TL:
Nampaknya mas Tan kurang mengerti mengenai teori nihilisme, karena jawabannya panjang dan tadinya saya malas menulis terlalu panjang, itu alasan pertama.
Alasan kedua adalah karena saya menghindar untuk membandingkan antara Mahayana dengan ajaran lain. Dan hanya membandingkan ajaran Mahayana dengan ajaran Mahayana sendiri atau ajaran non Buddhis seperti Hindu. Tetapi karena mas Tan sendiri yang mengklaim bahwa Tipitaka ada di Mahayana (walaupun saya tidak beranggapan demikian). Jadi saya rasa saya tidak perlu sungkan-sungkan membandingkan Tipitaka dengan buku-buku Mahayana yang lain, karena bukankah Tipitaka Pali juga 99% sama dengan Tripitaka Mahayana? jadi hanya 1 diantara 100 yang berbeda. Jadi Saya tidak membandingkan T dengan M, karena T juga termasuk M menurut pemahaman mas Tan iya kan?
TAN:
Anda salah. Saya tidak pernah mengatakan bahwa Tripitaka Mahayana = Tipitaka Pali. Saya hanya bilang bahwa sebagian besar sutra di kumpulan Agama ada di Nikaya Pali. Ingat Agama Sutra hanya salah satu bagian saja dari kanon Pali. Selain itu, masih banyak pula Sutra yang hanya ada di Mahayana. Anda salah paham kalau mengatakan bahwa saya bilang Tripitaka Mahayana = Tipitaka Pali. Salah besar! Saya punya kumpulan kanon Pali dan Tripitaka Mahayana, jadi tidak mungkin saya sebodoh itu mengatakan demikian.
Ajaran Mahayana tidak identik dengan ajaran Theravada. Meskipun Mahayana mengakui Agama Sutra, tetapi juga menggunakan Sutra-sutra Mahayana. Jadi penafsiran pada Agama Sutra diterangi dengan cahaya Sutra-Sutra Mahayana. Oleh karena itu, kami kaum Mahayanis tidak menganggap keduanya bertentangan.
TL:
Ini Sebenarnya adalah pandangan plin-plan. Perhatikan cara penyampaiannya disini, jelas nampak seolah-olah Sang buddha adalah mahluk mendua yang kadang mengajarkan A, kadang mengajarkan B, tidak konsekuen.
Hal lain yang jelas juga disini adalah: bahwa Nagarjuna (saya katakan bahwa ini pandangan Nagarjuna) berpandangan secara tidak langsung atman (atta) ada. Sebenarnya PANDANGAN NAGARJUNA ADALAH TERMASUK PANDANGAN SEMI ETERNALIS (Brahmajala Sutta ada membahas 62 pandangan salah dan pandangan Nagarjuna adalah salah satu diantaranya).
MEMPERSOALKAN ADA ATAU TIDAK ADA ADALAH SATU KOIN DUA SISI. adalah merupakan pandangan salah.
TAN:
Anda memandang bahwa Buddha dengan cara mengajar seperti itu adalah plin plan. Tetapi mari kita cermati. Saya ambil contoh, seorang dokter yang memeriksa seorang anak yang kekurangan vitamin pada sayuran. Ia lalu menyuruh anak itu banyak makan sayuran. Kemudian ada pasien lain yang menderita sakit asam urat. Ia disarankan jangan banyak makan sayuran. Menurut Anda dokter itu plin plan?
Ada lagi seorang pasien yang berobat dan diberi suatu jenis obat. Setelah pasien sembuh, dokter berkata obatnya boleh dihentikan atau tak boleh diminum lagi. Apakah dokter itu plin plan?
MERCEDES:
Sisi yang lain yaitu:
YAITU : PRATITYA SRAMUTPADA.
Mohon jangan dibantah, bukankah kitab suci Tipitaka sama dengan kitab suci Tripitaka Mahayana?
untuk lebih jelasnya, baca kembali syair Sang Buddha ketika di Bodhgaya waktu baru mencapai penerangan sempurna, yaitu:
"Semua faktor-faktor pendukung dumadi (tumimbal lahir)telah dihancurkan, maka tak akan ada lagi kelahiran."
TAN:
Ya tentu saja saya setuju pratyasamupatda. Hanya saja kaum Mahayana tidak menganggap penjelmaan Buddha sebagai "kelahiran." Kalaupun dianggap "kelahiran" maka itu adalah nampaknya begitu di mata makhluk samsara. Tetapi yang pasti tetap tidak ada "kelahiran." Nah, pertanyaan apakah ajaran Mahayana bertentangan dengan pratyasamutpada? Jawabannya, tidak! Karena itu bukanlah "kelahiran."
TL:
Mas Tan mari kita ke basic.. tolong jelaskan hukum karma menurut mas Tan apakah melingkupi mahluk hidup saja dan apakah melingkupi benda mati?
PERTANYAAN INI SANGAT SEDERHANA (TAK PERLU ADA SPEKULASI) TETAPI MAS TAN TAK BISA MENJAWAB, (ATAU TAK BERANI MENJAWAB.....? ? ? ? ?) ANAK SD SAJA BISA MENJAWAB PERTANYAAN INI HEHEHE....
TAN:
Kalau Anda tidak suka spekulasi dan berbelit-belit. Jawab saja: Apakah hukum kamma itu anitya atau nitya? Gitu aja kok repot. gak usah repot2 lah.. saya ini tak suka merepotkan orang lain. Hehehehehe.....
TL:
Sudah saya jawab diatas: hukum karma hanya berlaku dan valid hanya pada mahluk hidup, sewaktu mereka masih memiliki kelima kelompok kemelekatan (panca skandha). Bila kemelekatan terhadap panca skandha telah lenyap seluruhnya, maka karma niyama tak berlaku.
TAN:
Buddha sebelum parinirvana masih menerima balasan kammanya, dan mengalami penyakit. Apakah Buddha masih punya kemelekatan pada panca skandha?
TL:
99% berarti hanya satu yang berbeda diantara seratus, apakah saya salah secara matematis?
Mengenai tanggapan terhadap Wikipedia, saya serahkan pada pembaca, mau percaya tulisan mas Tan atau percaya Wikipedia
TAN:
Meskipun semua pembaca tidak percaya tulisan saya, sama sekali saya tidak peduli. Saya punya pandangan sendiri berdasarkan literatur2 yang saya punya. Saya tidak perlu penilaian atau pendapat orang lain. Jadi tulisan saya tidak dipercaya juga tidak mengapa. Dipercaya atau tidak, bagi saya tidak ada untungnya apa2. Kecuali kalau tulisan dipercaya, terus saya dapat hadiah 500.000 USD. Nah baru ceritanya lain.
Kedua, kebenaran tidak bergantung dari banyak orang yang percaya atau tidak. Dulu yang percaya bumi bulat hanya GALILEO GALILEI. Nah, nyatanya bumi datar atau bulat?
MERCEDES:
Mas Tan mengerti atau tidak pandangan causal effect/ sebab akibat/ pratitya sramutpada
ini kutipan ajaran jainism (
http://en.wikipedia.org/wiki/Jainism#Doctrines ):
Jains believe that every human is responsible for his/her actions and all living beings have an eternal soul, jīva.
Jains beranggapan bahwa semua manusia bertanggung jawab terhadap perbuatannya dan semua mahluk hidup memiliki roh yang kekal, jiva.Apa mirip ?
Jains view God as the unchanging traits of the pure soul of each living being, described as Infinite Knowledge, Perception, Consciousness, and Happiness (Ananta Jnāna, Ananta Darshana, Ananta Cāritra and Ananta Sukha). Jains do not believe in an omnipotent supreme being, creator or manager (kartā), but rather in an eternal universe governed by natural laws
Jains beranggapan Tuhan/dewa sebagai sifat tak berubah dari jiwa yang murni setiap mahluk hidup, diterangkan sebagai pengetahuan tak terbatas, persepsi, kesadaran dan kebahagiaan (Ananta Jnāna, Ananta Darshana, Ananta Cāritra and Ananta Sukha). jain tidak percaya mahluk tertinggi yang maha tahu dan maha kuasa, pencipta atau pengatur, tetapi percaya alam semesta yang abadi yang diatur oleh hukum alam.
Mirip T atau mirip M
History suggests that various strains of Hinduism became vegetarian due to strong Jain influences
Berbagai aliran Hinduisme menjadi vegetarian karena pengruh kuat jainism. Mirip mana ?
tolong diperhatikan kita tidak mempersoalkan vegetarian benar atau salah, baik atau buruk.
TAN:
Ah, bukannya umat Buddha juga percaya ajaran bahwa "tidak percaya mahluk tertinggi yang maha tahu dan maha kuasa, pencipta atau pengatur"? Adalah wajar bahwa di antara berbagai ajaran agama ada kemiripan dan ketidak-miripannya. Tidak perlu dibingungkan. Bagaimana dengan kemiripan ajaran non-Mahayanis dengan konsep tirthankara yang juga tak dapat memancarkan maitri karuna setelah ia memasuki nirvana?
Amiduofo,
Tan