Logika adalah ancaman yang sangat menakutkan kaum karesten.
Dalam catatan sejarah dapat diketahui bahwa sejak dulu di dalam agama karesten terdapat dua aliran yang sangat berlawanan keyakinan antara Arianism yang meyakini bahwa Allah itu Maha Esa dan Jehesus adalah rasul Allah dengan Athanasianism yang meyakini bahwa Allah itu Maha Esa tapi terdiri dari tiga oknum. Manakah yang sebenarnya merupakan keyakinan resmi agama karesten? Untuk menjawab pertanyaan tersebut maka Kaisar Contantine The Great menganjurkan untuk menyelenggarakan Konsili Nicae, di mana di dalamnya akan didiskusikan/dimusyawarhkan tentang mana keyakinan yang benar dan mana yang salah, dan akan diputuskan tentang mana yang menjadi keyakinan resmi agama karesten.
Contantine the Great (306-337 M) adalah kaisar imperium Roma yang pertama-tama memeluk agama karesten. Pada tahun 325 M, atas anjuran kaisar tersebut, berlangsung sidang geraja sedunia yang pertama-tama di Nicae, di kenal dengan konsisi Nicae tahun 325 M.
Konsili tersebut diadakan guna menyelesaikan perbedaan pokok-pokok keyakinan di dalam Agama karesten, antara aliran Arianism yang berkeyakinan bahwa Allah itu Maha Esa tanpa oknum, dan Keristus adalah manusia biasa tapi menjaba Prophet of God (Rasul Allah), dengan aliran Athananinism yang berkeyakinan bahwa Allah itu Maha Esa tapi terdiri atas tiga oknum (Trinity Faith) dan itu adalah son of god (Anak Allah) yang sengaja menjelma di Bumi.
Jadi, tentunya pada waktu itu munculnya keyakinan Trinitas sudah ditentang oleh banyak kaum karesten sendiri, termasuk oleh Kaisar Constantine sendiri.
Konsili Nicae tahun 325 M itu memutuskan Trinity Faith itu sebagai keyakinan resmi dalam agama karesten, dan Arianism itu dinyatakan sebagai ajaran Bid`ah (heresy). Tapi belakangan kaisar sendiri berbalik menganut Unitary Faith (Arianism) dan mengumumkan bahwa hal itu merupakan keyakinan resmi agama karesten. Hal itu berkelanjutan sampai pada masa pemerintahan Kaisar Theodosius (379-395 M), yang berbalik mengumumkan Trinity Faith sebagai keyakinan resmi Agama karesten.
Karena Kaisar Contantine berbalik keyakinan dan memutuskan Arianism sebagai keyakinan resmi agama karesten, maka tidak mengherankan bila kemudian dewan gereja menganggap kaisar Constantine mengkhianati keputusan konsili, serta tidak melaksanakan keputusan konsili untuk menutup pusat-pusat pendidikan logika di Roma dan Athena.
Dewa gereja memang sangat menghendaki pusat-pusat pendidikan Logika itu ditutup dan pelajaran Logika Aristoteles diharamkan, karena logika adalah ancaman bagi keyakinan kaum Trinitanism.
Keputusan lainnya dari Konsili Nicae adalah menutup pusat-pusat pendidikan filsafat Grik (Logika), Antiokia dan Rome. Selanjutnya melarang pelajaran Logika, kecuali bab-bab permulaan (Kategoriae, Eisagoge, Perinhermenias), dan selebihnya dinyatakan sebagai "bab-bab terlarang".
Dari catatan sejarah itu dapatlah diketahui bagaimana lukisan ketakutan kaum Trinitanism dan Dewan Geraja terhadap pelajaran Logika, para ahli logika dan pusat-pusat pendidikan logika. Selain munculnya "fatwa haram" terhadap pelajaran logika, lebih dari itu pusat-pusat pendidikan Logika dibakar dan dihancurkan, dan para guru logika dijatuhi hukuman mati.
Manlius Severenus Boethius (480-524 M), ahli pikir Roma terakhir, masih mencoba menulis buku tentang "bab-bab terlarang" itu , kemudian dijatuhi hukuman mati pada tahun 524 M
sumber : Joesoef Sou`yb, Logika, Hal. 235