//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: Pertanyaan kritis mengenai Mahayana menurut pandangan yg berbeda...  (Read 647426 times)

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Offline Kelana

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.225
  • Reputasi: 142
Re: Pertanyaan kritis mengenai Mahayana menurut pandangan yg berbeda...
« Reply #2340 on: 26 January 2013, 04:24:05 PM »
Kalau satu pihak merasa ada yang tidak beres, terus ada pihak lain tidak merasa-kan ketidakberes-annya. Manakah yang tidak beres ?

Tergantung sejauh mana alasan, argumen yang diberikan dari ketidakberesan atau  keberesan dari kedua belah pihak. Yang pasti hanya 1 yang benar.

Quote
Apa kitab-nya yang proto-Mahayana ? sebelum kitab2 yang diambil dari alam naga ?

Ya, kitab-kitab yang ada sebelum munculnya kitab-kitab yang secara tradisi dikatakan diambil oleh Naga.
GKBU
 
_/\_ suvatthi hotu


- finire -

Offline Kelana

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.225
  • Reputasi: 142
Re: Pertanyaan kritis mengenai Mahayana menurut pandangan yg berbeda...
« Reply #2341 on: 26 January 2013, 04:31:20 PM »
Dalam konsep Mahayana ada yang namanya manifestasi, dan menjadi Arahat adalah satu bentuk manifestasi, selain bentuk-bentuk lainnya yang tidak terhingga. Jika dalam pandangan sempit menilai bahwa Amitabha Buddha adalah Arahat dan di sisi lain menganggap Arahat masih ada kekurang-sempurnaan tertentu, itu karena tidak memahami konsep "Tiada Aku" yang sesungguhnya.

Jika seorang sudah mencapai Bodhisattva taraf tertentu, tentu Ia akan paham bahwa semua titel, gelar, pencapaian hanyalah sebuah identitas tanpa inti, bukanlah diri sejati. Jadi bila Amitabha Buddha dikatakan (rekan Kelana) tidak bisa menyandang 2 sebutan/gelar sekaligus, ini tidaklah benar ditinjau dari sisi manifestasi tanpa batas seorang Buddha.

Seorang Samma Sambuddha (Samyak-Sambodhi) otomatis merupakan Arahat (karena sudah melepaskan belenggu keterikatan, memenangkan arus). Tapi seorang Arahat belum tentu seorang Samma Sambuddha (Samyak-Sambodhi).

Saya kira logika di atas cukup mudah dimengerti, bagi yang open-minded.

Salam.  _/\_

Sdr. Sunya, saat anda menanggapi Sdr. Ariyakumara yang menyatakan bahwa: "Jalan Mulia Berunsur Delapan yang membawa pada Kearahatan spt yg telah Beliau tempuh…” anda menepisnya dengan mengatakan:

…..saya kira ini kurang valid (Pangeran Siddharta bukan mencapai Arahat, tapi Samma Sambuddha).

http://dhammacitta.org/forum/index.php/topic,9103.msg433028.html#msg433028

Saya pribadi menangkap bahwa Kearahatan yang dimaksud Sdr, Ariyakumara adalah sifat-sifat Arahat, bukan dalam konteks arahat sebagai makhluk dengan pencapaiannya dengan cara mendengar. Oleh karena itu saya konsisten mengatakan bahwa Sang Buddha juga adalah Arahat.

Sekarang anda mengatakan: Seorang Samma Sambuddha (Samyak-Sambodhi) otomatis merupakan Arahat.

Adanya titel Tathagatha-Arhat-Samyaksambuddha bukanlah karena Buddha bisa bermanifestasi, atau pernah dilahirkan sebagai arahat tetapi karena memang Sang Buddha adalah Arahat.  Jika iya alasannya adalah karena manifestasi atau pernah dilahirkan sebagai arahat maka titel bodhisattva juga perlu dimasukkan ke dalamnya karena dalam Mahayana seorang Buddha juga bisa bermanifestasi menjadi bodhisattva dan konon katanya kedudukannya lebih tinggi dari arahat. Tidaklah terlalu susah menambahkan 1 titel bodhisattva dari banyak titel Sang Buddha. Tapi kenyataannya, tidak ada dalam sutra penyebutan bodhisattva sebagai titel untuk Sang Buddha disejajarkan dengan Tathagatha, Arhat, Samyaksambuddha.

Itu saja yang bisa saya sampaikan.
GKBU
 
_/\_ suvatthi hotu


- finire -

Offline ryu

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 13.403
  • Reputasi: 429
  • Gender: Male
  • hampir mencapai penggelapan sempurna ;D
Re: Pertanyaan kritis mengenai Mahayana menurut pandangan yg berbeda...
« Reply #2342 on: 26 January 2013, 04:33:57 PM »
Tergantung sejauh mana alasan, argumen yang diberikan dari ketidakberesan atau  keberesan dari kedua belah pihak. Yang pasti hanya 1 yang benar.

Ya, kitab-kitab yang ada sebelum munculnya kitab-kitab yang secara tradisi dikatakan diambil oleh Naga.

Tidak ada kemungkinan 2 2 nya salah?
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

Offline Kelana

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.225
  • Reputasi: 142
Re: Pertanyaan kritis mengenai Mahayana menurut pandangan yg berbeda...
« Reply #2343 on: 26 January 2013, 05:05:28 PM »
Tidak ada kemungkinan 2 2 nya salah?

Jika iya 2-2-nya salah maka ada 2 kemungkinan
1.   ada hal yang di luar ketidakberesan dan keberesan. Apakah hal itu? (Setengah beres atau setengah tidak beres masih dalam konteks beres dan tidak beres)
2.   apa yang dibicarakan/dipermasalahkan tidak pernah eksis.

Hanya itu yang saya tahu kalau 2-2-nya salah.
GKBU
 
_/\_ suvatthi hotu


- finire -

Offline ryu

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 13.403
  • Reputasi: 429
  • Gender: Male
  • hampir mencapai penggelapan sempurna ;D
Re: Pertanyaan kritis mengenai Mahayana menurut pandangan yg berbeda...
« Reply #2344 on: 26 January 2013, 05:19:14 PM »
Jika iya 2-2-nya salah maka ada 2 kemungkinan
1.   ada hal yang di luar ketidakberesan dan keberesan. Apakah hal itu? (Setengah beres atau setengah tidak beres masih dalam konteks beres dan tidak beres)
2.   apa yang dibicarakan/dipermasalahkan tidak pernah eksis.

Hanya itu yang saya tahu kalau 2-2-nya salah.

Itulah ;D , apakah ada cara untuk menelusuri hal itu?
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

Offline Sunya

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 876
  • Reputasi: -16
  • Nothing, but your perception ONLY
Re: Pertanyaan kritis mengenai Mahayana menurut pandangan yg berbeda...
« Reply #2345 on: 26 January 2013, 07:17:11 PM »
Sdr. Sunya, saat anda menanggapi Sdr. Ariyakumara yang menyatakan bahwa: "Jalan Mulia Berunsur Delapan yang membawa pada Kearahatan spt yg telah Beliau tempuh…” anda menepisnya dengan mengatakan:

…..saya kira ini kurang valid (Pangeran Siddharta bukan mencapai Arahat, tapi Samma Sambuddha).

http://dhammacitta.org/forum/index.php/topic,9103.msg433028.html#msg433028

Saya pribadi menangkap bahwa Kearahatan yang dimaksud Sdr, Ariyakumara adalah sifat-sifat Arahat, bukan dalam konteks arahat sebagai makhluk dengan pencapaiannya dengan cara mendengar. Oleh karena itu saya konsisten mengatakan bahwa Sang Buddha juga adalah Arahat.

Sekarang anda mengatakan: Seorang Samma Sambuddha (Samyak-Sambodhi) otomatis merupakan Arahat.

Adanya titel Tathagatha-Arhat-Samyaksambuddha bukanlah karena Buddha bisa bermanifestasi, atau pernah dilahirkan sebagai arahat tetapi karena memang Sang Buddha adalah Arahat.  Jika iya alasannya adalah karena manifestasi atau pernah dilahirkan sebagai arahat maka titel bodhisattva juga perlu dimasukkan ke dalamnya karena dalam Mahayana seorang Buddha juga bisa bermanifestasi menjadi bodhisattva dan konon katanya kedudukannya lebih tinggi dari arahat. Tidaklah terlalu susah menambahkan 1 titel bodhisattva dari banyak titel Sang Buddha. Tapi kenyataannya, tidak ada dalam sutra penyebutan bodhisattva sebagai titel untuk Sang Buddha disejajarkan dengan Tathagatha, Arhat, Samyaksambuddha.

Itu saja yang bisa saya sampaikan.

Agar jelas, mari kita kutip secara lengkap:

[at] Sunya:

Maksud saya, dalam sutta2 Pali Sang Buddha hanya menyatakan satu jalan (kendaraan) menuju Pencerahan, yaitu Jalan Mulia Berunsur Delapan yang membawa pada Kearahatan spt yg telah Beliau tempuh dan Beliau sarankan kepada para siswa-Nya dengan mengatakan inilah satu2nya jalan yang mulia dan tertinggi, tetapi Beliau tidak mengatakan bahwa jalan lain selain menuju Kearahatan itu rendah/kecil (misalnya jalan menuju Brahma melalui Empat Keadaan Tanpa Batas).

Namun tiba2 dalam sutra2 Mahayana Sang Buddha mengatakan jalan Kebuddhaan/Bodhisattva lebih tinggi dengan menyatakan bahwa jalan Kearahatan yang telah diajarkan sebelumnya lebih rendah/kecil, hanya untuk mereka yang tidak "berkemampuan" atau "egois". Sepertinya Sang Buddha tidak konsisten dengan kata2-Nya sendiri dalam sutra2 Mahayana.

Betul, walau arahat ini kata sifat (bukan huruf kapital), tetap yang dicapai Siddharta Gautama saat itu adalah Samma Sambuddha 'kan? Sebab, tidak mungkin ada arahat yang bisa mengajar (membabarkan) dharma. Menurut saya masih lebih tepat disebut Samma Sambuddha, walau otomatis arahat juga dicapai.

Logikanya: Anda lulus kuliah S1, jelas disebut sarjana S1, walau Anda juga sudah melewati jenjang D1-D3. Seperti itu juga Kearahatan dan Samma Sambuddha, jika disebut 'hanya' menjadi arahat tentu akan bias (rancu), sebab kapasitas-Nya lebih dari itu.

Oke, yang menjadi poin masalah 'kan apa Arahat dan Samma Sambuddha satu taraf (level) yang sama, bukan begitu? Kalau yang ini saya kira sudah saya pernah jawab sebelumnya.

Tentang titel, saya kebetulan pernah membahasnya dengan rekan yang beraliran 'T'. Kebetulan sebutan bodhisattva di aliran 'T' ini mengacu pada setiap makhluk, karena pada prinsipnya semua makhluk itu calon Buddha, begitu katanya.

Sedangkan (yang saya pahami), dalam Mahayana sebutan Bodhisattva baru diberikan pada yang menempuh jalan ini (menolong/membebaskan makhluk), dan aktivitasnya disebut aktivitas bodhisattva.

Karena itu, untuk menghindari kerancuan istilah antar aliran, saya kira pemberian titel ini lebih condong seperti yang Anda sebutkan di atas.

Ada sebutan lain untuk Buddha di aliran Mahayana dan Tantrayana, yaitu Mahasattva (definisi singkatnya, Bodhisattva yang telah menempuh tingkat kesucian tertentu).

Oke, mohon koreksinya. Terima kasih sebelum dan sesudahnya.

Salam.  _/\_

Offline adi lim

  • Sebelumnya: adiharto
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.993
  • Reputasi: 108
  • Gender: Male
  • Sabbe Satta Bhavantu Sukhitatta
Re: Pertanyaan kritis mengenai Mahayana menurut pandangan yg berbeda...
« Reply #2346 on: 26 January 2013, 08:41:19 PM »
diputar kanan kiri atas bawah dan kembali lagi .......
Seringlah PancaKhanda direnungkan sebagai Ini Bukan MILIKKU, Ini Bukan AKU, Ini Bukan DIRIKU, bermanfaat mengurangi keSERAKAHan, mengurangi keSOMBONGan, Semoga dapat menjauhi Pandangan SALAH.

Offline will_i_am

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 5.163
  • Reputasi: 155
  • Gender: Male
Re: Pertanyaan kritis mengenai Mahayana menurut pandangan yg berbeda...
« Reply #2347 on: 26 January 2013, 08:53:48 PM »
pakai pelicin merk apa??? :P :P
hiduplah hanya pada hari ini, jangan mengkhawatirkan masa depan ataupun terpuruk dalam masa lalu.
berbahagialah akan apa yang anda miliki, jangan mengejar keinginan akan memiliki
_/\_

Offline Kelana

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.225
  • Reputasi: 142
Re: Pertanyaan kritis mengenai Mahayana menurut pandangan yg berbeda...
« Reply #2348 on: 26 January 2013, 10:14:48 PM »
Agar jelas, mari kita kutip secara lengkap:

Betul, walau arahat ini kata sifat (bukan huruf kapital), tetap yang dicapai Siddharta Gautama saat itu adalah Samma Sambuddha 'kan? Sebab, tidak mungkin ada arahat yang bisa mengajar (membabarkan) dharma. Menurut saya masih lebih tepat disebut Samma Sambuddha, walau otomatis arahat juga dicapai.

Logikanya: Anda lulus kuliah S1, jelas disebut sarjana S1, walau Anda juga sudah melewati jenjang D1-D3. Seperti itu juga Kearahatan dan Samma Sambuddha, jika disebut 'hanya' menjadi arahat tentu akan bias (rancu), sebab kapasitas-Nya lebih dari itu.

Oke, yang menjadi poin masalah 'kan apa Arahat dan Samma Sambuddha satu taraf (level) yang sama, bukan begitu? Kalau yang ini saya kira sudah saya pernah jawab sebelumnya.

Tentang titel, saya kebetulan pernah membahasnya dengan rekan yang beraliran 'T'. Kebetulan sebutan bodhisattva di aliran 'T' ini mengacu pada setiap makhluk, karena pada prinsipnya semua makhluk itu calon Buddha, begitu katanya.

Sedangkan (yang saya pahami), dalam Mahayana sebutan Bodhisattva baru diberikan pada yang menempuh jalan ini (menolong/membebaskan makhluk), dan aktivitasnya disebut aktivitas bodhisattva.

Karena itu, untuk menghindari kerancuan istilah antar aliran, saya kira pemberian titel ini lebih condong seperti yang Anda sebutkan di atas.

Ada sebutan lain untuk Buddha di aliran Mahayana dan Tantrayana, yaitu Mahasattva (definisi singkatnya, Bodhisattva yang telah menempuh tingkat kesucian tertentu).

Oke, mohon koreksinya. Terima kasih sebelum dan sesudahnya.

Salam.  _/\_

Sdr. Sunya, JIKA kita berbicara dalam konteks jenis makhluk yang mencapai dengan cara usaha sendiri, bisa mengajar, dan sejenisnya, maka kita bisa menyatakan mencapai Sammasambuddha, dan anda bisa dikatakan tepat mengatakannya. Tetapi kita berbicara dalam konteks batin.

Analogi S1 dan D3 hanya berlaku dalam konteks jenis makhluk, bagaimana caranya ia mencapai, bukan apa yang ia “peroleh”.

Analogi yang tepat dari konteks kearahatan yang sedang dibahas adalah kedua mantan pelajar tersebut sama-sama memiliki pengetahuan Desain (misalnya jika S1 Desain dan D3 Desain.) disebut Desainer. Jadi tidak peduli bagaimana ia mencapainya, berapa lama dibutuhkan untuk mencapainya. 
Jadi, kita harus tetap pada jalur konteks.

Dalam konsep Mahayana, seperti yang anda ketahui bahwa Buddha bisa bermanifestasi termasuk jadi bodhisattva dan jelas sudah dijalani oleh Siddhartha. Jadi, lagi jika alasannya titel Tathagatha – Arhat - Samyaksambuddha karena alasan bisa manifestasi jadi arahat maka gelar bodhisattva juga harusnya dimasuki karena Ia telah menjalani hidup sebagai bodhisattva, jadi  titelnya jadi Tathagata-Bodhisattva-Samyaksambuddha. 

Ya saya pernah mendengar istilah Mahasattva, namun mungkin karena pengetahuan saya yang terbatas, dalam teks kepustakaan saya hanya melihat gelar mahasatva disandingkan dengan gelar bodhisattva , cth: Avalokitesvata Bodhisattva Mahasattva, saya belum melihat Sakyamuni Buddha Mahasattva.

Dan saya rasa gelar bodhisattva (dalam tingkatan bodhisattva) yang dimaksud bukan berarti dalam konteks arti calon Buddha tetapi dalam konteks makhluk yang memiliki bodhi.

Itu saja yang bisa saya sampaikan saat ini.
GKBU
 
_/\_ suvatthi hotu


- finire -

Offline Kelana

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.225
  • Reputasi: 142
Re: Pertanyaan kritis mengenai Mahayana menurut pandangan yg berbeda...
« Reply #2349 on: 26 January 2013, 10:17:07 PM »
Itulah ;D , apakah ada cara untuk menelusuri hal itu?

Kalau yang dimaksud adalah menelusuri hal diluar ketidakberesan dan keberesan, saya pikir tidak ada, karena hal yang dimaksud tidak pernah ada (saya tidak berbicara dalam konteks filsafat tinggi ala zen dengan persepsi dan diskriminasi pikiran).
GKBU
 
_/\_ suvatthi hotu


- finire -

Offline ryu

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 13.403
  • Reputasi: 429
  • Gender: Male
  • hampir mencapai penggelapan sempurna ;D
Re: Pertanyaan kritis mengenai Mahayana menurut pandangan yg berbeda...
« Reply #2350 on: 26 January 2013, 11:40:32 PM »
Kalau yang dimaksud adalah menelusuri hal diluar ketidakberesan dan keberesan, saya pikir tidak ada, karena hal yang dimaksud tidak pernah ada (saya tidak berbicara dalam konteks filsafat tinggi ala zen dengan persepsi dan diskriminasi pikiran).
Semisal tingkat kesucian, pencapaian kesucian, hal2 itu bisakah ditelusuri dan dibuktikan?
Jadi bukan hanya sekedar suatu kitab menyatakan ada kesucian sotapana dst apakah itu hanya klaim, mythn atau memang ada? Bagaimana cara membuktikannya?
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

Offline Sunya

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 876
  • Reputasi: -16
  • Nothing, but your perception ONLY
Re: Pertanyaan kritis mengenai Mahayana menurut pandangan yg berbeda...
« Reply #2351 on: 27 January 2013, 04:55:49 AM »
Sdr. Sunya, JIKA kita berbicara dalam konteks jenis makhluk yang mencapai dengan cara usaha sendiri, bisa mengajar, dan sejenisnya, maka kita bisa menyatakan mencapai Sammasambuddha, dan anda bisa dikatakan tepat mengatakannya. Tetapi kita berbicara dalam konteks batin.

Analogi S1 dan D3 hanya berlaku dalam konteks jenis makhluk, bagaimana caranya ia mencapai, bukan apa yang ia “peroleh”.

Analogi yang tepat dari konteks kearahatan yang sedang dibahas adalah kedua mantan pelajar tersebut sama-sama memiliki pengetahuan Desain (misalnya jika S1 Desain dan D3 Desain.) disebut Desainer. Jadi tidak peduli bagaimana ia mencapainya, berapa lama dibutuhkan untuk mencapainya. 
Jadi, kita harus tetap pada jalur konteks.

Dalam konsep Mahayana, seperti yang anda ketahui bahwa Buddha bisa bermanifestasi termasuk jadi bodhisattva dan jelas sudah dijalani oleh Siddhartha. Jadi, lagi jika alasannya titel Tathagatha – Arhat - Samyaksambuddha karena alasan bisa manifestasi jadi arahat maka gelar bodhisattva juga harusnya dimasuki karena Ia telah menjalani hidup sebagai bodhisattva, jadi  titelnya jadi Tathagata-Bodhisattva-Samyaksambuddha. 

Ya saya pernah mendengar istilah Mahasattva, namun mungkin karena pengetahuan saya yang terbatas, dalam teks kepustakaan saya hanya melihat gelar mahasatva disandingkan dengan gelar bodhisattva , cth: Avalokitesvata Bodhisattva Mahasattva, saya belum melihat Sakyamuni Buddha Mahasattva.

Dan saya rasa gelar bodhisattva (dalam tingkatan bodhisattva) yang dimaksud bukan berarti dalam konteks arti calon Buddha tetapi dalam konteks makhluk yang memiliki bodhi.

Itu saja yang bisa saya sampaikan saat ini.

Baik, saya terima penjelasannya. Terima kasih untuk koreksinya.  _/\_

Kembali pada pembahasan utama saya dengan Sdr. Ariyakumara, apakah arahat adalah pencapaian tertinggi atau bukan, pencapaian final atau masih ada terusannya, saya kira akan lebih akurat dan meyakinkan bila dijalani sendiri. Kata-kata dan penjelasan teoritis hanya akan berujung spekulasi atau perkiraan secara intelektual (termasuk mengkaji hal ini dari sisi gelar, dlsb). Namun yang saya ketahui (yakini), semua pencapaian itu bukan diri sejati, termasuk Arahat, Pacekka Buddha, Samma Sambuddha, (dan) apalagi Bodhisattva/Mahasattva.

Hal itu (yang digarisbawahi) yang diusahakan/diupayakan untuk dicapai oleh setiap makhluk (dalam konteks Mahayana). Sebab, bila masih merasa ada yang dicapai, ada gelar kesucian yang dilekati sebagai diri, maka Dia belumlah mencapai keterbebasan sesungguhnya (dalam konteks Mahayana).

Analogi sederhananya: Seseorang bisa saja mencapai gelar Sarjana, Doktor, atau Profesor, tapi jika hanya berdiam/terpaku pada gelar tersebut dan tidak mencoba potensi lainnya (di luar kompetensi gelar yang dicapai) maka dia belumlah bisa dikatakan serba-bisa (atau sempurna, dalam bahasa spiritual).

Arahat ada dua makna (sesuai yang sudah dibahas):
1. Sifat.
2. Makhluk.

Untuk no. 2 jelas tidak kekal, ini sudah pasti (mutlak).
Untuk no. 1, yang saya ketahui dalam Mahayana memang sifat-sifat penolakan atas duniawi, samsara atau dukkha dalam jalur Arahat tidak bisa diterapkan dalam jalan bodhisattva, sebab akan menemui banyak kendala terkait perbauran dengan makhluk lainnya.

Selain itu, dalam Mahayana juga ada konsep, samsara sebenarnya juga merupakan aspek dari nirvana (saya tidak gunakan nibbana, khawatir beda terminologi beda makna), sebab potensi seorang makhluk yang tak terbatas, memungkinkan sekali untuk menciptakan kehidupan atau semesta yang diingini-Nya (kalau sudah realisasi Kebuddhaan). Ini termasuk bentuk kehidupan seperti ini (dengan dan/atau tanpa dukkha). Jadi (intinya), semua keberadaan termasuk gelar dan pencapaian, hanya layaknya sebuah permainan (belaka), sebab semuanya tidak tetap (berubah), serta tak memiliki inti kekal.

Oke, semoga bisa membawa manfaat bagi semua.

Salam, dan terima kasih untuk bimbingan serta koreksinya.  _/\_

Offline Sunya

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 876
  • Reputasi: -16
  • Nothing, but your perception ONLY
Re: Pertanyaan kritis mengenai Mahayana menurut pandangan yg berbeda...
« Reply #2352 on: 10 February 2013, 10:42:47 PM »
Melepas kemelekatan dalam aliran lain bisa diartikan sebagai meninggalkan keduniawian, menghindari segala benda/materi dan kebiasaan, menempuh suatu jalan pembatasan dalam segala aspek kehidupan, serta menempuh suatu jalan yang (diyakini/dipercayai/diimani) akan menuju pada kesucian.

Beda pada perspektif Mahayana, bahwa melepas kemelekatan bukan berarti tidak bisa memiliki segala sesuatu, tidak boleh beraktivitas seperlunya (sesuai dengan keperluan dan asas manfaat). Dalam Mahayana, menjadi orang kaya dapat lebih bermanfaat bagi makhluk lain daripada tidak memiliki apa-apa.

Beraktivitas secara "duniawi" (dalam asas manfaat) dapat lebih memberi kontribusi bagi kehidupan daripada pengasingan diri.

Lebih ekstrim (dalam), dalam nirvana sesungguhnya ada samsara, dan dalam samsara sebenarnya ada nirvana. Sekarang sesungguhnya adalah nirvana, jika kita telah merealisasinya. Sekarang juga adalah samsara, jika kita tidak bisa melihat makna hakiki dari kehidupan.

Nirvana yang sesungguhnya, adalah melihat semua makhluk berbahagia.

Tiada pencapaian,

tiada yang dicapai,

(apalagi) Yang Mencapai (tidak ada Buddha).

Semua anatta/anatman, sebab merupakan paduan unsur-unsur belaka.

Pada hakikatnya, kita (semua) bebas, LELUASA.

Lihatlah, buktikan sendiri.

 _/\_

Offline adi lim

  • Sebelumnya: adiharto
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.993
  • Reputasi: 108
  • Gender: Male
  • Sabbe Satta Bhavantu Sukhitatta
Re: Pertanyaan kritis mengenai Mahayana menurut pandangan yg berbeda...
« Reply #2353 on: 11 February 2013, 05:57:32 AM »
Melepas kemelekatan dalam aliran lain bisa diartikan sebagai meninggalkan keduniawian, menghindari segala benda/materi dan kebiasaan, menempuh suatu jalan pembatasan dalam segala aspek kehidupan, serta menempuh suatu jalan yang (diyakini/dipercayai/diimani) akan menuju pada kesucian.

Beda pada perspektif Mahayana, bahwa melepas kemelekatan bukan berarti tidak bisa memiliki segala sesuatu, tidak boleh beraktivitas seperlunya (sesuai dengan keperluan dan asas manfaat). Dalam Mahayana, menjadi orang kaya dapat lebih bermanfaat bagi makhluk lain daripada tidak memiliki apa-apa.

Beraktivitas secara "duniawi" (dalam asas manfaat) dapat lebih memberi kontribusi bagi kehidupan daripada pengasingan diri.

Lebih ekstrim (dalam), dalam nirvana sesungguhnya ada samsara, dan dalam samsara sebenarnya ada nirvana. Sekarang sesungguhnya adalah nirvana, jika kita telah merealisasinya. Sekarang juga adalah samsara, jika kita tidak bisa melihat makna hakiki dari kehidupan.

Nirvana yang sesungguhnya, adalah melihat semua makhluk berbahagia.

tambah istilah baru arti Nirvana

Quote
Tiada pencapaian,

tiada yang dicapai,

(apalagi) Yang Mencapai (tidak ada Buddha).


Semua anatta/anatman, sebab merupakan paduan unsur-unsur belaka.

Pada hakikatnya, kita (semua) bebas, LELUASA.

Lihatlah, buktikan sendiri.

 _/\_

ujung2nya kosong adalah isi, isi adalah kosong  ^-^
« Last Edit: 11 February 2013, 06:00:33 AM by adi lim »
Seringlah PancaKhanda direnungkan sebagai Ini Bukan MILIKKU, Ini Bukan AKU, Ini Bukan DIRIKU, bermanfaat mengurangi keSERAKAHan, mengurangi keSOMBONGan, Semoga dapat menjauhi Pandangan SALAH.

Offline Sunya

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 876
  • Reputasi: -16
  • Nothing, but your perception ONLY
Re: Pertanyaan kritis mengenai Mahayana menurut pandangan yg berbeda...
« Reply #2354 on: 11 February 2013, 07:17:25 AM »
tambah istilah baru arti Nirvana

ujung2nya kosong adalah isi, isi adalah kosong  ^-^

Istilah lama nirvana apa?

Jangan terburu-buru menyimpulkan sesuatu, biarlah semua mengalir seperti air. :)

 _/\_