//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: Logika aneh umat Buddha  (Read 87262 times)

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Offline Sunkmanitu Tanka Ob'waci

  • Sebelumnya: Karuna, Wolverine, gachapin
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 5.806
  • Reputasi: 239
  • Gender: Male
  • 会いたい。
Re: Logika aneh umat Buddha
« Reply #45 on: 13 September 2008, 10:20:00 PM »
Neyya bisa mencapai pencerahan dalam waktu 7 hari.
http://www.triplegem.plus.com/individu.htm

Quote
Theravada tidak menganut paham Satori seperti dalam Zen, semuanya terjadi melalui "proses gradual"

Bukannya theravada berpegangan kalau pencerahan hanya berbeda satu saat pikiran dengan belum tercerahkan? Satu saat belum mencapai magga dan phala, saat berikutnya magga dan saat berikutnya phala. "proses gradual" adalah pegangan Mahayana, di mana Bodhisattva memiliki kebijaksanaan (prajna) bertahap. Theravada memegang pencerahan seketika seperti Satori, tetapi proses jalan dan latihan yang dilakukan memang bertahap.
HANYA MENERIMA UCAPAN TERIMA KASIH DALAM BENTUK GRP
Fake friends are like shadows never around on your darkest days

Offline fabian c

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.095
  • Reputasi: 128
  • Gender: Male
  • 2 akibat pandangan salah: neraka atau rahim hewan
Re: Logika aneh umat Buddha
« Reply #46 on: 13 September 2008, 10:24:23 PM »


Quote
ketika itulah 5 niravana yg rekan Fabian katakan mengendap...
kemudian dalam kegiatan sehari2, secara tak sadar saya mengumpulkan beban2 lagi.
memikulnya lagi... dan akhirnya 5 niravana itu ada lagi...

Saudara Tesla yang baik...

Bolehkah sharing sedikit, bagaimanakah proses mengendapnya nivarana yang saudara Tesla katakan...?
Jadi diskusi kita bisa lebih nyambung, karena saya bisa lebih mengerti sudut pandang saudara Tesla...

 _/\_


Tiga hal ini, O para bhikkhu dilakukan secara rahasia, bukan secara terbuka.
Bercinta dengan wanita, mantra para Brahmana dan pandangan salah.

Tiga hal ini, O para Bhikkhu, bersinar secara terbuka, bukan secara rahasia.
Lingkaran rembulan, lingkaran matahari serta Dhamma dan Vinaya Sang Tathagata

Offline dilbert

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.935
  • Reputasi: 90
  • Gender: Male
  • "vayadhamma sankhara appamadena sampadetha"
Re: Logika aneh umat Buddha
« Reply #47 on: 13 September 2008, 10:38:36 PM »


Quote
ketika itulah 5 niravana yg rekan Fabian katakan mengendap...
kemudian dalam kegiatan sehari2, secara tak sadar saya mengumpulkan beban2 lagi.
memikulnya lagi... dan akhirnya 5 niravana itu ada lagi...

Saudara Tesla yang baik...

Bolehkah sharing sedikit, bagaimanakah proses mengendapnya nivarana yang saudara Tesla katakan...?
Jadi diskusi kita bisa lebih nyambung, karena saya bisa lebih mengerti sudut pandang saudara Tesla...

 _/\_




nice post bro fabian... dari tulisan tulisan anda, saya suka dengan konsistensi anda... Dalam banyak hal, saya tidak bisa menolak pandangan anda... Tentang KALAMA SUTTA dan EHI PHASSIKO, kelihatannya sama seperti kondisi alam DEMOKRASI INDONESIA sekarang ini... "KEBABLASAN"... but it's just my opinion.

Ketika mengimplementasikan KALAMA SUTTA dan EHI PHASSIKO tanpa kebijaksanaan, yah KEBABLASAN tuh... tapi yah urusan masing masing, karena KALAMA SUTTA dan EHI PHASSIKO kan SENJATA kita masing masing juga. Tinggal lihat siapa yang KEBABLASAN...
VAYADHAMMA SANKHARA APPAMADENA SAMPADETHA
Semua yang berkondisi tdak kekal adanya, berjuanglah dengan penuh kewaspadaan

Offline fabian c

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.095
  • Reputasi: 128
  • Gender: Male
  • 2 akibat pandangan salah: neraka atau rahim hewan
Re: Logika aneh umat Buddha
« Reply #48 on: 13 September 2008, 11:11:22 PM »


Neyya bisa mencapai pencerahan dalam waktu 7 hari.
http://www.triplegem.plus.com/individu.htm

Quote
Theravada tidak menganut paham Satori seperti dalam Zen, semuanya terjadi melalui "proses gradual"

Bukannya theravada berpegangan kalau pencerahan hanya berbeda satu saat pikiran dengan belum tercerahkan? Satu saat belum mencapai magga dan phala, saat berikutnya magga dan saat berikutnya phala. "proses gradual" adalah pegangan Mahayana, di mana Bodhisattva memiliki kebijaksanaan (prajna) bertahap. Theravada memegang pencerahan seketika seperti Satori, tetapi proses jalan dan latihan yang dilakukan memang bertahap.

Saudara Karuna Murti yang baik,

Saya pernah membaca dalam salah satu sutta Sang Buddha, mengatakan bahwa Dhamma yang beliau ajarkan bersifat gradual, tidak seketika.

Ada dua sutta, yang satu sutta mengatakan bagai ombak memecah pantai yang terjadi secara berulang-ulang, sedangkan pada sutta yang lain dikatakan bagai dasar samudera yang semakin lama semakin dalam, Sayangnya saya lupa suttanya dimana.

Pada thread diskusi dengan Pak Hudoyo saudara Luis membantu saya dan mengatakan bahwa suttanya ada di Anguttara Nikaya, berikut saya kutipkan postingan saudara Luis,
    
Quote
Quote
Re: Abhidhamma & vipassana
« Reply #665 on: 27 August 2008, 06:28:58 AM »
   Reply with
 from: fabian c on 20 August 2008, 05:20:33 PM
Quote
Sang Buddha mengatakan dalam salah satu sutta di Samyutta Nikaya yang isinya kurang lebih mengatakan bahwa Dhamma yang Beliau ajarkan tidak terjadi secara tiba-tiba, semuanya terjadi melalui proses yang bertambah lama bertambah dalam, bagai kemiringan lantai samudera (ocean slope). Mohon kalau ada para netter yang masih ingat nomer suttanya dengan tepat, mohon beritahukan kepada para netter yang lain.

Tentang ocean slope ini dari Anguttara Nikaya 8.157.

Mettacittena,
Luis

Mengenai sepuluh tingkat Bodhisatta yang pernah saya baca, (saya lupa ada di Vimalakirti niddesa sutra atau di Avatamsaka sutra), saya kira berbeda, karena yang dimaksud pencerahan gradual adalah dalam satu kehidupan itu juga, sedangkan tingkat-tingkat pencapaian Bodhisatwa (ten Bodhisatva ground) melalui banyak kehidupan, jangan dilupakan bahwa Zen atau Chan adalah Mahayana. (bila saya salah tolong dikoreksi, pengetahuan Mahayana saya minim)

Mengenai pencapaian antara Magga ke Phala itu berbeda, karena setelah sankharupekkha nana, dari Anuloma, Gotrabhu hingga Magga dan Phala terjadi sekaligus pada waktu kita duduk (menurut U janaka Sayadaw). Tetapi yang saya maksud gradual adalah dari tidak bermeditasi hingga mencapai Sankharupekkha nana menurut beliau walau murid beliau yang batinnya paling cerdas sekalipun masih memerlukan satu bulan Vipassana intensif hingga mencapai Sankharupekkha nana.

Sedangkan bila telah mencapai Sankharupekkha nana maka batinnya telah masak, hanya menunggu waktu saja sebelum pencapaian Magga dan Phala, kecuali dia memiliki tekad yang kuat untuk menjadi Sammasambuddha, maka ia tak akan maju lebih jauh dari Sankharupekkha nana.

Oh ya terima kasih linknya, saya rasa itu hanya terjadi pada Neyya Puggala di jaman Sang Buddha, dimana pada saat itu lebih sedikit objek duniawi yang menyebabkan kekotoran batin (tak ada koran, TV, video, mobil, bom dsb).

Semoga saudara Karuna Murti puas dengan jawaban ini.

(((Semoga anda berbahagia dan bebas dari penderitaan)))


Tiga hal ini, O para bhikkhu dilakukan secara rahasia, bukan secara terbuka.
Bercinta dengan wanita, mantra para Brahmana dan pandangan salah.

Tiga hal ini, O para Bhikkhu, bersinar secara terbuka, bukan secara rahasia.
Lingkaran rembulan, lingkaran matahari serta Dhamma dan Vinaya Sang Tathagata

Offline tesla

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.426
  • Reputasi: 125
  • Gender: Male
  • bukan di surga atau neraka, hanya di sini
Re: Logika aneh umat Buddha
« Reply #49 on: 14 September 2008, 01:48:13 AM »


Quote
ketika itulah 5 niravana yg rekan Fabian katakan mengendap...
kemudian dalam kegiatan sehari2, secara tak sadar saya mengumpulkan beban2 lagi.
memikulnya lagi... dan akhirnya 5 niravana itu ada lagi...

Saudara Tesla yang baik...

Bolehkah sharing sedikit, bagaimanakah proses mengendapnya nivarana yang saudara Tesla katakan...?
Jadi diskusi kita bisa lebih nyambung, karena saya bisa lebih mengerti sudut pandang saudara Tesla...

 _/\_
saudara Fabian yg baik, bukankah sudah saya katakan sebelumnya.
prosesnya sesederhana hanya dg melepas beban bathin yg kita miliki.
dan seperti kata saya sebelumnya lagi,
saudara Fabian mencoba memahami sudut pandang saya dg menjadi saya,
menurut saya cara itu tidak tepat... (itu malah nambah beban pemikiran, tidak nyambung).
saudara Fabian harus melepaskan beban rekan Fabian sendiri.
yg saya lihat sekarang saudara Fabian, mencari & memasang standar2 kepada diri sendiri...

_/\_
Lepaskan keserakahan akan kesenangan. Lihatlah bahwa melepaskan dunia adalah kedamaian. Tidak ada sesuatu pun yang perlu kau raup, dan tidak ada satu pun yang perlu kau dorong pergi. ~ Buddha ~

Offline Riky_dave

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.229
  • Reputasi: -14
  • Gender: Male
Re: Logika aneh umat Buddha
« Reply #50 on: 14 September 2008, 10:28:46 AM »
Jika dengan memberitahu demikian, saudara Tesla mengalami kemunduran batin seperti itu saya mohon maaf, saya tidak menyangka hanya dengan membaca hal seperti itu saudara Tesla menjadi begitu.... sekali lagi saya mohon maaf, karena tujuan saya memposting tanggapan itu adalah untuk kemajuan batin dan pengertian yang baik bagi kita semua...

Saudara fabian yang baik,
Berdasarkan pernyataan anda yang saya quote kan dan boldkan diatas maka saya sadari bahwa tujuan anda memposting adalah ,"untuk kemajuan batin dan pengertian yang baik bagi kita semua..."...Jadi apakah saudara fabian berkenan untuk menjawab pertanyaan yang telah saya lontarkan jumat yang lalu tersebut?:)
Saya masih menunggu penjelasan dari saudara fabian untuk meningkatkan pengertian saya tentang "esensi" dari "Dhamma" itu sendiri...
Dengan segala hormat saya ucapkan terima kasih jika seyogianya saudara fabian hendak menjawab/menjelaskan semua pertanyaan yang telah saya lontarkan..
_/\_

Salam,
Riky
Langkah pertama adalah langkah yg terakhir...

Offline fabian c

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.095
  • Reputasi: 128
  • Gender: Male
  • 2 akibat pandangan salah: neraka atau rahim hewan
Re: Logika aneh umat Buddha
« Reply #51 on: 14 September 2008, 10:24:45 PM »
Saudara Tesla yang baik,
maaf saya belum bisa menjawab posting anda hari ini, besok malam bila mungkin kita teruskan diskusi kita, hari ini tidak sempat menjawab posting anda dan mau istirahat lebih awal. Sampai besok...

sukhi hotu,

(((semoga anda berbahagia dan bebas dari penderitaan)))


« Last Edit: 14 September 2008, 10:29:27 PM by fabian c »
Tiga hal ini, O para bhikkhu dilakukan secara rahasia, bukan secara terbuka.
Bercinta dengan wanita, mantra para Brahmana dan pandangan salah.

Tiga hal ini, O para Bhikkhu, bersinar secara terbuka, bukan secara rahasia.
Lingkaran rembulan, lingkaran matahari serta Dhamma dan Vinaya Sang Tathagata

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: Logika aneh umat Buddha
« Reply #52 on: 15 September 2008, 08:25:16 AM »
Memang Gradual, tetapi biasanya orang tidak tahu dalam hidupnya sekarang, dia ada di 'gradasi' ke berapa. Sehingga 'kelihatannya' ada yang tidak bisa mencapai dalam waktu lama, ada yang bisa mencapai dalam waktu singkat.


Offline Sunkmanitu Tanka Ob'waci

  • Sebelumnya: Karuna, Wolverine, gachapin
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 5.806
  • Reputasi: 239
  • Gender: Male
  • 会いたい。
Re: Logika aneh umat Buddha
« Reply #53 on: 15 September 2008, 09:39:12 AM »
Saudara-saudara yang baik, sepertinya ada kesalahpahaman dalam berbahasa.

Yang saya maksud dengan seketika adalah proses dari Anumola, Gotrabhu, ke Magga dan Phala.
Perlu diingat kebijaksanaan duniawi, pencapaian samadhi, latihan sila, tidak kekal sebelum mencapai tingkat kesucian. Tetapi memang ada tahapan-tahapan jalan dan latihan sebelum menuju pencerahan.

Yang saya bantah adalah pencerahan bertahap, karena hal ini tidak dikenal dalam Theravada.

Om Fabian yang baik,

Quote
Jadi sebagai umat Buddha sebaiknya kita menerima Tipitaka dan lebih dahulu menganggapnya sebagai suatu kebenaran, kecuali kita telah membuktikan (alami sendiri, bukan berdasar logika kita) bahwa poin dalam Dhamma tersebut ternyata tidak benar.

Setelah muncul referensi neyya yang bilang bisa mencapai pencerahan dalam 7 hari, muncul pendapat dari Om Fabian seperti ini :

Quote
Oh ya terima kasih linknya, saya rasa itu hanya terjadi pada Neyya Puggala di jaman Sang Buddha, dimana pada saat itu lebih sedikit objek duniawi yang menyebabkan kekotoran batin (tak ada koran, TV, video, mobil, bom dsb).

Rupanya masih ada pendapat pribadi di atas referensi ;D

_/\_
HANYA MENERIMA UCAPAN TERIMA KASIH DALAM BENTUK GRP
Fake friends are like shadows never around on your darkest days

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: Logika aneh umat Buddha
« Reply #54 on: 15 September 2008, 09:49:06 AM »
Saudara-saudara yang baik, sepertinya ada kesalahpahaman dalam berbahasa.

Yang saya maksud dengan seketika adalah proses dari Anumola, Gotrabhu, ke Magga dan Phala.
Perlu diingat kebijaksanaan duniawi, pencapaian samadhi, latihan sila, tidak kekal sebelum mencapai tingkat kesucian. Tetapi memang ada tahapan-tahapan jalan dan latihan sebelum menuju pencerahan.

Yang saya bantah adalah pencerahan bertahap, karena hal ini tidak dikenal dalam Theravada.
...

Oh, tadinya saya pikir bertahap seperti pencapaian Sotapatti ... Arahat, ataupun ketika seseorang mengumpulkan parami.

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Re: Logika aneh umat Buddha
« Reply #55 on: 15 September 2008, 11:25:44 AM »
referensi 7 hari itu kalo gak salah juga terdapat dalam Maha Satipatthana Sutta

Offline fabian c

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.095
  • Reputasi: 128
  • Gender: Male
  • 2 akibat pandangan salah: neraka atau rahim hewan
Re: Logika aneh umat Buddha
« Reply #56 on: 16 September 2008, 12:37:00 AM »


Quote
Quote
ketika itulah 5 niravana yg rekan Fabian katakan mengendap...
kemudian dalam kegiatan sehari2, secara tak sadar saya mengumpulkan beban2 lagi.
memikulnya lagi... dan akhirnya 5 niravana itu ada lagi...

Saudara Tesla yang baik...

Bolehkah sharing sedikit, bagaimanakah proses mengendapnya nivarana yang saudara Tesla katakan...?
Jadi diskusi kita bisa lebih nyambung, karena saya bisa lebih mengerti sudut pandang saudara Tesla...

 _/\_



Quote
saudara Fabian yg baik, bukankah sudah saya katakan sebelumnya.
prosesnya sesederhana hanya dg melepas beban bathin yg kita miliki.
dan seperti kata saya sebelumnya lagi,

Saudara Tesla yang baik, prosesnya sederhana memang, tetapi saudara Tesla tidak menjawab pertanyaan saya yaitu bagaimana prosesnya mengendapnya Nivarana...? (maksudnya proses batin yang terjadi sehingga bisa terjadi demikian)

bagi seorang yang pernah mengalami tentu dia dapat menceritakan mengapa dan bagaimana prosesnya,
Setahu saya didunia ini tak ada sesuatu yang terjadi begitu saja, seseorang yang mengalami sesuatu tentu dapat menceritakan bagaimana pengalaman yang telah ia alami, bagaimana caranya mendadak bisa lepas, mengapa bisa lepas dsbnya...

Teman-teman yang meditasi Vipassana Mahasi Sayadaw ada juga yang timbul salah anggapan, ada yang menganggap telah mencapai tingkat kesucian Sakadagami, bahkan ada yang menganggap dirinya telah mencapai tingkat kesucian Anagami, dia mengklaim tahu rasanya bagaimana menjadi Anagami dsbnya. Bagi saya ini hal biasa, sering terjadi pada meditator pemula.

Dalam menanggapi pengalalaman pengalaman ini kita perlu membandingkan dengan Mahaparinibbana Sutta, yaitu membandingkan dengan Sutta-sutta atau Dhamma dan Vinaya.
Jika orang ini bersikeras walaupun berbeda dengan sutta (atau Dhamma) dan vinaya maka orang ini tentu telah salah mengerti.

Quote
saudara Fabian mencoba memahami sudut pandang saya dg menjadi saya,
menurut saya cara itu tidak tepat... (itu malah nambah beban pemikiran, tidak nyambung).

Seperti saya katakan sebelumnya, inilah cara yang tepat. bayangkan bila dua orang berbeda keyakinan mengadu argumentasi berlandaskan keyakinan masing-masing.....  :) bisa dibayangkan akibatnya kan? bahkan perang di dunia juga berawal dari adu argumentasi berlandaskan keyakinan masing-masing......

tentu salah satu pihak harus mengalah dan berusaha melihat persoalan dari sudut pandang lawan bicaranya kan...?
Dan.... percayalah.... tidak menjadi beban pemikiran bagi saya, kan tinggal di letting go...?   :) Selain itu saya beranggapan diskusi Dhamma (Dhamma sakkacha) baik dan dianjurkan di Maha Manggala Sutta.

Quote
saudara Fabian harus melepaskan beban rekan Fabian sendiri.

Wah saudara Tesla menganggap itu beban, apakah suatu pengetahuan atau pemikiran adalah beban...?
Menurut saya suatu pemikiran menjadi beban pada saat orang itu menganggap pemikiran itu sebagai beban. Karena ia menciptakan suatu konsep terhadap pemikiran itu sendiri, bila ia melihat secara alami bahwa pemikiran yang timbul akan lenyap kembali maka pikiran yang muncul tersebut tidak menjadi beban bagi orang tersebut.

Coba diperhatikan, saudara Tesla menganggap pikiran saya menjadi beban sedangkan saya tidak beranggapan demikian, maka yang memikul pemikiran saya tentu adalah saudara Tesla sendiri kan...? dan pemikiran itu menjadi beban saudara Tesla bukan beban saya kan?

Dalam meditasi saya selalu berusaha menerima apapun yang muncul, baik menyenangkan maupun tidak menyenangkan, tidak berusaha membuat dia lepas, hanya mengamati apa adanya.... Saya terbiasa menerima hal-hal demikian, jadi saya harap pemikiran saya jangan menjadi beban saudara Tesla....

Quote
yg saya lihat sekarang saudara Fabian, mencari & memasang standar2 kepada diri sendiri...

Ya... saya bisa mengerti saudara Tesla berasumsi demikian, tetapi sekali lagi itu hanya asumsi saudara Tesla, saya bukan memasang standar terhadap diri saya sendiri, sebagai siswa Sang Buddha saya berpatokan pada Tipitaka.... kalaupun tulisan saya dianggap standar, percayalah saya akan mengurangi ego saya dengan mengatakan apa yang saya ucapkan tidak benar bila bertentangan dengan Tipitaka.

Karena selama ini pengetahuan yang saya dapatkan dengan membaca Tipitaka luar biasa besar jasanya dalam membantu saya berlatih meditasi. (pelajaran Dhamma itu yang menjadi pembimbing saya, bukan menjadi beban seperti asumsi saudara Tesla), bukankah Sang Buddha telah mengatakan Dhamma dan Vinaya itulah yang akan menjadi pembimbingmu setelah Aku tiada...? Coba renungkan... yang manakah yang disebut Dhamma-Vinaya? (atau Sutta-Vinaya....sama saja).

Oh ya saudara Tesla saya melihat ada beberapa teman-teman netter yang terperangkap pada suatu konsep yang menolak Tipitaka (kecuali sedikit bagian tertentu) dan saya menamakan konsepnya tersebut konsep "tidak melekat", konsep "bebas", konsep "melepas", atau konsep "tanpa konsep", nah yang terakhir ini sering tidak disadari oleh teman-teman para netter, mereka membentuk suatu konsep baru yang saya sebut konsep "tanpa konsep" yang berarti adalah suatu konsep juga bila terus dilekati..... bukankah demikian...?

Sedangkan menurut pendapat saya, apakah muncul konsep atau tidak muncul konsep biarkan saja, toh akan lenyap dengan sendirinya, terima dan perhatikan saja, dan itu akan lenyap dengan sendirinya, inilah cara melepas yang sebenarnya menurut Vipassana, jangan berusaha dilepas, karena itu adalah penolakan halus yang akan membuat konsep tersebut melekat dalam batin (timbul kebencian)
Jadi kesimpulannya? don't take it too seriously lah...

Quote
_/\_


 _/\_ (((semoga kita berbahagia dan terbebas dari penderitaan)))


Tiga hal ini, O para bhikkhu dilakukan secara rahasia, bukan secara terbuka.
Bercinta dengan wanita, mantra para Brahmana dan pandangan salah.

Tiga hal ini, O para Bhikkhu, bersinar secara terbuka, bukan secara rahasia.
Lingkaran rembulan, lingkaran matahari serta Dhamma dan Vinaya Sang Tathagata

Offline fabian c

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.095
  • Reputasi: 128
  • Gender: Male
  • 2 akibat pandangan salah: neraka atau rahim hewan
Re: Logika aneh umat Buddha
« Reply #57 on: 16 September 2008, 01:20:19 AM »

Quote
Saudara-saudara yang baik, sepertinya ada kesalahpahaman dalam berbahasa.

Yang saya maksud dengan seketika adalah proses dari Anumola, Gotrabhu, ke Magga dan Phala.
Perlu diingat kebijaksanaan duniawi, pencapaian samadhi, latihan sila, tidak kekal sebelum mencapai tingkat kesucian. Tetapi memang ada tahapan-tahapan jalan dan latihan sebelum menuju pencerahan.

Saudara Karuna Murti yang baik, saya menghargai bahwa saudara menerima apa yang benar dan lebih mengutamakan kebenaran.

Mengenai pencerahan bertahap, mungkin saudara Karuna murti masih ada perbedaan pendapat sedikit dengan saya. Walaupun pencerahan dari Anuloma hingga Magga-Phala terjadi pada waktu satu kali duduk, tetapi itupun tidak terjadi mendadak, pertama ia memasuki Anuloma lebih dahulu, kemudian ia memasuki Gotrabhu, lalu baru masuk ke Magga, setelah selesai Magga baru tercapai Phala. Semua proses ini terjadi secara berurutan, ini berarti tidak seketika. Bila seketika maka dari Sankharupekkha nana langsung masuk ke Magga, bila langsung demikian baru bisa dianggap pencerahan seketika.

Bila ingin digambarkan proses dari awal hingga akhir kurang lebih seperti kita mendorong mobil yang mogok, karena akinya mati. awal kita dorong dia tidak hidup, hanya setelah kekuatan dorong cukup maka mesin bisa hidup, demikian juga dengan meditasi Vipassana tak mungkin tercapai pencerahan tanpa cukup melatih faktor-faktor batin yang diperlukan sebagai pemicu. dan ini semua terjadi secara gradual, yaitu sedikit demi sedikit faktor batin bertambah kuat.

Quote
Yang saya bantah adalah pencerahan bertahap, karena hal ini tidak dikenal dalam Theravada.

Bolehkah saya tahu referensinya saudara Karuna Murti ambil dari Sutta mana...?

Quote
Om Fabian yang baik,

Quote
Jadi sebagai umat Buddha sebaiknya kita menerima Tipitaka dan lebih dahulu menganggapnya sebagai suatu kebenaran, kecuali kita telah membuktikan (alami sendiri, bukan berdasar logika kita) bahwa poin dalam Dhamma tersebut ternyata tidak benar.

Setelah muncul referensi neyya yang bilang bisa mencapai pencerahan dalam 7 hari, muncul pendapat dari Om Fabian seperti ini :

Quote
Oh ya terima kasih linknya, saya rasa itu hanya terjadi pada Neyya Puggala di jaman Sang Buddha, dimana pada saat itu lebih sedikit objek duniawi yang menyebabkan kekotoran batin (tak ada koran, TV, video, mobil, bom dsb).

Rupanya masih ada pendapat pribadi di atas referensi ;D

Iya memang benar... apakah salah jika saya memberi pendapat pribadi...? Apakah ada kesan saya mengatakan link tersebut tidak benar...? bila saya perhatikan kembali kata-kata saya diatas, saya hanya menyiratkan bahwa menurut pendapat saya, neyya puggala yang mencapai tingkat kesucian Arahat dalam seminggu sudah tidak muncul di dunia ini, sama seperti Ughatitannu dan Vipancitannu....

boro-boro Neyya Puggala seminggu.... Sekarang ini Arahat yang ada mungkin bisa dihitung dengan jari....   :), sedangkan di jaman Sang Buddha mungkin puluhan ribu, atau ratusan ribu bahkan mungkin jutaan.
Bila saudara Karuna Murti  telah membaca sebagian besar Sutta, mungkin baru akan mengerti mengapa demikian...

Quote
_/\_

 _/\_ 



« Last Edit: 16 September 2008, 01:25:51 AM by fabian c »
Tiga hal ini, O para bhikkhu dilakukan secara rahasia, bukan secara terbuka.
Bercinta dengan wanita, mantra para Brahmana dan pandangan salah.

Tiga hal ini, O para Bhikkhu, bersinar secara terbuka, bukan secara rahasia.
Lingkaran rembulan, lingkaran matahari serta Dhamma dan Vinaya Sang Tathagata

Offline tesla

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.426
  • Reputasi: 125
  • Gender: Male
  • bukan di surga atau neraka, hanya di sini
Re: Logika aneh umat Buddha
« Reply #58 on: 16 September 2008, 09:12:01 AM »
Saudara Tesla yang baik, prosesnya sederhana memang, tetapi saudara Tesla tidak menjawab pertanyaan saya yaitu bagaimana prosesnya mengendapnya Nivarana...? (maksudnya proses batin yang terjadi sehingga bisa terjadi demikian)
saya sudah menjelaskan prosesnya...
yg belum adalah saya belum menjelaskan proses seperti yg Anda mau.

Quote
bagi seorang yang pernah mengalami tentu dia dapat menceritakan mengapa dan bagaimana prosesnya,
Setahu saya didunia ini tak ada sesuatu yang terjadi begitu saja, seseorang yang mengalami sesuatu tentu dapat menceritakan bagaimana pengalaman yang telah ia alami, bagaimana caranya mendadak bisa lepas, mengapa bisa lepas dsbnya...
lucu sekali... bagaimana proses kita bisa sampai di samsara ini?

tulisan mengenai "melepas" sebenarnya sudah ada tulisan2 bhikkhu yg mengulas... mis: Ajahn Bram... (mis: tentang meditasi ketika sakit giginya...)
semakin Anda memperumit dg tahapan2, Anda semakin tidak melepas. :)

Quote
Teman-teman yang meditasi Vipassana Mahasi Sayadaw ada juga yang timbul salah anggapan, ada yang menganggap telah mencapai tingkat kesucian Sakadagami, bahkan ada yang menganggap dirinya telah mencapai tingkat kesucian Anagami, dia mengklaim tahu rasanya bagaimana menjadi Anagami dsbnya. Bagi saya ini hal biasa, sering terjadi pada meditator pemula.
bagi saya, saya tidak bisa mengukur mereka.
apakah mereka benar2 Anagami atau hanya merasa Anagami, saya tidak tahu.
hal itu tidak mengganggu saya.

Quote
Dalam menanggapi pengalalaman pengalaman ini kita perlu membandingkan dengan Mahaparinibbana Sutta, yaitu membandingkan dengan Sutta-sutta atau Dhamma dan Vinaya.
Jika orang ini bersikeras walaupun berbeda dengan sutta (atau Dhamma) dan vinaya maka orang ini tentu telah salah mengerti.
itu hak Anda utk membanding2kan dg referensi sutta. hak saya jg utk membiarkan mereka. :)

Quote
Seperti saya katakan sebelumnya, inilah cara yang tepat. bayangkan bila dua orang berbeda keyakinan mengadu argumentasi berlandaskan keyakinan masing-masing.....  :) bisa dibayangkan akibatnya kan? bahkan perang di dunia juga berawal dari adu argumentasi berlandaskan keyakinan masing-masing......
saya tidak merasa kita sedang adu argumentasi.
menurut saya kita saling berdiskusi.
perbedaannya, dalam berdiskusi, kita saling menghargai perbedaan pendapat.
kalau sedang beradu argumentasi, kita saling mencekoki pendapat kita ke orang lain.

Quote
tentu salah satu pihak harus mengalah dan berusaha melihat persoalan dari sudut pandang lawan bicaranya kan...?
yg penting adalah saling menghargai adanya perbedaan.
tentunya itu hak Anda juga berpendapat, salah satu harus mengalah & hanya tinggal 1 suara.

Quote
Dan.... percayalah.... tidak menjadi beban pemikiran bagi saya, kan tinggal di letting go...?   :) Selain itu saya beranggapan diskusi Dhamma (Dhamma sakkacha) baik dan dianjurkan di Maha Manggala Sutta.
kenapa Anda tidak letting go dari sekarang?

Quote
Wah saudara Tesla menganggap itu beban, apakah suatu pengetahuan atau pemikiran adalah beban...?
Menurut saya suatu pemikiran menjadi beban pada saat orang itu menganggap pemikiran itu sebagai beban. Karena ia menciptakan suatu konsep terhadap pemikiran itu sendiri, bila ia melihat secara alami bahwa pemikiran yang timbul akan lenyap kembali maka pikiran yang muncul tersebut tidak menjadi beban bagi orang tersebut.

Coba diperhatikan, saudara Tesla menganggap pikiran saya menjadi beban sedangkan saya tidak beranggapan demikian, maka yang memikul pemikiran saya tentu adalah saudara Tesla sendiri kan...? dan pemikiran itu menjadi beban saudara Tesla bukan beban saya kan?
di reply #44 saya sudah menjelaskannya:

pengetahuan itu sendiri adalah netral...
kitalah yg menjadikannya beban & memikulnya ke mana2...
karena ini masalah batin tentu saja ada perbedaan dg beban fisik.
melepas bukan artinya menolak, krn menolak hanya seperti menurunkan satu beban & memikul beban yg lain... (beban dari memiliki pengetahuan menjadi beban menolak pengetahuan)
melepas batin sesederhana kata let it go.
& hanya ketika rekan Fabian let it go, rekan Fabian akan merasakan perbedaannya, apa yg tadi telah dipikul kemana-mana.


Quote
Dalam meditasi saya selalu berusaha menerima apapun yang muncul, baik menyenangkan maupun tidak menyenangkan, tidak berusaha membuat dia lepas, hanya mengamati apa adanya.... Saya terbiasa menerima hal-hal demikian, jadi saya harap pemikiran saya jangan menjadi beban saudara Tesla....
di sini ada pergeseran pemahaman, krn dalam let it go, tidak ada usaha.
kalau ada usaha maka kalimatnya jadi push it go :))

Quote
Quote
yg saya lihat sekarang saudara Fabian, mencari & memasang standar2 kepada diri sendiri...

Ya... saya bisa mengerti saudara Tesla berasumsi demikian, tetapi sekali lagi itu hanya asumsi saudara Tesla, saya bukan memasang standar terhadap diri saya sendiri, sebagai siswa Sang Buddha saya berpatokan pada Tipitaka.... kalaupun tulisan saya dianggap standar, percayalah saya akan mengurangi ego saya dengan mengatakan apa yang saya ucapkan tidak benar bila bertentangan dengan Tipitaka.
yup sudah jelas sekali Anda terkurung dalam Tipitaka, Anda sendiri mengakuinya.
jadi kapan Anda bisa bebas?

Quote
Karena selama ini pengetahuan yang saya dapatkan dengan membaca Tipitaka luar biasa besar jasanya dalam membantu saya berlatih meditasi. (pelajaran Dhamma itu yang menjadi pembimbing saya, bukan menjadi beban seperti asumsi saudara Tesla), bukankah Sang Buddha telah mengatakan Dhamma dan Vinaya itulah yang akan menjadi pembimbingmu setelah Aku tiada...? Coba renungkan... yang manakah yang disebut Dhamma-Vinaya? (atau Sutta-Vinaya....sama saja).
Dhamma bukanlah Sutta.
mengatakan dhamma adalah sutta adalah fanatisme theravada.
sutta mungkin memuat uraian dhamma.
tapi dhamma tidak hanya dalam sutta.
kebenaran ada di mana-mana. di dalam mesjid, gereja, pura, dsb... ;)

Quote
Oh ya saudara Tesla saya melihat ada beberapa teman-teman netter yang terperangkap pada suatu konsep yang menolak Tipitaka (kecuali sedikit bagian tertentu) dan saya menamakan konsepnya tersebut konsep "tidak melekat", konsep "bebas", konsep "melepas", atau konsep "tanpa konsep", nah yang terakhir ini sering tidak disadari oleh teman-teman para netter, mereka membentuk suatu konsep baru yang saya sebut konsep "tanpa konsep" yang berarti adalah suatu konsep juga bila terus dilekati..... bukankah demikian...?
sebelumnya biarkan saja mereka...
mula2 bukankah kita harus melihat diri kita sendiri dulu?
bila mereka menolak bagian2 tertentu dalam Tipitaka, apa bedanya dg saya yg menerima seluruh bagian dalam Tipitaka? bukankah saya dan mereka sama saja? sama sama melekat pada Tipitaka (sebagian ataupun seluruhnya).

Quote
Sedangkan menurut pendapat saya, apakah muncul konsep atau tidak muncul konsep biarkan saja, toh akan lenyap dengan sendirinya, terima dan perhatikan saja, dan itu akan lenyap dengan sendirinya, inilah cara melepas yang sebenarnya menurut Vipassana, jangan berusaha dilepas, karena itu adalah penolakan halus yang akan membuat konsep tersebut melekat dalam batin (timbul kebencian)
Jadi kesimpulannya? don't take it too seriously lah...
sejauh yg saya baca, Andalah yg menggeser maknanya menjadi "berusaha dilepas".
& tentu saja saya setuju, hal itu merupakan penolakan bathin (kebencian). bukan melepas yg sebenarnya.

_/\_
Lepaskan keserakahan akan kesenangan. Lihatlah bahwa melepaskan dunia adalah kedamaian. Tidak ada sesuatu pun yang perlu kau raup, dan tidak ada satu pun yang perlu kau dorong pergi. ~ Buddha ~

Offline dilbert

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.935
  • Reputasi: 90
  • Gender: Male
  • "vayadhamma sankhara appamadena sampadetha"
Re: Logika aneh umat Buddha
« Reply #59 on: 16 September 2008, 09:19:00 AM »
Saudara Karuna Murti yang baik, saya menghargai bahwa saudara menerima apa yang benar dan lebih mengutamakan kebenaran.

Mengenai pencerahan bertahap, mungkin saudara Karuna murti masih ada perbedaan pendapat sedikit dengan saya. Walaupun pencerahan dari Anuloma hingga Magga-Phala terjadi pada waktu satu kali duduk, tetapi itupun tidak terjadi mendadak, pertama ia memasuki Anuloma lebih dahulu, kemudian ia memasuki Gotrabhu, lalu baru masuk ke Magga, setelah selesai Magga baru tercapai Phala. Semua proses ini terjadi secara berurutan, ini berarti tidak seketika. Bila seketika maka dari Sankharupekkha nana langsung masuk ke Magga, bila langsung demikian baru bisa dianggap pencerahan seketika.

Bila ingin digambarkan proses dari awal hingga akhir kurang lebih seperti kita mendorong mobil yang mogok, karena akinya mati. awal kita dorong dia tidak hidup, hanya setelah kekuatan dorong cukup maka mesin bisa hidup, demikian juga dengan meditasi Vipassana tak mungkin tercapai pencerahan tanpa cukup melatih faktor-faktor batin yang diperlukan sebagai pemicu. dan ini semua terjadi secara gradual, yaitu sedikit demi sedikit faktor batin bertambah kuat.


Ketika semua proses terjadi dengan cepat sekali, kelihatannya memang seperti seketika, tetapi tetap ada proses yang bertahap. Seperti reaksi kimia, ada reaksi spontan dan reaksi tidak spontan. Dalam reaksi spontan pun, masih ada tahapan tahapan reaksi yang terjadi walaupun dalam sepersekian detik / sepersekian satuan waktu.

ini saya setuju dengan bro fabian.

Iya memang benar... apakah salah jika saya memberi pendapat pribadi...? Apakah ada kesan saya mengatakan link tersebut tidak benar...? bila saya perhatikan kembali kata-kata saya diatas, saya hanya menyiratkan bahwa menurut pendapat saya, neyya puggala yang mencapai tingkat kesucian Arahat dalam seminggu sudah tidak muncul di dunia ini, sama seperti Ughatitannu dan Vipancitannu....

boro-boro Neyya Puggala seminggu.... Sekarang ini Arahat yang ada mungkin bisa dihitung dengan jari....   :), sedangkan di jaman Sang Buddha mungkin puluhan ribu, atau ratusan ribu bahkan mungkin jutaan.
Bila saudara Karuna Murti  telah membaca sebagian besar Sutta, mungkin baru akan mengerti mengapa demikian...


Apakah Ughatitanu dan vipancittanu masih terjadi pada saat ini, kita sendiri tidak akan tahu, karena bahkan para arahat (savaka buddha) sendiri kadang tidak bisa mengidentifikasi tingkat pencapaian arahat (savaka buddha) lainnya. Hanya seorang sammasambuddha yang bisa mengetahui DENGAN PASTI tingkat pencapaian kesucian seseorang.

Jadi menurut saya, pintu untuk ughatitanu dan vipancittanu sendiri masih terbuka. Terlalu spekulatif bila mengatakan bahwa ketika tidak adanya seorang sammasambuddha yang masih hidup didunia, hal tersebut tidak bisa terjadi.




[/quote]
VAYADHAMMA SANKHARA APPAMADENA SAMPADETHA
Semua yang berkondisi tdak kekal adanya, berjuanglah dengan penuh kewaspadaan

 

anything