//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Show Posts

This section allows you to view all posts made by this member. Note that you can only see posts made in areas you currently have access to.


Topics - Aryacetana

Pages: [1]
1

Dikutip dari:
Master Talk (Maha Guru Lian Sheng Huo Fo)
Tema: Si Penagih Hutang
Tabloid Cen Fo Indonesia
Februari 2008
Edisi No.83
Halaman 3



Duduk di atas Dharmasana, aku merenungkan perjalanan karirku sendiri. Sejak pertama kali memproklamirkan diri, aku sudah dihadang oleh pelbagai bencana dan kesulitan. Aku tak pernah berbuat salah kepada siapa pun, namun kalangan agamawan senantiasa latah ‘menggonggong beramai-ramai’ begitu ada yang mulai ‘menggonggongi’ aku. Kesulitan-kesulitan yang aku hadapi datang silih berganti, dapat dikatakan hampir semua kesulitan-kesulitan duniawi pernah kualami.

Namaku sendiri, selain sebagai identitas, selebihnya hanya berfungsi untuk dicaci-maki orang. Memang aku menjadi terkenal di kemudian hari, namun itu juga tergantung macam apa reaksi dari masyarakat.
“Siapakah dia?”
“Lu Shengyan!”
“Oh! Penjahat, pembawa aliran sesat, manusia busuk, mata keranjang , penipu, setan jahanam….”
Setelah itu diakhiri pula dengan cibiran dan endusan hidung merendahkan.

Maka, dalam perjalanan hidup selanjutnya, aku menjadi semakin berhati-hati menjaga diri dan perbuatanku.
Misalnya, dalam urusan Dharma, tak pernah aku bicara soal uang, semuanya diserahkan kepada kerelaan umat.
Demikian pula saat menghadapi umat atau murid wanita , terlebih lagi aku harus menjaga diri, agar tak terjadi sesuatu yang dapat dijadikan bahan serangan pihak lain.

Tentu saja, sepanjang yang dapat dilakukan, aku sudah melakukan sebaik dan serapi mungkin. Namun kenyataannya, tetap saja masih ada yang bocor, dan selalu ada saja yang jahil, menusuki dan menikami lubang-lubang kebocoranku itu. Nampaknya mereka memang berhasil menikam aku, tetapi aku selalu mampu terhindar dari kecelakaan. Berapa kali aku ingin dijerumuskan orang, tetapi selalu gagal dan kandas di tengah jalan.

---000----

2
Tabloid Buddhis Zhen Fo Zong
Cen Fo Indonesia
Oktober  2009
No. 103


MASTER TALK
MAHA GURU SHENG YEN LU

Halaman 3 & 4


Dharmadesana Maha Guru Di Upacara Homa Yaochi Jinmu
19 Juli 2009
Rainbow Vajra Garbha

Saya kutip sub-subnya saja
1)   BERADA DALAM KONTROL YAOCHI JINMU
2)   SEMOGA PERMOHONAN DAPAT TERKABUL
3)   MENAKLUKKAN EMPAT MARA
4)    MARA PERTAMA: KILESA MARA
5)   SAKIT JUGA ADALAH KILESA
6)   LELUCON TENTANG OPERASI
7)   PENGALAMAN DI KAMAR BEDAH
8 )    MARA KEDUA : PANCOPADANA MARA
9)   BERPIKIR PUN ADALAH SEBUAH BENTUK KILESA
10)   BERKUMPUL JUGA BISA MENGAKIBATKAN PENDERITAAN
11)    MARA KETIGA : MRTYU MARA
12)   MARA KEEMPAT : ISVARA MARA

13)    PENYAKIT SOMNAMBULIS
14)   SRI HEVAJRA DAPAT MENAKLUKKAN KEEMPAT MARA
15)   ANTARA NIKMAT DAN DERITA
16)   KEBAHAGIAAN TERTINGGI & PENDERITAAN TERTINGGI
17)   JANGAN HANYA BERPIKIR TENTANG YANG SENANG-SENANG SAJA

Yang khas Tantrayana Satya Buddha / Zhen Fo adalah sub nomor 3,4,8,11,12 (catatan: setiap sub gw ga kutip semuanya, yang inti aja)

3) MENAKLUKKAN EMPAT MARA
Kita lihat ada 4 orang yang diinjak di bawah tempat berdirinya Sri Hevajra. Keempat orang itu Catvaro Mara (Empat Mara), melambangkan Sri Hevajra mampu menaklukkan Empat Mara.

4) MARA PERTAMA: KILESA MARA
Mara pertama adalah Kilesa Mara artinya dengan mencapai yukta (kontak batin) dengan Sri Hevajra kita akan mampu mengikis segala jenis dan bentuk kilesa dalam diri kita. Kilesa timbul oleh adanya lobha, dvesa (dosa), dan moha yang berpotensi merusak jasmani dan rohani kita.

8 ) MARA KEDUA: PANCOPADANA MARA
Panca Skhanda (rupa, vedana, samjna, samskara, vijnana-skhanda) juga disebut “Pancopadana Mara”

11) MARA KETIGA: MRTYU MARA
Mrtyu Mara adalah penderitaan karena kematian. Mati bukan saja memutuskan kehidupan kita tapi juga ayusmat/kebijaksanaan kita. Seorang sadhaka yang sedang giat melatih sadhana tiba-tiba saja mati maka sadhananya pun terlantar.

12) MARA KEEMPAT: ISVARA MARA
Yang paling mengerikan adalah jenis mara keempat itulah Isvara Mara. Isvara bukan saja mara tetapi juga devata, akan tetapi dia adalah devata yang menjelma sebagai Isvara Mara yang bisa mencelakai kehidupan dan upaya manusia. Ia menghalang-halangi upaya manusia dalam melaksanakan sadhana, bahkan sang Buddha Sakyamuni pun tak dilewatkannya. Sang Buddha pun pernah diganggu oleh Mara yang satu ini. Luar biasa gangguan yang dilancarkan mara ini.

Pertanyaan bodoh (maklum gw bukan umat Zhen Fo Zong / True Buddha School): :)
a)   Apakah Sadhana  = Samadhi ?
b)   Apakah Sri Hevajra = Yaochi Jinmu ? Sebab topiknya mengenai Yaochi Jinmu tapi isinya koq tentang Sri Hevajra.

Pertanyaan kritis :
1)    Benarkah Isvara (baca: Tuhan bagi  mainstream Hindu tertentu) bisa menjelma menjadi Mara dan menghalangi upaya manusia mencapai keterbebasan? Baru dengar nih. :)



Mungkin yang paling unik adalah sub nomor  13, berikut adalah detailnya

13) PENYAKIT SOMNAMBULIS
Shimu pernah bercerita tentang penyakit yang dinamakan “somnambulis” (berjalan-jalan di dalam tidur), katanya beliau kelak juga akan diserang oleh penyakit itu. Karena itu, sekarang ini kami tidur di kamar masing-masing, dan di waktu malam saya selalu mengunci rapat pintu kamar saya (hadirin tertawa). Kalian tak tahu! Shimu pernah berkata, jangan salahkan dia jika kelak dalam somnambulis dia akan memperlakukan apa saja yang dia temui sebagai buah semangka (hadirin tertawa). Itu amat mengerikan, dalam tidur dia berjalan ke dapur mengambil sesuatu, lalu kembali lagi ke kamar tidur, jika kebetulan pintu tak terkunci, dia masuk lalu memperlakukan kepala saya sebagai semangka dengan alat yang dia ambil dari dapur tadi! Ia ada dalam kondisi somnambulis! Karena itu, maka sekarang ini, saya selalu mengunci rapat kamar tidur jika mau tidur. Ini adalah pengakuan Shimu sendiri, bukan saya yang mengada-ada, bahkan kelak akan berkembang semakin hebat lagi. Nah, jadi dihinggapi penyakit somnambulis pun adalah sebuah penderitaan.

Catatan: Shimu = Ibu Guru = istri Lu Sheng Yen (LSY). LSY disebut juga Shicun = Bapa Guru. Ini setelah gw baca seksama berbagai artikel dalam tabloid Chen Fo / Zhen Fo / Satya Buddha. Correct me if i’m wrong. :)


Pertanyaan kritis :
2)  Nampaknya Shimu ada semacam rasa benci terhadap Shicun alias LSY sampai-sampai Shimu mau ‘membunuh’ suaminya sendiri. Tanya kenapa? :)


3
Tibetan / Is there Tantrayana Buddhism directly from India?
« on: 01 December 2010, 12:19:47 PM »
Lagi baca-baca tabloid Zhen Fo Zong / True Buddha School. :)

Baca-baca juga Buddhisme Tibet (Dalai Lama). Tapi takut juga kalo nanti terjerumus 'political tibetan'. No offense. :) ^:)^

Jaman sekarang masih ada nggak sih Buddhisme Tantrayana yang "langsung/direct" dari India?
Yang "direct" dari India (yang Sansekerta) sudah punah ya?

_/\_

4
Studi Sutta/Sutra / APAKAH SUTRA TERATAI DIPENGARUHI JAINISME?
« on: 30 November 2010, 08:21:58 AM »
Walaupun judulnya ‘serem’ namun gw nggak bermaksud ‘merendahkan’ Mahayana lho. ^:)^ No offense ^:)^.

Tujuan saya membuka diskusi ini adalah untuk membuka mata rekan-rekan se-dharma/dhamma sekalian bahwa kita semua tidak pernah tahu siapa yang benar : Theravada atau Mahayana. Klaim bahwa masing-masing aliran adalah aliran PALING BENAR adalah klaim yang mendorong saya menjadi Buddhist non sektarian.

Saya terdorong membuka diskusi ini setelah saya membaca topic yang dibuat freecloud79: ADAKAH ALIRAN THERAVADA + MAHAYANA http://dhammacitta.org/forum/index.php?topic=18625.0
Yang mana saya mulai memberikan komentar di halaman 9 topik itu.

Sutra Teratai memiliki 28 bab, versi Indonesianya dapat dibaca di Saddharma Pundarika Sutra  http://www.fodian.net/world/Indonesian/0262.htm atau versi English-nya dapat dibaca di The Lotus Sutra http://www.fodian.net/world/262.html adalah Sutra Mahayana yang konon paling SUPER karena merupakan sejenis sutra yang konon disabdakan Sang Buddha pada tahun-tahun terakhir sebelum parinibbana, semacam rangkuman semua ajaran Buddha 40 tahun sebelumnya.

Konon Sutra Teratai dikhotbahkan selama 8 tahun oleh Sang Buddha sebelum Sang Buddha Parinibanna/Parinirvana (Daisaku Ikeda, Buddhisme Seribu Tahun Pertama, Bab 8 Pembentukan Sutra Teratai, halaman 122).

Mengapa Sutra Teratai disebut SUPER? Karena Sutra Teratai dengan gamblang menyebutkan bahwa Buddha hanya menyediakan SATU jalan/kendaraan yaitu jalan/kendaraan bagi semua umat manusia untuk menjadi BUDDHA itu sendiri (atau minimal BODHISATVA). Tidak berhenti pada pencapaian Arahat/Arhat (seperti yang dipatok Theravada) atau Pacceka/Pratekya Buddha.  Seperti yang disebut dalam bab dua Sutra Teratai http://www.fodian.net/world/Indonesian/Bab-II.htm

Berikut beberapa kutipan Sutra Teratai bab dua : Upaya Kausalya (Skilfull Means) yang paling menghebohkan (bagi penganut Theravada) :

Quote
Sang Buddha bersabda lagi dengan syair :
"Cukuplah sudah, tiada gunanya berkata lagi,
HUKUM-Ku sangat dalam dan sulit diselami;
Mereka yang tinggi hati, ketika mendengarnya
Tidak akan mempercayainya dengan sungguh hati."

Quote
Ketika Beliau selesai bersabda demikian, kemudian di dalam persidangan itu bangkitlah 5000 bhiksu, bhiksuni, upasaka dan upasika dari tempat duduknya dengan segera bersujud kepada Sang Buddha, setelah itu mereka mengundurkan diri. Karena akar kedosaan yang ada di dalam diri orang-orang ini sangat begitu dalam dan sifat sombongnya sangat besar sehingga mereka berpendapat bahwa mereka telah memperoleh apa yang sebenarnya belum mereka dapatkan dan telah membuktikan apa yang sebenarnya belum mereka buktikan.

Quote
Seluruh hukum-hukum Kesunyataan ini hanya di peruntukkan bagi SATU KENDARAAN Buddha sehingga para mahluk hidup yang telah mendengar HUKUM dari para Buddha itu pada akhirnya dapat memperoleh pengetahuan yang sempurna.

Quote
Diseluruh alam semesta ini sesungguhnyalah tidak terdapat 2 kendaraan, apalagi yang ketiga.

Quote
Jika para pengikutKu yang menyebut dirinya sebagai Arhat ataupun Pratyekabuddha, maka mereka tidak akan mendengar atau mengerti bahwa para Buddha Tathagata hanya mengajar para Bodhisatva saja dan orang-orang ini bukanlah pengikut-pengikut Sang Buddha maupun Arhat ataupun Pratyekabuddha.

Namun, saya pribadi walaupun merasa bahwa tujuan Bodhisatva itu nampaknya lebih mengena di hati saya, namun saya tak suka ketika Sutra Teratai ini secara implisit/tersirat ‘menyerang’ Theravada.  :)  ^:)^

Menurut Daisaku Ikeda, Sutra Teratai merupakan sebuah Sutra Mahayana yang mengkritik pedas Hinayana (baca: Theravada).  Saya pribadi, sebagai non sektarian, tidak begitu suka dengan istilah Hinayana yang dipakai untuk ‘merendahkan’ Theravada. :) ^:)^

Mari kita periksa langsung Sutra Teratai khususnya Bab XV MUNCULNYA BODHISATVA DARI BUMI
http://www.fodian.net/world/Indonesian/Bab-XV.htm
Ternyata memang benar, bahwa sutra ini mengkritik pedas Hinayana (perhatikan yang saya kapital/besar-kan hurufnya).
Quote
Kemudian didalam pertemuan agung para Bodhisatva itu, Sang Buddha bersabda demikian, “Begitulah, begitulah, putera-puteraKu yang baik ! Sang Tathagata berada dalam keadaan yang baik-baik saja dengan sedikit rasa sakit dan duka. Para umat ini sangat mudah dirubah dan Aku pun tidak bercemas hati lagi. Karena seluruh umat ini selama banyak generasi telah tiada henti-hentinya menerima petunjukKu dan memuliakan serta memuja para Buddha yang terdahulu yang telah membina akar-akar kebajikan. Sejak pertama kali para mahluk ini melihatKu dan mendengarkan khotbahKu, semua menerimanya dengan penuh keyakinan dan masuk kedalam kebijaksanaan Sang Tathagata, KECUALI mereka yang telah terlebih dahulu menjalankan dan mempelajari tentang KENDARAAN KECIL [baca: HINAYANA]; namun demikian orang-orang semacam ini, sekarang telah Aku buat mereka mendengar Sutra ini dan masuk kedalam bijak-kebuddhaan”

Namun di sisi lain, dari beberapa istilah yang dipakai dalam sutra Teratai ini, jelas sekali bahwa sutra Teratai ini mengambil istilah-istilah Jainisme, sebuah ajaran non Buddhisme, misalnya istilah JINA & SRAVAKA yang nanti akan saya eksplorasi lebih lanjut. :) ^:)^
 

---000---

Konon pula, menurut Theravada, ketika Sang Buddha hidup, Sang Buddha dimusuhi oleh Nigantha Nataputta [Pali] / Nigantha Nataputra [Sansekerta], seorang pemimpin terkenal Jainisme. Theravada paling anti terhadap Jainisme.

Bahkan Theravada melangkah lebih jauh dengan menyatakan bahwa Nigantha Nataputta adalah Mahavira, Jain/Tirthankara terakhir, Bapa Jainisme.

Referensi Mahavira sebagai Jain terakhir
http://en.wikipedia.org/wiki/Jainism
Quote
The 24th, and last Tirthankar is Mahavir, lived from 599 to 527 BC…

Referensi Theravada yang menyamakan Nigantha Nataputta dengan Mahavira:
DICTIONARY OF PALI NAMES 
http://www.palikanon.com/english/pali_names/n/nigantha_nataputta.htm
Quote
Nigantha Nātaputta is the name by which the Jaina teacher, Mahāvīra, was known to his contemporaries…..

Bahkan konon Nigantha Nataputta bekerjasama dengan Devadatta.

---000----

Masih menurut Daisaku Ikeda (seorang intelektual awam dari Buddhisme Nichiren), Sang Buddha pada tahun-tahun terakhirnya mengubah metode dalam menyampaian gagasannya disesuaikan dengan kemampuan berpikir para pendengar Dharma (halaman 125,  Bab 8, Buddhisme Seribu Tahun Pertama).

Berikut saya kutip argumen Daisaku Ikeda di halaman 125 buku Buddhisme Seribu Tahun Pertama.
Quote
Shakyamuni memulai karir wejangannya sebagai pribadi tunggal menantang dunia intelektual India kuno. Nampaknya dia mula-mula mengarahkan percakapannya terutama kepada para pertapa…sambil meniadakan pandangan para Brahmana dan … enam guru atau pemikir bebas yang tidak ortodoks…

By the way, Nigantha Nataputra adalah satu dari enam guru/ pemikir bebas atau shramana /  sramana / samana tersebut.
http://en.wikipedia.org/wiki/Shramana
6 Samana/Sramana/Shramana dalam teks Pali/Theravada yaitu Sāmaññaphala Sutta:
1) Purana Kassapa: Amoralisme
2) Makkhali Gosala: Fatalisme
3) Ajita Kesakambali: Materialisme/Nihilisme
4) Pakudha Kaccayana: Eternalisme
5) Nigantha Nataputta : Jainisme/Asketisme
6) Sanjaya Belatthaputta : Agnostik-isme

Jadi Daisaku Ikeda secara IMPLISIT MENOLAK bahwa Sutra Teratai dipengaruhi Jainisme dengan menyajikan argumen bahwa Buddha menolak pandangan enam guru/pemikir bebas. Padahal kalau kita analisis, Sutra Teratai memakai istilah-istilah Jainisme. :) ^:)^

---000---

Saya berikan Bab Pertama Sutra Teratai yang menunjukkan bahwa Sutra Teratai memakai istilah-istilah Jainisme.

http://www.fodian.net/world/Indonesian/Bab-I.htm

Lokasi: Gunung Gridhrakuta, kota Rajagraha, negara Magadha
Waktu: 40 tahun lebih setelah Penerangan Sempurna

Yang hadir:
1) Arahat (baca: Bhiksu), misalnya Maha Kasyapa, Ananda, Sariputra, Maudgalyayana
2) Bodhisatva, misalnya Manjusri, Maitreya, Avalokitesvara, Maha Stamaprapta
3) Dewa-dewa misalnya Indra, Candra, Surya, Ishvara
4) Naga-naga
5) Garuda-garuda
6) Raja-raja misalnya Ajathasatru (putra Bimbisara)
7) dll
Singkat kata : SEMUA DEWA & MANUSIA

Dalam bab satu Sutra Teratai ini dikisahkan Bodhisatva Maitreya (yang saat itu bernama Ajita) bertanya dengan penuh keheranan kepada Bodhisatva Manjusri mengenai begitu ‘plural’nya yang hadir mulai dari bhiksu-bhiksuni, upasaka-upasika, bodhistva-mahasatva, dewa-asura, naga-garuda, sampai raja-raja dari negara/kerajaan besar dan kecil.

Bodhisatva Manjusri menjawab pertanyaan Bodhisatva Maitreya bahwa pada zaman dulu hidup seorang Buddha bernama Candra-surya-pradipa.

Quote
"Anak-anakku yang baik. Pada zaman dahulu yang tak terjangkau, terbatas dan tanpa awal asamkhyaya kalpanya, hiduplah seorang Buddha bernama Sang Candrasuryapradipa Tathagata, Raja diraja, waskita, memiliki kebijaksanaan agung, telah mencapai Maha Pari Nirvana, maha mengetahui dunia, pemimpin besar, maha jina, guru besar para dewa naga dan manusia, Buddha, Yang Dihormati Dunia.

Beliau mengikrarkan Hukum Agung yang baik pada permulaannya, baik pada pertengahannya, dan baik pula pada akhirnya, yang mempunyai arti yang sangat dalam, dengan kata-kata yang sedap didengarnya, murni tanpa cacat, serba tepat dan tanpa salah dan Agung dalam pementasannya. Bagi mereka yang ingin menjadi Sravaka, Beliau memberikan tanggapan terhadap Hukum Empat Kesunyataan Mulia, yang mengatasi kelahiran, usia tua, sakit dan kematian dan akhirnya jalan ke Nirvana, bagi mereka yang mencari tingkat Praceka Buddha, Beliau memberikan tanggapan ke arah Hukum Paticca Samupaddha ( 12 nidana ); bagi mereka yang menuju ke KeBodhisatvaan, beliau memberikan tanggapan dengan penerangan tentang Sad-Paramita yang akan membawa mereka kearah Penerangan Agung dan mendapat Pengertian Sempurna.

Jawaban Bodhisatva Manjusri yang mengkaitkan ‘hubungan’ antara Ariya-sacca /4 Kebenaran Mulia (mengenai dukkha, penyebab dukkha, berakhirnya dukkha, dengan Jalan Mulia Beruas Delapan) dengan Sravaka, Paticca-samuppada dengan Pacceka Buddha, Sad-paramita dengan Bodhisatva adalah sesuatu yang cukup kontroversial, minimal cukup ‘ganjil’ ditinjau dari sudut pandang Theravada. :) ^:)^

Disini, bagaimanapun juga, dipakai istilah Sravaka (sebuah sebutan untuk umat awam Jainisme). :) ^:)^

Referensi mengenai istilah SRAVAKA dalam Jainisme
http://en.wikipedia.org/wiki/Buddhism_and_Jainism
Quote
…the Shravak and Shravika are the lay men and women…
Kesimpulan: sravaka/sravika identik dengan upasaka/upasika dalam Theravada

Apakah pemakaian istilah SHRAVAKA yang khas Jainisme ini menunjukkan adanya hubungan erat antara Jainisme dengan Buddhisme? :) ^:)^

Bahkan sebelumnya (masih di bab satu) ada kutipan yang menggambarkan Bodhisatva Manjusri sebagai orang yang telah memiliki pengetahuan sempurna/ JINA/ JAIN.

Quote
"Disini hadir Manjusri, Putera Buddha yang telah dapat menjadi JINA, yang selalu berhubungan dan bersujud kepada para Buddha yang lampau dan pernah pula menyaksikan tanda-tanda kegaiban seperti ini. Baiklah kutanyakan padaNya"

Apakah pemakaian istilah JINA/JAIN yang khas Jainisme ini menunjukkan adanya hubungan erat antara Jainisme dengan Buddhisme? :) ^:)^


---000---

Jadi ada dua pertanyaan saya yang intinya serupa:
1) Apakah pemakaian istilah JINA/JAIN yang khas Jainisme ini menunjukkan adanya hubungan erat antara Jainisme dengan Buddhisme? :) ^:)^
2) Apakah pemakaian istilah SHRAVAKA yang khas Jainisme ini menunjukkan adanya hubungan erat antara Jainisme dengan Buddhisme? :) ^:)^

Dua pertanyaan itu terkait erat dengan topik: APAKAH SUTRA TERATAI DIPENGARUHI JAINISME? :) ^:)^

Ini akan menjadi diskusi yang seru, tapi saya harap teman-teman se-Dharma/Dhamma MENJAGA SUASANA DISKUSI agar tidak menjadi DEBAT PANAS yang saling MENCACIMAKI. :) :) ^:)^

Mari kita lihat apakah diskusi ini akan menjadi debat kusir atau tidak.  :) :) ^:)^

Diskusi dimulai…

5
Studi Sutta/Sutra / Air Mata Buddha Untuk Mara
« on: 29 November 2010, 07:30:39 AM »
AIR MATA SANG BUDDHA

(PERCAKAPAN ANTARA BUDDHA DAN MARA)

Guru Agung Sakyamuni Buddha selama masih berada di dunia ini telah membabarkan DharmaNya selama 49 tahun. Begitu banyak makhluk-makhluk yang berjodoh dan berkondisi sudah masak telah diajarkan berbagai Dharma luhur untuk membebaskan diri dari siklus tumimbal lahir.

Sang Mara melihat Sakyamuni Buddha sudah menolong begitu banyak makhluk, hatinya tidak tenang, ia mendatangi untuk melihat Buddha, memohon Buddha segera memasuki Nirvana. “Kamu sudah menolong banyak orang, sudah saatnya memasuki Nirvana.”

Sang Buddha memeriksa diriNya dan hubunganNya dengan semua makhluk, memang jodohNya sudah berakhir, sehingga merespon positif permohonan Mara.

Sang Mara kemudian berkata, “Setelah kamu memasuki Nirvana, saya akan MERUSAK ajaranMu, yaitu: Buddhadharma.”

Buddha bersabda: “Buddhadharma adalah kebenaran Dharma, tidak ada kekuatan apapun yang dapat merusaknya.”

Mara berkata, “Ha..ha..ha..Walaupun kebenaran selamanya kekal, tetapi kesesatan dan kejahatan pun tak bisa lenyap. Saat kamu berada di dunia, tidak semua orang percaya kepada kamu. Bukankah saya punya KETURUNAN, anak dan cucu, yang juga banyak? Karakter orang pada dasarnya jahat, belajar menjadi jahat adalah mudah, tapi belajar menjadi baik adalah sulit. Setelah kamu memasuki parinirvana, orang yang percaya kamu makin lama makin sedikit, sebaliknya orang percaya pada saya (Mara) makin lama makin banyak.”

Buddha bersabda: “Kamu merusak ajaran Buddha tidak ada manfaatnya. Sinar Buddha adalah sinar yang memancar ke segala arah, sinar yang akan menerangi semua orang pelaku kebajikan, juga menerangi pelaku kesesatan dan kejahatan seperti kamu ini. Bilamana masa kesejatian Dharma (Zheng Fa 正法) sudah berakhir, keberuntungan kamu juga lenyap, selanjutnya penunggu kamu adalah neraka avici. Kamu terjatuh di neraka tersebut dan akan mengalami berbagai macam penderitaan yang tak terbatas.”

Mara berkata, “Saya mengetahui bahwa Buddha tidak pernah berdusta, tetapi Buddha, kamu harus mengetahui bahwa nasib dibentuk oleh aktivitas hati, saya dapat menghindar dari penderitaan neraka.”

Buddha bersabda, “Pelaku banyak kejahatan pasti tertangkap, bagaimana bisa menghindar?”

Mara berkata, “Orang suci hatinya tidak kekal, menjadikan hati para makhluk menjadi hati sendiri. Mara hatinya juga tidak kekal, menjadikan hati para makhluk menjadi hati sendiri. Saat kamu menuruti kata hati semua makhluk maka kamu (Buddha) tidak bisa menandingi saya (Mara). Kamu punya sila dan vinaya yang begitu ketat, yang dengan sekuat tenaga mengendalikan keserakahan dan hawa nafsu yang dapat mencelakakan. Mengajarkan orang untuk meninggalkan keserakahan (lobha)  dan nafsu (tanha). Sedangkan saya sebaliknya memuaskan semua hati dan harapan semua makhluk, memenuhi keinginan dan nafsu mereka. Bilamana semua makhluk tidak memiliki keserakahan dan nafsu, bagaimana mungkin ada saya (Mara)?”

Buddha berkata, “Saya memiliki Buddha Sutra yang telah diwariskan dan dilestarikan.”

Mara berkata, “Kitab suci adalah kata-kata mati, mau mengajarkan kepada makhluk, harus menggunakan orang untuk menjelaskan.”

Buddha berkata, “Saya memiliki Sangha yang masih tinggal di dunia.”

Mara berkata, “Kamu berkehendak mengajarkan semua makhluk agar bisa menuntun dan mengajak orang baru. Kamu sebagai orangtua tentu tidak bisa menolak murid-murid saya menerima ajaranMu, bukan?”

Buddha berkata, “Saya tidak bisa menolak.”

Mara berkata, “Saat masa kemunduran Dharma (Mo Fa 末法) tiba, saya akan perintahkan anak dan keturunan saya untuk menyusup memasuki Sangha, memakai jubah bhiksu, untuk merusak ajaran Buddhadharma. Mereka akan menyalah-tafsirkan kitab suci (sutra), melanggar sila dan vinaya, walau sekarang saya tak dapat mencapai tujuan tersebut.”

Buddha setelah mendengar ucapan Raja Mara tersebut, lama sekali tidak bersuara, dua tetes air mata hangat pelan-pelan mengalir dan turun. Raja Mara melihat kejadian ini, memobilisasi orang tertawa dan kemudian pergi.

-------------------------------------------------------------------------

Dikutip dari: Majalah Harmoni Edisi 18 (3 November 2010)

-------------------------------------------------------------------------

Numpang nanya

Ada yang tahu nama SANSEKERTA/SANSKRIT sutra ini?
Atau ini bukan SUTRA tapi hanya semacam SASTRA?
Kira-kira sutra/sastra ini punya Mahayana aliran apa ya? Zen? Tantrayana? Sukhavati?
(Theravada kayaknya gak mungkin karena ada bahas mengenai Zheng Fa dan Mo Fa)

Metta






6
Diskusi Umum / Abhidhamma/Sutta about Light Theory
« on: 24 November 2010, 02:07:23 PM »
i am new member here.

Just curious,

Saya pernah belajar mengenai dualitas cahaya sebagai energi (wave) dan sebagai materi (particle).

------------------------------------------------------------------------------
 
What is light ?

Light is part of the electromagnetic spectrum, the spectrum is the collection of all waves, which include  visible light, Microwaves, radio waves ( AM, FM, SW ), X-Rays, and Gamma Rays.

In the late 1600s, important questions were raised, asking if light is made up of particles, or is it waves .?

Sir Isaac Newton, held the theory that light was made up of tiny particles. In 1678, Dutch physicist, Christiaan Huygens, believed that light was made up of waves vibrating up and down perpendicular to the direction of  the light travels, and therefore formulated a way of visualising wave propagation. This became known as 'Huygens' Principle'.  Huygens theory was the successful theory of light  wave motion in three dimensions. Huygen, suggested that light wave peaks form surfaces like the layers of an onion. In a vacuum, or other uniform mediums, the light waves are spherical, and these wave surfaces advance or spread out as they travel at the speed of light. This theory explains why light shining through a pin hole or slit will spread out rather than going in a straight line (see diffraction). Newton's theory came first, but the theory of Huygens, better described early experiments. Huygens' principle lets you predict where a given wavefront will be in the future, if you have the knowledge of where the given wavefront is in the present.

At the time, some of the experiments conducted on light theory, both the wave theory and particle theory, had some unexplained phenomenon, Newton could not explain the phenomenon of light interference, this forced Newton's particle theory in favour of the wave theory. This difficulty was due to the unexplained phenomenon of light Polarisation - scientists were familiar with the fact that wave motion was parallel to the direction of wave travel, NOT perpendicular to the to the direction of wave travel, as light does.

In 1803, Thomas Young studied the interference of light waves by shining light through a screen with two slits equally separated, the light emerging from the two slits, spread out according to Huygen's principle. Eventually the two wave fronts will overlap with each other, if a screen was placed at the point of the overlapping waves, you would see the production of light and dark areas (see interference).

Later in 1815, Augustin Fresnel supported Young's experiments with mathematical calculations.

In 1900 Max Planck proposed the existence of a light quantum, a finite packet of energy which depends on the frequency and velocity of the radiation.

In 1905 Albert Einstein had proposed a solution to the problem of observations made on the behaviour of light having characteristics of both wave and particle theory. From work of Plank on emission of light from hot bodies, Einstein suggested that light is composed of tiny particles called photons, and each photon has energy.

Light theory branches in to the physics of quantum mechanics, which was conceptualised in the twentieth century. Quantum mechanics deals with behaviour of nature on the atomic scale or smaller.

As a result of quantum mechanics, this gave the proof of the dual nature of light and therefore not a contradiction.

Light Wave Theory

Light can exhibit both a wave theory, and a particle theory at the same time. Much of the time, light behaves like a wave. Light waves are also called electromagnetic waves because they are made up of both electric (E) and magnetic (H) fields. Electromagnetic fields oscillate perpendicular to the direction of wave travel, and perpendicular to each other. Light waves are known as transverse waves as they oscillate in the direction traverse to the direction of wave travel.

 
---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Menurut Einstein, cahaya/light terdiri dari partikel kecil yang disebut photon yang mana photon itu memiliki energi.
Itu sama seperti badan/rupa kita yang punya batin/nama.

Jadi teori cahaya ini menarik karena dalam Buddhisme, kalo saya gak salah, Alam Brahma ada yang berupa CAHAYA/SINAR (teori 31 Alam Kehidupan).

DUTIYAJHANA BHUMI (Alam Kehidupan Jhana Kedua)

15. Parittabha Bhumi (Alam Brahma Kurang Cahaya)

16. Appamanabha Bhumi (Alam Brahma Tak Terbatas Cahayanya)

17. Abhassara Bhumi (Alam Brahma Yang Gemerlapan Cahayanya)

-------------------------------------------------------------------------------------------------------


Pertanyaan saya adalah:

Alam Brahma berupa light/sinar/cahaya itu ada di SUTTA atau di ABHIDHAMMA apa ya? Ada yang tahu?

May all beings be happy (MABBH)

7
Perkenalan / Salam Kenal
« on: 24 November 2010, 12:55:04 PM »
Salam Kenal

I am a buddhist and married. Itu yang tercantum di KTP, he..he..he..
Suka nonton Da Ai TV tapi jarang ke vihara. Singkat kata, saya termasuk Buddha KTP, he..he..he..
Pingin belajar banyak Dharma. Jadi sorry kalo pertanyaannya terasa aneh/blo'on untuk para senior di sini...

May All Beings Be Happy

Pages: [1]
anything