Selain bangsa Cina, bangsa India juga menunjukkan apresiasi yang sangat mendalam terhadap masalah seks ini. Kultur India yang kaya dan eksotis banyak dipengaruhi oleh ajaran Hindu dan Buddha. Namun, terdapat perbedaan besar antara dua aliran pemikiran besar ini. Hinduisme, bersama dengan ajaran Tantra, menganut konsep senggama merupakan jalan spiritual yang mengandung makna penyatuan dua unsur berbeda di alam maupun di tubuh manusia mampu membawa kita menuju ke jalan kesempurnaan. Senggama menggambarkan suatu proses hubungan timbal balik dan keharmonisan yang mewarnai tiap interaksi ideal yang terjadi di alam semesta ini. Menurut ajaran Hindu, senggama ini tidak hanya dalam bentuk hubungan seksual fisik, tapi juga senggama dalam arti luas, yaitu interaksi keseharian dengan objek di sekitar kita baik dalam bahasa fisik maupun spiritual. Kesempurnaan akan tercapai apabila kita mampu mengatur interaksi tersebut dalam irama keharmonisan. Kegiatan yang juga disebut “bersenggama dengan alam” tersebut dapat kita lihat dalam keseharian kita berupa hubungan suami-istri, komunikasi dan hubungan sosial antar individu, dan sembahyang, yang melambangkan senggama spiritual antara jiwa atau atma dengan Brahman, dan antara tubuh dengan alam semesta.
Bangsa India juga meninggalkan catatan tertulis untuk urusan senggama ini yang kita kenal dengan teks “Kama Sutra” yang berisi ajaran tentang seni hidup atau bagaimana cara mengolah nafsu dan kesadaran kenikmatan duniawi kita dalam menjalani hidup ini. Dalam Kamasutra, bangsa India kuno digambarkan sangat menaruh perhatian terhadap objek-objek kesenangan indera seperti bau-bauan, warna, musik, sentuhan, makanan dan minuman. Hal ini dapat kita lihat dari 64 seni dalam teks Kama Sutra yang sangat menekankan kemampuan seni seperti bermain musik, menyanyi, menari, dan tato sampai seni pedang dan memanah. “Kama” sendiri berarti nafsu atau kesadaran akan kenikmatan yang timbul melalui interaksi/ kontak objek dan organ pengindera kita yang meliputi pendengaran, penglihatan, perasa, pembau, pengecap, yang diolah oleh kesadaran pikiran kita; sedangkan “sutra” berarti tuntunan kebijaksanaan.
Menurut filosofi Kamasutra, pada intinya hidup adalah pemenuhan kebutuhan terhadap tiga kegiatan utama yang terdiri dari mempertahankan eksistensi, reproduksi, dan menjalankan peraturan tata susila dan etika. Dari ketiganya, kegiatan seks dan mempertahankan hidup (survival) dianggap kekuatan fundamental yang mendorong keberlanjutan eksistensi makhluk hidup.