhu selama dua atau tiga malam, seperti halnya para sāmaṇera lainnya. Pergilah! Pergilah engkau!" Jika seorang bhikkhu menyokong sāmaṇera monastik itu, atau ia dilayani olehnya, tinggal dengannya, atau berbagi kamar tidur dengannya, walaupun ia mengetahui bahwa ia telah diusir dengan cara ini, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.'"

Definisi

Sāmaṇera monastik:

Yang dimaksudkan adalah seorang sāmaṇera.

Mengatakan:

"Seperti yang kupahami dari Ajaran Sang Buddha, hal-hal yang Beliau sebut penghalang adalah tidak dapat menghalangi seorang yang menikmatinya."

Nya:

Sāmaṇera monastik yang mengatakan seperti itu.

Para bhikkhu:

Para bhikkhu lain, mereka yang melihat atau mendengar hal itu, mereka harus mengoreksinya, "Tidak, jangan keliru menggambarkan Sang Buddha, karena adalah tidak baik keliru menggambarkan Beliau. Sang Buddha tidak pernah mengatakan seperti itu. Dalam banyak khotbah Sang Buddha telah menyatakan bahwa hal-hal yang menghalangi adalah penghalang dan bagaimana hal-hal tersebut menghalangi seseorang yang menikmatinya."

Dan mereka harus mengoreksinya untuk kedua kalinya ... Dan mereka harus mengoreksinya untuk ketiga kalinya. Jika ia meninggalkan pandangan itu, maka itu baik. Jika tidak, maka ia harus diberitahu: "Mulai hari ini, engkau tidak boleh menyebut Sang Buddha sebagai gurumu. Dan engkau tidak lagi boleh berbagi kamar tidur dengan para bhikkhu selama dua atau tiga malam, seperti halnya para sāmaṇera lainnya. Pergilah! Pergilah engkau!'

Seorang:

Siapa pun

Bhikkhu:

... Seorang bhikkhu yang telah diberikan penahbisan penuh oleh Sangha yang sepakat melalui prosedur sah yang terdiri dari satu usul dan tiga pengumuman yang tidak dapat dibatalkan dan lengkap—bhikkhu jenis inilah yang dimaksudkan dalam kasus ini.

Ia mengetahui:

Ia mengetahui sendiri atau orang lain memberitahunya atau kelompok sāmaṇera monastik yang melanggar itu memberitahunya.

Diusir dengan cara ini:

Diusir seperti ini:

Menyokong:

Jika ia menyokongnya dengan mengatakan, "Aku akan memberikan mangkuk untuknya," "Aku akan memberikan jubah untuknya," "Aku akan membacakan untuknya," atau "aku akan mengujinya," maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.

Dilayani olehnya:

Jika ia menerima bubuk mandi, sabun, pembersih gigi, atau air untuk mencuci mulut darinya, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.

Tinggal dengan:

Ada dua jenis tinggal bersama: tinggal bersama secara materi dan tinggal bersama secara spiritual.

Tinggal bersama secara materi:

Jika ia memberikan atau menerima benda-benda materi, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.

Tinggal bersama secara spiritual:

Ia membacakan atau menyuruh yang lain membacakan. Jika ia membacakan atau menyuruh yang lain membacakan berdasarkan baris, maka untuk setiap baris ia melakukan satu pelanggaran yang mengharuskan penebusan. Jika ia membacakan atau menyuruh yang lain membacakan berdasarkan suku kata, maka untuk setiap suku kata ia melakukan satu pelanggaran yang mengharuskan penebusan.

Berbagi kamar tidur dengan:

Di bawah atap yang sama: jika si bhikkhu berbaring ketika orang yang telah diskors itu telah berbaring, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan; jika si bhikkhu telah berbaring ketika orang yang telah diskors itu berbaring, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan; jika mereka berdua berbaring bersama, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan; setiap kali mereka bangkit dan kemudian berbaring kembali, ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.

Permutasi

Jika sāmaṇera monastik itu telah diusir, dan ia menyadarinya sebagai telah diusir, dan ia menyokongnya atau dilayani olehnya atau tinggal bersama dengannya atau berbagi kamar tidur bersama dengannya, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan. Jika sāmaṇera monastik itu telah diusir, tetapi ia tidak dapat memastikannya, dan ia menyokongnya atau dilayani olehnya atau tinggal bersama dengannya atau berbagi kamar tidur bersama dengannya, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan. Jika sāmaṇera monastik itu telah diusir, tetapi ia tidak menyadarinya sebagai telah diusir dan ia menyokongnya atau dilayani olehnya atau tinggal bersama dengannya atau berbagi kamar tidur bersama dengannya, maka tidak ada pelanggaran.

Jika sāmaṇera monastik itu tidak diusir, tetapi ia menyadarinya sebagai telah diusir, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika sāmaṇera monastik itu tidak diusir, tetapi ia tidak dapat memastikannya, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika sāmaṇera monastik itu tidak diusir, dan ia tidak menyadarinya sebagai telah diusir, maka tidak ada pelanggaran.

Tidak ada pelanggaran

Tidak ada pelanggaran: Jika ia mengetahui bahwa ia tidak diusir; jika ia mengetahui bahwa ia telah meninggalkan pandangan itu; jika ia gila; jika ia adalah pelaku pertama.

Aturan latihan tentang Kaṇṭaka, yang kesepuluh, selesai

SUB-BAB KETUJUH TENTANG MENGANDUNG MAKHKLUK-MAKHLUK HIDUP SELESAI
Berikut ini adalah rangkumannya:
"Membunuh dengan sengaja, mengandung makhluk-makhluk hidup,
Bergejolak, menyembunyikan apa yang berat;
Kurang dari dua puluh, dan sekelompok pengelana,
Perjanjian, tentang Ariṭṭha;
Diskors, dan Kaṇṭaka:
Ini adalah sepuluh aturan."
Title: Pācittiya 71
Post by: Indra on 16 September 2022, 08:31:52 AM
Koleksi Theravāda tentang Hukum Monastik
Aturan Kebhikkhuan dan Analisisnya
Bab tentang Pelanggaran-Pelanggaran yang Mengharuskan Penebusan
Sub-bab tentang secara sah

Pācittiya 71. Aturan Latihan tentang Secara Sah

Kisah Asal-mula

Pada suatu hari, ketika Sang Buddha sedang menetap di Kosambī di Vihara Ghosita, Yang Mulia Channa sedang berperilaku buruk. Para bhikkhu memberitahunya, "Jangan lakukan itu, Channa, itu tidak diperbolehkan," dan ia menjawab, "Aku tidak akan mempraktikkan aturan latihan ini hingga aku bertanya pada seorang bhikkhu ahli Hukum Monastik."

Para bhikkhu yang memiliki sedikit keinginan mengeluhkan dan mengkritiknya, "Bagaimana mungkin Yang Mulia Channa mengatakan hal ini ketika secara sah dikoreksi oleh para bhikkhu?" ... "Benarkah, Channa, bahwa engkau berkata demikian?"

"Benar, Yang Mulia."

Sang Buddha menegurnya ... "Orang dungu, bagaimana mungkin engkau mengatakan hal ini ketika secara sah dikoreksi oleh para bhikkhu? Hal ini akan mempengaruhi keyakinan orang-orang ..." ... "Dan, para bhikkhu, aturan latihan ini harus dibacakan sebagai berikut:

Aturan akhir

'Jika seorang bhikkhu, ketika secara sah dikoreksi oleh para bhikkhu, mengatakan, "Aku tidak akan mempraktikkan aturan latihan ini hingga aku bertanya pada seorang bhikkhu ahli Hukum Monastik," maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan. Seorang yang berlatih harus memahami, harus mempertanyakan, harus menyelidiki. Ini adalah prosedur yang benar.'"

Definisi

Seorang:

Siapa pun

Bhikkhu:

... Seorang bhikkhu yang telah diberikan penahbisan penuh oleh Sangha yang sepakat melalui prosedur sah yang terdiri dari satu usul dan tiga pengumuman yang tidak dapat dibatalkan dan lengkap—bhikkhu jenis inilah yang dimaksudkan dalam kasus ini.

Oleh para bhikkhu:

Oleh para bhikkhu lainnya.

Secara sah:

Aturan latihan ini yang ditetapkan oleh Sang Buddha—ini disebut "secara sah". Ketika dikoreksi sehubungan dengan hal ini, ia mengatakan, "Aku tidak akan mempraktikkan aturan latihan ini hingga aku bertanya pada seorang bhikkhu ahli dalam Hukum Monastik." Jika ia mengatakan, "Aku akan bertanya kepada seorang yang bijaksana," "aku akan bertanya kepada seorang yang kompeten," "Aku akan bertanya kepada seorang yang cerdas," "Aku akan bertanya kepada soerang yang terpelajar," "Aku akan bertanya kepada seorang pembabar Ajaran," maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.

Permutasi

Jika orang yang mengoreksinya sepenuhnya ditahbiskan, dan ia menyadarinya sebagai sepenuhnya ditahbiskan, dan ia mengatakan hal demikian, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan. Jika orang yang mengoreksinya sepenuhnya ditahbiskan, tetapi ia tidak dapat memastikannya, dan ia mengatakan hal demikian, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan. Jika orang yang mengoreksinya sepenuhnya ditahbiskan, tetapi ia tidak menyadarinya sebagai sepenuhnya ditahbiskan dan ia mengatakan hal demikian, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.

Jika ia dikoreksi sehubungan dengan sesuatu yang belum ditetapkan: "Ini tidak kondusif untuk menghapuskan kekotoran-kekotoran," "Ini tidak kondusif bagi praktik pertapaan," "Ini tidak kpndusif untuk menginspirasi," "Ini tidak kondusif untuk menurangi hal-hal," "Ini tidak kondusif untuk membangkitkan semangat," dan ia mengatakan, "Aku tidak akan mempraktikkan aturan latihan ini hingga aku bertanya pada seorang bhikkhu yang kompeten," " ... hingga aku bertanya pada seorang bhikkhu ahli dalam Hukum Monastik," " ... hingga aku bertanya pada seorang bhikkhu yang bijaksana," " ... hingga aku bertanya pada seorang bhikkhu yang cerdas," " ... hingga aku bertanya pada seorang bhikkhu yang terpelajar," " ... hingga aku bertanya pada seorang bhikkhu yang adalah seorang pembabar Ajaran," maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah.

Jika orang yang mengoreksinya tidak sepenuhnya ditahbiskan, tetapi ia menyadarinya sebagai sepenuhnya ditahbiskan, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika orang yang mengoreksinya tidak sepenuhnya ditahbiskan, tetapi ia tidak dapat memastikannya, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika orang yang mengoreksinya tidak sepenuhnya ditahbiskan, dan ia tidak menyadarinya sebagai sepenuhnya ditahbiskan, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah.

Definisi lebih lanjut:

Yang berlatih:

Yang mau berlatih.

Harus memahami:

harus mencari tahu.

Harus mempertanyakan:

Harus bertanya, "Yang Mulia, bagaimanakah ini? Apakah makna dari ini?"

Harus menyelidiki:

Harus merefleksikan, harus mempertimbangkan.

Ini adalah prosedur yang benar:

Ini adalah metode yang benar.

Tidak ada pelanggaran

Tidak ada pelanggaran: Jika ia mengatakan, "Aku akan mencari tahu dan aku akan berlatih;" jika ia gila; jika ia adalah pelaku pertama.

Aturan latihan tentang secara sah, yang pertama, selesai


Title: Pācittiya 72
Post by: Indra on 16 September 2022, 08:32:53 AM

Koleksi Theravāda tentang Hukum Monastik
Aturan Kebhikkhuan dan Analisisnya
Bab tentang Pelanggaran-Pelanggaran yang Mengharuskan Penebusan
Sub-bab tentang secara sah

Pācittiya 72. Aturan Latihan tentang Gangguan

Kisah Asal-mula

Pada suatu ketika Sang Buddha sedang menetap di Sāvatthī di Hutan Jeta, Vihara Anāthapiṇḍika. Pada saat itu Sang Buddha membabarkan banyak khotbah tentag Hukum Monastik, memuji Hukum Monastik dan pembelajaran Hukum Monastik, dan berulang-ulang memuji Yang Mulia Upāli. Ketika para bhikkhu mendengar ini, mereka berpikir, "Baiklah, mari kita mempelajari Hukum Monastik dari Yang Mulia Upāli." Dan banyak bhikkhu, senior maupun junior, serta yang menengah, mempelajari Hukum Monastik dari Yang Mulia Upāli.

Para bhikkhu dari kelompok enam mempertimbangkan sebagai berikut dan berpikir, "Jika para bhikkhu ini menjadi ahli dalam Hukum Monastik, mereka akan mengatur kami sesuka mereka. Maka itu mari kita merendahkan Hukum Monastik."

Mereka mendatangi para bhikkhu lain dan berkata, "Apa gunanya membacakan aturan-aturan minor dan tidak penting ini, jika hanya mengarah pada kecemasan, tekanan, dan gangguan?"

Para bhikkhu yang memiliki sedikit keinginan mengeluhkan dan mengkritik mereka, "Bagaimana mungkin para bhikkhu dari kelompok enam ini merendahkan Hukum Monastik?" ... "Benarkah, para bhikkhu, bahwa kalian berkata demikian?"

"Benar, Yang Mulia."

Sang Buddha menegur mereka ... "Orang-orang dungu, bagaimana mungkin kalian melakukan hal ini? Hal ini akan mempengaruhi keyakinan orang-orang ..." ... "Dan, para bhikkhu, aturan latihan ini harus dibacakan sebagai berikut:

Aturan akhir

'Ketika kode Monastik sedang dibacakan, jika seorang bhikkhu mengatakan, "Apa gunanya membacakan aturan-aturan minor dan tidak penting ini, jika hanya mengarah pada kecemasan, tekanan, dan gangguan?" maka dalam merendahkan aturan-aturan latihan, ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.'"

Definisi

Seorang:

Siapa pun

Bhikkhu:

... Seorang bhikkhu yang telah diberikan penahbisan penuh oleh Sangha yang sepakat melalui prosedur sah yang terdiri dari satu usul dan tiga pengumuman yang tidak dapat dibatalkan dan lengkap—bhikkhu jenis inilah yang dimaksudkan dalam kasus ini.

Ketika kode Monastik sedang dibacakan:

Ketika sedang membacakannya, ketika menyuruh orang lain untuk membacakan, atau ketika melatihnya.

Mengatakan:

"Apa gunanya membacakan aturan-aturan minor dan tidak penting ini, jika hanya mengarah pada kecemasan, tekanan, dan gangguan?" Jika ia merendahkan Hukum Monastik kepada seorang yang sepenuhnya ditahbiskan, dengan mengatakan, "Mereka yang mempelajari ini akan menjadi cemas," "Mereka akan merasa tertekan," "Mereka akan terganggu;" "Mereka yang tidak mempelajari ini tidak akan menjadi cemas," "Mereka tidak akan merasa tertekan," "Mereka tidak akan terganggu;" "Adalah lebih baik tidak dibacakan," "Adalah lebih baik tidak diketahui," "Adalah lebih baik tidak dipelajari," "Adalah lebih baik tidak dikuasai;" "Semoga Hukum Monastik lenyap; atau semoga para bhikkhu ini tetap tidak tahu," maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.

Permutasi

Jika ia merendahkan Hukum Monastik pada seorang yang sepenuhnya ditahbiskan, dan ia menyadarinya sebagai sepenuhnya ditahbiskan, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan. Jika ia merendahkan Hukum Monastik pada seorang yang sepenuhnya ditahbiskan, tetapi ia tidak dapat memastikannya, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan. Jika ia merendahkan Hukum Monastik pada seorang yang sepenuhnya ditahbiskan, tetapi ia tidak menyadarinya sebagai sepenuhnya ditahbiskan, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.

Jika ia merendahkan aturan lainnya, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika ia merendahkan Hukum Monastik atau aturan lainnya kepada seorang yang tidak sepenuhnya ditahbiskan, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah.

Jika ia merendahkan Hukum Monastik pada seorang yang tidak sepenuhnya ditahbiskan, tetapi ia menyadarinya sebagai sepenuhnya ditahbiskan, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika ia merendahkan Hukum Monastik pada seorang yang tidak sepenuhnya ditahbiskan, tetapi ia tidak dapat memastikannya, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika ia merendahkan Hukum Monastik pada seorang yang tidak sepenuhnya ditahbiskan, dan ia tidak menyadarinya sebagai sepenuhnya ditahbiskan, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah.

Tidak ada pelanggaran

Tidak ada pelanggaran: Jika, tanpa berniat merendahkan, ia mengatakan, "Dengarlah, pelajarilah khotbah-khotbah atau syair-syair atau filosofi, dan nanti engkau dapat mempelajari Hukum Monastik;" jika ia gila; jika ia adalah pelaku pertama.

Aturan latihan tentang gangguan, yang kedua, selesai
Title: Pācittiya 73
Post by: Indra on 16 September 2022, 08:33:18 AM
Koleksi Theravāda tentang Hukum Monastik
Aturan Kebhikkhuan dan Analisisnya
Bab tentang Pelanggaran-Pelanggaran yang Mengharuskan Penebusan
Sub-bab tentang secara sah

Pācittiya 73. Aturan Latihan tentang Dusta

Kisah Asal-mula

Pada suatu hari, ketika Sang Buddha sedang menetap di Sāvatthī di Hutan Jeta, Vihara Anāthapiṇḍika, para bhikkhu dari kelompok enam sedang berperilaku buruk. Mereka berkata satu sama lain, "Mari kita membuat para bhikkhu lain berpikir bahwa kita melakukan pelanggaran-pelanggaran ini karena kita tidak mengetahui aturan-aturan ini." Maka, selama pembacaan Kode Monastik, mereka berkata, "Baru sekarang kami mengetahui bahwa aturan ini juga termasuk dalam Kode Monastik dan dibacakan setiap setengah bulan."

Para bhikkhu yang memiliki sedikit keinginan mengeluhkan dan mengkritik mereka, "Bagaimana mungkin para bhikkhu dari kelompok enam ini mengatakan hal ini selama pembacaan Kode Monastik?" ... "Benarkah, para bhikkhu, bahwa kalian berkata demikian?"

"Benar, Yang Mulia."

Sang Buddha menegur mereka ... "Orang-orang dungu, bagaimana mungkin kalian mengatakan hal ini selama pembacaan Kode Monastik? Hal ini akan mempengaruhi keyakinan orang-orang ..." ... "Dan, para bhikkhu, aturan latihan ini harus dibacakan sebagai berikut:

Aturan akhir

'Selama pembacaan Kode Monastik setengah bulanan, seorang bhikkhu mungkin berkata, "Baru sekarang kami mengetahui bahwa aturan ini juga termasuk dalam Kode Monastik dan dibacakan setiap setengah bulan." Jika para bhikkhu lain mengetahui bahwa bhikkhu itu telah duduk sebelumnya paling sedikit dua atau tiga kali pembacaan Kode Monastik, maka bhikkhu itu tidak boleh dibebaskan karena ketidaktahuan, dan ia harus diperlakukan menurut aturan. Lebih jauh lagi, ia harus dituduh telah berdusta: "Adalah kerugian bagimu bahwa engkau tidak mengarahkan perhatian semestinya selama pembacaan Kode Monastik." Dan atas tindakan berdusta itu, ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.'"

Definisi

Seorang:

Siapa pun

Bhikkhu:

... Seorang bhikkhu yang telah diberikan penahbisan penuh oleh Sangha yang sepakat melalui prosedur sah yang terdiri dari satu usul dan tiga pengumuman yang tidak dapat dibatalkan dan lengkap—bhikkhu jenis inilah yang dimaksudkan dalam kasus ini.

Setengah bulanan:

Pada setiap hari Uposatha.

Selama pembacaan Kode Monastik:

Selama pembacaan.

Mungkin berkata:

Setelah berperilaku buruk, ia berpikir, "Biarlah mereka berpikir bahwa aku melakukan pelanggaran-pelanggaran ini karena aku tidak mengetahui aturan-aturan ini." Jika, selama pembacaan Kode Monastik, ia berkata, "Baru sekarang kami mengetahui bahwa aturan ini juga termasuk dalam Kode Monastik dan dibacakan setiap setengah bulan," maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.

Jika para bhikkhu lain mengetahui bahwa bhikkhu itu telah duduk sebelumnya paling sedikit dua atau tiga kali pembacaan Kode Monastik, maka bhikkhu itu tidak boleh dibebaskan karena ketidaktahuan, dan ia harus diperlakukan menurut aturan. Lebih jauh lagi, ia harus dituduh telah berdusta: "Dan, para bhikkhu, ia harus dituduh seperti berikut ini. Seorang bhikkhu yang kompeten dan mampu harus memberitahu Sangha:

'Mohon, Para Mulia, aku memohon Sangha mendengarkan. Bhikkhu itu tidak mengarahkan perhatian semestinya selama pembacaan Kode Monastik. Jika baik menurut Sangha, maka Sangha harus menuduhnya telah berdusta. Ini adalah usul.

'Mohon, Para Mulia, aku memohon Sangha mendengarkan. Bhikkhu itu tidak mengarahkan perhatian semestinya selama pembacaan Kode Monastik. Sangha menuduhnya telah berdusta. Bhikkhu mana pun yang menyetujui untuk menuduhnya telah berdusta harus berdiam diri. Bhikkhu manapun yang tidak menyetujui silakan berbicara.

Sangha telah menuduh bhikkhu itu telah berdusta. Sangha menyetujui dan oleh karena itu berdiam diri. Aku akan mengingatnya demikian.'"

Jika ia berdusta, tetapi ia tidak dituduh berdusta, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika ia berdusta, dan ia telah dituduh berdusta, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.

Permutasi

Jika itu adalah prosedur hukum yang sah, dan ia menyadarinya sebagai sah, dan ia berdusta, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan. Jika itu adalah prosedur hukum yang sah, tetapi ia tidak dapat memastikannya, dan ia berdusta, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan. Jika itu adalah prosedur hukum yang sah, tetapi ia menyadarinya sebagai tidak sah, dan ia berdusta, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.

Jika itu adalah prosedur hukum yang tidak sah, dan ia menyadarinya sebagai sah, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika itu adalah prosedur hukum yang tidak sah, tetapi ia tidak dapat memastikannya, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika itu adalah prosedur hukum yang tidak sah, dan ia menyadarinya sebagai tidak sah, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah.

Tidak ada pelanggaran

Tidak ada pelanggaran: Jika ia tidak mendengarkan secara lengkap; jika ia mendengarnya secara lengkap kurang dari dua atau tiga kali; jika ia tidak ingin menipu; jika ia gila; jika ia adalah pelaku pertama.

Aturan latihan tentang dusta, yang ketiga, selesai

Title: Re: Vinaya Pitaka - Bhikkhu Vibhaṅga
Post by: Indra on 16 September 2022, 08:33:34 AM
Koleksi Theravāda tentang Hukum Monastik
Aturan Kebhikkhuan dan Analisisnya
Bab tentang Pelanggaran-Pelanggaran yang Mengharuskan Penebusan
Sub-bab tentang secara sah

Pācittiya 74. Aturan Latihan tentang Memukul

Kisah Asal-mula

Pada suatu hari ketika Sang Buddha sedang menetap di Sāvatthī di Hutan Jeta, Vihara Anāthapiṇḍika, para bhikkhu dari kelompok enam dalam kemarahan memukul para bhikkhu dari kelompok tujuh belas. Mereka menangis. Para bhikkhu lain bertanya mengapa mereka menangis, dan mereka memberitahukan apa yang telah terjadi.

Para bhikkhu yang memiliki sedikit keinginan mengeluhkan dan mengkritik mereka, "Bagaimana mungkin para bhikkhu dari kelompok enam ini dalam kemarahan memukul bhikkhu lain?" ... "Benarkah, para bhikkhu, bahwa kalian melakukan hal ini?"

"Benar, Yang Mulia."

Sang Buddha menegur mereka ... "Orang-orang dungu, bagaimana mungkin kalian melakukan hal ini? Hal ini akan mempengaruhi keyakinan orang-orang ..." ... "Dan, para bhikkhu, aturan latihan ini harus dibacakan sebagai berikut:

Aturan akhir

'Jika seorang bhikkhu dalam kemarahan memukul seorang bhikkhu lain, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.'"

Definisi

Seorang:

Siapa pun

Bhikkhu:

... Seorang bhikkhu yang telah diberikan penahbisan penuh oleh Sangha yang sepakat melalui prosedur sah yang terdiri dari satu usul dan tiga pengumuman yang tidak dapat dibatalkan dan lengkap—bhikkhu jenis inilah yang dimaksudkan dalam kasus ini.

Seorang bhikkhu lain:

Bhikkhu lainnya.

Dalam kemarahan:

Ketidakpuasan, memendam kebencian, permusuhan.

Memukul:

Jika ia memukul dengan tubuhnya, dengan apapun yang terhubung dengan tubuhnya, atau dengan apapun yang dilepaskan, bahkan jika hanya sehelai daun teratai, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.

Permutasi

Jika orang itu sepenuhnya ditahbiskan, dan ia menyadarinya sebagai sepenuhnya ditahbiskan, dan dalam kemarahan ia memukulnya, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan. Jika orang itu sepenuhnya ditahbiskan, tetapi ia tidak dapat memastikannya, dan dalam kemarahan ia memukulnya, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan. Jika orang itu sepenuhnya ditahbiskan, tetapi ia tidak menyadarinya sebagai sepenuhnya ditahbiskan, dan dalam kemarahan ia memukulnya, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.

Jika ia memukul seorang yang tidak sepenuhnya ditahbiskan, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika orang itu tidak sepenuhnya ditahbiskan, tetapi ia menyadarinya sebagai sepenuhnya ditahbiskan, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika orang itu tidak sepenuhnya ditahbiskan, tetapi ia tidak dapat memastikannya, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika orang itu tidak sepenuhnya ditahbiskan, dan ia tidak menyadarinya sebagai sepenuhnya ditahbiskan, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah.

Tidak ada pelanggaran

Tidak ada pelanggaran: Jika memukul untuk membela diri; jika ia gila; jika ia adalah pelaku pertama.

Aturan latihan tentang memukul, yang keempat, selesai
Title: Pācittiya 75
Post by: Indra on 16 September 2022, 08:34:01 AM
Koleksi Theravāda tentang Hukum Monastik
Aturan Kebhikkhuan dan Analisisnya
Bab tentang Pelanggaran-Pelanggaran yang Mengharuskan Penebusan
Sub-bab tentang secara sah

Pācittiya 75. Aturan Latihan tentang Mengangkat Tangan

Kisah Asal-mula

Pada suatu hari ketika Sang Buddha sedang menetap di Sāvatthī di Vihara Anāthapiṇḍika, para bhikkhu dari kelompok enam dalam kemarahan mengangkat tangan mereka terhadap para bhikkhu dari kelompok tujuh belas. Karena mereka mengira akan dipukul, mereka menangis. Para bhikkhu lain bertanya mengapa mereka menangis, dan mereka memberitahukan apa yang telah terjadi.

Para bhikkhu yang memiliki sedikit keinginan mengeluhkan dan mengkritik mereka, "Bagaimana mungkin para bhikkhu dari kelompok enam melakukan hal ini?" ... "Benarkah, para bhikkhu, bahwa kalian melakukan hal ini?"

"Benar, Yang Mulia."

Sang Buddha menegur mereka ... "Orang-orang dungu, bagaimana mungkin kalian melakukan hal ini? Hal ini akan mempengaruhi keyakinan orang-orang ..." ... "Dan, para bhikkhu, aturan latihan ini harus dibacakan sebagai berikut:

Aturan akhir

'Jika seorang bhikkhu dalam kemarahan mengangkat tangan terhadap seorang bhikkhu lain, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.'"

Definisi

Seorang:

Siapa pun

Bhikkhu:

... Seorang bhikkhu yang telah diberikan penahbisan penuh oleh Sangha yang sepakat melalui prosedur sah yang terdiri dari satu usul dan tiga pengumuman yang tidak dapat dibatalkan dan lengkap—bhikkhu jenis inilah yang dimaksudkan dalam kasus ini.

Terhadap seorang bhikkhu lain:

Terhadap bhikkhu lainnya.

Dalam kemarahan:

Ketidakpuasan, memendam kebencian, permusuhan.

Mengangkat tangan:

Jika ia mengangkat bagian tubuhnya yang manapun atau apapun yang terhubung dengan tubuhnya, bahkan jika hanya sehelai daun teratai, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.

Permutasi

Jika orang itu sepenuhnya ditahbiskan, dan ia menyadarinya sebagai sepenuhnya ditahbiskan, dan dalam kemarahan ia mengangkat tangannya terhadapnya, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan. Jika orang itu sepenuhnya ditahbiskan, tetapi ia tidak dapat memastikannya, dan dalam kemarahan ia mengangkat tangannya terhadapnya, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan. Jika orang itu sepenuhnya ditahbiskan, tetapi ia tidak menyadarinya sebagai sepenuhnya ditahbiskan, dan dalam kemarahan ia mengangkat tangannya terhadapnya, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.

Jika dalam kemarahan ia mengangkat tangannya terhadap seorang yang tidak sepenuhnya ditahbiskan, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika orang itu tidak sepenuhnya ditahbiskan, tetapi ia menyadarinya sebagai sepenuhnya ditahbiskan, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika orang itu tidak sepenuhnya ditahbiskan, tetapi ia tidak dapat memastikannya, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika orang itu tidak sepenuhnya ditahbiskan, dan ia tidak menyadarinya sebagai sepenuhnya ditahbiskan, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah.

Tidak ada pelanggaran

Tidak ada pelanggaran: Jika mengangkat tangannya untuk membela diri; jika ia gila; jika ia adalah pelaku pertama.

Aturan latihan tentang mengangkat tangan, yang kelima, selesai
Title: Pācittiya 76
Post by: Indra on 16 September 2022, 08:34:33 AM
Koleksi Theravāda tentang Hukum Monastik
Aturan Kebhikkhuan dan Analisisnya
Bab tentang Pelanggaran-Pelanggaran yang Mengharuskan Penebusan
Sub-bab tentang secara sah

Pācittiya 76. Aturan Latihan tentang Tanpa Dasar

Kisah Asal-mula

Pada suatu hari ketika Sang Buddha sedang menetap di Sāvatthī di Vihara Anāthapiṇḍika, para bhikkhu dari kelompok enam secara tanpa dasar menuduh seorang bhikkhu dengan tuduhan melakukan pelanggaran yang mengharuskan penskorsan.

Para bhikkhu yang memiliki sedikit keinginan mengeluhkan dan mengkritik mereka, "Bagaimana mungkin para bhikkhu dari kelompok enam melakukan hal ini?" ... "Benarkah, para bhikkhu, bahwa kalian melakukan hal ini?"

"Benar, Yang Mulia."

Sang Buddha menegur mereka ... "Orang-orang dungu, bagaimana mungkin kalian melakukan hal ini? Hal ini akan mempengaruhi keyakinan orang-orang ..." ... "Dan, para bhikkhu, aturan latihan ini harus dibacakan sebagai berikut:

Aturan akhir

'Jika seorang bhikkhu secara tanpa dasar menuduh seorang bhikkhu lain dengan tuduhan melakukan pelanggaran yang mengharuskan penskorsan, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.'"

Definisi

Seorang:

Siapa pun

Bhikkhu:

... Seorang bhikkhu yang telah diberikan penahbisan penuh oleh Sangha yang sepakat melalui prosedur sah yang terdiri dari satu usul dan tiga pengumuman yang tidak dapat dibatalkan dan lengkap—bhikkhu jenis inilah yang dimaksudkan dalam kasus ini.

Seorang bhikkhu lain:

bhikkhu lainnya.

Tanpa dasar:

Tidak dilihat, tidak didengar, tidak dicurigai.

Pelanggaran yang mengharuskan penskorsan:

Satu dari tiga belas.

Menuduh:

Jika ia menuduhnya atau menyuruh orang lain menuduhnya, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.

Permutasi

Jika orang itu sepenuhnya ditahbiskan, dan ia menyadarinya sebagai sepenuhnya ditahbiskan, dan ia secara tanpa dasar menuduh orang itu dengan tuduhan melakukan pelanggaran yang mengharuskan penskorsan, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan. Jika orang itu sepenuhnya ditahbiskan, tetapi ia tidak dapat memastikannya, dan ia secara tanpa dasar menuduh orang itu dengan tuduhan melakukan pelanggaran yang mengharuskan penskorsan, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan. Jika orang itu sepenuhnya ditahbiskan, tetapi ia tidak menyadarinya sebagai sepenuhnya ditahbiskan, dan ia secara tanpa dasar menuduh orang itu dengan tuduhan melakukan pelanggaran yang mengharuskan penskorsan, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.

Jika ia menuduhnya dengan kegagalan dalam perilaku atau kegagalan dalam pandangan, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika ia menuduh seorang yang tidak sepenuhnya ditahbiskan, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah.

Jika orang itu tidak sepenuhnya ditahbiskan, tetapi ia menyadarinya sebagai sepenuhnya ditahbiskan, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika orang itu tidak sepenuhnya ditahbiskan, tetapi ia tidak dapat memastikannya, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika orang itu tidak sepenuhnya ditahbiskan, dan ia tidak menyadarinya sebagai sepenuhnya ditahbiskan, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah.

Tidak ada pelanggaran

Tidak ada pelanggaran: Jika ia menuduh seseorang, atau menyuruh orang lain menuduhnya, menurut apa yang ia sadari; jika ia gila; jika ia adalah pelaku pertama.

Aturan latihan tentang tanpa dasar, yang keenam, selesai

Title: Pācittiya 77
Post by: Indra on 16 September 2022, 08:34:53 AM
Koleksi Theravāda tentang Hukum Monastik
Aturan Kebhikkhuan dan Analisisnya
Bab tentang Pelanggaran-Pelanggaran yang Mengharuskan Penebusan
Sub-bab tentang secara sah

Pācittiya 77. Aturan Latihan tentang dengan Sengaja

Kisah Asal-mula

Pada suatu hari ketika Sang Buddha sedang menetap di Sāvatthī di Hutan Jeta, Vihara Anāthapiṇḍika, para bhikkhu dari kelompok enam dengan sengaja membuat para bhikkhu dari kelompok tujuh belas menjadi khawatir. Mereka berkata, "Sang Buddha telah menetapkan aturan bahwa seorang yang berumur kurang dari dua puluh tahun tidak boleh diberikan penahbisan penuh. Dan kalian berumur kurang dari dua puluh tahun ketika kalian menerima penahbisan penuh. Mungkinkah bahwa kalian tidak sepenuhnya ditahbiskan?" Mereka menangis. Para bhikkhu lain bertanya mengapa mereka menangis, dan mereka berkata, "Para bhikkhu dari kelompok enam dengan sengaja membuat kami khawatir."

Para bhikkhu yang memiliki sedikit keinginan mengeluhkan dan mengkritik mereka, "Bagaimana mungkin para bhikkhu dari kelompok enam melakukan hal ini?" ... "Benarkah, para bhikkhu, bahwa kalian melakukan hal ini?"

"Benar, Yang Mulia."

Sang Buddha menegur mereka ... "Orang-orang dungu, bagaimana mungkin kalian melakukan hal ini? Hal ini akan mempengaruhi keyakinan orang-orang ..." ... "Dan, para bhikkhu, aturan latihan ini harus dibacakan sebagai berikut:

Aturan akhir

'Jika seorang bhikkhu dengan sengaja membuat seorang bhikkhu lain khawatir, dengan berpikir, "Dengan cara ini ia akan menjadi tidak nyaman setidaknya selama sesaat," dan ia melakukan hal itu hanya karena alasan ini dan bukan karena alasan lainnya, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.'"

Definisi

Seorang:

Siapa pun

Bhikkhu:

... Seorang bhikkhu yang telah diberikan penahbisan penuh oleh Sangha yang sepakat melalui prosedur sah yang terdiri dari satu usul dan tiga pengumuman yang tidak dapat dibatalkan dan lengkap—bhikkhu jenis inilah yang dimaksudkan dalam kasus ini.

Seorang bhikkhu lain:

bhikkhu lainnya.

Dengan sengaja:

Dengan mengetahui, menyadari, setelah meniatkan, setelah memutuskan, ia melanggar.

Membuat khawatir:

Ia membuatnya khawatir, dengan mengatakan, "Tampaknya engkau berumur kurang dari dua puluh tahun ketika engkau diberikan penahbisan penuh," "Tampaknya engkau telah makan di waktu yang salah," "Tampaknya engkau telah meminum alkohol," "Tampaknya engkau telah duduk di tempat tertutup bersama dengan seorang perempuan," maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.

Ia melakukan hal itu hanya karena alasan ini dan bukan karena alasan lainnya:

Tidak ada alasan lain untuk membuatnya khawatir.

Permutasi

Jika orang itu sepenuhnya ditahbiskan, dan ia menyadarinya sebagai sepenuhnya ditahbiskan, dan ia dengan sengaja membuatnya khawatir, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan. Jika orang itu sepenuhnya ditahbiskan, tetapi ia tidak dapat memastikannya, dan ia dengan sengaja membuatnya khawatir, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan. Jika orang itu sepenuhnya ditahbiskan, tetapi ia tidak menyadarinya sebagai sepenuhnya ditahbiskan, dan ia dengan sengaja membuatnya khawatir, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.

Jika ia dengan sengaja membuat seorang yang tidak sepenuhnya ditahbiskan menjadi khawatir, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika orang itu tidak sepenuhnya ditahbiskan, tetapi ia menyadarinya sebagai sepenuhnya ditahbiskan, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika orang itu tidak sepenuhnya ditahbiskan, tetapi ia tidak dapat memastikannya, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika orang itu tidak sepenuhnya ditahbiskan, dan ia tidak menyadarinya sebagai sepenuhnya ditahbiskan, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah.

Tidak ada pelanggaran

Tidak ada pelanggaran: Jika, tanpa berniat untuk membuatnya khawatir, ia mengatakan: "Tampaknya engkau berumur kurang dari dua puluh tahun ketika engkau diberikan penahbisan penuh," "Tampaknya engkau telah makan di waktu yang salah," "Tampaknya engkau telah meminum alkohol," "Tampaknya engkau telah duduk di tempat tertutup bersama dengan seorang perempuan," dan kemudian "Pastikanlah hal ini, agar engkau tidak menjadi khawatir nanti;" jika ia gila; jika ia adalah pelaku pertama.

Aturan latihan tentang dengan sengaja, yang ketujuh, selesai


Title: Pācittiya 78
Post by: Indra on 16 September 2022, 08:35:19 AM
Koleksi Theravāda tentang Hukum Monastik
Aturan Kebhikkhuan dan Analisisnya
Bab tentang Pelanggaran-Pelanggaran yang Mengharuskan Penebusan
Sub-bab tentang secara sah

Pācittiya 78. Aturan Latihan tentang Menguping

Kisah Asal-mula

Pada suatu hari ketika Sang Buddha sedang menetap di Sāvatthī di Vihara Anāthapiṇḍika, para bhikkhu dari kelompok enam sedang berdebat dengan para bhikkhu baik. Para bhikkhu baik berkata, "Para bhikkhu dari kelompok enam ini tidak tahu malu; tidaklah mungkin berdebat dengan mereka."

Dan para bhikkhu dari kelompok enam berkata, "Mengapakah kalian memfitnah kami dengan menyebut kami tidak tahu malu?"

"Bagaimana kalian mengetahui itu?"

"Kami menguping kalian."

Para bhikkhu yang memiliki sedikit keinginan mengeluhkan dan mengkritik mereka, "Bagaimana mungkin para bhikkhu dari kelompok enam menguping para bhikkhu yang berdebat dan berselisih dengan mereka?" ... "Benarkah, para bhikkhu, bahwa kalian melakukan hal ini?"

"Benar, Yang Mulia."

Sang Buddha menegur mereka ... "Orang-orang dungu, bagaimana mungkin kalian melakukan hal ini? Hal ini akan mempengaruhi keyakinan orang-orang ..." ... "Dan, para bhikkhu, aturan latihan ini harus dibacakan sebagai berikut:

Aturan akhir

'Jika seorang bhikkhu menguping para bhikkhu yang sedang berdebat dan berselisih, dengan berpikir, "Aku akan mendengarkan apa yang mereka katakan," dan ia melakukan hal itu hanya karena alasan ini dan bukan karena alasan lainnya, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.'"

Definisi

Seorang:

Siapa pun

Bhikkhu:

... Seorang bhikkhu yang telah diberikan penahbisan penuh oleh Sangha yang sepakat melalui prosedur sah yang terdiri dari satu usul dan tiga pengumuman yang tidak dapat dibatalkan dan lengkap—bhikkhu jenis inilah yang dimaksudkan dalam kasus ini.

Para bhikkhu lain:

bhikkhu lainnya.

Yang sedang berdebat dan berselisih:

Yang terlibat dalam suatu persoalan hukum.

Menguping:

Jika ia sedang dalam perjalanan untuk menguping, dengan berpikir, "Setelah mendengarkan apa yang mereka katakan, aku akan menuduh mereka," "aku akan mengingatkan mereka," "aku akan membalas tuduhan mereka," "... aku akan balas mengingatkan mereka," "... aku akan mempermalukan mereka," maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Di mana pun ia berdiri mendengarkan, ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan. Jika ia berjalan di belakang seseorang, dan ia mempercepat dengan niat untuk menguping, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah.

Di mana pun ia berdiri mendengarkan, ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan. Jika ia berjalan di depan seseorang, dan ia memperlambat dengan niat untuk menguping, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Di mana pun ia berdiri mendengarkan, ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan. Jika ia datang ke tempat seorang bhikkhu sedang berbicara secara rahasia sedang berdiri, duduk, atau berbaring, maka ia harus berdeham atau memberitahukan kedatangannya. Jika ia tidak berdeham atau memberitahukan kedatangannya, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.

Ia melakukan hal itu hanya karena alasan ini dan bukan karena alasan lainnya:

Tidak ada alasan lain untuk menguping.

Permutasi

Jika orang itu sepenuhnya ditahbiskan, dan ia menyadarinya sebagai sepenuhnya ditahbiskan, dan ia mengupingnya, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan. Jika orang itu sepenuhnya ditahbiskan, tetapi ia tidak dapat memastikannya, dan ia mengupingnya, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan. Jika orang itu sepenuhnya ditahbiskan, tetapi ia tidak menyadarinya sebagai sepenuhnya ditahbiskan, dan ia mengupingnya, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.

Jika ia mengupingnya seorang yang tidak sepenuhnya ditahbiskan, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika orang itu tidak sepenuhnya ditahbiskan, tetapi ia menyadarinya sebagai sepenuhnya ditahbiskan, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika orang itu tidak sepenuhnya ditahbiskan, tetapi ia tidak dapat memastikannya, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika orang itu tidak sepenuhnya ditahbiskan, dan ia tidak menyadarinya sebagai sepenuhnya ditahbiskan, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah.

Tidak ada pelanggaran

Tidak ada pelanggaran: Jika ia pergi, dengan berpikir: "Setelah mendengarkan apa yang mereka katakan, aku akan menahan diri," "... aku akan menghindari," "... aku akan mengatasinya," "... aku akan membebaskan diriku;" jika ia gila; jika ia adalah pelaku pertama.

Aturan latihan tentang menguping, yang kedelapan, selesai

Title: Pācittiya 79
Post by: Indra on 16 September 2022, 08:35:42 AM
Koleksi Theravāda tentang Hukum Monastik
Aturan Kebhikkhuan dan Analisisnya
Bab tentang Pelanggaran-Pelanggaran yang Mengharuskan Penebusan
Sub-bab tentang secara sah

Pācittiya 79. Aturan Latihan tentang Menghalangi Prosedur Hukum

Kisah Asal-mula

Pada suatu ketika Sang Buddha sedang menetap di Sāvatthī di Hutan Jeta, Vihara Anāthapiṇḍika Pada saat itu para bhikkhu dari kelompok enam berperilaku buruk, tetapi ketika suatu prosedur hukum sedang dilakukan atas salah satu di antara mereka, mereka akan keberatan.

Pada suatu hari Sangha telah berkumpul untuk suatu urusan. Para bhikkhu dari kelompok enam sedang sibuk membuat jubah dan oleh karena itu mereka memberikan persetujuannya kepada salah seorang di antara mereka. Ketika para bhikkhu melihat bahwa hanya satu bhikkhu dari kelompok enam yang datang, mereka melakukan prosedur hukum atas dirinya. Ketika ia kembali pada para bhikkhu dari kelompok enam, mereka menanyainya, "Apakah yang dilakukan oleh Sangha?"

"Sangha melakukan prosedur hukum atas diriku."

"Kami tidak memberikan persetujuan kami untuk itu. Jika kami mengetahui bahwa suatu prosedur akan dilakukan atas dirimu, kami tidak akan memberikan persetujuan kami."

Para bhikkhu yang memiliki sedikit keinginan mengeluhkan dan mengkritik mereka, "Bagaimana mungkin para bhikkhu dari kelompok enam memberikan persetujuan atas suatu prosedur hukum dan kemudian mengkritiknya setelahnya?" ... "Benarkah, para bhikkhu, bahwa kalian melakukan hal ini?"

"Benar, Yang Mulia."

Sang Buddha menegur mereka ... "Orang-orang dungu, bagaimana mungkin kalian melakukan hal ini? Hal ini akan mempengaruhi keyakinan orang-orang ..." ... "Dan, para bhikkhu, aturan latihan ini harus dibacakan sebagai berikut:

Aturan akhir

'Jika seorang bhikkhu memberikan persetujuannya atas suatu prosedur hukum yang sah, dan kemudian mengkritiknya setelahnya, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.'"

Definisi

Seorang:

Siapa pun

Bhikkhu:

... Seorang bhikkhu yang telah diberikan penahbisan penuh oleh Sangha yang sepakat melalui prosedur sah yang terdiri dari satu usul dan tiga pengumuman yang tidak dapat dibatalkan dan lengkap—bhikkhu jenis inilah yang dimaksudkan dalam kasus ini.

Suatu prosedur hukum yang sah:

Suatu prosedur hukum yang terdiri dari memperoleh izin, suatu prosedur hukum yang terdiri dari satu usul, suatu prosedur hukum yang terdiri dari satu usul dan satu pengumuman, suatu prosedur hukum yang terdiri dari satu usul dan tiga pengumuman; yang dilakukan menurut Ajaran, menurut Hukum Monastik, menurut instruksi Sang Guru. ini disebut suatu "prosedur hukum yang sah". Jika ia memberikan persetujuannya, dan kemudian mengkritik prosedur tersebut, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.

Permutasi

Jika itu adalah prosedur hukum yang sah, dan ia menyadarinya sebagai sah, dan ia mengkritiknya setelah memberikan persetujuannya, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan. Jika itu adalah prosedur hukum yang sah, tetapi ia tidak dapat memastikannya, dan ia mengkritiknya setelah memberikan persetujuannya, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika itu adalah prosedur hukum yang sah, tetapi ia menyadarinya sebagai tidak sah, dan ia mengkritiknya setelah memberikan persetujuannya, maka tidak ada pelanggaran

Jika itu adalah prosedur hukum yang tidak sah, tetapi ia menyadarinya sebagai sah, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika itu adalah prosedur hukum yang tidak sah, tetapi ia tidak dapat memastikannya, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika itu adalah prosedur hukum yang tidak sah, dan ia menyadarinya sebagai tidak sah, maka tidak ada pelanggaran.

Tidak ada pelanggaran

Tidak ada pelanggaran: Jika ia mengkritiknya karena ia mengetahui bahwa prosedur hukum tersebut adalah tidak sah, dilakukan oleh kumpulan yang tidak lengkap, atau dilakukan atas seorang yang tidak semestinya menerimanya; jika ia gila; jika ia adalah pelaku pertama.

Aturan latihan tentang menghalangi suatu prosedur hukum, yang kesembilan, selesai


Title: Pācittiya 80
Post by: Indra on 16 September 2022, 08:36:07 AM
Koleksi Theravāda tentang Hukum Monastik
Aturan Kebhikkhuan dan Analisisnya
Bab tentang Pelanggaran-Pelanggaran yang Mengharuskan Penebusan
Sub-bab tentang secara sah

Pācittiya 80. Aturan Latihan tentang Pergi Tanpa Memberikan Persetujuan

Kisah Asal-mula

Pada suatu hari ketika Sang Buddha sedang menetap di Sāvatthī di Vihara Anāthapiṇḍika, Sangha telah berkumpul untuk suatu urusan. Para bhikkhu dari kelompok enam sibuk membuat jubah dan karena itu mereka memberikan persetujuan mereka kepada salah satu di antara mereka.

Ketika Sangha telah siap untuk melakukan prosedur hukum yang karenanya mereka berkumpul, Sangha mengajukan usul. Bhikkhu dari kelompok enam itu berpikir, "Ini adalah bagaimana mereka melakukan prosedur hukum atas kami satu demi satu, tetapi yang ini atas siapakah kalian akan lakukan?" dan tanpa memberikan persetujuannya, ia bangkit dari duduknya dan pergi.

Para bhikkhu yang memiliki sedikit keinginan mengeluhkan dan mengkritiknya, "Ketika Sangha sedang berada di tengah-tengah suatu diskusi, bagaimana mungkin para bhikkhu dari kelompok enam itu bangkit dari duduknya dan pergi tanpa memberikan persetujuannya?" ... "Benarkah, bhikkhu, bahwa engkau melakukan hal ini?"

"Benar, Yang Mulia."

Sang Buddha menegurnya... "Orang dungu, bagaimana mungkin engkau melakukan hal ini? Hal ini akan mempengaruhi keyakinan orang-orang ..." ... "Dan, para bhikkhu, aturan latihan ini harus dibacakan sebagai berikut:

Aturan akhir

'Ketika Sangha sedang berada di tengah-tengah suatu diskusi, jika seorang bhikkhu bangkit dari duduknya dan pergi tanpa terlebih dulu membeikan persetujuannya, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.'"

Definisi

Seorang:

Siapa pun

Bhikkhu:

... Seorang bhikkhu yang telah diberikan penahbisan penuh oleh Sangha yang sepakat melalui prosedur sah yang terdiri dari satu usul dan tiga pengumuman yang tidak dapat dibatalkan dan lengkap—bhikkhu jenis inilah yang dimaksudkan dalam kasus ini.

Ketika Sangha sedang berada di tengah-tengah suatu diskusi:

Ketika topik telah diumumkan tetapi diskusi masih belum selesai, atau ketika usul telah diajukan, atau ketika pengumuman sedang berlangsung.

Bangkit dari duduknya dan pergi tanpa terlebih dulu membeikan persetujuannya:

Jika ia pergi, dengan berpikir, "Bagaimanakah agar prosedur hukum ini terganggu?" atau "Bagaimanakah agar prosedur hukum ini dilakukan oleh kumpulan yang tidak lengkap?" atau "Bagaimanakah agar prosedur hukum ini tidak dilakukan?" maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah.  jika ia sedang dalam proses pergi melebihi serentangan tangan dari pertemuan itu, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Ketika ia sudah pergi melebihi serentangan tangan, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.

Permutasi

Jika itu adalah prosedur hukum yang sah, dan ia menyadarinya sebagai sah, dan ia bangkit dari duduknya dan pergi tanpa terlebih dulu memberikan persetujuan, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan. Jika itu adalah prosedur hukum yang sah, tetapi ia tidak dapat memastikannya, dan ia bangkit dari duduknya dan pergi tanpa terlebih dulu memberikan persetujuan, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika itu adalah prosedur hukum yang sah, tetapi ia menyadarinya sebagai tidak sah, dan ia bangkit dari duduknya dan pergi tanpa terlebih dulu memberikan persetujuan, maka tidak ada pelanggaran

Jika itu adalah prosedur hukum yang tidak sah, tetapi ia menyadarinya sebagai sah, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika itu adalah prosedur hukum yang tidak sah, tetapi ia tidak dapat memastikannya, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika itu adalah prosedur hukum yang tidak sah, dan ia menyadarinya sebagai tidak sah, maka tidak ada pelanggaran.

Tidak ada pelanggaran

Tidak ada pelanggaran: Jika ia pergi karena ia berpikir bahwa akan ada pertengkaran atau perselisihan di dalam Sangha; Jika ia pergi karena ia berpikir bahwa akan ada keretakan atau perpecahan di dalam Sangha; Jika ia pergi karena ia berpikir bahwa prosedur hukum itu akan menjadi tidak sah, dilakukan oleh kumpulan yang tidak lengkap, atau dilakukan atas seorang yang tidak semestinya menerimanya; jika ia pergi karena ia sakit; jika ia pergi karena ia harus merawat seseorang yang sedang sakit; jika ia pergi karena ia perlu buang air; jika ia pergi dengan niat untuk kembali, dan bukan karena ia hendak membatalkan prosedur hukum tersebut; jika ia gila; jika ia adalah pelaku pertama.

Aturan latihan tentang pergi tanpa memberikan persetujuan, yang kesepuluh, selesai
Title: Pācittiya 81
Post by: Indra on 16 September 2022, 08:36:33 AM
Koleksi Theravāda tentang Hukum Monastik
Aturan Kebhikkhuan dan Analisisnya
Bab tentang Pelanggaran-Pelanggaran yang Mengharuskan Penebusan
Sub-bab tentang secara sah

Pācittiya 81. Aturan Latihan tentang Apa yang Usang

Kisah Asal-mula

Pada suatu ketika Sang Buddha sedang menetap di Rājagaha di Hutan Bambu, taman suaka tupai. Pada waktu itu Yang Mulia Dabba orang Malla, yang menjadi pengalokasi tempat-tempat kediaman dan penjatah makanan, memiliki sebuah jubah yang telah usang. Saat itu Sangha baru saja memperoleh sebuah jubah, yang diberikan kepada Dabba. Para bhikkhu dari kelompok enam mengeluhkan dan mengkritik hal ini, "Para bhikkhu mengalihkan perolehan materi Sangha berdasarkan persahabatan."

Para bhikkhu yang memiliki sedikit keinginan mengeluhkan dan mengkritik mereka, "Bagaimana mungkin para bhikkhu dari kelompok enam memberikan jubah sebagai bagian dari Sangha yang sepakat dan kemudian mengkritiknya setelah itu?" ... "Benarkah, para bhikkhu, bahwa kalian melakukan hal ini?"

"Benar, Yang Mulia."

Sang Buddha menegur mereka ... "Orang-orang dungu, bagaimana mungkin kalian melakukan hal ini? Hal ini akan mempengaruhi keyakinan orang-orang ..." ... "Dan, para bhikkhu, aturan latihan ini harus dibacakan sebagai berikut:

Aturan akhir

'Ketika seorang bhikkhu memberikan jubah sebagai bagian dari Sangha yang sepakat dan kemudian mengkritiknya setelah itu, dengan mengatakan, "Para bhikkhu mengalihkan perolehan materi Sangha berdasarkan persahabatan," maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.'"

Definisi

Seorang:

Siapa pun

Bhikkhu:

... Seorang bhikkhu yang telah diberikan penahbisan penuh oleh Sangha yang sepakat melalui prosedur sah yang terdiri dari satu usul dan tiga pengumuman yang tidak dapat dibatalkan dan lengkap—bhikkhu jenis inilah yang dimaksudkan dalam kasus ini.

Sangha yang sepakat:

Bagian dari sekte Buddhis yang sama dan menetap di area vihara yang sama.

Memberikan:

Memberikannya sendiri.

Berdasarkan persahabatan:

Berdasarkan persahabatan, berdasarkan pertemanan, berdasarkan seorang kepada siapa ia berbakti, karena menjadi sesama siswa, karena menjadi sesama murid.

Milik Sangha:

Yang diberikan kepada Sangha, yang dilepaskan untuk Sangha.

Perolehan materi:

Jubah, makanan, tempat kediaman, dan obat-obatan; bahkan sedikit bubuk mandi, pembersih gigi, atau seutas tali.

Mengkritiknya setelah itu:

Ketika kain-jubah telah diberikan kepada seseorang yang telah sepenuhnya ditahbiskan dan yang adalah pengalokasi tempat-tempat kediaman atau penjatah makanan atau pembagi bubur atau pembagi buah-buahan atau pembagi makanan segar atau pembagi benda-benda kebutuhan kecil, dan ia telah ditunjuk oleh Sangha untuk itu, jika seorang bhikkhu mengkritik pemberian itu, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.

Permutasi

Jika itu adalah prosedur hukum yang sah, dan ia menyadarinya sebagai sah, dan ia mengkritik pemberian kain-jubah itu, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan. Jika itu adalah prosedur hukum yang sah, tetapi ia tidak dapat memastikannya, dan ia mengkritik pemberian kain-jubah itu, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika itu adalah prosedur hukum yang sah, tetapi ia menyadarinya sebagai tidak sah, dan ia mengkritik pemberian kain-jubah itu, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.

Jika ia mengkritik pemberian benda kebutuhan lainnya, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Ketika kain-jubah atau benda kebutuhan lainnya telah diberikan kepada seseorang yang sepenuhnya ditahbiskan dan yang adalah pengalokasi tempat-tempat kediaman atau penjatah makanan atau pembagi bubur atau pembagi buah-buahan atau pembagi makanan segar atau pembagi benda-benda kebutuhan kecil, tetapi ia belum ditunjuk oleh Sangha untuk itu, jika seorang bhikkhu mengkritik pemberian itu, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Ketika kain-jubah atau benda kebutuhan lainnya telah diberikan kepada seseorang yang tidak sepenuhnya ditahbiskan dan yang adalah pengalokasi tempat-tempat kediaman atau penjatah makanan atau pembagi bubur atau pembagi buah-buahan atau pembagi makanan segar atau pembagi benda-benda kebutuhan kecil, apakah ia telah atau belum ditunjuk oleh Sangha untuk itu atau tidak, jika seorang bhikkhu mengkritik pemberian itu, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah.

Jika itu adalah prosedur hukum yang tidak sah, tetapi ia menyadarinya sebagai sah, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika itu adalah prosedur hukum yang tidak sah, tetapi ia tidak dapat memastikannya, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika itu adalah prosedur hukum yang tidak sah, dan ia menyadarinya sebagai tidak sah, maka tidak ada pelanggaran.

Tidak ada pelanggaran

Tidak ada pelanggaran: Jika ia mengkritik seseorang yang biasanya bertindak atas dasar pilih kasih, kebencian, kebodohan, atau ketakutan, dengan mengatakan, "Apakah gunanya memberikan kepadanya—ia akan merusaknya atau menggunakannya dengan tidak benar;" jika ia gila; jika ia adalah pelaku pertama.

Aturan latihan tentang apa yang usang, yang kesebelas, selesai
Title: Pācittiya 82
Post by: Indra on 16 September 2022, 08:37:04 AM
Koleksi Theravāda tentang Hukum Monastik
Aturan Kebhikkhuan dan Analisisnya
Bab tentang Pelanggaran-Pelanggaran yang Mengharuskan Penebusan
Sub-bab tentang secara sah

Pācittiya 82. Aturan Latihan tentang Mengalihkan

Kisah Asal-mula

Pada suatu hari ketika Sang Buddha sedang menetap di Sāvatthī di Vihara Anāthapiṇḍika, suatu perkumpulan telah mempersiapkan makanan bersama dengan kain-jubah untuk Sangha. Mereka berkata, "Setelah memberikan makanan, kami akan mempersembahkan kain-jubah."

Tetapi para bhikkhu dari kelompok enam mendatangi perkumpulan itu dan berkata, "Sudilah memberikan kain-jubah itu kepada para bhikkhu ini."

"Para Mulia, kami tidak dapat melakukan itu. Kami telah mempersiapkan persembahan dana makanan tahunan bersama dengan kain-jubah untuk Sangha."

"Sangha memiliki banyak penyumbang dan penyokong. Tetapi karena para bhikkhu ini menetap di sini, mereka mencari sokongan dari kalian. Jika kalian tidak memberikan kepada mereka, siapakah yang akan memberikan? Karena itu berikanlah kain-jubah kepada mereka." Karena didesak oleh para bhikkhu dari kelompok enam, perkumpulan itu memberikan kain-jubah yang telah dipersiapkan itu kepada para bhikkhu itu dan melayani Sangha dengan makanan.

Para bhikkhu yang mengetahui bahwa makanan serta kain-jubah telah dipersiapkan untuk Sangha, tetapi tidak mengetahui bahwa kain-jubah telah diberikan kepada para bhikkhu dari kelompok enam, berkata, "Kalian boleh mempersembahkan kain-jubah."

"Tidak ada lagi. Kain-jubah yang telah kami persiapkan telah dialihkan oleh para bhikkhu dari kelompok enam."

Para bhikkhu yang memiliki sedikit keinginan mengeluhkan dan mengkritik mereka, "Bagaimana mungkin para bhikkhu dari kelompok enam mengalihkan kepada individu benda-benda yang mereka ketahui ditujukan untuk Sangha?" ... "Benarkah, para bhikkhu, bahwa kalian melakukan hal ini?"

"Benar, Yang Mulia."

Sang Buddha menegur mereka ... "Orang-orang dungu, bagaimana mungkin kalian melakukan hal ini? Hal ini akan mempengaruhi keyakinan orang-orang ..." ... "Dan, para bhikkhu, aturan latihan ini harus dibacakan sebagai berikut:

Aturan akhir

'Ketika seorang bhikkhu mengalihkan kepada individu benda-benda sokongan yang mereka ketahui ditujukan untuk Sangha, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.'"

Definisi

Seorang:

Siapa pun

Bhikkhu:

... Seorang bhikkhu yang telah diberikan penahbisan penuh oleh Sangha yang sepakat melalui prosedur sah yang terdiri dari satu usul dan tiga pengumuman yang tidak dapat dibatalkan dan lengkap—bhikkhu jenis inilah yang dimaksudkan dalam kasus ini.

Ia ketahui:

Ia mengetahuinya sendiri atau orang lain memberitahunya atau si penyumbang memberitahunya.

Untuk Sangha:

Diberikan kepada Sangha, dilepaskan untuk Sangha.

Benda-benda sokongan:

Jubah, makanan, tempat kediaman, dan obat-obatan; bahkan sedikit bubuk mandi, pembersih gigi, atau seutas tali.

Ditujukan:

Jika mereka mengatakan, "Kami akan memberikan," "Kami akan mempersiapkan," dan ia mengalihkannya kepada seorang individu, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.

Permutasi

Jika itu ditujukan kepada Sangha, dan ia menyadarinya sebagai ditujukan kepada Sangha, dan ia mengalihkannya kepada seorang individu, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan. Jika itu ditujukan kepada Sangha, tetapi ia tidak dapat memastikannya, dan ia mengalihkannya kepada seorang individu, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika itu ditujukan kepada Sangha, tetapi ia tidak menyadarinya sebagai ditujukan kepada Sangha, dan ia mengalihkannya kepada seorang individu, maka tidak ada pelanggaran.

Jika itu ditujukan kepada satu Sangha dan ia mengalihkannya kepada Sangha lain atau kepada sebuah altar, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika itu ditujukan kepada satu altar dan ia mengalihkannya kepada altar lainnya atau kepada suatu Sangha atau kepada individu, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika itu ditujukan kepada satu individu dan ia mengalihkannya kepada individu lain atau kepada sebuah sangha atau kepada sebuah altar, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah.

Jika itu tidak ditujukan kepada Sangha, tetapi ia menyadarinya sebagai ditujukan kepada Sangha, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika itu tidak ditujukan kepada Sangha, tetapi ia tidak dapat memastikannya, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika itu tidak ditujukan kepada Sangha, dan ia tidak menyadarinya sebagai ditujukan kepada Sangha, maka tidak ada pelanggaran.

Tidak ada pelanggaran

Tidak ada pelanggaran: Jika ditanya, "Ke manakah kami dapat memberi? Ia menjawab, "Berikanlah di mana pemberianmu akan menjadi perlengkapan," "... di mana pemberianmu akan menjadi perbaikan," "... di mana pemberianmu akan bertahan dalam waktu lama," "... di mana engkau merasa terinspirasi;" jika ia gila; jika ia adalah pelaku pertama.

Aturan latihan tentang mengalihkan, yang kedua belas, selesai

SUB-BAB KEDELAPAN TENTANG SECARA SAH SELESAI
Berikut ini adalah rangkumannya:
"Secara sah, merendahkan,
Berdusta, memukul;
Mengangkat tangan, tanpa dasar,
Dan dengan sengaja, menguping;
Menghalangi, dan menyetujui,
Dan Dabba, mengalihkan."


Title: Pācittiya 83
Post by: Indra on 16 September 2022, 08:37:42 AM
Koleksi Theravāda tentang Hukum Monastik
Aturan Kebhikkhuan dan Analisisnya
Bab tentang Pelanggaran-Pelanggaran yang Mengharuskan Penebusan
Sub-bab tentang benda-benda berharga

Pācittiya 83. Aturan Latihan tentang Lingkungan Istana

Kisah Asal-mula

Pada suatu hari ketika Sang Buddha sedang menetap di Sāvatthī di Vihara Anāthapiṇḍika, Raja Pasenadi dari Kosala memberitahu penjaga tamannya, "Pergilah dan bersihkan taman; aku akan pergi ke sana."

"Baik, Baginda." Sewaktu sedang membersihkan taman, ia melihat Sang Buddha duduk di bawah sebatang pohon. Kemudian ia mendatangi Raja Pasenadi dan berkata, "Taman sudah bersih, Baginda, tetapi Sang Buddha sedang duduk di sana." "Menakjubkan! Aku akan mengunjungi Beliau."

Raja pergi ke taman dan mendatangi Sang Buddha, tetapi pada saat itu seorang umat awam sedang duduk di sana. Ketika Raja melihatnya, ia menjadi takut dan berhenti. Tetapi ia mempertimbangkan, "Orang ini pasti tidak jahat, karena ia sedang mengunjungi Sang Buddha." Dan karena itu ia mendatangi Sang Buddha, bersujud, dan duduk. Tetapi ketika umat awam itu, karena hormatnya kepada Sang Buddha, tidak bersujud kepada Raja juga tidak berdiri untuknya, Sang Raja menjadi kesal. Sang Buddha menyadari apa yang terjadi dan berkata kepada Raja, "Baginda, umat awam ini adalah seorang terpalajar, yang menguasai tradisi, dan ia bebas dari keinginan indria."

Raja berpikir, "Umat awam ini tidak semestinya berada pada posisi rendah, karena Sang Buddha memujinya." Dan ia berkata kepada umat awam itu, "Silakan mengatakan apa yang engkau inginkan."

"Terima kasih, Baginda."

Kemudian Sang Buddha memberikan instruksi, menginspirasi, dan menggembirakan Raja Pasenadi dengan suatu ajaran, setelah itu Sang Raja bangkit dari duduknya, bersujud, dan mengelilingi Sang Buddha dengan sisi kanannya menghadap Beliau, dan pergi.

Tidak lama kemudian Raja Pasenadi sedang berada di atas rumah panggung terbaiknya, ketika ia melihat umat awam itu sedang berjalan di jalan, memegang sebuah payung. Ia memanggilnya dan berkata, "Engkau adalah seorang terpelajar, yang menguasai tradisi. Baik sekali jika engkau mengajar haremku."

"Apapun yang kuketahui, Baginda, aku mengetahuinya dari para bhikkhu. Merekalah yang seharusnya mengajar harem."

Menyadari bahwa umat awam itu benar, Raja mendatangi Sang Buddha, bersujud duduk, dan berkata, "Baik sekali, Yang Mulia, jika Yang Mulia menyuruh seorang bhikkhu untuk mengajar haremku." Sang Buddha kemudian memberikan instruksi, menginspirasi, dan menggembirakan Raja Pasenadi dengan suatu ajaran, setelah itu Sang Raja bangkit dari duduknya, memberi hormat seperti sebelumnya, dan pergi.

Tidak lama kemudian, Sang Buddha berkata kepada Yang Mulia Ānanda, "Baiklah, Ānanda, ajarilah harem Raja."

"Baik, Yang Mulia." Dan dari waktu ke waktu ia akan mendatangi harem dan mengajar.

Kemudian, setelah mengenakan jubah di pagi hari, Ānanda membawa mangkuk dan jubahnya dan mendatangi rumah Raja Pasenadi.

Pada saat itu Sang Raja sedang berada di tempat tidur bersama dengan Ratu Mallikā. Ratu melihat Ānanda datang dan segera bangkit, tetapi gaun gemerlap keemasannya jatuh. Ānanda berbalik di sana dan kembali ke vihara. Dan ia menceritakan apa yang terjadi kepada para bhikkhu.

Para bhikkhu yang memiliki sedikit keinginan mengeluhkan dan mengkritiknya, "Bagaimana mungkin Yang Mulia Ānanda memasuki lingkungan istana tanpa terlebih dulu diumumkan?" ... "Benarkah, Ānanda, bahwa engkau melakukan hal ini?"

"Benar, Yang Mulia."

Sang Buddha menegurnya ... "Ānanda, bagaimana mungkin engkau melakukan hal ini? Hal ini akan mempengaruhi keyakinan orang-orang ..." ... Setelah menegurnya ... Sang Buddha membabarkan ajaran dan berkata kepada para bhikkhu:

"Para bhikkhu, terdapat sepuluh bahaya dalam memasuki lingkungan istana. Apakah sepuluh ini?

Mungkin terjadi seorang bhikkhu memasuki tempat di mana raja sedang duduk bersama ratunya. Sang ratu tersenyum ketika ia melihat bhikkhu itu atau bhikkhu itu tersenyum ketika melihat sang ratu. Raja berpikir, 'Pasti mereka telah melakukannya, atau akan melakukannya.'

Kemudian lagi, karena raja sangat sibuk, ia tidak ingat telah tidur bersama dengan perempuan tertentu, namun perempuan itu menjadi hamil karenanya. Raja berpikir, 'Hanya bhikkhu itu yang memasuki tempat ini. Apakah ia bertanggung jawab atas hal ini?'

Kemudian lagi, sebuah permata lenyap dari lingkungan istana. Raja berpikir, 'Hanya bhikkhu itu yang memasuki tempat ini. Apakah ia bertanggung jawab atas hal ini?'

Kemudian lagi, pembahasan rahasia di dalam lingkungan istana tersebar ke luar. Raja berpikir, 'Hanya bhikkhu itu yang memasuki tempat ini. Apakah ia bertanggung jawab atas hal ini?'

Kemudian lagi, di dalam lingkungan istana seorang ayah menyerang putranya, atau seorang putra menyerang ayahnya. Mereka berpikir, 'Hanya bhikkhu itu yang memasuki tempat ini. Apakah ia bertanggung jawab atas hal ini?'

Kemudian lagi, raja mempromosikan seseorang. Mereka yang tidak menyukai hal ini berpikir, 'Raja dekat dengan bhikkhu itu. Apakah ia bertanggung jawab atas hal ini?'

Kemudian lagi, raja mendemosikan seseorang. Mereka yang tidak menyukai hal ini berpikir, 'Raja dekat dengan bhikkhu itu. Apakah ia bertanggung jawab atas hal ini?'

Kemudian lagi, setelah mengirim bala tentara di waktu yang tidak tepat, raja memerintahkannya untuk kembali selagi masih dalam perjalanan. Mereka yang tidak menyukai hal ini berpikir, 'Raja dekat dengan bhikkhu itu. Apakah ia bertanggung jawab atas hal ini?'

Kemudian lagi, lingkungan istana ramai dengan gajah-gajah, kuda-kuda, dan kereta-kereta, serta pemandangan, suara, bau-bauan, rasa kecapan, dan sentuhan-sentuhan yang menggoda yang tidak sesuai bagi seorang bhikkhu.

Para bhikkhu, ini adalah sepuluh bahaya dalam memasuki lingkungan istana."

Kemudian, setelah menegur Ānanda dalam berbagai cara, Sang Budha mencela orang yang sulit disokong ... Sang Buddha berkata, "Dan, para bhikkhu, aturan latihan ini harus dibacakan sebagai berikut:

Aturan akhir

'Jika seorang bhikkhu, tanpa terlebih dulu diumumkan, menyeberangi ambang pintu menuju kamar tidur seorang raja bangsawan yang sah, ketika raja dan ratu ada di sana, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.'"

Definisi

Seorang:

Siapa pun

Bhikkhu:

... Seorang bhikkhu yang telah diberikan penahbisan penuh oleh Sangha yang sepakat melalui prosedur sah yang terdiri dari satu usul dan tiga pengumuman yang tidak dapat dibatalkan dan lengkap—bhikkhu jenis inilah yang dimaksudkan dalam kasus ini.

Bangsawan:

Terlahir baik dari pihak ibu maupun ayah, murni dalam keturunan, tidak tercela dan sempurna sehubungan dengan kelahiran hingga delapan generasi leluhur laki-laki sebelumnya.

Yang sah:

Sah dengan penahbisan kebangsawanan.

Raja ada di sana:

Raja belum meninggalkan kamar.

Ratu ada di sana:

Ratu belum meninggalkan kamar. Atau keduanya belum meninggalkan kamar.

Tanpa terlebih dulu diumumkan:

Tanpa terlebih dulu diberitahukan.

Ambang pintu:

Yang dimaksudkan adalah ambang pintu menuju kamar tidur.

Kamar tidur:

Di mana pun tempat tidur raja dipersiapkan, bahkan jika hanya ditutupi dengan tirai kain.

Menyeberangi ambang pintu menuju kamar tidur:

Jika ia menyeberangi ambang pintu dengan kaki pertama, ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika ia menyeberangi dengan kaki kedua, ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.

Permutasi

Jika ia belum diumumkan, dan ia tidak menyadarinya sebagai sudah diumumkan, dan ia menyeberangi ambang pintu menuju kamar tidur, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan. Jika ia belum diumumkan, tetapi ia tidak dapat memastikannya, dan ia menyeberangi ambang pintu menuju kamar tidur, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika ia belum diumumkan, tetapi menyadarinya sebagai sudah diumumkan, dan ia menyeberangi ambang pintu menuju kamar tidur, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.

Jika ia sudah diumumkan, tetapi ia tidak menyadarinya sebagai sudah diumumkan, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika ia sudah diumumkan, tetapi ia tidak dapat memastikannya, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika ia sudah diumumkan, dan ia menyadarinya sebagai sudah diumumkan, maka tidak ada pelanggaran.

Tidak ada pelanggaran

Tidak ada pelanggaran: Jika ia sudah diumumkan; jika raja itu bukan raja bangsawan; jika raja itu belum ditahbiskan dengan penahbisan kebangsawanan; jika raja telah meninggalkan kamar tidur; jika ratu telah meninggalkan kamar tidur; jika keduanya telah pergi; jika ruangan itu bukan kamar tidur; jika ia gila; jika ia adalah pelaku pertama.

Aturan latihan tentang lingkungan istana, yang pertama, selesai
Title: Pācittiya 84
Post by: Indra on 16 September 2022, 08:38:05 AM
Koleksi Theravāda tentang Hukum Monastik
Aturan Kebhikkhuan dan Analisisnya
Bab tentang Pelanggaran-Pelanggaran yang Mengharuskan Penebusan
Sub-bab tentang benda-benda berharga

Pācittiya 84. Aturan Latihan tentang Benda-Benda Berharga

Kisah Asal-mula

Sub-kisah pertama

Pada suatu hari ketika Sang Buddha sedang menetap di Sāvatthī di Vihara Anāthapiṇḍika, seorang bhikkhu sedang mandi di sungai Aciravatī, ketika seorang brahmana juga datang ke sana untuk mandi. Ia meletakkan sebuah tas berisi lima ratus keping di atas tanah, mandi, lupa pada tas tersebut, dan pergi. Bhikkhu itu berpikir, "Ini adalah tas milik brahmana itu; tidaklah baik jika hilang," dan ia memungutnya.

Segera sang brahmana teringat. Ia bergegas kembali dan bertanya kepada bhikkhu itu, "Yang Mulia, apakah engkau melihat tasku?"

Dengan menjawab, "Ya aku melihatnya," ia menyerahkannya kepadanya.

Si brahmama berpikir, "Bagaimanakah agar aku terhindari dari memberikan imbalan kepada bhikkhu ini?" Dan ia berkata, "Aku bukan memiliki lima ratus keping, melainkan seribu keping!" dan ia menangkap bhikkhu tersebut.

Setelah dilepaskan, bhikkhu itu kembali ke vihara dan memberitahu para bhikkhu apa yang telah terjadi. Para bhikkhu yang memiliki sedikit keinginan mengeluhkan dan mengkritiknya, "Bagaimana mungkin seorang bhikkhu memungut benda-benda berharga?" ... "Benarkah, bhikkhu, bahwa engkau melakukan hal ini?"

"Benar, Yang Mulia."

Sang Buddha menegurnya ... "Orang dungu, bagaimana mungkin engkau melakukan hal ini? Hal ini akan mempengaruhi keyakinan orang-orang ..." ... "Dan, para bhikkhu, aturan latihan ini harus dibacakan sebagai berikut:

Aturan awal pertama

'Jika seorang bhikkhu memungut benda-benda berharga atau sesuatu yang dianggap berharga, atau ia menyuruh orang lain memungutnya, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.'"

Dengan cara inilah Sang Buddha menetapkan aturan latihan ini untuk para bhikkhu.

Sub-kisah kedua

Tidak lama kemudian mereka sedang mengadakan perayaan di Sāvatthī, dengan orang-orang pergi ke taman berpakaian indah, seperti juga Visākhā Migāramātā. Ketika ia meninggalkan desanya, ia berpikir, "Apakah yang akan kulakukan ketika aku sampai di taman? Mengapa aku tidak mengunjungi Sang Buddha!" kemudian ia melepaskan semua perhiasannya, mengikatnya dalam satu buntelan dengan jubah atasnya, dan memberikannya kepada seorang gadis budak, dengan mengatakan, "Dengar! jagalah buntelan ini."

Kemudian Visākā mendatangi Sang Buddha, bersujud, dan duduk. Dan Sang Buddha memberikan instruksi, menginspirasi, dan menggembirakannya dengan suatu ajaran, setelah itu ia bangkit dari duduknya, bersujud, mengelilingi Beliau dengan sisi kanannya menghadap Beliau, dan pergi. Dan si gadis budak juga pergi, lupa pada buntelan itu.

Para bhikkhu melihatnya dan memberitahu Sang Buddha. "Baiklah, para bhikkhu, pungutlah dan simpan." Segera setelah itu Sang Buddha membabarkan ajaran dan berkata kepada para bhikkhu: "Di dalam sebuah vihara, para bhikkhu, kalian harus memungut benda-benda berharga atau apa pun yang dianggap berharga, atau menyuruh orang lain memungutnya, dan kemudian menyimpannya dengan pikiran, 'Siapa pun yang memiliki ini akan datang dan mengambilnya.' Dan, para bhikkhu, aturan latihan ini harus dibacakan sebagai berikut:

Aturan awal kedua

'Jika seorang bhikkhu memungut benda-benda berharga atau sesuatu yang dianggap berharga, atau ia menyuruh orang lain memungutnya, kecuali di dalam sebuah vihara, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.'"

Dengan cara inilah Sang Buddha menetapkan aturan latihan ini untuk para bhikkhu.

Sub-kisah ketiga

Pada waktu itu perumah tangga Anāthapiṇḍika meminta seluruh desa itu untuk bekerja untuknya di negeri Kāsī, dan ia telah menyuruh seorang wakilnya di sana bahwa jika para bhikkhu tiba maka ia harus mempersiapkan makanan untuk mereka. Segera setelah itu sejumlah bhikkhu sedang mengembara di negeri Kāsī, ketika mereka sampai di desa itu. Ketika orang itu melihat mereka datang, ia mendatangi mereka, dan berkata, "Para Mulia, sudilah menerima makanan dari Anāthapiṇḍika besok." Para bhikkhu itu menerima dengan berdiam diri.

Keesokan paginya, setelah mempersiapkan berbagai jenis makanan-makanan baik, ia memberitahu para bhikkhu bahwa waktunya telah tiba untuk makan. Ia melepas cincinnya dan kemudian mempersembahkan makanan kepada para bhikkhu, dengan berkata, "Para Mulia, silakan kalian pergi setelah makan. Aku harus bekerja." Dan ia pergi, melupakan cincinnya.

Para bhikkhu melihatnya dan berkata, "Jika kita pergi begitu saja, cincin ini mungkin hilang," dan karena itu mereka berdiam di sana. Ketika orang itu kembali dari bekerja, ia melihat para bhikkhu dan berkata kepada mereka, "Mengapakah kalian masih berada di sini?" Dan para bhikkhu itu memberitahunya apa yang terjadi.

Para bhikkhu itu kemudian pergi menuju Sāvatthī di mana mereka memberitahu para bhikkhu, yang kemudian memberitahu Sang Buddha.

Setelah membabarkan suatu ajaran, Sang Buddha berkata kepada para bhikkhu: "Di dalam sebuah vihara, para bhikkhu, atau di suatu penginapan, kalian harus memungut benda-benda berharga atau apa pun yang dianggap berharga, atau menyuruh orang lain memungutnya, dan kemudian menyimpannya dengan berpikir, 'Siapa pun yang memiliki ini akan datang dan mengambilnya.' Dan, para bhikkhu, aturan latihan ini harus dibacakan sebagai berikut:

Aturan akhir

'Jika seorang bhikkhu memungut benda-benda berharga atau sesuatu yang dianggap berharga, atau ia menyuruh orang lain memungutnya, kecuali di dalam sebuah vihara atau di dalam sebuah rumah, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan. 'Jika seorang bhikkhu memungut benda-benda berharga atau sesuatu yang dianggap berharga, atau ia menyuruh orang lain memungutnya, di dalam sebuah vihara atau di dalam sebuah rumah, maka ia harus menyimpannya dengan pikiran, "Siapa pun yang memilikinya akan mengambilnya." Ini adalah prosedur yang benar.'"

Definisi

Seorang:

Siapa pun

Bhikkhu:

... Seorang bhikkhu yang telah diberikan penahbisan penuh oleh Sangha yang sepakat melalui prosedur sah yang terdiri dari satu usul dan tiga pengumuman yang tidak dapat dibatalkan dan lengkap—bhikkhu jenis inilah yang dimaksudkan dalam kasus ini.

Sesuatu yang berharga:

Mutiara, permata, beril, cangkang mutiara, kuarsa, koral, perak, emas, mirah, mata kucing.

Seuatu yang dianggap berharga:

Apa yang orang-orang anggap berharga atau berguna—ini disebut "dianggap sebagai berharga".

Kecuali di dalam sebuah vihara atau di dalam sebuah rumah:

selain daripada di dalam sebuah vihara atau di dalam sebuah rumah.

Di dalam sebuah vihara:

Jika vihara tersebut berpagar, maka di sebelah dalam pagar. Jika vihara tersebut tidak berpagar, maka di area sekitar vihara.

Di dalam sebuah rumah:

Jika rumah tersebut berpagar, maka di sebelah dalam pagar. Jika rumah tersebut tidak berpagar, maka di area sekitar rumah.

Memungut:

Jika ia mengambilnya sendiri, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.

Menyuruh orang lain memungut:

Jika ia menyuruh orang lain untuk mengambilnya, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.

Jika ia memungut benda-benda berharga atau sesuatu yang dianggap berharga, atau ia menyuruh orang lain memungutnya, di dalam sebuah vihara atau di dalam sebuah rumah, maka ia harus menyimpannya:

Setelah mengingat penampakannya atau mengenali ciri-cirinya, ia harus menyimpannya, dan kemudian membuat pengumuman: "Siapa pun yang kehilangan sesuatu silakan datang." Jika seseorang datang, ia harus diberitahu, "Mohon jelaskan barangmu." Jika ia menggambarkan penampakannya atau ciri-cirinya dengan benar, maka benda itu harus diberikan kepadanya. Jika tidak, maka ia harus diberitahu, "Carilah lagi." Jika bhikkhu itu hendak meninggalkan vihara, ia harus terlebih dulu menyerahkan benda-benda itu kepada bhikkhu yang tepat di sana. Jika tidak ada bhikkhu yang tepat, ia harus menyerahkan benda-benda itu kepada perumah tangga yang tepat di sana.

Ini adalah prosedur yang benar:

Ini adalah metode yang benar.

Tidak ada pelanggaran

Tidak ada pelanggaran: Jika ia memungut benda-benda berharga atau sesuatu yang dianggap berharga, atau ia menyuruh orang lain memungutnya, di dalam sebuah vihara atau di dalam sebuah rumah, dan kemudian menyimpannya dengan pikiran, "Siapa pun yang memilikinya akan mengambilnya;" jika ia mengambil sesuatu yang dianggap berharga atas dasar kepercayaan atau ia meminjamnya atau ia mengangapnya sebagai telah dibuang; jika ia gila; jika ia adalah pelaku pertama.

Aturan latihan tentang benda-benda berharga, yang kedua, selesai




Title: Pācittiya 85
Post by: Indra on 16 September 2022, 08:38:29 AM
Koleksi Theravāda tentang Hukum Monastik
Aturan Kebhikkhuan dan Analisisnya
Bab tentang Pelanggaran-Pelanggaran yang Mengharuskan Penebusan
Sub-bab tentang benda-benda berharga

Pācittiya 85. Aturan Latihan tentang Memasuki Area Berpenghuni pada Waktu yang Salah

Kisah Asal-mula

Sub-kisah pertama

Pada suatu ketika Sang Buddha sedang menetap di Sāvatthī di Hutan Jeta, Vihara Anāthapiṇḍika. Pada saat itu para bhikkhu dari kelompok enam memasuki desa pada waktu yang salah, duduk di dalam aula pertemuan publik, dan membicarakan segala jenis hal tidak berguna: tentang raja-raja, penjahat- penjahat, dan pejabat-pejabat; tentang bala tentara, bahaya, dan peperangan; tentang makanan, minuman, pakaian, dan tempat tidur; tentang kalung bunga dan wewangian; tentang kerabat, kendaraan, desa, pemukiman, dan negeri-negeri; tentang para perempuan dan para pahlawan; gosip; tentang mereka yang telah meninggal; tentang berbagai hal sepele; tentang dunia dan lautan; tentang berbagai jenis penjelmaan.

Orang-orang mengeluhkan dan mengkritik mereka, "Bagaimana mungkin para monastik Sakya memasuki desa pada waktu yang salah, duduk di aula pertemuan publik, dan membicarakan hal-hal tidak berguna demikian? Mereka persis seperti para perumah tangga yang menikmati kenikmatan duniawi!"

Para bhikkhu mendengar keluhan orang-orang itu, dan para bhikkhu yang memiliki sedikit keinginan mengeluhkan dan mengkritik para bhikkhu itu, "Bagaimana mungkin para bhikkhu dari kelompok enam itu melakukan hal ini?" ... "Benarkah, para bhikkhu, bahwa kalian melakukan hal ini?"

"Benar, Yang Mulia."

Sang Buddha menegur mereka ... "Orang-orang dungu, bagaimana mungkin kalian melakukan hal ini? Hal ini akan mempengaruhi keyakinan orang-orang ..." ... "Dan, para bhikkhu, aturan latihan ini harus dibacakan sebagai berikut:

Aturan awal pertama

'Jika seorang bhikkhu memasuki area berpenghuni pada waktu yang salah, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.'"

Dengan cara inilah Sang Buddha menetapkan aturan latihan ini untuk para bhikkhu.
Sub-kisah kedua

Tidak lama kemudian sejumlah bhikkhu sedang berjalan melalui negeri Kosala dalam perjalanan mereka menuju Sāvatthī, ketika pada suatu malam mereka sampai di sebuah desa tertentu. Orang-orang melihat mereka dan berkata, "Para Mulia, silakan memasuki desa." Tetapi mengetahui bahwa memasuki desa pada waktu yang salah telah dilarang oleh Sang Buddha dan karena takut melakukan kesalahan, mereka menolak. Dan oleh karena itu para pencuri merampok mereka.

Kemudian mereka melanjutkan perjalanan menuju Sāvatthī dan memberitahukan apa yang telah terjadi kepada para bhikkhu, yang kemudian memberitahu Sang Buddha. Segera setelah itu Sang Buddha membabarkan ajaran dan berkata kepada para bhikkhu: "Para bhikkhu, Aku memperbolehkan kalian untuk memasuki area berpenghuni pada waktu yang salah setelah memberitahu seseorang.

Dan, para bhikkhu, aturan latihan ini harus dibacakan sebagai berikut:

Aturan awal kedua

'Jika seorang bhikkhu, tanpa memberitahu siapa pun, memasuki area berpenghuni pada waktu yang salah, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.'"

Dengan cara inilah Sang Buddha menetapkan aturan latihan ini untuk para bhikkhu.

Sub-kisah ketiga

Tidak lama kemudian seorang bhikkhu sedang berjalan melalui negeri Kosala dalam perjalanan mereka menuju Sāvatthī, ketika pada suatu malam ia sampai di sebuah desa tertentu. Orang-orang melihatnya dan berkata, "Yang Mulia, silakan memasuki desa." Tetapi mengetahui bahwa memasuki desa pada waktu yang salah tanpa memberitahu siapa pun telah dilarang oleh Sang Buddha dan karena takut melakukan kesalahan, ia menolak. Dan oleh karena itu para pencuri merampoknya.

Kemudian ia melanjutkan perjalanan menuju Sāvatthī dan memberitahukan apa yang telah terjadi kepada para bhikkhu, yang kemudian memberitahu Sang Buddha. Segera setelah itu Sang Buddha membabarkan ajaran dan berkata kepada para bhikkhu: "Para bhikkhu, Aku memperbolehkan kalian untuk memasuki area berpenghuni pada waktu yang salah setelah memberitahu seorang bhikkhu yang ada.

Dan, para bhikkhu, aturan latihan ini harus dibacakan sebagai berikut:

Aturan awal ketiga

'Jika seorang bhikkhu, ketika ada seorang bhikkhu lain, memasuki area berpenghuni pada waktu yang salah tanpa memberitahu bhikkhu lain tersebut, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.'"

Dengan cara inilah Sang Buddha menetapkan aturan latihan ini untuk para bhikkhu.

Sub-kisah keempat

Tidak lama kemudian seorang bhikkhu digigit ular. Seorang bhikkhu lainnya pergi ke desa untuk mencari api. Kemudian ia ingat bahwa Sang Buddha melarang memasuki desa pada waktu yang salah tanpa memberitahu bhikkhu yang ada. Dan karena takut melakukan kesalahan, ia tidak memasuki desa. Mereka memberitahu Sang Buddha. Segera setelah itu Sang Buddha membabarkan ajaran dan berkata kepada para bhikkhu: "Para bhikkhu, Aku memperbolehkan kalian memasuki area berpenghuni pada waktu yang salah tanpa memberitahu bhikkhu yang ada jika ada suatu urusan mendesak yang semestinya.

Dan, para bhikkhu, aturan latihan ini harus dibacakan sebagai berikut:

Aturan akhir

'Jika seorang bhikkhu, ketika ada seorang bhikkhu lain, memasuki area berpenghuni pada waktu yang salah tanpa memberitahu bhikkhu lain tersebut, kecuali jika ada suatu urusan mendesak yang semestinya, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.'"

Definisi

Seorang:

Siapa pun

Bhikkhu:

... Seorang bhikkhu yang telah diberikan penahbisan penuh oleh Sangha yang sepakat melalui prosedur sah yang terdiri dari satu usul dan tiga pengumuman yang tidak dapat dibatalkan dan lengkap—bhikkhu jenis inilah yang dimaksudkan dalam kasus ini.

Ada seorang bhikkhu lain:

Ia mampu memberitahunya dan masuk.

Tidak ada bhikkhu lain:

Ia tidak dapat memberitahu siapa pun dan kemudian masuk.

Pada waktu yang salah:

Ketika tengah hari telah berlalu, hingga fajar.

Memasuki area berpenghuni:

Jika ia menyeberangi perbatasan dari suatu area berpenghuni berpagar, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan. Jika ia memasuki wilayah sekitar area berpenghuni tanpa pagar, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.

Kecuali jika ada suatu urusan mendesak yang semestinya:

Jika ada suatu urusan mendesak yang semestinya.

Permutasi

Jika itu adalah waktu yang salah, dan ia menyadarinya sebagai waktu yang salah, dan ia memasuki area berpenghuni tanpa memberitahu bhikkhu yang ada, kecuali jika ada suatu urusan mendesak yang semestinya, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan. Jika itu adalah waktu yang salah, tetapi ia tidak dapat memastikannya, dan ia memasuki area berpenghuni tanpa memberitahu bhikkhu yang ada, kecuali jika ada suatu urusan mendesak yang semestinya, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan. Jika itu adalah waktu yang salah, tetapi ia menyadarinya sebagai waktu yang benar, dan ia memasuki area berpenghuni tanpa memberitahu bhikkhu yang ada, kecuali jika ada suatu urusan mendesak yang semestinya, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan

Jika itu adalah waktu yang benar, tetapi ia menyadarinya sebagai sawaktu yang salah, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika itu adalah waktu yang benar, tetapi ia tidak dapat memastikannya, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika itu adalah waktu yang benar, dan ia menyadarinya sebagai waktu yang benar, maka tidak ada pelanggaran.

Tidak ada pelanggaran

Tidak ada pelanggaran: Jika ada suatu urusan mendesak yang semestinya; Jika ia masuk setelah memberitahu seorang bhikkhu yang ada; jika ia masuk tanpa memberitahu siapa pun ketika tidak ada bhikkhu lain; jika ia bepergian antar vihara; jika ia pergi menuju kediaman para bhikkhunī; jika ia pergi menuju kediaman para monastik agama lain; jika ia pulang kembali ke vihara; jika jalan itu melintasi area berpenghuni; jika terjadi situasi darurat; jika ia gila; jika ia adalah pelaku pertama.

Aturan latihan tentang memasuki area berpenghuni pada waktu yang salah, yang ketiga, selesai
Title: Pācittiya 86
Post by: Indra on 16 September 2022, 08:38:54 AM
Koleksi Theravāda tentang Hukum Monastik
Aturan Kebhikkhuan dan Analisisnya
Bab tentang Pelanggaran-Pelanggaran yang Mengharuskan Penebusan
Sub-bab tentang benda-benda berharga

Pācittiya 86. Aturan Latihan tentang Kotak Jarum

Kisah Asal-mula

Pada suatu ketika Sang Buddha sedang menetap di negeri Sakya di Vihara Pohon Banyan di Kapilavatthu. Pada saat itu seorang pengrajin-gading telah mengundang para bhikkhu yang membutuhkan kotak jarum untuk meminta satu. Dan para bhikkhu meminta banyak kotak jarum. Mereka yang memiliki kotak jarum kecil meminta yang besar, dan mereka yang memiliki kotak jarum besar meminta yang kecil. Pengrajin-gading itu begitu sibuk membuat kotak jarum untuk para bhikkhu sehingga ia tidak dapat membuat benda-benda untuk dijual. Ia tidak dapat mencari nafkah untuk dirinya sendiri, dan istri dan anak-anaknya menderita. Orang-orang mengeluhkan dan mengkritik mereka, "Bagaimana mungkin para monastik Sakya tidak mengenal kecukupan dan meminta banyak kotak jarum? Pekerja-gading ini begitu sibuk membuat kotak jarum untuk para bhikkhu sehingga ia tidak dapat membuat benda-benda untuk dijual. Ia tidak dapat mencari nafkah untuk dirinya sendiri, dan istri dan anak-anaknya menderita."

Para bhikkhu mendengar keluhan orang-orang itu, dan para bhikkhu yang memiliki sedikit keinginan mengeluhkan dan mengkritik para bhikkhu itu, "Bagaimana mungkin para bhikkhu itu tidak mengenal kecukupan dan meminta banyak kotak jarum?" ... "Benarkah, para bhikkhu, bahwa kalian melakukan hal ini?"

"Benar, Yang Mulia."

Sang Buddha menegur mereka ... "Orang-orang dungu, bagaimana mungkin kalian melakukan hal ini? Hal ini akan mempengaruhi keyakinan orang-orang ..." ... "Dan, para bhikkhu, aturan latihan ini harus dibacakan sebagai berikut:

Aturan akhir

'Jika seorang bhikkhu membuat kotak jarum terbuat dari tulang, gading, atau tanduk, maka itu harus dihancurkan, dan ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.'"

Definisi

Seorang:

Siapa pun

Bhikkhu:

... Seorang bhikkhu yang telah diberikan penahbisan penuh oleh Sangha yang sepakat melalui prosedur sah yang terdiri dari satu usul dan tiga pengumuman yang tidak dapat dibatalkan dan lengkap—bhikkhu jenis inilah yang dimaksudkan dalam kasus ini.

Tulang:

Segala jenis tulang.

Gading:

Yang dimaksudkan adalah gigi gajah.

Tanduk:

Segala jenis tanduk.

Membuat:

Jika ia membuat sendiri atau menyuruh orang lain membuatkan, maka untuk usaha itu terjadi tindakan perbuatan salah. Ketika ia mendapatkannya, kotak jarum itu harus dihancurkan, dan ia kemudian harus mengakui pelanggaran yang mengharuskan penebusan.

Permutasi

Jika ia menyelesaikan apa yang ia mulai sendiri, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan. jika ia menyuruh orang lain menyelesaikan apa yang ia mulai sendiri, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan. Jika ia menyelesaikan sendiri apa yang dimulai oleh orang lain, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan. Jika ia menyuruh orang lain menyelesaikan apa yang dimulai oleh orang lain. maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.

Jika ia membuat atau menyuruh orang lain membuat demi manfaat bagi orang lain, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika ia mendapatkan yang dibuat oleh orang lain dan kemudian menggunakannya, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah.

Tidak ada pelanggaran

Tidak ada pelanggaran: Jika itu adalah kancing; Jika itu adalah pemantik api; jika itu adalah gesper; jika itu adalah kotak salep; jika itu adalah pengoles salep; jika itu adalah gagang kapak; jika itu adalah penghapus air; jika ia gila; jika ia adalah pelaku pertama.

Aturan latihan tentang kotak jarum, yang keempat, selesai

Koleksi Theravāda tentang Hukum Monastik
Aturan Kebhikkhuan dan Analisisnya
Bab tentang Pelanggaran-Pelanggaran yang Mengharuskan Penebusan
Sub-bab tentang benda-benda berharga

Pācittiya 87. Aturan Latihan tentang Tempat Tidur dan Dipan

Kisah Asal-mula

Pada suatu hari ketika Sang Buddha sedang menetap di Sāvatthī di Vihara Anāthapiṇḍika, Yang Mulia Upananda orang Sakya sedang tidur di atas tempat tidur tinggi. Pada suatu hari, sewaktu Sang Buddha dan sejumlah bhikkhu sedang berjalan-jalan di sekitar tempat-tempat kediaman, mereka sampai di tempat kediaman Upananda. Upananda melihat Sang Buddha datang dan berkata kepada Beliau, "Yang Mulia, silakan masuk dan lihatlah tempat tidurku." Sang Buddha berpaling di tempat itu dan berkata kepada para bhikkhu: "Seorang dungu, para bhikkhu, dapat dikenali dari tempat tidurnya."

Setelah menegur Upananda dalam berbagai cara, Sang Buddha mencela orang yang sulit disokong ... Sang Buddha berkata, "Dan, para bhikkhu, aturan latihan ini harus dibacakan sebagai berikut:

Aturan akhir

'Jika seorang bhikkhu membuat tempat tidur atau dipan baru, maka tempat tidur atau dipan itu harus memiliki kaki setinggi delapan lebar jari normal dar bawah rangka paling bawah. Jika kakinya melebihi itu, maka harus dipotong, dan ia melakukan pelanggaran yang penebusan.'"

Definisi

Baru:

Yang dimaksudkan adalah baru dibuat.

Tempat tidur:

Ada empat jenis tempat tidur: satu dengan kaki dan rangka, yang disebut masāraka; satu dengan kaki dan rangka, yang disebut bundikābaddha; satu dengan kaki melengkung; satu dengan kaki yang dapat dilepas.

Dipan:

Ada empat jenis dipan: satu dengan kaki dan rangka, yang disebut masāraka; satu dengan kaki dan rangka, yang disebut bundikābaddha; satu dengan kaki melengkung; satu dengan kaki yang dapat dilepas.

Membuat:

Ia membuatnya sendiri atau menyuruh orang lain membuatkan.

Tempat tidur atau dipan itu harus memiliki kaki setinggi delapan lebar jari normal dari bawah rangka paling bawah:

Selain dari rangka paling bawah. Jika ia membuat, atau menyuruh orang lain membuat, yang melebihi itu, maka untuk setiap usahanya terjadi pelanggaran perbuatan salah. Ketika ia mendapatkannya, kakinya harus dipotong, dan kemudian ia harus mengakui pelanggaran yang mengharuskan penebusan.

Permutasi

Jika ia menyelesaikan apa yang ia mulai sendiri, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan. jika ia menyuruh orang lain menyelesaikan apa yang ia mulai sendiri, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan. Jika ia menyelesaikan sendiri apa yang dimulai oleh orang lain, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan. Jika ia menyuruh orang lain menyelesaikan apa yang dimulai oleh orang lain. maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.

Jika ia membuat atau menyuruh orang lain membuat demi manfaat bagi orang lain, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah.

Jika ia mendapatkan yang dibuat oleh orang lain dan kemudian menggunakannya, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah.

Tidak ada pelanggaran

Tidak ada pelanggaran: Jika ia membuatnya dengan ukuran yang benar; jika ia membuatnya lebih kecil dari ukuran yang benar; jika ia mendapatkan satu yang dibuat oleh orang lain yang melebihi ukuran yang benar dan kemudian memotong kakinya sebelum menggunakannya; jika ia gila; jika ia adalah pelaku pertama.

Aturan latihan tentang tempat tidur dan dipan, yang kelima, selesai
Title: Pācittiya 88
Post by: Indra on 16 September 2022, 08:39:19 AM
Koleksi Theravāda tentang Hukum Monastik
Aturan Kebhikkhuan dan Analisisnya
Bab tentang Pelanggaran-Pelanggaran yang Mengharuskan Penebusan
Sub-bab tentang benda-benda berharga

Pācittiya 88. Aturan Latihan tentang Berlapis Kapas

Kisah Asal-mula

Pada suatu hari ketika Sang Buddha sedang menetap di Sāvatthī di Vihara Anāthapiṇḍika, para bhikkhu dari kelompok enam membuat tempat-tempat tidur dan dipan-dipan yang berlapis kapas. Ketika orang-orang yang sedang berjalan-jalan di sekitar tempat-tempat kediaman melihat pemandangan ini, mereka mengeluhkan dan mengkritik para bhikkhu itu, "Bagaimana mungkin para monastik Sakya membuat tempat-tempat tidur dan dipan-dipan yang berlapis kapas? Mereka persis seperti para perumah tangga yang menikmati kenikmatan-kenikmatan duniawi!"

Para bhikkhu mendengar keluhan orang-orang itu, dan para bhikkhu yang memiliki sedikit keinginan mengeluhkan dan mengkritik para bhikkhu itu, "Bagaimana mungkin para bhikkhu dari kelompok enam melakukan hal ini?" ... "Benarkah, para bhikkhu, bahwa kalian melakukan hal ini?"

"Benar, Yang Mulia."

Sang Buddha menegur mereka ... "Orang-orang dungu, bagaimana mungkin kalian melakukan hal ini? Hal ini akan mempengaruhi keyakinan orang-orang ..." ... "Dan, para bhikkhu, aturan latihan ini harus dibacakan sebagai berikut:

Aturan akhir

'Jika seorang bhikkhu membuat tempat-tempat tidur dan dipan-dipan yang berlapis kapas, maka itu harus dibongkar dan ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.'"

Definisi

Seorang:

Siapa pun

Bhikkhu:

... Seorang bhikkhu yang telah diberikan penahbisan penuh oleh Sangha yang sepakat melalui prosedur sah yang terdiri dari satu usul dan tiga pengumuman yang tidak dapat dibatalkan dan lengkap—bhikkhu jenis inilah yang dimaksudkan dalam kasus ini.

Tempat tidur:

Ada empat jenis tempat tidur: satu dengan kaki dan rangka, yang disebut masāraka; satu dengan kaki dan rangka, yang disebut bundikābaddha; satu dengan kaki melengkung; satu dengan kaki yang dapat dilepas.

Dipan:

Ada empat jenis dipan: satu dengan kaki dan rangka, yang disebut masāraka; satu dengan kaki dan rangka, yang disebut bundikābaddha; satu dengan kaki melengkung; satu dengan kaki yang dapat dilepas.

Kapas:

Ada tiga jenis kapas: kapas dari pohon, kapas dari tanaman rambat, kapas dari rerumputan.

Membuat:

Jika ia membuat atau menyuruh orang lain membuat, maka untuk setiap usaha terjadi tindakan perbuatan salah. Ketika ia mendapatkannya, maka itu harus dibongkar, dan ia harus mengakui pelanggaran yang mengharuskan penebusan.

Permutasi

Jika ia menyelesaikan apa yang ia mulai sendiri, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan. jika ia menyuruh orang lain menyelesaikan apa yang ia mulai sendiri, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan. Jika ia menyelesaikan sendiri apa yang dimulai oleh orang lain, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan. Jika ia menyuruh orang lain menyelesaikan apa yang dimulai oleh orang lain, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.

Jika ia membuat atau menyuruh orang lain membuat demi manfaat bagi orang lain, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika ia mendapatkan yang dibuat oleh orang lain dan kemudian menggunakannya, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah.

Tidak ada pelanggaran

Tidak ada pelanggaran: Jika itu adalah untuk pengikat punggung-dan-lutut; Jika itu adalah untuk ikat pinggang; Jika itu adalah untuk penopang bahu; jika itu adalah untuk tas mangkuk; jika itu adalah untuk saringan air; jika ia sedang membuat bantal; Jika ia mendapatkan yang dibuat oleh orang lain dan kemudian membongkarnya sebelum menggunakannya; jika ia gila; jika ia adalah pelaku pertama.

Aturan latihan tentang berlapis kapas, yang keenam, selesai


Title: Pācittiya 89
Post by: Indra on 16 September 2022, 08:39:46 AM
Koleksi Theravāda tentang Hukum Monastik
Aturan Kebhikkhuan dan Analisisnya
Bab tentang Pelanggaran-Pelanggaran yang Mengharuskan Penebusan
Sub-bab tentang benda-benda berharga

Pācittiya 89. Aturan Latihan tentang Alas Duduk

Kisah Asal-mula

Sub-kisah pertama

Pada suatu hari ketika Sang Buddha sedang menetap di Sāvatthī di Vihara Anāthapiṇḍika, Beliau memperbolehkan alas duduk bagi para bhikkhu. Mengetahui hal ini, para bhikkhu dari kelompok enam menggunakan alas duduk dengan ukuran yang tidak semestinya. Alas-alas duduk itu menggantung dari tempat-tempat tidur dan dipan-dipan, baik di depan maupun di belakang.

Para bhikkhu yang memiliki sedikit keinginan mengeluhkan dan mengkritik para bhikkhu itu, "Bagaimana mungkin para bhikkhu dari kelompok enam menggunakan alas-alas duduk demikian?" ... "Benarkah, para bhikkhu, bahwa kalian melakukan hal ini?"

"Benar, Yang Mulia."

Sang Buddha menegur mereka ... "Orang-orang dungu, bagaimana mungkin kalian melakukan hal ini? Hal ini akan mempengaruhi keyakinan orang-orang ..." ... "Dan, para bhikkhu, aturan latihan ini harus dibacakan sebagai berikut:

Aturan awal

'Jika seorang bhikkhu membuat alas duduk, maka alas duduk itu harus dibuat dengan ukuran yang benar. Berikut ini adalah ukuran yang benar: dua jengkal normal panjangnya dan satu setengah jengkal lebarnya. Jika melebihi itu, maka itu harus dipotong, dan ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.'"

Dengan cara inilah Sang Buddha menetapkan aturan latihan ini untuk para bhikkhu.

Sub-kisah kedua

Pada waktu itu terdapat seorang bhikkhu berbadan besar bernama Yang Mulia Udāyī. Setelah meletakkan alas duduknya di depan Sang Buddha, ia meregangkannya pada semua sisi sebelum duduk. Sang Buddha bertanya kepadanya, "Udāyī, mengapakah engkau meregangkan alas duduk itu pada semua sisi, seolah-olah itu adalah selembar kulit tua?"

"Karena, Yang Mulia, alas duduk yang Engkau perbolehkan untuk para bhikkhu terlalu kecil."

Segera setelah itu Sang Buddha membabarkan ajaran dan berkata kepada para bhikkhu: "Para bhikkhu, Aku memperbolehkan pinggiran satu jengkal untuk alas duduk.

Dan, para bhikkhu, aturan latihan ini harus dibacakan sebagai berikut:

Aturan akhir

'Jika seorang bhikkhu membuat alas duduk, maka alas duduk itu harus dibuat dengan ukuran yang benar. Berikut ini adalah ukuran yang benar: dua jengkal normal panjangnya dan satu setengah jengkal lebarnya, dan pinggiran satu jengkal. Jika melebihi itu, maka itu harus dipotong, dan ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.'"

Definisi

Alas duduk:

Yang dimaksudkan adalah alas duduk dengan pinggiran.

Membuat:

Membuatnya sendiri atau menyuruh orang lain membuatkan, alas duduk itu harus dibuat dengan ukuran yang benar. Berikut ini adalah ukuran yang benar: dua jengkal normal panjangnya dan satu setengah jengkal lebarnya, dan pinggiran satu jengkal. Jika ia membuatnya, atau menyuruh orang lain membuatkan, yang melebihi itu, maka atas usaha itu terjadi tindakan perbuatan salah. Ketika ia mendapatkannya, itu harus dipotong, dan kemudian ia harus mengakui pelanggaran yang mengharuskan penebusan.

Permutasi

Jika ia menyelesaikan apa yang ia mulai sendiri, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan. jika ia menyuruh orang lain menyelesaikan apa yang ia mulai sendiri, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan. Jika ia menyelesaikan sendiri apa yang dimulai oleh orang lain, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan. Jika ia menyuruh orang lain menyelesaikan apa yang dimulai oleh orang lain. maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.

Jika ia membuat atau menyuruh orang lain membuat demi manfaat bagi orang lain, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika ia mendapatkan yang dibuat oleh orang lain dan kemudian menggunakannya, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah.

Tidak ada pelanggaran

Tidak ada pelanggaran: Jika ia membuatnya dengan ukuran yang benar; Jika ia membuatnya lebih kecil dari ukuran yang benar; Jika ia mendapatkan yang dibuat oleh orang lain yang melebihi ukuran yang benar dan kemudian memotongnya sebelum menggunakannya; jika ia membuat kanopi, penutup lantai, tirai kain, matras, atau bantal; jika ia gila; jika ia adalah pelaku pertama.

Aturan latihan tentang alas duduk, yang ketujuh, selesai
Title: Pācittiya 90
Post by: Indra on 16 September 2022, 08:43:11 AM
Koleksi Theravāda tentang Hukum Monastik
Aturan Kebhikkhuan dan Analisisnya
Bab tentang Pelanggaran-Pelanggaran yang Mengharuskan Penebusan
Sub-bab tentang benda-benda berharga

Pācittiya 90. Aturan Latihan tentang Penutup Gatal

Kisah Asal-mula

Pada suatu hari ketika Sang Buddha sedang menetap di Sāvatthī di Vihara Anāthapiṇḍika, Beliau memperbolehkan kain penutup-gatal bagi para bhikkhu. Mengetahui hal ini, para bhikkhu dari kelompok enam menggunakan penutup gatal dengan ukuran yang tidak semestinya. Ketika mereka berjalan, mereka menyeretnya, baik di depan maupun di belakang.

Para bhikkhu yang memiliki sedikit keinginan mengeluhkan dan mengkritik para bhikkhu itu, "Bagaimana mungkin para bhikkhu dari kelompok enam menggunakan penutup gatal demikian?" ... "Benarkah, para bhikkhu, bahwa kalian melakukan hal ini?"

"Benar, Yang Mulia."

Sang Buddha menegur mereka ... "Orang-orang dungu, bagaimana mungkin kalian melakukan hal ini? Hal ini akan mempengaruhi keyakinan orang-orang ..." ... "Dan, para bhikkhu, aturan latihan ini harus dibacakan sebagai berikut:

Aturan akhir

'Jika seorang bhikkhu membuat kain penutup-gatal, maka penutup gatal itu harus dibuat dengan ukuran yang benar. Berikut ini adalah ukuran yang benar: empat jengkal normal panjangnya dan dua jengkal lebarnya. Jika melebihi itu, maka itu harus dipotong, dan ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.'"

Definisi

Kain penutup-gatal:

Kain penutup-gatal berguna untuk menutupi gatal atau bisul atau luka atau bisul pecah, di bawah pusar dan di atas lutut.

Membuat:

Membuatnya sendiri atau menyuruh orang lain membuatkan, kain penutup-gatal itu harus dibuat dengan ukuran yang benar. Berikut ini adalah ukuran yang benar: empat jengkal normal panjangnya dan dua jengkal lebarnya. Jika ia membuatnya, atau menyuruh orang lain membuatkan yang melebihi itu, maka atas usaha itu terjadi tindakan perbuatan salah. Ketika ia mendapatkannya, itu harus dipotong, dan kemudian ia harus mengakui pelanggaran yang mengharuskan penebusan.

Permutasi

Jika ia menyelesaikan apa yang ia mulai sendiri, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan. jika ia menyuruh orang lain menyelesaikan apa yang ia mulai sendiri, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan. Jika ia menyelesaikan sendiri apa yang dimulai oleh orang lain, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan. Jika ia menyuruh orang lain menyelesaikan apa yang dimulai oleh orang lain. maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.

Jika ia membuat atau menyuruh orang lain membuat demi manfaat bagi orang lain, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika ia mendapatkan yang dibuat oleh orang lain dan kemudian menggunakannya, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah.

Tidak ada pelanggaran

Tidak ada pelanggaran: Jika ia membuatnya dengan ukuran yang benar; Jika ia membuatnya lebih kecil dari ukuran yang benar; Jika ia mendapatkan yang dibuat oleh orang lain yang melebihi ukuran yang benar dan kemudian memotongnya sebelum menggunakannya; jika ia membuat kanopi, penutup lantai, tirai kain, matras, atau bantal; jika ia gila; jika ia adalah pelaku pertama.

Aturan latihan tentang penutup gatal, yang kedelapan, selesai

Title: Pācittiya 91
Post by: Indra on 16 September 2022, 08:43:35 AM
Koleksi Theravāda tentang Hukum Monastik
Aturan Kebhikkhuan dan Analisisnya
Bab tentang Pelanggaran-Pelanggaran yang Mengharuskan Penebusan
Sub-bab tentang benda-benda berharga

Pācittiya 91. Aturan Latihan tentang Jubah Musim-Hujan

Kisah Asal-mula

Pada suatu hari ketika Sang Buddha sedang menetap di Sāvatthī di Vihara Anāthapiṇḍika, Beliau memperbolehkan jubah musim-hujan bagi para bhikkhu. Mengetahui hal ini, para bhikkhu dari kelompok enam menggunakan jubah musim-hujan dengan ukuran yang tidak semestinya. Ketika mereka berjalan, mereka menyeretnya, baik di depan maupun di belakang.

Para bhikkhu yang memiliki sedikit keinginan mengeluhkan dan mengkritik para bhikkhu itu, "Bagaimana mungkin para bhikkhu dari kelompok enam menggunakan jubah musim-hujan demikian?" ... "Benarkah, para bhikkhu, bahwa kalian melakukan hal ini?"

"Benar, Yang Mulia."

Sang Buddha menegur mereka ... "Orang-orang dungu, bagaimana mungkin kalian melakukan hal ini? Hal ini akan mempengaruhi keyakinan orang-orang ..." ... "Dan, para bhikkhu, aturan latihan ini harus dibacakan sebagai berikut:

Aturan akhir

'Jika seorang bhikkhu membuat jubah musim-hujan, maka jubah musim-hujan itu harus dibuat dengan ukuran yang benar. Berikut ini adalah ukuran yang benar: enam jengkal normal panjangnya dan dua setengah jengkal lebarnya. Jika melebihi itu, maka itu harus dipotong, dan ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.'"

Definisi

Jubah musim-hujan:

Jubah ini digunakan selama empat bulan musim hujan

Membuat:

Membuatnya sendiri atau menyuruh orang lain membuatkan, jubah musim-hujan itu harus dibuat dengan ukuran yang benar. Berikut ini adalah ukuran yang benar: enam jengkal normal panjangnya dan dua setengah jengkal lebarnya. Jika ia membuatnya, atau menyuruh orang lain membuatkan yang melebihi itu, maka atas usaha itu terjadi tindakan perbuatan salah. Ketika ia mendapatkannya, itu harus dipotong, dan kemudian ia harus mengakui pelanggaran yang mengharuskan penebusan.

Permutasi

Jika ia menyelesaikan apa yang ia mulai sendiri, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan. jika ia menyuruh orang lain menyelesaikan apa yang ia mulai sendiri, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan. Jika ia menyelesaikan sendiri apa yang dimulai oleh orang lain, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan. Jika ia menyuruh orang lain menyelesaikan apa yang dimulai oleh orang lain. maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.

Jika ia membuat atau menyuruh orang lain membuat demi manfaat bagi orang lain, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika ia mendapatkan yang dibuat oleh orang lain dan kemudian menggunakannya, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah.

Tidak ada pelanggaran

Tidak ada pelanggaran: Jika ia membuatnya dengan ukuran yang benar; Jika ia membuatnya lebih kecil dari ukuran yang benar; Jika ia mendapatkan yang dibuat oleh orang lain yang melebihi ukuran yang benar dan kemudian memotongnya sebelum menggunakannya; jika ia membuat kanopi, penutup lantai, tirai kain, matras, atau bantal; jika ia gila; jika ia adalah pelaku pertama.

Aturan latihan tentang jubah musim-hujan, yang kesembilan, selesai

Title: Pācittiya 92
Post by: Indra on 16 September 2022, 08:44:04 AM
Koleksi Theravāda tentang Hukum Monastik
Aturan Kebhikkhuan dan Analisisnya
Bab tentang Pelanggaran-Pelanggaran yang Mengharuskan Penebusan
Sub-bab tentang benda-benda berharga

Pācittiya 92. Aturan Latihan tentang Nanda

Kisah Asal-mula

Pada suatu ketika Sang Buddha sedang menetap di Sāvatthī di Hutan Jeta, Vihara Anāthapiṇḍika. Pada saat itu terdapat seorang bhikkhu yang tampan dan anggun bernama Yang Mulia Nanda, sepupu Sang Buddha. Ia 7 sentimeter lebih pendek daripada Sang Buddha, tetapi ia menegnakan jubah yang berukuran sama seperti Sang Buddha. Ketika para bhikkhu senior melihatnya datang, mereka berpikir bahwa ia adalah Sang Buddha dan bangkit dari duduk mereka.

Tetapi ketika ia mendekat, mereka menyadari siapa dirinya, dan mereka mengeluhkan dan mengkritiknya, "Bagaimana mungkin Yang Mulia Nanda mengenakan jubah yang berukuran sama seperti Sang Buddha?" ... "Benarkah, Nanda, bahwa engkau melakukan hal ini?"

"Benar, Yang Mulia."

Sang Buddha menegur mereka ... "Nanda, bagaimana mungkin engkau melakukan hal ini? Hal ini akan mempengaruhi keyakinan orang-orang ..." ... "Dan, para bhikkhu, aturan latihan ini harus dibacakan sebagai berikut:

Aturan akhir

'Jika seorang bhikkhu membuat jubah dengan ukuran standar jubah atau lebih besar, maka itu harus dipotong, dan ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan. Ini adalah ukuran jubah standar: sembilan jengkal panjangnya dan enam jengkal lebarnya'"

Definisi

Seorang:

Siapa pun

Bhikkhu:

... Seorang bhikkhu yang telah diberikan penahbisan penuh oleh Sangha yang sepakat melalui prosedur sah yang terdiri dari satu usul dan tiga pengumuman yang tidak dapat dibatalkan dan lengkap—bhikkhu jenis inilah yang dimaksudkan dalam kasus ini.

Ukuran jubah standar:

Sembilan jengkal normal panjangnya dan enam jengkal lebarnya

Membuat:

Jika ia membuatnya, atau menyuruh orang lain membuatkan, maka atas usaha itu terjadi tindakan perbuatan salah. Ketika ia mendapatkannya, itu harus dipotong, dan kemudian ia harus mengakui pelanggaran yang mengharuskan penebusan.

Permutasi

Jika ia menyelesaikan apa yang ia mulai sendiri, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan. jika ia menyuruh orang lain menyelesaikan apa yang ia mulai sendiri, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan. Jika ia menyelesaikan sendiri apa yang dimulai oleh orang lain, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan. Jika ia menyuruh orang lain menyelesaikan apa yang dimulai oleh orang lain. maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.

Jika ia membuat atau menyuruh orang lain membuat demi manfaat bagi orang lain, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika ia mendapatkan yang dibuat oleh orang lain dan kemudian menggunakannya, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah.

Tidak ada pelanggaran

Tidak ada pelanggaran: Jika ia membuatnya lebih kecil dari jubah standar; Jika ia mendapatkan yang dibuat oleh orang lain yang terlalu besar dan kemudian memotongnya sebelum menggunakannya; jika ia membuat kanopi, penutup lantai, tirai kain, matras, atau bantal; jika ia gila; jika ia adalah pelaku pertama.

Aturan latihan tentang Nanda, yang kesepuluh, selesai

SUB-BAB KE SEMBILAN TENTANG BENDA-BENDA BERHARGA SELESAI
Berikut ini adalah rangkumannya:
"Milik raja, dan benda-benda berharga, ada,
Jarum, dan tempat tidur, kapas;
Dan alas duduk, dan gatal,
Musim-hujan, dan standar."

"Para Mulia, sembilan puluh dua aturan tentang penebusan telah dibacakan. Sehubungan dengan ini aku bertanya kepada kalian, 'Apakah kalian murni dalam hal ini?' Untuk kedua kalinya aku bertanya, 'Apakah kalian murni dalam hal ini?' Untuk ketiga kalinya aku bertanya, 'Apakah kalian murni dalam hal ini?' kalian murni dalam hal ini dan oleh karena itu berdiam diri. Aku akan mengingatnya demikian."

Bagian aturan-aturan minor telah selesai

BAB TENTANG PELANGGARAN-PELANGGARAN YANG MENGHARUSKAN PENEBUSAN SELESAI

Title: Sekhiya 1
Post by: Indra on 16 September 2022, 05:53:48 PM
Koleksi Theravāda tentang Hukum Monastik
Aturan Kebhikkhuan dan Analisisnya
Bab tentang Latihan
Sub-bab tentang Rata di Sekeliling

Sekhiya 1. Aturan Latihan tentang Rata di Sekeliling

Para Mulia, berikut ini akan dibacakan aturan-aturan untuk dilatih.

Kisah Asal-mula

Pada suatu ketika Sang Buddha sedang menetap di Sāvatthī di Hutan Jeta, Vihara Anāthapiṇḍika. Pada saat itu para bhikkhu dari kelompok enam mengenakan sarung mereka dengan menggantung di depan dan belakang. Orang-orang mengeluhkan dan mengkritik mereka, "Bagaimana mungkin para monastik Sakya ini mengenakan sarung dengan menggantung di depan dan belakang? Mereka persis seperti para perumah tangga yang menikmati kenikmatan-kenikmatan duniawi!"

Para bhikkhu mendengar keluhan orang-orang itu, dan para bhikkhu yang memiliki sedikit keinginan mengeluhkan dan mengkritik mereka, "Bagaimana mungkin para bhikkhu dari kelompok enam mengenakan sarung dengan menggantung di depan dan belakang?"

Setelah menegur mereka dalam berbagai cara, mereka memberitahu Sang Buddha. Segera setelah itu Sang Buddha mengumpulkan Sangha dan menanyai para bhikkhu dari kelompok enam: "Benarkah, para bhikkhu, bahwa kalian melakukan hal ini?"

"Benar, Yang Mulia."

Sang Buddha menegur mereka ... "Orang-orang dungu, bagaimana mungkin kalian melakukan hal ini? Hal ini akan mempengaruhi keyakinan orang-orang ..." ... "Dan, para bhikkhu, aturan latihan ini harus dibacakan sebagai berikut:

Aturan akhir

'"Aku akan mengenakan sarungku dengan rata di sekeliling," ini adalah bagaimana kalian harus berlatih.'"

Seseorang harus mengenakan sarungnya secara rata di dekeliling, menutup pusar dan lutut. Jika seorang bhikkhu, karena tidak hormat, mengenakan sarungnya menggantung di depan atau belakang, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah.

Tidak ada pelanggaran

Tidak ada pelanggaran: Jika itu tidak disengaja; jika ia tidak sadar; jika ia tidak mengetahui; jika ia sakit; jika terjadi situasi darurat; jika ia gila; jika ia adalah pelaku pertama.

Aturan latihan pertama selesai
Title: Sekhiya 2
Post by: Indra on 16 September 2022, 05:54:08 PM
Koleksi Theravāda tentang Hukum Monastik
Aturan Kebhikkhuan dan Analisisnya
Bab tentang Latihan
Sub-bab tentang Rata di Sekeliling

Sekhiya 2. Aturan Latihan Kedua tentang Rata di Sekeliling

Kisah Asal-mula

Pada suatu ketika Sang Buddha sedang menetap di Sāvatthī di Hutan Jeta, Vihara Anāthapiṇḍika. Pada saat itu para bhikkhu dari kelompok enam mengenakan jubah atas mereka dengan menggantung di depan dan belakang ...

Aturan akhir

"'Aku akan mengenakan jubah atasku dengan rata di sekeliling,' ini adalah bagaimana kalian harus berlatih."

Seseorang harus mengenakan jubah atasnya secara rata di sekeliling, dengan kedua sudutnya rata. Jika seorang bhikkhu, karena tidak hormat, mengenakan jubah atasnya menggantung di depan atau belakang, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah.

Tidak ada pelanggaran

Tidak ada pelanggaran: Jika itu tidak disengaja; jika ia tidak sadar; jika ia tidak mengetahui; jika ia sakit; jika terjadi situasi darurat; jika ia gila; jika ia adalah pelaku pertama.

Aturan latihan kedua selesai
Title: Sekhiya 3
Post by: Indra on 16 September 2022, 05:54:40 PM
Koleksi Theravāda tentang Hukum Monastik
Aturan Kebhikkhuan dan Analisisnya
Bab tentang Latihan
Sub-bab tentang Rata di Sekeliling

Sekhiya 3. Aturan Latihan tentang Tertutup rapi

Kisah Asal-mula

Pada suatu ketika Sang Buddha sedang menetap di Sāvatthī di Hutan Jeta, Vihara Anāthapiṇḍika. Pada saat itu para bhikkhu dari kelompok enam berjalan di area berpenghuni dengan tubuh mereka tidak tertutup ...

Aturan akhir

"'Aku akan berjalan dengan tertutup rapi di area berpenghuni,' ini adalah bagaimana kalian harus berlatih."

Seseorang harus tertutup rapi sewaktu berjalan di area berpenghuni. Jika seorang bhikkhu, karena tidak hormat, berjalan di area berpenghuni dengan tubuhnya tidak tertutup, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah.

Tidak ada pelanggaran

Tidak ada pelanggaran: Jika itu tidak disengaja; jika ia tidak sadar; jika ia tidak mengetahui; jika ia sakit; jika terjadi situasi darurat; jika ia gila; jika ia adalah pelaku pertama.

Aturan latihan ketiga selesai
Title: Sekhiya 4
Post by: Indra on 16 September 2022, 05:55:10 PM
Koleksi Theravāda tentang Hukum Monastik
Aturan Kebhikkhuan dan Analisisnya
Bab tentang Latihan
Sub-bab tentang Rata di Sekeliling


Sekhiya 4. Aturan Latihan Kedua tentang Tertutup rapi

Kisah Asal-mula

Pada suatu ketika Sang Buddha sedang menetap di Sāvatthī di Hutan Jeta, Vihara Anāthapiṇḍika. Pada saat itu para bhikkhu dari kelompok enam  duduk di area berpenghuni dengan tubuh mereka yang tidak tertutup ...

Aturan akhir

"'Aku akan duduk dengan tertutup rapi di area berpenghuni,' ini adalah bagaimana kalian harus berlatih."

Seseorang harus tertutup rapi sewaktu duduk di area berpenghuni. Jika seorang bhikkhu, karena tidak hormat, duduk di area berpenghuni dengan tubuhnya tidak tertutup, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah.

Tidak ada pelanggaran

Tidak ada pelanggaran: Jika itu tidak disengaja; jika ia tidak sadar; jika ia tidak mengetahui; jika ia sakit; jika ia telah memasuki tempat kediamannya; jika terjadi situasi darurat; jika ia gila; jika ia adalah pelaku pertama.

Aturan latihan keempat selesai
Title: Sekhiya 5
Post by: Indra on 16 September 2022, 05:55:38 PM
Koleksi Theravāda tentang Hukum Monastik
Aturan Kebhikkhuan dan Analisisnya
Bab tentang Latihan
Sub-bab tentang Rata di Sekeliling

Sekhiya 5. Aturan Latihan tentang Terkekang baik

Kisah Asal-mula

Pada suatu ketika Sang Buddha sedang menetap di Sāvatthī di Hutan Jeta, Vihara Anāthapiṇḍika. Pada saat itu para bhikkhu dari kelompok enam mempermainkan tangan dan kaki mereka sewaktu berjalan di area berpenghuni ...

Aturan akhir

"'Aku akan berjalan dengan terkekang baik di area berpenghuni,' ini adalah bagaimana kalian harus berlatih."

Seseorang harus terkekang dengan baik sewaktu berjalan di area berpenghuni. Jika seorang bhikkhu, karena tidak hormat, memainkan tangan dan kakinya sewaktu berjalan di area berpenghuni, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah.

Tidak ada pelanggaran

Tidak ada pelanggaran: Jika itu tidak disengaja; jika ia tidak sadar; jika ia tidak mengetahui; jika ia sakit; jika ia gila; jika ia adalah pelaku pertama.

Aturan latihan kelima selesai
Title: Sekhiya 6
Post by: Indra on 16 September 2022, 05:56:19 PM
Koleksi Theravāda tentang Hukum Monastik
Aturan Kebhikkhuan dan Analisisnya
Bab tentang Latihan
Sub-bab tentang Rata di Sekeliling

Sekhiya 6. Aturan Latihan Kedua tentang Terkekang baik

Kisah Asal-mula

Pada suatu ketika Sang Buddha sedang menetap di Sāvatthī di Hutan Jeta, Vihara Anāthapiṇḍika. Pada saat itu para bhikkhu dari kelompok enam mempermainkan tangan dan kaki mereka sewaktu duduk di area berpenghuni ...

Aturan akhir

"'Aku akan duduk dengan terkekang baik di area berpenghuni,' ini adalah bagaimana kalian harus berlatih."

Seseorang harus terkekang dengan baik sewaktu duduk di area berpenghuni. Jika seorang bhikkhu, karena tidak hormat, memainkan tangan dan kakinya sewaktu duduk di area berpenghuni, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah.

Tidak ada pelanggaran

Tidak ada pelanggaran: Jika itu tidak disengaja; jika ia tidak sadar; jika ia tidak mengetahui; jika ia sakit; jika ia gila; jika ia adalah pelaku pertama.

Aturan latihan keenam selesai
Title: Sekhiya 7
Post by: Indra on 16 September 2022, 05:56:44 PM
Koleksi Theravāda tentang Hukum Monastik
Aturan Kebhikkhuan dan Analisisnya
Bab tentang Latihan
Sub-bab tentang Rata di Sekeliling

Sekhiya 7. Aturan Latihan tentang Menatap ke Bawah

Kisah Asal-mula

Pada suatu ketika Sang Buddha sedang menetap di Sāvatthī di Hutan Jeta, Vihara Anāthapiṇḍika. Pada saat itu para bhikkhu dari kelompok enam menatap ke sana-sini sewaktu berjalan di area berpenghuni ...

Aturan akhir

"'Aku akan berjalan dengan menatap ke bawah di area berpenghuni,' ini adalah bagaimana kalian harus berlatih."

Seseorang harus menatap ke bawah sewaktu berjalan di area berpenghuni, menatap sejauh panjang bajak ke depan. Jika seorang bhikkhu, karena tidak hormat, menatap ke sana-sini sewaktu berjalan di area berpenghuni, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah.

Tidak ada pelanggaran

Tidak ada pelanggaran: Jika itu tidak disengaja; jika ia tidak sadar; jika ia tidak mengetahui; jika ia sakit; jika terjadi situasi darurat; jika ia gila; jika ia adalah pelaku pertama.

Aturan latihan ketujuh selesai
Title: Sekhiya 8
Post by: Indra on 16 September 2022, 05:58:02 PM
Koleksi Theravāda tentang Hukum Monastik
Aturan Kebhikkhuan dan Analisisnya
Bab tentang Latihan
Sub-bab tentang Rata di Sekeliling

Sekhiya 8. Aturan Latihan Kedua tentang Menatap ke Bawah

Kisah Asal-mula

Pada suatu ketika Sang Buddha sedang menetap di Sāvatthī di Hutan Jeta, Vihara Anāthapiṇḍika. Pada saat itu para bhikkhu dari kelompok enam menatap ke sana-sini sewaktu duduk di area berpenghuni ...

Aturan akhir

"'Aku akan duduk dengan menatap ke bawah di area berpenghuni,' ini adalah bagaimana kalian harus berlatih."

Seseorang harus menatap ke bawah sewaktu duduk di area berpenghuni, menatap sejauh panjang bajak ke depan. Jika seorang bhikkhu, karena tidak hormat, menatap ke sana-sini sewaktu duduk di area berpenghuni, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah.

Tidak ada pelanggaran

Tidak ada pelanggaran: Jika itu tidak disengaja; jika ia tidak sadar; jika ia tidak mengetahui; jika ia sakit; jika terjadi situasi darurat; jika ia gila; jika ia adalah pelaku pertama.

Aturan latihan kedelapan selesai

Title: Sekhiya 9
Post by: Indra on 16 September 2022, 05:58:29 PM
Koleksi Theravāda tentang Hukum Monastik
Aturan Kebhikkhuan dan Analisisnya
Bab tentang Latihan
Sub-bab tentang Rata di Sekeliling

Sekhiya 9. Aturan Latihan tentang Mengangkat jubah

Kisah Asal-mula

Pada suatu ketika Sang Buddha sedang menetap di Sāvatthī di Hutan Jeta, Vihara Anāthapiṇḍika. Pada saat itu para bhikkhu dari kelompok enam mengangkat jubah mereka sewaktu berjalan di area berpenghuni ...

Aturan akhir

"'Aku tidak akan mengangkat jubahku sewaktu berjalan di area berpenghuni,' ini adalah bagaimana kalian harus berlatih."

Seseorang tidak boleh mengangkat jubahnya sewaktu berjalan di area berpenghuni. Jika seorang bhikkhu, karena tidak hormat, mengangkat jubahnya pada satu atau kedua sisinya sewaktu berjalan di area berpenghuni, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah.

Tidak ada pelanggaran

Tidak ada pelanggaran: Jika itu tidak disengaja; jika ia tidak sadar; jika ia tidak mengetahui; jika ia sakit; jika terjadi situasi darurat; jika ia gila; jika ia adalah pelaku pertama.

Aturan latihan kesembilan selesai
Title: Sekhiya 10
Post by: Indra on 16 September 2022, 05:58:54 PM
Koleksi Theravāda tentang Hukum Monastik
Aturan Kebhikkhuan dan Analisisnya
Bab tentang Latihan
Sub-bab tentang Rata di Sekeliling

Sekhiya 10. Aturan Latihan Kedua tentang Mengangkat jubah

Kisah Asal-mula

Pada suatu ketika Sang Buddha sedang menetap di Sāvatthī di Hutan Jeta, Vihara Anāthapiṇḍika. Pada saat itu para bhikkhu dari kelompok enam mengangkat jubah mereka sewaktu duduk di area berpenghuni ...

Aturan akhir

"'Aku tidak akan mengangkat jubahku sewaktu duduk di area berpenghuni,' ini adalah bagaimana kalian harus berlatih."

Seseorang tidak boleh mengangkat jubahnya sewaktu duduk di area berpenghuni. Jika seorang bhikkhu, karena tidak hormat, mengangkat jubahnya pada satu atau kedua sisinya sewaktu duduk di area berpenghuni, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah.

Tidak ada pelanggaran

Tidak ada pelanggaran: Jika itu tidak disengaja; jika ia tidak sadar; jika ia tidak mengetahui; jika ia sakit; jika ia telah memasuki tempat kediamannya; jika terjadi situasi darurat; jika ia gila; jika ia adalah pelaku pertama.

Aturan latihan kesepuluh selesai

SUB-BAB PERTAMA TENTANG RATA DI SEKELILING SELESAI


Title: Sekhiya 11
Post by: Indra on 16 September 2022, 05:59:21 PM
Koleksi Theravāda tentang Hukum Monastik
Aturan Kebhikkhuan dan Analisisnya
Bab tentang Latihan
Sub-bab tentang Tertawa Keras

Sekhiya 11. Aturan Latihan tentang Tertawa Keras

Kisah Asal-mula

Pada suatu ketika Sang Buddha sedang menetap di Sāvatthī di Hutan Jeta, Vihara Anāthapiṇḍika. Pada saat itu para bhikkhu dari kelompok enam tertawa dengan keras sewaktu berjalan di area berpenghuni ...

Aturan akhir

"'Aku tidak akan tertawa keras sewaktu berjalan di area berpenghuni,' ini adalah bagaimana kalian harus berlatih."

Seseorang tidak boleh tertawa dengan keras sewaktu berjalan di area berpenghuni. Jika seorang bhikkhu, karena tidak hormat, tertawa dengan keras sewaktu berjalan di area berpenghuni, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah.

Tidak ada pelanggaran

Tidak ada pelanggaran: Jika itu tidak disengaja; jika ia tidak sadar; jika ia tidak mengetahui; jika ia sakit; jika ia sekedar tersenyum ketika ada sesuatu yang lucu; jika terjadi situasi darurat; jika ia gila; jika ia adalah pelaku pertama.

Aturan latihan pertama selesai
Title: Sekhiya 12
Post by: Indra on 16 September 2022, 05:59:46 PM
Koleksi Theravāda tentang Hukum Monastik
Aturan Kebhikkhuan dan Analisisnya
Bab tentang Latihan
Sub-bab tentang Tertawa Keras


Sekhiya 12. Aturan Latihan Kedua tentang Tertawa Keras

Kisah Asal-mula

Pada suatu ketika Sang Buddha sedang menetap di Sāvatthī di Hutan Jeta, Vihara Anāthapiṇḍika. Pada saat itu para bhikkhu dari kelompok enam tertawa dengan keras sewaktu duduk di area berpenghuni ...

Aturan akhir

"'Aku tidak akan tertawa keras sewaktu duduk di area berpenghuni,' ini adalah bagaimana kalian harus berlatih."

Seseorang tidak boleh tertawa dengan keras sewaktu duduk di area berpenghuni. Jika seorang bhikkhu, karena tidak hormat, tertawa dengan keras sewaktu duduk di area berpenghuni, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah.

Tidak ada pelanggaran

Tidak ada pelanggaran: Jika itu tidak disengaja; jika ia tidak sadar; jika ia tidak mengetahui; jika ia sakit; jika ia sekedar tersenyum ketika ada sesuatu yang lucu; jika terjadi situasi darurat; jika ia gila; jika ia adalah pelaku pertama.

Aturan latihan kedua selesai
Title: Sekhiya 13
Post by: Indra on 16 September 2022, 06:00:05 PM
Koleksi Theravāda tentang Hukum Monastik
Aturan Kebhikkhuan dan Analisisnya
Bab tentang Latihan
Sub-bab tentang Tertawa Keras

Sekhiya 13. Aturan Latihan tentang Suara Keras

Kisah Asal-mula

Pada suatu ketika Sang Buddha sedang menetap di Sāvatthī di Hutan Jeta, Vihara Anāthapiṇḍika. Pada saat itu para bhikkhu dari kelompok enam berisik sewaktu berjalan di area berpenghuni ...

Aturan akhir

"'Aku tidak akan berisik sewaktu berjalan di area berpenghuni,' ini adalah bagaimana kalian harus berlatih."

Seseorang tidak boleh berisik sewaktu berjalan di area berpenghuni. Jika seorang bhikkhu, karena tidak hormat, berisik sewaktu berjalan di area berpenghuni, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah.

Tidak ada pelanggaran

Tidak ada pelanggaran: Jika itu tidak disengaja; jika ia tidak sadar; jika ia tidak mengetahui; jika ia sakit; jika terjadi situasi darurat; jika ia gila; jika ia adalah pelaku pertama.

Aturan latihan ketiga selesai
Title: Sekhiya 14
Post by: Indra on 16 September 2022, 06:00:33 PM
Koleksi Theravāda tentang Hukum Monastik
Aturan Kebhikkhuan dan Analisisnya
Bab tentang Latihan
Sub-bab tentang Tertawa Keras

Sekhiya 14. Aturan Latihan Kedua tentang Suara Keras

Kisah Asal-mula

Pada suatu ketika Sang Buddha sedang menetap di Sāvatthī di Hutan Jeta, Vihara Anāthapiṇḍika. Pada saat itu para bhikkhu dari kelompok enam berisik sewaktu duduk di area berpenghuni ...

Aturan akhir

"'Aku tidak akan berisik sewaktu duduk di area berpenghuni,' ini adalah bagaimana kalian harus berlatih."

Seseorang tidak boleh berisik sewaktu duduk di area berpenghuni. Jika seorang bhikkhu, karena tidak hormat, berisik sewaktu duduk di area berpenghuni, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah.

Tidak ada pelanggaran

Tidak ada pelanggaran: Jika itu tidak disengaja; jika ia tidak sadar; jika ia tidak mengetahui; jika ia sakit; jika ada bahaya; jika ia gila; jika ia adalah pelaku pertama.

Aturan latihan keempat selesai
Title: Sekhiya 15
Post by: Indra on 16 September 2022, 06:01:19 PM
Koleksi Theravāda tentang Hukum Monastik
Aturan Kebhikkhuan dan Analisisnya
Bab tentang Latihan
Sub-bab tentang Tertawa Keras

Sekhiya 15. Aturan Latihan tentang Mengayunkan Tubuh

Kisah Asal-mula

Pada suatu ketika Sang Buddha sedang menetap di Sāvatthī di Hutan Jeta, Vihara Anāthapiṇḍika. Pada saat itu para bhikkhu dari kelompok enam mengayunkan dan memiringkan tubuh mereka sewaktu berjalan di area berpenghuni ...

Aturan akhir

"'Aku tidak akan mengayunkan tubuhku sewaktu berjalan di area berpenghuni,' ini adalah bagaimana kalian harus berlatih."

Seseorang tidak boleh mengayunkan tubuhnya sewaktu berjalan di area berpenghuni; ia harus berjalan dengan tubuh tegak. Jika seorang bhikkhu, karena tidak hormat, mengayunkan dan memiringkan tubuhnya sewaktu berjalan di area berpenghuni, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah.

Tidak ada pelanggaran

Tidak ada pelanggaran: Jika itu tidak disengaja; jika ia tidak sadar; jika ia tidak mengetahui; jika ia sakit; jika ada bahaya; jika ia gila; jika ia adalah pelaku pertama.

Aturan latihan kelima selesai
Title: Sekhiya 16
Post by: Indra on 16 September 2022, 06:01:46 PM
Koleksi Theravāda tentang Hukum Monastik
Aturan Kebhikkhuan dan Analisisnya
Bab tentang Latihan
Sub-bab tentang Tertawa Keras


Sekhiya 16. Aturan Latihan Kedua tentang Mengayunkan Tubuh

Kisah Asal-mula

Pada suatu ketika Sang Buddha sedang menetap di Sāvatthī di Hutan Jeta, Vihara Anāthapiṇḍika. Pada saat itu para bhikkhu dari kelompok enam mengayunkan dan memiringkan tubuh mereka sewaktu duduk di area berpenghuni ...

Aturan akhir

"'Aku tidak akan mengayunkan tubuhku sewaktu duduk di area berpenghuni,' ini adalah bagaimana kalian harus berlatih."

Seseorang tidak boleh mengayunkan tubuhnya sewaktu duduk di area berpenghuni; ia harus duduk dengan tubuh tegak. Jika seorang bhikkhu, karena tidak hormat, mengayunkan dan memiringkan tubuhnya sewaktu duduk di area berpenghuni, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah.

Tidak ada pelanggaran

Tidak ada pelanggaran: Jika itu tidak disengaja; jika ia tidak sadar; jika ia tidak mengetahui; jika ia sakit; jika ia telah memasuki tempat kediamannya; jika terjadi situasi darurat; jika ia gila; jika ia adalah pelaku pertama.

Aturan latihan keenam selesai
Title: Sekhiya 17
Post by: Indra on 16 September 2022, 06:02:02 PM
Koleksi Theravāda tentang Hukum Monastik
Aturan Kebhikkhuan dan Analisisnya
Bab tentang Latihan
Sub-bab tentang Tertawa Keras

Sekhiya 17. Aturan Latihan tentang Mengayunkan Lengan

Kisah Asal-mula

Pada suatu ketika Sang Buddha sedang menetap di Sāvatthī di Hutan Jeta, Vihara Anāthapiṇḍika. Pada saat itu para bhikkhu dari kelompok enam mengayunkan dan menggelantungkan lengan mereka sewaktu berjalan di area berpenghuni ...

Aturan akhir

"'Aku tidak akan mengayunkan lenganku sewaktu berjalan di area berpenghuni,' ini adalah bagaimana kalian harus berlatih."

Seseorang tidak boleh mengayunkan lengannya sewaktu berjalan di area berpenghuni; ia harus berjalan dengan lengannya kokoh. Jika seorang bhikkhu, karena tidak hormat, mengayunkan dan menggelantungkan lengannya sewaktu berjalan di area berpenghuni, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah.

Tidak ada pelanggaran

Tidak ada pelanggaran: Jika itu tidak disengaja; jika ia tidak sadar; jika ia tidak mengetahui; jika ia sakit; jika ada bahaya; jika ia gila; jika ia adalah pelaku pertama.

Aturan latihan ketujuh selesai
Title: Sekhiya 18
Post by: Indra on 16 September 2022, 06:02:17 PM
Koleksi Theravāda tentang Hukum Monastik
Aturan Kebhikkhuan dan Analisisnya
Bab tentang Latihan
Sub-bab tentang Tertawa Keras

Sekhiya 18. Aturan Latihan Kedua tentang Mengayunkan Lengan

Kisah Asal-mula

Pada suatu ketika Sang Buddha sedang menetap di Sāvatthī di Hutan Jeta, Vihara Anāthapiṇḍika. Pada saat itu para bhikkhu dari kelompok enam mengayunkan dan menggelantungkan lengan mereka sewaktu duduk di area berpenghuni ...

Aturan akhir

"'Aku tidak akan mengayunkan lenganku sewaktu duduk di area berpenghuni,' ini adalah bagaimana kalian harus berlatih."

Seseorang tidak boleh mengayunkan lengannya sewaktu duduk di area berpenghuni; ia harus duduk dengan lengannya kokoh. Jika seorang bhikkhu, karena tidak hormat, mengayunkan dan menggelantungkan lengannya sewaktu duduk di area berpenghuni, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah.

Tidak ada pelanggaran

Tidak ada pelanggaran: Jika itu tidak disengaja; jika ia tidak sadar; jika ia tidak mengetahui; jika ia sakit; jika ia telah memasuki tempat kediamannya; jika terjadi situasi darurat; jika ia gila; jika ia adalah pelaku pertama.

Aturan latihan kedelapan selesai

Title: Sekhiya 19
Post by: Indra on 16 September 2022, 06:02:47 PM
Koleksi Theravāda tentang Hukum Monastik
Aturan Kebhikkhuan dan Analisisnya
Bab tentang Latihan
Sub-bab tentang Tertawa Keras

Sekhiya 19. Aturan Latihan tentang Mengayunkan Kepala

Kisah Asal-mula

Pada suatu ketika Sang Buddha sedang menetap di Sāvatthī di Hutan Jeta, Vihara Anāthapiṇḍika. Pada saat itu para bhikkhu dari kelompok enam mengayunkan dan menggelantungkan kepala mereka sewaktu berjalan di area berpenghuni ...

Aturan akhir

"'Aku tidak akan mengayunkan kepalaku sewaktu berjalan di area berpenghuni,' ini adalah bagaimana kalian harus berlatih."

Seseorang tidak boleh mengayunkan kepalanya sewaktu berjalan di area berpenghuni; ia harus berjalan dengan kepalanya tegak. Jika seorang bhikkhu, karena tidak hormat, mengayunkan dan menggelantungkan kepalanya sewaktu berjalan di area berpenghuni, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah.

Tidak ada pelanggaran

Tidak ada pelanggaran: Jika itu tidak disengaja; jika ia tidak sadar; jika ia tidak mengetahui; jika ia sakit; jika ada bahaya; jika ia gila; jika ia adalah pelaku pertama.

Aturan latihan kesembilan selesai
Title: Sekhiya 20
Post by: Indra on 16 September 2022, 06:03:18 PM
Koleksi Theravāda tentang Hukum Monastik
Aturan Kebhikkhuan dan Analisisnya
Bab tentang Latihan
Sub-bab tentang Tertawa Keras

Sekhiya 20. Aturan Latihan Kedua tentang Mengayunkan Kepala

Kisah Asal-mula

Pada suatu ketika Sang Buddha sedang menetap di Sāvatthī di Hutan Jeta, Vihara Anāthapiṇḍika. Pada saat itu para bhikkhu dari kelompok enam mengayunkan dan menggelantungkan kepala mereka sewaktu duduk di area berpenghuni ...

Aturan akhir

"'Aku tidak akan mengayunkan kepalaku sewaktu duduk di area berpenghuni,' ini adalah bagaimana kalian harus berlatih."

Seseorang tidak boleh mengayunkan kepalanya sewaktu duduk di area berpenghuni; ia harus duduk dengan kepalanya tegak. Jika seorang bhikkhu, karena tidak hormat, mengayunkan dan menggelantungkan kepalanya sewaktu duduk di area berpenghuni, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah.

Tidak ada pelanggaran

Tidak ada pelanggaran: Jika itu tidak disengaja; jika ia tidak sadar; jika ia tidak mengetahui; jika ia sakit; jika ia telah memasuki tempat kediamannya; jika terjadi situasi darurat; jika ia gila; jika ia adalah pelaku pertama.

Aturan latihan kesepuluh selesai

SUB-BAB KEDUA TENTANG TERTAWA KERAS SELESAI
Title: Sekhiya 21
Post by: Indra on 16 September 2022, 06:12:15 PM
Koleksi Theravāda tentang Hukum Monastik
Aturan Kebhikkhuan dan Analisisnya
Bab tentang Latihan
Sub-bab tentang Berkacak Pinggang

Sekhiya 21. Aturan Latihan tentang Berkacak Pinggang

Kisah Asal-mula

Pada suatu ketika Sang Buddha sedang menetap di Sāvatthī di Hutan Jeta, Vihara Anāthapiṇḍika. Pada saat itu para bhikkhu dari kelompok enam berjalan di area berpenghuni sambil berkacak pinggang ...

Aturan akhir

"'Aku tidak akan berjalan di area berpenghuni sambil berkacak pinggang,' ini adalah bagaimana kalian harus berlatih."

Seseorang tidak boleh berjalan di area berpenghuni sambil berkacak pinggang. Jika seorang bhikkhu, karena tidak hormat, berjalan di area berpenghuni dengan satu lengan atau kedua lengan berkacak pinggang, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah.

Tidak ada pelanggaran

Tidak ada pelanggaran: Jika itu tidak disengaja; jika ia tidak sadar; jika ia tidak mengetahui; jika ia sakit; jika ada bahaya; jika ia gila; jika ia adalah pelaku pertama.

Aturan latihan yang pertama selesai
Title: Sekhiya 22
Post by: Indra on 16 September 2022, 06:12:33 PM
Koleksi Theravāda tentang Hukum Monastik
Aturan Kebhikkhuan dan Analisisnya
Bab tentang Latihan
Sub-bab tentang Berkacak Pinggang

Sekhiya 22. Aturan Latihan Kedua tentang Berkacak Pinggang

Kisah Asal-mula

Pada suatu ketika Sang Buddha sedang menetap di Sāvatthī di Hutan Jeta, Vihara Anāthapiṇḍika. Pada saat itu para bhikkhu dari kelompok enam duduk di area berpenghuni sambil berkacak pinggang ...

Aturan akhir

"'Aku tidak akan duduk di area berpenghuni sambil berkacak pinggang,' ini adalah bagaimana kalian harus berlatih."

Seseorang tidak boleh duduk di area berpenghuni sambil berkacak pinggang. Jika seorang bhikkhu, karena tidak hormat, duduk di area berpenghuni dengan satu lengan atau kedua lengan berkacak pinggang, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah.

Tidak ada pelanggaran

Tidak ada pelanggaran: Jika itu tidak disengaja; jika ia tidak sadar; jika ia tidak mengetahui; jika ia sakit; jika ia telah memasuki tempat kediamannya; jika terjadi situasi darurat; jika ia gila; jika ia adalah pelaku pertama.

Aturan latihan yang kedua selesai
Title: Sekhiya 23
Post by: Indra on 16 September 2022, 06:12:54 PM
Koleksi Theravāda tentang Hukum Monastik
Aturan Kebhikkhuan dan Analisisnya
Bab tentang Latihan
Sub-bab tentang Berkacak Pinggang

Sekhiya 23. Aturan Latihan tentang Menutup Kepala

Kisah Asal-mula

Pada suatu ketika Sang Buddha sedang menetap di Sāvatthī di Hutan Jeta, Vihara Anāthapiṇḍika. Pada saat itu para bhikkhu dari kelompok enam menutup kepala mereka dengan jubah atas mereka sewaktu berjalan di area berpenghuni ...

Aturan akhir

"'Aku tidak akan menutup kepalaku sewaktu berjalan di area berpenghuni,' ini adalah bagaimana kalian harus berlatih."

Seseorang tidak boleh menutup kepalanya sewaktu berjalan di area berpenghuni. Jika seorang bhikkhu, karena tidak hormat, menutup kepalanya sewaktu berjalan di area berpenghuni, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah.

Tidak ada pelanggaran

Tidak ada pelanggaran: Jika itu tidak disengaja; jika ia tidak sadar; jika ia tidak mengetahui; jika ia sakit; jika ada bahaya; jika ia gila; jika ia adalah pelaku pertama.

Aturan latihan yang ketiga selesai
Title: Sekhiya 24
Post by: Indra on 16 September 2022, 06:23:45 PM
Koleksi Theravāda tentang Hukum Monastik
Aturan Kebhikkhuan dan Analisisnya
Bab tentang Latihan
Sub-bab tentang Berkacak Pinggang

Sekhiya 24. Aturan Latihan Kedua tentang Menutup Kepala

Kisah Asal-mula

Pada suatu ketika Sang Buddha sedang menetap di Sāvatthī di Hutan Jeta, Vihara Anāthapiṇḍika. Pada saat itu para bhikkhu dari kelompok enam menutup kepala mereka dengan jubah atas mereka sewaktu duduk di area berpenghuni ...

Aturan akhir

"'Aku tidak akan menutup kepalaku sewaktu duduk di area berpenghuni,' ini adalah bagaimana kalian harus berlatih."

Seseorang tidak boleh menutup kepalanya sewaktu duduk di area berpenghuni. Jika seorang bhikkhu, karena tidak hormat, menutup kepalanya sewaktu duduk di area berpenghuni, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah.

Tidak ada pelanggaran

Tidak ada pelanggaran: Jika itu tidak disengaja; jika ia tidak sadar; jika ia tidak mengetahui; jika ia sakit; jika ia telah memasuki tempat kediamannya; jika terjadi situasi darurat; jika ia gila; jika ia adalah pelaku pertama.

Aturan latihan yang keempat selesai
Title: Sekhiya 25
Post by: Indra on 16 September 2022, 06:24:44 PM
Koleksi Theravāda tentang Hukum Monastik
Aturan Kebhikkhuan dan Analisisnya
Bab tentang Latihan
Sub-bab tentang Berkacak Pinggang

Sekhiya 25. Aturan Latihan tentang Berjongkok pada tumit

Kisah Asal-mula

Pada suatu ketika Sang Buddha sedang menetap di Sāvatthī di Hutan Jeta, Vihara Anāthapiṇḍika. Pada saat itu para bhikkhu dari kelompok enam berjongkok pada tumit sewaktu berjalan di area berpenghuni ...

Aturan akhir

"'Aku tidak akan berjongkok pada tumit sewaktu berjalan di area berpenghuni,' ini adalah bagaimana kalian harus berlatih."

Seseorang tidak boleh berjongkok pada tumit sewaktu berjalan di area berpenghuni. Jika seorang bhikkhu, karena tidak hormat, berjongkok pada tumit sewaktu berjalan di area berpenghuni, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah.

Tidak ada pelanggaran

Tidak ada pelanggaran: Jika itu tidak disengaja; jika ia tidak sadar; jika ia tidak mengetahui; jika ia sakit; jika ada bahaya; jika ia gila; jika ia adalah pelaku pertama.

Aturan latihan yang kelima selesai
Title: Sekhiya 26
Post by: Indra on 16 September 2022, 06:25:17 PM
Koleksi Theravāda tentang Hukum Monastik
Aturan Kebhikkhuan dan Analisisnya
Bab tentang Latihan
Sub-bab tentang Berkacak Pinggang

Sekhiya 26. Aturan Latihan tentang Memeluk Lutut

Kisah Asal-mula

Pada suatu ketika Sang Buddha sedang menetap di Sāvatthī di Hutan Jeta, Vihara Anāthapiṇḍika. Pada saat itu para bhikkhu dari kelompok enam memeluk lutut mereka sewaktu duduk di area berpenghuni ...

Aturan akhir

"'Aku tidak akan memeluk lutut sewaktu duduk di area berpenghuni,' ini adalah bagaimana kalian harus berlatih."

Seseorang tidak boleh memeluk lutut sewaktu duduk di area berpenghuni. Jika seorang bhikkhu, karena tidak hormat, memeluk lututnya sewaktu duduk di area berpenghuni, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah.

Tidak ada pelanggaran

Tidak ada pelanggaran: Jika itu tidak disengaja; jika ia tidak sadar; jika ia tidak mengetahui; jika ia sakit; jika ia telah memasuki tempat kediamannya; jika terjadi situasi darurat; jika ia gila; jika ia adalah pelaku pertama.

Aturan latihan yang keenam selesai
Title: Sekhiya 27
Post by: Indra on 16 September 2022, 06:25:35 PM
Koleksi Theravāda tentang Hukum Monastik
Aturan Kebhikkhuan dan Analisisnya
Bab tentang Latihan
Sub-bab tentang Berkacak Pinggang

Sekhiya 27. Aturan Latihan tentang Menerima dengan Hormat

Kisah Asal-mula

Pada suatu ketika Sang Buddha sedang menetap di Sāvatthī di Hutan Jeta, Vihara Anāthapiṇḍika. Pada saat itu para bhikkhu dari kelompok enam menerima dana makanan dengan menghina, seolah-olah hendak membuangnya. ...

Aturan akhir

"'Aku akan menerima dana makanan dengan hormat,' ini adalah bagaimana kalian harus berlatih."

Dana makanan harus diterima dengan hormat. Jika seorang bhikkhu, karena tidak hormat, menerima dana makanan dengan menghina, seolah-olah hendak membuangnya, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah.

Tidak ada pelanggaran

Tidak ada pelanggaran: Jika itu tidak disengaja; jika ia tidak sadar; jika ia tidak mengetahui; jika ia sakit; jika ada bahaya; jika ia gila; jika ia adalah pelaku pertama.

Aturan latihan yang ketujuh selesai
Title: Sekhiya 28
Post by: Indra on 16 September 2022, 06:26:09 PM
Koleksi Theravāda tentang Hukum Monastik
Aturan Kebhikkhuan dan Analisisnya
Bab tentang Latihan
Sub-bab tentang Berkacak Pinggang

Sekhiya 28. Aturan Latihan tentang Menerima dengan Perhatian pada Mangkuk

Kisah Asal-mula

Pada suatu ketika Sang Buddha sedang menetap di Sāvatthī di Hutan Jeta, Vihara Anāthapiṇḍika. Pada saat itu para bhikkhu dari kelompok enam menerima dana makanan sambil menatap ke sana-sini, dan mereka tidak mengetahui apakah orang-orang masih memberi atau apakah mereka telah menerima terlalu banyak. ...

Aturan akhir

"'Aku akan menerima dana makanan dengan perhatian pada mangkuk,' ini adalah bagaimana kalian harus berlatih."

Dana makanan harus diterima dengan perhatian pada mangkuk. Jika seorang bhikkhu, karena tidak hormat, menerima dana makanan sambil menatap ke sana-sini, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah.

Tidak ada pelanggaran

Tidak ada pelanggaran: Jika itu tidak disengaja; jika ia tidak sadar; jika ia tidak mengetahui; jika ia sakit; jika ada bahaya; jika ia gila; jika ia adalah pelaku pertama.

Aturan latihan yang kedelapan selesai
Title: Sekhiya 29
Post by: Indra on 16 September 2022, 06:27:59 PM
Koleksi Theravāda tentang Hukum Monastik
Aturan Kebhikkhuan dan Analisisnya
Bab tentang Latihan
Sub-bab tentang Berkacak Pinggang

Sekhiya 29. Aturan Latihan tentang Menerima Kari Kacang dalam porsi yang wajar

Kisah Asal-mula

Pada suatu ketika Sang Buddha sedang menetap di Sāvatthī di Hutan Jeta, Vihara Anāthapiṇḍika. Pada saat itu para bhikkhu dari kelompok enam menerima dana makanan dengan porsi besar kari kacang. ...

Aturan akhir

"'Aku akan menerima dana makanan kari kacang dalam porsi yang wajar,' ini adalah bagaimana kalian harus berlatih."

Definisi

Kari kacang:

Ada dua jenis kari kacang, yang diambil dengan tangan: kari kacang hijau dan kari kacang hitam.

Dana makanan harus diterima dengan porsi kari kacang dalam jumlah yang wajar. Jika seorang bhikkhu, karena tidak hormat, menerima banyak kari kacang, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah.

Tidak ada pelanggaran

Tidak ada pelanggaran: Jika itu tidak disengaja; jika ia tidak sadar; jika ia tidak mengetahui; jika ia sakit; jika itu adalah makanan selain daripada kari kacang; jika itu berasal dari kerabat; jika itu berasal dari mereka yang telah menyampaikan undangan; jika itu adalah demi manfaat orang lain; jika itu diperoleh dari harta kekayaannya sendiri; jika terjadi situasi darurat; jika ia gila; jika ia adalah pelaku pertama.

Aturan latihan yang kesembilan selesai
Title: Sekhiya 30
Post by: Indra on 16 September 2022, 06:29:40 PM
Koleksi Theravāda tentang Hukum Monastik
Aturan Kebhikkhuan dan Analisisnya
Bab tentang Latihan
Sub-bab tentang Berkacak Pinggang

Sekhiya 30. Aturan Latihan tentang Merata

Kisah Asal-mula

Pada suatu ketika Sang Buddha sedang menetap di Sāvatthī di Hutan Jeta, Vihara Anāthapiṇḍika. Pada saat itu para bhikkhu dari kelompok enam menerima dana makanan secara menumpuk. ...

Aturan akhir

"'Aku akan menerima dana makanan merata dalam mangkuk,' ini adalah bagaimana kalian harus berlatih."

Dana makanan harus diterima secara rata. Jika seorang bhikkhu, karena tidak hormat, menerima dana makanan secara menumpuk, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah.

Tidak ada pelanggaran

Tidak ada pelanggaran: Jika itu tidak disengaja; jika ia tidak sadar; jika ia tidak mengetahui; jika terjadi situasi darurat; jika ia gila; jika ia adalah pelaku pertama.

Aturan latihan yang kesepuluh selesai

SUB-BAB KETIGA TENTANG BERKACAK PINGGANG SELESAI
Title: Sekhiya 31
Post by: Indra on 16 September 2022, 07:12:01 PM
Koleksi Theravāda tentang Hukum Monastik
Aturan Kebhikkhuan dan Analisisnya
Bab tentang Latihan
Sub-bab tentang dengan Hormat
 
Sekhiya 31. Aturan Latihan tentang dengan Hormat
 
Kisah Asal-mula

Pada suatu ketika Sang Buddha sedang menetap di Sāvatthī di Hutan Jeta, Vihara Anāthapiṇḍika. Pada saat itu para bhikkhu dari kelompok enam memakan dana makanan dengan menghina, seolah-olah tidak ingin memakannya. ...

Aturan akhir

"'Aku akan memakan dana makanan dengan hormat,' ini adalah bagaimana kalian harus berlatih."

Dana makanan harus dimakan dengan penuh hormat. Jika seorang bhikkhu, karena tidak hormat, memakan dana makanan dengan menghina, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah.

Tidak ada pelanggaran

Tidak ada pelanggaran: Jika itu tidak disengaja; jika ia tidak sadar; jika ia tidak mengetahui; jika ia sakit; jika terjadi situasi darurat; jika ia gila; jika ia adalah pelaku pertama.

Aturan latihan yang pertama selesai
Title: Sekhiya 32
Post by: Indra on 16 September 2022, 07:12:38 PM
Koleksi Theravāda tentang Hukum Monastik
Aturan Kebhikkhuan dan Analisisnya
Bab tentang Latihan
Sub-bab tentang dengan Hormat
 
Sekhiya 32. Aturan Latihan tentang Perhatian pada Mangkuk
 
Kisah Asal-mula

Pada suatu ketika Sang Buddha sedang menetap di Sāvatthī di Hutan Jeta, Vihara Anāthapiṇḍika. Pada saat itu para bhikkhu dari kelompok enam memakan dana makanan sambil menatap ke sana-sini, dan mereka tidak mengetahui apakah orang-orang masih memberi atau apakah mereka telah menerima terlalu banyak. ...

Aturan akhir

"'Aku akan memakan dana makanan dengan perhatian pada mangkuk,' ini adalah bagaimana kalian harus berlatih."

Dana makanan harus dimakan dengan perhatian pada mangkuk. Jika seorang bhikkhu, karena tidak hormat, memakan dana makanan sambil menatap ke sana-sini, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah.

Tidak ada pelanggaran

Tidak ada pelanggaran: Jika itu tidak disengaja; jika ia tidak sadar; jika ia tidak mengetahui; jika ia sakit; jika ada bahaya; jika ia gila; jika ia adalah pelaku pertama.

Aturan latihan yang kedua selesai

Title: Sekhiya 33
Post by: Indra on 16 September 2022, 07:13:10 PM
Koleksi Theravāda tentang Hukum Monastik
Aturan Kebhikkhuan dan Analisisnya
Bab tentang Latihan
Sub-bab tentang dengan Hormat
 
Sekhiya 33. Aturan Latihan tentang Secara Berurutan
 
Kisah Asal-mula

Pada suatu ketika Sang Buddha sedang menetap di Sāvatthī di Hutan Jeta, Vihara Anāthapiṇḍika. Pada saat itu para bhikkhu dari kelompok enam memakan dana makanan dengan mengambil dari sana-sini. ...

Aturan akhir

"'Aku akan memakan dana makanan secara berurutan,' ini adalah bagaimana kalian harus berlatih."

Dana makanan harus dimakan secara berurutan. Jika seorang bhikkhu, karena tidak hormat, memakan dana makanan dengan mengambil dari sana-sini, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah.

Tidak ada pelanggaran

Tidak ada pelanggaran: Jika itu tidak disengaja; jika ia tidak sadar; jika ia tidak mengetahui; jika ia sakit; jika ia memilih makanan untuk diberikan kepada orang lain; jika ia memilih makanan untuk meletakannya di mangkuk orang lain; jika itu adalah kari bukan kacang; jika terjadi situasi darurat; jika ia gila; jika ia adalah pelaku pertama.

Aturan latihan yang ketiga selesai
Title: Sekhiya 34
Post by: Indra on 16 September 2022, 07:15:46 PM
Koleksi Theravāda tentang Hukum Monastik
Aturan Kebhikkhuan dan Analisisnya
Bab tentang Latihan
Sub-bab tentang dengan Hormat
 
Sekhiya 34. Aturan Latihan tentang Kari Kacang dalam porsi yang wajar
 
Kisah Asal-mula

Pada suatu ketika Sang Buddha sedang menetap di Sāvatthī di Hutan Jeta, Vihara Anāthapiṇḍika. Pada saat itu para bhikkhu dari kelompok enam memakan dana makanan dengan porsi besar kari kacang. ...

Aturan akhir

"'Aku akan memakan dana makanan dengan kari kacang dalam porsi yang wajar,' ini adalah bagaimana kalian harus berlatih."

Definisi

Kari kacang:

Ada dua jenis kari kacang, yang diambil dengan tangan: kari kacang hijau dan kari kacang hitam.

Dana makanan harus dimakan dengan kari kacang dalam porsi yang wajar. Jika seorang bhikkhu, karena tidak hormat, memakan banyak kari kacang, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah.

Tidak ada pelanggaran

Tidak ada pelanggaran: Jika itu tidak disengaja; jika ia tidak sadar; jika ia tidak mengetahui; jika ia sakit; jika itu adalah makanan selain daripada kari kacang; jika itu berasal dari kerabat; jika itu berasal dari mereka yang telah menyampaikan undangan; jika itu diperoleh dari harta kekayaannya sendiri; jika terjadi situasi darurat; jika ia gila; jika ia adalah pelaku pertama.

Aturan latihan yang keempat selesai
Title: Sekhiya 35
Post by: Indra on 16 September 2022, 07:16:22 PM
Koleksi Theravāda tentang Hukum Monastik
Aturan Kebhikkhuan dan Analisisnya
Bab tentang Latihan
Sub-bab tentang dengan Hormat
 
Sekhiya 35. Aturan Latihan tentang Membuat Tumpukan
 
Kisah Asal-mula

Pada suatu ketika Sang Buddha sedang menetap di Sāvatthī di Hutan Jeta, Vihara Anāthapiṇḍika. Pada saat itu para bhikkhu dari kelompok enam memakan dana makanan dengan mengambil dari tumpukan. ...

Aturan akhir

"'Aku tidak akan memakan dana makanan dengan mengambil dari tumpukan,' ini adalah bagaimana kalian harus berlatih."

Dana makanan tidak boleh dimakan dengan mengambil dari tumpukan. Jika seorang bhikkhu, karena tidak hormat, memakan dana makanan dengan mengambil dari tumpukan, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah.

Tidak ada pelanggaran

Tidak ada pelanggaran: Jika itu tidak disengaja; jika ia tidak sadar; jika ia tidak mengetahui; jika ia sakit; jika hanya tersisa sedikit makanan dan ia memakannya setelah mengumpulkannya menjadi satu dan kemudian mengambil dari sana; jika terjadi situasi darurat; jika ia gila; jika ia adalah pelaku pertama.

Aturan latihan yang kelima selesai
Title: Sekhiya 36
Post by: Indra on 16 September 2022, 07:17:21 PM
Koleksi Theravāda tentang Hukum Monastik
Aturan Kebhikkhuan dan Analisisnya
Bab tentang Latihan
Sub-bab tentang dengan Hormat
 
Sekhiya 36. Aturan Latihan tentang Menutupi dengan Nasi
 
Kisah Asal-mula

Pada suatu ketika Sang Buddha sedang menetap di Sāvatthī di Hutan Jeta, Vihara Anāthapiṇḍika. Pada saat itu para bhikkhu dari kelompok enam menutupi kari mereka dengan nasi karena mereka menginginkan lebih. ...

Aturan akhir

"'Aku tidak akan menutupi kari dengan nasi karena aku menginginkan lebih,' ini adalah bagaimana kalian harus berlatih."

Seseorang tidak boleh menutupi kari dengan nasi karena ia menginginkan lebih. Jika seorang bhikkhu, karena tidak hormat, menutupi kari dengan nasi karena ia menginginkan lebih, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah.

Tidak ada pelanggaran

Tidak ada pelanggaran: Jika itu tidak disengaja; jika ia tidak sadar; jika ia tidak mengetahui; jika ia sakit; jika si pemberi yang menutupi dan kemudian memberikan; jika bukan karena menginginkan lebih; jika terjadi situasi darurat; jika ia gila; jika ia adalah pelaku pertama.

Aturan latihan yang keenam selesai
Title: Re: Vinaya Pitaka - Bhikkhu Vibhaṅga
Post by: Indra on 16 September 2022, 07:20:27 PM
Koleksi Theravāda tentang Hukum Monastik
Aturan Kebhikkhuan dan Analisisnya
Bab tentang Latihan
Sub-bab tentang dengan Hormat
 
Sekhiya 37. Aturan Latihan tentang Meminta Nasi dan Kari Kacang
 
Kisah Asal-mula

Sub-kisah pertama

Pada suatu ketika Sang Buddha sedang menetap di Sāvatthī di Hutan Jeta, Vihara Anāthapiṇḍika. Pada saat itu para bhikkhu dari kelompok enam memakan nasi dan kari kacang yang mereka minta sendiri. Orang-orang mengeluhkan dan mengkritik mereka, "Bagaimana mungkin para monastik Sakya memakan memakan nasi dan kari kacang yang mereka minta sendiri? Siapakah yang tidak menyukai makanan baik? Siapakah yang tidak menyukai makanan lezat?"

Para bhikkhu mendengar keluhan orang-orang itu, dan para bhikkhu yang memiliki sedikit keinginan mengeluhkan dan mengkritik para bhikkhu itu, "Bagaimana mungkin para bhikkhu dari kelompok enam melakukan hal ini?" ... "Benarkah, para bhikkhu, bahwa kalian melakukan hal ini?"

"Benar, Yang Mulia."

Sang Buddha menegur mereka ... "Orang-orang dungu, bagaimana mungkin kalian melakukan hal ini? Hal ini akan mempengaruhi keyakinan orang-orang ..." ... "Dan, para bhikkhu, aturan latihan ini harus dibacakan sebagai berikut:

Aturan Awal

"'Aku tidak akan meninta kari kacang atau nasi untuk diriku sendiri dan kemudian memakannya,' ini adalah bagaimana kalian harus berlatih."

Dengan cara inilah Sang Buddha menetapkan aturan latihan ini untuk para bhikkhu.

Sub-kisah kedua

Tidak lama kemudian sejumlah bhikkhu jatuh sakit. Para bhikkhu yang merawat mereka berkata, "Aku harap kalian bertahan. Kami harap kalian menjadi lebih baik."

"Sebelumnya kami memakan nasi dan kari kacang yang kami minta sendiri, dan kemudian kami merasa nyaman. Tetapi Sang Buddha telah melarang ini, kami tidak meminta karena kami takut melakukan kesalahan. Dan karena itu kami tidak merasa nyaman.

Mereka memberitahu Sang Buddha. Segera setelah itu Sang Buddha membabarkan suatu ajaran dan berkata kepada para bhikkhu: "Para bhikkhu, Aku memperbolehkan seorang bhikkhu yang sakit untuk memakan nasi dan kari kacang yang ia minta untuk dirinya sendiri.

Dan, para bhikkhu, aturan latihan ini harus dibacakan sebagai berikut:

Aturan akhir

"'Jika tidak sakit, aku tidak akan meminta kari kacang atau nasi untuk diriku sendiri dan kemudian memakannya,' ini adalah bagaimana kalian harus berlatih."

Ketika tidak sakit, seseorang tidak boleh meminta kari kacang atau nasi untuk dirinya sendiri dan kemudian memakannya. Jika seorang bhikkhu yang tidak sakit, karena tidak hormat, memakan kari kacang atau nasi yang ia minta untuk dirinya sendiri, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah.

Tidak ada pelanggaran

Tidak ada pelanggaran: Jika itu tidak disengaja; jika ia tidak sadar; jika ia tidak mengetahui; jika ia sakit; jika itu berasal dari kerabat; jika itu berasal dari mereka yang telah menyampaikan undangan; jika itu adalah demi manfaat orang lain; jika itu diperoleh dari harta kekayaannya sendiri; jika terjadi situasi darurat; jika ia gila; jika ia adalah pelaku pertama.

Aturan latihan yang ketujuh selesai
Title: Sekhiya 38
Post by: Indra on 16 September 2022, 07:23:07 PM
Koleksi Theravāda tentang Hukum Monastik
Aturan Kebhikkhuan dan Analisisnya
Bab tentang Latihan
Sub-bab tentang dengan Hormat

Sekhiya 38. Aturan Latihan tentang Mencari Kesalahan
 
Kisah Asal-mula

Pada suatu ketika Sang Buddha sedang menetap di Sāvatthī di Hutan Jeta, Vihara Anāthapiṇḍika. Pada saat itu para bhikkhu dari kelompok enam melihat mangkuk-mangkuk orang lain untuk mencari kesalahan. ...

Aturan akhir

"'Aku tidak akan melihat mangkuk orang lain untuk mencari kesalahan,' ini adalah bagaimana kalian harus berlatih."

Seseorang tidak boleh melihat mangkuk orang lain untuk mencari kesalahan. Jika seorang bhikkhu, karena tidak hormat, melihat mangkuk orang lain untuk mencari kesalahan, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah.

Tidak ada pelanggaran

Tidak ada pelanggaran: Jika itu tidak disengaja; jika ia tidak sadar; jika ia tidak mengetahui; jika ia melihat dengan niat untuk memberi atau menyuruh orang lain memberi; jika ia tidak mencari kesalahan; jika terjadi situasi darurat; jika ia gila; jika ia adalah pelaku pertama.

Aturan latihan yang kedelapan selesai

Title: Sekhiya 39
Post by: Indra on 16 September 2022, 07:23:33 PM
Koleksi Theravāda tentang Hukum Monastik
Aturan Kebhikkhuan dan Analisisnya
Bab tentang Latihan
Sub-bab tentang dengan Hormat
 
Sekhiya 39. Aturan Latihan tentang Suapan
 
Kisah Asal-mula

Pada suatu ketika Sang Buddha sedang menetap di Sāvatthī di Hutan Jeta, Vihara Anāthapiṇḍika. Pada saat itu para bhikkhu dari kelompok enam membuat suapan besar. ...

Aturan akhir

"'Aku tidak akan membuat suapan yang terlalu besar,' ini adalah bagaimana kalian harus berlatih."

Seseorang tidak boleh membuat suapan yang terlalu besar. Jika seorang bhikkhu, karena tidak hormat, membuat suapan besar, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah.

Tidak ada pelanggaran

Tidak ada pelanggaran: Jika itu tidak disengaja; jika ia tidak sadar; jika ia tidak mengetahui; jika ia sakit; jika itu adalah makanan segar; jika itu adalah buah; jika itu bukan kari kacang; jika terjadi situasi darurat; jika ia gila; jika ia adalah pelaku pertama.

Aturan latihan yang kesembilan selesai
Title: Sekhiya 40
Post by: Indra on 16 September 2022, 07:24:02 PM
Koleksi Theravāda tentang Hukum Monastik
Aturan Kebhikkhuan dan Analisisnya
Bab tentang Latihan
Sub-bab tentang dengan Hormat
 
Sekhiya 40. Aturan Latihan tentang Suapan
 
Kisah Asal-mula

Pada suatu ketika Sang Buddha sedang menetap di Sāvatthī di Hutan Jeta, Vihara Anāthapiṇḍika. Pada saat itu para bhikkhu dari kelompok enam membuat suapan memanjang. ...

Aturan akhir

"'Aku akan membuat suapan bulat,' ini adalah bagaimana kalian harus berlatih."

Seseorang harus membuat suapan bulat. Jika seorang bhikkhu, karena tidak hormat, membuat suapan memanjang, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah.

Tidak ada pelanggaran

Tidak ada pelanggaran: Jika itu tidak disengaja; jika ia tidak sadar; jika ia tidak mengetahui; jika ia sakit; jika itu adalah makanan segar; jika itu adalah buah; jika itu bukan kari kacang; jika terjadi situasi darurat; jika ia gila; jika ia adalah pelaku pertama.

Aturan latihan yang kesepuluh selesai

SUB-BAB KEEMPAT TENTANG DENGAN HORMAT SELESAI
Title: Sekhiya 41
Post by: Indra on 16 September 2022, 08:13:40 PM
Koleksi Theravāda tentang Hukum Monastik
Aturan Kebhikkhuan dan Analisisnya
Bab tentang Latihan
Sub-bab tentang Suapan
 
Sekhiya 41. Aturan Latihan tentang Tanpa Membawa
 
Kisah Asal-mula

Pada suatu ketika Sang Buddha sedang menetap di Sāvatthī di Hutan Jeta, Vihara Anāthapiṇḍika. Pada saat itu para bhikkhu dari kelompok enam membuka mulut mereka tanpa membawa suapan ke mulut. ...

Aturan akhir

"'Aku tidak akan membuka mulutku tanpa membawa suapan ke mulut,' ini adalah bagaimana kalian harus berlatih."

Seseorang tidak boleh membuka mulutnya tanpa membawa suapan ke mulut. Jika seorang bhikkhu, karena tidak hormat, membuka mulutnya tanpa membawa suapan ke mulut, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah.

Tidak ada pelanggaran

Tidak ada pelanggaran: Jika itu tidak disengaja; jika ia tidak sadar; jika ia tidak mengetahui; jika ia sakit; jika ada bahaya; jika ia gila; jika ia adalah pelaku pertama.

Aturan latihan yang pertama selesai
Title: Sekhiya 42
Post by: Indra on 16 September 2022, 08:14:06 PM
Koleksi Theravāda tentang Hukum Monastik
Aturan Kebhikkhuan dan Analisisnya
Bab tentang Latihan
Sub-bab tentang Suapan
 
Sekhiya 42. Aturan Latihan Kedua tentang Tanpa Membawa
 
Kisah Asal-mula

Pada suatu ketika Sang Buddha sedang menetap di Sāvatthī di Hutan Jeta, Vihara Anāthapiṇḍika. Pada saat itu para bhikkhu dari kelompok enam memasukkan seluruh tangan mereka ke dalam mulut sewaktu makan. ...

Aturan akhir

"'Aku tidak akan memasukkan seluruh tanganku ke dalam mulut sewaktu makan,' ini adalah bagaimana kalian harus berlatih."

Seseorang tidak boleh memasukkan seluruh tangan mereka ke dalam mulut sewaktu makan. Jika seorang bhikkhu, karena tidak hormat, memasukkan seluruh tangan mereka ke dalam mulut sewaktu makan, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah.

Tidak ada pelanggaran

Tidak ada pelanggaran: Jika itu tidak disengaja; jika ia tidak sadar; jika ia tidak mengetahui; jika ia sakit; jika ada bahaya; jika ia gila; jika ia adalah pelaku pertama.

Aturan latihan yang kedua selesai
Title: Sekhiya 43
Post by: Indra on 16 September 2022, 08:16:01 PM
Koleksi Theravāda tentang Hukum Monastik
Aturan Kebhikkhuan dan Analisisnya
Bab tentang Latihan
Sub-bab tentang Suapan
 
Sekhiya 43. Aturan Latihan tentang dengan Mulut Penuh
 
Kisah Asal-mula

Pada suatu ketika Sang Buddha sedang menetap di Sāvatthī di Hutan Jeta, Vihara Anāthapiṇḍika. Pada saat itu para bhikkhu dari kelompok enam berbicara dengan makanan di dalam mulut mereka. ...

Aturan akhir

"'Aku tidak akan berbicara dengan makanan di dalam mulutku,' ini adalah bagaimana kalian harus berlatih."

Seseorang tidak boleh berbicara dengan makanan di dalam mulutnya. Jika seorang bhikkhu, karena tidak hormat, berbicara dengan makanan di dalam mulutnya, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah.

Tidak ada pelanggaran

Tidak ada pelanggaran: Jika itu tidak disengaja; jika ia tidak sadar; jika ia tidak mengetahui; jika ia sakit; jika ada bahaya; jika ia gila; jika ia adalah pelaku pertama.

Aturan latihan yang ketiga selesai
Title: Sekhiya 44
Post by: Indra on 16 September 2022, 08:17:48 PM
Koleksi Theravāda tentang Hukum Monastik
Aturan Kebhikkhuan dan Analisisnya
Bab tentang Latihan
Sub-bab tentang Suapan
 
Sekhiya 44. Aturan Latihan tentang Bola-bola makanan yang diangkat
 
Kisah Asal-mula

Pada suatu ketika Sang Buddha sedang menetap di Sāvatthī di Hutan Jeta, Vihara Anāthapiṇḍika. Pada saat itu para bhikkhu dari kelompok enam makan dari bola-bola makanan yang diangkat. ...

Aturan akhir

"'Aku tidak akan makan dari bola-bola makanan yang diangkat,' ini adalah bagaimana kalian harus berlatih."

Seseorang tidak boleh makan dari bola-bola makanan yang diangkat. Jika seorang bhikkhu, karena tidak hormat, makan dari bola-bola makanan yang diangkat, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah.

Tidak ada pelanggaran

Tidak ada pelanggaran: Jika itu tidak disengaja; jika ia tidak sadar; jika ia tidak mengetahui; jika ia sakit; jika itu adalah makanan segar; jika itu adalah buah; jika terjadi situasi darurat; jika ia gila; jika ia adalah pelaku pertama.

Aturan latihan yang keempat selesai
Title: Sekhiya 45
Post by: Indra on 16 September 2022, 08:18:09 PM
Koleksi Theravāda tentang Hukum Monastik
Aturan Kebhikkhuan dan Analisisnya
Bab tentang Latihan
Sub-bab tentang Suapan
 
Sekhiya 45. Aturan Latihan tentang Memecah suapan
 
Kisah Asal-mula

Pada suatu ketika Sang Buddha sedang menetap di Sāvatthī di Hutan Jeta, Vihara Anāthapiṇḍika. Pada saat itu para bhikkhu dari kelompok enam makan dengan memecah suapan. ...

Aturan akhir

"'Aku tidak akan makan dengan memecah suapan,' ini adalah bagaimana kalian harus berlatih."

Seseorang tidak boleh makan dengan memecah suapan. Jika seorang bhikkhu, karena tidak hormat, makan dengan memecah suapan, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah.

Tidak ada pelanggaran

Tidak ada pelanggaran: Jika itu tidak disengaja; jika ia tidak sadar; jika ia tidak mengetahui; jika ia sakit; jika itu adalah makanan segar; jika itu adalah buah; jika itu bukan kari kacang; jika terjadi situasi darurat; jika ia gila; jika ia adalah pelaku pertama.

Aturan latihan yang kelima selesai
Title: Sekhiya 46
Post by: Indra on 16 September 2022, 08:18:48 PM
Koleksi Theravāda tentang Hukum Monastik
Aturan Kebhikkhuan dan Analisisnya
Bab tentang Latihan
Sub-bab tentang Suapan
 
Sekhiya 46. Aturan Latihan tentang Memenuhi Pipi
 
Kisah Asal-mula

Pada suatu ketika Sang Buddha sedang menetap di Sāvatthī di Hutan Jeta, Vihara Anāthapiṇḍika. Pada saat itu para bhikkhu dari kelompok enam makan dengan memenuhi pipi. ...

Aturan akhir

"'Aku tidak akan makan dengan memenuhi pipi,' ini adalah bagaimana kalian harus berlatih."

Seseorang tidak boleh makan dengan memenuhi pipinya. Jika seorang bhikkhu, karena tidak hormat, makan dengan memenuhi satu atau kedua pipi, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah.

Tidak ada pelanggaran

Tidak ada pelanggaran: Jika itu tidak disengaja; jika ia tidak sadar; jika ia tidak mengetahui; jika ia sakit; jika itu adalah buah; jika terjadi situasi darurat; jika ia gila; jika ia adalah pelaku pertama.

Aturan latihan yang keenam selesai
Title: Sekhiya 47
Post by: Indra on 16 September 2022, 08:19:23 PM
Koleksi Theravāda tentang Hukum Monastik
Aturan Kebhikkhuan dan Analisisnya
Bab tentang Latihan
Sub-bab tentang Suapan
 
Sekhiya 47. Aturan Latihan tentang Mengibaskan Tangan
 
Kisah Asal-mula

Pada suatu ketika Sang Buddha sedang menetap di Sāvatthī di Hutan Jeta, Vihara Anāthapiṇḍika. Pada saat itu para bhikkhu dari kelompok enam makan dengan mengibaskan tangan. ...

Aturan akhir

"'Aku tidak akan makan dengan mengibaskan tanganku,' ini adalah bagaimana kalian harus berlatih."

Seseorang tidak boleh makan dengan mengibaskan tangannya. Jika seorang bhikkhu, karena tidak hormat, makan dengan mengibaskan tangannya, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah.

Tidak ada pelanggaran

Tidak ada pelanggaran: Jika itu tidak disengaja; jika ia tidak sadar; jika ia tidak mengetahui; jika ia sakit; jika ia mengibaskan tangannya untuk membuang sampah; jika terjadi situasi darurat; jika ia gila; jika ia adalah pelaku pertama.

Aturan latihan yang ketujuh selesai
Title: Sekhiya 48
Post by: Indra on 16 September 2022, 08:23:03 PM
Koleksi Theravāda tentang Hukum Monastik
Aturan Kebhikkhuan dan Analisisnya
Bab tentang Latihan
Sub-bab tentang Suapan
 
Sekhiya 48. Aturan Latihan tentang Menebarkan Nasi
 
Kisah Asal-mula

Pada suatu ketika Sang Buddha sedang menetap di Sāvatthī di Hutan Jeta, Vihara Anāthapiṇḍika. Pada saat itu para bhikkhu dari kelompok enam menebarkan nasi sewaktu makan. ...

Aturan akhir

"'Aku tidak akan menebarkan nasi sewaktu makan,' ini adalah bagaimana kalian harus berlatih."

Seseorang tidak boleh menebarkan nasi sewaktu makan. Jika seorang bhikkhu, karena tidak hormat, menebarkan nasi sewaktu makan, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah.

Tidak ada pelanggaran

Tidak ada pelanggaran: Jika itu tidak disengaja; jika ia tidak sadar; jika ia tidak mengetahui; jika ia sakit; jika ia membuang nasi sewaktu membuang sampah; jika terjadi situasi darurat; jika ia gila; jika ia adalah pelaku pertama.

Aturan latihan yang kedelapan selesai
Title: Sekhiya 49
Post by: Indra on 16 September 2022, 08:23:24 PM
Koleksi Theravāda tentang Hukum Monastik
Aturan Kebhikkhuan dan Analisisnya
Bab tentang Latihan
Sub-bab tentang Suapan
 
Sekhiya 49. Aturan Latihan tentang Menjulurkan Lidah
 
Kisah Asal-mula

Pada suatu ketika Sang Buddha sedang menetap di Sāvatthī di Hutan Jeta, Vihara Anāthapiṇḍika. Pada saat itu para bhikkhu dari kelompok enam makan dengan menjulurkan lidah. ...

Aturan akhir

"'Aku tidak akan makan dengan menjulurkan lidahku,' ini adalah bagaimana kalian harus berlatih."

Seseorang tidak boleh makan dengan menjulurkan lidahnya. Jika seorang bhikkhu, karena tidak hormat, makan dengan menjulurkan lidahnya, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah.

Tidak ada pelanggaran

Tidak ada pelanggaran: Jika itu tidak disengaja; jika ia tidak sadar; jika ia tidak mengetahui; jika ia sakit; jika ada bahaya; jika ia gila; jika ia adalah pelaku pertama.

Aturan latihan yang kesembilan selesai
Title: Sekhiya 50
Post by: Indra on 16 September 2022, 08:23:43 PM
Koleksi Theravāda tentang Hukum Monastik
Aturan Kebhikkhuan dan Analisisnya
Bab tentang Latihan
Sub-bab tentang Suapan
 
Sekhiya 50. Aturan Latihan tentang Mengunyah
 
Kisah Asal-mula

Pada suatu ketika Sang Buddha sedang menetap di Sāvatthī di Hutan Jeta, Vihara Anāthapiṇḍika. Pada saat itu para bhikkhu dari kelompok enam mengeluarkan bunyi kunyahan sewaktu makan. ...

Aturan akhir

"'Aku tidak akan mengeluarkan bunyi kunyahan sewaktu makan,' ini adalah bagaimana kalian harus berlatih."

Seseorang tidak boleh mengeluarkan bunyi kunyahan sewaktu makan. Jika seorang bhikkhu, karena tidak hormat, mengeluarkan bunyi kunyahan sewaktu makan, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah.

Tidak ada pelanggaran

Tidak ada pelanggaran: Jika itu tidak disengaja; jika ia tidak sadar; jika ia tidak mengetahui; jika ia sakit; jika ada bahaya; jika ia gila; jika ia adalah pelaku pertama.

Aturan latihan yang kesepuluh selesai

SUB-BAB KELIMA TENTANG SUAPAN SELESAI
Title: Sekhiya 51
Post by: Indra on 16 September 2022, 08:30:48 PM
Koleksi Theravāda tentang Hukum Monastik
Aturan Kebhikkhuan dan Analisisnya
Bab tentang Latihan
Sub-bab tentang Menyeruput
 
Sekhiya 51. Aturan Latihan tentang Menyeruput
 
Kisah Asal-mula

Pada suatu ketika Sang Buddha sedang menetap di Kosambī di Vihara Ghosita. Pada saat itu seorang brahmana telah mempersiapkan minuman susu untuk Sangha. Para bhikkhu meminum susu dengan mengeluarkan bunyi menyeruput. Seorang bhikkhu yang sebelumnya adalah seorang penghibur bergurau, dengan mengatakan, "Ini seolah-olah seluruh Sangha menjadi sejuk."

Para bhikkhu yang memiliki sedikit keinginan mengeluhkan dan mengkritiknya, "Bagaimana mungkin seorang bhikkhu bergurau tentang Sangha?" ... "Benarkah, bhikkhu, bahwa engkau melakukan hal ini?"

"Benar, Yang Mulia."

Sang Buddha menegurnya ... "Orang dungu, bagaimana mungkin engkau melakukan hal ini? Hal ini akan mempengaruhi keyakinan orang-orang ..." Setelah menegurnya ... Beliau membabarkan suatu ajaran dan berkata kepada para bhikkhu:

"Para bhikkhu, kalian tidak boleh bergurau tentang Sang Buddha, Dhamma, atau Sangha. Jika kalian melakukannya, maka kalian melakukan pelanggaran perbuatan salah."

Setelah menegur bhikkhu itu dalam berbagai cara, Sang Buddha mencela orang yang sulit disokong ... Sang Buddha berkata, "Dan, para bhikkhu, aturan latihan ini harus dibacakan sebagai berikut:

Aturan akhir

"'Aku tidak akan mengeluarkan bunyi menyeruput sewaktu makan,' ini adalah bagaimana kalian harus berlatih."

Seseorang tidak boleh mengeluarkan bunyi menyeruput sewaktu makan. Jika seorang bhikkhu, karena tidak hormat, mengeluarkan bunyi menyeruput sewaktu makan, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah.

Tidak ada pelanggaran

Tidak ada pelanggaran: Jika itu tidak disengaja; jika ia tidak sadar; jika ia tidak mengetahui; jika ia sakit; jika ada bahaya; jika ia gila; jika ia adalah pelaku pertama.

Aturan latihan yang pertama selesai
Title: Sekhiya 52
Post by: Indra on 16 September 2022, 08:31:10 PM
Koleksi Theravāda tentang Hukum Monastik
Aturan Kebhikkhuan dan Analisisnya
Bab tentang Latihan
Sub-bab tentang Menyeruput
 
Sekhiya 52. Aturan Latihan tentang menjilat Tangan
 
Kisah Asal-mula

Pada suatu ketika Sang Buddha sedang menetap di Sāvatthī di Hutan Jeta, Vihara Anāthapiṇḍika. Pada saat itu para bhikkhu dari kelompok enam menjilat tangan mereka sewaktu makan. ...

Aturan akhir

"'Aku tidak akan menjilat tanganku sewaktu makan,' ini adalah bagaimana kalian harus berlatih."

Seseorang tidak boleh menjilat tangannya sewaktu makan. Jika seorang bhikkhu, karena tidak hormat, menjilat tangannya sewaktu makan, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah.

Tidak ada pelanggaran

Tidak ada pelanggaran: Jika itu tidak disengaja; jika ia tidak sadar; jika ia tidak mengetahui; jika ia sakit; jika ada bahaya; jika ia gila; jika ia adalah pelaku pertama.

Aturan latihan yang kedua selesai
Title: Sekhiya 53
Post by: Indra on 16 September 2022, 08:31:36 PM
Koleksi Theravāda tentang Hukum Monastik
Aturan Kebhikkhuan dan Analisisnya
Bab tentang Latihan
Sub-bab tentang Menyeruput
 
Sekhiya 53. Aturan Latihan tentang menjilat Mangkuk
 
Kisah Asal-mula

Pada suatu ketika Sang Buddha sedang menetap di Sāvatthī di Hutan Jeta, Vihara Anāthapiṇḍika. Pada saat itu para bhikkhu dari kelompok enam menjilat mangkuk mereka sewaktu makan. ...

Aturan akhir

"'Aku tidak akan menjilat mangkukku sewaktu makan,' ini adalah bagaimana kalian harus berlatih."

Seseorang tidak boleh menjilat mangkuknya sewaktu makan. Jika seorang bhikkhu, karena tidak hormat, menjilat mangkuknya sewaktu makan, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah.

Tidak ada pelanggaran

Tidak ada pelanggaran: Jika itu tidak disengaja; jika ia tidak sadar; jika ia tidak mengetahui; jika ia sakit; jika hanya tersisa sedikit makanan dan ia memakannya setelah mengumpulkan di satu tempat dan kemudian menjilatnya; jika terjadi situasi darurat; jika ia gila; jika ia adalah pelaku pertama.

Aturan latihan yang ketiga selesai
Title: Sekhiya 54
Post by: Indra on 16 September 2022, 08:32:27 PM
Koleksi Theravāda tentang Hukum Monastik
Aturan Kebhikkhuan dan Analisisnya
Bab tentang Latihan
Sub-bab tentang Menyeruput
 
Sekhiya 54. Aturan Latihan tentang menjilat bibir
 
Kisah Asal-mula

Pada suatu ketika Sang Buddha sedang menetap di Sāvatthī di Hutan Jeta, Vihara Anāthapiṇḍika. Pada saat itu para bhikkhu dari kelompok enam menjilat bibir mereka sewaktu makan. ...

Aturan akhir

"'Aku tidak akan menjilat bibirku sewaktu makan,' ini adalah bagaimana kalian harus berlatih."

Seseorang tidak boleh menjilat bibirnya sewaktu makan. Jika seorang bhikkhu, karena tidak hormat, menjilat bibirnya sewaktu makan, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah.

Tidak ada pelanggaran

Tidak ada pelanggaran: Jika itu tidak disengaja; jika ia tidak sadar; jika ia tidak mengetahui; jika ia sakit; jika ada bahaya; jika ia gila; jika ia adalah pelaku pertama.

Aturan latihan yang keempat selesai
Title: Sekhiya 55
Post by: Indra on 16 September 2022, 08:33:23 PM
Koleksi Theravāda tentang Hukum Monastik
Aturan Kebhikkhuan dan Analisisnya
Bab tentang Latihan
Sub-bab tentang Menyeruput
 
Sekhiya 55. Aturan Latihan tentang dengan Makanan
 
Kisah Asal-mula

Pada suatu hari ketika Sang Buddha sedang menetap di negeri Bhagga di Susumāragira di Hutan Bhesakaḷā, para bhikkhu di rumah panggung Kokanada menerima cangkir air-minum dengan tangan yang kotor oleh makanan. Orang-orang mengeluhkan dan mengkritik mereka, "Bagaimana mungkin para monastik Sakya menerima cangkir air-minum dengan tangan yang kotor oleh makanan? Mereka persis seperti para perumah tangga yang menikmati kenikmatan duniawi!"

Para bhikkhu mendengar keluhan orang-orang itu, dan para bhikkhu yang memiliki sedikit keinginan mengeluhkan dan mengkritik para bhikkhu itu, "Bagaimana mungkin para bhikkhu itu melakukan hal ini?" ... "Benarkah, para bhikkhu, bahwa mereka melakukan hal ini?"

"Benar, Yang Mulia."

Sang Buddha menegur mereka ... "Bagaimana mungkin orang-orang dungu itu melakukan hal ini? Hal ini akan mempengaruhi keyakinan orang-orang ..." ... "Dan, para bhikkhu, aturan latihan ini harus dibacakan sebagai berikut:

Aturan akhir

"'Aku tidak akan menerima cangkir air-minum dengan tangan kotor oleh makanan,' ini adalah bagaimana kalian harus berlatih."

Seseorang tidak boleh menerima cangkir air-minum dengan tangan kotor oleh makanan. Jika seorang bhikkhu, karena tidak hormat, menerima cangkir air-minum dengan tangan kotor oleh makanan, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah.

Tidak ada pelanggaran

Tidak ada pelanggaran: Jika itu tidak disengaja; jika ia tidak sadar; jika ia tidak mengetahui; jika ia sakit; jika ia menerimanya dengan niat untuk mencuci tangan; jika terjadi situasi darurat; jika ia gila; jika ia adalah pelaku pertama.

Aturan latihan yang kelima selesai
Title: Sekhiya 56
Post by: Indra on 16 September 2022, 08:35:38 PM
Koleksi Theravāda tentang Hukum Monastik
Aturan Kebhikkhuan dan Analisisnya
Bab tentang Latihan
Sub-bab tentang Menyeruput
 
Sekhiya 56. Aturan Latihan tentang Mengandung Nasi
 
Kisah Asal-mula

Pada suatu ketika Sang Buddha sedang menetap di Snegeri Bhagga di Susumāragira di Hutan Bhessakaḷā, para bhikkhu di rumah panggung Kokanada membuang air mencuci mangkuk yang mengandung nasi di area berpenghuni. Orang-orang mengeluhkan dan mengkritik mereka, "Bagaimana mungkin para monastik Sakya membuang air mencuci mangkuk yang mengandung nasi di area berpenghuni? Mereka persis seperti para perumah tangga yang menikmati kenikmatan duniawi!"

Para bhikkhu mendengar keluhan orang-orang itu, dan para bhikkhu yang memiliki sedikit keinginan mengeluhkan dan mengkritik para bhikkhu itu, "Bagaimana mungkin para bhikkhu itu melakukan hal ini?" ... "Benarkah, para bhikkhu, bahwa mereka melakukan hal ini?"

"Benar, Yang Mulia."

Sang Buddha menegur mereka ... "Bagaimana mungkin orang-orang dungu itu melakukan hal ini? Hal ini akan mempengaruhi keyakinan orang-orang ..." ... "Dan, para bhikkhu, aturan latihan ini harus dibacakan sebagai berikut:

Aturan akhir

"'Aku tidak akan membuang air mencuci mangkuk yang mengandung nasi di area berpenghuni,' ini adalah bagaimana kalian harus berlatih."

Seseorang tidak boleh membuang air mencuci mangkuk yang mengandung nasi di area berpenghuni. Jika seorang bhikkhu, karena tidak hormat, membuang air mencuci mangkuk yang mengandung nasi di area berpenghuni, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah.

Tidak ada pelanggaran

Tidak ada pelanggaran: Jika itu tidak disengaja; jika ia tidak sadar; jika ia tidak mengetahui; jika ia sakit; jika ia membuangnya setelah menyingkirkan nasinya, setelah memisahkannya, kedalam suatu wadah, atau setelah membawanya keluar; jika terjadi situasi darurat; jika ia gila; jika ia adalah pelaku pertama.

Aturan latihan yang keenam selesai
Title: Sekhiya 57
Post by: Indra on 16 September 2022, 08:45:00 PM
Koleksi Theravāda tentang Hukum Monastik
Aturan Kebhikkhuan dan Analisisnya
Bab tentang Latihan
Sub-bab tentang Menyeruput
 
Sekhiya 57. Aturan Latihan tentang Memegang Penghalang Matahari
 
Kisah Asal-mula

Sub-kisah pertama

Pada suatu ketika Sang Buddha sedang menetap di negeri Bhagga di Susumāragira di Hutan Bhessakaḷā, di taman rusa. Pada saat itu para bhikkhu dari kelompok enam membabarkan ajaran kepada orang-orang yang memegang penghalang matahari.

Para bhikkhu yang memiliki sedikit keinginan mengeluhkan dan mengkritik para bhikkhu itu, "Bagaimana mungkin para bhikkhu dari kelompok enam membabarkan ajaran kepada orang-orang yang memegang penghalang matahari?" ... "Benarkah, para bhikkhu, bahwa kalian melakukan hal ini?"

"Benar, Yang Mulia."

Sang Buddha menegur mereka ... "Bagaimana mungkin orang-orang dungu itu melakukan hal ini? Hal ini akan mempengaruhi keyakinan orang-orang ..." ... "Dan, para bhikkhu, aturan latihan ini harus dibacakan sebagai berikut:

Aturan awal

"'Aku tidak akan membabarkan ajaran kepada siapa pun yang memegang penghalang matahari,' ini adalah bagaimana kalian harus berlatih."

Dengan cara inilah Sang Buddha menetapkan aturan latihan ini untuk para bhikkhu.

Sub-kisah kedua

Tidak lama kemudian, karena takut melakukan kesalahan, para bhikkhu tidak membabarkan ajaran kepada orang-orang sakit yang memegang penghalang matahari. Orang-orang mengeluhkan dan mengkritik mereka, "Bagaimana mungkin para monastik Sakya tidak membabarkan ajaran kepada seseorang yang sedang sakit yang memegang penghalang matahari?"

Para bhikkhu mendengar keluhan orang-orang itu, dan mereka memberitahu Sang Buddha. Segera setelah itu Sang Buddha membabarkan ajaran dan berkata kepada para bhikkhu: "Para bhikkhu, Aku memperbolehkan kalian untuk membabarkan ajaran kepada seorang yang sakit yang memegang penghalang matahari.

Dan, para bhikkhu, aturan latihan ini harus dibacakan sebagai berikut:

Aturan akhir

"'Aku tidak akan membabarkan ajaran kepada siapa pun yang memegang penghalang matahari yang tidak sakit,' ini adalah bagaimana kalian harus berlatih."

Definisi

Penghalang matahari:

Ada tiga jenis penghalang matahari: penghalang matahari berwarna putih, penghalang matahari dari buluh, penghalang matahari dari daun. Penghalang matahari ini diikat pada lingkarannya dan diikat pada rusuknya.

Ajaran:

Apa yang diucapkan oleh Sang Buddha, apa yang diucapkan oleh para siswa, apa yang diucapkan oleh para bijaksana, apa yang diucapkan oleh para dewa, apa yang berhubungan dengan apa yang bermanfaat, apa yang berhubungan dengan Ajaran.

Membabarkan:

Jika ia mengajarkan berdasarkan baris, maka untuk setiap barisnya ia melakukan satu pelanggaran perbuatan salah. Jika ia mengajarkan berdasarkan suku kata, maka untuk setiap suku katanya ia melakukan satu pelanggaran perbuatan salah.

Seseorang tidak boleh membabarkan ajaran kepada siapa pun yang memegang penghalang matahari yang tidak sakit. Jika seorang bhikkhu, karena tidak hormat, membabarkan ajaran kepada seseorang yang memegang penghalang matahari yang tidak sakit, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah.

Tidak ada pelanggaran

Tidak ada pelanggaran: Jika itu tidak disengaja; jika ia tidak sadar; jika ia tidak mengetahui; jika ia sakit; jika ada bahaya; jika ia gila; jika ia adalah pelaku pertama.

Aturan latihan yang ketujuh selesai
Title: Sekhiya 59
Post by: Indra on 16 September 2022, 09:12:04 PM
Koleksi Theravāda tentang Hukum Monastik
Aturan Kebhikkhuan dan Analisisnya
Bab tentang Latihan
Sub-bab tentang Menyeruput
 
Sekhiya 59. Aturan Latihan tentang Memegang Pisau
 
Kisah Asal-mula

Pada suatu ketika Sang Buddha sedang menetap di Sāvatthī di Hutan Jeta, Vihara Anāthapiṇḍika. Pada saat itu para bhikkhu dari kelompok enam membabarkan ajaran kepada orang-orang yang memegang pisau. ...

Aturan akhir

"'Aku tidak akan membabarkan ajaran kepada siapa pun yang memegang pisau yang tidak sakit,' ini adalah bagaimana kalian harus berlatih."

Definisi

Pisau:

Senjata bermata tunggal atau bermata ganda.

Seseorang tidak boleh membabarkan ajaran kepada siapa pun yang memegang pisau yang tidak sakit. Jika seorang bhikkhu, karena tidak hormat, membabarkan ajaran kepada seseorang yang memegang pisau yang tidak sakit, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah.

Tidak ada pelanggaran

Tidak ada pelanggaran: Jika itu tidak disengaja; jika ia tidak sadar; jika ia tidak mengetahui; jika ia sakit; jika ada bahaya; jika ia gila; jika ia adalah pelaku pertama.

Aturan latihan yang kesembilan selesai
Title: Sekhiya 60
Post by: Indra on 16 September 2022, 09:12:39 PM
Koleksi Theravāda tentang Hukum Monastik
Aturan Kebhikkhuan dan Analisisnya
Bab tentang Latihan
Sub-bab tentang Menyeruput
 
Sekhiya 60. Aturan Latihan tentang Memegang Senjata
 
Kisah Asal-mula

Pada suatu ketika Sang Buddha sedang menetap di Sāvatthī di Hutan Jeta, Vihara Anāthapiṇḍika. Pada saat itu para bhikkhu dari kelompok enam membabarkan ajaran kepada orang-orang yang memegang senjata. ...

Aturan akhir

"'Aku tidak akan membabarkan ajaran kepada siapa pun yang memegang senjata yang tidak sakit,' ini adalah bagaimana kalian harus berlatih."

Definisi

Senjata:

Segala jeni busur.

Seseorang tidak boleh membabarkan ajaran kepada siapa pun yang memegang senjata yang tidak sakit. Jika seorang bhikkhu, karena tidak hormat, membabarkan ajaran kepada seseorang yang memegang senjata yang tidak sakit, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah.

Tidak ada pelanggaran

Tidak ada pelanggaran: Jika itu tidak disengaja; jika ia tidak sadar; jika ia tidak mengetahui; jika ia sakit; jika ada bahaya; jika ia gila; jika ia adalah pelaku pertama.

Aturan latihan yang kesembilan selesai

SUB-BAB TENTANG MENYERUPUT SELESAI
Title: Sekhiya 61
Post by: Indra on 16 September 2022, 09:13:43 PM
Koleksi Theravāda tentang Hukum Monastik
Aturan Kebhikkhuan dan Analisisnya
Bab tentang Latihan
Sub-bab tentang Sepatu
 
Sekhiya 61. Aturan Latihan tentang Sepatu
 
Kisah Asal-mula

Pada suatu ketika Sang Buddha sedang menetap di Sāvatthī di Hutan Jeta, Vihara Anāthapiṇḍika. Pada saat itu para bhikkhu dari kelompok enam membabarkan ajaran kepada orang-orang yang memakai sepatu. ...

Aturan akhir

"'Aku tidak akan membabarkan ajaran kepada siapa pun yang memakai sepatu yang tidak sakit,' ini adalah bagaimana kalian harus berlatih."

Seseorang tidak boleh membabarkan ajaran kepada siapa pun yang memakai sepatu yang tidak sakit. Jika seorang bhikkhu, karena tidak hormat, membabarkan ajaran kepada seseorang yang tidak sakit dan yang berdiri di atas sepatu, yang sepatunya terikat, atau yang sepatunya terlepas, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah.

Tidak ada pelanggaran

Tidak ada pelanggaran: Jika itu tidak disengaja; jika ia tidak sadar; jika ia tidak mengetahui; jika ia sakit; jika ada bahaya; jika ia gila; jika ia adalah pelaku pertama.

Aturan latihan yang pertama selesai
Title: Sekhiya 62
Post by: Indra on 16 September 2022, 09:14:10 PM
Koleksi Theravāda tentang Hukum Monastik
Aturan Kebhikkhuan dan Analisisnya
Bab tentang Latihan
Sub-bab tentang Sepatu
 
Sekhiya 62. Aturan Latihan tentang Sandal
 
Kisah Asal-mula

Pada suatu ketika Sang Buddha sedang menetap di Sāvatthī di Hutan Jeta, Vihara Anāthapiṇḍika. Pada saat itu para bhikkhu dari kelompok enam membabarkan ajaran kepada orang-orang yang memakai sandal. ...

Aturan akhir

"'Aku tidak akan membabarkan ajaran kepada siapa pun yang memakai sandal yang tidak sakit,' ini adalah bagaimana kalian harus berlatih."

Seseorang tidak boleh membabarkan ajaran kepada siapa pun yang memakai sandal yang tidak sakit. Jika seorang bhikkhu, karena tidak hormat, membabarkan ajaran kepada seseorang yang tidak sakit dan yang berdiri di atas sandal, yang sandalnya terikat, atau yang sandalnya terlepas, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah.

Tidak ada pelanggaran

Tidak ada pelanggaran: Jika itu tidak disengaja; jika ia tidak sadar; jika ia tidak mengetahui; jika ia sakit; jika ada bahaya; jika ia gila; jika ia adalah pelaku pertama.

Aturan latihan yang kedua selesai
Title: Sekhiya 63
Post by: Indra on 16 September 2022, 09:15:01 PM
Koleksi Theravāda tentang Hukum Monastik
Aturan Kebhikkhuan dan Analisisnya
Bab tentang Latihan
Sub-bab tentang Sepatu
 
Sekhiya 63. Aturan Latihan tentang Kendaraan
 
Kisah Asal-mula

Pada suatu ketika Sang Buddha sedang menetap di Sāvatthī di Hutan Jeta, Vihara Anāthapiṇḍika. Pada saat itu para bhikkhu dari kelompok enam membabarkan ajaran kepada orang-orang yang berada di dalam kendaraan. ...

Aturan akhir

"'Aku tidak akan membabarkan ajaran kepada siapa pun yang berada di dalam kendaraan yang tidak sakit,' ini adalah bagaimana kalian harus berlatih."

Definisi:

Kendaraan:

Gerobak, kereta, pedati, tandu, joli.

Seseorang tidak boleh membabarkan ajaran kepada siapa pun yang berada di dalam kendaraan yang tidak sakit. Jika seorang bhikkhu, karena tidak hormat, membabarkan ajaran kepada seseorang yang berada di dalam kendaraan yang tidak sakit, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah.

Tidak ada pelanggaran

Tidak ada pelanggaran: Jika itu tidak disengaja; jika ia tidak sadar; jika ia tidak mengetahui; jika ia sakit; jika ada bahaya; jika ia gila; jika ia adalah pelaku pertama.

Aturan latihan yang ketiga selesai
Title: Sekhiya 64
Post by: Indra on 16 September 2022, 09:15:25 PM
Koleksi Theravāda tentang Hukum Monastik
Aturan Kebhikkhuan dan Analisisnya
Bab tentang Latihan
Sub-bab tentang Sepatu
 
Sekhiya 64. Aturan Latihan tentang Berbaring
 
Kisah Asal-mula

Pada suatu ketika Sang Buddha sedang menetap di Sāvatthī di Hutan Jeta, Vihara Anāthapiṇḍika. Pada saat itu para bhikkhu dari kelompok enam membabarkan ajaran kepada orang-orang yang sedang berbaring. ...

Aturan akhir

"'Aku tidak akan membabarkan ajaran kepada siapa pun yang sedang berbaring yang tidak sakit,' ini adalah bagaimana kalian harus berlatih."

Seseorang tidak boleh membabarkan ajaran kepada siapa pun yang sedang berbaring yang tidak sakit. Jika seorang bhikkhu, karena tidak hormat, membabarkan ajaran kepada seseorang yang sedang berbaring yang tidak sakit, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah.

Tidak ada pelanggaran

Tidak ada pelanggaran: Jika itu tidak disengaja; jika ia tidak sadar; jika ia tidak mengetahui; jika ia sakit; jika ada bahaya; jika ia gila; jika ia adalah pelaku pertama.

Aturan latihan yang keempat selesai
Title: Sekhiya 65
Post by: Indra on 16 September 2022, 09:15:48 PM
Koleksi Theravāda tentang Hukum Monastik
Aturan Kebhikkhuan dan Analisisnya
Bab tentang Latihan
Sub-bab tentang Sepatu
 
Sekhiya 65. Aturan Latihan tentang Memeluk Lutut
 
Kisah Asal-mula

Pada suatu ketika Sang Buddha sedang menetap di Sāvatthī di Hutan Jeta, Vihara Anāthapiṇḍika. Pada saat itu para bhikkhu dari kelompok enam membabarkan ajaran kepada orang-orang yang duduk memeluk lutut. ...

Aturan akhir

"'Aku tidak akan membabarkan ajaran kepada siapa pun yang duduk memeluk lutut dan yang tidak sakit,' ini adalah bagaimana kalian harus berlatih."

Seseorang tidak boleh membabarkan ajaran kepada siapa pun yang duduk memeluk lutut dan yang tidak sakit. Jika seorang bhikkhu, karena tidak hormat, membabarkan ajaran kepada seseorang yang memeluk lutut dengan tangan mereka atau dengan kain dan yang tidak sakit, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah.

Tidak ada pelanggaran

Tidak ada pelanggaran: Jika itu tidak disengaja; jika ia tidak sadar; jika ia tidak mengetahui; jika ia sakit; jika ada bahaya; jika ia gila; jika ia adalah pelaku pertama.

Aturan latihan yang kelima selesai
Title: Sekhiya 66
Post by: Indra on 16 September 2022, 09:16:09 PM
Koleksi Theravāda tentang Hukum Monastik
Aturan Kebhikkhuan dan Analisisnya
Bab tentang Latihan
Sub-bab tentang Sepatu
 
Sekhiya 66. Aturan Latihan tentang Hiasan Kepala
 
Kisah Asal-mula

Pada suatu ketika Sang Buddha sedang menetap di Sāvatthī di Hutan Jeta, Vihara Anāthapiṇḍika. Pada saat itu para bhikkhu dari kelompok enam membabarkan ajaran kepada orang-orang yang memakai hiasan kepala. ...

Aturan akhir

"'Aku tidak akan membabarkan ajaran kepada siapa pun yang memakai hiasan kepala yang tidak sakit,' ini adalah bagaimana kalian harus berlatih."

Definisi

Hiasan kepala:

Jika ujung rambut tidak terlihat maka itu adalah hiasan kepala.

Seseorang tidak boleh membabarkan ajaran kepada siapa pun yang memakai hiasan kepala yang tidak sakit. Jika seorang bhikkhu, karena tidak hormat, membabarkan ajaran kepada seseorang yang memakai hiasan kepala yang tidak sakit, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah.

Tidak ada pelanggaran

Tidak ada pelanggaran: Jika itu tidak disengaja; jika ia tidak sadar; jika ia tidak mengetahui; jika ia sakit; jika ia mengajarkan orang setelah menyuruhnya membuka ujung rambutnya; jika terjadi situasi darurat; jika ia gila; jika ia adalah pelaku pertama.

Aturan latihan yang keenam selesai
Title: Sekhiya 67
Post by: Indra on 16 September 2022, 09:16:36 PM
Koleksi Theravāda tentang Hukum Monastik
Aturan Kebhikkhuan dan Analisisnya
Bab tentang Latihan
Sub-bab tentang Sepatu
 
Sekhiya 67. Aturan Latihan tentang Kepala Tertutup
 
Kisah Asal-mula

Pada suatu ketika Sang Buddha sedang menetap di Sāvatthī di Hutan Jeta, Vihara Anāthapiṇḍika. Pada saat itu para bhikkhu dari kelompok enam membabarkan ajaran kepada orang-orang dengan kepala tertutup. ...

Aturan akhir

"'Aku tidak akan membabarkan ajaran kepada siapa pun dengan kepala tertutup yang tidak sakit,' ini adalah bagaimana kalian harus berlatih."

Definisi

Dengan kepala tertutup:

Yang dimaksudkan adalah jubah atas yang juga menutupi kepala.

Seseorang tidak boleh membabarkan ajaran kepada siapa pun dengan kepala tertutup yang tidak sakit. Jika seorang bhikkhu, karena tidak hormat, membabarkan ajaran kepada seseorang dengan kepala tertutup yang tidak sakit, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah.

Tidak ada pelanggaran

Tidak ada pelanggaran: Jika itu tidak disengaja; jika ia tidak sadar; jika ia tidak mengetahui; jika ia sakit; jika ia mengajarkan orang setelah menyuruhnya membuka kepalanya; jika terjadi situasi darurat; jika ia gila; jika ia adalah pelaku pertama.

Aturan latihan yang ketujuh selesai

Title: Sekhiya 68
Post by: Indra on 16 September 2022, 09:17:15 PM
Koleksi Theravāda tentang Hukum Monastik
Aturan Kebhikkhuan dan Analisisnya
Bab tentang Latihan
Sub-bab tentang Sepatu
 
Sekhiya 68. Aturan Latihan tentang di atas Tanah
 
Kisah Asal-mula

Pada suatu ketika Sang Buddha sedang menetap di Sāvatthī di Hutan Jeta, Vihara Anāthapiṇḍika. Pada saat itu para bhikkhu dari kelompok enam sambil duduk di atas tanah membabarkan ajaran kepada orang-orang yang duduk di atas tempat duduk. ...

Aturan akhir

"'Aku tidak akan membabarkan ajaran sambil duduk di atas tanah kepada siapa pun yang duduk di atas tempat duduk yang tidak sakit,' ini adalah bagaimana kalian harus berlatih."

Seseorang tidak boleh membabarkan ajaran sambil duduk di atas tanah kepada siapa pun yang duduk di atas tempat duduk yang tidak sakit. Jika seorang bhikkhu, karena tidak hormat, membabarkan ajaran sambil duduk di atas tanah kepada seseorang yang duduk di atas tempat duduk yang tidak sakit, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah.

Tidak ada pelanggaran

Tidak ada pelanggaran: Jika itu tidak disengaja; jika ia tidak sadar; jika ia tidak mengetahui; jika ia sakit; jika ada bahaya; jika ia gila; jika ia adalah pelaku pertama.

Aturan latihan yang kedelapan selesai
Title: Sekhiya 69
Post by: Indra on 16 September 2022, 09:18:08 PM
Koleksi Theravāda tentang Hukum Monastik
Aturan Kebhikkhuan dan Analisisnya
Bab tentang Latihan
Sub-bab tentang Sepatu
 
Sekhiya 69. Aturan Latihan tentang tempat duduk yang rendah
 
Kisah Asal-mula

Pada suatu ketika Sang Buddha sedang menetap di Sāvatthī di Hutan Jeta, Vihara Anāthapiṇḍika. Pada saat itu para bhikkhu dari kelompok enam sambil duduk di atas tempat duduk yang rendah membabarkan ajaran kepada orang-orang yang duduk di atas tempat duduk yang tinggi.

Para bhikkhu yang memiliki sedikit keinginan mengeluhkan dan mengkritik mereka, "Bagaimana mungkin para bhikkhu dari kelompok enam duduk di atas tempat duduk yang rendah sambil membabarkan ajaran kepada orang-orang yang duduk di atas tempat duduk yang tinggi?" ... "Benarkah, para bhikkhu, bahwa kalian melakukan hal ini?"

"Benar, Yang Mulia."

Sang Buddha menegur mereka ... "Orang-orang dungu, bagaimana mungkin kalian melakukan hal ini? Hal ini akan mempengaruhi keyakinan orang-orang ..." Setelah menegur mereka ... Sang Buddha membabarkan ajaran dan berkata kepada para bhikkhu:

Jataka

"Pada suatu ketika di Bārāṇasī, para bhikkhu, ada seorang laki-laki berkasta rendah yang istrinya hamil. Si istri berkata kepadanya, "Aku hamil, aku mengidam mangga.'

'Tetapi tidak ada mangga. Ini bukan musimnya.'

'Jika aku tidak mendapatkan mangga, maka aku akan mati.'

Pada masa itu raja memiliki pohon mangga yang selalu berbuah. Laki-laki berkasta rendah itu mendatangi pohon mangga itu, memanjatnya, dan bersembunyi. Saat itu raja dan brahmana penasihat mendatangi pohon mangga yang sama. Di sana raja duduk di tempat duduk yang tinggi sambil mempelajari Veda. Laki-laki berkasta rendah itu berpikir, 'Betapa kelirunya raja ini, karena ia duduk di tempat duduk tinggi sambil mempelajari Veda. Dan brahmana itu juga keliru, karena ia duduk di tempat duduk rendah sambil mengajarkan Veda kepada seorang yang duduk di tempat duduk tinggi. Dan aku juga keliru, karena aku mencuri mangga dari raja karena seorang perempuan. Semua ini sungguh rendah!' dan ia terjatuh dari pohon itu.

Laki-laki berkasta rendah berkata:
'Tidak memahami apa yang baik,
Tidak melihat Kebenaran:
Ia bukanlah seorang yang mengajarkan Veda,
Juga ia bukanlah seorang yang belajar dengan tidak benar.'

Sang brahmana menjawab:
'Aku memakan nasi terbaik,
Dengan kari daging murni:
Oleh karena itu maka aku tidak mempraktikkan Ajaran,
Ajaran yang dipuji oleh Para Mulia.'

Laki-laki berkasta rendah berkata:
Memperoleh kekayaan adalah kutukan,
Dan memperoleh kemasyhuran juga, brahmana;
Hal-hal ini datang bersama dengan kelahiran kembali yang rendah,
Atau dengan perilaku keliru.
'Tinggalkanlah keduniawian, brahmana agung,
Makhkluk-makhluk lain akan memasak;
Jangan melawan Ajaran,
Karena engkau akan pecah bagaikan kendi.'

Bahkan pada waktu itu, para bhikkhu, aku tidak senang karena seseorang mengajarkan Veda sambil duduk di tempat duduk rendah kepada seseorang yang duduk di tempat duduk tinggi. Bagaimana mungkin sekarang bisa tidak tidak-menyenangkan? Hal ini akan mempengaruhi keyakinan orang-orang ..." ... "Dan, para bhikkhu, aturan latihan ini harus dibacakan sebagai berikut:

Aturan akhir

"'Aku tidak akan membabarkan ajaran sambil duduk di atas tempat duduk rendah kepada siapa pun yang duduk di atas tempat duduk tinggi yang tidak sakit,' ini adalah bagaimana kalian harus berlatih."

Seseorang tidak boleh membabarkan ajaran sambil duduk di atas tempat duduk rendah kepada siapa pun yang duduk di atas tempat duduk tinggi yang tidak sakit. Jika seorang bhikkhu, karena tidak hormat, membabarkan ajaran sambil duduk di atas tempat duduk rendah kepada seseorang yang duduk di atas tempat duduk tinggi yang tidak sakit, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah.

Tidak ada pelanggaran

Tidak ada pelanggaran: Jika itu tidak disengaja; jika ia tidak sadar; jika ia tidak mengetahui; jika ia sakit; jika ada bahaya; jika ia gila; jika ia adalah pelaku pertama.

Aturan latihan yang kesembilan selesai
Title: Sekhiya 70
Post by: Indra on 16 September 2022, 09:19:51 PM
Koleksi Theravāda tentang Hukum Monastik
Aturan Kebhikkhuan dan Analisisnya
Bab tentang Latihan
Sub-bab tentang Sepatu
 
Sekhiya 70. Aturan Latihan tentang Berdiri
 
Kisah Asal-mula

Pada suatu ketika Sang Buddha sedang menetap di Sāvatthī di Hutan Jeta, Vihara Anāthapiṇḍika. Pada saat itu para bhikkhu dari kelompok enam sedang berdiri sambil membabarkan ajaran kepada orang-orang yang sedang duduk. ...

Aturan akhir

"'Aku tidak akan membabarkan ajaran sambil berdiri kepada siapa pun yang duduk yang tidak sakit,' ini adalah bagaimana kalian harus berlatih."

Seseorang tidak boleh membabarkan ajaran sambil berdiri kepada siapa pun yang duduk yang tidak sakit. Jika seorang bhikkhu, karena tidak hormat, membabarkan ajaran sambil berdiri kepada seseorang yang duduk yang tidak sakit, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah.

Tidak ada pelanggaran

Tidak ada pelanggaran: Jika itu tidak disengaja; jika ia tidak sadar; jika ia tidak mengetahui; jika ia sakit; jika ada bahaya; jika ia gila; jika ia adalah pelaku pertama.

Aturan latihan yang kesepuluh selesai

Title: Sekhiya 71
Post by: Indra on 16 September 2022, 09:20:13 PM
Koleksi Theravāda tentang Hukum Monastik
Aturan Kebhikkhuan dan Analisisnya
Bab tentang Latihan
Sub-bab tentang Sepatu
 
Sekhiya 71. Aturan Latihan tentang Berjalan di Belakang
 
Kisah Asal-mula

Pada suatu ketika Sang Buddha sedang menetap di Sāvatthī di Hutan Jeta, Vihara Anāthapiṇḍika. Pada saat itu para bhikkhu dari kelompok enam sedang berjalan di belakang sambil membabarkan ajaran kepada orang-orang yang berjalan di depan. ...

Aturan akhir

"'Aku tidak akan membabarkan ajaran sambil berjalan di belakang kepada siapa pun yang berjalan di depan yang tidak sakit,' ini adalah bagaimana kalian harus berlatih."

Seseorang tidak boleh membabarkan ajaran sambil berjalan di belakang kepada siapa pun yang berjalan di depan yang tidak sakit. Jika seorang bhikkhu, karena tidak hormat, membabarkan ajaran sambil berjalan di belakang kepada seseorang yang berjalan di depan yang tidak sakit, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah.

Tidak ada pelanggaran

Tidak ada pelanggaran: Jika itu tidak disengaja; jika ia tidak sadar; jika ia tidak mengetahui; jika ia sakit; jika ada bahaya; jika ia gila; jika ia adalah pelaku pertama.

Aturan latihan yang kesebelas selesai
Title: Sekhiya 72
Post by: Indra on 16 September 2022, 09:21:58 PM
Koleksi Theravāda tentang Hukum Monastik
Aturan Kebhikkhuan dan Analisisnya
Bab tentang Latihan
Sub-bab tentang Sepatu
 
Sekhiya 72. Aturan Latihan tentang Berjalan di Luar Jalur
 
Kisah Asal-mula

Pada suatu ketika Sang Buddha sedang menetap di Sāvatthī di Hutan Jeta, Vihara Anāthapiṇḍika. Pada saat itu para bhikkhu dari kelompok enam sedang berjalan di luar jalur sambil membabarkan ajaran kepada orang-orang yang berjalan di atas jalur. ...

Aturan akhir

"'Aku tidak akan membabarkan ajaran sambil berjalan di luar jalur kepada siapa pun yang berjalan di atas jalur yang tidak sakit,' ini adalah bagaimana kalian harus berlatih."

Seseorang tidak boleh membabarkan ajaran sambil berjalan di luar jalur kepada siapa pun yang berjalan di atas jalur yang tidak sakit. Jika seorang bhikkhu, karena tidak hormat, membabarkan ajaran sambil berjalan di luar jalur kepada seseorang yang berjalan di atas jalur yang tidak sakit, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah.

Tidak ada pelanggaran

Tidak ada pelanggaran: Jika itu tidak disengaja; jika ia tidak sadar; jika ia tidak mengetahui; jika ia sakit; jika ada bahaya; jika ia gila; jika ia adalah pelaku pertama.

Aturan latihan yang kedua belas selesai
Title: Sekhiya 73
Post by: Indra on 16 September 2022, 09:22:59 PM
Koleksi Theravāda tentang Hukum Monastik
Aturan Kebhikkhuan dan Analisisnya
Bab tentang Latihan
Sub-bab tentang Sepatu
 
Sekhiya 73. Aturan Latihan tentang Buang Air Sambil Berdiri
 
Kisah Asal-mula

Pada suatu ketika Sang Buddha sedang menetap di Sāvatthī di Hutan Jeta, Vihara Anāthapiṇḍika. Pada saat itu para bhikkhu dari kelompok enam sedang buang air besar dan buang air kecil sambil berdiri. ...

Aturan akhir

"'Aku tidak akan buang air besar atau buang air kecil sambil berdiri,' ini adalah bagaimana kalian harus berlatih."

Jika seseorang tidak sakit, maka ia tidak boleh buang air besar atau buang air kecil sambil berdiri. Jika, karena tidak hormat, seorang bhikkhu yang tidak sakit buang air besar atau buang air kecil sambil berdiri, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah.

Tidak ada pelanggaran

Tidak ada pelanggaran: Jika itu tidak disengaja; jika ia tidak sadar; jika ia tidak mengetahui; jika ia sakit; jika ada bahaya; jika ia gila; jika ia adalah pelaku pertama.

Aturan latihan yang ketiga belas selesai
Title: Sekhiya 74
Post by: Indra on 16 September 2022, 09:37:40 PM
Koleksi Theravāda tentang Hukum Monastik
Aturan Kebhikkhuan dan Analisisnya
Bab tentang Latihan
Sub-bab tentang Sepatu
 
Sekhiya 74. Aturan Latihan tentang Buang Air pada Tumbuhan Budidaya
 
Kisah Asal-mula

Pada suatu ketika Sang Buddha sedang menetap di Sāvatthī di Hutan Jeta, Vihara Anāthapiṇḍika. Pada saat itu para bhikkhu dari kelompok enam sedang buang air besar, buang air kecil, dan meludah pada tumbuhan budidaya. ...

Aturan akhir

"'Ketika tidak sakit, aku tidak akan buang air besar, buang air kecil, atau meludah pada tumbuhan budidaya,' ini adalah bagaimana kalian harus berlatih."

Jika seseorang tidak sakit, maka ia tidak boleh buang air besar, buang air kecil, atau meludah pada tumbuhan budidaya. Jika, karena tidak hormat, seorang bhikkhu yang tidak sakit buang air besar, buang air kecil, atau meludah pada tumbuhan budidaya, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah.

Tidak ada pelanggaran

Tidak ada pelanggaran: Jika itu tidak disengaja; jika ia tidak sadar; jika ia tidak mengetahui; jika ia sakit; jika ia melakukannya di tempat di mana tidak terdapat tumbuhan budidaya, tetapi kemudian mengalir kepada tumbuhan budidaya; jika terjadi situasi darurat; jika ia gila; jika ia adalah pelaku pertama.

Aturan latihan yang keempat belas selesai
Title: Sekhiya 75
Post by: Indra on 16 September 2022, 09:38:07 PM
Koleksi Theravāda tentang Hukum Monastik
Aturan Kebhikkhuan dan Analisisnya
Bab tentang Latihan
Sub-bab tentang Sepatu
 
Sekhiya 75. Aturan Latihan tentang Buang Air Besar di Air
 
Kisah Asal-mula

Sub-kisah pertama

Pada suatu ketika Sang Buddha sedang menetap di Sāvatthī di Hutan Jeta, Vihara Anāthapiṇḍika. Pada saat itu para bhikkhu dari kelompok enam sedang buang air besar, buang air kecil, dan meludah di air. Orang-orang mengeluhkan dan mengkritik mereka, "Bagaimana mungkin para monastik Sakya buang air besar, buang air kecil, dan meludah di air? Mereka persis seperti para perumah tangga yang menikmati kenikmatan duniawi!"

Para bhikkhu mendengar keluhan orang-orang itu, dan para bhikkhu yang memiliki sedikit keinginan mengeluhkan dan mengkritik mereka, "Bagaimana mungkin para bhikkhu dari kelompok enam melakukan hal ini?" ... "Benarkah, para bhikkhu, bahwa kalian melakukan hal ini?"

"Benar, Yang Mulia."

Sang Buddha menegur mereka ... "Orang-orang dungu, bagaimana mungkin kalian melakukan hal ini? Hal ini akan mempengaruhi keyakinan orang-orang ..." ... "Dan, para bhikkhu, aturan latihan ini harus dibacakan sebagai berikut:

Aturan awal

"'Aku tidak akan buang air besar, buang air kecil, atau meludah di air," ini adalah bagaimana kalian harus berlatih.'"

Dengan cara inilah Sang Buddha menetapkan aturan latihan ini untuk para bhikkhu.

Sub-kisah kedua

Tidak lama kemudian, karena takut melakukan kesalahan, para bhikkhu yang sakit tidak buang air besar, buang air kecil, atau meludah di air. Mereka memberitahu Sang Buddha. Segera setelah itu Sang Buddha membabarkan suatu ajaran dan berkata kepada para bhikkhu: "Para bhikkhu, Aku memperbolehkan seorang bhikkhu yang sakit untuk buang air besar, buang air kecil, atau meludah di air.

Dan para bhikkhu, aturan latihan ini harus dibacakan sebagai berikut:

Aturan akhir

"'Ketika tidak sakit, aku tidak akan buang air besar, buang air kecil, atau meludah di air," ini adalah bagaimana kalian harus berlatih.'"

Jika seseorang tidak sakit, maka ia tidak boleh buang air besar, buang air kecil, atau meludah di air. Jika, karena tidak hormat, seorang bhikkhu yang tidak sakit buang air besar, buang air kecil, atau meludah di air, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah.

Tidak ada pelanggaran

Tidak ada pelanggaran: Jika itu tidak disengaja; jika ia tidak sadar; jika ia tidak mengetahui; jika ia sakit; jika ia melakukannya di tanah yang kering, tetapi kemudian mengalir ke air; jika terjadi situasi darurat; jika ia gila; jika ia kehilangan akal sehat; jika ia dikuasai kesakitan; jika ia adalah pelaku pertama.

Aturan latihan yang kelima belas selesai

SUB-BAB KETUJUH TENTANG SEPATU SELESAI

"Para Mulia, aturan-aturan yang harus dilatih telah dibacakan. Sehubungan dengan hal ini aku bertanya kepada kalian, "Apakah kalian murni dalam hal ini?' Untuk kedua kalinya aku bertanya, 'Apakah kalian murni dalam hal ini?' Untuk ketiga kalinya aku bertanya, 'Apakah kalian murni dalam hal ini?' Kalian murni dalam hal ini dan oleh karena itu kalian berdiam diri. Aku akan mengingatnya demikian."

Aturan-aturan yang harus dilatih selesai

BAB TENTANG LATIHAN SELESAI
Title: Adhikaraṇasamatha 1-7
Post by: Indra on 17 September 2022, 10:29:20 AM
Koleksi Theravāda tentang Hukum Monastik
Aturan Kebhikkhuan dan Analisisnya

Adhikaraṇasamatha 1-7

PENYELESAIAN PERSOALAN-PERSOALAN HUKUM

Para Mulia, tujuh prinsip penyelesaian persoalan-persoalan hukum ini akan dibacakan.

"Untuk menyelesaikan dan memutuskan persoalan-persoalan hukum kapan pun munculnya terdapat:
Resolusi tatap-muka diterapkan;
Resolusi melalui pengingatan diberikan;
Resolusi karena ketidak-warasan masa lalu diberikan;
Bertindak menurut apa yang telah diakui;
Keputusan mayoritas;
Hukuman lebih jauh;
Menutupi seolah-olah dengan rumput.
Para Mulia, ketujuh prinsip untuk menyelesaikan persoalan-persoalan hukum ini telah dibacakan. Sehubungan dengan hal ini aku bertanya kepada kalian, 'Apakah kalian murni dalam hal ini?' Untuk kedua kalinya aku bertanya, 'Apakah kalian murni dalam hal ini?' Untuk ketiga kalinya aku bertanya, 'Apakah kalian murni dalam hal ini?' Kalian murni dalam hal ini dan oleh karena itu kalian berdiam diri. Aku akan mengingatnya demikian."

Ketujuh prinsip penyelesaian persoalan-persoalan hukum selesai.

"Para Mulia, pendahuluan telah dibacakan; empat aturan tentang pengusiran telah dibacakan; tiga belas aturan tentang penskorsan telah dibacakan; dua aturan yang tidak ditentukan telah dibacakan; tiga puluh aturan tentang pelepasan dan pengakuan telah dibacakan; sembilan puluh dua aturan tentang penebusan telah dibacakan; empat aturan tentang pengakuan telah dibacakan; aturan-aturan yang harus dilatih telah dibacakan; tujuh prinsip untuk menyelesaikan persoalan-persoalan hukum telah dibacakan. Sebanyak ini telah diturunkan dan termasuk dalam Kode Monastik Sang Buddha dan untuk dibacakan setiap setengah bulan. Sehubungan dengan ini semua orang harus berlatih dalam kesatuan, dalam kerukunan, tanpa perselisihan."ATURAN-ATURAN PARA BHIKKHU DAN ANALISISNYA SELESAI
Title: Re: Vinaya Pitaka - Bhikkhu Vibhaṅga
Post by: Indra on 17 September 2022, 10:29:44 AM
 _/\_ _/\_ _/\_