//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Show Posts

This section allows you to view all posts made by this member. Note that you can only see posts made in areas you currently have access to.


Messages - Peacemind

Pages: 1 2 3 4 5 6 7 [8] 9 10 11 12 13 14 15 ... 65
106
Diskusi Umum / Re: Sayembara mencari kelemahan Tipitaka
« on: 12 April 2011, 10:37:54 AM »
bukannya jataka termasuk dalam sutta pitaka-Khuddaka Nikaya  ya?..duh ngarep banget ;D

Jātaka termasuk Tipitaka, tetapi kisah-kisahnya sebenarnya ada dalam Aṭṭhakathā. Jātaka hanya berisi syair-syair doang.

107
Game / Re: game bahasa Pali
« on: 12 April 2011, 10:17:10 AM »
canda = persetujuan (kl gk salah chanda) wah harus ada penengah yg bisa benerin kl dari kita2 ada yg salah nih  ^:)^ ^:)^

sabbe artinya?

canda = bulan

108
Diskusi Umum / Re: Sayembara mencari kelemahan Tipitaka
« on: 12 April 2011, 10:13:31 AM »
saya memang tidak mengharapkan 6jt tapi mana tau masih bisa jadi juara2 dapat 4jt

ya mudah-mudahan menjadi pemenang runner up!.. ;D

109
Diskusi Umum / Re: Sayembara mencari kelemahan Tipitaka
« on: 12 April 2011, 10:10:16 AM »
saya ikutan akh..untung2 dapet..Sulasa-Jataka (n.419)

Pada jaman dahulu kala, di Vārāṇasī hiduplah seorang pelacur kelas tinggi bernama Sulasā. Suatu hari, ia menyelamatkan nyawa seorang perampok bernama Suttaka yang akan dihukum mati. Mereka kemudian menikah. Setelah hidup bersama, nafsu keserakahan Suttaka bukannya semakin surut, malah semakin menjadi-jadi. Dahulu ia merampok karena hidupnya serba kekurangan. Namun sekarang setelah hidupnya tidak kekurangan, dirasakannya masih belum berkecukupan.

Tidak terlalu lama berselang, karena ingin menguasai seluruh harta benda Sulasā, si perampok bermaksud membunuh Sulasā, istrinya. Ia membujuk istrinya untuk mengenakan perhiasan-perhiasannya yang sangat berharga dan bersama-sama hendak mengunjungi suatu tempat. Namun di tengah perjalanan, di puncak sebuah gunung, ia minta beristirahat dan menyuruh istrinya agar melepaskan semua perhiasannya. Dia bermaksud hendak membunuhnya dengan melemparkan tubuh Sulasā ke jurang.

Namun Sulasa berpikir, “Ia pasti akan membunuhku. Aku harus menyerangnya lebih dulu.  Aku akan menang jika aku menggunakan muslihat.”

Maka ia memohon sambil terisak-isak, “Suamiku…, meskipun engkau mau membunuhku, aku tetap mencintaimu, aku sungguh seorang perempuan yang tak berdaya. Menjelang kematianku, izinkanlah aku memberi hormat kepadamu dari empat penjuru, depan, belakang, kiri, dan kanan.”

Tanpa mencurigai muslihatnya, si perampok mengizinkan istrinya melakukan hal itu. Sewaktu memberi hormat kepada si perampok, yang sedang berdiri di tepi tebing, dari depan dan samping, ketika ia berada di belakangnya, ia memutuskan untuk membunuh suaminya dengan mendorong sekuat-kuatnya hingga Suttaka jatuh dari tebing dan mati.

Bodhisatta (Calon Buddha) yang ketika itu terlahir sebagai dewa yang menetap di gunung tersebut berkata,

“ Na hi sabbesu ṭhānesu puriso hoti paṇḍito, itipi paṇḍito hoti tattha tattha vicakkhaṇā “

[Tidak selalu laki-laki lebih bijaksana; perempuan juga bisa bijaksana dan berpandangan jauh].

ada lagi kisah tentang seorang istri yg membunuh suaminya yg jahat dengan cara mendorongnya ke jurang, dan para dewa malah memuji kebijaksanaan si istri tersebut.

Kedua cerita di atas tidak ada dalam Tipitaka, melainkan di dalam kitab komentar (Aṭṭhakathā). Anda berdua tidak berhak mendapatkan 6 juta rupiah.. ;D

110
Diskusi Umum / Re: Sayembara mencari kelemahan Tipitaka
« on: 12 April 2011, 10:06:39 AM »
IMO, jika ada kasus bayi yg benar2 menelan kerikil, saya pikir cukup dapat disimpulkan dari sutta itu bahwa Sang Buddha menyetujui tindakan-tindakan yg sengaja melukai itu yg tujuannya untuk menyelamatkan, dan ini memenuhi syarat TS bagian "pernyataan dalam Tipitaka yang membenarkan/menyetujui perbuatan yang dengan sengaja melukai mahluk lain"

Selain bermaksud untuk mempertahankan kemenangan saya,,, saya juga setuju dengan komen Mbah Indra. Sekarang lupakan 'tujuan mengapa harus melukai'. Yang terpenting, pernyataan di sutta tersebut sudah memenuhi pertanyaan awal, "pernyataan dalam Tipitaka yang membenarkan/menyetujui perbuatan yang dengan sengaja melukai mahluk lain". Jika pertanyaan awal meliputi tujuan yang bersifat negatif, tentu jawaban saya tidak memenuhi syarat, tetapi yang diminta hanya sebuah pernyataan yang membenarkan dan menyetujui perbuatan yang dengan sengaja melukai makhluk lain. Hmmm...... Saya rasa saya masih benar.. hehe....  ;D ;D ;D

111
Diskusi Umum / Re: Sayembara mencari kelemahan Tipitaka
« on: 12 April 2011, 09:41:22 AM »
makanya cuma Sam Peacemind yg bisa, karena langsung bongkar dari Pali

Tadi yang saya bongkar belum Palinya. Saya ingat pertanyaan di dalam sutta tersebut yang diterjemahkan oleh Bhikkhu Bodhi dari Pali ke Inggris.

112
Diskusi Umum / Re: Sayembara mencari kelemahan Tipitaka
« on: 12 April 2011, 09:39:34 AM »
tapi saya masih optimis Mbah Fabian cukup konsisten yg apa yg ia katakan, kalo Bro Adi sih memang agak meragukan

Jangan mencurigai yang lain dulu. Nanti partynya malah gagal.. :D

113
Diskusi Umum / Re: Sayembara mencari kelemahan Tipitaka
« on: 12 April 2011, 09:28:44 AM »
gagal karena jurus geliat belut

Sañjayabelaṭṭhiputta? hehehe.....

114
Diskusi Umum / Re: Sayembara mencari kelemahan Tipitaka
« on: 12 April 2011, 09:26:08 AM »

yah kalo gitu, keknya gak jadi party deh

Memang bisa gagal kenapa?

115
pertama tama harus tahu apa difinisi jiwa yang anda maksud? soalnya di budhis tidak mengenal kata jiwa atau roh tetapi ada kata bathin tapi kondisi bathin mungkin tidak sama dengan yang anda katakan jiwa? kalau anda maksud ke istilah "jiwa dan raga" maka mungkin lebih condong ke istilah "nama dan rupa" dalam Budhisme.

di Budhis kenal nya nama dan rupa, nama=bathin, rupa = fisik 

Kata jiwa dalam bahasa Indonesia tampaknya berasal dari bahasa Pāli atau Sansekerta. Dalam bahasa Pāli ada kata 'jiva'. Di antara 10 pertanyaan yang diperdebatkan oleh para filsuf pada jaman Sang Buddha, dua pertanyaan berkaitan dengan  "jiva'. 1. Tam jivam tam sāriraṃ - apakah jiwa sama dengan jasmani?, 2. aññaṃ jivaṃ aññaṃ sāriraṃ - apakah jiwa berbeda dari jasmani.

Jiwa di atas mengacu kepada 'entitas / diri / atta' yang kekal yang dipercaya oleh kebanyakan filsuf pada jaman Buddha. Sang Buddha tidak mau menjawab pertanyaan di atas karena memang tidak bermanfaat dan tidak mengarahkan kepada nibbāna.

116
Diskusi Umum / Re: Sayembara mencari kelemahan Tipitaka
« on: 12 April 2011, 09:06:39 AM »
boleh, kalau Sam kesulitan untuk mengadakan acara ini, saya bersedia berkorban untuk mewakili

Horeeeee,,,, make party...  ;D ;D ;D

117
Diskusi Umum / Re: Sayembara mencari kelemahan Tipitaka
« on: 12 April 2011, 08:47:26 AM »
Teman-teman sekalian, saya ada usul bagaimana bila DC mengadakan sayembara yang terbuka untuk umum, terbuka untuk seluruh masyarakat Indonesia, bahkan masyarakat dunia.

Isi sayembaranya adalah sebagai berikut:

"Barang siapa yang bisa menemukan pernyataan dalam Tipitaka yang membenarkan/menyetujui perbuatan yang dengan sengaja melukai mahluk lain atau membunuh mahluk lain secara fisik" akan diberi hadiah.

Saya bersedia menyumbang Rp 5.000.000,- (lima juta rupiah) bagi mereka yang berhasil menemukan pernyataan yang membenarkan hal itu dalam Tipitaka.

Bila ada teman-teman yang ingin urunan menambah besarnya hadiah, silahkan.... Bagaimana....?

Wah, saya bisa ikut sayembara ngga nih?  ;D ;D ;D................ Saya ingin mengomentari yang digarisbawahi saja. Terkadang Sang Buddha menggunakan kata-kata yang dengan sengaja melukai makhluk lain, meski tujuannya baik. Dalam Abhayarājakumarasutta, Majjhimanikāya, ada perumpamaan yang diberikan Sang Buddha melalui perbincangan-Nya dengan pangeran Abhāya. Kira-kira begini: "Seandainya ada seorang bayi menelan kerikil atau ranting kecil yang mana menyangkut di tenggorokan, seseorang akan mengambil kerikil atau ranting kecil dari mulutnya meski darah harus keluar dari mulut si bayi tersebut. Demikian pula, meski kata-kata tidak menyenangkan, jika kata-kata tersebut benar dan bermanfaat, Sang Buddha akan mengucapkannya pada saat yang tepat." Memang cara ini bertujuan baik karena ingin menyelamatkan orang tersebut, tetapi setidaknya, pernyataan ini secara langsung menyetujui perbuatan yang dengan sengaja melukai orang lain. Bahkan dalam Vinaya, jika ada seorang bhikkhu melanggar peraturan, pertama yang harus dilakukan oleh Sangha adalah menegur (rebuke) bhikkhu tersebut. Cara ini melukai tetapi penting supaya bhikkhu tersebut ingat kesalahannya.

Bagaimana,,,,, 5.000.000 kah?  ;D ;D ;D

118
Setahu saya, Pratimoksha Mahayana kan gak ada, para bhiksu Mahayana menggunakan Vinaya Dharmagupta (yg juga pecahan Sthraviravada/Theravada) ditambah Bodhisattva Sila yang terdapat dalam Brahmajala Sutra (bukan Brahmajala Sutta dari Digha Nikaya). Kalau bhiksu Tibet pake Vinaya Mulasarvastivada....

Bisa disebutkan di sini tentang Brahmajala sutra..? Penasaran nih.

119
Meditasi / Re: 10 kekotoran Vipassana ada di Kitab Komentar saja!
« on: 03 April 2011, 08:38:39 PM »
apa mungkin ini agar mempermudah?

sama seperti 31 alam di stta khan ga ada?

Ada kemungkinan demikian.

120
Meditasi / Re: 10 kekotoran Vipassana ada di Kitab Komentar saja!
« on: 03 April 2011, 08:04:28 PM »
tentu pada kitab komentar karena ini spesifik dalam strukturisasi tehnik vipassana yg belakangan dibuat. Oleh Mahasi Sayadaw bukan yah? CMIIW

Kita tidak bisa mengatakan bahwa strukturisasi vipassana dibuat oleh Mahasi Sayadaw, karena dalam Visuddhimagga, buku yang disusun oleh Bhikkhu Buddhaghosa pada abad 5 Setelah Masehi, struktur ini sudah ditulis. Mahasi Sayadaw justru mengutip apa yang terlulis dalam Visuddhimagga.

Quote
cuma dari sudut pandang lain lagi, ketika seseorang tidak pernah membaca 10 kekotoran vipassana, apakah itu selalu ada?

Saya rasa pengalaman tersebut tetap ada, hanya saja seseorang tidak tahu namanya. :)

Quote
imo sih, sensasi *gangguan* itu buat saya hanyalah sensasi tanpa perlu di bagi2 dan dideskripsikan jadi demikian, they come and go. Just like that.

Untuk pengetahuan dan memudahkan pencatatan dalam praktik vipassana, terkadang gangguan ini harus dideskripsikan dan dilabeli. Tentu jika pikiran sudah terampil, label tersebut pun tidak akan begitu diperlukan karena pada dasarnya apa yang dilihat seseorang hanya coming and going of phenomena.


Pages: 1 2 3 4 5 6 7 [8] 9 10 11 12 13 14 15 ... 65
anything