Kalau boleh saya analogikan seperti jenjang sekolah.
Jika anda lulus dari SMP maka anda akan menjadi murid SMA
Namun ada yg lulus SMP dengan nilai pas2an
ada yg lulus dengan ranking 10 besar
tapi jarang ada yg bisa ranking 1 melulu sampe lulus SMP
Kira2 seperti demikianlah perbedaan antara kualitas batin pada waktu mencapai Nibbana
semoga bisa memperjelas yah..........
Saya malah teringat analogi sewaktu kuliah dulu...
Untuk memenuhi gelar sarjana di Jurusan Perguruan tinggi saya, minimal harus lulus 145 SKS dengan nilai C paling banyak 15 SKS. Total SKS seluruh mata kuliah yang tersedia (available) mencapai 190-an. Ada mata kuliah wajib dan mata kuliah pilihan. Mata kuliah wajib itu wajib di ambil, sedangkan mata kuliah pilihan adalah berdasarkan preferensi mahasiswa sendiri sendiri.
Jadi jalurnya adalah : Mata kuliah wajib (110 SKS) + Mata kuliah pilihan (35) = Sarjana.
Tetapi ada mahasiswa : Mata kuliah wajib (110 SKS) + Mata kuliah pilihan (60) = Sarjana.
Sama sama Sarjana, tetapi mahasiswa yang karena prestasi dan kemampuannya baik, sehingga bisa mendapatkan kesempatan untuk Setiap semester menggunakan SKS Maksimum 24 SKS, maka dalam 8 semester bisa diselesaikan maksimum 192 SKS, dari 145 SKS minimum untuk mendapatkan gelar Sarjana, maka mahasiswa yang berprestasi dan berkemampuan tinggi itu mendapatkan paling tidak 47 SKS mata kuliah tambahan.
Inilah analogi seperti hal-nya seorang ARAHAT SAVAKA dibandingkan dengan ARAHAT SAMMASAMBUDDHA. Dimana tentunya seorang SAMMASAMBUDDHA yang kita sepakati adalah yang TERMULIA dari sisi kebajikan maupun pengetahuan harus menyempurnakan PARAMI-nya dalam tambahan waktu sedemikian lama-nya sekaligus menyempurnakan kebajikan dan pengetahuannya.
Arahat SAVAKA sendiri saja terbagi atas beberapa jenis : Ada ARAHAT AGGASAVAKA (Siswa Utama, seperti Sariputra dan Mogallana), ARAHAT MAHASAVAKA (Siswa Besar, seperti Kondanna s/d Pingiya), Arahat PAKATI SAVAKA (Siswa Biasa, yaitu siswa lain selain siswa utama dan siswa besar).
Seorang Aggasavaka harus memenuhi kesempurnaan-Nya dalam 1 assankheya kappa ditambah seratus ribu kappa, seorang Mahasavaka memenuhinya dalam seratus ribu kappa. bakal Siswa Biasa, tidak disebutkan dalam Tipiñaka berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk memenuhi Kesempurnaan, namun dalam Komentar dan Subkomentar dari Pubbenivàsakathà (dalam Mahàpadàna Sutta) disebutkan bahwa para Siswa Besar dapat mengingat kehidupan lampaunya sampai seratus ribu kappa yang lalu dan Siswa Biasa kurang dari itu. Karena pemenuhan Kesempurnaan dilakukan dalam setiap kehidupannya, dapat disimpulkan bahwa bakal Siswa Biasa harus memenuhi Kesempurnaan selama tidak lebih dari seratus ribu kappa, namun waktu pastinya tidak ditentukan, dapat selama seratus kappa atau seribu kappa, dan sebagainya. Bahkan dalam beberapa contoh, hanya satu atau dua kehidupan seperti dalam kisah seekor katak berikut:
Seekor katak terlahir sebagai dewa setelah mendengar suara Buddha yang sedang membabarkan Dhamma. Sebagai dewa ia mengunjungi Buddha dan menjadi seorang yang ‘memasuki arus’ sebagai akibat dari perbuatan mendengarkan Dhamma dari Buddha (lengkapnya terdapat dalam kisah Manduka dalam Vimàna-vatthu)