pak Hudoyo yang baik,
Sejak dahulu saya mengagumi pak Hudoyo yang telah saya kenal selama puluhan tahun.. (sejak masih berpraktek di sulawesi) tapi mungkin pak Hudoyo baru mengenal saya baru baru ini, mohon maaf bila saya berbeda pandangan dengan pak Hudoyo. Karena setiap orang memiliki pengalaman yang berbeda beda, walaupun semakin lama semakin mengerucut keatas, maksudnya semakin jauh tentu semakin mirip pengalamannya. Ada beberapa hal yang saya setuju dengan pak Hudoyo, tetapi ada juga yang tidak, dan jangan dikaitkan dengan benar atau salah, biarlah kita mengambil ini sebagai suatu tambahan pemahaman.
Prinsip melatih Vipassana diuraikan dengan jelas oleh Sang Buddha dalam mahasatipatthana sutta. Sang Buddha mengatakan "Ekàyano ayam bhikkhave maggo sattànam visuddhiyà" Bhikkhus, this is the one and only way for the purification (of the minds) of beings. Para Bhikkhu ini adalah satu-satunya jalan untuk mencapai kesucian.
Pada bagian lain yang jelas ada sebagai acuan sikap mental waktu melatih Vipassana Sang Buddha mengatakan dalam Mahasatipatthana sutta: "idha bhikkhave bhikkhu kàye kàyànupassi viharati àtàpi sampajàno satimà vineyya loke abhijjhàdomanassam." yang kurang lebih berarti, "There is the case where a monk remains focused on the body in & of itself -- ardent, alert, & mindful -- putting aside greed & distress with reference to the world". Inti maksudnya yaitu "Bhikkhu dengan memperhatikan tubuh, dengan penuh semangat (atapi), perhatian murni (sati) dan kewaspadaan (sampajanno)-- melepaskan keserakahan, dan kesedihan yang berkaitan dengan dengan duniawi".
Dalam Malunkyaputta sutta juga viriya ini ditekankan bersama sati, berikut ini saya berikan cuplikan dari Malunkyaputta sutta terjemahan bhikkhu Thanissaro "It would be good, lord, if the Blessed One would teach me the Dhamma in brief so that, having heard the Dhamma from the Blessed One, I might dwell alone in seclusion: heedful, ardent, & resolute." lalu setelah Beliau berlatih dengan penuh semangat, mencapai tingkat kesucian Arahat sesuai dengan cuplikan berikut ini "Then Ven. Malunkyaputta, having been admonished by the admonishment from the Blessed One, got up from his seat and bowed down to the Blessed One, circled around him, keeping the Blessed One to his right side, and left. Then, dwelling alone, secluded, heedful, ardent, & resolute, he in no long time reached & remained in the supreme goal of the holy life"
Ardent atau dalam bahasa Palinya atapi berarti penuh semangat.
Jadi semangat (viriya/atapi) dalam berlatih metode Vipassana bukan berasal dari Mahasi Sayadaw atau teknik Mahasi, tetapi mengikuti ajaran Sang Buddha yang tertuang dalam Mahasatipatthana sutta maupun Malunkyputta sutta.
Saya melihat bahwa pak Hudoyo, nampaknya kurang paham pada tulisan saya, saya tidak mengatakan bahwa metode Mahasi Sayadaw menitik beratkan pada konsentrasi dan viriya, dan saya tidak pernah melihatnya demikian. Setahu saya selama seorang meditator memiliki sati yang kuat maka konsentrasinya akan bertambah dari hari ke hari, untuk mengimbangi konsentrasi yang bertambah kuat sebagai hasil dari sati yang kuat maka kita harus memiliki viriya yang cukup untuk mengimbangi konsentrasi tersebut agar tidak mengantuk dan jatuh tertidur. Jadi perlu saya garis bawahi dan konsisten dengan penuturan saya diatas bahwa konsentrasi yang kuat merupakan produk langsung sati yang kuat, sehingga dikatakan bahwa sati dan samadhi sejalan.ini sejalan dengan isi "Kimsuka Sutta (SN XXXV.204) — The Riddle Tree {S iv 191; CDB ii 1251; this sutta corresponds to CDB XXXV.245} [Thanissaro]"
Bila kita berkonsentrasi hanya pada satu objek maka itu adalah samatha, tetapi Vipassana bukan Samatha, Vipassana memiliki banyak objek, tetapi objek utama diperlukan sebagai jangkar, sehingga pikiran tidak mengembara.
Umumnya untuk menambah viriya kita melakukannya dengan tekad.
Pada latihan Vipassana sebenarnya kita mengumpulkan pengalaman.. pengalaman ini juga merupakan parami.. pada pemula yang berlatih Vipassana, yang belum mengerti Vipassana, banyak diantaranya yang justru mengikuti pikiran atau gejolak batinnya. Berlatih metode Mahasi Sayadaw atau berlatih metode meditasi apapun, berusaha memperhatikan tanpa terseret adalah kunci agar fenomena batin maupun jasmani yang muncul menjadi lenyap kembali.
bagaimana caranya agar kita tidak terseret? disini kita harus melihat setiap fenomena batin dan jasmani yang muncul sesuai dengan yang dikatakan oleh pak Hudoyo, yang berdasarkan teori yang diambil dari Bahiya sutta maupun Malunkyaputta sutta. Dalam latihan Vipassana kita harus melihat segala sesuatu hanya sebagai fenomena murni, tidak sebagai bagian dari diri kita, karena sebenarnya yang disebut sebagai kita atau aku hanya kumpulan fenomena belaka, yaitu sanna, sankhara, vinana, vedana dan rupa tidak lebih. Kita menganggap ada "aku" karena selalu apabila batin melakukan kegiatan ia masuk kedalam fenomena itu (terseret) sehingga ia merasa bagian dari fenomena itu dan dengan demikian timbul kesan ada aku atau itu milikku, karena ia terlibat dengan fenomena batin dan jasmani yang muncul, padahal menurut kebenaran tertinggi tak ada aku.
Bagaikan orang yang berada dalam mobil maka ia akan mengganggap ia sebagai bagian dari mobil selama ia berada di dalamnya dan ia tak bisa melihat mobil dari sisi luar, hanya setelah ia keluar dari mobil maka ia dapat melihat mobil dari sisi luar dan tidak merasa sebagai bagian dari mobil tersebut. Anggaplah mobil sebagai fenomena batin dan jasmani.
kembali pada penuturan pak Hudoyo mengenai Bahiya sutta yang pak Hudoyo jadikan acuan, memang nampaknya seolah olah petapa Bahiya mencapai pencerahan seketika setelah mendengar khotbah Sang Buddha. Tetapi proses yang terjadi saya kira tidak sesederhana itu untuk beberapa alasan:
1. Pertapa Bahiya pernah dalam satu kehidupan lampau sebagai Bhikkhu berlatih Vipassana selama 20.000 tahun hingga akhir hayatnya, kita tidak tahu latihan yang telah ia lakukan pada kehidupan kehidupan yang lain, jadi paraminya luar biasa waktu bertemu dengan Sang Buddha.
2. Dengan kehidupan sebagai pertapa yang ia jalani dan ia merasa yakin bahwa ia telah mencapai pencerahan tentunya ia memiliki suatu keadaan batin yang baik entah apa namanya itu..., karena orang dengan batin yang bergejolak seperti orang biasa atau dengan contoh yang ekstrim seorang kriminal umpamanya, kemungkinan tidak akan menganggap dirinya sebagai Arahat atau orang suci...
3. Setahu saya Y.A. Bahiya, menjadi Arahat bukan dengan seketika, menurut komentar guru guru meditasi, pada waktu itu Beliau melakukan Vipassana dengan sangat cepat, melewati nyana nyana dengan cepat karena sudah sangat berpengalaman di kehidupan lampau. Kecepatan pencapaian Y.A. Bahiya juga kemungkinan diimbangi kelima faktor batinnya (bala) nya cukup kuat dan seimbang, walaupun Beliau tidak belajar teori mengenai pancabala. sehingga begitu Beliau mengarahkan batinnya maka dengan mudah Beliau melihat jalan... Bagai meditator yang telah terbiasa memasuki Nibbana, dengan cepat memasuki Nibbana setiap kali, bahkan mungkin hanya dalam hitungan detik langsung masuk, karena (Pancabala) batinnya seimbang dan kuat dan ia sudah sangat mengenal jalannya. Sedangkan bagi mereka yang belum pernah masuk, memerlukan waktu berbulan bulan bahkan mungkin tahunan, karena batinnya belum kuat atau belum seimbang.
Betapa mudahnya nampaknya Bahiya sutta, seolah olah hanya dengan mendengar orang mencapai kesucian dan nampaknya seolah olah seketika, ini mungkin disebabkan banyak orang yang tak mengetahui latar belakang Beliau di masa yang lampau, bahwa ia telah berlatih dalam waktu dan cara yang mendirikan bulu roma di masa yang lampau (hanya sebagai informasi bagi teman teman, baca Dhammapada attakatha).
Pak Hud mengatakan bahwa saya belum pernah melatih versi MMD, justru saya kira seorang pemula dalam latihan Vipassana versi apapun sering berlatih versi MMD, yaitu hanya melihat pikiran atau fenomena batin yang lain, tanpa menyadari ia masuk dan terseret. begitu sadar, ia lupa objek utama dan mengamati fenomena lagi dan terseret lagi, begitu seterusnya. Ini karena satinya kurang kuat, oleh karena itu ada metode meditasi yang menghindar memperhatikan pikiran pada tahap awal meditasi dan lebih menekankan untuk memperhatikan perasaan.
fenomena batin dan jasmani yang muncul inilah yang disebut kekotoran batin.. ini yang membuat batin tidak lentur, tidak menurut, entah itu pikiran buruk atau pikiran baik..., selama muncul pikiran atau perasaan maka dikatakan bahwa batinnya belum bersih...
Pada mereka yang batinnya telah murni, telah bersih, kekotoran batin berupa fenomena batin dan jasmani sudah tidak muncul, sehingga dikatakan bahwa batinnya telah murni, telah bersih, batinnya hanya memperhatikan objek utama terus menerus.., ini jika ia memiliki objek utama untuk satinya, bila tidak memiliki objek utama untuk satinya apa yang diperhatikan...?
Selama saya berlatih Vipassana mengikuti metode Mahasi Sayadaw saya tidak melihat bahwa metode Mahasi Sayadaw bertentangan dengan Sutta maupun Abhidhamma, saya mempelajari sutta lebih mendalam setelah saya mempelajari metode meditasi Mahasi Sayadaw, saya melihat bahwa semua aspek yang berkenaan dengan metode meditasi Mahasi sayadaw sejalan dengan Sutta maupun Abhidhamma. Jadi saya mengambil kesimpulan bahwa mahasi Sayadaw tidak menciptakan metode sendiri, tetapi hanya mempopulerkan kembali Vipassana yang berdasarkan Sutta dan Abhidhamma, satu-satunya yang menjadi perbedaan hanya objek utama yang dijadikan jangkar yaitu rasa yang timbul pada kontraksi kembung kempis perut, bukan rasa yang timbul pada keluar masuk napas di ujung hidung.
Maaf, jika saya mengutarakan pandangan yang berbeda dengan pak Hudoyo yang sangat saya kagumi dan hormati.
Dugaan pak Hudoyo mengenai hubungan saya dengan Bhante Thitaketuko memang benar, sayang sekarang ini beliau harus menjaga kondisinya sehingga jarang mau berbicara. jangankan dengan saya, dengan Susan maupun Andrew juga beliau hanya berbicara yang perlu-perlu saja, yang umumnya tak berkaitan Dhamma.
Sukhi hotu,
Fabian.