//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: Kepala Botax  (Read 11077 times)

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Offline Adhitthana

  • Sebelumnya: Virya
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.508
  • Reputasi: 239
  • Gender: Male
Re: Kepala Botax
« Reply #30 on: 01 January 2011, 11:49:29 PM »
setelah memotong rambutNya dengan pedang pada saat awal meninggalkan istananya dan memulai pertapaanNya, rambut Beliau tidak pernah bertambah panjang lagi, oleh karena itu Sang Buddha tidak perlu mencukur rambutNya hingga akhir hidupNya
Kasih lukisan dan keterangan  ;D  ....

MENYEBERANGI SUNGAI ANOMA DAN MENCUKUR RAMBUT


Setelah mencapai tepi Sungai Anomà, Bodhisatta mulia mengistirahatkan kuda-Nya di tepi sungai dan bertanya kepada Channa, “Apa nama sungai ini?” Ketika dijawab oleh Channa bahwa sungai tersebut adalah Sungai Anomà, Bodhisatta menganggap itu adalah pertanda baik, dan berkata, “Pertapaan-Ku tidak akan gagal, bahkan sebaliknya akan memiliki kualitas yang baik,” (karena anomà artinya ‘bukan sesuatu yang rendah’). Kemudian menepuk Kanthaka dengan tumit-Nya untuk memberikan aba-aba kepadanya untuk menyeberangi sungai, dan Kanthaka melompat ke sisi seberang sungai yang lebarnya delapan usabha dan berdiri di sana.


Setelah turun dari punggung kuda, dan berdiri di atas pasir di tepi sungai, Bodhisatta menyuruh Channa, “Channa sahabat-Ku, bawalah kuda Kanthaka bersama dengan semua perhiasan-Ku pulang. Aku akan menjadi petapa.” Ketika Channa mengatakan bahwa ia juga ingin melakukan hal yang sama, Bodhisatta melarangnya sampai tiga kali dengan mengatakan, “Engkau tidak boleh menjadi petapa. Channa sahabat-Ku, pulanglah ke kota.” Dan Ia menyerahkan Kanthaka dan semua perhiasan-Nya kepada Channa.

Setelah itu, dengan mempertimbangkan, “Rambut-Ku ini tidak cocok untuk seorang petapa; Aku akan memotongnya dengan pedang-Ku.” Bodhisatta, dengan pedang di tangan kanan-Nya memotong rambut-Nya dan mencengkeramnya bersama mahkota-Nya dengan tangan kiri-Nya. Rambut-Nya yang tersisa sepanjang dua jari mengeriting ke arah kanan dan menempel di kulit kepala-Nya. Sisa rambut itu tetap sepanjang dua jari hingga akhir hidup-Nya meskipun tidak pernah dipotong lagi. Janggut dan cambang-Nya juga tetap ada seumur hidup-Nya dengan panjang yang cukup untuk terlihat indah seperti rambut-Nya. Bodhisatta tidak perlu mencukur-Nya lagi.

  Aku akan mengalami Usia tua, aku akan menderita penyakit, aku akan mengalami kematian. Segala yang ku Cintai, ku miliki, dan ku senangi akan Berubah dan terpisah dariku ....

Offline seniya

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.469
  • Reputasi: 169
  • Gender: Male
  • Om muni muni mahamuni sakyamuni svaha
Re: Kepala Botax
« Reply #31 on: 02 January 2011, 09:20:04 AM »
Ralat: Pada post sebelumnya saya mengatakan:

Quote
Kemudian dalam Nikaya yang sama (Subha Sutta) dikisahkan bahwa brahmana Sangarava menghina Sang Buddha sebagai "pertapa gundul" setelah mendengar seorang wanita brahmana yang berkeyakinan dalam Buddha, Dhamma, Sangha memuji Sang Bhagava:

Seharusnya bukan Subha Sutta (Majjhima Nikaya 99) melainkan Sangarava Sutta (Majjhima Nikaya 100).

Terdapat bukti lain juga bahwa Buddha Kassapa, Samma Sambuddha sebelum Buddha Gotama, juga berkepala botak. Dalam Ghatikara Sutta dikisahkan bahwa ketika Ghatikara mengajak Jotipala yang tak lain adalah Bodhisatta Gotama pada kehidupan lampau, menemui Buddha Kassapa, Jotipala menghina Buddha Kassapa dengan menyebutnya "pertapa berkepala gundul":

Maka si pernbuat tembikar Ghatikara menarik sabuk siswa brahmana Jotipala dan berkata: ‘Sahabatku Jotipala, di sanalah vihara Yang Terberkahi Kassapa -yang telah mantap dan sepenuhnya tercerahkan, tempatnya cukup dekat. Marilah kita pergi dan menemui Yang Terberkahi Kassapa -yang telah mantap dan sepenuhnya tercerahkan. Saya berpendapat bahwa sungguh baik menemui Yang Terberkahi -yang telah mantap dan sepenuhnya tercerahkan.’ Siswa brahmana Jotipala pun melepaskan sabuknya dan berkata: ‘Cukup, sahabatku Ghatikara, apakah gunanya menemui petapa berkepala-gundul itu?

 [at] adhitthana:

Thx juga atas kisah pemotongan rambut Siddhattha Gotama dalam bahasa Indonesia di atas (yang tak lain diambil dari Nidanakatha dan kitab komentar lainnya)
"Holmes once said not to allow your judgement to be biased by personal qualities, and emotional qualities are antagonistic to clear reasoning."
~ Shinichi Kudo a.k.a Conan Edogawa

Offline morpheus

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.750
  • Reputasi: 110
  • Ragu pangkal cerah!
Re: Kepala Botax
« Reply #32 on: 05 January 2011, 04:50:12 PM »
Kemungkinan gambaran Sang Buddha memiliki rambut berasal dari tradisi yang muncul kemudian, seperti yang terdapat dalam salah satu ciri manusia agung (Mahapurisa lakkhana) bahwa rambutnya menggulung ke arah kanan, yang juga terdapat dalam Lakkhana Sutta dari Digha Nikaya.
jadi maksud anda lakkhana sutta itu tambahan belakangan ataukah ada penafsiran lain?
* I'm trying to free your mind, Neo. But I can only show you the door. You're the one that has to walk through it
* Neo, sooner or later you're going to realize just as I did that there's a difference between knowing the path and walking the path

Offline seniya

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.469
  • Reputasi: 169
  • Gender: Male
  • Om muni muni mahamuni sakyamuni svaha
Re: Kepala Botax
« Reply #33 on: 10 April 2011, 08:23:42 PM »
jadi maksud anda lakkhana sutta itu tambahan belakangan ataukah ada penafsiran lain?


Maaf, terlambat merespon pertanyaan ini, krn saya baru tahu ada reply dr Anda....

Menurut Maurice Walshe dlm terjemahan Digha Nikaya-nya (yg diterjemahkan oleh DC Press ke bhs Indonesia):

Quote
[Lakkhana] Sutta ini sepertinya adalah yang paling tidak menarik dan tidak memberikan pelajaran dari keseluruhan Nikàya. Namun, jika dipertimbangkan dengan benar, ada bagian yang menarik, pertama, sebagai contoh atas bentuk-bentuk propaganda Buddhis yang mungkin kadang-kadang harus diterima, dan juga dari sudut pandang simbolisasi, seperti beberapa tanda yang tergambar pada patung atau lukisan Buddha: patung Buddha besar dalam posisi berbaring di Wat Pho di Bangkok adalah contohnya. RD (Rhys Davis) menuliskan pendahuluan yang panjang, menjelaskan kemungkinan asal-usul dari tanda-tanda ini, yang jelas penting dalam pikiran para Brahmana berpengaruh pada masa Sang Buddha (baca, misalnya DN 3). Akan tetapi, tradisi Brahmana belakangan hanya melestarikan sangat sedikit tentang hal ini. Tentu saja, banyak tanda itu adalah tidak jelas dan bahkan sulit dibedakan. Namun demikian, ada banyak pengaruh dari tanda-tanda ini dalam tulisan-tulisan Buddhis (dan, seperti yang diperhatikan, dalam lukisan atau patung). Dan bahkan ada ‘delapan puluh tanda kecil’ disebutkan selain tiga-puluh-dua tanda besar yang diuraikan di sini. Kedua daftar ini, besar dan kecil, terdapat dalam Dharma-Samgraha (edisi Kenjiu Kasawara dan F. Max Muller, rep. Delhi 1981), dengan saksama dibandingkan dengan Sutta ini dan sumber lainnya. RD mengatakan bahwa, ‘banyak dari tanda-tanda itu adalah mustahil, dianggap sebagai tanda-tanda manusia mana pun, bahwa hal itu mungkin berlatar belakang mitos, dan tiga atau empat sepertinya berlatar belakang matahari.’ Ia menambahkan bahwa, ‘Suttanta kita sepertinya adalah suatu ironi penting dalam hal perbedaan antara kejanggalan tanda-tanda itu dan keindahan kualitas-kualitas etis yang dimaksudkan.’ Tetapi harus ditambahkan bahwa, bagaimanapun janggalnya sehubungan dengan rincian itu, tanda-tanda itu dimaksudkan untuk menunjukkan hubungan antara perbuatan dan akibat kamma, dan hal ini telah digunakan secara pedagogis untuk menanamkan pelajaran ini. Para terpelajar setuju akan fakta yang cukup jelas bahwa ini adalah naskah terakhir dari Nikàya, dan ini bahkan tersirat dalam Komentar. Syair-syair, yang dianggap berasal dari Ananda, menunjukkan berbagai jenis irama, tetapi semuanya berasal dari jenis-jenis belakangan. Mungkin seseorang mencoba untuk memberikan suatu sentuhan keagungan pada materi yang tidak menarik ini.

Sumber: Catatan Kaki no. 924 dalam Digha Nikaya: Kotbah-Kotbah Panjang Sang Buddha

Tanpa bermaksud merendahkan ke-32 ciri manusia agung ini, saya cenderung lebih menerima semuanya hanyalah simbolisasi keagungan seorang Samma Sambuddha akibat perbuatan mulia-Nya di masa lampau, seperti yg dijelaskan dalam Lakkhana Sutta itu sendiri....

"Holmes once said not to allow your judgement to be biased by personal qualities, and emotional qualities are antagonistic to clear reasoning."
~ Shinichi Kudo a.k.a Conan Edogawa

Offline wang ai lie

  • Sebelumnya: anggia.gunawan
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.204
  • Reputasi: 72
  • Gender: Male
  • Terpujilah Sang Bhagava,Guru para Dewa dan Manusia
Re: Kepala Botax
« Reply #34 on: 10 April 2011, 10:07:11 PM »
sesungguhnya bahkan tidak ada satu pun bhikkhu yg berkepala botaX, tapi menurut aturan untuk menjadi bhikkhu memang harus botaK.

 :)) :)) :)) :))
Namo Mahakarunikaya Avalokitesvaraya, Semoga dengan cepat saya mengetahui semua ajaran Dharma,berada dalam perahu Prajna,mencapai Sila, Samadhi, dan Prajna,berada dalam kediaman tanpa perbuatan,bersatu dengan Tubuh Agung Dharma

Offline morpheus

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.750
  • Reputasi: 110
  • Ragu pangkal cerah!
Re: Kepala Botax
« Reply #35 on: 11 April 2011, 09:43:38 AM »
Tanpa bermaksud merendahkan ke-32 ciri manusia agung ini, saya cenderung lebih menerima semuanya hanyalah simbolisasi keagungan seorang Samma Sambuddha akibat perbuatan mulia-Nya di masa lampau, seperti yg dijelaskan dalam Lakkhana Sutta itu sendiri....
second that. kamsia om...
* I'm trying to free your mind, Neo. But I can only show you the door. You're the one that has to walk through it
* Neo, sooner or later you're going to realize just as I did that there's a difference between knowing the path and walking the path

 

anything