kalau mau disambut dengan sapa, anjali dan sejenisnya, saya kira bukan di Vihara, tetapi di Bank2, hotel2, tempat pelayanan umum lainnya, jika ke Bank atau Hotel mau masuk pintu aja, udah dibuka pintu dan disapa selamat pagi, siang oleh satpam, begitu juga ke hotel2, dan tempat pelayanan umum lainnya.
seperti teman2 yang diatas memberikan tanggapan udah benar,
Hendra Susanto, untuk melatih diri
Dilbert, pindah Vihara kalau tidak cocok dengan lingkungannya
Virya, mulai pada diri sendiri, jangan mengharapkan orang lain berbuat sesuatu kepada kita dulu.
Tanggapan saya
Mengenai kasus vihara Saddhapala, memang saya tidak tahu masalahnya, tetapi apakah anda yakin vihara2 merk lainnya baik di Theravada, Buddhayana. Mahayana, Kelenteng pun, emang tidak pernah kejadian keributan ?, Anda harus tahu, bahwa dalam kehidupan ini yang namanya organisasi pasti ada terjadi keributan atau dilingkungan intern vihara tsb !,
Dalam kehidupan organisasi atau pergaulan dimana pun, semua pasti ada terjadi keributan, dan dari pengalaman keributan baru bisa diperbaiki dimana ada kesalahan-kesalahan.
Jadi hidup ini terjadi keributan itu udah biasa, di lingkungan keluarga aja sering terjadi keributan, apalagi dengan orang luar.
kalau anda menjadikan kasus vihara Saddhapala sebagai acuan vihara Theravada jadi tidaklah tepat.
Mengenai penyambutan dengan anjali dan sapa, tidaklah harus dan bukanlah kewajiban, karena masing-masing manajemen & Organisasi Vihara, SDM nya, dan lingkungannya berbeda2,
tidak bisa disamakanJadi tujuan ke Vihara lebih cocok untuk
melatih diri dan belajar mengenal Buddha Dhamma dengan baik dari pada acara2 'penyambutan'.
Kalaupun anda memang perlu dan senang dengan acara 'penyambutan' jadi harus sering mengunjungi ke vihara itu,
dari pada tertekan bathinnya sewaktu ke vihara yang tidak punya penyambutan.
Jadi mulai dari diri sendiri, berlatih terus menerus berbuat sesuatu yang berguna, jika kelak perlu di 'servis', tetapi di ajaran Buddha, tidak perlu yang 'begituan', malah tambah melekat.
Semoga bermamfaat ya.