Menurut Pak Hud jalan mulia beruas 8 itu bisa membawa kebebasan tidak? (cuma nanya, jadi mau tahu gimana pandangan Pak Hud mengenai jalan beruas 8 )
Menurut hemat saya, kalau orang melekat pada Jalan Mulia Berunsur Delapan ia akan tetap terbelenggu.
Karena sesungguhnya tidak ada jalan ... tidak ada tujuan ... tidak ada pantai seberang.
Nibbana itu sendiri berarti padam.
Salam,
Hudoyo
Saya ulang, maaf.
Yang ditanya apa dan dijawab apa.
Kalau pembaca tidak kritis, Jawaban Pak Hud bisa ditelan sebagai,"
Jalan Mulia Berunsur Delapan tidak bisa membebaskan"
Cukup wajar Umat Buddha akan tersinggung dan bereaksi keras.
Coba dibalik, kalau ada yang bertanya,"Apakah MMD bisa membebaskan (membuat pikiran berhenti)?
Lalu dijawab,"Kalau orang MELEKAT pada--instruksi-- MMD, ia akan tetap terbelenggu."
Pernyataan itu benar, tapi bisa menyesatkan dan di luar konteks. Menurut saya, identik dengan jawaban Pak Hud.
Di kasus ini pointnya pada penambahan kata MELEKAT, yang sesungguhnya di luar konteks pertanyaan.
Nah, menurut hemat saya, tidak ada JALAN APA PUN bisa dipakai untuk mencapai pembebasan. ... Mengapa? ... Karena begitu orang berpikir tentang 'jalan' (apa pun), tentang 'latihan' (apa pun), si aku tidak mungkin diam! ...
Di sini point yang BISA menyesatkan adalah pada kata
Karena begitu orang berpikir
.
Karena begitu orang berpikir, ya SUDAH PASTI IA MUSTAHIL juga sedang BERADA DALAM SAMADHI, ATAU PIKIRAN BERHENTI, lah.
Entah ia penempuh Vipassana, MMD atau apapun.
Jadi masalahnya bukan pada JMB8 nya, tapi adanya kata kunci
Karena begitu orang berpikirVipassana salah satu unsur JMB8, seperti juga MMD adalah PENGAMATAN, PENYAKSIAN 4 khanda. Bukan BERPIKIR-PIKIR. Tapi buat pemula, apakah awalnya penempuh baik Vipassana ataupun MMD benar2 TIDAK BERPIKIR SAMA SEKALI? Tidak, kan? Di sela2 latihan sekedar mengamati, menyaksikan, penempuhnya kadang perlu berpikir juga. Dengar Ceramah lah, diskusilah, mengingat petunjuk pembimbing atau instruksi Pak Hud, dlsb.
***
Chyanmay Sayadaw bilang, orang yang sedang melatih Vipassana, adalah orang yang
sedang menempuh JMB8 secara komplit. Ketika retret Vipassana di vihara, kita kan juga melatih Sila dan Panna. Maksudnya, ketika kita retret Vipassana, kita juga sekaligus mengamalkan atau menjalankan SEMUA UNSUR/RUAS JMB8 itu.
Sedang BILA kita tidak sedang bervipassana, walaupun melatih, menjalankan unsur2 lainnya, kita tidak menjalankan JMB8 secara komplit.
OOT
Cuma pikiran monyet saya mencuat, ketika dijelaskan tentang BERMATA PENCAHARIAN YANG BENAR. bahwa kita hidup, makan maksudnya bukan dari hasil menipu atau mencuri atau bertentangan dengan sila. Pikiran saya kurang bisa menerima, karena saya makan bukan dari hasil bekerja sendiri, tapi dari DANA MAKANAN.
Apakah JMB8 itu? ... Itu adalah satu "jalan", suatu sistem latihan: sila, samadhi, panna. .
Bila dikaitkan dengan "Pathless land" nya K, menurut hemat saya, kita jangan terpaku pada istilah atau definisi saja.
Apakah kalau JMB8 dinamai
INSTRUKSI BERUAS DELAPAN, akan memberi makna atau efek yang berbeda?
Dengan memakai MMD sebagai acuan pembanding, di MMD boleh tidak memakai istilan JALAN, MARGA, METHODE, tapi toh ada
INSTRUKSI MMD. Ada petunjuknya.
Menurut saya, Kata2/ceramah JK, instruksi MMD, Kotbah Sang Buddha, JMB8 semuanya adalah TELUNJUK.
BILA, SELAMA penempuh Vipassana atau MMD MELEKAT atau BERPIKIR-pikir (di sini maknanya berpikir yang berpusat pada AKU), sudah pasti ia TIDAK BISA mencapai Nibbana atau berhentinya pikiran.
***
Kesimpulan saya,
Dalam retret Vipassana, JMB8 tentu bisa mengantarkan ke Nibbana atau pikiran berhenti.
Itu menurut pendapat saya, entah menurut Pak Hud dan rekan yang lain.
BILA pendapat saya keliru, saya mohon maaf, sekaligus mohon Pak Hud berkenan meluruskan, dimana kekeliruan pemikiran saya di atas.
BILA pendapat saya benar, semoga Pak Hud berkenan MEREVISI tulisan Bapak sehingga maknanya menjadi TEGAS dan LUGAS.
Terima kasih.
Seperti dua orang sahabat karib
yang duduk di satu forum diskusi
pada petang hari yang sejuk,
berbicara tentang berbagai telunjuk menuju pembebasan
secara terbuka tanpa keraguan dan kawatir.
Idealnya, angan-angan Kita, Kita bisa duduk berdiskusi atau berdialog sebagai SAHABAT SEPERJUANGAN dalam Dhamma. Dimana kita bisa berdialog, berdiskusi, secara terbuka tanpa keraguan dan kawatir. Karena bila sahabat kita salah ucap, salah mengutarakan maksud hatinya, ataupun telah melakukan kekilafan, tentu Kita siap memaafkan.
Kita tidak sedang jualan, memaksakan pendapat, kan?
Jadi mestinya kita bisa santai berdiskusi.