Bukan bermaksud "mengorek luka lama" tapi saya rasa sepertinya ini dipicu dari thread "Adakah aliran Theravada + Mahayana = TheraMahavadayana?"
........
........
Saya pribadi merasa sayang kalau anda sampai perlu 'pergi' dari sini karena hal itu. Tapi kalau memang sudah keputusan akhir, saya juga tidak bisa bilang apa-apa. Mohon maaf kalau ada kata-kata yang kurang berkenan.
saya pergi bukan hanya karena thread "Adakah aliran Theravada + Mahayana = TheraMahavadayana?", tetapi thread "Adakah aliran Theravada + Mahayana = TheraMahavadayana?" hanyalah penambah beban sehingga yg pada akhirnya penyangga beban tidak kuat lagi.
di mana ada pembahasan "Tidak menyanyi" dan "tidak menyanyi untuk kesenangan indriah".
Menurut peraturan kebhikkhuan, seorang bhikkhu tidak dibolehkan untuk melihat pertunjukan tari-tarian atau nyanyian yang bertujuan untuk kesenangan indria semata.
Menurut peraturan kebhikkhuan, seorang bhikkhu tidak dibolehkan untuk melihat pertunjukan tari-tarian atau nyanyian.
Seorang Bhiksu yang dengan birahi menyentuh bagian apapun dari tubuh seorang wanita, telah melakukan satu kesalahan Sanghavasesa.
Seorang Bhiksu menyentuh bagian apapun dari tubuh seorang wanita, telah melakukan satu kesalahan Sanghavasesa.
saya rasa sudah jelas perbedaannya satu dengan yg lainnya. tapi jika di tafsirkan/artikan keduanya adalah memiliki arti yg sama, itu adalah hak anda menafsirkannya/mengartikannya demikian.
Acuan dari Buddhisme (Theravada, khususnya) adalah Tipitaka, lalu komentar dan sub-komentar. Dalam hal ini, di Vinaya sudah jelas, dan diperinci lagi di kitab komentar, tapi anda bersikeras menentangnya
saya tidak menentang isi vinaya Mahayana maupun Theravada. dari pembahasan awal yaitu bhikku yg menyebrangkan kali, saya merasa sudah sesuai dengan isi vinaya.
jika yg lain mengatakan saya tidak sesuai vinaya dan menentang isi vinaya, ya itu hak anda.
dan ketika diminta referensi, anda malah suruh bertanya ke bhikkhu.
saya memang suruh langsung tanya ke bhikku, karena berdasarkan diskusi sebelumnya, rasanya tidak ada gunanya bagi saya untuk menjelaskannya kembali.
nanti akan berputar2 disitu2 yg berbuntut mengkategorikan ini perilaku, ini pikiran.
jadi, lebih baik tanya ke pihak sangga monestik apa yg sebenarnya.
tidak percaya sangga, hanya percaya Tripitaka, itu hak anda.
ingin mengatakan bhikku tidak boleh main alat musik(gitar) karena dikatakan di vinaya dikatakan begitu,... silahkan itu hak anda.
Ini adalah kesalahan karena yang kita akui secara bersama adalah Tipitaka, bukan bhikkhu secara pribadi (yang mungkin antar satu dengan lainnya juga bisa berbeda pendapat).
bukan kita, tapi anda sekalian(kami dari sisi anda).
bhikku juga menggunakan Tripitaka sebagai sumber utama. benar atau salah hasil interpretasi seorang bhikku, umat bisa menilainya sendiri yaitu datang dan buktikan sendiri.
bila bagi anda ini adalah sebuah kesalahan, itu hak anda.
Saya pikir hanya dalam kasus seperti itu saja referensi yang valid diperlukan, bukan pada setiap pembahasan.
eits..... tunggu dulu, valid diartikan benar atau sah?
saya tidak mempermasalahkan ketika dikatakan referensi yg saya gunakan adalah benar/salah, tapi saya akan mempertanyakan ketika dikatakan referensi yg saya gunakan adalah sah/tidak sah.
sah atau tidak sah, berarti ada ketentuan/peraturan yg dibuat sehingga dikatakan ini sah dan itu tidak sah.
dikatakan bahwa statement saya tidak didukung oleh referensi yg sah, berarti referensi saya adalah tidak sah.
maka dimanakah peraturan yg mengatakan bahwa interpretasi dari seorang bhikkhu adalah tidak sah?
sekali lagi, adalah hak masing2 jika mengatakan interpretasi dari seorang bhikkhu adalah benar/salah, tapi bila dikatakan sah/tidak sah.. eits... tunggu dulu, atas dasar kekuatan hukum/peraturan apa mengatakan ini sah dan itu tidak sah?
bagi saya pembahasan seharusnya seluruhnya menggunakan referensi terlepas benar atau salah referensi tsb, yaitu seluruh referensi yg berhubungan dengan Buddhism.
jika hanya ingin menggunakan Tripitaka, silahkan, itu hak anda dan hak kalian semua di forum ini.
[at] Forte
terima kasih sarannya, tapi ini tidak ada hubungannya dengan pro dan kontra.
saya hanya mengikuti arus di forum ini. dikatakan harus begitu, maka saya akan begitu, dikatakan harus begini, saya akan begini. ketika saya sudah tidak bisa mengikuti arus lagi, lebih baik saya yg keluar dari arus.
masih ingat kalimat saya "cobalah sekali2 untuk menertawakannya." dikatakan untuk tidak menggunakan kalimat yg seperti itu, maka saya tidak menggunakan kalimat seperti itu lagi.
dikatakan untuk tidak meng-quote kalimat J. Krishnamurti, maka saya tidak meng-quote nya lagi, dan setiap saya quote, selalu saya cek latar belakangnya.
dikatakan untuk tidak menafsirkan, saya berusaha untuk tidak menafsirkan, walaupun masih.
sante,... saya menganggap forum bagian diskusi ibarat kantor. kantor adalah kantor, teman adalah teman, dan keduanya tidak akan bercampur aduk
sekian dan terima kasih