//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: MENGENAL TAHUN BARU IMLEK  (Read 2811 times)

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Offline aitristina

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.758
  • Reputasi: 52
  • Gender: Female
  • every1 is #1...
MENGENAL TAHUN BARU IMLEK
« on: 04 March 2009, 02:48:02 PM »
 
Posted by: "Subhadevi" subhadevi [at] samaggi-phala.or.id   subhadevi55
Tue Mar 3, 2009 8:22 am (PST)
Dikutip dari www.samaggi- phala.or. id bagian Naskah Dhamma : Artikel
dan kisah lainnya

MENGENAL TAHUN BARU IMLEK

Di kalangan rakyat Tiongkok, banyak terdapat riwayat tentang asal usul
Tahun Baru Imlek. Salah satunya ialah, pada zaman purba, terdapat
sejenis binatang galak yang bernama Nian. Pada malam terakhir setiap
tahun, ia pergi ke setiap kampung dan keluarga, untuk makan manusia.
Pada suatu malam, Nian pergi ke sebuah kampung untuk makan manusia
lagi, tetapi kebetulan terdapat dua orang kanak-kanak yang sedang
bermain cambuk, dan mengeluarkan bunyi yang menakjubkan. Nian setelah
terdengar bunyi itu, sangat terkejut dan melarikan diri. Ia pergi ke
sebuah kampung lagi, dan melihat sehelai baju merah yang digantung di
depan pintu sebuah rumah. Ia berasa tidak nyaman dengan baju merah
itu, dan secepat kilat ia melarikan diri. Kemudian ia pergi ke sebuah
kampung lagi dan melihat ke dalam satu rumah, dalam rumah itu sangat
terang, lalu Nian melarikan diri lagi. Sejak waktu itu, orang sudah
tahu Nian takut pada bunyi, warna merah dan cahaya yang terang, dan
telah mendapat banyak cara untuk menangkisnya, misalnya menyalakan
petasan, menempel kuplet dan memasang lampu, dan ini secara
beransur-ansur menjadi adat kebiasaan di tahun baru Imlek.

Kegiatan merayakan Tahun Baru Imlek dimulai sejak tanggal 23 bulan
ke-12 tahun Imlek dan sampai 15 bulan pertama tahun kemudian, yaitu
pesta Capgomeh, selama hampir sebulan. Dalam masa itu, terdapat banyak
jenis kegiatan bagi merayakannya, termasuk dalam kehidupan
sehari-hari, istiadat dan hiburan.

Ketika memasuki bulan 12 tahun Imlek, orang Tionghoa sudah mulai
menyapu rumah secara besar-besaran. Namun pada malam terakhir tahun
itu, setelah makan malam sampai keesokan harinya, menyapu lantai
menjadi pantangan besar karena orang Tionghoa beranggapan bahwa mereka
yang menyapu lantai pada waktu itu, dia akan mengalami kerugian uang.

Pada saat merayakan Tahun Baru Imlek, orang Tionghoa yang tinggal di
Tiongkok Utara maupun Selatan sangatlah mementingkan makanan. Pada
malam terakhir setiap tahun, mereka harus makan dan minum
bersama-sama, dan makanan juga bermacam-macam. Tetapi lauk ikan
amatlah penting dan tidak boleh dihilangkan. Di Tiongkok Utara, pada
malam itu, mereka harus makan Jiaozi atau dumpling dengan harapan,
semoga bahagia dan kehidupan serba lancar dari tahun ke tahun. Di
Tiongkok Selatan, mereka harus makan kue tahun baru agar kehidupan
mereka semakin tahun semakin bahagia.

Waktu merayakan tahun baru Imlek, orang Tionghoa biasanya senang
menempel dan menggantung kertas merah atau barang perhiasan yang
dianggap bertuah di depan pintu, halaman, kamar tidur, dinding,
jendela dan perabot supaya suasana menjadi meriah. Adat istiadat
menempel kuplet, dewa pintu, lukisan tahun baru seperti itu adalah
bertujuan agar tercapai harapan dan doa agar hidup serba lancar,
panjang umur dan bahagia.

Adapun berbagai hiburan juga dilakukan dalam suasana perayaan tahun
baru Imlek, seperti memasang petasan merupakan kebiasaan yang sangat
popular, bertukar teka-teki, mengunjungi pesta di kuil-kuil dan
menikmati kecantikan lampu tanglong, lampion. Kegiatan tersebut
biasanya dimulai sebelum malam tahun baru hingga mencapai puncaknya
pada pesta Capgomeh.

Kebiasaan dalam suasana Tahun Baru Imlek juga banyak. Paling popular
adalah saling memberikan kartu tahun baru, saling memberi angpao dan
mengucapkan "Selamat Tahun Baru Imlek". Pada malam terakhir setiap
tahun, setelah makan malam bersama, generasi muda mengucapkan "Selamat
Tahun Baru" kepada generasi tua, dan generasi tua memberi angpao
kepada anak-anak. Pada tanggal 1 bulan pertama tahun Imlek, orang
memakai baju yang mewah dan cantik, mereka saling mengucapkan selamat
tahun baru dan panjang umur kepada orang tua, kemudian berkunjung ke
sanak keluarga dan kawan-kawan. Pada waktu itu, suasana hari raya
sangat meriah dan akrab penuh rasa kebersamaan dan kekeluargaan.

Di antara jutaan orang Tionghoa yang ada di dunia ini, ternyata tidak
banyak yang mengetahui sejarah dan asal usul Tahun Baru Imlek.
Biasanya mereka hanya merayakannya dari tahun ke tahun bila kalender
penanggalan Imlek telah menunjukan tanggal satu bulan satu. Jenis dan
cara merayakannya pun bisa berbeda dari satu suku dengan yang lain.

Keterbatasan pengetahuan ini dikarenakan luasnya daratan Tiongkok
dengan beraneka ragamnya kondisi alam, lingkungan secara geografis
maupun demografis, belum lagi secara etnis. Ada yang dimulai dengan
sembahyang kepada Tuhan Yang Mahaesa dan para Dewa, serta leluhur, ada
pula yang dimulai dengan makan ronde, maupun kebiasaan-kebiasaan lain
sebelum saling berkunjung ke sanak saudara sambil tidak lupa
membagi-bagi angpau untuk anak-anak, yang tentu saja menerimanya
dengan penuh kegembiraan.

Sebenarnya penanggalan Tionghoa dipengaruhi oleh dua system kalender,
yaitu sistem Gregorian dan sistem Bulan-Matahari, dimana satu tahun
terbagi rata menjadi 12 bulan sehingga tiap bulannya terdiri dari 29½
hari. Penanggalan ini masih dilengkapi dengan pembagian 24 musim yang
amat erat hubungannya dengan perubahan-perubahan yang terjadi pada
alam. Pembagian musim ini terbukti amat berguna untuk para petani
dalam menentukan saat tanam maupun saat panen.

Berikut beberapa contoh pembagian 24 musim tersebut:
- Permulaan musim semi
Hari pertama pada musim ini adalah hari pertama Perayaan Tahun Baru,
atau saat dimulainya Perayaan Musim Semi (Chun Jie).
- Musim hujan
Saat hujan mulai turun.
- Musim serangga
Serangga mulai tampak setelah tidur panjangnya selama musim dingin.
- dll (Masih terdapat 21 musim lain yang terlalu panjang untuk dibahas
satu persatu)

Selain pembagian musim di atas, dalam penanggalan Tionghoa juga
dikenal istilah Tian Gan dan Di Zhi yang merupakan cara unik dalam
membagi tahun-tahun dalam hitungan siklus 60 tahunan. Masih ada lagi
hitungan siklus 12 tahunan, yang kita kenal dengan "Shio", yaitu
Tikus, Sapi, Macan, Kelinci, Naga, Ular, Kuda, Kambing, Monyet, Ayam,
Anjing, Babi.

Kesimpulannya, penanggalan Tionghoa tidak hanya mengikuti satu sistem
saja, melainkan juga ada beberapa unsur yang mempengaruhi, yaitu
musim, lima unsur, angka langit, shio, dll. Walaupun demikian, semua
perhitungan hari ini dapat terangkum dengan baik menjadi satu sistem
"Penanggalan Tionghoa" yang baik, lengkap dan harmonis bahkan hampir
bisa dikatakan sempurna karena sudah mencakup "Koreksi" -nya juga,
sebagai contoh adalah "Lun Gwe", merupakan bulan untuk mengkoreksi
setelah satu periode tertentu.

Perayaan Tahun Baru Imlek merupakan sebuah perayaan besar bagi
masyarakat Tionghoa. Menggantung lentera merah, membunyikan petasan
dan menyembunyikan sapu adalah salah satu keunikan dari perayaan ini.
Disamping itu, masyarakat Tionghoa juga akan mulai menempel gambar
Dewa Penjaga Pintu pada hari-hari perayaan ini

In Nian Kuaile (Bahagia di Tahun Baru), Guo Nian Hao (Selamat
Menjalani Tahun Baru), Chunjie Kuaile (Bahagia di Musim Semi), Sincun
Kionghi (Selamat Menyambut Musim Semi yang Baru), Sincia Cuyi (Selamat
Tahun Baru), Kiunghi Sinnyen (Selamat Tahun Baru) adalah serangkaian
ucapan selamat menyambut Imlek dalam bahasa Mandarin, Hokkian, Tiociu,
dan Hakka.

Mengapa di Indonesia hari raya ini disebut Tahun Baru Imlek? Tidak ada
satu pun ucapan itu mengandung kata Imlek. Apa arti kata Imlek? Dari
bahasa Mandarin-kah? Tidak! Kata Imlek berasal dari bahasa Hokkian
Selatan, berarti "penanggalan bulan". Jadi, kata Imlek sebenarnya
mengacu nama penanggalan yang didasarkan perhitungan bulan (lunar),
yang dalam bahasa Mandarin disebut yinli. Dengan demikian, istilah
Tahun Baru Imlek berarti "Tahun Baru Menurut Penanggalan Bulan".

Penduduk keturunan Tionghoa di Indonesia menggunakan kata Sincia
"bulan 1 yang baru" dengan ucapan Sincun Kionghi "Selamat Menyambut
Musim Semi yang Baru" atau Kionghi berarti "Selamat". Juga ada kata
konyan yang berasal dari guo nian (bahasa Mandarin), berarti "melewati
tahun yang baru".

Di negara asalnya, Tiongkok, perayaan Imlek dinamakan Chunjie, berarti
"Perayaan Musim Semi". Kata Chunjie digunakan sejak Tiongkok merdeka.
Sebelumnya digunakan istilah Yuandan, berarti pada pertama di tahun
yang baru dimasuki. Tahun 1949 Pemerintah Tiongkok menetapkan nama
Yuandan untuk Tahun Baru Internasional, 1 Januari, sedangkan Tahun
Baru Imlek dinamakan Chunjie.

Upacara menyambut Tahun Baru Imlek adalah Toapekong Naik, dilakukan
pada bulan 12 atau Cap Ji Gwee (bahasa Hokkian) / bulan La (bahasa
Mandarin) tanggal 23 atau 24.

Kata toapekong bermakna "paman buyut" (saudara laki-laki buyut) dengan
makna kiasan "dewa". Biasanya dewa dianggap orang berusia tua.
Toapekong digambarkan sebagai orang yang seusia buyut atau generasi di
atasnya.

Pada tanggal 23 / 24 itu, Toapekong yang naik bukan sembarang dewa,
tetapi dewa tertentu, yaitu Dewa Dapur bernama Zao Shen. Alias: Kakek
Dapur, Raja Dapur, Komandan Dapur Timur, Komandan Kepala Keluarga,
Dewa Pelindung Rumah, Dewa Penguasa Penentu Kebahagiaan. Mengingat
nama-nama alias itu tidak jauh dari hal seputar rumah tangga, maka
dewa ini dianggap sebagai dewa keluarga yang menentukan baik-buruknya
nasib suatu keluarga. Di Indonesia Dewa Dapur juga disebut Cao Kun Kong.

Siapa sebetulnya Dewa Dapur ini, mengapa ia begitu dihormati sehingga
diadakan upacara khusus, misi apa yang dijalankan? Ada yang
mengatakan, ia adalah Kaisar Shen Nong yang mengajari manusia bercocok
tanam. Ia pula yang menciptakan api. Dikarenakan jasanya yang besar,
setelah wafat ia menjadi dewa yang bernama Zao Shen atau Dewa Dapur.

Misinya, memberi laporan kepada Mahadewa tentang hal baik dan buruk
dari keluarga bersangkutan. Karena bersemayam di dapur -di salah satu
sudut atau tempat di dapur- ia tahu semua perkara dalam keluarga itu.
Di situlah seorang ibu mengomel, ngerumpi bersama ibu-ibu lain,
tertawa, dan bercanda bersama anggota keluarga lain sambil mengerjakan
urusan rumah tangga. Dewa Dapur yang ada di sana pasti mendengar semua
perkataan dan mencatatnya. Tanggal 23 dan 24 Cap Ji Gwee atau bulan 12
adalah saatnya Dewa Dapur naik ke langit, melaporkan seluruh kejadian
selama satu tahun kepada keluarga itu.

Agar Dewa Dapur hanya melaporkan hal yang baik, manusia mencari akal
untuk menyenangkan hatinya. Bahkan, manusia sampai memikirkan agar
dalam perjalanan menuju langit, kuda tunggangan sang dewa tidak
kelaparan, dan hewan peliharaannya di dunia tidak mati kelaparan. Pada
tanggal 23 dan 24 itu, rumah Dewa Dapur dibersihkan lalu diberi
sesajen. Sesajen ini ada yang wajib; ada yang tidak wajib.

Sesajen wajib berupa permen yang manis, liat, dan lengket, manisan
buah kundur yang dikenal sebagai tangkua atau tangkwe. Sesajen tidak
wajib berupa roti goreng dan teh, yang merupakan bekal bila sang dewa
merasa lapar dan haus. Rumput untuk bekal makanan kuda tunggangan sang
dewa, sedangkan kulit tahu untuk ayam peliharaannya yang ditinggalkan
di bumi.

Sesajen wajib harus manis supaya sang dewa hanya melaporkan hal-hal
yang "manis". Selain manis, juga harus liat dan lengket. Begitu
mengulum permen, mulut sang dewa menjadi sulit dibuka sehingga tidak
banyak bicara dan hanya tersenyum saja.

Dengan demikian, lengkaplah "perhatian" manusia dalam menghantar
dewanya naik ke langit dengan menyimpan maksud tertentu di balik semua
itu. Selain itu, pada rumah dewa dipasang bait berpasangan, kuplet
atau duilian berbunyi "naik ke langit mengatakan hal yang baik, pulang
ke rumah membawa keberuntungan" , atau "naik ke langit mengatakan hal
yang baik, turun ke dunia menjaga perdamaian".

Di desa Tai Xing, Provinsi Jiangsu, Tiongkok, penduduk desa percaya
sebelum berangkat naik ke langit, Dewa Dapur menghitung jumlah sumpit
di rumah tempat tinggalnya. Ketika turun ke bumi, rezeki yang
dibawanya sesuai jumlah sumpit yang ada. Sebelum upacara sembahyang,
kepala keluarga menambah jumlah sumpit dengan harapan pada saat turun
ke bumi nanti, Dewa Dapur akan menambah rezeki mereka.

Bulan 12 berakhir pada tanggal 30. Bulan berikutnya adalah bulan 1
yang disebut Cia Gwee (bahasa Hokkian) / bulan Zheng (bahasa
Mandarin). Malam terakhir di bulan 12 ini disebut chuxi, yang berarti
"malam yang ditinggalkan" , maksudnya malam terakhir di tahun itu yang
akan ditinggalkan dalam memasuki tahun baru. Malam itu merupakan malam
paling baik, ramai, dan menyenangkan karena merupakan malam menyambut
kedatangan hari pertama di tahun yang baru.

Ada tiga kegiatan penting pada malam itu. Sebelum acara makan malam
bersama, kepala keluarga memasang petasan. Kemudian, pintu utama rumah
ditutup dan disegel dengan kertas merah. Tujuannya, agar hawa dingin
-karena saat itu musim dingin- tidak masuk ke rumah.

Kertas merah sebagai lambang uang, merupakan alat untuk menjaga
kesejahteraan keluarga. Sesudah pintu ditutup, lalu dipasang perapian
dengan tujuan mendapat hawa hangat selain mengusir hawa dingin.

Acara berikutnya, makan malam bersama dengan hidangan wajib berupa
ikan. Di Indonesia, misalnya Jakarta, umum disajikan ikan bandeng.
Kebiasaan ini mendapat pengaruh dari daerah Tiongkok Selatan. Di
Tiongkok Utara ada kebiasaan makan jiaozi (penganan berbentuk pempek
kapal selam mini, terbuat dari tepung khusus berisi daging dan sayur).
Mengapa makan ikan, bukan binatang lainnya? Alasannya, ada pepatah
berbunyi nian nian you yu "setiap tahun ada sisa". Kata yu yang
berarti "sisa" berbunyi sama dengan kata yu yang berarti "ikan".
Kesamaan bunyi itulah yang menyebabkan mengapa ikan menjadi hidangan
wajib di malam tahun baru. Dengan makan ikan, berarti dalam segala hal
ada sisa. Tentu saja yang dimaksud adalah kelebihan rezeki. Makanan
wajib lainnya, kue keranjang yang disebut nian gao. Kata gao "kue"
berbunyi sama dengan gao yang bermakna "tinggi". Dengan makan kue
keranjang, diharapkan rezeki seseorang setiap tahun bertambah tinggi.
Buah jeruk menjadi lambang keberuntungan karena lafal kata jeruk dalam
bahasa Mandarin - juzi - mirip ji yang berarti "keberuntungan" .

Saat makan malam itu, di Tiongkok ada kebiasaan memberi angpao kepada
anak kecil. Kata angpao berasal dari bahasa Hokkian. Angpao atau
hongbao dalam bahasa Mandarin bermakna "bungkusan merah", tidak
mengacu uang yang khusus diberikan pada tahun baru. Nama uang
pemberian khusus di tahun baru disebut yasui qian, bermakna "uang
penutup tahun".

Selesai makan malam, seluruh anggota keluarga bercengkerama, main
catur semalam suntuk sambil bermain petasan. Menjelang tengah malam
petasan yang dibunyikan semakin banyak dan besar. Pada zaman dulu
digunakan juga meriam buluh untuk memperoleh suara dentuman lebih
keras lagi. Tujuannya, untuk mengusir setan dan hantu. Malam itu malam
terakhir musim dingin yang berasosiasi dengan Yin yang menimbulkan
hawa dingin, gelap tanpa sinar bulan sehingga banyak setan berkeliaran.

Keesokan harinya merupakan hari pertama tahun baru, sekaligus menandai
dimulainya musim semi. Musim semi berasosiasi dengan Yang yang
menimbulkan hawa hangat, tanda-tanda kehidupan dimulai lagi, seperti
bunga mulai bermekaran. Malam itu merupakan malam untuk mengucapkan
selamat tinggal pada tahun yang sudah dilalui dan menyambut tahun baru
yang akan dijalani dengan penuh harapan

Selain penjelasan di atas, dari sumber lain disebutkan bahwa melacak
sejarahnya, Imlek bukanlah perayaan keagamaan tertentu, melainkan
upacara tradisional masyarakat Tiongkok. Di Tiongkok, Imlek
diperingati bersama oleh warga yang beragama Konghucu, Buddha, Hindu,
Islam, ka****k dan kr****n. Awalnya dahulu, Imlek atau Sin Tjia
merupakan sebuah perayaan yang dilakukan oleh para petani yang
biasanya jatuh pada tanggal satu di bulan pertama awal tahun baru.

Perayaan itu juga berkaitan dengan pesta menyambut musim semi, yang
dimulai pada tanggal 30 bulan ke-12 dan berakhir pada tanggal 15 bulan
pertama. Acaranya meliputi sembahyang Imlek, sembahyang kepada Sang
Pencipta, dan perayaan Capgomeh. Tujuannya, tak lain sebagai syukur
dan doa harapan agar di tahun depan mendapat rezeki lebih banyak, di
samping untuk menjamu leluhur, dan sebagai sarana silaturahmi dengan
kerabat dan tetangga.

Karena perayaan Imlek berasal dari kebudayaan petani, maka segala
bentuk persembahannya berupa berbagai jenis makanan. Idealnya, pada
setiap acara sembahyang Imlek disajikan minimal 12 macam masakan dan
12 macam kue yang mewakili lambang-lambang shio yang berjumlah 12. Di
Tiongkok, hidangan yang wajib adalah mie panjang umur (siu mi) dan
arak. Di Indonesia, dipilih hidangan yang berasosiasi pada makna
"kemakmuran" , "panjang umur", "keselamatan" , atau "kebahagiaan" dan
merupakan hidangan kesukaan para leluhur.

Kue-kue yang dihidangkan biasanya lebih manis daripada biasanya,
sebagai simbol harapan akan kehidupan yang lebih manis di tahun baru.
Dihidangkan pula kue lapis sebagai perlambang rejeki yang
berlapis-lapis, kue mangkok dan kue keranjang. Bubur sangat dihindari
sebagai hidangan di hari ini karena dianggap melambangkan kemiskinan.

Kedua belas hidangan itu lalu disusun di meja sembahyang yang bagian
depannya digantungi dengan kain khusus yang biasanya bergambar naga
berwarna merah. Pemilik rumah lalu berdoa memanggil para leluhurnya
untuk menyantap hidangan yang disuguhkan. Di malam tahun baru
orang-orang biasanya bersantap di rumah atau di restoran. Setelah
selesai makan malam mereka bergadang semalam suntuk dengan pintu rumah
dibuka lebar-lebar agar rejeki bisa masuk ke rumah dengan leluasa.

Tujuh hari sesudah Imlek dilakukan persembahyangan kepada Tuhan Yang
Mahaesa. Dan, lima belas hari sesudah Imlek dilakukan suatu perayaan
yang disebut dengan Capgomeh. Masyarakat keturunan Tionghoa di
Semarang merayakannya dengan menyuguhkan lontong Capgomeh yang terdiri
dari lontong, opor ayam, lodeh terung, telur pindang, sate abing, dan
sambal docang. Sementara di Jakarta, menunya adalah lontong, sayur
godog, telur pindang, dan bubuk kedelai.

Selamat tahun baru Imlek....!!!

Sincun Kionghie...! !!

Gong Xi Fa Chai...!!!

Keterangan : Disarikan dari berbagai sumber.
Life is about living...

Offline Yoko

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 351
  • Reputasi: 11
  • Gender: Male
Re: MENGENAL TAHUN BARU IMLEK
« Reply #1 on: 04 March 2009, 11:03:42 PM »
Postingan yang bagus dan bermanfaat... _/\_

Tapi belum dibaca ampe selesai...melihat ke bawahnya msh panjang jd dicicil az... ;D ;D
Dhamma always in my heart  ;D ;D  _/\_

Offline JackDaniel

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 824
  • Reputasi: 24
  • Gender: Male
Re: MENGENAL TAHUN BARU IMLEK
« Reply #2 on: 05 March 2009, 10:49:25 PM »
wowww... Happy Chinese New Year !!!!
"Karena pandangan yang salah orang bodoh menghina ajaran mulia, orang suci dan orang bijak. Ia akan menerima akibatnya yang buruk, seperti rumput kastha yang berbuah hanya untuk menghancurkan dirinya sendiri".

DHAMMAPADA, syair 164

 

anything