//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: Mengembangkan MORALITAS/SILA tanpa MELEKATINYA sebagai TUJUAN[ASK]  (Read 13752 times)

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Offline Riky_dave

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.229
  • Reputasi: -14
  • Gender: Male
Menurut Rekan-Rekan,bagaimana caranya mengembangkan MORALITAS/SILA tanpa MELEKATINYA sebagai TUJUAN?
Langkah pertama adalah langkah yg terakhir...

Offline hendrako

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.244
  • Reputasi: 60
  • Gender: Male
Re: Mengembangkan MORALITAS/SILA tanpa MELEKATINYA sebagai TUJUAN[ASK]
« Reply #1 on: 22 June 2010, 01:09:17 PM »
Menurut Rekan-Rekan,bagaimana caranya mengembangkan MORALITAS/SILA tanpa MELEKATINYA sebagai TUJUAN?

Lekatilah sebagai JALAN.
yaa... gitu deh

Offline tesla

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.426
  • Reputasi: 125
  • Gender: Male
  • bukan di surga atau neraka, hanya di sini
Re: Mengembangkan MORALITAS/SILA tanpa MELEKATINYA sebagai TUJUAN[ASK]
« Reply #2 on: 22 June 2010, 01:11:02 PM »
Menurut Rekan-Rekan,bagaimana caranya mengembangkan MORALITAS/SILA tanpa MELEKATINYA sebagai TUJUAN?

sama seperti halnya ketika gelap, kita menggunakan senter utk menerangi, dan ketika sudah terang, kita mematikan & meletakkan senter tsb.
Lepaskan keserakahan akan kesenangan. Lihatlah bahwa melepaskan dunia adalah kedamaian. Tidak ada sesuatu pun yang perlu kau raup, dan tidak ada satu pun yang perlu kau dorong pergi. ~ Buddha ~

Offline Riky_dave

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.229
  • Reputasi: -14
  • Gender: Male
Re: Mengembangkan MORALITAS/SILA tanpa MELEKATINYA sebagai TUJUAN[ASK]
« Reply #3 on: 22 June 2010, 02:37:14 PM »
Menurut Rekan-Rekan,bagaimana caranya mengembangkan MORALITAS/SILA tanpa MELEKATINYA sebagai TUJUAN?


Lekatilah sebagai JALAN.

Bagaimana Anda melekatinya sebagai "jalan"?
Langkah pertama adalah langkah yg terakhir...

Offline Riky_dave

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.229
  • Reputasi: -14
  • Gender: Male
Re: Mengembangkan MORALITAS/SILA tanpa MELEKATINYA sebagai TUJUAN[ASK]
« Reply #4 on: 22 June 2010, 02:37:33 PM »
Menurut Rekan-Rekan,bagaimana caranya mengembangkan MORALITAS/SILA tanpa MELEKATINYA sebagai TUJUAN?

sama seperti halnya ketika gelap, kita menggunakan senter utk menerangi, dan ketika sudah terang, kita mematikan & meletakkan senter tsb.

saya tahu analoginya,tetapi implementasinya didalam sila? :)

Langkah pertama adalah langkah yg terakhir...

Offline hendrako

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.244
  • Reputasi: 60
  • Gender: Male
Re: Mengembangkan MORALITAS/SILA tanpa MELEKATINYA sebagai TUJUAN[ASK]
« Reply #5 on: 22 June 2010, 04:20:03 PM »
Menurut Rekan-Rekan,bagaimana caranya mengembangkan MORALITAS/SILA tanpa MELEKATINYA sebagai TUJUAN?


Lekatilah sebagai JALAN.

Bagaimana Anda melekatinya sebagai "jalan"?



Dengan men-JALAN-i-nya.
yaa... gitu deh

Offline tesla

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.426
  • Reputasi: 125
  • Gender: Male
  • bukan di surga atau neraka, hanya di sini
Re: Mengembangkan MORALITAS/SILA tanpa MELEKATINYA sebagai TUJUAN[ASK]
« Reply #6 on: 22 June 2010, 05:37:29 PM »
Menurut Rekan-Rekan,bagaimana caranya mengembangkan MORALITAS/SILA tanpa MELEKATINYA sebagai TUJUAN?

sama seperti halnya ketika gelap, kita menggunakan senter utk menerangi, dan ketika sudah terang, kita mematikan & meletakkan senter tsb.

saya tahu analoginya,tetapi implementasinya didalam sila? :)


laksanakan sila tanpa melekati sila tsb <--- udah hal paling praktis, tidak bisa dijelaskan lagi
Lepaskan keserakahan akan kesenangan. Lihatlah bahwa melepaskan dunia adalah kedamaian. Tidak ada sesuatu pun yang perlu kau raup, dan tidak ada satu pun yang perlu kau dorong pergi. ~ Buddha ~

Offline kullatiro

  • Sebelumnya: Daimond
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.153
  • Reputasi: 97
  • Gender: Male
  • Ehmm, Selamat mencapai Nibbana
Re: Mengembangkan MORALITAS/SILA tanpa MELEKATINYA sebagai TUJUAN[ASK]
« Reply #7 on: 22 June 2010, 06:38:24 PM »
di coba saja dulu melakukan nya biasanya banyak tantangan dan cobaan dalam menjalankan sila (entah panca sila, atthasila, dasasila atau pandita sila).


Offline dewi_go

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.848
  • Reputasi: 69
  • Gender: Female
Re: Mengembangkan MORALITAS/SILA tanpa MELEKATINYA sebagai TUJUAN[ASK]
« Reply #8 on: 22 June 2010, 07:09:55 PM »
kalau menjadikan sila sebagai batasan dalam berprilaku aja bukan memikirkan tujuan jika menjalankan sila tsb?
Sweet things are easy 2 buy,
but sweet people are difficult to find.
Life ends when u stop dreaming, hope ends when u stop believing,
Love ends when u stop caring,
Friendship ends when u stop sharing.
So share this with whom ever u consider a friend.
To love without condition... ......... .........

Offline kullatiro

  • Sebelumnya: Daimond
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.153
  • Reputasi: 97
  • Gender: Male
  • Ehmm, Selamat mencapai Nibbana
Re: Mengembangkan MORALITAS/SILA tanpa MELEKATINYA sebagai TUJUAN[ASK]
« Reply #9 on: 22 June 2010, 07:53:06 PM »
bila sudah dapat dijalankan dengan baik ini akan menjadi kebiasaan baik yang secara naluriah kita akan melakukan nya tanpa memikirkan ini akan melekat dsb.

Offline Riky_dave

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.229
  • Reputasi: -14
  • Gender: Male
Re: Mengembangkan MORALITAS/SILA tanpa MELEKATINYA sebagai TUJUAN[ASK]
« Reply #10 on: 23 June 2010, 11:57:08 AM »
Menurut Rekan-Rekan,bagaimana caranya mengembangkan MORALITAS/SILA tanpa MELEKATINYA sebagai TUJUAN?

sama seperti halnya ketika gelap, kita menggunakan senter utk menerangi, dan ketika sudah terang, kita mematikan & meletakkan senter tsb.

saya tahu analoginya,tetapi implementasinya didalam sila? :)


laksanakan sila tanpa melekati sila tsb <--- udah hal paling praktis, tidak bisa dijelaskan lagi

saya menghindari pembunuhan >>> ada usaha "saya" "menghindari" "pembunuhan",karena ada "usaha" maka menurut saya ada "konsep" / "teori" untuk berusaha menghindarinya,karena adanya konsep dan teori tersebut,saya melekatinya sebagai konsep dan teori bahwa membunuh itu [alasannya dari A sampai Z],bukankah saya melekatinya SILA nya?
Langkah pertama adalah langkah yg terakhir...

Offline tesla

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.426
  • Reputasi: 125
  • Gender: Male
  • bukan di surga atau neraka, hanya di sini
Re: Mengembangkan MORALITAS/SILA tanpa MELEKATINYA sebagai TUJUAN[ASK]
« Reply #11 on: 23 June 2010, 01:04:16 PM »
Menurut Rekan-Rekan,bagaimana caranya mengembangkan MORALITAS/SILA tanpa MELEKATINYA sebagai TUJUAN?

sama seperti halnya ketika gelap, kita menggunakan senter utk menerangi, dan ketika sudah terang, kita mematikan & meletakkan senter tsb.

saya tahu analoginya,tetapi implementasinya didalam sila? :)


laksanakan sila tanpa melekati sila tsb <--- udah hal paling praktis, tidak bisa dijelaskan lagi

saya menghindari pembunuhan >>> ada usaha "saya" "menghindari" "pembunuhan",karena ada "usaha" maka menurut saya ada "konsep" / "teori" untuk berusaha menghindarinya,karena adanya konsep dan teori tersebut,saya melekatinya sebagai konsep dan teori bahwa membunuh itu [alasannya dari A sampai Z],bukankah saya melekatinya SILA nya?

saya menghindari pembunuhan, maka ada usaha ---> benar

karena ada usaha, maka ada konsep ---> apapun yg dibahas/dipikirkan memang adalah konsep

karena ada konsep, maka berarti saya melekati konsep ---> tidak demikian, sesuatu adalah konsep atau bukan tidak menjadi masalah asalkan kita tidak melekatinya. tidak melekati non-konsep, maka kita tidak akan anti konsep. yg paling penting, kalau kita tidak melekatinya, kita tidak jatuh pada salah satu dari 2 kelompok, pro atau anti. konsep hanya konsep, non-konsep (pengalaman langsung) pun hanya non-konsep. tidak ada kelekatan diri ataupun penolakan diri thd kedua hal itu.

apakah saya melekati SILA? ---> bisa iya, bisa tidak, ini tergantung masing2 individu.
Lepaskan keserakahan akan kesenangan. Lihatlah bahwa melepaskan dunia adalah kedamaian. Tidak ada sesuatu pun yang perlu kau raup, dan tidak ada satu pun yang perlu kau dorong pergi. ~ Buddha ~

Offline Riky_dave

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.229
  • Reputasi: -14
  • Gender: Male
Re: Mengembangkan MORALITAS/SILA tanpa MELEKATINYA sebagai TUJUAN[ASK]
« Reply #12 on: 23 June 2010, 01:49:53 PM »
Menurut Rekan-Rekan,bagaimana caranya mengembangkan MORALITAS/SILA tanpa MELEKATINYA sebagai TUJUAN?

sama seperti halnya ketika gelap, kita menggunakan senter utk menerangi, dan ketika sudah terang, kita mematikan & meletakkan senter tsb.

saya tahu analoginya,tetapi implementasinya didalam sila? :)


laksanakan sila tanpa melekati sila tsb <--- udah hal paling praktis, tidak bisa dijelaskan lagi

saya menghindari pembunuhan >>> ada usaha "saya" "menghindari" "pembunuhan",karena ada "usaha" maka menurut saya ada "konsep" / "teori" untuk berusaha menghindarinya,karena adanya konsep dan teori tersebut,saya melekatinya sebagai konsep dan teori bahwa membunuh itu [alasannya dari A sampai Z],bukankah saya melekatinya SILA nya?

saya menghindari pembunuhan, maka ada usaha ---> benar

karena ada usaha, maka ada konsep ---> apapun yg dibahas/dipikirkan memang adalah konsep

karena ada konsep, maka berarti saya melekati konsep ---> tidak demikian, sesuatu adalah konsep atau bukan tidak menjadi masalah asalkan kita tidak melekatinya. tidak melekati non-konsep, maka kita tidak akan anti konsep. yg paling penting, kalau kita tidak melekatinya, kita tidak jatuh pada salah satu dari 2 kelompok, pro atau anti. konsep hanya konsep, non-konsep (pengalaman langsung) pun hanya non-konsep. tidak ada kelekatan diri ataupun penolakan diri thd kedua hal itu.

apakah saya melekati SILA? ---> bisa iya, bisa tidak, ini tergantung masing2 individu.

jadi 50:50?
Langkah pertama adalah langkah yg terakhir...

Offline tesla

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.426
  • Reputasi: 125
  • Gender: Male
  • bukan di surga atau neraka, hanya di sini
Re: Mengembangkan MORALITAS/SILA tanpa MELEKATINYA sebagai TUJUAN[ASK]
« Reply #13 on: 23 June 2010, 05:16:50 PM »
Menurut Rekan-Rekan,bagaimana caranya mengembangkan MORALITAS/SILA tanpa MELEKATINYA sebagai TUJUAN?

sama seperti halnya ketika gelap, kita menggunakan senter utk menerangi, dan ketika sudah terang, kita mematikan & meletakkan senter tsb.

saya tahu analoginya,tetapi implementasinya didalam sila? :)


laksanakan sila tanpa melekati sila tsb <--- udah hal paling praktis, tidak bisa dijelaskan lagi

saya menghindari pembunuhan >>> ada usaha "saya" "menghindari" "pembunuhan",karena ada "usaha" maka menurut saya ada "konsep" / "teori" untuk berusaha menghindarinya,karena adanya konsep dan teori tersebut,saya melekatinya sebagai konsep dan teori bahwa membunuh itu [alasannya dari A sampai Z],bukankah saya melekatinya SILA nya?

saya menghindari pembunuhan, maka ada usaha ---> benar

karena ada usaha, maka ada konsep ---> apapun yg dibahas/dipikirkan memang adalah konsep

karena ada konsep, maka berarti saya melekati konsep ---> tidak demikian, sesuatu adalah konsep atau bukan tidak menjadi masalah asalkan kita tidak melekatinya. tidak melekati non-konsep, maka kita tidak akan anti konsep. yg paling penting, kalau kita tidak melekatinya, kita tidak jatuh pada salah satu dari 2 kelompok, pro atau anti. konsep hanya konsep, non-konsep (pengalaman langsung) pun hanya non-konsep. tidak ada kelekatan diri ataupun penolakan diri thd kedua hal itu.

apakah saya melekati SILA? ---> bisa iya, bisa tidak, ini tergantung masing2 individu.

jadi 50:50?

bisa iya, bisa tidak ---> jgn diterjemahkan 50:50 :))

sebab 50:50 itu statistik, sedangkan jawaban saya tidak berhub dg statistik, tetapi kembali kepada individu masing2.

bahkan jika dipilih sample secara acak 100 orang, mungkin semua nya masih melekatin latihan/ritual apapun di dunia :P

menurut saya scr statistik, orang yg tidak melekati latihan moralitas/ritual sangaaattt sedikit sekali. individu seperti ini susah ditemui, tapi bukan tidak ada.
Lepaskan keserakahan akan kesenangan. Lihatlah bahwa melepaskan dunia adalah kedamaian. Tidak ada sesuatu pun yang perlu kau raup, dan tidak ada satu pun yang perlu kau dorong pergi. ~ Buddha ~

Offline Riky_dave

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.229
  • Reputasi: -14
  • Gender: Male
Re: Mengembangkan MORALITAS/SILA tanpa MELEKATINYA sebagai TUJUAN[ASK]
« Reply #14 on: 23 June 2010, 07:27:57 PM »
Menurut Rekan-Rekan,bagaimana caranya mengembangkan MORALITAS/SILA tanpa MELEKATINYA sebagai TUJUAN?

sama seperti halnya ketika gelap, kita menggunakan senter utk menerangi, dan ketika sudah terang, kita mematikan & meletakkan senter tsb.

saya tahu analoginya,tetapi implementasinya didalam sila? :)


laksanakan sila tanpa melekati sila tsb <--- udah hal paling praktis, tidak bisa dijelaskan lagi

saya menghindari pembunuhan >>> ada usaha "saya" "menghindari" "pembunuhan",karena ada "usaha" maka menurut saya ada "konsep" / "teori" untuk berusaha menghindarinya,karena adanya konsep dan teori tersebut,saya melekatinya sebagai konsep dan teori bahwa membunuh itu [alasannya dari A sampai Z],bukankah saya melekatinya SILA nya?

saya menghindari pembunuhan, maka ada usaha ---> benar

karena ada usaha, maka ada konsep ---> apapun yg dibahas/dipikirkan memang adalah konsep

karena ada konsep, maka berarti saya melekati konsep ---> tidak demikian, sesuatu adalah konsep atau bukan tidak menjadi masalah asalkan kita tidak melekatinya. tidak melekati non-konsep, maka kita tidak akan anti konsep. yg paling penting, kalau kita tidak melekatinya, kita tidak jatuh pada salah satu dari 2 kelompok, pro atau anti. konsep hanya konsep, non-konsep (pengalaman langsung) pun hanya non-konsep. tidak ada kelekatan diri ataupun penolakan diri thd kedua hal itu.

apakah saya melekati SILA? ---> bisa iya, bisa tidak, ini tergantung masing2 individu.

jadi 50:50?

bisa iya, bisa tidak ---> jgn diterjemahkan 50:50 :))

sebab 50:50 itu statistik, sedangkan jawaban saya tidak berhub dg statistik, tetapi kembali kepada individu masing2.

bahkan jika dipilih sample secara acak 100 orang, mungkin semua nya masih melekatin latihan/ritual apapun di dunia :P

menurut saya scr statistik, orang yg tidak melekati latihan moralitas/ritual sangaaattt sedikit sekali. individu seperti ini susah ditemui, tapi bukan tidak ada.

setuju,sangatlah sulit melatih moralitas/sila tanpa melekatinya,sebagai sesuatu yang harus "dijalani" dan sesuatu yang harus "dihindari",saya menghindari pembunuhan,saya mengembangkan cinta kasih...Pancasila Vs Pancadhamma,keduanya merupakan kemelekatan tak terhindarkan..orang yang melatih kesadaran tidak berada didalam keduanya,antara pengembangan dan penghancuran..
Langkah pertama adalah langkah yg terakhir...

Offline ryu

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 13.403
  • Reputasi: 429
  • Gender: Male
  • hampir mencapai penggelapan sempurna ;D
Re: Mengembangkan MORALITAS/SILA tanpa MELEKATINYA sebagai TUJUAN[ASK]
« Reply #15 on: 24 June 2010, 06:35:28 AM »
Menurut Rekan-Rekan,bagaimana caranya mengembangkan MORALITAS/SILA tanpa MELEKATINYA sebagai TUJUAN?

sama seperti halnya ketika gelap, kita menggunakan senter utk menerangi, dan ketika sudah terang, kita mematikan & meletakkan senter tsb.

saya tahu analoginya,tetapi implementasinya didalam sila? :)


laksanakan sila tanpa melekati sila tsb <--- udah hal paling praktis, tidak bisa dijelaskan lagi

saya menghindari pembunuhan >>> ada usaha "saya" "menghindari" "pembunuhan",karena ada "usaha" maka menurut saya ada "konsep" / "teori" untuk berusaha menghindarinya,karena adanya konsep dan teori tersebut,saya melekatinya sebagai konsep dan teori bahwa membunuh itu [alasannya dari A sampai Z],bukankah saya melekatinya SILA nya?

saya menghindari pembunuhan, maka ada usaha ---> benar

karena ada usaha, maka ada konsep ---> apapun yg dibahas/dipikirkan memang adalah konsep

karena ada konsep, maka berarti saya melekati konsep ---> tidak demikian, sesuatu adalah konsep atau bukan tidak menjadi masalah asalkan kita tidak melekatinya. tidak melekati non-konsep, maka kita tidak akan anti konsep. yg paling penting, kalau kita tidak melekatinya, kita tidak jatuh pada salah satu dari 2 kelompok, pro atau anti. konsep hanya konsep, non-konsep (pengalaman langsung) pun hanya non-konsep. tidak ada kelekatan diri ataupun penolakan diri thd kedua hal itu.

apakah saya melekati SILA? ---> bisa iya, bisa tidak, ini tergantung masing2 individu.

jadi 50:50?

bisa iya, bisa tidak ---> jgn diterjemahkan 50:50 :))

sebab 50:50 itu statistik, sedangkan jawaban saya tidak berhub dg statistik, tetapi kembali kepada individu masing2.

bahkan jika dipilih sample secara acak 100 orang, mungkin semua nya masih melekatin latihan/ritual apapun di dunia :P

menurut saya scr statistik, orang yg tidak melekati latihan moralitas/ritual sangaaattt sedikit sekali. individu seperti ini susah ditemui, tapi bukan tidak ada.

setuju,sangatlah sulit melatih moralitas/sila tanpa melekatinya,sebagai sesuatu yang harus "dijalani" dan sesuatu yang harus "dihindari",saya menghindari pembunuhan,saya mengembangkan cinta kasih...Pancasila Vs Pancadhamma,keduanya merupakan kemelekatan tak terhindarkan..orang yang melatih kesadaran tidak berada didalam keduanya,antara pengembangan dan penghancuran..
lebih baik mana orang yang mengembangkan sila dengan yang tidak untuk menuju pe,bebasan.
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

Offline andry

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.117
  • Reputasi: 128
Re: Mengembangkan MORALITAS/SILA tanpa MELEKATINYA sebagai TUJUAN[ASK]
« Reply #16 on: 24 June 2010, 08:06:13 AM »
makin hebat teorinya...
Samma Vayama

Offline ryu

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 13.403
  • Reputasi: 429
  • Gender: Male
  • hampir mencapai penggelapan sempurna ;D
Re: Mengembangkan MORALITAS/SILA tanpa MELEKATINYA sebagai TUJUAN[ASK]
« Reply #17 on: 24 June 2010, 08:19:20 AM »
kalau mau melihat orang yang tidak mengembangkan dan menghancurkan keknya ada deh, orang gila, orang lumpuh, binatang dll =))
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

Offline hendrako

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.244
  • Reputasi: 60
  • Gender: Male
Re: Mengembangkan MORALITAS/SILA tanpa MELEKATINYA sebagai TUJUAN[ASK]
« Reply #18 on: 24 June 2010, 10:07:43 AM »
Menurut Rekan-Rekan,bagaimana caranya mengembangkan MORALITAS/SILA tanpa MELEKATINYA sebagai TUJUAN?

sama seperti halnya ketika gelap, kita menggunakan senter utk menerangi, dan ketika sudah terang, kita mematikan & meletakkan senter tsb.

saya tahu analoginya,tetapi implementasinya didalam sila? :)


laksanakan sila tanpa melekati sila tsb <--- udah hal paling praktis, tidak bisa dijelaskan lagi

saya menghindari pembunuhan >>> ada usaha "saya" "menghindari" "pembunuhan",karena ada "usaha" maka menurut saya ada "konsep" / "teori" untuk berusaha menghindarinya,karena adanya konsep dan teori tersebut,saya melekatinya sebagai konsep dan teori bahwa membunuh itu [alasannya dari A sampai Z],bukankah saya melekatinya SILA nya?

saya menghindari pembunuhan, maka ada usaha ---> benar

karena ada usaha, maka ada konsep ---> apapun yg dibahas/dipikirkan memang adalah konsep

karena ada konsep, maka berarti saya melekati konsep ---> tidak demikian, sesuatu adalah konsep atau bukan tidak menjadi masalah asalkan kita tidak melekatinya. tidak melekati non-konsep, maka kita tidak akan anti konsep. yg paling penting, kalau kita tidak melekatinya, kita tidak jatuh pada salah satu dari 2 kelompok, pro atau anti. konsep hanya konsep, non-konsep (pengalaman langsung) pun hanya non-konsep. tidak ada kelekatan diri ataupun penolakan diri thd kedua hal itu.

apakah saya melekati SILA? ---> bisa iya, bisa tidak, ini tergantung masing2 individu.

jadi 50:50?

bisa iya, bisa tidak ---> jgn diterjemahkan 50:50 :))

sebab 50:50 itu statistik, sedangkan jawaban saya tidak berhub dg statistik, tetapi kembali kepada individu masing2.

bahkan jika dipilih sample secara acak 100 orang, mungkin semua nya masih melekatin latihan/ritual apapun di dunia :P

menurut saya scr statistik, orang yg tidak melekati latihan moralitas/ritual sangaaattt sedikit sekali. individu seperti ini susah ditemui, tapi bukan tidak ada.

setuju,sangatlah sulit melatih moralitas/sila tanpa melekatinya,sebagai sesuatu yang harus "dijalani" dan sesuatu yang harus "dihindari",saya menghindari pembunuhan,saya mengembangkan cinta kasih...Pancasila Vs Pancadhamma,keduanya merupakan kemelekatan tak terhindarkan..orang yang melatih kesadaran tidak berada didalam keduanya,antara pengembangan dan penghancuran..

Pancasila bukan Vs (versus) Pancadhamma
Pancasila adalah = (sama dengan) Pancadhamma

Pada saat menghindari tindakan pembunuhan, hal ini sekaligus akan menimbulkan cinta kasih.
Jalanilah Sila, maka anda akan melihat sendiri bahwa Pancasila = Pancadhamma.
Usaha menghindari yang satu akan mengembangkan yang lainnya.
Mengembangkan yang satu akan mengurangi yang lainnya.

Mengembangkan kebajikan ada akhirnya yaitu pembebasan
Mengembangkan kejahatan tidak ada akhirnya yaitu keterikatan

Perhatikan kalimat diatas yang masih dalam dualisme
Yang satu membawa pada pembebasan dari dualisme
Yang satu membawa pada keterikatan pada dualisme

Apabila sudah sampai pada bebas dualisme tidak ada lagi
Apabila belum bebas dualisme selalu ada

Kalimat diatas masih dalam dualisme juga.

Kunci pembebasan ada di dalam dualisme itu sendiri
Setelah kunci didapat, gunakanlah kunci tersebut
Setelah pintu terbuka dan melangkah keluar dari penjara
Dualisme sudah tidak ada lagi, bebas.
yaa... gitu deh

Offline hendrako

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.244
  • Reputasi: 60
  • Gender: Male
Re: Mengembangkan MORALITAS/SILA tanpa MELEKATINYA sebagai TUJUAN[ASK]
« Reply #19 on: 24 June 2010, 10:18:13 AM »

setuju,sangatlah sulit melatih moralitas/sila tanpa melekatinya,sebagai sesuatu yang harus "dijalani" dan sesuatu yang harus "dihindari",saya menghindari pembunuhan,saya mengembangkan cinta kasih...Pancasila Vs Pancadhamma,keduanya merupakan kemelekatan tak terhindarkan..orang yang melatih kesadaran tidak berada didalam keduanya,antara pengembangan dan penghancuran..

Yang dibold biru diatas:

Orang yang melatih kesadaran masih dalam koridor pengembangan dan penghancuran.
Orang yang melatih kesadaran mengembangkan kesadaran
Orang yang melatih kesadaran menghancurkan delusi
Orang yang melatih kesadaran menuju kebebasan
yaa... gitu deh

Offline hendrako

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.244
  • Reputasi: 60
  • Gender: Male
Re: Mengembangkan MORALITAS/SILA tanpa MELEKATINYA sebagai TUJUAN[ASK]
« Reply #20 on: 24 June 2010, 10:21:26 AM »

setuju,sangatlah sulit melatih moralitas/sila tanpa melekatinya,sebagai sesuatu yang harus "dijalani" dan sesuatu yang harus "dihindari",saya menghindari pembunuhan,saya mengembangkan cinta kasih...Pancasila Vs Pancadhamma,keduanya merupakan kemelekatan tak terhindarkan..orang yang melatih kesadaran tidak berada didalam keduanya,antara pengembangan dan penghancuran..

Yang dibold biru diatas:

Orang yang melatih kesadaran masih dalam koridor pengembangan dan penghancuran.
Orang yang melatih kesadaran mengembangkan kesadaran
Orang yang melatih kesadaran menghancurkan delusi
Orang yang melatih kesadaran menuju kebebasan (dari pengembangan dan penghancuran)
« Last Edit: 24 June 2010, 10:23:26 AM by hendrako »
yaa... gitu deh

Offline Riky_dave

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.229
  • Reputasi: -14
  • Gender: Male
Re: Mengembangkan MORALITAS/SILA tanpa MELEKATINYA sebagai TUJUAN[ASK]
« Reply #21 on: 24 June 2010, 11:06:27 AM »
Menurut Rekan-Rekan,bagaimana caranya mengembangkan MORALITAS/SILA tanpa MELEKATINYA sebagai TUJUAN?

sama seperti halnya ketika gelap, kita menggunakan senter utk menerangi, dan ketika sudah terang, kita mematikan & meletakkan senter tsb.

saya tahu analoginya,tetapi implementasinya didalam sila? :)


laksanakan sila tanpa melekati sila tsb <--- udah hal paling praktis, tidak bisa dijelaskan lagi

saya menghindari pembunuhan >>> ada usaha "saya" "menghindari" "pembunuhan",karena ada "usaha" maka menurut saya ada "konsep" / "teori" untuk berusaha menghindarinya,karena adanya konsep dan teori tersebut,saya melekatinya sebagai konsep dan teori bahwa membunuh itu [alasannya dari A sampai Z],bukankah saya melekatinya SILA nya?

saya menghindari pembunuhan, maka ada usaha ---> benar

karena ada usaha, maka ada konsep ---> apapun yg dibahas/dipikirkan memang adalah konsep

karena ada konsep, maka berarti saya melekati konsep ---> tidak demikian, sesuatu adalah konsep atau bukan tidak menjadi masalah asalkan kita tidak melekatinya. tidak melekati non-konsep, maka kita tidak akan anti konsep. yg paling penting, kalau kita tidak melekatinya, kita tidak jatuh pada salah satu dari 2 kelompok, pro atau anti. konsep hanya konsep, non-konsep (pengalaman langsung) pun hanya non-konsep. tidak ada kelekatan diri ataupun penolakan diri thd kedua hal itu.

apakah saya melekati SILA? ---> bisa iya, bisa tidak, ini tergantung masing2 individu.

jadi 50:50?

bisa iya, bisa tidak ---> jgn diterjemahkan 50:50 :))

sebab 50:50 itu statistik, sedangkan jawaban saya tidak berhub dg statistik, tetapi kembali kepada individu masing2.

bahkan jika dipilih sample secara acak 100 orang, mungkin semua nya masih melekatin latihan/ritual apapun di dunia :P

menurut saya scr statistik, orang yg tidak melekati latihan moralitas/ritual sangaaattt sedikit sekali. individu seperti ini susah ditemui, tapi bukan tidak ada.

setuju,sangatlah sulit melatih moralitas/sila tanpa melekatinya,sebagai sesuatu yang harus "dijalani" dan sesuatu yang harus "dihindari",saya menghindari pembunuhan,saya mengembangkan cinta kasih...Pancasila Vs Pancadhamma,keduanya merupakan kemelekatan tak terhindarkan..orang yang melatih kesadaran tidak berada didalam keduanya,antara pengembangan dan penghancuran..
lebih baik mana orang yang mengembangkan sila dengan yang tidak untuk menuju pe,bebasan.

dalam DN saya tidak melihat Buddha mendeskripsikan apa yang dimaksud dengan "moralitas yang sempurna",mungkin Bro Ryu yang baik mau membantu saya? :)
Langkah pertama adalah langkah yg terakhir...

Offline Riky_dave

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.229
  • Reputasi: -14
  • Gender: Male
Re: Mengembangkan MORALITAS/SILA tanpa MELEKATINYA sebagai TUJUAN[ASK]
« Reply #22 on: 24 June 2010, 11:10:56 AM »
Menurut Rekan-Rekan,bagaimana caranya mengembangkan MORALITAS/SILA tanpa MELEKATINYA sebagai TUJUAN?

sama seperti halnya ketika gelap, kita menggunakan senter utk menerangi, dan ketika sudah terang, kita mematikan & meletakkan senter tsb.

saya tahu analoginya,tetapi implementasinya didalam sila? :)


laksanakan sila tanpa melekati sila tsb <--- udah hal paling praktis, tidak bisa dijelaskan lagi

saya menghindari pembunuhan >>> ada usaha "saya" "menghindari" "pembunuhan",karena ada "usaha" maka menurut saya ada "konsep" / "teori" untuk berusaha menghindarinya,karena adanya konsep dan teori tersebut,saya melekatinya sebagai konsep dan teori bahwa membunuh itu [alasannya dari A sampai Z],bukankah saya melekatinya SILA nya?

saya menghindari pembunuhan, maka ada usaha ---> benar

karena ada usaha, maka ada konsep ---> apapun yg dibahas/dipikirkan memang adalah konsep

karena ada konsep, maka berarti saya melekati konsep ---> tidak demikian, sesuatu adalah konsep atau bukan tidak menjadi masalah asalkan kita tidak melekatinya. tidak melekati non-konsep, maka kita tidak akan anti konsep. yg paling penting, kalau kita tidak melekatinya, kita tidak jatuh pada salah satu dari 2 kelompok, pro atau anti. konsep hanya konsep, non-konsep (pengalaman langsung) pun hanya non-konsep. tidak ada kelekatan diri ataupun penolakan diri thd kedua hal itu.

apakah saya melekati SILA? ---> bisa iya, bisa tidak, ini tergantung masing2 individu.

jadi 50:50?

bisa iya, bisa tidak ---> jgn diterjemahkan 50:50 :))

sebab 50:50 itu statistik, sedangkan jawaban saya tidak berhub dg statistik, tetapi kembali kepada individu masing2.

bahkan jika dipilih sample secara acak 100 orang, mungkin semua nya masih melekatin latihan/ritual apapun di dunia :P

menurut saya scr statistik, orang yg tidak melekati latihan moralitas/ritual sangaaattt sedikit sekali. individu seperti ini susah ditemui, tapi bukan tidak ada.

setuju,sangatlah sulit melatih moralitas/sila tanpa melekatinya,sebagai sesuatu yang harus "dijalani" dan sesuatu yang harus "dihindari",saya menghindari pembunuhan,saya mengembangkan cinta kasih...Pancasila Vs Pancadhamma,keduanya merupakan kemelekatan tak terhindarkan..orang yang melatih kesadaran tidak berada didalam keduanya,antara pengembangan dan penghancuran..

Pancasila bukan Vs (versus) Pancadhamma
Pancasila adalah = (sama dengan) Pancadhamma

Pada saat menghindari tindakan pembunuhan, hal ini sekaligus akan menimbulkan cinta kasih.
Jalanilah Sila, maka anda akan melihat sendiri bahwa Pancasila = Pancadhamma.
Usaha menghindari yang satu akan mengembangkan yang lainnya.
Mengembangkan yang satu akan mengurangi yang lainnya.
Ada orang yang hanya berhenti berbuat jahat,tetapi tidak mengembangkan kebajikan,menurut Anda ada tidak orang seperti itu?dia tidak memberi,tetapi dia tidak juga serakah,so?dia tidak mencuri,tetapi dia juga tidak memberi... :)

jadi apakah Pancasila itu sama dengan Pancadhamma?


Quote
Mengembangkan kebajikan ada akhirnya yaitu pembebasan
Mengembangkan kejahatan tidak ada akhirnya yaitu keterikatan
saya tidak mengerti bahwa mengembangkan kebajikan ada akhirnya yaitu pembebasan,padahal mengembangkan maupun menghancurkan keduanya adalah kemelekatan.. :)


Quote
Perhatikan kalimat diatas yang masih dalam dualisme
Yang satu membawa pada pembebasan dari dualisme
Yang satu membawa pada keterikatan pada dualisme

bagi saya kedua-duanya membawa pada kemelekatan akan diri,akan dualisme,tidak ada pembebasan disana,bilamana masih ada pengembangan dan penghancuran..saya tidak ingin menderita,maka saya membuat baik,saya berbuat baik karena saya tidak ingin menderita,kedua kalimat tersebut,penghancuran dan pengembangan adalah kemelekatan diri,untuk diri sendiri... apakah itu bisa membawa pada pembebasan?

Quote
Apabila sudah sampai pada bebas dualisme tidak ada lagi
Apabila belum bebas dualisme selalu ada
setuju,tetapi apakah pengembangan dan penghancuran bisa membebaskan?


Quote
Kalimat diatas masih dalam dualisme juga.

bukan hanya kalimat diatas,tetapi kita masih dalam dualisme juga..

Quote
Kunci pembebasan ada di dalam dualisme itu sendiri
Setelah kunci didapat, gunakanlah kunci tersebut
Setelah pintu terbuka dan melangkah keluar dari penjara
Dualisme sudah tidak ada lagi, bebas.

kunci dari dualisme adalah melihat dualisme itu sendiri sebagaimana adanya,tidak melekatinya sebagai yang benar atau sebagai yang tidak benar.. :)
Langkah pertama adalah langkah yg terakhir...

Offline Riky_dave

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.229
  • Reputasi: -14
  • Gender: Male
Re: Mengembangkan MORALITAS/SILA tanpa MELEKATINYA sebagai TUJUAN[ASK]
« Reply #23 on: 24 June 2010, 11:12:39 AM »
kalau mau melihat orang yang tidak mengembangkan dan menghancurkan keknya ada deh, orang gila, orang lumpuh, binatang dll =))

Apakah Buddha masih mengembangkan dan menghancurkan?
Langkah pertama adalah langkah yg terakhir...

Offline hendrako

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.244
  • Reputasi: 60
  • Gender: Male
Re: Mengembangkan MORALITAS/SILA tanpa MELEKATINYA sebagai TUJUAN[ASK]
« Reply #24 on: 24 June 2010, 11:44:23 AM »
Quote


Pancasila bukan Vs (versus) Pancadhamma
Pancasila adalah = (sama dengan) Pancadhamma

Pada saat menghindari tindakan pembunuhan, hal ini sekaligus akan menimbulkan cinta kasih.
Jalanilah Sila, maka anda akan melihat sendiri bahwa Pancasila = Pancadhamma.
Usaha menghindari yang satu akan mengembangkan yang lainnya.
Mengembangkan yang satu akan mengurangi yang lainnya.
Ada orang yang hanya berhenti berbuat jahat,tetapi tidak mengembangkan kebajikan,menurut Anda ada tidak orang seperti itu?dia tidak memberi,tetapi dia tidak juga serakah,so?dia tidak mencuri,tetapi dia juga tidak memberi... :)

jadi apakah Pancasila itu sama dengan Pancadhamma?


Quote
Mengembangkan kebajikan ada akhirnya yaitu pembebasan
Mengembangkan kejahatan tidak ada akhirnya yaitu keterikatan
saya tidak mengerti bahwa mengembangkan kebajikan ada akhirnya yaitu pembebasan,padahal mengembangkan maupun menghancurkan keduanya adalah kemelekatan.. :)


Quote
Perhatikan kalimat diatas yang masih dalam dualisme
Yang satu membawa pada pembebasan dari dualisme
Yang satu membawa pada keterikatan pada dualisme

bagi saya kedua-duanya membawa pada kemelekatan akan diri,akan dualisme,tidak ada pembebasan disana,bilamana masih ada pengembangan dan penghancuran..saya tidak ingin menderita,maka saya membuat baik,saya berbuat baik karena saya tidak ingin menderita,kedua kalimat tersebut,penghancuran dan pengembangan adalah kemelekatan diri,untuk diri sendiri... apakah itu bisa membawa pada pembebasan?

Quote
Apabila sudah sampai pada bebas dualisme tidak ada lagi
Apabila belum bebas dualisme selalu ada
setuju,tetapi apakah pengembangan dan penghancuran bisa membebaskan?


Quote
Kalimat diatas masih dalam dualisme juga.

bukan hanya kalimat diatas,tetapi kita masih dalam dualisme juga..

Quote
Kunci pembebasan ada di dalam dualisme itu sendiri
Setelah kunci didapat, gunakanlah kunci tersebut
Setelah pintu terbuka dan melangkah keluar dari penjara
Dualisme sudah tidak ada lagi, bebas.

kunci dari dualisme adalah melihat dualisme itu sendiri sebagaimana adanya,tidak melekatinya sebagai yang benar atau sebagai yang tidak benar.. :)


Jangan menghitung sapi milik orang lain
Jalanilah Sila dan buktikan sendiri apakah Pancasila = Pancadhamma atau sebaliknya
Cicipilah apelnya, rasakan sendiri rasanya.
Apapun rasanya, sudah tidak ada keraguan lagi karena telah dirasakan sendiri

Soal dualisme pendapat masing2 sudah jelas
yaa... gitu deh

Offline Riky_dave

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.229
  • Reputasi: -14
  • Gender: Male
Re: Mengembangkan MORALITAS/SILA tanpa MELEKATINYA sebagai TUJUAN[ASK]
« Reply #25 on: 24 June 2010, 11:54:30 AM »
Quote


Pancasila bukan Vs (versus) Pancadhamma
Pancasila adalah = (sama dengan) Pancadhamma

Pada saat menghindari tindakan pembunuhan, hal ini sekaligus akan menimbulkan cinta kasih.
Jalanilah Sila, maka anda akan melihat sendiri bahwa Pancasila = Pancadhamma.
Usaha menghindari yang satu akan mengembangkan yang lainnya.
Mengembangkan yang satu akan mengurangi yang lainnya.
Ada orang yang hanya berhenti berbuat jahat,tetapi tidak mengembangkan kebajikan,menurut Anda ada tidak orang seperti itu?dia tidak memberi,tetapi dia tidak juga serakah,so?dia tidak mencuri,tetapi dia juga tidak memberi... :)

jadi apakah Pancasila itu sama dengan Pancadhamma?


Quote
Mengembangkan kebajikan ada akhirnya yaitu pembebasan
Mengembangkan kejahatan tidak ada akhirnya yaitu keterikatan
saya tidak mengerti bahwa mengembangkan kebajikan ada akhirnya yaitu pembebasan,padahal mengembangkan maupun menghancurkan keduanya adalah kemelekatan.. :)


Quote
Perhatikan kalimat diatas yang masih dalam dualisme
Yang satu membawa pada pembebasan dari dualisme
Yang satu membawa pada keterikatan pada dualisme

bagi saya kedua-duanya membawa pada kemelekatan akan diri,akan dualisme,tidak ada pembebasan disana,bilamana masih ada pengembangan dan penghancuran..saya tidak ingin menderita,maka saya membuat baik,saya berbuat baik karena saya tidak ingin menderita,kedua kalimat tersebut,penghancuran dan pengembangan adalah kemelekatan diri,untuk diri sendiri... apakah itu bisa membawa pada pembebasan?

Quote
Apabila sudah sampai pada bebas dualisme tidak ada lagi
Apabila belum bebas dualisme selalu ada
setuju,tetapi apakah pengembangan dan penghancuran bisa membebaskan?


Quote
Kalimat diatas masih dalam dualisme juga.

bukan hanya kalimat diatas,tetapi kita masih dalam dualisme juga..

Quote
Kunci pembebasan ada di dalam dualisme itu sendiri
Setelah kunci didapat, gunakanlah kunci tersebut
Setelah pintu terbuka dan melangkah keluar dari penjara
Dualisme sudah tidak ada lagi, bebas.

kunci dari dualisme adalah melihat dualisme itu sendiri sebagaimana adanya,tidak melekatinya sebagai yang benar atau sebagai yang tidak benar.. :)


Jangan menghitung sapi milik orang lain
Jalanilah Sila dan buktikan sendiri apakah Pancasila = Pancadhamma atau sebaliknya
Cicipilah apelnya, rasakan sendiri rasanya.
Apapun rasanya, sudah tidak ada keraguan lagi karena telah dirasakan sendiri

Soal dualisme pendapat masing2 sudah jelas

tidak salahnya memberikan pendapat,kalau semua cicipi,maka tidak ada gunanya diskusi dhamma
Langkah pertama adalah langkah yg terakhir...

Offline hendrako

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.244
  • Reputasi: 60
  • Gender: Male
Re: Mengembangkan MORALITAS/SILA tanpa MELEKATINYA sebagai TUJUAN[ASK]
« Reply #26 on: 24 June 2010, 12:33:53 PM »
Quote


Pancasila bukan Vs (versus) Pancadhamma
Pancasila adalah = (sama dengan) Pancadhamma

Pada saat menghindari tindakan pembunuhan, hal ini sekaligus akan menimbulkan cinta kasih.
Jalanilah Sila, maka anda akan melihat sendiri bahwa Pancasila = Pancadhamma.
Usaha menghindari yang satu akan mengembangkan yang lainnya.
Mengembangkan yang satu akan mengurangi yang lainnya.
Ada orang yang hanya berhenti berbuat jahat,tetapi tidak mengembangkan kebajikan,menurut Anda ada tidak orang seperti itu?dia tidak memberi,tetapi dia tidak juga serakah,so?dia tidak mencuri,tetapi dia juga tidak memberi... :)

jadi apakah Pancasila itu sama dengan Pancadhamma?


Quote
Mengembangkan kebajikan ada akhirnya yaitu pembebasan
Mengembangkan kejahatan tidak ada akhirnya yaitu keterikatan
saya tidak mengerti bahwa mengembangkan kebajikan ada akhirnya yaitu pembebasan,padahal mengembangkan maupun menghancurkan keduanya adalah kemelekatan.. :)


Quote
Perhatikan kalimat diatas yang masih dalam dualisme
Yang satu membawa pada pembebasan dari dualisme
Yang satu membawa pada keterikatan pada dualisme

bagi saya kedua-duanya membawa pada kemelekatan akan diri,akan dualisme,tidak ada pembebasan disana,bilamana masih ada pengembangan dan penghancuran..saya tidak ingin menderita,maka saya membuat baik,saya berbuat baik karena saya tidak ingin menderita,kedua kalimat tersebut,penghancuran dan pengembangan adalah kemelekatan diri,untuk diri sendiri... apakah itu bisa membawa pada pembebasan?

Quote
Apabila sudah sampai pada bebas dualisme tidak ada lagi
Apabila belum bebas dualisme selalu ada
setuju,tetapi apakah pengembangan dan penghancuran bisa membebaskan?


Quote
Kalimat diatas masih dalam dualisme juga.

bukan hanya kalimat diatas,tetapi kita masih dalam dualisme juga..

Quote
Kunci pembebasan ada di dalam dualisme itu sendiri
Setelah kunci didapat, gunakanlah kunci tersebut
Setelah pintu terbuka dan melangkah keluar dari penjara
Dualisme sudah tidak ada lagi, bebas.

kunci dari dualisme adalah melihat dualisme itu sendiri sebagaimana adanya,tidak melekatinya sebagai yang benar atau sebagai yang tidak benar.. :)


Jangan menghitung sapi milik orang lain
Jalanilah Sila dan buktikan sendiri apakah Pancasila = Pancadhamma atau sebaliknya
Cicipilah apelnya, rasakan sendiri rasanya.
Apapun rasanya, sudah tidak ada keraguan lagi karena telah dirasakan sendiri

Soal dualisme pendapat masing2 sudah jelas

tidak salahnya memberikan pendapat,kalau semua cicipi,maka tidak ada gunanya diskusi dhamma

Diskusi Dhamma sangat berguna.
Terutama agar tergerak untuk mencicipi.
Tidak sekedar hanya diskusi.
yaa... gitu deh

Offline ryu

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 13.403
  • Reputasi: 429
  • Gender: Male
  • hampir mencapai penggelapan sempurna ;D
Re: Mengembangkan MORALITAS/SILA tanpa MELEKATINYA sebagai TUJUAN[ASK]
« Reply #27 on: 24 June 2010, 01:34:28 PM »
kalau mau melihat orang yang tidak mengembangkan dan menghancurkan keknya ada deh, orang gila, orang lumpuh, binatang dll =))

Apakah Buddha masih mengembangkan dan menghancurkan?
apakah binatang masih mengembangkan atau menghancurkan? =))
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

Offline Riky_dave

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.229
  • Reputasi: -14
  • Gender: Male
Re: Mengembangkan MORALITAS/SILA tanpa MELEKATINYA sebagai TUJUAN[ASK]
« Reply #28 on: 24 June 2010, 08:16:40 PM »
kalau mau melihat orang yang tidak mengembangkan dan menghancurkan keknya ada deh, orang gila, orang lumpuh, binatang dll =))

Apakah Buddha masih mengembangkan dan menghancurkan?
apakah binatang masih mengembangkan atau menghancurkan? =))

saya tidak tahu soal binatang masih mengembangkan atau menghancurkan,karena Bhagava sendiri berkata bahwa alam binatang tidak mempunyai kesempatan untuk mengerti tentang Dhamma dan merealisasikan pelepasan..

jadi kembali ke pertanyaan saya,"Apakah Buddha masih mengembangkan dan menghancurkan? "

dalam Digha Nikaya,tertulis dalam 4 cara seseorang yang dungu menghindari sebuah pertanyaan,mengeliat-geliat bagaikan seekor belut..
Langkah pertama adalah langkah yg terakhir...

Offline ryu

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 13.403
  • Reputasi: 429
  • Gender: Male
  • hampir mencapai penggelapan sempurna ;D
Re: Mengembangkan MORALITAS/SILA tanpa MELEKATINYA sebagai TUJUAN[ASK]
« Reply #29 on: 24 June 2010, 10:06:17 PM »
kalau mau melihat orang yang tidak mengembangkan dan menghancurkan keknya ada deh, orang gila, orang lumpuh, binatang dll =))

Apakah Buddha masih mengembangkan dan menghancurkan?
apakah binatang masih mengembangkan atau menghancurkan? =))

saya tidak tahu soal binatang masih mengembangkan atau menghancurkan,karena Bhagava sendiri berkata bahwa alam binatang tidak mempunyai kesempatan untuk mengerti tentang Dhamma dan merealisasikan pelepasan..

jadi kembali ke pertanyaan saya,"Apakah Buddha masih mengembangkan dan menghancurkan? "

dalam Digha Nikaya,tertulis dalam 4 cara seseorang yang dungu menghindari sebuah pertanyaan,mengeliat-geliat bagaikan seekor belut..
loh anda termasuk orang dungu loh kalau mengikuti sutta ini, makanya kalau ikut guru yang dungu ya jadinya dungu juga lah hasilnya kakakakakak :


MAHADHAMMASAMADANA SUTTA (46)
Khotbah Besar tentang Cara-cara Menjalani Segala Sesuatu
(Sumber : Sutta Pitaka Majjhima Nikaya III,
Diterjemahkan oleh :Dra. Wena Cintiawati & Dra. Lanny Anggawati
Penerbit Vihara Bodhivamsa, Wisma Dhammaguna, Klaten, 2006)

1. DEMIKIAN YANG SAYA DENGAR. Pada suatu ketika Yang Terberkahi sedang berdiam di Savatthi di Hutan Jeta, Taman Anathapindika. Di sana Beliau menyapa para bhikkhu demikian: “Para bhikkhu.”-“Yang Mulia,” jawab mereka. Yang Terberkahi berkata demikian:

2. “Para bhikkhu, sebagian besar makhluk memiliki harapan, keinginan, kerinduan ini: ‘Semoga hal-hal yang tidak diharapkan, yang tidak diinginkan, yang tidak menyenangkan lenyap, sedangkan hal-hal yang diharapkan, yang diinginkan, yang menyenangkan bertambah!' Walaupun para makhluk memiliki harapan, keinginan, kerinduan ini, namun hal-hal yang tidak diharapkan,yang tidak diingikan, yang tidak menyenangkan bertambah, sedangkan hal-hal yang diharapkan, yang diinginkan, yang menyenangkan malahan lenyap. Para bhikkhu, menurutmu apa yang menyebabkan hal itu?”

“Yang Mulia, ajaran—ajaran kami berakar dari Yang Terberkahi, [310] dibimbing oleh Yang Terberkahi,memiliki Yang Terberkahi sebagai sumbernya. Sungguh bagus bila Yang Terberkahi berkenan menjelaskan arti dari kata-kata itu. Setelah mendengarnya dari Yang Terberkahi, para bhikkhu akan mengingatnya.”

“Kalau demikian, para bhikkhu, dengarkan dan perhatikan dengan seksama apa yang akan kukatakan.”

“Ya Yang Mulia.” Jawab mereka. Yang Terberkahi berkata demikian:

3. “Di sini, para bhikkhu, seorang biasa yang tak-terpelajar yang tidak peduli pada para mulia dan tidak terampil dan tidak terdisiplin di dalam Dhamma mereka, yang tidak peduli pada manusia-manusia sejati dan tidak terampil dan tidak terdisiplin di dalam Dhamma mereka, tidak mengetahui hal-hal apa yang seharusnya dikembangkan dan hal-hal apa yang seharusnya tidak dikembangkan, dia tidak mengetahui hal-hal apa yang seharusnya diikuti dan hal-hal apa yang seharusnya tidak diikuti. Karena tidak tahu, dia mengembangkan hal-hal yang seharusnya tidak dikembangkan dan tidak mengembangkan hal-hal yang seharusnya dikembangkan, dia mengikuti hal-hal yang seharusnya tidak diikuti dan tidak mengikuti hal-hal yang seharusnya diikuti.(481) Karena dia melakukan hal inilah maka hal-hal yang tidak diharapkan, tidak diinginkan, tidak menyenangkan pun bertambah untuknya, sedangkan hal-hal yang diharapkan, yang diinginkan, yang menyenangkan pun lenyap. Mengapa demikian? Itulah yang terjadi pada orang yang tidak melihat.

4. “Siswa mulia yang terpelajar, yang peduli pada para mulia dan terampil dan terdisiplin di dalam Dhamma mereka, yang peduli pada manusia-manusia sejati dan terampil dan terdisiplin di dalam Dhamma mereka, mengetahui hal-hal apa yang seharusnya dikembangkan dan hal-hal apa yang seharusnya tidak dikembangkan, dia mengetahui hal-hal apa yang seharusnya diikuti dan hal-hal apa yang seharusnya tidak diikuti. Karena tahu, dia mengembangkan hal-hal yang seharusnya dikembangkan dan tidak mengembangkan hal-hal yang seharusnya tidak dikembangkan, dia mengikuti hal-hal yang seharusnya diikuti dan tidak mengikuti hal-hal yang seharusnya tidak diikuti. Karena dia melakukan hal inilah maka hal-hal yang tidak diharapkan, tidak diinginkan, tidak menyenangkan pun lenyap untuknya, sedangkan hal-hal yang diharapkan, yang diinginkan, yang menyenangkan pun bertambah. Mengapa demikian? Itulah yang terjadi pada orang yang melihat.

5. “Para bhikkhu, ada empat cara untuk menjalani segala sesuatu. Apakah yang empat cara itu? Ada cara menjalani segala sesuatu yang menyakitkan sekarang dan menjadi matang di masa depan sebagai penderitaan. Ada [311] cara menjalani segala sesuatu yang menyenangkan sekarang dan menjadi matang di masa depan sebagai penderitaan. Ada cara menjalani segala sesuatu yang menyakitkan sekarang dan menjadi matang di masa depan sebagai kesenangan. Ada cara menjalani segala sesuatu yang menyenangkan sekarang dan menjadi matang di masa depan sebagai kesenangan.

 

(ORANG BODOH)

6. (1) “Sekarang, para bhikkhu, orang bodoh- yang tidak mengetahui cara menjalani segala sesuatu yang menyakitkan sekarang dan menjadi matang di masa depan sebagai penderitaan – ini tidak memahami hal itu sebagaimana adanya demikian: ‘Cara menjalani segala sesuatu ini menyakitkan sekarang dan menjadi matang di masa depan sebagai penderitaan.' Karena tidak tahu, tidak memahami hal itu sebagaimana adanya demikian, orang yang bodoh mengembangkannya dan tidak menghindarinya; karena dia melakukan hal inilah maka hal-hal yang tidak diharapkan, tidak diinginkan, tidak menyenangkan pun bertambah untuknya, sedangkan hal-hal yang diharapkan, yang diinginkan, yang menyenangkan pun lenyap, mengapa demikian? Itulah yang terjadi pada orang yang tidak melihat.

7. (2) “Sekarang, para bhikkhu, orang bodoh – yang tidak mengetahui cara menjalani segala sesuatu yang menyenangkan sekarang dan menjadi matang di masa depan sebagai penderitaan – ini tidak memahami hal itu sebagaimana adanya demikian: ‘Cara menjalani segala sesuatu ini menyenangkan sekarang dan menjadi matang di masa depan sebagai penderitaan. ‘Karena tidak tahu, tidak memahami hal itu sebagaimana adanya demikian, orang yang bodoh mengembangkannya dan tidak menghindarinya; karena dia melakukan hal inilah maka hal-hal yang tidak diharapkan…pun bertambah untuknya, sedangkan hal-hal yang diharapkan…pun lenyap. Mengapa demikian? Itulah yang terjadi pada orang yang tidak melihat.

8 (3) “Sekarang, para bhikkhu, orang bodoh – yang tidak mengetahui cara menjalani segala sesuatu yang menyakitkan sekarang dan menjadi matang di masa depan sebagai kesenangan – ini tidak memahami hal itu sebagaimana adanya demikian: ‘Cara menjalani segala sesuatu ini menyakitkan sekarang dan menjadi matang di masa depan sebagai kesenangan.' Karena tidak tahu, tidak memahami hal itu sebagaimana adanya demikian,orang yang bodoh tidak mengembangkannya melainkan menghindarinya; karena dia melakukan hal inilah maka hal-hal yang tidak diharapkan…pun bertambah untuknya, sedangkan hal-hal yang diharapkan… pun lenyap. Mengapa demikian? Itulah yang terjadi pada orang yang tidak melihat.

9. (4) “Sekarang, para bhikkhu,orang bodoh-yang tidak mengetahui cara menjalani segala sesuatu yang menyenangkan sekarang dan menjadi matang di masa depan sebagai kesenangan – ini tidak memahami hal itu sebagaimana adanya demikian: ‘Cara menjalani segala sesuatu ini menyenangkan sekarang dan menjadi matang di masa depan sebagai kesenangan,' Karena tidak tahu, tidak memahami hal itu sebagaimana adanya demikian,orang yang bodoh tidak mengembangkannya melainkan menghindarinya; karena dia melakukan hal inilah [312] maka hal-hal yang tidak diharapkan …pun bertambah untuknya, sedangkan hal-hal yang diharapkan …pun lenyap. Mengapa demikian? Itulah yang terjadi pada orang yang tidak melihat.

 

(ORANG BIJAKSANA)

10 (1) “Sekarang, para bhikkhu, orang bijaksana-yang mengetahui cara menjalani segala sesuatu yang menyakitkan sekarang dan menjadi matang di masa depan sebagai penderitaan- ini memahami hal itu sebagaimana adanya demikian: ‘Cara menjalani segala sesuatu ini menyakitkan sekarang dan menjadi matang di masa depan sebagai penderitaan.' Karena tahu, memahami hal itu sebagaimana adanya demikian, orang yang bijaksana tidak mengembangkannya melainkan menghindarinya; karena dia melakukan hal inilah maka hal-hal yang tidak diharapkan, tidak diinginkan, tidak menyenangkan pun lenyap, sedangkan hal-hal yang diharapkan, yang diinginkan, yang menyenangkan pun bertambah untuknya. Mengapa demikian? Itulah yang terjadi pada orang yang melihat.

11. (2) “Sekarang, para bhikkhu, orang bijaksana – yang mengetahui cara menjalani segala sesuatu yang menyenangkan sekarang dan menjadi matang di masa depan sebagai penderitaan – ini memahami hal itu sebagaimana adanya demikian: ‘Cara menjalani segala sesuatu ini menyenangkan sekarang dan menjadi matang di masa depan sebagai penderitaan. ‘Karena tahu, memahami hal itu sebagaimana adanya demikian, orang yang bijaksana tidak mengembangkannya melainkan menghindarinya; karena dia melakukan hal inilah maka hal-hal yang tidak diharapkan…pun lenyap, sedangkan hal-hal yang diharapkan…pun bertambah untuknya. Mengapa demikian? Itulah yang terjadi pada orang yang melihat.

12 (3) “Sekarang, para bhikkhu,orang bijaksana – yang mengetahui cara menjalani segala sesuatu yang menyakitkan sekarang dan menjadi matang di masa depan sebagai kesenangan – ini memahami hal itu sebagaimana adanya demikian: ‘Cara menjalani segala sesuatu ini menyakitkan sekarang dan menjadi matang di masa depan sebagai kesenangan.' Karena tahu, memahami hal itu sebagaimana adanya demikian, orang yang bijaksana tidak menghindarinya melainkan mengembangkan; karena dia melakukan hal inilah maka hal-hal yang tidak diharapkan…pun lenyap, sedangkan hal-hal yang diharapkan…pun bertambah untuknya. Mengapa demikian? Itulah yang terjadi pada orang yang melihat.

13 (4) “Sekarang,para bhikkhu, orang bijaksana – yang mengetahui cara menjalani segala sesuatu yang menyenangkan sekarang dan menjadi matang di masa depan sebagai kesenangan –ini memahami hal itu sebagaimana adanya demikian: ‘Cara menjalani segala sesuatu ini adanya demikian: ‘Cara menjalani segala sesuatu ini menyenangkan sekarang dan menjadi matang di masa depan sebagai kesenangan.' Karena tahu, memahami hal itu sebagaimana adanya demikian, orang yang bijaksana tidak menghindarinya melainkan mengembangkannya; karena dia melakukan hal inilah maka hal-hal yang tidak diharapkan…pun lenyap, sedangkan hal-hal yang diharapkan..pun bertambah untuknya. Mengapa demikian? Itulah yang terjadi pada orang yang melihat.

14 (1) “Apa, para bhikkhu, yang merupakan cara menjalani segala sesuatu yang menyakitkan sekarang dan menjadi matang di masa depan sebagai penderitaan? Di sini, para bhikkhu, seseorang di dalam penderitaan dan kesedihan membunuh, seseorang di dalam penderitaan dan kesedihan membunuh makhluk hidup, dan dia mengalami penderitaan dan kesedihan yang memiliki pembunuhan makhluk hidup sebagai kondisinya. Di dalam penderitaan dan kesedihan dia mengambil apa yang tidak diberikan…melakukan perilaku salah di dalam kenikmatan indera…berucap tidak benar…berucap dengki…berucap kasar…bergosip…iri hati…memiliki pikiran yang penuh niat jahat memegang pandangan salah, dan dia mengalami penderitaan dan kesedihan yang memiliki pandangan salah sebagai kondisi. Pada waktu hancurnya tubuh, setelah kematian, dia muncul kembali di dalam keadaan kekurangan, di tempat tujuan yang tidak bahagia, di dalam penderitaan berkepanjangan, bahkan di neraka. Inilah yang disebut cara menjalani segala sesuatu yang menyakitkan sekarang dan menjadi matang di masa depan sebagai penderitaan.

15 (2) “Apa, para bhikkhu, yang merupakan cara menjalani segala sesuatu yang menyenangkan sekarang dan menjadi matang di masa depan sebagai penderitaan? Di sini, para bhikkhu, seseorang di dalam kesenangan dan kegembiraan membunuh makhluk hidup, dan dia mengalami kesenangan dan kegembiraan yang memiliki pembunuhan makhluk hidup sebagai kondisinya. Di dalam kesenangan dan kegembiraan dia mengambil apa yang tidak diberikan …[314]…memegang pandangan salah, dan dia mengalami kesenangan dan kegembiraan yang memiliki pandangan salah sebagai kondisinya. Pada waktu hancurnya tubuh, setelah kematian dia muncul kembali di dalam keadaan kekurangan,. Di tempat tujuan yang tidak bahagia, di dalam penderitaan berkepanjangan, bahkan di neraka. Inilah yang disebut cara menjalani segala sesuatu yang menyenangkan sekarang dan menjadi matang di masa depan sebagai penderitaan.

16 (3) “Apa, para bhikkhu, yang merupakan cara menjalani segala sesuatu yang menyakitkan sekarang dan menjadi matang di masa depan sebagai kesenangan? Di sini, para bhikkhu, seseorang di dalam penderitaan dan kesedihan tidak melakukan perbuatan membunuh makhluk hidup, dan dia mengalami penderitaan dan kesedihan yang memiliki tanpa pembunuhan makhluk hidup sebagai kondisinya. Di dalam penderitaan dan kesedihan dia tidak melakukan perbuatan mengambil apa yang tidak diberikan…tidak melakukan perilaku salah di dalam kenikmatan indera…tidak berucap tidak benar…tidak berucap dengki…tidak berucap kasar…tidak bergosip…tidak iri hati…tidak memiliki pikiran yang penuh niat jahat…[315] dia memegang pandangan benar, dan dia mengalami penderitaan dan kesedihan yang memiliki pandangan benar sebagai kondisinya. Pada waktu hancurnya tubuh, setelah kematian, dia muncul kembali di tempat tujuan yang bahagia bahkan di alam surgawi. Inilah yang disebut cara menjalani segala sesuatu yang menyakitkan sekarang dan menjadi matang di masa depan sebagai kesenangan.

17. (4) “Apa, para bhikkhu, yang merupakan cara menjalani segala sesuatuyang menyenangkan sekarang dan menjadi matang di masa depan sebagai kesenangan? Di sini, para bhikkhu, seseorang di dalam kesenangan dan kegembiraan tidak melakukan perbuatan membunuh makhluk hidup, dan dia mengalami kesenangan dan kegembiraan yang memiliki tanpa-pembunuhan makhluk hidup sebagai kondisinya. Di dalam kesenangan dan kegembiraan dia tidak melakukan perbuatan mengambil apa yang tidak diberikan…dia memegang pandangan benar,dan dia mengalami kesenangan dan kegembiraan yang memiliki pandangan benar sebagai kondisinya. Pada waktu hancurnya tubuh, setelah kematian, dia muncul kembali di tempat tujuan yang bahagia, bahkan di alam surgawi. Inilah yang disebut cara menjalani segala sesuatu yang menyenangkan sekarang dan menjadi matang di masa depan sebagai kesenangan.
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

Offline ryu

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 13.403
  • Reputasi: 429
  • Gender: Male
  • hampir mencapai penggelapan sempurna ;D
Re: Mengembangkan MORALITAS/SILA tanpa MELEKATINYA sebagai TUJUAN[ASK]
« Reply #30 on: 24 June 2010, 10:18:45 PM »
Jalan Menuju Tingkat Arahat

Demikianlah yang saya dengar. Pada suatu ketika YM Ananda berdiam di Kosambi di Vihara Ghosita. Di sana YM Ananda menyapa para bhikkhu demikian:

"Para sahabat!"

"Ya, sahabat," jawab para bhikkhu. Kemudian YM Ananda berkata:

"Para sahabat, siapa pun bhikkhu atau bhikkhuni yang menyatakan di hadapanku bahwa mereka telah mencapai pengetahuan akhir tingkat Arahat, semua melakukannya dengan salah satu dari empat cara ini. Apakah yang empat itu?

"Di sini, para sahabat, seorang bhikkhu mengembangkan pandangan terang yang didahului ketenangan.65 Ketika dia telah mengembangkan pandangan terang yang didahului ketenangan itu, Sang Jalan pun muncul di dalam dirinya. Sekarang dia mengejar, mengembangkan dan mengolah jalan itu. Sementara dia melakukannya, belenggu-belenggu ditinggalkan dan kecenderungan-kecenderungan yang mendasari pun lenyap.66

"Atau juga, para sahabat, seorang bhikkhu mengembangkan ketenangan yang didahului oleh pandangan terang.67 Sementara dia mengembangkan ketenangan yang didahului oleh pandangan terang itu, Sang Jalan pun muncul di dalam dirinya. Sekarang dia mengejar, mengembangkan dan mengolah jalan itu. Sementara dia melakukannya, belenggu-belenggu ditinggalkan dan kecenderungan-kecenderungan yang mendasari pun lenyap.

"Atau juga, para sahabat, seorang bhikkhu mengembangkan ketenangan dan pandangan terang yang digabungkan berpasangan.68 Sementara dia mengembangkan ketenangan dan pandangan terang yang digabungkan secara berpasangan itu, Sang Jalan pun muncul di dalam dirinya. Sekarang dia mengejar, mengembangkan dan mengolah jalan itu. Sementara dia melakukannya, belenggu-belenggu ditinggalkan dan kecenderungan-kecenderungan yang mendasari pun lenyap.

"Atau juga, para sahabat, pikiran seorang bhikkhu dicengkeram oleh kegelisahan yang disebabkan oleh keadaan-keadaan pikiran yang lebih tinggi.69 Tetapi ada saat ketika pikirannya secara internal menjadi mantap, tenang, terpusat, dan terkonsentrasi; kemudian Sang Jalan itu muncul di dalam dirinya. Sekarang dia mengejar, mengembangkan dan mengolah jalan itu. Sementara dia melakukannya, belenggu-belenggu ditinggalkan dan kecenderungan-kecenderungan yang mendasari pun lenyap.

"Para sahabat, siapa pun bhikkhu atau bhikkhuni yang menyatakan di hadapanku bahwa mereka telah mencapai pengetahuan akhir tingkat Arahat, semuanya melakukannya dengan salah satu dari empat cara ini."
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

Offline ryu

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 13.403
  • Reputasi: 429
  • Gender: Male
  • hampir mencapai penggelapan sempurna ;D
Re: Mengembangkan MORALITAS/SILA tanpa MELEKATINYA sebagai TUJUAN[ASK]
« Reply #31 on: 24 June 2010, 10:21:52 PM »
oh ya berhubung sutta diatas bukan perkataan buddha maka tidak valid kata2nya dan dianggap hoax =)) =)) =))
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

Offline ryu

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 13.403
  • Reputasi: 429
  • Gender: Male
  • hampir mencapai penggelapan sempurna ;D
Re: Mengembangkan MORALITAS/SILA tanpa MELEKATINYA sebagai TUJUAN[ASK]
« Reply #32 on: 24 June 2010, 10:25:38 PM »
Meghiya

Pada suatu ketika Yang Terberkahi berdiam di Calika, di Bukit Calika. Di sana, Y.M. Meghiya - yang pada waktu itu adalah pendamping Yang Terberkahi1 - menghampiri Yang Terberkahi, memberi hormat kepada Beliau, dan berkata sambil berdiri di satu sisi:

"Bhante, saya ingin pergi ke Jantugama untuk mengumpulkan dana makanan."

"Engkau boleh melakukan apa yang kau pikir tepat, Meghiya."

Maka Y.M. Meghiya setelah berpakaian di pagi hari, mengambil jubah serta mangkuknya - pergi ke Jantugama untuk mengumpulkan dana makanan. Setelah berkeliling mengumpulkan dana dan kemudian makan, dia pergi ke tepi Sungai Kimikala.

Di sana, ketika berjalan berkeliling untuk meregangkan kaki, dia melihat hutan mangga yang menyenangkan dan indah. Pada saat melihat hutan itu, dia berpikir: "Sungguh menyenangkan hutan mangga ini; sungguh indah. Benar-benar tempat ini cocok bagi orang yang ingin berjuang dalam meditasi. Jika Yang Terberkahi mengizinkan, aku akan kembali ke hutan mangga ini untuk berjuang dalam meditasi."

Kemudian Y.M. Meghiya menemui Yang Terberkahi dan berkata: "Bhante, setelah mengumpulkan dana makanan dan makan di Jantugama, saya pergi ke tepi Sungai Kimikala. Ketika berjalan di sana, saya melihat hutan mangga yang menyenangkan dan indah, yang saya pikir cocok bagi orang yang ingin berjuang dalam meditasi. Jika Yang Terberkahi mengizinkan, saya akan pergi ke sana dan berjuang dalam meditasi."

"Tunggu sebentar Meghiya. Kita sedang sendirian di sini. Biarlah bhikkhu lain datang dahulu."

Tetapi Y.M. Meghiya mengulangi permohonannya: "Bhante, bagi Yang Terberkahi memang tidak ada lagi yang harus dicapai dan Beliau tidak perlu lagi menguatkan apa yang telah dicapai. Namun bagi saya, Bhante, masih ada yang harus dicapai dan saya perlu menguatkan apa yang telah saya capai. Jika Yang Terberkahi mengizinkan, saya akan pergi ke hutan mangga itu dan berjuang."

Sekali lagi Yang Terberkahi memintanya untuk menunggu, dan sekali lagi Y.M. Meghiya mengajukan permohonannya untuk ketiga kalinya. (Kemudian Yang Terberkahi berkata,)

"Karena kamu bicara tentang berjuang, Meghiya, apa yang bisa kukatakan? Engkau boleh melakukan apa yang kau pikir tepat."

Y.M. Meghiya kemudian berdiri dari tempat duduknya dan menghormat Yang Terberkahi. Sambil tetap menjaga Beliau berada di sebelah kanannya, Y.M. Meghiya pergi ke hutan mangga itu. Setelah tiba di sana, dia masuk ke dalam hutan dan duduk di bawah sebuah pohon untuk menghabiskan harinya di sana. Tetapi sementara berdiam di hutan mangga itu, tiga pemikiran yang jahat dan tak-bajik terus-menerus mengganggunya, yaitu: pemikiran sensual, pemikiran niat jahat, dan pemikiran kekerasan.2

Maka dia berpikir: "Benar-benar aneh, sungguh mengherankan! Aku telah meninggalkan rumah untuk masuk ke dalam kehidupan tak-berumah karena keyakinanku. Namun masih saja aku diganggu oleh tiga pemikiran yang jahat dan tak-bajik ini, yaitu: pemikiran sensual, pemikiran niat jahat dan pemikiran kekerasan."

Kemudian Y.M. Meghiya kembali kepada Yang Terberkahi, dan setelah memberi hormat pada Beliau, dia menceritakan apa yang terjadi: "Benar-benar aneh, sungguh mengherankan! Saya telah meninggalkan rumah untuk masuk ke dalam kehidupan tak-berumah karena keyakinan saya. Namun masih saja saya diganggu oleh tiga pemikiran yang jahat dan tak-bajik ini."

"Meghiya, jika pikiran masih kurang matang untuk pembebasan, ada lima kondisi yang mendukung untuk membuatnya matang. Apakah yang lima itu?

"Meghiya, hal pertama yang membuat pikiran yang tidak matang menjadi matang untuk pembebasan adalah memiliki teman yang mulia, sahabat yang mulia, kawan yang mulia."3

"Kemudian, Meghiya, seorang bhikkhu harus bermoral, mengendalikan diri dengan peraturan Patimokkha, sempurna di dalam tindakan dan usaha, melihat bahaya di dalam kesalahan terkecil sekalipun. Setelah mengambil peraturan-peraturan latihan, dia harus berlatih diri di dalamnya. Inilah hal kedua yang membuat pikiran yang tidak matang menjadi matang untuk pembebasan."

"Kemudian, Meghiya, pembicaraan dimana bhikkhu itu terlibat harus cocok dengan kehidupan yang sederhana dan membantu kejernihan mental; ini berarti pembicaraan tentang sedikitnya keinginan, tentang kepuasan, tentang kesendirian, tentang ketenangan, tentang pengerahan semangat, tentang moralitas, konsentrasi, kebijaksanaan, pembebasan, dan tentang pengetahuan serta pandangan pembebasan. Jika seorang bhikkhu memperoleh kesempatan untuk terlibat di dalam pembicaraan tentang hal-hal itu dengan mudah dan tanpa kesulitan, inilah hal ketiga yang membuat pikiran yang tidak matang menjadi matang untuk pembebasan."

"Kemudian, Meghiya, seorang bhikkhu hidup dengan semangat yang ditujukan untuk melepaskan semua yang tak-bajik dan mengumpulkan semua yang bajik, maka dia kokoh dan kuat di dalam usahanya, tidak melalaikan tugas-tugasnya sehubungan dengan kualitas-kualitas yang bajik. Inilah hal keempat yang membuat pikiran yang tidak matang menjadi matang untuk pembebasan."

"Kemudian, Meghiya, seorang bhikkhu memiliki kebijaksanaan; dia dilengkapi dengan kebijaksanaan yang melihat muncul dan lenyapnya fenomena, yang agung dan menembus, yang menuju pada hancurnya penderitaan secara total. Inilah hal kelima yang membuat pikiran yang tidak matang menjadi matang untuk pembebasan."

"Meghiya, bila seorang bhikkhu memiliki teman yang mulia, sahabat dan kawan yang mulia, dapat diharapkan bahwa dia akan menjadi bermoral ... bahwa dia akan terlibat di dalam pembicaraan yang cocok dengan kehidupan yang sederhana dan bermanfaat untuk kejernihan mental ... bahwa energinya akan dikerahkan untuk meninggalkan semua yang tak-bajik dan mengumpulkan semua yang bajik ... bahwa dia akan dilengkapi dengan kebijaksanaan yang membawa pada hancurnya penderitaan secara total."

"Kemudian, Meghiya, bila seorang bhikkhu telah mantap dalam lima hal ini, dia harus mengembangkan empat hal lain: dia harus mengembangkan meditasi tentang kekotoran (tubuh) untuk menghilangkan nafsu; dia harus mengembangkan cinta kasih untuk meninggalkan niat jahat; dia harus mengembangkan kewaspadaan terhadap pernafasan untuk memotong pemikiran yang mengganggu; dia harus mengembangkan pengertian tentang ketidakkekalan untuk menghilangkan kesombongan tentang 'Aku'. Di dalam diri orang yang memahami ketidakkekalan, pemahaman tentang tanpa-diri akan tertanam dengan mantap; dan orang yang memahami tanpa diri akan mencapai hapusnya kesombongan tentang 'Aku' dan mencapai Nibbana di dalam kehidupan ini juga."
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

Offline ryu

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 13.403
  • Reputasi: 429
  • Gender: Male
  • hampir mencapai penggelapan sempurna ;D
Re: Mengembangkan MORALITAS/SILA tanpa MELEKATINYA sebagai TUJUAN[ASK]
« Reply #33 on: 24 June 2010, 10:26:27 PM »
Terbebas dari Lima Ketakutan

O para bhikkhu, ada empat kekuatan. Apakah yang empat itu? Kekuatan kebijaksanaan, kekuatan semangat, kekuatan kehidupan yang tak ternoda dan kekuatan kebaikan hati.

Dan apakah, O para bhikkhu, kekuatan kebijaksanaan itu? Mengenai hal-hal yang tak-bajik dan dianggap sebagai tak-bajik, mengenai hal-hal yang bajik dan dianggap sebagai bajik; yang tak tercela dan yang tercela, dan dianggap sebagai demikian; yang gelap dan terang, dan dianggap sebagai demikian; yang cocok dan tidak cocok untuk dilatih, dan dianggap sebagai demikian; yang berharga dan tidak berharga bagi para mulia, dan dianggap sebagai demikian untuk - melihat hal-hal ini dengan jelas dan untuk mempertimbangkan dengan baik, inilah yang disebut kekuatan kebijaksanaan.

Dan apakah, para bhikkhu, kekuatan semangat? Mengenai hal-hal yang tak-bajik, tercela, gelap, tidak cocok untuk dilatih, yang tidak berharga bagi para mulia, dan yang dianggap sebagai demikian untuk membangkitkan keinginan, untuk mengerahkan usaha dan menggugah semangat seseorang untuk meninggalkan hal-hal ini; dan mengenai hal-hal yang bajik, tak tercela, terang, cocok untuk dilatih, berharga bagi para mulia, dan yang dianggap sebagai demikian untuk membangkitkan keinginan, untuk mengerahkan usaha dan menggugah energi seseorang dalam mencapai semua hal-hal ini. Inilah yang disebut kekuatan semangat.

Dan apakah, para bhikkhu, kekuatan kehidupan yang tak-ternoda? Di sini, para bhikkhu, seorang siswa mulia tak ternoda dalam perbuatannya, tak ternoda dalam ucapannya, tak ternoda dalam pikirannya. Inilah yang disebut kekuatan kehidupan yang tak ternoda.

Dan apakah, para bhikkhu, kekuatan kebaikan hati? Ada empat dasar kebaikan hati:5 dengan hadiah, dengan ucapan yang bersahabat, dengan tindakan membantu, dan dengan pemberian kesetaraan. Inilah hadiah yang terbaik: hadiah Dhamma. Dan inilah ucapan bersahabat yang terbaik: mengajarkan Dhamma terus-menerus kepada mereka yang ingin mendengarkan dan yang mendengarkan dengan penuh perhatian. Dan inilah tindakan membantu yang terbaik: untuk membangkitkan, menjaga dan memperkuat keyakinan pada mereka yang tidak memiliki keyakinan; untuk membangkitkan, menjaga dan memperkuat moralitas pada mereka yang tidak bermoral; untuk membangkitkan, menjaga dan memperkuat kedermawanan pada mereka yang kikir; untuk membangkitkan, menjaga dan memperkuat kebijaksanaan bagi mereka yang bodoh. Dan inilah pemberian kesetaraan yang terbaik: jika seorang Pemasuk-Arus menjadi setara dengan Pemasuk-Arus; jika Yang-Kembali-Sekali-Lagi setara dengan Yang-Kembali-Sekali-Lagi; jika seorang Yang-Tidak-Kembali-Lagi setara dengan Yang-Tidak-Kembali-Lagi; dan seorang Arahat setara dengan Arahat. Inilah, para bhikkhu, yang disebut kekuatan kebaikan hati.

Demikianlah akhir dari empat kekuatan.

Sekarang, para bhikkhu, seorang siswa mulia yang memiliki empat kekuatan ini telah meninggalkan lima ketakutan: ketakutan akan kehidupannya, ketakutan akan nama buruk, ketakutan akan merasa malu di depan umum, ketakutan akan kematian dan ketakutan akan nasib masa depan yang tidak bahagia.

Seorang siswa mulia yang memiliki empat kekuatan ini akan berpikir: "Aku tidak memiliki ketakutan akan kehidupanku. Mengapa aku harus memiliki ketakutan akan hal itu? Bukankah aku memiliki empat kekuatan kebijaksanaan, semangat, kehidupan tak ternoda dan kebaikan hati? Hanya orang yang dungu dan malas, yang memiliki noda dalam perbuatan, ucapan, dan pikiran, serta yang tidak memiliki kebaikan hati orang seperti itulah yang mungkin memiliki ketakutan akan kehidupannya.

"Aku tidak memiliki ketakutan akan nama buruk atau merasa malu di depan umum, tidak pula ketakutan akan kematian dan akan nasib masa depan yang tidak bahagia. Mengapa aku harus memiliki ketakutan-ketakutan ini? Bukankah aku memiliki empat kekuatan kebijaksanaan, semangat, kehidupan tak ternoda dan kebaikan hati? Hanya seorang yang dungu dan malas, yang memiliki noda dalam perbuatan, ucapan, dan pikiran, serta yang tidak memiliki kebaikan hati - orang seperti inilah yang mungkin memiliki semua ketakutan ini."

Demikianlah semua ini harus dipahami, para bhikkhu, bahwa seorang siswa mulia yang memiliki empat kekuatan ini telah meninggalkan lima ketakutan.
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

Offline ryu

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 13.403
  • Reputasi: 429
  • Gender: Male
  • hampir mencapai penggelapan sempurna ;D
Re: Mengembangkan MORALITAS/SILA tanpa MELEKATINYA sebagai TUJUAN[ASK]
« Reply #34 on: 24 June 2010, 10:26:50 PM »
Apa yang Tidak Bisa Dilakukan Arahat

Di masa lalu, Sutava, dan juga di masa sekarang, kunyatakan bahwa seorang bhikkhu yang juga Arahat - orang yang noda-nodanya telah dihancurkan, yang telah menjalani kehidupan suci, telah mengerjakan tugasnya, telah melepaskan semua beban, telah mencapai tujuannya, telah menghancurkan penghalang dumadi dan menjadi terbebas lewat pengetahuan akhir - tidak bisa melakukan pelanggaran yang berhubungan dengan sembilan hal: dia tidak bisa menghancurkan kehidupan, melakukan percurian, terlibat dalam tindakan seksual, berbohong dengan sengaja, dan menggunakan kenikmatan yang tersedia seperti yang dilakukannya di masa lalu ketika masih sebagai perumah tangga; selanjutnya, dia tidak bisa melakukan tindakan yang salah berdasarkan nafsu keinginan, kebencian, kebodohan atau ketakutan. Di waktu lalu, Sutava, dan juga di masa sekarang, kunyatakan bahwa seorang bhikkhu Arahat tidak bisa melakukan pelanggaran yang berhubungan dengan sembilan hal ini.
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

Offline ryu

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 13.403
  • Reputasi: 429
  • Gender: Male
  • hampir mencapai penggelapan sempurna ;D
Re: Mengembangkan MORALITAS/SILA tanpa MELEKATINYA sebagai TUJUAN[ASK]
« Reply #35 on: 24 June 2010, 10:27:35 PM »
Raungan Singa Sariputta

Pada suatu ketika Yang Terberkahi sedang berdiam di Savatthi di Hutan Jeta, di Vihara Anathapindika. Pada saat itu Y.M. Sariputta menghampiri Yang Terberkahi. Setelah memberi hormat kepada Yang Terberkahi, dia duduk di satu sisi dan berkata:

"Bhante, saya telah menyelesaikan masa vassa di Savatthi dan berkeinginan untuk melakukan perjalanan."

"Sariputta, engkau boleh pergi bilamana engkau siap." Y.M. Sariputta bangkit dari tempat duduknya, menghormat Yang Terberkahi. Dengan tetap menjaga Beliau berada di sebelah kanannya, dia berangkat.

Segera setelah Y.M. Sariputta berangkat, seorang bhikkhu berkata kepada Yang Terberkahi: "Y.M. Sariputta telah memukul saya dan pergi tanpa minta maaf." 6

Maka Yang Terberkahi memanggil seorang bhikkhu lain dan berkata, "Pergilah, bhikkhu, dan panggillah Y.M. Sariputta. Katakan, 'Guru memanggilmu, Sariputta.'" 7 Bhikkhu itu melakukan apa yang diperintahkan kepadanya dan Y.M. Sariputta menjawab dengan berkata, "Ya, sahabat."

Kemudian Y.M. Mahamogallana dan Y.M. Ananda mengambil kunci-kunci, dan pergi ke sekeliling tempat tinggal para bhikkhu dan berkata, "Mari, tuan-tuan yang terhormat, datanglah! Karena hari ini Y.M. Sariputta akan mengeluarkan raungan singanya di depan Yang Terberkahi."

Y.M. Sariputta menghampiri Yang Terberkahi dan setelah memberi hormat, duduk di satu sisi. Setelah Y.M. Sariputta duduk, Yang Terberkahi berkata:

"Salah satu bhikkhu temanmu di sini mengeluh bahwa engkau telah memukulnya dan pergi tanpa minta maaf."

"Bhante, seseorang yang tidak memiliki kewaspadaan terhadap tubuhnya 8 mungkin dapat memukul sesama bhikkhu dan pergi tanpa minta maaf.

"Bhante, sama seperti orang-orang membuang ke bumi benda-benda yang bersih dan tidak bersih, tahi, kencing, ludah, nanah dan darah, namun walaupun demikian bumi tidak memiliki rasa muak, benci atau jijik terhadap semua itu; 9 demikian pula, Bhante, saya hidup dengan hati yang seperti bumi, luas, sangat kuat dan tidak terukur, tanpa permusuhan, dan tanpa niat jahat. Tetapi seseorang yang tidak memiliki kewaspadaan terhadap tubuhnya mungkin dapat memukul sesama bhikkhu dan pergi tanpa minta maaf.

"Bhante, sama seperti orang-orang menggunakan air untuk mencuci benda-benda yang bersih dan tidak bersih, benda-benda yang terkotori oleh tahi, kencing, ludah, nanah dan darah, namun walaupun demikian air tidak memiliki rasa muak, benci, atau jijik terhadap semua itu; demikian pula, Bhante, saya hidup dengan hati yang seperti air, luas, sangat kuat dan tidak terukur, tanpa permusuhan dan tanpa niat jahat. Tetapi seseorang yang ... dan pergi tanpa minta maaf.

"Bhante, sama seperti api membakar benda-benda yang bersih dan tidak bersih, benda-benda yang terkotori oleh tahi, kencing, ludah, nanah dan darah, tetapi walaupun demikian api tidak memiliki rasa muak, benci, atau jijik terhadap semua itu; demikian pula, Bhante, saya hidup dengan hati yang seperti api, luas, sangat kuat dan tidak terukur, tanpa permusuhan dan tanpa niat jahat. Tetapi seseorang yang ... dan pergi tanpa minta maaf.

"Bhante, sama seperti angin bertiup pada benda-benda yang bersih dan tidak bersih, pada tahi, kencing, ludah, nanah dan darah, namun walaupun demikian angin tidak memiliki rasa muak, benci, atau jijik terhadap semua itu; demikian pula, Bhante, saya hidup dengan hati yang seperti angin, luas, sangat kuat dan tidak terukur, tanpa permusuhan dan tanpa niat jahat. Tetapi seseorang yang ... dan pergi tanpa minta maaf.

"Bhante, sama seperti kain lap yang membersihkan benda-benda yang bersih dan tidak bersih, benda-benda yang terkotori oleh tahi, kencing, ludah, nanah dan darah, namun walaupun demikian kain lap tidak memiliki rasa muak, benci, atau jijik terhadap semua itu; demikian pula, Bhante, saya hidup dengan hati yang seperti kain lap, luas, sangat kuat dan tidak terukur, tanpa permusuhan dan tanpa niat jahat. Tetapi seseorang yang ... dan pergi tanpa minta maaf.

"Bhante, sama seperti seorang anak laki laki atau perempuan dari kasta buangan - dengan wadah untuk mengemis di tangan dan pakaian compang-camping - memasuki sebuah desa atau kota dengan rendah hati; demikian pula, Bhante, saya hidup dengan hati seperti anak dari kasta yang rendah itu, dengan hati yang luas, sangat kuat dan tidak terukur, tanpa permusuhan dan tanpa niat jahat. Tetapi seseorang yang ... dan pergi tanpa minta maaf.

"Bhante, sama seperti seekor kerbau dengan tanduk yang telah dipotong, lembut, jinak dan terlatih baik, ketika berjalan dari satu jalan ke jalan yang lain, dari satu lapangan ke lapangan yang lain, tidak akan melukai seorang pun dengan kaki atau tanduknya; demikian pula, Bhante, saya hidup seperti kerbau dengan tanduk yang telah dipotong, dengan hati yang luas, sangat kuat dan tidak terukur, tanpa permusuhan dan tanpa niat jahat. Tetapi seseorang yang ... dan pergi tanpa minta maaf.

"Bhante, sama seperti seorang pemuda atau pemudi, yang masih muda dan menyukai perhiasan dan baru saja mencuci kepalanya, akan dipenuhi rasa muak, benci dan jijik jika bangkai seekor ular, anjing atau manusia dikalungkan ke lehernya; demikian pula, Bhante, saya dipenuhi rasa muak, benci dan jijik terhadap tubuh kotor saya ini. Tetapi seseorang yang tidak memiliki kewaspadaan terhadap tubuhnya mungkin dapat memukul sesama bhikkhu dan pergi tanpa minta maaf."

"Bhante, sama seperti jika seseorang harus membawa lemak cair di dalam mangkuk retak yang penuh lubang, yang merembes dan menetes; demikian pula, Bhante, ke mana-mana saya membawa tubuh ini, yang retak dan penuh lubang, yang merembes dan menetes. Tetapi seseorang yang tidak memiliki kewaspadaan terhadap tubuhnya mungkin dapat memukul sesama bhikkhu dan pergi tanpa minta maaf."

Maka bhikkhu yang menuduh Y.M. Sariputta itu pun berdiri dari duduknya, dan mengatur jubah atasnya pada satu bahu. Dengan kepalanya merunduk menghormat di kaki Yang Terberkahi dia berkata: "Tuan, saya telah melakukan kesalahan ketika saya begitu bodoh, tolol dan tidak terlatih sehingga menuduh Y.M. Sariputta secara salah, dengan tidak semestinya, dan dengan tidak benar. Semoga Yang Terberkahi menerima pengakuan kesalahan saya dan memaafkan saya, dan saya akan melatih pengendalian diri di masa mendatang."

"Benar, bhikkhu, engkau telah melakukan kesalahan ketika engkau begitu bodoh, tolol dan tidak terlatih sehingga menuduh Sariputta secara salah, dengan tidak semestinya, dan dengan tidak benar. Tetapi karena engkau telah melihat kesalahanmu dan melakukan perbaikan sesuai peraturan, engkau kumaafkan. Merupakan tanda pertumbuhan di dalam Vinaya Yang Mulia bila seseorang melihat kesalahannya, melakukan perbaikan sesuai dengan peraturan dan melatih pengendalian diri di masa mendatang."

Yang Terberkahi kemudian berpaling kepada Y.M. Sariputta dan berkata: "Maafkan orang tolol ini, Sariputta, sebelum kepalanya terbelah menjadi tujuh bagian di tempat ini juga."

"Saya akan memaafkan dia, Bhante, jika bhikkhu terhormat ini minta maaf kepada saya. Dan semoga dia juga memaafkan saya."
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

Offline ryu

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 13.403
  • Reputasi: 429
  • Gender: Male
  • hampir mencapai penggelapan sempurna ;D
Re: Mengembangkan MORALITAS/SILA tanpa MELEKATINYA sebagai TUJUAN[ASK]
« Reply #36 on: 24 June 2010, 10:28:14 PM »
Penghancuran Noda-noda

Kunyatakan, O para bhikkhu, bahwa penghancuran noda-noda muncul bergantung pada jhana pertama, jhana kedua, jhana ketiga, jhana keempat; bergantung pada landasan dari ketidakterbatasan ruang, landasan dari ketidakterbatasan kesadaran, landasan dari ketiadaan, landasan dari bukan-persepsi-pun-bukan-tanpa-persepsi; bergantung pada berhentinya persepsi dan perasaan.13

Ketika dikatakan, "Kunyatakan, O para bhikkhu, bahwa penghancuran noda-noda muncul bergantung pada jhana pertama," dengan alasan apa dikatakan demikian? Di sini, para bhikkhu, terpisah dari kenikmatan indera, terpisah dari keadaan-keadaan tak-bajik, seorang bhikkhu masuk dan berdiam di dalam jhana pertama, yang diiringi dengan pemikiran dan pemeriksaan, dengan sukacita dan kebahagiaan yang terlahir karena keterpisahan ini. Apa pun keadaan yang termasuk di dalamnya terdiri dari bentuk, perasaan, persepsi, bentukan-bentukan kehendak atau kesadaran: dia memandang keadaan-keadaan itu sebagai tidak kekal, sebagai penderitaan, sebagai penyakit, sebagai borok, sebagai anak panah, sebagai kesedihan, sebagai penyebab penderitaan, sebagai sesuatu yang asing, sebagai sesuatu yang terpisah-pisah, sebagai sesuatu yang kosong, sebagai bukan-aku. 14 Setelah melihatnya demikian, kemudian pikirannya akan teralih dari keadaan-keadaan itu dan terpusat pada elemen-elemen tanpa-kematian: "Ini damai, ini amat indah: yaitu berhentinya segala bentukan, lepasnya semua perolehan, hancurnya nafsu, tanpa-nafsu, berhenti, Nibbana." 15 Jika dia mantap dalam hal ini, dia mencapai penghancuran noda-noda; tetapi jika dia tidak mencapai penghancuran noda-noda karena kemelekatannya pada Dhamma, dan kesenangannya pada Dhamma, maka dengan hancurnya lima penghalang yang rendah dia akan secara spontan terlahir kembali (di alam surga) dan di sana mencapai Nibbana, tanpa pernah kembali dari alam itu.

Sama halnya, para bhikkhu, seorang pemanah atau muridnya yang berlatih dengan orang-orangan jerami atau seonggok tanah liat yang kemudian menjadi sasaran jarak jauh, seorang pembidik jitu yang bisa menjatuhkan sasaran yang besar, demikian pula halnya dengan seorang bhikkhu yang mencapai hancurnya noda-noda bergantung pada jhana pertama.16

(Perumusan yang sama diterapkan pada tiga jhana yang lain dan tiga pencapaian tanpa-bentuk yang lebih rendah, hanya saja di pencapaian tanpa-bentuk tidak ada pandangan akan keadaan-keadaan yang terdiri atas bentuk.)

Demikian, para bhikkhu, penembusan pada pengetahuan akhir terjadi sampai pada tahap adanya pencapaian dengan persepsi. Tetapi mengenai dua landasan ini - pencapaian landasan bukan-persepsi-pun-bukan-tanpa-persepsi, dan berhentinya persepsi dan perasaan - kukatakan bahwa keduanya ini harus dijunjung tinggi oleh para bhikkhu yang bermeditasi, yang terampil dalam pencapaian dan terampil keluar dari pencapaian itu, setelah mereka mencapainya dan keluar darinya.17
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

Offline ryu

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 13.403
  • Reputasi: 429
  • Gender: Male
  • hampir mencapai penggelapan sempurna ;D
Re: Mengembangkan MORALITAS/SILA tanpa MELEKATINYA sebagai TUJUAN[ASK]
« Reply #37 on: 24 June 2010, 10:30:47 PM »
biar sutta2 hoax ini menyesatkan anda dan bisa membuat anda meninggalkan aliran murni anda, sehingga anda semakin jauh dari berhentinya pikiran =))
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

Offline dipasena

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.612
  • Reputasi: 99
  • Gender: Male
  • Sudah Meninggal
Re: Mengembangkan MORALITAS/SILA tanpa MELEKATINYA sebagai TUJUAN[ASK]
« Reply #38 on: 24 June 2010, 10:32:45 PM »
nih lg mau unjuk gigi posting sutta ? posting sutta-tono aja bro, bagus, ga buat orang stress berspekulasi jd makin stress... bsok2 main pedang2an tp masih berbicara sutta... nah klo dah gtu kan gawat...

bro ryu, mending kita malam-malam dangdut aja... kan lg tren nih akhir2 ini selain nonton bareng malam-malam... lu orang stress jg diladeni...  jd ikutan stress lu baru kapok :D

salam dangdut
aa'tono

Offline ryu

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 13.403
  • Reputasi: 429
  • Gender: Male
  • hampir mencapai penggelapan sempurna ;D
Re: Mengembangkan MORALITAS/SILA tanpa MELEKATINYA sebagai TUJUAN[ASK]
« Reply #39 on: 24 June 2010, 10:37:20 PM »
nih lg mau unjuk gigi posting sutta ? posting sutta-tono aja bro, bagus, ga buat orang stress berspekulasi jd makin stress... bsok2 main pedang2an tp masih berbicara sutta... nah klo dah gtu kan gawat...

bro ryu, mending kita malam-malam dangdut aja... kan lg tren nih akhir2 ini selain nonton bareng malam-malam... lu orang stress jg diladeni...  jd ikutan stress lu baru kapok :D

salam dangdut
aa'tono
hush, gw khan setan penggoda, biar semakin tersesat dengan sutta2 hoax khan makin rame orang yang mencapai penggelapan sempurna =))
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

Offline dipasena

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.612
  • Reputasi: 99
  • Gender: Male
  • Sudah Meninggal
Re: Mengembangkan MORALITAS/SILA tanpa MELEKATINYA sebagai TUJUAN[ASK]
« Reply #40 on: 24 June 2010, 10:46:10 PM »
nih lg mau unjuk gigi posting sutta ? posting sutta-tono aja bro, bagus, ga buat orang stress berspekulasi jd makin stress... bsok2 main pedang2an tp masih berbicara sutta... nah klo dah gtu kan gawat...

bro ryu, mending kita malam-malam dangdut aja... kan lg tren nih akhir2 ini selain nonton bareng malam-malam... lu orang stress jg diladeni...  jd ikutan stress lu baru kapok :D

salam dangdut
aa'tono
hush, gw khan setan penggoda, biar semakin tersesat dengan sutta2 hoax khan makin rame orang yang mencapai penggelapan sempurna =))

bukan gtu bro... gw kasihan aja, ga sampe ati ngeliat lu klo klo babe nya nge-ban/nge-block lu dr fb nya... gtu loh... aa udah kena, jangan lu tiru jalan aa... wkwkwkwk...

gini gini... masih inget aturan guru ?
1. guru tidak pernah salah.
2. jika guru salah, maka liat aturan no. 1 : guru tidak pernah salah...

udah jangan dilawan, pasti salah lu... dah nyata keliatan, pasti salah... ga bakal bs lu menyalahkan sebaliknya... wkwkwkwkwk...

salam dangdut
aa'tono

Offline ryu

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 13.403
  • Reputasi: 429
  • Gender: Male
  • hampir mencapai penggelapan sempurna ;D
Re: Mengembangkan MORALITAS/SILA tanpa MELEKATINYA sebagai TUJUAN[ASK]
« Reply #41 on: 24 June 2010, 10:51:34 PM »
nih lg mau unjuk gigi posting sutta ? posting sutta-tono aja bro, bagus, ga buat orang stress berspekulasi jd makin stress... bsok2 main pedang2an tp masih berbicara sutta... nah klo dah gtu kan gawat...

bro ryu, mending kita malam-malam dangdut aja... kan lg tren nih akhir2 ini selain nonton bareng malam-malam... lu orang stress jg diladeni...  jd ikutan stress lu baru kapok :D

salam dangdut
aa'tono
hush, gw khan setan penggoda, biar semakin tersesat dengan sutta2 hoax khan makin rame orang yang mencapai penggelapan sempurna =))

bukan gtu bro... gw kasihan aja, ga sampe ati ngeliat lu klo klo babe nya nge-ban/nge-block lu dr fb nya... gtu loh... aa udah kena, jangan lu tiru jalan aa... wkwkwkwk...

gini gini... masih inget aturan guru ?
1. guru tidak pernah salah.
2. jika guru salah, maka liat aturan no. 1 : guru tidak pernah salah...

udah jangan dilawan, pasti salah lu... dah nyata keliatan, pasti salah... ga bakal bs lu menyalahkan sebaliknya... wkwkwkwkwk...

salam dangdut
aa'tono
di ban? cucian de lu =)) gw jarang suka buka FB, males ngurusin kek gituan =))
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

Offline marcedes

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.528
  • Reputasi: 70
  • Gender: Male
  • May All Being Happinesssssssss
Re: Mengembangkan MORALITAS/SILA tanpa MELEKATINYA sebagai TUJUAN[ASK]
« Reply #42 on: 25 June 2010, 12:03:41 AM »
bro Ricky
kalau sy liat,,anda sendiri yg berkutat di dalam pikiran anda. :)
serta anda sendiri yg membuat diri anda menderita...kalau sudah menderita seperti ini, memikirkan nya untuk apa?  ;)
Ada penderitaan,tetapi tidak ada yang menderita
Ada jalan tetapi tidak ada yang menempuhnya
Ada Nibbana tetapi tidak ada yang mencapainya.

TALK LESS DO MOREEEEEE !!!

Offline Riky_dave

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.229
  • Reputasi: -14
  • Gender: Male
Re: Mengembangkan MORALITAS/SILA tanpa MELEKATINYA sebagai TUJUAN[ASK]
« Reply #43 on: 25 June 2010, 11:19:01 AM »
bro Ricky
kalau sy liat,,anda sendiri yg berkutat di dalam pikiran anda. :)
serta anda sendiri yg membuat diri anda menderita...kalau sudah menderita seperti ini, memikirkan nya untuk apa?  ;)

maka dari itu lepaskan.. :)

penderitaan itu ada,tetapi tidak ada yang menderita,lantas mengapa harus menderita ?apalagi didalam diskusi dunia maya,sebagai "ini loh saya benar" "ini loh kamu salah"... :)
Langkah pertama adalah langkah yg terakhir...

Offline marcedes

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.528
  • Reputasi: 70
  • Gender: Male
  • May All Being Happinesssssssss
Re: Mengembangkan MORALITAS/SILA tanpa MELEKATINYA sebagai TUJUAN[ASK]
« Reply #44 on: 26 June 2010, 12:08:58 AM »
bro Ricky
kalau sy liat,,anda sendiri yg berkutat di dalam pikiran anda. :)
serta anda sendiri yg membuat diri anda menderita...kalau sudah menderita seperti ini, memikirkan nya untuk apa?  ;)

maka dari itu lepaskan.. :)

penderitaan itu ada,tetapi tidak ada yang menderita,lantas mengapa harus menderita ?apalagi didalam diskusi dunia maya,sebagai "ini loh saya benar" "ini loh kamu salah"... :)
loh, jadi buat apa bertanya sampai bikin thread gini?
Ada penderitaan,tetapi tidak ada yang menderita
Ada jalan tetapi tidak ada yang menempuhnya
Ada Nibbana tetapi tidak ada yang mencapainya.

TALK LESS DO MOREEEEEE !!!

Offline kullatiro

  • Sebelumnya: Daimond
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.153
  • Reputasi: 97
  • Gender: Male
  • Ehmm, Selamat mencapai Nibbana
Re: Mengembangkan MORALITAS/SILA tanpa MELEKATINYA sebagai TUJUAN[ASK]
« Reply #45 on: 26 June 2010, 10:00:29 PM »
bingung ini sebenarnya bahas apa sihh? kok bulat banget yah sampai tergelincir rasanya.
lah kalau merasakan masih menderita bila sedang menjalankan sila itu artinya belum mampu melaksanakan sila dengan baik.

justru berkutat begini begitu itu yang tidak baik kita manusia banyak kemunduran atau kemerosotan karena tidak menjalankan sila dengan baik hingga lahir ke alam lebih rendah bila lahir kealam lebih rendah maka kesempatan kita untuk mencapai nibbana makin menjauh sedang sila diadakan karena dengan mencegah perbuatan buruk dan memperbanyak perbuatan baik.

maka dia dapat lahir di alam lebih baik hingga membuka kesempatan kita untuk mempelajari dhamma dengan baik dan jalan menuju nibbana lebih terbuka lapang dengan sendirinya.

ada memang kemelekatan tapi kemelekatan ini membawa kearah yang baik hingga setahap setahap kita dapat melepaskan diri  dari kemelekatan keseluruhan nya atau mencapai nibbana. 
« Last Edit: 26 June 2010, 10:29:16 PM by daimond »

Offline The Ronald

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.231
  • Reputasi: 89
  • Gender: Male
Re: Mengembangkan MORALITAS/SILA tanpa MELEKATINYA sebagai TUJUAN[ASK]
« Reply #46 on: 26 June 2010, 10:15:16 PM »
bagi yg awam.... pertama 2 akan melekatinya..
sebagai contoh mudah..
sila pertama... yaitu melatih diri untuk tidak membunuh... tujuannya..yaitu melatih diri
pada tahap awal..  waktu liat nyamuk.. grrr..untung saya sedang berlatih sila 1..klo gak kmu mati neh"
pda tahap lanjutan....
waktu lihat nyamuk... "oh nyamuk...." dan tampa keinginan membunuh... bukan kerana menjaga sila, karena sudah beranggapan membunuh itu ...engggg..hmm... menjijikan... (tahap ini sila melekat pada sila 1...sudah berkurang banyak...)
dan tahap selanjutnya.... sry belom nyampe....

kurasa cukup banyak dah sudah sampai ke tahap yg menganggap membunuh itu menjijikan... bukan tidak membunuh karena ingin mengembangkan sila...
...