//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: Perjalanan Hidup Siddhattha Gotama menjadi Sang Buddha  (Read 165510 times)

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Offline Pinguin

  • Teman
  • **
  • Posts: 76
  • Reputasi: 2
  • Be Happy
Re: Perjalanan Hidup Siddhattha Gotama menjadi Sang Buddha
« Reply #90 on: 23 November 2009, 07:05:21 PM »
bs critain ngak ttg Sang Buddha mengumpulkan 1250 arahat  dan Sang Buddha bertemu dengan Devata.

Offline Pinguin

  • Teman
  • **
  • Posts: 76
  • Reputasi: 2
  • Be Happy
Re: Perjalanan Hidup Siddhattha Gotama menjadi Sang Buddha
« Reply #91 on: 10 December 2009, 09:34:42 PM »
 _/\_ Ko Upasaka sy boleh
 nambahin sedikit y !
Mohon bimbingannya...

Offline Pinguin

  • Teman
  • **
  • Posts: 76
  • Reputasi: 2
  • Be Happy
Re: Perjalanan Hidup Siddhattha Gotama menjadi Sang Buddha
« Reply #92 on: 10 December 2009, 09:35:44 PM »
EMPAT PULUH LIMA TAHUN MEMBABARKAN DHAMMA
 
Setelah Sang Bhagava mengutus keenam puluh siswaNya, Beliau sendiri tetap melanjutkan pembabaran Dhamma tanpa kenal lelah selama empat puluh lima tahun. Selama dua puluh tahun pertama masa pembabaran Dhamma ini, Sang Bhagava melewatkan masa berdiam musim hujan di berbagai tempat. Namun, selama dua puluh lima tahun terakhir, Ia melewatkan sebagian besar masa berdiam-Nya di Savatthi. Berikut adalah kronologi pembabaran Dhamma oleh Buddha selama empat puluh lima tahun.
Tahun Pertama (588 S.M)
Tempat kediaman musim hujan:
Migadaya (Taman Rusa), Isipatana, di dekat Baranasi.
Peristiwa utama:
Buddha membabarkan sutta pertama Dhammacakkappavattana Sutta, Anattalakkhana Sutta, dan Adittapariyaya Sutta; mengalihyakinkan kelima petapa (Pancavaggiya); mendirikan Persamuhan (Sangha) Bhikkhu dan Tiga Pernaungan (Tisarana); mengalihyakinkan Yasa dan kelima puluh empat sahabatnya; mengutus para misionari pertama; mengalihyakinkan ketiga puluh pangeran Bhaddavaggiya mengalihyakinkan ketiga Kassapa bersaudara beserta seribu orang pengikut mereka.
Tahun Kedua Sampai Keempat (587 - 585 S.M)
Tempat kediaman musim hujan:
Veluvanarama (Vihara Hutan Bambu), di dekat Rajagaha.
Peristiwa utama:
Buddha memenuhi janji kepada Raja Bimbisara; menerima Vihara Veluvana sebagai pemberian dana; menyabdakan Ovada Patimokkha; menunjuk Sariputta dan Moggallana sebagai siswa bhikkhu utama (agga savaka); mengunjungi Kapilavatthu; mempertunjukkan mukjizat ganda (yamaka patihariya); menahbiskan Pangeran Rahula dan Pangeran Nanda; mengukuhkan Raja Suddhodana, Ratu Mahapajapati Gotami, serta Yasodhara ke dalam arus kesucian; menahbiskan keenam pangeran Sakya; bertemu dengan Anathapindika; menerima Vihara Jetavana sebagai pemberian dana; bertemu dengan Raja Pasenadi dari Kosala, mendamaikan sengketa antara suku Sakya dan Koliya; membabarkan Mahasamaya Sutta.
Tahun Kelima (584 S.M)
Tempat kediaman musim hujan:
Kutagarasala (Balairung Puncak), Mahavana, di dekat Vesali.
Peristiwa utama:
Wafatnya Raja Suddhodana; Sang Bhagava mengizinkan Ratu Mahapajapati Gotami bersama kelima ratus putri untuk menjadi bhikkhuni; mendirikan Sangha Bhikkhuni; membabarkan Dakkhinavibanga Sutta.
Tahun Keenam (583 S.M)
Tempat kediaman musim hujan:
Mankulapabbata (Bukit Mankula), di dekat Kosambi.
Peristiwa utama:
Ratu Khema menjadi bhikkhuni dan kemudian ditunjuk sebagai salah satu dari kedua siswi bhikkhuni utama dengan Uppalavanna; Sang Bhagava melarang mempertunjukkan mukjizat demi keuntungan pribadi dan harga diri mereka sendiri; melakukan mukjizat ganda.
Tahun Ketujuh (582 S.M)
Tempat kediaman musim hujan:
Surga Tavatimsa.
Peristiwa utama:
Buddha melakukan mukjizat; membabarkan Abhidhamma di Surga Tavatimsa; Sang Bhagava difitnah oleh Cincamanavika.
Tahun Kedelapan (581 S.M)
Tempat kediaman musim hujan:
Bhesakalavana (Hutan Bhesakala), di dekat Surmsumaragiri, Distrik Bhagga.
Peristiwa utama:
Pangeran Bodhirajakumara mengundang Sang Bhagava ke Kokanada, istana barunya, untuk menerima dana makanan; Sang Bhagava membabarkan Punnovada Sutta; Punna mengunjungi Sunaparanta.
Tahun Kesembilan (580 S.M)
Tempat kediaman musim hujan:
Ghositarãma (Wihar2 Ghosita), Kosambi.
Peristiwa utama:
Magandiya membalas dendam; sengketa para bhikkhu di Kosambi.
Tahun kesepuluh (579 S.M)
Tempat kediaman musim hujan:
Hutan Rakkhita, di dekat Desa Parileyyaka.
Peristiwa utama:
Karena terjadi sengketa yang berkepanjangan di antara para bhikkhu di Kosambi, Sang Bhagava akhirnya menyendiri di Hutan Rakkhita, di dekat Desa Parileyyaka, ditemani oleh gajah Parileyyaka. Pada penghujung kediaman musim hujan tersebut Ananda, atas nama para warga Savatthi, mengundang Sang Bhagava untuk kembali ke Savatthi. Para bhikkhu Kosambi yang bersengketa tersebut kemudian memohon maaf kepada Sang Bhagava dan kemudian menyelesaikan sengketa mereka.
Tahun Kesebelas (578 S.M)
Tempat kediaman musim hujan:
Dakkhinagiri, desa tempat tinggal Brahmin Ekanala.
Peristiwa utama:
Buddha mengalihyakinkan Brahmin Kasi Bharadvaja; menuju ke Kammasadamma di Negeri Kuru serta membabarkan Mahasatipatthana Sutta dan Mahanidana Sutta.
Tahun Kedua Belas (577 S.M)
Tempat kediaman musim hujan:
Veranja.
Peristiwa utama:
Sang Bhagava memenuhi undangan seorang brahmin di Veranja untuk melewatkan kediaman musim hujan sana. Sayangnya, waktu itu terjadi bencana kelaparan di sana. Akibatnya, Sang Bhagava dan para siswa-Nya hanya memperoleh makanan mentah yang biasanya diberikan kepada kuda yang dipersembahkan oleh sekelompok pedagang kuda.
Tahun Ketiga Belas (576 S.M)
Tempat kediaman musim hujan:
Caliyapabbata (Batu Cadas Caliya).
Peristiwa utama:
Setelah melewati kediaman musim hujan, Sang Bhagava menuju ke Bhaddiya untuk mengalihyakinkan sang hartawan Mendaka beserta istrinya yaitu Candapaduma, putranya yaitu Dhananjaya, menantunya yaitu Sumanadevi, pembantunya yaitu Punna, serta Visakha – cucu putrinya yang berumur tujuh tahun; mengalihyakinkan Siha, seorang panglima di Vesali yang sekaligus merupakan pengikut Nigantha Nataputta; membabarkan Maha Rahulovada Sutta.
Tahun Keempat Belas (575 S.M)
Tempat kediaman musim hujan:
Vihara Jetavana, Savatthi.
Peristiwa utama:
Rahula, putra dari Pangeran Siddhattha yang kini menjadi Buddha, menerima penahbisan lanjut; Sang Bhagava membabarkan Cula Rahulovada Sutta, Vammika Sutta, dan Suciloma Sutta.
Tahun Kelima Belas (574 S.M)
Tempat kediaman musim hujan:
Nigrodharama Nigrodha (Taman Nigrodha), Kapilavatthu.
Peristiwa utama:
Wafatnya Raja Suppabuddha, ayah-mertua Pangeran Siddhattha (Sang Buddha).
Tahun Keenam Belas (573 S.M)
Tempat kediaman musim hujan:
Kota Alavi.
Peristiwa utama:
Sang Bhagava mengalihyakinkan Yaksa Alavaka.
Tahun Ketujuh Belas (572 S.M)
Tempat kediaman musim hujan:
Veluvanarama, Kalandakanivapa (suaka alam tempat memberi makan tupai hitam), di dekat Rajagaha.
Peristiwa utama:
Buddha membabarkan Singalovada Sutta kepada perumah tangga muda Singalaka.
Tahun Kedelapan Belas Sampai Kesembilan Belas (571 - 570 S.M)
Tempat kediaman musim hujan:
Caliyapabbata (Batu Cadas Caliya).
Peristiwa utama:
Sang Bhagava memberikan khotbah kepada seorang gadis penenun beserta ayahnya; Sang Bhagava mengalihyakinkan Kukkutamitta, sang pemburu dan keluarganya.
Tahun Kedua Puluh (569 S.M)
Tempat kediaman musint hujan:
Veluvanarama, di dekat Rajagaha.
Peristiwa utama:
Buddha menetapkan aturan-aturan Parajika; menunjuk Ananda sebagai pengiring tetap; pertemuan pertama dengan Jivaka; mengalihyakinkan Angulimala; Sang Bhagava dituduh atas pembunuhan Sundari; meluruskan pandangan salah Brahma Baka; menundukkan Nandopananda.
Tahun Kedua Puluh Satu Sampai Keempat Puluh Empat (568-545 S.M)
Tempat kediaman musim hujan:
Vihara Jetavana dan Vihan Pubbarama, Savatthi.
Peristiwa utama:
Kisah mengenai Raja Pukkusati; Sang Bhagava membabarkan Ambattha Sutta; penyerahan Vihara Pubbarama sebagai dana; wafatnya Raja Bimbisara; Bhikkhu Devadatta berusaha membunuh Sang Bhagava; menjinakkan Gajah Nalagiri; Bhikkhu Devadatta menciptakan perpecahan di dalam Sangha; meninggalnya Bhikkhu Devadatta; mengalihyakinkan Raja Ajatasattu; wafatnya Raja Pasenadi dari Kosala; membabarkan Sakka Pañha Sutta.
Tahun Keempat Puluh Lima (544 S.M)
Tempat kediaman musim hujan:
Beluvagamaka, di dekat Vesa1i.
Peristiwa utama:
Buddha mengalihyakinkan Upali, siswa utama Nigantha Nataputta; membabarkan ketujuh kondisi kesejahteraan bagi para penguasa dunia dan para bhikkhu; menyampaikan ceramah Cermin Dhamma; menerima hutan mangga dan Ambapali sebagai persembahan dana; wafatnya Sariputta dan Moggallana; membabarkan Empat Narasumber Utama (Mahapadesa); menyantap sukaramaddava; menerima petapa kelana Subhadda sebagai siswa terakhir; Sang Bhagava mencapai Mahaparinibbana.

Offline Nevada

  • Sebelumnya: Upasaka
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.445
  • Reputasi: 234
Re: Perjalanan Hidup Siddhattha Gotama menjadi Sang Buddha
« Reply #93 on: 11 December 2009, 12:17:50 AM »
[at] Pinguin

Boleh nambahin kok. :)
Mengenai kisah berkumpulnya 1.250 Arahanta, begini kisahnya...

------------------------------------


Sang Buddha dihormati oleh manusia, deva, brahma, makhluk halus; dan bahkan juga oleh hewan sekalipun

Setelah Sang Buddha mengutus para siswa-Nya yang berjumlah 60 orang Arahanta pergi membabarkan Dhamma, Sang Buddha juga pergi mengembara sendirian untuk membabarkan Dhamma. Dalam mengemban tugas misionaris ini, para siswa Sang Buddha seringkali menyadarkan orang-orang yang memiliki sedikit debu di matanya, sehingga banyak orang yang juga berminat untuk menjalani penghidupan suci sebagai bhikkhu. Untuk menahbiskan seseorang menjadi bhikkhu, pada awalnya calon bhikkhu itu diajak oleh siswa Sang Buddha untuk menemui Sang Buddha. Setelah bertemu dengan Sang Buddha, kemudian Beliau menahbiskan mereka menjadi bhikkhu dengan ucapan "Ehi, bhikkhu!" (artinya: "Marilah, bhikkhu!"; ucapan sambutan kepada bhikkhu yang baru saja bergabung dalam penghidupan suci di bawah Ajaran dan Disiplin). Begitulah pada awalnya Sang Buddha sendiri yang menahbiskan bhikkhu-bhikkhu baru dalam masa misionaris ini.

Suatu hari ketika Sang Buddha mengembara dan berdiam di Hutan Kappasika, ada serombongan pangeran Bhaddavaggiya beserta istri mereka yang melewati daerah itu. Salah satu pangeran tidak memiliki istri, makanya ia membawa seorang wanita penghibur untuk ikut bersamanya. Namun wanita penghibur itu membuat serombongan pangeran Bhaddavaggiya dan istri mereka mabuk dan terlelap. Di saat inilah, wanita penghibur itu mengambil semua harta dan perhiasan mereka, lalu kabur tanpa meninggalkan bekas. Ketika serombongan pangeran Bhaddavaffiya dan istri mereka tersadar, keributan terjadi di antara mereka. Mereka sibuk menyalahkan satu sama lain, dan kalang-kabut mencari wanita penghibur itu.

Dalam kondisi ini, mereka melihat Sang Buddha yang sedang bermeditasi di bawah pohon. Mereka pun menyapa dan bertanya kepada Sang Buddha apakah melihat wanita penghibur itu. Menanggapi hal ini, Sang Buddha justru bertanya kepada mereka semua; "Mana yang lebih penting; mencari wanita penghibur itu atau mencari jati diri sendiri?". Tiga puluh pangeran Bhaddavaggiya pun menjawab bahwa lebih penting untuk mencari jati diri sendiri. Karena itu, Sang Buddha kemudian memberikan khotbah Dhamma kepada mereka semua. Dan di akhir khotbah ini, mereka mencapai berbagai tingkat kesucian, seperti Sotapanna, Sakadagami dan Anagami. Sejak itu, mereka semua ditahbiskan menjadi bhikkhu oleh Sang Buddha; juga dengan ucapan "Ehi, bhikkhu!".

Suatu waktu Sang Buddha mengembara dan sampai di daerah kediaman Petapa Uruvela Kassapa. Uruvela Kassapa adalah seorang petapa yang sangat tersohor kala itu, dan banyak orang yang percaya bahwa dia adalah seorang petapa suci (Arahanta). Sang Buddha meminta izin untuk bermalam di gubuknya, dan Uruvela Kassapa pun mengizinkannya. Di dalam gubuk itu, ada seekor naga yang ganas. Pada malam harinya, naga itu menyerang Sang Buddha dengan semburan api. Namun Sang Buddha bisa menjinakkan naga itu.

Pada keesokan harinya, petapa Uruvela Kassapa terkejut melihat bahwa Sang Buddha masih hidup meskipun tinggal di dalam gubuk itu. Melihat naga itu mampu dijinakkan oleh Sang Buddha, maka Uruvela Kassapa mengizinkan Sang Buddha untuk tinggal di tempatnya. Sang Buddha berdiam di daerah kediaman Uruvela Kassapa ini selama kurang lebih 3 bulan. Selama jangka waktu ini, Sang Buddha seringkali menunjukkan berbagai kesaktian untuk menanggalkan kesombongan yang ada di dalam diri Uruvela Kassapa. Pada suatu hari yang tepat, Sang Buddha dengan tegas menyatakan secara empat mata kepada Uruvela Kassapa, bahwa petapa Uruvela Kassapa bukanlah seorang Arahanta. Menyadari hal ini, petapa Uruvela Kassapa pun mengakuinya dan memohon ditahbiskan menjadi bhikkhu. Sang Buddha menghimbaunya untuk memikirkannya matang-matang, sebelum memutuskan untuk menjadi siswa-Nya. Setelah berdiskusi dengan 500 muridnya, maka petapa Uruvela Kassapa dan seluruh muridnya akhirnya memutuskan untuk menjadi bhikkhu di bawah Sang Buddha. Mereka semua mencukur rambut dan janggut, lalu membuang semua pelengkapan ritual penyembahan api ke Sungai Neranjara. Kemudian semuanya pun ditahbiskan dengan ucapan "Ehi, bhikkhu!" oleh Sang Buddha.

Nadi Kassapa, adik pertama dari Uruvela Kassapa, yang tinggal di bagian hilir Sungai Neranjara melihat banyak perlengkapan ritual penyembahan api yang hanyut. Ia pun bergegas ke tempat kediaman kakaknya, Uruvela Kassapa. Melihat bahwa kakaknya sudah menjadi bhikkhu, Nadi Kassapa pun bertanya tentang manfaat menjadi bhikkhu kepada kakaknya. Setelah mendapat penjelasan dari Uruvela Kassapa, maka Nadi Kassapa dan 300 muridnya juga ikut bergabung menjadi bhikkhu dan ditahbiskan langsung oleh Sang Buddha dengan ucapan "Ehi, bhikkhu!". Melihat kedua kakaknya telah menjadi bhikkhu, adik bungsu dari Uruvela Kassapa yang bernama Gaya Kassapa, juga menyusul jejak kedua kakaknya. Gaya Kassapa dan 200 muridnya juga ditahbiskan menjadi bhikkhu oleh Sang Buddha dengan ucapan "Ehi, bhikkhu!".

Setelah Kassapa bersaudara dan 1.000 bhikkhu lain berkumpul, Sang Buddha mengajak mereka semua pergi ke Gayasisa. Di sana Sang Buddha membabarkan khotbah Dhamma - Adittapariyaya Sutta kepada para bhikkhu. Di akhir khotbah ini, Kassapa bersaudara dan 1.000 bhikkhu pun mencapai Pembebasan dan menjadi Arahanta.


Uruvela Kassapa dan pengikutnya beralih-keyakinan menjadi murid Sang Buddha; kemudian disusul pula oleh Nadi Kassapa dan Gaya Kassapa beserta semua pengikutnya


Setelah membimbing Kassapa bersaudara dan 1.000 bhikkhu mencapai tingkat Arahat, Sang Buddha mengajak mereka semua pergi ke Rajagaha. Sesuai janji yang pernah dibuat dahulu, kini setelah mencapai Pencerahan Sempurna maka Sang Buddha akan mengunjungi kembali Raja Bimbisara. Mengetahui bahwa Sang Buddha dan para bhikkhu telah sampai di Rajagaha dan berdiam di hutan, maka Raja Bimbisara bersama dengan ribuan brahmana di seluruh penjuru Kota Rajagaha mendatangi Sang Buddha. Suasana kala itu penuh keramaian, karena semua orang sedang membicarakan tentang Uruvela Kassapa yang tersohor itu yang kini sudah menjadi bhikkhu. Memahami bahwa para brahmana itu meragukan Sang Buddha dan Uruvela Kassapa, maka Beliau memanggil Uruvela Kassapa dan memintanya untuk menjelaskan mengapa ia menjadi bhikkhu; dan apa manfaatnya setelah menjadi bhikkhu. Uruvela Kassapa menjelaskan dengan rinci bahwa ia menjadi bhikkhu karena melihat bahwa noda batin akan mengakibatkan penderitaan; dan manfaatnya yaitu menikmati kedamaian Nibbana. Setelah mengandaskan keraguan para brahmana, Sang Buddha kemudian memberikan khotbah Dhamma. Pada akhir khotbah, Raja Bimbisara dan seluruh brahmana itu mencapai tingkat kesucian Sotapanna. Raja Bimbisara pun banyak memberikan kontribusi bagi kemajuan pembabaran Dhamma. Salah satunya adalah mendanakan vihara di Hutan Veluvana kepada Sangha.

Demikianlah Sang Buddha mengembara membabarkan Dhamma. Dhamma diterima oleh banyak kalangan dan berbagai kasta. Dalam waktu yang singkat, popularitas Sang Buddha meningkat drastis. Dan semakin banyak orang yang mengagumi dan menghormati Tiratana (Buddha, Dhamma, Sangha).

Pada suatu ketika, sepasang murid dari petapa Sanjaya, yakni Upatissa dan Kolita mengunjungi Sang Buddha. Mereka memohon kepada Sang Buddha untuk ditahbiskan menjadi bhikkhu, dan Sang Buddha pun meluluskannya dengan ucapan "Ehi, bhikkhu!". Upatissa kemudian lebih dikenal dengan nama Sariputta, dan Kolita lebih dikenal dengan nama Maha Moggalana. Keduanya pun berhasil menjadi Arahanta. Sariputta dan Maha Moggalana sebelumnya juga mampu menarik banyak murid dari petapa Sanjaya untuk menjadi bhikkhu di bawah Sang Buddha. Kesemuanya juga ditahbiskan oleh Sang Buddha dengan ucapan "Ehi, bhikkhu!".

Suatu malam pada saat Bulan Purnama di Bulan Magha, Sang Buddha sedang duduk bermeditasi di dalam Hutan Veluvana (hutan bambu). Pada saat itu, 1.250 bhikkhu datang berkumpul menuju Sang Buddha. Peristiwa ini dinamakan Caturangga-sannipata, yaitu pertemuan besar para Arahanta yang terberkahi dengan empat faktor. Empat faktor itu adalah:
1) 1.250 bhikkhu datang berkumpul menuju Sang Buddha tanpa mendapat pemberitahuan terlebih dahulu.
2) 1.250 bhikkhu yang berkumpul semuanya adalah Arahanta.
3) 1.250 bhikkhu yang berkumpul semuanya memiliki 6 abhinna (enam jenis kekuatan batin).
4) 1.250 bhikkhu yang berkumpul semuanya ditahbiskan langsung oleh Sang Buddha dengan ucapan "Ehi, bhikkhu!"

1.250 bhikkhu itu berkumpul untuk memberi hormat kepada Sang Buddha dan sekembalinya mereka dari tugas menyebarkan Dhamma, dan melaporkan hasil penyebaran Dhamma (misionaris) yang telah mereka lakukan itu. Momen peristiwa ini dikenal dengan nama "Magha Puja". Peristiwa ini terjadi setelah 9 bulan sejak malam Pencerahan Sang Buddha.


Sang Buddha dan 1.250 bhikkhu berkumpul di Hutan Veluvana (hutan bambu) di Rajagaha, Ibukota Kerajaan Magadha

Pada peristiwa itu Sang Buddha membabarkan prinsip Ajaran-Nya kepada para bhikkhu, yang disebut dengan Ovada Patimokkha. Syair Ovada Patimokkha (Dhammapada XIV : 183-185) yaitu:

"Tidak berbuat kejahatan,
Kembangkan perbuatan baik,
Sucikan pikiran,
Inilah ajaran Para Buddha."

"Kesabaran adalah praktik tapa yang paling tinggi,
Nibbana adalah yang paling tinggi, begitulah yang dinyatakan oleh Para Buddha,
Seseorang yang masih menyakiti orang lain,
Sesungguhnya bukanlah seorang petapa."
 
"Tidak menghina, tidak menyakiti,
Mengendalikan diri sesuai dengan moralitas,
Makan secukupnya
Hidup di tempat yang sunyi,
Serta bersemangat dalam mengembangkan pikiran yang mulia,
Inilah ajaran Para Buddha."


Pada peristiwa malam itu juga, Sang Buddha mengangkat Sariputta dan Maha Moggallana sebagai siswa utama (Aggasavaka) dalam Sangha.


Sariputta dan Maha Moggallana diangkat menjadi siswa utama Sang Buddha (Aggasavaka)
« Last Edit: 06 March 2010, 10:49:00 AM by upasaka »

Offline Sostradanie

  • Sebelumnya: sriyeklina
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.375
  • Reputasi: 42
Re: Perjalanan Hidup Siddhattha Gotama menjadi Sang Buddha
« Reply #94 on: 10 January 2010, 05:59:28 PM »
Setelah meninggal dunia, Kanthaka pun terlahir di Alam Dewa Tusita

Apa yang dimaksud dengan alam dewa tusita?
PEMUSNAHAN BAIK ADANYA (2019)

Offline Sostradanie

  • Sebelumnya: sriyeklina
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.375
  • Reputasi: 42
Re: Perjalanan Hidup Siddhattha Gotama menjadi Sang Buddha
« Reply #95 on: 10 January 2010, 06:03:01 PM »
Ada berapa banyak alam dewa dan ada berapakah tingkatnya?
PEMUSNAHAN BAIK ADANYA (2019)

Offline Pinguin

  • Teman
  • **
  • Posts: 76
  • Reputasi: 2
  • Be Happy
Re: Perjalanan Hidup Siddhattha Gotama menjadi Sang Buddha
« Reply #96 on: 10 January 2010, 06:05:45 PM »
ini yang saya tahu :
Tusita dalam agama Buddha merupakan alam dewa tingkat ke 4 di atas alam dewa 33. Alam dewa dalam sudut pandang Buddhis merupakan alam yang masih terkena hukum perubahan dan tidak kekal. Usia dewa di alam Tusita adalah 4000 tahun. 1 hari di alam dewa itu sama dengan 400 tahun di alam manusia. Jadi total usia dewa alam Tusita adalah 1600000 tahun.

Offline Pinguin

  • Teman
  • **
  • Posts: 76
  • Reputasi: 2
  • Be Happy
Re: Perjalanan Hidup Siddhattha Gotama menjadi Sang Buddha
« Reply #97 on: 10 January 2010, 06:06:15 PM »
KEGIATAN SEHARI-HARI SANG BHAGAVA
Selama empat puluh lima tahun Sang Bhagava membabarkan Dhamma dengan semangat. Dan setiap hari Ia melakukan kegiatan rutin-Nya tanpa mengenal jenuh.
Kegiatan harian yang dilakukan Sang Bhagava bisa dibagi ke dalam lima sesi, yaitu: (1) kegiatan pagi (purebhatta kicca), (2) kegiatan siang (pacchabhatta kicca), (3) kegiatan waktu jaga pertama malam (purimayama kicca), (4) kegiatan waktu jaga pertengahan malam (majjhimayama kicca), dan (5) kegiatan waktu jaga terakhir malam (pacchimayama kicca).
Kegiatan Pagi (sekitar pukul 06.00 – 12.00)
Sang Bhagava bangun pukul 04.00, kemudian setelah mandi Ia bermeditasi selama satu jam. Setelah itu pada pukul 05.00, Beliau memindai dunia dengan Mata Buddha-Nya untuk melihat siapa yang bisa Ia bantu. Pukul 06.00, Sang Bhagava menata jubah bawah, mengencangkan ikat pinggang, mengenakan jubah atas, membawa mangkuk dana-Nya, lalu pergi menuju ke desa terdekat untuk menerima dana makanan. Terkadang Sang Bhagava melakukan perjalanan untuk menuntun beberapa orang ke jalan yang benar dengan kebijaksanaan-Nya. Setelah menyelesaikan makan sebelum tengah hari, Sang Bhagava akan membabarkan khotbah singkat; Ia akan mengukuhkan sebagian pendengar dalam Tiga Pernaungan. Kadang Ia memberikan penahbisan bagi mereka yang ingin memasuki Persamuhan.
Kegiatan Siang (sekitar pukul 12.00 – 18.00)
Pada waktu ini, biasanya digunakan oleh Sang Bhagava untuk memberikan petunjuk kepada para bhikkhu dan untuk menjawab pertanyaan dari para bhikkhu. Setelah itu Sang Bhagava akan kembali ke bilik-Nya untuk beristirahat dan memindai seisi dunia untuk melihat siapa yang memerlukan pertolongan-Nya. Lalu, menjelang senja, Sang Bhagava menerima para penduduk kota dan desa setempat di aula pembabaran serta membabarkan khotbah kepada mereka. Saat Sang Bhagava membabarkan Dhamma, masing-masing pendengar, walaupun memiliki perangai yang berlainan, berpikir bahwa khotbah Sang Bhagava ditujukan secara khusus kepada dirinya. Demikianlah cara Sang Bhagava membabarkan Dhamma, yang sesuai dengan waktu dan keadaannya. Ajaran luhur dari Sang Bhagava terasa menarik, baik bagi khalayak ramai maupun kaum cendekia.
Kegiatan Waktu Jaga Pertama Malam (sekitar pukul 18.00 – 22.00)
Setelah para umat awam pulang, Sang Bhagava bangkit dari duduk-Nya pergi mandi. Setelah mandi, Sang Bhagava mengenakan jubah-Nya dengan baik dan berdiam sejenak seorang diri di bilik-Nya. Sementara itu, para bhikkhu akan datang dari tempat berdiamnya masing-masing dan berkmpul untuk memberikan penghormatan kepada Sang Bhagava. Kali ini, para bhikkhu bebas mendekati Sang Bhagava untuk menghilangkan keraguan mereka, ntuk meminta nasihat-Nya mengenai kepelikan Dhamma, untuk mendapatkan objek meditasi yang sesuai, dan untuk mendengarkan ajaran-Nya.
Kegiatan Waktu Jaga Pertengahan Malam (sekitar pukul 22.00 – 02.00)
Rentang waktu ini disediakan khusus bagi para makhluk surgawi seperti para dewa dan brahma dari sepuluh ribu tata dunia. Mereka mendekati Sang Bhagava untuk bertanya mengenai Dhamma yang selama ini tengah mereka pikirkan. Sang Bhagava melewatkan tengah malam itu sepenuhnya untuk menyelesaikan semua masalah dan kebingungan mereka.
Kegiatan Waktu Jaga Terakhir Malam (sekitar pukul 02.00 – 06.00)
Rentang waktu ini dipergunakan sepenuhnya untuk Sang Bhagava sendiri. Pukul 02.00 sampai 03.00, Sang Bhagava berjalan-jalan untk mengurangi penat tubuh-Nya yang menjadi kaku karena duduk sejak fajar. Pukul 03.00 sampai 04.00, dengan perhatian murni, Ia tidur di sisi kanan-Nya di dalam Bilik Harum-Nya. Pada pukul 04.00 sampai 05.00, Sang Bhagava bangkit dari tidur, duduk bersilang kaki dan bermeditasi menikmati Nibbana.
Demikianlah kegiatan harian yang dilakukan oleh Sang Bhagava, yang Ia lakukan sepanjang hidup-Nya.

Offline Sostradanie

  • Sebelumnya: sriyeklina
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.375
  • Reputasi: 42
Re: Perjalanan Hidup Siddhattha Gotama menjadi Sang Buddha
« Reply #98 on: 10 January 2010, 06:27:59 PM »

ini yang saya tahu :
Tusita dalam agama Buddha merupakan alam dewa tingkat ke 4 di atas alam dewa 33. Alam dewa dalam sudut pandang Buddhis merupakan alam yang masih terkena hukum perubahan dan tidak kekal. Usia dewa di alam Tusita adalah 4000 tahun. 1 hari di alam dewa itu sama dengan 400 tahun di alam manusia. Jadi total usia dewa alam Tusita adalah 1600000 tahun.
[/quote]

Trims atas jawabannya.Apa penyebab atau yang membedakan seseorang atau sesuatu itu lahir dialam dewa atau manusia?dan ada berapa alamkah didunia ini?kalau bisa tolong informasikan alam yang paling tinggi sampai rendah menurut agama buddha.
PEMUSNAHAN BAIK ADANYA (2019)

Offline The Ronald

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.231
  • Reputasi: 89
  • Gender: Male
Re: Perjalanan Hidup Siddhattha Gotama menjadi Sang Buddha
« Reply #99 on: 10 January 2010, 06:55:42 PM »
beberapa faktor :
- sila (pebuatan)
- Kebijaksanaan
- Karma masa lampau (kehidupan2 sebelumnya)
- karena pemusatan pikiran

alam2 dalam agama buddha: http://dhammacitta.org/forum/index.php/topic,6525.msg159483.html#msg159483  (ada di halaman 4)
...

Offline Nevada

  • Sebelumnya: Upasaka
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.445
  • Reputasi: 234
Re: Perjalanan Hidup Siddhattha Gotama menjadi Sang Buddha
« Reply #100 on: 10 January 2010, 07:02:52 PM »
Ada berapa banyak alam dewa dan ada berapakah tingkatnya?

Ada 6 alam dewa. Masing-masing alam dewa ini adalah dihitung berdasarkan tingkatannya; sesuai dengan tingkatan keadaan dan kenyamanan hidup di alamnya.


Quote
ini yang saya tahu :
Tusita dalam agama Buddha merupakan alam dewa tingkat ke 4 di atas alam dewa 33. Alam dewa dalam sudut pandang Buddhis merupakan alam yang masih terkena hukum perubahan dan tidak kekal. Usia dewa di alam Tusita adalah 4000 tahun. 1 hari di alam dewa itu sama dengan 400 tahun di alam manusia. Jadi total usia dewa alam Tusita adalah 1600000 tahun.

Trims atas jawabannya.Apa penyebab atau yang membedakan seseorang atau sesuatu itu lahir dialam dewa atau manusia?dan ada berapa alamkah didunia ini?kalau bisa tolong informasikan alam yang paling tinggi sampai rendah menurut agama buddha.

Saya tambahkan sedikit...

Alam Deva Tusita adalah alam dewa tingkat ke-4; setelah Alam Deva Catummaharajika, Alam Deva Tavatimsa (alam 33 dewa), Alam Deva Yama. Makhluk yang hidup di alam ini juga disebut sebagai makhluk deva (dewa). Sang Bodhisatta pernah hidup di alam ini, sembari menunggu saat yang tepat untuk terlahir menjadi seorang manusia yang kelak akan menjadi Sang Buddha.

Penyebab untuk terlahir di alam dewa adalah dengan mengembangkan sila (moralitas) dan samadhi (konsentrasi); yang tentu juga didukung oleh kondisi kamma. Penyebab untuk terlahir di alam manusia adalah dengan mengembangkan sila (moralitas); yang tentu juga didukung oleh kondisi kamma.

Menurut terminologi Buddhisme, ada 3 jenis alam kehidupan di dunia ini berdasarkan wujudnya. 3 jenis alam itu adalah alam kehidupan tanpa bentuk (arupa loka), alam kehidupan berbentuk (rupa loka), dan alam kehidupan yang bernafsu (kama loka).

Alam kehidupan tanpa bentuk (arupa loka) ini terdiri dari 4 alam kehidupan brahma. Alam kehidupan berbentuk (rupa loka) terdiri dari 4 kualitas alam, yang secara garis besar keempatnya dapat dibagi menjadi 16 alam kehidupan brahma. Alam kehidupan yang bernafsu (kama loka) dapat dibagi menjadi alam bahagia dan alam menderita. Alam bahagia terdiri dari 6 alam kehidupan sebagai deva dan 1 alam kehidupan sebagai manusia. Alam menderita terdiri dari 1 alam kehidupan sebagai makhluk halus, 1 alam kehidupan sebagai hewan, 1 alam kehidupan sebagai hantu, dan 1 alam kehidupan sebagai makhluk yang berdiam di neraka. Sehingga total ada 31 alam kehidupan.

Daftar 31 Alam Kehidupan

Offline Sostradanie

  • Sebelumnya: sriyeklina
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.375
  • Reputasi: 42
Re: Perjalanan Hidup Siddhattha Gotama menjadi Sang Buddha
« Reply #101 on: 10 January 2010, 07:23:13 PM »
)
    a. N’eva Sanna N’asannayatana
    b. Akincannayatana
    c. Vinnanancayatana
    d. Akasanancayatana

dimanakah saya bisa membaca lebih detail tentang 31 alam didunia?
PEMUSNAHAN BAIK ADANYA (2019)

Offline The Ronald

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.231
  • Reputasi: 89
  • Gender: Male
...

Offline Sostradanie

  • Sebelumnya: sriyeklina
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.375
  • Reputasi: 42
PEMUSNAHAN BAIK ADANYA (2019)

Offline Sostradanie

  • Sebelumnya: sriyeklina
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.375
  • Reputasi: 42
Re: Perjalanan Hidup Siddhattha Gotama menjadi Sang Buddha
« Reply #104 on: 10 January 2010, 11:53:58 PM »
Di kerajaan itulah, mereka menikah di antara sesama saudara, kecuali Putri yang tertua menikah dengan Raja dari Devadha.

Ada yang saya ingin tanyakan.apakah menikah dengan saudara itu dosa??????????
PEMUSNAHAN BAIK ADANYA (2019)