Kalau begitu saya menyimpulkan bahwa sebenarnya tidak ada alasan untuk mengatakan bahwa Ikrar Bodhisattva tidak masuk akal bukan? Toh, kalau benar anda berpandangan demikian, berarti menunda realisasi nibbana bukanlah hal yang buruk bukan?
Tapi kalau tidak salah anda mengatakan bahwa tindakan demikian "belum cukup matang" batinnya. Sedangkan tindakan segera merealisasi nibbana adalah tindakan yang "matang ".
Apakah dengan demikian bhikkhu2 yang menjadi penceramah tersebut "belum matang" batinnya? Seorang yang mengorbankan ginjalnya demi ibunya "belum matang" batinnya?
Bukan.
Alasannya sudah saya uraikan di postingan sebelumnya.
Orang yang menunda perealisasian Nibbana itu orang yang belum cukup matang untuk menjalani penghidupan suci. Hatinya selalu tergerak melihat perubahan dunia ini. Di satu sisi, buruk karena menghambat pencapaian Nibbana. Di satu sisi, baik karena mau menolong makhluk lain. jadi ini hanyalah masalah persepsi, dan tergantung dari sudut mana kita memandangnya.
Seperti yang dikatakan Bro Dilbert dan Ryu, untuk kesekian kalinya saya tanyakan :
"Pertolongan seperti apakah yang hanya bisa dilakukan Bodhisattva (versi Mahayana)...?"
"Sejauh apakah pertolongan yang dapat diberikan?"
"Apakah menolong makhluk lain sampai mengantar mereka menuju Nirvana?"