Pada orang yang belum mempunyai kualitas dalam dirinya, yang dibutuhkan adalah penyadaran bahwa dirinya tidak berkualitas, sehingga perlu berusaha untuk mengembangkan diri.
Pada dasarnya, dalam diri semua orang, entah itu sudah berkualitas ataupun tidak, selalu saja banyak kekurangan dan kelebihan. Orang dengan self-esteem rendah cenderung membesar-besarkan kekurangan-kekurangannya dan mengecilkan kelebihan-kelebihan yang dimilikinya. Sedangkan orang yang terlampau tingi self-esteemnya terlalu membesar-besarkan kelebihannya dan mengecilkan kekurangan-kekurangnya. Keduanya sama tidak sehatnya.
Lebih tepatnya adalah setiap orang memiliki kelebihan dan kekurangan dalam dirinya, dan kita sebaiknya mengenali semuanya dengan netral, tanpa-bias, dan tidak membela diri sendiri. Ini adalah langkah awal. Selanjutnya kita baru bisa mengembangkan segi positif diri kita masing-masing, sambil mengatasi kekurangan kita. Dalam hal ini kita tidak membenci kekurangan-kekurangan kita dan berusaha untuk melenyapkannya, tapi mengenalinya dengan baik.
Dalam hal pengalaman, saya selalu senantiasa ingat bahwa ada kekurangan yang memang bisa diatasi dengan segera, namun ada beberapa kekurangan yang sudah berusaha diperbaiki entah berapa kali pun ia selalu kembali lagi ketika kita lengah. Terhadap kekurangan yang pertama, kita bisa memperbaikinya dengan cepat. Namun untuk jenis kekurangan yang kedua, kita harus berdamai dengannya.
Jangan sampai kekurangan-kekurangan dalam diri kita, terutama yang melekat kuat dengan diri kita, membuat kita membenci diri kita sendiri. Ketika kita membenci diri, maka kita semakin terpisah dengan kekurangan tersebut dan akhirnya ia akan lepas dari pengawasan kita. Namun, ketika kita menerima ia sebagai bagian dari diri kita, maka kita senantiasa sadar akan kekurangan tersebut, sehingga kita tidak terperosok olehnya.
Dalam hal ini, saya selalu mengingat filosofi dalam Film Kungfu Panda (hehehe, mohon maaf kalau referensinya terkesan kurang berkelas): menanam benih tidak bisa dipaksakan untuk tumbuh sesuai dengan harapan kita, namun kita harus sabar membiarkan benih itu tumbuh sendiri dalam diri kita. Saya selalu mengingat akan bahaya illussion of control, yaitu keyakinan bahwa kita bisa mengendalikan segalanya. Dalam mengembangkan diri kita, saat kita berusaha untuk mengendalikan segalanya, ada kalanya segalanya malah menjadi kacau.