//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Show Posts

This section allows you to view all posts made by this member. Note that you can only see posts made in areas you currently have access to.


Topics - wen78

Pages: [1] 2 3 4 5
1
Seremonial / awal dan akhir
« on: 08 December 2010, 08:17:00 PM »
ada awal
ada akhir
ada perkenalan
ada perpisahan
bila berjodoh, kita akan bertemu lagi  _/\_

2
Chan atau Zen / Mendengarkan secara mendalam(penuh perhatian)
« on: 25 September 2010, 02:34:36 PM »
cuplikan dari: A Dialog with Oprah Winfrey with Thich Nhat Hanh



Oprah: Sama halnya dengan mendengarkan secara mendalam/penuh perhatian, yang anda sampaikan sebelumnya.
 
Nhat Hanh: Mendengarkan dengan mendalam adalah jenis mendengarkan yang dapat membantu meringankan penderitaan orang lain. Anda dapat menyebutnya mendengarkan dengan penuh kasih sayang. Anda mendengarkan dengan hanya satu tujuan: untuk membantu dia untuk mengosongkan hatinya. Bahkan jika ia mengatakan hal-hal yang penuh dengan persepsi yang salah, penuh kepahitan, anda masih mampu terus mendengarkan dengan kasih sayang. Karena anda tahu bahwa mendengarkan seperti itu, anda memberikan kesempatan untuk mengurangi penderitaannya. Jika anda ingin membantu dia untuk mengoreksi persepsinya, tunggu lain waktu. Untuk saat ini, anda tidak perlu menyela. Anda jangan membantahnya. Jika anda melakukannya, ia kehilangan kesempatannya. Anda hanya mendengarkan dengan kasih sayang dan membantu dia untuk mengurangi penderitaannya. Satu jam seperti itu dapat membawa transformasi dan penyembuhan.
 
Oprah: Saya suka ide mendengarkan dengan mendalam ini, karena sering ketika seseorang datang kepada anda dan ingin melampiaskan sesuatu, begitu menggoda untuk mulai memberi nasihat. Tapi jika anda membiarkan orang  tersebut untuk membiarkan perasaan keluar, dan kemudian di lain waktu kembali dengan saran atau komentar, orang itu akan mengalami penyembuhan lebih dalam. Itulah apa yang anda katakan.
 
Nhat Hanh: Ya. Mendengarkan dengan mendalam membantu kita untuk mengenali adanya persepsi yang salah pada orang lain dan persepsi yang salah dalam diri kita. Orang lain memiliki persepsi yang salah tentang dirinya dan tentang kita. Dan kita memiliki persepsi yang salah tentang diri sendiri dan orang lain. Dan itu adalah dasar dari kekerasan, konflik dan perang. Para teroris, mereka memiliki persepsi yang salah. Mereka percaya bahwa kelompok lain berusaha untuk menghancurkan agama mereka, menghancurkan peradaban mereka. Jadi mereka ingin mengenyahkan kita, membunuh kita sebelum kita dapat membunuh mereka. Dan antiteroris juga mungkin berpikir dengan cara yang sama-bahwa ini adalah teroris dan mereka berusaha untuk menghilangkan kita, jadi kita harus menghilangkan mereka terlebih dahulu. Kedua belah pihak termotivasi oleh ketakutan, oleh kemarahan, dan oleh salah persepsi. Tapi persepsi yang salah tidak dapat dihapus oleh senjata dan bom. Mereka harus dihapus dengan mendengarkan secara dalam, mendengarkan dengan penuh kasih, dan ruang penuh cinta kasih.

3
Personality / kata "mapan" oleh wanita dimata pria
« on: 07 September 2010, 10:53:38 AM »
apa yg ada di benak anda(pria) jika wanita menjawab, "pria mapan", ketika di tanya kriteria pria yg sedang anda cari?  ;D

4
Tolong ! / ada yg pelihara anjing? Jakarta only
« on: 04 September 2010, 10:53:49 PM »
ada yg pelihara anjing? mo minta tolong bagi yg pelihara anjing khusus di wilayah Jakarta aja.
gak bisa kasi tau secara detail di public. bagi yg mo bantuin, post disini ato PM saya.
nanti saya kasih tau detailnya...
legal kok.. bukan sesuatu yg illegal :)

thx in advance.

5
Chan atau Zen / 108 adages of wisdom (pepatah bijak) - Master Sheng Yen
« on: 03 September 2010, 01:40:15 AM »
108 adages of wisdom (pepatah bijak)
Master Sheng Yen - Sheng Yen Education Foundation



Uplifting Character
Mengembangkan Kepribadian




Our needs are few; our wants are many.
Yang dibutuhkan tidaklah banyak, namun yang diinginkan begitu banyak.


To be grateful and repay kindness-this is first; to benefit others is to benefit ourselves.
Tahu berterima kasih dan membalas budi adalah hal utama. Memberi manfaat kepada orang lain sama halnya memberi manfaat untuk diri sendiri.


Devote wholehearted effort without calculating who does or gains more.
Curahkanlah usaha sepenuh hati tanpa menghiraukan siapa yg berbuat atau memperoleh lebih banyak.


Kindness and compassion have no enemies; wisdom engenders no vexations.
Ia yang penuh cinta kasih tidak memiliki musuh, ia yang bijaksana tidak memiliki kerisauan hati.


The busy make the most of time; the diligent enjoy the best of healt.
Orang yang sibuk menghasilkan waktu terbanyak, orang yang rajin memiliki kesehatan yang prima.


Those who give selflessly are blessed; those who do good deeds are happy.
Ia yang memberi tanpa pamrih akan memperoleh berkah, ia yang berbuat baik akan mendapatkan kebahagiaan.


Cultivate a big heart-but a small ego.
Kembangkan hati seluas mungkin, namun tidak egois.


To take anything, one must first be able let go. One is truly free who can take on and let go of anything in peace.
Untuk mengambil sesuatu, terlebih dulu harus melepaskan. Ia yang dapat memperoleh dan merelakan sesuatu dengan lapang dada adalah orang yang benar-benar merdeka.


Maintain a relaxed body and mind, and meet and greet with smile. Relaxation enhance physical and mental health, and a smiling face promotes friendship.
Pelihara tubuh dan pikiran yang rileks, sapalah dengan senyuman. Rasa rileks akan menjaga batin jasmani tetap sehat dan seulas senyuman menunjukan tanda bersahabat.


Before you open your mouth to speak, think twice and chew your words carefully. The point is not hold your peace, but to speake with discretion and prudence.
Pikir dan pertimbangkanlah dengan cermat sebelum kata-kata diucapkan. Bukannya bungkam, melainkan harus hati-hati mengucapkannya disertai kebijaksanaan.


to be continue...

6
Informasi dan Pengumuman Kegiatan Buddhis / September ini KOPDAR? :D
« on: 26 August 2010, 01:24:07 AM »
KOPDAR?
dah lama gak melihat batang hidung anak DC  ;D

tgl 19 September, hr minggu, kumpul depan Gramedia Central Park(Jakarta) jam 2:00 PM.
tempat nongkrong, nanti baru ditentuin setelah kumpul.
contact person, bisa PM wa..
yg telat, bisa contact wa ato contact yg lain

see you there...

7
Game / [FB] City of Wonder
« on: 25 August 2010, 01:29:19 AM »
ada yg main? add donk..  ;D

8
Chan atau Zen / Lima Penyakit Manusia
« on: 10 August 2010, 08:48:39 AM »
Lima Penyakit Manusia

Apa yang harus kita lakukan terhadap semua problem ciptaan dari pikiran kita?

Ketika kita mengalami penderitaan, akan sangat beguna untuk berusaha menganalisa hakekat-dasar dari penderitaan tersebut. Penderitaan dapat hadir dalam bentuk ketamakan, kemarahan, kebodohan (ketidak-tahuan), arogansi, atau keragu-raguan.

Bila kita dapat merenungkan hakekat dari penderitaan kita, kita bisa sangat mengurangi intensitasnya. Perhatikan bahwa Buddhisme tidak peduli pada asal sebab-musabab dari delusi dan penderitaan seseorang . Buddhisme hanya fokus pada pengenalan serta pengeliminasiannya. Kekuatan untuk melakukan itu ada di dalam pikiran seseorang.


Ketamakan

Ketamakan adalah hasrat untuk mendapatkan apa yang kita maui. Sebuah contoh dari ketamakan adalah dorongan untuk menaklukkan. Orang yang menderita keinginan ini ingin meningkatkan apa yang mereka miliki dan memperluas pengaruhnya. Sebagian berusaha menjadi terkenal sementara sebagian lainnya memakai kekuasaan untuk menaklukkan secara langsung mereka-mereka yang menentangnya. Pertarungan kekuasaan yang disebabkan oleh hasrat ini bisa terjadi di antara negara ataupun di dalam keluarga. Seorang istri bisa berusaha menaklukkan suaminya atau sebaliknya. Hasrat untuk menguasai orang lain semacam ini, sesungguhnya, hanyalah berpusat-diri (self-centered).

Bilamana ketamakan menyebabkan kita menderita, kita harus berefleksi, melihat ke dalam diri sendiri: "Aku tamak. Hasratku menggebu. Inilah sumber penderitaanku". Maka kekesalan tamak tersebut akan menyusut.


Kemarahan

Bila kita menderita karena kemarahan, kita bisa berefleksi: "Mengapa aku sedemikian marah? Kesusahanku terkait langsung dengan kemarahanku". Dengan cara ini kemarahan dan kesusahan tersebut akan mulai surut. Lihatlah ke-dalam, bukan ke-luar. Bukan "problem"-nya, tetapi pikiran anda sendirilah yang harus anda periksa.


Ketidak-tahuan

Bila telah berbuat sesuatu yang bodoh, akan sangat membantu meringankan penderitaan dan kekesalan kita, kalau kita mengakui kesalahan kita. Kebodohan mencakup ketidak-pahaman serta tak menerima akan ketidak-permanenan (fana). Atau dengan kata lain, menyangka bahwa kita bisa bergantung pada benda-benda.


Arogansi

Arogansi timbul karena menganggap bahwa pencapaian kita seluruhnya merupakan hasil dari kemampuan serta kehebatan kita sendiri, dan bukan dari sebab dan kondisi. Sikap ini jelas berpusat pada 'diri' yang kuat. Arogansi dapat menjadikan kita tak berperasaan dan tidak menghargai orang lain. Seseorang yang arogan bisa percaya bahwa ia mempunyai hak untuk menyakiti orang lain atau menyingkirkan mereka dengan sesuka hati.

Keputus-asaan yang disebabkan oleh kegagalan untuk mencapai sasaran-sasaran yang diingini adalah kebalikan dari arogansi. Seseorang yang mengalami gangguan ini akan kehilangan semua kepercayaan pada dirinya sendiri dan juga kerap kali akan menyalahkan orang lain.

Mengenali gangguan arogansi, keputus-asaan, dan sumbernya yakni keberpusat-dirian, serta awas akan penderitaan yang disebabkannya tatkala kita mengalaminya, bakal membantu kita mengatasinya.


Keragu-raguan

Keragu-raguan adalah juga suatu tipe kekesalan dan penyebab penderitaan. Keragu-raguan menghalangi kita membuat keputusan. Keragu-raguan membuat diri mustahil untuk mempercayai orang lain dan mempercayai diri sendiri. Ini sungguh merupakan penderitaan!

Jikalau anda tahu bahwa anda menderita karena keragu-raguan, anda harus berpikir sebagai berikut: "Aku ingin melaksanakan tugas ini, jadi lebih baik aku percaya bahwa aku punya kemampuan dan bahwa inilah hal benar yang harus dikerjakan". Kalau anda bisa percaya hal ini, anda akan mampu mencurahkan diri pada apa yang ingin anda kerjakan.

Keragu-raguan dapat mempunyai pengaruh yang mengerikan pada hidup kita. Bayangkan bahwa anda telah memutuskan untuk menikah, tetapi anda dilanda keragu-raguan. Anda bertanya-tanya apakah pernikahan tersebut akan berakhir dengan perceraian. Akankah pasangan anda meninggalkan anda setelah menikah? Apakah pasangan anda bohong, atau apakah ia menyembunyikan sesuatu yang penting dari anda? Jika kesangsian anda tak terkendali, anda akan sengsara saat anda bersiap untuk pernikahan dan sengsara di dalam pernikahan tersebut. Bahkan jika tidak ada alasan nyata bagi anda dan pasangan anda untuk berpisah, kesangsian itu sendiri dapat memberi alasan.

Jika anda menderita karena kesangsian semacam ini, anda bisa bilang kepada diri sendiri, "Jika aku punya sedemikian banyak kesangsian, tolol jika aku menikah. Jika aku ingin menikah, aku harus menerima pasanganku sebagaimana adanya dan mempercayainya secara mutlak". Jika anda tidak bisa memelihara sikap semacam itu, pernikahan hanya akan mendatangkan kesengsaraan bagi anda.

Adakah di antara kalian yang tidak punya kesangsian? Saya belum pernah berjumpa seseorang yang sama sekali tidak punya.



Sumber:
Chan: Gerbang Tanpa Gerbang
Sebuah Panduan Praktek Ch'an (Chinese Zen)
oleh Chan Master Sheng Yen,
SUWUNG, 2002.

Chan Indonesia

9
Kafe Jongkok / apa yg salah dlm music video clip ini? :D
« on: 09 August 2010, 11:11:46 PM »
kayanya sudah banyak yg tau music video clip ini oleh Kiss - Because I'm a woman, krn video clip ini ok dan sangat menyentuh.
tapi bagi wa ada ada 1 kejanggalan di video clip ini.
kejanggalannya bukan pada ending-nya dimana pihak ce gak menyapa si co.
ada yg bisa menemukan kejanggalan yg wa maksud? nanti kasi GRP d.. ;D


10
Personality / [Tes Psikologi] Hujan Angin Musim Gugur Daun Pohon
« on: 06 August 2010, 01:13:51 AM »
Ada sebatang POHON yg tua.
Bila HUJAN turun,beberapa helai daun tmbuh.
Bila MUSIM GUGUR datang,ANGIN menerbangkan smua DAUNnya.
Jika diberi plihan, maka kamu mau jadi apa?

A. Hujan
B. Angin
C. Musim Gugur
D. Daun
E. Pohon

di pahami dulu ya, baru pilih jawabannya..






setelah menjawab, baru liat artinya dibawah ini,
Spoiler: ShowHide


jawab dulu.. baru liat jawabannya yak... jgn nyontek  ;D

[spoiler]

*MUSIM GUGUR = kamu selalu mencintai 2 org dalam 1masa.
*ANGIN = kamu adalah org ke3 dlm cinta segi3.
*POHON = kamu begitu setia pada pasangn
*DAUN = kamu adalah playgirl atau playboy  ^-^
*HUJAN = kamu mau mencari seseorang yg betul2 bisa saling mengerti & sayang sama kamu
[/spoiler]

11
Chan atau Zen / Pikiran adalah Segalanya
« on: 03 August 2010, 11:53:50 PM »
Pikiran adalah Segalanya

Seorang psikolog Inggris berkata kepada saya bahwa ia telah mendengar sesuatu yang sangat berguna dan bermanfaat baginya pada sebuah retreat baru-baru ini. Saya tanya padanya apa itu, dan ia berkata, "Setiap sore ketika kita melantunkan liturgi petang, kita ucapkan,

"Memahami Dharma semua Buddha
dari masa lampau, masa kini dan masa depan,
bahwa hakekat Dharmadhatu ini [alam-semesta dan semua fenomena]
semuanya hanyalah ciptaan dari pikiran.
"

Pemahaman ini sangat berguna karena, misalnya, ketika kaki saya sakit, saya tak harus takut pada rasa sakit tersebut. Ketika saya bersedia menerima dan tidak terlalu memikirkannya, rasa sakit itu sering lalu menghilang; sebagai gantinya ada suatu perasaan dingin yang nyaman. Apapun problem-problem yang anda punyai, kalau anda bersedia menghadapinya, mereka bakal berkurang".

Ia menambahkan bahwa dahulu ia memakai terapi bicara atau obat-obatan dalam usaha membantu para klien untuk menyingkirkan problem-problem mereka. Psikolog ini tidak tahu bahwa bila anda mau menerima suatu problem, penerimaan itu sendiri sudah merupakan satu cara untuk memecahkan problem tersebut.

Saya lalu bertanya apakah menurut dia pendekatan ini bisa berguna bagi setiap orang. Ia memikirkannya sejenak dan berkata, "Barangkali hanya bagi mereka yang memiliki kekuatan tekad dan keuletan".

Walaupun metode ini mungkin tidak bisa berhasil untuk setiap orang, namun prinsip di baliknya valid. Yakni, pada hakekatnya tidak ada problem yang eksis secara obyektif - sendiri. Problem harus eksis hanya di dalam pikiran dan persepsi anda sendiri. Bila tiada problem dalam pikiran anda, problem-problem yang obyektif itu tidak eksis pula. Karena alasan inilah maka Buddhadharma memandang agama dan filosofi lain sebagai "aliran sebelah-luar". Artinya: mereka semua itu menganggap bahwa berbagai problem-problem serta fenomena lainnya memiliki suatu eksistensi di-luar pikiran seseorang. Dari sudut pandang Buddhist, hal-hal ini eksis hanya di dalam pikiran seseorang.


Pikiran Konseptual vs Pikiran Fundamental

Bahwa segalanya adalah ciptaan pikiran kita sendiri tidaklah mudah dimengerti. Untuk memahaminya, kita harus membedakan dua level pikiran. Pikiran konseptual adalah suatu level pikiran yang dangkal. Pikiran ini dipengaruhi oleh apa-apa yang telah kita pelajari, dengar dan saksikan, bagaimana kita merasa, dan sebagainya, serta sangat kondisional. Kita tidak bisa mengatakan bahwa pikiran konseptual ini adalah penyebab segala yang terjadi pada diri kita atau lingkungan.

Akan tetapi, pikiran fundamental, pikiran kosong, subyek sesungguhnya di sepanjang waktu, masa lampau, masa kini, dan masa depan - benar-benar memunculkan semua fenomena, dan problem-problem kita. Dari sudut pandang pikiran fundamental itu, bisa kita katakan bahwa problem-problem eksternal adalah ciptaan kita sendiri. Kita mungkin tidak tahu bahwa kita telah menciptakan problem-problem itu karena mereka tersembunyi di level pikiran yang lebih mendalam.

Segala sesuatu adalah ciptaan (proyeksi) dari pikiran. Anda punya surga anda sendiri dan saya punya sendiri. Anda punya neraka anda sendiri dan saya punya sendiri. Anda bisa melihat saya di surga anda dan saya bisa melihat anda di surga saya. Namun demikian surga anda lain dari surga saya. Dan sama halnya dengan segala sesuatu lainnya.

Jikalau dua orang suami istri menghabiskan dua puluh empat jam sehari bersama, berbagi ranjang yang sama dan pekerjaan yang sama, apakah mereka berada dalam dunia yang sama atau dalam dunia yang berbeda? Keduanya menjumpai materi fisik yang berbeda, sehingga bahkan dunia fisik yang mereka tempati tidaklah identik. Kalau saya duduk di kursi ini, anda tak bisa duduk di sini. Anda harus duduk di suatu tempat lain. Apabila kita makan bersama, walaupun kita punya hidangan yang sama di depan kita, apa yang saya makan dan berapa banyak saya makan beda dari apa yang anda makan. Anda bisa menganggapnya sangat lezat sementara saya bisa menganggapnya tidak terlalu hebat. Anda bisa menganggap hidangan yang sama itu - enak hari ini dan tak terlalu enak besok.

Dua individu dapat hidup dalam dunia yang sama hanya bila mereka mempunyai pikiran yang persis sama. Dalam meditasi kita menyebutnya mempunyai keadaan satu-pikiran. Jika pikiran seseorang terpencar, mustahillah untuk mengalami dunia yang sama seperti seseorang lain.



Sumber:
Chan: Gerbang Tanpa Gerbang
Sebuah Panduan Praktek Ch'an (Chinese Zen)
oleh Chan Master Sheng Yen,
SUWUNG, 2002.

dr Chan Indonesia FaceBook

12
Film / Bucket List - 100 Things to do Before You Die
« on: 27 July 2010, 11:17:16 PM »


great movie!!!

13
Chan atau Zen / Bebas dari MIMPI - Ven. Guo Yuan Fashi
« on: 15 July 2010, 10:40:20 PM »
Di dalam literatur Buddhis, disebutkan bahwa orang yang telah mencapai pencerahan tidak lagi mengalami mimpi dalam tidurnya. Ada sebuah frase cina berbunyi, “Tidur dengan kaki terlentang bebas”, yang berarti batin tiada-beban, bebas dari segala kegelisahan, sehingga tidak lagi bermimpi kala tidur! Kondisi tidur yang sangat nyaman ini dinamakan, “Tidur dengan rileks”. Ini adalah kondisi mereka yang sudah mencapai pencerahan, tapi bagaimana dengan kita ? Kita ini masih punya begitu banyak pemikiran ini-itu, terutama kala dihadapkan pada persoalan serius. Pemikiran dan perasaan gelisah ini barangkali tidak tampak ketara di siang hari, saat kita sibuk beraktivitas dan kerja. Rasa tegang dan khawatir ini seolah hilang dari benak kita. Segalanya tampak baik-baik saja dan tiada masalah. Tapi benarkah begitu?

Nyatanya, di malam hari saat tidur, anda malah bermimpi dan ngigau. Sepanjang malam anda tidak dapat tidur nyenyak. Badan bergerak bolak-balik, kiri-kanan, seperti cacing kepanasan. Pikiran sibuk dengan berbagai macam pemikiran ini-itu dan bayangan mimpi, seolah sedang beraktivitas dan bercakap-cakap di siang hari. Terkadang tidak hanya ngigau dalam mimpi, ada yang sampai berteriak keras, ucapan dalam mimpinya pun terdengar sangat jelas. Kenapa ? Apa maksud dari kondisi demikian ini ? Semua ini bakalan terlihat dengan jelas sekali saat anda menjalani Retret !

Ini akibat dari timbunan tekanan-tekanan mental di dalam pikiran, berbagai rasa khawatir, tidak-aman, bingung, takut akan masalah-masalah yang belum terselesaikan. Semua ini muncul ke permukaan kala anda tidur. Ketegangan kala jalani hidup di siang hari pun terbawa, terseret-seret hingga saat tidur, saat dimana semestinya tubuh-pikiran ini dibiarkan untuk istirahat. Akibatnya setelah bangun, tubuh ini terasa pegal, kepala terasa berat, pikiran seolah memikul beban berat. Kesegaran yang semestinya diperoleh setelah tidur malah berubah jadi kelelahan. Pikiran jadi tumpul, tidak jelas, ‘mandeg’ dan tidak produktif, tidak siap digunakan untuk berpikir, membuat rencana, menganalisa dan mencari solusi atas masalah- masalah yang ada. Pernahkah anda punya pengalaman seperti ini ? Inilah yang disebut dengan kondisi ‘Stres’. Penyakit yang melanda hampir setiap dari kita di jaman dewasa ini.

Setelah menjadi Bhikkhu, saya masih ingat suatu ketika kakak laki-laki saya tiba-tiba meninggal dunia. Saya pulang untuk mengurusi perkabungannya. Berita kematian ini begitu mendadak dan mengejutkan bagi saya. Rasa sedih yang dalam pun terbit dalam lubuk hati. Saat mengurusi masalah di pagi hari, saya berusaha untuk tidak kelihatan terlalu sedih, tetap menunjukkan sikap layaknya seorang Bhikkhu. Tetapi pada malam hari, saya mulai ngigau, karena serangan itu benar-benar sangat besar. Biasanya saya jarang sekali ngigau. Orang rumah memberitahu saya, bukan hanya mengigau tetapi saya juga berteriak. Setelah beberapa hari berlalu, saya baru tahu kejadiannya demikian.

Dalam kehidupan, kita memakai begitu banyak topeng. Di dalam situasi yang berbeda, kita memakai topeng yang berbeda pula. Kita tidak ingin orang lain melihat kelemahan kita; emosi, perasaan negatif, ketidakmampuan serta pemikiran yang buruk dalam diri. Setiap hari kita pun memakai topeng-topeng yang berbeda ini, yang semuanya bersumber dari dalam diri. Kalau topeng tersebut berubah sedemikian banyak dan cepat, batin pun sulit untuk beradaptasi ! Tekanan ini bisa bertambah bila anda tidak jelas dengan peran anda, tidak tau bagaimana harus bersikap dengan tepat, dan tidak tau cara menyikapi berbagai masalah yang muncul pada saat bersamaan. Karena tidak dapat beradaptasi dan tidak jelas dengan diri sendiri, masalah demi masalah muncul dan bercampur aduk. Ini semua meluap ke permukaan dalam bentuk emosi dan rasa tertekan. Di malam hari, tekanan-tekanan yang berakumulasi dalam pikiran ini pun terus bekerja, itulah mengapa kita mengalami mimpi, bahkan sambil berbicara dalam mimpi.

Untuk itulah dalam keseharian, sebaiknya jangan menekan perasaan dan emosi apapun di lubuk hati, terutama rasa sedih, kecewa, harus bisa mengatasinya segera. Gimana caranya? Gunakan Buddha Dharma. Jika kita bisa memahami kemelekatan dan kebandelan kita seperti apa dengan jelas, maka kita dapat menggunakan Dharma untuk mengatasinya. Ketika perasaan dan emosi ini muncul di hati, SADARI dan liatlah perasaan-perasaan ini dengan jelas, kemudian cobalah untuk menerimanya, bukan dengan menekan atau pun menolaknya! Dengan sikap menerima berarti anda siap menghadapinya dengan terbuka dan mencari solusi atas masalah yang ada. Setelah masalah ini selesai, maka letakkanlah ! Bukannya terus tertekan dan terkungkung di dalam perasaan emosional tiada akhir. Kemelekatan adalah sumber dari segala kekhawatiran, ketidakpuasan dan penderitaan dalam diri. Lepaskanlah kemelekatan ini. Dengan begitu rasa gelisah, sedih dan takut yang tertekan di dalam batin, bisa diatasi sehingga tidak akan mengigau lagi di malam hari. Hidup relaks, tiada-beban, BEBAS dari mimpi !

Chan Indonesia

14
Pojok Seni / Chopin Nocturne C#minor - Violin
« on: 05 July 2010, 11:30:50 PM »
ada recomendasi violinist yg mainnya ok?

15
Chan atau Zen / Questions and anwers to Master Deshimaru
« on: 15 June 2010, 07:04:22 PM »
tadinya mo translate ke bahasa Indonesia. berhubung gak ada waktu, jadi copas aja. semoga bermanfaat  _/\_

source: http://www.zen-deshimaru.com


The middle way

Your expression, "Zen is beyond religion, "could be taken to mean that Zen is supposed to take the place of all religions, to supplant them. What do you really mean?
Religions remain what they are. Zen is meditation. Meditation is the foundation of every religion. People today feel an intense need to go back to the source of religious life, to the pure essence in the depths of themselves which they can discover only through actually experiencing it. They also need to be able to concentrate their minds in order to find the highest wisdom and freedom, which is spiritual in nature, in their efforts to deal with the influences of every description imposed upon them by their environment. Human wisdom alone is not enough, it is not complete. Only universal truth can provide the highest wisdom. Take away the word Zen and put Truth or Order of the Universe in its place.


At what point in the history of Buddhism did Zen begin?
When Buddha woke up under the Bodhi tree. Afterward it was influenced very strongly by traditional Indian philosophies and religions, and it hardened into scholasticism and asceticism, as in the case of the Theravada system. After that, Bodhidharma left India to transplant the true Zen into new soil, in China. And then Buddhism grew old in China, just as it is declining today in Japan. The essence of Buddhism is the posture of zazen. But in China and Japan zazen is no longer being practiced and that is why I have brought it again to fresh ground here in Europe.


It is often said that Buddhism is the Middle Way, the way of balance, but in the West the middle way means middle-class morality. Can you say something about the "middle way" in Zen?
The middle way does not mean finding yourself between two pretty women and kissing both of them. That's not it. Nor is the middle way cowardice, fear, and inertia; it is not tepid and indecisive. Do not misunderstand it: it embraces opposites, it integrates and goes beyond all contradictions, it is beyond every dualism, even beyond every synthesis. The final verse of the Hannya Shingyosutra is "Go, go, beyond, together, beyond the beyond to the shore of satori, to the wisdom of the Buddha'' - that is, the concrete intuition of the fundamental unity of all things: subject and object, body (or matter) and spirit, form and void. In Buddhism the middle way means not setting up an oposition between subject and object. The chief characteristic of European civilization is dualism. Materialism, for example, is opposed to spiritualism. Westerners are very fond of doctrines, of isms. Buddhism, they say, and Christianity. Their isms express the relative positions of what are taken to be distinct entities, but in reality the material and spiritual are one and cannot stand in opposition to each other. Both materialism and communism have opposed Christianity; but communism is not complete either, because it looks only at the material aspect of things, while Christianity looks only at the spiritual aspect and is just as incomplete. Some Christians are different, but for most traditional Christians their religion has to do with the spirit only. Spirit or mind and body are one thing, like the two sides of a sheet of paper. In everyday life they cannot be separated. One person is drawn to the mental or spiritual, another to the material or physical. If you want to understand, you must find the middle way. Spiritual is material and material becomes spiritual. Mind exists in every one of our cells and ultimately mind itself is body and the body itself is mind. The only things left in the end are activity and energy; they are not dualistic. The middle way integrates everything The highest dimension of all is mushotoku, the middle way. Zen is the middle way. But you must not misunderstand the word "middle": it means, in regard to material and spiritual, that you must embrace both, like the front and back of a sheet of paper. That's what makes Zen hard to understand. The middle way is the way beyond. Thesis, antithesis, synthesis: that is the form in which reasoning in the West is always set out. If material = thesis and spiritual = antithesis, then Zen lives the middle way, that of synthesis. Beyond synthesis.


Faith is important in Buddhism, and in Zen there are various objects of faith - zazen, or the kesa, or the master. But what is faith?
Whatever you like. Each person is different. The object of faith differs for each individual. Each person must know and recognize for himself or herself what is his or her object of faith. You must believe in whatever impresses you most deeply. I cannot say, I cannot decide objectively. This is very important. In almost all religions you are told that you have to believe this or that, or in God or Buddha. I do not agree. You have to find for yourself, in yourself. The teacher can lead you to the river's edge but cannot drink in your place, or compel you to drink either. That is a subjective problem. So I answer, whatever you like. The most important thing is to believe. Believe in what is highest, ultimate. What is true? It is for the wisdom of the spirit to decide. God, Buddha, the Cross... People usually believe according to their genes, their heredity, education, family environment, physical habits. But in the end... The dog follows its master, it forgets everything else when it sees its master. Its brain changes; it is faithful, it believes in its master. True, deep love is important in faith. In the end, I cannot decide your faith for you. You must decide yourself. It is not just a question of form. I happen to he a Zen monk and, like Dogen and Nagarjuna, I believe in the kesa, the garment transmitted by Buddha. That is an eternal transmission. If you want to have faith in Buddha you can, but I cannot decide for you. You must find the answer by yourself.


Does one have to give up one's own religion to follow Zen?
As you like. You must choose for yourself. You must look for the essence here and now, decide what is important for yourself. What is the solution to your problems? Too often religions are no more than decoration. You're supposed to learn all the texts, the order of all the ceremonies; but all that is unimportant. Religions and philosophies have relied too much on the imagination, and that is why they are growing weak. You must cut away the decoration and look for what is important. Find the true essence of all religions.


Does the concept of sin exist for someone who practices Zen?
The problem of sin is not the same in Christianity as it is in Buddhism. In Christianity there is Original Sin. Adam, Eve, the apple and the serpent. In Buddhism every existence possesses the nature of God or Buddha; this is a very different concept and one that is extremely difficult to explain. All existence, even a stone, everything material, animal, vegetable, everything in its origins possesses the nature of Buddha. In Oriental philosophy there are two schools of thought. One believes that wickedness is in man's original nature. But the one larger in number believes that what exists at the origin of consciousness, for everything and everyone, is good. That is particularly true of Buddhism. Everybody has Buddha nature, but it is altered by environment and karma. One might say that karma is something like sin; it is transmitted to us by our parents and ancestors and changes our originally pure mind. That is what makes evil exist. When there is no more karma you can return to your normal, original state. If you practice zazen, your karma comes to an end and sin disappears. It would be very complicated to explain more. The infant in its mother's womb, for example, is sinless, but it already bears the karma of all its ancestors in its blood. The night before last there was a boy here who was practicing zazen for the first time; he said, "I have just understood what real silence is. Until tonight I have never spent one whole hour in silence in my life. The only time I'm quiet is when I'm in bed and sometimes I even talk in my sleep! `` But zazen, that is real silence.'' I said to him, ``You were quiet in your mother's womb; that was silence, too.'' But he said, ``My mother talks all the time, I have a bad karma. I always want to be talking and it's hard for me to keep quiet even in zazen.'' But everybody's true origin is silence; you must understand that. Only silence is your true origin. Silence first, then incessant talking. For twenty, thirty, fifty or sixty years you have been talking nonstop. So then you get completely exhausted and return to complete silence again in your coffin. So silence is what goes on eternally. What you have that is eternal is your consciousness of silence, the normal condition of your mind. That is ku, nirvana. The true origin. In Zen we say that we must go back to the original silence, as in Christianity they say we must go back to the state before sin. If you practice zazen you return to the state before sin.


Why are you always talking about going back to the origin instead of waking up to what lies ahead?
What is waking up? Up to what? Westerners always have these notions of illumination. Yes: Satori means "awakening." People like the idea of waking up; but to what? It's easier to go back. The newborn baby is pure. It has true freedom, it's not at all complicated, doesn't need to make love, gets its food from its mother, cries when it feels like it . . . It doesn't think. We have to understand what freedom is. If you think with your fore-brain all the time, you become complicated; that is how European philosophy got so complicated. We must go back to the origin of the human being. It's difficult. A koan.


Can you say that tigers or cats, animals in general, live true Zen?
Yes, animals live true Zen. And because animals are that way, humans must represent a further development from them. Pigeons are extremely simple, very peaceable, not at all complicated. Sometimes you should follow the animals' way of life, but you must also make use of your human fore-brain. Westerners like to be on one side or the other; either they are all for religion or they detest it - always the same old story of oppositions. What we must do is harmonize religion with communism, American assets with the Arab spirit. If you are always in conflict and battle you can never find true peace. So there needs to be a theory in between. Nobody has found it yet. Only Zen can do it. That is the principle of the five propositions of Buddhism: there are thesis, antithesis, and synthesis, but not only them. There are also the harmonization of the whole and the embracing and transcending of all contradictions.

Pages: [1] 2 3 4 5