menurut saya ke-arahatan bisa dicapai tanpa 8 jalan utama,yaitu dg cara pencerahan yg bertumpu pd penembusan 12 sebab musabab saling bergantungan.
saya pernah mendengar bahwa dhamma adalah milik semua orang bukan milik buddhis saja,sehingga bisa saja nibana dicapai oleh mereka yg bukan buddhis sebagai pacceka buddha.
namun tentu saja nibana tidak bisa dicapai bg mereka yg mempercayai adanya tuhan karena kepercayaan ini bertentangan dg salah satu implikasi hukum paticca samupada yaitu tanpa pencipta.dan saya rasa masih banyak orang diluar buddhis yg tidak mengakui tuhan"dalam konsep samawi"seperti Agama Tao juga tidak mengakui adanya tuhan mutlak,tujuan mereka adalah mencapai keabadiaan.ajaran Tao juga cukup dalam.
saya rasa demikian adanya
jika ada kesalahan mohon dikoreksi terutama tentang TAO karena saya juga tidak paham betul.
Kalau bagi saya, melekati konsep Tuhan dan melekati konsep "Buddhisme adalah yang paling benar" sama saja. Intinya, hal-hal tersebut hanya menghalangi seseorang melihat kenyataan apa adanya.
Saya cenderung pada melihat pada hal-hal nyata yang wajar, bukan pada konsep macam "agama & kepercayaan seseorang" atau filosofi tingkat tinggi aneh2 yang merupakan faktor penentu seseorang bisa mencapai pembebasan. Berbeda dengan kesepakatan Buddhist pada umumnya yang memiliki kriterianya sendiri tentang pencapaian kesucian harus lewat JMB 8, harus tahu teori kamma, dlsb, saya lebih melihat bahwa pola pikir dan cara pandang seseorang yang cenderung melepaskan, bukan membelenggu; cenderung puas pada yang sedikit, bukan selalu minta lebih; cenderung mengerti, bukan masa bodoh; cenderung mengikis ego, bukan menyombongkan diri; cenderung pada pemadaman nafsu, bukan menyenangkan indriah berlebihan; maka itulah jalan yang kondusif bagi tercapainya pembebasan.
Kembali kepada fakta, saya melihat orang seperti itu baik di kalangan umat Buddhis, juga di kalangan umat non-Buddhis. Sebaliknya juga, saya melihat orang-orang yang jauh dari kriteria tersebut di kalangan umat Buddhis, juga di kalangan umat non-Buddhis. Oleh sebab itu, saya katakan bahwa kepercayaan seseorang bukanlah yang utama.
Saya memiliki pandangan berbeda dengan Pak Hudoyo. Saya tidak menganut pandangannya, dan juga bukan praktisi MMD.
Tetapi walaupun demikian, ada banyak juga hal-hal di mana saya sepaham, bahkan lebih setuju dibandingkan dengan mayoritas kepercayaan umat Buddha.