//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: Temuan salah penerjemahan dalam teks Buddhis  (Read 46684 times)

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Offline pannadevi

  • Samaneri
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.960
  • Reputasi: 103
  • Gender: Female
Re: Temuan salah penerjemahan dalam teks Buddhis
« Reply #45 on: 20 August 2010, 10:16:04 PM »
Saya dapat info kalau kata "Bhagava" yang sering diterjemahkan menjadi "The Blessed One" atau "Yang Terberkahi" sebenarnya keliru.

jadi yg benar apa dong? saya sendiri memang tidak pernah menggunakan "Yang Terberkahi", biasanya saya mengembalikan ke kata asli "Bhagava", jadi apapun arti kata sebenarnya, saya tidak bisa disalahkan.

Saya sedang menunggu konfirmasi dari orang yang lebih mengerti istilah-istilah ini. Sepertinya Sam Peacemind juga punya pengetahuan mengenai istilah-istilah ini. Mungkin kita juga bisa menunggu jawabannya...

Sambil nunggu konfirmasi dari yang berpengetahuan, saya cari2 di DPN (http://www.palikanon.com/english/pali_names/dic_idx.html) maupun Pali Dictionary (http://dsal.uchicago.edu/dictionaries/pali) tidak ada menemukan entry "Bhagavā" ini.

Cuma ada dalam Wikipedia (http://en.wikipedia.org/wiki/Bhagavan):

Quote
Bhagavan, also written Bhagwan or Bhagawan, from the Sanskrit nt-stem bhaga-vant- (nominative/vocative भगवान् Bhagavān) literally means "possessing fortune, blessed, prosperous" (from the noun bhaga, meaning "fortune, wealth", cognate to Slavic bog "god"), and hence "illustrious, divine, venerable, holy", etc.[1]

In some traditions of Hinduism it is used to indicate the Supreme Being or Absolute Truth, but with specific reference to that Supreme Being as possessing a personality (a personal God)[2]. This personal feature indicated in Bhagavan differentiates its usage from other similar terms[3] such as Brahman, the "Supreme Spirit" or "spirit", and thus, in this usage, Bhagavan is in many ways analogous to the general Christian conception of God.

Bhagavan used as a title of veneration is often translated as "Lord", as in "Bhagavan Krishna", "Bhagavan Shiva", "Bhagavan Swaminarayan", etc. In Buddhism and Jainism, Gautama Buddha, Mahavira and other Tirthankaras, Buddhas and bodhisattvas are also venerated with this title. The feminine of Bhagavat is Bhagawatī and is an epithet of Durga and other goddesses.

The title is also used as a respectful form of address for a number of contemporary spiritual teachers in India.

Sepertinya benar jika Bhagava (Sanskrit: Bhagavan) diterjemahkan sebagai "the Blessed One" (Yang Terberkahi) atau boleh juga "Lord" (mungkin sama dengan "Yang Dimuliakan/Dijunjungi" dalam konteks Buddhis).

bro Seniya yang baik,
selama ini saya juga menggunakan asli Bhagava, atau klo ga kadang juga "The Blessed One", tapi klo "Lord" utk menerjemahkan "bhante"...ini yang saya terima dari bangku kuliah lo...

sebaiknya kita tanya ama Rev.Peacemind aja deh....

mettacittena,

Offline Nevada

  • Sebelumnya: Upasaka
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.445
  • Reputasi: 234
Re: Temuan salah penerjemahan dalam teks Buddhis
« Reply #46 on: 21 August 2010, 10:24:21 AM »
[at] Bro Seniya

Terimakasih atas referensinya. Kalau gelar yang lain seperti "Bhadanta" (Bhadante), "Isi" (Rsi) dan "Mpu" (Mpu) punya referensinya?


[at] Sam Pannedevi

Iya. Mari kita tunggu orang yang lebih mengetahui hal ini untuk berkomentar.

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Re: Temuan salah penerjemahan dalam teks Buddhis
« Reply #47 on: 28 August 2010, 12:59:55 AM »
Ini sebenarnya bukan kesalahan, tapi tidak menuruti bahasa indonesia yang benar.

sumber, masih dari SP

Sandaka Sutta (76)
Kepada Sandaka
Sumber : Majjhima Nikaya 4
Diterjemahkan dari Bahasa Inggris
Oleh : Dra. Wena Cintiawati, Dra. Lanny Anggawati

 "Fourteen hundred thousand" -> "empat-belas ratus ribu"
"Sixty hundred" -> "enam puluh ratus"

kalau menulis cek spt ini pasti ditolak bank

Offline Kelana

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.225
  • Reputasi: 142
Re: Temuan salah penerjemahan dalam teks Buddhis
« Reply #48 on: 30 August 2010, 10:33:33 PM »
Saya dapat info kalau kata "Bhagava" yang sering diterjemahkan menjadi "The Blessed One" atau "Yang Terberkahi" sebenarnya keliru.

Katanya, "Bhagava" ini merupakan panggilan untuk petapa dari Kasta Khattiya di India dulu. Sedangkan panggilan untuk petapa dari Kasta Brahmana adalah "Bhadanta", untuk petapa dari Kasta Vessa adalah "Isi", sedangkan untuk petapa dari Kasta Sudda adalah "Mpu".

Bagaimana menurut teman-teman?

Setahu saya, Sang Buddha berasal dari keluarga Khattiya, bukan dari keluarga Brahmana, jadi sepertinya tidak keliru jika digunakan kata "Bhagava" untuk menyebutNya.
GKBU
 
_/\_ suvatthi hotu


- finire -

Offline Nevada

  • Sebelumnya: Upasaka
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.445
  • Reputasi: 234
Re: Temuan salah penerjemahan dalam teks Buddhis
« Reply #49 on: 30 August 2010, 11:17:29 PM »
Setahu saya, Sang Buddha berasal dari keluarga Khattiya, bukan dari keluarga Brahmana, jadi sepertinya tidak keliru jika digunakan kata "Bhagava" untuk menyebutNya.

Maksud saya, yang jadi pertanyaan adalah: "Apakah benar ada panggilan khusus untuk petapa di India (dulu) berdasarkan asal kastanya?"

Offline Kelana

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.225
  • Reputasi: 142
Re: Temuan salah penerjemahan dalam teks Buddhis
« Reply #50 on: 31 August 2010, 02:56:52 PM »
Setahu saya, Sang Buddha berasal dari keluarga Khattiya, bukan dari keluarga Brahmana, jadi sepertinya tidak keliru jika digunakan kata "Bhagava" untuk menyebutNya.

Maksud saya, yang jadi pertanyaan adalah: "Apakah benar ada panggilan khusus untuk petapa di India (dulu) berdasarkan asal kastanya?"
OOo IC,
saya belum ketemu literaturnya.
GKBU
 
_/\_ suvatthi hotu


- finire -

Offline Nevada

  • Sebelumnya: Upasaka
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.445
  • Reputasi: 234
Re: Temuan salah penerjemahan dalam teks Buddhis
« Reply #51 on: 31 August 2010, 03:12:30 PM »
OOo IC,
saya belum ketemu literaturnya.

It's OK. :)

Offline Kelana

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.225
  • Reputasi: 142
Re: Temuan salah penerjemahan dalam teks Buddhis
« Reply #52 on: 23 October 2010, 11:12:26 PM »
Kebetulan ketemu ini, gak tau ya uda pernah dibahas ato belom..

Dhammpada Bab 1, nomor 6. (tentang pertengkaran di Kosambi).

Quote
Pare ca na vijananti, mayam-ettha yamæmase;
Ye ca tattha vijananti, tato sammanti medhaga.

Terjemahan yang beredar di internet maupun buku Dhammapada yang sudah dicetak:

Sebagian besar orang tidak mengetahui bahwa,
dalam pertengkaran mereka akan binasa;
tetapi mereka,yang dapat menyadari kebenaran ini;
akan segera mengakhiri semua pertengkaran.

Inggrisnya di Access to Insight:

Quote
There are those who do not realize that one day we all must die. But those who do realize this settle their quarrels.

Sebagian orang tidak menyadari bahwa suatu saat nanti kita semua akan meninggal (oleh karena itu mereka terus bertengkar).
Mereka yang menyadari kebenaran ini; akan segera mengakhiri semua pertengkaran.


Terjemahan Indonesia yang sudah beredar mungkin dari Dhammapada yang diterjemahkan oleh Ven. Narada Mahathera

http://www.metta.lk/english/Narada/01-Yamaka%20Vagga.htm#T12







GKBU
 
_/\_ suvatthi hotu


- finire -

Offline Gwi Cool

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 170
  • Reputasi: -2
  • Terpujilah Sang Buddha
Re: Temuan salah penerjemahan dalam teks Buddhis
« Reply #53 on: 15 November 2017, 02:55:33 PM »
kalau bisa di buku-baru dipajang kritik&saran saja karena kritik&saran sangat membantu, terutama untuk terjemahan/karya besar yang jumlah halaman yang gede. Kemungkinan ada sedikit kesalahn, jika ada kritik&saran, pembaca yang kebetulan dapat, bisa dilaporkan demi mendapatkan hasil yang sempurna.

saya ingin mengatakan bahwa di sutta, kata "dungu" diterjemahkan "bego" saja, lebih halus dan lebih tepat.
Untuk kata "bodoh", diganti orang "yang tidak mengetahui/tidak mengetahui".
Pada beberapa kasus, masukkan saja kata "dungu" atau "bodoh" sebagai tanda kurung siku.

lainnya:
1. somanassa = kenikmatan
2. domanassa = sesengsaraan (tidak nikmat). Ini berdua lawan kata (antonim). Di terjemahana kerap kali diterjemahkan sebagai "bahagia" atau "kegembiraan".
3. piti = kegiuran
4. sukha = sukacita
5. pamojja = gembira

Sebenarnya ada beberapa lagi, cuman saya komen segini saja.
Hanya saran, terimakasih.
Yang mau debat, saya diam, dan mengaku kalah karena saya hanyalah makhluk lemah, debat sama yang lain saja.
Mari berbicara Dhamma yang indah di awal, indah di pertengahan, dan indah di akhir. Indah dengan pikiran penuh cinta kasih. Hobiku menggubah syair.

Offline Arya Karniawan

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 301
  • Reputasi: 16
  • Gender: Male
  • Hooaaammmm..... :3
Re: Temuan salah penerjemahan dalam teks Buddhis
« Reply #54 on: 24 December 2017, 09:24:39 AM »
Dapet saran koreksi dari seseorang Bhikkhu untuk MN 83 Maghadeva Sutta di SC :

...
“Selama delapan puluh empat ribu tahun Raja Makhādeva MEMAINKAN PERMAINAN ANAK-ANAK; selama delapan puluh empat ribu tahun ia bertindak sebagai WAKIL KEPALA DAERAH
“For eighty-four thousand years King Makhādeva played childish games; for eighty-four thousand years he acted as viceregent;
“rājā kho panānanda, maghadevo caturāsītivassasahassāni KUMĀRAKĪḶITAṂ KĪḶI, caturāsītivassasahassāni OPARAJJAṂ kāresi,
Oparajja itu wakil raja atau gubernur (kepala daerah), bukan wakil kepala daerah.
Terus, masa dari orang yang masih memainkan permainan anak-anak langsung bisa jadi wakil raja. Kalau diartikan secara harafiah memang bisa benar, tetapi maknanya jadi lucu, tidak nyambung dengan kalimat berikutnya.
Menurut bhante, kurang lebih artinya dalam bahasa sederhadanya adalah ‘menikmati masa mudanya.’

Berikutnya, ini mudah, jadi bhante tidak kasih petunjuk, harusnya sih kamu tahu di mana salahnya.
Anakku Pangeran, jika ada dua orang yang hidup bersama, ia yang di bawah siapa melakukan pelanggaran atas praktik yang baik ini—ia adalah orang terakhir di antara keduanya.
Dear prince, when there are two men living, he under whom there occurs a breach of this good practice - he is the last man among them.
yasmiṃ kho, tāta kumāra, purisayuge vattamāne evarūpassa kalyāṇassa vattassa samucchedo hoti so tesaṃ antimapuriso hoti.
Untuk bagian ini ...cek juga paragraf kedua dari terakhir.

Berikutnya, coba cek apakah terjemahannya benar?
“Keturunan putera Raja Makhādeva hingga berjumlah delapan puluh empat ribu berturut-turut,...
10. “The descendants of King Makhādeva’s son to the number of eighty-four thousand kings in succession,...
“rañño kho panānanda, maghadevassa puttapaputtakā tassa paramparā caturāsītirājasahassāni {caturāsītikhattiyasahassāni (sī. pī.), caturāsītisahassāni (syā. kaṃ.)}
Kalau tidak yakin, coba lihat penjelasan nimi jataka di DPPN (Dictionary Pali Proper Name)

Berikutnya,
19. “Sekarang pada akhir dari banyak tahun, ratusan tahun, ribuan tahun, xPUTERAx Raja Nimi berkata kepada tukang cukurnya sebagai berikut: … (seperti di atas §§4–6, dengan menggantikan “Raja Makhādeva” menjadi “Raja Nimi” pada seluruh bagian) … …
...

 _/\_
#Jhindra

Offline abhassara

  • Teman
  • **
  • Posts: 93
  • Reputasi: -3
  • Gender: Male
  • Semoga semua mahluk berbahagia
Re: Temuan salah penerjemahan dalam teks Buddhis
« Reply #55 on: 24 December 2017, 09:41:54 AM »
Dapet saran koreksi dari seseorang Bhikkhu untuk MN 83 Maghadeva Sutta di SC :

...
“Selama delapan puluh empat ribu tahun Raja Makhādeva MEMAINKAN PERMAINAN ANAK-ANAK; selama delapan puluh empat ribu tahun ia bertindak sebagai WAKIL KEPALA DAERAH
“For eighty-four thousand years King Makhādeva played childish games; for eighty-four thousand years he acted as viceregent;
“rājā kho panānanda, maghadevo caturāsītivassasahassāni KUMĀRAKĪḶITAṂ KĪḶI, caturāsītivassasahassāni OPARAJJAṂ kāresi,
Oparajja itu wakil raja atau gubernur (kepala daerah), bukan wakil kepala daerah.
Terus, masa dari orang yang masih memainkan permainan anak-anak langsung bisa jadi wakil raja. Kalau diartikan secara harafiah memang bisa benar, tetapi maknanya jadi lucu, tidak nyambung dengan kalimat berikutnya.
Menurut bhante, kurang lebih artinya dalam bahasa sederhadanya adalah ‘menikmati masa mudanya.’

Berikutnya, ini mudah, jadi bhante tidak kasih petunjuk, harusnya sih kamu tahu di mana salahnya.
Anakku Pangeran, jika ada dua orang yang hidup bersama, ia yang di bawah siapa melakukan pelanggaran atas praktik yang baik ini—ia adalah orang terakhir di antara keduanya.
Dear prince, when there are two men living, he under whom there occurs a breach of this good practice - he is the last man among them.
yasmiṃ kho, tāta kumāra, purisayuge vattamāne evarūpassa kalyāṇassa vattassa samucchedo hoti so tesaṃ antimapuriso hoti.
Untuk bagian ini ...cek juga paragraf kedua dari terakhir.

Berikutnya, coba cek apakah terjemahannya benar?
“Keturunan putera Raja Makhādeva hingga berjumlah delapan puluh empat ribu berturut-turut,...
10. “The descendants of King Makhādeva’s son to the number of eighty-four thousand kings in succession,...
“rañño kho panānanda, maghadevassa puttapaputtakā tassa paramparā caturāsītirājasahassāni {caturāsītikhattiyasahassāni (sī. pī.), caturāsītisahassāni (syā. kaṃ.)}
Kalau tidak yakin, coba lihat penjelasan nimi jataka di DPPN (Dictionary Pali Proper Name)

Berikutnya,
19. “Sekarang pada akhir dari banyak tahun, ratusan tahun, ribuan tahun, xPUTERAx Raja Nimi berkata kepada tukang cukurnya sebagai berikut: … (seperti di atas §§4–6, dengan menggantikan “Raja Makhādeva” menjadi “Raja Nimi” pada seluruh bagian) … …
...

 _/\_
84.000 tidak berarti 84.000. Saat itu, 84.000 maknanya adalah jumlah yang banyak. Sekarang istilahnya 1.001. Kalau ada yang bilang 1.001 cara, itu tidak berarti 1.001, tetapi banyak cara.
Buddhisme awal = theravada, bukan sekte ekayana/buddhayana. Baca Mahavamsa dan Dipavamsa. Jangan biarkan sejarah terkubur. jangan biarkan fiksi buddhis menutup nonfiksi. tdk ada yg perlu disembunyikan. sadhu 3x
KBTI (keluarga Buddhayana Tsu chi indonesia). STI (Sangha Theravada Indonesia) #SaveSTI

Offline Arya Karniawan

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 301
  • Reputasi: 16
  • Gender: Male
  • Hooaaammmm..... :3
Re: Temuan salah penerjemahan dalam teks Buddhis
« Reply #56 on: 24 December 2017, 12:17:58 PM »
84.000 tidak berarti 84.000. Saat itu, 84.000 maknanya adalah jumlah yang banyak. Sekarang istilahnya 1.001. Kalau ada yang bilang 1.001 cara, itu tidak berarti 1.001, tetapi banyak cara.

Benar, tapi bukan itu fokusnya...  :)
#Jhindra

Offline Arya Karniawan

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 301
  • Reputasi: 16
  • Gender: Male
  • Hooaaammmm..... :3
Re: Temuan salah penerjemahan dalam teks Buddhis
« Reply #57 on: 24 December 2017, 12:20:15 PM »
AN 10.169 isinya gabung 2 Sutta ya dengan AN 10.170?  :-? https://suttacentral.net/id/an10.169
#Jhindra

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Re: Temuan salah penerjemahan dalam teks Buddhis
« Reply #58 on: 24 December 2017, 12:44:14 PM »
Dapet saran koreksi dari seseorang Bhikkhu untuk MN 83 Maghadeva Sutta di SC :

...
“Selama delapan puluh empat ribu tahun Raja Makhādeva MEMAINKAN PERMAINAN ANAK-ANAK; selama delapan puluh empat ribu tahun ia bertindak sebagai WAKIL KEPALA DAERAH
“For eighty-four thousand years King Makhādeva played childish games; for eighty-four thousand years he acted as viceregent;
“rājā kho panānanda, maghadevo caturāsītivassasahassāni KUMĀRAKĪḶITAṂ KĪḶI, caturāsītivassasahassāni OPARAJJAṂ kāresi,
Oparajja itu wakil raja atau gubernur (kepala daerah), bukan wakil kepala daerah.
Terus, masa dari orang yang masih memainkan permainan anak-anak langsung bisa jadi wakil raja. Kalau diartikan secara harafiah memang bisa benar, tetapi maknanya jadi lucu, tidak nyambung dengan kalimat berikutnya.
Menurut bhante, kurang lebih artinya dalam bahasa sederhadanya adalah ‘menikmati masa mudanya.’

Berikutnya, ini mudah, jadi bhante tidak kasih petunjuk, harusnya sih kamu tahu di mana salahnya.
Anakku Pangeran, jika ada dua orang yang hidup bersama, ia yang di bawah siapa melakukan pelanggaran atas praktik yang baik ini—ia adalah orang terakhir di antara keduanya.
Dear prince, when there are two men living, he under whom there occurs a breach of this good practice - he is the last man among them.
yasmiṃ kho, tāta kumāra, purisayuge vattamāne evarūpassa kalyāṇassa vattassa samucchedo hoti so tesaṃ antimapuriso hoti.
Untuk bagian ini ...cek juga paragraf kedua dari terakhir.

Berikutnya, coba cek apakah terjemahannya benar?
“Keturunan putera Raja Makhādeva hingga berjumlah delapan puluh empat ribu berturut-turut,...
10. “The descendants of King Makhādeva’s son to the number of eighty-four thousand kings in succession,...
“rañño kho panānanda, maghadevassa puttapaputtakā tassa paramparā caturāsītirājasahassāni {caturāsītikhattiyasahassāni (sī. pī.), caturāsītisahassāni (syā. kaṃ.)}
Kalau tidak yakin, coba lihat penjelasan nimi jataka di DPPN (Dictionary Pali Proper Name)

Berikutnya,
19. “Sekarang pada akhir dari banyak tahun, ratusan tahun, ribuan tahun, xPUTERAx Raja Nimi berkata kepada tukang cukurnya sebagai berikut: … (seperti di atas §§4–6, dengan menggantikan “Raja Makhādeva” menjadi “Raja Nimi” pada seluruh bagian) … …
...

 _/\_

ini lagi ngomong apa sih?

permainan anak-anak

kumārakīḷitaṃ

[Kumāra] [Vedic kumāra] a young boy, son Sn 685 sq. (kuhiṃ kumāro aham api daṭthukāmo: w. ref. to the child Gotama); Pv iii.52; PvA 39, 41 (=māṇava); daharo kumāro M ii.24, 44. —a son of ( —°) rāja° PvA 163; khattiya°, brāhmaṇa° Bdhd 84; deva° J iii.392 yakkha° Bdhd 84.    -kīḷā the amusement of a boy J i.137; -pañhā questions suitable for a boy Kh iii.; -lakkhaṇa divination by means of a young male child (+kumāri°) D i.9.

[Kīḷita] [pp. of kīḷati] played or having played, playing, sporting; celebrated (of a festival) A iv.55 (hasitalapita°); PvA 76 (sādhu°). —(nt.) amusement, sport, celebration M i.229 (kīḷita-jātaṃ kīḷati). Cp. sahapaṃsu°°; see also keḷi & khiḍḍā.

PUTERA

bisa saja diartikan sesuai saran di atas, tapi itu adalah interpretasi, penerjemahan harus sebisa mungkin tidak melibatkan interpretasi. serahkan interpretasi pada pembaca.
« Last Edit: 24 December 2017, 01:29:29 PM by Indra »

Offline abhassara

  • Teman
  • **
  • Posts: 93
  • Reputasi: -3
  • Gender: Male
  • Semoga semua mahluk berbahagia
Re: Temuan salah penerjemahan dalam teks Buddhis
« Reply #59 on: 25 December 2017, 08:26:25 AM »
ini lagi ngomong apa sih?

permainan anak-anak

kumārakīḷitaṃ

[Kumāra] [Vedic kumāra] a young boy, son Sn 685 sq. (kuhiṃ kumāro aham api daṭthukāmo: w. ref. to the child Gotama); Pv iii.52; PvA 39, 41 (=māṇava); daharo kumāro M ii.24, 44. —a son of ( —°) rāja° PvA 163; khattiya°, brāhmaṇa° Bdhd 84; deva° J iii.392 yakkha° Bdhd 84.    -kīḷā the amusement of a boy J i.137; -pañhā questions suitable for a boy Kh iii.; -lakkhaṇa divination by means of a young male child (+kumāri°) D i.9.

[Kīḷita] [pp. of kīḷati] played or having played, playing, sporting; celebrated (of a festival) A iv.55 (hasitalapita°); PvA 76 (sādhu°). —(nt.) amusement, sport, celebration M i.229 (kīḷita-jātaṃ kīḷati). Cp. sahapaṃsu°°; see also keḷi & khiḍḍā.

PUTERA

bisa saja diartikan sesuai saran di atas, tapi itu adalah interpretasi, penerjemahan harus sebisa mungkin tidak melibatkan interpretasi. serahkan interpretasi pada pembaca.
iya tuh, bhikkhu karniawan sebenarnya mau protes yang mana?
« Last Edit: 25 December 2017, 08:29:04 AM by abhassara »
Buddhisme awal = theravada, bukan sekte ekayana/buddhayana. Baca Mahavamsa dan Dipavamsa. Jangan biarkan sejarah terkubur. jangan biarkan fiksi buddhis menutup nonfiksi. tdk ada yg perlu disembunyikan. sadhu 3x
KBTI (keluarga Buddhayana Tsu chi indonesia). STI (Sangha Theravada Indonesia) #SaveSTI