Bhagavan, ada berapa kelompok (samgraha) pemurnian (visuddhi) yang dibedakan (prabheda) dalam melampaui? "
Avalokiteśvara ,Saya tidak menguraikan kemurnian dari melampaui yang lain diluar dari kelima aspek ini [bebas dari kemelekatan (asaṇgatvāt) , bebas dari pemuliaan (anapekṣatvāt) , bebas dari cacat (niravadyatvāt), bebas dari konseptual (nirvipalkapatvāt) akumulasi dan transfer kebajikan ( pariṇāmatvāt).]. Namun, berdasarkan kelima aspek ini , saya akan menguraikan kepada anda mengenai aspek ini secara umum dan spesifik
Avalokiteśvara , secara umum , aspek pemurnian dari melampaui (pāramitā) terdiri dari tujuh , yakni : [ pertama] Bodhisattva tidak perlu lagi memyelidiki [mencari ] (aparyeṣaṇā) doktrin lain diluar dari doktrin ini [ kedua] Bodhisattva tidak memahami dengan erat (abhiniviś) dalam pengamatan mendalam terhadap doktrin ini [ ketiga] mereka tidak ragu (vicitkisa) , bimbang (avadarana) ataupun berpersepsi bertentangan (vimati) dengan latihan yang sedang dijalankan yang akan membawa mereka untuk mencapai penggugahan (bodhi) [keempat] mereka tidak memuji diri mereka sendiri ( anatmotkarsa) mereka juga tidak mencela atau menghina orang lain (aparapamsaka) (parabhava) [ kelima] mereka tidak bangga (darpa) dan tidak bertindak non-consci- entiousl (pramada) ;[ keenam] mereka tidak puas hanya dengan [pencapaian] kecil dan rendah ( kim cin matrena netaretaramatrena samtustih [ ketujuh] mereka tidak kikir dengan ajaran, atau iri (irsya) pada orang lain.
Avalokiteśvara , secara spesifik , aspek pemurnian dalam masing masing melampaui (pāramitā) terdiri dari tujuh yakni :
Dalam melatih diri dengan pemberian melampaui (dānapāramitā), seorang Bodhisattva seharusnya melatih diri untuk tujuh aspek pemurnian ini. Dia memberikan melalui [pertama] kemurnian dari pemberian (dānaviśuddhi), [ kedua] kemurnian dari moralitas [ ketiga] kemurnian dari pengamatan [ keempat] kemurnian dari kesadaran (cittaviśuddhi) [ kelima] kemurnian dari ucapan (vagviśuddhi ) [ keenam] kemurnian dari pengetahuan (jnanaviśuddhi ) [ ketujuh] kemurnian dari manfaat ketidakmurnian (mala viśuddhi) Ini adalah ketujuh aspek pemurnian pemberian(dānaviśuddhi)
Dalam melatih diri dengan daya tahan melampaui (śīla pāramitā), seorang Bodhisattva seharusnya melatih diri untuk tujuh aspek pemurnian ini. [pertama] dia mengetahui apa yang harus dipelajari mengenai moralitas [ kedua] dia mengetahui bagaimana mengakui ketidaksesuai dalam kode etik moralitas. [ ketiga] dia menjalankan moralitas dengan hormat [ keempat] dia menjalankan moralitas dengan tegas [ kelima] dia menjalankan moralitas tanpa cacat [ keenam] dia menjalankan moralitas tanpa terputus [ ketujuh] dia mempelajari semua aspek dari moralitas Ini adalah ketujuh aspek pemurnian daya tahan .
Dalam melatih diri dengan daya tahan melampaui (kṣānti pāramitā), seorang Bodhisattva seharusnya melatih diri untuk tujuh aspek pemurnian ini. [pertama] dia memiliki keyakinan yang kuat terhadap akibat dari tindakan mereka sendiri , dia tidak marah pada fenomena yang tidak menyenangkan yang terjadi pada dirinya sendiri. [kedua] dia tidak melampiaskan kemarahannya , memarahi , memukul , mengancam ataupun memanipulasi orang lain melainkan memberikan manfaat [keuntungan] kepada orang lain. [ketiga] dia tidak menyimpan dendam [keempat] dia menerima nasehat [teguran] dari orang lain dan tidak melakukan perbuatan yang tidak menyenangkan kepada yang memberikan nasehat [ teguran] [kelima] dia meminta maaf walaupun sebelum dia disalahkan. [keenam] dia tahan terhadap penderitaan , tidak mengenal takut ataupun memberikan cinta kasih yang tidak murni [ kepada orang lain] [ketujuh] dia memberikan derma tanpa motivasi yang tersembunyi. Ini adalah ketujuh aspek pemurnian daya tahan .
Dalam melatih diri dengan usaha melampaui (vīrya pāramitā), seorang Bodhisattva seharusnya melatih diri untuk tujuh aspek pemurnian ini. [ pertama] dia telah memiliki pemahaman sempurna terhadap semua ekuanimitas dari usaha. [ kedua] dia tidak pernah memuji diri sendiri ataupun mencela orang lain [ ketiga] dia memiliki usaha yang sangat kuat [ keempat] dia memiliki usaha yang sangat gigih [ kelima] dia memiliki usaha yang tidak mengenal ketakutan [ keenam] dia memiliki usaha yang sangat solid dan tegas [ ketujuh] dia tidak pernah meninggalkan aspirasi dalam melakukan kualitas kebajikan . Ini adalah ketujuh aspek pemurnian usaha
Dalam melatih diri dengan meditasi melampaui (dhyāna-pāramitā), seorang Bodhisattva seharusnya melatih diri untuk tujuh aspek pemurnian ini. Dia melatih meditasi untuk [pertama] mencapi sarnadhi melalui penetrasi nimitta dari semua fenonema ( nimittasupariksakasamadhi) [ kedua] untuk mencapai samadhi melalui berdiam dalam realitas demikian apa adanya ( paripurnasamadhi) [ketiga] untuk mencapai samadhi melalui pemahaman dari realitas konvensional dan realitas tertinggi (ubhayato bhagasamadhi) [keempat] utuk mencapai samadhi melalui aspirasi (vegapravrttisamadhi) [kelima] untuk mencapai samadhi tanpa bersandar pada apapun [ keenam] untuk mencapai samaadhi melalui vipaysana (niradhisthanasamadhi) [ ketujuh] untuk mencapai samadhi yang tidak terkirakan denganmendengarkan dan merenungkan uraian (suparyavadatasamadhi) yang ada pada doktrin bodhisattva (bodhisattvapitaka) . Ini adalah ketujuh aspek pemurnian meditasi.
Dalam melatih diri dengan kebijaksanaan melampaui (prajñā-pāramitā), seorang Bodhisattva seharusnya melatih diri untuk tujuh aspek pemurnian ini. [pertama] dia melampaui [ persepsi terhadap] dua pandangan ekstrim [ eksistensi dan ketiadaan eksistensi ] dan menempuh jalan tengah(madyama pratipad) yang dinamakan sebagai kebijaksanaan. [kedua] dengan kebijaksanaan ini , dia memahami dengan sempurna makna dari ketiga pintu pembebasan (trinivimoksamukhani) yang terdiri dari kekosongan (sunyata) , ketidakhadiran nimitta (animitta) dan tanpa usaha [ daya] ( apranihita) , [ ketiga] dia memahami dengan sempurna tiga intrinstik dari fenomena yakni : intrinsitik imajiner (parikalpitasvabhava), intrinsitik ketergantungan yang lain (paratantrasvabhava) dan instrinsitik mapan dengan sempurna (pariniṣpannasvabhava) [keempat] dia memahami dengan sempurna ketidakhadiran eksisistensi individual[ diri] (nihsvabhavata) semua fenomena [kelima] dia memahami dengan sempurna makna dari realitas konvensional(samvrti) yang diungkapkan melalui lima topik pengetahuan( pancavidyasthana). [enam] dia memahami dengan sempurna makna dari realitas tertinggi (paramartha) sebagai pengungkapan dari tujuh aspek realitas demikian apa adanya (tathata) , bebas dari konseptual [ diskriminasi] (nirvikalpaka) dan bebas dari kekeliruan konseptual (aprapanca) , dia berdiam (bahuvihara) dalam realitas tertinggi dan memahami bahwa semua pengetahuan kebijaksaaan muncul dari realitas demikian apa adanya melalui kontemplasi vipaśyanā untuk mengembangkan kebijaksanaan [ tujuh] dia melampau semua pelatihan diri yang sesuai dengan doktrin realitas Ini adalah ketujuh aspek pemurnian kebijaksanaan (prajna visuddhi)
Bhagavan, apa kemampuan individual dari masing masing kelima aspek ini [ bebas dari kemelekatan (asaṇgatvāt) bebas dari pemuliaan (anapekṣatvāt), bebas dari cacat (niravadyatvāt) , bebas dari konseptual (nirvipalkapatvāt) , akumulasi dan transfer kebajikan ( pariṇāmatvāt) ] ?
Avalokiteśvara , berikut kemampuan individual dari masing masing aspek :
[pertama] Karena bebas dari kemelekatan (asaṇgatvāt) maka bodhisattva mampu melatih diri (prayoga ) dengan penuh kewaspadaan (apramāda) dalam kekonstanan (nityākāra) dan penuh dengan semangat (ādaraṃkāra)
[ kedua] Karena bebas dari pemuliaan [terhadap hasil] (anapekṣatvāt) maka mereka memahami (parigṛhṇanti) penyebab dari kewaspadaan (apramādahetu)
[ ketiga] bebas dari cacat [tidak dapat dicela ] (niravadyatvāt) maka bodhisattva mampu mencapai (paripūrṇanti) [semua melampaui (pāramitā)] dengan murni (pariśuddha) dan sempurna (paryavadāta)
[keempat] karena bebas dari konseptual [ diskriminasi] (nirvipalkapatvāt) maka bodhisattva mampu mencapai (paripūrṇanti) [ semua melampaui (pāramitā)] dengan cepat (sīghram) melalui metoda kefasihan (upāyakauśalya)
[ kelima] karena akumulasi dan transfer kebajikan ( pariṇāmatvāt) dimulai dari kondisi dimana masih berasosiasi dengan ranah sensasi dari keinginan (kāmapratisaṃyukta) hingga mencapai penggugahan yang sempurna dan tidak tertandingi (anuttāra saṃyaksaṃbodhi ) sehingga memunculkan semua (sarvjātiṣu) melampaui (pāramitā ) yang memiliki hasil dari akibat yang diinginkan (iṣṭavipākaphala) yang terus berkesinambungan [ tidak akan habis ] (akṣayatva)
Bodhisattva yang telah menguasai dengan sempurna semua kategori (liṇga) dalam melampaui (pāramitā) , mengapa dinamakan sebagai paling ekpansif (vistaratva) ?
Avalokiteśvara , karena bebas dari kemelekatan (asaṇgatva) , bebas dari pemuliaan [terhadap hasil] (anapekṣatva) dan akumulasi dan transfer kebajikan (pariṇāmatva)
Bhagavan, mengapa dinamakan sebagai bebas dari kondisi mental yang tidak berguna (asaṃkleśatva)?
Avalokiteśvara, karena bebas dari cacat [tidak dapat dicela] (niravadyatvāt) dan bebas dari konseptual [ diskriminasi ] (nirvipalkapatvāt) .
Bhagavan, mengapa dinamakan sebagai objek yang dapat membantu (avalambanatva)?
Avalokiteśvara, karena aktivitas dari pemahaman [melampaui (pāramitā) ](pratisaṃkhyakriyātva)
Bhagavan, mengapa dinamakan sebagai bebas dari fluktuasi (aniñjyatva)?
Avalokiteśvara, karena seseorang yang telah memasuki tahapan , tidak akan merosot [ mundur ] lagi (bhūmipraveśānām aparihāṇidharmatva) "
Bhagavan, mengapa dimanakan sebagai pemurnian ( suviśuddhatva)? "
Avalokiteśvara, , karena seseorang mencapai sepuluh tahapan dan tahapan Buddha
Bhagavan, mengapa [kedua ini] hasil dari akibat yang diinginkan (iṣṭavipākaphala) dari melampaui (pāramitā) dan melampaui (pāramitā) terus berkesinambungan ?
Avalokiteśvara, karena para bodhisattva mengembangkan pencapaian progresif dari setiap melampaui (pāramitā) yang saling tergantung (anyonya) satu dengan lainnya [ antara hasil dari akibat yang diinginkan (iṣṭavipākaphala) dan melampaui (pāramitā) ].
Bhagavan, mengapa bahwa Bodhisattva memilki keyakinan yang mendalam (śraddhāvasthita) terhadap melampaui (pāramitā) dan dalam melatih melampaui (pāramitā) dengan penuh sukacita (sukha) tetapi tidak menilai hasil [akibat] dengan akibat yang diinginkan (iṣṭavipākaphala) dari melampaui (pāramitā) ?
Avalokiteśvara, disebabkan oleh lima alasan ini [pertama] melampaui (pāramitā) adalah penyebab (hetu) dari suka cita (sukha) yang menyebabkan kepuasan [ kegembiraan] dalam kesadaran (saumanasya) [ kedua] melampaui (pāramitā) adalah penyebab (hetu) dari yang membawa manfaat [ keuntungan] untuk diri sendiri maupun orang lain (svaparopakāra) [ ketiga] melampaui (pāramitā) merupakan penyebab (hetu) dari hasil [akibat] dengan akibat yang diinginkan (iṣṭavipākaphala) di masa yang akan datang [ keempat] melampaui (pāramitā) bebas dari landasan yang tidak menyenangkan (asaṃkliṣṭasthāna) [kelima] melampaui (pāramitā) merupakan realitas yang tidak pernah berubah [ berakhir ] (avikāradharmatva) .
Bhagavan, apa berapa jenis kekuatan (prabhāva) dalam setiap bagian (liṇga) dari melampaui (pāramitā) ?
Avalokiteśvara, dalam setiap bagian (liṇga) dari melampaui (pāramitā) memiliki empat jenis kekuatan (prabhāva) . Bodhisattva mengembangkan latihan melalui melampaui (pāramitā) agar mampu [pertama] meninggalkan ketidaksesuaian (viruddha) dari ketidaksenangan [irihati] (mātsarya), niat yang tidak baik(dauḥśīlya), gejolak dari kesadaran (cittopāyāsa), kemalasan (kausīdya) , penyebaran kesadaran (vikṣepa) kecenderungan dengan pandangan yang penuh dengan konsep (dṛṣṭprakāra) [kedua] melatih diri dengan benar melalui melampaui (pāramitā) maka seseorang mampu mencapai penggugahan sempurna yang tidak tertandingi (anuttārasamyaksaṃmbodhi) [ketiga] untuk memberikan manfaat [keuntungan] (upakāra) kepada diri sendiri dan semua makhluk hidup dalam keduniawian ini (ihatra) [ keempat] dalam kehidupan yang akan datang , mereka akan mendapatkan (pratilābha) hasil dari akibat (vipakāphala) yang terus berkesinambungan
Bhagavan, apa penyebab (hetu) ,hasil [akibat] (phala) dan makna sebenarnya (artha) dari melampaui (pāramitā) ?
Avalokiteśvara , , penyebab (hetu) dari melampaui (pāramitā) adalah welas kasih (karuṇā) . Hasil [akibat] (phala) adalah hasil [akibat] dengan akibat yang dimuliakan [oleh makhluk hidup] (iṣṭavipākaphala) dan membawa manfaat bagi makhluk hidup (satvopākara) dan makna sebenarnya (artha) adalah pencapaian penggugahan agung ( mahābodhiparipūri)
Bhagavan, jika kegembiraan (bhoga) dari Bodhisattva tidak akan hilang (akṣaya) dan jika mereka memiliki welas kasih (karuṇā) , mengapa di dunia ini masih ada makhluk hidup yang serba kekurangan (daridra)?
Avalokiteśvara, ini disebabkan oleh tindakan dan depresiasi mereka sendiri (svakarmadoṣa) . Jika tidak demikian, jika tidak ada kekeliruan dalam tindakan mereka sendiri (duṣktṛa) yang menjadi penghalang (vibandha) mereka sendiri , bagaimana masih ada masih ada makhluk hidup yang serba kekurangan ?
Avalokiteśvara, ini dapat dianalogikan dengan hantu kelaparan (preta) yang selalu dalam kondisi ketidak puasan (duḥkhita) karena kehausan, walaupun mereka melihat air di samudra yang terbentang luas (samudrajala) , mereka hanya akan melihatnya sebagai landasan samudra (samudrasthānīya) yang tidak berair , hal ini disebabkan oleh tindakan dan depresiasi mereka sendiri (svakarmadoṣa)
Demikian juga , apabila para Bodhisattva memberikan kegembiraan yang seluas samudra , tanpa cacat tetapi karena tindakan dan depresiasi [dari makhluk hidup] sendiri (svakarmadoṣa) akan sama hasilnya dengan analogi hantu kelaparan diatas.