//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: Re: Mega Projek: Strange Questions, Weird Answers -> Stetelah Parinibbana  (Read 38573 times)

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Offline fabian c

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.095
  • Reputasi: 128
  • Gender: Male
  • 2 akibat pandangan salah: neraka atau rahim hewan
Teman-teman sekalian mau nimbrung ya?

Sang Buddha tidak membahas Nibbana dari sisi ada atau tidak ada.
Sang Buddha menggambarkan Nibbana dari sisi sebab dan akibat.
Keadaan yang kita alami adalah timbul dari sebab-sebab.
Berhentinya sebab-sebab itulah yang disebut Nibbana.

Pernyataan ini sejalan dengan yang dikatakan dalam salah satu sutta (saya lupa dimana),
Sang Buddha menjelaskan yang tidak tepat mengenai Parinibbana:
Sang Tathagata ada setelah Parinibbana.
Sang Tathagata tidak ada setelah Parinibbana,
Sang Tathagata ada dan tidak ada setelah Parinibbana
Ini tidak cocok karena ini adalah pandangan eksistensialis.

Keadaan yang paling tepat digambarkan oleh Sang Buddha mengenai Parinibbana adalah berhentinya kondisi-kondisi atau fenomena-fenomena. Sesuai dengan khotbah Y.A. Assaji kepada Upatissa (belakangan dikenal sebagai Y.A. Sariputta).

Semoga keterangan ini membantu.

Mettacittena,
Tiga hal ini, O para bhikkhu dilakukan secara rahasia, bukan secara terbuka.
Bercinta dengan wanita, mantra para Brahmana dan pandangan salah.

Tiga hal ini, O para Bhikkhu, bersinar secara terbuka, bukan secara rahasia.
Lingkaran rembulan, lingkaran matahari serta Dhamma dan Vinaya Sang Tathagata

Offline fabian c

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.095
  • Reputasi: 128
  • Gender: Male
  • 2 akibat pandangan salah: neraka atau rahim hewan
Teman-teman sekalian mau nimbrung ya?

Sang Buddha tidak membahas Nibbana dari sisi ada atau tidak ada.
Sang Buddha menggambarkan Nibbana dari sisi sebab dan akibat.
Keadaan yang kita alami adalah timbul dari sebab-sebab.
Berhentinya sebab-sebab itulah yang disebut Nibbana.

Pernyataan ini sejalan dengan yang dikatakan dalam salah satu sutta (saya lupa dimana),
Sang Buddha menjelaskan yang tidak tepat mengenai Parinibbana:
Sang Tathagata ada setelah Parinibbana.
Sang Tathagata tidak ada setelah Parinibbana,
Sang Tathagata ada dan tidak ada setelah Parinibbana
Ini tidak cocok karena ini adalah pandangan eksistensialis.


Keadaan yang paling tepat digambarkan oleh Sang Buddha mengenai Parinibbana adalah berhentinya kondisi-kondisi atau fenomena-fenomena. Sesuai dengan khotbah Y.A. Assaji kepada Upatissa (belakangan dikenal sebagai Y.A. Sariputta).

Semoga keterangan ini membantu.

Mettacittena,

Teman-teman yang baik,

Agar jangan salah pengertian: Sang Buddha tidak menyetujui pendapat yang mengatakan: Sang Tathagata ada setelah Parinibbana, Sang Tathagata tidak ada setelah Parinibbana, Sang tathagata ada dan tidak ada setelah Parinibbana.

metacittena,
Tiga hal ini, O para bhikkhu dilakukan secara rahasia, bukan secara terbuka.
Bercinta dengan wanita, mantra para Brahmana dan pandangan salah.

Tiga hal ini, O para Bhikkhu, bersinar secara terbuka, bukan secara rahasia.
Lingkaran rembulan, lingkaran matahari serta Dhamma dan Vinaya Sang Tathagata

Offline marcedes

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.528
  • Reputasi: 70
  • Gender: Male
  • May All Being Happinesssssssss
Pertapa Vacchagotta bertanya,"Tetapi, Gotama di manakah bhikkhu yang batinnya bebas bertumimbal lahir?"

Sang Buddha menjawab, "Vaccha, untuk mengatakan bahwa ia bertumimbal lahir dalam kasus ini tidaklah tepat."

"Lalu, Gotama, ia tidak bertumimbal lahir."

"Vaccha, untuk mengatakan bahwa ia tidak bertumimbal lahir dalam kasus ini tidaklah tepat."

"Lalu, Gotama, ia bertumimbal lahir dan tidak bertumimbal lahir."

"Vaccha, untuk mengatakan bahwa ia bertumimbal lahir dan tidak bertumimbal lahir dalam kasus ini tidaklah tepat."

"Lalu, Gotama, ia tiada bertumimbal lahir dan tidak tak bertumimbal lahir."

"Vaccha, untuk mengatakan bahwa ia tiada bertumimbal lahir dan tidak tak bertumimbal lahir dalam kasus ini tidaklah tepat."

Vaccha gagal memikirkan hal itu, kemudian Sang Buddha memberikan umpan balik kepada Vaccha sebagai berikut:

"Apa yang kau pikir, Vaccha? Andaikan api menyala di hadapanmu? Apakah kamu tahu bahwa api menyala di hadapanmu?

"Gotama, jika api menyala di hadapanku, aku akan tahu bahwa api menyala di hadapanku."

"Tetapi andaikan, Vaccha, seseorang menanyaimu, `Bergantung pada apakah api yang menyala di hadapanmu?' Apakah jawabanmu Vaccha?"

"Aku akan menjawab, O Gotama, `Ia bergantung pada bahan bakar rumput, dan kayu api yang menyala di hadapanku ini."

"Tetapi, Vaccha, jika api di hadapanmu padam, apakah kamu tahu bahwa api di hadapanmu itu padam?"

"Gotama, jika api di hadapanku padam, aku akan tahu bahwa api di hadapanku padam."

"Tetapi, Vaccha, jika seseorang bertanya kepadamu, `ke arah manakah api itu pergi, Timur atau Barat, Utara atau Selatan?' Apakah yang akan kau katakan, Vaccha?"

"Pertanyaan ini tidak sesuai dengan kasusnya, Gotama, karena api bergantung pada bahan bakar rumput dan kayu, dan jika semua bahan bakar habis, dan ia tidak dapat yang lain, jadi tanpa bahan, ia dikatakan padam."

"Tepat sama, Vaccha, semua bentuk, sentuhan, pemahaman, kegiatan batin, kesadaran telah ditinggalkan, dicabut, dibuat seperti tonggak palmira, menjadi padam, dan tidak dapat bersemi pada waktu yang akan datang."

"Para makhluk suci, Oh Vaccha yang sudah bebas dari apa yang disebut lima perpaduan, adalah dalam, tak terukur bagaikan samudera luas. Untuk mengatakan bahwa ia bertumimbal lahir, tidak sesuai dengan kasusnya. Untuk mengatakan ia tidak bertumimbal lahir, dan tidak tak bertumimbal lahir, tidak sesuai dengan kasusnya."
Ada penderitaan,tetapi tidak ada yang menderita
Ada jalan tetapi tidak ada yang menempuhnya
Ada Nibbana tetapi tidak ada yang mencapainya.

TALK LESS DO MOREEEEEE !!!

Offline ika_polim

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 323
  • Reputasi: -16
Teman-teman sekalian mau nimbrung ya?

Sang Buddha tidak membahas Nibbana dari sisi ada atau tidak ada.
Sang Buddha menggambarkan Nibbana dari sisi sebab dan akibat.
Keadaan yang kita alami adalah timbul dari sebab-sebab.
Berhentinya sebab-sebab itulah yang disebut Nibbana.

Pernyataan ini sejalan dengan yang dikatakan dalam salah satu sutta (saya lupa dimana),
Sang Buddha menjelaskan yang tidak tepat mengenai Parinibbana:
Sang Tathagata ada setelah Parinibbana.
Sang Tathagata tidak ada setelah Parinibbana,
Sang Tathagata ada dan tidak ada setelah Parinibbana
Ini tidak cocok karena ini adalah pandangan eksistensialis.


Keadaan yang paling tepat digambarkan oleh Sang Buddha mengenai Parinibbana adalah berhentinya kondisi-kondisi atau fenomena-fenomena. Sesuai dengan khotbah Y.A. Assaji kepada Upatissa (belakangan dikenal sebagai Y.A. Sariputta).

Semoga keterangan ini membantu.

Mettacittena,

Teman-teman yang baik,

Agar jangan salah pengertian: Sang Buddha tidak menyetujui pendapat yang mengatakan: Sang Tathagata ada setelah Parinibbana, Sang Tathagata tidak ada setelah Parinibbana, Sang tathagata ada dan tidak ada setelah Parinibbana.

metacittena,


jadi apa jwb mu jika ada pertanyaan adakah sang Buddha stelh Parinibbana?

ika./

Offline merlyna

  • Bukan Tamu
  • *
  • Posts: 39
  • Reputasi: 6
Teman-teman sekalian mau nimbrung ya?

Sang Buddha tidak membahas Nibbana dari sisi ada atau tidak ada.
Sang Buddha menggambarkan Nibbana dari sisi sebab dan akibat.
Keadaan yang kita alami adalah timbul dari sebab-sebab.
Berhentinya sebab-sebab itulah yang disebut Nibbana.

Pernyataan ini sejalan dengan yang dikatakan dalam salah satu sutta (saya lupa dimana),
Sang Buddha menjelaskan yang tidak tepat mengenai Parinibbana:
Sang Tathagata ada setelah Parinibbana.
Sang Tathagata tidak ada setelah Parinibbana,
Sang Tathagata ada dan tidak ada setelah Parinibbana
Ini tidak cocok karena ini adalah pandangan eksistensialis.


Keadaan yang paling tepat digambarkan oleh Sang Buddha mengenai Parinibbana adalah berhentinya kondisi-kondisi atau fenomena-fenomena. Sesuai dengan khotbah Y.A. Assaji kepada Upatissa (belakangan dikenal sebagai Y.A. Sariputta).

Semoga keterangan ini membantu.

Mettacittena,

Teman-teman yang baik,

Agar jangan salah pengertian: Sang Buddha tidak menyetujui pendapat yang mengatakan: Sang Tathagata ada setelah Parinibbana, Sang Tathagata tidak ada setelah Parinibbana, Sang tathagata ada dan tidak ada setelah Parinibbana.

metacittena,


jadi apa jwb mu jika ada pertanyaan adakah sang Buddha stelh Parinibbana?

ika./

Sdr. Ika, umat Buddha tidak akan mempertanyakan (apalagi ,menjawab) mengenai apakah Sang Buddha ada atau tidak ada setelah Parinibbana. pertanyaan dan jawaban ini adalah untuk anda

Offline ika_polim

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 323
  • Reputasi: -16
Teman-teman sekalian mau nimbrung ya?

Sang Buddha tidak membahas Nibbana dari sisi ada atau tidak ada.
Sang Buddha menggambarkan Nibbana dari sisi sebab dan akibat.
Keadaan yang kita alami adalah timbul dari sebab-sebab.
Berhentinya sebab-sebab itulah yang disebut Nibbana.

Pernyataan ini sejalan dengan yang dikatakan dalam salah satu sutta (saya lupa dimana),
Sang Buddha menjelaskan yang tidak tepat mengenai Parinibbana:
Sang Tathagata ada setelah Parinibbana.
Sang Tathagata tidak ada setelah Parinibbana,
Sang Tathagata ada dan tidak ada setelah Parinibbana
Ini tidak cocok karena ini adalah pandangan eksistensialis.


Keadaan yang paling tepat digambarkan oleh Sang Buddha mengenai Parinibbana adalah berhentinya kondisi-kondisi atau fenomena-fenomena. Sesuai dengan khotbah Y.A. Assaji kepada Upatissa (belakangan dikenal sebagai Y.A. Sariputta).

Semoga keterangan ini membantu.

Mettacittena,

Teman-teman yang baik,

Agar jangan salah pengertian: Sang Buddha tidak menyetujui pendapat yang mengatakan: Sang Tathagata ada setelah Parinibbana, Sang Tathagata tidak ada setelah Parinibbana, Sang tathagata ada dan tidak ada setelah Parinibbana.

metacittena,


jadi apa jwb mu jika ada pertanyaan adakah sang Buddha stelh Parinibbana?

ika./

Sdr. Ika, umat Buddha tidak akan mempertanyakan (apalagi ,menjawab) mengenai apakah Sang Buddha ada atau tidak ada setelah Parinibbana. pertanyaan dan jawaban ini adalah untuk anda


persiapkanlah utk suatu hal yang terburuk disamping yang terbaik!

ika.

Offline lucky

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 230
  • Reputasi: -7
Bagaimana mungkin sesuatu yang tidak berawal bisa berakhir ?


Offline lucky

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 230
  • Reputasi: -7
Bagaimana mungkin sesuatu yang tidak berawal bisa berakhir ?



Terus terang inilah yang mengganggu pikiran saya..... selama ini saya belum menemukan jawaban yang pasti....
dulu saya kira masuk agama Buddha banyak yang sesuai kenyataan dan bisa diterima akal sehat,

Namun tetap saja saya bertanya tanya seperti saat dulu saya di agama sebelumnya....

dan tak jarang di agama Buddha pun banyak yang tidak memberi jawaban dengan menampilkan kesabaran dan kebijaksanaan ajaran Buddha sendiri... bahkan saya pernah dihujat bila saya tidak yakin sepenuhnya pada semua dalam Tripitaka dan bila saya terus bertanya, maka saya tidak ubahnya dengan orang berpandangans sesat...

Namun, bila dinyatakan adalah pandangan orang tertentu adalah pandangan benar, apa buktinya ???

kenapa pandangan benar bisa membuat orang menjadi emosional dan kadang gaya bicaranya n gga enak, suka mencibir yg baru belajar dan suka mencibir agama lain...

saat ini... saya merasakan bahwa agama manapun sama saja,,,,, justru awal dari tujuan sebuah agama sudah tiada lagi, agama hanya alat pengkotak kotak.... sekarang banyak yang menjadikan agama hanya merupakan bibit kebencian....

agama hanyalah alat pemuas ego kesombongan diri, dengan dalih meninggikan pujaan dan agamanya, seseorang memuaskan egonya....
« Last Edit: 02 May 2009, 12:01:47 PM by lucky »

Offline hatRed

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 7.400
  • Reputasi: 138
  • step at the right place to be light
setuju......... **

lalu yayang lucky..... saat ini apa yg akan anda "lakukan"?



** bila mereka mempunyai pandangan salah......
i'm just a mammal with troubled soul



Offline lucky

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 230
  • Reputasi: -7
setuju.........

lalu y*y*n*(censored) lucky..... saat ini apa yg akan anda "lakukan"?

waduh kk jangan mengeluarkan kata kata yg menakutkan... he he...

yang saya lakukan untuk apa ???
kalau untuk agama, saya saat ini hanya merasa terpukul.....saya merasa saat ini agama cuma kedok, agama itu juga senjata perang... dari yang dalam ayatnya ada perintah perang, sampai yang katanya kedamaian,,,,, dimana mana tempat ibadah , sekte dan lain sebagainya, yang ada cuma cekcok

kata kata damai dan bahagia hanya bunga bunga mimpi

tanpa sadar manusia menggunakan pujaaanya atau misal Buddha untuk memuaskan egonya sendiri

dengan mengaku sebagai siswa Buddha , seseorang tanpa sadar telah menginjak injak Buddha lebih kejam daripada orang berkeyakinan lain yang tidak menerima Buddha.
Dengan tingkah laku dan emosi serta batin yang tanpa kendali, seseorang meludahi Buddha dengan mengatakan bahwa dia siswa Buddha dan sedang memperjuangkan ajaran Buddha yang paling benar....

dimana mana mengaku yang paling benar

dimana mana cek ccok

dimana mana saling jegal

umat Buddha sedang duduk di atas kepala Buddha dan mempermainkannya

Offline hatRed

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 7.400
  • Reputasi: 138
  • step at the right place to be light
kepada Lucy Yth,

   Dengan hormat, _/\_

Memang pada kenyataannya kita semua adalah manusia biasa yg pasti terjerembab dalam kotornya lobha, dosa, dan moha. namun seyogyanya mereka secara bertahap walau merangkak seharusnya mendekatkan diri pada keadaan yg mendukung mereka pada terkikisnya Lobha, Dosa, dan Moha.

Maka itu kita harus menjaga sila kita. itu saja langkah pertama yg seharusnya dimantapkan oleh kita manusia.


nb : meggy z mode on :

Tidak semua manusia.............
seperti itu........

contohnya aqyu..........
i'm just a mammal with troubled soul



Offline hatRed

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 7.400
  • Reputasi: 138
  • step at the right place to be light
jangan karena mereka membencimu maka enkau menjawab dengan kebencian......


vathena mode on...

where there is a hatred, let us sow love
i'm just a mammal with troubled soul



Offline lucky

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 230
  • Reputasi: -7
jangan karena mereka membencimu maka enkau menjawab dengan kebencian......


vathena mode on...

where there is a hatred, let us sow love

nggak.... saya ngga benci, karena itu merugikan diri sendiri

mencelakai diri sendiri dengan kebencian

dengan kebencian kita tidak bisa menikmati hidup

kebencian membuat orang jadi pecundang

kelakuan yang diperbuat kita berdasar kebencian, hanya membuat kita nampak bodoh dan menggelikan

saya ingin terlihat rupawan dan menyenagkan bagi banyak orang terus memiliki batin yang indah dan damai, makanya saya denagn sukarela menghindari kebencian he he he

***

saya hanya kecewa... yah benar kata kk.... di dunia tidak ada yang memuaskan....

bisa dibilang saya sedih melihat kondisi agama agama terutama agama Buddha....

***

btw... apaan sih kk mode on mode on, saya ngga paham

Offline hatRed

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 7.400
  • Reputasi: 138
  • step at the right place to be light
kecewa adalah wajar bagi manusia.........

dan juga kecewa adalah penyakit juga bagi manusia.......

penyakit ini tidak datang dengan sendirinya.....

kita bisa kecewa karena batin kita tidak terlatih dengan baik sebelumnya, maka itu saat kita dihadapkan pada kondisi yg tidak memuaskan maka menimbulkan kekecewaan.......

begitu juga dengan sedih........



merubah keaadan lingkungan agar tidak sekalipun menimbulkan kekecewaan ataupun kesedihan bagi kita sangatlah sulit dan tidak mungkin......

maka itu lebih baik latihlah diri ini agar kuat menghadapi kekecewaan dan kesedihan....



mode on itu maksudnya lagi pake gaya orang :P
« Last Edit: 02 May 2009, 12:33:47 PM by hatRed »
i'm just a mammal with troubled soul



Offline lykim176

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 236
  • Reputasi: 7
  • Gender: Male
Bagaimana mungkin sesuatu yang tidak berawal bisa berakhir ?


Sang Buddha memberikan penjelasan tentang sebab pertama dalam Dalam Samyutta Nikaya II, 178-193 dijelaskan bahwa:

"Tidak dapat dipikirkan akhir roda tumimbal lahir; tidak dapat dipikirkan asal mula makhluk-makhluk yang karena diliputi oleh ketidaktahuan(avijja) dan terbelenggu oleh keinginan rendah (tanha) mengembara kesana kemari."

saya tidak tahu apakah terjemahannya sudah tepat, apakah benar "tidak dapat dipikirkan" atau "sungguh sulit" namun yang pasti saya yakin bila ingin mengetahuinya kita harus mengikis habis Avijja dan Tanha terlebih dahulu.
Dunia tidak runtuh dari langit

 

anything