//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Show Posts

This section allows you to view all posts made by this member. Note that you can only see posts made in areas you currently have access to.


Messages - xenocross

Pages: 1 ... 6 7 8 9 10 11 12 [13] 14 15 16 17 18 19 20 ... 79
181
Mahayana / Re: Filosofi Middle Way Nagarjuna
« on: 10 January 2014, 12:51:26 PM »
bisa donlod
siddharthasintent.org/community/pdf/MadhyamakavataraDJKR.pdf‎

182
katanya memang kalau bisa ilmu begitu orangnya gak bisa jadi kaya,
tidak bisa mengejar yang satu dan mengejar yang lain. Coba perhatikan orang2 yg kebanyakan berilmu dari dimasukin dewa, adakah yg kaya?

183
Buddhisme Awal / Perbandingan Teks Berbagai Sumber
« on: 09 January 2014, 12:54:16 AM »
darimana tahu tidak 100% murni lagi ?

The Pali Satipatthana Sutta includes a number of sections that are not shared with other texts on satipatthana, and which are later additions.

One of the additions is the inclusion of the awareness of postures and daily activities among its meditation exercizes. The awareness of postures is, in every other text, part of the preparation for meditation, not a kind of meditation itself.

Another late addition to the Pali Satipatthana Sutta is a ‘refrain’ following each meditation, which says one practices contemplating ‘rise and fall’. This is a vipassana practice, which originally belonged to only the final of the four satipatthanas, contemplation of dhammas.

The contemplation of dhammas has also undergone large scale expansion. The original text included just the five hindrances and the seven awakening factors. The five aggregates, six sense media, and four noble truths were added later.

Each version of the Satipatthana Sutta is based on a shared ancestor, which has been expanded in different ways by the schools. This process continued for several centuries following the Buddha’s death. Of the texts we have today, the closest to the ancestral version is that contained in the Pali Abhidhamma Vibhanga, if we leave aside the Abhidhammic elaborations.

Tracing the development of texts on satipatthana in later Buddhism, there is a gradual tendency to emphasize the vipassana aspect at the expense of the samatha side. This happened across various schools, although there is some variation from text to text, and perhaps some differences in sectarian emphasis. This led to various contradictions and problems in interpretation.

http://sujato.wordpress.com/2011/01/18/a-brief-history-of-mindfulness/
=================================================================

Semua teks lainnya, termasuk Jātaka, Abhidhamma dari berbagai aliran, sūtra-sūtra Mahāyāna, dan seterusnya, dituliskan kemudian. Relatif sedikit dari ajaran-ajaran ini dianut sama antara aliran-aliran; yaitu, mereka adalah Buddhisme sektarian. Walaupun lensa kritik historis, gambar besar dari kemunculan dan perkembangan ajaran-ajaran ini dapat ditelusuri dengan sangat jelas, dalam dinamika internal dari evolusi ajaran dan dalam tanggapan Buddhisme pada lingkungan budaya, sosial, dan religius yang berubah-ubah. Tidak ada bukti bahwa ajaran-ajaran khusus dari teks-teks ini – yaitu, ajaran-ajaran yang tidak juga ditemukan dalam Sutta-Sutta awal – berasal dari Sang Buddha. Alih-alih, teks-teks ini seharusnya dianggap sebagai jawaban yang diberikan para guru dari masa kuno atas pertanyaan: “Apakah makna Buddhisme bagi kami?” Setiap generasi berikutnya pasti melakukan tugas sulit dalam prinsip penafsiran, akulturasi kembali Dhamma pada waktu dan tempat. Dan kita, dalam masa-masa kita yang menggemparkan, yang demikian berbeda dari mereka dari masa atau budaya Buddhis masa lampau, harus menemukan jawaban kita sendiri. Dari perspektif ini, ajaran-ajaran aliran-aliran memberikan pelajaran-pelajaran yang tidak ternilai, suatu kekayaan teladan yang telah diwariskan kepada kita oleh para nenek moyang kita dalam keyakinan.

http://dhammacitta.org/forum/index.php/topic,24689.0.html

184
Buddhisme Awal / Re: Abhidhamma/Abhidharma Pada Masa Buddhisme Awal
« on: 08 January 2014, 02:39:32 PM »
disarankan baca  sekte dan sektarianisme, untuk mengguncang paham sektarian dulu
http://dhammacitta.org/forum/index.php/topic,23774.0.html

ternyata yg dari kecil diajarin di sekolah, bahwa ada satu aliran paling murni sendiri, itu gak benar. Zaman sekarang sudah gak ada yg 100% murni dan kita hanya dapat versi yang sudah banyak ditambah dan diubah.

185
Buddhisme Awal / Re: Abhidhamma/Abhidharma Pada Masa Buddhisme Awal
« on: 07 January 2014, 12:17:26 PM »
Quote
Abhivinaya ini yang kemudian dipelajari oleh Ajatasattu dan Devadatta sehingga setelah selesai masa hukuman di niraya, mereka akan terlahir sebagai manusia dan mencapai Pacceka Bodhi bernama Vijitavi dan Atthissara. Devadatta sendiri akan melanjutkan lagi ke jalan Mahayana dan menjadi Samyak Sambuddha bernama Devaraja. Demikian dahsyatnya Abhivinaya ini.

Wah kalau begitu saya yakin abhivinaya ini = Sila Bodhisattva
buktinya masuk jalan mahayana kan! :D

186
Berarti sudah nampak hasilnya. Apakah mantra masih terus dibaca, ataukah berhenti karena teror beralih ke orang dekat?

Setahu saya, kalau orang dekat itu masih serumah, bisa pakai media air. Persembahkan air, Bacakan mantra 108x
Air diminum oleh anggota keluarga dan dipercikkan ke seluruh sudut rumah.
Kalau gak serumah dan mereka gak ngerti, bisa diakali dengan memberikan mereka air mineral atau minuman kemasan apa saja untuk mereka minum

Kalau menurut saya, mungkin ada baiknya pembacaan mantra diteruskan dan semakin diperkuat.
Cara memperkuatnya, pasang gambar Bhagawati Sitatapatra di altar. Cara lain adalah memasang cermin bulat yang ditulisin mantra, tapi itu terlalu repot.
Lalu persembahkan air , untuk diminum dan dipercikkan seperti yg disebut di atas.
Saya punya bacaan yg lebih panjang untuk memuja Bhagawati Sitatapatra, kalau mau bisa saya ketik, soalnya masih dalam bentuk booklet. Tapi yang paling penting mantra dibaca terus bahkan di waktu senggang

187
kalau sudah berat kasusnya, mantra dan paritta tidak bisa membantu, dll,
biasanya disarankan minta bantuan dari pelindung dharma

Yang aku tahu sering diceritakan ampuh, adalah Bhagawati Sitatapatra / Dukkar (tibet) / Ta pai san kai fu mu (mandarin)
======================================================================



"Sitapatra (White Parasol,) also called Ushnisha-sitatapatra, is a protector described in the Shurangama Sutra.  The embodiment of the white parasol of royalty that appears over Buddha as a symbol of glory,
She is described as having 1,000 faces, arms and legs.  Each of the eleven depicted heads has three eyes, and there is one in each palm and sole.  Her right hands hold dharma wheels and her left hold arrows, except for the one holding the parasol representing the protection she offers.

Known foremost for her “white parasol”, Sitatapatra emerged from the crown protrusion of Shakyamuni Buddha’s head when he was in Trayastrimsa heaven.  The white parasol represents the Buddha’s universal mantle of protective power.  The Buddha announced her role to “cut asunder completely all malignant demons, to cut asunder all the spells of others…to turn aside all enemies and dangers and hatred.“  Her benign and beautiful form belies her ferocity as she is a “fierce, terrifying goddess, garlanded by flames, a pulverizer of enemies and demons.“  Her sutra and mantra emanate from the Buddha’s unisha (top most part of Buddha’s head), rather than through His speech.

Sitatapatra /Dukkar’s special activity is pacifying black spells.  Her practice brings great blessings and protection.  It cures illness and pacifies harmful don (evil spirits which cause harm to living beings) and black magic.  It stops all evil forces, and is very effective for purifying the karma for being wrongly accused such as in arguments or legal cases.  All these threats are eliminated by her power, which is like a diamond sword.  Dukkar protects practitioners and helps them avoid obstacles. It is very good to print out a picture of Dukkar and have it consecrated to hang in your house, office or area of disturbance. Dukkar is a fully enlightened Buddha.

cara puja:

    Cuci tangan, membakar dupa dan namaskara
    Bacalah :
    “ Dengan sujud mempersilahkan “Ushnisha Sitatapatra” sebanyak 3 kali

    Bacalah sekali :
    “Semua Buddha yang Maha Luhur , dan Sitatapatra nan wibawa dan Maha Mulia”, lalu sujud.

    Bacalah :
    “mohon perkenalkanlah hamba (sebutlah namamu sendiri) dan semua umat, makhluk yang tak berwujud, hantu yang berwujud dan segala malapetaka terhimpas habis. Dengan mendapatkan perlindungan Sang Buddha dan Po Sat (Bodhisatva), semua permohonan akan terkabulkan, mendapatkan rezeki, keamanan dan ketentraman serta kesehatan”. Cukup baca sekali saja

    Baca dalam hati sebanyak 108 kali mantra dibawah ini (Sebelum membaca mantra (keng) kita membacakan doa permohonan kita terlebih dahulu baru setelah selesai lalu membaca keng “Ta Pai San Kai Fu Mu”)

OM SARVA TATHAGATA USHNISHA SITATAPATRE HUM PHAT HUM MAMA HUM NI SVAHA

    Bacalah :
    “Semoga semua kebaktian yang telah dibaca, secepatnya berkenan Pai San Kai Mu membaca umatnya terhindar dari segala mala petaka. Bersujud 3 kali.

Keng “Ta Pai San Kai Fu Mu” adalah yang khusus dibaca oleh aliran Mi Cung dalam agama Buddha. Keng ini sangat sederhana, upacaranya pun sederhana namun hasilnya luar biasa, mempunyai kesaktian yang tak dapat diduga.

Orang yang membaca keng ini dapat memukul mundur semua setan dan musuh, melumatkan semua mantra jahat, menghindari semua mala petaka, menaklukkan semua hantu dan setan, menghilangkan segala penyakit yang aneh-aneh hingga tercapailah ketentraman hatinya. Semua permohonan baik rezeki, usia, perjodohan, keturunan, kecerdasan, usaha, kesembuhan, merubah permusuhan menjadi persahabatan, perkara perngadilan menjadi perdamaian, terhindar dari kecelakaan jalanan yang tiba-tiba,dsb, semua akan terkabul dan berhasil. Orang yang membaca keng ini akan sering disenangi dan dilindungi Malaikat, akan menerima karunia besar dan selamat, besar amalnya.

Membaca mantra ini harus dengan penuh ketekunan dan kepercayaan, tiap hari membacanya, lambat laun dengan sendirinya akan timbul suatu kekuatan yang tiada batasnya. Penulis dari Buku “Hakekat Utama Dan Satu-Satunya Cara Untuk Memperbaiki Nasib” (70 hlm) Liu Ie Yung, dari Hong Kong ditulis 1984, pernah mengajarkannya kepada banyak orang. Ada orang yang sakit lama tidak juga sembuh, setelah membaca mantra ini 2 bulan, diobati oleh seorang dokter lantas menjadi sembuh (ketemu kuijin). Ada sebuah keluarga dimana semua anggota keluarganya bergiliran jatuh sakit, setengah tahun tidak henti-hentinya, setelah diperiksa baru diketahui bahwa dirumahnya ada makhluk halus yang lagi mengganggu. Setelah mengajar membaca mantra ½ bulan sekeluarganya tidak sakit lagi. Ada orang yang pekerjaannya tidak lancar, rekan sekerjanya tidak rukun, membaca mantra 7 hari berubah menjadi baik. Ada orang yang mendapat permusuhan dari orang lain, takut dibalas dendam, semangatnya menjadi turun, keluarga mewakilinya membaca mantra, setiap hari minum air mantra dan memercikan air mantra ke arah musuh, akhirnya tidak ada masalah.
============================================================



semoga bisa membantu

188
Satukan Hati, Satukan Bakti
Satukan murid dalam doa untuk Sang Guru

MAHA PRANIDHANA PUJA
24 Desember 2013 – 1 Januari 2014
Kaliandra Eco Resort – Leduk, Jawa Timur

Puja Mahayana Chinese
Liang Huang Bao Chan
25-27 Desember
Upacara Pertobatan Kaisar Liang yang terkenal ampuh kekuatan purifikasinya

Puja Vajrayana
21 Tara & 16 Arahat
28-31 Desember
Purifikasi yang sangat kuat dan mampu menyingkirkan segala halangan

Persembahan 1000 set offerings setiap hari,
Limpahkan jasa melalui Upacara Ulambana,
Simak Pembabaran Sutra Maha Jatakamala oleh YM Bhadra Ruci,
Ikuti Puja Umur Panjang, pelepasan hewan, penanaman pohon.

Mari satukan upaya untuk menciptakan kebajikan bersama
Satu juta dari satu orang bermakna doa
Untuk keselamatan Guru kita, orang tua, dan semua makhluk.

Pengumpulan kebajikan ini didedikasikan untuk YM Dagpo Rinpoche.
Semoga Guru berumur panjang,
Semoga semakin banyak makhluk bisa mendapatkan ajarannya.

Untuk jadi peserta
- Wajib melakukan registrasi, selambatnya 20 Desember.
- Tempat terbatas untuk 500 orang.
- Transportasi, akomodasi, konsumsi tidak dipungut biaya.
- Untuk registrasi dan informasi di www.kadamchoeling.or.id
- Atau SMS/ WhatsApp:
Nama lengkap_tgl lahir_pria/wanita_No HP (aktif)_inap/tidak inap.
Kirim ke:
Frans Indrata 0813 800 88 566
Cindy 0856 972 60 445 (PIN BB: 22E5566A)

Berurun dana untuk kebajikan bersama

Dengan berdana satu juta, Anda turut merealisasikan satu doa. Anda dapat membantu mendatangkan lebih banyak orang untuk merealisasikan lebih banyak doa.
Dengan berdana lima juta, Anda membantu menghadirkan 4 orang lainnya untuk ikut berdoa. Demikian seterusnya semampu Anda membantu sesama.

Partisipasi dana lainnya:
- 1000 Set Offering; 1 set Rp 35.000
- Buku Puja, 1 set Rp 85.000
Transfer partisipasi dana ke:
REK BCA 5020264341 a.n. EDDY HARSONO
Cantumkan kode di akhir angka transfer. Kode 1 untuk dana urunan. Kode 2 untuk dana 1000 Offering. Kode 3 untuk dana buku puja.

Konfirmasi dana:
WINSON 0817 4750 051
Dengan format SMS:
(Nama/ jumlah donasi/ Tgl transfer/ Pemilik rek)

Bagi Anda yang ingin ikut acara ini namun membutuhkan bantuan atau info lain,
hubungi Yo Gunawati +628567376647 atau Nety +6285664388850

189
Diskusi Umum / Re: Buddha abhinna (kemampuan sang Buddha)
« on: 06 December 2013, 12:01:52 PM »
Direct knowledge = abhiñña. The Canon lists six types of abhiñña: psychic powers, clairaudience, the ability to read the minds of others, recollection of past lives, clairvoyance, and—most important of all—knowledge of the ending of the mental fermentations.
_________

"clairaudience" itu apa ya?

dari audio , suara
jadi telinga dewa

190
Jurnal Pribadi / Re: Dear diary
« on: 01 December 2013, 08:39:13 AM »
baca juga ya?
Kalau mau yg mirip, bisa juga baca Ark di japtem

191
Tolong ! / Re: Sejarah Sanksi Hukuman dalam Buddhisme
« on: 25 November 2013, 11:34:01 PM »

192
Tolong ! / Re: Sejarah Sanksi Hukuman dalam Buddhisme
« on: 25 November 2013, 11:26:26 PM »
Pada malam sebelum mengkat (parinibbana), Sang Buddha memanggil Ananda Thera ke samping tempat berbaring beliau dan memerintahkan Ananda Thera agar menjatuhkan hukuman Brahma (Brahmadanda) kepada Channa. Sebagai contoh, para bhikkhu tidak boleh menghiraukannya dan tidak melakukan pekerjaan apapun bersama Channa.

Setelah Sang Buddha mangkat (parinibbana), Channa mendengar hukuman yang diberikan oleh Ananda Thera. Ia merasakan penyesalan yang mendalam atas kesalahan-kesalahannya sehingga ia tidak sadarkan diri sebanyak 3 kali. Kemudian ia mengakui kesalahannya kepada para bhikkhu dan meminta maaf. Pada saat itu, ia mengubah tingkah lakunya dan pandangannya. ia juga patuh pada petunjuk mereka untuk praktek meditasi. Beberapa waktu kemudian Channa mencapai tingkat kesucian arahat.

193

Bahkan yang lebih berbuah lagi, perumah tangga, daripada persembahan besar yang diberikan oleh Brahmana Velāma,
dan memberi makan satu orang yang sempurna dalam pandangan,
dan memberi makan seratus orang yang sempurna dalam pandangan;
dan memberi makan satu orang yang-kembali-sekali;
dan memberi makan seratus orang yang-kembali-sekali;
dan memberi makan satu orang yang-tidak-kembali;
dan memberi makan seratus orang yang-tidak-kembali;
dan memberi makan satu orang Arahant;
dan memberi makan seratus orang Arahant;
dan memberi makan satu orang paccekabuddha;
dan memberi makan seratus orang paccekabuddha;
dan memberi makan seratus orang paccekabuddha;
dan memberi makan Sang Tathāgata, Sang Arahant, yang tercerahkan sempurna;
dan memberi makan Saṅgha para bhikkhu yang dipimpin oleh Sang Buddha;
dan membangun tempat tinggal yang didedikasikan kepada Saṅgha dari empat penjuru;
dan untuk seorang yang pikirannya penuh keyakinan berlindung pada Sang Buddha, Dhamma, dan Saṅgha;
dan untuk seorang yang pikirannya penuh keyakinan menjalankan kelima aturan latihan: menghindari pembunuhan … menghindari minuman keras, anggur, dan minuman memabukkan, yang menjadi landasan bagi kelengahan;
dan untuk seorang yang mengembangkan pikiran cinta-kasih bahkan selama waktu yang diperlukan untuk menarik ambing susu sapi,
adalah mengembangkan persepsi ketidak-kekalan bahkan hanya selama waktu yang diperlukan untuk menjentikkan jari.”


jadi ingat doa Arya Samantabhadra Pranidhana

Quote
Agar aktivitas-aktivitas luhur saya menjadi tidak terbatas,
Agar kualitas-kualitas unggul saya menjadi tidak terbatas,
Dan dengan melakukan aktivitas-aktivitas tak terukur
Saya bertekad mencapai Kebuddhaan, keadaan manifestasi tanpa batas.

Tidak terbatas jangkauan ruang,
Tidak terbatas jumlah makhluk-makhluk,
Dan tidak terbatas karma dan klesha makhluk-makhluk
Seperti itulah batas aspirasi-aspirasi saya.

Seseorang mungkin mempersembahkan ornamen-ornamen teragung Buddhaksetra
Di sepuluh penjuru kepada para Jina,
Dan juga mempersembahkan kebahagiaan tertinggi para manusia dan dewa
Selama berkalpa-kalpa sebanyak atom di jagat raya.

Tetapi membaca atau mendengarkan Bhadracari Pranidhana ini
Dengan pandangan tertuju pada pencerahan sempurna
Dan keyakinan yang bersinar dalam hati seseorang walau hanya sekejap
Mengumpulkan kebajikan yang jauh lebih besar.

194
Buddhisme untuk Pemula / Re: Kelahiran Kembali dan Antarabhava/Bardo
« on: 14 November 2013, 10:45:26 PM »

Bisa kedua-duanya, perbedaan persepsi dan definisi jika melihat definisi mati di Mahayana seperti yang anda sampaikan. Jika definisi mati seperti yang anda sampaikan bukankah akan memberikan indikasi adanya batin dan fisik yang kekal, mereka hanya berpisah selamanya?

tidak, karena mahayana juga menganut anatta
yg saya tangkap, batin ketika berpisah dengan jasmani, juga mengalami proses peleburan.

ok, jadi sementara ini kesimpulan saya, theravada menganggap proses antarabhava hanyalah bagian dari proses kematian.
Sementara mahayana menganggap antarabhava sebagai proses yg terpisah dari proses kematian

195
Buddhisme Awal / Re: Pengenalan Singkat Buddhisme Awal [Q & A]
« on: 13 November 2013, 12:14:53 PM »
menurut saya yg paling penting adalah bagian:

Quote
Dhammacakkappavattana Sutta tersedia setidaknya dalam lima Vinaya, dan dalam Nikāya-Nikāya dan Āgama-Āgama. Ini, kenyataannya, jauh lebih paling tersebar luas dari semua kotbah, dengan tidak kurang dari 17 versi yang ada, dan salah satu dari sedikit kotbah yang bertahan dalam empat bahasa utama Buddhis dari Pali, Sanskrit, Mandarin, dan Tibet.[2] Tidak dapat diabaikan, terdapat banyak variasi dalam detail, tetapi isi utama pada hakekatnya sama – empat kebenaran mulia. Dhammacakkappavattana Sutta menyajikan ajaran-ajaran ini dalam suatu kerangka yang dengan jelas mengisahkan pengembangan spiritual Sang Buddha sendiri, pemuasan diri-Nya di istana dan penyiksaan diri sebagai seorang pertapa, dan realisasi pencerahan-Nya sendiri sebagai jalan keluar dari dua hal ini. Demikianlah konteks internal teks itu sendiri menyatakan bahwa ini adalah kotbah pertama. Anattalakkhaṇa Sutta juga muncul dalam beberapa versi, seperti juga Ādittapariyāya Sutta dan Permohonan Brahmā, walaupun saya belum mempelajari detail penuhnya. Namun semua teks ini tersedia dalam Nikāya-Nikāya dan Āgama-Āgama.

Kotbah-kotbah ini membentuk inti ajaran dari riwayat hidup Sang Buddha yang paling tua, dengan menceritakan kisah sejak setelah pencerahan Sang Buddha sampai pada pembentukan Sangha. Ini adalah legenda akar yang membentuk kisah yang menyatu bagi semua Buddhis. Kisah ini diceritakan dalam banyak teks-teks kuno, kadangkala dalam Vinaya, kadangkala sebagai sebuah Sutta; dalam bentuk belakangan yang dibumbui ini menjadi sebuah buku yang panjang itu sendiri. Tetapi di balik penjelasan-penjelasan yang berlebih-lebihan terdapat suatu konsistensi yang luar biasa dalam kisah utama dan ajaran doktrinalnya. Bahkan sebuah teks belakangan seperti Mahāvastu mempertahankan ajaran-ajaran seperti Dhammacakkappavattana Sutta dalam bentuk yang hampir identik.[3] Mereka secara universal dianggap sebagai ajaran-ajaran pertama Sang Buddha, dan maka kita memiliki kesepahaman penuh antara kesesuaian teks-teks dan testimoni dari tradisi. Tentu saja, tidak mungkin untuk dapat mengembangkan bahwa teks-teks ini secara harfiah adalah ajaran-ajaran pertama. Ataupun kita tidak dapat menyangkal bahwa terdapat beberapa perbedaan kecil di antara versi-versi itu. Tetapi teks-teks ini adalah penting bagi kumpulan kitab Buddhis, dan tidak ada alasan bagus mengapa ini tidak hanya mencerminkan posisi historis.

Quote
Jadi apakah testimoni dari tradisi-tradisi? Ini membawa kita pada penemuan penting Yin Shun. Kanon Mandarin dan Tibet mengandung suatu risalah yang penting berjudul Yogacārabhūmiśāstra, yang ditulis oleh Asaṅga sekitar tahun 400 M. Ini adalah karya penting dan otoritatif bagi aliran Yogacāra dari Mahāyāna. Sebuah bagian dari karya ini berjudul Vastusaṅgrāhinī didedikasikan sebagai suatu komentar ekstensif atas Saṁyukta Āgama. Ini menunjukkan bagaimana Mahāyāna klasik sangat bergantung pada kotbah-kotbah awal, sesuatu yang terlalu sering terlewatkan.[9] Yin Shun telah menunjukkan bahwa Saṁyukta Āgama yang dibahas dalam Yogacārabhūmiśāstra sangat dekat dengan Saṁyukta yang sekarang dipertahankan dalam kanon Mandarin, dan telah menggunakan Yogacārabhūmiśāstra untuk merekonstruksi urutan yang lebih awal dari Saṁyukta Āgama, yang telah menjadi tidak teratur sepanjang waktu. Rekonstruksinya dianggap sangat otoritatif sehingga diadopsi dalam edisi Foguang dari Āgama yang diterbitkan pada tahun 1983. Yogacārabhūmiśāstra menyatakan bahwa Saṁyukta Āgama adalah landasan bagi empat Āgama. Yin Shun mempercayai bahwa pernyataan ini dapat diambil secara harfiah sebagai penegasan prioritas historis dari Saṁyutta di antara Āgama-Āgama. Kelihatannya tidak ada pernyataan langsung apa pun tentang hal ini dalam tradisi Theravāda; namun, terdapat, kita akan lihat, sedikit petunjuk. Tetapi tradisi Sarvāstivādin secara teratur membuat daftar Saṁyutta sebagai yang pertama dari Āgama-Āgama. Demikianlah tentang kumpulan pertama dari kotbah-kotbah yang kita miliki memenuhi dua kriteria kita, kesesuaian teks-teks dan testimoni dari setidaknya satu tradisi.

Quote
Ciri khas yang terkemuka adalah bahwa semua teks yang diidentifikasi sebagai kotbah-kotbah paling awal ditemukan dalam Saṁyutta, kumpulan yang paling awal. Ini adalah suatu alasan yang memaksa untuk menganggap kotbah-kotbah ini adalah teks-teks akar dari semua Buddhism, bukan dalam pengertian yang samar-samar atau retoris, tetapi sebagai benih historis sebenarnya di sekitar di mana Saṁyutta dan kemudian kumpulan-kumpulan lain terkristalisasi.

3.1 Benih-Benih Saṁyutta

Mungkin kasusnya bahwa Dhammacakkappavattana Sutta mulanya adalah kotbah pertama dalam Saṁyutta. Pada saat ini ia bernomor sebelas dalam Sacca-Saṁyutta Theravāda; tetapi dalam Mandarin ia adalah yang pertama dalam bab ini. (Posisi dalam Pali dapat dijelaskan dengan penyisipan yang belakangan sebuah vagga dari sepuluh kotbah di depan.) Jadi jika Saṁyutta adalah kumpulan pertama dan Dhammacakkappavattana Sutta adalah kotbah pertama dalam babnya, bukanlah suatu lompatan yang besar untuk menyatakan bahwa Saccasaṁyutta mungkin mulanya menjadi topik pertama dalam Saṁyutta Nikāya. Ini akan, tentu saja, masuk akal, karena empat kebenaran mulia adalah ajaran yang paling umum, yang mencakup semuanya, di mana kategori ajaran lainnya adalah penjelasan yang lebih terspesialisasi.

Terdapat suatu gema dari struktur awal yang dipertahankan dalam judul yang diberikan kotbah ini dalam Pali. Dalam kebanyakan naskah kuno nama “Dhammacakkappavattana Sutta” tidak muncul; ia disebut tathāgatena vutta (“Diucapkan oleh Sang Tathāgata”). Ini agak aneh, karena kebanyakan kotbah, tentu saja, dihubungkan dengan Sang Buddha. Namun istilah “Diucakan oleh Sang Buddha” dan “Diucapkan oleh Para Siswa” muncul dalam turunan Mandarin, tetapi bukan sebagai judul kotbah, tetapi sebagai judul bagian. Mungkin label “tathāgatena vutta” ditunjukkan mulanya, bukan pada Dhammacakkappavattana Sutta secara khusus, tetapi pada suatu bagian di dalam suatu kumpulan kotbah yang terdiri dari murni ajaran-ajaran yang diberikan secara langsung oleh Sang Buddha sendiri.[1]

Jadi Dhammacakkappavattana Sutta bukanlah kotbah kesebelas dalam lima puluh enam buku dari kumpulan ketiga, tetapi kotbah pertama dalam buku pertama dari kumpulan pertama.

jadi semua ditrace kembali ke 4 kebenaran mulia dan jalan mulia beruas 8

Pages: 1 ... 6 7 8 9 10 11 12 [13] 14 15 16 17 18 19 20 ... 79
anything