//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: MMD (Meditasi Mengenal Diri)  (Read 570099 times)

0 Members and 2 Guests are viewing this topic.

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
« Reply #1425 on: 17 January 2009, 11:17:36 AM »
Observasi Rekan A itu memang benar. Tetapi tidak ada yang salah dalam kedua versi vipassana itu, karena masing-masing versi bertolak dari pemahaman yang sangat berbeda satu sama lain.

Seperti dikatakan oleh Pak Bing dalam poster yang ditempel di dinding Brahmavihara-arama kemarin, vipassana versi Mahasi Sayadaw bertolak dari pemahaman bahwa vipassana adalah suatu "usaha sekuat tenaga untuk mencapai nibbana". Jadi praktik vipassana versi Mahasi Sayadaw berupa suatu usaha (viriya) maksimal, dengan cara berkonsentrasi, memperlambat gerakan, mencatat (melabel) segala sesuatu yang diamati.

[...]

Sebaliknya, MMD bertolak dari pemahaman bahwa vipassana BUKANLAH "usaha sekuat tenaga" untuk "mencapai sesuatu di masa depan", melainkan suatu sikap sadar (eling) yang pasif pada saat kini, tanpa memikirkan tujuan apa pun di masa depan. Oleh karena itu, dalam MMD ditekankan sikap pasif, tidak ada usaha (viriya) apa pun, tidak ada konsentrasi, tidak ada teknik meditasi apa pun (memperlambat gerakan, mencatat dsb), tidak ada cita-cita/tujuan.

Dengan sendirinya, hasilnya perhatian kurang tajam (dibandingkan perhatian pada vipassana metode Mahasi Sayadaw); perhatian dalam MMD tidak banyak berbeda dengan perhatian dalam kesadaran sehari-hari, namun di situ ada keheningan, ada pelepasan (bukan konsentrasi). Di sisi lain, hasil yang segera dirasakan adalah terlepasnya 'beban meditasi', adanya rasa ringan, rasa bebas, tanpa tujuan, tanpa usaha, sebagaimana dialami oleh Rekan B.

Dalam MMD tidak dibutuhkan konsentrasi yang tajam, karena MMD tidak bertujuan untuk mencapai nyana-nyana seperti dalam vipassana versi Mahasi Sayadaw. Alih-alih, sebagaimana dinyatakan oleh Sang Buddha kepada Bahiya dan Malunkyaputta, kalau pemeditasi bisa berada dalam keadaan sadar secara pasif, tanpa usaha apa pun, maka aku/atta tidak ada, dan itulah akhir derita (nibbana). Itulah dasar pemahaman & praktik MMD.

Misalnya ada 2 orang terlilit oleh ular besar. Orang pertama, mengetahui di mana titik lemah dan titik kekuatan ular, melawan lilitan tersebut dengan kekuatan & kegigihan, memegang kepalanya dan menekan bagian lemah ular, membuatnya kehilangan kekuatan dan kemudian melepas lilitannya, dan dia terbebas. Orang kedua, mengetahui semakin kuat melawan, semakin kencang lilitannya, menghentikan perlawanan dan memberikan kesan bagi si ular bahwa dia sudah mati/tidak bisa melawan. Ketika kemudian ular itu melepaskan lilitannya, maka ia melarikan diri.
Apakah cara 1 salah dan 2 benar, ataukah sebaliknya? Apakah cara 1 lebih baik dari 2 atau sebaliknya?
Kalau saya bilang sih tidak juga. Tergantung tipe orang dan kemahirannya masing-masing.
Saya tidak melakukan versi Mahasi maupun MMD, tetapi saya pribadi memandangnya seperti kasus ular itu. Dari mana mereka tahu seluk beluk ular? Dari Sang Guru. 2 murid mendengar penjelasan tentang ular dari guru yang sama, mengembangkan metode yang cocok bagi masing2.


Offline tesla

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.426
  • Reputasi: 125
  • Gender: Male
  • bukan di surga atau neraka, hanya di sini
Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
« Reply #1426 on: 17 January 2009, 11:24:08 AM »
menurut saya, aktifitas "mencatat" apa yg dirasa, dialami oleh kita terjadi secara otomatis.
mungkin dalam satu waktu kita lupa, tetapi jika ada kondisi yg pas, kita dapat ingat hal yg telah lama kita lupakan. & tanpa disadari "catatan" (pengalaman) ini sebenarnya mempengaruhi kita dalam memberi penilaian thd objek yg kita alami sekarang

dalam meditasi metoda Mahasi yg dikatakan "mencatat" sebenarnya lebih tepat dikatakan "melabeli"... melabeli terus menerus ini sebenarnya sama dengan salah satu unsur jhana I (saya tidak ingat istilahnya) & pada jhana selanjutnya faktor ini harus dikoreksi shg tidak ada (tidak diperlukan lagi)

cmiiw
Lepaskan keserakahan akan kesenangan. Lihatlah bahwa melepaskan dunia adalah kedamaian. Tidak ada sesuatu pun yang perlu kau raup, dan tidak ada satu pun yang perlu kau dorong pergi. ~ Buddha ~

Offline Reenzia

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.199
  • Reputasi: 50
  • Gender: Female
  • The Wisdom ~
Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
« Reply #1427 on: 17 January 2009, 11:29:00 AM »
saia rasa, mencatat disini bisa dikatakan dengan sati...
kalo tidak sadar tentu tidak menyadari apa yang telah terjadi toh? yg berarti tidak ingat/tidak pernah tahu

kalo memilih untuk tidak sati/konsentrasi berarti bisa dikatakan tidak mencatat
yang berarti menutup semua indra, gitukah?

Offline ryu

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 13.403
  • Reputasi: 429
  • Gender: Male
  • hampir mencapai penggelapan sempurna ;D
Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
« Reply #1428 on: 17 January 2009, 11:32:36 AM »
Observasi Rekan A itu memang benar. Tetapi tidak ada yang salah dalam kedua versi vipassana itu, karena masing-masing versi bertolak dari pemahaman yang sangat berbeda satu sama lain.

Seperti dikatakan oleh Pak Bing dalam poster yang ditempel di dinding Brahmavihara-arama kemarin, vipassana versi Mahasi Sayadaw bertolak dari pemahaman bahwa vipassana adalah suatu "usaha sekuat tenaga untuk mencapai nibbana". Jadi praktik vipassana versi Mahasi Sayadaw berupa suatu usaha (viriya) maksimal, dengan cara berkonsentrasi, memperlambat gerakan, mencatat (melabel) segala sesuatu yang diamati.

[...]

Sebaliknya, MMD bertolak dari pemahaman bahwa vipassana BUKANLAH "usaha sekuat tenaga" untuk "mencapai sesuatu di masa depan", melainkan suatu sikap sadar (eling) yang pasif pada saat kini, tanpa memikirkan tujuan apa pun di masa depan. Oleh karena itu, dalam MMD ditekankan sikap pasif, tidak ada usaha (viriya) apa pun, tidak ada konsentrasi, tidak ada teknik meditasi apa pun (memperlambat gerakan, mencatat dsb), tidak ada cita-cita/tujuan.

Dengan sendirinya, hasilnya perhatian kurang tajam (dibandingkan perhatian pada vipassana metode Mahasi Sayadaw); perhatian dalam MMD tidak banyak berbeda dengan perhatian dalam kesadaran sehari-hari, namun di situ ada keheningan, ada pelepasan (bukan konsentrasi). Di sisi lain, hasil yang segera dirasakan adalah terlepasnya 'beban meditasi', adanya rasa ringan, rasa bebas, tanpa tujuan, tanpa usaha, sebagaimana dialami oleh Rekan B.

Dalam MMD tidak dibutuhkan konsentrasi yang tajam, karena MMD tidak bertujuan untuk mencapai nyana-nyana seperti dalam vipassana versi Mahasi Sayadaw. Alih-alih, sebagaimana dinyatakan oleh Sang Buddha kepada Bahiya dan Malunkyaputta, kalau pemeditasi bisa berada dalam keadaan sadar secara pasif, tanpa usaha apa pun, maka aku/atta tidak ada, dan itulah akhir derita (nibbana). Itulah dasar pemahaman & praktik MMD.

Misalnya ada 2 orang terlilit oleh ular besar. Orang pertama, mengetahui di mana titik lemah dan titik kekuatan ular, melawan lilitan tersebut dengan kekuatan & kegigihan, memegang kepalanya dan menekan bagian lemah ular, membuatnya kehilangan kekuatan dan kemudian melepas lilitannya, dan dia terbebas. Orang kedua, mengetahui semakin kuat melawan, semakin kencang lilitannya, menghentikan perlawanan dan memberikan kesan bagi si ular bahwa dia sudah mati/tidak bisa melawan. Ketika kemudian ular itu melepaskan lilitannya, maka ia melarikan diri.
Apakah cara 1 salah dan 2 benar, ataukah sebaliknya? Apakah cara 1 lebih baik dari 2 atau sebaliknya?
Kalau saya bilang sih tidak juga. Tergantung tipe orang dan kemahirannya masing-masing.
Saya tidak melakukan versi Mahasi maupun MMD, tetapi saya pribadi memandangnya seperti kasus ular itu. Dari mana mereka tahu seluk beluk ular? Dari Sang Guru. 2 murid mendengar penjelasan tentang ular dari guru yang sama, mengembangkan metode yang cocok bagi masing2.



50.      Dapatkah setiap orang mencapai kebahagiaan dan kebebasan Nibbana? Bila dapat, apakah setiap orang pada akhirnya akan mencapainya? Jawaban untuk hal yang pertama adalah jelas, yakni bahwa setiap orang dapat mencapai Nibbana, dan justru Sang Buddha senantiasa mendorong setiap orang untuk menjadikan Nibbana tujuan hidupnya serta agar berupaya sekuatnya untuk mencapainya. Senandung para wanita yang telah mencapai Nibbana, terdengar lantang dan jelas, dalam menjawab pertanyaan ini.

              Keadaan Abadi ini telah banyak yang mencapainya,
              Dan tetap dapat dicapai saat inipun,
              Bagi siapa yang menjalankannya sendiri,
              Tapi tidak bagi yang tidak berusaha sekuatnya.12

      Apakah setiap orang dapat mencapai Nibbana atau tidak? Jawaban dari pertanyaan ini tak dapat diramalkan, karena setiap orang mempunyai minat dan cita-cita masing-masing. Sang Buddha telah mengajarkan Dhamma dan dengan segala macam cara, menganjurkan orang untuk melaksanakannya; namun tentu saja pelaksananya tergantung pada orang itu sendiri-sendiri.

              "Gotama Yang Baik, setelah diajar dan diarahkan oleh-Mu, apakah semua siswa-Mu akan mencapai cita-cita murni itu, atau sebagian tidak akan berhasil?"
              "Sebagian akan mencapainya dan sebagian tidak."
              "Apa alasannya, Gotama Yang Baik? Apa penyebabnya?"
              "Saya akan bertanya padamu, Brahmin; jawablah bila berkenan. Bagaimana pikiranmu? Apakah engkau mengetahui jalan ke Rajagaha?"
              "Ya, Gotama Yang Baik, saya mengetahuinya."
              "Baik, andaikan seorang datang padamu, dan berkata bahwa dia ingin ke Rajagaha dan bertanya arahnya. Lalu, engkau berkata: 'Jalan ini menuju ke Rajagaha; berjalanlah terus sampai ke suatu desa, berjalanlah terus sampai engkau sampai di pasar, lalu bila engkau berjalan terus engkau akan sampai di Rajagaha dengan kebun-kebunnya yang indah, hutan-hutan yang indah, lapangan-lapangan yang indah dan kolam-kolam yang indah. Namun, walau telah ditunjukkan dan diarahkan olehmu jalan itu, tapi orang tadi mengambil jalan lain yang menuju ke Barat. Dan, oleh karenanya dia tidak sampai ke Rajagaha. Lalu, andaikan seorang lagi datang padamu, dan dia juga berkeinginan ke Rajagaha, lalu karena dia mengikuti petunjukmu, maka akhirnya dia tiba dengan selamat. Jadi oleh karena ada Rajagaha, oleh karena ada jalan menuju kesana, dan juga ada engkau sebagai penunjuk jalan, mengapa orang yang pertama tidak sampai sedangkan orang yang satunya lagi sampai ke Rajagaha?" "Gotama Yang Baik, apa yang harus saya kerjakan dalam hal ini? Saya tiada lain hanyalah seorang penunjuk jalan." "Demikian pula, Brahmin; ada Nibbana, ada jalan menuju ke Nibbana, dan ada Saya sebagai penunjuk jalan menuju ke Nibbana. Tapi hanya sebagian Siswa yang diajar dan diarahkan oleh-Ku yang mencapai Nibbana, sebagian lainnya tidak. Apa yang dapat Saya perbuat dalam hal ini? Sang Tathagata adalah penunjuk Jalan.13

      Tapi satu hal yang pasti - siapapun yang mencapai Nibbana adalah sebagai hasil menjalankan ajaran Sang Buddha.

              "Bila, dengan pengertian penuh Gotama Yang Baik telah mengajarkan Dhamma pada siswa-Nya untuk pemurnian makhluk hidup, untuk mengatasi penyesalan dan keputus-asaan, untuk mengakhiri kesedihan dan kemurungan, untuk mencapai tatacara-nya, untuk mencapai nibbana; lalu apakah seluruh dunia akan mencapainya, atau seperduanya, atau sepertiganya?"
              Sampai disitu, Sang Buddha berdiam diri. Lalu Ananda berpikir: "Orang ini hendaknya jangan sampai berpikir bahwa Sang Buddha tidak dapat menjawab pertanyaan yang penting ini." Jadi Ananda berkata: "Saya akan memberi suatu perumpamaan." Bayangkan ada suatu kota dikelilingi oleh tembok dengan dasar pondasi yang sangat kuat, bermenara dan berpintu gerbang hanya satu, pintu gerbang dijaga ketat, hanya orang yang dikenal diperbolehkan melewatinya, dan orang asing tak diperbolehkan melewatinya. Lalu, ketika seseorang berjaga di sekeliling tembok, dia tidak menemukan satupun lobang yang dapat dilewati walau oleh seekor kucing pun. Dengan demikian dia tahu, bahwa semua makhluk, besar ataupun kecil, hanya dapat masuk ke kota atau keluar dari kota dengan melewati gerbang tersebut. Sama halnya dengan pertanyaanmu, tidaklah penting bagi Sang Buddha. Apa yang disabdakan Beliau adalah, bahwa "Siapapun yang telah terbebas, sedang terbebas ataupun akan terbebas dari dunia ini, dia akan terbebas dengan cara melepaskan ke-lima rintangan, melepaskan kesesatan-batin yang melemahkan kebijaksanaan, dia akan terbebas dengan cara mengembangkan batin dalam empat dasar kesadaran, dan dengan mengembangkan tujuh unsur pencerahan."14
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

Offline ryu

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 13.403
  • Reputasi: 429
  • Gender: Male
  • hampir mencapai penggelapan sempurna ;D
Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
« Reply #1429 on: 17 January 2009, 11:35:25 AM »
menurut saya, aktifitas "mencatat" apa yg dirasa, dialami oleh kita terjadi secara otomatis.
mungkin dalam satu waktu kita lupa, tetapi jika ada kondisi yg pas, kita dapat ingat hal yg telah lama kita lupakan. & tanpa disadari "catatan" (pengalaman) ini sebenarnya mempengaruhi kita dalam memberi penilaian thd objek yg kita alami sekarang

dalam meditasi metoda Mahasi yg dikatakan "mencatat" sebenarnya lebih tepat dikatakan "melabeli"... melabeli terus menerus ini sebenarnya sama dengan salah satu unsur jhana I (saya tidak ingat istilahnya) & pada jhana selanjutnya faktor ini harus dikoreksi shg tidak ada (tidak diperlukan lagi)

cmiiw
Bukan untuk mengembangkan perhatian benar ko Tesla?
Ketika makan, mencatat makan, ketika mengunyah, mencatat mengunyah, jadi melihat apa adanya bukan tuh?
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

Offline hatRed

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 7.400
  • Reputasi: 138
  • step at the right place to be light
Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
« Reply #1430 on: 17 January 2009, 11:39:14 AM »
yg ini

Quote
"Saya akan memberi suatu perumpamaan." Bayangkan ada suatu kota dikelilingi oleh tembok dengan dasar pondasi yang sangat kuat, bermenara dan berpintu gerbang hanya satu, pintu gerbang dijaga ketat, hanya orang yang dikenal diperbolehkan melewatinya, dan orang asing tak diperbolehkan melewatinya. Lalu, ketika seseorang berjaga di sekeliling tembok, dia tidak menemukan satupun lobang yang dapat dilewati walau oleh seekor kucing pun. Dengan demikian dia tahu, bahwa semua makhluk, besar ataupun kecil, hanya dapat masuk ke kota atau keluar dari kota dengan melewati gerbang tersebut. Sama halnya dengan pertanyaanmu, tidaklah penting bagi Sang Buddha. Apa yang disabdakan Beliau adalah, bahwa "Siapapun yang telah terbebas, sedang terbebas ataupun akan terbebas dari dunia ini, dia akan terbebas dengan cara melepaskan ke-lima rintangan, melepaskan kesesatan-batin yang melemahkan kebijaksanaan, dia akan terbebas dengan cara mengembangkan batin dalam empat dasar kesadaran, dan dengan mengembangkan tujuh unsur pencerahan."14

nyambungnya dimana om ?
i'm just a mammal with troubled soul



Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
« Reply #1431 on: 17 January 2009, 11:44:28 AM »
50.      Dapatkah setiap orang mencapai kebahagiaan dan kebebasan Nibbana? Bila dapat, apakah setiap orang pada akhirnya akan mencapainya? Jawaban untuk hal yang pertama adalah jelas, yakni bahwa setiap orang dapat mencapai Nibbana, dan justru Sang Buddha senantiasa mendorong setiap orang untuk menjadikan Nibbana tujuan hidupnya serta agar berupaya sekuatnya untuk mencapainya. Senandung para wanita yang telah mencapai Nibbana, terdengar lantang dan jelas, dalam menjawab pertanyaan ini.

              Keadaan Abadi ini telah banyak yang mencapainya,
              Dan tetap dapat dicapai saat inipun,
              Bagi siapa yang menjalankannya sendiri,
              Tapi tidak bagi yang tidak berusaha sekuatnya.12

      Apakah setiap orang dapat mencapai Nibbana atau tidak? Jawaban dari pertanyaan ini tak dapat diramalkan, karena setiap orang mempunyai minat dan cita-cita masing-masing. Sang Buddha telah mengajarkan Dhamma dan dengan segala macam cara, menganjurkan orang untuk melaksanakannya; namun tentu saja pelaksananya tergantung pada orang itu sendiri-sendiri.

              "Gotama Yang Baik, setelah diajar dan diarahkan oleh-Mu, apakah semua siswa-Mu akan mencapai cita-cita murni itu, atau sebagian tidak akan berhasil?"
              "Sebagian akan mencapainya dan sebagian tidak."
              "Apa alasannya, Gotama Yang Baik? Apa penyebabnya?"
              "Saya akan bertanya padamu, Brahmin; jawablah bila berkenan. Bagaimana pikiranmu? Apakah engkau mengetahui jalan ke Rajagaha?"
              "Ya, Gotama Yang Baik, saya mengetahuinya."
              "Baik, andaikan seorang datang padamu, dan berkata bahwa dia ingin ke Rajagaha dan bertanya arahnya. Lalu, engkau berkata: 'Jalan ini menuju ke Rajagaha; berjalanlah terus sampai ke suatu desa, berjalanlah terus sampai engkau sampai di pasar, lalu bila engkau berjalan terus engkau akan sampai di Rajagaha dengan kebun-kebunnya yang indah, hutan-hutan yang indah, lapangan-lapangan yang indah dan kolam-kolam yang indah. Namun, walau telah ditunjukkan dan diarahkan olehmu jalan itu, tapi orang tadi mengambil jalan lain yang menuju ke Barat. Dan, oleh karenanya dia tidak sampai ke Rajagaha. Lalu, andaikan seorang lagi datang padamu, dan dia juga berkeinginan ke Rajagaha, lalu karena dia mengikuti petunjukmu, maka akhirnya dia tiba dengan selamat. Jadi oleh karena ada Rajagaha, oleh karena ada jalan menuju kesana, dan juga ada engkau sebagai penunjuk jalan, mengapa orang yang pertama tidak sampai sedangkan orang yang satunya lagi sampai ke Rajagaha?" "Gotama Yang Baik, apa yang harus saya kerjakan dalam hal ini? Saya tiada lain hanyalah seorang penunjuk jalan." "Demikian pula, Brahmin; ada Nibbana, ada jalan menuju ke Nibbana, dan ada Saya sebagai penunjuk jalan menuju ke Nibbana. Tapi hanya sebagian Siswa yang diajar dan diarahkan oleh-Ku yang mencapai Nibbana, sebagian lainnya tidak. Apa yang dapat Saya perbuat dalam hal ini? Sang Tathagata adalah penunjuk Jalan.13

      Tapi satu hal yang pasti - siapapun yang mencapai Nibbana adalah sebagai hasil menjalankan ajaran Sang Buddha.

              "Bila, dengan pengertian penuh Gotama Yang Baik telah mengajarkan Dhamma pada siswa-Nya untuk pemurnian makhluk hidup, untuk mengatasi penyesalan dan keputus-asaan, untuk mengakhiri kesedihan dan kemurungan, untuk mencapai tatacara-nya, untuk mencapai nibbana; lalu apakah seluruh dunia akan mencapainya, atau seperduanya, atau sepertiganya?"
              Sampai disitu, Sang Buddha berdiam diri. Lalu Ananda berpikir: "Orang ini hendaknya jangan sampai berpikir bahwa Sang Buddha tidak dapat menjawab pertanyaan yang penting ini." Jadi Ananda berkata: "Saya akan memberi suatu perumpamaan." Bayangkan ada suatu kota dikelilingi oleh tembok dengan dasar pondasi yang sangat kuat, bermenara dan berpintu gerbang hanya satu, pintu gerbang dijaga ketat, hanya orang yang dikenal diperbolehkan melewatinya, dan orang asing tak diperbolehkan melewatinya. Lalu, ketika seseorang berjaga di sekeliling tembok, dia tidak menemukan satupun lobang yang dapat dilewati walau oleh seekor kucing pun. Dengan demikian dia tahu, bahwa semua makhluk, besar ataupun kecil, hanya dapat masuk ke kota atau keluar dari kota dengan melewati gerbang tersebut. Sama halnya dengan pertanyaanmu, tidaklah penting bagi Sang Buddha. Apa yang disabdakan Beliau adalah, bahwa "Siapapun yang telah terbebas, sedang terbebas ataupun akan terbebas dari dunia ini, dia akan terbebas dengan cara melepaskan ke-lima rintangan, melepaskan kesesatan-batin yang melemahkan kebijaksanaan, dia akan terbebas dengan cara mengembangkan batin dalam empat dasar kesadaran, dan dengan mengembangkan tujuh unsur pencerahan."14

Apakah seorang Pacceka Buddha selalu bisa membagi-bagi dan mengkategorikan pengembangan bathin ada empat dan unsur pencerahan ada tujuh?

Offline ryu

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 13.403
  • Reputasi: 429
  • Gender: Male
  • hampir mencapai penggelapan sempurna ;D
Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
« Reply #1432 on: 17 January 2009, 11:45:43 AM »
yg ini

Quote
"Saya akan memberi suatu perumpamaan." Bayangkan ada suatu kota dikelilingi oleh tembok dengan dasar pondasi yang sangat kuat, bermenara dan berpintu gerbang hanya satu, pintu gerbang dijaga ketat, hanya orang yang dikenal diperbolehkan melewatinya, dan orang asing tak diperbolehkan melewatinya. Lalu, ketika seseorang berjaga di sekeliling tembok, dia tidak menemukan satupun lobang yang dapat dilewati walau oleh seekor kucing pun. Dengan demikian dia tahu, bahwa semua makhluk, besar ataupun kecil, hanya dapat masuk ke kota atau keluar dari kota dengan melewati gerbang tersebut. Sama halnya dengan pertanyaanmu, tidaklah penting bagi Sang Buddha. Apa yang disabdakan Beliau adalah, bahwa "Siapapun yang telah terbebas, sedang terbebas ataupun akan terbebas dari dunia ini, dia akan terbebas dengan cara melepaskan ke-lima rintangan, melepaskan kesesatan-batin yang melemahkan kebijaksanaan, dia akan terbebas dengan cara mengembangkan batin dalam empat dasar kesadaran, dan dengan mengembangkan tujuh unsur pencerahan."14

nyambungnya dimana om ?
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

Offline ryu

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 13.403
  • Reputasi: 429
  • Gender: Male
  • hampir mencapai penggelapan sempurna ;D
Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
« Reply #1433 on: 17 January 2009, 11:47:29 AM »
50.      Dapatkah setiap orang mencapai kebahagiaan dan kebebasan Nibbana? Bila dapat, apakah setiap orang pada akhirnya akan mencapainya? Jawaban untuk hal yang pertama adalah jelas, yakni bahwa setiap orang dapat mencapai Nibbana, dan justru Sang Buddha senantiasa mendorong setiap orang untuk menjadikan Nibbana tujuan hidupnya serta agar berupaya sekuatnya untuk mencapainya. Senandung para wanita yang telah mencapai Nibbana, terdengar lantang dan jelas, dalam menjawab pertanyaan ini.

              Keadaan Abadi ini telah banyak yang mencapainya,
              Dan tetap dapat dicapai saat inipun,
              Bagi siapa yang menjalankannya sendiri,
              Tapi tidak bagi yang tidak berusaha sekuatnya.12

      Apakah setiap orang dapat mencapai Nibbana atau tidak? Jawaban dari pertanyaan ini tak dapat diramalkan, karena setiap orang mempunyai minat dan cita-cita masing-masing. Sang Buddha telah mengajarkan Dhamma dan dengan segala macam cara, menganjurkan orang untuk melaksanakannya; namun tentu saja pelaksananya tergantung pada orang itu sendiri-sendiri.

              "Gotama Yang Baik, setelah diajar dan diarahkan oleh-Mu, apakah semua siswa-Mu akan mencapai cita-cita murni itu, atau sebagian tidak akan berhasil?"
              "Sebagian akan mencapainya dan sebagian tidak."
              "Apa alasannya, Gotama Yang Baik? Apa penyebabnya?"
              "Saya akan bertanya padamu, Brahmin; jawablah bila berkenan. Bagaimana pikiranmu? Apakah engkau mengetahui jalan ke Rajagaha?"
              "Ya, Gotama Yang Baik, saya mengetahuinya."
              "Baik, andaikan seorang datang padamu, dan berkata bahwa dia ingin ke Rajagaha dan bertanya arahnya. Lalu, engkau berkata: 'Jalan ini menuju ke Rajagaha; berjalanlah terus sampai ke suatu desa, berjalanlah terus sampai engkau sampai di pasar, lalu bila engkau berjalan terus engkau akan sampai di Rajagaha dengan kebun-kebunnya yang indah, hutan-hutan yang indah, lapangan-lapangan yang indah dan kolam-kolam yang indah. Namun, walau telah ditunjukkan dan diarahkan olehmu jalan itu, tapi orang tadi mengambil jalan lain yang menuju ke Barat. Dan, oleh karenanya dia tidak sampai ke Rajagaha. Lalu, andaikan seorang lagi datang padamu, dan dia juga berkeinginan ke Rajagaha, lalu karena dia mengikuti petunjukmu, maka akhirnya dia tiba dengan selamat. Jadi oleh karena ada Rajagaha, oleh karena ada jalan menuju kesana, dan juga ada engkau sebagai penunjuk jalan, mengapa orang yang pertama tidak sampai sedangkan orang yang satunya lagi sampai ke Rajagaha?" "Gotama Yang Baik, apa yang harus saya kerjakan dalam hal ini? Saya tiada lain hanyalah seorang penunjuk jalan." "Demikian pula, Brahmin; ada Nibbana, ada jalan menuju ke Nibbana, dan ada Saya sebagai penunjuk jalan menuju ke Nibbana. Tapi hanya sebagian Siswa yang diajar dan diarahkan oleh-Ku yang mencapai Nibbana, sebagian lainnya tidak. Apa yang dapat Saya perbuat dalam hal ini? Sang Tathagata adalah penunjuk Jalan.13

      Tapi satu hal yang pasti - siapapun yang mencapai Nibbana adalah sebagai hasil menjalankan ajaran Sang Buddha.

              "Bila, dengan pengertian penuh Gotama Yang Baik telah mengajarkan Dhamma pada siswa-Nya untuk pemurnian makhluk hidup, untuk mengatasi penyesalan dan keputus-asaan, untuk mengakhiri kesedihan dan kemurungan, untuk mencapai tatacara-nya, untuk mencapai nibbana; lalu apakah seluruh dunia akan mencapainya, atau seperduanya, atau sepertiganya?"
              Sampai disitu, Sang Buddha berdiam diri. Lalu Ananda berpikir: "Orang ini hendaknya jangan sampai berpikir bahwa Sang Buddha tidak dapat menjawab pertanyaan yang penting ini." Jadi Ananda berkata: "Saya akan memberi suatu perumpamaan." Bayangkan ada suatu kota dikelilingi oleh tembok dengan dasar pondasi yang sangat kuat, bermenara dan berpintu gerbang hanya satu, pintu gerbang dijaga ketat, hanya orang yang dikenal diperbolehkan melewatinya, dan orang asing tak diperbolehkan melewatinya. Lalu, ketika seseorang berjaga di sekeliling tembok, dia tidak menemukan satupun lobang yang dapat dilewati walau oleh seekor kucing pun. Dengan demikian dia tahu, bahwa semua makhluk, besar ataupun kecil, hanya dapat masuk ke kota atau keluar dari kota dengan melewati gerbang tersebut. Sama halnya dengan pertanyaanmu, tidaklah penting bagi Sang Buddha. Apa yang disabdakan Beliau adalah, bahwa "Siapapun yang telah terbebas, sedang terbebas ataupun akan terbebas dari dunia ini, dia akan terbebas dengan cara melepaskan ke-lima rintangan, melepaskan kesesatan-batin yang melemahkan kebijaksanaan, dia akan terbebas dengan cara mengembangkan batin dalam empat dasar kesadaran, dan dengan mengembangkan tujuh unsur pencerahan."14

Apakah seorang Pacceka Buddha selalu bisa membagi-bagi dan mengkategorikan pengembangan bathin ada empat dan unsur pencerahan ada tujuh?
jangan nanya sama aye, nanyanya sama S. Dhammika ajah :))
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

Offline ryu

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 13.403
  • Reputasi: 429
  • Gender: Male
  • hampir mencapai penggelapan sempurna ;D
Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
« Reply #1434 on: 17 January 2009, 11:50:50 AM »
Vipassana: observasi dengan landasan yang kokoh
Karya: Taman Budicipta
Editor: Bhikkhu Dhammadhiro   
      
   Vipassana adalah latihan meditasi yang menekankan pada perhatian & perenungan terhadap segala gejolak fisik maupun mental dengan tujuan agar sifat aslinya--tanpa kepuasan, tanpa keabadian, tanpa aku--dapat dimengerti dengan benar. Akan tetapi banyak kalangan Buddhis maupun non-Buddhis yang kurang menghargai pentingnya landasan yang kokoh dalam meditasi Vipassana.  Banyak yang menginginkan 'jalan pintas' dan mengabaikan unsur-unsur penting lainnya dari Jalan Utama Berunsur Delapan.

Di jaman Sang Buddha, terdapatlah seorang petapa yang bernama Bahiya.  Sang Buddha menyebutkan bahwa di antara seluruh muridnya, petapa Bahiya merupakan salah satu murid yang paling cepat mencapai kesuciaan tertinggi, Arahat.  Jangka waktu yang diperlukan petapa Bahiya untuk mencapai Arahat setelah hanya mendengar sebait kotbah dari Sang Buddha adalah kurang dari 6 jam (waktu diantara minta sedekah makan dan selesai makan).  Sebelumnya, petapa Bahiya sama sekali tak mengenal ajaran Sang Buddha.  Akan tetapi kalau kita meneliti latar belakang petapa Bahiya, kita akan mengetahui bahwa Beliau adalah petapa luar biasa yang dipuja dan dianggap suci oleh masyarakat setempat.  Jadi 'jalan pintas' yang dilalui petapa Bahiya bukanlah 'jalan pintas' yang dapat sembarang dilalui oleh orang biasa.

Artikel ini akan menjelaskan pentingnya landasan yang kokoh dalam meditasi Vipassana.  Karena setiap orang memiliki kwalitas yang berbeda, maka waktu yang diperlukan untuk membangun landasan ini juga berbeda dari orang ke orang.

Sesungguhnya latihan Vipassana dilaksanakan dengan merenungi & mengamati dengan cermat dan benar gejolak fisik maupun mental.  Pada dasarnya perenungan & perhatian pada fisik adalah perenungan & perhatian terhadap badan.  Dan perenungan & perhatian terhadap mental dibagi menjadi perenungan & perhatian terhadap perasaan, pikiran, dan unsur mentalitas.  Artikel ini akan menjelaskan tentang pikiran dan unsur mentalitas dan menunjukan pentingnya landasan yang kokoh tersebut.. 

Di Satipatthana Sutta (Majjhima Nikaya 10), Sang Buddha menjelaskan tentang perenungan & erhatian terhadap pikiran (citta).  Seorang meditator seharusnya jeli memperhatikan apakah pikirannya memiliki sifat dosa, adosa, lobha, alobha, moha, atau amoha, atau apakah pikirannya terkonsentrasi, buyar, meluas, menyempit, dll.  Jadi seorang meditator seharusnya menyadari sifat pikirannya seperti yang disebutkan di atas, atau merenungi/menyadari sifat kesementaraan pikirannya--muncul dan lenyap, atau mengetahui dan mengingat bahwa pikiran memang ada.  Dan ia tetap membiarkan dirinya terlepas dari segala keterikatan.

Sedangkan perenungan & perhatian terhadap unsur mentalitas (dhamma) juga dijelaskan oleh Sang Buddha.  Dan Sang Buddha membagi unsur mentalitas ini menjadi beberapa bagian.  Berikut adalah penjelasan Sang Buddha mengenai perenungan & perhatian terhadap unsur mentalitas yang buruk, yakni kelima penghalang meditasi:

"Dan bagaimanakah seorang bhikkhu memperhatikan unsur mentalnya ketika lima penghalang meditasi itu berada di dirinya?  Ketika nafsu duniawi muncul di dirinya, ia menyadarinya, "Oh, nafsu duniawi muncul di diriku."  Atau ketika nafsu duniawi tak muncul di dirinya, ia menyadarinya, "Oh, nafsu duniawi tak muncul di diriku."  Dia mengetahui munculnya nafsu duniawi, dan dia mengetahui bahwa nafsu duniawi tersebut telah padam.  Dia juga mengetahui bagaimana nafsu duniawi yang muncul tersebut padam dan tak akan muncul lagi di kemudian hari."  (Penjelasan yang sama digunakan untuk keempat penghalang meditasi lainnya, yakni niat jahat (2), kemalasan (3), kegelisahan/kekhawatiran (4), dan keraguan (5).)

Kalau kita membandingkan penjelasan yang diberikan Sang Buddha tentang unsur mentalitas yang buruk (5 penghalang meditasi) di atas dengan unsur mentalitas yang baik (7 faktor pencerahan) di bawah, maka terlihat bahwa Sang Buddha menggunakan istilah "padam" sewaktu Beliau menjelaskan unsur mentalitas yang buruk, tetapi Beliau menggunakan istilah "berkembang" sewaktu Beliau menjelaskan unsur mentalitas yang baik.

"Dan bagaimanakah seorang bhikkhu memperhatikan unsur mentalitasnya ketika tujuh faktor pencerahan itu berada di dirinya?  Ketika 'perhatian sebagai faktor pencerahan' muncul di dirinya, ia menyadarinya, "Oh, 'perhatian sebagai faktor pencerahan'  muncul di diriku."  Atau ketika 'perhatian sebagai faktor pencerahan'  tak muncul di dirinya, ia menyadarinya, "Oh, 'perhatian sebagai faktor pencerahan' tak muncul di diriku."  Dia mengetahui munculnya 'perhatian sebagai faktor pencerahan', dan dia mengetahui bahwa 'perhatian sebagai faktor pencerahan'  tersebut telah berkembang.  Dia juga mengetahui bagaimana 'perhatian sebagai faktor pencerahan' yang muncul tersebut dapat berkembang."  (Penjelasan yang sama digunakan untuk keenam faktor pencerahan lainnya, yakni analisa (2), keuletan (3), kegirangan (4), ketenangan (5), konsentrasi (6), dan keseimbangan batin (7) sebagai faktor pencerahan).

Dari penjelasan Sang Buddha di atas, terlihat adanya kecenderungan bagi kwalitas buruk untuk padam dan kecenderungan bagi kwalitas baik untuk berkembang di diri seorang meditator Vipassana.  Hal ini disebabkan oleh telah adanya landasan yang kokoh di diri meditator Vipassana.

Hal di atas dapat diperumpamakan sebagai berikut.  Bagaikan kayu bakar yang lembab akan sulit dibakar apabila dinyala api, begitu pula kwalitas buruk akan sulit berkembang apabila muncul di diri seseorang yang memiliki landasan yang kokoh.  Dan bagaikan kayu bakar yang kering akan mudah dibakar apabila dinyala api, begitu pula kwalitas buruk akan mudah berkembang apabila muncul di diri seseorang yang tak memiliki landasan yang kokoh.

Walaupun demikian, tak tepat bila dikatakan bahwa kwalitas buruk (yang berakar pada dosa, lobha, moha) sudah lenyap dengan tuntas di diri seorang meditator Vipassana.  Karena ketiga akar kejahatan tersebut hanya dapat dilenyapkan dengan tuntas setelah seseorang mencapai kesuciaan tertinggi, Arahat.  Dengan demikian, pikiran yang bersifat dosa, lobha, dan moha masih dapat muncul tetapi tak kuat lagi di dirinya.  Nah, semakin lemahnya dosa, lobha, dan moha ini maka semakin dekatlah si meditator dengan keberhasilan meditasi Vipassananya.  Malahan telah dijadikan patokan--bila dosa, lobha, dan moha seseorang jauh berkurang, maka meditasinya dianggap maju.

Maka untuk ia yang belum memiliki landasan yang kokoh (pemula) diperlukan hal-hal pembentuk landasan yang kokoh.  Karena tanpa adanya landasan yang kokoh, pemula hanya akan senantiasa memperhatikan niat jahat dan nafsu yang terus-menerus menguasai dirinya, bagaikan kayu bakar kering yang akan mudah dibakar apabila dinyala api.

Sang Buddha sendiri memberikan nasehatnya kepada Bhikkhu Meghiya, seorang bhikkhu muda yang mengalami kesulitan dalam meditasi, agar pertama-tama memiliki dulu 5 hal ini.  Kelima hal yang seharusnya dimiliki itu adalah seorang rekan Dhamma yang bijaksana, sila (moral) yang luhur, ketekunan mendengar kotbah Dhamma, kebijaksanaan tentang 3 corak umum, dan ketekunan meningkatkan kwalitas mulia/mengurangi kwalitas tercela di dirinya.  Tanpa didukung oleh kelima hal ini, meditasi seseorang akan sulit mencapai kemajuan yang berarti.  Bila seseorang kekurangan kelima hal ini, maka niat jahat dan nafsu akan menghalangi meditasinya, seperti yang terjadi pada Bhikkhu Meghiya.

Jadi adalah tugas si pemula untuk mengembangkan dulu kwalitas baik yang muncul dan melenyapkan kwalitas buruk yang muncul.  Ia bukan hanya sekedar menjadi pengamat dan membiarkan kwalitas baik yang muncul lenyap begitu saja, atau membiarkan kwalitas buruk yang muncul berkembang merajarela.

Latihan ini adalah termasuk "daya upaya benar dan perhatian benar" karena ia memperhatikan kwalitas di dirinya dengan seksama (perhatian benar) dan berusaha meningkatkannya (daya upaya benar).  Daya upaya benar dan perhatian benar adalah bagian dari samadhi, dua unsur dari Jalan Utama Berunsur Delapan yang harus dikembangkan.

Di Dvedhavittaka Sutta, Sang Buddha sendiri mengungkapkan kepada para bhikkhu metode yang Beliau gunakan untuk mencapai tingkat kebuddhaan.  Di sutta itu, Sang Buddha mengatakan bahwa dulunya sewaktu Beliau masih sebagai seorang Boddhisatta, Beliau selalu memperhatikan unsur mentalitasnya (melatih perhatian benar).  Bila yang muncul adalah unsur mentalitas baik, maka Beliau mengembangkannya lebih lanjut.  Bila yang muncul adalah unsur mentalitas buruk, maka Beliau melenyapkannya seketika itu juga (melatih daya upaya benar).  Dengan ketekunan itu, akhirnya Beliau mampu meraih tingkat ketenangan batin yang tinggi (melatih konsentrasi benar) dan kemudian mencapai tingkat kebuddhaan.

Ketika seseorang telah memiliki sila yang luhur, kebijaksanaan yang tajam (mengerti bahwa segala yang terbentuk akan terurai), pengertian Dhamma yang memadai, dan pikiran yang terlatih (hal buruk yang muncul di pikirannya akan lenyap seketika dan hal baik yang muncul di pikirannya akan bertahan lama), maka saat itulah ia telah memiliki landasan yang kokoh.

Dengan landasan yang kokoh ini, kecenderungan yang disebutkan Sang Buddha tersebut akan menjadi nyata di dirinya.  Ketika ia memperhatikan unsur mentalitas buruk yang muncul di dirinya, ia akan memperhatikannya lenyap segera dengan sendirinya.  Ketika ia memperhatikan unsur mentalitas baik yang muncul di dirinya, ia akan memperhatikannya berkembang dengan sendirinya di dirinya.

Hal ini penting karena bila kwalitas pikiran kita buruk, maka kita akan memperhatikan pikiran buruk yang terus menerus muncul dan berkembang di diri kita.  Kwalitas pikiran yang buruk ini dapat membahayakan diri seorang meditator.  Dan telah menjadi hukumnya bahwa kwalitas pikiran yang buruk (atau kwalitas moral yang buruk) tak dapat memberikan kemajuan dalam meditasi. Sedangkan meditator yang telah memiliki landasan yang kokoh akan dapat dengan mudah memperhatikan sifat asli dari segala gejolak fisik maupun mental di dirinya.  Tentang bagaimana kwalitas pikiran yang baik dapat membantu keberhasilan seorang meditator telah dijelaskan dengan singkat di tujuh faktor pencerahan di atas.

Jadi keberhasilan hanya akan tercapai setelah seorang meditator memiliki landasan yang kokoh, yang mencakup sila (perbuatan, perkataan, mata pencaharian benar), samadhi (daya upaya, konsentrasi, perenungan/perhatian benar), dan panna (pengertian dan pikiran benar).  Tanpa adanya landasan yang kokoh ini, seorang meditator akan sulit meraih kemajuan yang berarti. 
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
« Reply #1435 on: 17 January 2009, 11:56:40 AM »
yg ini

Quote
"Saya akan memberi suatu perumpamaan." Bayangkan ada suatu kota dikelilingi oleh tembok dengan dasar pondasi yang sangat kuat, bermenara dan berpintu gerbang hanya satu, pintu gerbang dijaga ketat, hanya orang yang dikenal diperbolehkan melewatinya, dan orang asing tak diperbolehkan melewatinya. Lalu, ketika seseorang berjaga di sekeliling tembok, dia tidak menemukan satupun lobang yang dapat dilewati walau oleh seekor kucing pun. Dengan demikian dia tahu, bahwa semua makhluk, besar ataupun kecil, hanya dapat masuk ke kota atau keluar dari kota dengan melewati gerbang tersebut. Sama halnya dengan pertanyaanmu, tidaklah penting bagi Sang Buddha. Apa yang disabdakan Beliau adalah, bahwa "Siapapun yang telah terbebas, sedang terbebas ataupun akan terbebas dari dunia ini, dia akan terbebas dengan cara melepaskan ke-lima rintangan, melepaskan kesesatan-batin yang melemahkan kebijaksanaan, dia akan terbebas dengan cara mengembangkan batin dalam empat dasar kesadaran, dan dengan mengembangkan tujuh unsur pencerahan."14

nyambungnya dimana om ?


Tulisan ini sepertinya bukan diambil dari 1 sutta saja, tapi beberapa sutta. Betul, ryu?

Bagian awal itu ada di Ganaka Moggallana Sutta yang menceritakan bahwa Buddha hanyalah seorang penunjuk jalan, tapi yang menjalaninya adalah murid-muridnya sendiri. Yang di bagian bawah, dari Anguttara Nikaya, Dasaka, tentang tidak perlunya pertanyaan mengenai "berapa yang akan berhasil", dijawab oleh Ananda, bahwa siapapun yang menjalaninya akan berhasil.

Dalam hubungannya di sini, sepertinya ryu mau menjelaskan bahwa jalan pembebasan hanya satu macam, yaitu yang didahului dengan menghentikan lima rintangan, dst dst. Kalau keliru, silahkan koreksi. :)


Offline ryu

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 13.403
  • Reputasi: 429
  • Gender: Male
  • hampir mencapai penggelapan sempurna ;D
Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
« Reply #1436 on: 17 January 2009, 12:03:57 PM »
aye mah cuma copas doang kok dari :
http://dhammacitta.org/forum/index.php?topic=6660.15

;D
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

Offline tesla

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.426
  • Reputasi: 125
  • Gender: Male
  • bukan di surga atau neraka, hanya di sini
Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
« Reply #1437 on: 17 January 2009, 12:13:32 PM »
aye mah cuma copas doang kok dari :
http://dhammacitta.org/forum/index.php?topic=6660.15

;D

sdr. ryu ini terampil sekali dalam hal men-copas :))
Lepaskan keserakahan akan kesenangan. Lihatlah bahwa melepaskan dunia adalah kedamaian. Tidak ada sesuatu pun yang perlu kau raup, dan tidak ada satu pun yang perlu kau dorong pergi. ~ Buddha ~

Offline ryu

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 13.403
  • Reputasi: 429
  • Gender: Male
  • hampir mencapai penggelapan sempurna ;D
Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
« Reply #1438 on: 17 January 2009, 12:18:22 PM »
aye mah cuma copas doang kok dari :
http://dhammacitta.org/forum/index.php?topic=6660.15

;D

sdr. ryu ini terampil sekali dalam hal men-copas :))
Khan aye lemah dalam dhamma dan meditasi, kelebihannya COPAS =))

ada yang menarik juga nih :
SN 20.7
Ani Sutta
The Peg
Translated from the Pali by
Thanissaro Bhikkhu

Staying at Savatthi. "Monks, there once was a time when the Dasarahas had a large drum called 'Summoner.' Whenever Summoner was split, the Dasarahas inserted another peg in it, until the time came when Summoner's original wooden body had disappeared and only a conglomeration of pegs remained. 1

"In the same way, in the course of the future there will be monks who won't listen when discourses that are words of the Tathagata — deep, deep in their meaning, transcendent, connected with emptiness — are being recited. They won't lend ear, won't set their hearts on knowing them, won't regard these teachings as worth grasping or mastering. But they will listen when discourses that are literary works — the works of poets, elegant in sound, elegant in rhetoric, the work of outsiders, words of disciples — are recited. They will lend ear and set their hearts on knowing them. They will regard these teachings as worth grasping & mastering.

"In this way the disappearance of the discourses that are words of the Tathagata — deep, deep in their meaning, transcendent, connected with emptiness — will come about.

"Thus you should train yourselves: 'We will listen when discourses that are words of the Tathagata — deep, deep in their meaning, transcendent, connected with emptiness — are being recited. We will lend ear, will set our hearts on knowing them, will regard these teachings as worth grasping & mastering.' That's how you should train yourselves."

http://www.accesstoinsight.org/tipitaka/sn/sn20/sn20.007.than.html

Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

Offline inJulia

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 256
  • Reputasi: 6
  • Gender: Male
Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
« Reply #1439 on: 17 January 2009, 01:50:57 PM »

Demi kebenaran dan kebahagiaan orang banyak,


Pak Bing yg sudah ikut belasan kali Vipassana, dimana Sayadaw menekankan pentingnya pencatatan, buat pemula. Pak BIng bilang, sudah ehipassiko, kalau ngga mencatat, pikiran sering tanpa disadari sudah mengembara. Makanya, Pak Bing berani menempelkan kertas saat MMD. he he he


Ketika Bhikkhuni Santini mengajarkan Vipassana di BVA, beberapa hari yl, Pak Bing ikut lagi. Di sini Bhikkhuni santini sanggup mengubah pandangan Pak Bing soal pencatatan. Tidak perlu dicatat, cukup disadari saja!!!

Kalau Pak Bing yg sudah praktek langsung, sudah berkali2 ikut bimbingan Sayadaw, yang semula kukuh soal pentingnya dan harusnya melakukan pencatatan, akhirnya bisa menerima dan mengakui --setelah ia diskusikan dan praktekkan sendiri-- tidak perlunya pencatatan batin, silahkan rekan2 se Dhama menyimpulkan sendiri.

NB
Dari sumber yg bisa dipercaya,

Salam metta.