//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: MMD (Meditasi Mengenal Diri)  (Read 565143 times)

0 Members and 4 Guests are viewing this topic.

Offline Reenzia

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.199
  • Reputasi: 50
  • Gender: Female
  • The Wisdom ~
Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
« Reply #1440 on: 17 January 2009, 02:30:02 PM »
saia rasa maksud dicatat disini adalah disadari
kalo tak disadari pasti otomatis tak tercatat dalam memory

kalo disadari, otomatis pun pasti akan tercatat di memory toh?
jadi bila anda menyadari satu hal, otomatis hal itu pun akan ada dalam memory
kecuali buat orang yang tak menyadari, otomatis informasi pun tak akan tercatat dalam memory

apakah saat pertama kali anda melihat pantai di bali trus anda dengan sengaja mencatatnya dalam memory anda?
tapi mengapa saat pulang ke rumah anda masih dapat mengingat bagaimana pantai itu?
itu karena saat itu anda sadar sedang melihat pantai tsb, seberapa besar sati anda saat itu menentukan seberapa banyak informasi yang anda dapatkan, bila sangat sati, mungkin anda juga akan ingat bagaimana suasananya, iklimnya, mendung atau tidak, brp org yg ada disana saat itu, berapa banyak orang yang berjualan, berapa jumlah anak-anak dan orang dewasa
makin detil anda perhatikan, makin bnyk informasi yang anda simpan

balik lagi, apakah saat anda melihatnya anda dengan sengaja menghafalnya?

contoh:
saat kuliah dikelas,
bila saia tidak sati dan menyadari apa yang dikatakan dosen, apakah akan tercatat dalam memory? no!
bila saia konsentrasi/sati/menyadari apa yang dikatakan dosen, apakah akan tercatat dalam memory? yes!
[untuk beberapa kasus mungkin memory itu tak ditemukan karena kurang konsentrasi, tapi seperti yg dikatakan bro tesla, memory tsb bisa muncul sewaktu-waktu ketika ada pemicunya]
« Last Edit: 17 January 2009, 02:35:36 PM by Reenzia »

Offline Jerry

  • Sebelumnya xuvie
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.212
  • Reputasi: 124
  • Gender: Male
  • Suffering is optional.. Pain is inevitable..
Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
« Reply #1441 on: 17 January 2009, 05:24:29 PM »

Tolong deh, jangan dicampur-campur: bedakan ajaran Ajahn Chah dan Bhikkhu Sujato. Dari kutipan Anda di atas jelas pandangan mereka tentang PERLU atau TIDAK PERLU-nya jhana untuk pembebasan sangat berbeda.

Hudoyo


Saya rasa itu bukan ajaran B. Sujato melainkan hanya disadur oleh beliau dari Anguttara Nikaya. Sumber aslinya mah dari Sang Buddha, dan dikompilasi oleh Sangha dikemudian hari. Dgn catatan, pemikiran saya ini didasarkan pd asumsi positif <karena kita kekurangan bukti masa lalu> bhw Tipitaka adlh asli diturunkan dari Sang Buddha meski mengalami sedikit pergeseran makna tafsiran.
 
Tentang AN 4.94:
Spoiler: ShowHide
Quote
Samadhi Sutta

"Monks, these four types of individuals are to be found existing in the world. Which four?

"There is the case of the individual who has attained internal tranquillity of awareness, but not insight into phenomena through heightened discernment. Then there is the case of the individual who has attained insight into phenomena through heightened discernment, but not internal tranquillity of awareness. Then there is the case of the individual who has attained neither internal tranquillity of awareness nor insight into phenomena through heightened discernment. And then there is the case of the individual who has attained both internal tranquillity of awareness & insight into phenomena through heightened discernment.

"The individual who has attained internal tranquillity of awareness, but not insight into phenomena through heightened discernment, should approach an individual who has attained insight into phenomena through heightened discernment and ask him: 'How should fabrications be regarded? How should they be investigated? How should they be seen with insight?' The other will answer in line with what he has seen & experienced: 'Fabrications should be regarded in this way. Fabrications should be investigated in this way. Fabrications should be seen in this way with insight.' Then eventually he [the first] will become one who has attained both internal tranquillity of awareness & insight into phenomena through heightened discernment.

"As for the individual who has attained insight into phenomena through heightened discernment, but not internal tranquillity of awareness, he should approach an individual who has attained internal tranquillity of awareness... and ask him, 'How should the mind be steadied? How should it be made to settle down? How should it be unified? How should it be concentrated?' The other will answer in line with what he has seen & experienced: 'The mind should be steadied in this way. The mind should be made to settle down in this way. The mind should be unified in this way. The mind should be concentrated in this way.' Then eventually he [the first] will become one who has attained both internal tranquillity of awareness & insight into phenomena through heightened discernment.

"As for the individual who has attained neither internal tranquillity of awareness nor insight into phenomena through heightened discernment, he should approach an individual who has attained both internal tranquillity of awareness & insight into phenomena through heightened discernment... and ask him, 'How should the mind be steadied? How should it be made to settle down? How should it be unified? How should it be concentrated? How should fabrications be regarded? How should they be investigated? How should they be seen with insight?' The other will answer in line with what he has seen & experienced: 'The mind should be steadied in this way. The mind should be made to settle down in this way. The mind should be unified in this way. The mind should be concentrated in this way. Fabrications should be regarded in this way. Fabrications should be investigated in this way. Fabrications should be seen in this way with insight.' Then eventually he [the first] will become one who has attained both internal tranquillity of awareness & insight into phenomena through heightened discernment.

"As for the individual who has attained both internal tranquillity of awareness & insight into phenomena through heightened discernment, his duty is to make an effort in establishing ('tuning') those very same skillful qualities to a higher degree for the ending of the (mental) fermentations.

"These are four types of individuals to be found existing in the world."



Dan praktek saya didasarkan pd 'menjalani dng kesadaran, tanpa melekat, bkn atas dasar memilih dan menolak.' Seperti yg diquote oleh pak hud ttg Ajahn Chah yg saya rasa persis dgn yg saya maksud,
Quote
TANYA: Apakah perlu untuk mampu masuk ke dalam absorpsi [jhana] dalam
latihan kita?

JAWAB: Tidak, absorpsi [jhana] tidak perlu. Anda harus menegakkan
ketenangan dan pemusatan batin sampai taraf tertentu. Lalu Anda
gunakan itu untuk menyelidiki diri Anda sendiri. Tidak dibutuhkan
apa-apa yang istimewa. Jika absorpsi [jhana] muncul dalam praktek
Anda, itu juga OK. Tapi jangan melekat kepadanya.
Sementara orang
memikirkan terlalu banyak tentang absorpsi [jhana]. Kita bisa
bermain-main dengan itu secara sangat menyenangkan. Anda harus tahu
batas-batas yang semestinya. Jika Anda arif, maka Anda akan tahu
kegunaan dan keterbatasan absorpsi [jhana], persis seperti Anda tahu
keterbatasan anak-anak dibandingkan orang dewasa.

Quote
"Sang Buddha mengajarkan Sila, Samadhi dan Kearifan sebagai Jalan menuju kedamaian, jalan menuju pencerahan. Tetapi sesungguhnya hal-hal ini BUKANLAH ESENSI BUDDHISME. Mereka sekadar Jalan ... Esensi Buddhisme adalah kedamaian, dan kedamaian itu muncul dari melihat dengan sebenarnya hakikat dari segala sesuatu [yathabhutam nyanadassanam]."

-Ajahn Chah

Sependapat..
Demikian pula pandangan saya ttg 'usaha', apakah itu ada atau tidak, itu tidak penting, fleksibel thdp kondisi saat itu saja dan berusaha seimbang antara berusaha dan melepaskan usaha. 'Usaha' hanya menjadi sebuah beban kala dipaksakan secara berlebih. Yg terpenting, tidak melekat. Karena hal2 demikian hanya 'Jalan' sebagai proses menuju hasil akhir. Proses bisa berbeda bergantung tendensi orang2 yg berbeda.

Mengenai pencatatan.. Pandangan saya yg subjektif berdasarkan pd metode 'pencatatan' pd awal2 belajar meditasi melalu retret dan kelas meditasi. Pencatatan berguna juga untuk membangun konsentrasi awal thdp sikon yg sedang dialami.
Tetapi pd akhirnya, harus ditinggalkan, krn cenderung bersifat mengikat, terlebih lagi mengonsepkan pandangan kita. Mungkin bisa dicontohkan sbb:
Pikiran->Pencatatan->Mengonsepkan hal yg dicatat->bentuk pikiran.
Bila ada pikiran ttg gajah, maka terjadi pencatatan "berpikir", lalu pikiran kita yg cenderung mengonsepkan pun bertanya, "berpikir ttg apa?" dan batin berproses lbh jauh lg "berpikir ttg gajah", kemudian pikiran mengonsepkan kata gajah ke dalam visualisasi gambaran gajah lebih jauh lg, menjadi bentukan pikiran. Apalagi jika mulai membayangkan gajah yg bgmn? yg putih atau hitam? gajah india atau afrika? besar kecil? Akhirnya, pencatatan menjadi mengikat dan tidak membebaskan.

Sedangkan bila prosesnya berikut:
Pikiran->Penyadaran tanpa ada proses pencatatan dlm pikiran, maka tdk ada konsep dan gambaran yg terbentuk.
Bila ada pikiran ttg gajah, maka hanya ada penyadaran, tanpa pencatatan dlm batin.
Saya rasa demikian pula yg dimaksudkan pak hud. Dgn menyadari tanpa adanya proses pencatatan.

Ok, sekian pandangan saya yg masih subjektif, cmiiw :)


_/\_
appamadena sampadetha

Offline Reenzia

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.199
  • Reputasi: 50
  • Gender: Female
  • The Wisdom ~
Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
« Reply #1442 on: 17 January 2009, 05:33:09 PM »
 [at] xuvie

masalah akhirnya nanti dikonsepkan atau tidak itu tergantung pada orangnya
tapi dari kedua proses diatas tentu keduanya membutuhkan sati/konsentrasi saat adanya pikiran kan?

bagaimana jika tak ada sati/konsentrasi sama sekali?

Offline hudoyo

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.919
  • Reputasi: 20
Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
« Reply #1443 on: 17 January 2009, 06:24:32 PM »
Oh iya, perbedaan MMD dengan meditasi yang lain mungkin :
MMD = meditasi tanpa usaha
Meditasi lain = Meditasi dengan usaha

Betul tidak pak ? :)

Membandingkan seperti itu tidak ada gunanya sama sekali kalau tidak merasakan sendiri perbedaannya.

Offline hudoyo

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.919
  • Reputasi: 20
Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
« Reply #1444 on: 17 January 2009, 06:29:27 PM »
iya makanya sebaiknya kita bisa melihat "APA ADANYA" bukan menafsirkan :)

Jangan berkata, "Sebaiknya begini, sebaiknya begitu," karena di situ Anda tidak melihat apa adanya batin Anda, melainkan hanya didorong oleh norma, cita-cita; Anda tidak melihat bahwa Anda sedang menafsirkan kata-kata orang tercerahkan, menjadikannya aturan, norma. Yang penting, sadari saja setiap saat Anda tengah berpikir menafsirkan; dan itu sering kali terjadi dalam satu hari ... kalau pikiran-pikiran ini disadari, ada kemungkinan akan diam dengan sendirinya.

Offline hudoyo

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.919
  • Reputasi: 20
Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
« Reply #1445 on: 17 January 2009, 06:31:33 PM »
Berikut ini kompilasi debat saya dengan Reenzia:

...bla...bla...bla....

Hudoyo


kenapa repot2 nge-file begini?

lepaskanlah pak... lepaskan....
jangan digenggam

anjali,
willi

::

Anda terus menanggapi saya secara negatif .... lepaskan, lepaskan ...

Offline hudoyo

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.919
  • Reputasi: 20
Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
« Reply #1446 on: 17 January 2009, 06:35:27 PM »
Berarti orang awam gak akan bisa melihat apa adanya?
Berarti hanya orang suci yang bisa melihat apa adanya?
Yang berbahaya menurut aye mengambil sepenggal atau sebagian trus ditafsirkan untuk membenarkan pendapat pribadinya lho ;D
Kalo ngambil kata2 ci lily Objek adalah netral itu termasuk juga kitab suci juga netral khan ;D
Ketika orang menafsirkan apakah jadi netral?

Yang Anda mau sanggah dengan pertanyaan itu sesungguhnya justru yang benar: seorang puthujjana tidak pernah bisa melihat apa adanya. Mengapa? Karena apa pun yang dilihatnya selalu diwarnai oleh kacamata akunya (dg segala lobha, dosa, moha). Kalau Anda bisa melihat apa adanya, biarpun hanya semenit, maka semenit itu Anda bebas, padam (nibbana).

Offline g.citra

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.372
  • Reputasi: 31
  • Gender: Male
  • Hidup adalah Belajar, Belajar adalah Hidup
Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
« Reply #1447 on: 17 January 2009, 06:41:29 PM »
Quote
Kalau Anda bisa melihat apa adanya, biarpun hanya semenit, maka semenit itu Anda bebas, padam (nibbana).

Dear Bpk Hudoyo,

Bisa lebih dijelaskan lagi pak mengenai tulisan diatas?  :)

Salam... Namo Buddhaya...  _/\_ ...

Offline J.W

  • Sebelumnya: Jinaraga, JW. Jinaraga
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.864
  • Reputasi: 103
  • Gender: Male
Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
« Reply #1448 on: 17 January 2009, 06:45:51 PM »
Berikut ini kompilasi debat saya dengan Reenzia:

...bla...bla...bla....

Hudoyo


kenapa repot2 nge-file begini?

lepaskanlah pak... lepaskan....
jangan digenggam

anjali,
willi

::

Anda terus menanggapi saya secara negatif .... lepaskan, lepaskan ...

Jika hny si A menanggapi kita dgn negatif, maka ada kemugkinan kesalahan bisa di A, dan mungkin juga di kita sendiri.
Tapi jika si A, B, D, E, F, G, H, J, K, N, M, O, P, Q, R, S, V, W, X, Y telah menanggapi kita dengan negatif, maka kemungkinan besar kesalahan mmg ada di kita.... sadari, sadari..

Offline ryu

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 13.403
  • Reputasi: 429
  • Gender: Male
  • hampir mencapai penggelapan sempurna ;D
Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
« Reply #1449 on: 17 January 2009, 06:55:14 PM »
iya makanya sebaiknya kita bisa melihat "APA ADANYA" bukan menafsirkan :)

Jangan berkata, "Sebaiknya begini, sebaiknya begitu," karena di situ Anda tidak melihat apa adanya batin Anda, melainkan hanya didorong oleh norma, cita-cita; Anda tidak melihat bahwa Anda sedang menafsirkan kata-kata orang tercerahkan, menjadikannya aturan, norma. Yang penting, sadari saja setiap saat Anda tengah berpikir menafsirkan; dan itu sering kali terjadi dalam satu hari ... kalau pikiran-pikiran ini disadari, ada kemungkinan akan diam dengan sendirinya.

Jangan berkata, "ajaran asli, ajaran tidak asli," karena di situ Anda tidak melihat apa adanya batin Anda, melainkan hanya didorong oleh norma, cita-cita; Anda tidak melihat bahwa Anda sedang menafsirkan kata-kata orang tercerahkan, menjadikannya aturan, norma. Yang penting, sadari saja setiap saat Anda tengah berpikir menafsirkan; dan itu sering kali terjadi dalam satu hari ... kalau pikiran-pikiran ini disadari, ada kemungkinan akan diam dengan sendirinya.  ;D


Kita menderita hanya karena hal ini. Ketika mata melihat sesuatu yang tidak menyenangkan, dukkha pun lahir. Ketika telinga mendengar sesuatu yang sangat kita sukai, dukkha juga lahir. Hanya ada penderitaan di sana.

Sang Buddha merangkumnya dengan berkata bahwa di sana hanya ada sekumpulan penderitaan. Penderitaan lahir dan penderitaan berhenti. Hanya itu saja. Kita berulangkali memegangnya - memegang kemunculan, memegang penghentian, tanpa pernah berusaha dengan sungguh-sungguh untuk memahaminya.

Bila dukkha muncul, kita menyebutnya penderitaan. Bila ia lenyap, kita menamakannya kebahagiaan. Itu semua hanya cerita lama, muncul dan lenyap. Kita diajarkan untuk memperhatikan muncul dan lenyapnya tubuh dan pikiran. Tidak ada yang lain di luar semuanya ini. Untuk merangkumnya, tidak ada kebahagiaan di sana; yang ada hanyalah dukkha. Kita mengenali penderitaan sebagai penderitaan ketika ia muncul. Lalu ketika ia lenyap, kita menganggapnya sebagai kebahagiaan. Kita melihatnya dan membentuknya menjadi seperti itu, namun ia tidaklah seperti itu adanya. Ia hanyalah dukkha yang berhenti. Dukkha muncul dan lenyap, muncul dan lenyap, dan kita pun memegang dan menggenggamnya erat-erat.

Kebahagiaan muncul dan kita merasa senang. Ketidakbahagiaan muncul dan kita pun merasa sedih. Semuanya benar-benar sama adanya, hanya berupa siklus muncul dan lenyap. Bila ada kemunculan, maka ada sesuatu di sana, dan bila ada penghentian, ia pun lenyap. Di sinilah letak keraguan-raguan kita. Oleh sebab itu, diajarkan bahwa dukkha muncul dan lenyap, dan di luar daripada itu, tidak ada apa pun di sana. Bila anda mendatanginya, yang ada hanyalah penderitaan. Tetapi kita tidak melihatnya dengan jelas.

Kita tidak mengenalinya dengan jelas bahwa di sana hanya ada penderitaan, karena ketika ia berhenti, kita melihat ada kebahagiaan di sana. Kita terpaku padanya dan terjebak di sana. Kita tidak sungguh-sungguh melihat kenyataan bahwa segala sesuatunya hanyalah berupa siklus muncul dan lenyap saja.

Sang Buddha merangkumnya dengan berkata bahwa hanya ada muncul dan lenyap, dan tidak ada apa pun lagi di luar dari itu. Ini sungguh sulit untuk dipahami. Tetapi bagi orang yang benar-benar merasakan Dhamma, tidak perlu memegang dan berkutat pada apa pun. Itulah kebenaran yang sesungguhnya.

Kebenaran yang sesungguhnya adalah bahwa di dunia kita ini, tidak ada apa pun yang melakukan apa pun terhadap siapa pun. Tidak ada apa pun yang perlu dicemaskan. Tidak ada apa pun yang patut untuk ditangisi, untuk ditertawai. Tidak ada apa pun yang tragis atau menggembirakan. Namun pengalaman-pengalaman seperti ini merupakan hal yang biasa bagi kebanyakan orang.

Ucapan-ucapan kita mungkin biasa-biasa saja; kita berhubungan dengan pihak lain sesuai dengan kebiasaan kita di dalam memandang segala sesuatunya. Itu tidak apa-apa. Tetapi jika kita berpikir dengan cara yang biasa, maka itu akan menuntun kita pada kesedihan.

Sebenarnya, jika kita benar-benar mengetahui Dhamma dan memperhatikannya secara terus-menerus, tidak ada sesuatu pun yang menjadi apa pun; yang ada hanyalah muncul dan lenyap. Tidak ada kebahagiaan atau penderitaan yang sesungguhnya. Batin menjadi tenang, bila tidak ada kebahagiaan atau penderitaan di sana. Bila ada kebahagiaan dan penderitaan, maka di sana ada kelahiran dan keinginan untuk menjadi sesuatu.

Kita biasanya menciptakan satu jenis kamma, yakni berusaha untuk menghentikan penderitaan dan menghasilkan kebahagiaan. Itulah yang kita inginkan. Tetapi apa yang kita inginkan bukanlah kedamaian yang sesungguhnya; ia adalah kebahagiaan dan penderitaan. Tujuan dari ajaran Sang Buddha adalah untuk berlatih menciptakan suatu jenis kamma yang membawa kita melampaui kebahagiaan dan penderitaan dan itu akan memberikan kedamaian pada kita. Tetapi kita tidak mampu berpikir seperti itu. Kita hanya bisa berpikir bahwa kebahagiaanlah yang akan memberikan kedamaian bagi kita. Jika kita berbahagia, kita berpikir bahwa itu sudah cukup.

Demikianlah, kita umat manusia mengharapkan segala sesuatunya dengan jumlah yang berlimpah ruah. Jika kita mendapat banyak, kita anggap itu bagus. Pada umumnya begitulah cara berpikir kita. Dengan melakukan kebaikan diharapkan akan membawa hasil yang baik pula, dan jika kita mendapatkannya maka kita pun bahagia. Kita berpikir bahwa cuma itu saja yang perlu kita lakukan dan kita pun berhenti di sana. Tetapi di manakah kebaikan ini akan berakhir? Ia tidak akan menetap. Kita terus-menerus maju dan mundur, mengalami hal-hal yang baik dan buruk, mencoba siang dan malam untuk mendapatkan apa yang kita anggap baik dan bagus.

Sang Buddha mengajarkan bahwa pertama-tama kita seharusnya melepaskan yang jahat dan kemudian kita mempraktekkan apa yang baik. Kedua, beliau berkata bahwa kita seharusnya melepaskan yang jahat dan melepaskan yang baik juga, jangan melekat padanya karena itu juga merupakan salah satu bahan bakarnya. Bila di sana ada sesuatu yang menjadi bahan bakarnya, pada akhirnya ia akan terbakar dan menjadi kobaran api. Baik adalah bahan bakar. Jahat adalah bahan bakar.

Berbicara pada level ini akan membunuh orang-orang. Mereka tidak bisa mengikutinya. Jadi, kita harus kembali dari awal dan mengajarkan tentang moralitas. Janganlah saling melukai. Bertanggungjawablah pada pekerjaan anda dan jangan melukai atau mengeksploitasi pihak lain. Sang Buddha mengajarkan ini, tetapi hanya sebegini saja belumlah cukup untuk menghentikannya.

Mengapa kita mendapati diri kita di sini, di dalam kondisi ini? Itu karena kelahiran. Seperti yang dikatakan Sang Buddha pada pembabaran Dhamma pertama beliau, Khotbah Tentang Berputarnya Roda Dhamma: "Kelahiran telah berakhir. Ini adalah keberadaan saya yang terakhir. Tidak ada lagi kelahiran selanjutnya bagi Sang Tathāgata."

Tidak banyak orang yang benar-benar bisa kembali ke titik ini dan merenung untuk memahami sesuai dengan prinsip-prinsip dari jalan Sang Buddha. Tetapi jika kita memiliki keyakinan pada jalan Sang Buddha, ia akan membuahkan hasil bagi kita. Jika orang-orang secara tulus bersandar pada Tiga Permata, maka praktek pun menjadi mudah.
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

Offline Dhamma Sukkha

  • Sebelumnya: Citta Devi
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.607
  • Reputasi: 115
  • kilesaa... .... T__T""" :) _/\_
Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
« Reply #1450 on: 17 January 2009, 08:48:58 PM »
Berarti orang awam gak akan bisa melihat apa adanya?
Berarti hanya orang suci yang bisa melihat apa adanya?
Yang berbahaya menurut aye mengambil sepenggal atau sebagian trus ditafsirkan untuk membenarkan pendapat pribadinya lho ;D
Kalo ngambil kata2 ci lily Objek adalah netral itu termasuk juga kitab suci juga netral khan ;D
Ketika orang menafsirkan apakah jadi netral?

Yang Anda mau sanggah dengan pertanyaan itu sesungguhnya justru yang benar: seorang puthujjana tidak pernah bisa melihat apa adanya. Mengapa? Karena apa pun yang dilihatnya selalu diwarnai oleh kacamata akunya (dg segala lobha, dosa, moha). Kalau Anda bisa melihat apa adanya, biarpun hanya semenit, maka semenit itu Anda bebas, padam (nibbana).
Pak Hudoyo, saya mau tanya nih.... ;D
kalau begitu, artinya Sang Buddha sendiri yang sudah mencapai Nibbana bisa nggak Nibbana ya Pak Hudoyo?

sayanya juga mau nanya pendapat tentang berikut:
waktu pelajaran biologi saya pernah terkantuk-kantuk, lalu tidak beberapa lama kemudian saya sadar ini lagi jam pelajaran, entah kenapa saya jadi gak ngantuk lagi... apa karena sayanya lagi sadar pada saat itu makanya gak ngantuk lagi? pokoknya kantuknya langsung hilang lho pak hudoyoo, tapi beberapa saat kemudian ngantuk lagi.... :P pertanyaannya apakah saat itu w lagi penuh kesadaran?apa memang seperti itu sadar? w serius lhoo...
sesudah itu saya pernah waktu bangun pagi, rasanya hening gitu, ada bunyi nguuuuuunggggg gitu pak... ;D apakah itu hening?

 [at]  acek naga
itu sebagian adittapariyaya sutta kan? :D :D :D
w suka sutta itu lhoo ;D ;D ;D ;D ;D ;D ;D ;D

kalau ada yang salah dimaafin yaa...  ^:)^ ^:)^ ^:)^ ^:)^
May All being Happy in the Dhamma ^^ _/\_

Karena Metta merupakan kebahagiaan akan org lain yg tulus \;D/

"Vinayo ayusasanam"
sasana/ajaran Buddha akan bertahan lama karena vinaya yg terjaga... _/\_ \;D/

Offline tesla

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.426
  • Reputasi: 125
  • Gender: Male
  • bukan di surga atau neraka, hanya di sini
Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
« Reply #1451 on: 17 January 2009, 09:09:35 PM »
Quote
Kalau Anda bisa melihat apa adanya, biarpun hanya semenit, maka semenit itu Anda bebas, padam (nibbana).

Dear Bpk Hudoyo,

Bisa lebih dijelaskan lagi pak mengenai tulisan diatas?  :)

Salam... Namo Buddhaya...  _/\_ ...

menurut hemat saya, dalam meditasi vipassana, kita harus melepaskan praduga-praduga kita terlebih dahulu.

misalnya tentang jalur kesucian, pencapaian nibbana adalah bagi ariya, ariya bukan putthujana lagi, dll...

praduga demikian menghambat kita dalam meditasi vipassana karena kita bukan sedang (mencoba) melihat apa adanya. namun sedang mencari apa yg ingin kita lihat (tingkat kesucian, nibbana, buddha, tilakhanna, dll)

apa yg tertulis di kitab suci
apa yg ditulis oleh Pak Hudoyo
dikesampingkan dulu ketika bermeditasi
yg penting alami sendiri, buktikan sendiri
ehipassiko
Lepaskan keserakahan akan kesenangan. Lihatlah bahwa melepaskan dunia adalah kedamaian. Tidak ada sesuatu pun yang perlu kau raup, dan tidak ada satu pun yang perlu kau dorong pergi. ~ Buddha ~

Offline ryu

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 13.403
  • Reputasi: 429
  • Gender: Male
  • hampir mencapai penggelapan sempurna ;D
Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
« Reply #1452 on: 17 January 2009, 09:11:51 PM »

 [at]  acek COGAN naga
itu sebagian adittapariyaya sutta kan? :D :D :D
w suka sutta itu lhoo ;D ;D ;D ;D ;D ;D ;D ;D

kalau ada yang salah dimaafin yaa...  ^:)^ ^:)^ ^:)^ ^:)^
yang mana neh CD?
yang ini?
"Oh, Bhikkhu, semuanya menyala. Apakah itu yang menyala? Mata, penglihatan, kesadaran mata, kesan-kesan mata dan semua perasaan yang menyenangkan atau tidak menyenangkan atau netral yang timbul dari kesan-kesan mata (Ini adalah kelompok pertama).
Telinga, suara, kesadaran telinga, kesan-kesan telinga dan semua perasaan yang menyenangkan atau tidak menyenangkan atau netral yang timbul dari kesan-kesan telinga (Ini adalah kelompok kedua).
Hidung, bebauan, kesadaran hidung, kesan-kesan hidung dan semua perasaan yang menyenangkan atau tidak menyenangkan atau netral yang timbul dari kesan-kesan hidung (Ini adalah kelompok ketiga).
Lidah, rasa, kesadaran lidah, kesan-kesan lidah dan semua perasaan yang menyenangkan atau tidak menyenangkan atau netral yang timbul dari kesan-kesan lidah (Ini adalah kelompok keempat).
Tubuh, sentuhan, kesadaran tubuh, kesan-kesan tubuh dan semua perasaan yang menyenangkan atau tidak menyenangkan atau netral yang timbul dari kesan-kesan tubuh (Ini adalah kelompok kelima).
Batin, pikiran, kesadaran batin, kesan-kesan batin dan semua perasaan yang menyenangkan atau tidak menyenangkan atau netral yang timbul dari kesan-kesan batin (Ini adalah kelompok keenam).
Semua itu menyala-nyala. Menyala dengan apa? Menyala dengan api dari keserakahan, kebencian dan khayalan yang menyesatkan, menyala dengan api dari kelahiran, usia tua dan kematian, menyala dengan api dari kesedihan, ratap tangis, sakit, duka cita, dan putus asa.
Seorang siswa Yang Ariya, yang melihat keadaan ini akan merasa jemu. Karena merasa jemu, ia akan melepaskan nafsu-nafsu keinginan. Karena melepaskan nafsu-nafsu keinginan, batinnya tidak melekat lagi kepada segala sesuatu.
Karena tidak melekat lagi kepada segala sesuatu akan timbul Pandangan Terang, sehingga ia mengetahui bahwa ia sudah terbebas. Ia tahu bahwa ini adalah kehidupannya yang terakhir, kehidupan suci telah dilaksanakan dan selesailah tugas yang harus dikerjakan dan tidak ada sesuatu apa pun yang masih harus dikerjakan untuk memperoleh Penerangan Agung."
Setelah Sang Buddha selesai memberikan khotbah, batin bhikkhu-bhikkhu tersebut terbebas seluruhnya dari kemelekatan dan bersih dari kekotoran batin. Mereka semua mencapai tingkat yang tertinggi, yaitu menjadi Arahat.
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

Offline g.citra

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.372
  • Reputasi: 31
  • Gender: Male
  • Hidup adalah Belajar, Belajar adalah Hidup
Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
« Reply #1453 on: 17 January 2009, 09:17:52 PM »
Quote
Kalau Anda bisa melihat apa adanya, biarpun hanya semenit, maka semenit itu Anda bebas, padam (nibbana).

Dear Bpk Hudoyo,

Bisa lebih dijelaskan lagi pak mengenai tulisan diatas?  :)

Salam... Namo Buddhaya...  _/\_ ...

menurut hemat saya, dalam meditasi vipassana, kita harus melepaskan praduga-praduga kita terlebih dahulu.

misalnya tentang jalur kesucian, pencapaian nibbana adalah bagi ariya, ariya bukan putthujana lagi, dll...

praduga demikian menghambat kita dalam meditasi vipassana karena kita bukan sedang (mencoba) melihat apa adanya. namun sedang mencari apa yg ingin kita lihat (tingkat kesucian, nibbana, buddha, tilakhanna, dll)

apa yg tertulis di kitab suci
apa yg ditulis oleh Pak Hudoyo
dikesampingkan dulu ketika bermeditasi
yg penting alami sendiri, buktikan sendiri
ehipassiko

Apakah dengan pertanyaan yang saya ajukan diatas, berkesan bahwa saya berpraduga? :)

Offline tesla

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.426
  • Reputasi: 125
  • Gender: Male
  • bukan di surga atau neraka, hanya di sini
Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
« Reply #1454 on: 17 January 2009, 09:47:01 PM »
Quote
Kalau Anda bisa melihat apa adanya, biarpun hanya semenit, maka semenit itu Anda bebas, padam (nibbana).

Dear Bpk Hudoyo,

Bisa lebih dijelaskan lagi pak mengenai tulisan diatas?  :)

Salam... Namo Buddhaya...  _/\_ ...

menurut hemat saya, dalam meditasi vipassana, kita harus melepaskan praduga-praduga kita terlebih dahulu.

misalnya tentang jalur kesucian, pencapaian nibbana adalah bagi ariya, ariya bukan putthujana lagi, dll...

praduga demikian menghambat kita dalam meditasi vipassana karena kita bukan sedang (mencoba) melihat apa adanya. namun sedang mencari apa yg ingin kita lihat (tingkat kesucian, nibbana, buddha, tilakhanna, dll)

apa yg tertulis di kitab suci
apa yg ditulis oleh Pak Hudoyo
dikesampingkan dulu ketika bermeditasi
yg penting alami sendiri, buktikan sendiri
ehipassiko

Apakah dengan pertanyaan yang saya ajukan diatas, berkesan bahwa saya berpraduga? :)

enggak kok, tulisan saya bukan bermaksud menunjuk ke pribadi.
Lepaskan keserakahan akan kesenangan. Lihatlah bahwa melepaskan dunia adalah kedamaian. Tidak ada sesuatu pun yang perlu kau raup, dan tidak ada satu pun yang perlu kau dorong pergi. ~ Buddha ~

 

anything