//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: Abhidhamma & vipassana  (Read 199807 times)

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Offline fabian

  • Bukan Tamu
  • *
  • Posts: 5
  • Reputasi: 6
Re: Abhidhamma & vipassana
« Reply #405 on: 07 August 2008, 11:21:07 AM »
pak Hudoyo yang baik,

Sejak dahulu saya mengagumi pak Hudoyo yang telah saya kenal selama puluhan tahun.. (sejak masih berpraktek di sulawesi) tapi mungkin pak Hudoyo baru mengenal saya baru baru ini, mohon maaf bila saya berbeda pandangan dengan pak Hudoyo. Karena setiap orang memiliki pengalaman yang berbeda beda, walaupun semakin lama semakin mengerucut keatas, maksudnya semakin jauh tentu semakin mirip pengalamannya. Ada beberapa hal yang saya setuju dengan pak Hudoyo, tetapi ada juga yang tidak, dan jangan dikaitkan dengan benar atau salah, biarlah kita mengambil ini sebagai suatu tambahan pemahaman.

Prinsip melatih Vipassana diuraikan dengan jelas oleh Sang Buddha dalam mahasatipatthana sutta. Sang Buddha mengatakan "Ekàyano ayam bhikkhave maggo sattànam visuddhiyà" Bhikkhus, this is the one and only way for the purification (of the minds) of beings. Para Bhikkhu ini adalah satu-satunya jalan untuk mencapai kesucian.

Pada bagian lain yang jelas ada sebagai acuan sikap mental waktu melatih Vipassana Sang Buddha mengatakan dalam Mahasatipatthana sutta: "idha bhikkhave bhikkhu kàye kàyànupassi viharati àtàpi sampajàno satimà vineyya loke abhijjhàdomanassam." yang kurang lebih berarti, "There is the case where a monk remains focused on the body in & of itself -- ardent, alert, & mindful -- putting aside greed & distress with reference to the world". Inti maksudnya yaitu "Bhikkhu dengan memperhatikan tubuh, dengan penuh semangat (atapi), perhatian murni (sati) dan kewaspadaan (sampajanno)-- melepaskan keserakahan, dan kesedihan yang berkaitan dengan dengan duniawi".

Dalam Malunkyaputta sutta juga viriya ini ditekankan bersama sati, berikut ini saya berikan cuplikan dari Malunkyaputta sutta terjemahan bhikkhu Thanissaro "It would be good, lord, if the Blessed One would teach me the Dhamma in brief so that, having heard the Dhamma from the Blessed One, I might dwell alone in seclusion: heedful, ardent, & resolute." lalu setelah Beliau berlatih dengan penuh semangat, mencapai tingkat kesucian Arahat sesuai dengan cuplikan berikut ini "Then Ven. Malunkyaputta, having been admonished by the admonishment from the Blessed One, got up from his seat and bowed down to the Blessed One, circled around him, keeping the Blessed One to his right side, and left. Then, dwelling alone, secluded, heedful, ardent, & resolute, he in no long time reached & remained in the supreme goal of the holy life"
Ardent atau dalam bahasa Palinya atapi berarti penuh semangat.

Jadi semangat (viriya/atapi) dalam berlatih metode Vipassana bukan berasal dari Mahasi Sayadaw atau teknik Mahasi, tetapi mengikuti ajaran Sang Buddha yang tertuang dalam Mahasatipatthana sutta maupun Malunkyputta sutta.

Saya melihat bahwa pak Hudoyo, nampaknya kurang paham pada tulisan saya, saya tidak mengatakan bahwa metode Mahasi Sayadaw menitik beratkan pada konsentrasi dan viriya, dan saya tidak pernah melihatnya demikian. Setahu saya selama seorang meditator memiliki sati yang kuat maka konsentrasinya akan bertambah dari hari ke hari, untuk mengimbangi konsentrasi yang bertambah kuat sebagai hasil dari sati yang kuat maka kita harus memiliki viriya yang cukup untuk mengimbangi konsentrasi tersebut agar tidak mengantuk dan jatuh tertidur. Jadi perlu saya garis bawahi dan konsisten dengan penuturan saya diatas bahwa konsentrasi yang kuat merupakan produk langsung sati yang kuat, sehingga dikatakan bahwa sati dan samadhi sejalan.ini sejalan dengan isi "Kimsuka Sutta (SN XXXV.204) — The Riddle Tree {S iv 191; CDB ii 1251; this sutta corresponds to CDB XXXV.245} [Thanissaro]"

Bila kita berkonsentrasi hanya pada satu objek maka itu adalah samatha, tetapi Vipassana bukan Samatha, Vipassana memiliki banyak objek, tetapi objek utama diperlukan sebagai jangkar, sehingga pikiran tidak mengembara.

Umumnya untuk menambah viriya kita melakukannya dengan tekad.

Pada latihan Vipassana sebenarnya kita mengumpulkan pengalaman.. pengalaman ini juga merupakan parami.. pada pemula yang berlatih Vipassana, yang belum mengerti Vipassana, banyak diantaranya yang justru mengikuti pikiran atau gejolak batinnya. Berlatih metode Mahasi Sayadaw atau berlatih metode meditasi apapun, berusaha memperhatikan tanpa terseret adalah kunci agar fenomena batin maupun jasmani yang muncul menjadi lenyap kembali.

bagaimana caranya agar kita tidak terseret? disini kita harus melihat setiap fenomena batin dan jasmani yang muncul sesuai dengan yang dikatakan oleh pak Hudoyo, yang berdasarkan teori yang diambil dari Bahiya sutta maupun Malunkyaputta sutta. Dalam latihan Vipassana kita harus melihat segala sesuatu hanya sebagai fenomena murni, tidak sebagai bagian dari diri kita, karena sebenarnya yang disebut sebagai kita atau aku hanya kumpulan fenomena belaka, yaitu sanna, sankhara, vinana, vedana dan rupa tidak lebih. Kita menganggap ada "aku" karena selalu apabila batin melakukan kegiatan ia masuk kedalam fenomena itu (terseret) sehingga ia merasa bagian dari fenomena itu dan dengan demikian timbul kesan ada aku atau itu milikku, karena ia terlibat dengan fenomena batin dan jasmani yang muncul, padahal menurut kebenaran tertinggi tak ada aku.

Bagaikan orang yang berada dalam mobil maka ia akan mengganggap ia sebagai bagian dari mobil selama ia berada di dalamnya dan ia tak bisa melihat mobil dari sisi luar, hanya setelah ia keluar dari mobil maka ia dapat melihat mobil dari sisi luar dan tidak merasa sebagai bagian dari mobil tersebut. Anggaplah mobil sebagai fenomena batin dan jasmani.

kembali pada penuturan pak Hudoyo mengenai Bahiya sutta yang pak Hudoyo jadikan acuan, memang nampaknya seolah olah petapa Bahiya mencapai pencerahan seketika setelah mendengar khotbah Sang Buddha. Tetapi proses yang terjadi saya kira tidak sesederhana itu untuk beberapa alasan:
1. Pertapa Bahiya pernah dalam satu kehidupan lampau sebagai  Bhikkhu berlatih Vipassana selama 20.000 tahun hingga akhir hayatnya, kita tidak tahu latihan yang telah ia lakukan pada kehidupan kehidupan yang lain, jadi paraminya luar biasa waktu bertemu dengan Sang Buddha.
2. Dengan kehidupan sebagai pertapa yang ia jalani dan ia merasa yakin bahwa ia telah mencapai pencerahan tentunya ia memiliki suatu keadaan batin yang baik entah apa namanya itu..., karena orang dengan batin yang bergejolak seperti orang biasa atau dengan contoh yang ekstrim seorang kriminal umpamanya, kemungkinan tidak akan menganggap dirinya sebagai Arahat atau orang suci...
3. Setahu saya Y.A. Bahiya, menjadi Arahat bukan dengan seketika, menurut komentar guru guru meditasi, pada waktu itu Beliau melakukan Vipassana dengan sangat cepat, melewati nyana nyana dengan cepat karena sudah sangat berpengalaman di kehidupan lampau.  Kecepatan pencapaian Y.A. Bahiya juga kemungkinan diimbangi kelima faktor batinnya (bala) nya cukup kuat dan seimbang, walaupun Beliau tidak belajar teori mengenai pancabala. sehingga begitu Beliau mengarahkan batinnya maka dengan mudah Beliau melihat jalan... Bagai meditator yang telah terbiasa memasuki Nibbana, dengan cepat memasuki Nibbana setiap kali, bahkan mungkin hanya dalam hitungan detik langsung masuk, karena (Pancabala) batinnya seimbang dan kuat dan ia sudah sangat mengenal jalannya. Sedangkan bagi mereka yang belum pernah masuk, memerlukan waktu berbulan bulan bahkan mungkin tahunan, karena batinnya belum kuat atau belum seimbang.

Betapa mudahnya nampaknya Bahiya sutta, seolah olah hanya dengan mendengar orang mencapai kesucian dan nampaknya seolah olah seketika, ini mungkin disebabkan banyak orang yang tak mengetahui latar belakang Beliau di masa yang lampau, bahwa ia telah berlatih dalam waktu dan cara yang mendirikan bulu roma di masa yang lampau (hanya sebagai informasi bagi teman teman, baca Dhammapada attakatha).
Pak Hud mengatakan bahwa saya belum pernah melatih versi MMD, justru saya kira seorang pemula dalam latihan Vipassana versi apapun sering berlatih versi MMD, yaitu hanya melihat pikiran atau fenomena batin yang lain, tanpa menyadari ia masuk dan terseret. begitu sadar, ia lupa objek utama dan mengamati fenomena lagi dan terseret lagi, begitu seterusnya. Ini karena satinya kurang kuat, oleh karena itu ada metode meditasi yang menghindar memperhatikan pikiran pada tahap awal meditasi dan lebih menekankan untuk memperhatikan perasaan.

fenomena batin dan jasmani yang muncul inilah yang disebut kekotoran batin.. ini yang membuat batin tidak lentur, tidak menurut, entah itu pikiran buruk atau pikiran baik..., selama muncul pikiran atau perasaan maka dikatakan bahwa batinnya belum bersih...

Pada mereka yang batinnya telah murni, telah bersih, kekotoran batin berupa fenomena batin dan jasmani sudah tidak muncul, sehingga dikatakan bahwa batinnya telah murni, telah bersih, batinnya hanya memperhatikan objek utama terus menerus.., ini jika ia memiliki objek utama untuk satinya, bila tidak memiliki objek utama untuk satinya apa yang diperhatikan...?

Selama saya berlatih Vipassana mengikuti metode Mahasi Sayadaw saya tidak melihat bahwa metode Mahasi Sayadaw bertentangan dengan Sutta maupun Abhidhamma, saya mempelajari sutta lebih mendalam setelah saya mempelajari metode meditasi Mahasi Sayadaw, saya melihat bahwa semua aspek yang berkenaan dengan metode meditasi Mahasi sayadaw sejalan dengan Sutta maupun Abhidhamma. Jadi saya mengambil kesimpulan bahwa mahasi Sayadaw tidak menciptakan metode sendiri, tetapi hanya mempopulerkan kembali Vipassana yang berdasarkan Sutta dan Abhidhamma, satu-satunya yang menjadi perbedaan hanya objek utama yang dijadikan jangkar yaitu rasa yang timbul pada kontraksi kembung kempis perut, bukan rasa yang timbul pada keluar masuk napas di ujung hidung.

Maaf, jika saya mengutarakan pandangan yang berbeda dengan pak Hudoyo yang sangat saya kagumi dan hormati.
Dugaan pak Hudoyo mengenai hubungan saya dengan Bhante Thitaketuko memang benar, sayang sekarang ini beliau harus menjaga kondisinya sehingga jarang mau berbicara. jangankan dengan saya, dengan Susan maupun Andrew juga beliau hanya berbicara yang perlu-perlu saja, yang umumnya tak berkaitan Dhamma.

Sukhi hotu,

Fabian.


« Last Edit: 07 August 2008, 11:27:53 AM by fabian »

Offline bond

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.666
  • Reputasi: 189
  • Buddhang Saranam Gacchami...
Re: Abhidhamma & vipassana
« Reply #406 on: 07 August 2008, 12:17:07 PM »
pak Hudoyo yang baik,

Sejak dahulu saya mengagumi pak Hudoyo yang telah saya kenal selama puluhan tahun.. (sejak masih berpraktek di sulawesi) tapi mungkin pak Hudoyo baru mengenal saya baru baru ini, mohon maaf bila saya berbeda pandangan dengan pak Hudoyo. Karena setiap orang memiliki pengalaman yang berbeda beda, walaupun semakin lama semakin mengerucut keatas, maksudnya semakin jauh tentu semakin mirip pengalamannya. Ada beberapa hal yang saya setuju dengan pak Hudoyo, tetapi ada juga yang tidak, dan jangan dikaitkan dengan benar atau salah, biarlah kita mengambil ini sebagai suatu tambahan pemahaman.

Prinsip melatih Vipassana diuraikan dengan jelas oleh Sang Buddha dalam mahasatipatthana sutta. Sang Buddha mengatakan "Ekàyano ayam bhikkhave maggo sattànam visuddhiyà" Bhikkhus, this is the one and only way for the purification (of the minds) of beings. Para Bhikkhu ini adalah satu-satunya jalan untuk mencapai kesucian.

Pada bagian lain yang jelas ada sebagai acuan sikap mental waktu melatih Vipassana Sang Buddha mengatakan dalam Mahasatipatthana sutta: "idha bhikkhave bhikkhu kàye kàyànupassi viharati àtàpi sampajàno satimà vineyya loke abhijjhàdomanassam." yang kurang lebih berarti, "There is the case where a monk remains focused on the body in & of itself -- ardent, alert, & mindful -- putting aside greed & distress with reference to the world". Inti maksudnya yaitu "Bhikkhu dengan memperhatikan tubuh, dengan penuh semangat (atapi), perhatian murni (sati) dan kewaspadaan (sampajanno)-- melepaskan keserakahan, dan kesedihan yang berkaitan dengan dengan duniawi".

Dalam Malunkyaputta sutta juga viriya ini ditekankan bersama sati, berikut ini saya berikan cuplikan dari Malunkyaputta sutta terjemahan bhikkhu Thanissaro "It would be good, lord, if the Blessed One would teach me the Dhamma in brief so that, having heard the Dhamma from the Blessed One, I might dwell alone in seclusion: heedful, ardent, & resolute." lalu setelah Beliau berlatih dengan penuh semangat, mencapai tingkat kesucian Arahat sesuai dengan cuplikan berikut ini "Then Ven. Malunkyaputta, having been admonished by the admonishment from the Blessed One, got up from his seat and bowed down to the Blessed One, circled around him, keeping the Blessed One to his right side, and left. Then, dwelling alone, secluded, heedful, ardent, & resolute, he in no long time reached & remained in the supreme goal of the holy life"
Ardent atau dalam bahasa Palinya atapi berarti penuh semangat.

Jadi semangat (viriya/atapi) dalam berlatih metode Vipassana bukan berasal dari Mahasi Sayadaw atau teknik Mahasi, tetapi mengikuti ajaran Sang Buddha yang tertuang dalam Mahasatipatthana sutta maupun Malunkyputta sutta.

Saya melihat bahwa pak Hudoyo, nampaknya kurang paham pada tulisan saya, saya tidak mengatakan bahwa metode Mahasi Sayadaw menitik beratkan pada konsentrasi dan viriya, dan saya tidak pernah melihatnya demikian. Setahu saya selama seorang meditator memiliki sati yang kuat maka konsentrasinya akan bertambah dari hari ke hari, untuk mengimbangi konsentrasi yang bertambah kuat sebagai hasil dari sati yang kuat maka kita harus memiliki viriya yang cukup untuk mengimbangi konsentrasi tersebut agar tidak mengantuk dan jatuh tertidur. Jadi perlu saya garis bawahi dan konsisten dengan penuturan saya diatas bahwa konsentrasi yang kuat merupakan produk langsung sati yang kuat, sehingga dikatakan bahwa sati dan samadhi sejalan.ini sejalan dengan isi "Kimsuka Sutta (SN XXXV.204) — The Riddle Tree {S iv 191; CDB ii 1251; this sutta corresponds to CDB XXXV.245} [Thanissaro]"

Bila kita berkonsentrasi hanya pada satu objek maka itu adalah samatha, tetapi Vipassana bukan Samatha, Vipassana memiliki banyak objek, tetapi objek utama diperlukan sebagai jangkar, sehingga pikiran tidak mengembara.

Umumnya untuk menambah viriya kita melakukannya dengan tekad.

Pada latihan Vipassana sebenarnya kita mengumpulkan pengalaman.. pengalaman ini juga merupakan parami.. pada pemula yang berlatih Vipassana, yang belum mengerti Vipassana, banyak diantaranya yang justru mengikuti pikiran atau gejolak batinnya. Berlatih metode Mahasi Sayadaw atau berlatih metode meditasi apapun, berusaha memperhatikan tanpa terseret adalah kunci agar fenomena batin maupun jasmani yang muncul menjadi lenyap kembali.

bagaimana caranya agar kita tidak terseret? disini kita harus melihat setiap fenomena batin dan jasmani yang muncul sesuai dengan yang dikatakan oleh pak Hudoyo, yang berdasarkan teori yang diambil dari Bahiya sutta maupun Malunkyaputta sutta. Dalam latihan Vipassana kita harus melihat segala sesuatu hanya sebagai fenomena murni, tidak sebagai bagian dari diri kita, karena sebenarnya yang disebut sebagai kita atau aku hanya kumpulan fenomena belaka, yaitu sanna, sankhara, vinana, vedana dan rupa tidak lebih. Kita menganggap ada "aku" karena selalu apabila batin melakukan kegiatan ia masuk kedalam fenomena itu (terseret) sehingga ia merasa bagian dari fenomena itu dan dengan demikian timbul kesan ada aku atau itu milikku, karena ia terlibat dengan fenomena batin dan jasmani yang muncul, padahal menurut kebenaran tertinggi tak ada aku.

Bagaikan orang yang berada dalam mobil maka ia akan mengganggap ia sebagai bagian dari mobil selama ia berada di dalamnya dan ia tak bisa melihat mobil dari sisi luar, hanya setelah ia keluar dari mobil maka ia dapat melihat mobil dari sisi luar dan tidak merasa sebagai bagian dari mobil tersebut. Anggaplah mobil sebagai fenomena batin dan jasmani.

kembali pada penuturan pak Hudoyo mengenai Bahiya sutta yang pak Hudoyo jadikan acuan, memang nampaknya seolah olah petapa Bahiya mencapai pencerahan seketika setelah mendengar khotbah Sang Buddha. Tetapi proses yang terjadi saya kira tidak sesederhana itu untuk beberapa alasan:
1. Pertapa Bahiya pernah dalam satu kehidupan lampau sebagai  Bhikkhu berlatih Vipassana selama 20.000 tahun hingga akhir hayatnya, kita tidak tahu latihan yang telah ia lakukan pada kehidupan kehidupan yang lain, jadi paraminya luar biasa waktu bertemu dengan Sang Buddha.
2. Dengan kehidupan sebagai pertapa yang ia jalani dan ia merasa yakin bahwa ia telah mencapai pencerahan tentunya ia memiliki suatu keadaan batin yang baik entah apa namanya itu..., karena orang dengan batin yang bergejolak seperti orang biasa atau dengan contoh yang ekstrim seorang kriminal umpamanya, kemungkinan tidak akan menganggap dirinya sebagai Arahat atau orang suci...
3. Setahu saya Y.A. Bahiya, menjadi Arahat bukan dengan seketika, menurut komentar guru guru meditasi, pada waktu itu Beliau melakukan Vipassana dengan sangat cepat, melewati nyana nyana dengan cepat karena sudah sangat berpengalaman di kehidupan lampau.  Kecepatan pencapaian Y.A. Bahiya juga kemungkinan diimbangi kelima faktor batinnya (bala) nya cukup kuat dan seimbang, walaupun Beliau tidak belajar teori mengenai pancabala. sehingga begitu Beliau mengarahkan batinnya maka dengan mudah Beliau melihat jalan... Bagai meditator yang telah terbiasa memasuki Nibbana, dengan cepat memasuki Nibbana setiap kali, bahkan mungkin hanya dalam hitungan detik langsung masuk, karena (Pancabala) batinnya seimbang dan kuat dan ia sudah sangat mengenal jalannya. Sedangkan bagi mereka yang belum pernah masuk, memerlukan waktu berbulan bulan bahkan mungkin tahunan, karena batinnya belum kuat atau belum seimbang.

Betapa mudahnya nampaknya Bahiya sutta, seolah olah hanya dengan mendengar orang mencapai kesucian dan nampaknya seolah olah seketika, ini mungkin disebabkan banyak orang yang tak mengetahui latar belakang Beliau di masa yang lampau, bahwa ia telah berlatih dalam waktu dan cara yang mendirikan bulu roma di masa yang lampau (hanya sebagai informasi bagi teman teman, baca Dhammapada attakatha).
Pak Hud mengatakan bahwa saya belum pernah melatih versi MMD, justru saya kira seorang pemula dalam latihan Vipassana versi apapun sering berlatih versi MMD, yaitu hanya melihat pikiran atau fenomena batin yang lain, tanpa menyadari ia masuk dan terseret. begitu sadar, ia lupa objek utama dan mengamati fenomena lagi dan terseret lagi, begitu seterusnya. Ini karena satinya kurang kuat, oleh karena itu ada metode meditasi yang menghindar memperhatikan pikiran pada tahap awal meditasi dan lebih menekankan untuk memperhatikan perasaan.

fenomena batin dan jasmani yang muncul inilah yang disebut kekotoran batin.. ini yang membuat batin tidak lentur, tidak menurut, entah itu pikiran buruk atau pikiran baik..., selama muncul pikiran atau perasaan maka dikatakan bahwa batinnya belum bersih...

Pada mereka yang batinnya telah murni, telah bersih, kekotoran batin berupa fenomena batin dan jasmani sudah tidak muncul, sehingga dikatakan bahwa batinnya telah murni, telah bersih, batinnya hanya memperhatikan objek utama terus menerus.., ini jika ia memiliki objek utama untuk satinya, bila tidak memiliki objek utama untuk satinya apa yang diperhatikan...?

Selama saya berlatih Vipassana mengikuti metode Mahasi Sayadaw saya tidak melihat bahwa metode Mahasi Sayadaw bertentangan dengan Sutta maupun Abhidhamma, saya mempelajari sutta lebih mendalam setelah saya mempelajari metode meditasi Mahasi Sayadaw, saya melihat bahwa semua aspek yang berkenaan dengan metode meditasi Mahasi sayadaw sejalan dengan Sutta maupun Abhidhamma. Jadi saya mengambil kesimpulan bahwa mahasi Sayadaw tidak menciptakan metode sendiri, tetapi hanya mempopulerkan kembali Vipassana yang berdasarkan Sutta dan Abhidhamma, satu-satunya yang menjadi perbedaan hanya objek utama yang dijadikan jangkar yaitu rasa yang timbul pada kontraksi kembung kempis perut, bukan rasa yang timbul pada keluar masuk napas di ujung hidung.

Maaf, jika saya mengutarakan pandangan yang berbeda dengan pak Hudoyo yang sangat saya kagumi dan hormati.
Dugaan pak Hudoyo mengenai hubungan saya dengan Bhante Thitaketuko memang benar, sayang sekarang ini beliau harus menjaga kondisinya sehingga jarang mau berbicara. jangankan dengan saya, dengan Susan maupun Andrew juga beliau hanya berbicara yang perlu-perlu saja, yang umumnya tak berkaitan Dhamma.

Sukhi hotu,

Fabian.





=D>   ^:)^      excellent
Itulah sebenarnya vipasanna melihat realita sebenarnya _/\_
Natthi me saranam annam, Buddho me saranam varam, Etena saccavajjena, Sotthi te hotu sabbada

Offline dilbert

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.935
  • Reputasi: 90
  • Gender: Male
  • "vayadhamma sankhara appamadena sampadetha"
Re: Abhidhamma & vipassana
« Reply #407 on: 07 August 2008, 03:43:33 PM »
apakah setiap fenomena bathin muncul lantas menjadi kekotoran bathin ? Bagaimana kalau fenomena ini muncul hanya sampai pada persepsi murni dan berhenti ?
VAYADHAMMA SANKHARA APPAMADENA SAMPADETHA
Semua yang berkondisi tdak kekal adanya, berjuanglah dengan penuh kewaspadaan

Offline fabian

  • Bukan Tamu
  • *
  • Posts: 5
  • Reputasi: 6
Re: Abhidhamma & vipassana
« Reply #408 on: 07 August 2008, 06:43:50 PM »
apakah setiap fenomena bathin muncul lantas menjadi kekotoran bathin ? Bagaimana kalau fenomena ini muncul hanya sampai pada persepsi murni dan berhenti ?

setiap ada persepsi itu merupakan kekotoran batin, batin yang telah bersih tidak timbul respon terhadap suatu fenomena apapun yang muncul, jadi ia hanya melihat atau mengetahui atau menyadari saja, umumnya guru meditasi mengatakan sebagai "knowing mind" setiap ada impuls atau gejolak batin walau kecil, batin menjadi tidak bersih.

Offline bond

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.666
  • Reputasi: 189
  • Buddhang Saranam Gacchami...
Re: Abhidhamma & vipassana
« Reply #409 on: 07 August 2008, 07:09:19 PM »
apakah setiap fenomena bathin muncul lantas menjadi kekotoran bathin ? Bagaimana kalau fenomena ini muncul hanya sampai pada persepsi murni dan berhenti ?

setiap ada persepsi itu merupakan kekotoran batin, batin yang telah bersih tidak timbul respon terhadap suatu fenomena apapun yang muncul, jadi ia hanya melihat atau mengetahui atau menyadari saja, umumnya guru meditasi mengatakan sebagai "knowing mind" setiap ada impuls atau gejolak batin walau kecil, batin menjadi tidak bersih.

Bisakah hal tersebut berlaku dalam aktivitas sehari-hari? Khususnya ketika kita berinteraksi terhadap orang2 sekitar kita.

 _/\_
« Last Edit: 07 August 2008, 07:12:25 PM by bond »
Natthi me saranam annam, Buddho me saranam varam, Etena saccavajjena, Sotthi te hotu sabbada

Offline hudoyo

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.919
  • Reputasi: 20
Re: Abhidhamma & vipassana
« Reply #410 on: 07 August 2008, 08:24:44 PM »
Rekan Fabian yang baik,

Terima kasih banyak atas penjelasan Anda mengenai pribadi Anda dan mengenai praktik vipassana Anda. ... Dari uraian Anda jelas bahwa ada kesamaan-kesamaan tertentu antara praktik Anda dan praktik saya, tetapi juga ada perbedaan-perbedaan, suatu hal yang amat wajar. ... Untuk menyingkat tulisan saya, saya hanya akan menyoroti perbedaannya saja. ...

* Tentang rujukan: sebagai pemeditasi vipassana Mahasi, Anda menggunakan rujukan Mahasatipatthana-sutta. Saya tidak menggunakan rujukan itu, yang oleh Buddhadasa Mahathera dikatakan "sekadar sederetan teknik meditasi". Saya menggunakan Bahiya-sutta & Malunkyaputta-sutta sebagai rujukan MMD. ... Tentang istilah 'ekayano maggo' yang Anda terjemahkan sebagai "satu-satunya jalan", saya merasa tidak ada maksud Sang Buddha untuk bersikap eksklusif seperti itu, atau ungkapan itu bukan berasal dari mulut Sang Buddha. Dalam pemahaman saya, kebebasan dari atta bisa dicapai melalui banyak jalan, bukan hanya melalui apa yang ditampilkan dalam Mahasatipatthana-sutta saja; bahkan bisa juga dicapai dalam agama-agama lain di luar agama Buddha. Bhikkhu Thanissaro juga mengubah tafsiran atas istilah 'ekayano maggo', bukan sebagai 'satu-satunya jalan', melainkan sebagai 'jalan langsung' (the direct path).

* Tentang sifat praktik: terlihat jelas bahwa praktik vipassana Mahasi, yang bersumber dari Mahasatipatthana-sutta, itu menekankan 'usaha' dan 'konsentrasi'; siapa pun yang membaca Mahasatipatthana-sutta bisa melihat jelas hal itu.  Sedangkan dalam MMD, yang merujuk pada Bahiya-sutta & Malunkyaputta-sutta, tuntunan vipassana yang diberikan oleh Sang Buddha sama sekali tidak menyebut-nyebut tentang 'usaha' dan 'konsentrasi'. ... Hal ini sudah saya singgung panjang lebar dalam posting saya terdahulu kepada Anda, dan tidak perlu saya ulangi lagi di sini. ... Tentang kata-kata Malunkyaputta, "Saya ingin berlatih dengan penuh semangat", dan "refrain" dalam Malunkyaputta-sutta, yang menyiratkan adanya 'usaha', itu tidak saya anggap menjadi bagian dari tuntunan vipassana oleh Sang Buddha kepada Malunkyaputta. 'Refrain" seperti itu sangat sering muncul dalam berbagai sutta, sehingga saya menganggap itu adalah pengertian umum para bhikkhu penghafal Tipitaka terhadap hakikat vipassana, dan sekali lagi, tidak ada kaitannya dengan tuntunan vipassana Sang Buddha itu sendiri kepada Malunkyaputta. .. Jadi kesimpulan saya: Mahasatipatthana-sutta menekankan 'usaha', sedangkan tuntunan vipassana oleh Sang Buddha dalam Bahiya-sutta dan Malunkyaputta-sutta tidak menyebut-nyebut sama sekali tentang perlunya 'usaha'. ... Bagi saya, setiap 'usaha' apa pun tidak terlepas dari atta ... dan tidak ada 'usaha' apa pun dari atta bisa mencapai 'anatta'. Itulah yang saya tekankan dalam tuntunan MMD.

* Selanjutnya, dalam paragraf tentang konsentrasi, viriya, tekad, dan sati, tampaknya Anda berpegang pada ajaran panca-balani, di mana perlu diteliti terus-menerus keseimbangan antara samadhi dan viriya, saddha dan panna. Di dalam MMD, semua hal-hal itu tidak relevan dipikirkan/diperhatikan, karena di dalam MMD tidak ada yang dicari, tidak perlu mengupayakan ini-itu untuk mencapai sesuatu. Oleh karena itu, seperti sudah saya uraikan panjang lebar dalam posting terdahulu, dalam MMD juga tidak ada 'obyek utama' sebagai fokus konsentrasi. Hal ini sudah saya uraikan panjang lebar dalam posting terdahulu.

Di dalam MMD, apa yang dinamakan "pengalaman" tidak dilihat sebagai "harta spiritual" dari si aku (atta). ... Di dalam MMD, orang tidak mengumpulkan "pengalaman" apa pun; alih-alih ia melepas semua hal, termasuk "pengetahuan" & "pengalaman" yang diperolehnya di masa lampau, yang hanya akan memperkuat si aku (atta). ... Lagi-lagi dalam MMD, tidak ada "usaha' untuk 'memperhatikan tanpa terseret', karena 'memperhatikan tanpa terseret' itu tidak bisa dicapai dengan 'usaha'. ... Selama orang 'berusaha' untuk 'memperhatikan tanpa terseret', ia tidak 'memperhatikan', karena ia melekat pada 'usahanya' itu.

* Salah satu perbedaan mendasar di antara pemahaman kita terhadap vipassana adalah pernyataan Anda, "Dalam latihan Vipassana kita harus melihat segala sesuatu hanya sebagai fenomena murni, tidak sebagai bagian dari diri kita, karena sebenarnya yang disebut sebagai kita atau aku hanya kumpulan fenomena belaka, yaitu sanna, sankhara, vinana, vedana dan rupa tidak lebih." ... Ini persis uraian dalam Mahasatipatthana-sutta dan Visuddhi-magga, yang melandasi praktik vipassana dengan teori anatta dan pancakkhandha. ... Dalam MMD, pengamatan tidak dilandasi teori tentang anatta dan panca-kkhandha. ... Justru sebaliknya, dalam MMD, disadari bahwa setiap kali pikiran bergerak, termasuk pikiran yang berteori itu, itu tidak lebih dari atta yang bergerak ... kali ini atta yang merasa menguasai teori Buddha-Dhamma, atta yang merasa melakukan vipassana. ... Dalam Mulapariyaya-sutta, yang menjadi salah satu sutta rujukan penting dalam MMD, Sang Buddha menjelaskan bahwa dalam batin seorang puthujjana setiap pikiran selalu menciptakan atta. ... Jadi dalam MMD ditekankan pada penyadaran terhadap gerak pikiran sebagai atta ... apa yang Anda uraikan itu tidak lebih dari pikiran ... dan pikiran adalah atta. ... Jadi, MMD menyadari terus-menerus munculnya atta sebagai pikiran ... bukan berteori tentang anatta dan pancakkhandha ... sampai pada suatu titik tercapailah khanika-samadhi, di mana pikiran/teori Buddha-Dhamma tidak muncul lagi, tidak menyeret lagi ... dan orang masuk dalam berhentinya pikiran sebagaimana dimaksudkan oleh Sang Buddha dalam Mulapariyaya-sutta. ... Jadi singkatnya, Mahasatipatthana-sutta bertumpu pada teori anatta & pancakkhandha, MMD (Malunkyaputta-sutta) mulai dengan melihat fakta badan & batin, terutama pikiran yang menciptakan atta, tanpa teori apa pun. ... Para praktisi MMD yang berasal dari berbagai agama tidak perlu belajar teori Buddha-Dhamma untuk bisa menjalankan MMD. ...

* Tentang pencapaian Bahiya, saya tidak mempersoalkan parami Bahiya. Apalagi informasi itu tercantum dalam kitab-kitab Komentar, yang ditulis seribu tahun setelah zaman Sang Buddha. Itu tidak relevan bagi pemeditasi MMD, karena tuntunan yang sama diberikan pula oleh Sang Buddha kepada Malunkyaputta, yang mempunyai parami sangat berbeda dengan Bahiya. ... Ukuran bagi pemeditasi MMD adalah seberapa jauh ia memahami dan mampu menerapkan tuntunan Sang Buddha itu dalam praktiknya, bukan mempersoalkan parami orang lain. ... Kalau ia mampu memahami dan menerapkan tuntunan Sang Buddha kepada Bahiya, maka MMD cocok baginya ... kalau tidak mampu, dan terus terseret oleh teori anatta dan pancakkhandha, oleh usaha dan konsentrasi ... maka MMD tidak cocok baginya.

Saya mengatakan Anda belum mengenal MMD, justru karena perbedaan-perbedaan paham di antara Anda dan saya mengenai seluk-beluk vipassana di atas. Kalau orang sudah mengenal MMD, ia akan sependapat dengan saya ... kalau tidak ia akan mencari metode lain ... Perbedaan-perbedaan paham seperti 'konsentrasi', 'obyek utama', 'usaha' dsb itu membuat saya menyimpulkan bahwa Anda belum mengenal MMD. ... Orang yang mengenal MMD ia akan bisa masuk ke dalam khanika-samadhi tanpa perlu 'usaha', 'konsentrasi' dan 'obyek utama' ... sebagaimana testimoni ketiga teman yang saya tampilkan sebelum ini. ... Anda masih bertanya terus, "Bila tidak memiliki objek utama untuk satinya apa yang diperhatikan?" ... Pertanyaan ini jelas menunjukkan bahwa Anda tidak/belum mengenal MMD ... Anda tidak bisa memahami pengalaman teman-teman yang mampu masuk ke dalam khanika-samadhi tanpa 'konsentrasi' pada 'obyek utama'. ... Semua itu wajar saja, karena Anda sudah berpuluh tahun menjalankan vipassana versi Mahasi Sayadaw ... jadi saya tidak mengharapkan Anda bisa memahami MMD, sebelum Anda membongkar seluruh teknik Mahasi Sayadaw yang Anda praktikkan (seperti dilakukan oleh beberapa teman yang testimoninya saya tampilkan dalam posting-posting terdahulu) ...

Anda menyatakan, "Selama saya berlatih Vipassana mengikuti metode Mahasi Sayadaw saya tidak melihat bahwa metode Mahasi Sayadaw bertentangan dengan Sutta maupun Abhidhamma." ... Saya tidak mempersoalkan itu. ... Silakan saja Anda membuat justifikasi untuk membenarkan metode vipassana yang Anda gunakan ... seperti para pemeditasi vipassana versi Goenka membuat justifikasi yang sama ... seperti saya membuat justifikasi yang sama tentang MMD ... Marilah kita berdiri pada jalan kita masing-masing tanpa mengomentari jalan orang lain kalau tidak dipahaminya ...

* Satu hal yang saya belum mendengar dari Anda: saya menyatakan bahwa tidak ada satu metode vipassana mana pun yang cocok untuk SEMUA orang ... Anda belum menanggapi pendapat saya ini. Bagaimana? ...

Salam,
hudoyo
« Last Edit: 08 August 2008, 01:47:55 AM by hudoyo »

Offline dilbert

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.935
  • Reputasi: 90
  • Gender: Male
  • "vayadhamma sankhara appamadena sampadetha"
Re: Abhidhamma & vipassana
« Reply #411 on: 07 August 2008, 09:31:06 PM »
* Satu hal yang saya belum mendengar dari Anda: saya menyatakan bahwa tidak ada satu metode vipassana mana pun yang cocok untuk SEMUA orang ... ? ...

Salam,
hudoyo

Saya setuju dengan pendapat ini karena tingkat bathin dan "benang merah" setiap individu berbeda beda.
VAYADHAMMA SANKHARA APPAMADENA SAMPADETHA
Semua yang berkondisi tdak kekal adanya, berjuanglah dengan penuh kewaspadaan

Offline hudoyo

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.919
  • Reputasi: 20
Re: Abhidhamma & vipassana
« Reply #412 on: 08 August 2008, 01:33:19 AM »
* Satu hal yang saya belum mendengar dari Anda: saya menyatakan bahwa tidak ada satu metode vipassana mana pun yang cocok untuk SEMUA orang ... ? ...
Salam,
hudoyo

Saya setuju dengan pendapat ini karena tingkat bathin dan "benang merah" setiap individu berbeda beda.

 _/\_

Hayo, para pemeditasi vipassana versi Mahasi, versi Goenka dll. Bagaimana pendapat Anda tentang pernyataan saya itu?

Offline tesla

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.426
  • Reputasi: 125
  • Gender: Male
  • bukan di surga atau neraka, hanya di sini
Re: Abhidhamma & vipassana
« Reply #413 on: 08 August 2008, 04:39:50 PM »
sudah jelaskan? Sang Buddha mengajar dg berbagai macam cara... yg bahkan dari sesama Tipitaka saja bisa timbul berbagai variasi vipassana sebagai MMD, Mahasi, Goenka, dll... (belum lagi guru meditator yg tidak ternama :P )

jd menurut saya tidak ada "the only path" utk pencerahan...
Lepaskan keserakahan akan kesenangan. Lihatlah bahwa melepaskan dunia adalah kedamaian. Tidak ada sesuatu pun yang perlu kau raup, dan tidak ada satu pun yang perlu kau dorong pergi. ~ Buddha ~

Offline Arale

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 108
  • Reputasi: 7
  • Kiiiiiiiiin
Re: Abhidhamma & vipassana
« Reply #414 on: 08 August 2008, 04:44:25 PM »
Apapun "path" nya, intinya adalah jalan mulia berfaktor delapan. seperti iklan minuman aja yah
"N'cha"

Offline williamhalim

  • Sebelumnya: willibordus
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.869
  • Reputasi: 134
  • Gender: Male
Re: Abhidhamma & vipassana
« Reply #415 on: 08 August 2008, 04:58:19 PM »
ya, dari banyaknya metoda vipassana itu, semuanya sejalan dengan JMB-8
tidak ada yg mengatakan JMB-8 tidak perlu, atau bukan dari mulut Sang Buddha.

Bahkan Goenka, yg jelas2 agama lahirnya adalah Agama Hindu, membabarkan Ajaran2 Siddharta dalam ceramah2 meditasinya, termasuk JMB-8 (bahkan Goenka sangat menekankan pentingnya Sila Samadhi dan Panna).

---

Apapun metoda meditasi, metoda tsb pasti menyertai / memberi bimbingan terhadap kehidupan sehari2 praktisinya. Sejauh yg saya tau, semua metoda meditasi Vipassana menekankan perlunya perbaikan moral dan pemantapan konsentrasi untuk menunjang vipassana.

Hanya MMD yg mengatakan tidak perlu menjaga moralitas, tidak perlu berusaha berbuat baik. Hanya MMD yg mengajarkan moralitas tidak mendukung pembebasan.

Kalau MMD mengajarkan moralitas dan perbuatan2 baik diperlukan dalam mengiringi vipassana, maka MMD sejalan dengan Buddhism.

::
« Last Edit: 08 August 2008, 05:12:55 PM by willibordus »
Walaupun seseorang dapat menaklukkan beribu-ribu musuh dalam beribu kali pertempuran, namun sesungguhnya penakluk terbesar adalah orang yang dapat menaklukkan dirinya sendiri (Dhammapada 103)

Offline dilbert

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.935
  • Reputasi: 90
  • Gender: Male
  • "vayadhamma sankhara appamadena sampadetha"
Re: Abhidhamma & vipassana
« Reply #416 on: 08 August 2008, 05:23:00 PM »
ya, dari banyaknya metoda vipassana itu, semuanya sejalan dengan JMB-8
tidak ada yg mengatakan JMB-8 tidak perlu, atau bukan dari mulut Sang Buddha.

Bahkan Goenka, yg jelas2 agama lahirnya adalah Agama Hindu, membabarkan Ajaran2 Siddharta dalam ceramah2 meditasinya, termasuk JMB-8 (bahkan Goenka sangat menekankan pentingnya Sila Samadhi dan Panna).

---

Apapun metoda meditasi, metoda tsb pasti menyertai / memberi bimbingan terhadap kehidupan sehari2 praktisinya. Sejauh yg saya tau, semua metoda meditasi Vipassana menekankan perlunya perbaikan moral dan pemantapan konsentrasi untuk menunjang vipassana.

Hanya MMD yg mengatakan tidak perlu menjaga moralitas, tidak perlu berusaha berbuat baik. Hanya MMD yg mengajarkan moralitas tidak mendukung pembebasan.

Kalau MMD mengajarkan moralitas dan perbuatan2 baik diperlukan dalam mengiringi vipassana, maka MMD sejalan dengan Buddhism.

::

awal pertanyaan saya kepada pak hudoyo juga tentang apakah MMD itu sejalan dengan ajaran BUDDHIS ? yang kemudian berkembang menjadi topik APAKAH JM-8 bisa membawa pembebasan ? Pada akhirnya saya tahu persis (internal pribadi) apakah sejalan atau tidak. Ketika masing-masing pihak mempertahankan argumennya, PEMAHAMAN saya tidak saya ungkapkan lagi. Cukup saya sendiri tahu apa yang menjadi "persepsi" saya terhadap pendapat dari masing-masing member diskusi di dhammacitta ini.

Salam...
VAYADHAMMA SANKHARA APPAMADENA SAMPADETHA
Semua yang berkondisi tdak kekal adanya, berjuanglah dengan penuh kewaspadaan

Offline ryu

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 13.403
  • Reputasi: 429
  • Gender: Male
  • hampir mencapai penggelapan sempurna ;D
Re: Abhidhamma & vipassana
« Reply #417 on: 08 August 2008, 07:51:10 PM »
Intinya Pa Hudoyo mau supaya kalian tidak terlalu mengkotak2kan/mengeklusivekan bahwa hanya JMB-8 yang bisa mencapai pencerahan yang lain tidak.
Jangan terlalu kaku dan fanatik terhadap satu ajaran yang nantinya akan jadi bumerang bagi diri sendiri dan ajaran itu :)

Serius mode=on :))
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

Offline tesla

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.426
  • Reputasi: 125
  • Gender: Male
  • bukan di surga atau neraka, hanya di sini
Re: Abhidhamma & vipassana
« Reply #418 on: 08 August 2008, 08:23:41 PM »
Apapun "path" nya, intinya adalah jalan mulia berfaktor delapan. seperti iklan minuman aja yah

apa itu JM8?
kita mungkin bisa mengatakan pengertian benar, xxx benar... bla bla bla...
itu adalah sesuatu yg relatif (bukan kebenaran). saya yakin dari 10 orang di sini, apabila diberikan selembar kertas utk menjelaskan pengertian benar (apalagi konsentrasi benar) akan memberikan jawaban yg berbeda pula. Disinilah inti masalahnya... (dan bahkan jika dunia sudah membakukan definisinya, tetap saja seseorang tidak tercerahkan dg membaca, menghafal, mengulanginya terus). pemahaman JM8 ternyata bagi setiap individu dapat berbeda karena itu hanyalah label.
seseorang mungkin telah tercerahkan sebelumnya & kemudian menjelaskan kepada kita apa kebenaran yg ditemukannya, 4KM ataupun JM8. 4KM ataupun JM8 seperti telunjuk orang yg tercerahkan tsb utk menjelaskan kebenaran. bukan kebenaran itu sendiri. pada akhirnya kita harus menemukan sendiri kebenaran itu (mungkin dg bantuan petunjuk seperti 4KM dan JM8) :)

menurut saya, yg diperlukan bukanlah 4KM dan JM8 (atau yg lainnya), melainkan menemukan sendiri kebenaran itu.
Lepaskan keserakahan akan kesenangan. Lihatlah bahwa melepaskan dunia adalah kedamaian. Tidak ada sesuatu pun yang perlu kau raup, dan tidak ada satu pun yang perlu kau dorong pergi. ~ Buddha ~

Offline Semit

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 172
  • Reputasi: 30
Re: Abhidhamma & vipassana
« Reply #419 on: 08 August 2008, 08:52:38 PM »
Menurut Sutta Dhammacakka

4KM
1. Dukkha -> untuk dipahami
2. Sumber Dukhha -> untuk dilenyapkan
3. Lenyapnya Dukkha -> untuk dicapai
4. Jalan menuju Lenyapnya Dukkha -> untuk dipraktikkan/dikembangkan

dalam No.4 itu diuraikan lagi metode Sang Jalan dalam formulasi Jalan Mulia Berfaktor 8,

Ini adalah dari Ajaran Buddha, yang selalu diulang-ulang dalam berbagai Sutta

Kita boleh saja berusaha menmukan sendiri, tapi bukankah akan lebih mudah kalo udah ada bocoran yang telah diajarkan oleh Sang Buddha, kita tinggal mempraktikkan Ajaran Buddha tanpa harus bersusah-payah menemukan sendiri. dan banyak para siswa yang telah membuktikan ajaran Buddha dan sukses mencapai kesucian, itulah sebabnya Sang Buddha disebut Guru para dewa dan manusia.

 _/\_

 

anything