[at] Fabian
Terima kasih banyak atas paparan Rekan Fabian tentang pengalaman meditasinya. Paparan itu jelas sekali menguraikan pengalaman meditasi vipassana versi Mahasi Sayadaw dari seorang pemeditasi versi itu yang sudah sangat senior. (Sehingga saya bertanya-tanya dalam hati, apakah Fabian ini bukan anak angkat Bhante Thitaketuko ya?) ...
Dulu saya pun pernah mencapai khanika-samadhi melalui jalan vipassana versi Mahasi Sayadaw. Versi itu titik beratnya adalah KONSENTRASI dan VIRIYA (usaha). Selebihnya persis seperti diuraikan oleh Rekan Fabian.
Tetapi selama saya mengajarkan MMD, saya melihat bahwa tidak semua pemeditasi versi itu bisa mengalami khanika-samadhi, sekalipun mereka sudah berusaha untuk waktu yang cukup lama, dengan berkali-kali mengikuti retret MMD. ... Sementara itu secara kebetulan saya menemukan bahwa khanika-samadhi bisa dicapai juga justru melalui "cara" sebaliknya, yaitu TANPA KONSENTRASI dan TANPA USAHA. Saya tahu, khanika-samadhi-nya persis sama, karena saya pernah mengalami khanika-samadhi itu ketika melakukan vipassana versi Mahasi Sayadaw dulu. ... Secara kebetulan pula saya menemukan bahwa vipassana tanpa konsentrasi dan tanpa usaha itu diajarkan oleh Sang Buddha dalam Bahiya-sutta & Malunkyaputta-sutta. ...
Vipassana tanpa konsentrasi dan tanpa usaha itu saya kembangkan menjadi bentuk final MMD, dan saya ajarkan dalam retret MMD ... Ternyata tidak sedikit teman-teman yang selama ini mendapat kesulitan dalam konsentrasi, begitu mengubah meditasinya menjadi tanpa usaha dan tanpa konsentrasi bisa masuk ke dalam khanika samadhi dengan relatif cepat. ... Di situlah saya mempunyai KEYAKINAN bahwa tidak ada satu versi vipassana yang cocok untuk SEMUA orang. ... Ini berlaku untuk vipassana versi apa saja, Mahasi Sayadaw, Pa-Auk Sayadaw, Goenka, MMD, dsb. ... Saya tidak tahu apakah Rekan Fabian setuju dengan pernyataan ini atau tidak, tapi itu terserah pada beliau sendiri. ...
Di dalam MMD tidak ada "obyek utama" (napas, sentuhan waktu duduk dsb) seperti dalam versi Mahasi Sayadaw. ... Rekan Fabian bertanya, "Kalau tidak ada 'obyek utama' lalu ngapain? Mencari fenomena lain adalah kegiatan pikiran ..." Jawabannya bisa dilihat pada tuntunan pertama MMD yang saya berikan pada diskusi awal MMD: "Jangan berkonsentrasi pada satu obyek terus-menerus secara sempit, melainkan bukalah seluas-luasnya kesadaran Anda melalui keenam indra (pancaindra + ingatan). Sadari semua yang muncul pada badan & batin TANPA berkonsentrasi pada salah satu fenomena mana pun, tanpa berusaha apa pun." ... Jadi dalam MMD yang ditekankan adalah 'SATI', bukan 'SAMADHI'. ... Dengan cara ini, sementara pemeditasi MMD bisa masuk ke dalam khanika-samadhi dengan cepat, daripada melalui konsentrasi pada satu 'obyek utama'. ... Memang, sama seperti pada konsentrasi, ketika orang mulai membuka kesadaran seluas-luasnya pada keenam pintu indra, pikiran masih berseliweran menyeret kesadarannya ... tetapi bila pikiran-pikiran ini disadari saja, ia akan segera lenyap kembali ... dan pada satu titik pemeditasi akan masuk ke dalam khanika-samadhi tanpa konsentrasi dan tanpa usaha apa pun.
Salah satu keuntungan vipassana tanpa-konsentrasi ini ialah tidak diperlukan segala macam teori, khususnya teori tentang panca-balani. Pemeditasi tidak perlu memikir-mikir apakah batinnya sudah seimbang antara saddha, viriya, sati, samadhi dan panna, atau belum; memikir-mikir seperti itiu tidak lebih daripada gerak pikiran/si aku, yang hanya menghalangi 'sadar' yang sesungguhnya. ... Demikian pula dengan segala macam teori meditasi yang lain dengan cepat bisa dilepaskan (bukan dipertentangkan) di dalam praktik. ... Ini sangat bermanfaat dalam mengajar MMD kepada teman-teman non-Buddhis, yang tidak perlu menghafal semua teori itu sebelum mulai menjalankan MMD.
Jadi, kesimpulannya: Rekan Fabian adalah meditator sangat senior vipassana versi Mahasi Sayadaw, tapi
beliau tidak pernah mencoba MMD, sehingga dengan gampang mengatakan "tidak ada jalan yang disebut the lazy way to enlightenment". ... Saya sudah mengalami khanika-samadhi melalui versi Mahasi Sayadaw maupun melalui versi MMD, sehingga saya berani mengatakan bahwa ada cara lain yang
menurut saya pribadi 'lebih langsung' daripada cara berkonsentrasi & berusaha dari vipassana versi Mahasi Sayadaw, yaitu dengan cara
'melepas sejak awal' (melepas konsentrasi, melepas usaha) ... Cara ini diajarkan oleh Sang Buddha di dalam Bahiya-sutta dan Malunkyaputta-sutta, bukan di dalam Mahasatipatthana-sutta yang digunakan oleh Mahasi Sayadaw dalam mengajarkan versinya. (MMD ini diilhami pula oleh ajaran Krishnamurti, yang saya yakini telah bebas sempurna pada abad ke-20 lalu.) ... Silakan menamakan itu "the lazy way to enlightenment", tidak jadi soal ...
Secara terpisah saya akan menampilkan kembali pengalaman Fery (Buddhis, 29 th) dari retret MMD seminggu di Samarinda akhir Juli 2008; pengalaman batin Andi Cahya Wijaya (Muslim, 26 tahun) setelah PERTAMA KALI ikut MMD akhir pekan bulan April lalu dan kemudian menerapkan MMD dalam kesadaran sehari-harinya selama beberapa bulan terakhir; dan pengalaman batin seorang muda dari Bali, 30-an tahun, yang tidak mau disebut namanya, yang mengalami kemajuan pesat setelah pindah dari versi Mahasi Sayadaw ke MMD.
Ini tidak berarti bahwa MMD "lebih baik" daripada vipassana versi Mahasi Sayadaw; bisa saja seorang pemeditasi MMD mengalami kemajuan kalau ia pindah ke versi Mahasi Sayadaw, kalau memang versi itu cocok dengan 'parami'-nya. Jadi pesan saya kepada para pemula yang berminat untuk mencoba vipassana ('jalan langsung' menuju pembebasan yang diajarkan Sang Buddha): cobalah kedua versi vipassana itu, Mahasi Sayadaw dan MMD, atau versi lainnya kalau mau (Goenka misalnya) ... lalu pilihlah yang cocok dengan batin Anda.
PS: Bila Rekan Fabian memang anak angkat Bhante Thitaketuko, terimalah salam kenal dari saya ... setiap kali ke Denpasar saya selalu memerlukan menengok beliau di Istana Regency, di mana beliau terbaring sakit sejak beberapa tahun terakhir ini.
Salam,
hudoyo