//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: The Light, The Fire...  (Read 55832 times)

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Offline Sukma Kemenyan

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.840
  • Reputasi: 109
Re: The Light, The Fire...
« Reply #30 on: 07 August 2008, 03:45:36 PM »
Vipasanna Draft
Dari latihan kita mengerti bahwa bila tanpa semangat maka pada orang yang batinnya mulai terkonsentrasi akan mudah ngantuk jatuh tertidur, karena demikianlah yang dikatakan dalam teori dan demikianlah yang saya alami.

Memang faktor ketenangan diperlukan sehingga batin merasa puas terhadap objek dan dengan demikian fenomena yang muncul akan nampak lebih jelas.  Tetapi batin yang tenang ini harus diimbangi dengan semangat supaya batin menjadi semakin cerah dan dengan demikian semakin jelas mengamati setiap fenomena yang terjadi pada batin dan jasmani.

Keseimbangan kelima faktor kekuatan batin atau yang menurut teori disebut dengan pancabala memainkan peranan yang sangat penting. Banyak sekali orang yang kurang mendalami apa yang disebut dengan kanika samadhi...sehingga mereka keliru mengartikan dan dengan demikian beranggapan bahwa bila mereka memperhatikan batin yang berpindah pindah mereka sebut kanika samadhi...

Berdasarkan pengalaman, pola demikian memang kanika (kanika berasal dari kata kana yang berarti saat) tetapi jika kita selalu terbawa objek yang berpindah pindah maka dianggap belum samadhi.
Contohnya adalah demikian... saya teringat rumah, lalu saya ingat rumahnya bercat putih, putih melambangkan kebersihan, kebersihan adalah sesuatu yang harus dijaga saya sadar bahwa saya sedang berpikir, saya harus melihat batin dan jasmani, ada perasaan yang muncul rasa damai, saya merasa tenang dstnya... ini sebenarnya adalah batin yang mengembara...

Ini bukan samadhi... samadhi tidak mengikuti buah dari pikiran, tetapi hanya mengamati bahwa ada suatu kegiatan batin yang muncul, dengan demikian karena ia menyadari prosesnya maka proses tersebut akan lenyap bagai api yang tak mendapatkan bahan bakar. lalu ia harus kembali ke objek utama sehingga ia memperkuat konsentrasinya. Kemudian bila muncul fenomena lain maka ia harus memperhatikan fenomena tersebut, tetapi jangan berusaha tahu apa isinya..karena jika ia melihat isinya maka kemelekatan terhadap fenomena tersebut akan timbul dan dengan timbulnya kemelekatan maka batinnya akan terseret, bukan distraksi.

Distraksi (distraction) dalam meditasi adalah fenomena yang timbul yang menyebabkan perhatian beralih ke objek lain, tetapi batin yang terdistraksi belum tentu terseret. karena bagi meditator yang sudah kuat perhatiannya maka begitu objek yang muncul dia perhatikan maka secepat kilat objek tersebut lenyap saat itu juga, tak ada objek yang mampu menyeret seorang meditator yang samadhinya sudah kuat.

Mengapa harus ada objek utama dan kembali ke objek utama...? jawabannya jelas, jika tak ada objek utama, katakanlah melihat pikiran, lalu pikiran lenyap, terus ngapain..? mencari fenomena lain...? mencari fenomena yang lain adalah kegiatan batin yang melibatkan proses berpikir... sedangkan dalam meditasi Vipassana kita jangan berpikir, hanya memperhatikan dan senantiasa memperhatikan... mencari berbeda dengan memperhatikan.
Bila ada objek utama tentu kita memperhatikan objek utama. Memperhatikan objek utama tujuannya adalah supaya samadhi kita semakin lama semakin kuat.

setelah lama meditator berlatih demikian maka lambat laun meditator semakin maju, ia akan mengetahui setiap kegiatan batin tanpa mengenal apa isi dari kegiatan tersebut, ia hanya melihat suatu impuls batin yang muncul kemudian lenyap kembali. Inilah yang dikatakan batin yang semakin melepas. Semakin lama semakin cekatan batin mengetahui setiap fenomena yang terjadi dan semakin cepat lenyap juga setiap fenomena yang muncul. Disini kita melihat bahwa batin semakin waspada dan sigap terhadap segala fenomena yang muncul.

Lebih jauh lagi ia berlatih maka interval kemunculan antara satu fenomena dengan fenomena yang lain semakin jarang dan akhirnya meditator bisa memperhatikan objek utama berjam-jam tanpa ada satu cercah pikiranpun muncul.... dan pada keadaan ini batin mulai masak... inilah yang dikatakan mulai masuk kanika samadhi yang sesungguhnya, mengapa...?

pada keadaan sekarang, batin melekat pada objek utama (umpamanya keluar masuk nafas di hidung atau kembung kempis perut) tetapi ada perbedaan dengan konsentrasi samatha, yaitu: pada konsentrasi kanika samadhi objeknya timbul tenggelam, yaitu kembung kempis perut atau keluar masuk nafas hanya terlihat sebagai denyut belaka.., Inilah sebabnya ada guru meditasi yang mengatakan bahwa keadaan ini disebut dengan melihat proses, ada lagi guru meditasi mengatakan ia melihat timbul tenggelamnya batin-jasmani, ada guru meditasi lain yang mengatakan bahwa ia melihat anicca, semua komentar guru meditasi ini maksudnya sama, mereka hanya menggambarkan dengan cara berbeda.

Setelah mencapai tahap ini maka batin meditator tersebut dianggap kokoh tak tergoyahkan, karena fenomena batin dan jasmani hampir tak memiliki daya untuk  mengganggu. Dengan keadaan batin seperti itu maka bila meditator melihat sesuatu jarang bereaksi karena reaksi timbul jika konsentrasi kurang kuat, ini disebabkan batinnya mudah terseret oleh fenomena yang muncul. tetapi jika hanya dengan memperhatikan sedikit fenomena tersebut langsung lenyap maka biasanya pada keadaan batin seperti ini ia jarang bereaksi melihat segala sesuatu. Memperhatikan segala sesuatu dengan tidak bereaksi inilah yang disebut dengan perhatian murni.

Perhatian murni adalah kemampuan batin memperhatikan segala sesuatu dengan tidak bereaksi sehingga melihat apa adanya. bila bereaksi maka timbul konseptual.

Mengapa ini juga disebut samadhi? Karena pada tahap ini batin tidak berkelana dan hanya terpaku pada objek sama yang timbul tenggelam. Berbeda dengan samadhi biasa, Jhana misalnya.. pada Jhana batin terserap pada objek yang konstan (nimitta), tidak berdenyut, tidak timbul tenggelam, dengan demikian tidak ada anicca disana, dengan tidak adanya anicca (tidak ada yang tenggelam) maka tak ada penghentian, karena tak ada penghentian maka tak akan mencapai Nibbana selama berada disana.

Semoga anda semua mendapatkan manfaat dari tulisan ini dan mulai melihat kaitan antara teori yang disebut nama-rupa, kemelelekatan, pancabala,anicca, melihat apa adanya. Dengan praktek samadhi yang sesungguhnya dan tidak lagi melihat bahwa teori sama sekali berbeda dengan praktek...

sukhi hotu,

fabian

Offline Sukma Kemenyan

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.840
  • Reputasi: 109
Re: The Light, The Fire...
« Reply #31 on: 07 August 2008, 03:46:24 PM »
Vipasanna Draft continues...
Prinsip melatih Vipassana diuraikan dengan jelas oleh Sang Buddha dalam mahasatipatthana sutta. Sang Buddha mengatakan "Ekàyano ayam bhikkhave maggo sattànam visuddhiyà" Bhikkhus, this is the one and only way for the purification (of the minds) of beings. Para Bhikkhu ini adalah satu-satunya jalan untuk mencapai kesucian.

Pada bagian lain yang jelas ada sebagai acuan sikap mental waktu melatih Vipassana Sang Buddha mengatakan dalam Mahasatipatthana sutta: "idha bhikkhave bhikkhu kàye kàyànupassi viharati àtàpi sampajàno satimà vineyya loke abhijjhàdomanassam." yang kurang lebih berarti, "There is the case where a monk remains focused on the body in & of itself -- ardent, alert, & mindful -- putting aside greed & distress with reference to the world". Inti maksudnya yaitu "Bhikkhu dengan memperhatikan tubuh, dengan penuh semangat (atapi), perhatian murni (sati) dan kewaspadaan (sampajanno)-- melepaskan keserakahan, dan kesedihan yang berkaitan dengan dengan duniawi".

Dalam Malunkyaputta sutta juga viriya ini ditekankan bersama sati, berikut ini saya berikan cuplikan dari Malunkyaputta sutta terjemahan bhikkhu Thanissaro "It would be good, lord, if the Blessed One would teach me the Dhamma in brief so that, having heard the Dhamma from the Blessed One, I might dwell alone in seclusion: heedful, ardent, & resolute." lalu setelah Beliau berlatih dengan penuh semangat, mencapai tingkat kesucian Arahat sesuai dengan cuplikan berikut ini "Then Ven. Malunkyaputta, having been admonished by the admonishment from the Blessed One, got up from his seat and bowed down to the Blessed One, circled around him, keeping the Blessed One to his right side, and left. Then, dwelling alone, secluded, heedful, ardent, & resolute, he in no long time reached & remained in the supreme goal of the holy life"
Ardent atau dalam bahasa Palinya atapi berarti penuh semangat.

Jadi semangat (viriya/atapi) dalam berlatih metode Vipassana bukan berasal dari Mahasi Sayadaw atau teknik Mahasi, tetapi mengikuti ajaran Sang Buddha yang tertuang dalam Mahasatipatthana sutta maupun Malunkyputta sutta.

Saya melihat bahwa pak Hudoyo, nampaknya kurang paham pada tulisan saya, saya tidak mengatakan bahwa metode Mahasi Sayadaw menitik beratkan pada konsentrasi dan viriya, dan saya tidak pernah melihatnya demikian. Setahu saya selama seorang meditator memiliki sati yang kuat maka konsentrasinya akan bertambah dari hari ke hari, untuk mengimbangi konsentrasi yang bertambah kuat sebagai hasil dari sati yang kuat maka kita harus memiliki viriya yang cukup untuk mengimbangi konsentrasi tersebut agar tidak mengantuk dan jatuh tertidur. Jadi perlu saya garis bawahi dan konsisten dengan penuturan saya diatas bahwa konsentrasi yang kuat merupakan produk langsung sati yang kuat, sehingga dikatakan bahwa sati dan samadhi sejalan.ini sejalan dengan isi "Kimsuka Sutta (SN XXXV.204) — The Riddle Tree {S iv 191; CDB ii 1251; this sutta corresponds to CDB XXXV.245} [Thanissaro]"

Bila kita berkonsentrasi hanya pada satu objek maka itu adalah samatha, tetapi Vipassana bukan Samatha, Vipassana memiliki banyak objek, tetapi objek utama diperlukan sebagai jangkar, sehingga pikiran tidak mengembara.

Umumnya untuk menambah viriya kita melakukannya dengan tekad.

Pada latihan Vipassana sebenarnya kita mengumpulkan pengalaman.. pengalaman ini juga merupakan parami.. pada pemula yang berlatih Vipassana, yang belum mengerti Vipassana, banyak diantaranya yang justru mengikuti pikiran atau gejolak batinnya. Berlatih metode Mahasi Sayadaw atau berlatih metode meditasi apapun, berusaha memperhatikan tanpa terseret adalah kunci agar fenomena batin maupun jasmani yang muncul menjadi lenyap kembali.

bagaimana caranya agar kita tidak terseret? disini kita harus melihat setiap fenomena batin dan jasmani yang muncul sesuai dengan yang dikatakan oleh pak Hudoyo, yang berdasarkan teori yang diambil dari Bahiya sutta maupun Malunkyaputta sutta. Dalam latihan Vipassana kita harus melihat segala sesuatu hanya sebagai fenomena murni, tidak sebagai bagian dari diri kita, karena sebenarnya yang disebut sebagai kita atau aku hanya kumpulan fenomena belaka, yaitu sanna, sankhara, vinana, vedana dan rupa tidak lebih. Kita menganggap ada "aku" karena selalu apabila batin melakukan kegiatan ia masuk kedalam fenomena itu (terseret) sehingga ia merasa bagian dari fenomena itu dan dengan demikian timbul kesan ada aku atau itu milikku, karena ia terlibat dengan fenomena batin dan jasmani yang muncul, padahal menurut kebenaran tertinggi tak ada aku.

Bagaikan orang yang berada dalam mobil maka ia akan mengganggap ia sebagai bagian dari mobil selama ia berada di dalamnya dan ia tak bisa melihat mobil dari sisi luar, hanya setelah ia keluar dari mobil maka ia dapat melihat mobil dari sisi luar dan tidak merasa sebagai bagian dari mobil tersebut. Anggaplah mobil sebagai fenomena batin dan jasmani.

kembali pada penuturan pak Hudoyo mengenai Bahiya sutta yang pak Hudoyo jadikan acuan, memang nampaknya seolah olah petapa Bahiya mencapai pencerahan seketika setelah mendengar khotbah Sang Buddha. Tetapi proses yang terjadi saya kira tidak sesederhana itu untuk beberapa alasan:
1. Pertapa Bahiya pernah dalam satu kehidupan lampau sebagai  Bhikkhu berlatih Vipassana selama 20.000 tahun hingga akhir hayatnya, kita tidak tahu latihan yang telah ia lakukan pada kehidupan kehidupan yang lain, jadi paraminya luar biasa waktu bertemu dengan Sang Buddha.
2. Dengan kehidupan sebagai pertapa yang ia jalani dan ia merasa yakin bahwa ia telah mencapai pencerahan tentunya ia memiliki suatu keadaan batin yang baik entah apa namanya itu..., karena orang dengan batin yang bergejolak seperti orang biasa atau dengan contoh yang ekstrim seorang kriminal umpamanya, kemungkinan tidak akan menganggap dirinya sebagai Arahat atau orang suci...
3. Setahu saya Y.A. Bahiya, menjadi Arahat bukan dengan seketika, menurut komentar guru guru meditasi, pada waktu itu Beliau melakukan Vipassana dengan sangat cepat, melewati nyana nyana dengan cepat karena sudah sangat berpengalaman di kehidupan lampau.  Kecepatan pencapaian Y.A. Bahiya juga kemungkinan diimbangi kelima faktor batinnya (bala) nya cukup kuat dan seimbang, walaupun Beliau tidak belajar teori mengenai pancabala. sehingga begitu Beliau mengarahkan batinnya maka dengan mudah Beliau melihat jalan... Bagai meditator yang telah terbiasa memasuki Nibbana, dengan cepat memasuki Nibbana setiap kali, bahkan mungkin hanya dalam hitungan detik langsung masuk, karena (Pancabala) batinnya seimbang dan kuat dan ia sudah sangat mengenal jalannya. Sedangkan bagi mereka yang belum pernah masuk, memerlukan waktu berbulan bulan bahkan mungkin tahunan, karena batinnya belum kuat atau belum seimbang.

Betapa mudahnya nampaknya Bahiya sutta, seolah olah hanya dengan mendengar orang mencapai kesucian dan nampaknya seolah olah seketika, ini mungkin disebabkan banyak orang yang tak mengetahui latar belakang Beliau di masa yang lampau, bahwa ia telah berlatih dalam waktu dan cara yang mendirikan bulu roma di masa yang lampau (hanya sebagai informasi bagi teman teman, baca Dhammapada attakatha).
Pak Hud mengatakan bahwa saya belum pernah melatih versi MMD, justru saya kira seorang pemula dalam latihan Vipassana versi apapun sering berlatih versi MMD, yaitu hanya melihat pikiran atau fenomena batin yang lain, tanpa menyadari ia masuk dan terseret. begitu sadar, ia lupa objek utama dan mengamati fenomena lagi dan terseret lagi, begitu seterusnya. Ini karena satinya kurang kuat, oleh karena itu ada metode meditasi yang menghindar memperhatikan pikiran pada tahap awal meditasi dan lebih menekankan untuk memperhatikan perasaan.

fenomena batin dan jasmani yang muncul inilah yang disebut kekotoran batin.. ini yang membuat batin tidak lentur, tidak menurut, entah itu pikiran buruk atau pikiran baik..., selama muncul pikiran atau perasaan maka dikatakan bahwa batinnya belum bersih...

Pada mereka yang batinnya telah murni, telah bersih, kekotoran batin berupa fenomena batin dan jasmani sudah tidak muncul, sehingga dikatakan bahwa batinnya telah murni, telah bersih, batinnya hanya memperhatikan objek utama terus menerus.., ini jika ia memiliki objek utama untuk satinya, bila tidak memiliki objek utama untuk satinya apa yang diperhatikan...?

Selama saya berlatih Vipassana mengikuti metode Mahasi Sayadaw saya tidak melihat bahwa metode Mahasi Sayadaw bertentangan dengan Sutta maupun Abhidhamma, saya mempelajari sutta lebih mendalam setelah saya mempelajari metode meditasi Mahasi Sayadaw, saya melihat bahwa semua aspek yang berkenaan dengan metode meditasi Mahasi sayadaw sejalan dengan Sutta maupun Abhidhamma. Jadi saya mengambil kesimpulan bahwa mahasi Sayadaw tidak menciptakan metode sendiri, tetapi hanya mempopulerkan kembali Vipassana yang berdasarkan Sutta dan Abhidhamma, satu-satunya yang menjadi perbedaan hanya objek utama yang dijadikan jangkar yaitu rasa yang timbul pada kontraksi kembung kempis perut, bukan rasa yang timbul pada keluar masuk napas di ujung hidung.

Sukhi hotu,

Fabian.

Offline Johsun

  • Sebelumnya Jhonson
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.503
  • Reputasi: -3
  • Gender: Male
  • ??
Re: The Light, The Fire...
« Reply #32 on: 20 December 2008, 04:42:24 PM »
Jadi ga konsen nih gara2 membaca pengalaman meditasinya kemenyan, padahal baru mau coba belajar meditasi obyek cahaya, lhat chaya tutup mata lihat lgi tutup mata, buka mata pas lihat didepan ada hantu(rambut panjang,tutup muka, baju putih)
wah bisa kaget tuh, gak jadi dah blajar meditasi,
CMIIW.FMIIW.

Offline Johsun

  • Sebelumnya Jhonson
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.503
  • Reputasi: -3
  • Gender: Male
  • ??
Re: The Light, The Fire...
« Reply #33 on: 20 December 2008, 05:06:14 PM »
 :)
« Last Edit: 20 December 2008, 05:26:56 PM by Johsun »
CMIIW.FMIIW.

Offline Jerry

  • Sebelumnya xuvie
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.212
  • Reputasi: 124
  • Gender: Male
  • Suffering is optional.. Pain is inevitable..
Re: The Light, The Fire...
« Reply #34 on: 21 December 2008, 10:52:59 PM »
itu cuman refleksi buram batin anda bro johsun. andai melihatpun, hny krn tidak dimengerti bkn brarti harus ditakuti. takutilah manusia yg dg kejahatan bs mencelakaimu.. ghost do u no harm. ok? ;)

keep going. ciayo!
appamadena sampadetha

Offline Johsun

  • Sebelumnya Jhonson
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.503
  • Reputasi: -3
  • Gender: Male
  • ??
Re: The Light, The Fire...
« Reply #35 on: 22 December 2008, 03:20:53 PM »
Ya, sy ingn mencoba mditasi chaya.
Tp nyari bnda yg ada lubang repot jg, apa tidak bs lngsung pake lampu senter charger?
Knapa msti harus ada pk lubang2 sgala?
Trima kasih,
CMIIW.FMIIW.

Offline Johsun

  • Sebelumnya Jhonson
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.503
  • Reputasi: -3
  • Gender: Male
  • ??
Re: The Light, The Fire...
« Reply #36 on: 24 December 2008, 12:26:19 AM »
Stlah dicoba, rasanya nguaantuk bngeet.
Rasanya lebih baik berzikir.
Tentram. . .
CMIIW.FMIIW.

Offline miracle_boyzz

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 152
  • Reputasi: 3
  • Gender: Male
  • Semoga semua mahluk berbahagia
Re: The Light, The Fire...
« Reply #37 on: 07 April 2010, 02:02:35 PM »
Ya, sy ingn mencoba mditasi chaya.
Tp nyari bnda yg ada lubang repot jg, apa tidak bs lngsung pake lampu senter charger?
Knapa msti harus ada pk lubang2 sgala?
Trima kasih,

mungkin maksudnya agar kita bisa liat sampai dimana lilinnya sudah meleleh... kan lilin bisa habis juga... by the way... meditasi itu mirip zikir kyknya bedanya klo zikir kita mengucap sedangkan meditasi kita menyadari pikiran kita sendiri... persamaannya sama" konsentrasi kan...^^ zikir konsen dgn pengucapan jd nggak ngantuk tapi di meditasi kita diam.. yang nggak terbiasa bakalan ngantuk^^ (sry masih junior kalau ada perkataan yang salah saya minta maaf terlebih dahulu)^^
Sati in every Breath of my Breath, Sati in every Steps of my Feet, Sati in every Mind of my Concentration... and Sati in every Parts of My Life... Be Mindful and Be Happy...

Offline Shasika

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.152
  • Reputasi: 101
  • Gender: Female
  • Semoga semua mahluk berbahagia
Re: The Light, The Fire...
« Reply #38 on: 20 May 2013, 07:41:03 PM »
Lanjutkan terus cara anda bro Kemenyan. Ini udah bagus banget bisa sampe ke jhana akhirnya.
congrats bro. :rose:
I'm an ordinary human only

Offline Sukma Kemenyan

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.840
  • Reputasi: 109
Object Guides
« Reply #39 on: 08 August 2013, 01:58:49 PM »
Object Guides,

Sepuluh kasina (sepuluh wujud benda)

Dalam kasina tanah,
dapat dipakai kebun yang baru dicangkul atau segumpal tanah yang dibulatkan.


Dalam kasina air,
dapat dipakai sebuah telaga atau air yang ada di dalam ember.


Dalam kasina api,
dapat dipakai api yang menyala yang di depannya diletakkan seng yang berlobang.


Dalam kasina angin,
dapat dipakai angin yang berhembus di pohon-pohon atau badan.


Dalam kasina warna,
dapat dipakai benda-benda seperti bulatan dari kertas, kain, papan, atau bunga yang berwarna biru, kuning, merah, atau putih. Dalam kasina cahaya, dapat dipakai cahaya matahari atau bulan yang memantul di dinding atau di lantai melalui jendela dan lain-lain.


Dalam kasina ruangan terbatas,
dapat dipakai ruangan kosong yang mempunyai batas-batas disekelilingnya seperti drum dan lain-lain.

Disini, mula-mula orang harus memusatkan seluruh perhatiannya pada bulatan yang berwarna biru misalnya. Selanjutnya, dengan memandang terus pada bulatan itu, orang harus berjuang agar pikirannya tetap berjaga-jaga, waspada, dan sadar. Sementara itu, benda-benda di sekeliling bulatan tersebut seolah-olah lenyap, dan bulatan tersebut kelihatan menjadi makin semu dan akhirnya sebagai bayangan pikiran saja. Kini, walaupun mata dibuka atau ditutup, orang masih melihat bulatan biru itu di dalam pikirannya, yang makin lama makin terang seperti bulatan dari rembulan.


Sepuluh asubha (sepuluh wujud kekotoran)
Dalam sepuluh asubha ini, orang melihat atau membayangkan sesosok tubuh yang telah menjadi mayat diturunkan ke dalam lubang kuburan, membengkak, membiru, bernanah, terbelah di tengahnya, dikoyak-koyak oleh burung gagak atau serigala, hancur dan membusuk, berlumuran darah, dikerubungi oleh lalat dan belatung, dan akhirnya merupakan tengkorak. Selanjutnya, ia menarik kesimpulan terhadap badannya sendiri, “Badanku ini juga mempunyai sifat-sifat itu sebagai kodratnya, tidak dapat dihindari”. Disinilah hendaknya orang memegang dengan teguh di dalam pikirannya obyek yang berharga yang telah timbul, seperti gambar pikiran mengenai mayat yang membengkak dan lain-lain.


Sepuluh anussati (sepuluh macam perenungan)
Dalam Buddhanussati,
direnungkan sembilan sifat Buddha. Kesembilan sifat Buddha tersebut adalah maha suci, telah mencapai penerangan sempurna, sempurna pengetahuan dan tingkah lakunya, sempurna menempuh jalan ke Nibbana, pengenal semua alam, pembimbing manusia yang tiada taranya, guru para dewa dan manusia, yang sadar, yang patut dimuliakan.

Dalam Dhammanussati,
direnungkan enam sifat Dhamma. Keenam sifat Dhamma itu adalah telah sempurna dibabarkan, nyata di dalam kehidupan, tak lapuk oleh waktu, mengundang untuk dibuktikan, menuntun ke dalam batin, dapat diselami oleh para bijaksana dalam batin masing-masing.

Dalam Sanghanussati,
direnungkan sembilan sifat Ariya-Sangha. Kesembilan sifat Ariya-Sangha itu adalah telah bertindak dengan baik, telah bertindak lurus, telah bertindak benar, telah bertindak patut, patut menerima persembahan, patut menerima tempat bernaung, patut menerima bingkisan, patut menerima penghormatan, lapangan untuk menanam jasa yang tiada taranya di alam semesta.

Dalam silanussati,
direnungkan sila yang telah dilaksanakan, yang tidak patah, yang tidak ternoda, yang dipuji oleh para bijaksana, dan menuju pemusatan pikiran.

Dalam caganussati,
direnungkan kebajikan berdana yang telah dilaksanakan, yang menyebabkan musnahnya kekikiran.

Dalam devatanussati,
direnungkan makhluk-makhluk agung atau para dewa yang berbahagia, yang sedang menikmati hasil dari perbuatan baik yang telah dilakukannya.

Dalam marananussati,
orang harus merenungkan bahwa pada suatu hari, kematian akan datang menyongsongku dan makhluk lainnya; bahwa badan ini harus dibagi-bagikan olehku kepada ulat-ulat, kutu, belatung, dan binatang lainnya yang hidup dengan ini; bahwa tidak ada seorang pun yang mengetahui kapan, di mana, dan melalui apa orang akan meninggal, serta keadaan yang bagaimana menungguku setelah kematian.

Dalam kayagatasati,
orang merenungkan 32 bagian anggota tubuh, dari telapak kaki ke atas dan dari puncak kepala ke bawah, yang diselubungi kulit dan penuh kekotoran; bahwa di dalam badan ini terdapat rambut kepala, bulu badan, kuku, gigi, kulit, daging, urat, tulang, sumsum, ginjal, jantung, hati, selaput dada, limpa, paru-paru, usus, saluran usus, perut, kotoran, empedu, lendir, nanah, darah, keringat, lemak, air mata, minyak kulit, ludah, ingus, cairan sendi, air kencing, dan otak.

Dalam anapanasati,
orang merenungkan keluar masuknya napas. Dengan sadar ia menarik napas, dengan sadar ia mengeluarkan napas.

Dalam upasamanussati,
orang merenungkan Nibbana atau Nirwana yang terbebas dari kekotoran batin, hancurnya keinginan, putusnya lingkaran tumimbal lahir.

Empat appamañña (empat keadaan yang tidak terbatas)
Empat appamañña ini sering disebut juga sebagai Brahma-Vihara (kediaman yang luhur).
Dalam melaksanakan metta-bhavana,
seseorang harus mulai dari dirinya sendiri, karena ia tidak mungkin dapat memancarkan cinta kasih sejati bila ia membenci dan meremehkan dirinya sendiri. Setelah itu, cinta kasih dipancarkan kepada orang tua, guru-guru, teman-teman laki-laki dan wanita sekaligus. Akhirnya, yang tersulit adalah memancarkan cinta kasih kepada musuh-musuhnya. Dalam hal ini mungkin timbul perasaan dendam atau sakit hati. Namun, hendaknya diusahakan untuk mengatasi kebencian itu dengan merenungkan sifat-sifat yang baik dari musuhnya dan jangan menghiraukan kejelekan-kejelekan yang ada padanya. Perlu diingat bahwa kebencian hanya dapat ditaklukkan dengan cinta kasih.

Dalam karuna-bhavana,
orang memancarkan belas kasihan kepada orang yang sedang ditimpa kemalangan, diliputi kesedihan, kesengsaraan, dan penderitaan.

Dalam mudita-bhavana,
orang memancarkan perasaan simpati kepada orang yang sedang bersuka-cita; ia turut berbahagia melihat kebahagiaan orang lain.

Dalam upekkha-bhavana,
orang akan tetap tenang menghadapi suka dan duka, pujian dan celaan, untung dan rugi.


Satu aharapatikulasañña (satu perenungan terhadap makanan yang menjijikkan)

Dalam satu aharapatikulasañña, direnungkan bahwa makanan adalah barang yang menjijikkan bila telah berada di dalam perut; direnungkan bahwa apapun yang telah dimakan, diminum, dikunyah, dicicipi, semuanya akan berakhir sebagai kotoran (tinja) dan air seni (urine).


Satu catudhatuvavatthana (satu analisa terhadap keempat unsur yang ada di dalam badan jasmani)
Dalam satu catudhatuvavatthana, direnungkan bahwa di dalam badan jasmani terdapat empat unsur materi, yaitu :

Pathavi-dhatu (unsur tanah atau unsur padat), ialah segala sesuatu yang bersifat keras atau padat.
Umpamanya : rambut kepala, bulu badan, kuku, gigi, dan lain-lain.


Apo-dhatu (unsur air atau unsur cair), ialah segala sesuatu yang bersifat berhubungan yang satu dengan yang lain atau melekat.
Umpamanya : empedu, lendir, nanah, darah, dan lain-lain.


Tejo-dhatu (unsur api atau unsur panas), ialah segala sesuatu yang bersifat panas dingin.
Umpamanya : setelah selesai makan dan minum, atau bila sedang sakit, badan akan terasa panas dingin.


Vayo-dhatu (unsur angin atau unsur gerak), ialah segala sesuatu yang bersifat bergerak.
Umpamanya : angin yang ada di dalam perut dan usus, angin yang keluar masuk waktu bernapas, dan lain-lain.


Empat arupa (empat perenungan tanpa materi)
Dalam kasinugaghatimakasapaññati,
batin yang telah memperoleh gambaran kasina dikembangkan ke dalam perenungan ruangan yang tanpa batas sambil membayangkan, “Ruangan! Ruangan! Tak terbatas ruangan ini!” dan kemudian gambaran kasina dihilangkan. Jadi, pikiran ditujukan kepada ruangan yang tanpa batas, dipusatkan di dalamnya, dan menembus tanpa batas.

Dalam akasanancayatana-citta,
ruangan yang tanpa batas itu ditembus dengan kesadarannya sambil merenungkan, “Tak terbataslah kesadaran itu”. Ia harus berulang-ulang memikirkan penembusan ruangan itu dengan sadar, mencurahkan perhatiannya kepada hal tersebut.

Dalam natthibhavapaññati,
orang harus mengarahkan perhatiannya pada kekosongan atau kehampaan dan tidak ada apa-apanya dari kesadaran terhadap ruangan yang tanpa batas itu. Ia terus menerus merenungkan, “Tidak ada apa-apa di sana! Kosonglah adanya ini”.

Dalam akincaññayatana-citta,
orang merenungkan keadaan kekosongan sebagai ketenangan atau kesejahteraan, dan setelah itu ia mengembangkan pencapaian dari sisa unsur-unsur batin yang penghabisan, yaitu perasaan, pencerapan, bentuk-bentuk pikiran, dan kesadaran sampai batas kelenyapannya. Jadi, setelah kekosongan itu dicapai, maka kesadaran mengenai kekosongan itu dilepas, seolah-olah tidak ada pencerapan lagi

Quote from: Sources
http://www.kaskus.co.id/show_post/000000000000000718919281/

Offline Sukma Kemenyan

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.840
  • Reputasi: 109
Re: The Light, The Fire...
« Reply #40 on: 08 August 2013, 02:28:14 PM »
(My own) Map to polishing dhamma knowledges via Meditation


1. Cari posisi relax (tapi jgn berbaring... besar kemungkinan bablas ke meditabo)


2. Lepasin ketegangan pikiran (with music ataupun visualisasi pemandangan/angkasa)
2a. kalo masih ribet juga... pake cara extrimist... kumpulin jadi satu tuh semua pikiran, dan gambarkan disimpen paksa kedalam kotak


3. Sentuh mind-state samadhi dengan samatha method, tapi hanya sampai nimitta matang (tidak sampai jhana)


4. Perenungan (polish) mengenai dhamma (entah itu konsep kamma-vipaka, kemelekatan, etc)
4x. (PRE-4) 6f 6f 62 65 20 3e 20 70 69 63 6b 20 61 6e 20 6f 75 74 64 6f 6f 72 20 70 68 79 73 69 63 61 6c 20 73 70 6f 74 20 3e 20 68 61 72 76 65 73 74 20 67 6c 6f 62 65 20 6f 66 20 65 6e 65 72 67 79 20 6f 6e 20 74 68 61 74 20 73 70 6f 74 20 3e 20 62 65 61 6d 20 74 68 6f 73 65 20 65 6e 65 72 67 79 20 74 6f 20 74 68 65 20 73 6b 79 20 3e 20 70 75 74 20 69 6e 20 6d 69 6e 64 20 22 54 68 69 73 20 69 73 20 6e 6f 74 20 61 20 63 68 61 6c 6c 61 6e 67 65 73 2c 20 54 68 69 73 20 69 73 20 61 6e 20 69 6e 76 69 74 61 74 69 6f 6e 73 20 66 6f 72 20 77 68 6f 65 76 65 72 2f 77 68 61 74 65 76 65 72 20 77 69 6c 6c 69 6e 67 20 74 6f 20 6c 69 73 74 65 6e 2f 63 61 6d 65 20 66 6f 72 20 64 68 61 6d 6d 61 64 65 73 61 6e 61 22 20 3e 20 73 61 62 62 65 20 73 61 74 74 61 20 62 68 61 76 61 6e 74 75 20 73 75 6b 68 69 74 61 74 74 61 20 3e 20 73 74 61 72 74 73 20 74 68 65 20 64 68 61 6d 6d 61 64 65 73 61 6e 61 20 28 65 69 74 68 65 72 20 73 6f 6c 6f 2f 63 65 72 61 6d 61 68 2c 20 6f 72 20 6f 70 65 6e 2d 73 65 73 73 69 6f 6e 73 2d 74 61 6e 79 61 6a 61 77 61 62 29 20 57 41 52 4e 49 4e 47 3a 20 49 66 20 79 6f 75 20 64 65 63 6f 64 65 20 74 68 69 73 2c 20 61 6e 64 20 77 61 6e 74 20 74 6f 20 74 72 79 2e 20 54 68 69 73 20 77 69 6c 6c 20 63 61 75 73 65 64 20 6d 61 6e 79 20 73 75 70 72 61 20 65 6e 74 69 74 69 65 73 20 63 6f 6d 69 6e 67 20 74 6f 20 74 68 61 74 20 70 6c 61 63 65 73 2c 20 73 6f 6d 65 20 6f 66 20 74 68 65 6d 20 77 69 6c 6c 20 61 70 70 65 61 72 20 69 6e 73 69 64 65 20 79 6f 75 72 20 6d 69 6e 64 2e 20 61 6e 64 20 6d 6f 73 74 20 6f 66 20 74 68 65 6d 20 69 74 73 20 47 52 41 50 48 49 43 41 4c 4c 59 20 61 6e 6e 6f 79 69 6e 67 20 61 6e 64 20 63 72 65 65 70 79 2e

5. end
5a. kalaupun ada mengunakan metode 2a, ingat buka dan bebaskan kembali

Kenapa "sentuh mind-state samadhi" dahulu?
Karena dengan kondisi samadhi, gue ngerasa pikiran/otak menjadi seperti kena over-clock,
Jauh lebih sensitif, Jauh lebih detail, Jauh lebih complex didalam menganalisa.


Sehingga,
Bisa menganalisa sendiri, nge-rediscover dhamma, nge-polish, nge-ehipassiko sendiri,
dengan term/istilah/logic yang bisa diterima oleh akal sendiri




Sorry menuliskan ini disini (something mixing between samatha-objek-x dan samatha-objek-y combo vipassanna),
Tanpa bermaksud mengajari / sok pinter,
Tapi negh jurnal adalah salah satu notes pribadi gw...
agar kaga kelupaan dan hilang ditelan lupa


Quote
Five Occasions to Attain Ariyahood

Anguttara Nikaya Sutta 5.3.26 is very interesting. It describes the 5 occasions when a person attains Ariyahood. These are:

Listening to the Dhamma: it brings joy, especially if one has an affinity for the Dhamma. This will naturally calm the mind and make it peaceful and tranquil. A tranquil mind easily becomes concentrated. With a concentrated mind, insight will arise.

Teaching the Dhamma: To teach the Dhamma, one needs to understand and reflect on the Dhamma. From here, joy also arises which will lead successively to tranquility, concentration and insight.

Repeating Dhamma: Although not common nowadays, it was quite common during the Buddha's time when books did not exist. At that time, the Dhamma was preserved and passed on to the next generation by people who memorised them through regular recitation. If monks are going to pass on the Dhamma, they have to be very familiar with the Dhamma. Thus, monks spent a lot of time reciting the Dhamma.

In fact, in those days, it was the monks' duty to repeat and recite the Dhamma. This constant repetition will make you very familiar with it. The first time you read, listen to or recite the Sutta, you will have a certain level of understanding. With greater repetition, your understanding becomes deeper and deeper. The similar sequence of joy, tranquility, concentration and insight follows.

Reflecting on the Dhamma: This involves contemplating, thinking and pondering on the Dhamma in its various aspects, validity and relevance to our daily lives. In this way, insight will arise through the same sequence of events.

During Meditation: According to the Suttas, this involves reflecting on the concentration sign (samadhi nimitta), which is rightly grasped and penetrated. The same sequence of joy, tranquility, concentration and insight follows.
« Last Edit: 08 August 2013, 03:00:31 PM by Kemenyan »

Offline Sumedho

  • Kebetulan
  • Administrator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 12.406
  • Reputasi: 423
  • Gender: Male
  • not self
Re: The Light, The Fire...
« Reply #41 on: 08 August 2013, 08:02:57 PM »
Quote
Sorry menuliskan ini disini (something mixing between samatha-objek-x dan samatha-objek-y combo vipassanna),
Tanpa bermaksud mengajari / sok pinter,
Tapi negh jurnal adalah salah satu notes pribadi gw...
agar kaga kelupaan dan hilang ditelan lupa

actually setiap tradisi, yah bahkan dalam sub theravada sekalian (theravada lineage A, lineage B, dst) bisa beda2… jadi sah-sah aja pake "metoda" racikan sendiri.


biasanya orang hanya pernah baca/ikutin satu lalu maju menganggap itulah yg benar dan hanya itu aja.


lanjooott
There is no place like 127.0.0.1

Offline Shasika

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.152
  • Reputasi: 101
  • Gender: Female
  • Semoga semua mahluk berbahagia
Re: The Light, The Fire...
« Reply #42 on: 10 August 2013, 11:33:16 PM »
Menyimak terus.
I'm an ordinary human only

Offline Sukma Kemenyan

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.840
  • Reputasi: 109
Mind Works, Craving
« Reply #43 on: 09 November 2013, 09:51:12 PM »



Her are the full-sized versions of the Mind Maps:[/size]
    • The Ñanas and Jhanas General Map explained in Video form on Vimeo
    « Last Edit: 09 November 2013, 09:59:17 PM by Kemenyan »

    Offline Sukma Kemenyan

    • Global Moderator
    • KalyanaMitta
    • *****
    • Posts: 1.840
    • Reputasi: 109
    Tilakkhana notes
    « Reply #44 on: 11 November 2013, 01:08:19 PM »

    Vipassanna
    Melihat apa adanya = meng-investigasi segala sesuatunya adalah tilakkhaṇa
    - annica
      impermanance / inconsisten / timbul tenggelam


    - dukkha
      penderitaan / tidak memuaskan (karena tidak constant)


    - anatta
      Ini bukan aku, ini bukan milikku,
      Annica bukan aku, Dukkha bukan aku
      Ketika menginvestigasi "sensasi/fenomena", kita bukan lagi "aku",
      akan tetapi "penonton" yang melakukan analisis tilakkhana.




    Vipassanna adalah analisis mendalam mengenai tilakkhana (tiga corak),
        bukan vipasanna kalau hanya duduk dan aware badan-gatel, kaki-kesemutan.

    « Last Edit: 11 November 2013, 01:11:25 PM by Kemenyan »