//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Show Posts

This section allows you to view all posts made by this member. Note that you can only see posts made in areas you currently have access to.


Messages - Indra

Pages: 1 ... 4 5 6 7 8 9 10 [11] 12 13 14 15 16 17 18 ... 954
151
Sutta Vinaya / Pācittiya 18
« on: 15 September 2022, 10:28:36 PM »
Koleksi Theravāda tentang Hukum Monastik
Aturan Kebhikkhuan dan Analisisnya
Bab tentang Pelanggaran-Pelanggaran yang Mengharuskan Penebusan
Sub-bab tentang Tanaman

Pācittiya 18. Aturan Latihan tentang Lantai Atas

Kisah Asal-mula

Pada suatu ketika Sang Buddha sedang menetap di Sāvatthī di Hutan Jeta, Vihara Anāthapiṇḍika. Pada saat itu dua orang bhikkhu sedang menetap di sebuah tempat kediaman berloteng milik Sangha, satu menetap di bawah dan satu di atas. Bhikkhu yang diatas dengan kuat duduk di atas tempat tidur dengan kaki yang dapat dilepas. Satu kakinya lepas dan mengenai kepala bhikkhu yang di bawah. Ia berteriak. Para bhikkhu bergegas datang dan bertanya apa yang terjadi, dan ia memberitahukan kepada mereka.

Para bhikkhu yang memiliki sedikit keinginan mengeluhkan dan mengkritiknya, "Bagaimana mungkin seorang bhikkhu dengan kuat duduk di atas tempat tidur dengan kaki yang dapat dilepas di lantai atas sebuah tempat kediaman milik Sangha?"

Setelah menegur para bhikkhu itu dalam berbagai cara, mereka memberitahu Sang Buddha. Segera setelah itu Sang Buddha mengumpulkan Sangha dan menanyai bhikkhu itu: "Benarkah, bhikkhu, bahwa engkau melakukan hal ini?

"Benar, Yang Mulia."

Sang Buddha menegurnya ... "Orang dungu, bagaimana mungkin engkau melakukan hal ini? Hal ini akan mempengaruhi keyakinan orang-orang ..." ... "Dan, para bhikkhu, aturan latihan ini harus dibacakan sebagai berikut:

Aturan akhir

'Jika, seorang bhikkhu duduk atau berbaring di atas tempat tidur atau dipan dengan kaki yang dapat dilepas di lantai atas sebuah tempat kediaman milik Sangha, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.'"

Definisi

Seorang:

Siapa pun

Bhikkhu:

... Seorang bhikkhu yang telah diberikan penahbisan penuh oleh Sangha yang sepakat melalui prosedur sah yang terdiri dari satu usul dan tiga pengumuman yang tidak dapat dibatalkan dan lengkap—bhikkhu jenis inilah yang dimaksudkan dalam kasus ini.

Sebuah tempat kediaman milik Sangha:

Diberikan kepada Sangha, dilepaskan kepada Sangha.

Lantai atas:

Kepala dari seorang dengan tinggi rata-rata tidak dapat terbentur.

Tempat tidur dengan kaki dapat dilepas:

Tempat tidur ini berdiri setelah kakinya dipasang.

Dipan dengan kaki dapat dilepas:

Dipan ini berdiri setelah kakinya dipasang.

Duduk:

Jika ia duduk di atasnya, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.

Berbaring:

Jika ia berbaring di atasnya, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.

Permutasi

Jika itu adalah milik Sangha, dan ia menyadarinya sebagai milik Sangha, dan ia duduk atau berbaring di atas tempat tidur atau dipan dengan kaki yang dapat dilepas di lantai atas, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan. Jika itu adalah milik Sangha, tetapi ia tidak dapat memastikannya ... Jika itu adalah milik Sangha, tetapi ia menyadarinya sebagai milik individu, dan ia duduk atau berbaring di atas tempat tidur atau dipan dengan kaki yang dapat dilepas di lantai atas, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.

Jika itu adalah milik individu, tetapi ia menyadarinya sebagai milik Sangha, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika itu adalah milik individu, tetapi ia tidak dapat memastikannya, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika itu adalah milik individu, dan ia menyadarinya sebagai milik individu, tetapi individu tersebut bukan dirinya, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika itu adalah miliknya, maka tidak ada pelanggaran,

Tidak ada pelanggaran

Tidak ada pelanggaran: Jika tidak ada lantai atas; jika lantai atas itu begitu rendah hingga kepala seseorang dapat terbentur; jika lantai bawah tidak dipergunakan; jika lantai atas berlapis papan lantai; Jika kaki-kakinya terkunci dengan baut; jika ia berdiri untuk mengambil atau meletakkan sesuatu; jika ia gila; jika ia adalah pelaku pertama.

Aturan latihan tentang lantai atas, yang kedelapan, selesai


152
Sutta Vinaya / Pācittiya 17
« on: 15 September 2022, 10:28:08 PM »
Koleksi Theravāda tentang Hukum Monastik
Aturan Kebhikkhuan dan Analisisnya
Bab tentang Pelanggaran-Pelanggaran yang Mengharuskan Penebusan
Sub-bab tentang Tanaman

Pācittiya 17. Aturan Latihan tentang Melempar ke Luar

Kisah Asal-mula

Pada suatu ketika Sang Buddha sedang menetap di Sāvatthī di Hutan Jeta, Vihara Anāthapiṇḍika, para bhikkhu dari kelompok tujuh belas sedang memperbaiki sebuah tempat kediaman besar di dekat sana, bermaksud untuk menetap di sana selama musim hujan. Para bhikkhu dari kelompok enam melihat hal ini dan berkata, "Para bhikkhu dari kelompok tujuh belas sedang memperbaiki sebuah tempat kediaman. Mari kita mengusir mereka." Tetapi beberapa orang di antara mereka berkata, "Tunggulah hingga mereka selesai memperbaiki."

Tidak lama kemudian para bhikkhu dari kelompok enam berkata kepada para bhikkhu dari kelompok tujuh belas itu, "Pergilah, tempat kediaman ini adalah milik kami."

"Tidakkah seharusnya kalian memberitahu kami sebelumnya? Agar kami dapat memperbaiki yang lain."

"Bukankah tempat kediaman ini adalah milik Sangha?"

"Ya, benar."

"Kalau begitu, pergilah! Tempat kediaman ini adalah milik kami."

"Tempat kediaman ini besar. Kalian boleh menetap di sini dan kami juga."

Tetapi mereka berkata, "Pergilah, tempat kediaman ini adalah milik kami," dan mereka mencengkeram mereka pada leher dan melempar mereka ke luar dengan marah.

Para bhikkhu dari kelompok tujuh belas menangis. Ketika para bhikkhu lain bertanya kepada mereka mengapa, mereka memberitahukan apa yang telah terjadi.

Para bhikkhu yang memiliki sedikit keinginan mengeluhkan dan mengkritik mereka, "Bagaimana mungkin para bhikkhu dari kelompok enam melempar bhikkhu lain ke luar dari sebuah tempat kediaman milik Sangha?"

Setelah menegur para bhikkhu itu dalam berbagai cara, mereka memberitahu Sang Buddha. Segera setelah itu Sang Buddha mengumpulkan Sangha dan menanyai para bhikkhu itu: "Benarkah, para bhikkhu, bahwa kalian melakukan hal ini?

"Benar, Yang Mulia."

Sang Buddha menegur mereka ... "Orang-orang dungu, bagaimana mungkin kalian melakukan hal ini? Hal ini akan mempengaruhi keyakinan orang-orang ..." ... "Dan, para bhikkhu, aturan latihan ini harus dibacakan sebagai berikut:

Aturan akhir

'Jika, seorang bhikkhu, dalam kemarahan, melempar seorang bhikkhu ke luar dari sebuah tempat kediaman milik Sangha, atau menyuruh orang lain melemparnya ke luar, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.'"

Definisi

Seorang:

Siapa pun

Bhikkhu:

... Seorang bhikkhu yang telah diberikan penahbisan penuh oleh Sangha yang sepakat melalui prosedur sah yang terdiri dari satu usul dan tiga pengumuman yang tidak dapat dibatalkan dan lengkap—bhikkhu jenis inilah yang dimaksudkan dalam kasus ini.

Seorang bhikkhu:

Bhikkhu lainnya

Dalam kemarahan:

Merasa tidak puas, memiliki kebencian, permusuhan.

Sebuah tempat kediaman milik Sangha:

Diberikan kepada Sangha, dilepaskan kepada Sangha.

Melempar keluar:

Jika ia menangkapnya di dalam sebuah ruangan dan melemparnya ke luar ke jalan masuk, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan. Jika ia menangkapnya di jalan masuk dan melemparnya ke luar ruangan, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan. Walaupun ia membuatnya melewati banyak pintu dengan satu usaha, ia melakukan satu pelanggaran yang mengharuskan penebusan.

Menyuruh orang lain melemparnya kelauar:

Jika ia menyuruh orang lain, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan. Jika ia hanya menyuruh satu kali, bahkan jika orang lain itu membuatnya melewati banyak pintu, maka ia melakukan satu pelanggaran yang mengharuskan penebusan.

Permutasi

Jika itu adalah milik Sangha, dan ia menyadarinya sebagai milik Sangha, dan dalam kemarahan ia melempar orang itu ke luar, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan. Jika itu adalah milik Sangha, tetapi ia tidak dapat memastikannya, dan dalam kemarahan ia melempar orang itu ke luar, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan. Jika itu adalah milik Sangha, tetapi ia menyadarinya sebagai milik individu, dan dalam kemarahan ia melempar orang itu ke luar, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.

Jika ia melempar ke luar salah satu benda kebutuhannya, atau menyuruh orang lain melempar ke luar, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika ia melempar orang itu ke luar, atau menyuruh orang lain melemparnya ke luar, dari lingkungan sebuah tempat kediaman, dari sebuah aula pertemuan, dari bawah naungan atap, dari bawah pohon, atau dari sebuah ruang terbuka, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika ia ia melempar ke luar salah satu benda kebutuhannya, atau menyuruh orang lain melempar ke luar, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika ia melempar ke luar seorang yang tidak sepenuhnya ditahbiskan, atau menyuruh orang lain melemparnya ke luar, dari sebuah tempat kediaman, dari lingkungan tempat kediaman, dari aula pertemuan, dari bawah naungan atap, dari bawah pohon, atau dari suatu ruang terbuka, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah.

Jika itu adalah milik individu, tetapi ia menyadarinya sebagai milik Sangha, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika itu adalah milik individu, tetapi ia tidak dapat memastikannya, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika itu adalah milik individu, dan ia menyadarinya sebagai milik individu, tetapi individu tersebut bukan dirinya, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika itu adalah miliknya, maka tidak ada pelanggaran,

Tidak ada pelanggaran

Tidak ada pelanggaran: Jika ia melempar ke luar seorang yang tidak tahu malu, atau menyuruh orang lain melemparnya ke luar; jika ia melempar ke luar benda-benda kebutuhan milik orang itu, atau menyuruh orang lain untuk melemparnya ke luar; Jika ia melempar ke luar seorang yang gila, atau menyuruh orang lain melemparnya ke luar; jika ia melempar ke luar benda-benda kebutuhan milik orang itu, atau menyuruh orang lain untuk melemparnya ke luar; Jika ia melempar ke luar seorang yang suka bertengkar dan suka berdebat, yang membuat persoalan hukum dalam Sangha, atau menyuruh orang lain melemparnya ke luar; jika ia melempar ke luar benda-benda kebutuhan milik orang itu, atau menyuruh orang lain untuk melemparnya ke luar; Jika ia melempar ke luar seorang murid atau siswa yang tidak berperilaku selayaknya, atau menyuruh orang lain melemparnya ke luar; jika ia melempar ke luar benda-benda kebutuhan milik orang itu, atau menyuruh orang lain untuk melemparnya ke luar; jika ia gila; jika ia adalah pelaku pertama.

Aturan latihan tentang melempar ke luar, yang ketujuh, selesai

153
Sutta Vinaya / Pācittiya 16
« on: 15 September 2022, 10:27:39 PM »
Koleksi Theravāda tentang Hukum Monastik
Aturan Kebhikkhuan dan Analisisnya
Bab tentang Pelanggaran-Pelanggaran yang Mengharuskan Penebusan
Sub-bab tentang Tanaman

Pācittiya 16. Aturan Latihan tentang Melanggar Batas

Kisah Asal-mula

Pada suatu hari ketika Sang Buddha sedang menetap di Sāvatthī di Vihara Anāthapiṇḍika, para bhikkhu dari kelompok enam telah menguasai tempat-tempat tidur terbaik. Ketika para bhikkhu senior mengusir mereka, mereka berpikir, "Bagaimana agar kami dapat menetap di sini selama musim hujan?" Maka mereka mengatur tempat-tempat tidur mereka melewati batas para bhikkhu senior, dengan berpikir, "Siapa pun yang merasa sempit akan pergi."

Para bhikkhu yang memiliki sedikit keinginan mengeluhkan dan mengkritik mereka, "Bagaimana mungkin para bhikkhu dari enam mengatur tempat-tempat tidur mereka sehingga melewati batas para bhikkhu senior."

Setelah menegur para bhikkhu itu dalam berbagai cara, mereka memberitahu Sang Buddha. Segera setelah itu Sang Buddha mengumpulkan Sangha dan menanyai para bhikkhu itu: "Benarkah, para bhikkhu, bahwa kalian melakukan hal ini?

"Benar, Yang Mulia."

Sang Buddha menegur mereka ... "Orang-orang dungu, bagaimana mungkin kalian dapat melakukan hal ini? Hal ini akan mempengaruhi keyakinan orang-orang ..." ... "Dan, para bhikkhu, aturan latihan ini harus dibacakan sebagai berikut:

Aturan akhir

'Jika, di dalam sebuah tempat kediaman milik Sangha, seorang bhikkhu mengatur tempat tidurnya sedemikian sehingga melewati batas seorang bhikkhu yang ia ketahui telah tiba terlebih dulu sebelum ia, dengan niat bahwa siapa pun yang merasa sempit akan pergi, dan ia melakukannya hanya karena alasan ini dan bukan karena alasan lainnya, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.'"

Definisi

Seorang:

Siapa pun

Bhikkhu:

... Seorang bhikkhu yang telah diberikan penahbisan penuh oleh Sangha yang sepakat melalui prosedur sah yang terdiri dari satu usul dan tiga pengumuman yang tidak dapat dibatalkan dan lengkap—bhikkhu jenis inilah yang dimaksudkan dalam kasus ini.

Tempat kediaman milik Sangha:

Diberikan kepada Sangha, dilepaskan kepada Sangha.

Ia ketahui:

Ia mengetahui bahwa bhikkhu lain itu adalah senior, ia mengetahui bahwa bhikkhu lain itu sedang sakit, ia mengetahui bahwa tempat itu diberikan kepadanya oleh Sangha.

Melewati batas:

Mendorong paksa.

Mengatur tempat tidurnya:

Jika ia meletakkan tempat tidurnya pada jalan menuju kasur, dipan, jalan masuk, atau jalan keluar, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika ia duduk atau berbaring di atasnya, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.

Ia melakukannya hanya karena alasan ini dan bukan karena hal lain:

Tidak ada alasan lain dalam mengatur tempat tidurnya sedemikian sehingga melewati batas.

Permutasi

Jika itu adalah milik Sangha, dan ia menyadarinya sebagai milik Sangha, dan ia mengatur tempat tidurnya sedemikian sehingga melewati batas, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan. Jika itu adalah milik Sangha, tetapi ia tidak dapat memastikannya, dan ia mengatur tempat tidurnya sedemikian sehingga melewati batas, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan. Jika itu adalah milik Sangha, tetapi ia menyadarinya sebagai milik individu, dan ia mengatur tempat tidurnya sedemikian sehingga melewati batas, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.

Jika ia meletakkan tempat tidur, atau menyuruh meletakkan, di mana pun selain di jalan menuju tempat tidur, dipan, jalan masuk, atau jalan keluar, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika ia meletakkan tempat tidur, atau menyuruh meletakkannya di dalam lingkungan tempat kediaman, di aula pertemuan, di bawah naungan atap, atau di bawah pohon, atau di ruang terbuka, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika ia duduk atau berbaring di atasnya, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.

Jika itu adalah milik individu, tetapi ia menyadarinya sebagai milik Sangha, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika itu adalah milik individu, tetapi ia tidak dapat memastikannya, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika itu adalah milik individu, dan ia menyadarinya sebagai milik individu, tetapi individu tersebut bukan dirinya, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika itu adalah miliknya, maka tidak ada pelanggaran.

Tidak ada pelanggaran

Tidak ada pelanggaran: Jika ia masuk karena ia sakit; jika ia masuk karena merasa dingin atau panas; jika terjadi situasi darurat; jika ia gila; jika ia adalah pelaku pertama.

Aturan latihan tentang melewati batas, yang keenam, selesai

154
Sutta Vinaya / Pācittiya 15
« on: 15 September 2022, 10:26:50 PM »
Koleksi Theravāda tentang Hukum Monastik
Aturan Kebhikkhuan dan Analisisnya
Bab tentang Pelanggaran-Pelanggaran Yang Mengharuskan Penebusan
Sub-bab tentang Tanaman

Pācittiya 15. Aturan Latihan Kedua tentang Perabotan

Kisah Asal-mula

Pada suatu ketika Sang Buddha sedang menetap di Sāvatthī di Hutan Jeta, Vihara Anāthapiṇḍika. Pada masa itu para bhikkhu dari kelompok tujuh belas adalah para sahabat. Mereka hidup bersama, dan ketika bepergian ke suatu tempat mereka akan pergi bersama-sama. Pada suatu hari mereka mengeluarkan tempat tidur dalam sebuah kediaman milik Sangha, tetapi kemudian pergi tanpa memasukkannya, tanpa menyuruh orang lain memasukkannya, dan tanpa memberitahu siapa pun. Perabotan itu dimakan rayap.

Para bhikkhu yang memiliki sedikit keinginan mengeluhkan dan mengkritik mereka, "Bagaimana mungkin para bhikkhu dari kelompok tujuh belas mengeluarkan perabotan milik Sangha, dan kemudian pergi tanpa memasukkannya kembali, tanpa menyuruh orang lain untuk memasukkannya kembali, dan tanpa memberitahu seseorang? Perabotan itu dimakan rayap."

Setelah menegur para bhikkhu itu dalam berbagai cara, mereka memberitahu Sang Buddha. Segera setelah itu Sang Buddha mengumpulkan Sangha dan menanyai para bhikkhu: "Benarkah, para bhikkhu, bahwa para bhikkhu itu melakukan hal ini?

"Benar, Yang Mulia."

Sang Buddha menegur mereka ... "Bagaimana mungkin orang-orang dungu itu melakukan hal ini? Hal ini akan mempengaruhi keyakinan orang-orang ..." ... "Dan, para bhikkhu, aturan latihan ini harus dibacakan sebagai berikut:

Aturan akhir

'Jika seorang bhikkhu mengeluarkan tempat tidur milik Sangha, atau menyuruh orang lain mengeluarkannya, dan kemudian ia pergi tanpa memasukkannya atau menyuruh orang lainmemasukkannya, atau memberitahu seseorang, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.'"

Definisi

Seorang:

Siapa pun

Bhikkhu:

... Seorang bhikkhu yang telah diberikan penahbisan penuh oleh Sangha yang sepakat melalui prosedur sah yang terdiri dari satu usul dan tiga pengumuman yang tidak dapat dibatalkan dan lengkap—bhikkhu jenis inilah yang dimaksudkan dalam kasus ini.

Tempat kediaman milik Sangha:

Diberikan kepada Sangha, dilepaskan kepada Sangha.

Tempat tidur:

Matras, alas matras, seprai, penutup lantai, tikar jerami, kulit, alas duduk, penutup tempat tidur, hamparan rerumputan, hamparan dedaunan.

Mengeluarkan:

Mengeluarkan sendiri.

Menyuruh mengeluarkan:

Menyuruh orang lain untuk mengeluarkan.

Pergi tanpa memasukkannya:

Ia tidak memasukkannya sendiri.

Menyuruh memasukkan:

Ia tidak menyuruh orang lain untuk memasukkan.

Atau memberitahu siapa pun:

Jika ia tidak memberitahu seorang bhikkhu, seorang sāmaṇera, atau seorang pekerja vihara, dan ia melewati perbatasan lingkungan vihara maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.

Permutasi

Jika itu adalah milik Sangha, dan ia menyadarinya sebagai milik Sangha, dan ia mengeluarkan tempat tidur atau menyuruh mengeluarkannya, dan kemudian ia pergi tanpa memasukkannya dan tanpa menyuruh memasukkannya dan tanpa memberitahu siapa pun, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan. Jika itu adalah milik Sangha, tetapi ia tidak dapat memastikannya, dan ia mengeluarkan tempat tidur atau menyuruh mengeluarkannya, dan kemudian ia pergi tanpa memasukkannya dan tanpa menyuruh memasukkannya dan tanpa memberitahu siapa pun, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan. Jika itu adalah milik Sangha, tetapi ia menyadarinya sebagai milik individu, dan ia mengeluarkannya atau menyuruh mengeluarkannya, dan kemudian ia pergi tanpa memasukkannya dan tanpa menyuruh memasukkannya dan tanpa memberitahu siapa pun, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.

Jika ia mengeluarkan tempat tidur, atau menyuruh mengeluarkannya, dalam lingkungan tempat kediaman, di aula pertemuan, di bawah naungan atap, atau di bawah pohon, dan kemudian ia pergi tanpa memasukkannya dan tanpa menyuruh memasukkannya dan tanpa memberitahu seseorang, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah.

Jika itu adalah milik individu, tetapi ia menyadarinya sebagai milik Sangha, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika itu adalah milik individu, tetapi ia tidak dapat memastikannya, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika itu adalah milik individu, dan ia menyadarinya sebagai milik individu, tetapi individu tersebut bukan dirinya, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika itu adalah miliknya, maka tidak ada pelanggaran.

Tidak ada pelanggaran

Tidak ada pelanggaran: Jika ia pergi setelah memasukkannya; jika ia pergi setelah menyuruh memasukkan; jika ia pergi setelah memberitahu seseorang; jika perabotan itu terhalang; jika terjadi situasi darurat; jika ia gila; jika ia adalah pelaku pertama.

Aturan latihan kedua tentang perabotan, yang kelima, selesai


155
Sutta Vinaya / Pācittiya 14
« on: 15 September 2022, 10:26:26 PM »
Koleksi Theravāda tentang Hukum Monastik
Aturan Kebhikkhuan dan Analisisnya
Bab tentang Pelanggaran-Pelanggaran Yang Mengharuskan Penebusan
Sub-bab tentang Tanaman

Pācittiya 14. Aturan Latihan tentang Perabotan

Kisah Asal-mula

Sub-kisah pertama

Pada suatu hari ketika Sang Buddha sedang menetap di Sāvatthī di Vihara Anāthapiṇḍika sepanjang musim dingin, para bhikkhu meletakkan perabotan di luar agar mereka dapat menghangatkan diri di bawah sinar matahari. Tetapi ketika waktunya untuk pergi diumumkan, mereka pergi tanpa memasukkannya kembali, tanpa menyuruh orang lain untuk memasukkannya kembali, dan tanpa memberitahu siapa pun. Perabotan itu kehujanan.

Para bhikkhu yang memiliki sedikit keinginan mengeluhkan dan mengkritik mereka, "Bagaimana mungkin para bhikkhu itu meletakkan perabotan di luar dan pergi tanpa memasukkannya kembali, tanpa menyuruh orang lain untuk memasukkannya kembali, dan tanpa memberitahu siapa pun? Perabotan itu kehujanan."

Setelah menegur para bhikkhu dalam berbagai cara, mereka memberitahu Sang Buddha. Segera setelah itu Sang Buddha mengumpulkan Sangha dan menanyai para bhikkhu itu: "Benarkah, para bhikkhu, bahwa kalian melakukan hal ini? ... "Dan, para bhikkhu, aturan latihan ini harus dibacakan sebagai berikut:

Aturan akhir

'Jika seorang bhikkhu mengeluarkan atau menyuruh mengeluarkan tempat tidur, dipan, matras, atau bangku kecil milik Sangha, dan ia kemudian pergi tanpa memasukkannya atau menyuruh memasukkan, atau memberitahu seseorang, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.'"

Dengan cara inilah Sang Buddha menetapkan aturan latihan ini untuk para bhikkhu.

Sub-kisah kedua

Tidak lama kemudian, para bhikkhu yang berdiam di luar membawa perabotan ke dalam walaupun saat itu bukan musim hujan. Sang Buddha melihat hal ini. Setelah membabarkan ajaran, Beliau berkata kepada para bhikkhu:

"Para bhikkhu, selama delapan bulan di luar musim hujan, Aku memperbolehkan kalian untuk menyimpan perabotan di bawah atap atau di bawah pohon atau di manapun burung-burung gagak tidak menjatuhkan kotoran."

Definisi

Seorang:

Siapa pun

Bhikkhu:

... Seorang bhikkhu yang telah diberikan penahbisan penuh oleh Sangha yang sepakat melalui prosedur sah yang terdiri dari satu usul dan tiga pengumuman yang tidak dapat dibatalkan dan lengkap—bhikkhu jenis inilah yang dimaksudkan dalam kasus ini.

Milik Sangha:

Diberikan kepada Sangha, dilepaskan kepada Sangha.

Tempat tidur:

Ada empat jenis tempat tidur: satu dengan kaki dan rangka, yang disebut masāraka; satu dengan kaki dan rangka, yang disebut bundikābaddha; satu dengan kaki melengkung; satu dengan kaki yang dapat dilepas.

Dipan:

Ada empat jenis dipan: satu dengan kaki dan rangka, yang disebut masāraka; satu dengan kaki dan rangka, yang disebut bundikābaddha; satu dengan kaki melengkung; satu dengan kaki yang dapat dilepas.

matras:

Ada lima jenis matras: matras berisi wol, matras berisi kain, matras berisi kulit kayu, matras berisi rumput, matras berisi dedaunan.

Bangku kecil:

satu terbuat dari kulit kayu, satu terbuat dari akar wangi, satu terbuat dari buluh. Ini dibungkus dan kemudian diikat menjadi satu.

Mengeluarkan:

Meletakkan di luar.

Menyuruh mengeluarkan:

Menyuruh orang lain untuk meletakkan di luar. Jika ia menyuruh seorang yang tidak sepenuhnya ditahbiskan, maka itu adalah tanggung jawab si bhikkhu. Jika ia menyuruh seorang yang sepenuhnya ditahbiskan, maka itu adalah tanggung jawab orang yang mengeluarkan.

Pergi tanpa memasukkannya:

Ia tidak memasukkannya sendiri.

Menyuruh memasukkan:

Ia tidak menyuruh orang lain untuk memasukkan.

Atau memberitahu seseorang:

Jika ia tidak memberitahu seorang bhikkhu, seorang sāmaṇera, atau seorang pekerja vihara, maka ketika ia pergi melampaui sepelemparan batu dari orang pada umumnya, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.

Permutasi

Jika itu adalah milik Sangha, dan ia menyadarinya sebagai milik Sangha, dan ia mengeluarkannya atau menyuruh mengeluarkannya, dan kemudian ia pergi tanpa memasukkannya dan tanpa menyuruh memasukkannya dan tanpa memberitahu seseorang, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan. Jika itu adalah milik Sangha, tetapi ia tidak dapat memastikannya ... Jika itu adalah milik Sangha, tetapi ia menyadarinya sebagai milik individu, dan ia mengeluarkannya atau menyuruh mengeluarkannya, dan kemudian ia pergi tanpa memasukkannya dan tanpa menyuruh memasukkannya dan tanpa memberitahu seseorang, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.

Jika itu adalah matras, selimut, penutup lantai, matras jerami, penutup dari kulit, kain lap kaki, atau dipan dari kayu, dan ia mengeluarkannya atau menyuruh mengeluarkannya, dan kemudian ia pergi tanpa memasukkannya dan tanpa menyuruh memasukkannya dan tanpa memberitahu seseorang, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah.

Jika itu adalah milik individu, tetapi ia menyadarinya sebagai milik Sangha, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika itu adalah milik individu, tetapi ia tidak dapat memastikannya, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika itu adalah milik individu, dan ia menyadarinya sebagai milik individu, tetapi individu tersebut bukan dirinya, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika itu adalah miliknya, maka tidak ada pelanggaran.

Tidak ada pelanggaran

Tidak ada pelanggaran: Jika ia pergi setelah memasukkannya; jika ia pergi setelah menyuruh memasukkan; jika ia pergi setelah memberitahu seseorang; jika ia pergi ketika sedang menjemurnya; jika perabotan itu terhalang; jika terjadi situasi darurat; jika ia gila; jika ia adalah pelaku pertama.

Aturan latihan tentang perabotan, yang keempat, selesai

156
Sutta Vinaya / Pācittiya 13
« on: 15 September 2022, 10:25:56 PM »
Koleksi Theravāda tentang Hukum Monastik
Aturan Kebhikkhuan dan Analisisnya
Bab tentang Pelanggaran-Pelanggaran Yang Mengharuskan Penebusan
Sub-bab tentang Tanaman

Pācittiya 13. Aturan Latihan tentang Mengeluhkan


Kisah Asal-mula

Sub-kisah pertama

Pada suatu ketika Sang Buddha sedang menetap di Rājagaha di Hutan Bambu, taman suaka tupai. Pada saat itu Yang Mulia Dabba sedang mengalokasikan tempat-tempat kediaman dan menjatah makanan-makanan, dan bhikkhu Mettiya dan Bhūmajaka masih baru ditahbiskan. Mereka memiliki sedikit jasa, mendapatkan tempat kediaman dan makanan yang sederhana. Kemudian mereka mengeluhkan Dabba kepada para bhikkhu lain, "Dabba orang Malla bersikap pilih kasih dalam mengalokasikan tempat-tempat kediaman dan menjatah makanan."

Para bhikkhu yang memiliki sedikit keinginan mengeluhkan dan mengkritik mereka, "Bagaimana mungkin bhikkhu Mettiya dan Bhūmajaka mengeluhkan tentang Yang Mulia Dabba kepada para bhikkhu lain?" ... "Benarkah, para bhikkhu, bahwa kalian melakukan hal ini?"

"Benar, Yang Mulia."

Sang Buddha menegur mereka ... "Orang-orang dungu, bagaimana mungkin kalian melakukan hal ini? Hal ini akan mempengaruhi keyakinan orang-orang ... "Dan, para bhikkhu, aturan latihan ini harus dibacakan sebagai berikut:

Aturan awal

'Jika seorang bhikkhu mengeluh, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.'"

Dengan cara inilah Sang Buddha menetapkan aturan latihan ini untuk para bhikkhu.

Sub-kisah kedua

Mengetahui bahwa Sang Buddha telah melarang mengeluh, bhikkhu Mettiya dan Bhūmajaka memikirkan cara lain agar para bhikkhu mendengarkan kegundahan mereka. Maka mereka mengkritik Dabba orang Malla di sekitar para bhikkhu lain, "Dabba bersikap pilih kasih dalam mengalokasikan tempat-tempat kediaman dan menjatah makanan."

Para bhikkhu yang memiliki sedikit keinginan mengeluhkan dan mengkritik mereka, "Bagaimana mungkin bhikkhu Mettiya dan Bhūmajaka mengkritik Yang Mulia Dabba?" ... "Benarkah, para bhikkhu, bahwa kalian melakukan hal ini?"

"Benar, Yang Mulia."

Sang Buddha menegur mereka ... "Orang-orang dungu, bagaimana mungkin kalian melakukan hal ini? Hal ini akan mempengaruhi keyakinan orang-orang ... "Dan, para bhikkhu, aturan latihan ini harus dibacakan sebagai berikut:

Aturan akhir

'Jika seorang bhikkhu mengeluh atau mengkritik, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.'"

Definisi

Mengeluhkan:

Jika seseorang yang sepenuhnya ditahbiskan adalah pengalokasi tempat-tempat kediaman atau penjatah makanan atau pembagi bubur nasi atau pembagi buah-buahan atau pembagi makanan segar atau pembagi benda-benda kebutuhan kecil, dan ia telah ditunjuk oleh Sangha untuk melakukan tugas itu, jika seorang bhikkhu mengeluhkannya atau mengkritiknya kepada seorang yang sepenuhnya ditahbiskan—karena ingin meremehkannya, ingin memberikan reputasi buruk padanya, ingin mempermalukannya—maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.

Permutasi

Jika itu adalah prosedur hukum yang sah, dan ia menyadarinya sebagai prosedur hukum yang sah, dan ia mengeluhkan atau mengkritik, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan. Jika itu adalah prosedur hukum yang sah, tetapi ia tidak dapat memastikannya, dan ia mengeluhkan atau mengkritik, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan. Jika itu adalah prosedur hukum yang sah, tetapi ia menyadarinya sebagai prosedur hukum yang tidak sah, dan ia mengeluhkan atau mengkritik, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.

Jika ia mengeluhkan atau mengkritiknya kepada seorang yang tidak sepenuhnya ditahbiskan, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah.

Jika seseorang yang sepenuhnya ditahbiskan adalah pengalokasi tempat-tempat kediaman atau penjatah makanan atau pembagi bubur nasi atau pembagi buah-buahan atau pembagi makanan segar atau pembagi benda-benda kebutuhan kecil, tetapi ia belum ditunjuk oleh Sangha untuk melakukan tugas itu, jika seorang bhikkhu mengeluhkannya atau mengkritiknya kepada seorang yang sepenuhnya ditahbiskan atau seorang yang tidak sepenuhnya ditahbiskan—karena ingin meremehkannya, ingin memberikan reputasi buruk padanya, ingin mempermalukannya—maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah.

Jika seseorang yang tidak sepenuhnya ditahbiskan adalah pengalokasi tempat-tempat kediaman atau penjatah makanan atau pembagi bubur nasi atau pembagi buah-buahan atau pembagi makanan segar atau pembagi benda-benda kebutuhan kecil, apakah ia sudah atau belum ditunjuk oleh Sangha untuk melakukan tugas itu, jika seorang bhikkhu mengeluhkannya atau mengkritiknya kepada seorang yang sepenuhnya ditahbiskan atau seorang yang tidak sepenuhnya ditahbiskan—karena ingin meremehkannya, ingin memberikan reputasi buruk padanya, ingin mempermalukannya—maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah.

Jika itu adalah prosedur hukum yang tidak sah, dan ia menyadarinya sebagai prosedur hukum yang sah, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika itu adalah prosedur hukum yang tidak sah, tetapi ia tidak dapat memastikannya, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika itu adalah prosedur hukum yang tidak sah, dan ia menyadarinya sebagai prosedur hukum yang tidak sah, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah.

Tidak ada pelanggaran

Tidak ada pelanggaran: Jika ia mengeluhkan tentang atau mengkritik seorang yang sering bertindak karena pilih kasih, kebencian, kebodohan, atau ketakutan; jika ia gila; jika ia adalah pelaku pertama.

Aturan latihan tentang mengeluh, yang ketiga, selesai



157
Sutta Vinaya / Pācittiya 12
« on: 15 September 2022, 10:25:25 PM »
Koleksi Theravāda tentang Hukum Monastik
Aturan Kebhikkhuan dan Analisisnya
Bab tentang Pelanggaran-Pelanggaran Yang Mengharuskan Penebusan
Sub-bab tentang Tanaman

Pācittiya 12. Aturan Latihan tentang Ucapan Mengelak

Kisah Asal-mula

Sub-kisah pertama

Pada suatu hari ketika Sang Buddha sedang menetap di Kosambī di Vihara Ghosita, Yang Mulia Channa berperilaku buruk. Ketika ia sedang diperiksa atas suatu pelanggaran di tengah-tengah Sangha, ia berbicara mengelak, "Siapakah yang melakukan pelanggaran? Pelanggaran apakah yang dilakukan? Sehubungan dengan apakah pelanggaran itu dilakukan? Bagaimanakah pelanggaran itu dilakukan? Siapakah yang sedang kalian bicarakan? Apakah yang sedang kalian bicarakan?"

Para bhikkhu yang memiliki sedikit keinginan mengeluhkan dan mengkritiknya, "Bagaimana mungkin Yang Mulia Channa berbicara mengelak ketika sedang diperiksa di tengah-tengah Sangha atas suatu pelanggaran?" ... "Benarkah, Channa, bahwa engkau melakukan hal ini?"

"Benar, Yang Mulia."

Sang Buddha menegurnya ... "Orang dungu, bagaimana mungkin engkau melakukan hal ini? Hal ini akan mempengaruhi keyakinan orang-orang ..." Setelah menegurnya ... Beliau membabarkan ajaran dan berkata kepada para bhikkhu: "Baiklah, para bhikkhu, Sangha harus menuduh Channa dengan tuduhan ucapan mengelak. Dan ia harus dituduh sebagai berikut. Seorang bhikkhu yang kompeten dan mampu harus memberitahu Sangha:

'Mohon, Para Mulia, aku memohon Sangha untuk mendengarkan. Bhikkhu Channa berbicara mengelak ketika diperiksa di tengah-tengah Sangha atas suatu pelanggaran. Jika baik menurut Sangha, maka Sangha harus menuduhnya berbicara mengelak. Ini adalah usul.

Mohon, Para Mulia, aku memohon Sangha untuk mendengarkan. Bhikkhu Channa berbicara mengelak ketika diperiksa di tengah-tengah Sangha atas suatu pelanggaran. Sangha menuduhnya berbicara mengelak. Bhikkhu mana pun yang menyetujui menuduhnya berbicara mengelak harus berdiam diri. Bhikkhu manapun yang tidak menyetujui silakan berbicara.

Sangha menuduh bhikkhu Channa berbicara mengelak. Sangha menyetujui dan oleh karena itu berdiam diri. Aku akan mengingatnya demikian.'"

Setelah menegur Channa dalam berbagai cara, Sang Buddha mencela orang yang sulit disokong ... "Dan, para bhikkhu, aturan latihan ini harus dibacakan sebagai berikut:

Aturan awal

'Jika seorang bhikkhu berbicara mengelak, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.'"

Dengan cara inilah Sang Buddha menetapkan aturan latihan ini untuk para bhikkhu.

Sub-kisah kedua

Kemudian, ketika Channa sekali lagi diperiksa di tengah-tengah Sangha atas suatu pelanggaran, ia berpikir, "Dengan berbicara mengelak aku akan melakukan pelanggaran," dan ia melecehkan Sangha dengan berdiam diri.

Para bhikkhu yang memiliki sedikit keinginan mengeluhkan dan mengkritiknya, ketika ia diperiksa di tengah-tengah Sangha atas suatu pelanggaran, bagaimana mungkin Yang Mulia Channa melecehkan Sangha dengan berdiam diri?" ... "Benarkah, Channa, bahwa engkau melakukan hal ini?"

"Benar, Yang Mulia."

Sang Buddha menegurnya ... "Orang dungu, bagaimana mungkin engkau melakukan hal ini? Hal ini akan mempengaruhi keyakinan orang-orang ..." Setelah menegurnya ... Beliau membabarkan ajaran dan berkata kepada para bhikkhu: "Baiklah, para bhikkhu, Sangha harus menuduh Channa dengan tuduhan pelecehan. Dan ia harus dituduh sebagai berikut. Seorang bhikkhu yang kompeten dan mampu harus memberitahu Sangha:

'Mohon, Para Mulia, aku memohon Sangha untuk mendengarkan. Bhikkhu Channa, ketika diperiksa di tengah-tengah Sangha atas suatu pelanggaran, melecehkan Sangha dengan berdiam diri. Jika baik menurut Sangha, maka Sangha harus menuduhnya melakukan pelecehan. Ini adalah usul.

Mohon, Para Mulia, aku memohon Sangha untuk mendengarkan. Bhikkhu Channa, ketika diperiksa di tengah-tengah Sangha atas suatu pelanggaran, melecehkan Sangha dengan berdiam diri. Sangha menuduhnya melakukan pelecehan. Bhikkhu mana pun yang menyetujui menuduhnya melakukan pelecehan harus berdiam diri. Bhikkhu manapun yang tidak menyetujui silakan berbicara.

Sangha menuduh bhikkhu Channa melakukan pelecehan. Sangha menyetujui dan oleh karena itu berdiam diri. Aku akan mengingatnya demikian.'"

Setelah menegur Channa dalam berbagai cara, Sang Buddha mencela orang yang sulit disokong ... "Dan, para bhikkhu, aturan latihan ini harus dibacakan sebagai berikut:

Aturan akhir

'Jika seorang bhikkhu berbicara mengelak atau melecehkan, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.'"

Definisi

Seorang yang berbicara mengelak:

Ketika sedang diperiksa di tengah-tengah Sangha tentang suatu perbuatan yang menjadi dasar sebuah pelanggaran atau tentang kelompok pelanggaran, ia berbicara mengelak karena ia tidak ingin mengatakannya atau mengungkapkannya, dengan mengatakan, "Siapakah yang melakukan pelanggaran? Pelanggaran apakah yang dilakukan? Sehubungan dengan apakah pelanggaran itu dilakukan? Bagaimanakah pelanggaran itu dilakukan? Siapakah yang sedang kalian bicarakan? Apakah yang sedang kalian bicarakan?"—ini disebut "seorang yang berbicara mengelak."

Seorang yang melecehkan:

Ketika sedang diperiksa di tengah-tengah Sangha tentang suatu perbuatan yang menjadi dasar sebuah pelanggaran atau tentang kelompok pelanggaran, ia melecehkan Sangha dengan berdiam diri karena ia tidak ingin membicarakannya atau mengungkapkannya—ini disebut "seorang yang melecehkan".

Permutasi

Jika ia belum dituduh berbicara mengelak, tetapi ia sedang diperiksa di tengah-tengah Sangha atas suatu tindakan yang menjadi dasar bagi suatu pelanggaran atau tentang kelompok dari suatu pelanggaran, dan kemudian ia berbicara mengelak karena ia tidak ingin membicarakannya atau mengungkapkannya, dengan mengatakan "Siapakah yang melakukan pelanggaran? Pelanggaran apakah yang dilakukan? Sehubungan dengan apakah pelanggaran itu dilakukan? Bagaimanakah pelanggaran itu dilakukan? Siapakah yang sedang kalian bicarakan? Apakah yang sedang kalian bicarakan?" maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah.

Jika ia belum dituduh melecehkan, tetapi ia sedang diperiksa di tengah-tengah Sangha atas suatu tindakan yang menjadi dasar bagi suatu pelanggaran atau tentang kelompok dari suatu pelanggaran, dan kemudian ia melecehkan Sangha dengan berdiam diri karena ia tidak ingin membicarakannya atau mengungkapkannya, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah.

Jika ia telah dituduh berbicara mengelak, dan ia sedang diperiksa di tengah-tengah Sangha atas suatu tindakan yang menjadi dasar bagi suatu pelanggaran atau tentang kelompok dari suatu pelanggaran, dan kemudian ia berbicara mengelak karena ia tidak ingin membicarakannya atau mengungkapkannya, dengan mengatakan "Siapakah yang melakukan pelanggaran? Pelanggaran apakah yang dilakukan? Sehubungan dengan apakah pelanggaran itu dilakukan? Bagaimanakah pelanggaran itu dilakukan? Siapakah yang sedang kalian bicarakan? Apakah yang sedang kalian bicarakan?" maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.

Jika ia telah dituduh berbicara mengelak, dan ia sedang diperiksa di tengah-tengah Sangha atas suatu tindakan yang menjadi dasar bagi suatu pelanggaran atau tentang kelompok dari suatu pelanggaran, dan kemudian ia melecehkan Sangha dengan berdiam diri karena ia tidak ingin membicarakannya atau mengungkapkannya, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.

Jika itu adalah prosedur hukum yang sah, dan ia menyadarinya sebagai prosedur hukum yang sah, dan ia berbicara mengelak atau ia melecehkan, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan. Jika itu adalah prosedur hukum yang sah, tetapi ia tidak dapat memastikannya, dan ia berbicara mengelak atau ia melecehkan, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan. Jika itu adalah prosedur hukum yang sah, tetapi ia menyadarinya sebagai prosedur hukum yang tidak sah, dan ia berbicara mengelak atau ia melecehkan, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.

Jika itu adalah prosedur hukum yang tidak sah, dan ia menyadarinya sebagai prosedur hukum yang sah, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika itu adalah prosedur hukum yang tidak sah, tetapi ia tidak dapat memastikannya, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika itu adalah prosedur hukum yang tidak sah, dan ia menyadarinya sebagai prosedur hukum yang tidak sah, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah.

Tidak ada pelanggaran

Tidak ada pelanggaran: Jika ia bertanya karena tidak tahu; jika ia tidak berbicara karena ia sakit; jika ia tidak berbicara karena ia berpikir akan terjadi pertengkaran atau perselisihan dalam Sangha; jika ia tidak berbicara karena ia berpikir akan terjadi keretakan atau perpecahan dalam Sangha; jika ia tidak berbicara karena ia berpikir prosedur hukum itu akan menjadi tidak sah, yang dilakukan oleh kumpulan yang tidak kompeten, atau dilakukan pada seorang yang tidak selayaknya dikenai prosedur hukum; jika ia gila; jika ia adalah pelaku pertama.

Aturan latihan tentang ucapan mengelak, yang kedua, selesai


158
Sutta Vinaya / Pācittiya 11
« on: 15 September 2022, 10:24:30 PM »
Koleksi Theravāda tentang Hukum Monastik
Aturan Kebhikkhuan dan Analisisnya
Bab tentang Pelanggaran-Pelanggaran Yang Mengharuskan Penebusan
Sub-bab tentang Tanaman

Pācittiya 11. Aturan Latihan tentang Tanaman

Kisah Asal-mula

Pada suatu ketika Sang Buddha sedang menetap di Āḷavī di Altar Aggāḷava, para bhikkhu di sana sedang melakukan pekerjaan pembangunan. Dan mereka menebang pepohonan atau menyuruh menebang. Saat itu, ketika seorang bhikkhu tertentu sedang menebang sebatang pohon, dewata yang menetap di pohon itu berkata kepadanya, "Yang Mulia, jangan tebang tempat kediaman kami karena engkau ingin membangun tempat kediaman untuk dirimu sendiri." Tanpa mengindahkan permintaan itu, ia pun menebangnya, dan ia melukai lengan anak dari dewata itu. Dewata itu berpikir, "Mengapa aku tidak membunuh saja bhikkhu ini?" Tetapi kemudian ia mempertimbangkan, "Tidaklah baik membunuh bhikkhu ini. Biarlah aku memberitahukan hal ini kepada Sang Buddha." Dan ia mendatangi Sang Buddha dan memberitahukan apa yang terjadi.

"Bagus sekali, dewata! Baik sekali engkau tidak membunuh bhikkhu itu. Jika engkau membunuh bhikkhu itu, engkau telah melakukan banyak keburukan. Pohon di sana kosong. Jadikanlah sebagai tempat kediamanmu."

Orang-orang mengeluhkan dan mengkritik para bhikkhu, "Bagaimana mungkin para monastik Sakya menebang pepohonan dan menyuruh menebang? Mereka melukai kehidupan makhluk berindria-tunggal."

Para bhikkhu mendengar keluhan orang-orang itu, dan para bhikkhu yang memiliki sedikit keinginan mengeluhkan dan mengkritik para bhikkhu itu, "Bagaimana mungkin para bhikkhu di Āḷavī menebang pepohonan dan menyuruh menebang?" ... "Benarkah, para bhikkhu, bahwa kalian melakukan hal ini?"

"Benar, Yang Mulia."

Sang Buddha menegur mereka ... "Orang-orang dungu, bagaimana mungkin kalian melakukan hal ini? Orang-orang menganggap pepohonan sebagai memiliki kesadaran. Hal ini akan mempengaruhi keyakinan orang-orang ..." ...Dan, para bhikkhu, aturan latihan ini harus dibacakan sebagai berikut:

Aturan akhir

'Jika seorang bhikkhu menghancurkan tanaman, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.'"

Definisi

Tanaman:

Ada lima jenis pertumbuhan: pertumbuhan dari akar, pertumbuhan dari tunas, pertumbuhan dari ruas, pertumbuhan dari sayatan, pertumbuhan dari biji.

Pertumbuhan dari akar:

Kunyit, jahe, lengkuas, jerangau, jerangau putih, ativisha, mawar natal, akar wangi, rumput teki, atau tanaman lainnya yang dihasilkan dari akar, yang tumbuh dari akar—ini disebut "pertumbuhan dari akar".

Pertumbuhan dari batang:

Pohon Bodhi, pohon banyan, ara batu India, ara tandan, cedar India, waru laut, atau tanaman lainnya yang dihasilkan dari batang—ini disebut "pertumbuhan dari batang".

Pertumbuhan dari ruas:

Tebu, bambu, buluh, atau tanaman lainnya yang dihasilkan dari ruas, yang tumbuh dari ruas—ini disebut "pertumbuhan dari ruas".

Pertumbuhan dari sayatan:

Kemangi semak, rami rajmahal, tanaman vicks, atau tanaman lainnya yang dihasilkan dari sayatan, yang tumbuh dari sayatan—ini disebut "pertumbuhan dari sayatan".

Pertumbuhan dari biji:

Biji-bijian, sayur-sayuran, atau tanaman lainnya yang dihasilkan dari biji, yang tumbuh dari biji—ini disebut "pertumbuhan dari biji".

Permutasi

Jika itu mampu bertumbuh, dan ia menyadarinya sebagai mampu bertumbuh, dan ia menebangnya atau menyuruh menebangnya, atau ia mematahkannya atau menyuruh mematahkannya, atau ia memasaknya atau menyuruh memasaknya, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan. Jika itu mampu bertumbuh, tetapi ia tidak dapat memastikannya, dan ia menebangnya atau menyuruh menebangnya, atau ia mematahkannya atau menyuruh mematahkannya, atau ia memasaknya atau menyuruh memasaknya, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika itu mampu bertumbuh, dan ia menyadarinya sebagai tidak mampu bertumbuh, dan ia menebangnya atau menuyuruh menebangnuya, atau ia mematahkannya atau menyuruh mematahkannya, atau ia memasaknya atau menyuruh memasaknya, maka tidak ada pelanggaran.

Jika itu tidak mampu bertumbuh, tetapi ia menyadarinya sebagai mampu bertumbuh, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika itu tidak mampu bertumbuh, tetapi ia tidak dapat memastikannya, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika itu tidak mampu bertumbuh, dan ia menyadarinya sebagai tidak mampu bertumbuh, maka tidak ada pelanggaran.

Tidak ada pelanggaran

Tidak ada pelanggaran: Jika ia mengatakan, "Pertimbangkan ini," "Berikan ini," "Bawakan ini," "Ada keperluan untuk ini," "Buatlah ini menjadi diperbolehkan;" jika tidak disengaja, jika ia tidak memperhatikan; jika ia tidak mengetahui; jika ia gila; jika ia adalah pelaku pertama.

Aturan latihan tentang tanaman, yang pertama, selesai




159
Sutta Vinaya / Pācittiya 10
« on: 15 September 2022, 10:23:20 PM »
Koleksi Theravāda tentang Hukum Monastik
Aturan Kebhikkhuan dan Analisisnya
Bab tentang Pelanggaran-Pelanggaran Yang Mengharuskan Penebusan
Sub-bab tentang Berbohong

Pācittiya 10. Aturan Latihan tentang Menggali Tanah

Kisah Asal-mula

Pada suatu ketika Sang Buddha sedang menetap di Āḷavī di Altar Aggāḷava, para bhikkhu di sana sedang melakukan pekerjaan pembangunan. Dan mereka menggali tanah dan menyuruh menggali. Orang-orang mengeluhkan dan mengkritik mereka, "Bagaimana mungkin para monastik Sakya menggali tanah dan menyuruh menggali? Mereka melukai kehidupan makhluk berindria-tunggal."

Para bhikkhu mendengar keluhan orang-orang itu, dan para bhikkhu yang memiliki sedikit keinginan mengeluhkan dan mengkritik mereka, "Bagaimana mungkin para bhikkhu di Āḷavī menggali tanah dan menyuruh menggali?" ... "Benarkah, para bhikkhu, bahwa kalian melakukan hal ini?"

"Benar, Yang Mulia."

Sang Buddha menegur mereka ... "Orang-orang dungu, bagaimana mungkin kalian melakukan hal ini? Orang-orang menganggap tanah sebagai memiliki kesadaran. Hal ini akan mempengaruhi keyakinan orang-orang ..." ...Dan, para bhikkhu, aturan latihan ini harus dibacakan sebagai berikut:

Aturan akhir

'Jika seorang bhikkhu menggali tanah atau menyuruh menggali, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.'"

Definisi

Seorang:

Siapa pun

Bhikkhu:

... Seorang bhikkhu yang telah diberikan penahbisan penuh oleh Sangha yang sepakat melalui prosedur sah yang terdiri dari satu usul dan tiga pengumuman yang tidak dapat dibatalkan dan lengkap—bhikkhu jenis inilah yang dimaksudkan dalam kasus ini.

Tanah:

Ada dua jenis tanah: tanah produktif dan tanah tidak produktif.

Tanah produktif:

Tanah murni, lempung murni, dengan sedikit bebatuan besar, dengan sedikit bebatuan kecil, dengan sedikit pecahan tembikar, dengan kerikil, dengan sedikit pasir; sebagian besar tanah, sebagian besar lempung. Jika tidak terbakar, maka ini disebut "tanah produktif". Gundukan tanah atau lempung yang telah diguyur hujan selama lebih dari empat bulan—ini juga disebut "tanah produktif".

Tanah tidak produktif:

Hanya bebatuan besar, hanya bebatuan kecil, hanya pecahan tembikar, hanya kerikil, hanya pasir, dengan sedikit tanah, dengan sedikit lempung; sebagian besar bebatuan besar, sebagian besar bebatuan kecil, sebagian besar pecahan tembikar, sebagian besar kerikil, sebagian besar pasir. Jika terbakar, maka ini disebut "tanah tidak produktif". Gundukan tanah atau lempung yang telah diguyur hujan selama kurang dari empat bulan—ini juga disebut "tanah tidak produktif".

Menggali:

Jika ia menggalinya sendiri, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.

Menyuruh menggali:

Jika ia menyuruh orang lain, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan. Jika ia hanya menyuruh satu kali, walaupun orang lain itu menggali berkali-kali, maka ia melakukan satu pelanggaran yang mengharuskan penebusan.

Permutasi

Jika itu adalah tanah, dan ia menyadarinya sebagai tanah, dan ia menggalinya atau menyuruh menggalinya, atau ia memecahnya atau menyuruh memecahnya, atau ia membakarnya atau menyuruh membakarnya, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.

Jika itu adalah tanah, tetapi ia tidak dapat memastikannya, dan ia menggalinya atau menyuruh menggalinya, atau ia memecahnya atau menyuruh memecahnya, atau ia membakarnya atau menyuruh membakarnya, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.

Jika itu adalah tanah, tetapi ia tidak menyadarinya sebagai tanah, dan ia menggalinya atau menyuruh menggalinya, atau ia memecahnya atau menyuruh memecahnya, atau ia membakarnya atau menyuruh membakarnya, maka tidak ada pelanggaran.

Jika itu bukan tanah, dan ia menyadarinya sebagai tanah, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika itu bukan tanah, tetapi ia tidak dapat memastikannya, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika itu bukan tanah, dan ia tidak menyadarinya sebagai tanah, maka tidak ada pelanggaran

Tidak ada pelanggaran

Tidak ada pelanggaran: Jika ia mengatakan, "Pertimbangkan ini," "Berikan ini," "Bawakan ini," "Ada keperluan untuk ini," "Buatlah ini menjadi diperbolehkan;" jika tidak disengaja, jika ia tidak sadar; jika ia tidak mengetahui; jika ia gila; jika ia adalah pelaku pertama.

Aturan latihan tentang menggali tanah, yang kesepuluh, selesai

SUB-BAB PERTAMA TENTANG BERBOHONG SELESAI

Berikut ini adalah rangkumannya:
"Bohong, kasar, dan penyampaian berita jahat;
Menghafal, dan dua di tempat tidur;
Kecuali dengan seorang yang memahami, benar,
Pelanggaran berat, menggali."


160
Sutta Vinaya / Pācittiya 9
« on: 15 September 2022, 10:22:32 PM »
Koleksi Theravāda tentang Hukum Monastik
Aturan Kebhikkhuan dan Analisisnya
Bab tentang Pelanggaran-Pelanggaran Yang Mengharuskan Penebusan
Sub-bab tentang Berbohong

Pācittiya 9. Aturan Latihan tentang Memberitahukan tentang Pelanggaran Berat

Kisah Asal-mula

Pada suatu hari ketika Sang Buddha sedang menetap di Sāvatthī di Vihara Anāthapiṇḍika, Yang Mulia Upananda orang Sakya sedang bertengkar dengan para bhikkhu dari kelompok enam.

Ia telah melakukan pelanggaran mengeluarkan mani dengan sengaja. Ia memohon masa percobaan dari Sangha atas pelanggaran itu, yang telah ia terima. Saat itu suatu perkumpulan di Sāvatthī memberikan persembahan makan kepada Sangha. Karena Upananda sedang dalam masa percobaan, maka ia duduk di tempat duduk terakhir di ruang makan itu. Para bhikkhu dari kelompok enam memberitahu umat-umat awam, "Yang Mulia Upananda ini, sahabat terhormat dari keluarga kalian, memakan makanan yang diberikan dengan penuh keyakinan dengan tangan yang sama dengan yang ia gunakan untuk bermasturbasi. Setelah melakukan pelanggaran mengeluarkan mani dengan sengaja, ia memohon masa percobaan dari Sangha atas pelanggaran itu, yang telah ia terima. Dan karena ia sedang dalam masa percobaan, maka sekarang yang duduk di tempat duduk terakhir."

Para bhikkhu yang memiliki sedikit keinginan mengeluhkan dan mengkritik mereka, "Bagaimana mungkin para bhikkhu dari kelompok enam memberitahu orang yang tidak sepenuhnya ditahbiskan tentang pelanggaran berat seorang bhikhu?" ... "Benarkah, para bhikkhu, bahwa kalian melakukan hal ini?"

"Benar, Yang Mulia."

Sang Buddha menegur mereka ... "Orang-orang dungu, bagaimana mungkin kalian melakukan hal ini? Hal ini akan mempengaruhi keyakinan orang-orang ..." ...Dan, para bhikkhu, aturan latihan ini harus dibacakan sebagai berikut:

Aturan akhir

'Jika seorang bhikkhu memberitahu seorang yang tidak sepenuhnya ditahbiskan tentang pelanggaran berat dari seorang bhikkhu, kecuali jika para bhikkhu telah menyetujui, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.'"

Definisi

Seorang:

Siapa pun

Bhikkhu:

... Seorang bhikkhu yang telah diberikan penahbisan penuh oleh Sangha yang sepakat melalui prosedur sah yang terdiri dari satu usul dan tiga pengumuman yang tidak dapat dibatalkan dan lengkap—bhikkhu jenis inilah yang dimaksudkan dalam kasus ini.

Dari seorang bhikkhu:

Dari bhikkhu yang lain.

Pelanggaran berat:

Empat pelanggaran yang mengharuskan pengusiran dan tiga belas pelanggaran yang mengharuskan penskorsan.

Orang yang tidak sepenuhnya ditahbiskan:

Siapa pun kecuali bhikkhu yang telah sepenuhnya ditahbiskan atau bhikkhunī yang telah sepenuhnya ditahbiskan.

Memberitahu:

Memberitahu seorang perempuan atau laki-laki, seorang awam atau monastik.

Kecuali jika para bhikkhu telah menyetujui:

Jika para bhikkhu telah memberikan persetujuan.

Permutasi

Permutasi bagian 1

Rangkuman

Ada kesepakatan para bhikkhu dengan batasan pada pelanggaran, tetapi tidak pada keluarga. Ada kesepakatan para bhikkhu dengan batasan pada keluarga, tetapi tidak pada pelanggaran. Ada kesepakatan para bhikkhu dengan batasan pada pelanggaran dan keluarga. Ada kesepakatan para bhikkhu yang tanpa batasan pada pelanggaran maupun keluarga.

Definisi

Dengan batasan pada pelanggaran:

Pelanggaran-pelanggaran ditentukan: "Pelanggaran ini boleh diberitahukan."

Dengan batasan pada keluarga:

Keluarga-keluarga ditentukan: "Keluarga-keluarga ini boleh diberitahukan."

Dengan batasan pada pelanggaran dan keluarga:

Baik pelanggaran maupun keluarga ditentukan: "Pelanggaran ini boleh diberitahukan, dan keluarga ini boleh diberitahukan."

Tanpa batasan pada pelanggaran maupun keluarga:

Baik pelanggaran maupun keluarga tidak ditentukan dalam cara ini.

Pembabaran

Jika ada batasan pada pelanggaran, jika ia memberitahukan pelanggaran lain selain daripada yang telah ditentukan, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.

Jika ada batasan pada keluarga, jika ia memberitahukan keluarga lain selain daripada yang telah ditentukan, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.

Jika ada batasan pada pelanggaran dan keluarga, jika ia memberitahukan pelanggaran lain selain daripada yang telah ditentukan dan ia memberitahukan keluarga lain selain daripada yang telah ditentukan, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.

Jika tidak ada batasan pada pelanggaran maupun keluarga, maka tidak ada pelanggaran.

Permutasi bagian 2

Jika pelanggarannya berat, dan ia menyadarinya sebagai berat, dan ia memberitahukan kepada seorang yang tidak sepenuhnya ditahbiskan, kecuali jika para bhikkhu telah menyetujui, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.

Jika pelanggarannya berat, tetapi ia tidak dapat memastikannya, dan ia memberitahukan kepada seorang yang tidak sepenuhnya ditahbiskan, kecuali jika para bhikkhu telah menyetujui, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.

Jika pelanggarannya berat, tetapi ia menyadarinya sebagai ringan, dan ia memberitahukan kepada seorang yang tidak sepenuhnya ditahbiskan, kecuali jika para bhikkhu telah menyetujui, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.

Jika ia memberitahukan suatu pelanggaran ringan, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah.

Jika ia memberitahukan tentang perilaku buruk dari seorang yang tidak sepenuhnya ditahbiskan, apakah berat atau ringan, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah.

Jika pelanggarannya ringan, tetapi ia menyadarinya sebagai berat, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah.

Jika pelanggarannya ringan, tetapi ia tidak dapat memastikannya, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah.

Jika pelanggarannya ringan, dan ia menyadarinya sebagai ringan, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah.

Tidak ada pelanggaran

Tidak ada pelanggaran: Jika ia memberitahukan tentang perbuatan yang mendasari pelanggaran, tetapi bukan kelompok pelanggarannya; jika ia memberitahukan kelompok pelanggarannya, tetapi bukan perbuatan yang mendasari pelanggaran; jika para bhikkhu telah menyetujui; jika ia gila; jika ia adalah pelaku pertama.

Aturan latihan tentang memberitahukan tentang pelanggaran berat, yang kesembilan, selesai


161
Sutta Vinaya / Pācittiya 8
« on: 15 September 2022, 10:21:59 PM »
Kombinasi dua pencapaian

Memberitahukan:

Jika seorang bhikkhu mengatakan kepada seorang yang tidak sepenuhnya ditahbiskan, "Aku mencapai penyerapan pertama dan penyerapan kedua ... ... aku sedang mencapai ... aku telah mencapai ... aku memperoleh ... aku menguasai ... aku telah merealisasikan penyerapan pertama dan penyerapan kedua," maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.

Memberitahukan:

Jika seorang bhikkhu mengatakan kepada seorang yang tidak sepenuhnya ditahbiskan, "Aku mencapai penyerapan pertama dan penyerapan ketiga ... penyerapan pertama dan penyerapan keempat ... aku sedang mencapai ... aku telah mencapai ... aku memperoleh ... aku menguasai ... aku telah merealisasikan penyerapan pertama dan penyerapan keempat," maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.

Memberitahukan:

Jika seorang bhikkhu mengatakan kepada seorang yang tidak sepenuhnya ditahbiskan, "Aku mencapai penyerapan pertama dan kebebasan kekosongan ... dan kebebasan tanpa gambaran ... dan kebebasan tanpa keinginan ... dan keheningan kekosongan ... dan keheningan tanpa gambaran ... dan keheningan tanpa keinginan ... aku sedang mencapai ... aku telah mencapai ... aku memperoleh ... aku menguasai ... aku telah merealisasikan penyerapan pertama dan keheningan tanpa keinginan," maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.

Memberitahukan:

Jika seorang bhikkhu mengatakan kepada seorang yang tidak sepenuhnya ditahbiskan, "Aku mencapai penyerapan pertama dan pencapaian kekosongan ... dan pencapaian tanpa gambaran ... dan pencapaian tanpa keinginan ... aku sedang mencapai ... aku telah mencapai ... aku memperoleh ... aku menguasai ... aku telah merealisasikan penyerapan pertama dan pencapaian tanpa keinginan," maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.

Memberitahukan:

Jika seorang bhikkhu mengatakan kepada seorang yang tidak sepenuhnya ditahbiskan, "Aku mencapai penyerapan pertama dan tiga pandangan terang sejati ... aku sedang mencapai ... aku telah mencapai ... aku memperoleh ... aku menguasai ... aku telah merealisasikan penyerapan pertama dan tiga pandangan terang sejati," maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.

Memberitahukan:

Jika seorang bhikkhu mengatakan kepada seorang yang tidak sepenuhnya ditahbiskan, "Aku mencapai penyerapan pertama dan empat penerapan perhatian ... empat usaha benar ... empat landasan kekuatan supernormal ... aku sedang mencapai ... aku telah mencapai ... aku memperoleh ... aku menguasai ... aku telah merealisasikan penyerapan pertama dan empat landasan kekuatan supernormal," maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.

Memberitahukan:

Jika seorang bhikkhu mengatakan kepada seorang yang tidak sepenuhnya ditahbiskan, "Aku mencapai penyerapan pertama dan lima indria spiritual ... lima kekuatan spiritual ... aku sedang mencapai ... aku telah mencapai ... aku memperoleh ... aku menguasai ... aku telah merealisasikan penyerapan pertama dan lima kekuatan spiritual," maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.

Memberitahukan:

Jika seorang bhikkhu mengatakan kepada seorang yang tidak sepenuhnya ditahbiskan, "Aku mencapai penyerapan pertama dan tujuh faktor pencerahan ... aku sedang mencapai ... aku telah mencapai ... aku memperoleh ... aku menguasai ... aku telah merealisasikan penyerapan pertama dan tujuh faktor pencerahan," maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.

Memberitahukan:

Jika seorang bhikkhu mengatakan kepada seorang yang tidak sepenuhnya ditahbiskan, "Aku mencapai penyerapan pertama dan jalan mulia berunsur delapan ... aku sedang mencapai ... aku telah mencapai ... aku memperoleh ... aku menguasai ... aku telah merealisasikan penyerapan pertama dan jalan mulia berunsur delapan," maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.

Memberitahukan:

Jika seorang bhikkhu mengatakan kepada seorang yang tidak sepenuhnya ditahbiskan, "Aku mencapai penyerapan pertama dan buah memasuki-arus ... dan buah yang-kembali-sekali ... dan buah yang-tidak-kembali ... dan kesempurnaan... aku sedang mencapai ... aku telah mencapai ... aku memperoleh ... aku menguasai ... aku telah merealisasikan penyerapan pertama dan kesempurnaan," maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.

Memberitahukan:

Jika seorang bhikkhu mengatakan kepada seorang yang tidak sepenuhnya ditahbiskan, "Aku mencapai penyerapan pertama dan aku telah menghentikan keinginan indria ... dan aku telah menghentikan kebencian ... dan aku telah menghentikan kebodohan ... aku sedang mencapai ... aku telah mencapai ... aku memperoleh ... aku menguasai ... aku telah merealisasikan penyerapan pertama dan aku telah menghentikan kebodohan," maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.

Memberitahukan:

Jika seorang bhikkhu mengatakan kepada seorang yang tidak sepenuhnya ditahbiskan, "Aku mencapai penyerapan pertama dan pikiranku bebas dari rintangan keinginan indria ... dan pikiranku bebas dari rintangan kebencian ... dan pikiranku bebas dari rintangan kebodohan ... aku sedang mencapai ... aku telah mencapai ... aku memperoleh ... aku menguasai ... aku telah merealisasikan penyerapan pertama dan pikiranku bebas dari rintangan kebodohan," maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.

Memberitahukan:

Jika seorang bhikkhu mengatakan kepada seorang yang tidak sepenuhnya ditahbiskan, "Aku mencapai penyerapan kedua dan penyerapan ketiga ... penyerapan kedua dan penyerapan keempat ... aku sedang mencapai ... aku telah mencapai ... aku memperoleh ... aku menguasai ... aku telah merealisasikan penyerapan kedua dan penyerapan keempat," maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.

Memberitahukan:

Jika seorang bhikkhu mengatakan kepada seorang yang tidak sepenuhnya ditahbiskan, "Aku mencapai penyerapan kedua dan kebebasan kekosongan ... dan pikiranku bebas dari rintangan kebodohan," maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.

Memberitahukan:

Jika seorang bhikkhu mengatakan kepada seorang yang tidak sepenuhnya ditahbiskan, "Aku mencapai penyerapan kedua dan penyerapan pertama ... aku sedang mencapai ... aku telah mencapai ... aku memperoleh ... aku menguasai ... aku telah merealisasikan penyerapan kedua dan penyerapan pertama," maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.

Dasar secara ringkas selesai

Memberitahukan:

Jika seorang bhikkhu mengatakan kepada seorang yang tidak sepenuhnya ditahbiskan, "Pikiranku bebas dari rintangan kebodohan dan aku mencapai penyerapan pertama ... aku sedang mencapai ... aku telah mencapai ... aku memperoleh ... aku menguasai ... Pikiranku bebas dari rintangan kebodohan dan aku telah merealisasikan penyerapan pertama," maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan. ...

Memberitahukan:

Jika seorang bhikkhu mengatakan kepada seorang yang tidak sepenuhnya ditahbiskan, "Pikiranku bebas dari rintangan kebodohan dan pikiranku bebas dari rintangan kebencian,", maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan. ...

Kombinasi seluruh pencapaian

Memberitahukan:

Jika seorang bhikkhu mengatakan kepada seorang yang tidak sepenuhnya ditahbiskan, "Aku mencapai penyerapan pertama dan penyerapan kedua dan penyerapan ketiga dan penyerapan keempat dan kebebasan kekosongan dan kebebasan tanpa gambaran dan kebebasan tanpa keinginan ,.. dan keheningan kekosongan dan keheningan tanpa gambaran dan keheningan tanpa keinginan dan pencapaian kekosongan dan pencapaian tanpa gambaran dan pencapaian tanpa keinginan dan tiga pandangan terang sejati dan empat penerapan perhatian dan empat usaha benar dan empat landasan kekuatan supernormal dan lima indria spiritual dan lima kekuatan spiritual dan tujuh faktor pencerahan dan jalan mulia berunsur delapan dan buah memasuki arus dan buah yang-kembali-sekali dan buah yang-tidak-kembali dan kesempurnaan ... dan aku telah meninggalkan keinginan indria,  melepaskannya, membuangnya; dan aku telah meninggalkan kebencian, melepaskannya, membuangnya; dan aku telah meninggalkan kebodohan, melepaskannya, membuangnya; dan pikiranku bebas dari rintangan keinginan indria; dan pikiranku bebas dari rintangan kebencian; dan pikiranku bebas dari rintangan kebodohan," maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan. ...

Bermaksud mengatakan sesuatu, tetapi mengatakan suatu hal lainnya

Memberitahukan:

Jika seorang bhikkhu bermaksud mengatakan kepada seorang yang tidak sepenuhnya ditahbiskan, "Aku mencapai penyerapan pertama," tetapi mengatakan, "aku mencapai penyerapan kedua," kemudian, jika si pendengar memahami, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan; jika si pendengar tidak memahami, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah.

Memberitahukan:

Jika seorang bhikkhu bermaksud mengatakan kepada seorang yang tidak sepenuhnya ditahbiskan, "Aku mencapai penyerapan pertama," tetapi mengatakan, "aku mencapai penyerapan ketiga ... penyerapan keempat ... kebebasan kekosongan ... kebebasan tanpa gambaran ... kebebasan tanpa keinginan ..., keheningan kekosongan ... keheningan tanpa gambaran ... keheningan tanpa keinginan ... pencapaian kekosongan ... pencapaian tanpa gambaran ... pencapaian tanpa keinginan ... tiga pandangan terang sejati ... empat penerapan perhatian ... empat usaha benar ... empat landasan kekuatan supernormal ... lima indria spiritual ... lima kekuatan spiritual ... tujuh faktor pencerahan ... jalan mulia berunsur delapan ... buah memasuki arus ... buah yang-kembali-sekali ... buah yang-tidak-kembali ... kesempurnaan ... dan seterusnya ... aku telah meninggalkan keinginan indria ... aku telah meninggalkan kebencian ... aku telah meninggalkan kebodohan,  melepaskannya, membuangnya ... pikiranku bebas dari rintangan keinginan indria ... pikiranku bebas dari rintangan kebencian ... pikiranku bebas dari rintangan kebodohan, jika si pendengar memahami, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan; jika si pendengar tidak memahami, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah.

Memberitahukan:

Jika seorang bhikkhu bermaksud mengatakan kepada seorang yang tidak sepenuhnya ditahbiskan, "Aku mencapai penyerapan kedua," tetapi mengatakan, "Pikiranku bebas dari rintangan kebodohan," jika si pendengar memahami, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan; jika si pendengar tidak memahami, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. ...

Memberitahukan:

Jika seorang bhikkhu bermaksud mengatakan kepada seorang yang tidak sepenuhnya ditahbiskan, "Aku mencapai penyerapan kedua," tetapi mengatakan, "Aku mencapai penyerapan pertama," jika si pendengar memahami, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan; jika si pendengar tidak memahami, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. ...

Dasar secara ringkas selesai

Memberitahukan:

Jika seorang bhikkhu bermaksud mengatakan kepada seorang yang tidak sepenuhnya ditahbiskan, "Pikiranku bebas dari rintangan kebodohan," tetapi mengatakan, "aku mencapai penyerapan pertama," jika si pendengar memahami, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan; jika si pendengar tidak memahami, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. ...

Memberitahukan:

Jika seorang bhikkhu bermaksud mengatakan kepada seorang yang tidak sepenuhnya ditahbiskan, "Pikiranku bebas dari rintangan kebodohan," tetapi mengatakan, "Pikiranku bebas dari rintangan kebencian," jika si pendengar memahami, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan; jika si pendengar tidak memahami, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. ...

Memberitahukan:

Jika seorang bhikkhu bermaksud mengatakan kepada seorang yang tidak sepenuhnya ditahbiskan, "Aku mencapai penyerapan pertama dan penyerapan kedua dan penyerapan ketiga dan penyerapan keempat ... dan pikiranku bebas dari rintangan kebencian," tetapi mengatakan, "Pikiranku bebas dari rintangan kebodohan," jika si pendengar memahami, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan; jika si pendengar tidak memahami, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. ...

Memberitahukan:

Jika seorang bhikkhu bermaksud mengatakan kepada seorang yang tidak sepenuhnya ditahbiskan, "Aku mencapai penyerapan kedua dan penyerapan ketiga dan penyerapan keempat ... dan pikiranku bebas dari rintangan kebodohan," tetapi mengatakan, "aku mencapai penerayapan pertama," jika si pendengar memahami, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan; jika si pendengar tidak memahami, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. ...

Isyarat jelas

Memberitahukan:

Jika seorang bhikkhu mengatakan kepada seorang yang tidak sepenuhnya ditahbiskan, "Bhikkhu yang berdiam di tempat kediamanmu mencapai penyerapan pertama ... sedang mencapai ... telah mencapai ... memperoleh ... menguasai ... telah merealisasikan penyerapan pertama," maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah.

Memberitahukan:

Jika seorang bhikkhu mengatakan kepada seorang yang tidak sepenuhnya ditahbiskan, "Bhikkhu yang berdiam di tempat kediamanmu mencapai penyerapan kedua ... dan seterusnya ... penyerapan ketiga ... penyerapan keempat ... sedang mencapai ... telah mencapai ... memperoleh ... menguasai ... telah merealisasikan penyerapan keempat," maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah.

Memberitahukan:

Jika seorang bhikkhu mengatakan kepada seorang yang tidak sepenuhnya ditahbiskan, "Bhikkhu yang berdiam di tempat kediamanmu mencapai kebebasan kekosongan ... dan seterusnya ... kebebasan tanpa gambaran ... kebebasan tanpa keinginan ... keheningan kekosongan ... keheningan tanpa gambaran ... keheningan tanpa keinginan ... sedang mencapai ... telah mencapai ... memperoleh ... menguasai ... telah merealisasikan keheningan tanpa keinginan," maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah.

Memberitahukan:

Jika seorang bhikkhu mengatakan kepada seorang yang tidak sepenuhnya ditahbiskan, "Bhikkhu yang berdiam di tempat kediamanmu mencapai pencapaian kekosongan ... dan seterusnya ... pencapaian tanpa gambaran ... pencapaian tanpa keinginan ... sedang mencapai ... telah mencapai ... memperoleh ... menguasai ... telah merealisasikan pencapaian tanpa keinginan," maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah.

Memberitahukan:

Jika seorang bhikkhu mengatakan kepada seorang yang tidak sepenuhnya ditahbiskan, "Bhikkhu yang berdiam di tempat kediamanmu mencapai tiga pandangan terang sejati ... dan seterusnya ... empat penerapan perhatian ... empat usaha benar ... empat landasan kekuatan supernormal ... lima indria spiritual ... lima kekuatan spiritual ... tujuh faktor pencerahan ... jalan mulia berunsur delapan ... buah memasuki arus ... buah yang-kembali-sekali ... buah yang-tidak-kembali ... kesempurnaan ... sedang mencapai ... telah mencapai ... memperoleh ... menguasai ... telah merealisasikan ... dan seterusnya ... telah menghentikan keinginan indria ... telah menghentikan kebencian ... telah menghentikan kebodohan, meninggalkannya, melepaskannya, membuangnya ... memiliki pikiran yang bebas dari rintangan keinginan indria ... memiliki pikiran yang bebas dari rintangan kebencian ... memiliki pikiran yang bebas dari rintangankebodohan," maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah.

Memberitahukan:

Jika seorang bhikkhu mengatakan kepada seorang yang tidak sepenuhnya ditahbiskan, "Bhikkhu yang berdiam di tempat kediamanmu mencapai penyerapan pertama dalam kesendirian ... dan seterusnya ... penyerapan kedua ... penyerapan ketiga ... penyerapan keempat kesempurnaan ... sedang mencapai ... telah mencapai ... memperoleh ... menguasai ... telah merealisasikan penyerapan keempat dalam kesendirian," maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah.

Memberitahukan:

Jika seorang bhikkhu mengatakan kepada seorang yang tidak sepenuhnya ditahbiskan, "Bhikkhu yang menggunakan kain-jubah darimu ... yang menggunakan dana makanan darimu ... yang menempati tempat kediaman darimu ... yang menggunakan obat-obatan darimu mencapai penyerapan keempat dalam kesendirian ... sedang mencapai ... telah mencapai ... memperoleh ... menguasai ... telah merealisasikan penyerapan keempat dalam kesendirian," maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah.

Memberitahukan:

Jika seorang bhikkhu mengatakan kepada seorang yang tidak sepenuhnya ditahbiskan, "Bhikkhu yang menggunakan tempat kediaman darimu ... yang menggunakan kain-jubah darimu ... yang menempati dana makanan darimu ... yang menggunakan perabotan darimu ... yang menggunakan obat-obatan darimu mencapai penyerapan keempat dalam kesendirian ... sedang mencapai ... telah mencapai ... memperoleh ... menguasai ... telah merealisasikan penyerapan keempat dalam kesendirian," maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah.

Memberitahukan:

Jika seorang bhikkhu mengatakan kepada seorang yang tidak sepenuhnya ditahbiskan, "Bhikkhu yang kepadanya engkau memberikan tempat kediaman ... dan seterusnya ... yang kepadanya engkau memberikan kain-jubah ... yang kepadanya engkau memberikan dana makanan ... yang kepadanya engkau memberikan perabotan ... yang kepadanya engkau memberikan obat-obatan mencapai penyerapan keempat dalam kesendirian ... sedang mencapai ... telah mencapai ... memperoleh ... menguasai ... telah merealisasikan penyerapan keempat dalam kesendirian,"  maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah.

Tidak ada pelanggaran

Tidak ada pelanggaran: Jika ia dengan jujur memberitahukan kepada seorang yang sepenuhnya ditahbiskan; jika ia adalah pelaku pertama.

Aturan latihan tentang berkata jujur, yang kedelapan, selesai

162
Sutta Vinaya / Pācittiya 8
« on: 15 September 2022, 10:21:12 PM »
Koleksi Theravāda tentang Hukum Monastik
Aturan Kebhikkhuan dan Analisisnya
Bab tentang Pelanggaran-Pelanggaran Yang Mengharuskan Penebusan
Sub-bab tentang Berbohong

Pācittiya 8. Aturan Latihan tentang Berkata Jujur

Kisah Asal-mula

Sub-kisah pertama

Pada suatu ketika Sang Buddha sedang menetap di aula beratap lancip di Hutan Besar di dekat Vesālī, sejumlah bhikkhu bersahabat memasuki masa keberdiaman musim hujan di tepi sungai Vaggumudā. Pada saat itu Vajjī mengalami kekurangan makanan dan kelaparan, dengan panen-panen yang diserang hama keputihan dan berubah menjadi Jerami. Tidaklah mudah untuk mendapatkan dana makanan.

Para bhikkhu mempertimbangkan sulitnya situasi itu, dan mereka berpikir, "Bagaimanakah kami dapat menjalani masa keberdiaman musim hujan dengan nyaman dan harmonis, tanpa kesulitan memperoleh dana makan?"

Beberapa orang berkata, "Kita dapat bekerja untuk para perumah tangga, dan mereka akan menyokong kita sebagai imbalan."

Yang lainnya lagi berkata, "Tidak perlu bekerja untuk para perumah tangga. Mari kita saling membicarakan kualitas-kualitas melampaui manusia kepada para perumah tangga: 'Bhikkhu itu memiliki penyerapan pertama, bhikkhu itu memiliki penyerapan kedua, bhikkhu itu memiliki penyerapan ketiga, bhikkhu itu memiliki penyerapan keempat; bhikkhu itu adalah seorang pemasuk-arus, bhikkhu itu adalah seorang yang-kembali-sekali; bhikkhu itu adalah seorang yang-tidak-kembali, bhikkhu itu adalah seorang yang-sempurna; bhikkhu itu memiliki tiga pandangan terang sejati, dan bhikkhu itu memiliki enam pengetahuan langsung.' Maka mereka akan menyokong kita. Dengan cara ini kita akan hidup bersama dalam kerukunan, menjalani keberdiaman musim hujan yang nyaman, dan memperoleh dana makanan tanpa kesulitan. Inilah yang harus kita lakukan."

Maka para bhikkhu itu melakukan demikian. Dan orang-orang di sana berpikir, "Kita sungguh beruntung bahwa para bhikkhu demikian telah mendatangi kita untuk menjalani keberdiaman musim hujan. Para bhikkhu baik dan bermoral demikian belum pernah sebelumnya memasuki masa keberdiaman musim hujan bersama kita." Dan mereka mempersembahkan makanan dan minuman kepada para bhikkhu itu yang bahkan mereka sendiri tidak memakan dan meminumnya, atau mempersembahkan untuk orangtua mereka, untuk anak-anak dan istri-istri mereka, untuk para budak, pelayan, dan pekerja mereka, untuk teman-teman dan rekan-rekan mereka, untuk kerabat mereka. Segera para bhikkhu itu memiliki wajah cerah dan berwarna indah, kulit yang bersih, dan indria-indria yang tajam.

Pada saat itu adalah kebiasaan bagi para bhikkhu yang telah meyelesaikan masa keberdiaman musim hujan untuk pergi mengunjungi Sang Buddha. Dan oleh karena itu, ketika tiga bulan telah berlalu dan mereka telah menyelesaikan masa keberdiaman musim hujan, para bhikkhu itu merampikan tempat kediaman mereka, membawa mangkuk dan jubah mereka, dan melakukan perjalanan menuju Vesālī. Ketika akhirnya mereka tiba di sana, mereka mendatangi aula beratap lancip di Hutan Besar. Di sana mereka mendekati Sang Buddha, bersujud, dan duduk.

Pada saat itu para bhikkhu yang telah menyelesaikan masa keberdiaman musim hujan di wilayah itu kurus, lesu, dan pucat, dengan urat-urat menonjol di sekujur tubuh mereka. Namun para bhikkhu dari tepi Vaggumudā memiliki wajah cerah dan berwarna indah, kulit yang bersih, dan indria-indria yang tajam.

Karena adalah kebiasaan para Buddha untuk menyapa para bhikkhu yang baru tiba, maka Sang Buddha berkata kepada mereka, "Aku harap kalian baik-baik saja, para bhikkhu, Aku harap kalian dapat bertahan. Aku harap kalian menjalani musim hujan yang nyaman dan rukun, dan memperoleh dana makanan tanpa kesulitan."

"Kami baik-baik saja, Yang Mulia, kami dapat bertahan. Kami menjalani musim hujan yang nyaman dan rukun, dan memperoleh dana makanan tanpa kesulitan."

Jika Para Buddha mengetahui apa yang sedang terjadi, kadang-kadang Mereka bertanya dan kadang-kadang tidak. Mereka mengetahui waktu yang tepat untuk bertanya dan kapan tidak bertanya. Para Buddha bertanya jika itu bermanfaat, jika tidak bermanfaat maka Mereka tidak bertanya, karena para Buddha tidak mampu melakukan apa yang tidak bermanfaat. Para Buddha menanyai para bhikkhu untuk dua alasan: untuk membabarkan ajaran atau untuk menetapkan aturan latihan.

Dan Sang Buddha berkata kepada para bhikkhu, "Dengan cara bagaimanakah, para bhikkhu, kalian menjalani musim hujan yang nyaman dan rukun, dan memperoleh dana makanan tanpa kesulitan."

Mereka memberitahukan kepada Beliau.

"Tetapi apakah kalian benar-benar memiliki kualitas-kualitas melampaui manusia?"

"Benar, Yang Mulia."

Sang Buddha menegur mereka, "Bagaimana mungkin kalian demi perut kalian saling membicarakan kualitas-kualitas melampaui manusia kepada para perumah tangga? Hal Ini akan mempengaruhi keyakinan banyak orang ..." ... "Dan, para bhikkhu, aturan latihan ini harus dibacakan sebagai berikut:

Aturan akhir

'Jika seorang bhikkhu dengan jujur memberitahukan kepada seorang yang tidak sepenuhnya ditahbiskan tentang kualitas melampaui manusia, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.'"

Definisi

Seorang:

Siapa pun

Bhikkhu:

... Seorang bhikkhu yang telah diberikan penahbisan penuh oleh Sangha yang sepakat melalui prosedur sah yang terdiri dari satu usul dan tiga pengumuman yang tidak dapat dibatalkan dan lengkap—bhikkhu jenis inilah yang dimaksudkan dalam kasus ini.

Seorang yang tidak sepenuhnya ditahbiskan:

Siapa pun kecuali bhikkhu yang telah sepenuhnya ditahbiskan atau bhikkhunī yang telah sepenuhnya ditahbiskan.

Kualitas melampaui manusia:

Penyerapan, kebebasan, keheningan, pencapaian, pengetahuan dan penglihatan, pengembangan sang jalan, realisasi buah-buah, ditinggalkannya kekotoran-kekotoran, pikiran tanpa rintangan, kesenangan dalam kesendirian.

Permutasi

Definisi

Penyerapan:

Penyerapan pertama, penyerapan kedua, penyerapan ketiga, penyerapan keempat.

Kebebasan:

Kebebasan kekosongan, kebebasan tanpa gambaran, kebebasan tanpa keinginan.

Keheningan:

Keheningan kekosongan, keheningan tanpa gambaran, keheningan tanpa keinginan.

Pencapaian:

Pencapaian kekosongan, pencapaian tanpa gambaran, pencapaian tanpa keinginan.

Pengetahuan dan penglihatan:

Tiga pandangan terang sejati.

Pengembangan sang jalan:

Empat penerapan perhatian, empat usaha benar, empat landasan kekuatan supernormal, lima indria spiritual, lima kekuatan spiritual, tujuh faktor pencerahan, jalan mulia berunsur delapan.

Realisasi buah-buah:

Realisasi buah memasuki-arus, realisasi buah yang-kembali-sekali, realisasi buah yang-tidak-kembali, realisasi kesempurnaan.

Ditinggalkannya kekotoran-kekotoran:

Ditinggalkannya keinginan indria, ditinggalkannya kebencian, ditinggalkannya kebodohan.

Kesenangan dalam kesendirian

Karena penyerapan pertama maka ada kesenangan dalam kesendirian, karena penyerapan kedua maka ada kesenangan dalam kesendirian, karena penyerapan ketiga maka ada kesenangan dalam kesendirian, karena penyerapan keempat maka ada kesenangan dalam kesendirian.

Pembabaran

Penyerapan pertama

Memberitahukan:

Jika seorang bhikkhu mengatakan kepada seorang yang tidak sepenuhnya ditahbiskan, "Aku mencapai penyerapan pertama," maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.

Memberitahukan:

Jika seorang bhikkhu mengatakan kepada seorang yang tidak sepenuhnya ditahbiskan, "Aku sedang mencapai penyerapan pertama," maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.

Memberitahukan:

Jika seorang bhikkhu mengatakan kepada seorang yang tidak sepenuhnya ditahbiskan, "Aku telah mencapai penyerapan pertama," maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.

Memberitahukan:

Jika seorang bhikkhu mengatakan kepada seorang yang tidak sepenuhnya ditahbiskan, "Aku memperoleh penyerapan pertama," maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.

Memberitahukan:

Jika seorang bhikkhu mengatakan kepada seorang yang tidak sepenuhnya ditahbiskan, "Aku menguasai penyerapan pertama," maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.

Memberitahukan:

Jika seorang bhikkhu mengatakan kepada seorang yang tidak sepenuhnya ditahbiskan, "Aku telah merealisasikan penyerapan pertama," maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.

Pencapaian-pencapaian lainnya:

Memberitahukan:

Jika seorang bhikkhu mengatakan kepada seorang yang tidak sepenuhnya ditahbiskan, "Aku mencapai penyerapan kedua ... penyerapan ketiga ... penyerapan keempat ... aku sedang mencapai ... aku telah mencapai ... aku memperoleh ... aku menguasai ... aku telah merealisasikan penyerapan keempat," maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.

Memberitahukan:

Jika seorang bhikkhu mengatakan kepada seorang yang tidak sepenuhnya ditahbiskan, "Aku mencapai kebebasan kekosongan ... kebebasan tanpa gambaran ... kebebasan tanpa keinginan... keheningan kekosongan ... keheningan tanpa gambaran ... keheningan tanpa keinginan ... aku sedang mencapai ... aku telah mencapai ... aku memperoleh ... aku menguasai ... aku telah merealisasikan keheningan tanpa keinginan," maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.

Memberitahukan:

Jika seorang bhikkhu mengatakan kepada seorang yang tidak sepenuhnya ditahbiskan, "Aku mencapai pencapaian kekosongan ... pencapaian tanpa gambaran ... pencapaian tanpa keinginan ... aku sedang mencapai ... aku telah mencapai ... aku memperoleh ... aku menguasai ... aku telah merealisasikan pencapaian tanpa keinginan," maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.

Memberitahukan:

Jika seorang bhikkhu mengatakan kepada seorang yang tidak sepenuhnya ditahbiskan, "Aku mencapai tiga pandangan terang sejati ... aku sedang mencapai ... aku telah mencapai ... aku memperoleh ... aku menguasai ... aku telah merealisasikan tiga pandangan terang sejati," maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.

Memberitahukan:

Jika seorang bhikkhu mengatakan kepada seorang yang tidak sepenuhnya ditahbiskan, "Aku mencapai empat penerapan perhatian ... empat usaha benar ... empat landasan kekuatan supernormal ... aku sedang mencapai ... aku telah mencapai ... aku memperoleh ... aku menguasai ... aku telah merealisasikan empat landasan kekuatan supernormal," maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.

Memberitahukan:

Jika seorang bhikkhu mengatakan kepada seorang yang tidak sepenuhnya ditahbiskan, "Aku mencapai lima indria spiritual ... lima kekuatan spiritual ... aku sedang mencapai ... aku telah mencapai ... aku memperoleh ... aku menguasai ... aku telah merealisasikan lima kekuatan spiritual," maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.

Memberitahukan:

Jika seorang bhikkhu mengatakan kepada seorang yang tidak sepenuhnya ditahbiskan, "Aku mencapai tujuh faktor pencerahan ... aku sedang mencapai ... aku telah mencapai ... aku memperoleh ... aku menguasai ... aku telah merealisasikan tujuh faktor pencerahan," maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.

Memberitahukan:

Jika seorang bhikkhu mengatakan kepada seorang yang tidak sepenuhnya ditahbiskan, "Aku mencapai jalan mulia berunsur delapan ... aku sedang mencapai ... aku telah mencapai ... aku memperoleh ... aku menguasai ... aku telah merealisasikan jalan mulia berunsur delapan," maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.

Memberitahukan:

Jika seorang bhikkhu mengatakan kepada seorang yang tidak sepenuhnya ditahbiskan, "Aku mencapai buah memasuki-arus ... buah yang-kembali-sekali ... buah yang-tidak-kembali ... kesempurnaan ... aku sedang mencapai ... aku telah mencapai ... aku memperoleh ... aku menguasai ... aku telah merealisasikan kesempurnaan," maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.

Memberitahukan:

Jika seorang bhikkhu mengatakan kepada seorang yang tidak sepenuhnya ditahbiskan, "Aku telah menghentikan keinginan indria ... aku telah menghentikan kebencian ... aku telah menghentikan kebodohan, aku telah meninggalkannya, aku telah melepaskannya, aku telah membuangnya," maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.

Memberitahukan:

Jika seorang bhikkhu mengatakan kepada seorang yang tidak sepenuhnya ditahbiskan, "Pikiranku bebas dari rintangan keinginan indria ... Pikiranku bebas dari rintangan kebencian ... Pikiranku bebas dari rintangan kebodohan," maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.

Memberitahukan:

Jika seorang bhikkhu mengatakan kepada seorang yang tidak sepenuhnya ditahbiskan, "Aku mencapai penyerapan pertama dalam kesendirian ... penyerapan kedua ... penyerapan ketiga ... penyerapan keempat ... aku sedang mencapai ... aku telah mencapai ... aku memperoleh ... aku menguasai ... aku telah merealisasikan penyerapan keempat dalam kesendirian," maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.

163
Sutta Vinaya / Pācittiya 7
« on: 15 September 2022, 10:19:23 PM »
Koleksi Theravāda tentang Hukum Monastik
Aturan Kebhikkhuan dan Analisisnya
Bab tentang Pelanggaran-Pelanggaran Yang Mengharuskan Penebusan
Sub-bab tentang Berbohong

Pācittiya 7. Aturan Latihan tentang Ajaran

Kisah Asal-mula

Sub-kisah pertama

Pada suatu ketika Sang Buddha sedang menetap di Sāvatthī di Hutan Jeta, Vihara Anāthapiṇḍika. Pada saat itu Yang Mulia Udāyī bergaul dan mengunjungi sejumlah keluarga di Sāvatthī. Setelah mengenakan jubah pada suatu pagi, ia membawa mangkuk dan jubahnya dan mendatangi keluarga tertentu. Saat itu sang istri sedang duduk di pintu masuk dan menantu perempuannya di pintu salah satu kamar. Udāyī mendatangi sang istri dan membabarkan suatu ajaran, dengan membisikkan di telinganya. Dan si menantu perempuan berpikir, "Apakah monastik ini adalah kekasih ibu mertuaku, atau ia sedang berbicara tidak senonoh?"

Setelah mengajarkan sang istri dengan cara ini, Udāyī mendatangi si menantu perempuan dan membabarkan ajaran dengan cara yang sama. Sang istri berpikir, "Apakah monastik ini adalah kekasih menantu perempuanku, atau ia sedang berbicara tidak senonoh?"

Ketika Udāyī pergi, sang istri berkata kepada menantu perempuannya, "Hei, Apakah yang dikatakan monastik itu kepadamu?"

"Ia membabarkan ajaran, ibu. Tetapi apakah yang ia katakan kepadamu?"

"Ia membabarkan ajaran, juga."

Dan mereka mengeluhkan dan mengkritiknya, "Bagaimana mungkin Yang Mulia Udāyī membabarkan ajaran dengan berbisik di telinga? Bukankah ajaran-ajaran seharusnya dibabarkan dengan suara keras dan secara terbuka?"

Para bhikkhu mendengar keluhan perempuan-perempuan itu, dan para bhikkhu yang memiliki sedikit keinginan mengeluhkan dan mengkritik Udāyī, "bagaimana mungkin Yang Mulia Udāyī membabarkan ajaran kepada para perempuan?"

Setelah menegurnya dalam berbagai cara, mereka memberitahu Sang Buddha. Segera setelah itu Sang Buddha mengumpulkan Sangha dan menanyai Udāyī, "Benarkah, Udāyī, bahwa engkau melakukan hal ini?"

"Benar, Yang Mulia."

Sang Buddha menegurnya ... "Bagaimana mungkin engkau dapat melakukan hal ini? Hal ini akan mempengaruhi keyakinan orang-orang ..." ... "Dan, para bhikkhu, aturan latihan ini harus dibacakan sebagai berikut:

Aturan awal

'Jika seorang bhikkhu membabarkan ajaran kepada seorang perempuan, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.'"

Dengan cara inilah Sang Buddha menetapkan aturan latihan ini untuk para bhikkhu.

Sub-kisah kedua

Tidak lama setelah itu beberapa umat awam perempuan melihat beberapa orang bhikkhu dan berkata kepada mereka, "Para Mulia, mohon babarkan ajaran."

"Kami tidak diperbolehkan mengajar para perempuan."

"Cukup ajarkan lima atau enam kalimat. Itu mungkin cukup bagi kami untuk memahami."

"Kami tidak diperbolehkan mengajar para perempuan." Dan karena takut melakukan kesalahan, mereka tidak mengajarkan para perempuan itu.

Umat-umat awam perempuan itu mengeluhkan dan mengkritik mereka, "Bagaimana mungkin mereka tidak mau mengajar kita setelah diminta?'

Para bhikkhu mendengar keluhan umat-umat awam perempuan itu, dan mereka memberitahu Sang Buddha. Segera setelah itu Sang Buddha membabarkan ajaran dan berkata kepada para bhikkhu, "Para bhikkhu, Aku memperbolehkan kalian untuk mengajarkan lima atau enam kalimat kepada seorang perempuan"

Dan, para bhikkhu, aturan latihan ini harus dibacakan sebagai berikut:

Aturan awal kedua

'Jika seorang bhikkhu membabarkan ajaran lebih dari lima atau enam kalimat kepada seorang perempuan, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.'"

Dengan cara inilah Sang Buddha menetapkan aturan latihan ini untuk para bhikkhu.

Sub-kisah ketiga

Ketika para bhikkhu dari kelompok enam mendengar bahwa Sang Buddha telah memberikan kelonggaran, maka mereka mengajarkan para perempuan lebih dari lima atau enam kalimat dengan seorang laki-laki yang tidak memahami duduk di dekat mereka. Para bhikkhu yang memiliki sedikit keinginan mengeluhkan dan mengkritik mereka, "Bagaimana mungkin para bhikkhu dari kelompok enam mengajarkan para perempuan lebih dari lima atau enam kalimat dengan seorang laki-laki yang tidak memahami duduk di dekat mereka?"

Setelah menegur para bhikkhu itu dalam berbagai cara, mereka memberitahu Sang Buddha. Segera setelah itu Sang Buddha mengumpulkan Sangha dan menanyai para bhikkhu itu, "Benarkah, para bhikkhu, bahwa kalian melakukan hal ini?"

"Benar, Yang Mulia."

Sang Buddha menegur mereka ... "Bagaimana mungkin kalian dapat melakukan hal ini? Hal ini akan mempengaruhi keyakinan orang-orang ..." ... "Dan, para bhikkhu, aturan latihan ini harus dibacakan sebagai berikut:

Aturan akhir

'Jika seorang bhikkhu membabarkan ajaran lebih dari lima atau enam kalimat kepada seorang perempuan, kecuali dihadiri seorang laki-laki yang memahami, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.'"

Definisi

Seorang:

Siapa pun

Bhikkhu:

... Seorang bhikkhu yang telah diberikan penahbisan penuh oleh Sangha yang sepakat melalui prosedur sah yang terdiri dari satu usul dan tiga pengumuman yang tidak dapat dibatalkan dan lengkap—bhikkhu jenis inilah yang dimaksudkan dalam kasus ini.

Seorang perempuan:

Perempuan manusia, bukan makhluk halus perempuan, bukan hantu perempuan, bukan binatang betina; seorang yang memahami dan mampu membedakan ucapan buruk dan ucapan baik, apa yang tidak senonoh dan apa yang sopan.

Lebih dari lima atau enam kalimat:

Melebihi lima atau enam kalimat.

Ajaran:

Apa yang telah disampaikan oleh Sang Buddha, apa yang telah disampaikan oleh para siswa, apa yang telah disampaikan oleh para bijaksana, apa yang telah disampaikan oleh para dewa, apa yang berhubungan dengan apa yang bermanfaat, apa yang berhubungan dengan Ajaran.

Membabarkan:

Jika ia membabarkan berdasarkan baris, maka untuk setiap barisnya ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan. Jika ia membabarkan berdasarkan suku kata, maka untuk setiap suku katanya ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.

Kecuali dihadiri seorang laki-laki yang memahami:

Jika ada seorang laki-laki yang memahami yang hadir.

Seorang laki-laki yang memahami:

Seorang yang mampu membedakan ucapan yang buruk dan ucapan yang baik, apa yang tidak senonoh dan apa yang sopan.

Permutasi

Jika itu adalah perempuan, dan si bhikkhu menyadarinya sebagai perempuan, dan ia mengajarkan lebih dari lima atau enam kalimat, kecuali jika dihadiri seorang laki-laki yang memahami, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan. Jika itu adalah perempuan, tetapi si bhikkhu tidak dapat memastikannya, dan ia mengajarkan lebih dari lima atau enam kalimat, kecuali jika dihadiri seorang laki-laki yang memahami, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan. Jika itu adalah perempuan, tetapi si bhikkhu tidak menyadarinya sebagai perempuan, dan ia mengajarkan lebih dari lima atau enam kalimat, kecuali jika dihadiri seorang laki-laki yang memahami, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.

Jika ia mengajarkan lebih dari lima atau enam kalimat kepada makhluk halus perempuan, hantu perempuan, paṇḍaka, atau binatang betina dalam bentuk seorang perempuan, kecuali jika dihadiri seorang laki-laki yang memahami, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika itu bukan perempuan, tetapi ia menyadarinya sebagai perempuan, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika itu bukan perempuan, tetapi si bhikkhu tidak dapat memastikannya, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika itu bukan perempuan, dan ia tidak menyadarinya sebagai perempuan, maka tidak ada pelanggaran.

Tidak ada pelanggaran

Tidak ada pelanggaran: Jika dihadiri seorang laki-laki yang memahami; jika ia mengajarkan lima atau enam kalimat; jika ia mengajarkan kurang dari lima atau enam kalimat; jika ia bangkit, duduk kembali, dan kemudian mengajar; jika perempuan itu bangkit dan duduk kembali, dan ia kemudian mengajar kepadanya; jika ia mengajar perempuan lain; jika ia mengajukan pertanyaan dan kemudian berbicara; jika ia berbicara demi manfaat orang lain dan seorang perempuan mendengarkan; jika ia gila; jika ia adalah pelaku pertama.

Aturan latihan tentang ajaran, yang ketujuh, selesai



164
Sutta Vinaya / Pācittiya 6
« on: 15 September 2022, 10:18:49 PM »
Koleksi Theravāda tentang Hukum Monastik
Aturan Kebhikkhuan dan Analisisnya
Bab tentang Pelanggaran-Pelanggaran Yang Mengharuskan Penebusan
Sub-bab tentang Berbohong

Pācittiya 6. Aturan Latihan Kedua tentang Ruang Tidur yang Sama

Kisah Asal-mula

Pada suatu hari ketika Sang Buddha sedang menetap di Sāvatthī di Vihara Anāthapiṇḍika, Yang Mulia Anuruddha sedang melakukan perjalanan melewati negeri Kosala dalam perjalanannya menuju Sāvatthī, ketika pada suatu malam ia tiba di sebuah desa tertentu. Saat itu seorang perempuan di desa itu telah mempersiapkan rumah penginapannya. Anuruddha mendatangi perempuan itu dan berkata, "Jika tidak merepotkan engkau, aku ingin bermalam di rumah penginapanmu selama satu malam."

"Silakan, Yang Mulia."

Para pengelana lainnya juga mendatangi perempuan itu dan berkata, "Nyonya, Jika tidak merepotkan engkau, kami ingin bermalam di rumah penginapanmu selama satu malam."

"Tuan-tuan, seorang monastik telah berdiam di sini. Jika ia menyetujui, kalian boleh bermalam."

Para pengelana itu kemudian mendatangi Anuruddha dan berkata, "Jika engkau tidak keberatan, Yang Mulia, kami ingin bermalam satu malam di rumah penginapan ini."

"Tidak masalah."

Ketika perempuan itu melihat Anuruddha, ia telah jatuh cinta dengannya. Sekarang ia mendatanginya dan berkata, "Yang Mulia, engkau tidak akan merasa nyaman dikelilingi orang-orang ini. Bagaimana jika aku mempersiapkan ruang tidur untukmu di rumah utama?" Anuruddha menerima dengan berdiam diri.

Setelah mempersiapkan ruang tidur di rumah utama, ia mengenakan perhiasan dan wangi-wangian, dan ia mendatangi Anuruddha dan berkata, "Engkau menarik, Yang Mulia, dan begitu pula aku. Bagaimana jika engkau mengambilku sebagai istrimu? Tetapi Anuruddha tetap diam. Ia mengatakan hal yang sama untuk kedua kali, tetapi sekali lagi tidak mendapatkan jawaban. Dan untuk ketiga kalinya, ia berkata, "Engkau menarik, Yang Mulia, dan begitu pula aku. Bagaimana jika engkau mengambilku dan semua bangunan ini?" sekali lagi Anuruddha diam. Kemudian ia membuka pakaiannya dan berjalan mondar-mandir, berdiri, duduk, dan berbaring di depan Anuruddha. Tetapi Anuruddha mengendalikan indria-indrianya dan tidak melihat juga tidak berbicara kepadanya. Kemudian perempuan itu berkata, "Sungguh mengagumkan dan menakjubkan, banyak orang akan membayar seratus atau seribu keping uang untuk bersamaku. Tetapi monastik ini tidak menginginkan aku dan semua bangunan ini, bahkan setelah aku memohon kepadanya!" setelah mengenakan pakaiannya, ia bersujud dengan kepalanya di kaki Anuruddha dan berkata, "Yang Mulia, aku telah melakukan kesalahan. Aku telah bertindak dungu, bodoh, dan tidak terampil. Sudilah memaafkan aku agar aku dapat mengendalikan diriku di masa depan."

"Engkau memang telah melakukan kesalahan. Engkau telah bertindak dungu, bodoh, dan tidak terampil. Tetapi karena engkau mengakui kesalahanmu dan melakukan perbaikan semestinya, maka aku memaafkan engkau. Karena ini disebut pertumbuhan dalam latihan para mulia: mengakui kesalahan, melakukan perbaikan semestinya, dan menjalani pengekangan untuk masa depan."

Keesokan paginya perempuan itu secara pribadi melayani Anuruddha dengan berbagai jenis makanan baik. Ketika Anuruddha telah selesai makan, perempuan itu bersujud dan duduk di satu sisi. Dan Anuruddha memberikan instruksi, menginspirasi, dan menggembirakannya dengan suatu ajaran. Kemudian ia berkata kepada Anuruddha, "Mengagumkan, Yang Mulia, mengagumkan! Bagaikan menegakkan apa yang terbalik, atau mengungkapkan apa yang tersembunyi, atau menunjukkan jalan kepada orang yang tersesat, atau membawakan lampu ke dalam kegelapan sehingga seorang yang memiliki mata dapat melihat apa yang ada di sana—demikian pula engkau telah menjelaskan Ajaran dalam berbagai cara. Aku berlindung kepada Sang Buddha, kepada Ajaran, dan kepada Sangha para bhikkhu. Sudilah menerimaku sebagai seorang umat awam yang telah berlindung sejak hari ini hingga seumur hidup."

Segera setelah itu, setelah tiba di Sāvatthī, Anuruddha memberitahu para bhikkhu tentang apa yang telah terjadi. Para bhikkhu yang memiliki sedikit keinginan mengeluhkan dan mengkritik Anuruddha, "Bagaimana mungkin Yang Mulia Anuruddha berbaring di ruang tidur yang sama dengan seorang perempuan?"

Setelah menegurnya dalam berbagai cara, mereka memberitahu Sang Buddha. Segera setelah itu Sang Buddha mengumpulkan Sangha dan menanyai Anuruddha, "Benarkah, Anuruddha, bahwa engkau melakukan hal ini?"

"Benar, Yang Mulia."

Sang Buddha menegurnya ... "Anuruddha, Bagaimana mungkin engkau dapat melakukan hal ini? Hal ini akan mempengaruhi keyakinan orang-orang ..." ... "Dan, para bhikkhu, aturan latihan ini harus dibacakan sebagai berikut:

Aturan akhir

'Jika seorang bhikkhu berbaring di ruang tidur yang sama dengan seorang perempuan, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.'"

Definisi

Seorang:

Siapa pun

Bhikkhu:

... Seorang bhikkhu yang telah diberikan penahbisan penuh oleh Sangha yang sepakat melalui prosedur sah yang terdiri dari satu usul dan tiga pengumuman yang tidak dapat dibatalkan dan lengkap—bhikkhu jenis inilah yang dimaksudkan dalam kasus ini.

Seorang perempuan:

Perempuan manusia, bukan makhluk halus perempuan, bukan hantu perempuan, bukan binatang betina; bahkan seorang gadis cilik yang baru lahir pada hari itu, apalagi yang lebih tua.

Yang sama:

Bersama-sama.

Ruang tidur:

Memiliki atap penuh, memiliki dinding penuh; sebagian besar beratap, sebagian besar berdinding.

Berbaring di ruang tidur yang sama:

Ketika matahari telah terbenam: jika bhikkhu itu berbaring ketika si perempuan sedang berbaring, maka bhikkhu itu melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan; jika si perempuan berbaring ketika bhikkhu itu telah berbaring, maka bhikkhu itu melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan; jika mereka berbaring bersama-sama, maka bhikkhu itu melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan; setiap kali mereka bangkit dan kemudian berbaring kembali, bhikkhu itu melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.

Permutasi

Jika itu adalah perempuan, dan si bhikkhu menyadarinya sebagai perempuan, dan bhikkhu itu berbaring di ruang tidur yang sama dengannya, maka bhikkhu itu melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan. Jika itu adalah perempuan, tetapi si bhikkhu tidak dapat memastikannya, dan bhikkhu itu berbaring di ruang tidur yang sama dengannya, maka bhikkhu itu melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan. Jika itu adalah perempuan, tetapi si bhikkhu tidak menyadarinya sebagai perempuan, maka bhikkhu itu melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.

Jika tempat itu beratap setengah dan berdinding setengah, maka bhikkhu itu melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika ia berbaring di ruang tidur yang sama dengan makhluk halus perempuan, hantu perempuan, paṇḍaka, atau binatang betina, maka bhikkhu itu melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika itu bukan perempuan, tetapi si bhikkhu menyadarinya perempuan, maka bhikkhu itu melakukan pelanggaran perbuatan salah.  Jika itu bukan perempuan, tetapi si bhikkhu tidak dapat memastikannya, maka bhikkhu itu melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika itu bukan perempuan, dan ia tidak menyadarinya sebagai perempuan, maka tidak ada pelanggaran.

Tidak ada pelanggaran

Tidak ada pelanggaran: Jika tempat itu sepenuhnya beratap tetapi tidak berdinding; jika tempat itu sepenuhnya berdinding, tetapi tidak beratap; jika tempat itu sebagian besar tidak beratap; jika tempat itu sebagian besar tidak berdinding; jika si bhikkhu duduk ketika perempuan itu berbaring; jika perempuan itu duduk ketika si bhikkhu berbaring; jika keduanya duduk; jika ia gila; jika ia adalah pelaku pertama.

Aturan latihan kedua tentang ruang tidur yang sama, yang keenam, selesai

165
Sutta Vinaya / Pācittiya 5
« on: 15 September 2022, 10:17:53 PM »
Koleksi Theravāda tentang Hukum Monastik
Aturan Kebhikkhuan dan Analisisnya
Bab tentang Pelanggaran-Pelanggaran Yang Mengharuskan Penebusan
Sub-bab tentang Berbohong

Pācittiya 5. Aturan Latihan tentang Ruang Tidur yang Sama

Kisah Asal-mula

Sub-kisah pertama

Pada suatu ketika Sang Buddha sedang menetap di Āḷavī di Altar Aggāḷava. Pada saat itu para umat awam datang ke vihara untuk mendengarkan Ajaran. Ketika khotbah itu selesai, para bhikkhu senior memasuki ruang kediaman mereka, tetapi para bhikkhu yang baru ditahbiskan berbaring di sana di aula pertemuan bersama dengan umat-umat awam—dengan linglung, lengah, telanjang, bergumam, dan mendengkur. Umat-umat awam mengeluhkan dan mengkritik mereka, "Bagaimana mungkin para mulia ini berbaring dengan dengan linglung, lengah, telanjang, bergumam, dan mendengkur. Umat-umat awam mengeluhkan dan mengkritik mereka, "Bagaimana mungkin para mulia?"

Para bhikkhu mendengar keluhan para umat awam itu, dan para bhikkhu yang memiliki sedikit keinginan mengeluhkan dan mengkritik para bhikkhu itu, "Bagaimana mungkin para bhikkhu berbaring di ruang tidur yang sama dengan orang-orang yang tidak sepenuhnya ditahbiskan?"

Setelah menegur para bhikkhu yang baru ditahbiskan itu dalam berbagai cara, mereka memberitahu Sang Buddha. Segera setelah itu Sang Buddha mengumpulkan Sangha dan menanyai para bhikkhu itu, "Benarkah, para bhikkhu, bahwa para bhikkhu itu melakukan hal ini?"

"Benar, Yang Mulia."

Sang Buddha menegur mereka... "Bagaimana mungkin Orang-orang dungu itu dapat melakukan hal ini? Hal ini akan mempengaruhi keyakinan orang-orang ..." ... "Dan, para bhikkhu, aturan latihan ini harus dibacakan sebagai berikut:

Aturan awal

'Jika seorang bhikkhu berbaring di ruang tidur yang sama dengan seorang yang tidak sepenuhnya ditahbiskan, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.'"

Dengan cara inilah Sang Buddha menetapkan aturan latihan ini untuk para bhikkhu.

Sub-kisah kedua

Setelah menetap di Āḷavī selama yang Beliau kehendaki, Sang Buddha melakukan perjalanan menuju Kosambī. Ketika Beliau tiba di sana, Beliau menetap di Vihara Badarikā.

Para bhikkhu di sana berkata kepada Yang Mulai Rāhula, "Rāhula, Sang Buddha telah menetapkan aturan latihan bahwa kami tidak boleh berbaring di ruangan yang sama dengan seorang yang tidak sepenuhnya ditahbiskan. Silakan cari ruangan tidur lain." Karena Rāhula tidak dapat menemukan ruangan tidur, maka ia berbaring di toilet.

Kemudian, setelah bangun pagi, Sang Buddha pergi ke toilet, di mana Beliau berdeham. Rāhula juga berdeham.

"Siapakah di dalam?"

"Aku, Yang Mulia, Rāhula."

"Mengapa engkau duduk di sini, Rāhula?"

Rāhula memberitahu Sang Buddha apa yang terjadi. Segera setelah itu Sang Buddha membabarkan ajaran dan berkata kepada para bhikkhu:

"Para bhikkhu, Aku memperbolehkan kalian untuk berbaring di ruang yang sama dengan seorang yang tidak sepenuhnya ditahbiskan selama dua atau tiga malam."

Dan, para bhikkhu, aturan latihan ini harus dibacakan sebagai berikut:

Aturan akhir

'Jika seorang bhikkhu berbaring lebih dari dua atau tiga malam di ruang tidur yang sama dengan seorang yang tidak sepenuhnya ditahbiskan, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.'"

Definisi

Seorang:

Siapa pun

Bhikkhu:

... Seorang bhikkhu yang telah diberikan penahbisan penuh oleh Sangha yang sepakat melalui prosedur sah yang terdiri dari satu usul dan tiga pengumuman yang tidak dapat dibatalkan dan lengkap—bhikkhu jenis inilah yang dimaksudkan dalam kasus ini.

Seorang yang tidak sepenuhnya ditahbiskan:

Siapa pun kecuali bhikkhu yang telah sepenuhnya ditahbiskan.

Yang sama:

Bersama-sama.

Ruang tidur:

Memiliki atap penuh, memiliki dinding penuh; sebagian besar beratap, sebagian besar berdinding.

Berbaring di ruang tidur yang sama:

Pada fajar hari keempat: jika ia berbaring ketika orang yang tidak sepenuhnya ditahbiskan sedang berbaring, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan; jika orang yang tidak sepenuhnya ditahbiskan berbaring ketika ia telah berbaring, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan; jika mereka berbaring bersama-sama, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan; setiap kali mereka bangkit dan kemudian berbaring kembali, ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.

Permutasi

Jika mereka tidak sepenuhnya ditahbiskan, dan si bhikkhu tidak menyadarinya sebagai sepenuhnya ditahbiskan, dan ia berbaring lebih dari dua atau tiga malam di ruang tidur yang sama dengan mereka, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan. Jika mereka tidak sepenuhnya ditahbiskan, tetapi si bhikkhu tidak dapat memastikannya, dan ia berbaring lebih dari dua atau tiga malam di ruang tidur yang sama dengan mereka, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan. Jika mereka tidak sepenuhnya ditahbiskan, tetapi si bhikkhu menyadarinya sebagai sepenuhnya ditahbiskan, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.

Jika ruang itu beratap setengah dan berdinding setengah, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika mereka sepenuhnya ditahbiskan, tetapi si bhikkhu tidak menyadarinya sebagai sepenuhnya ditahbiskan, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika mereka sepenuhnya ditahbiskan, dan si bhikkhu menyadarinya sebagai sepenuhnya ditahbiskan, maka tidak ada pelanggaran.

Tidak ada pelanggaran

Tidak ada pelanggaran: Jika ia berdiam bersama mereka selama dua atau tiga malam; Jika ia berdiam bersama mereka selama kurang dari dua atau tiga malam; jika, setelah berdiam selama dua malam, ia pergi sebelum fajar malam ketiga dan kemudian berdiam bersama kembali; jika ruang itu sepenuhnya beratap tetapi tidak berdinding; jika ruang itu sepenuhnya berdinding, tetapi tidak beratap;  jika ruang itu sebagian besar tidak beratap; jika ruang itu sebagian besar tidak berdinding; jika si bhikkhu duduk ketika orang yang tidak sepenuhnya ditahbiskan itu berbaring; jika orang yang tidak sepenuhnya ditahbiskan itu duduk ketika si bhikkhu berbaring; jika keduanya duduk; jika ia gila; jika ia adalah pelaku pertama.

Aturan latihan tentang ruang tidur yang sama, yang kelima, selesai[/i



Pages: 1 ... 4 5 6 7 8 9 10 [11] 12 13 14 15 16 17 18 ... 954